stuffing

15
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Manajemen mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial. Penerapan manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang terlibat di dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi manajemen (Muninjaya, 2004). Menurut Swansburg (2000), komunikasi dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang optimal sehingga peran komunikasi sangat penting dalam penerapan manajemen keperawatan. Adapun salah satu komunikasi yang dilakukan perawat secara rutin yaitu kegiatan timbang terima pasien saat pertukaran shift keperawatan yang juga merupakan salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien. Perencanaan adalah fungsi manajemen terpenting dalam manajemen, oleh karena itu fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya, fungsi perencanaan adalah landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi 1

Upload: rizkhaandriyani

Post on 15-Jul-2016

19 views

Category:

Documents


2 download

TRANSCRIPT

Page 1: Stuffing

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Manajemen keperawatan merupakan pelaksanaan pelayanan keperawatan melalui staf

keperawatan untuk memberikan asuhan keperawatan kepada pasien. Manajemen

mengandung tiga prinsip pokok yang menjadi ciri utama penerapannya yaitu efisiensi

dalam pemanfaatan sumber daya, efektif dalam memilih alternatif kegiatan untuk

mencapai tujuan organisasi, dan rasional dalam pengambilan keputusan manajerial.

Penerapan manajemen keperawatan memerlukan peran tiap orang yang terlibat di

dalamnya untuk menyikapi posisi masing-masing melalui fungsi manajemen (Muninjaya,

2004).

Menurut Swansburg (2000), komunikasi dalam praktik keperawatan profesional

merupakan unsur utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam

mencapai hasil yang optimal sehingga peran komunikasi sangat penting dalam penerapan

manajemen keperawatan. Adapun salah satu komunikasi yang dilakukan perawat secara

rutin yaitu kegiatan timbang terima pasien saat pertukaran shift keperawatan yang juga

merupakan salah satu dari enam sasaran keselamatan pasien.

Perencanaan adalah fungsi manajemen terpenting dalam manajemen, oleh karena

itu fungsi ini akan menentukan fungsi-fungsi manajemen lainnya, fungsi perencanaan

adalah landasan dasar dari fungsi manajemen secara keseluruhan. Tanpa ada fungsi

perencanaan tidak mungkin manajemen lainnya akan dapat dilaksanakan dengan baik

(Kuntoro, 2010).Sedangkan perencanaan tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan

kebutuhan dan tujuan pelayanan keperawatan yang optimal dan bermutu tinggi.

Perencanaan ketenagaan menjadi permasalahan besar diberbagai organisasi

keperawatan seperti di tatanan rumah sakit, Oleh karena itu perencanaan ketenagaan

harus sesuai dengan ketentuan atau pedoman yang berlaku, tenaga yang dibutuhkan

dalam memberikan pelayanan keperawatan harus sesuai dengan standar keperawatan

yang ada dan memerlukan ketelitian dalam menerapkan jumlah tenaga yang

dibutuhkan untuk melaksanakan kegiatan dalam mencapai tujuan organisasi. Jumlah

tenaga yang ada perlu ditata atau dikelola dalam melaksanakan kegiatan melalui

penjadwalan yang sistemis dan terencana secara matang sehingga kegiatan dapat

dilakukan secara optimal(Kuntoro, 2010).

1

Page 2: Stuffing

Akan tetapi perawat belum melaksanakan peran perawat secara optimal. Di sinilah

letak masalahnya, karena dalam praktik sehari-hari ruang rawat inap merupakan

subsistem rumah sakit yang menjadi tempat asuhan keperawatan. Kegiatan asuhan

keperawatan yang dilaksanakan tergantung dari kualitas dan kuantitas tenaga perawat

yang bertugas selama 24 jam terus menerus dan memerlukan waktu kerja mengikut

shift dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan, termasuk pelayanan keperawatan,

yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Tidak mengherankan jika pada saat ini

banyak ditemukan keluhan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan rumah

sakit(Nursalam, 2002).

1.2 TUJUAN PENULISAN

1.2.1 TUJUAN UMUM

Mengetahui konsep stuffing

1.2.2 TUJUAN KHUSUS

1.2.2.1 Manpu mengetahui perencanaan tenaga keperawatan

1.2.2.2 Manpu mengetahui klasifikasi pasien

1.2.2.3 Manpu mengetahui penghitungan tenaga keperawatan

1.2.2.4 Manpu mengetahui pembagian tenaga keperawatan dan penyusunan jadwal

1.2.2.5 Manpu mengetahui cara memdifikasi kerja mingguan

1.3 MANFAAT PENULISAN

Penulis berharap makalah ini dapat bemanfaat bagi mahasiswa untuk menerapkan

pembelajaran teoritis konsep stuffing.

1.4 SISTEMATIKA PENULISAN

Adapun sistematika penulisan makalah ini adalah :

BAB I : Pendahuluan yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, manfaat

penulisan, dan sistematika penulisan.

BAB II : Tinjauan teoritis perencanaan tenaga keperawatan, klasifikasi pasien,

penghitungan tenaga keperawatan, pembagian tenaga keperawatan dan

penyusunan jadwal, cara memdifikasi kerja mingguan.

BAB III : Simpulan dan saran.

DAFTAR PUSTAKA

2

Page 3: Stuffing

BAB II

TINJAUAN TEORITIS

2.1 PERENCANAAN TENAGA KEPERAWATAN

Langkah perencanaan tenaga keperawatan menurut Drucicter dan Gillies (1994) dalam

Kuntoro (2010) meliputi hal-hal sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi bentuk dan beban pelayanan keperawatan yang akan diberikan.

2. Menentukan kategori perawat yang akan ditugaskan untuk melaksanakan

pelayanan keperawatan.

3. Menentukan jumlah masing-masing kategori perawat yang dibutuhkan.

4. Menerima dan menyaring untuk mengisi posisi yang ada.

5. Melakukan seleksi calon-calon yang ada.

6. Menentukan tenaga perawat sesuai dengan unit.

7. Memberikan tanggung jawab untuk melaksanakan tugas pelayanan keperawatan.

2.2 KLASIFIKASI PASIEN

Menurut Douglas membagi klasifikasi klien berdasarkan tingkat ketergantungan klien dengan

menggunakan standar sebagai berikut :

2.2.1 Kategori I : self care/perawatan mandiri, memerlukanwaktu 1-2 jam/hari

1. Kebersihan diri, mandi, ganti pakaian dilakukan sendiri

2. Makanan dan minum dilakukan sendiri

3. Ambulasi dengan pengawasan

4. Obsrvasi tanda-tanda vital setiap pergantian shift

5. Pengobatan minimal dengan status psikologi stabil

6. Perawatan luka sederhana.

2.2.2 Kategori II : Intermediate care/perawatan partial, memerlukanwaktu 3-4 jam/hari

1. Kebersihan diri dibantu, makan minum dibantu

2. Observasi tanda-tanda vital setiap 4 jam

3. Ambulasi dibantu

4. Pengobatan dengan injeksi

5. Klien dengan kateter urin, pemasukan dan pengeluaran dicatat

3

Page 4: Stuffing

6. Klien dengan infus, dan kliendengan pleura pungsi.

2.2.3 Kategori III : Total care/Intensifcare, memerlukan waktu 5 -6 jam/hari

1. Semua kebutuhan kliendibantu

2. Perubahan posisi setiap 2 jam dengan bantuan

3. Observasi tanda-tanda vital setiap 2 jam

4. Makan dan minum melalui selanglambung

5. Pengobatan intravena “perdrip”

6. Dilakukan suction

7. Gelisah / disorientasi

8. Perawatan luka kompleks.

2.3 PENGHITUNGAN TENAGA KEPERAWATAN

2.3.1 Peraturan Men. Kes. RI No.262/Men.Kes/Per/VII/1979 :

Perhitungan tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk  kebutuhan seluruh RS.

Perbandingan antara jumlah tempat tidur RS  dibanding dengan jumlah perawat.

Rumah sakit kelas/tipe A,B,C perbandinganya adalah sebagai berikut :

Jumlah tenaga perawat : jumlah tempat tidur =

                           RS Kelas A = 4 perawat : 2 tempat tidur

                           RS Kelas B = 3 perawat : 2 tempat tidur

                           RS Kelas C = 1 perawat : 1 tempat tidur

2.3.2 Menurut Gillies (1982)

Kebutuhan tenaga perawat dirumuskan perhitungan sebagai berikut :

TP =    Jumlah     jam   perawatan     yang     dibutuhkan/   tahun   .  

           Jumlah jam kerja perawat/th x jam kerja perawat/hari

Atau :

 

4

Tenaga Perawat (TP)=            A       x       B       x           365

                                    (365-C) x jam kerja /hari

 

Page 5: Stuffing

Keterangan :

A :  jam efektif/24 jam → waktu perawatan yang dibutuhkan klien

B :  sensus harian (jumlah pasien) → BOR x Jumlah tempat tidur

C : jumlah hari libur

365 : jumlah hari kerja selama 1 tahun

2.2.3  Menurut Depkes (2002)

Pengelompokan unit kerja di rumah sakit.

1. Rawat inap dewasa

2. Rawat inap anak / perinatal

3. Rawat inap intensif

4. Gawat Darurat (IGD)

5. Kamar bersalin

6. Kamar operasi

7. Rawat jalan.

Kebutuhan tenaga perawat di ruang perawatan  menggunakan rumus:

 

Untuk penghitungan jumlah tenaga tersebut perlu ditambah (faktor koreksi) dengan:

Menambah perawat libur (loss day) dan tugas non keperawatan.

5

Kebutuhan tenaga  = jumlah jam perawatan di ruangan/hari

                   jam efektif perawat

Page 6: Stuffing

 

Tugas non keperawatan = (kebutuhan tenaga  + loss day )x 25%     

Tenaga keperawatan yang mengerjakan pekerjaan non-keperawatan diperkirakan 25%

dari jumlah tenaga keperawatan .

Jumlah kebutuhan tenaga = kebutuhan tenaga + faktor koreksi(loss day +tugas non kep.)

 

2.4 PEMBAGIAN TENAGA KEPERAWATAN DAN PENYUSUNAN JADWAL

2.4.1 Pengaturan Staf

Pengatur staf(staffing) merupakan salah satu masalah besar pada setiap organisasi

keperawatan, baik itu rumah sakit, rumah perawatan (nursing home), badan perawatan

kesehatan di rumah, badan rawat jalan, dan jenis fasilitas lainnya. Aydelotte

mengatakan “Metodologi pengaturan staf keperawatan harus merupakan proses yang

teratur, sistemis, berdasarkan rasional, diterapkan untuk menentukan jumlah dan jenis

personel keperawatan yang dibutuhkan untuk memberikan asuhan keperawatan pada

standar yang ditetapkan sebelumnya pada kelompok pasien dalam situasi tertentu. Hasil

akhir adalah perkiraaan bentuk dan jumlah staf yang diperlukan untuk memberikan

perawatan pada pasien (Swanburg, 2000).

1. Perkiraan Kebutuhan Tenaga

Penetapan jumlah tenaga keperawatan harus disesuaikan dengan kategori yang

akan dibutuhkan untuk asuhan keperawatan klien disetiap unit. Beberapa pendekatan

dapat digunakan untuk memperkiraan jumlah staf yang dibutuhkan berdasarkan kategori

6

Loss Day =  jumlah hari minggu dlm 1 th + cuti + hari besar x keb.tenaga

                   Jumlah hari kerja efektif/th

Page 7: Stuffing

klien yang dirawat, rasio perawat, dan klien untuk memenuhi standar praktek perawat

(Kuntoro, 2010).

Hal yang perlu dipertimbangkan dalam menentukan beban kerja perawat yaitu :

1. Jumlah klien yang dirawat setiap hari/bulan/tahun di unit tersebut.

2. Kondisi atau tingkat ketergantungan.

3. Rata-rata hari perawatan.

4. Pengukuran keperawatan langsung, perawatan tidak langsung, dan pendidikan

kesehatan.

5. Rata-rata waktu perawatan langsung, tidak langsung, dan pendidikan kesehatan.

6. Frekuensi tindakan perawatan yang dibutuhkan klien.

Dengan pengelompokkan klien menurut jumlah dan kompleksitas pelayanan

keperawatan yang dibutuhkan klien, pimpinan keperawatan dapat menghitungkan jumlah

tenaga keperawatan yang dibutuhkan untuk masing-masing unit. Metode yang digunakan,

yaitu metode Rasio, metode Gillies, metode Lokakarya Keperawatan (PPNI), metode

Thailand dan Filiphina, dan metode Swanburg.

1. Metode Rasio menurut SK Menkes No. 262/VII/1979

2. Metode Gillies ( 1994 )

3. Metode Lokakarya PersatuanPerawatNasional Indonesia (PPNI)

4. Metode Thailand dan Filipina

5. Metode Swanburg

2.4.2 Penjadwalan Tenaga Keperawatan

2.4.2.1 Penjadwalan Siklus

Swanburg (2000) menyatakan bahwa penjadwalan siklus adalah salah satu cara terbaik

yang dipakai untuk memenuhi syarat distribusi waktu kerja dan istirahat untuk pegawai.

Pada cara ini dibuat pola waktu dasar untuk mingguminggu tertentu dan diulang pada

siklus berikutnya.

Keuntungan dari penjadwalan siklus adalah sebagai berikut:

7

Page 8: Stuffing

1. Sekali dibuat, jadwal ini relatif permanen dan jika ada perubahan sifatnya

sementara.

2. Perawat tidak lagi harus mengantisipasi hari liburnya karena penjadwalan dilakukan

6 bulan sebelumnya.

3. Rencana pribadi dapat dibuat sebelumnya dengan derajat keandalan yang dapat

diterima.

4. Permintaan libur/cuti khusus dapat dipertahankan minimum.

5. Penjadwalan dapat digunakan dengan shift rotasi, permanen, atau campuran dan

dapat diubah untuk memungkin hari-hari tertentu dan periode kerja yang tidak

sama rata (ganjil), berdasarkan keperluan personel dan periode kerja yang

diinginkan.

6. Penjadwalan dapat diubah untuk memenuhi periode yang diketahui atau diantisipasi

berbeban berat dan sementara, dapat dinilai untuk memenuhi cadangan personel

darurat atau tidak diduga.

Catatan penjadwalan harus dipakai untuk waktu tertentu, mungkin satu tahun.

Catatan tersebut menyediakan informasi statistik berharga untuk perencanaan

pengaturan staf, sebagaimana informasi yang bernilai historis untuk

pertanyaanpertanyaan yang berkaitan dengan personel yang bertugas saat

peristiwaperistiwa tertentu terjadi.Telah disebutkan sebelumnya bahwa kebijakan

pengaturan staf harus dibuat dalam daerah tertentu. Kebijakan yang dapat

dipertimbangkan adalah sebagai berikut:

1. Personel dijadwalkan sebanyak mungkin untuk mengerjakan pergantian atau

waktu kerja sesuai dengan waktu yang dipilihnya.

2. Pilihan-pilihan personel diseimbangkan untuk memenuhi kebutuhan unit dan

kebutuhan personel lainnya.

3. Seorang pegawai diperbolehkan untuk membuat susunan jadwal kerja untuk

waktu libur khusus atau membuat perubahan sesuai dengan kebijakan pengaturan

staf tertentu.

4. Harus ada sebelumnya kesepakatan atau peraturan untuk mengatur perubahan

jadwal.

5. Setiap pegawai mempunyai salinan jadwal kerja.

6. Pertimbangan telah diberikan kepada pengaturan staf selama masa pengalaman

klinis bagi mahasiswa.

8

Page 9: Stuffing

7. Ada kebijakan untuk jadwal liburan dan akhir pekan, hal ini merupakan hal umum

dalam organisasi di Amerika Serikat untuk merencanakan libur akhir pekan bagi

personel keperawatan.

2.5 MEMODIFIKASI KERJA MINGGUAN

Beberapa pendekatan yang digunakan untuk penyusunan jadwal dinas mingguan.

Pendekatan tersebut dilihat dari karakteristik tugas dan karakteristik staf yang ada dalam

tim. Modifikasi tugas mingguan meliputi:

1. Total jam kerja perminggu 40 jam dengan 10 jam per hari dan 4 hari per

minggu.

2. Perincian 12 jam dalam 1 shift, yaitu 3 hari kerja, 4 hari libur, dan 4 hari kerja.

3. Perincian 70 jam dalam 2 minggu yaitu 10 jam per hari (7 hari kerja dan 7 hari

libur).

4. Sistem 8 jam per hari dengan 5 hari kerja per minggu

9

Page 10: Stuffing

BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN

Manajemen keperawatan merupakan suatu bentuk koordinasi dan integrasi sumber-

sumber keperawatan dengan menerapkan proses manajemen untuk mencapai tujuan dan

obyektifitas asuhan keperawatan dan pelayanan keperawatan (Huber, 2000). Kelly dan

Heidental (2004) menyatakan bahwa manajemen keperawatan dapat didefenisikan sebagai

suatu proses dari perencanaan, pengorganisasian, kepemimpinan dan pengawasan untuk

mencapai tujuan. Proses manajemen dibagi menjadi lima tahap yaitu perencanaan,

pengorganisasian, kepersonaliaan, pengarahan dan pengendalian (Marquis dan Huston,

2010). Swanburg (2000) menyatakan bahwa manajemen keperawatan adalah kelompok dari

perawat manajer yang mengatur organisasi dan usaha keperawatan yang pada akhirnya

manajemen keperawatan menjadi proses dimana perawat manajer menjalankan profesi

mereka.

3.2 SARAN

Tenaga perawat mempunyai peranan penting dalam meningkatkan kualitas

pelayanan kesehatan. Maka disarankan pada tenaga keperawatan untuk melakukan efisiensi

tenaga dengan cara shift yang tidak terlalu banyak melakukan kegiatan perawat yang

jaga bisa dikurangi dan dipindahkan untuk membantu perawat pada shift yang padat

kegiatannya.

DAFTAR PUSTAKA

10

Page 11: Stuffing

Marquis, B.L. & Huston, C.J. 2010. Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Teori

dan Aplikasi. Edisi keempat. Jakarta: EGC.

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan

Profesional. Edisi Pertama. Jakarta: Salemba Medika.

S.Fatmawati, Agus. 2014. Gambaran Perencanaan Tenaga Keperawatan Rawat Inap Di

Putra Specialist Hospital Melaka dan Rumah Sakit Umum Daerah Padang Panjang Tahun

2014.diakses tanggal 22 febriari 2016

Swanburg, R.C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan: Untuk

Perawat Klinis. Jakarta: EGC

11