studi awal teori “crack soil” sebagai salah satu …dampak serta kerugian yang ditimbulkan....
TRANSCRIPT
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
579
STUDI AWAL TEORI “CRACK SOIL” SEBAGAI SALAH SATU
UPAYA MITIGASI BENCANA LONGSOR
Studi Kasus: Perkebunan Kalijompo, Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember
Diah Novianti 1*
, Judiono2
1* Badan Penelitian dan Pengembangan Provinsi Jawa Timur
Jalan Gayung Kebonsari 56 Surabaya
2 Universitas Sunan Giri Surabaya
Brigjen Katamso II Waru Sidoarjo
ABSTRACT
The soil movement, called landslide disaster is one of the most common natural disasters in
Indonesia every year. In general, the threat of landslide disaster overshadows the region in
the highlands with hilly contours. Jember regency is one of the regencies in East Java
Province that has the potential of disaster-prone one of them is landslide disaster. From
field survey results in plantation area in Klungkung Village, Sukorambi District, Jember
Regency is the area of Kalijompo watershed known to the existence of cracks in some
locations. This condition indicates that the location is potentially landslide especially
during heavy rains.
Keywords: landslides, cracks, heavy rain
ABSTRAK
Pergerakan tanah atau yang sering disebut bencana alam tanah longsor merupakan salah
satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Secara umum, ancaman
bencana alam tanah longsor membayang-bayangi wilayah di daerah dataran tinggi dengan
kontur perbukitan. Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa
Timur yang memiliki potensi rawan bencana salah satu diantaranya adalah bencana tanah
longsor. Dari hasil survey lapangan di kawasan perkebunan di Desa Klungkung, Kecamatan
Sukorambi Kabupaten Jember merupakan kawasan DAS Kalijompo diketahui adanya
retakan-retakan tanah di beberapa lokasi. Kondisi ini mengindikasikan bahwa pada lokasi
tersebut berpotensi longsor terutama pada saat turun hujan deras.
Kata kunci: longsor, retakan, hujan deras
PENDAHULUAN
Pergerakan tanah atau yang sering disebut bencana alam tanah longsor merupakan
salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia setiap tahunnya. Hal ini antara lain
disebabkan oleh kondisi geologis tanah di beberapa wilayah Indonesia rata-rata terdiri dari
tanah lempung yang lunak sehingga merupakan salah satu ancaman bencana tanah longsor
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
580
longsoran tanah di beberapa wilayah Nusantara tersebut. Berdasar catatan kejadian bencana
alam, hampir seluruh pulau besar di Nusantara memiliki kabupaten dan atau kota yang
berpotensi mengalami ancaman tanah longsor. Ciri utama adalah wilayah tersebut memiliki
relief dan rupa tanah yang kasar, lembek, dengan lereng terjal. Kondisi tanah seperti itu
yang banyak terhampar khususnya di Pulau Jawa. Keadaan ini diperparah oleh curah hujan
yang tidak menentu, terkadang kering namun sering pula hujan deras tanpa henti. Kejadian
gempa bumi juga merupakan salah satu penyebab terjadinya longsoran tanah.
Secara umum, ancaman bencana alam tanah longsor membayang-bayangi wilayah
di daerah dataran tinggi dengan kontur perbukitan. Risiko bencana alam tanah longsor
memang dipengaruhi oleh faktor kepadatan dan kerentanan penduduk yang berada di lokasi
rawan tanah longsor. Kondisi bangunan dan infrastruktur di sekitar pergerakan tanah dapat
pula menjadi pemicu sejauh mana risiko kerugian yang ditimbulkan oleh bencana tanah
longsor. Akibat yang paling nyata dari bencana alam tanah longsor adalah tertimbunnya
desa atau kelompok masyarakat yang hidup persis di atas atau di bawah bukit yang labil
tanahnya. Jika hujan deras turun terus menerus tanpa henti pada suatu periode waktu pada
suatu kawasan di lereng perbukitan dengan jenis tanah adalah tanah lempung, maka perlu
diwaspadai akan terjadinya longsoran tanah.
Menurut Sutopo (2015), kejadian longsor seringkali jarang menjadi pembelajaran di
masa berikutnya. Saat terjadi bencana semua sibuk, namun selesai tanggap darurat,
semuanya lupa untuk memperbaiki agar longsor tidak berulang kembali. Permasalahan
banjir dan longsor yang terjadi selama ini, sangat terkait dengan adanya fenomena alam dan
perilaku manusia dalam penyelenggaraan/ pengelolaan alam.
Hasil penelitian Bagus S, dkk menyimpulkan, berdasarkan overlay penutup lahan,
jenis tanah, kemiringan, ketinggian, dan curah hujan, tingkat kerawanan sangat rendah dan
rendah berada di bagian selatan area penelitian meliputi kecamatan Ambulu, Ajung,
Balung, Bangsal Sari, Gumukmas, Jenggawah, Kali Wates, Puger, Rambipuji, Semboro,
Sukorambi, Sumber Baru, Tanggul, Umbul Sari, dan Wuluhan. Tingkat kerawanan
menengah dan tinggi berada di wilayah utara dan sebagian di bagian selatan yang meliputi
kecamatan Ambulu, Bangsal Sari, Gumukmas, Jenggawah, Kencong, Panti, Patrang,Puger,
Rambi Puji, Sumber Baru, Suko Rambi, Tanggul, Umbul Sari, dan Wuluhan. Desa
Klungkung, Kecamatan Sukorambi Kecamatan Jember merupakan salah satu wilayah yang
sering mengalami tanah longsor terutama saat hujan deras.
Sebagai salah satu bagian dari mitigasi, kegiatan inventarisasi retakan-retakan di
daerah rawan longsor sangat diperlukan untuk mendapatkan informasi tentang kedalaman
serta luasan kawasan yang diprediksi akan mengalami longsor.
Rumusan masalah kajian ini adalah:
a. Bagaimana kondisi lahan pada kawasan rawan bencana longsor,
b. Metode apa yang dapat digunakan untuk mendeteksi kerawanan terhadap bencana
longsor kawasan kajian.
Kajian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana kondisi lingkungan pada
kawasan rawan bencana longsor di Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember. Sedangkan
tujuannya adalah untuk menetukan metode yang dapat digunakan untuk mendeteksi
kerawanan terhadap bencana longsor kawasan kajian.
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
581
Hasil yang diharapkan dari kajian ini adalah diketahuinya metode deteksi awal kondisi alam
suatu kawasan sehingga dapat mengurangi resiko kerugian yang timbul akibat terjadinya
bencana tanah longsor di Kabupaten Bondowoso.
BAHAN DAN METODE
Kabupaten Jember merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Jawa Timur yang
memiliki potensi rawan bencana. Data di Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD)
Jember mencatat sebanyak 19 dari 31 kecamatan di Kabupaten Jember merupakan daerah
yang memiliki potensi rawan bencana alam seperti puting beliung, banjir, tanah longsor,
tsunami, dan kebakaran. Kejadian bencana alam tidak dapat diduga akan tetapi dengan
makin berkembangnya ilmu pengetahuan dan peralatan deteksi semakin canggih dapat
dilakukan inventarisasi titik-titik rawan bencana. Inventarisasi dilakukan sebagai salah satu
upaya mitigasi sehingga keputusan tindakan bisa dilakukan secara terarah dan terencana.
Mitigasi tidak dapat mencegah terjadinya bencana alam akan tetapi dapat mengurangi
dampak serta kerugian yang ditimbulkan.
Kajian ini merupakan kajian deskriptif yang akan menguraikan kondisi visual
lingkungan kawasan rawan bencana longsor berdasarkan hasil survey di lokasi dan
pengumpulan data sekunder yang berasal dari beberapa sumber antara lain jurnal, buku
serta laporan hasil penelitian. Data yang diperoleh dikompilasikan dengan teori-teori yang
ada sehingga diperoleh suatu kesimpulan ilmiah sebagai dasar dalam pengusulan
rekomendasi pemecahan permasalahan yang dihadapi.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Longsor adalah perpindahan material pembentuk lereng berupa batuan, bahan
rombakan, tanah, atau material campuran tersebut, bergerak ke bawah atau keluar lereng.
Proses terjadinya tanah longsor: air yang meresap ke dalam tanah akan menambah bobot
tanah. Jika air tersebut menembus sampai tanah kedap air yang berperan sebagai bidang
gelincir, maka tanah menjadi licin dan tanah pelapukan di atasnya akan bergerak mengikuti
lereng dan keluar lereng.
Jenis tanah pelapukan yang sering dijumpai di Indonesia adalah hasil letusan
gunung api. Tanah ini memiliki komposisi sebagian besar lempung dengan sedikit pasir dan
bersifat subur. Tanah pelapukan yang berada di atas batuan kedap air pada
perbukitan/punggungan dengan kemiringan sedang hingga terjal, berpotensi mengakibatkan
tanah longsor pada musim hujan dengan curah hujan berkuantitas tinggi. Jika perbukitan
tersebut tidak ada tanaman keras berakar kuat dan dalam, maka kawasan tersebut rawan
bencana tanah longsor.
Secara umum kejadian longsor disebabkan oleh dua faktor yaitu faktor pendorong
dan faktor pemicu. Faktor pendorong adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi
material sendiri, sedangkan faktor pemicu adalah faktor yang menyebabkan bergeraknya
material tersebut.
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
582
Jenis-Jenis Tanah Longsor
Ada enam jenis tanah longsor, yaitu
(1). Longsoran Translasi
(2). Longsoran Rotasi
(3). Pergerakan Blok
(4). Runtuhan Batu
(5). Rayapan Tanah
(6). Aliran Bahan Rombakan.
Menurut Robert E.Sheriff’s dalam “Encyclopedic Dictionary of Applied
Geophysics”, geofisika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari bumi dengan metoda
kuantitas fisika, khususnya melalui metoda seismik refleksi dan refraksi, gravitasi,
magnetik, elektrik, elektromagnet dan radioaktif. Eksplorasi geofisika merupakan
penggunaan metoda-metoda seismik, gravitasi, magnetik, kelistrikan dan elektromagnet
untuk mendapatkan minyak, gas, air dan sebagainya dengan tujuan eksploitasi yang
mempunyai nilai ekonomis.
Kelly, dkk (1993) menyimpulkan bahwa potensi dalam mengaplikasikan metode
geofisika dalam survey geologi dan geoteknik harus dipertimbangkan secara tepat. Metode
geofisika mampu menyajikan informasi penting tentang struktur atau sifat-sifat fisika
batuan dan tanah hasil pengeboran pada keadaan tertentu dengan mengurangi beberapa
tahapan pengukuran langsung. Keuntungan utama dari metode geofisika adalah
kemampuannya dalam menyajikan data dengan kualitas lebih baik dan lebih dapat
dipercaya. Untuk mencapai hasil yang tepat dalam aplikasi metode geofisika perlu
diperhatikan 3 (tiga) prinsip dasarnya, yaitu: (1). Penelitian harus terintegrasi; (2). Penelitian
harus melalui tahapan-tahapan yang tepat; dan (3). Penelitian harus ekonomis.
Lingkup dan jenis penelitian geofisika harus dirancang sedemikian hingga dapat
menghasilkan maksimal informasi penting yang dibutuhkan dengan biaya minimum serta
dapat dihindari terjadinya duplikasi dengan cara memanfaatkan hasil penelitian terdahulu
untuk penelitian selanjutnya.
Metode geolistrik merupakan salah satu metode geofisika yang mempelajari sifat
aliran listrik di dalam bumi dan bagaimana cara mendeteksinya di permukaan bumi. Dalam
hal ini meliputi pengukuran potensial, arus dan medan elektromagnetik yang terjadi baik
secara alamiah maupun akibat injeksi arus ke dalam bumi. Ada beberapa macam metode
geolistrik, antara lain : Self Potential (SP), Arus Telluric, Magnetotelluric, Electromagnet,
Induced Polarization (IP), dan Resistivitas (tahanan jenis).
Metode geolistrik berhasil diaplikasikan dalam mengatasi permasalahan lingkungan
dalam 6 (enam) jenis kegiatan (Mazἀc and Cahyna, 1988 dalam Kelly and Mares, 1993),
antara lain :
Perlindungan dan pengembangan sumber daya air ;
Perlindungan dan eksploitasi tanah ;
Eksploitasi sumber daya alam yang tidak terbaharui dan prediksi dampak yang
ditimbulkan, misalnya pergeseran tanah, kestabilan lahan, dampak abiotik dan
antropogenetik) ;
Manajemen limbah ;
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
583
Optimalisasi manajemen lingkungan dan
Perencanaan dan pembangunan wilayah perkotaan.
Kabupaten Jember adalah kabupaten di Provinsi Jawa Timur, Indonesia yang
beribu- kota di Jember. Kabupaten ini berbatasan dengan Kabupaten Probolinggo dan
Kabupaten Bondowoso di Utara, Kabupaten Banyuwangi di Timur, Samudra Hindia di
Selatan, dan Kabupaten Lumajang di Barat. Kabupaten Jember terdiri dari 31 kecamatan.
Jember memiliki luas 3.293,34 Km2 dengan ketinggian antara 0 - 3.330 mdpl. Iklim
Kabupaten Jember adalah tropis dengan kisaran suhu antara 23oC - 32
oC. Bagian Selatan
wilayah Kabupaten Jember adalah dataran rendah dengan titik terluarnya adalah Pulau
Barong. Pada kawasan ini terdapat Taman Nasional Meru Betiri yang berbatasan dengan
wilayah administratif Kabupaten Banyuwangi. Bagian Barat Laut (berbatasan dengan
Kabupaten Probolinggo adalah pegunungan, bagian dariPegunungan Iyang, dengan
puncaknya Gunung Argopuro (3.088 m). Bagian Timur merupakan bagian dari
rangkaian Dataran Tinggi Ijen. Jember memiliki beberapa sungai antara lain Sungai
Bedadung yang bersumber dari Pegunungan Iyang di bagian Tengah, Sungai Mayang yang
bersumber dari Pegunungan Raung di bagian Timur, dan Sungai Bondoyudo yang
bersumber dari Pegunungan Semeru di bagian Barat.
Jember berpenduduk 2.529.967 jiwa (JDA, BPS 2013) dengan kepadatan rata-rata
787,47 jiwa/km2.
PETA WILAYAH KABUPATEN JEMBER
Gambar 1. Peta Wilayah Kabupaten Jember
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
584
Tabel 1.
Data Curah Hujan Tahun Kabupaten Jember 2014 Kec. St.Pengukur Jan. Feb Mar Apr Mei Jun Juli Ags Sep Okt Nop Des
Kencong Kencong Kencong 312 138 84 181 101 105 15 - - 13 292 569
Wonorejo 844 143 128 220 167 145 34 - - 3 223 571
Gumukmas Gumukmas
(BT) 326 198 142 189 124 136 32 2 - 12 274 410
Gumukmas
(KT) 577 187 155 122 177 121 37 - - 38 241 539
Menampu 484 255 124 129 101 112 40 - - 40 218 518
Bedodo 387 148 168 187 204 109 47 - - 27 329 471
Bagorejo 362 110 54 124 102 116 18 - - 10 55 333
Puger Puger 502 105 74 175 65 139 17 - - 9 63 200
Grenden 442 129 47 173 64 99 10 - - 46 141 355
Jambearum 377 242 66 209 164 93 38 - - - 207 341
Wuluhan Tamansari 437 224 194 190 99 54 55 - - 16 215 414
Glundengan 495 164 192 217 83 86 149 - - 42 186 383
Lohjejer 268 82 163 139 24 103 32 - - 9 118 266
Ampel 425 137 156 139 65 83 29 - - 8 127 360
Tanjungrejo 549 172 223 152 69 72 81 - - 33 165 372
Kesilir 503 138 180 133 20 84 34 - - 43 218 248
Ambulu Sabrang DM 4 378 132 175 71 7 59 36 - - 35 177 263
Sabrang SB 1 476 234 147 72 46 91 37 - - 31 272 286
Sumberejo 555 209 165 86 57 88 45 - - 18 278 276
Karang Anyar 687 178 223 161 47 110 69 25 - 63 329 663
Tempurejo Tempurejo 727 260 257 161 80 50 68 10 - 76 278 639
Sanenrejo 594 306 228 301 199 208 91 - - 57 285 818
Silo Sumberjati 313 106 109 101 82 62 86 - - 25 149 414
Silo 439 204 71 126 74 136 146 - - 46 375 832
Mayang Seputih 630 221 184 225 235 206 80 12 - 71 248 496
Mumbulsari Karang
Kedawung 616 141 330 158 292 205 68 29 - 63 248 656
Jenggawah Kemuningsari 579 279 219 243 207 146 68 - - 112 391 546
Jenggawah 621 317 174 198 257 90 46 2 2 78 345 618
Jatisari 653 253 243 218 120 161 28 5 2 116 334 605
Dam Talang 540 208 232 192 291 191 93 5 4 42 237 597
Ajung Renes (Ajung) 745 158 191 187 137 228 103 5 - 100 183 447
Rambipuji Rambipuji 314 278 111 310 347 204 155 - - 18 288 534
Dam Makam 426 312 189 306 207 177 135 - - 32 403 694
Curah Malang 397 117 57 153 127 183 89 - - - 162 346
Rawatamtu 379 348 105 163 252 135 110 - - 4 249 761
Balung Balung 397 243 122 224 122 82 78 - - - 259 376
Karangduren 390 191 70 142 134 50 24 - - - 191 344
Gumelar Timur 346 315 144 150 78 78 60 - - - 205 404
Umbulsari Paleran - 150 121 137 332 47 - - - 8 231 291
Semboro Semboro 551 218 155 278 346 182 65 - - 19 317 421
Pondokjoyo 398 314 144 359 342 133 64 - - 57 244 334
Pondokjoyo 358 274 101 367 306 140 42 - - 42 205 299
Jombang Pladingan 239 203 97 171 209 191 55 - - 18 255 387
Pondokwaluh 561 267 131 199 311 190 69 - - 51 272 521
Wringin Agung 443 184 32 132 104 94 32 - - 20 189 207
Sumberbaru Watu urip 359 283 208 283 265 252 163 3 5 153 368 521
Tanggul Tanggul 342 263 68 244 207 132 142 - - 62 402 431
Darungan 411 304 87 338 308 81 205 - - 100 497 300
Bangsalsari Dam Pecoro 424 258 145 302 310 148 73 - - 36 315 489
Sukorejo 553 135 69 302 322 113 91 - - 6 262 345
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
585
Dam Langkap 516 70 127 243 283 156 87 - - 12 324 424
Dam Kijingan 948 311 173 355 445 269 169 - - 41 226 443
Dam Tugusari 1
052 437 500 462 149 134 238 - - 9 263 316
Panti Dam Klatakan 863 584 255 323 192 157 48 - - 28 466 805
Dam Kr. Anom 723 366 311 136 199 230 134 - - 47 582 575
Dam Pono 665 285 267 103 116 189 115 - - 27 522 547
Sukorambi Dam Manggis 721 293 316 297 193 234 75 - - 24 535 651
Arjasa Kopang 614 342 454 97 34 180 92 - - 46 129 256
Dam Arjasa 588 410 433 334 284 343 78 - - 40 265 488
Pakusari Kottok 727 221 454 364 293 192 110 13 14 45 204 554
Pakusari 676 190 192 205 28 135 81 6 - 36 363 514
Kalisat Jatian 656 256 255 213 214 161 99
-
- 36 309 778
Ajung 591 238 284 169 258 141 115 - - 135 275 617
Ledokombo Ledokombo 771 288 303 228 253 231 207 - - 337 624 624
Suren 326 232 115 85 278 180 24 - - 97 302 554
Sumberjam
be Sumberjambe 551 523 426 401 492 252 96 14 7 138 367 531
Cumedak 547 378 271 244 325 185 135 34 - 182 469 580
Sukowono Tamanan Bondowoso Sukowono 490 282 304 231 218 186 50 - - 56 301 344
Sbr. Kalong 429 264 331 145 225 158 119 - - 66 326 493
Sukorejo 437 261 69 123 200 148 117 6 - 59 295 331
Jelbuk Tegalbatu 496 277 253 92 175 109 34 - - 50 295 457
Kaliwates Dam Semangir 517 363 214 325 134 207 73 - - 26 484 616
Sumbersari Wirolegi 186 28 113 128 100 111 47 - - 37 83 194
Jember 763 467 350 401 481 341 134 14 - 107 318 596
Patrang Bintoro 329 150 323 160 150 85 10 - - 85 190 402
Dam Sembah 416 279 202 245 144 99 74 - - 179 393 470
Jember Dalam Angka Tahun 2015
Berdasarkan Peta Jenis Tanah, Kabupaten Jember memiliki 6 kelas jenis
tanah, yaitu : (1). Alluvial; (2). Glei; (3). Latosol; (4). Andosol; (5). Mediteran; dan
(6). Regosol
Luas masing-masing jenis tanah tersebut adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Luas Jenis Tanah
Jenis Tanah Luas (Ha) Luas (%)
Alluvial 19.250,660 11,44
Andosol 18.538,070 11,01
Glei 41.052,360 24,39
Latosol 79.764,720 47,38
Mediteran 5.265,440 3,13
Regosol 4.470,670 2,66
Sumber: Bagus Sulistiarso, 2011
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
586
Deskripsi mengenai jenis tanah adalah sebagai berikut :
a. Alluvial
Jenis tanah alluvial merupakan jenis tanah yang masih muda, belum mengalami
perkembangan, berasal dari batuan induk aluvium. Penyebarannya berada di tepi sungai dan
dataran pantai.
b. Glei
Jenis tanah ini perkembangannya lebih dipengaruhi oleh faktor lokal, yaitu
topografi.
Topografi berupa dataran rendah atau cekungan, hampir selalu tergenang air warna kelabu
hingga kekuningan.
c. Latosol
Jenis tanah Latosol merupakan jenis tanah yang berkembang, berwarna coklat
merah hingga kuning. Penyebarannya terletak pada daerah iklim basah, dan berasal dari
batuan induk Tuff.
d. Andosol
Andosol merupakan jenis tanah mineral yang telah mengalami perkembangan,
profil solum agak tebal, warna agak coklat kekelabuan hingga hitam. Tanah jenis ini
merupakan jenis tanah yang peka terhadap erosi. Tanah ini berasal dari batuan induk abu
atau tuf vulkanik.
e. Mediteran
Mediteran merupakan jenis tanah yang mempunyai perkembangan profil, solum
sedang hingga dangkal. Berwarna coklat hingga merah dengan daya absorpsi sedang. Jenis
tanah ini merupakan jenis tanah yang peka terhadap erosi.
f. Regosol
Jenis tanah Regosol merupakan jenis tanah yang masih muda, berasal dari batuan
induk vulkanik piroklastik. Penyebarannya pada daerah lereng vulkanik, beting pantai dan
gumuk pasir pantai.
Banyak faktor yang mempengaruhi terjadinya longsor. Kondisi topografi, kondisi
geologi, karakteristik tanah, keberadaan vegetasi di permukaan tanah, dan cuaca adalah
beberapa diantaranya. Kondisi geologi mengalami perubahan secara terus menerus meski
sangat lambat. Perubahan ini akan mempengaruhi karakteristik tanah.
Tanda suatu kawasan yang rawan terhadap bahaya tanah longsor antara lain:
1. Daerah berbukit dengan kelerengan lebih dari 20 derajat; kawasan perbukitan dan
lereng-lereng yang terjal merupakan tanda kawasan rawan longsor pertama. Hal ini
diperparah lagi dengan banyaknya penebangan pohon secara tidak beraturan dan
pemotongan lereng yang sangat terjal untuk kepentingan pembangunan jalan.
2. Lapisan tanah tebal di atas lereng; negara kita yang beriklim tropis dengan curah hujan
yang sangat tinggi menyebabkan batuan pembentuk bukit menjadi terlapukkan.
Tingginya tingkat perlapukan batu yang akhirnya menjadi tanah ini ditunjukkan
dengan tebalnya lapisan tanah pembentuk lereng. Lapisan tanah yang tebal ini apabila
di bawahnya terdapat lapisan batu yang kedap air menyebabkan tanah lapisan batu
yang kedap air tadi menjadi bidang gelincir yang memungkinkan terjadinya longsor.
Lapisan tanah yang tebal di atas lereng ini menjadi tanda kawasan rawan tanah
longsor dan masyarakat harus jeli melihatnya.
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
587
3. Sistem tata air dan tata guna lahan yang kurang baik; Buruknya sistem drainase di
bawah lereng dan tata guna lahan yang buruk juga menjadi tanda-tanda suatu kawasan
yang mengalami tanah longsor. Sistem tata air yang buruk ini menyebabkan air hujan
yang masuk ke dalam lereng ketika hujan turun mengendap disana sehingga
menambah beban lereng dan terakhir terjadilah tanah longsor.
4. Lereng terbuka atau gundul; Lereng yang tidak ditumbuhi perpohonan dan tidak
ditutup dengan lapisan penutup menyebabkan air hujan langsung masuk ke dalam
lereng. Kasus nomor 4 sama dengan kasus nomor 3 di atas.
5. Terdapat retakan tapal kuda pada bagian atas tebing; Kawasan yang sudah retak
berbentuk tapak kuda di atas tebing mengindikasi bahwa tebing tersebut sudah mulai
bergerak. Keadaan ini akan diperparah apabila turunnya hujan dalam waktu yang
lama.
6. Banyaknya mata air/rembesan air; Rembesan air yang banyak di lereng sebuah tebing
menunjukkan tebing tersebut sudah sangat jenuh air atau sudah terpenuhi oleh air.
Banyaknya air dalam lereng seperti yang dijelaskan pada nomor 3 bisa menyebabkan
terjadinya tanah longsor.
7. Adanya aliran sungai di dasar lereng; Kejadian ini hampir sama dengan kejadian
nomor 6 namun pada nomor 7 ini tingkat kejenuhan airnya sudah sangat parah
sampai-sampai membentuk aliran sungai di bawah lereng.
8. Pembebanan yang berlebihan pada lereng; Pembangunan rumah dan bangunan lain di
atas lereng bisa menambah beban terhadap lereng. Ketika sebuah lereng awalnya
stabil namun karena beban di atasnya terlalu besar maka lama-kelamaan lereng
tersebut akan tidak stabil lagi dan lambat laun bisa menyebabkan bencana longsor.
9. Pemotongan tebing untuk pembangunan rumah atau jalan; Hampir sebagian besar
kejadian longsor yang terjadi di negara kita adalah longsoran yang diakibatkan
pemotongan lereng yang terjal untuk kepentingan pembangunan jalan. Hampir setiap
musim penghujan bisa dipastikan akan ada lereng-lereng di sepanjang jalan
perbukitan akan longsor.
Menurut Indrasurya (2017), filosofi “Cracke Soil” adalah:
- Hampir semua (>90%) kelongsoran di lapangan terjadi pada sa’at hujan lebat s/d
sangat lebat, baik pada sa’at masih terjadinya hujan maupun sesa’at setelah
terjadinya hujan. Hampir tidak pernah ada kelongsoran tebing yang terjadi saat
musim kemarau, atau saat hujan yang tidak lebat/gerimis.
- Kelongsoran tersebut dapat terjadi kapan saja pada musim penghujan, baik di awal
di tengah maupun di akhir musim penghujan. Yang utama adalah faktor intensitas
hujan yang tinggi (sangat lebat), bukan lamanya hujan.
- Banyak lereng/tebing di lapangan yang sudah lama – bertahun bahkan puluhan
tahun – dalam kondisi stabil, tetapi tiba-tiba longsor pada sa’at kondisi hujan lebat
- Banyak tebing yang longsor berupa tebing berbatu, atau dari tanah dominan lanau-
lempung yang kaku dan mengadung lapisan yang keras, yang kalau dilakukan
penyelidikan pada tanahnya akan didapatkan kestabilan lereng yang memenuhi
syarat (aman).
- Pada daerah yang sering mengalami kelongsoran, setelah disurvey beberapa hasil
bor dari lapangan pada tanah di luar bidang kelongsoran menunjukkan bahwa
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
588
lapisan-lapisan tanah di lereng pegunungan ternyata tidak jenuh air, dan muka air
tanah ternyata cukup dalam. Kondisi ini berlawanan dengan asumsi banyak orang
(ahli), bahwa tanah longsor akibat tanah di lereng sudah dalam kondisi jenuh-air.
- Pada sebagian tebing pergerakan kelongsoran tetap terjadi saat terjadi hujan sangat
lebat, walaupun kemiringan tebing relatif landai. Padahal, kalau dievaluasi
kestabilan lereng berdasarkan data tanah aslinya dan tanah dalam kondisi jenuh-air,
didapatkan Safety Factor (SF = Angka Keamanan) dari tebing yang memenuhi
syarat (SF >> 1.0).
- Pergerakan kelongsoran pada tebing-tebing sepanjang sisi suatu jalan raya di daerah
pegunungan biasanya terjadi pada tempat-tempat tertentu saja, tidak pada seluruh
tebing sepanjang jalan, walaupun kondisi batuan dan kemiringan lereng sepanjang
sisi jalan raya tersebut relatip sama. Kelongsoran tidak terjadi secara berbarengan
sepanjang tebing jalan, tetapi bergantian dari satu tempat ke sisi yang lain,
walaupun untuk sepanjang ruas jalan yang ditinjau ternyata curah hujan dan
intensitasnya praktis sama;
- Dari beberapa uraian di atas dapat disimpulkan bahwa:
o Penyebab utama longsor adalah hujan, terutama (>90%) pada sa’at hujan
sangat lebat;
o Tidak cukup bukti bahwa lapisan tanahnya telah jenuh- air terlebih dahulu
sebelum longsor;
o Tebing dari batu atau tanah yang keras-pun juga dapat longsor;
o Tebing yang sudah puluhan tahun stabil juga dapat runtuh;
o Di daerah perbukitan, keruntuhan terjadi setempat-setempat, tidak pada
seluruh panjang tebing, walaupun kemiringan tebing dan curah hujannya
praktis sama.
Lokasi kajian ini di Desa Klungkung, Kecamatan Sukorambi Kabupaten Jember.
Lokasi merupakan daerah perkebunan milik perusahaan swasta. Dari hasil survey di
beberapa titik terlihat adanya local sliding akibat dari aliran air yang cukup deras, akibat
dari berkumpulnya beberapa aliran air di sekitar titik tersebut. Untuk mengatasi keadaan ini,
aliran air pada titik-titik tersebut harus dibuat lancar, antara lain dengan membersihkan
sampah serta dibuatkan saluran air.
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
589
Di titik lainnya, daerah lebih atas, didapati beberapa retakan tanah yang
menunjukkan bahwa kestabilan tanah pada titik tersebut sudah berubah. Juga ditemukan
lembaran penutup lereng untuk mencegah masuknya air pada retakan-retakan tanah yang
ada. Lembaran penutup ini sudah tertutup oleh lapisan tanah dari longsoran yang terjadi
berikutnya. Hal ini menunjukkan bahwa di sekitar titik tersebut sering terjadi longsoran
tanah.
Kawasan perkebunan milik swasta ini termasuk dalam DAS Kalijompo yang
mencakup beberapa wilayah di Kabupaten Jember termasuk wilayah kota. Pada longsor
yang terjadi pada tahun 2009. Pada longsor yang terjadi pada tahun 2009, longsoran tanah
dari kawasan perbukitan jatuh di aliran sungai Kalijompo. Akibat dari berkumpulnya tanah
longsoran ini menghambat jalannya air sungai hingga terbendung beberapa waktu, ketika
kumpulan air sungai ini terbendung hingga mencapai volume yang besar dan memiliki
energi yang besar hingga mampu menjebol dinding penahan maka terjadilah banjir bandang
yang melanda hingga ke wilayah Kota Jember. Beberapa bagian wilayah yang terkena
banjir bandang tidak dapat melakukan kegiatan sehari-hari dan kegiatan ekonominya
sehingga kerugian yang timbul akibat bencana tersebut cukup besar.
Berdasarkan filosofi “Crack Soil”, meskipun permukaan lereng sudah ditutup
plastik agar hujan tidak masuk ke dalam talud dan juga sudah dipasang barrier untuk
mencegah rembesan langsung dari air hujan, pada saat hujan akan tetap terjadi pergerakan
tanah pada lereng. Makin lebat hujannya, makin besar pergerakannya. Kondisi ini akan
menjadi sangat berbahaya kalau tidak segera diatasi.
Mitigasi bencana alam mutlak dilakukan untuk mengurangi korban jiwa dan harta.
Salah satu caranya adalah dengan melakukan pemantauan pergerakan tanah sehingga bisa
diduga kapan suatu daerah akan mengalami tanah longsor atau dalam kondisi aman. Pada
prinsipnya pemantauan gerakan tanah bisa dilakukan dengan cara memantau perubahan
jarak, beda tinggi, sudut maupun koordinat dari titik-titik yang mewakili suatu daerah. Saat
ini banyak sekali metode yang bisa dilakukan atau diaplikasikan dalam upaya manusia
memantau pergerakan tanah seperti terlihat pada tabel 2 di bawah ini.
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
590
Tabel 2. Metode memantau gerakan tanah (Gili et al, 2000)
KESIMPULAN
Kesimpulan
1. Kondisi fisik wilayah wilayah perkebunan Kalijompo Kecamatan Sukorambi
Kabupaten Jember memiliki topografi yang dominan curam sehingga berpotensi
terjadi bencana longsor. Dari hasil survey peninjauan langsung di lokasi diketahui
adanya retakan-retakan tanah yang menindikasikan bahwa kestabilan tanah di lokasi
tersebut sudah berubah dan berpotensi terjadinya longsor.
2. Aplikasi geolistrik tahanan jenis dalam bidang kebencanaan dapat digunakan untuk
mengamati bidang gelincir longsor. Hal ini dilakukan sebelum terjadinya longsor.
Sedangkan metode geolistrik GPS geodetik dual frekwensi (L1 & L2) merupakan
salah satu metode yang sangat efektif dan efisien digunakan untuk
memantau/memonitoring sebuah gerakan tanah. Teknik pemantauan yang
dilakukan adalah dengan cara membandingkan koordinat suatu waktu dengan
koordinat di waktu yang lain. Perbedaan koordinat ini menunjukkan arah dan jauh
pergerakan tanah di kawasan yang diukur.
Rekomendasi
Mengingat bahwa lokasi longsoran tanah berpotensi menuju dan akan membendung
air ke aliran sungai Kalijompo dimana dampak yang ditimbulkan dapat berpengaruh
hingga ke wilayah Kota Jember maka diperlukan upaya untuk mitigasi bencana khususnya
pada fase pra bencana. Mitigasi bencana tersebut merupakan upaya untuk mencegah
terjadinya bencana guna mengurangi kerugian resiko akibat terjadinya bencana tersebut.
Untuk itu diperlukan survey lebih detail untuk mengetahui posisi retakan, jenis-jenis tanah
penyusun dan analisis pergerakan tanah.
UCAPAN TERIMA KASIH
Terima kasih kami sampaikan kepada Prof. Indrasurya BM yang telah membantu dan
mensupport pelaksanaan kajian ini sejak dari perencanaan lokasi , mendampingi survey ke
lokasi hingga materi dalam penyusunan makalah ini.
Studi Awal Teori “Crack Soil”.....
591
DAFTAR PUSTAKA
Buku:
Abidin H.Z., Andreas H., Gamal M., Kusuma M.A., Darmawan D., Surono, Hendrasto M.,
dan Suganda O.K., (2005) : Studying Landslide Displacements in Ciloto Area
(Indonesia) Using GPS Survey Method, Jurnal, Spatial Science Badan Pusat Statistik Kabupaten Jember, Kabupaten Jember Dalam Angka 2015
Balai Besar KSDA Sulawesi Selatan, Faktor Penyebab Tanah Longsor, 2015
Karous Milŏs, dkk, 1993. Applied Geophysics in Hydrogeological and Engineering
Practice”, edited by William E.Kelly and Stanislav Mareš, Elsevier, Amsterdam-
London_New York_Tokyo.
Loke M.H. 2000. Electrical Imaging Surveys For Environmental And Engineering Studies,
A practical guide to 2-D and 3-D surveys.
Sheriff, Robert E. Encyclopedic Dictionary of Applied Geophysics. Tulsa, OK: Society of
Exploration Geophysicists, 2002.
Jurnal dengan halaman Gili J.A., Jordi C, Joan Rius, (2000) : Using Global Positioning System Techniques in Landslide
Monitoring,Jurnal, Engineering Geology 55 (2000) 167-192
Jurnal online tanpa halaman
Aldila,dkk, Studi Pemantauan Lingkungan EksplorasiGeothermal di Kecamatan Sempol
Kabupaten Bondowoso dengan Sistem Informasi Geografis,2013, Jurnal Teknik
POMITS Vol. X, No. X
Bagus Sulistiarto, Agung Budi Cahyono, ST, MSc, DEA, Studi Tentang Identifikasi
Longsor dengan Menggunakan Citra Landsat dan Aster, Studi Kasus: Kabupaten
Jember, Program Studi Teknik Geomatika FTSP - ITS Surabaya
Koefoed, O, 1979, Geosounding Principles, Resistivity Sounding Measurement, Elsevier,
Amsterdam
Karous Milŏs, dkk, 1993. Applied Geophysics in Hydrogeological and Engineering
Practice”, edited by William E.Kelly and Stanislav Mareš, Elsevier, Amsterdam-
London_New York_Tokyo.
Hand Outs
Indrasurya BM, Perkembangan Terbaru tentang Filosofi “Cracked Soil” dan Implikasinya
bagi Pembangunan Jalan di Atas Tanah Lunak, ITS Surabaya, 2017
Website
http://www.ibnurusydy.com/geo-bencana/longsor/#ixzz42vZ4HCod http://www.ibnurusydy.com/peran-geofisika-fisika-bumi-dalam-mitigasi-dan-monitoring-bencana-
vi/#ixzz42vwcN3lF