sultan iskandar muda

Upload: patria-aneuk-aceh

Post on 06-Mar-2016

11 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

Sejarah Aceh Darussalam

TRANSCRIPT

SULTAN ISKANDAR MUDA

A.Pendahuluan1.Profil Sultan Iskandar MudaSultan Iskandar Muda lahir pada tahun 1590 M. Ayahnya bernama Mansyur Syah bin Abdul Djalil bin Al-Kahhar yang memiliki hubungan dengan keluarga Sultan Aceh sebelumnya, yaitu Sultan Firman Syah. Ibunya merupakan putrid Indra Bangsa binti Sultan Alaidin Riayat Syah Saidi Al-Mukammil. Disinyalir bahwa Sultan Iskandar Muda berkeinginan untuk menjadikan kerajaan Aceh Darussalam sebanding dengan kerajaan Iskandar di Iskandariyah dan Iskandar Raja Yunani. Sejak kecil, kepribadian Sultan Iskandar Muda terlihas sebagai seorang yang bijaksana dansangat berani. Karena keberaniannya tersebut, beliau pernah memberontak kepemimpinan Sultan Riayat Syah dan pada saat itu pula beliau dipenjara. Kemudian Iskandar Muda dilepaskan kembali karena permintaannya untuk melawan tentara pertugis yang ada di Aceh dan seluruh Sumatera.Sultan diangkat menjadi Sultan Aceh dengan gelar Sultan Iskandar Muda yang diangkat pada tahun 1607 M. Selain gelar tersebut, beliau juga mendapat gelar dan dikenal dengan Mahkota Alam, Tun Pangkat, Parmawangsa dan Seri Perkasa Alam Johan Berdaulat. Selain dikenal sebagai seorang yang bijaksana, Sultan masih tetap berpegang pada prinsip pemerintahan sebelumnya yang tidak pernah berkompromi dengan penjajah. Oleh karena keagungannya, telah banyak menarik ahli sejarah banyak mengkaji dan menulis kepribadian dan kekuasaan Beliau saat memimpin Kerajaan Aceh Darussalam.

2.Kepemimpinan Sultan Iskandar MudaPada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, yang dinobatkan pada tahun 1607 M, yang menggantikan kepemimpinan sebelumnya, Sultan Riayat Sah, Aceh mendapat keagungan dan pengakuan seluruh dunia. Dalam beberapa literature, dijelaskan bahwa dibawah kepemipinan Sultan Iskandar Muda mampu mengalahkan Portugis di perairan Aceh. Sebanyak 300 tentara Portugis yang dipimpin oleh Affonso De Castro meninggal dan dapat dikalahkan oleh kerajaan Sultan. Dijelaskan pula, bahwa menjelang satu abad berdirinya kerajaan Aceh Darussalam yang diproklamasikan oleh Sultan Ali Mughayat Syah, merupakan Masa yang begitu matang dalam menata dan membina sebuah kekuasaan politik yang kokoh. Prinsip-prinsip yang telah dijalankan oleh kepemimpinan Sultan Iskandar Muda didasari oleh sebuah keyakinan yang turun temurun yang didasari oleh karena agama, ekonomi yang kuat karena hasil bumi dan pertahanan yang kuat karena senjata. Keyakinan tersebut telah menjadi dasar dari politik kerajaan Aceh Darussalam pada masa pemerintahannya.

B.Peran Sultan Iskandar MudaPuncak keemasan dan kegemilangan Kerajaan Aceh Darussalam terwujud dari peran strategis yang dilakukan Sultan Iskandar Muda pada waku memimpin kerajaan tersebut, diantaranya yaitu: Manyekat pengaruh Kristen, Menjalin Hubungan Diplomatik, Memperluas wilaya penaklukan, Menjadikan Aceh sebagai pusat pendidikan, Melaksanakan hokum Islam dalam pemerintahan, Mengalakkan kegiatan dakwah dan mendorong perkembangan tasawuf. Di bawah ini dijelaskan beberapa peran beliau terkait dengan sejarah kepemimpinannya, yaitu:

1.Manyekat pengaruh Kristen.Seperti keterangan terdahulu yang dinukil dari beberapa literature sejarah, bahwa misi utama Sultan Iskandar Muda saat memimpin Kerajaan Aceh Darussalam adalah melanjutkan cita-cita pemimpin terdahulu, yaitu mengusir Potugis dari nusantara. Pada saat Malaka dikuasai oleh Portugis pada tahun 1511 M, semakin memperluas pengaruh Kristen di wilayah itu. Berdasarkan pengaruh inilah, Slta Iskandar Muda mengatur dan mengerahkan tentara kerajaan untuk menyerang Portugis di Malaka dan pada saat tersebut dapat direbut benteng Portugis, yang dikenal dengan A Famosa. Serangan pertama dilakukan pada tahun 1615 M dan serangan kedua pada tehun 1629 M.

Walaupun benteng pertahanan Portugis pertama dapat direbut, terdapat pula keterangan bahwa serangan-serangan yang dilakukan Kerajaan Aceh Darussalam kepada Pertugis di Malaka sangat sulit dan dapat dikatakan gagal. Kegagalan tersebut dikarenakan Goa, Johor, Pahang dan Pattani bersekongkol dengan tentara Portugis.Menurut gambaran sejarah yang dipaparkan oleh Ajidar Matsyah, bahwa Portugal tidak dapat dikalahkan pada waktu itu, karena Aceh masih mempertimbangkan agar kerajaan semenanjung melayu tidak bekerjasama dengan pihak Portugis sebagai penjajah. Meskipun demikian, Portugis terpaksa mundur dari nusantara, karena mendapat serangan dari Belanda sekitar tahun 1641 M serta seringnya mendapat ancaman dari Kerajaan Aceh Darussalam.

2.Menjalin Hubungan Diplomatik.Dalam masa pemerintahan Iskandar Muda, terjalin hubungan diplomatic dengan Negara-negara luar, khususnya Negara-negara Islam dan Eropa. Hubungan diplomatic dengan Negara-negara Eroa seperti Belanda, Inggris, Amerika, Tiongkok dan lain-lain. Keberhasilan Aceh menjalin hubungan dengan Eropa dan Negara-negar Islam, menjadikan Aceh menjadi salah satu dari lima besar Negara Islam yang berpengaruh di dunia waktu itu, yaitu:-Kerajaan Islam Turki Utsmani di Istanbul.-Kerajaan Islam Agra d India.-Kerajaan Islam Isfahan di Timur Tengah.-Kerajaan Islam Mahgribi di Afrika Utara.-Kerajaan Islam Aceh Darussalam di Asia Tenggara.Kelima Negara Islam tersebut bukan hanya menjalin hubungan dalam lingkup sebagai satu organisasi Islam semata, melainkan juga kerjasama yang melingkupi bidang ekonomi, politik, ketentaraan dan kebudayaan. Seperti kerajaan Turki membantu kerajaan Aceh ketika perang melawan Portugis di Malaka.

3.Memperluas wilayah penaklukan.Secara singkat, kerajaan Aceh Darussalam yang dipimpin oleh Sultan Iskandar Muda melakukan perluasan wilayah hingga Malaka, dan disetiap wilayah taklukannya diberlakukan hokum Islam. Keberhasilan Iskandar Muda dalam memperluas wilayah kekuasaannya tidak terlepas dari konsep dasar politik luarnya yang kuat.

4.Menjadikan Aceh sebagai pusat pendidikan.Sejarah mencatat bahwa pada abad ke 8 M sampai abad ke 13 M, merupakan masa-masa suram bagi Negara Eropa dan abad kegemilangan bagi Islam. Dengan istilah lain, masa tersebut adalah era kegelapan bagi Eropa dan era keemasan Islam. Pusat kegemilangan Islam terjadi di Baghdad, timur tengah yang menjadi tempat perkembangan ilmu pengetahuan dan tamaddun (kebudayaan) Islam.

Pada saat tersebut, yaitu antara abad ke 8 dan ke 13 M, Timur Tengah memiliki institusi-institusi pendidikan Islam yang besar, system modern dan berstaf dunia. Diantaranya yaitu Al-Azhar di Kairo Mesir, Al-Madrasah Al-Nizamiyah di Nisyapur Baghdad, Al-Madrasah Al-Muntasiriyah di Baghdad, Al-Zaitun Di Tunisia, serta Universitas Cadova di Spanyol.Setelah Abad ke 13, dunia Islam mengalami kemunduran dan kemajuan ilmu pengetahuan berpindah ke wilayah Eropa atau sering disebut sebagai masarenaisanse. Berbeda dengan di Timur Tengah, sejarah mencatat bahwa pada abad tersebut, Kerajaan Aceh Darussalam di Asia Tenggara tetap kokoh berdiri. Masa Iskandar Muda, Kerajaan Aceh Darussalam juga mengalami kemajuan dalam bidang pendidikan. Secara tidak langsung, dapat dikatakan bahwa pusat kegemilangan pendidikan Islam yang pernah muncul di Timur Tengah pada abad 13, kembali munculndi Aceh. Tepatnya pada abad ke 17, Aceh telah mampu melahirkan ulama-ulama besar yang setaraf dengan ulama di Timur Tengah.

Pada Masa Sultan Iskandar Muda, system pendidikan ditata secara baik dan teratur. Terdapat beberapa institusi-institusi sebagai tempat pengkajian berbagai disiplin ilmu pada masa Kerajaan Aceh Darussalam yang dipimpin oleh Iskandar Muda, diantaranya yaitu Meunasah, Rangkang, Dayah (dayah cut dan Dayah Chik), serta Mesjid. Salah satu tokoh ulama besar yang terlahir pada masa kjayaan Islam di Aceh Darussalam yaitu Nuruddin Al-Raniry dan Hamzah Fansuri.

5.Melaksanakan hukum Islam dalam pemerintahan.Sejak berdirinya kerajaan Aceh Darussalam, setiap pemimpin yang memegang kekuasaan selalu berdampingan dengan para ulama, tidak terkecuali Sultan Iskandar Muda. Ulama dan Sultan sebagai pemerintah, Sultan Iskandar Muda selalu didampingi oleh ulama dan sekaligus sebagai penasehat di kerajaannya. Oleh karena ulama juga berperan dalam eksistensi kerajaan, maka Sultan Iskandar Muda mendirikan satu lambaga yang disebut dengan Balei Gadeng. Lambaga ini merupakan sebuah lembaga pemerintahan ulama yang terdiri dari 22 ulama terkemuka.Balai Gadengini berbentuk majlis syura dalam struktur pemerintahan kerajaan.

Dengan demikian, unsure-unsur Islam dapat dengan mudah diimplementasikan dalam berbagai aspek. Misalnya dalam masalah hokum Islam yang penerapannya sangat ketat dan dibantu oleh para ulama. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan bukti sejarah bahwa Sultan Iskandar Muda pernah menghukum Putranya dengan hokum Rajam karena telah melanggar ketentuan Islam (Hukum Islam).

6.Menggalakkan kegiatan dakwah dan mendorong perkembangan tasawuf.Kegiatan dakwah merupakan salah satu tugas seorang muslim untuk menyiarkan agama Islam. Begitu juga dengan Sultan Iskandar Muda, dalam masa pemerintahannya berperan besar dalam menggalakkan kegiatan dakwah keseluruh nusantara. Misalnya, beliau pernah mengirim banyak juru dakwah ke kepulauan Melayu, Pulau Jawa hingga ke Filipina.Ulama dari Aceh yang menjalankan dakwah tersebut diantaranya yaitu Syaikh Syamsudin Sumatrani dan Hamzah Fansuri. Keduanya pernah melakukan dakwah Islamiyah ke wilayah Tanah Melayu. Misi dakwah saat itu bukan hanya dilakukan oleh para ulama Aceh saja, melainkan juga diikuti oleh ulama yang berasal dari Arab dan India. Ulama yang disebutkan terakhir tersebut disinyalir menjalankan perintah Iskandar Muda.[4]Semasa kepemimpinan Sultan Iskandar Muda, ilmu tasawuf juga mengalami perkembangan yang sangat pesat dengan berbagai aliran tasawuf di Aceh. Secara umu, tasawuf yang berkembanga di Aceh digolongkan dalam dua aliran utama, yaituwahdatul wujuddanwahdatul syuhudyang masing-masing pembawanya yaitu Hamzah Fansuri dan Abdul Rauf Fansuri.

C. PenutupKesimpulanDari uraian tersebut di atas, dapat disimpulkan dalam beberapa poin, diantaranya yaitu:1.Sultan Iskandar Muda merupakan seorang tokoh pemimpin yang memiliki sikap pemberani dan bijaksana. sehingga, dengan sikapnya tersebut mampu menciptakan kejayaan Kerajaan Aceh Darussalam.2.Tujuan utama dari kepemimpinan Sultan Iskandar Muda untuk mengusir penjajah yang dalam hal ini adalah tentara Portugis. Selain tujuan tersebut, terdapat pula tujuan lain yaitu mendakwahkan syiar Islam keseluruh kerajaan dan bahkan di luar kerajaan.3.Terdapat beberapa peran penting Sultan Iskandar Muda dalam masa kepemimpinannya, yaitu manyekat pengaruh Kristen, menjalin hubungan diplomatik, memperluas wilayah penaklukan, menjadikan Aceh sebagai pusat pendidikan, melaksanakan hukum Islam dalam pemerintahan, menggalakkan kegiatan dakwah dan mendorong perkembangan tasawuf

DAFTAR PUSTAKA

Ajidar Matsyah,Jatuh Bangun Kerajaan Islam Di Aceh, 2013. Yogyakarta: KaukabaYunus Djamil,Tawarich Raja-Raja Kerajaan Aceh,1961. Banda Aceh: Kodam I Iskandar MudaZainuddin,Tarich Atjeh dan Nusantara, 1961. Medan: Pustaka Iskandar Muda

6