studi awal penggunaan pompa vakum-hidram dalam …
TRANSCRIPT
Konferensi Nasional Teknik Sipil 13 Banda Aceh, 19-20 September 2019
STUDI AWAL PENGGUNAAN POMPA VAKUM-HIDRAM DALAM MENGATASI
KEKURANGAN AIR PADA LAHAN PERBUKITAN
Maimun Rizalihadi 1, Mahmuddin2 dan Ziana3
1,2,3,4 Jurusan Teknik Sipil, Universitas Syiah Kuala, Jl. Syech Abdul Rauf 7 Darussalam-Banda Aceh
Email:[email protected]
ABSTRAK
Secara umum daerah pedesaan di Aceh Besar memiliki sumber air dari tampungan alami. Namun
permasalahannya adalah masyarakat tidak mampu mengekspoitasi sumber daya air yang tersedia,
sehingga banyak lahan potensial pertanian tidak dapat dimanfaatkan secara optimal dan bahkan
menjadi lahan tidur, mengakibatkan produksi hasil pertanin dan perkebunan menurun. Selama ini
sebahagian masyarakat menggunakan pompa air yang digerakkan oleh listrik atau bahan bakar, namun
memerlukan biaya operasi dan perawatan yang sangat tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk
merancang bangun pompa vachydram (vacum hydraulic ram) tanpa bahan bakar dan listrik, dan
sebagai studi awal mengkaji pengaruh ukuran dan tinggi aliran terhadap debit output dari pompa.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan rancang bangun pompa Vachydram dengan dengan 3
jenis ukuran pompa hidram yaitu; 1/2, 3/4 dan 1”. Pipa pembawa dipasang dengan diameter ½” di
mana outletnya ditempatkan pada elevasi 2, 3 dan 4 meter di atas elevasi pompa. Pompa vakum dibuat
dari drum kapasitas 200 liter dengan diameter pipa hisap 1” dan pipa outlet 2”. Analisis debit
dilakukan dengan volumetrik per menit pada setiap variasi ukuran dan tinggi oulet aliran. Hasil
pengujian menunjukkan bahwa pompa vachydram dapat bekerja dengan baik, dengan debit input 14
liter/menit dan beda tinggi pompa dengan muka air sumber 1,2 meter, dapat menghasilkan debit
output sebesar 0,60-2,25 liter/menit pada ketinggian 2-4 meter. Semakin besar ukuran pompa semakin
besar debit output dan ketinggian aliran walaupun efesiensi yang diperoleh 6-13%. Kajian lanjutan
perlu dilakukan untuk meningkatkan efesiensi dalam mengimplementasikan pompa Vachydram secara
berkelanjutan untuk mengatasi permasalahan ketersediaan air, sehingga dapat mendukung
produktivitas masyarakat dalam rangka ketahanan pangan nasional, dan kesejahteraan masyarakat
secara keseluruhan.
Kata kunci: sumber air, lahan pertanian, pompa hidram, vakum, vachydram
1. PENDAHULUAN
Ketahanan pangan merupakan kondisi terpenuhinya pangan bagi setiap masyarakat yang tecermin dari tersedianya
pangan yang cukup, baik jumlah maupun mutunya, aman, merata, terjangkau, dan berbasis pada keragaman sumber
daya lokal. Kondisi tersebut merupakan pendefinisian dalam Undang-Undang No 18 Tahun 2012 tentang Pangan.
Indikator yang berpengaruh pada akses pangan dapat dikelompokkan menjadi tiga aspek yaitu: a) Aspek ekonomi
(pendapatan, harga pangan dan non pangan, kesempatan kerja); b) Aspek fisik (sarana dan prasarana perhubungan,
infrastruktur daerah, produksi pangan); dan c) Aspek sosial (preferensi terhadap makanan, pendidikan,
konflik/perang, gotong royong, bantuan pangan) (PKP, 2012). Mengacu pada undang-undang tersebut, maka air dan
prasara air adalah salah satu factor yang mendukung ketahanan pangan.
Banyak daerah-daerah di pedesaan Indonesia, secara khusus di Aceh banyak tersedia sumber air permukaan, baik
dari sungai, danau atau tampungan alami. Namun kenyataan menunjukkan bahwa masih banyak daerah di pedesaan
yang masih mengalami kesulitan dalam penyediaan air, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kegiatan
pertanian. Sehingga produksi pertanian dan perkebunan pada daerah tersebut tidak dapat dimaksimalkan yang
berdampak pada ketahan pangan masyarakat. Sebagai contoh adalah Kabupaten Aceh Besar, menurut data Badan
Pusat Statistik (BPS Aceh, 2016) masih ada 16,88% masyarakat Aceh Besar berada di bawah kemiskinan. Angka
tersebut menunjukkan tingkat kemiskinan di Aceh Besar masih tinggi, meskipun daerah tersebut mempunyai
sumber daya alam (SDA) yang sangat kaya, khususnya industri pertanian.
Secara umum daerah ini mempunyai topografi yang bergelombang, ada bagian dataran dan ada bukit-bukit kecil
dengan elevasi berkisar antara 10-150 m dpl laut. Selanjutnya karena topografi yang demikian maka banyak terdapat
daerah cekungan yang menjadi genangan alami yang berpotensi sebagai sumber air pertanian, seperti terlihat pada
Gambar 1.
Gambar 1. Sumber air genangan alami (Paya) di Aceh Besar, (Google Earth, 2018).
Permasalahan yang dialami masyarakat desa adalah ketidakmampuan dari masyarakat mengekspoitasi sumber daya
air yang ada mengingat lokasi sumber air yang terlalu jauh atau elevasi sumber air yang terlalu rendah di bawah
lahan pertanian. Selama ini untuk mengatasi keadaan tersebut, masyarakat dan petani menggunakan pompa air
yaang digerakkan oleh tenaga listrik atau bahan bakar untuk meyediakan kebutuhan air dari sumber air tersebut.
Namun penggunaan jenis pompa tersebut terbatas pada masyarakat yang mempunyai tingkat ekonomi yang lebih
baik, atau dapat dikatakan banyak masyarakat pedesaan yang belum dapat memilikinya. Hal ini disebabkan karena
kemampuan daya beli masyarakat desa masih terbatas, disamping biaya operasi dan perawatan yang tinggi setiap
penggunaan suatu unit pompa–pompa bermesin tersebut yang terlalu tinggi.
Untuk menanggulangi masalah penyediaan air baik untuk kehidupan maupun untuk kegiatan pertanian, peternakan
dan perikanan khususnya di daerah pedesaan, para ahli mencari alternatif solusi dalam menangami permasalahan
tersebut. (krol, 1951), (Molyneux, 1960), (Watt, 1982) dan (Teye, 1998) telah membuat dan menggunakan jenis
pompa yang tidak menggunakan bahan bakar atau listrik untuk mengalirkan air dari sumber air. Pompa yang
digunakan disebut Hydraulic Ram Pump, di mana energi utamanya berasal dari energi kinetik yang dihasilkan oleh
aliran air. Sementara (Jeffery, 1992) telah menyusun cara membuat pompa hidram.
Pompa hidram bekerja tanpa menggunakan bahan bakar atau listrik. Pompa ini hanya memanfaatkan tenaga aliran
air yang jatuh dari tempat suatu sumber air yang mengalir dan sebagian dari air itu dipompakan ke tempat yang
lebih tinggi. Pada berbagai situasi, penggunaan pompa hidram memiliki banyak keuntungan dibandingkan
penggunaan jenis pompa air lainnya, diantaranya, tidak membutuhkan bahan bakar, tidak membutuhkan pelumasan,
bentuknya sangat sederhana, dan biaya pembuatannya serta pemeliharaannya sangat murah dan tidak membutuhkan
keterampilan teknik tinggi untuk merakit dan memasangnya (Arie, 2006). Selain itu pompa ini mampu bekerja
selama dua puluh empat jam per hari. Jadi pompa hidram sangat tepat untuk daerah-daerah yang mempunyai
sumber air yang mengalir seperti sungai, anak sungai atau alur. Di samping itu masyarakat mudah merakit tanpa
keterampilan teknis yang tinggi dan pemeliharaan sederhana.
Jenis pompa lainnya yang sudah digunakan di Indonesia atau negara lainnya adalah jenis pompa sistem vakum atau
disebut pompa air gravitasi. Pompa ini menggunakan tenaga hisap yang dihasilkan dari tabung utama pompa yang
harus kedap udara. Pompa ini dapat mengalirkan sumber air permukaan yang menggenang dari suatu genangan
alami atau rawa-rawa. Pompa vakum merupakan suatu kondisi dari udara/gas sekitar lingkungan tertentu di mana
tekanan udara di bawah tekanan atmosfir. Untuk menghasilkan vakum perlu untuk mengeluarkan udara dari sistem,
ini merupakan prinsip dasar dari cara kerja agar drum yang digunakan menjadi vakum (Muchtar, 2011) dan (Paijo,
2007).
Penggunaan ke dua jenis pompa di atas mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kedua pompa ini sama-sama tidak
membutuhkan listrik atau bahan bakar dalam menjalankannya pembuatannya mudah dan murah perawatannya.
Namun Pompa hidram hanya bisa dijalankan bila sumber air yang ada dapat menghasilkan tenaga kinetik, jadi
sumber airnya harus mengalir. Sehingga dari energi ini dapat membangkitkan energi mekanik pompa yang bisa
dimanfaatkan untuk menaikkan air dengan elevasi tertentu. Sementara pompa vakum dapat mengalirkan air
genangan walaupun air tersebut dalam kondisi tidak mengalir, namun pompa ini tidak dapat menaikkan air ke
tempat yang mempunyia ketinggian tertentu.
Mengingat kelebihan dan kekurangan dari dua pompa itu, maka perlu dicari dan dikembangkan suatu model pompa,
menggunakan teknologi tepat guna, efisien, dan ekonomis sehingga dalam pengoperasiannya tidak bergantung pada
tenaga listrik atau bahan bakar. Salah metode rancang bangun pompa yang dapat digunakan pada begagai kondisi
sumber air yang ada. Salah satu teknologi pengairan yang akan dikembangkan adalah dengan mengkombinasikan
kedua pompa vakum dan hidram yang akan diberi nama dengan pompa Vachydram (Vacuum hydraulic ram).
Pompa Vachydram adalah pompa yang dirancang dengan mengkombinasikan kelebihan dari kedua pompa vakum
dan hidram terbut di atas. Prinsip kerjanya adalah air yang ada di sumber air genangan yang tidak mempunyai
energi kinetik dihisap oleh pompa vakum. Sumber air yang tadinya diam dapat dialirkan oleh pompa vakum,
sehingga dapat menghasilkan energi kinetik menghasilkan energi kinetik yang menjadi sumber penggerak dari
pompa hidram. Energi kinetik yang masuk ke dalam pompa hidram, dapat diubah oleh pompa hidram menjadi
energi mekanik yang dapat memompa dan mengalirkan air ke suatu elevasi tertentu. Sehingga lahan pertanian atau
perkebunan atau untuk kebutuhan lain dapat dialirkan air. Pompa sejenis sudah pernah dipublikasikan oleh Zakir
(2018) dengan mengkaji jumlah debit pada setiap penambahan waktu, namun tidak ada informasi ketinggian
pengaliran, sehingga perlu pengembangan lebih lanjut.
Penelitian ini bertujuan untuk merancang bangun pompa vachydram (vacum hydraulic ram) tanpa bahan bakar dan
listrik, dan sebagai studi awal mengkaji pengaruh ukuran dan tinggi aliran terhadap debit output dari pompa, yang
diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pedesaan dalam mengatasi masalah penyediaan air untuk lahan
pertanian yang lebih tinggi dari sumber air.
2. DASAR TEORI
Pompa vakum
Pompa vakum atau juga disebut sebagai pompa air tenaga gravitasi yang bisa memompa air dari genangan tanpa
memerlukan bahan bakar maupun listrik tentu menjadi impian semua orang. Sudah banyak pula para peneliti yang
menggambar desain serta membuat prototypenya baik berupa miniatur maupun dalam skala penuh. Namun banyak
pembatannya yang mengalami kegagalan. Air yang diharapkan tidak dapat tertarik oleh pompa vakum, karena beda
elevasi sumber air dengan tujuan aliran terlalu tinggi. Air yang berasal dari sumber baru bias mengalir bila elevasi
lahan lebih rendah dari sumber air, agar air dapat mengalir secara gravitasi ke tempat yang lebih rendah. Fungsi
drum vakum disini adalah untuk membantu menghisap air agar dapat mengalir.
Untuk itu konsep dasar pengaliran yang harus dilakukan oleh peneliti adalah seperti yang diuraikan oleh Paijo
(2018). Dia menjelaskan secara detail seperti yang diuraikan pada Gambar 2 dan 3. Gambar 2 menjelaskan tentang
ketidak mampuan pompa untuk mengalirkan air ke ttik C, karena beda elevasi AB (h1) lebih besar dari beda elevasi
BC (h2). Agar dari titik A dapat mengalirkan air ketitik C maka beda elevasi BC (h2) harus lebih besar dari beda
elevasi AB (h1) seperti pada Gambar 3. Konsep ini diharapkan dapat memperbaiki kekeliriun selama ini dalam
pengoperasian pompa vakum.
Gambar 2. Sumber air lebih rendah dari tampungan Gambar 3. Sumber air lebih tinggi dari tampungan .
Analisa teori pompa air tenaga gravitasi
Paijo, (2007) menguraikan dasar teori yang berlaku pada pompa air tenaga gravitasi secara mekanika fluida yaitu:
berdasarkan Gambar 1 diperoleh tekanan hidrostatik pada ujung titik A adalah
PA = gh1 (1)
Pada titik C adalah
PC = gh2 (2)
Selanjutnya tekanan dari titik A ke B adalah
PA-B = Patm - gh1 (3)
Dan tekanan dari titik B ke C adalah
PB-C = Patm - gh2 (4)
dimana: = massa jenis air (1000 kg/m3); g = gravitasi (9,81 m/det2); h1 = beda tinggi antara titik A ke B; h2 = beda
tinggi antara titik B ke C dan Patm = tekanan atmosfir udara (mb).
Syarat untuk dapat mengalirkan air adalah tekanan pada titik awal harus lebih tinggi dari titik akhir, yang dapat
diuraikan sebagai berikut PA>PB dengan mengkombinasikan persamaa 3 dan 4 maka dapat ditulis sebagai berikut;
Patm - gh1 > Patm - gh2 (5)
Sehingga dapat diperoleh
- gh1 > - gh2 atau h1 < h2 (6)
Karena h1 < h2 maka air tidak dapat mengalir ke ujung akhir aliran, atau berdasarkan Gambar 1, maka air tidak dapat
mengalir dari titik A ke titik C. Berdasarkan analisa tersebut selama elevasi sumber air lebih rendah dari lahan yang
ada maka air tidak dapat mengalir dengan menggunakan pompa air gravitasi. Oleh karena itu pelu dibuat suatu
kondisi agar elevasi sumber air harus lebih tinggi dari lahan yang akan di alirkan, seperti yang tergambarkan pada
Gambar 2.
Pompa hydram
Pompa Hydraulic ram (Hydram) adalah pompa air dijalankan dengan tenaga air itu sendiri. Bekerja seperti
transformator hidrolik dimana air yang masuk kedalam pompa, yang mempunyai tekanan (hydraulic head) dan debit
tertentu, menghasilkan air dengan hydraulic head yang lebih tinggi namun dengan debit yang lebih kecil.
Pompa ini memanfaatkan “Water hammer effect” untuk menghasilkan tekanan yang memungkinkan sebagian dari
air yang masuk memberi tenaga kepada pompa, diangkat ke titik lebih tinggi dibandingkan head awal dari air
tersebut.
John Whitehurst, seorang warga inggris adalah penemu pertama pompa hidram pada tahun 1771. Kemudian seorang
warga perancis bernama B. Montgolfier menambahkan katup yang membuat pompa bisa aktif sendiri. Pada tahun
1809, paten pertama amerika untuk pompa hydram dikeluarkan bagi J. Cerneau and S. S. Hallet di New York. Dan
semenjak tahun 1800-an pompa hydram telah menyebar luas di dunia ke Indonesia dan bahkan di Aceh sendiri juga
sudah menggunakan pompa hydram di beberapa daerah perbukitan.
Pompa Hydram ini sangai sesuai untuk digunakan di daerah terpencil, dimana terdapat sumber air yang mempunyai
head rendah, serta diperlukan memompa air kelokasi pemukiman yang mempunyai elevasi lebih tinggi dari sumber
air tersebut. Pada kondisi seperti inilah pompa hydram menjadi sangat bermanfaat sekali, karena pompa ini tidak
membutuhkan sumber daya lain selain energi kinetik dari air yang mengalir itu sendiri.
Faktor-faktor yang berpengaruh
Untuk menjalankan pompa hidram ada beberapa factor yang sangat diperlukan agar penggunaan pompa dapat lebih
efesien. Gambaran kondisi lapangan yang menjadi faktor utama perencanaan pompa hidram tergambar pada Gambar
4 (Lya, 2014). Adapun faktor-faktor yang perlu perhatian antara lain:
a. Sumber air
Sumber air yang digunakan untuk menggerakkan pompa hidram berasal dari, sungai, danau, waduk, artesis
atu dari genangan air. Sumber air yang digunakan secara kualitas dan kuantitas harus dapat dipenuhi.
Sumber air yang tersedia harus secara kontinyu meskipun pada musim kemarau.
b. Elevasi sumber air
Untuk menggerakkan pompa hidram diperlukan ketinggian tertentu biasanya minimal 100 cm, sehingga
diharapkan dapat menghasilkan debit minimal 30 liter per menit. Secara umum elvasi ini dimaksudkan
untuk mendapatkan data ketinggian lokasi yang antara lain: beda tingg antara letak sumber air dengan
rencana letak pompa dan daerah layanan; jarak antara sumber air ke penenpatan pompa dan daerah layanan
Gambar 4. Faktor-faktor pendukung kondisi lapangan dalam perencanaan pompa hidram, (Lya, 2014)
c. Daerah layanan
Lokasi penempatan pompa hidram dan bak penampung harus tepat yang bergantung pada jumlah
penduduk, dan luas layanan baik untuk masyarakat maupun untuk pertanian. Lokasi penempatan juga harus
aman dari banjir, longsor, erosi dan Iain-Iain.
Rangkaian dan bagian utama pompa hidram
Prinsip kerja pompa hidram otomatis merupakan suatu proses perubahan energi kinetis aliran air rneajadi tekanan
yang dinamik, sebagai akibatnya menimbulkan pukulan air (water hammer) sehingga terjadi tekanan tinggi dalam
pompa, rnaka dari tekanan dinamik diteruskan sehingga tekanan enersia yang terjadi dalam pipa pemasukan
memaksa air naik ke pipa penghantar, (Silver, 1977). Untuk menjalankan pompa hidram sesuai dengan prinsip
kerjanya, Silver (1977) merangkai bagian-bagian utama dari pompa hidram, yang secara jelas dapat dilihat pada
Gambar 5 dan 6.
Gambar 5. Rangkaian pompa hidram Gambar 6. Bagian utama pompa hidram
Keterangan; A) Tangki pemasukan, B) Pipa pemasukan, C) Lobang katup limbah, D) Pemberat katup limbah, E)
Katup limbah, F) Tangkai katup limbah, G) Katup udara, I) Katup penghantar, J) Ruang udara, K) Pipa pengantar,
L) Lobang pengeluaran pipa pengantar, H) Tinggi vertikal pipa pengantar, h) Tinggi vertikal pipa pemasukan, W1)
Debit air terbuang di katup limbah dan W2= Debit pompa. Sedangkan bagian-bagian utama dari unit pompa hidram
dapat dilihat pada Gambar 6 adalah sebagai berikut: 1) pipa pemasukan, 2) katup limbah, 3) katup penghantar, 4)
tabung udara, 5) pipa pengeluaran, 6) ventil udara, 7) kran pemasukan, 8) kran pengeluaran dan 9) dudukan pipa.
Cara Kerja Pompa Hidram
Perlu diingat bahwa air dalam jumlah sedikit tetapi dijatuhkan dari ketinggian yang besar mampu mengalirkan air
sebanyak air dalam jumlah besar tetapi dijatuhkan dari ketinggian yang kecil sesuai dengan persamaan
kesetimbangan energi. Semakin tinggi head penyaluran, akan semakin sedikit air yang dipompakan. Pompa hydram
bekerja dalam suatu siklus pemompaan yang didasarkan pada posisi katup impulsnya (impulse valve). Siklus kerja
pompa hydram terbagi dalam empat periode seperti Gambar 7 Taye, 1998), yaitu:
Gambar 7. Siklus kerja pompa hydram
1. Accelaration (Akselerasi). Pada tahap ini, air pada pipa suplai mulai mengalir dengan cepat. Dan sebagian air
keluar melalui katup buang. Semakin lama tekanan air terus membesar, hingga sampai pada saat dimana tekanan air
mulai melebihi berat katup buang, sehingga katup buang mulai terangkat karena gaya dorong air.
2. Compression (Kompresi). Pada tahap kompresi, tekanan air telah menyebabkan katup buang menutup secara
sempurna, sehingga aliran air tidak dapat mengalir melalui katup buang. Akibatnya, air hanya mampu mengalir
kearah tabung udara. Air terus mengalir, menekan udara di dalam tabung, hingga saat dimana gaya dorong air tidak
lagi mampu menekan udara di dalam tabung. Pada saat itu, air disekitar pompa tiba-tiba berhenti. Partikel air tidak
mampu lagi bergerak, baik melalui katup impuls, atau melalui tabung udara. Bersamaan dengan itu, partikel air di
2
11
2 H
rQHQ
pipa suplai masih terus mengalir dengan cepat, sehingga terjadilah tumbukan antara partikel air yang tiba tiba
terhenti dengan partikel air dalam pipa suplai yang masih bergerak cepat. Proses tabrakan itu menghasilkan
hentakan yang kembali menekan udara sehingga udara dalam tabung kembali terkompresi.
3. Delivery (Penyaluran). Sesaat setelah terjadinya hentakan, udara akan menekan balik air didalam tabung, mirip
seperti pegas. Air yang telah masuk kedalam tabung udara tak bisa lagi balik ke katup buang dan pipa suplai, karena
adanya katup searah. Akibatnya, tekanan balik itu akan mendorong air mengalir masuk ke pipa penyaluran (delivery
pipe).
4. Recoil (Pembalikan). Pada tahap ini, tekanan air mulai berkurang. Air mengalir yang telah kehilangan gaya
dorongitu akan mengalir balik ke arah pipa suplai. Bersamaan dengan itu, katup buang mulai terbuka kembali
karena adanya gaya berat dari katup impuls tersebut.
Rancangan Pompa Hidram
Setelah diperoleh data lokasi tentang debit sumber air, perbedaan ketinggian dan daerah pelayanan, maka kita
dapat menghitung sebagai berikut, (Lya, 2014):
(7)
dimana; Q1 = debit sumber air yang masuk ke Pompa, Q2 = Volume air yang dihasilkan pompa (liter/menit), H1 =
beda tinggi jatuh vertical sumber air dengan pompa (m), H2 = ketinggian lokasi bak tampungan, r = rendemen atau
efisiensi (bernilai antara 0,5 – 0,6).
Kinerja (Performance) Hidram dapat dilihat seberapa besar debit yang keluar bia dibandingkan dengan debit yang
masuk atau dapat dikatakan efisiensi dari suatu pompa, besar efisiensi dari pompa dapat diestimasi dengan
persamaan berikut ini.
(8)
Dimana; efisiensi (%), Qin = debit yang masuk (liter/menit) dan Qout = debit yan keluar (liter/menit).
Standar Puskim berdasarkan Watt, (1974) menyusun besaran debit dan ukuran pompa seperti yang tercantum
pada Tabel 1 di bawah ini.
Tabel 1. Kapasitas berdasarkan ukuran pompa hidram Ukuran hidram 1 2 3 4 5 6
Diameter dalam mm 32 38 51 76 101 127
Inci 1¼ 1½ 2 3 4 5
Debit pompa dari 7 12 27 68 132 180
(Qs). (L/menit) ke x) 16 25 55 137 270 410
Sementara menurut Silver, (1977) jumlah maksimum dan minimum debit pemasukan yang harus tersedia disusun
dalam Tabel 2. Berikut ini.
Tabel 2. Besaran maksimum dan minimum debit pemasukan yang harus tersedia
Badan Pompa Pemasukan
minimum
Pemasukan
Maksimum
(inci) (mm) (L/menit) (L/menit)
1,00 25 7,6 37,9
1,50 37 17,1 56,8
2,00 51 30,3 94,6
2,50 63,5 56,8 151,4
3,00 76 94,6 265
4,00 102 151,4 378,5
3. METODOLOGI PENELITIAN
Rancang bangun Model pompa vachydram
Penelitian ini dilakukan dengan merancang model pompa vachydram yang merupakan gabungan antara pompa
vacuum dan hydram, seperti pada Gambar 8. Pompa vakum berfungsi untuk mengisap air dari sumber air yang diam
menjadi aliran yang dengan dit tertentu, sehingga aliran yang dihasilkan menjadi energi kinetik yang menggerakkan
pompa hidram untuk dapat menaikkan air dengan ketinggian tertentu. Rancangan model pompa ini dibagi atas 3
bagian utama, yaitu; A) rancangan model pompa vakum, B) rancann model pompa hidram dan C) pengukur output
pompa.
Rangkaian, bahan dan alat pompa vachydram
Rangkaian, bahan dan alat yang digunakan pompa vachydram secara jelas pada penomoran rangkiannya. Sumber air
dipasang dari container kapasitas 110 liter (no. 1), pipa hisap dari pipa PVC ” (no. 2) dengan ujung pipa
disambung dengan katup kaki PVC ” (no. 3). Pada bagian kiri-kanan atas drum (no. 8) dipasang pipa ” yang
dilengkapi dengan kran PVC ” (no. 4) dan reduser PVC ” (no. 5). Pada bagian kiri bawah dipasang pipa
PVC ” (no. 6) yang dilengkapi dengan kran PVC ” (no. 7) dan ujungnya dihubungkan dengan pipa output
pompa vakum ” (no. 9). Inilah rangkaian dan bahan yang digunakan untuk pompa vakum (bagian A). Output
pompa vakum (no. 9) menjadi input pada pompa hidram (bagian B).
Gambar 8. Model rancang bangun pompa vachydram
Selanjutnya pompa hidram yang dirancang terdiri atas 3 ukuran, yaitu; dan ”. Untuk menghubungkan
digunakan union PVC dan 1” (no. 10) yang dihubungkan dengan bagian utama pompa hidram, yaitu katup
limbah kuningan , ¾ dan 1” (no.11), lalu dihubungkan dengan katup penghantar kuningan , 3/4 dan 1”
(no. 12). Katup penghantar dihubungkan ke tabung udara yang dibuat dari PVC dan 3” (no. 17) yang dilengkapi
dengan Samsungan T (no 13), reduser ”, dan ” (n0. 15) serta penutup dari PVC , dan 3” (no. 18).
Ujung tabung udara dihubungkan dengan pengukur tekanan (no. 14) dan kran PVC , 3/4 dan 1” dan di akhiri
dengan union ke pipa output (no.19). Rangkaian, bahan dan alat tersebut di atas merupakan rangkaian pompa
hidram (bagian B). Terakhir bagian C adalah papan pengukur ketinggian aliran dan pengukur debit out put dari
pompa vachydram (n0. 20 dan 21), dengan variasi ketinggian 1, 2 dan 3 meter dari muka air di sumber air. Inilah
rangkaian, bahan dan alat yang digunakan dalam rancang bangun model pompa vachydram.
Prosedur pengoperasian pompa vachydram
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum proses running dilakukan, yaitu pastikan bahwa drum serta sambungan tidak mengalami kebicoran. Mengingat pompa vakum harus bebas dari kebocoran untuk menjaga tekanan dalam pompa tidak sama dengan tekanan udara luar (atmosfir). Sama halna dengan pompa hidram, tabung udara dan sambungannya harus bebas dari kebocoran, agar pompa hidram dapat memberi tekan maksimal untuk memompa air. Adapun langkah yang harus dilakukan dalam mengoperasi pompa vachydra adalah;
a. Set rangkaian pompa hidram terlebih dahulu sebelum dihubungkan ke pompa hidram, atur ketinggian muka air di container sumber air, pada pengujian ini ditetapkan 120 cm dari ketinggian pompa hidram, sementara ketinggian drum adalah bagian bawah 105 cm dan bagian atas 165 cm.
b. Pastikan kran no 4 terbuka, lalu isi drum dengan air hingga penuh dengan selang melalui inlet pada no. 5 terlihat melimpah air dengan stabil, tanpa terlihat gelembung udara
b. Setelah penuh air di dalam drum semua kran pada no. 4 ditutup, lalu buka stop kran no. 7, sehingga air
mengalir kepipa no. 9.
c. Perhatikan tinggi air pada sumber air di dalam kontainer no.1, bila terjadi perubahan ketinggian berarti pompa
vakum berjalan dengan baik, dan bila sebaliknya stop berarti ada bagian yang menalami kebocoran lalu
periksa dan perbaiki yang mengalami kebocoran sebelum melanjutkan running.
d. Sebelum dihubungkan ke pompa hidram, ukur debit yang keluar dari pipa out pompa vakum untuk melihat
kesesuaian debit dengan pompa hidram, agar pompa hidram dapat bekerja dengan baik.
21
. 20
5
5
4 4
19 . 2
k
1
18 6 8
17 7
9
16 14 15 . 11
8
10 13 12 10
A
v
c
v
v
v
v
1
3
C
B
165 cm 120 cm
e. Debit aliran diukur dengan metode volumetrik, dengan mengukur volume tampungan selama 1 menit,
sehingga debit output dalam liter/menit dapat diketahui.
f. Bila debit sudah memenuhi, lalu sambungkan pipa output pompa vakum dengan union ke pompa hidram, lalu
amati pompa hidram, bila katup limbah masih tertutup akibat aliran, berarti pompa hidram sudah bekerja, dan
bila airnya keluar dari katup berarti tekanan yang masuk sangat lemah, kemungkinan debit yang terlalu kecil
atau perlu menaikkan muka air di sumber air.
g. Bila pompa hidram sudah bekerja, meskipun katup limbah tertutup, maka colok katup limbah dengan tangan
hingga air memancar keluar, kemudian biarkan lagi dan perhatikan bila masih belum bekerja lanjutkan
mencolok kembali katup limbah sampai katup limbah tersebut mengalami gerakan tutup buka.
h. Bila katup limbah sudah mengalami tutup buka secara kontinyu, biarkan selama 1 menit, lalu matikan dan
amati tekanan yang terjadi pada pengukur tekanan. Pengukuran tekan dapat memberi gambaran ketinggian air
yang mampu dinaikkan oleh pompa hidram, misalkan 10 psi dapat menaikkan air setinggi sekitar 7 meter.
i. Buka kembali kran input agra air masuk kembali ke pompa hidram, ulangi point (g) hingga pompa hidram
bekerja tutup buka secara kintinyu.
j. Buka kran no. 16, perhatikan pergerakan air yang naik secara perlahan-lahan hingga ketinggian yang
dinginkan. Ukur volume air yang keluar melalui pipa no. 19 dan mengisi wadah tampungan no. 20 yang
dilekatkan pada papan no. 21 selama 1 menit. Lalu hitung debit yang dihasilkan oleh pompa hidram. Maka
selesai proses running menggunakan pompa vachydram.
k. Lakukan pengulangan hingga pengukuran selesai.
Pengukuran dan analisis Data
Running dilakukan pada ketiga variasi ukuran pompa hidram yaitu; dan ”. Pengukuran debit dilakukan
pada variasi ketinggian ketinggian 200, 300 dan 400 cm dari pompa hidram. Seri rancangan percobaan yang
dilakukan dengan tiga kali pengulangan dan hasilnya pengukuran diolah dengan menggunakan software excel untuk
mendapatkan pengaruh ukuran pompa dan ketinggian out terhadap debit aliran output dari pompa.
4. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil dan pembahasan meliputi analisa debit output berdasarkan tinggi muka air di sumber air dan diameter pipa
hantar (delivery pipe) dan analisa hubungan antara ukuran pompa dan ketinggian pancaran air terhadap debit output
aliran.
Analisa debit output pompa vakum
Pngukuran debit dilakukan sebanyak 5 kali dengan variasi ketinggian muka air di sumber air dan diameter pipa
hantar. Ketinggian muka air di sumber air di set setinggi 80 dan 120 cm, dengan ukuran pipa output disesuaikan
denganukuran pompa hidram yaitu 1/2 , 3/4 dan 1 inch. Hasil pengukuran dapat dilihat pada gambar 9, dimana
besaran debit out cenderung naik dengan peningkatan diameter pipa hantar.
Gambar 9. Hubungan tinggi muka air dan diameter pipa hantar
Hasil juga menunjukkan bahwa debit output juga meningkat dengan meningkatnya ketinggian muka air di sumber
air. Debit output pompa vakum yang dihasilkan antara 14-22 l/menit. Menurut Silver (1977), untuk menjalankan
pompa hidram diperlukan debit minimum 7,5 l/menit dan maksimum 37,9 l/menit, (lihat Tabel 2 di atas). Jadi
pompa vakum sangat layak untuk difungsikan untuk menggerakkan pompa hidram mengingat debit yang dihasilkan
berada diantara standar yang ada, atau dengan kata lain rancang bangun pompa vachydram dapat digunakan.
Analisa ukuran pompa terhadap debit dan ketinggian output aliran
Hasil pengukuran debit output pada setiap ketinggian output aliran dengan 3 kali seri percobaan diperoleh hasil rata-
rata seperti yang tercantum pada Tabel 3. Harga debit output berkisar antara 0,60-2,25 l/menit. Bila dihitung dengan
menggunakan Rumus 7, dimana beda elevasi antara tinggi sumber muka air dengan pompa hidram (H1=1,20 m),
tinggi elevasi output aliran (H1=3,0 m), debit input (Qi=14 l/menit) dan rendemen (r=0,5), maka diperoleh debit
output aliran sebesar 2,8 l/menit. Nilai estimasi ini masih jauh lebih besar dari hasil pengukuran. Ini disebabkan
karena nilai rendemen yang diambil terlalu tinggi bila dibandingkandengan efesiensi yang dihasilkan dari aliran
pompa berkisar antara 6-13% lebih kecil dari 0,5. Perbedaan in perlu dikaji ulang untuk menyesuaikan kembali nilai
rendemen yang ditetapkan secara teori sebesar 0,5-0,6. Perlu kajian kehilangan air yang terjadi sewaktu masuk ke
tubuh pompa hidram, air buangan pada katup limbah dan kehilangan di pipa hantar (delivery pipe) dan kehilangan
lainnya.
Tabel 3. Hasil pengukuran debit untuk variasi ukuran pompa dan ketinggian output aliran
Ukuran pompa
Debit output (liter/ menit)
Ketinggian output aliran (cm)
200 300 400
1/2” (1,27 cm) 0,88 0,67 0,60
3/4” (1,905 cm) 2,00 1,51 1,36
1” (2,540 cm) 2,25 1,80 1,53
Secara umum hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa ada pengaruh ukuran pompa dan ketinggian output aliran.
Debit output mempunyai kecenderungan meningkat dengan makin besar ukuran pompa hidram. Untuk jelasnya
dapat dilihat pada Gambar 10. Sebaliknya debit output pompa berkurang dengan meningkatnya ketinggian output
aliran, seperti yang terlihat pada Gambar 11.
Gambar 10. Hubungan ukuran pompa hidram dengan debit output pompa
Sewaktu dilakukan penambahan ketinggian output aliran hingga 5 m, pompa ukuran 1/2 inch masih tetap bekerja
namun tidak mampu lagi mengalirkan air, hal ini disebabkan desakan pompa ½ inch tidak lagi sanggup menahan
berat air yang ada di pipa hantar. sementara pompa 3/4 dan 1 inch masih mampu memompa air dengan ketinggian 6-
7 m meskipun sangat kecit volume yang dihasilkan. Dari hasil pengukuran tekanan menggunakan alat pengukur
tekanan yang dipasang pada dipompa 3/4 dan 1 inch diperoleh tekanan antara 9-10 psi. Nilai ini bila dikonversikan
diperoleh ketinggian maksimum yang dapat dihasilkan oleh pompa adalah sekitar 6-8 m. Untuk mendapatkan debit
yang dibutuhkan maka beda elevasi antara muka air sumber dan pompa perlu dinaikkan. Cara lain adalah pompa
vakum perlu diupayakan dapat menghasilkan daya hisap yang lebih baik agar debit yang dihasilkan dapat
meningkat.
Gambar 11. Hubungan ketinggian output aliran dengan debit output pompa
Berdasarkan hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa rancang bangun pompa vachydram sudah dapat bekerja
dengan baik walaupun dirasa masih ada kelemahan, khususnya daya hisap pompa vakum. Namun kelebihan pompa
vachydram adalah tanpa bahan bakar dan energi listrik, dan ramah lingkungan dengan tanpa merusak daerah sumber
dengan membangun intake atau bendung untuk mengalirkan air ke pompa. Atas dasar ini maka rancang bangun
pompa vachydram dapat dikatakan peralatan yang memenuhi konsep hijau (green equipment concept).
Oleh karena itu, perlu kajian lebih lanjut untuk merancang pompa ini menjadi lebih efektif dan efisien dan berdaya
guna dalam pemenuhan ketersediaan air baik untuk air bersih maupun untuk kebutuhan lahan pertanian.
5. KESIMPULAN
Berdasarkan analisa dari hasil pengukuran dan perhitungan dari penelitian ini dapat diambil beberapa kesimpulan
antara lain:
Pompa vachydram sangat baik untuk digunakan karena dapat membantu menaikkan air pada suatu genangan,
dengan debit input 14 liter/menit dan beda tinggi pompa dengan muka air sumber 1,2 meter, dapat menghasilkan
debit output sebesar 0,60-2,25 liter/menit pada ketinggian 2-4 meter
Meskipun efesiensi pompa antara 6-13%, pompa vachydram sangat baik untuk digunakan karena tanpa
menggunakan energi listrik dan bahan bakar, di samping itu penggunaannya tidak merusak lingkungan di sekitar
genangan tersebut, jadi bisa dikatakan pompa ini ramah lingkungan dan memenuhi konsep green.
Pompa ini sangat baik digunakan pada daerah yang mempunyai beda elevasi muka air lebih dari 1 meter, sehinga air
dapat dinaikkan pada lahan yang mempunyai elevasi lebh dari 5 meter.
Ukuran pompa sangat mempengaruhi debit output yang dihasilkan di samping kemampuan mengalirkan aliran pada
elevasi yang lebih tinggi, semakin besar ukuran pompa semakin besar debit dan ketinggian aliran yang dihasilkan.
DAFTAR PUSTAKA
Arie, H. dan Heru, D.W., 2006, Rancang Bangun Pompa Hidram, JAI Vol.2, No.2 2006, Pusat Teknologi
Lingkungan (PTL), Kedeputian Bidang Teknologi Pengelolaan Sumberdaya Alam (TPSA), Badan Pengkajian
dan Penerapan Teknologi (BPPT), Jakarta.
BPS, Provinsi Aceh (2016), Aceh dalam Angka 2016, (online) http://aceh.bps.go.id)
Jeffery, T. D., 1992, Hydraulic Ram Pumps - A Guide to Ram Pumps Water Supply System, Intermediate
Technology Publications.
Krol J., Automatic hydraulic Pump, PROC.I. MECH.E 1951, 164, p.103.
Lya, M.S., Pemanfaatan Pompa Hidram dalam Penyediaan Air Bersih, 2014, Modul, Cetkan 1, PUSKIM, Bandung,
ISBN : 978-602-8330-90-9.
Molyneux F. 1960, The Hydraulic ram for Rival Water Supply, Fluid Handling, , p. 274.
Muchtar, Z., 2011, Pengaruh diameter pipa keluar dan dimensi bak penampung pada aliran system vacuum, PILAR
Jurnal Teknik Sipil, Vol. 6, No. 2, PNS, Palembang.
PKP, Undang-undang Republik Indonesia No. 18 Tahun 2012 Tentang Pangan, (online) http://bkp.pertanian.go.id/
Paijo, (2007), Pompa Air Tenaga Gravitasi (2), https://paijo1965.wordpress.com/2007/03/06/pompa-air-tenaga-
gravitasi-2/
Silver, M., (1977), Use of Hydraulic Rams in Nepal. A guide to Manufacturing and Installation, UNICEF,
Kathumandu, Nepal.
Taye, T., 1998. Hydraulic Ram Pump, Journal of the Ethiopian Society of Mechanical Engineers, Vol. II, No. l, July
1998.
Watt, S.B., 1982, Manual on a Hydraulic Ram for Pumping Water, Intermediate Technology Publication Ltd.
London.
Zakir, H., dan Maidi, S., Rancang Bangun Kombinasi Pompa Vakum Dengan Pompa Hidrolik Ram, Jurnal
Mekanova,Vol 4. No. 6, April 2018.