sumber stres dan mekanisme koping mahasiswa...
TRANSCRIPT
i
SUMBER STRES DAN MEKANISME KOPING MAHASISWA
ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA DALAM
PEMBELAJARAN KLINIK
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh
Gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep)
Oleh :
MUNA MUSHOFFA
NIM: 1113104000029
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/ 2017 M
ii
LEMBAR PERNYATAAN
iii
PERNYATAAN PERSETUJUAN
iv
LEMBAR PENGESAHAN
v
vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Muna Mushoffa
Tempat, tanggal lahir : Jepara, 13 Januari 1995
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Status : Belum menikah
Alamat : RT/RW 01/02 Kedungleper – Bangsri – Jepara
E-mail : 089667623094
Fakultas/Jurusan : [email protected] atau
Agama : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan/ Program Studi
Ilmu Keperawatan
PENDIDIKAN
1. TK Tarbiyatul Athfal 1999-2001
2. Taman Pendidikan Alur’an Yassir lana 1999-2002
3. MI Miftahul Huda Kedungleper 2001-2007
4. Madrasah Diniyyah Awwaliyah Miftahul Huda 2002-2008
5. Madrasah Diniyyah Wustho Miftahul Huda 2008-2011
6. MTs Miftahul Huda Kedungleper 2007-2010
7. MA Hasyim Asy’ari Bangsri 2010-2013
8. Pondok Pesantren Hasyim Asy’ari Bangsri 2011-2013
9. UIN Syarif Hidayatullah Jakarta 2013-sekarang
ORGANISASI
1. HMPSIK
2. CSSMoRA
3. SIMAHARAJA
vi
vii
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA
Skripsi, Juni 2017
Muna Mushoffa, NIM: 1113104000029
Sumber Stres dan Mekanisme Koping Mahasiswa Ilmu Keperawatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Pembelajaran Klinik
ABSTRAK
Masa profesi ners atau pembelajaran klinik adalah masa yang stressful bagi
mahasiswa keperawatan. Berbagai masalah dan hambatan dihadapi mahasiswa
sehingga mahasiswa mengalami stres. Penelitian ini bertujuan untuk
mengeksplorasi sumber stres dan mekanisme koping terhadap stres mahasiswa
profesi ners program studi ilmu keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan desain
fenomenologi. Partisipan penelitian terdiri dari sebelas orang yang mengalami stres
pada pembelajaran klinik dengan tingkat berbeda dari stres ringan, sedang dan
berat. Pemilihan partisipan penelitian ini menggunakan teknik sampling
convenience dan berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan. Pengumpulan data
dilakukan dengan metode wawancara mendalam (indepth interview). Hasil
rekaman wawancara dianalisis dengan metode Colaizzi. Penelitian ini
mengidentifikasi dua tema yaitu sumber stres mahasiswa profesi ners dan
mekanisme koping terhadap stres yang membangun mahasiswa profesi ners.
Sumber stres tersebut antara lain, stres dari pengajar dan staf keperawatan serta
tenaga kesehatan lain, stres dalam merawat pasien dan atau keluarga, deadline tugas
dan beban kerja, hubungan dengan rekan sejawat, stres karena kurang pengetahuan
dan skill, stres dari lingkungan, stres karena ujian, menghabiskan biaya tinggi dan
jadwal dinas. Berbagai stres tersebut tidak menghalangi mahasiswa untuk tetap
bertahan melanjutkan proses ini hingga sekarang. Hal ini karena adanya upaya
mekanisme koping yang dilakukan oleh mahasiswa agar stres yang mereka alami
tidak berdampak buruk pada proses belajar antara lain manejemen diri,
menceritakan masalah kepada orang lain, menikmati proses, pengalihan, refleksi
diri dan penguatan spiritualitas.
Kata Kunci: Mekanisme koping, stres, mahasiswa profesi ners
Daftar bacaan: 39 (2006-2017)
viii
SCHOOL OF NURSING
FACULTY OF MEDICINE AND HEALTH SCIENCES
SYARIF HIDAYATULLAH STATE ISLAMIC UNIVERSITY, JAKARTA
Undergraduate Thesis, June 2017
Muna Mushoffa, NIM: 1113104000029
Sources of Stress and Coping Mechanism on Nursing Student Of School Of
Nursing Of Syarif Hidayatullah State Islamic University, Jakarta
ABSTRACT
Nursing profession phase or baccalaureate nursing is a stressful period for nursing
students. Numerous of problems faced by nursing students causing stress. This
research aimed to explore causes of stress and coping mechanism toward stress on
nursing student of school of nursing of Syarif Hidayatullah State Islamic University
Jakarta. This qualitative research was conducted in phenomenology design.
Participant of this research were eleven students who had experienced stress in
baccalaureate nursing with different level of stress from low, moderate dan high
level. Convenience sampling technique was applied to choose partisipants based on
suitably and adequacy basis. Data were obtained using indepth interview.
Researcher obtains data by recorder and analyzed using Colaizzi method. This
research identified two themes namely sources of stress perceived by nursing
students dan coping mechanism toward stress that motivate of baccalaureate
nursing students. Many sources of stress perceived by students. They are stress from
teachers and nursing staff, caring of patient, assignment and burnout, interpersonal
relationship problem, lack of knowledge and skill, environment, exam, high cost,
and unstable schedule. However, they continue to study because they have coping
mechanism to against stress so that unavailable to give negative impact during
process of study. Coping mechanism used by students are self management, enjoy
the pocess, distraction, self reflection and empowering spirituality.
Kata Kunci: Coping mechanism, stress, baccalaureate nursing
Daftar bacaan: 39 (2006-2017)
ix
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan Rahmat, Nikmat
dan Karunia-Nya yang tidak terhingga kepada peneliti, sehingga dapat
menyelesaikan skripsi yang berjudul Sumber Stres dan Mekanisme Koping
Terhadap Stres Mahasiswa Ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
dalam Pembelajaran Klinik
.Peneliti menyadari bahwa skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dr. H. Arif Sumantri SKM, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
2. Ibu Maulina Handayani, S.KP., M.SC selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
3. Ibu Dwi Setiowati, M.Kep dan Ibu Mardiyanti, M.Kep., MDS selaku Dosen
Pembimbing yang telah membantu peneliti menyelesaikan skripsi.
4. Bapak Karyadi, PhD selaku pembimbing Akademik yang telah memberi
dukungan dan motivasi saya
5. Kementrian Agama RI yang telah menyelenggarakan Program Beasiswa
Santri Berprestasi sehingga penulis bisa melanjutkan studi di UIN Jakarta ini
6. Kedua orang tua, ‘Aisyurrofi’ dan Machzumah yang telah memberikan doa,
dukungan dan motivasi yang tiada henti untuk peneliti.
7. Saudara saya Sulaiman Abdul Manan dan Inayataul Yusriah yang telah
menjadi sumber semangat, dukungan serta doa dalam proses peneyelesaian
skripsi ini.
8. Teman-teman yang selalu menghabiskan waktu bersama dan bahu membahu
dalam mengerjakan skripsi, Afifatun Mukaromah, Mutoharoh, Nurlailatul
Ni’mah, Qorina Fairuz sehingga peneliti semangat dalam mengerjakan
skripsi serta Andi Fatwa Mualim yang senantiasa memicu semangat peneliti
ix
x
9. Kak Nur Cita Qomariyah dan Kak Muhimmatul Khafidoh yang bersedia
meluangkan waktunya untuk selalu membantu peneliti.
10. Saudara-saudaraku CSS MoRA UIN Syarif Hidayatullah Jakarta khususnya
angkatan 2013 (Chirals) yang telah memberikan pengalaman berharga
sebagai teman rasa keluarga
11. Sahabat-sahabat seperjuangan tercinta PSIK angkatan 2013 yang telah
menemani, selalu memberi dukungan dan doanya dalam proses
peneyelesaian skripsi ini
12. Serta seluruh pihak yang telah mendukung kelancaran skripsi ini hingga
selesai
Atas bantuan serta segala dukungan yang telah diberikan, semoga Allah
SWT. senantiasa membalas dengan pahala yang berlimpah. Sangat besar harapan
saya skripsi ini dapat bermanfaat bagi penulis maupun para pembaca. Semoga kita
semua senantiasa diberikan petunjuk, limpahan rahmat, hidayah, serta inayah yang
tak terhingga oleh Allah SWT.
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Ciputat, 19 Juni 2017
Peneliti
x
xi
DAFTAR ISI
LEMBAR PERNYATAAN ................................... Error! Bookmark not defined.
PERNYATAAN PERSETUJUAN ........................ Error! Bookmark not defined.
DAFTAR RIWAYAT HIDUP .............................. Error! Bookmark not defined.
ABSTRAK ............................................................................................................ vii
ABSTRACT ......................................................................................................... viii
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ix
DAFTAR ISI .......................................................................................................... xi
DAFTAR BAGAN .............................................................................................. xiii
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ xiv
DAFTAR TABEL .................................................................................................. xv
DAFTAR SINGKATAN ..................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
A. Latar Belakang .......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 7
D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7
E. Ruang Lingkup Penelitian ......................................................................... 8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 9
A. Landasan Teori .......................................................................................... 9
1. Mekanisme Koping ............................................................................. 9
2. Konsep Stres ..................................................................................... 15
3. Pembelajaran Klinik (PBK) .............................................................. 20
B. Penelitian Terkait .................................................................................... 28
C. Kerangka Teori ....................................................................................... 31
BAB III KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH .............................. 32
A. Kerangka Konsep .................................................................................... 32
B. Defnisi Istilah .......................................................................................... 33
BAB IV METODOLOGI PENELITIAN .............................................................. 35
A. Desain Penelitian .................................................................................... 35
B. Lokasi dan Waktu Penelitian .................................................................. 35
xii
C. Partisipan Penelitian ................................................................................ 36
D. Instrumen Penelitian ............................................................................... 36
E. Teknik Pengumpulan Data ...................................................................... 37
F. Keabsahan Data ...................................................................................... 39
G. Teknik Analisis Data ............................................................................... 42
H. Etika Penelitian ....................................................................................... 43
BAB V HASIL PENELITIAN .............................................................................. 46
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian .................................................... 46
B. Hasil Penelitian ....................................................................................... 46
1. Karakteristik Partisipan ..................................................................... 46
2. Analisa Tematik ................................................................................ 47
BAB VI PEMBAHASAN ...................................................................................... 64
A. Pembahasan Hasil Penelitian .................................................................. 64
B. Keterbatasan Penelitian ........................................................................... 73
BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 74
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................ 76
xiii
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Kerangka Teori ..................................................................................... 31
xiv
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran1 Format penjelasan penelitian ........................................................... 79
Lampiran 2 Lembar persetujuan menjadi partisipan .......................................... 80
Lampiran 3 Pedoman wawancara ...................................................................... 81
Lampiran 4 Kuisioner penelitian ....................................................................... 83
Lampiran 5 Analisa Tematik ............................................................................. 87
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 5.1 Karakteristrik Partisipan ..................................................................... 46
xvi
DAFTAR SINGKATAN
PBK : Pembelajaran Klinik/ Praktik Belajar Klinik
PBL : Pembelajaran Lapangan/ Praktik Belajar Lapangan
PSS : Perceived Stres Scale
STOP : Source, Trial and Eror, Others, dan Pray and Patient
UIN : Universitas Islam Negeri
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
UU No. 38 tahun 2014 tentang keperawatan menjelaskan pendidikan
keperawatan profesional di Indonesia terdiri atas pendidikan akademik dan
pendidikan klinik/ profesi ners. Jenjang pendidikan klinik adalah jenjang yang
harus ditempuh seorang mahasiswa keperawatan untuk mendapat lisensi
menjadi seorang perawat. Tahap pendidikan/pembelajaran klinik (PBK) adalah
salah satu tahap yang harus ditempuh untuk menjadi perawat profesional,
pendidikan tahap ini mempunyai peran penting dalam mencapai tujuan tersebut
(Singapore Nursing Board, 2012). Ini adalah masa penting dalam tahap
pendidikan keperawatan sebagai kesempatan untuk menerapkan pengetahuan
yang dimiliki untuk diaplikasikan dalam praktik sebagai perawat profesional
dalam bentuk asuhan keperawatan (Killam & Heerschap, 2012).
Tahap pembelajaran klinik (PBK) ini merupakan komponen vital untuk
perkembangan peserta didik selama belajar (Pollard, Ellis, Stringer, &
Cockayne, 2007) karena pada masa ini adalah waktu yang tepat untuk
meningkatkan kepercayaan diri peserta didik dalam praktik dan bekerja menjadi
perawat. Selain itu, PBK memiliki manfaat antara lain memberikan kesempatan
bagi peserta didik untuk terlibat langsung dalam praktik memberikan asuhan
keperawatan sekaligus memperkuat pengetahuan teoritis (Courtney-Pratt et al
dalam Killam & Heerschap, 2012) dan memberikan
2
kesempatan bagi mahasiswa untuk mengembangkan sikap, keterampilan
psikomotor, pengetahuan, manajemen waktu serta keterampilan penyelesaian
masalah (Grealish & Carrol dalam Syahreni & Waluyanti, 2007).
Meskipun PBK tersebut sangat bermanfaat, penelitian oleh Algoso dan
Peters tahun 2012 menunjukkan bahwa pengalaman klinis mahasiswa
keperawatan bervariasi. Pengalaman klinis baik positif maupun negatif bagi
mahasiswa merupakan suatu proses belajar yang harus dilalui (Killam &
Heerschap, 2013).
Pengalaman variatif tersebut seperti mengintegrasikan teori dalam
praktik, keinginan tampil sebagai mahasiswa atau perawat yang baik, keinginan
untuk tidak membahayakan pasien dan membantu pasien, maupun stres selama
PBK (Syahreni & Waluyanti, 2007) dipengaruhi beberapa faktor antara lain
pembimbing klinik, support dari staf perawat, rasio pembimbing klinik dan
mahasiswa, kualitas pengarahan pra klinik, hubungan interpersonal antara
mahasiswa dengan pembimbing klinik atau staf perawat dan rasa kecemasan
berada di lingkungan klinik seperti rumah sakit (Lawal, Weaver, Bryan, &
Lindo, 2016).
Pengalaman klinik yang efektif didapatkan melalui lingkungan yang
mendukung mencakup suasana lokasi klinik dan hubungan antara mahasiswa
klinik dengan perawat senior, supervisi ataupun mentor. Ada beberapa hal yang
dapat menjadi hambatan belajar dalam PBK antara lain hubungan interpersonal
yang buruk dengan staf klinis/senior. Selain itu, adanya gap antara teori dan
praktik juga mengakibatkan hal yang sama (Killam & Heerschap, 2013).
3
Penelitian oleh Salsabila (2013) pada 81 responden menyatakan 100%
mahasiswa tahun kedua dan 91,7% dari mahasiswa tahun pertama praktik klinik
berada pada tingkat stres sedang selama praktik klinik, dan 8,3% mahasiswa
tahun pertama praktik klinik berada pada tingkat stres berat. Padahal cemas dan
stres juga termasuk aspek yang dapat menjadi hambatan proses PBK (Killam &
Heerschap, 2013).
Respon terhadap stres dikenal dengan mekanisme koping. setiap
individu memiliki mekanisme koping yang berbeda-beda tergantung pada
tingkat stres dan kondisi yang dia alami (Stuart, 2013). Penelitian oleh Anelia
(2012) terhadap mahasiswa profesi ners FIK UI tahun akademik 2011/ 2012
menyatakan terdapat hubungan antara tingkat stres dengan mekanisme koping,
dengan tingkat stres rentang skor 25,57 – 27, 55 dengan nilai minimal 16 dan
maksimal 42 sehingga mayoritas mahasiswa mengalami stres sedang.
Mekanisme koping rata-rata adalah 59,13 dengan nilai minimal 48 dan nilai
maksimal 72 sehingga mayoritas mahasiswa mengalami mekanisme koping
konstruktif.
Mekanisme koping dapat dipelajari sejak awal timbulnya masalah atau
stresor, sehingga individu tersebut menyadari dampak dari stresor tersebut.
Kemampuan koping individu tergantung dari tempramen, persepsi, dan kognitif
serta latar belakang budaya atau norma tempat dia dibesarkan. Mekanisme
koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat. Belajar yang dimaksud
adalah kemampuan meyesuaikan diri (adaptasi) pada pengaruh faktor internal
dan eksternal (Nursalam, 2011).
4
Penggunaan mekanisme koping tergantung bagaimana individu
menghadapi permasalahnya karena manusia itu unik dan masing-masing
memiliki mekanisme koping variatif meskipun secara umum koping merupakan
mekanisme otomatis ketika individu merasakan situasi yang menekan dan
mengancam. Ada beberapa jenis mekanisme koping yang biasa digunakan
individu, diantaranya mekanisme koping adaptif yaitu mekanisme koping yang
mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan dan
mekanisme koping maladaptif yaitu mekanisme koping yang menghambat
fungsi integrasi, memecah pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cenderung
menguasai lingkungan (Stuart & Sundeen, 2006)
Apabila mekanisme koping ini berhasil, maka individu dapat
beradaptasi dan tidak menimbulkan gangguan kesehatan, tetapi bila mekanisme
koping gagal maka individu tersebut gagal beradaptasi dan akan timbul
gangguan kesehatan baik berupa fisik, psikologis maupun perilaku (Keliath,
2010). Apabila respon gagal ini terjadi pada mahasiswa yang sedang dalam
pembelajaran klinik baik di dalam pelayanan kesehatan seperti rumah sakit
maupun komunitas, maka hal ini dapat memngaruhi prestasi dan kualitas kinerja
yang dilakukan (Killam & Heerschap, 2012)
Studi Pendahuluan telah dilakukan peneliti kepada mahasiswa profesi
ners keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 16-17 Januari 2017
degan teknik wawancara. 3 orang menyatakan mengalami hambatan selama
pembelajaran klinik antara lain rasa sungkan terhadap perawat senior,
contohnya ketika ronde keperawatan, mahasiswa tidak bisa berargumentasi
5
tentang asuhan keperawatan menurut teori. Selain itu, ketidakmampuan
melakukan pengkajian dalam aspek seksual, psikologis, dan aspek sensitif yang
lain.
Hambatan-hambatan tersebut dapat berujung pada perasaan stres
mahasiswa. Dalam hal ini, mahasiswa masing-masing memiliki cara untuk
mengatasi masalah dan stres yang mereka alami. 2 mahasiswa mengatakan cara
mengatasi stres dengan cara mengalihkan perhatian dari stres dengan
melakukan hal-hal yang dapat menghibur diri sendiri, seperti menonton film,
refreshing ataupun berbagi cerita dengan teman sehingga mengurangi beban
yang dirasakan. Satu mahasiswa yang lain menyatakan cara mengatasi stres
dengan memenuhi kebutuhan dasar terlebih dahulu, seperti tidur, juga dengan
melakukan aktifitas yang dapat mengembalikan suasana hati (mood) serta
menerapkan tanggung jawab pada diri sendiri bahwa masa pembelajaran klinik
merupakan proses yang harus dilewati untuk mencapai tujuan yaitu menjadi
perawat. Scr ning juga dilakukan oleh peneliti untuk mengetahui tingkat stres
yang dialami oleh mahasiswa profesi ners PSIK Universitas Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta. Hasil skrining menunjukkan bahwa 6% mahasiswa
mengalami stres tingkat ringan, 85% stres sedang dan 9% stres tingkat tingkat
berat.
Peneliti tertarik meneliti makanisme koping mahasiswa Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam pembelajaran klinik
berdasarkan latar belakang tersebut di atas. Apa saja mekanisme adaptasi yang
6
dilalui oleh mahasiswa sehingga mampu survive dan tetap melanjutkan menjadi
perawat profesional.
B. Rumusan Masalah
Masa pembelajaran klinik (PBK) merupakan kesempatan mahasiswa
keperawatan untuk belajar di lapangan. mahasiswa dituntut untuk belajar
memberikan asuhan keperawatan dan belajar bagaimana menjadi perawat
profesional. ada bermacam-macam hambatan dan tantangan yang dialami oleh
mahasiswa selama PBK sehingga menimbulkan stres dalam keadaan tertentu.
oleh karena itu, koping adaptif dan kemampuan beradaptasi penting dimiliki
mahasiswa PBK agar mahasiswa mampu melewati masa ini, bertahan dan
melanjutkan menjadi perawat profesional.
Studi Pendahuluan telah dilakukan peneliti kepada mahasiswa profesi
ners keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 16-17 Januari 2017
degan teknik wawancara. 3 orang menyatakan mengalami hambatan selama
pembelajaran klinik antara lain rasa sungkan terhadap perawat senior,
contohnya ketika ronde keperawatan, mahasiswa tidak bisa berargumentasi
tentang asuhan keperawatan menurut teori. Selain itu, ketidakmampuan
melakukan pengkajian dalam aspek seksual, psikologis, dan aspek sensitif yang
lain. Hal tersebut menjadi berakibat stres pada mahasiswa.
Mekanisme koping yang diterapkan oleh mahasiswa bervariasi untuk
menyesuaikan diri agar dapat melewati masa PBK dengan baik. Eksplorasi
mekanisme koping perlu dilakukan mengingat koping adalah cara seseorang
beradaptasi terhadap perubahan. jika koping tidak berhasil, maka stres yang
7
dialami akan menimbulkan dampak tidak mampunya seseorang beradaptasi
dengan baik sehingga dapat memengaruhi pendidikan dan prestasi mahasiswa.
berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti tertarik mengeksplorasi lebih
dalam mengenai sumber stres dan mekanisme Koping Mahasiswa Ilmu
Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dalam Pembelajaran Klinik.
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilakukan untuk mengekplorasi lebih dalam tentang
sumber stres dan mekanisme koping mahasiswa ilmu keperawatan UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta dalam pembelajaran klinik
D. Manfaat Penelitian
Peneliti berharap penelitian yang dilakukannya dapat memberikan manfaat
teoritis dan praktis bagi pihak-pihak berikut:
1. Bagi peneliti
Peneliti dapat mengetahui apa saja sumber stres dan bagaimana mekanisme
koping mahasiswa sehingga tetap survive dan tidak mengalami depresi saat
belajar profesi.
2. Bagi institusi (PSIK UIN Jakarta)
Penelitian ini dapat menjadi bahan evaluasi dan pertimbangan proses belajar
pembelajaran klinik
3. Bagi pasien
Penelitian ini mempelajari mekanisme koping mahasiswa, salah satunya
yaitu respon dan kemampuan membangun relasi yang baik termasuk dengan
8
pasien sehingga asuhan keperawatan kepada pasien nantinya dapat lebih
komprehensif
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sumber stres dan mekanisme
koping mahasiswa ilmu keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dalam
pembelajaran klinik. Penelitian ini dilakukan pada bulan April-Mei 2017 di
PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jenis penelitian yang digunakan adalah
kualitatif pendekatan fenomenologi. Populasi terdiri dari mahasiswa profesi
ners keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta angkatan 2012. Pemilihan
partisipan dalam penelitian ini menggunakan teknik convenience setelah
dilakukan skrining pada populasi. Pengumpulan data dilakukan pada April-Mei
2017 dengan menggunakan teknik wawancara mendalam.
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Mekanisme Koping
Stresor adalah penyebab individu mengalami ansietas, dan secara
otomatis muncul upaya untuk mengatasi stres tersebut dengan berbagai
mekanisme koping (Asmadi, 2008). Dari pernyataan tersebut, koping adalah
tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksaan stres, termasuk upaya
penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan
untuk melindungi diri (Stuart & Sundeen, 2006).
Koping merupakan suatu proses adaptasi terhadap situasi sulit.
Adaptasi itu sendiri merupakan hal yang harus dialami makhluk hidup
ketika berinteraksi dengan lingkungan. koping sendiri berfungsi membantu
manusia untuk menghadapi suatu keadaan ketika lingkungan tidak lagi
dapat diatasi menggunakan mekanisme tubuh secara habitual way atau
mekanisme seperti biasa (Skinner & Zimmer-Gembeck, 2016). Asmadi
(2008) menjelaskan secara umum, mekanisme koping terhadap stres
diklasifikasikan ke dalam dua kategori yaitu strategi pemecahan masalah
(problem solving strategic) dan mekanisme pertahanan diri (defence
mechanism).
10
a. Strategi pemecahan masalah
Bertujuan untuk mengatasi atau menanggulangi
masalah/ancaman yang ada dengan kemampuan pengamatan secara
realistis. Contoh strategi pemecahan masalah meminta bantuan kepada
orang lain, secara besar hati, mampu mengungkapkan perasaan sesuai
dengan situasi yang ada, mencari informasi terkait masalah yang
dihadapi sehingga masalah dapat diatasi secara realistis, menyusun
beberapa rencana untuk memecahkan masalah dan berpikiran positif
terhadap masalah.
Strategi pertama ini menerapkan metode STOP (Source, Trial
and Eror, Others, dan Pray and Patient). Source berarti mencari dan
mengidentifikasi apa yang menjadi sumber masalah. Trial and Eror
berarti mencoba berbagai rencana pemecahan masalah yang telah
disusun. Ini berisiko timbul rasa keputusasaan terhadap kegagalan yang
dialami. Others berarti meminta bantuan orang lain bila diri sendiri tidak
mampu. Pray and patient yaitu berserah diri kepada Allah SWT,
memanjatkan doa memohon kesabaran dengan kelapangan dada
menerima kenyataan yang ada pada dirinya (Asmasi, 2008).
b. Mekanisme pertahanan diri
Mekanisme pertahanan diri merupakan mekanisme penyesuaian
ego yaitu usaha untuk melindungi diri dari perasaan tidak adekuat. Ciri
mekanisme pertahanan diri antara lain pertama bersifat hanya sementara
karena berfungsi hanya untuk melindungi atau bertahan dari hal-hal
11
yang tidak menyenangkan dan secara tidak langsung mengatasi
masalah. Ciri yang kedua mekanisme pertahanan diri terjadi di luar
kesadaran. Individu tidak menyadari bahwa mekanisme pertahanan diri
tersebut sedang terjadi dan ciri ketiga tidak berorientasi pada kenyataan.
Lazarus dan Folkman (1985) menyatakan koping dapat dikaji
dari berbagai aspek, salah satunya adalah aspek psikososial. Pertama,
yaitu koping berorientasi pada masalah (Problem Focus Coping) yaitu
penggunaan kemampuan kognitif untuk mengurangi stres yang muncul
pada saat kondisi yang masih mungkin dapat diperbaiki dan diubah.
Kedua koping berorientasi pada emosi (Emotion Focus Coping), adalah
perilaku tidak sadar yang memberikan perlindungan psikologis terhadap
peristiwa yang menegangkan, muncul pada saat kondisi mengancam,
berbahaya, dan menantang yang tidak dapat diubah lagi kondisinya.
Kadang mekanisme fokus emosi dapat menyimpang dan tidak lagi
mampu untuk membantu seseorang dalam menghadapi stresor.
Lazarus dan Folkman dalam Martz (2007) membagi cakupan
mekanisme koping menjadi mekanisme berorientasi masalah,
berorintasi pada emosi dan gabungan keduanya (masalah – emosi).
Mekanisme koping berorientasi pada masalah di antaranya Planful
problem solving yaitu mekanisme koping dengan cara merencanakan
suatu strategi untuk menyelesaikan masalah dam confrontative coping
yaitu mekanisme koping dengan cara mengambil tindakan asertif
mencakup marah atau mengambil risiko untuk mengubah situasi.
12
Mekanisme koping berorientasi pada emosi antara lain
distancing merupakan usaha kognitif untuk menghindar dari masalah
dan menciptakan pandangan positif untuk menutupinya. Contohnya
adalah menganggap remeh/ lelucon terhadap suatu masalah, escape –
avoidance merupakan mekanisme koping dengan cara menghindari
masalah dan beralih pada hal lain, self control yakni mekanisme koping
dengan cara menyesuaikan diri dengan perasaan sehingga tidak terburu-
buru dalam melakukan tindakan, accepting responsibility atau
menerima tanggung jawab yang diberikan padanya dan positive
reappraisal yaitu mekanisme koping dengan cara memberi makna
positif dari masalah yang dihadapi. Mekanisme koping berorientasi pada
gabungan masalah dan emosi yaitu seeking social support yang
merupakan mekanisme koping dengan cara mencari dukungan sosial
misalnya keluarga, teman, atau lingkungan sekitar.
Stuart & Sundeen (2006) menjabarkan dua mekanisme koping
secara berbeda seperti berikut:
a. Perilaku Berorientasi Tugas (Task Oriented Reaction)
Perilaku Berorientasi Tugas mencakup penggunaan kemampuan
kognitif untuk mengurangi stres, memecahkan masalah, menyelesaikan
konflik, dan memenuhi kebutuhan (Stuart & Sundeen, 2006). Perilaku
berorientasi tugas memberdayakan seseorang untuk secara realistis
menghadapi tuntutan stresor. Tiga tipe umum perilaku berorientasi pada
tugas, yaitu perilaku menyerang (fight) adalah tindakan untuk
13
menyingkirkan atau mengatasi suatu stresor atau untuk memuaskan
kebutuhan, perilaku menarik diri (flight) adalah menarik diri secara fisik
atau emosional dari stresor dan perilaku kompromi (compromise)
adalah mengubah metode yang biasa digunakan, mengganti tujuan, atau
menghilangkan kepuasan terhadap kebutuhan lain atau untuk
menghindari stres.
b. Mekanisme pertahanan ego
Mekanisme pertahanan ego yang pertama kali diuraikan
Sigmund Freud, adalah perilaku tidak sadar yang memberikan
perlindungan psikologis terhadap peristiwa yang mengancam.
Mekanisme ini digunakan oleh setiap orang dan membantu melindungi
terhadap perasaan tidak berdaya dan ansietas. Kadang mekanisme
pertahanan diri dapat menyimpang dan tidak lagi mampu untuk
membantu seseorang dalam mengadaptasi stresor. Ada banyak
mekanisme pertahanan ego di antaranya pertama menyangkal/denial
yaitu penghindaran konflik emosional dengan menolak untuk secara
sadar mengakui segala sesuatu yang mungkin menyebankan nyeri
emosional yang tidak dapat ditoleransi, kedua displacement yakni
pemindahan tingkah laku kepada tingkat laku yang bentuk atau
objeknya lain maupun pemindahan tempat adalah memindahkan emosi,
ide, atau keinginan dari situasi yang menegangkan kepada penggantinya
yang lebih sedikit mengakibatkan ansietas.
14
Mekanisme pertahanan ego ketiga identifikasi, cara pemolaan
perilaku yang dilakukan oleh orang lain dan menerima kualitas,
karakteristik dan tindakan orang tersebut. Selanjutnya yaitu regresi
adalah koping terhadap stresor melalui tindakan dan perilaku yang
berkaitan dengan periode perkembangan sebelumnya. Mekanisme
kelima over compensation yaitu tingkah aku yang gagal mencapai
tujuan dan tidak mengakui tujuan pertama tersebut dengan melupakan
dan melebih-lebihkan tujuan kedua yang biasanya berlawanan dengan
tujuan yang pertama, selanjutnya introspeksi yaitu memasukan dalam
pribadi sifat sifat dari pribadi orang lain. Selain itu ada mekanisme
pertahanan diri berupa rasionalisasi yaitu memberikan penjelasan yang
diterima secara social atau tampaknya masuk akal untuk menyesuaikan
impuls, perasaan, perilaku, dan motif yang tidak dapat diterima.
Mekanisme pertahanan diri ke delapan yakni represi yang
merupakan dorongan tidak sadar dari pikiran yang menyakitkan atau
konflik, atau ingatan dari kesadaran; pertahanan ego yang primer, yang
lebih cenderung memperkuat mekanisme ego lainnya. Mekanisme ke
sembilan adalah fantasi yaitu apabila sesorang menghadapi konflik
frustasi, ia menarik diri dengan berkhayal atau fantasi dan melamun.
Selanjutnya ada sublimasi yaitu penerimaan tujuan pengganti yang
diterima secara sosial karena dorongan yang merupakan saluran normal
ekspresi terhambat. Selain itu suprpression atau suatu proses yang
sering disebut sebagai mekanisme pertahanan diri, tetapi benar-benar
15
merupakan analogi represi; pencetusan kesadaran bertujuan; suatu
ketika dapat mengarah kepada represi yang terakhir yaitu undoing
adalah bertindak atau berkomunikasi yang secara sebagian meniadakan
yang sudah ada sebelumnya; mekanisme pertahanan diri primitif.
2. Konsep Stres
a. Pengertian
Stres adalah segala hal yang dapat mengganggu kondisi homeostasis
atau keseimbangan tubuh (Wilkinson, Treas, Barnett, & Smith, 2015).
Stres adalah kondisi ketika individu mengalami perubahan dari keadaan
seimbang yang disebabkan oleh beragam stresor yaitu stimulus yang
menyebabkan individu mengalami stres (Berman, Shirl , & Frandsen,
2016)
16
b. Etiologi dan Sumber Stres
Hal-hal yang dapat menyebabkan stres disebut dengan stresor di
mana stresor tersebut dapat mengganggu kestabilan tubuh dengan
menginisiasi respon fisik atau emosional (Folkman, 1984 dalam Treas
& Wilkinsons, 2014). Stresor dapat berasal dari dalam individu atau
internal maupun eksternal seperti lingkungan kerja. Perawat
sebagaimana klien juga dapat mengalami stres atau kecemasan, baik
akibat kegiatan perawat yang berkaitan dengan klien maupun
lingkungan kerja perawat (Berman et al., 2016).
Sebagian besar perawat mempunyai mekanisme koping efektif
terhadap kinerjanya yang membutuhkan kemampuan fisik emosional,
akan tetapi ada beberapa situasi perawat hingga menjadi burnout
(Wilkinson et al., 2015). Di antara stresor yang dapat mengakibatkan
burnout menurut Berman et al. (2016) dan Treas & Wilkinsons (2014)
adalah:
1) Berhubungan dengan kepribadian yang sulit (contoh: pasien,
supervisor, dokter)
2) Bekerja dengan shift 12 jam dengan istirahat, makan dan istirahat
yang minim
3) Tidak tetapnya jadwal shift setiap harinya sehingga irama
sirkardian tidak stabil yang dapat menyebabkan penurunan sistem
imun
17
4) Frustasi dengan pasien (contoh pada pasien yang tidak mengikuti
aturan pengobatan terapeutik)
5) Workload: rasio staf dan pasien (satu perawat dengan banyak
klien)
6) Perasaan tidak berdaya pada pasien dengan panyakit yang sulit
sembuh
7) Berhadapan dengan sekarat dan kematian
8) Kurangnya reward (intrinsic maupun ekstrinsik)
9) Kurangnya partisipasi pada pengambilan keputusan
10) Ketidakmampuan untuk mendelegasikan tanggung jawab
11) Kurangnya dukungan dari sejawat maupun supervisor.
c. Gejala Stres
Gejala atau respon tubuh yang muncul terhadap stres dapat berupa
fisik, emosional/psikologis dan kognitif (Treas & Wilkinsons, 2014 dan
(Berman et al., 2016).
1) Gejala fisik
Tanda – tanda yang muncul dari segi antara lain dilatasi
pupil, tegang otot, kaku leher, sakit kepala atau pusing, nail biting,
kulit pucat, lesi kulit seperti eczema, diaphoresis, telapak tangan
berkeringat, mulut kering, mual, perubahan nafsu makan,
meningkatnya kadar gula darah, meningkatnya tekanan darah,
meningkatnya hitung nadi, disritmia jantung, hiperventilasi, nyeri
18
dada, retensi cairan, meningkatnya frekuensi berkemih atau
menururnnya output urin, diare atau konstipasi dan perut kembung.
2) Gejala psikologis
Gejala psikologis yang muncul antara lain cemas, ketakutan,
depresi, marah, merasa tidak berdaya, percaya diri rendah, kurang
motivasi, letargi,
3) Gejala Kognitif
Indikasi kognitif dari stres adalah respon berpikir mencakup
kemampuan memecahkan masalah (problem solving), menyusun
atau merencanakan (structuring,) control diri atau disiplin diri (self
control (discipline)), supresi dan fantasi (daydreaming) Problem
solving mencakup berpikir terhadap situasi mengancam,
menggunakan cara spesifik untuk mendapatkan solusi.
Structuring adalah menyusun atau memanipulasi situasi
mengancam agar tidak terjadi. Sebagai contoh, seorang perawat
menyusun atau mengontrol wawancara dengan klien dengan
menanyakan hal secara langsung menggunakan pertanyaan tertutup
sehingga jawaban klien tidak menyebar ke bagian yang stresful.
4) Tingkatan Stres
Stuart & Sundeen (2006) membedakan stres menjadi tiga
tingkatan yaitu stres tingkat ringan, sedang dan berat. Berikut
penjelasannya:
19
(a) Stres tingkat ringan
Tingkat stres ringan merupakan kejadian pada kehidupan sehari-
hari dan kondisi ini merangsang individu untuk bersikap
waspada dan antisiapsi terhadap kemungkinan yang terjadi.
(b) Stres tingkat sedang
Tingkat stres sedang menyebabkan seseorang fokus pada hal
penting saat ini dan mengesampingkan yang lain sehingga
lapang persepsi menyempit
(c) Stres tingkat berat
Tingkat stres berat menjadikan lapang persepsi seseorang sangat
menurun dan cenderung terfokus pada hal yang bukan sebagai
masalah utama. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi
stres. Individu tersebut terfokus pada hal lain dan perlu
diarahkan.
d. Dampak Stres
Stres dapat berakibat fisik, emosional, sosial, maupun spiritual.
Biasanya dampak timbul bersama dan bercampur karena stres dapat
memengaruhi tubuh seseorang secara keseluruhan. Secara fisik, stres
dapat mengancam mekanisme fisiologis homeostasis, secara emosional
stres menimbulkan perasaan negatif terhadap diri sendiri. Secara
intelektual, stres memengaruhi persepsi dan kemampuan seseorang
dalam menyelesaikan masalah. Secara sosial, stres mengubah hubungan
seseorang dengan yang lainnya. Dan secara spiritual stres menguji
20
kepercayaan dan keyakinan seseorang. (Stuart, 2013 dan Berman et al.,
2016)
3. Pembelajaran Klinik (PBK)
a. Pengertian
Pengalaman belajar klinik (PBK) dan pembelajaran lapangan
(PBL) adalah proses transformasi mahasiswa untuk menjadi seorang
perawat profesional. Tahap ini memberikan kesempatan mahasiswa
untuk beradaptasi dalam lingkungan nyata pelayanan kesehatan
klinik/komunitas (Nursalam, 2011).
Pendidikan klinik atau profesi ners adalah masa penting dalam
tahap pendidikan keperawatan sebagai kesempatan untuk mentransfer
pengetahuan teoritis yang dimiliki untuk diaplikasikan dalam praktik
sebagai perawat profesional yaitu melakukan asuhan keperawatan
(Killam & Heerschap, 2013). Tahap pendidikan profesi/ klinik ini
merupakan komponen vital untuk perkembangan peserta didik selama
belajar (Pollard et al., 2007).
Manfaat experiental learning ini antara lain memberikan
kesempatan bagi peserta didik untuk terlibat langsung dalam praktik
memberikan asuhan keperawatan sekaligus mememperkuat
pengetahuan teoritis. Selain itu, meningkatkan kepercayaan diri peserta
didik dalam praktik dan bekerja menjadi perawat (Courtney-Pratt et al
dalam Killam & Heerschap, 2013).
21
b. Tujuan
Nursalam (2011) menyebutkan tujuan pembelajaran klinik
antara lain melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar,
menerapkan pendekatan proses keperawatan, menampilkan
sikap/tingkah laku profesional dan menerapkan keterampilan
profesional.
c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi
Lawal, Weaver, Bryan, & Lindo (2016) menyebutkan faktor-faktor
yang memengaruhi pengalaman belajar klinik (PBK) adalah persepsi
mahasiswa terhadap profesi keperawatan yang mempunyai tugas
beratperan pembimbing klinik, kemudian support dari staff perawat dan
tenaga kesehatan terkait serta lingkungan rumah sakit.
d. Domain Kompetensi Pembelajaran Klinik
(Scheetz, 2008) mengungkapkan komptensi klinik adalah konsep
yang didefinisikan sebagai demontrasi skill yang merefleksikan
pembelajaran pada tingkat yang lebih tinggi pada efektif, kognitif
maupun psikomotor yaitu kemampuan (1) problem solving atau
pemecahan masalah, (2) aplikasi teori terhadap praktik dan (3)
kemampuan praktik klinik - psichomotor skill performance.
Taksonomi Bloom (1956) pada kognitif domain menunjukkan
model analisis skill intelektual dengan melihat kemampuan pemecahan
masalah dan aplikasi teori pada praktik. Taksonomi Krathwohl, Bloom
and Masia (1972) pada afektif domain, mendeskripsikan emosional
22
dasar pada pembelajaran. Harrow (1972) mengembangkan taksonomi
perilaku pada domain psikomotor yang menyediakan model teoritis
untuk mengembangkan kompetensi klinis pada area praktik
keperawatan. Jika kemampuan pemecahan masalah adalah suatu proses
kognitif, maka pengambilan keputusan dan pertimbangan merupakan
wilayah afektif. Psikomotor adalah skill dalam praktik-praktik kegiatan
perawat (Scheetz, 2008).
e. Hambatan dan Stres Pembelajaran Klinik
Hambatan serta tantangan dalam pembelajaran klinik menurut
Killam (2012) yaitu dari reaksi internal antara lain ketidakmampuan
untuk fokus pada PBK, tekanan berhubungan rasa takut,
ketidakyakinan dalam mengerjakan sesuatu, hubungan interpersonal
yang buruk dengan staf klinis/senior dan reaksi eksternal yaitu adanya
stres dari lingkungan
Sheu et al (1997) dalam Khater, Akhu-zaheya, & Shaban (2014)
menyebutkan sumber stres dan kecemasan terhadap beban selama
pembelajaran klinik adalah:
1) Stres merawat pasien
Pemicu stres yang timbul dari merawat pasien antara lain
kurangnya pengalaman dan kemampuan memberikan asuhan
keperawatan dan membuat keputusan dalam suatu tindakan,
tidak mengetahui cara membantu pasien dengan masalah fisio-
psiko-sosial, tidak mampu untuk mencapai harapan seseorang,
23
tidak mampu untuk memberikan jawaban yang sesuai untuk
pertanyaan yang diberikan oleh dokter, pengajar dan pasien,
khawatir tidak dipercayai atau diterima oleh pasien atau
keluarga pasien, tidak mampu untuk merawat pasien dengan
perawatan yang baik, tidak mengetahui cara berkomunikasi
dengan pasien dan kesulitan dalam perubahan peran dari
seorang siswa dan praktik
2) Stres dari dosen/pembimbing serta staf perawat
Stres yang muncul dari staf perawat serta dosen/pembimbing
biasanya dipicu oleh adanya ketidaksesuaian antara teori dan
praktik, tidak mengetahui cara mendiskusikan keadaan sakitnya
pasien dan pengajar dan anggota perawat lainnya, stres saat
instruksi dari pengajar berbeda dengan harapannya, pengajar
tidak memberikan penilaian yang adil terhadap mahasiswanya,
kurangnya mendapat perhatian dan bimbingan dari pengajar
dan staf kesehatan lainnya kurang empati dan tidak mau
membantu mahasiswa.
3) Stres dari tugas dan beban kerja
Beban kerja tinggi dan tugas bagi mahasiswa profesi juga
menjadi stres, pemicunya antara lain takut mendapat nilai yang
buruk, merasa tertekan dengan lingkungan dengan lingkungan
sekitar dan kualitas praktik klinik yang buruk, syarat-syarat
untuk praktik melewati batas ketahanan fisik dan emosi, praktik
24
klinik yang membosankan bisa mempengaruhi kehidupan
keluarga dan social dan merasa bahwa performa tidak sesuai
dengan harapan pengajar
4) Stres dari sejawat dan kehidupan sehari-hari
Pemicunya antara lain kompetesi dengan rekan sebaya di
kampus dan di tempat praktik klinik, tertekan dengan pengajar
yang menilai kinerja mahasiwa dengan cara membandingkan
dengan mahasiswa lainnya, praktik klinik mempengaruhi
keterlibatann dalam aktifitas ekstrakulikluer dan tidak dapat
nyaman dengan teman-teman yang lain dalam suatu kelompok
5) Stres karena kurangnya pengetahuan dan skill
Pemicunya antara lain asing dengan sejarah dan istilah-
istilah medis, saya merasa asing dengan kemampuan merawat
secara profesional, saya merasa asing dengan diagnosa pasien
dan cara menanganinya, stres dari lingkungan seperti
lingkungan rumah sakit tempat praktik yang dapat memicu
stres, fasilitas atau alat yang tidak familiar dan perubahan yang
cepat pada kondisi pasien.
25
f. Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Persatuan perawat nasional indonesia (PPNI) mengungkapkan
bahwa dalam UU no. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional,
pendidikan keperawatan profesional di indonesia terdiri atas pendidikan
akademik dan pendidikan profesi ners. Jenjang pendidikan profesi ners
adalah jenjang yang harus ditempuh seorang mahasiswa keperawatan jika
ingin mendapat lisensi menjadi seorang perawat. Jika ada seseorang yang
menempuh pendidikan keperawatan namun hanya melalui tahap akademik
saja dan tidak melalui tahap profesi, maka ia tidak masuk kategori untuk
mendapatkan lisensi perawat profesional. Peserta didik yang telah lulus
jenjang program profesi ners akan mendapatkan gelar ners (nurse) yang
disingkat ns (prananingrum, 2015).
Prananingrum (2015) menjelaskan bahwa UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta memaparkan kompetensi yang ingin diasah kepada peserta didiknya
dalam jenjang program profesi, sebagaimana berikut:
1. Mampu berkomunikasi efektif
2. Mampu menerapkan aspek etik dan legal dalam praktik keperawatan
3. Mampu melaksanakan asuhan keperawatan profesional di klinik dan
komunitas
4. Mampu mengaplikasikan kepemimpinan dan manajemen keperawatan
5. Mampu menjalin menjalin hubunan interpersonal
6. Mampu melakukan penelitian di bidang kesehatan, khususnya
keperawatan
26
7. Mampu mampu mengembangkan profesionalisme secara terus menerus
atau belajar sepanjang hayat.
g. Pendidikan Keperawatan sebagai Pendidikan Keprofesian
Lokakarya nasional keperawatan tahun 1983 telah menghasilkan
kesepakatan nasional yang secara konseptual mengakui keperawatan di
Indonesia sebagai profesi, mencakup pengertian, pelayanan keperawatan
sebagai profesional, dan pendidikan keperawatan sebagai pendidikan
profesi. Hasil lokakarya tersebut menghasilkan orientasi pendidikan tinggi
keperawatan adalah masyarakat serta ilmu pengetahuan dan teknologi
(IPTEK), dengan orientasi tersebut setiap institusi pendidikan keperawatan
diharapkan mampu mengikuti perkembangan yang terjadi di masyarakat,
baik perkembangan yang berhubungan dengan masalah kesehatan dan
keperawatan, tuntutan dan kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan
kesehatan dan keperawatan, maupun perkembangan khusus hal-hal khusus
di masyarakat yang dapat dimanfaatkan dalam pengembangan belajar bagi
peserta didik (Nursalam, 2011).
Berikut adalah kerangka konsep pendidikan keperwatan yang
disusun untuk menjadi landasan kurikulum pendidikan tinggi keperawatan,
mengingat hakikatnya sebagai pendidikan profesi (Nursalam, 2011):
1) Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi keperawatan
Seiring kemajuan zaman dan iptek, pelayanan/ asuhan keperawatan
juga dituntut untuk demikian sehingga peserta didik harus menguasai
kemampuan bahasa tubuh yang diperlukan oleh seorang perawat
27
profesional, dan menguasai berbagai metode serta teknik keperawatan
yang diperlukan untuk melaksanakan asuhan keperawatan.
2) Penyelesaian masalah secara ilmiah
Selama rangkaian proses belajar pendidikan tinggi keperawatan
dilalui oleh mahasiswa, di sana mereka diajarkan problem solving secara
ilmiah, termasuk penalaran ilmiah, ditumbuhkan dan dibina secara
bertahap dan berintegrasi sepenuhnya. latihan tersebut antara lain
pembinaan keputusan klinik dan pencapaian kemampuan peserta didik
untuk melakukan proses keperawatan secara komprehensif
3) Sikap dan tingkah laku profesional
Pembinaan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak profesional
merupakan suatu proses panjang berlanjut, yang dilaksanakan dalam
suatu lingkungan yang sarat dengan model peran
4) Belajar aktif dan mandiri
Proses belajar ditekankan kepada student oriented atau belajar
berorientasi pada mahasiswa sehingga mendorong mahasiswa lebih
aktif dan mandiri sehingga dapat bertanggung jawab atas apa yang harus
mereka pelajari dan kuasai
5) Pendidikan di masyarakat
Melalui pengalaman belajar di masyarakat, dapat menumbuhkan
profesionalitas mahasiswa serta melatih sikap dan keterampilan
mereka. masyarakat merupakan tempat proses sosialisasi atau adaptasi
profesional untuk membina kepekaan. pengalaman belajar di
28
masyarakat ada dalam dua bentuk yaitu pengalaman belajar klinik
(PBK) dan pengalaman belajar lapangan (PBL). dari situ, mahasiswa
dilatih untuk mengasah kemampuan mereka dalam pengambilan
keputusan klinik.
B. Penelitian Terkait
1. Penelitian oleh Anelia (2012) berjudul Hubungan Tingkat Stres dengan
Mekanisme Koping pada Mahasiswa Reguler Program Profesi Ners FIK UI
Tahun Akademik 2011/ 2012. Metode yang digunakan adalah penelitian
kuantitatif deskriptif korelatif. Pengambilan sampel menggunakan total
sampling berjumlah 86 orang. Hasil penelitian menyatakan terdapat
hubungan antara tingkat stres dengan mekanisme koping, dengan tingkat
stres rentang skor 25,57 – 27, 55 dengan nilai minimal 16 dan maksimal 42
sehingga mayoritas mahasiswa mengalami stres sedang. Mekanisme koping
rata-rata adalah 59,13 dengan nilai minimal 48 dan nilai maksimal 72
sehingga mayoritas mahasiswa mengalami mekanisme koping konstruktif.
2. Penelitian oleh Salsabila (2013) berjudul Pengalaman Stres Praktik Klinik
dan Tingkat Stres pada Mahasiswa Keperawatan Tahun Pertama Dan Tahun
Kedua Praktik Klinik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Metode yang digunakan adalah penelitian kuantitatif deskriptif komparasi
dengan metode cross sectional. Pengambilan data kuantitatif diadopsi dari
Perceived Stres Scale (PSS) sebanyak 29 pertanyaan. Sampel seluruh
mahasiswa angkatan 2012 dan 2013. Hasilnya 100% responden dari
angkatan 2012 dan 91,7% dari angkatan 2013 berada pada tingkat stres
29
sedang selama praktik klinik, dan 8,3% responden dari angkatan 2013
berada pada tingkat stres berat. Penelitian ini sebagai acuan dari penelitian
sekarang karena penelitian ini melanjutkan tentang eksplorasi lebih dalam
dari mekanisme koping mahasiswa dari stres.
3. Penelitian yang dilakukan oleh Killam, Laura A. dan Heerschap, Corey,
dengan judul Challenges To Student Learning In The Clinical Setting: A
Qualitative Descriptive Study tahun 2013 mereka meneliti tentang
tantangan mahasiswa selama belajar klinik. Sampel terdiri atas 11 partisipan
dari mahasiwa Universitas yang ada di Ontario. Metode yang digunakan
adalah kualitatif deskirptif. penelitian ini menghasilkan beberapa tantangan
yang dialami mahasiswa klinik antara lain: (a) reaksi internal terhadap
external limitation, (b) hambatan yang dialami selama belajar klinik, (c)
tidak efektifnya pengelolaan program.
4. Penelitian yang dilakukan oleh Lawal, Juliana., dkk, dengan judul Factors
That Influence The Clinical Learning Experience Of Nursing Students At A
Caribbean School of Nursing tahun 2016 mereka meneliti tentang faktor-faktor
yang memngaruhi mahasiswa selama belajar klinik. Sampel terdiri atas 149
respondenpan. Metode yang digunakan adalah deskirptif cross-sectional. Alat
ukut yang digunakan adalah kuisioner dengan 30 pertanyaan. Penelitian ini
menguraikan faktor-faktor yang memngaruhi mahasiswa klinik adalah: (a)
persepsi mahasiswa terhadap profesi keperawatan yang mempunyai tugas
berat, (b) peran pembimbing klinik (c) dukungan dari staf perawat dan
30
tenaga kesehatan terkait dan (d) lingkungan rumah sakit atau pelayanan
kesehatan tempat belajar.
5. Penelitian oleh Elfi Syahreni, Fajar Tri Waluyanti tahun 2007 dengan judul
Pengalaman Mahasiswas Keperawatan Program Reguler Dalam
Pembelajaran Klinik Penelitian fenomenologi ini bertujuan menggali
pengalaman belajar mahasiswa program reguler di klinik. Sampel diambil
secara purposive sebanyak 5 mahasiswa program reguler yang sedang tahap
klinik (profesi). Data dikumpulkan melalui unstructured interview. Data
tersebut dianalisis dengan menggunakan metoda analisis data “Collaizzi’s
phenomenology methods”. Hasilnya, terdapat tujuh tema yang muncul
meliputi integrasi teori ke praktik, berupaya untuk tampil baik sebagai
mahasiswa, berupaya untuk tampil sebagai perawat yang baik, keinginan
untuk tidak membahayakan klien, keinginan untuk membantu klien,
penyebab stres, serta pembelajaran ketrampilan psikomotor.
31
C. Kerangka Teori
Stresor
Pembelajaran
klinik
Stres
Mekanisme koping
Koping
fokus emosi Koping fokus
masalah
- Distancing
- Escape – Avoidance
- Self Control
- Accepting responibility
- Positive Reappraisal
- Planful problem
solving
- Confrontative coping
- S king social support
Bagan 2.1 Kerangka Teori
Di modifikasi dari Folkman and Lazarus (1985) dalam
(Martz & Livneh, 2007); (Killam & Heerschap, 2012)
32
BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI ISTILAH
A. Kerangka Konsep
Pengalaman belajar klinik (PBK) dan belajar lapangan (PBL) adalah
proses transformasi mahasiswa untuk menjadi seorang perawat profesional.
tahap ini mememberikan kesempatan mahasiswa untuk beradaptasi dalam
lingkungan nyata pelayanan kesehatan klinik/komunitas (Nursalam, 2011).
Pendidikan klinik atau profesi ners adalah masa penting dalam tahap pendidikan
keperawatan sebagai kesempatan untuk mentransfer pengetahuan teoritis yang
dimiliki untuk diaplikasikan dalam praktik sebagai perawat profesional yaitu
melakukan asuhan keperawatan (Killam & Heerschap, 2013). Tahap
pendidikan profesi/ klinik ini merupakan komponen vital untuk perkembangan
peserta didik selama belajar (Pollard et al., 2007).
Ada beberapa hal yang dapat menjadi hambatan belajar dalam PBK
antara lain hubungan interpersonal yang buruk dengan staf klinis/senior. Selain
itu, adanya gap antara teori dan praktik juga mengakibatkan hal yang sama
(Killam & Heerschap, 2013). Penelitian oleh Salsabila (2013) pada 81
responden menyatakan 100% mahasiswa tahun kedua dan 91,7% dari
mahasiswa tahun pertama praktik klinik berada pada tingkat stres sedang
selama praktik klinik, dan 8,3% mahasiswa tahun pertama praktik klinik berada
pada tingkat stres berat. Padahal cemas dan stres juga termasuk aspek yang
dapat menjadi hambatan proses PBK (Killam & Heerschap, 2013).
33
Respon terhadap stres dikenal dengan mekanisme koping. setiap
individu memiliki mekanisme koping yang berbeda-beda tergantung pada
tingkat stres dan kondisi yang dia alami. Apabila mekanisme koping ini
berhasil, maka individu dapat beradaptasi dan tidak menimbulkan gangguan
kesehatan, tetapi bila mekanisme koping gagal maka individu tersebut gagal
beradaptasi dan akan timbul gangguan kesehatan baik berupa fisik, psikologis
maupun perilaku (Keliath, 2010). Apabila respon gagal ini terjadi pada
mahasiswa yang sedang dalam pembelajaran klinik baik di dalam pelayanan
kesehatan seperti rumah sakit maupun komunitas, maka hal ini dapat
memngaruhi prestasi dan kualitas kinerja yang dilakukan (Killam & Heerschap,
2012)
B. Defnisi Istilah
1. Sumber stres atau stresor adalah semua hal yang dapat menyebabkan
individu mengalami stres
2. Mekanisme koping adalah mekanisme adaptasi yang berfungsi membantu
manusia untuk mengahadapi suatu keadaan ketika lingkungan tidak lagi
dapat diatasi menggunakan mekanisme tubuh secara habitual way atau
mekanisme seperti biasa.
3. Mahasiswa adalah sebutan bagi orang yang sedang menempuh pendidikan
tinggi di sebuah perguruan tinggi yang terdiri atas sekolah tinggi, akademi,
dan yang paling umum adalah universitas.
4. Pembelajaran klinik adalah tahap pendidikan keperawatan yang
mememberikan kesempatan mahasiswa untuk beradaptasi dan terjun
34
langsung bagaimana melakukan asuhan keperawatan dalam lingkungan
nyata pelayanan kesehatan klinik/komunitas
35
BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif deskriptif dengan
menggunakan pendekatan fenomenologi. Penelitian kualitatif merupakan
pendekatan atau penelusuran untuk mengeksplorasi dan memahami suatu gejala
sentral di mana untuk mengetahui sejala sentral tersebut peneliti mewawancarai
peserta penelitian atau partisipan dengan mengajukan pertanyaan yang umum
dan agak luas (Creswell, 2008). Fenomenologi menurut Husserl (1859-1938)
adalah memberikan deskripsi, refleksi, interpretasi, dan modus riset yang
menyampaikan intisari dari pengalaman kehidupan individu yang diteliti
(Afiyanti, Yati & Rachmawati, 2014). Metode kualitatif berupa fenomenologi
digunakan karena peneliti ingin menggali lebih dalam dan komprehensif
tentang mekanisme koping mahasiswa Keperawatan Universitas Islam Negeri
Syarif Hidayatullah Jakarta selama pembelajaran klinik.
B. Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Mei tahun 2017 di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Fakultas tersebut dijadikan lokasi penelitian karena dari hasil studi pendahuluan
pada program profesi Ners PSIK Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Jakarta tersebut terdapat masalah-masalah yang memicu stres yang oleh
mahasiswa praktik PBK.
36
C. Partisipan Penelitian
Sebelum dilakukan wawancara mendalam dilakukan skrining kepada
mahasiswa profesi ners dengan menyebar kuesioner PSS (Perceive Stres Scale)
dengan jumlah partisipan yang mengisi sebanyak 35 orang. Hasilnya terdapat 2
partisipan dengan tingkat stres ringan, 30 partisipan dengan tingkat stres sedang
dan 3 partisipan dengan tingkat stres berat. Penelitian ini ingin melihat sumber
stres dan mekanisme koping yang berbeda dari setiap partisipan dari masing-
masing tingkat stres sehingga partisipan dengan tingkat stres ringan dan berat
kesemuanya menjadi partisipan (dua orang stres ringan dan tiga orang stres
berat), sedangkan partisipan dengan tingkat stres sedang dipilih oleh peneliti
menggunakan teknik sampling convenience dan didapatkan 6 orang sehingga
total partisipan adalah 11 orang. Partisipan pada penelitian ini berjumlah sebelas
orang karena dianggap telah tersaturasi. Teknik sampling yang digunakan
menggunakan convenience sampling. Partisipan penelitian ini adalah
mahasiswa program profesi Ners PSIK Fakultas Kedokteran dan Ilmu
Kesehatan UIN Jakarta.
D. Instrumen Penelitian
Instrument dalam penelitian ini yaitu peneliti sendiri dengan melakukan
wawancara mendalam (in-depth interview) dengan jenis wawancara semi
berstruktur berdasarkan pedoman wawancara mendalam, media perekam dan
catatan lapangan. Pedoman wawancara yang sudah dibuat, terlebih dahulu diuji
pada partisipan lain yang sesuai dengan kriteria inklusi dengan tujuan untuk
37
mengetahui apakah pedoman wawancara yang sudah dibuat layak digunakan
sebagai acuan untuk menggali informasi sesuai dengan kasus yang diteliti.
E. Teknik Pengumpulan Data
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan April-Mei 2017.
Pengumpulan data dilakukan melalui teknik wawancara mendalam dengan
jenis wawancara semi berstruktur berdasarkan pedoman wawancara yang
telah disiapkan sebelumnya.
2. Proses Pengumpulan Data
a. Tahap Persiapan Pengumpulan Data
1) Sebelum melakukan penelitian, terlebih dahulu peneliti menyebar
kuisioner Perceive Stres Scale (PSS) kepada partisipan
2) Peneliti mendata partisipan sesuai kriteria
3) Merancang pedoman wawancara yang akan ditanyakan kepada
partisipan
4) Peneliti menghubungi partisipan dan melakukan informed consent
b. Tahap Pelaksanaan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh peneliti selaku instrument
penelitian. Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan
dengan wawancara mendalam (indepth interview) untuk mendapatkan
informasi yang dibutuhkan dari partisipan menggunakan pedoman
wawancara (interview guide). Wawancara adalah teknik pengumpulan
data dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang yang menjadi
38
informan dengan bercakap-cakap secara tatap muka (Afifuddin &
Saebani, 2012).
Wawancara mendalam dilakukan oleh peneliti selaku instrumen
penelitian. Peneliti memilih wawancara mendalam karena untuk
memperoleh data yang lebih dalam tentang mekanisme koping dan juga
menjadikan partisipan lebih mudah fleksibel menjawab pertanyaan
tanpa ada intervensi dari orang lain. Peneliti memakai tipe wawancara
semi berstruktur. Wawancara semi berstruktur sering digunakan untuk
studi berfokus pada life-world yang berupaya memahami berbagai
tema kehidupan sehari-hari dari perspektif masing-masing individu
(Afiyanti, Yati & Rachmawati, 2014).
Waktu yang digunakan untuk wawancara medalam dapat
dilakukan dalam rentang 30 menit hingga 1 jam (Holloway & Wh ler,
2010) dan sebelumnya peneliti melakukan kontrak waktu terdauhlu
agar tidak mengganggu aktifitas partisipan.
3. Tahap Penutupan
Pada tahap ini, peneliti menentukan kode setiap partisipan.
Selanjutnya peneliti membuat kontrak dengan partispan bahwa peneliti
akan datang kembali untuk validasi data serta apabila ada data yang belum
diperoleh atau mengulang data apabila ada data yang hilang. Setelah
mendapatkan kesediaan dari partisipan, peneliti melakukan terminasi
dengan memberikan apresiasi kepada partisipan atas kerjasama dan
kesediaanya dalam penelitian.
39
F. Keabsahan Data
Keabsahan data adalah cara untuk menilai kualitas data atau hasil temuan
suatu penelitian kualitatif atau disebut juga dengan istilah keterpercayaan,
keaslian dan kebenaran terhadap informasi, data atau temuan dari hasil
penelitian yang telah dilakukan (Afiyanti, Yati & Rachmawati, 2014). Ada tiga
teknik yang dapat dilakukan untuk mencapai keabsahan data yaitu uji
kredibilitas, transferabilitas, auditabilitas (dependebilitas) dan konfirmabilitas.
a. Uji Kredibilitas
Uji kredibilitas, yaitu uji kepercayaan terhadap data hasil penelitian
kualitatif (Lapau, 2013). Suatu hasil penelitian dikatakan memiliki
kredibilitas yang tinggi atau baik ketika hasil-hasil temuan pada penelitian
tersebut dapat dikenali dengan baik oleh para partisipannya dalam konteks
sosial mereka (Afiyanti, Yati & Rachmawati, 2014).
Uji kredibilitas menurut Lapau (2013), penelitian kualitatatif antara
lain dengan melakukan cara:
1) Perpanjangan pengamatan
Peneliti kembali melakukan pengamatan di lapangan/ lokasi penelitian.
Hal ini dilakukan agar hubungan antara peneliti dengan narasumber
semakin akrab sehingga tidak lagi ada informasi yang disembunyikan
(Lapau, 2013)
40
2) Peningkatan ketekunan dalam penelitian
Peneliti melakukan pengecekan kembali apakah data yang telah
ditemukan salah atau benar, dalam rangka menjaga keakuratan dan
keabsahan data.
3) Triangulasi
Lapau (2013) menyatakan triangulasi adalah pengecekan data dari
berbagai sumber dengan berbagai cara dan waktu
(a) Triangulasi sumber
(b) Triangulasi teknik pengumpulan data
4) Analisa kasus negatif
Metode ini dilakukan dengan menemukan data yang bertentangan
dengan data yang telah ditemukan sebelumnya. Apabila data yang
bertentangan sangat kurang, artinya data yang ditemukan dapat
dipercaya Afiyanti, Yati & Rachmawati (2014)
5) Member check
Merupakan proses pengecekan data yang diperoleh peneltii kepada
pemberi data. Tujuannya untuk mengetahui sejauh mana data yang
diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan pemberi data (Lapau, 2013)
6) Peer Debriefing
Membicarakan masalah penelitian dengan orang lain, tanya jawab
teman sejawat atau orang yang ahli dalam bidang kualitatif
(Endarswara, 2006).
41
Uji kredibilitas pada penelitian ini menggunakan metode member
check, peer debriefing dan peningkatan ketekunan dalam penelitian. Setelah
peneliti mengumpulkan data, peneliti membuat transkrip data, kemudian
transkrip data yang sudah selesai tersebut dibicarakan dan didiskusikan ke
pembimbing (peer debriefing) tentang hal-hal yang dialami partisipan.
peneliti juga memanfaatkan hasil catatan lapangan yang dibuat ketika
wawancara berlangsung. Setelah data semua selesai, peneliti melakukan
pengecekan data kembali dengan member check, apakah data yang
diperoleh seudah sesuai dengan pemberi data.
b. Transferabilitas atau keteralihan data (Applicability, Fittningness)
Keteralihan data adalah sejauh mana hasil penelitian dapat
diterapkan atau digunakan dalam situasi lain yaitu situasi yang memiliki
karakter yang hamper sama dengan obyek penelitian sebelumnya. Agar
orang lain dapat memahami hasil penelitian sekaligus dapat
menerapkannya, maka peneliti harus membuat laporan secara rinci, jelas,
sistematis dan dapat dipercaya (Lapau, 2013). Berdasarkan penjelasan
tersebut, maka peneliti berusaha menyajikan hasil penelitian secara rinci,
jelas, sistematis dan dapat dipercaya agar pembaca dapat memahami secara
mudah dan jelas.
c. Dependabily Test dan Confirmability Test
Tes dependabilitas dilakukan dengan memeriksa seluruh proses
penelitian yang dilakukan oleh auditor yang independen (Lapau, 2013).
42
Dalam penelitian ini, peneliti melakukan kegiatan pemeriksaan dengan
pembimbing penelitian.
Tes konfirmabiltas hampir sama dengan tes dependabilitas atau
disebut dengan uji obyektifitas penelitian. Peneliti menguji hasil proses
penelitian. Apabila hasil penelitian merupakan fungsi dari proses penelitian
dan disepakati banyak orang, maka peneltian tersebut telah memenuhi
standar konfirmabilitas atau disebut obyektif. Oleh karena itu dua pengujian
ini seringkali dilakukan bersama (lapau, 2013). Dalam penelitian ini,
peneliti menyerahkan dokumen temuan data dalam bentuk transkrip kepada
beberapa partisipan (member check) sebagai upaya memastikan obyektifitas
data yang diperoleh.
G. Teknik Analisis Data
Analisis data pada penelitian ini menggunakan metode Analisis
Colaizzi. Berikut langkah-langkah analsisi data berdasarkan Colaizzi (1978)
dalam (Creswell, 2008):
a. Tahap awal, peneliti menggambarkan fenomena milik subjek penelitian
dengan cara mentranskrip rekaman hasil wawancara mendalam ke dalam
bentuk tulisan
b. Tahap Horizontalization: dari hasil transkripsi, peneliti menconvert
pernyataan-pernyataan penting yang sesuai topik yang diteliti. pada tahap
ini, peneliti harus menunda bracketing, artinya unsur subjektifitas peneliti
43
c. Cluster of Meaning. Mengklasifikasikan pernyataan-pernyataan tersebut
ke dalam tema-tema atau unit-unit makna. Serta menghapus pernyataan
yang tumpang tindih atau berulang. Pada tahap ini dilaukan:
1) Deskripsi tekstural: peneliti menuliskan deskripsi apa yang dialami
partisipan
2) Deskripsi structural: peneliti mencari makna yang mungkin
berdasarkan refleksi diri peneliti sendiri, berupa opini, penilaian,
perasaan harapan subjek penelitian tentang fenomena yang dialaminya.
d. Menggabungkan makna yang dirumuskan dalam kelomok tema
e. Tahap deskripsi esensi: peneliti membangun deskripsi menyeluruh
mengenai makna dan esesnsi pengalaman para subjek
f. Peneliti melaporkan hasil penelitian. Laporan ini memberikan pemahaman
yang lebih baik kepada pemabaca mengenai bagaimana seseorang
mengalami fenomena.
H. Etika Penelitian
Etika penelitian ilmiah menurut Loiselle, C. G., Profetto-McGrath, J.,
Polit, D. F., (2007) dan Swarjana (2012) antara lain respect for human dignity,
respect for privacy and confidentiality, respect for justice and inclusiveness
dan balancing harms and benefits. Adapun penerapan dalam penelitian ini
dijabarkan sebagai berikut:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia (respect for human dignity),
a. Hak untuk ikut atau tidak menjadi responden
44
Partisipan diperlakukan secara menusiawi. Subyek mempunyai hak
untuk memutuskan apakah mereka bersedia menjadi partisipan
ataupun tidak, tanpa adanya sanksi apapun.
b. Hak untuk mendapat jaminan dari perlakuan yang diberikan
seorang peneliti harus memberikan penjelasan secara rinci serta
bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada subjek.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subyek penelitian (respect for
privacy and confidentiality)
Subyek berhak meminta data yang diberikan harus dirahasiakan, untuk itu
perlu adanya tanpa nama (anonymity) dan rahasisa (confidentially)
3. Keadilan dan inklusivitas (respect for justice and inclusiveness)
Subjek berhak diperlakukan secara adil baik sebelum, selama atau sesudah
partisipasinya dalam penelitian tanpa adanya diskriminasi
4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing
harms and benefits)
a. Bebas dari penderitaan
Researchselama penelitian berlangsung, berbagai situasi mungkin
terjadi, seperti kerugian yang variatif seperti trauma fisik (fatigue,
injury), psikologis (stres, ketakutan) sosial maupun ekonomi, peneliti
harus meminimalisasi segala bentuk kerugian dan ketidaknyamanan,
serta selalu berusaha menyeimbangkan sebisa mungkin
45
b. Bebas dari eksploitasi
Ketika melibatkan partisipan dalam penelitian, seharusnya peneliti
tidak boleh menempatkan partisipan pada kondisi yang tidak
menguntungkan atau terekspose dalam situasi yang tidak
dipersiapkan sebelumnya.
c. Manfaat dari penelitian
Banyak orang berpartisipasi dalam penelitian karena asalan tertentu.
Mereka mungkin mempersepsikan terdapat beberapa keuntungan
personal. Peneliti seharusnya berusaha memaksimalkan manfaat dan
mengkomunikasikan manfaat potensial kepada partisipan
46
BAB V
HASIL PENELITIAN
A. Gambaran Umum Wilayah Penelitian
Program Studi Ilmu Keperawatan (PSIK) adalah salah satu empat
program studi yang berada di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan (FKIK)
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Program studi yang
lainnya yaitu program studi pendidikan dokter, program studi farmasi dan
program studi kesehatan masyarakat. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
ini terletak di Jalan Kertamukti No. 5, Pisangan, Ciputat, Kota Tangerang
Selatan, Banten. Jumlah mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan terdapat
jumlah mahasiswa berjumlah 328 dengan komposisi jenjang akademik 293
mahasiswa dan jenjang profesi ners berjumlah 35 mahasiswa.
B. Hasil Penelitian
1. Karakteristik Partisipan
Partisipan dalam penelitian ini adalah mahasiswa profesi ners
rogram Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Negeri Syarif
Hidayatullah Jakarta yang memiliki pengalaman stres dari tingkatan rendah,
sedang dan berat dengan karakteristik partisipan yaitu
Table 5.1 Karakteristik mahasiswa profesi ners
Partisipan usia Jenis
Kelamin
Pendidikan
sebelum
perguruan
tinggi
Tinggal
bersama
Sumber
materi
Tingkat
Stres
47
P1 22 P MA Kos dengan
teman
Orang tua Ringan
P2 20 P SMA,
Pesantren
Kos dengan
teman
Beasiswa,
Orang tua
Ringan
P3 22 P MAN Kos dengan
teman
Beasiswa,
Orang tua
Sedang
P4 21 P MA, pesantren Kos dengan
teman
Beasiswa,
Orang tua
Sedang
P5 23 P MA, pesantren Kos dengan
teman
Orang tua Sedang
P6 23 P MA, pesantren Kos dengan
teman
Beasiswa,
orang tua
Sedang
P7 22 P SMA keluarga Orang tua Sedang
P8 21 P Pesantren Kos dengan
teman
Beasiswa,
orang tua
Sedang
P9 22 P MAN Kos dengan
teman
Orang tua Berat
P10 21 P MAN Kerabat Orang tua Berat
P11 24 L keluarga Orang tua
dan diri
sendiri
Berat
2. Analisa Tematik
Dari hasil analisa tematik partisipam didapatkan dua tema
mencakup: (1) sumber stres mahasiswa profesi ners (2) mekanisme koping
yang membangun motivasi mahasiswa profesi ners terhadap stres. Berikut
penjelasan secara detail dari tema-tema tersebut.
Tema 1. Sumber Stres Mahasiswa Profesi Ners
Sepanjang pembelajaran jenjang profesi ners, masing-masing
mahasiswa mengalami stres yang disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya: (1) stres dari pengajar dan staf keperawatan serta tenaga
48
kesehatan lain (2) stres dalam merawat pasien dan atau keluarga (3)
deadline tugas dan beban kerja (4) hubungan dengan rekan sejawat (5) stres
karena kurang pengetahuan dan skill (6) stres dari lingkungan (7) stres
karena ujian (8) menghabiskan biaya tinggi (9) jadwal dinas. Berikut uraian
masing-masing:
a. Stres dari pengajar dan staf keperawatan
Sumber stres pertama belajar profesi adalah perawat senior
menyuruh terlalu banyak melakukan tindakan. Tiga partisipan
menyatakan bahwa terkadang perawat senior menyuruh terlalu banyak
melakukan tindakan. Berikut pernyataan partisipan:
“…selama profesi itu misalkan ehh kakaknya di ruangan nyuruh ini
nyuruh itu, intinya banyak tindakan gitu di ruangan” (P7)
Pemicu stres selanjutnya adalah adanya senior perawat yang
terkadang kurang ramah kepada mahasiswa. Hal ini dinyatakan oleh
empat dari sebelas partisipan. Berikut pernyataan partisipan:
“..,semisal kakanya ya kaya gitu entah itu memintanya atau nyuruh
kita dengan wajah yang kurang bersahabat, kayak gitu-gitu,…”
(P1)
Adanya pengajar lapangan yang biasa disebut dengan CI (Clinical
Instructor) yang kurang membimbing akan tetapi menuntut mahasiswa
serba bisa juga dapat menimbulkan stres seperti yang diungkapkan
empat partisipan seperti berikut:
“…kadang CI juga memicu stres kalau CI nya agak-agak galak di
lantai 4 selatan, jugaa kadang stres karena ibunya pengennya gini
ibunya pengennya gitu maksudnya ibunya nuntut gitu loh,..” (P5)
49
Adanya kesenjangan antara teori dan praktik juga menjadi pemicu
stres mahasiswa seperti pernyataan seorang partisipan:
“……Selama profesi itu yang dialami mungkin pertama
ketidaksesuaian antara teori dan praktik,” (P8)
Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa pemicu stres dari staf
pengajar serta staf keperawatan adalah adanya senior yang terlalu
banyak menyuruh melakukan tindakan, senior perawat yang terkadang
kurang ramah dan adanya pengajar lapangan yang kurang membimbing
akan tetapi menunut mahasiswa serba bisa.
b. Stres dalam merawat pasien
Pasien adalah salah satu sumber stres saat belajar profesi yaitu
pasien yang berjumlah banyak dan cenderung sering komplain atau
menuntut dirawat sebaik mungkin. Berikut pernyataan dua partisipan
berkaitan dengan hal ini:
“…pengalaman yang kemaren waktu klinik itu emang banyak
banget pasien tuh apa komplain terus kan, Yaa gimana orang
perawatnya cuma segitu,…..” (P2)
“…kalau dari tugas, dari pasien kalau pasiennya yang apa
namanya banyak nuntut terus pasien yang apa namanya tuh mau
perfect terus mau buru-buru itu kan bikin stres tuh,” (P9)
Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa pemicu stres dari
merawat pasien yaitu banyaknya jumlah pasien dan tuntutan dari pasien
yang sering komplain.
c. Deadline tugas dan beban kerja
Hampir semua partisipan yakni sembilan dari sebelas partisipan
sepakat bahwa deadline tugas merupakan satu hal yang menjadi momok
50
saat belajar profesi. Selain itu, tiga dari partisipan menyatakan beban
profesi salah satunya banyaknya tindakan yang harus dilakukan di
ruangan, seperti yang mereka nyatakan:
“…stres itu masalah tugas tadi ya tugasnya kebanyakan, terus kalo
di ruangan, kalo lagi banyak tindakan selama profesi,….” (P7)
“..terus biasanya stres juga kalau kaya ngerjain laporan. Emm
banyak soalnya kan laporannya harus tiap hari,” (P4)
d. Hubungan dengan rekan sejawat
Rekan sejawat adalah mereka yang setiap hari bersama dan saling
bekerja sama dalam bekerja, hubungan dengan sejawat yang kurang
baik dapat menyebabkan stres tersendiri bagi mahasiswa. Dua partisipan
menyebutkan teman yang tidak bisa diajak kerja sama juga
menyebabkan stres, seperti yang ingin menonjolkan diri sendiri. Hal ini
dinyatakan partisipan seperti berikut:
“……temen se shift nah itu juga bisa jadi stresornya karena
mungkin ada yang ngga klop sama kitaya. Ada yang suka
menonjolkan diri kaya istilahnya sombong gitu “ (P8)
“……,kalo sama temen apa ya ya itu ga mau denger lah masukan
orang lain dari diri kita,” (P6)
e. Stres karena kurang pengetahuan dan skill
Belajar profesi adalah masa untuk mempraktikkan teori yang
diperoleh dari jenjang pendidikan akademik untuk dipraktikan di
jenjang profesi sehingga kurangnya pengetahuan dan skill dapat menjadi
salah satu beban mahasiswa. Dua partisipan menyatakan kurang
menguasai pengetahuan dasar maupun kurang menguasai pasien
kelolaan dapat menjadi stres, seperti dalam pernyataannya:
51
“…..Sebenernya sih ini yah, awalnya emang dari saya karena
emang kurang belajar gitu kan seperti itu, itu yang bikin saya stres
sendiri,….” (P2)
“…misalnya kita itu ngerasa kurang apa ya kurang megang
kurang menguasai pasien yang kita kelola itu gimana-gimana
mungkin kita stres,” (P3)
f. Stres dari Lingkungan
Sejumlah Empat partisipan menyebutkan perpindahan dari stase
ke stase lainnya yang mengharuskan mahasiswa untuk senantiasa
beradaptasi dengan lingkungan baru menjadi stres tersendiri, berikut
pernyataan partisipan:
“……faktor lingkungan kadang-kadang juga kalau di lingkungan
baru kadang merasa aneh, nah ini mungkin karena tiap stase itu
terlalu singkat,….” (P1)
“….kayak misalkan dari pas kita harus adaptasi lagi ke ruangan
baru,….” (P4)
g. Stres karena ujian
Partisipan menyatakan faktor ujian yang dapat menyebabkan stres
adalah karena ada dosen yang menuntut mahasiswa menguasai
keselurahan, rasa takut untuk tidak bisa menjawab pertanyaan,
kurangnya persiapan sebelum ujian, dan rasa takut dilihat dosen saat
melakukan tindakan karena menyebabkan fokus buyar, seperti
pernyataan partisipan:
“……takut diliatin dosen, ketika nggak ada dosen atau nggak ada
CI itu ambil darah ya lancar tapi pas waktu diliatin dosen tu pasti
ada aja kendalanya,” (P1)
“,….sama responi dosen itu juga bikin stres gara-gara diliatin
dosen,…” (P3)
“pas aku cerita kalau misalnya aku lagi stres mah dosennya galak,
responi nggak bisa jawab, malu gitu,” (P5)
“,kaya ibu ini gitu, kaya nuntut banget gitu loh dosennya buat bisa
semua, model tipe dosennya detail gitu ya”. (P6)
52
“……ngerasa beban kali ya..kan ditanya ini itu jadi ngerasa takut
ga puas takut gabisa jawab jadinya stres sendiri,” (P7)
h. Menghabiskan biaya tinggi
Tiga partisipan menyatakan profesi membutuhkan banyak dana
yang harus dikeluarkan untuk keperluan yang beraneka ragam, baik
untuk kehidupan sehari-hari seperti transport, keperluan belajar seperti
fotokopi berkas, dan sebagainya. Berikut pernyataan partisipan:
“……kalau dari segi keuangan ya keuangan juga, naik turun kan.
Maksudnya nanti kamu rasain deh ada satu stase banyak kita
ngeluarin uang gitu,” (P10)
“……lalu yang ketiga hambatanny adalah kadang keuangan.
Semua ya, kadang ke KC juga perlu bensin gitu kalau kadang
punya duit bisa. Jadi kalau nggak punya duit ya nggak bisa. Jadi
biaya ya.” (P11)
i. Jadwal dinas
Jadwal dinas yang tidak stabil seperti jumping serta padat atau
tidak ada hari libur untuk istirahat juga menjadi salah satu stresor profesi
ners. Dua partisipan mengatakan contoh jadwal yang tidak stabil itu
dinas dari siang ke pagi atau malam ke malam lagi, seperti yang
diungkapkan oleh partisipan berikut:
“……dari segi proses pertama jadwal, jadwal sih kadang-kadang
kalau dapat pagi ke siang itu enak, tapi kalau dapetnya siang ke
pagi itu berat lah dirasa apalagi kalau sempet jumping, itu. ……”
(P1)
“……dan masalah jadwal itu bikin stres apalagi kalo jumping
misalnya dari siang ke pagi terus dari malam ke malam lagi gitu
terus malam lepas pagi dari jadwal juga bisa, ……” (P2)
Hal lain yang bermasalah dari jadwal adalah tidak ada libur antar
stase sehingga hanya ada waktu istirahat sedikit, hal ini sesuai dengan
hasil wawancara berikut:
“……kadang-kadang tu ya jadwal profesi kita yang padat,
padahal udah tak rencanain ni semidal oh nanti pulang sore jam
53
3. Jam 6 nanti main ke basecamp ah mau ngelepas penat
semisal, kaya gitu, oh ternyata ada hal lain yang harus
dikerjakan...” (P1)
“……tapi kerugiannya adalah kita itu seperti dikejar-kejar
waktu gitu. Kita nggak punya libur, kita yaaa. Dari semuanya
dampaknya sudah kelihatan ya…….” (P11)
Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa pemicu stres dari
jadwal dinas yaitu jadwal dinas yang tidak stabil atau jumping dan
jadwal yang padat.
Tema 2. Mekanisme Koping yang Membangun Motivasi Mahasiswa
Profesi Ners terhadap Stres
Upaya yang dilakukan oleh mahasiswa profesi ners PSIK UIN
berbeda-beda. Dari hasil wawancara mendalam dengan partisipan,
didapatkan metode koping mahasiswa profesi ners yaitu (1) Manejemen diri
(2) Menceritakan masalah kepada orang lain (3) Menikmati proses (4)
Pengalihan (5) Refleksi diri (6) Penguatan spiritualitas. Berikut penjelasan
secara rinci dari mekanisme koping tersebut.
a. Manejemen diri
Dua partisipan dengan tingkat stres ringan menyebutkan manajemen
diri yang dilakukan yakni agar stres diatasi bukan dihindari, ketika ada
tugas maka harus segera dikerjakan, ketika melakukan kesalahan minta
maaf, ketika belum menguasai materi maka belajar, ketika ada yang
senior yang acuh maka didoakan, seperti pernyataan partisipan:
“……kalo misalkan tugas itu ya dikerjain hehe. Kalo misalnya
kurang paham ya harus cari-cari lagi gitu. Ya awalnya sih bingung
nanti juga ketemu solusinya, ……” (P2)
54
“……karen masalah tu ngga bakal kelar kalau kita nya menghindar,
nah ini pelajaran kalau lagi profesi tuh gini, ketika kamu ada
masalah, kamu jangan mundur, tapi tetep maju dan selesaikan, tapi
kalau kita terus mundur masalah nya ini bakal numpuk, numpuk dan
ngga bakal terpecahkan, ujung-ujungnya kita menyesal, mengapa
dulu ngga aku selesaiin, intinya maju terus, meskipun ibaratnya
selama kamu maju itu banyak rintangan, ……”
“……missal kita salah ya kita minta maaf dan mau untuk
memperbaiki lagi……” (P1)
“……tapi ketika ada mahasiswa kok ya penerimaannya ada yang
acuh tak acuh gitu. Nah itu yang acuh tak acuh tak acuh tu di doain
agar biar lunak, ……” (P1)
Manajemen diri yang dilakukan empat partisipan dengan tingkat
stres sedang diantaranya dengan belajar, mengerjakan tugas secepatnya,
dan membuat deadline bagi sendiri. Hal ini terutama berkaitan dengan
banyaknya tugas profesi dan ujian. Berikut pernyataan partisipan:
“……Ya mulai dari kemauan diri sediri. Kita harus ada deadline
buat diri sendiri misalnya hari ini harus udah yang dikerjain e bla
ini ini ini . jadi disiplin ke diri kita sendiri ….” (P3)
“……..sadarin aja sih masa mereka bisa, mereka belajar aku nggak
belajar jadi itu sih ngatasinnya jadi dengan belajar, ……” (P5)
“……terus berusaha mengerjakan tugas sedini mungkin, kalo
menyelasaikan masalah kasus ya itu tadi sharing, searching, nyari
nyari temen curhat lah kaya gitu, itu doang paling. ……,” (P6)
Bagi partisipan dengan stres berat, manajemen dirinya yaitu segera
mengerjakan tuntutan tugas selama profesi dan manajemen waktu. Hal
ini diungkapkan dua dari tiga partisipan dalam pernyataan berikut:
“…….Yang pertama kalau ada tugas kerjain, bawa enjoy aja. ya
menejemen waktu karena diburu waktu,…..” (P10)
“……yang paling efektif ya kerjain. Makin stres kalau makin
numpuk makin apa. Selesaikan masalah itu yang paling
efektif…….” (P11)
55
Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa manajemen diri yang
dilakukan oleh partisipan dengan tingkat stres ringan adalah stres diatasi
bukan dihindari, ketika ada tugas maka harus segera dikerjakan, ketika
melakukan kesalahan minta maaf, ketika belum menguasai materi maka
belajar, ketika ada yang senior yang acuh maka didoakan, sedangkan
partisipan sedang adalah belajar, mengerjakan tugas secepatnya, dan
membuat deadline bagi sendiri dan bagi partisipan dengan tingkat stre
berat yaitu segera mengerjakan tuntutan tugas dan manajemen waktu.
b. Menceritakan masalah ke orang lain
Satu hal yang sering menjadi mekanisme koping partisipan
adalah dengan menceritakan masalah kepada orang lain. Dua
partisipan dengan tingkat stres ringan menceritakaan masalahnya
kepada orang terdekat baik teman atau keluarga sehingga stres
berkurang hal ini sesuai dengan pernyataan:
“………maksudnya gak enak gitu lho kalo di pendem sendiri
gitu.. mungkin kalo misalnya cerita lega ….. kalo misalkan
masalah pribadi itu saya ceritanya ke orangtua, kalo
misalnya masalah apa kayak misalnya belajar, proses
belajar, profesi gitu saya ceritanya ke A temen saya,..” (P2)
“…….Nah e pendukung ke orang tua itu hanya sebatas
meminta doa restu gitu. Bukan untuk menceritakan keluh
kesah, ……. di sini ya temen-temen deket ya tempat curhat,
itu temen-temen deket, kadang juga temen deket itu bukan
hanya dari PSIK aja, ketika aku sumpek aku kesel gitu ada
satu tempat yang biasanya aku kunjungi,……. karena mereka
tu kaya nggak punya beban gitu kan sementara aku dating
dengan sejuta beban, mereka mengambil bebanku,” (P1)
Partisipan dengan tingkat stres sedang juga menceritakan atau
mengungkapkan masalahnya juga kepada orang terdekat yakni
56
keluarga atau teman. Hal ini diungkapkan oleh empat partisipan.
Berikut pernyataan partisipan:
“…..orang tua, kalau ada apa-apa cerita ke orang tua, nanti
dapet tuh nasehat siraman rohani, terus cerita ke temen-
temen deket aja, yang kaka anggep deket dan enak diajak
ngobrol terus ngasi solusi bukan yang malah ngomporin dan
nambah stres, yah pendengar budiman,…..” (P8)
“……Kan curhat terus dikasih semangat, eh apalagi ayah
sama mamah paling kalo di rumah lagi apa? Kenapa ? Lagi
pengen apa? Ntar dikasih gitu, ya paling dikasih
dukungannya berupa semangat, makanan kek gitu-gitu
doing…….” (P7)
Satu partisipan menyebutkan selain ke keluarga atau teman,
cerita juga kepada dosen
“…….kan disini kita jauh dari orang tua, jadi yang paling tau
ya temen. Aa adalagi dosen, kadang kalo misalnya ada stres
ya kan kalo tadi yg menyebabkan stres kan dari lingkungan
juga dulu aku pernah dapat pembimbing lapangan yang agak
gimana gitu, jadinya kita ya agak ansietas gitu, jadinya ya
kita curhatnya ya ke dosen, dosen yang memberikan kita
dukungan gitu. ……,”
Tiga partisipan dengan tingkat stres berat juga menceritakan
atau mengungkapkan masalah kepada orang lain untuk mngurangi
stres, terutama orang terdekat yakni keluarga atau teman, berikut
pernyataan partisipan:
“….nongkrong, ngobrol, cerita cerita sharing. Terus yang
lucu lucu kita bahas / tertawa minimal stres berkurang……,”
(P11)
“…… temen-temen, kan suka cerita kan, pertama keluarga,
temen-temen sama someone special,” (P9)
57
Satu partisipan menyatakan cerita atau sharing namun jarang
seperti dalam ungkapannya:
“……..Banyakin berdoa ajalah, sharing aku jarang sih ya
sharing seadanya aja, sharing sama orang tua, berdoa.”
(P10)
Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa baik partisipan
dengan tingkat stres ringan, partisipan dengan tingkat stres sedang
maupun berat menceritakan masalahnya kepada orang terdekat yaitu
keluarga dan teman dekat sebagai bentuk mekanisme koping,
dengan satu tambahan bagi seorang partisipan dengan tingkat stres
sedang menceritakan masalahnya kepada dosen juga.
c. Menikmati proses
Dua partisipan dengan tingkat stres ringan menyatakan
masalah yang mereka hadapi pada profesi merupakan hal yang
wajar, bagian dari proses dalam hidup sehingga harus dilalui dan
dinikmati, berikut pernyataan partisipan:
“……..tapi kalau semisal dianggapnya let it flow yaudah itu
lanjut aja kan namanya juga hidup, ……………. namanya juga
lagi berproses kalau enggak salah tu ya juga nggak lazim,
yang lazim tu ya emang pas waktu berproses ada
masalah,…….” (P1)
“……..Ya itu sih biasa aja sebenernya tapi tergantung kitanya
bagaimana menyikapi……..” (P2)
Tiga dari enam partisipan dengan tingkat stres sedang
mengatakan stres adalah hal wajar dan menikmati proses adalah cara
agar tidak merasa stres semasa profesi ners. Seperti yang
diungkapkan partisipan:
58
“……..mm stres tu wajar aja soalnya kan kaya biasanya kan
stres nya tu di awal-awal doang kaya pindah ruangan terus
kaget ketemu orang yang baru, kakak-kakak baru tapi kalau
udah dua tiga hari di sana, jadi udah paham situasinya kaya
gimana udah jadi di bawa enjoy aja. Let it go“……..” (P4)
“…….sebenernya aku tuh dibawa enjoy aja ya, Cuma yaa ya
kaya tadi itu lingkungan tadi itu yang bikin aku enggak
nyaman kadang,” (P5)
“…….Iya sii paling aku tetep cuek dan terus tetep gitu,
berusaha untuk tenang , “…….” (P6)
Dua dari tiga partisipan dengan tingkat stres berat
mengatakan nikmati saja proses profesi ini. Berikut pernyataan
partisipan:
“……..kalau aku mah tipenya jalanin aja. Kalau misalnya
sebisanya loh, “……..” (P9)
“…….Ya giu, Cuma ngomong, yaudah dijalanin tinggal dikit
lagi. Ya intinya gitu, sabar.,” (P10)
Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa menikmati proses
dilakukan oleh partisipan dengan semua tingkat stres sebagai
mekanisme koping karena stres adalah hal wajar dan menikmati
proses adalah cara agar tidak merasa stres semasa profesi ners.
d. Pengalihan
Dari temuan hasil waawancara didapatkan partisipan
menuturkan bahwa perlu untuk melakukan beberapa hal yang dapat
mengalihkan perhatian sehingga dapat melupakan stres tersebut
secara sementara sehingga selanjutnya dapat melakukan aktifitas
dengan lebih baik.
59
Satu partisipan dengan tigkat stres ringan menyebutkan
pengalihan yang ia lakukan dengan membersihkan badan dan
istirahat, partisipan lain menyebutkan dengan menonton televisi dan
jalan-jalan. Berikut pernyataan partisipan:
“………kadang sih mandi, terus keramas, terus itu sih de
pokoknya bikin badan bersih, terus istrhat sejenak melupakan
dulu, pas waktu bangun langsung kerjakan, bukan melupakan
dan tidak dikerjakan, ………” (P1)
“………saya juga mengajak ini keluar refreshing, nongkrong
kek kemana gitu kan.. itu juga mempengaruhi.. terus kadang
nonton tv aja di rumah aja, ………” (P2)
Lima partsipan dengan tingkat stres sedang mengakui
pengalihan dapat mengurangi stres. Berbagai cara digunakan untuk
mengalihkan perhatian dari stres secara sementara seperti tidur,
menonton televisi atau film, refreshing atau jalan-jalan, makan, main
handphone, mendengarkan music, dan bernyanyi. Hal ini
diungkapkan oleh partisipan:
“………ow cara ngatasin itu? Emm ini buat refreshing diri
sendiri misalnya nonton apa dulu gitu terus yaudah biar
mood kita bagus dulu baru selanjutnya tugas-tugas atau
apapun kegiatan yang belum kita kerjain, kita kerjain. Buat
nyaman diri sendiri dulu. ………” (P3)
“………kalau kegiatan khususnya nyari hiburan kaya baca
komik atau nggak makan makanan yang dipengen, kalau
enggak nonton TV terus udah itu aja, ………” (P4)
“………Apa ya paling cari hiburan, terus berusaha
mengerjakan tugas sedini mungkin, ………” (P6)
“………tidur kayaknya paling efektif, soalnya itu yang lebih
sering digunain kalo lagi stres ehe setidaknya kalo lagi
pusing-pusing banget yaudah dibawa tidur bangunnya seger
lagi, yaudah harus ngelakuin ini nih, ……….” (P7)
“……..yah kalau missal dari luar nya ya di bawa nonton,
jalan-jalan kalau stres ya gitu kalau ngga teriak-teriak nga
jelas atau karaoke, ……..” (P8)
60
Selain pengalihan sementara dengan aktifitas tertentu dengan
tujuan melupakan sementara masalah yang dihadapi, partisipan
dengan stes sedang juga menuturkan, ketika ada perawat yang
kurang ramah cenderung dijauhi dan mencari perawat yang lain
yang bisa mengayomi, hal ini diungkapkan oleh tiga partisipan
seperti pernyataan berikut:
“……..kalau lagi dimarahiin yaudah cuek aja sabar-sabar
aja paling nanti .. imbasnya ke temen di kelompok kali ya jadi
jutek jadi ikutan ngomel-ngomel juga.” (P7)
“……..cari perawat yang bisa mengayomi, nah ini sangat bisa
mengatasi stres nih, ……..” (P8)
Pengalihan perhatian juga dilakukan oleh partisipan dengan
tingkat stres berat ketika mengahadapi stres profesi, seperti makan,
menyanyi, mendengarkan music, menghadiri perkumpulan atau
event, seperti cerita dua partisipan berikut:
“……..eh mengatasinya ya makan, terus nyanyi, ndengerin
music, biasanya volumenya itu gedhe gabisa volume yang,..
pokoknya yang semua orang itu nggak kedengeran. Hanya
dunia milikku sendiri. Bisa kalau enggak dengan, pokoknya
kena air aja sama tidur. Juga teriak-teriak.” (P9)
“……..yaa mainnya nongkrong aja lah. Nongkrong, ngobrol,
cerita cerita sharing. Terus yang lucu lucu kita bahas / tertawa
minimal stres berkurang. Terus kenduri cinta sbulan sekali. Ke
acara bulanan kenduri cinta. Tahu nggak? Pasti tahulah di
TIM. Yaaa menghilangkan str sejenak itu. terus apalagi ya
kopingnya main game ……...” (P11)
Dari pernyataan di atas, pengalihan sebagai mekanisme
koping partisipan dilakukan untuk melupakan sejenak stres stres yg
dialami sehingga dapat melakukan aktifitas selanjutnya. Pengalihan
61
yang dilakukan oleh partisipan dengan tingkat stres ringan adalah
dengan membersihkan badan dan istirahat, partisipan lain
menyebutkan dengan menonton televisi dan jalan-jalan, sedangkan
partisipan tingkat stres sedang adalah tidur, menonton televisi atau
film, refreshing atau jalan-jalan, makan, main handphone,
mendengarkan music, dan bernyanyi serta menghindari perawat
yang kurang ramah, mencari perawat yang mengayomi dan bagi
partisipan dengan tingkat stres berat yaitu makan, menyanyi,
mendengarkan music, menghadiri perkumpulan atau event.
e. Refleksi diri
Dua dari enam partisipan dengan tingkat stres sedang,
Refleksi diri yang dilakukan adalah dengan introspeksi diri, berikut
pernyataannya:
“…….iya? Buat nyaman diri misalnya dari kita jalan-jalan
atau olahraga atau nyanyi atau merenung dulu, introspeksi
diri, nyari penyelesaian masalahnya gimana, kekurangan diri
sendiri itu apa gitu……” (P3)
“……cara mengatasi stresnya dengan intropeksi diri tadi,
kalau mereka bisa masa aku nggak bisa, gitu,” (P5)
Dua dari tiga partisipan dengan tingkat stres berat
menyatakan refleksi diri dengan cara tidak mengulangi kesalahan
yang pernah dilakukan, seperti dalam pernyataan berikut:
“…….terus kalau misalnya mengerjakan kesalahan ya mbok
jangan diulangi,……” (P9)
“…….Kalau mekanisme koping stresnya biasanya tidak
mengulangi hal yang sama, diusahkan untuk tak mengulangi
hal yang sama,…..” (P11)
62
Satu dari tiga partisipan dengan tingkat stres berat
menyatakan bahwa bersyukur juga penting untuk menyadari bahwa
tidak semua orang berkesempatan mengenyam pendidikan profesi,
seperti pernyataan:
“,……kadang – kadang syukur – syukur kalau bisa profesi,
soalnya ada orang yang gak mampu untuk profesi kan, kuliah
aja susah,” (P10)
Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa refleksi diri
dilakukan oleh partisipan dengan tingkat stres sedang dengan
inrospeksi diri dan bagi partisipan berat adalah dengan tidak
mengulangi kesalahan yang sama dan bersyukur.
f. Penguatan spiritualitas
Spiritualitas juga menjadi salah satu mekanisme koping yang
digunakan partisipan. Satu partisipan dengan tingkat stres ringan
menyatakan bahwa ia tidak khawatir terhadap masalah karena ia
meyakini Tuhan selalu bersama hamba-Nya. Hal ini dibuktikan
dengan pernyataan:
“……..coba kamu liat dia dari sisi yang lainnya, jadi kalau
kamu ada masalah jangan emm menganggap bahwa kamu tu
sendiri, gitu karena kamu kan juga punya yang punya hidup,
punya Allah, gausah takut nanti tu ada masanya selesai, gitu
emang kamunya lagi diuji. Kalau kamu bisa melewatinya ya
nanti akan diberikan ujian yang lebih berat lagi. Sekarang sih
mikirnya lumayan gitu……” (P1)
Tiga partisipan dengan tingkat stres berat mengungkapkan
berdoa, menjalankan ibadah, juga menjadi cara partisipan mengatasi
stres, dibuktikan oleh pernyataan ketiga partisipan berikut:
63
“……..banyakin berdoa ajalah, sharing aku jarang sih ya
sharing seadanya aja, sharing sama orang tua, berdoa.
……..” (P10)
“……..kadang iya bener kalau lagi bener kadang saya bisa
ngaji berjus-jus itu hahahah. Tahu bener kadang dari stres.”
(P11)
“……..ya berdoa kepada Tuhan. Serahkan kepada-Nya,” (P9)
Satu partisipan dengan tingkat stres berat juga
mengungkapkan mengambil hikamh dari seri setiap situasi juga
dapat mangatasi masalah, berikut pernyataan partisipan:
“……Kamu disitu nggak mengambil hikmah. Makanya kenapa
ambil hikmahnya untuk menghadapi masalah kedepannya.
Jadi kayak puzzle itu. Satu selesai, B selesai, C selesai. Jadi
terus naik kelas naik kelas……” (P11)
Dari pernyataan di atas, disimpulkan bahwa penguatan
spritualitas yang dilakukan oleh partisipan dengan tingkat stres
ringan yaitu meyakini Allah selalu bersamanya, partisipan tingkat
berat dengan berdoa, menjalankan ibadah dan mengambil hikmah
dari setiap situasi.
64
BAB VI
PEMBAHASAN
Bab ini akan menjabarkan hasil penelitian serta membandingkannya dengan
penelitian-penelitian yang sudah ada sebelumnya maupun teori-teori yang
terhubung dengan penelitian ini. Bab ini juga akan membahas keterbatasan
penelitian yang ada selama peneliti melakukan penelitian dengan membandingkan
proses penelitian yang seharusnya tercapai.
A. Pembahasan Hasil Penelitian
Penelitian ini menghasilkan dua tema yang merupakan hasil dari data
wawancara pada penelitian ini. Tema tersebut teridentifikasi dari tujuan
penelitian. Berikut pembahasan masing-masing tema.
Tema 1. Gambaran Stres Mahasiswa pada Profesi Ners
Pendidikan klinik atau profesi ners adalah masa penting dalam tahap
pendidikan keperawatan sebagai kesempatan untuk mentransfer pengetahuan
teoritis yang dimiliki untuk diaplikasikan dalam praktik sebagai perawat
profesional yaitu melakukan asuhan keperawatan (Killam & Heerschap, 2013).
Tahap pendidikan profesi/ klinik ini merupakan komponen vital untuk
perkembangan peserta didik selama belajar (Pollard et al., 2007).
Scheetz, (2008) mengungkapkan kompetensi klinik adalah konsep yang
didefinisikan sebagai demontrasi skill yang merefleksikan pembelajaran pada
tingkat yang lebih tinggi pada afektif, kognitif maupun psikomotor yaitu
65
kemampuan problem solving atau pemecahan masalah, aplikasi teori terhadap
praktik dan kemampuan praktik klinik – kemampuan psikomotor.
Taksonomi Bloom (1956) pada kognitif domain menunjukkan model
analisis skill intelektual dengan melihat kemampuan pemecahan masalah dan
aplikasi teori pada praktik. Taksonomi Krathwohl, Bloom and Masia (1972)
pada afektif domain, mendeskripsikan emosional dasar pada pembelajaran.
Harrow (1972) mengembangkan taksonomi perilaku pada domain psikomotor
yang menyediakan model teoritis untuk mengembangkan kompetensi klinis
pada area praktik keperawatan. Jika kemampuan pemecahan masalah adalah
suatu proses kognitif, maka pengambilan keputusan dan pertimbangan
merupakan wilayah afektif. Dan psikomotor adalah skill dalam praktik-praktik
kegiatan perawat (Scheetz, 2008)
Selama pembelajaran jenjang profesi ners, ada kalanya hambatan di lalui
oleh masing-masing mahasiswa yang dapat menimbulkan stres. Terdapat
beberapa hal yang memicu stres tersebut dan setiap mahasiswa memiliki stresor
yang berbeda-beda. Pemicu atau sumber stres berdasarkan hasil wawancara
mendalam kepada sebelas partisipan menghasilkan sepuluh sub-tema.
stresor pertama yaitu stres dari pengajar dan staf keperawatan.
Mahasiswa menyebutkan ada pembimbing lapangan kurang membimbing,
senior perawat yang terkadang kurang ramah kepada mahasiswa maupun
adanya kesenjangan teori dan praktik. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Khater, Akhu-zaheya, & Shaban (2014) bahwa selama
pembelajaran klinik, stresor yang paling sering dialami yaitu stres karena
66
tugas, lalu stres merawat pasien dan stres berhubungan dengan pembimbing
dan perawat. Studi kualitatif oleh Killam (2013) juga menunjukkan bahwa pada
pembelajaran klinik, mahasiswa merasa terisolasi dan terintimidasi akibat
hubungan yang kurang baik dengan pembimbing lapangan, staf perawat dan
teman sebaya.
Stres dalam merawat pasien juga dialami mahasiswa yaitu ketika jumlah
pasien banyak dan cenderung sering complain. Dan hal ini berkaitan erat dengan
kemampuan dan skill yang dimiliki oleh mahasiswa. Mahasiswa yang kurang
menguasai pengetahuan dasar dan kurang menguasai pasien kelolaan akan
mengalami stres. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Ismaile,
Smantha (2017) yang menunjukkan bahwa salah satu faktor pemicu stres paling
berpengaruh pada profesi ners yakni berhubungan dengan merawat pasien. Saat
merawat pasien, mahasiswa dituntut untuk memiliki kompetensi seperti
pengalaman, pengetahuan dan skill yang mumpuni serta mampu mengatasi
kebutuhan pasien yang berubah-ubah. Ketika mahasiswa kekurangan
kemampuan-kemampuan tersebut mahasiswa akan mengalami stres.
Pemicu stres selanjutnya yaitu deadline tugas dan beban kerja tinggi.
Deadline tugas merupakan satu hal yang menjadi momok saat belajar profesi
ners. Selain itu itu, banyaknya tindakan yang harus dilakukan di ruangan juga
menjadi stres tersendiri. Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Latif & Nor,
(2016) menunjukkan stresor yang paling sering dirasakan oleh mahasiswa
profesi ners adalah deadline tugas dan beban kerja tinggi. Satu hal yang menjadi
67
perhatian mahasiswa yaitu saat menuliskan renacana asuhan keperawatan,
selain itu stres juga mereka juga alami akibat beban kerja tinggi.
Hubungan dengan rekan sejawat juga dirasakan oleh mahasiswa profesi
ners yaitu ketika ada teman yang tidak bisa di ajak kerja sama atau mereka yang
ingin menonjolkan diri sendiri juga menyebabkan stres. Sesuai dengan teori
Sheu et al (1997) dalam Kat r (2014) bahwa kompetesi dengan rekan sebaya di
kampus ataupun tempat praktik klinik dan tidak dapat nyaman dengan teman-
teman dalam suatu kelompok menjadi stres trsendiri bagi mahasiswa. Studi
oleh Latif & Nor, (2016) juga menyebutkan bahwa salah satu pemicu stres
adalah dari rekan sejawat yakni ketika ada kompetisi antar mahasiswa. Hal ini
menarik bahwa mahasiswa profsei ners menyatakan tidak hanya masalah
interpersonal dan social yang dapat memengaruhi nilai, akan tetapi kompetisi
meraih nilai tinggi dan beban kerja tinggi dapat berdampak negative pada
hubungan interpersonal (Jimenez, Laguna, & Linde, 2013).
Lingkungan juga menjadi salah satu pemicu stres. Adaptasi terhadap
lingkungan baru menjadi stres tersendiri bagi mahasiswa setiap awal stase. Hal
ini sesuai dengan teori adaptasi bahwa menyesuaikan diri dengan kebutuhan
atau tuntutan baru yaitu suatu usaha untuk menyeimbangkan kembali suatu
keadaan agar kembali normal (Nusalam, 2008). Hasil penelitian ini didukung
oleh penelitian Ghozali & Aisyah (2014) yang menunjukkan 43,9% mahasiswa
khawatir memasuki lingkungan baru sebelum praktik klinik.
Dari hasil temuan penelitian juga ditemukan bahwa belajar profesi ners
menghabiskan biaya tinggi. Masalah ini didukung oleh penelitian Ho, Wong,
68
Chow, & Cheng, (2015) menunjukkan stres profesi ners terkait finansial
sebesar 34% dialami oleh mahasiswa keperawatan di Hong Kong yang sedang
menjalani praktik klinik terutama mahasiswa tahun pertama. Studi oleh
Graham, Lindo, Bryan, & Weaver, (2016) juga menunjukkan bahwa masalah
keuangan merupakan salah satu masalah yang dialami mahasiswa yang belajar
di lapangan yaitu sebesar 47,2% partisipan.
Jadwal dinas perawat merupakan satu hal yang sering menjadi pemicu
stres baik yang masih berstatus mahasiswa maupun bagi yang sudah bekerja
menjadi perawat. Mahasiswa merasa waktu dinas profesi ners cenderung padat
dan tidak hari libur sehingga menimbulkan stres. Pernyataan ini sesuai dengan
teori Berman et al. (2016) dan Treas & Wilkinsons (2014) mengungkapkan
tidak tetapnya jadwal shift setiap harinya sehingga irama sirkardian tidak stabil
dapat menyebabkan penurunan sistem imun sehingga hal tersebut menjadi salah
satu stresor yang dapat berakibat pada burnout. Penelitian Attia (2016)
menunjukkan prevalensi gangguan tidur sebesar 65%. Berbagai kesehatan
muncul berkaitan dengan jadwal dinas yang tidak tetap ini antara lain masalah
keluarga, social, nyeri punggung dan masalah ketika ingin bepergian. Penelitian
ini juga menunjukkan adanya hubungan signifikan antara kualitas tidur,
masalah kesehatan dan rotasi shift (p< 0,05).
69
Tema 2. Mekanisme Koping Mahasiswa Profesi Ners terhadap Stres
Mekanisme koping adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksaan
stres, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme
pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (Stuart & Sundeen, 2006).
Upaya tersebut dilakukan individu baik secara kognitif maupun perilaku untuk
menghadapi suatu masalah (Martz & LIvneh, 2007). Dari hasil penelitian ini,
upaya yang dilakukan oleh mahasiswa profesi ners PSIK UIN oleh masing-
masing tingkat stres yang dialami partisipan berbeda-beda. Mekanisme koping
yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu manajemen diri, menceritakan masalah
ke orang lain, menikmati proses, pengalihan, refleksi diri, penguatan spiritual.
Manajemen diri dalam penelitian ini adalah mekanisme koping yang
dilakukan partisipan dengan mengatur diri agar masalah itu dihadapi, bukan
untuk dihindari. Masalah yang ada dihadapi dan dipecahkan seperti ketika ada
tugas maka harus segera dikerjakan, ketika melakukan kesalahan minta maaf,
ketika belum menguasai materi maka belajar, ketika ada yang senior yang acuh
maka didoakan, Hal ini sesuai dengan penelitian oleh Khater, Akhu-zaheya, &
Shaban, (2014) bahwa problem solving merupakan salah satu mekanisme
koping yang biasa diterapkan dan merupakan koping efektif bagi mahasiswa
dalam pembelajaran klinik. Problem solving atau pemecahan masalah dalam
penelitian tersebut dilakukan dengan cara-cara seperti memakai strategi
berbeda-beda untuk memecahkan masalah, mengatur tujuan pemecahan
masalah, membuat rencana, daftar skal prioritas, mengatasi hal yang stresful,
70
mencari makna dibalik insiden yang stresful, menggunakan pengalaman dan
percaya diri dalam melakukan tindakan.
Menceritakan masalah ke orang lain adalah hal umum yang dilakukan
sebagian besar partispan dengan semua tingkat stres. Partisipan berharap
dengan menceritakan masalah kepada orang lain maka mereka akan merasa lega
dan mengurangi stres yang mereka alami. Strategi koping ini sesuai dengan
teori Folkman & Lazarus (1985) yang mengungkapkan bahwa menceritakan
masalah kepada orang lain adalah bagian dari mekanisme koping mencari
dukungan social (Keliath, 2010).
Penelitian oleh Kim & Han (2015) menunjukkan bahwa mekanisme
koping mencari dukungan social dan mekanisme koping berfokus pada
pemecahan masalah berkaitan dengan kecerdasan emosional. Semakin tinggi
control emosi seseorang maka semakin baik pula atau semakin adaptif
mekanisme koping mereka terhadap stres. Senada dengan studi yang dilakukan
oleh Iyi (2015) bahwa salah satu mekanisme koping paling penting adalah
social support. Dukungan social baik oleh teman sejawar sesama perawat
maupun dari organisasi yang menghimpun perawat adalah cara tidak
terbantahkan dalam mengatasi stres bagi perawat.
Jenjang pendidikan profesi ners adalah masa yang harus dilewati untuk
mendapat gelar perawat. Menikmati proses juga dilakukan partisipan sebagai
mekanisme koping. Menurut Folkman & Lazarus (1985) menikmati proses
termasuk dalam mekanisme koping positive reappraisal atau usaha untuk
71
menciptakan arti positif dari situasi yang dihadapi (Keliath, 2010). Partisipan
menganggap stres yang mereka alami selama profesi merupakan sutau hal yang
wajar dan merupakan bagian dari proses dalam hidup sehingga cukup dilalui,
bersabar dan dinikmati. Studi oleh Gomes, Santos, & Carolino (2013)
menyebutkan menerima situasi sebagai salah satu metode koping berfokus
emosi yang diterapkan para perawat onkologi di Portugal. Mereka menerima
kenyataan terhadap situasi yang terjadi dan mencoba memandang situasi
tersebut dari perspektif yang berbeda yang lebih positif.
Pengalihan juga menjadi salah satu upaya mengurangi stres partisipan
antara lain dilakukan dengan cara melakukan hal-hal atau aktifitas yang dapat
melupakan sejenak terhadap stres yang dialami yaitu dengan membersihkan
badan dan istirahat, menonton televisi dan jalan-jalan. Stuart & Sundeen (2006)
menyatakan bahwa pengalihan diri termsuk mekanisme koping negatif karena
koping ini bersifat sementara dan tidak berfokus pada penyelesaian maslah
sehingga menyebabkan kesulitan bagi diri sendiri dan menghambat fungsi
pembelajaran.
Penelitian yang mendukung teori diatas, dilakukan oleh Jimenez,
Laguna, & Linde (2013) bahwa pengalihan sering dilakukan oleh mahasiswa
tahun kedua masa klinik. Pengalihan yang merupakan bagian dari koping
berfokus pada emosi (EFC) lebih bersifat jangka pendek dan tidak
menyelesaikan inti masalah. Selain itu, dari penelitian ini juga disebutkan
bahwa mahasiswa seringkali memilih menghindar dari staf perawat atau
pengajar karena takut oleh tuntutan profesional.
72
Refleksi diri juga menjadi langkah koping partisipan yakni dengan
introspeksi diri, tidak mengulangi kesalahan yang sama dan bersyukur,
menyadari tidak semua orang berkesempatan menempuh pendidikan profesi
ners. Penelitian oleh (Pai, 2017) menunjukkan bahwa refleksi diri mempunyai
dampak positif yang signifikan pada mahasiswa profesi ners terutama pada dua
bulan pertama belajar di lapangan atau klinik yakni mengurangi kecemasan
yang mungkin mempengaruhi perkembangan kompetensi klinik mahasiswa.
Penelitian serupa oleh (Eng & Pai, 2015) juga menunjukkan Refleksi diri dan
insight mempengaruhi kompetensi keperawatan selama masa praktik. Variabel
ini tidak hanya memiliki pengaruh langsung terhadap kompetensi keperawatan
namun juga efek tidak langsung melalui efek mediasi perilaku coping dan stres.
Penguatan spiritual juga menjadi langkah mengatasi stres bagi
partisipan. Menjalankan ibadah, berdoa, yakin bahwa Allah akan selalu
menolong hamba-Nya, tidak begitu mengkhawatirkan masalah yang dihadapi
merupakah contoh langkah yang diterapkan partisipan. memanjatkan doa
memohon kesabaran dengan kelapangan dada menerima kenyataan yang ada
pada dirinya termasuk dalam mekanisme koping Pray and patient yaitu
berserah diri kepada Allah SWT, (Asmadi, 2008).
Studi yang dilakukan oleh Setyaningsih, Reni Dewi et al (2013)
menunjukkan bahwa kecerdasan sprititual sangat berkaitan dengan mekanisme
koping. Salah satu hal yang mempengaruhi mekanisme koping adalah
kecerdasan spiritual tinggi. Kecerdasan spiritual merupakan kecerdasan untuk
73
menghadapi dan memecahkan persoalan makna dan nilai untuk menempatkan
perilaku dan hidup manusia dalam konteks makna yang lebih luas
B. Keterbatasan Penelitian
1. Peneliti belum memiliki pengalaman tentang penelitian kualitatif
sebelumnya, sehingga peneliti sebagai instrumen belum cakap dalam
menggali informasi dari partisipan
2. Tempat tinggal partisipan yang berada diwilayah yang berbeda dan
memiliki jadwal dinas yang berbeda-beda sehingga menghabiskan waktu
agak lama untuk melakukan wawancara
74
BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Jenjang pembelajaran klinik atau profesi ners adalah masa penting
sebagai proses peralihan dari mahasiswa untuk menjadi seorang perawat
profesional. Pada masa ini, mahasiswa dituntut untuk memiliki skill intelektual
sebagai modal pemecahan masalah dan aplikasi teori pada praktik, skill dalam
praktik-praktik kegiatan perawat dan skill emosional untuk berinteraksi dengan
pasien serta bekerja sama dalam tim dengan sesama perawat atau tenaga
kesehatan lainnya. Akan tetapi pada masa ini mahasiswa seringkali mengalami
masalah dan hambatan yang menyebabkan stres bagi mahasiswa. Masalah
tersebut antara lain stres dari pengajar dan staf keperawatan serta tenaga
kesehatan lain, stres dalam merawat pasien dan atau keluarga, deadline tugas
dan beban kerja, hubungan dengan rekan sejawat, stres karena kurang
pengetahuan dan skill, stres dari lingkungan, stres karena ujian, menghabiskan
biaya tinggi dan jadwal dinas.
Mekanisme koping merupakan respon yang timbul dari diri seseorang
ketika mengalami stres. Manusia itu unik dan masing-masing memiliki
mekanisme koping yang berbeda-beda. Mekanisme koping yang dilakukan oleh
mahasiswa program studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta antara lain manajemen diri, menceritakan masalah ke
orang lain, menikmati proses, pengalihan, refleksi diri, penguatan spiritual.
75
B. Saran
1. Institusi Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan dan sebagai wawasan
untuk evaluasi proses pembelajaran profesi ners dan pertimbangan proses
belajar terutama dalam memberikan bimbingan kepada mahasiswa terkait
strategi koping yang sesuai dan dalam mempersiapkan mahasiswa yang
akan praktik lapangan.
2. Penelitian Selanjutnya
Penelitian ini dapat digunakan sebagai dasar penelitian selanjutnya
dalam mengembangkan penelitian yang lebih mendalam terhadap efektifitas
dari masing-masing mekanisme koping. Kemudian disarankan bagi peneliti
selanjutnya untuk menggunakan pendekatan fenomenologi yang berbeda.
Kemudian peneliti juga berharap kepada peneliti selanjutnya untuk
mengolah pertanyaan seterbuka mungkin sehingga arah percakapan tidak
ada kecenderung diarahkan oleh peneliti.
76
DAFTAR PUSTAKA
Afifuddin, & Saebani, B. A. (2012). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung:
Pustaka Setia.
Afiyanti, Yati & Rachmawati, I. N. (2014). Metodologi Penelitian Kualitatif dalam
Riset Keperawatan. Jakarta: Rajawali Pers.
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan : Konsep Aplikasi pada Praktik
Klinik. Jakarta: Salemba Medika.
Attia, F. M. A. (2016). Effect of Shift Rotation on Sl p Quality and Associated
Health Problems among Nurses at Asser Hospital KSA, 6(2), 58–65.
https://doi.org/10.5923/j.nursing.20160602.04
Berman, A., Shirl , S., & Frandsen, G. (2016). Kozier & Erbs’s Fundamental of
Nursing: Concepts, Process and Practice (10th ed.). Australia: Person
Education.
Creswell, J. W. (2008). Educational Research: Planning, Conducting, and.
Evaluating Qualitative and Quantitative Approaches. London: Sage.
Endarswara, S. (2006). Metode, Teori, Teknik Penelitian Kebudayaan: Ideologi,
Epistemologi, dan Aplikasi. Tangerang: Agromedia Pustaka.
Eng, C.-J., & Pai, H.-C. (2015). Determinants of nursing competence of nursing
students in Taiwan: the role of self-reflection and insight. Nurse Education
Today, 35(3), 450–455. https://doi.org/10.1016/j.nedt.2014.11.021
Ghozali, M., & Aisyah. (2014). Analisis Perbedaan tingkat Stres Mahasiswa dan
Saat Menjalani Praktek Laboratorium Klinik pada Mahasiswa Keperawatan
Semester 3 STIKES Muhammadiyah Samarinda.
Gomes, S. da F. S., Santos, M., & Carolino, T. E. (2013). Psycho-social risks at
work: stres and coping strategies in oncology nurses, 21(6), 1282–1289.
https://doi.org/10.1590/0104-1169.2742.2365
Graham, M. M., Lindo, J., Bryan, V. D., & Weaver, S. (2016). Factors Associated
With stres Among Second Year Student Nurses During Clinical Training in
Jamaica. Journal of Profesional Nursing, 32(5), 383–391.
https://doi.org/http://dx.doi.org/10.1016/j.profnurs.2016.01.004
Ho, M., Wong, V. S. W., Chow, P. P. K., & Cheng, W. L. S. (2015). A Study on
Nursing Student’s stres in Hong Kong, 8(2), 2015.
Holloway, I., & Wh ler, S. (2010). Qualitative Research in Nursing and Healthcare.
USA: Blackwell.
77
Iyi, O. E. (2015). stres Management And Coping Strategies Among Nurses: A
Literature Review.
Jimenez, C. ., Laguna, J. ., & Linde, I. M. J. (2013). Coping and Health in Novice
and Experienced Nursing Students during Clinical Practice : a Descriptive ,
Differential and Correlational Analysis, 3(11), 152–164.
https://doi.org/10.5430/jnep.v3n11p152
Keliath, B. A. (2010). Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta: Penerbit EGC.
Khater, W. A., Akhu-zaheya, L. M., & Shaban, I. A. (2014). Sources of stres and
Coping Behaviours in Clinical Practice among Baccalaureate Nursing
Students, 4(6), 194–202.
Killam, L. A., & Heerschap, C. (2012). Challenges to student learning in the clinical
setting: A qualitative descriptive study, 33(6), 684–691.
https://doi.org/10.1016/j.nedt.2012.10.008
Kim, M., & Han, S. (2015). A study of Emotional Intelligence and Coping
Strategies in Baccalaureate Nursing Students, 7(3), 275–282.
Lapau, B. (2013). Metode Penelitian Kesehatan: Metode Ilmiah Penulisan Skripsi,
Tesis, dan Disertasi (2nd ed.). Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.
Latif, R. A., & Nor, M. Z. M. (2016). stresors and Coping Strategies during Clinical
Practices among Diploma Nursing Students. International Journal of Nursing
Science, 8(3), 21–33. https://doi.org/10.5959/eimj.v8i3.422
Lawal, J., Weaver, S., Bryan, V., & Lindo, J. L. (2016). Factors That Influence The
Clinical Learning Experience Of Nursing Students At A Caribbean School Of
Nursing. Journal of Nursing Education and Practice, 6(4).
https://doi.org/10.5430/jnep.v6n4p32
Loiselle, C. G., Profetto-McGrath, J., Polit, D. F., & T.-B. (2007). Canadian
Essentials of Nursing Research (2nd ed.). Philadelphia: Williams &Wilkins.
Martz, E., & LIvneh, H. (Eds.). (2007). Coping with Chronic Illness and Disability:
Theoretical, Empirical, and Clinical Aspects. USA: Springer Publishing
Company.
Nursalam. (2011). Manajemen Keperawatan: Apliaksi dalam Praktik Keperawatan
Profesional (3rd ed.). Jakarta: Salemba Medika.
Pai, H.-C. (2017). The Effect of a Self-Reflection and Insight Program on the
Nursing Competence of Nursing Students: A Longitudinal Study. Journal of
Profesional Nursing, 31(5), 424–431.
https://doi.org/10.1016/j.profnurs.2015.03.003
Pollard, C., Ellis, L., Stringer, E., & Cockayne, D. (2007). Clinical education: A
review of the literature. Nurse Education in Practice, 7(5), 315–322.
78
https://doi.org/10.1016/j.nepr.2006.10.001
Prananingrum, I. A. (2015). Gambaran Nilai Profesional Keperawatan Mahasiswa
Program Profesi Ners PSIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. UIN Syarif
Hidayatullah.
Salsabila, I. (2013). Penglaman Stres Praktik Klinik Dan Tingkat stres Pada
Mahasiswa Keperawatan Tahun Pertama Dan Tahun Kedua Praktik Klinik
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Universitas Islam
Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Scheetz, L. J. (2008). Measurement of Nursing Outcomes. In C. F. Waltz & L. S.
Jenkins (Eds.). New York: Springer Publishing Company.
Setyaningsih, R. D., Susanti, I. H., Negara, I. S. M., & Subagyo, S. (2013).
Hubungan Tingkat Kecerdasan Spiritual dengan Mekanisme Koping pada
Remaja di SMAN 2 Purwokerto. Jurnal Keperawatan Indonesia, 6 No 2.
Retrieved from
http://jurnal.shb.ac.id/ojs/index.php?journal=VM&page=article&op=view&p
ath%5B%5D=21
Singapore Nursing Board. (2012). Standards For Clinical Nursing. Switzerland.
Skinner, E. A., & Zimmer-Gembeck, M. J. (2016). The Development of Coping:
stres, Neurophysiology, Social Relationship, and Resilence During Chilhood
and Adolescence. Springer Publishing Company.
Stuart, G. W. (2013). Principles and Practice of Psychiatric Nursing (10th ed.).
Philadelphia: Elsevier.
Stuart, G. W., & Sundeen, J. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa (3rd ed.).
Jakarta: Penerbit EGC.
Swarjana, I. K. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan: Tuntunan Praktis
Pembuatan Proposal Penelitian. Yogyakarta: Penerbit Andi.
Syahreni, E., & Waluyanti, F. T. (2007). Pengalaman Mahasiswa S1 Keperawatan
Program Reguler dalam Pembelajaran Klinik. Jurnal Keperawatan Indonesia,
11(2), 47–53.
Treas, L. S., & Wilkinsons, J. M. (2014). Basic Nursing: Concepts, Skills &
Reasoning. Philadelphia: F. A. Davis Company.
Wilkinson, J. M., Treas, L. S., Barnett, K., & Smith, M. H. (2015). Fundamental of
Nursing: Theory, Concepts, and Applications (3rd ed.). Philadelphia: F. A.
Davis Company.
79
Lampiran 1
FORMAT PENJELASAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Muna Mushoffa
NIM : 1113104000029
Adalah mahasiswi Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Syarif
Hidayatullah Jakarta, akan melakukan penelitian tentang “Mekanisme Koping
Mahasiswa Terhadap Stres Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam
Syarif Hidayatullah Jakarta dalam Pembelajaran Klinik”.
Tujuan penelitian ini adalah mengeksplorasi sumber stres dan mekanisme koping
mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Islam Syarif Hidayatullah
Jakarta dalam Pembelajaran Klinik. Selain itu, penelitian ini merupakan bagian dari
persyaratan untuk menyelesaikan Program Pendidikan S1 peneliti di Program Studi
Ilmu Keperawatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
wawancara mendalam. Untuk mencegah adanya data yang hilang, peneliti
menggunakan alat bantu untuk merekam dan bila dibutuhkan informasi tambahan,
dimohon kesediaan partisipan untuk melakukan wawancara tambahan. Sebelum
dilakukan diskusi akan dijelaskan maksud dan tujuan penelitian dan
penandatanganan persetujuan sebagai partisipan.
Peneliti menjamin bahwa semua informasi yang berkaitan dengan identitas
partisipan dan data yang diperoleh akan dirahasiakan dan hanya akan diketahui oleh
peneliti. Hasil penelitian akan dipublikasikan tanpa identitas asli partisipan.
Melalui penjelasan singkat ini, besar harapan peneliti agar Saudari bersedia menjadi
partisipan dalam penelitian ini. Atas partisipasi dan kerjasama dari Saudari, peneliti
mengucapkan terima kasih.
Ciputat, ………………………
Muna Mushoffa
80
Lampiran 2
LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN PENELITIAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama :
Usia :
No. Telp/Hp :
Menyatakan bahwa :
Saya bersedia menjadi partisipan pada penelitian yang bertujuan menggali sumber
stres dan mekanisme koping mahasiswa dalam pembelajaran klinik, yang dilakukan
oleh Muna Mushoffa sebagai mahasiswi program studi ilmu keperawatan fakultas
kedokteran dan ilmu kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
Saya telah mendapat penjelasan dari peneliti tentang tujuan penelitian ini. Saya
mengerti bahwa data mengenai penelitian ini akan dirahasiakan. Semua berkas yang
mencantumkan identitas partisipan hanya digunakan untuk penelitian.
Saya mengerti bahwa tidak ada risiko yang akan terjadi. Apabila ada pertanyaan
dan respon emosional yang tidak nyaman atau berakibat negatif pada saya, maka
peneliti akan menghentikan pengumpulan data dan peneliti berhak memberikan hak
kepada saya untuk mengundurkan diri dari penelitian ini tanpa risiko apapun.
Demikian surat ini saya tanda tangani tanpa suatu paksaan. Saya bersedia untuk
menjadi partisipan dalam penelitian ini secara sukarela.
Ciputat, ……………………..
Partisipan
(Nama Jelas)
81
Lampiran 3
PEDOMAN WAWANCARA
I. Petunjuk umum
a. Tahap perkenalan
b. Ucapkan terimakasih kepada informan atas kesediaan dan waktu yang
telah diluangkan untuk pelaksanaan wawancara
c. Jelaskan maksud dan tujuan wawancara
II. Petunjuk wawancara
a. Wawancara dilakukan oleh seorang pewawancara
b. informan bebas menyampaikan pengalaman, pendapat dan saran
c. pengalaman, pendapat dan saran informan sangat bernilai
d. tidak ada jawaban yang benar atau salah
e. semua pengalaman, pendapat atau saran akan dijaga kerahasiaannya
f. wawancara ini akan direkam dengan tape recorder untuk membantu
dalam penulisan hasil
III. Pelaksanaan wawancara
1. Identitas informan
Nama (inisial) :
Usia :
Jenis kelamin :
B. Wawancara
1. Seperti apa stres yang dialami!
Stres yang saya alami adalah…………..hal-hal yang dapat memicu
stres antara lain…………selain itu? …….. kemudian ada apa lagi?
…….. bagaimana hal tersebut dapat menyebabkan stres? ………
apa yang dirasakan saat stres timbul? ………. Kapan stres paling
sering di rasakan? …… di mana stres sering dirasakan?
2. Bagaimana mengatasi stres?
Metode yang dilakukan untuk menghadapi stress………bagaimana
keefektifan metode tersebut? ………………. Selain cara tersebut?
82
,…….bagaimana mengetahui ini bisa mengatasi stres?
………bagaimana memandang dan menanggapi stres?
3. Siapa saja sebagai sumber pendukung ketika saudara mengalami
stress? …………. bagaimana jika tidak ada beliau/mereka?
……..siapa lagi yang menjadi sumber pendukung?........ bagaimana
bentuk dukungannya?
4. Kendala atau hambatan yang dihadapi dalam mengatasi stress!
Kendalanya antara lain…………….. selain itu? ……. bagaimana
hal tersebut dapat menghambat penanganan stress?......... jika
muncul hambatan tersebut apa yang terjadi?
5. Apa saja persiapan yang anda lakukan untuk mencegah stress!
Pencegahan stres dengan cara………. selain itu? ,…… bagaimana
keberhasilannya? …… apa pengaruhnya terhadap stres yang
dialami?
83
Lampiran 4
KUESIONER PENELITIAN
SUMBER STRES DAN MEKANISME KOPING MAHASIWA ILMU
KEPERAWATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA DALAM
PEMBELAJARAN KLINIK
No Kuesioner : (diisi oleh peneliti)
Tanggal Pengisian :
Petunjuk pengisian kuesioner
1. Bacalah pernyataan dengan teliti dan isi dengan jawaban yang sesuai
dengan saudara/i rasakan –pada setiap pertanyaan terkait data demografi
dan beri tanda checklist (√) pada salah satu kolom (TP) tidak pernah (K)
Kadang-kadang (S) Sering (SS) Selalu
2. Apabila jawaban salah dan ingin mengganti pilihan jawaban, maka coret
jawaban yang akan diganti dengan garis mendatar dan pilih jawaban lain
yang sesuai
3. Setiap satu pertanyaan hanya boleh diisi oleh satu jawaban
4. Responden tidak diperkenankan untuk menggunakan pensil dan tipe-x
dalam mengisi lembar kuesioner
5. Apabila terdapat pertanyaan yang kurang jelas ataupun tidak dipahami
responden dapat menanyakan kepada peneliti untuk menjelaskan maksud
dari pernyataan tersebut
6. Segera serahkan kembali kepada peneliti setelah selesai mengisi lembar
kuesioner
84
A. Data Demografi
Nama :
B. Kuesioner Stres
Berikut adalah beberapa pertanyaan yang menunjukkan stresor yang mungkin
dihadapi saat menjalani praktik klinik (profesi ners)
Pilihlah kategori jawaban berikut:
TP : Tidak pernah K : Kadang-kadang S : Sering SS : Selalu
No Hal-hal yang menjadi pemicu stres TP K S SS
Stres dalam merawat pasien
1
Saya merasa kurangnya pengalaman,
kurangnya kemampuan dalam menyediakan
perawatan dan mebuat keputusan dalam
suatu tindakan
2 Saya tidak mengetahui cara membantu
pasien dengan masalah fisio-psiko-social
3 Saya merasa tidak mampu untuk mencapai
harapan seseorang
4 Saya tidak mampu untuk memberikan
jawaban yang sesuai untuk pertanyaan yang
diberikan oleh dokter, pengajar dan pasien
5 Saya takut untuk tidak dipercayai atau dit
rima oleh pasien atau keluarga pasien
6 Saya merasa tidak mampu untuk merawat
pasien dengan perawatan yang baik
7 Saya tidak tahu cara berkomunikasi dengan
pasien
8 Saya kesulitan dalam perubahan peran dari
seorang siswa dan praktik
Stres yang didapat dari pengajar dan staf
keperawtan
9 Saya merasa bahwa terdapat
ketidaksesuaian antara teori dan praktik
85
10 Saya tidak tahu cara mendiskusikan keadaan
sakitnya pasien dan pengajar dan anggota
perawat lainnya
11 Saya merasa stres saat instruksi dari
pengajar berbeda dengan harapannya
12 Saya merasa bahwa pengajar tidak
memberikan penilaian yang adil terhadap
mahasiswanya
13 Saya merasa kurangnya mendapat perhatian
dan bimbingan dari pengajar
14 Saya merasa staf kesehatan lainnya kurang
empati dan tidak mau membantu mahasiswa
Stres karena tugas-tugas dan beban kerja
15 Saya takut mendapat nilai yang buruk
16 Saya merasa tertekan dengan lingkungan
dengan lingkungan sekitar dan kualitas
praktik klinik yang buruk
17 Saya merasa bahwa syarat-syarat untuk
praktik melewati batas ketahanan fisik dan
emosi saya
18 Saya merasa bahwa praktik klinik yang
membosankan bisa mempengaruhi
kehidupan keluarga dan sosial saya
19 Saya merasa bahwa performa saya tidak
sesuai dengan harapan pengajar
Stres dari rekan sebaya dan kehidupan sehari-
hari
20 Saya mengalami kompetesi dengan rekan
sebaya di kampus dan di te,pat praktik
klinik
21 Saya merasa tertekan dengan pengajar yang
menilai kinerja mahasiwa dengan cara
membandingkan dengan mahasiswa lainnya
22 Saya merasa bahwa praktik klinik
mempengaruhi keterlibatannya dalam
aktifitas ekstrakulikluer saya
23 Saya tidak dapa nyaman dengan teman-
teman yang lain dalam suatu kelompok
Stres karena kurangnya kemampuandan skill
86
24 Saya merasa asing dengan sejarah dan
istilah-istilah medis
25 Saya merasa asing dengan kemampuan
merawat secara profesional
26 Saya merasa asing dengan diagnosa pasien
dan cara menanganinya
Stres karena lingkungan
27 Saya merasa stres dengan lingkunngan
rumah sakit di tempat saya praktik klinik
28 Saya merasa asing dengan fasilitas ruangan
rumah sakit
29 Merasa stres karena kondisi pasien berubah
dengan cepat
Keterangan:
PSS (Perceive stres Scale) yang diadopsi dari Sheu et al (1997) bertujuan
mengukur sumber dan tingkat stres mahasiswa dalam pembelajaran klinik/profesi
ners. 4 poin skala likert yang digunakan untuk menilai 29 item pertanyaan. 4
kemungkinan respon dengan rentang “tidak pernah”, sampai ke “selalu” dan
scoring 1-4. Total skor PSS adalah 0-116 dengan semakin tinggi skor maka
diindikasikan memiliki tingkat stres yang tinggi dan sebaliknya. Skor tingkat stres
dihitung berdasarkan total skor mulai dari 0-116. Skor terendah (1-39) berarti
tingkat stres rendah, (40-77) tingkat stres sedang dan (78-116) tingkat stres berat.
87
Lampiran 5
ANALISA TEMATIK
NO PERNYATAAN SIGNIFIKAN KATEGORI SUB TEMA TEMA
PARTISIPAN
P1 P2 P3 P4 P5 P6 P7 P8 P9 P
10
P
11
1
Kakaknya ya kaya gitu entah
memintanya atau nyuruh kita
dengan wajah yang kurang
bersahabat
Senior perawat
kurang ramah
Stres dari
pengajar, stres
keperawatan
Sumber
Stres √ √ √ √
2
Ada ci ataupun dosen yang
kurang membimbing tapi ya
tuntuntannya tinggi
Kurang
bimbingan dari
CI
√ √ √ √
3 Kakaknya nyuruh terlalu banyak
Kakaknya
terlalu banyak
nyuruh
√ √ √
4 Ada kesenjangan teori dan
praktik
Ada
kesenjangan
teori dan
praktik
√
5 Pasiennya complain terus,
maunya perfect
Pasiennya
komplain Stres merawat
pasien
√ √
6
Pasien tidak kooperatif, maunya
sama perawat asli, dan kadang
ada juga malah manja
Pasien tidak
kooperatif
88
7 Tugasnya banyak dan deadline
nya mepet
Tugasnya
banyak dan
deadline nya
mepet
Deadline
tugas dan
beban kerja
√ √ √ √ √ √ √ √ √
8 Melelahkan, banyak tindakannya Banyak
tindakan √ √ √
9
Rekannya ngga peka dan ngga
enak diajak kerjasama itu bikin
stress
Temen-
temennya ngga
bisa diajak
kerja sama
Hubungan
dengan teman
sejawat
√ √
10
Kurang menguasai pengetahuan
ataupun tentang pasien yang
dikelola
Kurang
menguasai
pengetahuan
pasien kelolaan
Stres karena
kurang
pengetahuan
dan skill
√ √
11
Lingkungan baru kadang merasa
kagok mungkin harus adaptasi
lagi
Adaptasi
lingkungan
baru
Adaptasi
lingkungan
baru
√ √ √ √
12 Ujian takut nanti nggak bisa
jawab
Takut tidak
bisa menjawab
Stress karena
ujian √ √
89
13
Takut diliatin dosen, ketika nggak
ada dosen atau nggak ada ci itu
ambil darah ya lancar tapi pas
waktu diliatin dosen tu pasti ada
aja kendalanya
Takut diliatin
dosen √ √ √
14
Terus menghabiskan biaya itu
bikin stress juga karena
akomodasi bisa, fotocopi terus
ngeprint kebutuhan lain seperti
laporan kelompok dsb konsumsi
narasumber itu juga kan bututh
biaya
Butuh biaya
tinggi
Menghabiskan
biaya tinggi √ √ √
15 Jadwal jumping Jadwal
jumping
Jadwal dinas
√ √ √
16 Jadwal profesi kita yang padat Jadwal profesi
pang padat √ √ √
17 Belajar sendiri, menggali ilmu Belajar sendiri,
menggali ilmu
Manajemen
diri
Mekanisme
koping
terhadap
stres yang
membangun
mahasiswa
profesi ners
√ √ √ √
90
18 Tugasnya dikerjakan secepatnya,
dicicil
Tugasnya
dikerjakan
secepatnya,
dicicil
√ √
19
Masalah tu ngga bakal kelar
kalau kita nya menghindar
ketika kamu ada masalah, kamu
jangan mundur, tapi tetep maju
dan selesaikan
Tidak
menghindar,
tapi diatasi
masalahnya
√ √ √
20 Deketin kakanya Deketin
kakanya √
21 Temen udah ngerjain ya udahlah
kerjain juga
Segera
dikerjakan
tugasnya
√ √
22 Salah ya kita minta maaf dan mau
untuk memperbaiki lagi
Meminta maaf
jika salah √
23
Yang acuh tak acuh tak acuh tu di
doain agar biar lunak
penerimaan kita kurang ya di
doain, agar dilunakkan hatinya
Mendoakan
orang lain √
91
24 Manajemen waktu dan bikin
deadline buat diri sendiri
Manajemen
waktu dan
membuat
Deadline
√
25 Curhat ke orang tua/keluarga,
nanti dapat nasehat
Curhat ke
orang
tua/keluarga
Menceritakan
masalah
kepada orang
lain
√ √ √ √ √
26 Curhat kepada temen-temen yang
merasakan nasib yang sama
Curhat kepada
teman √ √ √ √ √ √
27 Kalau mengerjakan kesalahan ya
jangan diulangi lagi
tidak
mengulangi
kesalahan
Refleksi diri √ √
28
Merenung dulu, introspeksi diri,
nyari penyelesaiannya gimana,
kekurangannya diri sendiri itu
apa
Intropeksi diri √
29 Ya efektif tuh intropeksi diri diri
aja Intropeksi diri
√
30
Stress tu hal lumrah yang dialami
setiap manusia, dianggapnya let it
flow yaudah itu lanjut aja kan
namanya juga hidup
Stres itu hal
yang wajar
dialami setiap
manusia
Menikmati
proses √ √ √
31 Sabar, yakin semua allah yang
ngatur Sabar √ √
32 Usahakan diri tetap tenang, jadi
perawat tuh harus tenang Tetap tenang √
92
33 Dinikmati atau dijalani aja gitu
tapi tetep juga harus diselesein enjoy √ √ √ √ √ √
34 Ngaji, baca al-quran berdoa Berdoa Penguatan
spiritualitas √ √
35 Ambil hikmah dari setiap
masalah
Ambil hikmah
dari setiap
masalah
√
37
Teman yang tidak enak, senior
yang kurang ramah dicuekin saja,
dihindari
Menghindari
teman atau
perawat yang
tidak enak
Pengalihan
√ √ √ √
36 Menghadiri kenduri cinta Menghadiri
perkumpulan √
38 Nonton tv/film, , Nonton
TV/film, , √ √ √ √ √ √
39 Mendengarkan musik Mendengarkan
music √
40 Nyanyi Nyanyi √ √
41 Main hape Main hape √ √
42 Baca komik Baca komik √
43 refreshing, jalan-jalan, Refreshing,
jalan-jalan, √ √ √ √ √
93
44 Makan-makanan yang dipengen
Makan-
makanan yang
dipengen
√ √
45 Mandi dan keramas Mandi dan
keramas √ √
46 Tidur Tidur √ √ √ √