studi eksperimen pembuatan komposit metal matrik …eprints.ulm.ac.id/694/1/material 21.pdf ·...
TRANSCRIPT
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Material 21
Studi Eksperimen Pembuatan Komposit Metal Matrik Aluminium Penguat SiC Wisker dan Al2O3 Partikel sebagai Material Alaternatif
Ketut Suarsana 1, a*, Putu Wijaya Sunu2,b (1)
Jurusan Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas Udayana (2)
Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Bali. Kampus Bukit Jimbaran Bali , Telepon (0361) 813321
Abstrak Pengembangan material komposit berbasis logam pada dunia industri cukup potensial untuk
memenuhi akan komponen-komponen permesinan. Dengan adanya perkembangan bahan yang
sangat pesat, maka dituntut untuk menghasilkan bahan ringan dan murah yang merupakan
persyaratan utama dalam dunia industri pembuatan komponen-komponen mesin. Hal ini
memunculkan inovasi baru dalam pembuatan Aluminium Matrix Composite Whisker (AMCw)
yang berbasis matrik Alumunium dengan penguat Silicon Carbon whisker dan Al2O3 partikel.
Metode yang digunakan dalam penelitian adalah dengan proses powder metalurgi dan variasi
komposisi penguat komposit. Awal proses komposit dibuat dengan variasi komposisi matrik
Aluminium dengan penguat SiCw+Al2O3p dalam komposit. Komposisi Aliminium : 90% wt, 80%
wt dan 70% wt dengan variasi penguat 10% wt, 20% wt dan 30% wt. Pembuatan material uji
dilakukan dengan proses metalurgi serbuk dimana gaya tekan 2,5 ton, waktu penahanan 15 menit.
Pengujian karakteristik dilakukan untuk menggetahui sifat fisik dan mekanik komposit. Jadi hasil
penelitian adalah penambahan komposisi persen berat SiCw dan Alumina (Al2O3p) memberikan
pengaruh pada sifat fisik dan mekanik komposit. Dimana densitas dan kekerasan meningkat terjadi
pada setiap penambahan Alumina (Al2O3p) itu sendiri. Sebaliknya porositas menurun dengan
meningkatnya komposisi penguat. Hubungan antara sifat dari masing-masing komposisi penguat
SiCw dan Al2O3 pembentuk komposit yang dibuat dengan menganalisa struktur mikro yang
terbentuk.
Kata Kunci: Matrik Aluminium, SiC wisker dan Al2O3 partikel.
1. Pendahuluan
Peradaban kehidupan manusia
semakin berkembang maka kebutuhan akan
teknologi bahan juga semakin meningkat dan
beragam dalam berbagai aplikasi
penggunaannya. Ketersediaan material
konvensional yang kuantitas dan kualitasnya
terbatas memunculkan pemikiran untuk
pengembangan bahan melalui pengembangan
proses pembuatan material dengan cara
perlakuan permukaan, penambahan penguat
material lain maupun rekayasa strukturalnya.
Pengembangan komposit matriks aluminium
dalam skala besar sudah banyak dilakukan
dalam penelitian. Dimana didukung oleh
tersedianya serat karbon, boron dan wisker.
Bahan dari Aluminium Matrix Composites
(AMC) mempunyai prospek karena
menjanjikan karakteristik kekuatan dan
ketahanan deformasi termal yang baik.
Penguat serat kontinu satu arah menghasilkan
perbaikan sifat mekanik yang menonjol
dibandingkan dengan material matrik tanpa
penguatan maupun yang diskontinu [1].
Komposit adalah perpaduan dari
beberapa bahan yang dipilih berdasarkan
kombinasi sifat fisik masing-masing material
penyusunnya untuk menghasilkan material
baru dan unik dengan ikatan antara masing-
masing material penyusun sebagai matrik dan
penguat. Material Al alloy digabungkan
dengan keramik SiCw tergolong dalam jenis
material komposit Aluminium Matrix
Composite (AMC). Pada proses perekayasaan
material Aluminium Matrix Composites
(AMC) dapat menggunakan logam aluminium
alloy sebagai matrik dengan keramik SiC dan
alumina sebagai bahan penguat/pengisi.
Perbedaan dari material penyusun komposit,
antara matrik dan pengisi (filler), agar
berikatan dengan kuat, maka perlu
penambahan aditif atau penguat [2]. Model
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Material 21
penguatan dengan mengunakan jenis penguat
merupakan pengembangan dari perlakuan
permukaan pada material dasar, tapi
sebelumnya umum dilakukan dengan
rekayasa perlakuan panas (heat treatment)
pada permukaan material komposit.
Penggabungan aditif atau penguat yang
berbeda karakteristiknya, selama ini
dilakukan dengan metode bonding diffusion
yaitu penggabungan dilakukan dengan
pemanasan temperatur tinggi dengan tegangan
mekanik yang besar. Metode ini juga
mempunyai kelemahan yaitu bentuk produk
yang terbatas dan biaya produksi tinggi.
Penggabungan aditif pada temperatur dingin
dengan rekayasa permukaan lapisan melalui
prosess manufaktur metalurgi serbuk,
merupakan alternatif yang dapat
dikembangkan [3]. Salah satu metoda
pembentukan logam yang memungkinkan
adanya kontrol terhadap setiap variabel
prosesnya dapat dilakukan dalam proses fase
padat. Ketelitian dalam kontrol dan rekayasa
variabel proses merupakan hal yang menjadi
penentu kualitas hasil produk. Pencampuran
serbuk logam dengan partikel keramik untuk
membuat Metal Matrix Composites (MMC)
perlu adanya variabel yang jelas. Setelah
proses pencampuran ini biasanya diikuti
dengan cold compaction, degassing dan
perlakuan panas seperti hot isostatic pressing
(HIP) maupun sintering. Proses penekanan
adalah memadatkan serbuk atau konsolidasi
dari serbuk kedalam bentuk yang diinginkan,
agar diperoleh dimensi presisi, serta material
tidak mudah hancur. Kajian yang telah
dilakukan sebelumnya dalam bidang Metal
Matrix Composites (MMC) terutama
aluminium sebagai matrik dan Silikon carbon
sebagai penguat, adalah bertujuan untuk
meningkatkan karakteristik fisik dan
mekaniknya. Pelapisan alumina (Al2O3) pada
permukaan SiC partikel cenderung
meningkatkan karakteristik karena lebih
merata dan menyebabkan ikatan interfasial
antara penguat SiC dengan matrik Aluminium
menjadi lebih baik [4]
Dalam penelitian sebelumnya
komposit berbasis matrik Al diperkuat oleh
SiCw itu sendiri atau alumina (Al2O3) telah
banyak diteliti. Namun penguat gabungan
SiCw bersama alumina partikulat (Al2O3p)
pada aluminium matrik disebut komposit
Al/(SiCw+Al2O3p), dan dengan variasi
persentase berat belum ada meneliti. Dalam
hal ini dipandang perlu untuk membuat
material baru dengan komposisi tertentu
untuk mendapatkan sifat material yang
kekuatannya tinggi serta sebagai bahan
alternatif untuk aplikasi pengunaannya. Oleh
karena itu fokus penelitian adalah pengaruh
komposisi penguat gabungan SiCw ditambah
alumina partikulat (Al2O3p) dengan
Aluminium sebagai matrik terhadap
karakteristik komposit terutama kekuatan,
densitas, porositas dan kekerasan yang
dimiliki komposit baru.
2. Bahan dan Metode Penelitian
Bahan yang digunakan dalam
penelitian berupa serbuk dan serat dari
Aluminium Matrik, Al2O3 partikel serta SiC
whisker. Pembuatan dengan teknik metalurgi
serbuk menggunakan bahan baku yaitu Al
fine powder (≥90%) p.a Merck dan serat SiC
whisker komersial diameter (d ≈ 0.5 µm),
panjang (l ≈ 40 µm). Sebagai bahan
tambahan digunakan serbuk Al2O3 partikel
dan Etanol 96% (CH3COOH) sebagai media
pencampur. Untuk grafit (C) dari arang dan
Vasiline sebagai pelumas pada dinding cetak
tekan.
Alat penelitian
- Timbangan Digital, berfungsi untuk
penimbangan massa bahan.
- Alat Uji Microhardness Tester
- Mortar, wadah untuk proses pencampuran
- Beker glass dan gelas ukur
- Magnetik Stirrer sebagai alat untuk
pencampur serbuk dari bahan.
- Alat kompaksi CARVER dengan kapasitas
10 ton
- Mesin magnetic stirrer, mesin ini berfungsi
untuk mencampur dan mengaduk Al
dengan SiCw dan bahan wetting agen.
- Furnace , sebagai alat pemanas
- Cetakan/die, alat yang digunakan untuk
mencetak Al dengan SiCw dan bahan
wetting agen
- Alat uji Scanning Electron Microscope
(SEM)
Penentuan Persen berat (%wt) antara
Matrik dengan Penguat
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Material 21
Aluminium matrix Composite (AMCw)
dibuat dari pencampuran matrik dengan
penguat, dimana matrik adalah Aluminium
fine powder dengan penguat SiCw yang
diperkuat dengan bahan aditif. Proses
pembuatan komposit ini dilakukan dengan
proses metalurgi serbuk. Sampel komposit
AMCw yang dibuat berbentuk silindris
dengan diameter 0,8 cm dan tinggi 1 cm.
Sehingga, volume total komposit yang harus
dihasilkan ± 0,5 cm3. Bahan yang digunakan
adalah Aluminium (ρm = 2,7 gr/cm3), SiCw (ρf
= 3.2 gr/cm3) dan Al2O3 (ρf = 3,8 gr/cm
3)
dengan perbandingan persen berat (% wt)
masing-masing sebagai berikut.
Tabel 1. Komposisi Matriks Al dan penguat
(SiCw+Al2O3).
Penentuan Karakteristik komposit :
Penentuan Densitas
Densitas merupakan besaran fisis yaitu
perbandingan massa (m) dengan volume
benda (V), (Birkeland, P.W., 1984) [5]
0)(
2Hmmm
m
kgb
s
dengan : Densitas bulk (ρ) (gram/cm3), massa
sampel setelah dikeringkan di dalam oven (
ms)(gr), massa sampel yang digantung di
dalam air (mg)(gram), massa kawat
penggantung sampel (mk)(gram), massa
sampel setelah direndam didalam air / jenuh
(mb)(gr),massa jenis air (ρH2O)=1 gram/cm3)
Penentuan Porositas
Porositas suatu bahan pada umumnya
dinyatakan sebagai porositas terbuka atau
apparent
porosity, dan dapat dinyatakan dengan
persamaan standar ASTM C 373 - 88.
(Birkeland, P.W., 1984)[5] m b - m s
p = ---------------------- x 100 % mb - (mg - mk)
Kekerasan (Vickers Hardness Test)
Angka kekerasan Vickers dengan persamaan :
Scanning Electron Microscope (SEM)
Scanning Electron Microscope
merupakan mikroskop elektron yang banyak
digunakan untuk analisa permukaan
material. SEM juga dapat digunakan untuk
menganalisa data kristalografi, sehingga
dapat dikembangkan untuk menentukan
elemen atau senyawa. Prinsip kerja SEM di
mana dua sinar elektron digunakan secara
simultan. Satu strike specimen digunakan
untuk menguji dan strike yang lain adalah
Cathode Ray Tube (CRT) memberi
tampilan gambar. SEM menggunakan prinsip
scanning, maksudnya berkas elektron di
arahkan dari titik ke titik pada objek. Gerakan
berkas elektron dari satu titik ke titik yang
lain pada suatu daerah objek menyerupai
gerakan membaca. Gerakan membaca ini
disebut dengan scanning. Komponen utama
SEM terdiri dari dua unit, electron column
dan display console. Electron column
merupakan model electron beam scanning.
Sedangkan display console merupakan
elektron skunder yang di dalamnya terdapat
CRT.
3. Hasil dan Pembahasan
Densitas Komposit
Pada komposit Al-(SiCw+Al2O3p) ini,
menggunakan Aluminium sebagai matrik
dengan SiCw digabung Al2O3p sebagai
penguat, dibuat dengan proses metalurgi
serbuk. Serbuk matrik aluminium dicampur
dengan penguat SiCw dan serbuk Al2O3p,
kemudian proses kompaksi. Bakalan yang
terbentuk setelah kompaksi disebut green
density. Green density ini terbentuk karena
adanya ikatan antarmuka partikel-partikel
matrik dan penguat. Green density tidak dapat
dikatakan/dipresentasikan sebagai densitas
Al Fine
Powder
SiC wisker Penguat Al2O3 p
(% ) wt (% ) wt
90%
10 0
7 3
4 6
1 9
80%
20 0
17 3
14 6
11 9
70%
30 0
27 3
24 6
21 9
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Material 21
akhir komposit, karena ikatan antarmuka
serbuk yang terjadi masih sangat lemah.
Dari gambar 1, terlihat bahwa
peningkatan komposisi matrik Aluminium
dan penguat Al2O3p menyebabkan
peningkatan kerapatan/densitas komposit.
Peningkatan densitas juga proporsional
dengan penambahan penguat alumina, dimana
densitas bakalan (green density) naik seiring
bertambahnya komposisi persen berat (%wt)
penguat. Peningkatan densitas terjadi karena
adanya gaya adhesi-kohesi antar partikel.
Gaya ini dipengaruhi oleh penguncian antar
permukaan partikel, gaya Van Der Waals dan
gaya elektostatik. Gaya tekan yang diberikan
pada partikel akan dapat membentuk model
ikatan bola-bidang. Hal ini dikarenakan pada
model ikatan ini porositas yang terbentuk
relatif semakin kecil. Semakin meningkat
komposisi berat (%wt) penguat alumina
(Al2O3p) yang digunakan, maka semakin
besar pula nilai densitas yang diperoleh.
Gambar 1. Hubungan densitas dengan komposisi
bahan Al2O3p
Porositas Komposit
Porositas dapat terjadi akibat
terjebaknya lubrikan, gas dan terjadinnya
proses perlakuan partikel yang tidak terjadi
secara sempurna. Prediksi secara tepat
kekuatan mekanik material porus dapat
dilakukan dengan mempertimbangkan bentuk,
orientasi dan volume porositas. Analisa
porositas pada umumnya hanya
mempertimbangkan efek fraksi volume
porositas dalam kaitannya dengan kekuatan
komposit porus [6]. Persyaratan dasar
kekuatan komposit terletak pada kualitas
kekuatan antarmuka matrik dan penguat.
Ikatan antarmuka inilah yang menjadi
jembatan transmisi tegangan luar yang
diberikan dari matrik menuju partikel
penguat. Jika ikatan yang terjadi antara matrik
dengan penguat dengan baik maka transmisi
tegangan ini dapat berlangsung dengan baik
dan kuat. Keberadaan porus yang terletak
pada daerah antarmuka antar serbuk matrik
dan penguat menyebabkan terhalangnya
pembentukan ikatan antar partikel penguat
sepanjang proses kompaksi maupun
pembentukan sepanjang proses perlakuan.
Porositas juga merupakan pusat konsentrasi
tegangan eksternal yang dapat menurunkan
kemampuan material dalam menahan beban
eksternal.
Pada gambar 2. komposit Al-(SiC+
Al2O3p) porositas terjadi pada daerah antar
muka matrik dan penguat. Keberadaan
porositas menyebabkan penurunan sifat
mekanik komposit. Pada umumnya total
porositas banyak dipengaruhi oleh serat SiCw
yang orientasinya secara acak atau random
pada komposit. Hal ini berakibat ikatan
antarmuka serbuk aluminium dengan serat
SiCw menimbulkan pori lebih banyak
dibandingkan dengan serbuk Al dipadukan
dengan alumina partikel. Selain itu porositas
sangat berhubungan erat dengan
kompaktibilitas, semakin kecil ukuran serbuk
maka luas kontak permukaan antar butir
semakin luas. Bila porositas semakin kecil
maka sifat kompaktibilitas bahan semakin
tinggi begitu juga densitas bahan meningkat.
Gambar 2. Hubungan porositas dengan komposisi
bahan Al2O3p
Kekerasan Komposit
Gambar 3. menunjukkan hubungan
antara komposisi persentase berat dari
komposit Al-(SiCw+Al2O3p) terhadap
kekerasan bahan. Hal ini dapat dilihat bahwa
setiap peningkatan komposisi gabungan
penguat SiCw dan Al2O3p dengan komposisi
De
nsi
tas
(gr/
cm3
)
Al2O3p (%)
90% Al 80% Al
Po
rosi
tas
(%)
Al2O3 (%)
90% Al 80% Al
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Material 21
matriks Aluminium, menyebabkan
peningkatan dalam kekerasan. Temuan ini
mirip dengan penelitian sebelumnya [7],
bahwa semakin besar jumlah komposisi
penguat yang digunakan, semakin tinggi nilai
kekerasan yang diperoleh dan terjadi
peningkatan ikatan antar partikel. Umumnya
setiap penambahan penguatan pada
aluminium matriks menyebabkan peningkatan
kekerasan komposit. Dalam hal ini, efek
penambahan Al2O3p sendiri berdampak pada
kekerasan komposit. Pada Tabel 2.
ditampilkan data pengaruh komposisi
persentase berat penguat SiCw dan Al2O3p
pada aluminium matrik terhadap kekerasan
komposit.
Tabel 2 Data Kekerasan No Al Fine
Powder
SiC wisker
Al2O3
Kekerasan
(% ) wt (% ) wt VHN 1 VHN 2 VHN 3 Total SD Mean
1 10% 0% 94,592 96,552 92,691 283,835 1,931 94,612
2 90% 7% 3% 107,332 102,813 100,660 310,806 3,405 103,602
3 4% 6% 120,024 112,156 117,311 349,491 3,997 116,497
4 1% 9% 125,738 114,690 131,871 372,300 8,707 124,100
5 20% 0% 105,036 109,704 114,690 329,431 4,828 109,810
6 80% 17% 3% 128,750 117,311 131,871 377,933 7,666 125,978
7 14% 6% 141,947 135,107 125,738 402,792 8,137 134,264
8 11% 9% 149,320 141,947 131,871 423,138 8,759 141,046
9 30% 0% 125,738 135,107 122,831 383,677 6,415 127,892
10 70% 27% 3% 149,320 145,563 157,282 452,165 5,984 150,722
11 24% 6% 161,504 165,898 170,475 497,877 4,486 165,959
12 21% 9% 180,214 175,243 190,813 546,270 7,953 182,090 Pada gambar 3 nilai kekerasan
komposit dengan penguat (SiCw+Al2O3p)
pada 0% Al2O3p sebagai penguat dengan
komposisi komposit berturut-turut : (90%
Al+10% SiCw), (80% Al + 20% SiCw) dan
(70% Al + 30% SiCw). Ketika SiCw sendiri
meningkat tanpa Al2O3p dalam matriks
aluminium, kekerasan meningkat karena serat
SiCw ukuran diameter yang kecil, lebih kecil
dari aluminium matriks serbuk dan serat
mempunyai kekerasan yang tinggi. Hal ini
juga terjadi karena penurunan persentase berat
komposit matriks aluminium itu sendiri yang
sifatnya lunak. Salah satu sifat dari aluminium
adalah ulet (ductille) dan kekerasan yang
rendah. Disisi lain, nilai kekerasan komposit
meningkat dengan penambahan persentase
berat penguatan gabungan SiCw dan Al2O3p.
Jadi nilai kekerasan meningkat dengan
penguatan : Al2O3p dari 3%wt, 6%wt dan
9%wt, untuk masing-masing komposit
matriks aluminium.
Gambar 3. Hubungan kekerasan dengan
komposisi bahan Al2O3p
Analisa struktur mikro SEM komposit
Berdasarkan hasil penelitian, nilai
porositas dengan peningkatan komposisi
persentase berat dari penguat gabungan
SiCw+Al2O3p disetiap matrik aluminium
bahwa persentase porositas mengalami
peningkatan yang disebabkan oleh pengaruh
dominan dari penguat SiCw.
Gambar 4a. Foto SEM distribusi penguat pada
komposisi 0% Al2O3p dan 3% Al2O3p
Gambar 4b. Foto SEM distribusi penguat pada
komposisi 6% Al2O3p dan 9% Al2O3p.
Kek
eras
an (
VH
N)
Al2O3 (%)
90% Al
Porositas
berkurang
10%wt SiCw+0 %wt Al2O3 7%wt SiCw+3 %wt Al2O3
Porositas
SiC
w
SiC
w Al2O3p
1%wt SiCw+9 %wt Al2O3 4%wt SiCw+6 %wt Al2O3
SiC
w
Al2O3p Prosentase Porositas kecil
Al2O3p
Proceeding Seminar Nasional Tahunan Teknik Mesin XIV (SNTTM XIV)
Banjarmasin, 7-8 Oktober 2015
Material 21
Gambar 4(a) dan (b) menunjukkan porositas
komposit dengan 90% Aluminium matriks
dan penguatan Al2O3p dan SiCw adalah
masing-masing (0%+10% berat), (3%+7%
berat), (6%+ 4% berat), (1%+9% berat). Pada
gambar 4 terlihat semakin meningkat
komposisi Al2O3p menunjukan porositas
menurun dimana daerah ini ditunjukan
dengan semakin rapat susunan atom-atomnya.
Ini terbukti semakin kaya dengan partikel
Al2O3 kerapatan/densitas semakin meningkat,
namun ini terjadi pada saat penurunan
komposisi dari SiCw. Hal ini juga terjadi pada
penambahan partikel Al2O3 porositas
menurun dimana struktur semakin rapat dan
berkurangnya pori pada permukaan komposit.
4 Kesimpulan
Dari penelitian komposit Al+(SiCw+Al2O3p)
menggunakan yang terdiri dari aluminium
fine powder sebagai matrik dengan Silicon
Carbon whisker (SiCw) digabung alumina
partikel (Al2O3p) sebagai penguat, juga
berdasarkan hipotesa, analisa dan pengamatan
yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan
:
1. Komposisi persentase berat (%wt) penguat
pada komposit Al+(SiCw+Al2O3p)
memberikan pengaruh terhadap sifat fisik
yaitu densitas meningkat dan porositas
menurun dengan peningkatan penguat dari
alumina, dimana densitas tertinggi adalah
(ρ = 2,469 gr/cm3) dan porositas terendah
didapat pada p =5,235%.
2. Porositas menurun dengan peningkatan
penguat dari alumina, dimana porositas
tertinggi adalah p=21,546 % dan porositas
terendah didapat p = 5,235%. Sedangkan
sifat mekanik dimana nilai densitas
berbanding terbalik dengan hilai porositas.
3. Sifat mekanik yaitu kekerasan meningkat
pada komposit Al+(SiCw+Al2O3p) disetiap
peningkatan persentase berat dari alumina
partikel (3%wt Al2O3p, 6%wt Al2O3p dan
9%wt Al2O3p).
4. Struktur mikro dari komposit Al+(SiCw+
Al2O3p) disetiap peningkatan persentase
berat dari alumina (0%, 3%wt, 6%wt dan
9%wt) pada 90%Al mempengaruhi sifat
fisik dan mekanik. Jadi peningkatan
komposisi penguat Al2O3p dapat
mengurangi porositas dan meningkatkan
densitas juga kekerasan meningkat dengan
melihat visual dari hasil foto SEM.
Ucapan Terimakasih
Terimaksih yang dalam dan tak ternilai saya
berikan kepada Laboratorium Metalurgi
Teknik Mesin Fakultas Teknik Universitas
Udayana, Institut Teknologi Malang (ITN)
dan Fakultas Teknik Universitas Brawijaya
(UB) sebagai tempat melaksanakan penelitian
ini.
Daftar Pustaka
[1] Beatty, R. L. and Wyman, F. H., 1987,
Continous Silicon Carbide Whisker
Production, United state Patent, No.
4,637, 924.
[2]. Sciti, D., and Bellosi, A., 2002.
Microstructure and Properties of Alumina-
SiC nanocomposites Prepared from
Ultrafine Powders, Journal of Material
Science 37, Kluwer Academic Publishers.
[3] Widyastuti, Eddy, S., Siradj, Dedi Priadi,
and Anne Zulfia., 2008. Compactibility
Al/Al2O3 Composites with Variable Hold
Time Sintering, Makara, Sains, Vol.12,
No. 2, November (2008), 113-119.
[4] Zainuri, M., Siradj, E. S., Priadi, D., dan
Zulfia, A., 2008. Pengaruh Pelapisan
Permukaan Partikel SiC dengan Oksida
Metal terhadap Modulus Elastisitas
Komposit Al/SiC. Matrix, 12 (2), 126-
133.
[5] Birkeland, P. W., 1984. Soil dan
Geomorphologi, Oxford, University Press
New York,halaman 14-15.
[6] Garnier, V., Fantozzi, G., Nguyen, D.,
Dubois, J., & Thollet, G., 2005.
Influence of SiC whisker Morphology
and Nature of SiC / Al2O3 Interface on
Thermo Mechanical Properties of SiC
Reinforced Al2O3 Composites. Journal of
the European Ceramic Society, 25, 3485-
3493. doi : 10.1016/ j.
jeurceramsoc.2004.09.026.
[7] Gibson Ronald, F., 1994. Principles of
Composite Material Mechanics. Singapore :
McGraw- Hill.