studi hadis menyalatkan jenazah munafik...

143
STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK (Kritik Terhadap Fatwa Dewan Dakwah Islamiah Indonesia tentang Sanksi Agama bagi Pendukung Penista Agama dan Pemilih Calon Pemimpin Non-Muslim) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Agama (S. Ag) Oleh: Jauharatu Nabilah NIM: 11140340000200 . PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR FAKULTAS USHULUDDIN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2018

Upload: hakien

Post on 13-Aug-2018

227 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK

(Kritik Terhadap Fatwa Dewan Dakwah Islamiah Indonesia tentang Sanksi Agama

bagi Pendukung Penista Agama dan Pemilih Calon Pemimpin Non-Muslim)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Jauharatu Nabilah

NIM: 11140340000200

.

PROGRAM STUDI ILMU AL QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 2: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK

(Kritik Terhadap Fatwa Dewan Dakwah Islamiah Indonesia tentang Sanksi Agama

bagi Pendukung Penista Agama dan Pemilih Calon Pemimpin Non-Muslim)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Agama (S. Ag)

Oleh:

Jauharatu Nabilah

NIM: 11140340000200

Pembimbing:

Dr. Ahmad Fudhaili, M.Ag

NIP. 197720012003121003

PROGRAM STUDI ILMU AL-QUR’AN DAN TAFSIR

FAKULTAS USHULUDDIN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2018

Page 3: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman
Page 4: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

LEMBAR PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi

satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Fakultas Ushuluddin Program

Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dalam tradisi akademik UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya saya atau

merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima

sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 1 Desember 2018

Jauharatu Nabilah

Page 5: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

i

ABSTRAK

Satu hal yang sempat merebak dan meresahkan masyarakat beberapa

waktu terakhir adalah beredarnya fatwa mengenai larangan menyalatkan jenazah

pendukung Ahok yang dikeluarkan oleh suatu organisasi Islam di Indonesia.

Mereka mengklaim bahwa pendukung penista agama dan pemilih calon pemimpin

non-muslim tersebut adalah seorang munafik yang jenazahnya tidak patut disalati

berdasarkan al-Quran surat al-Taubah ayat 84 dan hadis Nabi saw yang berbunyi

S}allu> ‘ala> S}a>hibikum.

Dengan pemahaman hadis menggunakan metode solutif Mukhtalaf al-

Hadi>ts yakni al-Jam’u wa al-Taufiq, penelitian ini mengkritik fatwa yang telah

dikeluarkan oleh pusat kajian Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia terkait

larangan menyalatkan jenazah muslim pendukung penista agama dan pemilih

calon pemimpin non-muslim.

Pada akhirnya, penelitian ini memberikan kesimpulan bahwa kenyataan

Nabi saw pernah tidak menyalatkan jenazah munafik tidak dapat kita jadikan

legitimasi untuk tidak menyalatkan jenazah muslim pendukung Ahok sebagai

bentuk sanksi sosial sebagaimana fatwa yang dikeluarkan pusat kajian Dewan

Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII).

Page 6: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

ii

KATA PENGANTAR

نبينا حممد وعلى آله وصحبه الم على أشرف األنبياء واملرسلنياحلمد هلل رب العاملني والصالة والس

.إىل يوم الدين أما بعد ايتهومن اهتدى هبد

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah swt yang telah memberi

rahmat, taufik, hidayah dan segala kemudahan sehingga skripsi ini dapat

terselesaikan dengan baik. Shalawat dan salam penulis haturkan kepada Nabi

Muhammad saw yang telah memberikan bimbingan kepada segenap ummatnya.

Penulisan skripsi ini akhirnya selesai setelah melewati rangkaian proses

yang tidak mungkin dapat penulis lalui seorang diri. Oleh karena itu, penulis

merasa perlu untuk menyampaikan ribuan terima kasih dan penghargaan setinggi-

tingginya kepada berbagai pihak yang telah banyak memberikan bantuan baik

moril maupun materil kepada penulis selama penulisan tugas akhir ini.

Ucapan terimakasih yang utama tentunya penulis haturkan untuk ayahanda

H. Muhammad Hasyim Sonhadji. Kepada ibunda tercinta Hj. Lutmilah. Seluruh

keluarga bani Asy’ari dan bani Abdurrahman yang tak henti-hentinya

memberikan semangat dan doa.

Selanjutnya terimakasih penulis sampaikan kepada segenap civitas

akademik UIN Syarif Hidayatullah, Prof. Dr. Masri Mansoer, MA. selaku dekan

Fakultas Ushuluddin dan Filsafat. Kepada Dr. Lilik Ummu Kultsum, MA selaku

Ketua Program Studi Ilmu al-Qur’an dan Tafsir sekaligus dosen pembimbing

akademik penulis. Kepada Dra. Banun Binaningrum, M.Pd dan Kak Hani yang

telah membantu proses administrasi dari awal hingga akhir.

Ucapan terimakasih yang tulus juga kami sampaikan kepada Bapak Dr.

Ahmad Fudhaili, MA. yang telah meluangkan waktu, tenaga dan pikirannya untuk

memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis. Kepada kedua penguji, Bapak

Dr. Muhammad Zuhdi, MA dan Bapak Maulana, M. Ag yang telah menguji dan

memberikan masukan-masukan yang sangat berharga bagi kesempurnaan

penulisan skripsi ini.

Page 7: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

iii

Terimakasih yang sebesar-besarnya untuk Dhimas Rachman Taufiq yang

selalu memotivasi, mendukung, dan menemani penulis. Terima kasih atas

kesabaran dan kasih sayang yang diberikan, untuk teman-teman mahasiswa

seperjuangan yang telah mengilhami, mencerahkan, serta membimbing penulis

dalam menyelesaikan tulisan ini. Terimakasih untuk sahabat tercinta; Nuri Intovia

Wahyuningtias, Rohmatul Karimah, Ira Herma Silvia, Muthmainnah, Hilmiyah

Azhar. Kepada kakak-adik tercinta; Mbak Ana, Mbak Kiki, Ifdol, Miftah, Nayla,

Kevin, Kenan, Aji, Yaufi dan Muhtar yang selalu menjadi penyemangat di tanah

rantau ini.

Kiranya masih banyak pihak yang telah memberikan bantuan kepada

penulis. Kepada mereka, penulis juga sampaikan terimakasih, mudah-mudahan

Allah swt membalasnya dengan sebaik-baiknya balasan. Walaupun jauh dari

kesempurnaan, penulis berharap skripsi ini dapat memberikan manfaat dan

kontribusi positif terhadap khazanah Ilmu Hadis dan dapat berperan sebagai

refleksi kecintaan penulis kepada Rasulullah saw serta dapat dicatat sebagai amal

baik di sisi Allah swt. Amin

Jakarta, 03 Januari 2018

Jauharatu Nabilah

Page 8: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK .............................................................................................................. i

KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii

DAFTAR ISI ......................................................................................................... iv

PEDOMAN TRANSLITERASI ......................................................................... vi

BAB І : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Identifikasi,Pembatasan dan Rumusan Masalah ........................................ 5

1. Identifikasi Masalah .............................................................................. 5

2. Pembatasan Masalah ............................................................................. 6

3. Rumusan Masalah ................................................................................. 6

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 7

D. Manfaat Penelitian .................................................................................... 7

E. Studi Terdahulu yang Relevan ................................................................... 8

F. Metodologi Penelitian ................................................................................ 9

1. Jenis Penelitian ........................................................................... 9

2. Sumber Data ............................................................................ 10

3. Metode Pengumpulan Data ..................................................... 11

4. Metode Analisis Data .............................................................. 11

5. Metode Penulisan .................................................................... 11

G. Sistematika Penulisan .............................................................................. 12

BAB ІІ : GAMBARAN UMUM SALAT JENAZAH DAN APLIKASINYA

DALAM KEHIDUPAN SOSIAL RASULULLAH SAW

A. Definisi Salat Jenazah ............................................................................. 15

B. Dalil Pensyariatan dan Keutamaan Salat Jenazah ................................... 15

C. Tempat Dilaksanakannya Salat Jenazah ................................................. 17

D. Golongan yang Tidak Wajib Disalatkan Jenazahnya ............................. 19

E. Salat Jenazah Bagi Munafik Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat

Rasulullah saw ......................................................................................... 21

Page 9: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

v

BAB ІІІ : DEFINISI DAN KARAKTERISTIK MUNAFIK SERTA

KORELASINYA TERHADAP PENDUKUNG AHOK

A. Definisi Munafik Menurut Islam ............................................................ 25

B. Sejarah Kaum Munafik Dalam Islam ..................................................... 29

C. Gambaran Umum Munafik Dalam al-Qur’an .......................................... 30

D. Gambaran Umum Munafik Dalam Hadis Nabi saw ............................... 34

E. Pembagian Munafik Dalam Islam .......................................................... 36

F. Respon Terhadap Orang Munafik ............................................................ 41

G. Munafik dan Korelasinya terhadap Pendukung Ahok ............................. 47

BAB ІV: Interpretasi Hadis Menyalatkan Jenazah Munafik dan

Kontekstualisasinya pada Kondisi Masa Kini

A. Redaksi Hadis Shallū ‘alā Shāhibikum ..................................................... 53

B. Haikal Sanad ............................................................................................. 64

C. Analisa Sanad ............................................................................................ 65

a) Biografi Perawi Hadis ...................................................................... 67

b) Penilaian Ulama al-Jarh wa al-Ta’di>l .............................................. 76

c) Ketersambungan Sanad .................................................................... 81

d) Kesimpulan Hukum Sanad Hadis .................................................... 84

D. Analisa Matan Hadis ................................................................................. 84

a) Kajian Linguistik ............................................................................. 86

b) Kajian Tematik-Komprehensif ........................................................ 88

c) Kajian Konfirmatif ........................................................................... 90

BAB V : Penutup ........................................................................................... 113

A. Kesimpulan ............................................................................................ 113

B. Saran dan Rekomendasi ......................................................................... 114

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 116

Page 10: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

vi

Pedoman Transliterasi

Transliterasi yang dipakai dalam penyusunan skripsi ini berpedoman pada

alih aksara versi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yakni sebagaimana berikut:

A. Konsonan Tunggal

Arab Indonesia Inggris Arab Indonesia Inggris

ṭ ṭ ط a a ا

ẓ ẓ ظ b b ب

ʻ ‘ ع t t ت

gh gh غ ts th ث

f f ف j j ج

q q ق h ḥ ح

k k ك kh kh خ

l l ل d d د

m m م dz dh ذ

n n ن r r ر

w w و z z ز

h h ه s s س

’ ’ ء sy sh ش

y y ي ṣ ṣ ص

h h ة ḍ ḍ ض

Page 11: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

vii

B. Vocal Panjang dan Pendek

Vokal dalam bahasa Arab, seperti vokal bahasa Indonesia, terdiri dari

vokal tunggal atau monoftong dan vokal rangkap atau diftong. Untuk vokal

tunggal, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai berikut:

Huruf Vokal Vokal Pendek Vokal Panjang

a ā ا

i ī إي

و u ū أ

Adapun untuk vokal rangkap, ketentuan alih aksaranya adalah sebagai

berikut:

Tanda Vokal Arab Tanda Vokal Latin Keterangan

ي ___ ai a dan i

au a dan u ___ و

C. Konsonan Rangkap Karena Syaddah

Syaddah atau tasydid yang dalam sistem tulisan Arab dilambangkan

dengan sebuah tanda syaddah, dalam aksara ini dilambangkan dengan huruf yaitu

dengan menggandakan huruf yang diberi tanda tasydid itu, contoh:

Mu’assasah مؤسسة

Muta‘addidah متعددة

Akan tetapi hal ini tidak berlaku jika huruf yang menerima tanda syaddah

itu terletak setelah kata sandang yang diikuti oleh huruf Syamsiyyah. Misalnya

kata ad-darūrah ditulis dengan kata al-darūrah, demikian seterusnya.

Page 12: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

viii

D. Tā’ Marbūṭah

Jika huruf ta marbūtah terdapat pada kata yang berdiri sendiri, maka

huruf tersebut dialihaksarakan menjadi huruf /h/. hal yang sama juga berlaku jika

ta marbūtah tersebut diikuti olehkata sifat (na’at). Namun jika huruf ta marbūtah

tersebut diikuti kata benda (isim), maka huruf tersebut dialihaksarakan menjadi

huruf /t/.

Ṣalāh Bila dimatikan صالة

Mir’āt al-Zamān Bila Iḍāfah مرأة الزمان

E. Huruf Kapital

Meskipun dalam sistem tulisan Arab huruf kapital tidak dikenal, dalam

alih aksara ini huruf kapital tersebut juga digunakan, dengan mengikuti ketentuan

yang berlaku dalam Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) bahasa Indonesia, antara

lain untuk menuliskan permulaan kalimat, huruf awal nama tempat, nama bulan,

nama diri, dan lain-lain. Penting diperhatikan, jika nama diri didahului oleh kata

sandang, maka yang ditulis dengan huruf kapital tetap huruf awal nama diri

tersebut, bukan huruf awal atau kata sandangnya (Contoh: Abū Hāmid al-Ghazālī

bukan Abū Hāmid Al-Ghazālī, al-Kindi bukan Al-Kindi).

Pengecualian:

Transliterasi tidak diberlakukan pada istilah Arab yang sudah menjadi

bahasa/istilah yang lazim dipakai dalam bahasa Indonesia, seperti: Abdullah,

bukan ‘Abd Allāh, atau alhamdulillah, bukan al-hamdu li Allāh

Page 13: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

ix

F. Singkatan

M : Masehi

H : Hijriyah

H.R : Hadis Riwayat

Q.S : Qur’ān Sūrat

swt : Subḥānahū wa ta‘ālā

saw : Ṣallā Allāhu ‘alayh wa sallam

ra : Radhiallahu ‘anhu

w : Wafat

hal : Halaman

tt : Tanpa Tempat

tp : Tanpa Penerbit

tth : Tanpa Tahun

Page 14: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Salah satu hal yang sempat merebak dan meresahkan masyarakat

beberapa waktu terakhir adalah beredarnya larangan menyalatkan jenazah

muslim pendukung Ahok berupa fatwa yang dikeluarkan oleh Dewan Dakwah

Islamiah Indonesia. 1 Padahal, salat jenazah, sebagai salah satu syari’at dalam

Islam memiliki keutamaan dan hikmah yang melimpah. Muhammad Ibn Ibrāhīm

al-Tuwaijiri (1969 M)2 mengungkapkan, setidaknya ada tiga hikmah yang dapat

kita petik dari salat Jenazah. Diantaranya, Pertama, salat jenazah merupakan

sebuah manifestasi dari perasaan ukhuwah Islamiyah. Kedua, mewujudkan

ketinggian agama Islam dan menunjukkan bahwa bukan hanya kepada yang

hidup saja seorang harus menghormati, tetapi juga kepada yang sudah meninggal

1 Fatwa Nomor: 06/B-MAFATIHA/II/1438/2017 itu diberi judul "Sanksi Agama bagi

Pendukung Penista Agama dan Pemilih Calon Pemimpin Non-Muslim”. Isi fatwa tersebut mengandung lima hal penting. Pertama, orang yang dengan sadar memilih pasangan calon Pemimpin dari agama selain Islam dalam suatu pemilihan di semua tingkatan pemilu, termasuk munafik nyata (nifa>q ‘amali/nifa>q jahran). Kedua, jenazah munafik nyata tidak boleh disalatkan oleh jamaah yang mengetahui kemunafikannya. Bagi orang yang tidak mengetahuinya, boleh menyalatkan. Ketiga, larangan menyalatkan jenazah munafik nyata tersebut berlaku bagi semua kaum muslimin, khususnya imam salat, tokoh dan orang-orang shalih. Adapun mayatnya hanya diurus oleh keluarga yang ditinggal dan kalangan terbatas dari sanak keluarganya. Keempat, sebagai upaya pembelajaran dan efek jera, kami mendorong gerakan masjid-masjid di tanah-air untuk tidak menyalatkan jenazah para pendukung penista agama secara khusus dan para pemilih pasangan calon pemimpin non-muslim secara umum. Kelima, menyerukan kepada segenap kaum muslimin/muslimat untuk tidak memperdulikan seruan, pendapat dan pemikiran yang nyeleneh dari pihak-pihak tertentu yang bertentangan secara diametral dengan al-Quran-Sunnah. Surat tersebut ditandatangani oleh ketua pusat kajian DDII Ahmad Zain Al-Najah, MA dan Sekretaris. H. Syamsul Bahri Ismaiel, MH di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta, 25 Pebruari 2017. Lihat:http://www.panjimas.com/news/2017/02/27/pusat-kajian-ddii-tetapkan-sanksi-agama-bagi-pendukung-penista-agama/

2 Beliau adalah seorang mufti dua raja Arab Saudi, yaitu raja ‘Abdul ‘Azīz Ibn Ibrāhīm dan Raja Faisal Ibn ‘Abdul ‘Azīz, beliau juga merupakan pendiri Hai'ah Kibār al-Ulama (Majelis Ulama Besar), pendiri Mu'assasah Dakwah Islāmiyah, Ketua majelis tinggi Rabit}ah Alam Islami (Liga Muslim Dunia, Rektor pertama Universitas Islam Madinah dan Rektor pertama Sekolah Tinggi Kehakiman Arab Saudi.

Page 15: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

2

dunia. Ketiga, lebih mempertegas ajaran Islam tentang persamaan kedudukan

manusia di hadapan Allah swt3

Dari fatwa tersebut, tercatat ada beberapa masjid di Indonesia yang telah

menerapkan dan menetapkan bahwa tidak akan ada pelaksanaan salat jenazah

bagi seorang muslim pendukung Ahok di dalamnya.4 Hal ini jelas menimbulkan

pro-kontra dan kontroversi dari berbagai pihak terutama pihak pendukung Ahok

sendiri, beragam argumentasi dan alibi didatangkan sebagai penolakan terhadap

penisbatan kata munafik yang disematkan oleh kelompok-kelompok fanatik,

militan dan radikal tersebut.

Dalil yang digunakan oleh mereka diantaranya adalah ayat al-Qur’an

Surat al-Taubah ayat 84:

هم مات أبدا وال تـقم على قـربه إنـهم كفروا �� ورسوله ومات وا وهم وال تصل على أحد منـ ٥فاسقون

Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan (jenazah) seorang yang mati diantara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam keadaan fasik”

Imam Bukhāri (256 H), dalam kitab S}ahīh-nya menceritakan dengan

detail sabab al-wurūd hadis di atas, yaitu:

3 Muhammad Ibn Ibrāhīm al-Tuwaijiri, Maus}ū’ah al-Fiqh al-Islām (Beirut: Al-Afkār Al-Dauliyah, 2009), juz. 2, hal. 752.

4 Kumparan.com mendapati ada 4 lokasi berbeda yang memasang spanduk menolak menyalatkan jenazah pendukung penista agama (Ahok). Rinciannya adalah: Masjid al-Jihad yang berlokasi di Jalan BB 9A Karet Setiabudi Jakarta Selatan, Masjid At-Tawwab Cakung Jakarta Timur, Warung Jati Kalibata Pancoran Jakarta Selatan, dan Mushala Pondok Pinang, Jakarta Selatan. Lihat: https://kumparan.com/muhamad-iqbal/membandingkan-4-spanduk-tolak-salatkan-jenazah-pendukung-ahok

5 Qur’an Surat al-Taubah: 84. Imam Ibn Katsīr dalam tafsirnya berkata: “Allah swt. memerintahkan kepada Rasul-Nya agar berlepas diri dari orang-orang munafik, jangan menyalatkan jenazah seorang pun dari mereka yang mati dan janganlah berdiri di kuburnya untuk memohonkan ampun baginya atau berdoa untuknya, karena sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka mati dalam kekafirannya”. Lihat: Abū Al-Fidā’ Ibn Katsīr al-Qurāsyī al-Dimasyqi, Tafsīr al-Qur’ān al-’Az}īm, juz. 6, hal. 441.

Page 16: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

3

عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال ملا تويف عبد هللا بن أيب جاء ابنه عبد هللا بن عبد هللا إىل صلى هللا عليه وسلم فسأله أن يعطيه قميصه يكفن فيه أ�ه فأعطاه مث سأله أن رسول هللا

صلى هللا عليه وسلم ليصلي عليه فقام عمر فأخذ بثوب رسول هللا يصلي عليه فقام رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فقال P رسول هللا تصلي عليه وقد Oاك ربك أن تصلي عليه فقال رسول

صلى هللا عليه وسلم إمنا خريين هللا فقال غفر ال أو هلم استـغفر (هللا هلم تستـغفر إن هلم تستـصلى هللا عليه )مرة سبعني وسأزيده على السبعني قال إنه منافق قال فصلى عليه رسول هللا

هم أحد على تصل وال (وسلم فأنزل هللا ٦)قـربه على تـقم وال أبدا مات منـ

Dari Ibn Umar yang mengatakan bahwa ketika ‘Abdullah Ibn Ubay

meninggal, maka anaknya yang juga bernama ‘Abdullah datang

menghadap Rasu>lullah saw dan meminta baju gamis Rasul saw untuk

dipakai sebagai kain kafan ayahnya. Maka Rasu>lullah saw memberikan

baju gamisnya kepada ‘Abdullah. Kemudian ‘Abdullah meminta kepada

Rasul Saw untuk menyalatkan jenazah ayahnya. Maka Rasu>lullah saw

bangkit untuk menyalatkannya. Tetapi Umar bangkit pula dan menarik

baju Rasu>lullah saw seraya berkata "Wahai Rasu>lullah, apakah engkau

akan menyalatkan jenazahnya, padahal Tuhanmu telah melarangmu

menyalatkannya?" Rasu>lullah saw bersabda: Sesungguhnya Allah hanya

memberiku pilihan. Dia telah berfirman “Kamu mohonkan ampun bagi

mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama

saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh

kali, namun Allah sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka.”

Dan aku akan melakukannya lebih dari tujuh puluh kali. Umar berkata

"Dia orang munafik." Tetapi Rasu>lullah saw tetap menyalatkannya. Maka

Allah swt menurunkan ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan janganlah kamu

sekali-kali menyalatkan (jenazah) seorang pun yang mati di antara

mereka, dan janganlah kamu berdiri di kuburnya.

6 Muhammad Ibn Ismā’īl al-Bukhārī, S}ahi>h al-Bukhārī, juz.6, hal. 67. Hal yang sama diriwayatkan oleh Imam Muslim, dari Abū Bakr Ibn Abī Syaibah dari Abū Usāmah Hammad Ibn Usāmah dengan sanad yang sama. Lihat: Muslim Ibn Hajjāj, S}ahi>h Muslim, juz. 7, hal. 116.

Page 17: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

4

Selanjutnya, Ahmad Ibn Hanbal (241 H) menambahkan suatu riwayat dari

sahabat Umar Ibn al-Khat}t}ab ra:

على بعده وسلم عليه هللا صلى هللا رسول صلى فماعن عمر بن اخلطاب رضي هللا عنه قال ٧ وجل عز هللا قبضه حىت قربه على قام وال منافق

Dari Umar Ibn al-Khat}t}ab ra berkata: maka Rasu>lullah saw tidak lagi

pernah mensalati jenazah seorang munafik, dan beliau juga tidak pernah

menziarahi kuburannya hingga akhir hayat beliau.

Berdasarkan ayat di atas, mereka menyimpulkan bahwa muslim

pendukung Ahok seharusnya tidak disalati jenazahnya, mereka mengklaim

muslim pendukung Ahok sebagai kelompok munafik yang telah mengkhianati

Islam, dan pengkhianat Islam tidak disalati jenazahnya karena Rasu>lullah saw-

pun setelah ayat di atas turun, tidak pernah lagi mensalati jenazah munafik.

Namun, setelah ayat itu diturunkan Rasu>lullah saw pernah bersabda

kepada para sahabat untuk tetap menyalati jenazah yang beliau sendiri tidak

menyalatinya sebagaimana yang diceritakan oleh sahabat Ja>bir Ibn ‘Abdillah (78

H) ra:

فقال عليها ليصلي جبنازة أتى سلم و عليه هللا صلى النيب أن أبيه عن قتادة أيب بن هللا بدن عع

٨ صاحبكم على صلوا

Dari ‘Abdullah Ibn Abī Qatādah dari ayahnya sesungguhnya Nabi saw

mendatangi seorang jenazah untuk menyalatkannya kemudian beliau

bersabda “Salatlah kalian untuk sahabat kalian ini” (aku tidak akan

menyalatinya).

7 Ahmad Ibn Hanbal al-Syaibānī, Musnad al-Ima>m Ahmad Ibn Hanbal (Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1998), juz. 1, hal. 255.

8 Ibn Mājah al-Quzwainī, Sunan Ibn Mājah. Tahqiq Muhammad Fuad Abd al-Bāqī (Beirut: Dār al-Fikr, 1995), juz. 2 hal. 950.

Page 18: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

5

Adanya hadis tersebut menimbulkan pertanyaan lebih lanjut, apakah ia

kontradiksi dengan ayat al-Taubah ayat 84 yang berisi perintah Allah untuk tidak

menyalati jenazah kaum munafik, ataukah sebagai dalil pengkhususan khita>b

yang hanya diberlakukan kepada Rasu>lullah saw saja? Lalu apakah muslim

pendukung Ahok tersebut layak dikategorikan sebagai seorang munafik? Apakah

pengertian munafik yang dimaksud Allah dalam al-Qur’an sesuai dengan keadaan

mereka saat ini?

Dari uraian di atas, dapat diketahui bahwa pengkajian ulang terhadap

hadis seputar Salat Jenazah bagi Munafik menjadi sangat penting, mengingat

kondisi hiruk pikuk yang sempat terjadi beberapa waktu lalu tidak menutup

kemungkinan akan terjadi lagi pada bentuk pemilihan-pemilihan yang lainnya.

B. Identifikasi, Pembatasan dan Rumusan Masalah

1. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah adalah mencari masalah yang paling relevan dan

menarik untuk diteliti, serta berupaya untuk mengurai maknanya lebih spesifik.9

Berangkat dari latar belakang permasalahan di atas dapat diidentifikasi beberapa

permasalahan seputar menyalatkan jenazah munafik, yaitu:

Pertama, apakah sebenarnya definisi munafik yang dimaksud Allah swt

dalam Qur’an Surat al-Taubah ayat 84? Bagaimana pendapat para ulama

mengenai definisi munafik tersebut dan apakah para muslim pendukung Ahok

9 Suryana, Metodologi Penelitian: Model Praktis Kuantitatif dan Kualitatif (Bandung:

Universitas Pendidikan Indonesia Press, 2010), hal. 22.

Page 19: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

6

dapat dikategorikan sebagai munafik sebab berbedanya mereka dalam memilih

pemimpin kafir dan penista agama?

Kedua, kenyataan bahwa Nabi saw pernah tidak menyalatkan jenazah

muslim munafik apakah dapat dijadikan legitimasi untuk kita tidak menyalatkan

jenazah muslim pendukung Ahok sebagai bentuk sanksi sosial sebagaimana

fatwa yang dikeluarkan pusat kajian Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia

(DDII)?

Ketiga, bagaimana memahami hadis anjuran Nabi saw kepada para

sahabat untuk tetap menyalati jenazah munafik padahal terdapat ayat al-Qur’an

yang melarangnya?

2. Pembatasan Masalah

Berdasarkan beberapa identifikasi permasalahan di atas, peneliti akan

membatasi permasalahan pada pemahaman hadis seputar “Menyalatkan jenazah

munafik” dan kaitannya dengan ayat Qur’an Surat al-Taubah ayat 84.

3. Rumusan Masalah

Rumusan masalah merupakan tema sentral masalah atau problem isu

sebagai gambaran ringkas secara kondisional dan situasional fenomena yang

dihadapi sehingga menggugah untuk dilakukan penelitian dalam waktu cepat dan

dekat.10 Dengan memperhatikan dan mencermati pembatasan masalah di atas,

yang menjadi fokus permasalahan penelitian dalam skripsi ini adalah bagaimana

interpretasi hadis tentang larangan menyalati jenazah munafik dipahami untuk

10 Ardianto Elvinaro, Metodologi Penelitian (Bandung: Rekatama Media, 2011) , hal. 17.

Page 20: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

7

kondisi saat ini. Agar fokus permasalahan yang akan diteliti ini lebih jelas dan

terarah, maka permasalahan-permasalahan tersebut akan dirumuskan sebagai

berikut:

1. Bagaimana kedudukan dan Interpretasi hadis menyalatkan jenazah

munafik?

2. Bagaimana kontekstualisasi hadis menyalatkan jenazah munafik jika

dikaitkan dengan kondisi saat ini?

C. Tujuan Penelitian

Sebagaimana yang tertuang dalam rumusan masalah sebelumnya, maka

tujuan yang hendak dicapai melalui penelitian ini adalah mengetahui kedudukan

hadis menyalatkan jenazah munafik terhadap Qur’an Surat al-Taubah ayat 84

dan bagaimana hadis ini dipahami dalam konteks sosial politik masa kini.

D. Manfaat Penelitian

Sebagaimana tujuan yang disebutkan di atas, penelitian ini diharapkan

dapat memberi manfaat yang bersifat praktis dan akademis. Secara praktis,

penelitian ini diharapkan dapat memberi pemahaman bahwa Islam, dengan

praktek salat jenazahnya mampu menjadi sebuah manifestasi dalam mempererat

ukhuwah dan persaudaraan sesama muslim, baik yang masih hidup di dunia

maupun yang sudah mendahului kita menjemput ajalnya.

Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi

tambahan dalam kajian keislaman khususnya hadis dan sebagai pembanding bagi

penelitian-penelitian lain yang berkenaan dengan metode pemahaman hadis.

Page 21: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

8

Penelitian ini juga diharapkan mampu memberikan kontribusi ilmiah dan

dapat menginspirasi para peneliti dan para peng-istinbat} hukum Islam lainnya

untuk melakukan interaksi, inovasi, atau jika diperlukan rethinking, renovasi dan

rekonstruksi dalam memahami teks-teks keislaman khususnya hadis.

E. Studi Terdahulu yang Relevan

Untuk mendudukkan posisi penelitian ini, penulis akan menghadirkan

beberapa penelitian terdahulu yang relevan dengan kajian ini. Beberapa studi

terdahulu yang dianggap relevan dengan kajian ini antara lain adalah:

Jumal Ahmad, dalam jurnalnya yang berjudul Menyalatkan Jenazah

Munafik memberikan kesimpulan bahwa jenazah yang kemunafikannya jelas

secara z}a>hir tidak wajib disalatkan, adapun jika kemunafikannya berupa tuduhan,

maka tetap disalatkan karena hukum asal menyalatkan jenazah muslim adalah

wajib, dan tidak boleh meninggalkan kewajiban dengan keraguan.11

Abū al-Jauza, dalam tulisannya yang berjudul Menyalatkan Jenazah

Orang Munafik, mengkategorikan kaum munafik menjadi dua macam. Muna>fiq

i’tiqa>di dan muna>fiq ‘amali. Tidak semua orang yang melakukan perbuatan

maksiat dapat dikategorikan sebagai munafik sebagaimana ‘Abdullah Ibn Salūl.

Terlebih lagi hanya masalah perbedaan dalam Pilkada. Banyak diantara mereka

memilih Ahok sebab alasan bersih korupsi, berhasil menata kota, tidak suka

kelompok ekstrim, dan lain sebagainya. Jadi, orang-orang tersebut tidak dapat

11 https://ahmadIbnhanbal.wordpress.com/2017/02/19/mensalati-jenazah-munafik/

Page 22: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

9

dikategorikan sebagai munafik dan jenazahnya tetap harus kita salatkan sebab

hukumnya fard}u kifa>yah.12

Anisatul Fadhilah, dalam jurnalnya Jawaban al-Qur’an Mengenai Hukum

Salat Jenazah bagi Orang Munafik memberi kesimpulan, bahwa yang

dikategorikan munafik adalah mereka yang jelas-jelas menjadi pengikut orang-

orang yang merusak Islam dan merugikan umat. Sedangkan Ahok bahkan sangat

menghargai marbot masjid untuk diberangkatkan umroh. Suatu hal yang tidak

pernah dilakukan gubernur Jakarta bahkan sejak Indonesia berdiri. Ia membuat

gebrakan dengan program yang menguntungkan semua pihak. Pemilih Ahok

bukanlah orang munafik. Orang munafik adalah yang jelas-jelas merusak agama

dan bangsa, dan muslim pendukung Ahok bukan termasuk kategori tersebut.13

Dari penelusuran peneliti, di UIN Syarif Hadayatullah, khususnya di

Fakultas Ushuluddin belum ada skripsi yang mengkaji pemahaman hadis

menyalatkan jenazah munafik, sehingga peneliti merasa perlu untuk mengkajinya

dalam penelitian ini.

F. Metodologi Penelitian

1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan (library research) yakni

suatu kajian yang didasarkan pada pemahaman dan penggunaan literatur

kepustakaan seperti buku, kitab, artikel, maupun informasi lainnya yang relevan

12 http://Abūl-jauzaa.blogspot.co.id/2017/03/mensalati-jenazah-orang-munafik.html 13https://seword.com/umum/ini-jawaban-al-quran-mengenai-hukum-salat-jenazah-bagi-

orang-munafik/

Page 23: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

10

dengan ruang lingkup penelitian. Penelitian ini juga bersifat diskriptif-analitif14

sebagai upaya menemukan kesimpulan akhir.

2. Sumber Data

Secara garis besar sumber data dalam penulisan dan penelitian ini ada dua

macam:

a. Sumber Primer

Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah

Kutub al-Sittah yang terdiri dari S}ahīh al-Bukhāri, S}ahīh Muslim, Sunan Abū

Dāwud, Sunan al-Tirmdzī, Sunan al-Nasā’ī dan Sunan Ibn Mājah, serta kitab

Syarh al-hadīts seperti Fath al-Bārī karya Ibn Ḥajar al-‘Asqalānī, Syarh S}ahīh

Muslim li al-Nawāwī karya al-Nawāwī, ‘Aun al-Ma‘būd, Tuhfah al-Ahwadzī dan

lain sebagainya.

b. Sumber Sekunder

Sedangkan sumber data sekunder adalah buku-buku yang berhubungan

dengan permasalahan yang dikaji, dalam hal metode pemahaman hadis seperti

kitab Kaifa Nata’āmmal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyyah karya Yusuf al-

Qaraḍāwī, Ta’wīl Mukhtalaf al-Hadīts karya Ibn Qutaibah al-Dainūrī, al-T}urq al-

14 Diskriptif berarti menjelaskan dan memaparkan apa adanya, kemudian bahasan

dibandingkan dengan pendapat-pendapat ulama dan pemikir kekinian (komparatif) dan pada akhirnya dianalisis kelebihan dan kelemahan dari pendapat-pendapat itu dan diupayakan lahirnya suatu temuan baru. ujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Lihat: Mohammad Nazir, Metode penelitian (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988), hal. 63.

Page 24: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

11

S}ahīhah fī Fahmi al-Sunnah al-Nabawiyyah karya Prof. Dr. KH. Ali Must}afa>

Yaqub dan lain sebagainya.

3. Metode Pengumpulan Data

Sesuai dengan jenis penelitiannya, teknik pengumpulan data dilakukan di

ruang-ruang perpustakaan baik pustaka kampus UIN Jakarta, pustaka umum

maupun pustaka pribadi, termasuk google book dan situs-situs lain yang

menyediakan tulisan dan buku-buku pdf. Data-data yang telah dikumpulkan

dipilah berdasarkan tema-tema yang relevan. Tema itu kemudian diklasifikasi

berdasarkan mutu, jenis dan relevansinya dengan topik penelitian ini untuk

diteliti, dianalisis dan dimasukkan dalam topik bahasan.

4. Metode Analisis Data

Penelitian ini menggunakan tekhnik telaah isi (content analysis) dengan

memahami penggunaan kata, pola kalimat, latar belakang, situasi dan budaya

dengan pelukisan isi komunikasi yang nyata secara objektif, sistematik dan

kualitatif terhadap bahan-bahan yang didapat melalui sumber primer dan

sekunder.

5. Metode Penulisan

Dalam penulisan penelitian tugas akhir ini, penulis menggunakan metode

sebagai berikut:

1. Deduktif; dengan metode ini penulis memaparkan data-data yang bersifat

umum, selanjutnya dianalisis dan disimpulkan menjadi data yang khusus.

Page 25: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

12

2. Induktif; dengan metode ini penulis memaparkan data-data yang bersifat

khusus, untuk selanjutnya dianalisa dan disimpulkan menjadi data yang

umum.

3. Deskriptif; dengan metode ini penulis menggambarkan secara tepat dan

benar masalah yang dibahas sesuai dengan data-data yang diperoleh,

kemudian dianalisa dengan menarik kesimpulan

Adapun dalam hal tekhnik penulisan, skripsi ini mengacu pada Pedoman

Akademik Program Strata 1 2014/2015 UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.15

Penulis juga menggunakan Pedoman Transliterasi Alih Aksara UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta.

G. Sistematika Penulisan

Dalam penulisan skripsi ini, penulis membagi bahasan menjadi lima bab

dengan rincian sebagai berikut:

Bab Satu, berisi pendahuluan dan pengantar umum kepada isi tulisan ini

yang di dalamnya mencakup Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah,

Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan dan Manfaat Penelitian, Studi

Terdahulu yang Relevan, Metodologi Penelitian dan Sistematika Penulisan.

Bab Dua, berisi tinjauan umum dan pembahasan mengenai dalil

menyalatkan jenazah munafik serta pengaplikasiannya dalam kehidupan sosial

masyarakat Rasu>lullah saw. pada bab ini terdapat enam subbab. Subbab pertama

menjelaskan tentang definisi salat jenazah dalam Islam dan bagaimana hukumnya

15 Hamid Nasuhi dkk, Pedoman Akademik Program Strata 1 2012/2013 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta (Jakarta: Biro Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan, 2012),353-404.

Page 26: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

13

jika ditinjau dari al-Qur’an dan hadis. Subbab kedua, peneliti akan menjelaskan

dalil pensyariatan salat jenazah dalam literatur keislaman yang bersifat otoritatif.

Subbab ketiga dikemukakan beberapa keutamaan salat jenazah sebagaimana

yang disabdakan Allah swt dalam ayat al-Qur’an dan hadis Nabi saw yang

diriwayatkan oleh para sahabat. Subab selanjutnya menjelaskan tempat yang

seharusnya digunakan dalam pelaksanaan salat jenazah, dalam subbab ini juga

akan dicantumkan beberapa dalil yang menguatkan pendapat tersebut. Pada

subbab kelima, disebutkan beberapa golongan yang mendapat pengecualian dari

hukum wajib salat jenazah. Dan pada bab terakhir dijelaskan mengenai salat

jenazah bagi munafik dalam kehidupan sosial masyarakat Rasul saw. Bab ini

diharapkan dapat memberi gambaran tentang bagaimana definisi munafik

menurut Islam dan sekaligus sebagai landasan teoritis analisa hadis menyalatkan

jenazah munafik.

Bab Tiga, memaparkan pembahasan mengenai pengertian dan

karakteristik munafik serta korelasinya terhadap muslim pendukung Ahok yang

terbagi menjadi tujuh sub bab, yaitu Definisi Munafik Menurut Islam, Sejarah

Kaum Munafik Dalam Islam, Gambaran Umum Munafik Dalam al-Qur’an,

Gambaran Umum Munafik Dalam Hadis Nabi saw, Macam-Macam Munafik

Dalam Islam, Ancaman dan Balasan Bagi Orang Munafik serta Respon Terhadap

Orang Munafik.

Bab Empat, berisi pembahasan mengenai kedudukan dan pemahaman

hadis menyalatkan jenazah munafik. Pada subbab pertama, dikemukakan fatwa

DDII mengenai larangan menyalatkan jenazah munafik. Subbab kedua,

diterangkan mengenai kedudukan dan pemahaman hadis mengenai larangan

Page 27: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

14

menyalatkan jenazah munafik an kedudukannya terhadap ayat Qur’an surat al-

Taubah ayat 84. Bab ini diharapkan dapat mengungkap makna yang dikandung

hadis kaitannya dengan larangan menyalatkan jenazah munafik.

Bab Lima, berisi penutup yang terdiri dari kesimpulan dan jawaban dari

permasalahan-permasalahan yang di bahas dalam bab-bab sebelumnya, serta

saran yang dapat menjadi solusi untuk permasalahan-permasalahan tersebut.

Pada subbab pertama yaitu kesimpulan, penulis menjelaskan hasil akhir atau

rangkuman pembahasan yang menjadi jawaban dari rumusan masalah penelitian.

Dan pada subbab kedua, dikemukakan saran dan masukan untuk kalangan

akademis, masyarakat luas, maupun lembaga-lembaga fatwa.

Page 28: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

15

BAB II

GAMBARAN UMUM SALAT JENAZAH DAN APLIKASINYA DALAM

KEHIDUPAN SOSIAL RASU>LULLAH SAW.

A. Definisi Salat Jenazah

Salat Jenazah merupakan salat yang dilakukan umat muslim sebanyak

empat takbir tanpa ruku’, i’tida>l, suju>d dan tahiyyat, dilakukan ketika muslim

lainnya meninggal dunia sebelum jenazah dimakamkan.16 Para ulama telah

sepakat berdasarkan nash-nash yang kuat bahwa salat jenazah termasuk jenis

salat yang hukumnya fard}u kifa>yah17 yang artinya wajib bagi setiap muslim

untuk melakukannya, tetapi kewajiban tersebut gugur apabila telah ada muslim

lainnya yang melakukan, dan jika seluruh kaum muslimin meninggalkan salat

jenazah maka kaum muslimin seluruhnya berdosa.18

B. Dalil Pensyariatan dan Keutamaan Salat Jenazah

Ada beberapa hadits yang mengungkapkan keutamaan salat jenazah.

Antara lain: Pertama, bagi yang menyaksikan jenazah dan menyalatkannya, ia

mendapatkan pahala satu qirat}, dan bagi yang menyalatkan hingga

menyaksikannya dimakamkan maka baginya pahala dua qirat}. Sebagaimana yang

diriwayatkan Abū Hurairah ra:

16 Abdurrahman Ibn Muhammad ‘Aud al-Jazirī, al-Fiqh ‘alā Madzāhib al-Arba’ah (Beirut: Dār al-Fikr, 1985 M), hal. 450.

17 Jumhur ulama bersepakat mengenai hukum menyalatkah jenazah, namun mereka berbeda mengenai mengangkat tangan pada saat takbir dan bacaan yang dibaca setelah takbir. Lihat: Abdurrahman Ibn Muhammad ‘Aud al-Jazirī, al-Fiqh ‘alā Madzāhib al-Arba’ah, hal. 450-452.

18 Kamal Pasha, Must}afa> dkk, Fiqih Islam; Sesuai Dengan Putusan Majlis Tarji>h . (Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003), hal. 94.

Page 29: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

16

وما: قيل ومن شهدها حىت تدفن فله قرياطان جلنازة حىت يصلى عليها فله قرياطن شهد ام ١٩العظيمني اجلبلني مثل: قال القرياطان؟

Barangsiapa yang menyaksikan jenazah sampai ia menyalatkannya, maka

baginya satu qirat}. Lalu barangsiapa yang menyaksikan jenazah hingga

dimakamkan, maka baginya dua qirat}.” Ada yang bertanya, “Apa yang

dimaksud dua qirat}?” Rasu>lullah saw lantas menjawab “Dua qirat} itu

semisal dua gunung yang besar

Kedua, Allah swt akan memperkenankan syafa’at mereka untuknya,

sebagaimana yang diriwayatkan Kuraib (98 H) ra, ia berkata:

أنه مات ابن له بقديد أو بعسفان فقال P كريب انظر ما اجتمع له من الناس قال فخرجت له فأخربته فقال تقول هم أربعون؟ قال نعم قال أخرجوه فإين مسعت فإذا rس قد اجتمعوا

رسول هللا عليه وسلم يقول ما من رجل مسلم ميوت فيقوم على جنازته أربعون رجال ال يشركون z�٢٠ شيئا إال شفعهم هللا فيه

Putra ‘Abdullah Ibn ‘Abba>s di Qudaid atau di ‘Usfa>n meninggal dunia.

Ibn ‘Abba>s lantas berkata “Wahai Kuraib (bekas budak Ibn ‘Abba>s), lihat

berapa banyak manusia yang menyalati jenazahnya.” Kuraib berkata

“Aku keluar, ternyata orang-orang sudah berkumpul dan aku

mengabarkan pada mereka pertanyaan Ibn ‘Abba>s tadi. Lantas mereka

19 Muslim Ibn Hajjāj al-Naisābūrī, S}ahi>h Muslim, juz. 2, hal. 652. Dalam riwayat lainnya disebutkan:

حدبع#ا فلھ ق��اطان، قيل : وما الق��اطان ؟ قال: أصغر�ما مثل أ

ت

من ص34 ع34 جنازة ولم ي,بع#ا فلھ ق��اط فإن

Barangsiapa salat jenazah dan tidak ikut mengiringi jenazahnya, maka baginya (pahala) satu qirat}. Jika ia sampai mengikuti jenazahnya, maka baginya (pahala) dua qirat}.” Ada yang bertanya, “Apa yang dimaksud dua qirat}?” “Ukuran paling kecil dari dua qirat} adalah semisal gunung Uhud”, jawab beliau saw. Lihat: Muslim Ibn Hajjāj al-Naisābūrī S}ahi>h Muslim, juz. 9, hal. 441.

20 Muslim Ibn Hajjāj al-Naisābūrī, S}ahi>h Muslim, juz. 2, hal. 655. Hal ini senada dengan riwayat yang disampaikan Aisyah ra: “Tidaklah seorang jenazah disalatkan (dengan salat jenazah) oleh sekelompok kaum muslimin yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafa’at (mendoakan kebaikan untuknya), maka syafa’at (do’a mereka) akan diperkenankan.”. Lihat: Muslim Ibn Hajjāj al-Naisābūrī, S}ahi>h Muslim, juz. 5, hal. 307. Dan apa yang diriwayatkan oleh Mālik Ibn Hubairah ra: “Tidaklah seorang muslim mati lalu disalatkan oleh tiga shaf kaum muslimin melainkan do’a mereka akan dikabulkan”. Lihat: Abū Da>wud al-Sijistānī, Sunan Abī Da>wud, juz. 3, hal. 202.

Page 30: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

17

menjawab “Ada 40 orang”. Kuraib berkata “Baik kalau begitu.” Ibn

‘Abba>s lantas berkata “Keluarkan jenazah tersebut. Karena aku

mendengar Rasu>lullah saw bersabda “Tidaklah seorang muslim meninggal

dunia lantas disalatkan (salat jenazah) oleh 40 orang yang tidak berbuat

syirik kepada Allah sedikit pun melainkan Allah akan memperkenankan

syafa’at (do’a) mereka untuknya.”

Ketiga, dari ‘Aisyah ra (51 H), beliau berkata dari Nabi saw:

٢١فيه شفعوا إال له يشفعون كلهم مائة يبلغون املسلمني من أمة عليه يصلي ميت من ما

Tidaklah seorang jenazah disalatkan oleh sekelompok kaum muslimin yang mencapai 100 orang, lalu semuanya memberi syafa’at mendoakan kebaikan untuknya maka syafa’at do’a mereka akan diperkenankan

Keempat, dari Mālik Ibn Hubairah ra (61 H), ia berkata bahwa Rasu>lullah

saw bersabda:

٢٢أوجب إال املسلمني من صفوف ثالثة عليه فيصلى ميوت مسلم من ما

Tidaklah seorang muslim mati lalu disalatkan oleh tiga s}af kaum

muslimin melainkan do’a mereka akan dikabulkan

Dari keempat hadis di atas, dapat kita simpulkan bahwa pelaksanaan salat

jenazah sangat dianjurkan oleh Rasu>lullah saw mengingat ada banyak sekali

hikmah yang bisa kita petik dari salat jenazah.

C. Tempat Dilaksanakannya Salat Jenazah

Salat jenazah boleh dilakukan di masjid, berdasarkan riwayat dari ‘Aisyah

ra:

21 Muslim Ibn Hajjāj, S}ahi>h Muslim, juz. 3, hal. 52. 22 Abū Da>wud as-Sijistānī, Sunān Abī Da>wud (Beirut: Dār al-Kitāb al-‘Arābī, 2002),

juz. 3, hal. 174.

Page 31: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

18

صلى هللا عليه أOا رضي هللا عنها:عائشة عن ملا تويف سعد بن أيب وقاص أرسل أزواج النيب ٢٣وسلم أن ميروا جبنازته يف املسجد فيصلني عليه

Dari ‘Aisyah ra: Ketika Sa’d Ibn Abī Waqqās} ra wafat, isteri-isteri

Rasu>lullah saw meminta supaya jenazahnya dibawa ke dalam masjid agar

mereka bisa menyalatkannya, maka para pembawa jenazah memenuhi

permintaan mereka dan meletakkannya di dekat kamar mereka, lalu

mereka menyalatkannya. Selanjutnya jenazah Sa’d dibawa keluar melalui

pintu jenazah yang mengarah ke tempat biasanya orang-orang duduk

Tetapi lebih utama jika salat jenazah dilaksanakan di luar masjid, di suatu

tempat yang memang khusus dipersiapkan untuk salat jenazah, sebagaimana

yang diperaktekkan pada zaman Rasu>lullah saw. Dan hal ini merupakan yang

lebih sering beliau lakukan. Diriwayatkan dari Ibn ‘Umar ra, ia berkata:

صلى هللا عليه وسلم برجل منهم وامرأة زنيا فأمر �ما فرمجا قريبا من أن اليهودجاءوا إىل النيب ٢٤موضع اجلنائز عند املسجد

Bahwa orang-orang Yahudi mendatangi Nabi saw dengan membawa

seorang laki-laki dan seorang perempuan yang berzina. Kemudian Nabi

saw memerintahkan agar keduanya dirajam di dekat tempat salat jenazah

di samping masjid.

Dilarang salat jenazah di antara kuburan, berdasarkan hadis Anas Ibn

Mālik (93 H) ra:

23 Lalu isteri-isteri Rasu>lullah saw mendengar kabar bahwasanya orang-orang mencela

hal itu seraya berkata, “Belum pernah selama ini jenazah dibawa ke dalam masjid (ini adalah hal yang baru).” ‘Aisyah ra kemudian memberikan komentar “Betapa terburu-burunya manusia untuk mencela apa yang tidak mereka ketahui tentang memasukkan jenazah ke dalam masjid. Demi Allah, tidaklah Rasu>lullah saw menyalati Suhail Ibn Baidhā’ dan saudaranya, kecuali di dalam masjid.” Lihat: Muslim Ibn Hajjāj al-Naisābūrī, S}ahi>h Muslim, juz. 2, hal. 668.

24 Muhammad Ibn Isma>‘i>l al-Bukhārī, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 2, hal. 88. Hal ini juga senada dengan dikatakan oleh Ibn Hajar Al-‘Asqalānī:

صلى هللا عليه وسلم من rحية جهة املشرق صقا مبسجد النيب أن مصلى اجلنائز �ملدينة كان الSesungguhnya tempat salat jenazah menempel dengan masjid Nabawi, di sebelah timur. Lihat: Abū al-Faḍ Ibn Hajar al-‘Asqalānī, Fath al-Bārī (Beirut: Dār al-Fikr, 1994 ), juz. 4, hal. 388.

Page 32: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

19

٢٥القبور بني الصالة عن Oي وسلم عليه هللا صلي النيب أنرضي هللا عنه أنس عن

Dari Anas ra bahwasanya Rasu>lullah saw melarang menyalatkan jenazah

di antara kuburan

D. Golongan yang Tidak Wajib Disalatkan Jenazahnya

Dikecualikan hukum wajibnya salat jenazah atas dua golongan

1. Anak kecil yang belum baligh, ‘Aisyah ra berkata:

صلى هللا عليه وسلم ماتقالت عائشة عن وهو ابن مثانية عشر شهرا فلم إبراهيم ابن النيب صلى هللا عليه ٢٦وسلميصل عليه رسول هللا

Dari ‘Aisyah ra telah meninggal Ibrāhīm putera Rasu>lullah saw umurnya

saat itu delapan belas bulan, dan Rasu>lullah saw tidak menyalatkannya

Ketika jenazah berupa anak kecil, maka dianjurkan membaca do’a sebagai

berikut:

عا لوالديه، وذخرا فـرطا اجعله اللهم أجورمها، به وأعظم موازيـنـهما به ثـقل اللهم . جما� وشفيـمحتك وقه إبـراهيم، كفالة يف واجعله المؤمنني، بصالح وأحلقه دارا وأبدله اجلحيم، عذاب بررا را وأهال داره، من خيـ قنا ومن وأفـراطنا ألسالفنا، اغفر اللهم أهله، من خيـ �٢٧إلميان سبـ

Ya Allah! Jadikanlah kematian anak ini sebagai pahala pendahulu dan

simpanan bagi kedua orang tuanya dan pemberi syafaat yang dikabulkan

doanya. Ya Allah! Dengan musibah ini, beratkanlah timbangan perbuatan

mereka dan berilah pahala yang agung. Anak ini kumpulkan dengan

25 Abū Bakar Ahmad Ibn Amru al-Bazzār, Musnad al-Bazzār (Madinah: Maktabah al-‘Ulūm wa al-Hukm, 1988), juz. 13 hal. 112.

26 Abū Da>wud as-Sijistānī, Sunan Abī Da>wud, juz. 1, hal. 181. 27 Sa’id Ibn Alī Ibn Wahf al-Qahthānī, Hisn al-Muslim (Solo: Pustaka Arafah, tth).

Dalam Sunan al-Kubrā diriwayatkan doa lainnya yakni: ‘Allahumma a’udzu min ‘adāb al-qabri’. Lihat: Abū Bakar al-Baihaqi, al-Sunan al-Kubrā (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1424 H), juz. 4, hal. 14. Dalam sunannya, Abū Da>wud meriwayatkan doa yang dibaca untuk jenazah anak kecil sebagai berikut: ‘Allahummaj’alhu lana farāt}an, wa dzahrān wa ajrān’. Lihat: Abū Da>wud al-Sijistānī, Sunan Abī Da>wud, juz. 3, hal. 207.

Page 33: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

20

orang-orang yang shalih dan jadikanlah dia dipelihara oleh Nabi Ibrāhīm.

Peliharalah dia dengan rahmat-Mu dari siksaan Neraka Jahīm. Berilah

rumah yang lebih baik dari rumahnya (di dunia), berilah keluarga (di

Surga) yang lebih baik daripada keluarganya (di dunia). Ya Allah, am-

punilah pendahulu-pendahulu kami, anak-anak kami, dan orang-orang

yang men-dahului kami dalam keimanan.

2. Orang yang mati syahid. Diriwayatkan dari Anas ra, ia berkata:

٢٨أحد مل يغسلوا، ودفنوا بدمائهم، ومل يصل عليهم شهداء أن قال مالك بن أنس أن

Sesungguhnya Anas Ibn Mālik berkata; para syuhada> Uhud tidak

dimandikan, dan mereka dikuburkan bersama darah-darah mereka, juga

mereka tidak disalati.

Akan tetapi tidak wajibnya salat bukan berarti menafikan

disyari’atkannya salat atas dua golongan tersebut. Diriwayatkan dari ‘Aisyah ra:

٢٩عليه يصلي االنصار صبيان من بصيب وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أيتقالت عن عائشة

Dari ‘Aisyah ra: dihadapkan kepada Rasu>lullah saw jenazah seorang anak

kecil dari kaum Anshar, maka beliau menyalatkannya

Semakin banyak orang yang salat jenazah, maka itu lebih utama bagi

jenazah sebagaimana sabda Rasu>lullah saw:

ما من ميت تصلي عليه أمة من املسلمني :قال وسلم عليه هللا صلى النيب عن عائشة عن ٣٠كلهم يشفعون له، إال شفعوا فيه يبلغون مئة

28 Abū Abdillah al-Hākim al-Naisābūrī, al-Mustadrāk ‘alā al-S}ahi>hain (Beirut: Dār al-Ma’rifah, 1990), juz. 1, hal. 365.

29 Abū Abd al-Rahman al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, juz. 4, hal. 57. 30 Muslim Ibn Hajjāj al-Naisābūrī, S}ahi>h Muslim, juz. 3, hal. 252. Juga dalam riwayat

lain beliau bersabda “Tidaklah seorang muslim meninggal, kemudian dia disalatkan oleh empat puluh laki-laki yang tidak menyekutukan Allah dengan sesuatu apa pun, maka Allah akan memberinya syafa’at.”. lihat: Muslim Ibn Hajjāj al-Naisābūrī, S}ahi>h Muslim, juz. 3, hal. 257.

Page 34: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

21

Dari ‘Aisyah ra berkata: tidaklah seorang jenazah disalatkan oleh kaum

muslimin yang mencapai seratus orang yang semuanya berhak memberi

syafa’at kecuali mereka akan memberi syafa’at baginya.

E. Salat Jenazah bagi Munafik Dalam Kehidupan Sosial Masyarakat

Rasu>lullah saw

Selama hidupnya, Rasu>lullah saw selalu menyalatkan jenazah para

sahabat kecuali syahid dan anak kecil yang belum baligh. Bahkan, Nabi saw

pernah marah ketika para sahabat tidak menginformasikan mengenai kematian

seorang wanita tua renta pembersih masjid Nabawi sebab Nabi saw tidak bisa

menyalatkan dan mendoakan jenazahnya. Namun, dalam beberapa hadis

dikisahkan Nabi saw pernah tidak menyalatkan jenazah seorang sahabat.

Diantara jenazah yang tidak beliau salati tersebut adalah seorang munafik,

seorang yang ghulu>l dan yang masih memiliki utang.31

Pada awalnya, Nabi saw selalu menyalatkan jenazah kaum muslim

bagaimanapun keadaan mereka. Sebab Nabi saw memandang bahwa setiap kaum

31 Terdapat hadis yang menerangkan bahwa Nabi saw pernah tidak menyalatkan

beberapa jenazah, diantaranya adalah jenazah seorang yang berkhianat atas harta kaum muslim. Zaid Ibn Khālid al-Juhanī telah meriwayatkan: “Bahwa seorang laki-laki dari kalangan kaum muslim meninggal di Khaibar, lalu hal itu diceritakan kepada Rasu>lullah saw kemudian beliau saw berkata: “Salatkanlah teman kalian itu oleh kalian.” Maka berubahlah wajah orang-orang karenanya. Tatkala beliau melihat apa yang terjadi dengan mereka, beliau bersabda: “Sesungguhnya teman kalian itu telah berkhianat dengan menggelapkan harta ketika berperang di jalan Allah swt” Lalu kami memeriksa hartanya, ternyata kami dapati di dalamnya ada tas kulit milik orang Yahudi yang bernilai dua dirham. Lihat: Ibn Majah al-Quzwainī, Sunan Ibn Mājah, juz. 2, hal. 950. Yang kedua, beliau saw tidak menyalatkan jenazah orang yang berhutang yang tidak meninggalkan harta sebagai penggantinya, dan tidak ada seorangpun yang bersedia menggantikannya membayar utang. Dari Abū Qatadah ra, ia berkata: “Satu jenazah telah dibawa ke hadapan Nabi saw agar disalatkan, lalu beliau saw bertanya: “Adakah dia memiliki hutang?” Mereka menjawab: “Ya, sebanyak dua dinar.” Beliau bertanya lagi: “Apakah dia meninggalkan harta untuk membayarnya?” Mereka berkata: “Tidak.” Maka beliau berkata: “Salatilah teman kalian ini.” Abū Qatadah bertanya: “Wahai Rasu>lullah, dua dinar itu menjadi tanggunganku.” Maka Rasu>lullah saw menyalatinya.” Lihat: Abū Abd al-Rahman al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, juz. 4, hal. 65. Dan yang ketiga adalah orang yang bunuh diri, Jabir Ibn Samurah ra. berkata: “Ada seorang yang bunuh diri dengan pisau, maka Rasu>lullah saw bersabda: “saya tidak salatkan dia.” Lihat: Abū Abd al-Rahman al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, juz. 4, hal. 66.

Page 35: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

22

muslim yang masih tampak keimanannya harus tetap disalati jenazahnya karena

salah satu hak yang harus dipenuhi bagi jenazah muslim adalah disalati. Suatu

hari, ketika beliau akan berangkat ke rumah ‘Abdullah Ibn Ubay untuk

menyalatkan jenazahnya, ‘Umar Ibn Khat}t}ab memperingatkan beliau agar beliau

jangan sekali-kali menyalatkan jenazah orang yang memusuhi Islam tersebut.

Sebelumnya, Nabi saw telah menerima wahyu dari Allah swt:

لن يـغفر هللا هلم، غفر هلم سبعني مرة فـ ذلك �نـهم كفروا استـغفر هلم او ال تستـغفر هلم، ان تستـ ٣٢القوم الفسقني z� و رسوله و هللا ال يـهدى

Kamu memohonkan ampun untuk mereka atau tidak kamu mohonkan

ampun untuk mereka, walaupun kamu memohonkan ampun untuk mereka

tujuh puluh kali, namun Allah tidak akan mengampuni mereka. Yang

demikian itu disebabkan karena mereka tidak beriman kepada Allah dan

Rasul-Nya. Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada kaum yang fasik

Ketika itu Umar Ibn al-Khat}t}ab ra menarik-narik baju Nabi saw supaya

beliau tidak menyalatkan jenazah ‘Abdullah Ibn Ubay, namun beliau tetap akan

menyalatkannya. Kemudian beliau bersabda kepada Umar Ibn al-Khat}t}ab ra :

P هلم تستغفر إن هلم تستغفر ال أو هلم استغفر يل قيل قد فاخرتت خريت قد إين عين أخر عمر ٣٣لزدت له غفر السبعني على زدت إن اين أعلم فلو هلم هللا يغفر فلن مرة سبعني

32 Q.S al-Taubah: 80. Ibn Katsīr memberi komentar tentang ayat ini dengan mengatakan bahwa Allah swt memberitahukan Nabi-Nya saw bahwa orang-orang munafik itu tidak layak untuk dimintakan ampunan. Bahkan jika beliau memintakan ampunan bagi mereka sebanyak tujuh puluh kali, maka Allah swt tidak akan memberikan ampunan bagi mereka. Ada yang mengatakan, bilangan tujuh puluh disebutkan untuk menyatakan kesungguhannya dalam memintakan ampunan bagi mereka, karena dalam ungkapan masyarakat Arab bilangan tujuh puluh digunakan untuk menyatakan kesungguhan ucapan mereka. Bukan digunakan untuk memberikan batasan. Lihat: Abū al-Fidā Ibn Katsīr al-Qurāsyī, Tafsīr Qur’ān al-’Az}īm, juz. 4, hal. 188.

33 Mālik Ibn Hisyām, al-Sirah al-Nabawiyah li Ibn Hisyām (Beirut: Dār al-Jail, 1411 H), juz. 5, hal. 240.

Page 36: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

23

Hai ‘Umar, mundurlah kamu karena sesungguhnya aku disuruh memilih,

maka aku memilih. Telah difirmankan kepadaku, “Kamu memohonkan

ampun untuk mereka atau tidak kamu mohonkan ampun untuk mereka,

walaupun kamu memohonkan ampun untuk mereka tujuh puluh kali,

namun Allah tidak akan mengampuni mereka”. Maka seandainya aku

mengetahui bahwa jika aku tambah lebih dari tujuh puluh kali, lalu dia

diampuni, niscaya akan aku tambah.

Mendengar jawaban Nabi saw yang demikian itu Umar terdiam, tetapi

hatinya tidak setuju Nabi saw menyalatkan jenazah munafik itu. Kemudian Nabi

saw menyalatkan jenazah ‘Abdullah Ibn Ubay Ibn Salūl tersebut. Setelah Nabi

saw selesai menyalatkan jenazah, beliau lalu mengantarkan sampai ke

perkuburan hingga selesai di kubur. Kemudian tidak seberapa lama turunlah

wahyu Allah swt:

هم مات ابدا و ال تـقم على قـربه، انـهم كفروا z� و رسوله و م اتـوا و و ال تصل على احد منـ ٣٤هم فسقون

Dan janganlah sekali-kali kamu menyalatkan jenazah salah seorang

diantara mereka selama-lamanya, dan janganlah kamu berdiri

(mendoakan) di kuburnya. Sesungguhnya mereka itu telah kafir kepada

Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mati dalam keadaan fasik.

Sesudah turun ayat tersebut Nabi saw tidak pernah menyalatkan jenazah

orang munafik. Apabila beliau saw diundang untuk menghadiri jenazah, terlebih

dahulu menanyakan tentangnya. Jika orang-orang menyebutnya dengan sebutan

memuji karena baik, maka beliau saw bangkit dan mau menyalatkannya. Tetapi

jika keadaan jenazah itu adalah sebaliknya, maka beliau saw bersabda, "Itu

34 Q.S al-Taubah: 84.

Page 37: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

24

terserah kalian" dan beliau tidak mau menyalatkannya. Hal ini sebagaimana yang

diriwayatkan Abū Hurairah ra:

هللا رسول عهد يف املؤمن تويف إذا يقول كان سلم و عليه هللا صلى هللا رسول أن هريرة أيب عن. عليه صلى نعم قالوا فإن ؟ قضاء لدينه ترك هل: فيسأل الدين وعليه سلم و عليه هللا صلى ٣٥صاحبكم على صلوا :قال ال قالوا وإن

Dari Abū Hurairah ra: sesungguhnya Rasu>lullah saw bersabda jika

seorang mu’min meninggal di masa Rasu>lullah saw, dan dia memiliki

utang, maka akan ditanya: apakah dia memiliki uang untuk melunasi

utangnya? Jika mereka (para sahabat) menjawab iya, maka Nabi pun

meyalatkannya. Dan jika (para sahabat) menjawab tidak, maka Nabi akan

bersabda; “Salatilah sahabat kalian, (aku tidak akan menyalatkannya)”

35 Abi ‘Awanah al-Ashfirani, Musnad Abi ‘Awanah (Beirut: Dār al-Ma’rifah, tth), juz. 3,

hal. 442. Tujuan Rasu>lullah saw tidak mensalatkan jenazah tersebut adalah sebagai peringatan bagi yang masih hidup agar tidak mudah berhutang. Al-Nawāwī berkata: Rasu>lullah saw tidak mensalatkannya untuk memotivasi manusia agar melunasi hutang semasa hidup mereka dan berupaya melepaskan diri dari hutang tersebut agar mereka tidak terluput dari salat Nabi saw. Ketika Allah swt memberikan kemenangan-kemenangan kepada beliau, maka beliau kembali mensalatkan mereka dan melunasi hutang orang yang meninggal dunia, yang tidak meninggalkan harta untuk melunasi hutangnya. Lihat: Al-Nawāwī, Syarh S}ahi>h Muslim (Beirut: Dār Ihyā al-Turāts al-‘Arābī, 1392 H), juz. 11, hal. 60.

Page 38: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

25

BAB III

DEFINISI DAN KARAKTERISTIK MUNAFIK SERTA KORELASINYA

TERHADAP MUSLIM PENDUKUNG AHOK

A. Definisi Munafik Menurut Islam

Secara etimologi kata munafik berasal dari derivasi kata Nāfaqa mengikuti

wazan fā’ala yang berarti berpura-pura.36 Dalam Mufradāt Alfāz} al-Qur’ān,

kata /نفد memiliki makna نفق مضى yang berarti habis, makna habis di sini dapat

diartikan dengan makna yang berbeda-beda sesuai konteksnya. Di bawah adalah

contoh-contoh kata nafaqa yang menunjukkan makna habis, yaitu:

(راج) Jual beli tersebut laris : نفق البيع نفاقا .1

(مات) Binatang-Binatang melata itu mati : نفقت الدابة نفوقا .2

(نفد) Dirham-dirham tersebut telah habis : نفقت الدراهم .3

Sedangkan Ibn Manz}u>r (711 H) dalam kitabnya Lisān al-‘Arāb

menyebutkan:

السرب وهو النفق من ال النافقاء من مأخوذ وهو ونفاقا منافقة ينافق rفق

Lafad nāfaqa yunāfiqu munāfaqatan diambil dari kata al-nāfiqā’ bukan

dari al-nafaq yang berarti lubang. Yang dimaksud lubang di sini adalah

lubang yang dijadikan tempat persembunyian.37

36 Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta, YPPPA, 1973), hal. 463. 37 Dari uraian di atas, dapat kita simpulkan bahwa lafadz nafaqa memiliki beberapa

makna, yaitu: rāja yang bermakna Laris, Māta yang bermakna mati, Nafida yang bermakna habis dan al-Sarāb yang bermakna Lubang. Lihat: Muhammad Ibn Mukrim Ibn Manz}ur Al-Mis}ri, Lisān

Page 39: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

26

Abd al-Rahman Faudā memberikan penjelasan mengenai hal ini.

Menurutnya, diantara semua binatang, ada satu binatang yang diberi sifat buruk,

cerdik dan suka menipu. Binatang itu disebut yang bermakna (’al-yarbū) الريبوع

sejenis tikus.38

Binatang ini membuat tempat tinggal dan tempat bersembunyi dari dua

buah batu. Salah satu dari batu itu muncul untuk menampakkan dirinya. Batu

tempat munculnya ini disebut صعاء Sedangkan batu yang lainnya .(’al-Qāshi’ā) القا

tersembunyi dan tidak dapat dilihat, batu ini disebut النافقاء (al-nāfiqā’). Apabila

Binatang ini dikejar dari arah batu al-qāshi’ā’, ia memasukkan kepalanya dari

batu al-nāfiqā’ lalu bersembunyi di balik batu itu atau lari dari jalan keluar yang

lain.39

Dalam semantik, munafik disebut hypocrisy40, dalam bahasa Arab

sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, kata munafik adalah bentuk isim

fail atau subjek/pelaku dari perbuatan nifa>q, sedangkan dalam bahasa Indonesia

al-‘Arab (Beirut: Dār al-Shādir, 2010), juz. 10, hal. 357. Muhammad Ibn Abd al-‘Azīz al-Qar’awī dalam kitabnya yang berjudul al-Jadīd memberikan definisi al-nifāq secara bahasa dengan Menampakkan sesuatu yang bertentangan dengan apa yang sebenarnya terhadap orang lain. Lihat: Muhammad Ibn Abd al-‘Azīz Sulaimān Al-Qar’awī, al-Jadīd Fi Syarh Kitāb al-Tauhīd (Saudi: Maktabah al-Saudy, 2003), juz. 1, hal. 30.

38 Hewan Yarbū’ membuat dua lubang untuk masuk dan keluar. Salah satu pintunya ditutup untuk bersembunyi, dan dibuka untuk jalan keluar jika ada bahaya. Lihat: Ibn Mandhur al-Mishri, Lisān al-‘Arāb, juz. 10, hal. 358. Yarbū’ adalah hewan sejenis tikus, memiliki kaki depan pendek dan kaki belakang panjang. Lihat: Jubrān Mas’ūd, al-Rā’id (Beirut: Dār al-Fikr, tth), hal. 487.

39 Abdul Rahman Faudā, Min Ma’āni al-Qur’an (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, tth), hal. 87

40 John M. Echols dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia; an English-Indonesia Dictionary (Jakarta: PT Gramedia, 1988), hal. 308. Dalam Kamus Cambridge diartikan sebagai: a situation in which someone pretends to believe something that they do not really believe, or that is the opposite of what they do or say at another time. Lihat: Cambridge Advanced Leaner’s Dictionary (Cambridge: Cambridge University Press, 2003), hal. 354

Page 40: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

27

kata munafik tidak lagi diartikan sebagai subjek, akan tetapi bermakna kata kerja

atau perilaku yang dilakukan oleh subjek tersebut.

Pengertian munafik secara terminologi adalah seorang yang

menampakkan sesuatu yang sejalan dengan kebenaran di depan orang banyak,

padahal kondisi batin atau perbuatan yang sebenarnya tidak demikian.41

Sedangkan menurut al-Qar’awī istilah munafik dalam Islam diartikan

sebagai:

٤٢إظهار اإلسالم وإبطان الكفر

Menampakkan keislamannya dan menyembunyikan kekafirannya (di

hadapan orang lain.)

Ibn Juraij (150 H), menyebutkan kriteria seorang munafik dengan

mengatakan: Orang munafik ialah orang yang perkataannya menyelisihi tindak-

tanduknya, batinnya menyelisihi lahiriahnya, tempat masuknya menyelisihi

tempat keluarnya, dan kehadirannya menyelisihi ketidak hadirannya43.

41 Ibrāhīm Ibn Muhammad Ibn Abdullah al-Buraikān, Pengantar Studi Aqidah Islam, Penerjemah Muhammad Anis Matta (Jakarta: Litbang Pusat Studi Islam Al-Manar, tth), hal. 220

42 Muhammad Ibn Abdul ‘Azīz Sulaimān al-Qar’awī, al-Jadīd fi Syarh Kitāb al-Tauhīd, juz. 1, hal. 30. Hal ini senada dengan definisi yang dikemukakan oleh Ibn Manshūr dalam kitabnya Syarh Us}ūl I’tiqād Ahl al-Sunnah wa al-Jamā’ah dengan mengatakan bahwa nifa>q adalah mengkufurkan Allah secara diam-diam dan menampakkan keimanannya secara terang-terangan. Lihat: Habbatullah Ibn al-Hasan Ibn Manshūr, Syarh Us}ūl al-I’tiqād Ahl al-Sunnah wa al-Jamā’ah min al-Kitāb wa al-Sunnah wa al-Ijmā’ al-Shahābah (Riyadh: Dār al-Thībah, 1983), hal. 169. Dari kata nifāq tersebut, al-Ashfahānī mengatakan seorang munafik ialah ia yang masuk Islam dari pintu satu dan keluar dari pintu lainnya. Lihat: Husain Ibn Muhammad Abū al-Qāsim al-Rāghib al-As}fihānī, Mufradāt Alfād al-Qur’ān (Damaskus: Dār al-Qalam, 1986), juz. 2, hal. 448. Menurut al-Marāghī sifat orang munafik ialah menutupi kemunafikannya dengan sumpah palsu. Lihat: ahmad Musthafā al-Marāghī, Tafsīr al-Marāghī (Mesir: Syirkah al- Maktabah wa al-Mathba’ah, tth), hal. 105.

43 Abū al-Fidā Ibn Katsīr al-Qurāsyī, Umdah al-Tafsīr (Mesir: Dār al-Wafā, 2005), juz. 1, hal. 78. Hudzaifah al-Yamāni yang dikenal sebagai Shāhib al-Sirr, pemegang rahasia Rasu>lullah saw ketika ditanya mengenai munafik, beliau menjawab: Orang yang mengaku Islam, namun tidak mengamalkan ajaran Islam. Beliau juga menambahkan dengan mengatakan bahwa orang munafik saat ini lebih jelek dari orang munafik di masa Rasu>lullah saw. Dahulu

Page 41: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

28

Imam al-Auzā’ī (157 H), Syaikh al-Islām dan seorang Ahli Hadis dan

Fikih dari Syam44 berkata:

ويعمل قليالإن املؤمن يقول قليال ويعمل كثريا وإن املنافق يقول كثريا

Sifat seorang mukmin adalah sedikit bicara, banyak beramal. Sedangkan

sifat orang munafik adalah banyak ngomong, namun amalannya sedikit45

Ha>tim al-As}ām46 (237 H) pernah ditanya mengenai sifat orang munafik

dan beliau menjawab:

من الدنيا أخذ حبرص ومينع �لشك وينفق �لرPء واملؤمن ¡خذ �خلوف وميسك املنافق ما أخذ �لشدة وينفق z خالصا يف الطاعة

Orang munafik mengambil dunia dengan rasa tamak, melindungi harta

tersebut dengan penuh keragu-raguan dan menginfakkan dengan riya’.

Sedangkan orang mukmin mengambil harta dengan penuh kekhawatiran,

ia menahannya dengan kuat lalu menginfakkannya dengan ikhlas di jalan

ketaatan.47

Fud}ail Ibn ‘Iyād}48 (187 H) menyebutkan sifat orang munafik sebagai

berikut:

kemunafikan disembunyikan, sedangkan saat ini terang-terangan. Lihat: Abū Nu’aim al-As}fihānī, Hilyah al-Auliyā wa T}abaqāt al-As}fiyā (Beirut: Dār al-Kitāb al-‘Arābī, 1405 H ), juz. 1, hal. 282.

44 Nama aslinya Abū ‘Amr, tinggal di Damaskus kemudian pindah ke Beirut. Lihat: Abū Sahl al-Maghrāwī, Maus}ū’ah Muwāfaq al-Salaf fi al-’Aqī>dah wa al-Manhāj wa al-Tarbiyyah (Mesir: Maktabah Isla>miyah, tth), juz. 2 hal. 356.

45 Abū Nu’aim al-As}fihānī, Hilyah al-Auliyā wa T}abaqāt al-As}fiyā, juz. 5, Hal. 142. 46 Nama lengkapnya Abū Abd al-Rahman Hātim Ibn Alwān, diberi gelar al-As}ām

(orang yang tuli) bukan karena ia tuli akan tetapi ia pernah berpura-pura tuli untuk menjaga kehormatan seseorang hingga ia dijuluki dengan al-As}ām. Dia pernah mengunjungi Baghdad dan menetap di kota ini sampai meninggal.

47 Abū Nu’aim al-As}fihānī, Hilyah al-Auliyā wa T}abaqāt al-As}fiyā, juz. 8, Hal. 79. 48 Seorang ulama terkemuka, zuhud, wara’, dan ahli ibadah. Mendapat Ibn Ibn Al-

Mubārak. Lihat: Khairuddin al-Zarkilī al-Dimasyqī, al-A’lām (2002), juz. 5 hal. 153.

Page 42: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

29

حيسد واملنافق حيسد وال يغبط واملؤمن الغبطة من االميان واحلسد من النفاق واملؤمن يغبط وال يسرت ويعظ وينصح والفاجر يهتك ويعري ويفشي

Ghibt}ah adalah bagian dari iman. Sedangkan hasad adalah bagian dari

kemunafikan. Seorang mukmin punya sifat ghibt}ah (ingin melebihi orang

lain dalam kebaikan), sedangkan ia tidaklah hasad (iri atau dengki).

Adapun orang munafik punya sifat hasad dan tidak punya sifat ghibtah.

Seorang mukmin menasehati orang lain secara diam-diam. Sedangkan

orang fa>jir (pelaku dosa) biasa ingin menjatuhkan dan menjelek-jelekkan

orang lain.49

B. Sejarah Kaum Munafik dalam Islam

Dalam sejarah Islam, sifat munafik muncul setelah hijrah Nabi saw dari

Mekkah ke Madinah50, tepatnya setelah peristiwa perang Badar pada tahun ke-3

Hijriah. Pada saat itu, orang-orang mukmin masih terbilang sedikit dan orang-

orang kafir mendominasi, kaum mukmin menjadi nampak lemah. Situasi ini

berubah drastis ketika Allah mengizinkan kaum mukmin berhijrah dari kampung

halaman mereka di Mekkah menuju Madinah yang saat itu banyak orang telah

memeluk Islam berkat delegasi-delegasi yang Nabi utus ke Madinah seperti

Mus}’ab Ibn ‘Umair untuk mendakwahkan Islam.51 Di kota inilah orang-orang

beriman mulai nampak jaya dan berwibawa di mata seluruh dunia serta

dipertimbangkan keberadaanya. Di masa ini pun belum ada orang-orang munafik.

49 Abū Nu’aim al-As}fihānī, Hilyah al-Auliyā Wa T}abaqāt al-As}fiyā, juz. 8, Hal. 95. Wahb Ibn Munabbih mengungkapkan sebagian sifat orang munafik sebagai berikut: Di antara sifat orang munafik adalah gila pujian dan benci celaan. Lihat: Abū Nu’aim al-As}fihānī, Hilyah al-Auliyā Wa T}abaqāt al-As}fiyā, juz. 4, hal. 41. 50 Rasul saw. memulai hijrah pada hari Jum’at 13 September 622 M dan tinggal di gua Tsur. Melanjutkan perjalanan ke Madinah dengan mengupah ‘Abdullah Ibn Uraiqith pada malam Senin 16 September 622 M. Tiba di Quba pada hari Senin 23 September 622 M, tinggal selama 4 hari dan mendirikan Masjid Quba. Seusai salat Jum’at Rasu>lullah saw memasuki Madinah. Lihat: S}afiyurrahman al Mubārakfuri, Al-Rahiq al-Makhtu>m, (terj. Kathur Suhardi) (Jakarta: Pustaka al Kautsar, 1997), hal. 186-193.

51 S}afiyurrahman al-Mubārakfuri, al-Rahiq al-Makhtu>m, hal. 160.

Page 43: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

30

Kejayaan ini semakin nampak jelas setelah peristiwa perang Badar antara

kaum mukminin melawan orang-orang kafir yang dimenangkan pasukan

mukmin.52 Dengan demikian, Allah benar-benar meninggikan syiar Islam dan

pemeluknya. Sejak saat itulah orang-orang kafir berpura-pura memeluk Islam,

padahal hati mereka menyembunyikan kekufuran. Inilah yang disebut orang-

orang munafik.53

C. Gambaran Umum Munafik Dalam al-Qur’an

Abdurrahman Faudāh menyebutkan, di antara ayat-ayat al-Qur’an yang

menjelaskan tentang nifa>q, terdapat 13 ayat secara berurutan menjelaskan

tentang sifat munafik yakni dalam surat al-Baqa>rah, dimulai dari ayat 8 sampai

ayat 20. Ayat yang menjelaskan tentang munafik ini, sebelumnya diawali dengan

ayat yang menjelaskan orang mukmin yaitu ayat 1 sampai ayat 5, kemudian

diikuti dengan ayat yang menjelaskan orang kafir dimulai dari ayat 6 sampai ayat

7. Urutan penjelasan tersebut menunjukkan bahwa Allah swt pertama,

menjelaskan golongan yang ikhlas beragama karena Allah swt semata, yang

sesuai antara z}a>hir dan ba>t}in-nya, sesuai antara perbuatan dan perkataannya,

yaitu al-mu’min. Kemudian Allah swt menjelaskan golongan yang mencintai

kekafiran secara z}a>hir dan bathin yaitu al-kafir. Selanjutnya dijelaskan lagi satu

pertiga setelah dua pertiga diatas yaitu mu'min dan kafir. Yang sepertiga itu

52 Terjadi pada 17 Ramadhan 2 H bertepatan dengan tanggal 13 Maret 624 H. Lihat: ‘Ali al-Hasani al-Nadwi Abu al-Hasan, Sejarah Lengkap Nabi Muhammad saw (Yogyakarta: Mardiyah Press, 2008), hal. 245-246.

53 Pemimpin suku Khazraj yakni Abdullah Ibn Ubay Ibn Salul akan dijadikan raja di Madinah oleh para pengikutnya. Akan tetapi karena kemenangan Badar berada di tangan Rasu>lullah saw maka ia bersama para pengikutnya masuk Islam untuk menghancurkannya dari dalam. Lihat: Bustamin Abd. Gani dkk, al-Qur’an dan Tafsirnya (Jakarta: Proyek Pengadaan Kitab Suci al-Qur’an, 1986), hal. 65. Menurut Ibn Abbas di samping ‘Abdullah Ibn Ubay masih ada yang lain yaitu Jadd Ibn Qusyair. Lihat: Abū Thahir Muhammad Ya’qub al-Fairuzabadi, Tanwīr al-Miqyās Ibn ‘Abbas (Beirut: al-Maktabah al-Tarbiyah al-Kubrā, tth), hal. 4.

Page 44: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

31

adalah kelompok yang menyatakan iman secara z}a>hir dengan lidahnya, sedang

ba>t}in nya tidak beriman. Kelompok ini adalah kelompok yang paling buruk.

Mereka kufur dengan kekufuran paling buruk. Karena menyembunyikan

kekafiran dengan cara mempermainkan dan menipu.54

Berikut adalah ayat-ayat dalam al-Qur’an yang menjelaskan tentang

munafik:

1. Qur’an Surat al-Munāfiqūn Ayat: 1

هد إن إذا جاءك المنافقون قالوا نشهد إنك لرسول ا� وا� يـعلم إنك لرسوله وا� يش ٥٥المنافقني لكاذبون

Apabila orang-orang munafik datang kepadamu Muhammad, mereka

berkata: Kami mengakui, bahwa engkau adalah rasul Allah.” Dan Allah

mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah

menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta.

2. Qur’an Surat al-Taubah: 53-54

تم قـوما فاسقني ( قبل منكم إنكم كنـ عهم أن تـقبل ٥٣قل أنفقوا طوعا أو كرها لن يـتـ ) وما منـهم نـفقاتـهم إال أنـهم كفروا �� وبرسوله وال ¡تون الصالة إال وهم كساىل وال يـنفقون إال منـ

٥٦وهم كارهون

54 Ibrāhīm Ibn Muhammad al-Buraikān, al-Madkhal li Dirasah Al-’Aqī>dah al-Islāmiyyah, juz. 1 Hal. 161.

55 Q.S al-Munāfiqūn: 01. Allah swt menceritakan perihal orang-orang munafik bahwa mereka hanya mengakui Islam dengan mulutnya saja, bila datang kepada Nabi saw. Adapun di dalam batin mereka adalah kebalikannya dan tidaklah seperti apa yang dilahirkan oleh mereka. Yakni apabila mereka datang kepadamu dan menghadapimu dengan pengakuan tersebut, serta menampakkan hal itu kepadamu, kenyataannya tidaklah seperti apa yang mereka katakan. Karena itulah maka dalam ayat ini diletakkan kalimat sisipan yang memberitahukan bahwa sesungguhnya Nabi saw adalah utusan Allah. Lihat: Abū al-Fidā Ibn Katsīr al-Qurāsyī, Tafsīr Qur’ān al-’Az}īm, juz. 8, hal. 125.

56 Q.S al-Taubah: 53-54. Orang-orang munafik itu kalau pun melakukan salat, mereka lakukan dengan malas. Kalau di hadapan orang mereka salat, tetapi kalau mereka hanya sendirian, salat ditinggalkan dan tidak dikerjakan. Mereka tidak mengharapkan pahala dari

Page 45: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

32

Katakanlah: “Nafkahkanlah hartamu baik dengan sukarela ataupun

dengan terpaksa, namun nafkah itu sekali-kali tidak akan diterima dari

kamu. Sesungguhnya kamu adalah orang-orang yang fasik (53) Dan tidak

ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-

nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya

dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan

tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan

(54)

3. Qur’an Surat al-Taubah: 64-66

بئـهم مبا يف قـلو�م قل استـهزئوا إن ا� خمرج ما حيذر المنافقون أن تـنـزل عليهم سورة تـنـا كنا٦٤حتذرون ( تم ) ولئن سألتـهم ليـقولن إمن خنوض ونـلعب قل أ�� وآPته ورسوله كنـ

ب طائفة ٦٥تستـهزئون ( ) ال تـعتذروا قد كفرمت بـعد إميانكم إن نـعف عن طائفة منكم نـعذ ٥٧)٦٦°نـهم كانوا جمرمني (

Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka

sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati

mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu

(terhadap Allah dan rasul-Nya).” Sesungguhnya Allah akan menyatakan

apa yang kamu takuti itu. Dan jika kamu tanyakan kepada mereka

(tentang apa yang mereka lakukan itu), tentulah mereka akan manjawab,

“Sesungguhnya Kami hanyalah bersenda gurau dan bermain-main saja.”

salatnya itu, mereka tidak takut kepada siksaan karena meninggalkannya, karena melakukan salat bukanlah karena percaya akan kewajibannya tetapi salat dikerjakan hanya karena riya' hanya karena ingin dilihat dan diketahui bahwa ia juga turut melakukan salat. Apabila mereka menafkahkan dan mengorbankan harta bendanya untuk membantu perjuangan Rasu>lullah saw dan sahabat-sahabatnya, atau hal-hal lain mereka mengeluarkannya dengan rasa berat dan terpaksa, tidak dengan rela dan ikhlas hati karena mereka menganggap bahwa bantuannya itu akan merugikan dirinya sendiri, tetapi sebaliknya akan menguntungkan orang-orang mukmin, sedang dia bukanlah termasuk golongan orang-orang mukmin.

57 Q.S al-Taubah: 64-66. Menurut Quraish Shihab di antara orang-orang munafik saling mengejek Rasu>lullah saw. Mereka takut apabila rahasia mereka terbongkar. Kemudian, turunlah ayat-ayat al-Qur'ân kepada Rasu>lullah mengenai orang-orang munafik itu yang menunjukkan rahasia yang mereka simpan di antara sesama mereka. Katakan kepada mereka, wahai Muhammad, "Ejeklah sesuka kalian, sebab Allah pasti akan memperlihatkan apa yang kalian takuti untuk terbongkar."

Page 46: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

33

Katakanlah: “Apakah dengan Allah, ayat-ayat-Nya dan Rasul-Nya kamu

selalu berolok-olok?” Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir

sesudah beriman. jika Kami memaafkan segolongan kamu (lantaran

mereka taubat), niscaya Kami akan mengazab golongan (yang lain)

disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa

4. Qur’an Surat al-Taubah: 67-68

هون عن المعروف ويـقبضو ن المنافقون والمنافقات بـعضهم من بـعض ¡مرون �لمنكر ويـنـا� المنافقني والمنافقات ) وعد ٦٧أيديـهم نسوا ا� فـنسيـهم إن المنافقني هم الفاسقون (

وهلم عذاب مقيم ( ٥٨)٦٨والكفار rر جهنم خالدين فيها هي حسبـهم ولعنـهم ا�

Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian

yang lain adalah sama, mereka menyuruh membuat yang Munkar dan

melarang berbuat yang ma’ru>f dan mereka menggenggamkan tangannya.

mereka telah lupa kepada Allah, Maka Allah melupakan mereka.

Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang

fasik. Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan

dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di

dalamnya. cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka,

dan bagi mereka azab yang kekal”.59

58 Q.S al-Taubah: 67-68. Orang-orang munafik laki-laki dan orang-orang munafik

perempuan sebagian dari mereka dengan sebagian yang lain adalah sama) yakni mereka mempunyai sikap dan sepak terjang yang sama, perihalnya sama dengan setali tiga uang (mereka menyuruh membuat yang mungkar) berupa kekafiran dan maksiat-maksiat (dan melarang berbuat yang makruf) berupa keimanan dan ketaatan (dan mereka menggenggam tangannya) dari pada berinfak di jalan ketaatan (mereka telah lupa kepada Allah) artinya mereka tidak mau taat kepada-Nya (maka Allah melupakan mereka) dibiarkannya mereka melupakan pertanda sifat pemurah Allah. (Sesungguhnya orang-orang munafik itulah orang-orang yang fasik). Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahanam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka) sebagai pembalasan dan hukuman (dan Allah melaknat mereka) Dia menjauhkan mereka dari rahmat-Nya (dan bagi mereka azab yang kekal) yang abadi. Lihat: Jalaluddin as-Suyu>t}ī dan Jalaluddin al-Mahallī, Tafsir al-Jalalain (Kairo: Dār al-Hadis, tth), juz. 1, hal. 252.

59 Dari ayat tersebut, perbuatan nifa>q dapat dimasukkan dalam kategori kafir, karena pada hakikatnya, perilaku orang munafik adalah kafir yang terselubung. Orang munafik pada dasarnya adalah mereka yang ingkar kepada Allah, Rasul-Nya, dan ajaran-ajaran Rasu>lullah sekalipun secara lahir mereka memakai baju mukmin. Menurut Ibn Katsīr mereka adalah orang-

Page 47: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

34

orang yang keluar dari jalan kebenaran dan masuk ke jalan kesesatan. Lihat: Abū al-Fidā Ibn Katsīr al-Qurāsyī, Tafsīr Qur’ān al-’Az}īm (Riyaḍ: Dār Thibah, 1999), juz. 2 hal. 405.

Page 48: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

35

D. Gambaran Umum Munafik Dalam Hadis Nabi saw

Kriteria yang sering diberitakan Nabi mengenai orang munafik adalah ia

yang jika berbicara selalu berbohong, jika berjanji mengingkari dan jika

dipercaya berkhianat. Hal inilah yang dinamakan dengan munafik akhla>qi, sifat-

sifat yang digambarkan diatas menunjukkan bahwa kaum munafik selalu bersikap

dengan sesuatu yang bertentangan dengan kaum muslimin yang lain.60

Kriteria berikutnya adalah dia yang memakan harta rampasan dari orang

lain, mereka selalu malas pergi ke masjid dan kegemaran mereka adalah mencela

umat Islam.61 Mereka selalu malas mengerjakan salat Subuh dan Isya, yang

dimaksud malas di sini adalah malas melakukan salat jamaah pada dua waktu

salat tersebut, sebab waktu salat shubuh dan Isya adalah waktu dimana masjid-

60 Hal ini sebagaimana hadis yang telah diriwayatkan oleh Abū Hurairah:

صلى هللا عليه وسلم قال آية املنافق ثالث إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف وإذا عن أيب هريرة عن النيب اؤمتن خان

Dari Abū Hurairah ra, bahwasanya Nabi saw bersabda: “Tanda orang munafik ada tiga: jika berbicara berdusta, jika berjanji mengingkari, dan jika dipercaya berkhianat”. Lihat: Muhammad Ibn Isma>‘i>l al-Bukāri, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 01, hal. 16. Diriwayatkan pula oleh Imam Al-Baihaqi dengan redaksi yang sama. Lihat: Abū Bakar Ahmad Ibn Al-Husain Al-Baihaqi, Syu’ab al-Iman (Beirut: Dār-al-Kutub Al-‘Ilmiyah, 1410 H), juz. 4, hal. 206. Dan Imam Ahmad. Lihat: Abū ‘Abdillah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal al-Syaibānī, Musnad Ahmad Ibn Hanbal. Tahqiq: Abū al-Ma’athi al-Nuri (Beirut: ‘Alim al-Kutub, 1998), juz. 2, hal. 357. Dan Imam Al-Nasā’ī. Lihat: Abū Abd al-Rahman al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī (Beirut: Dr al-Kutub al-Ilmiyah, 1991), juz. 5, hal. 88. Imam al-Tirmidzī. Lihat: Muhammad Ibn Isā al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmidzī. Tahqiq: Ahmad Muhammad Syakir (Beirut: Dr al-Ihyā, tth), juz. 5, hal. 19.

61 Hal ini sebagaimana hadis yang telah diriwayatkan oleh Abū Hurairah:

صلى هللا عليه وسلم قال إن للمنافقني عالمات يعرفون �ا حتيتهم لعنة وطعامهم Oبة عن أيب هريرة عن النيب ال ¡لفون وال يؤلفون وغنيمتهم غلول وال يقربون املساجد إال هجرا وال ¡تون الصالة إال دبرا مستكربين

صخب �لنهار وق ال يزيد مرة سخب �لنهارخشب �لليل Dari Abū Hurairah ra dari Nabi saw bersabda: sesungguhnya orang-orang munafik memiliki tanda yang dengan tanda itu, mereka dapat diidentifikasi. Ungkapan mereka adalah laknat, makanan mereka adalah rampasan, ghani>mah mereka adalah ghulu>l. Mereka tidak mendatangi masjid kecuali hanya pindah saja, mereka tidak salat kecuali mengakhirkannya sebagaimana orang sombong, tidak mengikuti dan tidak layak diikuti. Lihat: Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad Ibn Hanbal (Beirut: Muassasah al-Risālah, 1999), juz. 13, hal. 302.

Page 49: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

36

masjid tidak banyak terisi, sebab subuh adalah waktu orang-orang beristirahat

dan Isya adalah waktu dimana orang lain telah lelah dengan aktivitasnya. Orang

munafik tidak merasa perlu melakukan salat di waktu-waktu tersebut karena

sedikit orang dan sedikit pula pujian yang akan dia dapatkan.62

Kriteria munafik yang juga dijelaskan Nabi saw dalam beberapa

periwayatan hadis adalah ia yang bermuka dua. Mereka menunjukkan sesuatu

dengan keadaan yang satu pada kelompok tertentu, dan menunjukkan keadaan

yang lain pada kelompok lainnya. Di hadapan para mukmin, dia menunjukkan

seolah dia orang yang paling mukmin, namun di belakangnya mereka menjelek-

jelekkan. 63

Munafik juga digambarkan Nabi saw dengan seseorang yang selalu berkata-

kata dengan berdalilkan al-Qur’an. Mereka mempergunakan al-Qur’an sebagai

62 Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abū Hurairah ra:

صالة صالة العشاء و صلى هللا عليه وسلم إن أثقل الصالة على املنافقني عن أيب هريرة قال قال رسول هللا تقام، مث آمر رجال فيصلي الفجر، ولو يعلمون ما فيهما ألتومها ولو حبوا، ولقد مهمت أن آمر �لصالة ف

�لناس، مث انطلق معي برجال معهم حزم من حطب إىل قوم ال يشهدون الصالة فأحرق عليهم بيوµم �لنارDari Abū Hurairah ra dari Nabi saw bersabda: sesungguhnya salat yang paling berat bagi orang-orang munafik adalah salat 'Isya dan salat subuh, bahkan jika mereka tahu apa yang terdapat dalam keduanya, mereka akan melaksanakannya dengan merangkak, sesunggunya aku berkeinginan jika aku memerintahkan salat, maka salat didirikan sesuai keinginanku. Kemudian aku memerintahkan seseorang untuk salat berjamaah dengan yang lainnya, dan aku akan pergi bersama orang orang yang membawa seikat kayu bakar untuk menemui orang orang yang tidak melaksanakan salat dan membakar mereka dan rumah mereka dengan api. Lihat: Abū Bakar Ibn Abī Syaibah, Mus}annaf Fi al-Ahādits wa al-Atsār (Riyaḍ: Maktabah al-Rusyd, tth) Tahqiq: Kamal Yusuf al-Hūt, juz. 1, hal. 292.

63 Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abū Hurairah ra:

صلى هللا عليه و سلم قال: من شر الناس ذو الوجهني الذي ¡يت هؤالء بوجه عن أيب هريرة ان رسول هللا وهؤالء بوجه

Diriwayatkan dari Abū Hurairah bahwa Rasu>lullah saw bersabda: "Paling buruknya manusia adalah yang memiliki dua wajah, dia mendatangi manusia dengan wajah yang satu, dan mendatangi manusia yang lain dengan wajah yang lain”. Lihat: Mālik Ibn Anas al-As}fihānī, Muwat}t}a’ Imam Mālik (Mesir: Dār al-Ihyā al-Turāts al-‘Arābī, 1985), juz. 2, hal. 991.

Page 50: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

37

legitimasi pernyataannya agar dipercayai banyak orang.64 Mereka yang disebut

munafik oleh Nabi saw adalah ia yang paling dibencinya adalah bangsa Arab.65

Kaum munafik yang dijelaskan selanjutnya oleh Nabi saw adalah ia yang

gemar berdebat mengenai al-Qur’an seolah-olah ingin menunjukkan

kemampuannya dan selalu mencari-cari kesalahan yang terdapat dalam al-

Qur’an. Mereka menggunakan rasio dengan semana-mena terhadap al-Qur’an dan

ingin menunjukkan pada banyak orang bahwa sesuatu yang terkandung dalam al-

Qur’an baik isi maupun substansinya tidak sesuai dengan relevansi zaman66

E. Pembagian Munafik Dalam Islam

Ibn Taimiyah (728 H) menyebutkan bahwa dalam pandangan syari’at

Islam, munafik terbagi menjadi dua macam yaitu Nifa>q I’tiqa>di dan Nifa>q

‘Amali. Al-Buraikān membaginya dengan Nifa>q Akbar dan Nifa>q Asghar.67

64 Hal ini sebagaimana diriwayatkan oleh Abū Hurairah ra:

عن علي رضي هللا عنه قال إين مسعته عليه السالم يقول: ستخرج أقوام آخر الزمن أحداث األسنان سفهاء األحالم يقولون من خري قول الربية ال جياوز إمياOم حناجرهم ميرقون من الدين كما ميرق السهم من الرمية

فأينما لقيتموهم فاقتلوهم فإن قتلهم أجرا ملن قتلهمLihat: Sulaimān Abū al-Qāsim at-T}abrāni, al-Mu’jam al-S}aghi>r (Beirut: al-Maktab al-Islām, 1985), juz. 2, hal. 213.

65 Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Sahabat Ali ra:

صلى هللا عليه و سلم ال يبغض العرب اال منافق :عن على رضي هللا عنه قال قال رسول هللا Diriwayatkan dari 'Ali ra berkata: Rasu>lullah saw bersabda “Tidak ada yang membenci bangsa Arab kecuali munafik”. Lihat: Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad Ibn Hanbal, juz. 1, hal. 81.

66 Hal ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh:

صلى هللا عليه وسلم قال إين أخاف على أميت اثنتني القرآن واللنب أما عن عقبة بن عامر يقول إن رسول هللا اللنب فيبتغون الريف ويتبعون الشهوات ويرتكون الصلوات وأما القرآن فيتعلمه املنافقون فيجادلون به املؤمنني

Lihat: Ahmad Ibn Hanbal, Musnad Ahmad Ibn Hanbal, juz. 28, hal. 636. 67 Ibrāhīm Ibn Muhammad Al-Buraikān, al-Madkhal li Dirasah al-’Aqī>dah al-Islāmiyyah

(Beirut: Dār al-Sunnah,1994), juz. 1 Hal. 161.

Page 51: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

38

Sementara Abdurrahman Faudāh menyebutnya dengan Nifa>q Iman dan Nifa>q

‘Amali.68

a. Munafik I’tiqa>di

Nifa>q I’tiqa>di (Nifa>q Iman atau Nifa>q Akbar) Menurut Imam Ghazali,

ialah munafik yang dilandaskan keyakinan.69 Dalam pandangan syari’at, munafik

I’tiqa>di adalah menyembunyikan kekafiran lalu menampakkan keislaman, seolah-

olah ia beriman padahal hatinya tidak beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya.

Sebagaimana ‘Abdullah Ibn Ubay dan para pengikutnya. Mereka termasuk dalam

kategori munafik I’tiqa>di dan layak disebut kafir. Allah berfirman:

٧٠ومن الناس من يـقول آمنا �� و�ليـوم اآلخر وما هم مبؤمنني

Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah

dan Hari kemudian” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-

orang yang beriman

68 Abdurrahman Faudāh, Min Ma’ani al-Qur’an (Dār al-Kutub al-‘Arābī, tth), hal. 49. 69 Abū Hamid al-Ghazali, Ihyā’ Ulūm ad-Din (Beirut: Dār al-Ma’rifah, 2008), juz. 2, hal.

448. 70 Q.S al-Baqa>rah: 08. Bahwa ciri khas orang munafik pada umumnya ialah berakhlak

rendah, percaya dengan lisan tetapi ingkar dengan hati, dan berbeda antara perbuatan dan sepak terjangnya, di pagi hari berada dalam satu keadaan, sedangkan di petang harinya dalam keadaan lain, begitu pula kebalikannya, di petang hari dalam satu sikap, sedangkan di pagi harinya bersikap lain. Ia terombang-ambing bagaikan perahu yang ditiup angin kencang dan hanya bersikap mengikuti arah angin. Mereka adalah orang-orang munafik yang luarnya menampakkan keislaman, namun batinnya kafir. Kemunafikan ini adalah kemunafikan besar yang terkait dengan akidah dan mengeluarkan pelakunya dari Islam. Berbeda dengan kemunafikan kecil yang terkait dengan amalan, ia tidaklah mengeluarkan pelakunya dari Islam namun sebagai wasilah/sarana yang bisa mengarah kepada kemunafikan besar, misalnya bila bicara berdusta, bila berjanji mengingkari, bila diamanahkan berkhianat, malas beribadah, dan berat melaksanakan salat berjama'ah. Di antara kelembutan Allah swt kepada kaum mukminin adalah ditampakkan kepada kaum mukminin hal-ihwal serta sifat mereka yang membedakan dengan yang lain agar kaum mukminin tidak tertipu oleh mereka. Mereka dikatakan tidak beriman karena iman yang sesungguhnya adalah pengakuan lisan yang dibenarkan oleh hati dan dipraktekkan oleh anggota badan. Lihat: Abū al-Fidā’ Ibn Katsīr, Tafsir al-Qur’an al-’Az}īm, juz. 1, hal. 176.

Page 52: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

39

Sebab itu mereka layak ditempatkan di tempat paling bawah di neraka

jahannam, sebagaimana yang telah Allah swt janjikan dalam Qur’an surat al-

Nisā’ ayat 145:

٧١جتد هلم نصرياإن المنافقني يف الدرك األسفل من النار ولن

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan

yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan

mendapat seorang penolongpun bagi mereka

Menurut Hamdi Ahmad Ibrāhīm dalam bukunya Karakter Orang-Orang

Munafik, nifa>q I’tiqa>di terdiri dari delapan perkara, yaitu:72 Pertama,

mengucapkan dua kalimat syahadat.73 Kedua, memproklamirkan dirinya

senantiasa taat terhadap al-Qur’an dan al-Sunnah padahal sebenarnya menentang

dan bermaksud jahat terhadap keduanya.74 Ketiga, melaksanakan salat namun

disertai dengan riya’ dan mendirikan salat dengan bermalas-malasan,

mengakhirkan salat sampai tiba waktu akhir salat, mempercepat salat bagaikan

71 Q.S al-Nisā’: 145. Hal itu, karena mereka berbuat syirk kepada Allah swt, memerangi rasul-Nya, membuat makar dan tipu daya terhadap kaum mukmin serta melancarkan serangan kepada kaum mukmin secara diam-diam. Mereka merugikan umat Islam, namun mereka disikapi oleh kaum muslim secara baik karena z}a>hir-nya menampakkan keislaman. Mereka memperoleh sesuatu yang sebenarnya tidak mereka peroleh. Karena inilah mereka mendapatkan siksa yang paling keras dan tidak ada yang menolong mereka dari azab itu. Ayat ini adalah umum, mengena kepada setiap orang munafik, kecuali orang yang dikaruniakan Allah swt taubat dari segala maksiat. Lihat: Abū al-Fidā’ Ibn Katsīr, Tafsir al-Qur’an al-’Az}īm, juz. 2, hal. 441.

72 Hamdi Ahmad Ibrāhīm, Karakter Orang-Orang Munafik (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1995). Hal: 36.

73 Sebagaimana firman Allah SWT dalam Q.S al-Munāfiqūn: 01: “Apabila orang-orang munafik datang kepadamu (Muhammad), mereka berkata, “Kami mengakui, bahwa engkau adalah rasul Allah.” Dan Allah mengetahui bahwa engkau benar-benar Rasul-Nya; dan Allah menyaksikan bahwa orang-orang munafik itu benar-benar pendusta” dan Q.S al-Baqa>rah: 8: “Di antara manusia ada yang mengatakan: “Kami beriman kepada Allah dan Hari kemudian,” pada hal mereka itu sesungguhnya bukan orang-orang yang beriman”.

74 Sebagaimana firman Allah swt Q.S al-Nisā’: 81: “Dan mereka (orang-orang munafik) mengatakan:“Kewajiban kami hanyalah taat”. Tetapi apabila mereka telah pergi dari sisimu, sebahagian dari mereka mengatur siasat di malam hari (mengambil keputusan) lain dari yang telah mereka katakan tadi. Allah menulis siasat yang mereka atur di malam hari itu, maka berpalinglah kamu dari mereka dan tawakallah kepada Allah. Cukuplah Allah menjadi Pelindung.”

Page 53: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

40

burung gagak mencocok dengan paruhnya, tidak suka menghadiri salat jamaah di

masjid, dan tidak berdzikir kepada Allah SWT melainkan sedikit.75 Keempat,

bersedekah tetapi terpaksa dan didorong dengan sifat riya’.76 Kelima, membaca

al-Qur’an seperti yang dilakukan oleh seorang muslim.77 Keenam, menghadiri

majlis ta’lim akan tetapi mereka tidak mengerti sedikitpun yang disampaikan

justru mereka suka memperolok dan mengejek apa yang didengarnya.78 Ketujuh,

membangun masjid namun menjadikannya sebagai markas tempat mereka

mengadakan makar dan mengatur strategi untuk memerangi Allah dan rasul-Nya.

75 Sebagaimana firman Allah swt Q.S al-Nisā’: 142 “Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk salat mereka berdiri dengan malas. Mereka bermaksud riya (dengan salat) di hadapan manusia. Dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali”.

76 Sebagaimana firman Allah swt dalam Q.S al-Taubah: 54 “Dan tidak ada yang menghalangi mereka untuk diterima dari mereka nafkah-nafkahnya melainkan karena mereka kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka tidak mengerjakan sembahyang, melainkan dengan malas dan tidak (pula) menafkahkan (harta) mereka, melainkan dengan rasa enggan”.

77 Sebagaimana sabda Nabi saw: ان أكثر منافقي أميت قراؤها (Kebanyakan orang-orang

munafik dari ummatku adalah para pembaca al-Qur’an). Lihat: Ahmad Ibn Hanbal. Musnad Ahmad Ibn Hanbal, juz. 2, Hal. 175.

78 Sebagaimana firman Allah swt Q.S Muhammad: 16 “Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkan perkataanmu sehingga apabila mereka keluar dari sisimu orang-orang berkata kepada orang yang telah diberi ilmu pengetahuan (sahabat-sahabat Nabi): “Apakah yang dikatakannya tadi?” Mereka itulah orang-orang yang dikunci mati hati mereka oleh Allah dan mengikuti hawa nafsu mereka” dan Q.S al-Taubah: 127 “Dan apabila diturunkan satu surat, sebagian mereka memandang kepada yang lain (sambil berkata): “Adakah seorang dari (orang-orang muslimin) yang melihat kamu?” Sesudah itu merekapun pergi. Allah telah memalingkan hati mereka disebabkan mereka adalah kaum yang tidak mengerti.”

Page 54: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

41

79 Kedelapan, sikap lahiriyah mereka mencegah orang lain berbuat dosa sehingga

orang lain mengira mereka sebagai orang bertaqwa dan berilmu80

Mereka yang memiliki delapan sifat tersebut dianggap menyerupai kafir

sebab mereka telah mempermainkan keimanannya. Mereka mengatakan dengan

lisannya telah beriman kepada Allah swt dan Rasul-Nya, namun mereka hanya

berpura-pura dan sesungguhnya hati mereka mengingkari Islam. Padahal hakikat

keimanan yang sebenarnya adalah di hati. Mereka telah berdusta dengan lisannya

sehingga kalimat syahadat yang mereka ikrarkan hanyalah sia-sia.

b. Munafik ‘Amali

Syariat memandang bahwa munafik ‘Amali adalah munafik yang tidak

membawa kepada kekafiran dan tidak akan menyebabkan pelakunya keluar dari

agama Islam, hanya saja ia divonis sebagai orang yang berdosa. Dengan kata lain

munafik jenis ini bersifat amalan.81 Misalnya, berkata dusta, ingkar janji, khianat

terhadap yang memberi amanah kepadanya, atau berbuat curang tatkala bertikai.

Nabi saw bersabda:

79 Sebagaimana firman Allah swt Q.S al-Taubah: 107 “Dan (di antara orang-orang

munafik itu) ada orang-orang yang mendirikan masjid untuk menimbulkan kemudharatan (pada orang-orang mukmin), untuk kekafiran dan untuk memecah belah antara orang-orang mukmin serta menunggu kedatangan orang-orang yang telah memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dahulu. Mereka Sesungguhnya bersumpah: “Kami tidak menghendaki selain kebaikan”. Dan Allah menjadi saksi bahwa sesungguhnya mereka itu adalah pendusta (dalam sumpahnya)”.

80 Sebagaimana sabda nabi saw “sesungguhnya sesuatu yang paling aku khawatirkan atas umatku adalah setiap orang munafik yang pandai bersilat lidah”. Lihat: Ahmad Ibn Hanbal. Musnad Ahmad Ibn Hanbal, juz. 1, Hal. 289.

81 Ahzami Sami’un Jazuli, Seri Tafsir Tematik Fiqh al-Qur’an (Jakarta: Kilau Intan, 2005), hal. 149.

Page 55: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

42

أربع من كن فيه كان منافقا أو كانت فيه خصلة من أربعة كانت فيه خصلة من النفاق حىت صم فجريدعها إذا حدث كذب وإذا وعد أخلف و ٨٢إذا عاهد غدر وإذا خا

Empat hal yang barang siapa keempatnya ada pada dirinya maka dia

seorang munafik yang murni dan barang siapa yang terdapat pada dirinya

salah satunya berarti ada pada dirinya sebuah kemunafikan: jika dipercaya

berkhianat, jika berbicara berdusta, jika berjanji tidak menepati, dan jika

bertikai ia berbuat curang.

Dalam kategori ini, ‘Aidh al-Qarni menunjukkan 30 sifat orang Munafik

‘Amali, diantaranya adalah bersikap agitatif, merusak sesuatu dengan dalih

kebaikan, pengecut terhadap ancaman, bergembira di atas musibah orang lain,

sedih dengan kebahagiaan orang lain, enggan menyumbang kebaikan, sibuk

memperindah penampilan luar dan melupakan hakikat batin.83

F. Respon Terhadap Orang Munafik

1. Pandangan Allah Terhadap Orang Munafik

Terdapat beberapa hal yang menunjukkan pandangan dan ketentuan Allah

swt terhadap kaum munafik. Diantaranya adalah:

1. Allah akan membukakan pintu nifa>q bagi kaum munafik84

2. Allah akan melupakan orang munafik85

82 Muttafaq ‘alaih, diriwayatkan oleh Imam al-Bukhārī dan Imam Muslim. Lihat: Muhammad Ibn Ismā’il al-Bukhārī, S}ahi>h al-Bukhārī, juz. 3, hal. 131 dan Muslim Ibn Hajjāj, S}ahi>h Muslim. Juz. 1, hal. 78.

83 ‘Aidh ‘Abdullah al-Qarni, Bahaya Kemunafikan di Tengah Kita. Penerjemah: Nandang Burhanuddin (Jakarta: Qisthi Press, 2003), hal. XIII.

84 Sebagaimana yang disebutkan Allah swt dalam al-Q.S al-Taubah ayat 64: “Orang-orang yang munafik itu takut akan diturunkan terhadap mereka sesuatu surat yang menerangkan apa yang tersembunyi dalam hati mereka. Katakanlah kepada mereka: “Teruskanlah ejekan-ejekanmu (terhadap Allah dan rasul-Nya)”. Sesungguhnya Allah akan menyatakan apa yang kamu takuti itu”

85 Sebagaimana yang disebutkan Allah swt dalam al-Q.S al-Taubah ayat 67: Orang-orang munafik laki-laki dan perempuan. sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka

Page 56: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

43

3. Hati seorang munafik akan ditutup dari hidayah86

4. Dosa mereka tidak akan diampuni87

5. Mereka akan mendapat laknat dan murka Allah88

6. Diazab atau diberikan taubat89

7. Mereka akan mendapat azab yang kekal90

8. Mereka ditempatkan di neraka paling bawah91

9. Mereka di azab dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat92

2. Kewajiban Mukmin Terhadap Orang Munafik

menyuruh membuat yang munkar dan melarang berbuat yang ma’ruf dan mereka menggenggamkan tangannya. Mereka telah lupa kepada Allah, maka Allah melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafik itu adalah orang-orang yang fasik.

86 Sebagaimana yang disebutkan Allah swt dalam al-Q.S al-Munāfiqūn ayat 3: “Yang demikian itu karena sesungguhnya mereka telah beriman, kemudian menjadi kafir, maka hati mereka dikunci, sehingga mereka tidak dapat mengerti”

87 Sebagaimana yang disebutkan Allah swt dalam al-Q.S al-Munāfiqūn ayat 6: “Sama saja bagi mereka, engkau (Muhammad) memohonkan ampunan untuk mereka atau tidak engkau mohonkan ampunan bagi mereka, Allah tidak akan mengampuni mereka; sesungguhnya Allah tidak akan memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”

88 Sebagaimana yang disebutkan Allah swt dalam al-Q.S al-Fath ayat 6: “Dan supaya Dia mengazab orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang musyrik laki-laki dan perempuan yang mereka itu berprasangka buruk terhadap Allah. Mereka akan mendapat giliran (keIbnasaan) yang amat buruk dan Allah memurkai dan mengutuk mereka serta menyediakan bagi mereka neraka Jahannam. Dan (neraka Jahannam) itulah sejahat-jahat tempat kembali”

89 Sebagaimana yang disebutkan Allah swt dalam al-Q.S al-Ahzab ayat 24: “Supaya Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan menyiksa orang munafik jika dikehendaki-Nya, atau menerima taubat mereka. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”

90 Sebagaimana yang disebutkan Allah swt dalam al-Q.S al-Taubah ayat 68. “Allah mengancam orang-orang munafik laki-laki dan perempuan dan orang-orang kafir dengan neraka Jahannam, mereka kekal di dalamnya. Cukuplah neraka itu bagi mereka, dan Allah melaknati mereka, dan bagi mereka azab yang kekal”

91 Sebagaimana yang disebutkan Allah swt dalam al-Q.S al-Nisā’ ayat 145 “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka”

92 Sebagaimana yang disebutkan Allah swt dalam al-Q.S al-Taubah ayat 74: “Mereka (orang-orang munafik itu) bersumpah dengan (nama) Allah, bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya, dan mereka tidak mencela (Allah dan Rasul-Nya), kecuali karena Allah dan Rasul-Nya telah melimpahkan karunia-Nya kepada mereka. Maka jika mereka bertaubat, itu adalah lebih baik bagi mereka, dan jika mereka berpaling, niscaya Allah akan mengazab mereka dengan azab yang pedih di dunia dan akhirat; dan mereka sekali-kali tidaklah mempunyai pelindung dan tidak (pula) penolong di muka bumi”.

Page 57: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

44

Mahmud Hijāzi menjelaskan suatu topik tentang orang munafik dan

bagaimana cara menghadapinya yang diambil dari surat Al-Nisā’ ayat 88 sampai

ayat 91. Menurutnya perbuatan nifa>q perlu dibedakan menjadi dua macam, yaitu:

Pertama, Munafik terhadap Islam. Mereka adalah orang munafik yang

dulu tinggal bersama Nabi saw di Madinah, diturunkan terhadap mereka ayat-

ayat nifa>q seperti dalam surat al-Baqa>rah dan surat al-Munāfiqūn. Terhadap

orang munafik jenis ini Nabi tidak membunuhnya di mana saja mereka berada

dan tidak menjadikannya sebagai penolong sampai mereka hijrah di jalan Allah

Kedua, munafik di luar Madinah, mereka bertindak munafik dalam

persahabatannya dengan Islam, mereka menyatakan berada di pihak Islam sedang

kenyataannya mereka menyerang orang Islam.

Terhadap kedua munafik tersebut, al-Qur’an telah menunjukkan

bagaimana menghadapinya. Bagi golongan pertama Allah berfirman:

هم أولياء حىت يـهاجروا يف سبيل ا� فال تـتخذوا منـ

Maka janganlah kamu jadikan di antara mereka penolong-penolong(mu),

hingga mereka berhijrah pada jalan Allah

Terhadap munafik golongan kedua, Allah swt berfirman:

هم ولي¿ا وال نصريافإن تـولوا فخذوهم واقـتـلوهم حيث وجدمتوهم وال تـتخذوا منـ

Maka jika mereka berpaling, tawan dan bunuhlah mereka di mana saja

kamu menemuinya, dan janganlah kamu ambil seorangpun di antara

mereka menjadi pelindung, dan jangan (pula) menjadi penolong

Page 58: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

45

Pada ayat selanjutnya dijelaskan, munafik yang harus ditawan dan

diperangi dan munafik yang tidak dilawan dan tidak diperangi. Dikecualikan oleh

Allah swt munafik yang tidak boleh dilawan dan diperangi yaitu munafik yang

melindungkan dirinya kepada orang muslim yang telah terikat dengan sesuatu

perjanjian dan munafik yang datang kepada orang muslim yang merasa berat

hatinya untuk memerangi muslim atau memerangi kaum mereka sendiri.

صدورهم أن يـ نـهم ميثاق أو جاءوكم حصرت نكم وبـيـ قاتلوكم أو إال الذين يصلون إىل قـوم بـيـ يـقاتلوا قـومهم

Kecuali orang-orang yang meminta perlindungan kepada sesuatu kaum,

yang antara kamu dan kaum itu telah ada perjanjian (damai) atau orang-

orang yang datang kepada kamu sedang hati mereka merasa keberatan

untuk memerangi kamu dan memerangi kaumnya”

Adapun munafik yang boleh ditawan dan diperangi yaitu munafik yang

bermaksud supaya mereka aman dari muslim dan aman pula dari kaumnya, dan

munafik yang diajak kembali kepada syirik, mereka pun terjun padanya serta

munafik yang tidak membiarkan muslim dan tidak mau mengemukakan

perdamaian serta tidak menahan tangan mereka dari memerangi muslim.

نة أركسوا فيها فإن مل يـعت م ويـلقوا زلوك يريدون أن ¡منوكم و¡منوا قـومهم كل ما ردوا إىل الفتـتـلوهم حيث ثقفتموهم إليكم السلم ويكفوا أيديـهم فخذوهم واقـ

Mereka bermaksud supaya aman dari pada kamu dan aman (pula) dari

kaumnya. Setiap mereka diajak kembali kepada fitnah (syirik),

merekapun terjun kedalamnya. Karena itu jika mereka tidak membiarkan

kamu dan (tidak) mau mengemukakan perdamaian kepadamu, serta

(tidak) menahan tangan mereka (dari memerangimu), maka tawanlah

mereka dan bunuhlah mereka

Page 59: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

46

Selain hal di atas terdapat pula beberapa hal yang harus dilakukan

mukmin terhadap seorang munafik, yang dijelaskan dalam ayat-ayat lain,

diantaranya adalah:

Page 60: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

47

a. Jenazah Mereka tidak perlu disalati

هم مات أبدا وال تـقم على قـربه إنـهم كفروا �� ورسوله وماتوا وهم وال تصل على أحد منـ ٩٣فاسقون

Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan (jenazah) seorang yang mati di

antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya.

Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan mereka

mati dalam keadaan fasik

b. Jangan diikuti, jangan hiraukan gangguannya dan bertawakallah kepada

Allah swt

٩٤وال تطع الكافرين والمنافقني ودع أذاهم وتـوكل على ا� وكفى �� وكيال

Dan janganlah kamu menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang

munafik itu, janganlah kamu hiraukan gangguan mereka dan

bertawakkallah kepada Allah. Dan cukuplah Allah sebagai Pelindung

c. Jika mendapat berita dari seorang munafik, kita harus melakukan

tabayun/koreksi

يـنوا أن تصيبوا قـوما جبهالة فـتصبحوا على ما P أيـها الذين آم بـ بإ فـتـ نوا إن جاءكم فاسق بنـ ٩٥فـعلتم rدمني

93 Q.S al-Taubah: 84. Mahmud Hijāzi menyebutkan bahwa ayat di atas turun berkaitan dengan zu’ama munafik yang tidak bertaubat. Allah swt melarang Rasul-Nya saw untuk menyalatkan dan berdiri mendoakan di atas kuburannya untuk memohonkan ampunannya, seperti yang dilakukan Rasu>lullah terhadap orang mukmin. Lihat: Muhamad Mahmud Hijāzi, al-Tafsir al-Wad>īh (Beirut: Dār al-Jael, 1992), juz. 1, hal. 916.

94 Q.S al-Ahzab: 48. Pada ayat ini Allah menjelaskan tentang apa-apa yang dapat menimbulkan kemudaratan. Allah melarang orang-orang yang beriman untuk menuruti orang-orang yang kafir dan orang-orang yang munafik. Dan janganlah menghiraukan gangguan mereka terhadap berlangsungnya dakwah kepada jalan Allah, dan hadapilah mereka dengan penuh kesabaran dan tawakal karena Dialah yang harus dipandang cukup sebagai pelindung di dalam melaksanakan tugas berdakwah guna semaraknya syiar Islam.

95 Q.S al-Hujurāt: 6. Turunnya ayat ini untuk mengajarkan kepada kaum muslimin agar berhati-hati dalam menerima berita dan informasi. Sebab informasi sangat menentukan mekanisme pengambilan keputusan, dan bahkan entitas keputusan itu sendiri. Maka jika ada

Page 61: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

48

Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik

membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak

menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui

keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu

d. Jangan duduk bersama mereka jika mereka mengejek dan mencela al-

Qur’an

عتم آPت ا� يكفر �ا ويستـ ٩٦هزأ �ا فال تـقعدوا معهم حىت خيوضوا يف حديث غريه إذا مس

Apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-

olokkan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta

mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain

e. Jadikan mereka musuh dan bersikap hati-hati serta waspada

أىن يـؤفكون ٩٧فاحذرهم قاتـلهم ا�

informasi yang berasal dari seseorang yang integritas kepribadiannya diragukan harus diperiksa terlebih dahulu terlebih dari kaum munafik. Ibn Katsīr menyatakan: “Allah Swt. memerintahkan kaum mukmin untuk memeriksa dengan teliti berita dari orang fasik, dan hendaklah mereka bersikap hati-hati dalam menerimanya dan jangan menerimanya dengan begitu saja, yang akibatnya akan membalikkan kenyataan. Orang yang menerima dengan begitu saja berita darinya, berarti sama dengan mengikuti jejaknya. Sedangkan Allah Swt. telah melarang kaum mukmin mengikuti jalan orang-orang yang rusak. Berangkat dari pengertian ini terdapat sejumlah ulama yang melarang kita menerima berita (riwayat) dari orang yang tidak dikenal, karena barangkali dia adalah orang yang fasik. Tetapi sebagian ulama lainnya mau menerimanya dengan alasan bahwa kami hanya diperintahkan untuk meneliti kebenaran berita orang fasik, sedangkan orang yang tidak dikenal (majhul) masih belum terbukti kefasikannya karena dia tidak diketahui keadaannya”. Lihat: Abū al-Fidā’ Ibn Katsīr, Tafsir al-Qur’an al-’Az}īm, juz 7, hal. 370.

96 Q.S al-Nisā’: 140. Ibn Katsīr menyatakan tentang ayat ini: Jika kalian melakukan hal yang terlarang sesudah larangan sampai kepada kalian, dan kalian rela duduk bersama-sama mereka di tempat yang padanya diingkari ayat-ayat Allah, diperolok-olokkan serta dikecam dengan pedas, lalu kalian menyetujui hal tersebut, berarti sesungguhnya kalian berserikat dan bersekongkol dengan mereka dalam hal itu. Larangan mengenai hal tersebut yang ada dalam ayat ini, cara menanggulanginya disebutkan di dalam ayat surat Al-An’am melalui firman-Nya: Dan apabila kamu melihat orang-orang memperolok-olokkan ayat-ayat Kami, maka tinggalkanlah mereka. (al-An’am: 68). Lihat: Abū al-Fidā’ Ibn Katsīr, Tafsir al-Qur’an al-’Az}īm, juz 2, hal. 434.

97 Q.S al-Munāfiqūn: 4. Menurut Ali Al-ShAbūni mereka orang munafiq adalah musuh yang benar-benar bagi Muhamad dan orang-orang beriman, sekalipun mereka menampakan Islam. Maka harus hati-hati dan jangan merasa aman dari rahasianya, sesungguhnya mereka adalah

Page 62: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

49

Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap

mereka; semoga Allah membinasakan mereka

f. Berjihad dan bersikap keras terhadap mereka

P٩٨ أيـها النيب جاهد الكفار والمنافقني واغلظ عليهم ومأواهم جهنم وبئس المصري

Hai Nabi, berjihadlah terhadap orang-orang kafir dan orang-orang

munafik itu, dan bersikap keraslah terhadap mereka. Tempat mereka ialah

jahannam. Dan itu adalah tempat kembali yang seburuk-buruknya.

G. Munafik dan Korelasinya Terhadap Muslim Pendukung Ahok

Dari pemaparan yang sudah disebutkan di atas, dapat kita simpulkan

bahwa sedikitnya muslim pendukung ahok telah melanggar apa yang

diperintahkan oleh Allah swt dalam beberapa ayat al-Qur’an, diantaranya adalah

firman Allah swt yang mengandung larangan menjadikan orang kafir sebagai

pemimpin mereka, sebagaimana yang terdapat dalam Qur’an Surat Ali Imran

ayat 28:

يف شيء ال يـتخذ المؤمنون الكافرين أولياء من دون المؤمنني ومن يـفعل ذلك فـليس من ا� نـفسه وإىل ا� المصري ركم ا� هم تـقاة وحيذ ٩٩إال أن تـتـقوا منـ

mata-mata bagi musuh-musuhmu. Lihat: Muhamad Ali as-S}ābunī, S}afwah at-Tafasir (Beirut: Dār Ihya al-Turāts al-Arabī, 1998), juz. 3, hal. 273.

98 Q.S al-Taubah: 73. Ibn Qayim al-Jauziyah menjelaskan macam-macam jihad; Jihad pada diri sendiri, jihad pada syetan, jihad pada orang kafir dan jihad pada orang munafiq. Jihad kepada orang kafir dan orang munafiq ada empat cara, yaitu: Dengan hati, lidah, harta dan jiwa. Jihad kepada orang kafir dengan tangan sedangkan jihad kepada orang munafiq dengan lisan. Lihat: Ibn Qayyim Al-Jauziyah, Zād al-Ma’ād Fi Hadyi Khair al-‘Ibād, (Beirut: Muassasah Risalah, 1995), juz. 3, hal. 9.

99 QS. Ali 'Imraan ayat 28. Hal ini juga disebutkan oleh Allah swt dalam Q.S al-Nisā’ ayat 114. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang kafir menjadi wali, pemimpin/pelindung dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Inginkah kamu mengadakan alasan yang nyata bagi Allah (untuk menyiksamu) dalam Q.S Al-Ma’idah: 57 "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil jadi pemimpinmu, orang-orang yang membuat agamamu jadi buah ejekan dan permainan, (yaitu) di antara orang-orang yang telah

Page 63: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

50

Janganlah orang-orang mukmin mengambil orang-orang kafir menjadi

wali (pemimpin/pelindung) dengan meninggalkan orang-orang mukmin.

Barang siapa berbuat demikian, niscaya lepaslah ia dari pertolongan

Allah, kecuali karena (siasat) memelihara diri dari sesuatu yang ditakuti

dari mereka. Dan Allah memperingatkan kamu terhadap diri siksa-Nya.

Dan hanya kepada Allah kembalimu.

Kedua, mereka melanggar perintah Allah swt menjadikan orang kafir

sebagai pemimpin walau kerabat sendiri, sebagaimana yang diterangkan dalam

Qur’an Surat al-Taubah ayat 23:

ميان ومن P أيـها الذين آمنوا ال تـتخذوا آ�ءكم وإخوانكم أولياء إن استحبوا الكفر على اإل م منكم فأولئك هم الظال ١٠٠مون يـتـوهل

Hai orang-orang beriman, janganlah kamu jadikan bapak-bapak dan

saudara-saudaramu menjadi wali (pemimpin/ pelindung) jika mereka lebih

mengutamakan kekafiran atas keimanan, dan siapa di antara kamu yang

menjadikan mereka wali, maka mereka itulah orang-orang yang zalim.

Ketiga, Mereka melanggar perintah Allah swt agar tidak mentaati orang

kafir untuk menguasai muslim, sebagaimana yang disebutkan dalam Qur’an

Surat Ali 'Imrān ayat 149:

قلبوا خاسرين P أيـها الذين آمنوا إن تطيعوا الذين كفروا نـ ١٠١يـردوكم على أعقابكم فـتـ

diberi kitab sebelummu, dan orang-orang yang kafir (orang-orang musyrik). Dan bertakwalah kepada Allah jika kamu betul-betul orang-orang yang beriman."

100 Q.S al-Taubah ayat 23. Hal ini juga disebutkan oleh Allah swt dalam Q.S al-Mujadalah ayat 22 "Kamu tak akan mendapati kaum yang beriman pada allah dan hari akhirat, saling berkasih-sayang dengan orang-orang yang menentang allah dan rasul-nya, sekali pun orang-orang itu bapak-bapak, atau anak-anak atau saudara-saudara atau pun keluarga mereka. mereka itulah orang-orang yang telah menanamkan keimanan dalam hati mereka dan menguatkan mereka dengan pertolongan yang datang dari pada- nya. dan dimasukan-nya mereka ke dalam surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya. Allah ridha terhadap mereka, dan mereka pun merasa puas terhadap (limpahan rahmat)-nya. mereka itulah golongan allah. ketahuilah, bahwa sesungguhnya hizbullah itu adalah golongan yang beruntung."

Page 64: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

51

Hai orang-orang yang beriman, jika kamu mentaati orang-orang yang

kafir itu, niscaya mereka mengembalikan kamu ke belakang (kepada

kekafiran), lalu jadilah kamu orang-orang yang rugi

Mereka yang melanggar perintah tersebut, Allah swt memvonisnya

sebagai seorang munafik,102 zalim103, sesat104 dan fasik.105Dari ayat di atas kita

dapat mengkategorikan muslim pendukung Ahok sebagai munafik. Namun, kita

sesama muslim dilarang oleh Allah swt dan Rasul-Nya menuduh orang lain

munafik seperti yang dijelaskan dalam hadis Nabi saw: Seorang pria yang

101 Q.S Ali Imrān Ayat 149. Selanjutnya Allah memerintahkan mereka agar taat kepada-Nya, berpihak kepada-Nya, membantu menegakkan agama-Nya, dan bertawakal kepada-Nya sebagaimana dalam Q.S Ali Imrān: 150: “Tetapi ikutilah Allah, Allah-lah Pelindung kalian, dan Dialah sebaik-baik Penolong”. Lihat: Abū al-Fidā’ Ibn Katsīr, Tafsir al-Qur’an al-’Az}īm, juz. 2, hal. 131.

102 Sebagaimana dalam Q.S al-Nisā’: 138-139 "Kabarkanlah kepada orang-orang munafiq bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih. Yaitu orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. apakah mereka mencari kekuatan di sisi orang kafir itu? maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan allah."

103 Sebagaimana dijelaskan dalam Quran Surat Al-Ma’idah ayat 51. "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin(mu); sebahagian mereka adalah pemimpin bagi sebahagian yang lain. Barangsiapa diantara kamu mengambil mereka menjadi pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka. Sesungguhnya Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang zalim."

104 Sebagaimana dijelaskan dalam Quran Surat Al-Mumtahanah ayat 1. "hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil musuh-ku dan musuhmu menjadi teman-teman setia yang kamu sampaikan kepada mereka (berita-berita muhammad), karena rasa kasih sayang; padahal sesungguhnya mereka telah ingkar kepada kebenaran yang datang kepadamu, mereka mengusir rasul dan (mengusir) kamu karena kamu beriman kepada allah, tuhanmu. jika kamu benar-benar keluar untuk berjihad di jalan-ku dan mencari keridhaan-ku (janganlah kamu berbuat demikian). kamu memberitahukan secara rahasia (berita-berita muhammad) kepada mereka, karena rasa kasih sayang. aku lebih mengetahui apa yang kamu sembunyikan dan apa yang kamu nyatakan. dan barangsiapa di antara kamu yang melakukannya, maka sesungguhnya dia telah tersesat dari jalan yang lurus."

105 Sebagaimana dijelaskan dalam Quran Surat Al-Ma’idah ayat 80-81."Kamu melihat kebanyakan dari mereka tolong-menolong dengan orang-orang yang kafir (musyrik). sesungguhnya amat buruklah apa yang mereka sediakan untuk diri mereka, yaitu kemurkaan allah kepada mereka; dan mereka akan kekal dalam siksaan. sekiranya mereka beriman kepada allah, kepada nabi dan kepada apa yang diturunkan kepadanya, niscaya mereka tidak akan mengambil orang-orang musyrikin itu menjadi penolong-penolong, tapi kebanyakan dari mereka adalah orang-orang yang fasik."

Page 65: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

52

menuduh pria lain jahat, atau menuduhnya kafir, maka tuduhan itu berbalik

kepadanya, jika orang yang dituduhkannya itu tidak seperti itu.”106

Dalam Kitab al-‘Aqi>dah al-T}aha>wiyah, at-T}aha>wi> (321 H) seorang ulama

yang menjadi pegangan salaf mengatakan:

وال نشهد عليهم بكفر وال بشرك وال بنفاق ما مل يظهر منهم شيء من ذلك ونذر سرائرهم إىل ١٠٧هللا تعاىل

Kami tidak memastikan salah seorang dari mereka masuk surga atau

neraka. Kami tidak pula menyatakan mereka sebagai orang kafir,

musyrik, atau munafik selama tidak tampak lahiriah mereka seperti itu.

Kami menyerahkan urusan hati mereka kepada Allah ta’ala

Imam Ghazali (505 H) mengatakan dalam kitabnya Bida>yah al-Hida>yah:

وال تقطع بشهادتك على أحد من أهل القبلة بشرك أو كفر أو نفاق فإن املطلع على السرائر فال تدخل بني العباد وبني هللا تعاىل واعلم أنك يوم القيامة ال يقال لك: مل مل تلعن هو هللا تعاىل

لسانك بذكره مل تسأل عنه فالr، ومل سكت عنه؟ بل لو مل تعلن ابليس طول عمرك، ومل تشغل ١٠٨به طولبت تعاىل هللا خلق من أحدا لعنت وإذا ومل تطالب به يوم القيامة

Janganlah engkau memvonis syirik, kafir atau munafik kepada seseorang

ahli kiblat (orang Islam). Karena yang mengetahui apa yang tersembunyi

dalam hati manusia hanyalah Allah swt Jangan pula engkau ikut campur

dalam urusan hamba-hamba Allah dengan Allah swt Ketahuilah, bahwa

pada hari kiamat kelak engkau tidak akan ditanya: ‘mengapa engkau tidak

mau mengutuk si Anu? Mengapa engkau diam saja tentang dia?’ Bahkan

seandainya pun kau tidak pernah mengutuk Iblis sepanjang hidupmu, dan

tidak menyebutnya sekalipun, engkau pun tidak akan ditanyai dan tidak

106 Muhammad Ibn Isma>i>l al-Bukhārī, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 2, hal. 171. 107Abd al-Rahman Ibn Natsir Al-Barrak, Syarh ‘Aqi>dah Al-T}aha>wiyah (Tt: Dār al-

Tirmidiyah, 2008), hal. 264. 108 Abū Hamid Al-Ghazali, Bida>yah al-Hida>yah (Kairo: Maktabah at-Tijariyah, tth), juz.

1, hal. 16.

Page 66: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

53

akan dituntut oleh Allah nanti di hari kiamat. Tetapi jika kau pernah

mengutuk seseorang makhluk Allah, kelak kau akan dituntut

(pertanggungjawabannya oleh Allah swt)

Dari penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa selama mereka

bersyahadat dan mengimani Allah swt sebagai Tuhan mereka dan Nabi sebagai

Rasul mereka, dan selama mereka melakukan apa yang menjadi kewajiban

sebagai umat muslim seperti salat, berpuasa, membayar zakat dan lain

sebagainya, kita tidak boleh serta merta menuduhnya munafik. Sebab yang

mengetahui kemunafikan seseorang secara pasti hanyalah Allah swt dan Rasul-

Nya. Manusia hanya dapat menghukuminya dari z}a>hir saja. Syaikh Ali Jum’ah

mengatakan:

صل يف األقوال واألفعال اليت تصدر من املسلم أن حتمل على األوجه اليت ال تتعارض مع األصل التوحيد ١٠٩أ

Pada dasarnya, setiap perkataan dan perbuatan seorang muslim harus

dipahami dari sudut apa pun yang tidak bertentangan dengan pokok

keyakinannya sebagai pemeluk agama Islam

Kita diperintahkan untuk amar ma’ru>f nahi munkar dan tidak

diperintahkan untuk menilai keimanan, kesalehan dan ketakwaan seseorang,

tidak pula diperintahkan untuk mengukur derajat dosa, kekafiran, dan

kemunafikan orang lain. Sehingga, tetap berlaku hak dan kewajiban sebagai

sesama muslim, seperti bertakziyah, menyalatkan dan menguburkan mereka.

109 Imam Mālik Ibn Anas, seperti yang telah dikutip oleh Sayyid Sabiq dalam kitabnya Fiqh al-Sunnah menjelaskan kaidah ini dalam perkataannya:

صدر عنه ما حيتمل الكفر من تسعة وتسعني وجها، وحيتمل اإلميان من و محل أمره على اإلميانمن جه واحد، Siapa pun yang telah melakukan perbuatan yang mengindikasikan kekufuran dari 99 sudut pandang dan hanya tersisi 1 sudut pandang saja yang menunjukkan bahwa ia tetap muslim, maka perbuatannya tersebut harus dipahami dari sudut pandang yang menunjukkan bahwa ia tetap muslim”. Lihat: Sayyid Sabiq, Fiqh al-Sunnah (Beirut: Dâr al-Fikr, 1971), juz. 2 hal. 454.

Page 67: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

54

Bahkan Rasu>lullah saw menjelaskan konsekuensi yang harus diterima oleh orang

yang menuduh kafir dan musyrik dengan bersabda:

صاحبه كذلك ال يرمي رجل رجال �لفسق وال يرميه �لكفر إال ارتدت عليه إن مل يكن

Tidaklah seseorang menuduh kepada orang lain dengan kefasikan (dosa

besar) atau dengan kekufuran, kecuali tuduhan itu kembali kepada

penuduh, jika yang dituduh tidak sesuai dengan tuduhannya110

Masalah kepemimpinan umat bukanlah perkara aqidah. Hal itu hanyalah

persoalan siya>sah. Sehingga, menuduh muslim pendukung Ahok dengan munafik

merupakan persoalan yang dilebih-lebihkan dan bukan sikap yang bijaksana.

Kenyataan bahwa mereka mendukung Ahok juga tidak bisa sepenuhnya

disalahkan, sebab sebagian besar mereka memilih Ahok bukan atas dasar

kepentingan merusak Islam seperti yang dilakukan ‘Abdullah Ibn Ubay Ibn Salūl,

namun untuk kesejahteraan mereka sendiri sebab Ahok dinilai dapat

meningkatkan kesejahteraan bagi kehidupan mereka.111

110 Muhammad Ibn Isma>‘i>l al-Bukhāri, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 08, hal. 15. Hal ini juga sesuai dengan riwayat lain yang juga diriwayatkan oleh al-Bukhāri sebagaimana berikut:

إذا قال الرجل ألخيه P كافر فقد �ء به أحدمهاBarangsiapa berkata kepada saudaranya 'Wahai Kafir', maka sungguh perkataan itu kembali kepada salahsatunya. Lihat: Muhammad Ibn Isma>‘i>l al-Bukhāri, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 08, hal. 26. Al-Qast}ala>ni memberikan penjelasan mengenai tuduhan yang akan kembali kepada dirinya sendiri dengan mengatakan: Sebab, jika yang menuduh itu benar, maka orang yang dituduh adalah kafir. Namun jika penuduh tersebut dusta (karena yang dituduh tidak kafir), maka penuduh tersebut telah menjadikan iman sebagai kekufuran. Dan barangsiapa yang menjadikan iman sebagai kekufuran, maka ia telah Kafir. Hal ini sebagaimana penafsiran al-Bukhāri. Lihat: Syihab ad-Din al-Qast}alani, Irsyad as-Sāri (Mesir: al-Math’ba’ah al-Kubrā al-Amiriyah, 1323 H), juz. 9, hal. 65.

111 Tercatat beberapa prestasi besar Ahok selama memimpin Ibu Kota Jakarta, diantaranya adalah keberanian Ahok untuk memindahkan warga Kampung Pulo di bantaran sungai Ciliwung, membuat sejumlah pasukan pekerja penanganan prasarana dan sarana umum (PPSU), membuka Balai Kota sebagai destinasi wisata, membuat Ruang Publik Terpadu Ramah Anak (RPTRA), Sterilisasi Monas dan Sistem parkir meter yang menggunakan Terminal Parkir Elektronik (TPE). Lihat: http://news.liputan6.com.

Page 68: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

55

BAB IV

PEMAHAMAN HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK DAN

KONTEKSTUALISASINYA PADA KONDISI MASA KINI

A. Redaksi Hadis S}allū ‘ala> S}āhibikum

Dalam pembahasan redaksional hadis tentang menyalatkan jenazah,

penulis menggunakan takhri>j112 yang telah dirumuskan oleh para ulama. Dari

lima metode takhri>j yang telah diperkenalkan oleh para ulama,113 penulis akan

menggunakan metode takhri>j dengan cara menelusuri lafaz}-lafaz} yang terdapat

dalam matan hadis. Pemilihan metode ini dianggap relatif lebih mudah untuk

menelusuri hadis yang sedang diteliti dengan cara memilih salah satu lafaz} yang

terdapat dalam rangkaian matan hadis sebagai kata kunci.

112 Takhri>j menurut bahasa berarti mengeluarkan sesuatu dari tempatnya. Sedangkan

menurut istilah yaitu suatu usaha mencari derajat sanad, dan rawi hadits yang tidak diterangkan oleh penyusun atau pengarang suatu kitab, penelusuran atau pencarian hadits pada berbagai kitab-kitab koleksi hadits sebagai sumber asli dari hadits yang bersangkutan, yang di dalam sumber tersebut dikemukakan secara lengkap matan dan mata rantai sanad yang bersangkutan. Lihat: Hamzah ‘Abdullah al-Malībārī, Kaifa Nadrusu ‘Ilmi Takhri>j al-Hadīts (Oman: Dār ar-Rāzī), hal. 27

113 Dalam takhri>j terdapat beberapa macam metode sebagai berikut; Pertama, takhri>j dengan cara mengetahui perawi hadits dari sahabat, metode ini dikhususkan jika kita mengetahui nama sahabat yang meriwayatkan hadits, lalu kita mencari bantuan dari tiga macam karya hadits, yaitu: al-Masānid, al-Ma'aajim, dan Kitab-kitab al-At}ra>f. Kedua, takhri>j dengan mengetahui permulaan lafaz} dari hadits, cara ini dapat dibantu dengan kitab-kitab yang berisi tentang hadits-hadits yang dikenal oleh orang banyak, misalnya: ad-Durār al-Muntatsirah fi Ahādits al-Musytaharah karya As-Suyut}i, al-Maqa>shid al-Hasanah fii Baya>ni Katsi>rin min al-Aha>dits al-Musytahirah 'ala al-Alsinah karya As-Sakhawi. Metode Ketiga, takhri>j dengan cara mengetahui kata yang jarang penggunaannya oleh orang dari bagian mana saja dari matan hadits, metode ini dapat dibantu dengan kitab Al-Mu'jam Al-Mufahras li Alfāz} al-hadī>ts Al-Nabawī, Metode Keempat, takhri>j dengan cara mengetahui tema pembahasan hadits, jika telah diketahui tema dan objek pembahasan hadits, maka bisa dibantu dalam takhri>j-nya dengan karya-karya hadits yang disusun berdasarkan bab-bab dan judul-judul. Cara ini banyak dibantu dengan kitab Miftāh Kunūz as-Sunnah yang berisi daftar isi hadits yang disusun berdasarkan judul-judul pembahasan. Lihat: Hamzah ‘Abdullah al-Malībārī, Kaifa Nadrusu ‘Ilmi Takhri>j al-Hadīts (Oman: Dār ar-Rāzī), hal. 30-31

Page 69: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

56

Berdasarkan metode di atas, dengan melakukan penelusuran terhadap

kamus hadis yang dalam hal ini adalah kitab al-Mu’jam al-Mufahras li Alfāz} al-

Hadīts al-Nabawī dengan menggunakan kata kunci S}allū ‘ala> S}āhibikum

ditemukan redaksi hadis yang berada dalam kitab sebagai berikut:

S}ahīh al-Bukhārī

رضي هريرة أيب عن سلمة أيب عن شهاب ابن عن عقيل عن الليث حدثنا بكري بن حيىي حدثنا ترك هل فيسأل الدين عليه املتوىف �لرجل يؤتى كان وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أن عنه هللا

فلما صاحبكم على صلوا للمسلمني قال وإال صلى وفاء لدينه ترك أنه حدث فإن فضال لدينه فعلي دينا فرتك املؤمنني من تويف فمن أنفسهم من �ملؤمنني أوىل أr قال الفتوح عليه هللا فتح

١١٤فلورثته ماال ترك ومن قضاؤه

Sunan Ibn Mājah

محد حدثنا ابن عن يونس أخربين وهب بن هللا عبد حدثنا املصري السرح بن عمرو بن أ تويف إذا يقول كان وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أن هريرة أيب عن سلمة أيب عن شهاب ؟ قضاء من لدينه ترك هل فيسأل الدين عليه وسلم عليه هللا صلى هللا رسول عهد يف املؤمن

رسوله على هللا فتح فلما صاحبكم على صلوا قال ال قالوا وإن عليه صلى نعم قالوا فإن فعلي دين وعليه تويف فمن أنفسهم من �ملؤمنني أوىل أr قال الفتوح وسلم عليه هللا صلى

١١٥لورثته فهو ماال ترك ومن قضاؤه

Sunan al-Tirmidzī

قال الليث حدثىن قال صاحل بن هللا عبد حدثنا الرتمذى العباس بن مكتوم الفضل أبو حدثنامحن عبد بن سلمة أبو أخربىن قال شهاب ابن عن عقيل حدثىن هللا رسول أن هريرة أىب عن الر فإن قضاء من لدينه ترك هل فيقول الدين عليه املتوىف �لرجل يؤتى كان وسلم عليه هللا صلى

114 Muhammad Ibn Isma>‘i>l al-Bukhārī, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 8, hal. 79 115 Ibn Mājah al-Quzwainī, Sunan Ibn Mājah, juz. 3, hal. 490

Page 70: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

57

عليه هللا فتح فلما صاحبكم على صلوا للمسلمني قال وإال عليه صلى وفاء ترك أنه حدث قضاؤه على دينا فرتك املسلمني من توىف فمن أنفسهم من �ملؤمنني أوىل أr فقال قام الفتوح

بكري بن حيىي رواه وقد. صحيح حسن حديث هذا عيسى أبو قال لورثته فهو ماال ترك ومن ١١٦صاحل بن هللا عبد حديث حنو سعد بن الليث عن واحد وغري

Sunan al-Nasā’ī

rاألعلى عبد بن يونس أخرب rابن عن ذئب أيب وابن يونس أخربين قال وهب ابن قاألنبأ املؤمن تويف إذا كان وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أن هريرة أيب عن سلمة أيب عن شهاب صلوا قال ال قالوا وإن عليه صلى نعم قالوا فإن ؟ قضاء من لدينه ترك هل سأل دين وعليه �ملؤمنني أوىل أr قال وسلم عليه هللا صلى رسوله على وجل عز هللا فتح فلما صاحبكم على١١٧لورثته فهو ماال ترك ومن قضاؤه فعلي دين وعليه تويف فمن أنفسهم من

al-Sunan al-S}aghi>r li al-Baihaqī

rاحلافظ هللا عبد أبو أخرب r محد بكر أبو الرقاشي حممد بن امللك عبد ثنا الفقيه سلمان بن أ هللا صلى هللا رسول أيت قال األكوع بن سلمة عن عبيد أيب بن يزيد ثنا إبراهيم بن مكي ثنا

ترك هل فقال ال فقالوا دين؟ عليه هل فقال عليها ليصلي األنصار من رجل جبنازة وسلم عليه شيئا؟ ترك هل قال. نعم فقالوا دين؟ عليه هل فقال جبنازة وأيت. عليه فصلى. نعم قالوا شيئا؟ هللا رسول عليه فصلى هللا رسول P علي وهو رجل فقال صاحبكم على صلوا قال ال قالوا١١٨وسلم عليه هللا صلى

al-Sunan al- S}aghi>r li al-Baihaqī

داود أبو ثنا حبيب بن يونس ثنا جعفر بن هللا عبد r فورك بن احلسن بن حممد بكر أبو حدثنا مث وحنطناه فغسلناه رجل تويف هللا عبد بن جابر عن عقيل بن حممد بن هللا عبد عن زائدة ثنا

116 Muhammad Ibn Isā al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmidzī, juz. 4, hal. 338 117 Abū ‘Abd al-Rahman al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, juz. 4, hal. 66 118 Abū Bakr al-Baihaqī, as-Sunan al-S}aghi>r li al-Baihaqī (Pakistan: Jāmi’ah ad-Dirāsāt

al-Islāmiyah, 1989), juz. 2, hal. 305

Page 71: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

58

نعم قلنا دين؟ عليه هل قال مث خطى فخطا عليه ليصلي وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أتينا هللا رسول فقال. علي ديناران هللا رسول P قتادة أبو فقال صاحبكم؛ على صلوا قال. ديناران الغد من لقيه مث عليه فصلى. نعم قال امليت وبرئ الغرمي حق عليك مها وسلم عليه هللا صلى فعل ما فقال الغد من لقيه مث أمس مات إمنا هللا رسول P فقال قال الديناران؟ فعل ما فقال

١١٩جلده عليه بردت اآلن فقال. قضيتهما قد هللا رسول P فقال الديناران؟

al-Sunan al-Kubrā li al-Baihaqī

rمحد بكر أبو أنبأ احلافظ هللا عبد أبو أخرب الرقاشي حممد بن امللك عبد ثنا الفقيه سلمان بن أ هللا صلى هللا رسول أيت قال األكوع بن سلمة عن عبيد أيب بن يزيد ثنا إبراهيم بن مكي ثنا

هل قال ال فقالوا دين؟ عليه هل فقال عليها ليصلي األنصار من رجل جبنازة وسلم عليه ترك هل قال نعم قالوا دين؟ عليه هل فقال جبنازة وأيت. عليه فصلى نعم قالوا شيئا؟ ترك

شيئا؟ ترك هل قال نعم قالوا دين؟ عليه هل فقال جبنازة وأيت. عليه فصلى نعم قالوا شيئا؟ فصلى هللا رسول P علي هو عنه هللا رضي قتادة أبو قال. صاحبكم على صلوا قال ال قالوا من أمت إبراهيم بن مكي عن الصحيح يف البخاري رواه وسلم عليه هللا صلى هللا رسول عليه١٢٠ذلك

Sunan Ibn Mājah

محد بن عمرو بن السرح املصري ثنا عبد هللا بن وهبحدث أخربين يونس عن ابن شهاب نا أصلى هللا عليه و سلم كان يقول إذا تويف املؤمن يف عن أيب سلمة عن أيب هريرة أن رسول هللا

صلى هللا عليه وسلم وعليه الدين فيسأل ا نعم هل ترك لدينه قضاء ؟ فإن قالو عهد رسول هللا

119 Abū Bakr al-Baihaqī, as-Sunan as-S}aghi>r li al-Baihaqī, juz. 2, hal. 305 120 Abū Bakr al-Baihaqī, as-Sunan al-Kubrā (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, 2003),

juz. 6, hal. 120

Page 72: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

59

صاحبكم فلما فتح هللا على صلى عليه وإن قالوا ال رسوله الفتوح قال أr أوىل قالصلوا على ١٢١ومن ترك ماال فهو لورثته م فمن تويف وعليه دين فعلي قضاؤه�ملؤمنني من أنفسه

121 Ibn Mājah al-Quzwainī, Sunan Ibn Mājah, juz. 2, hal. 807

Page 73: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

60

Sunan al-Dāruqut}nī

r الربيع بن روح r حممد بن العباس بن معاوية السكوين r حممد بن إمساعيل الفارسي ثنا صم بن ضمرة عن إمساعيل بن عياش عن عطاء بن عجالن عن أيب إسحاق اهلمداين عن عا

صلى هللا عليه و سلم إذا أتى �جلنازة مل يسئل عن شيء من عمل علي قال كان رسول هللا صلى الرجل ويسأل عن دينه فإن قيل عليه دين كف عن الصالة عليه وإن قيل ليس عليه دين

صلى هللا عليه و سلم صحابه هل على عليه فأتى جبنازة فلما قام ليكرب سأل رسول هللا أصلوا على صلى هللا عليه و سلم عنه وقال صاحبكم دين قالوا ديناران فعدل رسول هللا صلى هللا صاحبكم فقال علي رضي هللا عنه مها علي P رسول هللا برئ منهما فتقدم رسول هللا

ككت عليه و سلم فصلى عليه مث قال لعلي بن أيب طالب جزاك هللا خريا فك هللا رهانك كما فرهان أخيك إنه ليس من ميت ميوت وعليه دين إال وهو مرµن بدينه ومن فك رهان ميت فك صة أم للمسلمني عامة فقال بل هللا رهانه يوم القيامة فقال بعضهم هذا لعلي عليه السالم خا

١٢٢للمسلمني عامة

Sunan al-Dārimī

أخربr سعيد بن عامر وأبو الوليد عن شعبة عن عثمان بن عبد هللا بن موهب عن عبد هللا بن صلوا على صلى هللا عليه و سلم أيت برجل ليصلي عليه فقال أيب قتادة عن أبيه ان رسول هللا صاحبكم فإن عليه دينا قال أبو قتادة هو علي P رسول هللا قال �لوفاء قال �لوفاء فصلى

١٢٣ليه ع

Sunan al-Nasā’ī

أخربr يونس بن عبد األعلى قال أنبأr بن وهب قال أخربين يونس وبن أيب ذئب عن بن صلى هللا عليه و سلم كان إذا توىف املؤمن شهاب عن أيب سلمة عن أيب هريرة أن رسول هللا

122 Alī Ibn ‘Umar al-Dāruqut}nī, Sunan al-Dāruqut}nī (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyah, tt)

123 Abū Muhammad Abdullah al-Da>rimī, Sunan al-Da>rimī (Damaskus: Bāb al-Bārīd), juz. 2, hal. 341

Page 74: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

61

صلوا على صلى عليه وإن قالوا ال قال وعليه دين سأل هل ترك لدينه من قضاء فإن قالوا نعم صلى هللا عليه و سلم قال أr أوىل �ملؤمنني من صاحبكم فل ما فتح هللا عز و جل على رسوله

١٢٤أنفسهم فمن توىف وعليه دين فعلي قضاؤه ومن ترك ماال فهو لورثته

S}ahīh Ibn Hibbān

حممد بن بشر أخربr عمران بن موسى بن جماشع قال حدثنا عثمان بن أيب شيبة قال حدثنا حممد ب ن عمرو قال حدثنا أبو سلمة عن أيب قتادة بن ربعي قال أيت رسول هللا قال حدثنا

صلوا صلى هللا عليه و سلم جبنازة ليصلي عليها و قال عليه دين ؟ قالوا عليه دينارين فقال صلى هللا عليه و صاحبكم قال أبو قتادة إيل P رسول هللا مها علي فتقدم رسول هللا على

١٢٥سلم فصلى عليه

S}ahīh al-Bukhāri

رضي هريرة أيب عن سلمة أيب عن شهاب ابن عن عقيل عن الليث حدثنا بكري بن حيىي حدثنا ترك هل فيسأل الدين عليه املتوىف �لرجل يؤتى كان وسلم عليه هللا صلى هللا رسول أن عنه هللا

فتح فلما صاحبكم على صلوا للمسلمني قال وإال صلى وفاء ترك أنه حدث فإن فضال لدينه قضاؤه فعلي دينا فرتك املؤمنني من تويف فمن أنفسهم من �ملؤمنني أوىل أr قال الفتوح عليه هللا

١٢٦فلورثته ماال ترك ومن

S}ahīh Muslim

حيىي بن حرملة وحدثىن ح األيلى يونس عن األموى صفوان أبو حدثنا حرب بن زهري وحدثىن عبد بن سلمة أىب عن شهاب ابن عن يونس أخربىن وهب بن هللا عبد أخربr قال له واللفظمحن الدين عليه امليت �لرجل يؤتى كان -وسلم عليه هللا صلى- هللا رسول أن هريرة أىب عن الر على صلوا قال وإال عليه صلى وفاء ترك أنه حدث فإن. قضاء من لدينه ترك هل فيسأل

124 Abū ‘Abd al-Rahman al-Nasā’ī, Sunan al-Nasā’ī, juz. 4, hal. 66 125 Muhammad Ibn Hibbān, S}ahi>h Ibn Hibbān (Beirut: Mu’assasah ar-Risālah, 1993) juz.

7, hal. 329 126 Muhammad Ibn Isma>‘i>l al-Bukhārī, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 7, hal. 67

Page 75: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

62

دين وعليه توىف فمن أنفسهم من �ملؤمنني أوىل أr قال الفتوح عليه هللا فتح فلما صاحبكم١٢٧لورثته فهو ماال ترك ومن قضاؤه فعلى

Sunan Abī Da>wud

حيىي بن حممد عن سعيد بن حيىي عن حدÐهم املفضل بن وبشر سعيد بن حيىي أن مسدد حدثناصحاب من رجال أن اجلهىن خالد بن زيد عن عمرة أىب عن حبان بن عليه هللا صلى- النىب أ

على صلوا فقال -وسلم عليه هللا صلى- هللا لرسول ذلك فذكروا خيرب يوم توىف -وسلم متاعه ففتشنا. هللا سبيل ىف غل صاحبكم إن فقال لذلك الناس وجوه فتغريت. صاحبكم

r١٢٨درمهني يساوى ال يهود خرز من خرزا فوجد

S}ahīh al- Bukhārī

كنا قال عنه هللا رضي األكوع بن سلمة عن عبيد أيب بن يزيد حدثنا إبراهيم بن املكي حدثنا قالوا دين عليه هل فقال عليها صل فقالوا جبنازة أيت إذ وسلم عليه هللا صلى النيب عند جلوسا

عليها صل هللا رسول P فقالوا أخرى جبنازة أيت مث عليه فصلى ال قالوا شيئا ترك فهل قال ال �لثالثة أيت مث عليها فصلى دrنري ثالثة قالوا شيئا ترك فهل قال نعم قيل دين عليه هل قال

صلوا قال دrنري ثالثة قالوا دين عليه فهل قال ال قالوا شيئا ترك هل قال عليها صل فقالوا١٢٩عليه فصلى دينه وعلي هللا رسول P عليه صل قتادة أبو قال صاحبكم على

Sunan al-Tirmidzī

قال موهب بن هللا عبد بن عثمان عن شعبة أخربr داود أبو حدثنا غيالن بن حممود حدثنا ليصلي برجل أيت وسلم عليه هللا صلى النيب أن أبيه عن حيدث قتادة أيب بن هللا عبد مسعت هو قتادة أبو قال دينا عليه فإن صاحبكم على صلوا وسلم عليه هللا صلى النيب فقال عليه عن الباب ويف قال عليه فصلى �لوفاء قال �لوفاء وسلم عليه هللا صلى هللا رسول فقال علي

127 Muhammad Ibn Isma>‘i>l al-Bukhārī, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 8, hal. 329 128 Abū Da>wud al-Sijistānī, Sunan Abī Da>wud, juz. 3, hal. 20 129 Muhammad Ibn Isma>‘i>l al-Bukhārī, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 5, hal. 581

Page 76: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

63

حسن حديث قتادة أيب حديث عيسى أبو قال يزيد بنت وأمساء األكوع بن وسلمة جابر١٣٠صحيح

Hadis S}allū ‘ala> S}āhibikum yang diteliti oleh penulis ada dalam dua belas

kitab, yaitu: S}ahīh al-Bukhārī, S}ahīh Muslim, Sunan Ibn Mājah, Sunan Abī

Da>wud, Sunan al-Tirmidzī, Sunan al-Nasā’ī, as-Sunan al-S}aghi>r li al-Baihaqī, al-

Sunan al-Kubrā li al-Baihaqī, Sunan al-Dāruqut}nī, Sunan al-Dārimī, S}ahīh Ibn

Hibbān dan Muwat}t}a’ Imam Mālik. Semuanya diriwayatkan melalui jalur sanad

yang berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya, dapat kita lihat sebagaimana diagram

berikut ini:

130 Muhammad Ibn Isā al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmidzī, juz. 4, hal. 234

Page 77: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

64

رسول اهللا

أبو قتادة

عبد هللا بن أبى قتادة

عثمان بن عبدهللا

شعبة

سعيد بن عمر

الدارمي

أبو الوليد أبو داود

محمود بن غيالن

At-Tirmidzi

An-Nasai

AbūSalamah

محمد بن عمر

محمد بن بشر

عثمان بن أبى شيبة

عمران بن موسى

ابن حبان

أبو هريرة

AbūSalamah

ابن شهاب

عقيل

الليث

ريحيى بن بكي

Al-Bukhāri

عبد هللا بن صالح

مكتوم بن عباس

الترمذي

يونس

عبد هللا بن وهب

أحمد بن عمر

Ibn Majah

حرملة بن يحيى

Yunus ibn Abd al-A’la

أبو صفوان

زاهر بن حرب

مسلم

ابن أبي ذئب

Yunus ibn Abd al-A’la

ابن وهب

Yunus ibn Abd al-A’la

النسائي

جابر

أبو سلمة

زهري

يونس

عمر بن حارث

بكر بن مضر

عبد الرحمن بن قاسم

مقدم ناعمي

الطبراني

معمر

عبد الرزاق

محمد بن المتوكل

AbūDawud

عبد هللا بن محمد

زائدة

أبو داود

يونس بن حبيب

عبد هللا بن جعفر

محمد بن الحسن

Al-Baihaqi

زيد بن خالد

Muhammad ibn Yahya

يحيى بن سعيد

بشر المفضل

مسد

أبو داود

مالك

مالك

الليث

محمد بن رمح

ابن ماجه

محمد بن يحيىأبى عمرة

علي

عاصم بن ضمرة

ابي اسحاق الحمداني

عطاء بن عجالن

اسماعيل بن عياس

الربيع بن رمح

محمد بن العباس

محمد بن اسماعيل

الدارقطني

سلمة

يزيد بن أبي عبيد

مكي بن ابراهيم

عبدالمالك بن محمد

احمد بن سلمان

ابو عبد هللا

يونس بن عبد األعلى

البيهقي

البخاري

Haikal Sanad Hadis S}allū ‘ala> S}āhibikum

Page 78: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

65

Dengan memperhatikan bagan transmiter di atas, maka terlihat bahwa

periwayat yang berstatus sebagai mutābi131 dalam hal ini adalah hadis riwayat

Ibn Ma>jah, al-Tirmidzī dan al-Nasā’ī yang semuanya diriwayatkan dari sahabat

Abū Hurairāh. Sementara periwayatan yang berstatus sebagai syāhid132 dalam

transmisi periwayatan hadis S}allū ‘ala> S}āhibikum terdapat pada sanad dari as-

Sunan al-S}agh>ir li al-Baihaqī dan Sunan Ibn Mājah melalui jalur periwayatan

Ja>bir Ibn ‘Abdillah, as-Sunan al-Kubrā li al-Baihaqī dan S}ahīh al-Bukhārī

melalui jalur periwayatan Salamah Ibn al-Akwa’, al-Dāruqut}nī melalui jalur

periwayatan Ali Ibn T}ālib, Sunan al-Dārimī, S}ahīh Ibn Hibbān, Sunan at-

Tirmidzī dan Sunan al-Nasa>’ī melalui jalur periwayatan Abū Qatādah, Sunan Abī

Da>wud dan Sunan Ibn Ma>jah melalui jalur periwayatan Zaid Ibn Khālid al-

Juha>nī.

Dalam penelitian ini, penulis mengambil jalur periwayatan al-Bukhārī

sebagai satu jalur sanad yang akan diteliti. Seperti yang telah disebutkan di atas,

bahwa hadis S}allū ‘ala> S}āhibikum dalam kitab S}ahīh al-Bukārī terdiri dari enam

131 Kata Ta>bi’ menurut bahasa diderivasi dari fi’il madhi taba’a, sedangkan secara

terminologi hadis yaitu hadis yang para perawinya sama dengan para perawi hadis lainnya dari segi lafal dan maknanya atau maknanya saja dan ada persamaan dalam sanad sahabatnya. Secara ringkas hadis ini dapat diartikan sebagai hadis yang matannya mempunyai kesamaan secara lafal atau makna dengan hadis lain serta sanad sahabat dari kedua hadis tersebut sama. Hadis ta>bi’ terbagi menjadi dua, yaitu: Ta>bi’ Tam atau hadis yang matannya ada kesamaan secara lafal atau makna dengan dengan hadis lain dan sanadnya pun sama mulai dari awal sampai akhir. Yang kedua, Ta>bi’ Qas}i>r atau hadis yang mempunyai kesamaan dengan hadis lain dari segi sanad sahabat dan matan, baik secara lafal atau makna. Lihat: Mahmūd T}ahhān, Taysīr Must}alah al-Hadī>ts, hal. 115-116

132 Secara etimologi kata Sya>hid merupakan derivasi dari fi’il madhi syahida. Sedangkan arti dari sya>hid dalam kamus Arab adalah orang yang menginformasikan apa yang disaksikannya atau juga bisa mempunyai arti lisan. Menurut terminologi hadis, sya>hid adalah hadis yang menyerupai hadis lain dari segi lafal atau maknanya saja serta tidak terdapat kesamaan dalam sanad sahabatnya dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa syahid merupakan hadis yang matannya memiliki kesamaan dengan hadis lain dari segi lafal atau maknanya saja, namun sanad sahabat kedua hadis tersebut berbeda. Hadis sya>hid ini terbagi menjadi dua yakni Sya>hid Lafz}i atau hadis yang menguatkan matan hadis lain secara lafal dan Sya>hid Ma’nawi atau hadis yang menguatkan matan hadis lain dari segi maknanya saja. Lihat: Mahmūd T}ahhān, Taysīr Must}alah al-Hadī>s, hal. 116

Page 79: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

66

periwayat. Al-Bukhārī sebagai mukharrij hadis dan perawi terakhir. Dalam

mengemukakan periwayatannya, al-Bukhārī menyandarkan riwayatnya kepada

Yahya> Ibn Bukair (Sebagai Periwayat ke-6 dan sanad pertama), sedangkan

Yahya> Ibn Bukair menyandarkan periwayatannya kepada Laits (Sebagai

periwayat ke-5 dan sanad ke-2), adapun Laits menyandarkan periwayatannya

pada ‘Uqail (Sebagai periwayat ke-4 dan sanad ke-3), ‘Uqail menyandarkan

periwayatannya Ibn Syihāb (Sebagai periwayat ke-3 dan sanad ke-4), Ibn Syihāb

menyandarkan periwayatannya pada Abū Salamah (Sebagai periwayat ke-2 dan

sanad ke-5), Abū Salamah menyandarkan periwayatannya pada Abū Hurairah

(Sebagai periwayat pertama dan sanad ke-6) dan Abū Hurairah menyandarkan

periwayatannya langsung pada Rasu>lullah saw sebagai pemilik periwayatan.

Adapun urutan periwayat dan sanad hadis adalah sebagai tabel berikut:

No Nama Rawi Urutan Rawi Urutan Sanad

1 Abū Hurairāh I VI

2 Abū Salamah II V

3 Ibn Syihāb III IV

4 ‘Uqail IV III

5 Laits V II

6 Yahya> Ibn Bukair VI I

7 Al-Bukhārī VII Mukharrij al-Hadis

Page 80: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

67

B. Haikal Sanad

: Muttas}il

هللا رسول (11 H)

سلمة أبو (119 H)

هريرة أبو (57 H)

شهاب ابن (123 H)

بكير بن يحيى (231 H)

(H 175) الليث

(H 256) البخاري

عن

عن

عن

عن

حدثنا

حدثنا

(H 144) عقيل

عن

Page 81: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

68

C. Analisa Sanad

Penelitian kritik hadis133 selalu diarahkan pada kritik sanad atau kritik

eksternal (al-Naqd al-kha>rījī) 134 dan kritik matan atau kritik eksternal (al-Naqd

ad-da>khīlī) 135. Sebelum menganalisa sanad kita perlu memahami apa yang

dimaksud dengan riwayat hadis. Riwayat berarti suatu kegiatan penerimaan dan

penyampaian hadis pada mata rantai periwayatan.136 Orang yang menerima hadis

tetapi ia tidak menyampaikannya kepada orang lain, ia tidak dapat dikatakan

sebagai orang yang melakukan kegiatan periwayatan hadis. begitu juga ketika ia

menyampaikan hadis yang telah diterimanya dari orang lain tetapi ketika

133 Yang berupa penetapan status cacat atau ‘adil pada perawi hadis dengan

mempergunakan idiom khusus berdasar bukti-bukti yang mudah diketahui oleh para ahlinya, dan mencermati matan-matan hadis sepanjang S}ahi>h sanadnya untuk tujuan mengakui validitas atau menilai lemah, dan upaya menyingkap kemusykilan pada matan hadis yang S}ahi>h serta mengatasi gejala kontradiksi antar matan dengan mengaplikasikan tolok ukur yang detail sebagaimana yang dijelaskan oleh Hasyim Abbas dalam bukunya. Lihat: Hasyim Abbas, Kritik Matan Hadis (Yogyakarta:Teras,2004), hal. 10

134 Ada beberapa faktor yang menyebabkan kajian sanad sangat penting dilakukan. Diantaranya, karena pada zaman Nabi saw tidak seluruh hadis ditulis. Terkait dengan pentingnya kedudukan sanad, Muhammad Ibn Sirin menyatakan bahwa sesungguhnya pengetahuan hadis merupakan bagian dari agama, maka perhatikanlah dari siapa kamu mengambil agamamu. Begitu juga Abdullah Ibn al-Mubārak menyatakan andaian sanad tidak ada, niscaya siapa saja akan menyatakan apa yang mereka kehendaki. Dikutip oleh Muslim Ibn Hajjāj al-Naisābūrī. Lihat: Muslim Ibn Hajjāj al-Naisābūrī, S}ahi>h Muslim, hal. 14

135 Naqd al-Matn atau kritik matn adalah kritik intern hadits, yaitu meneliti matan hadits sebagai isi dalam diri hadits itu sendiri untuk membedakan antara hadits yang S}ahi>h dari hadits yang d}a’i>f. Yang terdiri dari beberapa langkah diantaranya adalah proses kebahasaan, termasuk kritik teks yang mencermati keaslian dan kebenaran teks, format qauliy atau format fi’liy, Analisis terhadap isi kandungan makna (konsep doktrin) pada matan hadits dan Penelusuran ulang nisbah pemberitaan matan hadits kepada narasumber/perawi. Pengujian atau kritik matan sebuah hadis kerapkali dilakukan bila dalam sisi substansi matan terdapat pertentangan dengan dalil naqli lainnya seperti dalam al-Qur’an dan hadis lainnya. Lihat: Wahyudin Darmalaksana, Hadis di Mata Orientalis; Telaah Pandangan Ignaz Goldziher dan Joseph Schacht (Bandung; Benang Merah Press, 2004), hal. 6

136 Kegiatan yang berhubungan dengan penerimaan dan penyampaian hadis disebut at-Tahammul wa al-adā’, sedangkan orang yang melakukan periwayatan disebut ar-Rāwi atau periwayat/perawi dan apa yang diriwayatkan disebut al-riwayah. Lihat: Subhi al-Shālih, ‘Ulūm al-Hadīts wa Musht}ala>huhu (Beirut: Dār al-‘Ilm li al-Malāyīn, 1977), hal. 107.

Page 82: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

69

menyampaikannya, ia tidak menyebutkan mata rantai periwayatan, maka ia juga

tidak dapat dikatakan sebagai orang yang telah melakukan periwayatan hadis.137

Pada kritik eksternal, kajian difokuskan pada kualitas para perawi dan

metode periwayatan yang digunakan apakah kredibilitas para rawi hadis tersebut

diakui dan apakah ada s}i>ghat al-tahammul wa al-adā’ yang menunjukkan bahwa

itu otentik dan dapat dipercaya. Kriteria sanad hadis yang dapat dijadikan hujjah

tidak hanya berkaitan dengan kapasitas pribadi periwayat saja, melainkan juga

berkaitan dengan ketersambungan sanad.

Oleh karena itu, dalam penelitian sanad hadis ada tiga bagian penting

yang perlu diperhatikan. Pertama, membahas tentang riwayat yang mencoba

menginvestigasi mata rantai transmisi periwayatan hadis. kedua, membahas

tentang asmā’ ar-Rijāl yang memberikan keterangan biografi para perawi sebagai

landasan untuk menilai karakter mereka. Ketiga, berkaitan dengan dira>yah yang

membahas konten hadis apakah sesuai dengan ajaran Nabi saw atau tidak.138

Setelah memaparkan semua urutan perawi dari S}ahīh al-Bukhārī ini,

maka penulis akan meneliti kualitas periwayat hadis. kualitas periwayat dapat

diukur melalui sifat adl139 dan d}a>bit}140, jika ke-‘adil-an berkaitan dengan

137 Muhammad ‘Ajjāj al-Khāt}ib, Us}ūl al-Hadīts ‘Ulumūhu wa Must}alahuhu (Beirut: Dār Ihyā’ as-Sunnah al-Nabawiyah , 1399 H), hal. 8

138 Hadis S}ahi>h yang disepakati oleh ulama hadis harus mencakup sanad dan matan hadis. kriteria yang menyatakan bahwa rangkaian periwayat dalam sanad harus bersambung dan seluruh periwayat harus ‘a>dil dan d}a>bit} adalah kriteria untuk keS}ahi>han sanad, sedangkan terhindarnya syadz dan ‘illat selain merupakan kriteria untuk keS}ahi>han sanad, juga kriteria untuk kesahihan matan hadis. lihat: Komarudin Amin, Isnad and The Historicity of Hadis (Jakarta: Mustaka MAPAN, 2008), hal. 84-85

139 ‘Adl secara bahasa yakni wad}’u kulli syai’in fī mahallihi atau meletakkan segala sesuatu pada tempatnya. Namun, menurut istilah hadis ia merupakan sifat yang tertancap dalam jiwa yang mendorong pemiliknya untuk senantiasa bertakwa dan memelihara harga diri. Sehingga jiwa kita akan percaya akan kejujurannya. Menjauhi dosa besar termasuk kedalamnya, juga sebagian dosa kecil, seperti mengurangi timbangan sebiji, mencuri sesuap makan,serta menjauhi

Page 83: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

70

kualitas pribadi sedangkan ke-d}a>bit}-an berkaitan dengan kapasitas

intelektualnya. Apabila kedua hal tersebut dimiliki oleh perawi, maka perawi

tersebut dapat dikatakan sebagai perawi yang tsiqah.141

Biografi seorang periwayat dalam penelitian sanad (naqd al-sanad)

memiliki nilai sangat penting dalam ketersambungan sanad antara rawi yang satu

dengan yang lain. Berikut adalah biografi para perawi hadis yang dimulai dari

Abū Hurairah hingga al-Bukhārī. Dalam penelusuran biografi ini, penulis

menggunakan kita-kitab tarājum seperti kitab Siyar A’lām an-Nubalā’ dan

Tārikh al-Islām wa Masyāhir al-A’lām karya Al-Dzahabī, Tahdzi>b al-Kamāl

karya al-Mizī, Taqrīb al-Tahdzīb karya Ibn Hajar al-‘Asqalāni.

a) Biografi Perawi Hadis

1) Abū Hurairah (57 H)

Nama lengkapnya adalah Abd al-Rahman Ibn Shahr, ada yang

mengatakan nama beliau adalah ‘Āmir, Sakīn, Barīr, ‘Āmr, ada pula yang

menyebutnya Sa’īd. Pada masa Jahiliyah, beliau bernama ‘Abd al-Syams dan

memiliki nama kuniyah Abū al-Aswād atau Ibn Ghunaim. Setelah masuk Islam,

perkara-perkara mubah yang dinilaimengurangi harga diri, sepertimakan di jalan, buang air kecil di jalan, berteman dengan orang-orang keji dan terlalu berlebihan dalam berkelakar. Lihat: Muhammad ‘Ajjaj al-Khat}ib, Us}ūl al-Hadīt >s; ‘Ulumuhu wa Must}alahuhu (Beirut: Dār al-Fikr, 1998) hal. 231-232

140 Menurut Muhammad ‘Ajjaj al- Khati>b yang dimaksud dengan d}a>bit} adalah keterjagaan seorang periwayat ketika menerima hadis dan memahami ketika mendengar serta menghafalkannya sejak pertama kali menerima hingga menyampaikan kepada orang lain, termasuk dalam hafalan dan tulisan. Lihat: Muhammad ‘Ajaj al-Khat}ib, Us}ūl al-Hadīts; Ulumuhu wa Must}alahuhu. Hal. 135

141 Yakni gabungan antara sifat adl dan d}a>bit} yang dimiliki oleh seorang perawi. Lihat: Nur ad-Dīn ‘Itr, Manhaj al-Naqd fi ‘Ulūm al-Hadīts (Damaskus: Dār al-Fikr, 1399 H), hal. 80-81

Page 84: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

71

Rasu>lullah saw menggantinya dengan ‘Abdullah dan diberi nama kuniyah Abū

Hurairah al-Dausīy al-Yamānī.142

Beliau dilahirkan 21 tahun sebelum hijrah tepatnya pada tahun 598

Masehi di daerah Yaman dari kabilah bani Daus, masuk Islam pada awal tahun

ke-7 Hijriah tepatnya ketika Rasu>lullah saw berada di Khaibar. Ibunya bernama

Maimunah binti S}abīh. Meskipun menurut suatu riwayat Abū Hurairah memeluk

Islam di tahap akhir kenabian, yakni sekitar empat tahun sebelum wafatnya

Rasu>lullah saw, ia menuturkan hadis dalam jumlah paling besar dari pada

sahabat-sahabat yang lain.143

Beliau menerima hadis secara langsung dari Nabi saw, selain itu beliau

juga meriwayatkan hadis dari beberapa sahabat. Diantaranya adalah Abū Bakar

al-S}iddīq, ‘Umar Ibn al-Khat}t}ab, Ubay Ibn Ka’ab, ‘Aisyah binti Abū Bakar,

Bashrah Ibn Abī Bashrah dan Fadhl Ibn ‘Abbās.144

Al-Dzahabī menyebutkan bahwa murid beliau mencapai delapan ratus

orang dari kalangan sahabat dan Ta>bi’i>n. Diantaranya adalah Ibrāhīm Ibn Ismā’īl,

Anas Ibn Mālik, Aus Ibn Khālid, Basyīr Ibn Ka’ab, Abū Salamah, Tsābit Ibn

‘Iyād}, Jābir Ibn ‘Abdillah, Hafs Ibn ‘Abdillah, Humaid Ibn Mālik dan Hafs Ibn

‘Ās}īm Ibn ‘Umar.145

Beliau wafat di Madinah dan dimakamkan di pemakaman Baqī. Beliau

wafat karena jatuh sakit pada tahun 57 dan wafat pada usianya yang ke-78. Abū

142 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’ (Beirut: Mu’assasah ar-Risālah, 1985), juz. 2, hal. 578-579

143 Mālik Ibn Anas al-Ashbahī, Muwaththa’ Mālik, juz. 6, hal. 114 144 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’, juz. 2, hal. 579. 145 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’, juz. 2, hal. 580.

Page 85: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

72

Hurairah meriwayatkan hadis sebanyak 5374 hadis dan lebih 800 orang yang

meriwayatkan hadis darinya.146

2) Abū Salamah (119 H)

Nama aslinya ‘Iyās Ibn Salamah Ibn al-Akwa’ al-Aslamī al-Madanī,

memiliki nama kuniyah Abū Salamah dan kadang-kadang dipanggil Abū Bakar.

Lahir pada tahun 42 Hijriah, termasuk generasi ta>bi’in pertengahan.

Gurunya diantaranya adalah Abū Hurairah dan Ibn ‘Ammār Ibn Yassār.

Sedangkan murid-muridnya adalah anaknya sendiri Muhammad Ibn ‘Iyās Ibn

Salamah Ibn al-Akwā’, Ayyu>b Ibn ‘Utbah al-Yamāmā, Muhammad Ibn Muslim

Ibn Syihāb al-Zuhrī, Musā Ibn Muhammad Ibn Ibrāhīm al-Taymī, Ya’lā Ibn al-

Hārits al-Mahāribī, Muhammad Ibn Bisyr al-Aslāmī. Beliau meninggal pada

tahun 119. 147

3) Ibn Syihāb (123 H)

Beliau adalah Abū Bakar Muhammad Ibn Muslim Ibn ‘Ubaidillah Ibn

‘Abdillah Ibn Syihāb al-Zuhrī Ibn al-Harīts Ibn Zuhrah Ibn Kila>b, termasuk

s}igha>r al-ta>bi’in atau Ta>bi’i>n junior, lahir pada tahun 50 atau 51 H. Ibn Syihāb

al-Zuhrī tinggal di Ailah, sebuah desa antara Hijaz dan Syam, reputasinya

menyebar sehingga ia menjadi tempat berpaling bagi para ulama Hijaz dan Syam.

Selama delapan tahun Ibn Syihāb al-Zuhrī tinggal bersama Sa’i>d ibn Al-

146Syamsuddin Al-Dzahabī, Tārikh al-Islām wa Wafāyāt al-Masyāhīr wa al-A’lām (Beirut: Dār al-Gharb al-Islām, 2003), juz. 2, hal. 560

147 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’ (Beirut: Mu’assasah ar-Risālah, 1985), juz. 9, hal. 284

Page 86: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

73

Musayyab di sebuah desa bernama Sya’bad di pinggir Syam. Disana pula ia

wafat.148

Al-Zuhrī meriwayatkan hadis bersumber dari ‘Abdullah Ibn Umar,

‘Abdullah Ibn Ja’far, Shal Ibn Sa’ad, ‘Urwah Ibn Az-Zubair, ‘At}a>’ Ibn Abī

Rabah. Ia juga mempunyai riwayat-riwayat yang mursal dari Ubadah Ibn al-

Shāmit, Abū Hurairah, Rafi’ Ibn Khudaij, dan beberapa lainnya.149 Adapun yang

pernah mengenyam pendidikan dari beliau diantaranya Imam Mālik, al-Laits, Ibn

Abī Dza’ab, Sufyan Ibn `Uyainah, Sufyan Al-Tsauri, Zaid Ibn Aslam, Yahya> Ibn

Said Al-Anshari, dan ‘At}a>’ Ibn Abī Rabah. Beliau adalah seorang yang kaya

lagi dermawan, memiliki kedudukan yang tinggi di dalam daulah bani Umayyah.

Beliau meninggal pada tahun 123 H, beliau berumur 75 tahun sebagaimana

pendapat Al-Waqidī beliau meninggal pada tanggal 17 Ramadhan pada tahun

tersebut di Syiib Zabad, sebuah daerah di Syam.150

4) ‘Uqail Ibn Khālid (144 H)

Nama lengkapnya adalah ‘Uqail Ibn Khālid Ibn 'Uqail al-Aylī, memiliki

nama kuniyah Abū Khālid al-‘Amawī.151

Beliau meriwayatkan hadis dari ayahnya Khālid Ibn ‘Uqail, dari

pamannya Ziyād Ibn ‘Uqail, Ibn Syihāb, ‘Irāk Ibn Mālik, al-Qāsim Ibn

Muhammad, ‘Ikrimah, Sālim Ibn Abdillah, Amr Ibn Syu’aib, Al-Hasan al-Bashrī,

148 Mushthafā Ibn ‘Abdillah al-Qisthanthinī, Sulam al-WUs}ūl ila T}abaqāt al-Fuhūl

(Istanbul: Maktabah Irsīkā, 2010), juz. 4, hal. 67 149 Abū Fadhl Ibn Hajar al-Asqalānī, Tahdzīb al-Tahdzīb (Beirut: Dār al-Fikr, 1984), juz.

9, hal. 445 150 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’, juz. 5, hal. 334 151 Ahmad Ibn Hanbal, Maus}ū’ah ‘Aqwāl al-Imam Ahmad Ibn Hanbal fi Rijāl al-Hadīs

Wa ‘Ilaluhu (Beirut: Alīm al-Kutub, 1997), juz. 3, hal. 22

Page 87: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

74

Nāfi’ maulā Ibn ‘Umar, Ziyād Ibn ‘Aqīl. Sedangkan muridnya diantaranya

adalah anaknya sendiri Ibrāhīm Ibn ‘Uqail, keponakannya Salāmah Ibn Rauh,

Laits Ibn Sa’id, Yahyā Ibn Ayyūb, Ibn Lahī’ah dan Mafz}al Ibn Fadhālah al-

Mishrī.152 Beliau wafat pada tahun 144 H di Mesir.

Hadis-hadis yang diriwayatkan beliau banyak dinukil oleh beberapa

mukharrij hadis diantaranya adalah; al-Bukhāri sebanyak 187 hadis, Muslim 65

hadis, Abū Daud 24 hadis, al-Tirmidzī 13 hadis, Nasā’ī 24 hadis, Ibn Mājah 12

hadis, Ahmad Ibn Hanbal 76 hadis dan al-Dārimī sebanyak 14 hadis. 153

5) Laits Ibn Sa’id (175 H)

Abū Harīts Laits Ibn Sa'ad Ibn Abdurrahman al-Fahmayu Abū al-Harīts

al-Mishrī adalah seorang ulama, ahli fikih, perawi hadis dan cendekiawan muslim

yang hidup pada kekuasaan Bani Umayyah, ia lahir pada bulan Sya'ban tahun 93

Hijriyyah. Laits Ibn Sa'd lahir pada pertengahan bulan Sya'ban tahun 93

Hijriyyah di kampung Qalqasyandah, tepatnya sepuluh kilometer dari Kairo

Mesir. Nama panggilannya adalah Abū al-Harīts al-Fahmī, sedangkan namanya

yang terkenal adalah Laits Ibn Sa'd Ibn ‘Abdurrahman.

Nenek moyang Laits berasal dari Mesir, mereka mengatakan bahwa nenek

moyangnya berasal dari Mesir Kuno, tetapi pendapat lain mengatakan bahwa

152 Syamsuddīn Al-Dzahabī, Tarīkh al-Islām wa Wafayāt al-Masyāhīr wa al-A’lām, juz. 3, hal. 929

153 Khairuddīn al-Zarkilī, al-A’lām (Beirut: Dār al-Ilm Lilmalāyīn), juz. 4, hal. 242

Page 88: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

75

garis nenek moyangnya dari Persia. Keluarganya masuk Islam dan belajar bahasa

Arab seperti orang-orang Mesir lainnya.154

Sebagai seorang ulama besar tentu al Laits Ibn Sa’d tidak hanya berguru

kepada satu atau dua ulama saja, akan tetapi berguru kepada banyak ulama.

Seperti yang disebutkan di atas bahwa Imam al-Laits ibn Sa’d telah banyak

melakukan perjalanan guna menuntut ilmu, dari satu tempat ke tempat lain, dari

satu negeri ke negeri lain, dari situlah beliau banyak menemui dan berguru

kepada ulama-ulama besar di zamannya yang konon mencapai lebih dari 50 guru,

diantara guru beliau yang tersohor adalah Imam Nafī’, Ibn Ajallan, Said Al-

Maqbari, Ibn Abī Mulaikah, Imam Al-Zuhrī, Yazid Ibn Al-Hād, Yazid Ibn Abī

Habib, Hisyam Ibn ‘Urwah, Abū Zubair al-Makkiy, Yahya> Ibn Sa’id al-Ans}āri,

‘At}a>’ Ibn Abī Rabah, Ibrāhīm Ibn Abī ‘Abdah, ‘Abd Rabbih Ibn Said, al-Harīts

Ibn Ya’qu>b dan beberapa ulama lainnya. Sedangkan muridnya diantaranya dalah

Ibn Bukair, Manshūr Ibn Salamah, Yūnus Ibn Muhammad. Syu'aib, Muhammad

Ibn 'Ajla>n, Hisyam Ibn Sa'd, Ibn Lahi'ah, Hisyam Ibn Basyir, Qais Ibn Rabi',

'At}af Ibn Kha>lid, Ibn al-Mubārak, Ibn Wahb, Marwan Ibn Muhammad. Yahya>

Ibn Bukair dan Said Ibn Abī Maryam berkata: "al-Laits meninggal pada

pertengahan bulan Sya'ban, pada tahun 175 H." Yahya> berkata: "Al-Laits

meninggal pada hari jum'at, dan Mu>sa ibn ‘I<sa ikut mensalatkannya".155

6) Yahya>> Ibn Bukair (231 H)

Nama lengkapnya adalah Yahya> Ibn Abdillah Ibn Bukair al-Qurasyī al-

Makhzūmī, namun beliau sering dinisbahkan pada nama kakeknya. Nama

154 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā, juz. 8, hal. 137 155 Ahmad Farid, Min A’lām al-Salaf (Iskandaria: Maktabah Dār al-Imān, tth), hal. 73

Page 89: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

76

kuniyahnya adalah Abū Zakariyā al-Mishrī, beliau dari kalangan Ta>bi’ al-ta>bi’i>n.

Beliau adalah seorang Imam al-Muhaddits dan seorang al-Hāfiz}, lahir pada tahun

154 H. 156

Guru-guru beliau diantaranya adalah Imam Mālik pengarang kitab

Muwat}t}a’, Laits Ibn Sa’d, Bakr Ibn Mud}ar, Ibn Lahī’ah, Ya’qūb Ibn

‘Abdirrahman, al-Mughīrah Ibn ‘Abd ar-Rahma>n al-Khizāmī, Hammād Ibn Zaid,

Abd al-‘Azīz Ibn Abī Salamah al-Mājasyun, Abd al-‘Azīz Ibn Abī Hāzim dan Ibn

Wahb. Murid-muridnya diantaranya; al-Bukhārī, Harmalah, Muhammad Ibn

‘Abdillah Ibn Numair, Yahya> Ibn Ma’īn, Yūnus Ibn ‘Abdil A’lā, Sahl Ibn

Zanjalah, Abū Zur’ah ar-Rāzī, Baqī Ibn Makhlad, Yahya> Ibn Ayyūb al-‘Allāf,

Yahya> Ibn ‘Utsmān Ibn Shālih, Abū Hātim, Khair Ibn Muwaffaq, Mālik Ibn

‘Abdillah Ibn Saif, Abū Khatsamah ‘Alī Ibn ‘Amru Ibn Khālid al-Harrānī, al-

Hasan Ibn al-Faraj al-Gha>ziy dan puteranya, Abd al-Mālik Ibn Yahyā. Imam al-

Bukhārī meriwayatkan hadis dari beliau sebanyak 194 hadis, Imam Muslim

sebanyak 4 hadis, al-Tirmidzī satu hadis dan Ibn Mājah sebanyak 4 hadis. 157

7) Al-Bukhārī (256 H)

Nama lengkapnya ialah Muhammad Ibn Ismā’il Ibn Ibrāhīm Ibn al-

Mughīrah Ibn Bardizbah158 al-Ju’fi al-Bukhārī, beliau termasuk Mukharrij al-

Hadīs yang termasyhur dari kalangan ulama hadis, lahir pada hari Jum’at 13

Syawal tahun 194 H atau 21 Juli 810 M di kota Bukhara, suatu kota di

156 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā, Juz. 10, hal. 612 157 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā, Juz. 10, hal. 613 158 Menurut pendapat lain bukan Bardizbah, tetapi Bazduzbah yang merupakan bahasa

daerah Bukhara yang berarti petani. Lihat: Ahmad Farid, Min A’lām Al-Salaf (Kairo: Dār Al-Kidah, 2005), hal. 467.

Page 90: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

77

Uzbekistan wilayah Uni Soviet yang merupakan simpang jalan antara Rusia,

Hindia dan Tiongkok. Ayahnya seorang alim di bidang hadis, berguru kepada

ulama terkenal seperti Imam Mālik Ibn Anas, Hammad Ibn Zaid dan Ibn al-

Mubārak.159

Bukhāri mulai belajar hadis saat masih muda, bahkan masih kurang dari

10 tahun. Pada usia 16 tahun, dia telah menghafal banyak kitab ulama terkenal,

seperti Ibn al-Mubārak, Waqi>’, dan sebagainya. Ia tidak berhenti menghafal

hadis tapi juga mempelajari biografi seluruh periwayat yang ambil bagian dalam

periwayatan suatu hadis, tanggal kelahiran dan wafat mereka, tempat lahir

mereka dan sebagainya.160

Guru-guru al-Bukhāri terklasifikasi menjadi lima tingkatan, yaitu;

Tingkatan pertama, orang yang menerima hadis dari Ta>bi’i>n, mereka yang

termasuk dalam kelas ini antara lain: Muhammad Ibn ‘Abdillah Al-Ans}a>ri yang

memperoleh hadis dari Humaid, Makki Ibn Ibrāhīm dari Yazi>d Ibn Abī Ubaid,

dan ‘Isham Ibn Kha>lid yang meriwayatkan hadis dari Huraiz Ibn ‘Utsma>n.

Tingkatan kedua, orang lain yang semasa dengan kelompok pertama, akan

tetapi mereka tidak mendengar dari kelompok Ta>bi’i>n yang tsiqah. Orang yang

termasuk dalam kelompok ini antara lain; Adam Ibn Abī ‘Iya>s, Abū Mas}ar ‘Abd

al-A’la> Ibn Mas}ar, Said Ibn Abī Maryam, Ayyu>b Ibn Sulaimān Ibn Bila>l dan lain-

lain.

159 Muhammad Zuhri, Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis (Yogyakarta; PT.

Tiara Wacana Yogya, 1997), hal. 116 160 Muhammad Must}afa> Azami, Studies in Hadith Methodoloy and Literature, American

Trust Publication, Indianapolis, 1977) Penerjemah Meth Kieraha, Memahami Ilmu Hadis telaah Metodologi dan Literature Hadis (Jakarta: Lentera,1993), hal 103).

Page 91: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

78

Tingkatan ketiga, ini merupakan tingkatan paling tengah diantara sekian

banyak guru-guru al-Bukhāri. Mereka yang termasuk ke dalam klasifikasi

tingkatan ini tidak bertemu pada ta>bi’in. Oleh karena itu, mereka hanya

mendapatkan hadits dari kelompok ta>bi’al-ta>bi’i>n. Mereka yang termasuk dalam

kategori ini antara lain; Sulaimān Ibn Harb, Qutaibah Ibn Sa’i>d, Nua’im Ibn

Hamma>d, Ali Ibn Al-Madinī, Yahya> Ibn Ma‟i>n, Ahmad Ibn Hanbal, Isha>q Ibn

Ruha>waih, Abū Bakar Ibn Abī Syaibah, ‘Utsma>n Ibn Abī Syaibah dan lain-lain.

Tingkatan keempat, mereka termasuk dalam tingkat ini pada dasarnya

sama dengan tingkat ketiga dalam mendapatkan hadis. Letak perbedaannya, jika

tingkat ketiga lebih dahulu mendengar dan mendapatkan hadis daripada

tingkatan keempat ini. Orang yang termasuk dalam klasifikasi ini antara lain;

Muhammad Ibn Yahya> Adz-Dzuhaili, Abū Ha>tim ar-Ra>zi, Muhammad Ibn ‘Abd

ar-Rahi>m S}a>’iqah, Abd Ibn Humaid, Ahmad Ibn Al-Nad}r dan ulama sekelasnya.

Tingkatan kelima; sekelompok orang yang hadisnya hanya dipakai

pertimbangan dalam menentukan usia para perawi hadis maupun dalam jalur

periwayatan hadis. Imam Al-Bukhāri mengambil hadis dari kelompok ini karena

adanya manfaat. Mereka yang termasuk dalam klasifikasi kelompok tingkat

kelima ini antara lain; ‘Abdullah Ibn Hamma>d al-‘Amali, ‘Abdullah Ibn Al-‘A<s}

Al-Khawarizmi, Husain Ibn Muhammad Al-Qabba>ni dan lain-lain.161 Beliau

wafat pada tahun 256 H.162

161 Secara singkat, guru-guru mereka adalah Ta>bi’i>n. Pada tingkatan ketiga ini, Imam

Muslim juga meriwayatkan hadis dari mereka. Imam Al-Bukhāri hanya meriwayatkan hadits dari kelompok tingkatan keempat ini apabila dia tidak mendapatkan hadis dari guru-gurunya yang berada di tingkat di atasnya, atau Imam Al-Bukhāri tidak menjumpai hadis tersebut pada gurunya yang berada di level di atasnya. Jumlah hadis yang diriwayatkan Imam Al-Bukhāri dari guru

Page 92: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

79

Dari keterangan biografi para perawi di atas, penulis dapat menyimpulkan

sebagaimana tabel berikut:

No. Rijāl al-sanad Tahun

Guru Murid Lahir Wafat

1 Abū Hurairah -21 H 57 H Rasu>lullah saw Abū Salamah

2 Abū Salamah 42 H 119 H Abū Hurairah Ibn Syihāb

3 Ibn Syihāb 51 H 123 H Abū Salamah ‘Uqail Ibn

Khālid

4 ‘Uqail Ibn Khālid

- 144 H Ibn Syihāb Laits Ibn Sa’ad

5 Laits Ibn Sa’ad 93 H 175 H ‘Uqail Ibn Khālid Yahya> Ibn

Bukair

6 Yahya> Ibn Bukair

154 H 231 H Laits Ibn Sa’ad al-Bukhārī

7 al-Bukhārī 194 H 256 H Yahya> Ibn

Bukair -

b) Penilaian Ulama al-Jarh wa al-Ta’dīl

1) Abū Hurairah (57 H)

Abū Hurairah merupakan seorang alim, ahli ibadah, ahli tasawwuf dan

selalu mengikuti perang di medan pertempuran demi mengagungkan kalimat

Allah swt. Beliau mengikuti perang Tabuk pada masa Nabi saw, dan setelah

wafat Nabi saw beliau ikut berperang melawan orang-orang murtad bersama Abū

Bakar as-S}iddi>q.

tingkatan kelima ini jumlahnya sangat sedikit. Lihat: Ahmad Utsman, Kutubus Sittah (Surabaya: Pustaka Progresif, 1993), hal. 89

162 Jamāluddin al-Hajj Yūsuf al-Mizzī, Tahdzīb al-Kamāl fi ‘Asmā ar-Rijāl (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), juz. 10, hal. 540

Page 93: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

80

Abū Hurairah juga merupakan seseorang yang didatangi oleh banyak

orang demi mencari keputusan-keputusan terkait syariat. Itulah sebabnya Ibn

Sa’d menyertakan beliau dalam sebuah bab sebagai satu dari empat belas sahabat

yang bisa memberikan fatwa sesudah wafatnya Rasu>lullah saw.163

al-Hakim dalam al-Mustadrak-nya menyebutkan, adanya dua puluh

delapan sahabat Rasu>lullah saw yang meriwayatkan hadis dari Abū Hurairah dan

itu merupakan bukti bahwa beliau dipercaya.164

Ibn Umar berkata “Wahai, Abū Hurairah, di antara kita semua, engkaulah

yang paling sering berada di dekat Rasu>lullah saw dan yang paling kuat

mengingat hadits”.165

2) Abū Salamah (119 H)

Al-Dzahabī menyebutkan bahwa beliau adalah seorang yang masyhur.

Menurut Yahyā Ibn Ma’īn, al-Nasā’ī dan Ibn Hajar al-’Asqalānī beliau adalah

seorang tsiqah,166 Abū Hātim al-Bustī memasukkannya dalam kategori tsiqah

dalam kitabnya Jumlah al-Tsiqāt.167 Beliau adalah seorang yang memiliki kecerdasan

tinggi dan kekuatan hafalan yang mengagumkan, dengan itu semua beliau mendapat

kedudukan tinggi terutama dalam bidang ilmu hadis, dan kepada beliau bermuaralah

ilmu hadis.

163 Muhammad Ibn Sa’ad Ibn Munī’ al-Zuhrī, at-T}abaqāt al-Kabīr (Kairo: Maktabah al-Khātijī, 2001), juz. 2, hal. 312

164 Abū Abdillah al-Hākim al-Naisābūrī, al-Mustadrāk ‘ala as-S}ahi>hain (Kairo: Dār al-Haramain, 1997), juz. 6, hal. 2224

165 Muhammad Ibn Isā al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmidzī, juz. 6, hal. 116. 166 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā, Juz. 9, hal. 284 167 Abdullah al-Bakjiri, Ikmal Tahdzīb al-Kamāl fi ‘Asmā ar-Rijāl (al-Fārūq al-Hadītsah

li at-Thaba’ah wa al-Nasyr, 2001), juz. 2, hal. 303

Page 94: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

81

3) Ibn Syihāb (123 H)

Beliau orang pertama yang membukukan ilmu hadis atas perintah

Khalifah Umar Ibn Abd al-Azīz. Abū Bakar al-Hudzali mengatakan, “Aku telah

duduk bermajelis kepada Hasan al-Bashri dan Ibu Sirin, namun aku tidak melihat

seorang pun yang semisal dengan Imam al-Zuhrī.” Amr Ibn Dinar mengatakan,

“Aku tidak pernah melihat seorang pun yang lebih mengetahui tentang hadis

dibandingkan Ibn Syihāb, Ahmad Ibn Hanbal berkata “al-Zuhrī adalah manusia

yang terbaik hadisnya dan terbagus jalan sanadnya.”. Umar Ibn Abd al-Azīz

berkata; “Temuilah dia, karena sesungguhnya tidak ada yang tersisa saat ini

orang yang lebih tahu tentang Sunnah Rasu>lullah dari padanya.”168

Ja'far Ibn Rabīah pernah bertanya kepada al-Ara Ibn Mālik “Siapakah

orang yang paling faqih dari penduduk Madinah?” Dia menjawab “Orang yang

paling alim terhadap keputusan-keputusan Rasu>lullah, keputusan Abū Bakar,

keputusan Umar dan Utsman, dan yang paling faqih dalam masalah fiqih dan

yang paling alim dengan urusan manusia yang telah lalu, dialah Sa’i>d Ibn Al

Musayyib. Adapun orang yang paling banyak hadisnya, dialah ‘Urwah Ibn Az-

Zubair.” al-Ara berkata “Maka adapun yang paling alim semuanya menurutku

adalah Ibn Syihāb, beliau mengumpulkan seluruh ilmu yang ada pada mereka ke

dalam ilmu beliau”.169

168 Abū Nu’aim al-Ashfahānī, Hilyah al-Auliyā’ wa T}abaqāt al-As}fiyā’ (Beirut: Dār al-

Kitāb al-Arabī, 1405 H), juz. 3, hal. 360 169 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā, Juz. 5, hal. 326

Page 95: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

82

4) ‘Uqail Ibn Khālid (144 H)

Menurut Al-Dzahabī beliau adalah al-Hāfiz} dan al-Imām, Ahmad Ibn

Hanbal, al-Nasa>’i>, al-'Ijli dan Ibn Hibbān mengatakan bahwa beliau adalah

seorang tsiqah. Sedangkan Abū Zur'ah memberi komentar dengan S}adūq tsiqah,

Abū Hātim dengan la ba'sa bih dan al-'Uqaili dengan S}adūq.

5) Laits Ibn Sa’d (175 H)

Menurut Al-Dzahabī beliau adalah al-Imām, al-Hāfīz}, Syaikh al-Islām,

‘Alīm al-Diyār. Beliau meninggal pada pertengahan bulan Sya’ban tahun 175 H,

menurut Yahya> Ibn Bukair, beliau meninggal pada malam Jum’at.170

6) Yahya> Ibn Bukair (231 H)

Al-Dzahabī menyebutkan bahwa beliau adalah al-Imām, al-Muhaddits, al-

Hāfiz}, al-S}adūq. Menurut Yahya> Ibn Ma'i>n, al-'Ijli, Ibn al-Madinī, Ibn Hibbān,

Ibn Hajar al-‘Asqalānī dan Al-Dzahabī beliau adalah seorang tsiqah. Sedangkan

menurut Abū Hātim, Yahya> Ibn Bukair adalah seorang S}adūq.171 Beliau hidup di

Madinah dan wafat pada tahun 231 H.172

7) Al-Bukhārī (256 H)

Muhammad Ibn Abī Hātim berkata “Saya mendengar Ibrāhīm Ibn Khālid

al-Marwāzī berkata, “Saya melihat ‘Amma>r Ibn Harīts memuji Abū ‘Abdillah al-

170 Syamsuddīn Al-Dzahabī, Tarīkh al-Islām wa Wafayāt al-Masyāhīr wa al-A’lām, juz. 4, hal. 710

171 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā’, juz. 10, hal. 612 172 Syamsuddīn Al-Dzahabī, Tarīkh al-Islām wa Wafayāt al-Masyāhīr wa al-A’lām, juz.

5, hal. 963

Page 96: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

83

Bukhārī, lalu beliau berkata, “Saya tidak pernah melihat orang seperti dia.

Seolah-olah dia diciptakan oleh Allah swt hanya untuk hadis”.

Dalam suatu riwayat, beliau juga berkata, “Saya mendengar Abū

‘Abdillah al-Bukhārī berkata,“Para sahabat ‘Amr Ibn ‘Alī al-Fallās pernah

meminta penjelasan kepada saya tentang status sebuah hadis. Saya katakan

kepada mereka,“Saya tidak mengetahui status kedudukan hadis tersebut”.

Mereka menjadi gembira dengan sebab mendengar ucapanku dan mereka segera

bergerak menuju ‘Amr, lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepada ‘Amr.

‘Amr berkata kepada mereka “Hadis yang status kedudukannya tidak diketahui

oleh Muhammad Ibn Isma>‘i>l al-Bukhārī bukanlah hadis”.173

Abū Bakar Muhammad Ibn Ishāq Ibn Khuzaimah berkata; “Saya tidak

pernah melihat di bawah langit seseorang yang lebih mengetahui dan lebih kuat

hafalannya tentang hadis Rasu>lullah saw daripada Muhammad Ibn Ismā’i>l al-

Bukhārī”.

‘Abdullah Ibn Sa’id Ibn Ja’far berkata; “Saya mendengar para ulama di

Bashrah mengatakan: “Tidak pernah kami jumpai di dunia orang seperti

Muhammad Ibn Ismā’īl al-Bukhārī dalam hal ma’rifah (keilmuan) dan

keshalihan”.

Sulaim berkata; “Saya tidak pernah melihat dengan mata kepala saya

sendiri selama enam puluh tahun orang yang lebih dalam pemahamannya

tentang ajaran Islam, warā’ (takwa), dan lebih zuhud terhadap dunia daripada

Muhammad Ibn Ismā’īl”.

173 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā, juz. 12, hal. 420

Page 97: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

84

Al-Firābī berkata “Saya bermimpi melihat Nabi saw di dalam tidur saya”.

Beliau saw bertanya kepada saya “Engkau hendak menuju kemana?” Saya

menjawab “Hendak menuju ke tempat Muhammad Ibn Ismā’i>l al-Bukhārī”.

Beliau saw berkata “Sampaikan salamku kepadanya!”174

Dari penilain para ulama terhadap para perawi di atas, dapat disimpulkan

sebagaimana tabel berikut ini:

No. Rijāl al-sanad Penilaian Ulama

Kesimpulan Ta’di>l Jarh

1 Abū Hurairah Kullu as-Shahābah Udūl Tsiqah

2 Abū Salamah Tsiqah, Masyhūr - Tsiqah

3 Ibn Syihāb al-Imām, al-

‘Alla>mah, Tsiqah - Tsiqah

4 ‘Uqail Ibn

Khālid al-Hāfiz}, al-Imām, la ba’sa bih, S}adūq

- Tsiqah

5 Laits Ibn Sa’ad al-Imām, al-Hāfiz}, Ssyaikh al-Islām

- Tsiqah

6 Yahya> Ibn

Bukair

Tsiqah, S}adūq, al-Hāfiz}, al-Im al-

Muhaddits D}a’i>f Tsiqah

7 al-Bukhārī Tsiqah, al-Imām,

al-‘Alla>mah, - Tsiqah

c) Ketersambungan Sanad

Setelah kita membahas tentang ke’adil-an perawi dan ked}a>bit}-annya,

selanjutnya kita akan membahas tentang ketersambungan sanad para perawi

dilihat dari sighat al-tahammul wa al-‘adā’ serta hubungannya dengan periwayat

sebelumnya.

174 Syamsuddin Al-Dzahabī, Siyar A’lām al-Nubalā, juz. 12, hal. 435-446

Page 98: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

85

Dalam mengemukakan periwayatannya, al-Bukhārī menyandarkan

riwayatnya kepada Yahya> Ibn Bukair dengan lafaz} ‘haddatsanā’, sedangkan

Yahya> Ibn Bukair menyandarkan periwayatannya kepada Laits dengan lafaz}

‘haddatsanā’, adapun Laits menyandarkan periwayatannya pada ‘Uqail dengan

lafaz} ‘an’, ‘Uqail menyandarkan periwayatannya Ibn Syihāb dengan lafaz} ‘an’,

Ibn Syihāb menyandarkan periwayatannya pada Abū Salamah dengan lafaz} ‘an’,

Abū Salamah menyandarkan periwayatannya pada Abū Hurairah dengan lafaz}

‘an’ dan Abū Hurairah menyandarkan periwayatannya langsung pada Rasu>lullah

saw sebagai pemilik periwayatan. Untuk lebih jelasnya maka dapat dilihat pada

tabel berikut:

Page 99: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

86

Tabel Ittishal al-sanad

No Nama Tahun

Guru Murid Sighat Tahammul

dan ‘Adā’

Penilaian

Ulama Kesimpulan

Lahir Wafat

1 Abū Hurairah 21 SH 57 H Rasu>lullah saw Abū Salamah ‘an Kullu as-

Shahābah ‘udūl Muttashil

2 Abū Salamah 42 H 119 H Abū Hurairah Ibn Syihāb ‘an Tsiqah Muttashil

3 Ibn Syihāb 51 H 123 H Abū Salamah ‘Uqail Ibn Khālid ‘an Tsiqah Muttashil

4 ‘Uqail Ibn Khālid - 144 H Ibn Syihāb Laits Ibn Sa’id ‘an Tsiqah Muttashil

5 Laits Ibn Sa’ide 93 H 175 H ‘Uqail Ibn Khālid Yahyā Ibn Bukair ‘an Tsiqah Muttashil

6 Yahyā Ibn Bukair 154 H 231 H Laits Ibn Sa’id Al-Bukhārī Haddatsanā Tsiqah Muttashil

7 Al-Bukhārī 194 H 256 H Yahyā Ibn Bukair - Haddatsanā Mukharrīj Muttashil

Page 100: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

87

d) Kesimpulan Hukum Sanad Hadis

Berdasarkan penjelasan dan petunjuk dari skema sanad hadis al-Bukhārī

di atas, dapat disimpulkan bahwa antara al-Bukhārī hingga Abū Hurairah terikat

sebagai hubungan yang dapat dipastikan sebagai guru dan murid, dan dilihat dari

segi penyampaian mereka semua menggunakan s}ighat al-tahammul wa al-adā’

yang dapat diterima seperti haddatsanā, qāla dan ‘an. Oleh karena itu, dapat

disimpulkan bahwa sanad hadis di atas bersambung. Dari keterangan di atas

dapat disimpulkan bahwa hadis S}allū ‘ala> S}āhibikum yang penulis teliti ini

sanadnya berstatus S}ahīh. Dengan demikian, maka matan hadis ini layak diteliti

untuk menghasilkan pemahaman hadis yang sesuai.

D. Analisa Matan Hadis

Dalam penelitian hadis, antara sanad dan matannya memiliki kedudukan

yang sama-sama penting untuk diteliti. Kendatipun ulama hadis selalu

mendahulukan penelitian sanad daripada penelitian matan, bukan berarti bahwa

sanad lebih penting daripada matan. Penelitian matan barulah mempunyai arti

jika sanad dari matan tersebut telah memenuhi syarat S}ahīh. Tanpa adanya sanad

maka matan hadis tidak dapat dikatakan berasal dari Nabi saw.175 Oleh karena

itu, sanad dari suatu hadis d}a’i>f matannya tidak perlu diteliti, karena tidak akan

memberi manfaat untuk kehujjah-an hadis tersebut.176

175 M. Syuhudi Isma>‘i>l, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, hal. 114 176 Faiqotul Mala, Otoritas Hadis-Hadis Bermasalah dalam S}ahi>h al-Bukhāri (Jakarta:

PT Alex Media Komputindo, 2015), hal. 86-87

Page 101: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

88

Analisa terhadap matan hadis sangat diperlukan guna mengetahui lebih

jauh terhadap teks-teks hadis tersebut, baik dari segi bahasa atau lafaz} nya dan

pemahaman hadis yang menginterpretasikan hadis tersebut. Analisa bahasa atau

lafaz} hadis dilakukan untuk mengetahui perbedaan bahasa antara hadis yang satu

dengan yang lainnya yang memiliki satu makna yang sama.177

Pentingnya analisa matan hadis dari sudut bahasa atau lafaz} hadis

berangkat dari pendapat sebagian besar ulama yang memandang aspek

kebahasaan ini sebagai tolok ukur dalam melihat validitas hadis. Hal ini

dikarenakan Nabi saw dan sahabat-sahabatnya mempunya kemampuan bahasa

yang baik, sehingga jika susunan bahasa hadis nampak rancu, maka hadis

tersebut dianggap tidak S}ahīh dari segi matan. Bisa jadi redaksi hadis bukan

berasal dari Nabi saw dan sahabat-sahabatnya, tetapi dari rawi yang

meriwayatkannya.178

Matan hadis di atas diriwayatkan oleh periwayat yang tsiqah dan sanad

hadis tersebut berstatus S}ahīh dan tidak ada pertentangan antara periwayat yang

satu dengan periwayat lain dari segi maksud dan makna hadis tersebut. Dari sini

dapat disimpulkan bahwa matan hadis ini S}ahīh dan dapat dijadikan hujjah.

177 Jamaludin al-Qāsimi, Qawā’id at-Tahdīs min Funūn Mushthalāh al-Hadīs (Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1419 H), hal. 221. Perlunya penelitian matan tidak hanya dikarenakan keadaan matan tidak dapat dipisahkan dari pengaruh sanad, tetapi juga karena dalam periwayatan matan terdapat periwayatan secara makna. Untuk meneliti matan hadis tertentu dalam riwayat hadis bi al-ma’na, maka penelitian cukup tertuju pada kandungan berita dalam redaksi matan , tidak tertuju pada kata per kata dalam matan. Apabila yang diteliti adalah matan hadis yang mengandung ajaran tertentu, maka yang harus diteliti mencakup kata demi kata dalam matan. Lihat: M. Syuhudi Isma>‘i>l, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, hal. 24

178 M. Syuhudi Isma>‘i>l, Kaedah Kes}ahi>han Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan dengan Pendekatan Ilmu Sejarah (Jakarta: Bulan Bintang, tth), hal. 131

Page 102: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

89

Pada hadis ini tidak ditemukan adanya perbedaan lafaz} yang signifikan,

ada beberapa penambahan dan pengurangan, namun itu tidak mempengaruhi

perbedaan makna dari lafaz} hadis tersebut. Dengan demikian, dapat dikatakan

bahwa hadis S}allū ‘ala> S}āhibikum diriwayatkan secara makna (al-riwa>yah bi al-

ma’na). Periwayatan secara makna dapat diterima selama tidak merubah arti dan

bertentangan dengan maksud kandungan hadis lainnya. Analisa isi atau matan

yaitu pemahaman hadis terhadap muatan makna hadis dengan menggunakan

beberapa metode kajian, diantaranya:

a) Kajian Linguistik

Redaksi hadis S}allū ‘ala> S}āhibikum telah dipaparkan di atas, jika

dicermati secara bahasa, tidak terdapat perbedaan yang menonjol antara hadis

yang bersumber dari al-Bukhārī dengan periwayat-periwayat yang terdapat

dalam kutub al-hadīts lainnya. Ada beberapa perbedaan redaksi antara satu hadis

dengan hadis lainnya namun tidak subtansial dan mempengaruhi perubahan

makna. Artinya, adanya perbedaan ini tidak menimbulkan perselisihan yang

signifikan diantara pemahaman para ulama. Kajian linguistik atau kajian bahasa

yang digunakan dalam penelitian ini adalah mencermati kata kunci pokok yang

terdapat dalam hadis, yakni S}allū dan S}āhib

S}allū merupakan fi’il amar atau kata perintah dari s}allā yus}allī s}alātan

yang bermakna salatlah kalian semua. Makna salat dalam bahasa arab adalah

do’a.179 Adapun makna menurut syari’ah, salat didefinisikan sebagai serangkaian

179 Salat dengan makna do’a dicontohkan di dalam al-Qur’an pada ayat 103 Surat al-

Taubah: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka dan salatlah (berdo'alah) untuk mereka. Sesungguhnya salat (do'a) kamu itu

Page 103: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

90

ucapan dan gerakan tertentu yang dimulai dengan takbir dan diakhiri dengan

salam sebagai sebuah ibadah ritual.180 Sedangkan salat dalam konteks hadis ini

adalah salat jenazah yang ditujukan kepada kaum muslim untuk saudaranya

sesama muslim. Perintah dalam kata ini mengandung jama’ mukha>tab sebab

diakhiri oleh wau jama’ yang berarti plural. Mukha>tab yang dituju Nabi saw di

dalam hadis ini adalah para sahabat yang ada di tempat kejadian dan mendengar

langsung sabda beliau yang implikasi hukumnya juga akan berlaku bagi para

sahabat lain dan muslim setelah masa sahabat, mengingat Nabi saw mempunyai

otoritas dan wewenang tertinggi dalam pensyariatan hukum setelah al-Qur’an.

S}āhib menurut kitab Lisān al-Arāb bentuk jama’ atau pluralnya adalah

s}ahhāb, as}hāb, s}ihhab dan s}ahābah. Dalam kitab al-Mufradāt, disebutkan bahwa

kata al-s}āhib adalah yang menemani atau al-mu’āsyir dan yang selalu menyertai

kemanapun atau al-mula>zim.181 Dalam sejarah Islam, kata sahabat mendapatkan

perlakukan khusus. Oleh sebagian ulama, kata s}āhib dianggap sebagai kata yang

dipastikan mengandung konotasi positif. Karena itu, semua sahabat Nabi saw

dianggap sebagai orang-orang yang terbaik sepanjang zaman. Artinya, tidak akan

ada lagi generasi yang menyamai apalagi menggungguli orang-orang ini. Tentu

saja, sebagian ulama menolaknya seraya menganggap kata s}āhib atau s}ahābah

sebagai kata dengan pengertian netral, tidak harus positif maupun negatif.

merupakan ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.” Dalam ayat ini, salat yang dimaksud sama sekali bukan dalam makna syariat, melainkan dalam makna bahasanya secara asli yaitu berdoa.

180 Dalam pengertian lain salat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara’. Lihat: Sidi Gazalba, Asas Agama Islam (Jakarta: Bulan Bintang, 1975), hal. 88

181 Muhammad Ibn Mukrim Ibn Mandhur Al-Mishri, Lisān al-‘Arāb, juz. 1, hal. 519

Page 104: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

91

Karena itu, mereka tetap tidak menganggap sahabat Nabi saw sebagai orang

yang bebas dosa.

Hadis S}allū ‘ala> S}āhibikum ini mengandung makna tersirat bahwa Islam

dalam hal ini Nabi saw sebagai seorang yang paling menginterpretasikan agama

Islam mengajarkan kita untuk tidak mengajak masyarakat dengan menggunakan

suatu isu yang bahkan sifatnya pasti bersumber dari Allah swt. Nabi saw sebagai

uswah hasanah memberikan contoh yang sangat baik terhadap para sahabat dan

kaum mukmin setelahnya agar selalu bersikap positif bahkan terhadap orang

yang dulunya selalu menghina dan melecehkan Islam dan kaum mukmin.

b) Kajian Tematik-Komprehensif

Ketika meneliti kandungan matan, hal yang harus diperhatikan adalah

adanya matan atau dalil-dalil lain yang mempunyai topik yang sama. Untuk

mengetahui ada atau tidaknya topik yang sama perlu dilakukan takhrīj dengan

cara tematik (takhrīj al-hadīts bi al-maudu’). Jika ternyata ada matan lain yang

temanya sama, maka yang dilakukan kemudian adalah membandingkan

kandungan matan dengan cara memeriksa penjelasan masing-masing matan dari

berbagai kitab syarh, sehingga nantinya dapat diketahui lebih jauh hal yang

berkaitan dengan matan yang diteliti, seperti pengertian dari kosa kata,

pandangan ulama, dan hubungannya dengan dalil lain.182

182 Dengan demikian, apabila kandungan matan hadis yang diteliti sejalan dan tidak

bertentangan dengan dalil lain, maka penelitian hadis telah selesai. Tapi, jika terdapat pertentangan antara matan hadis dan dalil lainyang kuat maka penelitian ini masih harus dilanjutkan dengan metode ikhtila>f al-hadīts. Lihat: M. Syuhudi Isma>‘i>l, Metodologi Penelitian Hadis Nabi, hal. 133

Page 105: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

92

Pembahasan mengenai hadis yang terjalin dalam satu tema merupakan

suatu hal yang perlu dilakukan agar dapat disimpulkan suatu pemahaman yang

komperhensif sehingga mendekati kebenaran. Sebuah hadis sama halnya dengan

al-Qur’an tidak lahir dalam ruang yang hampa melainkan integral dengan kondisi

riil masyarakat yang saling berkaitan satu dengan yang lain.

Memahami hadis S}allū ‘ala> S}āhibikum secara kontekstual membutuhkan

dukungan dari hadis-hadis lain yang satu tema atau setidaknya hadis yang dapat

menjelaskan kandungan maknanya. Adapun hadis yang satu tema dengan hadis

S}allū ‘ala> S}āhibikum adalah:

Muwat}t}a’ Imam Mālik

قال اجلهين خالد بن زيد أن حبان بن حيىي بن حممد عن سعيد بن حيىي عن مالك عن وحدثين صلى هللا رسول أن زيد فزعم وسلم عليه هللا صلى هللا لرسول ذكروه وإOم خيرب يوم رجل تويف هللا رسول أن زيد فزعم لذلك الناس وجوه فتغريت صاحبكم على صلوا قال وسلم عليه هللا

خرزات فوجدr متاعه ففتحنا قال هللا سبيل يف غل قد صاحبكم إن قال وسلم عليه هللا صلى١٨٣درمهني تساوين ما يهود خرزات من

Hadis di atas menjelaskan tentang peristiwa ghulu>l di medan perang

Khaibar. Seorang pejuang yang gagah berani dan kemudian mati di medan

perang, belum dapat dijamin bahwa ia syahid dan masuk surga. Ternyata setelah

diselidiki secara cermat dan jujur, orang tersebut terlibat ghulu>l, mengambil

selimut atau mantel dan itu menjadikannya mati sia-sia. Nabi saw-pun tidak

ingin menyalati jenazahnya. Dalam beberapa riwayat, Rasu>lullah saw

menjelaskan bahwa ghulu>l (korupsi), kibr (angkuh), dan dayn (utang yang tidak

dibayar) dapat menghalangi seseorang masuk surga. Di riwayat lain, Rasu>lullah

saw tidak menyebut kibr (sombong), tetapi kanz (penimbunan atau

183 Mālik Ibn Anas al-Ashbahī, Muwatta’ Mālik (Beirut: Dār al-Gharb al-Islām, tth), juz. 1, hal. 590

Page 106: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

93

penyembunyian barang ketika dibutuhkan oleh publik). Walaupun seseorang

memiliki banyak kebaikan dan ibadah lainnya, tetapi jika ia terlibat korupsi,

penimbunan dan tidak mau membayar utang, maka sulit baginya untuk masuk ke

dalam surga. Surga hanya diperuntukkan bagi mereka yang hidupnya jujur, tidak

curang, tidak sombong dan jika berutang bersedia melunasinya.

Oleh sebab itu, Nabi saw enggan menyalatkan jenazah golongan-golongan

tersebut. Hal itu berdasarkan hadis Nabi saw:

اجلنة دخل والدين والغلول الكرب ثالث من بريء وهو مات من

Barang siapa meninggal sedang ia terbebas dari tiga perkara:

kesombongan, ghulu>l (korupsi), dan utang niscaya ia masuk surga.184

c) Kajian Konfirmatif

Untuk mendapatkan pemahaman hadis yang tepat, tidak bisa hanya

menggunakan pendekatan tekstual saja. Karena pemahaman tekstual dapat

menimbulkan pemahaman yang sempit, kaku, kurang feksibel, dan kurang

mengakomodasi perkembangan zaman. Untuk itu pendekatan kontekstual juga

diperlukan. Mengingat situasi ketika hadis itu disampaikan oleh Nabi saw dan

kondisi para sahabat yang berbeda-beda sehingga hadis yang disampaikan Nabi

saw adakalanya bersifat universal, temporal, lokal dan kultural.185

Sebagaimana yang dijelaskan oleh Sa’ad Ibrāhīm, kontekstualisasi adalah

sebuah keniscayaan karena masyarakat yang dihadapi Nabi saw bukanlah

masyarakat yang kosong dari pranata kultural. Dalam mengambil keputusan,

184 Muhammad Ibn Isā al-Tirmidzī, Sunan al-Tirmidzī, juz. 6, hal. 84 185 Abdul Majid Khan, Pemikirn Modern Dalam Sunnah (Jakarta: Kencana, 2011), hal.

207. Hal ini perlu diperhatikan, sebab posisi Nabi saw mempunyai beberapa fungsi. Selain sebagai seorang Rasul, Nabi juga sebagai kepala negara, pemimpin masyarakat, panglima perang, hakim dan sebagai pribadi biasa. Lihat: Philip K. Hitti, History of The Arabs, terjemah. Dedi Slamet Riyadi (Jakarta: Serambi, 2006), hal. 139

Page 107: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

94

Nabi saw sering memberi gambaran hukum yang berbeda hanya karena alasan

situasi dan kondisi. Alasan lain mengapa pemahaman kontekstualisasi perlu

dilakukan adalah karena implementasi pemahaman secara tekstual sering kali

tidak sejalan dengan kemaslahatan yang justru menjadi respons kehadiran Islam

itu sendiri.186 Hal senada juga ditegaskan Shaltut (1963 M.) bahwa mengetahui

hal yang dilakukan Nabi saw dengan mengaitkannya pada fungsi atau situasi

yang melatarbelakangi sabda beliau sangat besar manfaatnya.187

صاحبكم ١٨٨صلوا على

Salatilah teman kalian ini, (aku tidak mau menyalatkannya)"

Dari hadis ini, dapat kita pahami bahwa Rasul saw tidak ingin

menyalatkan seorang jenazah namun beliau tetap memerintahkan para sahabat

untuk menyalatinya. Untuk dapat memahami hadis Nabi saw dengan pemahaman

yang mendekati kebenaran, jauh dari penyimpangan, pemalsuan dan penafsiran

yang buruk, maka juga harus dipahami sesuai dengan petunjuk al-Qur’an yaitu

dalam kerangka bimbingan Ilahi yang pasti benar dan tidak diragukan

keadilannya.189 Sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya, alasan Rasul

186 M. Sa’ad Ibrāhīm, Orisinalitas dan Perubahan dalam Ajaran Islam, dalam Jurnal at-Tahrir, Vol. 4 No. 2 Juli 2004, hal. 168-169

187 Oleh karena itu, dalam memahami dan menerapkan suatu hadis perlu dikaitkan dengan peran Nabi saw tatkala hadis itu terjadi. Lihat: Mahmud Shaltut, al-Islām ‘Aqī>dah wa Syarī’ah (Kairo: Dār as-Syurūq, 2001), hal. 544

188 Hadis ini menceritakan tentang seorang sahabat yang memiliki hutang namun belum sempat melunasi sampai akhirnya beliau meninggal. Nabi secara jelas menolak menyalatkan jenazah ini, namun tetap memerintahkan para sahabat untuk menyalatinya. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ayat al-Qur’an menunjukkan pelarangan salat jenazah bagi nabi, nabi tidak melarang para sahabat untuk tetap menyalatkan jenzah untuk menjaga keadaan agar tidak menimbulkan keretakan diantara para sahabat dan keluarga jenazah.

189 Yusuf Qarad}a>wī, Kaifa Nata’āmal Ma’a as-Sunnah al-Nabawiyah , hal. 52

Page 108: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

95

tidak menyalati seorang jenazah adalah karena perintah Allah swt sebagaimana

yang tercantum dalam surat al-Taubah: 84 sebagaimana berikut:

هم مات أبدا وال تـقم على قـربه إنـه م كفروا �� ورسوله وماتوا وهم وال تصل على أحد منـ

١٩٠فاسقون

Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan (jenazah) seorang yang mati

di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri (mendoakan) di kuburnya.

Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan

mereka mati dalam keadaan fasik.

Ayat inilah yang banyak dijadikan oleh beberapa kelompok sebagai dalil

untuk tidak menyalatkan jenazah munafik. Diantara kelompok tersebut adalah

Pusat Kajian Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII)191 mengeluarkan fatwa

larangan menyalatkan jenazah pendukung Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja

Purnama alias Ahok sebagai bentuk sanksi sosial. Fatwa Nomor: 06/B-

MAFATIHA/II/1438/2017 itu diberi judul "Sanksi Agama bagi Pendukung

Penista Agama dan Pemilih Calon Pemimpin Non-Muslim”. Fatwa tersebut

keluar bersamaan dengan maraknya pemasangan spanduk di beberapa masjid di

Jakarta terkait penolakan mereka menyalatkan jenazah muslim pendukung Ahok.

Menurut Dewan Dakwah, hal ini dilakukan untuk pentingnya kesatuan dan

penyatuan shaf (tauhi>d al-s}ufuf) kaum muslimin dalam bingkai perjuangan Islam

190 Q.S al-Taubah: 84. 191 Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia atau DDII merupakan salah satu organisasi

Islam di Indonesia yang berdiri pada tanggal 26 Februari 1967 oleh para ulama pejuang diantaranya Mohammad Natsir (Mantan Perdana Menteri RI). Dewan Dakwah adalah organisasi dakwah yang berbadan hukum, yang kini telah berkembang ke seluruh tanah air di 30 provinsi dan lebih Dari 100 di kotamadya dan kabupaten. Landasan geraknya adalah kewajiban setiap muslim dalam melaksanakan dakwah (Q.S. Al-’Imrān: 104). Organisasi ini konsen terhadap dakwah dan usaha pembangunan umat untuk mempertahankan aqidah di dalam kesimpangsiuran kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat.

Page 109: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

96

dan Kebangsaan Negara Kesatuan Republik Indonesia di bawah naungan baldah

al-t}ayyibah wa rabbun ghafu>r.192

Isi fatwa tersebut mengandung lima hal penting, yakni: Pertama, orang

yang dengan sadar memilih pasangan calon Pemimpin dari agama selain Islam

dalam suatu pemilihan di semua tingkatan pemilu, termasuk munafik nyata

(nifa>q ‘amali/nifa>q jahran)

Kedua, jenazah munafik nyata tidak boleh disalatkan oleh jamaah yang

mengetahui kemunafikannya. Bagi orang yang tidak mengetahuinya, boleh

menyalatkannya.

192 Menurut mereka pemilihan pasangan pemimpin dalam semua tingkatan adalah bagian

dari jihad politik, di mana hak pilih dan hak suara semestinya disalurkan pada calon terbaik menurut timbangan al-Quran dan as-Sunnah. Selain itu, mereka juga berdalil kepada hadis dari Anas Ibn Mālik ra:

صلى هللا عليه و سلم كان يقول إذا تويف امل صلى هللا عليه و سلم أن رسول هللا ؤمن يف عهد رسول هللا صلوا على صلى عليه. وإن قالوا ال قال: وعليه الدين فيسأل: هل ترك لدينه قضاء ؟ فإن قالوا نعم

صاحبكمSesungguhnya Rasu>lullah saw bersabda: jika seorang mukmin meninggal dunia beliau bertanya kepada para sahabat “apakah dia meninggalkan hutang? Jika para sahabat menjawab tidak, maka beliau menyalatinya dan jika para sahabat menjawab iya, maka Nabi saw akan bersabda “Salatilah sahabat kalian ini (aku tidak akan menyalatinya)”. Lihat: Abi> ‘Awa>nah al-As}firani, Musnad Abi ‘Awanah (Beirut: Dār al-Ma’rifah, tth), juz. 3, hal. 442. Tujuan Rasu>lullah saw tidak mensalatkan jenazah tersebut adalah sebagai peringatan bagi yang masih hidup agar tidak mudah berhutang. Al-Nawāwī berkata: Rasu>lullah saw tidak mensalatkannya untuk memotivasi manusia agar melunasi hutang semasa hidup mereka dan berupaya melepaskan diri dari hutang tersebut agar mereka tidak terluput dari salat Nabi saw. Ketika Allah swt memberikan kemenangan-kemenangan kepada beliau, maka beliau kembali mensalatkan mereka dan melunasi hutang orang yang meninggal dunia, yang tidak meninggalkan harta untuk melunasi hutangnya. Lihat: Al-Nawāwī, Syarh S}ahi>h Muslim (Beirut: Dār Ihyā al-Turāts al-‘Arābī, 1392 H), juz. 11, hal. 60. Dalil selanjutnya adalah Fatwa Abū Ishaq as-Syirazi dalam kitab al-Muhadzzab juz satu halaman 250 tentang larangan menyalati jenazah munafik nyata, Fatwa Penyusun Mausu>'ah Fiqhiyah Kuwaitiyah pada juz 21 halaman 41 yang berbunyi “Nabi saw tidak menyalati jenazah munafik setelah turunnya surah al-Taubah: 84, dan tidak mendoakannya di kuburan. Mayat Munafik tidak boleh disalatkan oleh jamaah yang mengetahui bahwa orang itu benar-benar munafik sewaktu hidupnya. Bagi jamaah yang tidak mengetahuinya, boleh menyalatkan jenazah orang itu, seperti dilakukan oleh Hudzaifah Ibn al-Yamanī dan Umar Ibn Khat}t}ab ra” dan Fatwa Syekh Ibn Ba>z yang berbunyi “Jika kemunafikannya sudah terang benderang maka ia tidak disalatkan. berdasarkan firman Allah swt dan jika tanda kemunafikannya samar, ia tetap disalatkan”.

Page 110: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

97

Ketiga, larangan menyalatkan jenazah munafik nyata tersebut berlaku

bagi semua kaum muslimin, khususnya imam salat, tokoh dan orang-orang

shalih. Adapun mayatnya hanya diurus oleh keluarga yang ditinggal dan kalangan

terbatas dari sanak keluarganya.

Keempat, sebagai upaya pembelajaran dan efek jera, kami mendorong

gerakan masjid-masjid di tanah air untuk tidak menyalatkan jenazah para

pendukung penista agama secara khusus dan para pemilih pasangan calon

pemimpin non-muslim secara umum.

Kelima, menyerukan kepada segenap kaum muslimin/muslimat untuk

tidak memperdulikan seruan, pendapat dan pemikiran yang nyeleneh dari pihak-

pihak tertentu yang bertentangan secara diametral dengan al-Quran dan

Sunnah.193

Dari fatwa tersebut, tercatat ada beberapa masjid di Indonesia yang telah

menerapkan dan menetapkan bahwa tidak akan ada pelaksanaan salat jenazah

bagi muslim pendukung Ahok di dalamnya. Menurut penelusuran penulis,

didapati empat lokasi berbeda yang memasang spanduk penolakan menyalatkan

jenazah Ahok. Beberapa masjid tersebut adalah: Masjid Al-Jihad yang berlokasi

di jalan BB 9A Karet Setiabudi Jakarta Selatan, Masjid At-Tawwab Cakung

Jakarta Timur, Warung Jati Kalibata Pancoran Jakarta Selatan, dan Musholla

Pondok Pinang, Jakarta Selatan.194

193 Surat tersebut ditandatangani oleh ketua pusat kajian DDII Dār. Ahmad Zain Al-Najah, MA dan Sekretaris Dārs. H. Syamsul Bahri Ismaiel, MH di Asrama Haji Pondok Gede Jakarta pada 25 Pebruari 2017. Lihat:http://www.panjimas.com/news/2017/02/27/pusat-kajian-ddii-tetapkan-sanksi-agama-bagi-pendukung-penista-agama/.

194 Lihat: https://kumparan.com/muhamad-iqbal/membandingkan-4-spanduk-tolak-salatkan-jenazah-pendukung-ahok.

Page 111: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

98

Dalam ayat ini, Allah swt memerintahkan Rasul-Nya saw agar berlepas

diri dari orang-orang munafik, jangan menyalatkan jenazah seorang pun dari

mereka yang mati, dan janganlah berdiri di kuburnya untuk memohonkan ampun

baginya atau berdoa untuknya, karena sesungguhnya mereka telah kafir kepada

Allah dan Rasul-Nya, dan mereka mati dalam kekafirannya. Ayat ini bermula

dari kasus ‘Abdullah Ibn Ubay Ibn Salūl yang tetap akan disalati jenazahnya oleh

Rasul saw padahal sebelumnya telah diperingatkan oleh Sahabat ‘Umar Ibn al-

Khat}t}ab ra. untuk tidak menyalatinya.195

Dari kedua teks doktrinal di atas, kita dapati adanya kontradiksi antara

hadis Nabi saw dan ayat al-Quran. Rasul saw tetap memerintahkan para sahabat

untuk menyalati jenazah tersebut padahal ayat larangan ini sudah turun

sebelumnya? Kemungkinannya adalah, hadis ini menunjukkan kekhususan khitab

195 Sebagaimana yang dikisahkan dalam suatu riwayat:

صلى هللا عليه وسلم عن ابن عمر رضي هللا عنهما قال ملا تويف عبد هللا بن أيب جاء ابنه عبد هللا بن عبد هللا إىل رسول هللا صلى هللا عليه وسلم ليصلي عليه فقام فسأله أن يعطيه قميصه يكفن فيه أ�ه فأعطاه مث سأله أن يصلي عليه فقام رسول هللا صلى هللا عليه وسلم فقال P رسول هللا تصلي عليه وقد Oاك ربك أن تصلي عليه فقال رسول هللا عمر فأخذ بثوب رسول هللا

إمنا خريين هللا فقال استغفر هلم أو ال تستغفر هلم إن تستغفر هلم سبعني مرة وسأزيده على السبعني قال إنه صلى هللا عليه وسلم صلى هللا عليه وسلم فأنزل هللا وال تصل على أحد منهم مات أبدا وال تقم على قربه منافق قال فصلى عليه رسول هللا

Dari Ibn ‘Umar yang mengatakan bahwa ketika ‘Abdullah Ibn Ubay mati, maka anaknya yang juga bernama ‘Abdullah datang menghadap Rasu>lullah saw. dan meminta baju gamis Rasul saw. untuk dipakai sebagai kain kafan ayahnya. Maka Rasu>lullah saw. memberikan baju gamisnya kepada ‘Abdullah. Kemudian ‘Abdullah meminta kepada Rasul saw. untuk menyalatkan jenazah ayahnya. Maka Rasu>lullah saw. bangkit untuk menyalatkannya. Tetapi ‘Umar bangkit pula dan menarik baju Rasu>lullah saw. seraya berkata, "Wahai Rasu>lullah, apakah engkau akan menyalatkan jenazahnya, padahal Tuhanmu telah melarangmu menyalatkannya?" Rasu>lullah saw. bersabda: Sesungguhnya Allah swt. hanya memberiku pilihan. Dia telah berfirman “Kamu mohonkan ampun bagi mereka atau tidak kamu mohonkan ampun bagi mereka (adalah sama saja). Kendatipun kamu memohonkan ampun bagi mereka tujuh puluh kali, namun Allah swt. sekali-kali tidak akan memberi ampun kepada mereka.” Dan aku akan melakukannya lebih dari tujuh puluh kali. Umar berkata, "Dia orang munafik." Tetapi Rasu>lullah saw. tetap menyalatkannya. Maka Allah swt. menurunkan ayat ini, yaitu firman-Nya: Dan janganlah kamu sekali-kali menyalatkan (jenazah) seorang pun yang mati di antara mereka, dan janganlah kamu berdiri di kuburnya”. Lihat: Muhammad Ibn Isma>’i>l al-Bukhāri, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 11, hal. 332.

Page 112: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

99

syara’ yang hanya ditujukan kepada Rasu>lullah saw saja. Dan apa sebenarnya

yang menjadi illat daripada kekhususan tersebut?

Al-Qur’an merupakan sumber utama yang menempati hirearki tertinggi

dalam sistem doktrinal Islam. Sedangkan hadis adalah penjelas atas prinsip-

prinsip al-Qur’an itu sendiri,196 ia menempati urutan kedua dalam sistem sumber-

sumber hukum197 dan oleh sebab itu, makna hadis dan signifikansi

kontekstualnya tidak boleh bertentangan dengan petunjuk al-Qur’an.198

Konsensus ulama menetapkan bahwa hadis merupakan hujjah bagi umat

Islam. Mereka sepakat bahwa sunnah memiliki independensi dalam penetapan

hukum syariat dan produk hukumnya sama dengan al-Qur’an dalam penetapan

halal dan haram.199 Demikian pula secara logika/ma’qu>l, tidak mungkin kita

beramal dengan hanya mengandalkan ketentuan hukum yang bersifat global

196 Ia berfungsi sebagai nash yang masih dalam bentuk garis besarnya membatasi

keumuman nash tersebut, atau menetapkan hukum yang belum nyata disebutkan di dalam al-Qur’an. Sebenarnya dari satu segi, hadis dapat juga dikatakan sebagai sumber hukum yang berdiri sendiri. Karena terkadang ia membawa hukum baru yang tidak disebut dalam al-Qur’an. Lihat: Alaiddin Koto, Ilmu Fiqih dan Us}ūl Fiqih; Suatu Pengantar (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), hal. 71-72. Lebih lanjut lagi Ahmad Hasan menegaskan bahwa al-Qur’an meminta kepada Rasul saw. untuk memutuskan persoalan-persoalan yang dihadapi kaum muslimin dengan dasar wahyu. Otoritas pokok bagi legislasi Islam adalah al-Qur’an. Meskipun demikian. Lebih jauh al-Qur’an menerangkan akan fungsi Rasul, yaitu mengumumkan wahyu kepada orang banyak dan memberikan didikan moral kepada mereka serta mengajarkan Kitab Suci dan kearifan. Dari situlah hadis terkait erat dengan al-Qur’an, karenanya agak sulit untuk menyatakan bahwa keduanya adalah dua sumber yang terpisah. Lihat: Ahmad Hasan, Pintu Ijtihad Sebelum Tertutup (Bandung: Pustaka, 1984), hal. 44.

197 Manzilah sunnah dalam adillah al-syar’iyyah menempati posisi setelah al-Quran karena al-Quran bersifat qath’i al-tsubūt sementara sunnah bersifat ẓanniyah al-tsubut, sehingga yang qath’i diutamakan dari pada yang ẓanni, karena sunnah berfungsi sebagai bayan bagi Al-Quran, sementara kedudukan penjelas/bayan adalah tabi’ bagi yang dijelaskan/al-mubayyan. Lihat: Muhammad Abd al-‘az}i>m az-Zurqani, Mana>hil al-‘Irfan Fi ‘Ulum al-Qur’an (Beirut: Dār al-Fikr, 1996), juz. 2, hal. 241.

198 Yūsuf al-Qaraḍāwī, Kaifa Nata‘āmal ma‘a al-Sunnah al-Nabawīyah (Kairo: Dār al-Syurūq, 2013), juz. 1, hal. 113.

199 Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Muhammad as-Syaukani, Irsyad al-Fuhu>l Ila Tahqi>q Ilm al-Us}ūl (Beirut: Dār al-Fikr, 1992), hal. 187.

Page 113: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

100

dalam al-Qur’an tanpa penjelasan sunnah.200 Al-Āmidī menegaskan, jika

perbuatan Nabi mengandung probabilitas hukum, maka mengambil kemungkinan

wajib lebih utama dan dipandang lebih hati-hati/ikhtiya>t daripada meninggalkan

kewajiban itu.201

Tidak diragukan lagi bagi setiap muslim bahwa riwayat manapun yang

berasal dari Rasu>lullah saw yang bertentangan dengan nash al-Qur’an bukanlah

kalam kenabian. Hal ini tidak diperselisihkan oleh pihak manapun.202

Masalah kemudian muncul ketika sejumlah hadis yang dinilai S}ahīh oleh

para ulama hadis diklaim bertentangan dengan al-Qur’an, meskipun sebagian

200 Proses penyampaian wahyu oleh Rasul melibatkan pembacaan al-Qur’an dan

penjelasan dari sunnah. Sehingga tidak cukup mengambil salah satu dan meninggalkan yang lainnya. Lihat: Muhammad Ibn Must}afa> az-Zuhaili, al-Waji>z Fi Us}ūl al-Fiqh (Damaskus: Dār al-Khair, 2006), hal. 40. Bahkan menurut al-Auza’i, al-Qur’an lebih membutuhkan penjelasan sunnah dari pada sebaliknya. Lihat: Must}afa> Ibn Husaini al-Siba’i, as-Sunnah wa Makanatuha Fi al-Tasyri’ al-Islāmī (Beirut: Dār al-Waraq, 2000), hal. 287. Yahya Ibn Abī Katsīr juga menegaskan bahwa sunnah adalah penentu hukum bagi al-Qur’an. Lihat: Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Muhammad as-Syaukani, Irsya>d al-Fuhu>l Ila Tahqi>q Ilm al-Us}ūl. Hal. 189.

201 Hal ini bisa dianalogian dengan orang yang lupa apakah sudah mengerjakan salat fardhu atau belum. Martabat nubuwwah adalah level tertinggi dan mulia, maka manusia yang dipilih adalah pemilik sifat-sifat agung. Mengikuti perbuatannya adalah bentuk pengagungan dan pemuliaan. Perbuatan Nabi saw di atas kebenaran adalah suatu keniscayaan, maka meninggalkan kebenaran adalah kesalahan dan kebatilan. Lihat: Ali Ibn Muhammad al-Āmidī, al-Ihka>m fi Us}ūl al-Ahkām (Beirut: al-Maktabah al-Islāmī, 1402 H), hal. 237-238.

202 Sebagaimana yang diungkapkan oleh Allah dalam Firman-Nya Q.S Yunus ayat 15. Jika kita menemukan sebuah hadis yang bertentangan dengan al-Qur’an, maka ada dua sudut pandang yang bisa kita berikan; Pertama, dari sudut wuru>d. Al-Quran seluruhnya adalah qat}’i al-wuru>d, benar dengan tingkat kebenaran yang tidak mengandung keraguan sedikitpun. Sedang hadis nabawi merupakan z}anni al-wuru>d, kecuali hadis mutawatir yang jumlahnya sangat sedikit. Bahkan hadis mutawa>tir-pun yang mecapai tingkat kuat dalam wuru>dnya tidak sampai pada tingkat qath’i al-wuru>d sebagaimana al-Qur’an. Dengan dalil akal dapat dikemukakan bahwa yang z}anni harus ditolak jika bertentangan dengan yang qath’i. kedua dari sudut dalalah, al-Qur’an dan hadis adakalanya qath’i al-dilalah dan adakalanya z}anni al-dila>lah. Untuk memastikan adanya pertentangan di antara nash al-Qur’an dan hadis, keduanya haruslah tidak mengandung kemungkinan ta’wi>l. Jika salah satu atau keduanya mengandung ta’wi>l, dan selanjutnya memungkinkan untuk di jama’ atau dipadukan, maka di antara keduanya jelas tidak ada pertentangan dan tidak ada alasan untuk menolak hadis yang bersangkutan karena dugaan bertentangan dengan nash al-Qur’an. Lihat: Shalāhudin Ibn Ahmad al-Adlāb, Metologi Kritik Matan Hadis (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2004), hal. 210.

Page 114: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

101

yang lain memandang bahwa pada hakikatnya ta’arud} al-adillah203 (kontradiksi

dalil) tidak mungkin terjadi karena dasar syari’ah keduanya adalah wahyu.204

Mayoritas ulama Us}ūl, ahli hadis dan ulama fiqh menegasikan

kemungkinan adanya ta’arud} haqi>qi antara nash-nash yang S}ahīh. ta’arud} yang

mungkin terjadi adalah pada z}ahir teks dan pada pandangan/perspektif mujtahid

saja. Imam Syafi’i yang menolak adanya pertentangan antara hukum-hukum

Allah dan hukum-hukum Rasul-Nya beralasan bahwa semua hukum tersebut

berjalan di atas suatu konsep yang sama.205

203 Yang dibahasakan oleh Sebagian ulama dengan Ikhtila>f al-Hadi>s yang berarti Hadis S}ahi>h yang bertentangan lahiriahnya dengan nash al-Qur’an atau hadis lain yang sama nilainya atau bertentangan dengan nalar sehingga perlu dikompromikan antara keduanya atau dinasakh atau ditarji>h . Lihat: Ali Must}afa> Ya’qub, Metode Memahami Hadis (Jakarta: Pascasarjana IIQ Institut Ilmu al-Qur’an, 2004) Dikutip dari catatan kuliah pada tangga 13 Februari 2004. Sedangkan menurut al-Tahanuwi, hadis mukhtalif adalah hadis maqbul yang secara lahiriyahnya tampak bertentangan, dan diperlukan sebuah metode untuk dapat menghilangkan pertentangan tersebut dengan cara mengkompromikannya atau menggambarkannya untuk kemudian dihilangkan kesulitan-kesulitan itu agar dapat dijelaskan hakikat pemahamannya. Lihat: Syarf ad-Din Aliy al-Rajihiy, Must}alah al-Hadits wa Atsaruh ‘ala al-Dārs al-Luqhawiy (Beirut: Dār al-Nadhah al Arabiyah, tth) hlm. 217. Al-Jawabi mendefinisikan Hadits mukhtalif sebagai dua buah hadits atau lebih yang saling bertentangan pada makna lahiriahnya, kemudian keduanya dikompromikan atau ditarji>h salah satunya. Lihat: Muhammad Thahir al-Jawabiy, Juhud al-Muhadditsin fi Naqdi Matn al-hadīts al-Nabawi (Beirut: Mu’assasah al-Karim, 1986), hal. 368.

204 Sebagaimana yang diungkapkan oleh Rahman Dahlan bahwa ketika kita menemukan ayat al-Quran bertentangan dengan nash S}ahi>h lainnya, maka dapat dipastikan bahwa tampak pertentangan itu terjadi sebagai akibat dari kekurang jelian memahami ayat secara utuh. Sebab jika hal tersebut dapat dipahami sesuai konteks pembicaraannya, anggapan seperti itu tidaak akan pernah terjadi. Lihat: Abdul Rahman Dahlan, Kaidah-Kaidah Penafsiran al-Qur’an (Bandung: Penerbit Mizan, 1997), hal. 30. Dari sinilah kemudian muncul sikap kritis yang ditujukan kepada aplikasi kritik matan atau al-naqd al-dakhiliy/kritik internal yang dilakukan ulama hadis dalam penilaian validitas hadis serta metode pemahaman/fiqh al-hadith yang dikembangkan oleh ahli hadis untuk menangani pertentangan tersebut. Lihat: Duski Ibrāhīm, Metode Penetapan Hukum Islam: Membongkar Konsep al-Istiqra’ al-Ma’nawi Asy-Syatibi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2008), hal. 151-152.

205 Muhammad Ibn Idaris al-Syāfi’ī, Al-Risālah. Tahqiq: Rif’at Fauzi Abd al-Muthalib (Mesir: Dār al-Wafa, 2001), juz. 1, hal. 173. Al-Syathibi yang juga menolak hal tersebut merujuk kepada keadaan masing-masing mujtahid yang tidak ma’shum/terjaga dari kesalahan dalam berpendapat sehingga muncul kemungkinan klaim ta’arud} antar dalil itu dalam perspektif mereka. Demikian pula penolakan Imam Syafi’i, Ibn Khuzaimah, al-Qadi Abū Bakar al-Bāqīlani, Ibn Taimiyah dan Ibn Qayyim. Lihat: Sulaimān Ibn Muhammad ad-Dabikhy, Aha>dits al-’Aqī>dah Allati> Yuwham Z}ahiruha al-Ta’arud} fi S}ahi>hain; Dirasah wa Tarji>h (Taif: Maktabah Dār al-Bayan al-Hadithiyah, 2001), hal. 35-36.

Page 115: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

102

Yusuf al-Qard}a>wi mengungkapkan, tidak akan ada hadis S}ahīh

berlawanan dengan muhkamat al-Qur’an yang distingtif. Apabila ada yang

mengklaim demikian, maka pasti hadisnya tidak S}ahīh atau pemahaman tentang

sunah itu tidak benar atau terjadi ta’arud} yang bersifat wahm pada tataran

prediksi/hipotesis dan bukan pada tataran hakikat/realitas.206 Oleh karena itu

seorang mujtahid dituntut untuk dapat mengkompromikan dalil-dalil yang

bertentangan tersebut. Hal ini mengingat bahwa mengaplikasikan seluruh dalil

lebih utama dari pada membuang sebagian atau seluruhnya207

Di antara dalil yang dikemukakan oleh ulama yang kontra adanya ta’arud}

haqi>qi adalah mereka mengatakan bahwa hadis Nabi juga merupakan wahyu.208

Kedua, Adanya perintah Allah swt untuk mengembalikan urusan kepada al-

Qur’an dan sunnah dalam menyelesaikan perselisihan masalah.209 Ketiga, jika

206 Yusuf al-Qardawy, Kaifa Nata’amal ma’a al-Sunnah al-Nabawiyah (Kairo: Dār al-Shuruq, 2002), hal. 113.

207 Ustman Ali Hasan, Qawā’id al-Istidlāl ‘ala Masā’il al-I’tiqād (Riyaḍ: Dār al-Watn, 1413), hal. 53.

208 Sementara wahyu dari Allah telah dinegasikan dengan tegas adanya saling berkontradiksi dalam Surat al-Nisā’ ayat 82:

أفال يـتدبـرون القرآن ولو كان من عند غري ا� لوجدوا فيه اختالفا كثرياMaka apakah mereka tidak memperhatikan Al Quran? Kalau kiranya Al Quran itu bukan dari sisi Allah, tentulah mereka mendapat pertentangan yang banyak di dalamnya.

209 Hal ini akan percuma jika secara hakiki kedua sumber tersebut kontradiktif, sejalan dengan apa yang disampaikan oleh al-Q.S al-Nisā’: 59

تم تـؤمنون P أيـها الذين آمنوا أطيعوا ا� وأطيعوا الرسول وأويل األمر منكم فإن تـنازعتم يف شيء فـردوه إىل ا� والرسول إن كنـ Ò ر وأحسن ويال �� واليـوم اآلخر ذلك خيـ

Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri di antara kamu. Kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Quran) dan Rasul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian. Yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.

Page 116: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

103

terjadi ta’arud} haqi>qi antar sumber tasyri’ maka implementasi dari pembebanan

syari’at menjadi di luar kemampuan manusia210

Hadis berada pada level kedua setelah al-Quran dari aspek tsubut. Akan

tetapi dari aspek ijtihad dan pemahaman, rujukan pertama yang harus

diperhatikan adalah sunnah sebelum mengaplikasi tekstual al-Qur’an. Hal ini

karena kemungkinan adanya takhsi>s atau taqyi>d oleh sunnah terhadap ayat

tersebut.211 al-Qur’an dari aspek tsubut-nya bernilai qat}’iyyah al-tsubut,

sementara hadis hanya sebagian kecil saja yang berstatus qat}’iyyah al-tsubut

yaitu hadis Mutawa>tir.212 Namun keduanya, baik al-Quran maupun hadis sama-

sama memiliki dimensi z}anniyyah dari aspek dila>lah/indikasi makna.213 Sisi

inilah yang memungkinkan terjadinya ta’arud} z}a>hiri.

Tertib/urutan berdasarkan prioritas pendekatan solutif terhadap ta’arud}

z}a>hiri menurut mayoritas ulama hadis, Sya>fi’iyah, Zaidiyah, Hana>bilah, sebagian

al-Ahna>f dan Mālikiyah, adalah sebagai berikut: al-jam’u, al-Naskh, al-Tarji>h

dan al-tawaqquf. 214

210 Misalnya satu dalil memerintahkan, sementara dalil lain melarang, seperti yang

disampaikan oleh al-Q.S al-Baqa>rah: 286

نـفسا إال وسعهاال يكلف ا�

Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya. 211 Dari aspek ini posisi hadis dapat disejajarkan dengan al-Quran jika terjadi perbedaan

makna antar teks dengan melakukan upaya kompromi /taufiq dan jam’u di antara keduanya. Pendapat ini tidak ada perbedaan di antara ulama yang menetapkan hujjiyah sunnah. Lihat: Must}afa> Ibn Husni al-Siba’i, as-Sunnah wa makanatuha Fi al-Tasyi’ al-Islāmī (Beirut: al-Maktab al-Islāmī, 1982), juz. 1, hal. 379.

212 Para ulama berbeda pendapat tentang nilai hadis ahad, apakah memberi faidah al-ilmu al-yaqi>niy atau tidak. Menurut Ibn Hajar, hadis ahad yang maqbul bisa memberikan faidah ilmu secara teoritis/al-nad}ary jika didukung oleh sejumlah bukti tambahan/qari>nah. Lihat: Ibn Hajar al-Asqalānī, Nukhbah al- Fikr fi Mus}t}alah Ahl al-Atsar (Bairut: Dār Ibn Hazm, 2006), hal. 81.

213 Wahbah al-Zuhaily. Al-Waji>z fi Us}u>l al-Fiqh, hal. 37. 214 Abdul Majid Muhammad Isma>’i>l. Manhaj al-Taufi>q wa al-Tarji>h baina al-Mukhtalaf

al-Hadith wa Atsaruhu fi al-Fiqh al-Islāmī (Beirut: Dār al-Nafais, ttth), hal. 113. Sebagian ulama

Page 117: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

104

a. Pendekatan al-Jam’u

Metode al-jam’u/kompromi ini memperhatikan relasi fungsional antara

hadis dengan al-Quran dalam wacana agama. Dalam konteks relasi ini, hadis

memiliki beberapa fungsi terhadap al-Qur’an, yaitu: Pertama, hadis merupakan

penguat dan penegas keterangan al-Quran.215 Kedua, hadis sebagai penetap

hukum baru (hadis tasyri>’) bagi hukum yang tidak disinggung oleh al-Qur’an.216

Ketiga, hadis merupakan mubayyin bagi al-Quran. Dalam hal ini ada tiga bentuk,

yaitu: Pertama, the First Interpreter atau al-Mufassir al-Awwal yang menjelaskan

secara terperinci atas petunjuk al-Quran yang bersifat mujmal.217 Kedua,

Mukhassis/lex specialis yang mengkhususkan keumuman al-Quran.218 Ketiga,

Muqayyid yang membatasi dengan persyaratan sesuatu yang bersifat mut}laq

dalam al-Quran219

seperti Ibn Salah, beliau menggunakan tiga metode dalam menyelesaikan masalah ini yakni; al-jam’u, an-nāsikh wa al-mansūkh dan at-tarjīh. Lihat: Abū ‘Amr ‘Utsman Ibn Abdul Rahman Ibn Salah, ‘Ulūm al-Hadīs (Madinah: al-Maktabah al-‘Ilmiyyah, 1972), hal. 257-258. Sedangkan Muhammad Abdul Salih juga menempuh cara yang sama namun berbeda urutannya yaitu; al-jam’u, at-tarjīh, lalu kemudia an-nāsikh wa al-mansūkh. Lihat: Muhammad Adib Salih, Lamhāt fi Us}ūl al-Hadīs (Beirut: al-Maktab al-Islām, 1399 H), hal. 60-81

215 Contohnya hadis Rasu>lullah saw yang melarang perbuatan syirik, bunuh diri, saksi palsu, durhaka kepada orang tua yang merupakan penegasan larangan dalam al-Quran.

216 Kedudukan al-Sunnah sama dengan al-Quran dalam menghalalkan dan mengharamkan sesuatu. Hal ini disepakati oleh para ulama menurut Asy-Sya>tibi>. Contohnya; hukuman rajam bagi pezina muhsan, keharaman perhiasan emas dan sutra bagi laki-laki, kewajiban zakat fitrah, keharaman daging keledai jinak, dll.216 Dalilnya; secara logika hal tersebut tidak mustahil karena Rasu>lullah diberikan sifat ma’shum dan tugas menyampaikan syari’at. Adapun secara nash, Allah swt menetapkan hak Rasu>lullah untuk ditaati secara umum termasuk terhadap sunnah istiqlaliyah (independen)-nya.

217 Seperti hadis yang merinci teknis pelaksaan salat yang diperintahkan dalam Al-Quran Dengan demikian tidaklah berlebihan jika Imam al-Jauza’i berkesimpulan bahwa al-Qur’an lebih membutuhkan hadis dari pada sebaliknya. Lihat: Abū Ishaq al-Syātibī, al-Muwāfaqāt Fi Us}ūl al-Syarī’ah (Saudi Arabia: Dār Ibn Affan, 1997), juz. 5, hal. 150.

218 Seperti hadis larangan menikahi seorang wanita dengan bibinya dalam semasa, sebagai pengkhususan dan pembatasan atas Surat al-Nisā’ ayat 24.

219 Seperti hadis yang menerangkan tentang bagian tangan yang dipotong dalam hukuman bagi pencuri adalah telapak sampai pergelangan tangan sebagai taqyi>d kata ‘yad’ dalam al-Quran 5:38.

Page 118: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

105

Oleh karena itu, para ulama hadis tidak terburu-buru mend}a’i>f-kan hadis

yang secara z}ahir terlihat kontradiktif dalam segi matan, selama masih ada

interpretasi atau ta’wi>l yang dapat diterima. Dalam realitasnya, terkadang suatu

hadis dianggap kontradiksi dengan ayat al-Qur’an, padahal ulama dan pakar yang

lain menegasikan kontradiksi tersebut. Kaidah ‘al-jam’u muqaddamun ‘ala al-

tarji>h’ merupakan kaidah yang dipegang oleh Imam Syafi’i, Ahmad Ibn Hanbal,

Ibn Khuzaimah. Kaidah lain yang senada sebagai acuan adalah I’mal al-adillah

aula min ihma>liha (penerapan seluruh dalil lebih diutamakan dan dikedepankan

daripada pengabaian dalam bentuk tarji>h atas alasan ta’arud}).220

b. Pendekatan al-Naskh wa al-Mansūkh

Jika metode al-jam’u tidak dapat diberakukan, maka metode yang harus

ditempuh selanjutnya adalah naskh.221 Baik al-Qur’an yang menaskh hadis

mutawa>tir, maupun hadis mutawa>tir yang menaskh ayat al-Qur’an.222

220 Muhammad Abū Zahw. al-hadīts wa al-Muhaditsu>n (Beirut: al-Maktabah al-Taufiqiyyah, tt), hal. 367-369. Kaidah yang dikedepankan adalah al-jam’u wa al-taufi>q (kompromi) sebelum at-tarji>h. Lihat: Abdul Majid Muhammad Isma>‘i>l as-Suwsuh. Manhaj at-Taufi>q wa at-Tarji>h baina Mukhtalaf al-hadīts. (Dār al-Tafais, tth), hal. 55. Perlu diakui adanya perbedaan perspektif dan kemampuan analisa akal manusia. Hal ini harus diperhatikan agar ada kehati-hatian dalam menghukumi d}a’i>f hadis-hadis yang secara sanad sangat kuat validitas KeS}ahi>hannya. Karena sebagaimana dinyatakan oleh Yusuf al-Qardawi bahwa menolak hadis-hadis S}ahi>h sama jeleknya dengan menerima hadis-hadis d}a’i>f. Lihat: Yusuf al-Qardawi, Kaifa Nata’amal ma’a as-Sunnah, hal: 79

221 Kata naskh berasal dari bahasa Arab, dengan akar kata naskha, bentuk tasrif dari kata naskha-yansakhu-naskhan, secaara bahasa berarti iza>lah (penghapusan atau pembatalan) al-naql (pemindahan) dan al-ta’wi>l (memalingkan). Sedangkan secara istilah, ahli Us}ūl Fiqh mendefinisikan naskh sebagai Penghapusan Syari’ terhadap suatu hukum Syari’at, dengan satu dalil Syari’ yang datang kemudian. Lihat: Muhammad Abū Zahrah, Us}ūl Fiqh (Beirut: Dār al-Fikr al- ‘Arabi, tth), hal. 185. Imam al-Syāfi’ī di dalam kitabnya Al-Risālah menjelaskan, nasakh adalah “Meninggalkan suatu perintah yang benar pada masanya, dan meninggalkannya merupakan suatu keharusan”. Lebih lanjut al-Syāfi’ī menjelaskan, orang yang sudah mengetahui bahwa perintah itu telah di-nasakh-kan, maka haruslah mengikuiti perintah yang baru dan meninggalkan perintah yang lama. Tetapi bagi orang yang tidak mengetahuinya, boleh mengikuti terus kewajiban yang di nasakh sapai ia tahu keadaan yang sebenarnya. Lihat: Muhammad Ibn Idris Al-Syāfi’ī, al-Risālah (Beirut: Dār al-Kutub al-Ilmiyah, 1969), juz. 1, hal. 112.

Page 119: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

106

Dalam kerangka teori keilmuan, naskh dipahami sebagai sebuah

kenyataan adanya sejumlah hadis mukhtalif yang bermuatan takli>f dan

mengandung kesamaan topik, tetapi mengandung makna yang berlawanan dan

tidak dapat dikompromikan baik dengan memperhatikan matan hadis atau

dengan mengkaji kronologi waktu munculnya hadis, maka dilakukan langkah ini

untuk diketahui mana diantara keduanya yang naskh dan mana yang mansu>kh.223

c. Pendekatan al-Tarji>h

Tarji>h224merupakan jalan selanjutnya yang harus ditempuh untuk

menyelesaikan problema hadis mukhtalif setelah menempuh jalan al-jam’u dan

al-naskh. Ia merupakan jalan terakhir yang dilakukan sebelum tawaqquf.225

Dalam pengertian sederhana, tarji>h adalah suatu upaya komparatif untuk

menentukan mana yang lebih kuat dari hadis-hadis yang tampak ikhtilaf sebagai

salah satu langkah metodologis. Penggunaan tarji>h tidak bersifat opsi dan oleh

sebab itu, penerapan tarji>h tanpa didahului oleh penggunaan dua metode

222 Ibn Mansur Jalaluddin Muhammad, Lisān al-‘Arāb, juz. 4, hal. 28. Yusuf al-Qarad}a>wi

membahasakannya dengan pembatalan atau annulment. Lihat: Yusuf al-Qarad}awi, Studi Kritis Sunnah (Bandung: Trigenda Karya, 1995), hal. 140.

223 Muhammad Adib Shalih, Lamhat fi Us}ūl al-Hadīts (Beirut: al-Maktabah al-Islāmī, 1399 H), hal. 84.

224 Secara etimologi, tarji>h berarti “menguatkan”. Dalil yang dikuatkan disebut dengan rajih, dan dalil yang dilemahkan disebut dengan marjuh. Dalam arti istilah, tarji>h adalah ungkapan mengenai diiringinya salah satu dari dua dalil yang pantas yang menunjukkan kepada apa yang dikehendaki, di samping keduanya berbenturan yang mewajibkan untuk mengamalkan satu di antaranya dan meninggalkan yang lainnya. Lihat: Amir Syarifuddin, Us}ūl Fiqh (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008) hal. 283 dan Fatchurrahman, Ikhtishar Mushthalahu’l Hadits (Bandung: PT. Al-Ma’arif,1991), hal. 132-133. Tarji>h seperti yang telah dirumuskan oleh para ulama, dapat diartikan sebagai: memperbandingkan dalil-dalil yang tampak bertentangan untuk dapat mengtahui manakah diantara keduanya yang lebih kuat diantara yang lainy. Lihat: Dār. Edi Safri, al-Imam al-Syāfi’ī; Metode Penyelesaian Hadits-Hadits Mukhtalif (Desertasi) (Jakarta: IAIN Jakarta, 1990), hal. 129.

225Firdaus, Us}ūl Fiqh : Metode Mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara Komprehensip (Jakarta: Zikrul Hakim, 2004), hal. 193-198. Apabila tidak ada sejarah yang dapat digunakan untuk naskh, maka dilakukan tarji>h dengan melihat berbagai aspek. Dalil yang arjah (paling kuat)lah yang diamalkan sebagaimana ditegaskan dalam ijma’. Lihat: Ustman Ali Hasan, Qawā’id al-Istidlāl ‘ala Masā’il al-I’tiqād (Riyaḍ: Dār al-Watn, 1413 H), hal. 53.

Page 120: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

107

sebelumnya, akan mengundang konsekuensi besar berupa pengabaian sebuah

syariat sebagai akibat memilih dan menguatkan yang lain. Atas dasar inilah

agaknya tidak ditemukan ulama yang mengatakan boleh melakukan tarji>h pada

hadis mukhtalif sebelum terlebih dahulu didekati melalui pendekatan al-jam’u wa

at-Taufi>q dan naskh.226

d. Pendekatan al-Tawaqquf (Penangguhan).

Jika ketiga pendekatan di atas tidak dapat menyelesaikan persoalan juga,

maka langkah terakhir adalah al-tawaqquf.227Secara bahasa tawaqquf sama

dengan talawwum atau talabbat}, yang berarti menunda atau menanti. Adapun al-

tawaqquf dalam kontek pemahaman hadis-hadis kontradiktif adalah mendiamkan

untuk sementara waktu, dalam arti kata tidak mengamalkan salah satu dari teks

kontradiktif itu hingga tampak makna yang lebih unggul diantara keduanya.

Dari ketiga solusi ikhtilaf di atas, kami menggunakan metode jam’u wa

at-taufi>q sebagai penyelesaian karena sebagaimana telah dijelaskan, bahwa

metode jam’u adalah metode terbaik karena tidak membuang salah satu dua dalil

yang bertentangan tersebut.

Firman Allah swt pada Qur’an Surat al-Taubah ayat 84 adalah dalil

larangan menyalatkan jenazah munafik ‘Abdullah Ibn Ubay Ibn Salūl. Ibn Salūl

merupakan seorang munafik yang menampakkan keislaman namun menyimpan

kebencian dan permusuhan terhadap Islam dan kaum muslimin. Jenis nifa>q

‘Abdullah Ibn Ubay Ibn Salūl ini adalah nifa>q I’tiqa>di yang mengeluarkan

226 Daniel Juned, Ilmu Hadits Paradigma Baru dan Rekonstruksi Ilmu Hadits (Jakarta,: Erlangga, 2010), hal. 110.

227 Beberapa ulama menggunakan metode takhayyur atau tasaqqut} dalam menyelesaikan kontradiksi tersebut. Lihat: Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Muhammad as-Syaukani, Irsya>d al-Fuhu>l Ila Tahqi>q ‘Ilm al-Us}ūl, juz. 1, hal. 53-54.

Page 121: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

108

pelakunya dari Islam, sebagaimana firman Allah swt dalam QS. al-Taubah ayat

84:

إنـهم كفروا �� ورسوله وماتوا وهم فاسقون

Sesungguhnya mereka telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan

mereka mati dalam keadaan fasik.

Ibn Katsir dalam tafsirnya menjelaskan:

صلى هللا عليه و سلم أن يربأ من املنافقني وأن ال يصلي على أحد منهم أمر هللا تعاىل رسوله z� م كفرواOورسوله وماتوا عليه إذا مات وأن ال يقوم على قربه ليستغفر له أو يدعو له أل

وهذا حكم عام يف كل من عرف نفاقه وإن كان سبب نزول االية يف عبد هللا بن أيب ابن سلول رأس املنافقني

Allah swt memerintahkan Rasul-Nya saw untuk membebaskan diri dari

orang-orang munafik, tidak menyalati seorangpun dari mereka apabila

meninggal, dan tidak berdiri di atas kuburnya untuk memintakan

ampunan kepadanya atau mendoakannya. Hal itu dikarenakan mereka

telah kafir kepada Allah dan Rasul-Nya dan meninggal di atas kekafiran

itu. Ini adalah hukum umum bagi siapa saja yang diketahui

kemunafikannya, meskipun sebab turunnya ayat ini terkait ‘Abdullah Ibn

Ubay Ibn Salūl, pemimpin orang-orang munafik.228

Larangan mendoakan dan memintakan ampunan yang itu merupakan

substansi dalam salat jenazah adalah larangan yang ditujukan untuk objek orang

kafir sebagaimana yang diriwayatkan dalam hadis:

صلى هللا عليه وسلم قرب أمه فبكى وأبكى من حوله فقال :عن أىب هريرة قال زار النىب ذن ىل فزوروا القبور استأذنت رىب ىف أن أستغفر هلا فلم يؤذن ىل واستأذنته ىف أن أزور قربها فأ

فإOا تذكر املوت

228 Abū al-Fidā’ Ibn Katsīr, Tafsir al-Qur’an al-’Az}īm (Beirut: Dār al-Fikr, 1994), juz. 2, hal. 461.

Page 122: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

109

Dari Abū Hurairah, ia berkata: pada suatu waktu Nabi saw berziarah ke

kubur ibunya, lalu beliau menangis sehingga orang-orang di sekitar beliau

pun ikut menangis. Beliau bersabda: “Sesungguhnya aku telah memohon

izin Rabb-ku untuk memintakan ampun untuknya, namun Ia tidak

mengizinkanku. Dan aku meminta izin-Nya untuk menziarahi kuburnya,

dan Ia mengizinkanku. Maka berziarahlah kalian ke kubur, karena itu

akan mengingatkan kalian pada kematian.229

Nabi saw tetap menyalatkan ‘Abdullah Ibn Ubay Ibn Salūl karena beliau

saw melihat kepada z}a>hir keislamannya, meskipun di masa hidupnya ia

melakukan berbagai hal yang merugikan Islam dan kaum muslimin. Kemaksiatan

yang dilakukannya belum cukup memastikannya keluar dari Islam. Kekufurannya

tersembunyi dari beliau saw sebelum Allah swt mengabarkan tentang dirinya

melalui suatu ayat.

Al-Qurt}ubī (234 H) berkata:

صلى هللا عليه وسلم على عبدهللا بن أيب بناء على الظاهر صلى النيب قال بعض العلماء: إمنا من لفظ إسالمه. مث مل يكن يفعل ذلك ملا Oي عنه

229 Muslim Ibn al-Hajjāj, S}ahi>h Muslim, juz. 3, hal. 65. Al-Nawāwī menjelaskan hadis di atas dengan mengatakan:

فيه جواز زPرة املشركني يف احلياة وقبورهم بعد الوفاة، ألنه إذا جازت زPرµم بعد الوفاة ففي احلياة أوىل وقد قال هللا تعاىل: صاحبهما يف ( صلى هللا عليه )الدنيا معروفا و محه هللا: سبب زPرته وفيه النهي عن االستغفار للكفار. قال القاضي عياض ر

صلى هللا عليه وسلم يف آخر احلديث: فزوروا القبور وسلم قربها أنه قصد قوة املوعظة والذكرى مبشاهدة قربها، ويؤيده قوله فإOا تذكركم املوت

“Dalam hadis tersebut terdapat penjelasan tentang kebolehan untuk menziarahi orang-orang musyrik saat masih hidup, dan menziarahi kubur mereka setelah meninggal. Hal itu dikarenakan apabila diperbolehkan untuk menziarahi mereka setelah meninggal, maka ketika hidup lebih layak untuk kebolehannya. Allah swt telah berfirman: ‘Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik’. Dalam hadits tersebut juga terdapat penjelasan tentang larangan untuk memintakan ampun kepada orang-orang kafir. Al-Qa>ḍiy ‘Iya>ḍ rahimahullah berkata : ‘Faktor penyebab ziarahnya Nabi saw ke kubur ibunya yaitu karena beliau saw ingin menguatkan nasihat dan peringatan dengan mengunjungi kuburnya’. Hal tersebut dikuatkan dengan sabda beliau saw yang ada di akhir hadits:‘Berziarahlah kalian ke kubur, karena itu akan mengingatkan kalian kepada kematian”. Lihat: Al-Nawāwī, Syarh S}ahi>h Muslim, juz. 4, hal. 98.

Page 123: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

110

Sebagian ulama berkata: Nabi saw menyalatkan ‘Abdullah Ibn Ubay

hanyalah berdasarkan apa yang nampak dari ucapan/pengakuan

keislamannya. Kemudian beliau saw tidak melakukannya ketika dilarang

Allah darinya230

Allah swt berfirman:

دوا على النفاق ال تـعلمهم حنن نـعلمهم وممن حولكم من األعراب منافقون ومن أهل المدينة مر بـهم مرتـني مث يـردون إىل عذاب عظيم سنـعذ

Di antara orang-orang Arab Badui yang di sekelilingmu itu, ada orang-

orang munafik; dan juga di antara penduduk Madinah. Mereka keterlaluan

dalam kemunafikannya. Kamu tidak mengetahui mereka, tetapi Kami-lah

yang mengetahui mereka. Nanti mereka akan Kami siksa dua kali

kemudian mereka akan dikembalikan kepada azab yang besar”231

Ibn Bāz pernah ditanya mengenai hukum menyalatkan jenazah munafik,

lalu beliau menjawab:

هم مات أبدا، إذا كان نفاقه ظاهرا أما إذا كان ال يصلى عليه لقوله تعاىل وال تصل على أحد منـصل وجوب الصالة على امليت املسلم فال يرتك ذلك جمرد µمة فإنه يصلى عليه ألن األ

الواجب �لشك

Ia tidak disalati berdasarkan firman Allah swt: ‘Dan janganlah kamu

sekali-kali menyalatkan (jenazah) seseorang yang mati di antara mereka

(orang-orang munafik) (yaitu) apabila kemunafikannya nampak jelas.

Namun apabila kemunafikannya hanya sekedar tuduhan saja, maka ia

230 Syams ad-Di>n al-Qurtubi>, Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an (Riyaḍ: Dār ‘Alim al-Kutub, 2003), juz. 8, hal. 219. Ibn al-Jauziy berkata:

لقوم منهم على ظاهر إسالمهم من غري أن يتحقق خروجهم عن اإلسالم ، وال جيوز أن يقال : علم كفرهم مث أنه إمنا استغفر استغفر

Nabi saw hanyalah memohonkan ampunan untuk satu kaum dari mereka berdasarkan atas z}a>hir keislamannya tanpa dapat memastikan keluarnya mereka dari Islam. Tidak boleh untuk dikatakan: beliau saw mengetahui kekufuran mereka, lalu memintakan ampunan (kepada Allah untuk mereka). Lihat: Abd al-Rahman Ibn al-Jauzi, Zād al-Masīr (Beirut: al-Maktab al-Islāmī, 1404 H), juz. 3, hal. 477.

231 QS. al-Taubah: 101.

Page 124: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

111

tetap wajib disalati, karena pada asalnya adalah wajib menyalati jenazah

muslim sehingga tidak boleh meninggalkan yang wajib hanya berdasarkan

keraguan.232

Jika kita yakin akan kemunafikan seseorang, maka hukum itu hanya

berlaku bagi kita, dan kita tidak dianjurkan untuk mewajibkan penghukuman itu

kepada orang lain, karena kemunafikan adalah sesuatu yang asalnya

tersembunyi.233

Ibn Taimiyah (728 H) memberi komentar mengenai hal ini dengan

mengatakan: Masyarakat umum boleh menyalatkannya. Adapun para tokoh

agama yang menjadi panutan, jika mereka meninggalkan salat atas jenazah

tersebut sebagai teguran atas yang lain dan untuk mengikuti perbuatan Nabi saw,

maka itulah yang benar.234

Sebagian sahabat pernah berkumpul dan berbincang tentang kaum

munafik. Pembicaraan mereka tertuju pada seorang sahabat yang mereka

indikasikan kuat termasuk dalam kategori kaum munafik. Sahabat itu bernama

Mālik Ibn Ad-Dukhsyu>m. Dikarenakan tidak melihat keberadaannya, Nabi saw

bertanya: “Dimanakah Ma>lik Ibn Ad-Dukhsyu>m?”. Sebagian sahabat menjawab:

“Orang itu munafik dan tidak mencintai Allah dan Rasul-Nya”. Maka Rasu>lullah

saw bersabda:

232 Yang dimaksud kemunafikan yang jelas adalah kemunafikan yang

mengkonsekuensikan kepada kekufuran (nifa>q akbar/nifa>q i’tiqa>di). Bukan sekedar melakukan perbuatan dosa, kefasikan, maksiat, dan yang semisal dari cabang-cabang kemunafikan. Sebagian orang keliru memahaminya dengan menghukumi seseorang sebagai munafik hanya sekedar perbuatan kemaksiatan yang dilakukanya secara terang-terangan nampak di mata manusia.

233 ‘Umar Ibn Al-Khat}t}a>b tidak mau menyalati jenazah seseorang yang Hudzaifah Ibn Al-Yama>n ra tidak menyalatinya. Hudzaifah adalah s}a>hib as-sir yang mengetahui individu-individu munafik karena diberi tahu oleh Rasu>lullah saw.

234 Ibn Taimiyah, Majmū’ al-Fatāwā (Madinah: al-Mamlakah al-‘Arābīyah as-Su’udiyah, 1995), juz. 24, hal. 289.

Page 125: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

112

ال تقل ذلك أال تراه قد قال ال إله إال هللا يريد بذلك وجه هللا

Jangan engkau katakan itu. Tidakkah engkau melihat bahwa ia

mengatakan: ‘tidak ada tuhan yang berhak disembah melainkan Allah’,

yang ia menginginkan dengannya wajah Allah?235

Tidak semua orang yang melakukan kemaksiatan dan cabang-cabang

kemunafikan/nifa>q ‘Amali dikategorikan munafik sebagaimana Ibn Salūl.

Terlebih lagi, hanya karena masalah politik lantas semua orang yang pro Ahok

dianggap munafik dan dilarang untuk menyalatkannya dengan mengambil dalil

Q.S al-Taubah ayat 84. Bahkan, akibat fatwa tersebut, sebagian masjid

memasang spanduk tidak akan menyalatkan dan mengurus jenazah muslim

pendukung Ahok.

Tidak dapat dipungkiri bahwa sebagian dari mereka adalah termasuk

pendukung fanatik yang hanya menjual keimanan demi urusan politik semata,

namun tidak dapat dipukul rata sebab sebagiannya lagi memilih Ahok murni

karena alasan dan kepentingan peningkatan kesejahteraan.236

Dulu, ketika Nabi saw tidak menyalatkan orang yang berutang, beliau

bersabda:

صاحبكم صلوا على

Salatlah kalian untuk sahabat kalian ini

Artinya, pertama beliau saw tetap memerintahkan para sahabat untuk

menyalatinya, karena hukumnya wajib (kifa>yah).

235 Muhammad Ibn Isma>‘i>l al-Bukhāri, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 1 hal 93. 236 sebagaimana Ha>t}ib yang menolong orang kafir karena faktor kerabat, atau Sa’d Ibn

‘Uba>dah yang membela Ibn Salu>l karena faktor kesukuan.

Page 126: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

113

Kedua, seandainya kita tidak menyalatinya, maka dapat berakibat

memberikan muḍa>rat kepada keluarganya yang muḍarat berbeda pendapat dan

pemikiran dengannya. Edukasi peringatan agar orang lain tidak meniru

perbuatannya tak teraih, dan justru memberikan stigma negatif terhadap Islam

dan kaum muslimin.

Ketiga, salat jenazah selain bermanfaat bagi jenazah, juga merupakan

amal shalih yang membuahkan pahala bagi siapa saja yang melakukannya. Amal

s}a>lih yang kelak menjadi bekal di akhirat. Nabi saw bersabda:

من شهد اجلنازة حىت يصلي فله قرياط ومن شهد حىت تدفن كان له قرياطان قيل وما القرياطان قال مثل اجلبلني العظيمني

Barangsiapa yang menghadiri jenazah hingga jenazah itu disalati, maka

baginya pahala satu qirat}. Dan barangsiapa yang menghadiri jenazah

hingga dikuburkan, maka baginya pahala dua qirat}”. Dikatakan: “Apa

maksud dua qirat}?”. Beliau saw menjawab: “Seperti dua gunung yang

sangat besar237

Mendoakan kebaikan dan ampunan bagi jenazah dan keluarganya

bukanlah amalan yang sia-sia. Nabi saw bersabda:

دعوة املرء املسلم ألخيه بظهر الغيب مستجابة عند رأسه ملك موكل كلما دعا ألخيه خبري قال امللك املوكل به آمني ولك مبثل

Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa

sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan.

Pada kepalanya ada malaikat yang menjadi wakil baginya. Setiap kali dia

berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat

237 Muhammad Ibn Isma>‘i>l al-Bukhāri, S}ahi>h al-Bukhāri, juz. 2, hal 88.

Page 127: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

114

tersebut berkata: ‘A>mi>n dan engkau pun mendapatkan apa yang ia

dapatkan238

Dari analisa sanad dan matan hadis yang telah dipaparkan di atas, maka

dapat dipahami bahwa hadis S}allū ‘ala> S}āhibikum ini dapat dijadikan sandaran

dan rujukan dalam melaksanakan salat jenazah bagi munafik, dengan syarat

bahwa kemunafikan tersebut sifatnya z}an atau sangkaan belaka. Bahkan jika

kemunafikan tersebut jelas sebagaimana kemunafikan ‘Abdullah Ibn Ubay Ibn

Salūl, kita tidak diperkenankan mengajak ummat muslim lainnya untuk tidak

menyalatkan jenazah tersebut agar tidak memicu keretakan sosial dan

menimbulkan permusuhan antar ummat.

Berdasarkan hadis tersebut, ayat yang berisi perintah dari Allah swt

tentang larangan menyalatkan jenazah munafik dapat dipahami sebagai

pengkhususan khita>b bagi Nabi saw sebagai utusan Allah swt yang mempunyai

keistimewaan hukum yang tidak diberlakukan kepada selainnya.

Hadis perintah Nabi saw kepada para sahabat untuk tetap menyalatkan

jenazah yang beliau sendiri tidak menyalatkannya merupakan sebuah perintah

dan seruan Rasu>lullah saw kepada seluruh ummatnya, sebab sebagaimana telah

dijelaskan sebelumnya bahwa salat jenazah merupakan fard}u kifa>yah. Hal

tersebut disyari’atkan oleh Allah swt sebagai salah satu perekat ukhuwah

isla>miyah antar kaum muslimin dan sebagai pengingat pada kematian. Hadis ini

mempunyai nilai universal yang sangat agung karena menyangkut etika moral

manusia. Salat jenazah untuk saudara sesama muslim dapat diartikan sebagai

sebuah penghormatan terakhir dan merupakan bentuk kepedulian terhadap

238 Muslim Ibn al-Hajjāj, S}ahi>h Muslim, juz. 8, hal. 86.

Page 128: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

115

sesama yang pada akhirnya bertujuan untuk menjaga keeratan ukhuwah

isla>miyah. Salat jenazah juga dapat dipahami sebagai bentuk kasih sayang dan

memaafkan kesalahan yang telah dilakukan jenazah semasa hidupnya.

Page 129: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

116

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dari seluruh penjelasan di atas, dapat ditarik beberapa kesimpulan

sebagai berikut:

1. Hadis S}allū ‘ala> S}a>hibikum dapat dipahami sebagai dalil perintah Nabi

saw kepada para shabat untuk tetap menyalatkan jenazah sekalipun beliau

sendiri tidak menyalatkannya karena hukum asal menyalatkan jenazah

adalah fard}u kifa>yah, hadis ini dipahami sebagai pembelajaran bagi kita

semua agar tidak mengajak orang lain terlebih lagi mengeluarkan fatwa

mengenai larangan menyalatkan jenazah sesama muslim hanya karena

perbedaan politik sebab hal tersebut justru akan memperkeruh suasana

dan memicu keretakan sosial.

2. Kenyataan bahwa Nabi saw pernah tidak menyalatkan jenazah muslim

munafik, tidak dapat dijadikan legitimasi bagi kita untuk tidak

menyalatkan jenazah muslim pendukung Ahok sebagai bentuk sanksi

sosial sebagaimana fatwa yang dikeluarkan Pusat Kajian Dewan Dakwah

Islamiyah Indonesia (DDII) sebab Nabi saw melakukan hal tersebut atas

perintah Allah swt. Kemunafikan beberapa orang yang diinfokan kepada

Nabi saw dari Allah swt sifatnya absolute, bukan dugaan atau perkiraan

semata. Hal ini sangat bertentangan dengan praduga yang ditujukan

kepada para muslim pendukung Ahok yang sifatnya hanya z}an.

Page 130: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

117

B. Saran dan Rekomendasi

Dari hasil penelitian ini, ada beberapa saran dan rekomendasi yang dapat

disampaikan:

1. Fatwa bukanlah suatu ketetapan hukum yang kebal dari perubahan, maka

tatkala kondisi-kondisi yang melingkupinya telah berubah, maka

fatwapun perlu peninjauan ulang sebagaimana kaidah perubahan fatwa

selaras dengan perubahan masa dan tempat serta kondisi.

2. Penelitian ini tentu saja sangat jauh dari kesempurnaan. Masih banyak

hal-hal terkait yang membutuhkan kajian lebih lanjut. Oleh karena itu,

diharapkan kepada para pembaca dan peneliti selanjutnya untuk

melakukan kajian lebih lanjut tentang aspek yang belum terbahas dan

belum terselesaikan dalam kajian ini.

3. Merupakan suatu kebanggaan apabila para peneliti berikutnya

memanfaatkan kajian ini dalam penelitian yang terkait dengan

interpreatsi analisa hadis terutama yang berkaitan dengan salat jenazah

munafik

4. Saran dan masukan yang diberikan demi kesempurnaan penelitian ini

akan selalu diterima dengan tangan terbuka. Demikian pula kritik

konstruktif dalam penilaian karya tulis ini, akan selalu dinanti sebagai

bahan pertimbangan bagi kesempuraan karya tulis ini.

Page 131: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

118

DAFTAR PUSTAKA

Al-Qur’a>n al-Karim.

Abbas, Hasyim. Kritik Matan Hadis. Yogyakarta: Teras, 2004.

Abū Zahrah, Muhammad. Us}ūl Fiqh. Beirut: Dār al-Fikr al- ‘Arābī, tth.

Abū Zahw, Muhammad. al-Hadīts wa al-Muhaditsun. Beirut: al-Maktabah al-

Taufiqiyyah, tth.

Abū al-Hasan, Ali al-Hasani al-Nadwi . Sejarah Lengkap Nabi Muhammad saw.

Yogyakarta: Mardiyah Press, 2008.

Adib Shalih, Muhammad. Lamhat fi Us}ūl al-Hadīts. Beirut: al-Maktabah al-

Islāmī, 1399 H.

al-Adlāb, Shalāhudin Ibn Ahmad. Metologi Kritik Matan Hadis. Jakarta: Gaya

Media Pratama, 2004.

Ali Hasan, Ustman. Qawā’id al-Istidlāl ‘ala Masā’il al-I’tiqād. Riyad: Dār al-

Wathn, 1413 H.

al-Āmidī, Ali Ibn Muhammad. al-Ihkam fi Us}ūl al-Ahkām. Beirut: al-Maktabah

al-Islāmī, 1402 H.

Amin, Komarudin, Isnad and The Historicity of Hadis. Jakarta: Mustaka

MAPAN, 2008.

Page 132: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

119

al-As}fihānī, Abū Nu’aim. Hilyah al-Auliyā wa T}abaqāt al-As}fiyā. Beirut: Dār

al-Kitāb al-Arābī, 1405 H.

al-As}fihānī, Mālik Ibn Anas. Muwat}t}a’ Imam Mālik. Mesir: Dār al-Ihyā al-

Turāts al-‘Arābī, 1985.

al-As}fihānī, Husain Ibn Muhammad Abū al-Qasim al-Rāghib. Mufradāt Alfād

al-Qur’an. Damaskus: Dār al-Qalam, 1986.

al-Ashfirānī, Abī ‘Awānah. Musnad Abī ‘Awanah. Beirut: Dār al-Ma’rifah, tth.

al-‘Asqalānī, Abū Fadhl Ibn Hajar. Fath al-Bāri. Beirut: Dār al-Fikr, 1994.

_____________. Nukhbah al-Fikr fi Mushthalah Ahl al-Atsār. Beirut: Dār Ibn

Hazm, 2006.

_____________. Tahdzīb al-Tahdzīb. Beirut: Dār al-Fikr, 1984.

al-Baihaqī, Abū Bakar Ahmad Ibn al-Husain. Syu’ab al-Iman. Beirut: Dār-al-

Kutub al-‘Ilmiyah, 1410 H.

_____________, Abū Bakar. al-Sunan al-Kubra. Beirut: Dār al-Kutub al-

‘Ilmiyah, 1424 H.

_____________. al-Sunan al-S}aghi>r li al-Baihaqī. Pakistan: Jāmi’ah al-Dirāsāt

al-Islāmiyah, 1989.

al-Barrāk, Abd al-Rahman Ibn Nas}īr. Syarh ‘Aqī>dah al-T}ahāwiyah. Tt: Dār al-

Tirmidiyah, 2008.

Page 133: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

120

al-Bazzār, Abū Bakar Ahmad Ibn Amru. Musnad al-Bazzār. Madinah: Maktabah

al-Ulūm wa al-Hukm, 1988.

Bīk, Muhammad Hud}ārī. Us}ūl al-Fiqh. Mesir: al-Maktabah al-Tijāriyah al-

Kubrā, 1969.

al-Bukhārī, Muhammad Ibn Ismā’īl. S}ahīh al-Bukhārī. Kairo: Dār al-Sya’b, 1987.

al-Buraikān, Ibrāhīm Ibn Muhammad. al-Madkhal li Dirāsah al-’Aqī>dah al-

Islāmiyyah. Beirut: Dār al-Sunnah,1994.

Bustamin Abd. Gani dkk, al-Qur’an dan Tafsirnya. Jakarta: Proyek Pengadaan

Kitab Suci al-Qur’an, 1986.

Cambridge Advanced Leaner’s Dictionary. Cambridge: Cambridge University

Press, 2003.

al-Dabīkhīy, Sulaimān Ibn Muhammad. Ahādits al-’Aqī>dah Allatī Yūham

Z{āhiruhā al-Ta’ārud} fī al-S}ahīhain; Dira>sah wa Tarjīh. Thaif: Maktabah

Dār al-Bayān al-Hadītsiyah, 2001.

Dahlan, Abdul Rahman. Kaidah-Kaidah Penafsiran al-Qur’an. Bandung: Penerbit

Mizan, 1997.

Darmalaksana, Wahyudin. Hadis di Mata Orientalis; Telaah Pandangan Ignaz

Goldziher dan Joseph Schacht. Bandung; Benang Merah Press, 2004.

al-Dārimī, Abū Muhammad ‘Abdullah. Sunan al-Dārimī. Damaskus: Bāb al-

Bārīd, tth.

Page 134: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

121

Al-Dzahabī, Syamsuddin. Tārikh al-Islām wa Wafāyāt al-Masyāhīr wa al-

A’lām. Beirut: Dār al-Gharb al-Islāmī, 2003.

____________, Syamsuddin. Siyar A’lām al-Nubalā’. Beirut: Mu’assasah al-

Risālah, 1985.

Echols, John M. dan Hassan Shadily, Kamus Inggris-Indonesia; an English-

Indonesia Dictionary. Jakarta: PT Gramedia, 1988.

Elvinaro, Ardianto Metodologi Penelitian. Bandung: Rekatama Media, 2011.

al-Fairuzabadi, Abū T}āhir Muhammad Ya’qūb. Tanwīr al-Miqyās Ibn ‘Abba>s.

Beirut: al-Maktabah al-Tarbiyah al-Kubra, tth.

Farid, Ahmad. Min A’lām al-Salaf. Kairo: Dār al-Qīdah, 2005.

Fatchurrahman. Ikhtis}a>r Mus}t}alah al-Hadīts. Bandung: PT. al-Ma’arif, 1991.

Faudā, Abd al-Rahman. Min Ma’āni al-Qur’an. Beirut: Dār al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, tth.

Firdaus, Ushul Fiqh : Metode Mengkaji dan Memahami Hukum Islam Secara

Komprehensip. Jakarta: Zikrul Hakim, 2004.

Gazalba, Sidi. Asas Agama Islam. Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

al-Ghazālī, Abū Hamīd. Ihyā’ Ulūm al-Dīn. Beirut: Dār al-Ma’rifah, 2008.

_______________. Bidāyah al-Hidāyah. Kairo: Maktabah al-Tijāriyah, tth.

Page 135: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

122

Hasan, Ustmān Alī. Qawā’id al-Istidlāl ‘ala Masā’il al-I’tiqād. Riyad: Dār al-

Wathn, 1413 H.

Hasan, Ahmad. Pintu Ijtihad Sebelum Tertutup. Bandung: Pustaka, 1984.

Hamid Nasuhi dkk. Pedoman Akademik Program Strata 1 2012/2013 UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta. Jakarta: Biro Administrasi Akademik dan

Kemahasiswaan, 2012.

Hitti, Philip K. History of The Arabs. Perjemah Dedi Slamet Riyadi. Jakarta:

Serambi, 2006.

Hasballāh, Alī. Us}ūl al-Tasyrī’ al-Islāmī. Kairo: Dār al-Ma’ārif, 1976.

Ibn Hibbān, Muhammad. S}ahīh Ibn Hibbān. Beirut: Mu’assasah al-Risālah, 1993.

Hijāzi, Muhamad Mahmūd, al-Tafsīr al-Wad>īh. Beirut: Dar al-Jail, 1992.

Ibn Hisyam, Mālik. al-Sīrah al-Nabawiyah li Ibn Hisyām. Beirut: Dār al-Jail,

1411 H.

Ibn Manshūr, Habbatullah Ibn al-Hasan. Syarh Us}ūl al-I’tiqād Ahl Sunnah wa al-

Jamā’ah min al-Kitab wa al-Sunnah wa al-Ijmā’ al-Sahābah. Riyad: Dār

al-Thībah, 1983.

Ibrāhīm Ibn Muhammad Ibn ‘Abdullah al-Buraikān, Pengantar Studi Aqidah

Islam, Penerjemah Muhammad Anis Matta. Jakarta: Litbang Pusat Studi

Islam al-Manar, tth.

Page 136: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

123

Ibrāhīm, Hamdi Ahmad. Karakter Orang-Orang Munafik. Jakarta: Pustaka al-

Kautsar, 1995.

Ibrāhīm, Duski. Metode Penetapan Hukum Islam: Membongkar Konsep al-

Istiqrā’ al-Ma’nawī al-Syāthibī. Yogyakarta: al-Ruzz Media, 2008.

Ibn Katsīr, Abū al-Fidā’. Tafsir al-Qur’ān al-Adzīm. Beirut: Dār al-Fikr, 1994.

Ibn Abī Syaibah, Abū Bakar. Mus}annaf fi al-Ahādīts wa al-Atsār. Tahqiq:

Kamal Yusuf al-Hūt. Riyad: Maktabah al-Rusyd, tth.

Ibn Taimiyah, Majmū’ al-Fatāwā. Madinah: al-Mamlakah al-‘Arābiyah al-

Su’ūdiyah, 1995.

Ibrāhīm, M. Sa’ad. “Orisinalitas dan Perubahan dalam Ajaran Islam” dalam

Jurnal al-Tahrir, Vol. 4 No. 2 Juli 2004.

Ismā’īl, Abd al-Majīd Muhammad. Manhāj al-Taufīq wa al-Tarjīh baina al-

Mukhtalaf al-Hadīth wa Atsāruhu fi al-Fiqh al-Islāmī. Beirut: Dār al-

Nafāis, tth.

Ismail, M. Syuhudi. Kaedah Kes}ahīhan Sanad Hadis, Telaah Kritis dan Tinjauan

dengan Pendekatan Ilmu Sejarah. Jakarta: Bulan Bintang, tth.

al-Jawābī, Muhammad T}āhir. Juhud al-Muhadditsi>n fi Naqd Matn al-Hadīts al-

Nabawi. Beirut: Mu’assasah al-Karīm, 1986.

al-Jauzi, Abd al-Rahman. Zād al-Masīr. Beirut: al-Maktab al-Islāmī, 1404 H.

Page 137: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

124

al-Jauziyah, Ibn Qayyīm. Zād al-Ma’ād fi Hadyi Khair al-‘Ibād. Beirut:

Muassasah al-Risālah, 1995.

al-Jazirī, Abd al-Rahman Ibn Muhammad ‘Aud. Al-Fiqh ‘ala Madzāhib al-

Arba’ah. Beirut: Dār al-Fikr, 1985.

Jazuli, Ahzami Sami’un. Seri Tafsir Tematik Fiqh al-Qur’an. Jakarta: Kilau

Intan, 2005.

Juned, Daniel. Ilmu Hadits Paradigma Baru dan Rekonstruksi Ilmu Hadits.

Jakarta: Erlangga, 2010.

Khan, Abdul Majid. Pemikiran Modern Dalam Sunnah. Jakarta: Kencana, 2011.

al-Khathīb, Muhammad ‘Ajjāj. Us}ūl al-Hadīs; Ulūmuhu wa Musthalāhuhu.

Beirut: Dār al-Fikr, 1998.

Koto, Alauddin. Ilmu Fiqih dan Ushul Fiqih; Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada, 2006.

al-Maghrāwī, Abū Sahl. Maus}ū’ah Muwāfaq al-Salaf fi al-’Aqī>dah wa al-Manhaj

wa al-Tarbiyah. Mesir: Maktabah Islāmiyah, tth.

al-Mahallī, Jalaluddin dan Jalaluddin as-Suyu>t}ī. Tafsir al-Jalālain. Kairo: Dār al-

Hadīts, tth.

Mala, Faiqotul. Otoritas Hadis-Hadis Bermasalah dalam Shahih al-Bukhari.

Jakarta: PT Alex Media Komputindo, 2015.

Page 138: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

125

al-Malībārī, Hamzah ‘Abdullah. Kaifa Nadrusu ‘Ilmi Takhrīj al-Hadīs. Oman:

Dār al-Rāzī, tth.

al-Marāghī, Ahmad Musthafā. Tafsīr al-Marāghī. Mesir: Syirkah al- Maktabah

wa al-Mat}ba’ah, tth.

Mas’ūd, Jubrān. al-Rā’id. Beirut: Dār al-Fikr, tth.

al-Mishrī, Muhammad Ibn Mukrīm Ibn Mandhūr. Lisān al-‘Arab. Beirut: Dār al-

Shādir, 2010.

al-Mubārakfurī, S}a>fī al-Rahman. al-Rahīq al-Makhtūm. Penerjemah Kathur

Suhardi. Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 1997.

Muslim Ibn Hajjāj, S}ahīh Muslim. Beirut: Dār al-Jail, 2000.

al-Naisābūrī, Abū ‘Abdillah al-Hakīm. al-Mustadrak ala al-S}ahīhaīn. Beirut: Dār

al-Ma’rifah, 1990.

al-Nasā’ī, Abū ‘Abd al-Rahman . Sunan al-Nasā’ī. Beirut: Dār al-Kutub al-

‘Ilmiyyah, 1991.

al-Nawāwi, Syarh S}ahīh Muslim. Beirut: Dār Ihyā al-Turāts al-‘Arābī, 1392 H.

Nazir, Mohammad. Metode penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia, 1988.

Pasha, Kamal Must}afa> dkk. Fiqih Islam; Sesuai Dengan Putusan Majlis Tarjih.

Yogyakarta: Citra Karsa Mandiri, 2003.

al-Qahthāni, Sa’īd Ibn Alī Ibn Wahf. His al-Muslim. Solo: Pustaka Arafah, tth.

Page 139: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

126

al-Qar’āwī, Muhammad Ibn Abd al-Azīz Sulaimān. al-Jadīd fi Syarh Kitāb al-

Tauhīd. Saudi: Maktabah al-Saudī, 2003.

al-Qaraḍāwī, Yūsuf. Kaifa Nata‘āmal ma‘a al-Sunnah al-Nabawiyyah. Kairo:

Dār al-Syurūq, 2013.

al-Qarnī, ‘Aidh ‘Abdullah. Bahaya Kemunafikan di Tengah Kita. Penerjemah:

Nandang Burhanuddin. Jakarta: Qisthi Press, 2003.

al-Qāsimī, Jamaludin. Qawā’id al-Tahdīts min Funūn Mus}t}alah al-Hadīts.

Beirut: Dār al-Kutub al-‘Ilmiyyah, 1419 H.

al-Qasthalānī, Syihāb al-Dīn. Irsyād al-Syāri. Mesir: al-Mat}ba’ah al-Kubrā al-

Amiriyyah, 1323 H.

al-Qisthanthinī, Mushthafā Ibn ‘Abdillah. Sulam al-Wus}ūl ila T}abaqāt al-Fuhūl.

Istanbul: Maktabah Irsīkā, 2010.

al-Qurāsyī, Abū al-Fidā Ibn Katsīr. Umdah al-Tafsīr. Mesir: Dār al-Wafā, 2005.

al-Qurtubi, Syams al-Din. Al-Jami’ li Ahkam al-Qur’an. Riyad: Dār ‘Alīm al-

Kutub, 2003.

al-Quzwainī, Ibn Mājah. Sunan Ibn Mājah. Tahqiq Muhammad Fuad Abd al-

Bāqī. Beirut: Dār al-Fikr, 1995.

Rahman, Abū ‘Amr ‘Utsman Ibn Salah. ‘Ulūm al-Hadīts. Madinah: al-Maktabah

al-‘Ilmiyyah, 1972.

Page 140: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

127

al-Rājihī, Syarf al-Dīn Alī. Must}alah al-Hadīts wa Atsāruhu ‘alā al-Dārs al-

Luqhāwī. Beirut: Dār al-Nadhāh al-‘Arābiyah, tth.

Sābiq, Sayyid. Fiqh al-Sunnah. Beirut: Dār al-Fikr, 1971.

al-S}ābunī, Muhamad Alī. S}afwah al-Tafāsir. Beirut: Dār Ihyā al-Turāts al-

‘Arābī, 1998.

Safri, Edi. al-Imam al-Syafi’i; Metode Penyelesaian Hadis-Hadis Mukhtalif.

Jakarta: IAIN Jakarta, 1990.

Shālih, Muhammad Adīb. Lamhāt fi Us}ūl al-Hadīts. Beirut: al-Maktab al-Islāmī,

1399 H.

al-Shālih, Subhī. ‘Ulūm al-Hadīts wa Mus}t}alāhuhu. Beirut: Dār al-‘Ilm li al-

Malāyīn, 1977.

Shaltut, Mahmud. al-Islām ‘Aqī>dah wa Syarī’ah. Kairo: Dār as-Syurūq, 2001.

al-Sibā’ī, Musthafā Ibn Husnī. al-Sunnah wa Makanatuhā fi al-Tasyri’ al-Islāmī.

Beirut: al-Maktab al-Islāmī, 1982.

al-Syāfi’ī, Muhammad Ibn Idrīs. al-Risālah. Tahqiq Rif’at Fauzi Abd al-

Muthālib. Mesir: Dār al-Wafā, 2001.

Syarifuddin, Amir. Ushul Fiqh. Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2008.

al-Syātibī, Abū Ishāq. al-Muwāfaqāt fi Us}ūl al-Syarī’ah. Saudi Arabia: Dār Ibn

Affān, 1997.

Page 141: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

128

al-Suwsuh, Abd al-Majīd Muhammad Ismā’īl. Manhāj at-Taufīq wa at-Tarjīh

baina Mukhtalaf al-hadīts. Tt: Dār al-Tafais, tth.

al-Sijistānī, Abū Daud. Sunān Abī Daud. Beirut: Dār al-Kitāb al-‘Arābī, 2002.

al-Syaibāni, Abū ‘Abdillah Ahmad Ibn Muhammad Ibn Hanbal. Maus}u>’ah

Aqwāl al-Imām Ahmad Ibn Hanbal fi Rijāl al-Hadīs Wa ‘Ilaluhu. Beirut:

Alīm al-Kutub, 1997.

____________. Musnad Ahmad Ibn Hanbal. Tahqiq Abū al-Ma’āt}ī al-Nūrī.

Beirut: ‘Alīm al-Kutub, 1998.

____________. Us}ūl al-Sunnah. Saudi Arabia: Dār al-Manār, 1411 H.

al-Syaukānī, Muhammad Ibn ‘Ali Ibn Muhammad. Irsya>d al-Fuhūl Ila> Tahqī>q

‘Ilm al-Us}ūl. Beirut: Dār al-Fikr, 1992.

Suryana, Metodologi Penelitian: Model Praktis Kuantitatif dan Kualitattif.

Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia Press, 2010.

al-Thabrānī, Sulaimān Abū al-Qāsim. al-Mu’jām al-S}aghī>r. Beirut: al-Maktab al-

Islāmī, 1985.

al-Tirmidzī, Muhammad Ibn Isa Al-Silmī. Sunan al-Tirmidzī. Tahqiq Ahmad

Muhammad Syākir. Beirut: Dr al-Ihyā, tth.

al-Tuwaijirī, Muhammad Ibn Ibrāhīm. Maus}ū’ah al-Fiqh al-Islāmī. Beirut: al-

Afkār al-Dauliyah, 2009.

Page 142: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

129

Yaqub, Ali Mustafa>. Metode Memahami Hadis. Jakarta: Pascasarjana IIQ

Institut Ilmu al-Qur’an, 2004.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta, YPPPA, 1973.

al-Zarkilī, Khairuddin al-Dimasyqī, al-A’lām, Beirut: Dār al-Ilm Lilmalāyīn,

2002.

al-Zuhailī, Muhammad Ibn Musthafā. al-Wajīz fi Us}ūl al-Fiqh. Damaskus: Dār

al-Khair, 2006.

Zuhri, Muhammad. Hadis Nabi Telaah Historis dan Metodologis. Yogyakarta;

PT. Tiara Wacana Yogya, 1997.

al-Zuhrī, Muhammad Ibn Sa’ad Ibn Munī’. al-T}abaqāt al-Kabīr. Kairo: Maktabah

al-Khātijī, 2001.

al-Zurqānī, Muhammad Abd al-‘Adzim. Manāhil al-‘Irfān fi ‘Ulūm al-Qur’ān.

Beirut: Dār al-Fikr, 1996.

Website

http://www.panjimas.com/news/2017/02/27/pusat-kajian-ddii-tetapkan-

sanksi-agama-bagi-pendukung-penista-agama/

https://kumparan.com/muhamad-iqbal/membandingkan-4-spanduk-tolak-

salatkan-jenazah-pendukung-ahok

Page 143: STUDI HADIS MENYALATKAN JENAZAH MUNAFIK …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/38259/2... · Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan ... Dengan pemahaman

130

https://ahmadIbnhanbal.wordpress.com/2017/02/19/mensalati-jenazah

munafik/

https://seword.com/umum/ini-jawaban-al-quran-mengenai-hukum-salat-

jenazah-bagi-orang-munafik/