surveil ans

Upload: nuzulul-kusuma-putri

Post on 10-Oct-2015

81 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

BAB VIIIKONSEP SURVEILANS EPIDEMIOLOGI

Dalam bab ini kita akan belajar pengertian surveilans epidemiologi, sejarah singkat, sistem surveilans, ruang lingkup, tujuan dan manfaat serta komponennya, konsep surveilans terpadu penyakit, surveilans sentinel dan survei surveilans perilaku. Topik ini akan kita pelajari dalam waktu 2x2x50 menit.Dengan mempelajari bab ini diharapkan Anda akan mampu untukmenyebutkan definisi surveilans epidemiologi,menggambarkan ruang lingkup, menyebutkan tujuan dan manfaat,menggambarkan sistem surveilans menurut komponennya,menguraikan surveilans terpadu penyakitmenguraikan surveilans sentinelmenguraikan survei surveilans perilaku

A. PengertianSurveilans Epidemiologi berasal dari kata SURVEILANS (SURVEILLANCE) dan EPIDEMIOLOGI (EPIDEMIOLOGY)Menurut CDC/ATSDR (Center for Disease Control/ Agency for Toxic Substance and Disease Registry) yang dimaksud dengan surveilans adalah

Surveillance is the ongoing systematic collection, analysis, and intepretation of outcome-specific data for use in the planning, implementation, and evaluation of public health practice.

Sedangkan epidemiologi adalah ilmu yang mempelajari, menganalisis, serta berusaha memecahkan berbagai masalah kesehatan pada suatu kelompok populasi tertentu.

Diskusi (5 menit):Apa yang dimaksud dengan surveilans epidemiologi?Tulis hasil diskusi pada kotak di bawah ini.Surveilans Epidemiologi adalah Surveilans merupakan bagian yang paling penting dalam mempelajari penerapan epidemiologi. Surveilans merupakan muara dari semua bagian dalam epidemiologi, sehingga merupakan bentuk epidemiologi terapan. Oleh karena itu sebelum mempelajari surveilans perlu dipahami terlebih dahulu konsep dasar dalam epidemiologi, misalnya ukuran dalam epidemiologi. Ukuran epidemiologi yang banyak digunakan dalam surveilans antara lain prevalence rate, incidence rate, attack rate, case fatality rate dan proportional rate. Ada baiknya Anda membuka kembali Buku Ajar Dasar Epidemiologi pada bab VI: Ukuran Frekuensi Penyakit untuk mengingatkan Anda, apa yang dimaksud dengan ukuran-ukuran di atas.

B. Sejarah SingkatSurveilans epidemiologi dimulai ketika William Farr, mengembangkan sistem pengumpulan data rutin tentang jumlah dan penyebab kematian. Ia membandingkan pola kematian antara orang-orang yang menikah dan tidak, dan antara pekerja yang berbeda jenis pekerjaannya. Upaya yang telah dilakukan untuk mengembangkan sistem pengamatan penyakit secara terus menerus dan menggunakan informasi itu untuk perencanaan dan evaluasi program telah mengangkat nama William Farr sebagai the founder of modern epidemiology.

C. Surveilans Epidemiologi Sebagai SistemYang dimaksud dengan Sistem Surveilans Epidemiologi adalah tatanan prosedur penyelenggaraan surveilans epidemiologi (SE) yang terintegrasi antara unit-unit penyelenggara surveilans dengan:1. Laboratorium2. Sumber-sumber data3. Pusat Penelitian 4. Penyelenggara Program KesehatanDi Indonesia Sistem Surveilans Epidemiologi merupakan sub sistem dari SIKNA (Sistem Informasi Kesehatan Nasional) dan mempunyai fungsi strategis dalam intelejen penyakit dan masalah kesehatan untuk penyediaan data dan informasi epidemiologi dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat.Sebagai suatu sistem, surveilans epidemiologi mencakup dua kegiatan manajemen:1. Kegiatan inti:a. Surveilans:Mencakup deteksi, pencatatan, pelaporan, analisis, konfirmasi, umpan balikb. Tindakan:Mencakup respon segera (Epidemic type responses) dan respon terencana (management type responses)2. Kegiatan pendukung:Meliputi pelatihan, supervisi, penyediaan dan manajemen sumber daya.

Ingatlah!Di Indonesia Sistem Surveilans Epidemiologi merupakan sub sistem dari SIKNAS (Sistem Informasi Kesehatan Nasional) dan mempunyai fungsi strategis dalam intelejen penyakit dan masalah kesehatan untuk penyediaan data dan informasi epidemiologi dalam rangka mewujudkan Indonesia Sehat.D. Ruang LingkupSurveilans Epidemiologi telah berkembang dari pengamatan sederhana terhadap individu dengan penyakit menular menjadi pengumpulan data secara keseluruhan terhadap host, agent, dan environment serta semua faktor yang berperan terhadap masalah kesehatan oleh karena itu ruang lingkup surveilans tidak hanya meliputi penyakit menular saja. Menurut Depkes (2003) ruang lingkup surveilans epidemiologi di Indonesia adalah: 1. Penyakit Menular2. Penyakit Tidak Menular3. Kesehatan Lingkungan dan Perilaku4. Masalah Kesehatan 5. Kesehatan Matra Surveilans epidemiologi penyakit menular memfokuskan kegiatan pada beberapa penyakit yang penting di Indonesia, yaitu:1. PD3I (Penyakit yang Dapat Dicegah Dengan Imunisasi)2. AFP (Acute Flaccid Paralysis)3. Penyakit Potensial Wabah/ KLB Penyakit Menular dan Keracunan 4. Demam Berdarah Dengue (DBD)/ Dengue Shock Syndrom (DSS)5. Malaria6. Zoonosis (Antraks, Rabies, Lepstopirosis)7. Filariasis8. Tuberkolosis9. Diare, Tifus perut, Kecacingan, Penyakit Perut Lain10. Kusta11. HIV/AIDS12. PMS (Penyakit Menular Seksual)13. Pneumonia (termasuk SARS- Severe Acute Respiratory Syndrom)Surveilans Epidemiologi penyakit tidak menular, ditujukan pada penyakit tidak menular terpilih di Indonesia, yaitu:1. Hipertensi, Stroke, dan Penyakit Jantung Koroner (PJK)2. Diabetes Mellitus (DM)3. Neoplasma4. Penyakit Paru Obstruksi Kronis5. Gangguan Mental6. Masalah Kesehatan Akibat KecelakaanSurveilans Epidemiologi Kesehatan Lingkungan dan Perilaku dilaksanakan untuk melakukan pengamatan yang terus-menerus terhadap:1. Sarana Air Bersih2. Tempat Tempat Umum (TTU)3. Pemukiman dan Lingkungan Perumahan4. Limbah industri, Rumah Sakit (RS) dan kegiatan lain5. Vektor penyakit6. Kesehatan dan Keselamatan Kerja7. RS dan sarana pelayanan kesehatan lain, termasuk Infeksi Nosokomial Surveilans Epidemiologi Masalah Kesehatan ditujukan untuk melakukan surveilans terhadap:1. SKPG (Sistem Kewaspadaan Pangan dan Gizi)2. Gizi mikro (Kekurangan Yodium, Anemia Gizi Besi, Kekurangan Vitamin A)3. Gizi lebih4. Kesehatan Ibu dan Anak (termasuk kesehatan reproduksi)5. Usia lanjut6. Penyalahgunaan napza7. Penggunaan sediaan farmasi, obat, obat tradisional, bahan kosmetika dan alat kesehatan8. Kualitas makanan dan bahan tambahan makananSurveilans Epidemiologi Kesehatan Matra meliputi pemantauan terhadap masalah:1. Kesehatan Haji2. Kesehatan Pelabuhan dan Lintas Batas Perbatasan3. Bencana dan Masalah Sosial 4. Kesehatan Matra Laut dan Udara5. Kejadian Luar Biasa (KLB) penyakit dan keracunan

Tugas (10 menit):Apakah surveilans epidemiologi hanya untuk penyakit saja? Mengapa? Sebutkan ruang lingkup surveilans epidemiologi di Indonesia!Jawab:E. Tujuan dan ManfaatTujuan dilakukannya surveilans epidemiologi suatu masalah kesehatan adalah untuk mendapatkan informasi epidemiologi tentang masalah kesehatan tersebut. Informasi tersebut meliputi gambaran masalah kesehatan menurut waktu, tempat dan orang, diketahuinya determinan, faktor risiko dan penyebab langsung terjadinya masalah kesehatan tersebut. Apabila kegiatan surveilans epidemiologi dapat berjalan, maka informasi epidemiologi yang diperoleh dapat digunakan secara umum untuk perencanaan, implementasi, evaluasi kegiatan kesehatan masyarakat. Secara khusus manfaat yang bisa diperoleh adalah untuk:1. Memperkirakan kuantitas masalah2. Menggambarkan riwayat alamiah penyakit3. Mendeteksi wabah/ KLB4. Menggambarkan distribusi masalah kesehatan5. Memfasilitasi penelitian epidemiologis dan laboratoris6. Membuktikan hipotesis7. Menilai kegiatan pencegahan dan penanggulangan8. Memonitor perubahan agen infeksius9. Memonitor upaya isolasi10. Mendeteksi perubahan kegiatan11. Merencanakan kegiatan

Latihan: Apa tujuan dilakukan surveilans?Apa manfaat surveilans?Feedback:Cocokkan jawaban Anda dengan rangkuman yang ada pada bagian akhir sub modul ini.

F. Komponen Sistem SurveilansKomponen surveilans Epidemiologi terdiri dari:1. Pengumpulan data2. Kompilasi, analisis dan intepretasi data3. Diseminasi informasi (pelaporan, umpan balik, tindakan: investigasi)Perhatikan dengan baik gambar di bawah ini.Langkah Kegiatan Surveilans

Tindakan Pencegahan & PenanggulanganPengumpulan DataPengolahan & Penyajian DataAnalisis & Intepretasi Data Pembuatan laporan, rekomendasi tindak lanjut & diseminasi informasiGambar 1.1Langkah Kegiatan Surveilans Berdasar Komponen Surveilans

1. Pengumpulan Data Pengumpulan data dapat dilakukan secara pasif (menggunakan data sekunder) dan aktif (menggunakan data primer). Pelaksanaan surveilans menurut cara pengumpulan data tersebut di atas terdiri dari surveilans pasif dan aktif. Data yang dikumpulkan sebaiknya menggunakan data rutin yang telah dicatat atau dilaporkan dalam sistem pencatatan dan pelaporan yang sedang berjalan. Data yang dikumpulkan disesuaikan dengan tujuan dari sistem surveilans. Oleh karena itu, penetapan tujuan surveilans menjadi langkah pertama yang harus dikerjakan. Tanpa penentuan tujuan, maka data yang dikumpulkan menjadi tidak terarah, bisa terlalu banyak atau terlalu sedikit.a. Tujuan Pengumpulan Data1. Menentukan kelompok atau golongan populasi berisiko (misalnya umur, jenis kelami, bangsa, pekerjaan)2. Menentukan jenis agen dan karakteristiknya3. Menentukan reservoir infeksi4. Memastikan penyebab transmisi5. Mencatat kejadian penyakitb. Sumber DataData yang dikumpulkan sebaiknya bersumber dari sistem pencatatan dan pelaporan yang sudah berjalan (surveilans pasif). Bila diperlukan data yang lebih lengkap dan data tidak bisa diperoleh pada sistem pencatatan dan pelaporan yang rutin, maka dapat dilakukan survei, survei cepat atau investigasi (surveilans aktif). Sumber data surveilans epidemiologi adalah:1. Laporan penyakit2. Pencatatan kematian 3. Laporan wabah4. Pemeriksaan laboratorium5. Penyelidikan peristiwa penyakit6. Penyelidikan wabah7. Survei/Studi Epidemiologi8. Penyelidikan distribusi vektor dan reservoir9. Penggunaan obat, serum, vaksin10. Laporan kependudukan dan lingkungan 11. Laporan status gizi dan kondisi panganc. Jenis DataJenis data yang dikumpulkan harus sesuai dengan tujuan surveilans. Pada umumnya jenis data yang dikumpulkan meliputi data:1. Data kesakitan 2. Data kematian 3. Data demografi4. Data geografi5. Data laboratorium 6. Data kondisi lingkungan 7. Data status gizi8. Data kondisi pangan 9. Data vektor dan reservoird. Frekuensi Pengumpulan Data Pengumpulan data dari sumber data disesuaikan dengan kebutuhan program suatu masalah kesehatan yang diamati. Secara umum pengumpulan data dilakukan secara mingguan atau bulanan.Data rutin bulanan diperlukan untuk perencanaan dan evaluasi, sedangkan data rutin mingguan untuk kepentingan sistem kewaspadaan dini. e. Cara Pengumpulan DataPengumpulan data dilakukan secara pasif dan aktif. Kelemahan pengumpulan data secara pasif adalah petugas surveilans sangat tergantung dari kecepatan, ketepatan, kelengkapan dan kebenaran laporan yang dikirimkan, sehingga kemungkinan terjadi keterlambatan dan keterbatasan analisis. Kelemahan tersebut dapat dikurangi dengan melakukan pembinaan untuk meningkatkan kesadaran petugas yang mengumpulkan data sekaligus sebagai sumber data, dengan menjelaskan manfaat data yang dilaporkan bagi dirinya sendiri dan institusinya. Kekuranglengkapan data dapat pula diatasi dengan melakukan rapid survey atau surveilans sentinel.f. Petugas Pengumpul DataPetugas pengumpul data perlu dipersiapkan dengan baik, karena diharapkan mereka dapat melakukan editing data yang dikumpulkan (kelengkapan dan konsistesinya), bila memungkinkan dilakukan uji validitas data yang dilaporkan. Data valid yang sudah diedit siap untuk dilakukan proses selengkapnya.

2. Kompilasi DataData yang telah dikumpulkan kemudian dikelompokkan.Pengelompokkan dapat dilakukan secara manual (misalnya dengan membuat master table, kartu pengolah data) atau dengan menggunakan bantuan komputer (misalnya dengan menggunakan program Epi-Info). Pada dasarnya pengelompokkan data dilakukan sesuai dengan tujuan dari sistem surveilans itu sendiri dan karakteristik (ciri khusus) dari masalah kesehatan yang diamati. Pengelompokkan dilakukan menurut variabel orang, tempat dan waktu. a. Pengelompokkan menurut orangPengelompokkan menurut orang dapat dilakukan misalnya menurut umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, golongan etnik, besar keluarga, dan paritas.b. Pengelompokan menurut tempatMasalah kesehatan pada umumnya tidak mengenal batas wilayah administratif, tetapi akan berkembang sesuai dengan karakteristik masalah tersebut. Meskipun demikian, pengelompokan menurut batas administratif masih diperlukan dengan tidak lupa memperhatikan kemungkinan penyebarannya di wilayah lain. Pengelompokan menurut tempat dapat dilakukan menurut daerah batas pemerintahan, perkotaan/pedesaan maupun batas alam (misalnya pegunungan, aliran sungai, pantai)c. Pengelompokan menurut waktuPengelompokan menurut waktu dapat dilakukan menurut interval pendek (jam, hari, minggu, bulan), interval menengah (tribulan, semester, tahun) atau interval panjang (> 5 tahun).3. Analisis dan Interpelasi DataAnalisis dapat dilakukan dengan cara menganalisis hanya satu variabel saja (univariat) atau menghubungkan dua variabel (bivariat). Analisis univariat dapat dilakukan dengan menghitung proporsi atau menggunakan statistik deskriptif (misalnya mean, modus, Standar Deviasi-SD). Untuk analisis dengan statistik deskriptif harus disesuaikan dengan skala pengukuran. Analisis bivariat yang sudah menghubungkan dua variabel (misalnya jumlah penderita menurut waktu) dapat dilakukan dengan membuat tabel, kemudian menghitung proporsinya. Dapat pula dilakukan dengan membuat grafik, sehingga dapat dilihat kecenderungannya. Analisis dapat pula dengan menggunakan peta untuk menggambarkan suatu kejadian menurut tempat dan waktu. Analisis dan intepretasi sebaiknya tidak dilakukan sendiri oleh seorang petugas surveilans, tetapi secara tim. Tim dapat saja dibentuk secara informal dan anggotanya terdiri dari orang yang menguasai masalah yang sedang dianalisis dan diintepretasikan. 4. Diseminasi InformasiDari hasil analisis dan intepretasi akan dihasilkan informasi epidemiologi yang dapat dimanfaatkan baik oleh institusi yang melaksanakan surveilans maupun institusi lain di masyarakat. Diseminasi informasi dapat disampaikan kepada:a. Pengelola program penanggulangan untuk menentukan tindakan yang harus dilakukanb. Pemberi (sumber) data. Ini disebut umpan balik. Dalam umpan balik ini informasi harus berisi masalah yang ditemukan (dari hasil analisis dan intepretasi) dan alternatif pemecahnya agar dapat dilakukan tindakan. Bila tidak ditemukan masalah, umpan balik harus berisi alternatif untuk meningkatkan kinera sistem yang sudah ada atau sedang berjalan. Informasi (dalam umpan balik) yang dirasakan bermanfaat akan dapat digunakan oleh sumber data akan meningkatkan kesinambungan tersedianya data, baik secara kualitas maupun kuantitas. c. Bentuk umpan balik dapat melalui buletin, news letter, kunjungan atau surat untuk correction action.d. Atasan. Informasi ini disebut laporan dan dapat dimanfaatkan untuk perencanaan, melakukan tindakan dan evaluasi program penanggulangan.e. Lintas program. Informasi ini dapat dimanfaatkan oleh program lain agar dalam melakukan perencanaan, tindakan dan evaluasi program yang dilakukan selalu memperhatikan dan mengacu hasil surveilans.f. Lintas sektor. Informasi kepada lintas sektor terkait dengan upaya peningkatan kesehatan masyarakat akan meningkatkan wawasan sektor lain, sehingga diharapkan adanya dukungan politis dan dana dari institusi terkait.

Latihan (10 menit):Review kembali bagian F. Komponen sistem surveilans. Perhatikan apa saja yang menjadi komponen sistem surveilans itu. Demikian pula bagaimana komponen tersebut berjalan, sehingga menjadi sistem.Pelaksanaan surveilans melibatkan dua institusi kesehatan, yaitu pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS) dan otoritas kesehatan (Dinas/Departemen Kesehatan), seperti digambarkan berikut ini.

Surveillance: General PrincipleDataActionInformationDecisionReportingFeedbackEvaluationAnalysis & InteptretationGambar 1.2Siapa yang terlibat dalam kegiatan surveilans?

Tugas (10 menit):Perhatikan baik-baik gambar 1.2. Berdasarkan gambar tersebut sebutkan peran masing-masing institusi dalam pelaksanaan surveilans!Tulis jawabannya dalam lembar di bawah ini.Jawab:

G. Surveilans Terpadu Penyakit (STP)Sistem Surveilans di Indonesia telah mengalami perkembangan dari Sistem Surveilans Terpadu (SST) pada tahun 1987 menjadi Surveilans Terpadu Penyakit (STP). SST ditujukan untuk memberikan informasi yang dapat dipercaya mengenai morbiditas dan mortalitas beberapa penyakit menular terpilih di Indonesia. Tujuan khusus yang ingin dicapai adalah1. Mengumpulkan data semua kasus baru di RS (rawat inap, rawat jalan) dan Puskesmas2. Menggabungkan dalam laporan triwulan dan tahunan di tingkat kabupaten, provinsi dan nasional3. Menyiapkan data agar mudah diorganisir, dianalisis dan dilakukan tindakan tepat untuk Sistem Kewaspadaan Dini (SKD)4. Menyiapkan informasi morbiditas dan mortalitas menurut sumber laporan, waktu, golongan umur serta insiden per wilayahSST mengamati 29 penyakit menular terpilih, yaitu:Bab VIII : Konsep Surveilans Epidemiologi1.

29Dasar Epidemiologi/FKM Unair/2009 2. Kolera3. Diare4. Disentri5. Tifoid6. TB Paru BTA+7. TB Paru Klinis8. Kusta PB9. Kusta MB10. Difteri11. Batuk Rejan12. Tetanus13. Poliomielitis14. Campak15. Hepatitis16. Rabies17. DBD18. M. falciparum19. M. vivax 20. M. mix21. Malaria klinis22. Sifilis23. Infeksi GO24. Framboesia25. Filiariasis26. Infeksi Saluran Nafas lainnya27. Bronkhitis28. Pnemonia29. Influenza30. Tetanus Neonatorum

Pelaksanaan STP diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmen) No. 1479/2003. Berbeda dengan SST, sumber data STP adalah Puskesmas, rumah sakit, laboratorium, laporan KLB penyakit dan keracunan Dinkes kabupaten/kota, Puskesmas sentinel, rumah sakit sentinel. STP dimaksudkan untuk diperolehnya informasi epidemiologi penyakit tertentu dan terdistrisibusinya informasi tersebut kepada program terkait, pusat-pusat kajian dan pusat penelitian serta unit surveilans lain. Jenis penyakit yang diamati dengan STP, tergantung dari sumber data tersebut. Untuk Puskesmas hanya mengamati penyakit menular sebagai berikut:1. 2. Kolera3. Diare4. Diare berdarah5. Tifus perut klinis6. TB paru BTA+7. TB paru klinis8. Kusta PB9. Kusta MB10. Campak11. Difteri12. Batuk rejan13. Tetanus14. Hepititis klinis15. Malaria klinis16. Malaria vivax17. Malaria falsifar18. Malaria mix19. DBD20. Demam dengeu21. Pneumonia22. Sifilis23. Gonnorhae24. Frambusia25. Filiariasis26. Influensa

Untuk rumah sakit, selain mengamati 25 penyakit yang diamati Puskesmas, juga mengamati penyakit:27. Typus perut widal/kultur (+)28. Hepatitis hbsag29. Encefalitis30. Meningitis

Sedangkan laboratorium, diwajibkan mengamati 9 penyakit yang membutuhkan pemeriksaan laboratorium untuk konfirmasi diagnosis. Penyakit tersebut adalah:1. Kolera2. Tifus perut widal/kultur (+)3. Difteri4. Hepatitis HbsAg (+)5. Malaria vivax6. Malaria falsiparum7. Malaria mix8. Enterovirus9. Resistensi dan tes sensitivitas

Tugas:Perhatikan jenis penyakit yang diamati dengan SST dan STP. Apakah ada perbedaan? Jika ada tuliskan perbedaan tersebut!Jawab:

Variabel yang dikumpulkan pada STP adalah kasus baru penyakit, kematian dan total kunjungan kasus menurut kelompok umur dan jenis kelamin.

Tugas:Perhatikan dengan seksama penjelasan dosen. Tuliskan perbedaan pembagian kelompok umur pada SST dan STP!Jawab:Kelompok umur SSTKelompok umur STPUntuk Puskesmas dan rumah sakit yang ditunjuk sebagai sentinel, selain mengamati penyakit menular juga penyakit tidak menular.Penyakit tidak menular yang diamati di Puskesmas Sentinel adalah Diabetes Mellitus dan hipertensi. Sedangkan di rumah sakit sentinel mengamati penyakit:1. 2. Angina pektoris3. Infraks Miokard Akut4. Infark Miokard Subsekuen5. Hipertensi esensial (primer)6. Jantung hipertensi7. Ginjal hipertensi8. Jantung dan ginjal hipertensi9. Hipertensi sekunder10. DM bergantung insulin11. DM tidak bergantung insulin12. DM berhubungan malnutrisi13. DM YTD lainnya14. DM YTT15. Neoplasma ganas serviks uteri16. Neoplasma ganas payudara17. Neoplasma ganas hati dan saluran empedu intrahepatik18. Neoplasma ganas bronkhus dan paru19. Paru obstruksi menahun20. Kecelakaan lalu lintas21. Psikosis

Puskesmas sentinel memiliki kriteria mudah dijangkau dari ibukota kab/kota, memiliki jumlah tenaga cukup serta mempunyai manajemen pencatatan dan pelaporan baik sehingga mempunyai akses pelaporan yang baik ke tingkat kabupaten/kota, provinsi dan pusat. Sedangkan rumah sakit yang menjadi sentinel adalah rumah sakit tipe A atau B atau rumah sakit yang ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, dengan kriteria seperti tersebut di atas.Untuk mengukur keberhasilan pelaksanaan STP ditetapkan indikator kinerja sebagai berikut:a. Kelengkapan laporan bulanan STP unit pelayanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebesar 90%.b. Ketepatan laporan bulanan STP Unit Pelayanan ke Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota sebesar 80%.c. Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota mencapai indikator epidemiologi STP sebesar 80%.d. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi sebesar 100%.e. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota ke Dinas Kesehatan Provinsi sebesar 90%.f. Kelengkapan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Provinsi ke Ditjen PPM & PL Depkes sebesar 100%.g. Ketepatan laporan bulanan STP Dinas Kesehatan Provinsi ke Ditjen PPM & PL Depkes sebesar 90%.h. Distrubusi data dan informasi bulanan Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional sebesar 100%.i. Umpan balik laporan bulanan Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional sebesar 100%.j. Penerbitan buletin epidemiologi di Kabupaten/Kota adalah 4 kali setahun.k. Penerbitan buletin epidemiologi di Provinsi dan Nasional adalah sebesar 12 kali setahun.l. Penerbitan profil tahunan atau buku data surveilans epidemiologi Kabupaten/Kota, Provinsi dan Nasional adalah satu tahun sekali.

Tugas:Diskusikan dengan teman Saudara, apakah indikator tersebut di atas sama untuk masing-masing tingkat pelaporan data?

Unit Surveilans Ditjen PPM-PL DepkesUnit Surveilans Dinas Kesehatan ProvinsiUnit Surveilans Dinas Kesehatan Kab/Kota Unit Surveilans PuskesmasUnit Surveilans Rumah SakitUnit Surveilans LaboratoriumFormulir STP PuskesmasFormulir STP Rumah SakitFormulir STP LaboratoriumFormulir STP Puskesmas Kab.Formulir STP Rumah Sakit Kab.Formulir STP Laboratorium Kab.Formulir STP Puskesmas Kab.Formulir STP Rumah Sakit Kab.Formulir STP Laboratorium Kab.Rumah Sakit SentinelFormulir STP RS SentinelDistribusi data surveilans dari Unit Surveilans kepada Unit Surveilans yang akan melakukan kompilasi data Distribusi data surveilans dari Unit Surveilans yang melakukan kompilasi data kepada semua Unit Surveilans yang mengirimkan data Distribusi data surveilans dari Puskesmas dan Rumah Sakit SentinelPuskesmas SentinelFormulir STP Puskesmas SentinelGambar 1.3Alur Distribusi Data STPH. Surveilans SentinelKata sentinel berarti gardu jaga, dengan demikian surveilans sentinel berarti menggunakan populasi sentinel untuk memantau prevalensi penyakit tertentu. Suatu sistem surveilans sentinel diharapkan dapat memperkirakan insiden penyakit pada suatu Negara yang tidak memiliki sistem surveilans yang baik berbasis populasi tanpa melakukan survei yang mahal. Kita mengenal ada beberapa jenis sentinel, yaitu :1. Health Event Sentinel (Sentinel kejadian kesehatan)2. Site Sentinel (sentinel tempat, biasanya adalah klinik atau pusat pelayanan lain yang memonitor kejadian-kejadian kesehatan)3. Provider Sentinel (sentinel kerjasama antar para penyelanggara pelayanan kesehatan perorangan)Sentinel kejadian kesehatan, misalnya memantau kejadian:1. kanker paru dan COPD (Chronic Obstructive Pulmonary Disease) untuk menilai dampak industrialisasi dan penggunaan bahan mengandung asbes,2. penyakit berbasis lingkungan untuk merencanakan dan mengevaluasi intervensi lingkungan3. kematian anak untuk menilai kualitas pelayananTempat-tempat yang dapat dengan mudah diperoleh informasi minimal yang digunakan untuk pengambilan keputusan kesehatan masyarakat dan mendeteksi kecenderungan jangka panjang, dapat dijadikan sentinel tempat. Misalnya di rumah sakit, klinik atau kelompok pengamatan dilakukan pengamatan:1. Hepatitis dan faktor risikonya di unit pelayanan untuk mengetahui kecenderungan parenteral drug use2. HIV pada kelompok khusus untuk monitor perkembangan wabah HIV di populasi luasSentinel provider dilakukan jika beberapa provider sepakat bekerja sama membentuk jaringan informasi surveilans. Provider tersebut diperkirakan memberikan pelayanan pada sejumlah masyarakat (misalnya 1 %), kualitas pemeriksaan relatif lebih baik. Sentinel provider membutuhkan laporan teratur (mingguan, bulanan), dan biasanya pada kasus-kasus yang tidak dilaporkan dalam sistem pelaporan rutin.Salah satu contoh surveilans sentinel di Indonesia adalah surveilans sentinel HIV untuk menilai kecenderungan HIV pada populasi. Surveilans sentinel HIV dibicarakan lebih lanjut pada Bab 3.

I. Survei Surveilans Perilaku (SSP)Perkembangan surveilans epidemiologi menjadi surveilans kesehtatan, menjadikan faktor risiko yang mengarah pada penyakit merupakan hal penting yang harus dipantau. Salah satu faktor risiko untuk terjadinya penyakit adalah perilaku. Sistem surveilans perilaku yang sudah berkembang di Indonesia adalah Survei Surveilans Perilaku (SSP), yang mementingkan pengguanaan data tentang perilaku untuk mendapatkan informasi dan menjelaskan tren HIV pada populasi. Data perilaku juga dibutuhkan untuk merencanakan dan mengevaluasi dampak dari HIV.Informasi penting yang dapat diperoleh dari SSP adalah: Perilaku sebagai sistem kewaspadaan dini Informasi perilaku sebagai masukan pembuatan program Pengamatan perilaku membantu evaluasi program Perubahan pada perilaku membantu menjelaskan perubahan pada prevalensi HIVSurveilans perilaku dapat ditempuh dengan beberapa langkah yaitu membangun kerja sama, membuat persetujuan pada proses surveilans, memilih sub-populasi untuk surveilans perilaku, menentukan tujuan pengukuran, menentukan definisi operasional dari populasi sasaran, pemilihan daerah membuat kerangka sampel, dan pengembangan desain sampel. Langkah selanjutnya dalam melakukan surveilans perilaku adalah mengembangkan peraturan survei, uji coba instrumen survei, pelatihan pewawancara, pengumpulan data dan supervisi, manajamen data, analisis data dan pengguanaan data untuk tindakan pencegahan HIV.Pembahasan yang lebih mendalam tentang SSP akan dipelajari pada Bab 3.Penting untuk diingat:1. Surveilans epidemiologi adalah kegiatan analisis secara sistematis dan terus menerus terhadap penyakit dan masalah-masalah kesehatan serta kondisi yang memperbesar risiko terjadinya peningkatan dan penularan penyakit serta masalah-masalah kesehatan tersebut agar dapat melakukan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien melalui proses pengumpulan data, pengolahan dan penyebaran informasi epidemiologi kepada penyelenggara program kesehatan. 2. Salah satu tokoh yang berperan penting dalam perkembangan surveilans epidemiologi adalah William Farr.3. Survei Surveilans Epidemiologi adalah tatanan prosedur penyelanggaraan surveilans epidemiologi (SE) yang terintegrasi antara unit-unit penyelanggara surveilans dengan Laboratorium, Sumber-sumber data, Pusat Penelitian dan Penyelenggara program kesehatan. 4. Sebagai suatu sistem, surveilans epidemiologi mencakup dua kegiatan manajemen yaitu kegiatan inti (surveilans dan tindakan) serta kegiatan pendukung.5. Rusng lingkup suveilans epidemiologi di Indonesia adalah Penyakit Menular, Penyakit Tidak Menular, Kesehatan Lingkungan dan Perilaku, Masalah Kesehatan, Kesehatan matra.6. Tujuan dilakukan surveilans adalah untuk memperoleh informasi epidemiologi suatu peristiwa kesehatan.7. Informasi epidemiologi yang diperoleh dari kegiatan surveilans dapat dimanfaatkna untuk perencanaan, implementasi dan evaluasi dari suatu kegiatan yang ditujukan untuk suatu peristiwa kesehatan.8. Komponen surveilans epidemiologi terdiri dari pengumpulan data; kompilasi, analisis dan interpretasi data; serta diseminasi informasi (pelaporan, umpan balik, tindakan: investigasi)9. Pelaksanaan surveilans melibatkan dua institusi kesehatan, yaitu pelayanan kesehatan (Puskesmas, RS) dan otoritas kesehatan (Dinas/Departemen Kesehatan)10. Institusi pelayanan kesehatan berperan dalam Penyediaan data (pengumpulan dan pelaporan) serta melakukan tindakan yang direkomendasikan.11. Otoritas kesehatan berperan dalam kompilasi, analisis dan interpretasi data serta feed back dan diseminasi informasi.12. STP merupakan perkembangan dari SST. Pelaksanaan STP diatur dengan Keputusan Menteri Kesehatan (Kepmen) No. 1479/2003, yang dimaksudkan untuk diperolehnya informasi epidemiologi penyakit tertentu dan terdistribusinya informasi tersebut kepada program terkait, pusat-pusat kajian dan pusat penelitian serta unit surveilans lain.13. Sumber data STP adalah Puskesmas, rumah sakit, laboratorium, laporan KLB penyakit dan keracunan dinkes kabupaten / kota, Puskesmas sentinel, rumah sakit sentinel.14. Jenis penyakit yang diamati dengan SST, tergantung dari sumber data. Untuk Puskesmas dan rumah sakit sentinel selain penyakit menular juga mengamati penyakit tidak menular.15. Variabel yang dikumpulkan pada STP adalah kasus baru penyakit, kematian dan total kunjungan kasus menurut kelompok umur dan jenis kelamin.16. Indikator kinerja STP meliputi ketepatan dan kelengkapan laporan, pemberian umpan balik, pendistribusian data dan inforasi, penerbitan bulletin epidemiologi serta pembuatan profil tahunan atau buku data. 17. Sistem surveilans sentinel diharapkan dapat memperkirakan insiden penyakit pada suatu negara yang tidak memiliki sistem surveilans yang baik berbasis populasi tanpa melakukan survei yang mahal.18. Jenis sentinel, yaitu health Event Sentinel (Sentinel kejadian kesehatan), Site Sentinel (sentinel tempat, biasanya adalah klinik atau pusat pelayanan lain yang memonitor kejadian-kejadian kesehatan), Provider Sentinel (sentinel kerjasama antar para penyelenggara pelayanan kesehatan perorangan).19. Sistem surveilans perilaku yang sudah berkembang di Indonesia adalah Survei Surveilans Perilaku (SSP), yang mementingkan penggunaan data tentang perilaku untuk mendapatkan informasi dan menjelaskan tren HIV pada populasi. Data perilaku juga dibutuhkan untuk merencanakan dan mengevaluasi dampak dari HIV.

DAFTAR PUSTAKA

Depkes, 2003, Surveilans Epidemiologi Penyakit (PEP) Edisi I, Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan Depkes R.I., Jakarta

DFID (Departmen for International Development), 2000, Behavioral Surveillance Surveys, Guidelines For Repeated Behavioral Surveys In Populations At Risk Of HIV

Murti, B., 2003, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi (edisi Kedua) Jilid Pertama, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Murti, B., 1997, Prinsip dan Metode Riset Epidemiologi, Gadjah Mada University Press, Yogyakarta

Thacker, S.B., 2000, History of Public Health surveillance, dalam: Teutch, S.M., R.E., Churchil (eds): Principle and Practice of Public Health Surveillance, Second Edition, Oxford University Press Inc, New York