surat keteranganyuyun_yuniar.staff.gunadarma.ac.id/downloads/files/74064/... · perpustakaan...

22
Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIAN PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA Nomor Pengunggahan SURAT KETERANGAN Nomor: 108/PERPUS/UG/2020 Surat ini menerangkan bahwa: Nama Penulis : YUYUN YUNIAR ROHMATIN Nomor Penulis : 130942 Email Penulis : [email protected] Alamat Penulis : Jalan Bkkbn raya kampung ciketing no 36. kelurahan mustika jaya kecamatan mustika jaya kecamatan mustika jaya Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma, dengan rincian sebagai berikut : Nomor Induk : FTI/ID/PENELITIAN/108/2020 Judul Penelitian : Analisis Proses Produksi Dan Spesifikasi Desain Jok Pada Produk Bus Di CV. Laksana Karoseri Tanggal Penyerahan : 10 / 08 / 2020 Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III. Dicetak pada: 10/08/2020 15:56:57 PM, IP:114.79.7.61 Halaman 1/1

Upload: others

Post on 26-Jan-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

  • Perpustakaan Universitas Gunadarma BARCODE

    BUKTI UNGGAH DOKUMEN PENELITIANPERPUSTAKAAN UNIVERSITAS GUNADARMA

    Nomor Pengunggahan

    SURAT KETERANGANNomor: 108/PERPUS/UG/2020

    Surat ini menerangkan bahwa: Nama Penulis : YUYUN YUNIAR ROHMATINNomor Penulis : 130942Email Penulis : [email protected] Penulis : Jalan Bkkbn raya kampung ciketing no 36. kelurahan mustika jaya kecamatan

    mustika jaya kecamatan mustika jaya

    Telah menyerahkan hasil penelitian/ penulisan untuk disimpan dan dimanfaatkan di Perpustakaan Universitas Gunadarma,dengan rincian sebagai berikut : Nomor Induk : FTI/ID/PENELITIAN/108/2020Judul Penelitian : Analisis Proses Produksi Dan Spesifikasi Desain Jok Pada Produk Bus Di CV. Laksana

    KaroseriTanggal Penyerahan : 10 / 08 / 2020

    Demikian surat ini dibuat untuk dipergunakan seperlunya dilingkungan Universitas Gunadarma dan Kopertis Wilayah III.

    Dicetak pada: 10/08/2020 15:56:57 PM, IP:114.79.7.61 Halaman 1/1

  • Analisis Proses Produksi Dan Spesifikasi Desain Jok Pada Produk Bus

    Di CV. Laksana Karoseri

    Yuyun Yuniar Rohmatin1

    Jurusan Teknik Industri, Fakultas Teknologi Industri, Universitas Gunadarma

    [email protected]

    ABSTRAK CV. Laksana merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak dibidang industri

    otomotif. Perusahaan ini memproduksi produk utama yaitu karoseri bus. Desain merupakan rancangan

    yang melibatkan suatu kreativitas serta suatu inovasi. tujuan penelitian ini adalah untuk Menganalisis

    proses produksi bus dan desain jok bus pada CV. laksana Karoseri

    Berdasarkan dari penelitian diketahui bahwa Proses produksi bus dari CV Laksana diawali dengan

    penerimaan chassi. Bus yang telah dipasang rangka, kemudian dilakukan pembuatan body, Pendempulan

    dilakukan pada permukaan bus yang dinilai kurang rata, bus yang telah lulus pengecekan kualitas

    pendempulan selanjutnya memasuki proses painting. Selanjutnya proses finishing pemasangan dashboard

    dan pemasangan elektrik, pre delivery inspection (PDI) jika sesuai dengan standar qualitas yang

    ditetapkan selanjutnya bus akan di kirim. Analisis Spesifikasi desain jok pada bus dimulai dari

    menentukan rangka jok yang terbuat dari material baja dengan lapisan pelindung terbuat dari material

    beludru. Pada sandaran jok spesifikasi yang dipertimbangkan adalah tebal sandaran 100 mm lebar

    sandaran 420 mm dan tinggi sandaran 680mm. Spesifikasi desain jarak antar Jok Pada Bus

    mempertimbangkan alas duduk dengan sandaran kursi depan sebesar 278mm, Sandaran punggung jok

    belakang dan jok depan sebesar 635mm dan sandaran kepala depan dan belakang 665mm ,Desain jarak

    ngang antar jok mempertimbangkan Lebar gang jok samping kiri dan kanan sebesar 400mm, Lebar gang

    antar sandaran tangan kiri dan kanan 440mm dan Lebar gang antar sandaran kepala sebesar 460mm

    Kata Kunci : Proses, Produksi,spesifikasi, Desain, jok, bus

    PENDAHULUAN

    Perusahaan selalu ingin meningkatkan hasil jual produknya untuk dapat bersaing

    dengan perusahaan sejenis lainnya. salah satu cara yang dilakukan untuk meningkatkan

    produktivitas, perusahaan memprioritaskan perhatiannya terhadap desain produk yang

    diproduksi oleh perusahaan tersebut dengan tujuan bisa bersaing dengan desain-desain

    dari perusahan lainnya. Desain merupakan sebuah rancangan yang melibatkan suatu

    kreativitas dan suatu inovasi, dimana desain dapat dikatakan berpengaruh berkaitan

    dengan keindangan atau keistimewaan dalam sebuah produk yang diproduksi

    Desain interior adalah ilmu yang mempelajari perancangan suatu karya seni yang

    ada didalam suatu bangunan dan digunakan untuk memecahkan masalah manusia.

    Dengan menerapkan desain interior yang baik, maka dapat membantu perusahaan

    manufaktur tersebut untuk menciptakan desain yang terbaik. Menurut penelitian yang

    telah dilakukan terdahulu, perusahaan dalam proses desain interior tersebut belum

    menerapkan strategi khusus untuk pembuatan desain tersebut, sehingga desain yang

    mailto:[email protected]

  • dihasilkan terlihat biasa aja dan kurang elegant, untuk itu perusahaan perlu menerapkan

    pembuatan desain interior dengan matang dalam proses pembuatan desain tersebut.

    CV. Laksana merupakan salah satu perusahaan manufaktur yang bergerak

    dibidang industri otomotif. Desain dibutuhkan sebelum melakukan pembuatan produksi

    jok pada karoseri bus, dengan tujuan perusahaan dapat menghasilkan desain jok yang

    elegant berdasarkan permintaan. Berdasarkan penjelasan diatas, penulis untuk

    melakukan penelitian mengenai analisis Proses Produksi dan Spesifikasi Desain jok

    Pada Produk Bus Di Cv. Laksana Karoseri.

    Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana proses produksi dan

    Spesifikasi desain pada produk bus di CV.Laksana. Tujuan yang ingin adalah untuk

    menganalisis proses produksi dan Spesifikasi Desain Jok pada produk bus di CV.

    TINJAUAN PUSTAKA

    Proses Produksi

    Proses produksi dapat didefiniskan sebagai integrasi sekuensial dari tenaga

    kerja, material, informasi, metode kerja, mesin dan peralatan dalam suatu lingkungan,

    guna menghasilkan nilai tambah bagi produk, agar dapat dijual dengan harga kompetitif

    dipasar. Definisi lain dari proses tersebut adalah suatu kumpulan tugas yang dikaitkan

    melalui suatu aliran material dan informasi yang mentransformasikan berbagai input ke

    dalam output yang bermanfaat dan bernilai tambah tinggi (Gaspersz, 2002). Proses

    produksi adalah aktivitas membuat produk jadi dari bahan baku yang melibatkan mesin,

    energi, pengetahuan teknis, dan lain-lain (Baroto, 2002). Suatu kegiatan dengan

    melibatkan tenaga manusia, bahan serta peralatan untuk menghasilkan produk yang

    berguna (Yamit 2005).

    Proses produksi adalah cara, metode dan teknik untuk menciptakan atau

    menambah kegunaan suatu barang dan jasa dengan menggunakan sumber-sumber

    tenaga kerja, mesin, bahan-bahan, dan dana yang ada (Assauri 2008). Proses produksi

    merupakan suatu cara, metode maupun teknik bagaimana kegiatan penciptaan faedah

    baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan (Ahyari 2005).

    Jenis - jenis produksi

    Jenis-jenis proses produksi ada berbagai macam bila ditinjau dari berbagai segi.

    Proses produksi dilihat dari wujudnya terbagi menjadi proses kimiawi, proses

    perubahan bentuk, proses perakitan, proses transportasi, dan proses penciptaan jasa-jasa

    adminstrasi (Ahyari, 2002).

    Menurut (Assauri 1999) ada 2 jenis proses produksi:

    1) Proses produksi yang terus-menerus (continuous processes).

    2) Proses produksi yang terputus-putus (intermittent processes) Sebenarnya perbedaan

    pokok antara kedua proses ini terletak padapanjang tidaknya waktu persiapan /

    mengatur (set up) peralatanproduksi yang digunakan untuk memprodusir sesuatu

    produk ataubeberapa produk tanpa mengalami perubahan.

    Proses Perakitan

    Perakitan adalah suatu proses penyusunan dan penyatuan beberapa bagian

    komponen menjadi suatu produk yang mempunyai fungsi tertentu. Pekerjaan perakitan

    dimulai bila obyek sudah siap untuk dipasang dan berakhir bila obyek tersebut telah

    bergabung secara sempurna. Perakitan juga dapat diartikan penggabungan antara bagian

    yang satu terhadap bagian yang lain atau pasangannya (Sutalaksana, 1979).

  • Pada prinsipnya perakitan dalam proses manufaktur terdiri dari pasangan semua

    bagian-bagian komponen menjadi suatu produk, proses pengencangan, proses inspeksi

    dan pengujian fungsional, pemberian nama atau label, pemisahan hasil perakitan yang

    baik dan hasil perakitan yang buruk, serta pengepakan dan penyiapan untuk pemakaian

    akhir. Perakitan merupakan proses khusus bila dibandingkan dengan proses manufaktur

    lainnya, misalnya proses permesinan (frais, bubut, bor, dan gerinda) dan pengelasan

    yang sebagian pelaksanaannya hanya meliputi satu proses saja. Sementara dalam

    perakitan bisa meliputi berbagai proses manufaktur (Sutalaksana, 1979).

    Pengertian Produk

    Produk merupakan segala sesuatu yang dapat ditawarkan produsen untuk

    diperhatikan, diminta, dicari, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi pasar sebagai

    pemenuhan kebutuhan atau keinginan pasar yang bersangkutan. Secara konseptual

    produk adalah pemahaman subyektif dari produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan,

    sebagai usaha untuk mencapai tujuan organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan

    keinginan konsumen, sesuai dengan kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli

    pasar (Tjiptono, 1998).

    Produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan ke pasar untuk

    mendapatkan perhatian, dibeli, digunakan, atau dikonsumsi yang dapat memuaskan

    keinginan atau kebutuhan. Secara konseptual produk adalah pemahaman subyektif dari

    produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan sebagai usaha untuk mencapai tujuan

    organisasi melalui pemenuhan kebutuhan dan kegiatan konsumen, sesuai dengan

    kompetensi dan kapasitas organisasi serta daya beli pasar. Selain itu produk dapat pula

    didefinisikan sebagai persepsi konsumen yang dijabarkan oleh produsen melalui hasil

    produksinya. Produk dipandang penting oleh konsumen dan dijadikan dasar

    pengambilan keputusan pembelian (Kotler & Armstrong, 2001).

    Pengertian Desain

    Kata “Desain” adalah kata baru yang indonesiakan dari bahasa inggris: desain.

    Sebetulnya kata “Rancang” atau “Merancang” adalah terjemahan yang dapat digunakan.

    Namun dalam perkembangannya kata “Desain” menggeser makna kata “Rancang”

    karena kata tersebut tidak dapat mewadahi kegiatan, keilmuan, keluasan dan pamor

    profesi atau kompetensi Desainer (Sachari, 2000).

    Dalam kontek budaya industri, desain adalah suatu upaya penciptaan model,

    kerangka bentuk, pola atau corak yang direncanakan dan dirancang sesuai dengan

    tuntutan kebutuhan manusia pemakai, dalam hal ini konsumen akhir. Dengan ungkapan

    lain, kegiatan desain merupakan suatu kegiatan yang dimulai dari gagasan-gagasan

    inovatif, atau kemampuan untuk menghasilkan karya cipta yang benar- benar dapat

    memahami permintaan pasar (Bagas, 1999).

    Desain merupakan totalitas fitur yang mempengaruhi bagaimana sebuah produk

    terlihat, terasa, dan berfungsi bagi konsumen. Desain menawarkan tiga hal yaitu fungsi,

    estetika dan daya tarik. Desain yang baik bagi perusahan merujuk pada kemudahan

    dalam pembuatan dan distribusi. Sedangkan bagi konsumen, desain yang baik adalah

    produk yang indah atau bagus untuk dilihat, mudah di buka, dipasang, digunakan,

    diperbaiki dan dibuang (Kotler dan Keller, 2009).

    Palgunadi (2007) berpendapat istilah „desain‟ maknanya adalah „rencana‟, maka

    „rencana‟ adalah bendanya (benda yang dihasilkan dalam proses perencanaan).

    Kegiatannya disebut‟ merencana‟ atau „mencananakan‟. Pelaksananya disebut

  • „perencana‟, sedangkan segala sesuatu yang berkaitan erat dengan proses pelaksanaan

    pembuatan suatu rencana, disebut „perencanaan‟. Jadi kata „mendisain‟ mempunyai

    pengertian yang secara umum setara dengan „merencana, merancang, rancang bangun,

    atau merekayasa, yang artinya setara dengan istilah „to design‟ atau „designing‟ (Bahasa

    Inggris). Istilah mendesain mempunyai makna: „melakukan kegiatan/ aktivitas/proses

    untuk menghasilkan suatu desain.

    Strategi Desain Produk

    Strategi Desain Produk Strategi desain produk berkaitan dengan standarisasi

    produk. Perusahaan memiliki tiga pilihan desain produk yaitu produk standar,

    costomized product (produk yang disesuaikan dengan kebutuhan dan keinginan 20

    pelanggan tertentu) dan produk standar dengan modifikasi. Tujuan dari strategi desain

    produk adalah sebagai berikut (Tjiptono, 1998).

    1. Produk Standar. Strategi ini digunakan perusahaan untuk meningkatkan skala

    ekonomi melalui produksi massal.

    2. Costumized Product. Strategi ini digunakan perusahaan untuk bersain dengan

    produsen produk massal, melalui fleksibelitas desain produk.

    3. Produk Standar dengan Modifikasi. Strategi ini merupakan kombinasi antara

    strategi produk standar dan costumized product. Pelaksanaan ketiga strategi di atas

    memerlukan analisis secara mendalam terhadap perspektif produk dan pasar, serta

    perubahan lingkungan, khususnya perubahan teknologi. Hasil yang ingin didapat

    dari strategi ini adalah pertumbuhan pangsa pasar dan laba.

    Tujuan Desain Produk

    Desain produk merupakan keputusan kritis awal dalam manajemen operasi.

    Berbagai produk yang ada di sekitar kita, sebagian besar diantaranya memiliki desain

    awal sebelum diproduksi dan dipasarkan kepada konsumen. Desain menjadi penentu

    awal kesuksesan atau ketidaksuksesan peluncuran produk secara komersial ke pasaran.

    Secara definisi, desain produk adalah penentuan spesifikasi suatu produk sehingga bisa

    diproduksi secara ekonomis (Harsanto, 2013).

    Tujuan Desain produk pertama adalah untuk menghasilkan produk yang

    memberikan nilai guna, menghasilkan produk yang beraneka ragam, menghasilkan

    produk yang up to date serta mempertemukan keinginan konsumen dan produsen.

    Dengan melakukan desain terhadap sebuah produk sebelum diproduksi dan dipasarkan

    diharapkan produk-produk tersebut tidak asal beredar, namun bisa memberikan nilai

    guna bagi masyarakat. Dengan adanya desain dapat pula dihasilkan produk beraneka

    ragam sehingga menhindari kebosanan konsumen. Juga menghindarkan peluncura

    produk yang kuno bila dibandingkan competitor (Harsanto, 2013).

    Desain produk dapat dijadikan sebagai alat komunikasi antara produsen dengan

    konsumen dengan memiimalisir kesenjangan persepsi mengenai produk yang

    dikehendaki konsumen. Melalui mekanisme riset pasar atau teknik lainnya, kita dapat

    menggali informasi apakah desain yang tengah disiapkan perusahaan memang selaras

    dengan kebutuhan serta keinginan konsumen. Bila diketahui sejak dini kesenjangan

    yang terjadi, maka perusahaan masih berkesempatan melakukan modifikasi-modifikasi

    pertahapan desain (Harsanto, 2013).

    Dalam desain produk diperlukan pula peninjauan dan penelitian antara produk

    yang dibuat dengan produk lain, adapun terdapat beberapa fungsi desain produk.

    Berikut merupakan empat fungsi desain produk (Handoko, 2002).

  • 1. Untuk menghindari kegagalan yang mungkin terjadi dalam pembuatan produk.

    2. Untuk memilih yang paling ekonomis dalam pembuatan produk.

    3. Untuk menghitung dan mengkalkulasikan biaya-biaya dari harga produk yang

    dihasilkan.

    4. Untuk melakukan standarisasi dari produk yang dihasilkan.

    5. Untuk menguji apakah produk yang dihasilkan tersebut telah memenuhi persyaratan

    atau masih perlu dilakukan perubahan.

    Aspek Desain Produk

    Banyak sekali aspek-aspek rancangan atau desain produk yang mencakup

    bentuk, fitur, mutu kesesuaian, daya tahan, kehandalan, gaya, dan kemudahan

    perbaikan. Berikut merupakan penjelasan dari masing-masing aspek (Kotler dan Keller,

    2009).

    1. Bentuk. Banyak produk dapat dibedakan dalam bentuk, ukuran, model atau struktur

    fisik produk.

    2. Fitur. Sebagian besar produk dapat ditawarkan dengan berbagai fitur yang

    melengkapi fungsi dasar mereka atau keistimewahan tambahan. Sebuah perusahaan

    dapat mengidentifikas dan memilih fitur-fitur baru yang sesuai dengan survei

    pembeli baru-baru ini dan kemudian menghitung nilai pelanggan terhadap biaya

    perusahaan untuk setiap fitur potensial. Pemasar harus mempertimbangkan berapa

    banyak orang ingin setiap fitur, berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk

    memperkenalkan itu, dan apakah pesaing bisa dengan mudah menyalin itu.

    3. Mutu. Kesesuaian Merupakan tingkat kesesuaian dan pemenuhan semua unit yang

    diproduksi terhadap spesifikasi yang dijanjikan. Produk didesain dan dioperasikan

    berdasarkan karakteristik yang mendekati standar produk untuk memenuhi

    spesifikasi yang diminta.

    4. Daya tahan. Merupakan suatu ketahanan pada suatu produk atau suatu ukuran usia

    operasi produk yang diharapkan dalam kondisi normal atau berat yang merupakan

    atribut berharga untuk suatu produk tertentu.

    5. Keandalan. Merupakan ukuran kemungkinan bahwa suatu produk tidak akan rusak

    atau gagal pada periode tertentu dan sifat nya tidak terlihat. Suatu produk dikatakan

    baik akan memiliki keandalan sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang

    lama.

    6. Gaya. Gaya yakni cara lain untuk menambah nilai pelanggan adalah melalui gaya

    dan desain produk yang berbeda. Gaya hanya menggambarkan penampilan produk.

    Gaya bisa menarik atau bahkan membosankan. Gaya sensasional bisa menarik

    perhatian dan menghasilkan estetika yang indah, tetapi gaya tersebut tidak benar-

    benar membuat kinerja produk menjadi lebih baik.

    7. Kemudahan Perbaikan. Merupakan ukuran kemudahan untuk memperbaiki produk

    ketika produk itu rusak yang ukurannya dapat dilihat melalui nilai dan waktu yang

    dipakai. Walaupun mutu produk penting, desain produk mungkin menawarkan

    suatu keunggulan bersaing yang penting untuk produk-produk tertentu. Selain itu

    desain produk dapat merupakan cerminan beberapa kategori produk. Desain yang

    baik memberikan kontribusi pada kegunaan suatu produk disamping

    penampilannya, karena desain mencapai inti suatu produk. Oleh karena itu, desain

    produk dapat menjadi alat persaingan yang sangat baik dalam pemasaran yang

    dilakukan oleh suatu perusahaan.

  • Terdapat langkah demi langkah sistemastis dalam melakukan desain produk.

    Dalam pola kegiatan usaha industri semuanya berawal dari ide atau gagasan. Gagasan

    tentu bisa terbuka sangat luas. Gagasan yang luas itu kemudian didiskusikan sekaligus

    difilter untuk mendapatkan gagasan-gagasan terbaik. Dari sana lalu dilakukan riset dan

    pengembangan untuk dari sisi kemungkinan penyerapan pasar serta kemungkinan

    proses operasinya. Setelah itu dituangkan dalam gambar produk berupa blue print yang

    kemudian bila memungkinkan dibuat skala uji cobanya melalui pilot project. Hasil dari

    pilot poject berikutnya menjadi bahan evaluasi untuk penyempurnaan produk sebelum

    peluncuran secara komersial ke pasaran (Harsanto, 2013).

    Pendekatan dalam mendesain produk dapat terbagi tiga yakni market pull,

    technology push dan crossfunctional view. Market pull artinya pasar menjadi orientasi

    utama dalam merancang produk yang akan dibuat. Pasar menjadi penentu produk apa

    yang akan ditawarkan oleh produsen. Technology push agak berbeda dengan

    pendekatan pertama. Pada pendekatan kedua ini, yang menjadi pendorong utama adalah

    teknologi yang yang dikembangkan perusahaan. desain produk melalui pengembangan

    teknologi canggih ditulangpunggungi oleh bagian riset dan pengembangan (Harsanto,

    2013).

    Melalui pendekatan ini pasar yang secara alami akan menyesuaikan dengan

    penawaran perusahaan. crossfunctional view adalah pendekatan dimana orientasi bukan

    hanya pada pasar atau teknologi. Pendekatan ini melibatkan seluruh fungsi perusahaan

    untuk bekerjasama mendesain produk yang terbaik agar dapat diserap pasar, secara

    teknis bisa dibuat dan secara ekonomis menguntungkan perusahaan (Harsanto, 2013).

    METODOLOGI PENELITIAN

  • 7

    Metodologi penelitian mengenai Analisis Proses Produksi dan Spesifikasi Desain

    Jok PadaBus digambarkan pada gambar berikut :

    Menentukkan Metode Penelitian yang digunakan

    Mulai

    Mendefinisikan Masalah

    Menentukkan Tujuan

    Ya

    Mempersiapkan perlengkapan dan

    peralatan yang dibutuhkan

    Mengamati proses produksi dan

    Pengendalian Kualitas

    Hasil

    OK

    Pengolahan data dan analisa data penelitian berupa :

    1. Mendeskripsikan Proses Produksi Bus 2. Mendeskripsikan Desain Jok Pada Bus yang meliputi :

    Penentuan Rangka Jok

    Penentuan material lapisan jok

    Penentuan Spesifikasi Sandaran Jok

    Penentuan Jarak Antar Jok Pada Bus

    Kesimpulan

    Selesai

  • 8

    HASIL DAN PEMBAHASAN Proses Produksi Pada Bus Cityline Di CV.Laksana Karoseri Ungaran

    Proses produksi itu sendiri merupakan tahapan dalam suatu proses yang

    dilakukan untuk membuat produk dari bahan mentah atau bahan baku

    Proses pertama adalah penerimaan chassis. Chassis berupa rangka bawah yang

    berfungsi sebagai penopang berat, beban kendaraan, mesin, dan penumpang. Proses ini,

    perusahaan akan menerima chassis baik dari konsumen langsung ataupun yang dipesan

    dari dealer sesuai permintaan konsumen. Chassis yang biasa digunakan berasal dari

    pabrikan HINO, Mercedes-Benz, Volvo, dan Scania. Chassis bus tiba di CV.Laksana,

    maka pihak karoseri melakukan suatu pemeriksaan berdasarkan prosedur yang ada, yaitu

    melakukan pengecekan kelengkapan komponen dan fungsi standar chassis. Pemeriksaan

    ini dilakukan dengan memeriksa beberapa dokumen dan menggunakan beberapa alat

    sesuai dengan jenis pengecekan yang akan dilakukan oleh beberapa operator bagian

    penerimaan chassis. Pemeriksaan kelengkapan komponen dilakukan untuk memastikan

    kelengkapan akan komponen yang dipesan telah sesuai dan pemeriksaan fungsi standar

    chassis dilakukan untuk memastikan komponen yang terpasang pada chassis, seperti stir,

    roda, mesin, dan komponen lainnya telah berfungsi sepenuhnya dan dalam kondisi yang

    siap untuk dilanjutkan ke proses selanjutnya. Namun, apabila kelengkapan komponen dan

    fungsi standar chassis tidak sesuai dengan yang dipesan perusahaan, maka chassis

    tersebut akan dikembalikan kepada dealer, sampai dealer mengirim kembali chassis baru

    ke pihak perusahaan, dengan kelengkapan komponen dan fungsi standar chassis sesuai

    dengan yang dipesan oleh perusahaan, sehingga chassis tersebut dapat dilanjutkan ke

    proses selanjutnya untuk dilakukan proses produksi pembuatan bus. Berikut merupakan

    gambar 2 proses penerimaan chassis.

    Gambar 2 Proses Penerimaan Chassis

    (Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019)

    Proses kedua yaitu penyambungan chassis. Proses ini merupakan proses

    penyambungan chassis yang cenderung dilakukan dalam memenuhi permintaan

    konsumen untuk produksi kendaraan bus besar. Namun, sebelum melakukan proses

    penyambungan chassis, terlebih dahulu melakukan tahap pelepasan suku cadang (stripp

    off) pada chassis, tahap ini berlaku untuk produksi kendaraan bus kecil, produksi

    kendaraan bus sedang dan kendaraan bus besar. Proses pelepasan suku cadang dilakukan

    untuk menghindari terjadinya suatu kerusakan ataupun kebakaran pada komponen yang

    telah terpasang pada chassis, hal tersebut biasanya disebabkan karena banyaknya proses

    pengelasan pada chassis. Komponen yang wajib dilepas pada chassis diantaranya tangki

    bensin, baterai (accu), kompartemen mesin dan komponen lainnya yang mudah terbakar,

    sedangkan komponen yang tidak wajib dilepas pada chassis diantaranya stir, roda dan

    komponen lainnya yang cenderung terbuat dari bahan karet atau plastik, namun

  • 9

    komponen ini tetap diberikan perlindungan dengan menggunakan kain anti panas untuk

    mengindari terkenanya percikan api dari pengelasan yang dapat merusak komponen

    plastik tersebut. Setelah proses pelepasan suku cadang dilakukan, maka dapat dilakukan

    proses penyambungan chassis. Proses penyambungan chassis hanya cenderung dilakukan

    dalam memenuhi permintaan konsumen untuk produksi kendaraan bus besar, maka dari

    itu chassis yang biasanya digunakan yaitu chassis bertipe modular frame. Chassis

    tersebut memiliki dua bagian yang terpisah (tidak menyatu), yaitu bagian kompartemen

    mesin dan bagian kompartemen kemudi, sehingga tipe chassis ini cocok digunakan untuk

    produksi bus besar, karena tipe chassis ini mudah untuk menyesuaikan ukuran bus

    dengan permintaan konsumen dan kompartemen bagasi yang dapat tembus dibawah

    kabin atau dapat diberi sekat pembatas pada bagasi. Penyesuaian ukuran chassis dapat

    disesuaikan dengan menentukan jarak antara bagian kompartemen mesin dan bagian

    kompartemen kemudi, dan untuk menyambungkan kedua bagian kompartemen tersebut

    digunakan beberapa tambahan besi yang akan menyatukan kedua ujung dari bagian

    kompartemen yang terpisah menjadi satu kesatuan chassis melalui bracket. Penggunaan

    bracket akan dipasangkan diatas chassis utama dengan menggunakan beberapa baut dan

    memakai alat kunci pas untuk menyambungkan bracket pada chassis utama. Bracket ini

    berfungsi sebagai perantara penyambungan tambahan besi untuk kedua bagian

    kompartemen yang terpisah dan pemasangan bracket juga berfungsi ketika bus hendak

    ganti body hanya tinggal melepas baut yang tertanam. Proses ini dilakukan oleh beberapa

    operator bagian penyambungan chassis. Berikut merupakan gambar 3 proses

    penyambungan chassis.

    Gambar 3 Proses Penyambungan Chassis

    (Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019) Proses ketiga yaitu pemasangan rangka. Proses ini merupakan proses

    pemasangan berbagai rangka bus ke chassis utama. Namun, sebelum melakukan proses

    pemasangan rangka, terlebih dahulu melakukan tahapan pembuatan rangka-rangka yang

    dibutuhkan. Proses pembuatan rangka dilakukan sendiri oleh pihak perusahaan, biasanya

    rangka yang dibuat terdiri dari pembuatan rangka dasar diantaranya rangka samping yang

    berfungsi sebagai dinding kendaraan bus, kemudian rangka atap untuk menutupi bagian

    atas kendaraan bus, kemudian rangka depan dan rangka belakang untuk menutupi bagian

    depan dan bagian belakang kendaraan bus dan rangka untuk lantai kendaran bus. Material

    yang digunakan perusahaan untuk pembuatan rangka yaitu pipa berbahan besi yang

    dibentuk menjadi kotak (square pipe) dengan ukuran dan ketebalan yang berbeda

    tergantung dari kebutuhan pembuatan rangkanya. Setelah rangka-rangka yang dibutuhkan

    telah terbuat, maka dilanjutkan dengan melakukan proses pemasangan rangka ke chassis

    utama. Pemasangan rangka ke chassis utama dilakukan dengan cara melalui pengelasan

    di atas clam chassis (bracket) dengan menggunakan mesin las, karena chassis utama bus

  • 10

    dilarang terkena percikan api pengelasan yang dapat menyebabkan pemanasan pada

    logam sehingga akan mempengaruhi kekuatan pada chassis, maka di pasangkan sebuah

    bracket di atas chassis dengan memakai baut. Proses ini dilakukan oleh beberapa operator

    bagian pemasangan rangka. Berikut merupakan gambar 4 proses pemasangan rangka.

    Gambar 4 Proses Pemasangan Rangka

    (Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019) Proses keempat yaitu pemasangan body. Proses ini merupakan proses pemberian

    plat untuk body di sisi panel rangka yang terpasang pada chassis utama dan dilanjutkan

    dengan penggosokan permukaan plat body bus. Setelah pemasangan rangka ke chassis

    utama sudah terpasang dan membentuk sebuah panel, maka selanjutnya melakukan

    proses pemberian plat untuk body di sisi panel rangka, mulai dari sisi samping kiri dan

    samping kanan, sisi depan dan sisi belakang, lantai, atap, pintu, dan seluruh permukaan

    bus lainnya. Dalam proses pemberian plat (pengeplatan) yang menjadi fokus utama

    adalah proses pengeplatan pada lambung samping kiri dan samping kanan, karena pada

    bagian ini rawan terjadinya plat yang bergelombang, maka untuk menghindari hal

    tersebut, proses pengeplatan pada lambung samping kiri dan samping kanan

    menggunakan mesin strecth machine, yang berfungsi menarik plat yang panjang dan

    menempelkannya pada rangka body, sehingga dapat menghindari terjadinya plat yang

    akan bergelombang, kemudian menggunakan mesin las untuk menempelkan plat dengan

    mengelas plat pada rangka body. Permukaan bus selain samping kiri dan samping kanan,

    ada yang menggunakan plat dan ada yang tidak menggunakan plat tergantung permintaan

    konsumen, seperti untuk sisi depan dan sisi belakang, lantai, atap, pintu dan permukaan

    lainnya. Bahan baku yang biasa digunakan untuk pengeplatan pada samping kiri dan

    samping kanan yaitu plat galvanil, dan untuk bahan baku yang tidak menggunakan plat

    galvanil dapat menggunakan bahan fiber glass atau plastic ABS (Arcylonitrile

    Butadinene Styrene) yang dicetak menjadi cowl. Setelah proses pemberian plat

    (pengeplatan) untuk permukaan body selesai, maka akan dilanjutkan dengan tahap

    penggosokan permukaan plat body bus. Tahap penggosokan permukaan plat body

    dilakukan pada seluruh permukaan plat body bus yang telah terpasang dengan

    menggunakan mesin gerinda tangan (angle grinder), yang bertujuan untuk menghaluskan

    seluruh permukaan plat yang melewati proses pengelasan. Seluruh proses ini dilakukan

    oleh beberapa operator bagian pemasangan body. Berikut merupakan gambar 5 proses

    pemasangan body.

  • 11

    Gambar 5 Proses Pemasangan Body

    (Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019) Proses kelima yaitu pendempulan. Proses ini merupakan proses pelapisan pada

    seluruh permukaan plat body bus yang tidak merata atau bergelombang. Proses

    pemberian dempul pada permukaan plat body bus tidak diperbolehkan untuk memberi

    terlalu banyak, karena akan menambah bobot bus yang akan berpengaruh terhadap

    performa kendaraan bus, maka dari itu pemberian ketebalan dempul harus mengikuti

    ketetapan pabrikan, yaitu sebanyak 3 kali pengolesan pada permukaan plat body bus yang

    tidak merata atau bergelombang. Proses pendempulan dilakukan dengan menggunakan

    alat perata dempul (skrap), proses ini dilakukan agar saat proses pengecatan dasar, cat

    dasar akan menempel dengan tahan lama. Sebelum dilanjutkan ke proses selanjutnya,

    terlebih dahulu dilakukan pemeriksaan terhadap ketebalan dempul, apabila pemberian

    dempul tidak sesuai dari yang sudah ditetapkan pabrikan, maka harus dilakukan proses

    perbaikan ditempat dengan melakukan pengamplasan pada area plat yang diberikan

    dempul, sampai ketebalan dempul sesuai dengan yang ditetapkan pabrikan. Berikut

    merupakan gambar 6 proses pendempulan.

    Gambar 6 Proses Pendempulan

    (Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019) Proses keenam yaitu pengecatan (Painting). Proses ini merupakan proses

    pemberian warna pada seluruh plat body bus. Proses pengecatan dilakukan secara manual

    oleh operator pada bagian pengecatan, dengan menggunakan alat spray gun dalam proses

    pengecatannya. Pengecatan bertujuan untuk memperindah penampilan pada plat body

    bus, proses ini dilakukan dalam sebuah ruangan tertutup, agar pada saat melakukan

    pengecatan tidak ada debu atau kotoran yang menempel pada plat body yang sedang

    dicat. Proses pengecatan ini diawali dengan pemberian cat dasar (epoxy primer),

    kemudian penempelan stiker (stripping) yang terngantung pada permintaan konsumen,

    setelah itu dilakukan pengecetan ulang, hal ini bertujuan agar pemberian cat semakin

    merekat dan kendaraan bus terlihat mengkilap. Berikut merupakan gambar 7 proses

    pengecatan (painting).

  • 12

    Gambar 7 Proses Pengecatan (Painting)

    (Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019)

    Proses ketujuh yaitu pemasangan instalasi (finishing). Proses ini merupakan

    proses pemasangan berbagai interior kendaraan bus. Proses finishing terdiri dari

    pemasangan instalasi yang meliputi pemasangan kabel untuk AC, lampu, dan lainnya.

    Pemasangan ending plafon yang bertujuan membuat batasan ruang dalam kendaraan bus.

    Pemasangan interior yang meliputi pemasangan dinding ruang dalam bus, karpet pada

    lantai, pemasangan TV, pemasangan AC dan lainnya. Pemasangan interior dashboard

    yang meliputi pemasangan bagian terkecil kendaraan bus, seperti tombol lampu, dan

    tombol lainnya. Pemasangan elektrik yang meliputi pemasangan panel-panel bus. Seluruh

    pemasangan ini menggunakan alat dan mesin yang sesuai dengan pemasangan

    instalasinya yang dilakukan oleh beberapa operator bagian pemasangan instalasi. Berikut

    merupakan gambar 4.8 proses pemasangan instalasi (finishing).

    Gambar 8 Proses Pemasangan Instalasi (Finishing)

    (Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019)

    Proses kedelapan yaitu P.D.I (Pre Delivery Inspection). Proses P.D.I merupakan

    suatu proses uji pengecekan akhir. Proses uji pengecekan dimana sebelum bus dikirim

    kepada konsumen, terlebih dahulu dilakukan suatu pengecekan ulang pada bus mengenai

    kelengkapan bus, fungsi-fungsi operasional pada panel-panel bus dan mesin bus. Apabila

    masih ditemukan ketidaksesuaian atau kegagalan fungsi pada bus, maka bus akan

  • 13

    dikembalikan lagi ke tempat proses produksi yang bersangkutan untuk dilakukan

    perbaikan atau pemasangan ulang sehingga bus dapat dikirimkan perusahaan ke

    konsumen, namun apabila bus sudah terselesaikan dan tidak ditemukan kesalahan

    mengenai kelengkapan bus, fungsi-fungsi operasional pada panel bus dan mesin bus,

    maka kendaran bus yang sudah diproduksi siap untuk dikirim oleh perusahaan kepada

    konsumen. Berikut merupakan gambar 9 proses P.D.I (pre delivery inspection).

    Gambar 9 Proses P.D.I (Pre Delivery Inspection)

    (Sumber: CV. Laksana Karoseri Ungaran, 2019)

    Proses terakhir yaitu pengiriman bus. Proses ini merupakan proses terakhir dalam

    pengiriman kendaraan bus ke konsumen. Bus yang sudah melewati beberapa tahapan

    proses produksi, mulai dari proses penerimaan chassis, penyambungan chassis,

    pemasangan rangka, pemasangan body, pendempulan, pengecatan (painting),

    pemasangan instalasi (finishing) sampai diakhiri dengan proses P.D.I (Pre Delivery

    Inspection). Ketika semua proses produksi sudah dilewati, maka sudah dapat dikatakan

    bus city line terselesaikan dalam proses produksi dan bus city line siap untuk dikirimkan

    kepada konsumen yang telah memesan bus city line, serta sudah dipastikan kendaraan bus

    city line sudah layak jalan untuk digunakan dalam penggunaan sehari-hari.

    Desain Jok Pada Produk Bus Di CV. Laksana Karoseri

    Desain Jok Produk Bus di CV Laksana Karoseri dimulai dari tahap

    penentuan rangka pada jok sampai dengan pemasangan jok pada suatu bus.

    Proses desain jok pada bus tipe Legacy pada CV Laksana Karoseri dimulai

    dari tahap penentuan rangka jok. CV Laksana Karoseri membuat atau

    memproduksi jok berdasarkan atas permintaan konsumen dan di desain sendiri.

    Proses perakitan rangka jok dilakukan oleh operator dapat dilihat pada gambar 10

    Rangka Jok.

  • 14

    Gambar 10 Penentuan Rangka Jok dari Material Baja

    (Sumber : CV Karoseri Laksana, 2019)

    Desain rangka jok yang pertama ialah menyiapkan peralatan dan perlengkapan.

    Rangka jok terbuat dari bahan baja untuk bagian rangka kursi, ada pula penguat

    siku yang terbuat dari baja dengan ketebalan 8 mm yang terletak di sudut kursi

    bagian bawah sandaran. Dimensi pada spesifikasi rangka kursi, panjang rangka

    kursi dudukan berukuran 420 mm, sedangkan lebar rangka dudukan berukuran

    880 mm yang berfungsi sebagai rangka untuk alas duduk, dudukan kursi dan

    sandaran tangan. Rangka jok didesain dengan menggunakan aplikasi besi sebagai

    lantai rel aluminium, diperkuat dengan mur dan ring penahan untuk memperkuat

    rel dan dudukan kursi. selanjutnya melakukan pemotongan pipa dan bahan,

    dimensi pipa dan bahan diukur sesuai gambar kerja dan di potong sesuai marking

    dan prosedur. Selanjutnya melakukan roll bending rangka, mesin roll bending di

    setting sesuai prosedur. Selanjutnya melakukan perakitan rangka jok, jig fixture di

    siapkan sesuai prosedur, pipa yang telah dipotong dan di bending serta bahan hasil

    pemotongan di setting pada jig fixture. Proses selanjutnya pipa dan bahan pada jig

    fixture dilakukan pengelasan untuk menyambungkan rangka jok.

    setelah rangka jok selesai didesain selanjutnya proses pembuatan busa jok

    untuk membuat nyaman pengguna saat menggunakan jok tersebut. Proses

    penentuan busa jok oleh operator CV Karoseri Laksana dapat dilihat pada gambar

    11 berikut.

    Gambar 11 Penentuan Busa Jok

    (Sumber : CV Karoseri Laksana, 2019)

  • 15

    Proses yang akan dilakukan selanjutnya adalah melakukan kegiatan setting

    mesin untuk dapat membuat busa jok dengan bahan petrokimia, dibentuk dari 2

    unsur senyawa hidrokarbon yaitu polyol dan isocynate di campur sesuai

    komposisi yang diinginkan, selanjutnya mesin busa dihidupkan hingga suhu

    mesin sesuai, selanjutnya moulding di siapkan sesuai prosedur dan mesin busa di setting sesuai kepadatan yang di inginkan. Proses selanjutnya melakukan injeksi

    pada busa jok, yaitu busa di cetak dengan menginjeksikan material ke moulding,

    setelah itu udara dalam busa hasil cetakan di press sesuai standar prosedur untuk

    menghilangkan udara dalam cetakan busa tersebut. Busa pada jok tersebut

    berkarakteristik padat dan halus sehingga dapat digunakan dengan nyaman

    sebagai dudukan. Dimensi pada busa jok terdapat sandaran punggung dan alas

    tempat duduk. Tebal busa sandaran berukuran 90 mm, lebar busa sandaran

    berukuran 410 mm, tinggi busa sandaran berukuran 670 mm. Selanjutnya tebal

    alas duduk berukuran 90 mm, lebar alas duduk berukuran 430 mm, panjang alas

    duduk berukuran 410 mm.

    Selanjutnya ialah proses pembuatan cover jok meliputi cover sandaran,

    cover dudukan, cover head rest, cover arm rest dan cover leg rest. Proses

    pembuatan cover jok oleh operator CV Karoseri Laksana dapat dilihat pada

    gambar 12 pembuatan cover jok.

    Gambar 12 Penentuan Cover Jok Bus Tipe Legacy

    (Sumber : CV Karoseri Laksana, 2019)

    Proses yang akan dilakukan selanjutnya adalah menyiapkan proses penentuan

    cover jok. Bentuk cover jok terbuat dari bahan kain beludru, kulit imitasi dan lem

    kayu yang akan menempelkan rangka dan busa pada jok bus agar nyaman pada

    saat digunakan. Selanjutnya melakukan pemotongan bahan cover jok yaitu raw

    material bahan cover jok diukur dimensinya sesuai gambar kerja, bahan cover jok

    dipotong sesuai kebutuhan, lalu bahan cover jok di marking sesuai pola. Proses

    selanjutnya melakukan penjahitan bahan cover jok yaitu bahan-bahan dijahit

    sesuai pola dan hasil jahitan dipastikan rapi, rata dan tidak mengkerut.

    Selanjutnya jok yang sudah selesai di cover dan sudah rapih dan lengkap,

    kemudian dilakukan pengecekan terlebih dahulu sebelum melaksanakan perakitan

    jok, guna memastikan jok yang sudah di cover.

  • 16

    Proses selanjutnya ialah melaksanakan pemasangan jok dengan busa, cover,

    rangka jok dan alat tambahan lainnya untuk mendesain jok agar nyaman

    digunakan, dengan cara menyiapkan perakitan jok. Proses pemasangan jok

    dilakukan oleh operator CV Karoseri Laksana dapat dilihat pada gambar 13

    pemasangan jok.

    Gambar 13 Desain Posisi Jok Di Bus

    (Sumber : CV Karoseri Laksana, 2019)

    Proses selanjutnya melakukan pemasangan jok, komponen yang akan

    dipasang telah disiapkan sesuai gambar kerja, dudukan dan sandaran jok dirakit

    pada rangka jok sesuai prosedur dan aksesori tambahan dipasang pada hasil

    rakitan dudukan dan sandaran. Sandaran jok di buat menjorok kedalam agar

    penumpang nyaman menggunakan jok dan sesuai dengan prosedur yang dibuat.

    Berikut merupakan suatu gambar yang menunjukkan sandaran punggung.

    Gambar 14 Sandaran Punggung

    Gambar di atas menunjukkan gambaran sandaran punggung tampak depan,

    tampak samping dan tampak belakang pada jok bus tersebut. Berikut merupakan

    suatu tabel dimensi pada spesifikasi sandaran jok pada bus.

  • 17

    Tabel 1 Spesifikasi Sandaran Jok Pada Bus

    No Dimensi Ukuran (mm)

    1 Tebal Sandaran 100

    2 Lebar Sandaran 420

    3 Tinggi Sandaran 680

    Kemiringan 100o

    Fungsi Sebagai penyangga bagian punggung

    Pada sandaran jok dimensi yang dipertimbangkan adalah tebal sandaran 100

    mm lebar sandaran 420 mm dan tinggi sandaran 680mm. Berikut merupakan

    spesifikasi sandaran tangan pada jok Gambar 4.15 Sandaran Tangan Pada Jok Bus

    Gambar di atas menunjukkan gambaran sandaran tangan pada jok bus yang

    berada di samping dengan spesifikasi sebagai berikut. Tabel 4.2 Spesifikasi Sandaran Tangan Pada Jok Bus

    No Dimensi Ukuran (mm)

    1 Panjang 400

    2 Lebar 40

    3 Tinggi 50

    Fungsi Sebagai penyangga bagian tangan

    spesifikasi yang dipertimbangkan untuk desain sandaran tangan pada bus adalah dimensi panjang sandaran 400mm, lebar sandaran 40mm, dan tinggu

    sandaran 50 mm Gambar di bawah menunjukkan gambaran alas duduk

    yangdidesain terbuat dari bahan beludru, kulit imitasi dan busa. Berikut

    merupakan gambar alas duduk pada jok bus tersebut. Gambar 4.16 Alas Duduk jok pada bus

    Gambar diatas menunjukkan alas duduk yang terbuatdari material berbulu

    lembut Selanjutnya spesifikasi alas duduk ditunjukkan pada tabel berikut .

  • 18

    Tabel 3 Spesifikasi Alas Duduk Jok Pada Bus

    No Dimensi Ukuran (mm)

    1 Panjang 420

    2 Lebar 440

    3 Tebal 100

    Fungsi Sebagai alas untuk duduk

    Gambar di bawah menunjukkan gambaran rangka kursi pada jok bus, yang

    berfungsi sebagai rangka untuk alas. Berikut merupakan suatu gambar rangka

    kursi pada jok bus. Gambar 17 Rangka Kursi

    Tabel rangka kursi merupakan sesuatu yang di dalamnya berisi penjelasan

    dimensi dan terbuat dari bahan besi hollow pada rangka. Berikut merupakan suatu

    tabel spesifikasi rangka kursi. Tabel 4 Spesifikasi Rangka Kursi

    No Dimensi Ukuran (mm)

    1 Panjang 420

    2 Lebar 880

    Gambar di bawah menunjukan sebuah rel pada bis, yang terbuat dari suatu

    bahan aluminium dan berwarna silver. Berikut merupakan gambar rel dari suatu

    produk bis. Gambar 18 Rel

    Tabel spesifikasi rel merupakan sesuatu yang di dalamnya berisi ukuran sisi

    kiri dan sisi kanan rel. Berikut merupakan suatu tabel spesifikasi rel pada suatu

    bis.

  • 19

    Tabel 5 Spesifikasi Rel Dalam Bus Sebagai Garis Jok Pada Bus

    Sisi Kiri

    Sisi Kanan

    No. Dimensi Ukuran (mm) No. Dimensi Ukuran (mm)

    1 Panjang 7150 1 Panjang 7940

    2 Lebar 50 2 Lebar 50

    3 Tinggi 20 3 Tinggi 20

    Fungsi Sebagai lintasan dan tempat mengunci kursi bis

    Proses selanjutnya ialah disimpan dalam gudang produk jadi, kemudian

    melakukan pemasangan didalam bus dengan menggunakan rel yang terbuat dari

    aluminum dengan melakukan pemasangan baut dan mur untuk mengencangkan

    jok dengan lantai bus, agar tidak mudah lepas. Jok bus milik CV Karoseri

    Laksana dapat dilihat pada gambar 19 Ilustrasi Pemasangan Desain Jok Bus Tipe

    Legacy.

    Gambar 19 Ilustrasi Pemasangan Desain Jok Pada Bus

    (Sumber : CV Karoseri Laksana, 2019)

    Dalam melakukan pendesainan jok, kita harus menentukan agar pengguna

    nyaman dengan cara memperhatikan sekitar, disini kita memperhatikan susunan

    tempat duduk satu deretan kesamping kiri 2 dan samping kanan 2, tujuannya agar

    tidak mengganggu penumpang dibelakangnya pada saat sandaran direbahkan dan

    tidak menggangu penumpang yang lewat di tengah gang. Selanjutnya kita

    memperhatikan jarak antar kursi. Berikut merupakan suatu tabel penjelasan jarak

    antar kursi.

    Tabel 6 Jarak Antar Jok

    No Penjelasan Ukuran (mm)

    1 Alas duduk dengan sandaran kursi depan 278

    2 Sandaran punggung jok belakang dan jok depan 635

    3 sandaran kepala depan dan belakang 665

    Selanjutnya kita harus memperhatikan ukuran gang, agar penumpang dapat

    melewati gang dengan nyaman. Tabel ukuran gang merupakan sesuatu yang di dalamnya berisi penjelasan dan ukuran. Berikut merupakan suatu tabel penjelasan

    ukuran gang pada suatu bis.

  • 20

    Tabel 4.7 Ukuran Gang Antar Jok

    No Penjelasan Ukuran (mm)

    1 Lebar gang jok samping kiri dan kanan 400

    2 Lebar gang antar sandaran tangan kiri dan kanan 440

    3 Lebar gang antar sandaran kepala 460

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Berdasarkan hasil pembahasan dan analisis yang telah dilakukan sebelumnya,

    dapat disimpulkan mengenai beberapa hal berikut :

    a. Proses produksi bus dari CV Laksana diawali dengan penerimaan chassis, dalam proses penerimaan chassis, chassis yang telah lulus uji selanjutnya

    memasuki proses pembuatan rangka, pemasangan rangka bus dilakukan diatas

    chassis oleh operator. Bus yang telah dipasang rangka, kemudian dilakukan

    pembuatan body, selanjutnya body dihaluskan, proses berikutnya yaitu

    pendempulan. Pendempulan dilakukan pada permukaan bus yang dinilai

    kurang rata, bus yang telah lulus pengecekan kualitas pendempulan selanjutnya

    memasuki proses painting. Selanjutnya proses finishing pemasangan dashboard

    dan pemasangan elektrik, pre delivery inspection (PDI). Pengecekan komponen

    – komponen yang telah terpasang, selanjutnya bus akan di kirim.

    b. Analisis Spesifikasi desain jok pada bus dimulai dari menentukan rangka jok yang terbuat dari material baja dengan lapisan pelindung terbuat dari material

    beludru. Pada sandaran jok spesifikasi yang dipertimbangkan adalah tebal

    sandaran 100 mm lebar sandaran 420 mm dan tinggi sandaran 680mm.

    Spesifikasi desain jarak antar Jok Pada Bus mempertimbangkan alas duduk

    dengan sandaran kursi depan sebesar 278mm, Sandaran punggung jok

    belakang dan jok depan sebesar 635mm dan sandaran kepala depan dan

    belakang 665mm ,Desain jarak ngang antar jok mempertimbangkan Lebar

    gang jok samping kiri dan kanan sebesar 400mm, Lebar gang antar sandaran

    tangan kiri dan kanan 440mm dan Lebar gang antar sandaran kepala sebesar

    460mm

    Saran

    Saran yang diajukan berdasarkan penelitian yang telah dilakukan

    mengenai analisis proses produksi dan analisis spesifikasi desain jok pada bus

    adalah lebih diperjelas mengenai proses produksi seperti seberapa tebal hasil

    welding chasis yang dipasang bada bus, berapa besar ketebalan cat yang

    digunakan

  • 21

    DAFTAR PUSTAKA

    Agus Sachari dan Yan Yan Sunarya. 2002. Sejarah Dan Perkembangan Desain

    Dan Dunia Kesenirupaan Di Indonesia. Bandung: Institut

    TeknologiBandung

    Ahyari, Agus. 2002. Manajemen Produksi dan Perencanaan Sistem Produksi,

    Edisi Empat, Yogyakarta: BPFE.

    Ahyari, Agus. 2005. Manajemen Produksi dan Perencanaan Sistem Produksi.

    Yogyakarta: BPFE.

    Assauri. 1999. Manajemen Produksi dan Operasi, Edisi Revisi, Lembaga Penerbit

    Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, Jakarta.

    Assauri, Sofjan. 2008. Manajemen Produksi dan Operasi. Lembaga Penerbit

    Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.

    Baroto T, (2002), Perencanaan dan Pengendalian Produksi, Ghalia. Indonesia,

    Jakarta.

    D. K. Ching, Francis (1996). Architecture; Form, Space, And Order. Cetakan ke –

    6. Jakarta. Penerbit Erlangga.

    Fandy, Tjiptono. 1998. Peranan Desain Kemasan Dalam Dunia Pemasaran.

    Yogyakarta: Andi.

    Gaspersz, V. (2002). Total Quality Managemen. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka

    Utama.

    Handoko, T. Hani. 2002. Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia.

    Yogyakarta: BPFE.

    Harsanto, Budi. 2013. Dasar Ilmu Manajemen Operasi. Sumedang: Unpad Press.

    Kotler, Philip, dan Gary Armstrong. (2001). Prinsip-Prinsip Pemasaran. Edisi 8,

    Jilid 1. Jakarta: Erlangga.

    Kotler, Philip dan Kevin Lane Keller. 2009. Manajemen Pemasaran. Edisi ke-13.

    Jilid 2. Jakarta: Erlangga.

    Palgunadi, Bram. 2007. Disain Produk 1: Disain, disainer, dan proyek disain.

    Bandung: ITB.

    Perpustakaan Universitas Gunadarmaa425640209e727f2aa19ea84250834fcbacc770efd1815614892aaf773b1ff51.pdf