stres adalah respon atau keadaan ketegangan yang disebabkan oleh stresor atau tuntutan aktual

Upload: asep-ramdan

Post on 06-Mar-2016

229 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

ujm

TRANSCRIPT

Stres adalah respon atau keadaan ketegangan yang disebabkan oleh stresor atau tuntutan aktual/yang dirasakan yang tetap tidak teratasi (antonovsky, 1979; Burr, 1973). Stres adalah ketegangan dalam seseorang atau sistem sosial (misalnya keluarga) dan merupakan reaksi terhadap situasi yang menimbulkan tekanan ( Burgess, 1978 ) karena stres atau ketegangan dalam sebuah keluarga sulit untuk diukur, para peneliti dan praktisi menyamakan dengan sering mengkaji stresor. Stresor adalah agen pemerkasa atau presivitasi yang mengaktifkan proses stres ( burr et al;1993 chrisman dan fowler 1980). Agen presipitasi yang mengaktifkan stres dalam keluarga adalah peristiwa hidup atau kejadian yang cukup kuat untuk menyebabkan perubahan dalam sistem keluarga ( Hill, 1949). Stresor keluarga dapat berupa peristiwa atau pengalaman interpesonal ( didalam atau diluar keluarga), lingkungan, ekonomi, atau sosial budaya. Persepsi anggota keluarga atau keluarga adalah interpretasi anggota keluarga secara tunggal atau secara kolektif menyusun pengalaman mereka. Persepsi mewarnai sifat dan signifikansi stresor keluarga yang mungkin, karena keluarga bereaksi tidak hanya adanya stresor aktual, tetapi juga terhadap peristiwa saat keluarga merasakan atau menginterpretasikannya. Persepsi keluarga merupakan hal yang terpenting. Sangant penting untuk memerhatikan bahwa keluarga yang terpajan krisis secara konsisten cenderung merasakan peristiwa dengan perilaku yang menyimpang dan subjektif. Peristiwa yang dipandang secara objektif dan atau subjektif oleh keluarga yang sehat sebagai tantangan, dipandang oleh keluarga yang terpajan krisis sebagai ancaman dan membebani. Dalam kasus ini stres yang besar dialami, yang pada gilirannya membebani kapasitas adaktif keluarga. Koping terdiri atas upaya pemecahan masalah yang dihadapi oleh individu dengan tuntutan yang sangat relevan dengan kesejahteraannya, tetapi membebani sumber seseorang ( lazarus, Averill, dan Opton, 1974). Pearlin dan schooler (1978) menambahkan pernyataan mengenai dugaan keefektifan respon koping saat mereka mendefinisikan koping sebagai respon ( kognitif perilaku atau persepsi) terhadap ketegangan hidup eksternal yang berfungsi untuk mencegah, menghindari, atau mengendalikan distres emosional. Koping adalah sebuah istilah yang terbatas pada perilaku atau kognisi aktual yang ditampilkan seseorang, bukan pada sumber yang mungkin mereka gunakan.

Fase waktu stres dan strategi kopingPerawat perlu menyadari fase waktu stres , serta strategi kping anggota keluarga dan unit keluarga yang dapat digunakan selama setiap 3 periode waktu.

Periode antrestres Dalam periode sebelum benar-benar melawan stressor (seperti hospitalisasi anak), antisipasi kang mungkin terjadi, terdapat kesadaran terhadap bahaya yang mengancam atau ancaman situasi yang dirasakan. Jika keluarga atau orang yang membantu dapat mengidentifikasi stresor yang akan datang, bimbingan antisipasi serta strategi koping pencegahan dapat dicri atau di berikan untuk memperlemah atau mengurangi damapak stress.

Periode stress aktualStrategi koping selama periode stres biasanya berbeda intensitas dan jenisnya dari strategi yang digunakan sebelum awitan stresor dan stres. Mungkin terdapat strategi defensif dan bertahan yang sangat dasar yang digunakan selama periode ini jika stress dalam keluarga sangat berat. Dengan energi yang luar biasa besar yang dikeluarkan dalam menangani stresor dan stres, banyak fungsi keluarga (beberapa dapat sangat penting bagi kesehatan keluarga) seringkali diabaikan atau dilakukan secara tidak adekuat sampai keluarga kembali memiliki sumber untuk mengatassi stresor dan stres. Conttoh dari situasi terakhir adallah saat keluarga secara total mengatur keluarganya seputar perawatan anggota yang mengalami sakit kronik. Dalam situasi ini, keluarga dapat sangat disfungsional sepanjang waktu ketika kebutuhan anggota yang sehat tidak terpenuhi dan perkembangan perjalanan kehidupan keluarga terganggu (Reiss,steinglass, dan howe, 1993). Respon koping yang paling membantu selama periode stress seringkali intrakeluarga (akan dibahas kemudian), dan mencari dukungan spiritual (Friedman, 1985:Pravikoff,1985).

Periode paska stressStrategi koping yang di terapkan seterlah periode akut, disebut fase paska trauma yang terdiri dari strategi untuk mengembalikan keluarga homeostasis yang seimbang. Untuk meningkatkan kesejahteraan kluarga setelah fase kluarga, keluarga peelu saling kerjasama, saling mengungkapkan perasaan, dan memecahkan masalhnya (burgerss,1978) atau mencari dan memanfaatkan dukungan guna memperbaiki situasi penuh stress.Empat kemungkinan fase akhir pasca trauma yang dikutif. 1. Keluarga berfungsi pada tingkat yang lebih tinggi di bandingkan sebelumnya2. Keluarga berfungsu pada tingkat yang sama dengan pra stress3. Keluarga berfungsi pada tingkat yang lebih rendah d bandingkan sebelumnya4. Perpecahan keluarga (misalnya perpisahan, perceraiaan, pengabaiaan) (mederer dan hill, 1983).

Faktor-faktor yang mempengaruhi kopingPerbedaan jender dalam kopingPria dan wanita menggunakan strategi koping yang berbeda. Wanita menganggap lebih bermanfaan berkumpul sama orang lain, berbagi kekhawatiran atau kesulitan mereka dengan teman dan krabat, mengungkapkan persaan dan emosi yang positif dan negatif secara terbuka, dan menghabiskan waktu guna mengembangkan diri dan hobi.Sisi lain, pria cenderung mengguanakan strategi yang lebih menarik diri seperti mencoba menyimpan perasaannya, mencoba menjaga orang lain mengetahui seberapa buruk kejadiannya, dan mengongsumsi lebih banyak alkohol. Penelitian gender lainnya menegaskan tenuab bur dan rekan. Misalnya, gordan at al.(1991) menemukan bahwa wanita menempatkan nilai yang lebih besar pada kedekatan, berbagi, dan keakraban dalam hubungan mereka.

Variasi sosial budaya dalam koping keluargaJelas bahwa pola koping bervariasi pada lintas budaya dan sosial.Variasi kelas sosial dalam koping keluarga juga ada. Misalnya, keluarga yang lebih kaya dan berpendidikan khasnya memiliki kebutuhan yang lebih besar untuk mengatur dan mengembalikan perawatan kesehatan mereka sehingga lebih banyak menggunakan strategi koping keluarga dalam mendapatkan informasi dan pengetahuan.. keluarga miskin juga daper merakan kurang percaya diri akan kemampuan mereka mengendalikan takdirnya, dan dalam kasus ini dapet menggunakan pengendalian makna masalah dengan penilaian pasif.