lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

27
LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2012 NOMOR 20 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR 20 TAHUN 2012 TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KERINCI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26, Pasal 27, dan Pasal 143 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pertambangan Rakyat ; Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 58 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 21 Tahun 1967 tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II dalam Lingkungan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah sebagai Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Repblik Indonesia Nomor 1643);

Upload: nguyenmien

Post on 17-Jan-2017

221 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2012 NOMOR 20

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI

NOMOR 20 TAHUN 2012

TENTANG

PERTAMBANGAN RAKYAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KERINCI, Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 26, Pasal 27, dan Pasal 143 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara perlu menetapkan Peraturan Daerah tentang Pertambangan Rakyat ;

Mengingat :

1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

2. Undang-Undang Nomor 58 Tahun 1958 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 21 Tahun 1967 tentang Pengubahan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat II dalam Lingkungan Daerah Swatantra Tingkat I Sumatera Tengah sebagai Undang-Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1958 Nomor 108, Tambahan Lembaran Negara Repblik Indonesia Nomor 1643);

Page 2: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

3. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 167, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3888), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 67, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4401);

4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2008 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4844);

5. Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang

(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

6. Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan

Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan

dan Pengelolaan Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 4, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4959);

8. Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 52340);

Page 3: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

9. Peraturan Pemerintah Nomor 27 Tahun 1999 tentang Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3838);

10. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintantahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah dan Pemerintah Kabupaten/Kota (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 82, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4737);

11. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4741);

12. Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

13. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Wilayah Pertambangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 28, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5110);

14. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 29, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5111);

15. Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2010 tentang Pembinaan dan Pengawasan Penyelenggaraan Pengelolaan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 85, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 5142);

16. Peraturan Pemerintah Nomor 78 Tahun 2010 tentang Reklamasi dan Pascatambang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor 138, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 5172);

Page 4: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

17. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 24 Tahun 2009 tentang Panduan Penilaian Analisis Mengenai Dampak Lingkungan;

18. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 53 Tahun 2011 tentang Pembentukan Produk Hukum Daerah;

Dengan Persetujuan Bersama

DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN KERINCI

dan

BUPATI KERINCI

MEMUTUSKAN :

PERATURAN DAERAH TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT.

BAB I KETENTUAN UMUM

Pasal 1 Dalam Peraturan Daerah ini yang dimaksud dengan :

1. Pemerintah Kabupaten adalah Pemerintah Kabupaten Kerinci.

2. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disingkat DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggaraan pemerintahan daerah.

3. Bupati adalah Bupati Kerinci.

4. Pemerintah Daerah adalah Bupati dan Perangkat Daerah sebagai unsur penyelenggaraan Pemerintahan Daerah.

5. Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP adalah wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan bagian dari tata ruang nasional.

6. Wilayah Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut WUP, adalah bagian dari WP yang telah memiliki ketersediaan data, potensi, dan/atau informasi geologi.

Page 5: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

7. Wilayah Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya di sebut WPR, adalah bagian dari WP tempat dilakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat.

8. Wilayah Pencadangan Negara, yang selanjutnya disebut WPN, adalah bagian dari WP yang dicadangkan untuk kepentingan strategis nasional.

9. Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya di sebut IPR, adalah Izin untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.

10. Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, yang selanjutnya disebut Amdal, adalah kajian dampak besar dan penting suatu usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

11. Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan Hidup, yang selanjutnya disebut UKL-UPL, adalah pengelolaan dan pemantauan terhadap usaha dan/atau kegiatan yang tidak berdampak penting terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

12. Surat Pernyataan Pengelolaan Lingkungan, yang selanjutnya disebut SPPL, adalah surat kajian lingkungan untuk usaha dan/atau kegiatan yang tidak wajib Amdal atau UKL-UPL dan juga merupakan komitmen pelaku usaha dan/atau kegiatan dalam pengelolaan lingkungan hidup.

13. Unit Kerja adalah Dinas yang tugas pokok, kewenangan dan tanggungjawabnya dalam pengelolaan, pembinaan dan pengawasan di bidang Pertambangan.

14. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang.

Page 6: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

15. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya.

16. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau padu.

17. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.

18. Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang berupa bijih ataupun batuan, diluar panas bumi, minyak dan gas bumi serta air tanah.

19. Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut dan batuan aspal.

20. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta pasca tambang.

21. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian, termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian dampak lingkungan.

22. Pengolahan dan pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan untuk meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutannya.

23. Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk memindahkan mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan/atau tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan.

24. Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil pertambangan mineral atau batubara.

Page 7: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

25. Endapan Teras adalah endapan disepanjang pinggir sungai yang membentuk teras atau undakan sungai, berasal dari proses sedimentasi sungai aktif saat ini ataupun endapan masa lampau.

26. Endapan Sungai Purba adalah endapan dari hasil proses sedimentasi sungai pada masa lampau dan saat ini bukan merupakan alur sungai aktif.

27. Perseorangan adalah orang pribadi yang berdomilisasi di sekitar operasi pertambangan yang melakukan usaha pertambangan rakyat.

28. Kelompok Masyarakat adalah kelompok masyarakat yang berdomilisasi di sekitar operasi pertambangan yang melakukan usaha pertambangan rakyat.

29. Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang-orang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasar atas asas kekeluargaan.

30. Pembinaan adalah segala usaha mencakup pemberian, pengarahan, petunjuk, bimbingan, pelatihan dan penyuluhan dalam pelaksanaan pertambangan rakyat.

31. Pengawasan adalah kegiatan yang dilakukan untuk menjamin tegaknya peraturan perundang-undangan agar pelaksanaan pertambangan rakyat sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku.

32. Pengendalian adalah segala usaha dan kegiatan yang mencakup pengaturan, penelitian dan pemantauan kegiatan pertambangan rakyat untuk menjamin pemanfaatannya secara optimal dan berkelanjutan.

33. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha pertambangan untuk menata, memulihkan dan memperbaiki kualitas lingkungan dan ekosistem agar berfungsi kembali sesuai peruntukannya.

Page 8: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

34. Kegiatan Pascatambang yang selanjutnya disebut pascatambang adalah kegiatan terencana, sistematis dan berlanjut setelah akhir, sebagaian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk memulihkan fungsi lingkungan dan fungsi sosial menurut kondisi lokal di seluruh wilayah penambangan.

35. Konservasi Sumber Daya Alam adalah pengelolaan sumber daya alam tak terbaharui untuk menjamin pemanfaatannya secara bijaksana dan sumber daya alam yang terbaharui untuk menjamin kesinambungan ketersediaannya dengan tetap memelihara dan meningkatkan kualitas nilai serta keanekaragamannya.

36. Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha untuk meningkatkan kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif agar menjadi lebih baik tingkat kehidupannya.

37. Inspektur Tambang adalah Aparat Pemerintah pada Unit Kerja Dinas Energi dan Sumber Daya Mineral Kabupaten Kerinci yang membidangi Pertambangan, bertanggung jawab dalam hal Pengawasan Teknis Penambangan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja, Lingkungan Pertambangan.

38. Penyidik Pegawai Negeri Sipil yang selanjutnya disingkat PPNS adalah aparat pemerintah yang lingkup tugas dan tanggun jawabnya dibidang pertambangan diberi wewenang khusus sebagai penyidik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

BAB II ASAS DAN TUJUAN

Bagian Kesatu Asas

Pasal 2 Pertambangan rakyat dikelola berasaskan : a. manfaat ;

b. keadilan ;

c. keseimbangan;

d. partisipatif ;

e. transparansi ;

Page 9: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

f. akuntabilitas;

g. berkelanjutan ; dan

h. berwawasan lingkungan.

Bagian Kedua Tujuan Pasal 3

Tujuan pengelolaan pertambangan rakyat adalah : a. menjamin efektivitas pelaksanaan dan pengendalian kegiatan

usaha pertambangan rakyat; b. menjamin manfaat pertambangan rakyat secara berkelanjutan

dan berwawasan lingkungan; c. meningkatkan pendapatan masyarakat lokal, daerah serta

menciptakan lapangan kerja untuk sebesar-besar kesejahteraan rakyat;

d. menjamin kepastian hukum dalam penyelenggaraan kegiatan usaha pertambangan rakyat.

BAB III

WILAYAH PERTAMBANGAN RAKYAT

Pasal 4

Kegiatan pertambangan rakyat dilaksanakan dalam suatu WPR.

Pasal 5 (1) WPR ditetapkan oleh Bupati setelah bekoordinasi dengan

Pemerintah Provinsi dan berkonsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD);

(2) Koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan untuk mendapatkan pertimbangan berkaitan dengan data dan informasi yang dimiliki Pemerintah Provinsi yang bersangkutan;

(3) Konsultasi dengan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) sebagaimana dimaksud pada ayat (1) untuk memperoleh pertimbangan.

Page 10: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

Pasal 6 Kriteria untuk menetapkan WPR adalah sebagai berikut : a. mempunyai cadangan mineral sekunder yang terdapat di sungai

dan/atau diantara tepi dan tepi sungai. b. mempunyai cadangan primer logam atau batubara dengan

kedalaman maksimal 25 (dua puluh lima) meter; c. merupakan endapan teras, dataran banjir dan endapan sungai; d. luas maksimal WPR sebesar 25 (dua puluh lima) hektar; e. menyebutkan jenis komoditas yang akan di tambang; f. merupakan wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang

sudah dikerjakan paling kurang 15 (lima belas) tahun; g. tidak tumpang tindih dengan WUP dan WPN; dan h. merupakan kawasan peruntukan pertambangan sesuai rencana

tata ruang.

Pasal 7

Wilayah atau tempat kegiatan tambang rakyat yang sudah dikerjakan tetapi belum ditetapkan sebagai WPR diprioritaskan untuk ditetapkan sebagai WPR.

Pasal 8

Dalam menetapkan WPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5, Bupati berkewajiban melakukan pengumuman mengenai rencana WPR kepada masyarakat secara terbuka.

Pasal 9

(1) Penetapan WPR oleh Bupati harus dilengkapi berkas yang diusulkan oleh Kepala Desa, yang terdiri dari : a. surat usulan mengenai penetapan WPR dari Kepala Desa yang

diketahui oleh Camat; b. sketsa/gambar lokasi usulan WPR yang dimaksud; c. pernyataan penduduk setempat sebagai peserta dalam usaha

pertambangan rakyat atau kelompok pertambangan rakyat; dan

d. penjelasan tentang peralatan yang digunakan untuk melakukan penambang;

Page 11: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

(2) Berkas yang diusulkan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dilengkapi oleh tim teknis berupa : a. historis pengusahaan dan hubungannya dengan mata

pencarian rakyat setempat; dan b. data endapan bahan galian yang terdapat pada WPR yang

diusulkan untuk dinilai secara teknis dan ekonomi potensinya.

Pasal 10

Kegiatan pertambangan rakyat dilarang pada : a. wilayah yang tertutup untuk kepentingan umum; b. tempat yang dianggap suci, kuburan, tempat pekerjaan umum

seperti jembatan, jalan umum, saluran air, jaringan listrik, jaringan pipa PDAM dan lain sebagainya;

c. tempat-tempat sekitar lapangan dan bangunan untuk kepentingan pertahanan dan keamanan;

d. bangunan, rumah tempat tinggal, atau pabrik beserta tanah pekarangan sekitarnya kecuali dengan izin yang bersangkutan dan /atau izin dari lingkungan sekitarnya;

e. tempat-tempat pekerjaan wilayah izin usaha pertambangan dan wilayah izin usaha pertambangan khusus, kecuali atas persetujuan Pemerintah dan izin dari pemegang izin usaha pertambangan dan izin usaha pertambangan khusus.

Pasal 11

(1) Terhadap usulan WPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9, dilakukan evaluasi dengan membuat suatu pertimbangan teknis dengan memperhatikan parameter sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dan Pasal 10, apakah layak diusahakan secara pertambangan rakyat untuk memperoleh persetujuan penetapan WPR oleh Bupati.

(2) Terhadap WPR yang telah disetujui Bupati, kemudian dikonsultasikan dengan DPRD guna mendapatkan pertimbangan untuk ditetapkan sebagai WPR, selanjutnya ditetapkan dengan Keputusan Bupati dilengkapi dengan peta lokasi yang menunjukkan batas-batas secara jelas.

Page 12: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

BAB IV IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT

Pasal 12

(1) Setiap kegiatan usaha pertambangan rakyat pada WPR dapat dilaksanakan setelah mendapatkan IPR dari Bupati.

(2) IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan terutama kepada penduduk setempat baik perseorangan maupun kelompok masyarakat dan/atau koperasi dengan cara mengajukan surat permohonan kepada Bupati melalui kepala unit kerja.

(3) Dalam 1 (satu) WPR dapat diberikan 1 (satu) atau beberapa IPR. (4) IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1), areal/wilayahnya

harus diberi tanda batas yang jelas serta dipetakan oleh unit kerja yang membidangi pertambangan.

Pasal 13

Kegiatan pertambangan rakyat sebagaimana dimaksud dalam Pasal (4) dikelompokan sebagai berikut : a. pertambangan mineral logam; b. pertambangan mineral bukan logam; c. pertambangan batuan dan/atau; d. pertambangan batubara.

Pasal 14

(1) Luas wilayah untuk 1 (satu) IPR yang dapat diberikan kepada : a. perseorangan paling banyak 1 (satu) hektar; b. kelompok masyarakat paling banyak 5 (lima) hektar; dan c. koperasi paling banyak 10 (sepuluh) hektar.

(2) IPR diberikan untuk jangka waktu paling lama 5 (lima) tahun dan

dapat diperpanjang.

(3) Perpanjangan IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diajukan 3 (tiga) bulan sebelum berakhirnya izin dengan cara mengajukan surat permohonan perpanjangan kepada Bupati melalui kepala unit kerja.

Page 13: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

(4) Bagi pemegang IPR yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dikenakan sanksi administrasi berupa :

a. peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu 1 (satu) minggu ;

b. penghentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan rakyat; dan/atau

c. pencabutan IPR Pasal 15

Bupati dapat melimpahkan kewenangan pelaksanaan pemberian IPR kepada Camat sesuai dengan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

BAB V PERSYARATAN DAN TATA CARA

MENDAPATKAN IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT

Pasal 16

(1) Untuk mendapatkan IPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (1) pemohon harus memenuhi :

a. persyaratan administratif;

b. persyaratan teknis; dan

c. persyaratan finansial.

(2) Persyaratan dan tata cara sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan huruf c lebih lanjut diatur dengan Peraturan Bupati.

BAB VI BERAKHIRNYA IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT

Pasal 17

(1) Izin Pertambangan Rakyat (IPR) berakhir apabila : a. habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang lagi;

b. dikembalikan; dan

c. dicabut izinnya.

Page 14: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

(2) Bupati mencabut IPR sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, apabila :

a. kondisi penambangannya membahayakan bagi lingkungan dan keselamatan masyarakat setempat;

b. terjadi persengketaan hak milik tanah yang tidak dapat diselesaikan;

c. tidak memenuhi kewajiban sebagaimana dimaksud dalam IPR yang telah dikeluarkan Bupati; dan

d. kegiatan penambangan bertentangan dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB VII

HAK, KEWAJIBAN DAN PERBUATAN YANG DILARANG BAGI PEMEGANG IZIN PERTAMBANGAN RAKYAT

Bagian Kesatu Hak Pemegang IPR

Pasal 18

(1) Setiap pemegang IPR berhak :

a. mendapat pembinaan dan pengawasan di bidang keselamatan dan kesehatan kerja, lingkungan, teknis pertambangan dan manajemen dari unit kerja yang membidangi pertambangan dan unit kerja lainnya;

b. melakukan kegiatan penambangan, mengolah dan memurnikan didalam wilayah IPR yang bersangkutan; dan

c. melakukan pengangkutan dan penjualan atas komoditas tambang yang telah ditambang atau telah diolah dan dimurnikan.

(2) Setiap pemegang IPR dapat diberikan bantuan modal sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Page 15: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

Bagian Kedua Kewajiban Pemegang IPR

Pasal 19

Setiap pemegang IPR wajib :

a. melakukan kegiatan penambangan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah IPR diterbitkan;

b. mematuhi Peraturan perundang-undangan dibidang keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan, pengelolaan lingkungan dan memenuhi standar yang berlaku;

c. mengelola lingkungan hidup bersama pemerintah daerah;

d. membayar pajak mineral bukan logam atau batuan yang telah ditetapkan;

e. menyampaikan laporan secara tertulis pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan rakyat setiap 3 (tiga) bulan terutama jumlah produksi dan jumlah material yang terjual dengan satuan meter kubik kepada Bupati Kerinci melalui kepala unit kerja yang membidangi pertambangan;

f. memasang patok sebagai tanda batas lokasi IPR yang bertujuan untuk menghindari terjadinya tumpang tindih antara pemegang IPR yang satu dengan pemegang IPR lainnya dan/atau pemegang izin usaha pertambangan;

g. menjaga keselamatan dan kesehatan kerja dan pengamanan teknis kegiatan usaha pertambangan rakyat serta mematuhi petunjuk atau pedoman teknis dari unit kerja yang membidangi pertambangan;

h. mempekerjakan masyarakat setempat sesuai dengan keahlian dan kemampuannya;

i. melakukan reklamasi;

j. mencegah terjadinya pencemaran sebagai akibat kegiatan usaha pertambangan yang dapat menimbulkan gangguan bagi lingkungan dan ekosistem;

Page 16: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

k. pemulihan kelestarian/penyelamatan dan pencegahan erosi yang dapat menyebabkan pengendapan pada aliran sungai serta menjaga sumber-sumber air ; dan

l. mengganti kerugian akibat usahanya pada segala sesuatu yang berada di atas tanah kepada yang berhak atas tanah di wilayah IPR ataupun diluarnya, dikarenakan kelalaian pemegang IPR.

Bagian Ketiga Perbuatan yang dilarang bagi Pemegang IPR

Pasal 20

Setiap Pemegang IPR dilarang :

a. menggunakan IPR untuk kepentingan lain selain dari yang telah ditetapkan; dan

b. mengalihkan IPR kepada pihak lain tanpa persetujuan Bupati.

Pasal 21

Bagi pemegang IPR yang tidak melaksanakan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 dan Pasal 20 dikenakan sanksi administrasi berupa : a. peringatan tertulis sebanyak 3 (tiga) kali dengan tenggang waktu

1 (satu) minggu ; b. pemberhentian sementara sebagian atau seluruh kegiatan usaha

pertambangan rakyat ; dan c. pencabutan IPR.

Pasal 22

Penyelesaian ganti rugi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf 1, dapat dilakukan dengan cara musyawarah mufakat atas dasar ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku, jika tidak dicapai kesepakatan maka diselesaikan melalui pengadilan.

BAB VIII PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 23

Bupati sesuai dengan kewenangannya melakukan pembinaan dan pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan rakyat yang dilaksanakan oleh pemegang izin pertambangan rakyat.

Page 17: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

Pasal 24

(1) Pemerintah Kabupaten melaksanakan pembinaan dibidang pengusahaan, teknologi pertambangan, serta permodalan dan pemasaran dalam usaha meningkatkan kemampuan usaha pertambangan rakyat.

(2) Pemerintah Kabupaten bertanggungjawab terhadap pengamanan

teknis pada usaha pertambangan rakyat yang meliputi : a. keselamatan; b. pengelolaan lingkungan hidup; dan

c. pascatambang.

(3) Untuk melaksanakan pengamanan teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), Pemerintah Kabupaten wajib mengangkat pejabat fungsional inspektur tambang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

(4) Pemerintah Kabupaten wajib mencatat hasil produksi dari seluruh kegiatan usaha pertambangan rakyat yang berada dalam wilayahnya dan melaporkannya secara berkala kepada Gubernur dan Menteri setempat.

Pasal 25

Pengawasan atas pelaksanaan kegiatan usaha pertambangan rakyat meliputi :

a. teknis pertambangan;

b. pemasaran;

c. keuangan;

d. pengelolaan data mineral dan batubara;

e. konservasi sumber daya mineral dan batubara;

f. keselamatan dan kesehatan kerja pertambangan;

g. keselamatan operasi pertambangan;

h. pengelolaan lingkungan hidup; reklamasi, dan pascatambang;

i. pengembangan tenaga kerja teknis pertambangan;

j. pengembangan dan pemberdayaan masyarakat setempat;

Page 18: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

k. kegiatan lain di bidang kegiatan usaha pertambangan yang menyangkut kepentingan umum;

l. pelaksanaan kegiatan sesuai dengan izin pertambangan rakyat; dan

m. jumlah, jenis dan mutu hasil usaha pertambangan.

Pasal 26

(1) Pengawasan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 25 dilakukan melalui :

a. evaluasi laporan rencana dan pelaksanaan pertambangan rakyat dari pemegang izin pertambangan rakyat;

b. inspeksi ke lokasi izin pertambangan rakyat.

(2) Pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan

paling sedikit 1 (satu) kali dalam setahun.

BAB IX KETENTUAN PENYIDIKAN

Pasal 27

(1) Selain pejabat penyidik POLRI yang bertugas menyelidik tindakan pidana, penyelidikan atas tindak pidana dapat dilakukan oleh Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) yang lingkup tugas dan tanggung jawabnya di bidang pertambangan.

(2) Penyidik Pegawai Negeri Sipil sebagaimana dimaksud ayat (1) berwenang;

a. melakukan pemeriksaan atas kebenaran laporan atau keterangan berkenaan dengan tindak pidana dalam kegiatan usaha pertambangan;

b. melakukan pemeriksaan terhadap orang yang diduga melakukan tindak pidana dalam kegiatan usaha pertambangan;

Page 19: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

c. memanggil dan/atau mendatangkan secara paksa orang untuk didengar dan diperiksa sebagai saksi atau tersangka dalam perkara tindak pidana kegiatan usaha pertambangan;

d. menggeledah tempat dan/atau sarana yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana dalam kegiatan usaha pertambangan;

e. melakukan pemeriksaan sarana dan prasarana kegiatan usaha pertambangan dan menghentikan penggunaan peralatan yang diduga digunakan untuk melakukan tindak pidana;

f. menyegel dan/atau menyita alat kegiatan usaha pertambangan yang digunakan untuk melaksanakan tindak pidana sebagai alat bukti;

g. mendatangkan dan/atau meminta bantuan tenaga ahli yang diperlukan dalam hubungannya dengan pemeriksaan perkara tindak pidana dalam kegiatan usaha pertambangan ; dan

h. menghentikan penyelidikan perkara tindak pidana dalam kegiatan usaha pertambangan, apabila tidak terdapat cukup bukti dan/atau peristiwanya bukan merupakan tindak pidana.

(3) Penyidik Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugasnya berkoordinasi dengan penyelidik POLRI.

BAB X

KETENTUAN PIDANA

Pasal 28

(1) Setiap orang yang melakukan kegiatan usaha pertambangan rakyat tanpa IPR sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) dipidana dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 158 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).

Page 20: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

(2) Pemegang IPR dengan segaja menyampaikan laporan dengan tidak benar atau menyampaikan keterangan palsu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 huruf e dipidana dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 159 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara dengan pidana penjara paling lama 10 (sepuluh) tahun dan denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah.

(3) Setiap orang yang mengeluarkan IPR yang bertentangan dengan sebagaimana dimaksud Pasal 4 dan menyalahgunakan kewenangannya dipidana dengan pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 165 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara diberi sanksi pidana paling lama 2 (dua) tahun penjara dan denda paling banyak Rp200.000.000,00(dua ratus juta rupiah)

BAB XI

KETENTUAN PERALIHAN

Pasal 29 Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku, WPR dan IPR yang telah ditetapkan/dikeluarkan masih tetap berlaku sampai dengan berakhirnya pemberian izin sepanjang tidak bertentangan dengan Peraturan Daerah ini.

BAB XII KETENTUAN PENUTUP

Pasal 30

Pada saat Peraturan Daerah ini mulai berlaku: a. Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 24 Tahun 2007

tentang Pengelolaan Usaha Pertambangan Umum (Lembaran Derah Kabupaten Kerinci Tahun 2007 Nomor 24, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 17);

b. Peraturan Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 2 Tahun 2008 tentang Izin Usaha Pertambangan Bahan Galian Golongan C (Lembaran Derah Kabupaten Kerinci Tahun 2008 Nomor 2, Tambahan Lembaran Daerah Kabupaten Kerinci Nomor 18) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

Page 21: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

Pasal 31

Peraturan Daerah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan.

Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Daerah ini dengan penempatannya dalam Lembaran Daerah Kabupaten Kerinci.

Ditetapkan di Sungai Penuh pada tanggal 26 September 2012

BUPATI KERINCI, Dto MURASMAN

Diundangkan di Sungai Penuh pada tanggal 28 September 2012

SEKRETARIS DAERAH KABUPATEN KERINCI,

H. ZULFAHMI S.

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KERINCI TAHUN 2012 NOMOR 20

Page 22: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

PENJELASAN ATAS

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KERINCI NOMOR TAHUN 2012

TENTANG PERTAMBANGAN RAKYAT

I. PENJELASAN UMUM Undang-Undang Dasar 1945 pasal 33 ayat (3) menegaskan

bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat.

Mengingat mineral dan batubara sebagai kekayaan alam yang terkandung di dalam bumi merupakan sumber daya alam yang tidak terbarukan tersebar secara tidak merata, terbentuk jutaan tahun yang lalu dan, keterdapatannya alamiah dan tidak bisa dipindahkan sehingga pengelolaannya perlu dilakukan seoptimal mungkin, efisien, transparan, berkelanjutan dan berwawasan lingkungan serta berkeadilan agar memperoleh manfaat sebesar-besar bagi kemakmuran rakyat secara berkelanjutan.

Dalam rangka memberikan kesempatan kepada masyarakat yang berada di sekitar wilayah pertambangan mineral dan batubara, baik perorangan, kelompok masyarakat maupun koperasi untuk melakukan usaha pertambangan rakyat harus ditetapkan Wilayah Pertambangan Rakyat.

II. PASAL DEMI PASAL III. Pasal 1 Cukup jelas Pasal 2 Cukup jelas Pasal 3 Cukup jelas Pasal 4 Cukup jelas

Page 23: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

Pasal 5 Cukup jelas Pasal 6 Huruf a Yang dimaksud dengan “cadangan mineral

sekunder” adalah cadangan mineral yang terbentuk akibat proses pelapukan dari batuan induknya yang tertransportasi kemudian terakumulasi pada suatu tempat tertentu. Yang dimaksud dengan tepi dan tepi sungai adalah daerah akumulasi pengayaan mineral sekunder (pay streak) dalam suatu meander sungai

Huruf b Yang dimaksud dengan “cadangan primer

logam” adalah cadangan mineral logam yang terbentuk akibat proses aktifitas magmatis.

Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas Huruf h Cukup jelas Pasal 7 Cukup jelas

Pasal 8 Pengumuman rencana WPR dilakukan di kantor desa/kelurahan dan kantor/instansi terkait; dilengkapi dengan peta situasi yang menggambarkan lokasi, luas, dan batas serta daftar koordinat; dan dilengkapi daftar pemegang hak atas tanah yang berada dalam WPR.

Page 24: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

Pasal 9 Ayat (1) Huruf a Surat usulan mengenai penetapan WPR

dari Kepala Desa yang diketahui Camat ditujukan kepada Bupati ditembuskan kepada DPRD Kabupaten, unit kerja yang membidangi pertambangan, Bappeda Kabupaten Kerinci, Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kerinci dan Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci.

Huruf b Cukup jelas Huruf c Cukup jelas Huruf d Cukup jelas

Ayat (2) Yang dimaksud tim teknis adalah tim yang

terdiri dari staf Bidang Energi dan Sumber Daya Mineral Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Energi Sumber Daya Mineral Kabupaten Kerinci, staf Badan Lingkungan Hidup Kabupaten Kerinci, staf BAPPEDA Kabupaten Kerinci dan staf Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Kerinci.

Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Pasal 10 Cukup jelas Pasal 11 Cukup jelas Pasal 12 Ayat (1) Cukup jelas

Page 25: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

Ayat (2) Yang dimaksud penduduk setempat adalah

penduduk yang berdomisili disekitar wilayah pertambangan rakyat.

Surat Permohonan sebagaimana dimaksud

dalam ketentuan ini disertai materai cukup dan dilampiri rekomendasi dari Kepala Desa/Lurah/Ketua Lembaga Adat mengenai riwayat permohonan untuk memperoleh prioritas dalam mendapatkan IPR

Pasal 13 Cukup jelas Pasal 14 Cukup jelas Pasal 15 Cukup jelas Pasal 16 Cukup jelas Pasal 17 Cukup jelas Pasal 18 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud unit kerja lainnya

adalah seperti Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Sosnakertrans), Dinas Kesehatan dan Badan Lingkungan Hidup.

Huruf b Cukup jelas

Huruf c Cukup jelas Ayat (2) Cukup jelas

Page 26: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

Pasal 19 Huruf a Cukup jelas Huruf b Cukup jelas Huruf c Kegiatan pengelolaan lingkungan hidup

meliputi pencegahan dan penanggulangan pencemaran serta pemulihan fungsi lingkungan hidup.

Huruf d Cukup jelas Huruf e Cukup jelas Huruf f Cukup jelas Huruf g Cukup jelas Huruf h Cukup jelas Huruf i Cukup jelas Huruf j Cukup jelas Huruf k Cukup jelas Huruf l Cukup jelas Pasal 20 Cukup jelas Pasal 21 Cukup jelas Pasal 22 Cukup jelas Pasal 23 Cukup jelas Pasal 24 Cukup jelas

Page 27: lembaran daerah kabupaten kerinci tahun 2012 nomor 20 peraturan

Pasal 25 Cukup jelas Pasal 26 Cukup jelas Pasal 27 Cukup Jelas

Cukup Jelas

Cukup Jelas

Pasal 28 Cukup jelas Pasal 29 Cukup jelas Pasal 30 Cukup jelas Pasal 31 Cukup jelas