strategi peningkatan kinerja guru berbasis etos …
TRANSCRIPT
STRATEGI PENINGKATAN KINERJA GURU BERBASIS ETOS KERJA
QUR’ANI DI SMP MUHAMMADIYAH 1
KOTA MAKASSAR
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) Pada Program Studi
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar
Oleh
HUSNAH AKBAR
105191102616
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITASMUHAMMADIYAH MAKASSAR
1442 H/2020 M
iii
iv
v
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bertanda tangan di bawah ini:
Nama : Husnah Akbar
NIM : 105191102616
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Fakultas : Agama Islam
Kelas : A
Dengan ini menyatakan hal sebagai berikut:
1. Mulai dari penyusunan proposal sampai selesai penyusunan skripsi ini,
saya menyusun sendiri skripsi saya (tidak dibuatkan oleh siapapun)
2. Saya tidak melakukan penjiplakan (Plagiat) dalam menyusun skripsi
3. Apabila saya melanggar perjanjian seperti pada butir 1, 2, dan 3 saya
bersedia menerima sanksi sesuai dengan aturan yang berlaku.
Demikian perjanjian ini saya buat dengan penuh kesadaran
Makassar, 24 dzulqaidah 1441 H
15 Juli 2020 M
Yang Membuat Pernyataan
Husnah Akbar
NIM:105191102616
vi
KATA PENGANTAR
حيى ٱنره ح ٱنره بسى ٱلله
Alhamdulillah segala puji dan syukur terpanjatkan kehadirat Allah SWT.
Tuhan pencipta segala sesuatu yang ada dimuka bumi ini dan seluruh isi alam
semesta yang telah memberikan kenikmatan kepada kita, baik itu secara jasmani
maupun rohani. Berkat rahmat dan petunjuk-Nya pula, penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam tercurah kepada
pimpinan Islam yang telah membawa sinar kecemerlangan Islam yaitu Nabi
Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya yang telah
membimbing umat kearah jalan yang benar.
Tentunya peneliti tidak terlepas dari dukungan dan sumbangan pemikiran
dari segenap pihak yang penulis rasakan selama ini atas jasa-jasanya yang
diberikan secara tulus ikhlas, baik material maupun spiritual dalam usaha mencari
kesempurnaan dan manfaat dari penulisan skripsi ini, tak lupa penulis ungkapkan
rasa terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada.
1. Kedua orang tua tercinta Muh.Akbar dan Nursia, yang selalu memberikan
cinta dan kasih sayang, dorongan semangat dan motivasinya, setiap waktu
bersujud dan berdoa demi kelancaran penulisan skripsi ini hingga tercapainya
cita-cita penulis.
2. Prof. Dr. H. Ambo Asse, M.Ag. Sebagai Rektor Universitas Muhammadiyah
Makassar. Yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga
terselesainya skripsi ini.
3. Drs. H. Mawardi Pewangi, M.Pd.I selaku Dekan Fakultas Agama Islam
Universitas Muhammadiyah Makassar.
vii
4. Dr. Amirah Mawardi, S.Ag.,M.Si sebagai Ketua Prodi Pendidikan Agama
Islam di Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
5. Dr. Abdul Azis Muslimin M.Pd.I., M.Pd. dan Dr. Abdul Rahman Bahtiar
S.Ag., M.A selaku pembimbing I dan II yang dengan penuh kesabaran dan
keikhlasan membimbing serta memberikan pengarahan, sehingga hasil
penelitian ini dapat tersusun.
6. Dosen Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar.
7. Husain Abdullah Rahman,S.Pd.,M.Pd.I kepala sekolah SMP Muhammadiyah
1 Kota Makassar, yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian.
8. Guru SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar
9. Teman-teman seangkatan tahun 2016-2020 Prodi Pendidikan Agama Islam,
10. Terima kasih kepada para sahabat saya yang senantiasa membantu dan
mendoakan saya selama mengerjakan skripsi ini.
Peneliti senantiasa mengharapkan kritikan dan saran dari berbagai pihak
yang sifatnya membangun karena penulis yakin bahwa suatu persoalan tidak akan
berarti sama sekali tanpa adanya kritikan. Mudah-mudahan skripsi ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca. Terutama bagi diri pribadi penulis.
Makassar, 24 dzulqaidah 1441 H
15 Juli 2020 M
Peneliti
Husnah Akbar
105191102616
viii
ABSTRAK
HUSNAH AKBAR. 105191102616. 2020. Strategi Peningkatan Kinerja Guru Berbasis Etos Kerja Qur’ani di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar.
Dibimbing oleh Abdul Azis Muslimin dan Abdul Rahman Bahtiar.
Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi peningkatan
kinerja guru di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar, untuk mengetahui Konsep
yang berbasis etos kerja qurani di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar, dan
untuk mengetahui faktor penghambat peningkatan kinerja guru berbasis etos kerja
qurani di SMP Muhammadiyah 1 Makassar.
Jenis penelitian yang digunakan yaitu penelitian kualitatif. Sumber data
dalam penelitian adalah Kepala Sekolah dan Guru. Instrumen penelitian yang
digunakan yaitu pedoman observasi, pedoman wawancara, dan dokumentasi.
Teknik analisis data yang digunakan yaitu teknik reduksi data, penyajian data, dan
verifikasi data.
Penelitian ini yaitu, strategi Peningkatan Kinerja Guru yaitu dengan memperbanyak mengikuti training atau pelatihan terkait dengan pengembangan
pembelajaran serta selalu memacu diri untuk terus berkontribusi dalam
melahirkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif khususnya mata
pelajaran penidikan agama islam. Konsep Etos Kerja Qurani dengan menerapkan
konsep belajar qurani dalam bentuk penerapan setiap hari. Dimulai sebelum
belajar diawali sholat dhuha dan membaca Alquran setiap pergantian mata
pelajaran yang di bimbing oleh guru mata pelajaran. Selain itu melaksanakan
sholat fardu secara berjamaah. Karena sejatinya sekolah islam tiada hari tanpa
mengaji. Faktor Penghambat Peningkatan Kinerja Guru Berbasis Etos Kerja
Qurani yaitu SDM (sumber daya manusia) yang belum optimal, pendidik belum
seimbang dengan kuantitas siswa dalam mengajar qurani, tidak dapat
memaksimalkan penggunaan teknologi, dan jarak antara sekolah dan rumah jauh.
Kata Kunci: Strategi Peningkatan Kinerja Guru, dan Etos Kerja Quran
ix
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ...................................................................................... i
PENGESAHAN SKRIPSI ................................................................................ ii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ............................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING.................................................................... iv
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI. .......................................... v
KATA PENGANTAR. ...................................................................................... iv
ABSTRAK ......................................................................................................... viii
DAFTAR ISI ...................................................................................................... ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .................................................................... 5
C. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
D. Tujuan Penelitian ...................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Tujuan Penelitian ...................................................................... 7
1. Pengertian Kinerja Guru .................................................... 7
2. Ruang Lingkup Kinerja Guru...... ...................................... 8
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru ............ 11
4. Indikator Peningkatan Kinerja Guru .................................. 14
5. Kinerja Guru Dalam Perspektif Islam ................................ 15
B. Etos Kerja .................................................................................. 18
1. Pengertian Etos Kerja ......................................................... 18
2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Etos Kerja ................ 20
3. Peranan Etos Kerja ............................................................. 23
4. Indikator Etos Kerja Yang Baik ......................................... 24
5. Etos Kerja Dalam Perspektif Islam .................................... 26
x
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian .......................................................................... 30
B. Lokasi Dan Objek Penelitian .................................................... 30
C. Fokus Penelitian ........................................................................ 31
D. Deskripsi Fokus Penelitian ........................................................ 31
E. Sumber Data .............................................................................. 32
F. Instrumen Penelitian.................................................................. 32
G. Teknik Pegumpulan Data .......................................................... 33
H. Teknik Analisis Data ................................................................. 34
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ......................................... 37
1. Sejarah Sekolah .................................................................. 37
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah ........................................... 38
3. Identitas Sekolah ................................................................ 39
4. Fasilitas Sekolah ................................................................ 40
5. Keadaan Guru .................................................................... 40
6. Keadaan Peserta Didik ....................................................... 42
B. Pembahasan ............................................................................... 35
1. Strategi Peningkatan Kinerja Guru Berbasis Etos Kerja
Qur‟ani Di SMP Muhammadiyah 1 Kota Mkassar ............ 43
2. Konsep Etos Kerja Qur‟ani Di SMP Muhammadiyah 1 Kota
Makassar ............................................................................ 48
3. Faktor Penghambat Peningkatan Kinerja Guru Berbasis
Etos Kerja Qur‟ani Di SMP Muhammadiyah 1
Kota Makasar ..................................................................... 52
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan ............................................................................... 56
B. Saran .......................................................................................... 57
xi
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 59
RIWAYAT HIDUP ................................................................................................ 61
LAMPIRAN ............................................................................................................ 62
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha yang sengaja dilakukan untuk mengembangkan
potensi perserta didik melalui kegiatan pembelajaran sehingga ada perubahan ke
arah yang positif pada diri peserta didik tersebut. Sekolah merupakan salah satu
satuan pendidikan yang melakukan pendidikan formal. Di sekolah peserta didik
diajarkan berbagai ilmu pengetahuan, keterampilan dan sikap yang bermanfaat
bagi kehidupannya dan juga berbagai ilmu pengetahuan lain yang bisa mengubah
tingkah lakunya ke arah yang lebih baik.
Tujuan pendidikan dalam Undang-Undang No. 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional Bab II Pasal 3 bahwa:
Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
demokratis serta betanggung jawab.1
Proses pendidikan itu dapat berjalan dengan baik bila komponen yang
ada dalam sekolah tersebut digunakan semaksimal mungkin. Komponen sekolah
tersebut diantaranya kepala sekolah, pendidik, staf, kurikulum, sarana dan
prasarana serta komponen lain yang dapat menunjang berlangsungnya
pembelajaran. Salah satu komponen penting dalam sekolah adalah pendidik.
Karena guru merupakan tenaga pendidik yang akan mendidik peserta didik.
1Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional, (Cet.7;
Jakarta; Sinar Grafika, 2016), h.7
2
Berkaitan dengan tugas pendidik dalam proses pembelajaran, guru berperan
sebagai fasilitator, motivator dan stimulator proses pembelajaran yang
mengharuskan guru memegang peranan dan tanggung jawab yang penting dalam
pelaksanaan program pengajaran di sekolah. Guru merupakan pembimbing dan
contoh bagi siswa dalam pembentukan kepribadian siswa dan karena itu guru
mempunyai kinerja yang baik.
Guru merupakan faktor yang sangat dominan dan paling penting dalam
pendidikan formal pada umumnya karena bagi siswa guru sering dijadikan tokoh
teladan, bahkan menjadi tokoh identitas diri. 2 Maka dari itu seorang guru di
tuntut untuk melakukan profesinya dengan profesional disertai dengan memiliki
etos kerja yang tinggi dan kinerja yang baik tentunya akan berpengaruh pada mutu
dan kualitas pendidikan.
Etos kerja menurut Mochtar Buchori dapat diartikan sebagai sikap dan
pandangan terhadap kerja, kebiasaan kerja, ciri-ciri atau sifat-sifat mengenai cara
kerja yang dimiliki seseorang, suatu kelompok manusia atau suatu bangsa. Etos
kerja merupakan sikap mendasar terhadap diri dan dunia mereka yang
direfleksikan dalam dunia nyata. Akan tetapi jika etos kerja karyawan mengalami
penurunan maka hasil pekerjaan (kinerja) yang jadi tanggung jawabnya pun tidak
akan maksimal dan pencapaian tujuan organisasi tidak akan tercapai dengan
maksimal.
2 Cece wijaya, Kemampuan Dasar Guru Dlam Proses Proses Belajar-Mengajar (
Bandung: Rosdakarya, 2004 cet.4), h.1.
3
Perkembangan zaman menuntut adanya perubahan dan pembaruan dari
segala bidang termasuk bidang pendidikan. Guru sebagai ujung tombak dituntut
peran profesinya untuk perbaikan dan peningkatan kinerja guru.
Berasal dari kata etos dikenal pula kata etika, yang hampir mendekati
pada pengertian akhlak atau nilai-nilai yang berkaitan dengan baik-buruk atau
moral, sehingga dalam etos tersebut terkandung gairah atau semangat yang amat
kuat untuk mengerjakan sesuatu secara optimal, lebih baik, dan bahkan berupaya
untuk mencapai kualitas kerja yang sesempurna mungkin. Dalam etos tersebut,
ada semacam semangat untuk menyempurnakan segala sesuatu dan menghindari
segala kerusakan atau fasad sehingga setiap pekerjaannya diarahkan untuk
mengurangi bahkan menghilangkan sama sekali cacat dari hasil pekerjaannya. 3.
Terdapat penelitian terdahulu yang menggunakan kerangka pikir teori
kinerja yang dikemukakan oleh Gibson. Menurut Gibson, kinerja guru
dipengaruhi oleh tiga kelompok variabel, yaitu: “pertama variabel individu, kedua
variabel organisasi dan ketiga variabel psikologis individu”. Dalam kaitan dengan
penelitian ini variabel individu meliputi: kemampuan dan keterampilan: mental
fisik (dalam hal ini kemampuan dan keterampilan dalam memahami kurikulum),
latar belakang: (keluarga, tingkat sosial, pengalaman), demografis (umur, etnis,
jenis kelamin). Variabel organisasi meliputi: sumber daya, kepemimpinan (dalam
hal ini pemberian layanan supervisi), imbalan, struktur, desain pekerjaan
(variabel-variabel ini akan memengaruhi dan menciptakan iklim kerja). Variabel
3 Toto Tasmara, Membudayakan Etos Kerja Islami, (Jakarta : Gema Insani Pers, 2002),
h.15
4
psikologis meliputi: persepsi, sikap, kepribadian, belajar, motivasi, kepuasan
kerja, iklim kerja.4
Penelitian tentang kinerja sering dilakukan atas kesetiaan, kejujuran,
prestasi kerja, loyalitas, dedikasi dan partisipasi. Kesetiaan dapat diartikan sebagai
kesediaan guru untuk mempertahankan nama baik, asas dan lambang negara,
sesuai dengan janji dan sumpah yang telah diucapkan. Konsekuensi dari
penerapan ini adalah kinerja guru dituntut untuk selalu taat, jujur, mampu bekerja
sama dengan tim, memiliki prakarsa dan bersifat kepemimpinan yang mengayomi
seluruh warga madrasah. Dengan demikian kinerja guru secara langsung mengacu
kepada perwujudan keadaan tingkat perilaku guru dengan sejumlah persyaratan.
Kinerja seseorang, kelompok atau organisasi tidak sama, satu dengan yang lain
tergantung dengan tugas dan tanggung jawab secara profesional.
Dengan demikian, guru madrasah berhubungan dengan peran sebagai
pelatih yang akan memfasilitasi seluruh aktivitas organisasi. Kinerja guru juga
dapat ditunjukkan dari seberapa besar kompetensi-kompetensi yang
diprasyaratkan dipenuhi. “kompetensi tersebut meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional”.
Berdasarkan dari latar belakang maka peneliti terdorong untuk meneliti
tentang “Strategi peningkatan kinerja guru berbasis etos kerja Qur‟ani”. Peneliti
berharap bahwa hasil yang diperoleh dapat memberikan informasi yang penting
dalam dunia pendidikan khususnya dalam hal etos kerja guru agar dapat
meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia.
4 Supardi. Kinerja guru. (Jakarta: Rajawali Pers, 2014), h.19.
5
B. Rumusan Masalah
Dengan mengacu pada latar belakang masalah di atas, maka dapat
diperoleh rumusan masalah penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana strategi peningkatan kinerja guru di SMP Muhammadiyah 1 Kota
Makassar ?
2. Bagaimana konsep yang berbasis etos kerja Qur‟ani di SMP Muhammadiyah
1 Kota Makassar?
3. Apa faktor penghambat peningkatan kinerja guru berbasis etos kerja Qur‟ani
di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pokok masalah yang telah dirumuskan, penelitian ini
mempunyai tujuan sebagai berkut:
1. Untuk mengetahui strategi peningkatan kinerja guru di SMP Muhammadiyah
1 Kota Makassar.
2. Untuk mengetahui konsep yang berbasis etos kerja Qur‟ani di SMP
Muhammadiyah 1 Kota Makassar.
3. Untuk mengetahui faktor penghambat peningkatan kinerja guru berbasis etos
kerja Qur‟ani di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar.
D. Manfaat Penelitian
Dalam penelitian ini penulis berharap hasil penelitian dapat memberikan
manfaat bagi berbagai pihak. Adapun manfaat yang akan diperoleh antara lain:
6
a. Bagi peneliti, menambah wawasan dan dapat menambah informasi baru
mengenai etos kerja dan kinerja guru yang harus dimiliki guru. Dengan
demikian dapat memberikan masukan dan pembekalan untuk kedepan.
b. Bagi Lembaga Pendidikan, diharapkan mampu memberikan kontribusi untuk
meningkatkan kualitas di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar.
c. Bagi peneliti lain, penelitian ini berguna sebagai salah satu masukan dan
bahan yang dapat dijadikan referensi dalam penelitian yang berkenaan dengan
etos kerja dan kinerja guru di sekolah
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Kinerja Guru
1. Pengertian Kinerja Guru
Setiap individu yang diberi wewenang, tugas atau kepercayaan untuk
bekerja pada suatu organisasi tertentu diharapkan mampu menunjukkan
kinerja (performance) yang memuaskan dan memberikan kontribusi yang
maksimal terhadap pencapaian tujuan organisasi.
Dilihat dari arti kata kinerja berasal dari kata performance . Kata
performance berasal dari kata to perform yang berarti menampilkan atau
melaksanakan. Performance berarti prestasi kerja, pelaksanaan kerja,
pencapaian kerja, unjuk kerja atau penampilan kerja. Namun, sebenarnya
kinerja mempunyai makna yang lebih luas, bukan hasil kerja saja, tetapi
termasuk bagaimana proses pekerjaan berlangsung. 5 Jadi kinerja merupakan
prestasi atau hasil dari perbuatan seseorang dalam melaksanakan
pekerjaannya.”. 6
Menurut Suryo Subroto :
yang dimaksudkan dengan kinerja guru dalam proses belajar mengajar adalah “kesanggupan atau kecakapan para guru dalam menciptakan
suasana komunikasi yang edukatif antara guru dan peserta didik yang
mencakup suasana kognitif, efektif dan psikomotorik sebagai upaya
mempelajari sesuatu berdasarkan perencanaan sampai dengan tahap
evaluasi dan tindak lajut agar tercapai tujuan pengajaran.7
5 Bernawai dan Mohammad Arifin, Kinerja Guru Profesional,Jogjakarta: AR-Ruzz
Media, 2012, h. 11. 6 E Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT. Remaja Rosda
Karya, 2003), h.136. 7 Suryo Subroto, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009), h.8.
8
Muwahid Shulhan Menjelaskan bahwa kinerja dapat berupa kemampuan
individu dalam melaksanakan rencana untuk mencapai tujuan menurut standar
tertentu.8 Kinerja adalah merupakan implementasi dari rencana yang telah di
susun tersebut. Implementasi kinerja dilakukan oleh sumber daya manusia yang
memiliki kemampuan, kompetensi, motivasi, dan kepentingan.9
Kinerja sangat terkait erat dengan produktivitas, karena kinerja
merupakan indikator dalam menentukan bagaimana usaha untuk mencapai tingkat
produktivitas yang lebih tinggi dalam suatu organisasi.
Penjelasan di atas dapat di ambil kesimpulan kinerja guru adalah segala
upaya guru dalam mengembangkan kegiatan yang ada di sekolah menjadi
kegiatan yang lebih baik, sehinga tujuan pendidikan yang telah ditetepkan dapat
dicapai dengan baik pula melalui suatu kegiatan pembelajaran yang dilaksanakan
oleh pendidik sesuai dengan target serta tujuan yang telah ditetapkan.
2. Ruang Lingkup Kinerja Guru
Kinerja guru merupakan suatu kemampuan kerja guru dalam
melaksanakaan tugasnya. Kemampuan tersebut sebagai salah satu faktor
keberhasilan dan profesionalisme guru dilingkungan sekolah dan diluar
lingkungan sekolah. Kompetensi guru meliputi:
1) Kompetensi Pedagogik.
Kemampuan pedagogik adalah kemampuan dalam mengelola pembelajaran
peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan
8 Muwahid Shulhan, Model Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam Meningkatkan
Kinerja Guru,Yokyakarta: Sukses Offset, 2013, h. 98. 9 Wibowo, Manajemen Kinerja, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2013, h. 4
9
pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar dan pengambangan peserta didik
untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya
2) Kompetensi Personal (kepribadian).
Kemampuan personal adalah suatu kemampan pribadi yang dimiliki oleh seorang
pendidik dalam melaksanakan proses belajar mengajar. Cece Wijaya dan Tabani
Rusyan merinci kemampauan pribadi yang meliputi:
a) Ketetapan dan integrasi pribadi
b) Peka terhadap perubahan dan pembaharuan
c) Berfikir alternatif
d) Adil dan jujur
e) Disiplin dalam melaksanakan tugas
f) Ulet dan tekun belajar
g) Berusaha memperoleh hasil kerja yang sebaik-baiknya
h) Simpatik, menarik dan bijaksana serta sederhana dalam bertindak
i) Berwibawa. 10
Kemampuan pribadi menjadikan guru dapat mengelola dan berinteraksi
secara baik serta dapat mengelola proses belajar mengajar secara profesional.
Selain itu juga pendidik harus mempunyai kepribadian yang utuh, karena
bagaimanapun guru merupakan suri tauladan yang baik bagi anak didik.
3) Kompetensi Sosial.
Kemampuan sosial adalah kemampuan yang berhubungan dengan bentuk
partisipasi sosial seorang pendidik dalam kehidupan seharai-hari di masyarakat
10
Cece Wijaya, A. Tabrani Rustan, Kemampuan Dasar Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004), h.21.
10
tempat ia bekerja baik secara formal maupun informal. Kemampuan sosial yang
harus dimiliki seorang pendidik adalah sebagai berikut:
a) Terampil berkomunikasi dengan siswa
b) Bersifat simpatik
c) Dapat bekerja sama
d) Pandai bergaul dengan kawan sejawat dan mitra pendidikan11
4) Kompetensi Profesional.
Kemampuan profesional adalah kemampuan dalam penguasaan akademik (mata
pelajaran) yang diajarkan dan terpadu dengan kemapuan mengajarnya sekaligus,
sehingga pendidik itu perlu memiliki wibawa akademis. Kemampuan profesional
meliputi:
a) Kemampuan menguasai bahan
b) Kemampuan mengelola program belajar mengajar
c) Kemampuan mengelola kelas
d) Kemampuan menggunakan media
e) Kemampuan menguasai landasan-landasan kependidikan
f) Kemampuan menilai prestasi siswa
g) Kemampuan mengenal fungsi dan program pelayanan bimbingan dan
penyuluhan
h) Kemampuan mengenal fungsi dan menyelenggarakan administrasi
sekolah
i) Kemampuan memahami prinsip-prinsip guna keperluan pengajaran.12
11
Ibid, h.181
11
Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa
kompetensi guru adalah kemampuan, keterampilan, pengetahuan, dan sikap
seorang guru yang dilakukan secara sadar untuk melakukan tugas secara nyata di
lingkungan sekolah terhadap warga sekolah dan di masyarakat dengan
memberikan teladan yang baik.
3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kinerja Guru
Kemampuan guru dalam mengajar tidak dapat dipisahkan dari faktor-
faktor pendukung dan pemecahan masalah yang mengakibatkan terhambatnya
KBM (Kegiatan Belajar Mengajar) secara baik dalam rangka pencapaian tujuan
yang diharapkan pendidik dalam mengajar.
Adapun faktor yang mendukung kinerja guru dapat digolongkan ke
dalam dua macam yaitu:
a) Faktor dari dalam sendiri (intern) yang meliputi:
1. Kecerdasan Kecerdasan memegang peranan penting dalam keberhasilan
pelaksanaan tugas-tugas seorang pendidik dalam proses pembelaajran.
Semakin rumit dan makmur tugas-tugas yang diemban makin tinggi
kecerdasan yang diperlukan. Seseorang yang cerdas jika diberikan tugas
yang sederhana dan monoton mungkin akan terasa jenuh dan akan
berakibat pada penurunan kinerjanya.
12
Ibid, h.25-30
12
2. Keterampilan dan kecakapan; Keterampilan dan kecakapan orang berbeda-
beda. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan dari berbagai pengalaman dan
latihan.
3. Bakat Penyesuaian antara bakat dan pilihan pekerjaan dapat menjadikan
seseorang bekarja dengan pilihan dan keahliannya.
4. Kemampuan dan minat Syarat untuk mendapatkan ketenangan kerja bagi
seseorang adalah tugas dan jabatan yang sesuai dengan kemampuannya.
Kemampuan yang disertai dengan minat yang tinggi dapat menunjang
pekerjaan yang telah ditekuni.
5. Motif Motif yang dimiliki dapat mendorong meningkatkannya kerja
seseorang.
6. Kesehatan Kesehatan dapat membantu proses bekerja seseorang sampai
selesai. Jika kesehatan terganggu maka pekerjaan terganggu pula.
7. Kepribadian Seseorang yang mempunyai kepribadian kuat dan integral
tinggi kemungkinan tidak akan banyak mengalami kesulitan dan
menyesuaikan diri dengan lingkungan kerja dan interaksi dengan rekan
kerja yang akan meningkatkan kerjanya.
8. Cita-cita dan tujuan dalam bekerja Jika pekerjaan yang diemban seseorang
sesuai dengan cita-cita maka tujuan yang hendak dicapai dapat
terlaksanakan karena ia bekerja secara sungguh-sungguh, rajin, dan
bekerja dengan sepenuh hati.
b) Faktor dari luar diri sendiri (ekstern) Yang termasuk faktor dari luar diri
sendiri (ekstern) diantaranya:
13
1. Lingkungan keluarga Keadaan lingkungan keluarga dapat
mempengaruhi kinerja seseorang. Ketegangan dalam kehidupan
keluarga dapat menurunkan gairah kerja.
2. Lingkungan kerja Situasi kerja yang menyenangkan dapat mendorong
seseorang bekerja secara optimal. Tidak jarang kekecewaan dan
kegagalan dialami seseorang di tempat ia bekerja. Lingkungan kerja
yang dimaksud di sini adalah situasi kerja, rasa aman, gaji yang
memadai, kesempatan untuk mengembangan karir, dan rekan kerja
yang kologial.
3. Komunikasi dengan kepala sekolah Komunikasi yang baik di sekolah
adalah komunikasi yang efektif. Tidak adanya komunikasi yang
efektif dapat mengakibatkan timbulnya salah pengertian.
4. Sarana dan prasarana Adanya sarana dan prasarana yang memadai
membantu guru dalam meningkatkan kinerjanya terutama kinerja
dalam proses mengajar mengajar.
5. Kegiatan guru di kelas Peningkatan dan perbaikan pendidikan harus
dilakukan secara bertahap. Dinamika guru dalam pengembangan
program pembelajaran tidak akan bermakna bagi perbaikan proses dan
hasil belajar siswa, jika manajemen sekolahnya tidak memberi
peluang tumbuh dan berkembangnya kreatifitas guru. Demikian juga
penambahan sumber belajar berupa perpustakaan dan laboratorium
tidak akan bermakna jika manajemen sekolahnya tidak memberikan
14
perhatian serius dalam mengoptimalkan pemanfaatan sumber belajar
tersebut dalam proses belajar mengajar.
Jadi kesimpulannya adalah baik dan buruknya kinerja guru dalam proses
belajar mengajar dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor dari dalam diri
sendiri (intern) dan faktor dari luar diri sendiri (ekstern)13
4. Indikator Peningkatan Kinerja Guru
Menurut Mulyasa, dalam peraturan Menteri Negara Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 16 tahun 2009, mengemukakan
tentang penilaian kinerja guru dilakukan setiap tahun yang menyoroti 14 (empat
belas) kompetensi bagi guru dalam proses pembelajaran. Penilaian kinerja guru
yang dikemukakan oleh Menteri Negara Pendayagunaan Aparatur Negara dan
Birokrasi Nomor 16 tahun 2009 digunakan sebagai alat ukur dalam penelitian ini.
Indikator kinerja tersebut adalah:14
1) Pedagogik
a) Mengenal karakteristik peserta didik
b) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang
mendidik
c) Pengembangan kurikulum
d) Komunikasi dengan peserta didik
e) Penilaian dan evaluasi
2) Kepribadian
13Jurnal Idaarah, VOL. I, NO. 1, Konsep penilaian kinerja guru juni 2017 14 E. Mulyasa. Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru.(Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2013) hlm. 226-252
15
a) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial dan
kebudayaan nasional
b) Menunjukan pribadi yang dewasa dan teladan
c) Etos kerja, tanggung jawab yang tinggi, rasa bangga menjadi
pendidik
3) Sosial
a) Bersifat inklusif, bertindak objektif, serta tidak deskriminatif.
b) Komunikasi dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang
tua, peserta didik, dan masyarakat.
4) Profesional
a) Penguasaan materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang
mendukung mata pelajaran.
b) Mengembangkan keprofesionalan melalui tindakan yang reflektif.
Dari penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru
merupakan proses pembelajaran sebagai upaya mengembangkan kegiatan yang
ada menjadi kegiatan yang yang lebih baik, sehingga tujuan pendidikan yang telah
ditetapkan dicapai dengan baik melalui suatu kegiatan pembelajaran yang
dilaksanakan oleh guru sesuai dengan target dan tujuan.
5. Kinerja Guru Dalam Perspektif Islam
Manusia diciptakan dunia untuk bekerja dan beribadah agar dapat
memenuhi kebutuhan diri sendiri dan keluarga. Bekerja adalah kewajiban setiap
orang yang sudah mempunyai kewajiban untuk memenuhi kebutuhan diri sendiri
16
maupun keluarga, apalagi jika dalam bekerja itu diniatkan untuk beribadah kepada
Allah SWT maka nilainya adalah sama dengan ibadah.
Bekerja menurut islam, adalah wajib hukumnya. Kemuliaan bekerja
adalah sama dengan melakukan ibadah-ibadah yang lain, misalnya, sholat. Orang
yang sibuk bekerja akan mendapatkan kedudukan yang tinggi disisi Allah SWT.
Kinerja dalam pandangan islam adalah orang yang memberikan jiwa
serta tenaganya untuk kebaikan diri, keluarga, masyarakat dan instansi/perusahaan
akan memperoleh hasil yang baik di dunia dan akhirat. Disebutkan tentang kinerja
dalam Alquran surat Al-An‟am [6] : 135
ن تك ي ف تعه يكبتكى إي عبيم فس ها عه و اع قم يب ق
ي ه انلهبن اا إه عبق انله
Terjemahnya:
“Katakanlah: Hai kaumku, berbuatlah sepenuh kemampuanmu,
Sesungguhnya akupun berbuat (pula). kelak kamu akan mengetahui,
siapakah (di antara kita) yang akan memperoleh hasil yang baik di dunia
ini. Sesungguhnya orang-orang yang zalim itu tidak akan mendapatkan
keberuntungan” 15
Dalam islam setiap manusia yang bekerja akan mendapatkan balasan
yang sesuai dengan apa yang dikerjakannya. Seperti Allah SWT akan menaikkan
derajat bagi mereka yang bekerja. Oleh karena itu orang-orang yang pencapaian
kerjanya baik patut utuk diberi perhatian dan reward yang setimpal. Dalam hadits
Rasulullah SAW disebutkan:
15 Al-Qur’an dan Terjemahan, (Yogyakarta: Grmasurya, 2016), h. 145
17
خبنل ب ا ع ث يس ع يس أخ رب عيس ب يى ب ثب إبرا حله
سههى عهي صهه الله اسل الله ع ع قلاو اضي الله ع ان يعلا
ه يه إ م يل ع ي م ي أ ا ي ب ق ط خيرم قبل ال يب أ م أحل عبيم
م يل ع ي م ي انسه و ب عهي ا الله
Artinya:
“Telah menceritakan kepada kami [Ibrahim bin Musa] telah
mengabarkan kepada kami ['Isa bin Yunus] dari [Tsaur] dari [Khalid bin
Ma'dan] dari [Al Miqdam radliallahu 'anhu] dari Rasulullah shallallahu
'alaihi wasallam bersabda: "Tidak ada seorang yang memakan satu
makananpun yang lebih baik dari makanan hasil usaha tangannya sendiri.
Dan sesungguhnya Nabi Allah Daud AS memakan makanan dari hasil
usahanya sendiri".16
Hadits di atas menerangkan bahwa begitu banyaknya keutamaan dari
bekerja mencari nafkah yang halal dan berusaha mencukupi kebutuhan diri dan
keluarga dengan usahanya sendiri. Bahkan hal ini termasuk sifat-sifat yang akan
kita temui di setiap para Nabi „alaihimussalam dan orang-orang yang shaleh.
Seseorang berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara
bekerja keras menggunakan tangannya sendiri, memeras keringat dan energi dari
badannya kemudian memakan hasilnya, sudah tentu lebih baik dari makanan hasil
dari yang bersumber peninggalan warisan, pemberian atas kemurahan seseorang
atau sedekah yang diberikan kepadanya karena belas kasihan. Karena usaha
seseorang mencari nafkah dengan memeras tenaga, mencucurkan keringat itu
akan berfaedah sehingga kalau ia makan apa yang dimakannya menjadi terasa
enak, dan makanan itu dicerna dengan cepat dan mudah oleh pencernaan sehingga
berguna bagi kesehatan tubuh.
16
Hadits Al Bukhori Nomor 1930
18
Dalam Alquran surat At-Taubah [9] : 105 dijelaskan tentang Kinerja
عبنى إن ستر ط ؤي ان اسن هكى ع ها فسير الله قم اع
ه تى تع ب انشهب ة في ئكى ب انغيب
Terjemahnya:
“Dan Katakanlah: Bekerjalah kamu, Maka Allah dan Rasul-Nya serta
orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan
dikembalikan kepada (Allah) yang mengetahui akan yang ghaib dan yang
nyata, lalu diberitakan-Nya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan” 17
Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa Allah SWT memerintahkan
kepada umat manusia untuk bekerja. Allah SWT melihat apa yang dilakukan
oleh manusia dan nanti manusia akan diberitahu apa yang sudah dilakukan.
Islam menuntut manusia untuk bekerja keras dan beribadah hingga ke
tahap kewajiban agama agar memperoleh hasil yang baik. Oleh sebab itu manusia
harus melakukan kegiatan bekerja dengan niat ibadah. Allah pasti akan membalas
setiap amal perbuatan manusia berdasarkan apa yang telah mereka kerjakan.
Artinya, jika seseorang melakukan pekerjaan dengan baik dan menunjukkan
kinerja yang baik pula dari kerjaannya dan akan memberikan keuntungan dan
kepuasan bagi diri kita sendiri.
B. Konsep Etos
1. Pengertian Etos Kerja
Ethos berasal dari bahasa Yunani yang beratri sikap, kepribadian, watak,
karaketer, serta keyakinanatas sesuatu. Sikap tidak hanya dimiliki oleh individu,
tetapi juga oleh kelompok bahkan masyarakat. Ethos dibentuk oleh berbagai
17 Al-Qur’an dan Terjemahan, (Yogyakarta: Grmasurya, 2 016), h. 203
19
kebiasaan, pengaruh, budaya serta system yang di yakininya. Dalam etos
terkandung gairah atau semangat yang amat kuat untuk mengerjakan sesuatu
secara optimal lebih baik dan bahkan berupaya untuk mencapai kualitas kerja
yang sesempurna mungkin.18
Kerja adalah aktivitas manusia yang mendapat dukungan sosial dan
individu itu sendiri. Dukungan sosial ini dapat berupa penghargaan masyarakat
terhadap aktivitas kerja yang ditekuni. Sedangkan dukungan individu dapat
berupa kebutuhan-kebutuhan yang melatarbelakangi aktivitas kerja.19
Etos kerja adalah norma-norma yang bersifat mengikat dan ditetapkan
secara eksplinsit serta praktik-praktik yang diterima dan diakui sebagai kebiasaan
yang wajar untuk dipertahankan dalam kehidupan kekaryaan para anggota
organisasi.20
Etos kerja dapat diartikan sebagai pandangan bagaimana melakukan
kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil atau mencapai kesuksesan. Islam
memandang bahwa bekerja adalah bagian dari kewajiban dalam kehidupannya,
dengan bekerja manusia dapat mengambil manfaat dari kehidupan dan dari
masyarakat.
Sejumlah definisi dan penjelasan di atas, meski beragam, namun dapat
ditangkap maksud yang berujung pada pemahaman bahwa etos kerja merupakan
karakter dan kebiasaaan dalam bekerja yang terpancar dari sikap hidup manusia
yang mendasar terhadapnya. Lalu selanjutnya dimengerti bahwa timbulnya kerja
18
Abdullah dan Safarina. 2015. Etika Pendidikan “ Keluarga, Sekolah dan
Masyarakat“, (Jakarta: Raja Grafindo Persada), h. 73. 19
Ali Hasan. 2009. Manajemen Bisnis Syariah, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar),h. 71. 20
Edy Sutrisna. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, (Jakarta: Kemcana), h.105.
20
dalam konteks ini adalah karena termotivasi oleh sikap hidup mendasar itu. Etos
kerja dapat berada pada individu dan masyarakat.
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Etos Kerja
Seseorang akan sulit melaksanakan tugas/pekerjaannya dengan tekun dan
memiliki komitmen jika pekerjaan itu kurang bermakna baginya dan tidak
bersangkutan dengan tujuan hidupnya yang lebih tinggi, baik secara langsung
ataupun tidak langsung. Cara kerja seseorang yang memandang pekerjaannya
sebagai kegiatan untuk mencari nafkah semata atau hanya untuk memperoleh
salary (gaji) dan sandang pangan demi survival fisik jangka pendek. Akan
berbeda dengan cara kerja seseorang yang memandang tugas/pekerjaanya sebagai
calling profession dan amanah yang hendak dipertanggung jawabkan di hadapan
Tuhan.
Menurut Panji Anoraga dalam buku Psikologi Kerja yang dikutip oleh
Ahmad Bisri Mustofa, bahwa etos kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya sebagai berikut:
a. Agama Etos kerja yang rendah secara tidak langsung dipengaruhi oleh
rendahnya kualitas keagamaan dan orientasi nilai budaya yang konservatif
turut menambah kokohnya tingkat etos kerja yang rendah.
b. Budaya Kualitas etos kerja dipengaruhi oleh sistem orientasi nilai budaya
masyarakat yang bersangkuta. Masyarakat yang memiliki sistem nilai
budaya akan memiliki etos kerja yang tinggi dan sebaliknya, masyarakat
yang memiliki sistem budaya yang konservatif akan memiliki etos kerja
yang renda, bahkan bisa sama sekali tidak memiliki etos kerja.
21
c. Kondisi Lingkungan dan Geografis Etos kerja dapat muncul dikarenakan
faktor kondisi geografis. Lingkungan alam yang mendukung
mempengaruhi manusia yang berada di dalamnya melakukan usaha untuk
dapat mengelola dan mengambil manfaat dan bahkan dapat mengundang
pendatang untuk turut mencari penghidupan dilingkungan tersebut.
d. Pendidikan Etos kerja tidak dapat dipisahkan dengan kualitas sumber daya
manusia. Peningkatan sumber daya manusia akan membuat seseorang
mempunyai etos kerja keras.
e. Struktur ekonomi Tinggi rendahnya etos kerja suatu masyarakat
dipengaruhi oleh ada atau tidaknya struktur ekonomi yang mampu
memberikan insentif bagi anggota masyarakat untuk bekerja keras dan
menikamati hasil kerja keras mereka dengan penuh.
f. Motivasi intrinsik Individu Individu yang memiliki etos kerja yang tinggi
adalah individu yang bermotivasi tinggi. Etos kerja merupakan suatu
pandangan dan sikap yang didasari oleh nilai-nilai yang diyakini
seseorang.keyakinan inilah yang menjadi suatu motivasi kerja, maka etos
kerja juga dipengaruhi oleh motivasi seseorang yang bukan bersumber dari
luar diri, tetapi yang tertanam dalam diri sendiri, yang sering disebut
dengan motivasi intrinsik.21
21
Ahmad Bisri Mustofa, Etos Kerja Islam dalam Lembaga Keuangan Syariah (Jawa
Tengah: BMT Istiqomah Karangrejo), 2015
22
Etos kerja juga sangat erat kaitannya dengan sistem pendidikan dan
budaya yang ada di lingkungan seseorang.22
Contoh nilai-nilai keyakinan, budaya,
dan beberapa kebiasaan yang dapat menghambat etos kerja seseorang.
Uraian di atas menggaris bawahi adanya faktor internal, antara lain
sistem kepercayaan yang menjadi pandangan hidup seseorang, yang sering kali
mempengaruhi dan ikut membentuk etos kerja seseorang, sehingga latar belakang
terbentuknya etos kerja seorang guru, antara lain dapat dipantau dari sudut
pandang tersebut. Hanya saja, suatu kenyataan empiris biasanya tidak selalu
berdiri sendiri, akan tetapi merupakan akibat dari beberapa faktor. Penjelasan
tentang terbentuknya etos kerja seseorang (termasuk guru) juga tidak dapat hanya
dilihat dari satu sudut pandang, seperti sistem kepercayaan sebagaimana uraian
tersebut di atas, karena bisa jadi faktor tersebut tidak mendukungnya, justru
terdapat faktor-faktor lain yang lebih dominan.
Dari pendapat tersebut tampaknya terdapat titik temu dalam menjelaskan
faktor-faktor yang mempengaruhi etos kerja seseorang. Jika dikaitkan dengan etos
kerja guru di sekolah, maka ada dua aspek esensial dalam menjelaskan faktor-
faktor tersebut, yaitu faktor pertimbangan internal, yang menyangkut ajaran yang
diyakini atau sistem budaya, agama, dan kepercayaan, serta semangat untuk
menggali informasi dan menjalin komunikasi dan faktor pertimbangan eksternal,
yang menyangkut latar belakang pendidikan, sistem sosial dimana seseorang itu
hidup, dan lingkungan alam yang lainnya, seperti lingkungan kerja seseorang.
3. Peranan Etos Kerja
22 Toto Tasmara, Etos Kerja Islami op.cit., hlm. 125.
23
Etos kerja sangat penting bagi perusahaan sebab dengan etos kerja yang
tinggi diharapkan pekerja akan bekerja enggan efektif dan efisien. Semangat kerja
yang rendah dapat dilihat dari sikap karyawan sebagai berikut:
1) Karyawan tidak menghargai dan menghormati atasannya
2) Produktivitasnya rendah
3) Banyak keluhan
4) Banyak karyawan yang keluar masuk (tingkat perputaran tenaga kerja
yang tinggi dalam satu periode)23
Adapun terjadi rendahnya etos kerja atau semangat kerja itu ditimbulkan oleh:
1) Tidak adanya kepuasan dalam bekerja, yang dikarenakan pekerja itu
sendiri tidak sesuai dengan hati kecilnya
2) Pekerjaan tersebut tidak sesuai dengan keahliannya
3) Imbalan yang diterima tidak sesuai dengan beratnya pekerjaan yang
dibebankannya
4) Adanya tekanan dari atasan atau teman dalam pekerjaan
5) Tekanan dari luar lingkungan perusahaan.
Etos atau semangat rendah inilah yang harus kita hilangkan agar tidak
mempengaruhi lingkungan pekerjaan. Karena dampak yang ditimbulkan dari etos
kerja atau semangat kerja yang rendah ini besar sekali terhadap tingkat
produktivitas kerja karyawan24
. Individu atau kelompok dapat dikatakan memiliki
etos kerja yang tinggi apabila menunjukkan tanda-tanda sebagai berikut:
1) Memiliki penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia
23 Alek.S.Nitisemito, Manajemen Personalia, (Ghalia Indonesia: Jakarta: 2001), h.68
24 Ibid, h..72
24
2) Menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang sangat
luhur bagi eksistensi manusia.
3) Kerja yang dilakukan sebagai aktifitas bermakna bagi manusia.
4) Kerja dihayati sebagai proses yang membutuhkan ketekunan dan
sekaligus sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita
5) Kerja dilakukan sebagai bentuk ibadah
Dari penjelasan di atas peneliti dapat menyimpulkan bahwa etos atau
karakter haruslah dikembangkan untuk mencari potensi diri yang dijadikan dalam
etos kerja, karena baik buruknya pekerjaan tergantung dari niat. Kerja keras
adalah faktor yang sangat penting dalam etos kerja dan setiap pekerjaan yang kita
lakukan selalu berpegangan pada Alquran dan hadis.
4. Indikator Etos Kerja yang Baik
Menurut Eko Jalu Santoso terdapat tujuh etos kerja terbaik dan mulia
yang dapat digunakan sebagai indikator dalam penelitian ini untuk mengukur
etos kerja. Indikator etos kerja yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:25
1) Jujur dan berintegritas
a) Berani bekerja jujur itu cerdas dan mulia
b) Meraih sukses melalui kejujuran
c) Bekerja dengan integritas tinggi
25 Eko Jalu Santoso. Good Ethos, 7 Etos Kerja Terbaik dan Mulia. (Jakarta: PT Alex
Media Komputindo, 2012), h.27-238.
25
2) Cerdas memiliki kreativitas
a) Menerapkan rumus bekerja cerdas
b) Mengoptimalkan kecerdasan emosi dalam bekerja
c) Pekerja berpengetahuan
d) Berani berfikir kreatif dan diluar kotak
3) Empati penuh peduli
a) Bekerja sebagai laedang amal kebaikan
b) Memiliki mentalitas melayani dengan hati
c) Bekerja dengan empati penuh peduli
4) Ikhlas penuh kecintaan
a) Menjadikan kerja bernilai ibadah
b) Bekerja dengan moralitas bersih dan ikhlas
c) Pandai bersyukur dan berterima kasih
d) Bekerja dengan kecintaan sepenuh hati
5) Berpikiran maju atau visioner
a) Bekerja berorientasi masa depan
b) Memiliki semangat perubahan
c) Memiliki jiwa kepemimpinan
6) Mengutamakan kerja sama atau sinergisme
a) Bekerja bersama adalah kesuksesan
b) Mampu bekerja sama dalam tim berkinerja tinggi
c) Keterampilan membangun jaringan silaturahmi
7) Disiplin penuh tanggung jawab
26
a) Kerja sebagai bentuk eksistensi diri
b) Membudayakan disiplin dalam diri
c) Bekerja benar dengan penuh tanggung jawab
d) Pandai menghargai waktu dalam bekerja
Dari penjelasan mengenai indikator etos kerja yang baik maka peneliti
menyimpulkan bahwa etos kerja ada keterkaitan individu terhadap Allah sehingga
menuntut individu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja,
berusaha keras memperoleh keridhaan Allah, mempunyai hubungan baik dengan
relasinya dan profesionalisme dalam setiap pekerjaan.
5. Etos Kerja Dalam Perspektif Islam
Fungsi etos kerja bagi seorang yang bekerja sama seperti nafsu bagi diri
seseorang. Nafsu oleh sementara ahli dimaknai sebagai potensi rohaniah yang
berfungsi mendorong seseorang untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu.
Dengan demikian, perbuatan apapun yang dilakukan seseorang, baik terpuji
maupun tercela adalah dorongan oleh nafsu, sehingga posisi nafsu dalam hal ini
sebagaimana etos adalah netral. Suatu pekerjaan tanpa adanya etos sama saja
seperti hidup tanpa daya atau semangat hidup, dengan adanya etos, pekerjaan akan
lebih bermanfaat dan berkualitas hasilnya, karena didasari akan rasa suka pada
pekerjaan tersebut. Dari sebuah etos yang ada dalam diri seseorang maka akan
muncul suatu pekerjaan yang sangat memuaskan hasilnya, dan bisa memberikan
lapangan pekerjaan buat orang lain. Namun jika sebuah etos itu dimiliki seseorang
tanpa adanya rasa iman maka sama saja hasilnya tidak akan memuaskannya, jadi
seseorang yang bekerja harus mempunyai etos yang tinggi dan beriman hanya
27
kepada Allah pengabdian itu ditujukan. Etos kerja yang tinggi dan sesuai dengan
Alquran dan sunnah atau sesuai dengan ajaran Islam tidak akan hanya memuaskan
diri sendiri saja, namun bisa bermanfaat dan barokah. Dengan etos kerja
seseorang akan memiliki sikap jujur, tawadhu‟, dan ikhlas melakukan apa pun,
untuk masyarakat disekelilingnya. Etos disini tidak hanya berfungsi sebagai
motivasi atau penggerak saja namun bisa dijadikan acuan atau landasan dalam
melakukan pekerjaan. Sebagaimana firman-Nya dalam Alquran Surah At-Taubah
[9] 119
لقي ا ي انل ايا اتهقا الله ب انه ي ي يط
Terjemahnya:
"Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan
bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar."
Perintah Allah dalam ayat di atas, agar manusia bertakwa dan bersama
orang-orang jujur. Kata jujur disini bisa diartikan, bahwa Allah menginginkan
agar semua manusia berlaku jujur dalam segala sendi kehidupan dalam berbicara,
bersikap, bekerja dan lain sebagainya. Apalagi seseorang yang memiliki etos kerja
maka akan melakukan pekerjaan sesuai dengan peraturan yang ada, tidak akan
bersikap bohong atau sombong, karena takut akan adanya Allah sang maha
pencipta. Dengan demikian, etos kerja akan membentuk seorang pribadi muslim
yang kuat, kreatif, inovatif namun tetap bersikap tawadhu‟, patuh, dan taat,
sehingga senantiasa memelihara dirinya dari perilaku-perilaku atau pekerjaan-
pekerjaan yang bisa menjatuhkan harkat martabatnya sendiri. Ia juga menjauhkan
dirinya dari hal-hal yang diharamkan Allah dengan kemuliaan dan lapang dada.
28
Saat bekerja, ada 3 hal yang harus selalu kita ingat dan kita aplikasikan.
Yaitu, kerja keras, kerja cerdas dan kerja ikhlas. Yang dimaksud dengan kerja
keras disini adalah kita saat bekerja haruslah kerja dengan sungguh-sungguh
dengan harapan hasil kerja kita ini membuahkan hasil. Namun, kerja keras juga
masihlah belum cukup. Karena diluar sana ternyata banyak yang sudah kerja keras
membanting tulang dengan bercucuran keringat yang mana keringatnya keluar
layaknya seseorang yang barusan mandi.
Akan tetapi, hasilnya tidak terlalu memuaskan. Dan bahkan kerja keras
mereka itu tidak mendapatkan hasil. Contoh orang-orang yang bekerja keras itu
adalah para penambang emas. Pengumpul batu yang sudah bekerja seharian untuk
mencari batu memecahkannya, namun ternyata tidak ada yang membeli batunya
hari ini. Untuk itu, selain kerja keras yang harus kita lakukan. Kita juga harus
kerja cerdas. Kerja cerdas adalah bekerja dengan dengan menggunakan akal dan
biasanya system bekerja ini didominasi oleh kaum intelektual dan cendikiawan
atau ilmuan.
Jadi, kerja keras harus diimbangi dengan kerja cerdas, yakni harus tahu
bagaimana suatu pekerjaan membuahkan hasil yang maksimal dalam waktu yang
relative efektif. Demikian sebelaiknya, kerja cerdas memerlukan kerja keras. Jika
suatu pekerjaan tidak dilaksanakan dengan semangat kerja kerja keras, hasilnya
tidak akan maksimal. Kerja cerdas ini dapat kita peroleh jika kita mau menuntut
ilmu alias belajar, belajar dan belajar hingga akhir hayat kita. Perlu diketahui
bahwa sekalipun kita sudah bekerja keras dan bekerja cerdas adakalanya kita
belum mendapatkan hasil, karena ternyata takdir Tuhan berkata lain. Maka kita
29
selain bekerja keras, bekerja cerdas, harus bekerja ikhlas. Sebagaimana firman-
Nya dalam Alquran Q.S. An-Nisa [4]: 125
يى حي مب اته يهه إبرا يحس ج لله أسهى ه يمب ي أحس ي
يى خهي م إبرا اته الله
Terjemahnya:
“Dan siapakah yang lebih baik agamanya dari pada orang yang ikhlas
menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang diapun mengerjakan
kebaikan, dan ia mengikuti agama Ibrahim yang lurus? dan Allah
mengambil Ibrahim menjadi kesayanganNya.”
Firman diatas adalah contoh seorang hamba Allah (Nabi) yang bekerja
ikhlas. Karena Nabi Ibrahim rela mengorbankan harta kekayaan dan status
sosialnya sebagai bangsawan hanya untuk mencari ridha Allah. Dan kita sebagai
umat muslim sudah seharusnya meneladani beliau bahwa selain bekerja keras,
bekerja cerdas harus dibarengi juga dengan bekerja ikhlas. Bekerja ikhlas yang
semata-mata hanya mengharap Ridha dari Allah. Sehingga ketika kerja keras dan
kerja cerdas namun belum juga mendapatkan hasil, kita tidak down dan tetap
semangat untuk bekerjanya.
Kerja ikhlas disini adalah kerja hati. Perlu diketahui bahwa kerja keras,
kerja cerdas belum tentu mampu bekerja ikhlas. Maka dari itu, kita juga harus
melati diri kita untuk bekerja ikhlas, supaya hari-hari penuh dengan ibadah.
30
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif adalah suatu penelitian yang ditujukan untuk
mendeskripsikan dan menganalisis fenomena, peristiwa, aktivitas sosial, sikap,
kepercayaan, persepsi, pemikiran orang secara individu maupun kelompok.26 Tujuan
penelitian kualitatif ada dua, yaitu pertama, menggambarkan dan mengungkapkan (to
describe and explore) dan kedua menggambarkan dan menjelaskan (to describeand
explain).27 Sedangkan tipe penelitian ini menggunakan tipe deskriptif, tipe penelitian
ini bertujuan membuat deskripsi secara sistematis, faktual, dan akurat tentang fakta-
fakta dan sifat-sifat populasi atau objek tertentu.28
Dari penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa penelitian
kualitatif bertujuan untuk memahami realitas sosial, yang melihat dunia dari apa
adanya, bukan dunia yang seharusnya. Maka seorang peneliti kualitatif haruslah
orang yang memiliki sifat open minded . Karenanya melakukan penelitian kualitatif
dengan baik dan benar berarti telah memiliki jendela untuk memahami realitas sosial.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Muahammadiyah 1 Kota Makassar
tepatnya di Jl. Maccini Sawah I No.12, Kecamatan Makassar, Kota Makassar.
26
Ariesto Hadi Sutopo dan Adrianus Arief, Terampil Mengolah Data Kualitatif dengan
NVivo (ed. I, cet. I, Jakarta: Kencana, Juli 2010), h. 1 27
Ibid h. 2 28
Rachmat Kriyanto, Teknik Praktis Riset Komunikasi (ed. I, cet. 4, Jakarta: Kencana
2009), h. 67
31
Adapun yang menjadi objek penelitian ini adalah kepala sekolah dan guru pendidikan
agama islam di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar.
C. Fokus Penelitian
a. Strategi peningkatan kinerja guru
b. Etos kerja Qurani
D. Deskripsi Penelitian
Adapun yang menjadi fokus penelitian yaitu :
1. Strategi peningkatan kinerja guru merupakan cara untuk mencapai tingkat
keberhasilan guru terhadap prestasi kerja guru yang berkaitan dengan kualitas
kerja, tanggung jawab, kejujuran dan kerja sama berdasarkan standar kinerja
guru yang telah ditetapkan.
2. Etos kerja Qur‟ani dapat diartikan sebagai akhlak seseorang dalam bekerja
sesuai dengan nilai-nilai islam sehingga dalam melaksanakannya tidak perlu
lagi di pikir-pikir karena jiwanya sudah meyakini sebagai sesuatu yang baik
dan benar. Secara garis besar, alquran memerintahkan manusia agar
memanfaatkan waktu semaksimal mungkin. Bahkan alquran tidak hanya
memerintahkan asal kerja, melainkan harus bekerja dengan sungguh-sungguh
dan sepenuh hati.29
Dari penjelasan di atas maka peneliti menyimpulkan bahwa kinerja guru
dinilai dari bagaimana seorang guru mampu melaksanakan proses
pembelajaran dengan baik, yaitu dengan melihat kurikulum yang digunakan.
29
J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016
32
E. Sumber Data
1. Sumber Data Primer
Data primer menurut Sugiyono adalah sumber data yang langsung
memberikan data kepada pengumpul data.30
Berdasarkan pengertian di atas maka
dapat disimpulkan bahwa data primer merupakan data yang didapatkan langsung
dari yang diteliti dan menjadi tangan pertama yang menerimanya. Data primer
dalam penelitian ini yaitu melakukan wawancara dengan tujuan untuk
memperoleh data dari informan yaitu kepala sekolah, guru dan siswa di SMP
Muhamaadiyah 1 Makassar.
2. Sumber Data Sekunder
Data sekunder menurut Sugiyono adalah data yang tidak langsung
memberikan data kepada peneliti, misalnya peneliti harus melalui orang lain atau
mencari melalui dokumen data itu diperoleh dengan menggunakan literature yang
dilakukan terhadap banyak buku dan diperoleh berdasarkan catatan-catatan yang
berhubungan dengan penelitian. Data sekunder dalam penelitian ini adalah
penelitian yang dihasilkan dari hasil objek yang mendukung statement data primer
yaitu melalui serta dokumen-dokumen yang berhubungan dengan penelitian di
SMP Muhammadiyah 1 Makassar.
F. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengukur fenomena alam dan sosial yang diamati. Dalam penelitian kualitatif,
30 Sugiyono. Metode Penelitian Administrasi. (Bandung: Alfabeta, 2006). h.105
33
yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri.31
Dalam
penelitian ini menggunakan instrumen pedoman wawancara dan catatan
dokumentasi yang digunakan sebagai pendukung dan mempermudah
terlaksananya penelitian.
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa instrumen penelitian
merupakan alat bantu yang digunakan dalam metode pengambilan data oleh
peneliti untuk menganalisa hasil penelitian yang dilakukan pada langkah
penelitian selanjutnya.
G. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data adalah cara yang dilakukan peneliti untuk
mengungkap dan menjaring informasi kualitatif dari responden sesuai lingkup
penelitian. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
sebagai berikut
1. Observasi
Observasi, adalah aktifitas pencatatan fenomena yang dilakukan secara
sistematis, dimana jenis penelitian yang melibatkan peneliti dalam kegiatan orang
yang menjadi sasaran penelitian, tanpa mengakibatkan perubahan pada kegiatan
atau aktifitas yang bersangkutan dan tentu saja dalam hal ini peneliti tidak
menutupi dirinya sebagai peneliti. 32
Dalam hal ini, peneliti akan menggunakan
teknik observasi partisipasi, yaitu peneliti akan ikut terlibat dalam kegiatan yang
diamatinya, atau dapat dikatakan peneliti ikut serta sebagai pemain.
31
Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan
R&D, h. 305
32 Burhan Bungin, Penelitian Kualitatif (cet. 2, Jakarta: Kencana, 2007), h. 120
34
2. Wawancara
Wawancara, adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan
seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.33
Wawancara ini merupakan metode pengumpulan data yang digunakan untuk
memperoleh informasi langsung dari sumbernya.
3. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu mencatat semua data secara langsung dari referensi
yang membahas tentang objek penelitian. 34
Metode ini dilakukan dengan melihat dokumen-dokumen resmi seperti
monografi, catatan- catatan serta buku-buku peraturan yang ada. Dokumen
sebagai metode pengumpulan data adalah setiap pernyataan tertulis yang disusun
oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu peristiwa.
H. Teknik Analisis Data
Analisis data disebut juga pengolahan data dan penafsiran data. Analisis
data adalah rangkaian kegiatan penelaan data, agar sebuah fenomena memiliki
nilai sosial, akademis dan ilmiah.35 Tujuan analisis data adalah untuk
menyederhanakan data ke dalam bentuk yang mudah dibaca dan di
implementasikan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pendekatan
deskripsi kualitatif yang merupakan suatu proses menggambarkan keadaan
sasaran yang sebenarnya. Pada analisis data kualitatif kata-kata dibangun dari
33
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif (cet. I, Bandung: PT Remaja
Rosdakarya, 2001), h. 180 34
Burhan Bungin,op.cit. h.121 35
Imam Suprayogo dan Tobroni, Metodologi Penelitian Sosial-Agama (cet. I, Bandung:
PT Remaja Rosdakarya, 2001), h. 191
35
hasil wawancara atau pengamatan terhadap data yang dibutuhkan untuk
dirangkum. Adapun analisis data dalam penelitian ini meliputi tiga alur kegiatan,
yaitu:36
a. Reduksi Data (Data Reduction)
Reduksi data diartikana sebagai proses penelitian, pemusatan pada
penyederhanaan dan transformasi data yang muncul dari catatan-catatan tertulis
dilapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis data yang
memejamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang data untuk tidak perlu
untuk menghasilkan data yang potensial untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
penelitian.
Reduksi data adalah suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada
penyederhaan, pengabdian, transformasi, data mentah atau data kasar yang
muncul dari catatan-catatan tertulis dilapangan, redaksi data berlangsung secara
terus- menerus selama pengumpulan data berlangsung.
b. Penyajian Data (Data Display)
Penyajian data display yaitu mendeksripsikan sekumpulan informasi
tersusun yang memberikan kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Penyajian data kualitatifdisajikan dalam bentuk yang padu
dan mudah dipahami. Sehubungan dengan data yang diperoleh terdiri dari kata-
kata, kalimat-kalimat, paraghraf, maka penyajian data yang paling sering
digunakan adanya berbentuk uraian naratif yang panjang dan terpencaar-pencar
36
V.Wiratna Sujarweni, Metodologi Penelitian, h. 35
36
bagian demi bagian, tersusun kurang baik, maka dari itu informasi bersikap
kompleks, disusun kedalam suatu kesatuan bentuk yang lebih sederhana dan
selektif, sehingga mudah dipahami.
c. Penarikan Kesimpulan (Conclusion Drawing/ Verification)
Penarikan kesimpulan atau verification merupakan bagian akhir dari
analisis data. Penarikan kesimpulan berupa kegiatan interprestasi, yang
menemukan makna data yang telah disajikan. Cara yang digunakan bervariasi,
dapat menggunakan perbandingan kontras, menemukan pola dan tema,
pengelompokkan, dan menghubung-hubungkan satu sama lain. Makna yang
ditemukan peneliti harus diuji kebenarannya dan kecocokannya.
37
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
1. Sejarah Sekolah
SMP Muhammadiyah Satu atau yang lebih dikenal akronimnya
'SPEMSA' berdiri sejak tahun 1948 beralamat di Jl. Muhammadiyah dan kini
pindah di Jalan Urip Sumoharjo Lr. 81/12. Sejak tahun 50-an sekolah ini terkenal
dengan nama "SMP Muhammadiyah Bersubsidi". Setelah berlaku sistem
akreditasi tahun 1985, sekolah ini berubah status menjadi "SMP Muhammadiyah
1 Disamakan". Dengan status tersebut, pemerintah mempercayakan menjadi
Ketua Sub. Rayon/ Koordinator EBTANAS / UAN sejak tahun 1988 sampai
tahun pelajaran 2007 / 2008, yang mewadahi 13 SMP Swasata, namun pada tahun
2008 / 2009 tidak menjadi lagi Ketua Subra karena kebijakan dari pemerintah
bahwa Sekolah negeri yang diprioritaskan sebagai ketua Subra. Kini SMP
Muhammadiyah 1 berstatus Akreditasi Type 'A' setara dengan 11 SMP Negeri di
Kota Makassar.
Sekolah yang sudah berusia 57 tahun ini tetap diminati masyarakat
hingga hari ini, karena kualitas dan pendidikan agamanya yang sudah menjadi
kebanggaan masyarakat, sehingga sejumlah alumninya memilih memasukkan
anak atau cucunya di sekolah ini. Tidak heran jika sekolah ini dipadati pendaftar
setiap tahun.
38
2. Visi, Misi dan Tujuan Sekolah
a. Visi
Visi SMP Muhammadiyah 1 Makassar adalah Islami, Unggul dan
Berwawasan Global
b. Misi
1. Menanamkan nilai Akhlakul karimah
2. Menumbuhkan dan memelihara suasana Islami
3. Meningkatkan kualitas pendidikan dan tenaga pendidik secara
berkesinambungan
4. Menerapkan manajemen berbasis sekolah yang demokratis, transparan
dan akuntabel
5. Menumbuhkan semangat keunggulan
6. Menciptakan budaya dan lingkungan sekolah yang kondusi
7. Mengembangkan intelektual siswa melalui pembelajaran yang kreatif
inovatif, efektif, dan menyenangkan
8. Mengembangkan potensi siswa dalam menghadapi era globalisasi
melalui pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi
c. Tujuan Sekolah
Membentuk manusia muslim yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia,
cakap, percaya diri sendiri, berdisiplin, bertanggungjawab, cinta tanah air,
memajukan serta mengembangkan ilmu pengetahuan dan keterampilan, beramal
39
menuju terwujudnya masyarakat utama, adil dan makmur yang diridhoi Allah
SWT.
3. Identitas Sekolah
1) Nama Sekolah : SMP Muhammadiyah 1 Makassar
2) Akreditasi : A
3) Status Kepemilikan : Yayasan
4) SK Pendirian Sekolah : 1002/II-27/Sw.S- /1978
5) Tanggal SK Pendirian : 1952-12-24
6) SK Izin Operasional : 421.2/5345/DPK/XII/2015
7) Tanggal SK Izin Operasional : 2015-12-07
8) NPSN : 40312911
9) Nomor Telepon : 0411 453356
10) Situs : spemsamakassar.webs.com
11) Jenjang : SMP
12) Status : Swasta
13) Alamat Sekolah
a. Jalan : Jl. Maccini Sawah 1 No.12
b. Kota : Makassar
c. Provinsi : Sulawesi Selatan
d. Kecamatan : Makassar
e. Kelurahan : Maccini
14) Kode Pos : 90144
40
4. Fasilitas Sekolah
Fasilitas pembelajaran yang dimiliki SMP Muhammadiyah 1 Makassar
terdiri dari :
1. Ruang belajar sebanyak 15 kelas dilengkapi dengan kipas angin
2. Laboratorium IPA, laboratorium komputer dan perpustaakan
3. Ruang perkantoran meliputi : Ruang kepala sekolah, ruang guru, ruang
tata usaha, ruang BK,
4. Musholla
5. Kantin
6. Kamar mandi guru dan peserta didik
7. Lapangan
8. Tempat parkir
5. Keadaan Guru
Keadaan Guru dan Karyawan di SMP Muhammadiyah 1 Makassar
Tahun Ajaran 2019/2020 Sebanyak 34 Orang Dengan Perincian Sebagai Berikut :
a. Kepala Sekolah : 1
b. Guru Bidang Studi : 29
c. Operator : 1
d. Pegawai tata usaha : 2
e. Cleaning Service : 1
Adapun keadaan guru dan karyawan pada saat ini di SMP
Muhammadiyah 1 Makassar adalah sebanyak 30 orang. Untuk lebih jelasnya
41
keadaan guru dan karyawan di SMP Muhammadiyah 1 Makassar pada tahun
ajaran 2019/2020 sebagai berikut :
Tabel 1 : Data Guru
NO NAMA JABATAN GURU MAPEL
1 Husain Abdullah
Rahman, S.Pd., M.Pd.I
Kepala Sekolah
2 Abdi Akhiruddin Irsa,
S.Pd
Wakasek Bidang
Kesiswaan
Bahasa Inggris
3 Hj. Harmina S.Pd Wakasek Bidang
Kurikulum
4 Lukman Malik, S.Sos Wakasek Bidang
Sarana dan Prasarana
Matematika
5 Adimuliadi Guru Bimbingan
Kkonseling
6 Reski Amalia Rahmat
S.Pd
Guru Bahasa Indonesia
7 Nurfahmi Sahapa .Pd
M.Pd
Guru Bahasa Inggris
8 Sandi Pratama S.Pd.I Guru PAI &
Kemuhammadiyaan
9 Rosmiati S.Ag Guru PAI &
Kemuhammadiyaan
10 Miftahul Masitah
S.Pd.I
Guru Bahasa Arab
11 Ir. Mukhlida Hubungan Masyarakat IPA & Seni Budaya
12 Armina S.Pd Guru Matematika
13 Irma Widiany S.Pd Guru Matematika
14 St. Fatimah S.Pd Guru Bahasa Indonesia
15 Fakhirah S.Pd Guru Bahasa Indonesia
42
16 Supardi S.Pd Guru Bahasa Inggris
17 Awaluddi, S.Pd Guru Bahasa Inggris
18 Dra.Sumarni Guru IPA
19 Nurbinah S.Pd Guru IPA & Seni Budaya
20 Djumriah, S.Pd., M.Pd Guru IPA
21 Hj. Nursyam S.Pd Guru IPS
22 Dra. Hj. A Simpursiah Guru IPS
23 Kaharuddin S.Pd.I Guru PAI
24 Muh. Zul Imam SS Guru Bahasa Arab
25 Sabri Gunawan S.Pd.I Guru Bahasa Arab
26 St. Saleha S.Pd Guru Seni Budaya
27 Hj.Tarmini S.Pd Guru Prakarya
28 Suardi S.Pd Guru Penjaskes
29 Sulaiman S.Pd Guru Penjaskes
30 Drs. Muhammad Anas Guru Penjaskes
Sumber Data : Aplikasi Play Store SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar,
Tahun ajaran 2019-2020
6. Keadaan Peserta Didik
Peserta didik yang bersekolah di SMP Muahammadiyah 1 Kota Makassar
kebanyakan bertempat tinggal disekitar lokasi sekolah, sehingga tidak
menyulitkan mereka dari segi jarak untuk kesekolah.
Jumlah rombongan belajar adalah 10 kelas, kelas VII A berjumlah 38
peserta didik, kelas VII B 37 peserta didik, kelas VII C berjumlah 36 peserta
didik, kelas VII D berjumlah 38 peserta didik, kelas VIII A berjumlah 35 peserta
didik, kelas VIII B berjumlah 35 peserta didik, kelas VIII C berjumlah 37 peserta
43
didik, kelas IX A berjumlah 35 peserta didik, kelas IX B berjumlah 36 peserta
didik, kelas IX C berjumlah 35 peserta didik
Table 2 : Data Siswa
No Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
1 Kelas VII A 17 21 38
2 Kelas VII B 17 20 37
3 Kelas VII C 16 20 36
4 Kelas VII D 19 19 38
5 Kelas VIII A 15 20 35
6 Kelas VIII B 18 17 35
7 Kelas VIII C 19 18 37
8 Kelas IX A 18 17 35
9 Kelas IX B 18 18 36
10 Kelas IX C 19 16 35
Sumber Data : Aplikasi Play Store SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar,
Tahun ajaran 2019-2020
B. Pembahasan
1. Strategi Peningkatan Kinerja Guru di SMP Muhammadiyah 1 Kota
Makassar
Dalam menganalisis ini di awali dengan mengungkap makna strategi
sebagai cara yang diterapkan oleh seseorang untuk mencapai tujuan yang di
inginkan. jika dicermati secara seksama bahwa secara bahasa, strategi
memberikan pemahaman sebagai siasat, kiat, trik, cara. Strategi suatu garis besar
haluan dalam bertindak untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan
Sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Husain, kepala sekolah di
SMP Muhammadiyah 1 Makassar mengatakan bahwa:
44
“Kinerja guru merupakan suatu kemampuan kerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan tersebut sebagai salah satu
faktor keberhasilan dan profesionalisme guru dilingkungan sekolah dan diluar sekolah. Hal tersebut menjadi tolak ukur pada suatu
lembaga pendidikan begitupun pada lembaga pendidikan SMP Muhammadiyah 1 Makassar. Guru yang berhasil yaitu guru yang
dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik dan kinerja ketercapaiannya menjadi maksimal”.
37
Adapun kebijakan kepala sekolah untuk meningkatkan kinerja guru yang
ada di SMP Muhammadiyah 1 Makassar yaitu dengan melaksanakan pertemuan
untuk mengevaluasi kinerja guru yang dilaksanakan dua kali selama satu bulan.
Dalam pertemuan tersebut guru melaporkan bagaimana perkembangan siswa serta
masalah yang di hadapi selama dua pekan dan mencari solusinya secara bersama.
Dalam wawancara tersebut juga diperlihatkan tentang 4 kompetensi guru
sesuai dengan UU No 14 Tahun 2005 tentang guru dan dosen bahwa Setiap guru
harus memiliki empat kemampuan yaitu, kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. Hal tersebut dapat
diartikan bahwa kompetensi merupakan perpaduan antara pengetahuan,
kemampuan dan penerapan dalam melaksanakan tugas di lapangan kerja.
dipertegas dari wawancara dengan Bapak Sandi Pratama, guru
Pendidikan agama Islam mengatakan bahwa:
“Untuk meningkatkan kinerja guru yaitu dengan memperbanyak
mengikuti training atau pelatihan terkait dengan pengembangan
pembelajaran serta selalu memacu diri untuk terus berkontribusi dalam
melahirkan metode pembelajaran yang kreatif dan inovatif khususnya
mata pelajaran pendidikan agama Islam” 38
37
Husain Abdullah Rahman, S.Pd., M.Pd.I (kepala sekolah) wawancara langsung di
SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar 6 juli 2020 38
Sandi Pratama S.Pd.I M.Pd (guru pendidikan agama islam) wawancara daring 7 juli
2020
45
Dalam bekerja tentu seseorang itu butuh yang namanya hubungan relasi,
dengan adanya hubungan yang kuat antar pekerja tentu akan meningkatkan
kinerja dirinya dan juga pekerja lainnya. Selain itu faktor motivasi juga
berpengaruh terhadap kinerja diri,karena pada umumnya motivasi yang tinggi
akan menghasilkan kinerja diri yang tinggi juga,sebaliknya motivasi yang rendah
juga akan menghasilkan kinerja diri yang buruk pula.
Pendidikan dan pelatihan ini bertujuan memupuk para guru untuk
meningkatkan kualitas diri dalam rangka melaksanakan tugas-tugas yang
berhubungan dengan proses pembelajaran. Seorang atau beberapa siswa akan
berhasil dalam pembelajaraannya bilamana seorang guru telah memiliki kualitas
pengajaran yang baik. Kecenderungan yang kini berlangsung adalah, bahwa
seorang guru dituntut memiliki pengetahuan baru , yang sesuai dinamika
perubahan yang tengah berlangsung.
Dari kedua wawancara tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa
pelatihan merupakan suatu kebutuhan yang harus sering diikuti seorang guru
dalam melaksanakan tugas-tugasnya dan meningkatkan kinerjanya dalam
mengajar. Pelatihan mempunyai pengaruh yang dominan terhadap kinerja guru
dan memberikan implikasi bahwa semakin sering guru mengikuti pelatihan yang
relevan, maka akan semakin baik pula kinerja guru. Guru yang memiliki kinerja
tinggi akan berusaha meningkatkan kompetensinya, baik dalam kaitannya dengan
perencanaan, pelaksanaan, maupun penilaian pembelajaran, sehingga diperoleh
hasil kerja yang optimal.
46
Di tambahkan dengan hasil wawancara Ibu Rosmiati, guru Pendidikan
agama Islam mengatakan bahwa :
“Kerja adalah ibadah dan tanggung jawab. Maka ketika memotivasi diri
bahwa apapun yang di lakukan adalah ibadah terhadap Allah maka
dengan melakukannya akan ringan. Dan ketika menganggap bahwa
pekerjaan adalah tanggung jawab di hadapan Allah maka tentu apapun
akan di lakukan dengan tidak mengabaikan apa yang di berikan oleh
pimpinan dan kebijakan dari sekolah yang di percayakan tentu akan
menjadi tanggung jawab penuh jika melihat bahwa itu merupakan
amanah. Dari hal itu maka timbul motivasi untuk bergerak tanpa di
gerakkan oleh siapa pun. Selain itu guru perlu mengetahui profesinya
sebagai pendidik dengan mengikuti pelatihan.39
Hasil wawancara dengan ibu rosmiati sama halnya yang di dikatakan
oleh bapak sandi pratama dalam meningkatkan kinerja guru yaitu dengan
melakukan pelatihan dan menindak lanjuti pelatihan yang telah di dapatkan
dengan cara mengaplikasikannya dalam praktek kerja.
Dari wawancara tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa bekerja
dilakukan dengan niat tidak hanya mencari kelimpahan materi tetapi juga untuk
mencari keridhoan Allah. Niat bekerja tidak hanya untuk mengejar kekayaan
dunia tetapi juga untuk mencapai kebahagiaan di akhirat kelak.
dipertegas dengan hasil wawancara dengan Bapak Kaharuddin, guru
Pendidikan agama Islam mengatakan bahwa :
“Kinerja merupakan unjuk kerja seseorang dalam melaksanakan tugas-
tugas yang telah dipercayakan kepadanya baik secara kualitas maupun
kuantitas sesuai dengan fungsi dan kedudukannya. Untuk meningkatkan
kinerja yaitu dengan cara mengembangkan kebiasaan tepat waktu,
mengembangkan profesionalisme, dan memupuk disiplin”40
.
39 Rosmiati S.Pd.I (guru pendidikan agama islam) wawancara langsung di SMP
Muhammadiyah 1 Makassar pada 8 juli 2020 40
Kaharuddin S.Pd.I (guru pendidikan agama islam) wawancara daring melalui google
form pada 10 juli 2020
47
Kinerja guru adalah kemampuan dan usaha guru untuk melaksanakan
tugas pembelajaran sebaik-baiknya dalam perencanaan program pengajaran,
pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan evaluasi hasil pembelajaran. Kinerja guru
yang dicapai harus berdasarkan standar kemampuan profesional selama
melaksanakan kewajiban sebagai guru di sekolah. Guru dituntut memiliki kinerja
yang mampu memberikan dan merealisasikan harapan dan keinginan semua pihak
terutama masyarakat umum yang telah mempercayai sekolah dan guru dalam
membina anak didik. Dalam meraih mutu pendidikan yang baik sangat
dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya sehingga kinerja
guru menjadi tuntutan penting untuk mencapai keberhasilan pendidikan. Secara
umum mutu pendidikan yang baik menjadi tolok ukur bagi keberhasilan kinerja
yang ditunjukkan guru.
Dari ke empat wawancara tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa
guru merupakan bagian yang tak terpisahkan dari sebuah sistem mulai dari input,
proses dan output, dalam upaya pencapaian tujuan suatu lembaga pendidikan.
Oleh karena itu, peningkatan kinerja guru dari segi profesionalisme sebagai tenaga
pendidik mutlak diperlukan.
Setiap guru adalah merupakan pribadi yang berkembang. Bila
perkembangan ini dilayani, sudah tentu dapat lebih terarah dan mempercepat laju
perkembangan itu sendiri, yang pada akhirnya memberikan kepuasan kepada
guru-guru dalam bekerja di sekolah sehingga sebagai pekerja, guru harus
berkemampuan yang meliputi unjuk kerja, penguasaan materi pelajaran,
48
penguasaan profesional keguruan dan pendidikan, penguasaan cara-cara
menyesuaikan diri dan berkepribadian untuk melaksanakan tugasnya.
2. Konsep Etos Kerja Qur’ani Di SMP Muhammadiyah 1 Kota
Makassar
Manusia adalah makhluk pekerja. Dengan bekerja manusia akan mampu
memenuhi segala kebutuhannya agar tetap bertahan. Karena itu, bekerja adalah
kehidupan. Sebab melalui pekerjaan itulah, sesungguhnya hidup manusia bisa
lebih berarti. Manusia harus bekerja dan berusaha sebagai manifestasi kesejatian
hidupnya demi menggapai kesuksesan dan kebahagiaan hakiki, baik jasmaniah
maupun rohaniah, dunia dan akhirat. Namun bekerja tanpa dilandasi dengan
semangat untuk mencapai tujuan tentu saja akan sia-sia atau tidak bernilai, inilah
yang disebut dengan etos kerja.
Dalam ajaran Islam etos kerja bertujuan untuk menciptakan manusia
yang mempunyai semangat kerja yang tinggi untuk meraih sukses. Sukses secara
duniawi maupun akhirat. Ciri utama etos kerja dalam Islam adalah terpenuhinya
empat syarat yaitu : harus mencari kekayaan dunia dengan halal, tidak meminta-
minta untuk mencukupi kebutuhan hidup keluarga, dan karena ada belas kasihan
pada tetangga atau dalam arti luas untuk membangun masayarakat.
Sesuai dengan hasil wawancara dengan Bapak Husain, kepala sekolah di
SMP Muhammadiyah 1 Makassar mengatakan bahwa:
“Etos kerja adalah paradigma seseorang terhadap bekerja. Menjadi guru yang profesional harus dilandasai dengan etos kerja yang tinggi
karena dengan begitu guru mampu melaksanakan tugas sebagai guru
dengan baik dan benar. Dengan memiliki etos kerja guru akan
memiliki penilaian yang positif terhadap hasil kerjanya sehingga hasil
49
kerjanya dapat dikatakan berhasil. Etos kerja dapat membuat seorang
guru menempatkan pandangan tentang kerja sebagai suatu hal yang penting dalam eksistensi bekerja dengan begitu sesorang akan
menganggap pekerjaan yang dilakukan adalah hal yang bermakna dan
bermanfaat bagi orang lain di lingkungannya baik organisasi,
masyarakat, teman sejawat dan siswa. Dengan etos kerja yang tinggi seseorang akan memiliki ketekunan dan dapat digunakan sebagai
sarana yang penting dalam mewujudkan cita-cita diri sendiri,
organisasi dan masyarakat”. 41
Bapak Husain Abdullah selaku kepala sekolah juga menjelaskan bahwa
etos kerja qurani yang ada di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar kegiatan
pelaksaan evaluasi kerja dirangkaikan dengan pengajian guru dan karyawan.
Sebelum memulai pengajian guru melaksakan tadarrusan terlebih dahulu agar
dapat melihat sejauh mana kelancaran bacaan Alquran guru dan para karyawan.
Dan kegiatan ini juga di aplikasikan sebelum proses pembelajaran di mulai.
Dari wawancara tersebut maka peneliti menyimpulkan bahwa dengan
kegiatan ini guru dan para karyawan sekolah diharapkan bisa mengaji Al Quran,
memberi ketentraman bagi siswa dan gurunya, juga bisa menghindari kebringasan
siswa untuk tawuran dan tidak terpuji lainnya. Karena mereka sudah dibekali
dengan kegiatan keagamaan dan nilai-nilai kesopanan.
dipertegas dari dengan hasil wawancara Bapak Sandi Pratama, guru
Pendidikan agama Islam mengatakan bahwa:
“SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar menerapkan konsep belajar
qur‟ani dengan bentuk penerapan setiap hari. Dimulai sebelum belajar
diawali dengan sholat dhuha dan membaca Alquran di musholla, yang
dimana setiap pergantian mata pelajaran mewajibkan siswa membaca
Alquran khusus surah yang telah dipilih. Sholat duhur dan ashar pun juga
41
Husain Abdullah Rahman, S.Pd., M.Pd.I (kepala sekolah) wawancara langsung di SMP
Muhammadiyah 1 Kota Makassar 6 juli 2020
50
seperti itu, diawali dengan membaca alquran. Karena sejatinya sekolah
islam tiada hari tanpa mengaji”42
SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar menerapkan shalat dhuha
sebelum kegiatan belajar mengajar. Shalat dhuha tersebut dilaksanakan di
musholla sekolah dengan diberi kesempatan waktu sekitar tiga puluh menit .
Pelaksanaannya tidak dipantau oleh seorang guru, namun adanya kesadaran dari
siswa. Satu persatu siswa atau siswi datang dan segera berwudhu yang kemudian
dilanjutkan shalat dhuha dua rakaat, terkadang ada juga yang sampai delapan
rakaat. Setelah selesai shalat dhuha, adakalanya mereka taddarrus sebelum
memasuki kelas.
Di tambahkan dengan hasil wawancara yang dilakukan ibu Rosmiati,
guru pendidikan agama islam mengatakan bahwa:
“Konsep etos kerja qurani di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar
sebelum melakukan aktivitas proses belajar mengajar siswa melakukan
tadarrusan yang dimana tidak hanya siwa saja tetapi guru juga turut andil
dalam itu, dengan cara membaca, mendengarkan dan memperbaiki ketika
ada kesalahan. Hal ini dilakukan setiap pergantian mata pelajaran” 43
Fungsi pendidikan Alquran terhadap perkembangan kognitif dan afektif
anak secara umum ialah meningkatkan perkembangan moral anak dan
kemampuan anak untuk mendengarkan dan menghafalakan ayat Alquran,
sehingga secara tidak langsung hal tersebut akan mengembangkan daya ingatnya
dan pemahamannya serta meningkatkan daya pikirnya untuk mampu memecahkan
suatu persoalan yang dihadapi baik secara akademik dan non akademik, selain itu
juga mendorong kepada anak-anak untuk mempelajari Alquran.
42
Sandi Pratama S.Pd.I M.Pd (guru pendidikan agama islam) wawancara daring 7 juli
2020 43
Rosmiati S.Pd.I (guru pendidikan agama islam) wawancara langsung di SMP Kota
Muhammadiyah 1 Makassar pada 8 juli 2020
51
dipertegas dengan hasil wawancara oleh Bapak Kaharuddin, guru
Pendidikan agama Islam mengatakan bahwa :
“Konsep etos kerja qurani yang ada di SMP Muhammadiyah 1 Makassar
yaitu menanamkan nilai quraniyah dan memberikan pemahaman kepada
masyarakat SMP Muhammadiyah 1 Makassar bahwa semua kegiatan
berdasar kepada tuntunan dan petunjuk Alquran”44
Tujuan pendidikan dalam kaitannya dengan karakter qurani adalah usaha
untuk menjadikan anak didik sebagai manusia yang berkarakter qurani dengan
hasil yang ingin dicapai adalah anak didik yang beradab yang mampu beradaptasi
dan berdialog dengan zaman tanpa harus melepaskan identitas ketauhidannya.
Pendidikan qurani adalah pendidikan Islam sebab sama-sama bersumber
dari alquran. Pendidikan karakter qurani adalah usaha atau bimbingan yang
dilakukan oleh orangtua, guru atau orang dewasa untuk membangkitkan sifat-
sifat kebaikan yang bersumber dari alquran dan Sunnah Rasulullah saw dengan
menyeimbangkan antara ilmu, iman, akhlaq dan amal dalam kepribadian anak
yang diperuntukkan untuk kemaslahan kehidupan manusia.
Dari ke empat wawancara terebut peneliti menyimpulkan bahwa konsep
etos kerja yang ada di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar yaitu sebelum
melakukan aktifitas di sekolah, siswa melaksanakan sholat dhuha terlebih dahulu
dan tadarrusan sebelum memasuki pembelajaran. Hal itu dilakukan karena adanya
kesadaran sendiri yang timbul dalam diri siswa dan tidak hanya dilakukan
disekolah saja tetapi mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
44 Kaharuddin S.Pd.I (guru pendidikan agama islam) wawancara daring melalui google
form pada 10 juli 2020
52
3. Faktor Penghambat Peningkatan Kinerja Guru Berbasis Etos Kerja
Qurani Di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar
Hasil wawancara dengan Bapak Husain, Kepala Sekolah mengatakan
bahwa:
“Kemampuan yang harus dimiliki guru dalam proses membimbing
peserta didiknya yaitu: (1) menguasai materi, struktur, konsep, dan pola
pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (2)
mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan (3)
mengembangkan materi pelajaran yang diampu secara kreatif; (4)
memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi
dan mengembangkan profesinya sebagai guru; (5) disiplin waktu. Jadi
tidak hanya siswa yang ditekankan untuk tidak terlambat tetapi guru juga
harus disiplin.
Jabatan guru adalah suatu jabatan profesi, dimana harus bekerja secara
profesional. Guru profesional adalah guru yang memiliki kompetensi-kompetensi
yang dituntut agar mampu melaksanakan tugasnya secara baik dalam
melaksanakan fungsi dan tujuan sekolah. Agar kualifikasi guru terpenuhi sebagai
tenaga pendidik yang profesional maka pemerintah membuat peraturan terkait hal
tersebut. 45
Di tambahkan dengan hasil wawancara Bapak Sandi Pratama, guru
pendikakan agama islam mengatakan bahwa:
1. SDM (sumber daya manusia) yang belum optimal. Artinya hanya
terdapat 3 guru pendidikan agama islam yang menangani banyak kelas
sehingga biasanya guru menjadi kewalahan.
2. Pendidik belum seimbang dengan kuantitas siswa dalam mengajar
qur‟ani. Artinya tidak semua guru saja memiliki kemampuan mengajar
qur‟ani.
45
Sandi Pratama S.Pd.I M.Pd (guru pendidikan agama islam) wawancara daring 7 juli
2020
53
Jumlah siswa dan guru hendaknya seimbang. Sekolah yang jumlah
gurunya tidak seimbang ikut mempengaruhi kualitas dari siswa, apalagi guru-guru
yang mengajar kurang memiliki pengetahuan. Kekurangan guru dalam suatu
sekolah mengakibatkan kurangnya perhatian yang ditujukan kepada siswa. Siswa
yang ada di sekolah tidak lagi diberikan perhatian secara penuh dari pihak guru.
Pengembangan sumber daya manusia pada dasarnya adalah peningkatan
prestasi kerja guru yang mencerminkan kemampuan seseorang dalam bekerja,
artinya prestasi masing-masing guru dinilai dan diukur menurut kriteria yang
sudah ditentukan. Pada sisi inilah prestasi individu menjadi jaminan bagi guru
bahwa guru akan tetap mampu menjawab setiap tantangan perubahan dan bahkan
menjangkau setiap kemungkinan perubahan pada masa yang akan datang.
dipertegas dengan hasil wawancara Ibu Rosmiati, guru pendidikan agama
islam mengatakan bahwa:
“Faktor penghambat untuk meningkatkan kinerja adalah ketika kita
melihat sekarang di era globalisasi ini yang menjadi faktor utama adalah
teknologi. Kemampuan yang dimiliki masih sangat terbatas mengenai
pemanfaatan teknologi. Ada hal-hal yang seharusnya sebagai pendidik itu
mahir dalam hal seperti itu, namun saya pribadi belum bisa
memaksimalkannya. Terlebih di tengah pandemi covid-19 kegiatan
pembelajaran yang harus dilakukan melalui daring. Hal itu membuat
kurang maksimalnya penyampaian materi kepada siswa. Namun yang
berhubungan teknologi tetap belajar kepada guru yang lebih mampu
memaksimalkannya.46
Dalam dunia pendidikan penyampaian informasi dengan menggunakan
IT (Information teknology) sangat penting dalam proses pembelajaran. Dalam
proses pembelajaran dan penilaian dapat melakukan teknologi misalnya
menggunakan computer, laptop dan HP. Lewat media ini maka proses
46 Rosmiati S.Pd.I (guru pendidikan agama islam) wawancara langsung di SMP
Muhammadiyah 1 Makassar pada 8 juli 2020
54
pembelajaran menjadi lebih menarik dan penilaian menjadi lebih efisien dalam
penggunaan kertas.
Manfaat teknologi dalam menyampaikan materi pembelajaran adalah
materi yang akan kita sampaikan menjadi lebih interaktif dan kreatif. Siswa pun
akan menjadi lebih senang pada mata pelajaran yang disampaikan. Dalam dunia
pendidikan guru diharapkan mampu menguasai teknologi. IT (Information
teknology) itu merupakan hal yang sangat penting dikuasai guru di Zaman Era
Digital. Guru yang belum menguasai teknologi hendaknya sering mengikuti
pelatihan-pelatihan di bidang IT (Information teknology) dari pelatihan tersebut
sedikit demi sedikit guru akan meguasai teknologi.
Di tambahkan dengan hasil wawancara Bapak Kaharuddin selaku guru
pendidikan agama islam mengatakan bahwa:
1. Yang menjadi faktor penghambat untuk peningkatan kinerja yaitu jarak
rumah dengan tempat kerja cukup jauh, dimana juga jalan yang dilalui
menuju sekolah macet, sehingga mempengaruhi kedisiplinan dalam
mengajar.
2. Tidak dapat memaksimalkan pemanfaatan teknologi47
Tempat tinggal merupakan faktor tantangan yang harus di hadapi oleh
guru, kerena apabila tempat rumah jauh dengan sekolah akan mengurahi
kekonsetrasian asat mengajar karena stamina berkuarang, dan juga keberadaan
rumah sangat berpengaruh pada ketepatan waktu seorang pendidik datang di
sekolah. seorang pendidik yang profesional harus mempu menunjukkan tauladan
47
Kaharuddin S.Pd.I (guru pendidikan agama islam) wawancara daring melalui google
form pada 10 juli 2020
55
yang baik pada siswanya dengan datang tepat waktu, bersemangat saat mengajar
sehingga dapat dicontoh oleh siswanya.
Guru sebagai pelaku utama pendidikan tidak hanya melakukan transfer
ilmu kepada peserta didik, melainkan juga transfer kepribadian. Untuk mencapai
tujuan pendidikan guru harus memiliki kompetensi pedagogik, kepribadian,
profesional dan sosial. Untuk meningkatkan empat kompetensi tersebut, guru
dapat memanfaatkan kemajuan teknologi yang ada.
Dari ke empat wawancara tersebut, peneliti menyimpulkan bahwa
hampir semua guru merasakan hal yang sama. Yang menjadi faktor penghambat
untuk meningkatkan kinerja yaitu tidak sepenuhnya mampu mengaplikasikan
teknologi. Namun ketika kita melihat di era globalisasi ini guru harus mampu
menguasai teknologi karena proses pembelajaran akan lebih mudah tersampaikan
dengan menggunakan teknologi. Dengan menguasai teknologi maka akan
membuat siswa untuk semangat belajar dan tidak bosan ketika melaksanakan
proses pembelajaran didalam kelas. Jadi, untuk itu guru harus mampu
mengaplikasikan teknologi.
56
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang “Strategi Peningkatan Kinerja Guru
Berbasis Etos Kerja Qur‟ani Di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar”, maka
dapat disimpulkan bahwa:
1. Strategi Peningkatan Kinerja Guru yaitu dengan memperbanyak mengikuti
training atau pelatihan terkait dengan pengembangan pembelajaran serta
selalu memacu diri untuk terus berkontribusi dalam melahirkan metode
pembelajaran yang kreatif dan inovatif khususnya mata pelajaran penidikan
agama islam.
2. Konsep Etos Kerja Qur‟ani dengan menerapkan konsep belajar qurani dalam
bentuk penerapan setiap hari. Dimulai sebelum belajar diawali sholat dhuha
dan membaca Alquran setiap pergantian mata pelajaran yang di bimbing oleh
guru mata pelajaran. Selain itu melaksanakan sholat fardu secara berjamaah.
Karena sejatinya sekolah islam tiada hari tanpa mengaji.
3. Faktor Penghambat Peningkatan Kinerja Guru Berbasis Etos Kerja Qur‟ani
(1) SDM (sumber daya manusia) yang belum optimal, (2) Pendidik belum
seimbang dengan kuantitas siswa dalam mengajar qur‟ani, (3) tidak dapat
memaksimalkan penggunaan teknologi, dan (4) Jarak antara sekolah dan
rumah jauh.
57
B. Saran
Melihat hasil penelitian diatas, peneliti memberikan beberpa saran yang
diharapkan akan dijadikan bahan pertimbangan bagi SMP Muhammadiyah 1 Kota
Makassar dalam upaya meningkatkan etos kerja dan kinerja yang dimiliki para
guru dalam bekerja, yaitu:
1. Bagi Kepala Sekolah, untuk meningkatkan etos kerja dan kinerja tidak hanya
dilakukan oleh guru melainkan seluruh pihak yang terkait serta kepala
sekolah menambah wawasan agar di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar
memiliki kualitas yang lebih baik.
2. Bagi Guru, selalu meningkatkan profesionalitas dalam bekerja dengan
meningkatkan etos kerja sehingga kinerja yang dihasilkan tinggi dan mampu
mendidik dengan baik, karena pendidikan adalah daktor penting bagi
peningkatan kualitas sumber daya manusia demi terciptanya pembangunan
nasional.
3. Bagi Lembaga Pendidikan, selalu berusaha untuk meningkatkan kualitas
lembaga dengan melakukan evaluasi secara berkala mengenai kemajuan atau
progres lembaga pendidikan sehingga mampu menghasilkan output yang
berkualitas.
4. Bagi peneliti lain, semoga hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
acua untuk menambah referensi pengetahuan peneliti tentang pengaruh etos
kerja terhadap kinerja guru dan sebagai bahan acuan serta referensi pada
penelitian sejei yang dilakukan di masa yang akan datang.
58
5. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan dan menambah informasi mengenai
etos kerja dan kinerja guru yang harus dimiliki guru. Dengan demikian dapat
memberikan masukan dan pembekalan untuk kedepan saat terjun menjadi
tenaga kependidikan.
59
DAFTAR PUSTAKA
Alquran al karim dan Terjemahnya
Arikunto Suharismi, 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik,
Jakarta: PT Rineka Cipta.
Bernawai dan Arifin Mohammad, 2012. Kinerja Guru Profesional,Jogjakarta:
AR-Ruzz Media.
Bungin Burhan, 2007. Penelitian Kualitatif , Jakarta: Kencana.
Departemen Penidikan Nasional, 2002, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Jakarta: Balai Pustaka.
Ghony Junaidi dan Almanshur Fauzan, 2012. Metodologi Penelitian
Kualitatif Yogyakarta: Ar Ruzz Media.
Hasan Ali, 2009, Manajemen Bisnis Syariah, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
J-PAI : Jurnal Pendidikan Agama Islam Vol. 2 No. 2 Januari-Juni 2016
Jurnal Idaarah, VOL. I, NO. 1, Konsep penilaian kinerja guru juni 2017
Kriyanto Rachmat, 2009. Teknik Praktis Riset Komunikasi , Jakarta: Kencana
Mulyasa E, 2013. Uji Kompetensi dan Penilaian Kinerja Guru, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya. .
---------------2013. Menjadi Kepala Sekolah Profesional, Bandung: PT. Remaja
Rosda Karya.
Mulyana Deddy , 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: PT
Remaja Rosdakarya.
Mustofa Bisri Ahmad, 2015. Etos Kerja Islam dalam Lembaga Keuangan Syariah,
Karangrejo.
Misbahuddin, 2013, Analisis Data penelitian dengan Statistik, Bumi Aksara,
Jakarta
Nitisemito Alek,, 2001. Manajemen Personalia, Jakarta: Ghalia Indonesia.
Purhantara Wahyu, 2010. Metode Penelitian Kualitatif untuk Bisnis Yogyakarta:
Graha Ilmu
60
Safarina dan Abdullah, 2015. Etika Pendidikan “Keluarga, Sekolah dan
Masyarakat“, Jakarta: Raja Grafindo Persada
Santoso Jalu Eko, 2012. Good Ethos, 7 Etos Kerja Terbaik dan Mulia, Jakarta:
PT Alex Media Komputindo.
Sutrisna Edy, 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia, Jakarta: Kemcana.
Sutopo Hadi Aristo dan Arief Adrianus , 2010. Terampil Mengolah Data
Kualitatif dengan Nvivo, Jakarta: Kencana
Supardi, 2013a. Kinerja Guru,Jakarta: Raja Grafindo Persada.
----------, 2014b. Kinerja guru. Jakarta: Rajawali Pers.
Subroto Suryo, 2009. Proses Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiyono, 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta
-------------2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif.
Kualitatif. Research and Development. Bandung Alfabeta
Shulhan Muwahid, 2013. Model Kepemimpinan Kepala Madrasah Dalam
Meningkatkan Kinerja Guru,Yokyakarta: Sukses Offset.
Tasmara Toto, 2002. Membudayakan Etos Kerja Islami. Jakarta : Gema Insani
Pers.
Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.
2016. Cet.7; Jakarta; Sinar Grafika
Wijaya Cece, A. Tabrani Rustan, 2004. Kemampuan Dasar Guru Dalam
Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya.
61
RIWAYAT HIDUP
Husnah Akbar. Ujung Pandang, 14 Oktober 1998 yang
merupakan anak tunggal dari pasangan Muh. Akbar dan
Nursia. Sebelum masuk kejenjang perguruan tinggi, peneliti
menempuh pendidikan di SD Inpres Panaikang 1/2
kemudian masuk ke jenjang pendidikan menengah pertama
di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar dan melanjutkan pendidikan menengah
atas di MAN 2 Makassar Setelah menyelesaikan pendidikan di MAN 2 Makassar
pada tahun 2016, Peneliti melanjutkan Pendidikan Program S-1 di Universitas
Muhammadiyah Makassar dan mengambil jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Agama Islam. Peneliti telah menyelesaikan Skripsi dengan judul “
Strategi Peningkatan Kinerja Guru Berbasis Etos Kerja Qurani di SMP
Muhammadiyah 1 Kota Maakassar”.
62
L A M P I R A N
63
INSTRUMEN PENELITIAN
PEDOMAN WAWANCARA
Kepala Sekolah & Guru
1. Bagaimana Bapak/Ibu meningkatkan kualitasnya dalam bekerja ?
2. Bagaimana proses Bapak/ibu melakukan evaluasi/penilaian dalam
bekerja?
3. Apa kebijakan Bapak dalam peningkatan kinerja Guru ?
4. Bagaimana etos kerja qurani di SMP Muhammadiyah 1 Kota Makassar ?
5. Bagaimana pengaplikasian etos kerja qurani yang dimiliki dalam diri
Bapak/Ibu ?
6. Apa yang menjadi faktor penghambat dalam peningkatan kinerja ?
64
DOKUMENTASI WAWANCARA
Gambar 1 : Wawancara Langsung Dengan Bapak Husain Abdullah
Rahman, S.Pd., M.Pd.I, Kepala Sekolah. (6 Juli 2020)
Gambar 2 : Wawancara Langsung Dengan Ibu Rosmiati S.Ag, Guru
Pendidikan Agama Islam (8 Juli 2020)
65
Gambar 3 : Wawancara Daring Melalui Google Form Dengan Bapak
Sandi Pratama, S.Pd.I., M.Pd, Guru Pendidikan Agama Islam (7 Juli 2020)
66
Gambar 3 : Wawancara Daring Melalui Google Form Dengan Bapak Kaharuddin
S.Pd.I , Guru Pendidikan Agama Islam (10 Juli 2020)