sumber daya kesehatan

10
SUMBER DAYA KESEHATAN Sumber daya kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan.Pendidikan, dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan salingmendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenagakesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional di bidang kesehatan,berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upayakesehatan.Ada 2 bentuk dan cara penyelenggaraan sumber daya kesehatan, yaitu :1. Tenaga kesehatan, yaitu semua orang yang bekerja secara aktif dan profesional dibidang kesehatan berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentumemerlukan upaya kesehatan.2. Sumber Daya Kesehatan yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upayaperencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secaraterpadu dan saling mendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakatsetinggi-tingginya.Tujuan Sumber Daya Kesehatan, secara khusus bertujuan untuk menghasilkan sumber dayamanusia kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut :1. Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan memahami pendekatan,metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan keterampilan penerapannya di dalampengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan2. Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah pengembangan danpengelolaan sumber daya manusia kesehatan melalui kegiatan penelitian3. Mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan denganketajaman analisis permasalahan kesehatan,merumuskan dan melakukan advokasiprogram dan kebijakan kesehatan dalam rangka pengembangan dan pengelolaansumber daya manusia kesehatan Seminar Hasil Penelitian “Akses dan Pemanfaatan Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan pada Perempuan Miskin” Women Research Institute Jakarta, 30 Juni 2008

Upload: soma-tirta

Post on 06-Nov-2015

10 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

hhh

TRANSCRIPT

SUMBER DAYA KESEHATANSumber daya kesehatan merupakan tatanan yang menghimpun berbagai upaya perencanaan.Pendidikan, dan pelatihan, serta pendayagunaan tenaga kesehatan secara terpadu dan salingmendukung guna mencapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya. Tenagakesehatan adalah semua orang yang bekerja secara aktifdan profesional dibidang kesehatan,berpendidikan formal kesehatan atau tidak, yang untuk jenis tertentu memerlukan upayakesehatan.Ada 2 bentuk dan cara penyelenggaraan sumber daya kesehatan, yaitu :1.Tenaga kesehatan, yaitu semuaorang yangbekerja secara aktifdan profesional dibidang kesehatan berpendidikan formal kesehatan atau tidak,yang untuk jenis tertentumemerlukan upaya kesehatan.2.Sumber Daya Kesehatan yaitu tatanan yang menghimpun berbagai upayaperencanaan, pendidikan dan pelatihan serta pendayagunaan tenaga kesehatan secaraterpadudansalingmendukung gunamencapai derajatkesehatanmasyarakatsetinggi-tingginya.Tujuan Sumber Daya Kesehatan, secara khusus bertujuan untuk menghasilkan sumber dayamanusia kesehatan yang memiliki kompetensi sebagai berikut :1.Mampu mengembangkan dan memutakhirkan ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang promosi kesehatan dengan cara menguasai dan memahami pendekatan,metode dan kaidah ilmiahnya disertai dengan keterampilan penerapannya di dalampengembangan dan pengelolaan sumber daya manusia kesehatan2.Mampu mengidentifikasi dan merumuskan pemecahan masalah pengembangan danpengelolaan sumberdaya manusia kesehatan melalui kegiatan penelitian3.Mengembangkan/meningkatkan kinerja profesionalnya yang ditunjukkan denganketajaman analisis permasalahan kesehatan,merumuskan dan melakukan advokasiprogram dan kebijakan kesehatan dalam rangka pengembangan dan pengelolaansumber daya manusia kesehatan

Seminar Hasil PenelitianAkses dan Pemanfaatan Fasilitasdan Pelayanan Kesehatan pada Perempuan MiskinWomen Research InstituteJakarta, 30 Juni 2008

Latar BelakangWomen Research Institute (WRI) telah melakukan penelitian dengan topik Akses dan Pemanfaatan Fasilitas dan Pelayanan Kesehatan pada Perempuan Miskin. Penelitian dengan topik kesehatan ini dilakukan di 7 daerah penelitian, yaitu Kabupaten Indramayu, Kabupaten Sumba Barat, Kota Surakarta, Kabupaten Lombok Tengah, Kabupaten Jembrana, Kabupaten Lebak dan Kabupaten Lampung Utara yang dilakukan pada April 2007-April 2008. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan metode kuantitatif survei dan kualitatif.Secara umum penelitian WRI dilaksanakan dengan maksud mengidentifikasi berbagai masalah yang dihadapi oleh perempuan miskin dalam hal mengakses dan memanfaatkan fasilitas kesehatan. Masalah tersebut memiliki kaitan erat dengan fasilitas dan pelayanan kesehatan itu sendiri, keluarga, dan masalah sosial budaya lainnya. Penelitian ini juga dilakukan untuk mencari upaya perbaikan dari fasilitas kesehatan agar perempuan memiliki akses, pemanfaatan, dan kualitas pelayanan dengan baik.Sehubungan dengan selesainya proses penulisan laporan penelitian yang telah dilakukan, WRI memandang perlu untuk mengadakan seminar guna memaparkan hasil penelitian ini. Berkaitan dengan hal tersebut, WRI akan mengundang rekan-rekan aktivis perempuan, pegiat, pengamat ataupun peneliti yang bergerak di isu kesehatan reproduksi perempuan serta para ahli yang memiliki pengalaman penelitian di bidang kesehatan yang mencakup masalah sosial dan kesehatan reproduksi perempuan. Selain itu, WRI juga akan mengundang ahli statistik yang memiliki pengalaman penelitian survei untuk memberi masukan terhadap hasil survei penelitian yang telah dilakukan.Berbagai masukan dari peserta seminar ini akan bermanfaat guna menyempurnakan laporan penelitian yang telah dibuat serta memberi masukan bagi rekomendasi yang diperlukan guna mendorong upaya peningkatan kualitas fasilitas dan layanan kesehatan serta alokasi anggaran yang memadai bagi kesehatan pada masyarakat miskin serta kesehatan reproduksi perempuan pada khususnya.Tujuan1. Mendapatkan masukan atas hasil penelitian yang telah dilakukan di 7 daerah penelitian.2. Mendapatkan masukan dalam penyempurnaan laporan dan rekomendasi hasil penelitian, guna mendorong upaya peningkatan kualitas fasilitas dan layanan kesehatan, termasuk upaya perumusan kebijakan yang memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan reproduksi serta alokasi anggaran yang memadahi bagi kesehatan masyarakat (perempuan miskin).Metode Kuantitatif (Survey) Kabupaten:1. Dua kabupaten: HDI rendah (Sumba Barat, Lombok Tengah2. Dua kabupaten: kebijakan bagus (Surakarta, Jembrana)3. Tiga kabupaten: Gakin, akses sulit, derajat kesehatan rendah (Lebak, Lampung Utara, dan Indramayu) Populasi: kelompok masyarakat miskin, khususnya perempuan (yang memiliki batita) di daerah miskin (indikator SMERU dan indikator Gakin/BPS) Sampel: 300 per kabupaten (presisi 5%)1. Dua kecamatan dan empat desa per kabupatenMetode Kualitatif Wawancara mendalam terhadap 30 informan: perempuan, paraji, tokoh perempuan, tokoh desa, kader posyandu, bidan desa, pustu, puskesmas, NGO, Komisi Transparansi dan Partisipasi (KTP), Dinas Kesehatan, Ikatan Bidan Indonesia (IBI), dan Bappeda. Focus Group Discussion (FGD), melibatkan perempuan, tokoh perempuan, tokoh desa, kader posyandu, bidan desa, pustu, puskesmas, NGO, KTP, Dinas Kesehatan, IBI, dinas KB dan kependudukan, dan Bappeda.Rangkuman:Akses dan Pemanfaatan Pelayanan Kesehatan Reproduksi bagi Perempuan Miskin (Hasil Studi WRI di 7 Kabupaten: Lampung Utara, Lebak, Indramayu, Solo, Jembrana, Lombok Tengah, dan Sumba Barat) 2007Edriana Noerdin (Women Research Institute)Simpulan Sementara Penelitian Kuantitatif1. Semakin rendah tingkat pendidikan dan pendapatan perempuan, pilihan persalinan semakin banyak ke dukun2. Semakin banyak anak pilihan persalinan semakin banyak ke dukun.3. Semakin jauh dan semakin sulit jarak tempuh mengakses fasilitas dan tenaga kesehatan, dukun menjadi alternatif pilihan utama.4. Walaupun ada jaminan pelayanan kesehatan gratis, tidak serta merta mengurangi pilihan perempuan miskin untuk ke dukun seperti di Lebak, Lampung Utara dan Sumba Barat karena sosialisasi layanan gratis tidak merata, dan dukun mudah diakses.5. Pilihan masyarakat ke dukun dipengaruhi oleh jarak tempuh, pelayanan perawatan bayi dan ibu paska melahirkan, fleksibilitas pembayaran (in-natura) dan kapercayaan dan tradisi masyarakat yang masih kuat6. Belum ada kebijakan khusus berkaitan dengan kesehatan reproduksi perempuan khususnya penekanan implementasi bidan tinggal didesa.7. Biaya bersalin yang dianggap mahal masih menjadi alasan masyarakat untuk melahirkan di dukun.8. Ada peningkatan pendidikan berkala kesehatan reproduksi bagi bidan agar mampu memberikan layanan persalinan, KB dan pemeriksaan gejala infeksi menular sexual yang memadai dan dipercaya oleh masyarakat.9. Secara umum alokasi anggaran kesehatan masih rendah berkisar antara 4% - 7% dari total APBD10. Secara umum Alokasi anggaran Kespro sangat kecil Permasalahan reproduksi perempuan, penurunan AKI/AKB varian tiap daerah. Tidak bisa diintervensi sama4. Belanja sektor kesehatan secara nasional masih belum memadai, sebelum peningkatan alokasi penting melihat efisiensi dan efektivitas anggaran (trend indikator kesehatan berbanding trend belanja kesehatan)5. Politik anggaran belum berpihak pada kesehatan, secara politik masih dipandang sebagai belanja sosial ketimbang investasi6. Belum ada ASB (Analisa Standar Belanja), program, kegiatan dan unit cost yang diperlukan untuk penurunan AKI/AKB dan Kespro perempuan7. Formulasi anggaran belum berpihak pada kelompok perempuan dan miskin. Ruang Musrenbang masih netral rawan pembajakan8. Tidak seluruh pengeluaran sektor kesehatan tercatat dalam APBD. Dana dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan pada daerah miskin untuk program kesehatan perorangan dan publik (sarpra) memiliki kontribusi besar9. Ketegasan pembagian urusan kesehatan pusat dan daerah (sebagai ujung tombak) harus disertai devolusi fiskal10. Besarnya alokasi anggaran kesehatan Bukan Jaminan perbaikan sektor/indikator layanan kesehatanStrategi Making Pregnancy SaferDr. Lukman Hendro Laksmono, MBA (HPN)(Direktorat Bina Kesehatan Ibu, Departeme Kesehatan RI)StrategiMaking Pregnancy Safer1. Peningkatan akses dan kualitas pelayanan kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir di tingkat pelayanan dasar dan rujukan2. Membangun kemitraan yang efektif3. Mendorong pemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat4. Penguatan manajemen program KIA: sistem survailans, monitoring dan informasi KIA dan pembiayaanIbu meninggal disebabkankarena tidak mempunyai akses ke pelayanan kesehatan ibu berkualitas, terutama pelayanan kegawatdaruratan tepat waktu yang dilatarbelakangi kejadian:1. Terlambat mengenal tanda bahaya dan mengambil keputusan2. Terlambat mencapai fasilitas kesehatan3. Terlambat mendapatkan pelayanan di fasilitas kesehatanPeningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Kesehatan Ibu, Bayi Baru Lahir1. Keluarga Berencana: Penyediaan pelayanan KB gratis bagi Gakin Penyediaan Alokon Menurunkan kejadian Unmet Need dan 4 terlalu2. Pelayanan Antenatal: Peningkatan kualitas: pemeriksaan laboratorium, konseling, imunisasi dan gizi Integrasi dengan program terkait: IMS, HIV, Malaria, Tb dan kecacingan Program perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi (P4K)3. Pertolongan persalinan: Kemiteraan bidan dukun Persalinan dengan MAK III Pertolongan persalinan di fasilitas kesehatan4. Pelayanan masa nifas: Ibu Neonatus Dilakukan sedini mungkin5. Penanganan Komplikasi: Penyediaan Puskesmas mampu PONED dan RS mampu PONEK yang berfungsi Menurunkan CFRPemberdayaan perempuan, keluarga dan masyarakat Pendidikan kesehatan reproduksi remaja di sekolah (formal dan non formal) dan non sekolah Promosi tentang kesehatan reproduksi pada masyarakat termasuk pemerintah Peningkatan pengetahuan dan kesiapan tentang bahaya kehamilan, persalinan dan nifas --> Desa Siaga, GSI, pemanfaatan Buku KIA dan P4KBidan Ujung Tombak Pelayanan Kesehatan Ibu dan AnakEmi Nurjasmi (PP Ikatan Bidan Indonesia)Peningkatan Akses dan Kualitas Pelayanan Maternal dan Neonatal Di masyarakat (Pelayanan esensial, deteksi kasus risti + PPGDON di Polindes/Poskesdes) Puskesmas (Pelayanan esensial, deteksi kasus risti + PONED (Tim PONED) RS. Kabupaten/Kota (Pelayanan esensial, deteksi kasus risti + PONEK (Tim PONEK) Pemantapan jaringan pelayanan obstetri dan neonatal di wilayah kabupaten/kota Peningkatan Kemitraan (Lintas sektor dan program) JamkesmasPrinsip Pelayanan Kebidanan di Desa Pelayanan di komunitas desa sifatnya multi disiplin meliputi ilmu kesehatan masyarakat, kedokteran, sosial, psikologi, komunikasi, ilmu kebidanan, dan lain-lain yang mendukung peran bidan di komunitas Dalam memberikan pelayanan di desa bidan tetap berpedoman pada standar dan etika profesi yang menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia Dalam memberikan pelayanan bidan senantiasa memperhatikan dan memberi penghargaan terhadap nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, sepanjang tidak merugikan dan tidak bertentangan dengan prinsip kesehatan.Ukuran keberhasilan bidan dalam pelayanan di komunitas/desa tidak hanya penurunan AKI dan AKB, tapi juga bangkitnya gerakan masyarakat untuk mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhan kesehatan serta kualitas hidupnya.Kesimpulan1. Pada hakekatnya masyarakat punya hak memperoleh pelayanan yang berkualitas -->Ibu Sehat Bayi sehat --> Bangsa sehat2. Bidan sebagai pemberi jasa harus menjaga mutu pelayanan dan melayani sesuai kebutuhan (mitra perempuan)3. Bidan harus tetap meningkatkan kemampuan4. Bidan sebagai tenaga kesehatan pada lini terdepan (ujung tombak)5. Bidan punya kebutuhan dan harapan (kesejahteraan, masa depan dan keamanan)6. Pemerintah bertanggungjawab menyediakan yankes (Sarana prasana, SDM dll (Sustainabilitydan Jamkesmas?)7. Pemerintah dan OP melakukan pengawasan dan pembinaanKesenjangan Kebijakan dan Implementasi Kebijakan Kesehatan ReproduksiRoy Tjiong (Ketua Panah Medik/Kespro PKBI)Penurunan Kematian Ibu di Indonesia Gerakan Sayang Ibu: Indonesia ikut mendukung WSC (1990), yakni bersepakat untuk menurunkan AKI menjadi separuh pada tahun 2000 (225 per 100.000 kelahiran) dan meningkatkan layanan keluarga berencana bagi yang membutuhkan. BKKBN melancarkan Kampanye Ibu Sehat Sejahtera (KISS), kemudian diperbaharui menjadi Gerakan Keluarga Sehat Sejahtera (GKSS) Perbaikan kualitas layanan antenatal untuk mengenali secara dini kehamilan risiko tinggi program bidan di desa Pada tahun 1996 dicanangkan Gerakan Sayang IbuPokok Permasalahan Rendahnya akses penduduk miskin pada layanan kesehatan yang berkualitas sehingga status kesehatan mereka tertinggal dibandingkan dengan kelompok masyarakat yang lebih mampu Motivasi rendah khususnya untuk penempatan di daerah terpencil dan miskin Kebijakan insentif yang lemah Dwi-fungsi memberikan insentif yang lebih kuat bagi petugas kesehatan untuk bekerja di pusat-pusat pertumbuhan Program PTT dan berbagai insentif yang dikembangkan belum berhasil mengatasi kesenjangan geografis Decentralisasi secara nyata semakin memperburuk skema insentif dan semakin melemahkan sistem informasi kesehatanQuality of Care Bidan setelah mengenali kondisi gawat darurat kebidanan perlu segera merujuk ibu bersalin ke sistem rujukan yang handal Namun, tidak jarang sistem rujukan yang tersedia belum didukung kompetensi klinis dan kelengkapan peralatan medis yang tersedia masih sub-standar Peran bidan adalah mengenali kasus gawat darurat, merujuk dan memfasilitasi proses rujukanTantangan AKI di Indonesia Masih rendahnya cakupan perawatan antenatal dan persalinan oleh nakes terlatih rendahnya posisi tawar perempuan Penyebab utama AKI di Indonesia adalah perdarahan dan infeksi, di balik angka ini tersembunyi abortus1. Ditaksir 2,3 juta abortus (tidak aman) terjadi setiap tahun di Indonesia2. 1 juta keguguran spontan3. 700.000 karena tidak menggunakan alkon kehamilan tidak diinginkan4. 600.000 karena kegagalan KB 15% aborsi dilakukan oleh kelompok usia