(studi empiris pada perusahaan perbaukan yang terdaftar...
TRANSCRIPT
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SEBELUM
DAN SESUDAH MEMPUNYAI UNIT USAHA SYARIAH
(Studi Empiris Pada Perusahaan Perbaukan yang terdaftar di BI)
PujiRahayu Oiteri•n·.. ....,.----·~·-.~~"----. .... ~ .. --{
NIM : 206082004242i : ......................... t···~· .......... -.. I 00 -l 'I- . 0 ',g · : " n•,.;":.:"'FZ:'.::""" ~1:_'/A No. lnduk : ...... :-,r.,J ................................ '.) klasifihsi : ............................................ ..
JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDA YATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SEBELUM
DAN SESUDAH MEMPUNYAI UNIT USAHA SY ARIAH
(Stodi Emp;,;, Podo Po~h"" "''""""l "':::~::::~ UTAMA 1 UIN SVAHID JAKARTA
Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial
Untuk Memenuhi Syarat-syarat untuk Meraih Gelar Sarjana Ekonomi
Pembimbing I
Prof., Dr., Abdul Hamid, MS NIP. 195706171985031002
Disusun Oleh :
Puji Rahayu 206082004242
Di Bawah Bimbingan
JURUSAN AKUNTANSI
Pembimbing II
Rin Ak. M.Si NIP. 197603152005012002
FAKULTASEKONOMIDANILMUSOSIAL
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SY ARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1430 H/2009 M
Hari ini Kamis Tanggal Sembilan Betas November Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukam Ujian Komprehensifatas nama Puji Rahayu NIM: 206082004242 dengan judul Skripsi "ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SEBELUM DAN SESUDAH MEMPUNY AI UNIT USAHA SY ARIAH (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bank Indonesia)". Memperlihatkan penampilan mahasiswa tersebut selama ujian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Smjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 19 November 2009
Tim Penguji Ujian Komprehensif
---, SE., Ak., M.Si Rah Ketua
Penguji Ahli
Hari ini Jum'at Tanggal Empat Desember Tahun Dua Ribu Sembilan telah dilakukan Ujian Skripsi atas nama Puji Rahayu NIM: 206082004242 dengan judul Skripsi "ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SEBELUM DAN SESUDAH MEMPUNYAI UNIT USAHA SYARIAH (Studi Empiris pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di Bank Indonesia)". Memperhatikan penmpilan mahasiswa tersebut selama uj ian berlangsung, maka skripsi ini sudah dapat diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Ilmu Sosial Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
Rahm wati, SE., MM Ke tu a
Jakarta, 04 Desember 2009
Tim Penguji Ujian Skripsi
Sekretaris
~a Penguji Ahli
DAFTARRIWAYATIIlDUP
Nama : Puji Rahayu
Tempat!rgl Lahir : Jakarta 07 Januari 1983
Alamat : JI. Benda Barnt 12, blok D 29/16
Komp. Pamulang Permai II, Pondok Benda
Ciputat-Tangerang 15416
No Tip/Hp : 021-68768142/08170090400
Email : [email protected]
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Perempuan
Go!Darah : 0
Kebangsaan : Warga Negara Indonesia
Nama Orang Tua
1. Bapak : Slamet
2. Ibu : Tumiyem
Riwayat Pendidikan
1) SDN 1 Pondok Benda Lulus Th 1995
2) SLTPN 1 Pamulang Lulus Th 1998
3) SMUN I Pamulang Lulus Th 2001
4) Universitas Gunadanna Jakarta (Diploma III) Lulus Th 2004
5) Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, Insya Allah lulus Th
2009
ANALYSIS ON MONETARY PERFORMANCE OF BANKS BEFORE AND AFTER ESTABLISHMENT OF SYARIA DIVISION
(Emperical Study On Member Banks Of Indonesian Bank)
By: Puji Rallayu
ABSTRACT
The purpose of this research is to determine the financial performance of banks before and after a syaria business unit, whether there are significant differences before a syaria business unit by business unit after having syaria. Objects in this study is a company registered banking services at Bank Indonesia, the study sample is determined by judgement sampling, testing is done using Paramatrik test of independent samples T test and Mann Whitney Non Paramatrik to the amount of research data is less than thirty (30) with a nominal type or ordinal, a significant rate used is 0.05.
This study used a comparative descriptive analysis method and quantitative. This analysis by comparing the 6 (six) the level of financial ratios owned banks for a period of three years. So by comparing the financial ratios banks before a syaria business unit (2001-2003) and after a syaria business unit (2006-2008), it will get the desired results in this study.
These results indicate that the financial pe1formance of banks after a syaria business unit has a performance level better than before has a syaria business unit. This can be seen the average value of capital ratio (CAR), the profitability ratio (ROA and BOPO), and the ratio of non performing loan (NPL) which has a better percentage. Whereas if viewed from the financial pe1formance of the average value of ROE and LOR ratio decreased levels of financial perfonnance. However, the ratio is still in ideal conditions or in accordance with the BI standard.
Keywords: Comparative Studies, Financial Perfonnance Banking, UUS
ANALISIS KINERJA KEUANGAN PERBANKAN SEBELUM DAN SESUDAII MEMPUNYAI UNIT USAHA SY ARIAH
(Studi Empiris Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BI)
Oleb : Pnji Rahayu
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kinerja keuangan perbankan sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha syariah, apakah terdapat perbedaan secara signifikan sebelum mempunyai unit usaha syariah dengan sesudah mempunyai unit usaha syariah. Objek dalam penelitian ini adalah perusahaan jasa perbankan yang terdaftar di Bank Indonesia, sampel penelitian ditentukan berdasarkan judgement sampling, pengujian dilakukan dengan menggunakan uji Paramatrik T test Sampel independent dan Non Paramatrik Mann Whitney untuk jumlah data peneliti kurang dari tiga puluh (30) dengan bertipe nominal atau ordinal, tingkat sinifikan a yang digtmakan adalah 0.05.
Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif komparatif dan kuantitatif. Analisis ini dengan membandinglcan 6 (enan1) tingkat rasio keuangan perbankan yang dimiliki selama jangka waktn tiga tahun. Sehingga dengan membandingkan tingkat rasio keuangan perbankan sebelum mempunyai unit usaha syariah (2001-2003) dan sesudah mempunyai unit usaha syariah (2006-2008), maka akan didapat basil yang diinginkan dalam penelitian ini.
Hasil penelitian ini mennnjukan bahwa kine1ja keuangan perbankan sesudah mempunyai unit usaha syariah memiliki tingkat kinerja yang Jebih baik dibandingkan dengan sebelum mempunyai unit usaha syariah. Hal ini dapat dilihat nilai rata-rata dari rasio pe1modalan (CAR), rasio Rentabilitas pada (ROA dan BOPO), dan rasio kredit bennasalah (NPL) yang memiliki prosentase yang lebih baik. Sedangkan jika dilihat dari kinerja keuangan nilai rata-rata rasio ROE dan LDR mengalami penurunan tingkat kinerja keuangan. Akan tetapi tingkat rasio tersebut masih dalam kondisi ideal atau telah sesuai dengan standar BI.
Kata Kunci : Studi Komparatif, Kinerja Keuangan Perbankau, UUS
KATA PENGANTAR
Alliamdulillalz wasyukurillalz, segala puji bagi Allah swt dengan segala
kenikmatan yang selalu Ia berikan meajadikan hamba yang harus senantiasa
bersyukur. Kepada-Nya kita memohon pertolongan dan pengampunan dan
berlindung dari kejahatan dan keburukan perilaku kita. Semoga Allah swt selalu
senantiasa memberikan hidayahnya, sehingga kita selalu berada di jalan yang
benar yang di ridhoi oleh Allah swt. Amin.
Skripsi yang telah penulis selesaikan adalah mernpakan salah satu nikmat
terbesar didalam hidupku yang Allah swt berikan. Terselesaikannya skripsi ini tak
lepas dari bantuan berbagai pihak, oleh karena itu penulis ingin mengucapkan
terima kasih kepada :
1. Yang kusayangi dan selalu ada di hatiku, Ibunda dan Ayahanda tercinta.,
kasih sayang dan doa yang selalu mereka berikan kepadaku tidak kan
pernah hilang dan akan terus menyayangi dan mendoakanku sepanjang
hidupku. Terima kasih ku yang tak terhingga atas segala perhatian, kasih
sayang, dukungan moral, spiritual dan material (sampai menemaniku
menulis hingga larut malam, terima kasih Ibu ku). Ibu, Bapak kasih sayang
kalian telah menjadi inspirasi dan motivasi bagi ku dalam menjalani hidup
dan untuk menggapai cita-cita
2. Bapak Prof. Dr Abdul Hamid, Ms, selaku Dosen Pembimbing I atas segala
arahan dan bimbingannya.
3. !bu Rini, SE, Ak, Msi selaku Dosen Pembimbing II yang telah rela
meluangkan waktunya dan motivasinya untuk membimbing dan
mengarahkan penulis selama ini.
4. Bapak Prof. Dr. Ahmad Rodoni, selaku Dosen Penguji Ahli Skripsi.
5. Bapak Prof. Dr. Azzam Jasin., MBA, selaku Dosen Penguji Ahli Uji
Komprehensif.
6. Bapak Amilin, SE., Ak., M.Si, selaku Ketua Penguji Komprehensif.
7. Rahmawati, SE., MM, selaku Sekretaris Penguji Komprehensif.
8. Para Dosen dan Staf Administrasi & Keuangan yang telah memberikan
ilmu dan pelayanannya.
9. My motivator and precious one, yang selalu hadir untuk memberikan
motivasi, inspirasi, dan spirit hingga terselesainya penulisan skripsi ini,
thank you, my Dear "Yuda Menggala ".
10. Sahabatku Liana, mba Lolo, Nisa, Nining dan Kukuh yang selalu
memberikan semangat, doa dan motivasinya.
11. Teman seperjuanganku, Ipan, Santo, Edi, Maya, Farid, Oca dan yang
lainnya yang tidak bisa disebutkan satu persatu, yang telah bersama-sama
dan sating membantu untuk menyelesaikan skripsi ini, semoga
persahabatan kita abadi dan tercapai semua yang kita cita-citakan. Untuk
Ana dan Reza, tetap semangat kejar mimpi dan cita-cita kalian.
12. Semua teman-teman sekantorku, terutama mba Melly dan Eva yang telah
memberikan motivasinya dan rela menggantikan posisiku disaat aku cuti
untuk skripsi.
13. Ka Mulya dan ka Denis yang telah membantu ku untuk motivasi dan
pengajarannya sehingga terselesaikannya skripsi ini.
Semoga mereka semua mendapatkan balasan pahala yang berlipat ganda
dan selalu dijaga dan dilindungi, serta benar-benar menjadi orang yang dilindungi
dan dikashi oleh Allah swt. Amin.
Penulis menyadari, masih banyak kesalahan dan kekurangan dalam
penulisan skripsi ini, oleh karena itu saran dan kritik yang diharapkan oleh pennlis
agar lebih baik Jagi. Semoga skripsi ini berguna untuk semna pihak. Amin.
Jakarta, Desember 2009
Puji Rahayu
DAFTARISI
LEMBAR PENGESAHAN ......................................•............................. i
DAFTAR RIWAYAT HIDUP................................................................ iv
ABSTRA CK............................................................................................. v
ABSTRAK ............................................................................................ vi
KATA PENGANTAR .......................................................................... vii
DAFT AR 181........................................................................................... ix
DAFTAR TABEL................................................................................... xi
DAFT AR GAMBAR ........................................................................•..... xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................... xiii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah ................................................. 1
B. Pernmusau Masalah ........•.......•.......................•......•..•..... 10
C. Tujuan dan Manfaat .........................•..............•.....•..•..... 11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Perbankan Syariah .......................................................... 12
I. Awai Kelahiran Sistem Perbankan Syariah .................. 13
2. Pengertian Bank Syariah.............................................. 15
3. Prinsip Syariah ............................................................ 16
4. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Umum
Konvensional............................................................... 17
5. Efisiensi Terhadap Kinerja Perbankan Syariah............. 22
B. Sistem Perbankan Syariah .............................................. 22
1. Snmber Dana............................................................... 22
2. Penyaluran Dana.......................................................... 28
C. Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan
Perbankan ................................................................•...•.•. 32
1. Analisa Rasio Liquiditas .............................................. 32
ix
2. Analisa Rasio Solvabilitas ....................... .................... 34
3. Analisa Rasio Rentabilitas ........................................... 35
4. Analisa Rasio Kredit Bermasalah ................................ 36
D. Kerangka Pemiltiran ....................................................... 36
E. Perumusan Hipotesis....................................................... 38
BAB Ill METODOLOGI PENELITIAN
A. Ruang Lingkup Penelitian .............................................. 41
B. Metode Penentnan Sampel.............................................. 41
C. Metode Peng11mpula11 Data............................................. 42
D. Data Penelitian ................................................................ 43
E. Metode Analisis ............................................................... 43
F. Definisi Operasional Variabel dan Pe11gukuran11ya ...... 46
l. Kinerja Keuangan Perbankan....................................... 46
2. Perbedaan Secara Sgnifikan atas Kinerja Keuangan
Perbankan Sebelum dan Sesudah Mempunyai UUS ..... 49
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Gambarau Um um Objek Penelitian............................... 50
B. Hasil dau Pembahasan .................................................... 53
l. Analisis Deskriptif...... .... ............................................. 54
2. Analisis KuantitatifUji Normalitas ............................. 68
3. Analisis KuantitatifUji Mann-Whitney........................ 70
4. Analisis KuantitatifUji T test Sampel Independent...... 77
BAB V KESIMPULAN DAN IMPLIKASI
A. Kesimpulan ...................................................................... 79
B. Implikasi .......................................................................... 81
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................. 83
LAMPfilAN
DAFTAR TABEL
No Keterangau Halaman
2.1 Klasifikasi Perbankan di Indonesia............................................. 21
4.1 Daftar Pernsahaan Bidang Perbankan Konvensional
dan Syariah ................................................................................ 52
4.2 Statistik DeskriptifCAR ............................................................ 54
4.3 Hasil Perhitungan rasio rata-rata CAR........................................ 56
4.4 Statistik DeskriptifNPL ............................................................. 57
4.5 Hasil Perhitungan rasio rata-rata NPL ........................................ 58
4.6 Statistik Deskriptif ROE............................................................. 59
4.7 Hasil Perhitungan rasio rata-rata ROE........................................ 60
4.8 Statistik DeskriptifROA ............................................................ 62
4.9 Hasil Perhitungan rasio rata-rata ROA....................................... 63
4 .10 Statistik Deskriptif BOPO .. ....... ........... ......... .... ............ ......... .... 64
4.11 Hasil Perhitungan rasio rata-rata BOPO ..................................... 65
4.12 Statistik DeskriptifLDR............................................................. 66
4.13 Hasil Perhitungan rasio rata-rata LDR........................................ 67
4 .14 Uj i Kolmogorov Smirnov ........•..............•........ ..... .....................• 69
4.15 Uji Mann-Whitney CAR ............................................................ 71
4 .16 Uj i Mann-Whitney NP L. ... .. .. ... .. .......... ..... ..... .. ... . ......... ..... ....... .. 72
4.17 Uji Mann-Whitney ROE ............................................................ 74
4.18 UjiMann-WhitneyROA ............................................................ 75
4.19 Uji Mann-Whitney BOPO .......................................................... 76
4.20 Uji T test Sampel Independent LDR ........................................... 77
4.21 Tabel Uji Rata-Rata Keselurnhan ............................................... 78
yj
DAFTAR GAMBAR
No Keterangan Halaman
2.1 Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indonesia............................. 20
2.2 Sumber Dana Sistem Perbankan Syariah .................................... 23
2.3 Penyaluran Dana Sistem Perbankan Syariah............................... 28
2.4 Kerangka Pemikiran................................................................... 3 7
xii
DAFTAR LAMPIRAN
No Keterangan
1 Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: l l/28/DPbs/2009 tentang Unit Usaha
Syariah.
2 Ikhtisar Undang-Undang No. 21tahun2008 Tentang Perbankan Syariah
3 Peraturan Bank Indonesia Nomor:9/1/Pbi/2007 Tentang Sistem Penilaian
Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip Syariah
4 Descriptive statistics
5 Uji Mann whitney
6 Uji T test Sampel Independent
7 Uji KolmogorofSmirnov
8 Lampiran data perusahaan
BABI
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penelitian
Gelombang krisis finansial global tidak akan mengguncang kinerja
perbankan syariah di tanah air karena sistem dan mekanisme perbankan
Syariah tidak mengenal bunga maupun volatilitas layaknya sistem
perbankan umum konvensional. Sedangkan untuk menjaga kondisi
keuangan perbankan umum konvensional pasca krisis financial global agar
tetap stabil maka Bank Indonesia melalui Badan Penjamin Simpanan untuk
bank-bank yang kondisi keuangannya di bawah 2 miliar akan dijaminkan
agar kondisi keuangan perbankan tersebut tetap stabil.
Kantor-kantor cabang dari bank umum konvensional pada dasarnya
merupakan unit yang mempunyai karakteristik kegiatan usaha yang berbeda,
serta mempunyai pencatatan dan pembukuan yang terpisah dari kantor
kantor konvensionalnya. Oleh karena itu dibutuhkan suatu unit kerja khusus
yang disebut Unit Usaha Syariah (UUS) yang berfungsi sebagai kantor
induk dari seluruh kantor cabang syariah. Unit tersebut berada di kantor
pusat bank dan dipimpin oleh seorang anggota direksi atau pejabat satu
tingkat di bawah direksi. (Undang-Undang No. 21 tahun 2008).
Masyarakat Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim
melihat bahwa adanya peningkatan didalam perkembangan sektor perbankan
syariah dimana informasi dan pengenalan produk perbankan yang berbasis
syariah mulai dikenal oleh masyarakat umum. Hal ini dikarenakan pada
sistem perbankan syariah tidak menggunakan sistem bunga melainkan bagi
hasil atau revenue sharing. Menurut bahasa interest atau bunga adalah uang
yang dikenakan atau dibayar atas penggunaan uang, sedangkan usury adalah
pekerjaan meminjamkan uang dengan mengenakan bunga yang tinggi. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa interest dan usury merupakan dua
konsep yang serupa dengan satu jiwa, yaitu keuntungan yang diharapkan
oleh pemberi pinjaman atas peminjaman uang atau barang yang sebenamya
barang atau uang tersebut apabila tidak ada unsur tenaga kerja tidak akan
menghasilkan apa-apa. Usury muncul akibat proses peminjaman dan bukan
akibat jual beli, dengan kata lain tambahan dari harga pokok dalam jual beli
bukanlah usury atau interest, tetapi laba atau keuntungan. (Slamet Wiyono,
2005:20).
Semakin meningkatnya tingkat kepercayaan masyarakat akan
perbankan syariah ini, sehingga banyak dari perbankan konvensional yang
mendirikan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, hal ini
berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan
Syariah sebagaimana telah mengalami beberapa perubahan mengenai
Undang-Undang Perbankan Syariah. Undang undang No. 21 tahun 2008
yang disahkan pada tanggal 16 Juli 2008 ini menjelaskan mengenai asas
dari kegiatan usaha perbankan syariah yang terdiri dari prinsip syariah,
demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Prinsip syariah adalah
kegiatan usaha yang tidak mengandung riba, maisir, gharar, objek haram dan
menimbulkan kezaliman. Sedangkan yang dimaksud dengan berasaskan
demokrasi ekonomi adalah kegiatan usaha yang mengandung nilai keadilan,
kebersamaan, pemerataan dan kemanfaatan.
Tujuan dari perbankan syariah adalah menunjang pelaksanaan
pembangunan nasional (Pasal 2 dan Pasal 3 UU Perbankan Syariah No. 21,
2008). Fungsi dari perbankan syariah, selain melakukan fungsi
penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat, juga melakukan fungsi
sosial yaitu :
I. Dalam bentuk lembaga baitul maal yang menerima dana zakat, infak,
sedekah, hibah dan lainnya untuk disalurkan ke organisasi pengelola
zakat,
2. Dan dalam bentuk lembaga keuangan syariah penerima wakafuang yang
menerima wakaf uang dan menyalurkannya ke pengelola (nazhir) yang
ditunjuk (Pasal 4).
Pihak - pihak yang akan melakukan kegiatan usaha Bank Syariah atau
UUS wajib terlebih dahulu memperoleh izin usaha sebagai Bank Syariah
atau Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Indonesia. Dalam rangka
memperoleh izin usaha dimaksud Bank Syariah harus memenuhi persyaratan
sekurang-kurangnya tentang susunan organisasi dan kepengurusan;
permodalan, kepemilikan, keahlian di bidang Perbankan Syariah dan
kelayakan usaha. Sedangkan Bank Umum Konvensional yang akan
melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah wajib membuka
UUS di kantor pusat Banlc dengan izin Bank Indonesia (Pasal 5 UU
Perbankan Syariah No. 21, 2008).
Bank Syariah yang telah mendapatkan izin usaha setelah berlakunya
UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ini, wajib
mencantumkan dengan jelas kata "syariah" setelah kata "banlc" atau nama
bank. Sedangkan UUS yang telah mendapatkan izin usaha setelah
berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ini, wajib
mencantumkan dengan jelas frase "Unit Usaha Syariah" setelah nama Banlc
pada kantor UUS yang bersangkutan. (Pasal 5 UU Perbanlcan Syariah No.
21, 2008).
Selain mendirikan Bank Syariah atau UUS baru, pihak-pihak yang
ingin melakukan kegiatan usaha perbankan syariah dapat melakukan
pengubahan (konversi) bank konvensional menjadi Bank syariah.
Pengubahan dari Banlc Syariah menjadi bank konvensional merupakan ha!
yang dilarang dalam UU ini. (Pasal 5 UU Perbanlcan Syariah No. 21, 2008).
Menurut Ikhtisar Undang -Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang
Perbanlcan Syariah bahwa pendirian Bank Umum Syariah baru dapat
dilakukan dengan cara pemisahan (spin ojj) UUS dari induknya yang
dilakukan secara sukarela atau dilakukan dalam rangka memenuhi
kewajiban. Bank Syariah atau UUS dapat membuka !cantor cabang dan /atau
!cantor di bawah kantor cabang. Pembukaan !cantor cabang hanya dapat
dilakukan setelah memperoleh izin dari Bank Indonesia. Sedangkan
pembukaan !cantor di bawah !cantor cabang cukup dilaporkan kepada Bank
A
Indonesia dan dapat segera beroperasi setelah mendapat surat penegasan dari
Bank Indonesia.
Pembukaan Kantor Cabang, kantor perwakilan dan jenis-jenis kantor
lainnya di luar negeri oleh Bank Umum Syariah dan UUS hanya dapat
dilakukan dengan izin Bank Indonesia. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat
Syariah (BPRS) tidak diizinkan membuka !cantor cabang, !cantor perwakilan
dan jenis kantor lainnya di luar negeri. (lkhtisar Undang -Undang No. 21
Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah).
Menurut peraturan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah
pasal 19 mengenai kegiatan Unit Usaha Syariah adalah merupakan Bank
Umum yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah yang
dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Kegiatan
usaha bank syariah antara lain:
1. Mudharabah, pembiayaan berdasarkan prinsip bagi hasil
2. Musyarakah, pernbiayaan berdasarkan prinsip usaha patungan
3. Murabahah, jual beli barang dengan mernperoleh keuntungan
4. ljarah, pernbiayaan barang modal berdasarkan prinsip sewa
Kemudian bank umurn konvensional lain pun saat ini sudah banyak
yang rnembuka kegiatan usahanya yang berdasarkan prinsip syariah.
Muhammad Syafi'i Antonio (2001:29), perbedaan yang mendasar antara
Bank Syariah dengan Bank konvensional dapat dilihat dari aspek legalitas,
struktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja.
Sampai saat ini terdapat Bank Umum Kovensional dan Bank
Perkreditan Rakyat yang mendirikan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip
syariah diantaranya adalah :
I. Unit Usaha Syariah adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum yang
melakukan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai
kantor induk dari kantor cabang syariah atau unit syariah atau unit kerja
di kantor cabang dari suatu bank yang berkedudukan diluar negeri yang
melaksanakan kegiatan usaha sebagai induk dari kantor cabang
pembantu syariah/unit syariah.
2. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank yang melaksanakan
kegiatan usaha tertentu berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatan tidak
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran dan dengan wilayah
operasi yang terbatas.
3. Kantor Cabang adalah kantor cabang Bank Syariah yang bertanggung
jawab kepada kantor pusat Bank yang bersangkutan dengan alamat
tempat usaha yang jelas sesuai dengan lokasi kantor cabang tersebut
melakukan usahanya.
4. Bank Umum Syariah adalah Bank yang melaksanakan kegiatan usaha
Bank Umum berdasarkan prinsip syariah. Bank Umum Syariah bersifat
independent dan tidak bemaung dibawah sistem perbankan
konvensional.
r
Pengembangan sistem perbankan syariah di Indonesia dilakukan dalam
kerangka dual-banking sistem atau sistem perbankan ganda dalam kerangka
Arsitektur Perbankan Indonesia (API), untuk menghadirkan altematif jasa
perbankan yang semakin lengkap kepada masyarakat Indonesia. Secara
bersama-sama, sistem perbankan syariah dan perbankan konvensional secara
sinergis mendukung mobilisasi dana masyarakat secara lebih luas untuk
meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor-sektor perekonomian
nasional. (http://www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/).
Perbankan syariah yang memiliki karakteristik berdasarkan prinsip
bagi hasil, memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
mengnntungkan bagi masyarakat dan Bank. Selain itu perbankan syariah
menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika,
mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam
berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam bertransaksi
keuangan. Dengan menyediakan beragam produk se1ta layanan jasa
perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang Jebih bervariatif,
perbankan syariah menjadi alternatif sistem perbankan yang kredibel dan
dapat dinikmati oleh seluruh golongan masyarakat Indonesia tanpa
terkecuali. (http:l/www.bi.go.id/web/id/Perbankan/Perbankan+Syariah/)
Dengan melihat peningkatan sistem perbankan syariah di Indonesia
saat ini, yang dapat membantu masyarakat dalam konteks pengelolaan
perekonomian makro, diharapkan dapat merekatkan hubungan antara sektor
keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara kedua
sektor tersebut. Semakin meluasnya penggnnaan produk dan instrumen
syariah disamping akan mendukung kegiatan keuangan dan bisnis
masyarakat juga akan mengurangi transaksi-transaksi yang bersifat
spekulatif, sehingga mendukung stabilitas sistem keuangan secara
keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan kontribusi yang
signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka menengah-panjang.
Sehingga dari uraian tersebut diatas penulis termotivasi untuk
mengetahui kinerja perbankan syariah dengan judul "Analisis Kinerja
Kenangan Perbankan Sebelum dau Sesudah Mempunyai Unit Usaha
Syariah (Studi Empiris Pada Pernsahaan Perbankan Yang Terdaftar
Di BI)".
Dengan tuntutan yang harus diambil dalam rangka meningkatkan mutu
dan kinerja perbankan syariah didalam meningkatkan pengelolaan bank
semaksimal dan seefisien mungkin, sehingga penulis ingin menguji dan
mengetahui kinerja perbankan syariah dengan menganalisis laporan
keuangan sebelum dan sesudah menjadi unit usaha syariah. Untuk
mengadakan interpretasi dan analisis laporan keuangan, suatu bank
memerlukan adanya ukuran tertentu. Ukuran yang sering digunakan dalam
menganalisis adalah rasio. Rasio merupakan alat yang dinyatakan dalam
aritmatika yang digunakan untuk menjelaskan hubungan antara dua atau
lebih data keuangan. Dari rasio tersebutlah dapat diketahui kinerja bank
yang disajikan dalam bentuk angka yang dapat dianalisis, dan basil analisis
rasio itulah yang akan dijadikan sumber informasi dan pedoman prosedur
kerja oleh pihak bank dan orang-orang yang berkepentingan terhadap bank
tersebut.
Q
Penelitian yang dilakukan oleh Lisa Narulia (2006), yang menganalisis
kinerja Bank Syariah Mandiri, salah satu hasil pengujian menyimpulkan
bahwa untuk mengukur Kinerja Bank Syariah Mandiri dengan menganalis
rasio keuangannya untuk aspek likuiditas (rasio pembiayaan terhadap
simpanan) dan aspek rentabilitas serta rasio solvabilitas (rasio utama, rasio
kecukupan modal) dan Quick Ratio Bank, disini penulis ingin lebih
menjelaskan aspek-aspek rasio keuangan perbankan syariah dalam melihat
kinerja keuangannya.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Malik Cahyadin (2008),
menganalisis prediksi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, ia
menyimpulkan bahwa prospek perbankan syariah di indonesia tahun 2008
cukup baik. Kondisi ini dilihat dari indikator perbankan yaitu aset, DPK, dan
kredit (financing). Perkembangan ketiga indikator tersebut, cenderung
meningkat tetapi pertumbuhannya menurun.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Alunad Faisol (2007),mengenai
kinerja perbankan syariah pada Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat
Indonesia untuk rasio Liquiditas cenderung baik, meskipun jika dilihat
secara histories untuk rasio Loan to Deposit Ratio pada tahun 2006 menurun
dan dibawah standar yang telah di tetapkan Bank Indonesia, maka dapatlah
ditarik kesimpulan, bahwa rasio liquiditas Bank Muamalat Indonesia
cenderung liquid dan berkinerja baik. Dengan ini penulis ingin
membuktikan apakah kinerja keuangan bank syariah sudah menjadi Iebih
baik atau sebaliknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Toto Warsoko Pikir (2004), mengenai
prospek Bank Syariah pada masa yang akan datang, ia menyimpulkan
bahwa perbankan syariah sampai dengan talmn 2004 mengalami
peningkatan secara signifikan. Hal ini tercermin dengan adanya peningkatan
total asset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan yang
disalurkan (PYD) baik nilai maupun proporsinya terhadap perbankan
nasional. Dengan demikian, penulis ingin mengetahui prospek perbankan
syariah di masa yang akan datang yang di mulai dari periode 2003 -
sekarang.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan dari permasalahan yang ada, peneliti akan membatasi
masalah hanya pada rasio keuangan yang dipergunakan oleh perbankan
syariah yang diproksikan dengan 6 ( enam) rasio keuangan yaitu CAR, NP L,
ROA, ROE, LDR dan BOPO serta untuk data perusahaan jasa perbankan
yang dipakai dalam penelitian ini adalah tiga tahun sebelum mempunyai
Unit Usaha Syariah (2001-2003) dan tiga tahun sesudah mempunyai Unit
Usaha Syariah (2006-2008), hal ini bertujuan agar peneliti dapat lebih fokus
dalam pembahasan masalah. Berdasarkan latar belakang masalah yang ada
maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :
I. Bagaimana kinerja keuangan perbankan yang diproksikan dengan 6
(enam) rasio yaitu CAR, NPL, ROA, ROE, LDR, BOPO sebelum dan
sesudah mempunyai unit usaha syariah ?
1{\
2. Adakah terdapat perbedaan secara signifikan atas kinerja keuangan
perbankan yang diproksikan dengan 6 (enam) rasio yaitu CAR, NPL,
ROA, ROE, LDR, BOPO sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha
syariah?
C. Tujuan dan Maufaat Peuelitian
Berdasarkan perumusan masalah, maka dapat diketahui tujuan dari
penelitian ini yaitu:
I. Untuk menganalisis kinerja keuangan perbankan sebelum dan sesudah
mempunyai unit usaha syariah.
2. Untuk menganalisis perbedaan secara signifikan atas kinerja keuangan
perbankan syariah sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha syariah.
Penelitian ini diharapkan bermanfaat guna memperluas wawasan serta
ilmu pengetahuan bagi penulis dan penelitian ini juga diharapkan
bermanfaat juga bagi masayarakat luas mengenai perbankan syariah dan
prospek di masa yang akan datang.
11
A. Perbankan Syariah
BABll
TINJAUAN PUSTAKA
Bank Syariah baru diperkenalkan dan didirikan di Indonesia pada
tahnn 1990. Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada tanggal 18-20 Agnstns
1990 menyelengarakan lokakarya Bunga Bank dan perbankan yang
berlokasi di Cisarua, Bogor, Jawa Barat. Hasil lokakarya tersebnt dibahas
lebih mendalam pada Musyawarah Nasional IV MUI yang berlangsung di
Hotel Syahid Jaya Jakarta pada tanggal 22-25 Agustus 1990. Berdasarkan
amanat Munas IV MUI, dibentuk kelompok kerja untuk mendirikan bank
islam di Indonesia. (Muhammad S. Antonio, (2001:25).
Perkembangan ekonomi Islam di Indonesia ditandai dengan
perkembangan bank dan lembaga keuangan syariah. Kebijakan pemerintah
terhadap perbankan syariah di lndoensia terdapat dalam Undang-Undang
Perbankan No.7 tahun 1992 tentang perbankan dan Undang-Undang No.7
tahun 1992. Berdasarkan kebijakan tersebut, perkembangan kebijakan
perbankan Islam di Indonesia dapat diklasifikasikan dalam dua periode,
yaitu periode 1992-1998 dan periode 1998-1999. (Muhammad & Dwi
Snwiknyo, 2009: 1 ).
Perubahan yang dilakukan pada Undang-Undang No. 10 tahun 1998
atas Undang-Undang No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan lebih banyak
berkaitan dengan dua aspek, yaitu aspek semakin kuatnya kewenangan Bank
Indonesia clan aspek diakomodasinya sistem perbankan Islam dalam sistem
perbankan nasional. (Muhammad & Dwi Suwiknyo, 2009: 8).
Namun perubahan perundang-undangan tentang perbankan syariah
tersebut belum spesifik sehingga perlu diatur secara khusus dalam suatu
undang-undangan tersendiri. Dengan menimbang dari perubahan perundang
undangan perbankan syariah tersebut, maka Bank Indonesia dan pemerintah
membentuk perundang-undangan yang baru yaitu Undang-Undang Republik
Indonesia No. 21 tahun 2008 tentang perbankan syariah.
1. Awai Kelahiran Sistem Perbankan Syariab
Awai kelahiran perbankan syariah dilandasi dengan kehadiran dua
gerakan renaissance Islam modem yaitu neorivivalis dan modemis. Tujuan
utama dari pendirian lembaga keuangan berlandaskan etika ini adalah tiada
lain sebagai upaya kaum muslimin untuk mendasari segenap aspek
kehidupan ekonominya berlandaskan Al-quran dan As-sunnah. Upaya untuk
melakukan implementasi sistem keuangan Islami empat decade terakhir
berjalan begitu gencar. Beberapa eksperimen awal untuk mendirikan
perbankan Islam diantaranya berlangsung di Melayu pada pertengahan tahun
1940-an, di Pakistan pada akhir 1950-an, dan di Mesir melalui Mit Ghamr
Savings Banks (1963-1967) serta Nasser Sosial Bank (1971).
(http://www.iei.or.id/publicationfiles/Perbankan Syariah).
Meski sebagian besar institusi ini akhimya gulung tikar, tetapi
setidaknya telah memberikan pondasi dan pijakan konsep yang kuat untuk
pengembangan berikutnya. Wilayah Asia-Pasifik juga tidak ketinggalan
untuk turut serta memberikan andil dan menjadi snmbangsih yang sangat
berharga dalam uji coba perintisan perbankan bebas bunga ini. Bank bebas
bunga didirikan dengan nama Philippine Amanah Bank (PAB) tahun 1973
melalui Keputusan Presiden sebagai institusi perbankan khusus meski tanpa
mereferensi karakter Islam didalam piagam banknya.
(http://www.iei.or.id/publicationfiles/Perbankan Syariah)
Pendirian P AB adalah respon Pemerintah Pilipina atas pemberontakan
Muslim di wilayah selatan, perbankan ini dirancang untuk melayani secara
khusus kebutuhan masyarakat Muslim. Tugas utama PAB membantu
rehabilitasi dan rekonstruksi masyarakat di Mindanao, Sulu dan Palawan di
wilayah selatan. Diikuti kemudian dengan berdirinya Islamic Development
Bank (IDB) tahun 1974 dengan dukungan dari pemerintah Arab Saudi dan
Organisasi Konferensi Islam (OKI) dengan suntikan dana dua milyar Dinar.
Hal ini menjadikan IDB menjadi Bank Syariah terbesar.
(http://www.iei.or.id/publicationfiles/Perbankan Syariah)
IDB adalah bank antar pemerintahan (intergovernmental bank) yang
bertujuan untuk mendanai proyek-proyek pembangunan di negara-negara
anggota, yang sebagian besamya adalah negara-negara berpenduduk
muslim. Keberadaan IDB ini memberikan momentum kepada gerakan
perbankan syariah pada umumnya, yang ditandai dengan berdirinya
lembaga-lembaga swasta (misalnya, Dub Di Indonesia perkembangan
pemikiran tentang perlunya menerapkan prinsip Islam dalam berekonomi
muncul pada 1974. Tepatnya digagas dalam sebuah seminar 'Hubungan
Indonesia-Timur Tengah' yang diselenggarakan oleh Lembaga Studi Ilmu-Ilmu
Kemasyarakatan (LSIK). Perkembangan pemikiran tentang perlunya umat
Islam Indonesia memiliki lembaga keuangan Islam sendiri mulai berhembus
sejak itu, seiring munculnya kesadaran barn kaum intelektual dan
cendekiawan muslim dalam memberdayakan ekonomi masyarakat.
(http://www.iei.or.id/publicationfiles/Perbankan Syariah).
2. Pengertian Bank Syariah
Bank Islam atau selanjutnya disebut dengan Bank Syariah, adalah bank
yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank syariah juga
dapat diartikan sebagai lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan
produknya dikembangkan berlandaskan Al-Qur'an dan Hadits Nabi SAW.
(Muhammad Syafi 'I Antonio, 200I:18).
Menurut Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir
Indonesia, (2002:20), bahwa secara umum tujuan utama bank Islam
seharusnya adalah mendorong dan mempercepat kemajuan ekonomi suatu
masyarakat dengan melakukan kegiatan perbankan, financial, komersial dan
investasi sesuai dengan prinsip Islam. Upaya ini tentu saja hams didasari
oleh larangan atas bunga pada setiap transaksi, prinsip kemitraan pada
semua aktivitas bisnis yang atas dasar kesetaraan, keadilan dan kejujuran,
hanya mencari keuntungan yang sah semata-mata, pembinaan manajemen
keuangan pada masyarakat, mengembangkan kompetisi yang sehat,
menghidupkan lembaga zakat dan pembentukan ukhuwah (networking)
dengan lembaga keuangan Islam lainnya baik di dalam maupun di luar
negeri.
3. Prinsip Syariab
Menurut Muhammad Syafi'i Antonio (2001:10), prinsip syariah adalah
aturan perjanj ian berdasarkan hukum Islam antara bank dan pihak lain untuk
penyimpanan dana dan/atau pembiayaan kegiatan usaha, atau kegiatan
lainnya yang sesuai dengan syariah.
Bank Syariah menganut prinsip-prinsip sebagai berikut:
a. Prinsip Keadilan
yaitu Prinsip yang tercermin dari penerapan imbalan atas dasar bagi hasil
dan pengambilan margin keuntungan yang disepakati bersama antara
Bank dan Nasabah
b. Prinsip Kemitraan
Bank Syariah menempatkan nasabah penyimpanan dana, nasabah
pengguna dana, maupun Bank pada kedudukan yang sama dan sederajat
dengan mitra usaha. Hal ini tercermin dalam hak, kewajiban, resiko dan
keuntungan yang berimbang di antara nasabah penyimpan dana, nasabah
pengguna dana maupun Bank. Dalam hal ini bank berfungsi sebagai
intermediary institution lewat skim-skim pembiayaan yang dimilikinya.
c. Prinsip Kctcrbnkaan
Melalui laporan keuangan bank yang terbuka secara berkesinambungan,
nasabah dapat mengetahui tingkat keamanan dana dan kualitas
manajemen bank
d. Univcralitas
Bank dalam mendukung operasionalnya tidak membeda-bedakan suku,
agama, ras dan golongan agama dalam masyarakat dengan prinsip Islam
sebagai rahmatan lil'alamiin
4. Pcrbedaan Bank Syariah dengan Bank Um nm Konvcnsional
a. Bank Syariah
1. Islam memandang harta yang dimiliki oleh manusia adalah
titipan/amanah Allah SWT sehingga cara memperoleh,
mengelola, dan memanfaatkannya harus sesuai ajaran Islam
2. Bank syariah mendorong nasabah untnk mengupayakan
pengelolaan harta nasabah (simpanan) sesuai ajaran Islam
3. Bank syariah menempatkan karakter/sikap baik nasabah
maupun pengelola pada posisi yang sangat penting dan
menempatkan sikap akhlakul karimah sebagai sikap dasar
hubungan antara nasabah dan bank
4. Adanya kesamaan ikatan emosional yang kuat didasarkan
prinsip keadilan, prinsip kesederajatan dan prinsip ketentraman
antara Pemegang Saham, Pengelola Bank dan Nasabah atas
jalannya usaha bank syariah
5. Prinsip bagi basil:
(a) Penentuan besamya resiko bagi basil dibuat pada waktu akad
dengan berpedoman pada kemungkinan untung dan rugi
(b) Besamya nisbab bagi basil berdasarkan pada jumlah
keuntungan yang diperoleh
( c) Jumlah pembagian bagi basil meningkat sesuai dengan
peningkatan jumlah pendapatan
( d) Tidak ada yang meragukan keuntungan bagi basil
( e) Bagi basil tergantung kepada keuntungan proyek yang
dijalankan. Jika proyek itu tidak mendapatkan keuntungan
maka kerugian akan ditanggung bersama oleh kedua belah
pihak
b. Bank Umum Konvensional
1. Pada bank umum konvensional, kepentingan pemilik dana
( deposan) adalah memperoleh imbalan berupa bunga simpanan
yang tinggi, sedang kepentingan pemegang saham adalah
diantaranya memperoleh spread yang optimal antara suku
bunga simpanan dan suku bunga piltjaman (mengoptimalkan
interest difference). Dilain pihak kepentingan pemakai dana
( debitor) adalah memperoleh tingkat bunga yang rendah (biaya
murah). Dengan demikian terhadap ketiga kepentingan dari tiga
pihak tersebut terjadi antagonisme yang sulit diharmoniskan.
Dalam ha! ini bank konvensional berfungsi sebagai lembaga
perantara saja
2. Tidak adanya ikatan emosional yang kuat antara Pemegang
Saham, Pengelola Bank dan Nasabah karena masing-masing
pihak mempunyai keinginan yang bertolak belakang
3. S istem bunga:
(a) Penentuan suku bunga dibuat pada waktu akad dengan
pedoman hams selalu untung untuk pihak Bank
(b) Besarnya prosentase berdasarkan pada jumlah uang (modal)
yang dipinjamkan. Penentuan suku bunga dibuat pada waktu
akad dengan pedoman harus selalu untung untuk pihak Bank
(c) Jumlah pembayaran bunga tidak mengikat meskipun jumlah
keuntungan berlipat ganda saat keadaan ekonomi sedang baik
( d) Eksistensi bunga diragukan kehalalannya oleh semua agama
te1masuk agama Islam
(e) Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa
pertimbangan proyek yang dijalankan oleh pihak nasabah
untung atau rugi
Gambar2.l
Rekapitulasi Institusi Perbankan di Indosnesia
September 2009
BankUmum BankPrekr editan Rakyat
I I I
Bank Bank Swasta BPR Pemerintah Konvensional
I Bank
Pemerintah (UUS)
I I Bank BankUmum BankUmum
Pembangnan Swasta Syariah Dae rah
I BPD BPDUnmm
UnitUsaha Swasta Syariah (UUS)
Sumber : Ilchtisar Perbankan pada Bank Indonesia
BPR Syariah
Tabel 2.1 Klasifikasi Perbankan Indonesia Tahun 2009
No Bank Umum Konvensional Bank Umum Swasta (UUS) Bank Umum Swasta
Svariah <BUS) 1 PT. Bank Negara PT. Bank Negara Indonesia PT. Bank Muamalat
Indonesia rPersero ), Tbk (Persero ), Tbk Indonesia 2 PT. Bank Rakyat PT. Bank Tabungan ·PT. Bank Syariah
Indonesia (Persero ), Tbk Negara (Persero) Mandiri 3 PT. Bank Tabungan CIMB Niaga, Tbk Bank Mega Syariah
Negara (Persero) 4 PT. Bank Bukopin Danamon Indoensia, Tbk Bank Rakyat Indonesia * 5 CIMB Niaga, Tbk !FI Bank Bukopin*
6 Danamon lndoensia, Tbk Internasional Indonesia, Tbk
7 !FI Permata, Tbk
8 Internasional Indonesia, Tbk BPD Kalimantan Selatan
9 Permata, Tbk BPDDKI
10 BPD Kalimantan Selatan BPD Jabar & Banten
11 BPDDKI BPD Kalimantan Barat
12 BPD Jabar & Banten BPD Nusa Tenggara Barat
13 BPD Kalimantan Barat BPDRiau
14 BPD Nusa Tenggara BPD Sumatera Selatan Ba rat
15 BPDRiau BPD Sumatera Utara
16 BPD Sumatera Selatan BPD Kalimantan Timur 17 BPD Sumatera Utara BPDDIY 18 BPD Kalimantan Timur BPD Kalimantan Barat 19 BPDDIY BPD Sumatera Barat 20 BPD Kalimantan Barat BPD Sulawesi Selatan 21 BPD Sumatera Barat BPD Jawa Tengah 22 BPD Sulawesi Selatan HSBC Indonesia 23 BPD Jawa Tengah Bank Ekspor Indonesia 24 HSBC Indonesia BankLippo 25 Bank Ekspor Indonesia BTPN 26 Bank Lippo Bank ABN Amro 27 BTPN Standard Chartered Bank 28 Bank ABN Amro Bank Tabungan Pensiun
Nasional (BTPN) 29 Standard Chartered Bank 30 Bank Tabungan Pensiun
Nasional (BTPN) Sumber : Laporan Keuangan Publzkas1 Bank Indonesia
Jika dilihat dari tabel tersebut diatas bahwa Unit Usaha Syariah
bernaung dibawah sistem bank umum konvensional dan belum bersifat
independent, ha! ini dikarenakan pengembangan sistem perbankan syariah di
Indonesia dilakukan dalam kerangka dual-bankig.
Bertujuan untuk meningkatkan kemampuan pembiayaan bagi sektor
sektor perekonomian nasional. Berdasarkan data tabel tersebut diatas,
perusahan-perusahaan perbankan yang akan dilakukan penelitian adalah
perusahaan-perusahaan bank umum konvensional yang mendirikan unit
usaha syariah.
5. Efisiensi Terltadap Kinerja Pcrbankan Syariah
Efisiensi bank merupakan salah satu indikator penting untuk menganalisa
pe1formance suatu bank dan juga sebagai sarana untuk lebih meningkatkan
efektifitas kebijakan moneter.
Ukuran untuk menilai tingkat efisiensi perbankan dalam
memanfaatkan sumber dana yang dimilikinya dapat kita hitung dengan
menggunakan rasio aktivitas (BOPO).
B. Sistcm Perbankan Syarialt
1. Somber Dana
Bank sebagai salah satu lembaga keuangan yang salah satu
fungsinya adalah menghimpun dana masyarakat, harus memiliki suatu
sumber untuk menghimpun dana sebelum disalurkan kembali. Untuk
mempraktikkan kaidah perbankan yang islami, kita perlu memahami
terlebih dahulu sumber dana masyarakat dan transaksi-transaksinya
yang tidak bertentangan dengan syariat islam. (Institut Bankir
Indonesia, 2001:57).
Sumber dana tersebut terdiri dari modal yaitu dana terdiri dari
pendiri lembaga keuangan tersebnt. Yang kedua adalah dana titipan
masyarakat yang dikelola oleh bank dalam Islam dikenal dengan istilah
Wadiah. Yang ke tiga adalah dana masyarakat yang diinvestasikan
melalui bank, dan yang keempat adalah dana investasi khusus atau
investasi terbatas. Sumber dana tersebut akan dijelaskan oleh peneliti
dengan menunjukan gambar 2.2 berikut penjelasannya. (Institut Bankir
Indonesia, 2001 :57).
Gambar2.2
Sumber Dana Sistem Perbankan Syariah
BANK
SYARlAH
<--M_._o_n __ AL __ __,
< TITIPAN I W ADIAH
INVESTASI/ MUDARABAH
INVESTASI KHUSUS/ MUDARABAH MUQAYYADAH
Sumber : Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia
(2002:57)
Menurut Institut Bankir Indonesia (2001:58), Jika kita Iihat
diagram diatas, sumber dana yang terhimpun dari masyarakat terdiri
dari empat jenis dana, yaitn :
a. Modal
Islam mengenal modal suatu komponen utama dalam
usaha, dan hale atas modal diakui dalam islam sebagai hak individu
atau golongan yang berbeda dengan hak atas modal menurut
pandangan kapitalis. Pada kapitalis, modal merupakan hak mutlak
individu.
Modal disini merupakan modal yang bersumber dari
pemilik bank yang akan digunakan untuk terutama untnk kegiatan
operasional bank dan investasi bank itn sendiri pada sektor-sektor
yang dibenarkan menurut syariat.
Dalam ha! ini seseorang atau sekumpulan orang bersepakat
untuk mendirikan sebuah usaha bank yang akan dikelola oleh
sebagian pemilik modal tersebut. Dalam ekonomi islam ha! ini
dikenal dengan istilah Syirkah atau Musyarakah. Atau
diserahkannya pengelolaan usaha bank kepada manajer-manajer
yang profesional dengan target usaha yang telah ditentukan.
Jika dilaksanakan pengelolaan kepada manajer-manajer
profesioanal maka ha! ini diakadkan sebagai mudarabah. Para
manajer disebut juga sebagai Dewan Direksi (Mudarib) diberi
mandat oleh seorang atau sekelompok orang pemilik dana (sahibul
Maa[). (Institut Bankir Indonesia, 200 I :58).
Untuk menjalankan fungsi bank, sebagai penghimpun dana
masyarakat, bank syariah pun dapat menghimpun dana pihak
ketiga. Dalam menghimpun dana masyarakat, bank syariah
memiliki tekhnik sendiri yang diantaranya dapat dimasukkan
produk-produk bank konvensional seperti giro, tabungan atau
deposito dengan formulasi yang berbeda dengan cara bank
konvensional, karena bank syariah tidak mengenal bunga. Produk
produk syariah penghimpunan dana tersebut adalah Wadiah dan
Mudarabah.
b. Wadialt
Insitut Bankir Indonesia (2001 :61) Pengertian wadiah
menurut bahasa adalah meninggalkan atau meletakkan sesuatu
pada orang lain untuk dipelihara atau dijaga. Sedangkan menurut
istilah adalah memberikan kekuasaan kepada orang lain untuk
menjaga hartanya/barangnya dengan secara terang-terangan atau
dengan isyarat yang semakna dengan itu.
Jenis produk perbankan yang dapat diaplikasikan dengan
menggunakan akad wadiah adalah giro bank. Karena giro bank
pada dasamya adalah titipan dana masyarakat di bank untuk tujuan
pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan setiap saat, ha! ini
sesuai dengan UU No. 7 tahun 1992. Artinya giro hanyalah titipan
nasabah bukan dana yang dapat diinvestasikan.
Selanjutnya bank syariah memberlakukan giro sebagai
titipan wadiah yad ad-damanah. Dana titipan ini dapat
dipergunakan oleh bank sebagai penerima titipan selama dana
tersebut mengendap di bank. Tetapi bank mempunyai kewajiban
untuk membayarnya setiap saat jika nasabah mengambil titipan
tersebut. Sebagai imablan dari titipan yang dimanfaatkan oleh bank
syariah, nasabah mendapatkan imbalan berupa bonus.
Bonus ini tidak boleh di perjanjikan sebelumnya dan
merupakan hak penuh bank untuk memberikannya atau tidak.
Bentuk dana pihak ketiga lainnya yang dapat dikelompokan
kedalam wadiah yad ad damanah adalah rekening tabungan yang
memberlakukan ketentuan dapat ditarik setiap saat dan bukan
tabungan berjangka.
c. Mudarabah
Dalam istilah fikih muamalah, mudarabah sebagian ahlinya
menyebutnya qirad, adalah suatu bentuk perniagaan dimana si
pemilik modal yang juga disebut dengan sahibul maal
menyetorkan modalnya kepada pengusaha yang selanjutnya
disebut mudarib, untuk diusahakan dengan keuntungan akan dibagi
bersama sesuai dengan kesepakatan dari kedua belah pihak
sedangkan kerugian, jika ada, ditanggung oleh si pemilik modal.
Perbankan syariah menggunakan tekhnik mudarabah untuk
menghimpun dana masyarakat dalam bentuk investasi mudarabah
atau banyak dikenal pada beberapa bank syariah di Indonesia dan
Malaysia sebagai Deposito Mudarabah. Imbalan dari simpanan
dalam bentuk investasi mudarabah ditetapkan dengan nisbah (porsi
pembangian keuntungan).
d. Investasi Klrnsus ( Mudarabah Muqayyadalt)
Dana lain yang dikelola oleh bank syariah adalah dana yang
berasal dari zakat, infaq dan shadaqah. Salah satu ciri khas dari
bank syariah adalah selain mengelola dana untuk keperluan
komersial, bank syariah juga harus berfungsi sebagai pengelola
dana untuk kepentingan sosial.
Dana ZIS (Zakat, Ifaq, Shadaqah) akan diterima oleh bank
syariah sebagai sumber dana yang pengelolaannya pun dilakukan
secara khusus pula. Aktivitas pengelolaan dana ZIS serta dana
sosial lainnya harus dicatat dan dilaporkan dalam laporan keuangan
dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan
keuangan bank syariah yang bersangkutan.
Dalam pelaksanaannya bank syariah dapat bekerjasama
dengan lembaga-lembaga sosial lainnya yang bergerak dibidang
pemberdayaan perekonomian masyarakat seperti Dompet Duafa,
Forum Zakat (FOZ), Badan Amil Zakat (BAZ) dan lain
sebagainya. (Intitut Bankir Indonesia, 2001:64).
2. Penyaluran Dana
Fungsi lain dari bank adalah menyalurkan dana kepada
masyarakat. Didalam bank islam metode penyaluran dana jauh berbeda
dengan bank konvensional, karena bank islam tidak mengenal kredit
dengan segala macam derivatifnya. Kredit akan sangat berhubungan
erat dengan uang dan bunga (riba). (Institut Bankir Indonesia,
2001:65).
Gambar2.3
Penyaluran Dana Sistem Perbankan Syariah
< JUALBELI
< BAGIHASIL
< PEMBIAYAAN
< PINJAMAN
INVESTASI KHUSUS/MUDARABAH MUQAYYADAH
Sumber: Tim Pengembangan Perbankan Syariah Institut Bankir Indonesia (2002:65)
Jika dilihat dari diagram diatas, maka penyaluran dana kepada
masyarakat terdiri dari :
a. Jual Beli
Islam melarang riba dan menghalalkan jual beli seperti
yang dinyatakan kitab suci al-Qur'an dalam surat Al-Baqarah ayat
275. Ada beberapa konsep jual beli yang diperbolehkan dalam
islam, anatar lain adalah Murabahah yaitu jual beli murni, tanpa
syarat-syarat khusus. Jual beli seperti ini sah dilakukan baik tunai
maupun secara tangguh.
b. Bagi Hasil
Bagi hasil adalah konsep yang paling lazim dan tidak ada
keraguan didalamnya. Transaksi bagi hasil yang dapat diterapkan
dalam perbankan Islam pada umumnya dibagi dalam 2 jenis
transaksi yaitu : Mudarabah dan Musyarakah
Mudarabah adalah salah satu konsep bagi hasil antara
pemilik modal (sahibul maal) dengan pengelola/pengusaha
(mudarib). Bank Islam untuk menjalankan fungsinya menyalurkan
dana masyarakat adalah dengan tekhnik mudarabah. Dalam hal ini
bank sebagai pemilik dana (sahibul Maal) yang menginvestasikan
dananya kepada suatu proyek atau pekerjaan yang dikelola oleh
pengusaha (mudarib). Pengusaha mengajukan proposal untuk
menge1jakan suatu proyek atau pekerjaan kepada bank dengan pola
bagi hasil. Dalam hal ini bank akan memberikan modal (maal)
100% untuk dikelola oleh mitra kerjanya, dengan perjanjian bahwa
jika proyek tersebut menghasilkan keuntungan atau pendapatan
dari proyek tersebut maka akan dibagi menmut porsi yang
ditentukan (nisbah) misal, 67% untuk pemilik modal dan 33%
untuk pengusaha.
Musyarakah adalah percampuran dana untuk tujuan
pembagian keuntungan. Musyarakah sepintas hampir sama dengan
Mudarabah, perbedaannya adalah kalau lvludarabah, modal 100%
dari pemilik dana dan pengelola hanya menyediakan keahlian dan
tenaga kerja untuk menjalankan usahanya. Pada Musyarakah,
sesuai definisi diatas adalah percampuran dana. Jika bank Islam
melakukan transaksi Musyarakah dengan mitranya (nasabah),
maka nasabah harus memiliki dana sebagian selain keahlian dan
tenaga ke1ja untuk mengelola usaha tersebut.
c. Pembiayaan
Ada dua jenis transaksi yang dibolehkan dalam syariat
Islam kedalam kelompok pembiayaan, yaitu Hawalah dan Rahn.
Hmvalah adalah perpindahan piutang nasabah (muhal) ke Bank
(Muha! Alih). Nasabah meminta bank membayarkan terlebih
dahulu piutang yang timbul dari jual beli maupun transaksi lainnya
yang halal. Atas bantuan bank untuk melunaskan piutang nasabah
terlebih dahulu, bank dapat meminta jasa pada nasabah yang
besamya dengan mempertimbangkan faktor resiko bila piutang
tersebut tidak tertagih.
Rahn adalah menahan sesuatu dengan hak yang
memungkinkan pengambilan manfaat darinya atau menjadikan
sesuatu yang bemilai ekonomis pada pandangan syariah sebagai
kepercayaan atas hutang yang memungkinkan pengambilan hutang
secara keseluruhan atau sebagian dari barang itu. Secara umum,
kegiatan Rauh dapat diartikan sebagai gadai.
d. Pinjaman
Pinjaman atau Qard adalah apa yang diberikan dari harta
yang terukur yang dapat ditagih/dituntut, atau akad yang
dikbususkan yang dikembalikan pada membayar harta yang terukur
kepada orang lain agar dikembalikan.
Salah satu fungsi bank Islam adalah memberikan kegiatan
sosial. Dalam ha! untuk dapat mengaplikasikan fungsi ini, bank
Islam menyalurkan dana dalam bentuk qard dari dana yang
dihimpun dari basil kegiatan sosial seperti zakat, infaq dan
shadaqah. Qard yang sumber dananya dari intern (modal bank)
disajikan dalam laporan keuangan pada aktiva lainnya sebagai
pinjaman qard. Sedangkan qard yang bersumber dari ektem (dana
kebijakan yang diterima oleh bank) disajikan dan diungkapkan
pada laporan sumber dan penggunaan dana qard (qardhul hasan)
C. Rasio Keuangan Terhadap Kinerja Keuangan Perbaukan
Didasarkan pada peraturan Bank Indonesia No:9/1/PBI/2007, maka
langkah untuk menilai peiformance atau kinerja suatu Bank dapat
menggunakan alat-alat analisa berupa rasio keuangan. Rasio keuangan
terhadap kinerja perbankan sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha
syariah yang dianalisa oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Analisa Rasio Liquiditas
yaitu analisa yang dilakukan terhadap kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka pendeknya atau kewajiban yang sudah
jatuh tempo. Beberapa rasio likuiditas yang sering digunakan dalam
menilai kinerja suatu bank antara lain sebagai berikut:
a. Loan to Deposit Ratio (LDR), yaitu rasio antara jumlah seluruh
kredit yang diberikan Bank dengan dana yang diterima oleh Bank.
LDR menyatakan seberapa jauh kemampuan bank untuk
membayar kembali penarikan dana yang dilakukan deposan dengan
mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya.
Dengan kata lain, seberapa jauh pemberian kredit kepada nasabah
kredit dapat mengimbangi kewajiban bank untuk segera memenuhi
pennintaan deposan yang ingin menarik kembali uangnya yang
telah digunakan oleh bank untuk memberikan kredit. Semakin
tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Hal ini disebabkan
karena jumlah dana yang diperlukan untuk membiayai kredit
semakin besar. Rasio LDR ini merupakan indikator kerawanan dan
kemampuan dari suatu bank. Sebagian praktisi perbankan
menyepakati bahwa batas aman dari LDR suatu bank adalah sekitar
80%. Namun batas toleransi berkisar antara 85%-100%.
b. Cash Ratio, yaitu Likuiditas minimum yang harus dipelihara oleh
Bank dalam membayar kembali pinjaman jangka pendek bank.
Semakin tinggi rasio ini semakin tinggi pula kemampuan likuiditas
bank yang bersangkutan, namun dalam prakteknya akan dapat
mempengaruhi profitabilitas. Rasia ini merupakan perbandingan
antara jumlah alat liquid yang dimiliki bank dengan pinjaman yang
harus segera dibayar.
c. Reserve Requirement (RR), yaitu likuiditas wajib minimum yang
wajib dipelihara dalam bentuk Giro pada BI. Reserve requirement
merupakan ketentuan bagi setiap bank umum untuk menyisihkan
sebagian dari dana pihak ketiga yang berhasil dihimpunnya dalam
bentuk giro wajib minimum yang berupa rekening bank yang
bersangkutan pada Bank Indonesia. Menurut surat edaran BI tahun
1997, besarnya RR minimal 5%.
d. Loan to Asset Ratio (LAR), yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur tingkat likuiditas bank yang menunjukkan kemampuan
bank untuk memenuhi pennintaan kredit dengan menggunakan
total asset yang dimiliki bank. Semakin tinggi rasio ini, tingkat
likuiditasnya semakin kecil karena jumlah asset yang diperlukan
untuk membiayai kreditnya menjadi semakin besar.
2. Analisa Rasio Solvabilitas
yaitu rasio yang dignnakan nntuk mengukur kemampuan bank dalam
memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kemampuan Bank untuk
memenuhi kewajibanjika terjadi liquidasi Bank.
a. Capital Adequacy Ratio (CAR), adalah rasio yang memperlihatkan
seberapa jauh aktiva bank yang mengandung resiko (kredit,
penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari dana modal sendiri bank di samping memperoleh dana-dana
dari sumber-sumber di luar bank, seperti dana masyarakat,
pinjaman (hutang), dll. Dengan kata lain CAR adalah rasio untuk
mengukur kecukupan modal yang dimiliki bank untuk menmtjang
aktiva yang mengandung atau menghasilkan resiko, misalnya
kredit yang diberikan. CAR merupakan indikator terhadap
kemampuan bank untuk menntupi penurunan aktivanya sebagai
akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva
beresiko. Berdasarkan Deregulasi BI tertanggal 29 Februari 1993,
bank yang dinyatakan termasuk bank sehat (berkinerja baik)
apabila memiliki CAR paling sedikit sebesar 8%, sesuai dengan
ketentuan yang ditetapkan oleh Bank for International Settlements
(BIS).
b. Debt to Equity Ratio (DER), yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh
hutanghutangnnya, baik jangka panjang maupun jangka pendek,
dengan dana yang berasal dari dana bank sendiri. Dengan kata lain,
rasio ini mengukur seberapa besar total pasiva yang terdiri atas
persentase modal bank sendiri dibandingkan dengan besarnya
hutang.
3. Analisa Rasio Rentabilitas
adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha
atau profitabilitas yang dicapai oleh Bank yang bersangkutan.
(Lukman Dendawijaya, 2001 : 116 - 124).
a. Return On Asset (ROA), yaitu rasio yang digunakan untuk
mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh
keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu
bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank
terse.but dan semakin baik pula posisi bank tersebut dalam
penggunaan asset. Dalam rangka mengukur tingkat kesehatan bank
ada perbedaan sedikit antara ROA berdasarkan teoritis dan cara
perhitungan berdasarkan ketentuan Bank Indonesia. Secara teoritis,
laba yang diperhitungkan adalah laba setelah pajak, sedangkan
dalam sistem CAMEL laba yang diperhitungkan adalah laba
sebelum pajak.
b. Return On Equity (ROE), yaitu perbandingan diantara laba bersih
bank dengan modal sendiri. ROE ini merupakan indikator yang
amat penting bagi para pemegang saham dan calon investor untuk
mengukur kemampuan bank dalam memperoleh laba bersih yang
dikaitkan dengan pembagian deviden. Kenaikan dalam rasio ini
berarti te1jadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan.
Selanjutnya, kenaikan tersebut akan menyebabkan kenaikan harga
saham.
c. Rasio Behan Operasional (BOPO), yaitu perbandingan antara
beban operasional dengan pendapatan operasional. Rasio ini
digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi bank dalam
melakukan kegiatan operasinya. Untuk bank syariah, pendapatan
operasional bank terdiri atas pendapatan bagi hasil, keuntungan
atas kontrakjual-beli,.fee, biaya administrasi, dll.
4. Analisa Rasio Kredit Bermasalah (NPL)
Non Peiforming Loan (NPL) merupakan aktiva produktif dengan
kualitas aktiva kurang lancar, diragukan dan macet.
D. Keranglra Pemildran
Kerangka pemikiran merupakan sintesa tentang hubungan antar
variable yang disusun dari berbagai teori yang telah dideskripsikan.
(Sugiyono, 2007:49). Berdasarkan teori yang telah dideskripsikan tersebut,
maka alat ukur untuk menganalisa kinerja keuangan perbankan yang
digunakan oleh peneliti adalah dengan menggunakan rasio. Rasia
merupakan alat yang dinyatakan dalam aritmatika yang digunakan untuk
menjelaskan hubungan antara dua atau lebih data keuangan. Model
penelitian ini dapat ditunjukan dengan kerangka pemikiran teoritis yang
dituangkan dalam model skema sebagai berikut :
Gambar2.4
Kerangka Pemikiran
I Annual Report Perusahaan I
! ! ! ! Laporan La po ran Laporan Laporan Kualitas Laporan Neraca Laba/Rugi Kewajiban Modal Aktiva Produktif Rasio
Minimum Keuangan
I I I ,,
Indikator Kine1ja Keuangan Perbankan
Peraturan Bank Indonesia N0.9/l!PBU2007
Uji Normalitas 1. Bila data normal menggunakan Analisis Uji T test Sample Independent 2. Bila data tid&k normal menggunakan Analisis Uji Mann-Whitney
Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Perbedaan secara signifikan atas kinerja keuangan perbankan
sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha syariah
E. Perumusan Hipotesis
Penelitian yang dilakukan oleh Lisa Narulia (2006), yang menganalisis
kinerja Bank Syariah Mandiri, salah satu hasil pengujian menyimpulkan
bahwa untuk mengukur Kine1ja Bank Syariah Mandiri dengan menganalis
rasio keuangannya untuk aspek likuiditas (rasio pembiayaan terhadap
simpanan) dan aspek rentabilitas serta rasio solvabilitas (rasio utama, rasio
kecukupan modal) dan Quick Ratio Bank, disini penulis ingin lebih
menjelaskan aspek-aspek rasio keuangan perbankan syariah dalam melihat
kinerja keuangannya.
Penelitian yang kedua dilakukan oleh Malik Cahyadin (2008),
menganalisis prediksi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia, ia
menyimpulkan bahwa prospek perbankan syariah di indonesia tahnn 2008
cukup baik. Kondisi ini dilihat dari indikator perbankan yaitu aset, DPK, dan
kredit (financing). Perkembangan ketiga indikator tersebut, cenderung
meningkat tetapi pertumbuhannya menurun.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Ahmad Faisol (2007),mengenai
kinerja perbankan syariah pada Bank Muamalat Indonesia. Bank Muamalat
Indonesia untuk rasio Liquiditas cenderung baik, meskipun jika dilihat
secara histories untuk rasio Loan to Deposit Ratio pada tahun 2006 menurun
dan dibawah standar yang telah di tetapkan Bank Indonesia, maka dapatlah
ditarik kesimpulan, bahwa rasio liquiditas Bank Muamalat Indonesia
cenderung liquid dan berkinerja baik. Dengan ini penulis ingin
membuktikan apakah kinerja keuangan bank syariah sudah menjadi lebih
baik atau sebaliknya.
Penelitian yang dilakukan oleh Toto Warsoko Pikir (2004), mengenai
prospek Bank Syariah pada masa yang akan datang, ia menyimpulkan
bahwa perbankan syariah sampai dengan tahun 2004 mengalami
peningkatan secara signifikan. Hal ini tercermin dengan adanya peningkatan
total asset, penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) dan pembiayaan yang
disalurkan (PYD) baik nilai maupun proporsinya terhadap perbankan
nasional. Dengan demikian, penulis ingin mengetahui prospek perbankan
syariah di masa yang akan datang yang di mulai dari periode 2003 -
sekarang.
Dengan adanya unit usaha syariah sekarang ini, diharapkan dapat
membantu perekonomian di Indonesia dapat merekatkan hubungan antara
sektor keuangan dengan sektor riil serta menciptakan harmonisasi di antara
kedua sektor tersebut. Untuk menguji apakah kine1ja perusahaan berbeda
secara signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah mempunyai unit
usaha syariah, maka peneliti merumuskan hipotesis alternative sebagai
berikut:
Ha Terdapat perbedaan kinerja keuangan perbankan sebelum dan
sesudah mempunyai unit usaha syariah
Hal Terdapat perbedaan tingkat rasio CAR perbankan sebelum dan
sesudah mempunyai unit usaha syariah
I-Ia2 Terdapat perbedaan tingkat rasio NPL perbankan sebelum dan
sesudah mempunyai unit usaha syariah
I-Ia3 Terdapat perbedaan tingkat rasio ROE perbankan sebelum dan
sesudah mempunyai unit usaha syariah
Ha4 Terdapat perbedaan tingkat rasio ROA perbankan sebelum dan
sesudah mempunyai unit usaha syariah
Ha5 Terdapat perbedaan tingkat rasio BOPO perbankan sebelum dan
sesudah mem punyai unit usaha syariah
Ha6 Terdapat perbedaan tingkat rasio LDR perbankan sebelum dan
sesudah mempunyai unit usaha syariah
40
BAB III
METODELOGI PENELITIAN
A. Ruang Linglmp Penelitian
Tujuan studi dalam penelitian ini adalah untuk meni,>uji (Hypothesis
Testing) yang merupakan penelitian yang menjelaskan fenomena dalam
bentuk hubungan variabel, penelitian ini ingin menguji apakah ada
perbedaan secara signifikan antara kinerja keuangan sebelum mempunyai
unit usaha syariah dengan kinerja keuangan sesudah mempunyai unit usaha
syariah.
Objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan go public yang
bergerak dibidang jasa perbankan yang terdaftar Bank Indonesia (BI).
Penelitian disini akan menganalisis kinerja keuangan perusahaan yang
terdapat didalam laporan keuangan tahunan (annual Report) perusahaan
perusahan perbankan tersebut.
B. Metode Penentuan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan yang bergerak
dibidang jasa perbankan, periode populasi penelitian mencakup data objek
penelitian tiga tahun sebelum memiliki unit usaha syariah dan tiga tahun
sesudah mendirikan unit usaha syariah .
Sedangkan untuk sampel perusahaan yang terdaftar di Bank Indonesia
yang dipilih, dillakukan dengan menggunakan metode sampel bertujuan
41
(purposive sampling), metode sampel ini disebut juga dengan judgment
sampling yaitu sample yang digunakan dengan menentukan kriteria khusus
terhadap sample. (Bambang Prasetyo & Lina Miftahul Jannah, 2005: 135)
Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini sebagai berikut :
1. Perusahaan yang bergerak dibidang jasa perbankan
2. Bank Umnm Konvensional yang telah mempnnyai Unit Usaha Syariah
3. Laporan keuangan tersedia untuk tiga tahun sebelum mempunyai unit
usaha syariah (2001-2003) dan tiga tahun sesudah mempunyai unit
usaha syariah (2006-2008)
4. Bank Umum Konvensional yang sudah mempunyai Unit Usaha
Syariah yang akan diteliti adalah empat belas Unit Usaha Syariah dari
tiga puluh Unit Usaha Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia
C. Metode Pcngumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan data skunder
yang biasanya berupa bukti, catatan, atau laporan yang telah di susun di
dalam arsip (dokumenter data) yang dipublikasikan dan yang tidak
dipublikasikan (lndriantoro dan supomo, 2002:147).
Sebagai periode pengamatan data adalah laporan keuangan tiga tahun
sebelum mempunyai unit usaha syariah dan laporan keuangan tiga tahun
sesudah mempunyai unit usaha syariah
42
C. Data Penelitian
Data penelitian ini adalah data skunder yang berasal dari Japoran
keuangan Bank Umum Konvensional yang sudah mempunyai Unit Usaha
Syariah. Adapun laporan keuangan yang dipakai adalah sebagai berikut :
I. Laporan Neraca Keuangan
2. Laporan Laba Rugi
3. Laporan Kualitas Aktiva Produk'tif
4. Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum
5. Perhitungan Rasio Keuangan
D. Metode Analisis
Alat analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif yakni
menganalisis masalah dengan cara mendeskripsikannya melalui penggunaan
tabel mean (rata-rata) rasio keuangan sebelum dan sesudah mempunyai unit
usaha syariah, serta analisis kuantitatif berupa perhitungan menggunakan
rasio likuiditas, rasio solvabilitas dan rasio rentabilitas sebelum dan sesudah
mempunyai unit usaha syariah.
Dalam menganalisis kinerja keuangan pernsahaan di bidang jasa
perbankan, penulis menggunakan prosedur analisis sebagai berikut :
1. Data keuangan diklasifikasikan sesuai dengan rasio-rasio yang
dibutuhkan yaitu rasio Jikuiditas, rasio solvabilitas dan rasio
rentabilitas untuk menganalisis perbedaan kinerja keuangan secara
signifikan sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha syariah.
41
2. Dari hasil klasifikasi point pertama kemudian dihitung rasio-rasio
keuangan tiga tahun sebelum mempunyai unit usaha syariah yaitu
2001-2003 dan tiga tahun sesudah mempunyai unit usaha syariah yaitu
2006-2008 lalu diuji Normalitas datanya, hasil uji normalitas akan
menentukan dua kemungkinan pengujian dua sampel berpasangan :
a. Untuk menentukan data distribusi normal maka peneliti akan
menggunakan Uji Kolmogorov-Smirnov dengan jumlah data
penelitian kurang dari 30. (Bhuono Agung Nugroho, 2005:107).
Apabila berdistribusi normal maka menggunakan uji T test Sample
Independent. Uji T test Sample independent adalah sampel yang
didapat dari data yang berasal dari subjek yang berbeda.
( elisa.ugm.ae.id).
b. Bila data tidak berdistribusi normal dan bertipe nominal atau
ordinal maka pengujian dua sample berpasangan dilakukan dengan
uji statistik Non Parametrik Uji Mann Whitney. Menurut Sugiyono
(2007:324) Uji Mann Whitney digunakan karena untuk menguji
beda data berpasangan dan memiliki jumlah sample yang kecil I
kurang dari tiga puluh. (Stanis Laus, 2007:275). Uji Mann Whitney
disebut juga uji U atau uji Jumlah Peringkat Wilcoxon (Wilcoxon
Rank Sum Test). Bentuk uji hipotesis yang digunakan pada
penelitian ini adalah menggunakan uji dua sisi (two-sided atau two
tailed test. (Stanis Laus, 2007:275).
44
Hasil pengujian ini memberikan dasar penilaian apakah masing-masing
rasio indikator kine1ja keuangan perusahaan untuk tahun-tahun sebelum dan
sesudah mempunyai unit usaha syariah berbeda secara signifikan. Uji Mann
Whitney bertujuan untuk menguji signifikansi hipotesis komparatif dua
sampel yang berkorelasi bila datanya berbentuk ordinal. (Prof. Dr.
Sugiyono, 2007:240) Apabila sign t lebih besar 0.05, maka Ho tidak ditolak.
Demikian pula jika sign t lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak. Bila Ho
ditolak ini berarti ada hubungan antara variable independent terhadap
variable dependent (Stanis Laus, 2007:275).
Hasil analisis Uji Kolmogorov-Smirnov bertujnan untuk membantu
peneliti dalam menentukan distribusi normal dengan jumlah data peneliti
kurang dari 30 dan juga untuk mengetahui apakah sampel yang dipilih
berasal dari populasi yang terdistribusi secara normal. (Bhuono Agung
Nugroho, 2005:!07). Dasar pengambilan keputusannya yakni: Ho tidak
ditolak jika nilai p-value sig(2-tailed) > level of significant (a). Sebaliknya
Ho ditolakjika nilai p-value sig(2-tailed) <level of significant (a). (Bhuono
Agung Nugroho, 2005:112).
Setelah diketahui data tersebut berdistribusi normal, maka akan
dilakukan pengujian dengan menggunakan uji T test Sample Independent.
Persyaratan dengan menggunakan uji T test Sample Independent adalah
variable dependent berbentuk interval atau rasio, sedangkan variable
independentnya berbentuk data nominal atau ordinal. ( elisa.ugm.ac.id).
4~
F. Definisi Operasional Variabel Dan Pengnknrannya
Berdasarkan rumusan masalah tersebut maka variabel penelitian yang
dapat dijelaskan adalah rasio keuangan yang meliputi Capital Adequacy
Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio
kualitas aktiva produktif), Return on Asset dan Return on Equity (mewakili
rasio rentabilitas ), Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional
(mewakili rasio efisiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio
likuiditas ). Setelah itu, untuk mengetahui kinerja bank secara keseluruhan
dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh rasio yang sebelumnya telah
diberi bobot nilai tertentu.
1. Kincrja Kcnangan Pcrbankan
Sesuai dengan Peraturan Bank Indonesia Nomor 9/l/PBI/2007 tentang
Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank Umum Berdasarkan Prinsip
Syariah, maka terdapat beberapa cakupan Penilaian Tingkat Kesehatan
Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor yang terdiri dari :
a. Rasio solvabilitas
Solvabilitas perusahaan menggambarkan kemampuan suatu
perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya.
Kreditor jangka panjang sangat menaruh perhatian, baik pada
kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka
pendek, yaitu kemampuan membayar bunga maupun jangka
panjang yaitu kemampuan membayar pokok
Modal Bank CAR= X 100 o/c
Aktiva Tertimbang Menurut Resiko (ATMR)
b. Rasio kualitas aktiva produktif, yang diwakili oleh NPL (Non
Pe1forming Loan).
Total KreditBemiasalah
NPL = x 100 %
Total Selrnuh Kredit
c. Rasio Rentabilitas, yang diwakili oleh variabel rasio ROA (Return
on Asset) dan ROE (Return on Equity) yang merupakan rasio yang
digunakan untuk mengukur besamya pengembalian terhadap
investasi para pemegang saham. Cara menghitungnya adalah laba
setelah pajak di bagi modal sendiri
Laba Bersih ROA= x 100%
Total Aktiva
A'?
Laba Bersih ROE= x 100%
Modal Sendiri
d. Rasio biaya/efisiensi bank, yang diwakili oleh variabel rasio
BOPO.
Biaya Operasional BOPO= x 100%
Pendapatan Operasional
d. Rasio Likuiditas, Rasio ini merupakan rasio untuk mengukur
kemampuan bank dalam membayar kembali peneairan dana
deposannya pada saat ditagih serta dapat mencukupi permintaan
Ia-edit yang telah diajukan. Secara garis besar Bank Syariah yang
diwakili oleh variabel rasio LOR (Loan to Deposit Ratio).
LDR =
Total Kredit Yang Diberikan
Dana Pi/wk Ketiga XIOO%
2. Pcrbcdaan sccara signifikan atas kinerja kcuangan perbaukan
sebelum dan sesndah mempunyai unit usaha syariah
Untuk mengukur apakah terdapat perbedaan secara signifikan atas
kine1ja keuangan perbankan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah
mempunyai unit bisnis syariah dengan menggunakan [Jji Paramatrik T
test Sample independent yaitu sampel yang didapat dari data yang
berasal dari subjek yang berbeda. ( elisa.ugm.ac.id) untuk data yang
berdistribusi normal dan untuk data yang tidak berdistribusi normal
menggunakan [Jji Non Paramatrik Mann Whitney.
Dari uji tersebut akan diketahui apakah terdapat perbedaan secara
signifikan atas kinerja keuangan perbankan sebelum dan sesudah
mempunyai unit usaha syariah.
AO
BAB IV
ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Um nm dan Objek Penelitian
Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi berdasarkan
prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem perbankan yang saling
menguntungkan bagi masyarakat dan bank, serta menonjolkan aspek
keadilan dalam bertransaksi, investasi yang beretika, mengedepankan nilai
nilai kebersamaan dan persaudaraan dalam berproduksi, dan menghindari
kegiatan spekulatif dalam bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan
beragam produk serta layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema
keuangan yang lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem
perbankan yang kredibel dan dapat dinikmati oleh seluruh golongan
masyarakat Indonesia tanpa terkecuali.
Dalam konteks pengelolaan perekonomian makro, meluasnya
penggunaan berbagai produk dan instrumen keuangan syariah akan dapat
merekatkan hubungan antara sektor keuangan dengan sektor riil serta
menciptakan harmonisasi di antara kedua sektor tersebut. Semakin
meluasnya penggunaan produk dan instrumen syariah disamping akan
mendukung kegiatan keuangan dan bisnis masyarakat juga akan mengurangi
transaksi-transaksi yang bersifat spekulatif, sehingga mendukung stabilitas
sistem keuangan secara keseluruhan, yang pada gilirannya akan memberikan
kontribusi yang signifikan terhadap pencapaian kestabilan harga jangka
menengah-panjang.
Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun 2008
tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008, maka
pengembangan industri perbankan syariah nasional semak:in memiliki
landasan hukum yang memadai dan akan mendorong pertumbuhannya
secara lebih cepat lagi.
Pengembangan perbankan syariah diarahkan untuk memberikan
kemaslahatan terbesar bagi masyarakat dan berkontribusi secara optimal
bagi perekonomian nasional. Dengan demikian upaya pengembangan
perbankan syariah merupakan bagian dan kegiatan yang mendukung
pencapaian rencana strategis dalam skala yang lebih besar pada tingkat
nasional
Dalam penelitian ini, penulis ingin mengetahui sejauh mana
perkembangan perbankan di Indonesia setelah mempunyai unit usaha
syariah dengan menganalisa kinerja keuangan perbankan syariah, apakah
terdapat perbedaan secara signifikan sebelum mempunyai unit usaha syariah
dengan sesudah mempunyai unit usaha syariah. Perusahaan yang menjadi
objek penelitian ini adalah perusahaan-perusahaan perbankan yang sudah
terdaftar di Bank Indonesia. Dari 30 perusahaan yang bergerak di bidang
perbankan konvensional dan syariah, hanya 14 perusahaan yang dapat
dijadikan sample yaitu :
Tabel 4.1
Daftar Perusahaan Bidang Pcrbankan Konvensional dan Syariah
Tahun Tahun No Bank Umum Konvensional Berdiri No Unit Usaha Syariah Berdiri
Bank uus I Bank Negara Indonesia 1946 I Bank Negara Indonesia 2000
2 Bank Rakyat Indonesia 1895 2 Bank Rakyat Indonesia 2004 ..
3 BankDKI 1961 3 BankDKI 2004
4 Bank CIMB Niaga 1955 4 Bank CIMB Niaga 2004
5 Bank Danamon 1976 5 Bank Danamon 2002
6 Bank Permata 2002 6 Bank Permata 2004
7 Bank Tabungan Negara 1897 7 Bank Tabungan Negara 2004
8 Bank Internasional Indonesia 1988 8 Bank Internasional Indonesia 2003
9 BPD Jawa Barat & Banten 1961 9 BPD Jawa Barat & Banten 2000
IO BPD Kalimantan Selatan 1964 10 BPD Kalimantan Selatan 2004
11 BPD Sumatera Selatan 1957 11 BPD Sumatera Selatan 2005
12 BPD Nusa Tenggara Barat 1963 12 BPD Nusa Tenggara Barat 2005
13 BPDRiau 1961 13 BPDRiau 2004
14 Bank HSBC Indonesia 1968 14 Bank HSBC Indonesia 2005
Sumber : Data Pusat Referensi Bank Indonesia
52
Dari Empat belas perusahaan tersebut telah memenuhi kriteria yang
telah ditentukan untuk menjadi sampel yaitu :
1. Perusahaan yang bergerak di Jasa Perbankan
2. Bank Umum Konvensional yang telah mempunyai Unit Usaha Syariah
3. La po ran keuangan tersedia untuk tiga tahun sebelum mempunyai unit
usaha syariah (2001-2003) dan tiga tahun sesudah mempunyai unit
usaha syariah (2006-2008)
4. Bank Umum Konvensional yang sudah mempunyai Unit Usaha
Syariah yang akan diteliti adalah empat belas Unit Usaha Syariah dari
tiga puluh Unit Usaha Syariah yang terdaftar di Bank Indonesia. Untuk
menghindari bias basil akibat perubahan tahun, maka peneliti menguji
untuk periode tahun sebelum mempunyai UUS tahun 2001-2003 dan
sesudah mempunyai UUS tahun 2006-2008
B. Hasil dan Pembahasan
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan kinerja
keuangan perusahaan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah memiliki unit
usaha syariah. Penelitian dilakukan untuk masing-masing kinerja keuangan
perbankan tiga tahun sebelum mempunyai unit usaha syariah (2001-2003)
dan tiga tahun sesudah mempunyai unit usaha syariah (2003-2006).
Untuk menarik kesimpulan dari penelitian tersebut dalam penelitian ini
ditetapkan tingkat signifikansi (u) yang masih dapat di toleransi sebesar 5 %.
Tingkat signifikansi (a) 5% digunakan dengan pertimbangan tingkat ini
telah lazim digunakan pada penelitian sejenis.
Pengujian data dilakukan dengan menggunakan Uji nonnalitas untuk
data yang tidak berdistribusi nonnal dan bertipe nominal. Hasil pengujian ini
memberikan dasar penilaian apakah kinerja keuangan perusahaan berbeda
secara signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah memiliki unit
usaha syariah.
l. Analisis Deskriptif
a. Rasio Kecukupan Modal (CapitalAudency Ratio/CAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan modal yang
dimiliki bank untuk menunjang aktiva yang mengandung atau
menghasilkan resiko, misalnya kredit yang diberikan. Semakin tinggi
nilai CAR maka semakin bagus kualitasnya karena bank memiliki
kemampuan modal yang cukup didalam mengembangkan usahanya
dan menampung resiko kerugian.
Tabel 4.2
Statistik Deskriptif CAR
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation CAR Tahun 2001 14 -47.41 35.50 13.9686 18.97240 CAR Tahun 2002 14 10.40 33.21 18.0086 7.06995
CAR Tahun 2003 14 10.30 31.34 17.0307 6.41947 CAR Tahun 2006 14 14.40 30.54 19.5014 4.80721 CAR Tahun 2007 14 14.00 31.81 18.8336 4.70075
CAR Tahun 2008 14 11.10 23.95 17.1171 3.37514 Valid N (listwise) 14
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai CAR paling
terendah terjadi pada tahun 2001 dengan nilai CAR sebesar -47,41%
dan nilai CAR tertinggi juga terdapat pada tahun 200 I dengan nilai
CAR sebesar 35,50%. Rata- rata nilai CAR tertinggi te1jadi pada tahun
2006 sebesar 19,05% dengan standar deviasi sebesar 4,807%.
Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat dikatakan bahwa rata
rata rasio kecukupan modal bank umum konvensional sesudah
mempunyai unit usaha syariah sudah lebih meningkat dibandingkan
dengan sebelum mempunyai unit usaha syariah, ha! ini dapat kita lihat
bahwa nilai tertinggi CAR terjadi pada tahun 2006 yaitu setelah
mempunyai unit usaha syariah, walaupun pada tahun berikutnya
mengalami adanya penurnnan yang tidak terlalu signifikan.
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi adanya penigkatan rasio
kecukupan modal (CAR) adalah dengan memelihara likuiditas wajib
minimum bank sesuai ketentuan otoritas moneter, memelihara
likuiditas yang cukup untuk memenuhi cash flow dan penarikan dana
yang besar, meminimumkan dana yang idle, meminimumkan resiko.
(Tim Pengembangan Perbankan Syariah lnstitut Bankir Indonesia,
2002:271).
Pada Unit Usaha Syariah lebih memfokuskan pada kualitas
asetnya karena UUS hanya menjamin kembali pembayaran nilai
nominal yang disimpan oleh nasabah liabilities. Bank syariah tidak
menjamin/menggaransi untuk memberikan keuntungan pada uasabah
liabilities dengan suatu angka pasti/tertentu, sebagaimana deposan di
bank umum konvensional yang sudab pasti akan mendapatkan 12%
atau 13% pertahun dari dananya yang ditanamkan di bank umum
konvensional.
Tabel 4.3
Statistik Deskritptif
Hasil perhitungan rasio rata-rata CAR
No NamaBank Mean Mean Before After
l Bank Negara Indonesia 16.09 17.31 2 Bank Rakvat Indonesia 15.19 18.44 3 BankDKI 24.25 16.70 4 Bank CIMB Niaga 13.62 17.62 5 Bank Danamon 29.20 18.83 6 Bank Pennata 10.83 13.16 7 Bank Tabungan Negara 11.47 20.35 8 Bank Intemasional Indonesia 2.60 21.78 9 BPD Jawa Barat & Banten 24.25 16.57 10 BPD Kalimantan Selatan 11.41 22.61 11 BPD Sumatera Selatan 15.16 16.95 12 BPD Nusa Tenggara Barat 16.14 15.76 13 BPDRiau 22.43 28.76 14 Bank HSBC Indonesia 16.00 13.89
Sumber : Output perhitungan rasio kecukupan modal (CAR)
Pada tabel 4.3 dapat diketahui bahwa nilai rata-rata kinerja
keuangan jika dilihat dari kecukupan modal setiap bank yang telah
mempunyai unit usaha syariah mempunyai nilai CAR yang tidak jauh
berbeda dengan sebelum mempunyai unit usaha syariab, akan tetapi
nilai rasio kecukupan modal (CAR) tertinggi te~jadi pada Bank
Pembangunan Daerah (BPD) Riau setelah mempunyai unit usaha
syariah. Sehingga dalam hal ini unit usaha syariah sudah mulai adanya
peningkatan didalam kinerja kecukupan modal bank (CAR).
Jika mengacu pada Islamic Financial Services Board (IFSB) dan
ketentuan Bank Indonesia yang berlaku efektif tahun 2007, standar
terbaik rasio CAR yang ditetapkan adalah sebesar 8%, maka Bank
Umum Konvensional sesudah mempunyai Unit Usaha Syariah berada
pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR rata-rata diatas 8%.
(lihat tabel 4.2)
b. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (Non Pe1forming Loan/NPL)
Non Performing Loan merupakan aktiva produktif dengan
kualitas aktiva kurang lancar, diragukan dan macet. Rasio ini sangat
penting bagi kinerja perbankan konvensional maupun syariah karena
kesehatan sektor perbankan yang cukup baik tercennin dari NPL (Non
Performing Loan) kurang dari 5%.
Tabet 4.4
Statistik Deskriptif NJ>L
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation NPL Tahun 2001 14 4.75 137.40 26.7800 35.82679 NPL Tahun 2002 14 4.76 132.80 18.7229 33.50898 NPL Tahun 2003 14 1.00 159.70 15.8464 41.46447 NPL Tahun 2006 14 .41 10.47 3.7357 2.59516 NPL Tahun 2007 14 .70 8.18 3.2357 2.02891 NPL Tahun 2008 14 .64 8.60 2.9014 2.11668 Valid N (listwise) 14
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai NPL paling
terendah te1jadi pada tahun 2006 dengan nilai NPL sebesar 0,41 % dan
nilai NPL tertinggi terjadi pada tahun 2003 dengan nilai NPL sebesar
159,70%. Rata- rata nilai NPL tertinggi terjadi pada tahun 2001
sebesar 26, 78% dengan standar deviasi sebesar 35,82. Rata-rata nilai
NPL tertinggi ini terjadi sebelum bank mempunyai unit usaha syariah.
Tabet 4.5
Statistik Deskritptif
Hasil perbitungan rasio rata-rata NPL
No. NamaBank Mean Mean Before After
1 Bank Negara Indonesia 11.06 9.08 2 Bank Rakyat Indonesia 5.90 4.53 3 BankDKI 9.66 4.54 4 Bank CIMB Niaga 6.01 3.57 5 Bank Danamon 143.30 2.63 6 Bank Permata 22.36 4.83 7 Bank Tabungan Negara 3.82 4.18 8 Bank Internasional Indonesia 25.7 3.73 9 BPD Jawa Barat & Banten 9.66 0.63 IO BPD Kalimantan Selatan 6.41 2.12 11 BPD Sumatera Selatan 7.41 2.28 12 BPD Nusa Tenggara Barat 6.48 1.27 13 BPDRiau 5.82 1.54 14 Bank HSBC Indonesia 22.66 1.11
Sumber : Output perhitungan rasio Non Pe~forming Loan (NP L)
Berdasarkan dari tabel 4.5 dapat disimpulkan bahwa nilai rata-
rata rasio NPL setiap bank memiliki penurunan didalam aktiva
produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan dan macet,
'"'
sehingga tingkat kesehatan bank sesudah mempunyai unit usaha
syariah jauh lebih baik dibandingkan sebelum mempunyai unit usaha
syariah, ha! ini dapat kita lihat pada data tabel 4.4 dan tabel 4.5 yang
menunjukan nilai rata-rata NPL sesudah mempunyai Unit Usaha
Syariah di bawah 5%.
c. Retum on Equity (ROE)
Return on Equity ROE) merupakan kemarnpuan bank dalam
rnernperoleh keuntungan bersih yang dikaitkan dengan pernbayaran
deviden. Semakin besar rasio ini maka sernakin besar kenaikan laba
bersih bank yang bersangkutan, selanjutnya akan menaikan harga
saham bank dan semakin besar pula deviden yang diterima investor.
Tabel 4.6
Statistik Deskriptif ROE
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROE Tahun 2001 14 -168.20 77.98 13.2414 55.64446
ROE Tahun 2002 14 -153.51 46.45 10.0193 49.75965
ROE Tahun 2003 14 10.00 54.00 25.4529 11.26666
ROE Tahun 2006 14 10.00 56.05 22.3986 11.78443
ROE Tahun 2007 14 3.00 32.88 19.5929 7.97046
ROE T ahun 2008 14 4.19 31.71 18.6429 7.59815
Valid N (listwise) 14
I p~~:~~;~~~~~
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai ROE paling
terendah terjadi pada tahun 2007 dengan nilai ROE sebesar 3,00% dan
nilai ROE tertinggi te1jadi pada tahun 200 l dengan nilai ROE sebesar
77,98%. Rata- rata nilai ROE te1tinggi terjadi pada tahun 2003 sebesar
25,45% dengan standar deviasi sebesar 11,26.
Tabel 4.7
Statistik Deskritptif
Hasil perhitungan rasio rata-rata ROE
No. NamaBank Mean Mean Before After
1 Bank Negara Indonesia 37.17 15.02 2 Bank Rakyat Indonesia 35.66 32.06 3 Bank DK! 22.89 14.88 4 Bank C!MB Niaga 23.45 16.69 5 Bank Danamon 23.43 17.70 6 Bank Permata -103.9 14.53 7 Bank Tabungan Negara 24.82 21.67 8 Bank Internasional Indonesia 24.63 13.62 9 BPD Jawa Barat & Banten 22.89 20.67 10 BPD Kalimantan Selatan 21.19 29.68 11 BPD Sumatera Selatan 22.07 18.29 12 BPD Nusa Tenggara Baral 21.52 20.52 13 BPDRiau 22.13 38.61 14 Bank HSBC Indonesia 29.33 9.00
Sumber : Output perhitungan rasio Return on Equity (ROE)
Berdasarkan tabel 4. 7, hasil dari pertelitian adalah bahwa nilai
rata-rata rasio laba terhadap modal (ROE) setiap bank sesudah
mempunyai Unit Usaha Syariah mengalami penurunan dibandingkan
""
dengan tabun sebelum mempunyai Unit Usaha Syariab. Hal ini
kemungkinan disebabkan oleh kurang optimalnya dana masyarakat
(dana pibak ketiga) yang dibimpun oleb Unit Usaba Syariab. Karena
sistem yang digunakan adalah bagi basil dan tidak dapat menyaingi
bunga yang diberikan oleb bank umum konvensional kepada para
nasabah, sehingga dapat mengakibatkan berkurangnya minat dari
nasabab untuk menginestasikan dananya ke unit usaha syariah.
Berdasarkan basil tabel 4.6 menunjukan bahwa kinerja keuangan
bank umum konvensional sesudab mempunyai unit usaba syariab pada
tingkat rasio ROE masib berada pada kondisi ideal karena ketentuan
BI yang mengatakan standar terbaik ROE adalab 12%.
d. Return on Assset (ROA)
ROA adalah rasio yang menggambarkan kemampuan bank dalam
mengelola dana yang diilvestarikan dalam keseluruhan asset yang
mengbasilkan keuntungan. (Muhammad dal Dwi Suwiknyo,
2008:263). Semakin besar ROA suatu bank semakin besar pula
tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dari segi penggunaan
asset.
Tabal 4.8
Statistik Deskriptif ROA
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation ROA Tahun 2001 14 -9.73 3.45 .5186 3.35929 ROA Tahun 2002 14 -4.75 5.00 1.7686 2.20238
ROA Tahun 2003 14 .76 5.00 2.6150 1.30607
ROA Tahun 2006 14 1.20 4.56 2.2800 .98841 ROA Tahun 2007 14 .85 14.00 2.9464 3.28528
ROA Tahun 2008 14 .50 4.53 2.3307 1.17351 Valid N (listwise) 14
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai ROA paling
terendah terjadi pada tahun 2001 dengan nilai ROA sebesar -9,73%
dan nilai ROA tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan nilai ROA
sebesar 14,00%. Rata- rata nilai ROA tertinggi terjadi pada tahun 2007
sebesar 2,946% dengan standar deviasi sebesar 3,28. Rata-rata nilai
ROA tertinggi ini terjadi sesudah bank umum konvensional
mempunyai unit usaha syariah.
Berdasarkan tabel 4.8, basil dari penelitian tersebut adalah
terjadinya peningkatan kinerja keuangan bank umum konvensional
sesudah mempunyai unit usaha syariah pada produktivitas bank dalam
mengelola dana sehingga menghasilkan keuntungan (ROA
Semakin tinggi ROA maka dengan adanya unit usaha syariah
semakin mampu mendayagunakan asset dengan baik untuk
memperoleh keuntungan.
Tabcl 4.9
Statistik Deskritptif
Hasil perhitungan rasio rata-rata ROA
No. NamaBank Mean Mean Before After
l Bank Negara Indonesia 1.84 1.06 2 Bank Rakyat Indonesia 2.06 4.33 3 Bank DK.I 2.75 1.48 4 Bank CIMB Niaga 0.96 2.08 5 Bank Danamon 2.20 1.90 6 Bank Permata -1.93 1.60 7 Bank Tabungan Negara 0.81 1.78 8 Bank Intemasional Indonesia -2.85 1.26 9 BPD Jawa Barat & Banten 2.75 2.75 10 BPD Kalimantan Selatan 3.62 2.95 11 BPD Sumatera Selatan 2.66 1.54 12 BPD Nusa Tenggara Barat 2.58 2.97 13 BPDRiau 2.39 3.12 14 Bank HSBC Indonesia 3.00 6.39
Sumber : Output perhitungan rasio Return on Asset (ROA)
Berdasarkan pada hasil tabel 4.9 menyatakan bahwa nilai rata-
rata rasio ROA perbank sesudah mempunyai unit usaha syariah sudah
lebih baik dibandingkan dengan sebelum mempunyai unit usaha
syariah.
Dengan mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa
standar terbaik ROA adalah 1.5%, dengan demikian kinerja keuangan
sesudah mempunyai unit usaha syariah dapat dikatakan lebih baik
dibandingkan dengan tahun sebelum mempunyai unit usaha syariah.
Tabel 4.11
Statistik Deskritptif
Hasil perhitungan rasio rata-rata BOPO
No. NamaBank Mean Mean Before After
1 Bank Negara Indonesia 86.09 91.01 2 Bank Rak.vat Indonesia 86.64 72.56 3 BankDKI 83.29 88.01 4 Bank CIMB Niaga 86.45 83.13 5 Bank Danamon 85.63 84.89 6 Bank Permata 109.83 87.90 7 Bank Tabungan Negara 94.41 86.57 8 Bank Intemasional Indonesia 127.90 91.71 9 BPD Jawa Barat & Banten 83.29 77.57 10 BPD Kalimantan Selatan 84.15 75.13 11 BPD Sumatera Selatan 84.39 83.88 12 BPD Nusa Temrn:ara Barat 86.12 54.86 13 BPDRiau 75.49 67.75 14 Bank HSBC Indonesia 118.00 63.91
Sumber: Output perhitungan rasio Operasional!Efisiensi (BOPO)
Berdasarkan tabel 4.11 dapat terlihat bahwa tingkat efisiensi dan
kemampuan bank dalam melaknkan kegiatan operasionalnya pada
setiap Bank Umum Konvensional sesudah mempunyai Unit Usaha
Syariah memiliki tingkat efisiensi yang lebih baik dibandingkan
dengan Bank Umum Konvensional sebelum mempunyai Unit Usaha
Syariah. Hal ini dapat terjadi karena sisi teknis operasional dan tahapan
penjaringan dana pihak ketiga (DPK) hingga penyaluran dana
pembiayaan syariah bagi masyarakat.
Dengan semakin tinggi nilai BOPO maim semakin buruk kualitas
perbankan tersebut. Jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan
bahwa standar terbaik BOPO adalah 92%, maka unit usaha syariah
masih berada dalam kondisi ideal.
f. Loa11 to Deposit Ratio (LDR)
Loan to Deposit Ratio menyatakan seberapa jauh kemampuan
bank dalam membayar kembali penarikan dana yang dilakukan
nasabah dengan mengandalkan kredit yang diberikan sebagai sumber
likuiditasnya, sehingga semakin tinggi rasio tersebut maka semakin
rendah likuiditas bank tersebut.
Tabel 4.12
Statistik Deskriptif LDR
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation LOR 1 ahun 2001 14 18.18 75.00 34.6029 16.72248 LDR Tahun 2002 14 19.39 62.00 38.1543 15.26708 LDR T ahun 2003 14 23.85 72.8:! 45.9593 14.40743 LDR Tahun 2006 14 17.11 87.68 62.3764 22.80882
LDR T ahun 2007 14 30.00 109.31 71.9114 23.14096
LDR Tahun 2008 14 40.98 128.48 75.9207 20.32385
Valid N (lislwise) 14
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa nilai LDR paling
terendah terjadi pada tahun 2006 dengan nilai LDR sebesar 17, 11 %
dan nilai LDR tertinggi terjadi pada tahun 2008 dengan nilai LDR
sebesar 128,48%. Rata- rata nilai LDR te1tinggi terjadi pada tahun
2008 sebesar 75,92% dengan standar deviasi sebesar 20,32.
Tabel 4.13
Statistik Deskritptif
Hasil perhitungan rasio rata-rata LDR
No. NamaBank Mean Mean Before After
I Bank Negara Indonesia 38.07 60.01 2 Bank Rakyat Indonesia 58.33 75.12 3 BankDKI 29.65 62.65 4 Bank CIMB Niaga 59.67 86.76 5 Bank Danamon 44.76 83.33 6 Bank Pennata 39.37 84.30 7 Bank Tabungan Negara 51.95 90.81 8 Bank Internasional Indonesia 29.78 70.92 9 BPD Jawa Barat & Banten 29.65 74.37 10 BPD Kalimantan Selatan 27.70 39.84 11 BPD Sumatera Selatan 28.86 48.88 12 BPD Nusa Tenggara Barat 25.25 108.49 13 BPDRiau 24.58 29.36 14 Bank HSBC Indonesia 66.33 66.09
Sumber : Output perhitungan Loan to Deposit Ratio (LDR)
Berdasarkan tabel 4.13, basil dari penelitian dikatakan bahwa
kinerja keuangan kemampuan bank dalam membayar kembali
penarikan dana yang dilakukan nasabah dengan mengandalkan kredit
yang diberikan sebagai sumber likuiditasnya sesudah mempunyai unit
usaha syariah mengalami tingkat kerawanan. Dalam ha! ini apabila
semakin tinggi rasio tersebut memberikan indikasi semakin rendahnya
kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan dan juga mernpakan
indikator kerawanan dan kemampuan dari suatu bank.
Hal ini dikarenakan kemungkinan oleh faktor ketidak stabilan
ekonomi pada saat itu. Krisis ekonomi memukul bank syariah dari
beberapa titik. Yang pertama, dari sisi bunga. Ketika Bank Indonesia
(BI) menaikan suku bunganya (Bl rate) menjadi 9,5% diikuti Lembaga
Penjaminan Simpanan (LPS), bank-bank konvensional bisa menaikkan
bunganya hingga 14-15%. Sedangkan Unit Usaha Syariah tidak bisa
menyaingi tingginya bunga tersebut karena sistem yang digunakan
bank syariah adalah bagi basil, akibatnya unit usaha syariah menjadi
kurang menarik bagi nasabah untuk menaruh uangnya.
(http://www.inilah.com/berita/wawancara/2008/l.0/22/56543/banksyari
ah-lebih-butuh-likuiditas).
Sebagian praktisi perbankan menyepakati bahwa batas aman dari
LDR suatu bank adalah sekitar 85-100%, sehingga rasio ini sesudah
mempunyai unit usaha syariah masih dalam kondisi aman.
2. Analisis Kuantitatif Uji Normalitas
Sebelum digunakan uji rata-rata, untuk m<Jngetahui distribusi data
maka terlebib dabulu dilakukan uji nonnalitas data dengan menggunakan
kolmogorov-smirnov. Berikut adalah basil yang diperoleh dengan
menggunakan software SPSS 13.00.
Tabel 4.14
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smlmov Test
Normal Parameters a,b
N Mean Std. Deviation CAR 84 17.4100 9.09410
NPL 84 11.8704 27.09218
ROE 84 18.2246 31.00067
ROA 84 2.0765 2.33954
BOPO 84 85.7374 22.99728 LOR 84 54.8208 24.61526
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated from data.
Berikut adalah hipotesisnya :
Ho : Data bedistribusi nonnal.
H1 : Data berdistribusi tidak normal
Kol mogorov~ irnov Z Sm
1.881
3.571
2.910
1.819
2.493
.749
Asymp. Sig. 12-tailed\
.002
.000
.000
.003
.000
.629
Pengambilan keputusan berdasarkan nilai probabilitas dengan nilai
tingkat kepercayan 95% (a= 0,05):
Jika probabilitas > 0,05 , maka Ho tidak ditolak
Jika probabilitas < 0,05 , maka H1 ditolak
Hasil uji nonnalitas pada data di atas, berdasarkan uji Kolmogorov-
Smirnov hamper keseluruhan diperoleh angka probabilitas di bawah 0.05
dengan menggunakan taraf signifikansi alpha 5 % atau (0.05), maka
diketahui nilai probabilitas lebih kecil dari 0.05, maka Ho ditolak sehingga
dapat disimpulkan bahwa data setiap variable secara keseluruhan tidak
berdistribusi nonnal. Dengan demikian statistik inferensia yang kita lakukan
dengan menggunakan statistik nonparamatrik dengan uji man-whitney.
Sedangkan variable LDR mempunyai angka probabilitas sebesar 0.629
sehingga dapat disimpulkan bahwa Ho diterima atau dapat disimpulkan
bahwa data LDR berdistribusi nonnal. Dengan demikian untuk variable
LDR kita gunakan uj i rata-rata dengan menggunakan statistic parametric
yaitu dengan uji independent sample t test.
3. Uji Rata-rata Dua Variabel yang Tidak Herhubungan (Uji Man
Wliitney)
Pengujian hipotesis dilakukan dengan membandingkan kinerja
keuangan perusahaan untuk tahun-tahun sebelum dan sesudah memiliki unit
usaha syariah. Penelitian dilakukan untuk masing-masing kinerja keuangan
maupun kinerja keuangan keseluruhan.
Untuk menarik kesimpulan dari peuelitian tersebut dalam penelitian ini
ditetapkan tingkat signifikansi (a) yang masih dapat di toleransi sebesar 5 %.
Tingkat signifikansi (a) 5% digunakan dengan pertimbangan tingkat ini
telah lazim digunakan pada penelitian sejenis.
Pengujian data dilakukan dengan menggnnakan Uji Mann Whitney
untuk data yang tidak berdistribusi normal dan bertipe nominal. Hasil
penguj ian ini memberikan dasar penilaian apakah kinerja keuangan
perusahaan berbeda secara signifikan untuk tahun-tahun sebelum dan
sesudah memiliki unit usaha syariah.
"If\
l. Rasio Kecukupan Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR)
Hasil pengujian rata-rata dengan menggunakan uji mann-
whitney dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabet 4.15
Uji Mann-Whitney CAR
Test Statistics"
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z
CAR 1os.5oo
1611.500 -1.552
.121 Asymp. Sig. (2-tailed) '---'--'---'--'---~--'--'-~·~-~
a. Grouping Variable: Unit Usaha
Hipotesis yang diambil pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Ho Rasio kecukupan modal pada tahun-tahun sebelum dan
sesudah mempunyai unit usaha syariah tidak berbeda secara
signifikan.
H1 Rasio kecukupan modal pada tahun-tahun sebelum dan
sesudah mempunyai unit usaha syariah berbeda secara
signifikan.
Pengambilan keputusan dapat diambil berdasarkan :
Jika probabilitas > 0.05 maka Ho tidak ditolak.
Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak.
Berdasarkan tabel 4.15 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas
(Assymp. Sig (2-tailed)) untuk variabel CAR sebesar 0.121 atau
probabilitas di atas 0.05 (0.121 > 0.05). Dengan demikian Ho tidak
ditolak atau kine1ja keuangan berdasarkan rasio Capital Adequacy
71
Ratio sebelum dan sesudah memiliki unit usaha syariah tidak terdapat
perbedaan secara signifikan.
Hal ini kemungkinan terjadi karena perbankan syariah baru
berkembang dan masil1 memerlukan peningkatan didalam
perkembangan pennodalan perbankan syariah, akan tetapi jika
mengacu pada Islamic Financial Services Board (JFSB) dan ketentuan
Bank Indonesia yang berlaku efektif tahun 2007, standar terbaik rasio
CAR yang ditetapkan adalah sebesar 8%, ma.lea perbankan syariah
masih berada pada kondisi ideal.
2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (Non Peljorming Loan/NPL)
Hasil pengujian rata-rata dengan menggunakan uji maffil-
whitney dapat dijelaskan pada tabel berikut :
Tabcl 4.16
Uji Mann-Whitney NPI,
Test StatisticS'
NPL Mann-Whitney U 219.000 WilcoxonW 1122.000 z ··5.932 Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Unit Usaha
Hipotesis yang diambil pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Ho Rasia Kualitas Aktiva Produktif pada tahun-tahun sebelum
dan sesudah mempnnyai unit usaha syariah tidak berbeda
secam signifikan.
H1 Rasio Kualitas Aktiva Produktif pada tahun-tahnn sebelum
dan sesudah mempunyai unit usaha syariah berbeda secara
signifikan.
Pengambilan keputusan dapat diambil berdasarkan :
Jika probabilitas > 0.05 maka Ho tidak ditolak.
Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak.
Berdasarkan tabel 4.16 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas
(Assymp. Sig (2-tailed)) untuk variabel NPL sebesar 0.00 atau
probabilitas di bawah 0.05 (0.00 < 0.05). Dengan demikian Ho ditolak
atau rasio kredit be1masalah mengalami perubahan sebelum
mempunyai unit usaha syariah dengan sesudah mempunyai unit usaha
syariah.
Info1masi mengenai rasio Non Peiforming Loan (NPL) yang
baik merupakan informasi yang sangat penting baik untuk para
penyimpan dana maupun pemiajam dana, karena dengan kita
mempercayai kredibilitas kinerja perbankan yang sehat maka
masyarakat dapat menyimpan dana mereka dengan aman.
3. Return on Equity (ROE)
Hasil pengujian rata-rata dengan menggunakan uji mann
whitney dapat dijelaskan pada label beriknt:
Tabel 4.17
Uji Mann-Whitney ROE
Test Statistics>
Mann-Whitney U
WilcoxonW
z Asymp. Sig. (2-tailed)
ROE 641.000
1544.000 -2:156
.031
a. Grouping Variable: Unit Usaha
Hipotesis yang diam bi! pada penelitian ini antara lain sebagai beriknt:
Ho Return on Equity pada tahun-tahun sebelum dan sesudah
mempunyai unit usaha syariah tidak berbeda secara
signifikan.
H1 Return on Equity pada tahun-tahun sebelum dan sesudab
mempunyai nnit usaba syariah berbeda secara signifikan.
Pengambilan keputusan dapat diambil berdasarkan :
Jika probabilitas > 0.05 maka Ho tidak ditolak.
Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak.
Berdasarkan tabel 4.17 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas
(Assymp. Sig (2-tailed)) untuk variabel ROE sebesar 0.031 atau
probabilitas di bawah 0.05 (0.031 < 0.05). Dengan demik:ian Ho
ditolak atau ha! ini memberikan arti babwa ada tingkat perbedaan
secara signifikan sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha syariab
di kinerja keuangan ROE.
4. Return ouAsset (ROA)
Hasil pengujian rata-rata dengan menggunakan uji mann-
whitney dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.18
Uji Mann-Whitney ROA
Test Statistics"
ROA Mann-Whitney U 805.000" Wilcoxon W 1708.000 z -.!l89 Asymp. Sig. (2-tailed) .491
a. Grouping Variable: Unit Usaha
Hipotesis yang diambil pada penelitian ini antara lain sebagai beriknt:
Ho Return on Asset pada tahun-tahun sebelum dan sesudah
mempunyai unit usaha syariah tidak berbeda secara
signifikan.
H1 Return on Asset pada tahun-tahun sebelum dan sesudah
mempunyai unit usaha syariah berbeda secara signifikan.
Pengambilan keputusan dapat diambil berdasarkan :
Jika probabilitas > 0.05 maka Ho tidak ditolak.
Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak.
Berdasarkan tabel 4.18 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas
(Assymp. Sig (2-tailed)) untuk variabel ROA sebesar 0.491 atau
probabilitas di atas 0.05 (0.491 > 0.05). Dengan demikian Ho tidak
diterima atau hat ini memberikan arti bahwa tidak terdapat perbedaan
signifikan antara kinerja keuangan pengembalian asset (ROA)
sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha syariah.
5. Rasio Biaya Operasional/Rasio Efisiensi (BOPO)
Hasil pengujian rata-rata dengan menggunakan uji mann-
whitney dapat dijelaskan pada tabel beriknt:
Tabel 4.19
Uji Mann-Whitney BOPO
Test Statistics"
BOPO Mann-Whitney U 595.000 WilcoxonW 1498.000 z -2.568 Asymp. Sig. (2-tailed) .010 ·-
a. Grouping Variable: Unit Usaha
Hipotesis yang diambil pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Ho Rasio B iaya Operasional/Rasio Efis~ensi pada tahun-tahun
sebelum dan sesndah mempunyai unit usaha syariah tidak
berbeda secara signifikan.
H1 Rasio Biaya Operasional/Rasio Efisiensi pada tahun-tahun
sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha syariah berbeda
secara signifikan.
Pengambilan keputusan dapat diambil berdasarkan :
Jika probabilitas > 0.05 maka Ho tidak ditolak.
Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak.
Berdasarkan tabel 4.19 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas
(Assymp. Sig (2-tailed)) untuk variabel BOPO sebesar 0.010 atau
probabilitas di bawah 0.05 (0.010 < 0.05). Dengan demikian Ho
ditolak atau ha! ini memberikan arti bahwa Rasio Biaya
Operasional/Rasio Efisiensi pada tahun-tahun sebelum dan sesudah
mempunyai unit usaha syariah berbeda secara signifikan.
4. Analisis Kuantitatif Uji T test Sampel Independent LDR
Hasil pengujian rata-rata dengan menggunakan uji independent
sample t test dapat dijelaskan pada tabel berikut:
Tabel 4.20
Uji T test Sample Independent LDR
Independent Samples Test
Levene's Test for Enualitv of Variances t-test for Equality of Means
F Siq. ...!... df Siq. (2-tailedl LOR Equal variances
2.032 .158 -7.216 82 .000 assumed Equal variances
-7216 73.961 .000 not assumed
Hipotesis yang diambil pada penelitian ini antara lain sebagai berikut:
Ho Loan to Deposit Ratio pada tahun-tahun sebelum dan sesudah
mempunyai unit usaha syariah tidak berbeda secara
signifikan.
H1 Loan to Deposit Ratio pada tahun-tahun sebelum dan sesudah
mempm1yai unit usaha syariah berbeda secara signifikan.
Pengambilan keputusan dapat diambil berdasarkan :
Jika probabilitas > 0.05 maka Ho tidak ditolak.
Jika probabilitas < 0.05 maka Ho ditolak.
Berdasarkan tabel 4.20 dapat diketahui bahwa nilai probabilitas
(Assymp. Sig (2-tailed)) untuk variabel LDR sebesar 0.000 atau
probabilitas di bawah 0.05 (0.000 < 0.05). Dengan demikian Ho
ditolak atau hal ini memberikan arti bahwa Loan to Deposit Ratio
pada tahun-tahun sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha syariah
berbeda secara signifikan.
Perbedaan rata-rata seluruh variabel yang mengukur kine1ja
keuangan perbankan syariah dapat dilihat pada tabel di bawah ini.
Tabet 4.21
Tabel Uji rata -rata Keseluruhan
Variabel Uii Rata - rata Probabilitas Ilinotesis K eteran!!an
CAR Uii Man Whitney 0.121 Ho tidak ditolaL Sama
NPL Uji Man Whitney 0.000 Ho ditolak Berbeda
ROE llii Man Whitney 0.031 Ho ditolak Berbeda
ROA Uii Man Whitney 0.491 Ho tidak ditolal Sama BOPO Uji Man Whitney
. 0.010 Ho ditolak Berbeda
LDR Uji Independent Sample T Test 0.000 Ho ditolak Berbeda
A. Kesimpulan
BABV
KESIMPULAN DAN SARAN
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja
keuangan perbankan sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha syariah
dan apakah terdapat perbedaan secara signifikan atas kinerja keuangan
perbankan sebelum dan sesudah mempunyai unit usaha syariah. Objek
penelitian adalah perusahaan jasa perbankan yang terdaftar di Bank
Indonesia. Hasil pengujian yang dilakukan terhadap 14 perusahaan yang
menjadi sampel adalah :
1. Berdasarkan penelitian yang penulis lakukan adalah dari enam variabel
yang dijadikan objek pada penelitian sebagai variabel yang mengukur
kinerja keuangan perbankan syariah sebelum dan sesudah mempunyai
unit usaha syariah diketahui ada dua variabel. yaitu Rasio Kecukupan
Modal (Capital Adequacy Ratio/CAR) dan Return on Asset (ROA)
yang tidak berbeda secara signifikan kinerja keuangan antara sebelum
dengan sesudah mempunyai unit usaha syariah. Hal ini dijelaskan
karena mempunyai nilai probabilitas di atas 0.05 ( prob > 0.05).
Sedangkan variabel yang lainnya yaitu NPL (Non Performing Loan),
ROE (Return on Equity), BOPO (Rasio Biaya Operasional), LDR
(Loan to Deposit Ratio) memiliki perbedaan kinerja keuangan secara
signifikan. Karena mempunyai nilai probabilitas di bawah 0.05 (prob .
0.05).
2. Berdasarkan analisis deskriptif rata-rata kinerja keuangan sesudah
mempunyai unit usaha syariah untuk rasio kecukupan modal bank
(CAR), rasio Non Performing Loan (NPL), rasio Return on Asset
(ROA) dan rasio operasional atau efisiensi sudah jauh lebih baik
dibandingkan dengan sebelum mempunyai unit usaha syariah. Hal ini
dikarenakan jika diukur dengan rasio kecukupan modal, unit usaha
syariah dapat lebih memfokuskan pada kualitas asetnya karena UUS
hanya menjamin kembali pembayaran nilai nominal yang disimpan
oleh nasabah liabilities. Bank syariah tidak menjamin/menggaransi
untuk memberikan keuntungan pada nasabah, liabilities dengan suatu
angka pasti/tertentu, sebagaimana deposan di bank umum
konvensional yang sudah pasti akan mendapatkan 12% atau 13%
pertahun dari dananya yang ditanamkan di bank umum konvensional.
Selain itu juga unit usaha syariah memelihara likuiditas wajib
minimum bank sesuai ketentuan otoritas moneter, memelihara
likuiditas yang cukup untuk memenuhi cash flow dan penarikan dana
yang besar, meminimumkan dana yang idle, meminimumkan resiko.
Dengan demikian dapat mengurangi resiko kredit macet sehingga rasio
Non Performing Loan pada unit usaha syariah jauh lebih baik
dibandingkan dengan bank umum konvensional. Disamping itu,
Return on Asset yang diterima akan semikin lebih baik didalam
memperoleh keuntungan dengan meminimalisasi biaya opersional
(BOPO) agar lebih efisien dengan memperlruat layanan dan jaringan
terutama pada dana murah seperti Giro. Sedangkan untuk rasio Return
on Equity (ROE) dan Loan to Deposit Ratio (LDR), perlu adanya
peningkatan yang lebih baik lagi walaupun kinerja keuangan pada
tingkat ini masih dalam batas normal dan sesuai dengan standar BI.
B. Implikasi
Hasil dari penelitian ini mempunyai implikasi bagi pihak-pihal yang
berkepentingan diantaranya adalah :
1. Bagi dunia akademis, hasil penelitian ini diharaplmn dapat memberikan
wacana keilmuan yang barn dan menambah pengetahuan tentang
pengaruh sistem perbankan yang berbasis syariah.
2. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran
pengaruh sistem perbankan konvensional sesudah mempunyai unit usaha
syariah. Diharapkan dengan didirikannya unit usaha 8)-'ariah dapat
membantu perkembangan perekonomian di Indonesia seeara global. Dan
dapat menjadikan sebagai aeuan untuk lebih meningkatkan kinerja
keuangan pada unit usaha syariah agar sistem perbankan berbasis syariah
ini menjadi lebih baik lagi.
3. Bagi Stakeholder dan Shareholder, dengan adanya unit usaha syariah,
dapat memberikan informasi mengenai sistem ekonomi syariah yang
lebih menghasilkan portofolio asset yang berkualitas dan didistribusikan
secara proposional kepada sisi liabilities melalui mekanisme revenue
sharing dalam arti bahwa pada perbankan syariah tidalc menjanjikan
tingkat bunga yang tinggi melainkan bagi hasil sesuai dengan
pendapatan perbankan syariah. Dengan demikian berinvestasi dengan
mendirikan unit usaha syariah akan lebih aman dan tidak akan
terpengaruh oleh krisis ekonomi global.
4. Bagi Pembaca, dengan adanya unit usaha syariah diharapkan dapat
membuka wawasan mengenai sistem perbankan syariah sehingga para
pembaca dapat mengetahui kualitas asset perbankan syariah apakah
kinerja perbankan tersebut baik didalam tingkat kesehatan bank,
likuiditas dan rentabilitas bank syariah.
DAFTARPUSTAKA
Abdul, hamid. "Buku Panduan Penulisan Skripsi." FEIS UIN Prees, Jakarta, 2004.
Ahmad, Faisal. " Analisis Kine1ja Keuangan Bank Pada PT. Bank Muamalat Indonesia, Tbk." Jurnal Bisnis dan Manajemen, Januari 2007.
Ema, Rindawati. " Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Perbankan Syariah Dengan Perbankan Konvensional." Jurnal Akuntansi, 2007.
Joel, G Siegel dan Jae, K Shim. " Kamus Istilah AKuntansi." Elex Media Komputindo, Jakarta 2005.
Institut Bankir Indonesia." Konsep, Produk dan Implementasi Operasional Bank Syariah." Jakarta 2001.
Lisa, Narulia. "Analisis Kinerja Bank Syariah Mandiri." Jurnal Akuntansi, 2006.
Muhammad, Syafi'I Antonio. "Bank Syariah dari Teori ke Praktik." Gema Insani, Jakarta 2001.
Slamet, Wiyono." Cara Mudah Memahami Akuntansi Perbankan Syariah." Grasindo, Jakarta 2005.
Suswadi. "Analisa Eftsiensi Perbankan Syariah Di Indonesia (Metode Stochastic Frontier Approach I Sfa). "Universitas Islam Indonesia, 2007.
Toto, Warsoko, Pikir. " Prospek Perbankan Syariah Pada Masa Mendatang." Jumal Akuntansi, 2004.
Undang-Undang Republik Indonesia. " Perbankan Syariah Nom01· 21." Jakarta 2008.
Santoso, Singgih. "SPSS Mengolah Data Statistik Secara l'rofesional Versi 7.S', Elex Media Komputindo, Jakarta 2004.
Ruswandi, Bambang. "Modul l'raktikum Statistik Nonparametri!C', Universitas Islam Negeri SyarifHidayatullah, Jakarta 2007.
Bhuono, Agung, Nugroho. "Srategi Jitu Memilih Metode Statistik Penelitian dengan SPSS", Andi Y ogyakarta 2005.
Imam, Ghozali. "Dasar-Dasar Akuntansi Bank Syariah", Lumbung Ilmu, Y ogyakarta 2008.
Arif, Sugiono. "Manajemen Keuangan Untuk Praktisi Keuangan", PT. Grasindo, Jakarta 2009.
Mohammad, Rifai. "Konsep Perbankan Syariah", Wicaksana, Semarang 2002.
Stanis, Laus. "Pedoman Analisis Data Dengan SPSS, Jakarta 2007.
Muhammad. "Pengantar Akuntansi Syariah Edisi 2", Salemba Empat, Jakarta 2005.
Sugiyono. "Metode Penelitian Bisnis", Alvabeta, Bandung 2007.
Muhammad dan Dwi, Suwiknyo. "Akuntansi Perbankan Syariah", Trustmedia, Y ogyakarta 2009.
Hendra, S, Raharjaputra. "Manajemen Keuangan dan Akuntansl"', Salemba Empat, Jakarta 2009.
Ridwan. "Be/ajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemuld', Alfabeta, Bandung, 2004.
Surat Edaran Bank Indonesia Nomor: 11128/DPbs/2009 tentang Unit Usaha Syariah.
lkhtisar Undang-Undang No. 21 tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
http://www.bi.go.id
http://www.danamon.co.id
http://www.cimbniaga.com
http://www.permatabank.com
http://www.bii.co.id
http://www.bankbpdkalsel.co.id
http://www.bankbtpn.co.id
http://www.bexi.co.id
http://www.bankmega.com
http://www.bankmega.com/corsec/sejarah.php
http://www.bsmi.co.id
http://www.bri.co.id
http://bankdki-syariah.com
http://www.permatabank.com
bttp://www.btn.co.id
http://www.ir-bri.com
elisa.ugm.ac.id
http://www.bankbpdkalsel.co.id
No.11/ 28 /DPbS Jakarta, 5 Oktober 2009
SURATEDARAN
Kepada
SEMUA UNIT USAHA SY ARlAH
DI INDONESIA
Perihal: Unit Usaha Syariah
Dengan telah diterbitkannya Peraturan Bank Indonesia Nomor
l l/10/PBI/2009 tanggal 19 Maret 2009 tentang Unit Usaha Syariah (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 55, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4992), maka perlu diatur lebih lanjut peraturan
pelaksanaan mengenai Unit Usaha Syariah, dalam Surat Edaran yang mencakup
hal-hal sebagai berikut:
I. PEMBUKAAN UNIT USAHA SY ARIAH (UUS)
1. Permohonan izin usaha UUS diajukan oleh Bank Umum Konvensional
(BUK) dengan menggunakan format surat sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran 1 dan didukung dengan dokumen sebagai berikut:
a. rancangan perubahan anggaran dasar, yang paling kurang memuat
kegiatan usaha UUS sebagaimana dimaksud dalam peraturan
perundang-imdangan yang berlaku.
b. identitas dan dokumen pendukung calon Direktur UUS dibedakan
sebagai berikut:
1) Dalam hal calon Direktur UUS bukan berasal dari salah satu
anggota Direksi BUK dan telah ditetapkan sejak awal hanya
bertugas mengelola UUS.
a) pas foto 1 (satu) bulan terakhir ukuran 4 x 6 cm;
b) fotokopi KTP atau paspor yang masih berlaku;
c) riwayat hidup (curriculum vitae);
d) surat pernyataan pribadi yang menyatakan tidak pemah
melakukan tindakan fraud (penipuan, penggelapan,
dan/atau kecurangan) di bidang perbankau, keuangan,
dan bidang usaha lainnya, tidak pemah dihukum karena
terbukti melakukan tindak pidana kejahatan;
e) surat pemyataan pribadi yang menyatakan tidak pemah
dinyatakan pailit atau tidak pernah menjadi pemegang
saham, anggota Dewan Komisaris, atau anggota Direksi
dari perseroan dan/atau pengurus dari badan hukum
lainnya yang dinyatakan bersalah menyebabkan suatu
perseroan dan/atau badan huknm lainnya dinyatakan
pailit berdasarkan penetapan pengadilan dalam jangka
w:aktu 5 (lima) talrnn terakhir sebelum tanggal pengajuan
permohonan;
f) surat pemyataan pribadi yang menyatakan tidak
memiliki hutang yang bennasalah;
g) surat pemyataan bahwa tidak melanggar ketentuan
rangkap jabatan sebagaimana diatur dalam Peraturan
Bank Indonesia mengenai Bank Umum Syariah;
h) surat pernyataan yang menyatakan memiliki atau tidak
memiliki hubungan keluarga sampai dengan dera jat
kedua dengan anggota Dewan Komisaris dan/atau
sesama anggota Direksi lainnya;
i) surat pernyataan bahwa yang bersangkutan baik secara
2
sendiri-sendiri maupun bersama-sama tidak memiliki
saham melebihi 25% (dua puluh lima persen) dari modal
disetor pada perusahaan lain; dan
j) surat keterangan atau sertifikat dari lembaga pendidikan
dan/atau pelatihan di bidang perbankan syariah yang
pernah diikuti.
2) Dalam ha! calon Direktur UUS berasal dari salah satu anggota
Direksi BUK.
a) dokumen rapat umum pemegang saham atau surat
persetujuan Dewan Komisaris yang menyetujui
penunjukan atau penugasan sebagai Direktur UUS;
b) rincian tugas dan t::mggung jawab selaku Direksi BUK
selain sebagai pengelola dan penanggungjawab kegiatan
operasional UUS; dan
c) smat keterangan atau sertifikat dari lembaga pendidikan
dan/atau pelatihan di bidang perbankan syariah yang
pernah djikuti,
c. identitas calon Pejabat Eksekutif didulamg dengan dokumen
sebagai be1ikut:
1) pas foto 1 ( satu) bulan terakhir ukuran 4 x 6 cm;
2) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor yang
masih berlaku;
3) riwayat hidup (curriculum vitae);
4) surat pernyataan pribadi yang menyatakan tidak pernah
melakukan tindakan fraud (penipuan, penggelapan, dan/atau
kecmangan) di bidang perbankan, keuangan, dan usaha
lainnya, tidak pernah dihukurn karena terbukti rnelakukan
tindak pidana kejahatan; dan
5) surat keterangan atau sertifikat dari lembaga pendidikan
dan/atau pelatihan di bidang perbankan syariah yang pemah
diikuti.
d. daftar calon anggota Dewan Pengawas Syariah yang didukung
dengan dokumen sebagai berikut:
I) pas foto I ( satu) bulan terakhir ukuran 4 x 6 cm;
2) fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) atau paspor yang
masih berlaku;
3) riwayat hidup (curriculum vitm~);
4) surat pernyataan pribadi yang menyatakan tidak pemah
melakukan tindakau fraud (penipuan, penggelapan, dan/atau
kecurangan) di bidang perbankan, keuangan, dan bidang
usaha lainnya, tidak pemah dihukum karena terbukti
melakukan tindak pidana kejahatan;
5) surat pernyataan pribadi yang menyatakan bahwa yang
bersangkutan tidak pernah dinyatakan pailit atau tidak
pernah menjadi pemegang sahan:i, anggota Dewan Komisaris,
atau a11ggota Direksi dari perseroan dan/atau pengurus dari
badan hukum lainnya yang dinyatakan bersalah menyebabkan
suatu perseroan dan/atau badan hukum lainnya dinyatakan
pailit berdasarkan penetapan pengadilan dalam jangka waktu
5 (lima) tahun terakhir sebelum tanggal pengajuan
permohonan;
6) surat keterangan atau sertifikat dari lembaga pendidikan dan
pelatihan dan/atau Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama
Indonesia mengenai pendiclikan clan/atau pelatihan di biclang
syariah mu'amalah dan di biclang perbankan clan/atau
keuangan secara umum yang pemah diikuti calon anggota
Dewan Pengawas Syariah;
7) surat pemyataan dari calon anggota Dewan Pengawas Syariah
bahwa yang bersangkutan tidak melanggar ketentuan rangkap
jabatan sebagaimana diat1Jr dalam Peraturan Bank Indonesia
tentang Unit Usaha Syariah;
8) surat rekomendasi calon anggota Dewan Pengawas Syariah
dari Dewan Syariah Nasional - Majelis Ulama Indonesia;
e. surat pernyataan Direksi BUK mengenai alokasi dana dari BUK
untuk modal kerja UUS;
f. studi kelayakan mengenai peluang pasar dan potensi ekonomi;
g. rencana bisnis (business plan) UUS untuk tahun pertama dan
jangka menengah (tiga tahun) yang paling kurang memuat:
l) rencana kegiatan usaha yang mencakup penghimpunan dan
penyaluran dana serta langkah-langkah kegiatan yang akan
dilak:ukan dalam mewujudkan rencana dimaksud; dan
2) proyeksi neraca dan laporan laba rugi;
h. bukti kesiapan operasional paling k:urang berupa.:
1) kesiapan gedung dan peralatan kantor termasuk foto gedung
kantor dan tata letak ruangan. Dalam hal ruangan yang
ditempati UUS menyatu dengan ruangan unit kerja BUK yang
lain, maka harus terdapat pemisahan yang jelas dengan cara
antara lain pembedaan warna ruangan, pembuatan sekat
(partisi) dan/atau pemisahan ruangan;
2) dokumen yang menunjukkan kesiapan tek:uologi sistem
informasi yang meliputi antara lain core banking system dan
j aringan telekomunikasi;
3) bukti kepemilikan atau dok:umen penguasaan gedung kantor
antara lain berupa bukti hak atas tanah atau surat pe1janjian
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 4 dan didukung dengan
dokumen sebagaimana dimaksud pada butir I. l .d.
2. Pengangkatan anggota Dewan Pengawas Syariah dilaporkan kepada
Bank Indonesia dengan menggunakan format surat sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran 5 dan didukung dengan fotokopi risalah rapat
umum pemegang saham atau keputusan Dewan Komisaris BUK
sepanjang telah diberikan kewenangan oleh rapat umum pemegang
saham.
3. Pemberhentian dan/atau pengundtU"an diri anggota Dewan Pengawas
Syariah dilaporkan kepada Bank Indonesia dengan menggunakan format
surat sebagaimana dimaksud dalam Lampirf Q>;~,~tl~T~KAAN UT AMA I UlM SYAHID JAKARTA '-----~---------
IV. PENGANGKATAN, PENGGANTIAN DAN/ATAU PEMBERHENTIAN
PEJABA T EKSEKUTIF
I. Pengangkatan, penggantian dan/atau pemberhentian Pejabat Eksekutif
dilaporkan kepada Bank Indonesia dengan menggunakan fonnat surat
sebagaimana dimaksud dalam Lampiran 7 dan diduku~g de11gan
dokumen sebagai berikut:
a. bukti pengangkatan, penggantian dan/atau pemberhentian sebagai
Pejabat Eksekutif dari Direksi atau pejabat yang berwenang;
b. identitas Pejabat Eksekutif sebagaimana dimaksud dalam butir
I.Le.; dan
c. berita acara serah terima jabatan untuk penggantian dan
pemberhentian Pejabat Eksekutif.
2. Penilaian aspek integritas dan kompetensi terhadap Pejabat Eksekutif
UUS dilakukan melalui penelitian data dalam Daftar Kepatutan dan
Kelayakan (Daftar Tidak Lulus) clan Daftar Kredit Macet, serta dapat
juga dilakukan melalui wawancara, pengamatan dan pengujian
(interview, observation and test) pada saat pelaksanaan pemeriksaan
uus.
V. KEGIATAN USAHA DI BIDANG DEVISA
Permohonan izin kegiatan usaha perbankan syariah di bidang devisa diajukan
kepada Bank Indonesia dengan menggunakan format surat sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran 8 dan didukung dengan dokumen sebagai berikut:
a. dokumen yang menunjukkan kesiapan teknologi sistem informasi yang
mendukung kegiatan perbankan syariah di bidang devisa;
b. daftar nama pejabat dan/atau pegawai yang telah mengikuti pendidikan
dan/atau pelatihan mengenai aspek syariah dalam kegiatan usaha di
bidang devisa disertai dengan surat keterangan atau sertifikat; dan
c. daftar calon nasabah yang akan melakukan kegiatan devisa.
VI. PEMBUKAAN KANTOR UNIT USAHA SY ARIAH
I. KANTOR CABANG SYARIAH (KCS)
a. Pennohonan izin pembukaan KCS hanya dapat diajukan setelah
dipenuhinya persyaratan paling kurang sebagai berikut:
1) rencana pembukaan KCS telah dicantmukan dalam rencana
bisnis UUS;
2) peringlcat komposit tingkat kesehatan UUS selama 2 (dua)
periode penilaian terakhir paling kurang 3 (tiga);
3) modal kerja UUS paling kurang Rpl00.000.000.000,00
( seratus miliar rnpiah);
4) tidak terdapat pelampauan dan/atau pelanggaran Batas
Maksimum Penyaluran Dana (BMPD);
5) rasio Non Performing Financing (NPF) netto paling tinggi
sebesar 5%; dan
6) UUS tidak dalam keadaan rngi yang semakin besar.
b. Permohonan izin pembukaan KCS diajukan kepada Bank Indonesia
dengan menggunakan fotmat surat sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran 9 dan didukung dengan dokumen sebagai berikut:
I) bukti persiapan operasional yang meliputi antara lain:
a) strnktur organisasi dan personalia;
b) kesiapan gedung dan peralatan kantor termasuk foto
gedung kantor dan tata letak ruangan.
Dalam ha! KCS beralamat sama dengan KC atau KCP
BUK (co-location), maka harus terdapat pemisahan
kantor yang jelas dengan cara antara lain pembedaan
wama rnangan, pembuatan sekat (partisi) dan/atau
pemisahan rnangan;
c) dokumen yang menunjukkan kesiapan teknologi sistem
informasi danjaringan telekomunikasi; dan
d) bukti kepemilikan atau dokumen penguasaan atas
gedung kantor antara lain berupa bukti hak atas tanah
atau surat perjanjian sewa;
2) hasil studi kelayakan yang paling lmrang memuat potensi
ekonomi, peluang pasar dan tingkat kejenuhan jumlah !cantor
BUS dan UUS; dan
3) rencana penghimpunan dan penyaluran dana paling kurang
selama 12 (dua belas) bulan beserta penjelasannya.
c. Pelaksanaan pembukaan KCS dilaporkan kepada Bank Indonesia
dengan menggunakan format surat sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran 10.
2. KANTOR DI BA WAH KANTOR CABANG SYARIAH
a. Permohonan pembukaan Kantor di bawah KCS bernpa Kantor
Cabang Pembantu Syariah (KCPS) atau Kantor Kas Syariah (KKS)
hanya dapat diajukan setelah dipenuhinya persyaratan paling
kurang sebagai berikut:
1) rencana pembukaan Kantor di bawah KCS telah dicantumkan
dalam rencana bisnis UUS;
2) modal kerja UUS paling kurang Rpl00.000.000.000,00
(serat1is milyar rnpiah);
3) lokasi Kantor di bawah KCS berada dalam satu wilayah kerja
!cantor Bank Indonesia dimana lokasi KCS induknya berada;
dan
4) memiliki sistem teknologi informasi yang mampu
menggabungkan transaksi keuangan Kantor dibawah KCS
secara otomasi dan online ke dalam laporan keuangan KCS
induknya pada hari yang sarna.
b. Perrnohonan pembukaan Kantor di bawah KCS diajukan kepada
Bank Indonesia dengan menggunakan fom1at smat sebagairnana
dirnaksud dalam Larnpiran 11 dan didukung dengan dokumen
sebagai berikut:
1) bukti persiapan operasional yang meliputi antara lain:
a) kesiapan gedung dan peralatan kantor tennasuk foto
gedung kantor dan tata letak rnangan.
Dalam ha! Kantor di bawah KCS beralarnat sama dengan
kantor BUK (co-location), maka hams terdapat
pemisahan yang jelas dengan cara antara lain pernbedaan
wama ruangan, pernbuatan sekat (partisi) dan/atau
pernisahan rnangan;
lkhtisar Undang -Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
PENDAHULUAN
Undang undang No. 21 tahun 2008 yang disahkan pada tanggal 16 Juli 2008 memiliki beberapa ketentuan umum yang menarik untuk dicermati. Ketentuan umum dimaksud (Pasal 1) adalah merupakan sesuatu yang baru dan akan memberikan implikasi tertentu, meliputi:
1. lstilah Bank Perkreditan Rakyat yang diubah menjadi Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Perubahan ini untuk lebih menegaskan adanya perbedaan antara kredit dan pembiayaan berdasarkan prinsip syariah.
2. Definisi Prinsip Syariah. Dalam definisi dimaksud memiliki dua pesan penting yaitu (1) prinsip syariah adalah prinsip hukum Islam dan (2) penetapan pihak/lembaga yang berwenang mengeluarkan fatwa yang mertjadi dasar prinsip syariah.
3. Penetapan Dewan Pengawas Syariah sebagai pihak terafiliasi seperti halnya akuntan publik, konsultan dan penilai.
4. Definisi pembiayaan yang berubah secara signifikan dibandingkan definisi yang ada dalam UU sebelumnya tentang perbankan (UU No. 1 O tahun 1998). Dalam definisi terbaru, pembiayaan dapat berupa transaksi bagi hasil, transaksi sewa menyewa, transaksi jual beli, transaksi pinjam memirtjam dan transaksi sewa menyewajasa (multijasa).
ASAS, TUJUAN DAN FUNGSI
Asas dari kegiatan usaha perbankan syariah adalah prinsip syariah, demokrasi ekonomi dan prinsip kehati-hatian. Yang dimaksud dengan berasaskan prinsip syariah adalah kegiatan usaha yang tidak mengandung riba, maisir, gharar, objek haram dan menimbulkan kezaliman. Sedangkan yang dimaksud dengan berasaskan demokrasi ekonomi adalah kegiatan usaha yang mengandung nilai keadilan, kebersamaan, pemerataan dan kemanfaatan. Tujuan dari perbankan syariah adalah menunjang pelaksanaan pembangunan nasionaKPasal 2 dan Pasal 3).
Fungsi dari perbankan syariah, selain melakukan fungsi penghimpunan dan penyaluran dana masya rakat, juga melakukan fungsi sosial yaitu (1) dalam bentuk lembaga baitul maal yang menerima dana zakat, infak, sedekah, hibah dan lainnya untuk disalurkan ke organisasi pengelola zakat, dan (2) dalam bentul lembaga keuangan syariah penerima wakaf uang yang menerim a wakaf uang dan menyalurkannya ke pengelola (nazhir) yang ditunjuk (Pasal 4).
lkhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
PERIZINAN, BENTUK BADAN HUKUM, ANGGARAN DASAR DAN KEPEMILIKAN
Pihak - pihak yang akan melakukan kegiatan usaha Bank Syariah atau UUS wajib terlebih dahulu memperoleh izin usa ha sebagai Bank Syariah atau Unit Usaha Syariah (UUS) dari Bank Indonesia. Dalam rangka memperoleh izin usaha dimaksud Bank Syariah harus memenuhi persyaratan sekurang-kurangnya tentang susunan organisasi dan kepengurusan; permodalan; kepemilikan; keahlian di bidang Perbankan Syariah; dan kelayakan usaha. Sedangkan Bank Umum Konvensional yang akan melakukan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah wajib membuka UUS di kantor pusat Bank dengan izin Bank Indonesia (Pasal 5).
Bank Syariah yang telah mendapatkan izin usaha setelah berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ini, wajib mencantumkan dengan jelas kata "syariah" setelah kata "bank" atau nama bank. Sedangkan UUS yang telah mendapatkan izin usaha setelah berlakunya UU No. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah ini, wajib mencantumkan dengan jelas frase "Unit Usaha Syariah" setelah nama Bank pada kantor UUS yang bersangkutan (Pasal5).
Selain mendirikan Bank Syariah atau UUS baru, pihak-pihak yang ingin melakukan kegiatan usaha perbankan syariah dapat melakukan pengubahan (konversi) bank konvensional menjadi Bank syariah. Pengubahan dari Bank Syariah menjadi bank konvensional merupakan hal yang dilarnng dalam UU ini (Pasal 5). Disamping itu, pendirian Bank Umum Syariah baru dapat dilakukan dengan cara pemisahan (spin off) UUS dari induknya yan~1 dilakukan secara sukarela (Pasal 16) atau dilakukan dalam rangka memenuhi kewajiban (Pasal 68).
Bank Syariah atau UUS dapat membuka kantor cabang dan /atau kantor di bawah kantor cabang. Pembukaan kantor cabang hanya dapat dilakukan setelah memperoleh izin dari Bank Indonesia. Sedangl<an r.embukaan kantor di bawah kantor cabang cukup dilaporkan kepada Bank Indonesia dan dapat segera beroperasi setelah mendapat surat penegasan dari Bank Indonesia (Pasa I 6).
Pembukaan Kantor Cabang, kantor perwakilan dan jenisjenis kantor lainnya di luar negeri oleh Bank Umum Syariah dan UUS hanya dapat dilakukan dengan izin Bank Indonesia. Sedangkan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) tidak diizinkan membuka kantor cabang, kantor perwakilan dan jenis kantor lainnya di luar negeri (Pasal 6).
Bentuk badan hukum Bank Syariah harus berupa perseroan terbatas (Pasal 7) dimana anggaran dasarnya selain memenuhi persyarntan sebagaimana diatur dalam ketentuan perundang-undangan, juga memuat ha~hal mengenai
lkhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
pengangkatan anggota direksi dan komisaris serta penyelenmiaran Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang mencakup penetapan tugas manajemen, remunerasi komisaris dan direksi, laporan pertanggungjawaban tahunan, penunjukkan dan biaya jasa akuntan publik, penggunaan laba, dan hal-hal lainnya yang ditetapkan dalam Peraturan Bank Indonesia (Pasal 8).
Bank Umum Syariah hanya dapat ddirikan dan/atau dimiliki oleh warga negara Indonesia (WNI) dan/atau badan hukum Indonesia, WNI dan/a1au badan hukum Indonesia dengan warga negara asing (WNA) dan/atau badan hukum asing secara kemitraan. atau Pemerintah daerah. Sedangkan BPRS hanya dapat didirikan dan/atau dimiliki oleh WNI dan/atau badan hukum Indonesia yang seluruh pemiliknya WNI, !J"merintah daerah, atau gabungan dua pihak atau lebih dari WNI, badan hukum Indonesia dan pemerintah daerah (Pasal 9).
Bank Syariah hanya dapat menerbitkan saham atas nama. Bank Umum Syariah dapat melakukan p:mawaran umum efek melalui pasar modal sepanjang tidak bertentangan dengan Prinsip Syariah dan ketentuan perundang-undangan di bidang pasar mod a I (Pasal 12, Pasal 13 dan Pasal 14 ).
Setiap upaya penggabungan, peleburan dan pengambilalihan Bank Syariah wajib mendapat izin terlebih dahulu dari Bank Indonesia. Hasil penggabungan dan peleburan antara Bank Syariah dengan bank lainnya diwajibkan untuk menjadi Bank Syariah (Pasal 17).
JENIS DAN KEGIATAN USAHA, KELAYAKAN PENYALURAN DANA DAN, LARANGAN BAGI BANK SYARIAH DAN UUS
Bank Syariah yang terdiri dari BUS dan BPRS (Pasal 18) serta UUS, pada dasarnya melakukan kegiatan usaha yang sama dengan bank konvensional yaitu melakukan penghimpunan dan penyaluran dana masyarakat disamping penyediaanjasa keuangan lainnya. Perbedaannya adalah seluruh kegiatan usaha bank syariah dan UUS didasarkan pada prinsip syariah. lmplikasinya, disamping harus selalu sesuai de ngan prinsip hukum Islam juga adalah karena dalam prinsip syariah memiliki berbagai variasi akad yang akan menimbulkan variasi produk yang lebih banyak dibandingka n produk bank konvensional (Pasal 19).
Dalam kaitan dengan ha! tersebut di atas, maka setiap pihak dilarang untuk melakukan kegiatan penghimpunan dana berdasarkan prinsip syariah tanpa izin Bank Indonesia (Pasal 22). Sedangkan di sisi lain, kegiatan penyallran dana berdasarkan prinsip syariah harus dilakukan secara berhati-hati melalui penilaian secara seksama, agar bank syariah dan UUS memiliki keyakinan atas kemauan dan kemampuan nasabah dalam menyelesaikan kewajibannya sesuai akad serta keyakinan atas ke sesuaian dengan prinsip syariah (Pasal 23).
lkhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Secara umum bank syariah dan UUS dilarang untuk melakukan kegiatan usaha yang bertentangan dengan prinsip syariah, melakukan kegiatan jual beli saham secara langsung di lantai bursa serta kegiatan perasuransian l<ecuali sebagai agen pemasaran produk asuransi syariah (Pasal 24 clan Pasal 25). Bagi BPRS, selain larangan di atas, juga dilarang untuk membuka procluk simpanan giro dan ikut serta dalam lalu lintas pembayaran serta kegiatan valuta asing kecuali penukaran valuta asing (Pasal 25).
Seluruh kegiatan usaha bank syariah dan UUS pada dasarnya wajib sesuai dengan prinsip syariah yang difatwakan oleh Majelis Ulama Indonesia. Penuangan prinsip syariah yang telah difatwakan dimaksud ke clalam Peraturan Bank Indonesia, clilakukan oleh Bank Indonesia yang dibantu oleh Komite Perbankan Syariah (KPS). KPS sendiri dibentuk oleh Bank Indonesia yang terdiri dari unsur Bank Indonesia, Departemen Agama dan unsur masyarakat lainnya yang memiliki keahlian di bidang syariah (Pasal 26).
PEMEGANG SAHAM PENGENDALI, DEWAN KOMISARIS, DEWAN PENGAWAS SYARIAH, DIREKSI DAN TENAGA KERJJl1 ASING
Secara umum para calon Pemegang Saham Pengendali (PSP), Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah (DPS), Direksi clan Tenaga Kerja Asing (TKA) wajib memenuhi persyaratan-persyaratan yang ditetapkan Bank Indonesia. Termasuk di dalam pemenuhan persyaratan dimaksud adalah dinyatakan lulus clalam uji kemampuan clan kepatutan, kecuali bagi calon DPS clan TKA yang akan menjabat sebagai konsultan. Uji kemampuan clan l<epatutan dilakukan untuk menilai integritas, kompetensi clan aspek keuangan (Pasal 27).
Pemegang saham pengendali yang dinyatakan tidak lulus dalam uji kemampuan dan kepatutan, diwajibkan untuk menurunkan kepemilikan sahamnya menjadi paling banyak 10% (se puluh persen). Apabila penurunan dimaksud tidak dipenuhi maka hak suara PSP tidak diperhitungkan dalam RUPS, tidak diperhitungkan dalam penghitungan kuorum, hanya dapat memperoleh 10% dari dividen (90% dividen akan dibayarkan setelah penurunan kepemilikan dilakukan) serta diumumkan kepada publik di 2 media massa yang mempunyai peredaran luas (Pasal 27).
BUS wajib memiliki 1 (satu) orang direktur kepatuhan yang bertugas untuk memastikan kepatuhan BUS terhadap pelaksanaan ketentuan Bank Indonesia dan peraturan perundang-undangan lainnya. Bagi anggota dewan komisaris dan direksi yang sedang menjabat dan dinyatakan tidak lulus uji kemampuan dan kepatutan, maka diwajib kan untuk melepaskan jabatannya (Pasal 29 dan Pasal 30).
lkhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Bank Syariah dan UUS wajib membentuk DPS yang bertugas untuk memberikan nasihat dan saran kepada direksi serta mengawasi kegiatan Bank agar sesuai dengan Prinsip Syariah. DPS diangkat oleh RUPS atas rekomendasi Majelis Ulama Indonesia (Pasal 32).
TATA KELOLA, PRINSIP KEHATl-HATIAN, DAN PENGELOLAAN RISIKO PERBANKAN SYARIAH
Secara umum dalam melaksanakan kegiatan usahanya, Bank Syariah dan UUS wajib memenuhi tata kelola perusahaan yang baik (good corporate
governance), prinsip kehati-hatian dan pengelolaan risiko. Selain itu, Bank Syariah dan UUS diwajibkan pula untuk menerapkan prinsip mengenal nasabah dan perlindungan nasabah termasuk kewajiban untuk meajelaskan kepada Nasabah mengenai kemungkinan timbulnya risilw kerugian sehubungan dengan transaksi na sabah yang dilakukan melalui Bank Syariah (Pasal 34, Pasal 35, Pasal 38 dan Pasal 39).
Tata kelola yang baik (good corporate governance) mencakup prinsip transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, profesional, dan kewajaran dalam menjalankan kegiatan operasional bank. Dalam pelaksanaannya Bank Syariah dan UUS diwajibkan untuk menyusun prosedur internal yang mengacu pada prinsip-prinsip tersebut di atas (Pasal 34).
Dalam penerapan prinsip kehati-hatian, Bank Syariah dan UUS diwajibkan untuk menempuh cara-cara yang tidak merugikan kepentingan nasabah deposan, yaitu antara lain wajib mentaati ketentuan mengenai Batas Maksimum Pemberian Pembiayaan (BMPP), Besarnya BMPP adalah 30% ·dari modal Bank Syariah bagi nasabah penerima fasilitas atau sekelompok nasabah penerima fasilitas, termasuk kepada perusahaan dalam kelompok yang sama dengan Bank Syariah atau UUS. Sedangkan bagi pihak-pihak antara lain pemegang saham yang memiliki 10% atau lebih, anggota dewan komisaris dan keluarga, anggota dewan direksi dan keluarga, pejabat bank, perusahaan yang dtfalamnya terdapat kepentingan pihak tersebut di atas, besarnya BMPP adalah 20% (Pasal 36 dan Pasal 37).
Terkait risiko pembiayaan dimana nasabah penerima fasilitas tidak dapat memenuhi kewajibannya, rnaka Bank Syariah dan UUS dapat membeli sebagian atau sellruh agunan, baik melalui maupun di luar pelelangan yang wajib diselesaikan (dijual) oleh Bank dalam jangka waktu 1 (satu) tahun. Selain dapat dibeli oleh bank, agunan juga dapat dikuasakan oleh pemilik agunan kepada bank untuk dijual (Pasal 40).
lkhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
RAHASIA BANK
Dalam rangka menjaga kepercayaan masyarakat kepada Bank maka Bank dan Pihak terafiliasi wajib merahasiakan keterangan mengenai nasabah penyimpan dan simpanannya serta nasabah investor dan investasinya (Pasal 41). Pengecualian atas rahasia bankberlaku dalam hal: RS kepentingan penyidika n pidana perpajakan (Pasal 42) RS kepentingan peradilan dalam perkara pidana (Pasal 43) RS kepentingan perkara perdata antara bank dan nasabah (Pasal 45) RS kepentingan tukar menul<ar informasi antarbank (Pasal 46) RS adanya permintaa n, persetujuan, atau kuasa tertulis dari nasabah penyimpan
atau nasabah investor (Pasal 47). RS Adanya ahli waris yang sah untuk memperoleh keterangan mengenai
simpanan nasabah (Pasal 48).
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN
Pembinaan dan Pengawasan terhadap Bank Sya riah dan UUS dilakukan oleh Bank Indonesia (Pasal 50). Pembinaan dan Pengawasan dilakukan dengan antara lain mewajibkan Bank Syariah dan UUS untuk memelihara tingkat kesehatan bank yang meliputi kecukupan modal, kualitas aset, likuiditas, rentabillitas, solvabilitas, kualitas manajemen serta aspek lainnya yang berhubungan dengan usaha Bank Syariah dan UUS. Kualitas manajemen mencakup kapabilitas dalam aspek keuangan, kepatuhan terhadap prinsip syariah dan prinsip manajemen lslami (Pasal 51).
Dalam rangka pelaksanaan pembinaan dan pengawasan, maka : RS Bank syariah wajib menyampaikan segala keterangan dan pertjelasan
mengenai usahanya kepada Bank Indonesia termasuk memberikan kesempatan bagi pemeriksaan atas buku-buku, berkas-berkas dan dokumen yang dimiliki ole h bank (Pasal 52).
RS Bank Indonesia berwenang untuk memeriksa dan mengambil data/dokumen dan keterangan dari setiap tempat yang terkait dengan Bank dan dari setiap pihak yang memiliki pengaruh terhadap bank (Pasal 52).
RS Bank Indonesia berwenang memerintahkan Bank memblokir rekening tertentu, baik rekening simpanan maupun rekening pembiayaan (Pasal 52).
RS Bank Indonesia dapat menugaskan kantor akuntan publik atau pihak lainnya untuk dan atas nama Bank Indonesia melaksanakan pemeriksaan (Pasal 53).
;
lkhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
Apabila Bank Syariah mengalami kesulitan yanfJ membahayakan kelangsungan usahanya, Bank Indonesia berwenang melakukan tindakan
pengawasan, antara lain (Pasal 54): ..s membatasi kewenangan RUPS/komisaris/direksi dan pemegang saham;
..s meminta pemegang saham menambah modal;
..s meminta pemegang saham mengganti anggota dewan, komisaris dan/atau
direksi Bank Syariah;
..s meminta Bank Syariah menghapusbukukan penyaluran, dana yang macet
dan memperhitungkan kerugian Bank Syariah dengan modalnya;
..s meminta Bank Syariah melakukan penggabungan atau peleburan dengan Bank Syariah lain;
..s meminta Bank Syariah dijual kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh kewajibannya;
..s meminta Bank Syariah menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan Bank Syariah kepada pihak lain; dan/atau
..s meminta Bank Syariah menjual sebagian atau seluruh harta dan/atau kewajiban Bank Syariah kepada pihak lain
Selanjutnya, apabila tindakan penyehatan tersebut di atas tidak dapat
membantu penyehatan bank maka Bank Indonesia menyerahkan penangannya kepada Lembaga Peajamin Simpanan (LPS) untuk diselamatkan atau tidal<. Apabila LPS menyatakan tidak diselamatkan, maka Bl atas permintaan LPS
mencabut izin usaha Bank dan menyerahkannya kepada LPS untuk penanganan
lebih lanjut (Pasal 54).
PENYELESAIAN SENGKETA
Penyele!ilian sengketa Perbankan Syariah dilakukan oleh pengadilan dalam lingkungan Peradilan Agama atau di luar Peradilan Agama apabila dalam
akad telah diperjanjikan sebelumnya sepanjang tidak bertent:angan dengan Prinsip Syariah (Pasal 55).
SANKS! ADMINISTRATIF
Sanksi administratif dapat dikenakan oleh Bank Indonesia kepada Bank Syariah atau UUS, anggota dewan komisaris, anggota Dewan Pengawas Syariah,
direksi, dan/atau pegawai Bank Syariah atau Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS dalam hal:
..s menghalangi dan/atau tidak melaksanakan Prinsip Syariah dalam
menjalankan usaha atau tugasnya (Pasal 56).
lkhtisar Undang -Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
.es tidak memenuhi kewajibannya untuk menjagakerahasian bank (Pasal 5 7) .
.es Tidak memenuhi kewajibannya untuk memberikan l<eterangan untuk kepentingan penyidikan pidana perpajakan dan untuk kepentingan peradilan dalam perkara pidana (Pasal 57).
Sanksi administratlf yang ditetapkan meliputi: .es denda uang; .es teguran tertulis; .es penurunan tingkat kesehatan Bank Syariah dan UUS; .es pelarangan turut serta dalam kegiatan kliring; .es pembek uan kegiatan usaha tertentu, baik kantor cabang tertentu maupun
Bank Syariah dan UUS secara keseluruhan; .es pemberhentian pengurus Bank Syariah dan Bank Umum l<onvensional yang
memiliki UUS, dan selanjutnya menunjuk dan mengangkat pengganti sementara sampai RUPS mengangkat pengganti tetap dengan persetujuan Bank Indonesia;
.es pencantuman anggota pengurus, pegawai, dan pemegang saham Bank Syariah dan Bank Umum Konvensional yang memiliki UUS dalam daftar orang tercela di bidang perbankan; dan/atau
.es pencabutan izin usaha (Pasal 58).
KETENTUAN PIDANA
Tindakan atau perbuatan yang diancam dengan pidana dalam UU ini meliputi: .es setiap orang yang melakukan kegiatan usaha Bank Syariah/UUS atau
penghimpunan dana berdasarkan prinsip syariah tanpa izin Bl, diancam dengan pidara penjara paling singkat 5 tallun dan paling lama 15 tallun serta denda paling sedikit Rp1 O miliar dan paling banyak Rp200 miliar (Pasal 59) .
.es setiap orang yang memberikan keterangan mengenai ~:euangan nasabah kepada pejabat/polisi/jaksa/llakim atau penyidik la in tanpa izin tertulis dari Bl. diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 tallun dan paling lama 4 tahun serta denda paling sedikit Rp10 miliar dan paling banyak Rp200 miliar (Pasal 60) .
.es Pengurus bank, pegawai Bank Syariah/UUS atau pihak terafiliasi lainnya yang memberikan keterangan yang wajib dirahasiakan diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 4 tahun serta denda paling sedikit Rp4 miliar dan paling banyak Rp8 miliar (Pasal 60) .
.es Pengurus bank atau pegawai Bank Syariall/UUS yang dengan sengaja tidak memberikan keterangan yang wajib dipenulli untuk penyidikan dan
n
lkhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
kepentingan peradilan perkara pidana diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 7 tahun serta denda paling sedikit
Rp4 miliar dan paling banyak Rp15 miliar (Pasal 61). 16 Pengurus bank atau pegawai Bank Syariah/UUS yang dengan sengaja tidak
memberikan keterangan yang wajib dipenuhi untuk penyidikan dan kepentingan peradilan perkara pidana diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 7 tahun serta denda paling sedikit Rp4 miliar dan paling banyak Rp15 miliar (Pasal 61).
16 Pengurus bank atau pegawai Bank Syariah/UUS yang dengan sengaja tidak menyampaikan laporan keuangan tahunan dan laporan berkala lainnya dan/atau tidak memberikan keterangan atau tidak melaksanakan perintah yang wajib dipenuhi kepada Bl diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 1 O tahun serta denda paling sedikit Rp5
miliar dan paling banyak Rp100 miliar (Pasal 62). 16 Pengurus bank atau pegawai Bank Syariah/UUS yang lalai tidak
menyampaikan laporan keuangan tahunan dan laporan berkala lainnya dan/atau tidak memberikan keterangan atau tidak melaksanakan perintah
yang wajib dipenuhi kepada Bl diancam dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 2 tahun serta denda paling sedikit Rp1 miliar dan paling banyak Rp2 miliar (Pasal 62).
16 Pengurus bank atau pegawai Bank Syariah/UUS yang dengan sengaja membuat atau menyebabkan pencatatan palsu, menghilangkan atau tidak memasukkan atau menyebabkan tidak dilakukannya pencatatan, mengubah,
mengaburkan, menyembunyikan, menghapus atau menghilangkan suatu pencatatan dalam pembukuan atau laporan, dokumen, atau laporan kegiatan usaha diancam dengan pidana penjara paling singkat 5 tahun dan
paling lama 15 tahun serta denda paling sedikit Rp10 "mmar dan paling banyak Rp200 miliar (Pasal 63).
16 Pengurus bank atau pegawai Bank Syariah/UUS yang dengan sengaja meminta atau menerima, mengizinkan atau menyetujui menerima suatu
imbalan, komisi, uang tambahan, pelayanan, uang atau barang berharga untuk kekuntungan pribadi/keluarga, dalam rangka rnendapatkan bagi orang lain uang muka, bank garansi, fasilitas penyaluran dana, membeli
surat wesel, surat promes, eek, memberi persetujuan bagi orang lain untuk menarik dana yang melebihi batas penyalurannya diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 8 tahun serta denda paling sedikit Rp5 miliar dan paling banyak Rp100 miliar (Pasal 63).
16 Pihak terafiliasi yang dengan sengaja tidak melaksarakan langkah-langkah
yang diperlukan untuk mentaati ketentuan dalam UU ini diancam dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun dan paling lama 8 tahun serta denda
paling sedikit Rp5 miliar dan paling banyak Rp100 mi liar (Pasal 64).
lkhtisar Undang-Undang No. 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
16 Pemegang saham yang dengan sengaja menyuruh pengurus atau pegawai Bank Syariah/UUS untuk melakukan atau tidak melakukan tindakan yang
mengakibatkan Bank Syariah/UUS tidak melaksanakan langkah-langkah yang diperlukan untuk mentaati UU ini diancam dengan pidana penjara paling
singkat 7 tahun dan paling lama 15 tahun serta denda paling sedikit Rp1 o miliar dan paling banyak Rp200 miliar (Pasal 65).
16 Anggota direksi dan pegawai Bank Syariah/UUS yansJ dengan sengaja
melakukan perbuatan yang bertentangan dengan UU ini, menghalangi
pemerik saan yang dilakukan komisaris atau kantor akuntan public yang
ditugasi dewan komisaris, menyalurkan dana atau fasilitas penjaminan
dengan melanggar ketentuan yang berlaku yang mengakibatkan kerugian bagi Bank Syariah/UUS atau menyebabkan keuangan bank Syariah/UUS tidak
sehat, danlatau tidak melakukan langkah-langkah untuk memastikan
ketaatan Bank Syarial1/UUS terhadap ketentuan BMPK, diancam dengan pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 5 tahun serta denda
paling sedikit Rp1 miliar dan paling banyak Rp2 miliar (Pasal 66). 16 Anggota direksi dan pegawai Bank Syariah/UUS yang dengan sengaja
melakukan penyalahgunaan dana nasabah, Bank Syariah/UUS, diancam dengan pidana penjara paling singkat 2 tahun dan paling lama 8 tahun serta
denda paling sedikit Rp2 miliar dan paling banyak Rp4 miliar (Pasal 66).
KETENTUAN PERALIHAN DAN PENUTUP
Bank Syariah/UUS yang telah memiliki izin usaha pada saat UU ini berlaku
dinyatakan telah memperoleh izin usaha dan wajib menyesuaikan dengan ketentuan dalam UU ini paling lama 1 tahun sejak UU ini mulai berlaku (Pasal
67).
Bagi UUS yang nilai asetnya telah mencapai 50% dari total aset bank
induknya atau 15 tahun sejak berlakunya UU ini maka wajib melakukan
pemisahan UUS menjadi Bank Umum Syariah (Pasal 68).
Segala ketertuan mengenai Perbankan Syariah yang diatur dalam UU Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU
Nomor 10 Tahun 1998 beserta peraturan pelaksanaannya dinyatakan tetap berlaku separtjang tidak bertentangan dengan UU ini (Pasal 69).
PERATURAN BANK INDONESIA
NOMOR:9/l/PBI/2007
TENT ANG
SISTEM PENILAIAN TINGKAT KESEHATAN BANK UMUM
BERDASARKAN PRINSIP SY ARIAH
GUBERNUR BANK INDONESIA,
Menimbang: a. bahwa kesehatan suatu bank berdasarkan prms1p syariah
merupakan kepentingan semua pihak yang terkait, baik
pemilik dan pengelola bank, masyarakat pengguna jasa bank
maupun Bank Indonesia selaku otoritas pengawasan bank;
b. bahwa dengan meningkatnyajenis produk danjasa perbankan
syariah berpengaruh pada peningkatan kornpleksitas usaha dan
profil risiko bank berdasarkan prinsip syariah;
c. bahwa perubahan metodologi penilaian kondisi bank yang
diterapkan secara intemasional akan mempengaruhi sistem
penilaian Tingkat Kesehatan Bank berdasarkan prinsip syariah
yang saat ini berlaku;
d. bahwa sehubungan dengan hal tersebut dipandang perlu untuk
mengatur kembali Sistem Penilaian Tingkat Kesehatan Bank
Umum berdasarkan prinsip syariah dalam suatu Peraturan
Bank Indonesia;
-2-
Mengingat: 1. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1992 Nomor
31, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
3472) sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang
Nomor 10 Tahun 1998 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 1998 Nomor 182, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 3790);
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1999 tentang Bank
Indonesia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1999
Nomor 66, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3843) sebagaimana telah diubah dengan Undang
Undang Nomor 3 Tahun 2004 (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 7, Tambahan Lembaran Negara
Republik Indonesia Nomor 4357);
MEMUTUSKAN:
Menetapkan: PERATURAN BANK INDONESIA TENTANG
PENILAIAN TINGKAT KESEHATAl\I BANK
BERDASARKAN PRINSIP SY ARIAH
SISTEM
UMUM
-3-
BABI
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Bank Indonesia ini yang dimaksud dengan:
1. Bank adalah Bank Umum sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang
Nomor 7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan
Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998, yang melaksanakan' kegiatan usaha
berdasarkan prinsip syariah.
2. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja di kantor
pusat baak umum konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari Kantor
Cabang Syariah dan atau Unit Syariah, atau unit kerja di Kantor Cabang Baak
Asing yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi
sebagai kantor induk dari Kantor Cabang Pembantu Syariah dan atau Unit
Syariah.
3. Kantor Cabang Bauk Asing adalah kantor cabang dari suatu bank yang
berkedudukan di luar negeri
4. Direksi:
a. bagi bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas adalah direksi sebagairnana
dimaksud dalam Pasal 1 angka 4 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995
tentang Perseroan Terbatas;
b. bagi baak berbentuk hukum Perusahaan Daerah adalah direksi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 11 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1962 tentang
Perusahaan Daerah;
c. bagi bank berbentuk hukum Koperasi adalah pengurus sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
Perkoperasian.
-4-
5. Komisaris:
a. bagi bank berbentuk hukum Perseroan Terbatas adalah komisaris
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1 angka 5 Undang-Undang Nomor I
Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas;
b. bagi bank berbentuk hnkum Perusahaan Daerah adalah pengawas
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19 Undang-Unclang Nomor 5 Ta:hun
1962 tentang Perusahaan Daerah;
c. bagi bank berbentuk hukum Koperasi adala:h pengawas sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38 Undang-Undang Nomor 25 Ta:hun 1992 tentang
Perkoperasian.
6. Tingkat Kesehatan Bank adalah hasil penilaian knalitatif atas berbagai aspek
yang berpengaruh terhadap kondisi atau kinerja suatu Bank atau UUS melalui:
a. Penilaian Kuantitatif dan Penilaian Kualitatif terhadap faktor-faktor
permodalan, knalitas aset, rentabilitas, likuiditas, sensitivitas terhadap risiko
pasar; dan
b. Penilaian Kualitatif terhadap faktor manajemen.
7. Peringkat Komposit adalah peringkat akhir hasil penilaian Tingkat Kesehatan
Bank.
8. Penilaian Kuantitatif adala:h penilaian terhadap posisi, perkembangan maupun
proyeksi rasio-rasio keuangan Bank atau UUS.
9. Penilaian Kualitatif adalah penilaian terhadap faktor-faktor yang menduknng
hasil Penilaian Kuantitatif, penerapan manajemen risiko, dan kepatuhan Bank
atauUUS.
10. Manajemen Risiko adalah serangkaian prosedur dan metodologi yang digunakan
untuk mengidentifikasi, mengukur, memantau, dan mengendalikan risiko yang
timbul dari kegiatan usaha Bank dan UUS.
- 5 -
11. Faktor Finansial adalah salah satu faktor pembentuk Tingkat Kesehatan Bank
yang terdili dari faktor pe1modalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan
sesitivitas terhadap risiko pasar.
12. Peringkat Faktor Finansial adalah peringkat akhir hasil penilaian Faktor
Fmansial.
Pasal 2
(1) Bank wajib melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan prinsip kehati-hatian
dan prinsip syariah dalam rangka menjaga atau meningkatkan Tingkat
Kesehatan Bank.
(2) Komisaris dan Direksi Bank wajib memantau dan mengambil langkah-langkah
yang diperlukan agar Tingkat Kesehatan Bank sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dipenuhi.
Pasal 3
Penilaian Tingkat Kesehatan Bank mencakup penilaian terhadap faktor-faktor
sebagai berikut:
a. permodalan (capital);
b. kualitas aset (asset quality);
c. manajemen (management);
d. rentabilitas (earning);
e. likuiditas (liquidity); dan
f. sensitivitas terhadap risiko pasar (sensitivity to market risk).
Pasal 4
(1) Penilaian terhadap faktor pem1odalan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
-6-
humf a meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. kecukupan, proyeksi (trend ke depan) permodal.an dan kemampuan
permodalan dalam mengcover risiko;
b. kemampuan memelihara kebutuhan penambahan modal yang berasal dari
keuntungan, rencana permodalan untuk: mendukung pertumbuhan usaha,
akses kepada sumber permodalan dan kinerja keuangan pemegang saham.
(2) Penilaian terhadap faktor kualitas aset sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
hurufb meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. kualitas aktiva produktif, perkembangan kualitas aktiva produktif
be1masalah, konsentrasi eksposur risiko, dan eksposur 1isiko nasabah inti.
b. kecukupan kebijakan dan prosedur, sistem kaji ulang (review) internal,
sistem dokumentasi dan kinerja penanganan aktiva produktifbermasalah.
(3) Penilaian terhadap faktor manajemen sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
hmuf c meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. kualitas manajemen Ulllum, penerapan manajemen risiko temtama
pemaltaman manajemen atas risiko Bank atau UUS;
b. kepatuhan Bank atau UUS terhadap ketentuan yaµg berlaku, komitIDen
kepada Bank Indonesia maupun pihak lain, dan kepatuhan terhadap prinsip
syarialt terniasuk edukasi pada masyarakat, pelaksanaan fungsi sosial.
(4) Penilaian terhadap faktor rentabilitas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
hmuf d meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. kemampuan dalam menghasilkan laba, kemampuan laba mendukung
ekspansi dan menutup risiko, serta tingk:at efisiensi;
b. diversifikasi pendapatan te1masuk kemampuan bank untuk mendapatkan
fee based income, dan diversifikasi penanaman dana, serta penerapan
prinsip akuntansi dalam pengakuan pendapatan dan biaya.
-7-
(5) Penilaian terhadap faktor likuiditas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf e meliputi penilaian terhadap komponen-komponen sebagai berikut:
a. kemampuan memenuhi kewajiban jangka pendek, potensi maturity
mismatch, dan konsentrasi sumber pendanaan;
b. kecukupan kebijakan pengelolaan likuiditas, akses kepada sumber
pendanaan, dan stabilitas pendanaan.
(6) Penilaian terhadap faktor sensitivitas terhadap risiko pasar sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf f meliputi penilaian terhadap komponen
komponen sebagai berikut:
a. kemampuan modal Bank atau UUS mengcover potensi kerugian sebagai
akibat flnktuasi (adverse movement) nilai tnkar;
b. kecukupan penerapan manajemen risiko pasar.
Pasal 5
(1) Penilaian pe1ingkat komponen atau rasio keuangan pembentnk faktor
permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan sensitivitas terhadap
risiko pasar diliitung secara kuantitatif.
(2) Penilaian peringkat komponen pembentnk faktor manajemen dilakukan
melalui analisis dengan mempertimbangkan indikator pendnkung dan unsur
judgement.
(3) Peringkat setiap ras10 sebagaimana dimaksud pada ayat (1) terdiri dari
pe1ingkat 1, peringkat 2, peringkat 3, peringkat 4, dan peringkat 5.
(4) Peringkat setiap komponen sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri dari
peringkat A, peringkat B, peringkat C, dan peringkat D.
- 8 -
Pasal 6
(1) Berdasarkan hasil penilaian peringkat setiap rasio dan komponen sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ditetapkan pe1ingkat setiap faktor.
(2) Penilaian peringkat faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas,
dan sensitivitas terhadap risiko pasar ditentukan melalui analisis dengan
mempertimbangkan indikator pendukung dan atau pembanding yang relevan
(judgement) atas:
a. peringkat rasio utama; dan
b. peringkat rasio penunjang.
(3) Penilaian peringkat faktor manajemen dilaknkan dengan mempertimbangkan
unsur judgement atas peringkat komponen pembentnk.
Pasal 7
(1) Pe1ingkat faktor pennodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas, dan
sensitivitas terhadap risiko pasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat
(2) ditetapkan dalam 5 (lima) peringkat, sebagai berikut:
a. peringkat 1,
b. peringkat 2,
c. peringkat 3,
d. peringkat 4, atau
e. peringkat 5.
(2) Penilaian peringkat faktor manajemen ditetapkan dalam 4 (empat) peringkat
sebagai berikut:
a. Peringkat manajemen A mencerminkan bahwa bank memiliki kualitas tata
kelola (corporate governance) yang baik dengan kualitas manajemen risiko
dan kepatuhan yang tinggi terhadap peraturan yang berlaku dan prinsip
-9-
syariah;
b. Pelingkat manajemen B mencerminkan bahwa bank memiliki kualitas tata
kelola (corporate governance) yang cukup baik dengan kualitas
manajemen risiko dan kepatuhan yang cukup tinggi terhadap peraturan
yang berlaku dan prinsip syariah;
c. Peringkat manajemen C mencerminkan bahwa bank memiliki kualitas tata
kelola (corporate governance) yang kurang baik dengan kualitas
manajemen risiko dan atau kepatuhan yang rendah terhadap peraturan yang
berlaku dan atau prinsip syariah; atau
d. Peringkat manajemen D mencerminkan bahwa bank memiliki kualitas tata
kelola (corporate governance) yang tidak baik dengan kualitas manajemen
risiko dan atau kepatuhan sangat rendah terhadap peraturan yang berlaku
dan atau prinsip syariah.
Pasal 8
(1) Berdasarkan hasil penilaian peringkat faktor sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 7 ayat (1) ditetapkan Peringkat Faktor Finansial.
(2) Proses penilaian Peringkat Faktor Finansial dilaksanakan dengan pembobotan
atas nilai peringkat faktor permodalan, kualitas aset, rentabilitas, likuiditas,
dan sensitivitas terhadap iisiko pasar.
(3) Peringkat Faktor Finansial ditetapkan sebagai berikut:
a. Peringkat Faktor Finansial 1, mencerminkan bahwa kondisi keuangan Bank
atau UUS tergolong sangat baik dalam mendukung perkembangan usaha
dan mengantisipasi perubahan kondisi perekonomian dan industri
keuangan.
b. Peringkat Faktor Finansial 2, mencerminkan bahwa kondisi keuangan Bank
atau UUS tergolong baik dalam mendukung perkembangan usaha dan
- 10 -
mengantisipasi perubahan kondisi perekonomian dan industri keuangan.
c. Peringkat Faktor Finansial 3, mencerminkan bahwa kondisi keuangan Bank
atau UUS tergolong cukup baik dalarn mendukung perkembangan usaha
namun masih rentan/lemah dalam mengantisipasi risiko akibat perubahan
kondisi perekonomian dan industri keuangan.
d. Peringkat Faktor Finansial 4, mencerminkan bahwa kondisi keuangan Bank
atau UUS tergolong knrang baik dan sensitif terbadap pembahan kondisi
perekonomian dan industri keuangan.
e. Pe1ingkat Faktor Finansial 5, mencerminkan bahwa kondisi keuangan Bank
atau UUS yang buruk dan sangat sensitifterhadap pengaruh negatifkondisi
perekonomian, serta industri keuangan.
Pasal 9
(1) Berdasarkan basil penilaian Peringkat Faktor Finansial dan penilaian peringkat
faktor manajemen, ditetapkan Peringkat Komposit.
(2) Peringkat Komposit ditetapkan sebagai berikut:
a. Peringkat Komposit 1, mencerminkan bahwa Bank dan UUS tergolong
sangat baik dan marnpu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian
dan industri keuangan.
b. Peringkat Komposit 2, mencerminkan bahwa Bank dan UUS tergolong
baik dan mampu mengatasi pengaruh negatif kondisi perekonomian dan
industri keuangan namu11 Bank dan UUS masih memiliki kelemahan
kelemahan minor yang dapat segera diatasi oleh tindakan rutin.
c. Peringkat Komposit 3, mencerminkan bahwa Bank dan UUS tergolong
cukup baik namun terdapat beberapa kelemahan yang dapat menyebabkan
peringkat komposit memburuk apabila Bank dan UUS tidak segera
Lampiran 2. Statistik deskripitve Variabel Pengukur Kinerja Keuangan
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum CAR Tahun 2001 14 -47.41 35.50 CAR Tahun 2002 14 10.40 33.21 CAR Tahun 2003 14 10.30 31.34 CAR Tahun 2006 14 14.40 30.54 CAR Tahun 2007 14 14.00 31.81 CAR Tahun 2008 14 11.10 23.95 Valid N (listwise) 14
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum NPL Tahun 2001 14 4.75 137.40 NPL Tahun 2002 14 4.76 132.80 NPL Tahun 2003 14 1.00 159.70 NPL Tahun 2006 14 .41 10.47 NPL Tahun 2007 14 .70 8.18
NPL Tahun 2008 14 .64 8.60 Valid N (listwise) 14
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum ROE Tahun 2001 14 -168.20 77.98
ROE Tahun 2002 14 -153.51 46.45 ROE Tahun 2003 14 10.00 54.00
ROE Tahun 2006 14 10.00 56.05
ROE Tahun 2007 14 3.00 32.88
ROE Tahun 2008 14 4.19 31.71
Valid N (listwise) 14
&lescrlptive Statistics
N Minimum Maximum ROA Tahun 2001 14 -9.73 3.45 ROA Tahun 2002 14 -4.75 5.00 ROA Tahun 2003 14 .76 5.00
ROA Tahun 2006 14 1.20 4.56
ROA Tahun 2007 14 .85 14.00
ROA Tahun 2008 14 .50 4.53
Valid N (listwise) 14
Mean 13.9686
18.0086
17.0307
19.5014
18.8336
17.1171
Mean 26.7800
18.7229
15.8464
3.7357
3.2357
2.9014
Mean 13.2414
10.0193
25.4529
22.3986
19.5929
18.6429
Mean .5186
1.7686
2.6150
2.2800
2.9464
2.3307
--Std. Deviation
18.97240
7.06995
6.41947
4.80721
4.70075
3.37514
--
Std. Deviation 35.82679
3,1.50898
41.46447
2.59516
2.02891
2.11668
--
-Std. Devia ti on
55.64
49.75
11.26
1'1.78
7.97
7.59
Ms"" 965
666
443
046
815
Std. Deviation 3.35929
2.20238
1.30607
.98841
3.28528
1.17351
·-
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum BOPO Tahun 2001 14 80.60 219.00
BOPO Tahun 2002 14 75.20 138.10 BOPO Tahun 2003 14 58.00 94.27 BOPO Tahun 2006 14 65.00 90.00 BOPO Tahun 2007 14 8.75 93.04
BOPO Tahun 2008 14 62.75 95.12
Valid N (listwise) 14
Descriptive Statistics
N Minimum Maximum LOR Tahun 2001 14 18.18 75.00 LOR Tahun 2002 14 19.39 62.00 LOR Tahun 2003 14 23.85 72.82 LOR Tahun 2006 14 17.11 87.68 LOR Tahun 2007 14 30.00 109.31 LOR Tahun 2008 14 40.98 128.48 Valid N (listwise) 14
Mean 103.3129
89.5293
83.9557
79.9007
76.1114
81.6143
Mean 34.6029
38.1543
45.9593
62.3764
71.9114
75.9207
Std.
1
Deviation 43.9ii56il
5:12352
9.65316
8.02269
21:10003
0.20296 1
Std. Deviation 16.72248
15.26708
14.40743
22.80882
23.14096
20.32385
--
Lampiran 3. Statistik Deskriptiv Perusahaan
Statistik Deskriptlf CAR dari Tahun 2001 • 2003
Std. N Minimum Maximum Mean Deviation
Bank Negara Indonesia 3 14.46 18.15 16.0967 1.87996
Bank Rakyat Indonesia 3 12.62 19.64 15.1933 3.86680
Bank OKI 3 19.62 27.12 24.2567 4.05229
Bank CIMB Niaga 3 11.58 16.58 13.6267 2.62041
Bank Danamon 3 25.30 35.50 29.2000 5.50727
Bank Permata 3 10.30 11.80 10.8333 .83865
Bank Tabungan Negara 3 10.85 12.19 11.4767 .67419
Bank lnternasional Indonesia 3 -47.41 33.21 2.6067 43.67556
BPD Jawa Barat & Banten 3 19.62 27.12 24.2567 4.05229 BPD Kalimantan Selatan 3 10.65 12.55 11.4167 1.00167
BPD Sumatera Selatan 3 13.55 16.18 15.1633 1.41288
BPD Nusa Tenggara Bara! 3 12.44 19.35 16.1467 3.48239
Bank HSBC Indonesia 3 13.00 19.00 16.0000 3.00000
BPD Riau 3 \~.45 31.34 22.4300 8.11891
Valid N (listwise) 3
Statistik Deskrlptif NPL Tahun 2001 • 2003
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Bank Negara Indonesia 3 6.54 18.26 11.0600 6.30289
Bank Rakyat Indonesia 3 4.93 6.74 5.9000 .91198
Bank DKI 3 4.53 14.87 9.6633 l 5.17039
Bank CIMB Niaga 3 3.61 8.28 6.0167 2.33830
Bank Danamon 3 132.80 159.70 143.3000 14.38784
Bank Permata 3 10.30 29.60 22.3667 10.51871
Bank Tabungan Negara 3 1.97 4.76 3.8267 1.60793
Bank lnternasional Indonesia 3 6.20 61.88. 25.7000 31.36451
BPD Jawa Bara! & Banten 3 4.53 14.87 9.6633 5.17039
BPD Kalimantan Selatan 3 4.65 8.35 6.4167 1.85562
BPD Sumatera Selatan 3 5.37 9.22 7.4100 1.93528
BPD Nusa Tenggara Baral 3 4.65 8.05 6.4833 1.71561
Bank HSBC Indonesia 3 1.00 44.00 22.6667 21.50194
BPD Riau 3 2.77 8.65 5.8233 2.94655
Valid N (listwise) 3
Lampiran 3. Statistik Deskriptiv Perusahaan
Statistlk Deskriptif CAR dari Tahun 2001 - 2003
Std. N Minimum Maximum Mean Deviation
Bank Negara Indonesia 3 14.46 18.15 16.0967 1.87996 Bank Rakyat Indonesia 3 12.62 19.64 15.1933 3.86680 Bank DKI 3 19.62 27.12 24.2567 4.05229 Bank CIMB Niaga 3 11.58 16.58 13.6267 2.62041 Bank Danamon 3 25.30 35.50 29.2000 5.50727 Bank Permata 3 10.30 11.80 10.8333 .83865 Bank Tabungan Negara 3 10.85 12.19 11.4767 .67419 Bank lnternasional Indonesia 3 -47.41 33.21 2.6067 43.67556 BPD Jawa Barat & Banten 3 19.62 27.12 24.2567 4.05229 BPD Kalimantan Selatan 3 10.65 12.55 11.4167 1.00167 BPD Sumatera Selatan 3 13.55 16.18 15.1633 1.41288 BPD Nusa Tenggara Barat 3 12.44 19.35 16.1467 3.48239 Bank HSBC Indonesia 3 13.00 19.00 16.0000 3.00000 BPD Riau 3 \~45 31.34 22.4300 8.11891 Valid N (listwise) 3
Statlstik Deskriptlf NPL Tahun 2001 - 2003
N Mininium Maximum Mean Std. Deviation Bank Negara Indonesia 3 ' 6.54 18.26 11.0600 6.30289 Bank Rakyat Indonesia 3 4.93 6.74 5.9000 .91198 Bank OKI 3 4.53 14.87 9.6633 5. 17039 Bank CIMB Niaga 3 3.61 8.28 6.0167 2.33830 Bank Danamon 3 132.80 159.70 143.3000 14.38784 Bank Permata 3 10.30 29.60 22.3667 10.51871 Bank Tabungan Negara 3 1.97 4.76 3.8267 1.60793 Bank lnternasional Indonesia 3 6.20 61.88 25.7000 31.36451 BPD Jawa Baral & Banten 3 4.53 14.87 9.6633 5.17039' BPD Kalimantan Selatan 3 4.65 8.35 6.4167 1.85562 BPD Sumatera Selatan 3 5.37 9.22 7.4100 1.93528 BPD Nusa Tenggara Barat 3 4.65 8.05 6.4833 1.71561 Bank HSBC Indonesia 3 1.00 44.00 22.6667 21.50194 BPD Riau 3 2.77 8.65 5.8233 2.94655 Valid N (listwise) 3
Statistik Deskrlptive ROE dari Tahun 2001 • 2003
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Bank Negara Indonesia 3 22.64 46.45 37.1733 12.74572 Bank Rakyat Indonesia 3 30.36 38.81 35.6633 4.61942 Bank OKI 3 19.61 28.88 22.8967 5.19011 Bank CIMB Niaga 3 12.22 37.53 23.4567 12.89124 Bank Danamon 3 16.60 31.40 23.4333 7.46481 Bank Permata 3 -168.20 10.00 -103.9033 98.91626 Bank Tabungan Negara 3 18.10 31.31 24.8233 6.60818 Bank lnternasional Indonesia 3 -22.22 77.98 24.6333 50.41461 BPD Jawa Barat & Banten 3 19.61 28.88 22.8967 5.19011 BPD Kalimanlan Selatan 3 19.63 22.65 21.1900 1.51248 BPD Sumatera Selatan 3 20.21 23.58 22.0767 1.71413 BPD Nusa Tenggara Baral 3 20.04 22.74 21.5233 1.36961 Bank HSBC Indonesia 3 -12.00 54.00 29.3333 36.01851 BPD Riau 3 17.35 26.43 22.1333 4.55952 Valid N (listwise) 3
Statistik Deskrlptive ROA darl Tahun 2001 • 2003
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Bank Negara Indonesia 3 1.25 2.29 1.8400 .53395 Bank Rakyat Indonesia 3 1.62 2.75 2.0667 .60103 Bank OKI 3 2.40 3.45 2.7533 .60335 Bank CIMB Niaga 3 .37 1.92 .9667 .83429 Bank Oanamon 3 1.30 3.30 2.2000 1.01489 Bank Permala 3 -4.75 1.40 ·1.9333 3.10738 Bank Tabungan Negara 3 .49 1.13 .8133 .32005 Bank lnlernasional Indonesia 3 -9.73 .76 -2.8533 5.95794 BPD Jawa Baral & Banten 3 2.40 3.45 2.7533 .60335 BPD Kalimantan Selatan 3 2.88 4.45 3.6267 .78780 BPD Sumatera Selatan 3 1.54 3.77 2.6633 1.11509 BPD Nusa Tenggara Baral 3 1.86 3.35 2.5867 .74568 Bank HSBC Indonesia 3 -1.00 5.00 3.0000 3.46410 BPD Riau 3 1.50 3.04 2.3933 .79908 Valid N (listwise) 3
Statistik Deskriptlf BOPO darl Tahun 2001 - 2003
N Minimum Maximum Mean .fild. Deviation Bank Negara Indonesia 3 83.01 89.71 86.0967 3.38091 Bank Rakyat Indonesia 3 79.19 90.81 86.6400 6.46722 Bank DKI 3 81.81 86.05 83.2900 2.39232 Bank CIMB Niaga 3 84.76 88.26 86.4567 1.75244 Bank Danamon 3 83.79 87.43 85.6300 1.82033 Bank Permata 3 90.90 138.10 109.8333 24.94581 Bank Tabungan Negara 3 93.04 95.92 94.4100 1.44510 Bank lnternasional Indonesia 3 93.29 191.98 127.9067 55.54908 BPD Jawa Barat & Banten 3 81.81 86.05 83.2900 2.39232 BPD Kalimantan Selatan 3 81.96 86.26 84.1567 2.15152 BPD Sumatera Selatan 3 82.97 86.09 84.3967 1.57700 BPD Nusa Tenggara Barat 3 84.50 87.69 86.1267 1.59594 Bank HSBC Indonesia 3 58.00 219.00 118.0000 87.98295 BPD Riau 3 70.67 80.60 75.4900 4.97135 Valid N (listwise) 3
Statistik Deskriptif LDR darl Tahun 2001 - 2003
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Bank Negara Indonesia 3 35.30 41.41 38.0733 3.09371 Bank Rakyat Indonesia 3 56.08 62.37 58.3333 3.50375 Bank OKI 3 18.18 44.00 29.6567 13.14654 Bank CIMB Niaga 3 45.96 72.82 59.6700 13.43875 Bank Danamon 3 26.30 56.50 44.7667 16.18683 Bank Permata 3 37.90 40.50 39.3767 1.33553 Bank Tabungan Negara 3 46.28 58.27 51.9533 6.02083
Bank lnternasional Indonesia 3 19.39 35.03 29.7867 9.00389 BPD Jawa Barat & Banten 3 18.18 44.00 29.6567 13.14654 BPD Kalimantan Selatan 3 20.58 33.86 27.7000 6.69185
BPD Sumatera Selatan 3 19.86 43.76 28.8667 12.99200 BPD Nusa Tenggara Baral 3 22.65 27.66 25.2533 2.51078
Bank HSBC Indonesia 3 62.00 75.00 66.3333 7.50555
BPD Riau 3 23.85 25.40 24.5833 .77835 Valid N (listwise) 3
Statistlk Deskriptif CAR darl Tahun 2006 - 2008
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Bank Negara Indonesia 3 15.95 18.33 17.3100 1.22589 Bank Rakyat Indonesia 3 17.36 19.77 18.4400 1.22430 Bank OKI 3 15.09 17.81 16.7033 1.42903 Bank CIMB Niaga 3 16.65 18.62 17.6233 .98521 Bank Danamon 3 15.40 20.80 18.8333 2.98385 Bank Permata 3 11.10 14.40 13.1667 1.80093 Bank Tabungan Negara 3 18.23 21.86 20.3567 1.89358 Bank lnternasional Indonesia 3 19.93 24.08 21.7800 2.11128 BPD Jawa Baral & Banten 3 15.32 17.77 16.5700 1.22577 BPD Kalimantan Selatan 3 17.49 27.47 22.6133 4.99534 BPD Sumalera Selatan 3 14.99 19.41 16.9567 2.24983 BPD Nusa Tenggara Baral 3 14.18 17.53 15.7633 1.68251 Bank HSBC Indonesia 3 12.00 15.06 13.8933 1.65437 BPD Riau 3 23.95 31.81 28.7667 4.21941 Valid N (listwise) 3
Statlstik Deskriptlf NPL dari Tahun 2006 - 2008
.N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Bank Negara Indonesia 3 8.18 10.47 9.0833 1.21911 Bank Rakyat Indonesia 3 3.83 4.99 4.5367 .62011 Bank DKI 3 4.15 4.92 4.5400 .38510 Bank CIMB Niaga 3 2.50 4.74 3.5700 1.12334 Bank Danamon 3 2.30 3.30 2.6333 .57735 Bank Permata 3 3.50 6.40 4.8333 1.46401 Bank Tabungan Negara 3 3.91 4.59 4.1833 .35907 Bank lnternasional Indonesia 3 2.66 5.43 3.7367 1.48440 BPD Jawa Baral & Banten 3 .41 .79 .6333 I .19858 BPD Kalimanlan Selatan 3 1.29 2.88 2.1200 .79731 BPD Sumalera Selatan 3 2.09 2.52 2.2800 .21932 BPD Nusa Tenggara Baral 3 .64 1.87 1.2733 .61582 Bank HSBC Indonesia 3 1.00 1.33 1.1100 .19053 BPD Riau 3 1.30 1.74 1.5400 .22271 Valid N (listwise) 3
-·-·· ·-··-I
. :\PUSTAKAAN UTAl\llA I Statistik Deskriptif ROE dari Tahun 2006 • 2008 I thN SYAHID JAKARTA
-N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Bank Negara Indonesia 3 4.19 21.07 15.0267 9.40562 Bank Rakyat Indonesia 3 31.55 32.93 32.0633 .75481 Bank DKI 3 14.00 15.60 14.8800 .81191 Bank CIMB Niaga 3 15.52 17.62 16.6900 1.07037 Bank Danamon 3 14.60 22.90 17.7000 4.53100 Bank Permata 3 12.40 18.10 14.5333 3.10859 Bank Tabungan Negara 3 20.11 23.36 21.6700 1.62890 Bank lnternasional Indonesia 3 9.48 19.49 13.6200 5.22443 BPD Jawa Barat & Banten 3 19.58 22.26 20.6733 1.42131 BPD Kalimantan Selatan 3 27.54 33.80 29.6833 3.56615 BPD Sumatera Selatan 3 16.40 19.79 18.2900 1.72832 BPD Nusa Tenggara Barat 3 16.36 26.98 20.5200 5.67130 Bank HSBC Indonesia 3 3.00 14.00 9.0000 5.56776 BPD Riau 3 26.90 56.05 38.6100 15.39660 Valid N (listwise) 3
Statistik Deskriptif ROA dari Tahun 2006 • 2008
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation Bank Negara Indonesia 3 .50 1.85 1.0667 .70059 Bank Rakyat Indonesia 3 4.17 4.56 4.3333 .20257 Bank OKI 3 1.39 1.65 1.4833 .14468 Bank CIMB Niaga 3 1.85 2.30 2.0867 .22591 Bank Danamon 3 1.50 2.40 1.9000 .45826 Bank Permata 3 1.20 1.90 1.6000 .36056 Bank Tabungan Negara 3 1.67 1.89 1.7800 .11000 Bank lnternasional Indonesia 3 1.12 1.43 1.2667 .15567 BPD Jawa Barat & Banten 3 2.44 3.0·1 2.7567 .29023 BPD Kalimantan Selatan 3 2.57 3.19 2.9533 .33501 BPD Sumatera Selatan 3 1.32 1.78 1.5467 .23007 BPD Nusa Tenggara Barat 3 2.12 4.53 2.9733 1.35020 Bank HSBC Indonesia 3 2,00 14.00 6.3933 6.61393 BPD Riau 3 2.46 3.75 3.1267 .64609 Valid N (listwise) 3
Statlstlk Deskriptlf BOPO dari Tahun 2006 • 2008
N Minimum Maximum Mean Bank Negara Indonesia 3 84.88 95.12 91.0133 Bank Rakyat Indonesia 3 70.12 73.78 72.5600 Bank OKI 3 86.20 89.71 88.0167 Bank CIMB Niaga 3 80.58 84.92 83.1333 Bank Danamon 3 81.46 87.89 84.8900 Bank Permata 3 84.80 90.00 87.9000 Bank Tabungan Negara 3 85.87 87.56 86.5700 Bank lnternasional Indonesia 3 89.82 93.91 91.7167 BPD Jawa Baral & Banten 3 76.08 79.12 77.5733 BPD Kalimantan Selatan 3 72.85 78.15 75.1333 BPD Sumatera Selatan 3 80.22 87.72 83.8867 BPD Nusa Tenggara Baral 3 8.75 82.56 54.8633 Bank HSBC Indonesia 3 62.75 65.00 63.9167 BPD Riau 3 66.18 69.30 67.7500 Valid N (listwise) 3
Statistik Deskriptif LOR dari Tahun 2006 - 2008
N Minimum Maximum Mean Bank Negara Indonesia 3 49.02 70.46 60.0133 Bank Rakyat Indonesia 3 73.88 77.29 75.1200 Bank OKI 3 52.40 68.58 62.6533 Bank CIMB Niaga 3 80.61 95.00 86.7667 Bank Danamon 3 75.50 88.10 83.3333 Bank Permata 3 81.80 88.00 84.3000 Bani< Tabungan Negara 3 83.75 96.30 90.8100 Bank lnternasional Indonesia 3 57.22 79.45 70.9233 BPD Jawa Baral & Banten 3 68.43 79.02 74.3733 BPD Kalimantan Selatan 3 29.96 54.08 39.8467 BPD Sumatera Selatan 3 34.88 67.44 48.8833 BPD Nusa Tenggara Baral 3 87.68 128.48 108.4900 Bank HSBC Indonesia 3 65.00 67.29 66.0967 BPD Riau 3 17.11 40.98 29.3633 Valid N (listwise) 3
Std. Deviation 5.41248 2.11310
1.75825
2.26930
3.23650 2.74044
.88153 2.06108 1.52070 2.72504 3.75278
40.20397 1.12731 1.56010
Std. Deviation 10.73045
1.88566 8.91561
7.41636 6.83691 3.26956 6.42062
11.98506 5.41277
12.63383 16.75076 20.41236
1.14806 11.94773
Lampiran 4. Hasil Uji Mann - Whitney
Test Statistics"
CAR Mann-Whitney U 708.500 WilcoxonW 1611.500 z -1.552
Asymp. Sig. (2-tailed) .121
a. Grouping Variable: Unit Usaha
Test Statistics"
NPL Mann-Whitney U 219.000 WilcoxonW 1122.000
z -5.932
Asymp. Sig. (2-tailed) .000
a. Grouping Variable: Unit Usaha
Test Statistics"
ROE Mann-Whitney U 641.000
WilcoxonW 1544.000 z -2.156 Asymp. Sig. (2-tailed) .031
a. Grouping Variable: Unit Usaha
Test Statistics"
ROA Mann-Whitney U 805.000
WilcoxonW 1708.000 z -.689 Asymp. Sig. (2-tailed) .491
a. Grouping Variable: Unit Usaha
Test Statistics"
BOPO Mann-Whitney U 595.000 WilcoxonW 1498.000
z -2.568
Asymp. Sig. (2-tailed) .010
a. Grouping Variable: Unit Usaha
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test
Normal Parameters a,o
N Mean Std. Deviation Kolmoaorov-Smirnov Z Asvmo. Sia. (2-tailed) CAR 84 17.4100 9.09410 1.881 .002 NPL 84 11.8704 27.09218 3.571 .000 ROE 84 18.2246 31.00067 2.910 .000 ROA 84 2.0765 2.33954 1.819 .003 BOPO 84 85.7374 22.99728 2.493 .000 LOR 84 54.8208 24.61526 .749 .629
a. Test distribution is Normal.
b. Calculated !ram data.
Uji Ttest Sample Independent LOR
Independent Samples Test
Levene's Test for Eoualitv of Variances I-test for Eaualitv of Means _./
F Sia. t di Sia. (2-tailedl LOR Equal variances
2.032 .158 -7.216 82 .000 assumed Equal variances
-7.216 73.961 .000 not assumed
Tabel4.21
Tabel Uji rata -rata Keseluruhan
Variabel Uji Rata - rata Probabilitas Hipotesis Keterangan
CAR Uji Man Whitney 0.121 Ho tidak ditolak Sama
NPL Uji Man Whitney 0.000 Ho ditolak Berbeda
ROE Uji Man Whitney 0.031 Ho ditolak Berbeda
ROA Uji Man Whitney 0.491 Ho tidak ditolak Sama
BOPO Uji Man Whitney 0.010 Ho ditolak Berbeda
LDR Uji Independent Sample T Test 0.000 Ho ditolak Berbeda
H
Sebelum Mempunyai Unit usaha Syariah
!llama Perusahaan CAR NPL ROE
2001 2002 2003 2001 2002 2003 2001 2002 2003
ink Neoara Indonesia 18.15 14.46 15.68 18.26 8.38 6.54 42.43 46.45 22.64 ink Rakvat Indonesia 13.32 12.62 19.64 6.74 4.93 6.03 38.81 30.36 37.82 1nkDKI 27.12 26.03 19.62 14.87 9.59 4.53 28.88 19.61 20.2 ink CIMB Niaaa 16.58 12.72 11.58 8.28 6.16 3.61 20.62 12.22 37.53 ink Danamon 35.5 25.3 26.8 137.4 132.8 159.7 16.6 22.3 31.4 ink Permata 11.8 10.4 10.3 29.6 27.2 10.3 -168.2 -153.51 10 ink Tabunaan Neaara 10.85 11.39 12.19 4.75 4.76 i.97 25.06 31.31 18.1 ink lntemasional Indonesia -47.41 33.21 22.02 61.88 9.02 6.2 '77.98 -22.22 18.14 'D Jawa Barat & Banten 27.12 26.03 19.62 14.87 9.59 4.53 28.88 19.61 20.2 'D Kalimantan Selatan 12.55 11.05 10.65 8.35 6.25 4.65 22.65 21.29 19.63 'D Sumatera Selatan 16.18 15.76 13.55 9.22 7.64 5.37 23.58 22.44 20.21 'D Nusa Tenrmara Barat 19.35 16.65 12.44. 8.05 6.75 4.65 22.74 21.79 20.04 mk HSBC Indonesia 19 16 13 44 23 1 -12 46 54 'D Riau 15.45 20.5 31.34 8.65 6.05 2.77 17.35 22.62 26.43
:Sesudall Mempunyat Untt usana ~yanan "
Nama Perusahaan CAR NPL ROE
2006 2007 2008 2006 2007 2008 2006 2007 2008
lank Neqara Indonesia 15.95 17.65 18.33 10.47 8.18 8.6 19.82 21.07 4.19 lank Rakvat Indonesia 19.77 18.19 17.36 4.79 4.99 3.83 32.93 31.55 31.71 lank DKI 17.81 15.09 17.21 4.55 4.15 4.92 15.6 14 15.04 lank CIMB Niaqa 16.65 17.6 18.62 3.47 4.74 2.5 16.93 17.62 15.52 lank Danamon 20.8 20.3 15.4 3.3 2.3 2.3 15.6 22.9 14.6 lank Permata 14.4 14 11.1 6.4 4.6 3.5 13.1 18.1 12.4 lank Tabunaan Neaara 18.23 21.86 20.98 3.91 4.05 4.59 23.36 21.54 20.11 lank lntemasional Indonesia 24.08 21.33 19.93 5.43 3.12 2.66 19.49 9.48 11.89 lPD Jawa Barat & Banten 15.32 17.77 16.62 0.41 0.7 0.79 22.28 19.58 20.16 lPD Kalimantan Selatan 27.47 22.88 17.49 2.88 2.19 1.29 33.8 27.54 27.71 3PD Sumatera Selatan 19.41 14.99 16.47 2.52 2.23 2.09 16.4 18.68 19.79 3PD Nusa Tennnara Barat 17.53 15.58 14.18 1.87 1.31 0.64 18.22 16.36 26.98 3ank HSBC Indonesia 15.06 14.62 12 1 1 1.33 10 3 14 3PD Riau 30.54 31.81 23.95 1.3 1.74 1.58 56.05 32.88 26.9
.. -
Nama Perusahaan ROA BOPO LDR
2001 2002 2003 2001 2002 2003 2001 2002 2003
k Neoara Indonesia 1.98 2.29 1.25 85.57 83.01 89.71 35.3 37.51 41.41 k Rakvat Indonesia 1.62 1.83 2.75 90.81 89.92 79.19 56.08 56.55 62.37 kDKI 3.45 2.41 2.4 82.01 86.05 81.81 18.18 26.79 44 kCIMB Niaoa 0.37 0.61 1.92 84.76 86.35 88.26 45.96 60.23 72.82 kDanamon 1.3 2 3.3 83.79 85.67 87.43 26.3 51.5 56.5 k Permata -2.45 -4.75 1.4 100.5 138.1 90.9 39.73 40.5 37.9 k Tabunaan Neaara 0.49 1.13 0.82 95.92 93.04 94.27 46.28 51.31 58.27 k lntemasional Indonesia -9.73 0.41 0.76 191.98 98.45 93.29 34.94 19.39 35.03 ) Jawa Barat & Banten 3.45 2.41 2.4 82.01 86.05 81.81 18.18 26.79 44
> Kalimantan Selatan 2.88 3.55 4.45 81.96 84.25 86.26 20.58 28.66 33.86 > Sumatera Selatan 1.54 2.68 3.77 82.97 84.13 86.09 19.86 22.98 43.76 > Nusa Tenaaara Barat 1.86 2.55 3.35 84.5 86.19 87.69 22.65 25.45 27.66 k HSBC Indonesia -1 5 5 219 77 58 75 62 62 J Riau 1.5 2.64 3.04 80.6 75.2 70.67 25.4 24.5 23.85