suku kerinci

8
Suku Kerinci Suku Kerinci adalah suku bangsa yang mendiami wilayah kabupaten Kerinci provinsi Jambi. Populasi suku Kerinci pada sensus tahun 1996 berjumlah sekitar 300.000 orang. Suku Kerinci adalah suatu bangsa yang tergolong dalam kelompok Melayu, tetapi menurut dugaan para peneliti sejarah, bahwa suku Kerinci ini justru lebih tua dari suku-suku Melayu lainnya yang pada umumnya mendominasi wilayah Sumatra mulai dari provinsi Riau hingga Sumatra bagian selatan. Naskah Melayu tertua ditemukan di Kerinci, dan pada abad ke-14 Kerinci menjadi bagian dari kerajaan Malayu dengan Dharmasraya sebagai ibu kota. Setelah Adityawarman menjadi maharaja maka ibu kota dipindahkan ke Saruaso dekat Pagaruyung di Tanah Datar.

Upload: mumu-ea

Post on 02-Feb-2016

31 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Suku Kerinci

Suku Kerinci 

Suku Kerinci adalah suku bangsa yang mendiami wilayah kabupaten Kerinci provinsi Jambi.

Populasi suku Kerinci pada sensus tahun 1996 berjumlah sekitar 300.000 orang.

Suku Kerinci adalah suatu bangsa yang tergolong dalam kelompok Melayu, tetapi menurut

dugaan para peneliti sejarah, bahwa suku Kerinci ini justru lebih tua dari suku-suku Melayu

lainnya yang pada umumnya mendominasi wilayah Sumatra mulai dari provinsi Riau hingga

Sumatra bagian selatan. Naskah Melayu tertua ditemukan di Kerinci, dan pada abad ke-14

Kerinci menjadi bagian dari kerajaan Malayu dengan Dharmasraya sebagai ibu kota. Setelah

Adityawarman menjadi maharaja maka ibu kota dipindahkan ke Saruaso dekat Pagaruyung di

Tanah Datar.

Suku Kerinci berbicara dalam bahasa Kerinci yang masihberkerabat erat dengan bahasa

Minangkabau dan bahasa Melayu Jambi. Bahasa Kerinci memiliki banyak dialek tersebar di

beberapa tempat di Kerinci dalam wilayah kabupaten Kerinci. Hanya dalam berkomunikasi

dengan orang luar, mereka menggunakan bahasa Melayu atau bahasa Indonesia (yang mereka

sebut bahasa Melayu Tinggi). Dalam budaya suku Kerinci juga dikenal tulisan yang disebut

aksara Incung, yang merupakan salah satu variasi surat ulu.

Page 2: Suku Kerinci

Danau Kerinci

Asal usul suku Kerinci sendiri tidak diketahui secara pasti darimana berasal, beberapa cerita

mengatakan bahwa suku Kerinci adalah dahulunya para perantau Minangkabau, yang

membuka pemukiman di daerah Kerinci, hidup sekian lama dan terbentuklah suku Kerinci

seperti sekarang.

Pendapat lain, mengatakan bahwa suku Kerinci justru lebih tua dari suku-suku Melayu yang

ada, termasuk lebih tua dari suku Minangkabau. Kedatangan suku Kerinci diduga berasal dari

daratan Indochina, yang pada masa ribuan tahun yang lalu memasuki wilayah pulau Sumatra,

dan menetap di dataran tinggi sekitar gunung Kerinci. Melihat kebiasaan mereka yang hidup

di dataran tinggi dan di sekitar danau, kemungkinan mereka dahulunya satu rumpun dengan

bangsa-bangsa Proto Malayo yang memang menyukai daerah dataran tinggi dan mengisolasi

diri di pedalaman.

Adanya penemuan artefak purbakala di wilayah Kerinci, menjelaskan bahwa sebelum orang

Kerinci hadir di wilayah ini, telah ada manusia lain yang pernah hidup di wilayah Kerinci,

tapi diduga penemuan artefak purbakala tersebut adalah sisa-sisa dari bangsa weddoid atau

melanosoid yang pernah hidup di wilayah Sumatra ini, jauh ribuan tahun sebelum hadirnya

bangsa-bangsa Proto Malayo dan Deutro Malayo. Beberapa keturunan bangsa weddoid yang

masih tersisa bisa ditemukan di Sumatra adalah suku Lubu dan suku Kubu, hanya saja selama

ribuan tahun telah terjadi percampuran ras, sehingga ras weddoid pada suku Lubu dan Kubu,

sudah tercampur dengan ras Melayu yang pada umumnya memiliki ras Mongoloid.

Van Vollenhoven, seorang penulis dari Belanda memasukkan suku Kerinci ke dalam wilayah

adat Sumatera Selatan. Tetapi kalau dilihat dari kedekatan adat-istiadat serta bahasa,

sepertinya suku Kerinci masih lebih dekat dan berkerabat dengan orang-orang Minangkabau.

Kemungkinan pada masa dahulu terjadi hubungan kekerabatan antara kedua suku bangsa ini.

Page 3: Suku Kerinci

Selain itu sistem keturunan dalam masyarakat Kerinci memakai sistem matrilineal seperti

pada masyarakat suku Minangkabau.

salah satu tarian suku Kerinci

Pada awal keberadaan suku Kerinci, hidup dalam kelompok kecil yang menetap di

pemukiman yang mereka sebut “duseung” (dusun). Sebuah dusun dihuni oleh masyarakat

dari satu akar kelompok keturunan yang satu keturunan berdasarkan garis keturunan

matrilineal.

Pada setiap “duseoung” atau dusun terdapat beberapa “Laheik Jajou/ Larik” atau Rumah

Panjang yang dibangun secara menempel yang dihubungkan dengan pintu dari satu rumah ke

rumah yang lain. Setiap larik dibangun dalam ciri khas budaya Kerinci. Setiap Larik memiliki

Tetua Suku, dan setap Larik diberi nama sesuai dengan suku (marga) yang tinggal di Larik

tersebut. Dalam Larik terdapat beberapa Tumbi. Tumbi adalah kelompok kecil masyarakat di

dalam Larik.

Selanjutnya kelompok terpenting diantara Tumbu Tumbi yang ada di sebut Kalbu, dalam

Kalbu terdapat Pemangku Adat yang mengatur jalannya kehidupan masyarakat dalam

kalbu. Gabungan dari beberapa Duseoung (Dusun) dan kelompok masyarakat adat di

sebut Kemendapoan yang dipimpin oleh Mendapo.

Status dusun sebenarnya geogragis saja, petunjuk atau lantak adanya suatu negeri,

mendirikan dusun erat dengan faktor air yaitu di tepi sungai atau danau. Bagi masyarakat

Kerinci, negeri adalah semacam desa/ kelurahan yang memiliki pemerintahan adat

Page 4: Suku Kerinci

Bahasa

Nama Kerinci berasal dari bahasa Tamil, yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes kunthiana)

yang tumbuh di India Selatan pada ketinggian di atas 1800m yang mekarnya satu kali selama

dua belas tahun. Karena itu Kurinji juga merujuk pada kawasan pegunungan. dapat dipastikan

bahwa hubungan Kerinci dengan India telah terjalin sejak lama dan nama Kerinci sendiri

diberikan oleh pedagang India Tamil

Suku Kerinci sebagaimana juga halnya dengan suku-suku lain di Sumatera adalah

penutur bahasa Austronesia.

Berdasarkan bahasa dan adat-istiadat suku Kerinci termasuk dalam kategori Proto Melayu,

dan paling dekat dengan Minangkabau Deutro Melayu dan Jambi Deutro Melayu. Sebagian

besar suku Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang bisa

berbeda cukup jauh antar satu dusun dengan dusun lainnya di dalam wilayah Kabupaten

Kerinci dan Kota Madya Sungai Penuh - setelah pemekaran wilayah tahun 2008. Untuk

berbicara dengan pendatang biasanya digunakan bahasa Minangkabau atau bahasa

Indonesia (yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi).

Suku Kerinci memiliki aksara yang disebut aksara incung yang merupakan salah satu

variasi surat ulu.

Sebagian penulis seperti Van Vollenhoven memasukkan Kerinci ke dalam wilayah adat

(adatrechtskring) Sumatera Selatan, sedangkan yang lainnya menganggap Kerinci sebagai

wilayah rantau Minangkabau.

Suku Kerinci merupakan masyarakat matrilineal.

Sebagaimana diketahui dari Naskah Tanjung Tanah, naskah Melayu tertua yang ditemukan di

Kerinci, yang dikirimkan oleh raja Malayu di Dharmasraya pada abad ke-14 kepada depati di

Kerinci dan telah disetujui oleh maharajadiraja Adityawarman yang berada di Suruaso dekat

Pagaruyung di Tanah Datar.

Page 5: Suku Kerinci

ARTIKEL

SUKU KERINCI DI JAMBI

Disusun Oleh :

Nama : Asep Hidayat Ibi Murliana

Kelas : XII RPL A

PEMERINTAH KABUPATEN PANDEGLANGDINAS PENDIDIKAN

SMK NEGERI 4 PANDEGLANGJl. Raya Saketi – Malingping KM. 07 Pandeglang Banten 42274