surat dirjen pajak - jasa penagihan rekening air

Upload: yayatto-kung

Post on 16-Jul-2015

204 views

Category:

Documents


7 download

TRANSCRIPT

SURAT DIRJEN PAJAK S-524/PJ.323/2005 Ditetapkan tanggal 28 Juni 2005 PERLAKUAN PERPAJAKAN ATAS JASA PENAGIHAN REKENING AIR DAN CADANGAN DANA METER

Sehubungan dengan surat Saudara Nomor XXX tanggal 22 Oktober 2004 hal sebagaimana tersebut pada pokok surat, dengan ini disampaikan hal-hal sebagai berikut : 1. Dalam surat tersebut Saudara mohon penjelasan berkaitan dengan perlakuan perpajakan atas hal-hal sebagai berikut : 1. Menurut Keputusan Dirjen Pajak Nomor KEP-539/PJ/2001 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas penyerahan air bersih yang diserahkan oleh PDAM dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, kaitannya dengan kegiatan tersebut bagaimana dengan jasa penagihan apakah terkena Pajak Pertambahan Nilai mengingat jasa penagihan rekening listrik dan telepon tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai berdasarkan surat edaran Dirjen Pajak Nomor SE-63/PJ.53/1995. 2. Menurut definisi Penerimaan Dana Meter dari pelanggan berdasarkan Keputusan Menteri Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2000 dan definisi pendapatan berdasarkan PSAK, Saudara berkesimpulan bahwa Cadangan Dana Meter merupakan kewajiban yang tidak memiliki pengaruh pada nilai ekuitas dan tidak dimanfaatkan untuk perusahaan sendiri melainkan untuk pelanggan. Dalam praktek pembukuan di PDAM Surabaya biaya penyusutan meter air terpasang timbul dari alokasi biaya pemasangan jaringan baru karena meter air masih tetap asset PDAM. Biaya pasang baru yang dibayar oleh pelanggan diakui sebagai pendapatan. Untuk penerimaan cadangan dana meter dari pelanggan dicatat sebagai kewajiban, atas pemeliharaan maupun penggantian meter air pada pelanggan lama dibukukan sebagai pengurang cadangan dana meter. Berdasarkan uraian diatas Saudara berpendapat bahwa cadangan dana meter bukan merupakan pendapatan. 2. Ketentuan Pajak Pertambahan Nilai yang berkaitan dengan permasalahan dimaksud adalah sebagai berikut : 1. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali

diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 18 Tahun 2000 antara lain mengatur : Pasal 1 angka 5 : Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan. Pasal 1 angka 6 : Jasa Kena Pajak adalah jasa sebagaimana dimaksud dalam angka 5 yang dikenakan pajak berdasarkan undang-undang ini. Pasal 4 huruf c : Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha. Pasal 4A ayat (3) : Penetapan jenis jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam ayat 1 dan jasa perbankan termasuk didalamnya, sedangkan jasa penagihan, jasa pemasangan jaringan pelanggan baru serta jasa pemeliharaan dan penggantian meter air tidak termasuk jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. 2. Pasal 6 huruf n Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas Undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang PERBANKAN, menyebutkan bahwa usaha bank adalah melakukan kegiatan lain yang lazim dilakukan oleh bank sepanjang tidak bertentangan dengan undang-undang ini dan peraturan perundangundangan yang berlaku. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai antara lain mengatur : Pasal 5 huruf d : Kelompok jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai adalah Jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi. Pasal 8 a Jenis jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf d meliputi Jasa Perbankan sesuai dengan ketentuan sebagaimana dalam undang-undang Nomor 7 Tahun 1992 sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 10 Tahun 1998 kecuali jasa penyediaan tempat untuk menyimpan barang dan surat berharga, jasa penitipan untuk kepentingan pihak lain berdasarkan suatu kontrak, serta anjak

piutang. Sedangkan Jasa penagihan, jasa pemasangan jaringan pelanggan baru serta jasa pemeliharaan dan penggantian meter air tidak termasuk jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. 3. Ketentuan Pajak Penghasilan yang berkaitan dengan permasalahan dimaksud adalah berdasarkan ketentuan Undang-undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-undang Nomor 17 Tahun 2000 (UU PPh), antara lain diatur bahwa : 1. Pasal 4 ayat (1) huruf i, yang menjadi Objek Pajak adalah penghasilan yaitu setiap tambahan kemampuan ekonomis yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak, baik yang berasal dari Indonesia maupun dari luar Indonesia, yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk menambah kekayaan Wajib Pajak yang bersangkutan, dengan nama dan dalam bentuk apapun, termasuk sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta; 2. Pasal 6 ayat (1) huruf b, besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap, ditentukan berdasarkan penghasilan bruto dikurangi penyusutan atas pengeluaran untuk memperoleh harta berwujud dan amortisasi atas pengeluaran untuk memperoleh hak dan atas biaya lain yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 dan Pasal 11A; 3. Pasal 9 ayat (1) huruf c, untuk menentukan besarnya Penghasilan Kena Pajak bagi Wajib Pajak dalam negeri dan bentuk usaha tetap tidak boleh dikurangkan adalah pembentukan atau pemupukan dana cadangan kecuali cadangan piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syaratsyaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan. 4. Berdasarkan ketentuan-ketentuan tersebut di atas serta memperhatikan isi surat Saudara pada angka 1 dengan ini diberikan penjelasan sebagai berikut : 1. Berhubung jasa penagihan listrik, air dan telepon merupakan usaha bank yang tidak bisa dilakukan oleh perusahaan lain selain bank, maka atas jasa penagihan yang dilakukan oleh bank merupakan jasa yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai. 2. Jasa yang diserahkan oleh PDAM berupa pemasangan jaringan air pelanggan baru dan jasa pemeliharaan dan penggantian meter kepada

3.

4.

5.

6.

pelanggan merupakan Jasa Kena Pajak sehingga atas penyerahan jasa tersebut terutang Pajak Pertambahan Nilai. Keputusan Menteri Negara Otonomi Daerah Nomor 8 Tahun 2000 hanya merupakan pedoman akuntansi yang berlaku bagi PDAM, sementara kewajiban perpajakan PDAM selaku Wajib Pajak tetap dan hanya tunduk pada peraturan perundang-undangan perpajakan yang berlaku; Penerimaan Dana Meter yang diterima atau diperoleh PDAM termasuk penghasilan yang dikenakan Pajak Penghasilan berdasarkan Pasal 4 ayat (1) huruf i UU PPh. Pengeluaran PDAM dalam rangka memperoleh, memelihara, dan mengganti aktiva tetap meter air dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Untuk pengeluaran yang mempunyai masa manfaat lebih dari 1 (satu) tahun, harus dibebankan secara fiskal melalui penyusutan. Termasuk dalam pengeluaran ini adalah biaya pemasangan meter air pertama kali serta penggantian meter air terpasang (lama); Untuk pengeluaran yang mempunyai masa manfaat kurang dari 1 (satu) tahun, harus dibebankan secara fiskal pada saat (tahun) terjadinya. Termasuk dalam pengeluaran ini adalah biaya pemeliharaan meter air; Pembentukan atau pemupukan dana cadangan tidak diperkenankan secara fiskal kecuali piutang tak tertagih untuk usaha bank dan sewa guna usaha dengan hak opsi, cadangan untuk usaha asuransi, dan cadangan biaya reklamasi untuk usaha pertambangan, yang ketentuan dan syarat-syaratnya ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Demikian untuk dimaklumi. A. DIREKTUR n. JENDERAL DIREKTUR, ttd HERRY SUMARDJITO