syarat mutu biskuit

Upload: chizza-raudatul-ilmi

Post on 09-Mar-2016

211 views

Category:

Documents


14 download

TRANSCRIPT

  • 3

    BAB II

    TINJAUAN PUSTAKA

    2.1 Biskuit

    Menurut SNI 2973-2011 biskuit adalah produk makanan kering yang

    dibuat dengan cara memanggang adonan yang terbuat dari tepungterigu dengan

    atau substitusinya, minyak atau lemak dengan atau tanpa penambahan bahan

    pangan lain dan bahan tambahan pangan yang diizinkan.

    Biskuit dapat dikelompokkan menjadi krekers, kukis, wafer dan pai.

    Krekers merupakan jenis biskuit yang dalam pembuatannya memerlukan proses

    fermentasi sehingga menghasilkan bentuk pipih bila dipatahkan dan

    penampangnya tampak berlapis-lapis.Kukis merupakan jenis biskuit yang dibuat

    dari adonan lunak, berkadar lemak tinggi, renyah dan apabila dipatahkan

    penampangannya bertekstur kurang padat. Wafer merupakan biskuit yang dibuat

    dari adonan cair, berpori-pori kasar, renyah dan jika dipatahkan penampang

    tampak berongga-rongga.Pai merupakan jenis biskuit yang berserpih (flaky) yang

    dibuat dari adonan dilapisi dengan lemak padat atau emulsi lemak sehingga

    mengembang selama pemanggangan dan bila dipatahkan penampangnya tampak

    berlapis-lapis (SNI, 2011).

    Biskuit disukai oleh seluruh kalangan usia karena rasanya yang enak,

    bervarasi, bentuk beraneka garam, harga relatif murah, cukup mengenyangkan,

    hingga kandungan gizi yang lengkap. Biskuit mudah dibawa dan umur simpannya

    yang relatif lama (Fajar, 2013).

  • 4

    2.1.1 Komposisi Kimia Biskuit

    Komposisi kimia biskuit per 100 gram bahan dapat dilihat pada Tabel 2.1

    Tabel 2.1 Komposisi kimia pada biskuit per 100 gram bahan

    Komposisi Kimia Nilai Gizi Protein (g) 10-17 Lemak (g) 4-12

    Karbohidrat (g) 50-60 Abu (g) 1-5 Air (g) 4-6

    Energi (Kilokalori) 340-430 Sumber: Departemen Kesehatan RI., (1972)

    2.1.2 Bahan-bahan Pembuatan Biskuit

    Menurut Fajar (2013) beberapa bahan yang digunakan dalam pembuatan

    biskuit yaitu tepung terigu, telur, gula, baking powder, garam, minyak/lemak, susu

    bubuk dan air.

    1. Tepung terigu

    Tepung terigu merupakan bahan utama dalam pembuatan biskuit. Prinsip

    penentuan penggunaan tepung terigu dalam pembuatan biskuit yaitu berdasarkan

    kualitas dan kuantitas protein dimana gluten akan terbentuk ketika tepung

    dicampur dengan air. Fungsi penggunaan tepung terigu untuk memberikan

    kualitas seperti rasa yang enak dan warna serta tekstur yang bagus.

    2. Telur

    Telur digunakan untuk menambah rasa dan warna, telur juga sering

    dipakai untuk memoles biskuit. Telur yang dipakai pada pembuatan biskuit yaitu

    kuning telur, putih telur atau keduanya. Kuning telur bersifat sebagai pengempuk

    sedangkan putih telur bersifat sebagai pengikat atau pengeras.

  • 5

    3. Gula

    Fungsi gula dalam pembuatan biskuit adalah sebagai pemberi rasa manis,

    pembentuk tekstur dan pemberi warna pada permukaan biskuit. Gula dalam

    adonan biskuit akan terlarut dan menyebar tergantung dari kandungan airnya.

    4. Baking powder

    Baking powder atau soda kue merupakan senyawa natrium bikarbonat

    yang memiliki sifat sebagai bahan pengembang. Bahan pengembang adalah

    senyawa kimia yang apabila terurai akan menghasilkan gas dalam adonan.

    Kelebihan baking powder dalam pembuatan biskuit dapat mengakibatkan biskuit

    terasa asam, tekstur yang renyah dan warna yang kurang menarik.

    5. Garam

    Garam ditambahkan dalam makanan untuk memberi rasa, memperkuat

    tekstur dan mengikat air. Selain itu garam dapat membuat adonan tidak lengket

    dan tidak mengembang secara berlebihan.

    6. Minyak/Lemak

    Minyak/lemak berfungsi untuk melembutkan, membantu pengembangan,

    membantu penyebaran, memberikan rasagurih dan menambah aroma. Jenis lemak

    yang biasa digunakan berasal dari lemak susu (butter) atau dari lemak nabati

    (margarine).

    7. Susu Bubuk

    Susu bubuk berupa serbuk yang memiliki reaksi mengikat terhadap protein

    tepung.Susu bubuk berfungsi untuk membentuk citarasa dan aroma biskuit serta

    menambah nilai gizi biskuit tersebut.

  • 6

    8. Air

    Air berfungsi untuk melarutkan bahan-bahan lain agar bisa bercampur. Air

    yang ditambahkan kedalam adonan biskuit akan hilang selama proses pemanasan

    (pemanggangan).

    2.1.3 Cara Pembuatan Biskuit

    Menurut Muaris (2007) cara pembuatan biskuit meliputi beberapa proses

    yaitu :

    1. Campurkan mentega, kuning telur, garam, gula lalu mixer sampai rata

    (adonan 1).

    2. Campurkan tepung terigu, baking powder, susu bubuk lalu diayak (adonan 2).

    Adonan 1 dan adonan 2 dicampurkan lalu tambahkan air dan diadoni selama

    15 menit.

    3. Adonan dipipihkan kemudian dicetak sesuai selera dan letakkan adonan yang

    telah dibentuk dalam loyang yang sudah diolesi mentega. Panggang adonan

    hingga matang.

    Dalam pembuatan biskuit yang baik ada beberapa hal yang harus

    diperhatikan yaitu pilih tepung dengan jumlah yang tepat, karena banyaknya

    jumlah tepung yang terlarut akan membuat biskuit bertekstur keras, tetapi jika

    tepungnya kurang akan menghasilkan biskuit yang tidak renyah, pilih gula yang

    rendah kalori atau dimodifikasi dengan bahan yang mempunyai cita rasa manis

    misalnya gula dari buah-buahansertabahan lemak yang biasanya digunakan yaitu

    margarin, mentega atau minyak.

  • 7

    2.1.4 Persyaratan Mutu Biskuit

    Persyaratan mutu biskuit dapat dilihat pada Tabel 2.2

    Tabel 2.2 Persyaratan mutu biskuit

    NO Kriteria uji Satuan Persyaratan 1 Keadaan

    1.1 Bau - Normal 1.2 Rasa - Normal 1.3 Warna - Normal 2 Kadar air ( b/b) % maks. 5 3 protein ( N x 6.25 ) (b/b ) % min. 5

    min. 4,5 *) min. 3 **)

    4 Asam lemak bebas (sebagai asam oleat ) ( b/b)

    % maks.1,0

    5 Cemaran logam 5.1 Timbal (Pb) mg/kg maks. 0.5 5.2 Kadmium (Cd) mg/kg maks. 0.2

    5.3 Timah (Sn) Mg/kg Maks. 40 5.4 Merkuri (Hg) Mg/kg Maks. 0.05 6 Arsen ( As) Mg/kg Maks. 0.5

    7.1 Angka Lempeng Total Koloni/g Maks. 1x 104

    7.2 Coliform APM/g 20 7.3 Eschericia coli APM < 3 7.4 Salmonella sp. - Negatif / 25g 7.5 Staphylococcus aureus Koloni/ g Maks. 1 x 102

    7.6 Bacillus cereus Koloni/g Maks. 1 x 102

    7.7 Kapang dan khamir Koloni/g Maks. 2 x 102

    CATATAN *) untuk produk biskuit yang dicampur dengan pengisi dalam adonan **) untuk produk biskut yang diberi pelapis atau pengisi (coating/ filling) dan Pai

    Sumber: SNI 2973-2011

  • 8

    2.2 Protein

    Istilah protein berasal dari kata Yunani proteos, yang berarti yang

    utama atau yang didahulukan. Kata ini diperkenalkan oleh seorang ahli kimia

    Belanda, Gerardus Mulder (1802-1880) ia berpendapat bahwa protein adalah zat

    yang paling penting pada setiap organisme. Protein adalah molekul makro yang

    mempunyai berat lima ribu hingga beberapa juta. Unsur nitrogen adalah unsur

    utama proteinkarena terdapat di dalam di dalam semua protein, akan tetapi tidak

    terdapat di dalam karbohidrat dan lemak.Molekul protein merupakan rantai

    panjang yang tersusun oleh rantai-rantai asam amino. Asam amino terdiri atas

    atom karbon yang terikat pada satu gugus karboksil (COOH), satu gugus amino

    (NH2) yang salah satunya terletak pada atom C tepat disebelah gugus karboksil

    (atom C alfa). Asam-asam amino dengan gugus amino dari asam amino yang

    disampingnya (Almatsier, 2001).

    2.2.1 Struktur Protein

    Menurut Girindra (1986) struktur protein

    dapatdibagimenjadibeberapabentukyaitustruktur primer, sekunder,

    tersierdankuarterner.

    1. Struktur Primer

    Susunan linier asam amino dalam protein merupakanstruktur

    primer.Susunantersebutmerupakansuaturangkaiandariasam amino yang

    menentukansifatdasardariberbagai protein

    dansecaraumummenentukanbentukstruktursekunderdantersier.

  • 9

    2. StrukturSekunder

    Struktursekunder protein adalahstrukturduadimensidari

    protein.Padastrukturiniterjadilipatanberaturanseperti -heliksdan -sheet,

    akibatadanyaikatanhidrogen di antaragugus-gugus polar dariasam amino

    dalamrantai protein.

    3. StrukturTersier

    Dalamhalinirantaipolipeptidacenderunguntukmembelitataumelipatmemben

    tukstruktur yang kompleks.Kestabilanstrukturinibergantungpadagugus R

    padasetiapasam amino yang membentuknyadandistabilkanolehikatanhidrogen,

    ikatandisulfit daninteraksihidrofobik.

    4. StrukturKuarterner

    Molekulprotein

    initerbentukdaribeberapatersierdanbiasaterdiridariprotomer yang

    samaatauprotomer yang berlainan. Protein yang dibentukolehprotomer yang

    samadisebuthomogenus. Jikaterdiridariprotomerberlainandisebutheterogenus.

    2.2.2 Karakteristik Protein

    Protein kebanyakan merupakan senyawa yang amorf, tidak berwarna,

    dimana tidak mempunyai titik cair atau titik didih yang tertentu. Bila dilarutkan

    dalam air akan memberikan larutan koloidal. Protein diendapkan dari larutannya

    bila ditambahkan dengan garam-garam anorganik (Na2SO4, NaCl) dan juga

    dengan menggunakan zat-zat organik yang larut dalam air(Sastrohamidjojo,2009).

  • 10

    Protein sangat cenderung mengalami beberapa bentuk perubahan yang

    dinyatakan sebagai denaturasi.Denaturasi protein adalah perubahan struktur

    sekunder, tersier dan kuartener tanpa diikuti oleh struktur primer. Denaturasi

    terjadi pada suhu 50-60 dan 10-15. Pada suhu yang tinggi maka protein

    mengalami perubahan fisik. Salah satu sifat yang tampak adalah kelarutannya

    yang menurun(Martoharsono, 1988).

    2.2.3 Fungsi Protein

    Menurut Budiyanto (2004)protein mempunyai fungsi bagi tubuh yaitu :

    1. Pertumbuhan dan pemeliharaan tubuh. Pertumbuhan berarti penambahan sel

    atau jaringan dan pemeliharaan yaitu mengatur sel-sel yang rusak serta

    pembentukan senyawa-senyawa penting tubuh, seperti hormon dan enzim.

    2. Pembentukan antibodi tubuh, yaitu zat yang digunakan untuk memerangi

    organisme atau bahan asing yang masuk ke dalam tubuh seperti virus dan

    bakteri.

    3. Berperan dalam pengangkutan zat gizi, yakni pengangkutan dari saluran

    cerna ke dalam darah dan dari darah ke ke jaringan-jaringan serta ke sel-sel.

    4. Sumber energi, protein merupakan sumber energi tubuh. Jika tubuh

    kekurangan energi, fungsi protein sebagai pembangun untuk menyediakan

    energi.

    2.3Metode Penetapan Kadar Protein

    1. Metode Kjeldahl

  • 11

    Menurut SNI 2973-2011 prinsippenetapankadar protein adalahsenyawa

    nitrogen diubahmenjadi ammonium sulfatolehasamsulfatpekat,

    kemudiandiuraikandengannatriumhidroksida. Ammoniayang di

    bebaskandiikatdenganasamboratdankemudiandititardenganlarutanbakuasam.

    Kadar protein diperolehdarihasil kali total nitrogen dengan 6,25.

    AnalisisdenganmetodeKjeldahlpadadasarnyadapatdibagimenjaditigatahapy

    aitu proses destruksi, proses destilasidantahaptitrasi. Pada proses

    destruksisampeldipanaskandalamasamsulfatpekatsehinggamenjadiunsur-

    unsurnya. Elemenkarbondanhidrogenteroksidasimenjadi CO, CO2dan H2O.

    Nitrogen akanberubahmenjadi (NH4)2SO4.

    UntukmempercepatreaksidapatditambahkankatalissepertiHgOdan Na2SO4,

    K2SO4atau

    CUSO4.Denganpenambahankatalistitikdidihasamsulfatakannaiksehinggadestruksib

    erjalancepat. Selenium jugaseringdigunakansebagaikatalisuntukmempercepat

    proses oksidasi(Sudarmadji, dkk., 1989).

    Padatahapdestilasi, ammonium sulfatdipecahmenjadi ammonia

    denganpenambahannatrium hidroksidasampai alkalis dandipanaskan. Ammonia

    yang dibebaskanselanjutnyaakanditangkapolehlarutanasamstandar, asamstandar

    yang digunakanadalahasamkloridaatauasamborat 4%. Destilasidiakhiribilasemua

    ammonia

    terdestilasisempurnadenganditandaidestilattidakbereaksibasis(Sudarmadji, dkk.,

    1989).

  • 12

    Pada tahap titrasi apabila penampung destilat asam borat berlebih, maka

    asam borat yang bereaksi dengan ammonia dapat diketahui dengan dititrasi

    menggunakan asam klorida 0,1 N dengan indikator campuran metil merah dan

    metil biru, selisih jumlah titrasi sampel dan blanko merupakan jumlah ekuivalen

    nitrogen (Sudarmadji, dkk., 1989).

    2. Metode Spektrofotometer

    Kebanyakan protein mengabsorbansi sinar ultraviolet maksimum pada 200

    nm. Hal ini terutama oleh adanya asam amino tirosin trip-tophan dan fenilalanin

    yang ada pada protein tersebut. Pengukuran protein berdasarkan absorbsi sinar

    ultraviolet cepat, mudah dan tidak merusak bahan (Sudarmadji, dkk., 1989).

    3. Metode Lowry

    Konsentrasi protein diukur berdasarkan optical density (OD) pada panjang

    gelombang 600 nm. Untuk mengetahui banyaknya protein dalam larutan, lebih

    dahulu dibuat kurva standar yang melukiskan hubungan antara konsentrasi dengan

    OD. Larutan Lowry ada dua macam yaitu larutan A yang terdiri dari

    fosfoturigstat-fosfomolibdat (1:1) dan larutan Lowry b yang terdiri dari

    Na2CO32% dalam NaOH 0,1 N, CuSO4 dan Na-K-tartrat 2%. Cara penetapannya

    adalah sebagai berikut: 1 ml larutan protein ditambahkan 5 ml Lowry B, digojok

    dan dibiarkan selama 10 menit. Kemudian ditambahkan 0,45 ml Lowry Adigojok

    dan biarkan 20 menit, selanjutnya diamati OD nya pada panjang gelombang 600

    nm (Sudarmadji, dkk., 1989).

    4. Metode Biuret