studi pustaka dinamika perkembangan flu … · dan bunda (s emoga kanda bisa menjadi contoh yang...

82
STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU BURUNG/AVIAN INFLUENZA (AI) DI INDONESIA (2003 -2007) Didid Wahyu Jatmiko FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007

Upload: lykhue

Post on 16-Mar-2019

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU

BURUNG/AVIAN INFLUENZA (AI) DI INDONESIA

(2003 -2007)

Didid Wahyu Jatmiko

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

Page 2: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU BURUNG/

AVIAN INFLUENZA (AI) DI INDONESIA (2003 -2007)

Oleh :

DIDID WAHYU JATMIKO

B04102105

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kedokteran Hewan pada

Fakultas Kedokteran Hewan

Institut Pertanian Bogor

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2007

i

Page 3: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Judul Skripsi : Studi Pustaka Dinamika Perkembangan Avian Influenza

di Indonesia (2003 – 2007)

Nama : Didid Wahyu Jatmiko

NRP : B04102105

Disetujui,

Dosen Pembimbing

Dr.Drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS

NIP. 131129090

Diketahui,

Wakil Dekan FKH IPB

Dr.Drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS

NIP. 131129090

Tanggal Lulus : 26 September 2007.

ii

Page 4: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillah, penulis telah berhasil menyelesaikan tugas akhir ini dengan

baik. Puji syukur kepada Allah SWT atas limpahan kesehatan, pikiran dan

kedamaian yang merupakan berkah terbesar bagi penulis, tak lupa shalawat dan

salam kepada nabi Muhammad SAW. Penulis juga mengucapkan terima kasih

kepada:

1. Ayahanda Mulyono dan ibunda Kustati terimakasih yang teramat sangat

atas do’a, dukungan, cinta dan kasih sayangnya yang selalu menemani

langkah ananda.

2. Bripda Hellin Kristiono dan Ferdian Yoga Pradikda. Dengan adanya

skripsi ini mudah-mudahan beberapa tahun yang akan datang kalian juga

akan menulis skripsi dan kita akan bersama-sama membahagiakan ayah

dan bunda (Semoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian).

3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan dan

optimisme dalam menghadapi hidup.

4. Mbak Tini dan Mas Nurul, terima kasih telah menyemangati dan

menghiburku ketika menyelesaikan tugas akhir ini.

5. Dr. drh. I Wayan Teguh Wibawan, MS. selaku dosen pembimbing skripsi,

yang selalu memberikan waktu untuk memberikan bimbingan sampai

skripsi ini selesai.

6. Dr. drh. Bambang Pontjo P. sebagai pembimbing akademik, terima kasih

atas bimbingan, nasehat dan motivasinya, terima kasih untuk tiap semester

telah memberikan pertimbangan dan pencerahan studi.

7. Dr. drh. Setyo Widodo, yang telah memberi inspirasi dan motivasi untuk

belajar yang lebih baik.

8. Dr.drh. Retno D. Soejoedono, MS. selaku dosen penguji skripsi.

9. Staf pengajar dan pegawai di bagian Kitwan Kesmavet FKH IPB.

10. Komnas FBPI dan UPP-AI Deptan.

11. Teman-teman mahasiswa seperjuangan di FKH IPB.

12. Warga “Hamas” atas kebersamaan kita selama 4 tahun.

iii

Page 5: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Magetan, Jawa Timur pada 12 Desember 1983. Yang

merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, dari Bapak Mulyono, Spd dan Ibu

Kustati, Spd.

Penulis menempuh pendidikan dasar di MIN Takeran, tahun 1990 sampai

tahun 1996. Kemudian melanjutkan pendidikan di SLTPN 1 Kawedanan pada

tahun 1996 sampai tahun 1999. Pada tahun 1999 penulis meneruskan ke SMUN 1

Magetan sampai pada tahun 2002 dan pada tahun yang sama diterima sebagai

mahasiswa di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur

USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB).

Pada tahun 2000 penulis mengikuti dan menjadi juara kedua Lomba

Metodologi Penelitian Sosial (Metpensos) tingkat provinsi Jawa Timur kategori

pelajar dan bergabung dalam pasukan pengibar bendera (PASKIBRA) tingkat

kabupaten. Selama menjadi mahasiswa penulis aktif mengikuti BEM KM-FKH

2002, BEM KM-IPB 2003, lembaga advokasi Mahasiswa IPB (LASMA IPB),

komunitas sepeda IPB (ABILITY), kegiatan himpro satwa liar, ornithology dan

unggas serta ruminansia. Penulis juga berperan dalam organisasi ektra kampus

diantaranya Brigade PII, Indonesian Moslem Student Association (IMSA),

Himpunan Mahasiswa Islam (HMI),Pandu Alam Pemuda dan Pelajar (PALAPA),

Ikatan Mahasiswa dan Pelajar Magetan (IMPATA), Ikatan Mahasiswa Muslim

Madiun (IM-telu) dan LSM Lentera Bangsa.

Pada tahun 2005 penulis tergabung dalam tim relawan ”Recovery

Pendidikan Untuk Aceh” pasca bencana tsunami dan tahun 2006 tergabung dalam

”Mobile School” untuk penyelenggaraan sekolah darurat pasca gempa Jogjakarta.

Penulis menyelesaikan Advance Leadership Training (Advantra) tahun 2003 dan

Council Training (CI) tahun 2004 dan SUSPIMNAS 2006 yang diselengarakan

oleh IMSA. Mulai tahun 2003 hingga 2006 tergabung dalam relawan pemeriksa

hewan dan daging qurban FKH IPB.

Selama menjadi mahasiswa penulis pernah bekerja paruh waktu di KLT

Bogor dan Century Internet dan Computer (CIC), teknisi komputer di De

Computer’s Crew dan berwiraswasta.

iv

Page 6: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat-Nya yang

senantiasa memberikan kecerahan jiwa sehingga penulis dapat menyelesaikan

penelitian ini. Tak ada sembah sujud selain pada-Nya, semoga setiap langkah

selalu dituntun dan menuju pada-Nya.

Skripsi yang berjudul “Studi Pustaka Dinamika Perkembangan Flu

Burung/Avian Influenza (AI) di Indonesia (2003 – 2007)” ini bertujuan untuk

untuk mengetahui perkembangan flu burung (Avian Influenza/AI) di Indonesia

dari tahun 2003 hingga Juli 2007 dari jumlah kasus kejadian dan dampak yang

diakibatkan. Manfaat dari studi pustaka ini diharapkan mampu memberi informasi

seluas-luasnya kepada masyarakat tentang perkembangan flu burung, sehingga

mampu mengurangi distorsi informasi seputar AI yang sudah ada. Selain itu

diharapkan juga dapat meningkatkan kesadaran semua pihak akan pentingnya

kerja sama dalam pencegahan dan penanganan AI dalam menyukseskan program

pemerintah “Indonesia Bebas Flu Burung”.

Penulis menyadari bahwa penelitian ini masih jauh dari sempurna

mengingat keterbatasan yang dialami selama berlangsungnya penelitian. Semoga

hasil penelitian dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.

Bogor, September 2007

Penulis

v

Page 7: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL

“STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU BURUNG/ AVIAN

INFLUENZA (AI) DI INDONESIA (2003 -2007)” BENAR-BENAR HASIL

KARYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI

TULISAN KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU

LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, September 2007

Didid W. Jatmiko B04103011

vi

Page 8: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

ABSTRAK

DIDID WAHYU JATMIKO. Studi Pustaka Dinamika Perkembangan AvianInfluenza (AI) Di Indonesia (2003 – 2007). Dibimbing oleh I Wayan TeguhWibawan.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memberikan gambaranperkembangan Avian Influenza (AI) di Indonesia dari awal kejadian kasus padatahun 2003, ditinjau dari kerugian ekonomi, kesehatan manusia dan upayapenangannya. Penelitian ini mengambil data sekunder yang diperoleh dari sumberinformasi internet, media massa, dan jurnal ilmiah serta data dari Komnas FBPIdan UPP-AI Pusat Deptan.Virus Avian Influenza diketahui sebagai virusinfluenza tipe A yang merupakan virus dengan antigenic shift dan drift yangmempunyai kemampuan untuk merubah komponen genetik, yang mengakibatkanperubahan penampakan biologi. Pada kondisi endemis AI di sebagian besarwilayah Indonesia ditunjukkan dengan penampakan subklinis dari penyakit ini,dimana virus AI dapat diisolasi dari ayam, bebek dan angsa yang terlihat dalamkondisi klinis sehat. Kondisi ini memegang peranan penting dalam shedding virusdan pencemaran lingkungan. Dari tahun 2005 hingga Juli 2007, kasus kejadianflu burung pada manusia di Indonesia menurut laporan mencapai 105 orangdengan 84 kematian. Kerja sama antar institusi dalam upaya penanganan wabahflu burung sangat diperlukan. Diantaranya yang dilakukan oleh pemerintahIndonesia dengan pendirian Komisi Nasional Pengendalian Flu Burung danKesiapsiagaan menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) sebagaikoordinator semua upaya pengendalian flu burung di Indonesia.

vii

Page 9: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

DAFTAR ISI

Halaman

COVER DALAM.................................................................................. i

HALAMAN PENGESAHAN............................................................... ii

UCAPAN TERIMA KASIH................................................................. iii

RIWAYAT HIDUP............................................................................... iv

KATA PENGANTAR........................................................................... v

PERNYATAAN..................................................................................... vi

ABSTRAK............................................................................................. vii

DAFTAR ISI.......................................................................................... viii

DAFTAR TABEL.................................................................................. xi

DAFTAR GAMBAR............................................................................. xii

DAFTAR LAMPIRAN.......................................................................... xiii

BAB I. PENDAHULUAN..................................................................... 1

1.1 Latar Belakang............................................................................ 1

1.2 Tujuan Penelitian ....................................................................... 3

1.3 Manfaat Penelitian....................................................................... 3

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA........................................................... 4

2.1. Avian Influensa (AI) ................................................................. 4

2.1.1. Virus Penyebab AI.............................................................. 4

2.1.2. Vektor Alami AI.................................................................. 7

2.1.3. Patogenitas AI..................................................................... 8

2.1.4. Gambaran Klinis AI........................................................... 9

2.1.5. Patologi AI.......................................................................... 10

2.1.6 Diagnosis Banding AI ......................................................... 14

a. New Castel Disease/ ND.................................................... 15

b. Fowl Cholera...................................................................... 15

c. Infeksius Brochitis (IB) ..................................................... 16

d. Infectious Laringiotrachitis................................................ 17

2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium................................................... 17

2.1.8 Penularan AI......................................................................... 18

viii

Page 10: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

a. Penularan pada unggas....................................................... 18

b.Penularan pada manusia...................................................... 19

c. Penularan pada mamalia lain............................................. 21

2.1.9 Epidimiologi AI.................................................................... 21

2.1.10 Bahaya Pandemi AI............................................................ 22

2.2. Republik Indonesia..................................................................... 23

2.2.1 Teritorial Indonesia.............................................................. 24

2.2.2 Kondisi Perunggasan Indonesia........................................... 24

BAB III. MATERI DAN METODA..................................................... 25

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian………………………………… 25

3.2. Materi......................................................................................... 25

3.3. Metoda........................................................................................ 25

BAB IV. PEMBAHASAN..................................................................... 26

4.1. Sejarah AI di Indonesia.............................................................. 26

4.2. Perkembangan AI di Indonesia.................................................. 26

4.2.1 Mutasi Virus AI.................................................................... 26

4.2.2 Sifat Penampakan AI............................................................ 27

4.2.3 Kasus Kejadian AI................................................................ 27

a. Kejadian AI Pada Unggas................................................... 28

b. Kejadian AI Pada Manusia................................................. 29

c. Kejadian AI Pada Mamalia Lain........................................ 34

4.3.Dampak Kerugian Akibat AI..................................................... 34

4.3.1 Kerugian Bidang Peternakan................................................ 35

4.3.2 Kerugian Bidang Kesehatan................................................. 35

4.3.3 Kerugian Bidang Ekonomi................................................... 36

4.3.4 Kerugian Bidang Sosial........................................................ 37

4.3.5 Kerugian Bidang Ketahanan dan Keamanan........................ 37

4.4. Upaya Penanganan AI di Indonesia........................................... 38

4.4.1 Peran Institusi Pemerintah dan Institusi non Pemerintah..... 40

4.4.1.1 Peran Institusi Pemerintah............................................ 40

a. Departemen Pertanian.................................................... 41

b. Departemen Kesehatan................................................... 42

ix

Page 11: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

c. Komnas FBPI.................................................................. 42

4.4.1.2 Peran Institusi non Pemerintah..................................... 43

4.4.2 Pelaksanaan Biosekuriti........................................................ 44

4.4.3 Vaksinasi Unggas Masal...................................................... 46

4.4.4 Depopulasi Unggas............................................................... 49

4.4.5 Pembenahan dan Pengaturan Sektor Peternakan Unggas.... 50

4.4.6 Peningkatan Kesadaran Masyarakat Tentang Hygiene........ 52

BAB V. PENUTUP................................................................................ 53

5.1. Kesimpulan................................................................................. 53

5.2. Saran........................................................................................... 53

DAFTAR PUSTAKA............................................................................ 54

x

Page 12: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

DAFTAR TABEL

HalamanTabel 1 Jumlah unggas yang dilaporkan terserang AI dan

perseberannya di Indonesia (2003-2007)................................ 30Tabel 2 Data persebaran jumlah kasus AI pada manusia di Indonesia

(Juli 2005 – Juli 2007)............................................................. 32Tabel 3 Data kumulatif kasus Avian Influenza pada manusia hingga

25 Juli 2007(WHO)................................................................. 34

xi

Page 13: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

DAFTAR GAMBAR

HalamanGambar 1 Mikograf Elektron berwarna dari penularan virus flu

burung A H5N1 (terlihat kuning emas) dibiakkandalam sel-sel MDCK (terlihat hijau)............................... 4

Gambar 2 Ilustrasi Virus Influenza Tipe A 5Gambar 3 Gambaran Virus Influenza Tipe A, B, dan C.................. 6Gambar 4 Ilustrasi Antigenic Drift dan Shift Virus Influenza......... 7Gambar 5 Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Flu

burung dengan jengger dan pial yang mengalamikebiruan(cyanotic)........................................................... 11

Gambar 6 Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Fluburung dengan perdarahan titik (ptechie) pada daerahkaki..................................................................................

12

Gambar 7 Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Fluburung dengan perdarahan pada kaki diikuti udema....... 12

Gambar 8 Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Fluburung dengan perdarahan subkutan dan ptechie padadaerah dada......................................................................

12

Gambar 9 Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Fluburung dengan perdarahan merata pada proventikulus.. 13

Gambar 10 Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Fluburung dengan perdarahan pada trachea........................ 13

Gambar 11 Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Fluburung dengan perdarahan dan pembendungan darahpada ovarium................................................................... 13

Gambar 12 Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Fluburung dengan perdarahan usus..................................... 14

Gambar 13 Gambaran ayam yang mengalami kematian mendadakakibat terserang AI/Flu burung....................................... 14

Gambar 14 Diagram sistem industri perunggasan di Indonesia......... 25Gambar 15 Grafik jumlah unggas yang unggas yang dilaporkan

UPP-AI terjangkit Avian influenza (AI) dari tahun2003 hungga Juli 2007.................................................... 31

Gambar 16 Grafik jumlah kasus kejadian AI pada manusia diIndonesiahingga bualn Juli 2007..................................... 33

Gambar 17 Grafik perkembangan AI pada manusia di dunia hinggaJuli2007................................................................................. 35

Gambar 18 Vaksinasi Mampu Menekan Kematian Ayam AkibatSerangan Virus AI dan Mengurangi Kontaminasi Virusdi Lingkungan................................................................. 50

xii

Page 14: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

DAFTAR LAMPIRAN

HalamanLampiran 1 Lampiran data dari FBPI................................................... 62Lampiran 2 Lampiran data dari UPP-AI Deptan.................................. 68Lampiran 3 Kampanye Tanggap AI..................................................... 69

xiii

Page 15: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang.

Penyakit Influenza unggas (avian Influenza), atau lebih dikenal sebagai

“wabah flu burung”, pertama kali dilaporkan pada tahun 1878 sebagai wabah

yang menjangkiti ayam dan burung di Italia (Perroncito 1878), yang disebut juga

sebagai “Penyakit Lombardia” mengikuti nama sebuah daerah lembah di hulu

sungai Po. Meskipun di tahun 1901 Centanini dan Savonucci berhasil

mengidentikfikasi organisme mikro yang menjadi penyebab penyakit tersebut,

baru di tahun 1955 Schafer dapat menunjukkan ciri-ciri organisme itu sebagai

virus Influenza A (Schafer 1955). Dalam penjamu alami yang menjadi reservoir

virus flu burung, yaitu burung-burung liar, infeksi yang terjadi biasanya

berlangsung tanpa gejala (asimtomatik) karena virus Influenza A itu dari jenis

yang berpatogenisitas rendah dan hidup bersama secara seimbang dengan

penjamu-penjamu tersebut (Webster 1992 dan Alexander 2000).

Akhir-akhir ini Influenza unggas memperoleh perhatian dunia ketika

ditemukan strain (turunan) dari subtipe H5N1 yang sangat patogen, yang mungkin

sudah muncul di China Selatan sebelum tahun 1997, menyerang ternak unggas di

seluruh Asia Tenggara dan secara tidak terduga melintasi batas antar kelas

(Perkins dan Swayne 2003) ketika terjadi penularan dari burung ke mamalia

(kucing, babi, manusia). Meskipun bukan merupakan kejadian pertama

(Koopmans 2004 ; Hayden dan Croisier 2005), sejumlah kasus infeksi pada

manusia akhir-akhir ini, yang ditandai dengan gejala parah dan menimbulkan

kematian telah menimbulkan kekhawatiran akan kemungkinan terjadinya pandemi

infeksi virus strain H5N1 (Klempner dan Saphiro 2004; Webster 2006). Ada

sederetan bukti yang menunjukkan bahwa virus H5N1 telah mengalami

peningkatan potensi patogenik pada beberapa spesies mamalia. Oleh karena itu

dapat dipahami bahwa hal ini telah menibulkan kekhawatiran umum di seluruh

dunia (Kaye dan Pringle 2005).

Flu burung sesungguhnya telah menyerang ternak unggas di Indonesia

sejak Juli-Agustus 2003 dan secara resmi baru diumumkan pemerintah pada 25

Page 16: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Januari 2004. Unggas yang terserang pada umumnya adalah ayam petelur,

pedaging, bebek dan puyuh. Penyakit ini menyebabkan kematian yang tinggi pada

ayam komersial petelur di Indonesia. Jumlah kematian unggas di Jawa Barat

akibat penyakit ini selama tahun akhir 2004 - 2005 sebanyak 1.779.425 ekor atau

27,86% dari populasi terancam di 10 kabupaten/kota. Pada tahun 2005 jumlah

unggas yang mati menurun menjadi 21.644 ekor yang terdiri atas 17.750 ekor

burung puyuh dan 3.894 ekor ayam buras atau 45.80% ekor dari populasi flok

tertular. Saat ini virus AI sudah dilaporkan di 31 propinsi di Indonesia (Komnas

FBPI 2007).

Salah satu strategi yang dibuat pemerintah Republik Indonesia membuat

dalam penanggulangan AI di wilayahnya, dengan pendirian Komite Nasional

Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza

(Komnas FBPI) dibawah koordinasi menteri koordinasi kesejahteraan rakyat

(Menkokesra). Komnas AI sendiri dalam melaksanakan tugasnya difokuskan pada

pada lima hal, yaitu penanganan kasus flu burung pada unggas, penanganan kasus

flu burung pada manusia, kegiatan riset, produksi obat, dan pemasyarakatan atau

sosialisasi.Komnas ini juga menjadi koordinator penetapan kebijakan dan rencana

strategi nasional untuk menanggulangi flu burung (Komnas FBPI 2007).

Kebijakan pemerintah dalam penanganan flu burung diantaranya

meletakkan vaksinasi sebagai salah satu cara tindakan pencegahan yang strategis.

Vaksinasi telah sangat diyakini sebagai salah satu cara untuk mengurangi kasus

klinis penyakit AI ini dan secara langsung mengurangi kontaminasi lingkungan

oleh virus AI. (Komnas FBPI 2007). Dalam pelaksanaannya, strategi vaksinasi

harus dipandang sebagai alat dalam usaha pengendalian yang komprehensif yang

mencakup biosekuriti, edukasi, diagnostik dan surveilans, serta eliminasi virus

pada hewan yang terinfeksi. Efek perlindungan pasca vaksinasi merupakan respon

kebal terhadap protein haemagglutinin (HA) pada permukaan virus dan atau

neuraminidase (NA) (FKH IPB 2007a).

2

Page 17: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

1.2 Tujuan Penelitian

Studi pustaka ini bertujuan untuk mengetahui perkembangan flu burung

(Avian Influenza/AI) di Indonesia dari tahun 2003 hingga Juli 2007 dari berbagai

aspek terkait terutama jumlah kasus kejadian dan dampak yang diakhibatkan.

1.3 Manfaat Penelitian

Manfaat dari studi pustaka ini diharapkan mampu memberi informasi

seluas-luasnya kepada masyarakat tentang perkembangan flu burung (Avian

Influenza/AI) dan upaya-upaya yang telah dilakukan untuk mengendalikannya,

sehingga mampu mengurangi distorsi informasi seputar AI yang sudah ada.

3

Page 18: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Avian Influenza (AI).

Penyakit flu burung ini adalah penyakit hewan yang menyerang bangsa

unggas. Menurut Julie D Helm(2004), dikutip engormix.com, flu burung atau

sampar unggas (fowl plaque) adalah penyakit virus yang menyerang berbagai

jenis unggas, meliputi ayam, kalkun, merpati, unggas air, burung-burung piaraan,

hingga ke burung-burung liar. Namun, babi juga dapat tertular flu burung.

Avian Influenza (AI) merupakan virus yang sangat mudah bermutasi

dengan melakukan genetic drift yang merupakan kemampuan virus avian

influenza untuk merubah struktur genetiknya sehingga tidak dikenal oleh antibodi

yang sama dan genetic shift yang merupakan kemampuan virus avian influenza

untuk menerima materi genetik dari virus yang sama tetapi memiliki subtipe yang

berbeda sehingga dimungkinkan pembentukan subtipe baru dari virus influenza,

sehingga muncul virus AI baru yang tidak dikenal oleh sistem kekebalan tubuh

yang ada.

2.1.1. Karakteristik Virus AI

Virus flu burung yang menginfeksi hewan dan manusia masih virus

H5N1(Nidom 2006). Virus H5N1 ini termasuk dalam kelompok virus Influenza

yang biasa menimbulkan gejala penyakit flu.

.

Gambar 1. Mikograf Elektron berwarna dari penularan virus flu burung A H5N1 (terlihat

kuning emas) dibiakkan dalam sel-sel MDCK (terlihat hijau).Sumber : CDC (www.cdc.gov)

Page 19: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Virus Influenza adalah partikel berselubung berbentuk bundar atau bulat

panjang, merupakan genome RNA rangkaian tunggal dengan jumlah lipatan

tersegmentasi sampai mencapai delapan lipatan, dan berpolaritas negatif. Bentuk

dan ukuran virus influenza bersifat pleiomorfik, berbentuk filamentous (filamen,

bulat panjang) atau spherical (bundar) dengan diameter 80-120nm (Harris et al.

2006).. Virus influenza penyebab penyakit flu adalah virus anggota famili

Orthomyxoviridae (ICTV 2006) dan diklasifikasikan dalam tipe A, B atau C

berdasarkan perbedaan sifat antigenik pada nukleoprotein (NP) dan protein

matriks (M). Virus influenza yang diisolasi dari infeksi alami biasanya berbentuk

filamen dengan diameter konstan 100-150 nm tetapi panjangnya bervariasi. Virus

influenza mempunyai amplop yang dilapisi protein matriks dengan glikoprotein

integral yang menjulur keluar membentuk spike (duri) di permukaan virion

(Harris et al. 2006). Virus yang berbentuk filamen lebih infektif dan lebih banyak

mengandung RNA dibanding virus berbentuk bundar (Roberts dan Compans

1998).

Gambar 2. Ilustrasi Virus Influenza Tipe A

Sumber : http://www.agnr.umd.edu/avianflu/Images/Scrap2.gif

5

Page 20: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Gambar 3. Gambaran Virus Influenza Tipe A, B, dan C. Sumber : Moleculer medicine

2001, Cambrige University Press.

Selanjutnya subtipe ditetapkan berdasarkan antigenisitas pada dua buah

glikoprotein permukaan, hemaglutinin (HA), dan neuraminidase (NA). Virus AI

(Avian Influenza Viruses, AIV) termasuk dalam tipe A dan terdapat 15 subtipe

HA dan 9 subtipe NA yang diidentifikasi pada Influenza A. Lebih jauh sekuen

asam amino pada daerah HA1 bertanggung jawab terhadap antigenisitas HA,

sedangkan perbedaan di antara subtipe adalah sekitar 30%. (Annonymous. 2004ª)

Virus influenza tipe A secara natural dapat menginfeksi unggas dan manusia

(Khawaja et al. 2005).

Semua subtipe HA dan NA ditemukan pada unggas air, dan hanya 3

subtipe HA (H1-H3) dan 2 subtipe NA (N1-N2) ditemukan pada manusia

(Hoffman et al. 2001). Dilaporkan bahwa subtipe H5 dan H7 yang sangat virulen

pada unggas (Lee et al. 2001; Khawaja et al. 2005) dan berpotensi sebagai

penyebab pandemi (Russell dan Webster 2005).

Antigen permukaan yang dimiliki virus influenza tersebut dapat berubah

secara periodik yang lebih dikenal dengan istilah antigenic drift dan antigenic

shift. Antigenic drift merupakan perubahan yang terjadi akibat mutasi genetik

struktur protein permukaan virus, sehingga antibodi yang telah terbentuk oleh

6

Page 21: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

tubuh akibat vaksinasi sebelumnya tidak dapat mengenali keberadaan virus

tersebut, sedangkan antigenic shift merupakan perubahan genetik virus yang

memungkinkan virus ini menginfeksi secara lintas spesies (Gambar 4).

Gambar 4. Ilustrasi Antigenic Drift dan Shift Virus Influenza

Sumber : http://www3.niaid.nih.gov/

Semua strain virus influenza diberi nama sesuai nomenklatur strandar.

Penandaan strain virus influenza terdiri dari tipe virus influenza/spesies hewan

(jika bukan manusia)/wilayah isolasi/urutan nomor isolasi laboratorium/tahun

isolasi (subtipe) (WHO 2002). Misalnya Influenza A/duck/Indonesia/RS.BK1/

2006 (H5N1).

2.1.2. Vektor Alami AI

Penyakit flu burung atau flu unggas (Bird Flu, Avian Influenza) adalah

suatu penyakit menular yang disebabkan oleh virus Influenza tipe A dan

ditularkan oleh unggas baik burung, bebek, ayam, dan unggas air. Data lain

7

Page 22: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

menunjukkan penyakit ini bisa terdapat pada burung puyuh dan burung onta.

Penyakit ini menular dari burung ke burung, tetapi dapat juga menular ke

manusia. Penyakit ini dapat menular lewat udara yang tercemar virus H5N1 yang

berasal dari kotoran atau sekreta burung atau unggas yang menderita Influenza.

Sampai saat ini belum terbukti adanya penularan dari manusia ke manusia.

Penyakit ini terutama menyerang peternak unggas ( Santoso et al. 2007 ).

Unggas air dan burung migrasi merupakan reservoir untuk 15 subtipe HA

virus AI, tetapi infeksi pada spesies jenis ini tidak menghasilkan gejala klinis.

Dari reservoir ini, beberapa virus AI subtipe H5 dan H7 akan membahayakan

unggas domestik. Selain itu, dengan adanya tekanan selektif, virus ini dapat

beradaptasi pada inang yang baru dan menghasilkan virus yang virulen (ganas)

yang disebut dengan virus HPAI.

Virus influenza dikeluarkan melalui sekresi unggas yang terinfeksi seperti

feses.. Pengeluaran virus dimulai 24 jam sebelum gejala klinis dapat dilihat dan

selanjutnya virus dapat dikeluarkan terus-menerus selama 30 hari kemudian.

Wood (2005) menyatakan bahwa virus AI dapat bertahan hidup pada feses

sekurang-kurangnya hingga 35 hari pada suhu 4oC. Pada karkas, virus tersebut

dapat bertahan hidup hingga beberapa hari pada suhu rendah dan dapat bertahan

hingga 23 hari pada suhu lemari pendingin (refrigerator). Virus ini, dapat

bertahan hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22°C dan lebih dari 30 hari pada

0°C. Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan

lebih lama, tetapi mati pada pemanasan 60°C selama 30 menit (Annonymous

2005)

2.1.3. Patogenitas AI

Virus AI adalah virus Influenza tipe A, pada awalnya hanya menyerang

unggas, dan berdasarkan atas patogenitasnya dibedakan menjadi 2 bentuk yaitu

Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) dan Highly Pathogenic Avian Influenza

(HPAI). Pada umumnya strain virus AI ada dalam bentuk LPAI (H1-H4, H6, H8-

H15) dan umumnya menyebabkan sedikit gejala klinis atau bahkan tidak

memperlihatkan gejala klinis sedikitpun (Annonymous 2005)

8

Page 23: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Semua virus HPAI disebabkan oleh subtipe H5 atau H7, tetapi tidak

semua subtipe ini adalah HPAI. Suatu virus AI dikatakan highy pathogenic

apabila mempunyai nilai IVPI lebih besar 1,2. Dengan melakukan sekuensing

pada genom virus AI, virus ini (HP) mempunyai multiple basic amino acids pada

cleavage site HA dengan motif R-R-R-K-K-R. Virus AI low pathogenic tidak

mempunyai multiple basic amino acids pada cleavage site HA atau mempunyai

motif R-E-T-R.Perubahan satu sekuen saja pada cleavage site gen HA dari tipe

virulen (HPAI) ke tipe avirulen (LPAI) akan mengurangi sebagian besar virulensi

virus. Di Indonesia, sampai bulan Februari 2005, virus AI yang berasal dari

wabah, yang telah diteliti berdasarkan sekuen pada cleavage site gen HA, masih

merupakan virus AI virulen (HPAI). (Payungporn et al. 2004)

Virus influenza juga mempunyai kemampuan untuk menghindar dari

respon humoral hospes melalui fenomena yang disebut antigenic drift. Mutasi

yang mengarahkan pada fenomena ini adalah perubahan asam amino dan pola

glikosilasi pada glikoprotein permukaan HA dan NA (Coleman 2007). Antigenic

drift adalah perubahan secara periodik akibat mutasi genetik struktur protein

permukaan virus sehingga antibodi yang telah terbentuk oleh tubuh akibat

vaksinasi sebelumnya tidak dapat mengenali keberadaan virus tersebut (Munch et

al. 2001). Konsep antigenic drift ini menuntut produksi vaksin selalu

diperbaharui. Ancaman yang lebih besar dari penghindaran respon imun bawaan

dan dapatan adalah kemampuan virus untuk reassort melalui fenomena yang

disebut antigenic shift (Coleman 2007).

Penularan interspesies dapat saja terjadi, tetapi inang yang ada terbatas.

Sebagai contoh, virus tidak dapat bereplikasi secara efisien pada manusia atau

primata yang bukan manusia. Virus influenza pada manusia pun tidak dapat

tumbuh dengan baik pada itik. Sangat sedikit yang diketahui tentang virus dan

faktor inang yang dapat menentukan rentang spesies dari virus influenza

(Marangon et al. 2004).

2.1.4. Gambaran Klinis AI

Gejala klinis (tanda-tanda kesehatan) penyakit ini sangat beragam dan

dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti tingkat keganasan (virulensi) virus yang

9

Page 24: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

menginfeksi, spesies yang tertular, umur, jenis kelamin, penyakit lain yang

menyertainya dan lingkungan.

Pada tipe AI yang virulen (sangat patogen) yang biasanya dikaitkan

dengan “fowl plaque’ (sampar unggas), penyakitnya muncul secara tiba-tiba pada

sekelompok unggas dan mengakibatkan banyak unggas mati baik tanpa disertai

oleh adanya tanda-tanda awal atau hanya ditandai oleh gejala klinis yang minimal

seperti depresi, kurang selera makan (hilangnya nafsu makan), bulu kusam dan

berdiri serta demam. Unggas lainnya terlihat lemas dan berjalan sempoyongan.

Ayam betina mula-mula akan menghasilkan telur dengan cangkang (kulit telur)

lunak, namun kemudian akan segera berhenti bertelur. Unggas yang sakit

seringkali terlihat duduk atau berdiri dalam keadaan hampir tidak sadarkan diri

dengan kepala menyentuh tanah. Jengger dan pialnya terlihat berwarna biru gelap

(cyanotic) dan bengkak (oedematous) serta mungkin menunjukkan adanya bintik-

bintik pendarahan di ujungnya. Diare cair yang parah seringkali terjadi dan

unggas terlihat sangat haus. Pernapasan terlihat berat (sesak napas). Bintik-bintik

perdarahan sering ditemukan pada kulit yang tidak ditumbuhi bulu. Tingkat

kematiannya berkisar antara 50% sampai 100%.

Pada ayam potong, gejala penyakitnya seringkali tidak begitu jelas, yang

mula-mula ditandai oleh depresi parah, berkurangnya nafsu makan, dan

peningkatan jumlah kematian yang nyata. Kebengkakan (oedema) pada wajah dan

leher serta berbagai gejala gangguan saraf seperti leher berputar (torticollis) dan

gerakan yang tidak terkoordinasi (ataxia) juga mungkin terlihat. Gejala yang

tampak pada kalkun mirip dengan gejala yang terlihat pada ayam petelur, namun

penyakitnya berlangsung 2 atau 3 hari lebih lama dan kadang-kadang disertai oleh

pembengkakan pada sinus hidung. Pada itik peliharaan dan angsa gejala depresi,

kurang nafsu makan dan diarenya mirip dengan gejala pada ayam petelur

meskipun seringkali disertai dengan pembengkakan pada sinus hidung. Unggas-

unggas muda bisa menunjukkan gejala-gejala gangguan saraf.

2.1.5. Patologi AI

Perubahan patologik yang ditemukan pada unggas sangat bervariasi

menurut lokasi lesi dan derajat keparahannya dan tergantung pada spesies unggas

10

Page 25: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

serta patogenisitas virus influenza yang terlibat. Patogenesis dari virus HPAI

dapat digambarkan sebagai berikut: virus AI dapat masuk melalui pernapasan atau

per oral, kemudian menyebar melalui saluran pencernaan. Target virus AI adalah

endotel pembuluh darah dan epitel sehingga dapat terjadi perdarahan dan nekrosis

yang ekstensif. Sesudah replikasi dalam jaringan lokal, akan terjadi viremia

primer (3-4 hari) dan penyebaran virus AI lebih luas ke berbagai jaringan.

Replikasi virus AI yang ekstensif akan diikuti oleh viremia sekunder (6-7 hari)

dan gejala penyakit yang akut. Penyakit dapat berakhir dengan adanya respons

imun dan kesembuhan (8-10 hari), tetapi dapat juga tidak terjadi respons imun dan

berakhir dengan kematian.

Pada sejumlah kasus HPAI dapat ditemukan adanya kongesti, hemoragik

ekstensif, transudasi dan nekrosis pada berbagai jaringan. Jika unggas mati dalam

waktu yang singkat, maka biasanya tidak ditemukan adanya perubahan patologik

tertentu oleh karena lesi belum sempat berkembang. Lesi pada AI bentuk ringan

kerap kali tidak spesifik; dapat terlihat adanya eksudat yang bervariasi dari serus

sampai kaseus di dalam sinus, trakea ataupun pada kantong udara. Pada ayam

petelur, dapat ditemukan perdarahan pada ovarium, ova/folikel yang berbentuk

tidak teratur, dan kadang terlihat peritonitis fibrinus, dan egg peritonitis (Tabbu

2000).

Perubahan patologi dari unggas yang terserang Avian Influenza (flu

burung) meliputi:

Jengger dan pial mengalami sianosis (kebiruan)..

Gambar 5. Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Flu burung dengan jengger dan pial

yang mengalami kebiruan(cyanotic). Sumber : Deptan 2005.

11

Page 26: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Perdarahan titik (ptechie) pada kaki ayam.

Gambar 6. Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Flu burung dengan perdarahan titik

(ptechie) pada daerah kaki. Sumber : Deptan 2005.

Perdarahan pada kaki diikuti dengan udema.

Gambar 7. Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Flu burung dengan perdarahan pada

kaki diikuti udema Sumber : Deptan 2005.

Perdarahan bawah kulit (subkutan) dan perdarahan titik (ptechie) pada

daerah dada

Gambar 8. Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Flu burung dengan perdarahan

subkutan dan ptechie pada daerah dada. Sumber : Deptan 2005.

12

Page 27: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Bercak darah merata pada proventikulus.

Gambar 9. Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Flu burung dengan perdarahan

merata pada proventikulus. Sumber : Deptan 2005.

Perdarahan pada trachea.

Gambar 10. Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Flu burung dengan perdarahan pada

trachea. Sumber : Deptan 2005

Perdarahan pada ovarium dan pembendungan darah pada ovarium.

Gambar 11. Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Flu burung dengan perdarahan

dan pembendungan darah pada ovarium. Sumber : Deptan 2005

13

Page 28: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Perdarahan dan pembendungan darah pada usus.

Gambar 12. Gambaran patologis ayam yang terserang AI/Flu burung dengan perdarahan

usus. Sumber : Deptan 2005

Kematian unggas akhibat AI.

Gambar 13. Gambaran kematian ayam yang mengalami kematian mendadak akibat terserang

AI/Flu Burung. Sumber : Deptan 2005

2.1.6 Diagnosis Banding AI

Beberapa penyakit pada unggas mempunyai kemiripan gejala klinis dan

patologis dengan kasus avian influenza, sehingga perlu adanya keseriusan dan

ketelitian dalam melakukan diagnosa. Gejala penyakit yang mirip dengan avian

influenza adalah Newcastle Disease (ND/Tetelo), Cholera Unggas (Fowl Cholera)

yang akut dan infeksi saluran pernafasan atas (ISPA) pada unggas yang meliputi

Infeksius Bronchitis (IB) serta Infeksius Laringiotrachitis (ILT).

14

Page 29: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

2.1.6.1 Newcastle Disease

Newcastle Disease adalah penyakit zoonosis pada unggas yang sangat

menular dan menyerang spesies unggas domestik maupun unggas liar. ND

pertama kali ditemukan di Newcastle, Inggris tahun 1926 (Annonymous 2007b).

Newcastle Disease (ND) biasanya dikenal dengan tetelo. Virus ND adalah

paramixovirus (Copland 1987). Virus ND sangat virulent, bahkan banyak unggas

yang terserang virus ini mati tanpa menunjukkan tanda klinis dan dapat

mengakibatkan kematian sampai 100% pada unggas yang tidak divaksinasi

(Annonymous 2007b).

Virus ini dapat pula memberikan gangguan pada organ respirasi dan

mengakibatkan inflamasi pada trakhea bahkan menyebabkan hemoragi. Pada

kantung udara juga terlihat keruh dan terjadi kongesti. Pada tipe viscerotropic,

virus menyebabkan lesio yang hemoragic pada traktus intestinal dan pada

proventrikulus. Namun Newcastle Disease ada kalanya tidak menunjukkan lesio

besar yang patognomonik sehingga sulit dideteksi secara klinis. Pencegahan

dengan melakukan vaksinasi.

2.1.6.2 Fowl Cholera

Penyebab penyakit ini adalah bakteri Pasteurella gallinarum atau

Pasteurella multocida. Biasanya menyerang ayam pada usia 12 minggu. Penyakit

ini menyerang ayam petelur dan pedaging. Serangan penyakit ini bisa bersifat

akut atau kronis. Ayam yang terserang kolera akan mengalami penurunan

produktivitas bahkan mati. Bakteri ini menyerang pernapasan dan pencernaan.

Sedangkan pada serangan kronis didapatkan gejala sbb:

sesak napas.

jengger dan pial bengkak serta kepala berwarna kebiruan.

Lesi yang didapatkan pada unggas yang mengalami kematian pada kolera akut

antara lain adalah :

perdarahan pint-point pada membran mukosa dan serosa dan atau pada

lemak abdominal.

inflamasi pada 1/3 atas usus kecil.

gambaran “parboiled” pada hati.

15

Page 30: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

pembesaran dan pembengkakan limpa.

Diagnosis secara tentative dapat didirikan atas riwayat unggas, gejala dan

lesi postmortem. Sedangkan diagnosis definitive didapatkan pada isolasi dan

identifikasi organisme.

2.1.6.3 Infectious Bronchitis (IB)

Infectious Bronchitis (IB) merupakan penyakit pernafasan yang bersifat

akut dan sangat menular pada ayam. (Butcher et al. 2002). Virus penyebab IB

menginfeksi ayam pada segala umur dan menyebabkan kerugian pada industri

peternakan di dunia. Virus ini menyebabkan penyakit pernapasan, menurunkan

kualitas dan produksi telur, dan mengkibatkan kematian pada kasus yang nefritis

(McMartin,1993).Virus ini termasuk dalam famili Coronaviridae, berbentuk

pleomorfic walaupun umumnya rounded. Spike tidak dikemas seperti rodshapes

dari paramyxovirus (Cavanagh dan Naqi 1997).

Saluran pernafasan tidak dapat terinfeksi oleh IB pada ayam petelur

dewasa, tetapi akan menurunkan produksi telur hingga 60% dalam waktu 6 - 7

minggu yang diikuti dengan rendahnya mutu telur ayam. Informasi yang lain

menyebutkan bahwa ayam yang terserang penyakit ini dan berumur di bawah 3

minggu, kematian dapat mencapai 30-40%. Sering kali dalam satu serotipe dapat

diisolasi strain yang berbeda (Davelaar et al. 1984; Cook dan Huggins 1986; El

Houadfi et al. 1986; Avellaneda et al. 1994).

Gejala penyakit IB ini sangat sulit untuk dibedakan dengan penyakit

respiratori lainnya. Secara umum gambaran penyakit tersebut adalah:

susah bernapas, terengah-engah.

keluar lendir dari hidung.

pada periode layer akan didapatkan produksi telur yang sangat turun

hingga mendekati zero dalam beberapa hari.

2.1.6.4 Infectious Laringiotrachitis

Infectious Laryngotracheitis (ILT, LT) pada unggas merupakan penyakit

yang disebabkan oleh virus yang diindetifikasikan kelompok herpesvirus group A

yang mengakhibatkan penyakit pernafasan akut.(Bagust et al. 1986). ILT adalah

16

Page 31: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

penyakit pernapasan yang sangat berbahaya, yang mempunyai angka morbiditas

dan mortalitas yang sesuai dengan tingkat keparahannya. Penyakit ini mempunyai

arti penting di bidang ekonomi karena akan menurunkan produksi telur. Gejala

patologis yang timbul diantanya terjadi perdarahan/radang di daerah trachea dan

laryng.

2.1.7 Pemeriksaan Laboratorium

Kemunculan penyakit flu burung mematikan pada ternak unggas di

peternakan ayam ras pertama kali dilaporkan terjadi bulan Agustus 2003 di

beberapa kabupaten di Jawa Tengah. Hasil pengujian laboratorium diagnostik

kesehatan hewan ditemukan bahwa penyakit tersebut diduga akibat virus tetelo

atau ND (Newcastle Disease) yang sangat mematikan. Hingga bulan Oktober –

November 2003, kasus penyakit tersebut telah meningkat dengan jumlah kematian

tinggi dan menyebar ke lokasi lainnya yang kemudian diketahui sebagai flu

burung/Avian influenza. Penyakit tersebut selanjutnya menyerang juga pada

peternakan perbibitan serta peternakan ayam petelur (layer) dan ayam pedaging

(broiler). Jenis ternak unggas lainnya yang diserang adalah ayam kampung, itik,

dan burung puyuh (Renstra 2005).

Virus influenza dapat diisolasi di dalam sel kultur atau telur berembrio. Sel

line yang banyak digunakan untuk isolasi virus influenza adalah Mardin-Darby

canine kidney (MDCK). Ke dalam medium kultur in vitro perlu ditambahkan

tripsin untuk mengkatalisis cleavage HA. Pertumbuhan virus ditandai adanya

cytopathogenic effect (CPE), dan keberadaan virus dapat dideteksi dengan uji

hemaglutinasi (HA), haemagglutination inhibition (HI), agar gel immunodiffusion

test (AGID) atau PCR (WHO 2002; OIE 2005b). Isolasi virus di dalam telur

berembrio lebih tepat untuk strain avian, sementara untuk strain manusia

biasanya mengalami tekanan seleksi sehingga terjadi substitusi asam amino pada

RBS (ribosomal binding site) atau RBP (ribosomal binding pocket) sehingga

digunakan sel line (Ito et al. 1997).

Deteksi antigen virus dapat dilakukan dengan uji hemaglutinasi (HA) dan

PCR. Uji HA didasarkan atas kemampuan virus untuk menghemaglutinasi sel

darah merah, namun uji ini mempunyai diagnostik banding virus New-castle yang

17

Page 32: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

juga mempunyai kemampuan untuk menghemaglutinasi sel darah merah. Uji

haemaglutination inhibition (HI) dan agar gel immunodiffusion test (AGID)

dilakukan untuk mengetahui variasi antigenik molekul HA virus dengan

mereaksikannya dengan antibodi monoklonal/poliklonal (WHO 2002; OIE

2005b).

Deteksi dan sekaligus sub-typing virus influenza dapat dilakukan dengan

reverse transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR) menggunakan primer

spesifik. Reverse transcriptase (RT) adalah enzim yang diperlukan untuk

membuat cDNA yang bersifat komplementer dengan RNA viral. cDNA

selanjutnya diperbanyak pada sekuen genom spesifik menggunakan sepasang

primer oligonukleotida menggunakan teknik PCR. PCR merupakan metode

alternatif untuk mengidentifikasi virus AI, meskipun gen virus hanya terdapat

dalam jumlah sedikit (Poddar 2002; Payungporn 2004; WHO 2002; OIE 2005b).

2.1.8 Penularan AI

Sebagai penyakit yang disebabkan oleh virus, avian influenza sangat

mudah menular. Penularan atau transmisi dari virus influenza secara umum dapat

terjadi melalui inhalasi, kontak langsung, ataupun kontak tidak langsung (Bridges

et.al. 2003).

Penularan dapat terjadi melalui kontak langsung dengan sekresi dari

unggas terinfeksi, pakan, air, peralatan dan baju yang terkontaminasi(Komnas

FBPI 2007). Serangga, tikus, dan parasit serta manusia dapat berperan sebagai

vektor mekanis dalam menularkan virus ini. Sejauh ini belum ada bukti virus

HPAI ditularkan secara horizontal.

Virus dapat bertahan hidup pada suhu dingin. Bahan makanan yang

didinginkan atau dibekukan dapat menyimpan virus. Tangan harus dicuci sebelum

dan setelah memasak atau menyentuh bahan makanan mentah.

2.1.8.1 Penularan pada unggas

Penyebaran virus HPAI selain melalui aktivitas migrasi burung-burung liar

yang merupakan inang alami virus penyebab, dapat pula terjadi melalui kontak

langsung dengan hewan terinfeksi, feses, air minum, udara di daerah tercemar,

18

Page 33: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

peralatan kandang tercemar, serta secara sekunder melalui pekerja kandang,

kendaraan pengangkut, pakan, dan lain-lain yang berasal dari daerah tercemar.

Virus HPAI ini dapat hidup pada temperatur lingkungan dalam jangka waktu yang

lama dan dapat bertahan hidup pada bahan-bahan yang telah dibekukan. Satu

gram dari feses hewan yang terinfeksi virus ini mengandung virus yang cukup

untuk menginfeksi satu juta unggas (FR 2005).

Virus AI ini dapat menular antar unggas satu peternakan dengan

peternakan lainya melalui kontak langsung dari hewan yang trinfeksi dengan

hewan sehat yang peka. Penularan secara tidak langsung penularan AI ini dapat

terjadi melalui :

Dropet aerosol cairan/lendir yang berasal dari hidung dan air mata.

Paparan muntahan.

Lubang anus (tinja) dari unggas yang sakit.

Penularan melaui aerosol merupakan penularan yang paling utama

karena konsentrasi virus yang tinggi dalam saluran pernafasan.

Manusia (melalui sepatu dan pakaian) yang terkontaminasi.

Pakan, air, dan peralatan yang terkontaminasi virus AI.

Penyebaran melaui perantara angin memegang peranan penting dalam

penularan penyakit dalam satu kandang dan sangat terbatas ke kandang

yang lain.

Penularan Flu burung (H5N1) pada unggas terjadi secara cepat dengan

kematian tinggi. Penyebaran penyakit ini terjadi diantara populasi unggas satu

pertenakan, bahkan dapat menyebar dari satu pertenakan ke peternakan daerah

lain. Sedangkan penularan penyakit ini kepada manusia dapat melalui udara yang

tercemar virus tersebut, baik yang berasal dari tinja atau sekreta unggas terserang

Flu Burung.

2.1.8.2 Penularan pada manusia

Sebenarnya virus flu burung tidak mudah menular kepada manusia. Tetapi

hal ini bisa berubah karena terjadinya reassortant (bercampurnya materi genetik

virus influenza pada hewan dan manusia) sehingga dalam perkembangannya

19

Page 34: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

penyakit flu burung tidak hanya menyerang unggas, tetapi juga menyerang

manusia (zoonotik) (Renstra 2005).

Kebanyakan kasus infeksi flu burung H5N1 pada manusia adalah akibat

dari kontak langsung atau dekat dengan unggas yang terinfeksi (mis. ayam, bebek

dan kalkun piaraan) atau permukaan yang mungkin terkontaminasi oleh kotoran

burung yang terinfeksi. Pandemi influenza akan timbul jika flu burung

bermutasi/berubah sehingga dapat dengan mudah ditularkan dari satu orang

kepada orang lain (Annonymous 2007).

Pandemi influenza dapat timbul dari perubahan yang terjadi dalam flu

burung tertentu yang sangat patogenik, tetapi tidak ada orang yang tahu kapan

atau bahkan apakah hal ini akan terjadi (CDC. 2007a). Dewasa ini, belum ada

laporan kasus penularan flu burung dari manusia kepada manusia yang

berkelanjutan (Annonymous 2007).

Orang yang terinfeksi jenis virus flu burung yang ada dewasa ini (H5N1)

menunjukkan segala macam gejala dari gejala umum yang mirip influenza

manusia (demam,tenggorokan sakit, dan otot terasa sakit-sakit) sampai radang

paru-paru, penyakit pernafasan berat, dan komplikasi lain yang mengancam jiwa.

Gejala flu burung dapat tergantung pada subtipe dan jenis dari virus tertentu yang

menyebabkan infeksi yang bersangkutan (Annonymous 2007).

Kasus kejadian HPAI pada manusia yang dilansir badan kesehatan dunia

(WHO) hingga 25 Juli 2007 adalah 319 kasus dengan 192 korban meninggal

dunia (WHO 2007). Sebagian besar kasus infeksi HPAI pada manusia disebabkan

penularan virus dari unggas ke manusia (Beigel et al. 2005).

Bukti bahwa terjadinya transmisi dari manusia ke manusia sangat jarang

ditemukan. Namun demikian berdasarkan beberapa kejadian dimana terjadi

kematian pasien yang berkerabat dekat disebabkan oleh infeksi virus H5N1 (Hien

et al.2004)

Tidak ada risiko yang ditimbulkan dalam mengkonsumsi daging unggas

yang telah dimasak dengan baik dan matang (Mounts et al.1999). Beberapa

penelitian telah dilakukan untuk mengetahui risiko terinfeksi H5N1 bagi para

pakerja atau peternak unggas (Bridges et al. 2002), penelitian tentang risiko

tenaga kesehatan yang menangani pasien avian influenza A (Schults et al. 2005),

20

Page 35: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

dan juga penelitian tentang kemungkinan transmisi virus H5N1 pada binatang

lainnya.

2.1.8.3 Penularan pada mamalia lain

Dari hasil penelitian yang dilakukan dengan cara memberi makan binatang

seperti kucing, macan, ataupun macan tutul dengan unggas yang terinfeksi dengan

H5N1 terbukti bahwa binatang pemakan daging tersebut dapat mengalami

kelainan paru berupa pneumonia dan kerusakan pada rongga alveolar yang dapat

menyebabkan kematian (Keawcharoen et al. 2004; Kuiken et al. 2004).

Beberapa hewan yang ditengarai ikut menularkan virus AI itu adalah

kucing dan babi. Namun dari beberapa penelitian yang telah dilakukan, belum ada

indikasi hewan-hewan tersebut ikut menularkan virus AI. Di Bali, masyarakat

banyak yang memelihara babi dan sejauh ini tidak ada masalah. Demikian juga

dengan kasus di beberapa negara seperti Thailand dan Malaysia.

Di Bangkok, Thailand semua kucing dalam suatu tempat pemukiman pada

2004 lalu mati karena terinfeksi virus flu burung. Demikian pula harimau dan

macan kumbang di kebun binatang Thailand yang juga mati akibat virus H5NI.

Pada 2006 dua ekor kucing yang tinggal di dekat pemukiman di Irak mati akibat

virus AI. Di Jerman ada tiga ekor kucing yang mengalami nasib serupa setelah

menyantap burung yang positif terjangkit virus AI (Suara Merdeka 2007).

2.1.9 Epidimiologi AI

Epidemiologi adalah studi distribusi, determinan-determinan dan frekuensi

penyakit (termasuk peristiwa peristiwa lain yang berkaitan dengan kesehatan)

dalam populasi-populasi. Epidemiologi diperlukan dalam upaya pengendalian dan

pemberantasan penyakit pada populasi di suatu area/wilayah tertentu.

Virus flu burung (Avian influenza) adalah virus influenza A yang sering

sekali terdapat pada burung. Virus flu burung berbeda dari virus-virus yang

biasanya menyerang manusia. Subtipe virus flu burung banyak junlahnya dan

berbeda-beda termasuk H7 dan H5. Virus flu burung biasanya tidak menyerang

manusia, namun sejak 1997 ada laporan mengenai adanya infeksi dan wabah pada

manusia. Oleh karena virus flu burung biasanya tidak menyerang manusia, maka

21

Page 36: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

risiko terserang flu burung bagi kebanyakan orang itu rendah. Influenza A (H5N1)

adalah subtipe virus influenza A. Virus ini mudah ditularkan di antara burung dan

dikenal bersifat endemik dan sering berakibat fatal dalam populasi burung,

terutama di Asia Tenggara. Biasanya H5N1 tidak menyerang manusia, tetapi

sudah pernah terjadi infeksi pada manusia. Infeksi pada manusia diketahui timbul

dari orang yang mengalami kontak langsung atau dekat dengan unggas yang

terinfeksi atau permukaan yang terkontaminasi. H5N1 sulit menular dari

seseorang kepada orang lain.

2.1.10 Bahaya Pandemi AI

Unggas air yang bermigrasi seperti belibis, bangau dan bebek liar (yang

ada di negara empat musim) adalah reservoir alamiah dari virus avian influenza

(AI), burung-burung ini lebih tahan terhadap infeksi. Ternak domestik, termasuk

ayam dan kalkun, adalah yang paling mudah terkena dampak fatal dengan cepat

dari epidemi influenza dan bila meluas akan menjadi kejadian pandemi.

Semua virus influenza tipe A, termasuk yang menyebabkan epidemi

musiman pada manusia, secara genetik sangat labil dan dapat beradaptasi dengan

cepat menghindari mekanisme pertahanan tubuh (antibody) si penjamu (host).

Virus-virus influenza kurang mempunyai mekanisme untuk “proofreading” atau

“memperbaiki kerusakan struktur” dan memperbaiki kecacatan/perbedaan yang

muncul selama replikasi.

Kecendrungan virus-virus influenza mengalami perubahan antigenik yang

permanen dan cukup sering ini menyebabkan WHO memonitor situasi influenza

di dunia dalam programnya WHO Global Influenza Programme dimulai sejak

tahun 1947. Setiap tahun setelah melakukan pemantauan pada 4 pusat penelitian

kolaborasi WHO yang mendapat data dari 112 institusi dari 83 negara.

Virus influenza mempunyai karakteristik kedua yang memicu

keprithatinan dari kesehatan masyarakat. Virus influenza tipe A, termasuk

subtipe-subtipe dari spesies yang berbeda (Avian maupun manusia), dapat

berubah atau materi-materi genetiknya dapat bertukaran dan tersusun baru

“reassort”. Antigenik shift akan menghasilkan jenis subtipe yang baru yang

berbeda dari kedua induknya. Oleh karena populasi manusia tidak mempunyai

22

Page 37: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

imunitas terhadap subtipe baru, dan tidak ada vaksin yang tersedia untuk

memberikan proteksi, antigenic shift dalam sejarah menghasilkan pandemi

(wabah raya) yang sangat mematikan. Hal ini terutama akan muncul, bila subtipe

baru mempunyai gen dari virus influenza manusia sehingga dapat menular dari

orang ke orang pada periode yang terus menerus. Kondisi yang memungkinkan

munculnya antigenic shift telah lama diketahui melibatkan manusia yang hidup

atau tinggal dekat ternak domestik dan babi. Oleh karena babi mudah terkena

infeksi baik dari avian maupun dari virus-virus mamalia termasuk virus

Virus avian influenza secara normal tidak menginfeksi diluar spesies

unggas dan babi. Kasus pertama infeksi avian influenza pada manusia muncul di

Hongkong pada tahun 1997. Pada waktu itu strain H5N1 menyebabkan penyakit

pernapasan yang berat pada 18 pasien, yang mana 6 diantaranya meninggal.

Infeksi pada manusia merupakan koinsidensi dari epidemi avian influenza yang

sangat menular (H5N1) yang terjadi pada hewan-hewan ternak. Investigasi yang

ekstensif dari wabah mencerminkan bahwa kontak yang dekat dengan ternak

hidup yang terinfeksi merupakan sumber infeksi pada manusia. Studi pada tingkat

genetik lebih lanjut mencerminkan bahwa pindahnya virus dari unggas ke

manusia. Penularan pada beberapa pekerja kesehatan (terbatas) muncul, tetapi

tidak menyebabkan kasus penyakit yang berat.

2.2 Indonesia

2.2.1 Teritorial Indonesia

Indonesia adalah negara kepulauan terbesar di dunia yang mempunyai

17.508 pulau. Indonesia terbentang antara 6 derajat garis lintang utara sampai 11

derajat garis lintang selatan, dan dari 97 derajat sampai 141 derajat garis bujur

timur serta terletak antara dua benua yaitu benua Asia dan Australia/Oceania.

Posisi strategis ini mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kebudayaan,

sosial, politik, dan ekonomi.(Annonymous 2007a).

Wilayah Indonesia terbentang sepanjang 3.977 mil antara Samudra Hindia

dan Samudra Pasifik. Apabila perairan antara pulau-pulau itu digabungkan, maka

luas Indonesia menjadi1.9 juta mil persegi. Lima pulau besar di Indonesia adalah :

Sumatera dengan luas 473.606 km persegi, Jawa dengan luas 132.107 km persegi,

23

Page 38: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Kalimantan (pulau terbesar ketiga di dunia) dengan luas 539.460 km persegi,

Sulawesi dengan luas 189.216 km persegi, dan Papua dengan luas 421.981 km

persegi.(Wikipedia 2007)

Iklim tropis dan wilayah agraris ini menjadikan sebagian besar penduduk

Indonesia bercocok tanam. Peternakan merupakan salah satu alternatif usaha

disamping bidang peternakan. Peternakan sebagian besar dilakukan secara

tradisional dan sederhana.

Indonesia sebagai negara tropis kepulauan mempunyai arti tersendiri bagi

kondisi penyakit hewan. Masing-masing penyakit terkadang menunjukkan gejala

klinis yang berbeda antar daerah. Daerah tropis merupakan tempat yang subur

untuk beberapa penyakit hewan.

2.2.1 Kondisi Perunggasan Indonesia

Di Indonesia,menurut data dari Ditjen Bina Produksi Peternakan populasi

unggas merupakan terbesar dari sektor peternakan yang lainnya. Pada tahun 2004

populasi 271 juta ekor dengan angka pertumbuhan – 1,9 % per tahun. Ayam

broiler mencapai populasi 895 juta ekor dengan angka pertumbuhan 5,9 % per

tahun. Ayam layer atau petelur dengan populasi 80 juta ekor dengan angka

pertumbuhan 1,8 % per tahun.( Ditjenak 2004)

Sistem peternakan unggas Indonesia dibagi kedalam 4 kategori sektor yang

didasarkan pada tipe usaha dan tingkat biosekuriti.

Sektor 1 adalah sistem industri perunggasan yang terpadu. Kelompok

Industri perunggasan ini menerapkan sistem biosekuriti tingkat tinggi dan

hasilnya dijual secara komersial di wilayah kota atau diekspor.

Sektor 2 adalah kelompok usaha unggas yang masuk ke dalam sistem

produksi unggas komersial dengan menerapkan sistem biosekuriti tingkat

menengah sampai tinggi. Hasil produksinya dijual di wilayah perkotaan

dan desa.

Sektor 3 adalah kelompok usaha peternakan unggas yang hampir sama

dengan sektor 2 akan tetapi sistem biosekuriti yang diterapkannya masih

tingkat bawah.

24

Page 39: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Sektor 4 adalah kelompok usaha peternakan yang sistem pemeliharaannya

dengan cara sistem backyard (dilepas di alam bebas, tanpa di kandangkan)

dan sistem biosekuritinya sangat kurang. Tipe usaha unggas semacam ini

berpusat di wilayah desa dan merupakan usaha sambilan untuk memperleh

tambahan pendapatan atau untuk dikonsumsi sendiri.

Gambar 14. Diagram sistem industri perunggasan di Indonesia

Di Indonesia dikenal ada dua sistem peternakan yang dianut yaitu:

Sistem peternakan tunggal, yaitu sistem usaha peternakan yang memelihara satu

jenis ternak tanpa dicampur dengan jenis ternak lainnya, misalnya ternak unggas

yang tidak dicampur dengan usaha peternakan babi di dalam satu lokasi/kawasan

peternakan. Sistem peternakan campuran (mixed farming), yaitu sistem usaha

peternakan yang memelihara lebih dari satu jenis ternak dicampur dengan jenis

ternak lainnya misalnya : ayam , entok, kambing dan sapi dalam satu lokasi atau

kawasan (Deptan 2006).

Sistem Produksi Unggas

Sektor 2 :PRODUKSI

KOMERSIAL(Biosecurity tinggi dan

vaksinasi)

Sektor 1 :INDUSTRI

TERINTEGRASI(Biosecurity tinggi dan

vaksinasi )

Sektor 3 :PRODUKSI

KOMERSIAL(Biosecurity rendah

dan vaksinasi)

Sektor 4 :PETERNAKAN

AYAM KAMPUNG,(TANPA

BIOSECURITY dantanpa vaksinasi)

Peternakan BesarKomersial

20.000-500.000 ekor

Peternakan KecilKomersial

1000-20.000 ekor

Peternakan Kecil Komersial

1.000-20.000 ekor

PeternakanAyam Kampung dan

Puyuh1-10 ekor

25

Page 40: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

BAB III

MATERI DAN METODA

3.1. Waktu dan Tempat Penelitian.

Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan April sampai bulan Juli 2007 yang

bertempat di Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, perpustakaan

LSI-IPB, perpustakaan Balivet, Cyber-mahasiswa IPB.

3.2. Materi

Materi yang digunakan dalam studi pustaka ini didapatkan berupa data

sekunder yang didapat dari jurnal, buku, dan keliping dari berbagai sumber

informasi dari internet dan media cetak serta data dari Komite Nasional

Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza

(Komnas FBPI) dan Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza Pusat (UPP-AI

Pusat) Departemen Pertanian (Deptan).

3.3. Metode.

Penelitian ini menggunakan metode penelusuran pustaka dari berbagai

sumber informasi dan data publik sebagai data sekunder. Studi pustaka ini dikaji

dengan penelusuran data dan informasi yang sudah dipublikasikan ke publik dan

mengolahnya sehingga menjadi informasi yang falid.

Page 41: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

BAB IV

PEMBAHASAN

4.1. Sejarah AI di Indonesia

Sebelum tahun 2003 Indonesia merupakan negara yang bebas dari HPAI

meskipun pada saat itu Balitvet pernah mengisolasi virus influenza Tipe A dari

itik dan berbagai jenis burung, namun semua isolate tersebut semuanya tergolong

dalam Low Pathogenic Avian Influenza (LPAI) dengan subtype H4N2 dan H4N6

(Komnas FBPI 2007).

Virus Avian Influenza pertama kali ditemukan di Indonesia pada

pertengahan Agustus 2003 di peternakan ayam komersial. Virus Avian Influenza

ini menyebar dengan cepat ke berbagai wilayah di Jawa, kemudian meluas ke

Sumatera Selatan, Bali, dan daerah lain di Indonesia.

4.2. Perkembangan AI di Indonesia

Seiring waktu kasus demi kasus Avian Influenza (flu burung) di Indonesia

terus berkembang. Unggas yang menderita influenza H5N1 dapat mengeluarkan

virus dengan jumlah yang besar dalam kotorannya. Virus tersebut dapat bertahan

hidup di air sampai 4 hari pada suhu 22oC dan lebih dari 30 hari dalam suhu 30oC.

Di dalam tinja unggas dan dalam tubuh unggas yang sakit dapat bertahan lebih

lama, tetapi akan mati pada pemanasan 60oC selama 30 menit (Anonimus 2006c).

4.2.1 Mutasi Virus AI

Vasin AI yang diterapkan secara massal di kalangan peternak unggas,

belum memiliki tingkat kompatibilitas memadai untuk mengatasi unsur patogen

dari virus H5N1. Vaksin tersebut berpotensi menjadi sumber mutasi virus baru

(Zarkasie 2007).

Penelitian pada saat ini telah menemukan bahwa virus-virus influenza

yang tadinya tidak patogen, setelah bersirkulasi beberapa saat pada populasi

peternakan, dapat bermutasi menjadi virus-virus yang sangat menular. Selama

epidemi di Amerika pada tahun 1983-1984, awalnya virus H5N2 menyebabkan

kematian dalam jumlah yang sedikit, namun dalam enam bulan berikutnya

Page 42: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

berubah menjadi sangat menular, dengan tingkat mortalitas mendekati 90%.

Tingkat pencegahan wabah menghasilkan depopulasi terhadap 17 juta unggas

dengan biaya hampir 65 juta U S $. Selama epidemi di Itali tahun 1999-2001,

virus H7N1, mulanya tidak terlalu menular, tetapi dalam waktu 9 bulan virus

bermutasi menjadi sangat menular. Menyebabkan 13 juta unggas mati atau

dimusnahkan (CDC 2006).

Sampai saat ini belum ada bukti yang menunjukkan secara tepat adanya

penularan dari manusia ke manusia. Orang yang mempunyai risiko tinggi untuk

tertular adalah orang-orang yang sering berhubungan langsung (kontak langsung)

dengan unggas, misalnya pekerja di peternakan ayam, pemotong ayam dan

penjamah produk unggas lainnya.

4.2.2 Sifat dan Penampakan AI

Penyakit AI ini dibawa oleh segala jenis unggas, yaitu ayam, itik, angsa,

burung dll. Avian influenza (H5N1) dapat menyebar dengan cepat diantara

populasi unggas dalam satu peternakan dan menimbulkan kematian yang sangat

cepat dan tinggi. Bahkan menyebar antar peternakan dari suatu daerah ke daerah

lain. Penyakit ini juga dapat menyerang manusia melalui udara yang tercemar

oleh virus tersebut, yang berasal dari sekret atau tinja unggas yang menderita flu

burung tersebut.

Pada awal terjadi wabah AI di Indonesia tahun 2003 kasus AI pada

unggas menunjukkan gejala klinis dan patologis. Virus Avian Influenza sebagai

penyebab flu burung pada unggas mempunyai kemampuan untuk bermutasi

menjadi lebih ganas (H5N1) yang mampu menginfeksi manusia. Kemampuan dari

virus AI ini terjadi karena keberhasilan beradaptasi dengan lingkungannya

sehingga meskipun unggas sehat, tetapi merupakan mesin biologis dalam

memproduksi virus yang akan mencemari lingkungan (Wibawan 2007).

4.2.3 Kasus Kejadian AI

Seiring berjalannya waktu, maka media masa baik dalam negeri maupun

mancanegara seperti koran, majalah, tabloid dan media elektronik mulai

menyuarakan berbagai kasus kejadian AI di Indonesia yang terus berkembang.

28

Page 43: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Dari hari ke hari kasus AI menjadi topik pemberitaan media. Pemberiataan media

ini terkadang terlalu bombastis sehingga menimbulkan keresahan dan ketakutan di

masyarakat.

4.2.3.1 Kejadian AI Pada Unggas

Awalnya pada tahun 2003, virus Avian Influenza menyerang di 9 provinsi

atau sekitar 57 kabupaten/kota dengan tingkat kematian unggas kurang lebih

4.179.270 ekor. Pada tahun 2004 kasus flu burung pada unggas sudah menyebar

ke 17 provinsi atau sekitar 107 kabupaten/kota dengan tingkat kematian unggas

menjadi 5.014.273 ekor. Tahun 2005, menyebar lagi menjadi 25 provinsi atau

sekitar 162 kabupaten/kota dengan kematian unggas sekitar 1.066.372 ekor.

Sedangkan sampai dengan saat ini (Juli 2007) virus Avian Influenza untuk kasus

pada unggas telah endemis di 32 dari 33 provinsi di Indonesia atau sekitar 216

kabupaten/kota dari 444 kabupaten/kota yang ada di Indonesia. Provinsi yang

dilaporkan belum ada kasus Avian Influenza pada unggas yaitu propinsi Maluku

Utara.

TahunJumlah unggas dilaporkan terserang

AI (dalam ribuan ekor)Jumlah Propinsi yang

dinyatakan terjangkit AI2003 4.123,791 92004 5.327,393 172005 643,622 252006 1.333,327 302007 84,729* 31**

Keterangan :Sumber data UPP-AI Departemen Pertanian (Laporan Dinas). * Data sampai 9 Maret 2007 (Deptan). ** Data sampai 27 Juli 2007 (Komnas FBPI).

Tabel 1.Jumlah unggas yang dilaporkan terserang AI dan perseberannya di Indonesia (2003-2007).

Pada unggas terutama unggas komersil ancaman flu burung atau Avian

influenza masih tetap tinggi, sehingga diperlukan vaksinasi untuk meningkatkan

atibodi terhadap virus flu burung (AI). Untuk unggas liar vaksinasi belum

diperlukan karena akan mengalami kesulitan baik dalam aplikasi maupun

mengontrol keberadaan unggas liar yang mempunyai kecenderungan tidak

menetap atau berpindah-pindah tempat. Bagi unggas domestik/komersil vaksin AI

yang beredar terdiri dari 12 merek vaksin yang digunakan dan diizinkan

29

Page 44: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

pemerintah, terdiri dari vaksin seed subtipe H5N1, H5N2 dan H5N9 (Deptan

2007).

Gambar 15 . Grafik jumlah unggas yang unggas yang dilaporkan UPP-AI terjangkitAvian influenza (AI) dari tahun 2003 hungga Juli 2007

Dalam perkembangan berikutnya, dunia mengamati bahwa sifat penyakit

HPAI ini mulai berubah, di mana wabah menjadi lebih sering timbul dalam

rentang waktu lima tahun belakangan ini (2000-2004). Sejak penyakit HPAI

diketahui mampu menyerang manusia di Hongkong pada tahun 1997 yang lalu,

tercatat ada 20 kali terjadi wabah di dunia termasuk 10 negara Asia dengan

dampak kematian unggas, baik karena sakit maupun dimusnahkan, mencapai lebih

dari 150 juta ekor. Ini menunjukkan bahwa virus AI telah bermutasi menjadi jauh

lebih ganas daripada sebelumnya dan bahkan menjadi potensi ancaman bagi

kesehatan manusia (Naipospos 2004).

4.2.3.2 Kejadian AI Pada Manusia

Di Indonesia kasus kejadian AI pada manusia pertama kali ditemukan di

Tangerang pada Juli 2005. Hal ini merupakan babak baru perkembangan Avian

Influenza (flu burung) yang memiliki kemampuan untuk menginfeksi manusia.

41235327

6431333

840200040006000

Jum

lah

(ribu

anek

or)

2003 2004 2005 2006 2007

Tahun Kajadian

Jumlah Unggas Yang Dilaporkan Terjangkit AI (UPP-AI)

Unggas terserang AI

30

Page 45: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Konfirm(Tahun 2005)

Konfirm (Tahun 2006)

Konfirm(Tahun 2007) Total KasusNo Provinsi

K MCFR(%) K M

CFR(%) K M

CFR(%) K M

CFR(%)

1 DKI Jakarta 8 7 87,50 10 9 90,00 7 6 85,71 25 22 88,00

2 Banten 5 4 80,00 4 4 100,00 4 3 75,00 13 11 84,62

3 Jawa Barat 3 2 66,67 22 18 81,82 4 3 75,00 29 23 79,31

4 Jawa Tengah 1 0 0,00 3 3 100,00 5 5 100,00 9 8 88,89

5 Jawa Timur 0 0 5 3 60,00 2 2 100,00 7 5 71,43

6 Sumatera Utara 0 0 7 6 85,71 1 1 100,00 8 7 87,50

7 Sumatera Barat 0 0 2 0 0,00 1 1 100,00 3 1 33,33

8 Lampung 3 0 0,00 0 0 0 0 3 0 0,00

9 Sulawesi Selatan 0 0 1 1 100,00 0 0 1 1 100,00

10 Sumatera Selatan 0 0 0 0 1 1 100,00 1 1 100,00

11 Riau 0 0 0 0 3 2 66,67 2 2 100,00

TOTAL 20 13 65,00 54 44 81,48 28 24 85,71 102 81 79,41Keterangan; K = kasus M = meninggal CFR = case fatality rateSumber : Progres Report bulan Juli 2007, data komnas FBPI.

Tabel 2. Data persebaran jumlah kasus AI pada manusia di Indonesia (Juli 2005 – Juli 2007)

Kejadian Luar Biasa (KLB) adalah salah satu status yang diterapkan di

Indonesia untuk mengklasifikasikan peristiwa merebaknya suatu wabah

penyakit.Status Kejadian Luar Biasa diatur oleh Peraturan Menteri Kesehatan RI

No. 949/MENKES/SK/VII/2004. Kejadian Luar Biasa dijelaskan sebagai

timbulnya atau meningkatnya kejadian kesakitan atau kematian yang bermakna

secara epidemiologis pada suatu daerah dalam kurun waktu tertentu.Kriteria

tentang Kejadian Luar Biasa mengacu pada Keputusan Dirjen No. 451/91, tentang

Pedoman Penyelidikan dan Penanggulangan Kejadian Luar Biasa. Menurut aturan

itu, suatu kejadian dinyatakan luar biasa jika ada unsur: (Wikipedia 2007).

Timbulnya suatu penyakit menular yang sebelumnya tidak ada atau tidak

dikenal.

Peningkatan kejadian penyakit/kematian terus-menerus selama 3 kurun

waktu berturut-turut menurut jenis penyakitnya (jam, hari, minggu)

Peningkatan kejadian penyakit/kematian 2 kali lipat atau lebih

dibandingkan dengan periode sebelumnya (jam, hari, minggu, bulan,

tahun).

31

Page 46: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Jumlah penderita baru dalam satu bulan menunjukkan kenaikan 2 kali lipat

atau lebih bila dibandingkan dengan angka rata-rata perbulan dalam tahun

sebelumnya.

Gambar 16. Grafik jumlah kasus kejadian AI pada manusia di Indonesia

Dari data yang diperoleh dari Komnas FBPI tersebut diatas dapat diketahui

perkembangan kasus kejadian flu burung di Indonesia dari tahun demi tahun terus

meningkat baik dalam jumlah korban manusia maupun jumlah propinsi asal

korban. Sehingga ditakutkan akan terjadi pandemi flu burung yang dimulai dari

Indonesia.

Kasus flu burung pada manusia menurut badan kesehatan dunia (WHO),

juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Jumlah negara yang terserang

flu burung juga meningkat. Dari tahun 2003 hingga Juli 2007 terjadi kasus flu

burung pada manusia sebanyak 319 kasus dengan kematian 192 orang. Indonesia

menepati posisi pertama dalam jumlah kasus dan korban meninggal akibat flu

burung ini. Dengan kejadian ini maka ditakutkan akan terjadi adanya pandemik

flu burung yang akan dimulai dari Indonesia. Banyak riset-riset penelitian

dilakukan dalam rangka pencegahan kasus pandemik diantaranya pembuatan

vaksin AI untuk manusia yang mulai diproduksi masal.

Grafik Perkembangan Flu Burung Pada Manusia di Indonesia(Komnas FBPI)

20

54 58

13

44

24

0

20

40

60

80

2005 2006 2007Tahun

Jum

lah

(ora

ng)

Kasus flu burung

Kematian akibat fluburung

32

Page 47: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Tabel 3. Data kumulatif kasus Avian Influenza pada manusia hingga 25 Juli 2007(WHO)

Flu burung tidak dapat didiagnosa berdasarkan gejalanya saja. Perlu

diadakan uji laboratorium. Flu burung pada manusia biasanya didiagnosa dengan

mengambil spesimen (swab) dari hidung atau tenggorokan selama hari-hari

pertama sang pasien sakit. Spesimen ini kemudian dikirim ke laboratorium. Di

sini para ahli kesehatan mencari virus flu burung dengan menggunakan tes

molekul atau mencoba membiakkan virus tersebut. Membiakkan virus flu burung

sebaiknya hanya dilakukan di laboratorium yang menjalankan prosedur bioscurity

dan biosafety. Jika pasien sudah lama menderita sakit, mungkin sulit untuk secara

langsung menemukan virus flu burung dengan cara ini. Jika demikian halnya,

masih mungkin untuk mendiagnosa flu burung dengan mencari tanda-tanda reaksi

tubuh terhadap virus. Akan tetapi ini tidak selalu bisa menjadi pilihan, karena

diperlukan dua spesimen darah (satu diambil selama hari-hari pertama sakit dan

satu lagi beberapa minggu kemudian), dan mungkin diperlukan waktu beberapa

minggu untuk memverifikasi hasilnya (annonymous 2006).

33

Page 48: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Gambar 17. Grafik perkembangan AI pada manusia di dunia

Kasus pada manusia ini oleh Departemen Kesehatan RI dikategorikan

menjadi tiga hal yaitu:

1. Kasus Suspek

Kasus suspek adalah seseorang yang menderita ISPA dengan gejala

demam (temp > 38°C), batuk dan atau sakit tenggorokan dan atau beringus

serta dengan salah satu keadaan;

Seminggu terakhir mengunjungi petemakan yang sedang berjangkit

KLB flu burung.

Kontak dengan kasus konfirmasi flu burung dalam masa penularan

Bekerja pada suatu laboratorium yang sedang memproses spesimen

manusia atau binatang yang dicurigai menderita flu burung.

2. Kasus Probabel

Kasus probabel adalah kasus suspek disertai salah satu keadaan;

Bukti laboratorium terbatas yang mengarah kepada virus influenza

A (H5N1), misal : Test HI yang menggunakan antigen H5N1.

Dalam waktu singkat berlanjut menjadi pneumonial gagal

pernafasan/ meninggal.

Grafik Perkembangan Kasus Flu Burung Pada Manusia di Dunia (WHO)

4

46

98

115

56

4

3243

79

34

0

20

40

60

80

100

120

140

2003 2004 2005 2006 2007

Tahun

Jum

lah

(ora

ng)

Kasus flu burung

Kematian akhibat fluburung

34

Page 49: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Terbukti tidak terdapat penyebab lain.

3. Kasus Konfirmasi

Kasus komfirmasi adalah kasus suspek atau probabel didukung oleh salah

satu hasil pemeriksaan laboratorium;

Kultur virus influenza H5N1 positip.

PCR influenza (H5) positip.

Peningkatan titer antibodi H5 sebesar 4 kali (dari pemeriksaan

awal)

Pada kasus kejadian di manusia gejala klinis yang ditemui seperti gejala

flu pada umumnya, yaitu; demam, sakit tenggorokan. batuk, ber-ingus, nyeri otot,

sakit kepala, lemas. Dalam waktu singkat penyakit ini dapat menjadi lebih berat

berupa peradangan di paru-paru (pneumonia), dan apabila tidak dilakukan

tatalaksana dengan baik dapat menyebabkan kematian (Depkes 2007).

4.2.3.3 Kejadian AI Pada Mamalia Lain

Menurut laporan beberapa ahli virus AI telah menginfeksi beberapa

spesies mamalia. Diantara mamalia yang pernah dan bisa terpapar AI adalah babi,

kucing, hariamau dan musang. Hal ini bisa terjadi karena pengaruh rantai

makanan, sehingga hewan-hewan tersebut akan mendekati wilayah teritorial

mangsa mereka (unggas) yang terpapar AI yang sudah tentu di daerah itu banyak

sekali virus AI. Para predator baik secara sengaja ataupun tidak dapat tertular oleh

virus AI.

Disamping karena hubungan jaring-jaring makanan, virus AI dapat

menular ke mamalia lain melalui lingkungan yang telah tercemar oleh virus.

Keberadaan burung liar terutama unggas air yang biasa bermigrasi memegang

peranan yang cukup penting dalam persebaran AI dan pencemar lingkungan.

Unggas migrasi biasanya melakukan perjalanan jauh secara berkelompok baik

kelompok besar maupun kecil.

35

Page 50: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

4.3.Dampak Kerugian Akibat AI

Seiring kemunculan wabah Avian Influenza di Indonesia khususnya HPAI

(Hight Pathogenic Avian Influenza) telah membawa dampak kerugian yang luar

biasa bagi masyarakat Indonesia. Kerugian ini baik berupa kerugian materi

ataupun secara psikis yang mendorong terhadap kecemasan publik yang dapat

menggangu kestabilitasan negara.

4.3.1 Kerugian Bidang Peternakan

Sektor peternakan terutama peternakan unggas sangat terpukul atas

kejadian AI di negeri ini. Banyak peternak yang merugi alias pailit karena ternak

mereka banyak yang mati (Trobos 2005). Disamping itu harga jual hasil ternak

mereka terutama broiler, jatuh karena pasar yang lesu akan permintaan unggas

dan produk unggas (Infovet 2005). Peternak juga harus mengeluarkan dana ekstra

dalam rangka pelaksanaan bio-sekuriti dan vaksin untuk ternak mereka.

Semenjak ditutupnya pintu ekspor unggas yang berasal dari Indonesia

membuat beberapa peternak besar mengurangi jumlah ternak unggas mereka,

yang berdampak pada pengosongan beberapa flok peternakan sehingga produksi

ternak unggas Indonesia menurun drastis pada saat awal wabah AI. Di pasar

unggas lokal juga mengalami kegetiran karena omset penjualan unggas menurun

derastis karena masyarakat mulai ketakutan dan fobia terhadap unggas (daging

ayam).

4.3.2 Kerugian Bidang Kesehatan

Meningkatnya korban kasus AI pada manusia turut menyedot anggaran

yang tidak sedikit. Biaya perawatan para pasien flu burung (AI) dan penyiapan

fasilitas pendukung perawatan turut meningkat. Dengan demikian anggaran

kesehatan akan turut meningkat, seiring meningkatnya subsidi kesehatan untuk

korban AI, penyediaan obat (tamiflu) dan penyediaan ruang rawat isolasi khusus

bagi penderita AI.

Menurut Ketua Pelaksana Harian Komisi Nasional Pengendalian Flu

Burung dan Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) Bayu

Krisnamurthi (2006), pada 2007 pemerintah menganggarkan dana 61 juta dollar

36

Page 51: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

AS untuk pengendalian flu burung, lebih tinggi dari anggaran tahun 2006 yang

jumlahnya sebesar 55 juta dollar AS. Tahun 2006 anggaran pengendalian pada

manusia dan hewan masing-masing sekitar 63,6 persen dan 36,4 persen dari total

anggaran, sedangkan pada 2007 anggaran untuk kedua kegiatan itu masing-

masing 53,1 persen dan 46,9 persen dari total anggaran.

Bertambahnya korban virus AI dari waktu ke waktu ini memberi

gambaran kondisi kesehatan masyarakat yang cenderung menurun dan tidak

diperhatikan oleh masyarakat sendiri, ditambah dengan pemberitaan yang tidak

berimbang oleh media masa.. Masyarakat menjadi panik yang tak beralasan

sehingga mudah sekali terjadi penurunan daya tahan tubuh dan dapat

menyebabkan sakit. Hal ini merupakan potret kondisi kesehatan masyarakat di

negeri ini yang memang sudah buruk.

4.3.3 Kerugian Bidang Ekonomi

Kerugian ekonomik akibat AI dapat bersifat langsung maupun tidak

langsung sehubungan dengan adanya keterkaitan dengan populasi dan tingkat

produksi ternak unggas, dampak terhadap ketahanan dan keamanan pangan, dan

potensi penularannya pada manusia. Industri perunggasan di Indonesia

mempunyai peranan yang besar dalam penyediaan sumber protein asal hewan

bagi bangsa Indonesia. Kebutuhan daging di Indonesia ditopang oleh unggas

sekitar 60% dari sekitar 1,2 milyar ekor ayam pedaging yang diproduksi setiap

tahun. Populasi ayam petelur berkisar antara 76-80 juta ekor per tahun; jumlah

ayam buras sekitar 295 juta ekor; dan populasi itik sekitar 45 juta ekor. Tenaga

kerja yang langsung dapat diserap oleh industri perunggasan adalah 2,5 juta

peternak dan sekitar 30 juta rumah tangga memelihara ayam buras/itik (Data

Ditjennak 2004).

Kerugian yang langsung akibat AI dapat dihubungkan dengan morbiditas,

mortalitas, dan angka afkir yang tinggi pada ternak unggas. Sebagai contoh:

jumlah ternak unggas yang mati atau diafkir sejak agustus 2003 sampai dengan

November 2005 mencapai 10,45 juta ekor. Di samping itu, biaya penanggulangan

penyakit dan biaya produksi akan meningkat tajam oleh karena sistem

penanggulangan AI yang bersifat kompleks.

37

Page 52: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Dampak tidak langsung AI pada usaha perunggasan, meliputi pengaruh

negatif terhadap harga produk unggas, yaitu harga daging dan telur rendah;

penurunan tingkat konsumsi produk unggas akibat kekuatiran akan tertular virus

AI, kehilangan peluang pemasaran di dalam dan luar negeri, kesulitan pemasaran

DOC, pakan, dan sarana kesehatan unggas maupun produk unggas (daging dan

telur) dan kehilangan peluang kerja. Sebagai gambaran dampak ekonomik AI

pada industri perunggasan sejak tahun 2003 sampai tahun 2004 adalah: penurunan

permintaan terhadap DOC pedaging sebesar 57,9% dan DOC petelur sebesar

40,4%; penurunan permintaan terhadap pakan unggas sebesar 45%; penurunan

pasokan telur sebesar 52,6% dan pasokan ayam pedaging sebesar 40,7%; dan

penurunan peluang kerja sebesar 39,5% (Data FAO 2004).

4.3.4 Kerugian Bidang Sosial

Terjadi pergeseran nilai sosial di masyarakat terkai dengan AI sehingga

terjadi distorsi nilai yang ada. Terjadi pengucilan kepada peternakan unggas dan

korban AI pada manusia karena dianggap bisa menularkan penyakit. Hal ini

sungguh suatu tindakan yang dapat menimbulkan konflik sosial di masyarakat.

Ketakutan yang berlebihan terhadap unggas dan produk unggas ini dapat

menurunkan tingkat konsumsi protein masyarakat Indonesia yang sudah rendah.

Jika hal ini terus terjadi ditakutkan di masa mendatang akan banyak ditemukan

anak-anak dengan tingkat kecerdasan rendah dan gangguan pertumbuhan

(Sulistyo 2006).

4.3.5 Kerugian Bidang Ketahanan dan Keamanan

Terjadinya penyelundupan vaksin AI ilegal turut menghiasi lembaran

hitam Hankam negeri ini. Hal ini terjadi karena meningkatnya permintaan akan

vaksin AI di dalam negeri. Para importir turut bermain dengan pendatangan

vaksin untuk AI ke negeri ini. Keadaan ini dibaca oleh para impottir nakal,

sehingga mereka dengan nekat mengimpor secara ilegal vaksin AI ini demi

keuntungan pribadi mereka. Dengan adanya vaksin ilegal di pasaran ini ditakutkan

akan dapat memperparah keadaan yang menyebabkan semakin ganas virus AI

yang sudah ada.

38

Page 53: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Seirirng kebutuhan akan unggas dan produk unggas yang tidak dapat

dipenuhi oleh produksi ternak dalam negeri akan berakhir dengan impor unggas

dan produknya. Maraknya penyelundupan ternak dan produk unggas dari negara

tetangga lebih didasari sugesti rasa aman konsumen ketimbang menkonsumsi

unggas lokal yang terserang AI. Padahal kesemuanya itu belum tentu benar

adanya, karena secara sadar ataupun tidak strategi ini digunakan untuk

melemahkan dan menghancurkan perunggasan Indonesia oleh orang-orang yang

tidak bertanggung jawab.

4.4. Upaya Penanganan AI di Indonesia

Strategi penanggulangan AI menurut OIE, meliputi stamping out/pemusnahan

secara total dengan tanpa vaksinasi terhadap penyakit tersebut. Strategi tersebut

dijabarkan lebih lanjut sesuai dengan struktur peternakan di Indonesia,

kemampuan keuangan negara untuk memberikan kompensasi pada peternak jika

dilakukan stamping out, kondisi ekonomi, dan dampak sosial-politik dari penyakit

tersebut. Penanggulangan AI di Indonesia, meliputi isolasi peternakan/daerah

yang terserang AI, depopulasi secara selektif ayam/unggas yang terinfeksi virus

AI pada peternakan tertentu, stamping out pada ayam/unggas pada daerah tertular

baru, meningkatkan biosecurity pada semua aspek manajemen peternakan;

pengendalian lalulintas unggas/produk asal unggas dan kotoran/limbah, vaksinasi

terhadap AI dan mengembangkan program bebas AI per wilayah (segmental)

(Tabbu 2005).

Penanggulangan AI harus di dukung oleh sarana/prasarana yang memadai,

meliputi laboratorium yang memenuhi persyaratan biosafety level-3 (BSL-3),

sumber daya manusia profesional yang handal, dan sistem komunikasi yang baik.

Penanggulangan AI pada unggas dan flu burung pada manusia, membutuhkan

suatu kerjasama yang terpadu, obyektif, dan bertanggung jawab antara berbagai

lembaga pemerintahan sebagai pemegang kebijakan (khususnya Deptan, Depkes)

dan lembaga swasta/industri, tenaga ahli/profesional, peternak, pengusaha industri

peternakan, dan masyarakat luas.

Di samping itu, penanggulangan AI harus juga didukung oleh kajian

epidemiologik, meliputi sampling dan evaluasi laboratorik yang tepat untuk

39

Page 54: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

mengetahui distribusi geografik kasus AI di Indonesia, menetapkan perwilayahan

(zoning) wabah AI (daerah bebas, terancam, dan tertular) dan mendeteksi tingkat

kekebalan kelompok ayam/unggas pasca vaksinasi AI. Kajian epidemiologi

tersebut diharapkan juga meliputi studi kasus kontrol untuk mengetahui faktor-

faktor yang berpengaruh terhadap penularan AI pada unggas atau penularan AI

dari unggas ke manusia.

Metode epidemiologi tersebut memungkinkan untuk melakukan kajian suatu

penyakit pada suatu populasi unggas pada kondisi alamnya. Dalam hal ini, kajian

akan dilakukan pada faktor penyebab kejadian penyakit yang bersifat langsung

maupun faktor-faktor lain yang terkait. Walaupun kejadian AI pada unggas di

Indonesia telah menurun secara drastis dan hanya bersifat sporadis pada ayam

buras, itik, atau puyuh dan kadang pada peternakan ayam komersial skala kecil,

namun munculnya kasus flu burung pada manusia perlu mendapat perhatian yang

serius dari pemerintah, peneliti, pengusaha peternakan, maupun masyarakat luas.

Saat ini WHO telah membuat pedoman tentang langkah–langkah

kesiapsiagaan menghadapi kemungkinan terjadinya pandemi influenza sesuai

fase–fase pandemi influenza. Secara garis besar fase–fase tersebut terdiri dari 6

fase yang kemudian dikelompokkan menjadi 3 periode yaitu periode

interpandemi, periode waspada pandemik dan periode pandemi.

Sebagai langkah menghadapi KLB Avian Influenza, maka Indonesia

menerapkan 10 Strategi Nasional Penanggulangan Avian Influenza dan

Kesiapsiagaan Menghadapi Pandemi Influenza yaitu:

1. Pengendalian penyakit pada hewan.

2. Penatalaksanaan kasus pada manusia.

3. Perlindungan kelompok resiko tinggi dengan biosekuriti.

4. Surveilans epidemiologi pada hewan dan manusia.

5. Restrukturisasi system industri perunggasan.

6. Komunikasi, Informasi dan Edukasi (KIE).

7. Penguatan dukungan peraturan.

8. Peningkatan kapasitas (capacity building).

9. Penelitian kaji tindak.

10. Monitoring dan evaluasi.

40

Page 55: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

4.4.1 Peran Institusi Pemerintah dan Institusi non Pemerintah

Penanganan masalah flu burung merupakan tanggung jawab bersama

seluruh elemen masyarakat. Karena tanpa adanya koordinasi dan kerjasama dari

semua pihak kasus AI (flu burung) ini tidak akan selesai. Flu burung harus

dijadikan musuh bersama oleh bangsa ini agar negara Indonesia bisa segera bebas

dari cengkraman bahaya flu burung.

4.4.1.1 Peran Institusi Pemerintah

Institusi pemerintah dari pusat hingga daerah berupaya berperan aktif

dalam penanganan kasus AI (flu burung). Hal ini dalam rangka menyukseskan

target pemerintah penanganan sepenuhnya kasus flu burung di Indonesia pada

akhir tahun 2008 yang termaktub dalam strategi nasional penanggulangan avian

influenza dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza

Dalam pelaksanaan pemberantasan wabah avian influenza ini pemerintah

pusat melalui instruksi presiden dan ditindak lanjuti oleh Mendagri dengan

mengeluarkan surat edaran dengan nomor 440/93/SJ yang berlaku efektif mulai

pertengahan Januari 2007. Surat tersebut berisi imbauan kepada kepala daerah

untuk segera melakukan langkah-langkah disesuaikan dengan status daerah

masing-masing, yaitu berisiko rendah atau berisiko tinggi. Dengan adanya surat

edaran menteri tersebut para pimpinan daerah menindaklanjuti dengan membuat

peraturan daerah (perda) yang diperlukan dalam rangka pengendalian Avian

Influenza yang disesuaikan dengan kondisi daerah masing-masing.

Dalam aplikasi pelaksanaan perda flu burung ini kebijakan yang

diterapkan oleh pemerintah daerah berbeda-beda. Isi dari perda ini diantaranya

berupa melarang keras adanya unggas, pemusnahan total populasi unggas yang

ada dan ada pula yang tidak memusnahkan unggas yang dipelihara oleh rumah

tangga, tetapi mengarahkannya untuk dikelola sebagai sebuah peternakan

sehingga dapat dikembangkan menjadi komoditas daerah. ada pula yang hanya

bersifat imbauan kepada masyarakat.

41

Page 56: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

a. Departemen Pertanian

Dalam rangka pemberantasan AI maka Departemen Pertanian (Deptan)

membentuk Unit Pengendali Penyakit Avian Influenza Pusat/UPPAIP (Campaign

Management Unit / CMU) yang berperan dalam penyebaran informasi mengenai

wabah penyakit secara regular dan tepat waktu kepada masyarakat internasional;

memperkuat surveilans dan kapasitas respon terhadap penyakit. Dalam

pelaksanaanya dibentuk pula Unit Pengendali Penyakit AI Regional (UPPAIR)

untuk mengimplementasikan program yang aktif untuk mengendalikan dan

mencegah AI.

Untuk memastikan transparansi dan penyebaran informasi secara regular

tentang wabah penyakit ini dan isolat virus penyebab, CMU mengikutsertakan

perwakilan dari tim FAO sebagai anggota pendukung. CMU pertama kali

didirikan untuk menyusun kebijakan, dan saran tehnis serta memanage kampanye

nasional pengendalian dan pemberantasan AI di Indonesia. Unit ini sekarang telah

berkembang dengan mengikutsertakan narasumber (Deptan 2007).

Departemen Pertanian juga bekerja untuk memperkuat surveilans dan

respon penyakit melalui perluasan tim surveilans dan respons penyakit

(Participatory Disease Surveillance-Participatory Disease Response/PDS-PDR).

PDS merupakan aplikasi dari metode penelitian desa partisipatif atau PRA

(Participatory Rural Appraisal) untuk pengawasan penyakit atau lebih dikenal

sebagai tim pelacak penyakit. PDR merupakan tim reaksi cepat yang harus telah

sampai di lokasi wabah untuk menfasilitasi tindakan pengendalian cepat dan

langkah-langkah preventif berbasis masyarakat. Sebagai tindakan pengendalian

cepat, tim ini merekomendasikan dua tindakan, yakni: local culling dengan

kompensasi segera dan ring vaksinasi yang dilakukan penduduk setempat. Kedua

tim ini bekerja sama bertugas melakukan investigasi dan tindakan pencegahan

serta tindakan-tindakan pengendalian termasuk peningkatan kesadaran publik,

pemusnahan unggas, kompensasi dan vaksinasi (Deptan 2007).

Program percontohan PDS/PDR yang dibentuk di empat area di Jawa, saat

ini telah berkembang ke 159 kabupaten/kota di pulau Jawa, Sumatera dan Bali.

Pendekatan ini menggunakan dokter hewan dan tenaga tehnis yang dilatih secara

khusus untuk melakukan investigasi lapangan dengan dukungan penuh dari

42

Page 57: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

masyarakat setempat. Dalam perkembangannya, metode ini terbukti sangat

efektif. Masyarakat sangat mendukung dan telah berkontribusi dalam memahami

situasi penyakit. Sampai dengan tanggal 15 September 2006, tim-tim PDS/PDR

telah mendeteksi 364 wabah AI (Deptan 2007).

Agar dapat mengendalikan AI secara efektif, Departemen Pertanian

pertama-tama mendirikan Unit Pengendali Penyakit AI Regional (UPP-AI

Regional) di Medan (Sumatera Utara) dan Denpasar (Bali). Tujuan UPP-AI

Regional adalah untuk melakukan koordinasi secara sistematis dalam kegiatan

pencegahan dan pengendalian AI serta meningkatkan kesadaran masyarakat untuk

menerapkan vaksinasi di semua sektor mulai dari masyarakat lokal sampai ke

pemerintahan kabupaten/kota dan propinsi serta sektor swasta (Deptan 2007).

b. Departemen Kesehatan

Dalam rangka pemberantasan AI maka Departemen Kesehatan (Depkes)

membentuk tim Komando Kejadian Luar Biasa yang berperan untuk melaporkan

kemungkinan kasus pada manusia atau untuk mendapatkan informasi lebih lanjut

mengenai flu burung pada manusia. Tim ini dibentuk dari tingkat pusat hingga

tingkat daerah dalam rangka meningkatkan kinerja yang efektif.

c. Komnas FBPI

Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan Kesiapsiagaan

Menghadapi Pandemi Influenza (Komnas FBPI) mengkoordinasikan kegiatan

berbagai lembaga pemerintah dan non-pemerintah dalam menangani penyebaran

virus H5N1.

Komnas FBPI didirikan pada 7 Maret 2006 berdasarkan Keputusan

Presiden Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudhoyono didasari oleh

ketidak-singkronan dalam komando dalam penanganan AI di Indonesia. Komnas

FBPI mengkoordinasikan dan memfasilitasi gerakan nasional untuk memerangi

virus flu burung dan mengidentifikasi cara-cara paling efektif untuk menerapkan

Rencana Strategi Nasional untuk Pengendalian dan Kesiapsiagaan Menghadapi

Pandemi Influenza 2006-2008. Target pemerintah adalah kasus flu burung di

Indonesia dapat tertangani sepenuhnya di akhir tahun 2008.

43

Page 58: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Dalam rangka pencegahan, pengendalian dan penanggulangan Flu

Burung dan membangun upaya kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza,

Komnas FBPI bertugas:

1. Menetapkan kebijakan, rencana strategis dan pedoman umum pencegahan,

pengendalian dan penangulangan Flu Burung (Avian Influenza) serta

kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.

2. Menetapkan langkah–langkah strategis (strategic action) yang diperlukan

dalam rangka pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan Flu Burung

(Avian Influenza) serta kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.

3. Mengkoordinasikan pelaksanaan kegiatan (action implementation)

pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan Flu Burung (Avian

Influenza) pada hewan dan manusia serta kesiapsiagaan menghadapi

pandemi influenza.

4. Mengendalikan, memantau dan mengevaluasi, serta menetapkan langkah

penyelesaian masalah strategis nasional pengendalian Flu Burung (Avian

Influenza) dan kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza, serta

menetapkan langkah–langkah penyelesaian permasalahan strategis yang

timbul dalam kegiatan pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan Flu

Burung (Avian Influenza) serta kesiapsiagaan menghadapi pandemi

influenza.

5. Mengkoordinasikan pengolahan data dan informasi yang terkait dengan

masalah Flu Burung (Avian Influenza) pada hewan dan manusia.

6. Memberi arahan lepada komite provinsi dan komite kabupaten dalam

rangka pencegahan, pengendalian, dan penanggulangan Flu Burung

(Avian Influenza) serta kesiapsiagaan menghadapi pandemi influenza.

4.4.1.2 Peran Institusi non Pemerintah

Ahli-ahli sedunia memantau risiko pandemik influenza global dan

menggunakan sistem peringatan enam tahap untuk menyampaikan tingkat

ancaman dan menentukan serta memicu persiapan yang tepat. Pada bulan

September 2006 Organisasi Kesehatan se-Dunia (WHO) berpendapat bahwa

dunia berada pada Tahap 3 dari sistem peringatan pandemik yang berkaitan

44

Page 59: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

dengan adanya infeksi pada manusia yang disebabkan oleh suatu virus baru tetapi

tidak ada, atau sedikit saja, penularan dari manusia kepada manusia. Berdasar

pada klasifikasi ini dan mengingat pula laporan terdahulu mengenai kasus-kasus

flu burung (H5N1) pada manusia di kawasan Asia Tenggara, maka Pusat

Kesiapan terhadap Petaka di Asia (Asian Disaster Preparedaness Centre –

ADPC), menyelenggarakan lokakarya bertemakan Kesiapan Darurat Fasilitas

Perawatan Kesehatan dan Penanggulangan Epidemi dan Pandemi ( WHO 2006 ).

Di Indonesia banyak juga lembaga non pemerintah yang berperan aktif

dalam penanganan AI baik secara langsung, maupun tidak langsung dan bekerja

sama baik secara lokal daerah, nasional maupun dengan lembaga nirlaba

internasional. Beberapa lembaga non pemerintahan ini giat dalam penyuluhan

pemberdayaan masyarakat dalam tanggap AI maupun vaksinasi langsung pada

unggas yang ada di masyarakat. Lembaga non pemerintahan itu diantaranya :

PMI, Civas, PP Muhammadiyah dan beberapa LSM lainnya.

4.4.2 Pelaksanaan Biosekuriti

Bio berati hidup dan security berarti aman dari ancaman bibit penyakit..

Biosekuriti adalah semua praktek manajemen yang dilakukan untuk mencegah

penyakit dan organisme penyebab penyakit zoonosis yang akan masuk ke

Peternakan (Farm).

Dalam pelaksanaan biosekuriti ini terbagi dalam beberapa tahap,yaitu:

Biosekuriti Konseptual.

Merupakan tingkatan pertama dan merupakan basis dari seluruh program

pencegahan penyakit. Hal ini meliputi manajemen Peternakan yang ideal,

pemilihan lokasi Rumah Potong (jauh dari perkampungan penduduk, jauh

dari lokasi industri dan jauh dari sumber pencemaran yang lain ), pasar

yang memenuhi syarat. Kegagalan pada tingkat ini tidak dapat diubah

dalam menghadapi munculnya penyakit baru dan berdampak pada

kerugian yang besar bahkan kegagalan usaha.

Biosekuriti Struktural.

Meliputi hal-hal yang berhubungan dengan tata letak perkandangan atau

RPH/RPU. Yang meliputi tata letak, pemisahaan secara jelas batas-batas

45

Page 60: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

sanitasi, saluran pembuangan limbah, jalan alternatif, perangkat

dekontaminasi/sanitasi, instalasi penyimpanan. Sedangkan untuk penjualan

daging seharusnya di los pasar tersendiri dan tertutup. Biosekuriti pada

tingkat ini dapat diperbaiki atau ditingkatkan sesuai dengan nilai investasi

dan obyektivitas Peternakan/Rumah Potong/Pasar.

Biosekuriti Operasional.

Merupakan implementasi prosedur-prosedur manajemen untuk

pencegahan kejadian dan penyebaran infeksi di dalam

Peternakan/RPH/RPU/Pasar Swalayan atau Tradisional. Kegiatan ini dapat

disesuaikan dengan timbulnya penyakit mendadak. Peninjauan ulang

prosedurnya sesuai kaidah kualitas manajemen total dan partisipasi seluruh

personal

Peternak perlu menerapkan biosekuriti untuk pencegahan dari

kemungkinan penularan virus. Langkah-langkah biosekuriti yang dapat

dilakuakan sebagai berikut: (Soejoedono dan Handaryani 2005).

Membatasi secara ketat lalu lintas unggas atau ternak, produk unggas,

pakan, kotoran, bulu dan alas kandang.

Membatasi lalu lintas pekerja atau orang dan kendaraan yang keluar

masuk peternakan. Orang dan kendaraan yang keluar atau masuk ke

peternakan harus disemprot disinfektan lebih dulu.

Peternak dan orang yang hendak masuk ke peternakan harus emakai

pakaian pelindung, seperti : pakaian kandang, masker, sepatu, sarung

tangan dan kaca mata plastik (goggle).

Mencegah kontak langsung antara unggas dalam peternakan dengan

burung liar, burung air, tikus dan hewan lain.

Melakukan disinfeksi pada semua bahan, sarana dan prasarana peternakan,

termasuk bangunan kandang.

Menggunakan disinfektan yang telah direkomendasikan seperti asam

perasetat, hidroksi peroksida, sediaan ammonium kuartener,

formaldehide/formalin 2-5%, iodoform kompleks (iodin), senyawa fenol,

natrium/kalium hipoklorit.

46

Page 61: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Penerapan biosekuriti ini untuk menjamin tidak ada cemaran virus Avian

influenza (flu burung) dan mikroba di peternakan (kegiatan produksi) maupun

proses pengolahan menjamin keamanan karyawan dan pengusaha serta adanya

jaminan produk yang dihasilkan tidak membahayakan konsumen. Perlu

ditingkatkan pengawasan terhadap mata rantai produksi bahan pangan asal hewan

mulai dari pemeliharaan ternak, proses pemotongan hewan, proses penyimpanan,

proses pengolahan dan pemasaran hingga konsumsi bahan pangan asal hewan,

kemudian diperlukan pemeriksaan cemaran mikroba yang ditujukan untuk

mengetahui tingkat higienis pengolahannya.

4 .4.3 Vaksinasi Unggas Masal

Dalam pelaksanaannya, strategi vaksinasi harus dipandang sebagai alat

dalam usaha pengendalian yang komprehensif yang mencakup biosecurity,

edukasi, diagnostik dan surveilans, serta eliminasi virus pada hewan yang

terinfeksi (FKH IPB 2007a). Efek perlindungan pasca-vaksinasi merupakan

respon kebal terhadap protein haemagglutinin (HA) pada permukaan virus dan

atau neuraminidase (NA). Efek perlindungan yang diberikan oleh sebuah vaksin

hanya terhadap subtipe HA individual yang terdapat dalam vaksin. Pengembangan

vaksin AI dengan menggunakan reverse genetic telah pula dikembangkan

(Cameron 2003; Zarkasie 2007).

Vaksinasi unggas masal mulai dilakukan pemerintah pada tahun 2004

hingga sekarang (2007). Pada tahun 2007 jumlah vaksin yang digunakan sebanyak

98 juta dosis dengan rincian pengadaan dari APBN (60 juta dosis), bantuan

pemerintah China (33 juta dosis) dan bantuan Bank Dunia (5 juta dosis) (Mentan

2007).

Subtipe vaksin yang disuntikkan ke unggas berbeda dengan virus flu

burung yang menyerang Indonesia.Virus flu burung (avian influenza, AI) di

Indonesia berpotensi mutasi menjadi lebih berbahaya. Penelitian yang dilakukan

Fakultas Kedokteran Universita Airlangga (Unair) Surabaya, menyebutkan

penyuntikan vaksin H5N2 dan H5N9 pada ayam, tidak efektif mengeliminir virus

AI. Virus itu masih dikeluarkan melalui kotoran dalam waktu lebih dari enam

hari.Virus AI yang keluar dari kotoran itu, jika menginfeksi ayam lagi maka lebih

47

Page 62: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

membahayakan dari virus sebelumnya. Karena virus-virus ini telah mampu

melewati cekapan antibodi dalam tubuh unggas. Hal ini dibuktikan adanya mutasi

pada beberapa fragmen dari virus AI (Nidom 2007).

Menurut Nidom (2007) dalam menangani bahaya flu burung pemerintah

menggunakan dan mengizinkan sekitar 12 vaksin. Vaksin-vaksin ini terdiri dari

vaksin homolog (berisi seed virus AI subtipe H5N1) dan vaksin heterolog (berisi

seed virus yang punya tipe H5N2 atau H5N9). Penggunaan vaksin H5N2 dinilai

tidak tepat. Dari tinjauan molekuler, struktur RNA virus H5N2 berbeda dengan

H5N1 ( Zarkasie 2007).

Dari 12 merek vaksin yang digunakan dan diizinkan pemerintah, diambil

tiga merek yang mewakili vaksin subtipe H5N1, H5N2 dan H5N9.Vaksin tersebut

disuntikkan ke unggas. Setelah unggas dianggap memiliki antibodi maksimal dari

hasil vaksinasi itu, unggas diuji tantang dengan menyuntikkan virus H5N1 ke

unggas melalui saluran pernafasan. Hasil yang didapatkan kurang maksimal

sehingga diadakan pengujian ulang menggunakan ke-12 jenis vaksin tersebut,

termasuk menggunakan vaksin H5N1 dengan metode reverse genetic yang telah

dibuat oleh salah satu perguruan tinggi di Indonesia (IPB-Shigeta). Hasil yang

diperoleh shedding virus (virus dikeluarkan dalam kotoran) selama lebih dari

enam hari, kecuali kelompok unggas yang divaksin dengan vaksin H5N1 metode

reverse genetic (Nidom 2007).

Ahli mikrobiologi Jepang menyatakan bahwa penggunaan vaksin

heterelog (non-H5N1) memberikan hasil yang tidak baik, jika dibanding

penggunaan vaksin homolog (H5N1). Jika virus yang keluar kotoran itu

menginfeksi ayam lagi, maka akan lebih membahayakan dari virus sebelumnya.

Hal ini dibuktikan adanya mutasi pada beberapa fragmen dari virus yang ada di

dalam kotoran ayam (Kompas 2007).

Vaksin H5N1 buatan lokal diproduksi pada tahun 2003. Vaksin ini tak

melalui proses reverse genetic yang memperhatikan tingkat patogenitas virus.

Padahal virus H5N1 tercatat amat patogen yang pembuatan antigen-nya tidak bisa

dilakukan dengan cara biasa. Akibatnya vaksin tidak memiliki kompatibilitas

(keampuhan) seratus persen membasmi virus (Zarkasie 2007).

48

Page 63: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

NonVaccinatedDEAD BIRD

HARBORING

HARBORING

LowAI CHALLENGE

Vaccinated

HighAI CHALLENGE

11 22 33

TIDAK DIVAKSIN

Gambar . 18.Vaksinasi Mampu Menekan Kematian Ayam Akibat Serangan Virus AI danMengurangi Kontaminasi Virus di Lingkungan (diambil dari bahan presentasi Drh IWayan Wiryawan, PT Romindo Primavetcom)

Strategi vaksinasi diharapkan dapat menurunkan kerentanan terhadap

infeksi virus sekaligus mengurangi pengeluaran virus dari tubuh unggas, baik dari

segi jumlah maupun lamanya waktu, sehingga merupakan alat yang tepat untuk

menekan terjadinya kasus baru dan sirkulasi virus di lingkungan. Kesuksesan

program vaksinasi dapat tercapai apabila vaksinasi dianggap sebagai alat untuk

memaksimalkan tindakan biosecurity tanpa mengesampingkan pelaksanaan

surveilans agar setiap perubahan antigenik virus yang bersirkulasi di lapangan

dapat segera terdeteksi. (FKH IPB 2007).

Program vaksinasi unggas dalam rangka pengebalan terhadap Avian

Influenza (flu burung) menggunakan vaksin inaktif (killed vaccine) yang resmi

dizinkan pemeritah. Hal ini dijelaskan sebagai berikut: (Deptan 2005; Soedjono

dan Handaryani 2005)

Ayam petelur (layer):

Umur 4 - 7 hari : 0,2 ml dibawah kulit pada pangkat leher.

Umur 4 - 7 minggu : 0,5 ml dibawah kulit pada pangkat leher.

49

Page 64: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Umur 12 minggu : 0,5 ml dibawah kulit pada pangkat leher

atau pada otot dada.

Umur 3 -4 bulan diulang : 0,2 ml dibawah kulit pada pangkat leher.

Ayam pedaging (broiler):

Umur 4 - 7 hari : 0,2 ml dibawah kulit pada pangkat leher.

Untuk unggas lain:

Pemberian vaksin disesuaikan dengan petunjuk yang tercantum pada etiket

masing-masing produsen

4.4.4 Depopulasi Unggas

Depopulasi merupakan tindakan pemusnahan unggas secara selaktif di

peternakan yang tertular virus AI (flu burung). Tindakan ini dilakukan dalam

upaya pencegahan penyebaran penyakit lebih luas. Hal ini dimungkinkan jika ada

kejadian AI (flu burung) pada suatu wilayah tertentu sedangkan wilayah di

sekitarnya masih bersih, dalam artian belum terjadi kasus AI (flu burung)

(Soejoedono dan Handaryani 2005).

Cara pemusnahan unggas yang terinfeks oleh Avian Influenza (flu burung)

dapat dilakukan dengan menyembelih unggas yang sakit dan dan unggas sehat

dalam satu kandang (peternakan). Selanjutnya dilakukan disposal yaitu

pembakaran dan pengubuaran unggas mati (bangkai unggas), karkas, telur, feces,

bulu, sekam alas kandang dan pakan yang tercemar serta bahan peralatan yang

terkontaminasi yang tidak bisa didekontaminasi/didesinfeksi secara efektif.

Lubang tempat penguburan/pembakaran berjarak minimal 20 m dari kandang

tertular dengan kedalaman 1,5 m dari permukaan bangkai. Apabila lubang

penguburan ini berada jauh diluar peternakan tertular maka harus jauh dari

pemukiman penduduk (Ditjennak 2005, Soejoedono dan Handaryani 2005).

Jika timbul suatu kasus avian influenza (flu burung) di suatu daerah yang

telah didiagnosa secara klinis, patologis anatomis dan epidemiologis serta

dikonfirmasi secara laboratoris maka harus dilakukan pemusnahan secara

menyeluruh (stamping out) di daerah tertular baru. Stamping out dilakukan

dengan memusnahkan seluruh ternak unggas yang sakit maupun yang sehat pada

50

Page 65: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

peternakan tertular dan juga pada semua unggas yang ada sampai radius 1 km dari

peternakan tertular tersebut (Ditjenak 2005; Soejoedono dan Handaryani 2005).

Program depopulasi dan kompensasi unggas dilakukan pemerintah mulai

tahun 2004 hingga 2006 sebanyak 7, 96 juta ekor unggas dengan nilai kompensasi

mencapai Rp 18,2 milyar. Untuk kasus tahun 2007 disediakan Rp 3,2 milyar

untuk depopulasi 200.000 ekor unggas (Mentan 2007).

Banyak daerah telah melakukan tindakan depopulasi unggas di

kawasannya. Masyarakatpun antusias dalam pelaksanaan program ini. Pemerintah

DKI Jakarta telah melakukan depopulasi dan stmping out terhadap populasi

unggas yang ada diawal 2007.

4.4.5 Pembenahan dan Pengaturan Sektor Peternakan Unggas

Pemerintah berupaya melakukan penata kembali perungasan di Indonesia.

Langkah awal dilakukan dengan dikeluarkannya SK Mentan No.50 tanggal 13

Oktober 2006 tentang Pedoman Pemeliharaan Unggas di daerah Pemukiman,

Surat Edaran Mentan No.266 tanggal 13 Nopember 2006 tentang Kewaspadaan

Terjadinya Kasus AI Terkait Perubahan Musim Hujan dan Komitmen Daerah

dalam Pendanaan dan Pengendalian Penyakit AI, dan Surat Edaran Mentan

No.283 tanggal 21 Nopember 2006 tentang Restrukturisasi Perunggasan (Mentan

2007).

Menurut SK Mentan No.50/2006 tidak dianjurkan memelihara unggas di

pemukiman, jika tetap memelihara unggas di daerah pemukiman harus memenuhi

beberapa syarat, diantaranya:

Unggas harus dikandangkan.

Unggas harus dikelompokkan berdasar setiap spesies, tidak boleh

dicampur.

Jarak kandang dengan bangunan pemukiman harus memenuhi syarat

kesehatan lingkungan.

Selalu menjaga kebersihan.

Penepatan sistem tata laksana peternakan dilakukan pada awal

pemeliharaan untuk menciptakan kondisi yang aman dan nyaman bagi unggas di

51

Page 66: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

peternakan. Dengan kondisi yang nyaman dan aman ini diharapkan stamina dan

kondisi unggas menjadi sehat sehingga diharapkan akan mempunyai daya tahan

terhadap bibit penyakit (Soejoedono dan Handaryani 2005).

Pengaturan kepadatan

Kepadatan harus diatur sehingga semua anakan/bibit unggas dapat dengan

leluasa beraktivitas. Dengan kepadatan yang tidak terlalu banyak dapat

dengan mudah melakukan pengontrolan. Unggas yang sakit mudah

diketahui dan ditangani.

Temperatur

Temperatur kandang harus dikontrol dan diatur sedemikian rupa, sehingga

stabil dan sesuai dengan kondisi tubuh yang diperlukan. Fluktuatif dan

perubahan suhu yang tidak teratur dapat menyebabkan unggas tercekam

stres yang akan menurunkan daya tahan tubuhnya.

Pakan

Pemberian pakan harus sesuai dengan kebutuhan, jika asupan pakannya

kurang akan menyebabkan berkurangnya asupan energi bagi unggas yang

salah satunya berfungsi untuk pembentukan sistem kekebalan unggas.

Asupan pakan ini harus diberikan sesuai dengan kebutuhan gizi dan usia

unggas. Diharapakan pakan yang diberikan dapat langsung habis dan tidak

ada sisa yang dapat menjadi media berbiak penyakit. Tempat pakan harus

sering dibersihkan untuk menghindari virus yang menempel.

Air

Keberadaan minum harus diperhatikan secara baik. Unggas tidak boleh

dehidrasi yang dapat menurunkan kekebalan tubuhnya. Kondisi air juga

harus bersih dan bebas dari kuman penyakit dan virus. Pembersihan

tempat air dilakukan secara periodik secara teratur.

Pencahayaan

Pencahayaan dapat menstimulasi unggas untuk makan dan tumbuh

sehingga sangat penting bagi unggas. Pencahayaan yang cukup juga

berperan dalam pengontrolan terhadap kelembaban kandang.

52

Page 67: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Ventilasi

Pengaturan ventilasi dilakukan untuk mengontrol kondisi suhu dan

memperlancar sirkulasi udara. Tersedianya udara segar juga membantu

dalam proses respirasi.

Litter

Litter yang ada di kandang diusahakan tidak terlalu basah atau kering.

Kondisi litter yang terlalu kering akan menyebabkan debu yang dapat

menggangu pernafasan unggas.

4.4.6 Peningkatan Kesadaran Masyarakat Tentang Higiene

Di kebanyakan daerah di negara kita, pembahasan bidang kesehatan selalu

dikonotasikan sebagai pelayanan terhadap orang sakit di pusat kesehatan

masyarakat atau rumah sakit. Tidak heran apabila alokasi dana pemerintah lebih

banyak diprioritaskan pada pelayanan kesehatan untuk mengobati orang sakit.

Padahal teknik pencegahan (preventif) seharusnya lebih murah dan gampang

untuk diterapkan.

Upaya preventif ini lebih dikenal sebagai higiene personal. Tindakan

higiene personal ini mudah diucapkan tetapi terkadang sulit dilaksanakan. Salah

contoh dari tindakan ini seperti kebiasaan mencuci tangan, memakai alas kaki ke

tempat yang lembab dan mengganti baju secara periodik (Depkes 2007).

Upaya pencegahan penularan AI dilakukan dengan cara menghindari

bahan yang terkontaminasi tinja dan sekreta unggas, dengan tindakan sebagai

berikut :

Setiap orang yang berhubungan dengan bahan yang berasal dari saluran

cerna unggas harus menggunakan pelindung (masker, kacamata renang).

Bahan yang berasal dari saluran cerna unggas seperti tinja harus

ditatalaksana dengan baik ( ditanam / dibakar) agar tidak menjadi sumber

penularan bagi orang disekitarnya.

Alat-alat yang dipergunakan dalam peternakan harus dicuci dengan

desinfektan.

Kandang dan tinja tidak boleh dikeluarkan dari lokasi peternakan.

53

Page 68: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Mengkonsumsi daging ayam yang telah dimasak pada suhu 80°C selama 1

menit, sedangkan telur unggas perlu dipanaskan pada suhu 64°C selama 5

menit.

Melaksanakan kebersihan lingkungan.

Melakukan kebersihan diri.

54

Page 69: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

1. Terjadi perkembangan kasus kejadian flu burung atau Avian Influenza di

Indonesia antar tahun 2003 hingga 2007 dilihat dari jumlah kasus,

penyebaran kasus dan jumlah korban meninggal baik pada manusia

maupun unggas.

2. Virus AI telah mengalami mutasi karena daya adaptasi terhadap inang

yang tinggi sehingga pada unggas yang sehatpun dapat memproduksi virus

dan merupakan sumber pencemar lingkungan.

3. Salah satu stategi pengendalian AI di Indonesia yaitu dengan pendirian

Komnas FBPI yang berperan sebagai koordinator semua kegiatan dalam

rangka menyukseskan Indonesia bebas AI 2008.

5.2. Saran

1. Perlunya dukungan regulasi yang kuat membantu pengumpulan data dan

survei kasus AI terutama untuk peternakan besar (sektor 1 dan 2 ), tanpa

melupakan kasus kejadian AI di peternakan rakyat (sektor 3 dan 4).

2. Peningkatan kesadaran masyarkat tentang sanitasi dan higiene dalam

rangka membentengi dari bahaya Avian Influenza (AI).

3. Peningkatan kerja sama semua lini (baik pemerintah, swasta, dan

masyarakat) dalam rangka menyukseskan Indonesia bebas AI 2008.

Page 70: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

DAFTAR PUSTAKA

Alexander DJ. 2000.A review of avian Influenza in different bird species. VetMicrobiol; 74:3-13

Annonymous. 2004a. Producing Polyclonal Antibodies : Advantages of UsingChicken Egg-derived IgY Antibodies. Gallus Immunotech Inc.

Annonymous. 2004b. Bird flu vaccine six months away: WHO. ABC News online24/01/2004.

Annonymous. 2005. Avian influenza infection in humans.http://www.avianflu.com.

Annonymous. 2006. Pandemic Avian Flu.http://www.pandemicflu.gov/

Annonymous. 2007. Pemeriksaan Flu Burung pada Manusia. http:\\ www.avianflu.com [18 April 2007]

Annonymous. 2007a. Avian Biotech International. http://medicineworld.org/images/blogs. [05 April 2007]

Annonymous. 2007b.What is Newcastle Disease. http://www.affa.gov.au/content/ND [06 April 2007].

Avellaneda GE, Villages P, Jackwood MW dan King DJ.1994. In vivo evaluationof pathogenicity of field isolates of infectious bronchitis virus. AvianDis. 38: 698-597.

Bagust TJ, Calnek BW, dan Fahey KJ. 1986. Herpesvirus Infection On Chiken. 3.Reinvestigation Of The Pathogenesis Of Infectious LaryngotracheitisIn Acute And Early Post-Acute Respiratory Disease. Avian Dis.30:179-190

Bano S, Naeem K, dan Malik SA. 2003. Evaluation of pathogenic potential ofavian influenza virus serotype H9N2 in chicken. Avian Dis; 47: Suppl:817-22.

Beigel JH, Farrar Jdan Han AM. 2005. Avian influenza (H5N1) infecttion inhumans. N Engl J Med. : 1374-1385.

Bridges CB, Keurhnet MJ dan Hall CB. 2003. Transmission of influenza :implecation for control in health care setting Clin Infect Dis.;37 : 1094– 1101.

56

Page 71: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Cameron B. 2003. St. Jude develops vaccine against potential pandemic influenzavirus H5N1 using reverse genetics.http://www.eurekalert.org/pub_releases/ 2003-04/sjcr-sjd040203.php

Cavanagh D dan Naqi SA. 1997. Infectious bronchitis. p.th 511-526. dalam:.Diseases of Poultry, 10th ed. Calnek BW (Editor). Iowa StateUniversity, Ames, IA.

[CDC] Centers for Disease Control and Prevention.2005. Influenza viruses, types,subtypes, and strains. http://www.cdc.gov/flu/avian/gen-info/flu-viruses.htm

______. 2007 http://www.cdc.gov/flu/avian/facts.htm Basic Information AboutAvian Influenza (Bird Flu). [30 Juni 2007]

______. 2007a. Transmission of Influenza A Viruses Between Animals andPeople. http://www.cdc.gov/. [30 Juni 2007]

______. 2007b. Avian Influenza Infection in Humans. http://www.cdc.gov/ [30Juni 2007].

Coleman MA. 2000. Using Egg Antibodis to Treat Diseases.. Sim JS, Nakai JS,dan Guenter W, penerjemah. Wallingford. UK. CABI Publish.Terjemahan dari: Egg Nutrition and Biotechnology

Coleman JR. 2007. The PB1-F2 protein of Influenza A virus: increasingpathogenicity by disrupting alveolar macrophages. Virology Journal.4:9 doi:10.1186/1743-422X-4-9

Cook JKA dan M.B. Huggins. 1986. Newly isolated serotypes of infectiousbronchitis virus: Their role in disease. Avian Pathol. 15: 129-138.

Copland JW. 1987. Newcastle Disease in poultry (a new Food Pellet Vaccine).Australian Centre for International Agricultural Research. Ramsayware printing: Melbourne.

Davelaar FG, Kouwenhoven B, dan Burger BA. 1984. Occurrence andsignificance of infectious bronchitis virus variant in egg and broilerproduction in Netherland. Vet.Quart. 6: 114-120.

[Depkes] Departemen Kesehatan Republik Indonesia.2007.Waspada Flu Burunghttp://www.depkes.go.id [2 Juli 2007]

[Deptan] Departemen Pertanian Republik Indonesia.2007. Laporan Dinas UPP-AIDepartemen Pertanian Republik Indonesia. Jakarta

57

Page 72: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

[Ditjennak]Direktorat Jendral Peternakan. 2004. Populasi Peternakan Indonesia.Direktorat Peternakan Departemen Pertanian Republik IndonesiaJakarta

________. 2005. Bagaimana Terhindar dari Flu Burung(Avianinfluenza)Prosedur Operasi Standart Pengendalian Avian Influenza.Direktorat Peternakan Departemen Pertanian Republik Indonesia.Jakarta

El-Houadfi MD, Jones RC, Cook JKA dan Ambali AG. 1986. The isolation andcharacterization of six avian infectious bronchitis viruses isolated inMorocco. Avian Pathol. 15: 93-105.

[FAO] Food and Agriculture Organization. 2004. Imbas Avian Influenzahttp://www.fao.org/avianflu/en/index.html [5 Juli 2007]

[FR] Federal Register. 2005.Wild bird :Avian influenza Federal Register Vol. 70,No. 20, 1 Februari 2005

[FKH IPB a]. Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. 2007 LaporanMonitoring Dan Evaluasi Program Pengendalian Avian Influenza PadaPeternakan Ayam Rakyat Di Kabupaten Sukabumi Dan Bogor . FKHIPB.

[FKH IPB b].Fakultas Kedokteran Hewan Institut Pertanian Bogor. 2007. LaporanPemetaan Dan Penyusunan Sistem Informasi Pengendalian PenyebaranAvian Influenza (AI) Di Banten. PT. Bogor Life Science AndTechnology (PT. BLST) bekerja sama dengan Dinas Pertanian DanPeternakan Provinsi Banten

Gary DB, David P, Richard D. Miles. 2007. The Veterinary Medicine-LargeAnimal Clinical Sciences Department, Florida Cooperative ExtensionService, Institute of Food and Agricultural Sciences, University ofFlorida. Original publication date May 1, 2002. Visit the EDIS WebSite at http://edis.ifas.ufl.edu.

Hampson RJ dan Zellen GK. 1973. Infectious Bronchitis in Chickens,Ministry ofAgriculture, Food and Rural Affair Ontario,US.

Hayden F dan Croisier A. 2005. Transmission of avian influenza viruses to danbetween humans. J Infect Dis;192: 1311-4.

Helm JD. 2007. Avian Flu. Universitas Clemson, US. http : // www.engormix.com

Herman RA dan Strock M. 2005. Possibel Pandemic Threat on the horizon-Avianinfluenza A (H5N1).World Drug Infor; 16(4) :1-4.

58

Page 73: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Hien TT, Liem NT, Dung NT, et al. 2004. Avian influenza A (H5N1) in 10patients in Vietnam. N Engl J Med; 350: 1179-1188.

Hoffmann E , Neumann G, Kawaoka Y, Hobom G, dan Webster RG. 2000. ADNA transfection system for generation of influenza A virus fromeight plasmids. Proc. Natl. Acad. Sci. USA, 97(11):6108-13.

[ICTV] International Committe on Taxonomy of Viruses. 2006. List of VirusesTaxonomy. http://www.ncbi.nlm.nih.gov/ICTVdb/Ictv/index.htm [2Desember 2006]

Infovet. 2005. Mendung Hitam Menyelimuti Bisnis Perunggasan.Majalah Infovetedisi VII tahun 2005.

Jordan FTW. 1990. Poultry Disease. edisi 3. Bailere Tindal: London,Philadelphia, Toronto, Sydney, Tokyo.

KalbeFarma. 2007. http://www.kalbe.co.id/files/cdk/files/148_08AvianInfluenzaFlu-Burung.pdf/ 148_08AvianInfluenza FluBurung.html [10 April2007].

Kaye D dan Pringle CR. 2005. Avian influenza viruses and their implication forhuman health. ClinInfect Dis; 40: 108-12.

Keawcharoen J, Oraveerakul K, dan Kuiken T.2004. Avian influenza H5N1 intigers and leopards Emerg Infect Dis. : 2189-2191.

Klempner MS dan Shapiro DS. 2004.Crossing the species barrier – one small stepto man, one giant leap to mankind. N Engl J Med; 350: 1171-2. EpubFeb 25.

[Komnas FBPI]Komite Nasional Pengendalian Flu Burung dan KesiapsiagaanMenghadapi Pandemi Influenza. 2007. Laporan Bulanan : Juli 2007.Komnas FBPI.Jakarta.

_______. 2007a. Seputar Avian Influenza. http://www.komnasfbpi.go.id/glossary_ind.html [25 Juni 2007].

Kompas. 2007. 10 Tahun Virus H5N1 Memangsa Manusia. Harian Kompas 30Mei 2007

Koopmans M, Wilbrink B, dan Conyn M. 2004.Transmission of H7N7 avianinfluenza A virus to human beings during a large outbreak incommercial poultry farms in the Netherlands.Lancet; 363: 587-93

Krauss S, Walker D, Pryor SP, Niles L, Chenghong L, Hinshaw VS, Webster RG.2004.Influenza A viruses of migrating wild aquatic birds in NorthAmerica. Vector Borne Zoonotic Dis; 4: 177-89.

59

Page 74: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Krisnamurthi B. 2006.. Anggaran Pengendalian Flu Burung Meningkat pada 2007Harian Kompas edisi 29 Desember 2006 http://www.kompas.co.id/ver1/Kesehatan/061229/120621.htm

Kuiken T, Rimmelzwaan G, dan Van Riel D. 2004. Avian H5N1 influenza in cats.J Science. : 241.

Kandun IN, Wibisono H, Sedyaningsih ER, Yusharmen, dan Hadisoedarsuno W.2006.Three Indonesian clusters of H5N1 virus infection in 2005. NEngl J Med 355: 2186–2194

Marangon S, Capua I, Pozza G, Santucci U. 2004. Field experiences in the controlof avian influenza outbreaks in densely populated poultry areas. DevBiol (Basel); 119: 155-64.

McMartin DA.1993. Infectious bronchitis. dalam Incidence, Characterization andProphylaxis of Nephropathogenic Avian Infectious Bronchitis VirusesJ.B. MacFerran and M.S. MacNully ,editor. Vet. Rec. 120: 205-206.

[Mentan] Menteri Pertanian. 2007. Pidato Pengantar Rapat Kerja Dengan KomisiIV DPR RI 1 Februari 2007. Departen Pertanian. Jakarta.

Mount AW, Kwong H., dan Isureita HS. 1999.Case control study of risk factorsfor avian influenza A(H5N1) disease, Hongkong, 1997. J Infect Dis :505-508

Munch M, Nielsen LP, Handberg KJ dan Jorgensen PH.. 2001. Detection andsubtyping (H5 and H7) of avian type A influenza virus by reversetranscription-PCR and PCR-ELISA. Arch Virol, 146, 87-97.

Naipospos, TS. 2004. Berantas "Avian Influenza" dengan Vaksinasi - PilihanStrategi yang Tepat dan Benar, Kompas [23 Juni 2004].

Nidom CA. 2006. Kilas Balik Flu Burung. Harian Republika :29 Desember 2006

________. 2007. Vaksin H5N2 dan H5N9 Gagal Atasi Flu Burung.HarianRepublika: 25 Mei 2007

[OIE] Office Internationale des Epizooties. Terrestrial Animal Health Code.Chapter2.7.12.Avianinfluenza.http://www.oie.int/eng/normes/mcode/en_ chapitre _2.7.2.htm [05 April 2007]

________. 2005a. Update on Avian Influenza Viruses, Including HiglyPathogenic H5N1 from Poultry in live Bird Market in Hanoi, Vietnamin 2001. J Virol 79: 4201-4212

________. 2005b. Manual of Diagnostic Tests and Vaccines for TerrestrialAnimal. http://www.oie.int/eng/OIE/organisation/en_LR.htm. [1 Juni2006].

60

Page 75: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Payungporn S. Oraveerakul K, Amonsin A, dan Poovorawan Y. 2004. Single-StepMultiplex Reverse Transcription-Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) for Influenza A Virus Subtype H5N1 Detection. Viral Immunol17: 588-593

Payungporn S, Phakdeewirot P dan Amonsin A. 2005. Single step multiplex real-time RT-PCR for H5N1 Influenza A Virus Detection. J Virol Methods

Payungporn S, Phakdeewirot P, Chutinimitkul S, Theamboonlers A, KeawcharoenJ, Oraveerakul K, Amonsin A, Poovorawan Y. 2004. Single-stepmultiplex reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR)for influenza A virus subtype H5N1 detection. Viral Immunol; 17: 588-93.

Perkins LE dan Swayne DE. 2002. Pathogenicity of a Hong Kong-origin H5N1highly pathogenic avian influenza virus for emus, geese, ducks, danpigeons. Avian Dis a; 46: 53-63.

Perkins LE dan Swayne DE. 2002. Susceptibility of laughing gulls (Larusatricilla) to H5N1 and H5N3 highly pathogenic avian influenzaviruses. Avian Dis ; 46: 877-85

Tabbu, Rangga. 2005. Kajian Avian Influenza UGM (Jawa Tengah, DIY danJawa Timur) 2005.Fakultas Kedokteran Hewan.Universitas GajahMada.Yogyakarta.

Reed WM. 1998.Infectious Laryngotracheitis, In Merck Veterinary Manual,National Publishing Inc. Eight , Philadelphia, p. 1982-1983

[Renstra] Rencana Strategis. 2005. Rencana Strategis Nasional Pengendalian FluBurung (Avian Influenza) Dan Kesiapsiagaan Menghadapi PandemiInfluenza 2006-2008. Jakarta

Santoso M, Herman S dan Hasanudin A. 2006. Avian Influenza (Flu Burung).Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran UniversitasKristen Krida Wacana/ SMF Penyakit Dalam Rumah Sakit UmumDaerah Koja.Jakarta

Shafer AL, Katz JB dan Eernisse KA. 1998. Development and validation of acompetitive enzyme-linked immunosorbent assay for detection of typeA Influenza antibodies in avian sera. Avian Dis.; 42: 28-34.

Soejoedono RD dan Handharyani E. 2005. Flu Burung. Jakarta Penebar Swadaya.

Suara Merdeka. 2007. Virus Flu Burung Cepat Menyebar lewat Kucing.SuaraMerdeka :29 Januari 2007

61

Page 76: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

Sulistyo H.. 2006. Dampak Flu Burung Bagi Perkembangan Anak. Kompas CyberMedia.www.kompas.or.id [21 Maret 2007].

Swayne DE. 1998. Avian Influenza, Avian Paramyxovirus Infections, In MerckVeterinary Manual, National Publishing Inc. Eight ed, Philadelphia, p.1982-1983

Trobos. 2005. Flu Burung Meluluh-lantakan Peternakan Ungga Indonesia.Majalah Trobos. Edisi Maret 2005.

Ungchusak K, Auewarakul P, Dowell SF, Kitphati R, dan Auwanit W. 2005.Probable person-to-person transmission of avian influenza A (H5N1).N Engl J Med 352: 333–340

Webster RG, Bean WJ, Gorman OT, Chambers TM dan Kawaoka Y. 1992.Evolution and ecology of influenza A viruses. Microbiol Rev; 56: 152-79.

Webster RG, Peiris M, Chen H dan Guan Y. 2006. H5N1 outbreaks and enzooticinfluenza. EmergInfect Dis; 12: 3-8

[WHO] World Healt Organization. 2003. WHO manual on Animal Influenza.Diagnosis and Surveillance.www.who.int/vaccine_research/diseases/influenza/WHO_manual_on_animaldiagnosis_and_surveillance_2002_5.pdf

______. 2005. Avian Influenza A (H5N1) Infection in Humans. N Engl J Med.353:1374-1385.

______. 2006a. Avian influenza – epidemiology of human H5N1 cases reported toWHO. http://www.who.int/ [3 Juni 2007]

______. 2006b. Avian influenza http://www.who.int/csr/disease/avian_ influenza/en/ Avianinfluenza [3 Juni 2007]

______. 2006c. Indonesia holds avian influenza expert consultation.www.who.int/mediacentre/news/notes/2006/np14/en/index.html[20 Juni 2007]

______. 2007. Cumulative Number of Confirmed Human Cases of AvianInfluenza A/(H5N1) Reported to WHO. http://www. who.int/. [27 Juli2007]

______. 2007a. Avian influenza (" bird flu") - Fact sheet. http://www.who.int/mediacentre/ factsheets/fs277/en/anInfluenza fact sheet. [3 Juni 2007]

62

Page 77: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

______. 2007b. Avian influenza.http://www.who.int/csr/disease/avian_ influenza/guidelines/seasonal vaccine/en/print.html [3 Juni 2007].

______. 2007c. Cumulative Number of Confirmed Human Cases of AvianInfluenza A/(H5N1) Reported to WHO. http://www. who.int/. [27 Juli2007]

Wibawan IWT. 2007. Bedah Avian Influenza (AI) dalam Kajian Ilmiah. Materiseminar Stadium General : Bedah Avian Influenza (AI) dalam KajianIlmiah [24 Maret 2007].

Wikipedia. 2007a. Newcastle Disease.http://en.wikipedia.org/wiki/Newcastledisease. [10 April 2007].

________. 2007b.http://id.wikipedia.org/wiki/Kejadian_luar_biasa.[20 Juli 2007].

Wood JM 2005. Protection of Mice and Poultry from Lethal H5N1 AvianInfluenza Virus through Adenovirus-Based Immunization J Mikro10.1128/JI.80.4.

Zarkasie M. 2007. Kemungkinan Mutasi Virus AI. Harian Republika (18 Maret2007)

63

Page 78: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan
Page 79: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

65

Page 80: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

66

Page 81: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

67

Page 82: STUDI PUSTAKA DINAMIKA PERKEMBANGAN FLU … · dan bunda (S emoga kanda bisa menjadi contoh yang baik untuk kalian). 3. Leni Maylina dan dik Ike yang senantiasa berbagi keceriaan

68