surat kematian

Upload: dita-wahyu-rahman

Post on 06-Mar-2016

243 views

Category:

Documents


2 download

DESCRIPTION

qqqq

TRANSCRIPT

TUGAS REFERATSURAT KEMATIAN

Oleh:

DANIEL KUSUMA

09711039

Dokter Pembimbing:

dr. Sugiarto Sp.F

KEPANITERAAN KLINIK ILMU FORENSIK

RSUD DR.MOEWARDI SURAKARTA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA

YOGYAKARTA

2014

BAB I

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kematian adalah bagian akhir dari kehidupan manusia yang akan dialami oleh setiap orang. Kematian dapat terjadi setiap kapan saja tanpa mengenal usia, status, gender,dan lain-lain. Selain itu, waktu kematian antara individu satu dengan yang lain bervariasi.

Seorang Dokter, baik dokter pemerintah atau dokter swasta, dokter umum atau dokter ahli, apabila pasien yang telah dirawat meningggal dunia, maka dokter tersebut wajib membuat atau mengisi formulir surat kematian yang kemudian salah satu surat kematian tersebut diserahkan kepada keluarga pasien yang telah meninggal dunia guna mengurus proses pemakaman.Dalam negara berkaidah hukum sebagai landasannya, Indonesia, diperlukan pengaturan lebih lanjut berkaitan dengan kematian, salah satunya yaitu penerbitan surat kematian. Surat kematian memiliki nilai berkaitan dengan pencatatan berita acara kematian seseorang. Dengan adanya surat kematian, keluarga terdekat maupun orang-orang yang berhubungan dengan orang tersebut dapat mengurus kepentingan-kepentingan tertentu seperti klaim asuransi jiwa, pembagian warisan keluarga, pemindahtanganan kekuasaan, kepentingan administratif, dan lain-lain.

Dalam penerbitan surat kematian, tidak jarang ditemukan penyalahgunaan di publik. Banyak kasus terjadi karena di Indonesia pencatatan surat kematian berkesan sebelah mata tanpa pemeriksaan lengkap. Karena minimnya evaluasi tersebut, sering terjadi penyalahgunaan surat kematian ini. Salah satu penyalahgunaan yang terjadi di antaranya yaitu pemalsuan klaim asuransi jiwa atas kematian seorang individu. Hal tersebut tentunya dimungkinkan terjadi karena nilai klaim premi asuransi yang nilainya cukup besar sehingga mengundang terjadinya kejahatan pemalsuan dokumen.

Seorang dokter perlu memahami seluk beluk penerbitan surat kematian yang baik sehingga meminimalkan kemungkinan penyalahgunaannya. Dalam hal ini, dokter wajib melakukan pemeriksaan sesuai dengan standar profesi yang telah diatur dalam organisasi profesi. Ketika terjadi penyalahgunaan di kemudian hari, dokter penerbit surat kematian tersebut memiliki payung hukum yang kuat karena telah bekerja sesuai dengan standar yang berlaku.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA2.1 Definisi Kematian

Kematian menurut Simpson (1985) adalah suatu proses yang dapat dikenal secara klinis pada seseorang melalui pengamatan terhadap perubahan yang terjadi pada tubuh mayat. Perubahan itu akan terjadi dari mulai terhentinya suplai oksigen. Manifestasinya akan dapat dilihat setelah beberapa menit, jam, dan seterusnya

Kematian Menurut pernyataan IDI 1988, seseorang dinyatakan mati bila :

fungsi spontan pernafasan dan jantung telah berhenti secara pasti

telah terbukti terjadi Mati Batang Otak.Kematian dapat diklasifikasikan berdasarkan :

Mati Batang Otak (MBO)

Kematian batang otak didefinisikan sebagai hilangnya seluruh fungsi otak, termasuk fungsi batang otak, secara ireversibel. Tiga tanda utama manifestasi kematian batang otak adalah koma dalam, hilangnya seluruh refleks batang otak, dan apnea

Mati seluler

Adalah kematian organ atau jaringan tubuh yang timbul beberapa saat setelah kematian somatis.Daya tahan hidup masing-masing organ atau jaringan berbeda-beda, sehingga terjadinya kematian seluler pada tiap organ atau jaringan tidak bersamaan

Mati klinis

Korban dinyatakan Mati klinis bila pada saat melakukan pemeriksaan korban, penolong tidak menemukan adanya pernafasan dan denyut nadi yang berarti sistem pernafasan dan sistem sirkulasi darah terhenti. Pada beberapa keadaan penanganan yang baik masih memberikan kesempatan kedua bagi sistem tersebut untuk berfungsi kembali (reversible).

Mati otak

Mati otak mengacu kepada kondisi tidak adanya distribusi darah dan oksigen (O2 ) ke otak yang menyebabkan seluruh sistem otak (termasuk batang otak, saraf dan bagian-bagian otak lain yang mengatur aktifitas-aktifitas seperti pernapasan dan denyut jantung) tidak lagi bekerja dengan sempurna secara keseluruhan. Kehilangan fungsi otak ini umumnya tidak lagi dapat dipulihkan, akhirnya membawa kepada masalah kematian otak.

Kematian wajar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa faktor menurut penyebabnya yaitu :

a. Faktor Umur

Menurut data DepKes RI tahun 2010 Usia Harapan Hidup orang indonesia (UHH): 71,5 tahun (2010). (DepKes RI ) dimana meningkatnya usia pada dewasa tua merupakan sesuatu yang alami yang biasanya diikuti dengan terjadinya penurunan factor fisiologi di dalam tubuh terutama fungsi organ-organ tubuh. Dan penurunan fungsi organ tubuh dalam kurun waktu yang lama memberikan suatu dampak homeostasis yang semakin tidak bisa bekerja secara semestinya hingga kemudian dapat menyebabkan kematian. Contoh : penurunan fungsi ginjal

b. Faktor Penyakit

Kematian pada seseorang yang diakibatkan karena mengidap suatu penyakit baik akut maupun kronis yang mempengaruhi tubuh manusia sehingga terjadi malfungsi tubuh yang tidak semestinya. Contoh : HIV AIDS, Hepatitis B

Kematian tidak wajar dapat diklasifikasikan menjadi beberapa faktor menurut penyebabnya yaitu :a. Bunuh diri

Bunuh diri (dalam bahasa Inggris: suicide; dalam budaya Jepang dikenal istilah harakiri) adalah tindakan mengakhiri hidup sendiri tanpa bantuan aktif orang lain. Alasan atau motif bunuh diri bermacam-macam, namun biasanya didasari oleh rasa bersalah yang sangat besar, karena merasa gagal untuk mencapai sesuatu harapan. Contoh : Gantung diri, mengkonsumsi zat beracun yang mempengaruhi fungsi tubuh

b. Pembunuhan

Pembunuhan adalah suatu tindakan untuk menghilangkan nyawa seseorang dengan cara yang melanggar hukum, maupun yang tidak melawan hukum. Pembunuhan dapat dilakukan dengan berbagai cara. Yang paling umum adalah dengan menggunakan senjata api atau senjata tajam.

c. Kecelakaan

Adalah kejadian yang tidak terduga dan tidak dihrapkan. Tidak terduga oleh karena dibelakang peristiwa tersebut tidak terdapat unsure kesengajaan, Contoh : Kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas, kecelakaan kerja.

2.2 Penentuan Saat KematianSampai sekarang belum ada cara yang dapat dipakai untuk menentukan dengan tepat saat kematian seseorang, jadi selalu masih ada range hanya saja makin sempit range ini makin baik. Perlu diingat bahwa saat kematian seorang korban terletak diantara saat korban terakhir dilihat dalam keadaan masih hidup dan saat korban ditemukan keadaan mati.

Tanda-tanda yang dapat dipakai untuk memperkirakan saat kematian :

Penurunan suhu mayat.

Lebam mayat

Kaku mayat

Proses pembusukan

Hal-hal lain yang ditemukan baik pada pemeriksaan di TKP maupun pada waktu melakukan otopsi.

Yang dapat ditemukan di TKP :

Pemeriksaan TKP dalam ruangan :

Tanggal pada surat pos atau surat kabar

Keadaan sisa makanan yang ditemukan

Derajat coagulasi susu dalam botol

Keadaan parasit pada tubuh korban misalnya kutu pada mayat dapat hidup 3 6 hari , Bila semua kutu sudah mati, berarti korban sudah mati lebih dari 6 hari dari saat kematian

Pemeriksaan TKP di ruang terbuka :

Tanaman/rumput dibawah jenasah bila tampak pucat (warna klorofil atau hijau daun menghilang) lebih dari 8 hari. Dalam setiap kematian, perlu dipelajari beberapa hal yang berkaitan. Hal-hal tersebut adalah sebagai berikut.

1. Cara kematian

2. Sebab kematian

3. Mekanisme kematian

4. Lokasi kematian

Dilihat dari caranya, kematian dapat di bagi menjadi kematian wajar dan kematian tidak wajar. Kematian wajar adalah kematian yang terjadi akibat ketuaan atau penyakit. Kematian tidak wajar adalah kematian yang terjadi akibat suatu peristiwa pembunuhan, bunuh diri, serta kecelakaan.

A. Kematian Wajar

Suatu kematian disebut wajar jika orang tersebut berada dalam perawatan seorang dokter, diagnosis penyakitnya telah diketahui dan kematiannya diduga karena penyakitnya tersebut. Pada kematian yang terjadi dalam perawatan di Rumah Sakit atau dalam perawatan seorang dokter, pada umumnya dokter dapat memastikan bahwa kematian tersebut kematian wajar.

B. Kematian Tidak Wajar

Setiap kematian yang terjadi akibat kekerasan atau keracunan termasuk kematian yang tidak wajar. Cara kematian pada kematian tidak wajar adalah pembunuhan, bunuh diri dan kecelakaan. Pada kasus kematian tidak wajar, kasusnya hendaknya segera dilaporkan ke penyidik, sesuai dengan pasal 108 KUHAP. Adapun yang termasuk dalam kategori kasus yang harus dilaporkan ke penyidik adalah: kematian yang terjadi di dalam tahanan atau penjara kematian terjadi bukan karena penyakit dan bukan karena hukuman mati adanya penemuan mayat dimana penyebab dan informasi mengenai kematiannya tidak ada Keadaan kematiannya menunjukkan bahwa kemungkinan kematian akibat perbuatan melanggar hukum Orang tersebut melakukan bunuh diri atau situasi kematiannya mengindikasikan kematian akibat bunuh diri Kematian yang terjadi tanpa kehadiran dokter Kematian yang disaksikan dokter tetapi ia tidak dapat memastikan penyebab kematiannya.

Tanda-tanda pada kematian tidak wajar contohnya

BUNUH DIRIPEMBUNUHANKECELAKAAN

Keracunan (contoh keracunan karbon monoksida) lebam mayat cherry red, baik di permukaan tubuh, mukosa membran, kuku jari dengan gradasi warna yang berbeda-beda; Kulit tampak pucat

Gantung diri :

Lebam mayat ditemukan pada tungkai, muka korban biru, mata melotot, lidah terjulur, mengeluarkan mani, darah dari vagina, feses (tidak selalu dijumpai)

Luka tembak : lokasinya khas, yaitu pada pelipis kanan (right handed), tengah dahi, langit-langit mulut, daerah jantung atau pada epigastrium), biasanya luka tembaknya tunggal.Luka akibat benda tajam : lokasinya di sembarang tempay, juga di daerah yang sukar dijangkau tangan sendiri (dada, perut), jumlah luka satu/lebih, adanya luka tangkisan (akibat perlawanan), tidak ditemukan luka tusuk percobaan.

Luka akibat benda tumpul : bisa menimbulkan luka lecet, luka memar, luka robek dan patah tulang pada korban.

Kecelakaan Lalu Lintas : ditemukan tanda-tanda trauma tumpul seperti luka lecet, luka memar, luka robek, patah tulang, bahkan sampai cedera otak berat.

Kecelakaan kerja (contoh Trauma listrik)

Terdapat current mark berupa tanda listrik terkecil sebesar kepala jarum dengan warna kemerahan, gelembung berisi cairan, kulit menjadi hangus arang, elektrik metalisasi

2.3 Penerbitan Surat Kematian

Surat kematian menurut Stedmans didefinisikan sebagai dokumen yang resmi, legal dan rekaman penting, ditanda tangani oleh dokter atau pihak yang berwenang, yang meliputi sebab kematian, nama jenazah, usia, jenis kelamin, alamat, tanggal kematian, dan informasi lainnya seperti tanggal lahir, tempat lahir, pekerjaan. Penyebab kematian utama dituliskan di baris pertama surat kematian, diikuti dengan penyebab penyerta.

Setelah dilakukan pemeriksaan, maka dokter pemeriksa dapat menerbitkan surat kematian jenazah tersebut. Ada 6 formulir surat kematian :1. Formulir A

Surat keterangan pemeriksaan kematian.

Diberikan kepada keluarga jenazah.

Dipakai sebagai izin pemakaman bagi penduduk asli Indonesia.

Dibuat oleh dokter dengan mengingat sumpah atau janji waktu menerima jabatan dan dibuat berdasarkan ordonansi surat kematian yang tercantum dalam staadblad van nederlands Indie th. 1916.

Berisi identitas jenazah, tanggal dan tempat jenazah diperiksa, identitas dokter yang memeriksa yang disertai tanda tangan dokter.

2. Formulir B

Dikirim ke DKK setempat.

Dibuat oleh dokter dengan mengingat sumpah waktu menerima jabatan dan dibuat atas dasar pasal 1 ordonansi pemeriksaan kematian (Stb. 1916 no.612).

Berisi : Identitas jenazah, Jam dan tanggal pelaporan kematian, Tempat pemeriksaan jenazah, Persangkaan sebab kematian, Tanggal dan jam pemeriksaan kematian, Identitas dokter pemeriksa dan tanda tangan

3. Formulir M

Merupakan surat kematian karena penyakit menular atau tidak

Formulir ini dibuat dan diberikan kepada keluarga korban, terutama bila jenazahnya akan dikubur keluar kota atau keluar negeri.

Berisi : Identitas jenazah, Keterangan meninggal karena penyakit menular atau tidak karena penyakit menular, Identitas dokter, Tanda tangan dokter

4. Formulir I

Merupakan formulir kematian Internasional

Formulir ini dipakai oleh dunia International setelah disyahkan oleh WHO pada tahun 1948. Hanya dibuat atau diisi pada peristiwa kematian yang ada dalam rumah sakit saja. Dalam formulir ini harus dinyatakan dengan jelas tentang rangkaian peristiwa-peristiwa sakit serta penyakit yang menjadi pokok pangkal rangkaian peristiwa-peristiwa tersebut tadi. Di isi dan ditanda tangani oleh dokter, kemudian dikirim ke Kan-Wil Dep-Kes, kemudian selanjutnya diteruskan ke Departemen Kesehatan5. Formulir CS

Formulir pelaporan kematian untuk Catatan Sipil (Formulir CS) Dibuat berdasarkan reglemen catatan sipil pasal 71 bagi golongan eropah dan pasal 79 bagi golongan Cina dan pasal 66 bagi golongan Kristen dan pasal 47 bagi golongan asli Indonesia yang terkena reglemen catatan sipil.

Berisi : Identitas jenazah (nama, jenis kelamin dan umur), Alamat serta pekerjaan jenazah, Identitas suami / isteri, Alamat dan pekerjaan suami / isteri, Nama, alamat, pekerjaan ayah dan ibu, Nama dan tanda tangan dokter yang merawat, Nama dan tanda tangan direktur rumah sakit .

6. Formulir KIP

Formulir izin pemakaman Formulir ini dibuat atas dasar reglemen catatan sipil, dan berlaku untuk golongan Eropah dan golongan Cina.

Formulir ini hanya dibuat oleh RS Pemerintah dan Kantor Catatan Sipil.fungsi surat kematian

Bukti orang tersebut sudah benar benar meninggal

Untuk statistik penyebab penyebab kematian

Kewajiban pengisian surat kematian untuk kasus kasus kematian yang tidak wajar

Mengurus ijin pemakaman

Syarat penerbitan surat kematian :

Surat kematian ini dibuat oleh pihak yang memang berwenang antara lain :

dokter umum

dokter TNI/POLRI

dokter ahli

dokter praktek swastaBagian medis surat keterangan kematian adalah bagian dalam surat keterangan kematian yang harus diisi oleh dokter. Bagian ini diantaranya memuat:

Tanggal dan bulan kematian

Tempat kematian

Nama dan Alamat Rumah Sakit

Nama jenazah

Umur jenazah, dalam tahun, bulan, dan hari

Jenis kelamin

Pekerjaan

Kebangsaan

Alamat jenazah

Sebab kematian

Tanda tangan dokter yang memberi keterangan sebab kematian

2.4 Aspek medikolegal Surat kematian dan Klaim asuransiDasar hukum surat keterangan kematian

Bab I pasal 7 KODEKI, Setiap dokter hanya memberikan keterangan dan pendapat yang telah diperiksa sendiri kebenarannya

Bab II pasal 12 KODEKI, Setiap dokter wajib merahasiakan segala sesuatu yang diketahuinya tentang seorang pasien bahkan juga setelah pasien meninggal dunia

Pasal 267 KUHP: ancaman pidana untuk surat keterangan palsu

Pasal 179 KUHAP: wajib memberikan keterangan ahli demi pengadilan, keterangan yang akan diberikan didahului dengan sumpah jabatan atau janji

BAB IIIKESIMPULAN

Kesimpulan

Kesimpulan dari penulisan referat ini adalah seorang dokter sebagai pihak yang berwenang menerbitkan surat kematian, hendaknya tidak menyalahgunakan wewenangnya. Pada khususnya untuk kepentingan klaim asuransi. Secara kasat mata, tindakan ini memang mendatangkan banyak keuntungan secara materiil untuk keluarga pemohon dan dokter. Tetapi, dapat menimbulkan malapetaka untuk dokter pada masa-masa selanjutnya. Dokter harus hati-hati dalam menerbitkan surat kematian, dan memastikan sendiri bahwa jenazah yang diperiksa itu betul-betul sesuai dengan identitasnya.

DAFTAR PUSTAKA

Hanafiah, J. dan Amir, A. Etika kedokteran dan hukum kesehatan ed 4. 2007. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGCHoediyanto, Hariyadi. 2010. Buku Ajar Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal. Surabaya : Departemen Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal DK UNAIRSolahuddin. Kitab Undang-Undang Hukum Pidana ( KUHP ) & Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana ( KUHAP ). 2007. Jakarta : Transmedia Pustaka