studi pembuatan peta batas daerah kabupaten...

9
1 STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN DEM SRTM (Studi Kasus : Segmen Batas Kawasan Gunung Kelud di Jawa Timur) Agus Edy Prayitno 1 , Bangun Muljo Sukojo 1 , Siti Metrianda 2 1 Jurusan Teknik Geomatika FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111 2 Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementrian Dalam Negeri, Jakarta Pusat ([email protected] , [email protected], [email protected] ) Abstrak Batas daerah adalah pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah lain. Kejelasan batas daerah yang memenuhi aspek teknis dan yuridis perlu segera diwujudkan secara bertahap. Penegasan batas daerah sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik batas daerah yang berpotensi menurunkan tingkat pelayanan kepada masyarakat. Teknologi penginderaan jauh dengan data citra Landsat 7 ETM dan DEM SRTM digunakan untuk memperoleh informasi spasial yang jelas dari kondisi morfologi pada kawasan Gunung Kelud. Sebagai informasi geospasial dasar (IGD) digunakan data vektor peta RBI dalam pembuatan peta. Secara umum penarikan garis batas pada daerah topografi pegunungan menggunakan unsur-unsur batas alam meliputi thalweq (garis tengah sungai), watershed (garis pemisah air) dan garis batas di danau. Analisa tutupan lahan berdasarkan pengolahan citra Landsat 7 ETM diperoleh hasil bahwa peruntukan lahan terbesar yaitu Kebun dan Hutan. Hasil analisa morfologi dari kawasan Gunung Kelud berdasarkan data DEM SRTM menunjukkan bahwa anak Gunung Kelud dikelilingi oleh pegunungan yang melingkar. Dengan melihat kondisi morfologi yang ada diperoleh tiga alternatif dalam penarikan garis batas di kawasan Gunung Kelud. Penginderaan jauh merupakan teknologi baru yang disarankan sebagai salah satu metode alternatif dalam mendukung penegasan batas daerah menggunakan unsur-unsur batas alam secara kartometrik. Kata Kunci : Batas Daerah, Penginderaan Jauh, Alternatif Garis Batas, Tiga Dimensi PENDAHULUAN Latar Belakang Batas daerah adalah pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah lain. Batas Daerah bukan merupakan alokasi teritorial sehingga tidak menentukan kedaulatan. Batas daerah yang tidak jelas dapat memicu konflik di wilayah perbatasan dan menghambat penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah. Bila tidak segera diselesaikan maka berpotensi menurunkan tingkat pelayanan pemerintah kepada masyarakat (Kemendagri, 2011). Permasalahan batas daerah muncul antara lain disebabkan oleh pemekaran Daerah Otonom Baru, perebutan Sumber Daya Alam (SDA) terkait dengan Pendapatan Asli Daerah (PAD), dan kurangnya pemahaman terhadap garis batas pada peta dasar yang ada. Untuk itu kejelasan batas daerah yang memenuhi aspek teknis dan yuridis perlu segera diwujudkan secara bertahap (Kemendagri, 2011). Penegasan batas daerah secara pasti di lapangan ditetapkan oleh Kementrian Dalam Negeri dengan berpedoman pada batas-batas daerah yang ditetapkan dalam Undang- undang Pembentukan Daerah (Permendagri No 1 Tahun 2006). Penataan batas antar daerah di Indonesia terdapat 151 segmen batas antar provinsi dan 795 segmen batas antar kabupaten / kota dengan total 946 segmen batas. Penataan batas yang sudah selesai saat ini 107 segmen yang ditetapkan dalam 57 Permendagri. Sedang dalam proses penataan batas ada 199 segmen dan segmen yang belum diseleseikan 640 segmen dimana 40 segmen diketahui bersengketa (Kemendagri, 2011). Salah satu cara dalam mendapatkan informasi spasial resolusi tinggi dengan cepat adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan data citra Landsat 7 ETM dan SRTM (Shuttle Radar Topography Mission). Teknologi ini mampu digunakan dalam melakukan pemetaan topografi ketelitian cukup tinggi sekaligus memvisualisasikan Digital Elevation Model (DEM) dari daerah penelitian. Dengan hasil penelitian berupa peta yang didukung oleh DEM diharapkan dapat menghasilkan informasi spasial yang bisa mendukung proses delimitasi garis batas daerah pada peta.

Upload: buiphuc

Post on 04-Apr-2019

232 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25468-3508100049-Paper.pdf · adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan

1

STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN MENGGUNAKAN

TEKNOLOGI PENGINDERAAN JAUH DENGAN DATA CITRA LANDSAT 7 ETM DAN

DEM SRTM

(Studi Kasus : Segmen Batas Kawasan Gunung Kelud di Jawa Timur)

Agus Edy Prayitno1, Bangun Muljo Sukojo1

, Siti Metrianda 2 1Jurusan Teknik Geomatika FTSP, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Surabaya 60111

2Direktorat Jenderal Pemerintahan Umum Kementrian Dalam Negeri, Jakarta Pusat

([email protected], [email protected], [email protected])

Abstrak

Batas daerah adalah pemisah wilayah penyelenggaraan kewenangan suatu daerah dengan daerah

lain. Kejelasan batas daerah yang memenuhi aspek teknis dan yuridis perlu segera diwujudkan secara

bertahap. Penegasan batas daerah sangat penting untuk mencegah terjadinya konflik batas daerah yang

berpotensi menurunkan tingkat pelayanan kepada masyarakat.

Teknologi penginderaan jauh dengan data citra Landsat 7 ETM dan DEM SRTM digunakan untuk

memperoleh informasi spasial yang jelas dari kondisi morfologi pada kawasan Gunung Kelud. Sebagai

informasi geospasial dasar (IGD) digunakan data vektor peta RBI dalam pembuatan peta. Secara umum

penarikan garis batas pada daerah topografi pegunungan menggunakan unsur-unsur batas alam meliputi

thalweq (garis tengah sungai), watershed (garis pemisah air) dan garis batas di danau.

Analisa tutupan lahan berdasarkan pengolahan citra Landsat 7 ETM diperoleh hasil bahwa

peruntukan lahan terbesar yaitu Kebun dan Hutan. Hasil analisa morfologi dari kawasan Gunung Kelud

berdasarkan data DEM SRTM menunjukkan bahwa anak Gunung Kelud dikelilingi oleh pegunungan yang

melingkar. Dengan melihat kondisi morfologi yang ada diperoleh tiga alternatif dalam penarikan garis

batas di kawasan Gunung Kelud. Penginderaan jauh merupakan teknologi baru yang disarankan sebagai

salah satu metode alternatif dalam mendukung penegasan batas daerah menggunakan unsur-unsur batas

alam secara kartometrik.

Kata Kunci : Batas Daerah, Penginderaan Jauh, Alternatif Garis Batas, Tiga Dimensi

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Batas daerah adalah pemisah wilayah

penyelenggaraan kewenangan suatu daerah

dengan daerah lain. Batas Daerah bukan

merupakan alokasi teritorial sehingga tidak

menentukan kedaulatan. Batas daerah yang

tidak jelas dapat memicu konflik di wilayah

perbatasan dan menghambat penyelenggaraan

fungsi pemerintahan daerah. Bila tidak segera

diselesaikan maka berpotensi menurunkan

tingkat pelayanan pemerintah kepada

masyarakat (Kemendagri, 2011).

Permasalahan batas daerah muncul antara

lain disebabkan oleh pemekaran Daerah

Otonom Baru, perebutan Sumber Daya Alam

(SDA) terkait dengan Pendapatan Asli Daerah

(PAD), dan kurangnya pemahaman terhadap

garis batas pada peta dasar yang ada. Untuk

itu kejelasan batas daerah yang memenuhi

aspek teknis dan yuridis perlu segera

diwujudkan secara bertahap (Kemendagri,

2011).

Penegasan batas daerah secara pasti di

lapangan ditetapkan oleh Kementrian Dalam

Negeri dengan berpedoman pada batas-batas

daerah yang ditetapkan dalam Undang-

undang Pembentukan Daerah (Permendagri

No 1 Tahun 2006). Penataan batas antar

daerah di Indonesia terdapat 151 segmen batas

antar provinsi dan 795 segmen batas antar

kabupaten / kota dengan total 946 segmen

batas. Penataan batas yang sudah selesai saat

ini 107 segmen yang ditetapkan dalam 57

Permendagri. Sedang dalam proses penataan

batas ada 199 segmen dan segmen yang

belum diseleseikan 640 segmen dimana 40

segmen diketahui bersengketa (Kemendagri,

2011).

Salah satu cara dalam mendapatkan

informasi spasial resolusi tinggi dengan cepat

adalah menggunakan teknologi penginderaan

jauh, dalam hal ini menggunakan data citra

Landsat 7 ETM dan SRTM (Shuttle Radar

Topography Mission). Teknologi ini mampu

digunakan dalam melakukan pemetaan

topografi ketelitian cukup tinggi sekaligus

memvisualisasikan Digital Elevation Model

(DEM) dari daerah penelitian. Dengan hasil

penelitian berupa peta yang didukung oleh

DEM diharapkan dapat menghasilkan

informasi spasial yang bisa mendukung proses

delimitasi garis batas daerah pada peta.

Page 2: STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25468-3508100049-Paper.pdf · adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan

2

Penelitian ini dilakukan di daerah Gunung

Kelud yang merupakan perbatasan antara

Kabupaten Kediri dan Blitar Provinsi Jawa

Timur dimana diketahui sedang bersengketa.

Hasil visualisasi tiga dimensi dari kondisi

morfologi daerah penelitian diharapkan

mampu digunakan untuk mendukung

penarikan garis batas secara kartometrik.

Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini

adalah bagaimana pembuatan peta batas daerah

kabupaten menggunakan teknologi penginderaan

jauh dengan data citra Landsat 7 ETM dan DEM

SRTM khususnya daerah yang morfologinya

berbukit / bergelombang?.

Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian tugas akhir

ini adalah sebagai berikut:

1. Wilayah studi adalah kawasan Gunung Kelud

yaitu segmen batas antara Kabupaten Kediri,

Blitar dan Malang dalam Provinsi Jawa Timur.

2. Data yang digunakan adalah citra Landsat 7

ETM tahun 2009 dan DEM SRTM tahun 2000

resolusi 30 meter.

3. Informasi Geospasial Dasar (IGD) yang

digunakan adalah peta vektor RBI daerah

perbatasan Kabupaten Kediri dan Blitar lembar

Krisik no. 1508-321 edisi 1-2001 terbitan

Bakosurtanal (skala 1 : 25.000).

4. Hasil dari penelitian ini adalah peta alternatif

batas daerah kabupaten.

Tujuan Tugas Akhir

Tujuan penelitian ini adalah :

1. Membuat peta alternatif batas daerah

kabupaten menggunakan teknologi

penginderaan jauh dengan data citra

Landsat 7 ETM dan DEM SRTM pada

segmen batas kawasan Gunung Kelud.

2. Melakukan analisa terhadap kondisi

morfologi kawasan Gunung Kelud

berdasarkan data Citra Landsat 7 ETM dan

DEM SRTM.

3. Melakukan penarikan alternatif garis batas

secara kartometrik berdasarkan unsur-unsur

batas alam.

Manfaat Tugas Akhir

Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian

ini adalah mampu memberikan suatu informasi

spasial dan tanda fisik di lapangan yang jelas

mengenai kondisi topografi di daerah Gunung

Kelud Provinsi Jawa Timur yang didasarkan pada

pengolahan citra Landsat 7 ETM dan DEM SRTM

untuk mendukung pelacakan garis batas secara

kartometrik dalam penegasan batas daerah

Kabupaten dimana selanjutnya dapat dijadikan

rekomendasi bagi Standard Operational Prosedure

(SOP) penegasan batas daerah secara umum dan

kawasan Gunung Kelud secara khususnya.

METODOLOGI PENELITIAN

Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian adalah kawasan Gunung

Kelud yang merupakan perbatasan antara

Kabupaten Kediri, Kabupaten Blitar dan

Kabupaten Malang dalam Provinsi Jawa

Timur. Secara geografis kawasan ini terletak

pada 7°52’0’’- 8°00’0’’ LS dan 112°15’0’’-

112°22’30’’ B. Lokasi penelitian adalah

kawasan Gunung Kelud yang merupakan

perbatasan antara Kabupaten Kediri,

Kabupaten Blitar dan Kabupaten Malang

dalam Provinsi Jawa Timur. Secara geografis

kawasan ini terletak pada 7°52’0’’- 8°00’0’’

LS dan 112°15’0’’-112°22’30’’ BT. Daerah

terpilih memiliki morfologi pegunungan

dimana perlu untuk dibuat visualisasi dalam

bentuk 3D (tiga dimensi) yang diharapkan

dapat memudahkan dalam penentuan batas

daerah.

Gambar 1. Lokasi penelitian

Peralatan

Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini

meliputi :

a. Perangkat Keras (Hardware)

- Laptop

- Printer

b. Perangkat Lunak (Software)

- ArcGIS 9.3

- ENVI 4.6.1

- Autodesk LandDesktop 2009

- Matlab R2008b

c. Perangkat pengambilan data groundtruth

Page 3: STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25468-3508100049-Paper.pdf · adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan

3

- GPS Navigasi

- Kamera digital

Bahan

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini

antara lain :

a. Data Vektor Peta RBI daerah perbatasan

Kabupaten Kediri dan Blitar yaitu Lembar

Krisik no. 1508-321 edisi 1-2001 terbitan

Bakosurtanal (skala 1 : 25.000).

b. Citra DEM SRTM daerah Gunung Kelud

dengan resolusi 30 meter.

c. Citra Landsat 7 ETM daerah Gunung Kelud

tanggal perekaman 9 Juli 2009, 10 Agustus

2009 dan 27 September 2009 (path/row :

118/66) yang telah dilakukan perbaikan akibat

SLC off dengan proses filling gap.

d. Citra Landsat 7 ETM Orthometrik akuisisi

tanggal 17 Agustus 2000 sebagai acuan koreksi

geometrik.

Metodologi Penelitian

Gambar 2. Diagram Alir Penelitian

Berikut adalah penjelasan diagram alir tahapan

penelitian :

1. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini adalah

bagaimana pembuatan peta batas daerah

Kabupaten menggunakan teknologi

penginderaan jauh dengan data citra Landsat

dan DEM SRTM khususnya daerah yang

morfologinya berbukit/bergelombang.

2. Tahap Persiapan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap

persiapan ini adalah:

- Studi Literatur

Studi literatur dilakukan untuk mendapatkan

referensi yang berhubungan dengan penegasan

batas daerah, penginderaan jauh, spesifikasi

citra satelit dan referensi lain yang mendukung

baik dari buku, jurnal, majalah, internet dan lain

sebagainya.

- Pengumpulan Data

Pengumpulan data berupa data Peta Vektor

RBI daerah Kabupaten Kediri dan Blitar, citra

satelit Landsat 7 ETM dan DEM SRTM yang

meliputi wilayah Gunung Kelud Jawa Timur.

3. Tahap Pengolahan Data

Pada tahap ini dilakukan pengolahan dari data

yang telah diperoleh yaitu pembuatan peta

tutupan lahan dari citra satelit Landsat 7 ETM,

pembuatan hillshade dari DEM SRTM dan

overlay peta batas daerah kabupaten untuk

selanjutnya dilakukan analisa.

4. Tahap Analisa

Data yang telah diolah kemudian dianalisa

meliputi ketelitian hasil klasifikasi tutupan

lahannya kemudian melakukan pemilihan data

untuk ditampilkan pada peta batas daerah yang

akan dibuat. Sehingga didapatkan suatu hasil

dan kesimpulan yang digunakan untuk laporan

Tugas Akhir.

5. Penyusunan Laporan

Penyusunan laporan merupakan tahap

terakhir dari penelitian ini.

Pengolahan Data

TidakTidak

Citra

Landsat

Pemotongan

Citra

Koreksi

Geometrik

RMS

Error ≤ 1

pixel

Citra Terkoreksi

YaYa

Klasifikasi

Terselia

YaYa

Uji ketelitian

klasifikasi ≥ 80%

Citra Terklasifikasi

Tutupan Lahan

Konversi ke

Vektor

Klasifikasi

Tutupan Lahan

TidakTidak

Ground Truth

Dokumen

Batas Daerah

Peta Vektor

RBI(Skala 1:25.000)

Citra

Landsat

Ortho

Pemilihan Layer

Peta RBI

Overlay Peta

dan

Analisa Garis Batas

DEM

SRTM

Pembuatan

hillshade

Hillshade DEM

SRTM

Clip DEM

SRTM

Peta Alternatif

Batas Daerah

MULAI

SELESAI

Overlay

Gambar 3. Diagram Alir Pengolahan Citra

Berikut adalah penjelasan diagram alir

pengolahan data :

a. Data yang digunakan adalah citra Landsat 7

ETM diunduh dari alamat web

http://glovis.usgs.gov/ secara gratis. Citra

Landsat 7 ETM yang dipilih adalah citra yang

bebas dari awan dan cerah pada area penelitian

Identifikasi dan Perumusan

Masalah

Persiapan :

- Studi Literatur

- Pengumpulan Data

Pengolahan Data

Analisa

Penyusunan Laporan

Page 4: STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25468-3508100049-Paper.pdf · adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan

4

b. Pemotongan citra (cropping) sesuai area

penelitian dilakukan untuk membatasi daerah

kajian sekaligus meringankan proses

pengolahan data.

c. Koreksi geometrik dilakukan dengan langkah

pertama menentukan titik-titik GCP (Ground

Control Point) menggunakan peta vektor RBI

lembar Krisik dari Bakosurtanal yang

ditampalkan pada citra Landsat 7 ETM

Orthometrik.

d. Klasifikasi terselia (terbimbing) dilakukan

dengan pemilihan kategori informasi yang

diinginkan dan memilih training area untuk

tiap kategori penutup lahan yang mewakili

sebagai kunci interpretasi.

e. Ground truth dilakukan dengan pengecekan

lapangan serta pengukuran beberapa titik

(sample area) yang dipilih dari setiap bentuk

penutup/penggunaan lahan.

f. Uji ketelitian klasifikasi tutupan lahan dengan

perhitungan matriks dari setiap kesalahan

(confussion matrix) menggunakan metode

klasifikasi maxsimum likelihood pada software

ENVI

g. Citra yang telah terklasifikasi tutupan lahannya

kemudian dilakukan konversi dari raster ke

vektor sehingga nantinya dapat dilakukan

overlay dengan data vektor peta yang lain

b. Data kedua yaitu DEM SRTM dilakukan

pemotongan area penelitian dengan menu Clip

pada ArcMap.

c. DEM SRTM yang sudah terpotong selanjutnya

dibuat shaded relief pada ArcMap untuk

memperlihatkan adanya bayangan tiga dimensi

(3D) menggunakan menu hillshade.

d. Peta vektor RBI yang ada kemudian dilakukan

pemilihan layer seperti toponimi, jalan dan

batas administrasi yang diperlukan dalam peta

batas daerah kabupaten.

e. Proses terakhir yaitu melakukan overlay hasil

klasifikasi Tutupan Lahan, hasil hillshade dari

DEM SRTM dan Peta vektor RBI yang

sebelumnya telah dipilih layer-layernya.

f. Dari pengolahan data yang dihasilkan kemudian

dilakukan analisis garis batas pada peta dan

diperoleh hasil akhir berupa Peta Alternatif

Batas Daerah Kabupaten (skala 1 : 25.000).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Koreksi Geometrik Citra dan SOF

Hasil koreksi geometrik pada citra Landsat 7

ETM tahun 2009 yaitu nilai total RMSerror sebesar

0,452 piksel dan nilai rata-rata RMSerror sebesar

0,038 piksel.

Nilai strength of figure dari titik kontrol

registrasi citra untuk citra Landsat 7 ETM tahun

2009 yang digunakan adalah 0,5937. Dalam hal ini

semakin kecil bilangan faktor kekuatan jaringan

tersebut di atas, maka akan semakin baik

konfigurasi jaringan yang bersangkutan, dan

sebaliknya.

Hasil RMSerror rata-rata citra mempunyai nilai

RMSerror rata-rata kurang dari 1 pixel dan SoF

mendekati nol sehingga dianggap memenuhi

toleransi yang diberikan (Purwadhi, 2001).

Klasifikasi

Klasifikasi dilakukan meggunakan metode

klasifikasi terselia maximum likelihood dengan

sejumlah 54 training area meliputi seluruh kelas

penutup lahan yang diklasifikasi yaitu kelas

pemukiman, ladang, sawah, kebun, hutan, semak

belukar, badan air, rumput/lahan kosong dan anak

Gunung Kelud.

Tabel 1. Kelas Tutupan Lahan No Kelas Warna

1 Ladang

2 Hutan

3 Badan air

4 Rumput

5 Belukar

6 Pemukiman

7 Kebun

8 Sawah

9 Anak Gunung

Dari pekerjaan klasifikasi yang dilakukan

diperoleh hasil peta tutupan lahan seperti berikut :

Gambar 4. Peta Tutupan Lahan tahun 2009

Uji Ketelitian Klasifikasi

Uji ketelitian klasifikasi bertujuan untuk

mengetahui ketelitian hasil klasifikasi dengan

menggunakan metode confusion matrix. Data

pengukuran lapangan (groundtruth) diperlukan

untuk membuat training area masing-masing kelas

sebelum proses perhitungan confusion matrix

dilakukan menggunakan perangkat lunak ENVI

4.6.1. Dari hasil perhitungan confusion matrix

didapatkan ketelitian total hasil klasifikasi (KH)

untuk citra Landsat 7 ETM akuisisi tahun 2009

sebesar 82,19%. Dengan hasil perhitungan

Page 5: STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25468-3508100049-Paper.pdf · adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan

5

ketelitian klasifikasi tersebut, maka klasifikasi

dianggap benar karena nilainya lebih besar dari

80%.

Berdasarkan hasil klasifikasi tutupan lahan

yang dilakukan dapat diketahui luas dari setiap

penutup lahan yang ada. Dari hasil pengolahan

citra Landsat 7 ETM akuisisi tahun 2009 tutupan

lahan terbesar didominasi oleh kebun sebesar

163.713.454,88 m² (44.93%) dari luas keseluruhan.

Tabel 2. Tutupan Lahan Tahun 2009 No Kelas Luas (m²) Luas (%)

1 Ladang 28.684.608,75 7.87

2 Hutan 91.910.554,88 25.23

3 Badan air 4.258.626,75 1.17

4 Rumput 8.090.213,06 2.22

5 Belukar 40.321.308,38 11.07

6 Pemukiman 17.503.581,38 4.80

7 Kebun 163.713.454,88 44.93

8 Sawah 9.530.129,25 2.62

9 Anak gunung 345.003,19 0.10

Pembuatan Tampilan 3D DEM SRTM

Data DEM SRTM resolusi 30 meter digunakan

untuk membuat tampilan 3D dari daerah

penelitian. Data ini dibuat menjadi hillshade

(Shaded relief) yang berfungsi untuk

menambahkan efek tampilan yang lebih realistis

dari data topografi. Dengan demikian maka unsur-

unsur yang ada dalam peta terlihat memiliki

morfologi yang bervariasi menyerupai

kenampakan sebenarnya di lapangan.

Gambar 5. Hasil Pembuatan Hillshade dari DEM

SRTM. Sistem proyeksi UTM zona 49 S dan

datum WGS’84.

Pemilihan Layer Peta RBI

Data Vektor Peta RBI yang digunakan yaitu

lembar Krisik no. 1508-321 edisi 1-2001 terbitan

Bakosurtanal (skala 1 : 25.000). Data diperoleh

langsung dari Bakosurtanal dalam bentuk vektor

format *.shp dengan sistem proyeksi yang

digunakan adalah Universal Transverse Mercator

Zone 49 S dan datum yang digunakan adalah WGS

1984. Data ini selanjutnya digunakan sebagai

informasi geospasial dasar (IGD) dalam

pembuatan peta batas daerah. Layer-layer peta RBI

yang dipilih antara lain jalan, batas administrasi,

sungai, titik tinggi dan toponimi.

Gambar 6. Data Vektor Peta RBI Lembar Krisik

no. 1508-321 Edisi 2001. Sistem proyeksi UTM

zona 49 S dan datum WGS’84.

Overlay dan Pembuatan Layout Peta

Data-data yang telah berhasil dilakukan

pengolahan kemudian dilakukan penggabungan

tumpang susun peta (overlay) menggunakan

software ArcGIS 9.3. Skala Peta yang digunakan

sama dengan skala peta dasarnya (peta RBI) yaitu

1:25.000. Proyeksi yang digunakan dalam peta ini

sesuai dengan peta dasarnya yaitu sistem proyeksi

Universal Transverse Mercator (UTM) Zone 49 S

dengan datum WGS 1984.

Gambar 7. Hasil Overlay Peta Dengan Bayangan

Hillshade (3D). Sistem proyeksi UTM zona 49 S

dan datum WGS’84.

Unsur-unsur yang terdapat pada isi peta ini

adalah :

a. Batas administrasi

b. Titik tinggi

c. Pemukiman

d. Badan Air

e. Hutan

f. Semak Belukar

g. Kebun

h. Ladang

i. Sawah

j. Anak Gunung Kelud

k. Rumput/Tanah kosong

l. Garis kontur

m. Sungai

n. Jalan lokal dan jalan setapak

Page 6: STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25468-3508100049-Paper.pdf · adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan

6

o. Jalan akses ke puncak Gunung Kelud

p. Nama Gunung/Pegunungan

q. Nama Kabupaten, Kecamatan dan Desa

r. Grid

Analisa Garis Batas

Dasar hukum yang digunakan : UU Republik

Indonesia No. 32 Tahun 2004 Tentang

Pemerintahan Daerah dan Permendagri Nomor 1

Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan Batas

Daerah.

Berdasarkan hasil Kajian Permasalahan Batas

Daerah Kabupaten Blitar dan Kediri oleh LPPM

ITB tahun 2011 yang menjelaskan analisis

terhadap dokumen-dokumen batas dari Kabupaten

Kediri dan Kabupaten Blitar, dokumen-dokumen

yang digunakan tersebut yaitu :

a. Peta Overzichtskaart Van Regentshap Kediri

1933

b. Peta Koleksi Den han 1840 (Arsip Nasional RI)

c. Peta Rupa Bumi Indonesia Tahun 2001

Bakosurtanal

d. Peta Kaart Van de Residentie Kediri 1891

e. Peta tahun 1879 Tropograpische Kaart Der

Residentie Kediri.

f. Peta tahun 1891 Kaart Van De Residentie

Kediri.

g. Peta tahun 1929 Overzichtskaart Van Java en

Madoera.

h. Peta tahun 1945 Bladwizer Van Java, Madoera

En Bali NR:4

Kajian yang dilakukan terhadap dokumen

tersebut yaitu dengan menarik garis batas pada

masing-masing peta untuk kemudian diidentifikasi

hasil penarikan garis batasnya. Penggambaran

garis batas pada peta tersebut dilakukan

berdasarkan UU No. 4 Tahun 2011 tentang

Informasi geospasial Pasal 16 ayat (2), yang

menjelaskan bahwa dalam hal terdapat batas

wilayah yang belum ditetapkan secara pasti di

lapangan oleh Instansi Pemerintah yang berwenang

sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan

batas wilayah sementara yang penggambarannya

dibedakan dengan menggunakan simbol dan/atau

warna khusus.

Berdasarkan hasil dari laporan peninjauan

lapangan kawasan Gunung Kelud Provinsi Jawa

Timur yang dilakukan oleh Tim Teknis Penegasan

Batas Daerah Pusat tanggal 21 September 2011

dijelaskan bahwa satu-satunya akses menuju

kawah Gunung Kelud hanya melalui Desa

Sugihwaras Kecamatan Ngancar Kabupaten

Kediri. Kawasan Gunung Kelud saat ini telah

menjadi kawasan wisata dan seluruh pembangunan

dilakukan oleh Pemerintah Kabupaten Kediri.

Selain itu menuju kawasan Gunung Kelud dari

Desa Sugihwaras Kecamatan Ngancar dapat

diamati penggunaan lahan terbesar adalah untuk

perkebunan dan kehutanan. Perkebunan yang

paling dekat dengan kawasan Gunung Kelud

adalah Perusahaan Daerah Perkebunan (PDP)

Margomulyo Desa Sugihwaras Kecamatan

Ngancar. Sedangkan keberadaan Pos pengamatan

Gunung Kelud adalah di PDP Margomulyo, Desa

Sugihwaras Kecamatan Ngancar. Sehingga secara

de facto pemanfaatan lahan dan pembangunan di

sekitar kawasan Gunung Kelud telah dilaksanakan

oleh Pemerintah Kabupaten Kediri sejak tahun

2001. Sampai saat ini pelayanan penanganan

masalah bencana alam, keamanan dan ketertiban di

sekitar kawah Gunung Kelud ditangani oleh

Pemkab Kediri.

Selain itu meskipun tidak memiliki akses jalan

langsung menuju anak Gunung Kelud, Kabupaten

Blitar juga memiliki keuntungan dari sisi lain yaitu

adanya lahan perkebunan yang luas dan subur pada

bagian wilayahnya. Hal ini bersumber dari

keberadaan Gunung Kelud yang tercatat masih

aktif dan mengalirkan lahar melalui sisi Kabupaten

Blitar sehingga membuat tanah sepanjang aliran

lahar tersebut menjadi lebih subur.

Terhadap peta RBI 1508-321, skala 1 : 25.000

edisi 1: 2001 ini dilakukan pengamatan terhadap

unsur-unsur penampakan alam dan juga garis-garis

kontur pada kedua arah serta dilakukan pelacakan

batas-batas terhadap penampakan alam tersebut.

Untuk penarikan alternatif garis batas dengan

memperhatikan angka ketinggian/kedalaman dari

garis kontur, dan dalam penarikan garis ini dibuat

alternatif sebagai berikut:

(1) Alternatif 1 (Alternatif Utara) : Garis batas

sebelah utara (berwarna merah) ditarik dari

puncak Gunung Umbuk (Tt 1005) menyusuri

punggungan bukit/watershed sampai (Tt 977),

kemudian dipertengahan (antara Tt 977 dan Tt

1053) arah garis berubah menyusuri as sungai

(anak sungai sampai mendekati Tt 1153

berubah kembali menyusuri punggungan bukit

(Tt 1347) sampai ke Gunung Lirang terus ke

arah Gunung Kambang. Dari Gunung

Kambang, garis batas kembali turun memotong

garis sungai terus menyusuri as Sungai/Kali

Konto.

(2) Alternatif 2 (Alternatif Selatan) : Garis ke arah

selatan (berwarna merah muda) ditarik dari

puncak Gunung Umbuk (Tt 1005) menyusuri

punggungan bukit / watershed sampai (Tt 977),

kemudian terus menyusuri punggungan

bukit/watershed mendekati (Tt 1053) kemudian

terus menyusuri punggungan bukit/watershed

sampai mendekati (Tt 1214) terus menyusuri

punggungan bukit sampai (Tt 1364) sampai

punggungan Gunung Sumbing terus ke

punggungan Gunung Kelud. Dari punggungan

Page 7: STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25468-3508100049-Paper.pdf · adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan

7

Gunung Kelud garis batas akan menuju ke titik

simpul yang merupakan titik batas antara

Kabupaten Blitar, Kabupaten Kediri dan

Kabupaten Malang (trijunction).

(3) Alternatif 3 (Alternatif Tengah) : Garis ke arah

selatan (berwarna kuning) ditarik dari puncak

Gunung Umbuk (Tt 1005) menyusuri

punggungan bukit / watershed sampai (Tt 977),

kemudian terus menyusuri punggungan

bukit/watershed mendekati (Tt 1053) kemudian

terus menyusuri punggungan bukit/watershed

sampai mendekati (Tt 1214) terus menyusuri

punggungan bukit sampai (Tt 1364) lalu jalur

batas naik melalui igir Gunung Sumbing, kemudian

turun membelah Kawah Anak Gunung Kelud

kemudian naik ke Gunung Kelud dan menuju simpul

batas antara Kabupaten Blitar dengan Kabupaten

Malang dan Kabupaten Kediri.

Gambar 8. Hasil Penarikan Alternatif Garis Batas

pada Peta Alternatif Batas Daerah Kabupaten.

Selanjutnya ketiga alternatif garis batas dari

hasil pelacakan garis batas secara kartometrik

tersebut dilakukan analisis lebih lanjut dengan

bantuan software Global Mapper. Hal ini

dilakukan untuk memastikan apakah penarikan

garis batas yang telah dilakukan benar-benar tepat

pada batas alam yang ada. Kelebihan dari

penggunaan software Global Mapper ini adalah

adanya menu 3D View untuk menampilkan

visualisasi 3D dari morfologi daerah penelitian

dengan jelas. Kelebihan lain yaitu dengan menu

Rotate The View dapat melakukan pengamatan

secara memutar pada sudut penglihatan yang

berbeda-beda dari daerah penelitian. Berdasarkan

hasil dari analisis yang dilakukan maka diketahui

bahwa : :

1. Garis arah utara yang dilakukan penarikan

garis menggunakan objek alam, secara teknis

ada perubahan penarikan garis, dari

punggungan bukit menuju as sungai dan

kembali kepada punggungan bukit. Hal ini

dimungkinkan dalam teknis penarikan garis

batas selama masih menggunakan prinsip

batas-batas alam.

2. Kawasan di sekitar anak G. Kelud, jika

dilakukan penarikan garis mengikuti

penampakan alam (punggungan bukit /

watershed) memiliki dua alternatif (arah utara

dan arah selatan) karena daerah perbatasan

yang dipermasalahkan tersebut merupakan

pegunungan yang melingkari anak G. Kelud

yang dipermasalahkan kedua Kabupaten.

3. Apabila dikehendaki membelah kawasan anak

Gunung Kelud menjadi dua bagian maka

dimungkinkan dalam teknis penarikan batas

selama masih mengguakan prinsip batas-batas

alam.

Gambar 4.22. Tampilan 3D dari Hasil

Pembuatan Alternatif Garis Batas pada Software

Global Mapper.

Hasil akhir dari analisis yang dilakukan dapat

disimpulkan bahwa ketiga alternatif garis batas

tersebut dimungkinkan secara teknis penarikan

garis batas. Selain itu diperoleh kesimpulan bahwa

penggunaan tampilan 3D dari data DEM SRTM

dapat menjadi metode alternatif untuk memastikan

kesesuaian hasil penarikan garis batas dengan

unsur-unsur batas alam yang ada. Dengan bantuan

tampilan 3D tersebut juga diharapkan orang awam

yang tidak bisa membaca kontur pada peta

topografi menjadi lebih mudah mengerti dan

memahami kondisi topografi yang ada. Namun

demikian pada dasarnya pelacakan garis batas

dapat dilakukan cukup dengan menggunakan peta

topografi. Sehingga penggunaan teknologi

penginderaan jauh menggunakan citra satelit dalam

penelitian ini merupakan sebuah alternatif yang

sangat baik apabila digunakan dalam penegasan

batas pada daerah yang belum terdapat peta

topografi.

PENUTUP

Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh berdasarkan hasil

penelitian ini adalah:

1. Peta Alternatif Batas Daerah Kabupaten yang

dibuat menggunakan teknologi penginderaan

jauh dengan data citra Landsat 7 ETM dan

DEM SRTM dilengkapi dengan visualisasi

bayangan tiga dimensi sehingga lebih

Page 8: STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25468-3508100049-Paper.pdf · adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan

8

menonjolkan morfologi dari kawasan Gunung

Kelud dimana selanjutnya dapat digunakan

dalam mendukung penarikan batas

menggunakan unsur-unsur batas alam secara

kartometrik. Penggunaan teknologi

penginderaan jauh menggunakan citra satelit

dalam penelitian ini sangat baik apabila

digunakan sebagai alternatif dalam penegasan

batas pada daerah yang belum terdapat peta

topografi.

2. Kondisi topografi yang ada pada kawasan

Gunung Kelud berdasarkan analisa tutupan

lahan citra Landsat 7 ETM tahun 2009

diketahui bahwa peruntukan lahan terbesar

berupa Kebun dan Hutan. Sedangkan

berdasarkan hasil visualisasi tiga dimensi dari

data DEM SRTM diperoleh informasi bahwa

kondisi morfologi kawasan perbatasan yang

dipermasalahkan merupakan pegunungan yang

melingkari anak Gunung Kelud sehingga

dimungkinkan untuk melakukan penarikan

garis batas berdasarkan unsur-unsur batas alam.

3. Hasil dari penarikan garis batas secara

kartometrik diperoleh kesimpulan bahwa

terdapat 3 alternatif garis batas yang dapat

digunakan untuk segmen batas pada kawasan

Gunung Kelud berdasarkan analisa terhadap

unsur-unsur batas alam yang ada. Ketiga

alternatif garis batas tersebut yaitu Alternatif 1

(utara), Alternatif 2 (selatan) dan Alternatif 3

(tengah).

Saran

Adapun saran berdasarkan hasil penelitian

ini yaitu :

1. Penginderaan jauh merupakan teknologi

baru yang disarankan sebagai salah satu

metode alternatif dalam mendukung

penegasan batas daerah.

2. Disarankan untuk melakukan penelitian

lebih lanjut menggunakan data citra

dengan resolusi yang lebih tinggi dan

metode yang lebih baik.

3. Pengambilan data lapangan sebaiknya

memiliki waktu yang tidak terlalu jauh

dengan data citra sehingga diperoleh

ketelitian hasil yang lebih baik.

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, H.Z., Jones, A., dan Kahar, J. 2002. Survei

dengan GPS. Jakarta : Pradnya Paramita.

Danoedoro, Projo. 1996. Pengolahan Citra Digital

Teori Dan Aplikasinya Dalam Bidang

Penginderaan Jauh. Yogyakarta: Fakultas

Geografi UGM.

Erwin, H.P. 2010. Penginderaan Jauh dengan ER

Mapper. Manado: Graha Ilmu.

Fidwawati. 2011. Analisa Perubahan Pola Dan

Tata Guna Lahan Sungai Bengawan Solo

Dengan Menggunakan Citra Satelit Multi

Temporal (Studi Kasus : Kabupaten

Lamongan). Surabaya : Tugas Akhir Teknik

Geomatika ITS.

Julzarika, A., dan Sudarsono, B. 2009. Penurunan

Model Permukaan Dijital (DSM) menjadi

Model Elevasi Dijital (DEM) dari Citra

Satelit ALOS Palsar. Diakses tanggal 20

Februari 2012 pukul 09:40 dari

http://www.perpustakaan.

lapan.go.id/jurnal/index.php/majalah_sains_te

kgan/article/view/311/269 .

Kemendagri. 2011. Rapat Koordinasi Pra Grand

Design Survei Dasar Dan Sumber Daya Alam

(Pemetaan Tematik Nasional) : slide

Presentasi Direktorat Wilayah Administrasi

Dan Perbatasan Direktorat Jenderal

Pemerintahan Umum Kementrian Dalam

Negeri.

Kustiyo., Manalu, Johannes., dan Pramono, Sri

Harini. 2005. Analisis Ketelitian Ketinggian

Data DEM SRTM. Proceding PIT Mapin XIV

tahun 2005.

Lillesand, T.M., dan Kiefer, R.W. 1990.

Penginderaan Jauh dan Interpretasi Citra.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Lisnawati, Yunita., dan Wibowo, Ari. 2007.

Penggunaan Citra Landsat Etm+ Untuk

Monitoring Perubahan Penggunaan Lahan Di

Kawasan Puncak. Diakses 1 Maret 2012

pukul 20:00 dari http://library.

fordamof.org/libforda/data_pdf/219 8.pdf.

LPPM ITB, 2011. Kajian Permasalahan Batas

Daerah Kabupaten Blitar dan Kediri.

Bandung : Institut Teknologi Bandung.

Manalu, Johannes., Kustiyo., Parsa, I Made., dan

Surlan. 2005. Pembuatan Kontur Dari Data

DEM SRTM Untuk Inventarisasi Sumber

Daya Alam. Proceding PIT Mapin XIV tahun

2005.

Martin, S. 2004. An Introduction to Ocean Remote

Sensing. United Kingdom : University of

Cambridge.

Maryantika, N. 2011. Analisa Perubahan Vegetasi

Ditinjau Dari Tingkat Ketinggian Dan

Page 9: STUDI PEMBUATAN PETA BATAS DAERAH KABUPATEN …digilib.its.ac.id/public/ITS-paper-25468-3508100049-Paper.pdf · adalah menggunakan teknologi penginderaan jauh, dalam hal ini menggunakan

9

Kemiringan Lahan Menggunakan Citra

Satelit Landsat Dan SPOT 4 (Studi Kasus

Kabupaten Pasuruan). Surabaya : Tugas

Akhir Teknik Geomatika ITS.

Maryland University, 2012. Shuttle Radar

Topography Mission (SRTM). Diakses tanggal

2 Juni 2012 pukul 14:40 dari

http://glcf.umiacs.umd.edu/data/srtm/index.sht

ml.

Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2004).

Undang –Undang Republik Indonesia Nomor

32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah.

Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2006).

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 1

Tahun 2006 tentang Pedoman Penegasan

Batas Daerah.

Negara Kesatuan Republik Indonesia. (2011).

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4

Tahun 2011 tentang Informasi geospasial.

Prahasta, E. 2011. Model Permukaan Digital

(Pengolahan Data DTM & DEM dengan

Perangkat Lunak: surfer, Global Mapper dan

QuickGrid). Bandung: Informatika.

Prahasta, E. 2011. Tutorial ArcGIS Desktop untuk

Bidang Geodesi & Geomatika. Bandung:

Informatika.

Purwadhi, S.H. 2001. Interpretasi Citra Digital.

Jakarta: Grasindo.

Putra, E.H. 2011. Penginderaan Jauh dengan ER

Mapper. Yogyakarta : Graha Ilmu

Somantri, L. Pemanfaatan Penginderaan Jauh

Untuk Mengidentifikasi Patahan Lembang.

Diakses tanggal 2 Mei 2012 pukul 10:45 dari

http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/

JUR._PEND._GEOGRAFI/132314541LILI_S

OMANTRI/pj_patahan_lembang.pdf.

Sutanto. 1984. Penginderaan Jauh Jilid 1.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Thoha, A.S. 2008. Karakteristik Citra Satelit.

Diakses tanggal 23 Februari 2012 pukul 21:06

dari http://abuhaniyya.files.wordpress.com/

2009/02/karakteristik20citra20satelit6.pdf.

Wahyunto., Murdiyati, S.R., dan Ritung, S. 2004.

Aplikasi Teknologi Penginderaan Jauh Dan

Uji Validasinya Untuk Deteksi Penyebaran

Lahan Sawah Dan Penggunaan / Penutupan

Lahan. Diakses tanggal 20 Februari 2012

pukul 10:15 dari http://www.litbang.deptan.

go.id/warta-ip/pdf-file/wahyunto-13.pdf

http://webhelp.esri.com/arcgisdesktop/9.3/index.cf

m?TopicName=How%20Hillshade%20works.

Diakses tanggal 10 Juli 2012 pukul 09:00.

LAMPIRAN

1. Peta Tutupan Lahan tahun 2009 dari Citra

Satelit Landsat 7 ETM

2. Peta Alternatif Batas Daerah Kabupaten

(Segmen Batas Kawasan Gunung Kelud)