success story - fba.or.id fileorang yang dibantu dengan dana bergulir dari fba yang tanpa bunga ......

26
S uccess Story Life after tsunami

Upload: dinhkiet

Post on 04-Apr-2019

219 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

SuccessStoryLife after tsunami

Page 2: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have
Page 3: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

SuccessStory

2005

Life after tsunami

Page 4: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

Kata Pengantar

Kadang kala sumbangan dapat menyebabkan ketergantungan, menjadikan korban yang trauma dan telah kehilangan segalanya, terperangkap masuk ke dalam situasi hilangnya kontrol atas kehidupan atau masa depan mereka.

Hal seperti ini tidak akan dibahas dalam cerita sukses FBA berikut, yang akan dibahas merupakan suatu inspirasi dan kehormatan terhadap semangat manusia.

Bencana Tsunami 26 Desember 2004 telah mengakhiri kehidupan ratusan ribu orang, dan Banda Aceh merupakan yang paling parah dari semua daerah yang terkena Tsunami. Dalam hitungan menit, air tinggi yang menakutkan menelan keluarga, rumah dan nyawa manusia dari berbagai lapisan masyarakat yang tak terkira jumlahnya. Bencana ini juga membuat perubahan garis ekonomi, menyebabkan orang kaya dan miskin menjadi sama-sama miskin, tanpa tempat tinggal dan pekerjaan.

Orang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga telah sedikit berhasil mengatasi masalah keuangan mereka, walaupun masih tinggal di barak papan dan rumah yang sempit yang penuh dengan korban lainnya. Mereka mungkin telah kehilangan semua harapannya. Bagaimana seseorang memulai kehidupan barunya, khususnya setelah kehilangan orang-orang yang dicintai? Orang-orang Banda Aceh benar-benar tabah dan kuat. Mereka senang membantu sesama dan membagi keuntungan yang mereka peroleh dari bisnis mereka yang kembali bangkit setelah dibantu oleh FBA. Meskipun banyak karyawan mereka yang hilang, mereka mau melatih yang lain agar mempunyai keahlian yang baru dan bermanfaat, dan juga membantu mereka memulai usahanya kembali.

Lihatlah bagaimana Syarifah, Alfi dan Yani telah memulai hidup mereka kembali. Kita semua dapat belajar dari cara mereka untuk bertahan hidup yang penuh dengan keyakinan bahwa dunia ini memang diciptakan untuk kemudahan hidup manusia, namun kenyataannya tidaklah demikian. Daripada menjadi penerima pasif atau egois dengan mengumpulkan uang buat mereka sendiri, dimana keduanya merupakan respon normal dalam budaya banyak masyarakat, orang-orang ini mempunyai prioritas yang berbeda. Mereka melihat diri mereka sebagai bagian dari masyarakat dimana dengan berusaha bersama dapat memakmurkan dan membentuk ikatan-ikatan baru, tertawa, menangis, dan menjalani hari demi hari dalam menyongsong masa depan.

Penulis,Tamalyn Dallal

Page 5: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

Preface

Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have lost everything into welfare cases with no control over their lives or their futures.

Such is not the case with the following FBA success stories, which are inspirational and a tribute to the resiliency of the human spirit.

The Tsunami of December 26, 2004 ended life as we know it for hundreds of thousands of people, and Banda Aceh was the most devastated of all the Tsunami affected areas. Within minutes, this monstrous wall of water took away the families, homes, and livelihoods of untold numbers of people. These people were from all walks of life. The disaster cut across social and economic lines, causing both rich and poor to become equally destitute, homeless, and unemployed.

The beneficiaries of zero interest revolving funds from the FBA brushed themselves off and became financially solvent with next to nothing, while still living in plywood barracks and overcrowded houses full of other survivors. They could have lost all hope. How can anyone start anew, especially after losing their loved ones? The people of Banda Aceh are proud, and strong. They find solace in helping others help themselves and are passing on the benefits they have received from FBA many fold through rebuilding successful businesses. Though many of their former employees were lost, they are training other survivors to have new and marketable skills, and helping them start businesses as well.

Read on and find out how Sharifa, Alfi, Tgk Daud and Yani have begun to live again. We can all learn from their way of looking at life, full of faith that the world is as it is meant to be, however harsh the reality. Instead of being passive receivers or becoming self centered and hoarding money for themselves, both of which are normal responses in most cultures, these remarkable people have a different set of priorities. They see themselves peices of a society that, by pulling together can prosper and form new bonds, laughing, crying, and moving forward one day at a time.

WriterTamalyn Dallal

Page 6: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

Daftar Isi

Kata Pengantar 4Preface 5

Bangkit Kembali dengan Usaha Timah Pancing 8Work is All That is Left, the Story of Syarifah 9

One Stop Auto ShopSebuah Cerita Kesuksesan Setelah Tsunami 12One Stop Auto ShopA Tale of Spreading Success After the Tsunami 13

Dari Ikan Kecil Hingga Bangun Rumah 16From Small Fish to Building a House 17

Sang Penjual Ikan Asin 20The Salt Fish Man 21

Page 7: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

Thanks To

Dublin Port CompanyDiakonie

Creative AssociatesGreen Grant Fund

King Khalid Islamic CollegeACPFJANNI

UWCSEAWahid Institute

Asti HouseMeijling Consultant

YBKJoe Woods

Potro SoepraptoSusan

Uri TadmorJohn Wagee

Luciana FareroYenny Wahid

TedjoM. Al Arief

Robert CowhertRyan

Barry PotterRetno Smith

Jenifer Hegarty OwensHeather Foley

DR. SM KennyStephen LeeEric OudardJames Beal

Jarlath MoloySharon Hughes

Sri Dato Sanusi JunidTherese Condit

SunkarTamalyn Dallal

And all FBA volunteers

Page 8: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

� Success Story

Alhamdulillah sekarang saya sudah bisa membuat perlengkapan pancing yang terbuat dari timah kembali, lumayan bisa mendapatkan penghasilan kotor Rp 700,000 per dua hari” kata

Syarifah Mastura dengan wajah sangat gembira.Wanita berumur sekitar 38 tahun ini bertambah semangat bercerita

ketika ditanya berapa orang yang membantu dia sekarang dan bagaimana bisa membantu dia dalam memproduksi alat-alat pancing tersebut. “Semuanya ada sekitar 15 orang termasuk saya sendiri, sebagian besar perempuan, hanya dua orang laki-laki. Semua pengrajin saya yang dulu berjumlah 20 orang hilang bersama Tsunami dan hanya satu orang selamat. Sekarang yang selamat ini tinggal di barak. Setelah melihat saya bisa bangkit kembali, dia katanya juga mau membuat alat pancing timah ini lagi. Kami senang sekali sekarang bisa mendapat penghasilan”. PaparKami senang sekali sekarang bisa mendapat penghasilan”. Papar wanita yang kehilangan ketiga anaknya karena Tsunami.

Syafirah Mastura selamat dari Tsunami karena kebetulan salah seorang pria, yang ternyata orang kampungnya juga, menarik rambutnya waktu dia terbawa air Tsunami yang disangka oleh pria itu adalah isterinya. Kemudian Syarifah lari ke mesjid Baiturahim Ulee Lheue di Banda Aceh naik ke atap mesjid dan dia selamat disana. Air matanya tergenang penuh di pelupuk matanya ketika teringat kembali ketiga anaknya hilang dan sekarang hanya tinggal sebatang karang. Suaminya juga tiada lagi. Sekarang Syarifah tinggal bersama abangnya di Desa Mayet, Kec. Ingin Jaya, Kab Aceh Besar.

Bersama abangnya, sekarang dia memulai kembali usaha kerajinan alat pancing. Dengan modal dari Forum Bangun Aceh (FBA) sekitar Rp 3 juta rupiah yang diberikan dalam bentuk peralatan termasuk palu, tempat pemotongan timah, penghalus timah serta beberapa perlengkapan dasar lainnya, kini tidak hanya dia sendiri yang dapat penghasilan tapi juga

Bangkit Kembali dengan Usaha Timah Pancing

Oleh Azwar Hasan

Page 9: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

�Success Story

I still cannot believe that thriving communities once lived here! I exclaimed as we drove through endless kilometeres of devastated villages in search of Syarifah. Much of the land was flooded and people had built makeshift homes out of debris, which they waded through the ankle deep water to get to. Boats were on land, and houses in the water, but mainly, there were vast expanses of nothing....Marshes, and endless broken bits of wood. A few people fished on sunken land that was still flooded, and I saw a man walking toward a broken structure in murky water up to his chest. An occasional “barrack”, temporary structure made of plywood, precariously perched on stilts would appear. These barracks have no plumbing or running water, so a water truck comes once a day to fill up huge plastic jugs that are the peoples lifeline.

Syarifah lives in one such barrack, which has twenty small rooms, housing a hundred people, all survivors from the village that once surrounded this spot. She shares her room with another woman. All of her belongings are in one plastic storage box, with the overflow piled in plastic shopping bags, neatly tucked away in one corner of the room The floor is covered with mats and a matress rolls out at night. Next door, there is a man living alone in what doubles as a kitchen for the two women. The nearest bathroom is in a mosque, which was the only structure remaining standing after the water receded. It now houses the Kuwaiti Red Crescent, and serves as a place of worship as well as offering the only bathrooms for miles around.

I was surprised by how beautiful and gracious this woman, who lost her family and makes her living making fishing weights is. She ushered us into Barrack no.13, wearing a printed caftan and soon after remembered to put on the “jilbab” (head scarf). Syarifah is thirty eight years old, but looks a bit older. She had four children, one of which died before the Tsunami, and the other three died during the Tsunami, as did her husband. Her extended family numbered forty eight people, The three that remain are her brother, a cousin, and herself.

A direct descendant from the prophet Muhammed, Syarifahs family has been in Banda Aceh for five generations. Though her descendants, in the line of her father

Work is All That is Left, the Story of Syarifah

By Tamalyn Dallal

Page 10: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

10 Success Story

beberapa rumah tangga di sekitar rumah tempat tinggalnya sekarang di Desa Mayet. Bahkan syarifah telah membantu abangnya membeliBahkan syarifah telah membantu abangnya membeli sepeda motor dan ingin membeli HP untuk abangnya. Ketika ditanya kenapa sepeda motor dan HP yang dibeli, dia dengan cepat menjawab “kalau terjadi apa-apa lagi, kami bisa lari cepat dan juga bisa menelpon orang untuk mencari bantuan, tidak mau kehilangan lagi…”. Suatu pemikiran yang cukup bagus belajar dari pengalaman Tsunami, dia berpikir dengan sepeda motor akan bisa lari cepat atau katanya jika ada yang sakit, terlebih saat tengah malam bisa dibawa dengan cepat untuk mencari pertolongan.

Perlengkapan pancing dari timah yang dibuat Syarifah dan kelompok terdiri dari berbagai macam, dari yang berukuran sekitar 3 cm sampai dengan 10 cm panjangnya dalam bentuk timah penuh. Salah satu pengrajin dia yang sudah terbiasa dapat memproduksi 1,500 biji ukuran kecil. Setiap 100 biji si pengrajin mendapatkan Rp 1,000. Jadi satu hari bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 15,000. Sebulan tergantung berapa biji yang bisa dihasilkan. Dari 13 orang yang membantu dia, tidak termasuk Syarifah dan abangnya sendiri, rata-rata mereka sekarang bisa mendapatkan penghasilan sekitar Rp 350,000. Suatu angka yang tidak kecil apalagi setelah Tsunami dimana susah untuk mendapatkan penghasilan.

Syarifah sendiri mengaku sekarang bisa mendapatkan penghasilan kotor sekitar 10 juta sebulan sementara sebelum Tsunami hanya 5 juta. Ketika ditanya kenapa, ”permintaannya banyak sekali, bahkan saya sering tidak sanggup memenuhi permintaan toke (pedagang di pasar-red)” jawabnya singkat.

Sekarang Syarifah mulai pindah dari rumah abangnya yang dia tumpangi sejak Tsunami ke barak No.13 di Desa Ulee Lheue di Kec. Meuraxa Banda Aceh, tempat dia tinggal sebelum Tsunami. Syarifah merasa kasihan juga melihat ibu-ibu di barak tersebut yang tidak punya pekerjaan. ”Mereka tahu sekarang saya sudah mulai kerja lagi seperti dulu dan mereka, ibu-ibu di barak berharap mereka bisa ikut. Kasihan mereka tidak ada kegiatan di barak. Duduk bengong dan melamun. Dengan membuat alat pancing ini mereka bisa dapat uang lagi”, katanya bersemangat. Sekarang Syarifah sedang mencari tempat di sekitar Barak Ulee Lheue untuk memperluas usahanya sekaligus membantu orang lain.

Pelajarannya adalah dengan modal relatif kecil, jika datang pada orang dan waktu yang tepat, dapat mendatangkan manfaat yang luar biasa. Tidak hanya bagi yang dibantu tapi juga bagi orang lain di sekitarnya. Jika lebih banyak lagi usaha kecil seperti ini dapat terbantu dari derasnya arus bantuan Tsunami ke aceh, barangkali Aceh akan Darussalam, menjadikan Aceh lebih sejahtera. Banda Aceh, 15 Oktober 2005. AH

Page 11: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

11Success Story

came from Arabia, and are of the tribe named “Al Idris”, she speaks no Arabic. For twenty three years before the Tsunami, Syarifah has been making hand

crafted fishing weights, by melting tin and palm oil, then cooking it with kerosine in a pan over a stove. Before the Tsunami, she had a factory in a nearby village with twenty employees, including housewives, university students, and orphans. None of her employees survived the Tsunami. Both her home and factory were flattened.

When the Tsunami came, Syarifah was in the mosque with her three daughters, ages 13, 19, and 23. The water pulled her away from her family, lifting her high in the air, where someone grabbed her from the water to the safety of the roof.

Within minutes, hundreds of thousands of people saw the end of their lives as they knew it. Many thought the world had come to an end. Like other survivors, Syarifah was reduced to living in a tent. She asked aid groups to help her, but it was not until she met Musafir, from the Forum Bangun Aceh (FBA) that she had another chance at doing something with her life.

Through the FBA, she received a three hundred dollar micro econimic loan, which bought her a stove, hammers, pans, tin, and all the materials needed to start making fishing weights once again. She started alone, selling them in one of the big camps, but in the ensuing months, her business grew to employ thirteen women, all housewives, who would otherwise have no way to make a living.

Syarifah does not need much money since she lives for free in the barracks, and an NGO is building her a new home. Whereas she used to need to pay for school uniforms and tuitions for her daughters, she now only has herself to take care of. She gets satisfaction out of helping people and providing an income for other women. Her future plans include building a factory to employ more women near the barrack, and will be asking FBA for another loan to help her get that started. Now, her business grosses $45 per day, from which she pays for materials and employees. Her products are always sold out, as they are different from the fishing weights imported from outside, so even with several women working together, they cannot supply the demand.

Syarifah wants to stay in the barrack until her home is built because this land is where her children lived and where she left all her memories. Her future plans include building a factory to employ more women near the barrack, and will be asking FBA for another loan to help get that started. Once her new home is built, she wants to live alone, and not marry again. About life, she looks out at the mountains that surround this flattened area, then at the grey waves gently rolling in with the sea. “ We remember, we cry, and sometimes we laugh as well”. I think of the strength she must have to be able to live on, existing alone, and how this strength is multiplied by the hundreds of thousands of people whose reality has been washed away… Yet, they smile, show kindness to one another, draw strength from the god whose hand they believe created this natural disaster….and they live on.

Page 12: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

12 Success Story

Alfi Berlian, lelaki berperawakan kecil dan biasa yang berumur 35 tahun mampu menghasilkan kira-kira 2,5 juta perbulan dengan doorsmeernya sebelum Tsunami.

Dahulu ia tinggal dekat pantai, namun Tsunami telah menyapu hancur rumah, usaha dan banyak anggota keluarganya, termasuk ibu, kakak-kakak serta beberapa orang sepupu dan keponakannya. Istri Alfi dan anak perempuannya yang berumur 2 tahun selamat, begitu juga dengan saudara laki-laki dan beberapa sepupu lainnya.

Setelah Tsunami, dia tidak dapat membayangkan bagaimana menata kembali hidupnya, dan tidak tahu dari mana harus memulai. Sampai saat dimana dia mendengar ada program dana bergulir UKM di Forum Bangun Aceh (FBA) yang membangkitkan harapan dan keyakinannya. Seorang temannya memulai usaha kedai dari bantuan FBA yang terlihat dari stiker logo FBA yang menempel di kiosnya yang kebetulan dilewati Alfi setiap hari. Dialah yang memberi informasi kepada Alfi, yang kemudian memberanikan diri untuk datang dan menanyakan langsung. Keberanian tersebut membuahkan hasil, pada bulan April dia mendapatkan 1,2 juta rupiah untuk memulai bengkelnya.

Bengkel kecil ini berkembang ke beberapa pelayanan otomotif: mekanik, auto body, perbaikan kursi, pengecatan, ganti oli, dan cuci mobil. Selain itu dia juga membuka kantin kecil yang menjual makanan dan minuman. Sekarang ini, ada 7 orang yang dulunya bekerja di bengkel mobil tersebut telah dapat bekerja kembali seperti biasa. Mereka membutuhkan lebih banyak peralatan dan kemudian FBA membantu lagi sebesar 6 Juta rupiah. Semua orang ini telah kehilangan harta bendanya saat Tsunami, sekarang mereka telah memperoleh kembali mata pencaharian mereka dan merasa bangga karena tidak tergantung pada Jadup (jatah hidup) yang disediakan pemerintah. Saat ini, sebagian masih tinggal menginap di

One Stop Auto Shop, Sebuah Cerita Kesuksesan Setelah Tsunami

Oleh Tamalyn Dallal

Page 13: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

13Success Story

Alfi Barlian, a slight and unassuming 35 year old man made approximately $250 per month with his car wash before the Tsunami.

He lived near the beach, so the Tsunami destroyed his home, his business, and he lost many family members: including his mother, sisters, and several cousins, nieces and nephews. Alfi’s wife and two year old daughter were spared, as well as his brother and two cousins.

After the Tsunami, he could not imagine starting life again, and did not know where to start. When he heard about micro economic revolving funds made available from Forum Bangun Aceh (FBA), he felt a renewed sense of hope and confidence. A friend of his who re established his shop through an FBA loan displayed the organizations banner in his store. He gave FBA’s information to Alfi, who passed by every day, finally building up the nerve to go inside and enquire. His courage paid off and in April he obtained supplies worth $1200 to start a mechanic service.

This small auto shop expanded to house several types of automotive services: Mechanics, auto body, car seat repair, painting, oil changing and lubrication, and car washing and cleaning. In addition, he opened a small canteen selling food and beverages. Now, seven people who were in the car repair business could use their skills once again. They needed more equipment, and were able to secure funding of $6000 from FBA. All of these people had lost their homes and businesses in the Tsunami, and were now regaining their independence and livelihood, proud not to have to rely on rice subsidies. Some of the men moved onto the premises of the shop, while others still live in barracks. From his renewed economic independence, Alfi has been able to rent a small home and live with his remaining relatives.

He now manages the complex, which nets $900 to $1000 per month. Keeping the $250 salary he was accustomed to making before, he would rather re invest what he makes to help others gain a livelihood than keep too much money for himself. Alfi said “I don’t need too much money because I lost most of my family. I would rather help others, and now these people are like my family”.

One Stop Auto Shop, A Tale of Spreading Success After the Tsunami

By Tamalyn Dallal

Page 14: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

14 Success Story

bengkel, sedangkan yang lain telah mampu tinggal di tempat tinggalnya masing-masing. Dari usaha barunya yang mandiri, Alfi mampu menyewa rumah dan tinggal dengan keluarganya.

Sekarang, usaha bengkel mobilnya mampu menghasilkan pendapatan bersih sebesar 9 sampai 10 juta rupiah per bulan. Dari pendapatan tersebut, dia hanya mengambil 2,5 juta rupiah, jumlah yang sama yang dihasilkannya sebelum Tsunami. Dana yang tersisa lebih suka diinvestasikan kembali sehingga akan mampu menampung tenaga kerja yang lebih banyak. “Saya tidak perlu terlalu banyak uang karena saya kehilangan banyak keluarga. Saya lebih suka menolong orang lain, dan sekarang mereka sudah seperti keluarga saya sendiri.”

Dia juga membantu kawan-kawannya yang lain dalam memulai automotive service di sekitar Banda Aceh melalui dana bergulir Forum Bangun Aceh. Dia berhasil membantu kawannya mendapatkan bantuan sebesar 3 juta rupiah untuk peralatan membangun sumur bor sehingga membuat kawannya juga memiliki usaha. Secara keseluruhan, dia telah membantu 25 orang lain dari jaringannya ini. Kebanyakan orang Aceh takut untuk membuat proposal, dan terlalu gengsi untuk meminta bantuan, jadi dia membantu mereka keluar dari kesulitannya ini. Perasaan Alfi adalah dia senang membantu orang daripada dibantu, dan hal ini adalah bagian dari budaya masyarakat Aceh.

Salah satu cara untuk mengurangi duka atas kehilangan keluarga dan teman adalah dengan cara keluar dari kesedihan tersebut dengan cara membantu orang lain yang menderita. Alfi merasakan kesedihan yang teramat dalam karena bulan Ramadhan akan segera berakhir. Puncak bulan Ramadhan adalah Hari Raya Idul Fitri, dimana keluarga berkumpul, saling memaafkan satu sama lain dari segala dosa masa lalu, dan memulai kehidupan yang baru. Jika ada salah satu keluarga mereka meninggal, biasanya mereka mengunjungi makamnya. Tahun ini hanya sedikit anggota keluarga yang tersisa dan tidak ada makam yang bisa dikunjungi. Banyak orang tercinta telah hilang, yang lainnya terkubur di pekuburan massal. Mereka yang biasanya berbahagia, kini yang tersisa hanyalah kecemasan dan kesedihan. Salah satu cara menghadapi masalah tersebut adalah mereka mencari banyak kawan dan menarik mereka keluar dari penderitaan, serta saling tolong menolong satu sama lain seperti keluarga sendiri.

Pada bulan-bulan awal setelah Tsunami, berat badan Alfi berkurang 8 kilo tapi dia sehat-sehat saja dan selalu mencoba menjalani kehidupannya. Dia sekarang membantu 7 anak yatim, mengajarkan mereka keterampilan, memberikan makanan dan arahan, dan mengusahakan program pelatihan untuk belajar mekanik bagi anak yatim yang ada dibengkelnya.

Keinginan Alfi untuk masa depan adalah mendirikan ”one stop auto shop” yang lebih bagus daripada apa yang telah ada sekarang. Dia merasa mampu untuk mengembangkannya dengan cara memusatkan semua aspek otomotif di satu tempat, pada sebidang tanah yang disewanya selama 3 tahun. Dia mencoba melakukan kontrak dengan sebuah LSM, karena mereka mempunyai banyak mobil sehingga mereka dapat menghemat waktu dengan cara mempercayakan semua perawatan mobil

Page 15: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

15Success Story

He also assisted other friends in starting automotive services around of Banda Aceh through FBA revolving funds and now helps them organize their businesses. More recently, he was able to secure FBA help of $300 for well building materials that put another friend of his in business. In all, 25 people are benefiting from this network. A lot of Acehnese people are afraid to make proposals, and too proud to ask for help, so he helps them get over that hurdle. Alfis sentiment is that he is happier helping people than being helped, and that is often echoed throughout Acehnise culture.

One way to ease the pain of losing your family and friends is to reach outside of yourself and help the next person who has suffered. Alfi is sad, because Ramadhan will soon end. The month of fasting culminates in a traditionally happy holiday called Idul Fitrie, in which family members unite, forgive each other for any past wrongdoings, and start anew. If a family member has passed on during the year, they go to visit their grave. This year, there are few family members left, and no graves to visit. Many loved ones were lost, while others are buried in mass graves. What is normally a happy occasion is producing anxiety and sadness for Tsunami survivors. One way of dealing with such stress is that they form extended groups of friends, who pull themselves out of misery and dependence together, and this serves as a sort of surrogate family.

Alfi has lost eight kilos in the months since the Tsunami, but he feels healthy and always tries to move forward with life. He is now helping seven teenaged orphans, teaching them skills, giving them food and guidance, and also proposing a training program for orphans to learn mechanics.

Alfis ambitions for the future include creating a “one stop auto shop”, more formal than what he runs at present. The piece of land where his business sits has a three year lease, and he feels that he can develop a great concept by keeping all aspects of automotive maintenance in one place. He is trying to get a contract with an NGO because they have many cars and they save time by letting him take care of all the cars in one place. “There are so many cars in Aceh…Too many for the capacity of the roads. People would welcome a convenient way to take care of their cars and keep them roadworthy.” states Alfi as he envisions a bright future for himself and many others.

di satu tempat. “Terlalu banyak mobil di Aceh dibandingkan dengan kapasitas jalan yang ada. Orang pasti senang dengan kenyamanan merawat mobil sehingga tetap layak jalan”. Begitu ujar Alfi, mencoba untuk menggambarkan masa depan yang cerah bagi dia dan teman-temannya.

_______________________________________________

Page 16: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

16 Success Story

Minggu pagi dinihari tanggal 26 Desember 2004, Tgk Daud, seorang pria paruh baya yang berasal dari Lingkee, Banda Aceh berangkat dari rumah untuk jualan ikan di kawasan

Peunayong yang dilakukannya secara grosir. Seperti hari-hari sebelumnya, pagi itu dia berangkat bersama anaknya Kamaruddin. Sesaat setelah selesai berjualan, tepatnya jam 8 pagi, gempa dahsyat menguncang bumi Aceh dan sekitarnya. Kamaruddin merasa bertanggung jawab pada ayah yang dicintainya, sehingga dia terlebih dahulu mengantar dia pulang ke rumah, walaupun saat itu dia mempunyai pekerjaan yang harus diselesaikannya. Beberapa saat setelah Tgk Daud sampai di rumah, dan sempat bercakap-cakap dengan beberapa mahasiswa yang tinggal dekat rumahnya, tiba-tiba Tsunami datang memporakporandakan rumah dan seluruh harta bendanya. Tidak ada yang tersisa dari hasil usahanya selama belasan tahun. Dia mempunyai dua orang anak laki-laki, satu tewas karena Tsunami, sedangkan Kamaruddin dan istrinya selamat. Setelah kejadian itu Tgk Daud beserta istrinya mengungsi ke sebuah pesantren di Lamlagang.

Hanya bermodalkan tujuh ribu rupiah, Tgk. Daud bertahan hidup di pengungsian pesantren Lambaro ”lumayan saya bisa tidur dibawah langgar, ada orang lain yang jika hujan harus pindah ketempat lain”, ujarnya dengan semangat. Pria ini kemudian berjumpa dengan rekan-rekan se-profesi yang tidak terkena Tsunami. Mereka mengajak dia untuk bersama-sama berjualan ikan di Lambaro. Dari sinilah dia kemudian mencoba memulai kembali usaha yang telah ditekuninya sejak belasan tahun dengan hanya bermodalkan kepercayaan dari kawan-kawannya.

Beberapa minggu kemudian Tgk. Daud kemudian berjumpa salah satu staff FBA yang memang sudah dikenalnya sebelum Tsunami. Melihat bahwa Tgk Daud memenuhi kriteria dasar orang yang akan dibantu,

Dari Ikan Kecil Hingga Bangun Rumah

Oleh Asnawi

Page 17: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

17Success Story

In the dawn of the days, an old man moved from home to work as a fish wholesaler in Peunayong Banda Aceh. This man along with his son Kamaruddin went to do his daily activity to deal with big amount of fish. Soon after he finished selling his stuff at 8.00 o’clock, the horrible earthquake showed its big shake to Aceh and North Sumatra as well as other hemispheres. Kamaruddin took his responsibility to take his beloved father home, while he had other works to do that is not yet finished and back to the market. After a couple of time Tgk Daud arrived at home and he took chance to speak with some university students, than the huge Tsunami waves destroyed all his belonging including his house he had been collecting for years.. He had two sons, one is swept by Tsunami but Kamarudin is alive as well as his wife. Tgk Daud moved to an Traditional Islamic School ( pesantren) in Lam Lagang

He left only 7 thousand rupiah( $ 70 cents ), Tgk. Daud tried to survive in the refugee camp in Lambaro” luckily I had good shelter under a prayer place, compare to others who had to move while raining” Said he. After few weeks this man then met his friends working as fish whole seller and unaffected by the disasters. They asked Tgk Daud to work together along with them to sell fish in lambaro market. He started from the scratch the same activity he used to do since years ago. From this, he began to have green light in his life after undergoing different condition.

Tgk. Daud, aftermath a couple of weeks working as a share profit seller, met with one of FBA staff working to assets in camps. Since basic criteria of this man in restarting a business met the qualification made by FBA; experience in the same business, captive market, number of beneficiary, and multi good effect, the SME team then gave him soft loan in form of goods needed to re-establish his economic activity as a fish whole seller. At the time being, 5 million rupiah is sufficient for him survive his trade to grain his dream to go back as he used to be and added by some money saved as a result the previous collaboration sale with friends.

After a few months, the leader a mosque in Lingke, Banda Aceh proposed the

From Small Fish to Building a House

By Asnawi

Page 18: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

1� Success Story

yaitu memiliki pengalaman usaha, punya peluang pasar, besar jumlah tanggungan, dan dampak positif terhadap lingkungan. FBA kemudian memberikan bantuan kepada dia, juga anaknya yaitu Kamaruddin yang sama-sama jualan ikan. FBA waktu itu memberikan bantuan berupa pinjaman lunak sebesar 5 juta rupiah dalam bentuk modal dan peralatan yang dibutuhkan untuk memulai usahanya kembali. Bagi dia, bantuan tersebut sudah memadai untuk menambah modal yang telah diperoleh sebelumnya dari hasil usaha bersama kawan-kawannya.

Setelah beberapa bulan berjalan, imam mesjid di Lingke ini ingin mengajukan pinjaman modal usaha kedua kepada FBA untuk membeli tambahan peralatan dan ikan. Sejauh pengamatan, tim UKM FBA melihat bahwa usaha yang dijalankannya berjalan seperti yang diharapkan. Kemudian dia diberikan modal tambahan sebesar 5 juta rupiah lagi, sehingga dia dapat dengan leluasa melakukan usahanya sebagai ”toke bangku” yang dulunya pernah berjaya melakukan transaksi besar-besaran dimana-mana. Pedagang yang mahir dibidangnya ini, sekarang hidup bersama seorang isteri di rumah tetangga yang juga familinya yang sama-sama terkena Tsunami.

Sekarang usaha yang digelutinya sudah sangat berhasil sehingga dalam beberapa bulan dia bisa mendirikan dua tempat usaha tambahan. Penghasilan bersih rata-rata adalah 200 ribu sampai 400 ribu rupiah per hari. Cara kerja dia adalah membeli ikan pada kapal nelayan yang baru merapat di Lampulo dengan cara borongan kemudian dijual lagi ke pedagang ikan lain.

Sekarang dia mampu mempekerjakan 6 orang karyawan. Selain itu, juga sedang membangun rumah dari hasil usahanya ini. “Saya sangat terbantu oleh FBA” ungkapnya dengan nada bersyukur. “Kira-kira rumah saya sampai saat ini telah menelan biaya 50 jutaan rupiah” katanya. Jumlah ini tidaklah mudah didapatkan oleh seseorang yang kehilangan semua harta bendanya akibat Tsunami. Tetapi dengan tekad yang kuat, dia bisa membuktikan bahwa walaupun mulai dari nol tapi tetap bisa bangkit dan melawan keadaan ini.

Page 19: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

1�Success Story

amount of money to succeed his running business of 5 million to FBA. After first monitoring phase took place, FBA SME team found that the business run by Tgk Daud is completely successful and as expected. He would be much easier to enhance his activity with a little more capital. As a wholesaler, has connected with a lot of other same businesses in Aceh. This experienced man work hard every day and live with his wife in his relative’s house in Lingke.

Nowadays his business is very successful. Tgk Daud is able to run another two businesses, the same enterprises—fish wholesaler. He is surprisingly able to generate IDR 200.000 to 400.000 a day. It means that this income is more that regional income. He works to cover all fish of a boat in Lampulo than he sells it to other fisher retailer. He also able to employ 6 workers working based on daily basis. Furthermore a house is being built nearby where he lives now on his former land. “FBA is really helpful to me” said he with a smile.” My house up to now cost approximately 50 millions rupiah” said he. This amount is not definitely easy to find in this kind of situation, strong effort, he can proof that he can survive.

Page 20: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

20 Success Story

Muhammad Yani, seorang laki-laki berumur sekitar 35 tahun menyapa kami di kawasan pembangunan kembali usaha ikan asinnya yang baru. Tempat tersebut berada di sebuah tanah

kosong yang dulunya merupakan sebuah desa yang sejahtera. Setelah Tsunami yang tersisa hanyalah satu mesjid cantik yang masih kokoh berdiri. Siapapun dapat melihat bahwa daerah ini dulunya merupakan kawasan pemukiman yang nyaman dari keluarga-keluarga yang memiliki banyak tanah yang diwariskan dari generasi ke generasi. Apa yang tersisa sekarang hanyalah puing-puing dan genangan air yang dikelilingi oleh gunung-gunung indah dan sebuah teluk yang menampakkan sebuah pulau ditengahnya, dimana mereka sering tamasya. Namun, sekarang tidak ada bukti apapun tentang adanya pulau tersebut, dan sukar membayangkan apa yang bisa dilakukan untuk menghidupkan tempat ini kembali. Sampai saat ini sebagian besar dari penduduk desa tersebut masih tinggal di tenda-tenda dan yang lainnya tinggal di barak-barak triplex sederhana tanpa konstruksi yang layak ataupun listrik dengan mata pencaharian sebagai nelayan musiman yang mencari ikan di genangan sisa air pasang yang kotor. Kebanyakan dari mereka tetap ingin membangun kembali rumah di tempat yang sama dimana mereka dibesarkan. Mereka merasa memiliki hubungan yang kuat dengan tanahnya, meskipun tak dapat dikenali lagi dengan pasti.

Sebagian dari mereka, seperti Pak Yani dan tetangganya, Syarifah, memiliki harapan kuat ke depan. Mereka menganggap kawasan ini sebagai tanah leluhur mereka dan memiliki harapan baru bahwa desa mereka akan kembali bergairah selangkah demi selangkah dari waktu ke waktu. Syarifah berencana untuk mengembangkan kembali usaha timah pancing yang telah menghidupi keluarganya dengan dana bantuan dari program UKM Forum Bangun Aceh (FBA). Sedangkan Muhammad

Sang Penjual Ikan Asin

Oleh Tamalyn Dallal

Page 21: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

21Success Story

Mohammad Yani, a husky man of about thirty five years old greets us at the construction site of his new fish salting factory. It is in a total wasteland that was once a thriving village. After the Tsunami, all that is left standing is a beautiful mosque. One can see that this was once an idyllic spot to call home, and families passed the land down through the generations. What is now debris and flooded is also surrounded by lush green mountains and a bay, which had an island in the middle where they used to have picnics. There is no evidence of any island, and it is hard to imagine that anything can be done to make this area thrive again. There are a few people living in tents, others in temporary plywood barracks with no plumbing or electricity, and the occasional fisherman, wading in the murky floodwaters in search of sustenance. Most want to rebuild on the same spot where they grew up. They feel a strong connection to this land, though it is now unrecognizable.

Some, like Mr. Yani and his neighbor, Syarifah, have a different vision. They see this as their ancestral land, and have renewed hopes that, one step at a time, it will thrive again. Syarifah plans to expand her fishing weight business, which has been passed down through her family, and which she was able to re start thanks to a micro economic loan from the Forum Bangun Aceh (FBA). Mohammed Yani is already building his fish salting business behind the temporary barracks where he, Syarifah, and almost 100 villagers from this area live.

Before the Tsunami, his business employed fourteen people, producing up to 800 kilos of salted fish every two weeks. Selling it wholesale for $3 per kilo, his share of the profit was 60 percent from $ 2,400 as the gross income. He has not married yet, and lived with his parents. They were seven brothers and sisters, of which only four survived the Tsunami. His parents were lost, and ten of his employees disappeared as well.

Immediately after the Tsunami, he was given twenty kilos of rice per month, donated by World Vision to the government social department, which then redistributed it. Japan also gave rice, which was distributed by the Indonesian Red

The Salt Fish Man

By Tamalyn Dallal

Page 22: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

22 Success Story

Yani telah mendirikan bangunan tempat usaha pengasinan ikan di belakang barak dimana dia dan Syarifah serta hampir seratus orang lainnya tinggal.

Sebelum Tsunami, Yani mempekerjakan 14 orang yang menghasilkan sampai 800 kg ikan asin setiap dua minggu. Dia menjual secara grosir seharga 30 ribu rupiah per kilo dengan keuntungan 60% dari total pendapatan sebesar 24 juta rupiah. Dia belum menikah dan tinggal dengan orang tuanya. Bersaudara 7 orang hanya 4 yang selamat, sedangkan orang tua dan juga 10 tenaga kerjanya hilang tersapu Tsunami.

Setelah Tsunami, setiap bulan dia dijatahi beras sebanyak 20 kg bantuan dari World Vision, yang disalurkan melalui Dinas Sosial. Jepang juga memberikan bantuan beras yang disalurkan oleh PMI, sementara pemerintah Indonesia memberikan Jadup (Jatah Hidup) sebesar 90 ribu rupiah per orang. Dia tidak punya apa-apa lagi, tapi merasa enggan meminta bantuan pada orang atau NGO lain. Mottonya adalah “Jika seseorang menawarkan, saya akan mengambilnya, tapi saya tidak mau meminta-minta”. Kebanyakan orang yang ia kenal juga memiliki pemikiran yang sama, sehingga mereka sering menerima apa yang tidak mereka butuhkan, dan tidak meminta apa yang bisa merubah kehidupan mereka. Saat itu, dia menganggap bahwa usaha ikan asin adalah usaha kecil yang hanya dapat menghasilkan uang untuk membeli makanan, sehingga kemudian dia bekerja sebagai sopir di Mercy Corps.

Suatu hari, Yani berjalan melewati satu tempat jualan ikan yang sangat laris. Pemiliknya sangat senang karena Yani masih hidup dan akan membeli hasil produksinya apabila dia kembali membuat ikan asin. Kemudian dia juga sering melihat becak yang berlogokan FBA, tapi dia belum terpengaruh untuk membuka usaha sampai saat dia bertemu tetangganya Afwan, yang sekarang bekerja di FBA. Afwan menjelaskan bagaimana dan apa saja program-program di FBA, kemudian Yani mengajukan proposal dengan budget 5 juta rupiah. Dengan uang ini, dia membangun gudang penyimpanan ikan. Dia terus bekerja mengasinkan ikan walaupun dia tinggal di barak, tapi sempat terpikir bahwa tidak ada tempat untuk meletakkan ikannya, ditambah lagi bau yang lumayan menyengat.

Ikan asin merupakan salah satu makanan khas Indonesia. Pertama, ikan dibersihkan dengan cara diletakkan dalam kotak berisi air laut. Bukan dengan air tawar, karena akan merusak tekstur ikan. Selanjutnya air dikurangi sampai 80% dengan cara dibuang melalui lubang di bagian bawah kotaknya agar air kering. Kemudian, ikan tersebut digantung selama 24 jam. Setelah itu dibungkus dengan kertas alumunium dan dibungkus lagi dengan kertas biasa. Dia berlangganan becak untuk membawa dan menjual ikannya ke pasar.

Hanya 4 karyawan Yani yang selamat dari Tsunami. Sekarang dia mempekerjakan 6 orang dan mereka menghasilkan 160 kilo ikan asin setiap dua minggu, 20 % dari hasil produksi usahanya sebelum Tsunami. Ketika gudangnya selesai dan mulai berproduksi dia berencana mengembangkan usahanya kembali sampai mampu mempekerjakan 14 orang karyawan, yang akan di bagi menjadi : bagian pembersihan,

Page 23: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

23Success Story

Cross, and the Indonesian government gave everyone $ 9. He had nothing left, but did not want to ask anyone or any NGO for help. His motto was ‘If someone offers, I would take it, but I don’t want to ask for handouts’. Most people he knows live by the same principle, so consequently they often receive what they don’t need, and don’t ask for what will really make a difference in their lives. He resumed small scale fish salting, just to make money to buy food, and soon after, he got a job as a chauffer for “Mercy Corps”.

One day, Yani walked by a shop that was the best customer for his wholesale fish. The owner was so happy to see that he was alive and said he would carry the salted fish if he would make it again. He had noticed becaks (motorcycle pedicabs) with the FBA logo, but it wasn’t until he saw his old neighbor, Afuan, who now works for FBA that the logo gained a meaning for him. Afuan explained how the program works, so Mr.Yani felt comfortable enough to apply for revolving funding of $500 that provided materials to build a storage area for his fish. He never stopped making the fish while living in the barracks, but there were issues of no place to put the product, as well as problems with the smell in such close quarters.

Salted fish is one of the favorite foods in Indonesia. First, one must clean the fish with salt water. Fresh water ruins the texture of the fish. Next, the water must be reduced by 80 percent, which is done by putting the fish in a big box with a hole underneath for the liquid to drain out of. The fish is hung to dry in the fresh air for 24 hours, then packaged in aluminum foil and wrapped in paper. He schedules a becak to take him into town every couple of days to deliver the fish.

Only four of Yani’s former employees survived the Tsunami. He has now six employees, and they produce about 160 kilos every two weeks, 20 percent of the former production. When his production and storage facility is done, he plans to build the business back up to 14 employees, dividing the labor into: cleaning, drying, cutting, and packaging. Five of these people, including him, know the work well, as they worked together before the Tsunami, and he will train new employees from among the population that is left of his village. He also wants to experiment with creating new products and build up the production enough to sell his salted fish outside of Banda Aceh. The Kuwaiti Red Cross has asked Mr.Yani to train other people on how to make salted fish, which shows that people are recognizing the value of his skill.

When asked if there was anything he wants to share with the outside world, he said that he is skeptical of promises. There are many promises by NGO’s, but people still live in terrible conditions and they need shelter, not promises.

He wants to prove that life can start again, and says that “A strong belief in God and God’s will is what gives the people of his strength. They do not need psychological support because they are not stressed. It is God who decides who stays and who goes.”

Page 24: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

24 Success Story

pengeringan, pemotongan dan pemaketan. Kelima orang ini termasuk dia sendiri sangat mahir dalam bidangnya karena mereka telah bekerja sama sebelumnya dan berencana akan melatih karyawan lain yang berada di sekitar daerah itu. Dia juga ingin mencoba menciptakan inovasi baru dan menghasilkan produksi besar untuk di jual di luar wilayah Banda Aceh. Palang Merah Kuwait meminta Yani untuk melatih orang lain dalam membuat ikan asin yang menunjukkan pada orang-orang akan pentingnya keahlian yang dia miliki.

Ketika ditanya apakah ada yang ingin disampaikan kepada dunia luar, dia mengatakan bahwa dia tidak butuh janji-janji. Banyak NGO yang berjanji, tapi masih banyak orang yang hidup dalam kondisi memprihatinkan dan mereka membutuhkan tempat tinggal, bukan janji-janji.

Dia ingin membuktikan bahwa dia bisa memulai hidupnya kembali dan dia mengatakan bahwa: “Keyakinan yang kuat kepada Tuhan serta kehendak-Nya akan memberikan orang kekuatan dalam hidupnya. Mereka tidak butuh dukungan psikologis karena mereka tidak stress. Hanya Tuhan yang memutuskan siapa yang hidup dan siapa yang mati.”

Page 25: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have
Page 26: Success Story - fba.or.id fileOrang yang dibantu dengan dana bergulir dari FBA yang tanpa bunga ... Sometimes charity can foster dependance, making traumatized victims who have

Forum Bangun Aceh is a Local NGO based in Banda AcehOur Mission is to assist Tsunami’s Survivors in Aceh

to raise their life up through their own potential: Rebuilding from the Inside

Our Current program in Education and Livelihood sectors are based on the philosophy of one to one assistance:

people to people, family to family, school to school, organization to organization, and community to community,

as another way to help

Contact Information:

FORUM BANGUN ACEHJalan Soekarno Hatta No. 41

Geuceu Meunara, Banda AcehINDONESIA

Telp/Fax: +62-651-45204 email: [email protected]

website: www.fba.or.id