syasrida fransiska

106
NAMA : SYASRIDA FRANSISKA NPM : 116511726 KELAS : 6.A DOSEN PEMANGKU : PRIMA WAHYU TITISARI, MSI UNIVERSITAS ISLAM RIAU FAKULATAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI TUGAS EKOLOGI TUMBUHAN

Upload: chyassriida-fransiska

Post on 28-Jul-2015

50 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

NAMA : SYASRIDA FRANSISKA

NPM : 116511726

KELAS : 6.A

DOSEN PEMANGKU : PRIMA WAHYU TITISARI,

MSI

UNIVERSITAS ISLAM RIAU

FAKULATAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

TUGAS EKOLOGI TUMBUHAN

POPULASI

KOMUNITAS

EKOSISTEM

KLIMATOLOGIS EKOSISTEM RAWA GAMBUT

EDHAPIS EKOSISTEM RAWA GAMBUT

MATERI EKOLOGI TUMBUHAN

POPULASI

Karakteristik Populasi

Metode Analisis Populasi

Ekologi Popula

si© Kepadatan (Density)© Kelahiran (Natality)© Kematian (Mortality)© Penyebaran Umur Populasi© Fluktuasi Populasi© Penyebaran Populasi© Potensi Biotik Populasi© Bentuk Pertumbuhan Populasi

Total Sensus

Visual

Capture Recapture

Removal Sampling

Definisi

Populasi

Populasi berasal dari Bahasa Yunani yaitu “Populus”

yang berari rakyat / penduduk

Suatu kelompok individu dari spesies yang

sama yang menempati suatu tempat pada

waktu tertentu

CONTOH ; Populasi Kupu – Kupu

Pada dasarnya tidak ada satupun individu dalam populasi yang persis sama baik bentuk dan morfologinya

Genotip berbeda

Genotip sama

Lingkungan sama

Lingkungan berbeda

Perkembangan

Perkembangan

Fenotip berbeda

Fenotip berbeda

Genetik

Lingkungan

Kepa

data

n Po

pula

si

1. Kelimpahan Populasi

(abundance)

2. Kepadatan Populasi (density)

3. Jumlah pertambahan kepadatan populasi

Banyak Individu dlm populasi yg dhubungkan dlm

satuan ruang/tempat pd waktu tertentu

Jumlah individu yang bertambah didalam populasi persatuan waktu

Karakteristik Populasi

L.P Kepadatan Populasi

L.P Kepadatan Spesifikasi

Kelahiran Maksimum (Kelahiran

fisiologi/absolut)

Kelahiran

PopulasiKelahiran

Ekologi

Perhitungan Laju Kelahiran Populasi

a)Laju kelahiran Populasi (Crude Natality) ∆Nn / ∆t =......(a)

b)Laju Kelahiran per individu (Spesifik Natality) ∆Nn / N ∆t =.....(b)

Kematian

(Mortality)

Perhitungannyaa)Laju kematian Populasi (M)

∆Nn / ∆t =......(a)b)Vital Indeks (VI)

Kelahiran/Kematian x 100%=.....(b)

c) Survival Life (SL) SL = 1 – M =.....(c)

Umur Fisiolog

i

Umur Ekologi

Penyebabnya

JenisnyaKematian Minimum (Kematian Fisiologi)

Kematian Ekologi (Nyata)

Kematian individu pd

kondisi lingkungan yang ideal disebabkan oleh faktor

fisiologi organisme

Kurva Kehidupan

Y

X

Cembung

Diagonal

Cekung

Persebaran Umur Populasi3 Fase umur Ekologi

© Fase Reproduksi/Subur (Reproduktif)

© Fase Sebelum Reproduksi (Pre reproduktif)

© Fase Setelah Reproduksi/Subur (Post Reproduktif)

3 tipe piramida umur populasi

Piramida

Dasar Lebar

Piramida

Bentuk Genta

Piramida

Bentuk Kendi

N

W

Logaritmik Aritmatik

a. Kurva Pertumbuhan Eksponensial

N

Wb. Kurva Secara Teoritis

N

W

Oksilasi

Daya Dukung Lingkungan

c. Kurva Teoritis Pertumbuhan Populasi

Eksponensial

Resistensi

K=Daya dukung Lingkungan

N

Wd. Kurva hub.antara potensi biotik, resistensi n daya dukung lingkungan

Bentuk Pertumbuhan Populasi & Potensi Biotik

EmigrasiImigrasi

Migrasi

Keluar dari daerah

populasinya & tinggal permanen

ditempat barunya.

Penyebaran individu kedalam

suatu daerah populasi lain &

menetap.

Pola pergerakan Individu dua arah

(keluar dan masuk) krn faktor

lingkungan.

Penyebaran Populasi

Penyebabnya

Dorongan Mencari Makan

Menghindar Dari Predator

Pengaruh Iklim

Terbawa Angin Atau Air

Perilaku Kawin & Faktor Fisik

Lainnya

Struktur Penyebaran Individu

Dalam Populasi (Dispersi)Pola Acak(Random)

Pola Teratur(Uniform)

PolaKelompok

(Clumbed)

Sebab: Lingkungan Homogen

Sebab: Kompetisi Positif

Sebab: Kebutuhan &

Kesamaan

Interaksi populasi

Netralisme(0 ; 0)

Kompetisi(- ; -)

Amensalisme (- ; 0)

Komensalisme (+ ; 0)

Predatorisme (+ ; -)

Parasitisme(- ; +)

Proto-kooperasi

(+ ; +)

Mutualisme (+;+)

Metode Analisis Populasi

• Total sensus

Menghitng organisme yang cukup besra dan tempatnya terbatas dan

mudah didapatkan. Mempunyai tingkat

ketelitian yang sangat tinggi (valid)

• Capture recapture

Menghitung organisme yang sukar ditemukan secara langsung karena

jumlah tinggal sedikit/hampir punah.

Diperlukan untuk pengelolaan konservasi

METODE VISUAL

Menghitung organisme yang tidak

memungkinkan untuk ditangkap

sehingga hanya mengandalkan visualMETODE HANSON Tanpa penangkapan dan penandaan

terhadap individu populasi

Removal

Sampling

Metode Zippin

Metode Regresi

1. Setiap individu harus terdistribusi secara acak

2. Ukuran populasi relatif konstan

3. Peluan tertangkapnya individu relatif sama

KOMUNITAS

Komunitas ialah kumpulan dari berbagai

populasi yang hidup pada suatu waktu dan

daerah tertentu yang saling berinteraksi dan

mempengaruhi satu sama lain. Komunitas

memiliki derajat keterpaduan yang lebih

kompleks bila dibandingkan dengan individu

dan populasi.

• Nama Komunitas

Nama komunitas harus dapat memberikan

keterangan mengenai sifat-sifat komunitas

tersebut. Cara yang paling sederhana, memberi

nama itu dengan menggunakan kata-kata yang

dapat menunjukkan bagaimana wujud komunitas

seperti padang rumput, padang pasir, hutan jati.

• Cara yang paling baik untuk menamakan

komunitas itu adalah dengan mengambil

beberapa sifat yang jelas dan mantap,

baik hidup maupun tidak. Ringkasannya

pemberian nama komunitas dapat

berdasarkan :

Bentuk atau struktur utama seperti jenis

dominan, bentuk hidup atau indikator lainnya

seperti hutan pinus, hutan agathis, hutan jati, atau

hutan Dipterocarphaceae, dapat juga berdasarkan

sifat tumbuhan dominan seperti hutan sklerofil.

Berdasarkan habitat fisik dari komunitas,

seperti komunitas hamparan lumpur, komunitas

pantai pasir, komunitas lautan dan lain –lain.

Berdasarkan sifat-sifat atau tanda-

tanda fungsional misalnya tipe

metabolisme komunitas. Berdasarkan sifat

lingkungan alam seperti iklim, misalnya

terdapat di daerah tropik dengan curah

hujan yang terbagi rata sepanjang tahun,

maka disebut hutan hujan tropik.

• Komunitas akuatik, komunitas ini

misalnya yang terdapat di laut, di danau, di

sungai, di parit atau di kolam

• Komunitas terrestrial, yaitu kelompok

organisme yang terdapat di pekarangan, di

hutan, di padang rumput, di padang pasir,

dan lain – lain.

Macam-macam Komunitas

Struktur Komunitas

1. Kualitatif, seperti

komposisi, bentuk

hidup, fenologi dan

vitalitas. Vitalitas

menggambarkan

kapasitas

pertumbuhan dan

perkembangbiakan

organisme.

2. Kuantitatif, seperti

Frekuensi, densitas dan

densitas relatif.

Frekuensi kehadiran

merupakan nilai yang

menyatakan jumlah

kehadiran suatu spesies

di dalam suatu habitat.

3. Sintesis adalah proses perubahan dalam komunitas yang berlangsung menuju ke satu arah yang berlangsung lambat secara teratur pasti terarah dan dapat diramalkan. Suksesi-suksesi terjadi sebagai akibat dari modifikasi lingkungan fisik dalam komunitasnya dan memerlukan waktu. Proses ini berakhir dengan sebuah komunitas atau ekosistem yang disebut klimas.

• Dalam tingkat ini komunitas sudah

mengalami homoestosis. Menurut konsep

mutahir suksesi merupakan pergantian jenis-

jenis pioner oleh jenis-jenis yang lebih

mantap yang sangat sesuai dengan

lingkungannya.

Lanjutanny

a

• Suksesi primer yaitu bila ekosistem mengalami

gangguan yang berat sekali, sehingga

komunitas awal (yang ada) menjadi hilang

atau rusak total, menyebabkan ditempat

tersebut tidak ada lagi yang tertinggal dan

akhirnya terjadilah habitat baru.

Suksesi dapat dibagi menjadi dua, yaitu :

Suksesi sekunder yaitu prosesnya

sama dengan yang terjadi pada suksesi

primer, perbedaannya adalah pada

keadaan kerusakan ekosistem atau

kondisi awal pada habitatnya. Ekologi

tersebut mengalami gangguan, akan

tetapi tidak total, masih ada komunitas

yang tersisa.

• Sebuah komunitas adalah kumpulan populasi

tumbuhan dan tanaman yang hidup secara

bersama di dalam suatu lingkungan.

Serigala, rusa, berang-berang, pohon cemara

dan pohon birch adalah beberapa populasi

yang membentuk komunitas hutan di Isle

Royale

• Peran suatu spesies di dalam komunitasnya

disebut peran ekologi (niche). Sebuah peran

ekologi terdiri dari cara-cara sebuah spesies

berinteraksi di dalam lingkungannya, termasuk

diantaranya faktor-faktor tertentu seperti apa

yang dimakan atau apa yang digunakan untuk

energi, predator yang memangsa, jumlah

panas, cahaya atau kelembaban udara yang

dibutuhkan, dan kondisi dimana dapat

direproduksi.

Ahli ekologi memiliki catatan yang panjang tentang

beberapa spesies yang menempati peran ekologi

tinggi tertentu dalam komunitas tertentu.Berbagai

penjelasan banyak yang diusulkan untuk hal ini.

Beberapa ahli ekologi merasa bahwa hal ini

disebabkan karena kompetisi jika dua spesies

mencoba untuk mengisi peran ekologi "niche" yang

sama, selanjutnya kompetisi untuk membatasi

berbagai sumber daya akan menekan salah satu

spesies keluar.

Ahli lainnya berpendapat bahwa sebuah spesies yang

menempati peran ekology yang tinggi,

melakukannya karena tuntutan fisik yang keras

tentang peran tertentu tersebut di dalam komunitas.

Dengan kata lain hanya satu spesies yang

menempati peran ekologi "niche" bukan karena

memenangkan kompetisi dengan spesies lainnya,

tetapi karena hanya satu-satunya anggota komunitas

yang memiliki kemampuan fisik memainkan peran

tersebut.

Perubahan komunitas yang terjadi disebut

suksesi ekologi. Proses yang terjadi berupa

urutan-urutan yang lambat, pada umumnya

perubahannya dapat diramalkan yakni dalam

hal jumlah dan jenis mahkluk organisme yang

ada di suatu tempa. Perbedaan intensitas sinar

matahari, perlindungan dari angin, dan

perubahan tanah dapat merubah jenis-jenis

organisme yang hidup di suatu wilayah.

Perubahan-perubahan ini dapat juga

merubah populasi yang membentuk

komunitas. Selanjutnya karena jumlah dan

jenis spesies berubah, maka karakteristik

fisik dan kimia dari wilayah mengalami

perubahan lebih lanjut. Wilayah tersebut

bisa mencapai kondisi yang relatip stabil

atau disebut komunitas klimaks, yang bisa

berakhir hingga ratusan bahkan ribuan

tahun.

Para ahli ekologi membedakan dua tipe

suksesi yakni primer dan sekunder. Di dalam

suksesi primer organisme mulai menempati

wilayah baru yang belum ada kehidupan

seperti sebuah pulau baru yang terbentuk

karena letusan gunung berapi. Sebagai contoh

anak krakatau yang terbentuk sejak 1928 dari

kondisi steril, kini telah dihuni oleh puluhan

spesies.

Suksesi sekunder terjadi setelah

komunitas yang ada menderita

gangguan yang besar sebagai contoh

sebuah komunitas klimaks (stabil) hancur

karena terjadinya kebakaran hutan.

Komunitas padang rumput dan bunga liar

akan tumbuh pertama kali.

Selanjutnya diikuti oleh tumbuhan semak-semak.

Terakhir pohon-pohonan baru muncul kembali dan

wilayah tersebut akan kembali menjadi hutan hingga

gangguan muncul kembali. Dengan demikian

kekuatan-kekuatan alam yang terakhir menyebabkan

terjadinya komunitas klimaks (stabil). Sebagai

tambahan para ahli ekologi memandang kebakaran

dan gangguan alam besar lainnya sebagai hal yang

dapat diterima dan tetap diharapkan.

EKOSISTEM

Ekosistem adalah suatu sistem ekologi

yang terbentuk oleh hubungan timbal balik

antara makhluk hidup dengan

lingkungannya.

Ekosistem bisa dikatakan juga suatu

tatanan kesatuan secara utuh dan

menyeluruh antara segenap unsur

lingkungan hidup yang saling

mempengaruhi.

KOMPONEN PENYUSUN EKOSISTEM

KOMPONEN ABIOTIK

KOMPONEN BIOTIK

• Komponen abiotik merupakan komponen-

komponen penyusun ekosistem dari benda

tak hidup, meliputi :

TANAH AIR

UDARATOPOGRA

FI

IKLIM

SUHU

• Komponen biotik

adalah komponen

ekosistem yang hidup.

Semua hewan dan

tumbuhan yang

terdapat dalam suatu

ekosistem merupakan

suatu biotik.

Komponen biotik suatu

ekosistem meliputi

berbagai jenis

makhluk hidup.

Komponen biotik dapat di

bedakan menjadi 3 :

PRODUSENKONSUM

EN

PENGURAI

suatu komunitas yang menyusun ekosistem, pada

awalnya tidak langsung komplek atau beraneka ragam

jenisnya, tetapi mengalami perkembangan secara

perlahan-lahan. Proses perubahan dalam komunitas

yang berlangsung secara bertahap dan menuju ke satu

arah secara teratur disebut suksesi. Suksesi dapat

terjadi sebagai akibat dari perubahan lingkungan fisik

dalam komunitas atau ekosistem.

SUKSESI EKOSISTEM

SUKSESI ADA 2 TIPE :

1. Suksesi primer merupakan

formasi suatu komunitas baru

pada suatu daerah yang diawali oleh

suatu daerah yang kosong.

2. Suksesi sekunder

merupakan pembentukan kembali suatu komunitas ke bentuk kondisi awal setelah

daerah tersebut rusak

TIPE – TIPE EKOSISTEM

Ekosistem Air Tawar

Sungai

Danau

Ekosistem LautEstuari Pantai

pasir

Laut Dalam

Terumbu karang

Pantai batu

Ekosistem Darat

Hutan Gugur Hutan pinus

Hutan Payau Belukar

Arus energi

Arus energi merupakan

perpindahan energi satu

arah dari cahaya matahari,

produsen, konsumen I,

konsumen II dan

seterusnya atau dengan

kata lain perpindahan

energi yang terjadi dalam

rantai makanan.

RANTAI MAKANAN

Merupakan suatu peristiwa makan memakan dalam suatu urutan tertentu.

• Jaring-jaring makanan adalah kumpulan beberapa

rantai makanan yang saling berhubungan. Contoh :

Jaring-Jaring Makanan

• Piramida makanan adalah komposisi rantai

makanan yang makin ke atas, jumlahnya makin

sedikit.

Contoh:

Piramida Makanan

MACAM-MACAM SIKLUS

BIOGEOKIMIASIKLUSFOSFOR

SIKLUS NITROGEN

SIKLUS KARBON

SIKLUS SULFUR

SIKLUS AIR

EKOLOGI HUTAN RAWA

GAMBUT

KLIMATOLOGIS EKOSISTEM RAWA

GAMBUT

EDHAPIS EKOSISTEM RAWA GAMBUT

ASPEK KLIMATOLOGIS EKOSISTEM

HUTAN RAWA GAMBUT

IKLIM HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU

Iklim adalah sintesis hasil pengamatan

cuaca untuk memperoleh deskripsi secara

statistik mengenai keadaan atmosfier pada

daerah yang sangat luas (Barry, 1981 dalam

Wenger, 1984). Berdasarkan batasan ruang

dimana nilai-nilai yang ada masih berlaku, maka

iklim dibedakan kedalam iklim makro dan iklim

mikro.

Menurut Kramer dan Kozlowski (1960) dalam

Idris (1996), faktor-faktor iklim yang penting bagi

hidup dari pertumbuhan individu dan masyarakat

tumbuh-tumbuhan adalah cahaya, suhu, curah

hujan, kelembaban udara, gas udara dan angin.

Lingkungan radiasi di dalam sebuah hutan berbeda

dengan daerah tidak berhutan karena permukaan

yang mengabsorbsi di dalam hutan umumnya

berbeda di atas tanah dengan jarak yang terlihat

nyata.

Kelembaban relatif hutan gambut cukup tinggi

pada musim hujan, yakni berkisar 90 % - 96 %, baik

dalam hutan alami /hutan gundul/lahan kosong. Pada

musim kemarau kelembaban menurun menjadi 80

%, pada bulan-bulan kering berkisar 0 % - 84 % Pada

siang hari dimusim kemarau, kelembaban dapat

mencapai 67 % - 69 %. Tetapi pada paigi hari,

kelembaban musim kemarau lebih tinggi dari musim

hujan, mencapai 90% - 96% (Rieley, et al.,1996)

Menurut Noor (2001) suhu gambut

sendiri lebih besar daripada suhu udara

antara hutan dan lahan kosong. Suhu

permukaan gambut hampir tetap. Jika

keadaan tertutup hutan, suhu gambut

berkisar 25,5 0C – 29,0 0C dan jika

keadaan terbuka berkisar 40,0 0C – 42,5

0C. Suhu yang tinggi pada keadaan

terbuka akan merangsang aktivitas mikro

organisme

Sehingga perombakan gambut lebih

dipercepat dan intensif, sehingga mempercepat

terjadinya degradasi gambut. Oleh karena ruang

gerak kehidupan tumbuh-tumbuhan dan mahkluk

lainnya terdapat di lapisan terbawah atmosfir, di

dekat tanah, maka apabila perhatian difokuskan

iklim sebagai salah satu unsur ekosistem sumber

daya hutan, yang lebih sangat berkaitan untuk

dikaji dalam konteks ini adalah iklim mikro.

DOMINASI DAN STRUKTUR POHON FLORISTIK HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU

1. Dominasi dan Struktur Pohon Floristik

Hutan Rawa Gambut

Richard (1984) dan Mueller-Dumbois dan

Ellenberg (1974) Kekayaan floristik hutan tropika

sangat erat kaitannya dengan kondisi lingkungan

seperti iklim, tanah dan cahaya, dimana faktor

tersebut membentuk suatu tegakan yang klimaks

2. Pola Sebaran Spasial Floristik Hutan Rawa Gambut

Menurut Ludwig & Reynold (1988), faktor-

faktor yang mempengaruhi pola sebaran spasial

adalah :

• (1) Faktor vektorial

• (2) Faktor reproduksi,

(3) Faktor co-aktif

(4) Faktor stokastik

3. Celah Kanopi/ Rumpang Floristik

Hutan Rawa Gambut

Celah kanopi (rumpang atau gap atau chablis)

merupakan kejadian alam yang umum dijumpai di

hutan tropika. Celah terjadi akibat pohon yang

mati/patah/ rebah batang atau dahan pohon oleh

berbagai faktor seperti mati karena usia, angin,

tanah longsor, penebangan pohon dan sebagainya

(Hartshorn, 1986).

IMPLIKASI PEMBUKAAN WILAYAH HUTAN TERHADAP DEGRADASI HUTAN RAWA GAMBUT

Hutan merupakan sumber daya alam yang

sangat besar peranannya bagi kepentingan hidup

manusia dan lingkungan hidup. Berdasarkan pola

pemanfaatan lahan dari hasil rembugan Tata Guna

Hutan Kesepakatan, tercatat bahwa jumlah luas

hutan di Indonesia adalah 143.970.615 ha, yang

terdiri dari hutan tetap 113.433.215 ha dan hutan

produksi yang dapat dikonversi 30.537.400 ha.

Berdasarkan fungsinya, hutan

tetap terdiri dari hutan lindung seluas

30.316.100 ha, hutan suaka alam dan

hutan wisata 18.725.215 ha, hutan

produksi terbatas 30.525.300 ha dan

hutan produksi tetap 33.886.600 ha

(Dephut, 2004).

Pengelolaan hutan meliputi, penebangan,

peremajaan dan pemeliharaan tegakan hutan

guna menjamin kelestarian produksi kayu atau

hasil hutan lainnya (Dephut, 1998).

Sistem silvikultur pada hakekatnya merupakan

program perlakuan untuk seluruh rotasi. Batasan

ini membantu menjamin beberapa keseragaman

dan kontinuitas jangka panjang dari perlakuan

yang diterapkan.

Dalam keputusan tersebut telah ditetapkan antara lain bahwa

pengelolaan hutan produksi alam dapat dilakukan dengan sistem

silvikultur Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), Tebang Habis

dengan Permudaan alami Alam (THPA) Tebang Habis dengan

Permudaan alami Buatan (THPB) (Dephut, 1998).

Menteri Kehutanan mengeluarkan keputusan Nomor 485/Kpts/II/1989 tanggal 18 September 1989 tentang sistem silvikultur.

Berdasarkan letak Hutan

Rawa Gambut yang unik.

Ekosistem ini teridi atas

beberapa tipe

subekosistem berikut batas-

batasnya sebagaimana

gambar:

Ragam Sub ekosistem

Hutan Rawa Gambut

Peran dan masalah-masalah Hutan Rawa gambut

Peran Hutan Rawa Gambut :1.  Pengontrol system hidrologi kawasan2.  Gudang pengikat karbon3.  Habitat satwa penting4. Tumpuan hidup manusia5. Lahan gambut memberikan fungsi ekonomi ketika manusia mampu mengolah hasil hutan yang ada seperti kayu, ikan, rotan, dll.

Masalah Terkait Konservasi Hutan Rawa Gambut :

1. Maraknya kebakaran hutan rawa gambut

2. Pencurian kayu (illegal logging)

3. Konversi (alih fungsi) menjadi lahan perkebunan dan

pertanian

4. Lemah dan kurangnya kesadaran masyarakat akan

fungsi manfaat hutan rawa gambut

Lahan gambut cenderung mudah terbakar,

karena kandungan bahan organik yang tinggi dan memiliki sifat kering tak balik (irreversible), porositas tinggi dan daya hantar hidrolik vertikl yang rendah.

Kebakaran hutan rawa gambut tidak hanya menyebabkan hilangnya vegetasi yang ada diatasnya, tetapi juga menyebabkkan rusak, menurun, atau hilangnya gambut itu sendiri.

Terbitnya Inpres No. 2 tahun 2007

tentang Percepatan Rehabilitasi dan

Revitalisasi Kawasan Lahan Gambut Eks

Proyek Pengembangan Lahan Gambut

merupakan langkah dan tindak lanjut

pemulihan kerusakan dan pengembalian

fungsi ekologis, lingkungan dan sosial,

ekonomi dan budaya pada kawasan lahan

gambut tersebut.

Pengelolaan hutan dan lahan

gambut ini perlu dilakukan secara

bijaksana dan hati-hati, hal ini disebabkan

karena hutan hutan rawa gambut

merupakan ekosistem yang rapuh,

sehingga apabila pengelolaannya tidak

dilakukan dengan baik dan benar maka

hutan tersebut tidak akan lestari.

ASPEK EDHAPIS

EKOSISTEM RAWA GAMBUT

TANAH HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU

Gambut adalah bahan tanah yang tidak

mudah lapuk, terdiri dari bahan organik yang

sebagian besar belum terdekomposisi atau sedikit

terdekomposisi serta terakumulasi pada keadaan

kelembaban yang berlebihan.

Berdasarkan kandungan bahan

organik, dikenal dua golongan tanah yaitu

tanah mineral yang mengandung bahan

organik berkisar antara 15 % sampai

dengan 20 % dan tanah organik yang

mengandung bahan organik berkisar

antara 20 % sampai dengan 25 %

(Buckman dan Brady, 1982).

Menurut Koesmawadi (1996) ciri-ciri hutan rawa gambut:

• Selalu tergenang air

• komposisi jenis pon beraneka ragam, mulai dari tegakan

sejenis seperti jenis Calophyllum inophyllum Mix.Sampai

tegakan campuran

• Terdapat lapisan gambut pada lantai hutan

• Mempunyai perakaran yang khas, dan

• Dapat tumbuh pada tanah yang bersifat masam

Tanah gambut, merupakan tanah yang

tersusun dari bahan organik, baik dengan

ketebalan bahan organik lebih dari 45 cm

ataupun terdapat secara berlapis bersama taah

mineral pada ketebalan penampang 80 cm

serta mempunyai tebal lapisan bahan organik

lebih dari 50 cm (Suhardjo, 1983).

Tanah gambut tersebut pada

umumnya mengandung lebih dari 60

% bahan organik (Driessen, 1977).

Tanah gambut atau tanah organik

dimaksud dikenal juga sebagai tanah

organosol atau histosol (Suhardjo,

1983).

Semenanjung propinsi riau

Bahan organik pada tanah gambut dibedakan atas

tiga macam (Rosmarkam et al., 1988) yaitu :

• Fibric yang tingkat dekomposisinya masih rendah

• Hemic merupakan peralihan dengan tingkat dekomposisi

sedang

• Sapric yang dekomposisinya paling lanjut, kurang

mengandung serabut

Menurut Hakim (1986) berdasarkan

nilai-nilai tersebut menggolongkan

kesuburan tanah gambut menjadi tiga

yaitu :

• Gambut eutropik yang subur

• Gambut mesotropik dengan kesuburan

sedang

• Gambut oligotropik dengan kesuburan

rendah

 

Tanpa memandang tingkat

dekomposisinya, gambut dikelaskan

sesuai dengan bahan induknya menjadi

tiga (Bucman dan Brady, 1982)

a. Gambut endapan : Gambut endapan

biasanya

tertimbun didalam air yang relatif dalam

b. Berserat : Gambut ini mempunyai

kemampuan mengikat air tinggi

dan dapat menunjukkan berbagai derajat

dekomposisi

c . Gambut kayuan : Gambut kayuan

biasanya

terdapat dipermukaan timbunan

organik.

Menurut kondisi dan sifat – sifatnya, gambut di sini dapat dibedakan atas:

• 1. Gambut topogen : ialah

lapisan tanah gambut yang

terbentuk karena genangan air

yang terhambat drainasenya

pada tanah – tanah cekung di

belakang pantai , di pedalaman

atau di pegunungan

• 2. Gambut ombrogen : lebih sering

dijumpai, meski semua gambut

ombrogen bermula sebagai gambut

topogen. Gambut ombrogen lebih tua

umurnya , pada umumnya lapisan

gambutnya lebih tebal, hingga

kedalaman 20m

3. SUKSESI VEGETASI HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI RIAU

Whittaker (1970) menyatakan bahwa perubahan-

perubahan yang terjadi selama proses suksesi

berlangsung adalah sebagai berikut :

• (1) Adanya perkembangan dari sifat-sifat tanah,

seperti meningkatnya kedalaman tanah,

meningkatnya kandungan bahan organik dan

meningkatnya perbedaan lapisan horizon tanah.

(2) Terjadinya peningkatan dalam tinggi, kerimbunan dan

perbedaan strata dari tumbuh-tumbuhan.

(3) Dengan meningkatnya sifat-sifat tanah dan struktur

komunitas, maka produktivitas dan pembentukan

bahan organik meningkat.

(4) Keanekaragaman jenis meningkat dari komunitas

yang

sederhana pada awal tingkat suksesi ke komunitas

yang kaya pada akhir suksesi.

(5) Populasi meningkat, pergantian

suatu populasi oleh populasi

lainnya meningkat sampai tingkat

yang stabil juga jenis yang

berumur pendek digantikan oleh

jenis yang berumur panjang.

Tanah gambut di Indonesia sangat bervariasi

tingkat kesuburannya. Gambut pantai umumnya

merupakan gambut topogenous atau mesogenous,

sebagian besar tergolong kedalam eutropik atau

mesogenous, karena memperoleh tambahan unsur

lain dari luar yaitu yang dibawa air pasang.

Sedangkan gambut pedalaman pada umumnya

merupakan gambut ombrogenous/mesogenous yang

termasuk kedalam oligotropik (Polak, 1975).

Kualitas tanah gambut sangat

tergantung pada vegetasi yang

menghasilkan bahan organik

pembentuk tanah gambut, bahan

mineral yang berada di dawahnya,

faktor lingkungan tempat terbentuknya

tanah gambut dan proses pembentukan

tanahnya.

Menurut Hakim (1986) berdasarkan

nilai-nilai tersebut menggolongkan kesuburan

tanah gambut menjadi tiga yaitu :

(1) Gambut eutropik yang subur

(2) Gambut mesotropik dengan kesuburan

sedang

(3) Gambut oligotropik dengan kesuburan

rendah

• Hutan rawa gambut TN Sembilang

merupakan bagian sistem hutan Berbak-

Sembilang seluas 10.000 ha yang mengarah

ke selatan.

• Kondisi Gambut terutama dari tipe

ombrogen, membentuk kubah dengan

ketebalan 0,5 - 10 meter di atas batas

pasang surut.

• Sumber air secara khusus berasal dari hujan.

• Spesies tumbuhan termasuk Tristania obovata,

Architea alternifolia, Pdananus spp., Nepenthes

spp.

• Hutan ini masih menjadi tempat berlindung

keaneka ragaman hayati yang berharga, meliputi

Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae) dan

Bangau Storm (Ciconia stormi,).

• World Book Multimedia Encyclo pedia penerbit IBM

- Ekologi Jawa dan Bali terbitan Pre nhallindo.

- Wikipedia.org

• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/EKOLOGI KOMUNITAS

• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/EKOLOGI POPULASI

• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/EKOLOGI EKOSISTEM

• http://elfisuir.blogspot.com/2010/06/tanah-hutan-rawa-gambut-propinsi

-riau.html

DAFTAR PUSTAKA

• Http://elfisuir.blogspot.com/search/label/

SUKSESI VEGETASI HUTAN RAWA GAMBUT PROPINSI

RIAU

• Http://elfisuir.blogspot.com /search/label/STRUKTUR

FLORISTIK EKOSISTEM HUTAN RAWA GAMBUT

PROPINSI RIAU