studi pembuatan peta batas daerah kabupaten...
TRANSCRIPT
1
STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN
TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN
DEM SRTM
(Studi Kasus : Segmen Batas Kawasan Gunung Kelud di Jawa Timur)
Agus Edy Prayitno1, Bangun Muljo Sukojo1
, Siti Metrianda 2 1Jurusan Teknik Geomatika FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111
2Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementrian Dalam Negeri, Jakarta Pusat
([email protected], [email protected], [email protected])
Abstrak
Batas daerah adalah pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah
lain. Kejelasan batas daerah yang memenuhi aspek teknis dan yuridis perlu segera diwujudkan secara
bertahap. Penegasan batas daerah sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik batas daerah yang
berpotensi menurunkan tingkat pelayanan kepada masyarakat.
Teknologi penginderaan jauh dengan data citra Landsat 7 ETM dan DEM SRTM digunakan untuk
memperoleh informasi spasial yang jelas dari kondisi morfologi pada kawasan Gunung Kelud. Sebagai
informasi geospasial dasar (IGD) digunakan data vektor peta RBI dalam pembuatan peta. Secara umum
penarikan garis batas pada daerah topografi pegunungan menggunakan unsur-unsur batas alam meliputi
thalweq (garis tengah sungai), watershed (garis pemisah air) dan garis batas di danau.
Analisa tutupan lahan berdasarkan pengolahan citra Landsat 7 ETM diperoleh hasil bahwa
peruntukan lahan terbesar yaitu Kebun dan Hutan. Hasil analisa morfologi dari kawasan Gunung Kelud
berdasarkan data DEM SRTM menunjukkan bahwa anak Gunung Kelud dikelilingi oleh pegunungan yang
melingkar. Dengan melihat kondisi morfologi yang ada diperoleh tiga alternatif dalam penarikan garis
batas di kawasan Gunung Kelud. Penginderaan jauh merupakan teknologi baru yang disarankan sebagai
salah satu metode alternatif dalam mendukung penegasan batas daerah menggunakan unsur-unsur batas
alam secara kartometrik.
Kata Kunci : Batas Daerah, Penginderaan Jauh, Alternatif Garis Batas, Tiga Dimensi
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Batas daerah adalah pemisah wilayah
penyelenggaraan kewenangan suatu daerah
dengan daerah lain. Batas Daerah bukan
merupakan alokasi teritorial sehingga tidak
menentukan kedaulatan. Batas daerah yang
tidak jelas dapat memicu konflik di wilayah
perbatasan dan menghambat penyelenggaraan
fungsi pemerintahan daerah. Bila tidak segera
diselesaikan maka berpotensi menurunkan
tingkat pelayanan pemerintah kepada
masyarakat (Kemendagri, 2011).
Permasalahan batas daerah muncul antara
lain disebabkan oleh pemekaran Daerah
Otonom Baru, perebutan Sumber Daya Alam
(SDA) terkait dengan Pendapatan Asli Daerah
(PAD), dan kurangnya pemahaman terhadap
garis batas pada peta dasar yang ada. Untuk
itu kejelasan batas daerah yang memenuhi
aspek teknis dan yuridis perlu segera
diwujudkan secara bertahap (Kemendagri,
2011).
Penegasan batas daerah secara pasti di
lapangan ditetapkan oleh Kementrian Dalam
Negeri dengan berpedoman pada batas-batas
daerah yang ditetapkan dalam Undang-
undang Pembentukan Daerah (Permendagri
No 1 Tahun 2006). Penataan batas antar
daerah di Indonesia terdapat 151 segmen batas
antar provinsi dan 795 segmen batas antar
kabupaten / kota dengan total 946 segmen
batas. Penataan batas yang sudah selesai saat
ini 107 segmen yang ditetapkan dalam 57
Permendagri. Sedang dalam proses penataan
batas ada 199 segmen dan segmen yang
belum diseleseikan 640 segmen dimana 40
segmen diketahui bersengketa (Kemendagri,
2011).
Salah satu cara dalam mendapatkan
informasi spasial resolusi tinggi dengan cepat
adalah menggunakan teknologi penginderaan
jauh, dalam hal ini menggunakan data citra
Landsat 7 ETM dan SRTM (Shuttle Radar
Topography Mission). Teknologi ini mampu
digunakan dalam melakukan pemetaan
topografi ketelitian cukup tinggi sekaligus
memvisualisasikan Digital Elevation Model
(DEM) dari daerah penelitian. Dengan hasil
penelitian berupa peta yang didukung oleh
DEM diharapkan dapat menghasilkan
informasi spasial yang bisa mendukung proses
delimitasi garis batas daerah pada peta.
2
Penelitian ini dilakukan di daerah Gunung
Kelud yang merupakan perbatasan antara
Kabupaten Kediri dan Blitar Provinsi Jawa
Timur dimana diketahui sedang bersengketa.
Hasil visualisasi tiga dimensi dari kondisi
morfologi daerah penelitian diharapkan
mampu digunakan untuk mendukung
penarikan garis batas secara kartometrik.
Perumusan Masalah
Perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah bagaimana pembuatan peta batas daerah
kabupaten menggunakan teknologi penginderaan
jauh dengan data citra Landsat 7 ETM dan DEM
SRTM khususnya daerah yang morfologinya
berbukit / bergelombang?.
Batasan Masalah
Batasan masalah dari penelitian tugas akhir
ini adalah sebagai berikut:
1. Wilayah studi adalah kawasan Gunung Kelud
yaitu segmen batas antara Kabupaten Kediri,
Blitar dan Malang dalam Provinsi Jawa Timur.
2. Data yang digunakan adalah citra Landsat 7
ETM tahun 2009 dan DEM SRTM tahun 2000
resolusi 30 meter.
3. Informasi Geospasial Dasar (IGD) yang
digunakan adalah peta vektor RBI daerah
perbatasan Kabupaten Kediri dan Blitar lembar
Krisik no. 1508-321 edisi 1-2001 terbitan
Bakosurtanal (skala 1 : 25.000).
4. Hasil dari penelitian ini adalah peta alternatif
batas daerah kabupaten.
Tujuan Tugas Akhir
Tujuan penelitian ini adalah :
1. Membuat peta alternatif batas daerah
kabupaten menggunakan teknologi
penginderaan jauh dengan data citra
Landsat 7 ETM dan DEM SRTM pada
segmen batas kawasan Gunung Kelud.
2. Melakukan analisa terhadap kondisi
morfologi kawasan Gunung Kelud
berdasarkan data Citra Landsat 7 ETM dan
DEM SRTM.
3. Melakukan penarikan alternatif garis batas
secara kartometrik berdasarkan unsur-unsur
batas alam.
Manfaat Tugas Akhir
Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian
ini adalah mampu memberikan suatu informasi
spasial dan tanda fisik di lapangan yang jelas
mengenai kondisi topografi di daerah Gunung
Kelud Provinsi Jawa Timur yang didasarkan pada
pengolahan citra Landsat 7 ETM dan DEM SRTM
untuk mendukung pelacakan garis batas secara
kartometrik dalam penegasan batas daerah
Kabupaten dimana selanjutnya dapat dijadikan
rekomendasi bagi Standard Operational Prosedure
(SOP) penegasan batas daerah secara umum dan
kawasan Gunung Kelud secara khususnya.
METODOLOGI PENELITIAN
Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian adalah kawasan Gunung
Kelud yang merupakan perbatasan antara
Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan
Kabupaten Malang dalam Provinsi Jawa
Timur. Secara geografis kawasan ini terletak
pada 7°52’0’’- 8°00’0’’ LS dan 112°15’0’’-
112°22’30’’ B. Lokasi penelitian adalah
kawasan Gunung Kelud yang merupakan
perbatasan antara Kabupaten Kediri,
Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang
dalam Provinsi Jawa Timur. Secara geografis
kawasan ini terletak pada 7°52’0’’- 8°00’0’’
LS dan 112°15’0’’-112°22’30’’ BT. Daerah
terpilih memiliki morfologi pegunungan
dimana perlu untuk dibuat visualisasi dalam
bentuk 3D (tiga dimensi) yang diharapkan
dapat memudahkan dalam penentuan batas
daerah.
Gambar 1. Lokasi penelitian
Peralatan
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini
meliputi :
a. Perangkat Keras (Hardware)
- Laptop
- Printer
b. Perangkat Lunak (Software)
- ArcGIS 9.3
- ENVI 4.6.1
- Autodesk LandDesktop 2009
- Matlab R2008b
c. Perangkat pengambilan data groundtruth
3
- GPS Navigasi
- Kamera digital
Bahan
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini
antara lain :
a. Data Vektor Peta RBI daerah perbatasan
Kabupaten Kediri dan Blitar yaitu Lembar
Krisik no. 1508-321 edisi 1-2001 terbitan
Bakosurtanal (skala 1 : 25.000).
b. Citra DEM SRTM daerah Gunung Kelud
dengan resolusi 30 meter.
c. Citra Landsat 7 ETM daerah Gunung Kelud
tanggal perekaman 9 Juli 2009, 10 Agustus
2009 dan 27 September 2009 (path/row :
118/66) yang telah dilakukan perbaikan akibat
SLC off dengan proses filling gap.
d. Citra Landsat 7 ETM Orthometrik akuisisi
tanggal 17 Agustus 2000 sebagai acuan koreksi
geometrik.
Metodologi Penelitian
Gambar 2. Diagram Alir Penelitian
Berikut adalah penjelasan diagram alir tahapan
penelitian :
1. Identifikasi dan Perumusan Masalah
Permasalahan dalam penelitian ini adalah
bagaimana pembuatan peta batas daerah
Kabupaten menggunakan teknologi
penginderaan jauh dengan data citra Landsat
dan DEM SRTM khususnya daerah yang
morfologinya berbukit/bergelombang.
2. Tahap Persiapan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap
persiapan ini adalah:
- Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan
referensi yang berhubungan dengan penegasan
batas daerah, penginderaan jauh, spesifikasi
citra satelit dan referensi lain yang mendukung
baik dari buku, jurnal, majalah, internet dan lain
sebagainya.
- Pengumpulan Data
Pengumpulan data berupa data Peta Vektor
RBI daerah Kabupaten Kediri dan Blitar, citra
satelit Landsat 7 ETM dan DEM SRTM yang
meliputi wilayah Gunung Kelud Jawa Timur.
3. Tahap Pengolahan Data
Pada tahap ini dilakukan pengolahan dari data
yang telah diperoleh yaitu pembuatan peta
tutupan lahan dari citra satelit Landsat 7 ETM,
pembuatan hillshade dari DEM SRTM dan
overlay peta batas daerah kabupaten untuk
selanjutnya dilakukan analisa.
4. Tahap Analisa
Data yang telah diolah kemudian dianalisa
meliputi ketelitian hasil klasifikasi tutupan
lahannya kemudian melakukan pemilihan data
untuk ditampilkan pada peta batas daerah yang
akan dibuat. Sehingga didapatkan suatu hasil
dan kesimpulan yang digunakan untuk laporan
Tugas Akhir.
5. Penyusunan Laporan
Penyusunan laporan merupakan tahap
terakhir dari penelitian ini.
Pengolahan Data
TidakTidak
Citra
Landsat
Pemotongan
Citra
Koreksi
Geometrik
RMS
Error ≤ 1
pixel
Citra Terkoreksi
YaYa
Klasifikasi
Terselia
YaYa
Uji ketelitian
klasifikasi ≥ 80%
Citra Terklasifikasi
Tutupan Lahan
Konversi ke
Vektor
Klasifikasi
Tutupan Lahan
TidakTidak
Ground Truth
Dokumen
Batas Daerah
Peta Vektor
RBI(Skala 1:25.000)
Citra
Landsat
Ortho
Pemilihan Layer
Peta RBI
Overlay Peta
dan
Analisa Garis Batas
DEM
SRTM
Pembuatan
hillshade
Hillshade DEM
SRTM
Clip DEM
SRTM
Peta Alternatif
Batas Daerah
MULAI
SELESAI
Overlay
Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Citra
Berikut adalah penjelasan diagram alir
pengolahan data :
a. Data yang digunakan adalah citra Landsat 7
ETM diunduh dari alamat web
http://glovis.usgs.gov/ secara gratis. Citra
Landsat 7 ETM yang dipilih adalah citra yang
bebas dari awan dan cerah pada area penelitian
Identifikasi dan Perumusan
Masalah
Persiapan :
- Studi Literatur
- Pengumpulan Data
Pengolahan Data
Analisa
Penyusunan Laporan
4
b. Pemotongan citra (cropping) sesuai area
penelitian dilakukan untuk membatasi daerah
kajian sekaligus meringankan proses
pengolahan data.
c. Koreksi geometrik dilakukan dengan langkah
pertama menentukan titik-titik GCP (Ground
Control Point) menggunakan peta vektor RBI
lembar Krisik dari Bakosurtanal yang
ditampalkan pada citra Landsat 7 ETM
Orthometrik.
d. Klasifikasi terselia (terbimbing) dilakukan
dengan pemilihan kategori informasi yang
diinginkan dan memilih training area untuk
tiap kategori penutup lahan yang mewakili
sebagai kunci interpretasi.
e. Ground truth dilakukan dengan pengecekan
lapangan serta pengukuran beberapa titik
(sample area) yang dipilih dari setiap bentuk
penutup/penggunaan lahan.
f. Uji ketelitian klasifikasi tutupan lahan dengan
perhitungan matriks dari setiap kesalahan
(confussion matrix) menggunakan metode
klasifikasi maxsimum likelihood pada software
ENVI
g. Citra yang telah terklasifikasi tutupan lahannya
kemudian dilakukan konversi dari raster ke
vektor sehingga nantinya dapat dilakukan
overlay dengan data vektor peta yang lain
b. Data kedua yaitu DEM SRTM dilakukan
pemotongan area penelitian dengan menu Clip
pada ArcMap.
c. DEM SRTM yang sudah terpotong selanjutnya
dibuat shaded relief pada ArcMap untuk
memperlihatkan adanya bayangan tiga dimensi
(3D) menggunakan menu hillshade.
d. Peta vektor RBI yang ada kemudian dilakukan
pemilihan layer seperti toponimi, jalan dan
batas administrasi yang diperlukan dalam peta
batas daerah kabupaten.
e. Proses terakhir yaitu melakukan overlay hasil
klasifikasi Tutupan Lahan, hasil hillshade dari
DEM SRTM dan Peta vektor RBI yang
sebelumnya telah dipilih layer-layernya.
f. Dari pengolahan data yang dihasilkan kemudian
dilakukan analisis garis batas pada peta dan
diperoleh hasil akhir berupa Peta Alternatif
Batas Daerah Kabupaten (skala 1 : 25.000).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Koreksi Geometrik Citra dan SOF
Hasil koreksi geometrik pada citra Landsat 7
ETM tahun 2009 yaitu nilai total RMSerror sebesar
0,452 piksel dan nilai rata-rata RMSerror sebesar
0,038 piksel.
Nilai strength of figure dari titik kontrol
registrasi citra untuk citra Landsat 7 ETM tahun
2009 yang digunakan adalah 0,5937. Dalam hal ini
semakin kecil bilangan faktor kekuatan jaringan
tersebut di atas, maka akan semakin baik
konfigurasi jaringan yang bersangkutan, dan
sebaliknya.
Hasil RMSerror rata-rata citra mempunyai nilai
RMSerror rata-rata kurang dari 1 pixel dan SoF
mendekati nol sehingga dianggap memenuhi
toleransi yang diberikan (Purwadhi, 2001).
Klasifikasi
Klasifikasi dilakukan meggunakan metode
klasifikasi terselia maximum likelihood dengan
sejumlah 54 training area meliputi seluruh kelas
penutup lahan yang diklasifikasi yaitu kelas
pemukiman, ladang, sawah, kebun, hutan, semak
belukar, badan air, rumput/lahan kosong dan anak
Gunung Kelud.
Tabel 1. Kelas Tutupan Lahan No Kelas Warna
1 Ladang
2 Hutan
3 Badan air
4 Rumput
5 Belukar
6 Pemukiman
7 Kebun
8 Sawah
9 Anak Gunung
Dari pekerjaan klasifikasi yang dilakukan
diperoleh hasil peta tutupan lahan seperti berikut :
Gambar 4. Peta Tutupan Lahan tahun 2009
Uji Ketelitian Klasifikasi
Uji ketelitian klasifikasi bertujuan untuk
mengetahui ketelitian hasil klasifikasi dengan
menggunakan metode confusion matrix. Data
pengukuran lapangan (groundtruth) diperlukan
untuk membuat training area masing-masing kelas
sebelum proses perhitungan confusion matrix
dilakukan menggunakan perangkat lunak ENVI
4.6.1. Dari hasil perhitungan confusion matrix
didapatkan ketelitian total hasil klasifikasi (KH)
untuk citra Landsat 7 ETM akuisisi tahun 2009
sebesar 82,19%. Dengan hasil perhitungan
5
ketelitian klasifikasi tersebut, maka klasifikasi
dianggap benar karena nilainya lebih besar dari
80%.
Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan
yang dilakukan dapat diketahui luas dari setiap
penutup lahan yang ada. Dari hasil pengolahan
citra Landsat 7 ETM akuisisi tahun 2009 tutupan
lahan terbesar didominasi oleh kebun sebesar
163.713.454,88 m² (44.93%) dari luas keseluruhan.
Tabel 2. Tutupan Lahan Tahun 2009 No Kelas Luas (m²) Luas (%)
1 Ladang 28.684.608,75 7.87
2 Hutan 91.910.554,88 25.23
3 Badan air 4.258.626,75 1.17
4 Rumput 8.090.213,06 2.22
5 Belukar 40.321.308,38 11.07
6 Pemukiman 17.503.581,38 4.80
7 Kebun 163.713.454,88 44.93
8 Sawah 9.530.129,25 2.62
9 Anak gunung 345.003,19 0.10
Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM
Data DEM SRTM resolusi 30 meter digunakan
untuk membuat tampilan 3D dari daerah
penelitian. Data ini dibuat menjadi hillshade
(Shaded relief) yang berfungsi untuk
menambahkan efek tampilan yang lebih realistis
dari data topografi. Dengan demikian maka unsur-
unsur yang ada dalam peta terlihat memiliki
morfologi yang bervariasi menyerupai
kenampakan sebenarnya di lapangan.
Gambar 5. Hasil Pembuatan Hillshade dari DEM
SRTM. Sistem proyeksi UTM zona 49 S dan
datum WGS’84.
Pemilihan Layer Peta RBI
Data Vektor Peta RBI yang digunakan yaitu
lembar Krisik no. 1508-321 edisi 1-2001 terbitan
Bakosurtanal (skala 1 : 25.000). Data diperoleh
langsung dari Bakosurtanal dalam bentuk vektor
format *.shp dengan sistem proyeksi yang
digunakan adalah Universal Transverse Mercator
Zone 49 S dan datum yang digunakan adalah WGS
1984. Data ini selanjutnya digunakan sebagai
informasi geospasial dasar (IGD) dalam
pembuatan peta batas daerah. Layer-layer peta RBI
yang dipilih antara lain jalan, batas administrasi,
sungai, titik tinggi dan toponimi.
Gambar 6. Data Vektor Peta RBI Lembar Krisik
no. 1508-321 Edisi 2001. Sistem proyeksi UTM
zona 49 S dan datum WGS’84.
Overlay dan Pembuatan Layout Peta
Data-data yang telah berhasil dilakukan
pengolahan kemudian dilakukan penggabungan
tumpang susun peta (overlay) menggunakan
software ArcGIS 9.3. Skala Peta yang digunakan
sama dengan skala peta dasarnya (peta RBI) yaitu
1:25.000. Proyeksi yang digunakan dalam peta ini
sesuai dengan peta dasarnya yaitu sistem proyeksi
Universal Transverse Mercator (UTM) Zone 49 S
dengan datum WGS 1984.
Gambar 7. Hasil Overlay Peta Dengan Bayangan
Hillshade (3D). Sistem proyeksi UTM zona 49 S
dan datum WGS’84.
Unsur-unsur yang terdapat pada isi peta ini
adalah :
a. Batas administrasi
b. Titik tinggi
c. Pemukiman
d. Badan Air
e. Hutan
f. Semak Belukar
g. Kebun
h. Ladang
i. Sawah
j. Anak Gunung Kelud
k. Rumput/Tanah kosong
l. Garis kontur
m. Sungai
n. Jalan lokal dan jalan setapak
6
o. Jalan akses ke puncak Gunung Kelud
p. Nama Gunung/Pegunungan
q. Nama Kabupaten, Kecamatan dan Desa
r. Grid
Analisa Garis Batas
Dasar hukum yang digunakan : UU Republik
Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang
Pemerintahan Daerah dan Permendagri Nomor 1
Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas
Daerah.
Berdasarkan hasil Kajian Permasalahan Batas
Daerah Kabupaten Blitar dan Kediri oleh LPPM
ITB tahun 2011 yang menjelaskan analisis
terhadap dokumen-dokumen batas dari Kabupaten
Kediri dan Kabupaten Blitar, dokumen-dokumen
yang digunakan tersebut yaitu :
a. Peta Overzichtskaart Van Regentshap Kediri
1933
b. Peta Koleksi Den han 1840 (Arsip Nasional RI)
c. Peta Rupa Bumi Indonesia Tahun 2001
Bakosurtanal
d. Peta Kaart Van de Residentie Kediri 1891
e. Peta tahun 1879 Tropograpische Kaart Der
Residentie Kediri.
f. Peta tahun 1891 Kaart Van De Residentie
Kediri.
g. Peta tahun 1929 Overzichtskaart Van Java en
Madoera.
h. Peta tahun 1945 Bladwizer Van Java, Madoera
En Bali NR:4
Kajian yang dilakukan terhadap dokumen
tersebut yaitu dengan menarik garis batas pada
masing-masing peta untuk kemudian diidentifikasi
hasil penarikan garis batasnya. Penggambaran
garis batas pada peta tersebut dilakukan
berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011 tentang
Informasi geospasial Pasal 16 ayat (2), yang
menjelaskan bahwa dalam hal terdapat batas
wilayah yang belum ditetapkan secara pasti di
lapangan oleh Instansi Pemerintah yang berwenang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan
batas wilayah sementara yang penggambarannya
dibedakan dengan menggunakan simbol dan/atau
warna khusus.
Berdasarkan hasil dari laporan peninjauan
lapangan kawasan Gunung Kelud Provinsi Jawa
Timur yang dilakukan oleh Tim Teknis Penegasan
Batas Daerah Pusat tanggal 21 September 2011
dijelaskan bahwa satu-satunya akses menuju
kawah Gunung Kelud hanya melalui Desa
Sugihwaras Kecamatan Ngancar Kabupaten
Kediri. Kawasan Gunung Kelud saat ini telah
menjadi kawasan wisata dan seluruh pembangunan
dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kediri.
Selain itu menuju kawasan Gunung Kelud dari
Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar dapat
diamati penggunaan lahan terbesar adalah untuk
perkebunan dan kehutanan. Perkebunan yang
paling dekat dengan kawasan Gunung Kelud
adalah Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP)
Margomulyo Desa Sugihwaras Kecamatan
Ngancar. Sedangkan keberadaan Pos pengamatan
Gunung Kelud adalah di PDP Margomulyo, Desa
Sugihwaras Kecamatan Ngancar. Sehingga secara
de facto pemanfaatan lahan dan pembangunan di
sekitar kawasan Gunung Kelud telah dilaksanakan
oleh Pemerintah Kabupaten Kediri sejak tahun
2001. Sampai saat ini pelayanan penanganan
masalah bencana alam, keamanan dan ketertiban di
sekitar kawah Gunung Kelud ditangani oleh
Pemkab Kediri.
Selain itu meskipun tidak memiliki akses jalan
langsung menuju anak Gunung Kelud, Kabupaten
Blitar juga memiliki keuntungan dari sisi lain yaitu
adanya lahan perkebunan yang luas dan subur pada
bagian wilayahnya. Hal ini bersumber dari
keberadaan Gunung Kelud yang tercatat masih
aktif dan mengalirkan lahar melalui sisi Kabupaten
Blitar sehingga membuat tanah sepanjang aliran
lahar tersebut menjadi lebih subur.
Terhadap peta RBI 1508-321, skala 1 : 25.000
edisi 1: 2001 ini dilakukan pengamatan terhadap
unsur-unsur penampakan alam dan juga garis-garis
kontur pada kedua arah serta dilakukan pelacakan
batas-batas terhadap penampakan alam tersebut.
Untuk penarikan alternatif garis batas dengan
memperhatikan angka ketinggian/kedalaman dari
garis kontur, dan dalam penarikan garis ini dibuat
alternatif sebagai berikut:
(1) Alternatif 1 (Alternatif Utara) : Garis batas
sebelah utara (berwarna merah) ditarik dari
puncak Gunung Umbuk (Tt 1005) menyusuri
punggungan bukit/watershed sampai (Tt 977),
kemudian dipertengahan (antara Tt 977 dan Tt
1053) arah garis berubah menyusuri as sungai
(anak sungai sampai mendekati Tt 1153
berubah kembali menyusuri punggungan bukit
(Tt 1347) sampai ke Gunung Lirang terus ke
arah Gunung Kambang. Dari Gunung
Kambang, garis batas kembali turun memotong
garis sungai terus menyusuri as Sungai/Kali
Konto.
(2) Alternatif 2 (Alternatif Selatan) : Garis ke arah
selatan (berwarna merah muda) ditarik dari
puncak Gunung Umbuk (Tt 1005) menyusuri
punggungan bukit / watershed sampai (Tt 977),
kemudian terus menyusuri punggungan
bukit/watershed mendekati (Tt 1053) kemudian
terus menyusuri punggungan bukit/watershed
sampai mendekati (Tt 1214) terus menyusuri
punggungan bukit sampai (Tt 1364) sampai
punggungan Gunung Sumbing terus ke
punggungan Gunung Kelud. Dari punggungan
7
Gunung Kelud garis batas akan menuju ke titik
simpul yang merupakan titik batas antara
Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri dan
Kabupaten Malang (trijunction).
(3) Alternatif 3 (Alternatif Tengah) : Garis ke arah
selatan (berwarna kuning) ditarik dari puncak
Gunung Umbuk (Tt 1005) menyusuri
punggungan bukit / watershed sampai (Tt 977),
kemudian terus menyusuri punggungan
bukit/watershed mendekati (Tt 1053) kemudian
terus menyusuri punggungan bukit/watershed
sampai mendekati (Tt 1214) terus menyusuri
punggungan bukit sampai (Tt 1364) lalu jalur
batas naik melalui igir Gunung Sumbing, kemudian
turun membelah Kawah Anak Gunung Kelud
kemudian naik ke Gunung Kelud dan menuju simpul
batas antara Kabupaten Blitar dengan Kabupaten
Malang dan Kabupaten Kediri.
Gambar 8. Hasil Penarikan Alternatif Garis Batas
pada Peta Alternatif Batas Daerah Kabupaten.
Selanjutnya ketiga alternatif garis batas dari
hasil pelacakan garis batas secara kartometrik
tersebut dilakukan analisis lebih lanjut dengan
bantuan software Global Mapper. Hal ini
dilakukan untuk memastikan apakah penarikan
garis batas yang telah dilakukan benar-benar tepat
pada batas alam yang ada. Kelebihan dari
penggunaan software Global Mapper ini adalah
adanya menu 3D View untuk menampilkan
visualisasi 3D dari morfologi daerah penelitian
dengan jelas. Kelebihan lain yaitu dengan menu
Rotate The View dapat melakukan pengamatan
secara memutar pada sudut penglihatan yang
berbeda-beda dari daerah penelitian. Berdasarkan
hasil dari analisis yang dilakukan maka diketahui
bahwa : :
1. Garis arah utara yang dilakukan penarikan
garis menggunakan objek alam, secara teknis
ada perubahan penarikan garis, dari
punggungan bukit menuju as sungai dan
kembali kepada punggungan bukit. Hal ini
dimungkinkan dalam teknis penarikan garis
batas selama masih menggunakan prinsip
batas-batas alam.
2. Kawasan di sekitar anak G. Kelud, jika
dilakukan penarikan garis mengikuti
penampakan alam (punggungan bukit /
watershed) memiliki dua alternatif (arah utara
dan arah selatan) karena daerah perbatasan
yang dipermasalahkan tersebut merupakan
pegunungan yang melingkari anak G. Kelud
yang dipermasalahkan kedua Kabupaten.
3. Apabila dikehendaki membelah kawasan anak
Gunung Kelud menjadi dua bagian maka
dimungkinkan dalam teknis penarikan batas
selama masih mengguakan prinsip batas-batas
alam.
Gambar 4.22. Tampilan 3D dari Hasil
Pembuatan Alternatif Garis Batas pada Software
Global Mapper.
Hasil akhir dari analisis yang dilakukan dapat
disimpulkan bahwa ketiga alternatif garis batas
tersebut dimungkinkan secara teknis penarikan
garis batas. Selain itu diperoleh kesimpulan bahwa
penggunaan tampilan 3D dari data DEM SRTM
dapat menjadi metode alternatif untuk memastikan
kesesuaian hasil penarikan garis batas dengan
unsur-unsur batas alam yang ada. Dengan bantuan
tampilan 3D tersebut juga diharapkan orang awam
yang tidak bisa membaca kontur pada peta
topografi menjadi lebih mudah mengerti dan
memahami kondisi topografi yang ada. Namun
demikian pada dasarnya pelacakan garis batas
dapat dilakukan cukup dengan menggunakan peta
topografi. Sehingga penggunaan teknologi
penginderaan jauh menggunakan citra satelit dalam
penelitian ini merupakan sebuah alternatif yang
sangat baik apabila digunakan dalam penegasan
batas pada daerah yang belum terdapat peta
topografi.
PENUTUP
Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil
penelitian ini adalah:
1. Peta Alternatif Batas Daerah Kabupaten yang
dibuat menggunakan teknologi penginderaan
jauh dengan data citra Landsat 7 ETM dan
DEM SRTM dilengkapi dengan visualisasi
bayangan tiga dimensi sehingga lebih
8
menonjolkan morfologi dari kawasan Gunung
Kelud dimana selanjutnya dapat digunakan
dalam mendukung penarikan batas
menggunakan unsur-unsur batas alam secara
kartometrik. Penggunaan teknologi
penginderaan jauh menggunakan citra satelit
dalam penelitian ini sangat baik apabila
digunakan sebagai alternatif dalam penegasan
batas pada daerah yang belum terdapat peta
topografi.
2. Kondisi topografi yang ada pada kawasan
Gunung Kelud berdasarkan analisa tutupan
lahan citra Landsat 7 ETM tahun 2009
diketahui bahwa peruntukan lahan terbesar
berupa Kebun dan Hutan. Sedangkan
berdasarkan hasil visualisasi tiga dimensi dari
data DEM SRTM diperoleh informasi bahwa
kondisi morfologi kawasan perbatasan yang
dipermasalahkan merupakan pegunungan yang
melingkari anak Gunung Kelud sehingga
dimungkinkan untuk melakukan penarikan
garis batas berdasarkan unsur-unsur batas alam.
3. Hasil dari penarikan garis batas secara
kartometrik diperoleh kesimpulan bahwa
terdapat 3 alternatif garis batas yang dapat
digunakan untuk segmen batas pada kawasan
Gunung Kelud berdasarkan analisa terhadap
unsur-unsur batas alam yang ada. Ketiga
alternatif garis batas tersebut yaitu Alternatif 1
(utara), Alternatif 2 (selatan) dan Alternatif 3
(tengah).
Saran
Adapun saran berdasarkan hasil penelitian
ini yaitu :
1. Penginderaan jauh merupakan teknologi
baru yang disarankan sebagai salah satu
metode alternatif dalam mendukung
penegasan batas daerah.
2. Disarankan untuk melakukan penelitian
lebih lanjut menggunakan data citra
dengan resolusi yang lebih tinggi dan
metode yang lebih baik.
3. Pengambilan data lapangan sebaiknya
memiliki waktu yang tidak terlalu jauh
dengan data citra sehingga diperoleh
ketelitian hasil yang lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA
Abidin, H.Z., Jones, A., dan Kahar, J. 2002. Survei
dengan GPS. Jakarta : Pradnya Paramita.
Danoedoro, Projo. 1996. Pengolahan Citra Digital
Teori Dan Aplikasinya Dalam Bidang
Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Fakultas
Geografi UGM.
Erwin, H.P. 2010. Penginderaan Jauh dengan ER
Mapper. Manado: Graha Ilmu.
Fidwawati. 2011. Analisa Perubahan Pola Dan
Tata Guna Lahan Sungai Bengawan Solo
Dengan Menggunakan Citra Satelit Multi
Temporal (Studi Kasus : Kabupaten
Lamongan). Surabaya : Tugas Akhir Teknik
Geomatika ITS.
Julzarika, A., dan Sudarsono, B. 2009. Penurunan
Model Permukaan Dijital (DSM) menjadi
Model Elevasi Dijital (DEM) dari Citra
Satelit ALOS Palsar. Diakses tanggal 20
Februari 2012 pukul 09:40 dari
http://www.perpustakaan.
lapan.go.id/jurnal/index.php/majalah_sains_te
kgan/article/view/311/269 .
Kemendagri. 2011. Rapat Koordinasi Pra Grand
Design Survei Dasar Dan Sumber Daya Alam
(Pemetaan Tematik Nasional) : slide
Presentasi Direktorat Wilayah Administrasi
Dan Perbatasan Direktorat Jenderal
Pemerintahan Umum Kementrian Dalam
Negeri.
Kustiyo., Manalu, Johannes., dan Pramono, Sri
Harini. 2005. Analisis Ketelitian Ketinggian
Data DEM SRTM. Proceding PIT Mapin XIV
tahun 2005.
Lillesand, T.M., dan Kiefer, R.W. 1990.
Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Lisnawati, Yunita., dan Wibowo, Ari. 2007.
Penggunaan Citra Landsat Etm+ Untuk
Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan Di
Kawasan Puncak. Diakses 1 Maret 2012
pukul 20:00 dari http://library.
fordamof.org/libforda/data_pdf/219 8.pdf.
LPPM ITB, 2011. Kajian Permasalahan Batas
Daerah Kabupaten Blitar dan Kediri.
Bandung : Institut Teknologi Bandung.
Manalu, Johannes., Kustiyo., Parsa, I Made., dan
Surlan. 2005. Pembuatan Kontur Dari Data
DEM SRTM Untuk Inventarisasi Sumber
Daya Alam. Proceding PIT Mapin XIV tahun
2005.
Martin, S. 2004. An Introduction to Ocean Remote
Sensing. United Kingdom : University of
Cambridge.
Maryantika, N. 2011. Analisa Perubahan Vegetasi
Ditinjau Dari Tingkat Ketinggian Dan
9
Kemiringan Lahan Menggunakan Citra
Satelit Landsat Dan SPOT 4 (Studi Kasus
Kabupaten Pasuruan). Surabaya : Tugas
Akhir Teknik Geomatika ITS.
Maryland University, 2012. Shuttle Radar
Topography Mission (SRTM). Diakses tanggal
2 Juni 2012 pukul 14:40 dari
http://glcf.umiacs.umd.edu/data/srtm/index.sht
ml.
Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2004).
Undang –Undang Republik Indonesia Nomor
32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2006).
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1
Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan
Batas Daerah.
Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2011).
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4
Tahun 2011 tentang Informasi geospasial.
Prahasta, E. 2011. Model Permukaan Digital
(Pengolahan Data DTM & DEM dengan
Perangkat Lunak: surfer, Global Mapper dan
QuickGrid). Bandung: Informatika.
Prahasta, E. 2011. Tutorial ArcGIS Desktop untuk
Bidang Geodesi & Geomatika. Bandung:
Informatika.
Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital.
Jakarta: Grasindo.
Putra, E.H. 2011. Penginderaan Jauh dengan ER
Mapper. Yogyakarta : Graha Ilmu
Somantri, L. Pemanfaatan Penginderaan Jauh
Untuk Mengidentifikasi Patahan Lembang.
Diakses tanggal 2 Mei 2012 pukul 10:45 dari
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/
JUR._PEND._GEOGRAFI/132314541LILI_S
OMANTRI/pj_patahan_lembang.pdf.
Sutanto. 1984. Penginderaan Jauh Jilid 1.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
Thoha, A.S. 2008. Karakteristik Citra Satelit.
Diakses tanggal 23 Februari 2012 pukul 21:06
dari http://abuhaniyya.files.wordpress.com/
2009/02/karakteristik20citra20satelit6.pdf.
Wahyunto., Murdiyati, S.R., dan Ritung, S. 2004.
Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh Dan
Uji Validasinya Untuk Deteksi Penyebaran
Lahan Sawah Dan Penggunaan / Penutupan
Lahan. Diakses tanggal 20 Februari 2012
pukul 10:15 dari http://www.litbang.deptan.
go.id/warta-ip/pdf-file/wahyunto-13.pdf
http://webhelp.esri.com/arcgisdesktop/9.3/index.cf
m?TopicName=How%20Hillshade%20works.
Diakses tanggal 10 Juli 2012 pukul 09:00.
LAMPIRAN
1. Peta Tutupan Lahan tahun 2009 dari Citra
Satelit Landsat 7 ETM
2. Peta Alternatif Batas Daerah Kabupaten
(Segmen Batas Kawasan Gunung Kelud)