syok hipovolemia.docx

Upload: fadhli-aufar-kasyfi

Post on 04-Apr-2018

216 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • 7/30/2019 Syok Hipovolemia.docx

    1/6

    Syok HipovolemiaSyok hipovolemia timbul akibat hillang atau berkurangnya plasma. Syok hipovolemia

    adalah suatu kondisi dimana perfusi jaringan menurun dan menyebabkan inadekuatnya

    hantaran oksigen dan nutrisi yang diperlukan sel. Keadaan apapun yang menyebabkan

    kurangnya oksigenasi sel, maka sel dan organ akan berada dalam keadaan syok. Ditingkat

    multiseluler syok lebih sulit untuk dijelaskan karena tidak semua jaringan dan organ

    secara klinis terganggu akibat kurangnya oksigen ini. Dekade terakhir ini para klinisi

    berusaha menjelaskan dan memonitor utilisasi oksigen tingkat intraseluler, yang

    bermanfaat secara fisiologis dalam menegakkan klinis dan pemeriksaan penunjang apa

    yang harus dilakukan. Hipovolemik syok sering dijumpai dalam klinis, secara etiologi

    adalah akibat hilangnya volum sirkulasi, misal: pasien luka tusuk dan trauma tumpul,

    perdarahan saluran cerna dan perdarahan saat kehamilan. Tubuh sebenarnya punya

    mekanisme kompensasi terhadap kehilangan ini dalam batas tertentu melalui mekanisme

    neuronal dan humoral. Dengan pengetahuan tatalaksana trauma terkini memungkinkan

    pasien bisa diselamatkan. Syok adalah suatu sindrom klinis akibat kegagalan akut fungsi

    sirkulasi yang menyebabkan ketidakcukupan perfusi jaringan dan oksigenasi jaringan,

    dengan akibat gangguan mekanisme homeostasis. Berdasarkan penelitian Moyer dan Mc

    Clelland tentang fisiologi keadaan syok dan homeostasis, syok adalah keadaan tidak

    cukupnya pengiriman oksigen ke jaringan. Syok merupakan keadaan gawat yang

    membutuhkan terapi yang agresif dan pemantauan yang kontinyu atau terus-menerus di

    unit terapi intensif.

    Syok secara klinis didiagnosa dengan adanya gejala-gejala seperti berikut:

    - Hipotensi: tekanan sistole kurang dari 80 mmHg atau TAR (tekanan arterial rata-rata)kurang dari 60 mmHg, atau menurun 30% lebih.

    - Oliguria: produksi urin kurang dari 20 ml/jam.- Perfusi perifer yang buruk, misalnya kulit dingin dan berkerut serta pengisian kapiler

    yang jelek.

  • 7/30/2019 Syok Hipovolemia.docx

    2/6

    Syok dapat diklasifikasi sebagai syok hipovolemik, kardiogenik, dan syok anafilaksis.

    Di sini akan dibicarakan mengenai syok hipovolemik yang dapat disebabkan oleh

    hilangnya cairan intravaskuler, misalnya terjadi pada:

    - Kehilangan darah atau syok hemoragik karena perdarahan yang mengalir keluar tubuhseperti hematotoraks, ruptura limpa, dan kehamilan ektopik terganggu.

    - Trauma yang berakibat fraktur tulang besar, dapat menampung kehilangan darah yangbesar. Misalnya, fraktur humerus menghasilkan 5001000 ml perdarahan atau fraktur

    femur menampung 10001500 ml perdarahan.

    - Kehilangan cairan intravaskuler lain yang dapat terjadi karena kehilangan protein plasmaatau cairan ekstraseluler, misalnya pada:

    - Gastrointestinal: peritonitis, pankreatitis, dan gastroenteritis.- Renal: terapi diuretik, krisis penyakit Addison.- Luka bakar (kombustio) dan anafilaksis.

    Pada syok, konsumsi oksigen dalam jaringan menurun akibat berkurangnya aliran

    darah yang mengandung oksigen atau berkurangnya pelepasan oksigen ke dalam

    jaringan. Kekurangan oksigen di jaringan menyebabkan sel terpaksa melangsungkan

    metabolisme anaerob dan menghasilkan asam laktat. Keasaman jaringan bertambah

    dengan adanya asam laktat, asam piruvat, asam lemak, dan keton (Stene-Giesecke, 1991).

    Yang penting dalam klinik adalah pemahaman kita bahwa fokus perhatian syok

    hipovolemik yang disertai asidosis adalah saturasi oksigen yang perlu diperbaiki serta

    perfusi jaringan yang harus segera dipulihkan dengan penggantian cairan. Asidosis

    merupakan urusan selanjutnya, bukan prioritas utama.

    1. Gejala dan Tanda Klinis

    Gejala syok hipovolemik cukup bervariasi, tergantung pada usia, kondisi premorbid,

    besarnya volume cairan yang hilang, dan lamanya berlangsung. Kecepatan kehilangan

    cairan tubuh merupakan faktor kritis respons kompensasi. Pasien muda dapat dengan

    mudah mengkompensasi kehilangan cairan dengan jumlah sedang dengan vasokonstriksi

    dan takhikardia. Kehilangan volume yang cukp besar dalam waktu lambat, meskipun

  • 7/30/2019 Syok Hipovolemia.docx

    3/6

    terjadi pada pasien usia lanjut, masih dapat ditolerir juga dibandingkan kehilangan dalam

    waktu yang cepat atau singkat.

    Apabila syok telah terjadi, tanda-tandanya akan jelas. Pada keadaan hipovolemia,

    penurunan darah lebih dari 15 mmHg dan tidak segera kembali dalam beberapa menit.

    Adalah penting untuk mengenali tanda-tanda syok, yaitu:

    - Kulit dingin, pucat, dan vena kulit kolaps akibat penurunan pengisian kapiler selaluberkaitan dengan berkurangnya perfusi jaringan.

    - Takhikardia: peningkatan laju jantung dan kontraktilitas adalah respons homeostasispenting untuk hipovolemia. Peningkatan kecepatan aliran darah ke mikrosirkulasi

    berfungsi mengurangi asidosis jaringan.

    - Hipotensi: karena tekanan darah adalah produk resistensi pembuluh darah sistemik dancurah jantung, vasokonstriksi perifer adalah faktor yang esensial dalam mempertahankan

    tekanan darah. Autoregulasi aliran darah otak dapat dipertahankan selama tekanan arteri

    turun tidak di bawah 70 mmHg.Oliguria: produksi urin umumnya akan berkurang pada

    syok hipovolemik. Oliguria pada orang dewasa terjadi jika jumlah urin kurang dari 30

    ml/jam.

    Pada penderita yang mengalami hipovolemia selama beberapa saat, dia akan

    menunjukkan adanya tanda-tanda dehidrasi seperti: (1) Turunnya turgor jaringan; (2)

    Mengentalnya sekresi oral dan trakhea, bibir dan lidah menjadi kering; serta (3) Bola

    mata cekung.

    Akumulasi asam laktat pada penderita dengan tingkat cukup berat, disebabkan oleh

    metabolisme anaerob. Asidosis laktat tampak sebagai asidosis metabolik dengan celah

    ion yang tinggi. Selain berhubungan dengan syok, asidosis laktat juga berhubungan

    dengan kegagalan jantung (decompensatio cordis), hipoksia, hipotensi, uremia,

    ketoasidosis diabetika (hiperglikemi, asidosis metabolik, ketonuria), dan pada dehidrasi

    berat.

    Tempat metabolisme laktat terutama adalah di hati dan sebagian di ginjal. Pada

    insufisiensi hepar, glukoneogenesis hepatik terhambat dan hepar gagal melakukan

  • 7/30/2019 Syok Hipovolemia.docx

    4/6

    metabolisme laktat. Pemberian HCO3 (bikarbonat) pada asidosis ditangguhkan sebelum

    pH darah turun menjadi 7,2. Apabila pH 7,07,15 dapat digunakan 50 ml NaHCO3 8,4%

    selama satu jam. Sementara, untuk pH < 7,0 digunakan rumus 2/2 x berat badan x

    kelebihan basa.

    2. Pemeriksaan LaboratoriumHematologi

    Pemeriksaan laboratorium sangat bermanfaat untuk menentukan kadar hemoglobin dan

    nilai hematokrit. Akan tetapi, resusitasi cairan tidak boleh ditunda menunggu hasil

    pemeriksaan. Hematokrit pasien dengan syok hipovolemik mungkin rendah, normal, atau

    tinggi, tergantung pada penyebab syok.

    Jika pasien mengalami perdarahan lambat atau resusitasi cairan telah diberikan, nilai

    hematokrit akan rendah. Jika hipovolemia karena kehilangan volume cairan tubuh tanpa

    hilangnya sel darah merah seperti pada emesis, diare, luka bakar, fistula, hingga

    mengakibatkan cairan intravaskuler menjadi pekat (konsentarted) dan kental, maka pada

    keadaan ini nilai hematokrit menjadi tinggi.

    3. Diagnosa Differensial

    Syok hipovolemik menghasilkan mekanisme kompensasi yang terjadi pada hampir

    semua organ tubuh. Hipovolemia adalah penyebab utama syok pada trauma cedera. Syok

    hipovolemik perlu dibedakan dengan syok hipoglikemik karena penyuntikan insulin

    berlebihan. Hal ini tidak jarang terjadi pada pasien yang dirawat di Unit Gawat Darurat.

    Akan terlihat gejala-gejala seperti kulit dingin, berkeriput, oligurik, dan takhikardia.

    Jika pada anamnesa dinyatakan pasien sebelumnya mendapat insulin, kecurigaan

    hipoglikemik sebaiknya dipertimbangkan. Untuk membuktikan hal ini, setelah darah

    diambil untuk pemeriksaan laboratorium (gula darah sewaktu), dicoba pemberian 50 ml

    glukosa 50% intravena atau 40 ml larutan dextrose 40% intravena.

    4. Resusitasi Cairan

  • 7/30/2019 Syok Hipovolemia.docx

    5/6

    Manajemen cairan adalah penting dan kekeliruan manajemen dapat berakibat fatal.

    Untuk mempertahankan keseimbangan cairan maka input cairan harus sama untuk

    mengganti cairan yang hilang. Cairan itu termasuk air dan elektrolit. Tujuan terapi cairan

    bukan untuk kesempurnaan keseimbangan cairan, tetapi penyelamatan jiwa dengan

    menurunkan angka mortalitas.

    Perdarahan yang banyak (syok hemoragik) akan menyebabkan gangguan pada fungsi

    kardiovaskuler. Syok hipovolemik karena perdarahan merupakan akibat lanjut. Pada

    keadaan demikian, memperbaiki keadaan umum dengan mengatasi syok yang terjadi

    dapat dilakukan dengan pemberian cairan elektrolit, plasma, atau darah.

    Untuk perbaikan sirkulasi, langkah utamanya adalah mengupayakan aliran vena yang

    memadai. Mulailah dengan memberikan infus Saline atau Ringer Laktat isotonis.

    Sebelumnya, ambil darah 20 ml untuk pemeriksaan laboratorium rutin, golongan darah,

    dan bila perlu Cross test. Perdarahan berat adalah kasus gawat darurat yang

    membahayakan jiwa. Jika hemoglobin rendah maka cairan pengganti yang terbaik adalah

    tranfusi darah.

    Resusitasi cairan yang cepat merupakan landasan untuk terapi syok hipovolemik.

    Sumber kehilangan darah atau cairan harus segera diketahui agar dapat segera dilakukan

    tindakan. Cairan infus harus diberikan dengan kecepatan yang cukup untuk segera

    mengatasi defisit atau kehilangan cairan akibat syok. Penyebab yang umum dari

    hipovolemia adalah perdarahan, kehilangan plasma atau cairan tubuh lainnya seperti luka

    bakar, peritonitis, gastroenteritis yang lama atau emesis, dan pankreatitis akuta.

    5. Pemilihan Cairan Intravena

    Pemilihan cairan sebaiknya didasarkan atas status hidrasi pasien, konsentrasi

    elektrolit, dan kelainan metabolik yang ada. Berbagai larutan parenteral telah

    dikembangkan menurut kebutuhan fisiologis berbagai kondisi medis. Terapi cairan

    intravena atau infus merupakan salah satu aspek terpenting yang menentukan dalam

    penanganan dan perawatan pasien.

  • 7/30/2019 Syok Hipovolemia.docx

    6/6

    Terapi awal pasien hipotensif adalah cairan resusitasi dengan memakai 2 liter larutan

    isotonis Ringer Laktat. Namun, Ringer Laktat tidak selalu merupakan cairan terbaik

    untuk resusitasi. Resusitasi cairan yang adekuat dapat menormalisasikan tekanan darahpada pasien kombustio 1824 jam sesudah cedera luka bakar.

    Larutan parenteral pada syok hipovolemik diklasifikasi berupa cairan kristaloid,

    koloid, dan darah. Cairan kristaloid cukup baik untuk terapi syok hipovolemik.

    Keuntungan cairan kristaloid antara lain mudah tersedia, murah, mudah dipakai, tidak

    menyebabkan reaksi alergi, dan sedikit efek samping. Kelebihan cairan kristaloid pada

    pemberian dapat berlanjut dengan edema seluruh tubuh sehingga pemakaian berlebih

    perlu dicegah.

    Larutan NaCl isotonis dianjurkan untuk penanganan awal syok hipovolemik dengan

    hiponatremik, hipokhloremia atau alkalosis metabolik. Larutan RL adalah larutan isotonis

    yang paling mirip dengan cairan ekstraseluler. RL dapat diberikan dengan aman dalam

    jumlah besar kepada pasien dengan kondisi seperti hipovolemia dengan asidosis

    metabolik, kombustio, dan sindroma syok. NaCl 0,45% dalam larutan Dextrose 5%

    digunakan sebagai cairan sementara untuk mengganti kehilangan cairan insensibel.

    Ringer asetat memiliki profil serupa dengan Ringer Laktat. Tempat metabolisme

    laktat terutama adalah hati dan sebagian kecil pada ginjal, sedangkan asetat

    dimetabolisme pada hampir seluruh jaringan tubuh dengan otot sebagai tempat

    terpenting. Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi patut diberikan pada

    pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Adanya

    laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena dikonversi

    dalam hati menjadi bikarbonat.

    Secara sederhana, tujuan dari terapi cairan dibagi atas resusitasi untuk mengganti

    kehilangan cairan akut dan rumatan untuk mengganti kebutuhan harian.