studi pembangunan plta muara juloi 284 mw kabupaten murung raya untuk mengatasi krisis listrik di...

8
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1 STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI KALIMANTAN TENGAH Robi Fajerin Darmawan Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya 60111 Email : [email protected] Abstrak : Kebutuhan akan energi listrik sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari- hari. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan di bidang perekonomian, teknologi, industri dan informasi maka kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat. Hal ini tentu harus diimbangi dengan ketersediaan pasokan tenaga listrik yang mencukupi. Pada kenyataannya penyediaan tenaga listrik di Indonesia dirasakan masih belum cukup, hal ini terbukti masih sering terjadinya pemadaman listrik secara bergilir hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kebutuhan akan sarana dan prasarana guna menampung debit air hujan di Kalimantan Tengah sangat penting. Hal ini dapat mengurangi bencana banjir yang sering melanda sekitar daerah aliran sungai yang ada di Kalimantan Tengah. Pada Tugas Akhir ini akan membahas pembangunan PLTA Muara Juloi 284 MW dengan parameter yang akan dianalisis antara lain adalah aspek teknis, ekonomi, sosial, lingkungan dan ketersediaan energi. Sehingga kebutuhan energi listrik di Kalimantan Tengah dapat terpenuhi dengan baik serta dapat membantu pemerintah daerah guna menanggulangi banjir. Kata kunci : Banjir, PLTA Muara Juloi, techno- economic-environment. 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Energi listrik merupakan salah satu komoditas yang sangat penting dan terus berkembang di era globalisasi. Tidak hanya sebagai pendorong pembangunan daerah dalam mewujudkan kesejahteraan, namun juga sebagai salah satu pendorong perekonomian Indonesia. Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik yang tinggi, tidak diimbangi oleh pengembangan di sisi penyediaan tenaga listrik. Hal ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan listrik. Di berbagai wilayah Indonesia masih banyak daerah yang mengalami krisis daya terutama daerah- daerah yang jauh dari pusat pemerintahan. Khusus di wilayah Kalimantan Tengah dimana kondisi krisis daya dan tingginya biaya produksi menjadi kendala utama yang perlu segera dicari solusinya. Kalimantan Tengah merupakan wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan beban yang tinggi dengan rasio elektrifikasi sebesar (56,2 %) dan persentase desa berlistrik sebesar (37,83 %). Berdasarkan data tersebut Kalimantan Tengah mampu mengindikasikan besarnya peluang sekaligus tantangan investasi di sektor ketenagalistrikan. Krisis energi listrik berkepanjangan yang melanda sistem interkoneksi Kalimantan Selatan Kalimantan Tengah (Kalselteng) sampai saat ini mengalami defisit hingga 35 megawatt (MW). Salah satu kabupaten di Kalselteng yang mengalami masalah tersebut adalah Kabupaten Murung Raya. Pemadaman bergilir tercatat rutin terjadi di Kabupaten Murung Raya. Hal ini tentunya sangat merugikan masyarakat dan para investor yang telah ada maupun yang akan berinvestasi di Kabupaten Murung Raya. Oleh karena itu, masalah penyediaan pasokan listrik merupakan hal penting yang harus dipecahkan oleh PT. PLN (Persero) Distributor Kalselteng, pemerintah daerah serta masyarakat Kabupaten Murung Raya. PT. PLN (Persero) juga harus berusaha untuk mengurangi pemakaian bahan bakar minyak untuk pembangkit yang ada, yaitu dengan mulai menggalakkan penggunaan potensi selain bahan bakar minyak untuk proses pembangkitan seperti air, batu bara, maupun panas bumi. Hal ini disebabkan karena penggunan bahan bakar minyak dirasa sudah tidak ekonomis lagi, karena harganya yang terus mengalami kenaikan. Kebijakan pemerintah dalam diversifikasi dan konservasi energi mendorong kita untuk melakukan studi tentang ketenagalistrikan pada PLTA Muara Juloi 284 MW di Kabupaten Murung Raya demi memenuhi kebutuhan listrik di wilayah Kalselteng khususnya Kabupaten Murung Raya. Dengan adanya Pembangunan PLTA Muara Juloi 284 MW di Kabupaten Murung Raya, diharapkan dapat mengatasi pertambahan beban di Kabupaten tersebut dan wilayah sekitarnya. Selain itu diharapkan waduk yang ada dapat untuk menampung debit air yang berlebihan di Kabupaten Murung Raya dan sepanjang aliran sungai Muara Juloi sehingga dapat mencegah bencana banjir. 2. TEORI PENUNJANG 2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA) Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan suatu pembangkitan energi listrik dengan mengubah energi potensial air menjadi energi mekanik oleh turbin dan diubah lagi oleh generator menjadi energi listrik dengan memanfaatkan ketinggian dan kecepatan aliran air. 2.2 Proses Produksi Pembangkit Listrik Tenaga Air Cara kerja Pembangkit ini adalah dengan menggerakkan turbin-turbin sebagai alat merubah enegi mekanik menjadi energi listrik. Selama tingkat penggerakan turbin-turbin, aliran air dari tempat yang tinggi masuk kedalam power house lalu kemudian masuk ke kolam penampung bawah.

Upload: iqbal-fasya

Post on 26-Nov-2015

132 views

Category:

Documents


11 download

DESCRIPTION

studi plta muara

TRANSCRIPT

Page 1: Studi Pembangunan Plta Muara Juloi 284 Mw Kabupaten Murung Raya Untuk Mengatasi Krisis Listrik Di Kalimantan Tengah

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1

STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN

MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI

KALIMANTAN TENGAH

Robi Fajerin Darmawan

Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember

Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya – 60111

Email : [email protected]

Abstrak : Kebutuhan akan energi listrik sudah menjadi

bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-

hari. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan di bidang

perekonomian, teknologi, industri dan informasi maka

kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat.

Hal ini tentu harus diimbangi dengan ketersediaan

pasokan tenaga listrik yang mencukupi. Pada kenyataannya penyediaan tenaga listrik di Indonesia

dirasakan masih belum cukup, hal ini terbukti masih

sering terjadinya pemadaman listrik secara bergilir

hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kebutuhan akan sarana dan prasarana guna

menampung debit air hujan di Kalimantan Tengah sangat

penting. Hal ini dapat mengurangi bencana banjir yang

sering melanda sekitar daerah aliran sungai yang ada di

Kalimantan Tengah. Pada Tugas Akhir ini akan

membahas pembangunan PLTA Muara Juloi 284 MW

dengan parameter yang akan dianalisis antara lain adalah aspek teknis, ekonomi, sosial, lingkungan dan

ketersediaan energi. Sehingga kebutuhan energi listrik di

Kalimantan Tengah dapat terpenuhi dengan baik serta

dapat membantu pemerintah daerah guna menanggulangi

banjir.

Kata kunci : Banjir, PLTA Muara Juloi, techno-

economic-environment.

1. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Energi listrik merupakan salah satu komoditas yang sangat penting dan terus berkembang di era

globalisasi. Tidak hanya sebagai pendorong

pembangunan daerah dalam mewujudkan kesejahteraan,

namun juga sebagai salah satu pendorong perekonomian

Indonesia. Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik yang

tinggi, tidak diimbangi oleh pengembangan di sisi

penyediaan tenaga listrik. Hal ini mengakibatkan

ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan listrik.

Di berbagai wilayah Indonesia masih banyak

daerah yang mengalami krisis daya terutama daerah-

daerah yang jauh dari pusat pemerintahan. Khusus di wilayah Kalimantan Tengah dimana kondisi krisis daya

dan tingginya biaya produksi menjadi kendala utama

yang perlu segera dicari solusinya. Kalimantan Tengah

merupakan wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan

beban yang tinggi dengan rasio elektrifikasi sebesar (56,2

%) dan persentase desa berlistrik sebesar (37,83 %).

Berdasarkan data tersebut Kalimantan Tengah mampu

mengindikasikan besarnya peluang sekaligus tantangan

investasi di sektor ketenagalistrikan.

Krisis energi listrik berkepanjangan yang melanda

sistem interkoneksi Kalimantan Selatan – Kalimantan

Tengah (Kalselteng) sampai saat ini mengalami defisit

hingga 35 megawatt (MW). Salah satu kabupaten di

Kalselteng yang mengalami masalah tersebut adalah

Kabupaten Murung Raya. Pemadaman bergilir tercatat

rutin terjadi di Kabupaten Murung Raya. Hal ini tentunya sangat merugikan masyarakat dan para investor yang

telah ada maupun yang akan berinvestasi di Kabupaten

Murung Raya. Oleh karena itu, masalah penyediaan

pasokan listrik merupakan hal penting yang harus

dipecahkan oleh PT. PLN (Persero) Distributor

Kalselteng, pemerintah daerah serta masyarakat

Kabupaten Murung Raya.

PT. PLN (Persero) juga harus berusaha untuk

mengurangi pemakaian bahan bakar minyak untuk

pembangkit yang ada, yaitu dengan mulai menggalakkan

penggunaan potensi selain bahan bakar minyak untuk proses pembangkitan seperti air, batu bara, maupun panas

bumi. Hal ini disebabkan karena penggunan bahan bakar

minyak dirasa sudah tidak ekonomis lagi, karena

harganya yang terus mengalami kenaikan.

Kebijakan pemerintah dalam diversifikasi dan

konservasi energi mendorong kita untuk melakukan studi

tentang ketenagalistrikan pada PLTA Muara Juloi 284

MW di Kabupaten Murung Raya demi memenuhi

kebutuhan listrik di wilayah Kalselteng khususnya

Kabupaten Murung Raya. Dengan adanya Pembangunan

PLTA Muara Juloi 284 MW di Kabupaten Murung Raya,

diharapkan dapat mengatasi pertambahan beban di Kabupaten tersebut dan wilayah sekitarnya. Selain itu

diharapkan waduk yang ada dapat untuk menampung

debit air yang berlebihan di Kabupaten Murung Raya dan

sepanjang aliran sungai Muara Juloi sehingga dapat

mencegah bencana banjir.

2. TEORI PENUNJANG

2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)

Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan suatu

pembangkitan energi listrik dengan mengubah energi

potensial air menjadi energi mekanik oleh turbin dan diubah lagi oleh generator menjadi energi listrik dengan

memanfaatkan ketinggian dan kecepatan aliran air.

2.2 Proses Produksi Pembangkit Listrik Tenaga Air

Cara kerja Pembangkit ini adalah dengan

menggerakkan turbin-turbin sebagai alat merubah enegi

mekanik menjadi energi listrik. Selama tingkat

penggerakan turbin-turbin, aliran air dari tempat yang

tinggi masuk kedalam power house lalu kemudian masuk

ke kolam penampung bawah.

Page 2: Studi Pembangunan Plta Muara Juloi 284 Mw Kabupaten Murung Raya Untuk Mengatasi Krisis Listrik Di Kalimantan Tengah

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 2

Gambar 2.5:

Alur Kerja Hydro Powerplant

Dasar-dasar pengaturan terdiri dari dua kolam,

satu pada lokasi yang tinggi dan lainnya pada lokasi yang

rendah dengan menempatkan turbin di bawah rumah

stasiun pembangkit di tengah-tengah. Air yang mengalir

dari kolam pada lokasi yang lebih tinggi dari rumah

pembangkit akan dialirkan ke kolam yang lebih rendah.

2.3 Metode Peramalan Kebutuhan Listrik

2.3.1 Regresi Linier Berganda

Dalam Metode Regresi diperlukan faktor yang

akan dijadikan acuan dalam perhitungan. Dalam peramalan kebutuhan energi listrik faktor-faktor yang

dipakai adalah sebagai berikut :

1. Energi terjual

2. Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga

3. Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang bisnis

4. Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang industri

5. Pertumbuhan jumlah pelanggan publik

6. Pertumbuhan jumlah penduduk

7. Peningkatan PDRB suatu wilayah

2.3.2 Model Peramalan dengan DKL 3.01

Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01

untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral.

Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral

digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga

listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Metodologi yang

digunakan pada model sektoral adalah metode gabungan

antara kecenderungan, ekonometri dan analitis. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung

kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan

pelanggan menjadi empat sektor yaitu :

1. Sektor Rumah Tangga

2. Sektor Bisnis

3. Sektor Publik

4. Sektor Industri

2.4 Ekonomi Pembangkit Tiap pembangkit listrik mempunyai harga energi

listrik yang berbeda-beda yang besarnya bervariasi tergantung pada biaya pembangunan, perawatan dan

biaya operasi dari pembangkit listrik tersebut.

Tinjauan opsi energi dari aspek ekonomi pada

pembahasan ini didasarkan atas biaya modal

pembangkitan yang dikeluarkan dalam pemanfaatan

energi alternatif menjadi energi listrik, yaitu biaya

pembangkitan dan harga energi. Metode perhitungan

yang digunakan adalah metoda perhitungan biaya

pembangkitan tahunan, terdiri dari tiga komponen biaya,

yaitu:

1. Biaya investasi modal (capital cost)

2. Biaya bahan bakar (fuel cost)

3. Biaya operasi dan perawatan (O&M cost)

2.5 Analisa Investasi Sebelum suatu pembangunan dilaksanakan perlu

dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan

diketahui kelayakan suatu pembangunan dilihat dari sisi

ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian

pembangunan investasi, yaitu1:

A. Net Present Value (NPV)

Jika nilai NVP positif, maka investasi layak

dilaksanakan dan jika nilai NVP bernilai negatif investasi

tidak layak dilaksanakan.

B. Internal Rate of Return (IRR)

Pembangunan layak diterima apabila IRR lebih besar dari suku bunga di bank dan tidak layak

dilaksanakan apabila nilai IRR lebih kecil atau sama

dengan suku bunga.

C. Bennefit Cost Ratio

Benefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan

keuntungan selama setahun, yang dapat dicari

berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut.

Investasi

(tahun t)Bennefit BCR …………………..(2.59)

D. Payback Periode

Payback periode adalah lama waktu yang

dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh.

CIF anual

Cost investment PP ………………………..(2.60)

3 . KONDISI KELISTRIKAN KALIMANTAN

TENGAH

Tabel 3.1: Pelanggan Tenaga Listrik Jenis

Pelanggan

Rumah

Tangga Industri Bisnis Publik Jumlah

1999 150.253 139 13.127 6.107 169.626

2000 163.975 126 13.894 5.801 183.796

2001 166.667 122 14.041 6.554 187.384

2002 173.908 119 14.600 6.599 195.226

2003 182.065 115 15.158 7.120 204.458

2004 280.366 132 14.905 9.397 304.800

2005 199.667 103 17.137 8.135 225.046

2006 207.241 107 18.200 8.740 234.288

2007 214.423 109 19.019 9.353 242.904

2008 216.585 144 19.398 9.578 245.705

2009 239.801 126 19.964 10.202 270.093

1 Westton, J. Fred, dan Copeland, Thomas E., Manajemen

Keuangan, Edisi Kedelapan, Alih Bahasa Jaka Wasana

dan Kirbrandoko, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992.

Page 3: Studi Pembangunan Plta Muara Juloi 284 Mw Kabupaten Murung Raya Untuk Mengatasi Krisis Listrik Di Kalimantan Tengah

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 3

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun ke

tahun jumlah pelanggan listrik di Kalimantan Tengah

terus mengalami kenaikan, hal ini disebabkan

bertambahnya jumlah penduduk di Kalimantan Tengah.

Kenaikan ini disebabkan oleh rumah tangga, gedung

perkantoran dan jalan-jalan yang memerlukan

penerangan. Berikut ini tabel jumlah tenaga listrik yang

terjual tahun 1999-2009 wilayah Kalimantan Tengah.

Tabel 3.2: Besar Tenaga Listrik Terjual pada

Pelanggan dan Kelompok Pelanggan di Kalimantan

Tengah Tahun 1999-2009 (GWh) Jenis

Pelanggan

Rumah

Tangga Industri Bisnis Publik Jumlah

1999 160,43 17,43 35,26 20,40 233,52

2000 190,55 14,76 43,32 21,76 270,40

2001 204,02 14,28 42,29 23,17 283,77

2002 203,23 14,61 43,71 24,09 285,64

2003 211,16 17,17 48,08 25,42 301,83

2004 254,67 47,19 65,82 65,28 402,36

2005 239,63 21,05 58,67 30,94 350,29

2006 257,49 20,58 66,99 34,49 379,55

2007 284,19 24,96 79,86 40,85 429,86

2008 307,73 20,61 91,47 43,83 463,64

2009 311,35 89,14 27,29 48,41 476,19

4. ANALISIS PEMBANGUNAN PLTA MUARA

JULOI 284 MW DI KABUPATEN MURUNG

RAYA

4.1 Kebutuhan Pelanggan Saat ini

Dari tahun ke tahun jumlah pelanggan dan

kebutuhan listrik di wilayah Kalimantan Tengah

mengalami peningkatan seperti pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 diatas.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat

peningkatan jumlah pelanggan dari tahun ke tahun untuk

sektor rumah tangga sebesar 3,4% dan daya meningkat

menjadi 5,2%. Pada sektor industri jumlahnya meningkat

1,83% dan daya tersambung meningkat 14,3%. Pada

sektor bisnis jumlahnya meningkat 4,3 % dan daya

tersambung meningkat 6,7%. Pada sektor publik

jumlahnya meningkat 6,55% dan daya tersambung

meningkat 10,8%.

Dengan peningkatan beban puncak pada tahun

1999 sampai 2008 rata-rata sebesar 11,74% sedangkan daya mampu pembangkit yang ada hanya 60,72 MW.

4.2 Analisa Debit, Head dan Daya PLTA

Perencanaan pembangunan PLTA Muara Juloi

284 MW di Desa Muara Juloi dengan memanfaatkan

Sungai Juloi yang berasal dari sungai utama yaitu Sungai

Barito. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar 7.793

km2, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2600

mm/tahun dan debit air rata-rata sungai mencapai 605,9 3/sec. Sedangkan beda ketinggian yang diambil adalah

70m. Sehingga akan menghasilkan daya seperti

perhitungan berikut:

Dari data yang diperoleh yaitu:

Debit air (Q) = 517 m3/s (dibawah debit rerata)

Ketinggian (H) = 70 m

Gravitasi (g) = 9,81

Effisiensi (η) = 0,8

Maka akan diperoleh daya yang terbangkitkan dapat

dihitung menggunakan rumus 2.15:

P = Q x H x g x η

P = 517 x 70 x 9,81 x 0,8

P = 284.019 kW

P = 284 MW

Energi Listrik per tahun:

Energi Listrik = P x jam operasi x faktor

kapasitas

Energi Listrik = 284 x 8760 x 0,8

Energi Listrik = 1.990.272 MWh = 1.990,27 GWh / tahun

Untuk ukuran pipa yang digunakan dapat dihitung:

Luas pipa = Flowrate / Kecepatan

Bila diasumsikan kecepatan di pertahankan konstan pada

10 mph atau sama dengan 4,47 m/s maka dapat dihitung:

Luas pipa = 517 / 4,47

= 115,66 m2

Jari-jari Pipa = 4,29 m

Diameter Pipa = 8,58 m

Gambar 4.1: Turbine chart

Dengan menggunakan chart seperti diatas, dengan

parameter yang digunakan yaitu:

Flowrate (m3/s)

Head (m)

Maka dapat ditentukan bahwa pada PLTA Muara Juloi

284 MW dipakai turbin jenis Francis Turbine.

4.3 Peramalan Beban dengan Regresi Linier

Berganda

Tabel 4.1: Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per

Kelompok Pelanggan Kalimantan Tengah (GWh)

Tahun Rumah

Tangga Bisnis Industri Publik Total

2010 325,9 94,88 28,39 51,21 500,38

2011 340,46 100,63 29,49 54 524,58

2012 355,01 106,37 30,58 56,79 548,75

2013 369,56 112,12 31,68 59,6 572,96

2014 384,12 117,86 32,78 62,39 597,15

2015 398,67 123,61 33,87 65,19 621,34

2016 413,22 129,35 34,97 67,99 645,53

2017 427,78 135,09 36,06 70,78 669,71

2018 442,33 140,84 37,16 73,58 693,91

2019 456,88 146,58 38,25 76,38 718,09

2020 471,43 152,33 39,35 79,17 742,28

2021 485,99 158,07 40,45 81,97 766,48

2022 500,54 163,81 41,54 84,77 790,66

2023 515,09 169,56 42,64 87,57 814,86

2024 529,65 175,3 43,74 90,36 839,05

2025 544,2 181,05 44,83 93,16 863,24

2026 558,75 186,79 45,93 95,96 887,43

2027 573,31 192,54 47,02 98,75 911,62

2028 587,86 198,28 48,12 101,55 935,81

2029 602,41 204,02 49,22 104,35 960

2030 616,97 209,77 50,31 107,14 984,19

2031 631,52 215,51 51,41 109,94 1008,38

2032 646,07 221,26 52,5 112,74 1032,57

Page 4: Studi Pembangunan Plta Muara Juloi 284 Mw Kabupaten Murung Raya Untuk Mengatasi Krisis Listrik Di Kalimantan Tengah

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 4

Tahun Rumah

Tangga Bisnis Industri Publik Total

2033 660,62 227 53,6 115,53 1056,76

2034 675,18 232,75 54,7 118,33 1080,95

2035 689,73 238,49 55,79 121,13 1105,14

4.4 Analisis Peramalan dengan Metode DKL 3.01

Tabel 4.2: Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per

Kelompok Pelanggan Kalimantan Tengah (GWh)

Tahun Rumah

Tangga Bisnis Industri Publik Total

2010 396,44 89,19 27,29 53,53 566,45

2011 429,79 94,93 28,39 56,62 609,74

2012 464,37 100,68 29,49 59,71 654,26

2013 500,26 106,43 30,59 62,79 700,07

2014 537,31 112,18 31,69 65,89 747,08

2015 575,58 117,93 32,79 68,98 795,28

2016 615,16 123,68 33,88 72,08 844,79

2017 655,89 129,42 34,98 75,17 895,47

2018 697,93 135,16 36,07 78,26 947,43

2019 741,09 140,92 37,17 81,35 1000,54

2020 785,57 146,66 38,26 84,48 1054,95

2021 831,18 152,42 39,36 87,54 1110,49

2022 877,99 158,15 40,46 90,63 1167,24

2023 926,02 163,9 41,55 93,73 1225,20

2024 975,39 169,65 42,65 96,82 1284,52

2025 1025,97 175,39 43,75 99,91 1345,03

2026 1042,82 180,19 45,50 103,24 1371,76

2027 1084,18 185,78 46,71 106,37 1423,04

2028 1125,54 191,37 47,91 109,50 1474,33

2029 1166,89 196,96 49,12 112,63 1525,61

2030 1208,25 202,55 50,33 115,76 1576,89

2031 1249,61 208,14 51,53 118,89 1628,18

2032 1290,97 213,73 52,74 122,03 1679,46

2033 1332,33 219,31 53,94 125,16 1730,75

2034 1373,69 224,90 55,15 128,29 1782,03

2035 1415,04 230,49 56,36 131,42 1833,32

Tabel 4.3: Perbandingan Proyeksi Konsumsi Energi

Listrik Antara Regresi Linier Berganda, DKL 3.01

dan RPTL (GWh) Tahun Regresi DKL RPTL

2010 500,38 566,45 532

2011 524,58 609,74 538

2012 548,75 654,26 589

2013 572,96 700,07 644

2014 597,15 747,08 703

2015 621,34 795,28 769

2016 645,53 844,79 840

2017 669,71 895,47 915

2018 693,91 947,43 994

2019 718,09 1000,54 1078

2020 742,28 1054,95 1169

2021 766,48 1110,49 1192

2022 790,66 1167,24 1258

2023 814,86 1225,20 1324

2024 839,05 1284,52 1389

2025 863,24 1345,03 1455

2026 887,43 1371,76 1521

2027 911,62 1423,04 1587

2028 935,81 1474,33 1653

2029 959,99 1525,61 1718

2030 984,19 1576,89 1785

2031 1008,38 1628,18 1850

2032 1032,57 1679,46 1916

2033 1056,76 1730,75 1982

2034 1080,95 1782,03 2048

2035 1105,14 1833,32 2114

Dari hasil peramalan di atas pertumbuhan total

konsumsi energi listrik dengan menggunakan metode

regresi sebesar 2,24 %, sedangkan dengan menggunakan

metode DKL 3.01 pertumbuhan total konsumsi energi

listrik adalah 2,88 %. Sedangkan total konsumsi energi

listrik pada tahun 2035 dengan menggunakan metode

regresi sebesar 1105,14 Gwh dan dengan metode DKL

sebesar 1833,32 Gwh. Menurut perhitungan PT. PLN

(Persero) yaitu sebesar 2114 Gwh.

4.5 Neraca Daya Kalimantan Tengah

Dengan asumsi PLTA Muara Juloi 284 MW

Kabupaten Murung Raya selesai dibangunnya pada tahun

2011 maka secara otomatis neraca daya Kalimantan

Tengah juga mengalami perubahan, yaitu pada bagian

daya mampu mulai tahun 2011 seperti pada berikut ini.

Tabel 4.4: Proyeksi Neraca Daya Kalimantan Tengah

dengan Penambahan PLTA Muara Juloi 284 MW

Tahun

Daya

Mampu

(MW)

Beban

Puncak

(MW)

Selisih

(MW)

Reserve

Margin Keterangan

2009 60,72 51,29 9,43 1.183856 defisit

2010 60,72 52,09 8,63 1.165674 defisit

2011 284 52,88 231.12 5.370651 surplus

2012 284 53,68 230.32 5.290611 surplus

2013 284 54,47 229.53 5.213879 surplus

2014 284 55,27 228.73 5.138411 surplus

2015 284 56,07 227.93 5.065097 surplus

2016 284 56,86 227.14 4.994724 surplus

2017 284 57,66 226.34 4.925425 surplus

2018 284 58,46 225.54 4.858023 surplus

2019 284 59,25 224.75 4.793249 surplus

2020 284 60,05 223.95 4.729392 surplus

2021 284 60,84 223.16 4.667982 surplus

2022 284 61,64 222.36 4.607398 surplus

2023 284 62,44 221.56 4.548366 surplus

2024 284 63,23 220.77 4.491539 surplus

2025 284 64,03 219.97 4.435421 surplus

2026 284 64,83 219,18 4,381026 surplus

2027 284 65,62 218,38 4,327871 surplus

2028 284 66,42 217,58 4,275991 surplus

2029 284 67,21 216,79 4,225340 surplus

2030 284 68,01 215,99 4,175875 surplus

2031 284 68,81 215,19 4,127554 surplus

2032 284 69,60 214,39 4,080339 surplus

2033 284 70,39 213,60 4,034192 surplus

2034 284 71,19 212,81 3,989077 surplus

2035 284 71,99 212,01 3,944960 surplus

Pada tabel diatas yang dikatakan defisit oleh PLN adalah:

PuncakBeban

Mampu Daya Margin Reverse

Dimana:

Reserve Margin < 1,2 termasuk defisit

Reverse Margin > 1,2 termasuk surplus

4.6 Analisis Ekonomi Pembangkit Listrik

4.6.1 Perhitungan Biaya Pembangkitan Energi listrik

Pada pembangunan PLTA Muara Juloi 284 MW.

Maka diambil asumsi secara umum bahwa akan dibangun

PLTA dengan dengan kapasitas total 284 MW, dengan

faktor kapasitas 80 % dan memiliki umur pembangkit 25

tahun.

Page 5: Studi Pembangunan Plta Muara Juloi 284 Mw Kabupaten Murung Raya Untuk Mengatasi Krisis Listrik Di Kalimantan Tengah

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 5

4.6.1.1 Perhitungan Biaya Modal Pembangkit

Perhitungan Biaya Pembangunan

Biaya pembangunan adalah sebesar:

kW

USD3

9

10 x 284

10 x 0,36

Capacity Installed

Cost Investment Capital nPembanguna Biaya

= 1268 US$ / kW

Perhitungan Jumlah Pembangkitan Tenaga

Listrik (kWh/Tahun)

Dengan daya terpasang 284 MW dan faktor

kapasitas 80 % maka Jumlah Pembangkitan Tenaga

Listrik (kWh/tahun)

= Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 8760

= 284 MW x 0,8 x 8760

= 1.990.272.000 kWh/tahun

Jadi biaya modal / Capital Cost (CC) adalah

sebagai berikut:

Listrik Tenaga Netoan PembangkitJumlah

CRF x Pembangkit kapasitasn x pembanguna Biaya Cost Capital

Untuk suku bunga i = 6 %

kWhcent / 1,411 kWh / USD01411,00001.990.272.

078,0000.2841268

xxCC

Untuk suku bunga i = 9 %

kWhcent / 1,845 kWh / USD01845,00001.990.272.

102,0000.2841268

xxCC

Untuk suku bunga i = 12 %

kWhcent / 2,297 kWh / USD02297,00001.990.272.

127,0000.2841268

xxCC

4.6.1.2 Perhitungan Biaya Operasi Dan Perawatan

Biaya operasi dan perawatan PLTA terdiri dari

beberapa komponen antara lain biaya operasional, biaya

pemeliharaan pembangkit listrik dan biaya pemeliharaan

lapangan, yang tertera pada tabel dibawah in :

Tabel 4.5: Biaya Operasi dan Pemeliharaan

Jenis Data Nilai

Operation cost/kWh 4,05 mills (0,4 cent)

Maintenance cost/kWh 2,62 mills (0,3 cent)

OM = 0,4 + 0,3

= 0,7 cent/kWh

4.6.2 Perhitungan Biaya Pembangkitan Total

Berdasarkan beberapa biaya diatas, maka

persamaan biaya pembangkitan total dalam

pembangkitan tahunan dapat dinyatakan sebagai berikut:

TC = CC + FC + OM

Tabel 4.6: Biaya Pembangkitan Energi Listrik

Perhitungan Suku Bunga

6 % 9 % 12%

Biaya Pembangunan (US$/kW) 1268 1268 1268

Umur Operasi (Tahun) 25 25 25

Kapasitas (MW) 284 284 284

Biaya Bahan Bakar (US$/kWh) 0 0 0

B. O & M (US$ / kWh) 0.007 0.007 0.007

Biaya Modal (US$ / kWh) 0.01411 0.01845 0.02297

Total Cost (US$ / kWh) 0.02111 0.02545 0.02997

Investasi (jutaUS$) 360 360 360

4.7 Analisa Investasi Pembangkit

4.7.1 Net Present Value

Metode Net Present Value (NPV) ini menghitung

jumlah nilai sekarang dengan menggunakan Discount

Rate tertentu dan kemudian membandingkannya dengan

investasi awal (Initial Invesment) dan selisihnya disebut

NPV. Apabila NPV tersebut positif, maka usulan

investasi tersebut diterima dan apabila negatif maka

usulan investasi tersebut ditolak. Setelah pembangkit beroperasi 25 tahun, maka NPV untuk suku bunga 6 %

ditunjukkan seperti berikut:

Tabel 4.7: Analisis NPV

Suku Bunga Harga Jual ( US$ / kWh )

0,07 0,08

6% 545.878.087 787.580.468

9% 211.152 824 396.872.568

12% -15.65.656 132.622.509

4.7.2 Internal Rate of Return (IRR)

Suatu usulan pembangunan investasi diterima jika

IRR lebih tinggi dari biaya modal/tingkat suku bunga, dan usulan pembangunan investasi ditolak jika IRR lebih

rendah atau sama dengan biaya modal/tingkat suku

bunga.

Tabel 4.8: Analisis IRR

Harga Listrik

(USD/Kw)

Internal Rate of Return %

i = 6 % i = 9 % i = 12 %

0,07 19 % 15 % 11 %

0,08 24 % 20 % 17 %

Dari hasil perhitungan internal rate of return dan

NPV, maka dapat dianalisis bahwa pembangunan ini

layak untuk dilaksanakan apabila :

Menggunakan suku bunga 6 % dengan harga listrik US$ 0.07/kWh atau lebih.

Menggunakan suku bunga 9 % dengan harga listrik US$ 0.07/kWh atau lebih.

Menggunakan suku bunga 12 % dengan harga

listrik US$ 0.08/kWh.

4.7.3 Bennefit Cost Ratio (BCR)

Benefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan

keuntungan selama setahun, yang dapat dicari

berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut.

Tabel 4.9: Analisis BCR

Harga Listrik BCR ( % )

(USD/Kw) i = 6 % i = 9 % i = 12 %

0,07 0,20 0,17 0,14

0,08 0,25 0,22 0,19

4.7.4 Payback Periode

Payback periode adalah lama waktu yang

dibutuhkan agar nilai investasi yang dinvestasikan dapat

kembali dengan utuh.

Tabel 4.10: Analisis Payback Periode

Harga Listrik Payback Periode (Tahun)

(USD/Kw) i = 6 % i = 9 % i = 12 %

0,07 5 6 7

0,08 4 5 5

Page 6: Studi Pembangunan Plta Muara Juloi 284 Mw Kabupaten Murung Raya Untuk Mengatasi Krisis Listrik Di Kalimantan Tengah

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 6

4.8 Perhitungan Daya Beli Masyarakat

Kemampuan konsumsi masyarakat akan energi

listrik sangat menentukan seberapa besar harga jual listrik

nantinya yang mampu dibayar. Biaya pembangkitan total

dengan tingkat suku bunga (i) akan menjadi acuan untuk

menentukan harga jual listrik. Besarnya biaya

pembangkit total akan dibandingkan dengan harga energi

listrik yang dapat dikonsumsi masyarakat. Untuk

mengetahui seberapa besar daya beli energi listrik masyarakat Kalimantan Tengah, digunakan data

kelistrikan dan kependudukan Propinsi Kalimantan

Tengah sebagai acuan dalam analisis.

Pengeluaran per kapita = Rp 624.790,00/kapita

Diasumsikan 1 rumah tangga ada 4 anggota

keluarga sehingga didapat :

Pengeluaran Rumah Tangga = 4 x Rp 624.790,00/kapita

= Rp 2.499.160,00

Sedangkan pengeluaran rumah tangga untuk

konsumsi energi listrik rata-rata adalah 10%. Maka

pengeluaran rumah tangga untuk energi listrik adalah Rp.

249.916,00. Dengan sambungan daya pelanggan pada 900 VA

maka dengan asumsi power faktor 0,8 didapat sambungan

daya dalam watt adalah :

900 VA x 0,8 = 0,72 kW

Dengan faktor beban 96,10 %, maka konsumsi listrik

dalam 1 bulan didapat :

kWh/bulan = 0,72 kWx30(hari)x24 (jam)xLoad Factor

= 0,72 kWx30(hari)x24(jam)x0,9610

= 498,18 kWh/bulan

Dengan biaya beban sebesar Rp. 20.000 (sesuai

Peraturan Mentri ESDM No: 07 tahun 2010 mengenai Tarif Dasar Listrik) dan tarif TDL rumah tangga untuk

wilayah Propinsi Kalimantan Tengah adalah 605 seperti

pada tabel dibawah :

Tabel 4.11: Harga Jual Listrik per Sektor

Maka didapat biaya sebesar = 498,18 kWh x Rp. 605

= Rp. 301.398,90

Dengan penjumlahan biaya beban sebesar Rp. 20.000 didapat total biaya sebesar Rp. 321.398,90. Maka

daya beli listrik rumah tangga diperoleh dari

perbandingan antara total biaya energi listrik dengan

pengeluaran untuk energi listrik, kemudian dikalikan

dengan rata-rata tarif dasar listrik di Propinsi Kalimantan

Tengah, maka:

kWh/ 470,44 Rp.605 Rp.321.398,90 Rp.

249.916,00 Rp.

Dengan harga pembangkitan total pada suku bunga:

- i = 6 % sebesar Rp. 211,10 /kWh

- i = 9 % sebesar Rp. 254,50 /kWh ataupun,

- i = 12 % sebesar Rp. 299,70 /kWh

Harga jual listrik PLTA Muara Juloi menunjukkan

masih di bawah daya beli masyarakat. Energi listrik

merupakan tolak ukur bagi perkembangan dan kemajuan

teknologi suatu daerah.

4.9 Analisis Aspek Sosial Kalimantan Tengah

Indeks pembangunan manusia merupakan

indikator strategis yang banyak digunakan untuk melihat

upaya dan kinerja program manusia secara menyeluruh

disuatu wilayah, sehingga dapat dilihat perkembangan

kesejahteraan penduduk di wilayah dari tahun ke tahun

dan perbandingan dengan wilayah lainnya. Dalam hal ini

IPM dianggap sebagai gambaran dari hasil program

pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun

sebelumnya.

Pada Tahun 2008 IPM di Kalimantan Tengah

mempunyai rata-rata 73.49 dan pengeluaran perkapita mencapai rata-rata 624.79. Dari acuan ini maka dapat

disusun bagan dari IPM dan pengeluaran perkapita di

Propinsi Kalimantan Tengah.

Tabel 4.12: Indeks Pembangunan Manusia di

Kalimantan Tengah Tahun 2008

No Kabupaten /

Kota

Pengeluaran per Kapita (Rp 1.000)

IPM Reduksi Shortfall

1 Kotawaringin Barat

621.20 72.14 0.68

2 Kotawaringin Timur

626.25 72.90 0.74

3 Kapuas 627.60 72.58 1.27

4 Barito Selatan 625.50 72.56 0.57

5 Barito Utara 622.80 74.12 0.68

6 Sukamara 626.30 70.65 0.67

7 Lamandau 628.62 71.54 2.19

8 Seruyan 620.20 71.62 0.64

9 Katingan 623.70 71.59 0.16

10 Pulang Pisau 626.60 70.10 0.76

11 Gunung Mas 622.40 72.40 0.45

12 Barito Timur 620.20 71.66 0.31

13 Murung Raya 627.50 71.62 0.06

14 Palangka Raya 631.00 77.47 1.77

Rata-Rata 624.79 73.49 0.37

4.10 Analisa Aspek Lingkungan

(Gambar 4.2: Grafik Emisi Gas dari Berbagai Jenis

Pembangkit

Page 7: Studi Pembangunan Plta Muara Juloi 284 Mw Kabupaten Murung Raya Untuk Mengatasi Krisis Listrik Di Kalimantan Tengah

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 7

Dari gambar grafik diatas untuk pembangkit dengan

bahan bakar air tidak memiliki emisi. Jika Pembangunan

PLTA Muara Juloi 284 MW tidak menghasilkan karbon

kredit maka mendapat uang sebesar 0,5 cent/KWh.

Karena PLTA memiliki 0kg/KWh dengan ambang batas

rata-rata 728 kg/kWh, maka CDM yang di dapat adalah

sebagai berikut:

00,50

$005,0

5,0

5,0728

0728

Rp

US

cent

centCDM

4.11 Analisis Perhitungan Biaya Pokok Penyediaan

Biaya Pokok Penyediaan (BPP) di Propinsi

Kalimantan Tengah dihitung dengan merinci per pembangkit seperti pada tabel dibawah ini, dimana BPP

per pembangkit terlampir, maka perhitungannya sebagai

berikut :

Tabel 4.13: BPP di Kalteng Sebelum PLTA Muara

Juloi Masuk Pembangkit

Di Kalimantan Tengah PLTD Total

Kapasitas (MW) 60,72 60,72

BPP

(Rp/kWh) 2.610 2.610

Tabel 4.14: BPP di Kalteng Setelah PLTA Muara

Juloi Masuk Pembangkit

Di Kalimantan Tengah PLTA Total

Kapasitas (MW) 284 284

BPP

(Rp/kWh) 211,1 211,1

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis

yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan

antara lain :

1. Dilihat dari kondisi eksisting ketenaga listrikan di

Kalimantan Tengah dapat disimpulkan mengalami

defisit 35 MW sehingga pembangkit yang ada

sekarang belum mampu untuk memenuhi kebutuhan

konsumsi ketenaga listrikan ditahun–tahun

mendatang. Sementara itu ketersediaan energi di

Kalimantan Tengah sangat melimpah terutama untuk

energi air yang mencapai 1300 MW. 2. Dilihat dari aspek teknis dengan jumlah debit air

sebesar 605,9 m3/sec dan ketinggian sebesar 70 meter

maka daya yang dapat dibangkitkan sebesar 284 MW.

Sedangkan dari segi peralatan dan bangunan, PLTA

ini tidak membutuhkan peralatan khusus karena

peralatan yang digunakan merupakan peralatan

standar PLTA pada umumnya.

3. Dengan peningkatan beban puncak pada tahun 1999

sampai 2009 rata-rata sebesar 11,74% sedangkan daya

mampu pembangkit yang ada hanya 60,72 MW. Dari

hasil peramalan baik dengan metode regresi dengan

maupun dengan metode DKL3.01 dapat diketahui bahwa kebutuhan akan energi listrik di Kalimantan

Tengah dalam jangka pendek yaitu sampai tahun 2025

terus mengalami peningkatan. Dengan penambahan

PLTA dengan kapasitas daya sebesar 284 MW maka

kebutuhan energi listrik di Kalimantan Tengah dapat

tercukupi.

4. a). Dilihat dari aspek ekonomi dengan total investasi

sebesar 3.6 trilliun rupiah dengan suku bunga 6%,

kemungkinan keuntungan akan didapat pada tahun ke

5 atau ke 6 setelah pembangkit ini beroperasi dengan

rata – rata keuntungan 0.20% per tahun. Dari perhitungan kelayakan investasi tampak bahwa pada

kombinasi suku bunga 6 %, 9 % dan 12 % dengan

harga jual listrik 0,07 US$/kWh maupun 0,08

US$/kWh, maka nilai NPV-nya positif, hal ini berarti

investasi untuk PLTA ini layak.

b). Dilihat dari aspek sosial Propinsi Kalimantan

Tengah mempunyai rata-rata IPM sebesar 73,49 dan

pengeluaran perkapita sebesar 624,79. Dari data-data

tersebut maka Propinsi Kalimantan Tengah berpotensi

untuk mengalami pembangunan di berbagai sektor

dan untuk mencapai peningkatan rasio elektrifikasi

maka harus dibangun pembangkit baru. c). Dilihat dari aspek lingkungan PLTA merupakan

pembangkit listrik yang relatif bersih dibandingkan

PLTU, PLTG, PLTGU, PLTD. Hal ini disebabkan

PLTA hanya mengkonversi energi air menjadi energi

gerak untuk memutar turbin sehingga menghasilkan

tenaga listrik.

5. Pengaruh pembangunan PLTA Muara Juloi terhadap

kelistrikan Kalimantan Tengah ialah terpenuhinya

kekurangan energi listrik yang terjadi pada beberapa

tahun terakhir. Sedangkan dengan adanya PLTA ini

biaya produksi energy listrik yang semula Rp.2.610 menjadi Rp.2l1,11 dengan pergantian jenis

pembangkit, yaitu dari PLTD menjadi PLTA.

5.2 Saran

1. Perlunya segera dilakukan upaya-upaya efisiensi

dalam penyediaan tenaga listrik di Kalimantan

Tengah seperti salah satunya PLTA Muara Juloi di

Kabupaten Murung Raya agar dapat membantu

menekan biaya pokok penyediaan tenaga listrik dan

mencapai tingkat keuangan yang diinginkan.

2. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik sehingga

didapatkan alternatif untuk diversifikasi dan

mendapatkan harga energi yang lebih kompetitif

untuk jangka panjang.

3. Strategi pembangunan pembangkit di kalimantan

Tengah haruslah mengutamakan pembangkit yang

memanfaatkan energi dengan efisien, ekonomis,

serta ramah lingkungan.

DAFTAR PUSTAKA

1. Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi Listrik,

Erlangga. 2005. 2. Kadir, Abdul, 1995. Energi: Sumber Daya,

Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi Ekonomi,

Universitas Indonesia, Jakarta.

3. Mahmudsyah, Syarifuddin, Ir. M.Eng., Kenaikan

Harga BBM dan Problematikanya, Serta

Diversivikasi Energi Menghadapi Era

Pengurangan Subsidi BBM, Seminar, ITS-

Surabaya, 24 April 2002

Page 8: Studi Pembangunan Plta Muara Juloi 284 Mw Kabupaten Murung Raya Untuk Mengatasi Krisis Listrik Di Kalimantan Tengah

Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 8

4. Muslim, Supari, Pembangkit Tenaga Listrik,

Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,

2008.

5. …..,Sumber daya air untuk listrik di Kalimantan

Tengah, URL:http:// freevynou.blogspot.com

6. .......,Indeks Pembangunan Manusia Provinsi

Kalimantan Tengah tahun 2008, Badan Pusat

Statistik Provinsi Kalimantan Tengah, 2008.

7. ......,2009. Statistik PLN, URL:http://www.pln.co.id 8. ......,2009. Pemerintah Provinsi Kalimantan

Tengah, URL: http://www.kalteng.go.id

9. ......,2009. Pemerintah Kabupaten Murung Raya,

URL: http://www.kabmurungraya.go.id

10. ......,2009. Rencana Penyediaan Tenaga Listrik

(RPTL) 2010-2019, PT. PLN (Persero) Wilayah

Kalselteng, 2009.

11. ......,2010. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga

Listrik (RUPTL) 2010-2019, PT. PLN (Persero),

2010.

BIOGRAFI PENULIS

Penulis dilahirkan di Sidoarjo - Jawa

Timur pada 13 Nopember 1987

dengan nama lengkap Robi Fajerin

Darmawan, dilahirkan sebagai putra

ketiga dari tiga bersaudara oleh

pasangan M. Sudarmadji dan

Siswati yang bertempat tinggal di

Sidoarjo, Jawa Timur.

Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga, Fakultas

Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepeluh Nopember

Surabaya dengan NRP : 2206 100 045