studi sebaran lokasi ritel consumer...
TRANSCRIPT
STUDI SEBARAN LOKASI RITEL CONSUMER GOODS
DI PERMUKIMAN TAMALANREA
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Tugas Akhir – 4730528
PERIODE I
Tahun 2013-2014
Sebagai Persyaratan Untuk Ujian Sarjana Arsitektur
Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota
Oleh :
VERONIKA DORA PABUARAN D521 09 261
PRODI PENGEMBANGAN WILAYAH KOTA
JURUSAN ARSITEKTUR
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2013
ii
PENGESAHAN
SKRIPSI
PROYEK : TUGAS SARJANA PROGRAM STUDI
PENGEMBANGAN WILAYAH DAN KOTA
JUDUL : STUDI SEBARAN LOKASI RITEL CONSUMER
GOODS DI PERMUKIMAN TAMALANREA KOTA
MAKASSAR
PENYUSUN : VERONIKA DORA PABUARAN
NO. STB : D 521 09 261
PERIODE : I-TAHUN 2013/2014
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
Pembimbing I
Prof. Dr. Ir. Ananto Yudono, M.Eng Nip. 19481212 197602 1 001
Pembimbing II
Dr. Eng. Ihsan, S.T., M.T. Nip. 19710219 199903 1 002
Mengetahui,
Ketua Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin Baharuddin Hamzah, S.T.,M.Arch.,P.hD
Nip. 19690308 199512 1 001
Ketua Program Studi PWK Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik
Universitas Hasanuddin
Dr. Ir. Arifuddin Akil, M.T
Nip. 19630504 199512 1 001
iii
STUDI SEBARAN LOKASI RITEL CONSUMER GOODS DI PERMUKIMAN TAMALANREA
KOTA MAKASSAR
Veronika Dora Pabuaran1, Ananto Yudono2, Ihsan3
e-mail: [email protected]
ABSTRAK
Keberadaan minimarket sebagai salah satu kegiatan ritel consumer goods di sekitar permukiman penduduk perlu diperhatikan, khususnya dalam persebaran dan radius pelayanannya. Hal ini dituangkan dalam SNI No. 03 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, yaitu untuk 1 toko kelontong/kios (minimarket) dapat melayani 250 jiwa dengan radius pencapaian 300 m. Terdapat 15 minimarket (2013) pada Permukiman Bumi Tamalanrea Permai dan Perumahan Telkomas di Kota Makassar yang radiusnya tidak sesuai dengan standar serta tidak memperhatikan ritel consumer goods yang tradisional. Fokus utama skripsi ini adalah menganalisis tipologi ritel consumer goods dan tingkat korelasi antarvariabel dalam pemilihan lokasi ritel. Analisis deskriptif dan overlay peta (GIS) menjelaskan tipologi ritel consumer goods yang terdiri atas 3 yaitu minimarket modern, semi minimarket dan kios. Analisis korelasi menjelaskan tingkat korelasi antarvariabel pemilihan lokasi ritel, dimana usia, jarak perjalanan pendapatan, keramahtamahan pelayanan dan lokasi minimarket sangat signifikan. Berdasarkan hasil tersebut, diperlukan ide sebaran lokasi ritel consumer goods yang tepat agar radius pelayanannya merata.
Kata Kunci : Persebaran Minimarket, Tipologi Ritel Consumer Goods, Permukiman Bumi Tamalanrea Permai, Perumahan Telkomas
1)Mahasiswa Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota, Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
2,3)Dosen Jurusan Arsitektur, Fakultas Teknik, Universitas Hasanuddin.
iv
THE STUDY OF CONSUMER GOODS RETAIL SPREADING
LOCATION IN TAMALANREA SETTLEMENTS
MAKASSAR CITY
Veronika Dora Pabuaran1, Ananto Yudono2, Ihsan3
e-mail: [email protected]
ABSTRACT
The existence of minimarket as the one of consumer goods retail activities around settlement residents needs to be considered, especially in its spread and radius service. It isoutlined in the SNI No. 03 Tahun 2004 about “Tata Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan” that is for the grocery store/stall (minimarket) can serve 250 people with 300 meters radius achievement. There are 15 minimarkets (2013) that lie at Bumi Tamalanrea Permai settlement and Telkomas Housing in Makassar City, it’s radius is not appropriate with standard and also don’t concern with traditional consumer goods. The main focus in this research are analyze the consumer goods retail typologyand correlation levelbetween the variablesinelection of retail locations. Descriptive and Map Overlay (GIS) analysis explain the consumer good retail typology that consists of 3, modern minimarket, semi minimarket, and stall. Correlation analysis explains the correlation levelbetween the variables inelection of retail locations, age, walking distance, income, hospitality services, and minimarket location are very significant. Based on that results, it will be required the appropriate idea of the consumer goods retail spreading so that prevalent radius service will take place.
Keywords: Minimarket Spreading, The Consumer Good Retail Typology, Bumi Tamalanrea Permai Settlement, Telkomas Housing
1)Undergraduate of Urban and Regional Development Study Program , Architecture Department, Engineering Faculty, Hasanuddin University.
2,3)Lecturers of Architecture Department, Engineering Faculty, Hasanuddin University.
v
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa
karena atas kasih, berkat, dan karunia-Nya, penyusunan tugas akhir ini dapat
diwujudkan sebagai persyaratan dalam menyelesaikan perkuliahan dalam
jenjang S1 Program Studi Pengembangan Wilayah dan Kota Jurusan
Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Hasanuddin.
Tugas akhir yang berjudul “Studi Sebaran Lokasi Ritel Consumer Goods
di Permukiman Tamalanrea Kota Makassar ” ini dilatar belakangi oleh adanya
minimarket sebagai salah satu bentuk kegiatan ritel consumer goods yang
radius pelayanannya tidak sesuai dengan SNI. Diharapkan tulisan ini dapat
lebih memperkaya pengetahuan dan wawasan bagi semua pihak mengenai
persebaran lokasi ritel consumer goods yang tepat.
Dalam menyusun tugas akhir ini, penulis menyadari masih terdapat
banyak kekurangan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan kritik
yang membangun agar tugas akhir ini menjadi lebih baik lagi di masa
mendatang dan dapat bermanfaat demi kemajuan ilmu pengetahuan.
Makassar, Agustus 2013
Veronika Dora Pabuaran
vi
UCAPAN TERIMA KASIH
Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus Kristus atas kebaikan,
pertolongan, setiap berkat anugerah-Nya, cinta kasih yang tiada duanya dan
segalanya. Syukur atas setiap hal yang telah diberikan-Nya terkhusus dalam
proses penyelesaian skripsi ini. Untuk setiap kesehatan, kesabaran,
semangat, dan setiap hal yang membuat penulis selalu mengucap syukur
atas cinta kasih-Nya yang selalu Dia izinkan untuk menjadi bagian penulis.
Syukur yang sebesar-besarnya kepada DIA yang telah menganugerahkan
setiap orang untuk membantu penulis dalam proses penyelesaian skripsi ini,
antara lain:
1. Keluarga Penulis
Skripsi ini dipersembahkan khusus untuk orang-orang terpenting penulis :
a. Kedua orangtua tercinta, ayahanda Welem Pabuaran, S.E dan Ibunda
Maria Rongrean untuk setiap kasih sayang, kesabaran, semangat, doa,
dan segalanya. Terima kasih karena selama 21 tahun telah memberikan
semua yang terbaik dalam hidup penulis dan menjadi penyemangat untuk
memperoleh hidup yang berhasil dan berkualitas serta takut akan Tuhan.
b. Kakek penulis P.Rongrean dan Oscar (nek Kare’) serta nenek cantik
Ludia Lolok, Alm. Nene Tua dan Alm. Parela’bi’ terimakasih buat
segala doa, dukungan, penghiburan yang tiada hentinya diberikan.
Terimakasih juga kepada Tanter Rit buat segala nasehat yang selalu
diberikan kepada penulis yang membuat penulis tetap semangat dalam
menghadapi apa pun juga.
c. Saudara penulis, Jery Pabuaran dan Try Novita Pabuaran terima kasih
untuk doa dan semangat yang telah diberikan tiada hentinya. Terimakasih
karena telah menjadi saudara terbaik penulis dalam menghadapi
kerasnya kehidupan. Saudara sepupu penulis, Veren, Viona, Grace
(Bakok), Lorena, Gil, Kiran, Naruto, Jovan, Jilan, Sena, dan Rusen ST
terima kasih untuk setiap kasih persaudaran, doa dan dukungan kalian
selama ini.
d. Untuk setiap keluarga terkasih di Kendari, Toraja, Papua, Bogor, Ambon,
dan dimana pun juga terima kasih untuk setiap dukungannya.
2. Terimakasih pula kepada Veky Adrian Rerungan (portu) terima kasih
untuk cinta kasih, dukungan doa, nasehat dan teguran, bantuan dan
setiap hal yang sudah dilakukan untuk menambah semangat penulis.
Terimakasih karena selalu mendampingi penulis.
3. Dosen Pembimbing Tugas Akhir, Bapak Prof. Dr. Ir. Ananto Yudono,
M.Eng, selaku pembimbing pertama dan Dr. Eng. Ihsan, S.T., M.T,
vii
selaku pembimbing kedua. Terima kasih untuk setiap waktu yang sudah
disisihkan, ilmu yang sudah diberikan, bimbingan, semangat, dan setiap
hal berharga yang telah memperkaya penulis sehingga dapat menjadi
lebih bijak dalam mengerjakan segala sesuatu.
4. Ibu Wiwik Wahidah Osman, ST., MT, terima kasih buat segala bantuan,
arahan dan nasehat yang diberikan kepada penulis khususnya selama
penulis melaksanakan ujian hasil dan tutup. Terima kasih karena selalu
mendampingi penulis.
5. Dosen Penguji Tugas Akhir, Prof. Dr. Ir. Shirily Wunas, DEA., Dr. Ir. Ria
Wikantari Rosalia, M. ARCH. dan Ir. Louis Santoso, M.Si, terima kasih
untuk semangat yang diberikan dan masukan yang memperkaya isi tugas
akhir penulis.
6. Penasehat Akademik Penulis, Isfa Sastrawati S.T., M.T. Terima kasih
untuk setiap waktu yang sudah disisihkan, ilmu yang sudah diberikan,
nasehat serta pengalaman yang sangat berguna bagi penulis.
7. Kepala Studio Tugas Akhir Prodi Pengembangan Wilayah Kota, Ir. Hj.
Suriana La Tanrang, M.Si, terima kasih untuk setiap kesabaran,
bimbingan, dan setiap hal yang telah membantu penulis dalam
menyelesaikan tugas akhir ini tepat waktu. Kepala Studio Akhir Jurusan
Arsitektur, Ir. Riekje Hehanusa P., terimakasih untuk setiap bantuan yang
sudah diberikan dalam membantu penulis menyelesaikan tugas akhir ini.
8. Staff tata usaha Jurusan Arsitektur, Pak Jhon, Pak Hairul, Pak Hafid, Ibu
Tinuk, dan staff Fakultas Teknik, terima kasih untuk setiap bantuan dalam
kepengurusan administrasi dan keperluan perkuliahan penulis.
9. Saudara rohani ; Agnes Melinda, S.T, Yohana Todingrara C.ST, Inri
Indah Rahayu, C.ST, Caroline M, C.ST, Ewith, C.ST, Valery C.ST, Citra
C.ST, kakak rohani ; Melly Christin S.T., terima kasih untuk kasih
persaudaraan di dalam Kristus, setiap dukungan doa, dan segala hal yang
membantu penulis untuk selalu mengandalkan dan bergantung kepada
Tuhan.
10. Saudara-saudariku; Desy Rucyisayana Tami (Gizi’10), Wanda, C.ST,
Yani, C.ST, Erin Purnamasari, C.ST, Uun, S.T., Fasta S.T., Mimin, S.T.,
Kia S.T., Lela, S.T., K’ Harsah, C.ST, K’ Misran, S.T.,Anwar Najib C.ST,
Emil C.ST, Iccank C.ST, Hezran kapal09, Gatot sipil09, kak Tinu ST,
Mawan sipil09 terima kasih untuk waktu, daya, dan dukungan yang telah
diberikan sehingga membantu penulis dalam menyelesaikan kuliah dan
tugas akhir ini.
viii
11. Next generation Studio Akhir PWK periode II 2013/2014, Saba C.ST ,
Nanank C.ST, Ana C.ST, Nana C.ST, Eloks C.ST, Iin C.ST, Ikram C.ST,
Fadly C.ST, terima kasih selalu semangat dan lanjutkan Tongkat Eztafet!
12. Kel. WNH, Titi, nita ST, Echy, Dian, Westi, Rindy ST, Kak Rini SS, Dini,
dan Vera, terimakasih untuk setiap kebersamaan dan semangat
persaudaraan yang membuat penulis merasa tetap dekat dengan
keluarga.
13. Terimakasih banyak buat tim surveyor, DISCIPLES (Panitia Paskah
2013) SC-OC atas segala bantuan doa, tenaga, pikiran, kerelaan dalam
berpanas-panasan, berdingin-dinginan di malam hari, bahkan tidur depan
toko. Upahmu besar di sorga!
14. Saudara-saudariku di Keluarga Mahasiswa Kristen Oikumene (KMKO),
Teknik-UH, KMKO Arsitektur Teknik UH. Terima kasih untuk kasih
persaudaran di dalam kristus yang penulis rasakan, untuk kebersamaan
dalam pelayanan, dan untuk setiap hal yang membuat penulis menambah
pengalaman hidup.
15. Saudara-saudariku Teknik 09, Jurusan Aristektur angkatan 09, High
Voltage ’09, Keluarga besar OKJA FT-UH. Terima kasih untuk segalanya
terlebih rasa persaudaraan yang penulis rasakan dan setiap pengalaman
yang penulis dapatkan.
16. Berbagai pihak yang namanya tidak dapat disebutkan satu per satu, yang
telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.
Semoga tugas akhir ini dapat memberikan manfaat bagi pengembangan
ilmu Perencanaan Wilayah dan Kota dan ilmu lainnya.
Makassar, Agustus 2013
Veronika Dora Pabuaran
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................. ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................. v
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 2
C. Tujuan ................................................................................................ 2
D. Manfaat............................................................................................... 3
E. Ruang Lingkup ................................................................................... 3
F. Sistematika Penulisan ........................................................................ 4
BAB II KAJIAN PUSTAKA
A. Pengertian Ritel .................................................................................. 5
B. Kegiatan dan Strategi Ritel ................................................................. 5
C. Minimarket ......................................................................................... 14
D. Lokasi ................................................................................................ 14
E. Strategi Lokasi Ritel ........................................................................... 18
F. NSPK tentang Lokasi Perdagangan Minimarket ................................ 25
G. Studi Penelitian Terdahulu................................................................. 30
H. Kerangka Pikir ................................................................................... 31
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ................................................................................. 32
B. Teknik Pengumpulan Data ................................................................ 32
C. Lokasi dan Waktu Penelitian ............................................................. 34
D. Responden Sampel Penelitian .......................................................... 35
E. Jumlah Responden ............................................................................ 35
F. Teknik Sampling ................................................................................ 36
x
G. Teknik Analisis Data .......................................................................... 36
H. Kebutuhan Data ................................................................................. 37
I. Variabel Penelitian ............................................................................. 38
J. Definisi Operasional .......................................................................... 40
K. Kerangka Penelitian .......................................................................... 41
BAB IV HASIL ANALISIS DAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian .................................................. 42
B. Hasil Survey ...................................................................................... 47
C. Hasil Analisis ..................................................................................... 75
BAB KESIMPULAN
A. Kesimpulan ....................................................................................... 102
B. Saran ................................................................................................ 103
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
A. Kusioner ............................................................................................. 1
B. Rekapitulasi Hasil Survey Kuesioner .................................................. 2
C. Persentase Hasil Kuesioner .............................................................. 10
D. Data Minimarket di Kota Makassar .................................................... 17
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 : Definisi Ritel (Penjualan Eceran) ............................................. 5
Tabel 2 : Konsep Target Pasar .............................................................. 13
Tabel 3 : Jenis Sarana Perdagangandan Niaga .................................... 27
Tabel 4 : Studi Penelitian Terdahulu ...................................................... 30
Tabel 5 : Kebutuhan Data dan Teknik Analisis ...................................... 37
Tabel 6 : Faktor dan Variabel Penelitian Untuk Masyarakat .................. 38
Tabel 7 : Faktor dan Variabel Penelitian Untuk Pihak Minimarket ......... 39
Tabel 8 : Jumlah Penduduk Kota Makassar .......................................... 44
Tabel 9 : Minimarket Modern ................................................................. 49
Tabel 10 : Pengelompokan Minimarket di Lokasi Penelitian .................... 56
Tabel 11 : Hasil Analisis Karakteristik Ritel Consumer Goods ................. 75
Tabel 12 : Hasil Analisis Korelasi Variabel Sosial-Ekonomi ..................... 78
Tabel 13 : Hasil Analisis Korelasi Variabel Akses ke Lokasi .................... 84
Tabel 14 : Hasil Analisis Korelasi Variabel Opini Masyarakat .................. 88
Tabel 15 : Hasil Analisis Korelasi Variabel dari Pihak Minimarket ........... 94
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 : Distribution Channel ............................................................... 6
Gambar 2 : Hubungan TO dan GM ........................................................... 9
Gambar 3 : Proses Timbulnya Wilayah Perdagangan Heksagonal ......... 15
Gambar 4 : Suatu Bagian dari Pola Permukiman K=3 ............................. 16
Gambar 5 : Proses Penentu Pemilihan Lokasi......................................... 21
Gambar 6 : Potensi Lokasi ....................................................................... 22
Gambar 7 : Area Converage .................................................................... 22
Gambar 8 : Potensi Toko Kompetitor dan Milik Kita ................................. 23
Gambar 9 : Citra Satelit untuk Kawasan Permukiman Tamalanrea ......... 34
Gambar 10 : Peta Kawasan Permukiman Kota Makassar ....................... 42
Gambar 11 : Peta Deliniasi Penelitian ..................................................... 43
Gambar 12 : Diagram Jumlah Minimarket di Kota Makassar 2013 .......... 45
Gambar 13 : Diagram Jumlah Minimarket berdasarkan Kecamatan ........ 46
Gambar 14 : Peta Persebaran Lokasi Minimarket Modern ...................... 48
Gambar 15 : Peta Tunjuk Persebaran Lokasi Minimarket ........................ 55
Gambar 16 : Peta Persebaran Radius Pelayanan Minimarket ................. 57
Gambar 17 : Persebaran Lokasi Ritel Modern dan Tradisional ............... 58
Gambar 18 : Kios yang terdapat di Perumahan Taman Telkomas .......... 59
Gambar 19 : Warung yang terdapat di Permukiman BTP ........................ 59
Gambar 20 : Toko Kelontong yang terdapat di Permukiman BTP ........... 60
Gambar 21 : Peta Lokasi Sampel 1 : Minimarket Alfamart BTP............... 60
Gambar 22 : Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Alfamart BTP ......... 61
Gambar 23 : Peta Lokasi Sampel 2 : Minimarket Indomaret BTP ............ 62
Gambar 24 : Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Indomaret BTP ...... 63
Gambar 25 : Peta Lokasi Sampel 3 : Minimarket Alfamidi BTP ............... 64
Gambar 26 : Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Alfamidi BTP .......... 65
Gambar 27 : Peta Lokasi Sampel 4 : Minimarket Indomaret Blok H ........ 66
Gambar 28 : Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Indomaret Blok H ... 67
xiii
Gambar 29 : Peta Lokasi Sampel 5 : Minimarket Alfa Ekspress .............. 68
Gambar 30 : Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Alfa Ekspress......... 69
Gambar 31 : Peta Lokasi Sampel 6 : Minimarket Indomaret Telkomas ... 70
Gambar 32 : Grafik Jum. Pengunjung Minimarket Indomaret Telkomas .. 71
Gambar 33 : Peta Lokasi Sampel 7 : Minimarket Dallah 88 Mart............. 72
Gambar 34 : Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Dallah 88 Mart ....... 73
Gambar 35 : Diagram Jumlah Pengunjung Minimarket ........................... 74
Gambar 36 : Peta Karakteristik Ritel Consumer Goods ........................... 76
Gambar 37 : Peta Analisis Karakteristik Ritel Consumer Goods.............. 77
Gambar 38 : Diagram Rata-rata Frekuensi Kunjungan-Usia ................... 80
Gambar 39 : Peta Analisis Visual Korelasi Usia dan Lokasi Belanja ....... 82
Gambar 40 : Diagram Rata-rata Frekuensi Kunjungan-Pendidikan ......... 83
Gambar 41 : Diagram Rata-rata Frekuensi Kunjungan-Pendapatan ....... 85
Gambar 42 : Diagram Rata-rata Frekuensi Kunjungan-Jarak Perjalanan 86
Gambar 43 : Diagram Rata-rata Frekuensi Kunjungan-Radius................ 86
Gambar 44 : Diagram Persentase Pengaruh Kelengkapan Barang ......... 91
Gambar 45 : Diagram Persentase Pengaruh Keramahtamahan ............. 91
Gambar 46 : Diagram Persentase Pengaruh Minimarket Berdekatan ..... 92
Gambar 47 : Peta Ide Sebaran Lokasi Ritel Consumer Goods ................ 97
Gambar 48 : Analisis Lokasi Ritel Consumer Goods ............................... 98
Gambar 49 : Peta Penentuan Lokasi Minimarket Jaringan ...................... 99
Gambar 50 : Diagram Harapan Masyarakat tentang Letak Minimarket .. 100
Gambar 51 : Peta Penentuan Lokasi Minimarket Mandiri ....................... 100
Gambar 52 : Diagram Harapan Masyarakat tentang Lokasi Minimarket . 101
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perkembangan kegiatan di Indonesia semakin hari semakin
meningkat. Termasuk dalam hal kegiatan ritel modern di Indonesia, baik
itu pada skala besar maupun skala kecil. Menurut Asosiasi Perusahaan
Ritel Indonesia (Aprindo), pertumbuhan bisnis ritel di Indonesia antara
10%–15% per tahun. Penjualan ritel pada tahun 2006 masih sebesar
Rp49 triliun, dan melesat hingga mencapai Rp120 triliun pada tahun 2011.
Sedangkan pada tahun 2012, pertumbuhan ritel diperkirakan masih sama,
yaitu 10%–15%, atau mencapai Rp138 triliun. Jumlah pendapatan
terbesar merupakan kontribusi dari hipermarket, kemudian disusul oleh
minimarket dan supermarket (frontier.co.id 30/10/2012). Perkembangan
kegiatan ritel ini semakin meningkat dan beranekaragam mengikuti
kebutuhan masyarakat, baik itu dari segi kualitas barang, harga yang lebih
murah, jenis barang yang lengkap, kemudahan dalam menjangkau
kebutuhan barang, ataupun inovasi lainnya seperti adanya kartu anggota
untuk kemudahan dan keamanan berbelanja, pemberian diskon dan
promosi ataupun keramahan dari pelayan.
Minimarket adalah salah satu kegiatan ritel yang jumlahnya semakin
meningkat disetiap tahunnya serta tersebar di berbagai kota di Indonesia,
baik itu di pusat kota maupun di pinggiran kota. Dalam pelayanannya
minimarket sering dijumpai di berbagai kawasan seperti kawasan
perdagangan dan niaga, permukiman dan lokasi khusus (SPBU)).
Terdapat 3 jenis pengelola minimarket di Kota Makassar yaitu jaringan
(corporate chain), waralaba (franchise), dan individu (independent) yang
penyebarannya belum dapat dibatasi. Toko kelontong dan kios
merupakan saingan dari minimarket karena radius pelayanan, jumlah
barang, dan penyebarannya yang juga dapat berkembang di lokasi yang
sama dengan minimarket. Saat ini banyak pula dijumpai toko kelontong/
kios yang berusaha memaksimalkan usaha dan pelayanan mereka seperti
minimarket untuk bertahan dalam persaingan dagang.
2
Kota Makassar sampai saat ini belum memiliki peraturan yang
mengatur secara spesifik mengenai persebaran lokasi minimarket.
Sehingga banyak dijumpai adanya minimarket yang letaknya berdekatan
dengan minimarket lainnya ataupun minimarket dengan kios/toko
kelontong. Padahal berdasarkan SNI No. 03 Tahun 2004 tentang Tata
Cara Perencanaan Lingkungan Perumahan di Perkotaan, disebutkan
bahwa untuk 1 toko kelontong/kios (minimarket) dapat melayani 250 jiwa
dengan radius pencapaian 300 m.
Jumlah minimarket di Kota Makassar hingga awal tahun 2013 yang
memiliki izin di Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Makassar
adalah sebanyak 194 unit. Terdapat 19 unit di Kecamatan Tamalanrea
yang tersebar di seluruh kelurahan.
Munculnya minimarket di berbagai lokasi tanpa adanya ketentuan
lokasi yang tepat serta radius pelayanan yang jelas menimbulkan dampak
terhadap pemanfaatan ruang pada kawasan permukiman. Oleh karena itu,
penelitian ini dilakukan untuk menentukan jumlah dan lokasi minimarket
yang tepat, khususnya minimarket yang berada pada Permukiman BTP
dan Perumahan Taman Telkomas.
B. Rumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Bagaimana tipologi dan sebaran lokasi ritel consumer goods skala
perumahan di Permukiman BTP dan Perumahan Taman Telkomas
saat ini ?
2. Seberapa besar tingkat korelasi antarvariabel dalam pemilihan lokasi
minimarket di Permukiman BTP dan Perumahan Taman Telkomas ?
3. Bagaimana ide sebaran lokasi minimarket di Permukiman BTP dan
Perumahan Taman Telkomas yang tepat ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui tipologi dan sebaran sarana perdagangan ritel consumer
goods skala perumahan di Permukiman BTP dan Perumahan Taman
Telkomas.
3
2. Mengidentifikasi besaran tingkat korelasi antarvariabel dalam
pemilihan lokasi minimarket di Permukiman BTP dan Perumahan
Taman Telkomas.
3. Menyusun ide sebaran lokasi ritel consumer goods di Permukiman
BTP dan Perumahan Taman Telkomas.
D. Manfaat Penelitian
1. Masyarakat
Penataan sebaran lokasi minimarket yang tepat serta jumlah yang
dibutuhkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat maka tercipta
pemanfaatan ruang yang lebih efisien bagi masyarakat.
2. Ilmu Pengetahuan
Menambah wawasan peneliti terkait tentang penentuan lokasi
perdagangan yang sesuai dengan skala pelayanannya. Hasil
penelitian juga diharapkan dapat menjadi refrensi ilmiah bagi kegiatan
penelitian dan perencanaan selanjutnya.
3. Pemerintah
Sebagai usulan kepada pemerintah dalam menentukan kebijakan
untuk perencanaan dan pengembangan sarana perdagangan dalam
hal ini minimarket di kawasan permukiman warga.
E. Ruang Lingkup Perencanaan
1. Batasan wilayah penelitian adalah Kawasan Permukiman
Tamalanrea, khususnya Permukiman Bumi Tamalanrea Permai dan
Perumahan Telkomas yang secara administratif berada pada
Kelurahan Tamalanrea.
2. Lingkup penelitian dibatasi pada lokasi sarana perdagangan dalam hal
ini kegiatan ritel (Consumer Goods) yaitu:
a. Tipologi ritel ritel consumer goods seperti, fungsi bangunan usaha,
kepemilikan bangunan, cara pembeli mengambil barang belanjaan,
dan pembayaran barang belanjaan.
4
b. Besaran tingkat korelasi antarvariabel dalam pemilihan lokasi
minimarket di Permukiman BTP dan Perumahan Taman Telkomas.
c. Ide sebaran lokasi ritel consumer goods di Permukiman BTP dan
Perumahan Taman Telkomas.
3. Waktu penelitian terbagi atas:
Waktu survey : 2 minggu
Gambaran Umum : 2 minggu
Analisis : 3 minggu
Penulisan Laporan : 3 minggu
F. Sitematika Penulisan
Adapun sistematika pembahasan dalam penelitian ini, yaitu:
Bagian Pertama berisi tentang pendahuluan, menguraikan tentang
latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat
enelitian, ruang lingkup penelirian, serta sistematika penulisan.
Bagian kedua adalah kajian teori, yang menguraikan tentang studi
literatur yang menjadi landasan teori yang berkaitan dengan teori lokasi
dalam hal ini lokasi untuk perdagangan serta kerangka pikir dalam
menyelesaikan penelitian ini.
Bagian ketiga berisi tentang metode penelitian. Secara umum
menguraikan tentang jenis penelitian, teknik pengumpulan data, lokasi
dan waktu penelitian, responden sampel penelitian, jumlah responden,
teknik sampling, teknik analisis data, kebutuhan data, variabel penelitian,
definisi operasional dan kerangka penelitian.
Bagian keempat ini merupakan hasil analisis dan pembahasan
mengenai tipologi ritel, variabel penentu lokasi minimarket serta
penentuan lokasi minimarket di Permukiman BTP dan Perumahan Taman
Telkomas.
Bagian Kelima berisi tentang kesimpulan dari hasil penelitian secara
keseluruhan dan saran mengenai sebaran lokasi minimarket di
Permukiman BTP dan Perumahan Taman Telkomas.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Ritel
Ritel adalah kegiatan bisnis yang menjual barang atau jasa kepada
konsumen akhir (Dale M. dan M. Wayne. Retailing Third Edition. 1982).
Ritel (penjualan eceran) merupakan salah satu rantai saluran distribusi
yang memegang peranan penting dalam penyampaian barang dan jasa
kepada konsumen akhir (Bob Foster. Manajemen Ritel. 2008). Beberapa
ahli mengemukakan definisi dari penjualan eceran dengan prinsip yang
relatif sama sesuai dengan uraian berikut:
Tabel 1. Definisi Ritel (Penjualan Eceran)
Nama Definisi
Kotler (2003)
Penjualan eceran meliputi semua kegiatan yang
melibatkan penjualan barang atau jasa secara
langsung pada konsumen akhir untuk pengunaan
pribadi dan bukan bisnis.
Dunne, Lush, and
Griffith (2002)
Penjualan eceran adalah langkah-langkah yang
dibutuhkan untuk menyediakan barang dan jasa
untuk konsumen akhir.
Robert J. (1989)
Penjualan eceran adalah proses sederhana dari transaksi antara pengecer dan konsumen, menukar uang dengan produk atau jasa yang ditawarkan pengecer.
Sumber: Bob Foster. Manajemen Ritel. 2008
B. Kegiatan dan Strategi Ritel
Banyak contoh usaha yang dapat dimasukan ke dalam bentuk usaha
ritel, misalnya toko buku, toko pakaian bayi, toko elektronik, tempat potong
rambut, restoran, jasa penjualan tiket musik, supermarket, departement
store, dan lain-lain. Untuk skala nasional kita mengenal beberapa usaha
ritel besar seperti Matahari Departement Store, Carrefour, Hypermart,
hero, Lion Super Indo, McDonald, Gramedia, Alfamart, Indomaret, dan
Circle K. Untuk skala internasional kita mengenal Wall Mart, Seven
Eleven, Jc Peny, dan Amazon.com (I Nyoman Sugiarta, Panduan Praktis
& Strategis Retail Consumer Goods. 2011).
6
Bentuk usaha ritel tidak selalu dalam bentuk toko, mall, ataupun
plaza. Penjualan via internet pun bahkan bisa dikategorikan sebagai
bentuk usaha ritel. Semua pelaku usaha ritel sering disebut dengan
retailer atau pengecer.
Retailer berperan selaku usaha yang menjual barang langsung
kepada konsumen akhir atau end user. Ini berarti bahwa retailer adalah
pelaku usaha terakhir dalam jaringan distribusi sebelum barang tersebut
dipergunakan oleh konsumen.
Sebagai gambaran, bentuk sederhana dari sebuah jaringan distrbusi
(Distribution Channel)
Gambar 1. Distribution Channel
Sumber: I Nyoman Sugiarta, Panduan Praktis & Strategis Retail Consumer
Goods. 2011
Retailer memainkan peranan penting dalam perekonomian sebuah
negara. Selain sebagai jaringan distribusi terakhir atas barang hingga bisa
dikonsumsi atau dipergunakan oleh konsumen, juga bereperan penting
dalam penyerapan sumberdaya manusia atau tenaga kerja. Terpenting
lagi, penyerapan sumberdaya manusia ini tidak terkonsentrasi di satu
tempat saja. Karena bisnis ritel ini menyebar ke berbagai daerah. Maka
sumber daya manusia pun dapat terserap dalam skala yang luas.
1. Fungsi Retailer
Sebagai penyalur terakhir dalam pendistribusian barang dari pabrik ke
konsumen, maka ada beberapa fungsi retailer.
a. Menyediakan barang dan jasa
1) Variasi merek, ukuran, warna, dan cita rasa dalam satu tempat
penjualan
2) Pilihar harga atas setiap variasi produk yang dijual, sehingga
konsumen mempunyai sejumlah alternatif pilihan yang disesuaikan
dengan kebutuhannya.
b. Menjual barang dalam eceran/pecahan
7
1) Retailer menyediakan barang dalam bentuk pecahan terkecil
2) Manufacturing/pabrikan memproduksi, lalu mengepak barang dalam
karton sebelum mendistribusikannya kepada distributor atau whosaler
yang selanjutnya meneruskannya kepada retailer. Retailer kemudian
memecah karton tersebut ke dalam bentuk satuan/pcs, yang akan
memudahkan konsumen dalam membeli barang sesuai kebutuhan.
c. Menyediakan Stok/inventory
1) Retailer harus selalu menjaga ketersediaan stok barang dagangan,
sehingga pada saat konsumen butuh, barang selalu tersedia.
2) Untuk itu, retailer harus benar-benar memahami kapan saatnya built
up stock atau menaikkan stok dan kapan waktunya melakuka
permintaan barang kepada distributor/whosaler.
d. Pelayanan
1) Retailer harus memberikan pelayanan yang optimal kepada
konsumen yang memudahkan mereka membeli dan memeanfaatkan
produk yang dijual oleh retailer.
2) Memberikan pelayanan disini bukan hanya melayani konsumen yang
berbelanja di toko, melainkan juga memberikan pelayanan yang
bersifat tak langsung, misalnya, display yang memudahkan konsumen
dalam mencari barang yang dibutuhkan, kejelasan dan kesesuaian
harga di rak dan pos (point of sales), kebersihanlingkungan toko, dan
penjelasan mengenai manfaat produk.
2. Jenis-jenis Ritel
Untuk membedakan berbagai bentuk usaha ritel bisa dilihat dari
beberapa sudut pandang:
a. Usaha ritel yang berbasis toko atau tidak
1) Usaha ritel yang berbasis toko memungkinkan konsumen
mengunjungi secara langsung toko yang menjual produk yang
dibutuhkan. Artinya ada wujud fisik tokonya.
2) Usaha ritel yang tak berbasis toko, yaitu usaha ritel yang menjual
produk tanpa ada toko yang secara spesifik bisa setiap saat
8
dikunjungi oleh konsumen. Misalnya belanja online via internet,
vending machine (mesin penjual produk yang amat populer
dibeberapa negara seperti Jepang, Korea, dan Australia), direct
selling (penawaran barang ke rumah-rumah/kantor oleh salesman).
b. Kepemilikan usaha ritel (types of ownership)
1) Toko individu (Independent store/singel store), usaha ritel yang dimiliki
oleh individu yang dikelolah secara mandiri oleh si pemilik.
2) Toko ritel jaringan (Comporate chain), tipe usaha ritel yang dikelola
oleh sebuah perusahaan secara profesional dengan begitu banyak
aneka ragam produk, strategi harga dan promosi yang menarik, serta
pelayanan yang baik. Toko ritel jaringan ini bisa mengoperasikan
sampai ribuan toko.
3) Toko waralaba (Franchise store), tipe usaha ritel yang dimiliki oleh
individu atau jaringanmelalui perjanjian waralaba/franchise antara
pemilik usaha waralaba dan pembeli hak waralaba untuk satu atau
beberapa toko dengan mengunakan merek dagang dan sistem dari
pemilik waralaba dalan jangka waktu yang disepakati.
c. Jenis produk
1) Consumer Goods Retailer, yaitu retailer yang menjual kebutuhan
pokok dan sehari-hari kepada konsumen atau yang dikenal juga
dengan FMCG (Food Moving Consumers Goods) retailer. Consumers
Goods retailer ini juga memiliki beberapa tipe lagi, baik dilihat dari sisi
luas ruangan yang dipergunakan dan jumlah varian barang yang dijual
serta layanan yang diberikan.
a) Hypermarket (luas area penjualan sekitar > 5.000 m2)
b) Supermarket (luas area penjualan sekitar 400 s.d. 5.000 m2)
c) Minimarket (luas area penjualan sekitar 100 s.d. 400 m2)
d) Convenience (luas area penjualan sekitar 100 s.d. 200 m2)
2) General Merchandise Retailer, jenis usaha ritel yang menyediakan
produk-produk yang bersifat umum, dan kebanyakan bukan
kebutuhan pokok yang dikonsumsi sehari-hari. Salah satu tipe usaha
ritel ini yang sangat pupuler adalah Departement Store yang menjual
9
produk pakaian dan alat-alat rumah tangga. Beberapa jenis usaha ritel
tipe ini juga dapat dikelompokan dalam beberapa kategori:
a) Departement store misalnya Matahari Department Store
b) Drug store misalnya Guardian dan Century
c) Speciality store menjual satu atau dua merek produk saja misalnya
toko Adidas, Nike, dan Giordano.
3) Services retailer, jenis usaha yang menitikberatkan penjualan produk
berupa jasa, seperti jasa penjualan tiket pesawat, jasa angkutan
travel, restoran dan lain-lain.
Kita dapat mengklasifikasikan beberapa jenis retailer ke dalam dua
kriteria yaitu:
a. Perputaran persediaan (Inventory Turn Over)
b. Gross Margin (GM)
Gambar 2. Hubungan TO dan GM
Sumber: I Nyoman Sugiarta, Panduan Praktis & Strategis Retail Consumer
Goods. 2011
3. Retail Consumer Goods
Usaha ritel khususnya consumer goods retailer di Indonesia dalam 10
tahun terakhir berkembang sangat pesat dengan berbagai macam format
toko yang merambah sampai ke daerah di seluruh wilayah Indonesia (I
Nyoman Sugiarta, Panduan Praktis & Strategis Retail Consumer Goods.
2011). Beberapa pemain besar di bidang ini dapat kita lihat berdasarkan
format tokonya:
10
a. Hypermarket: Carrefour, Hypermart, Lotte dan Giant
b. Supermarket: Hero, Superindo dan Griya
c. Minimarket: Indomeret, Alfamart, dan Yomart
d. Convinience Store: Seven Eleven (711) dan Circle K
Perkembangan bisnis retail consumer goods di Indonesia memberikan
dampak positif bagi perekonomian dimana konsumen mempunyai pilihan
alternatif tempat belanja sesuai kebutuhannya dan menjadi salah satu
sektor penting dalam penyerapan tenaga kerja. Selain itu, perkembangan
bisnis ritel ini memicu terjadinya perubahan regulasi baik tingkat nasional
maupun tingkat provinsi dan kota/kabupaten. Pemerintah memandang
perlu mengeluarkan kebijakan untuk melingdungi pasar tradisional akibat
pesatnya pertumbuhan industri retail consumer goods ini, melalui
Peraturan Menteri Perdagangan No. 53/M-DAG/PER/12/2008 telah diatur
penataan dan pembinaan pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan pasar
modern yang berisi beberapa kebijakan, antara lain:
a. Syarat pendirian pasar tradisional, pusat perbelanjaan dan toko
modern,
b. Kemitraan usaha,
c. Batasan luas lantai penjualan toko modern,
d. Jenis dan kewenangan penerbitan izin,
e. Pelaporan, pembinaan, dan sanksi
Sejalan dengan pelaksanaan otonomi daerah, kebijakan pemerintah
pusat ini diikuti oleh pemerintah daerah. Banyak pemerintah daerah
11
(PEMDA) setingkat kabupaten mengeluarkan Perbup (Peraturan Bupati)
dan Perwali (Peraturan Walikota) yang juga mengatur keberadan toko
modern di masing-masing daerah. Perturan setingkat Bupati dan Walikota
ini bahkan sudah mengacu ke “zonasi” dan “jarak” antara pasar tradisional
dan toko modern.
Perkembangan minimarket sangatlah pesat. Hal ini dapat kita lihat
dalam satu jalan saja terdapat lebih dari dua minimarket, yang terkadang
berhadapan atau bersebelahan lokasinya. Minimarket biasanya berdiri di
sekitar permukimman penduduk sehingga mudah dijangkau oleh
konsumen baik dengan jalan kaki ataupun menggunakan sarana
transportasi, jam operasional minimarket sendiri pada awalnya berkisar
antara jam 07.00 WIB sampai dengan 22.00 WIB. Dalam
perkembangannya, karena tuntutan kebutuhan konsumen di beberapa
lokasi, minimarket beroperasi dalam waktu 24 jam demi melayani
konsumen. Berebeda dengan usaha ritel Convenience Store di lokasi-
lokasi tertentu yang sudah beroperasi 24 jam penuh (I Nyoman Sugiarta,
Panduan Praktis & Strategis Retail Consumer Goods. 2011).
4. Strategi Ritel
Dalam usaha ritel, pengertian “retail strategy” adalah sebuah proses
pengidentifikasian sejumlah hal, yaitu:
a. Siapa target pasar kita
b. Format usaha ritel yang bisa memuaskan target pasar
c. Siapa pesaing kita dan seberapa kuat pesaing dalam pengembangan
market share
d. Perencanaan apa saja dan bagian mana saja dari unit kerja dalam
usaha ritel yang harus ditingkatkan
e. Di mana lokasi yang tepat untuk bisa melayani kebutuhan target pasar
f. Produk apa saja yang sesuai target pasar
g. Bagaimana penetapan harga dan tingkat profit yang menguntungkan
bagi usaha ritel
h. Bagaimana menyiapkan tenaga kerja yang handal dalam usaha ritel
12
i. Bagaimana mendesain sistem informasi teknologi yang memudahkan
proses kerja usaha ritel
j. Bagaimana mengelola toko yang bisa menarik banyak konsumen
Strategi ritel tidak bisa ditentukan sekali untuk selamanya. Strategi ritel
dapat berubah setiap saat, setahun sekali, enambulan sekali, sebulan
sekali bahkan seminggu sekali. Hal ini sangat tergntung pada kondisi
persaingan, perubahan perilaku belanja konsumen, bahkan dapat
dipengaruhi oleh perubahan regulasi pemerintah (I Nyoman Sugiarta,
Panduan Praktis & Strategis Retail Consumer Goods. 2011).
5. Penetapan Target Pasar (Market Segmentation)
Pengertian sederhana market segmentation ialah memilih sekelompok
calon konsumen yang ingin meraih kepuasan dalam usaha pemenuhan
kebutuhannya. Artinya, harus ditentukan terebih dahulu segmen yang
akan dituju, siapa sasaran target dalam segmen itu, dan bagaimana
menetapkan posisi toko dan produk dibenak konsumen.
Banyak konsep yang mengajarkan cara menentukan target pasar
yang sesuai dengan usaha ritel yang dijalankan, misalnya:
a. Geographic Segmentation, penetapan segmentasi pasar berdasarkan
wilayah tempat tinggal.
b. Demogrphic Segmentation, penetapan segmentasi pasar berdasarkan
data kependudukan, wanita atau pria pada rentang usia tertentu, atau
remaja pada rentang usia terentu, serta rata-rata jumlah anggota
keluarga dalam satu rumahtangga. Hal lainnya adalah seberapa tinggi
pertumbuhan penduduk di area tersebut, minimal dalam setahun.
c. Psychograpphic Segmentation atau segmentasi berdasarkan gaya
hidup sekelompok orang. Ini bisa dilihat dari cara mereka
menghabiskan uang dan waktu mereka saat atau saat mereka usai
bekerja.
13
Tabel 2. Konsep Target Pasar
Sumber: I Nyoman Sugiarta, Panduan Praktis & Strategis Retail Consumer
Goods. 2011
Dalam duniia ritel kita tidak bisa menetapkan target pasar hanya
berdasarkan pada salah satu faktor saja, misalnya faktor geografis atau
faktor demografis. Tetapi akan lebih spesifik jika kita mengkombinasikan
beberapa sisi sehingga target pasar kita benar-benar jelas. Untuk itu,
pengelola usaha ritel harus memahami terlebih dahulu target pasar
sebelum merumuskan strategi terbaik dalam memenuhi kebutuhan
pelanggan.
Setelah kita memilah segmen pasar berdasarkan kriteria di atas, kita
bisa menentukan lebih spesifik target pasar yang ingin kita layani. Di area
mana saja dan ditingkat kepadatan penduduk seperti apa kita berani
membuka usaha ritel. Begitu pula produk yang kita sediakan untuk
memenuhi kebutuhan jenis kelamin apa, usia berapa, dan kelas ekonomi
golongan apa. Setelah target pasar yang lebih spesifik ditentukan, kita
bisa menetapkan jenis usaha ritel yang akan kita jalankan sembari
berharap mempunyai gambaran yang ada dibenak konsumen yang akan
kita layani (positionining) (I Nyoman Sugiarta, Panduan Praktis & Strategis
Retail Consumer Goods. 2011).
14
C. Minimarket
Minimarket adalah toko berukuran kecil dan bisa dibilang semacam
“toko kelontong” yang menjual segala macam barang dan makanan,
namun tidak selengkap dan sebesar sebuah supermarket. Berbeda
dengan toko kelonng, minimarket menerapkan sistem swalayan, yaitu
pembeli dapat mengambil sendiri barang yang ia butuhkan dari rak-rak
dagangan dan membayarnya di kasir. Sistem ini juga membantu agar
pembeli tidak berhutang (Bintang Dwi. Untung Ratusan Juta Modal 10
Juta. 2012).
Perbedaan lainnya adalah jam operasi minimarket berbeda dari sebuh
supermarket, ada minimarket yang jam bukanya mulai jam 6 pagi s/d jam
23.00. bahkan saat ini marak minimarket beroperasi 24 jam.
Minimarket rumahan adalah sebuah toko yang didirikan sendiri baik
individu maupun keluarga dengan luas bangunan yang kecil atau
memanfaatkan sebagian dari rumah tinggal yang menjual segala macam
barang serta makanan, namun tidak selengkap dan sebesar sebuah
supermarket. Berbeda dengan toko kelontong, minimarket menerapkan
sistem swalayan, yaitu pembeli dapat mengambil barang sendiri barang
yang ia butuhkan dari rak-rak dagangan dan membayarnya di kasir.
D. Lokasi
Lokasi menggambarkan posisi pada suatu ruang. Studi tentang lokasi
yaitu melihat kedekatan atau jauhnya satu kegiatan dengan kegiatan lain
dan apa dampaknya atas kegiatan masing-masing karena lokasi yang
berdekatan/berjauhan tersebut (Tarigan, 2007).
1. Pengertian Teori Lokasi
Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order)
kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari
sumber-sumber yang langkah, serta hubungannya dengan atau
pengaruhnya terhadap lokasi berbagai macam usaha/kegiatan lain baik
ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2007).
2. Teori Lokasi
a. Teori Tempat Sentral (Walter Christaller)
15
Walter Christaller mengintroduksikan teori tempat sentral (central
place). Inti pokok teori tempat sentral adalah menjelaskan model hierarki
perkotaan (urban hierarchy) (Rahardjo Adisasmita. Pengembangan
Wilayah. 2008).
Model Christaller dinyatakan sebagai suatu sistem geometrik yang
dikenal dengan nama “sistem K=3”, dimana K ditetapkan secara arbifrer
sebagai huruf indeks yang digunakan untuk notasi pola permukiman.
Christaller menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut:
1) Wilayah model merupakan dataran tanpa roman, tidak memiliki raut
tanda khusus baik alamiah maupun buatan manusia.
2) Perpindahan dapat dilakukan ke segala jurusan, suatu situasi yang
dilukiskan sebagai permukaan isotropik.
3) Penduduk serta daya belinya tersebar merata di seluruh wilayah.
4) Konsumen bertindak rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak.
Berdasarkan asumsi-asumsi di atas, Christaller mengembangkan
pemikirannya menyusun suatu model wilayah perdagangan yang efisien
yang berbentuk segi enam (heksagonal) mengikuti tahap-tahap berikut ini.
1) Mula-mula berbentuk wilayah perdagangan berupa lingkaran-
lingkaran di atas dataran. Apabila lingkaran-lingkaran tersebut
diletakkan berdekatan satu sama lain, maka kumpulan lingkaran yang
paling efisien
2) Kemudian lingkaran-lingkaran tersebut saling bertumpang tindih.
3) Akhirnya terbentuknya wilayah perdagangan yang berbentuk
heksagonal yang meliputi seluruh dataran tanpa tumpang tindih
menyerupai sarang lebah.
Gambar 3. Proses Timbulnya Wilayah Perdagangan Heksagonal
Sumber: Rahardjo Adisasmita. Pengembangan Wilayah. 2008
16
Tiap wilayah heksagonal perdagangan heksagonal memiliki pusat.
Besar kecilnya pusat-pusat tersebut adalah sebanding dengan besar
kecilnya masing-masing heksagonal. Heksagonal yang terbesar memiliki
pusat yang paling besar, sedangkan heksagonal yang terkecil memiliki
pusat yang terkecil. Dalam keseimbangan jangka panjang seluruh wilayah
sistem sudah tercakup yang berbentuk wilayah-wilayah heksagonal yang
besarnya berbeda-beda dan saling bertindih satu sama lain. Susunan
hierarki ini membentuk model pola permukiman sistem K = 3.
Gambar 4. Suatu Bagian dari Pola Permukiman K=3
Sumber: Rahardjo Adisasmita. Pengembangan Wilayah. 2008
Secara horisontal, model Christaller menunjukkan kegiatan-kegiatan
manusia yang terorganisasikan dalam tata ruang geografisnya, dan
temapat-tempat sentral yang lebih tinggi ordenya mempunyai wilayah
perdagangan atau wilayah pelayanan yang lebih luas.
Tempat-tempat sentral kecil dan wilayah wilayah komplemen-
komplemen tercakup dalam wilayah-wilayah perdagangan dari pusat-
pusat yang lebih besar. Sedangkan secara vertikal, model tersebut
memperlihatkan bahwa pusat-pusat yang lebih tinggi ordenya mensuplai
barang-barang ke seluruh wilayah, dan kebutuhan akan bahan-bahan
mentah di pusat-pusat yang lebuh tinggi ordenya disuplai oleh pusat-pusat
yang lebih rendah ordenya. Pusat-pusat yang lebih tinggi ordenya
mempunyai jumlah dan jenis kegiatan-kegiatan serta volume perdagangan
yang lebih besar dibandingkan pusat-pusat yang lebih rendah ordenya.
17
Jika hierarki pusat-pusat tersebut sudah terbentuk, maka dapat disaksikan
dominasi pusat-pusat yang lebih besar dan mengutubnya arus gejala
ekonomi ke pusat besar yang mencerminkan ciri sebagai wilayah-wilayah
nodal.
b. Teori Kerucut Permintaan (August Losch)
August Losch telah mengetengahkan suatu model keseimbangan
regional spasial. Ia termasuk yang pertama menguraikan prinsip-prinsip
dasar analisis spasial dan menintreprestasikan ekonomi spasial dalam
pasar persaingan monopolistik. Teori Losch merupakan perluasan dari
teori tempat sentral yang diformulasikan oleh Christaller (1933).
Teori yang dikemukakan oleh Losch, bahwa lokasi penjual sangat
berpengaruh terhadap jumlah konsumen yang dapat digarapnya. Semakin
jauh dari tempat penjual, konsumen semakin tidak mau membeli karena
biaya transportasi untuk mendatangi tempat penjual semakin mahal.
Produsen harus memilih lokasi yang menghasilkan penjualan terbesar
yang identik dengan penerimaan terbesar.
Dalam mengembangkan modelnya Losch menggunakan beberapa
asumsi, yaitu sebagai berikut :
1) Tidak terdapat variasi dalam biaya dan tidak ada perbedaan-
perbedaan spasial dalam sumberdaya, termasuk tenaga kerja dan
modal di seluruh wilayah (wilayah dianggap homogen). Berdasarkan
anggapan ini, maka lokasi perusahaan dapat ditempatkan dimana
saja.
2) Penduduk tersebar merata, kepadatan dianggap uniform, cita rasa
konstan, dan perbedaan pendapatan diabaikan. Berdasarkan asumsi
ini dapat dijelaskan bahwa permintaan mempunyai korelasi negatif
terhadap jarak secara langsung, hal ini berarti semakin jauh jaraknya
dari lokasi pabrik, maka jumlah permintaan menjadi semakin
berkurang.
3) Wilayah pasar dan permintaan terhadap barang-barang hasil suatu
perusahaan tidak dipengaruhi oleh lokasi perusahaan-perusahaan
saingannya.
18
E. Strategi Lokasi Ritel
Dalam dunia ritel, sering digambarkan bahwa keberhasilan sebuah
usaha ritel pertama kali ditentuan oleh ketepatan pemilihan lokasi usaha
ritel. Kesalahan dalam pemilihan lokasi yang sesuai dengan target pasar
yang kita inginkan sangat sulit untuk dikoreksi atau diperbaiki, baik lokasi
itu status sewa ataupun beli. Untuk memperbaiki lokasi yang salah,
dibutuhkan biaya yang sangat tinggi, misalnya relokasi lokasi usaha. Jika
lokasi lama disewakan pun tetap dibutuhkan biaya yang besar dan potensi
kerugian perusahaan cukup tinggi (I Nyoman Sugiarta, Panduan Praktis &
Strategis Retail Consumer Goods. 2011).
Untuk itu yang harus dipahami pada saat memulai usaha ritel
pertama-tama adalah pemilihan lokasi yang tepat, yang sesuai dengan
target pasar yang ingin digarap. Dalam dunia ritel, tak ada konsep yang
membahas secara spesifik teknis pemilihan lokasi yang tepat untuk usaha
ritel. Secara umum memang digambarkan beberapa kriteria pemilhan
lokasi usaha yang baik, tetapi faktor pengalaman di dunia ritel sangat
membantu kita memilih secara tepat lokasi usaha yang terbaik.
1. Tipe Lokasi
Beberapa tipe lokasi yang secara umum kita ketahui dalam usaha ritel
antara lain:
a. Perumahan atau residential, lokasi usaha ritel yng didirikan di
lingkungan perumahan baik di dalam lingkungan permukiman yang
teratur (komplek perumahan) maupun di sekitar lingkungan
permukiman yang tak teratur (perkampungan),
b. Sentral bisnis, atau lebih dikenal dengan CBD, adalah tempat lokasi
usaha ritel yang didirikan di area bisnis yang menjadi pusat
perkantoran/usaha,
c. Mall/shoping center, usaha ritel yang berada di pusat belanja dimana
banyak jnis usaha yang berada dalam satu lingkungan atau area
d. Free standing, lokasi ritel yang didirikan dimana hanya kita saja
sebagai pelaku usaha. Lokasi ini berdiri sendiri tanpa terikat dengan
19
usaha lain, baik yang sejenis maupun usaha lain yang menjasi satu
dengan bangunan usaha ritel kita,
e. Lokasi khusus, lokasi usaha ritel yang mempunyai fungsi yang sangat
spesifik. Lokasi jenis ini ada yang menyebutnya dengan “Non
Tradisional Site” semisal bandara udara, rumah sakit, stasiun kereta,
SPBU, atau rest area yang sedang berkembang pesat dua tahun
belakangan ini.
Dalam perkembangannya, lokasi sebuah tempat usaha sudah
berevolusi atau sudah tidak dapat dikelompokan secara tegas seperti hal
di atas, sebagaimana yang terjadi di Indonesia. Apabila dalam satu lokasi
terdapat lebih dari satu fungsi dan pelaku usaha ritel, maka itu bisa
dumasukkan ke dalam tipe Mix Use Location. Contoh, di kawasan
shopping mall yang juga berdiri apartemen atau hotel. Walhasil, dari sisi
target pasar pun sedikit berbeda, karena yang menjadi target pasar bukan
hanya pengunjung mal saja, melainkan juga penghuni apatemen atau
hotel.
2. Lokasi VS Format Ritel
Umumnya pada usaha ritel di Indonesia bisa digarap lebih dari satu
kriteria pasar yang ada. Kalau kita amati, banyak sekali pelaku usaha ritel
di Indonesia yang berlokasi di perumahan atau residen, serta adapula
yang berlokasi di distrik bisnis atau di sebuah shopping mall. Hal ini tidak
salah, asalkan pasar yang akan digarap jelas. Berikut berbagai jenis
format usaha ritel dilihat dari sisi pemilihan lokasi:
a. Department store. Contoh department store yang populer di Indonesia
adalah Matahari Department Store dan Ramayana Department Store.
Jika kita mengamati kedua pelaku usaha ritel dengan format
department store ini, kita bisa belajar strategi pemilihan lokasinya.
b. Matahari Department Store. Sebagian besar berlokasi di pusat
perbelanjaan, baik itu shopping mall ataupun Mix Use Location.
Sangat jarang kita melihat lokasi usaha pemain ritel ini berdiri sendiri
(free standing site).
20
c. Ramayana Department Store. Pemain ritel format department store ini
agak sedikit berbeda dengan Matahari. Kita masih sering melihat
pemain ritel satu ini berdiri di lokasi yang masuk tipe Free Standing
Location.
d. Supermarket/Hypermarket. Format ritel jenis ini juga sangat
berkembang pesat di Indonesia. Kita bisa liat beberapa pemain besar
pada format supermarket, misalnya Hero & Giant Supermarket, Lion
Superindo Supermarket, dan sebagainya. Sedangkan untuk format
hypermarket, Carrefour, Hypermart, Lotte Mart, dan Giant. Pemilihan
lokasi format ritel seperti ini tidak hanya pada satu tipe lokasi saja.
Contoh Carrefour, lokasi Carrefour di satu sisi kebanyakan berada di
sebuah pusat belanja seperti mal, tetapi juga mempunyai toko yang
masuk tipe lokasi free standing.
e. Minimarket. Jenis atau format minimarket ini paling fleksibel dalam
penentuan lokasi. Perkembangan minimarket di Indonesia sangat luar
biasa. Dua pemain besar untuk format ritel minimarket ini adalah
Indomaret dan Alfamart. Tipe lokasi yang dipilih hampir masuk ke
semua tipe lokasi yang ada. Mulai dari permukiman, pusat belanja,
CBD sampai lokasi-lokasi khusus atau non traditional location seperti
bandara, rumah sakit, rest area, atau SPBU.
f. Convinience Store. Format ritel ini di Indonesia pada awalnya
dipelopori oleh Circle K. Belakangan muncul Seven Eleven (711).
Khusus Circle K, awalnya pemilihan lokasinya selalu berada tipe
lokasi yang termasuk dalam kriteria bisnis distrik, night life area,
tourism area. Tetapi dalam perkembangannya mereka memasuki
pasar permukiman atau resident area. Sedangkan Seven Eleven
untuk sementara waktu ini masih konsisten berlokasi di pusat-pusat
bisnis dan pusat hiburan malam.
g. Killer Category. Format ritel ini sangat spesifik, yang hanya menjual
produk khusus pula, seperti Electronic City, Ace Hardware, Toko
Pakaian Giordano, City Surf, Guardian, Century dan lain-lain.
Pemilihan lokasi format ritel ini sebagian besar berlokasi di shopping
21
mall atau pusat perbelanjaan dengan toko atau outlet yang terpisah
atau berdiri sendiri. Sangat jarang kita melihat lokasi format ritel killer
category ini masuk ke dalam tipe lokasi free standing atau residential.
3. Proses Pemilihan Lokasi
Gambar 5. Proses Penentu Pemilihan Lokasi
Sumber: I Nyoman Sugiarta, Panduan Praktis & Strategis Retail Consumer
Goods. 2011
a. Target Market adalah target konsumen yang seperti apa yang ingin
kita alami. Target market yang sudah dijelaskan pada bagian
sebelumnya, harus ditentukan terlebih dahulu sehingga kita tak
kesulitan dalam memilih lokasi usaha.
b. Kemudahan akses, kondisi dimana konsumen potensial tak kesulitan
berangkat dari rumah ke lokasi usaha kita, dan sebaliknya. Termasuk
dalam hal ini adalah kemudahan parkir. Dalam beberapa hal yang
lebih spesifik, kemudahan parkir buat pengendara wanita haru
diperhatikan.
22
Gambar 6. Potensi Lokasi
Sumber: I Nyoman Sugiarta, Panduan Praktis & Strategis Retail Consumer
Goods. 2011
c. Destiny (kepadatan penduduk), seberapa besar populasi yang
tersedia di area converage yang bisa kita layani.
Gambar 7. Area Converage; Kiri: Hypermarket; Kanan: Minimarket
Sumber: I Nyoman Sugiarta, Panduan Praktis & Strategis Retail Consumer
Goods. 2011
d. Keamanan lingkungan usaha, kondisi keamanan lingkungan di tempat
usaha yang akan kita pilih. Apakah sering terdapat gangguan
keamanan? Apakah ada satuan tugas pengamanan yang terintegrasi
atau kita sendiri yang harus menyiapkan tenaga pengamanan? Selain
kenyamanan bagi konsumen yang berkunjung, keamanan lingkungan
juga menjadi pertimbangan bagi pelaku usaha ritel demi
kelangsungan dan keamanan usaha dari pencurian, pemerasan, dan
lain-lain.
e. Usaha penunjang (supporting business). Apakah si sekitar lokasi yang
akan kita pilih terdapat usaha-usaha lain yang bisa menunjang secara
23
positif usaha ritel yang akan kita kembangkan? Usaha penunjang
semisal bank, ATM, restoran, dan sekolah sangatlah penting dalam
menentukan keberhasilan sebuah usaha ritel. Hal ini perlu
dikembangkan, karena secara psikologis konsumen bisa memenuhi
lebih dari satu kebutuhan dengan mengunjungi lokasi tempat usaha.
f. Tingkat persaingan (competitor), apakah dalam area yang akan kita
plih terdapat pelaku usaha sejenis yang sudah melakukan usaha atau
tidak? Apabila sudah ada usaha ritel sejenis, maka persaingan akan
menjadi faktor negatif dalam penetapan lokasi usaha ritel yang baru.
Jka belum ada yang perlu diperhatikan adalah kemudahan pesaing
baru masuk ke lokasi tersebut setelah kita membuka usaha. Itu berarti
kita harus mampu mengantisipasi kemungkinan pesaing baru masuk,
kecuali kita mempunyai perjanjian khusus.
Gambar 8. Potensi Toko Kompetitor dan Milik Kita
Sumber: I Nyoman Sugiarta, Panduan Praktis & Strategis Retail Consumer
Goods. 2011
g. Kemudahan perjanjian (lisence). Perijinan untuk uaha ritel cukup
banyak berlaku di Indonesia, mulai dari tingkat regulasi paling bawah
di RT/RW, Kelurahan, Kecamatan, Kotamadya/Kabupaten, hingga
tingkat nasional setingkat menteri. Beberapa izin yang harus
dikantongi oleh pelaku usaha ritel antara lain izin Lingkungan/izin
Tetangga, Izin Domisili, IMB Usaha, SIUP, TDP, Izin Gangguan/HO,
24
IUTM (Izin Usaha Toko Modern) serta izin-izin lain yang hanya berlaku
di daerah-daerah tertentu, misalnya izin rekomendasi Bupati/Walikota.
h. Informasi lain yang dianggap perlu. Dalam pemilihan lokasi usaha ritel,
harus dikumpulkan informasi-informasi penting sebanyak mungkin,
untuk lebih meyakinkan manajemen mengambil keputusan dalam
penetapan lokasi usaha.
Kriteria-kriteria di atas lebih sesuai dengan pemilihan lokasi yang
berada di perumahan atau residential, baik perumahan yang tertata
(kompeks perumahan) atau permukiman yang tak tertata. Sedangkan
proses penilaian untuk di tipe lokasi lainnya baik distrik bisnis ataupun free
standing site juga dapat menggunakan faktor-faktor tersebut, dengan
mengubah alat ukurnya. Misalnya kepadatan penduduk bisa diganti
dengan jumlah karyawan yang berada di distrik binis tersebut.
4. Sewa VS Beli
Keputusan sewa atau beli dapat diambil oleh retailer dengan
mempertimbangkan beberapa hal. Tetapi dalam prakteknya di Indonesia
sebagian besar retailer mengembangkan toko-tokonya dengan
menggunakan sistem sewa atau space rental. Beberapa kelebihan dan
kekurangan dari sistem sewa ata beli antara lain:
a. Kelebihan dari sistem sewa adalah investasi awal relatif lebih kecil
dibandingkan jika lokasi tersebut dibeli. Risiko kerugian akibat
kesalahan memilih lokasi lebih ringan jika disewa. Artinya kalau lokasi
tersebut hasilnya kurang memuaskan maka retailer bisa tidak
memperpanjang masa sewa lokasi tersebut. Kelebihan lainnya ialah
fleksibilitas dalam mengatur masa sewa yang disesuaikan dengan
kondisi keuangan perusahaan ritel.
b. Kelemahan sistem sewa adalah harga sewa sebuah lokasi semakin
lama akan semakin mahal. Juga adanya ketidakpastian mengenai
apakah setelah masa periode sewa pemilik lokasi memperbolehkan
perpanjangan masa sewa atau tidak. Yang kerap terjadi, jika pemilik
lokasi melihat bisnis kita berjalan bagus maka nilai sewa
25
perpanjangan akan melonjak tinggi, bahkan melibihi harga sewa
pasaran di lokasi tersebut saat ini.
c. Sedangkan jika lokasi tersebut dibeli, juga ada kelebihan dan
kekurangan. Jika lokasi dibeli, dibutuhkan investasi awal yang cukup
besar, dan tentu saja akan mempengaruhi penambahan jumlah toko
dan keuangan perusahaan. Risiko kerugian juga cukup tinggi
seandainya lokasi yang dipilih tidak sesuai dengan harapan. Namun,
jika hasil lokasinya cukup bagus, maka sistem beli menjasi lebih
menguntungkan.
Keputusan pemilihan lokasi dengan menggunakan sistem sewa atau
beli dapat dilakukan secara bersamaan dan sangat selektif. Retailer harus
jeli mencermati lokasi mana yang lebih sesuai untuk dibeli dan lokasi
mana yang bangunannya lebih cocok disewa. Sistem beli yang selektif
akan memberikan aset yang lebih bagus bagi retailer.
F. NSPK tentang Lokasi Perdagangan Minimarket
1. SNI No. 03 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan di Perkotaan
Sarana perdagangan dan niaga ini tidak selalu berdiri sendiri dan
terpisah dengan bangunan sarana yang lain. Dasar penyediaan selain
berdasarkan jumlah penduduk yang akan dilayaninya, juga
mempertimbangkan pendekatan desain keruangan unit-unit atau
kelompok lingkungan yang ada. Tentunya hal ini dapat terkait dengan
bentukan grup bangunan/blok yang nantinya terbentuk sesuai konteks
lingkungannya. Sedangkan penempatan penyediaan fasilitas ini akan
mempertimbangkan jangkauan radius are layanan terkait dengan
kebutuhan dasar sarana yang harus dipenuhi untuk melayani pada area
tertentu.
Menurut skala pelayanan, penggolongan jenis sarana perdagangan
dan niaga adalah:
a. Toko/warung (skala pelayanan unit RT = 250 penduduk), yang
menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari;
26
b. Pertokoan (skala pelayanan 6000 penduduk), yang menjual barang-
barang kebutuhan sehari-hari yang lebih lengkap dan pelayanan kjasa
seperti wartel, fotocopy, dan sebagainya;
c. Pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit
kelurahan = 30.000 penduduk), yang menjual keperluan sehari-hari
termasuk sayur, daging, ikan, buah-buahan, beras, tepung, bahan-
bahan pakaian, pakaian, barang-barang kelontong, alat-alat
pendidikan, alat-alat rumah tangga, serta pelayanan jasa seperti
warnet, wartel dan sebagainya;
d. Pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kecamatan =
120.000 penduduk), yang selain menjual kenutuhan sehari hari,
pakaian, barang kelontingan, elektronik, juga yang selain menjual
kebutuhan sehari-hari, pakaian, barang kelontongan, elektronik, juga
untuk pelayanan jasa perbengkelan, reparasi, unit-unit produksi yang
tidak menimbulkan polusi, tempat hiburan serta kegiatan niaga seperti
kantor-kantor, bank, industri kecil dan lain-lain.
Kebutuhan ruang dan lahan untuk sara ini akan berkaitan juga dengan
daya dukung lingkungan dan jalan yang ada di sekitar bangunan sarana
tersebut. Besaran kebutuhan ruang dan lahan menurut penggolongan
jenis sarana perdagangan dan niaga adalah:
a. Warung/toko
Luas lantai yang dibutuhkan ± 50 m2 termasuk gudang kecil.
Apabila merupakan bangunan tersendiri (tidak bersatu dengan rumah
tinggal), luas tanah yang dibutuhkan adalah 100 m2.
b. Pertokoan (skala pelayanan untuk 6000 penduduk)
Luas lantai yang dibutuhkan 1200 m2. Sedangkan luas tanah yang
dibutuhkan 3000 m2. Bangunan pertokoan ini harus dilengkapi
dengan:
1) Tempat parkir kendaraan umum yang dapat dipakai bersama
kegiatan lain pada pusat lingkungan;
2) Sarana-sarana yang erat kaitannya dengan kegiatan warga;
3) Pos keamanan
27
c. Pusat pertokoan dan atau pasar lingkungan (skala pelayanan unit
kelurahan = 30.000 penduduk)
Luas tanah yang dibutuhkn: 10.000 m2. Bangunan pusat
pertokoan/pasar lingkungan ini harus dilengkapi dengan:
1) Tempat parkir umum, sudah termasuk kebuhan luas tanah;
2) Terminal kecil atau pangkalan untuk pembertian kendraan;
3) Pos keamanan;
4) Sistem pemadam kebakaran;
5) Musholla/tempat ibadah.
d. Pusat perbelanjaan dan niaga (skala pelayanan unit kelurahan =
120.000)
Luas tanah yang dibutuhkan adalah 36.000 m2. Bangunan pusat
perbelanjaan harus dilengkapi:
1) Tempat parkir umum, sudah termasuk kebuhan luas tanah;
2) Terminal kecil atau pangkalan untuk pembertian kendraan;
3) Pos keamanan;
4) Sistem pemadam kebakaran;
5) Musholla/tempat ibadah.
Tabel 3. Jenis Sarana Perdagangan dan Niaga
Sumber : SNI No. 03 Tahun 2004 tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan
28
2. Perturan Presiden No. 112 tentang Penataan Dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan Dan Toko Modern
Berikut isi peraturan yang berkaitan dengan penelitian :
Berdasarkan ketentuan umum peraturan disebutkan bahwa:
a. Toko adalah bangunan gedung dengan fungsi usaha yang digunakan
untuk menjual barang dan terdiri dari hanya satu penjual;
b. Toko modern adalah toko dengan sistem pelayanan mandiri, menjual
jenis barang secara eceran yang berbentuk minimarket, supermarket,
department store, hypermarket ataupun grosir yang berbentuk
perkulakan;
c. Pengolah jaringan minimarket adalah pelaku usaha yang melakukan
kegiatan usaha di bidang minimarket melalui satu kesatuan
manajemen dan sistem pendistribusian barang ke outlet yang
merupakan jaringannya;
Berdasarkan Bagian Kedua tentang Penataan Pusat Perbelanjaan
dan Toko Modern (Pasal 3):
a. Lokasi pendirian Pusat Perbelanjaan dan Toko Modern wajib
mengacu pada Rencana Tata Ruang Wialyah Kabupaten/Kota, dan
rencana Detail Tata Ruang Kabupaten/Kota termasuk peraturan
zonasinya
b. Batasan luas lantai penjualan Toko Modern adalah sebagai berikut:
1) Minimarket, kurang dari 400 m2.
2) Supermarket, 400 m2 sampai dengan 5000 m2.
3) Hypermarket, diatas 5000 m2.
4) Departement Store, diatas 400 m2
5) Perkulakan, diatas 5000 m2.
c. Sistem penjualan dan jenis barang dagangan Toko Modern adalah
sebagai berikut:
1) Minimarket, supermarket dan hypermarket menjual secara eceran
barang konsumsi terutama produk makanan dan produk rumah
tangga lainnya;
29
2) Department store menjual secara eceran barang konsumsi
utamanya produk sandang dan perlengkapannya dengan
penataan barang berdasarkan jenis kelamin dan//atau tingkat usia
konsumen; dan
3) Perkulakan menjual secara grosir barang konsumsi.
Berdasarkan pasal 4 pada peraturan disebutkan bahwa pendirian
pusat perbelanjaan dan toko modern wajib:
a. Memperhitungkan kondisi sosial ekonomi masyarakat, keberadaan
pasar tradisional, usaha kecil dan usaha menengah yang ada di
wilayah yang bersangkutan;
b. Memperhatikan jarak antara hypermarket dengan pasar tradisional
yang telah ada sebelumnya;
c. Menyediakan areal parkir paling sedikit seluar kebutuhan parkir 1 unit
kendaraan roda empat untuk setiap 60 m2 luas lantai penjualan pusat
perbelanjaan dan/atau toko medern; dan
d. Menyediakan fasilitas yang menjamin pusat perbelanjaan dan toko
modern yang bersih, sehat, aman, tertib dan ruang publik yang
nyaman.
Berdasarkan pasal 5 ayat 4 disebutkan bahwa minimarket boleh
berlokasi pada setiap sistem jaringan jalan, termasuk sistem jaringan jalan
lingkungan pada kawasan pelayanan lingkungan (perumahan) di dalam
kota/pertokoan
30
G. Studi Penelitian Terdahulu
Tabel 4. Studi Penelitian Terdahulu
Peneliti/Judul/Tahun Tujuan Objek
Penelitian Variabel Penelitian (Input)
Analisis dan
Teknik Analisis Output
Adityo Setyawarman
Pola Sebaran dan
Faktor-faktor yang
Mempengaruhi
Pemilihan Lokai Retail
Modern (Studi Kasus
Kota Surakarta)
2009
1. Mengkaji Pola
Sebaran ritel di Kota
Surakarta,
Sebaran
Ritel
1. Jumlah & jarak antar ritel modern
2. Jumlah & jarak antar ritel modern
3. Kepadatan penduduk 4. Luas wilayah (km2)
Analisis Sebaran
Lokasi Retail
Modern
(Nearest Neighbour
Analysis)
Pola Sebaran
Pasar Tradisional
dan Ritel Modern
di Kota Surakarta
2. Mengetahui faktor-
faktor yang
Mempengaruhi
Keputusan
Pemilihan Lokasi
Ritel Modern di Kota
Surakarta.
Retailer 1. Demografi 2. Sosial Ekonomi Konsumen 3. Psikografis 4. Lokasi fisik 5. Harga tanah 6. Sewa tanah 7. Jarak dari pusat kota 8. Aksesibilitas 9. Persaingan 10. Perubahan permintaan 11. Perubahan organisasi 12. Prubahan teknologi 13. Kebijakan perencanaan
Analisis Faktor
Penentu Keputusan
Pemilihan Lokasi
Ritel modern di
Kota Surakarta
(SPSS: KMO and
Bartlett's Test)
Faktor Penentu
Keputusan
Pemilihan Lokasi
Ritel modern di
Kota Surakarta
31
H. Kerangka Pikir
Jumlah minimarket di
permukiman meningkat
1. Terdapat 2 minimarket yang berada
pada lokasi yang berdampingan;
2. Banyaknya minimarket yang
tersebar masih dalam radius 300 m.
Minimarket/toko kelontong dan kios
melayani dengan radius 300 m
SNI No. 03 Tahun 2004 Tentang
Tata Cara Perencanaan
Lingkungan Perumahan Di
Perkotaan
Analisis Korelasi
1. Antarvariabel dari pihak
masyarakat yaitu variabel
sosial-ekonomi, akses ke
lokasi minimarket, dan opini
masyarakat tentang fasilitas
dan pelayanan minimarket.
2. Antarvariabel dari pihak
minimarket yaitu yaitu variabel
kependudukan, pesaing
terdekat dan luas minimarket.
Analisis Deskriptif dan Overlay
1. Tipologi dan sebaran lokasi
minimaket
2. Sebaran penentuan lokasi
minimarket
1. Pengertian ritel
2. Kegiatan ritel
3. Minimarket
4. Teori lokasi
5. Strategi lokasi ritel
Peraturan Presiden No. 112
tentang Penataan Dan Pembinaan
Pasar Tradisional, Pusat
Perbelanjaan Dan Toko Modern
Ide Sebaran Lokasi Minimarket
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini jika dilihat dari jenis data yang digunakan
merupakan penelitian gabungan yaitu kuantitatif dan kualitatif. Data
kuantitatif adalah data yang berbentuk angka atau data kualitatif yang
diangkakan, sedangkan data kualitatitif adalah data yang berebentuk kata,
kalimat, skema dan gambar (DR. Sugiyono. Metode Penelitian
Administrasi. 1992)
B. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini memerlukan 2 jenis data yaitu data primer dan
data sekunder. Berikut teknik pengumpulan data untuk mendapatkan data
tersebut adalah sebagai berikut:
1. Data Primer
a. Obeservasi
Dirunut secara etimologis, kata observasi berasal dari bahasa Inggris
observation. Dalam kamus bahasa Inggris The Concise Oxford Dictionary
of Current English, terdapat lima makna mengenai kata tersebut. Salah
satu yang paling tepat dalam kaitannya dengan pengumpulan data
diartikan sebagai berikut: observation is accurate watching and noting of
phenomena as they occur in nature with regard to cause and effect of
mutual ralations. Hal yang perlu menjadi tekanan perhatian dalam hal ini
adalah ungkapan accurate watching of phenomena, noting of phenomena,
nature dan mutual relations.
Suatu observasi harus diikuti dengan pengdokumentasian mengenai
apa yang diteliti secara mendalam, akurat dan cermat. Dengan demikian
kegiatan observasi tidak dapat lepas dari kegiatan untuk membuat
dokumen mengenai gejala itu sendiri. Fungsi dokumen atau catatan, atau
rekaman atau keterangan atau informasi atau apapun namanya mengenai
apa yang diamati merupakan hal yang teramat penting dalam penelitian
33
karena dokumen yang diperoleh tersebut merupakan data sebagai dasar
analisis (Hadi Sabari, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, 2010).
Dalam penelitian ini objek visual yang diteliti adalah lokasi ritel
consumer goods seperti minimarket, toko kelontong/kios/warung di
Permukiman BTP dan Perumahan Taman Telkomas. Untuk memperoleh
data tersebut, penulis menggunakan peta lokasi survey (google earth) dan
observasi untuk persebaran lokasinya.
b. Wawancara
Wawancara adalah kegiatan pengumulan data yang dilakukan peneliti
dengan cara menanyakan secara langsung pada sumber informasi (Hadi
Sabari, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, 2010). Dalam hal ini,
sumber informasi adalah penduduk yang dapat memberikan keterangan
melalui media oral. Hal ini dapat dilakukan secara langsung dalam
pengertian bahwa pewawancara dan yang diwawancara bertatap muka
secara langsung, namun dapat dilakukan pula secara tidak langsung
melalui media telekomunikasi. Dalam melakukan kegiatan wawancara ada
dua hal penting yang perlu dipahami oleh pewawancara yaitu:
1) Persiapan wawancara,
2) Pelaksanaan pewawancara
Dalam penelitian ini memerlukan teknik wawancara untuk
memeperoleh tipologi ritel consumer goods yang terdapat di Permukiman
BTP dan Perumahan Taman Telkomas.
c. Angket
Angket tidak lain juga merupakan alat pengumpul yang berupa daftar
pertanyaan, namun diisi sendiri oleh responden(Hadi Sabari, Metodologi
Penelitian Wilayah Kontemporer, 2010). Cara pengisian daftar pertanyaan
dapat dilaksanakan melalui dua cara yaitu:
1) Dilakukan sendiri oleh responden tanpa kehadiran peneliti
2) Dilakukan sendiri oleh responden
Dalam penelitian ini memerlukan teknik angket untuk memeperoleh
variabel yang mempengaruhi masyarakat dan besaran korelasinya dalam
menentukan lokasi belanja mereka.
34
2. Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang telah tersedia berupa hasil kajian dari
penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Data sekunder yang
dibutuhkan antara lain:
a. Variabel yang mempengaruhi pemilhan lokasi minimarket (penelitian
sebelumnya)
b. Peraturan dan kebijakan Penataan Ruang yang terdapat di Kawasan
Permukiman Tamalanrea berkaitan tentang kegiatan ritel.
C. Lokasi dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian yaitu pada bulan Februari 2013 di Kota Makassar.
Adapun lokasi penelitian yang dipilih adalah Kawasan Permukiman
Tamalanrea yakni Permukiman BTP dan Perumahan Taman Telkomas.
Gambar 9. Citra Satelit untuk Permukiman BTP dan Perumahan Telkomas
Sumber: Google Earth
Batas lokasi penelitianini adalah sebagai berikut:
Utara : Kelurahan Kapasa dan Kecamatan Biringkanaya
Timur : Kecamatan Biringkanaya
Selatan : Kecamatan Biringkanaya
Barat : Kelurahan Tamalanrea Jaya
35
Lokasi ini dipilih karena Kawasan Permukiman Tamalanrea sebagai
pembangkit aktivitas kegiatan ritel di kawasan tersebut, yang dapat
memicu tumbuhnya ritel consumer goods di kawasan tersebut.
D. Responden Sampel Penelitian
Sampel merupakan kata benda yang mengandung pengertian objek-
objek/bagian dari populasi yang akan diteliti dan dimanfaatkan untuk
memperoleh gambaran mengenai karakter populasi (Hadi Sabari,
Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, 2010). Dalam penelitian ini,
yang menjadi responden penelitian adalah masyarakat yang tinggal dalam
Kawasan Permukiman Tamalanrea yaitu Bumi Tamalanrea Permai dan
Telkomas. Masyarakat tersebut dijadikan responden karena secara tidak
langsung memiliki potensi untuk berbelanja pada minimarket yang ada di
kawasan tersebut.
Dalam menentukan sampel responden penulis menggunakan nilai
responden berdasarkan
1. Usia yakni remaja, dewasa dan lansia.
2. Lokasi tempat tinggal berada pada radius pelayanan minimarket yakni
150 m, 300 m, >300 m.
E. Jumlah Responden
Berdasarkan rumus Slovin untuk menentukan ukuran sampel minimal
(n) jika diketahui ukuran populasi (N) pada taraf signifikansi α adalah:
n = 𝑵
𝟏+𝑵.𝜶𝟐
Dimana :
n = Jumlah sampel minimum
N = Populasi
α = eror sampling
Diketahui Jumlah Penduduk Kel. Tamalanrea usia 10 - 64 : 28.072
Dengan α = 5% = 0,05
Jadi jumlah sampel minimal yang dibutuhkan adalah sebagai berikut:
n = 28072
1+ 28072 . (0,1)2 = 28072
1+ 28072 . 0,01 =
28072
1+ (280,72)
36
n = 28072
281,72 = 99,64 n = 100
F. Teknik Sampling
Sampling mengacu pada suatu proses, yaitu suatu proses atau
prosedur untuk menentukan bagian dari populasi yang akan diteliti
tersebut (Hadi Sabari, Metodologi Penelitian Wilayah Kontemporer, 2010).
Dalam penelitian ini, teknik sampling yang digunakan adalah Stratified
Random Sampling karena masyarakat yang tinggal di Permukiman BTP
dan Telkomas memiliki kelompok masyarakat yang heterogen jika dilihat
dari usia dan lokasi tempat tinggal masyarakat terhadap radius pelayanan
minimarket.
G. Teknik Analisis Data
Adapun teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Analisis Deskriptif
Analisis deskriptif adalah analisis yang bertujuan untuk memberikan
gambaran (deskripsi) tentang suatu data, seperti rata-rata, jumlah varians,
nilai minimum dan maksimum, dan sebagainya.
2. Analisis Korelasi
Korelasi Parsial digunakan untuk menganalisis bila peneliti bermaksud
menegtahui pengaruh atau hubungan variabel independen dengan
dependen. (DR. Sugiono. Metode Penelitian Administrasi.1992).
3. Analisis Overlay
Analisis pemetaan adalah proses kegiatan untuk menghasilkan suatu
peta. Peta adalah sarana informasi (spasial) mengenai lingkungan.
Pemetaan digital adalah suatu proses pekerjaan pembuatan peta dalam
format digital yang dapat disimpan dan dicetak sesuai keinginan
pembuatnya baik dalam jumlah atau skala peta yang dihasilkan
(Hasanuddin Z. Abidin, 2007).
37
H. Kebutuhan Data
Berikut tabel kebutuhan data serta teknik analisis yang dibutuhkan dalam penelitian ini:
Tabel 5. Kebutuhan Data dan Teknik Analisis
No Tujuan Kebutuhan Data
Teknik
Pengumpulan
Data
Teknik
Analisis Output
1 Mengetahui tipologi dan
sebaran kegiatan ritel
consumer goods skala
perumahan di permukiman
BTP dan perumahan Taman
Telkomas saat ini
Jumlah dan jenis kegiatan ritel skala perumahan di KPT
Persebaran lokasi kegiatan ritel di KPT
Observasi lapangan
wawancara
Analisis deskriptif
Analisis overlay
Tipologi dan sebaran kegiatan ritel
consumer goods skala perumahan di permukiman BTP dan perumahan Taman Telkomas
2 Mengidentifikasi besaran
tingkat korelasi antarvariabel
dalam pemilihan sebaran
lokasi minimarket di
permukiman BTP dan
perumahan Taman Telkomas
Faktor & variabel terpilih yang mempengaruhi lokasi minimarket
Angket/kuesioner Observasi Wawancara
Analisis Korelasi
Besaran tingkat korelasi antarvariabel dalam pemilhan lokasi minimarket di permukiman BTP dan perumahan Taman Telkomas
3 Menyusun ide sebaran lokasi
ritel consumer goods yang
tepat di permukiman BTP dan
perumahan Taman Telkomas
Tipologi dan sebaran kegiatan ritel skala perumahan di KPT saat ini
Besaran tingkat korelasi antarvariabel dalam pemilhan lokasi minimarket di KPT
Analisis deskriptif
Analisis overlay
Ide sebaran lokasi minimarket yang tepat di permukiman BTP dan perumahan Taman Telkomas
38
I. Variabel Penelitian
Adapun faktor dan variabel dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 6. Faktor dan Variabel Penelitian untuk Masyarakat
Faktor Variabel (X) Skala
Pengukuran Instument Variabel (Y)
Sosial-Ekonomi Usia
Tingkat Pendidikan
Pendapatan per kapita
Ratio
Ratio
Ratio
Angket
Angket
Angket
Jumlah
Pengeluaran
per bulan
Berapa kali
datang belanja
di lokasi ritel
per bulan
Akses ke Lokasi
Minimarket
Jarak pembeli ke lokasi
minimarket
Radius Pelayanan
Minimarket
Ratio
Ratio
Observasi/Angket
Observasi/Angket
Opini Pembeli
terhadap Fasilitas
Kelengkapan barang
Harga Barang
Adanya Diskon
Keramahtamahan
Kemudahan Parkir
Lokasi Minimarket yang
berdampingan
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Ordinal
Angket
Angket
Angket
Angket
Angket
Angket
39
Tabel 7. Faktor dan Variabel Penelitian untuk Pihak Minimarket
Faktor Variabel (X) Skala
Pengukuran Instument Variabel (Y)
Kependudukan Jumlah Rumah (radius 300 m) Ratio Observasi
Jumlah
Pembeli per
hari
Pesaing Terdekat Jumlah minimarket di radius
pelayanan yang sama (300 m)
Jumlah ritel di radius pelayanan yang
sama (300 m)
Ratio
Ratio
Observasi
Observasi
Luas Luas lahan Ratio Observasi
40
J. Definisi Operasional
Adapun definisi operasional dalam penelitian ini dapat dilihat pada
tabel berikut :
1. Ritel consumer goods: menjual kebutuhan pokok dan sehari-hari pada
konsumen.
2. Pengukuran antarvariabel penentu sebaran lokasi minimarket diukur
dengan menggunakan frekuensi kedatangan masyarakat (masyarakat
sebagai objek) dan jumlah pengunjung (minimarket sebagai objek)
yang merupakan variabel terikat.
3. Fixed price: harga barang yang telah ditetapkan, tidak dapat ditawar
dan memiliki label harga pada barang tersebut.
4. Jarak pembeli ke lokasi ritel: jarak pembeli dari rumah ke lokasi ritel
modern yang biasa dikunjungi.
5. Cost transport: biaya transport yang dikeluarkan dari rumah ke lokasi
ritel modern yang biasa dikunjungi
6. Jumlah minimarket: jumlah minimarket yang terdapat dalam radius
300 m minimarket sampel.
7. Jumlah ritel: jumlah ritel baik itu tradisional dan modern yang terdapat
dalam radius 300 m minimarket sampel.
8. Luas lahan minimarket: luas bangunan dan halaman minimarket.
9. Keramahtamahan pelayanan: pelayanan yang membuat pembeli
nyaman dan dipedulikan tanpa harus membuat pembeli merasa
tertekan.
41
K. Kerangka Penelitian
Input Analisis Output
Adanya lebih dari 1 unit
minimarket yang
melayani kelompok
masyarakat yang sama.
Perlu adanya ide sebaran lokasi ritel
consumer goods di Permukiman BTP
dan Perumahan Telkomas, sehingga
tidak terjadi tumpah tindih dalam
radius pelayanannya.
Studi sebaran lokasi ritel
consumer goods di
Permukiman BTP dan
Perumahan Telkomas.
Tinjauan Pustaka:
1. Pengertian ritel
2. Kegiatan ritel
3. Minimarket
4. Teori lokasi
5. Strategi lokasi ritel
6. NSPK dan Peraturan
tentang ritel.
1. Identifikasi tipologi dan sebaran
kegiatan ritel consumer goods
skala perumahan (kelas
toko/warung) di KPT saat ini?
2. Seberapa besar tingkat korelasi
antarvariabel dalam pemilihan
lokasi minimarket di KPT?
3. Bagaimana ide sebaran lokasi
ritel consumer goods yang tepat
di KPT?
Ide sebaran lokasi ritel
consumer goods yang
tepat di Permukiman
BTP dan Perumahan
Telkomas.
Metode Penelitian:
1. Jenis penelitian
2. Lokasi dan waktu
3. Jenis dan sumber
data
4. Teknik pengumpulan
data
5. Teknik analisis
6. Variabel penelitian
7. Definisi operasional
8. Kerangka penelitian
1. Jenis penelitian deskriptif
kuantitatif.
2. Jenis dada primer dan sekunder.
3. Pengumpulan data: observasi,
kuesioner, wawancara, studi
kepustakaan dan survei instansi.
1. Analisis yang
digunakan dalam
penelitian ini.
2. Penentuan variabel
dan definisi
operasional.
1. Jumlah dan jenis
kegiatan ritel consumer
goods skala perumahan
di KPT
2. Persebaran lokasi
kegiatan ritel consumer
goods di KPT
Analisis Tipologi dan sebaran
kegiatan ritel skala perumahan di
KPT
(Analisis deskriptif
Analisis overlay) 3. Variabel dari pihak
masyarakat dan
minimarket.
Tipologi dan sebaran
kegiatan ritel skala
perumahan di KPT
Besaran tingkat korelasi
antarvariabel dalam
pemilhan lokasi
minimarket di KPT
Analisis Besaran tingkat korelasi
antarvariabel dalam pemilhan
lokasi minimarket di KPT
(Analisis korelasi)
1. Tipologi dan sebaran kegiatan
ritel skala perumahan di KPT
2. Besaran tingkat korelasi
antarvariabel dalam pemilhan
lokasi minimarket di KPT
Ide sebaran lokasi ritel
consumer goods yang
tepat di KPT
42
BAB IV
HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Lahan dan Ruang Kota Makassar
Makassar sebagai kota metropolitan dan kota yang berkembang pesat
di kawasan Indonesia timur memiliki luas lahan yang secara keseluruhan
mencapai ± 17.577 Ha. Dari luas keseluruhan tersebut kawasan Makassar
diklasifikasikan dalam ruang-ruang yang beraneka fungsi dan secara
terpadu ruang pemanfaatan digunakan untuk pemukiman, perdagangan,
perindustrian, pertanian, pendidikan, pariwisata dan penggunaan lahan
lainnya. Berikut peta persebaran permukiman di Kota Makassar :
Gambar 10. Peta Kawasan Permukiman Kota Makassar
Sumber : Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Makassar 2010-2030
43
Gambar 11. Peta Deliniasi Penelitian
Sumber : Bing Map. 2013
44
2. Keadaan Penduduk
Penduduk Kota Makassar tahun 2011 berjumlah 1. 352. 136 jiwa yang
terdiri dari 667. 681 laki-laki dan 684. 455 perempuan. Laju pertumbuhan
penduduk dari tahun 2001-2011 sebesar 1,56%.
Tabel 8. Jumlah Penduduk Kota Makassar
No Kecamatan Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Mariso 28.101 28.307 56.408
2 Mamajang 29.085 30.474 59.560
3 Tamalate 85.279 87.227 172.506
4 Rappocini 74.007 78.454 152.531
5 Makassar 40.616 41.862 82.478
6 Ujung Pandang 12.805 14.355 27.160
7 Wajo 14.415 15.223 29.639
8 Bontoala 26.684 28.030 54.714
9 Ujung Tanah 23.603 23.530 47.113
10 Tallo 67.888 67.686 135.574
11 Panakkukkang 70.663 72.006 142.729
12 Manggala 59.008 59.183 118.191
13 Biringkanaya 83.996 85.344 169.340
14 Tamalanrea 51.462 52.713 104.175
TOTAL 667.681 684.445 1.352.136
Sumber : BPS Kota Makassar, 2012
45
3. Minimarket Modern di Kota Makassar
Tahun 2009 menjadi awal perkembangan minimarket modern di Kota
Makassar. Dari tahun 2009 sampai awal Tahun 2013 terdapat 194
perusahaan minimarket yang mendaftarkan nama mereka pada Dinas
Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota Makassar.
Diataranya adalah PT. Sumber Alfaria Trijaya, Tbk., PT. Midi Utama
Indonesia, dan PT. Indomarco Prismatama.
Gambar 12. Diagram Jumlah Minimarket di Kota Makassar 2013
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota
Makassar 2013
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa jumlah minimarket
dari PT. Sumber Alfaria Trijaya dan PT. Indomarco Prismatama
mendominasi minimarket yang ada di Kota Makassar masing-masing
dengan jumlah 78 dan 79, sedangkan PT. Midi Utama Indonesia
berjumlah 36. PT. Sumber Alfaria Trijaya mengusung minimarket dengan
branded Alfamart dan Alfa Ekspress, PT. Indomarco Prismatama
mengusung minimarket dengan branded Indomaret, sedangkan PT. Midi
Utama Indonesia mengusung minimarket dengan branded Alfa Midi.
0
10
20
30
40
50
60
70
80
90
PT. SumberAlfaria Trijaya
PT. Midi UtamaIndonesia
PT. IndomarcoPrismatama
Jumlah Minimarket di Kota Makassar 2013
JumlahMinimarket
46
Gambar 13. Diagram Jumlah Minimarket berdasrkan Kecamatan
Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Penanaman Modal Kota
Makassar 2013.
Berdasarkan diagram di atas dapat dilihat bahwa jumlah minimarket
dari PT. Sumber Alfaria Trijaya tersebar di seluruh kecamatan di Kota
Makassar, Kecamatan Tamalate dan Biringkanaya merupakan kecamatan
yang paling banyak dengan masing-masing 10 buah, dan paling sedikit
tersebar di Kecamatan Ujung Tanah yaitu 1 buah. Minimarket dari PT.
Midi Utama Indonesia paling banyak tersebar di Kecamatan Panakkukang
yaitu 8 buah dan paling sedikit di Kecamatan Tallo yaitu 1 buah,
sedangkan di Kecamatan Wajo, Bontoala dan Ujung Tanah tidak terdapat
minimarket dari PT. Midi Utama Indonesia. Minimarket dari PT. Indomarco
Prismatama paling banyak tersebar di Kecamatan Tamalate yaitu 12
buah, paling sedikit tersebar di Kecamatan Mariso dan Ujung Tanah yaitu
1 buah, sedangkan di Kecamatan Mamajang tidak terdapat minimarket
dari PT. Indomarco Prismatama.
0
2
4
6
8
10
12
14
Jum
lah
Pe
ngu
nju
ng
Kecamatan
Jumlah Minimarket Berdasarkan Kecamatan
PT. Sumber Alfaria Trijaya PT. Midi Utama Indonesia PT. Indomarco Prismatama
47
B. Hasil Survey
1. Observasi Umum
a. Sebaran Lokasi Minimarket Modern
Berdasarkan observasi lapangan yang peneliti lakukan terdapat 15
minimarket modern yang berada pada lokasi penelitian. 3 minimarket
terletak pada Perumahan Taman Telkomas dan 12 lainnya berada pada
Permukiman Bumi Tamalanrea Permai.
48
Gambar 14. Peta Persebaran Lokasi Minimarket Modern
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
49
Berikut hasil observasi awal dari 15 minimarket yang tersebar pada lokasi penelitian :
Tabel 9. Minimarket Modern
Kode Gambar Foto Keterangan
A & B
Minimarket Indomaret dan Alfamart yang bersebelahaan
Kode A. Alfamart BTP
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : 24 Jam
Berada di pinggir jalan kolektor dan dilalui angkutan
umum (pete-pete)
Tidak terletak di tengah perumahan
50
Kode Gambar Foto Keterangan
Kode B. Indomaret
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : 24 Jam
Berada di pinggir jalan kolektor dan dilalui angkutan
umum (pete-pete)
Tidak terletak di tengah perumahan
C
Indomaret
Kepemilikikan : Perusahaan
Buka : Pukul 07.00-22.00
Berada di pinggir jalan kolektor dan dilalui angkutan
umum (pete-pete)
Tidak terletak di tengah perumahan Berada di tengah pertokoan
D
Alfamidi BTP Blok L
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : 24 Jam
Berada di pinggir jalan kolektor dan dilalui angkutan
umum (pete-pete)
Tidak terletak di tengah perumahan Berada sudut pertokoan/jalan
51
Kode Gambar Foto Keterangan
E
Alfamart BTP 2
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : 24 Jam
Berada di pinggir jalan kolektor dan dilalui angkutan
umum (pete-pete)
Tidak terletak di tengah perumahan Berada di tengah pertokoan
F
Indomaret
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : Pukul 07.00-22.00
Berada di pinggir jalan kolektor dan dilalui angkutan
umum (pete-pete)
Tidak terletak di tengah perumahan Berada di tengah pertokoan
G NEW
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : Pukul 07.00-22.00
Berada di pinggir jalan kolektor dan dilalui angkutan
umum (pete-pete)
Tidak terletak di tengah perumahan Berada di sudut jalan/pertokoan
52
Kode Gambar Foto Keterangan
H
Alfamidi
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : 24 Jam
Berada di pinggir jalan kolektor dan dilalui angkutan
umum (pete-pete)
Tidak terletak di tengah perumahan Berada di tengah pertokoan
I
Alfamart : Mitra Usaha CV. Adinda Mart
Kepemilikan : Waralaba
Buka : 07.00-22.00
Berada di pinggir jalan kolektor dan dilalui angkutan
umum (pete-pete)
Tidak terletak di tengah perumahan Berada di tengah pertokoan
J
Indomaret Blok H
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : Pukul 07.00-22.00
Berada di pinggir jalan lokal 1 dan dilalui angkutan
umum (pete-pete)
Terletak di tengah perumahan Berada di sudut jalan/perumahan
K
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : Pukul 07.00-22.00
Berada di pinggir jalan kolektor dan dilalui angkutan
53
Kode Gambar Foto Keterangan
Indomaret
umum (pete-pete)
Tidak terletak di tengah perumahan Berada di sudut jalan/pertokoan
L
Alfa Express
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : Pukul 07.00-24.00
Berada di pinggir jalan kolektor
Tidak terletak di tengah perumahan Berada di tengah pertokoan
M
Indomaret
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : Pukul 07.00-22.00
Berada di pinggir jalan lokal 2
Terletak di tengah perumahan Berada di sudut jalan/perumahan
N
Kepemilikan : Perusahaan
Buka : Pukul 07.00-22.00
Berada di pinggir jalan lokal 2
Terletak di tengah perumahan
54
Kode Gambar Foto Keterangan
Indomaret Telkomas
Berada di sudut jalan/perumahan
O
Dallah 88 Mart
Kepemilikan : Pengusaha lokal
Buka : Pukul 07.00-22.00
Berada di pinggir jalan lokal 1
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
55
KERTAS A3
56
Berdasarkan tabel di atas dan observasi langsung, maka 15
minimarket yang terdapat di lokasi penelitian dapat kita kelompokan.
Berikut pengelompokan dari minimarket :
Tabel 10. Pengelompokan Minimarket di Lokasi Penelitian
KELOMPOK KETERANGAN KODE
MINIMARKET
1 Minimarket yang berdampingan A dan B
(24 jam)
2 Minimarket yang ukuran luas
lantai usahanya lebih luas
D dan H
(24 jam)
3
Minimarket yang berada di
tengah perumahan dan dilalui
oleh angkutan umum
C, E, F, G, I, J, K,
dan M
4
Minimarket yang berada di jalan
kolektor tetapi tidak dilalui oleh
angkutan umum
L
5 Minimarket yang berada di
tengah perumahan N
6 Minimarket yang dikelolah oleh
pribadi (bukan jaringan) O
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
57
b. Sebaran Lokasi Minimarket Modern dan Radius Pelayanan
Gambar 16. Peta Persebaran Radius Pelayanan Minimarket
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
58
c. Sebaran Lokasi Ritel Modern dan Tradisional
Gambar 17. Persebaran Lokasi Ritel Modern dan Tradisional
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
59
Berikut hasil observasi awal dari ritel tradisional yang terdapat pada
lokasi penelitian :
1) Kios
Kios menjadi salah satu sarana perdagangan di lokasi penelitian. Kios
yang terdapat pada lokasi penelitian sebagian besar menyatu dengan
rumah warga sebagai tempat tinggal.
Gambar 18. Kios yang terdapat di Perumahan Taman Telkomas
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
2) Warung
Warung yang dijumpai pada lokasi penenlitian berada di dekat
kolektor atau jalan yang dilalui oleh angkutan umum (pete-pete BTP),
umumnya warung menjual barang yang hampir sama dengan kios namun
menyediakan pula jasa pembuatan kopi atau makanan cepat saji.
Gambar 19. Warung yang terdapat di Permukiman BTP
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
3) Toko Kelontong
Toko kelontong yang berada di lokasi penelitian umumnya berada di
pinggir jalan kolektor dan tersebar di sepanjang jalan tersebut. Toko
kelontong pada lokasi ini menjadi tempat tinggal pula bagi pemilik toko.
60
Gambar 20. Toko Kelontong yang terdapat di Permukiman BTP
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
2. Hasil Survey Jumlah Minimarket Modern
a. Sampel 1
Gambar 21. Peta Lokasi Sampel 1 : Minimarket Alfamart BTP
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari pengamatan lokasi penelitian dengan
mengunakan google earth dan arcgis dapat diketahui :
1) Jumlah rumah pada radius lokasi sampel 1 sebanyak 250 rumah,
2) Jumlah minimarket modern lain sebnyak 1 buah,
3) Jumlah ritel consummer goods tradisional 9 buah,
4) Luas lantai usaha 283 m2,
61
Gambar 22. Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Alfamart BTP
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa jam puncak
kedatangan pengunjung minimarket baik itu hari libur dan hari kerja
adalah pukul 19.00-20.00. Jika dibandingkan jumlah pengunjung pada jam
puncak tersebut, hari kerja menjadi hari dengan jumlah pengunjung
terbanyak pada jam puncak, untuk jumlah pengunjung terbanyak dalam 1
hari terdapat pada hari libur.
6
2623
26
1518 18
24
17
22
9 10
46
38
22
28
15
911
6
02
58
1315
25
33
23
1417
14
21
2832
3741
31
26 25 25
18
4 5 62 2
9
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
50
07
.00
-08
.00
08
.00
-09
.00
09
.00
-10
.00
10
.00
-11
.00
11
.00
-12
.00
12
.00
-13
.00
13
.00
-14
.00
14
.00
-15
.00
15
.00
-16
.00
16
.00
-17
.00
17
.00
-18
.00
18
.00
-19
.00
19
.00
-20
.00
20
.00
-21
.00
21
.00
-22
.00
22
.00
-23
.00
23
.00
-24
.00
24
.00
-01
.00
01
.00
-02
.00
02
.00
-03
.00
03
.00
-04
.00
04
.00
-05
.00
05
.00
-06
.00
06
.00
-07
.00
Jum
lah
Pe
ngu
nju
ng
Waktu
Jumlah Pengunjung Minimarket Alfamart BTP (A)
Hari Kerja
Hari Libur
62
b. Sampel 2
Gambar 23. Peta Lokasi Sampel 2 : Minimarket Indomaret BTP
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari pengamatan lokasi penelitian dengan
mengunakan google earth dan arcgis dapat diketahui :
1) Jumlah rumah pada radius lokasi sampel 2 sebanyak 255 rumah,
2) Jumlah minimarket modern lain sebnyak 1 buah,
3) Jumlah ritel consummer goods tradisional 11 buah,
4) Luas lantai usaha 321 m2,
63
Gambar 24. Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Indomaret BTP
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa jam puncak
kedatangan pengunjung minimarket baik itu hari libur dan hari kerja
adalah pukul 19.00-21.00. Jika dibandingkan jumlah pengunjung pada jam
puncak tersebut, hari kerja menjadi hari dengan jumlah pengunjung
terbanyak pada jam puncak, untuk jumlah pengunjung terbanyak dalam 1
hari terdapat pada hari kerja.
15
41
3033
22
38
23
3135 34
21
31
56 58
47 45
31
20 18
12
1
7 7
131318
2226
1115
36
24 25
39 40
47
57
50
40
2521
13
19
94 5
2
17
0
10
20
30
40
50
60
70
07
.00
-08
.00
08
.00
-09
.00
09
.00
-10
.00
10
.00
-11
.00
11
.00
-12
.00
12
.00
-13
.00
13
.00
-14
.00
14
.00
-15
.00
15
.00
-16
.00
16
.00
-17
.00
17
.00
-18
.00
18
.00
-19
.00
19
.00
-20
.00
20
.00
-21
.00
21
.00
-22
.00
22
.00
-23
.00
23
.00
-24
.00
24
.00
-01
.00
01
.00
-02
.00
02
.00
-03
.00
03
.00
-04
.00
04
.00
-05
.00
05
.00
-06
.00
06
.00
-07
.00
Jum
lah
Pe
ngu
nju
ng
Waktu
Jumlah Pengunjung Minimarket Indomaret BTP (B)
Hari Kerja
Hari Libur
64
c. Sampel 3
Gambar 25. Peta Lokasi Sampel 3 : Minimarket Alfamidi BTP
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari pengamatan lokasi penelitian dengan
mengunakan google earth dan arcgis dapat diketahui :
1) Jumlah rumah pada radius lokasi sampel 3 sebanyak 948 rumah,
2) Jumlah minimarket modern lain sebnyak 3 buah,
3) Jumlah ritel consummer goods tradisional 27 buah,
4) Luas lantai usaha 384 m2,
65
Gambar 26. Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Alfamidi BTP
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa jam puncak
kedatangan pengunjung minimarket baik itu hari libur dan hari kerja
adalah pukul 19.00-21.00. Jika dibandingkan jumlah pengunjung pada jam
puncak tersebut, hari libur menjadi hari dengan jumlah pengunjung
terbanyak pada jam puncak, untuk jumlah pengunjung terbanyak dalam 1
hari terdapat pada hari libur.
20
3544 40 43 43
36
5449
74
34
75
99
7667
76
55
40
26 26
9 713
2920 17
40
6859
48
6168
34
78
46
68
81
112
88 87
76
45 46
16 14 12
27
43
0
20
40
60
80
100
120
07
.00
-08
.00
08
.00
-09
.00
09
.00
-10
.00
10
.00
-11
.00
11
.00
-12
.00
12
.00
-13
.00
13
.00
-14
.00
14
.00
-15
.00
15
.00
-16
.00
16
.00
-17
.00
17
.00
-18
.00
18
.00
-19
.00
19
.00
-20
.00
20
.00
-21
.00
21
.00
-22
.00
22
.00
-23
.00
23
.00
-24
.00
24
.00
-01
.00
01
.00
-02
.00
02
.00
-03
.00
03
.00
-04
.00
04
.00
-05
.00
05
.00
-06
.00
06
.00
-07
.00
Jum
lah
Pe
ngu
nju
ng
Waktu
Jumlah Pengunjung Minimarket Alfamidi BTP Blok L
Hari Kerja
Hari Libur
66
d. Sampel 4
Gambar 27. Peta Lokasi Sampel 4 : Minimarket Indomaret Blok H
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari pengamatan lokasi penelitian dengan
mengunakan google earth dan arcgis dapat diketahui :
1) Jumlah rumah pada radius lokasi sampel 4 sebanyak 1393 rumah,
2) Jumlah minimarket modern lain sebnyak 3 buah,
3) Jumlah ritel consummer goods tradisional 31 buah,
4) Luas lantai usaha 215 m2,
67
Gambar 28. Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Indomaret BTP
Blok H
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa jam puncak
kedatangan pengunjung minimarket baik itu hari libur dan hari kerja
adalah pukul 20.00-21.00. Jika dibandingkan jumlah pengunjung pada jam
puncak tersebut, hari libur menjadi hari dengan jumlah pengunjung
terbanyak pada jam puncak, untuk jumlah pengunjung terbanyak dalam 1
hari terdapat pada hari libur.
45
27
19
26 2730 28 28 27
35
18
42
5763
20
37 38
2125 27
2329 31
3440 42
54 52
66
56
0
10
20
30
40
50
60
70
07
.00
-08
.00
08
.00
-09
.00
09
.00
-10
.00
10
.00
-11
.00
11
.00
-12
.00
12
.00
-13
.00
13
.00
-14
.00
14
.00
-15
.00
15
.00
-16
.00
16
.00
-17
.00
17
.00
-18
.00
18
.00
-19
.00
19
.00
-20
.00
20
.00
-21
.00
21
.00
-22
.00
Jum
lah
Pe
ngu
nju
ng
Waktu
Jumlah Pengunjung Minimarket Indomaret BTP Blok H
Hari KerjaHari Libur
68
e. Sampel 5
Gambar 29. Peta Lokasi Sampel 5 : Minimarket Alfa Ekspress
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari pengamatan lokasi penelitian dengan
mengunakan google earth dan arcgis dapat diketahui :
1) Jumlah rumah pada radius lokasi sampel 5 sebanyak 405 rumah,
2) Jumlah minimarket modern lain sebnyak 0 buah,
3) Jumlah ritel consummer goods tradisional 23 buah,
4) Luas lantai usaha 152 m2,
69
Gambar 30. Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Alfa Ekspress
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa jam puncak
kedatangan pengunjung minimarket baik itu hari libur dan hari kerja
adalah pukul 20.00-21.00. Jika dibandingkan jumlah pengunjung pada jam
puncak tersebut, hari libur menjadi hari dengan jumlah pengunjung
terbanyak pada jam puncak, untuk jumlah pengunjung terbanyak dalam 1
hari terdapat pada hari libur.
510
18
46
20
1319
1013
19
8
36
18
34
2319
711 11
1723
14 1520
24 2421
26
17
35
56
27
20
13
0
10
20
30
40
50
60
07
.00
-08
.00
08
.00
-09
.00
09
.00
-10
.00
10
.00
-11
.00
11
.00
-12
.00
12
.00
-13
.00
13
.00
-14
.00
14
.00
-15
.00
15
.00
-16
.00
16
.00
-17
.00
17
.00
-18
.00
18
.00
-19
.00
19
.00
-20
.00
20
.00
-21
.00
21
.00
-22
.00
22
.00
-23
.00
23
.00
-24
.00
Jum
lah
Pe
ngu
nju
ng
Waktu
Jumlah Pengunjung Minimarket Alfa Ekspress
Hari Kerja
Hari Libur
70
f. Sampel 6
Gambar 31. Peta Lokasi Sampel 6 : Minimarket Indomaret Telkomas
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari pengamatan lokasi penelitian dengan
mengunakan google earth dan arcgis dapat diketahui :
1) Jumlah rumah pada radius lokasi sampel 5 sebanyak 693 rumah,
2) Jumlah minimarket modern lain sebnyak 0 buah,
3) Jumlah ritel consummer goods tradisional 14 buah,
4) Luas lantai usaha 82 m2,
71
Gambar 32. Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Indomaret Telkomas
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa jam puncak
kedatangan pengunjung minimarket baik itu hari libur dan hari kerja
adalah pukul 18.00-20.00. Jika dibandingkan jumlah pengunjung pada jam
puncak tersebut, hari libur menjadi hari dengan jumlah pengunjung
terbanyak pada jam puncak, untuk jumlah pengunjung terbanyak dalam 1
hari terdapat pada hari libur.
2027 24
18
30
1924 26
17
30
15
47
72
2923
3034
28
40
29
45
59
31
22
32
64
76
54
3239
0
10
20
30
40
50
60
70
80
07
.00
-08
.00
08
.00
-09
.00
09
.00
-10
.00
10
.00
-11
.00
11
.00
-12
.00
12
.00
-13
.00
13
.00
-14
.00
14
.00
-15
.00
15
.00
-16
.00
16
.00
-17
.00
17
.00
-18
.00
18
.00
-19
.00
19
.00
-20
.00
20
.00
-21
.00
21
.00
-22
.00
Jum
lah
Pe
ngu
nju
ng
Waktu
Jumlah Pengunjung Minimarket Indomaret Telkomas
Hari Kerja
Hari Libur
72
g. Sampel 7
Gambar 33. Peta Lokasi Sampel 7 : Minimarket Dallah 88 Mart
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari pengamatan lokasi penelitian dengan
mengunakan google earth dan arcgis dapat diketahui :
1) Jumlah rumah pada radius lokasi sampel 5 sebanyak 234 rumah,
2) Jumlah minimarket modern lain sebnyak 0 buah,
3) Jumlah ritel consummer goods tradisional 8 buah,
4) Luas lantai usaha 372 m2,
73
Gambar 34. Grafik Jumlah Pengunjung Minimarket Dallah 88 Mart
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari grafik di atas dapat kita lihat bahwa jam puncak
kedatangan pengunjung minimarket baik itu hari libur dan hari kerja
adalah pukul 19.00-21.00. Jika dibandingkan jumlah pengunjung pada jam
puncak tersebut, hari libur menjadi hari dengan jumlah pengunjung
terbanyak pada jam puncak, untuk jumlah pengunjung terbanyak dalam 1
hari terdapat pada hari libur.
7
24
1714
28
21
9
18
5
17 1719
24 23
3
8
1916
21
12
18
1310
1310
1715
30
39
10
0
5
10
15
20
25
30
35
40
45
07
.00
-08
.00
08
.00
-09
.00
09
.00
-10
.00
10
.00
-11
.00
11
.00
-12
.00
12
.00
-13
.00
13
.00
-14
.00
14
.00
-15
.00
15
.00
-16
.00
16
.00
-17
.00
17
.00
-18
.00
18
.00
-19
.00
19
.00
-20
.00
20
.00
-21
.00
21
.00
-22
.00
Jum
lah
Pe
ngu
nju
ng
Waktu
Jumlah Pengunjung Minimarket Dallah 88 Mart
Hari Kerja
Hari Libur
74
Gambar 35. Diagram Jumlah Pengunjung Minimarket
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil dari diagram di atas dapat kita lihat bahwa
minimarket dengan jumlah pengunjung terbanyak adalah minimarket
Alfamidi (Blok L). Hari libur menjadi hari dengan jumlah pengunjung
terbanyak.
404
669
1070
492
318421
246
466578
1254
575
374
615
251
0
200
400
600
800
1000
1200
1400
AlfamartBTP (24
Jam)
Indomaret(24 Jam)
Alfamiidi(24 Jam)
IndomaretBlok H
AlfaEkspress
IndomaretTelkomas
Dallah 88Mart
Jum
lah
Pe
ngu
nju
ng
Minimarket
Jumlah Pengunjung MinimarketHari KerjaHari Libur
75
C. Hasil Analisis
1. Analisis Tipologi Ritel Consumer Goods di Lokasi Penelitian
Berdasarkan hasil survey lapangan dan wawancara dapat diketahui
ada 3 kelompok ritel yang terdapat pada lokasi penelitian yaitu :
a. Minimarket Modern
b. Semi Minimarket (Minimarket Rumahan)
c. Kios
Tabel 11. Hasil Analisis Tipologi Ritel Consumer Goods
Karakteristik Minimarket
Modern
Semi
Minimarket Kios
Ketersediaan
Parkir
Tersedia parkir
khusus
konsumen
Tersedia parkir
khusus
konsumen
Tidak tersedia
parkir khusus
konsumen
Fungsi
bangunan
Sarana
perdagangan
Sarana
perdagangan
dan tempat
tinggal
Sarana
perdagangan
dan tempat
tinggal
Jenis
spesifikasi
barang yang
tersedia
Barang pokok,
implusif, dan
darurat
Barang pokok,
implusif, dan
darurat
Barang pokok,
implusif
Kepemilikan
bangunan sewa pribadi pribadi
Pengambilan
barang
belanjaan
Konsumen
melayani diri
sendiri
Konsumen
dilayani oleh
pelayan
Konsumen
dilayani oleh
pelayan
Pelayan toko
terdiri dari
Kasir, pelayan,
sopir
Kasir dan
pelayan kasir
Pembayaran
barang
belanjaan
Fixed price Fixed price Tidak Fixed
price
Sumber : Analisis Peneliti. 2013
Berikut peta persebaran lokasi ritel consumer goods berasarkan
karakteristiknya: :
76
Kertaz a3 Gambar 36. Peta Karakteristik Ritel Consumer Goods
Sumber : Analisis Peneliti. 2013
77
Gambar 37. Peta Analisis Karakteristik Ritel Consumer Goods
Sumber : Analisis Peneliti. 2013
Dilihat dari peta karakteristiknya, dapat diketahui bahwa lokasi
minimarket dan semi minimarket paling banyak terdapat di sekitar Jalan
Poros BTP. Hal ini dikarenakan jalan tersebut merupakan jalan utama di
permukiman tersebut, sehingga memiliki potensi sebagai lokasi yang
cocok untuk melakukan aktivitas perdagangan. Sedangkan untuk lokasi
kios lebih banyak berkembang di tengah permukiman penduduk.
78
2. Analisis Besaran Tingkat Korelasi Antarvariabel dalam Pemilihan Lokasi Minimarket
a. Variabel dari Pihak Masyarakat
1) Sosial-Ekonomi
Tabel 12. Hasil Analisis Korelasi Variabel Sosial-Ekonomi
Correlations
frekuensi jumlah_pengeluaran usia pendidikan pendapatan_per_kapita
frekuensi Pearson Correlation 1 .139 -.268** .033 .296**
Sig. (2-tailed) .168 .007 .744 .003
N 100 100 100 100 100
jumlah_pengeluaran Pearson Correlation .139 1 .172 .249* -.107
Sig. (2-tailed) .168 .087 .013 .291
N 100 100 100 100 100
usia Pearson Correlation -.268** .172 1 .042 -.157
Sig. (2-tailed) .007 .087 .676 .118
N 100 100 100 100 100
pendidikan Pearson Correlation .033 .249* .042 1 .137
Sig. (2-tailed) .744 .013 .676 .175
N 100 100 100 100 100
pendapatan_per_kapita Pearson Correlation .296** -.107 -.157 .137 1
Sig. (2-tailed) .003 .291 .118 .175
N 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber : Analisis Peneliti dengan mengunakan SPSS 16,0. 201
79
Berdasarkan hasil tabel analisis SPSS, dapat kita lihat hubungan
frekuensi kedatangan pengunjung (Y1), jumlah pengeluaran pengunjung
(Y2) terhadap usia (X1), tingkat pendidikan (X2), dan pendapatan per
kapita (X3) sebagai berikut :
a) Signifikansi dan Korelasi (Ada/Tidaknya Hubungan)
Dilihat dari baris Pearson Correlation dan Sig. (2-tailed) maka akan
diketahui hasil-hasil berikut:
i. Variabel usia pengunjung memiliki hubungan dengan frekuensi
karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,007 artinya < 0,05 dan memiliki
hubungan yg negatif (-) karena nilai Pearson Correlation-nya
terdapat tanda negatif (-), tetapi tidak memiliki hubungan dengan
jumlah pengeluaran pengunjung karena nilai Sig. (2-tailed)-nya
0,087 artinya > 0,05.
ii. Variabel tingkat pendidikan pengunjung tidak memiliki hubungan
dengan frekuensi karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,744 artinya >
0,05 tetapi memiliki hubungan dengan jumlah pengeluaran
pengunjung karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,013 artinya < 0,05 dan
memiliki hubungan yang postif (+) karena nilai Pearson Correlation-
nya tidak terdapat tanda negatif (-).
iii. Variabel pendapatan per kapita pengunjung memiliki hubungan
dengan frekuensi karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,003 artinya <
0,05 dan memiliki hubungan yang postif (+) karena nilai Pearson
Correlation-nya tidak terdapat tanda negatif (-), tetapi tidak memiliki
hubungan dengan jumlah pengeluaran pengunjung karena nilai Sig.
(2-tailed)-nya 0,291 artinya > 0,05
b) Kekuatan Korelasi
Dilihat dari baris Pearson Correlation maka akan diketahui hasil-hasil
berikut:
i. Variabel usia memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap
frekuensi kedatangan pengunjung, karena Pearson Correlation-nya
terdapat tanda 2 bintang (**).
80
ii. Variabel tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan
terhadap jumlah pengeluaran pengunjung, karena Pearson
Correlation-nya terdapat tanda 1 bintang (*).
iii. Variabel pendapatan per kapita memiliki hubungan yang sangat
signifikan terhadap frekuensi kedatangan pengunjung, karena
Pearson Correlation-nya terdapat tanda 2 bintang (**).
Berdasarkan hasil interpretasi statistik di atas dapat disimpulkan
bahwa variabel sosial-ekonomi yang memiliki hubungan dengan
penentuan lokasi belanja masyarakat adalah:
a) Variabel usia memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap
frekuensi kedatangan pengunjung. Dimana, variabel usia tidak
searah dengan frekuensi kedatangan pengunjung ke minimarket,
semakin muda usia pengunjung maka semakin besar frekuensi
kedatangannya ke minimarket.
Gambar 38. Diagram Rata-rata Frekuensi Pengunjung Berdasarkan Usia
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil diagram rata-rata frekuensi kedatangan
pengunjung juga menunjukkan hubungan usia dan frekuensi kedatangan,
dimana usia remaja memiliki frekuensi kedatangan yang lebih besar
dibanding dengan usia dewasa dan lansia.
Usia berkorelasi terhadap penentuan lokasi minimarket karena usia
mempengaruhi kemampuan fisik seseorang untuk menempu jarak
perjalanan menuju lokasi minimarket.
0
5
10
Remaja Dewasa Lansia
97
3
Fre
kue
nsi
Usia
Rata-rata Frekuensi Kedatangan Pengunjunjeng Berdasarkan Usia
Frekuensi
81
KERTAS A3
82
b) Variabel tingkat pendidikan memiliki hubungan yang signifikan
terhadap jumlah pengeluaran pengunjung. Dimana, variabel tingkat
pendidikan searah dengan frekuensi kedatangan pengunjung ke
minimarket, semakin tinggi tingkat pendidikan maka semakin
besar jumlah pengeluaran pengunjung di minimarket.
Gambar 40. Diagram Rata-rata Frekuensi Pengunjung Berdasarkan
Tingkat Pendidikan
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil diagram rata-rata jumlah pengeluaran masyarakat
dalam berbelanja di minimarket juga menunjukkan hubungan tingkat
pendidikan dan jumlah pengeluaran masyarakat, dimana tingkat
pendidikan sarjana memiliki jumlah pengeluaran yang lebih besar
dibanding dengan tingkat pendidikan SMA, SMP dan SD.
Tingkat pendidikan berkorelasi terhadap penentuan lokasi minimarket
karena variabel ini merupakan variabel yang akan menunjukan potensi
lokasi market minimarket. Penduduk dengan tingkat pendidikan yang
tinggi membuat minimarket (ritel consumer goods) yang terdapat di
wilayah tersebut tetap bertahan karena potensi market yang besar dan
sangat menguntungkan bagi pemilik ritel karena mendapatkan
keuntungan yang lebih besar dibanding wilayah dengan tingkat pendidikan
yang lebih rendah.
c) Variabel pendapatan per kapita memiliki hubungan yang sangat
signifikan terhadap frekuensi kedatangan pengunjung. Dimana,
0
200000
400000
600000
Sarjana SMA SMP SD
497000
273000225000
85000
Pe
nge
luar
an
Tingkat Pendidikan
Rata-rata Jumlah Pengeluaran Masyarakat Berdasarkan Tingkat Pendidikan
JumlahPengeluaran
83
variabel pendapatan per kapita searah dengan frekuensi kedatangan
pengunjung ke minimarket, semakin besar pendapatan per kapita
pengunjung maka semakin besar frekuensi kedatangannya ke
minimarket.
Gambar 41. Diagram Rata-rata Frekuensi Pengunjung Berdasarkan
Pendapatan Per kapita
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil diagram rata-rata frekuensi kedatangan
pengunjung juga menunjukkan hubungan pendapatan per kapita dan
frekuensi kedatangan, dimana pendapatan masyarakat yang ≥
Rp1.500.000 memiliki frekuensi kedatangan yang lebih besar
dibandingkan dengan pendapatan yang lebih rendah.
Pendapatan per kapita berkorelasi terhadap penentuan lokasi
minimarket karena variabel ini juga merupakan variabel yang akan
menunjukan potensi lokasi market minimarket (ritel consumer goods).
Penduduk dengan tingkat pendapatan per kapita yang tinggi membuat
minimarket (ritel consumer goods) yang terdapat di wilayah tersebut tetap
bertahan karena potensi market yang besar dan sangat menguntungkan
bagi pemilik ritel karena mendapatkan keuntungan yang lebih besar
dibanding wilayah dengan tingkat pendapatan per kapita yang lebih
rendah.
0
5
10
15
< 750000 750000 - <1500000
≥ 1500000
7 8
14
Fre
ue
nsi
Pendapatan per Kapita
Rata- rata Frekuensi Kedatangan Pengunjung Berdasarkan Pendapatan Per Kapita
FrekuensiKedatangan
84
2) Akses ke Lokasi Minimarket
Tabel 13 . Hasil Analisis Korelasi Variabel Akses ke Lokasi Minimarket
Correlations
Frekuensi Jumlah_Pen
geluaran Jarak_Perj
alanan Jarak_R
adius Waktu
Frekuensi Pearson Correlation 1 .139 -.308** -.240* -.043
Sig. (2-tailed) .168 .002 .016 .668
N 100 100 100 100 100
Jumlah_Pengeluaran
Pearson Correlation .139 1 .013 .021 -.066
Sig. (2-tailed) .168 .894 .838 .513
N 100 100 100 100 100
Jarak_Perjalanan Pearson Correlation -.308** .013 1 .923** .400**
Sig. (2-tailed) .002 .894 .000 .000
N 100 100 100 100 100
Jarak_Radius Pearson Correlation -.240* .021 .923** 1 .347**
Sig. (2-tailed) .016 .838 .000 .000
N 100 100 100 100 100
Waktu Pearson Correlation -.043 -.066 .400** .347** 1
Sig. (2-tailed) .668 .513 .000 .000
N 100 100 100 100 100
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Sumber: Analisis Peneliti dengan menggunakan SPSS 16,0. 2013
Berdasarkan hasil tabel analisis SPSS, dapat kita lihat hubungan
frekuensi kedatangan pengunjung (Y1), jumlah pengeluaran pengunjung
(Y2) terhadap jarak perjalanan (X1), jarak radius (X2), dan waktu tempuh
ke lokasi minimarket (X3) sebagai berikut :
a) Signifikansi dan Korelasi (Ada/Tidaknya Hubungan)
Dilihat dari baris Pearson Correlation dan Sig. (2-tailed) maka akan
diketahui hasil-hasil berikut:
i. Variabel jarak perjalanan memiliki hubungan dengan frekuensi
karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,002 artinya < 0,05 dan memiliki
hubungan yang negatif (-) karena nilai Pearson Correlation-nya
terdapat tanda negatif (-), tetapi tidak memiliki hubungan dengan
85
jumlah pengeluaran pengunjung karena nilai Sig. (2-tailed)-nya
0,894 artinya > 0,05.
ii. Variabel jarak radius memiliki hubungan dengan frekuensi karena
nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,002 artinya < 0,05 dan memiliki hubungan
yg negatif (-) karena nilai Pearson Correlation-nya terdapat tanda
negatif (-), tetapi tidak memiliki hubungan dengan jumlah
pengeluaran pengunjung karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,894
artinya > 0,05.
iii. Variabel waktu tidak memiliki hubungan dengan frekuensi karena
nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,668 artinya > 0,05 dan juga tidak memiliki
hubungan dengan frekuensi karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,513
artinya > 0,05.
b) Kekuatan Korelasi
Dilihat dari baris Pearson Correlation maka akan diketahui hasil-hasil
berikut:
i. Variabel jarak perjalanan memiliki hubungan yang sangat
signifikan terhadap frekuensi kedatangan pengunjung, karena
Pearson Correlation-nya terdapat tanda 2 bintang (**).
ii. Variabel jarak radius memiliki hubungan yang signifikan terhadap
jumlah frekuensi kedatangan pengunjung, karena Pearson
Correlation-nya terdapat tanda 1 bintang (*).
Berdasarkan hasil interpretasi statistik di atas dapat disimpulkan
bahwa variabel akses ke lokasi minimarket yang memiliki hubungan
dengan penentuan lokasi belanja masyarakat adalah:
a) Variabel jarak perjalanan memiliki hubungan yang sangat signifikan
terhadap frekuensi kedatangan pengunjung. Dimana, variabel jarak
perjalanan tidak searah dengan frekuensi kedatangan pengunjung ke
minimarket, semakin jauh jarak ke lokasi minimarket maka
semakin kecil frekuensi kedatangan pengunjung ke minimarket.
86
Gambar 42. Diagram Diagram Rata-rata Frekuensi Pengunjung
Berdasarkan Jarak Perjalanan
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil diagram rata-rata frekuensi kedatangan
pengunjung juga menunjukkan hubungan jarak ke lokasi minimarket dan
frekuensi kedatangan, dimana jarak ke lokasi minimarket yang ≤ 100 m
memiliki frekuensi kedatangan yang lebih besar dibandingkan dengan
jarak ke lokasi minimarket yang lebih jauh.
b) Variabel radius memiliki hubungan yang signifikan terhadap jumlah
frekuensi kedatangan pengunjung. Dimana, variabel jarak radius tidak
searah dengan frekuensi kedatangan pengunjung ke minimarket,
semakin jauh radius minimarket maka semakin kecil frekuensi
kedatangan pengunjung ke minimarket.
Gambar 43. Diagram Rata-rata Frekuensi Pengunjung Berdasarkan
Radius Pelayanan
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
0
5
10
15
≤ 100 101 - ≤ 300 ≥ 401
12
8
4Fr
eku
en
si
Jarak (m)
Rata-Rata Frekuensi Kedatangan Pengunjung Berdasarkan Jarak Perjalanan
FrekuensiKedatangan
0
5
10
< 150 m 150 m - ≤ 300 m
> 300 m
9
7
3
Fre
kue
nsi
Radius (m)
Rata-rata Frekuensi Kedatangan Pengunjung Radius Pelayanan
FrekuensiKedatangan
87
Berdasarkan hasil diagram rata-rata frekuensi kedatangan
pengunjung juga menunjukkan hubungan radius minimarket dan frekuensi
kedatangan, dimana radius minimarket yang < 150 m memiliki frekuensi
kedatangan yang lebih besar dibandingkan dengan radius minimarket
yang lebih jauh.
Jarak perjalanan dan radius minimarket menjadi variabel penentu
lokasi minimarket karena masyarakat akan memilih lokasi minimarket
yang lebih dekat untuk memenuhi kebutuhannya agar mereka dapat
menghemat waktu dan tenaga serta biaya perjalanan menuju lokasi
minimarket.
88
3) Opini Masyarakat tentang Pelayanan dan Fasilitas Minimarket
Tabel 14. Hasil Analisis Korelasi Variabel Opini Masyarakat tentang Pelayanan dan Fasilitas Minimarket
Sumber: Analisis Peneliti dengan mengunakan SPSS 16,0. 2013
Correlations
FREKUENZI JUMLAH_PENG
ELUARAN KELENGKAPAN_BA
RANG HARGA ADANYA_DI
SKON KERMAHTAMAHA
N KETERSEDIAAN_PA
RKIR LOKASI_MINIMARKET_BE
RDEKTAN
Spearman's rho
FREKUENZI Correlation Coefficient 1.000 .212* .198* .076 .143 .024 .014 .311**
Sig. (2-tailed) . .034 .049 .453 .155 .816 .888 .002
N 100 100 100 100 100 100 100 100
JUMLAH_PENGELUARAN
Correlation Coefficient .212* 1.000 .042 -.094 .032 .321** .059 .190
Sig. (2-tailed) .034 . .677 .353 .752 .001 .557 .058
N 100 100 100 100 100 100 100 100
KELENGKAPAN_BARANG
Correlation Coefficient .198* .042 1.000 .326** .202* .069 .187 .158
Sig. (2-tailed) .049 .677 . .001 .044 .497 .063 .117
N 100 100 100 100 100 100 100 100
HARGA Correlation Coefficient .076 -.094 .326** 1.000 .238* -.005 .035 .393**
Sig. (2-tailed) .453 .353 .001 . .017 .959 .731 .000
N 100 100 100 100 100 100 100 100
ADANYA_DISKON Correlation Coefficient .143 .032 .202* .238* 1.000 .136 -.017 .164
Sig. (2-tailed) .155 .752 .044 .017 . .179 .863 .104
N 100 100 100 100 100 100 100 100
KERMAHTAMAHAN Correlation Coefficient .024 .321** .069 -.005 .136 1.000 .154 .242*
Sig. (2-tailed) .816 .001 .497 .959 .179 . .127 .015
N 100 100 100 100 100 100 100 100
KETERSEDIAAN_PARKIR
Correlation Coefficient .014 .059 .187 .035 -.017 .154 1.000 .102
Sig. (2-tailed) .888 .557 .063 .731 .863 .127 . .311
N 100 100 100 100 100 100 100 100
LOKASI_RITEL_BERDEKTAN
Correlation Coefficient .311** .190 .158 .393** .164 .242* .102 1.000
Sig. (2-tailed) .002 .058 .117 .000 .104 .015 .311 .
N 100 100 100 100 100 100 100 100
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
89
Berdasarkan hasil tabel analisis SPSS, dapat kita lihat hubungan
frekuensi kedatangan pengunjung (Y1), jumlah pengeluaran pengunjung
(Y2) terhadap opini masyarakat tentang kelengkapan barang (X1), harga
barang (X2), adanya diskon (X3), keramahtamahan pelayanan (X4),
ketersediaan parkir (X5), dan lokasi minimarket yang berdekatan (X6)
sebagai berikut :
a) Signifikansi dan Korelasi (Ada/Tidaknya Hubungan)
Dilihat dari baris Pearson Correlation dan Sig. (2-tailed) maka akan
diketahui hasil-hasil berikut:
i. Variabel kelengkapan barang memiliki hubungan dengan frekuensi
karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,049 artinya < 0,05 dan memiliki
hubungan yang postif (+) karena nilai Pearson Correlation-nya tidak
terdapat tanda negatif (-), tetapi tidak memiliki hubungan dengan
jumlah pengeluaran pengunjung karena nilai Sig. (2-tailed)-nya
0,677 artinya > 0,05.
ii. Variabel harga barang tidak memiliki hubungan dengan frekuensi
karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,453 artinya > 0,05 dan juga tidak
memiliki hubungan dengan jumlah pengeluaran pengunjung karena
nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,353 artinya > 0,05.
iii. Variabel adanya diskon tidak memiliki hubungan dengan frekuensi
karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,155 artinya > 0,05 dan juga tidak
memiliki hubungan dengan jumlah pengeluaran pengunjung karena
nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,752 artinya > 0,05.
iv. Variabel keramahtamahan pelayanan tidak memiliki hubungan
dengan frekuensi karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,816 artinya >
0,05 tetapi memiliki hubungan dengan jumlah pengeluaran
pengunjung karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,001 artinya < 0,05 dan
memiliki hubungan yang postif (+) karena nilai Pearson Correlation-
nya tidak terdapat tanda negatif (-)
v. Variabel ketersediaan parkir tidak memiliki hubungan dengan
frekuensi karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,888 artinya > 0,05 dan
90
juga tidak memiliki hubungan dengan jumlah pengeluaran
pengunjung karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,557 artinya > 0,05.
vi. Variabel lokasi minimarket yang berdekatan memiliki hubungan
dengan frekuensi karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,002 artinya <
0,05 dan memiliki hubungan yang postif (+) karena nilai Pearson
Correlation-nya tidak terdapat tanda negatif (-), tetapi tidak memiliki
hubungan dengan jumlah pengeluaran pengunjung karena nilai Sig.
(2-tailed)-nya 0,058 artinya > 0,05.
b) Kekuatan Korelasi
Dilihat dari baris Pearson Correlation maka akan diketahui hasil-hasil
berikut:
i. Variabel kelengkapan barang memiliki hubungan yang signifikan
terhadap frekuensi kedatangan pengunjung. karena Pearson
Correlation-nya terdapat tanda 1 bintang (*).
ii. Variabel keramahtamahan pelayanan memiliki hubungan yang
sangat signifikan terhadap jumlah pengeluaran pengunjung,
karena Pearson Correlation-nya terdapat tanda 2 bintang (**).
iii. Variabel lokasi minimarket yang berdekatan memiliki hubungan
yang sangat signifikan terhadap frekuensi kedatangan
pengunjung, karena Pearson Correlation-nya terdapat tanda 2
bintang (**).
Berdasarkan hasil interpretasi statistik di atas dapat disimpulkan
bahwa variabel opini masyarakat tentang pelayanan dan fasilitas
minimarket yang memiliki hubungan dengan penentuan lokasi belanja
masyarakat adalah:
a. Variabel kelengkapan barang memiliki hubungan yang signifikan
terhadap frekuensi kedatangan pengunjung. Dimana, variabel
kelengkapan barang searah dengan frekuensi kedatangan
pengunjung ke minimarket, semakin lengkap barang yang dimiliki
minimarket maka semakin besar frekuensi kedatangan
pengunjung ke minimarket.
91
Gambar 44. Diagram Persentase Pengaruh Kelengkapan Barang
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 100 responden di lokasi
penelitian, terdapat 68% pembeli yang memilih kelengkapan barang di
minimarket memiliki pengaruh yang kuat dalam menentukan lokasi
belanja. 23% pembeli memilih kurang kuat dan 9% memilih sangat
sangat kuat.
b. Variabel keramahtamahan pelayanan memiliki hubungan yang sangat
signifikan terhadap jumlah pengeluaran pengunjung. Dimana,
variabel keramahtamahan pelayanan searah dengan frekuensi
kedatangan pengunjung ke minimarket, semakin ramah pelayanan
minimarket maka semakin besar jumlah pengeluaran pengunjung
di minimarket.
Gambar 45. Diagram Persentase Pengaruh Keramahtamahan Pelayanan
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
9%
68%
23%
0%
Persentase Pengaruh Kelengkapan Barang Minimarket Terhadap Pemilihan
Lokasi Belanja
Sangat Kuat
Kuat
Kurang Kuat
Tidak Kuat
50%40%
8%2%
Persentase Pengaruh Keramahtamahan Pelayanan Minimarket Terhadap Pemilihan
Lokasi Belanja
Sangat Kuat
Kuat
Kurang Kuat
Tidak Kuat
92
Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 100 responden di lokasi
penelitian, terdapat 50% pembeli yang memilih harga barang di
minimarket memiliki pengaruh yang sangat kuat dalam menentukan
lokasi belanja. 40% pembeli memilih kuat, 8% memilih kurang kuat dan
2% memilih tidak kuat.
c. Variabel lokasi minimarket yang berdekatan memiliki hubungan yang
sangat signifikan terhadap frekuensi kedatangan pengunjung.
Dimana, variabel lokasi minimarket yang berdekatan searah dengan
frekuensi kedatangan pengunjung ke minimarket, semakin
berdekatannya lokasi minimarket maka semakin besar frekuensi
kedatangannya ke minimarket.
Gambar 46. Diagram Persentase Pengaruh Lokasi Minimarket Berdekatan
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil kuesioner terhadap 100 responden di lokasi
penelitian, 63% pembeli memilih adanya lebih dari 1 minimarket yang
berdekatan pada 1 lokasi memiliki pengaruh yang kuat dalam
menentukan lokasi belanja mereka. 24% pembeli memilih kurang kuat,
11% memilih sangat kuat dan 2% memilih tidak kuat.
Kelengkapan barang dan keramahtamahan pelayanan menjadi
variabel penentu lokasi minimarket karena masyarakat akan memilih
lokasi yang menjual barang yang mereka butuhkan serta minimarket yang
memiliki pelayanan yang baik.
11%
63%
24%
2%
Persentase Pengaruh Lebih dari 1 Minimarket yang
BerdekatanTerhadap Pemilihan Lokasi Belanja
Sangat Kuat
Kuat
Kurang Kuat
Tidak Kuat
93
Masyarakat lebih suka pada lokasi minimarket yang berdampingan
dengan minimarket lain karena ketika barang yang mereka butuhkan tidak
terdapat pada minimarket yang satu, mereka dapat pindah ke minimarket
yang lain dengan cepat dan menghemat biaya. Jadi minimarket yang
berdekatan tersebut dianggap sebagai satu kesatuan yang saling
melengkapi.
94
b. Variabel dari Pihak Minimarket
Tabel 15. Hasil Analisis Korelasi Variabel dari Pihak Minimarket
Correlations
Jumlah_Pengunjung
Jumlah_Rumah
Jumlah_Minimarket
Jumlah_Ritel
Luas_Lantai_usaha
Spearman's rho
Jumlah_Pengunjung
Correlation Coefficient 1.000 .643 .775* .571 .286
Sig. (2-tailed) . .119 .041 .180 .535
N 7 7 7 7 7
Jumlah_Rumah Correlation Coefficient .643 1.000 .567 .964** -.250
Sig. (2-tailed) .119 . .184 .000 .589
N 7 7 7 7 7
Jumlah_Minimarket
Correlation Coefficient .775* .567 1.000 .567 .435
Sig. (2-tailed) .041 .184 . .184 .330
N 7 7 7 7 7
Jumlah_Ritel Correlation Coefficient .571 .964** .567 1.000 -.214
Sig. (2-tailed) .180 .000 .184 . .645
N 7 7 7 7 7
Luas_Lantai_usaha
Correlation Coefficient .286 -.250 .435 -.214 1.000
Sig. (2-tailed) .535 .589 .330 .645 .
N 7 7 7 7 7
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Sumber: Analisis Peneliti dengan menggunakan SPSS 16,0. 2013
Berdasarkan hasil tabel analisis SPSS, dapat kita lihat hubungan
jumlah pengunjung minimarket (Y1), jumlah rumah (X1), jumlah
minimarket modern (X2), jumlah ritel consumer goods (X3) dan luas lantai
usaha (X4) sebagai berikut :
1) Signifikansi dan Korelasi (Ada/Tidaknya Hubungan)
Dilihat dari baris Pearson Correlation dan Sig. (2-tailed) maka akan
diketahui hasil-hasil berikut:
i. Variabel jumlah rumah tidak memiliki hubungan dengan jumlah
pengunjung karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,119 artinya > 0,05.
ii. Variabel jumlah minimarket modern memiliki hubungan dengan
jumlah pengunjung karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,041 artinya <
0,05 dan memiliki hubungan yang positif (-) karena nilai Pearson
Correlation-nya tidak terdapat tanda negatif (-).
iii. Variabel jumlah ritel consumer goods tidak memiliki hubungan
dengan jumlah pengunjung karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,180
artinya > 0,05.
95
iv. Variabel luas lantai usaha tidak memiliki hubungan dengan jumlah
pengunjung karena nilai Sig. (2-tailed)-nya 0,535 artinya > 0,05.
2) Kekuatan Korelasi
Dilihat dari baris Pearson Correlation maka variabel jumlah minimarket
memiliki hubungan yang sangat signifikan terhadap frekuensi
kedatangan pengunjung, karena Pearson Correlation-nya terdapat tanda 2
bintang (**).
Berdasarkan hasil interpretasi statistik di atas dapat disimpulkan
bahwa variabel dari pihak minimarket yang memiliki hubungan dengan
penentuan lokasi belanja adalah variabel jumlah minimarket modern.
Dimana, variabel jumlah minimarket modern searah dengan jumlah
pengunjung minimarket, semakin banyak minimarket modern maka
maka semakin banyak jumlah pengunjung minimarket.
Jumlah minimarket modern pada suatu lokasi menentukan lokasi
minimarket yang baru karena minimarket yang lama dianggap telah
memiliki citra pada lokasi tersebut, sehingga minimarket yang lain tidak
perlu repot dalam hal promosi atau pengenalan minimarket kepada
masyarakat.
96
3. Analisis Ide Sebaran Ritel Consumer Goods
Berdasarkan kondisi eksisting, NSPK, analisis karakteristik ritel dan
besaran tingkat korelasi antarvariabel yang menentukan lokasi ritel maka
dapat ditentukan kriteria lokasi minimarket modern yang dibutuhkan
masyarakat di lokasi penelitian sebagai berikut :
a. Lokasi minimarket modern sebaiknya berada di Jalan Poros BTP saja,
karena jika minimarket modern berada di tengah permukiman maka
akan terjadi tumpang tindih antara radius pelayanan minimarket dan
kios.
b. Minimarket usaha masyarakat tetap melayani pada lokasi
pelayanannya.
c. Kios dan toko kelontong dapat menjadi pilihan lokasi belanja
masyarakat yang tidak berada di dalam radius pelayanan minimarket
yakni 300 m dan juga bagi masyarakat yang memiliki keterbatasan
(kemampuan fisik untuk berjalan/berkendara) dalam mencapai
perjalanan ke lokasi minimarket.
Berdasarkan kriteria di atas maka hanya ada 6 dari 15 minimarket
yang dapat dipertahankan pada lokasi ini dan terdapat 1 lokasi yang
berpotensi untuk dilayani minimarket. Berikut peta rekomendasi
penentuan lokasi minimarket di permukiman Bumi Tamalanrea Permai
dan Perumahan Telkomas.
97
KERTAS A3
Gambar 47. Peta Rekomendasi Penentuan Lokasi Minimarket
Sumber : Analisis Peneliti. 2013
98
Berdasakan peta tersebut dapat dilihat ide sebaran lokasi ritel
consumer goods dimana minimarket, semi minimarket, dan kios saling
melengkapi dalam memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan teori
Christaller, dapat dilihat bahwa lingkaran radius minimarket yang lebih
besar dibanding dengan kios akan melayani masyarakat yang lebih
banyak. Selain dilihat dari radius pelayanan minimarket yang lebih besar,
juga dapat dlihat dari ketersediaan serta jumlah barang dagangan yang
lebih lengkap dibandingkan dengan kios membuat minimarket menjadi
pusat penyediaan kebutuhan sehari-hari masyarakat skala permukiman.
Gambar 48. Analisis Lokasi Ritel berdasarkan Teori Heksagonal
Christaller
Sumber : Analisis Peneliti. 2013
Berdasarkan hasil korelasi diketahui variabel usia memiliki korelasi
yang sangat signifikan terhadap pemilihan lokasi yang dapat dilihat dari
frekuensi kedatangan masyarakat (pada masing-masing usia). Jadi, semi
minimarket (toko kelontong) dan kios dapat melayani masyarakat di
sekitar tempat tinggal penduduk, sehingga masyarakat usia tua dapat
memenuhi kebutuhan mereka.
99
a. Minimarket Jaringan
Gambar 49. Peta Penentuan Lokasi Minimarket Jaringan
Sumber : Analisis Peneliti. 2013
Jalan Poros BTP sebagai jalan yang menghubungkan perumahan
yang terdapat pada permukiman tersebut memiliki potensi permintaan
pasar yang tinggi dibandingkan dengan jalan lain yang berada di lokasi
penelitian ini, karena disamping melayani masyarakat yang tinggal di
permukiman BTP juga harus melayani masyarakat yang melintas di jalan
tersebut. Semi Minimarket yang terdapat di Jalan Poros BTP ini tetap
dipertahankan untuk membantu minimarket jaringan melayani permintaan
pasar.
Letak minimarket yang diharapkan masyarakat berdasarkan hasil
kuesioner, 85% memilih di sudut jalan/pertokoan sebagai letak minimarket
yang cocok untuk mereka dan 15% memilih di tengah pertokoan. Hal ini
dapat menjadi acuan bagi minimarket jaringan dalam meletakkan
minimarket mereka.
100
Gambar 50. Diagram Harapan Masyarakat tentang letak Minimarket
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
b. Minimarket Mandiri
Gambar 51. Peta Rekomendasi Penentuan Lokasi Minimarket Mandiri
Sumber : Analisis Peneliti. 2013
Minimarket yang berada di tengah permukiman sebaiknya bukan
berasal dari minimarket jaringan, karena penyebaran kios-kios usaha
setempat berada di dekat perumahan. Sehingga diharapkan minimarket
85%
15%
Harapan Masyarakat tentang Letak Minimarket pada Pertokoan
Sudut Jalan/Pertokoan
Di Tengah Pertokoan
101
mandiri hasil usaha masyarakat setempat yang melayani kebutuhan
masyarakat berdasarkan arahan radius lokasi di atas.
Lokasi minimarket yang diharapkan masyarakat berdasarkan hasil
kuesioner, 75% memilih di dekat perumahan sebagai lokasi minimarket
yang cocok untuk mereka, 15% memilih di dekat fasilitas publik dan 10%
memilih di dekat sarana perdagangan lain.
Gambar 52. Diagram Harapan Masyarakat tentang Lokasi Minimarket
Sumber : Observasi Peneliti. 2013
75%
15%
10%
Harapan Masyarakat tentang Lokasi Minimarket
Dekat Perumahan
Dekat dengan FsilitasPublik
Dekat dengan SaranaPerdagangan lain
102
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Terdapat 3 jenis tipologi ritel consumer goods di Permukiman BTP
dan Perumahan Telkomas yaitu: minimarket yang konsumennya
melayani diri sendiri serta harga barang yang fixed price dan tersebar
di sepanjang jalan utama; semi minimarket yang konsumennya
dilayani oleh pelayan dan harga barang tidak fixed price namun
selengkap dengan minimarket dan tersebar di sepanjang jalan utama;
kios yang konsumennya dilayani oleh pelayan dan harga barang tidak
fixed price serta tidak selengkap minimarket dan semi minimarket dan
tersebar di sekitar perumahan penduduk.
2. Besaran tingkat korelasi antarveriabel dalam pemilihan lokasi
minimarket adalah sebagai berikut :
a. Masyarakat
1) Usia dan jarak perjalanan memiliki korelasi yang sangat signifikan dan
tidak searah, radius pelayanan minimarket signifikan dan juga tidak
searah terhadap pemilihan lokasi minimarket, karena usia
mempengaruhi kemampuan fisik seseorang untuk berjalan pada jarak
perjalanan menuju minimarket.
2) Pendapatan per kapita sangat signifikan dan tingkat pendidikan
signifikan terhadap pemilihan lokasi minimarket serta memiliki korelasi
yang searah, sehingga frekuensi kedatangan kedatangan dan jumlah
pengeluaran terhadap pembelian barang di minimarket terpengaruh.
3) Keramahtamahan pelayanan dan lokasi minimarket yang
berdampingan memiliki korelasi yang sangat signifikan dan searah,
kelengkapan barang signifikan dan juga searah terhadap pemilihan
lokasi minimarket.
b. Minimarket
Jumlah minimarket modern di suatu lokasi memiliki korelasi yang
signifikan dan searah terhadap penentuan lokasi minimarket, karena
dengan adanya minimarket pada lokasi tersebut menunjukan adanya
103
potensi market pada lokasi tersebut, serta telah ada citra toko
minimarket awal yang menunjukan bahwa di lokasi tersebut terdapat
minimarket.
3. Dari 15 minimarket yang terdapat pada Permukiman BTP dan
Perumahan Telkomas hanya 6 minimarket yang tepat berada pada
lokasi ini. 3 minimarket jaringan dan 3 minimarket yang diarahkan
sebagai minimarket mandiri (pengelolahan dari masyarakat). Serta
terdapat 1 lokasi potensial minimarket yang dapat melayani
masyarakat setempat.
B. Saran
1. Penyebaran minimarket sebaiknya mempertimbangkan radius
pelayanannya sehingga di setiap usia masyarakat dapat terlayani,
kios dapat membantu minimarket melayani masyarakat yang usianya
tidak mampu berjalan pada jarak atau radius minimarket yang jauh.
2. Minimarket dan semi minimarket sebaiknya menjual barang-barang
kebutuhan bulanan (sampo, buku tulis, baterai,dst.), sedangkan kios
menjual barang-barang kebutuhan sehari-hari (sembako).
3. Pembangunan minimarket atau semi minimarket sebaiknya
memepertimbangkan tingkat pendidikan dan pendapatan masyarakat
agar tidak terhindar dari kesalahan memilih lokasi market.
4. Semi minimarket (toko kelontong) dan kios yang kurang memiliki
konsumen sebaiknya meningkatkan kelengkapan barang dan
keramahtamahan pelanyanannya sehingga pendapatan usaha
mereka lebih banyak.
5. Pembangunan sarana ritel baru sebaiknya dilokasi perumahan yang
belum berada dalam radius 300 meter pelayanan minimarket.
104
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Adisarasmita, Rahardjo. 2008. Pengembangan Wilayah Konsep dan
Teori. Graha Ilmu. Yogyakarta
Foster, Bob. 2008. Manajemen Ritel. Alfabeta. Bandung.
Lawison, Dale M. dan M. Wayne. 1982. Retailing Third Edition. Merrill
Publishing Company. Columbus.
Respati, Bintang D. N. 2012. Untung Ratusan Juta Modal 10 juta dari
Minimarket Rumahan. Jogja Bangkit Publisher. Yogyakarta.
Sugiarta, I Nyoman. 2011. Panduan Praktis dan Strategis Retail
Consumer Goods. Expose. Jakarta.
Sugiyono, DR. 1999. Metode Penelitian Administrasi. Alfabeta. Bandung.
Modul
SNI No. 03 Tahun 2004 Tentang Tata Cara Perencanaan Lingkungan
Perumahan di Perkotaan. 2004
Tesis
Setyawarman, Adityo. 2009. Pola Sebaran dan Faktor-faktor yang
Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Ritel Modern (Studi Kasus Kota
Surakarta). Universitas Dipenogoro. Semarang.
Peraturan Perundang-undangan
Peraturan Presiden No. 112 Tahun 2007 Tentang Penataan dan
Pembinaan Pasar Tradisional, Pusat Perbelanjaan dan Toko
Modern. 2007
Website
frontier.co.id