studi keberadaan dan peran ekologi mamalia di hutan ...digilib.unila.ac.id/33585/3/skripsi tanpa bab...

50
STUDI KEBERADAAN DAN PERAN EKOLOGI MAMALIA DI HUTAN PENDIDIKAN, TAMAN HUTAN RAYA WAN ABDUL RACHMAN (Skripsi) Oleh GUSTIAN ZULKARNAIN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2018

Upload: others

Post on 02-Nov-2019

73 views

Category:

Documents


4 download

TRANSCRIPT

STUDI KEBERADAAN DAN PERAN EKOLOGI MAMALIA

DI HUTAN PENDIDIKAN, TAMAN HUTAN RAYA

WAN ABDUL RACHMAN

(Skripsi)

Oleh

GUSTIAN ZULKARNAIN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

ABSTRAK

STUDI KEBERADAAN DAN PERAN EKOLOGI MAMALIA

DI HUTAN PENDIDIKAN, TAMAN HUTAN RAYA

WAN ABDUL RACHMAN

Oleh

Gustian Zulkarnain

Mamalia berperan penting dalam rantai makanan dan jaring makanan untuk

mendukung ekosistem di kawasan konservasi. Tujuan dari penelitian ini adalah

untuk mengetahui keberadaan mamalia dan peran ekologi mamalia di Hutan

Pendidikan, Tahura WAR. Metode yang digunakan dalam penelitian yaitu

metode observasi dan wawancara. Hasil penelitian menunjukkan ditemukan 7

spesies mamalia dari 6 famili. Spesies mamalia yang ditemukan, yaitu: tupai

(Tupaia sp.), beruang madu (Helarctos malayanus), babi hutan (Sus scrofa),

monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), siamang (Hylobates syndactylus),

napu (Tragulus napu), dan beruk (Macaca nemestrina). Tanda-tanda keberadaan

mamalia ditemukan secara langsung maupun secara tidak langsung. perjumpaan

secara langsung ditandai dengan ditemukannya mamalia secara langsung,

sedangkan perjummpaan secara tidak langsung ditandai dengan ditemukannya

jejak kaki, kotoran, dan suara. Mamalia berperan sebagai pemencar biji, biji yang

dipencarkan ada yang secara langsung dan tidak langsung. Biji yang dipencarkan

Gustian Zulkarnain

langsung yaitu biji yang tidak tertelan dan langsung jatuh, sedangkan biji yang

dipencarkan tidak langsung yaitu biji yang dimakan lalu masuk kedalam perut,

tidak hancur di dalam perut lalu keluar bersama feses. Perlu dilakukan penelitian

lanjutan mengenai penelitian mamalia nokturnal dan penelitian dengan

menggunakan kamera trap untuk mengetahui lebih banyak spesies mamalia yang

terdapat di Hutan Pendidikan, Tahura WAR.

Kata Kunci : hutan pendidikan, keberadaan mamalia, mamalia, peran ekologi

ABSTRACT

STUDY OF EXISTENCE AND ROLE OF MAMALIAN ECOLOGY

IN EDUCATION FOREST, TAMAN HUTAN RAYA

WAN ABDUL RACHMAN

By

Gustian Zulkarnain

Mammals play an important role in the food chain and food webs to support the

ecosystem in conservation areas. The purpose of this study is to determine the

existence of mammals and the role of mammalian ecology in the Education

Forest, Tahura WAR. The method used in the study is observation and interview

methods. The results of the study showed 7 mammal species from 6 families.

Mammalian species found, namely: squirrels (Tupaia sp.), sun bears (Helarctos

malayanus), wild pigs (Sus scrofa), long-tailed monkeys (Macaca fascicularis),

gibbon (Hylobates syndactylus), napu (Tragulus napu), and beruk (Macaca

nemestrina). Signs of the presence of mammals were found directly or indirectly.

Direct meeting marked by the discovery of mammals directly, while the indirect

meeting indicated by the discovery of footprints, dirt, and sound. Mammals act as

seed dispersers, there are directly and indirectly seed dispersers. Directly

dispersed are seeds that are not swallowed and fall immediately, while seeds that

are indirectly dispersed are seeds that are eaten and then enter the stomach, not

Gustian Zulkarnain

crushed in the stomach and out with feces. Further research is needed on the

research of nocturnal mammals and research using camera traps to find out more

mammal species found in the Education Forest, Tahura WAR.

Keywords : education forest, mammals, the presence of mammals, the role of

ecology

STUDI KEBERADAAN DAN PERAN EKOLOGI MAMALIA

DI HUTAN PENDIDIKAN, TAMAN HUTAN RAYA

WAN ABDUL RACHMAN

Oleh

GUSTIAN ZULKARNAIN

Skripsi

Sebagai Salah Satu Untuk Mencapai Gelar

SARJANA KEHUTANAN

Pada

Jurusan Kehutanan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2018

RIWAYAT HIDUP

Dengan Rahmat Allah SWT penulis dilahirkan di

Ragom Mufakat 2 Kecamatan Kalianda, Kabupaten

Lampung Selatan pada tanggal 03 Agustus 1996.

Merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan

Bapak Bambang Iriyanto dan IbuVony Widiaty. Penulis

mengawali Pendidikan di Taman Kanak-kanak (TK) di

TK Pembina dan selesai pada tahun 2002, selanjutnya penulis menyelesaikan

Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 1 Way Urang pada tahun 2008, Sekolah

Menengah Pertama (SMP) di SMP Negeri 1 Kalianda Kabupaten Lampung

Selatan diselesaikan pada tahun 2011 dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di

SMA Negeri 1 Kalianda pada tahun 2014. Tahun 2014 penulis melanjutkan

pendidikan di Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung

melalui jalur Ujian Mandiri Masuk Perguruan Tinggi Negeri (UMPTN).

Selama kuliah penulis telah melaksanakan Kuliah Kerja Nyata (KKN) Tematik di

Desa Tawang Negeri Kecamatan Pubian Kabupaten Lampung Tengah pada bulan

Januari hingga Februari 2017. Bulan Juli hingga Agustus 2017 penulis

melaksanakan Praktik Umum (PU) di Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH)

Pekalongan Barat Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah. Pada Tahun 2015,

penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Ilmu Tanah Hutan.

Untuk Ibu Dan Ayah Serta Kedua Saudari-Saudariku Tersayang

SANWACANA

Assalamu ‘alaikum war. wab.

Puji syukur Kehadirat Allah SWT, shalawat teriring salam kepada junjungan Nabi

Besar Muhammad SAW. Alhamdulillah, atas izin-Nya penulis dapat

menyelesaikan penelitian yang berjudul “Studi Keberadaan dan Peran Ekologi

Mamalia di Hutan Pendidikan, Taman Hutan Raya Wan Adul Rachman (Tahura

WAR)” skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana

Kehutanan pada Jurusan Kehutanan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, hal ini disebabkan

oleh keterbatasan yang ada pada penulis. Oleh karena itu, kritik dan saran yang

membangun sangat diharapkan guna langkah penulis selanjutnya yang lebih baik.

Namun terlepas dari keterbatasan tersebut, penulis mengharapkan skripsi ini akan

bermanfaat bagi pembaca.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan selesai tanpa bantuan dan

kemurahan hati dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan kali ini

perkenankanlah penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada.

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Irwan Sukri Banuwa, M.Si. selaku Dekan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung.

2. Ibu Dr. Melya Riniarti, S.P., M.Si. selaku Ketua Jurusan Kehutanan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung, terima kasih atas bantuan dan saran yang

telah diberikan hingga selesainya penulisan skripsi ini.

3. Bapak Dr. Ir. Gunardi Djoko Winarno, M.Si. selaku dosen pembimbing

pertama yang telah memberikan pengarahan, bimbingan, dan petunjuk kepada

penulis mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

terselesaikan.

4. Bapak Dr. Ir. Agus Setiawan, M.Si., IPM selaku dosen pembimbing kedua

yang telah memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk kepada penulis

mulai dari awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini

terselesaikan.

5. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. selaku pembahas yang telah

memberikan pengerahan bimbingan dan petunjuk kepada penulis mulai dari

awal penyusunan proposal penelitian sampai skripsi ini terselesaikan.

6. Bapak Drs. Afif Bintoro, M.P. selaku pembimbing akademik yang telah

memberikan pengarahan, bimbingan dan petunjuk mulai dari awal perkuliahan

sampai penulis menyelesaikan kuliah.

7. Teruntuk kedua orang tua penulis (Bambang Iriyanto, S.E. dan Vony Widiaty

Amd.) dan adik-adik tercinta atas tetes keringat, perjuangan, dan doa untuk

keberhasilan penulis. Terima kasih atas bimbingan, nasihat, teguran,

dukungan moril dan materil serta kasih sayang yang selalu membuat penuli

bersemangat.

8. Teruntuk sahabat-sahabat semasa sekolah (Chintia Leni Novaressa, Clara

Alverina Rusman, Amar Abyan, Fathia Jannah, Hentiyani Aluia P., Nur

Bagaskoro, Efi Efriani, dan Via Nandya S). Terima kasih atas segala

kebersamaan dan bantuan serta semangat yang selama ini telah diberikan.

9. Teruntuk sahabat-sahabat semasa kuliah (Ary Rahmadi, Meri Wulandari, Dion

Novandra, Zulfikri, dan Erlanda Okky Sanjaya). Terima kasih atas segala

kebersamaan dan bantuan serta semangat yang selama ini telah diberikan.

10. Teruntuk keluarga besar Kehutanan 2014 “ Lugosyl”. Terima kasih atas

segala kebersamaan yang telah dilalui.

Semoga Allah SWT membalas segala kebaikan mereka semua yang telah

diberikan kepada penulis. Penulis berharap kritik dan saran yang membangun

untuk kesempurnaan skripsi ini. Mudah-mudahan skripsi ini dapat bermanfaat

bagi para pembaca.

Wassalamu ‘alaikum war. wab.

Bandar Lampung, Agustus 2018

Gustian Zulkarnain

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL .................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR .............................................................................. vii

I. PENDAHULUAN ............................................................................ 1

1.1. Latar Belakang ......................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ................................................................... 2

1.3. Tujuan Penelitian ..................................................................... 3

1.4. Manfaat Penelitian ................................................................... 3

1.5. Kerangka Pemekiran ................................................................ 3

II. TINJAUAN PUSTAKA ................................................................. 7

2.1. Mamalia .................................................................................... 7

2.1.1. Klasifikasi Mamalia ..................................................... 7

2.1.2. Habitat Mamalia .......................................................... 11

2.1.3. Aktivitas Mamalia ....................................................... 13

2.2. Keberadaan Mamalia ............................................................... 14

2.3. Peran Ekologi Mamalia ........................................................... 15

2.4. Jejak Satwa .............................................................................. 16

2.5. Hutan Pendidikan .................................................................... 17

III. METODELOGI PENELITIAN .................................................... 19

3.1. Lokasi Penelitian ..................................................................... 19

3.2. Alat dan Objek Penelitian ........................................................ 20

3.3. Batasan Penelitian ................................................................... 20

3.4. Jenis Data ................................................................................. 20

3.4.1. Data Primer .................................................................. 20

3.4.2. Data Sekunder ............................................................... 21

3.5. Metode Pengambilan Sampel .................................................. 21

3.6. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 21

3.6.1. Metode Observasi ........................................................ 22

3.6.2. Metode Wawancara ..................................................... 22

3.6.3. Studi Literatur .............................................................. 23

3.7. Analisis Data ............................................................................ 23

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ....................................................... 24

4.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ........................................ 24

4.1.1. Status Hutan Pendidikan .............................................. 24

4.1.2. Kondisi Biologi ............................................................ 24

v

Halaman

4.1.3. Kondisi Topografi dan Tanah ...................................... 25

4.1.4. Hidrologi ...................................................................... 26

4.1.5. Tipe Iklim .................................................................... 26

4.1.6. Vegetasi ....................................................................... 27

4.1.7. Gambaran Umum Hutan Pendidikan ........................... 28

4.2. Luasan Tutupan Lahan ............................................................ 29

4.3. Jenis-Jenis Pohon Dominan ..................................................... 29

4.4. Kekayaan Jenis Mamalia ......................................................... 31

4.5. Status Perlindungan Mamalia .................................................. 32

4.6. Keberadaan Mamalia ............................................................... 34

4.6.1. Keberadaan Tupai ........................................................ 37

4.6.2. Keberadaan Beruang Madu ......................................... 38

4.6.3. Keberadaan Babi Hutan ............................................... 42

4.6.4. Keberadaan Monyet Ekor Panjang .............................. 44

4.6.5. Keberadaan Siamang ................................................... 48

4.7. Peran Ekologi Mamalia ........................................................... 49

4.7.1. Peran Ekologi Tupaiidae .............................................. 49

4.7.2. Peran Ekologi Ursidae ................................................. 51

4.7.3. Peran Ekologi Suidae ................................................... 52

4.7.4. Peran Ekologi Cercopithecidae .................................... 53

4.7.5. Peran Ekologi Hylobatidae .......................................... 54

V. SIMPULAN DAN SARAN ............................................................. 56

5.1. Simpulan .................................................................................. 56

5.2. Saran ........................................................................................ 57

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 58

LAMPIRAN ............................................................................................ 65

Gambar 8-11 ............................................................................................. 66

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Jenis-jenis Pohon Dominan di Hutan Pendidikan Tahura WAR .......... 30

2. Jenis Mamalia yang ditemukan di Hutan Pendidikan Tahura WAR ... 31

3. Keanearagaman Jenis dan Status Perlindungan Mamalia

di Hutan Pendidikan Tahura WAR ....................................................... 33

4. Kondisi Jejak Mamalia yang ditemukan di Hutan Pendidikan

Tahura WAR .......................................................................................... 47

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka pemikiran ............................................................................. 6

2. Peta lokasi penelitian ......................................................................... 19

3. Jenis mamalia yang ditemukan di Hutan Pendidikan, Tahura

WAR .................................................................................................... 35

4. Lokasi mencari makan di Hutan Pendidikan, Tahura WAR ................ 36

5. Buah pepaya sisa makan Tupai di Hutan Pendidikan, Tahura

WAR ................................................................................................... 37

6. Jejak kaki Beruang madu (Helarctos malayanus) di Hutan

Pendidikan, Tahura WAR .................................................................... 40

7. Jejak kaki babi hutan (Sus scrofa) di Hutan Pendidikan, Tahura

WAR .................................................................................................... 43

8. Pengamatan jejak di Hutan Pendidikan, Tahura WAR ........................ 66

9. Bekas babi hutan mencari makan ......................................................... 66

10. Jejak babi hutan di Hutan Pendidikan, Tahura WAR .......................... 67

11. Kegiatan pengamatan di jalur yang tersedia di Hutan Pendidikan

Tahura WAR ........................................................................................ 67

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mamalia tersebar hampir di seluruh dunia dan menempati tipe habitat yang

berbeda-beda, mulai dari kutub sampai khatulistiwa, mulai dari laut hingga

daratan (Lariman, 2010). Indonesia memiliki kekayaan sumber daya alam berupa

keanekaragaman hayati yang tinggi. Kekayaan flora dan faunanya sangat besar,

kekayaan fauna yang terdapat di Indonesia diantaranya adalah 1.531 spesies

burung, 511 spesies reptilia, 515 spesies mamalia, dan 270 spesies amphibian.

Terdapat 515 spesies mamalia di Indonesia (12% dari jenis mamalia yang ada di

dunia) (Departemen Kehutanan, 2005). Menurut Anwar et al., (1984) pulau

Sumatera terdapat tidak kurang dari 196 spesies mamalia.

Mamalia berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Mulai dari

mamalia kecil hingga mamalia besar mempunyai peranan dan fungsinya masing-

masing (Mustari et al., 2015). Selain itu mamalia memiliki peran penting dalam

jaring makanan dan rantai makanan dari setiap ekosistem dan memiliki peranan

yang sangat penting untuk mendukung ekosistem di kawasan konservasi.

Kawasan pelestarian alam adalah kawasan yang mempunyai fungsi perlindungan

sistem penyangga kehidupan, pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan

satwa, serta pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan

2

ekosistemnya. Tahura merupakan salah satu kawasan pelestarian alam yang

dimanfaatkan untuk kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan,

menunjang budidaya, budaya, rekreasi, dan pariwisata (Undang-Undang No. 5

Tahun 1990). Salah satu Tahura yang berada di Provinsi Lampung adalah Taman

Hutan Raya Wan Abdul Rachman (Tahura WAR). Kawasan Tahura WAR dibagi

menjadi blok-blok pengelolaan diantaranya blok koleksi tumbuhan yang

digunakan untuk koleksi tanaman asli dan tidak asli; blok perlindungan sebagai

tempat untuk melindungi tumbuhan, satwa, dan ekosistem; blok pemanfaatan

untuk kegiatan pendidikan, penelitian serta pengelolaan hutan bersama

masyarakat (UPTD Tahura WAR, 2009).

Sebelumnya sudah ada penelitian di Hutan Pendidikan, Tahura WAR yang

dilakukan oleh Wahyudi et al., (2014) tentang keanekaragaman jenis pohon di

Hutan Pendidikan, Tahura WAR. Namun, belum pernah ada penelitian

keberadaan dan peran ekologi mamalia di Hutan Pendidikan, Tahura WAR,

sehingga sangat penting untuk dilakukan karena akan memberikan informasi

kepada pengelola Tahura WAR untuk bahan pertimbangan dalam pengelolaan

program yang akan diterapkan.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah dari penelitian ini adalah

1. Bagaimana keberadaan mamalia yang terdapat di Hutan Pendidikan, Tahura

WAR ?

3

2. Bagaimana peran ekologi mamalia yang terdapat di Hutan Pendidikan, Tahura

WAR ?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian ini adalah

1. Mengetahui keberadaan mamalia yang terdapat di Hutan Pendidikan, Tahura

WAR.

2. Mengidentifikasi peran ekologi mamalia yang terdapat di Hutan Pendidikan,

Tahura WAR.

1.4 Manfaat Penelitian

Adanya penelitian ini diharapkan mampu untuk

1. Menambah informasi tentang keberadaan, satwa liar khususnya mamalia di

Hutan Pendidikan, Tahura WAR.

2. Menjadi acuan dan data dasar bagi perkembangan penelitian selanjutnya.

3. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam

pengelolaan program yang akan diterapkan di Hutan Pendidikan, Tahura

WAR.

1.5 Kerangka Pemikiran

Tahura WAR merupakan salah satu hutan konservasi yang memiliki fungsi

sebagai kawasan pelestarian alam untuk tujuan koleksi tumbuhan dan satwa yang

alami maupun buatan, jenis asli atau bukan asli, yang dimanfaatkan untuk

4

kepentingan penelitian, ilmu pengetahuan, pendidikan menunjang budidaya,

budaya, pariwisata dan rekreasi (Undang-undang No. 5 Tahun 1990). Tahura

WAR memiliki 3 fungsi pokok yaitu perlindungan sistem penyangga kehidupan,

pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya dan

pemanfaatan secara lestari sumber daya alam hayati dan ekosistemnya (Undang-

undang No. 5 Tahun 1990). Pulau Sumatera terdapat tidak kurang dari 196 jenis

mamalia (Anwar et al., 1984). Termasuk ada beberapa jenis pada Tahura WAR

yang terletak di Kota Bandar Lampung Provinsi Lampung.

Mamalia merupakan salah satu taksa yang memegang peran penting dalam

mempertahankan dan memelihara kelangsungan proses-proses ekologis yang

bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. Taksa mamalia merupakan taksa

satwa yang mempunyai resiko tinggi mengalami kepunahan (Kartono, 2015).

Keberadaan mamalia dalam suatu ekosistem sangat diperlukan karena mamalia

berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Mulai dari mamalia

yang berukuran kecil sampai mamalia besar mempunyai peranan dan fungsi

masing-masing serta saling berinteraksi baik terhadap habitatnya dan sesama atau

berbeda individu. Peranan mamalia antara lain sebagai penyubur tanah,

penyerbuk bunga, pemencar biji, serta pengendali hama secara ekologi (Mustari et

al., 2010).

Metode yang digunakan untuk pengumpulan data yaitu metode observasi, metode

wawancara dan studi literatur. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan

menggunakan analisis deskriptif kualitatif sehingga menghasilkan informasi

keberadaan mamalia dan peran ekologinya dalam ekosistem. Data yang

5

dihasilkan dari penelitian ini digunakan sebagai bahan pertimbangan pengelola

dalam pengelolaan program yang akan dilakukan di Tahura WAR. Secara

keseluruhan kerangka pemikiran dapat digambarkan seperti pada Gambar 1.

6

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

Fungsi Tahura WAR

Perlindungan

sistem penyangga

kehidupan

Pengawetan

keanekargaman jenis

tumbuhan dan satwa

beserta ekosistemnya

Pemanfaatan secara

lestari sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya

Observasi

Wawancara (Snow

ball)

Analisis Deskriptif Kualitatif

Keberadaan dan Peran

Ekologi Mamalia

Peran Ekologi

Mamalia

Keberadaan

Mamalia

Studi Literatur

Mamalia

Bahan pertimbangan dalam

pengelolaan program yang

akan diterapkan Tahura WAR

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Mamalia

Asal usul kelas Mamalia adalah dari bangsa reptil, muncul pada era Mesozoikum.

Mamalia telah menyebar disetiap relung ekologi di bumi dan ditemukan di laut,

sepanjang pantai, di danau, sungai, di bawah tanah, di atas tanah, di pohon dan

bahkan di udara. Daerah penyebaran mamalia mulai dari kutub sampai daerah

tropis, jumlah spesiesnya melebihi semua vertebrata terestrial lain hingga

mencapai ± 4060. Namun demikian jumlah ini dapat menyusut, apabila spesies

tidak didasarkan pada variasi geografis (Sukiya, 2001).

Mamalia merupakan salah satu taksa yang memegang peran penting dalam

mempertahankan dan memelihara kelangsungan proses-proses ekologis yang

bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia. Taksa mamalia merupakan taksa

satwa yang mempunyai resiko tinggi mengalami kepunahan (Kartono, 2015).

2.1.1 Klasifikasi Mamalia

Menurut Sukiya (2001) mamalia memiliki karakter struktural yang membedakan

dari kehidupan vertebrata lain. Ciri utama kelas mamalia adalah adanya kelenjar

susu, yang berfungsi sebagai sumber makanan untuk anaknya. Kelenjar lain yang

biasa ditemukan adalah kelenjar minyak (sebasea) dan kelenjar keringat

8

(sudofira). Rambut tumbuh selama periode tertentu dalam hidupnya, meskipun

berkurang atau tidak ada sama sekali pada stadium tua seperti pada paus.

Mamalia seperti halnya burung yang endotermis, karena memiliki mekanisme

internal pengontrol suhu tubuh. Mamalia adalah kelompok hewan yang memiliki

kelenjar susu dan melahirkan anaknya. Ciri fisik mamalia yang membedakannya

dengan kelompok hewan lain adalah adanya rambut, gigi heterodont, sel darah

merah tak berinti (Wilson et al., 1996).

Pada umumnya semua jenis mamalia memiliki rambut yang menututpi tubuhnya.

Jumlahnya berbeda-beda antara satu spesies dengan yang lain, ada spesies yang

seluruh tubuhnya ditutupi rambut di tempat tertentu pada bagian tubuhnya.

Mamalia merupakan hewan bersifat homoisterm atau sering disebut hewan

berdarah panas (Sunil dan Sucheta, 2013).

Karakteristik mamalia adalah sebagai berikut (Jasin, 1984):

1. Tubuh umumnya tertutup rambut, kulit berkelenjar.

2. Cranium dengan dengan dua occipital condyle, mulut umumnya bergigi.

3. Lubang telinga luar umumnya memiliki daun telinga yang kenyal, lidah

mudah di gerakkan, mata dengan pelupuk yang mudah digerakkan.

4. Mempunyai empat anggota gerak kecuali anggota golongan Cetacea.

5. Jantung dengan empat ruang.

6. Respirasi hanya dengan paru- paru.

7. Terdapat 12 pasang saraf kranialis.

8. Suhu tubuh endotermis (homoistermis).

9. Jantan dengan organ kopulasi (penis).

9

Berdasarkan ukurannya, mamalia dibagi menjadi mamalia kecil dan mamalia

besar. Menurut batasan International Biological Program, yang dimaksud

dengan mamalia kecil adalah jenis mamalia yang memiliki berat badan dewasa

yang kurang dari lima kilogram, sedangkan selebihnya termasuk ke dalam

kelompok mamalia besar (Suyanto dan Semiadi, 2004).

Mamalia dikelompokkan kedalam banyak Ordo diantaranya sebagai berikut

(Campbell, 2012):

1. Monotremata adalah mamalia berparuh dan bertelur, tidak memiliki putting

susu, dan menyedot susu dari bulu induknya, misalnya: platypus

(Ornithorynchus anatinus)/cungur bebek, echidna.

2. Marsupialia atau Diprotodontia adalah mamalia berkantung, perkembangan

embrionik diselesaikan dalam kantung marsupial, misalnya: kanguru

(Marcropus sp)

3. Artiodactyla adalah mamalia yang memiliki kuku dengan jumlah jari kaki

yang genap pada masing-masing kaki, herbivora, misalnya: domba peliharaan

(Ovis aries), rusa.

4. Carnivora adalah mamalia pemakan daging, memiliki gigi tajam, runcing dan

geraham untuk merobek, misalnya: harimau (Panthera sp), anjing, musang.

5. Cetacea adalah mamalia yang hidup di laut dengan badan berbentuk ikan,

kaki depan mirip dayung dan tidak ada tungkai belakang serta lapisan tebal

lemak sebagai insulasi, misalnya: ikan paus (Balaenoptera omurai), lumba-

lumba.

10

6. Chiroptera adalah mamalia yang memiliki kaki seperti sayap atau bersayap

tangan dengan selaput di antara ruas jari sampai ke belakang hingga tungkai

depan bagian belakang, misalnya: kelelawar (Pteropus vampeirus).

7. Edentata adalah mamalia yang memiliki geligi tereduksi atau tidak ada sama

sekali, misalnya: Armadillo, kukang.

8. Insectivora atau Soricomorpha adalah mamalia pemakan serangga, misalnya:

tikus cerurut (Crocidura mutina), landak.

9. Lagomorpha adalah mamalia yang memiliki gigi seri mamalia yang mirip

dengan ordo rodentia tetapi memiliki empat gigi seri atau lebih mirip pahat,

kaki belakang lebih panjang dibandingkan dengan kaki depan dan

diadaptasikan untuk berlari dan melompat, misalnya: Kelinci (Lepuhnigri

collis).

10. Perissodactyla adalah mamalia berkuku dan berjari kaki ganjil, herbivore,

misalnya: Kuda, zebra, tapir.

11. Primata adalah mamalia dengan ibu jari berhadapan dan yang memiliki

anggota gerak yang panjang, mata yang menghadap kedepan, korteks serebral

yang berkembang baik, omnivore, misalnya: monyet (Macaca mulatta),

lemur, orang utan.

12. Proboscidea adalah mamalia berotot dan badan panjang, misalnya: Gajah

(Elephantidae elephas).

13. Rodentia adalah mamalia pengerat yang memiliki gigi seri seperti pahat yang

tumbuh terus-menerus, misalnya: berang-berang (Castor sp), tikus mencit,

kelinci.

11

14. Sirenia adalah mamalia herbivora akuatik, memiliki tungkai mirip sirip, dan

tidak ada kaki belakang, misalnya: sapi laut/dugong (Dugong dugong).

15. Herbivora adalah mamalia pemakan tumbuhan, misalnya: sapi (Bos taurus).

16. Omnivora atau Artiodactyla adalah mamalia pemakan segala, misalnya: babi

hutan (Sus scrofa)

17. Polidota adalah mamalia berbisik dan tidak bergigi, misalnya: Tringgiling

(Manis javanica).

18. Dermoptera adalah mamalia bersayap kulit dengan sayap mirip pada

kelelawar, misalnya: Lemur (Cyanocephalus volans), Galeopithecus.

Berdasarkan jenis makanannya mamalia dapat dibedakan menjadi 3 tingkat trofik

yaitu herbivora, karnivora dan omnivora. Herbivora dibedakan menjadi pemakan

rumput (grazer), pemakan daun dan semak (browser) dan pemakan biji dan buah

(graminivora) (Alikodra, 2002). Berdasarkan hasil penelitian (Santosa et al.,

2008) diketahui bahwa terdapat 14 jenis mamalia yang termasuk herbivora, 5 jenis

karnivora, dan 3 jenis omnivora. Apabila digambarkan maka jumlah jenis

mamalia berdasarkan tingkat trofik ini akan membentuk suatu piramida.

2.1.2 Habitat Mamalia

Habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun

biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup

berkembangbiaknya satwaliar (Alikodra, 2002). Hutan merupakan habitat alami

yang terutama bagi begitu banyak jenis tumbuhan dan satwa. Perubahan habitat

dapat membawa dampak terhadap terciptanya suatu masalah. Kartono et al.,

12

(2003) menambahkan bahwa kerusakan habitat dapat menyebabkan penurunan

kekayaan jenis dan penurunan tersebut akan terlihat lebih jelas pada habitat

terisolasi yang berukuran kecil dibandingkan pada habitat tidak terisolasi yang

besar. Harmonis (2005) menyatakan bahwa kerusakan habitat melalui

perambahan hutan merupakan salah satu penyebab yang memungkinkan

terjadinya kerentanan kepunahan jenis satwaliar di Kalimantan Timur.

Kelas mamalia dapat dibedakan menjadi dua berdasarkan habitatnya, yakni

mamalia darat dan mamalia laut. Mamalia darat merupakan mamalia yang

sebagian besar aktivitasnya dilakukan di darat, sedangkan mamalia laut

melakukan aktivitasnya sebagian besar di laut. Contoh dari mamalia darat, yakni

monyet-ekor panjang, macan tutul, tikus, serta kuda. Mamalia laut, antara lain

pesut, dugong, dan paus (Jenkins, 2002).

Mamalia hidup pada berbagai tipe habitat, mulai dari habitat terestrial sampai

habitat akuatik, mamalia terestrial tersebar luas mulai dari kutub sampai ke

kawasan tropis (Wilson et al., 1996). Mamalia terestrial dapat menempati tipe

habitat yang beranekaragam, baik hutan maupun bukan hutan seperti kawasan

pertanian, perkebunan, gua dan padang rumput (Alikodra, 1990). Menurut

Alikodra (2002), habitat yang sesuai bagi satu jenis satwaliar belum tentu sesuai

untuk jenis lainnya. Hal ini disebabkan bahwa setiap jenis satwaliar menghendaki

kondisi habitat yang berbeda-beda .

Selain itu, dalam pemanfaatan strata tegakan hutan, mamalia diklasifikasikan

menjadi dua, yakni mamalia arboreal dan mamalia terestrial. Mamalia arboreal

merupakan jenis-jenis mamalia yang banyak menghabiskan waktu aktivitasnya

13

pada strata yang tinggi, sedangkan mamalia terestrial merupakan jenis-jenis

mamalia yang menghabiskan waktu aktivitasnya pada lantai hutan atau strata

terbawah. Jenis-jenis mamalia arboreal, antara lain monyet, kelelawar, bajing,

serta beberapa jenis dari suku Felidae, sedangkan jenis-jenis mamalia terestrial,

antara lain kijang, gajah, dan badak (Suyanto, 2002).

Kebanyakan jenis mamalia di Indonesia hidup di hutan hujan dipterocarpaceae

dengan agak lebih sedikit spesies di hutan rawa dan hutan kerangas. Banyak

spesies mampu bertahan hidup di habitat yang berubah-ubah, dan sering mudah

terlihat di hutan yang baru ditebang dan hutan sekunder bahkan perkebunan,

dimana vegetasinya lebih jarang (Payne et al., 2000).

Mamalia juga banyak menggunakan lahan pertanian sebagai habitat, sehingga

dapat menjadi hama pertanian karena mencari makan di lahan pertanian dan

berlindung di hutan-hutan sekitarnya (Alikodra, 1990). Kawasan pinggiran hutan

yang berbatasan dengan perkebunan atau lahan pertanian penduduk sering

mendukung berbagai spesies binatang dengan kepadatan yang relatif lebih tinggi

(Payne et al., 2000).

2.1.3 Aktivitas Mamalia

Pemanfaatan waktu aktivitas, hewan pada kelas Mamalia juga dibagi menjadi

mamalia diurnal dan mamalia nokturnal. Mamalia diurnal merupakan jenis-jenis

mamalia yang melakukan aktivitasnya pada pagi dan sore hari, seperti orangutan,

rusa, dan beberapa jenis bajing. Mamalia nokturnal merupakan jenis-jenis

mamalia yang melakukan aktivitasnya mulai menjelang malam hari hingga

14

menjelang pagi hari, seperti kelelawar, tenggalung malaya, serta musang. Selain

itu, terdapat juga jenis-jenis yang beraktivitas sepanjang hari seperti babi hutan

(Van Derlzon, 1979).

2.2 Keberadaan Mamalia

Penyebaran mamalia memiliki kecenderungan untuk dibatasi oleh penghalang-

penghalang fisik (sungai, tebing, dan gunung), serta penghalang ekologis (batas

tipe hutan dan adanya spesies saingan). Adanya penghalang-penghalang tersebut

menyebabkan mamalia menyesuaikan diri secara optimum dengan habitatnya.

Hal ini juga yang menyebabkan adanya satwa endemis pada habitat tertentu

(Alikodra, 1990).

Menurut Alikodra (2002), wilayah penyebaran dari banyak spesies mamalia masih

sedikit yang diketahui dan hampir semua koleksi mamalia baru yang ditemukan

khususnya di Asia Tenggara menunjukkan adanya batas penyebaran yang baru.

Perubahan yang dilakukan manusia terhadap habitat telah mengubah penyebaran

banyak spesies mamalia.

Fauna Sumatera sangat erat hubungannya dengan fauna yang terdapat di

Semenanjung Malaysia dengan relatif sedikit mamalia endemik, misalnya kelinci

Sumatera (Nesolagus netsheri). Sesuai dengan kondisi biogeografisnya, Pulau

Kalimantan (Mamalia endemik sebanyak 18 jenis) memiliki jenis-jenis satwaliar

endemik yang lebih tinggi daripada Pulau Sumatera (mamalia endemik sebanyak

10 jenis) (Anwar et al., 1984).

15

2.3 Peran Ekologi Mamalia

Mamalia memiliki peranan yang penting dalam kelestarian ekosistem hutan.

Suyanto (2002) menjelaskan peranan mamalia, antara lain sebagai penyubur

tanah, penyerbuk bunga, pemencar biji, serta pengendali hama secara biologi.

Selain peranannya secara ekologis, mamalia juga memiliki peranan dalam bidang

kesehatan, ekonomi serta estetika.

Mamalia berperan penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Mulai dari

mamalia yang berukuran kecil sampai mamalia besar mempunyai peranan dan

fungsi masing-masing serta saling berinteraksi baik terhadap habitatnya dan

sesama atau berbeda individu. Peranan mamalia antara lain sebagai penyubur

tanah, penyerbuk bunga, pemencar biji, serta pengendali hama secara ekologi

(Mustari et al., 2015).

Keberadaan mamalia besar memiliki peranan penting sebagai indikator kondisi

ekosistem. Lambeck (1997) menyatakan bahwa pada umumnya mamalia besar

merupakan kelompok hewan yang sensitif terhadap perubahan habitat seperti

akibat dari perubahan penggunaan lahan dan kebakaran hutan serta akibat

perubahan proses ekologi seperti perubahan iklim dan lain sebagainya.

Berdasarkan korelasi Pearson maka sebaran populasi babi hutan memiliki

hubungan positif yang sangat nyata dengan musang luwak, kukang jawa, lutung

budeng, dan surili, tetapi berhubungan negatif sangat nyata dengan monyet ekor

panjang. Populasi kijang muncak berhubungan negatif sangat nyata dengan

kukang jawa, lutung budeng dan monyet ekor panjang; sedangkan musang luwak

16

berhubungan berhubungan positif sangat nyata dengan kukang jawa dan surili

tetapi berhubungan negatif sangat nyata dengan monyet ekor panjang. Jenis

mamalia herbivora terestrial kukang jawa berhubungan negatif sangat nyata

dengan lutung budeng dan monyet ekor panjang. Lutung budeng memiliki

hubungan negatif nyata dengan monyet ekor panjang tetapi berhubungan positif

sangat nyata dengan surili, sedangkan monyet ekor panjang berhubungan negatif

(Kartono et al., 2009).

2.4 Jejak Satwa

Menurut Alikodra (1990) jejak merupakan salah satu indikator yang membuktikan

serta menandai adanya keberadaan dan pergerakan satwa liar dari satu tempat ke

tempat yang lain. Semua hewan hidup dengan berbagai tanda yang

diperlihatkannya, misalnya dalam bentuk jejak kaki, feses, serpihan kulit, bagian

tubuh, tulang, gigi, sisa makanan, sarang dan sebagainya. Diantara semuanya itu

salah satu hal yang paling mudah diamati adalah jejak atau cetakan kaki dari

hewan tersebut. Cetakan kaki merupakan bekas kaki pada suatu substrat yang

ditinggalkan oleh suatu hewan, sedangkan jejak merupakan kumpulan dari

cetakan kaki dari satwa liar yang ditinggalkan oleh suatu jenis hewan liar di atas

permukaan tanah. Cetakan kaki ataupun jejak ini merupakan tanda khusus yang

dapat ditinggalkan oleh suatu jenis hewan liar (Payne, 1985).

Jejak kaki dapat memberikan informasi mengenai jenis kelamin dan struktur kelas

umur Rusa Sambar. Bentuk jejak kaki yang khas dapat membedakan antara

individu jantan dan betina. Dilihat dari dimensinya terutama panjang, dapat

17

dibedakan struktur rusa sambar berdasarkan kelas umur yaitu individu dewasa,

remaja, muda dan anak. Caranya dengan menggunakan interval-interval selang

kepercayaan masing-masing kelas umur yang telah teridentifikasi, kemungkinan

dapat langsung dibedakan kelas umur dengan langsung mengukur jejak kaki yang

ditemukan di alam bebas (Suba et al., 2010).

Melacak jejak merupakan salah satu metoda lapangan yang sangat berguna dalam

menentukan jenis hewan yang terdapat pada suatu areal lokasi yang diamati.

Banyak hal yang dapat diambil sebagai data dari mengamati jejak yang kita

temukan dilapangan. Data morfologi dan ekologi yang mungkin kita peroleh

dilapangan antara lain karakter berupa spesies, jenis kelamin, ukuran tubuh dan

berat, tipe jejak, kajian populasi yaitu bisa diketahui jumlah minimal individu

serta range, tingkah laku berupa tingkah laku makan, pola lintasan dan

sebagainya. Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi bentuk jejak adalah

substrat, waktu terbentuknya jejak, curah hujan, topografi daerah, kaki depan dan

kaki belakang dan aktifitas yang sedang dilakukannya (Alikodra, 1980).

2.5 Hutan Pendidikan

Hutan Pendikan merupakan wahana bagi masyarakat khususnya pelajar,

mahasiswa dan peneliti untuk mempelajari hutan dan hubungan timbal balik antar

komponen ekosistemnya. Beberapa hutan pendidikan di Indonesia biasanya

dikelola oleh Universitas, misalnya Hutan Pendidikan Gunung Walat (IPB) dan

Hutan Pendidikan Wanagama (UGM). Di Provinsi Lampung, Hutan Pendidikan

Konservasi Terpadu (HPKT) berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya Wan

18

Abdul Rachman (Tahura WAR). Hutan pendidikan ini merupakan wujud dari

perjanjian kerjasama antara Dinas Kehutanan Provinsi Lampung dengan Fakultas

Pertanian Universitas Lampung pada tahun 2009 (Dinas Kehutanan Provinsi

Lampung, 2009).

Hutan Pendidikan Wanagama I (HPW I) Fakultas Kehutanan UGM berdiri sejak

tahun 1964. Kawasan Hutan Wanagama merupakan tumpuan harapan bagi

banyak orang yang bermukim di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) dan

sekitarnya untuk kepentingan ekonomis ataupun kebutuhan akan jasa lingkungan

sebagai paru-paru kota dan sebagai media pembelajaran alamiah ataupun oleh

pemerintah daerah sebagai salah satu aset wisata alam bagi Daerah Istimewa

Yogyakarta (DIY). Mengingat banyaknya manfaat yang dapat diperoleh lewat

kehadiran kawasan hutan Wanagama ini, maka upaya mempertahannkan fungsi

dan peran kawasan ini harus terus dilakukan (Irwanto, 2006). Fungsi HPW I

sejak awal di samping sebgai hutan pendidikan dan tempat penelitian, karena

fungsi sebagai hutan percontohan untuk membangun daerah kritis dan hutan

rekreasi.

Wahyudi et al., (2014) menyatakan terdapat 60 spesies pohon yang tercakup

dalam 22 famili di Hutan Pendidikan, Tahura WAR. Pada sub blok lindung

spesies pohon yang mendominasi yaitu pada fase semai adalah spesies medang

seluang, fase pancang adalah spesies kenari. Sementara pada sub blok perhutanan

sosial spesies pohon yang mendominasi yaitu pada fase semai adalah spesies

durian, fase pancang adalah spesies karet, fase tiang adalah spesies karet, fase

pohon adalah durian.

III. METODELOGI PENELITIAN

3.1 Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Hutan Pendidikan Taman Hutan Raya Wan Abdul

Rachman (Tahura WAR). Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Maret

sampai April 2018. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

Gambar 2. Peta Lokasi Penelitian.

20

3.2 Alat dan Objek Penelitian

Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat tulis, binokuler, buku

panduan jejak kaki mamalia, kamera, Global Positioning System (GPS), software

Arc GIS, Google Earth, dan laptop. Objek yang digunakan pada penelitian ini

adalah mamalia diurnal yang terdapat di Hutan Pendidikan, Tahura WAR.

3.3 Batasan Penelitian

Batasan dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Jenis mamalia yang diamati pada penelitian ini yaitu jenis mamalia diurnal.

2. Survey berdasarkan ketersediaan jalur dan informasi yang didapatkan dari

masyarakat.

3. Masyarakat yang diwawancarai adalah masyarakat yang memiliki lahan

garapan di Hutan Pendidikan, Tahura WAR.

3.4 Jenis Data

3.4.1 Data Primer

Data primer merupakan data yang diperoleh secara langsung di lapangan yaitu

data mengenai keberadaan mamalia, jenis mamalia, waktu ditemukannya

mamalia, dan frekuensi bertemu mamalia berdasarkan hasil observasi dan

wawancara dengan masyarakat di Hutan Pendidikan, Tahura WAR.

21

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder merupakan data yang diperoleh atau dikumpulkan dari berbagai

sumber yang ada. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini meliputi

gambaran umum kawasan, karakteristik kawasan, peran ekologi mamalia dalam

ekosistem dan jenis-jenis pohon dominan Hutan Pendidikan, Tahura WAR. Data

sekunder diperoleh dan dikutip dari studi literature yaitu buku-buku ilmiah, UPTD

Tahura WAR.

3.5 Metode Pengambilan Sampel

Metode pengambilan sampel untuk semua tipe responden pada penelitian ini

menggunakan metode snowball sampling. Teknik snowball sampling adalah

suatu metode untuk mengidentifikasi, memilih dan mengambil sampel dalam

suatu jaringan atau rantai hubungan yang menerus dan merupakan suatu

pendekatan untuk menemukan infromasi-informasi kunci yang memiliki banyak

informasi (Neuman, 2003). Individu kunci yang dipilih adalah pengelola (PEH

atau polisi hutan ) dan masyarakat sekitar kawasan Tahura WAR karena akan

membantu memperoleh informasi untuk keperluan penelitian.

3.6 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah:

22

3.6.1 Metode Observasi

Merupakan teknik pengumpulan data, dimana peneliti melakukan pengamatan

secara langsung ke objek penelitian untuk melihat dari dekat kegiatan yang

dilakukan (Riduwan, 2004). Metode ini dibagi menjadi dua yaitu pengamatan

langsung dan pengamatan tidak langsung. Pengamatan langsung digunakan untuk

mencatat setiap perjumpaan langsung dengan mamalia, sedangkan pengamatan

tidak langsung digunakan untuk mencatat semua tanda bekas peninggalan

mamalia berupa jejak kaki, suara, dan feses.

Metode observasi ini dilakukan berdasarkan ketersediaan jalur yang terdapat di

Hutan Pendidikan, Tahura WAR. Panjang jalur pengamatan yaitu 12 km. Cara

pengamatan yaitu dengan melihat kanan dan kiri jalur pengamatan sejauh 5m,

ketika ada hal yang mencurigakan terkait aktivitas mamalia maka lokasi tersbut di

datangi untuk dilihat. Pengamatan suara dilakukan sejauh pendengaran yang

dapat didengar secara jelas dan pengamatan menggunakan penglihatan dilakukan

sejauh mata memandang dibantu menggunakan binokular.

3.6.2 Metode Wawancara

Metode wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi dengan cara bertanya

langsung kepada masyarakat yang memiliki lahan garapan di Hutan Pendidikan,

Tahura WAR.

23

3.6.3 Studi Literatur

Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data sekunder. Data sekunder

dibutuhkan meliputi gambaran umum kawasan, karakteristik kawasan, peran

ekologi mamalia dalam suatu ekosistem dan jenis-jenis pohon dominan di Hutan

Pendidikan, Tahura WAR.

3.7 Analisis Data

Analisis ini dilakukan untuk mengetahui keberadaan dan peran ekologi mamalia

di Hutan Pendidikan, Tahura WAR yang kemudian diuraikan secara deskriptif

berdasarkan data yang diperoleh. Analisis data dalam penelitian ini menggunakan

analisis deskriptif kualitatif. Menurut Winarta (2006) metode analisis deskriptif

kualitatif yaitu menganalisis, menggambarkan, dan meringkas berbagai kondisi,

situasi dari berbagai data yang dikumpulkan berupa hasil wawacara atau

pengamatan mengenai masalah yang diteliti yang terjadi di lapangan.

V. SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan penelitian Studi Keberadaan Mamalia dan Peran Ekologi Mamalia di

Hutan Pendidikan, Tahura WAR diperoleh simpulan.

1. Terdapat 7 spesies mamalia dan 6 famili yang berbeda. Spesies mamalia yang

ditemukan di Hutan Pendidikan, Tahura WAR adalah tupai (Tupaia sp),

beruang madu (Helarctos malayanus), babi hutan (Sus scrofa) monyet ekor

panjang (Macaca fascicularis), siamang (Hylobates syndactylus), napu

(Tragulus napu) dan beruk (Macaca nemestrina). Tanda-tanda keberadaan

mamalia ditemukan secara langsung maupun secara tidak langsung. Mamalia

banyak ditemukan di bagian hutan karena menyediakan sumber pakan, sarang

dan tempat berkembangbiak.

2. Mamalia berperan sebagai pemencar biji, biji yang dipencarkan ada yang

secara langsung maupun tidak langsung. Biji yang dipencarkan secara

langsung yaitu biji yang tidak tertelan dan langsung jatuh, sedangkan biji yang

dipencarkan secara tidak langsung adalah biji yang tertelan kedalam tubuh

mamalia yang tidak hancur kemudian keluar lagi bersama fesesnya. Selain

itu mamalia memiliki peran penting dalam rantai makanan dalam suatu

ekosistem, baik sebagai mangsa maupun pemangsa.

57

5.2 Saran

1. Diharapkan kepada masyarakat di sekitar Hutan Pendidikan, Tahura WAR

agar dapat bekerja sama dalam melindungi dan menjaga kelestarian hutan,

agar keberadaan mamalia di Hutan Pendidikan, Tahura WAR tetap terjaga,

sehingga anak cucu kita dapat menikmatinya.

2. Perlu dilakukan penelitian lanjutan yaitu mengenai penelitian mamalia

nokturnal dan penelitian dengan menggunakan kamera trap untuk mengetahui

lebih banyak spesies mamalia yang terdapat di Hutan Pendidikan, Tahura

WAR.

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA

Ahmar, A. 2018. Studi Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis) di

Hutan Adat Desa Rantau Ikil, Kecamatan Jujuhan, Kabupaten Bungo.

Skripsi. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi.

Jambi. 60 hlm.

Aldrich, B. 1980. “Long-Tailed Macaques” in Malayan Primates. Buku. Ten

Years Study in Tropical Rain Forest. By David J. Chievers. Plenum

press. New York. 147 hlm.

Alikodra, H. S. 1980. Dasar-Dasar Pembinaan Margasatwa. Buku. Fakultas

Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 250 hlm.

Alikodra, H. S. 1990. Pengelolaan Satwa Liar Jilid I. Buku. Fakultas

Kehutanan IPB. Bogor. 217 hlm.

Alikodra, H. S. 2002. Pengelolaan Satwaliar Jilid 2. Buku. Yayasan Penerbit

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor. Bogor. 363 hlm.

Animal Diversity. 1995. Nycticebus.Nyctycebus coucang.

http://Animaldiversity.Ummz.umich.Edu/accounts/nyticebus/n

coucang/narative.html. (21 Mei 2018).

Anwar, J., Damanik, S. J., Hisyam, N., dan Whitten A. J. 1984. Ekologi

Ekosistem Sumatera. Buku. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.

320 hlm.

Ario, A. 2010. Panduan Lapangan Kucing-Kucing Liar Indonesia. Buku.

Yayasan Obor Indonesia. Jakarta. 65 hlm.

Azhima, F. 2001. Pengendalian Babi Hutan, Hama Utama Bagi Kebun Karet di

Jambi. Buku. Seri Wanatani Jambi. Jambi. 98 hlm.

Biodivesity Warriors. 2014. Biodiversitywarriors.org/m/article.php?idj=115. (23

Mei 2018).

Bismark, M. 1984. Biologi dan Konservasi Primata di Indonesia. Buku.

Penerbit Fakultas Pascasarjana IPB. Bogor. 234 hlm.

59

Campbell. 2012. Buku Ajar Biologi. Buku. Penerbit Erlangga. Jakarta. 501

hlm.

Chandra, D. 2006. Analisis Habitat Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis

Raffles) di Bukit Banten Kelurahan Sidodai Kecamatan Kedaton Bandar

Lampung. Skripsi. Universitas Lampung. Bandar Lampung. 57 hlm.

Departemen Kehutanan. 2005. Rencana Strategis Kehutanan 2006-2025.

Buku. Departemen Kehutanan. Jakarta. 62 hlm.

Dinas Kehutanan provinsi Lampung. 2009. Buku Informasi Tahura. Buku.

Bandar Lampung. 38 hlm.

Dixon, A. F. 1981. The Natural History of The Gorilla. Buku. The New York

Columbia University Press. London. 202 hlm.

Eisnberg, J. 2008. The evolution of the reproductive unit in the class mamalia.

Journal of Zological. 1(9): 75-77.

Erwin, Afif, B., dan Rusita. 2017. Keragaman vegetasi di blok pemanfaatan

hutan pendidikan konservasi terpadu (hpkt) provinsi lampung. Jurnal

Sylva Lestari. 5(3): 1-11.

Ewusie, J. Y. 1990. Ekologi Tropika. Buku. Penerbit ITB. Bandung. 369 hlm.

Feldhamer, G. A., Drickamer, L.C., Vessey, S. H., and Merritt, J. F. 1999.

Mammalogy: Adaptation, Diversity, and Ecology. Buku. WCB McGraw-

Hill. Boston. 563 hlm.

Fonseca, G., Lacher, E. T., dan Batra, P. 2003. Camera Trapping Protocol Team

Initiative. Buku. Conservation International. USA. 86 hlm.

Fredriksson, G. M., Danielsen, L. S., dan Swenson, J. E. 2006. Impacts of el

nino related drought and forest fires on sun bear fruit resources in

lowland dipterocarp forest of east borneo. Biodiversity and

Conservation. 15: 1271-1301.

Gayus, B, N., dan Iskandar, A. M. 2017. Identifikasi jenis tupai (tupaia sp.) di

hutan tembawang desa mensiku bersatu kecamatan binjai hulu kabupaten

sintang. Jurnal Hutan Lestari. 5(1): 12-18.

Giffin, J. 1972. Ecology of The Feral Pig on The Island of Hawaii. State of

Hawaii. Buku. Departement of Land and Natural Resources. Division of

Fish and Game Hawaii. 97 hlm.

Gittin, S. P., dan Raemaekers, J.J. 1980. Siamang, Lar, and Gibbon. Buku.

Malayan Forest Primates. Jakarta. 105 hlm.

60

Gunawan, H. 2007. Sebaran Ekologis dan Geografis Macan Tutul (Panthera

pardus melas Cuvier 1809) di Taman Nasional Gunung Ciremai. Laporan

Tahunan. Pusat Penelitian dan Pengembangan Hutan dan Konservasi

Alam. Bogor. 93 hlm.

Gunawan, H. 2009. Habitat macan tutul jawa (panthera pardus melas cuvier

1809) di lanskap hutan produksi yang terfragmentasi. Jurnal Penelitian

Hutan dan Konservasi Alam. 6(2) : 95-114.

Gusnia, N. A., Agus, P. K., dan Harnios, A. 2013. Penggunaan ruang oleh

beruang madu di areal konservasi iuphhk-hti pt rapp estate meranti.

Jurnal Biologi Indonesia. 9(2): 289-300.

Harahap, S. A., dan N. Sakaguci. 2005. Ecological Research and Conservation of

The Javan Leopard Panthera pardus melas in Gunung Halimun National

Park, West Java, Indonesia. Buku. Satellite Symposium if IX

International Mammalogical Congress, Okinawa. Japan. 225 hlm.

Harmonis. 2005. Pelaksanaan prinsip-prinsip konvensi kehutanan dan

keanekaragaman hayati ktt bumi rio de janeiro pada pengelolaan

satwaliar di kalimantan timur. Rimba Kalimantan. 10(2): 71-80.

Honoluluzoo. 2018. Sun Bear. http://www.holuluzoo.org/sun_bear.htm.

Diakses pada 8 September 2018.

Irwanto. 2006. Penilaian Kesehatan Hutan Tegakan Jati (Tectona grandis) dan

Eucalyptus (Eucalyptus pellita) Pada Kawasan Hutan Wanagama. Tesis.

Universitas Gajah Mada. Yogyakarta. 68 hlm.

Jasin, M. 1984. Sistematik Hewan : (Invertebrata dan Vertebrata). Buku.

Sinar Wijaya. Surabaya. 328 hlm.

Jenkins, B. 2002. Learning Mammalia. Buku. Dominant Publisher and

Distributors. New Delhi. 125 hlm.

Kartono, A. P., Maryanto, I., dan Jayasilan, M. A. 2003. Diversity of Big

Mammals in Pa’Raye, Kayan Mentarang National Park, East Kalimantan.

Buku. Joint Biodiversity Expedition in Kayan Mentarang National Park.

Bogor. 152 hlm.

Kartono, A. P. 2015. Keragaman dan kelimpahan mamalia di perkebunan sawit

pt sukses tani nusasubur kalimantan timur. Media Konservasi. 20(2):

85-92.

Kartono, A. P., Gunawan, I., Maryanto, dan Suharjono. 2009. Hubungan

mamalia dengan jenis vegetasi di taman nasional gunung ciremai.

Jurnal Biologi Indonesia. 5(3): 279-294.

61

Lariman. 2010. Studi keanekaragaman mamalia di kebun raya unmul samarinda

(krus) sebagai bahan penunjang mata kuliah mamalogi. Bioprospek. 7(1):

51-68.

Lambeck, R. J. 1997. Focal studies; a multi-species umbrella for nature

conservation. Conservation Biology. 11(4): 849-856.

Lekagul, B. dan McNeely. 1977. Mamals of Thailand. Buku. The Association

for the Conservation of Wildlife. Bangkok. 225 hlm.

Lekagul, B. dan McNeely. 1988. Mamals of Thailand 2nd edition. Buku.

Kurusapha Ladprao Press. Bangkok. 260 hlm.

MacKinnon, K., Hatta, G., Hakim, H., dan Mangalik, A. 1996. The ecology of

Kalimantan Indonesian Borneo. Buku. The Ecology of Indonesia Series

III. Periplus Editions. 872 hlm.

Marjuli, R. S., Defri, Y., dan Tuti, A. 2018. Keanekaragaman jenis mamalia di

hutan larangan adat rumbio desa rumbio kecamatan kampar kabupaten

kampar provinsi riau. Jurnal Faperta UR. 5(1): 1-8.

McConkey, K. dan Mauro, G. 1999. Seed dispersal by the sun bear (helarctos

malayanus) in central borneo. Journal of Tropical Ecology. 15 : 237-241.

Mustari, A. H., Hadi, S., Diena, N. F., Agus, S., dan Riema, F. 2010.

Keanekaragaman jenis mamalia di taman nasional sebangau, kalimantan

tengah. Media Konservasi. 1(3): 115-119.

Mustari, A. H., Agus, S., dan Dones, R. 2015. Kelimpahan jenis mamalia

menggunakan kamera jebakan di resort gunung botol taman nasional

gunung harimun salak. Jurnal Media Konservasi. 20(2): 93-101.

Nainggolan, V. 2011. Identifikasi satwa liar jenis primata di repong damar

Pekon Pahmungan Kecamatan Pesisir Tengah Krui Lampung Barat.

Skripsi. Universitas Lampung. Lampung. 62 hlm.

Neuman, W. L. 2003. Social Research Methods: Qualitative and Quantitative

Approach. Buku. Allyn and Bacon. Boston. 624 hlm.

Ngabekti, S. 2013. Konservasi beruang madu di kwplh balikpapan. Journal of

Bilogy & Biology Education. 5(2) : 114-120.

Noerdjito, M. 2005. Kriteria Jenis Hayati yang Harus Dilindungi oleh dan

Untuk Masyarakat Indonesia. Buku. Pusat Penelitian Biologi-LIPI dan

World Agroforestry Centre-ICRAF. Bogor. 97 hlm.

Nur, M. 2011. Modul Keterampilan-Keterampilan Proses Sains. Buku.

62

Universitas Negeri Surabaya. Surabaya. 40 hlm.

O’connor, S. J., dan Dave, K. 2012. Seed dispersal of matai (prumnopitys

taxifolia) by feral pigs (sus scrofa). Journal of Ecology. 36(2): 0-0.

Payne, J. 1985. Panduan Lapangan Mamalia dari Kalimantan, Sabah, Serawak,

dan Brunei Darussalam. Buku Panduan. Indonesia Program. Bogor. 386

hlm.

Payne, J. C., Francis, M., dan Phillipps, K. 2000. A Field Guide to The

Mammals of Borneo. Buku. The Sabah Society. Sabah. 450 hlm.

Payne, J., C., Francis, M., Phillipps, K., dan Kartikasari, S. N. 2000. Mammalia

di Kalimantan, Sabah, Sarawak & Brunei Darussalam. Buku. Prims

Centra. Jakarta. 160 hlm.

Prawiradilaga, D. M. 1999. Elang Jawa Satwa Langka. Buku. Biodiversity

Conservation Project. Bogor. 79 hlm.

Rachman, E., dan Aditya, H. 2017. Potensi keanekaragaman jenis vegetasi

untuk pengembangan ekowisata di cagar alam situ panjalu. Jurnal

WASIAN. 4(1): 01-10.

Raemaekers J. J. 1984. Large versus hylobatidaes: relative roles of

bioenergetics and competition in their ecological segregation in sympatry.

The Lesser Apes: Evolutionary and Behavioral Biology. 3: 209-218.

Rasyid, A. 2007. Perilaku makan siamang dewasa (hylobates syndatylus

raffles, 1821) yang hidup di hutan terganggu dan tidak terganggu. Jurnal

Agroland. 14(3): 237-240.

Ridley, H. N. 1930. The Dispersal of Plants Throughout The World. Buku.

L. Reeve dan Co, Ltd., Kent. Inggris. 744 hlm.

Riduwan. 2004. Metode Riset. Buku. Rineka Cipta. Jakarta. 104 hlm.

Risdiyansyah, Sugeng, P. H., dan Nuning, N. 2014. Studi populasi monyet ekor

panjang (macaca fascicularis) di pulau condong darat desa rangai

kecamatan ketibung kabupaten lampung selatan. Jurnal Sylva Lestari.

2(1): 41-48.

Santosa, Y., Eko, P. R., dan Dede, A. R. 2008. Studi keanekaragaman mamalia

pada beberapa tipe habitat distasiun penelitian pondok ambung taman

nasional tanjung putting kalimantan tengah. Jurnal Media Konservasi.

63

13(3): 1-7.

Santoso, N. 1996. Analisis habitat dan potensi pakan monyet ekor panjang

(macaca fascicularis, raffles) di pulau tinjil. Jurnal Media Konservasi.

5(1): 5-9.

Setia, T. M. 2008. Penyebaran biji oleh satwa liar di kawasan pusat pendidikan

konservasi alam bodogol dan pusat riset bodogol, taman nasional gunung

gede pangrango, jawa barat. Vis Vitalis. 1(1): 1-8.

Suba, R. B., Chandradewana, B., dan Irman. 2010. Informasi dari feses dan

jejak kaki rusa sambar (cervus unicolor) serta implikasinya pada

akurasi penaksiran populasi. Jurnal Ilmu Kehutanan. 4(2): 70-79.

Sukiya. 2001. Biologi Vertebrata. Buku. JICA. Yogyakarta. 184 hlm.

Sunil, N. T., dan Sucheta, S. T. 2013. Comparative anatomy of knee joint :

class amphibian (frog) versus class mamalia (human being). Scholars

Journal of Applied Medical Sciences. 1(5): 560-567.

Suripto, B. A. 2000. Babi hutan (sus spp.) di pulau jawa : masa lalu, masa

kini dan masa yang akan datang. Jurnal Konservasi Kehutanan. 2(1):

1-23.

Suyanto, A. 2002. Mammalia di Taman Nasional Gunung Halimun Jawa

Barat. Buku. Biodiversity Conservation Project. Bogor. 86 hlm.

Suyanto, A. dan Semiadi, G. 2004. Keragaman Mamalia di Daerah Sekitar

Penyangga Taman Nasional Gunung Halimun, Kecamatan Cipanas,

Kabupaten Lebak. Buku. Biodiversity Conservation Project. Bogor. 92

hlm.

UPTD Tahura WAR. 2009. Hutan Pendidikan Konservasi Terpadu Taman

Hutan Raya Wan Abdul Rachman. Buku. UPTD Tahura. Bandar

Lampung. 38 hlm.

Utami, F. M. 2015. Sebaran Spasial Jejak Aktivitas Babi Hutan (Sus scrofa) di

Taman Nasional Gunung Ciremai. Skripsi. Institut Pertanian Bogor.

Bogor. 35 hlm.

Van Derlzon, A. P. M. 1979. Mammalia of Indonesia. Buku. Draft Version

UNDP/FAO National Park Development Project. Bogor. 234 hlm.

Van Lavirien, L. P. 1983. Wildlife Management in The Tropics, II. Buku.

School of Environmental Conservation Management. Bogor. 155 hlm.

Van Strien, N. J. 1983. A Guide to the Tracks of Mammals of Westren

Indonesia. Buku. Scholl of Environmental Conservation Management.

64

Ciawi. 44 hlm.

Vaughan, T. A., Ryan J. M, dan Czaplewski, N. J. 2000. Mammalogy Fourth

Edition. Buku. Saunders College Publishing. Philadelphia. 565 hlm.

Wahyudi, A., Sugeng, P. H., dan Arief , D. 2014. Keanekaragaman jenis

pohon di hutan pendidikan konservasi terpadu tahura wan abdul rachman.

Jurnal Sylva Lestari. 2(3): 1-10.

Wilson, D. E., and Reeder, D. M. 1993. Mammal Species of the World, a

Taxonomic and Geographic Reference, 2nd edition. Buku. Smithsonian

Institution Press. Washington. 1206 hlm.

Wilson, D. E., Russell, F., Nichols, J. D., Rudran. R., dan Foster. M. S. 1996.

Measuring and Monitoring Biological Diversity, Standard Methods for

Mammals. Buku. Smithsonian Institution Press. London. 409 hlm.

Winartha, I. M. 2006. Metode Penelitian Sosial Ekonomi. Buku. Andi Offset.

Yogyakarta. 390 hlm.

Wong, S. T., Servheen, C., dan Ambu, L. 2002. Food habits of malayan sun

bears in lowland tropical forest of borneo. Ursus. 1: 127-136.

Wulandari, Y. 2012. Parameter Genetik Performans Babi Silangan. Skripsi.

Universitas Sebelas Maret. Solo. 41 hlm.