surya digimag 06 februari 2015

1
WAHYU KETUA BEM FAKULTAS PSIKOLOGI UNMER C OMOT sana-sini dan di- tempel pada calon makalah menjadi bagian dari proses penyelesaian makalah. Jangan heran jika mende- ngar alasan yang muncul ketika aksi itu dipergoki. Para dosen agaknya memiliki hobi sama, memberi tugas membuat makalah kepada mahasiswa. Ya iyalah. Membuat makalah menjadi latihan dalam proses penulisan karya tulis ilmiah dan skripsi kelak. Masalahnya, jika semua mata kuliah menuntut mahasiswa membuat penelitian dan makalah yang tidak hanya sekali dalam satu semester, sebagian keteteran. Kalau sudah demikian, yang muncul jurus dewa mabuk alias ngawur. Su- paya cepat, aksi memboyong sebagian data milik orang lain pun terjadi. Jika mau menuliskan sumber yang diambil dan cara mengaplikasikan ke dalam makalah benar, sebetulnya tidak ma- salah. Dalam wilayah ilmiah, pengam- bilan referensi dibenarkan dengan cara tertentu yang sudah disepakati. Memang caranya sedikit ribet, tetapi ya itu yang benar. Menerabas jalan agar lebih cepat meski menabrak aturan akhirnya menjadi pilihan. Celakanya, urusan menghormati karya orang lain menjadi tersingkir. Semua diembat asal bisa membuat makalah atau karya yang bagus, tebal, dan cepat. Fiu… muncul- lah plagiat-plagiat. Melihat yang seperti itu pasti mem- buat prihatin. Dunia akademik yang se- harusnya menjadi tempat belajar santun dan jujur tercoreng oleh kebiasaan copy paste karya orang lain. Hm… internet memang memudahkan banyak orang untuk melihat dan mengambil sebagian atau seluruh karya yang ada di dunia maya. Tentu saja kemudahan itu bukan untuk disiasati untuk menjadi plagiat. Urusan yang satu itu menjadi serius karena dalam wilayah akademik tidak boleh terjadi padahal tahu sama tahu, kebiasaan copy paste sudah menjamur. Itu yang kemudian menjadi topik hangat dalam diskusi publik “Plagiat Pejabat Negara Sebagai Kejahatan Akademik Tertinggi” di Auditorium PPI Universitas Merdeka Malang, Senin (2/2). Kegiatan yang dimulai pukul 10.00 hingga 13.30 itu dihadiri para tokoh LSM, ormas, dan organisasi kemahasiswaan se-Malang Raya. Presiden Mahasiswa Universitas Merdeka (Unmer) Malang, Ismail Namsa, mengatakan acara yang dihelat itu merupakan program kerja Kemen- terian Pendidikan dan Kebudayaan BEM Unmer Malang. “Dalam konteks penegakan hukum bagi pelaku plagiat yang sudah beredar luas di kalangan mahasiswa di Malang, BEM ingin mengambil peran strategis. Salah satunya dengan menggelar kegiatan-ke- giatan yang bernuansa advokasi. Kami ingin turut mendorong agar kampus tetap terjaga kejujuran akademiknya,” ungkap mahasiswa Ilmu Hukum Semester VII itu. Pernyataan Ismail diamini oleh Mu- hamad Gemmy Bagus Nurcahyo, Ketua Pelaksana diskusi publik ini. “Kami hendak berkontribusi pada bangunan integritas para dosen, bahkan guru besar, yang menjadi teladan civitas akademika di dunia kampus. Jika seo- rang dosen memberikan contoh yang baik, maka para mahasiswanya akan mengikuti jejaknya. Pun sebaliknya!” kata mahasiswa kelahiran Nganjuk 1991 ini. (ismail namsa, muhamad gemmy bagus nurcahyo, mahdiansyah) Bisa Jadi Urusan Hukum Jurus Dewa Mabuk Makalah BEM Universitas Merdeka Malang Tugas membuat makalah adalah bagian dari nasib mahasiswa. Kekuatan data dan kemampuan menuangkan gagasan dalam deretan kalimat sering dianggap momok yang menuntut jalan pintas. Ambil saja tulisan yang sudah ada. Beres. K ADANG-KADANG mahasiswa tidak memahami batas plagiasi. Kan cuma ambil seiprit, masa sih dianggap plagiat? Kalau tidak memahami, tentu repot. Imbasnya tidak main-main, lho. Itu bisa masuk wilayah hukum. Dosen dari UGM Jogjakarta saja harus mundur karena opini yang ia tulis di harian Kompas pada 10 Februari 2013, sebagian mengambil karya orang lain. Kegiatan yang diselenggarakan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Merdeka Malang dengan Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Kota Malang, Lingkar Study Wacana (LSW) Indonesia, dan Himpu- nan Mahasiswa Islam Indonesia (HMI) Komisariat Saintek UIN Malang ber- langsung lancar. Pembicara yang hadir Gunadi Handoko (Ketua Peradi Malang Raya), Sunarjo (Majelis Pertimbangan PPI Kota Malang), Syamsul Arifin (Kepala Bagian Hukum Polres Malang Kota), dan Abdul Aziz (Direktur Eksekutif LSW Indonesia). Salah satu peserta, Yayan Shofyan, yang juga perwakilan HMI Komisariat Saintek UIN Malang angkat bicara. “Bagaimana tentang kasus plagiat yang dilakukan pejabat kampus di Kota Malang, yang laporannya telah dicabut oleh pelapornya?” katanya saat sesi tanya-jawab dibuka oleh moderator, M Lutfi Khoiruddin. Baik Gunadi Handoko maupun Su- narjo yang menjadi pembicara berpen- dapat sama. “Secara hukum, pelang- garan UU Hak Cipta yang dilakukan sebelum 18 Oktober 2014, dikategorikan sebagai delik umum atau biasa. Nah, jika peristiwa hukumnyanya tahun 2008, walaupun dicabut, sama sekali tak memengaruhi proses penyelidikan dan penyidikan,” kata Ketua Peradi dan Ketua Jurusan Ilmu Hukum Unmer itu. Plagiasi benar-benar “sukar” dihinda- ri, tetapi bukan berarti tidak dapat diku- rangi. Dengan adanya diskusi publik bertemakan plagiat, diharapkan praktik yang sudah lama menggejala tersebut sedikit demi sedikit bisa ditekan. Para aktivis yang sudah memahami betul apa itu plagiat, sanksi moralnya, sanksi pidana beserta dendanya, haruslah menjadi pelopor utama dalam mengajak para mahasiswa untuk membuat karya ilmiah secara mandiri. Jika mengutip pen- dapat orang lain, secara jujur mencantum- kan sumber rujukannya. (ismail namsa, muhamad gemmy bagus nurcahyo, mahdiansyah) JUMAT 6 FEBRUARI 2015 surya.co.id | surabaya.tribunnews.com Digi Mag Digital Magazine NISA NUR FADILAH KETUA BEM FAKULTAS HUKUM UNMER DEVY AKTIVIS MAHASISWA FAKULTAS HUKUM UNMER MEKY ALEXANDER MAHASISWA SEDANG MENYUSUN SKRIPSI ISMAIL NAMSA PRESIDEN MAHASISWA UNIVERSITAS MERDEKA (UNMER) MALANG join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya

Upload: harian-surya

Post on 07-Apr-2016

223 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

BEM Universitas Merdeka Malang Jurus Dewa Mabuk Makalah : Tugas membuat makalah adalah bagian dari nasib mahasiswa. Kekuatan data dan kemampuan menuangkan gagasan dalam deretan kalimat sering dianggap momok yang menuntut jalan pintas. Ambil saja tulisan yang sudah ada. Beres.

TRANSCRIPT

Page 1: Surya Digimag 06 Februari 2015

WahyuKetua BeM FaKultas PsiKologi unMer

Comot sana-sini dan di-tempel pada calon makalah menjadi bagian dari proses penyelesaian makalah. Jangan heran jika mende-

ngar alasan yang muncul ketika aksi itu dipergoki.

Para dosen agaknya memiliki hobi sama, memberi tugas membuat makalah kepada mahasiswa. Ya iyalah. membuat makalah menjadi latihan dalam proses penulisan karya tulis ilmiah dan skripsi kelak. masalahnya, jika semua mata kuliah menuntut mahasiswa membuat penelitian dan makalah yang tidak hanya sekali dalam satu semester, sebagian keteteran.

Kalau sudah demikian, yang muncul jurus dewa mabuk alias ngawur. Su-paya cepat, aksi memboyong sebagian data milik orang lain pun terjadi. Jika mau menuliskan sumber yang diambil

dan cara mengaplikasikan ke dalam makalah benar, sebetulnya tidak ma-salah. Dalam wilayah ilmiah, pengam-bilan referensi dibenarkan dengan cara tertentu yang sudah disepakati.

memang caranya sedikit ribet, tetapi ya itu yang benar. menerabas jalan agar lebih cepat meski menabrak aturan akhirnya menjadi pilihan. Celakanya, urusan menghormati karya orang lain menjadi tersingkir. Semua diembat asal bisa membuat makalah atau karya yang bagus, tebal, dan cepat. Fiu… muncul-lah plagiat-plagiat.

melihat yang seperti itu pasti mem-buat prihatin. Dunia akademik yang se-harusnya menjadi tempat belajar santun dan jujur tercoreng oleh kebiasaan copy paste karya orang lain. Hm… internet memang memudahkan banyak orang untuk melihat dan mengambil sebagian atau seluruh karya yang ada di dunia

maya. tentu saja kemudahan itu bukan untuk disiasati untuk menjadi plagiat.

Urusan yang satu itu menjadi serius karena dalam wilayah akademik tidak boleh terjadi padahal tahu sama tahu, kebiasaan copy paste sudah menjamur. Itu yang kemudian menjadi topik hangat dalam diskusi publik “Plagiat Pejabat Negara Sebagai Kejahatan Akademik tertinggi” di Auditorium PPI Universitas merdeka malang, Senin (2/2). Kegiatan yang dimulai pukul 10.00 hingga 13.30 itu dihadiri para tokoh LSm, ormas, dan organisasi kemahasiswaan se-malang Raya.

Presiden mahasiswa Universitas merdeka (Unmer) malang, Ismail Namsa, mengatakan acara yang dihelat itu merupakan program kerja Kemen-terian Pendidikan dan Kebudayaan BEm Unmer malang. “Dalam konteks penegakan hukum bagi pelaku plagiat

yang sudah beredar luas di kalangan mahasiswa di malang, BEm ingin mengambil peran strategis. Salah satunya dengan menggelar kegiatan-ke-giatan yang bernuansa advokasi. Kami ingin turut mendorong agar kampus tetap terjaga kejujuran akademiknya,” ungkap mahasiswa Ilmu Hukum Semester VII itu.

Pernyataan Ismail diamini oleh mu-hamad Gemmy Bagus Nurcahyo, Ketua Pelaksana diskusi publik ini. “Kami hendak berkontribusi pada bangunan integritas para dosen, bahkan guru besar, yang menjadi teladan civitas akademika di dunia kampus. Jika seo-rang dosen memberikan contoh yang baik, maka para mahasiswanya akan mengikuti jejaknya. Pun sebaliknya!” kata mahasiswa kelahiran Nganjuk 1991 ini. (ismail namsa, muhamad gemmy bagus nurcahyo, mahdiansyah)

Bisa Jadi Urusan Hukum

Jurus Dewa Mabuk

Makalah

BEM Universitas Merdeka Malang

Tugas membuat makalah adalah bagian dari nasib mahasiswa. Kekuatan data dan kemampuan menuangkan gagasan dalam

deretan kalimat sering dianggap momok yang menuntut jalan pintas. Ambil saja tulisan yang

sudah ada. Beres.

KADANG-KADANG mahasiswa tidak memahami batas plagiasi. Kan cuma ambil seiprit, masa sih

dianggap plagiat? Kalau tidak memahami, tentu

repot. Imbasnya tidak main-main, lho. Itu bisa masuk wilayah hukum. Dosen dari UGm Jogjakarta saja harus mundur karena opini yang ia tulis di harian Kompas pada 10 Februari 2013, sebagian mengambil karya orang lain.

Kegiatan yang diselenggarakan Badan Eksekutif mahasiswa (BEm) Universitas merdeka malang dengan Perhimpunan Pergerakan Indonesia (PPI) Kota malang, Lingkar Study Wacana (LSW) Indonesia, dan Himpu-nan mahasiswa Islam Indonesia (HmI) Komisariat Saintek UIN malang ber-langsung lancar. Pembicara yang hadir Gunadi Handoko (Ketua Peradi malang Raya), Sunarjo (majelis Pertimbangan PPI Kota malang), Syamsul Arifin (Kepala Bagian Hukum Polres malang Kota), dan Abdul Aziz (Direktur Eksekutif LSW Indonesia).

Salah satu peserta, Yayan Shofyan, yang juga perwakilan HmI Komisariat Saintek UIN malang angkat bicara. “Bagaimana tentang kasus plagiat yang dilakukan pejabat kampus di Kota malang, yang

laporannya telah dicabut oleh pelapornya?” katanya saat sesi tanya-jawab dibuka oleh moderator, m Lutfi Khoiruddin.

Baik Gunadi Handoko maupun Su-narjo yang menjadi pembicara berpen-dapat sama. “Secara hukum, pelang-garan UU Hak Cipta yang dilakukan sebelum 18 oktober 2014, dikategorikan sebagai delik umum atau biasa. Nah, jika peristiwa hukumnyanya tahun

2008, walaupun dicabut, sama sekali tak memengaruhi proses penyelidikan dan penyidikan,” kata Ketua Peradi dan Ketua Jurusan Ilmu Hukum Unmer itu.

Plagiasi benar-benar “sukar” dihinda-ri, tetapi bukan berarti tidak dapat diku-rangi. Dengan adanya diskusi publik bertemakan plagiat, diharapkan praktik yang sudah lama menggejala tersebut sedikit demi sedikit bisa ditekan.

Para aktivis yang sudah memahami betul apa itu plagiat, sanksi moralnya, sanksi pidana beserta dendanya, haruslah menjadi pelopor utama dalam mengajak para mahasiswa untuk membuat karya ilmiah secara mandiri. Jika mengutip pen-dapat orang lain, secara jujur mencantum-kan sumber rujukannya. (ismail namsa, muhamad gemmy bagus nurcahyo, mahdiansyah)

JUMAT6 FEBRUARI 2015

surya.co.id | surabaya.tribunnews.com

DigiMagDigital Magazine

Nisa Nur FadilahKetua BeM FaKultas HuKuM unMer

devyaKtivis MaHasiswa FaKultas HuKuM unMer

Meky alexaNderMaHasiswa sedang Menyusun sKriPsi

isMail NaMsaPresiden MaHasiswa universitas MerdeKa (unMer) Malang

join facebook.com/suryaonline follow @portalsurya