studi pembangunan plta muara juloi 284 mw kabupaten murung raya untuk mengatasi krisis listrik di...
DESCRIPTION
studi plta muaraTRANSCRIPT
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 1
STUDI PEMBANGUNAN PLTA MUARA JULOI 284 MW KABUPATEN
MURUNG RAYA UNTUK MENGATASI KRISIS LISTRIK DI
KALIMANTAN TENGAH
Robi Fajerin Darmawan
Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya – 60111
Email : [email protected]
Abstrak : Kebutuhan akan energi listrik sudah menjadi
bagian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-
hari. Seiring dengan pesatnya pertumbuhan di bidang
perekonomian, teknologi, industri dan informasi maka
kebutuhan energi listrik di Indonesia semakin meningkat.
Hal ini tentu harus diimbangi dengan ketersediaan
pasokan tenaga listrik yang mencukupi. Pada kenyataannya penyediaan tenaga listrik di Indonesia
dirasakan masih belum cukup, hal ini terbukti masih
sering terjadinya pemadaman listrik secara bergilir
hampir di seluruh wilayah Indonesia. Kebutuhan akan sarana dan prasarana guna
menampung debit air hujan di Kalimantan Tengah sangat
penting. Hal ini dapat mengurangi bencana banjir yang
sering melanda sekitar daerah aliran sungai yang ada di
Kalimantan Tengah. Pada Tugas Akhir ini akan
membahas pembangunan PLTA Muara Juloi 284 MW
dengan parameter yang akan dianalisis antara lain adalah aspek teknis, ekonomi, sosial, lingkungan dan
ketersediaan energi. Sehingga kebutuhan energi listrik di
Kalimantan Tengah dapat terpenuhi dengan baik serta
dapat membantu pemerintah daerah guna menanggulangi
banjir.
Kata kunci : Banjir, PLTA Muara Juloi, techno-
economic-environment.
1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Energi listrik merupakan salah satu komoditas yang sangat penting dan terus berkembang di era
globalisasi. Tidak hanya sebagai pendorong
pembangunan daerah dalam mewujudkan kesejahteraan,
namun juga sebagai salah satu pendorong perekonomian
Indonesia. Pertumbuhan kebutuhan tenaga listrik yang
tinggi, tidak diimbangi oleh pengembangan di sisi
penyediaan tenaga listrik. Hal ini mengakibatkan
ketidakseimbangan antara pasokan dan kebutuhan listrik.
Di berbagai wilayah Indonesia masih banyak
daerah yang mengalami krisis daya terutama daerah-
daerah yang jauh dari pusat pemerintahan. Khusus di wilayah Kalimantan Tengah dimana kondisi krisis daya
dan tingginya biaya produksi menjadi kendala utama
yang perlu segera dicari solusinya. Kalimantan Tengah
merupakan wilayah yang memiliki tingkat pertumbuhan
beban yang tinggi dengan rasio elektrifikasi sebesar (56,2
%) dan persentase desa berlistrik sebesar (37,83 %).
Berdasarkan data tersebut Kalimantan Tengah mampu
mengindikasikan besarnya peluang sekaligus tantangan
investasi di sektor ketenagalistrikan.
Krisis energi listrik berkepanjangan yang melanda
sistem interkoneksi Kalimantan Selatan – Kalimantan
Tengah (Kalselteng) sampai saat ini mengalami defisit
hingga 35 megawatt (MW). Salah satu kabupaten di
Kalselteng yang mengalami masalah tersebut adalah
Kabupaten Murung Raya. Pemadaman bergilir tercatat
rutin terjadi di Kabupaten Murung Raya. Hal ini tentunya sangat merugikan masyarakat dan para investor yang
telah ada maupun yang akan berinvestasi di Kabupaten
Murung Raya. Oleh karena itu, masalah penyediaan
pasokan listrik merupakan hal penting yang harus
dipecahkan oleh PT. PLN (Persero) Distributor
Kalselteng, pemerintah daerah serta masyarakat
Kabupaten Murung Raya.
PT. PLN (Persero) juga harus berusaha untuk
mengurangi pemakaian bahan bakar minyak untuk
pembangkit yang ada, yaitu dengan mulai menggalakkan
penggunaan potensi selain bahan bakar minyak untuk proses pembangkitan seperti air, batu bara, maupun panas
bumi. Hal ini disebabkan karena penggunan bahan bakar
minyak dirasa sudah tidak ekonomis lagi, karena
harganya yang terus mengalami kenaikan.
Kebijakan pemerintah dalam diversifikasi dan
konservasi energi mendorong kita untuk melakukan studi
tentang ketenagalistrikan pada PLTA Muara Juloi 284
MW di Kabupaten Murung Raya demi memenuhi
kebutuhan listrik di wilayah Kalselteng khususnya
Kabupaten Murung Raya. Dengan adanya Pembangunan
PLTA Muara Juloi 284 MW di Kabupaten Murung Raya,
diharapkan dapat mengatasi pertambahan beban di Kabupaten tersebut dan wilayah sekitarnya. Selain itu
diharapkan waduk yang ada dapat untuk menampung
debit air yang berlebihan di Kabupaten Murung Raya dan
sepanjang aliran sungai Muara Juloi sehingga dapat
mencegah bencana banjir.
2. TEORI PENUNJANG
2.1 Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA)
Pembangkit Listrik Tenaga Air merupakan suatu
pembangkitan energi listrik dengan mengubah energi
potensial air menjadi energi mekanik oleh turbin dan diubah lagi oleh generator menjadi energi listrik dengan
memanfaatkan ketinggian dan kecepatan aliran air.
2.2 Proses Produksi Pembangkit Listrik Tenaga Air
Cara kerja Pembangkit ini adalah dengan
menggerakkan turbin-turbin sebagai alat merubah enegi
mekanik menjadi energi listrik. Selama tingkat
penggerakan turbin-turbin, aliran air dari tempat yang
tinggi masuk kedalam power house lalu kemudian masuk
ke kolam penampung bawah.
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 2
Gambar 2.5:
Alur Kerja Hydro Powerplant
Dasar-dasar pengaturan terdiri dari dua kolam,
satu pada lokasi yang tinggi dan lainnya pada lokasi yang
rendah dengan menempatkan turbin di bawah rumah
stasiun pembangkit di tengah-tengah. Air yang mengalir
dari kolam pada lokasi yang lebih tinggi dari rumah
pembangkit akan dialirkan ke kolam yang lebih rendah.
2.3 Metode Peramalan Kebutuhan Listrik
2.3.1 Regresi Linier Berganda
Dalam Metode Regresi diperlukan faktor yang
akan dijadikan acuan dalam perhitungan. Dalam peramalan kebutuhan energi listrik faktor-faktor yang
dipakai adalah sebagai berikut :
1. Energi terjual
2. Pertumbuhan jumlah pelanggan rumah tangga
3. Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang bisnis
4. Pertumbuhan jumlah pelanggan bidang industri
5. Pertumbuhan jumlah pelanggan publik
6. Pertumbuhan jumlah penduduk
7. Peningkatan PDRB suatu wilayah
2.3.2 Model Peramalan dengan DKL 3.01
Model yang digunakan dalam metode DKL 3.01
untuk menyusun perkiraan adalah model sektoral.
Perkiraan kebutuhan tenaga listrik model sektoral
digunakan untuk menyusun perkiraan kebutuhan tenaga
listrik pada tingkat wilayah/distribusi. Metodologi yang
digunakan pada model sektoral adalah metode gabungan
antara kecenderungan, ekonometri dan analitis. Pendekatan yang digunakan dalam menghitung
kebutuhan listrik adalah dengan mengelompokkan
pelanggan menjadi empat sektor yaitu :
1. Sektor Rumah Tangga
2. Sektor Bisnis
3. Sektor Publik
4. Sektor Industri
2.4 Ekonomi Pembangkit Tiap pembangkit listrik mempunyai harga energi
listrik yang berbeda-beda yang besarnya bervariasi tergantung pada biaya pembangunan, perawatan dan
biaya operasi dari pembangkit listrik tersebut.
Tinjauan opsi energi dari aspek ekonomi pada
pembahasan ini didasarkan atas biaya modal
pembangkitan yang dikeluarkan dalam pemanfaatan
energi alternatif menjadi energi listrik, yaitu biaya
pembangkitan dan harga energi. Metode perhitungan
yang digunakan adalah metoda perhitungan biaya
pembangkitan tahunan, terdiri dari tiga komponen biaya,
yaitu:
1. Biaya investasi modal (capital cost)
2. Biaya bahan bakar (fuel cost)
3. Biaya operasi dan perawatan (O&M cost)
2.5 Analisa Investasi Sebelum suatu pembangunan dilaksanakan perlu
dilakukan analisa dari investasi tersebut sehingga akan
diketahui kelayakan suatu pembangunan dilihat dari sisi
ekonomi investasi. Ada beberapa metode penilaian
pembangunan investasi, yaitu1:
A. Net Present Value (NPV)
Jika nilai NVP positif, maka investasi layak
dilaksanakan dan jika nilai NVP bernilai negatif investasi
tidak layak dilaksanakan.
B. Internal Rate of Return (IRR)
Pembangunan layak diterima apabila IRR lebih besar dari suku bunga di bank dan tidak layak
dilaksanakan apabila nilai IRR lebih kecil atau sama
dengan suku bunga.
C. Bennefit Cost Ratio
Benefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan
keuntungan selama setahun, yang dapat dicari
berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut.
Investasi
(tahun t)Bennefit BCR …………………..(2.59)
D. Payback Periode
Payback periode adalah lama waktu yang
dibutuhkan agar nilai investasi yang diinvestasikan dapat kembali dengan utuh.
CIF anual
Cost investment PP ………………………..(2.60)
3 . KONDISI KELISTRIKAN KALIMANTAN
TENGAH
Tabel 3.1: Pelanggan Tenaga Listrik Jenis
Pelanggan
Rumah
Tangga Industri Bisnis Publik Jumlah
1999 150.253 139 13.127 6.107 169.626
2000 163.975 126 13.894 5.801 183.796
2001 166.667 122 14.041 6.554 187.384
2002 173.908 119 14.600 6.599 195.226
2003 182.065 115 15.158 7.120 204.458
2004 280.366 132 14.905 9.397 304.800
2005 199.667 103 17.137 8.135 225.046
2006 207.241 107 18.200 8.740 234.288
2007 214.423 109 19.019 9.353 242.904
2008 216.585 144 19.398 9.578 245.705
2009 239.801 126 19.964 10.202 270.093
1 Westton, J. Fred, dan Copeland, Thomas E., Manajemen
Keuangan, Edisi Kedelapan, Alih Bahasa Jaka Wasana
dan Kirbrandoko, Penerbit Erlangga, Jakarta, 1992.
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 3
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa dari tahun ke
tahun jumlah pelanggan listrik di Kalimantan Tengah
terus mengalami kenaikan, hal ini disebabkan
bertambahnya jumlah penduduk di Kalimantan Tengah.
Kenaikan ini disebabkan oleh rumah tangga, gedung
perkantoran dan jalan-jalan yang memerlukan
penerangan. Berikut ini tabel jumlah tenaga listrik yang
terjual tahun 1999-2009 wilayah Kalimantan Tengah.
Tabel 3.2: Besar Tenaga Listrik Terjual pada
Pelanggan dan Kelompok Pelanggan di Kalimantan
Tengah Tahun 1999-2009 (GWh) Jenis
Pelanggan
Rumah
Tangga Industri Bisnis Publik Jumlah
1999 160,43 17,43 35,26 20,40 233,52
2000 190,55 14,76 43,32 21,76 270,40
2001 204,02 14,28 42,29 23,17 283,77
2002 203,23 14,61 43,71 24,09 285,64
2003 211,16 17,17 48,08 25,42 301,83
2004 254,67 47,19 65,82 65,28 402,36
2005 239,63 21,05 58,67 30,94 350,29
2006 257,49 20,58 66,99 34,49 379,55
2007 284,19 24,96 79,86 40,85 429,86
2008 307,73 20,61 91,47 43,83 463,64
2009 311,35 89,14 27,29 48,41 476,19
4. ANALISIS PEMBANGUNAN PLTA MUARA
JULOI 284 MW DI KABUPATEN MURUNG
RAYA
4.1 Kebutuhan Pelanggan Saat ini
Dari tahun ke tahun jumlah pelanggan dan
kebutuhan listrik di wilayah Kalimantan Tengah
mengalami peningkatan seperti pada Tabel 3.1 dan Tabel 3.2 diatas.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat
peningkatan jumlah pelanggan dari tahun ke tahun untuk
sektor rumah tangga sebesar 3,4% dan daya meningkat
menjadi 5,2%. Pada sektor industri jumlahnya meningkat
1,83% dan daya tersambung meningkat 14,3%. Pada
sektor bisnis jumlahnya meningkat 4,3 % dan daya
tersambung meningkat 6,7%. Pada sektor publik
jumlahnya meningkat 6,55% dan daya tersambung
meningkat 10,8%.
Dengan peningkatan beban puncak pada tahun
1999 sampai 2008 rata-rata sebesar 11,74% sedangkan daya mampu pembangkit yang ada hanya 60,72 MW.
4.2 Analisa Debit, Head dan Daya PLTA
Perencanaan pembangunan PLTA Muara Juloi
284 MW di Desa Muara Juloi dengan memanfaatkan
Sungai Juloi yang berasal dari sungai utama yaitu Sungai
Barito. Luas Daerah Aliran Sungai (DAS) sebesar 7.793
km2, rata-rata curah hujan tahunan sebesar 2600
mm/tahun dan debit air rata-rata sungai mencapai 605,9 3/sec. Sedangkan beda ketinggian yang diambil adalah
70m. Sehingga akan menghasilkan daya seperti
perhitungan berikut:
Dari data yang diperoleh yaitu:
Debit air (Q) = 517 m3/s (dibawah debit rerata)
Ketinggian (H) = 70 m
Gravitasi (g) = 9,81
Effisiensi (η) = 0,8
Maka akan diperoleh daya yang terbangkitkan dapat
dihitung menggunakan rumus 2.15:
P = Q x H x g x η
P = 517 x 70 x 9,81 x 0,8
P = 284.019 kW
P = 284 MW
Energi Listrik per tahun:
Energi Listrik = P x jam operasi x faktor
kapasitas
Energi Listrik = 284 x 8760 x 0,8
Energi Listrik = 1.990.272 MWh = 1.990,27 GWh / tahun
Untuk ukuran pipa yang digunakan dapat dihitung:
Luas pipa = Flowrate / Kecepatan
Bila diasumsikan kecepatan di pertahankan konstan pada
10 mph atau sama dengan 4,47 m/s maka dapat dihitung:
Luas pipa = 517 / 4,47
= 115,66 m2
Jari-jari Pipa = 4,29 m
Diameter Pipa = 8,58 m
Gambar 4.1: Turbine chart
Dengan menggunakan chart seperti diatas, dengan
parameter yang digunakan yaitu:
Flowrate (m3/s)
Head (m)
Maka dapat ditentukan bahwa pada PLTA Muara Juloi
284 MW dipakai turbin jenis Francis Turbine.
4.3 Peramalan Beban dengan Regresi Linier
Berganda
Tabel 4.1: Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per
Kelompok Pelanggan Kalimantan Tengah (GWh)
Tahun Rumah
Tangga Bisnis Industri Publik Total
2010 325,9 94,88 28,39 51,21 500,38
2011 340,46 100,63 29,49 54 524,58
2012 355,01 106,37 30,58 56,79 548,75
2013 369,56 112,12 31,68 59,6 572,96
2014 384,12 117,86 32,78 62,39 597,15
2015 398,67 123,61 33,87 65,19 621,34
2016 413,22 129,35 34,97 67,99 645,53
2017 427,78 135,09 36,06 70,78 669,71
2018 442,33 140,84 37,16 73,58 693,91
2019 456,88 146,58 38,25 76,38 718,09
2020 471,43 152,33 39,35 79,17 742,28
2021 485,99 158,07 40,45 81,97 766,48
2022 500,54 163,81 41,54 84,77 790,66
2023 515,09 169,56 42,64 87,57 814,86
2024 529,65 175,3 43,74 90,36 839,05
2025 544,2 181,05 44,83 93,16 863,24
2026 558,75 186,79 45,93 95,96 887,43
2027 573,31 192,54 47,02 98,75 911,62
2028 587,86 198,28 48,12 101,55 935,81
2029 602,41 204,02 49,22 104,35 960
2030 616,97 209,77 50,31 107,14 984,19
2031 631,52 215,51 51,41 109,94 1008,38
2032 646,07 221,26 52,5 112,74 1032,57
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 4
Tahun Rumah
Tangga Bisnis Industri Publik Total
2033 660,62 227 53,6 115,53 1056,76
2034 675,18 232,75 54,7 118,33 1080,95
2035 689,73 238,49 55,79 121,13 1105,14
4.4 Analisis Peramalan dengan Metode DKL 3.01
Tabel 4.2: Proyeksi Konsumsi Energi Listrik per
Kelompok Pelanggan Kalimantan Tengah (GWh)
Tahun Rumah
Tangga Bisnis Industri Publik Total
2010 396,44 89,19 27,29 53,53 566,45
2011 429,79 94,93 28,39 56,62 609,74
2012 464,37 100,68 29,49 59,71 654,26
2013 500,26 106,43 30,59 62,79 700,07
2014 537,31 112,18 31,69 65,89 747,08
2015 575,58 117,93 32,79 68,98 795,28
2016 615,16 123,68 33,88 72,08 844,79
2017 655,89 129,42 34,98 75,17 895,47
2018 697,93 135,16 36,07 78,26 947,43
2019 741,09 140,92 37,17 81,35 1000,54
2020 785,57 146,66 38,26 84,48 1054,95
2021 831,18 152,42 39,36 87,54 1110,49
2022 877,99 158,15 40,46 90,63 1167,24
2023 926,02 163,9 41,55 93,73 1225,20
2024 975,39 169,65 42,65 96,82 1284,52
2025 1025,97 175,39 43,75 99,91 1345,03
2026 1042,82 180,19 45,50 103,24 1371,76
2027 1084,18 185,78 46,71 106,37 1423,04
2028 1125,54 191,37 47,91 109,50 1474,33
2029 1166,89 196,96 49,12 112,63 1525,61
2030 1208,25 202,55 50,33 115,76 1576,89
2031 1249,61 208,14 51,53 118,89 1628,18
2032 1290,97 213,73 52,74 122,03 1679,46
2033 1332,33 219,31 53,94 125,16 1730,75
2034 1373,69 224,90 55,15 128,29 1782,03
2035 1415,04 230,49 56,36 131,42 1833,32
Tabel 4.3: Perbandingan Proyeksi Konsumsi Energi
Listrik Antara Regresi Linier Berganda, DKL 3.01
dan RPTL (GWh) Tahun Regresi DKL RPTL
2010 500,38 566,45 532
2011 524,58 609,74 538
2012 548,75 654,26 589
2013 572,96 700,07 644
2014 597,15 747,08 703
2015 621,34 795,28 769
2016 645,53 844,79 840
2017 669,71 895,47 915
2018 693,91 947,43 994
2019 718,09 1000,54 1078
2020 742,28 1054,95 1169
2021 766,48 1110,49 1192
2022 790,66 1167,24 1258
2023 814,86 1225,20 1324
2024 839,05 1284,52 1389
2025 863,24 1345,03 1455
2026 887,43 1371,76 1521
2027 911,62 1423,04 1587
2028 935,81 1474,33 1653
2029 959,99 1525,61 1718
2030 984,19 1576,89 1785
2031 1008,38 1628,18 1850
2032 1032,57 1679,46 1916
2033 1056,76 1730,75 1982
2034 1080,95 1782,03 2048
2035 1105,14 1833,32 2114
Dari hasil peramalan di atas pertumbuhan total
konsumsi energi listrik dengan menggunakan metode
regresi sebesar 2,24 %, sedangkan dengan menggunakan
metode DKL 3.01 pertumbuhan total konsumsi energi
listrik adalah 2,88 %. Sedangkan total konsumsi energi
listrik pada tahun 2035 dengan menggunakan metode
regresi sebesar 1105,14 Gwh dan dengan metode DKL
sebesar 1833,32 Gwh. Menurut perhitungan PT. PLN
(Persero) yaitu sebesar 2114 Gwh.
4.5 Neraca Daya Kalimantan Tengah
Dengan asumsi PLTA Muara Juloi 284 MW
Kabupaten Murung Raya selesai dibangunnya pada tahun
2011 maka secara otomatis neraca daya Kalimantan
Tengah juga mengalami perubahan, yaitu pada bagian
daya mampu mulai tahun 2011 seperti pada berikut ini.
Tabel 4.4: Proyeksi Neraca Daya Kalimantan Tengah
dengan Penambahan PLTA Muara Juloi 284 MW
Tahun
Daya
Mampu
(MW)
Beban
Puncak
(MW)
Selisih
(MW)
Reserve
Margin Keterangan
2009 60,72 51,29 9,43 1.183856 defisit
2010 60,72 52,09 8,63 1.165674 defisit
2011 284 52,88 231.12 5.370651 surplus
2012 284 53,68 230.32 5.290611 surplus
2013 284 54,47 229.53 5.213879 surplus
2014 284 55,27 228.73 5.138411 surplus
2015 284 56,07 227.93 5.065097 surplus
2016 284 56,86 227.14 4.994724 surplus
2017 284 57,66 226.34 4.925425 surplus
2018 284 58,46 225.54 4.858023 surplus
2019 284 59,25 224.75 4.793249 surplus
2020 284 60,05 223.95 4.729392 surplus
2021 284 60,84 223.16 4.667982 surplus
2022 284 61,64 222.36 4.607398 surplus
2023 284 62,44 221.56 4.548366 surplus
2024 284 63,23 220.77 4.491539 surplus
2025 284 64,03 219.97 4.435421 surplus
2026 284 64,83 219,18 4,381026 surplus
2027 284 65,62 218,38 4,327871 surplus
2028 284 66,42 217,58 4,275991 surplus
2029 284 67,21 216,79 4,225340 surplus
2030 284 68,01 215,99 4,175875 surplus
2031 284 68,81 215,19 4,127554 surplus
2032 284 69,60 214,39 4,080339 surplus
2033 284 70,39 213,60 4,034192 surplus
2034 284 71,19 212,81 3,989077 surplus
2035 284 71,99 212,01 3,944960 surplus
Pada tabel diatas yang dikatakan defisit oleh PLN adalah:
PuncakBeban
Mampu Daya Margin Reverse
Dimana:
Reserve Margin < 1,2 termasuk defisit
Reverse Margin > 1,2 termasuk surplus
4.6 Analisis Ekonomi Pembangkit Listrik
4.6.1 Perhitungan Biaya Pembangkitan Energi listrik
Pada pembangunan PLTA Muara Juloi 284 MW.
Maka diambil asumsi secara umum bahwa akan dibangun
PLTA dengan dengan kapasitas total 284 MW, dengan
faktor kapasitas 80 % dan memiliki umur pembangkit 25
tahun.
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 5
4.6.1.1 Perhitungan Biaya Modal Pembangkit
Perhitungan Biaya Pembangunan
Biaya pembangunan adalah sebesar:
kW
USD3
9
10 x 284
10 x 0,36
Capacity Installed
Cost Investment Capital nPembanguna Biaya
= 1268 US$ / kW
Perhitungan Jumlah Pembangkitan Tenaga
Listrik (kWh/Tahun)
Dengan daya terpasang 284 MW dan faktor
kapasitas 80 % maka Jumlah Pembangkitan Tenaga
Listrik (kWh/tahun)
= Daya Terpasang x Faktor Kapasitas x 8760
= 284 MW x 0,8 x 8760
= 1.990.272.000 kWh/tahun
Jadi biaya modal / Capital Cost (CC) adalah
sebagai berikut:
Listrik Tenaga Netoan PembangkitJumlah
CRF x Pembangkit kapasitasn x pembanguna Biaya Cost Capital
Untuk suku bunga i = 6 %
kWhcent / 1,411 kWh / USD01411,00001.990.272.
078,0000.2841268
xxCC
Untuk suku bunga i = 9 %
kWhcent / 1,845 kWh / USD01845,00001.990.272.
102,0000.2841268
xxCC
Untuk suku bunga i = 12 %
kWhcent / 2,297 kWh / USD02297,00001.990.272.
127,0000.2841268
xxCC
4.6.1.2 Perhitungan Biaya Operasi Dan Perawatan
Biaya operasi dan perawatan PLTA terdiri dari
beberapa komponen antara lain biaya operasional, biaya
pemeliharaan pembangkit listrik dan biaya pemeliharaan
lapangan, yang tertera pada tabel dibawah in :
Tabel 4.5: Biaya Operasi dan Pemeliharaan
Jenis Data Nilai
Operation cost/kWh 4,05 mills (0,4 cent)
Maintenance cost/kWh 2,62 mills (0,3 cent)
OM = 0,4 + 0,3
= 0,7 cent/kWh
4.6.2 Perhitungan Biaya Pembangkitan Total
Berdasarkan beberapa biaya diatas, maka
persamaan biaya pembangkitan total dalam
pembangkitan tahunan dapat dinyatakan sebagai berikut:
TC = CC + FC + OM
Tabel 4.6: Biaya Pembangkitan Energi Listrik
Perhitungan Suku Bunga
6 % 9 % 12%
Biaya Pembangunan (US$/kW) 1268 1268 1268
Umur Operasi (Tahun) 25 25 25
Kapasitas (MW) 284 284 284
Biaya Bahan Bakar (US$/kWh) 0 0 0
B. O & M (US$ / kWh) 0.007 0.007 0.007
Biaya Modal (US$ / kWh) 0.01411 0.01845 0.02297
Total Cost (US$ / kWh) 0.02111 0.02545 0.02997
Investasi (jutaUS$) 360 360 360
4.7 Analisa Investasi Pembangkit
4.7.1 Net Present Value
Metode Net Present Value (NPV) ini menghitung
jumlah nilai sekarang dengan menggunakan Discount
Rate tertentu dan kemudian membandingkannya dengan
investasi awal (Initial Invesment) dan selisihnya disebut
NPV. Apabila NPV tersebut positif, maka usulan
investasi tersebut diterima dan apabila negatif maka
usulan investasi tersebut ditolak. Setelah pembangkit beroperasi 25 tahun, maka NPV untuk suku bunga 6 %
ditunjukkan seperti berikut:
Tabel 4.7: Analisis NPV
Suku Bunga Harga Jual ( US$ / kWh )
0,07 0,08
6% 545.878.087 787.580.468
9% 211.152 824 396.872.568
12% -15.65.656 132.622.509
4.7.2 Internal Rate of Return (IRR)
Suatu usulan pembangunan investasi diterima jika
IRR lebih tinggi dari biaya modal/tingkat suku bunga, dan usulan pembangunan investasi ditolak jika IRR lebih
rendah atau sama dengan biaya modal/tingkat suku
bunga.
Tabel 4.8: Analisis IRR
Harga Listrik
(USD/Kw)
Internal Rate of Return %
i = 6 % i = 9 % i = 12 %
0,07 19 % 15 % 11 %
0,08 24 % 20 % 17 %
Dari hasil perhitungan internal rate of return dan
NPV, maka dapat dianalisis bahwa pembangunan ini
layak untuk dilaksanakan apabila :
Menggunakan suku bunga 6 % dengan harga listrik US$ 0.07/kWh atau lebih.
Menggunakan suku bunga 9 % dengan harga listrik US$ 0.07/kWh atau lebih.
Menggunakan suku bunga 12 % dengan harga
listrik US$ 0.08/kWh.
4.7.3 Bennefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio adalah persentase pertumbuhan
keuntungan selama setahun, yang dapat dicari
berdasarkan keuntungan pada tahun tersebut.
Tabel 4.9: Analisis BCR
Harga Listrik BCR ( % )
(USD/Kw) i = 6 % i = 9 % i = 12 %
0,07 0,20 0,17 0,14
0,08 0,25 0,22 0,19
4.7.4 Payback Periode
Payback periode adalah lama waktu yang
dibutuhkan agar nilai investasi yang dinvestasikan dapat
kembali dengan utuh.
Tabel 4.10: Analisis Payback Periode
Harga Listrik Payback Periode (Tahun)
(USD/Kw) i = 6 % i = 9 % i = 12 %
0,07 5 6 7
0,08 4 5 5
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 6
4.8 Perhitungan Daya Beli Masyarakat
Kemampuan konsumsi masyarakat akan energi
listrik sangat menentukan seberapa besar harga jual listrik
nantinya yang mampu dibayar. Biaya pembangkitan total
dengan tingkat suku bunga (i) akan menjadi acuan untuk
menentukan harga jual listrik. Besarnya biaya
pembangkit total akan dibandingkan dengan harga energi
listrik yang dapat dikonsumsi masyarakat. Untuk
mengetahui seberapa besar daya beli energi listrik masyarakat Kalimantan Tengah, digunakan data
kelistrikan dan kependudukan Propinsi Kalimantan
Tengah sebagai acuan dalam analisis.
Pengeluaran per kapita = Rp 624.790,00/kapita
Diasumsikan 1 rumah tangga ada 4 anggota
keluarga sehingga didapat :
Pengeluaran Rumah Tangga = 4 x Rp 624.790,00/kapita
= Rp 2.499.160,00
Sedangkan pengeluaran rumah tangga untuk
konsumsi energi listrik rata-rata adalah 10%. Maka
pengeluaran rumah tangga untuk energi listrik adalah Rp.
249.916,00. Dengan sambungan daya pelanggan pada 900 VA
maka dengan asumsi power faktor 0,8 didapat sambungan
daya dalam watt adalah :
900 VA x 0,8 = 0,72 kW
Dengan faktor beban 96,10 %, maka konsumsi listrik
dalam 1 bulan didapat :
kWh/bulan = 0,72 kWx30(hari)x24 (jam)xLoad Factor
= 0,72 kWx30(hari)x24(jam)x0,9610
= 498,18 kWh/bulan
Dengan biaya beban sebesar Rp. 20.000 (sesuai
Peraturan Mentri ESDM No: 07 tahun 2010 mengenai Tarif Dasar Listrik) dan tarif TDL rumah tangga untuk
wilayah Propinsi Kalimantan Tengah adalah 605 seperti
pada tabel dibawah :
Tabel 4.11: Harga Jual Listrik per Sektor
Maka didapat biaya sebesar = 498,18 kWh x Rp. 605
= Rp. 301.398,90
Dengan penjumlahan biaya beban sebesar Rp. 20.000 didapat total biaya sebesar Rp. 321.398,90. Maka
daya beli listrik rumah tangga diperoleh dari
perbandingan antara total biaya energi listrik dengan
pengeluaran untuk energi listrik, kemudian dikalikan
dengan rata-rata tarif dasar listrik di Propinsi Kalimantan
Tengah, maka:
kWh/ 470,44 Rp.605 Rp.321.398,90 Rp.
249.916,00 Rp.
Dengan harga pembangkitan total pada suku bunga:
- i = 6 % sebesar Rp. 211,10 /kWh
- i = 9 % sebesar Rp. 254,50 /kWh ataupun,
- i = 12 % sebesar Rp. 299,70 /kWh
Harga jual listrik PLTA Muara Juloi menunjukkan
masih di bawah daya beli masyarakat. Energi listrik
merupakan tolak ukur bagi perkembangan dan kemajuan
teknologi suatu daerah.
4.9 Analisis Aspek Sosial Kalimantan Tengah
Indeks pembangunan manusia merupakan
indikator strategis yang banyak digunakan untuk melihat
upaya dan kinerja program manusia secara menyeluruh
disuatu wilayah, sehingga dapat dilihat perkembangan
kesejahteraan penduduk di wilayah dari tahun ke tahun
dan perbandingan dengan wilayah lainnya. Dalam hal ini
IPM dianggap sebagai gambaran dari hasil program
pembangunan yang telah dilakukan beberapa tahun
sebelumnya.
Pada Tahun 2008 IPM di Kalimantan Tengah
mempunyai rata-rata 73.49 dan pengeluaran perkapita mencapai rata-rata 624.79. Dari acuan ini maka dapat
disusun bagan dari IPM dan pengeluaran perkapita di
Propinsi Kalimantan Tengah.
Tabel 4.12: Indeks Pembangunan Manusia di
Kalimantan Tengah Tahun 2008
No Kabupaten /
Kota
Pengeluaran per Kapita (Rp 1.000)
IPM Reduksi Shortfall
1 Kotawaringin Barat
621.20 72.14 0.68
2 Kotawaringin Timur
626.25 72.90 0.74
3 Kapuas 627.60 72.58 1.27
4 Barito Selatan 625.50 72.56 0.57
5 Barito Utara 622.80 74.12 0.68
6 Sukamara 626.30 70.65 0.67
7 Lamandau 628.62 71.54 2.19
8 Seruyan 620.20 71.62 0.64
9 Katingan 623.70 71.59 0.16
10 Pulang Pisau 626.60 70.10 0.76
11 Gunung Mas 622.40 72.40 0.45
12 Barito Timur 620.20 71.66 0.31
13 Murung Raya 627.50 71.62 0.06
14 Palangka Raya 631.00 77.47 1.77
Rata-Rata 624.79 73.49 0.37
4.10 Analisa Aspek Lingkungan
(Gambar 4.2: Grafik Emisi Gas dari Berbagai Jenis
Pembangkit
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 7
Dari gambar grafik diatas untuk pembangkit dengan
bahan bakar air tidak memiliki emisi. Jika Pembangunan
PLTA Muara Juloi 284 MW tidak menghasilkan karbon
kredit maka mendapat uang sebesar 0,5 cent/KWh.
Karena PLTA memiliki 0kg/KWh dengan ambang batas
rata-rata 728 kg/kWh, maka CDM yang di dapat adalah
sebagai berikut:
00,50
$005,0
5,0
5,0728
0728
Rp
US
cent
centCDM
4.11 Analisis Perhitungan Biaya Pokok Penyediaan
Biaya Pokok Penyediaan (BPP) di Propinsi
Kalimantan Tengah dihitung dengan merinci per pembangkit seperti pada tabel dibawah ini, dimana BPP
per pembangkit terlampir, maka perhitungannya sebagai
berikut :
Tabel 4.13: BPP di Kalteng Sebelum PLTA Muara
Juloi Masuk Pembangkit
Di Kalimantan Tengah PLTD Total
Kapasitas (MW) 60,72 60,72
BPP
(Rp/kWh) 2.610 2.610
Tabel 4.14: BPP di Kalteng Setelah PLTA Muara
Juloi Masuk Pembangkit
Di Kalimantan Tengah PLTA Total
Kapasitas (MW) 284 284
BPP
(Rp/kWh) 211,1 211,1
5. PENUTUP
5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil perhitungan dan analisis
yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain :
1. Dilihat dari kondisi eksisting ketenaga listrikan di
Kalimantan Tengah dapat disimpulkan mengalami
defisit 35 MW sehingga pembangkit yang ada
sekarang belum mampu untuk memenuhi kebutuhan
konsumsi ketenaga listrikan ditahun–tahun
mendatang. Sementara itu ketersediaan energi di
Kalimantan Tengah sangat melimpah terutama untuk
energi air yang mencapai 1300 MW. 2. Dilihat dari aspek teknis dengan jumlah debit air
sebesar 605,9 m3/sec dan ketinggian sebesar 70 meter
maka daya yang dapat dibangkitkan sebesar 284 MW.
Sedangkan dari segi peralatan dan bangunan, PLTA
ini tidak membutuhkan peralatan khusus karena
peralatan yang digunakan merupakan peralatan
standar PLTA pada umumnya.
3. Dengan peningkatan beban puncak pada tahun 1999
sampai 2009 rata-rata sebesar 11,74% sedangkan daya
mampu pembangkit yang ada hanya 60,72 MW. Dari
hasil peramalan baik dengan metode regresi dengan
maupun dengan metode DKL3.01 dapat diketahui bahwa kebutuhan akan energi listrik di Kalimantan
Tengah dalam jangka pendek yaitu sampai tahun 2025
terus mengalami peningkatan. Dengan penambahan
PLTA dengan kapasitas daya sebesar 284 MW maka
kebutuhan energi listrik di Kalimantan Tengah dapat
tercukupi.
4. a). Dilihat dari aspek ekonomi dengan total investasi
sebesar 3.6 trilliun rupiah dengan suku bunga 6%,
kemungkinan keuntungan akan didapat pada tahun ke
5 atau ke 6 setelah pembangkit ini beroperasi dengan
rata – rata keuntungan 0.20% per tahun. Dari perhitungan kelayakan investasi tampak bahwa pada
kombinasi suku bunga 6 %, 9 % dan 12 % dengan
harga jual listrik 0,07 US$/kWh maupun 0,08
US$/kWh, maka nilai NPV-nya positif, hal ini berarti
investasi untuk PLTA ini layak.
b). Dilihat dari aspek sosial Propinsi Kalimantan
Tengah mempunyai rata-rata IPM sebesar 73,49 dan
pengeluaran perkapita sebesar 624,79. Dari data-data
tersebut maka Propinsi Kalimantan Tengah berpotensi
untuk mengalami pembangunan di berbagai sektor
dan untuk mencapai peningkatan rasio elektrifikasi
maka harus dibangun pembangkit baru. c). Dilihat dari aspek lingkungan PLTA merupakan
pembangkit listrik yang relatif bersih dibandingkan
PLTU, PLTG, PLTGU, PLTD. Hal ini disebabkan
PLTA hanya mengkonversi energi air menjadi energi
gerak untuk memutar turbin sehingga menghasilkan
tenaga listrik.
5. Pengaruh pembangunan PLTA Muara Juloi terhadap
kelistrikan Kalimantan Tengah ialah terpenuhinya
kekurangan energi listrik yang terjadi pada beberapa
tahun terakhir. Sedangkan dengan adanya PLTA ini
biaya produksi energy listrik yang semula Rp.2.610 menjadi Rp.2l1,11 dengan pergantian jenis
pembangkit, yaitu dari PLTD menjadi PLTA.
5.2 Saran
1. Perlunya segera dilakukan upaya-upaya efisiensi
dalam penyediaan tenaga listrik di Kalimantan
Tengah seperti salah satunya PLTA Muara Juloi di
Kabupaten Murung Raya agar dapat membantu
menekan biaya pokok penyediaan tenaga listrik dan
mencapai tingkat keuangan yang diinginkan.
2. Perlunya penelitian lebih lanjut tentang pemanfaatan energi terbarukan untuk pembangkit listrik sehingga
didapatkan alternatif untuk diversifikasi dan
mendapatkan harga energi yang lebih kompetitif
untuk jangka panjang.
3. Strategi pembangunan pembangkit di kalimantan
Tengah haruslah mengutamakan pembangkit yang
memanfaatkan energi dengan efisien, ekonomis,
serta ramah lingkungan.
DAFTAR PUSTAKA
1. Marsudi, Djiteng, Pembangkitan Energi Listrik,
Erlangga. 2005. 2. Kadir, Abdul, 1995. Energi: Sumber Daya,
Inovasi, Tenaga Listrik dan Potensi Ekonomi,
Universitas Indonesia, Jakarta.
3. Mahmudsyah, Syarifuddin, Ir. M.Eng., Kenaikan
Harga BBM dan Problematikanya, Serta
Diversivikasi Energi Menghadapi Era
Pengurangan Subsidi BBM, Seminar, ITS-
Surabaya, 24 April 2002
Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI-ITS 8
4. Muslim, Supari, Pembangkit Tenaga Listrik,
Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah Kejuruan,
2008.
5. …..,Sumber daya air untuk listrik di Kalimantan
Tengah, URL:http:// freevynou.blogspot.com
6. .......,Indeks Pembangunan Manusia Provinsi
Kalimantan Tengah tahun 2008, Badan Pusat
Statistik Provinsi Kalimantan Tengah, 2008.
7. ......,2009. Statistik PLN, URL:http://www.pln.co.id 8. ......,2009. Pemerintah Provinsi Kalimantan
Tengah, URL: http://www.kalteng.go.id
9. ......,2009. Pemerintah Kabupaten Murung Raya,
URL: http://www.kabmurungraya.go.id
10. ......,2009. Rencana Penyediaan Tenaga Listrik
(RPTL) 2010-2019, PT. PLN (Persero) Wilayah
Kalselteng, 2009.
11. ......,2010. Rencana Usaha Penyediaan Tenaga
Listrik (RUPTL) 2010-2019, PT. PLN (Persero),
2010.
BIOGRAFI PENULIS
Penulis dilahirkan di Sidoarjo - Jawa
Timur pada 13 Nopember 1987
dengan nama lengkap Robi Fajerin
Darmawan, dilahirkan sebagai putra
ketiga dari tiga bersaudara oleh
pasangan M. Sudarmadji dan
Siswati yang bertempat tinggal di
Sidoarjo, Jawa Timur.
Penulis terdaftar sebagai mahasiswa Jurusan Teknik Elektro, Bidang Studi Teknik Sistem Tenaga, Fakultas
Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepeluh Nopember
Surabaya dengan NRP : 2206 100 045