surat kontrak penelitian - simakip.uhamka.ac.id

60
1

Upload: others

Post on 28-Oct-2021

15 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

1

Page 2: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

2

SURAT KONTRAK PENELITIAN

Page 3: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

3

Page 4: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

4

Page 5: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

5

RINGKASAN

Mahasiswa merupakan calon intelektual yang nantinya akan menjadi

bahagian masyarakat yang akan bekerja dan beraktivitas sesuai dalam

bidang keahliannya masing- masing. Mereka. Namun ketika kuliah

banyak masalah yang dihadapi seperti beradaptasi dengan

penyelesaian tugas salah satunya Mereka mengalami kendala dan

kesulitan untuk bangkit dan bertahan dengan segala beban dari

berbagai macam bentuk tugas yang diterima atau dikenal dengan

resiliensi akademik. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

perbedaan resiliensi akademik antara mahasiswa laki-laki dan

perempuan di UHAMKA yang di analisis melalui rash model.

Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif komparatif, sampel

dalam penelitian ini berjumlah 333 mahasiswa yang terdiri dari 255

perempuan dan 78 laki-laki yang diperoleh dengan metode

convinience sampling. Instrumen yang di gunakan adalah ARS-30

(The 30 item Academic Resilience Scale), Teknik analisis data adalah

uji independent t-test dengan bantuan aplikasi SPSS serta

dikombinasikan dengan stacking model rasch yang telah di uji. Hasil

penelitian ini menunjukann nilai sig. 2 Talled sebesar 0,94> 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang

signifikan antara tingkat resiliensi mahasiswa laki-laki dan mahasiswa

perempuan. Selanjutnya secara partial resiliensi laki-laki dan perempuan

sama-sama berada pada kategori sedang.

Kata Kunci resiliensi akademik, analisis rash, gender

Page 6: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

6

DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ………………………………………………. 1

SURAT KONTRAK PENELITIAN ……………………………….. 2

HALAMAN PENGESAHAN ……………………………………….. 4

RINGKASAN ………………………………………………………… 5

DAFTAR ISI ………………………………………………………….. 6

IDENTITAS USULAN PENELITIAN …………………….………… 8

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ………………………………….

B. Rumusan Masalah ………………………………………..

C. Tujuan Penelitian …………………………………………

D. Urgensi Penelitian ………………………………………..

9

12

12

12

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

1. Resiliensi

a. Definisi Resiliensi ……………………..…………

b. Fungsi Resiliensi …………………………………

c. Faktor Resiliensi ………………………………….

d. Komponen Resiliensi ……………………………..

2. Resiliensi Akademik …………………………………..

3. Aspek Resiliensi Akademik …………………………..

4. Dimensi Resiliensi Akademik …………………………

5. Faktor Resiliensi Akademik …………………………...

14

14

16

18

20

27

29

30

31

BAB 3. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian ……………………………...................

B. Metode Pengumpulan Data ………………………………

C. Populasi dan Sampel Penelitian…………………………..

D. Teknik Analisis Statistik …………………………………

E. Alur Penelitian ……………………………………………

33

33

35

35

36

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian …………………………………………..

B. Pembahasan …………………………………………….

37

38

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………… 42

Page 7: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

7

BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI ………………………………… 43

BAB 7 RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI

HILIRISASI ………………………………………………….

46

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………. 47

LAMPIRAN (bukti luaran yang didapatkan)

- Artikel ilmiah (draft, status submission atau reprint)

- HKI, publikasi dan produk penelitian lainnya

Page 8: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

8

IDENTITAS PENELITIAN

1. Judul Penelitian : ANALISIS TINGKAT RESILIENSI AKADEMIK

MAHASISWA UHAMKA

2. Tim Penelitian :

No.

Nama Peneliti Fakultas/Program

Studi

Alokasi Waktu

1. Fatma Nofriza,

S.Pd,. M.Si.

FKIP/ Bimbingan dan

Konseling

30 jam/ Minggu

2. Chandra Dewi S.,

M.Pd

FKIP/ Bimbingan dan

Konseling

30 jam/ Minggu

1. 3. Tempat dan Subjek Penelitian:

a. Tempat penelitian dilakukan di UHAMKA Jakarta

b. Subjek penelitian adalah mahasiswa semester V dan VII

2. 4. Masa Pelaksanaan

Mulai Bulan: Februari Tahun. 2019

Selesai Bulan: Agustus Tahun. 2020

5. Biaya Penelitian : Rp. 11.000.000,-

6. Luaran Penelitian

1. Jurnal terakreditasi

2. Proceeding

Page 9: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

9

BAB 1. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Mahasiswa merupakan calon intelektual muda yang akan banyak

berperan ditengah masyarakat. Berbagai harapan yang dititipkan kepada

mahasiswa sebagai pembawa pembaharuan dan penerus generasi atau pelanjut

estafet nantinya. Perubahan dan perkembangan zaman yang begitu pesat

menuntut pula kesiapan mahasiswa dalam menjalani perannya dimasyarakat..

Hal ini sejalan dengan KKNI (Kerangka Kualifikasi Nasional

Indonesia) yang sudah dimulai sejak tahun 2016 melalui Peraturan Pemerintah

Nomor 8 tahun 2012 yang menuntut lembaga pendidikan tinggi dalam hal

memmbuat kebijakan kurikulum menyandingkan atau link and macth antara

pembelajaran yang dilakukan dikampus sejalan dengan permintaan

masyarakat. Berbagai latihan dan tugas yang diberikan mahasiswa menuntut

kemandirian, ketrampilan sesuai dengan bidang keahliannya. Mahasiswa S1

yang berada pada kategori di level 6 (enam) atau lulusan S1 tidak hanya

memahami teori tetapi sudah memiliki bekal lapangan dengan dunia kerja

yang akan di masuki nantinya.

UHAMKA sebagai salah satu institusi yang mempersiapkan calon

intelektual lulusan sarjana S1 sudah seyogyanya memberikan banyak latihan

melalui berbagai macam kegiatan dalam proses pembelajaran agar memiliki

karakter yang tangguh dalam menghadapi kondisi masyarakat yang semakin

beragam. Salah satu ketangguhan yang dimaksud diistilahkan dengan

resiliensi. Secara umum resiliensi menurut Reivich, Shatte (2002) dan

Kaplan, Assor dan Roth (2003) adalah kemampuan untuk bertahan dan

beradaptasi dalam kondisi yang tidak menentu atau sedang menghadapi

banyak stressor.

Para mahasiswa yang sedang menjalankan studinya di perguruan tinggi

dalam berbagai program studi atau jurusan juga mengalami kesulitan dan

berbagai tantangan. Mahasiswa sering mengalami kesulitan dan tantangan

yang harus dihadapinya selama masa kuliah. Menurut Gunarsa (1995)

Page 10: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

10

mahasiswa memiliki kesulitan dan tantangan tersendiri dalam hidup, ketika

individu masuk dalam dunia kuliah pasti dihadapkan dengan berbagai

persoalan, mulai dari perbedaan sifat pendidikan Sekolah Menengah Atas

(SMA) dan Perguruan Tinggi, perbedaan hubungan sosial, pemilihan bidang

studi atau jurusan, dan masalah ekonomi, masalah budaya, dan masalah

lainnya. Berbagai persoalan tersebut menuntut mahasiswa untuk memiliki

resiliensi akademik agar mampu mengatasi dan menghadapi berbagai

persoalan untuk bisa menuntaskan pendidikan dengan baik.

Mahasiswa menjelang masa akhir atau pada tingkat akhir berada pada

fase dewasa dini, fase ini merupakan fase yang memerlukan banyak

penyesuaian dalam menghadapi berbagai tuntutan dan harapan baru. Beragam

tuntutan yang dihadapi mahasiswa salah satunya tuntutan akademis dan sosial.

Misra dan Castillo (2004) menemukan berbagai tuntutan akademis pada

mahasiswa antara lain, tuntutan keluarga untuk berprestasi secara akademis,

mengerjakan tugas kuliah, kompetisi dengan teman untuk mendapatkan

penilaian yang baik. Selain adanya tuntutan akademis, mahasiswa juga

dihadapkan dengan tuntutan dalam hubungan sosial, yaitu menjalin hubungan

yang baik dengan teman kuliah, kerjasama dalam sebuah kelompok, mengikuti

kegiatan organisasi mahasiswa, serta menemukan pasangan yang potensial

(Ross, Niebling, dan Heckert, 1999).

Berbagai tuntutan dan tantangan yang dialami mahasiswa tidak dapat

dihindarkan terutama bagi mahasiswa menjelang tingkat akhir yang mulai dan

sedang mengerjakan skripsi. Pengerjaan proposal menjadi prasyarat akan

menempuh tahap berikutnya yaitu suatu karya ilmiah yang sering disebut

dengan Skripsi yang merupakan syarat wajib kelulusan mahasiswa dalam

meraih gelar sarjana.

Selain itu kesulitan lain yang dialami mahasiswa menjelang tingkat

akhir juga berasal dalam dirinya yaitu rasa jenuh, kecewa dengan dosen yang

sulit ditemui, malas, motivasi yang rendah. Banyak dari mereka yang

mengalami berbagai kesulitan dalam mengerjakan tugas akademik dan juga

skripsi. Kesulitan yang sering dialami mahasiswa tingkat akhir yaitu, mencari

Page 11: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

11

masalah yang sesuai dengan judul, sulit dalam menyusun latar belakang,

menentukan sampel dan alat ukur yang digunakan, batas waktu dalam

penelitian, proses revisi yang berlangsung lama, dosen pembimbing yang

sibuk dan sulit ditemui, dan lain-lain. Kesulitan yang dihadapi lainnya adalah

penyelesaian tugas-tugas akhir yang semakin banyak dan berat karena dituntut

terampil dan kreatif. Jika mahasiswa tidak bisa menghadapi atau beradaptasi

pada kesulitan yang dialami selama mengerjakan tugas akademik atau skripsi,

maka mahasiswa akan mudah mengalami sres, frustasi dan kehilangan

motivasi (Cahyani & Akmal, 2017).

Mahasiswa dengan ketahanan yang tinggi mampu bertahan

menghadapi kondisi sulit dan terus berusaha menyelesaikan semua tugas dan

tanggung jawabnya baik sebagai mahasiswa yang menjalani peran dalam

organisasi kampus atau luar kampus, atau hanya berkuliah saja. Ketahanan

yang dimaksud erat kaitannya dengan istilah psikologi yaitu Resiliensi

Akademik. Mahasiswa diharapkan memiliki ketahanan dalam tantangan

akademik dengan memiliki resiliensi akademik (Gizir, 2004). Resiliensi

akademik ini sangat penting dimiliki oleh mahasiswa terutama mahasiswa

yang menjelang tingkat akhir terutama yang sedang mengerjakan skripsi.

Resiliensi akademik merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan,

bangkit, dan menyesuaikan diri dengan kondisi sulit dan penuh tekanan dalam

bidang akademik (Panundra dan Endang, 2016).

Penelitian ini menfokuskan pada ketangguhan dan kemampuan

mahasiswa untuk mampu bertahan dan beradaptasi dalam menyelesaikan

tugas akademik yang dikenal dengan istilah resiliensi akademik (Martin dan

Marsh, 2003). Pemberian tugas kepada mahasiswa pada setiap program studi

maupun fakultas sangat beragam. Hal ini tentu sesuai dengan karakteristik,

visi, misi yang ingin dicapai oleh masing masing program studi maupun

fakultas. Mahasiswa dalam kondisi yang demikian merasakan pengalaman

yang berbeda – beda. Sebahagian mahasiswa di program studi tertentu

merasakan tugas yang diberikan sangat sulit, namun di program studi yang

Page 12: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

12

sama merasakan ada sebahagian mahasiswa menyampaikan bahwa tidak ada

yang sulit dan semuanya bisa di atasi.

B. Rumusan Masalah

1. Mahasiswa datang ke kampus hanya untuk kuliah saja tetapi banyak yang

menunda tugas-tugas akademik

2. Kesulitan yang sering dialami mahasiswa tingkat akhir yaitu, mencari

referensi dengan masalah yang diteliti.

3. Mahasiswa menjelang tingkat akhir juga berasal dalam dirinya yaitu rasa

jenuh, kecewa dengan dosen yang sulit ditemui, malas, motivasi yang rendah.

4. Mahasiswa mulai sulit beradaptasi dengan penyelesaian beban tugas

akademik yang menjadi tanggungjawab

5. Banyak kesulitan dan hambatan yang dialami mahasiswa tingkat akhir dalam

pengerjaan skripsi

6. Resiliensi akademik sangat penting untuk dimiliki mahasiswa tingkat akhir

7. Mahasiswa tingkat akhir membutuhkan resiliensi akademik dalam pengerjaan

skripsi

8. Mahasiswa tingkat akhir perlu meningkatkan resiliensi akademik.

C. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat resiliensi akademik

mahasiswa UHAMKA berdasarkan fakultas, jenis kelamin, suku etnis dan status

tempat tinggal. Selanjutnya secara teoritis menambah wawasan dan pengetahuan

dalam literasi tentang resiliensi di jaman revolusi teknologi 4.0.

D. Manfaat Penelitian

Urgensi yang mendorong perlu adanya penelitian ini untuk melihat pada dua

aspek sebagai berikut:

1. Manfaat Secara Teoritis

Penelitian dilakukan untuk menambah wawasan dan pengetahuan dalam

literasi tentang resiliensi yang dilakukan di jaman revolusi teknologi 4.0.

Resiliensi merupakan penelitian yang banyak dikaji oleh kelompok psikologi

Page 13: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

13

positif dan sangat bermanfaat untuk pengembangan teori –teori psikologi

positif ke depannya

2. Manfaat Secara Praksis

Secara praksis, penelitian ini hadir dikarenakan perlunya dikembangkan

instrumen yang terkait resiliensi khususnya resiliensi akademik. Hal ini

dapat dijadikan pengembangan alat ukur dalam bidang Bimbingan dan

Konseling khususnya untuk keberlanjutan pada penelitian-penelitian

berikutnya.

Page 14: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

14

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

1. Resiliensi

a. Definisi Resiliensi

Pada era ini resiliensi menjadi kemampuan psikologis yang penting

dan harus dimiliki individu di berbagai usia. Resiliensi dalam berbagai

kajian dipandang sebagai kekuatan dasar yang menjadi pondasi berbagai

karakter positif dalam diri seseorang. Resiliensi dikembangkan oleh

Garmezy (1950an-1990an), Masten (1989), dan Ungar (2000an-sekarang).

Ketiga tokoh tersebut menjadi rujukan studi-studi resiliensi berikutnya

dalam lingkup yang lebih luas.

Secara umum, resiliensi ditandai sejumlah karakteristik, yaitu:

adanya kemampuan dalam menghadapi kesulitan, ketangguhan, dalam

menghadapi stress ataupun bangkit dari trauma yang dialami (Masten dan

Coatsworth, 1998 dalam Kalil 2003). Individu yang memiliki resiliensi

dalam menghadapi permasalahan, karakteristik yang muncul yaitu suatu

keyakinan bahwa dirinya mampu untuk pulih kembali dan bangkit dari

suatu keadaan yang membuatnya trauma.

Resiliensi merupakan kemampuan seseorang untuk bertahan dari

suatu keterpurukan yang dialami, serta mampu mengatasi berbagai macam

gangguan yang membuat tertekan, sehingga dalam menjalani kehidupan

dengan pengalaman yang tertekan dapat meyesuaikan keadaan tersebut

dengan baik. Hal ini dapat diperkuat menurut teori Reivich & Shatte

(2002) dalam bukunya “The Resilience Factor” Resiliensi adalah “The

Page 15: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

15

ability to persevere and adapt when thing go awry”. Artinya resiliensi

merupakan suatu kemampuan untuk bertahan dan beradaptasi ketika

terdapat suatu hal yang kacau. Individu mampu bertahan jika dihadapkan

pada suatu keadaan yang membuatnya sulit untuk bangkit dan mengatasi

kesulitan tersebut dengan baik.

Selanjutnya Al Siebert (2005) resiliensi adalah kemampuan untuk

mengatasi dengan baik perubahan hidup pada level yang tinggi, menjaga

kesehatan di bawah kondisi penuh tekanan, bangkit dari keterpurukan,

mengatasi kemalangan, merubah cara hidup ketika cara yang lama dirasa

tidak sesuai lagi dengan kondisi yang ada, dan menghadapi permasalahan

tanpa melakukan kekerasan. Merujuk pendapat Al Siebert diatas dapat

dijelaskan bahwa resiliensi dapat menghasilkan cara hidup yang baik

sesuai dengan kondisi atau keadaan yang ada, sehingga keterpurukan dan

tekanan yang dihadapi dapat diatasi tanpa adanya kekerasan yang

dilakukan.

Pada saat individu dihadapkan dengan keadaan yang tertekan,

diharapkan individu tersebut dapat memiliki resiliensi yang baik, agar

mampu menyesuaikan diri dengan keadaan tertekan dan mampu

membentuk perilaku yang positif dalam keadaan tersebut. Hal ini sejalan

dengan pendapat Rinaldi (2010) "Resiliensi adalah keberhasilan

menyesuaikan diri terhadap tekanan yang terjadi. Penyesuaian diri

menggambarkan kapasitas untuk membangun hasil positif dalam peristiwa

kehidupan yang penuh tekanan."

Page 16: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

16

Individu yang resiliensi tetap merasakan berbagai emosi negatif

atas kejadian traumatik yang dialami. Mereka tetap merasakan marah,

sedih, kecewa, bahkan mungkin cemas, khawatir, dan takut, sebagaimana

yang dirasakan oranglain pada umumnya. Hanya saja, individu resilien

memiliki cara untuk segera memulihkan kondisi psikologisnya, lalu

bergerak bangkit dari keterpurukan. Hal ini sejalan dengan pendapat

(Grotbreg, 1999) menyatakan bahwa resiliensi merupakan kemampuan

untuk bertahan dan beradaptasi, serta kemampuan manusia untuk

menghadapi dan memecahkan masalah setelah mengalami kesengsaraan.

Dari definisi-definisi di atas dapat disimpulkan bahwa resiliensi

merupakan kapasitas atau kemampuan individu dalam menghadapi suatu

kondisi sulit, tertekan, bahkan kesengsaraan untuk tetap bangkit dan

bertahan dari suatu kondisi tersebut sehingga dapat menghasilkan suatu

perilaku yang positif dan berusaha menyesuaikan dengan keadaan yang

ada.

b. Fungsi Resiliensi

Resiliensi dapat melatih seorang individu untuk berpikir lebih logis

mengenai kualitas diri dan dapat mengatasi berbagai trauma dengan cara

yang sehat serta produktif (Reivich dan Shatte, 2002). Dalam menghadapi

berbagai persoalan resiliensi mampu memberikan keterampilan dalam diri,

keterampilan tersebut menjadi suatu kegunaan dasar resiliensi. Reivich dan

Shatte (2002) mengemukakan bahwa resiliensi memiliki empat fungsi

dasar dalam kehidupan, yaitu :

Page 17: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

17

1) Mengatasi (Overcoming)

Setiap individu pernah mengalami kesulitan-kesulitan masa lalu

maupun masa sekarang. Kesulitan yang dialami berupa suatu masalah

atau tantangan yang terjadi dalam bidang pribadi, sosial, karir, dan

belajar. Resiliensi sangat penting untuk dimiliki setiap individu agar

dapat mengatasi berbagai masalah atau tantangan yang dialaminya.

Individu yang resilien dapat memaknai setiap masalah yang datang

dengan sebuah pembelajaran atau pengalaman bagi diri pribadi agar

mampu bertanggung jawab untuk menjadi lebih baik.

2) Melalui (Steering Through)

Berbagai tantangan dalam kehidupan yang semakin beragam

menuntut untuk bisa dilalui agar mampu mencapai suatu keberhasilan

yang diharapkan. Resiliensi merupakan salah satu kemampuan untuk

bisa melalui berbagai masalah dan tantangan yang datang dalam

kehidupan sehari-hari. Seorang individu memiliki resiliensi yang baik

tidak akan mudah untuk menyerah melainkan menghadapi dan melalui

masalah yang dihadapinya sehari-hari dengan sebuah keyakinan untuk

mencapai produktivitas dan kualitas diri.

3) Bangkit Kembali (Bouncing Back)

Dalam menghadapi suatu kondisi yang sulit bahkan membuat trauma,

seorang resilien mampu pulih dan bangkit kembali dari keterpurukan

serta mampu menemukan cara positif dalam mengatasi kesulitan

hidup yang sedemikian berat.

Page 18: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

18

4) Pencapaian (Reaching Out)

Kemampuan individu dalam menghadapai suatu masalah dan

tantangan tidak hanya dilihat dari kebahagiaan yang didapat,

melainkan sebuah pencapaian keberhasilan yang diharapkan untuk

masa depan. Resiliensi mengarahkan individu untuk mencapai

keberhasilan dengan mengoptimalkan kualitas diri yang memaknai

berbagai masalah dan tantangan sebagai suatu pembelajaran atau

pengalaman untuk tujuan baru dalam hidup. Pencapaian tujuan hidup

dengan kemampuan dalam bersikap terbuka terhadap berbagai

pengalaman baru.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa resiliensi memiliki

fungsi dalam menghadapi suatu persoalan yaitu dengan mengatasi,

melalui, bangkit kembali, dan pencapaian. Sehingga individu yang

resilien mampu melakukan fungsi tersebut ketika menghadapi

barbagai masalah.

c. Faktor Resiliensi

Resiliensi terbentuk dari interaksi yang signifikan antara faktor

resiko dengan faktor protektif (Windle1999, dalam Kalil 2003). Menurut

Rutter (1999) resiliensi digunakan seseorang dengan ketahanan yang

relatif terhadap suatu pengalaman resiko psikososial. Sedangkan faktor

protektif (personal, keluarga, jejaring keamanan institusional) dalam

resiliensi memungkinkan seseorang untuk bertahan terhadap tekanan hidup

(Kaplan, Turner, Norman, dan Stillson, 1996, dalam VanBreda 2001,

Page 19: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

19

dalam Hendriani 2018). Oleh karena itu, resiliensi tidak terlepas dari

faktor resiko dan faktor protektif, sehingga individu yang mampu

menyesuaikan diri terhadap suatu konflik memiliki faktor protektif yang

kuat. Faktor resiliensi dijelaskan sebagai berikut :

1) Faktor Resiko

Faktor Resiko merupakan variabel yang memunculkan masalah pada

perilaku sebagai respon yang dihasilkan dari stres (Luthar, 1999,

dalam Kalil, 2003). Menurut Ruttter (1999) faktor resiko merupakan

problematika yang dialami seseorang yang mengarah pada kondisi

patologis yang berasal dari pengalaman yang mempengaruhi mental.

Stres atau pengalaman psikososial tersebut muncul karena adanya

stressor. Stressor merupakan sumber datangnya stres.

Pada dasarnya stressor berbeda dengan faktor resiko. Stressor

merupakan suatu hal menyebabkan munculnya stres, sedangkan faktor

resiko suatu hal yang mempengaruhi ketahanan seseorang terhadap

stres yang berasal dari stressor (Stress Causes and Risk Factors,

2011). Jika seseorang mudah mengalami stres, maka perilaku atau

respon yang dimunculkan berupa problematik yang membuat semakin

tertekan karena tidak bisa menyesuaikan diri terhadap stres.

2) Faktor Protektif

Faktor Protektif merupakan suatu hal yang menberikan pengaruh

positif bagi individu, sehingga mampu bertahan dan beradaptasi

dengan baik terhadap suatu permasalahan. Hal ini diuraikan dalam

Page 20: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

20

tulisan oleh Kalil, (2003) dan Luthar (2003) bahwa faktor protektif

merupakan hal potensial yang digunakan sebagai alat untuk

merencanakan pencegahan dan penanggulangan berbagai hambatan,

persoalan, dan konflik dengan cara yang positif. Tulisaan tersebut

tercantum bahwa Germezy (1991) telah mengidentifikasi beberapa

kategori dari faktor protektif, yaitu :

a) berbagai atribut yang dimiliki individu seperti tempramen yang

baik, pandangan positif terhadap diri sendiri dengan intelegensi;

b) kualitas keluarga, antara lain kehangatan, keterliatan dan harapan

keluarga; serta

c) keberadaan dan pemanfaatan sistem pendukung eksternal diluar

kelurga.

Dengan demikian faktor protektif berasal dari diri individu,

keluarga maupun lingkungan sosial. Individu yang resilien tidak

semestinya lari atau menghindari faktor resiko, melainkan harus

bisa menerima dan menghadapi kondisi tersebut dengan faktor

protektif agar dapat beradaptasi dengan baik pada suatu

permasalahan yang dialami individu.

d. Komponen Resiliensi

Resiliensi sebagai kemampuan manusia untuk menghadapi,

mengatasi, menjadi kuat ketika menghadapi rintangan dan hambatan

(Gotberg, 1999). Komponen resiliensi disebut oleh Gotberg dengan istilah

sumber, menurutnya ada tiga sumber resiliensi individu, yaitu: I have, I

Page 21: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

21

am, dan I can. Ketiganya saling berkaitan untuk menentukan seorang

individu yang resilien. Berikuta rincian detil dari ketiga sumber itu.

1) I Have

I have merupakan sumber resiliensi yang menghubungkan pada

besarnya dukungan sosial yang diperoleh dari lingkungan sekitar yang

dapat dimaknai oleh individu sebagai suatu kepercayaan terhadap

lingkungannya. Sumber I have memiliki beberapa kualitas yang dapat

menjadi penentu bagi pembentukan resiliensi, yaitu:

Hubungan yang dilandasi dengan kepercayaan (trust)

Struktur dan peraturan yang ada dalam keluarga atau

lingkungan rumah

Model-model peran

Dorongan seseorang untuk mandiri (otonomi)

Akses terhadap fasilitas seperti layanan kesehatan,

pendidikan, keamanan, dan kesejahteraan.

2) I am

I am adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan konsep pribadi

dalam diri individu. Sumber ini mencakup pada kekuatan diri dengan

memotivasi dirinya sendiri sehingga menjadi individu yang

berkualitas dengan perasaan, sikap, dan keyakinan pribadi yang

positif. Beberapa kualitas pribadi yang memengaruhi I am dalam

membentuk resiliensi adalah:

Page 22: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

22

Penilaian personal bahwa diri memperoleh kasih saying dan

disukai oleh banyak orang

Memiliki empati, kepedulian dan cinta terhada orang lain

Mampu merasa bangga dengan diri sendiri

Memiliki tanggung jawab terhadap diri sendiri dan dapat

menerima konsekuensi atas segala tindakannya

Optimis, percaya diri dan memiliki harapan akan masa

depan

3) I Can

I can adalah sumber resiliensi yang berkaitan dengan usaha yang

dilakukan oleh seseorang dalam memecahkan masalah menuju

keberhasilan dengan kekuatan diri sendiri. I can berisi penilaian atas

kemampuan diri yang mencakup kemampuan menyelesaikan persoalan,

keterampilan, sosial dan interpersonal. Sumber resiliensi ini terdiri dari:

Kemampuan dalam berkomunikasi

Problem solving atau pemecahan masalah

Kemampuan mengelola perasaan, emosi, dan implush-

implush

Kemampuan mengukur temramen sendiri dan orang

lain

Kemampuan menjalin hubungan yang penuh

kepercayaan.

Page 23: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

23

Gotberg (1999) meyakini bahwa terdapat lima faktor yang menjadi

kekuatan individu untuk berdaya ketika dihadapkan dengan tekanan yang

membuat perasaan tidak berdaya. Lima faktor tersebut menjadi dasar

bangunan (building blocks) resiliensi, yaitu Trust, autonomy, initiative,

industry, dan identity. Kelimanya berkaitan dengan lima tahapan pertama

perkembangan psikososial Erikson. Tahapan individu sejak lahir hingga

akhir usia remaja tersebut merupakan masa-masa membangun fondasi

yang penting untuk menumbuhkan resiliens dalam diri individu.

Setiap bagian dari faktor/building blocks merupakan dasar

pembangunan dari masing-masing komponen/sumber resiliensi.

Kepercayaan (trust) yang baik pada sekitar akan menguakan komponen I

have, karena individu akan meyakini bahwa ia memilki banyak sumber

dukungan manakala memerlukan bantuan di saat-saat berhadapan dengan

situasi sulit. Otonomi dan identitas menjadi dasar tumbuhnya I am, yang

merepresentasikan pemahaman yang baik atas diri sendiri. Sementara

inisiatif dan industry adalah dua dasar yang membangun I can, yaitu

keyakinan pada kemampuan diri dalam mengatasi berbagai masalah.

Berbeda dengan Grotberg (1999), Reivich dan Shatte

mengemukakan bahwa komponen dari Resiliensi dengan sebutan faktor

dari resiliensi. Faktor resiliensi terdapat tujuh, meliputi :

1) Regulasi Emosi (Emotion Regulation)

Regulasi Emosi merupakan kemampuan untuk tetap tenang dalam

keadaan penuh tekanan. Individu yang resilien memiliki keterampilan

Page 24: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

24

untuk mengelola dan mengontrol emosi. Namun individu yang kurang

mampu mengontrol emosi cenderung akan mengalami kesulitan dalam

menjalin hubungan dengan orang lain. Kemampuan regulasi emosi

yang baik akan menghasilkan kemampuan dalam menjalin hubungan

interpersonal, serta dapat berkontribusi dengan mudah saat berinteraksi

dengan orang lain maupun berbagai kondisi lingkungan. Ekspresi

positif yang dihasilkan oleh regulasi emosi merupakan bagian dari

resiliensi.

2) Pengendalian Implus (Implush Control)

Pengendalian implus merupakan kemampuan yang dimiliki individu

dalam mengendalikan keinginan, dorongan, kesukaan, dan tekanan

yang muncul dari dalam diri. Individu yang memiliki pengendalian

implus yang tinggi dapat mencegah terjadinya kesalahan pemikiran,

sehingga tepat dalam merespon permasalahan. Selain itu individu yang

memiliki pengendalian implus tinggi, cenderung memiliki regulasi

emosi yang tinggi. Sebaliknya individu yang memiliki pengendalian

implus rendah akan cepat mengalami perubahan emosi ketika

dihadapakan dengan suatu permasalahan, sehingga regulasi emosi yang

dimiliki rendah. Pengendalian implus ini sangat berkaitan dengan

kemampuan regulasi emosi yang dimiliki individu.

3) Optimis (optimism)

Individu yang memiliki keyakinan bahwa segala sesuatu dapat berubah

menjadi lebih baik akan menjadi individu yang resilien. Mereka yang

Page 25: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

25

resilien memiliki sifat optimis. Segala kehidupan yang akan dihadapi

individu yang memiliki sifat optimis akan terkontrol dengan baik arah

kehidupannya. Sebaliknya sifat tidak memiliki rasa optimis yaitu

pesimis yang cenderung tidak sehat baik fisik maupun psikisnya.

Individu yang pesimis tidak produktif dan cenderung mengalami

depresi.

4) Analisis Kausal (Causal Analysis)

Analisis kausal merupakan kemampuan individu untuk

mengidentifikasi secara akurat penyebab dari suatu permasalahan yang

sedang dihadapi. Individu yang resilien memiliki analisis kausal yang

baik, dimana mereka tidak akan menyalahkan orang lain atas kesalahan

yang telah dibuat melainkan akan diidentifikasi segala yang

memnyebabkan munculnya masalah. Individu akan berfokus pada

pemecahan masalah, sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ada.

Sebaliknya, individu yang tidak mampu mengidentifikasi penyebab dari

permasalahan secara akurat, maka individu cenderung dapat membuat

kesalahn yang sama.

5) Empati (Empathy)

Empati merupakan kemampuan individu dalam membaca orang lain

yang berkaitan pada kondisi emosional dan psikologis orang tersebut.

Individu memiliki kemahiran dalam menginterpretasikan bahasa-bahasa

nonverbal orang lain, seperti bahasa tubuh, ekspresi wajah, intonasi

suara, dan mampu memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan orang

Page 26: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

26

lain. Individu yang empati cenderung memiliki kehidupan social yang

positif, sehingga dalam hal ini menunjukkan bahwa individu yang

resilien. Sebaliknya, ketidakmampuan dalam berempati akan

berdampak pada kesulitan dalam menjalin hubungan social.

6) Efikasi Diri (Self Efficacy

Efikasi diri menggambarkan seorang individu yang memiliki keyakinan

bahwa ia dapat memecahkan masalah yang dialaminya dan keyakinan

diri terhadap kemampuan untuk mencapai kesuksesan. Efikasi diri

merupakan hal yang sangat penting untuk mencapai resiliensi. Individu

yang resilien dengan keyakinan diri akan mampu mencari penyelesaian

masalah yang tepat dari permasalahan yang ada, serta tidak mudah

menyerah terhadap berbagai kesulitan dalam mencapai kesuksesan.

7) Reaching Out

Reaching Out merupakan kemampuan individu dalam mencapai

keberhasilan. Individu memiliki kemampuan untuk meraih aspek

positif dari kehidupan setelah tekanan yang menimpa. Resiliensi

merupakan sumber untuk mencapai reacing out¸ karena resiliensi

memungkinkan untuk meningkatkan aspek-aspek positif dalam

kehidupan. Banyak individu yang tidak memiliki reacing out, hal ini

dikarenakan adanya kecenderungan sejak kecil untuk lebih banyak

belajar mengindari kegagalan dan situasi yang memalukan disbanding

berlatih untuk menghadapinya.

Page 27: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

27

Berdasarkan uraian diatas, komponen resiliensi memiliki penjelasan

yang berbeda berdasarkan ahlinya. Grotberg menyebutkan bahwa

komponen resiliensi merupakan sumber resiliensi, sedangkan Revich

and Shatte menyebutkan komponen resiliensi sebagai faktor resiliensi.

2. Resiliensi Akademik

a. Definisi Resiliensi Akademik

Resiliensi akademik merupakan kemampuan yang dimiliki individu dalam

merespon kesulitan yang dihadapinya, sebagai perilaku adaptif yang

berhasil dan menunjukkan kualitas pribadi dan terus berkembang melebihi

harapan selama masa sulit (Gillingan, 2007).

Menurut Martin dan Marsh (2003) resiliensi akademik adalah

kemampuan untuk menghadapi kejatuhan (setback), stress atau tekanan

secara efektif pada setting pendidikan. Dalam dunia pendidikan resiliensi

akademik dianggap sebagai proses belajar, dimana sebuah peroses dinamis

yang mencerminkan kekuatan dan ketangguhan seseorang untuk bangkit

dari pengalaman emosional negatif, saat menghadapi situasi sulit yang

menekan dalam aktivitas belajar yang dilakukan.

Menurut Rirkin dan Hoopman (dalam Henderson dan Milstein,

2003) menjelaskan bahwa resiliensi akademik merupakan kapasitas

seseorang untuk bangkit, pulih, dan berhasil beradaptasi dalam kesulitan,

dan mengembangkan kompetensi sosial, akademik dan keterampilan untuk

terlepas dari stress yang dihadapinya. Resiliensi akademik

menggambarkan siswa atau mahasiswa mengatasi berbagai pengalaman

Page 28: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

28

negatif atau tantangan yang sedemikian besar, menekan dan menghambat

selama proses belajar, hingga mereka mampu beradaptasi dan

melaksanakan setiap tuntutan akademik dengan baik (Hendriani, 2016).

Definisi lain mengenai resiliensi akademik merupakan istilah yang

menunjukkan ketangguhan seseorang dalam menghadapi berbagai tugas

akademik dalam pendidikan (Corsini, 2002). Hal ini menggambarkan

seorang siswa atau mahasiswa yang resilien tidak mudah putus asa dalam

menghadapi berbagai kesulitan akademik. Ia akan memiliki rasa percaya

diri dalam menghadapi kesulitan dan mampu menemukan jalan keluar atas

kesulitan yang dihadapinya.

Karakter siswa atau mahasiswa yang resilien secara akademik

memiliki kompetensi sosial, memiliki life skills seperti mampu

memecahkan masalah, mampu berpikir kritis, dan mampu untuk

mengambil inisiatif selama proses belajar (Benard, 1991).

Menurut Henderson dan Milstein (2003) menyatakan bahwa siswa

atau mahasiswa yang resilien secara akademik memiliki kapasitas yang

berbeda pada setiap siswa dan semakin meningkat ataupun menurun

seiring berjalannya waktu. Selain itu siswa yang resilien menunjukkan

pengelolaan positif terhadap berbagai kondisi yang mendatangkan

tekanan, sehingga kemudian menyelesaikan studi dengan hasil yang baik

(Fuerth 2008, Boatman, 2014).

Resiliensi akademik dianggap sebagai kekuatan atau aset, kualitas,

karakteristik yang dimiliki sorang siswa serta suatu proses yang dapat

Page 29: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

29

menguntungkan dan berdampak positif pada aspek kinerja, pencapaian,

kesehatan dan kesejahteraan mahasiswa (Cassidy, 2015).

Resiliensi akademik terjadi ketika mahasiswa menggunakan

kekuatan internal maupun eksternal untuk mengatasi berbagai

pengalaman negatif, menekan, dan menghambat selama proses belajar,

sehingga mereka mampu beradaptasi dan melaksanakan setiap tuntutan

akademik dengan baik (Morales, 2010, dan Howell, 2011 dalam Boatman,

2014).

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Resiliensi akademik

merupakan kemampuan siswa atau mahasiswa untuk bertahan dan

mengatasi dari berbagai macam kesulitan dan tuntutan akademik yang

dihadapi dengan cara adaptif dan mampu memecahkan masalah serta

mampu inisiatif selama proses belajar.

3. Aspek Resiliensi Akademik

Menurut Cassidy (2015) terdapat 3 aspek pembentuk dalam resiliensi

akademik yaitu : a) perseverance, b) reflecting and adaptive help-seeking, dan

c) negative affect and emotional response.

a. Perseverance (ketekunan)

Perseverance merupakan ketekunan seorang individu selama proses belajar.

Hal ini menggambarkan mahasiswa yang bekerja keras, tidak mudah

menyerah, fokus pada proses dan tujuan, dan memiliki kegigihan dalam

menghadapi kesulitan.

b. Reflecting and adaptive help-seeking (mencari bantuan adaptif)

Page 30: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

30

Individu miliki cara-cara yang adaptif dalam mengatasi berbagai

tuntutan akademik, sehingga dapat merefleksikan kekuatan dan

kelemahan yang dimilikinya untuk membantu individu lain yang

menunjukkan perilaku adaptif tersebut.

c. Negative affect and emotional response (pengaruh negative dan respon

emosional)

Berbagai persoalan yang dihadapi individu memunculkan respon yang

dimiliki individu. Respon individu yang dimuculkan sebagai bentuk

dari adaptasi dalam menghadapi persoalan, sehingga menggambarkan

kecemasan, emosi negatif, optimism, dan penerimaan yang negatif yang

dimiliki individu selama hidup. Individu yang resilien mampu

merealisasikan berbagai emosi negatif dalam dirinya sebagai bentuk

respon dengan menyesuaikan diri dalam menghadapi persoalan.

4. Dimensi Resiliensi Akademik

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Martin & Marsh (2003)

menemukan bahwa dimensi resiliensi akademik terdiri dari confidence,

control, composure, dan commitment.

a. Confidence (self-belief)

Confidence atau self-belief merupakan keyakinan yang dimiliki oleh

seorang siswa pada kemampuan diri sendiri dalam memahami dan

melakukan proses belajar dengan baik, dalam menghadapi tantangan

yang harus dihadapi, dan melakukan yang terbaik sesuai dengan

kemampuan mereka.

Page 31: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

31

b. Control (a sanse of control)

Kemampuan siswa saat mereka yakin dapat melakukan suatu pekerjaan

dengan baik. Dimensi ini tampak dari kemampuan siswa untuk

mengelola dan mengendalikan berbagai tantangan yang datang dalam

proses belajar.

c. Composure (anxiety)

Terdapat dua bagian dalam Composure yaitu perasaan cemas dan

khawatir. Perasaan cemas merupakan perasaan yang dialami siswa ketika

mereka memikirkan tugas sekolah, pekerjaan rumah, atau ujian.

Sedangkan perasaan khawatir merupakan rasa takut siswa saat mereka

tidak melakukan tugas sekolah, pekerjaan rumah atau ujian sekolah

dengan baik.

d. Commitment (persistence)

Kemampuan siswa untuk terus berusaha menyelesaikan jawaban dalam

memahami suatu masalah meskipun masalah tersebut sulit dan penuh

tantangan.

5. Faktor Resiliensi Akademik

Hasil penelitian Rojas (2015) menyatakan bahwa terdapat 2 faktor utama

yang mempengaruhi resiliensi akademik yaitu faktor resiko dan faktor protektif

(faktor pelindung). Faktor resiko berkaitan dengan konflik keluarga, status

ekonomi yang rendah, kurangnya dukungan social, dan kurangnya

keterampilan orangtua dalam menerapkan pola asuh anak. Sedangkan faktor

Page 32: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

32

protektif berkaitan dengan tingkat stress keluarga, harapan yang tinggi, tingkat

intelegensi, lingkungan yang aman, dan memiliki komunikasi yang baik.

Selain itu Rojas (2015) menjelaskan bahwa faktor-faktor individual yang

mendorong individu untuk memiliki resiliensi akademik yaitu tingginya

optimisme, memiliki empati, self-esteem, harga diri, control diri, memiliki

tujuan dan misi yang jelas dalam penetapan akadmik, motivasi dan mempuan

dalam problem-solving yang baik. Sementara itu dukungan sosial berupa

bimbingan dan dukungan keluarga memiliki kontribusi besar yang memperkuat

resiliensi akademik siswa-siswa beresiko.

Page 33: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

33

BAB 3. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan pendekatan deskriptif

komparatif untuk mengetahui tingkatan dari resiliensi mahasiswa UHAMKA

dan melihat perbedaan resiliensi berdasarkan dari gender.

B. Metode Pengumpulan Data

Pengumpulan data menggunakan skala dalam bentuk instrument non tes yang

dibuat dalam bentuk Google form. dan disebar melalui media elektronik.

Penelitian ini menggunakan kuisioner dengan model skala Likert untuk

mengukur dan menganalisis tingkat resiliensi akademik mahasiswa

UHAMKA. Tim menyusun kolom-kolom isian melalui Google form.

Skala Resiliensi Akademik ini diadopsi dan diadaptasi dari instrument

the academic resilience scale (ARS-30) oleh Cassidy (2016) terdiri dari 30

item, yang diunduh dari Frontiers in Psychology merupakan website yang

mempublikasikan jurnal internasional dengan Original Research. Adaptasi

dilakukan oleh peneliti dengan cara menerjemahkan setiap item ke dalam

bahasa Indonesia. Item-item tersebut disesuaikan dengan kondisi dan budaya

akademik di Indonesia. Penyebaran angket dilakukan dengan media elektronik

yaitu dengan menggunakan googleform, agar mudah diakses dan cepat

diperoleh data penelitian.

Skala pengukuran resiliensi akademik ini mencakup 3 aspek resiliensi

akademik yaitu perseverance (ketekunan), reflecting and adaptive help-seeking

(mencari bantuan adaptif), dan negative affect and emotional response

(pengaruh negative dan respon emosional). Aspek-aspek tersebut menjadi kisi-

kisi dalam penelitian ini yang disajikan pada tabel 3.4.

Skala ini menggunakan skala likert, penskoran diubah yang semula 1

sampai dengan 5 menjadi 1 sampai dengan 4 untuk memudahkan responden

dalam menjawab dan memilih jawaban penyataan. Dimana masing-masing

pernyataan memiliki 4 alternatif jawaban yang terdiri atas pernyataan positif

Page 34: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

34

(favourable) dan pernyataan negative (unfavourable). untuk mengetahui

tingkat resiliensi akademik yang dimiliki responden. Alternatif jawaban

tersebut diantaranya Sangat Sesuai (SS), Sesuai (S), Tidak Sesuai (TS), dan

Sangat Tidak Sesuai (STS). Skor dalam masing-masing jawaban berbeda,

dapat dilihat pada tabel 4.1 sebagai berikut.

Tabel 4.1

Skor dan Pilihan Jawaban Kuisioner

No Alternatif Jawaban Positif

(+)

Negatif

(-)

1 Sangat Sesuai (SS) 4 1

2 Sesuai (S) 3 2

3 Tidak Sesuai (TS) 2 3

4 Sangat Tidak Sesuai (STS) 1 4

Tabel 4.2

Kisi-kisi Skala Resiliensi Akademik

Indikator Sub Indikator (+) (-) Jml

Perseverance

(ketekunan)

Mudah Menyerah dan

menyalahkan oranglain

17 3,1 3

Berusaha melakukan yang

terbaik

5, 9, 8, 16, 30 15 6

Mampu memotivasi diri 2, 4, 11, 13, 10 5

reflecting and

adaptive help-

seeking

(mencari

bantuan adaptif)

Berusaha memotivasi diri

dengan meminta bantuan

18, 20, 25,

21, 26,

5

Mampu mencari cara yang

berbeda untuk memotivasi

diri

27, 22, 24, 29 4

negative affect

and emotional

response

(pengaruh

negative dan

respon

emosional).

Menghindari hal negative

dalam mengelola emosi

23, 7, 19

3

Mampu merealisasikan

emosi yang sedang dialami

6, 14, 12,

28

4

Page 35: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

35

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi penelitian adalah seluruh mahasiswa semester V dan VII tahun

akademik 2019/2020 dari delapan Fakultas UHAMKA yang tersebar

dalam 30 program studi, berjumlah 900 mahasiswa yang tersebar disemua

fakultas.

2. Sampel Penelitian

Sampel penelitian berjumlah 333 mahasiswa yang terdiri dari .255

perempuan dan 78 laki –laki Teknik pengambilan dengan simple random

sampling pada mahasiswa semester V dan semester VII tahun akademik

2019/2020.

D. Teknik Analisis Statistik

Salah satu bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam penelitian kuantitatif

ialah analisis data. Analisis data merupakan kegiatan yang yang dilakukan

setelah data dari seluruh responden atau sumber dan lain terkumpul. Data

dikumpulkan dengan melalui instrument ARS-30 (The 30 item Academic

Resilience Scale) dengan menggunakan 4 alternatif jawaban model skala

likert.Teknik analisis data yang digunakan adalah uji independent t-test

dengan bantuan aplikasi SPSS serta dikombinasikan dengan stacking model

rasch yang telah di uji

Analisa yang dilakukan, pertama melihat data penunjang resiliensi yang

akan memperlihatkan siapa jati diri mahasiswa tersebut, analisis kedua

dengan melihat tingkatan resiliensi hasil olahan data dari setiap mahasiswa

yang dilihat pada setiap fakultas dan program studi masing-masing, analisa

ketiga adalah menggunakan uji hipotesis statistik dan hasilnya dianalisa

melihat bagaimana kaitan data penunjang dengan tingkat resilensi akademik

mahasiswa UHAMKA pada semester V dan VII pada tahun akademik

2019/2020.

Page 36: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

36

E. Alur Penelitian

Berdasarkan teknik analisis statistik di atas bagan alur penelitian dibuat

sebagai berikut.

Data Resiliensi Akademik

Hasil Penelitian Ha, diterima H0, ditolak

Angket

Populasi Mahasiswa Semester V dan VII UHAMKA Tahun 2019/2020

Sampel Mahasiswa Semester V dan VII UHAMKA Tahun 2019/2020

Pengolahan Data

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian

Page 37: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

37

BAB 4. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

Hasil analisis RASCH model menunjukan bahwa skor reliabilitas

person adalah 0.82, sementara skor reliabilitas berdasarkan nilai alpha

Cronbach (KR-20) adalah 0.85, menandakan bahwa interaksi antara person

dan item sangat bagus(Sumintono & Widhiarso, 2015). Disamping itu nilai

sensitifitas pada pola jawaban person +1,07 logit (INFIT MNSQ) dan nilai

sensitifitas secara keseluruhan +1.01 logit (OUTFIT MNSQ) menunjukan

bahwa masih berada pada rentang ideal (+0.5>MNSQ<+1.5) ((Bond & Fox,

2015). Selanjutnya analisis pemodelan RASCH juga menemukan bahwa

dapat dilihat skor reliabilitas item adalah 0.99, hal ini menunjukan bahwa

kualitas item-item yang digunakan dalam pengukuran adalah sangat bagus

sekali. Disamping itu nilai sensitifitas pola jawaban person +0.96 logit

(INFIT MNSQ) dan nilai sensitifitas pola jawaban item secara keseluruhan

+1.01 logit (OUTFIT MNSQ) menunjukan bahwa masih berada pada rentang

ideal. Hal ini menunjukkan item-item memiliki kualitas yang baik untuk

pengukuran yang telah dilakukan .Selanjutnya tentang hasil ini dapat dilihat

pada tabel berikut ini :

Tabel 1.< Kategori Resiliensi Akademik >

Kategori Skor Frekuens

i/

Respond

en

Persenta

se %

Rendah 32 < 54 127 38,13%

Sedang 54 < 76 200 60%

Tinggi 76 < 99 6 1,8%

Page 38: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

38

38%

60%

2%

RESILIENSI

RENDAH SEDANG TINGGI

Gambar 1.< Kategori Resiliensi Akademik >

Gambar 2.< Data Deskriptif >

B. Pembahasan

Berdasarkan pada tabel 1 serta gambar 1 dan 2, menunjukan bahwa tingkat

resiliensi mahasiswa uhamka berada pada kategori sedang dengan persentase

60%, dengan skor mean untuk resiliensi adalah 57,17, skor minimal adalah 32

dan skor maksimal sebesar 99.Sejalan penelitian yang dilakukan oleh (Amelia,

2014) menyatakan bahwa tingkat resiliensi mahasiswa berada pada tingak

sedang dengan persentase 89,07 %.Hal ini berarti menandakan bahwa kondisi

mahasiswa UHAMKA belum memiliki resiliensi akademik yang tinggi yang

menandakan bahwa kemampuan untuk bertahan dalam situasi yg sulit dalam

Page 39: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

39

hidupnya serta mampu beradaptasi dengan keadaan tertentu dan mampu

bangkit dari keterpurukan untuk menjadi lebih baik lagi dari sebelumnya masih

sedang.

Tabel 2. < Hasil Independent Sampel T-test Resiliensi Akademik berdasarkan Jenis Kelamin >

Nilai Lavene

Test

T-test

F Sig. Sig. (2-

tailed)

Resiliensi

Akademik

1.709 .192 .094

Berdasarkan data diatas, diketahui bahwa nilai sig pada levene’s test for

equality of variances adalah 0,192 > 0,05 maka dapat diartikan bahwa varians

data antara laki-laki dan perempuan adalah homogeny atau sama. Sedangkan

untuk hasil uji beda bisa dilihat dari nilai sig.2 (2 tailled) sebesar 0,94> 0,05

maka dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat perbedaan yang signifikan

antara tingkat resiliensi mahasiswa laki-laki dan mahasiswa perempuan.

Sejalan dengan penelitian (Sunarti, Islamia, Rochimah, & Ulfa, 2018)

menyatakan tidak ada perbedaan resiliensi, terlihat dari hasil yang

menunjukan (p=0,067; p>0,05), hasil serupa didapatkan dari penelitian yang

dilakukan oleh (Sandani et al., 2015) yang menyatakan bahwa tidak terdapat

perbedaan resiliensi antara laki-laki dan perempuan dengan hasil menunjukan

p=0,76 (p<0,05), Penelitian lain yang dilakukan oleh (Ebrahimi,

Keykhosrovani, Dehghani, & Javdan, 2019; Purnomo, 2014) tidak

menunjukan perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Tetapi hal ini bertolak

belakang dengan penelitian (Erdogan et al., 2015) mengungkapkan bahwa laki-laki

menunjukan resiliensi lebih tinggi dibandingkan dengan perempuan, berbeda pula

dengan penelitian yang dilakukan di Kenya, menemukan perbedaan resiliensi

berdasarkan jenis kelamin, dimana perempuan yang memiliki tingkat resiliensi lebih

tinggi, hal ini dikarenakan perempuan lebih cenderung tangguh secara akademis

dibandingkan dengan laki-laki dan juga perempuan cenderung lebih banyak kesulitan

ditempat bekerja serta perempuan memiliki komunikasi yang bagus, empati yang

Page 40: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

40

tinggi dan mampu mencari bantuan dan menemukan aspirasi(Isaacs, 2014; Nyambura

Mwangi & Ireri, 2017; Sun & Stewart, 2007). Menurut (Holaday & McPhearson,

1997) ada tiga faktor yang mempengaruhi resiliensi yaitu, psychological resources

termasuk didalamnya adalah locus of control internal, social support dan cognitive

skills. Melihat penjelasan tersebut, dapat dilihat bahwa jenis kelamin tidak termasuk

kedalam faktor yang mempengaruhi resiliensi pada seseorang. Jenis kelamin

merupakan pembagian dua jenis kemain manusia yang ditentukan secara biologis dan

berkaitan dengan alat reproduksi dan berkaitan dengan fisik (Purnomo, 2014).

Pada penelitian ini tidak terdapat perbedaan, baik laki-laki maupun perempuan

berada pada kategori sedang, hal tersebut menurut peneliti dikarenakan responden

penelitian yang masih terbatas karena jenis kelamin perempuan lebih banyak

dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini menunjukan bahwa resiliensi tidak hanya

dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin tetapi berdasarkan faktor-faktor lainnya.

Selain itu , diduga bahwa mahasiswa UHAMKA tidak terlalu banyak menglami

berbagai macam kesulitan, Karena menurut (Rutter, 2012) bahwa pengalaman yang

negative dimiliki seseorang mungkin mampu memilki efek yang menguatkan

terhadap kesulitan dikemudian hari. Hal seerupa disampaikan pada penelitian The

Center for the Study of Social Policy mengatakan bahwa beberapa pengalaman dalam

hal mengelola stress, hal tersebut termasuk belajar dari kegagalan, serta penting untuk

perkembangan.Peneliti memperjelas dengan melihat hasil mahasiswa dalam

memberikan jawaban terhadap instrument disampaikan pada gambar dibawah 3.

Gambar 3.< Variabel Maps Perbedaan Resiliensi >

Page 41: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

41

Gambar 4.< Kemampuan Menjawab Instrumen >

Pada gambar 4 menunjukan bahwa resiliensi mahasiswa perempuan dan

mahasiswa laki-laki pada rentan yang sama dalam memberikan jawaban pada 30

item, walaupun terlihat garis merah cenderung lebih tinggi dibandingkan garis

biru dalam menjawab 30 item yang telah diberikan tetapi secara keseluruhan baik

laki-laki dan perempuan berada pada tingkatan yang sama. Peneliti memperjelas

dengan melihat bagaimana sampel memberikan jawaban terhadap instrument yang

sudah diberikan sesuai dengan kondisi mahasiswa serta bagaimana sampel

memberikan jawaban terhadap instrument yang sudah diberikan. Hal ini

menandakan mahasiswa perempuan dalam menjawab instrument memiliki nilai

lebih tinggi dibandingkan dengan mahasiswa laki-laki dan dilihat dari jumlah

mahasiswa perempuan lebih banyak dibandingkan mahasiswa laki-laki sehingga

mempengaruhi hasil dalam menjawab kemampuan instrument.

Page 42: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

42

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan dari hasil dan pembahasan dalam penelitian ini dapat

disimpulkan bahwa tingkat resiliensi mahasiswa UHAMKA berada pada kategori

sedang, serta tidak terdapat perbedaan resiliensi antara laki-laki dan perempuan,

karena berdasarkan hasil temuan bahwa laki-laki maupun perempuan berada pada

keadaan resiliensi yang sedang karena dipengaruhi oleh beberapa faktor yang

muncul dari dalam dan luar diri mahasiswa baik mahasiswa laki-laki maupun

perempuan, faktor itu seperti kedewasaan diri, dukungan sosial dan control diri

serta faktor lain yang tidak terungkap dalam penelitian ini. Resiliensi tidak hanya

dapat dilihat berdasarkan jenis kelamin saja tetapi faktor-faktor yang lainnya.

Namun peneliti memiliki keterbatasan dalam penelitian, peneliti hanya

mendapatkan sampel mahasiswa laki-laki yang sedikit dibandingkan mahasiswa

perempuan, hal tersebut membuat peneliti tidak dapat menganalisa secara

mendalam tentang aspek lain tersebut.

Page 43: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

43

BAB 6 LUARAN YANG DICAPAI

Luaran yang dicapai berisi Identitas luaran penelitian yang dicapai oleh peneliti

sesuai dengan skema penelitian yang dipilih.

Jurnal

IDENTITAS JURNAL

1 Nama Jurnal Stkip-andi-matappa

2 Website Jurnal https://journal.stkip-andi-

matappa.ac.id/index.php/jurkam/author/submission/

667

3 Status Makalah Accept setelah direvisi beberapakali untuk terbit

bulan Agustus ( Shinta 3).

4 Jenis Jurnal Jurnal Konseling

5 Tanggal Submit

Page 44: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

44

6 Bukti Screenshot submit

Page 45: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

45

Pemakalah di seminar

IDENTITAS SEMINAR

1 Nama Jurnal -

2 Website Jurnal -

3 Status Makalah -

4 Jenis Prosiding -

4 Tanggal Submit -

5 Bukti Screenshot submit -

Page 46: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

46

BAB 7 RENCANA TINDAK LANJUT DAN PROYEKSI HILIRISASI.

Penelitian resiliensi merupakan bahan kajian psikologi postif yang banyak

diteliti oleh para peneliti saat ini. Sehingga resiliensi awal dari penelitian –

penelitian selanjutnya dalam melihat kaitannya dengan variabel lainnya seperti,

happiness, forgivness, kecerdasan emosional dan sebagainya. Begitu juga yang

terkait dengan data demografi. Banyak hal yang perlu dikaji termasuk masalah

urutan kelahiran, latar belakang budaya , tingkat pendidikan, dan sebagainya.

Peneliti akan meninjau kaitan resiliensi dengan psikologi positiflainnya dan

masalah demografi yang belum dikaji dalam penelitian ini.

Page 47: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

47

DAFTAR PUSTAKA

Fujikawa dkk. (2018). Disiplin Dikaitkan Dengan Keterlibatan Bullying Tanpa

Pengasuhan Yang Hangat Di Masa Remaja. Journal of Adolescence 68

(2018) 207-216. Departemen Neuropsychiatry, Sekolah Pascasarjana

Kedokteran, Universitas Tokyo, 7-3-1, Hongo, Bunkyo-ku, Tokyo 113-

8655, Jepang.

Gunarsa, Singgih & Gunarsa, Yulia Singgih. (2003). Psikologi Perkembangan

Anak dan Remaja, Cet ke-10. Jakarta : Gunung Mulia.

Hadi, Sutrisno. 2015. Metodologi Riset. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hoskins, Donna Hancock. (2014). Konsekuensi Pengasuhan Remaja. Societies.

ISSN 2075-4698. Society 2014, 4, 506-531; doi: 10.3390/soc4030506.

www.mdpi.com/journal/society. Bridgewater College, 402 East Colleg

Street, Box 176, Bridgewater. VA 22812. AS.

Hurlock, Elizabeth. (1978). Perkembangan Anak Jilid 2, Edisi Keenam. Jakarta :

Erlangga.

----------. (1999). Psikologi Perkembangan. Jakarta : Erlangga.

Lukman, A. (2013). Manajemen Masalah Disipliner di Sekolah Menengah:

Jalingo Metropolis di Fokus College Of Education, Nigeria Global Journal

of HUMAN SOCIAL SCIENCE Linguistics & Education Volume 13 Edisi

14 Versi 1.0 Tahun 2013 Jenis: Double Blind Peer diulas Jurnal Penelitian

Internasional Penerbit: Global Journals Inc. (AS) Online ISSN: 2249-460x

& Print ISSN: 0975-587X.

Mar’at, Samsunuwiyati. (2009). Psikologi Perkembangan. Bandung : Remaja

Rosdakarya.

Noor, Juliansyah. (2012). Metodologi Penelitian : Skirpsi, Tesis, Disertasi, dan

Karya Ilmiah. Jakarta : Kencana.

Riduwan. (2009). Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan

Penelitian Pemula. Bandung: Alfabeta.

Sangadji, Etta Mamang & Sopiah. (2010). Metode Penelitian- Pendekatan Praktis

dalam Penelitian. Yogyakarta : Andi.

Santrock, Jhon W. (2003). Adolescence Perkembangan Remaja, edisi 6. Jakarta :

Erlangga.

Page 48: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

48

Shapiro, Lawrence. (2001). Mengajarkan Emotional Intelligence Pada Anak.

Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.

Slameto. (1992). Belajar dan Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka

Cipta.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,

kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta.

Suharsono. (2009). Melejitkan IQ, EQ, SQ. Jakarta : Ummah Publishing.

Susanti. Werdiningsih, Febriana. Sujiyanti. (2009). Mencetak Anak Juara: Belajar

dari Pengalaman 50 Anak Juara. Jogjakarta : Katahati.

Tariq Farzana Bibi, dkk. (2013). Kontribusi Gaya Pengasuhan Dalam Domain

Kehidupan Anka-anak. IOSR Jurnal Humaniora dan Ilmu Sosial (IOSR-

JHSS). Volume 12, edisi 2 (Mei-Juni 2013), PP 91-95 e-ISSN:2279-0837,

p-ISSN: 2279-0845.www.Losrjournals.Org. Hazara University, KPK,

Pakistan.

Tirtarahardja, Umar dan La Sulo. (2005). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Rineka

Cipta.

Tridhonanto, Al & Beranda Agency. (2009). Melejitkan Kecerdasan Emosi (EQ)

buah hati. Jakarta : PT. Elex Media Komputindo.

Tu’u, Tulus. (2004). Peran Disiplin Pada Perilaku dan Prestasi Siswa, Jakarta:

Gramedia Widiasarana Indonesia.

Wibisono, Abdul Fattah. dkk. (2012). Tanya-Jawab Al-Islam dan

Kemuhammadiyahan, Cet. Ke-3. Jakarta : UHAMKA Press.

Yusuf, Syamsu. (2004). Psikologi Perkembangan Anak dan Remaja. Bandung :

Rosda Karya.

Zakeri, H., Bahram J. & Maryam R. (2010). Parenting Styles and Resilience.

Procedia Social and Behavioral Sciences, 5, 1067-1070.

Zinnatul Borak, dkk. (2016). Dampak Gaya Orang Tua pada Prestasi Akademik

Anak. Jurnal Ilmu Sosial & Penelitian Humaniora. Versi JSSHR 42. Volume

2. Edisi 2. 2016. Departemen Pendidikan dan Konseling Psikologi,

Universitas Dhaka-1000, Bangladesh.

Page 49: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

49

Amelia, S. (2014). Gambaran Ketangguhan Diri (Resiliensi) Pada Mahasiswa Tahun

Pertama Fakultas Kedokteran Universitas Riau. Jorn FK, 1(2), 1–9.

Andrew, J. M., & Herbert, W. M. (2013). Academic Resilience and the Four Cs:

Confidence, Control, Composure, and Commitment. Journal of Chemical Information and Modeling, 53(9), 1689–1699.

https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Bond, T., & Fox, C. (2015). Applying the Rasch Model, Fundamentals Measurement in the Human Science (edisi ke-3). New York: Routledge.

Cassidy, S. (2015). Resilience building in students: The role of academic self-efficacy.

Frontiers in Psychology, 6(NOV), 1–14. https://doi.org/10.3389/fpsyg.2015.01781

Ebrahimi, A., Keykhosrovani, M., Dehghani, M., & Javdan, M. (2019). Investigating the Relationship between Resiliency, Spiritual Intelligence and Mental Health of a

group of undergraduate Students. Journal of Chemical Information and Modeling,

53(9), 1689–1699. https://doi.org/10.1017/CBO9781107415324.004

Erdogan, E., Ozdogan, O., & Erdogan, M. (2015). University Students’ Resilience Level:

The Effect of Gender and Faculty. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 186,

1262–1267. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.04.047

Gunarsa, S. D., & Gunarsa, Y. (2008). Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga.

Jakarta: Gunung Mulia.

Holaday, M., & McPhearson, R. W. (1997). Resilience and severe burns. Journal of

Counseling and Development, 75(5), 346–356. https://doi.org/10.1002/j.1556-6676.1997.tb02350.x

Isaacs, A. (2014). Gender Differences in Resilience of Academic Deans. Journal of

Research in Education, 24(1), 112–119.

Jono, A. A. (2016). Studi Implementasi Kurikulum Berbasis KKNI pada Program Studi

Pendidikan Bahasa Inggris Di LPTK Se-Kota Bengkulu. Manhaj, 4(1), 57–68.

Kholidah, E., & Alsa, a. (2012). Berpikir Positif untuk Menurunkan Stres Psikologis.

Jurnal Psikologi, 39(1), 67–75. Retrieved from http://jurnal.psikologi.ugm.ac.id/index.php/fpsi/article/view/180

Mir’atannisa, M., Rusmana, N., & Budiman, N. (2019). Kemampuan Adaptasi Positif

Melalui Resiliensi. Journal of Innovative Counseling : Theory, Practice & Research, 3(2), 70–76. Retrieved from

http://journal.umtas.ac.id/index.php/innovative_counseling

Nyambura Mwangi, C., & Ireri, A. M. (2017). Gender Differences in Academic Resilience and Academic Achievement among Secondary School Students in

Kiambu County, Kenya. Psychology and Behavioral Science International Journal,

5(5), 1–7. https://doi.org/10.19080/pbsij.2017.05.555673

Patnani, M. (2013). Upaya Meningkatkan Kemampuan Problem Solving pada mahasiswa. Jurnal Psikogenesis, 1(2), 185–198.

Purnomo, N. ayu shafitri. (2014). Resiliensi pada pasien stroke ringan ditinjau dari jenis

kelamin. Jurnal Ilmiah Psikologi Terapan, 02(02), 241–262.

Ruswahyuningsih, M. C., & Afiatin, T. (2015). Resiliensi pada Remaja Jawa. Resiliensi

Pada Remaja Jawa, 1(2). https://doi.org/10.22146/gamajop.7347

Page 50: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

50

Rutter, M. (2012). Resilience as a dynamic concept. Development and Psychopathology,

24(2), 335–344. https://doi.org/10.1017/S0954579412000028

Sandani, A. P., Elvira, I. A., Susilaningrum, R., Solihati, Y. M., Profesi, M., Fakultas, P.,

… Merapi, G. (2015). KELAMIN DAN BIG FIVE PERSONALITY PADA KORBAN PASCA ERUPSI GUNUNG MERAPI TAHUN 2010. 1–16.

Sumintono, B., & Widhiarso, W. (2015). Aplikasi Pemodelan Rasch pada Assessment

Pendidikan. Bandung: Trim Komunikata.

Sun, J., & Stewart, D. (2007). Age and Gender Effects on Resilience in Children and

Adolescents. International Journal of Mental Health Promotion, 9(4), 16–25.

https://doi.org/10.1080/14623730.2007.9721845

Sunarti, E., Islamia, I., Rochimah, N., & Ulfa, M. (2018). Resiliensi Remaja: Perbedaan Berdasarkan Wilayah, Kemiskinan, Jenis Kelamin, dan Jenis Sekolah. Jurnal Ilmu

Keluarga Dan Konsumen, 11(2), 157–168.

https://doi.org/10.24156/jikk.2018.11.2.157

Tunliu, S. K., Aipipidely, D., & Ratu, F. (2019). Dukungan Sosial Keluarga Terhadap

Resiliensi Pada Narapidana Di Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Kupang Sarlina.

Journal of Health and Behavioral Science, 1(2), 68–82.

Utami, C. T., & Helmi, A. F. (2017). Self-Efficacy dan Resiliensi: Sebuah Tinjauan

Meta-Analisis. Buletin Psikologi, 25(1), 54–65.

https://doi.org/10.22146/buletinpsikologi.18419

Page 51: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

51

LAMPIRAN ( artikel revisi dan siap terbit bulan agustus)

Page 52: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

52

Page 53: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

53

Page 54: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

54

Page 55: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

55

Page 56: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

56

Page 57: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

57

Page 58: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

58

Page 59: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

59

Page 60: SURAT KONTRAK PENELITIAN - simakip.uhamka.ac.id

60