syaikh abdul qodir jaelani 2

7
8/14/2019 Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2 http://slidepdf.com/reader/full/syaikh-abdul-qodir-jaelani-2 1/7 Tuesday, April 24, 2007 Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (Bagian 1) Teladan Keteguhan Jiwa Sang Sufi Setiap 11 Rabi’ul Akhir, kaum muslimin memperingati haul Syaikh Abdul Qadir  Al-Jilani, pendiri Thariqah Qadiriyyah. Sayang, selama ini yang menjadi kekaguman orang ialah keajaiban karamahnya. Padahal, keteguhan jiwa dan istiqamahnya dalam beribadah justru merupakan karamah terbesar yang seharusnya diteladani . Baghdad, Ahad, 3 Shafar 555 Hijriyyah. Guru mursyid itu baru saja menyelesaikan wudhunya. Dengan terompah yang masih basah, ia berjalan menuju sajadahnya yang telah terhampar di lantai masjid, lalu menunaikan shalat sunnah dua rakaat, sementara beberapa murid duduk penuh ta’zhim menunggu, tak jauh dari tempat sang mursyid shalat. Ketika sang allamah mengucap salam, dan baru saja mengalunkan dua-tiga kalimat dzikir, tiba-tiba sang guru paruh baya bertubuh tegap itu melontarkan salah satu terompahnya ke angkasa sambil berteriak keras. Belum lagi lenyap keterkejutan para santri, tiba-tiba ia melemparkan terompah yang satu lagi. Sepasang terompah itu pun lenyap di angkasa. Setelah itu ia melanjutkan dzikir, seolah tak terjadi apa-apa. Tak seorang santri pun berani menanyakan keanehan perilaku sang mursyid besar, yang tiada lain Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani. Sekitar 23 hari kemudian, dua orang santri Syaikh Abdul Qadir, yaitu Syaikh Abu Umar Utsman As-Sairafi dan Syaikh Abu Muhammad Abdul Haqqi Al- Harimiyyah, dikejutkan oleh kedatangan serombongan kafilah dagang di pintu gerbang madrasah mereka. Mereka menyatakan ingin bertemu dengan sang guru untuk menyampaikan nadzar. Maka Syaikh Abu Umar pun menghadap Syaikh Abdul Qadir, menyampaikan pesan tamunya. Dengan tenang Syaikh Abdul Qadir memerintahkan agar Abu Umar menerima apa pun yang akan diberikan oleh tamunya. Kafilah itu menyerahkan hadiah, terdiri atas perhiasan emas dan pakaian dari sutra, serta sepasang terompah tua – yang sangat mereka kenal sebagai terompah Syaikh Abdul Qadir. “Bagaimana terompah guru kami berada di tangan kalian?” tanya kedua santri thariqah itu terheran-heran.

Upload: pudjijati

Post on 30-May-2018

230 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

8/14/2019 Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

http://slidepdf.com/reader/full/syaikh-abdul-qodir-jaelani-2 1/7

Tuesday, April 24, 2007

Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani (Bagian 1) 

Teladan Keteguhan Jiwa Sang Sufi

Setiap 11 Rabi’ul Akhir, kaum muslimin memperingati haul Syaikh Abdul Qadir  Al-Jilani, pendiri Thariqah Qadiriyyah. Sayang, selama ini yang menjadi kekaguman orang ialah keajaiban karamahnya. Padahal, keteguhan jiwa danistiqamahnya dalam beribadah justru merupakan karamah terbesar yang seharusnya diteladani .

Baghdad, Ahad, 3 Shafar 555 Hijriyyah. Guru mursyid itu baru sajamenyelesaikan wudhunya. Dengan terompah yang masih basah, ia berjalan

menuju sajadahnya yang telah terhampar di lantai masjid, lalu menunaikanshalat sunnah dua rakaat, sementara beberapa murid duduk penuh ta’zhimmenunggu, tak jauh dari tempat sang mursyid shalat.

Ketika sang allamah mengucap salam, dan baru saja mengalunkan dua-tigakalimat dzikir, tiba-tiba sang guru paruh baya bertubuh tegap itu melontarkansalah satu terompahnya ke angkasa sambil berteriak keras. Belum lagi lenyapketerkejutan para santri, tiba-tiba ia melemparkan terompah yang satu lagi.Sepasang terompah itu pun lenyap di angkasa.

Setelah itu ia melanjutkan dzikir, seolah tak terjadi apa-apa. Tak seorang santri

pun berani menanyakan keanehan perilaku sang mursyid besar, yang tiada lainSyaikh Abdul Qadir Al-Jilani.

Sekitar 23 hari kemudian, dua orang santri Syaikh Abdul Qadir, yaitu Syaikh AbuUmar Utsman As-Sairafi dan Syaikh Abu Muhammad Abdul Haqqi Al-Harimiyyah, dikejutkan oleh kedatangan serombongan kafilah dagang di pintugerbang madrasah mereka. Mereka menyatakan ingin bertemu dengan sangguru untuk menyampaikan nadzar.

Maka Syaikh Abu Umar pun menghadap Syaikh Abdul Qadir, menyampaikan

pesan tamunya. Dengan tenang Syaikh Abdul Qadir memerintahkan agar AbuUmar menerima apa pun yang akan diberikan oleh tamunya. Kafilah itumenyerahkan hadiah, terdiri atas perhiasan emas dan pakaian dari sutra, sertasepasang terompah tua – yang sangat mereka kenal sebagai terompah SyaikhAbdul Qadir.

“Bagaimana terompah guru kami berada di tangan kalian?” tanya kedua santrithariqah itu terheran-heran.

Page 2: Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

8/14/2019 Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

http://slidepdf.com/reader/full/syaikh-abdul-qodir-jaelani-2 2/7

Pemimpin kafilah itu pun berkisah. Pada 3 Shafar 555 Hijriyyah, merekadihadang gerombolan perampok di sebuah gurun pasir di luar Jazirah Arab.Karena ketakutan, semua anggota kafilah melarikan diri meninggalkan sebagianbarang dagangan mereka.

Namun tiba-tiba mereka berhenti, karena di depan mereka mulut jurangmenganga lebar. Sementara gerombolan perampok semakin mendekat. Sambilbersorak sorai mereka mengejar anggota kafilah yang membawa lari sisa-sisabarang dagangan. Apa boleh buat, anggota kafilah itu pun pasrah. Di tengahketakutan yang mencekam, pemimpin kafilah itu berdoa, “Ya Allah, denganberkah Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, selamatkanlah kami. Jika selamat, kamibernadzar akan memberikan hadiah kepada beliau.”

Ajaib, tiba-tiba sorak sorai perampok itu terhenti, berganti dengan teriakanhisteris ketakutan. Dan sesaat kemudian sepi, hening. Tak lama sesudah itu

kepala perampok mendatangi kafilah dagang dengan wajah ketakutan. Katanyadengan suara gemetar terbata-bata, “Saudaraku, ikutlah denganku, ambillahkembali barang-barang kalian yang kami rampok, dan tolong ampuni kami.”

Para anggota kafilah terheran-heran dan saling berpandangan. Dengan takut-takut mereka mengikuti si perampok. Sampai di tempat mereka semulameninggalkan barang dagangan, mereka menyaksikan pemandangan yang lebihaneh lagi. Dua orang tetua perampok tewas dengan kepala luka parah. Disebelah masing-masing tergeletak sebuah terompah yang masih basah,sementara sebagian besar anggota perampok terduduk lemas dengan wajahketakutan.

Menurut salah seorang perampok, ketika mereka tengah berpesta pora, tiba-tibasebuah terompah melesat dan menghantam kepala salah seorang pemimpinbegal. Belum hilang keterkejutan mereka, tiba-tiba sebuah terompah lagi melesatdan menghantam kepala pemimpin begal lainnya. Keduanya tewas seketika.“Melesatnya terompah itu diiringi dengan teriakan keras yang membuat lututkami gemetaran dan terduduk lemas,” katanya.

Sang guru mursyid, Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani, memang termasyhur sebagaisalah seorang sulthanul awliya’ (penghulu para wali Allah) yang banyak memilikikaramah, bahkan sejak sebelum ia lahir. Ketika ia masih dalam kandunganibundanya, Fatimah binti Abdullah Al-Shama’i Al-Husaini, ayahandanya, AbuShalih Musa Zanki Dausath, bermimpi bertemu Rasulullah SAW bersamasejumlah sahabat, para mujahidin, dan para wali. Dalam mimpi itu RasulullahSAW bersabda, “Wahai Abu Shalih, Allah SWT akan memberi amanah seoranganak laki-laki yang kelak akan mendapat pangkat tinggi dalam kewalian,sebagaimana aku mendapat pangkat tertinggi dalam kenabian dan kerasulan.”

Page 3: Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

8/14/2019 Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

http://slidepdf.com/reader/full/syaikh-abdul-qodir-jaelani-2 3/7

Saat melahirkan bayi Abdul Qadir pada 1 Ramadhan 471 Hijriyyah di Desa Jilan,dekat Tabaristan, Irak, sang ibunda telah berusia 60 tahun lebih – bukan usiayang lazim bagi perempuan untuk melahirkan seorang bayi. Keajaiban lainnya,tak seperti bayi pada umumnya, bayi Abdul Qadir tidak pernah menyusu kepadaibundanya di siang hari bulan Ramadhan. Sang bayi baru menangis minta

disusui saat mentari tenggelam di ufuk barat, yang menandakan datangnyawaktu maghrib. Uniknya, keanehan luar biasa itu dimanfaatkan oleh warga Jilansebagai pedoman waktu imsak dan berbuka puasa.

Kematian dalam MimpiKedekatan Syaikh Abdul Qadir dengan Allah SWT dan ketinggian maqamnyasudah tampak sejak belia. Suatu hari, Abul Muzhaffar Hasan bin Tamimi,seorang saudagar, ketika hendak melakukan perjalanan niaga, seperti lazimnyatradisi saat itu, menghadap Syaikh Hammad bin Muslim Ad-Dabbas, ulamasepuh yang waskita, untuk mohon doa restu. Namun, tak seperti yangdiharapkan, Syaikh Hammad malah mengatakan, rombongan kafilahnya akan

dirampok dan ia akan mati dibunuh. Maka Abul Muzhaffar pun pulang dengancemas dan hati berdebar-debar.

Di tengah jalan ia berjumpa dengan Abdul Qadir, yang saat itu baru berusia 17tahun. Melihat wajah gundah sang saudagar, Abdul Qadir menyapa danmenanyakan keadaannya. Dengan sedih Abul Muzhaffar menceritakan ramalanSyaikh Hammad. Namun, dengan tenang Abdul Qadir berkata, “Pergilah, Tuanakan selamat dan mendapat untung besar.”

Ternyata benar. Abul Muzhaffar mendapat untung besar.

Dalam perjalanan pulang, ketika ia buang air besar di WC umum, dompetnyayang berisi hasil perniagaan ketinggalan. Malamnya, ia tertidur pulas dipenginapan karena kelelahan, dan bermimpi dirampok sekelompok orang Badui.Dalam mimpinya, salah seorang perampok menghunjamkan pisau ke dadanya.Abul Muzhaffar terkejut dan terbangun. Anehnya, ia merasakan nyeri di dadameski tak ada luka sama sekali. Seketika ia teringat dompet yang ketinggalan diWC umum. Ia pun lari, kembali WC umum. Ternyata dompet itu masih ada,lengkap dengan isinya.

Ia pun segera pulang. Sampai di Baghdad ia berniat menemui Syaikh Hammaddan Syaikh Abdul Qadir. Ia berpikir keras, sowan ke Syaikh Hammad yang lebihtua dulu, ataukah menemui Abdul Qadir, yang meski masih belia ucapannyabenar. Tiba-tiba ia berpapasan dengan Syaikh Hammad, yang langsungmenyuruhnya menemui Abdul Qadir. “Pemuda itu adalah waliyullah yang benar-benar dicintai Allah. Ia telah mendoakan keselamatanmu sebanyak 17 kali,sehingga takdir kematianmu hanya kamu rasakan dalam mimpi, sedangkantakdir kefakiranmu hanya berupa lupa meletakkan dompet,” tuturnya.

Dengan bergegas Abul Muzhaffar menemui sang waliyullah. Begitu berjumpa,

Page 4: Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

8/14/2019 Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

http://slidepdf.com/reader/full/syaikh-abdul-qodir-jaelani-2 4/7

belum sempat ia membuka mulut, Syaikh Abdul Qadir sudah mendahuluiberkata, “Ia memang benar. Aku memang telah mendoakanmu 17 kali, kemudianberdoa lagi sampai 70 kali, sehingga terjadilah seperti yang diungkapkan olehSyaikh Hammad itu.” Ajaib, Syaikh Abdul Qadir tahu belaka apa yang diucapkanoleh Syaikh Hammad.

Masih banyak karamah pendiri Thariqah Qadiriyyah yang mendunia ini. Bahkan,dalam salah satu manaqibnya, An-Nurul Burhani fi Manaqibi Sulthanil Awliya’Syaikh Abdil Qadir Al-Jilani, terdapat satu bab khusus yang mengisahkanberbagai karamah sang wali yang pernah disaksikan oleh banyak orang.

Karamah-karamah Syaikh Abdul Qadir memang melegenda, hingga tak jarangmasyarakat awam menyebut-nyebut namanya sebagai upaya mendapatkankeluarbiasaan atau kesaktian. Beberapa perguruan bela diri tenaga dalam yang“Islami”, misalnya, menjadikan pembacaan manaqib Syaikh Abdul Qadir sebagairitus untuk meyempurnakan ilmu kesaktian, dan sebagainya.

Sayang sekali jika untuk menghormati atau meneladani perikehidupan sangwaliyullah, selama ini (sebagian) kaum muslimin hanya mengingat ataumengagumi keajaiban karamah-karamahnya. Padahal, yang paling afdhal ialahmempelajari manaqib alias biografi Syaikh Abdul Qadir, yang sarat denganperilaku keshalihan dan kegigihan dalam belajar serta beribadah, yangmembuatnya layak diangkat sebagai wali quthb alias penghulu para wali. Dalammanaqib, misalnya, dikisahkan betapa dengan keluhuran budi dan semangatbaja untuk mencapai kebenaran sejati, Syaikh Abdul Qadir melakukan riyadhahbathiniyyah, tirakat yang sangat berat.

Salah satu contohnya kisah kejujuran Abdul Qadir kecil – sebagai warisan darileluhurnya yang mulia – ketika akan berangkat nyantri ke Baghdad. Ketika ituibundanya membekalinya 40 keping uang emas warisan ayahandanya. Supayaaman dalam perjalanan, uang yang sangat berharga itu dijahitkan dalam

 jubahnya. Ibunya berpesan agar Abdul Qadir selalu bersikap benar dan jujur,tidak berbohong. Maka, selama hayatnya pesan ibundanya itu senantiasa iapegang teguh.

Dalam perjalanan ia dihadang sekelompok perampok. Salah seorang perampokbertanya, apakah ia memiliki barang berharga. Abdul Qadir menjawab dengan

 jujur, ia memiliki 40 keping uang emas. Anehnya, perampok itu malah tidakpercaya, dan berlalu pergi.

Tak lama kemudian Abdul Qadir dihadang lagi oleh perampok yang lain. Kali itumereka adalah para perampok yang jeli. Mereka menguras habis semua hartamilik rombongan kafilah yang seperjalanan dengan Abdul Qadir.

Ketika tiba giliran untuk memeriksa Abdul Qadir, mereka membentak apakah dia

Page 5: Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

8/14/2019 Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

http://slidepdf.com/reader/full/syaikh-abdul-qodir-jaelani-2 5/7

punya harta berharga. Abdul Qadir menjawab dengan jujur, ia punya 40 kepingemas, sambil menunjukkan jahitan tempat menyimpan bekal dari ibundanya itu.Tapi, pemimpin perampok yang memeriksanya malah terkejut dan heran,mengapa dia mengaku dengan jujur.“Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk selalu jujur dan benar dalam keadaan apa

pun,” kata Abdul Qadir.

Karena penasaran, perampok itu membentak lagi, “Tapi, sekarang ibumu kantidak ada di sini. Ia tidak akan tahu jika engkau berbohong.”

“Betul. Tetapi janjiku untuk selalu jujur dan benar itu disaksikan Allah SWT, yangtidak pernah tidur dan alpa dalam mengawasi hamba-hamba-Nya,” jawab AbdulQadir dengan tenang.

Ajaib. Kontan si pemimpin perampok langsung lemas, kemudian bersimpuh dihadapan Abdul Qadir, yang masih muda itu. “Engkau telah menjaga janji kepadaibumu, sedangkan kami melupakan janji kami kepada Sang Pencipta,” ujarnya,yang kemudian bertobat.Sejak itu, para perampok tersebut menjadi murid Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani.

Suci Sepanjang MalamUsai menuntut ilmu dari para ulama dan sufi besar, Syaikh Abdul Qadir mengembara mengarungi sahara Irak selama 25 tahun, melewati rumput berduridan tanah terjal. Pengembaraan ini merupakan jawaban atas kegelisahannyamelihat kebobrokan moralitas sebagian besar masyarakat waktu itu, sekaligus

untuk mengasah kepekaan batiniahnya. Selama pengembaraan spiritual itu,sang sufi selalu berusaha menghindari pertemuan dengan manusia lain. Iahanya mengenakan pakaian sederhana berupa jubah dari bulu domba sertatutup kepala dari sesobek kain, tanpa alas kaki.

Selama mengembara, ia hanya makan buah-buahan segar dari pepohonan,rerumputan muda di tepi sungai, dan sisa sayur-mayur yang sudah dibuang.Minum pun hanya secukupnya. Sementara waktu tidurnya begitu singkat,sehingga nyaris selalu terjaga. Di kemudian hari, kesederhanaan itu tetapdipertahankannya: mengenakan jubah thoilusan, yang menutup sampai kepala,dan selalu mengendarai bighal alias keledai ke mana pun ia pergi

Upaya pembersihan jiwa itu juga dengan cara menghindarkan diri secara totaldari segala hal yang meragukan, bahkan juga mengurangi makan dan minumyang halal. Berkat upayanya yang sangat keras itulah, ia kemudian mendapatpenjagaan dari Allah SWT.

Pernah, dalam suatu perjalanan ketika ia tidak makan dan minum selamabeberapa hari, tiba-tiba datanglah seseorang menyerahkan sekantung uang

Page 6: Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

8/14/2019 Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

http://slidepdf.com/reader/full/syaikh-abdul-qodir-jaelani-2 6/7

dirham. Meski uang itu cukup untuk bekal perjalanan selama beberapa hari,Syaikh Abdul Qadir hanya mengambil sedikit untuk membeli beberapa kerat rotisebagai pengganjal perut.

Namun, inilah penjagaan Allah SWT itu. Belum lagi makanan itu masuk ke

mulutnya, tiba-tiba selembar kertas jatuh dari langit bertuliskan peringatan yangsangat mengejutkan: Sesungguhnya syahwat itu hanya untuk hamba-Ku yanglemah, sebagai penolong dalam melaksanakan ketaatan kepada-Ku. Sedangkanhamba-Ku yang kuat seharusnya tidak lagi mempunyai syahwat apa pun.

Tentu saja Syaikh Abdul Qadir terkejut. Ia pun segera meninggalkan makananhalal tersebut.

Riyadhah lain yang dilakukan oleh waliyullah ini sebagai upaya untukmembersihkan jiwa ialah dengan selalu menjaga kesucian dari hadats kecil

maupun besar. Salah seorang khadimnya, Syaikh Abu Abillah Muhammad binAbdul Fatah Al-Harawi, yang melayani Syaikh Abdul Qadir selama 40 tahun,bersaksi bahwa sang waliyullah selalu melaksanakan shalat Shubuh denganwudhu shalat Isya. Artinya, sepanjang waktu itu Syaikh Abdul Qadir hampir-hampir tak pernah tidur di malam hari, dan dalam keadaan suci.

Kisah lain yang mengungkapkan upaya penjagaan kesucian jasmani danruhaninya termaktub dalam kitab Lujjainid Dani fi Manaqibi Sulthanil Awliya'Syaikh Abdil Qadir Al-Jilani, karya Syaikh Ja’far bin Hasan bin Abdulkarim Al-Barzanji.

Dikisahkan, pada suatu malam yang sangat dingin, ketika Syaikh Abdul Qadir tengah duduk bersandar pada salah satu tiang bekas reruntuhan istana Kisra,Persia, tiba-tiba ia terserang kantuk sangat hebat sehingga tertidur. Tak lamakemudian ia terbangun dan mendapati dirinya mimpi basah. Tak ingin berlama-lama menanggung hadats, ia pun segera bangkit dan mandi besar di salah satuanak sungai yang mengalir tak jauh dari situ.

Usai bersuci ia meneruskan dzikirnya sambil bersandar di tiang yang sama.Ternyata ia tertidur kembali dan mimpi basah lagi. Tanpa menghiraukandinginnya cuaca dan derasnya angin gurun pasir di malam hari, ia mandi junublagi di sungai, lalu kembali berdzikir.

Namun peristiwa yang sama terulang lagi, dan sang mursyid pun kembali mandi junub. Konon, peristiwa ajaib itu berulang hingga 40 kali dalam semalam hinggawaktu fajar. Kemudian sang wali beranjak dari tempat itu.

Dalam beberapa buku manaqib Syaikh Abdul Qadir, pengalaman spiritualmenyangkut mimpi basah sampai 40 kali dalam semalam itu terlalu ditonjolkan.Padahal, makna terpenting dari kejadian itu ialah sikap keistiqamahan sang wali

Page 7: Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

8/14/2019 Syaikh Abdul Qodir Jaelani 2

http://slidepdf.com/reader/full/syaikh-abdul-qodir-jaelani-2 7/7

yang tetap mandi junub walaupun dalam keadaan cuaca sangat dingin,sementara mimpi basah itu hanyalah sebagai sarana bagi Allah SWT untukmenguji kekasih-Nya. Adapun angka 40 kali merupakan simbol sangat seringnyasuatu kejadian.

Keseriusannya menunaikan syari’at dan mengamalkan tasawuf, akhirnyamempertemukannya dengan Nabi Khidhir AS. Uniknya, meskipun bersahabatselama tiga tahun, mereka tidak pernah saling mengenal. Dalam persahabatanini pun keteguhan hati Syaikh Abdul Qadir kembali diuji.

Agar persahabatan mereka tidak terputus, Nabi Khidhir mensyaratkan agar sangwali tidak meninggalkan tempat duduknya sampai ia kembali. Maka selama tigatahun Syaikh Abdul Qadir tidak meninggalkan tempat yang mereka sepakati,kecuali untuk bersuci.

Berbagai godaan menghampirinya, namun ia tetap bertahan. Nabi Khidhir AS

hanya menjenguk setahun sekali, itu pun hanya sejenak.

Masih banyak kisah yang menceritakan kesungguhan mujahadah Syaikh AbdulQadir Al-Jilani dalam membersihkan qalbu dan jiwanya. Perjuangan beratdisertai sikap istiqamahnya mengantarkannya menjadi penghulu para awliya dankaum sufi sepanjang masa.

Jika selama ini orang selalu mengidentikkan Syaikh Abdul Qadir Al-Jilani dengankehebatan dan keajaiban karamahnya – sehingga sosoknya selalu dijadikanwasilah untuk meraih kesaktian secara instan – sekaranglah saatnya untukberubah. Caranya, dengan meneladani kebersihan jiwa dan keteguhan hatinya

dalam mengistiqamahkan ibadah dan menunaikan syari’at. (Kang Iftah, 2007)