sukun komoditi pangan alternatif

Upload: athanasius-herdiriyono

Post on 07-Oct-2015

9 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sukun

TRANSCRIPT

SUKUN KOMODITI PANGAN ALTERNATIFHUTAN KEMASYARAKATANSukun an Alternative Food Community Forest

Dedi Setiadi, Hamdan A. Adinugraha dan NK. KartikawatiPusat Litbang Hutan Tanaman

PENDAHULUANPohon sukun banyak ditanam di pekarangan dan telah dikenal masyarakat luas. Bentang keragaman genetiknya sangat luas, dari Sumatra, Jawa, Kalimantan, Nusa Tenggara, Sulawesi sampai Papua. Sukun adalah salah satu jenis tanaman dari famili Moraceae dengan nama botanis Artocarpus altilis. Sukun dapat tumbuh hampir disemua tipe lahan dan jenis tanah di Indonesia, pada ketinggian tempat 0 m 700 m dpl, namun tumbuh optimal pada ketinggian 0 m 400 m dpl, dengan tanah alluvial yang kaya humus. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan tanaman sukun adalah 1500 mm 2500 mm/th dengan kelembaban 70%-90%.

Tanaman sukun mulai berbuah pada umur 4 tahun, tetapi pada lingkungan yang sesuai seringkali berbuah pada umur 3 tahun. Satu batang pohon sukun dapat menghasilkan 50 100 buah setiap panen atau 100 kg 150 kg (rata-rata berat buah berkisar 1,5 kg- 2 kg). Buah sukun berbentuk lonjong, berkulit hijau dan kekuning-kuningan, dengan daging buah putih krem, karbhidrat tinggi dan setelah masak bertekstuk padat, lunak dengan rasa gurih manis. Masyarakat di beberapa daerah memanfaatkan daun dan kulit batang pohon sukun sebagai bahan ramuan obat. Banyak sekali manfaat yang dapat diambil dari tanaman sukun sehingga sangat pantas apabila tanaman ini digolongkan sebagai tanaman serbaguna.Mengingat penduduk Indonesia masih memerlukan sumber karbohidrat di samping beras, maka sukun dengan kultivarnya dapat dijadikan alternative salah satu bahan sumplemen kebutuhan karbohidrat tersebut. Pada masa akhir-akhir ini ada kecenderungan pengabaian budidayanya, sehingga sudah dirasakan sulit memperoleh buah sukun. Sukun biasanya ditanam di lahan pekarangan di sekitar rumah penduduk, berdampingan dengan tanaman lain baik tanaman palawija maupun jenis hortikula lainnya. Pohon sukun mempunyai perakaran dalam dan bertajuk rindang, dengan tinggi dapat mencapai 30 m dan diameter antara 90 cm- 120 cm.

PROSPEK DAN PENGEMBANGANSumber PanganUntuk memenuhi kebutuhan pangan nasional perlu pengembangan sumber-sumber pangan potensial selain beras. Sumber pangan ini sangat penting untuk mencukupi kebutuhan gizi masyarakat terutama karbohidrat, protein, dan vitamin. Sukun merupakan salah satu sumber pangan yang kaya karbohidrat, sehingga sangat perlu mendapat perhatian pengembangannya sebagai pelengkap bahan pangan dimasa mendatang terutama untuk mendukung program keanekaragaman pangan. Pada daerah tertentu, sukun dapat digunakan sebagai alternatif pangan dimana pada bulan Januari-Pebruari dan September-Oktober sering terjadi musim panceklik padi (Maruhum, 1991). Selain itu mengingat vitamin yang terkandung di dalamnya, buah sukun sangat cocok sebagai makanan pengganti, selain ubi jalar, singkong, maupun talas. Dalam setiap 100 gram buah sukun terkandung air (65 gr 85 gr), proein (1,2 gr 1,4 gr), lemak (0,2 gr 0, 5 gr) serta karbohidrat (21,5 gr 31,7 gr) dan juga terdapat kandungan kalsium (18 mg 32 mg), phosphor (52 mg 88 mg), zat besi (0,4 mg 1,5 mg) dan vitamin A (26-40 IU) (FAO, 1972).

Pertimbangan lain bahwa sukun sebagai bahan pangan karena pohonya dapat berbuah setiap saat secara kontinyu dan tidak dipengaruhi curah hujan. Hal ini merupakan kelebihan tanaman sukun dibandingkan dengan tanaman pokok konvensional( Pitoyo, 1989). Selain relatif cepat menghasilkan buah, teknik budidaya sukun juga mudah. Dengan perlakuan sederhana dapat diperoleh tanaman sukun yang cukup baik, bahan tanaman ini dapat tumbuh di lahan yang marginal dan tahan kemarau panjang. Oleh karena itu, sukun baik untuk dikembangkan sebagai tanaman pekarangan yang berfungsi sebagai sumber pangan.

Sumber pendapatanKetersediaan pangan terkait dengan kegiatan produksi, distribusi dan perdagangan termasuk penyelenggaraan cadangan ekspor dan impor. Akses penduduk terhadap pangan terkait dengan kemampuan produksi pangan ditingkat rumah tangga, kesempatan kerja dan pendapatan keluarga (Suryana, 2004). Dalam kaitan ini, potensi sukun sebagai panganan kecil memberi peluang bagi masyarakat dan petani sukun, yaitu usaha kebun sukun dapat memberikan tambahan pendapatan, baik dalam kegiatan produksi maupun kegiatan pemasarannya.

Dilihat dari analisis ekonominya, sukun yang produktif berbuah akan mendapatkan pendapatan yang tidak sedikit. Pada saat panen rfaya, rata-rata satu pohon dewasa dapat menghasilkan 100 buah, yang memiliki berat antara 1kg-1,5kg tiap buah. Sebagai contoh di pasar lokal Yogyakarta, harga setiap buah sukun berkisar Rp. 3.000-4.000, sehingga dari satu pohon sukun diperoleh pendapatan sebesar 300.000 400.000 setiap kali panen. Selain dari perdagangan buah, usaha pembibitan tanaman sukun memberi peluang bisnis yang menjanjikan. Pengadaan bibit sukun dapat dilakukan dengan cara yang mudah dan murah mengingat perbanyakan bibit dapat diperoleh melalu stek, akar dan pucuk. Kayu batang pohon sukun kurang baik digunakan untuk bahan bangunan rumah, karena tidak kuat atau rapuh, akan tetapi cukup untuk dimanfaatkan sebagai bahan peti kemas atau peti buah-buahan dan kayu bakar.

C. Tanama ObatMasyarakat pedesaan sudah terbiasa menggunakan obat-obatan tradisional dari berbagai tanaman yang tumbuh di sekitar tempat tinggalnya, salah satu diantaranya adalah sukun untuk pencegahan penyakit liver, hepatitis, sakit gigi, gatal-gatal dan ginjal. Heyne (1987) mengemukakan bahwa tanaman sukun sangat bermanfaat untuk berbagai keperluan, antara lain daunnya dapat digunakan sebagai ramuan obat gosok untuk kulit yang bengkak dengan cara membakarnya, kemudian abu hasil pembakaran dicampur minyak kelapa dan kunyit. Selain itu daun sukun juga baik digunakan sebagai bahan pencampur makanan ternak.Masyarakat Ambon memanfaatkan kulit batang pohon sukun untuk obat mencairkan darah bagi wanita yang telah melahirkan (8-10 hari). Untuk penyakit jantung dan ginjal, beberapa pakar obat tradisional meragukan khasiat daun sukun karena belum diperoleh hasil farmakologinya. Namun demikian beberapa masyarakat telah percaya dan mencoba khasiat daun sukun dapat digunakan untuk mengobati penyakit jantung dan ginjal. Cara untuk pengobatan penyakit jantung, satu lembar daun dicuci bersih lalu dijemur sampai kering, kemudian direbus dengan 5 gelas air. Ketikal rebusan air tinggal separuh, tambah air hingga mencapai 5 gelas kembali, kemudian setelah mendidih ramuan tersebut diangkat, disaring, didinginkan untuk diminum. Ramuan tersebut harus habis diminum pada hari itu juga dan tidak boleh disisakan untuk diminum esok harinya. Pengobatan dilaksanakan dengan membuat dan meminum ramuan tersebut setiap hari.Untuk pengobatan penyakit ginjal, tiga buah daun sukun tua dicuci bersih, dirajang dan hasil rajangan dijemur sampai kering, kemudian direbus dalam 2 liter air. Setelah rebusan tinggal separuhnya tambahkan 1 liter air. Setelah mendidih diangkat dan disaring, kemudian tunggu sampai dingin untuk siap diminum. Ramuan tersebut dibuat dan diminums etiap hari, tapi harus diingat bahwa air rebusan tidak dapat diesokkan.

Tanaman Pelindung Sukun sangat cocok dijadikan salah satu jenis tanaman penghijauan karena dapat tumbuh di lahan marginal, tumbuh baik pada daerah 0 m 700 m dpl, bersifat menyimpan air, serta mempunyai daun lebar dengan permukaan bagian atas tertutup lapisan lilin yang dapat mengurangi penguapan (Gunarto, 1990). Pohon sukun mempunyai pengakaran yang kuat dan dalam, berdaya cengkram kuat sehingga membuat tanah menjadi lebih tahan terhadap erosi permukaan. Perakaran yang intensif menjadikan tanah tidak terlalu padat atau keras sehingga kapasitas infiltrasi dan daya serap air lebih tinggi.

Pohon sukun bertajuk besar dan rindang yang dapat menahan laju grafitasi butir-butir air hujan sehingga daya rusaknya terhadap permukaan tanah (splash erosion) sudah sangat berkurang. Besarnya pengurangan energy dipengaruhi oleh kerapatan dan tinggi tajuk yaitu rapat dan semakin rendah tajuknya akan semakin kecil energy grafitasi butir hujan sewaktu turun kepermukaan tanah (Arsyad, 1989). Selain sebagai pelindung permukaan tanah terhadap terpaan air hujan, tajuk pohon sukun yang rindang merupakan benteng tiupan angin yang kuat. Pertimbangan ini yang mendorong masyarakat di Desa Dum, Distrik Sorong Kepulauan, Papua, menanam sukun dipekarangan rumah. Sebagaimna dimaklumi bahwa desa tersebut berlokasi dikepulauan yang dikelilingi lautan dengan terpaan tiupan angin sangat kencang setiap saat. Suasana teduh yang ditimbulkan rimbunnya tajuk pohon sukun juga telah dimanfaatkan di beberapa obyek wisata, seperti misalnya Dunia Fantasi, Jakarta.

E. Pengembangan SukunSukun mempunyai nilai ekonomi cukup tinggi dan dapat memberikan memberikan tambahan pendapat signifikan bagi rumah tangga petani, seyogyanya pemerintah memasukkan jenis ini sebagai salah satu jenis prioritas dalam program penghijauan. Untuk itu perlu tersedianya teknologi perbanyakan yang tepat dan dalam waktu relatif singkat dapat tersedia bibit dalam jumlah yang cukup tersedia secara terus menerus.Tanaman sukun dapat diperbanyak dengan trubusan akar, cangkok, stek akar dan stek pucuk. Akar yang muncul dipermukaan tanah dan terluka (misalnya terinjak hewan) menjadi tanaman baru yang dapat diambil untuk bibit.Meskipun pengadaan bibit sukun dapat diadakan dengan car mudah dan sederhana, namun program penanaman perlu disertai usaha untuk menjaga kelestarian, kesimambungan produk dan usaha untuk meningkatkan produktifitasnya. Salah satu alternative untuk meningkatkan produktivitas adalah dengan program pemulihan tanaman yang dilakukan oleh Pusat Litbang Hutan Tanaman, Yogyakarta.Kajian uji klon merupakan langkah awal dari pemulihan tanaman sukun. Dengan asumsi bahwa jika pohon induknya unggul yang dipilih dari hasil seleksi, maka diharapkan sebagian besar keturunannya akan mendapatkan kualitas yang baik. Uji klon diawali dengan mencari pohon yang berfenotif unggul, yaitu dengan melakukan pemilihan pohon-pohon yang superior dari populasi yang luas untuk mencari sifat genetik yang unggul sesuai dengan peruntukkan dan nilai ekonominya. Pusat Litbang Hutan Tanaman, Yogyakarta, telah melakukan pemilihan klon-klon sukun yang berfenotif unggul dari populasi Sorong, Mankwari, Bne, Maros, Gunung Kidul, Cilacap, Kuningan, Sukabumi dan Lampung.

PENUTUPBerdasarkan kandungan nutrisinya, buah sukun mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai salah satu makanan pokok di samping beras. Kandungan vitamin dan mineral buah sukun lebih lengkap dibandingkan beras, namun kalorinya lebih rendah. Hal ini merupakan nilai plus dari buah sukun, yaitu dapat digunakan untuk makanan diit. Pada golongan masyarakat tertentu yang menginginkan diit makanan berkalori rendah, dapat memilih buah sukun untuk menu sehari-hari. Untuk mengatasi kelemahan sifat umum buah-buahan segar yang tidak dapat disimpan lama, serta mengantisipasi persediaan secara berkelanjutan, pengolahan dalam bentuk tepung sangat dianjurkan. Dalam bentuk tepung, sukun akan lebih awet, menghemat biaya transportasi dan penyimpanan, nilai ekonominya lebih tinggi, dan dapat dimanfaatkan dalam pebuatan aneka produk panganan. Pengembangan agroindustri aneka tepung dipedesaan sebagai sentra bahan baku diharapkan dapat meningkarkan bargaining position petani, mengubah pola perilaku petik-jual menjadi petik-olah-jual, sehingga meningkatkan peluang kerja dan pendapatan masyarakat, mengurangi laju urbanisasi dan memungkinkan terjadinya aliran dari kota ke desa yang lebih besar.