tafsir s{u< fi

45
TAFSIR S{ U< FI< ISYA< RI< AL-NAISA<BU<RI< (Studi atas Kitab Gara>ib al-Qur’a> n wa Raga>ib al-Furqa>n) SKRIPSI Diajukan Kepada Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Theologi Islam (S.Th.I) Oleh: AHMAD TAHER NIM. 10532029 JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA YOGYAKARTA 2014

Upload: ngohanh

Post on 05-Jun-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: TAFSIR S{U< FI

TAFSIR S{U<FI< ISYA<RI< AL-NAISA<BU<RI<

(Studi atas Kitab Gara>ib al-Qur’a >n wa Raga>ib al-Furqa>n)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

AHMAD TAHER

NIM. 10532029

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2014

Page 2: TAFSIR S{U< FI

i

TAFSIR S{U<FI< ISYA<RI< AL-NAISA<BU<RI<

(Studi atas Kitab Gara>ib al-Qur’a >n wa Raga>ib al-Furqa>n)

SKRIPSI

Diajukan Kepada

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar

Sarjana Theologi Islam (S.Th.I)

Oleh:

AHMAD TAHER

NIM. 10532029

JURUSAN ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN DAN PEMIKIRAN ISLAM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA

YOGYAKARTA

2014

Page 3: TAFSIR S{U< FI
Page 4: TAFSIR S{U< FI
Page 5: TAFSIR S{U< FI
Page 6: TAFSIR S{U< FI

v

Motto

ر المؤمنين الذين إن هذا القرآن يهدي للتي هي أقوم وي بش

الحات أن لهم أجرا كبيرا يعملون الص

“Sesungguhnya Al Qur'an ini memberikan petunjuk kepada

(jalan) yang lebih lurus dan memberi kabar gembira kepada

orang-orang Mukmin yang mengerjakan amal saleh bahwa

bagi mereka ada pahala yang besar.”

(QS. al-Isra>’: ayat 9)

Page 7: TAFSIR S{U< FI

vi

Karya ini SAYA persembahkan untuk

Kedua orang tuaku, kakak dan abangku, Guru, dan

Sahabat-sahabat terbaikku.

Serta Almamaterku tercinta: UIN Sunan Kalijaga

Page 8: TAFSIR S{U< FI

vii

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN

Transliterasi adalah kata-kata Arab yang dipakai dalam penyusunan

skripsi ini berpedoman pada surat Keputusan Bersama Menteri Agama dan

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, Nomor 158 Tahun 1987

dan Nomor 0543b/U/1987

I. Konsonan Tunggal

Huruf Arab Nama Huruf Latin Nama

alif Tidak dilambangkan Tidak dilambangkan ا

ba‘ b be ب

ta' t te ت

s\a s\ es (dengan titik di atas) ث

jim j je ج

h}a‘ h{ ha (dengan titik di bawah) ح

kha' kh ka dan ha خ

dal d de د

z\al z\ zet (dengan titik di atas) ذ

ra‘ r er ر

zai z zet ز

sin s es س

syin sy es dan ye ش

s}ad s} es (dengan titik di bawah) ص

d{ad d{ de (dengan titik di bawah) ض

t}a'> t} te (dengan titik di bawah) ط

z}a' z} zet (dengan titik di bawah) ظ

ain ‘ koma terbalik ( di atas)‘ ع

gain g ge غ

Page 9: TAFSIR S{U< FI

viii

fa‘ f ef ف

qaf q qi ق

kaf k ka ك

lam l el ل

mim m em م

nun n en ن

wawu w we و

ha’ h h هـ

hamzah ’ apostrof ء

ya' y Ye ي

II. Konsonan Rangkap Tunggal karena Syaddah ditulis Rangkap

ditulis muta’addidah متعددة

ditulis ‘iddah عدة

III. Ta’ Marbutah diakhir kata

a. Bila dimatikan tulis h

ditulis H}ikmah حكمة

ditulis Jizyah جزية

(ketentuan ini tidak diperlukan kata-kata Arab yang sudah terserap ke

dalam bahasa Indonesia, seperti zakat, shalat dan sebagainya, kecuali bila

dikehendaki lafal aslinya)

b. Bila diikuti kata sandang “al” serta bacaan kedua itu terpisah, maka

ditulis h.

’<ditulis Kara>mah al-auliya االولياء كرامة

c. Bila Ta' marbu>t}ah hidup dengan harakat, fath}ah, kasrah, atau d}ammah

ditulis t.

Page 10: TAFSIR S{U< FI

ix

الفطرة زكاة ditulis Zaka>t al-fit}rah

IV. Vokal Pendek

fath}ah ditulis a

kasrah ditulis i

d{ammah ditulis u

V. Vokal Panjang

1 FATHAH + ALIF

جاهلية

ditulis

ditulis

a>

Ja>hiliyah

2 FATHAH + YA’MATI

تنسىditulis

ditulis

a>

Tansa>

3 FATHAH + YA’MATI

كرمي

ditulis

ditulis

i>

Kari>m

4 DAMMAH + WA>WU MATI

فروضditulis

ditulis

u>

Furu>d{

VI. Vokal Rangkap

1 FATHAH + YA’ MATI

بينكمditulis

ditulis

Ai

bainakum

2 FATHAH + WA>WU MATI

قولditulis

ditulis

Au

qaul

VII. Vokal pendek yang berurutan dalam satu kata dipisahkan dengan apostrof

ditulis a antum أأنتم

ditulis u’iddat اعدت

ditulis la’in syakartum شكرمت نلئ

Page 11: TAFSIR S{U< FI

x

VIII. Kata sandang alif lam yang diikuti huruf Qomariyyah maupun Syamsiyyah

ditulis dengan menggunakan "al"

ditulis al-Qur’a>n القرآن

ditulis al-Qiya>s القياس

'<ditulis al-Sama السماء

ditulis al-Syams الشمس

IX. Penulisan kata-kata dalam rangkaian kalimat ditulis menurut bunyi atau

pengucapannya

الفروض ذوى ditulis Z|awī al-Furu>d{

ditulis Ahl al-Sunnah السنة اهل

Page 12: TAFSIR S{U< FI

xi

KATA PENGANTAR

بسم هللا الرحمن الرحيم

أشهد أن ال اله إالهللا و به نستعين على أ مورالد نيا والدين هلل رب العا لمين حمدال

وأشهد أن محمدا رسول هللا والصالة والسالم على سيد نا محمد وعلى أ له و أصحا به

أجمعين

Segala puji bagi Allah tuhan semesta alam karena dengan rahmat dan

pertolongannya, peneliti akhirnya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

“TAFSIR S{U<FI< ISYA<RI< AL-NAISA<BU<RI< (Studi atas Kitab Gara>ib al-Qur’a>n

wa Raga>ib al-Furqa>n)”. Meskipun demikian, semaksimal usaha manusia tentunya

tidak akan lepas dari kekurangan dan kelemahan, karena kesempurnaan hanyalah

milik Allah. Oleh karenanya, saran dan kritik membangun dari berbagai pihak

senantiasa peneliti harapkan.

Selanjutnya, penulis menyadari bahwa skripsi ini dapat terselesaikan

berkat bantuan dari berbagai pihak, maka dari itu penulis ingin mengucapkan rasa

terima kasih kepada:

1. Kementerian Agama RI, khususnya Direktorat Pendidikan Diniyah dan

Pondok Pesantren yang telah memberikan kesempatan kepada penulis

untuk melanjutkan studi di bangku perkuliahan dengan beasiswa.

Terimakasih untuk semua pihak yang telah mendukung program

beasiswa ini. Semoga Allah SWT mencatatnya sebagai amal yang tak

terhingga.

Page 13: TAFSIR S{U< FI

xii

2. Kedua orang tuaku (Muhammad Said dan Masdalifah) yang tidak

pernah berhenti mengorbankan semua hal untuk hidupku. Terimakasih

yang tak terhingga atas semua kasih, do’a dan didikannya. Tidak ada

yang patut penulis persembahkan melainkan do’a, semoga Allah

memberikan kebahagiaan lahir batin baik dunia maupun di akhirat.

3. Kakak dan abang-abangku; bang Iqbal, bang Abduh, bang Bayo, kak

Hemmy, bang Fandi, dan bang Sodiq. Terimakasih atas saran serta

dukungan yang telah kalian berikan selama ini.

4. Prof. Dr. Musa Asy’ari, selaku Rektor UIN Sunan Kalijaga

Yogyakarta.

5. Dr. Syaifan Nur M.A. selaku Dekan Fakultas Ushuluddin dan

Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

6. Dr. Phil. Sahiron Syamsuddin, M.A. selaku Ketua Jurusan Ilmu al-

Qur’an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN

Sunan Kalijaga sekaligus sebagai ketua pengelola Program Beasiswa

Santri Berprestasi (PBSB).

7. Afdawaiza, M.Ag. selaku Sekretaris Jurusan Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga

sekaligus sebagai pengelola Program Beasiswa Santri Berprestasi

(PBSB).

8. Bapak Drs. Mansur, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Skripsi, yang

telah meluangkan waktunya untuk memberikan saran, arahan dan

motivasi dalam penyelesaian skiripsi ini. Terimakasih atas kesabaran

Page 14: TAFSIR S{U< FI

xiii

dan keikhlasannya, semoga Allah mencatatnya sebagai amal yang tak

terhingga.

9. Bapak Drs. Indal Abror, M.Ag. selaku Penasehat Akademik penulis.

Terimakasih atas segala arahan, bimbingan, dan nasehatnya kepada

penulis selama kuliah.

10. Semua dosen Jurusan Tafsir Hadis (Bapak Prof. Dr. Suryadi, M.Ag.

Bapak Dr. Ahmad Baidowi M.Si. Bapak Prof. Dr. H. Muhammad

Chirzin, M.Ag. Bapak Dr. Ahmad Rafiq, M.A. Bapak Dr. Abdul

Mustaqim, M.Ag. Bapak Prof. Dr. Fauzan Naif, M.A. Bapak Dr. M.

Alfatih Suryadilaga, M.Ag. Bapak Dr. Mahfudz Masduki, M.A. Bapak

Yusron, M.A. Bapak Drs. M. Yusuf, M.Ag. Bapak Dr. Singgih Basuki,

M.Ag. Bapak Dr. Agung Danarto, M.Ag. Bapak Dadi Nurhaedi, S.Ag.,

M.Ag. Bapak M. Hidayat Noor, S.Ag,. M.Ag. Bpk Ali Imron, S.TH.I.,

M.Si. Bapak Saifuddin Zuhri, S.Th.I, M.A. Ibu Dr. Nurun Najwah,

M.Ag. Ibu Dr. Inayah Rohmaniyah, M.Hum. Ibu Adib Shofia, S.S,

M.Hum.), staf karyawan TU Fakultas Ushuluddin, khususnya kepada

mas Mujtaba, serta seluruh staf Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga.

11. Segenap Pengelolah PBSB UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta yang

selalu membimbing dan memberikan motivasi kepada semua

mahasiswa PBSB mulai semester pertama sampai terakhir.

12. Guru-guruku ketika SD. Terimakasih telah mengajari penulis berbagai

macam dasar keilmuan.

Page 15: TAFSIR S{U< FI

xiv

13. PonPes Musthafawiyah (Mudir serta seluruh Guru/Ayahanda tercinta,

staf di MTs dan MA Musthafawiyah). Terimakasih atas segala do’a

dan usahanya yang tidak kenal lelah dalam memberikan ilmu agama

sebagai bekal yang berharga dalam mengarungi samudera kehidupan

ini.

14. Ponpes Diponegoro ( Bapak KH. Syakir Ali, pembina pondok, serta

semua ustadz dan ustadzahnya). Terimakasih atas wejangan dan

keikhlasannya dalam mengasuh penulis selama ini.

15. Saudara-saudaraku di CSS MoRA UIN SUKA teristimewa untuk

temanku angkatan 2010 (Ten Go); Ismangil, Ghe, Saiful, Fairuz, Ibay,

Saik, Wisnu, Kemas, Eko, Wali, Aslam, Helmi, Asep, Hilman, Solikin,

Reno, Dzaki, Asy’ari, Gatot, Imam, Fauzan, Susilo, Tholib, dan Ridho.

Selain itu, teman-teman putri; Syifa, Jannah, Syifaz, Nilda, Redha, Ida,

Faza, Nafis, Ulfah, Risa, Mas’ulah, Sahilah, Halimah, dan Yuha.

Terimakasih atas kebersamaan kalian selama ini. “Tetap semangat dan

ingat selalu!!!.”. kakak angkatan yang telah mendahului kami

(angkatan ’07,’08, dan ‘09) serta adik-adik angkatan semuanya. (CSS

MoRA: Loyalitas Tanpa Batas!).

16. Pondok Pesantren Raudhotul Tullab beserta seluruh pengasuhnya.

Terimakasih atas kebaikannya yang telah menampung kami selama

dua bulan dalam menyelesaikan kegiatan KKN.

17. Semua teman-teman mahasiswa dari Sumatera Utara, khususnya

teman-teman yang berasal dari Mandailing Natal, Tapanuli Selatan,

Page 16: TAFSIR S{U< FI

xv

Padang Lawas, dan Padang Lawas Utara yang ada di Yogyakarta (IMA

MADINA, IMATAPSEL, dan IKPM SUMUT).

18. Semua teman-teman mahasiswa IKAMUS (Ikatan Alumni

Musthafawiyah) yang ada di Yogyakarta.

19. Orang-orang terkasih yang turut berjasa dalam penyelesaian skripsi ini

Semoga bantuan semua pihak tersebut menjadi amal saleh serta mendapat

ganjaran yang berlipat ganda dari Allah SWT, akhirnya mudah-mudahan skripsi

ini dapat bermanfaat. A<mi>n . . . Ya> Rabb al-'A<lami>n.

Yogyakarta, 5 Juni 2014

Penulis

Ahmad Taher

NIM. 10532029

Page 17: TAFSIR S{U< FI

xvi

ABSTRAK

Tafsir s}u>fi> isya>ri> adalah tafsir yang dinisbatkan kepada para pelaku s}u>fi> ‘amali>, mereka menafsirkan ayat al-Qur’an berdasarkan isyarat-isyarat ilahi yang

diilhamkan Allah kepada hambanya berupa intuisi mistik sebagai karunia atas

ketaqwaan, keistiqamahan, dan kebaikan seorang sufi. Mufassir s}u>fi> isya>ri> mena’wilkan ayat-ayat al-Qur’an berbeda dengan makna lahirnya (makna

eksoteris), sehingga penafsiran dengan corak ini menuai respon yang berbeda dari

para ulama, ada yang menolak karena tafsir seperti ini dinilai melenceng dari

maksud ayat, namun tak sedikit ulama yang menerima selama tafsir isya>ri> tersebut memenuhi beberapa syarat tertentu. Beranjak dari permasalahan ini,

penulis tertarik untuk meneliti salah satu kitab tafsir isya>ri>, yaitu tafsir Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n karya al-Naisa>bu>ri> (W. 728 H) yang merupakan

salah satu kitab tafsir isya>ri> yang diterima dengan baik oleh para ulama.

Secara garis besar, penelitian ini berupaya untuk mengkaji tafsir isya>ri> al-

Naisa>bu>ri> dengan meneliti prinsip/dasar pemikirannya terkait tafsir isya>ri>, meneliti metode penafsiran yang menjadi sebuah karakteristik dalam tafsir

isya>ri>-nya, mengungkap pesan sufistik, serta meneliti posisi tafsir isya>ri> al-

Naisa>bu>ri> dalam ranah kajian tafsir.

Adapun metode yang digunakan dalam Penelitian ini bersifat deskriptif-

analitis, sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan sufistik.

Metode ini bertujuan untuk mendeskripsikan atau memaparkan secara rinci

informasi yang telah didapat dari beberapa sumber data, kemudian informasi

tersebut dianalisis dengan kritis dan sitematis dari segi pendekatan sufistik

sehingga menghasilkan kesimpulan yang jelas, benar, dan akurat.

Dengan menggunakan metode dan pendekatan yang telah disebutkan di

atas, terdapat beberapa kesimpulan. Pertama, Al-Naisa>bu>ri> tidak menyebutkan

secara eksplisit dasar pemikiran isya>ri>-nya, namun hal tersebut bisa dipahami

dengan membaca tafsir isya>ri>-nya secara langsung. Tafsir isya>ri> tersebut terdapat

pada sub pembahasan tersendiri (pada sub al-ta’wi>l) secara terpisah dari tafsir

eksetoris ayat, hal ini menunjukkan bahwa ia mempunyai perhatian khusus untuk

pembahasan isya>ri>. Kedua, secara garis besar, ayat al-Qur’an yang ditafsirkan al-

Naisa>bu>ri> secara isya>ri> adalah ayat-ayat kisah (aya>t al-qas}as}), al-h}uru>f al-muqat}t}a’ah, dan ayat-ayat hukum (aya>t al-ah}ka>m). Ketiga, media yang

digunakan al-Naisa>bu>ri> dalam menyesuaikan makna eksoteris dan esoteris adalah

melalui media simbolik, yakni menafsirkan tokoh/tema yang ada dalam suatu

ayat dengan sebuah simbol/tokoh yang ada dalam istilah tasawwuf (seperti ruh,

hati, nafsu, maqama>t, dan sebagainya). Dengan menggunakan simbolik tasawwuf

tersebut, Setidaknya ada tiga poin pesan sufistik dalam tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>,

yaitu menjaga kesucian hati dan ruh, mengendalikan hawa nafsu, dan

menyelaraskan pengamalan syari>’at, t}ari>qah, dan h}aqi>qah dalam hal ibadah.

Keempat, tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri> adalah tafsir isya>ri> yang baik dan diterima

dengan baik oleh para ulama karena dinilai tidak bertentangan dengat syari’at

dan tidak menyalahi kaidah-kaidah maupun syarat-syarat diterimanya tafsir

isya>ri> sebagaimana telah ditetapkan para ulama.

Page 18: TAFSIR S{U< FI

xvii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................... i

SURAT PERNYATAAN ............................................................................ ii

NOTA DINAS ............................................................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iv

HALAMAN MOTTO ................................................................................. v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................. vi

PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB-LATIN ........................................ vii

KATA PENGANTAR ................................................................................. xi

ABSTRAK ................................................................................................... xvi

DAFTAR ISI ............................................................................................... xvii

BAB I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang....................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .................................................................. 8

C. Tujuan dan Kegunaan ............................................................ 8

D. Kajian Pustaka ....................................................................... 9

E. Metode Penelitian .................................................................. 13

F. Sistematika Pembahasan ........................................................ 15

BAB II. AL-NAISA<BU<RI< DAN KITAB GARA<IB AL-QUR’A<N WA

RAGA<IB AL-FURQA<N

A. Setting Historis – Biografis al-Naisa>bu>ri> ................................ 18

B. Kitab Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n ......................... 24

Page 19: TAFSIR S{U< FI

xviii

1. Latar Belakang Penulisan ............................................... 24

2. Metodologi Tafsir .......................................................... 26

3. Karakteristik Tafsir ........................................................ 32

C. Apresiasi Para Ulama kepada Tafsir Al-Naisa >bu>ri> .................. 34

BAB III. TAFSIR SUFI

A. Pengertian dan Sejarah Munculnya Tafsir Sufi ....................... 36

1. Pengertian Sufi/Tasawwuf ............................................. 36

2. Pengertian Tafsir Sufi .................................................... 38

3. Sejarah Munculnya Tafsir Sufi....................................... 39

B. Pembagian Tafsir Sufi ............................................................ 42

1. S{u>fi> Naz}ari> .................................................................... 42

2. S{u>fi> Isya>ri> ...................................................................... 46

C. Apresiasi Ulama terhadap Tafsir Sufi ..................................... 55

BAB IV. TAFSI>R ISYA<RI< AL-NAISA<BU<RI<

A. Prinsip-prinsip Tafsir Isya>ri> al-Naisa>bu>ri> .............................. 59

1. Dasar/Landasan Penafsiran ............................................ 59

2. Karakteristik Penafsiran ................................................. 62

3. Tempat-tempat penafsiran .............................................. 65

B. Sumber Tafsir Isya>ri> al-Naisa>bu>ri>.......................................... 70

1. Al-Qur’an ...................................................................... 70

2. Hadis Nabi ..................................................................... 71

3. Kaum Sufi ..................................................................... 72

Page 20: TAFSIR S{U< FI

xix

4. Pemahaman al-Naisa>bu>ri> ............................................... 74

C. Aplikasi Tafsir Isya>ri> al-Naisa>bu>ri> ......................................... 75

1. Ayat-ayat Kisah ............................................................ 75

2. Al-H{uru>f al-Muqat}t}a’ah................................................. 79

3. Ayat-ayat Hukum .......................................................... 82

a. Bangkai, Darah, dan Daging Babi ......................... 82

b. Wasiyat ................................................................ 84

c. Penerima Sedekah/Zakat ...................................... 86

d. Ibadah Puasa......................................................... 88

e. Buah Kurma, Zaitun, dan Delima ......................... 90

D. Nilai Sufistik dalam Tafsir Isya>ri> al-Naisa>bu>ri> ....................... 92

1. Mensucikan Ruh dan Hati .............................................. 92

2. Mengendalikan Nafsu dan Meninggalkan Dunia ............ 98

3. Taqarrub dengan Menjalani Suluk ................................. 102

4. Syari>’ah, T{ari>qoh, H{aqi>qah ............................................ 105

E. Posisi Tafsir Isya>ri> al-Naisa>bu>ri>.............................................. 108

BAB V. PENUTUP

A. Kesimpulan ............................................................................ 113

B. Saran-saran ............................................................................ 115

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 117

CURRICULUM VITAE ............................................................................. 120

Page 21: TAFSIR S{U< FI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tafsir adalah sebuah ilmu yang membahas tentang pengungkapan

maksud atau makna dari ayat-ayat al-Qur’an seperti yang dimaksudkan oleh

Allah dalam kitabnya sesuai dengan kemampuan manusia atau si penafsir itu

sendiri.1 Sedangkan menurut Nashruddin Baidan, tafsir adalah penjelasan

atau keterangan terhadap maksud yang sukar memahaminya dalam ayat-ayat

al-Qur’an.2

Setiap individu dan umat tidak akan bisa berkembang dan maju

kecuali melalui bimbingan ajaran al-Qur’an yang merupakan kunci

kebahagiaan. Pengamalan ajaran-ajaran ini tidak akan terwujud kecuali

dengan mempelajari tafsir untuk bisa memahami makna-maknanya. Dengan

demikian, tanpa tafsir seseorang tidak akan sampai kepada pemahaman

terhadap jiwa al-Qur’an dan maknanya yang terdalam yang akan

menghantarkan manusia kepada kebahagiaan dunia dan akhirat.3 Dalam

1 Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m al-Zarqa>ni>, Mana>hil al-‘Irfa>n fi ‘Ulum al-Qur’a>n (Beirut:

Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2010), juz I, hlm. 265.

2 Nashruddin Baidan, Wawasan Baru Ilmu Tafsir (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2011),

hlm. 67.

3 Abd. Al-H{ayy al-Farmawi, Metode Tafsir Maudhu’iy: Sebuah Pengantar terj. Suryan

A. Jamrah (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1994), hlm. 4.

Page 22: TAFSIR S{U< FI

2

menafsirkan al-Quran, ada beberapa macam corak penafsiran (laun al-tafsir),

seperti corak fiqh, filsafat, ‘ilmi>, adabi>-ijtima’i>, dan juga corak sufistik.4

Tafsir sufi (al-tafsi>r al-s}u>fi> ) adalah tafsir yang dibangun atas dasar-

dasar teori sufistik yang bersifat falsafi, atau tafsir yang dimaksudkan untuk

menguatkan teori-teori sufistik dengan menggunakan metode takwil dengan

mencari makna batin (makna esoteris).5 Sebagian ulama membagi tafsir sufi

menjadi dua bagian, yaitu: s}u>fi> naz{a>ri> dan s}u>fi> isya>ri> (‘amali>).6

Adapun yang dimaksud dengan tafsir s}u>fi> naz{a>ri> adalah tafsir sufi

yang dibangun di atas teori dan doktrin filsafat, maka kaum sufi mengkaji al-

Qur’an dengan kajian yang sejalan dengan teori mereka, sehingga dalam

menjelaskan al-Qur’an, tafsir mereka keluar dari makna lahir yang dikuatkan

syara’ secara bahasa. Pelopor metode ini adalah Muh}y al-Di>n ibn ‘Arabi>.

Sedangkan yang dimaksud dengan tafsir s}u>fi> isya>ri> adalah usaha mena’wilkan

ayat-ayat al-Qur’an yang berbeda dari makna lahirnya, melalui isyarat-isyarat

rahasia yang ditangkap oleh pelaku suluk atau ahli ilmu, dan maknanya dapat

disesuaikan dengan kehendak makna lahir ayat al-qur’an.7

4 Rosihon Anwar, Ilmu Tafsir (Bandung: pustaka Setia, 2005), hlm. 165.

5 Abdul Mustaqim, Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an (Yogyakarta: LSQ ar-Rahmah,

2012), hlm. 125.

6 Abbas Affan Baraja , Ayat-Ayat Kauniyah – Analisis Kitab Tafsir Isyari (Sufi) Imam al-Qusyairi terhadap Beberapa Ayat Kauniyah dalam al-Qur’an (Malang: UIN-Malang Press,

2009), hlm. 53.

7 Abbas Arfan Baraja, Ayat-Ayat Kauniyah – Analisis Kitab Tafsir Isyari (Sufi) Imam al-Qusyairi terhadap Beberapa Ayat Kauniyah dalam al-Qur’an, hlm 58.

Page 23: TAFSIR S{U< FI

3

Ada dua hal (aspek) yang membedakan antara tafsir s}u>fi> naz}ari>

dengan tafsir s}u>fi> isya>ri>, yaitu:8

1. Tafsir s}u>fi> naz}ari> dibangun dengan premis-premis yang ada dalam diri

seorang sufi kemudian disisipkanlah al-Qur’an di dalamnya.

Sedangkan tafsir isya>ri> tidak berdasarkan premis-premis, tapi ia

dibangun berdasar pada riya>d}ah ru>hiyah (aktifitas spiritual) yang

dilakukan seorang sufi sehiangga ia sampai pada derajat muka>syafah

(mendapat ilmu kasyf). Ia mendapatkan isyarat-isyarat (tentang

makna ayat) dari Tuhan dan terbuka dalam hatinya makna-makna

yang gaib (samar) dari ayat al-Qur’an.

2. Mufassir dari tafsir s}u>fi> naz}ari> memandang bahwa tafsir dari ayat al-

Qur’an hanyalah tafsir dari sisi batin (esoteris) dan tidak ada makna

selain itu. Sedangkan Mufassir dari tafsir s}u>fi> isya>ri> berpendapat

bahwa tafsir ayat al-qur’an mempunyai makna lain selain itu (makna

esoteris) yaitu makna eksoteris yang merupakan makna awal dalam

penafsiran.

Menurut al-Z\\|ahabi>, tafsir isya>ri> bukanlah hal yang baru dalam

penafsiran al-Qur’an. Tafsir isya>ri> pada dasarnya sudah ada semenjak al-

Qur’an diturunkan kepada Nabi SAW. Hal ini telah diisyaratkan dalam al-

8 Muh}ammad H{usain al- Z|ahabi>, selanjutkan akan disebut dengan al-Z||ahabi>, Al-Tafsi>r

wa al-Mufassiru>n (Kairo: Maktabah Wahbiyah, 2010), juz II, hlm. 261.

Page 24: TAFSIR S{U< FI

4

Qur’an, dijelaskan Nabi SAW, dan telah diketahui para sahabat bahkan

mereka telah mempraktekkannya.9

Dari sekian banyak kitab tafsir yang bercorak s}u>fi> isya>ri>, ada empat

(4) kitab yang masyhur dalam jenis tafsir ini, yaitu Tafsi>r al-Naisa>bu>ri>,

Tafsi>r al-Alu>si>, Tafsi>r al-Tustari>, dan Tafsi>r Muh}y al-Di>n ibn ‘Arabi >.10

Tafsir al-Naisa>bu>ri> atau nama lengkapanya Tafsi>r Gara>ib al-Qur’a>n

wa Raga>ib al-Furqa>n adalah sebuah kitab tafsir yang bercorak s}u>fi> isya>ri>

yang dikarang oleh seorang ulama yang sangat alim dan zuhud, yaitu H{asan

ibn Muh}ammad ibn H{usain al-Qumi> al-Khura>sa>ni al-Naisa>bu>ri> (W. 728H).

Beliau adalah seorang ulama yang sangat terkenal dengan kecerdasannya,

keahliannya dalam bahasa arab, juga sangat terkenal dengan sifat wara’,

zuhud, dan sifat Tasawwufnya.11

Salah satu hal yang menarik dari tafsir Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib

al-Furqa>n adalah kelihaian al-Naisa>bu>ri> dalam mengawinkan/menyesuaikan

antara tafsir eksoteris dan tafsir esoteris suatu ayat tanpa ada pertentangan

antara satu sama lain. Hal inilah yang menurut penulis menyebabkan kitab

tafsir tersebut diterima dengan baik oleh para ulama lainnya. Salah satu cara

al-Naisa>bu>ri> dalam menyesuaikan tafsir eksoteris dan esoteris adalah dengan

media simbolik. Artinya, beliau menafsirkan suatu ayat tertentu dengan

simbol-simbol dalam kajian tasawwuf seperti hati, ruh, nafsu, dan

9 Al- Z|ahabi>, Al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, juz II, hlm. 261.

10 Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m al-Zarqa>ni>, Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulum al-Qur’a >n, juz II, hlm. 312.

11 Al- Z|ahabi>, Al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo: Da>r al-H{adi>s\, 2005), juz I, hlm. 275.

Page 25: TAFSIR S{U< FI

5

sebagainya. Dengan begitu, tafsir esoterisnya (isya>ri>) tetap dalam koridor

ayat atau syari>’ah.

Salah satu contoh penafsiran isya>ri> al-Naisa>bu>ri> dalam kitabnya

tersebut adalah ketika beliau menafsirkan tentang penyembelihan sapi betina

pada masa nabi Musa AS. (QS. al-Baqarah ayat 67-74):

Artinya: “Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada

kaumnya: "Allah memerintahkan kamu agar menyembelih seekor sapi

betina". Mereka bertanya: "Apakah engkau akan menjadikan kami

sebagai ejekan?" Dia (Musa) menjawab: "Aku berlindung kepada

Allah agar tidak termasuk orang-orang yang bodoh." 12

Menurut al-Naisa>bu>ri> (pada tafsir isya>ri>-nya), ayat ini adalah sebagai

isyarat untuk menyembelih sisi nafsu binatang yang ada pada diri manusia.

Hal ini bertujuan untuk menghidupkan hati dan ruh (yang bersih).

Penyembelihan sisi nafsu binatang pada diri manusia menurutnya adalah

jihad yang besar. (al-Jiha>d al-Akbar).13

Selanjutnya, ayat ini menjelaskan tentang waktu yang paling tepat

untuk memulai penyembelihan sisi nafsu binatang (merupakan aktifitas

rohaniah sufi/mulai menggeluti aktifitas sufi). Al-Naisa>bu>ri> menjawabnya

dengan isyarat kata La> Fa>rid} (tidak pada usia tua) wa La Bikr (tidak pada

12 Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, Edisi Tahun 2002 (Jakarta:

Darus Sunnah, 2007), hlm. 11. Untuk penerjemahan ayat seterusnya akan memakai terjemahan

Departemen Agama dari penerbit ini.

13 H{asan al-Naisa>bu>ri>, Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n (Kairo: Mus}t}afa> al-Ba>bi> al-

H{alabi>, 1962), juz I, hlm. 347.

Page 26: TAFSIR S{U< FI

6

usia yang masih sangat muda ), karena kalau sudah tua pasti badannya sudah

lemah dari melaksanakan semua rutinitas sufi, sedangkan kalau masih sangat

muda, pasti sifatnya masih dikuasai sifat mabuk oleh dunia (belum fokus

karena masih darah muda). Waktu yang paling tepat adalah ‘Awa>nun baina

z\a>lik (pertengahan di antara keduanya). Al-Naisa>bu>ri> menafsirkan bahwa kata

‘Awa>nun baina z \a>lik adalah pada usia dewasa sampai usia 40 tahun.

Menurutnya, hal ini didasari ayat pada QS. al-Ah}qa>f ayat 15:

...

“...sehingga apabila dia (anak itu) telah dewasa dan umurnya

mencapai empat puluh tahun.”

Contoh lain dari penafsiran isya>ri> al-Naisa>bu>ri> dalam kitabnya

tersebut adalah ketika menafsirkan QS. Yusuf. Sebagaimana kita ketahui,

QS. Yusuf adalah sebuah surah dalam al-Qur’an yang menceritakan kisah

hidup nabi Yusuf AS dari semenjak kecil sampai menjadi seorang Rasul dan

raja. Para ahli tafsir menafsirkan ayat ini dengan mengisahkan cerita nabi

Yusuf AS sesuai dengan makna eksoteris/lahir ayat berdasarkan penjelasan

dari ayat-ayat dalam surah tersebut, hadis Nabi SAW, dan beberapa pendapat

dari ulama-ulama terdahulu. Namun, al-Naisa>bu>ri> ketika menafsirkan Q.S

Yusuf, beliau menafsirkan surah tersebut seperti layaknya penafsiran ulama-

ulama tafsir lainnya (menafsirkan secara eksoteris) kemudian beliau

menambahkan penafsiran esoteris dari ayat-ayat tersebut melalui corak

penafsiran s}u>fi> isya>ri>.

Page 27: TAFSIR S{U< FI

7

Adapun tafsir s}u>fi> isya>ri> yang al-Naisa>bu>ri> ungkapkan dalam surah

tersebut adalah beliau menafsiran kisah Yusuf tersebut dalam bentuk kisah

perjalanan sebuah hati menuju rahmat Allah SWT. Artinya, Nabi Yusuf AS

dalam ayat tersebut ditafsirkan dengan sebuah “Hati”. Sebagaimana lika-liku

perjalanan hidup Nabi Yusuf AS dalam Surah tersebut sampai menjadi

seorang raja dan Rasul, seperti itu juga al-Naisa>bu>ri> menceritakan perjalanan

sebuah hati sampai menuju kebahagiaan dengan bersihnya hati dan

mendapatkan rahmat dan berkah dari Allah SWT.14 Tafsir isya>ri>-nya

menggunakan sentuhan (sense) tasawwuf yang sangat dalam (alur kisahnya

sama, tapi tokoh di dalamnya dirubah).

Berlandaskan dari penafsiran al-Naisa>bu>ri> yang unik tersebut

sebagaimana telah dijelaskan secara singkat di atas, penulis tertarik dan

terdorong untuk melakukan sebuah penelitian akademik mengenai nuansa

tafsir s}u>fi> isya>ri> al-Naisa>bu>ri> tersebut. Menurut penulis, penafsiran yang

dilakukan al-Naisa>bu>ri> tersebut adalah sebuah penafsiran yang fenomenal,

unik, dan tentunya mempunyai karakter tersendiri dari tafsiran ulama-ulama

lainnya.

Selain itu, penafsiran al-Naisa>bu>ri> tersebut tidaklah mudah untuk

dibaca dan dipahami, karena bahasa yang beliau ungkapkan dalam tafsir

isya>ri>-nya tersebut sangatlah tinggi, terlebih penafsiran tersebut menjelaskan

masalah-masalah tasawwuf yang pastinya menjadi lebih sulit dalam

memahaminya, sehingga dalam hal ini dibutuhkan pembacaan yang detil dan

14 H{asan al-Naisa>bu>ri>, Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n, juz XII, hlm. 90.

Page 28: TAFSIR S{U< FI

8

kecermatan sehingga nantinya pesan sufistik yang ingin beliau sampaikan

bisa dipahami dengan benar.

B. Rumusan Masalah

Beranjak dari latar belakang penelitian ini sebagaimana telah

dipaparkan di atas, penulis akan membuat rumusan masalah untuk menjawab

latar belakang tersebut sebagaimana tertera di bawah ini:

1. Bagaimana prinsip pemikiran al-Naisa>bu>ri> tentang tafsir isya>ri> ?

2. Bagaimana aplikasi penafsiran al-Naisa>bu>ri> dalam menyesuaikan

antara makna eksoteris dan makna esoteris/isya>ri> ayat ?

3. Apa pesan sufistik yang terkandung dalam tafsir isya>ri al-Naisa>bu>ri> ?

C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini berdasarkan rumusan masalah di atas

adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui prinsip pemikiran al-Naisa>bu>ri> tentang tafsir isya>ri>.

2. Mengetahui aplikasi penafsiran al-Naisa>bu>ri> dalam menyesuaikan

antara makna eksoteris dan makna esoteris ayat/isya>ri>.

3. Mengetahui pesan sufistik yang terkandung dalam tafsir isya>ri> al-

Naisa>bu>ri>.

Adapun kegunaan dari penelitian ini antara lain:

1. Memberikan kontribusi keilmuan dalam kajian tafsir, khususnya

dalam bidang tafsir isya>ri>.

Page 29: TAFSIR S{U< FI

9

2. Memberikan sumbangsih pemikiran dalam wacana ilmu tasawwuf

sehingga diharapkan bisa direalisasikan dalam kehidupan nyata.

D. Kajian Pustaka

Pembahasan terkait dengan Tafsir Sufistik khususnya s{u>fi> isya>ri>

bukanlah sebuah pembahasan atau penelitian yang baru. Kita bisa

menemukan pembahasan maupun penelitian yang terkait dengan tafsir isya>ri>

dalam berbagai kitab, buku, skripsi, jurnal dan sebagainya.

Salah satu skripsi yang pernah meneliti tafsir al-Naisa>bu>ri> adalah

skripsi yang ditulis oleh Ahmad Jaeni pada tahun 2006 di UIN Sunan

Kalijaga dengan judul Tafsi>r Simbolik al-Naisa>bu>ri> dalam Gara>’ib al-Qur’a>n

wa Raga>’ib al-Furqa>n. Skripsi ini meneliti tentang tafsir esoteris/sufistik al-

Naisa>bu>ri> melalui pendekatan simbolik dan hermeneutika al-Qur’an. Di

dalamnya dibahas tentang prinsip dasar penafsiran simbolik al-Naisa>bu>ri>,

aplikasi penafsiran, dan posisi penafsiran simbolik al-Naisa>bu>ri>. Melalui

pendekatan simbolik tersebut, Ahmad Jaeni berpendapat bahwa tafsir esoteris

al-Naisa>bu>ri> adalah tafsir yang (condong) kepada tafsir s}u>fi> naz}ari> karena

berlandaskan penafsiran al-Naisaburi dalam QS. Al-Na>s ayat 3 yang

mengutip teori filsafat dari Aristoteles (seorang teosof): “Plato terkadang

dapat menjelma seperti Tuhan atau Tuhan menjelma seperti manusia.” 15

15 Ahmad Jaeni, “Tafsi>r Simbolik al-Naisa>bu>ri> dalam Gara>’ib al-Qur’a>n wa Raga>’ib al-

Furqa>n”, Skripsi Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta,

2006, hlm. 107-108.

Page 30: TAFSIR S{U< FI

10

Adapun buku yang pernah membahas tentang tafsir sufistik adalah

Ayat-Ayat Kauniyah – Analisis kitab Tafsir Isya>ri> (Sufi) Imam al-Qusyairi

terhadap Beberapa Ayat Kauniyah dalam al-Qur’an, karangan H. Abbas

Arfan Baraja, Lc,.M.H.16 Buku ini menjelaskan tentang nuansa tafsir s}u>fi>

isya>ri> Imam al-Qusyairi> dalam ayat-ayat yang terkait dengan pengetahuan

sains (kauniyah). Buku ini menjelaskan beberapa penjelasan terkait ilmu

pengetahuan sains dari penelitian para ilmuan, kemudian menjelaskan

penafsiran al-Qusyairi> dari sisi tafsir isya>ri>. Buku ini jelas hanya menjelaskan

tafsir isya>ri> dalam tema ayat-ayat kauniyah saja, dan rujukan yang diambil

bukanlah tafsir al-Naisa>bu>ri>, melainkan tafsir karya al-Qusyairi>.

Al-Zarqa>ni> juga memuat penjelasan tentang tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>

dalam kitabnya yang berjudul Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Dalam

kitab tersebut, al-Zarqa>ni> hanya menjelaskan contoh tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>

saja, tanpa menjelaskan pemikiran al-Naisa>bu>ri> terkait landasan atau dasar-

dasar pemikiran dalam tafsir isya>ri> maupun karakteristik penafsiran isya>ri> al-

Naisa>bu>ri>. Penjelasan al-Zarqa>ni> dalam hal ini dinilai masih kurang memadai

karena hanya menjelaskan contoh tafsir isya>ri>-nya saja, terlebih contoh yang

diungkapkan hanya menjelaskan dua contoh penafsiran saja. Bisa dikatakan

16 Abbas Affan Baraja , Ayat-Ayat Kauniyah – Analisis Kitab Tafsir Isyari (Sufi) Imam

al-Qusyairi terhadap Beberapa Ayat Kauniyah dalam al-Qur’an (Malang: UIN-Malang Press,

2009).

Page 31: TAFSIR S{U< FI

11

bahwa penjelasan al-Zarqa>ni> mengenai tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri> hanyalah

sebuah pijakan dasar bagi para peneliti-peneliti selanjutnya.17

Muh}ammad ‘Ali> Aya>zi> dalam kitabnya yang berjudul Al-Mufassiru>n

H{aya>tuhum wa Manhajuhum serta al-Z{ahabi> dalam kitabnya yang berjudul

Al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n, juga tak luput dari memaparkan hal-hal yang

terkait dengan tafsir al-Naisa>bu>ri>. Penjelasan tafsir isya>ri> dalam kedua kitab

tersebut sangatlah minim, terlebih di dalamnya hanya menjelaskan hal-hal

yang terkait dengan biografi dan tafsir eksoteris al-Naisa>bu>ri> saja.18

Selain itu, ada skripsi yang ditulis oleh Siti Rahmah pada tahun 2008

di UIN Sunan Kalijaga dengan judul Al-Na>sikh wa al-Mansu>kh dalam

Pandangan al-Naisa>bu>ri> (Telaah Pemikiran al-Naisa>bu>ri> dalam Gara>’ib al-

Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n). Skripsi ini membahas tentang pandangan al-

Naisa>bu>ri> tentang na>sikh-mansu>kh dalam kitab tafsirnya tersebut.19

Selain dari kitab dan skripsi yang telah disebutkan di atas, sebenarnya

masih banyak lagi penelitian-penelitian tentang tafsir isya>ri> maupun

penelitian tentang pemikiran al-Naisa>bu>ri>. Akan tetapi, kajian pustaka ini

penulis cukupkan sampai di sisni, karena buku-buku tersebut kiranya sudah

17 Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m al-Zarqa>ni>, Mana>hil al-‘Irfa>n fi ‘Ulum al-Qur’a>n (Beirut:

Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2010), juz II, hlm. 313-314.

18 Al-Sayyid Muh}ammad ‘Ali> Aya>zi>, Al-Mufassiru>n H{aya>tuhum wa Manhajuhum

(Teheran: Muassasah al-T{iba>’ah wa al-Nasyr Wazara>t al-S|aqa>fah al-Irsya>d al-Isla>mi>, tth.) hlm.

524-530. Lihat juga Al- Z|ahabi>, Al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n (Kairo: Da>r al-H{adi>s\, 2005), juz I,

hlm. 275-284.

19 Siti Rahmah, “Al-Na>sikh wa al-Mansu>kh dalam Pandangan al-Naisa>bu>ri> (Telaah

Pemikiran al-Naisa>bu>ri> dalam Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n)”, Skripsi Fakultas

Ushuluddin dan Pemikiran Islam UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, 2008.

Page 32: TAFSIR S{U< FI

12

mewakili buku-buku/penelitian yang lain. Selain itu, secara garis besar buku

yang lain hanya memuat penjelasan yang hampir sama dengan isi dari

buku/penelitian di atas.

Beranjak dari kajian pustaka tersebut, setidaknya hanya ada satu

karya ilmiah yang hampir sama dengan penilitian ini, yaitu skripsi yang

ditulis oleh Ahmad Jaeni pada tahun 2006 di UIN Sunan Kalijaga dengan

judul Tafsi>r Simbolik al-Naisa>bu>ri> dalam Gara>’ib al-Qur’a >n wa Raga>’ib al-

Furqa>n. Skripsi tersebut mempunyai objek kajian yang sama dengan

penelitian penulis, yaitu meneliti tentang tafsir esoteris/sufistik al-Naisa>bu>ri>.

Hal yang membedakan antara skripsi tersebut dengan skripsi/penelitian

penulis adalah terletak pada objek formal atau sudut pandang yang dipakai

dalam mengkaji objek tersebut (tafsir esoteris al-Naisa>bu>ri>).

Penelitian/skripsi Ahmad Jaeni tersebut memakai perspektif simbolik dan

hermeneutika al-Qur’an.20 Sedangkan penelitian penulis ini memakai

perspektif s}u>fi> isya>ri>. Dengan perbedaan perspektif tersebut, maka hasil

penilitiannya juga berbeda. Bila Ahmad Jaeni di akhir penelitiannya

menyebutkan bahwa tafsir esoteris al-Naisa>bu>ri> adalah lebih condong kepada

tafsir s}u>fi> naz}ari>, maka penulis mempunyai pendapat yang berbeda, tafsir

esoteris al-Naisa>bu>ri> tersebut adalah tafsir s}u>fi> isya>ri>, bukan s}u>fi> naz}ari>.

Menurut penulis, dalam penelitian tafsir esoteris/sufistik al-Naisa>bu>ri>,

seharusnya dijelaskan tentang kajian tafsir sufistik (seperti asal muasal,

20 Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga, Dinamika al-

Qur’an dan Hadis: Antologi Resume Skripsi di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta (Yogyakarta:

Sukses Offset, 2007), hlm. 113.

Page 33: TAFSIR S{U< FI

13

pembagiannnya, dan apresiasi ulama) agar pembaca mempunyai

patokan/pegangan dalam memposisikan letak/posisi tafsir esoteris al-

Naisa>bu>ri> tersebut. Pembahasan inilah yang luput dari penelitian Ahmad

Jaeni, yang kemudian penelitian penulis ini datang untuk menyempurnakan

kekurangan tersebut. Selanjutnya, penelitian penulis ini juga berniat untuk

melengkapi satu sisi yang tidak dijelaskan dalam skripsi Ahamad Jaeni

tersebut, yaitu pada pembahasan nilai/pesan sufistik yang al-Naisa>bu>ri>

jelaskan dalam tafsirnya. Pembahasan ini menurut penulis cukup penting,

mengingat tafsir isya>ri> pasti memuat banyak nilai-nilai sufi/tasawwuf yang

dimana nilai tersebut adalah tujuan utama dari seorang mufassir dalam tafsir

isya>ri>-nya.

Dari penjelasan tentang perbedaan skripsi Ahmad Jaeni dan penelitian

yang dilakukan penulis, bisa disimpulkan bahwa skripsi ini adalah penelitian

yang orisinil atau asli, bukan plagiasi, dan layak untuk dilakukan atau

dijadikan sebuah penelitian akademik, karena skripsi/penelitian ini berbeda

dari segi perspektif yang dipakai dan juga sebagai pelengkap dari beberapa

pembahasan yang luput dari penelitian Ahmad Jaeni dalam skripsinya

tersebut.

E. Metode Penelitian

1. Jenis penelitian

Penelitian ini merupakan sebuah penelitian kepustakaan atau

(library research). Artinya, penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

Page 34: TAFSIR S{U< FI

14

kitab, buku, jurnal, dan dokumen-dokumen ilmiah yang terkait dengan

tema penelitian yang diangkat untuk mendapatkan informasi-informasi

keilmuan yang luas dalam penelitian ini, sehingga menghasilkan analisis

yang baik. Data-data yang ada dikumpulkan kemudian diuraikan dan

dianalisa secara sistematis.

2. Sumber Data

Adapun yang dimaksud dengan data dalam penelitian adalah

semua bahan keterangan atau informasi mengenai suatu gejala atau

fenomena yang ada kaitannya dengan riset.21 Sumber data dalam

penelitian ini secara garis besar dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu

data primer dan data sekunder. Adapun data primer dalam penelitian ini

adalah kitab Gara>ib Al-Qur’a>n wa Raga>ib Al-Furqa>n karangan imam an-

Naisa>bu>ri>. Sedangkan data sekunder diambil dari kitab, buku, jurnal, dan

dokumen-dokumen ilmiah yang terkait dengan tema penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis lakukan dalam

penilitian ini adalah observasi teks dengan mengumpulkan berbagai data

sebanyak-banyaknya dari sumber data primer maupun data sekunder

sebagaimana tercantum diatas. Selanjutnya, setelah data telah terkumpul,

penulis memilah-milih data tersebut sesuai kebutuhan bab maupun sub-

bab bahasan dan seterusnya akan dianalisis dengan cermat dan kritis.

21 Tatang M. Arifin, Menyusun Rencana Penelitian (Jakarta: Rajawali Press, 1995), hlm.

3.

Page 35: TAFSIR S{U< FI

15

4. Metode Analisis Data

Analisis data merupakan proses penyederhanaan terhadap data-

data yang ada (primer dan sekunder) dalam bentuk yang mudah dibaca

dan diinterpretasikan.22 Metode yang penulis terapkan dalam penelitian

ini adalah deskriptif-analitis dengan menggunakan pendekatan sufistik

(s}u>fi> isya>ri> ). Artinya, analisis dalam penelitian ini dilakukan dengan

mendeskripsikan atau memaparkan secara rinci informasi yang telah

didapat dari data primer dan sekunder kemudian informasi dari data-data

tersebut dianalisis dengan kritis dan sitematis dari segi pendekatan

sufistik sehingga menghasilkan kesimpulan yang jelas, benar, dan akurat.

F. Sistematika Pembahasan

Dalam sebuah penelitian ilmiah, sistematika pembahasan adalah

sebuah kerangka yang benar-benar harus diperhatikan agar nantinya

penelitian tersebut menghasilkan pembahasan yang baik dan benar dan sesuai

dengan tujuan awal penelitian tersebut. Untuk sebagai gambaran secara

umum dalam penelitian ini, penulis akan mengulas dan memaparkan

penelitian ini dengan sistematika yang tertera di bawah ini:

Bab pertama berisi pendahuluan yang merupakan titik awal

dilakukannya penelitian ini. Bab ini mencakup latar belakang masalah yang

berisi kegelisahan akademik atau alasan mengapa penulis menganggap tema

ini layak, menarik, dan penting untuk dijadikan sebagai sebuah penelitian

22 Lexy J. Moeloeng, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Rosdakarya, 1991), hlm.

263.

Page 36: TAFSIR S{U< FI

16

akademik. Konten selanjutnya berisi tentang rumusan masalah yang

menjelaskan permasalahan-permasalah yang penulis jelaskan dalam penelitian

ini. selanjutnya berisi tentang tujuan dan kegunaan dari penelitian ini. Telaah

pustaka adalah poin selanjutnya, hal ini untuk menjelaskan tentang

penelitian-penelitian yang pernah dilakukan terkait dengan tema yang sedang

diangkat, lalu melihat sisi perbedaannya agar penelitian ini bisa dipastikan

orisinil dan layak diangkat karna belum pernah dilakukan penelitian yang

sama sebelumnya. Konten selanjutnya pada bab ini adalah metode penelitian

yang berisikan penjelasan tentang jenis penelitian, sumber data, teknik

pengumpulan data, dan metode analisa data. Konten terakhir adalah

sitematika pembahasan.

Bab kedua berisi tentang biografi pengarang kitab Gara>ib al-Qur’a>n

wa Raga>ib al-Furqa>n yakni H{asan al-Naisa>bu>ri> yang meliputi riwayat hidup

al-Naisa>bu>ri>, latar belakang keilmuan, konteks sosial hidup al-Naisa>bu>ri>,

karya, beserta penjelasan tentang kitab tafsirnya yakni tafsir Gara>ib al-

Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n.

Bab ketiga berisi tentang kajian umum tentang tafsir sufi. Bab ini

terdiri dari pengertian dan sejarah munculnya tafsir sufi, pembagian tafsir

sufi, dan apresiasi para ulama terhadap tafsir sufi.

Bab keempat berisi tentang poin yang paling inti dari penelitian ini,

yaitu menganalisis tafsir sufi (isya>ri> ) al-Naisa>bu>ri>. Pada bab ini, penulis

berusaha menggali pandangan atau prinsip dasar al-Naisa>bu>ri> tentang tafsir

sufi, menggali konten tafsir sufi yang terdapat dalam kitab tafsirnya,

Page 37: TAFSIR S{U< FI

17

menggali korelasi penafsiran al-Naisa>bu>ri> dengan makna eksoteris ayat,

meneliti nilai sufistik yang al-Naisa>bu>ri> sampaikan lewat penafsiran isya>ri>-

nya, kemudian menjelaskan posisi tafsir sufi/esoteris al-Naisa>bu>ri> dalam

kajian tafsir sufi (esoteris/isya>ri> ).

Bab kelima adalah bab terakhir dalam penelitian ini. Pada bab ini,

penulis menguraikan kesimpulan secara umum yang dapat diambil dari

keseluruhan penjelasan dalam penelitian ini. Terakhir, bab ini berisi tentang

usulan dan saran untuk penelitian selanjutnya.

Page 38: TAFSIR S{U< FI

113

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Al-Naisa>bu>ri> merupakan salah satu dari sekian banyak mufassir yang

menguraikan penjelasan tafsir sufi (esoteris) dalam kitab tafsirnya. Bila

ditela’ah lebih lanjut, penafsiran esoteris al-Naisa>bu>ri> tersebut masuk kepada

kategori tafsir bi al-ra’y dengan menggunakan pendekatan s}u>fi> isya>ri>, yaitu

tafsir yang dinisbatkan kepada para pelaku s}u>fi> amali>, di mana mereka

menafsirkan al-Qur’an berdasarkan isyarat-isyarat ilahi yang diilhamkan

Allah SWT kepada hambanya berupa intuisi mistik. Meskipun al-Naisa>bu>ri>

memasukkan penafsiran isya>ri> dalam kitab tafsirnya, namun beliau tidak

menjelaskan secara eksplisit terkait perspektifnya dalam hal tafsir isya>ri>.

Setelah membaca isi tafsir al-Naisa>bu>ri>, barulah terlihat jelas pemikiran

beliau terkait prinsip-prinsip tafsir isya>ri>-nya.

Meskipun al-Naisa>bu>ri> seorang mufassir tafsir isya>ri>, namun beliau

tidak meninggalkan tafsir eksoteris dalam pembahasannya. Beliau bahkan

menafsirkan tafsir eksoteris ayat secara panjang lebar dari segala

permasalahannya, setelah itu barulah kemudian ia menjelaskan tafsir

esoteris/isya>ri>. Meskipun tafsir isya>ri> adalah tafsir yang berbeda dari

penjelasan eksoteris, namun al-Naisa>bu>ri> mampu mengawinkan atau

menyesuaikan antar kedua sisi tafsir tersebut tanpa adanya pertentangan

antara satu sama lain, karena pada hakikatnya tafsir ayat dari sisi lahir

Page 39: TAFSIR S{U< FI

114

(eksoteris) adalah kunci awal menuju penafsiran batin (esoteris/isya>ri>). Al-

Naisa>bu>ri> menjelaskan tafsir isya>ri> secara terpisah dari tafsir eksetorik ayat.

Menurut penulis, hal tersebut menjelaskan bahwa al-Naisa>bu>ri> mempunyai

perhatian khusus untuk pembahasan tersebut (isya>ri>), dan mempunyai tujuan

untuk menyeimbangkan antara dimensi eksetoris dan esetoris (isya>ri>) dalam

penafsirannya.

Al-Naisa>bu>ri> tidaklah menafsirkan seluruh ayat yang ada dalam al-

Qur’an dengan tafsir isya>ri>, melainkan hanya pada ayat-ayat tertentu yang

memang memungkinkan dan membutuhkan penafsiran isya>ri>. Secara garis

besar, ayat al-Qur’an yang ditafsirkan al-Naisa>bu>ri> secara isya>ri> adalah

tentang ayat-ayat yang mengungkapkan tentang kisah (qas}as}), al-H{uru>f al-

Muqat}t}a’ah, dan ayat-ayat hukum (aya>t al-ah}ka>m). Ketika al-Naisa>bu>ri>

menafsirkan ayat dari sisi isya>ri>, beliau sering menggunakan suatu sombol

tertentu dalam menafsirkannnya (simbolik), yakni menafsirkan tokoh/tema

yang ada dalam suatu ayat dengan sebuah simbol/tokoh yang ada dalam

istilah tasawwuf (seperti ruh, hati, nafsu, maqama>t, dan sebagainya).

Setidaknya ada 219 tema ayat di seluruh isi kitabnya yang beliau

tafsirkan dengan penafsiran isya>ri>. Dari keseluruhan tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>

tersebut, secara garis besar ada tiga poin penting terkait pesan sufistik di

dalamnya, yaitu menjaga kesucian hati dan ruh, mengendalikan hawa nafsu,

dan menyelaraskan pengamalan syari>’at, t}ari>qah, dan h}aqi>qah dalam hal

ibadah.

Page 40: TAFSIR S{U< FI

115

Sejauh pembacaan penulis, tafsir esoteris/isya>ri> al-Naisa>bu>ri> adalah

tafsir isya>ri> yang baik dan diterima (maqbu>l) karena isi dari tafsir isya>ri>-nya

dinilai tidak bertentangan dengat syari’at dan tidak menyalahi kaidah-kaidah

maupun syarat-syarat diterimanya tafsir isya>ri> sebagaimana yang telah

ditetapkan para ulama.

B. Saran-saran

Penelitian ini adalah sebuah kajian tentang tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>

yang tentunya masih banyak kekurangan di dalamnya. semaksimal usaha

manusia tentunya tidak akan lepas dari kekurangan dan kelemahan, karena

kesempurnaan hanyalah milik Allah. Sejatinya, penelitian terkait tafsir isya>ri>

al-Naisa>bu>ri> sungguh masih terbuka lebar, mengingat penelitian ini masih

menyisakan banyak persoalan sebagai berikut:

1. Pembacaan tentang tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri> erat kaitannya dengan

pembahasan ilmu tasawwuf. Oleh karenanya, untuk peneliti

selanjutnya sangat diharapkan untuk melengkapi dan mengaikatkan

pembahasan ini dengan penjelasan ilmu tasawwuf dari ulama lainnya,

agar pesan sufistik yang ada dalam tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri> bisa

dipetik dengan lebih konprehensif.

2. Satu-satunya sumber rujukan dari prinsip tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri>

dalam penelitian ini hanyalah kitab Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-

Furqa>n saja. Akan lebih baik lagi bila penelitian ini dilengkapi dengan

sumber data dari kitab-kitab al-Naisa>bu>ri> lainnya, mengingat prinsip

Page 41: TAFSIR S{U< FI

116

tafsir isya>ri> al-Naisa>bu>ri dalam Gara>ib al-Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n

tidaklah beliau jelaskan secara eksplisit.

Demikianlah penelitian mengenai tafsir isya>ri> dalam kitab Gara>ib al-

Qur’a>n wa Raga>ib al-Furqa>n karya al-Naisa>bu>ri>. Tentunya bukan hal yang

mustahil bila di dalamnya terdapat banyak kekurangan dari penelitian ini.

Maka dari itu, penulis mengharapkan kritik dan saran konstruktif sebagai

evaluasi dan refleksi untuk penelitian ini dan penelitian selanjutnya. Besar

harapan penulis agar penelitian ini dapat menambah khazanah keilmuan

islam, khususnya dalam kajian ilmu al-Qur’an dan tafsir.

Wa Alla>hu A’lam bi al-S{awa>b.

Page 42: TAFSIR S{U< FI

117

DAFTAR PUSTAKA

Adnah Wi al-, Ah}mad ibn Muh}ammad. T{abaqa>t al-Mufassiri>n. Madinah:

Maktabah al-‘Ulu>m wa al-H{ikam. 1997.

Anwar, Rosihon. Ilmu Tafsir. Bandung: Pustaka Setia. 2005.

Arifin, Tatang M.. Menyusun Rencana Penelitian. Jakarta: Rajawali Press. 1995.

Aya>zi>, al-Sayyid Muh}ammad ‘Ali>. Al-Mufassiru>n H{aya>tuhum wa Manhajuhum.

Teheran: Muassasah al-T{iba>’ah wa al-Nasyr Wazara>t al-S|aqa>fah al-

Irsya>d al-Isla>mi>. Tth.

Bagda>di> al-, Abu> al-Fad}l Syiha>b al-Di>n al-Sayyid Mah}mu>d al-Alu>si>. Ruh} al-Ma’a>ni> fi al-Tafsi>r al-Qur’a>n al-‘Az}i>m wa al-Sab’i al-Mas\a>ni>. Beirut: Da>r

al-Fikr, 1978.

Bagda>di> al-, ‘Isma>’i>l Ba>sya>. Hadiyyah al-‘A<rifi>n: Asma>’ al-Muallifi>n wa As|a>r al-Mus{annifi>n. Beirut: Da>r Ihya al-Tura>s| al-‘Arabi>. Tth.

Baidan, Nashruddin. Wawasan Baru Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

2011.

----------- Metode Penafsiran al-Qur’an. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. 2002.

Baraja, Abbas Arfan. Ayat-Ayat Kauniyah – Analisis Kitab Tafsir Isyari (Sufi) Imam al-Qusyairi terhadap Beberapa Ayat Kauniyah dalam al-Qur’an.

Malang: UIN Malang Press. 2009.

Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya. Edisi Tahun 2002. Jakarta:

Darus Sunnah. 2007.

Farmawi al-, Abd. Al-Hayy. Metode Tafsir al-Maudhu’iy: Suatu Pengantar. Terj.

Suryan A. Jamrah. Jakarta: RajaGrafindo Persada. 1994.

Faudah, Mahmud Basuni. Tafsir-tafsir al-Qur’an; Perkenalan dengan Metodologi Tafsir. Terj. H.M. Mochtar Zoerni dan Abdul Qadir Hamid. Bandung:

Pustaka. 1987.

Goldziher, Ignaz. Mazhab Tafsir. Terj. M. Alaika Salamullah, dkk. Yogyakarta:

eLSAQ Press. 2010.

Heer, Nicholas dan Chittik, William C. Tafsir Esoteris Gazali dan Sam’ani. Terj.

Ribut Wahyudi. Yogyakarta: Pustaka Sufi. 2003.

Page 43: TAFSIR S{U< FI

118

Izzan, Ahmad. Metodologi Ilmu Tafsir. Bandung: Tafakur. 2011.

Jauzi> al-, Jama>l al-Di>n ‘Abd al-Rah}ma>n ibn ‘Ali> ibn Muh}ammad. Talbi>s Ibli>s. Beirut: Da>r al-Fikr. 2001.

Jurusan Tafsir dan Hadis Fakultas Ushuluddin UIN Sunan Kalijaga. Dinamika al-Qur’an dan Hadis: Antologi Resume Skripsi di UIN Sunan Kalijaga.

Yogyakarta: Sukses Offset. 2007.

Kah}a>lah, ‘Umar Rid}a>. Mu’jam al-Muallifi>n: Tara>jim Mus}annifi> al-Kutub al-‘Arabiyyah. Beirut: Muassah al-Risa>lah. 1993.

Kas\a>ni> al-, ‘Abd al-Razza>q. Mu’jam Is}t}ila>ha>t al-S{aufiyah. Cairo: Da>r al-Mana>r.

1992.

Khali>fah, H{a>ji>. Kasyf al- Z|unu>n: ‘an Asa>mi> al-Kutub wa al-Funu>n. Beirut: Da>r

Ihya al-Tura>s| al-‘Arabi>. Tth.

Khali>l, Syauqi> Abu>. Atlas Hadits. Terj. Muhammad Sani dan Dedy Januarsyah J.

Jakarta: Almahira. 2007.

Mahmud, Mani’ Abd. Metodologi Tafsir: Kajian Komprehensif Metode Para Ahli Tafsir Jakarta: Raja Grafindo Persada. 2006.

Mustaqim, Abdul. Dinamika Sejarah Tafsir al-Qur’an. Yogyakarta: LSQ ar-

Rahmah. 2012.

Moeloeng, Lexy J.. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Rosdakarya. 1991.

Naisa>bu>ri> al-, Niza>m al-Di>n al-H{asan ibn Muh}ammad ibn al-H{usain al-Qumi>.

Gara>ib al-Qur’an wa Raga>ib al-Furqa>n. Kairo: Mus}t}afa> al-Ba>bi> al-H{alabi>.

1962.

Qat}t}a>n al-, Manna. Maba>h}is\ fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Riya>d}: Mansyu>ra>t al-‘Ashr al-

H{adi>s. 1990.

S}a>bu>ni> al-, Muh}ammad ‘Ali>. Al-Tibya>n fi ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Indonesia: Maktabah

Da>r Ih}ya> al-Kutub al-‘Arabiyah. 1985.

Salim, Abd Muin. Metodologi Ilmu Tafsir. Yogyakarta: Teras. 2005.

Suyu>t}i> al-, Jala>l al-Di>n ‘Abd al-Rah}ma>n ibn Abi> Bakar. Al-Itqa>n fi> ‘Ulu>m al-Qur’a>n. Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2012.

Syauka>ni> al-, Muh}ammad ‘Ali>. Al-S{awa>rim al-H{adda>d al-Qa>ti’ah li ‘Ala>iq Arba>b al-Ittih}a>d. Yaman: Da>r al-Hijrah. 1990.

Syirbashi asy-, Ahmad. Sejarah Tafsir Qur’an. Jakarta: Pustaka Firdaus. 1991.

Page 44: TAFSIR S{U< FI

119

Usman. Ulumul Qur’an. Yogyakarta: Teras. 2009.

Z\|ahabi> al-, Muh}ammad H{usain. al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n. Juz I. Kairo: Da>r al-

H{adi>s\. 2005.

----------- al-Tafsi>r wa al-Mufassiru>n. Juz II. Kairo: Maktabah Wahbiyah. 2005.

Zarqa>ni> al-, Muh}ammad ‘Abd al-‘Az}i>m. Mana>hil al-‘Irfa>n fi> ‘Ulum al-Qur’a>n.

Beirut: Da>r al-Kutub al-‘Ilmiyah. 2010.

Zirikla> al-, Khair al-Di>n. Al-‘A’la>m: Qa>mu>s al-Tara>ji>m. Beirut: Da>r al-‘Ilmi li al-

Mala>yi>n. 2002.

Page 45: TAFSIR S{U< FI

021

CURRICULUM VITAE

Nama : Ahmad Taher

NIM : 10532029

Fakultas : Ushuluddin dan Pemikiran Islam

Prodi : Ilmu al-Qur’an dan Tafsir

TTL : Hutabaringin, 24 Pebruari 1991

No. HP : 085385274967

Email : [email protected]

Orang Tua : Ayah : Muhammad Said

: Ibu : Masdalifah

Alamat Asal : Desa Hutabaringin, Kec. Siabu,

Kab. Mandailing Natal, Provinsi Sumatera Utara

Pondok Asal : Ponpes Musthafawiyah, Purba Baru, Kab. Mandailing

Natal, Provinsi Sumatera Utara

Alamat di Yogya : Kompleks Pesantren Diponegoro RT/RW: 01/38,

Sembego, Maguwoharjo, Depok, Sleman, DIY

Pendidikan Formal : SDN No. 148359/033, Hutabaringin: 1997-2003

: MTs Musthafawiyah, Purba Baru : 2003-2006

: MA Musthafawiyah, Purba Baru : 2006-2009

: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta : 2010-2014

Pengalaman Organisasi :

- Anggota CSS MoRA (Community of Santri Scholars of Ministry of Religious

Affairs) UIN Sunan Kalijaga.

- Anggota IKPM-SUMUT Yogyakarta (Ikatan Keluarga Pelajar Mahasiswa

Sumatera Utara di Yogyakarta).

- Anggota UKM SPBA (Studi dan Pengembangan Bahasa Asing) UIN Sunan

Kalijaga , tahun 2010-2011.