studi penyebab banjir parit tokaya pontianak

21
Studi Faktor-Faktor Penyebab Banjir Pada Daerah Tangkapan Parit Tokaya Kecamatan Pontianak Selatan Kota Pontianak Oleh : Romiyanto E_mail : [email protected] Abstrak Banjir merupakan salah satu bencana alam yang ada dimuka bumi yang dapat disebabkan oleh alam itu sendiri dan ulah tangan manusia. Kota Pontianak yang letaknya relatif datar sehingga tiap tahun menjadi langganan banjir. Selain itu Kota Pontianak juga termasuk pada daerah yang mempunyai intensitas curah hujan yang cukup tinggi, serta dipengaruhi oleh pasang surut Sungai Kapuas. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara umum banjir yang terjadi pada daerah tangkapan Parit Tokaya Kec. Pontianak Selatan Kota Pontianak disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor air pasang yang tinggi dan curah hujan yang besar yang terjadi pada waktu yang bersamaan selain itu, faktor ketinggian tempat juga berpengaruh didalam terjadinya banjir. Tidak semua lokasi pada titik penelitian terjadi banjir hanya tempat yang relatif datar saja yang terjadi banjir sedangkan yang tinggi tidak terjadi banjir. A. Latar Belakang Air merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia dan merupakan salah satu bagian alam yang tidak terpisahkan dalam aktivitas manusia itu sendiri. Menurut Seyhan (1990) lebih dari 98% dari semua air (di duga lebih dari 7 x 10 6 km 2 ) di atas bumi tersembunyi di bawah permukaan dalam pori-pori batuan dan bahan-bahan butiran. 2%

Upload: romi-yanto

Post on 24-Jun-2015

598 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Semoga bermanfaat

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

Studi Faktor-Faktor Penyebab Banjir Pada Daerah

Tangkapan Parit Tokaya Kecamatan Pontianak Selatan

Kota Pontianak

Oleh : Romiyanto

E_mail : [email protected]

AbstrakBanjir merupakan salah satu bencana alam yang ada dimuka bumi yang dapat

disebabkan oleh alam itu sendiri dan ulah tangan manusia. Kota Pontianak yang letaknya relatif datar sehingga tiap tahun menjadi langganan banjir. Selain itu Kota Pontianak juga termasuk pada daerah yang mempunyai intensitas curah hujan yang cukup tinggi, serta dipengaruhi oleh pasang surut Sungai Kapuas.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan secara umum banjir yang terjadi pada daerah tangkapan Parit Tokaya Kec. Pontianak Selatan Kota Pontianak disebabkan oleh beberapa faktor antara lain faktor air pasang yang tinggi dan curah hujan yang besar yang terjadi pada waktu yang bersamaan selain itu, faktor ketinggian tempat juga berpengaruh didalam terjadinya banjir. Tidak semua lokasi pada titik penelitian terjadi banjir hanya tempat yang relatif datar saja yang terjadi banjir sedangkan yang tinggi tidak terjadi banjir.

A. Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan yang mendasar bagi kehidupan manusia dan

merupakan salah satu bagian alam yang tidak terpisahkan dalam aktivitas manusia itu

sendiri. Menurut Seyhan (1990) lebih dari 98% dari semua air (di duga lebih dari 7 x 106

km2) di atas bumi tersembunyi di bawah permukaan dalam pori-pori batuan dan bahan-

bahan butiran. 2% sisanya adalah apa yang kita lihat di danau, sungai dan reservoir.

Air adalah materi esensial dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu sumber air yang

paling dekat dengan kehidupan kita adalah sungai dan sering kita anggap sebagai tempat

pembuangan ke dua setelah TPA. Sungai atau parit mempunyai fungsi mengumpulkan

curah hujan dalam suatu daerah tertentu dan mengalirkannya ke laut (Sosrodarsono,

1993). Apabila fungsi sungai atau parit tersebut terganggu maka akan terjadi bencana

banjir di mana-mana.

Ilmu yang mempelajari proses yang mengatur kehilangan dan penambahan serta

penampungan sumber-sumber air di bumi adalah hidrologi. Dua besaran ekstrem dalam

hidrologi adalah besaran maksimum berupa banjir dan besaran minimum berupa

Page 2: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

kekeringan. Mengingat pentingnya sungai bagi kehidupan manusia, maka keadaan

ekstrem alirannya, baik kekeringan maupun banjir tidak dikehendaki. Terutama untuk

kasus banjir, perlindungan terhadap berbagai aspek kehidupan di sepanjang sungai perlu

diperhatikan. Di dalam analisis hidrologi, salah satu hasil akhir yang sering diharapkan

adalah perkiraan besar banjir atau hujan (Harto dalam Zenkadir 2008).

Menurut Zenkadir (2008) secara umum banjir dapat diartikan sebagai suatu keadaan

dimana tinggi muka air sungai (atau debit sungai) melebihi suatu batas yang ditetapkan

oleh suatu kepentingan tertentu. Banjir merupakan hasil rusaknya kesetimbangan air

(water balance) akibat berkurangnya nilai infiltrasi dan evapotranspirasi, sehingga nilai

debit aliran permukaan (run off) menjadi lebih besar daripada kapasitas angkut debit air

pada sistem drainase (alami maupun buatan). Nilai kapasitas angkut yang lebih kecil ini

menyebabkan air meluap dari tanggul dan menggenangi daerah sekitarnya. Adanya

tekanan penduduk terhadap kebutuhan lahan baik untuk kegiatan pertanian, perumahan,

industri, rekreasi, maupun kegiatan lain akan menyebabkan perubahan penggunaan lahan.

Perubahan penggunaan lahan yang paling besar pengaruhnya terhadap kelestarian

sumberdaya air adalah perubahan dari kawasan hutan kepenggunaan lainnya seperti,

pertanian, perumahan ataupun industri. Kerapatan bangunan (perumahan) yang tinggi

misalnya, akan mengurangi area peresapan air hujan ke dalam tanah.

Menurut Wahyuni (2005) Kota Pontianak merupakan daerah yang rendah dengan

ketinggian tempat 0,5-1,5 m dpl. Pontianak sendiri terletak di dua Sungai yaitu Sungai

Kapuas dan Sungai Landak serta terletak di daerah equator yang memiliki rata-rata curah

hujan yang tinggi dan hampir merata setiap tahun. Ditambah lagi pengaturan saluran

drainase dan kondisi jalan yang buruk sehingga potensi banjir menjadi lebih besar apabila

curah hujan tinggi.

B. Permasalahan

Kebijakan pemerintah dalam upaya penangulangan bencana bajir hanya sekedar

perbaikan fisik belaka. Salah satu contoh adalah diadakannya peninggian jalan di

sebagian jalan Purnama, dengan usaha tersebut diharapkan jalan-jalan yang dulunya

terkena banjir akan aman apabila datang banjir selanjutnya.

Selain peninggian jalan usaha perbaikan saluran darainase juga terus dilakukan

oleh pemerintah Kota Pontianak khususnya di Kecamatan Pontianak Selatan, tetapi

Page 3: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

kenyataannya dilapangan masih terdapat parit atau selokan dalam keadaan yang kurang

baik dalam artian tidak dapat menampung dan mengalirkan air dengan optimal baik

dikarenakan kondisi fisik, penyumbatan oleh sampah maupun permasalahan lainnya.

Terutama di musim penghujan, kerapkali dengan intensitas curah hujan yang rendah-pun

kadang-kala di tempat-tempat tertentu masih terjadi penggenangan sehingga berpeluang

terhadap terjadinya banjir.

Kepadatan jumlah penduduk di Kota Pontianak terutama pada daerah saluran

drainase Parit Tokaya secara tidak langsung akan berdampak terhadap penutupan saluran

drainase pada darah tersebut, dimana lahan menjadi semakin sempit sehingga masyarakat

mengambil lahan saluran dan digunakan untuk tempat tinggal yang pada akhirnya dari

waktu ke waktu lebar dan dalam saluran drainase Parit Tokaya akan semakin menyempit.

Kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai atau saluran (parit) yang akan

berdampak pada penyumbatan saluran drainase juga menjadi salah satu faktor penyebab

dalam mempercepat terjadinya banjir.

Selain itu faktor alam juga berperan penting dalam terjadinya banjir. Topografi,

pasang surut air sungai dan curah hujan yang tinggi dalam waktu yang lama akan

berpotensi besar terjadinya banjir ditambah lagi daerah Pontianak memiliki curah hujan

yang tinggi yaitu 2.000-3.000 mm/th (BMG Supadio Pontianak, 2008).

Oleh karena itu perlu kiranya dilakukan penelitian studi faktor-faktor penyebab

terjadinya banjir di daerah Tangkapan Parit Tokaya Kecamatan Pontianak Selatan Kota

Pontianak. Penelitian ini diharapkan menghasilkan data yang akurat tentang faktor-faktor

penyebab banjir, terutama pada daerah tangkapan Parit Tokaya Kecamatan Pontianak

Selatan dan nantinya dapat menjadi alternatif pertimbangan dalam penanggulangan

banjir pada daerah tersebut.

C. Variabel Pengamatan

1. Curah Hujan Harian

Data curah hujan harian merupakan data sekunder yang di dapat dari stasiun

Badan Metrologi dan Geofisika (BMG) Pontianak. Data curah hujan merupakan data

curah hujan harian selama 1 bulan (30 hari) penelitian, terhitung mulai dari tanggal 13

Desember 2008 sampai dengan 11 Januari 2009.

2. Tinggi Tempat

Page 4: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

Data tinggi tempat di dapat dari data sekunder yang dapat dilihat langsung

pada lampiran peta. Tinggi tempat menggambarkan ketinggian suatu lokasi penelitian

dari permukaan laut.

3. Kondisi Drainase

a. Debit Aliran

Debit aliran adalah laju aliran (dalam satuan volum air) yang akan

melewati penampang melintang sungai per satuan waktu (Asdak, 1997).

Pengukuran debit aliran dilakukan dengan menggunakan metode pelampung.

Data debit aliran sungai merupakan data penting bagi pengelolaan sumberdaya

air.

Data debit aliran rata-rata tahunan/harian dapat memberikan potensi

sumberdaya air yang dapat dimanfaatkan dari suatu DAS (Asdak, 1997).

Pengukuran debit dapat dinyatakan dengan persamaan :

Q=A×V

Dimana : Q = Debit aliran (m3 / det atau m3 / jam)

A = Luas penampang (m2)

V = Kecepatan air melalui penampang (m/det)

Untuk menghitung luas penampang sungai dinyatakan dengan persamaan :

Α=C×b×h max

Dimana : C = Koefisien bentuk penampang melintang sungai

b = Lebar sungai

h max = Tinggi air maksimum

koefisien bentuk melintang sungai :

c = 1 : Bentuk melintang persegi panjang

c = ½ : Bentuk melintang segitiga

c = 2/3 : Bentuk melintang parabola

(Sosrodarsono, 1993)

Sedangkan untuk menghitung kecepatan lintasan pelampung dapat menggunakan

rumus sebagai berikut (Soewarno, 1991)

Vp=L /TDimana : Vp = kecepatan lintasan pelampung (m/detik)

Page 5: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

L = panjang lintasan pelampung (m)

T = waktu lamanya lintasan pelampung (detik)

Untuk mendapatkan nilai koefisien bentuk penampang melintang sungai

maka sungai dibuat garis pengukur, dalam menentukan jumlah garis pengukur

perlu diketahui lebar sungai. Jika lebar sungai sudah diketahui maka akan didapat

interval garis-garis pengukur dalamnya air dan interval garis-garis pengukur

kecepatan aliran.

b. Tinggi Muka Air Saluran

Tinggi muka air dalam saluran menggambarkan keberadaan dan

ketinggian air dalam saluran. Tinggi muka air dalam saluran di ukur langsung

pada titik pengamatan dengan menggunakan meteran.

4. Pasang Surut

Fluktuasi pasang surut dan pasang naik merupakan data sekunder yang

didapat langsung dari Adminisator Pelabuhan Kota Pontianak serta melakukan

wawancara dengan masyarakat sekitar tentang kondisi sungai. Fluktuasi air tesebut

akan dikaitkan dengan pengaruh terjadinya banjir pada daerah Tangkapan Parit

Tokaya.

5. Penggunaan Lahan

Data tentang penggunaan lahan atau land use di Kecamatan Pontianak Selatan

diperoleh dari pengamatan langsung di lapangan dan dari peta penggunaan lahan

Kecamatan Pontianak Selatan. Penggunaan lahan suatu lokasi menggambarkan

berapa besar penggunaan lahan pada lokasi tersebut.

6. Jenis Tanah

Data tentang jenis tanah merupakan data sekunder yang diperoleh dari

Bappeda Kota Pontianak. Jenis tanah merupakan salah satu faktor terjadinya banjir,

hal ini tergantung pada jenis tanah pada lokasi tersebut.

D. Hasil dan Pembahasan

Daerah Aliran Parit Tokaya merupakan salah satu sumber daya air bagi masyarakat

setempat untuk melakukan aktivitasnya. Daerah Tangkapan Air Parit Tokaya merupakan

daerah yang landai dengan ketinggian berkisar antara 35-65 cm/dpl sehingga

kemungkinan terjadinya banjir akan sangat besar, banjir sering terjadi hanya pada daerah

Page 6: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

Data Curah Hujan Harian

0

10

20

30

40

50

60

70

80

90

100

H ari ke

J umlah Curah Hujan

CHHarian

CH H arian 0 17 65 19 3 3 12 13 0 10 3 91 39 1 0 1 17 0 0 0 12 32 14 17 0 11 30 10 10 0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30

hilir parit. Daerah hilir parit merupakan daerah yang berbatasan langsung dengan Sungai

Kapuas, sedangkan daerah hulunya merupakan daerah hutan/semak belukar.

Pada saat penelitian diketahui bahwa banjir terbesar terjadi pada tanggal 16 Desember

2008 yang pada waktu itu menyebabkan sebagian besar daerah Tangkapan Parit Tokaya

tergenang oleh air (lihat peta kawasan banjir). Kriteria untuk pembahasan mengenai

banjir akan dibahas pada tulisan berikut. Hasil dan pembahasan mengenai berbagai

parameter yang telah dilakukan akan disajikan dalam bentuk tabel dan grafik, sedangkan

peta merupakan halaman lampiran.

1. Curah Hujan

Data curah hujan merupakan data sekunder yang didapat dari BMG Supadio

Pontianak. Curah hujan selama penelitian yaitu dari tanggal 13 Desember 2008

sampai dengan 11 Januari 2009 berjumlah 417,9 mm. Curah hujan tertinggi yaitu

pada tanggal 24 Desember 2008 berjumlah 91 mm, untuk lebih jelasnya dapat dilihat

pada grafik dibawah ini :

Grafik Curah Hujan Harian

Sumber : BMG Supadio Pontianak, 2009

Apabila dilihat dari grafik 1 curah hujan pada daerah penelitian bervariasi berkisar

antara 0,3 mm sampai dengan 91 mm. Menurut data diatas bahwa curah hujan antara

0,3 sampai dengan 91 mm tidak menyebabkan terjadinya banjir.

2. Tinggi Tempat

Tinggi tempat berkaitan erat dengan arah aliran air. Dalam skala yang lebih

luas dan dengan kondisi yang berlereng tinggi tempat dapat ditentukan dengan alat

Page 7: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

yang sederhana, sedangkan tempat dengan ketinggian datar memerlukan alat

tersendiri dengan ketelitian yang tinggi, sehingga data yang didapat menjadi akurat.

Berdasarkan Peta Topografi tinggi wilayah tangkapan Parit Tokaya antara 35-

46 cm dpl, hal ini berarti bahwa topografi daerah tersebut adalah datar. Daerah

tertinggi terletak pada ujung Jl. Kesehatan yaitu setinggi 65 cm dpl (lihat peta

Topografi), sedangkan titik nol berada pada daerah pinggiran Sungai Kapuas. Tinggi

tempat Jl. Veteran antara 36-39 cm dpl, sedangkan Jl. Purnama antara 40-45 cm dpl.

Berdasarkan data tersebut kemungkinan terjadinya banjir yang diakibatkan

oleh pasang air Sungai Kapuas sangatlah besar apalagi ditambah dengan terjadinya

hujan yang lebat pada saat itu.

3. Karakteristik Drainase

a. Debit Aliran

Debit aliran adalah laju aliran air (dalam bentuk volume air) yang melewati

suatu penampang melintang sungai persatuan waktu (Asdak, 1997). Besarnya debit

aliran dipengaruhi oleh curah hujan, pasang surut, tinggi tempat dan luasnya daerah

tangkapan parit tersebut.

Pengukuran debit dilakukan dengan menggunakan metode pelampung.

Teknik pengukuran debit yaitu dengan menghitung kecepatan pelampung dengan

jarak tertentu. Sedangkan luas penampang melintang parit didapat dengan mengukur

lebar parit dan tinggi muka air pada interval waktu tertentu.

Dari yang ada menunjukan bahwa banjir tertinggi terjadi pada tanggal 16

Desember 2008 dengan ketinggian air Parit Tokaya adalah 3,13 m dengan debit 6,92

m3/det yang terjadi pada titik pengamatan pertama. Banjir tersebut terjadi disebabkan

oleh terjadinya pasang berturut-turut pada Sungai Kapuas yaitu pada tanggal 14 dan

15 Desember 2008 dengan ketinggian 6 meter, sedangkan pada tanggal 16 Desember

2008 pasang air Sungai Kapuas setinggi 5,9 m yang diukur dari dasar Sungai Kapuas

b. Tinggi Muka Air Dalam Saluran

Tinggi muka air dalam saluran menggambarkan seberapa tinggi air yang ada

didalam saluran atau parit tersebut. Pengukuran tinggi muka air saluran dilakukan

dari dasar saluran sampai dengan batas antara saluran dan jalan dengan menggunakan

Page 8: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

meteran dan tongkat duga kayu yang telah dipasang pada titik pengamatan (Zenkadir,

2008).

Tabel Tinggi Saluran dan Tinggi Muka Air (meter)

Titik PengaMatan

Tinggi Saluran

(m)

Tidak Hujan & Pasang

Hujan &Pasang

Hujan &Pasang

Tidak Hujan & Pasang

13 Des‘08 16 Des‘08 10 Jan‘09 11 Jan’091 3.06 2.46 3.13 2.48 2.512 1.28 1.33 1.49 1.32 1.373 1.47 1.38 1.62 1.49 1.504 1.99 1.77 2.07 1.96 1.895 1.57 1.33 1.72 1.42 1.456 1.49 1.20 1.38 1.37 1.397 1.49 0.74 1.37 1.06 1.088 1.86 0.96 1.59 1.31 1.099 1.57 0.61 1.28 1.06 0.7810 1.81 0.21 0.70 0.68 0.50

Sumber : Pengukuran lapangan, 2009

Ket : Angka tebal : Tinggi air pada saat banjir

Pada tabel di atas, terjadi empat kali banjir pada 5 titik pengamatan

diantaranya pada tanggal 13 dan 16 Desember 2008 serta pada tanggal 10 dan 11

Januari 2009 dengan ketinggian tempat antara 36-40 cm dpl. Pada tabel di atas, tinggi

air maksimum sebesar 3,13 m, yang terjadi pada tanggal 16 Desember 2008 dan

berada pada daerah hilir penelitian yaitu pada titik pengamatan pertama dengan

ketinggian tempat 36 cm dpl. Hal ini terjadi sebagian besar karena dipengaruhi oleh

lokasi pada titik pengamatan pertama merupakan daerah yang datar dengan

ketinggian 36 cm dpl dan berada dekat dengan Sungai Kapuas, sehingga aliran air

pertama kali masuk pada titik tersebut.

Sedangkan tinggi air minimum terjadi pada tanggal 22 Desember 2008 (lihat

lampiran pada tinggi air Parit Tokaya), dimana tinggi air minimum berada di daerah

hulu penelitian yaitu pada titik pengamatan ke sepuluh sebesar 0,05 m dengan

ketinggian tempat 45 cm dpl. Hal ini terjadi dikarenakan pada saat tanggal 22

Desember terjadi hujan tetapi hanya dalam keadaan normal yaitu sebesar 9,6 mm,

sehingga mengakibatkan tidak adanya tambahan volume air yang berarti pada parit

tokaya. Dari pengamatan dilapangan diketahui bahwa pada titik pengamatan pertama

Page 9: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

yang berada dekat Sungai Kapuas dan merupakan daerah hilir penelitian, hujan yang

terjadi terasa lebat sedangkan pada daerah Hulu Purnama hanya terjadi gerimis.

4. Pasang Surut

Dari hasil pengamatan dilapangan dan data sekunder yang didapat

menunjukkan bahwa tipe pasang surut Sungai Kapuas adalah pasang surut harian

tunggal (diurnal tides) dimana Sungai Kapuas mengalami satu kali pasang dan satu

kali surut dalam satu hari. Pasang terjadi pada pagi hari sekitar pukul 06.00 WIB dan

akan surut pada siang hari sekitar pukul 11.00 WIB dan kembali pasang pada pagi

hari. Adapun data pasang harian Sungai Kapuas selama penelitian dapat dilihat pada

grafik 2 dibawah ini :

Grafik Tinggi Muka Air dari Dasar Sungai Kapuas (meter)

Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa pasang besar terjadi dalam dua periode

yaitu pada tanggal 14, 15 dan 16 Desember 2008 setinggi 6 meter, sedangkan periode

kedua terjadi pada tanggal 28, 29 dan 30 Desember 2008 setinggi 6 meter (lihat tabel

9). Dimana pada dua periode pasang tersebut terjadi banjir tertinggi yaitu pada

tanggal 16 Desember 2008. Pengukuran Titik nol Sungai Kapuas berada pada daerah

dasar Sungai tersebut.

Tabel Tinggi Muka Air dari Dasar Sungai Kapuas pada Pasang Tertinggi

HariKe

TanggalPenelitian

Tinggi Air(meter)

1 13 Des ’08 5,92 14 Des ’08 63 15 Des ’08 64 16 Des ’08 6

4.5

5

5.5

6

Tinggi Air (m)

Desember '08 - Januari '09

Tinggi Air Sungai Kapuas

Tinggi Air

Tinggi Air 5.9 6 6 6 5.8 5.6 5.4 5.2 5.1 5.1 5.1 5.2 5.2 5.6 5.8 6 6 6 5.9 5.7 5.5 5.3 5.2 5.1 5.1 5.2 5.4 5.6 5.7 5.9

13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11

Page 10: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

16 28 Des ’08 617 29 Des ’08 618 30 Des ’08 619 31 Des ’08 5,930 11 Jan ’09 5,9

Sumber : Adminisator Pelabuhan Pontianak, 2009

Terjadinya banjir pada tanggal 16 Desember tersebut disebabkan oleh terjadi

pasangnya Sungai Kapuas berturut-turut setinggi 6 meter yaitu pada tanggal 14 dan

15 Desember ditambah lagi dengan curah hujan berturut-turut yaitu sebesar 16,7 dan

65 mm sehingga menyebabkan tinggi air pada parit tokaya mencapai 3,13 meter

dengan ketinggian air Sungai Kapuas 6 meter, serta curah hujan sebesar 18,7 mm.

Sedangkan pada tanggal 13 Desember 2008 terjadi banjir pada titik

pengamatan ke dua dan pada tanggal 11 Januari 2009 banjir terjadi pada titik

pengamatan ke dua dan ke tiga. Banjir yang terjadi pada tanggal 13 dengan

ketinggian air Sungai Kapuas 5,9 m dan banjir pada tanggal 11 Januari 2009 dengan

ketinggian air Sungai Kapuas 5,9 m merupakan banjir yang disebabkan oleh

pasangnya air Sungai Kapuas, karena pada kedua hari tersebut tidak terjadi hujan.

5. Penggunaan Lahan

Total luas lahan pada daerah tangkapan Parit Tokaya adalah 897 Ha yang di

dominasi oleh pemukiman yaitu dengan luasan 561 Ha, sedangkan lahan terbuka

seluas 125 Ha, semak belukar 122 Ha, Sawah 47 Ha, kebun campuran 41 Ha dan

perkebunan 1 Ha (lihat peta penggunaan lahan). Dari data tersebut dapat kita lihat

bahwa sebagian besar kawasan Parit Tokaya tertutupi oleh pemukiman sehingga

ruang bagi air untuk diserap oleh tanah sangatlah kecil yang memungkinkan

terjadinya aliran permukaan, hal ini juga merupakan salah satu faktor penyebab

terjadinya banjir.

Tabel Penggunaan Lahan pada Area Penelitian

NoTipe Penggunaan

LahanLuas (Ha)

%

1 Pemukiman 561 62,542 Lahan Terbuka 125 13,943 Semak Belukar 122 13,604 Sawah 47 5,245 Kebun Campuran 41 4,576 Perkebunan 1 0,11

Page 11: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

Total 897 100 Sumber : Peta Tata Guna Lahan (Eddy Tamrin, 2008)

Perubahan penggunaan lahan yang makin meluas pada daerah Parit Tokaya

menyebabkan hanya sebagian kecil curah hujan yang dapat diserap dan ditampung oleh

tanah melalui intersepsi maupun infiltrasi sebagai cadangan air dimusim kemarau (Irianto

dalam Sawiyo, 2005). Dampaknya air hujan yang di transfer menjadi aliran permukaan

meningkat, sehingga terjadi banjir dengan besaran (magnitude) yang makin meningkat.

Kondisi ini akan diperburuk apabila periode tanah sudah dalam keadaan jenuh akibat

hujan sebelumnya.

6. Jenis Tanah

Pada area penelitian terdapat dua jenis tanah yaitu : tanah Entisol (Fluvaquent)

dan tanah Histosol (Tropohemist), (lihat peta jenis tanah). Entisol sendiri merupakan

tanah muda yang masih belum memiliki agregat, sedangkan fluvaquent merupakan tanah

entisol yang terbentuk dari endapan tanah sungai yang berair. Tanah jenis ini merupakan

tanah yang berada pada daerah dekat sungai, sehingga peluang terjadinya banjir baik

pada waktu air pasang maupun pada waktu hujan datang sangatlah besar.

Kedalaman Tanah Gambut pada daerah penelitian berkisar antara 0,5-3 meter.

Kedalaman 0,5 meter sebagian besar berada pada daerah perbatasan antara Tanah Entisol

dan Tanah Histosol, sedangkan kedalaman 3 meter berada pada daerah ujung Jalan

Kesehatan (lihat peta jenis tanah). Tanah Histosol yang biasanya disebut tanah gambut

merupakan jenis tanah tua yang terbentuk pada kondisi anaerob akibat proses

dekomposisi bahan organik dimana proses penumpukan lebih laju dari proses

dekomposisi. Gambut tropis sendiri terbentuk dari hutan atau tumbuhan berkayu dari

berbagai formasi vegetasi alami pada hutan bakau, kerangas dan rawa air tawar (Anshari,

2007).

Karena terbentuk dari dekomposisi bahan organik maka gambut mempunyai

kandungan bahan organik yang tinggi dan hal ini-lah yang menyebabkan tanah gambut

dapat mengikat air dalam jumlah yang relatif tinggi. Kapasitas mengikat air maksimum

untuk gambut fibrik adalah 580 – 3.000%, gambut hemik 450% - 850% dan gambut

saprik < 450% (Notohadiprawiro, 1985).

Page 12: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

Apabila dilihat letak dari kedua jenis tanah tersebut (lihat peta jenis tanah) jelas

bahwa tanah Entisol akan selalu tergenang, hal ini dikarenakan tanah tersebut berbatasan

langsung dengan Sungai Kapuas yang merupakan daerah hilir penelitian. Tanah Histosol

sendiri berada pada daerah Hulu (daerah Jalan Purnama) penelitian sehingga

kemungkinan bajir sangatlah kecil.

E. Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembahasan data sekunder dan pengamatan lapangan dapat

disimpulkan bahwa :

1. Banjir terbesar terjadi pada tanggal 16 Desember 2008 hal ini disebabkan karena

pengaruh pasang Sungai Kapuas yang berturut-turut pada tanggal 14 sampai dengan

tanggal 16 Desember yaitu 6 meter. Hal tersebut mengakibatkan terjadinya banjir

pada titik 1-5 dengan curah hujan pada waktu itu 18,7 mm. Debit pada waktu banjir

berkisar antara 1,69-6,92 m3/det dengan ketinggian tempat antara 36-41 cm dpl.

2. Tinggi tempat Daerah Tangkapan Parit Tokaya relatif rendah, antara 35-65 cm dpl.

Hal ini menyebabkan dengan kondisi pasang maksimum terjadi pasang berturut-turut

menyebabkan akan terjadinya banjir sangat besar.

3. Curah hujan yang tinggi juga merupakan salah satu faktor terjadinya banjir apalagi

ditambah dengan terjadinya Pasang Air Sungai Kapuas yang terjadi pada tanggal 16

Desember 2008.

4. Banyaknya pemukiman merupakan salah satu faktor terjadinya banjir, hal ini

dikarenakan berkurangnya daya serapa tanah karena lahan terbuka berubah fungsi

menjadi pemukiman maupun jalan sehingga peluang terjadinya banjir sangatlah besar

terutama pada saat terjadinya hujan.

5. Terdapat dua jenis tanah yaitu Entisol dan Histosol, dimana tanah Entisol berada pada

daerah Hilir penelitian yang kemungkinan dipengaruhi oleh air pasang sangatlah

besar, sedangkan Tanah Histosol (gambut) berada pada daerah Hulu penelitian

sehingga pengaruh Pasang Sungai Kapuas sangatlah kecil. Hal tersebut

memungkinkan terjadinya banjir pada jenis Tanah Entisol.

Page 13: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

DAFTAR PUSTAKA............, 2008. Konsep tata ruang untuk pengendalian dan kalisifikasi banjir.

http://209.85.175.104/search?q=cache:7wNBL4b1m3IJ:www.penataanrung.net/taru/nspm/pedoman%2520pemanfaatan%2520ruang/banjirnov/PDF/pedbanjir(b3)%2520nov.pdf+klasifikasi+banjir&hl=id&ct=clnk&cd=3&gl=id.

Anshari, G. 2007. Studi Kandungan Karbon Organik Total dalam Lapisan-Lapisan (Strata) Gambut dari Hutan Adat Rawa Gambut Nung di Taman Nasional Danau Sentarum. Laporan Penelitian. Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak. Pontianak.

Asdak, C. 1997. Hidrologi dan Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Bappeda, PMD Kota Pontianak, 2002. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah Tahun 2002-2012 Kota Pontianak. Bappeda Kota Pontianak. Pontianak.

Bappeda, 2007. Arsip Kota Pontianak. Bappeda Kota Pontianak. Pontianak.

Bappenas, 2008. Kajian Penanggulangan Banjir di Indonesia Pendekatan dengan Masyarakat, Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat: UniversitasIndonesia.http://donorair.bappenas.go.id/modules/doc/pdf_download.php?prm_download_id=2&sbf=52&prm_download_table =19 .

Darmawan, 2008. Pemetaan rawan bencana banjir. http://mdarmawan-kenkyu.blogspot.com/2008/01/pemetaan-rawan-bencana-dan-resiko.html .

Data Monografi Kecamatan, 2007. Monografi Kecamatan Pontianak Selatan. Kecamatan Pontianak Selatan. Pontianak.

Dinas Prasarana Kota Pontianak, 2002. Peta Wilayah Administrasi Kota Pontianak. Dinas Prasarana Kota Pontianak. Pontianak.

Direktorat Riset dan Pengabdian Kepada Masyarakat, 2005. Kajian Penanggulangan Banjir di Indonesia. Universitas Indonesia.

Haryono, 2003. Aplikasi Dynamic System Untuk Memodelkan Banjir Dengan Menggunakan Software Vensim. http://digilib.petra.ac.id/s1/tmi/jiunkpe-ns--vensim-abstract_toc.pdf .

Maulana, r. http://tumoutou.net/702_07134/rachmat_mulyana.htm.

Notohadiprawiro, R, M, T, 1985. Selidik Cepat Ciri Tanah di Lapangan.Ghalia Indonesia. Jakarta.

Page 14: Studi Penyebab Banjir Parit Tokaya Pontianak

Nugroho, P, S, 2002. Analisis Curah Hujan dan sistem Pengendalian Banjir di Pantai Utara Jawa Barat (Studi Kasus Bencana Banjir Periode Januari-Februari 2002). Jurnal Sain dan Teknologi Indonesia. BPPT.

Rahmadi, A, 2002. Air Sebagai Indikator Pembangunan Berkelanjutan. http://www.rudyct.tripod.com/sem2_012/andi_rahmadi.htm.

Robert. J. K, 2002. Pengelolaan Sumberdaya Air Dalam Otonomi Daerah. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.

Setiadi, A. 2007. Lomba Karya Tulis Mahasiswa Lingkungan Hidup (LKTM LH) Tidak di Publikasikan, Minimalisasi Banjir Melalui Pendekatan Eko-Hidraulik. Universitas Tanjungpura Pontianak. Pontianak.

Seyhan, E. 1990. Dasar-dasar hidrologi. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

Soewarno, 1991. Hidrologi Pengukuran dan Pengolahan Data Aliran Sungai. Nova. Bandung.

Sosrodarsono, S. 1993. Hidrologi untuk Perairan. Pradya Pramita. Jakarta.

Suripin. 2002. Pelestarian Sumber Daya Tanah dan Air. Andi Yogyakarta. Yogyakarta.

Suryadi, Y, 2007. Metode Penentuan Indeks Banjir Berdasarkan Fungsi Debit Puncak Hidrograf Inflow, Luas Genangan, Kedalaman Genangan dan Waktu Genangan. Central Library Institute Technology Bandung. http://sas.iibn.info/gdl.php? mod=browse&op=read&id=jbptitbpp-gdl-yadisuryad-30365 .

Wahyuni, E. D. 2005. Tesis S2 tidak dipublikasikan, Penentuan Kawasan Pemukiman dengan SIG Studi Kota Pontianak. Institut Teknologi Bandung. Bandung.

Zenkadir, 2008. Evaluasi Kapasitas Tampung Maksimum Sungai dan Saluran Darainase Terhadap Banjir Maksimum. Fakultas Pertanian Unila. Lampung.