suara parau

14
 SUARA PARAU Untuk mengetahui tentang kelainan suara, perlu diketahui terlebih dahulu anatomi, fisiologi laring. Suara parau buka n merupak an suatu peny akit, tetapi meru pakan gejal a penyakit. Keluhan suara parau tidak jarang kita temukan dalam klinik. Suara parau ini digambarkan oleh pasien sebagai suara yang kasar, atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa/normal. Seti ap keadaan ya ng me ni mbul kan gang guan da lam getaran, gangguan dalam ketegangan sert a gangguan da lam pe ndekat an kedu a pi ta suara ki ri dan kanan akan menimbulkan suara parau. Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas. Bentuknya men yer upa i limas segiti ga ter pancun g, dengan bag ian ata s leb ih bes ar dar ipa da bag ian  bawah. Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah batas kaudal kartilago krikoid. Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid, dan beberapa  buah tulang rawan. Tulang hyoid berbentuk seperti huruf U, yang permukaan atasnya dihubungkan dengan lidah , mand ibula dan tengk orak oleh tendo dan otot- otot. Sewaktu menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan larng tertarik ke atas, sedangkan bila laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan membantu menggerakkan lidah. Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglottis, kartilago krikoid, kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago tiroid. Kartil ago kriko id dihub ungk an denga n kartila go tiroid oleh ligamentum kriko tiroid . Bentuk kartilago krikoid berupa lingkaran.

Upload: gadis-noviyanti-situmorang

Post on 09-Jul-2015

81 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 1/14

 

SUARA PARAU

Untuk mengetahui tentang kelainan suara, perlu diketahui terlebih dahulu anatomi,

fisiologi laring.

Suara parau bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala penyakit.

Keluhan suara parau tidak jarang kita temukan dalam klinik. Suara parau ini digambarkan

oleh pasien sebagai suara yang kasar, atau suara yang susah keluar atau suara dengan nada

lebih rendah dari suara yang biasa/normal.

Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam getaran, gangguan dalam

ketegangan serta gangguan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan akan

menimbulkan suara parau.

Laring merupakan bagian yang terbawah dari saluran napas bagian atas. Bentuknya

menyerupai limas segitiga terpancung, dengan bagian atas lebih besar daripada bagian

 bawah.

Batas atas laring adalah aditus laring, sedangkan batas bawahnya ialah batas kaudalkartilago krikoid.

Bangunan kerangka laring tersusun dari satu tulang, yaitu tulang hyoid, dan beberapa

 buah tulang rawan. Tulang hyoid berbentuk seperti huruf U, yang permukaan atasnya

dihubungkan dengan lidah, mandibula dan tengkorak oleh tendo dan otot-otot. Sewaktu

menelan, kontraksi otot-otot ini akan menyebabkan larng tertarik ke atas, sedangkan bila

laring diam, maka otot-otot ini bekerja untuk membuka mulut dan membantu menggerakkan

lidah.

Tulang rawan yang menyusun laring adalah kartilago epiglottis, kartilago krikoid,

kartilago aritenoid, kartilago kornikulata, kartilago tiroid.

Kartilago krikoid dihubungkan dengan kartilago tiroid oleh ligamentum krikotiroid.

Bentuk kartilago krikoid berupa lingkaran.

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 2/14

 

Terdapat 2 buah (sepasang) kartilago aritenoid yang terletak dekat permukaan

 belakang laring, dan membentuk sendi dengan kartilago krikoid, disebut artikulasi

krikoaritenoid.

Sepasang kartilago kornikulata ( kiri dan kanan ) melekat pada kartilago aritenoid di

daerah apeks, sedangkan sepasang kartilago kuneiformis terdapat di dalam lipatan

ariepiglotik, dan kartilago tritisea terletak di dalam ligamentum hiotiroid lateral.

Pada laring terdapat 2 buah sendi, yaitu artikulasi krikotiroid dan artikulasi

krikoaritenoid.

Ligamentum yang membentuk susunan laring adalah ligamentum seratokrikoid

( anterior, lateral dan posterior ), ligamentum krikotiroid medial, ligamentum krikotiroid

 posterior, ligamentum kornikulofaringal, ligamentum hiotiroid lateral, ligamentum hiotiroid

medial, ligamentum hioepiglotika, ligamentum ventrikularis, ligamentum vokale yang

menghubungkan kartilago aritenoid dengan kartilago tiroid dan ligamentum tiroepiglotika.

Gerakan laring dilaksanakan oleh kelompok otot-otot ekstrinsik dan otot-otot

instrinsik. Otot-otot ekstrinsik terutama bekerja pada laring secara keseluruhan, sedangkan

otot-otot intrinsic menyebabkan gerak bagian-bagian laring sendiri.

Otot-otot ekstrinsik laring ada yang terletak di atas tulang hyoid (suprohioid), dan ada

yang terletak dibawah tulang hyoid (infrahioid). Otot-otot ekstrinsik yang suprahioid ialah m.

digastrikus, m. geniohioid, m. stilohioid dan m. milohiod. Otot yang infrahioid adalah m.

sternohioid, m. omohioid, m. tirohioid.

Otot-otot ekstrinsik laring yang suprahioid berfungsi menarik laring ke bawah

sedangkan yang infrahioid menarik laring ke atas.

Otot-otot intrinsik laring ialah m. krikoaritenoid lateral, m. tiroepiglotika, m. vokalis,

m. tiroaritenoid, m.ariepiglotika dan m. krikotiroid. Otot-otot ini terletak di bagian lateral

laring.

Otot-otot intrinsik laring yang terletak di bagian posterior, ialah m. aritenoid

transversum, m.arietenoid oblik dan m.krikoaritenoid posterior.

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 3/14

 

RONGGA LARING

Batas atas rongga laring (cavum laryngis) ialah aditus laring, batas bawahnya ialah

 bidang yang melalui pinggir bawah kartilago krikoid. Batas depannya ialah permukaan

 belakang epiglottis, tuberkulum epiglotik, ligamentum tiroepiglotik, sudut antara kedua belah

lamina kartilago tiroid dan arkus kartilago krikoid. Batas lateralnya ialah membrane

kuadrangularis, kartilago aritenoid, konus elastikus dan arkus kartilago krikoid, sedangkan

 batas belakangnya ialah m. aritenoid transversus dan lamina kartilago krikoid.

Dengan adanya lipatan mukosa pada ligamentum vokale dan ligamentum

ventrikulare, maka terbentuklah plika vokalis (pita suara asli) dan plika ventrikularis (pita

suara palsu).

Bidang antara plika vokalis kiri dan kanan, disebut rima glotis, sedangkan antara

kedua plika ventrikularis, disebut rima vestibuli.

Plika vokalis dan plika ventrikularis membagi rongga laring dalam 3 bagian, yaitu

vestibulum laring, glotik dan subglotik.

Vestibulum laring ialah rongga laring yang terdapat diatas plika ventrikularis. Daerah

ini disebut supraglotik.

Antara plika vokalis dan plika ventrikularis, pada tiap sisinya disebut ventrikulus

laring Morgagni.

Rima glottis terdiri dari 2 bagian, yaitu bagian intermembran dan bagian

interkartilago. Bagian intermembran ialah ruang antara kedua plika vokalis, dan terletak di

 bagian anterior, sedangkan bagian interkartilago terletak antara kedua puncak kartilago

aritenoid, dan terletak di bagian posterior.

Daerah subglotik adalah rongga laring yang terletak di bawah pita suara ( plika

vokalis ).

Persarafan laring

Laring dipersarafi oleh cabang-cabang nervus vagus, yaitu n.laringis superior dan

n.laringis inferior. Kedua saraf ini merupakan campuran saraf motorik dan sensorik.

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 4/14

 

 Nervus laringis superior mempersarafi m.krikotiroid, sehingga memberikan sensasi

 pada mukosa laring di bawah pita suara. Saraf ini mula-mula terletak di atas m. konstriktor 

faring medial, di sebelah medial a.karotis interna dan eksterna, kemudian menuju ke kornu

mayor tulang hyoid, dan setelah menerima hubungan dengan ganglion servikal superior,

membagi diri dalam 2 cabang, yaitu ramus eksternus dan ramus internus.

Ramus eksternus berjalan pada permukaan luar m.konstriktor faring inferior dan

menuju ke m.krikotiroid, sedangkan ramus internus tertutup oleh m.tirohioid terletak di

sebelah medial a.tiroid superior, menembus membrane hiotiroid, dan bersama-sama dengan

a.laringis superior menuju ke mukosa laring.

 Nervus laringis inferior merupakan lanjutan dari n.rekuren setelah saraf itu

memberikan cabangnya menjadi ramus kardia inferior. Nervus rekuren merupakan cabang

dari n.vagus.

 Nervus rekuren kanan akan menyilang a.subklavia kanan di bawahnya, sedangkan

n.rekuren kiri akan menyilang arkus aorta. Nervus laringis inferior berjalan di antara cabang-

cabang a.tiroid inferior, dan melalui permukaan mediodorsal kelenjar tiroid akan sampai pada

 permukaan medial m.krikofaring. Di sebelah posterior dari sendi krikoaritenoid, saraf ini

 bercabang 2 menjadi ramus anterior dan ramus posterior. Ramus anterior akan mempersarafiotot-otot intrinsic laring bagian lateral, sedangkan ramus posterior mempersarafi otot-otot

intrinsic laring bagian superior dan mengadakan anastomosis dengan n.laringis superior 

ramus internus.

Perdarahan

Perdarahan untuk laring terdiri dari 2 cabang, yaitu a.laringis superior dan a.laringis

inferior.

Arteri laringis superior merupakan cabang dari a.tiroid superior. Arteri laringis

superior berjalan agak mendatar melewati bagian belakang membrane tirohioid bersama-

sama dengan cabang internus dari n.laringis superior kemudian menembus membrane ini

untuk berjalan ke bawah di submukosa dari dinding lateral dan lantai dari sinus piriformis,

untuk memperdarahi mukosa dan otot-otot laring.

Arteri laringis inferior merupakan cabang dari a.tiroid inferior dan bersama-sama

dengan n.laringis inferior berjalan ke belakang sendi krikotiroid, masuk laring melalui daerah

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 5/14

 

 pinggir bawah dari m.konstriktor faring inferior. Di dalam laring arteri itu bercabang-cabang,

memperdarahi mukosa dan otot serta beranastomosis dengan a.laringis superior.

Pada daerah setinggi membrane krikotiroid a.tiroid superior juga memberikan cabang

yang berjalan mendatari sepanjang membrane itu sampai mendekati tiroid. Kadang-kadang

arteri ini mengirimkan cabang yang kecil melalui membrane krikotiroid untuk mengadakan

anastomosis dengan a.laringis superior.

Vena laringis superior dan vena laringis inferior letaknya sejajar dengan a.laringis

superior dan inferior dan kemudian bergabung dengan vena tiroid superior dan inferior.

Pembuluh limfa

Pembuluh limfa untuk laring banyak, kecuali di daerah liapatan vocal. Disini

mukosanya tipis dan melekat erat dengan ligamentum vokale. Di daerah lipatan vocal

 pembuluh limfa dibagi dalam golongan superior dan inferior.

Pembuluh eferen dari golongan superior berjalan lewat lantai sinus piriformis dan

a.laringis superior, kemudian ke atas, dan bergabung dengan kelenjar dari bagian superior 

rantai sevikal dalam. Pembuluh eferen dari golongan inferior berjalan ke bawah dengan

a.laringis inferior dan bergabung dengan kelenjar servikal dalam, dan beberapa diantaranyamenjalar sampai sejauh kelenjar supraklavikular.

FISIOLOGI LARING

Laring berfungsi untuk proteksi, batuk, respirasi, sirkulasi menelan, emosi serta

fonasi.

Fungsi laring untuk proteksi ialah untuk mencegah makanan dan benda asing masuk 

ke dalam trakea, dengan jalan menutup aditus laring dan rima glottis secara bersamaan.

Terjadinya penutupan aditus laring ialah karena pengangkatan laring ke atas akibat kontraksi

otot-otot ekstrinsik laring. Dalam hal ini kartilago aritenoid bergerak ke depan akibat

kontraksi m.tiro-aritenoid dan m.aritenoid. Selanjutnya m.ariepiglotika berfungsi sebagai

sfingter.

Penutupan rima glottis terjadi karena adduksi plika vokalis. Kartilago aritenoid kiri

dan kanan mendekat karena karena aduksi otot-otot intrinsic.

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 6/14

 

Selain itu dengan refleks batuk, benda asing yang telah masuk ke dalam trakea dapat

dibatukkan ke luar. Demikian juga dengan bantuan batuk, secret yang berasal dari paru dapat

dikeluarkan.

Fungsi respirasi dari laring ialah dengan mengatur besar kecilnya rima glottis. Bila

m.krikoaritenoid posterior berkontraksi akan menyebabkan prosesus vokalis kartilago

aritenoid bergerak ke lateral, sehingga rima glottis terbuka.

Dengan terjadinya perubahan tekanan udara di dalam traktus trakeo-bronkial akan

dapat mempengaruhi sirkulasi darah dari alveolus, sehingga mempengaruhi sirkulasi darah

tubuh. Dengan demikian laring berfungsi juga sebagai alat pengatur sirkulasi darah.

Fungsi laring dalam membantu proses menelan ialah dengan 3 mekanisme, yaitu

gerakan laring bagian bawah ke atas, menutup aditus laring dan mendorong bolus makanan

turun ke hipofaring dan tidak mungkin masuk ke dalam laring.

Laring juga mempunyai fungsi untuk mengekspresikan emosi, seperti berteriak,

mengeluh, menangis dan lain-lain.

Fungsi laring yang lain ialah untuk fonasi, dengan membuat suara serta menentukan

tinggi rendahnya nada. Tinggi rendahnya nada diatur oleh peregangan plika vokalis. Bila plika vokalis dalam aduksi, maka m.krikotiroid akan merotasikan kartilago tiroid ke bawah

dan ke depan, menjauhi kartilago aritenoid. Pada saat yang bersamaan m.krikoaritenoid

 posterior akan menahan atau menarik kartilago aritenoid ke belakang. Plika vokalis kini

dalam keadaan yang efektif untuk berkontraksi. Sebaliknya kontraksi m.krikoaritenoid akan

mendorong kartilago aritenoid ke depan, sehingga plika vokalis akan mengendor. Kontraksi

serta mengendornya plika vokalis akan menentukan tinggi rendahnya nada.

Suara parau bukan merupakan suatu penyakit, tetapi merupakan gejala penyakit.

Keluhan suara parau tidak jarang kita temukan dalam klinik.

Suara parau ini digambarkan oleh pasien sebagai suara yang kasar, atau suara yang

susah keluar atau suara dengan nada lebih rendah dari suara yang biasa/normal.

Setiap keadaan yang menimbulkan gangguan dalam getaran, gangguan dalam

ketegangan serta gangguan dalam pendekatan kedua pita suara kiri dan kanan akan

menimbulkan suara parau.

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 7/14

 

Walaupun suara parau hanya merupakan gejala, tetapi bila prosesnya berlangsung

lama ( kronik ) keadaan ini dapat merupakan tanda awal dari penyakit yang serius di daerah

tenggorok, khususnya laring.

Penyebab suara parau dapat bermacam-macam yang prinsipnya menimpa laring dan

sekitarnya. Penyebab (etiologi) ini dapat berupa radang, tumor (neoplasma), paralisis otot-

otot laring, kelainan laring seperti sikatriks akibat operasi, fiksasi pada sendi krikoaritenoid

dan lain-lain. Ada satu keadaan yang disebut sebagai disfonia ventricular, yaitu keadaan plika

ventricular yang mengambil alih fungsi fonasi dari pita suara, misalnya sebagai akibat dari

 pemakaian suara yang terus menerus pada pasien dengan laryngitis akut. Inilah pentingnya

istirahat berbicara (vocal rest) pada pasien dengan laryngitis acut, disamping pemberian obat-

obatan.

Radang laring dapat akut atau kronik. Radang akut biasanya disertai gejala lain seperti

demam,dedar (malaise), nyeri menelan atau berbicara, batuk, disamping suara parau. Kadang

 –kadang dapat terjadi sumbatan laring dengan gejala stridor serta cekungan di epigastrium,

sela iga dan sekitar klavikula. Radang kronik tidak spesifik, dapat disebabkan oleh sinusitis

kronis atau bronchitis kronis atau karena penggunaan suara seperti berteriak-teriak atau biasa

 berbicara keras (vocal abuse = penyalahgunaan suara). Radang kronik spesifik misalnya

tuberkulosa dan lues. Gejalanya selain suara parau, terdapat juga gejala penyakit penyebab

atau penyakit yang menyertainnya.

Tumor laring dapat jinak atau ganas. Gejala tergantung dari lokasi tumor, misalnya

tumor pita suara segera timbul suara parau dan bila tumor tumbuh menjadi besar 

menimbulkan sumbatan jalan nafas. Tumor ganas biasanya tumbuh lebih cepat. Tumor ganas

sering disertai gejala lain, misalnya batuk (kadang-kadang batuk darah), berat badan

menurun, keadaan umum memburuk.

Paralisis otot laring dapat disebabkan oleh gangguan persarafan, baik sentral maupun

 perifer, dan biasanya paralisis motorik bersama dengan paralisis sensorik. Kejadiannya dapat

unilateral atau bilateral. Lesi intracranial biasanya mempunyai gejala lain dan muncul sebagai

kelainan neurologic selain dari gangguan suaranya. Penyebab sentral, misalnya paralisis

 bulbar, siringomelia, tabes dorsalis, multiple sklerosis. Penyebab perifer, misalnya struma,

 pasca strumektomi, limfadenopati koli, trauma leher, tumor esophagus dan mediastinum,

aneurisma aorta dan arteria subklavia kanan.

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 8/14

 

Paralisis pita suara merupakan kelainan otot intrinsic laring yang sering ditemukan

dalam klinik. Dalam menilai tingkat pembukaan rimaglotis dibedakan dalam 5 posisi pita

suara, yaitu posisi median, posisi paramedian, posisi intermedian, posisi abduksi ringan dan

 posisi abduksi penuh. Pada posisi median kedua pita suara terdapat di garis tengah, pada

 posisi paramedian pembukaan pita suara berkisar 3-5 mm dan pada posisi intermedian 7 mm.

 pada posisi abduksi ringan pembukaan pita suara kira-kira 14 mm dan pada abduksi penuh

18-19 mm. Gambaran posisi pita suara dapat bermacam-macam (berlainan) tergantung dari

otot mana yang terkena. Karena saraf laring superior dan inferior bersifat motorik dan

sensorik, maka biasanya paralisis motorik terdapat bersamaan dengan paralisis sensorik pada

laring.

Paralisis motorik otot laring dapat digolongkan menurut lokasi, jenis otot yang

terkena atau jumlah otot yang terkena. Penggolongan menurut lokasi, misalnya dikenal

 paralisis unilateral atau bilateral. Menurut jenis otot yang terkena dikenal paralisis aduktor 

atau paralisis abductor atau paralisis tensor. Sedangkan penggolongan menurut jumlah otot

yang terkena, paralisis sempurna atau tidak sempurna.

Secara klinik paralisis otot laring dikenal unilateral midline paralysis, unilateral

incomplete paralysis, bilateral midline paralysis, bilateral incomplete paralysis, complete

 paralysis, adductor paralysis, thyroarythenoid muscle paralysis dan cricothroid muscle

 paralysis.

Pemeriksaan klinik 

Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan umum (status generalis), pemeriksaan THT

termasuk pemeriksaan laring tak langsung untuk melihat laring melalui kaca laring, maupun

 pemeriksaan laring-langsung dengan laringoskop (atau dengan mikroskop = mikro

laringoskopi = bedah mikro laring).

Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan penunjang yang diperlukan meliputi pemeriksaan laboratorium klinik,

radiologic, mikrobiologik dan patologi anatomic.

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 9/14

 

KELAINAN LARING

Kelainan laring dapat berupa kelainan congenital laring, peradangan laring, tumor 

laring serta kelumpuhan pita suara.

1.KELAINAN KONGENITAL

Kelainan ini dapat berupa laringomalasia, stenosis subglotik, selaput di laring, kista

congenital, hemangioma dan fistel laringotrakea esophagus.

Pada bayi dengan kelainan congenital laring dapat menyebabkan gejala sumbatan

 jalan nafas, suara tangis melemah sampai tidak ada sama sekali, serta kadang-kadang terdapat

 juga disfagia.

LARINGOMALASI

Kelainan ini paling sering ditemukan. Pada stadium awal ditemukan epiglottis lemah,

sehingga pada waktu inspirasi epiglottis tertarik ke bawah dan menutup rima glottis. Dengan

demikian bila pasien bernafas, nafasnya berbunyi (stridor). Stridor ini merupakan gejala awal,

dapat menetap dan mungkin pula hilang timbul, ini disebabkan lemahnya rangka laring.

Tanda sumbatan jalan nafas dapat terlihat dengan adanya cekungan (retraksi) didaerah suprasternal, epigastrium, interkostal, dan supraklavikular.

Bila sumbatan laring makin hebat, sebaiknya dilakukan intubasi endotrakea. Jangan

dilakukan trakeostomi, sebab seringkali laringomalasi disertai dengan trakeomalasi.

Orang tua pasien dinasihatkan supaya lekas dating ke dokter bila terdapat peradangan

di saluran nafas bagian atas, seperti pilek dan lain-lain.

STENOSIS SUBGLOTIK 

Pada daerah subglotik, 2-3 cm dari pita suara, sering terdapat penyempitan (stenosis).

Kelainan yang dapat menyebabkan stenosis subglotis ialah : 1. Penebalan jaringan

submukosa dengan hyperplasia kelenjar mucus dan fibrosis. 2. Kelaianan bentuk tulang

rawan krikoid dengan lumen yang lebih kecil,3. Bentuk tulang rawan krikoid normal dengan

ukuran lebih kecil, 4. Pergeseran cincin trakea pertama kea rah atas belakang ke dalam lumen

krikoid.

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 10/14

 

Gejala stenosis subglotik ialah stridor,dispnea, retraksi di suprasternal, epigastrium,

interkostal serta subklavikula. Pada stadium yang lebih berat akan ditemukan sianosis dan

apnea, sebagai akibat sumbatan jalan nafas, sehingga mungkin juga terjadi gagal pernapasan

(respiratory distress).

Terapi stenosis subglotis tergantung pada kelainan yang menyebabkannya. Pada

umumnya terapi stenosis subglotis yang disebabkan oleh kelainan submukosa ialah dilatasi

atau dengan laser CO2. Stenosis subglotik yang disebabkan oleh kelainan bentuk tulang

rawan krikoid dilakukan terapi pembedahan dengan melakukan rekonstruksi.

SELAPUT DI LARING (LARYNGEAL WEB)

Suatu selaput yang transparan (web) dapat tumbuh di daerah glottis, supraglotik atau

subglotik. Selaput ini terbanyak tumbuh di daerah glottis (75%0, subglotik (13%) dan di

supraglotik sebanyak 12%.

Terdapat gejala sumbatan laring, dan untuk terapinya dilakukan bedah mikro laring

untuk membuang selaput itu dengan memakai laringoskop suspense.

KISTA KONGENITAL

Kista sering tumbuh di pangkal lidah atau di plika ventrikularis. Untuk 

 penanggulangannya ialah dengan mengangkat kista itu dengan bedah mikro laring.

HEMANGIOMA

Hemangioma biasanya timbul di daerah subglotik. Sering pula disertai dengan

hemangioma di tempat lain, seperti di leher. Gejalanya ialah terdapat hemoptisis, dan bila

tumor itu besar, terdapat juga gejala sumbatan laring. Terapinya ialah dengan bedah laser,

kortikosteroid atau dengan obat-obat skleroting.

FISTEL LARINGOTRAKEA-ESOFAGEAL

Kelaianan ini terjadi karena kegagalan penutupan dinding posterior kartilago krikoid.

Terdapat gejala pneumonia, oleh karena aspirasi cairan dari esophagus, dan kadang-kadang

terdapat juga gejala sumbatan laring.

2. PERADANGAN LARING

Dapat berupa laryngitis akut atau laryngitis kronis.

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 11/14

 

LARINGITIS AKIT

Radang akut laring, pada umumnya meruapakan kelanjutan dari rinofaringitis

(common cold). Pada anak laryngitis akut ini dapat menimbulkan sumbatan jalan nafas,

sedangkan pada orang dewasa tidak secepat pada anak.

Etiologi

Sebagai penyebab radang ini ialah bakteri, yang menyebabkan radang local atau virus

yang menyebabkan peradangan sistemik.

Gejala dan tanda

Pada laryngitis akut terdapat gejala radang umum, seperti demam, dedar (malaise),

serta gejala local, seperti suara parau sampai tidak bersuara sama sekali (afoni), nyeri ketika

menelan atau berbicara, serta gejala sumbatan laring. Selain itu terdapat batuk kering dan

lama-kelamaan disertai dengan dahak kental.

Pada pemeriksaan tampak mukosa laring hiperemis, membengkak, terutama di atas

dan bawah pita suara. Biasanya terdapat juga tanda radang akut di hidung atau sinus

 paranasal atau paru.

Terapi

Istirahat berbicara dan bersuara selama 2-3 hari. Menghirup udara lembab.

Menghindari iritasi pada faring dan laring, misalnya merokok, makanan pedas atau ,minum

es.

Antibiotika diberikan apabila peradangan berasal dari paru, bila terdapat sumbatan

laring dilakukan pemasangan pipa endotrakea, atau trakeostomi.

LARINGITIS KRONIS

Sering merupakan radang kronis laring disebabkan oleh sinusitis kronik, deviasi

septum yang berat, polip hidung atau bronchitis kronis. Mungkin juga disebabkan oleh

 penyalahgunaan suara (vocal abuse) seperti berteriak-teriak atau biasa berbicara keras.

Pada peradangan ini seluruh mukosa laring hiperemis dan menebal, dan kadang-

kadang pada pemeriksaan patologik terdapat metaplasi skuamosa.

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 12/14

 

Gejalanya ialah suara parau yang menetap, rasa tersangkut di tenggorok, sehingga

 pasien sering mendehem tanpa mengeluarkan secret, karena mukosa yang menebal.

Pada pemeriksaan tampak mukosa menebal, permukaannya tidak rata dan hiperemis.

Bila terdapat daerah yang dicurigai menyerupai tumor, maka perlu dilakukan biopsi.

Terapi yang terpenting ialah mengobati peradangan di hidung, faring serta bronkus

yang mungkin menjadi penyebab laringtis kronis itu. Pasien diminta untuk tidak banyak 

 berbicara (vocal rest).

LARINGITIS KRONIK SPESIFIK 

Yang termasuk dalam laringitis kronis spesifik ialah : laryngitis tuberculosis dan

laryngitis leutika.

LARINGITIS TUBERKULOSIS

Penyakit ini hamper selalu sebagai akibat tuberculosis paru. Sering kali setelah diberi

 pengobatan, tuberculosis parunya sembuh tetapi laringitis tuberkulosisnya menetap. Hal ini

terjadi karena struktur mukosa laring yang sangat lekat pada kartilago serta vaskularisasi

yang tidak sebaik paru, sehingga bila infeksi sudah mengenai kartilago, pengobatannya lebih

lama.

PATOGENESIS

Infeksi kuman ke laring dapat terjadi melalui udara pernapasan, sputum yang

mengandung kuman, atau penyebaran melalui aliran darah atau limfa.

Tuberkulosis dapat menimbulkan gangguan sirkulasi. Edema dapat timbul di fosa

interaritenoid, kemudian ke aritenoid, plika vokalis, plika ventrikularis, epiglottis, serta

terakhir ialah dengan subglotik.

Gambaran klinis

Secara klinis, laringitis tuberkulosis terdiri dari 4 stadium, yaitu:

1. Stadium infiltrasi

2. Stadium ulserasi

3. Stadium perikondritis

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 13/14

 

4. Stadium pembentukan tumor 

1. Stadium Infiltrasi

Yang pertama-tama mengalami pembengkakan dan hiperemis ialah mukosa laring bagian

 posterior. Kadang-kadang pita suara terkena juga. Pada stadium ini mukosa laring berwarna

 pucat.

Kemudian di daerah submukosa terbentuk tuberkel, sehingga mukosa tidak rata, tampak 

 bintik-bintik yang berwarna kebiruan. Tuberkel itu makin membesar, serta beberapa tuberkel

yang berdekatan bersatu, sehingga mukosa di atasnya meregang. Pada suatu saat, karena

sangat meregang, maka akan pecah dan timbul ulkus.

2. Stadium ulserasi

Ulkus yang timbul pada akhir stadium infiltrasi membesar. Ulkus ini dangkal, dasarnya

ditutupi perkijuan, serta sangat dirasakan nyeri oleh pasien.

3. Stadium perikondritis

Ulkus makin dalam, sehingga mengenai kartilago laring, dan yang paling sering terkena

ialah kartilago aritenoid dan epiglottis. Dengan demikian terjadi kerusakan tulang rawan,sehingga terbentuk nanah yang berbau, proses ini akan melanjut, dan akan terbentuk 

sekuester (sequester). Pada stadium ini keadaan umum pasien sangat buruk dan dapat

meninggal dunia. Bila pasien dapat bertahan maka proses penyakit berlanjut dan masuk 

dalam stadium terakhir yaitu stadium fibrotuberkulosis.

4. Stadium fibrotuberkulosis

Pada stadium ini terbentuk fibrotuberkulosis pada dinding posterior, pita suara dan

subglotik.

Gejala klinis

Tergantung pada stadiumnya, disamping itu terdapat gejala sebagai berikut :

- Rasa kering, panas dan tertekan didaerah laring.

- Suara parau berlangsung berminggu-minggu, sedangkan pada stadium lanjut dapat

timbul afoni.

5/10/2018 SUARA PARAU - slidepdf.com

http://slidepdf.com/reader/full/suara-parau-55a0baf094620 14/14

 

- Hemoptisis

-  Nyeri waktu menelan yang lebih hebat bila dibandingkan dengan nyeri karena radang

lainnya, merupakan tanda yang khas.

- Keadaan umum buruk 

- Pada pemeriksaan paru (secara klinis dan radiologik) terdapat proses aktif (biasanya

 pada stadium eksudatif atau pada pembentukan kaverne)

Diagnosis banding

1. Laringitis luetika

2. Karsinoma laring

3. Aktinomikosis laring

4. Lupus vulgaris laring

Diagnosis

 berdasarkan