tafsir s{u< fi
TRANSCRIPT
TAFSIR S{U<FI< ISYA<RI< AL-NAISA<BU<RI<
(Studi atas Kitab Gara>ib al-Qur’a >n wa Raga>ib al-Furqa>n)
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
AHMAD TAHER
NIM. 10532029
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
i
TAFSIR S{U<FI< ISYA<RI< AL-NAISA<BU<RI<
(Studi atas Kitab Gara>ib al-Qur’a >n wa Raga>ib al-Furqa>n)
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar
Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)
Oleh:
AHMAD TAHER
NIM. 10532029
JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR
FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2014
v
Motto
ر المؤمنين الذين إن هذا القرآن يهدي للتي هي أقوم وي بش
الحات أن لهم أجرا كبيرا يعملون الص
“Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada
(jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada
orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa
bagi mereka ada pahala yang besar.”
(QS. al-Isra>’: ayat 9)
vi
Karya ini SAYA persembahkan untuk
Kedua orang tuaku, kakak dan abangku, Guru, dan
Sahabat-sahabat terbaikku.
Serta Almamaterku tercinta: UIN Sunan Kalijaga
vii
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN
Transliterasi adalah kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan
skripsi ini berpedoman pada surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 158 Tahun 1987
dan Nomor 0543b/U/1987
I. Konsonan Tunggal
Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama
alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا
ba‘ b be ب
ta' t te ت
s\a s\ es (dengan titik di atas) ث
jim j je ج
h}a‘ h{ ha (dengan titik di bawah) ح
kha' kh ka dan ha خ
dal d de د
z\al z\ zet (dengan titik di atas) ذ
ra‘ r er ر
zai z zet ز
sin s es س
syin sy es dan ye ش
s}ad s} es (dengan titik di bawah) ص
d{ad d{ de (dengan titik di bawah) ض
t}a'> t} te (dengan titik di bawah) ط
z}a' z} zet (dengan titik di bawah) ظ
ain ‘ koma terbalik ( di atas)‘ ع
gain g ge غ
viii
fa‘ f ef ف
qaf q qi ق
kaf k ka ك
lam l el ل
mim m em م
nun n en ن
wawu w we و
ha’ h h هـ
hamzah ’ apostrof ء
ya' y Ye ي
II. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah ditulis Rangkap
ditulis muta’addidah متعددة
ditulis ‘iddah عدة
III. Ta’ Marbutah diakhir kata
a. Bila dimatikan tulis h
ditulis H}ikmah حكمة
ditulis Jizyah جزية
(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke
dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila
dikehendaki lafal aslinya)
b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka
ditulis h.
’<ditulis Kara>mah al-auliya االولياء كرامة
c. Bila Ta' marbu>t}ah hidup dengan harakat, fath}ah, kasrah, atau d}ammah
ditulis t.
ix
الفطرة زكاة ditulis Zaka>t al-fit}rah
IV. Vokal Pendek
fath}ah ditulis a
kasrah ditulis i
d{ammah ditulis u
V. Vokal Panjang
1 FATHAH + ALIF
جاهلية
ditulis
ditulis
a>
Ja>hiliyah
2 FATHAH + YA’MATI
تنسىditulis
ditulis
a>
Tansa>
3 FATHAH + YA’MATI
كرمي
ditulis
ditulis
i>
Kari>m
4 DAMMAH + WA>WU MATI
فروضditulis
ditulis
u>
Furu>d{
VI. Vokal Rangkap
1 FATHAH + YA’ MATI
بينكمditulis
ditulis
Ai
bainakum
2 FATHAH + WA>WU MATI
قولditulis
ditulis
Au
qaul
VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof
ditulis a antum أأنتم
ditulis u’iddat اعدت
ditulis la’in syakartum شكرمت نلئ
x
VIII. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qomariyyah maupun Syamsiyyah
ditulis dengan menggunakan "al"
ditulis al-Qur’a>n القرآن
ditulis al-Qiya>s القياس
'<ditulis al-Sama السماء
ditulis al-Syams الشمس
IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau
pengucapannya
الفروض ذوى ditulis Z|awī al-Furu>d{
ditulis Ahl al-Sunnah السنة اهل
xi
KATA PENGANTAR
بسم هللا الرحمن الرحيم
أشهد أن ال اله إالهللا و به نستعين على أ مورالد نيا والدين هلل رب العا لمين حمدال
وأشهد أن محمدا رسول هللا والصالة والسالم على سيد نا محمد وعلى أ له و أصحا به
أجمعين
Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam karena dengan rahmat dan
pertolongannya, peneliti akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:
“TAFSIR S{U<FI< ISYA<RI< AL-NAISA<BU<RI< (Studi atas Kitab Gara>ib al-Qur’a>n
wa Raga>ib al-Furqa>n)”. Meskipun demikian, semaksimal usaha manusia tentunya
tidak akan lepas dari kekurangan dan kelemahan, karena kesempurnaan hanyalah
milik Allah. Oleh karenanya, saran dan kritik membangun dari berbagai pihak
senantiasa peneliti harapkan.
Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan
berkat bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan rasa
terima kasih kepada:
1. Kementerian Agama RI, khususnya Direktorat Pendidikan Diniyah dan
Pondok Pesantren yang telah memberikan kesempatan kepada penulis
untuk melanjutkan studi di bangku perkuliahan dengan beasiswa.
Terimakasih untuk semua pihak yang telah mendukung program
beasiswa ini. Semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal yang tak
terhingga.
xii
2. Kedua orang tuaku (Muhammad Said dan Masdalifah) yang tidak
pernah berhenti mengorbankan semua hal untuk hidupku. Terimakasih
yang tak terhingga atas semua kasih, do’a dan didikannya. Tidak ada
yang patut penulis persembahkan melainkan do’a, semoga Allah
memberikan kebahagiaan lahir batin baik dunia maupun di akhirat.
3. Kakak dan abang-abangku; bang Iqbal, bang Abduh, bang Bayo, kak
Hemmy, bang Fandi, dan bang Sodiq. Terimakasih atas saran serta
dukungan yang telah kalian berikan selama ini.
4. Prof. Dr. Musa Asy’ari, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta.
5. Dr. Syaifan Nur M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan
Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
6. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A. selaku Ketua Jurusan Ilmu al-
Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN
Sunan Kalijaga sekaligus sebagai ketua pengelola Program Beasiswa
Santri Berprestasi (PBSB).
7. Afdawaiza, M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga
sekaligus sebagai pengelola Program Beasiswa Santri Berprestasi
(PBSB).
8. Bapak Drs. Mansur, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang
telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran, arahan dan
motivasi dalam penyelesaian skiripsi ini. Terimakasih atas kesabaran
xiii
dan keikhlasannya, semoga Allah mencatatnya sebagai amal yang tak
terhingga.
9. Bapak Drs. Indal Abror, M.Ag. selaku Penasehat Akademik penulis.
Terimakasih atas segala arahan, bimbingan, dan nasehatnya kepada
penulis selama kuliah.
10. Semua dosen Jurusan Tafsir Hadis (Bapak Prof. Dr. Suryadi, M.Ag.
Bapak Dr. Ahmad Baidowi M.Si. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad
Chirzin, M.Ag. Bapak Dr. Ahmad Rafiq, M.A. Bapak Dr. Abdul
Mustaqim, M.Ag. Bapak Prof. Dr. Fauzan Naif, M.A. Bapak Dr. M.
Alfatih Suryadilaga, M.Ag. Bapak Dr. Mahfudz Masduki, M.A. Bapak
Yusron, M.A. Bapak Drs. M. Yusuf, M.Ag. Bapak Dr. Singgih Basuki,
M.Ag. Bapak Dr. Agung Danarto, M.Ag. Bapak Dadi Nurhaedi, S.Ag.,
M.Ag. Bapak M. Hidayat Noor, S.Ag,. M.Ag. Bpk Ali Imron, S.TH.I.,
M.Si. Bapak Saifuddin Zuhri, S.Th.I, M.A. Ibu Dr. Nurun Najwah,
M.Ag. Ibu Dr. Inayah Rohmaniyah, M.Hum. Ibu Adib Shofia, S.S,
M.Hum.), staf karyawan TU Fakultas Ushuluddin, khususnya kepada
mas Mujtaba, serta seluruh staf Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga.
11. Segenap Pengelolah PBSB UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang
selalu membimbing dan memberikan motivasi kepada semua
mahasiswa PBSB mulai semester pertama sampai terakhir.
12. Guru-guruku ketika SD. Terimakasih telah mengajari penulis berbagai
macam dasar keilmuan.
xiv
13. PonPes Musthafawiyah (Mudir serta seluruh Guru/Ayahanda tercinta,
staf di MTs dan MA Musthafawiyah). Terimakasih atas segala do’a
dan usahanya yang tidak kenal lelah dalam memberikan ilmu agama
sebagai bekal yang berharga dalam mengarungi samudera kehidupan
ini.
14. Ponpes Diponegoro ( Bapak KH. Syakir Ali, pembina pondok, serta
semua ustadz dan ustadzahnya). Terimakasih atas wejangan dan
keikhlasannya dalam mengasuh penulis selama ini.
15. Saudara-saudaraku di CSS MoRA UIN SUKA teristimewa untuk
temanku angkatan 2010 (Ten Go); Ismangil, Ghe, Saiful, Fairuz, Ibay,
Saik, Wisnu, Kemas, Eko, Wali, Aslam, Helmi, Asep, Hilman, Solikin,
Reno, Dzaki, Asy’ari, Gatot, Imam, Fauzan, Susilo, Tholib, dan Ridho.
Selain itu, teman-teman putri; Syifa, Jannah, Syifaz, Nilda, Redha, Ida,
Faza, Nafis, Ulfah, Risa, Mas’ulah, Sahilah, Halimah, dan Yuha.
Terimakasih atas kebersamaan kalian selama ini. “Tetap semangat dan
ingat selalu!!!.”. kakak angkatan yang telah mendahului kami
(angkatan ’07,’08, dan ‘09) serta adik-adik angkatan semuanya. (CSS
MoRA: Loyalitas Tanpa Batas!).
16. Pondok Pesantren Raudhotul Tullab beserta seluruh pengasuhnya.
Terimakasih atas kebaikannya yang telah menampung kami selama
dua bulan dalam menyelesaikan kegiatan KKN.
17. Semua teman-teman mahasiswa dari Sumatera Utara, khususnya
teman-teman yang berasal dari Mandailing Natal, Tapanuli Selatan,
xv
Padang Lawas, dan Padang Lawas Utara yang ada di Yogyakarta (IMA
MADINA, IMATAPSEL, dan IKPM SUMUT).
18. Semua teman-teman mahasiswa IKAMUS (Ikatan Alumni
Musthafawiyah) yang ada di Yogyakarta.
19. Orang-orang terkasih yang turut berjasa dalam penyelesaian skripsi ini
Semoga bantuan semua pihak tersebut menjadi amal saleh serta mendapat
ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT, akhirnya mudah-mudahan skripsi
ini dapat bermanfaat. A<mi>n . . . Ya> Rabb al-'A<lami>n.
Yogyakarta, 5 Juni 2014
Penulis
Ahmad Taher
NIM. 10532029
xvi
ABSTRAK
Tafsir s}u>fi> isya>ri> adalah tafsir yang dinisbatkan kepada para pelaku s}u>fi> ‘amali>, mereka menafsirkan ayat al-Qur’an berdasarkan isyarat-isyarat ilahi yang
diilhamkan Allah kepada hambanya berupa intuisi mistik sebagai karunia atas
ketaqwaan, keistiqamahan, dan kebaikan seorang sufi. Mufassir s}u>fi> isya>ri> mena’wilkan ayat-ayat al-Qur’an berbeda dengan makna lahirnya (makna
eksoteris), sehingga penafsiran dengan corak ini menuai respon yang berbeda dari
para ulama, ada yang menolak karena tafsir seperti ini dinilai melenceng dari
maksud ayat, namun tak sedikit ulama yang menerima selama tafsir isya>ri> tersebut memenuhi beberapa syarat tertentu. Beranjak dari permasalahan ini,
penulis tertarik untuk meneliti salah satu kitab tafsir isya>ri>, yaitu tafsir Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n karya al-Naisa>bu>ri> (W. 728 H) yang merupakan
salah satu kitab tafsir isya>ri> yang diterima dengan baik oleh para ulama.
Secara garis besar, penelitian ini berupaya untuk mengkaji tafsir isya>ri> al-
Naisa>bu>ri> dengan meneliti prinsip/dasar pemikirannya terkait tafsir isya>ri>, meneliti metode penafsiran yang menjadi sebuah karakteristik dalam tafsir
isya>ri>-nya, mengungkap pesan sufistik, serta meneliti posisi tafsir isya>ri> al-
Naisa>bu>ri> dalam ranah kajian tafsir.
Adapun metode yang digunakan dalam Penelitian ini bersifat deskriptif-
analitis, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sufistik.
Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan secara rinci
informasi yang telah didapat dari beberapa sumber data, kemudian informasi
tersebut dianalisis dengan kritis dan sitematis dari segi pendekatan sufistik
sehingga menghasilkan kesimpulan yang jelas, benar, dan akurat.
Dengan menggunakan metode dan pendekatan yang telah disebutkan di
atas, terdapat beberapa kesimpulan. Pertama, Al-Naisa>bu>ri> tidak menyebutkan
secara eksplisit dasar pemikiran isya>ri>-nya, namun hal tersebut bisa dipahami
dengan membaca tafsir isya>ri>-nya secara langsung. Tafsir isya>ri> tersebut terdapat
pada sub pembahasan tersendiri (pada sub al-ta’wi>l) secara terpisah dari tafsir
eksetoris ayat, hal ini menunjukkan bahwa ia mempunyai perhatian khusus untuk
pembahasan isya>ri>. Kedua, secara garis besar, ayat al-Qur’an yang ditafsirkan al-
Naisa>bu>ri> secara isya>ri> adalah ayat-ayat kisah (aya>t al-qas}as}), al-h}uru>f al-muqat}t}a’ah, dan ayat-ayat hukum (aya>t al-ah}ka>m). Ketiga, media yang
digunakan al-Naisa>bu>ri> dalam menyesuaikan makna eksoteris dan esoteris adalah
melalui media simbolik, yakni menafsirkan tokoh/tema yang ada dalam suatu
ayat dengan sebuah simbol/tokoh yang ada dalam istilah tasawwuf (seperti ruh,
hati, nafsu, maqama>t, dan sebagainya). Dengan menggunakan simbolik tasawwuf
tersebut, Setidaknya ada tiga poin pesan sufistik dalam tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>,
yaitu menjaga kesucian hati dan ruh, mengendalikan hawa nafsu, dan
menyelaraskan pengamalan syari>’at, t}ari>qah, dan h}aqi>qah dalam hal ibadah.
Keempat, tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri> adalah tafsir isya>ri> yang baik dan diterima
dengan baik oleh para ulama karena dinilai tidak bertentangan dengat syari’at
dan tidak menyalahi kaidah-kaidah maupun syarat-syarat diterimanya tafsir
isya>ri> sebagaimana telah ditetapkan para ulama.
xvii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................... i
SURAT PERNYATAAN ............................................................................ ii
NOTA DINAS ............................................................................................. iii
HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv
HALAMAN MOTTO ................................................................................. v
HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................ vii
KATA PENGANTAR ................................................................................. xi
ABSTRAK ................................................................................................... xvi
DAFTAR ISI ............................................................................................... xvii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang....................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................. 8
C. Tujuan dan Kegunaan ............................................................ 8
D. Kajian Pustaka ....................................................................... 9
E. Metode Penelitian .................................................................. 13
F. Sistematika Pembahasan ........................................................ 15
BAB II. AL-NAISA<BU<RI< DAN KITAB GARA<IB AL-QUR’A<N WA
RAGA<IB AL-FURQA<N
A. Setting Historis – Biografis al-Naisa>bu>ri> ................................ 18
B. Kitab Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n ......................... 24
xviii
1. Latar Belakang Penulisan ............................................... 24
2. Metodologi Tafsir .......................................................... 26
3. Karakteristik Tafsir ........................................................ 32
C. Apresiasi Para Ulama kepada Tafsir Al-Naisa >bu>ri> .................. 34
BAB III. TAFSIR SUFI
A. Pengertian dan Sejarah Munculnya Tafsir Sufi ....................... 36
1. Pengertian Sufi/Tasawwuf ............................................. 36
2. Pengertian Tafsir Sufi .................................................... 38
3. Sejarah Munculnya Tafsir Sufi....................................... 39
B. Pembagian Tafsir Sufi ............................................................ 42
1. S{u>fi> Naz}ari> .................................................................... 42
2. S{u>fi> Isya>ri> ...................................................................... 46
C. Apresiasi Ulama terhadap Tafsir Sufi ..................................... 55
BAB IV. TAFSI>R ISYA<RI< AL-NAISA<BU<RI<
A. Prinsip-prinsip Tafsir Isya>ri> al-Naisa>bu>ri> .............................. 59
1. Dasar/Landasan Penafsiran ............................................ 59
2. Karakteristik Penafsiran ................................................. 62
3. Tempat-tempat penafsiran .............................................. 65
B. Sumber Tafsir Isya>ri> al-Naisa>bu>ri>.......................................... 70
1. Al-Qur’an ...................................................................... 70
2. Hadis Nabi ..................................................................... 71
3. Kaum Sufi ..................................................................... 72
xix
4. Pemahaman al-Naisa>bu>ri> ............................................... 74
C. Aplikasi Tafsir Isya>ri> al-Naisa>bu>ri> ......................................... 75
1. Ayat-ayat Kisah ............................................................ 75
2. Al-H{uru>f al-Muqat}t}a’ah................................................. 79
3. Ayat-ayat Hukum .......................................................... 82
a. Bangkai, Darah, dan Daging Babi ......................... 82
b. Wasiyat ................................................................ 84
c. Penerima Sedekah/Zakat ...................................... 86
d. Ibadah Puasa......................................................... 88
e. Buah Kurma, Zaitun, dan Delima ......................... 90
D. Nilai Sufistik dalam Tafsir Isya>ri> al-Naisa>bu>ri> ....................... 92
1. Mensucikan Ruh dan Hati .............................................. 92
2. Mengendalikan Nafsu dan Meninggalkan Dunia ............ 98
3. Taqarrub dengan Menjalani Suluk ................................. 102
4. Syari>’ah, T{ari>qoh, H{aqi>qah ............................................ 105
E. Posisi Tafsir Isya>ri> al-Naisa>bu>ri>.............................................. 108
BAB V. PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................ 113
B. Saran-saran ............................................................................ 115
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 117
CURRICULUM VITAE ............................................................................. 120
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Tafsir adalah sebuah ilmu yang membahas tentang pengungkapan
maksud atau makna dari ayat-ayat al-Qur’an seperti yang dimaksudkan oleh
Allah dalam kitabnya sesuai dengan kemampuan manusia atau si penafsir itu
sendiri.1 Sedangkan menurut Nashruddin Baidan, tafsir adalah penjelasan
atau keterangan terhadap maksud yang sukar memahaminya dalam ayat-ayat
al-Qur’an.2
Setiap individu dan umat tidak akan bisa berkembang dan maju
kecuali melalui bimbingan ajaran al-Qur’an yang merupakan kunci
kebahagiaan. Pengamalan ajaran-ajaran ini tidak akan terwujud kecuali
dengan mempelajari tafsir untuk bisa memahami makna-maknanya. Dengan
demikian, tanpa tafsir seseorang tidak akan sampai kepada pemahaman
terhadap jiwa al-Qur’an dan maknanya yang terdalam yang akan
menghantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.3 Dalam
1 Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m al-Zarqa>ni>, Mana>hil al-‘Irfa>n fi ‘Ulum al-Qur’a>n (Beirut:
Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2010), juz I, hlm. 265.
2 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),
hlm. 67.
3 Abd. Al-H{ayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’iy: Sebuah Pengantar terj. Suryan
A. Jamrah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), hlm. 4.
2
menafsirkan al-Quran, ada beberapa macam corak penafsiran (laun al-tafsir),
seperti corak fiqh, filsafat, ‘ilmi>, adabi>-ijtima’i>, dan juga corak sufistik.4
Tafsir sufi (al-tafsi>r al-s}u>fi> ) adalah tafsir yang dibangun atas dasar-
dasar teori sufistik yang bersifat falsafi, atau tafsir yang dimaksudkan untuk
menguatkan teori-teori sufistik dengan menggunakan metode takwil dengan
mencari makna batin (makna esoteris).5 Sebagian ulama membagi tafsir sufi
menjadi dua bagian, yaitu: s}u>fi> naz{a>ri> dan s}u>fi> isya>ri> (‘amali>).6
Adapun yang dimaksud dengan tafsir s}u>fi> naz{a>ri> adalah tafsir sufi
yang dibangun di atas teori dan doktrin filsafat, maka kaum sufi mengkaji al-
Qur’an dengan kajian yang sejalan dengan teori mereka, sehingga dalam
menjelaskan al-Qur’an, tafsir mereka keluar dari makna lahir yang dikuatkan
syara’ secara bahasa. Pelopor metode ini adalah Muh}y al-Di>n ibn ‘Arabi>.
Sedangkan yang dimaksud dengan tafsir s}u>fi> isya>ri> adalah usaha mena’wilkan
ayat-ayat al-Qur’an yang berbeda dari makna lahirnya, melalui isyarat-isyarat
rahasia yang ditangkap oleh pelaku suluk atau ahli ilmu, dan maknanya dapat
disesuaikan dengan kehendak makna lahir ayat al-qur’an.7
4 Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: pustaka Setia, 2005), hlm. 165.
5 Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an (Yogyakarta: LSQ ar-Rahmah,
2012), hlm. 125.
6 Abbas Affan Baraja , Ayat-Ayat Kauniyah – Analisis Kitab Tafsir Isyari (Sufi) Imam al-Qusyairi terhadap Beberapa Ayat Kauniyah dalam al-Qur’an (Malang: UIN-Malang Press,
2009), hlm. 53.
7 Abbas Arfan Baraja, Ayat-Ayat Kauniyah – Analisis Kitab Tafsir Isyari (Sufi) Imam al-Qusyairi terhadap Beberapa Ayat Kauniyah dalam al-Qur’an, hlm 58.
3
Ada dua hal (aspek) yang membedakan antara tafsir s}u>fi> naz}ari>
dengan tafsir s}u>fi> isya>ri>, yaitu:8
1. Tafsir s}u>fi> naz}ari> dibangun dengan premis-premis yang ada dalam diri
seorang sufi kemudian disisipkanlah al-Qur’an di dalamnya.
Sedangkan tafsir isya>ri> tidak berdasarkan premis-premis, tapi ia
dibangun berdasar pada riya>d}ah ru>hiyah (aktifitas spiritual) yang
dilakukan seorang sufi sehiangga ia sampai pada derajat muka>syafah
(mendapat ilmu kasyf). Ia mendapatkan isyarat-isyarat (tentang
makna ayat) dari Tuhan dan terbuka dalam hatinya makna-makna
yang gaib (samar) dari ayat al-Qur’an.
2. Mufassir dari tafsir s}u>fi> naz}ari> memandang bahwa tafsir dari ayat al-
Qur’an hanyalah tafsir dari sisi batin (esoteris) dan tidak ada makna
selain itu. Sedangkan Mufassir dari tafsir s}u>fi> isya>ri> berpendapat
bahwa tafsir ayat al-qur’an mempunyai makna lain selain itu (makna
esoteris) yaitu makna eksoteris yang merupakan makna awal dalam
penafsiran.
Menurut al-Z\\|ahabi>, tafsir isya>ri> bukanlah hal yang baru dalam
penafsiran al-Qur’an. Tafsir isya>ri> pada dasarnya sudah ada semenjak al-
Qur’an diturunkan kepada Nabi SAW. Hal ini telah diisyaratkan dalam al-
8 Muh}ammad H{usain al- Z|ahabi>, selanjutkan akan disebut dengan al-Z||ahabi>, Al-Tafsi>r
wa al-Mufassiru>n (Kairo: Maktabah Wahbiyah, 2010), juz II, hlm. 261.
4
Qur’an, dijelaskan Nabi SAW, dan telah diketahui para sahabat bahkan
mereka telah mempraktekkannya.9
Dari sekian banyak kitab tafsir yang bercorak s}u>fi> isya>ri>, ada empat
(4) kitab yang masyhur dalam jenis tafsir ini, yaitu Tafsi>r al-Naisa>bu>ri>,
Tafsi>r al-Alu>si>, Tafsi>r al-Tustari>, dan Tafsi>r Muh}y al-Di>n ibn ‘Arabi >.10
Tafsir al-Naisa>bu>ri> atau nama lengkapanya Tafsi>r Gara>ib al-Qur’a>n
wa Raga>ib al-Furqa>n adalah sebuah kitab tafsir yang bercorak s}u>fi> isya>ri>
yang dikarang oleh seorang ulama yang sangat alim dan zuhud, yaitu H{asan
ibn Muh}ammad ibn H{usain al-Qumi> al-Khura>sa>ni al-Naisa>bu>ri> (W. 728H).
Beliau adalah seorang ulama yang sangat terkenal dengan kecerdasannya,
keahliannya dalam bahasa arab, juga sangat terkenal dengan sifat wara’,
zuhud, dan sifat Tasawwufnya.11
Salah satu hal yang menarik dari tafsir Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib
al-Furqa>n adalah kelihaian al-Naisa>bu>ri> dalam mengawinkan/menyesuaikan
antara tafsir eksoteris dan tafsir esoteris suatu ayat tanpa ada pertentangan
antara satu sama lain. Hal inilah yang menurut penulis menyebabkan kitab
tafsir tersebut diterima dengan baik oleh para ulama lainnya. Salah satu cara
al-Naisa>bu>ri> dalam menyesuaikan tafsir eksoteris dan esoteris adalah dengan
media simbolik. Artinya, beliau menafsirkan suatu ayat tertentu dengan
simbol-simbol dalam kajian tasawwuf seperti hati, ruh, nafsu, dan
9 Al- Z|ahabi>, Al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, juz II, hlm. 261.
10 Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m al-Zarqa>ni>, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulum al-Qur’a >n, juz II, hlm. 312.
11 Al- Z|ahabi>, Al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo: Da>r al-H{adi>s\, 2005), juz I, hlm. 275.
5
sebagainya. Dengan begitu, tafsir esoterisnya (isya>ri>) tetap dalam koridor
ayat atau syari>’ah.
Salah satu contoh penafsiran isya>ri> al-Naisa>bu>ri> dalam kitabnya
tersebut adalah ketika beliau menafsirkan tentang penyembelihan sapi betina
pada masa nabi Musa AS. (QS. al-Baqarah ayat 67-74):
Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada
kaumnya: "Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor sapi
betina". Mereka bertanya: "Apakah engkau akan menjadikan kami
sebagai ejekan?" Dia (Musa) menjawab: "Aku berlindung kepada
Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh." 12
Menurut al-Naisa>bu>ri> (pada tafsir isya>ri>-nya), ayat ini adalah sebagai
isyarat untuk menyembelih sisi nafsu binatang yang ada pada diri manusia.
Hal ini bertujuan untuk menghidupkan hati dan ruh (yang bersih).
Penyembelihan sisi nafsu binatang pada diri manusia menurutnya adalah
jihad yang besar. (al-Jiha>d al-Akbar).13
Selanjutnya, ayat ini menjelaskan tentang waktu yang paling tepat
untuk memulai penyembelihan sisi nafsu binatang (merupakan aktifitas
rohaniah sufi/mulai menggeluti aktifitas sufi). Al-Naisa>bu>ri> menjawabnya
dengan isyarat kata La> Fa>rid} (tidak pada usia tua) wa La Bikr (tidak pada
12 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Tahun 2002 (Jakarta:
Darus Sunnah, 2007), hlm. 11. Untuk penerjemahan ayat seterusnya akan memakai terjemahan
Departemen Agama dari penerbit ini.
13 H{asan al-Naisa>bu>ri>, Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n (Kairo: Mus}t}afa> al-Ba>bi> al-
H{alabi>, 1962), juz I, hlm. 347.
6
usia yang masih sangat muda ), karena kalau sudah tua pasti badannya sudah
lemah dari melaksanakan semua rutinitas sufi, sedangkan kalau masih sangat
muda, pasti sifatnya masih dikuasai sifat mabuk oleh dunia (belum fokus
karena masih darah muda). Waktu yang paling tepat adalah ‘Awa>nun baina
z\a>lik (pertengahan di antara keduanya). Al-Naisa>bu>ri> menafsirkan bahwa kata
‘Awa>nun baina z \a>lik adalah pada usia dewasa sampai usia 40 tahun.
Menurutnya, hal ini didasari ayat pada QS. al-Ah}qa>f ayat 15:
...
“...sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya
mencapai empat puluh tahun.”
Contoh lain dari penafsiran isya>ri> al-Naisa>bu>ri> dalam kitabnya
tersebut adalah ketika menafsirkan QS. Yusuf. Sebagaimana kita ketahui,
QS. Yusuf adalah sebuah surah dalam al-Qur’an yang menceritakan kisah
hidup nabi Yusuf AS dari semenjak kecil sampai menjadi seorang Rasul dan
raja. Para ahli tafsir menafsirkan ayat ini dengan mengisahkan cerita nabi
Yusuf AS sesuai dengan makna eksoteris/lahir ayat berdasarkan penjelasan
dari ayat-ayat dalam surah tersebut, hadis Nabi SAW, dan beberapa pendapat
dari ulama-ulama terdahulu. Namun, al-Naisa>bu>ri> ketika menafsirkan Q.S
Yusuf, beliau menafsirkan surah tersebut seperti layaknya penafsiran ulama-
ulama tafsir lainnya (menafsirkan secara eksoteris) kemudian beliau
menambahkan penafsiran esoteris dari ayat-ayat tersebut melalui corak
penafsiran s}u>fi> isya>ri>.
7
Adapun tafsir s}u>fi> isya>ri> yang al-Naisa>bu>ri> ungkapkan dalam surah
tersebut adalah beliau menafsiran kisah Yusuf tersebut dalam bentuk kisah
perjalanan sebuah hati menuju rahmat Allah SWT. Artinya, Nabi Yusuf AS
dalam ayat tersebut ditafsirkan dengan sebuah “Hati”. Sebagaimana lika-liku
perjalanan hidup Nabi Yusuf AS dalam Surah tersebut sampai menjadi
seorang raja dan Rasul, seperti itu juga al-Naisa>bu>ri> menceritakan perjalanan
sebuah hati sampai menuju kebahagiaan dengan bersihnya hati dan
mendapatkan rahmat dan berkah dari Allah SWT.14 Tafsir isya>ri>-nya
menggunakan sentuhan (sense) tasawwuf yang sangat dalam (alur kisahnya
sama, tapi tokoh di dalamnya dirubah).
Berlandaskan dari penafsiran al-Naisa>bu>ri> yang unik tersebut
sebagaimana telah dijelaskan secara singkat di atas, penulis tertarik dan
terdorong untuk melakukan sebuah penelitian akademik mengenai nuansa
tafsir s}u>fi> isya>ri> al-Naisa>bu>ri> tersebut. Menurut penulis, penafsiran yang
dilakukan al-Naisa>bu>ri> tersebut adalah sebuah penafsiran yang fenomenal,
unik, dan tentunya mempunyai karakter tersendiri dari tafsiran ulama-ulama
lainnya.
Selain itu, penafsiran al-Naisa>bu>ri> tersebut tidaklah mudah untuk
dibaca dan dipahami, karena bahasa yang beliau ungkapkan dalam tafsir
isya>ri>-nya tersebut sangatlah tinggi, terlebih penafsiran tersebut menjelaskan
masalah-masalah tasawwuf yang pastinya menjadi lebih sulit dalam
memahaminya, sehingga dalam hal ini dibutuhkan pembacaan yang detil dan
14 H{asan al-Naisa>bu>ri>, Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n, juz XII, hlm. 90.
8
kecermatan sehingga nantinya pesan sufistik yang ingin beliau sampaikan
bisa dipahami dengan benar.
B. Rumusan Masalah
Beranjak dari latar belakang penelitian ini sebagaimana telah
dipaparkan di atas, penulis akan membuat rumusan masalah untuk menjawab
latar belakang tersebut sebagaimana tertera di bawah ini:
1. Bagaimana prinsip pemikiran al-Naisa>bu>ri> tentang tafsir isya>ri> ?
2. Bagaimana aplikasi penafsiran al-Naisa>bu>ri> dalam menyesuaikan
antara makna eksoteris dan makna esoteris/isya>ri> ayat ?
3. Apa pesan sufistik yang terkandung dalam tafsir isya>ri al-Naisa>bu>ri> ?
C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui prinsip pemikiran al-Naisa>bu>ri> tentang tafsir isya>ri>.
2. Mengetahui aplikasi penafsiran al-Naisa>bu>ri> dalam menyesuaikan
antara makna eksoteris dan makna esoteris ayat/isya>ri>.
3. Mengetahui pesan sufistik yang terkandung dalam tafsir isya>ri> al-
Naisa>bu>ri>.
Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:
1. Memberikan kontribusi keilmuan dalam kajian tafsir, khususnya
dalam bidang tafsir isya>ri>.
9
2. Memberikan sumbangsih pemikiran dalam wacana ilmu tasawwuf
sehingga diharapkan bisa direalisasikan dalam kehidupan nyata.
D. Kajian Pustaka
Pembahasan terkait dengan Tafsir Sufistik khususnya s{u>fi> isya>ri>
bukanlah sebuah pembahasan atau penelitian yang baru. Kita bisa
menemukan pembahasan maupun penelitian yang terkait dengan tafsir isya>ri>
dalam berbagai kitab, buku, skripsi, jurnal dan sebagainya.
Salah satu skripsi yang pernah meneliti tafsir al-Naisa>bu>ri> adalah
skripsi yang ditulis oleh Ahmad Jaeni pada tahun 2006 di UIN Sunan
Kalijaga dengan judul Tafsi>r Simbolik al-Naisa>bu>ri> dalam Gara>’ib al-Qur’a>n
wa Raga>’ib al-Furqa>n. Skripsi ini meneliti tentang tafsir esoteris/sufistik al-
Naisa>bu>ri> melalui pendekatan simbolik dan hermeneutika al-Qur’an. Di
dalamnya dibahas tentang prinsip dasar penafsiran simbolik al-Naisa>bu>ri>,
aplikasi penafsiran, dan posisi penafsiran simbolik al-Naisa>bu>ri>. Melalui
pendekatan simbolik tersebut, Ahmad Jaeni berpendapat bahwa tafsir esoteris
al-Naisa>bu>ri> adalah tafsir yang (condong) kepada tafsir s}u>fi> naz}ari> karena
berlandaskan penafsiran al-Naisaburi dalam QS. Al-Na>s ayat 3 yang
mengutip teori filsafat dari Aristoteles (seorang teosof): “Plato terkadang
dapat menjelma seperti Tuhan atau Tuhan menjelma seperti manusia.” 15
15 Ahmad Jaeni, “Tafsi>r Simbolik al-Naisa>bu>ri> dalam Gara>’ib al-Qur’a>n wa Raga>’ib al-
Furqa>n”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,
2006, hlm. 107-108.
10
Adapun buku yang pernah membahas tentang tafsir sufistik adalah
Ayat-Ayat Kauniyah – Analisis kitab Tafsir Isya>ri> (Sufi) Imam al-Qusyairi
terhadap Beberapa Ayat Kauniyah dalam al-Qur’an, karangan H. Abbas
Arfan Baraja, Lc,.M.H.16 Buku ini menjelaskan tentang nuansa tafsir s}u>fi>
isya>ri> Imam al-Qusyairi> dalam ayat-ayat yang terkait dengan pengetahuan
sains (kauniyah). Buku ini menjelaskan beberapa penjelasan terkait ilmu
pengetahuan sains dari penelitian para ilmuan, kemudian menjelaskan
penafsiran al-Qusyairi> dari sisi tafsir isya>ri>. Buku ini jelas hanya menjelaskan
tafsir isya>ri> dalam tema ayat-ayat kauniyah saja, dan rujukan yang diambil
bukanlah tafsir al-Naisa>bu>ri>, melainkan tafsir karya al-Qusyairi>.
Al-Zarqa>ni> juga memuat penjelasan tentang tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>
dalam kitabnya yang berjudul Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Dalam
kitab tersebut, al-Zarqa>ni> hanya menjelaskan contoh tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>
saja, tanpa menjelaskan pemikiran al-Naisa>bu>ri> terkait landasan atau dasar-
dasar pemikiran dalam tafsir isya>ri> maupun karakteristik penafsiran isya>ri> al-
Naisa>bu>ri>. Penjelasan al-Zarqa>ni> dalam hal ini dinilai masih kurang memadai
karena hanya menjelaskan contoh tafsir isya>ri>-nya saja, terlebih contoh yang
diungkapkan hanya menjelaskan dua contoh penafsiran saja. Bisa dikatakan
16 Abbas Affan Baraja , Ayat-Ayat Kauniyah – Analisis Kitab Tafsir Isyari (Sufi) Imam
al-Qusyairi terhadap Beberapa Ayat Kauniyah dalam al-Qur’an (Malang: UIN-Malang Press,
2009).
11
bahwa penjelasan al-Zarqa>ni> mengenai tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri> hanyalah
sebuah pijakan dasar bagi para peneliti-peneliti selanjutnya.17
Muh}ammad ‘Ali> Aya>zi> dalam kitabnya yang berjudul Al-Mufassiru>n
H{aya>tuhum wa Manhajuhum serta al-Z{ahabi> dalam kitabnya yang berjudul
Al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, juga tak luput dari memaparkan hal-hal yang
terkait dengan tafsir al-Naisa>bu>ri>. Penjelasan tafsir isya>ri> dalam kedua kitab
tersebut sangatlah minim, terlebih di dalamnya hanya menjelaskan hal-hal
yang terkait dengan biografi dan tafsir eksoteris al-Naisa>bu>ri> saja.18
Selain itu, ada skripsi yang ditulis oleh Siti Rahmah pada tahun 2008
di UIN Sunan Kalijaga dengan judul Al-Na>sikh wa al-Mansu>kh dalam
Pandangan al-Naisa>bu>ri> (Telaah Pemikiran al-Naisa>bu>ri> dalam Gara>’ib al-
Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n). Skripsi ini membahas tentang pandangan al-
Naisa>bu>ri> tentang na>sikh-mansu>kh dalam kitab tafsirnya tersebut.19
Selain dari kitab dan skripsi yang telah disebutkan di atas, sebenarnya
masih banyak lagi penelitian-penelitian tentang tafsir isya>ri> maupun
penelitian tentang pemikiran al-Naisa>bu>ri>. Akan tetapi, kajian pustaka ini
penulis cukupkan sampai di sisni, karena buku-buku tersebut kiranya sudah
17 Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m al-Zarqa>ni>, Mana>hil al-‘Irfa>n fi ‘Ulum al-Qur’a>n (Beirut:
Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2010), juz II, hlm. 313-314.
18 Al-Sayyid Muh}ammad ‘Ali> Aya>zi>, Al-Mufassiru>n H{aya>tuhum wa Manhajuhum
(Teheran: Muassasah al-T{iba>’ah wa al-Nasyr Wazara>t al-S|aqa>fah al-Irsya>d al-Isla>mi>, tth.) hlm.
524-530. Lihat juga Al- Z|ahabi>, Al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo: Da>r al-H{adi>s\, 2005), juz I,
hlm. 275-284.
19 Siti Rahmah, “Al-Na>sikh wa al-Mansu>kh dalam Pandangan al-Naisa>bu>ri> (Telaah
Pemikiran al-Naisa>bu>ri> dalam Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n)”, Skripsi Fakultas
Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008.
12
mewakili buku-buku/penelitian yang lain. Selain itu, secara garis besar buku
yang lain hanya memuat penjelasan yang hampir sama dengan isi dari
buku/penelitian di atas.
Beranjak dari kajian pustaka tersebut, setidaknya hanya ada satu
karya ilmiah yang hampir sama dengan penilitian ini, yaitu skripsi yang
ditulis oleh Ahmad Jaeni pada tahun 2006 di UIN Sunan Kalijaga dengan
judul Tafsi>r Simbolik al-Naisa>bu>ri> dalam Gara>’ib al-Qur’a >n wa Raga>’ib al-
Furqa>n. Skripsi tersebut mempunyai objek kajian yang sama dengan
penelitian penulis, yaitu meneliti tentang tafsir esoteris/sufistik al-Naisa>bu>ri>.
Hal yang membedakan antara skripsi tersebut dengan skripsi/penelitian
penulis adalah terletak pada objek formal atau sudut pandang yang dipakai
dalam mengkaji objek tersebut (tafsir esoteris al-Naisa>bu>ri>).
Penelitian/skripsi Ahmad Jaeni tersebut memakai perspektif simbolik dan
hermeneutika al-Qur’an.20 Sedangkan penelitian penulis ini memakai
perspektif s}u>fi> isya>ri>. Dengan perbedaan perspektif tersebut, maka hasil
penilitiannya juga berbeda. Bila Ahmad Jaeni di akhir penelitiannya
menyebutkan bahwa tafsir esoteris al-Naisa>bu>ri> adalah lebih condong kepada
tafsir s}u>fi> naz}ari>, maka penulis mempunyai pendapat yang berbeda, tafsir
esoteris al-Naisa>bu>ri> tersebut adalah tafsir s}u>fi> isya>ri>, bukan s}u>fi> naz}ari>.
Menurut penulis, dalam penelitian tafsir esoteris/sufistik al-Naisa>bu>ri>,
seharusnya dijelaskan tentang kajian tafsir sufistik (seperti asal muasal,
20 Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Dinamika al-
Qur’an dan Hadis: Antologi Resume Skripsi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Yogyakarta:
Sukses Offset, 2007), hlm. 113.
13
pembagiannnya, dan apresiasi ulama) agar pembaca mempunyai
patokan/pegangan dalam memposisikan letak/posisi tafsir esoteris al-
Naisa>bu>ri> tersebut. Pembahasan inilah yang luput dari penelitian Ahmad
Jaeni, yang kemudian penelitian penulis ini datang untuk menyempurnakan
kekurangan tersebut. Selanjutnya, penelitian penulis ini juga berniat untuk
melengkapi satu sisi yang tidak dijelaskan dalam skripsi Ahamad Jaeni
tersebut, yaitu pada pembahasan nilai/pesan sufistik yang al-Naisa>bu>ri>
jelaskan dalam tafsirnya. Pembahasan ini menurut penulis cukup penting,
mengingat tafsir isya>ri> pasti memuat banyak nilai-nilai sufi/tasawwuf yang
dimana nilai tersebut adalah tujuan utama dari seorang mufassir dalam tafsir
isya>ri>-nya.
Dari penjelasan tentang perbedaan skripsi Ahmad Jaeni dan penelitian
yang dilakukan penulis, bisa disimpulkan bahwa skripsi ini adalah penelitian
yang orisinil atau asli, bukan plagiasi, dan layak untuk dilakukan atau
dijadikan sebuah penelitian akademik, karena skripsi/penelitian ini berbeda
dari segi perspektif yang dipakai dan juga sebagai pelengkap dari beberapa
pembahasan yang luput dari penelitian Ahmad Jaeni dalam skripsinya
tersebut.
E. Metode Penelitian
1. Jenis penelitian
Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kepustakaan atau
(library research). Artinya, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan
14
kitab, buku, jurnal, dan dokumen-dokumen ilmiah yang terkait dengan
tema penelitian yang diangkat untuk mendapatkan informasi-informasi
keilmuan yang luas dalam penelitian ini, sehingga menghasilkan analisis
yang baik. Data-data yang ada dikumpulkan kemudian diuraikan dan
dianalisa secara sistematis.
2. Sumber Data
Adapun yang dimaksud dengan data dalam penelitian adalah
semua bahan keterangan atau informasi mengenai suatu gejala atau
fenomena yang ada kaitannya dengan riset.21 Sumber data dalam
penelitian ini secara garis besar dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu
data primer dan data sekunder. Adapun data primer dalam penelitian ini
adalah kitab Gara>ib Al-Qur’a>n wa Raga>ib Al-Furqa>n karangan imam an-
Naisa>bu>ri>. Sedangkan data sekunder diambil dari kitab, buku, jurnal, dan
dokumen-dokumen ilmiah yang terkait dengan tema penelitian ini.
3. Teknik Pengumpulan Data
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam
penilitian ini adalah observasi teks dengan mengumpulkan berbagai data
sebanyak-banyaknya dari sumber data primer maupun data sekunder
sebagaimana tercantum diatas. Selanjutnya, setelah data telah terkumpul,
penulis memilah-milih data tersebut sesuai kebutuhan bab maupun sub-
bab bahasan dan seterusnya akan dianalisis dengan cermat dan kritis.
21 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1995), hlm.
3.
15
4. Metode Analisis Data
Analisis data merupakan proses penyederhanaan terhadap data-
data yang ada (primer dan sekunder) dalam bentuk yang mudah dibaca
dan diinterpretasikan.22 Metode yang penulis terapkan dalam penelitian
ini adalah deskriptif-analitis dengan menggunakan pendekatan sufistik
(s}u>fi> isya>ri> ). Artinya, analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan
mendeskripsikan atau memaparkan secara rinci informasi yang telah
didapat dari data primer dan sekunder kemudian informasi dari data-data
tersebut dianalisis dengan kritis dan sitematis dari segi pendekatan
sufistik sehingga menghasilkan kesimpulan yang jelas, benar, dan akurat.
F. Sistematika Pembahasan
Dalam sebuah penelitian ilmiah, sistematika pembahasan adalah
sebuah kerangka yang benar-benar harus diperhatikan agar nantinya
penelitian tersebut menghasilkan pembahasan yang baik dan benar dan sesuai
dengan tujuan awal penelitian tersebut. Untuk sebagai gambaran secara
umum dalam penelitian ini, penulis akan mengulas dan memaparkan
penelitian ini dengan sistematika yang tertera di bawah ini:
Bab pertama berisi pendahuluan yang merupakan titik awal
dilakukannya penelitian ini. Bab ini mencakup latar belakang masalah yang
berisi kegelisahan akademik atau alasan mengapa penulis menganggap tema
ini layak, menarik, dan penting untuk dijadikan sebagai sebuah penelitian
22 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 1991), hlm.
263.
16
akademik. Konten selanjutnya berisi tentang rumusan masalah yang
menjelaskan permasalahan-permasalah yang penulis jelaskan dalam penelitian
ini. selanjutnya berisi tentang tujuan dan kegunaan dari penelitian ini. Telaah
pustaka adalah poin selanjutnya, hal ini untuk menjelaskan tentang
penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan tema yang sedang
diangkat, lalu melihat sisi perbedaannya agar penelitian ini bisa dipastikan
orisinil dan layak diangkat karna belum pernah dilakukan penelitian yang
sama sebelumnya. Konten selanjutnya pada bab ini adalah metode penelitian
yang berisikan penjelasan tentang jenis penelitian, sumber data, teknik
pengumpulan data, dan metode analisa data. Konten terakhir adalah
sitematika pembahasan.
Bab kedua berisi tentang biografi pengarang kitab Gara>ib al-Qur’a>n
wa Raga>ib al-Furqa>n yakni H{asan al-Naisa>bu>ri> yang meliputi riwayat hidup
al-Naisa>bu>ri>, latar belakang keilmuan, konteks sosial hidup al-Naisa>bu>ri>,
karya, beserta penjelasan tentang kitab tafsirnya yakni tafsir Gara>ib al-
Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n.
Bab ketiga berisi tentang kajian umum tentang tafsir sufi. Bab ini
terdiri dari pengertian dan sejarah munculnya tafsir sufi, pembagian tafsir
sufi, dan apresiasi para ulama terhadap tafsir sufi.
Bab keempat berisi tentang poin yang paling inti dari penelitian ini,
yaitu menganalisis tafsir sufi (isya>ri> ) al-Naisa>bu>ri>. Pada bab ini, penulis
berusaha menggali pandangan atau prinsip dasar al-Naisa>bu>ri> tentang tafsir
sufi, menggali konten tafsir sufi yang terdapat dalam kitab tafsirnya,
17
menggali korelasi penafsiran al-Naisa>bu>ri> dengan makna eksoteris ayat,
meneliti nilai sufistik yang al-Naisa>bu>ri> sampaikan lewat penafsiran isya>ri>-
nya, kemudian menjelaskan posisi tafsir sufi/esoteris al-Naisa>bu>ri> dalam
kajian tafsir sufi (esoteris/isya>ri> ).
Bab kelima adalah bab terakhir dalam penelitian ini. Pada bab ini,
penulis menguraikan kesimpulan secara umum yang dapat diambil dari
keseluruhan penjelasan dalam penelitian ini. Terakhir, bab ini berisi tentang
usulan dan saran untuk penelitian selanjutnya.
113
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Al-Naisa>bu>ri> merupakan salah satu dari sekian banyak mufassir yang
menguraikan penjelasan tafsir sufi (esoteris) dalam kitab tafsirnya. Bila
ditela’ah lebih lanjut, penafsiran esoteris al-Naisa>bu>ri> tersebut masuk kepada
kategori tafsir bi al-ra’y dengan menggunakan pendekatan s}u>fi> isya>ri>, yaitu
tafsir yang dinisbatkan kepada para pelaku s}u>fi> amali>, di mana mereka
menafsirkan al-Qur’an berdasarkan isyarat-isyarat ilahi yang diilhamkan
Allah SWT kepada hambanya berupa intuisi mistik. Meskipun al-Naisa>bu>ri>
memasukkan penafsiran isya>ri> dalam kitab tafsirnya, namun beliau tidak
menjelaskan secara eksplisit terkait perspektifnya dalam hal tafsir isya>ri>.
Setelah membaca isi tafsir al-Naisa>bu>ri>, barulah terlihat jelas pemikiran
beliau terkait prinsip-prinsip tafsir isya>ri>-nya.
Meskipun al-Naisa>bu>ri> seorang mufassir tafsir isya>ri>, namun beliau
tidak meninggalkan tafsir eksoteris dalam pembahasannya. Beliau bahkan
menafsirkan tafsir eksoteris ayat secara panjang lebar dari segala
permasalahannya, setelah itu barulah kemudian ia menjelaskan tafsir
esoteris/isya>ri>. Meskipun tafsir isya>ri> adalah tafsir yang berbeda dari
penjelasan eksoteris, namun al-Naisa>bu>ri> mampu mengawinkan atau
menyesuaikan antar kedua sisi tafsir tersebut tanpa adanya pertentangan
antara satu sama lain, karena pada hakikatnya tafsir ayat dari sisi lahir
114
(eksoteris) adalah kunci awal menuju penafsiran batin (esoteris/isya>ri>). Al-
Naisa>bu>ri> menjelaskan tafsir isya>ri> secara terpisah dari tafsir eksetorik ayat.
Menurut penulis, hal tersebut menjelaskan bahwa al-Naisa>bu>ri> mempunyai
perhatian khusus untuk pembahasan tersebut (isya>ri>), dan mempunyai tujuan
untuk menyeimbangkan antara dimensi eksetoris dan esetoris (isya>ri>) dalam
penafsirannya.
Al-Naisa>bu>ri> tidaklah menafsirkan seluruh ayat yang ada dalam al-
Qur’an dengan tafsir isya>ri>, melainkan hanya pada ayat-ayat tertentu yang
memang memungkinkan dan membutuhkan penafsiran isya>ri>. Secara garis
besar, ayat al-Qur’an yang ditafsirkan al-Naisa>bu>ri> secara isya>ri> adalah
tentang ayat-ayat yang mengungkapkan tentang kisah (qas}as}), al-H{uru>f al-
Muqat}t}a’ah, dan ayat-ayat hukum (aya>t al-ah}ka>m). Ketika al-Naisa>bu>ri>
menafsirkan ayat dari sisi isya>ri>, beliau sering menggunakan suatu sombol
tertentu dalam menafsirkannnya (simbolik), yakni menafsirkan tokoh/tema
yang ada dalam suatu ayat dengan sebuah simbol/tokoh yang ada dalam
istilah tasawwuf (seperti ruh, hati, nafsu, maqama>t, dan sebagainya).
Setidaknya ada 219 tema ayat di seluruh isi kitabnya yang beliau
tafsirkan dengan penafsiran isya>ri>. Dari keseluruhan tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>
tersebut, secara garis besar ada tiga poin penting terkait pesan sufistik di
dalamnya, yaitu menjaga kesucian hati dan ruh, mengendalikan hawa nafsu,
dan menyelaraskan pengamalan syari>’at, t}ari>qah, dan h}aqi>qah dalam hal
ibadah.
115
Sejauh pembacaan penulis, tafsir esoteris/isya>ri> al-Naisa>bu>ri> adalah
tafsir isya>ri> yang baik dan diterima (maqbu>l) karena isi dari tafsir isya>ri>-nya
dinilai tidak bertentangan dengat syari’at dan tidak menyalahi kaidah-kaidah
maupun syarat-syarat diterimanya tafsir isya>ri> sebagaimana yang telah
ditetapkan para ulama.
B. Saran-saran
Penelitian ini adalah sebuah kajian tentang tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>
yang tentunya masih banyak kekurangan di dalamnya. semaksimal usaha
manusia tentunya tidak akan lepas dari kekurangan dan kelemahan, karena
kesempurnaan hanyalah milik Allah. Sejatinya, penelitian terkait tafsir isya>ri>
al-Naisa>bu>ri> sungguh masih terbuka lebar, mengingat penelitian ini masih
menyisakan banyak persoalan sebagai berikut:
1. Pembacaan tentang tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri> erat kaitannya dengan
pembahasan ilmu tasawwuf. Oleh karenanya, untuk peneliti
selanjutnya sangat diharapkan untuk melengkapi dan mengaikatkan
pembahasan ini dengan penjelasan ilmu tasawwuf dari ulama lainnya,
agar pesan sufistik yang ada dalam tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri> bisa
dipetik dengan lebih konprehensif.
2. Satu-satunya sumber rujukan dari prinsip tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>
dalam penelitian ini hanyalah kitab Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-
Furqa>n saja. Akan lebih baik lagi bila penelitian ini dilengkapi dengan
sumber data dari kitab-kitab al-Naisa>bu>ri> lainnya, mengingat prinsip
116
tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri dalam Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n
tidaklah beliau jelaskan secara eksplisit.
Demikianlah penelitian mengenai tafsir isya>ri> dalam kitab Gara>ib al-
Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n karya al-Naisa>bu>ri>. Tentunya bukan hal yang
mustahil bila di dalamnya terdapat banyak kekurangan dari penelitian ini.
Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif sebagai
evaluasi dan refleksi untuk penelitian ini dan penelitian selanjutnya. Besar
harapan penulis agar penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan
islam, khususnya dalam kajian ilmu al-Qur’an dan tafsir.
Wa Alla>hu A’lam bi al-S{awa>b.
117
DAFTAR PUSTAKA
Adnah Wi al-, Ah}mad ibn Muh}ammad. T{abaqa>t al-Mufassiri>n. Madinah:
Maktabah al-‘Ulu>m wa al-H{ikam. 1997.
Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia. 2005.
Arifin, Tatang M.. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. 1995.
Aya>zi>, al-Sayyid Muh}ammad ‘Ali>. Al-Mufassiru>n H{aya>tuhum wa Manhajuhum.
Teheran: Muassasah al-T{iba>’ah wa al-Nasyr Wazara>t al-S|aqa>fah al-
Irsya>d al-Isla>mi>. Tth.
Bagda>di> al-, Abu> al-Fad}l Syiha>b al-Di>n al-Sayyid Mah}mu>d al-Alu>si>. Ruh} al-Ma’a>ni> fi al-Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m wa al-Sab’i al-Mas\a>ni>. Beirut: Da>r
al-Fikr, 1978.
Bagda>di> al-, ‘Isma>’i>l Ba>sya>. Hadiyyah al-‘A<rifi>n: Asma>’ al-Muallifi>n wa As|a>r al-Mus{annifi>n. Beirut: Da>r Ihya al-Tura>s| al-‘Arabi>. Tth.
Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
2011.
----------- Metode Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002.
Baraja, Abbas Arfan. Ayat-Ayat Kauniyah – Analisis Kitab Tafsir Isyari (Sufi) Imam al-Qusyairi terhadap Beberapa Ayat Kauniyah dalam al-Qur’an.
Malang: UIN Malang Press. 2009.
Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Edisi Tahun 2002. Jakarta:
Darus Sunnah. 2007.
Farmawi al-, Abd. Al-Hayy. Metode Tafsir al-Maudhu’iy: Suatu Pengantar. Terj.
Suryan A. Jamrah. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 1994.
Faudah, Mahmud Basuni. Tafsir-tafsir al-Qur’an; Perkenalan dengan Metodologi Tafsir. Terj. H.M. Mochtar Zoerni dan Abdul Qadir Hamid. Bandung:
Pustaka. 1987.
Goldziher, Ignaz. Mazhab Tafsir. Terj. M. Alaika Salamullah, dkk. Yogyakarta:
eLSAQ Press. 2010.
Heer, Nicholas dan Chittik, William C. Tafsir Esoteris Gazali dan Sam’ani. Terj.
Ribut Wahyudi. Yogyakarta: Pustaka Sufi. 2003.
118
Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur. 2011.
Jauzi> al-, Jama>l al-Di>n ‘Abd al-Rah}ma>n ibn ‘Ali> ibn Muh}ammad. Talbi>s Ibli>s. Beirut: Da>r al-Fikr. 2001.
Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Dinamika al-Qur’an dan Hadis: Antologi Resume Skripsi di UIN Sunan Kalijaga.
Yogyakarta: Sukses Offset. 2007.
Kah}a>lah, ‘Umar Rid}a>. Mu’jam al-Muallifi>n: Tara>jim Mus}annifi> al-Kutub al-‘Arabiyyah. Beirut: Muassah al-Risa>lah. 1993.
Kas\a>ni> al-, ‘Abd al-Razza>q. Mu’jam Is}t}ila>ha>t al-S{aufiyah. Cairo: Da>r al-Mana>r.
1992.
Khali>fah, H{a>ji>. Kasyf al- Z|unu>n: ‘an Asa>mi> al-Kutub wa al-Funu>n. Beirut: Da>r
Ihya al-Tura>s| al-‘Arabi>. Tth.
Khali>l, Syauqi> Abu>. Atlas Hadits. Terj. Muhammad Sani dan Dedy Januarsyah J.
Jakarta: Almahira. 2007.
Mahmud, Mani’ Abd. Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006.
Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an. Yogyakarta: LSQ ar-
Rahmah. 2012.
Moeloeng, Lexy J.. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. 1991.
Naisa>bu>ri> al-, Niza>m al-Di>n al-H{asan ibn Muh}ammad ibn al-H{usain al-Qumi>.
Gara>ib al-Qur’an wa Raga>ib al-Furqa>n. Kairo: Mus}t}afa> al-Ba>bi> al-H{alabi>.
1962.
Qat}t}a>n al-, Manna. Maba>h}is\ fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Riya>d}: Mansyu>ra>t al-‘Ashr al-
H{adi>s. 1990.
S}a>bu>ni> al-, Muh}ammad ‘Ali>. Al-Tibya>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Indonesia: Maktabah
Da>r Ih}ya> al-Kutub al-‘Arabiyah. 1985.
Salim, Abd Muin. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras. 2005.
Suyu>t}i> al-, Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Abi> Bakar. Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2012.
Syauka>ni> al-, Muh}ammad ‘Ali>. Al-S{awa>rim al-H{adda>d al-Qa>ti’ah li ‘Ala>iq Arba>b al-Ittih}a>d. Yaman: Da>r al-Hijrah. 1990.
Syirbashi asy-, Ahmad. Sejarah Tafsir Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1991.
119
Usman. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Teras. 2009.
Z\|ahabi> al-, Muh}ammad H{usain. al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n. Juz I. Kairo: Da>r al-
H{adi>s\. 2005.
----------- al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n. Juz II. Kairo: Maktabah Wahbiyah. 2005.
Zarqa>ni> al-, Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m. Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulum al-Qur’a>n.
Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah. 2010.
Zirikla> al-, Khair al-Di>n. Al-‘A’la>m: Qa>mu>s al-Tara>ji>m. Beirut: Da>r al-‘Ilmi li al-
Mala>yi>n. 2002.
021
CURRICULUM VITAE
Nama : Ahmad Taher
NIM : 10532029
Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam
Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir
TTL : Hutabaringin, 24 Pebruari 1991
No. HP : 085385274967
Email : [email protected]
Orang Tua : Ayah : Muhammad Said
: Ibu : Masdalifah
Alamat Asal : Desa Hutabaringin, Kec. Siabu,
Kab. Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara
Pondok Asal : Ponpes Musthafawiyah, Purba Baru, Kab. Mandailing
Natal, Provinsi Sumatera Utara
Alamat di Yogya : Kompleks Pesantren Diponegoro RT/RW: 01/38,
Sembego, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY
Pendidikan Formal : SDN No. 148359/033, Hutabaringin: 1997-2003
: MTs Musthafawiyah, Purba Baru : 2003-2006
: MA Musthafawiyah, Purba Baru : 2006-2009
: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2010-2014
Pengalaman Organisasi :
- Anggota CSS MoRA (Community of Santri Scholars of Ministry of Religious
Affairs) UIN Sunan Kalijaga.
- Anggota IKPM-SUMUT Yogyakarta (Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa
Sumatera Utara di Yogyakarta).
- Anggota UKM SPBA (Studi dan Pengembangan Bahasa Asing) UIN Sunan
Kalijaga , tahun 2010-2011.