sttn

9
Sejarah Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) adalah satu-satunya lembaga pemerintah Non Depertemen yang menyelenggarakan pendidikan keahlian di bidang teknologi nuklir program diploma-IV, yang dinamakan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN). Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir didirikan atas dasar adanya suatu gagasan untuk membuka program diploma bagi para teknisi pada akhir tahun 1982 yaitu pertemuan antara Kepala Pusdiklat dengan Direktur Jendral BATAN yang didorong oleh kebutuhan akan tenaga teknisi berkualitas tinggi yang mampu berfungsi sebagai penghubung antara tenaga teknisi dan peneliti. Pada awal tahun 1983, gagasan ini dikembangkan dengan membentuk Satuan Tugas Persiapan Pendidikan Ahli Teknik Nuklir berdasar SK Dirjen BATAN No. 08/DJ/07/I/1983. Mengingat proses untuk melaksanakan tugas tersebut memerlukan waktu, tugas Satgas diperpanjang dengan SK Dirjen BATAN No. 81/DJ/V/1984. Setelah semua persiapan baik perangkat keras maupun perangkat lunak semakin mantap, dibentuklah Satuan Tugas pengelola Pendidikan Ahli Teknik Nuklir dengan SK Dirjen BATAN No. 53/DJ/IV/1985. Pada tanggal 3 Agustus 1985 Pendidikan Ahli Teknik Nuklir dengan singkatan PATN di Yogyakarta dibuka dengan resmi oleh Direktur Jendral BATAN, Bapak Ir. Djali Ahimsa. Ijin operasional dari Dirjen Dikti diperoleh dengan SK Dirjen Dikti No. 1640/D/O/86 tanggal 15 September 1986. Peningkatan PATN (yang menyelenggarakan Program Diploma III ke bawah) menjadi STTN adalah dalam rangka mencukupi kebutuhan SDM terdidik yang terampil dengan kemampuan teknis dan akademis yang lebih tinggi. Oleh karena itu, sejak tahun 1998 dirintislah STTN-BATAN dengan jenjang Program Diploma IV. Dalam proses pendirian STTN, pada bulan Agustus 1999 diadakan pertemuan antara BATAN dengan Depdiknas (dahulu Depdikbud) yang membahas rencana pendirian STTN. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 1999 BATAN mengajukan permohonan pendirian STTN- BATAN ke Depdikbud. Setelah diadakan perbaikan proposal dan penilaian kelayakan pendirian STTN, pada tanggal 21 Februari 2001 dilaksanakan presentasi oleh Kepala PATN di hadapan Tim P5D (Pusat Pengembangan Pendidikan Politeknik dan Program Diploma) Depdiknas yang dilanjutkan dengan peninjauan sarana dan prasarana yang ada seperti ruang kuliah dan fasilitas laboratorium. Hasilnya STTN-BATAN dinyatakan layak didirikan, dengan persetujuan Depdiknas tanggal 15 Maret 2001 dengan surat Dirjen Dikti Nomor 1013/D/T/2001. Persetujuan pembukaan Jurusan dan Program Studi pada STTN-BATAN di Yogyakarta oleh Direktur Jenderal Perguruan Tinggi pada tanggal 20 Maret 2001 meliputi 2 Jurusan dengan 3 Program Studi dengan surat Nomor 1037/D/T/2001, yaitu Jurusan Teknokimia Nuklir dengan 1 Program Studi (Prodi) Teknokimia dan Jurusan Teknofisika Nuklir dengan 2 Program Studi, yaitu Prodi Eelktronika Instrumentasi dan Prodi Elektromekanik. Setelah dilakukan pembahasan antara BATAN dengan Kementrian Pendayagunaan Aparatur Negara (MENPAN) akhirnya, pada tanggal 8 Juni 2001 diterbitkan KEPRES nomor 71 tahun 2001 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. Keputusan ini ditindak lanjuti dengan Keputusan Kepala BATAN Nomor 360/KA/VII/2001 tentang Organisi dan Tata Kerja STTN. Pada tanggal 24 Agustus 2001 STTN dibuka secara resmi oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi, Ir. M. Hatta Rajasa ditandai dengan penandatanganan prasasti yang sekarang terletak di

Upload: dwiokkysaputra

Post on 26-Dec-2015

37 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

sttn nuklir

TRANSCRIPT

Page 1: STTN

SejarahBadan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) adalah satu-satunya lembaga pemerintah Non

Depertemen yang menyelenggarakan pendidikan keahlian di bidang teknologi nuklir program

diploma-IV, yang dinamakan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir (STTN).

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir didirikan atas dasar adanya suatu gagasan untuk membuka

program diploma bagi para teknisi  pada akhir tahun 1982 yaitu pertemuan antara Kepala

Pusdiklat  dengan Direktur Jendral BATAN yang didorong oleh kebutuhan akan tenaga teknisi

berkualitas tinggi yang  mampu berfungsi sebagai penghubung antara tenaga teknisi dan

peneliti. Pada awal tahun 1983, gagasan ini   dikembangkan dengan membentuk Satuan

Tugas Persiapan Pendidikan Ahli Teknik Nuklir berdasar SK Dirjen BATAN No.

08/DJ/07/I/1983. Mengingat proses untuk melaksanakan tugas tersebut memerlukan waktu,

tugas Satgas diperpanjang dengan SK Dirjen BATAN No. 81/DJ/V/1984. Setelah semua

persiapan baik perangkat keras maupun perangkat lunak semakin mantap, dibentuklah

Satuan Tugas pengelola Pendidikan Ahli Teknik Nuklir dengan SK Dirjen BATAN No.

53/DJ/IV/1985.  Pada  tanggal 3 Agustus 1985 Pendidikan Ahli Teknik Nuklir dengan

singkatan PATN di Yogyakarta  dibuka dengan resmi oleh  Direktur Jendral BATAN, Bapak Ir.

Djali Ahimsa. Ijin operasional dari Dirjen Dikti diperoleh dengan SK Dirjen Dikti No.

1640/D/O/86 tanggal 15 September 1986.

Peningkatan PATN (yang menyelenggarakan Program Diploma III ke bawah) menjadi STTN

adalah dalam rangka mencukupi kebutuhan SDM terdidik yang terampil dengan kemampuan

teknis dan akademis yang lebih tinggi. Oleh karena itu, sejak tahun 1998 dirintislah STTN-

BATAN dengan jenjang Program Diploma IV. Dalam proses pendirian STTN, pada bulan

Agustus 1999 diadakan pertemuan antara BATAN dengan Depdiknas (dahulu Depdikbud)

yang membahas rencana pendirian STTN. Selanjutnya, pada tanggal 31 Agustus 1999

BATAN mengajukan permohonan pendirian STTN-BATAN ke Depdikbud. Setelah diadakan

perbaikan proposal dan penilaian kelayakan pendirian STTN, pada tanggal 21 Februari 2001

dilaksanakan presentasi oleh Kepala PATN di hadapan Tim P5D (Pusat Pengembangan

Pendidikan Politeknik dan Program Diploma) Depdiknas yang dilanjutkan dengan peninjauan

sarana dan prasarana yang ada seperti ruang kuliah dan fasilitas laboratorium. Hasilnya

STTN-BATAN dinyatakan layak didirikan, dengan persetujuan Depdiknas tanggal 15 Maret

2001 dengan surat Dirjen Dikti Nomor 1013/D/T/2001.

Persetujuan pembukaan Jurusan dan Program Studi pada STTN-BATAN di Yogyakarta oleh

Direktur Jenderal Perguruan Tinggi pada tanggal 20 Maret 2001 meliputi 2 Jurusan dengan 3

Program Studi dengan surat Nomor 1037/D/T/2001, yaitu Jurusan Teknokimia Nuklir dengan 1

Program Studi (Prodi) Teknokimia dan Jurusan Teknofisika Nuklir dengan 2 Program Studi,

yaitu Prodi Eelktronika Instrumentasi dan Prodi Elektromekanik.

Setelah dilakukan pembahasan antara BATAN dengan Kementrian Pendayagunaan Aparatur

Negara (MENPAN) akhirnya, pada tanggal 8 Juni 2001 diterbitkan KEPRES nomor 71 tahun

2001 tentang Pendirian Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. Keputusan ini ditindak lanjuti dengan

Keputusan Kepala BATAN Nomor 360/KA/VII/2001 tentang Organisi dan Tata Kerja STTN.

Pada tanggal 24 Agustus 2001 STTN dibuka secara resmi oleh Menteri Negara Riset dan

Teknologi, Ir. M. Hatta Rajasa ditandai dengan penandatanganan prasasti yang sekarang

terletak di halaman depan STTN.

VisiVisi STTN  adalah sebagai berikut.

”Penyedia SDM iptek nuklir yang profesional”

Page 2: STTN

Rumusan visi tersebut didasarkan pada tugas dan fungsi STTN yang hasil utamanya adalah

Sarjana Sains Terapan bidang Teknologi Nuklir. Penyedia SDM iptek nuklir yang profesional

ini mengandung makna bahwa lulusan yang dihasilkan oleh STTN mampu berkarya dan

berkontribusi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat berdasarkan keahlian di bidang

iptek nuklir.  Kata SDM mengandung makna sivitas akademika dan kata profesional d isini

mengandung makna bahwa kinerjanya bisa diakui oleh pengguna. Visi ini diharapkan mampu

menjadi pemacu sivitas akademika STTN untuk berkarya secara profesional.

    Teknologi Nuklir sudah terbukti manfaatnya dalam berbagai bidang kehidupan di berbagai

negara, sehingga dapat menjadi salah satu alternatif untuk membantu menyelesaikan

masalah yang dihadapi bangsa Indonesia.  

MisiUntuk mewujudkan Visi di atas, STTN-BATAN mempunyai misi sebagai berikut.

1. Menyelenggarakan dan mengembangkan pendidikan, penelitian, dan pengabdian

kepada masyarakat secara profesional dan berkelanjutan.

2. Membangun dan menerapkan nilai-nilai moral dan etika akademis

3. Menerapkan dan mengembangkan Sistem Manajemen Mutu Terpadu.

Misi di atas pada hakekatnya merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan, antara yang

satu dengan yang lain saling mendukung dan saling terkait. Dalam mewujudkan Visi dan Misi

STTN-BATAN, ditempuh melalui langkah-langkah prioritas program kerja.  

TujuanSebagai perguruan tinggi, STTN bertujuan  untuk menghasilkan lulusan siap kerja,

profesional,  dan mandiri yang berjiwa kewirausahaan.

Untuk mencapai tujuan tersebut, harus didukung oleh Sumber Daya Manusia, terutama

dosen serta pendukung akademik dan non akademik.

Supaya lebih operasional di tingkat pelaksana, Visi, Misi, dan Tujuan STTN harus

dijabarkan lebih lanjut ke dalam Visi, Misi, dan Tujuan Program Studi. Visi, Misi, dan

Tujuan Program Studi harus disosialisasikan kepada sivitas akademika dan yang terkait,

salah satunya melalui Pedoman Akademik.

 

OrganisasiSTTN didirikan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 71 tahun 2001. Organisasi STTN-

BATAN dilaksanakan berdasarkan Keputusan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor

360/KA/VII/2001 tentang Organisasi dan Tata Kerja Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir dan

Keputusan Kepala Badan Tenaga Nuklir Nasional Nomor 542/KA/XI/2002 tentang Statuta

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. Susunan Organisasi STTN terdiri atas Dewan Penyantun,

Ketua dan Pembantu Ketua, Senat, Jurusan, Bagian Administrasi Akademik dan

Kemahasiswaan, Bagian Administrasi Umum, Unit Penelitian dan Pengabdian kepada

Masyarakat, Kelompok Dosen, dan Unit Penunjang.

Unsur Pimpinan STTN terdiri atas seorang Ketua dan 3 orang Pembantu Ketua. Pembantu

Ketua terdiri dari Pembantu Ketua I Bidang Akademik, Pembantu Ketua II Bidang Administrasi

Umum, dan Pembantu Ketua III Bidang Kemahasiswaan.

Senat merupakan badan normatif dan perwakilan tertinggi STTN yang mempunyai tugas

merumuskan kebijakan akademik dan pengembangan STTN, merumuskan kebijakan

penilaian prestasi akademik dan kecakapan serta kepribadian sivitas akademika, merumuskan

Page 3: STTN

norma dan tolok ukur penyelenggaraan STTN, memberikan pertimbangan dan persetujuan

atas Rencana Pendapatan dan Belanja yang diajukan oleh pimpinan  STTN, menilai

pertanggungjawaban pimpinan STTN atas pelaksanaan kebijaksanaan yang telah ditetapkan,

merumuskan peraturan pelaksanaan mimbar akademik dan otonomi keilmuan di STTN,

melaksanakan pemilihan calon Ketua dan mengajukan usulan pengangkatan serta

pemberhentian Ketua kepada Kepala BATAN, memberikan pertimbangan kepada Kepala

BATAN berkenaan dengan pengangkatan dan pemberhentian dosen yang memangku jabatan

akademik di atas Lektor, dan menegakkan norma-norma yang berlaku bagi sivitas akademika.

Jurusan di STTN ada 2 yaitu Jurusan Teknokimia Nuklir memiliki 1 (satu) Program Studi

Diploma IV (Prodi D-IV) Teknokimia Nuklir dan Jurusan Teknofisika Nuklir memiliki  2 (dua)

Prodi D-IV, yaitu Elektronika - Instrumentasi dan Elektromekanik. Jurusan merupakan unsur

pelaksana akdemik. Jurusan terdiri atas Ketua Jurusan, Sekretaris Jurusan, Ketua Program

Studi, dan Kepala Unit Laboratorium di bawah Jurusan.

Unsur pelaksana administrasi STTN terdiri atas Bagian Administrasi Akademik dan

Kemahasiswaan serta Bagian Administrasi Umum. Bagian Administrasi Akademik dan

Kemahasiswaan mempunyai tugas memberikan pelayanan teknis dan administrasi di bidang

akademik dan kemahasiswaan. Bagian Administrasi Umum mempunyai tugas melaksanakan

pelayanan administrasi di bidang persuratan dan kepegawaian, keuangan, serta perlengkapan

dan rumah tangga.

Bagian Administrasi Akademik dan Kemahasiswaan terdiri dari Subbagian Perencanaan dan

Kerja Sama, Subbagian Akademik dan Pengajaran, serta Subbagian Kemahasiswaan dan

Alumni.

Bagian Administrasi Umum terdiri dari Subbagian Persuratan dan Kepegawaian, Subbagian

Keuangan, serta Subbagian Perlengkapan.

Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UPPM) merupakan unsur pelaksana di bidang

penelitian dan pengabdian kepada masyarakat dan mempunyai fungsi melakukan penelitian

terapan di bidang teknologi nuklir, menyebarkan hasil penelitian, mengenalkan ilmu dan

teknologi di bidang nuklir kepada masyarakat dan meningkatkan keterkaitan program STTN

dengan kebutuhan masyarakat. UPPM terdiri dari Kepala, Sekretaris, Tenaga Ahli, dan

Tenaga Administrasi.

Struktur Organisasi STTN dapat digambarkan dalam bagan pada Gambar 1.

Page 4: STTN

Kebijakan MutuSTTN menjamin bahwa pendidikan, penelitian, dan pengabdian kepada masyarakat

yang diselenggarakan sesuai dengan kebutuhan mahasiswa, instansi, industri, dunia

kerja, dan masyarakat serta sesuai dengan ketentuan perundangan yang berlaku

dengan cara:

  

1. Melaksanakan dan memelihara mutu seluruh pelaksanaan fungsi organisasi dengan

mengutamakan aspek keselamatan; 

2. Menjamin semua produk dihasilkan melalui proses yang terdokumentasi serta dilaksanakan

secara cermat dan akurat sesuai dengan ketentuan sebagaimana tercantum di dalam Buku

Manual Mutu STTN berdasar acuan ISO 9001;

3. Menjamin bahwa program-program dan pelayanan direncanakan dan dilaksanakan

dengan komitmen untuk memenuhi kepuasan dan kebutuhan pelanggan;

4. Menjamin bahwa SDM STTN mempunyai kualifikasi tinggi yang diperoleh melalui sistem

seleksi, pengembangan, dan pelatihan;

5. Menjamin bahwa standar yang ditetapkan dijaga dan diperbaiki terus menerus

melalui kegiatan-kegiatan pemantauan secara aktif, tinjauan, dan perbaikan terus

menerus;

6. Menjamin bahwa sasaran mutu yang realistik dan terukur dikomunikasikan kepada seluruh

SDM, dievaluasi, ditinjau, dan jika perlu diperbaiki;

7. Menjamin bahwa pejabat di STTN memiliki komitmen untuk menerapkan sistem

manajemen mutu sesuai dengan lingkup tugas dan fungsinya;

8. Ketua STTN bertanggung jawab atas penerapan Sistem Manajemen Mutu STTN.

Page 5: STTN

Sasaran Mutu Sasaran mutu STTN adalah sebagai berikut.

1. Perbandingan jumlah pendaftar dengan mahasiswa yang diterima 2:1;

2. Lulusan dapat berkarya sesuai dengan bidangnya pada tahun pertama dengan jumlah

minimal 80 %;

3. Rata-rata waktu tunggu lulusan memperoleh pekerjaan pertama 6 bulan;

4. Tepat waktu Studi minimal 80 %;

5. Mahasiswa umum yang lulus SIB PPR/OR > 80 %;

6. Nilai TOEFL sivitas akademika > 400 dengan jumlah minimal 80 %;

7. IPK rata-rata mahasiswa > 2,75

8. Kehadiran Dosen > 90 % minimal 80 %;

9. Kehadiran mahasiswa > 80 % minimal 90 %;

10. Nilai Kinerja Dosen > 2,75 (skala 0-4) minimal 60 %;

11. Nilai Kinerja Karyawan Administrasi Umum dan Administrasi Akademik > 2,75 (skala 0-4)

minimal 60 %;

12. Seluruh sivitas akademika dan karyawan STTN mampu mengoperasikan komputer dan

internet;

13. Dosen menghasilkan karya ilmiah yang dipublikasikan rata-rata 1 publikasi per 2 tahun per

dosen;

14. Dosen melaksanakan/menghasilkan karya pengabdian kepada masyarakat rata-rata 1 karya

per 3  tahun per dosen.

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir

Page 6: STTN

Didirikan 2001

Jenis Perguruan Tinggi Kedinasan

Lokasi Jalan Babarsari PO Box 6101 YKBBYogyakarta 55281, INDONESIA

Situs web http://www.sttn-batan.ac.id

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir ( STTN - BATAN ) merupakan Perguruan Tinggi

Kedinasan program Diploma 4 (setara S-1 ) yang diselenggarakan oleh BATAN dan secara resmi

merupakan salah satu wadah penggemblengan yang paling cocok dan satu-satunya di Indonesia yang

dapat menghasilkan tenaga profesional Diploma 4 dalam bidang teknologi nuklir. Gelar yang diperoleh

adalah Sarjana Sains Terapan.

Daftar isi

  [sembunyikan] 

1   Sejarah

2   Jurusan dan Program Studi

3   Fasilitas Pendidikan

4   Peluang Kerja

5   Biaya Kuliah

6   Beasiswa

7   Referensi

8   Pranala luar

[sunting]Sejarah

Perguruan tinggi ini awalnya bernama Pendidikan Ahli Teknik Nuklir (PATN) pada tahun 1985 berdasarkan

Surat Keputusan DirjenBATAN Nomor: 53/DJ/1985 dengan jenjang pendidikan Diploma III. Untuk

mengantisipasi kemajuan teknologi nuklir di era globalisasi perlu dipersiapkan Sumber Daya Manusia yang

ahli dibidang ketanaganukliran, untuk itu PATN perlu ditingkatkan menjadi Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir

(STTN). Perubahan tersebut juga dilatarbelakangi oleh peraturan-peraturan / pengetahuan dan ketrampilan

yang dituntut :

Page 7: STTN

Undang-undang  Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 1997 tentang Ketenaganukliran.

Peraturan Pemerintah  No. 60 Tahun 1990 tentang Pendidikan Tinggi.

Policy Pimpinan Badan Tenaga Nuklir Nasional yang menginginkan PATN menjadi Perguruan

Tinggi yang Profesional dalam membina dan menyiapkan SDM yang berkualitas.

Setelah dilakukan pembahasan antara BATAN dengan Kementrian Pendayagunaan Aparatur

Negara (MENPAN) akhirnya, pada tanggal8 Juni 2001 diterbitkan KEPRES nomor 71 tahun 2001 tentang

Pendirian Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir. Keputusan ini ditindak lanjuti dengan Keputusan

Kepala BATAN Nomor 360/KA/VII/2001 tentang Organisi dan Tata Kerja STTN. Pada tanggal 24

Agustus 2001STTN dibuka secara resmi oleh Menteri Negara Riset dan Teknologi, Ir. M. Hatta

Rajasa ditandai dengan penandatanganan prasasti yang sekarang terletak di halaman depan STTN.

Dengan perubahan bentuk dan status seperti diharapkan, nantinya STTN menghasilkan Sumber Daya

Manusia yang mempunyai kualifikasi Nasional dan Internasional serta dengan legalitas yang berlaku.

[sunting]Jurusan dan Program Studi

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir berdasarkan Surat Keputusan MENDIKNAS No.1013/D/T/2001 tanggal 15

Maret 2001 memiliki 2 jurusan dengan 3 program studi, yaitu :

Jurusan Teknofisika Nuklir

Program Studi Elektronika - Instrumentasi

Program Studi Elektromekanik

Jurusan Teknokimia Nuklir

Program Studi Teknokimia

[sunting]Fasilitas Pendidikan

Setiap mahasiswa STTN BATAN berhak akan fasilitas sebagai berikut :

1. Ruang Kelas dan Laboratorium yang lengkap dan ber-AC

2. Uang Saku Rp. 50.000,- tiap bulan

3. Bahan Seragam 1 stel tiap tahunnya

4. Kesempatan mendapatkan SIB (Surat Ijin Bekerja ) sebagai PPR (Petugas Proteksi Radiasi ) dan

OR ( Operator Radiografi ) yang dikeluarkan oleh BAPETEN

[sunting]Peluang Kerja

Para lulusan Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir mempunyai kesempatan yang sangat luas untuk bekerja di :

1. BATAN  (Badan Tenaga Nuklir Nasional)

2. BAPETEN  (Badan Pengawas Tenaga Nuklir)

Page 8: STTN

3. Departemen Kesehatan  ( Rumah Sakit)

4. Industri di dalam dan Luar Negeri (Malaysia, Kuwait, Uni Emirat Arab,Eropa, Jepang dll) seperti

Industri kesehatan, jasa inspeksi, Uji Tak Rusak, Industri kertas, makanan, pertambangan dan

Energi.

5. PLTN  (Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir)

[sunting]Biaya Kuliah

Mengacu pada tahun 2009 biaya kuliah di Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir terdiri dari :

1. Uang Sarana dana Prasana :Rp.1.500.000,- (dibayarkan sekali selama berkuliah di STTN)

2. SPP :Rp. 1.000.000,- per semester

3. SKS :Rp. 30.000,- untuk kuliah teori dan 75.000 untuk praktikum

[sunting]Beasiswa

Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir - BATAN menyediakan beasiswa berdasarkan PP 77 Tahun 2008 yaitu :

Beasiswa Prestasi ( Diperuntukkan bagi mahasiswa dengan IPT>3,5 dan tertinggi di kelasnya )

Beasiswa STTN ( Diperuntukkan bagi mahasiswa yang tidak mampu )

[sunting]Referensi

1. Kampus << Tedy dalam tulisan

2. Pusat Data dan Analisa Tempo

3. PP 77 Tahun 2008

4. KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 71 TAHUN 2001

[sunting]Pranala luar

(Indonesia) Situs resmi Sekolah Tinggi Teknologi Nuklir

Kategori: 

Perguruan tinggi di Yogyakarta

Perguruan tinggi kedinasan di Indonesia