survey tentang model pembelajaran pendidikan...

14
SURVEY TENTANG MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI BERBASIS PEMBERIAN MASALAH GERAK DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA KOTA BANDUNG Oleh: Drs. Uhamisastra, M.S. dkk.

Upload: trinhcong

Post on 05-Jun-2019

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

SURVEY TENTANG MODEL

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN

JASMANI BERBASIS

PEMBERIAN MASALAH GERAK

DI SEKOLAH MENENGAH

PERTAMA KOTA BANDUNG

Oleh:

Drs. Uhamisastra, M.S. dkk.

Latarbelakang

Pengajaran adalah rancangan pengalaman belajar pedagogis, dapat dilakukan melalui gerak/aktivitas jasmani/olahraga.

Pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani dapat dimanfaatkan untuk perkembangan selain fisik, tetapi juga perkembangan kognitif, afektif, sosial, emosional, dan moral (pedagogistik).

Dualisme tubuh dan pikiran.

Latarbelakang (Lanj’t)

Gerak/aktivitas jasmani/olahraga dimanfaatkan sebagai media pemahaman lingkungan dan dikonstruksi sebagai pengetahuan.

Belajar gerak adalah cara untuk tumbuh, matang, dan berpengalaman sesuai dengan perubahan atau perkembangan lingkungan.

Pendidikan jasmani alat budaya gerak untuk memahami dan mengenali serta meningkatkan kualitas pembelajaran.

RUMUSAN MASALAH

Umum Bagaimana keterlaksanaan pembelajaran

model pemberian masalah gerak di dalam pengajaran pendidikan jasmani sekolah menengah pertama?

Khusus Seberapa jauh guru merancang

pengajaran belajar berbasis masalah gerak?

Seberapa jauh siswa mengkonstruksi pengetahuan atas dasar pengajaran pemberian masalah gerak?

Tinjauan Teori

Movement problem based learning adalah sebuah model pembelajaran yang didasari oleh teori belajar sosial. Belajar dipandang sebagai bentuk kontekstual dari hubungan individu dengan lingkungannya yang menekankan pada keaktifan peserta didik untuk mengkonstruksi pengetahuan.

Menganggap belajar adalah proses yang terus berkembang, tumbuh, matang sesuai dengan perubahan lingkungan.

Panduan Didaktik

(orientasi masalah) Mengorganisasikan proses belajar-

mengajar pada landasan kejelasan masalah gerak(permainan) yang jelas.

Menciptakan tugas belajar dalam konteks untuk memecahkan suatu masalah gerak.

Mengkonstruksi lingkungan belajar sedemikian rupa sehingga masalah gerak dapat dilihat, dipahami, dan dialami oleh siswa.

Mensyaratkan siswa mendapatkan informasi dengan mengubah/memodifikasi konteks belajarnya (landscaping).

Panduan Didaktik

(orientasi siswa) Kenali dan pahami perbedaan setiap

individu siswa (termasuk; identitas gerak, identitas belajar siswa).

Beri siswa tanggungjawab untuk belajar dengan cara sendiri.

Libatkan siswa dalam perencanaan, pengorganisasian, dan evaluasi proses belajar mengajar.

Memicu siswa untuk merefleksi masalah yang dipecahkan (misal: gagasan permainan) demikian juga dengan proses belajar mereka.

Prinsip Metodik

Mengatur situasi belajar secara jelas Membuat seperangkat tugas belajar

secara jelas Membuat “scaffolding” struktur belajar

dalam beberapa tahapan, mendukungnya, membantu siswa melaksanakan tugas belajar.

Melakukan “landscaping” yaitu mempersiapkan dan mengatur cakrawala belajar gerak, yaitu: struktur belajar dikembangkan.

Pengembangan Kompetensi

Techno-motor competence (kemampuan untuk memecahkan keragaman masalah gerak) seperti: keterampilan untuk menangkap bola, mengoper bola, berenang menyebrangi sungai, atau untuk menirukan gerakan tarian.

Socio-motor competence (kemampuan yang berkaitan dengan hubungan persoal dan interpersonal, dan konflik yang terjadi dalam situasi masalah gerak) sebagai contoh: menerima kemenangan atau kekalahan, mengenali kemampuan dirinya, mengenali bakatnya, berempati dengan sesama temannya, dan menganali kemampuan lawannya.

Cognitive-refelctive competence (kemampuan untuk mengembangkan pengetahuan dan wawasan untuk memahami aturan budaya gerak dan mampu mengubahnya sesuai dengan kebutuhan) seperti: mengetahui kaitan antara latihan dengan kebugaran, memahami aturan bermain, memiliki wawasan kemungkinan adaptasi aturan untuk mengubah keperluan dan situasi.

Affective competence (kemampuan untuk mengembangkan sikap positif dalam peremainan, olahraga, atau situasi gerak).

Interrelasi Antar Kompetensi

Kompetensi kognitif-

reflektif

Belajar untuk memecahkan masalah gerak

Kompetensi

tekno-motor

Kompetensi

socio-motor

Kompetensi afektif

Prosedur Penelitian

Metode deskriptif, dengan desain survey. Mengilustrasikan seberapa jauh guru

merancang pengajaran (mempersiapkan dan melaksanakan) dalam kaitan pembelajaran berbasis masalah gerak.

Instrumen: Angket (rancangan tugas belajar,organisasi PBM, Strukturisasi lingkungan belajar, cakrawala belajar: pemahaman siswa, tanggungjawab siswa, perlibatan siswa, refleksi).

Teknik analisis data: Persentase + deep meaning.

Hasil Pembahasan

Pembelajaran berbasis pemberian masalah gerak mencakup pengaturan tugas belajar siswa; membuat “scaffolding”; dan melakukan “landscaping”.

Guru pendidikan jasmani telah melaksanakan pembelajaran berbasis pemberian masalah gerak (merancang tugas belajar; mengorganisasikan; menstrukturisasi tugas belajar; membuat cakrawala belajar.(73,18%).

Guru pendidikan jasmani melakukan pengajaran berorientasi pada siswa (mendorong siswa; memberi tanggungjawab; melibatkan siswa aktif; memahami siswa) (69,68%)

Deep Meaning

Secara kuantitatif guru pendidikan jasmani menerapkan pembelajaran berbasis pemberian masalah gerak, tetapi secara kualitatif dibutuhkan pengkajian terhadap efisiensi dan relevansi keberhasilan belajar siswa.

Masih diperlukan pengkajian kontekstual yang bermakna terhadap hubungan antara proses belajar mengajar pendidikan jasmani dengankebutuhan lingkungan.

Perlu ada pemasalan model pembelajaran pendidikan jasmani berbasis pemberian masalah gerak secara utuh melalui kegiatan seminar atau penelitian.