studi pemetaan batimetri dan analisis komponen pasang surut untuk menentukan panjang dan elevasi...

9
Studi Pemetaan Batimetri dan Analisis Komponen Pasang Surut Untuk Menentukan Elevasi dan Panjang Lantai Dermaga di Perairan Keling, Kabupaten Jepara Peddy Darwin Simbolon *) , Purwanto *) , Hariadi *) *) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Diponegoro Jl. Prof. H. Soedharto, SH, Tembalang, Semarang. 50275 Telp/Fax (024) 7474698 Email : [email protected] Abstrak Penelitian telah dilakukan di Perairan Keling, Kabupaten Jepara pada bulan Oktober 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi kondisi batimetri Perairan Keling dan komponen pasang surut di perairan tersebut. Materi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer berupa batimetri, pasang surut, dan koordinat garis pantai sedangkan data sekunder berupa peta RBI dan data ukuran kapal yang berlabuh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode analisis data dengan metode matematis dan pendekatan pemodelan menggunakan perangkat lunak Surfer 11. Hasil penelitian menunjukan Perairan Keling memiliki kedalaman perairan antara -0,07 sampai - 6,63 m. Perairan Keling memiliki tipe pasang surut harian tunggal, dimana MSL 69,14 cm, HHWL 135, 47 cm, LLWL 0,779 cm, MLWL 28 cm, dan MHWL 115 cm. Elevasi dermaga yang didapatkan adalah 2,85 m dihitung dengan menggunakan Zo sebagai titik acuan, sedangkan panjang lantai dermaga aman bagi satu buah kapal bersandar adalah 22,2 m dengan panjang Loa 18,50 m. Sementara itu, kedalaman perairan aman di depan dermaga yang dibutuhkan adalah 1,65 m untuk melayani draft kapal perikanan terbesar. Kata kunci : Batimetri, Pasang Surut, Elevasi Dermaga, Panjang Lantai Dermaga, Perairan Keling Abstract The research was conducted at Keling Waters, Jepara during October 2013. The Research objective is to obtain information about bathymetric condition of Keling Waters and tidal components in the waters. Materials used were primary and secondary data. Primary data that is bathymetry, tides and shoreline coordinates whereas secondary data that is RBI maps and data of size ships which mooring. The research method used are a quantitative method. Whereas of the method of analysis data which used mathematical and with modeling approximation method use software Surfer 11. The research result shows that Keling Waters has depth between -0,07 m until -6,63 m. Keling Waters has tides typed diurnal tide with the following values are MSL 69,14 cm, HHWL 135,47 cm, LLWL 0,779 cm, MLWL 28 cm, and MHWL 115 cm. Pier elevation value obtained is 2,85 m counted by using Zo as reference point, whereas the safe floor length to tie the ship in the pier is 22,2 m with Loa length is 18,50 m. While the safe waters depth in front of the pier needed is 1,65 m to provide the biggest fish-catch ship draft. Key words : Bathymetry, Tides, Pier Elevation, Pier Floor Length, Keling Waters

Upload: darwinpeddy

Post on 09-Nov-2015

97 views

Category:

Documents


4 download

DESCRIPTION

Scientific Journal

TRANSCRIPT

  • Studi Pemetaan Batimetri dan Analisis Komponen Pasang SurutUntuk Menentukan Elevasi dan Panjang Lantai Dermaga di

    Perairan Keling, Kabupaten Jepara

    Peddy Darwin Simbolon*), Purwanto*), Hariadi*)

    *) Jurusan Ilmu Kelautan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas DiponegoroJl. Prof. H. Soedharto, SH, Tembalang, Semarang. 50275 Telp/Fax (024) 7474698

    Email : [email protected]

    Abstrak

    Penelitian telah dilakukan di Perairan Keling, Kabupaten Jepara pada bulan Oktober2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi kondisi batimetriPerairan Keling dan komponen pasang surut di perairan tersebut. Materi yang digunakandalam penelitian ini meliputi data primer berupa batimetri, pasang surut, dan koordinatgaris pantai sedangkan data sekunder berupa peta RBI dan data ukuran kapal yangberlabuh. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Metode analisisdata dengan metode matematis dan pendekatan pemodelan menggunakan perangkat lunakSurfer 11. Hasil penelitian menunjukan Perairan Keling memiliki kedalaman perairanantara -0,07 sampai - 6,63 m. Perairan Keling memiliki tipe pasang surut harian tunggal,dimana MSL 69,14 cm, HHWL 135, 47 cm, LLWL 0,779 cm, MLWL 28 cm, dan MHWL115 cm. Elevasi dermaga yang didapatkan adalah 2,85 m dihitung dengan menggunakanZo sebagai titik acuan, sedangkan panjang lantai dermaga aman bagi satu buah kapalbersandar adalah 22,2 m dengan panjang Loa 18,50 m. Sementara itu, kedalamanperairan aman di depan dermaga yang dibutuhkan adalah 1,65 m untuk melayani draftkapal perikanan terbesar.

    Kata kunci : Batimetri, Pasang Surut, Elevasi Dermaga, Panjang Lantai Dermaga, PerairanKeling

    Abstract

    The research was conducted at Keling Waters, Jepara during October 2013. The Researchobjective is to obtain information about bathymetric condition of Keling Waters and tidalcomponents in the waters. Materials used were primary and secondary data. Primary datathat is bathymetry, tides and shoreline coordinates whereas secondary data that is RBImaps and data of size ships which mooring. The research method used are a quantitativemethod. Whereas of the method of analysis data which used mathematical and withmodeling approximation method use software Surfer 11. The research result shows thatKeling Waters has depth between -0,07 m until -6,63 m. Keling Waters has tides typeddiurnal tide with the following values are MSL 69,14 cm, HHWL 135,47 cm, LLWL 0,779cm, MLWL 28 cm, and MHWL 115 cm. Pier elevation value obtained is 2,85 m countedby using Zo as reference point, whereas the safe floor length to tie the ship in the pier is22,2 m with Loa length is 18,50 m. While the safe waters depth in front of the pier neededis 1,65 m to provide the biggest fish-catch ship draft.

    Key words : Bathymetry, Tides, Pier Elevation, Pier Floor Length, Keling Waters

  • PendahuluanPerairan Keling merupakan perairanyang berada di utara Kabupaten Jeparadan termasuk ke dalam perairan LautJawa. Perairan Keling juga termasuk kedalam Semenanjung Muria yangmemiliki kondisi alam pegunungan,berbukit, berdataran rendah danberpantai landai. Secara administrasi,Perairan Keling terdapat di antara duadesa yaitu Desa Ujungwatu padaKecamatan Donorojo dan DesaBanyumanis pada Kecamatan Keling.

    Pantai Benteng Portugis merupakanmerupakan pantai yang terdapat diKecamatan Donorojo dan KecamatanKeling, dimana pada sepanjang garispantai ini terdapat beberapa TempatPelelangan Ikan (TPI) yang menjadipusat sistem perekonomian masyarakatdi wilayah tersebut. Masyarakat pesisirdi Kecamatan Donorojo dan KecamatanKeling sangat menggantungkankehidupan mereka pada kekayaan laut diperairan utara Laut Jawa dengan bekerjasebagai nelayan tradisional.

    Guna menunjang kegiatan paranelayan di Kecamatan Donorojo danKecamatan Keling, maka keberadaansebuah dermaga di perairan tersebutsangat diperlukan bagi masyarakatpesisir. Keberadaan sebuah dermaga diPerairan Keling berfungsi sebagai sentra(simpul) yang memungkinkanperpindahan logistik kapal perikanan,dimana kapal-kapal perikanan dapatberlabuh dan bersandar untuk kemudianmelakukan bongkar muat hasiltangkapan dan/atau penerusan ke daerahlainnya.

    Pengukuran kedalaman laut(batimetri) merupakan salah satu datapokok dalam perencanaan maupunpengembangan suatu dermaga. Batimetriberpengaruh pada kondisi kelayakansuatu dermaga, dimana batimetrimenentukan jenis-jenis kapal yang

    bersandar dan alur pelayaran bagi kapalyang hendak melaut maupun bersandar(Triatmodjo, 2010). Pasang surutmerupakan salah satu faktorhidrooseanografi yang mempengaruhikeadaan suatu lingkungan dermaga(Triatmodjo, 1999).

    Materi dan Metode Penelitiana. Materi Penelitian

    Materi yang digunakan dalampenelitian ini adalah data lapangan (dataprimer) dan data-data pendukung dariinstansi terkait (data sekunder). Databatimetri hasil pemerumanmenggunakan singlebeam echosounder,data pasang surut selama 15 hari, sertadata koordinat garis pantai di PerairanKeling menjadi data primer penelitian.Peta Rupabumi Indonesia lembar Keletdengan skala 1 : 25.000 serta datadimensi kapal perikanan yang berlabuhdi Perairan Keling menjadi datasekunder dalam penelitian.

    b. Metode PenelitianMetode yang digunakan dalam

    penelitian ini adalah metode kuantitatifyang merupakan metode ilmiah karenatelah memenuhi kaidah-kaidah ilmiahyaitu konkret, obyektif, terukur, rasional,dan sistematis. Metode ini disebutmetode kuantitatif karena data penelitianberupa angka-angka dan analisismenggunakan statistik atau model(Sugiyono, 2009).

    Metode Pengambilan Dataa. Pemeruman

    Pemeruman (sounding) dimaksudkanuntuk mengukur dan mengetahuikedalaman dasar perairan daerahpenelitian berikut pola morfologi dasarperairan tersebut. Kegiatan inimenggunakan alat perum gema(echosounder) singlebeam yang bekerjadengan prinsip pengiriman pulsa energi

  • gelombang suara melalui transmitertransducer menuju ke dasar perairan,kemudian ketika gelombang tadimenyentuh dasar perairan akandipantulkan dan diterima oleh receivertransducer. Pengambilan data kedalamanmenggunakan pola sejajar paralel, yaitupola dimana arah sounding tegak lurusdan cenderung sejajar dengan garislongitudinal atau sesuai dengan polasounding paralel (Soeprapto, 2001).

    Gambar 1. Rencana Lajur Pemeruman.

    b. Pengukuran Pasang SurutPengamatan pasang surut dilakukan

    untuk memperoleh data tinggi muka airlaut. Berdasarkan hasil pengamatan itudapat ditetapkan datumu vertikal tertentuyang sesuai untuk keperluan keperluantertentu pula seperti untuk koreksi databatimetri.

    Cara paling sederhana untukmengamati pasang surut adalah denganpalem pasut atau rambu pengamat pasut.Tinggi muka air laut diamati secaramanual oleh operator dan dicatat padasuatu formulir pengamatan pasang surut.Pencatat akan menuliskan kedudukantinggi muka air laut relatif terhadappalem sesuai dengan skala bacaan yangtertulis pada palem. Interval waktupencatatan atau perekaman tinggi mukaair laut biasanya adalah 15, 30, atau 60menit (Poerbandono dan Djunarsjah,2005).

    c. Penentuan Garis PantaiGaris pantai merupakan garis

    pertemuan antara daratan atau pantaidengan laut. Penentuan garis pantaidengan memanfaatkan citra satelit dantetap dilakukan koreksi, baik terhadapcitra/foto maupun kondisi di lokasisecara langsung. Poerbandono danDjunarsjah (2005) menjelaskan bahwapenentuan garis pantai di lapangan dapatdilakukan dengan ketentuan sebagaiberikut :a) Jika daerah pantai yang landai

    (berpasir), garis pantai ditentukandengan melihat jejak atau bekasgenangan saat air pasang tertinggi;

    b) Jika pantai berlumpur, garis pantaidiwakili oleh garis pertemuan antaradaratan (tanah keras) dengan lautan.Garis pantai dalam hal ini diwakilioleh garis air tinggi, berupa jejakpermukaan air laut yang paling tinggiyang dapat terjadi pada daratan;

    c) Jika daerah pantai yang bertebingterjal, garis pantainya adalah bibirtebing tersebut;

    d) Jika daerah rawa dan tumbuhansemak, garis pantainya adalah batastumbuhan terluar ke arah laut;

    e) Jika pantai buatan, garis pantainyadiwakili oleh garis batas terluar suatubangunan permanen buatan manusiayang terletak di pinggir pantai.

    Analisa dan Pengolahan Dataa. Data Batimetri

    Data hasil pengukuran batimetriterlebih dahulu dilakukan koreksiterhadap pasang surut dan koreksitransducer. Besarnya koreksi pasangsurut adalah nilai kedalaman (yang telahterkoreksi transducer) dikoreksi dengannilai reduksi yang sesuai kedudukanpermukaan laut pada waktu pengukuran(Soeprapto, 2001 dalam Simanjuntak,2012). Reduksi (koreksi) pasang surutlaut dirumuskan sebagai berikut :

  • = ( + )........ (1)keterangan :

    : besarnya reduksi yangdiberikan kepada hasilpengukuran kedalamanpada waktu t

    : kedudukan permukaan lautterukur pada waktu t

    MSL : muka air laut rata-rataZ0 : kedalaman muka air

    surutan di bawah MSL

    setelah itu, maka ditentukankedalaman sebenarnya :

    D = dT rt.................. (2)

    keterangan :D : kedalaman sebenarnyadT : kedalaman terkoreksi

    transducerrt : reduksi pasang surut air

    laut

    Data kedalaman yang sudahdikoreksi ditransfer ke perangkat lunak(software), dalam penyajian konturbatimetri dan model tiga dimensi (3D)menggunakan software Surfer 11 denganmetode Kriging. Kriging pada perangkatlunak Surfer 11 dapat difungsikansebagai interpolator yang eksak atausebagai penghalus bergantung padaparameter yang digunakan (Keckler,1994).

    b. Data Pasang SurutData pasang surut yang digunakan

    dalam koreksi kedalaman adalah datapasang surut yang diolah menggunakanmetode Admiralty. Metode inidigunakan untuk mencari komponen komponen pasang surut M2, S2, K2, N2,K1, P1 dan O1 yang akan digunakan untuk

    menentukan karakteristik pasang surut diperairan tersebut (Djaja, 1989).

    Dari konstanta pasang surut tersebutdiperoleh juga bilangan Formzahl (F)yang menunjukan tipe pasang surut didaerah penelitian (Ongkosongo danSuyarso, 1989) := ++ . . (3)

    dimana :F : bilangan FornzahlA01 : amplitudo komponen pasang

    surut tunggal utama yangdisebabkan oleh gaya tarikbulan

    AK1 : amplitudo komponen pasangsurut tunggal utama yangdisebabkan oleh gaya tarikbulan dan matahari

    AM2 : amplitudo komponen pasangsurut ganda utama yangdisebabkan oleh gaya tarikbulan

    AS2 : amplitudo komponen pasangsurut ganda utama yangdisebabkan oleh gaya tarikbulan dan matahari

    c. Penentuan Elevasi DermagaElevasi muka air rencana didasarkan

    pada pasang surut dan kenaikan muka airlaut. Pasang surut menggunakanbeberapa elevasi muka air, yaitu MHWL(Mean High Water Level), MSL (MeanSea Level), dan LLWL (Low LowestWater Level), sedangkan kenaikan mukaair laut (Sea Level Rise) diakibatkan olehpemanasan global.

    Triatmodjo (2010) memberikanpersamaan untuk penentuan elevasimuka air rencana (DWL) sebagai berikut:

    DWL = MHWL + SLR .............. (4)dimana :

  • DWL : Design Water Level(Elevasi Muka AirRencana)

    MHWL: Mean High Water LevelSLR : Sea Level Rise (Kenaikan

    muka air laut akibatpemanasan global)

    sedangkan untuk menentukan elevasilantai dermaga dihitung denganpersamaan sebagai berikut :

    Elevasi Lantai Dermaga = DWL + TinggiJagaan........(5)

    dimana :DWL : Design Water Level

    (Elevasi Muka AirRencana)

    Tinggi Jagaan : 0,5 m 1,5 m

    d. Penentuan Panjang DermagaPemberian jarak sebesar 10 % kali

    dari panjang kapal terbesar yangmenggunakan dermaga dilakukanapabila dermaga digunakan oleh lebihdari satu tambatan kapal danpenembahan jarak diberikan di antaradua kapal. Biasanya kapal yang masukke pelabuhan terdiri dari banyak ukuran,maka dihitung panjang kapal rerata yangberlabuh di pelabuhan. Panjang dermagayang digunakan untuk merapat beberapakapal didasarkan pada panjang kapalrerata. lnternational MaritimOrganization (1980), memberikanpersamaan untuk menentukan panjangderrnaga, seperti diberikan oleh bentukberikut ini :

    Lp = NLoa + (n + 1) x 10% x Loa...... (6)

    dengan :Lp : panjang dermagaLoa : panjang kapal yang

    ditambatn : jumlah kapal

    Hasil dan PembahasanKoordinat yang menjadi batasan

    hasil penelitian ini berada pada 110 53

    59,927E hingga 110 55 57,601E dan6 23 0,891S hingga 6 24 30,57S.

    a. Pengukuran BatimetriPengukuran batimetri di Perairan

    Keling, Kabupaten Jepara dilakukan kedalam 2 (dua) tahap, yaitu pengukurankedalaman dengan menggunakan alatsinglebeam echosounder danpengukuran menggunakan alat tongkatukur di perairan yang terdekat dengangaris pantai. Pengukuran menggunakantongkat ukur dilakukan pada kedalamanyang tidak dapat dilalui oleh kapal yangdikarenakan perairan yang terlaludangkal.

    Data yang dihasilkan dari pemerumanmerupakan data raw, yaitu data yangmasih belum terkoreksi kedalamantransducer dan pasang surut, sedangkandata pengukuran menggunakan tongkatukur hanya memerlukan koreksi pasangsurut untuk mendapatkan kedalamanperairan yang sebenarnya. Data pertamayang diperoleh dari kegiatan pemeruman(sounding) di Perairan Keling,Kabupaten Jepara merupakan databerupa waktu pemeruman (tanggal danjam), posisi koordinat titik fiks perum(data XY), dan data kedalaman terbacatransducer (data Z) pada layarsinglebeam echosounder.

    Pengolahan data kedalamanterkoreksi transducer dengan koreksipasang surut dan data kedalamanterkoreksi tongkat ukur, serta data garispantai yang diperoleh dari penelitiankemudian diolah dan dilakukanpemetaan pada perangkat lunak Surfer11. Hasil pengolahan data kedalamanyang telah dikoreksi transducer danpasang surut diperoleh data kedalamanberkisar antara -0,07 sampai -6,63 m.

    Penggabungan kontur batimetriPerairan Keling dengan penggunaanlahan di Kecamatan Donorojo danKeling dapat dilakukan denganmenggunakan perangkat lunak ArcGIS10.1 (Gambar 3).

  • Gambar 2. Kontur Batimetri PerairanKeling, Kabupaten Jepara.

    Penggunaan software Surfer 11selanjutnya berguna untuk memodelkanbentuk morfologi Perairan Keling secara3 Dimensi (3D) (Gambar 4), dan padaGambar 5 perangkat lunak Surfer 11 jugadapat menggambarkan letakperencanaan dermaga perikanan diPerairan Keling, Kabupaten Jepara.

    Gambar 3. Peta Kontur Batimetri danPenggunaan Lahan diPerairan Keling, KabupatenJepara.

    Garis kontur batimetri PerairanKeling, Kabupaten Jepara memilikikecenderungan pola sejajar garis pantai.Garis kontur batimetri yang dihasilkanmemiliki interval kedalaman sebesar 0,5m. Kondisi batimetri di Perairan Kelingmemiliki morfologi dasar perairan yanglandai, hal ini disebabkan kedalamanperairan di Perairan Keling memilikikedalaman -0,07 sampai -6,63 m dalamjarak 2,5 km.

    Perairan Keling di KabupatenJepara memiliki perbedaan morfologi

    dasar perairan yang berbeda antaraperairan di wilayah barat dengan wilayahtimur. Kondisi batimetri di wilayah baratperairan Keling memiliki kontur yangberagam dan cenderung lebih curamdibandingkan perairan di wilayah timuryang tetap sejajar garis pantai dengankontur kedalaman yang stabil. Wilayahbagian barat Perairan Keling memilikikedalaman yang beragam antara -1 msampai -6 m, pada wilayah perairan inijuga banyak ditemukan gugusan karangmati, sedangkan di wilayah bagian timurperairan tidak ditemukan gugusankarang mati.

    Gambar 4. Model Tiga Dimensi (3D)Tampak Belakang PerairanKeling, Kabupaten Jepara.

    Gambar 5. Model Tiga Dimensi (3D) LetakRencana Dermaga di PerairanKeling, Kabupaten Jepara.

    Model 3D Batimetri Perairan Keling,Kabupaten Jepara

    Model 3D Batimetri Perairan Keling,Kabupaten Jepara

  • b. Pengamatan Pasang SurutPengamatan pasang surut dilakukan

    selama 15 hari, dimulai dari tanggal 16Oktober 2013 sampai 31 Oktober 2013.Koordinat lokasi pengamatan pasangsurut adalah 110 55' 2,536" E 6 24'10,432" S. Gambar 6 menunjukan grafiknilai-nilai elevasi permukaan air relatifselama 15 hari di Perairan Keling,Kabupaten Jepara.

    Gambar 6. Grafik Ketinggian Pasang SurutPerairan Keling, KabupatenJepara.

    Perhitungan analisa konstantaharmonik pasang surut diperoleh nilaiamplitudo (A) dan kelambatan fase (g*),yaitu M2, S2, K2, N2, K1, O1, M4, dan MS4(Tabel 1).

    Tabel 1. Hasil Perhitungan Nilai KonstantaHarmonik Pasang Surut PerairanKeling Menggunakan MetodeAdmiralty selama 15 hari.

    KonstantaHarmonik

    A(cm)

    g ()

    S0 69,14M2 7,25 74,72S2 2,97 107,04N2 0,79 147,50K1 34,94 250,55O1 8,84 139,35M4 0,70 262,86

    MS4 0,52 130,03K2 0,80 107,04P1 11,53 250,55

    Sumber : Pengolahan Data, 2013

    Hasil analisa dalam satu sikluspasang surut didapatkan bahwa nilai

    amplitudo K1 memiliki nilai palingdominan sebesar 34,94 cm dengan fase250,55, dimana konstanta K1merupakan komponen pasang diurnal(harian tunggal). Hal tersebutmenunjukkan pasang surut di perairanKeling dipengaruhi oleh perubahandeklinasi bulan dan matahari. KomponenM4 memiliki nilai fase yang tertinggidengan nilai 262,86 dan amplitudosebesar 0,70 cm. Komponen M4 inimerupakan komponen konstantaharmonik di perairan dangkal, sesuaidengan kondisi perairan Keling yangmemiliki kontur kedalaman yang sangatdangkal. Sementara itu, komponenpasang surut semi diurnal, seperti M2, S2,N2, dan K2 memiliki nilai amplitudo danfase yang relatif kecil dibanding dengankomponen konstanta pasang diurnal.Deklinasi matahari mempengaruhi padatipe pasang surut di perairan Keling,komponen ini diwakili oleh konstanta P1yang memiliki nilai amplitudo sebesar11,53 cm dan fase sebesar 250,55,sementara itu pengaruh deklinasi bulanyang diwakili oleh konstanta O1memiliki nilai amplitudo sebesar 8,84cm dan fase sebesar 139,35.Komponen-komponen konstantaharmonik pasang surut diurnal memilikipengaruh terbesar dalam penentuan tipepasang surut di perairan Keling,Kabupaten Jepara.

    Perhitungan dengan menggunakannilai-nilai komponen harmonik tersebutmaka didapatkan nilai Tinggi Muka AirRata-rata (Mean Sea Level), Air RendahTerendah (Lowest Low Water Level), AirTinggi Tertinggi (Highest High WaterLevel), Muka Surutan (Zo) (Tabel 2).

    Hasil pengolahan data yangdiperoleh pada Perairan Keling,Kabupaten Jepara mempunyai nilai F(Formzahl) sebesar 4,28, maka tipepasang surut harian tunggal. Hasil nilaiFormzahl diperkuat oleh Pariwono(1988) bahwa untuk nilai F > 3 makatipe pasang surut sebagai harian tunggal(diurnal tide). Hal ini sesuai dengan

    020406080

    100120140160

    Elevas

    i Air (

    cm)

    Waktu dan Tanggal

    Grafik Pasang Surut 15 Hari Perairan Keling, Kabupaten Jepara

    PASUTMSLHHWLLLWLHWLLWL

  • yang dikemukakan oleh Pariwono(1988), bahwa perairan Indonesia diperairan utara Dangkalan Sundatepatnya di wilayah utara perairan Jeparadan sekitarnya memiliki tipe pasangsurut harian tunggal. Pasang surut hariantunggal memiliki periode pasang surutselama 24 jam 50 menit, sehingga dalamsatu hari terjadi satu kali air pasang dansatu kali air surut.

    Tabel 2. Nilai-nilai elevasi penting hasilpengolahan data pasang surutperairan Keling dengan MetodeAdmiralty.

    Keterangan Elevasi (cm)MSL 69,14

    HHWL 135,47959LLWL 0,77933

    Zo 55,9055577MLWL 28MHWL 115

    Sumber : Pengolahan Data, 2013

    c. Elevasi Lantai DermagaHasil pengolahan nilai DWL (Design

    Water Level) dengan penambahan tinggijagaan sebesar 1,5 m didapatkan nilaielevasi lantai dermaga sebesar 2,85 m,dimana nilai DWL didapat dari nilaiMHWL hasil pengolahan data pasangsurut sebesar 1,15 m denganpenambahan nilai SLR (Sea Level Rise).SLR atau kenaikan muka air laut yangterjadi akibat pemanasan global (globalwarming) di permukaan bumi yangdiakibatkan oleh pengaruh efek rumahkaca, pemuaian air laut dan mencairnyagunung-gunung es di kutub. Nilai elevasiyang didapat dihitung denganmenggunakan Zo sebagai titik 0,00 m.

    Hasil pengamatan selama penelitian,diketahui bahwa kapal perikanan diPerairan Keling didominasi oleh kapal-kapal dengan berat tonase (GrossTonnage) 1 10 GT, namun adapunkapal perikanan terbesar dengan berattonase sebesar 30 GT dengan nilai draftkapal 1,50 m (Tabel 3), sehingga dapatdisimpulkan bahwa draft terbesar yangdapat digunakan dalam perhitungan

    untuk menentukan kedalaman amanuntuk kapal terbesar yang akan sandarsebesar 1,50 m. Adapun kedalamanaman yang didapat adalah :

    Kedalaman aman = draft kapalterbesar + underkeel clearance

    = 1,50 m + 10%(1,50 m)

    = 1,65 m

    Tabel 3. Dimensi Kapal Perikanan SesuaiBobot Kapal.

    Sumber : Triatmodjo, 2010d. Panjang Dermaga

    Panjang dermaga aman untukbersandar ditentukan dari karakteristikkapal terbesar yang akan menggunakandermaga, yaitu kapal penangkap ikandengan bobot 30 GT (Gross Tonnage),panjang (Loa) 18,50 m, lebar (Breadth)4,5 m dan Draft 1,5 m.

    Hasil perhitungan didapatkan bahwapanjang dermaga yang diperlukan untukdapat melayani aktifitas ukuran kapalterbesar tersebut di atas adalah 22,2 m,meskipun demikian panjang dermagayang telah ditetapkan tersebut bukanmenjadi suatu acuan mutlak yang harusdilakukan pada saat perencanaandermaga, karena parameter batimetriperairan saling berkaitan denganpenentuan panjang dermaga di suatuperairan.

    KesimpulanBerdasarkan hasil penelitian yang

    diperoleh, maka dapat diambilkesimpulan sebagai berikut :

    BobotKapal(GT)

    PanjangTotal Loa

    (m)LebarB (m)

    Draft(m)

    10 13,50 3,80 1,0520 16,20 4,20 1,3030 18,50 4,50 1,5050 21,50 5,00 1,7875 23,85 5,55 2,00100 25,90 5,90 2,20125 28,10 6,15 2,33150 30 6,45 2,50

  • 1. Perairan Keling, Kabupaten Jeparamemiliki dasar perairan yangmemiliki kelerengan (slope) yanglandai, dengan kedalaman berkisarantara -0,07 m hingga - 6,63 m.

    2. Berdasarkan pengolahan datapasang surut dengan metodeAdmiralty, Perairan Keling,Kabupaten Jepara, Jawa Tengahmemiliki tipe pasang surut hariantunggal, dengan nilai MSL =69,14 cm; HHWL = 135,48 cm;LLWL = 0,78 cm; Zo = 55,90 cm;MLWL = 28 cm; dan MHWL =115 cm.

    3. Berdasarkan hitungan matematismaka ditetapkan elevasi dermagaadalah +2,85 m dihitung dari nilaiZo dan panjang dermaga sebesar22,2 m untuk melayani satu kapalagar memenuhi standar keamanandermaga tersebut. Kedalamankolam di depan dermaga adalahsebesar -1,65 m sesuai kriteriadraft kapal terbesar.

    Daftar PustakaDjaja, R. 1989. Pengamatan Pasang

    Surut Laut Untuk PenentuanDatum Ketinggian dalamOngkosongo dan Suyarso (Ed.).Pasang Surut. Pusat Penelitiandan Pengembangan Oseanografi,Lembaga Ilmu PengetahuanIndonesia, Jakarta, hlm 149 191.

    International Maritime Organization(IMO). 1980. Voluntary Guidancefor the Desain, Construction andEquipment of Small FishingVessel. London.

    Keckler, D. 1994. Surfer For WindowsUser Guide. Golden Software, Inc,Colorado.

    Ongkosongo, O.S.R dan Suyarso. 1989.Pasang Surut. Jakarta : LIPI

    Pariwono, John. 1988. KondisiOseanografi Perairan PesisirLampung. NRM Secretariat.Jakarta.

    Poerbandono dan E. Djunarsjah. 2005.Survey Hidrografi. RefikaAditama. Bandung 166 hlm.

    Simanjuntak, Benni Leo. 2012. AnalisisBatimetri dan Komponen PasangSurut untuk MenentukanKedalaman Kolam Dermaga diPerairan Tanjung Gundul,Bengkayang, Kalimanatan Barat.[Skripsi]. Jurusan Ilmu Kelautan,FPIK, Universitas Diponegoro,Semarang. (tidak dipublikasikan).

    Soeprapto. 2001. Survei Hidrografi.Gadjah Mada University Press,Yogyakarta.

    Sugiyono. 2009. Metode PenelitianKuantitatif Kualitatif. Alfabeta,Bandung.

    Triatmodjo, Bambang. 2010. Pelabuhan.Beta Offset. Yogyakarta.

    Triatmodjo, Bambang. 1999. TeknikPantai. Penerbit Djambatan.Yogyakarta.