stuffing
TRANSCRIPT
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf
keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Manajemen
mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi
dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk
mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.
Penerapan manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang terlibat di
dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi manajemen (Muninjaya,
2004).
Menurut Swansburg (2000), komunikasi dalam praktik keperawatan profesional
merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam
mencapai hasil yang optimal sehingga peran komunikasi sangat penting dalam penerapan
manajemen keperawatan. Adapun salah satu komunikasi yang dilakukan perawat secara
rutin yaitu kegiatan timbang terima pasien saat pertukaran shift keperawatan yang juga
merupakan salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien.
Perencanaan adalah fungsi manajemen terpenting dalam manajemen, oleh karena
itu fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya, fungsi perencanaan
adalah landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi
perencanaan tidak mungkin manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik
(Kuntoro, 2010).Sedangkan perencanaan tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan
kebutuhan dan tujuan pelayanan keperawatan yang optimal dan bermutu tinggi.
Perencanaan ketenagaan menjadi permasalahan besar diberbagai organisasi
keperawatan seperti di tatanan rumah sakit, Oleh karena itu perencanaan ketenagaan
harus sesuai dengan ketentuan atau pedoman yang berlaku, tenaga yang dibutuhkan
dalam memberikan pelayanan keperawatan harus sesuai dengan standar keperawatan
yang ada dan memerlukan ketelitian dalam menerapkan jumlah tenaga yang
dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi. Jumlah
tenaga yang ada perlu ditata atau dikelola dalam melaksanakan kegiatan melalui
penjadwalan yang sistemis dan terencana secara matang sehingga kegiatan dapat
dilakukan secara optimal(Kuntoro, 2010).
1
Akan tetapi perawat belum melaksanakan peran perawat secara optimal. Di sinilah
letak masalahnya, karena dalam praktik sehari-hari ruang rawat inap merupakan
subsistem rumah sakit yang menjadi tempat asuhan keperawatan. Kegiatan asuhan
keperawatan yang dilaksanakan tergantung dari kualitas dan kuantitas tenaga perawat
yang bertugas selama 24 jam terus menerus dan memerlukan waktu kerja mengikut
shift dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan,
yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tidak mengherankan jika pada saat ini
banyak ditemukan keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rumah
sakit(Nursalam, 2002).
1.2 TUJUAN PENULISAN
1.2.1 TUJUAN UMUM
Mengetahui konsep stuffing
1.2.2 TUJUAN KHUSUS
1.2.2.1 Manpu mengetahui perencanaan tenaga keperawatan
1.2.2.2 Manpu mengetahui klasifikasi pasien
1.2.2.3 Manpu mengetahui penghitungan tenaga keperawatan
1.2.2.4 Manpu mengetahui pembagian tenaga keperawatan dan penyusunan jadwal
1.2.2.5 Manpu mengetahui cara memdifikasi kerja mingguan
1.3 MANFAAT PENULISAN
Penulis berharap makalah ini dapat bemanfaat bagi mahasiswa untuk menerapkan
pembelajaran teoritis konsep stuffing.
1.4 SISTEMATIKA PENULISAN
Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :
BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat
penulisan, dan sistematika penulisan.
BAB II : Tinjauan teoritis perencanaan tenaga keperawatan, klasifikasi pasien,
penghitungan tenaga keperawatan, pembagian tenaga keperawatan dan
penyusunan jadwal, cara memdifikasi kerja mingguan.
BAB III : Simpulan dan saran.
DAFTAR PUSTAKA
2
BAB II
TINJAUAN TEORITIS
2.1 PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN
Langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut Drucicter dan Gillies (1994) dalam
Kuntoro (2010) meliputi hal-hal sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan diberikan.
2. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan
pelayanan keperawatan.
3. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan.
4. Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.
5. Melakukan seleksi calon-calon yang ada.
6. Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit.
7. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan.
2.2 KLASIFIKASI PASIEN
Menurut Douglas membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan
menggunakan standar sebagai berikut :
2.2.1 Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukanwaktu 1-2 jam/hari
1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri
2. Makanan dan minum dilakukan sendiri
3. Ambulasi dengan pengawasan
4. Obsrvasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift
5. Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil
6. Perawatan luka sederhana.
2.2.2 Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukanwaktu 3-4 jam/hari
1. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu
2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam
3. Ambulasi dibantu
4. Pengobatan dengan injeksi
5. Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat
3
6. Klien dengan infus, dan kliendengan pleura pungsi.
2.2.3 Kategori III : Total care/Intensifcare, memerlukan waktu 5 -6 jam/hari
1. Semua kebutuhan kliendibantu
2. Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan
3. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam
4. Makan dan minum melalui selanglambung
5. Pengobatan intravena “perdrip”
6. Dilakukan suction
7. Gelisah / disorientasi
8. Perawatan luka kompleks.
2.3 PENGHITUNGAN TENAGA KEPERAWATAN
2.3.1 Peraturan Men. Kes. RI No.262/Men.Kes/Per/VII/1979 :
Perhitungan tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk kebutuhan seluruh RS.
Perbandingan antara jumlah tempat tidur RS dibanding dengan jumlah perawat.
Rumah sakit kelas/tipe A,B,C perbandinganya adalah sebagai berikut :
Jumlah tenaga perawat : jumlah tempat tidur =
RS Kelas A = 4 perawat : 2 tempat tidur
RS Kelas B = 3 perawat : 2 tempat tidur
RS Kelas C = 1 perawat : 1 tempat tidur
2.3.2 Menurut Gillies (1982)
Kebutuhan tenaga perawat dirumuskan perhitungan sebagai berikut :
TP = Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan/ tahun .
Jumlah jam kerja perawat/th x jam kerja perawat/hari
Atau :
4
Tenaga Perawat (TP)= A x B x 365
(365-C) x jam kerja /hari
Keterangan :
A : jam efektif/24 jam → waktu perawatan yang dibutuhkan klien
B : sensus harian (jumlah pasien) → BOR x Jumlah tempat tidur
C : jumlah hari libur
365 : jumlah hari kerja selama 1 tahun
2.2.3 Menurut Depkes (2002)
Pengelompokan unit kerja di rumah sakit.
1. Rawat inap dewasa
2. Rawat inap anak / perinatal
3. Rawat inap intensif
4. Gawat Darurat (IGD)
5. Kamar bersalin
6. Kamar operasi
7. Rawat jalan.
Kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan menggunakan rumus:
Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan:
Menambah perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan.
5
Kebutuhan tenaga = jumlah jam perawatan di ruangan/hari
jam efektif perawat
Tugas non keperawatan = (kebutuhan tenaga + loss day )x 25%
Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non-keperawatan diperkirakan 25%
dari jumlah tenaga keperawatan .
Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi(loss day +tugas non kep.)
2.4 PEMBAGIAN TENAGA KEPERAWATAN DAN PENYUSUNAN JADWAL
2.4.1 Pengaturan Staf
Pengatur staf(staffing) merupakan salah satu masalah besar pada setiap organisasi
keperawatan, baik itu rumah sakit, rumah perawatan (nursing home), badan perawatan
kesehatan di rumah, badan rawat jalan, dan jenis fasilitas lainnya. Aydelotte
mengatakan “Metodologi pengaturan staf keperawatan harus merupakan proses yang
teratur, sistemis, berdasarkan rasional, diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis
personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada
standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu. Hasil
akhir adalah perkiraaan bentuk dan jumlah staf yang diperlukan untuk memberikan
perawatan pada pasien (Swanburg, 2000).
1. Perkiraan Kebutuhan Tenaga
Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang
akan dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit. Beberapa pendekatan
dapat digunakan untuk memperkiraan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan kategori
6
Loss Day = jumlah hari minggu dlm 1 th + cuti + hari besar x keb.tenaga
Jumlah hari kerja efektif/th
klien yang dirawat, rasio perawat, dan klien untuk memenuhi standar praktek perawat
(Kuntoro, 2010).
Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu :
1. Jumlah klien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut.
2. Kondisi atau tingkat ketergantungan.
3. Rata-rata hari perawatan.
4. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung, dan pendidikan
kesehatan.
5. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung, dan pendidikan kesehatan.
6. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan klien.
Dengan pengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan
keperawatan yang dibutuhkan klien, pimpinan keperawatan dapat menghitungkan jumlah
tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk masing-masing unit. Metode yang digunakan,
yaitu metode Rasio, metode Gillies, metode Lokakarya Keperawatan (PPNI), metode
Thailand dan Filiphina, dan metode Swanburg.
1. Metode Rasio menurut SK Menkes No. 262/VII/1979
2. Metode Gillies ( 1994 )
3. Metode Lokakarya PersatuanPerawatNasional Indonesia (PPNI)
4. Metode Thailand dan Filipina
5. Metode Swanburg
2.4.2 Penjadwalan Tenaga Keperawatan
2.4.2.1 Penjadwalan Siklus
Swanburg (2000) menyatakan bahwa penjadwalan siklus adalah salah satu cara terbaik
yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai.
Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk mingguminggu tertentu dan diulang pada
siklus berikutnya.
Keuntungan dari penjadwalan siklus adalah sebagai berikut:
7
1. Sekali dibuat, jadwal ini relatif permanen dan jika ada perubahan sifatnya
sementara.
2. Perawat tidak lagi harus mengantisipasi hari liburnya karena penjadwalan dilakukan
6 bulan sebelumnya.
3. Rencana pribadi dapat dibuat sebelumnya dengan derajat keandalan yang dapat
diterima.
4. Permintaan libur/cuti khusus dapat dipertahankan minimum.
5. Penjadwalan dapat digunakan dengan shift rotasi, permanen, atau campuran dan
dapat diubah untuk memungkin hari-hari tertentu dan periode kerja yang tidak
sama rata (ganjil), berdasarkan keperluan personel dan periode kerja yang
diinginkan.
6. Penjadwalan dapat diubah untuk memenuhi periode yang diketahui atau diantisipasi
berbeban berat dan sementara, dapat dinilai untuk memenuhi cadangan personel
darurat atau tidak diduga.
Catatan penjadwalan harus dipakai untuk waktu tertentu, mungkin satu tahun.
Catatan tersebut menyediakan informasi statistik berharga untuk perencanaan
pengaturan staf, sebagaimana informasi yang bernilai historis untuk
pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan personel yang bertugas saat
peristiwaperistiwa tertentu terjadi.Telah disebutkan sebelumnya bahwa kebijakan
pengaturan staf harus dibuat dalam daerah tertentu. Kebijakan yang dapat
dipertimbangkan adalah sebagai berikut:
1. Personel dijadwalkan sebanyak mungkin untuk mengerjakan pergantian atau
waktu kerja sesuai dengan waktu yang dipilihnya.
2. Pilihan-pilihan personel diseimbangkan untuk memenuhi kebutuhan unit dan
kebutuhan personel lainnya.
3. Seorang pegawai diperbolehkan untuk membuat susunan jadwal kerja untuk
waktu libur khusus atau membuat perubahan sesuai dengan kebijakan pengaturan
staf tertentu.
4. Harus ada sebelumnya kesepakatan atau peraturan untuk mengatur perubahan
jadwal.
5. Setiap pegawai mempunyai salinan jadwal kerja.
6. Pertimbangan telah diberikan kepada pengaturan staf selama masa pengalaman
klinis bagi mahasiswa.
8
7. Ada kebijakan untuk jadwal liburan dan akhir pekan, hal ini merupakan hal umum
dalam organisasi di Amerika Serikat untuk merencanakan libur akhir pekan bagi
personel keperawatan.
2.5 MEMODIFIKASI KERJA MINGGUAN
Beberapa pendekatan yang digunakan untuk penyusunan jadwal dinas mingguan.
Pendekatan tersebut dilihat dari karakteristik tugas dan karakteristik staf yang ada dalam
tim. Modifikasi tugas mingguan meliputi:
1. Total jam kerja perminggu 40 jam dengan 10 jam per hari dan 4 hari per
minggu.
2. Perincian 12 jam dalam 1 shift, yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur, dan 4 hari kerja.
3. Perincian 70 jam dalam 2 minggu yaitu 10 jam per hari (7 hari kerja dan 7 hari
libur).
4. Sistem 8 jam per hari dengan 5 hari kerja per minggu
9
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-
sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan
obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000). Kelly dan
Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai
suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk
mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan,
pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston,
2010). Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok dari
perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya
manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi
mereka.
3.2 SARAN
Tenaga perawat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas
pelayanan kesehatan. Maka disarankan pada tenaga keperawatan untuk melakukan efisiensi
tenaga dengan cara shift yang tidak terlalu banyak melakukan kegiatan perawat yang
jaga bisa dikurangi dan dipindahkan untuk membantu perawat pada shift yang padat
kegiatannya.
DAFTAR PUSTAKA
10
Marquis, B.L. & Huston, C.J. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori
dan Aplikasi. Edisi keempat. Jakarta: EGC.
Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.
S.Fatmawati, Agus. 2014. Gambaran Perencanaan Tenaga Keperawatan Rawat Inap Di
Putra Specialist Hospital Melaka dan Rumah Sakit Umum Daerah Padang Panjang Tahun
2014.diakses tanggal 22 febriari 2016
Swanburg, R.C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Untuk
Perawat Klinis. Jakarta: EGC
11