strategi pengembangan usaha distro ... -...

78
STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN BUSINESS MODEL GENERATION (Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu NTB) WAHYUNI FITRI HERAWATI PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2014

Upload: buidung

Post on 06-Feb-2018

231 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO

BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN

BUSINESS MODEL GENERATION

(Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu NTB)

WAHYUNI FITRI HERAWATI

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Strategi Pengembangan

Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation

(Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB) adalah benar karya saya

dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa

pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau

dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain

telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian

akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis kepada Institut

Pertanian Bogor.

Bogor, Maret 2014

Wahyuni Fitri Herawati

NIM H24114080

ABSTRAK

WAHYUNI FITRI HERAWATI. Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak

Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation pada Distro Bale

Lombo Dompu, NTB. Dibimbing oleh PRAMONO D.FEWIDARTO.

Business Model Generation (BMG) adalah suatu alat untuk membantu

pelaku usaha melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang dan akan dijalani. Bale

Lombo usaha distro yang mengalami kesulitan dalam pengembangan usaha, akan

menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana usaha yang

sedang dijalani secara utuh, sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis

dan strategi untuk mencapai tujuan usaha. Penelitian ini bertujuan

1) mengidentifikasi seluruh unsur komponen dalam BMG terkait usaha distro

Bale Lombo, 2) menetapkan komponen utama dalam BMG customer focus yang

perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha, 3) merekomendasikan

strategi pengembangan komponen utama BMG customer focus. Terdapat empat

strategi prioritas dalam elemen BMG yang digunakan Bale Lombo untuk

pengembangan usaha yang terfokus pada konsumen, yaitu key activity, value

proposition, customer relationship dan channel. Hasil penelitian menunjukan

strategi yang dipilih adalah implementasi strategi key activity BMG.

Kata kunci: BMG, konsumen fokus, pengembangan usaha

ABSTRACT

WAHYUNI FITRI HERAWATI. Business Development Strategy for NTB-

ethnic-sytle Distro by Implementing the Business Model Generation on Bale

Lombo Distro Dompu, NTB. Supervised by PRAMONO D. FEWIDARTO.

Business Model Generation (BMG) is an instrument to see much closer on

the business style that will be applied. Bale Lombo is a distro business which in a

difficulty of business development, applying BMG order to evaluate a businees

plan that is being undertaken as a whole, so it can immediately take practical step

and strategies to achieve business goals. This study aims to 1) identify all

components in the BMG related to the business of Bale Lombo Distro, 2)

determine the main component in the customer focus BMG which needs to be

concerned for the business improvement, and 3) recommend a development

strategy for customer focus BMG’s main component. There are four strategy in

the element of BMG will be apply by Bale Lombo for their business development

by focusing on customers, such as key activity, value proposition, customer

relationship, and channel. The research result showed that choiced strategy is

implementation of key activity.

Keywords: BMG, business develop, customer focus

STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA DISTRO

BERCORAK ETNIK NTB MELALUI PENERAPAN

BUSINESS MODEL GENERATION

(Studi Kasus pada Distro BALE LOMBO Dompu, NTB)

WAHYUNI FITRI HERAWATI

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Ekonomi

pada

Program Sarjana Alih Jenis Manajemen

Departemen Manajemen

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2014

Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui

Penerapan Business Model Generation ( Studi Kasus pada Distro

Bale Lombo Dompu, NTB)

Nama : Wahyuni Fitri Herawati

NIM : H24114080

Disetujui oleh

Ir Pramono D Fewidarto MS

Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Mukhamad Najib, STP, MM

Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

Judul Skripsi : Strategi Pengem , gan Csaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Busines _fodel Generation ( Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, XTB)

Nama : Wahyuni Fitri Herawati NIM :H24114080

Disetujui oleh

Ir Pramono D Fewidarto MS Pembimbing

Tanggal Lulus: 1 1 MAR 2014

PRAKATA

Puji dan syukur disampaikan kehadirat Allah SWT, dengan rahmat dan

hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan karya akhir ini. Shalawat serta salam

penulis haturkan kepada junjungan kita baginda Nabi Muhammad SAW beserta

keluarga, sahabat, pengikutnya hingga akhir zaman. Skripsi ini disusun

berdasarkan hasil penelitian pada distro Bale Lombo dengan judul penelitian

Strategi Pengembangan Usaha Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan

Business Model Generation (Studi Kasus pada Distro Bale Lombo Dompu, NTB).

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Program

Sarjana Alih Jenis Manajemen Institut Pertanian Bogor.

Melalui prakata ini penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada Bapak

Ir. Pramono D. Fewidarto, MS, selaku dosen pembimbing yang telah memberikan

pengarahan dan bimbingan dalam penyusunan skripsi ini. Ucapan terimakasih

juga ingin penulis sampaikan kepada pakar, responden, Dinas Provinsi Nusa

Tenggara Barat yang telah membantu dalam pengumpulan data serta orang tua

dan teman seperjuangan terimakasih untuk doa, semangat dan dukungannya.

Semoga apa yang penulis sajikan dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Bogor, Maret 2014

Wahyuni Fitri Herawati

DAFTAR ISI

PRAKATA v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR TABEL viii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitiaan 2

Manfaat Penelitian 3

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 4

Pengertian Strategi 4

Pengertian Bisnis 4

Usaha Distro 4

Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat 5

Business Model Generation (BMG) 5

Analytical Hierarchy Process (AHP) 8

Penelitian Terdahulu 9

METODE PENELITIAN 11

Kerangka Pemikiran Penelitian 11

Lokasi dan Waktu Penelitian 11

Metode Penetapan Sampel 11

Pengolahan dan Analisis Data 14

HASIL DAN PEMBAHASAN 15

Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL) 15

Analisis Struktur BMG Distro Bale Lombo (DBL) 17

Analisis Keterkaitan Antar Faktor atau Variabel 19

Analisis Hubungan Antar - Variabel Substansi Customer Focus 32

Penilaian Konsumen DBL Terkait Elemen BMG 41

Analisa Penetapan Prioritas Strategi 44

Hirarki Tingkat Dua Strategi Pengembangan Usaha DBL 47

Rekomendasi Strategi Kanvas Business Model Generation (BMG) 51

Implikasi Manajerial 51

SIMPULAN DAN SARAN 53

DAFTAR PUSTAKA 54

LAMPIRAN 55

RIWAYAT HIDUP 65

DAFTAR GAMBAR

1 Model bisnis kanvas (Osterwalder 2012) 7

2 Kerangka pemikiran penelitian 12 3 Struktur organisasi distro Bale Lombo 16

4 Model kanvas BMG Bale Lombo 17 5 Struktur hirarki strategi pengembangan disto Bale Lombo 47

6 Rekomendasi kanvas bisnis Bale Lombo 51

DAFTAR TABEL

1 Jenis dan sumber data 13 2 Profil konsumen Bale Lombo 19

3 Rekapitulasi hasil cross tab KA 20 4 Penilaian KA pelayanan terkait jenis kelamin 20

5 Penilaian KA produk terkait asal daerah 21 6 Penilaian KA pelayanan terkait asal daerah 21

7 Penilaian KA produk terkait lama tinggal di NTB 22 8 Penilaian KA produk terkait usia konsumen 23

9 Penilaian KA produk terkait rencana di NTB 23 10 Rekapitulasi hasil cross tab value proposition 24

11 Penilaian VP nilai tambah terkait jenis kelamin 25 12 Penilaian VP harga terkait lama tinggal 25

13 Penilaian VP harga terkait pengeluaran konsumen/bulan 26 14 Penilaian VP nilai tambah terkait rencana di NTB 27

15 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship 27 16 Penilaian CR diskon terkait jenis kelamin 28

17 Penilaian CR kepuasan pelanggan terkait asal daerah 29 18 Rekapitulasi hasil cross tab channel 29

19 Penilaian elemen BMG channel terkait jenis kelamin 30 20 Penilaian channel terkait setiap asal daerah 31

21 Penilaian channel terkait rencana di NTB 31 22 Rekapitulasi hasil cross tab KA dengan VP, CR dan Channel 32

23 Penilaian produk terkait harga 32

24 Penilaian produk terkait desain 33

25 Penilaian produk terkait nilai tambah 33 26 Penilaian produk terhadap bonus atau diskon 34

27 Penilaian produk terkait kepuasan pelanggan 34 28 Penilaian produk terkait lokasi 35

29 Penilaian produk terkait media promosi 35 30 Penilaian pelayanan terkait harga 36

31 Penilaian pelayanan terkait kepuasan pelanggan 36 32 Rekapitulasi hasil cross tab VP dengan CR dan Channel 37

33 Penilaian harga terkait kepuasan pelanggan 37 34 Penilaian desain terkait lokasi 38

35 Penilaian nilai tambah terkait kepuasan pelanggan 38 36 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship dan channel 39

37 Penilaian diskon atau bonus terkait lokasi 39 38 Penilaian kepuasan pelanggan terkait lokasi 40

39 Penilaian kepuasan pelanggan terkait media promosi 40 40 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait KA 41

41 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait VP 42 42 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait CR 42

43 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait channel 43 44 Rekapitulasi perhitungan persepsi konsumen 43

45 Bobot kriteria penetapan strategi 49 46 Bobot alternatif strategi untuk masing-masing kriteria 50

47 Bobot alternatif strategi 50

DAFTAR LAMPIRAN

1 Hasil uji validitas 55

2 Uji reabilitas 56 3 Indikator penilaian konsumen 57

4 Rekapitulasi hasil tabulasi silang 58 5 Hirarki utama strategi pengembangan usaha DBL 59

6 Hirarki kedua strategi pengembangan usaha DBL 60 7 Hasil pengolahan AHP 62

8 Produk Bale Lombo 63 9 Rencana pengumpulan data terkait dengan tujuan penelitian 64

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Perkembangan sektor bisnis di Indonesia mengalami peningkatan yang

semakin pesat, dilihat dari semakin banyaknya masyarakat yang memilih

menjadi seorang entrepreneur dibandingkan sebagai karyawan. Dewasa ini

bisnis industri kreatif disebut sebagai industri unggulan yang mampu

menopang perekonomian bangsa di era global, karena memiliki daya saing,

mampu menciptakan produktifitas dan menyerap tenaga kerja yang cukup

besar.

Salah satu bisnis unggulan yang prospektif adalah bisnis dalam dunia

fesyen, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) selama periode Januari-

Juli 2012 ekspor fesyen mencapai 8.18 miliar dollar AS, meningkat 0.62 persen

bila dibandingkan pada tahun sebelumnya (www.kompas.com 2013). Mengutip

pernyataan Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Mari Elka Pangestu pada

forum (www.lombokkita.com 2013), bahwa ekonomi kreatif mampu menyerap

11.8 juta pekerja pada tahun lalu dan dari jumlah tersebut industri fesyen diklaim

menyerap hingga 3.8 juta tenaga kerja, dengan perkembangan (industri) fesyen

tahun 2012 mencapai 164 triliun rupiah. Melihat pasar industri fesyen sangat luas

dan potensial, banyak pelaku bisnis yang memanfaatkan peluang tersebut untuk

merintis maupun mengembangkan usahanya, gempuran persaingan ketat pasti

akan terjadi.

Potensi bisnis industri kreatif fesyen di Indonesia sangat besar karena

didukung oleh ragam budaya yang sangat luas. Distro mengutamakan nilai

keunikan yang ada pada produk yang dijualnya, sehingga produk yang dijual

diproduksi dalam jumlah yang sangat terbatas. Bale Lombo merupakan sebuah

bisnis inovasi distro yang memiliki misi melestarikan pengetahuan tentang seni,

budaya dan pariwisata Nusa Tenggara Barat agar dapat terus diwariskan ke

generasi yang akan datang. Motif etnik NTB dimanfaatkan sebagai pilihan desain

pakaian yang akan diproduksi, namun tidak mengurangi nilai modis dalam

berbusana. Dapat dikatakan Bale Lombo merupakan industri kreatif berbasis

kearifan lokal mempunyai dasar bukan hanya sumber daya ekonomi, melainkan

juga mempunyai makna sosio kultural.

Besarnya potensi alam, seni dan budaya yang dimiliki NTB sudah terkenal

hingga mancanegara, menjadikan NTB sebagai salah satu provinsi gerbang wisata

internasional serta lumbung ikan nasional, karena memiliki luas wilayah lautan

yang lebih besar dibandingkan dengan daratan. Setiap daerah di NTB masing-

masing memiliki prioritas komoditas untuk dikembangkan dan dimanfaatkan

secara bijak seperti daerah Meang Sekalong sebagai lumbung pangan, daerah

Kute merupakan kawasan ekonomi kepariwisataan NTB, daerah Sumbawa

merupakan daerah potensi peternakan NTB dan sebagainya. Potensi usaha distro

seperti Bale Lombo sangat prospektif karena masih sedikitnya media industri

kreatif yang digunakan untuk menyampaikan pesan mengenai etnik NTB dengan

balutan produk fesyen yang modis.

Lingkup usaha Bale Lombo yang masih kecil akan menghadapi produk

pesaing dari perusahaan besar. Produk Bale Lombo masih belum dikenal secara

2

luas sebagai merchandise khas NTB karena merupakan usaha baru yang memiliki

network terbatas baik dari segi pemasaran maupun dukungan intansi, hal tersebut

menjadi ancaman dan kelemahan dari Bale Lombo, maka diperlukan sebuah

strategi pengembangan usaha yang tepat. Melalui Business Model Generation

(BMG) sebuah inovasi model bisnis yang dikembangkan oleh Alexander

Osterwald untuk membantu dalam melihat lebih akurat bagaimana rupa bisnis

yang sedang dijalani, melalui kerangka pemikiran yang sederhana dan mudah

dimengerti.

BMG melakukan sebuah pendekatan pembelajaran yang menekankan pada

pengujian sebuah ide bisnis kepada kekuatan pasar yang sebenarnya. Berdasarkan

uraian latar belakang tersebut maka perlu diadakan penelitian, bagaimana

diterapkannya Business Model Generation terhadap usaha distro Bale Lombo

Dompu NTB sehingga dapat memberikan gambaran secara komprehensif,

menyeluruh dan dapat dengan mudah melakukan modifikasi serta inovasi dalam

pengelolaan bisnis yang sedang dijalankan.

Perumusan Masalah

Setiap usaha baru tentunya perlu memikirkan bagaimana cara

mengembangkan usahanya, apa yang bisa dilakukan untuk mengembangkan

usahanya dan bagaimana meningkatkan minat masyarakat untuk membeli produk.

Bale Lombo merupakan sebuah usaha distro yang mengalami kesulitan dalam

pengembangan usaha. Melihat peluang usaha berbasis etnik NTB yang masih

belum termanfaatkan secara maksimal dan kurang tersedianya cinderamata yang

menarik untuk mendukung pengembangan kepariwisatawan di NTB, Bale Lombo

hadir melalui usaha distro dengan memaksimalkan potensi NTB melalui

produknya.

Model pengembangan usaha yang banyak diterapkan dewasa ini tidak

mampu menghasilkan suatu usaha yang tangguh, oleh karena itu Bale Lombo

akan menerapkan pendekatan BMG agar dapat mengevaluasi rencana bisnis yang

sedang dijalani dari sudut pandang yang jelas dan utuh. Merancang, menerapkan

dan mengevaluasi satu demi satu elemen-elemen kunci usaha yang kurang tepat,

sehingga dapat langsung mengambil langkah praktis dan strategis untuk mencapai

tujuan. Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan maka dapat dirumuskan

permasalahan penelitian yaitu bagaimana strategi yang tepat untuk

mengembangkan usaha distro Bale Lombo (DBL) yang efektif menggunakan

pendekatan Business Model Generation.

Tujuan Penelitiaan

Berdasarkan dari permasalahan yang akan dibahas, maka tujuan dari

penelitian adalah :

1. Mengidentifikasi unsur komponen (blok) dalam Business Model Generation

(BMG) terkait usaha distro Bale Lombo.

2. Menetapkan komponen utama dalam Business Model Generation (BMG)

customer focus yang perlu mendapatkan perhatian untuk peningkatan usaha.

3. Merekomendasikan strategi pengembangan komponen utama Business Model

Generation (BMG) customer focus.

3

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi penulis,

usaha distro Bale Lombo, maupun pembaca. Bagi penulis sendiri, penelitian ini

berguna untuk untuk mengimplikasikan ilmu yang diperoleh selama masa kuliah

secara langsung di lapangan, juga untuk menyelesaikan masalah-masalah yang

ada dalam suatu organisasi usaha sehingga ilmu yang didapatkan tidak bersifat

teoritis saja. Bagi tempat penelitian kelompok distro Bale Lombo (DBL), hasil

penelitian berguna sebagai salah satu masukan apakah model bisnis tersebut dapat

memberikan hasil dalam pengembangan usaha yang sedang dijalani. Bagi

pembaca, hasil penelitian ini dapat memberikan informasi mengenai Business

Model Generation beserta bagaimana penerapannya dalam sebuah usaha,

sehingga dapat diikuti dengan penerapan yang lebih baik.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada kelompok PKM-K Bale Lombo IPB di danai

Dikti 2013, terdapat batasan yang diterapkan bertujuan agar penelitian lebih

terarah. Batasan ruang lingkup penelitian ini adalah: Penelitian difokuskan pada

penerapan dari Business Model Generation untuk mengembangkan usaha distro

Bale Lombo. Berfokus pada elemen customer focus BMG yang memperlihatkan

bagaimana sebuah usaha menghasilkan keuntungan. Elemen kunci tersebut

mencangkup empat bidang utama dalam suatu bisnis: yaitu pelanggan,

penawaran, infrastuktur dan kelangsungan finansial.

4

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Strategi

Strategi berasal dari bahasa Yunani “strategia” yang diartikan sebagai “the

art of the general” merupakan seni seorang panglima yang biasanya digunakan

dalam peperangan. Secara umum strategi adalah rencana yang disatukan, luas dan

berintegrasi yang menghubungkan keunggulan strategis perusahaan dengan

tantangan lingkungan, yang dirancang untuk memastikan bahwa tujuan utama dari

perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat. Berhubungan dengan

kesadaran perusahaan tentang bagaimana, kapan dan dimana ia harus bersaing,

melawan siapa dan untuk tujuan apa (David 2009).

Strategi erat kaitannya dengan pemenuhan tujuan organisasi dan menurut

David (2009), strategi digunakan untuk memenuhi tiga tujuan organisasi, yaitu :

a. Strategi sebagai pendukung untuk pengambilan keputusan.

b. Strategi sebagai sarana koordinasi dan komunikasi.

c. Strategi sebagai konsep.

Manajemen Strategi

David (2009) mengatakan manajemen strategi dapat didefinisikan sebagai

seni dan pengetahuan dalam merumuskan, mengimplementasikan serta

mengevaluasi keputusan–keputusan lintas fungsional yang memampukan sebuah

organiasi mencapai tujuannya. Sebagaimana disiratkan oleh definisi ini,

manajemen strategi berfokus pada usaha untuk mengintegrasikan manajemen,

pemasaran, keuangan/akuntasi, produksi/ operasi, penelitian dan pengembangan,

serta sistem informasi komputer untuk mencapai keberhasilan organisasional.

Tujuan manajemen strategi adalah untuk mengekploitasi serta menciptakan

berbagai peluang baru dan berbeda untuk esok, perencanaan jangka panjang,

sebaliknya berusaha mengoptimalkan tren–tren dewasa ini untuk esok.

Pengertian Bisnis

Menurut Umar (2005) bisnis diartikan sebagai seluruh kegiatan yang

diorganisasikan oleh orang-orang yang berkecimpung di dalam bidang

perniagaan, dalam rangka memperbaiki standar serta kualitas hidup mereka. Jadi,

bisnis adalah suatu kegiatan usaha yang dilakukan secara individu atau kelompok

dengan tujuan agar dapat memperoleh keuntungan dengan memasarkan barang

dan jasa kepada masyarakat.

Usaha Distro

Distribution store (distro) merupakan tempat menjual produk jadi seperti

pakaian, jam digital, compact disk dan sebagainya yang merupakan barang dengan

desain kreatifias sendiri, karena hampir pemilik distro adalah anak muda yang

memulai usahanya semenjak mahasiswa. Usaha distro dikelompokan kedalam

skala usaha kecil dan menengah, badan usahanya ada yang bersifat perorangan,

komanditer (CV) dan Perseorangan Terbatas (PT).

Di Indonesia distro sudah ada sejak tahun 1993 tetapi mengalami

perkembangan pesat pada tahun 1998. Distro berasal dari kota yang terkenal

dengan pusat mode Paris Van Java Bandung, kemudian menjadi distributor

5

bagi produk clothing lokal dan merupakan sebuah industri kreatif yang bukan

lagi sebuah usaha kecil-kecilan. Distro berawal dari niat eksistensi diri kini

menjadi sebuah peluang usaha yang menjanjikan. Ide desain produk biasanya

merupakan ketertarikan desainer akan suatu model, gaya hidup dan hobi yang

sama sehingga membentuk komunitas.

Damn I Love Indonesia yang berdiri tahun 2008 merupakan salah satu distro

yang mengangkat budaya nasional serta menumbuhkan rasa patriotisme. Memiliki

desain motif unik serta terbatas, inilah nilai keunikan dan nilai jualnya yaitu

berbeda dengan produk lainnya, sehingga dapat memenuhi dari keinginan

konsumen yang ingin tampil berbeda. Sebagai media kreatifitas anak muda

bangsa, setiap usaha distro menampilkan tema desain yang berbeda dalam

mempromosikan merek sendiri. Berbagai tema yang ditawarkan kepada

konsumen seperti tema pelestarian lingkungan, artis, berita, musik dan pelestarian

seni budaya daerah (Pola pembiayaan usaha kecil menengah BI 2008).

Pariwisata dan Etnik Nusa Tenggara Barat

Etnik didefiniskan sebagai kelompok manusia yang mengamalkan budaya,

termasuk adat, pakaian, bahasa dan sebagainya, konsep etnik berkaitan erat

dengan konsep ras dan bangsa (Adorno 1950). Indonesia merupakan negara yang

memiliki potensi alam dan kebudayaan yang besar untuk dijadikan modal

pengembangan dalam industri pariwisata.

Menurut Undang Undang No. 10/2009 tentang kepariwisataan yang

dimaksud dengan pariwisata adalah berbagai macam kegiatan wisata yang

didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan masyarakat,

pengusaha, pemerintah dan pemerintah daerah. Nusa Tenggara Barat (NTB)

adalah salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan kumpulan dari pulau

Sunda Kecil bagian barat Indonesia, dengan ibu kota provinsi yaitu kota Mataram.

Kekayaan budaya, pariwisata dan seni NTB yang masih belum tersentuh menjadi

daya tarik bagi wisatawan domestik maupun mancanegara dan terdapat sebuah

peluang bisnis. Salah satunya bisnis distro dengan mengusung konsep desain

berbasis pengenalan seni budaya dan pariwisata NTB.

Business Model Generation (BMG)

Sebuah model bisnis menggambarkan dasar pemikiran tentang bagaimana

organisasi menciptakan, memberikan, dan menangkap nilai. Business Model

Generation lebih populer dengan sebutan Business Model Canvas adalah suatu

alat untuk membantu kita melihat lebih akurat rupa usaha yang sedang atau kita

akan jalani. Mengubah konsep bisnis yang rumit menjadi sederhana yang

ditampilkan pada satu lembar kanvas berisi rencana bisnis dengan sembilan

elemen kunci yang terintegrasi dengan baik didalamnya mencangkup analisis

strategi secara internal maupun ekternal perusahaan (Osterwalder 2012).

Proses desain model bisnis

Proses desain model bisnis menurut Osterwalder (2012), memiliki lima fase

yaitu sebagai berikut :

a. Menggerakan : mempersiapkan proyek desain model bisnis yang sukses,

b. Memahami : meneliti dan menganalisis elemen yang diperlukan untuk

mendesain model bisnis,

6

c. Mendesain : membangkitkan dan menguji opsi–opsi model bisnis yang ada,

lalu memilih yang terbaik,

d. Menerapkan : menerapkan prototipe model bisnis di lapangan, dan

e. Mengelola : mengadaptasi dan memodifikasi model bisnis sebagai respon

terhadap reaksi pasar.

Inovasi Business Model Generation

Inovasi model bisnis dilakukan berdasarkan empat tujuan, yaitu :

a. Memenuhi kebutuhan pasar yang belum terjawab,

b. Menghadirkan teknologi, produk atau jasa yang baru ke pasar,

c. Meningkatkan, membangun atau mengubah pasar yang sudah ada dengan

model bisnis yang lebih baik, atau

d. Menciptakan pasar yang benar–benar baru.

Kondisi persaingan yang sangat kompetitif, kita harus membangun model

bisnis yang inovatif dan kreatif. Terdapat sembilan kotak yang merepresentasikan

elemen kunci yang secara umum akan ada pada semua model bisnis, melalui

sembilan blok memperlihatkan cara berpikir tentang bagaimana sebuah

perusahaan menghasilkan uang.

a. Key partnership

Blok bangunan ini menggambarkan jaringan pemasok dan mitra yang

membuat model bisnis dapat bekerja. Perusahaan membentuk kemitraan dengan

berbagai alasan dan menjadikan kemitraan sebagai salah satu landasan pada

model bisnisnya. Empat jenis kemitraan yang berbeda yaitu : Aliansi strategi

antara non-pesaing, kemitraan strategi antar pesaing, usaha patungan untuk

mengembangkan bisnis baru dan hubungan pembeli-pemasok untuk menjamin

pasokan yang diandalkan.

b. Key activities

Blok bangunan aktivitas kunci menggambarkan hal terpenting yang harus

dilakukan perusahaan agar model bisnis dapat bekerja atau beroperasi dengan

sukses, setiap aktivitas kunci yang dijalankan oleh perusahaan akan berbeda

bergantung pada jenis model bisnisnya.

c. Key resources

Sumber daya utama menggambarkan aset terpenting yang diperlukan agar

sebuah model bisnis dapat berfungsi, karena sumber daya memungkinkan sebuah

perusahaan menciptakan dan menawarkan proposisi nilai, menjangkau pasar,

mempertahankan hubungan dengan segmen pelanggan dan memperoleh

pendapatan. Sumber daya utama berbeda-beda sesuai jenis model bisnis dapat

berupa fisik, finansial, intelektual atau sumber daya manusia.

d. Cost structure

Cost structure menjelaskan biaya terpenting yang muncul ketika

mengoperasikan model bisnis tertentu. Biaya model bisnis dibedakan dalam dua

kelas, yaitu yang terpacu biaya (cost driven) dan terpacu oleh nilai (value driven),

kebanyakan dari model bisnis berada diantara kedua kelas ini.

7

e. Value propositions

Proposisi nilai adalah alasan yang membuat pelanggan beralih dari satu

perusahaan ke perusahaan lain dan dapat memecahkan masalah pelanggan atau

memuaskan kebutuhan pelanggan, karena berisi gabungan produk atau jasa

tertentu yang melayani kebutuhan segmen pelanggan spesifik. Nilai tersebut

seperti harga, kecepatan layanan, desain, pengalaman pelanggan dan sebagainya

yang disertai dengan fitur dan atribut tambahan.

f. Customer segments

Pelanggan merupakan inti dari semua model bisnis, tidak ada perusahaan

yang mampu bertahan dalam waktu lama. Perusahaan dalam memuaskan

pelanggan, mengelompokan mereka dalam segmen-segmen berbeda berdasarkan

kesamaan kebutuhan, perilaku, atau atribut lain.

g. Customer relationship

Customer relationship menggambarkan berbagai jenis hubungan tentang

perusahaan bersama segmen pelanggannya yang spesifik. Sebuah perusahaan

harus menjelaskan jenis hubungan yang ingin dibangunnya bersama segmen

pelanggan. Hubungan pelanggan dapat didorong oleh motivasi berikut : Akuisisi

pelanggan, mempertahankan pelanggan dan peningkatan penjualan.

h. Channel

Channel menggambarkan bagaimana sebuah perusahaan berkomunikasi

dengan segmen pelanggannya untuk memberikan proposisi nilai, memiliki

beberapa fungsi, yaitu :

1) Meningkatkan kesadaran pelanggan atas produk dan jasa perusahaan,

2) Membantu pelanggan mengevaluasi proposisi nilai perusahaan,

3) Memungkinkan pelanggan membeli produk dan jasa yang spesifik,

4) Memberikan proposisi nilai kepada pelanggan, dan

5) Memberikan dukungan purna jual kepada pelanggan

i. Revenue streams

Arus pendapatan menggambarkan uang tunai yang dihasilkan perusahaan

dari masing-masing segmen. Model bisnis melibatkan dua jenis arus pendapatan

yaitu: pendapatan transaksi yang dihasilkan dari satu kali pembayaran pelanggan

dan pendapatan dari pembayaran berkelanjutan baik untuk memberikan proposisi

nilai kepada pelanggan maupun menyediakan dukungan pelanggan pasca

pembelian (Osterwalder 2012).

Gambar 1 Model bisnis kanvas (Osterwalder 2012)

8

Business Model Generation disebut dengan Bisnis Model Kanvas, karena

alat bantu ini mirip dengan kanvas pelukis yang memungkinkan setiap perusahaan

membuat lukisan dari bisnis model yang baru atau yang sudah. Bisnis Model akan

berfungsi dengan baik jika dicetak di atas permukaan yang luas sehingga

sekelompok orang dapat bekerja sama membuat sketsa dan mendiskusikan

elemen–elemen model bisnis dengan catatan post-it atau spidol, inilah alat bantu

yang akan menumbuhkan pemahaman, diskusi, kreativitas dan analisis.

Tabulasi Silang (Cross Tab)

Cross tab atau disebut dengan tabulasi silang menampilkan hubungan

diantara dua variabel atau lebih dengan data berskala nominal atau ordinal.

Tampilan cross tab sendiri terdiri atas baris dan kolom. Banyaknya baris dan

kolom tergantung pada banyaknya variabel, seperti hubungan elemen key activity

dalam BMG dengan jenis kelamin, asal daerah dan lain-lain. Analisis cross tab

variabel-variabel dipaparkan dalam satu tabel dan berguna untuk :

a. Menganalisis hubungan-hubungan antar variabel yang terjadi.

b. Melihat bagaimana kedua atau beberapa variabel berhubungan.

c. Mengatur data untuk keperluan analisis statistik.

d. Mengadakan kontrol terhadap variabel tertentu sehingga dapat dianalisis ada

tidaknya hubungan (Sugianto 2010).

Analytical Hierarchy Process (AHP)

AHP dikembangkan oleh Thomas Saaty pada tahun 1970an, merupakan

sistem pembuatan keputusan dengan menggunakan model matematik. AHP

membantu dalam menentukan priortitas dari beberapa kriteria. Ketika

dilakukannya pengambilan keputusan dalam perencanaan strategi sangatlah

penting untuk mengevaluasi setiap kemungkinan alternatif dengan baik dalam

beberapa situasi pengambilan keputusan strategis, dalam model bisnis terdapat

situasi dimana banyaknya faktor dapat menjadi sebuah kendala. Hal ini membuat

keputusan sulit untuk diambil dan meningkatkan kebutuhan dilakukannya

pendekatan tertentu yang memungkinkan pada pengambilan keputusan guna

memecahkan proses evaluasi tersebut dalam beberapa tingkat faktor–faktor yang

berbeda tetapi masih saling terkait.

Metode AHP adalah kerangka kerja yang komperhensif, logis dan

terstruktur. Metode ini memungkinkan dilakukannya pemahaman akan keputusan

yang kompleks dengan melakukan dekomposisi dari suatu masalah. Cara kerja

AHP dimulai dengan menyatukan semua keputusan yang relevan dan kemudian

dilakukan proses pembobotan untuk memudahkan pengambilan keputusan melihat

tingkat kepentingan dari masing–masing kriteria objektif (Saaty 1991).

Kegunaan Metode AHP

Metode AHP menggabungkan kekuatan dari perasaan dan logika yang

bersangkutan pada berbagai persoalan, lalu mensintesis berbagai pertimbangan

yang beragam menjadi hasil yang cocok dengan perkiraan kita secara intuitif

sebagaimana yang dipresentasikan pada pertimbangan yang telah dibuat (Saaty

1991). Menurut Fewidarto (1996), penggunaan hirarki dalam pengambilan

keputusan mempunyai beberapa keuntungan antara lain :

9

a. Penyajian sistem secara hirarki dapat digunakan untuk menjelaskan bagaimana

perubahan-perubahan prioritas pada level atas mempengaruhi prioritas pada

elemen-elemen di bawahnya.

b. Hirarki banyak memberikan informasi yang lengkap pada struktur dan fungsi

suatu sistem dalam level yang lebih rendah dan memberikan gambaran tentang

pelaku-pelaku dan tujuan-tujuan pada level yang lebih tinggi. Elemen-elemen

kendala yang terbaik adalah disajikan pada level yang lebih tinggi lagi untuk

menjamin bahwa kendala-kendala itu diperhatikan.

c. Sistem alamiah yang disusun secara hirarki, yaitu dengan membangun

konstruksi modul dan akhirnya menyusun rakitan modul-modul tersebut. Hal

ini jauh lebih efisien dari pada merakit modul-modul tersebut secara

keseluruhan sekaligus.

d. Hirarki lebih mantap (stabil dan fleksibel). Stabil dalam arti bahwa perubahan-

perubahan kecil mempunyai efek yang kecil dan lentur diartikan bahwa

penambahan untuk mendapatkan suatu hirarki yang terstruktur baik tidak

mengganggu untuk kerjanya.

Penelitian Terdahulu

Yuldinawati (2013), melakukan penelitian mengenai Strategi Pengembangan

Inovasi Produk technopreneurship melaui BMG pada Batik Geek. Alat bantu

analisis yang digunakan adalah penelitian kuantitatif serta analisis kualitatif. Hasil

penelitian menunjukan bahwa pada elemen key partner dan key activity yang

menjadi kendala utama, untuk key partnership produk casing batik geek masih

sangat bergantung kepada suplier di Hongkong sehingga jumlah produksi terbatas

serta dengan biaya pembuatan dan pengiriman yang relatif mahal disertai dengan

belum memiliknya sistem kemitraan yang permanen. Pada aspek key activity

membutuhkan inovasi produk, namun di sisilain memerlukan biaya yang sangat

besar guna riset pasar.

Faktor utama yang harus disoroti dalam meraih suksesnya aspek pelanggan

adalah aspek perusahaan. Berdasarkan hasil analisis BMG bahwa

technopreneurship di sektor UMKM mempunyai kendala pada bidang R&D,

oleh karena itu solusi tepat bagi sektor UMKM dengan memanfaatkan R&D

yang tidak terpakai karena faktor pendanaan dengan cara menjual inovasi kepada

mitra bisnis sehingga pengusaha mendapatkan tambahan dana, serta fokus dalam

bisnis inti dengan cara menjalin hubungan jangka panjang bersama mitra

usahanya.

Anugerah (2008), dengan judul penelitian Strategi Pengembangan Usaha

Kecil Kue Kering "Jalilo Snack", Kecamatan Bogor Timur. Hasil analisis

terhadap lingkungan internal menunjukkan kekuatan utama perusahaan adalah

keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, kelemahan utama yang dimiliki

perusahaan adalah distribusi produk belum luas. Analisis lingkungan eksternal,

didapatkan peluang utama perusahaan berupa dukungan Pemda Bogor, sedangkan

ancaman utama yang dihadapi perusahaan berupa adanya kenaikan tarif listrik dan

BBM.

Hasil analisis matriks IE, didapatkan posisi perusahaan pada kuadran IV,

pada posisi tersebut strategi yang terbaik dilakukan oleh perusahaan yaitu tumbuh

dan bina (growth and built) atau strategi intensif dengan alternatif pilihan strategi

adalah penetrasi pasar, pengembangan pasar dan pengembangan produk. Hasil

10

QSPM didaptkan alternatif strategi bagi perusahaan “Jailo Snack” berdasarkan

prioritas yaitu (1) melakukan penetrasi pasar, (2) memanfaatkan dukungan Pemda

Bogor dalam pengajuan pinjaman modal kerja

Ningtias (2009), melakukan penelitian mengenai strategi pengembangan

usaha kecil pada “Waroeng Coklat” hasil analisis lingkungan eksternal diperoleh

bahwa faktor strategis yang merupakan peluang terbesar dan paling berpengaruh

bagi yaitu dukungan Disperindagkop dalam pelatihan dan pengembangan UKM di

Kota Bogor, sedangkan faktor eksternal yang menjadi ancaman utama yang dapat

dihindari yaitu hambatan masuk dalam usaha makanan (cookies dan praline)

relatif rendah. Hasil analisis lingkungan internal, faktor internal strategis yang

menjadi kekuatan yaitu keuletan pemilik dalam mengelola perusahaan, sedangkan

faktor strategis internal yang menjadi kelemahan terbesar yaitu promosi belum

optimal.

"Waroeng Cokelat" berada pada posisi sel V, sehingga strategi terbaik yang

dapat dilakukan yaitu pertahankan dan pelihara (hold and maintain). Hasil dari

pengolahan QSPM diperoleh prioritas strategi yaitu mengoptimalkan promosi,

memperluas pasar untuk meningkatkan volume penjualan, pengembangan produk,

meningkatkan modal usaha, mempertahankan dan meningkatkan jenis serta

kualitas produk, menambah tenaga kerja penyalur/distibutor, melakukan produksi

secara kontinyu dan memilih lokasi usaha yang strategis.

Habib (2008), melakukan penelitian terhadap strategi pengembangan usaha

minuman instan jahe pada CV. Hanabio-Bogor. Kekuatan utama perusahaan

adalah keterampilan serta keuletan pemilik perusahaan dalam mengelola

perusahaan. Kelemahan utama yang dimiliki perusahaan adalah keterbatasan

modal, dengan mengidentifikasi terhadap lingkungan eksternal bahwa faktor yang

menjadi peluang utama bagi perusahaan adalah wilayah kota Bogor yang sangat

strategis dan merupakan daerah tujuan wisata. Ancaman utama bagi perusahaan

adalah adanya produk subtitusi atau pengganti. Hasil analisis matriks QSPM,

bahwa strategi terbaik yang harus dilakukan perusahaan adalah mempertahankan

jaringan yang sudah ada dan meningkatkan jumlah distributor untuk

pengembangan pasar.

11

METODE PENELITIAN

Kerangka Pemikiran Penelitian

Pengembangan Ilmu Pengetahuan mengenai akar seni, budaya dan

pariwisata berbanding terbalik dengan tren berbusana. Tata cara pengembangan

pengetahuan tentang seni, budaya dan pariwisata harus melalui cara-cara kreatif.

Dewasa ini cinderamata bercorak etnik masih terbatas sedangkan potensi NTB

menjadi daerah tujuan wisata cukup bagus karena mempunyai posisi strategis

yang disebut daerah segi tiga emas daerah tujuan wisata. Pemanfaatan industri

kreatif sebagai media penyampaian pengetahuan mengenai etnik NTB belum

tersedia secara optimal. Melalui pemanfaatan etnik, membuka peluang usaha

dalam menciptakan produk inovatif yaitu potensi usaha distro dengan mengusung

pengenalan seni, budaya dan pariwisata NTB.

Diharapkan pada masa mendatang, Bale Lombo sebuah usaha clothing yang

mampu menjadi brand identitas NTB sebagai media pengenalan pelestarian

kekayaan seni budaya dan pariwisata serta dapat menciptakan kebanggaan

tersendiri bagi customer, masyarakat NTB dan wisatawan yang berkunjung ke

NTB dengan menggunakan produk distro Bale Lombo (DBL). Bale Lombo

merupakan usaha yang tengah berkembang dan membutuhkan sebuah strategi

pengembangan usaha yang tepat, agar tujuan dari Bale Lombo dapat tercapai.

Melalui pendekatan Business Model Generation (BMG) dan Analytical Hierarchy

Process (AHP) diharapkan dapat tersusun rekomendasi strategi dan keputusan

yang tepat dalam pengembangan usaha Balelombo, yang berdampak pada

kepuasan wisatawan dan munculnya kebanggaan dalam diri masyarakat terhadap

produk yang mengusung etnik lokal. Kerangka pemikiran dan tahapan penelitian

dapat dilihat dalam Gambar 2.

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan dari bulan Maret sampai dengan Juni 2013 berlokasi

di Bogor sebagai tempat produksi dan Nusa Tenggara Barat (NTB) sebagai

sasaran utama target pasar. Pada 18 April–30 April 2013 melakukan promosi dan

analisis segmentasi, targeting dan positioning di Bandara Internasional Lombok

dan tempat wisata hingga Kabupaten Dompu. Pemilihan lokasi penelitian

dilakukan secara sengaja dengan alasan usaha distro Bale Lombo adalah usaha

baru, memiliki konsep yang khas dan lebih inovatif, target dan segmen pasar yang

terarah, tepat untuk dijadikan tempat penelitian dengan topik strategi

pengembangan usaha.

Metode Penetapan Sampel

Metode pengambilan sampel dilakukan dengan non probability sampling

yaitu setiap unsur yang terdapat dalam populasi tidak memiliki kesempatan yang

sama untuk dipilih sebagai sampel, melalui teknik convinience sampling. Metode

convinience adalah metode dimana peneliti memiliki kebebasan untuk memilih

responden yang ditemui di lokasi pengambilan sampel.

12

Jumlah konsumen yang akan dijadikan responden ditentukan menggunakan

rumus Slovin dengan tingkat kesalahan 10 persen. Informasi yang diperoleh dari

total penjualan produk distro Bale Lombo (DBL), bahwa April sampai Juni 2013

total konsumen yang membeli produk DBL 108 orang. Hasil rumus Slovin, maka

diperoleh 51 orang konsumen yang akan dijadikan responden yang akan

dikelompokan menjadi konsumen NTB dan Non NTB.

n

Keterangan :

n = jumlah responden yang diambil

N = jumlah populasi atau rata-rata konsumen yaitu 103 orang

e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan responden

yang masih dapat ditoleransi, dalam penelitian ini nilainya ditentukan sebesar

10 %

Jumlah sampel yang digunakan untuk penentuan strategi dengan metode

proses hirarki analitik sebanyak enam pakar, yaitu pemilik usaha sebanyak empat

orang, mitra dan dinas perindustrian satu orang. Metode penentuan sampel

menggunakan teknik purposive sampling dengan alasan sampel yang diambil

memiliki maksud dan tujuan tertentu. Pemilihan pakar didasarkan pada

pertimbangan, bahwa mereka memahami usaha Bale Lombo dan dapat

memberikan masukan terkait pengembangan usaha.

Gambar 2 Kerangka pemikiran penelitian

Cinderamata bercorak etnik

NTB masih sangat terbatas

Potensi NTB Menjadi Daerah

Tujuan Wisata Cukup Bagus

Potensi Usaha Distro yang Mengusung Seni, Budaya dan Pariwisata NTB

Pengembangan Usaha Distro yang Kuat

Strategi Pengembangan Usaha yang Tepat

Terpenuhinya Kebutuhan

Wisatawan dan Masyarakat Tumbuh Berkembangnya Usaha Distro

Kepuasan Wisatawan Meningkat Kebanggaan Masyarakat Terhadap

Produk Etnik Lokal

13

Jenis dan sumber data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan

sekunder. Data primer yang digunakan berupa hasil kuesioner dan wawancara

dengan konsumen, pemilik usaha dan dinas perindustrian NTB. Data Sekunder

yang digunakan adalah berbagai literatur yang berkaitan dengan pembahasan,

dokumen perusahaan dan dokumen dari dinas perindustrian dan perdagangan serta

dinas pariwisata provinsi NTB yang relevan untuk penelitian ini.

Tabel 1 Jenis dan sumber data

Jenis Data Data Sumber Data

Primer Profil Konsumen Bale Lombo

Penilaian konsumen terkait elemen Business

Model Generation (BMG)

Pola kerjasama atau pengembangan produksi

Kriteria, alternatif dan struktur awal

Konsumen Bale

Lombo,

Pemilik usaha,

Dinas Perindustrian

dan Perdagangan

NTB, mitra usaha

Sekunder Gambaran usaha distro Bale Lombo

Data industri kreatif di NTB

Data kunjungan wisatawan NTB

Data penjualan Bale Lombo secara personal

maupun bundling dengan paket wisata

Teori-teori yang relevan dengan penelitian

Distro Bale Lombo,

Dinas Perindustri

dan Perdagangan

NTB,

Dinas Pariwisata

dan

KebudayaanNTB,

Buku, jurnal, dan

penelitian terdahulu

BMG terdiri dari sembilan elemen kunci, penelitian ini terfokus pada elemen

konsumen, yaitu elemen key activity, value proposition, customer relationship dan

channel. Penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi strategi pengembangan usaha

bagi distro Bale Lombo.

Pengumpulan Data

Teknik pengumpilan data yang dilakukan dalam pelaksanaan penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a. Studi Pendahuluan, turut dalam kegiatan promosi dan penjualan di Nusa

Tenggara Barat, pada bulan April sampai Mei 2013. Menganalisis kondisi

pasar usaha distro di NTB, pesaing dan calon konsumen

b. Field Research melakukan pengamatan langsung terhadap usaha Bale Lombo

dan mengikuti seluruh aktivitas usaha.

c. Library Research, metode ini dijadikan sebagai landasan secara teoritis yang

berhubungan dengan penyusunan, buku pendukung materi, jurnal, internet dan

literatur lainnya untuk menunjang dalam pelaksanaan penelitian.

d. Teknik Wawancara, yaitu melakukan wawancara dengan pihak DBL terkait

usaha yang sedang dijalani dan melakukan diskusi strategi usaha berdasarkan

BMG customer focus, mitra dan konsumen untuk mengetahui persepsi mereka

terhadap Bale Lombo. Selain itu melakukan wawancara terstruktur kepada

instansi seputar potensi dan dukungan terhadap usaha distro di NTB.

e. Penyebaran kuesioner, yang berisi daftar pertanyaan disebarkan kepada

konsumen, mitra Bale Lombo, intansi dan pemilik usaha.

14

Pengolahan dan Analisis Data

Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif, disajikan dalam

bentuk tabel, gambar dan uraian. Metode analisis yang digunakan pada penelitian

ini menggunakan analisis struktur BMG, analisis keterkaitan antar faktor variabel

(cross tab) dan analisis penetapan prioritas strategi. Analisis BMG dalam

penelitian ini untuk menggambarkan pemikiran bagaimana sebuah usaha

menciptakan, memberikan dan menangkap nilai. Membuat sebuah frame work

yang terdiri elemen kunci usaha Bale Lombo, disertai dengan mengidentifikasi

faktor-faktor yang berpengaruh pada elemen customer focus BMG.

Analisis cross tab digunakan untuk penelitian yang berkaitan dengan

penentuan hubungan antar variabel atau faktor yang diperoleh dari data kualitatif.

Uji cross tab dilakukan untuk mengetahui keterkaitan antara profil konsumen

dengan indikator elemen BMG customer focus dan antara elemen BMG dengan

elemen BMG itu sendiri. Cross tab disertai dengan perhitungan tingkat keeratan

hubungan antar isi cross tab, alat statistik yang digunakan untuk mengukur

hubungan pada cross tab adalah Chi-Square.

Analisis penetapan prioritas strategi dengan menggunakan AHP, untuk

memperoleh prioritas keputusan yang efektif dalam pengembangan usaha

memungkinkan usaha pribadi untuk membentuk gagasan dan membatasi masalah,

dengan membuat asumsi dan menghasilkan pemecahan yang diinginkan. Struktur

hirarki yang digunakan adalah struktur hirarki sederhana, yaitu terdiri dari tiga

level. Level pertama adalah tujuan atau goal yang ingin dicapai, level kedua

adalah kriteria, dan level ketiga adalah alternatif strategi.

15

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Distro Bale Lombo (DBL)

Sejarah Perkembangan Usaha

Bale Lombo merupakan distro yang memproduksi merchandise khas NTB

dengan mengangkat seni budaya dan pariwisata NTB dalam pemilihan desainnya.

Keunggulan dari produk Bale Lombo adalah produk yang dapat memberikan

alternatif pelestarian ilmu pengetahuan mengenai seni, budaya dan pariwisata

yang ada di NTB, meningkatkan sense of belong to NTB bagi para generasi muda

dan masyarakat NTB serta media pengenalan bagi para wisatawan yang

berkunjung ke NTB.

Bale Lombo berdiri sejak tahun 2010 dipelopori oleh tiga mahasiswa IPB

rantau NTB yang berasal dari ke tiga suku khas NTB (Sasak, Samawa dan

Mbojo). Didasari kecintaan terhadap tanah kelahiran, mereka menciptakan brand

distro Bale Lombo “Senyum Lombok Sumbawa”. Bale sendiri merupakan

singkatan dari “Babaturan Lenga” yang memiliki arti “mari berteman kawan”

diambil dari bahasa Suku Sasak dan Suku Mbojo. dan Lombo yang berarti

“Pakaian” merupakan brand yang menggabungkan ke tiga suku yang ada di NTB

dengan tujuan pelestarian seni, budaya dan pariwisata NTB agar dikenal oleh

wisatawan serta dicintai oleh masyarakat NTB itu sendiri, namun perjalanan

usaha Bale Lombo tidak sesuai dengan apa yang mereka harapkan, usaha distro

tersebut bisa dikatakan tidak berkembang. Pada tahun 2012 Bale Lombo mulai

bangkit untuk mengembangkan bisnisnya dengan dana patungan dan investor.

Bale Lombo berproduksi dalam skala kecil, pertengahan tahun 2012 Bale Lombo

di usulkan untuk mengikuti Pekan Kreativitas Mahasiswa-Kewirausahaan dan

mendapatkan dana hibah DIKTI untuk pengembangan usaha.

Visi, Misi dan Nilai Budaya Kerja Bale Lombo

Sejak saat itu usaha Bale Lombo berkembang, memiliki struktur organisasi

dengan sistem manajerial yang sederhana serta merumuskan visi dan misi yaitu :

visi Bale Lombo adalah Menjadi ciri khas dan pilihan utama merchandise di NTB

dan misinya adalah berinovasi melalui aktivitas-aktivitas yang didasarkan pada

sinergisitas, mengangkat potensi yang dihasilkan oleh masyarakat lokal seperti

pengrajin anyaman, kain tenun dan sebagainya

Selain memiliki visi dan misi, Bale Lombo juga memiliki nilai budaya

perusahaan. Nilai-nilai tersebut merupakan landasan aksi yang diterapkan Bale

Lombo pada setiap kegiatan. Nilai-nilai tersebut adalah “BALE” Better,

Attractive, Learning dan Educative.

Organisasi Distro Bale Lombo (DBL) Struktur organisasi merupakan kerangka yang berhubungan dengan

kebersamaan tanggung jawab antar tenaga kerja dalam melaksanakan kegiatan

untuk mencapai tujuan. Sistem organisasi yang digunakan oleh Bale Lombo

adalah sistem organisasi garis, dimana dalam organisasi ini setiap bawahan

bertanggung jawab langsung kepada atasannya masing-masing. Tim Bale Lombo

saat ini berjumlah empat orang yang terdiri dari direktur, divisi keuangan, divisi

16

desain dan divisi pemasaran. Khusus pada bagian pemasaran merupakan putra asli

daerah Mbojo NTB, agar memudahkan untuk berkomunikasi dengan pelanggan

dan mitra asli NTB serta dapat memberikan banyak pengetahuan atau informasi

mengenai Etnik NTB lebih banyak kepada wisatawan luar NTB.

Gambar 3 Struktur organisasi distro Bale Lombo

Aspek Pemasaran

Setiap usaha akan memasuki sebuah pasar yang ditujunya dan memasarkan

produknya, tentu saja hal ini tidak terlepas dari aktivitas pemasaran yang terdiri

dari STP dan bauran pemasaran.

a. Segmentasi, targeting dan positioning DBL

Proses pemasaran yang berhasil terdiri dari serangkaian langkah yang

berkesinambungan, menurut Kotler (2009) terdiri atas tiga tahap yaitu :

segmentation, targeting, positioning (STP). Begitupun dengan Bale Lombo agar

mampu mengetahui dan memuaskan kebutuhan konsumen menetapkan strategi

STP.

Segmentasi pasar dari produk Bale Lombo ini adalah berdasarkan demografis,

geografis dan psikografis. Target pasar Bale Lombo ini adalah wisatawan dan

masyarakat NTB. Bale Lombo memposisikan sebagai brand identitas khas NTB

yang mengangkat kekayaan seni, budaya dan pariwisata melalui desain

produknya.

b. Bauran Pemasaran DBL

Aktifitas pemasaran lebih dikenal dengan istilah 4P yang biasa disebut dengan

bauran pemasaran (marketing mix) terdiri dari product, price, place dan

promotion yang titik tolaknya adalah kebutuhan konsumen akan alat pemuas

kebutuhannya. Bauran pemasaranya DBL yaitu : 1) Product

Produk yang dijual DBL adalah tas dan pakaian dengan konsep yang

mengusung etnik NTB. Strategi diversifikasi produk dilakukan dengan cara

membuat produk yang sesuai dengan permintaan konsumen dan latar belakang

suku. Inovasi dari produk Bale Lombo adalah produk edukatif dimana adanya

penjelasan mengenai desain yang diangkat, selain itu DBL mendukung

pengrajin lokal yaitu pengrajin anyaman bambu Gunung Sari Lombok Barat,

Pengrajin kain tenun Desa Ranggo Dompu. Ragam produk DBL dapat dilihat

pada Lampiran 8.

2) Price

Harga jual kaos dan polo shirt Bale Lombo adalah Rp 119 000/pcs dan

Rp 99 000/pcs jika membeli 3 pcs. Model tanktop Rp 75 000/pcs dan harga tas

kain tenun mulai dari Rp 225 000/pcs hingga Rp 250 000/pcs dengan kualitas

bahan terbaik. Semua produk DBL merupakan special and limited edition,

sehingga harga tersebut menjadi wajar karena eksklusif.

Direktur

Divisi Pemasaran Divisi Desain Divisi Keuangan

17

3) Place

Lokasi penjualan berpusat di Kabupaten Dompu NTB sebagai distributor

utama, Bandara Internasional Lombok, mobile shop ke tempat wisata yang

ramai pengunjung.

4) Promotion

Strategi promosi yang dilakukan DBL adalah melalui promosi secara langsung

dan tidak langsung seperti : direct selling dilokasi wisata, taman kota, Bandara

Internasional Lombok. Strategi Word Of Mouth (WOM) pun diterapkan mulai dari

teman, komunitas NTB dikampus, keluarga dan sebagainya.

Pemberian informasi secara tidak langsung melalui poster, stiker, surat kabar

“Lombok Post” pemasangan X-Banner. Sarana teknologi dan informasi juga

digunakan, karena merupakan media yang efektif untuk melakukan promosi

dengan jangkauan penggunanya yang luas. Promosi media sosial DBL

diantaranya, twitter: @balelombo, facebook: Bale Lombo dan website:

www.balelombo.com

Analisis Struktur BMG Distro Bale Lombo (DBL)

Analisis struktur BMG pada DBL, memungkinan sebuah usaha

mendeskripsikan dan memanipulasi model bisnis dengan mudah untuk

menciptakan alternatif strategi yang baru.

Implementasi Kanvas Business Model Generation (BMG) Pada Bale Lombo

Bale Lombo menuliskan rencana bisnis dalam kanvas BMG, namun pada

penelitian difokuskan kepada elemen customer focus, sebagai rekomendasi

strategi pengembangan usaha.

Gambar 4 tampak kanvas bisnis model awal Bale Lombo, setelah dilakukan

penelitian tentunya akan mendapatkan rekomendasi pola pengembangan

berdasarkan masukan dari konsumen dan pihak internal Bale Lombo dan eksternal

agar tujuan usaha dapat tercapai.

Gambar 4 Model kanvas BMG Bale Lombo

18

Implementasi key partner awal yaitu kerjasama dengan konveksi, toko

bahan dan alat sablon, investor, DIKTI dan jasa hosting website. Berkembang

melalui kerjasama dengan DISHUB NTB, Angkasa Pura II Bandara Internasional

Lombok, pengrajin lokal NTB, jasa makloon tas dan percetakan media promo.

Key resources DBL meliputi pekerja, pemilik usaha, keuangan dan beberapa

peralatan sablon untuk mendukung kegiatan usaha DBL. Customer segment DBL

adalah wisatawan dan warga NTB. Cost structure yang merupakan biaya

terpenting yang muncul adalah pemasaran, gaji karyawan dan biaya produk,

sedangkan untuk revenue stream atau sumber pendapatan DBL berasal dari

penjualan produk DBL dan pesanan untuk acara yang berkaitan dengan etnik

NTB.

Implementasi elemen key activity (KA) awal terkait customer focus, yang

dilakukan DBL adalah melakukan aktivitas pemasaran kepada pelanggan dan

kemudian membentuk mitra usaha. Implementasi elemen value proposition (VP)

awal yang dilakukan DBL adalah sebagai brand pengenalan etnik NTB dengan

kualitas produk terbaik selanjutnya DBL mengusung konsep socialpreneur yang

mengangkat potensi lokal NTB pada produk maupun packaging. Implementasi

elemen customer relationship DBL untuk menjaga hubungan baik bersama

pelanggan adalah dengan bantuan personal melalui direct selling, media sosial

dan website serta pemberian diskon ataupun bonus. Implementasi elemen channel

DBL adalah bagaimana DBL dapat mengantarkan proposisi nilai ke konsumen

melalui media promosi dan lokasi penjualan DBL.

Profil Konsumen (Responden) Bale Lombo

Konsumen Bale Lombo terbagi menjadi konsumen NTB dan konsumen non

NTB, yang membeli produk Bale Lombo melalui media internet, ketika berwisata,

di Bandara internasional Lombok, saudara maupun di distro Bale Lombo.

Kebanyakan konsumen yang membeli produk Bale Lombo adalah laki – laki

dengan usia dominan kurang dari 25 tahun. Hal ini menunjukan bahwa produk

Bale Lombo lebih cenderung diminati oleh konsumen dengan klasifikasi usia

remaja dewasa yang tertarik dengan distro, memiliki fashion style dan menyukai

produk yang tidak pasaran.

Rata-rata pengeluaran konsumen Bale Lombo adalah kurang dari

Rp 2 500 000, hal ini sesuai dengan karakteritik berdasarkan usia. Sebagian dari

konsumen Bale Lombo luar NTB adalah konsumen yang baru pertama kali

berkunjung ke NTB dengan tujuan untuk berlibur dengan waktu tinggal kurang

dari satu minggu, mereka penasaran dengan keanekaragam keindahan etnik NTB

khususnya alam yang sudah terkenal hingga kemancanegara. Sebagian besar

konsumen yang telah berkunjung ke DBL kini telah menjadi mitra baik itu

reseller atau bekerjasama untuk acara yang berhubungan dengan etnik NTB.

Tujuan konsumen membeli produk Bale Lombo beraneka ragam diantaranya

sebagai oleh-oleh, kenang-kenangan telah berkunjung ke NTB. Hasil

pengumpulan data menunjukan tujuan membeli produk DBL adalah digunakan

sendiri sebagai kenang-kenangan, mengingat harga dari produk Bale Lombo yang

cukup mahal dengan desain special edition sayang jika diberikan untuk oleh–oleh.

Diharapkan pada masa akan datang produk Bale Lombo menjadi salah satu

merchandise favorit khas NTB, yang dapat diberikan kepada siapa saja agar setiap

orang yang tidak berkunjung ke NTB dapat mengetahui etnik NTB

19

Sumber: Data diolah (2013)

Tabel 2 Profil konsumen Bale Lombo Profil Modus

Jenis Kelamin Laki-laki

Penduduk NTB atau Non NTB NTB

Lama Tinggal di NTB (bagi konsumen NTB) < 33 tahun

Usia < 25 tahun

Rata – rata Pengeluaran Konsumen/bulan < Rp.2 500 000

Tujuan Berkunjung ke NTB (konsumen luar NTB) Liburan

Rencana kunjungan di NTB (konsumen luar NTB) < 1 minggu

Kunjungan ke NTB yang ke (konsumen luar NTB) 1 kali

Menyukai Wisata Alam Peringkat Pertama

Menyukai Wisata Budaya Tidak Menjawab

Menyukai Wisata Seni Tidak Menjawab

Menyukai Wisata Religius Peringkat Kelima

Menyukai Wisata Kuliner Tidak Menjawab

Pengetahuan Tentang NTB Pariwisata

Pengetahuan Tentang Etnik NTB Ya, Mengetahui

Pernah Berkunjung ke Distro Bale Lombo Tidak Pernah

Berapa Kali Kunjungan ke Distro Bale Lombo 0 (belum pernah)

Tujuan Membeli Produk Bale Lombo Digunakan Sendiri

Membandingkan Produk Bale Lombo dengan Produk Lainnya Tidak, membandingkan

Lama Menjadi Mitra Bale Lombo 1, 2, 5 bulan

Berapa Kali Melakukan Pesanan Produk Bale Lombo 1kali

Mayoritas konsumen tidak membandingkan DBL dengan produk lain yang

sejenis pada saat pembelian. Mengingat tempat promosi Bale Lombo yang sering

berpindah tempat ke tempat wisata (mobile market), selain itu produk Bale Lombo

berbeda dan lebih unik dibanding dengan produk lain dari segi harga, desain dan

packaging. Lamanya konsumen yang telah menjadi mitra Bale Lombo di

dominasi oleh mitra Bale 1 hingga 2 bulan dengan melakukan total pesanan satu

kali, namun hal ini dapat meningkat jika Bale Lombo telah dikenal secara luas di

NTB.

Analisis Keterkaitan Antar Faktor atau Variabel

Analisis dilakukan dengan uji keterkaitan menggunakan uji chi-square

untuk mengetahui apakah antar-variabel terhadap profil responden memiliki

hubungan yang signifikan. Sebelum dilakukan uji keterkaitan, dibentuk hipotesis

awal. Uji chi-square menggunakan taraf kesalahan hingga 10% untuk melihat

keterkaitan antar-variabel.

Penilaian Key Activity (KA) Terkait Profil Konsumen

Blok bangunan aktivitas kunci pada Business Model Generation (BMG)

menggambarkan hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar model

bisnisnya dapat bekerja (Osterwalder 2012). Key activity Bale Lombo yang

berhubungan dengan konsumen adalah optimalisasi kualitas produk dan

pelayanan. Diduga ada antara profil konsum berpengaruh terhadap penilaian KA.

Tabel 3 menunjukan tidak seluruhnya pada indikator KA (produk dan pelayanan)

memiliki hubungan dengan profil Bale Lombo.

20

Tabel 3 Rekapitulasi hasil cross tab KA

Profil Konsumen Hasil Uji Pada Subtansi KA

Terhadap Produk Terhadap Pelayanan

Jenis Kelamin TS **

Penduduk NTB dan Non NTB ** *

Lama Tinggal di NTB ** TS

Usia TS TS

Pengeluaran TS TS

Tujuan ke NTB TS TS

Rencana di NTB ** TS

Frekuensi kunjungan TS TS

Keterangan : * α signifikan taraf 5%, ** α signifikan taraf 10%, TS (Tidak Signifikan)

Hasil uji cross tab menunjukan bahwa indikator KA yang berpengaruh

terhadap profil konsumen adalah jenis kelamin pada indikator pelayanan, asal

daerah pada indikator produk dan pelayanan serta lama tinggal di NTB dan

rencana lama kunjungan di NTB pada indikator produk. Profil konsumen

berdasarkan usia, pengeluaran konsumen, tujuan ke NTB serta frekuensi

kunjungan tidak berpengaruh terhadap elemen BMG KA dikarenakan nilai

hitung lebih kecil dari nilai kritis setelah diuji pada α 5% dan %.

Hubungan Elemen KA Terkait Jenis Kelamin

Penilaian KA pelayanan diduga dipengaruhi oleh profil konsumen

berdasarkan jenis kelamin. Konsumen laki-laki dan perempuan memiliki

keinginan dan penilaian berbeda terhadap pelayanan. Mayoritas konsumen wanita

lebih kritis dalam menilai pelayanan dibanding laki-laki, hal ini berimplikasi pada

strategi yang ditetapkan, jika ada perbedaan maka perlu dibuat strategi pelayanan

yang berbeda.

Hasil pengumpulan data diperoleh konsumen laki-laki sebesar 86.5%

menyatakan setuju dan sangat setuju, akan tetapi masih terdapat ragu-ragu dan

tidak setuju dengan pelayanan DBL. Konsumen wanita sebesar 99.7%

menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap pelayanan DBL.

Tabel 4 Penilaian KA pelayanan terkait jenis kelamin

Jenis Kelamin Penilaian KA Pelayanan (%)

Total (%) TS RR S SS

Laki-laki 2,0 5,9 43,1 7,8 58,8

Perempuan 0,0 0,0 23,5 17,6 41,2

Total (%) 2,0 5,9 66,7 25,5 100,0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan Ho : jenis

kelamin tidak berpengaruh terhadap KA pelayanan, Ha : jenis kelamin

berpengaruh terhadap KA pelayanan. Hasil perhitungan pada α % dan df

(derajat kebebasan) 3 diperoleh nilai kritis = 6.251, sedangkan pada nilai

hitung = 7.510, karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis

berarti Ho ditolak. Jadi, dugaan awal benar yaitu jenis kelamin berpengaruh

terhadap KA pelayanan, sehingga berdasarkan hasil penilaian konsumen dan uji

cross tab, DBL perlu melakukan strategi pelayanan yang berbeda.

21

Konsumen DBL berpendapat bahwa pelayanan menjadi hal yang penting

untuk sebuah produk merchandise khas daerah, tidak hanya keramahan dan

kecepatan pelayanan namun informasi yang mengedukasi wisatawan terkait etnik

menjadi nilai tambah dari segi pelayanan.

Hubungan Elemen KA Terkait Asal Daerah

Asal daerah dengan produk DBL diduga memiliki keterkaitan, yaitu

berkaitan dengan minat pembelian produk serta penilaian terhadap produk DBL.

Hasil pengumpulan data menunjukan 96.3% konsumen asal NTB menyatakan

setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL akan tetapi masih terdapat ragu-

ragu, sedangkan 78.3% konsumen luar NTB menyatakan setuju dan sangat setuju

terhadap produk DBL .

Hasil penilaian konsumen baik penduduk NTB dan luar NTB mayoritas

menyatakan setuju terhadap produk DBL. Nilai tertinggi ada pada konsumen asli

NTB, hal ini mengindikasikan nilai kecintaan terhadap etnik salah satu faktor

warga NTB membeli produk Bale Lombo, sedangkan konsumen luar NTB lebih

melihat kepada desain yang menarik dan tempat yang pernah dikunjungi.

Tabel 5 Penilaian KA produk terkait asal daerah

Daerah Asal Penilaian KA Produk (%)

Total (%) RR S SS

Penduduk NTB 2,0 39,2 13,7 54,9

Non NTB 9,8 31,4 3,9 45,1

Total 11,8 70,6 17,6 100,0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab menunjukan Ho : KA produk tidak berkaitan dengan

daerah asal konsumen, Ha : KA produk memiliki keterkaitan dengan daerah asal

konsumen. Uji chi square pada α % dan df (degree of freedom) 2 menghasilkan

nilai kritis sebesar 4.605 dan nilai uji statistik sebesar 5.451. Nilai statistik

sampel > tabel yang berarti kita dapat menolak Ho, sehingga dapat

disimpulkan KA produk memiliki keterkaitan dengan daerah asal ,konsumen

Penilaian KA pelayanan diduga dipengaruhi oleh daerah asal konsumen.

Pendatang (wisatawan) akan lebih memperhatikan aspek pelayanan dibandingkan

penduduk lokal, oleh karena itu untuk mengetahui perlu tidaknya perbedaan

pelayanan dilakukan pengujian terhadap penilaian konsumen. Hasil pengumpulan

data menunjukan 100% konsumen asal NTB menyatakan setuju dan sangat setuju

dengan pelayanan yang diberikan DBL. Konsumen luar NTB 83.1% menyatakan

setuju dan sangat setuju, namun sisanya menyatakan tidak setuju dan ragu-ragu.

Tabel 6 Penilaian KA pelayanan terkait asal daerah

Daerah Asal Penilaian KA Pelayanan (%) Total (%)

TS RR S SS

Penduduk NTB 0,0 0,0 33,3 21,6 54,9

Non NTB 2,0 5,9 33,3 3,9 45,1

Total (%) 2,0 5,9 66,7 25,5 100,0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil dari penilaian konsumen terhadap DBL yaitu tidak ada perbedaan

penilaian antara konsumen NTB dengan luar NTB, namun perlu dilakukan

strategi pelayanan yang lebih kepada konsumen luar NTB untuk meningkatkan

minat mereka terhadap produk DBL seperti menjelaskan mengenai desain produk,

22

etnik NTB dan sebagainya. Uji cross tab dengan menggunakan chi-square

menunjukan Ho : KA pelayanan tidak dipengaruhi oleh daerah asal, Ha : KA

pelayanan dipengaruhi oleh daerah asal konsumen. Hasil perhitungan

menunjukan, nilai statistik sebesar 9.835 lebih besar dari pada nilai tabel

= 7.815. Hal ini membuktikan bahwa KA pelayanan dipengaruhi oleh profil

konsumen berdasarkan asal daerah.

Konsumen NTB lebih tertarik terhadap etnik dalam bentuk merchandise

khas daerahnya, pada saat pembelian lebih komunikatif dan senantiasa

memberikan masukan dari segi ragam desain produk agar lebih variatif, khusunya

variasi warna dan desain yang lebih mengenalkan etnik NTB. Konsumen luar

NTB pada saat pembelian kurang komunikatif karena beranggapan bahwa DBL

sama dengan produk merchandise lainnya, oleh karena itu DBL perlu

memberikan informasi atau pengetahuan lebih mengenai desain produk, agar

konsumen luar NTB tertarik dan melihat perbedaan DBL dengan merchandise

khas NTB yang lain.

Hubungan Elemen KA Terkait Lama Tinggal di NTB

KA produk diduga berpengaruh terhadap lama tinggal di NTB (bagi warga

NTB). Berkaitan dengan perbedaan selera dalam pembelian produk dan pilihan

desain berdasarkan lama tinggal di NTB akan berimplikasi pada strategi produk

yang ditetapkan. Hasil pengumpulan data sebesar 80% konsumen NTB dengan

lama tinggal kurang dari 17 tahun menyatakan setuju dan sangat setuju, akan

tetapi masih terdapat ragu-ragu. Lama tinggal 17-33 tahun dan lebih dari 33 tahun

menyatakan 100% setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL.

Tabel 7 Penilaian KA produk terkait lama tinggal di NTB

Lama Tinggal di NTB Penilaian KA Produk (%)

Total (%) RR S SS

< dari 17th 11.8 39.2 7.8 58.8 17-33 tahun 0.0 25.5 3.9 29.4

> dari 33 tahun 0.0 5.9 5.9 11.8

Total (%) 11.8 70.6 17.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, hipotesis Ho : KA

produk tidak berpengaruh terhadap lama tinggal dan hipotesis Ha : KA produk

memiliki pengaruh terhadap lama tinggal. Nilai kritis df adalah 4 pada α %

sehingga nilai tabel = 7.779 dan nilai hitung sebesar 9.208. Nilai hitung

lebih besar dari pada nilai tabel maka Ho ditolak, yang berarti dugaan awal benar

bahwa penilaian KA produk berpengaruh terhadap profil konsumen berdasarkan

lama tinggal. Terdapat perbedaan selera konsumen terhadap pilihan warna produk,

sehingga DBL perlu melakukan startegi produk yang berbeda khususnya dari

variasi warna dan desain.

Hubungan Elemen KA Usia Konsumen Bale Lombo

Penilaian KA produk diduga dipengaruhi oleh profil konsumen, yaitu usia

konsumen. Teori Kotler (2009) menyatakan usia adalah salah satu faktor yang

mempengaruhi preferensi konsumen. Hasil pengumpulan data diperoleh 73.3%

konsumen DBL kurang dari 25 tahun menyatakan setuju dan sangat setuju bahwa

DBL merupakan distro merchandise NTB, akan tetapi masih terdapat penilaian

23

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju

ragu-ragu. Sebesar 66.7% pada konsumen 25-40 tahun dan 66.1% konsumen lebih

dari 40 tahun menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL.

Hasil penilaian menunjukan bahwa tidak ada perbedaan penilaian konsumen

terkait usia. Informasi berdasarkan penelitian di lapangan bahwa usia remaja lebih

menyukai produk kaos dengan warna cerah dan model tanpa lengan sebaliknya

usia dewasa lebih dominan memilih warna lembut atau gelap dengan model polo

shirt, sehingga DBL perlu membuat produk yang lebih variatif. Lokasi penjualan

Bale Lombo yang menyusuri tempat wisata, taman kota tempat berkumpulnya

anak muda, selain itu bekerjasama dengan distro, menjadi salah satu faktor produk

Bale Lombo lebih diminati oleh konsumen usia remaja.

Tabel 8 Penilaian KA produk terkait usia konsumen

Usia Konsumen Penilaian KA Produk (%)

Total (%) RR S SS

< 25 tahun 9.8 43.1 5.9 58.8

25-40 tahun 2.0 19.6 7.8 29.4

> 40 tahun 0.0 7.8 3.9 11.8

Total 11.8 70.6 17.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu,S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab, hipotesis Ho : KA produk tidak dipengaruhi oleh usia

konsumen dan hipotesis Ha : KA produk dipengaruhi oleh usia konsumen.

Pengujian dengan chi-square pada α 5% menunjukan Ho diterima karena nilai

statistik sebesar 4.250 lebih kecil dari pada nilai tabel = 9.488, yang

berarti dugaan awal tidak tepat yaitu usia konsumen tidak berpengaruh terhadap

pembelian produk DBL.

Hubungan Elemen KA Terkait Rencana Kunjungan di NTB

KA produk diduga dipengaruhi oleh rencana lama kunjungan wisatawan.

Hipotesis berkaitan dengan keputusan pembelian, ingin diketahui penilaian

wisatawan yang memiliki rencana kunjungan kurang dari satu minggu dan lebih

dari satu minggu, maka perlu dilakukan pengujian. Hasil pengumpulan data,

wisatawan dengan rencana di NTB kurang dari 1 minggu sebesar 73.7%

menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap produk DBL sebagai merchandise

khas NTB, sedangkan untuk rencana di NTB lebih dari 1 minggu sebesar 56.9%

yang menyatakan setuju dan sangat setuju, akan tetapi masih terdapat pendapat

ragu-ragu yang ditunjukan pada Tabel 10, hal ini menunjukan bahwa terdapat

perbedaan penilaian konsumen terkait rencana di NTB.

Penelitian dilapangan menunjukan, wisatawan yang berkunjung ke NTB

kurang dari 1 minggu akan membeli produk merchandise DBL tanpa

membandingkannya dengan produk yang lain, dikarenakan waktu kunjung yang

terbatas. Konsumen yang memiliki waktu lebih dari 1 minggu memiliki

kesempatan waktu lebih banyak untuk mencari merchandise khas NTB.

Tabel 9 Penilaian KA produk terkait rencana di NTB

Rencana di NTB

Penilaian KA Produk (%) Total (%)

RR S SS

0 (warga NTB) 0.0 35.3 13.7 49.0

< dari 1 minggu 7.8 27.5 2.0 37.3

> dari 1 minggu 3.9 7.8 2.0 13.7

Total (%) 11.8 35.3 3.9 100.0

24

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, hipotesis Ho : KA

produk tidak dipengaruhi oleh rencana di NTB dan hipotesis Ha : KA produk

dipengaruhi oleh rencana di NTB. Hasil perhitungan pada α % dan df derajat

kebebasan) 4 diperoleh nilai kritis = 7.779, sedangkan pada nilai hitung =

9.208 karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho ditolak.

Jadi, hipotesis awal benar yaitu KA produk dipengaruhi oleh rencana lama

kunjungan wisatawan di NTB.

Penilaian Value Proposition (VP) Terkait Profil Konsumen Bale Lombo

Beragam cara dilakukan sebuah perusahaan untuk menarik minat pelanggan

agar menjadikannya berbeda dengan pesaing yaitu dengan memberikan proposisi

nilai kepada konsumen (Osterwalder 2007). Value proposition berupa nilai yang

diberikan untuk menjadi pembeda Bale Lombo dengan distro lainnya serta

sebagai pertimbangan agar konsumen membeli produk Bale Lombo.

Uji keterkaitan antara VP dengan profil konsumen diduga terdapat

hubungan, namun ada beberapa indikator yang tidak diuji karena diduga tidak

memiliki hubungan berdasarkan pada hasil pengamatan lapangan, seperti tersaji

pada tabel 10.

Tabel 10 Rekapitulasi hasil cross tab value proposition

Profil Konsumen

Hasil Uji Pada Subtansi Value Proposition

Terhadap Harga Terhadap

Desain

Terhadap

Nilai Tambah

Jenis Kelamin - TS **

Penduduk NTB dan Non

NTB TS TS TS

Lama Tinggal di NTB - TS -

Usia TS TS TS Pengeluaran TS TS -

Tujuan ke NTB - - TS

Rencana di NTB TS TS **

Frekuensi kunjungan TS TS TS

Keterangan : * signifikan α taraf 5%, ** signifikan α taraf 10%, TS (Tidak Signifikan), - (Tidak

Diuji)

Hasil uji cross tab dengan menggunakan uji chi square menunjukan bahwa

tidak terdapat hubungan nyata antara elemen VP dengan indikator desain dan

harga, karena nilai tabel > nilai hitung pada α 0.05 dan 0.10. Indikator

nilai tambah menunjukan masih ada hubungan yang nyata antara elemen VP

terhadap profil konsumen yaitu berdasarkan jenis kelamin dan rencana kunjungan

di NTB. Pembahasan lebih lanjut akan dibahas mengenai indikator VP yang

memiliki hubungan dan beberapa indikator VP yang tidak signifikan.

Hubungan Elemen VP Terkait Jenis Kelamin Konsumen

Uji keterkaitan antara VP nilai tambah dengan jenis kelamin karena diduga

diantara keduanya memiliki perbedaan penilaian. Hasil pengumpulan data sebesar

80% konsumen laki-laki menyatakan setuju dan sangat setuju terhadap nilai

tambah yang diberikan DBL. Konsumen wanita memberikan penilaian setuju dan

sangat setuju lebih besar yaitu 95.1%, akan tetapi dari penilaian responden masih

terdapat ragu-ragu.

25

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Tabel 11 Penilaian VP nilai tambah terkait jenis kelamin

Jenis Kelamin Penilaian VP Nilai Tambah Produk (%)

Total (%) RR S SS

Laki – laki 11.8 41.2 5.9 58.8

Perempuan 2.0 25.5 13.7 41.2

Total (%) 13.7 66.7 19.6 100.0

Hasil uji cross tab, hipotesis Ho : VP nilai tambah tidak dipengaruhi oleh

jenis kelamin dan hipotesis Ha : VP nilai tambah dipengaruhi oleh jenis kelamin

konsumen. Dibuktikan dengan chi-square pada α % menunjukan Ho ditolak

karena nilai statistik sebesar 5.641, lebih besar dari pada nilai tabel =

4.605. Ini berarti bahwa hipotesis awal tepat atau diterima, sehingga dapat

disimpulkan penilaian VP nilai tambah dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen,

yang artinya terdapat perbedaan penilaian antara konsumen laki-laki dan wanita.

Salah satu nilai tambah yang diberikan Bale Lombo adalah kemasan yang

unik, desain dan kualitas yang berbeda dengan usaha sejenis. DBL juga

mengusung socialpreneur yang mengedepankan potensi lokal NTB, seperti

anyaman bambu Lombok yang dijadikan packaging, kain tenun tembe nggoli

sebagai variasi tas, topi anyaman yang dijadikan sebagai bonus pembelian dan

sebagainya. Konsumen DBL berharap bahwa Bale Lombo dapat terus bekarya

dengan kreatifitas yang menjunjung tinggi kebudayaan NTB.

Hubungan Elemen VP Terkait Lama Tinggal

Uji keterkaitan antara elemen VP desain karena diduga dipengaruhi oleh

profil konsumen yaitu lama tinggal di NTB. Hipotesis berkaitan dengan penilaian

desain produk DBL, lama tinggal akan mempengaruhi terhadap pilihan desain.

Hasil pengumpulan data diperoleh informasi sebesar 69.9% lama tinggal kurang

dari 17 tahun, 73.46% lama tinggal 17 sampai33 tahun dan lebih dari 33 tahun

sebesar 99.1% yang menyatakan setuju terhadap desain kaos Bale Lombo. Hasil

penilaian konsumen menunjukan lama tingal tidak berpengaruh terhadap pilihan

desain, akan tetapi faktor kesukuanlah yang berpengaruh terhadap pembelian dan

pilihan desain.

Tabel 12 Penilaian VP harga terkait lama tinggal

Lama Tinggal di NTB Penilaian VP Desain (%) Total

(%) RR S SS

Kurang dari 17th 17.6 33.3 7.8 58.8

17-33 tahun 7.8 19.6 2.0 29.4

Lebih dari 33 tahun 0.0 7.8 3.9 11.8

Total (%) 25.5 60.8 13.7 100,0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis

Ho : tidak ada keterkaitan antara VP desain dengan lama tinggal dan hipotesis

Ha : antara VP desain dengan lama tinggal memiliki keterkaitan. Nilai kritis

degree of freedom (df) adalah 4 pada α 5% sehingga nilai tabel = 9.488

dan nilai hitung sebesar 4.209, karena nilai tabel lebih besar dari pada nilai

hitung maka Ho diterima, yang berarti dugaan awal tidak tepat, bahwa VP desain

tidak dipengaruhi oleh profil konsumen berdasarkan lama tinggal. Konsumen

NTB lebih dominan menyukai desain berdasarkan suku tempat mereka tinggal,

26

seperti suku Sasak, Mbojo dan Samawa yang lebih menyukai desain etnik

daerahnya, sehingga desain produk harus lebih bervariasi sesuai dengan trend saat

ini dan identik etnik NTB.

Hubungan Elemen VP Terkait Pengeluaran/bulan Konsumen Bale Lombo

Uji keterkaitan VP harga terhadap pengeluaran/bulan konsumen Bale

Lombo, karena diduga terdapat hubungan diantara keduanya. Asumsi awal

menyatakan konsumen berpenghasilan tinggi berapapun harga yang ditawarkan

akan dibeli, oleh karena itu pengeluaran/bulan dengan harga sangat sensitif.

Berkaitan dengan itu, ingin diketahui perlu tidaknya perbedaan harga berdasarkan

pengeluaran/bulan konsumen DBL, karena mempengaruhi daya beli konsumen

maka dilakukan pengujian.

Hasil pengumpulan data menunjukan, konsumen dengan pengeluaran

kurang dari Rp 2 500 000 sebesar 89% menyatakan setuju dan sangat setuju

dengan harga yang ditetapkan DBL, akan tetapi masih terdapat penilaian tidak

setuju dan ragu-ragu. Konsumen dengan pengeluaran/bulan Rp 2 500 000 sampai

10 000 000 dan lebih dari Rp 10 000 000 menyatakan 100% setuju terhadap harga

jual produk DBL. Hasil penilaian baik konsumen dengan pengeluaran paling

rendah maupun tinggi setuju terhadap harga yang ditetapkan DBL, sehingga DBL

tidak perlu menetapkan perbedaan harga. Hal ini sangat mungkin terjadi pada

produk merchandise khas daerah, dimana konsumen membeli sebagai kenang-

kenangan telah berkunjung.

Tabel 13 Penilaian VP harga terkait pengeluaran konsumen/bulan

Pengeluaran/bln

Konsumen

Penilaian VP Harga (%) Total (%)

TS RR S SS

< Rp 2.5 juta 2.0 3.9 43.1 7.8 56.9 Rp 2.5 juta - 10 juta 0.0 0.0 35.3 3.9 39.2

> Rp 10 juta 0.0 0.0 3.9 0.0 3.9

Total (%) 2.0 3.9 82.4 11.8 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis

Ho : VP harga tidak dipengaruhi oleh pengeluaran konsumen dan hipotesis Ha :

antara VP harga dipengaruhi oleh pengeluaran konsumen. Nilai kritis degree of

freedom df adalah 6 pada α 5% nilai tabel = 12.5992 dan nilai hitung

sebesar 3.302, karena nilai tabel lebih besar dari pada nilai hitung, maka Ho

diterima yang berarti hipotesis awal tidak tepat, sehingga dapat disimpulkan

antara VP harga tidak dipengaruhi oleh profil konsumen berdasarkan pengeluaran

perbulan. Besarnya pengeluaran konsumen perbulan memperlihatkan pendapatan

yang ia terima, pada umumnya konsumen dengan penghasilan tinggi akan

membeli berapapun harga yang ditawarkan.

Hubungan Elemen VP Terkait Rencana Lama Kunjungan di NTB

Hubungan elemen VP nilai tambah produk diduga dipengaruhi oleh rencana

kunjungan di NTB, hal ini berkaitan dengan penilaian yang diberikan oleh

wisatawan yang memiliki waktu kunjung kurang dari 1 minggu dan lebih dari 1

minggu terhadap nilai tambah produk yang diberikan DBL. Jika ada perbedaan

penilaian berimplikasi pada strategi yang ditetapkan, maka perlu dibuat strategi

nilai tambah yang berbeda.

27

Hasil pengumpulan data menunjukan 79% wisatawan dengan rencana

kunjungan kurang dari 1 minggu, dan 71.5% rencana kunjungan lebih dari 1

minggu memberikan penilaian setuju dan sangat setuju terhadap nilai tambah

yang diberikan DBL, akan tetapi masih ada yang menyatakan ragu-ragu. Hasil

penilaian konsumen tidak terlihat perbedaan penilaian yang signifikan

berdasarkan rencana di NTB.

Tabel 14 Penilaian VP nilai tambah terkait rencana di NTB

Rencana di NTB Penilaian VP Nilai Tambah Produk (%)

Total (%) RR S SS

0 2.0 31.4 15.7 49.0

< dari 1 minggu 7.8 27.5 2.0 37.3

> dari 1 minggu 3.9 7.8 2.0 13.7

Total (%) 13.7 66.7 19.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab yang menujukan VP nilai tambah dipengaruhi oleh

rencana di NTB, dibuktikan dengan chi-square pada df (degree of freedom) 4 dan

α %. Hipotesis Ho : VP nilai tambah produk tidak berpengaruh terhadap

rencana di NTB dan Ha : VP nilai tambah produk berpengaruh terhadap rencana

di NTB. Hasil perhitungan Ho ditolak karena nilai statistik sebesar 7.905 lebih

besar dari pada nilai tabel = 7.779. Nilai tambah produk yang ditawarkan

DBL kepada konsumen atau wisatawan adalah kenyamanan dan fit (pas) ketika

dikenakan, kebanggaan ketika digunakan serta memberikan nilai edukatif dari

produk hingga packaging mengenai etnik NTB.

Penilaian Customer Relationship (CR) Terkait Profil Konsumen DBL

Customer relationship yang diberikan akan sangat mempengaruhi terhadap

pengalaman pelanggan secara keseluruhan (Osterwalder 2012). DBL untuk

menarik minat pelanggan dan mempertahankan loyalitas pelanggan berupaya

membina hubungan baik serta mengajak konsumen potensial untuk menjadi mitra.

Uji keterkaitan antara CR terhadap profil konsumen diduga memiliki hubungan,

namun ada beberapa indikator yang tidak diuji karena diduga tidak terdapat

hubungan berdasarkan pada hasil pengamatan lapangan.

Tabel 15 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship

Keterangan : *signifikan α taraf 5%, ** signifikan α taraf 10%, TS (Tidak Signifikan)

Profil Konsumen

Hasil Uji Pada Subtansi Customer Relationship

Terhadap Diskon atau bonus

Terhadap Kepuasan

Pelanggan

Jenis Kelamin * TS

Penduduk NTB dan Non

NTB TS TS

Lama Tinggal di NTB TS TS

Usia TS TS

Pengeluaran TS TS

Tujuan ke NTB TS TS

Rencana di NTB TS TS

Frekuensi kunjungan TS TS

28

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hanya pada

profil konsumen berdasarkan jenis kelamin yang memiliki pengaruh terhadap CR

diskon, sedangkan pada indikator kepuasan pelanggan tidak memiliki hubungan

yang nyata. Pembahasan selanjutnya akan dibahas mengenai indikator CR yang

memiliki hubungan serta beberapa indikator CR yang tidak signifikan.

Hubungan Elemen CR Terkait Jenis Kelamin

Elemen CR diskon atau bonus diduga dipengaruhi oleh jenis kelamin

konsumen. Hipotesis ini berkaitan dengan penilaian terhadap diskon atau bonus,

yang akan berimplikasi pada strategi CR DBL. Konsumen perempuan lebih

menyukai pemberian diskon atau bonus dibandingkan laki-laki. Hasil

pengumpulan data menunjukan konsumen laki-laki sebesar 80% menyatakan

setuju dan sangat setuju, namun sisanya mengatakan ragu-ragu dan tidak setuju.

Konsumen wanita 85% menyatakan setuju dan sangat setuju, serta tidak ada yang

menyatakan tidak setuju.

Penilaian konsumen terhadap CR diskon antara laki-laki dan perempuan

tidak ada perbedaan yang signifikan, namun didominasi oleh penilaian konsumen

wanita serta pada konsumen laki-laki masih ada yang berpendapat tidak setuju.

Konsumen perempuan lebih tertarik kepada diskon atau bonus dan laki-laki lebih

rasional sehingga kurang tertarik dengan diskon, tapi masih menyukai pemberian

bonus yang berkaitan dengan etnik NTB.

Tabel 16 Penilaian CR diskon terkait jenis kelamin

Jenis Kelamin Penilaian CR Diskon atau bonus Total (%)

TS RR S SS

Laki-laki 2.0 9.8 45.1 2.0 58.8

Perempuan 0.0 5.9 21.6 13.7 41.2

Total (%) 2.0 15.7 66.7 15.7 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis

Ho : CR diskon atau bonus tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen dan

hipotesis Ha : antara CR diskon atau bonus dipengaruhi oleh jenis kelamin.

Nilai kritis degree of freedom (df) adalah pada α 5% sehingga nilai tabel

= 7.815 dan nilai hitung sebesar 8.925, karena nilai hitung lebih besar dari nilai

tabel, maka Ho ditolak yang berarti dugaan awal tepat, sehingga dapat

disimpulkan antara CR diskon atau bonus dipengaruhi olehp profil konsumen

berdasarkan jenis kelamin.

Hubungan Elemen CR Terkait Asal Daerah Konsumen Bale Lombo

Dugaan awal dilakukannya uji keterkaitan adalah CR kepuasan pelanggan

produk terhadap asal daerah konsumen DBL memiliki hubungan. Berkaitan

dengan ini, ingin diketahui penilaian kepuasan pelanggan produk DBL antara

konsumen NTB dengan luar NTB. Jika ada perbedaan berimplikasi kepada

strategi CR DBL. Hasil pengumpulan data menunjukan sebesar 96% konsumen

NTB merasa puas dan sangat puas, sedangkan konsumen luar NTB 78% merasa

puas dan sangat puas, namun sisanya ada yang merasa ragu-ragu dan tidak puas

terhadap produk DBL. Hasil penilaian, kepuasan terhadap produk DBL baik

merchandise maupun pelayanan mayoritas berasal dari konsumen NTB, sehingga

DBL perlu melakukan strategi berbeda untuk meningkatkan kepuasan pelanggan

pada konsumen luar NTB.

29

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Tabel 17 Penilaian CR kepuasan pelanggan terkait asal daerah

Daerah Asal Penilaian CR Kepuasan Pelanggan Terhadap Produk (%)

Total (%) TS RR S SS

Penduduk NTB 0.0 2.0 37.3 15.7 54.9

Non NTB 2.0 7.8 31.4 3.9 45.1

Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0

Hasil uji cross tab dengan chi-square Ho : CR kepuasan pelanggan tidak

dipengaruhi oleh daerah asal dan hipotesis Ha : CR kepuasan pelanggan

dipengaruhi oleh daerah asal. Hasil perhitungan pada df (degree of freedom) 3 dan

α 5% nilai statistik sebesar 6.227 lebih kecil dari pada nilai tabel =

7.815, sehingga Ho diterima. Menunjukan hipotesis awal tidak tepat, sehingga

dapat disimpulkan kepuasan pelanggan konsumen DBL tidak dipengaruh oleh

daerah asal konsumen tersebut. Kotler dan Keller (2009) mengatakan bahwa

pembeli terpuaskan tergantung pada kinerja penawaran dalam hubungannya

dengan ekspektasi pembeli dan apakah pembeli menginterpretasikan adanya

penyimpangan antara keduanya. Sebagian konsumen NTB yang merasa puas kini

telah menjadi mitra Bale Lombo sebagai reseller maupun memesan untuk

kegiatan event etnik NTB.

Penilaian Channel Terkait Profil Konsumen Bale Lombo

Channel merupakan blok bangunan BMG, yang menggambarkan bagaimana

sebuah perusahaan berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau

mereka untuk memberikan proposisi nilai (Osterwalder 2012). Sebagai usaha

baru, channel merupakan alat promosi yang sangat diperlukan oleh DBL yaitu

terbagi dalam indikator lokasi dan media promosi. Uji keterkaitan antara channel

dengan profil konsumen karena diduga keduanya memiliki hubungan, namun ada

beberapa indikator yang tidak diuji karena diduga tidak memiliki hubungan

berdasarkan pada hasil pengamatan lapangan.

Tabel 18 Rekapitulasi hasil cross tab channel

Profil Konsumen Hasil Uji Pada Subtansi Channel

Terhadap Lokasi Terhadap Media Promosi

Jenis Kelamin * TS

Penduduk NTB dan Non NTB * TS

Lama Tinggal di NTB TS -

Usia - TS

Pengeluaran TS -

Tujuan ke NTB TS TS

Rencana di NTB * -

Frekuensi kunjungan TS -

Keterangan : *signifikan α taraf 5%, **signifikan α taraf 10%, TS (Tidak Signifikan), - (Tidak

Diuji)

Hasil uji cross tab dengan chi-square menunjukan pada channel media

promosi tidak ada berpengaruh terhadap profil konsumen karena nilai hitung

lebih kecil dari nilai kritis setelah diuji pada α 5% dan %, sedangkan pada

channel lokasi berpengaruh terhadap profil konsumen berdasaran jenis kelamin,

kependudukan dan rencana di NTB.

30

Hubungan Elemen Channel Terkait Jenis Kelamin

Diperkirakan channel lokasi penjualan dipengaruhi oleh jenis kelamin.

Berkaitan dengan channel ingin mengetahui penilaian konsumen laki-laki dan

perempuan terkait lokasi penjualan, karena berimplikasi kepada strategi lokasi

penjualan DBL. Hasil pengumpulan data menunjukan sebesar 75% konsumen

laki-laki berpendapat setuju, dan sangat setuju namun masih ada yang ragu-ragu

dan tidak setuju, sedangkan 71% konsumen wanita menyatakan setuju dan sangat

setuju terhadap lokasi penjualan DBL.

Produk DBL dapat dijumpai pada tempat wisata, taman kota, Bandara

Internasional Lombok dan distro yang telah menjadi mitra, sehingga DBL tidak

perlu melakukan strategi yang berbeda. Mayoritas konsumen yang menyatakan

setuju adalah laki-laki. Bale Lombo selain dapat dibeli secara langsung juga dapat

dibeli melalui media internet website dan media sosial.

Tabel 19 Penilaian elemen BMG channel terkait jenis kelamin

Jenis Kelamin Penilaian Channel Lokasi Penjualan (%)

Total (%) TS RR S SS

Laki-laki 2.0 11.8 43.1 2.0 58.8

Perempuan 0.0 11.8 17.6 11.8 41.2

Total (%) 2.0 23.5 60.8 13.7 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis

Ho : channel lokasi penjualan tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin dan hipotesis

Ha : channel lokasi penjualan dipengaruhi oleh jenis kelamin konsumen. Nilai

kritis degree of freedom df adalah pada α 5% sehingga nilai tabel =

7.815 dan nilai hitung sebesar 8.706, karena nilai hitung lebih besar dari nilai

tabel, maka Ho ditolak yang berarti dugaan awal tepat, sehingga dapat

disimpulkan antara channel lokasi penjualan dipengaruhi profil konsumen

berdasarkan jenis kelamin.

Hubungan Elemen Channel Terkait Asal Daerah Konsumen

Uji keterkaitan channel lokasi penjualan terhadap asal daerah diperkirakan

memiliki hubungan. Penilaian konsumen dilakukan untuk mengetahui apakah ada

perbedaan penilaian antara konsumen NTB dan luar NTB, terkait kemudahan

mendapatkan produk DBL berdasarkan lokasi penjualan. Hasil pengumpulan data

menunjukan sebesar 85% konsumen NTB setuju dan sangat setuju, sedangkan

konsumen NTB 59% menyatakan setuju, namun terdapat penilaian ragu-ragu dan

tidak setuju.

Hasil penilaian konsumen terdapat penilaian yang berbeda antara konsumen

NTB dan luar NTB, sehingga DBL perlu melakukan strategi berbeda terkait lokasi

penjualan. Terpusatnya penjualan di NTB, memudah konsumen NTB untuk

mendapatkan produk Bale Lombo, sedangkan bagi konsumen luar NTB hanya

dapat membeli secara langsung ketika berkunjung ke NTB. Oleh karena itu

konsumen menyarankan agar website Bale Lombo dibuat lebih menarik dan

mengedepankan promosi online agar produk DBL dapat dijangkau oleh konsumen

luar NTB.

31

Tabel 20 Penilaian channel terkait setiap asal daerah

Daerah Asal Penilaian Channel Pada Lokasi Penjualan (%)

Total (%) TS RR S SS

Penduduk NTB 0.0 7.8 33.3 13.7 54.9

Non NTB 2.0 15.7 27.5 0.0 45.1

Total (%) 2.0 23.5 60.8 13.7 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan chi-square Ho : channel lokasi penjualan tidak

dipengaruh terhadap rencana di NTB dan hipotesis Ha : channel lokasi penjualan

dipengaruhi oleh rencana di NTB. Hasil perhitungan pada df (degree of freedom)

dan α 5%. Ho ditolak karena nilai statistik sebesar 9.222, lebih besar dari

pada nilai tabel = 7.815, sehingga dapat disimpulkan dugaan awal benar

yaitu channel lokasi penjualan berpengaruh terhadap daerah asal.

Hubungan Elemen Channel Terkait Rencana di NTB

Penilaian elemen channel lokasi penjualan diduga dipengaruhi oleh profil

konsumen, yaitu usia konsumen. Hal ini berkaitan dengan penilaian dan saran

konsumen terhadap lokasi penjualan, apakah ada perbedaan penilaian antara

wisatawan kurang dari 1 minggu dengan wisatawan rencana kunjung lebih dari 1

minggu. Hasil pengumpulan data menunjukan 100% wisatawan kurang dari 1

minggu menyatakan setuju, tetapi masih terdapat ragu-ragu, sedangkan wisatawan

dengan rencana kunjungan lebih dari 1 minggu 71% yang menyatakan setuju dan

sangat setuju, namun masih ada ragu-ragu dan tidak setuju terhadap lokasi

penjualan DBL.

Hasil penilaian konsumen stategi mobile market telah sesuai dan menarik

minat, khususnya bagi konsumen yang berada di tempat wisata dapat melihat

secara langsung merchandise DBL lalu memutuskan melakukan pembelian,

sehingga DBL tidak perlu melakukan strategi berbeda terkait lokasi penjualan,

karena saat ini sudah sesuai.

Tabel 21 Penilaian channel terkait rencana di NTB

Rencana di NTB Penilaian Ch Pada Lokasi Penjualan (%) Total (%)

TS RR S SS

0 (warga NTB) 0.0 5.9 31.4 11.8 49.0

< dari 1 minggu 0.0 15.7 21.6 0.0 37/3

> dari 1 minggu 2.0 2.0 7.8 2.0 13.7

Total (%) 2.0 0.2 60.8 13.7 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis

Ho : tidak ada hubungan antara channel lokasi penjualan dengan rencana di NTB

dan hipotesis Ha : antara channel lokasi penjualan dengan rencana di NTB

memiliki memiliki hubungan. Nilai kritis degree of freedom df adalah 6 pada α

5%, sehingga nilai tabel = 12.592 dan nilai hitung sebesar 15.355,

karena nilai hitung lebih besar dari nilai tabel, maka Ho ditolak yang berarti

dugaan awal tepat. Waktu berkunjung di NTB berpengaruh terhadap lokasi

penjualan yang berarti dugaan awal benar, yaitu channel lokasi penjualan

terhadap profil konsumen berdasarkan rencana di NTB memiliki hubungan.

32

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Analisis Hubungan Antar - Variabel Substansi Customer Focus

Diperkirakan bahwa antara subtansi dengan subtansi memiliki hubungan

yang signifikan. Oleh karena itu dilakukan uji keterkaitan dengan menggunakan

uji chi-square untuk mengetahui apakah antar-variabel terdapat hubungan.

Sebelum pengujian dibuat terlebih dahulu hipotesis awal. Uji chi-square ini

menggunakan taraf kesalahan 5% dan 10% dalam melihat keterkaitan antar

variabel subtansi BMG.

Penilaian Elemen Key Activity (KA) Terkait Elemen Value Proposition (VP),

Customer Relationship (CR) dan Channel

Hubungan pada indikator elemen KA dengan VP, CR dan channel

diperkirakan memiliki hubungan. Berikut disajikan dengan tabel 22, hasil

perhitungan cross tab antara subtansi tersebut.

Tabel 22 Rekapitulasi hasil cross tab KA dengan VP, CR dan Channel

Substansi

Hasil Uji Pada Subtansi Customer Focus

Terhadap VP Terhadap CR Terhadap Channel

Harga Desain Nilai

Tambah

Diskon atau

bonus

Kepuasan

Pelanggan Lokasi

Media

Promosi

Key Activity

Produk * * * * * * *

Pelayanan * - - - * - -

Keterangan : * signifikan α taraf 5%, **signifikan α taraf 10%, - (Tidak Diuji)

Hasil uji cross tab tampak bahwa, pada setiap elemen subtansi customer

focus hampir seluruhnya memiliki hubungan dengan tingkat signifikan sama,

namun terdapat beberapa indikator yang tidak dilakukan pengujian dikarenakan

secara umum dan hasil penelitian lapangan tidak memiliki hubungan.

Hubungan KA Produk Terkait VP Harga

Uji keterkaitan antara KA produk terhadap VP harga diduga memiliki

hubungan. Hasil penelitian menunjukan harga berpengaruh terhadap kualitas

suatu produk. Mayoritas konsumen menyatakan setuju bahwa kualitas produk

DBL sesuai dengan harga jual yang ditawarkan.

Tabel 23 Penilaian produk terkait harga

Penilaian Kualitas

Produk

Penilaian Terkait Harga Jual (%) Total (%)

TS RR S SS

RR 2.0 3.9 5.9 0.0 11.8

S 0.0 0.0 66.7 3.9 70.6

SS 0.0 0.0 9,8 7.8 17.6

Total (%) 2.0 3.9 82.4 11.8 100,0

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk

dengan harga jual tidak memiliki pengaruh, Ha : kualitas produk dengan harga

jual memiliki pengaruh. Hasil perhitungan pada α 5% dan df derajat kebebasan 6

diperoleh nilai kritis = 12.592, sedangkan pada nilai hitung = 34.742. Nilai

kritis atau tabel lebih kecil dari pada nilai hitung, menunjukan terdapat pengaruh

yang kuat antara harga dengan produk, yang berarti dugaan awal benar. Kualitas

produk merupakan faktor penting sebagai pertimbangkan konsumen dan harga

merupakan faktor sensitif, terutama bagi segmen yang mempertimbangkan faktor

33

harga sebelum membeli, sehingga dapat disimpulkan harga dengan mutu produk

yang diberikan Bale Lombo telah sesuai dengan ekpetasi pelanggan.

Hubungan KA Produk Terkait VP desain

KA produk dan VP desain pada elemen BMG diduga memiliki hubungan.

Hasil penilaian konsumen (Tabel 30) menunjukan mayoritas konsumen DBL

sebesar 49% menyatakan setuju. Bale Lombo sebagai distro yang mengusung

pelestarian etnik NTB tentunya harus menampilkan desain-desain khas etnik NTB

yang lebih beragam.

Tabel 24 Penilaian produk terkait desain

Penilaian Kualitas

Produk

Penilaian Terkait Variasi Desain (%) Total (%)

RR S SS

RR 9.8 2.0 0.0 11.8

S 15.7 49.0 5,9 70.6

SS 0.0 9.8 7.8 17.6

Total (%) 25.5 60.8 13.7 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk

dengan variasi desain tidak memiliki pengaruh, Ha : kualitas produk dengan

variasi desain memiliki pengaruh. Hasil perhitungan pada α 5% dan df derajat

kebebasan) 4 diperoleh nilai kritis = 9.488, sedangkan pada nilai hitung =

20.500, karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho

ditolak. Jadi, hipotesis awal benar yaitu kualitas produk dipengaruh oleh variasi

desain yang menarik. Desain yang unik dengan kualitas terbaik perlu diperhatikan

Bale Lombo.

Hubungan KA Produk Terkait VP Nilai Tambah

Penilaian terhadap kualitas produk dengan nilai tambah yang diberikan

diduga memiliki keterkaitan, semakin produk itu berkualitas akan menciptakan

proposisi nilai dimata konsumen. Hasil penelitian menunjukan, konsumen

menyatakan setuju bahwa kualitas dan nilai tambah yang diberikan DBL, telah

sesuai dengan harapan mereka.

Tabel 25 Penilaian produk terkait nilai tambah

Penilaian

Kualitas Produk

Penilaian Terkait Nilai Tambah Produk (%)

Total (%) RR S SS

RR 9.8 2.0 0.0 11.8

S 3.9 60.8 5.9 70.6

SS 0.0 3.9 13.7 17.6

Total (%) 13.7 66.7 19.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square pada hipotesis Ho : KA

produk tidak ada keterkaitan terhadap VP dan Ha : antara KA dengan VP

memiliki keterkaitan. Nilai kritis df adalah 4 pada α 5% sehingga nilai tabel

= 9.488 dan nilai hitung sebesar 50.167. Nilai hitung lebih besar dari

pada nilai tabel maka Ho ditolak, yang berarti dugaan awal benar bahwa nilai

tambah memiliki pengaruh terhadap produk. Setiap produk yang diproduksi oleh

Bale Lombo tentunya harus mengandung nilai lebih, baik itu dari desain, model,

bahan dan sebagainya. Menjadikan Bale Lombo berbeda dengan para pesaingnya,

selain itu senantiasa memberikan merchandise khas NTB untuk menarik minat

34

konsumen, seperti: topi anyaman khas lombok dengan balutan packaging unik

yang memperkenalkan potensi lokal NTB.

Hubungan KA produk terkait CR diskon atau bonus

Uji keterkaitan antara produk dan diskon diduga saling berpengaruh, diskon

merupakan strategi promosi untuk meningatkan penjualan produk DBL. Hasil

pengumpulan data menunjukan sebesar 80% konsumen Bale Lombo menyatakan

setuju, namun masih terdapat konsumen yang menyatakan ragu-ragu. Pembelian

lebih dari 1 pcs DBL akan memberikan bonus atau diskon seperti potongan harga

atau gratis produk. Bagi mitra akan diberikan bonus yang berbeda dengan

potongan harga yang cukup besar dari harga jual atau melalui sistem konsinyasi.

Tabel 26 Penilaian produk terhadap bonus atau diskon

Penilaian Kualitas

Produk

Penilaian Terkait Diskon atau Bonus (%) Total (%)

TS RR S SS

RR 2.0 5.9 0.0 3.9 11.8

S 0.0 9.8 56.9 3.9 70.6

SS 0.0 0.0 9.8 7.8 17.6

Total (%) 2.0 15.7 66.7 15.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk

tidak berpengaruh terhadap diskon atau bonus, Ha : kualitas produk berpengaruh

terhadap diskon atau bonus. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai statistik

sebesar 26.989 lebih besar dari pada nilai tabel = 12.592. Hal ini

membuktikan dugaan awal benar yaitu terdapat pengaruh yang kuat antara

pemberian diskon atau bonus terhadap produk Bale Lombo. Strategi pada KA

produk terkait CR diskon atau bonus, DBL lakukan bertujuan untuk menciptakan

kerja sama dengan pelanggan serta upaya menarik hati pelanggan agar turut

melakukan promosi secara tidak langsung melalui strategi Word of Mouth.

Hubungan indikator KA produk terkait CR kepuasan pelanggan

Diduga KA produk dipengaruhi oleh CR kepuasan pelanggan. Hasil

pengumpulan data menunjukan, bahwa kualiatas produk berpengaruh terhadap

kepuasan pelanggan yang dirasakan konsumen DBL. Mayoritas konsumen DBL

memberikan penilaian puas terhadap kualitas produk, namun masih terdapat ragu-

ragu dan tidak puas dengan kualitas produk DBL.

Tabel 27 Penilaian produk terkait kepuasan pelanggan

Penilaian Kualitas

Produk

Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Total (%)

TS RR S SS

RR 2.0 5.9 3.9 0.0 11.8

S 0.0 3.9 62.7 3.9 70.6

SS 0.0 0.0 2.0 15.7 17.6

Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : kualitas produk

tidak mempengaruhi kepuasan pelanggan dan Ha : kualitas produk mempengaruhi

kepuasan pelanggan. Hasil perhitungan menunjukan bahwa nilai statistik

sebesar 53.347 lebih besar dari pada nilai tabel = 12.592, yang berarti

dugaan awal benar bahwa antara kualitas produk berpengaruh terhadap kepuasan

yang dirasakan pelanggan. Kepuasan pelanggan merupakan suatu konsep yang

35

telah lama dikenal dalam teori dan aplikasi pemasaran, kepuasan pelanggan

menjadi salah satu tujuan esensial bagi aktivitas bisnis serta dipandang sebagai

salah satu indikator terbaik untuk meraih laba dimasa akan datang (Hasan Ali

2013).

Hubungan KA Produk Terkait Channel Lokasi Penjualan

Produk terhadap lokasi penjualan diperkirakan diantara keduanya memiliki

hubungan. Lokasi penjualan yang strategis akan memberikan kemudahan

konsumen untuk mendapatkan produk. Hasil pengumpulan data menunjukan

54.9% konsumen menyatakan setuju bahwa lokasi penjual berpengaruh terhadap

pembelian produk.

Tabel 28 Penilaian produk terkait lokasi

Penilaian Kualitas

Produk

Penilaian Terkait Lokasi Penjualan (%)

Total (%) RR S SS

TS 2.0 0.0 0.0 2.0

RR 5.9 15.7 2.0 23.5

S 2.0 54.9 3.9 60.8

SS 2.0 0.0 11.8 13.7

Total (%) 11.8 70.6 17.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square menunjukan hipotesis

Ho : tidak ada hubungan antara KA produk dengan channel lokasi penjualan dan

hipotesis Ha : antara KA produk dengan channel lokasi penjualan memiliki

hubungan. Nilai kritis degree of freedom (df) adalah 6 pada α 5% sehingga nilai

tabel = 12.592 dan nilai hitung sebesar 39.093. Nilai hitung lebih besar

dari pada nilai tabel maka Ho ditolak, yang berarti dugaan awal benar bahwa

antara produk dengan lokasi penjualan memiliki keterkaitan. DBL sebagai usaha

baru harus mempertimbangkan aspek tempat atau lokasi penjualan, agar produk

DBL dapat dijangkau atau diketahui konsumen. Target pasar dapat menjadi

pertimbangan untuk menentukan lokasi penjualan.

Hubungan KA Produk terkait Channel Media Promosi

Uji keterkaitan produk terhadap media promosi karena diduga antara

keduanya memiliki hubungan. Hasil penelitian pada konsumen DBL tampak

bahwa media promo berpengaruh terhadap produk, berdasarkan dari penilaian

konsumen yang dominan setuju. Hal ini menunjukan media promosi yang dibuat

cukup mempengaruhi konsumen untuk melakukan pembelian.

Tabel 29 Penilaian produk terkait media promosi

Penilaian Kualitas

Produk

Penilaian Ragam Media Promo (%) Total (%)

RR S SS

TS 0.0 2.0 0.0 2.0 RR 9.8 19.6 3.9 33.3

S 2.0 49.0 7.8 58.8

SS 0.0 0.0 5.9 5.9

Total (%) 11.8 70.6 17.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan chi-square pada α 5% Ho : kualitas produk tidak

berpengaruh terhadap media promo dan Ha : kualitas produk berpengaruh

terhadap media promo. Hasil perhitungan menunjukan nilai statistik sebesar

22.403, lebih besar dari pada nilai tabel = 12.592, yang berarti Ho ditolak.

36

Media promosi yang dilakukan DBL berpengaruh terhadap produk, media

promosi yang dilakukan DBL baik secara online maupun offline dapat

menumbuhkan sikap positif konsumen terhadap produk yang ditawarkan.

Hubungan KA Pelayanan Terkait VP Harga

Pelayanan yang diberikan Bale Lombo terhadap harga jual diduga memiliki

hubungan. Hasil pengumpulan data, berdasarkan dari penilaian konsumen

mayoritas menyatakan setuju.

Tabel 30 Penilaian pelayanan terkait harga

Penilaian Pelayan Penilaian Terkait Harga Jual (%)

Total (%) TS R S SS

TS 0.0 2.0 0.0 0.0 2.0

RR 0.0 2.0 2.0 0.0 3.9

S 2.0 2.0 60.8 17.6 82.4 SS 0.0 0.0 3.9 7.8 11.8

Total (%) 2.0 5.9 66.7 25.5 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan chi-square, Ho : pelayanan tidak mempengaruhi

harga jual dan Ha : pelayanan mempengaruhi terhadap harga jual, pada degree of

freedom (df) 9 dan α 5% menunjukan hubungan yang kuat antara pelayanan

terhadap harga jual. Hasil perhitungan diperoleh nilai statistik sebesar 30.217

lebih besar dari pada nilai tabel = 16.919 yang berarti Ho ditolak, hal ini

menunjukan dugaan awal tepat, yaitu kualitas layanan berrpengaruh terhadap

harga. Konsumen tidak akan menyesal dengan harga yang ditawarkan apabila

pelayanan yang diberikan sesuai. DBL berupaya memberikan pelayanan optimal

melalui layanan yang responsif, dan solutif terhadap keinginan konsumen.

Hubungan KA pelayanan terkait CR kepuasan pelanggan

Pelayanan yang diberikan Bale Lombo terhadap kepuasan pelanggan diduga

memiliki hubungan. Hasil pengumpulan data memperlihatkan bahwa pelayanan

yang diberikan DBL berpengaruh terhadap kepuasan yang dirasakan konsumen.

Mayoritas konsumen Bale Lombo merasakan setuju terhadap kualitas pelayanan

yang diberikan, namun masih ada konsumen yang merasa tidak puas.

Tabel 31 Penilaian pelayanan terkait kepuasan pelanggan

Penilaian

Pelayanan

Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Total (%)

TS R S SS

TS 2.0 0.0 0.0 0.0 2.0

RR 0.0 5.9 0.0 0.0 5.9

S 0.0 3.9 58.8 3.9 66.7 SS 0.0 0.0 9.8 15.7 25.5

Total 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan chi-square, hipotesi Ho : pelayanan tidak

berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan, Ha : pelayanan mempengaruhi

kepuasan pelanggan. Hasil perhitungan pada degree of freedom (df) 9 dan α 5%

menunjukan pelayanan yang diberikan berpengaruh terhadap kepuasan yang

dirasakan konsumen, dibuktikan oleh nilai statistik sebesar 98.88 lebih besar

dari pada nilai tabel = 16.919. Penilaian pelayanan yang baik akan

memberikan kepuasan pada pelanggan.

37

Penilaian Elemen Value Proposition (VP) Terkait Elemen Customer

Relationship (CR) dan Channel

Diperkirakan terdapat hubungan antara indikator elemen value proposition

dengan customer relationship dan channel, namun ada beberapa indikator yang

tidak dilakukan pengujian karena berdasaran hasil penelitian dilapangan tidak

memiliki hubungan.

Tabel 32 Rekapitulasi hasil cross tab VP dengan CR dan Channel

Substansi

Hasil Uji Pada Subtansi Customer Focus

Terhadap VP Terhadap CR Terhadap Ch

Harga Desain Nilai

Tambah Diskon

Kepuasan

Pelanggan Lokasi

Media

Promosi

Value Proposition

Harga - TS TS - * - TS

Desain - - TS - - ** TS

Nilai Tambah - - - - * - TS

Keterangan : *siginifikan α taraf 5%, **signifikan α taraf 10%, - (Tidak Diuji), TS (Tidak

Signifikan)

Hasil uji cross tab menunjukan bahwa pada setiap indikator hampir

seluruhnya memiliki hubungan dengan tingkat signifikan berbeda yang berarti

dugaan awal benar bahwa ada perbedaan tingkat signifikan dengan penilaian

persepsi yang juga berbeda di setiap indikator.

Hubungan VP harga terkait CR kepuasan pelanggan

VP harga yang ditetapkan Bale Lombo terhadap kepuasan pelanggan diduga

memiliki hubungan. Hasil penelitian tampak bahwa konsumen setuju sebesar

74.5% merasa puas dan sangat puas terhadap produk maupun pelayanan yang

diberikan DBL, artinya harga dengan kepuasan yang diterima telah sesuai

ekspetasi konsumen.

Tabel 33 Penilaian harga terkait kepuasan pelanggan

Penilaian

Harga Jual

Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Total (%)

TS R S SS

TS 0.0 2.0 0.0 0.0 2.0

RR 0.0 2.0 2.0 0.0 3.9

S 2.0 5.9 60.8 13.7 82.4

SS 0.0 0.0 5.9 5.9 11.8

Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab, Ho : antara harga jual dengan kepuasan pelanggan tidak

berpengaruh dan Ha : antara harga jual dengan kepuasan pelanggan memiliki

pengaruh. Hasil perhitungan dengan menggunakan chi-square menunjukan

bahwa nilai statistik sebesar 17.551 lebih besar dari pada nilai tabel =

16.919, menunjukan harga jual yang ditetapkan DBL berpengaruh terhadap

kepuasan pelanggan. Penetapan harga yang tepat berpengaruh terhadap kepuasan

yang konsumen rasakan, harga yang cocok dapat memberikan kepuasan bagi

konsumen.

38

Hubungan VP desain terkait Channel lokasi

Uji keterkaitan antara desain produk Bale Lombo terhadap lokasi penjualan

diduga memiliki hubungan. Hasil penelitian menunjukan mayoritas konsumen

setuju terhadap desain yang dibuat Bale Lombo dengan lokasi penjualan di tempat

wisata, yang artinya desain produk Bale Lombo sesuai dengan apa yang

konsumen inginkan yaitu mampu mewakili setiap lokasi wisata di NTB.

Tabel 34 Penilaian desain terkait lokasi

Penilaian

Lokasi Penjualan

Penilaian Terkait Variasi Desain (%) Total (%)

R S SS

TS 2.0 0.0 0.0 2.0

RR 9.8 13.7 0.0 23.5

S 11.8 41.2 7.8 60.8

SS 2.0 5.9 5.9 13.7

Total (%) 25.5 60.8 13.7 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab, Ho : antara lokasi penjualan dengan variasi desain tidak

berpengaruh dan Ha : antara lokasi penjualan dengan variasi desain memiliki

pengaruh. Hasil perhitungan dengan chi-square menunjukan bahwa nilai statistik

sebesar 11.577 lebih besar dari pada nilai tabel = 10.645, menunjukan

hipotesis awal tepat yaitu lokasi penjualan berpengaruh terhadap variasi desain.

Hubungan VP nilai tambah terkait CR kepuasan pelanggan

Nilai tambah yang diberikan Bale Lombo terhadap kepuasan pelanggan

diperkirakan memiliki hubungan. Hasil penilaian konsumen terhadap kepuasan

pelanggan tampak bahwa konsumen lebih banyak memberikan penilaian setuju

dan sangat setuju pada nilai tambah yang diberikan, yang ditunjukan Tabel 37.

Tabel 35 Penilaian nilai tambah terkait kepuasan pelanggan

Penilaian

Nilai Tambah

Penilaian Terkait Kepuasan Pelanggan Produk (%) Total (%)

TS RR S SS

RR 2.0 7.8 2.0 2.0 13.7

S 0.0 2.0 60.8 3.9 66.7

SS 0.0 0.0 5.9 13.7 19.6

Total (%) 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab, Ho : nilai tambah tidak berpengaruh terhadap kepuasan

pelanggan, Ha : nilai tambah berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Hasil

perhitungan dengan menggunakan chi-square pada α 5% dan df derajat

kebebasan) 6 diperoleh nilai kritis = 12.592, sedangkan pada nilai hitung =

48.923, karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho

ditolak. Jadi, dugaan awal benar yaitu terdapat pengaruh yang kuat antara nilai

tambah dengan kepuasan pelanggan konsumen Bale Lombo.

Penilaian Elemen Customer Relationship (CR) Terkait Channel

Diperkirakan terdapat hubungan antara indikator elemen customer

relationship terhadap channel, namun ada beberapa indikator yang tidak

dilakukan pengujian karena berdasarkan pada hasil penelitian lapangan indikator

tersebut tidak memilki hubungan.

39

Tabel 36 Rekapitulasi hasil cross tab customer relationship dan channel

Substansi

Hasil Uji Pada Subtansi Customer Focus

Terhadap CR Terhadap Channel

Diskon Kepuasan Pelanggan

Lokasi Media

Promosi

Customer Relationship

Diskon atau bonus - TS * TS

Kepuasan Pelanggan - - * *

Keterangan : *signifikan α taraf 5%, **signifikan α taraf 10%, - (Tidak Diuji), TS (Tidak

Signifikan)

Hasil penilaian konsumen tampak bahwa pada indikator diskon tidak

dilakukan pengujian, indikator kepuasan pelanggan tidak ada hubungan. Pada

channel lokasi dan media promosi terhadap CR diskon dan kepuasan pelanggan,

setelah dilakukan uji cross tab memiliki hubungan.

Hubungan CR Diskon atau Bonus Terkait Channel Lokasi

Diduga terdapat hubungan antara kebutuhan akan diskon atau bonus

terhadap lokasi penjualan. Hasil pengumpulan data menunjukan bahwa konsumen

merasa setuju dengan diskon atau bonus yang diberikan DBL.

Tabel 37 Penilaian diskon atau bonus terkait lokasi

Penilaian Diskon

atau Bonus

Penilaian Terkait Lokasi Penjualan (%) Total (%)

TS R S SS

TS 0.0 2.0 0.0 0.0 2.0

RR 0.0 5.9 15.7 2.0 23.5 S 2.0 7.8 45.1 5.9 60.8

SS 0.0 0.0 5.9 7.8 13.7

Total 2.0 15.7 66.7 15.7 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab, Ho : diskon atau bonus tidak berpengaruh terhadap lokasi

penjualan, Ha : diskon atau bonus mempengaruhi lokasi penjualan. Hasil

perhitungan dengan menggunakan chi-square pada α 5% dan df derajat

kebebasan) 9 diperoleh nilai kritis = 16.919, sedangkan pada nilai hitung =

17.570 karena nilai hitung jelas lebih besar dari pada nilai kritis berarti Ho

ditolak. Hal ini menunjukan hipotesis awal benar yaitu lokasi penjualan

mempengaruhi terhadap diskon atau bonus diberikan. Konsumen yang melakukan

pembelian secara langsung maupun online akan mendapatkan diskon atau bonus

seperti topi anyaman, harga–harga promo. Hal tersebut diharapkan menjadi daya

tarik DBL agar konsumen membeli produk DBL.

Hubungan CR Kepuasan Pelanggan Terkait Channel Lokasi

Diperkirakan terdapat hubungan antara kepuasan pelanggan terhadap lokasi

penjualan. Hasil penilaian konsumen menunjukan bahwa konsumen merasa setuju

bahwa lokasi penjualan berpengaruh terhadap kepuasan konsumen dalam

membeli produk DBL, karena berkaitan dengan keyakinan terhadap kualitas

produk. Hal tersebut dapat terlihat pada tabel 47, berdasarkan hasil pengumpulan

data mayoritas konsumen memberikan penilaian setuju dan sangat setuju.

40

Tabel 38 Penilaian kepuasan pelanggan terkait lokasi

Penilaian

Kepuasan Pelanggan

Penilaian Terkait Lokasi Penjualan

Total (%) TS R S SS

TS 0.0 2.0 0.0 0.0 2.0

RR 0.0 5.9 15.7 2.0 23.5

S 2.0 2.0 49.0 7.8 60.8

SS 0.0 0.0 3.9 9.8 13.7

Total 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : antara kepuasan

pelanggan dengan lokasi penjualan tidak memiliki pengaruh dan Ha : lokasi

penjualan mempengaruhi kepuasan pelanggan. Pada df 9 dan α 5% menunjukan

bahwa nilai statistik sebesar 28.077 lebih besar dari pada nilai tabel =

16.919, yang berarti dugaan awal benar bahwa kepuasan pelanggan berpengaruh

terhadap lokasi penjualan produk Bale Lombo. Pembelian secara langsung dengan

melalui internet tentu saja akan berbeda, dengan melakukan pembelian langsung

konsumen dapat melihat model, desain, kualitas dan mencocokan ukuran dengan

lebih jelas, sedangkan pembelian secara online dilihat dari gambar dan keterangan

produk. Hal ini tentu saja berpengaruh terhadap kepuasan yang dirasakan

konsumen.

Hubungan CR Kepuasan Pelanggan Terkait Channel Media Promosi

Uji keterkaitan antara kepuasan pelanggan terhadap ragam media promosi

diduga memiliki hubungan. Hasil penelitian konsumen menunjukan bahwa

konsumen merasa setuju, namun mayoritas konsumen menyatkan ragu-ragu

bahwa media promosi berpengaruh terhadap kepuasan mereka, dapat dilihat pada

Tabel 41.

Tabel 39 Penilaian kepuasan pelanggan terkait media promosi

Penilaian

Kepuasan Pelanggan

Penilaian Terkait Ragam Media Promosi Total (%)

TS R S SS

TS 0.0 2.0 2.0 0.0 2.0

RR 0.0 7.8 21.6 3.9 33.3

S 2.0 2.0 45.1 9.8 58.8

SS 0.0 0.0 0.0 5.9 5.9

Total 2.0 9.8 68.6 19.6 100.0

Keterangan : TS = Tidak Setuju, RR = Ragu-ragu, S = Setuju, SS = Sangat Setuju

Hasil uji cross tab dengan menggunakan chi-square, Ho : media promosi

tidak berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan dan Ha : media promosi

berpengaruh terhadap kepuasan pelanggan. Nilai df 9 dan α 5% menunjukan

bahwa nilai statistik sebesar 18.912 lebih besar dari pada nilai tabel

= 16.919, sehingga hipotesis awal tepat media promosi berpengaruh

terhadap kepuasan yang dirasakan pelanggan.

Media promosi yang dimiliki Bale Lombo seperti poster, website, media

sosial memudahkan konsumen untuk mengetahui produk Bale Lombo. Melalui

media promosi online seperti website dan media sosial konsumen dapat

berinteraksi, melakukan pemesanan, memberikan saran atu kritik secara langsung

kepada Bale Lombo.

41

Penilaian Konsumen DBL Terkait Elemen BMG

Desain model bisnis tidak terlepas dari sisi pelanggan, sebuah pendekatan

yang mengarah pada ditemukannya ide atau peluang yang baru, akan tetapi tidak

berarti pemikiran pelanggan merupakan titik awal inisiatif untuk berinovasi

namun kita harus tetap melibatkan perspektif pelanggan ketika mengevaluasi

model bisnis atau kegiatan usaha yang dijalani. Dari sembilan elemen BMG,

dipilih beberapa elemen yang berkaitan dengan perspektif pelanggan, guna

mengetahui penilaian konsumen Bale Lombo terhadap komponen BMG yang

paling berpengaruh untuk pengembangan usaha. Diperkirakan pada setiap elemen

customer focus memiliki penilaian yang berbeda terhadap indikator-indikator

pertanyaan yang diajukan.

Penilaian Konsumen Terkait Key Activity (KA)

Aktivitas perusahaan merupakan elemen yang berhubungan dengan

aktivitas yang dilakukan perusahaan seperti membuat produk, pelayanan,

mengelola usaha dan aktivitas lainnya, dalam hal ini konsumen Bale Lombo dapat

memberikan pendapat mengenai aktivitas yang dilakukan Bale Lombo dari segi

produk dan pelayanan. Diperkirakan pada pertanyaan elemen KA, konsumen

memberikan penilaian yang berbeda.

Tabel 40 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait KA

Indikator Skor Penilaian Penilaian

KA 1 2.1765 Setuju

KA 2 2.1569 Setuju

KA 3 2.0980 Setuju

KA 4 1.9804 Setuju

KA 5 2.1176 Setuju

KA 6 2.1765 Setuju

KA 7 1.9804 Setuju

KA 8 1.9412 Setuju

KA 9 1.8039 Setuju

KA 10 1.8824 Setuju

Key Activity 2.0314 Setuju

Hasil penilaian konsumen Bale Lombo terhadap elemen KA tampak bahwa

seluruh konsumen menyatakan setuju pada setiap indikator KA, yang berarti

dugaan awal tidak tepat. Agar mendapatkan persepsi konsumen yang lebih kuat

maka diperlukan pengembangan dari aktivitas perusahaan dari segi inovasi,

kualitas produk dan pelayanan yang optimal.

Penilaian Konsumen Terkait Value Propositions (VP)

Proposisi nilai merupakan alasan yang membuat pelanggan beralih dari

suatu produk ke yang lain, dikarenakan dapat lebih memuaskan kebutuhan atau

keinginan dari pelanggan. Proposisi nilai dibuat secara spesifik dengan target

konsumen yang sudah jelas berisi manfaat yang ditawarkan kepada pelanggan.

DBL menyadari proposisi nilai ini dapat membantu dalam mengembangkan dan

menciptakan brandawerness dimata konsumen.

Berbagai proposisi nilai ditawarkan dari segi harga, desain yang berbeda,

model, packaging yang unik, pelayanan responsif dan sebagainya. Diduga pada

pertanyaan elemen VP, konsumen memberikan penilaian yang berbeda.

42

Tabel 41 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait VP

Indikator Skor Penilaian Penilaian

VP1 2.2157 Setuju

VP2 2.1569 Setuju

VP3 1.9020 Setuju

VP4 1.9804 Setuju

VP5 2.0980 Setuju

VP6 1.8824 Setuju

VP7 1.9412 Setuju

VP8 1.7255 Setuju

Value Propositions 1,9877 Setuju

Hasil penilaian tampak bahwa seluruh konsumen menyatakan setuju pada

setiap indikator VP yang berarti dugaan awal tidak tepat. Agar mendapatkan

persepsi konsumen yang lebih kuat maka diperlukan proposisi nilai yang lebih

inovatif dan maksimal untuk membuat konsumen menjadi loyal terhadap brand

DBL, tidak mudah terpengaruh dengan merchandise khas NTB lainnya dan

kepuasan pelanggan yang senantiasa selalu terjaga. Salah satunya dengan cara

mampu berkomunikasi dengan baik kepada pelanggan, jangan takut terhadap apa

yang dikatakan pelanggan baik atau buruk direspon dengan cepat dan segera.

Penilaian Terkait Customer Relationship (CR)

Customer Relationship menggambarkan berbagai jenis hubungan yang

dibangun bersama pelanggan. Dari segi hubungan pelanggan Bale Lombo

berupaya menyediakan merchandise khas NTB dengan menggunakan motif

budaya dalam desain. Target pasar Bale Lombo adalah netizen, komunitas-

komunitas yang memiliki satu visi dan para wisatawan baik NTB maupun luar

NTB. Bale Lombo memberian pelayanan yang responsif, proaktif dan

memberikan diskon atau bonus, menyimpan data pelanggan dan memberikan

penawaran utama sebagai upaya pendekatan dengan konsumen.

Tabel 42 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait CR

Indikator Skor Penilaian Penilaian

CR 1 2.0196 Setuju

CR 2 1.9804 Setuju

CR 3 2.0588 Setuju

CR 4 2.1176 Setuju

CR 5 2.0196 Setuju

CR 6 2.2549 Setuju

CR 7 1.9231 Setuju

CR 8 2.2308 Setuju

CR 9 2.1538 Setuju

Customer Relationship 2.0843 Setuju

Hasil perhitungan terhadap persepsi konsumen tampak bahwa seluruh

konsumen menyatakan setuju pada setiap indikator CR. Agar mendapatkan

persepsi konsumen yang lebih kuat maka diperlukan media untuk membantu

membangun hubungan dengan pelanggan, dengan media yang ada terutama

internet dapat memberikan kesempatan pelanggan untuk berkomunikasi secara

interaktif. Tingkat kualitas pelayanan yang tinggi akan medorong tercipta strategi

43

promosi word of mouth dan hubungan yang bersifat pribadi membuat pelanggan

melakukan keputusan pembelian berdasarkan alasan yang sederhana, hal tersebut

dapat menjadikan brand Bale Lombo semakin kuat yang dikenal sebagai produk

yang memiliki citra atau reputasi baik.

Penilaian Terkait Channel

Channel adalah cara yang digunakan untuk memberikan value proposition

kepada konsumen, cara yang digunakan bermacam-macam tergantung kepada

segmen yang akan dibidik. Channel menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan

agar produk yang kita tawarkan sampai ke konsumen, dapat berupa penjualan

langsung, distributor, website dan media sosial. Diperkirakan antara pertanyaan

disetiap indikator channel memiliki persepsi yang berbeda, seperti disajikan

dengan Tabel 43.

Tabel 43 Penilaian konsumen Bale Lombo terkait channel

Indikator Skor Penilaian Penilaian

Channel 1 2.1373 Setuju

Channel 2 1.8039 Setuju

Channel 3 1.7647 Setuju

Channel 4 1.2353 Ragu- ragu

Channel 5 1.9216 Setuju

Channel 6 1.7843 Setuju

Channel 7 1.9412 Setuju

Channel 1.7983 Setuju

Hasil penilaian konsumen tampak bahwa hampir seluruh konsumen

menyatakan setuju, namun pada indikator channel 4 mengenai pembelian produk

Bale Lombo dalam jumlah banyak secara online mayoritas konsumen menjawab

ragu-ragu. Hal ini menunjukan masih kurangnya tingkat kepercayaan konsumen

terhadap pembelian secara online dalam jumlah banyak, terlebih lagi pada brand

baru seperti Bale Lombo, tentu saja menjadi tantangan tersendiri bagaimana dapat

membangun merek yang kuat dan terpecaya. Hasil tersebut tampak bahwa dugaan

awal benar, yaitu pada indikator channel terdapat perbedaan persepsi konsumen.

Permasalahan Hasil Penilaian Konsumen pada Indikator Customer Focus

Rekapitulasi hasil perhitungan mengenai persepsi konsumen menunjukan

bahwa elemen customer relationship memiliki nilai rataan terbesar 2.0843,

dibandingkan dengan elemen lainnya. Oleh karena itu Bale Lombo perlu

memperkuat strategi pada elemen customer relationship sebagai upaya

pengembangan awal.

Tabel 44 Rekapitulasi perhitungan persepsi konsumen

Indikator Skor Penilaian Penilaian

Key Activity 2.0314 Setuju

Value Proposition 1.9877 Setuju Customer Relationship

Channel

2.0843

1.7983

Setuju

Setuju

Total 1.9754 Setuju

Penilaian terendah terletak pada channel sebesar 1.7983 yang berarti dari

segi strategi promosi dengan menggunakan media internet (website dan media

sosial) Bale Lombo belum tepat, sehingga untuk membangun persepsi merek Bale

44

Lombo di mata konsumen di perlukan strategi promosi yang lebih gencar.

Mayoritas konsumen Bale Lombo berpendapat bahwa penggunaan media internet

kurang masimal, baik itu dari segi tampilan web yang terkesan monoton dan pada

update informasi di media sosial yang kurang.

Segi lokasi penjualan, konsumen Bale Lombo berharap untuk penyebaran

distro Bale Lombo yang merata di ketiga kepulauan besar NTB agar memudahkan

melakukan pembelian, dikarenakan tidak semua konsumen menyenangi atau

terbiasa melakukan pembelian secara online. Disimpulkan bahwa rata-rata

konsumen Bale Lombo menyatakan setuju dalam tingkat sedang terhadap elemen

BMG yang artinya Bale Lombo perlu berupaya mempertajam arah

pengembangan, pemeliharaan reputasi dan membangun identitas merek yang kuat

dan terpecaya.

Analisa Penetapan Prioritas Strategi

Salah satu alat (metoda) yang dapat dipakai oleh pengambilan keputusan

untuk bisa memahami kondisi suatu sistem dan membantu dalam melakukan

prediksi dan pengambilan keputusan adalah Analytical Hierarchy Process (AHP),

yang ditujukan untuk memodelkan problema tak struktur dalam bidang ekonomi,

sains, manajemen (Fewidarto 1996).

Hirarki utama merupakan susunan hirarki strategi pengembangan usaha

Bale Lombo yang terdiri dari struktur hirarki sederhana yang digunakan dalam

penelitian, yaitu tingkat pertama adalah fokus atau goal yang ingin dicapai,

tingkat kedua adalah kriteria yang mendukung tercapainya fokus atau goal, dan

tingkat ketiga adalah alternatif yang merupakan bagian dari kriteria yang nantinya

akan menjadi kriteria utama yang memunculkan alternatif untuk mencapai goal.

Identifikasi Kriteria – Kriteria Penetapan Strategi Pengembangan Usaha

Berdasarkan hasil wawancara dan diskusi dengan pihak internal Bale

Lombo, penelitian lapangan dan pengkajian literatur bahwa terdapat lima kriteria

yang menjadi pertimbangan dalam penentuan prioritas strategi pengembangan

usaha distro Bale Lombo. Kriteria tersebut merupakan bagian dari aspek

manajerial, menurut Suwinto (2011) aspek manajemen merupakan faktor

terpenting. Di aspek inilah ide pengembangan usaha akan menjadi kenyataan

dibawah kepemimpinan sebuah tim manajemen. Kriteria tersebut antara lain :

a. Ketersediaan Sumber Daya Manusia (SDM)

Ketersediaan SDM merupakan bagian terpenting dalam membangun,

mengembangkan sebuah usaha, tanpa SDM bagaimana sebuah usaha dapat

berjalan. Suwinto (2011) dalam pelaksanaan ide usaha Bale Lombo pasti

memerlukan aspek sumber daya manusia untuk menjalankan usaha atau

idenya menjadi usaha. Bale Lombo sebagai usaha baru tentu saja

membutuhkan sumber daya manusia yang memiliki satu misi dan visi,

solid, kreatif serta memiliki keinginan keras untuk terus belajar guna

meningkatkan kompetensinya agar mampu bertahan ditengan gempuran

persaingan industri fesyen. Bale Lombo saat ini memiliki empat SDM dalam

tim manajerialnya. Oleh karena itu, ketersediaan SDM perlu menjadi

pertimbangan dalam penentuan strategi pengembangan usaha distro Bale

Lombo.

45

b. Ketersediaan Sumber Daya Keuangan

menjadi hal yang penting dalam sebuah usaha karena berhubungan dengan

produktifitas sebuah usaha, bagaimana akan melakukan aktifitas produksi

apabila tidak tersedia modal. Menurut Suwinto (2011) untuk memulai

maupun mengembangkan usaha, memerlukan modal yang cukup guna

menjalankan usaha. Biasanya salah satu alasan utama tidak memulai suatu

usaha adalah karena kekurangan modal. Modal utama Bale Lombo berasal

dari dana patungan anggota kemudian dana investor, selanjutkan Bale

Lombo berupaya untuk menciptakan usaha yang baik dan mantap agar

memiliki pendapatan yang jelas dan masuk akal sehingga arus kas positif

dapat tercipta.

c. Ketersediaan Sumber Daya Produksi

Pengelolaan proses produksi sangat dibutuhkan agar aktivitas produksi dapat

berjalan dengan lancar dan stabil dengan hasil optimal. Faktor sumber daya

produksi yang terbagi menjadi 5M material (bahan), machine (mesin),

method (metode), money (modal), dan man (sumber daya manusia). Kelima

faktor produksi tersebut harus saling melengkapi dan tidak bisa bekerja

sendiri-sendiri (Suwinto 2011). Aspek produksi yang dibutuhkan Bale

Lombo dibagi ke dalam tiga bagian utama, yaitu : pertama, penentuan

produk yang akan diproduksi dan bagaimana memproduksinya,

berhubungan dengan variasi desain dan model serta kualitas produk yang

dihasilkan yang akan mempengaruhi biaya produksi. Bagian kedua adalah

lokasi produksi yang akan digunakan, mengingat produksi Bale Lombo

dilakukan di Bogor karena faktor SDM dan ketersediaan fasilitas produksi,

maka lebih memperhatikan aspek supply kain tenun sebagai bahan baku tas

ke Bogor untuk diproduksi dan pengiriman barang ke NTB. Bagian ketiga

merupakan hambatan-hambatan yang perlu diperhatikan Bale Lombo dalam

menjalankan produksi, seperti jadwal dan jumlah produksi, proses produksi,

produk cacat dan pengiriman barang.

d. Networking dan Pemasaran

Sebuah usaha perlu menentukan strategi pemasaran untuk berhasilnya

produk atau jasa yang ditawarkan, selain itu agar nilai produk dapat

diketahui dan sampai ditangan konsumen (Suwinto 2011). Tentunya strategi

pemasaran yang tepat sangat dibutuhkan, strategi networking ini dirasa akan

efektif untuk pengembangan usaha distro Bale Lombo, selain pemasaram

secara langsung Bale Lombo juga menggunakan strategi networking seperti

optimalisasi media internet yang ada serta berupaya membangun mitra –

mitra usaha. Melalui strategi tersebut diharapkan mampu menekan biaya

promosi namun memberikan dampak besar terhadap usaha.

e. Dukungan Instansi

Bale Lombo sebuah usaha baru yang mengusung pelestarian etnik NTB

tentunya membutuhkan dukungan, pengakuan instansi provinsi NTB untuk

pengembangan dan pembinaan menjadi harapan Bale Lombo. Khusunya

dukungan dari Dinas Perindustrian Provinsi NTB agar menjadi UKM

unggulan dan masuk kedalam binaan Dewan Kerajinan Daerah NTB yang

nantinya Bale Lombo dapat dipromosikan sebagai salah satu merchandise

khas NTB.

46

Identifikasi Alternatif Strategi untuk Mencapai Fokus

Empat alternatif strategi yang dapat dipilih sebagai strategi pengembangan

usaha Distro Bale Lombo. Pemilihan alternatif ini berdasarkan pada elemen

business model generation (BMG) customer focus yang sebelumnya telah

dilakukan uji keterkaitan dan diskusi dengan para ahli. Alternatif tersebut antara

lain key activity (KA), value propositions (VP), customer relationship (CR) dan

channel (Ch), yang dapat dibuat hirarki kedua sebagai implementasi strategi untuk

menentukan bobot dan prioritas sub komponen model batasan agar lebih spesifik

dalam strategi pengembangan usaha. Alternatif tersebut akan dijelaskan sebagai

berikut.

a. Key Activity

Aktifitas kunci secara umum dalam BMG merupakan elemen yang

menggambarkan hal-hal terpenting yang harus dilakukan perusahaan agar

model bisnis yang telah dibuat dapat bekerja (Osterwalder 2012). Salah satu

aktifitas kunci yang dilakukan Bale Lombo, berfokus pada konsumen terdiri

dari menciptakan produk dan optimalisasi produksi dari segi kualitas produk

(bahan, jahitan, sablon, desain dan pilihan warna), identitas Bale Lombo

sebagai merchandise khas NTB yang mengusung pelestarian dan pengenalan

etnik NTB serta pelayanan yang diberikan Bale Lombo.

b. Value Proposition

Blok bangunan atau elemen proposisi nilai berupa nilai yang Bale Lombo

berikan kepada pelanggan. Nilai tersebut dapat berupa kuantitatif seperti

harga dan kecepatan layanan atau kualitatif seperti desain dan pengalaman

pelanggan. Sehingga dapat memberikan kesan dimata konsumen dan

membedakan Bale Lombo dengan distro-distro lainnya.

c. Customer Relationship

Hubungan pelanggan menggambarkan berbagai jenis hubungan yang

dibangun Bale Lombo bersama segmen pelanganggan yang spesifik

(Osterwalder 2012). Cara agar konsumen tetap setia adalah dengan membuat

hubungan baik dengan pelanggan yaitu Bale Lombo menyediakan wadah

untuk terus berhubungan dan semakin mempererat hubungan dengan

pelanggan terutama mitra melalui optimalisasi media yang ada (seperti,

whatsapp, twitter facebook, website dan sebagainya), pelayanan responsif,

penawaran khusus, diskon dan pemberian bonus. Bale Lombo menyadari

bahwa hubungan pelanggan yang diterapkan dalam model bisnis akan sangat

mempengaruhi pengalaman pelanggan secara keseluruhan.

d. Channel

Blok bangunan saluran channel menggambarkan bagaimana Bale Lombo

berkomunikasi dengan segmen pelanggannya dan menjangkau mereka untuk

memberikan proposisi nilai (Osterwalder 2012). Bagi Bale Lombo channel

salah satu hal yang sangat perlu diperhatikan karena berhubungan dengan

segmen yang ingin diraih dan merupakan cara untuk menyampaikan produk

kepada konsumen. Semakin kreatif dalam menciptakan saluran akan

berpengaruh pada semakin besar peluang untuk unggul dalam persaingan dan

efektif dalam menjaring pelanggan.

47

Keterangan :

KSDM : Ketersediaan Sumber Daya Manusia

KSDK : Ketersediaan Sumber Daya Keuangan

KSDP : Ketersediaan Sumberdaya Produksi

NP : Network dan Pemasaran

DI : Dukungan Instansi

KA : Key Activity

VP : Value Propositions

CR : Customer Relationship

CH : Channel

Hirarki Tingkat Dua Strategi Pengembangan Usaha DBL

Hirarki tingkat kedua merupakan bagian dari hirarki utama, yang berasal

dari turunan alternatif hirarki utama. Terdiri dari implementasi strategi key

activity, implementasi strategi value proposition, implementasi strategi customer

relationship dan implementasi strategi channel. Hirarki ini dibuat guna

menentukan bobot dan prioritas sub komponen model batasan operasional agar

lebih spesifik dalam strategi pengembangan usaha. Pada struktur hirarki ini tidak

dilakukan penilaian karena keterbatasan waktu penelitian, sehingga hanya menjadi

masukan bagi penelitian selanjutnya. Strutur hirarki tingkat dua dapat dilihat pada

Lampiran 6.

Hirarki tingkat dua implementasi strategi key activity (KA)

a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi KA

1) Kompetensi SDM

2) Inovasi produk

3) Penetapan harga

4) Jangkauan pasar

5) Aktivitas usaha

b. Alternatif strategi KA untuk mencapai fokus

1) Pengembangan kreatifitas dan kualitas layanan

2) Meningkatkan kualitas produk dan kuantitas produksi

3) Perluasan mitra dan jaringan

Gambar 5 Struktur hirarki strategi pengembangan disto Bale Lombo

48

Hirarki tingkat dua implementasi strategi value proposition (VP)

a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi VP

1) Kualitas dan kenyaman produk

2) Social entrepreneur

3) Layanan purna jual

4) Bonus merchandise

5) Made by order

b. Alternatif strategi VP untuk mencapai fokus

1) Pengembangan potensi lokal

2) Pengembangan desain dan model

3) Penggabungan kedua pengembangan

Hirarki tingkat dua implementasi strategi customer relationship (CR)

a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi CR

1) Komunikatif dan memuaskan

2) Informasi produk ter update

3) Diskon atau paketan harga

b. Alternatif strategi CR untuk mencapai fokus

1) Consumer priority

2) Menerapkan komunikasi Pemasaran

Hirarki tingkat dua implementasi strategi Channel

a. Kriteria – kriteria penyusunan strategi channel

1) Jangkauan produk

2) Keberlanjutan hubungan kerjasama

3) Kemudahan akses

b. Alternatif strategi channel untuk mencapai fokus

1) Pengembangan mitra (reseller, distributor)

2) Bundling paket wisata dan bekerjasama dengan intansi pemerintah NTB

3) Optimalisasi media promosi

4) Penilaian pakar dan pengolahan data

Penilaian pakar dan pengolahan data

Penilaian struktur hirarki utama dilakukan oleh pihak internal yaitu pemilik

usaha (direktur, divisi keuangan, divisi desain dan divisi pemasaran) dan pihak

eksternal yang terdiri dari mitra usaha dan Dinas Perindustrian NTB. Hasil

pengolahan kuesioner dari masing-masing pakar diharapkan memiliki rasio

konsistensi tidak melebihi 0.1 karena apabila melebihi maka harus dilakukan

revisi pendapat. Rekapitulasi hasil perhitungan rasio konsistensi dari masing-

masing pakar secara lengkap dapat di lihat di Lampiran.

Peran kriteria pada pencapaian goal

Pelaksanaan strategi pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB

dipengaruhi oleh beberapa kriteria. Nilai/bobot kriteria pada strategi

pengembangan usaha disajikan pada Tabel 45.

Hasil pengolahan dari kriteria–kriteria penyusunan hierarki utama diperoleh

bobot dan prioritas yang berpengaruh dalam pengambilan keputusan strategi

pengembangan usaha distro Bale Lombo. Berdasarkan hasil pengolahan,

ketersediaan sumber daya keuangan menjadi kriteria yang paling utama dengan

nilai bobot 0.253. Sebagai usaha baru ketersediaan sumber daya keuangan

49

memiliki peranan penting yang dapat mendukung aspek produksi, promosi dan

aktifitas usaha lainnya. Sumber daya keuangan awal Bale Lombo diperoleh dari

dana patungan pemilik, investor maupun pinjaman yang diolah untuk

mendapatkan revenue stream dari hasil penjualan

Tabel 45 Bobot kriteria penetapan strategi

Kriteria Bobot

Ketersediaan SDM (KS)

Ketersediaan Sumber Daya Keuangan (KSDK)

Ketersediaan Sumber Daya Produksi (KSDP)

Network dan Pemasaran (NP)

Dukungan Instansi (DI)

0.238

0.253

0.202

0.235

0.072

Faktor ketersediaan SDM menjadi kriteria kedua dengan bobot 0.238. Tim

yang solid sangat diperlukan dalam organisasi usaha terutama pada usaha baru

guna menghasilkan proses hilir ke hulu yang sustainable. Kapasitas sumber daya

untuk setiap posisi harus terpenuhi, jika tidak dapat menyebabkan double job

pada setiap orang yang berdampak kurang optimal hasil pekerjaan karena tidak

sesuai dengan kapasitas orang tersebut. Kriteria ke tiga adalah network dan

pemasaran dengan bobot 0.235, pemasaran diperlukan lebih dari sekadar

pengembangan produk yang baik, riset pasar akan kebutuhan dan keinginan

konsumen, pada bauran promosi teori pemasaran merupakan aktivitas komunikasi

utama perusahaan, seluruh bauran pemasaran yang terdiri produk, promosi, harga

dan tempat pasar dikoordinasikan untuk mencapai dampak komunikasi yang besar

dan efektif. Sebagai usaha baru Bale Lombo tidak hanya membutuhkan strategi

pemasaran saja namun memerlukan network yang mampu menghantarkan pesan –

pesan yang terkandung dalam produk agar sampai kepada konsumen. Saat ini

mitra Bale Lombo adalah tour travel, distro serta lembaga atau intansi yang

mengadakan event kedaerahan khas NTB.

Ketersediaan sumber daya produksi menjadi kriteria selanjutnya dengan

bobot 0.202. Produksi memiliki proses yang panjang dan keterkaitan yang tinggi

antar bagian mulai dari prediksi penjualan, desain produk, pencarian bahan baku

hingga pemesanan bahan baku. Berhubungan juga dengan mitra suplier,

memastikan kegiatan produksi dapat tercapai, dalam strategi pengembangan usaha

distro tentunya produk yang ditawarkan konsumen harus sesuai baik dari segi

kualitas, kenyamanan, desain dan sebagainya agar menarik minat dan kepuasan

konsumen. Kriteria terakhir adalah dukungan intansi dengan bobot 0.072,

dukungan intansi dibutuhkan untuk turut berperan dalam pengembangan usaha

dan pembinaan usaha Bale Lombo bercorak etnik NTB yang bertujuan pelestarian

etnik NTB.

Hasil penilaian terhadap alternatif strategi

Pengolahan struktur hirarki utama dilakukan secara horizontal dan vertikal.

Pengolahan horizontal dilakukan untuk mengetahui prioritas strategi dari tiap-tiap

kriteria.. Sedangkan pengolahan vertikal digunakan untuk menyususn prioritas

setiap elemen dalam hirarki terhadap sasaran utama (goal).

Pengolahan horizontal

Hasil pengolahan horizontal diperoleh bobot dari strategi pengembangan

usaha pada hirarki utama untuk masing-masing kriteria, tersaji pada tabel berikut.

50

Tabel 46 Bobot alternatif strategi untuk masing-masing kriteria

Kriteria/Strategi KS KSDK KSDP NP DI

KA

VP

CR

CH

0.187

0.380

0.156

0.276

0.498

0.226

0.115

0.161

0.462

0.208

0.112

0.219

0.085

0,164

0.280

0.471

0.255

0.170

0.299

0.277

Keterangan:KS = KetersediaanSDM; KSDK = Ketersediaan Sumber Daya Keuangan; KSDP = Ketersediaan Sumber Daya Produksi; NP = Network dan Pemasaran; DI = Dukungan Intansi; KA

= Key Activity; VP = Value Propositions; CR = Customer Relationship; CH = Channel.

Pengolahan vertikal

Alternatif pada strategi pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB

yang efektif terdiri dari elemen customer focus pada strategi Business Model

Generation (BMG). Bobot subkriteria untuk mencapai goal dapat dilihat pada

tabel berikut.

Tabel 47 Bobot alternatif strategi

Alternatif Strategi Bobot Urutan

Key Activity (KA)

Value Propositions (VP)

Customer Relationship (CR)

Channel

0.293

0.245

0.180

0.282

1

3

4

2

Hasil pengolahan data, prioritas utama untuk alternatif strategi

pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB dalam BMG yaitu key activity

dengan bobot nilai 0.293. Key activity menggambarkan hal-hal terpenting yang

harus dilakukan perusahaan, usaha Bale Lombo sebagai sebuah usaha baru

membutuhkan aktivitas kunci agar dapat beroperasi dengan sukses, seperti

menciptakan dan memberikan proposisi nilai, menjangkau pasar, mempertahankan

hubungan pelanggan dan memperoleh pendapatan. Aktivitas kunci yang saat ini

dilakukan Bale Lombo adalah meningkatkan kualitas produk dan menciptakan

inovasi produk merchandise khas NTB salah satunya tas fesyen berbalut kain

tenun NTB, menetapkan harga yang sesuai bagi konsumen berdasarkan kondisi

pasar dan biaya produksi yang dikeluarkan, menjangkau pasar yang lebih luas

melalui perluasan mitra dan jaringan serta aktivitas usaha

Prioritas kedua yaitu channel dengan bobot 0.282, melalui optimalisasi

channel usaha baru dapat menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi

bagaimana pelanggan ingin dijangkau, hal ini sangat penting agar proposisi nilai

yang ditawarkan dapat tersampaikan. Channel yang dapat digunakan untuk

menjangkau pelanggan yaitu melalui saluran sendiri (pemasaran secara langsung)

dan melalui mitra atau gabungan dari keduanya. Bale Lombo sendiri

menggabungkan kedua saluran tersebut untuk meraih pasar, seperti optimalisasi

media internet (web dan media sosial), mobile market, pameran, bundling paket

wisata dan sistem reseller guna menarik pembeli dan meningkatkan penjualan

serta menumbuhkan kesadaran, keberadaan produk Bale Lombo dan

mempertahankan loyalitas konsumen dengan konsep AIDDA (Attention, Interest,

Desire, Decision and Action) Dalam hal ini Bale Lombo mengidentifikasi melalui

saluran mana segmen pelanggan ingin dijangkau, bagaimana Bale Lombo

menjangkaunya saat ini dan manakah saluran yang paling efisien dari segi biaya.

Value proposition menjadi alternatif proritas ketiga dengan bobot 0.245,

proposisi nilai yang diterapkan Bale Lombo menggabungkan antara produk dan

51

layanan untuk menciptakan segmen pelanggan yang spesifik. Proposisi nilai yang

dilakukan Bale Lombo adalah berupaya untuk menjadi inovatif dan mewakili

sebuah penawaran baru, meskipun sama dengan penawaran yang sudah ada

dipasar tetapi Bale Lombo menambahkan fitur atau atribut tambahan sebagai

pembeda. Nilai lebih yang Bale Lombo berikan seperti kualitas dan kenyaman

produk, mengusung social preneur melalui pengembangan potensi lokal (seperti

untuk saat ini pengrajin anyaman dan kain tenun NTB), memberikan layanan

purna jual yang solutif kepada pelanggan serta memberikan layanan made by

order dan kesesuaian dengan event di NTB. Customer relationship yang memiliki

bobot 0.182 menjadi alternatif terakhir yang dilakukan Bale Lombo untuk

mencapai tujuan berdasarkan penilaian ahli. Melalui pelayanan yang komunikatif

dan memuaskan, memberikan informasi ter update bagi pelangggan dan

memberikan diskon atau paketan harga bagi konsumen terutama mitra menjadi

strategi CR yang dilakukan Bale Lombo.

Rekomendasi Strategi Kanvas Business Model Generation (BMG)

Hasil penelitian yang telah dilakuan diperoleh sebuah rekomendasi kanvas

BMG baru untuk distro Bale Lombo, yang diharapan dapat membantu DBL untuk

mencapai tujuan usahanya.

Model bisnis Bale Lombo terfokus kepada hubungan pelanggan, inovasi

produk dan manajemen infrastruktur. Persepektif pelanggan dapat menjadi titik

awal untuk membuat model bisnis dengan cara memvisualisai merubah sudut

pandang kita sebagai pelanggan. Penelitian ini difokuskan kepada konsumen Bale

Lombo untuk menciptakan brand Bale Lombo yang efektif sebagai merchandise

khas NTB. Hasil dari penelitian, menunjukan yaitu pada elemen channel dan

customer relationship BMG perlu dilakukan peningkatan strategi.

Implikasi Manajerial

Perumusan strategi pengembangan usaha distro bercorak etnik NTB akan

membantu Bale Lombo mencapai tujuan dengan menghasilkan strategi utama

untuk pengembangan usaha. Implikasi manajerial dalam strategi pengembangan

usaha Distro Bale Lombo berdasarkan strategi Business Model Generation dapat

dirumuskan dalam beberapa langkah strategis berikut :

Gambar 6 Rekomendasi kanvas bisnis Bale Lombo

Pengembangan kreatifitas produk dan

layanan

Inovasi

Produk

dan (Desain &

model)

Marketing

with love

Optimalisasi media promo &pengembangan

mitra

Lebih

ditingkatkan

52

a. Terkait key activity, setiap model bisnis membutuhkan aktifitas kunci yang

menjadi tindakan utama dalam bisnis yang membuat bisnis tersebut berjalan

dengan baik. Dengan menciptakan sebuah inovasi produk yang menjadi

prioritas utama dan perlu dilakukan riset terhadap pasar, melakukan

pengembangan bisnis serta survey konsumen dan juga promosi kepada

konsumen potensial. Selain itu perluasan jaringan atau mitra untuk

memudahkan akses pembelian dan memberikan pelayanan optimal agar

konsumen merasa nyaman dan puas.

b. Terkait value proposition, hal yang bisa dilakukan sebuah usaha untuk

memberikan proposisi nilai kepada pelanggan dapat bersifat kuantitatif

seperti, harga dan kecepatan layanan serta kualitatif desain, harga dan

pengalaman pelanggan. Dengan memberikan pelanggan sebuah pengalaman

terhadap produk dapat menciptakan proposisi nilai seperti ketika pelanggan

membeli produk merchandise khas NTB tidak hanya membeli produknya saja

namun turut serta mengembangkan potensi lokal NTB dan pelestarian etnik

NTB.

c. Terkait customer relationship, tanpa adanya pelanggan tidak mungkin sebuah

usaha akan memperoleh keuntungan dan bertahan lama, agar terus bertahan

hubungan pelanggan perlu diciptakan melalui pemberian bonus atau kegiatan-

kegiatan yang mengarah kepada kepuasn pelanggan seperti cepat tanggap,

ramah ketika melayani, memberikan informasi terhadap produk,

mendengarkan apa yang diinginkan pelanggan dan memberikan pelayanan

consumer priority sehingga pelanggan merasa diperlakukan lebih spesial.

Berdasarkan kepada penilaian konsumen, pendekatan yang dilakukan Bale

Lombo telah sesuai dengan harapan konsumen.

d. Terkait channel, produk ataupun jasa yang ditawarkan kepada konsumen

membutuhkan saluran penghubung untuk menyampaikan produk dan

proposisi nilai kepada konsumen. channel bisa secara langsung yaitu

perusahaan itu sendiri yang memasarkan, ada pula yang menggunakan jasa

mitra sebagai penghubung dan ada yang menggabungkan keduanya. Bale

Lombo menggabungkan kedua saluran tersebut penjualan secara langsung

ataupun membentuk mitra jaringan. Berdasarkan hasil penilaian konsumen

terkait channel yang dilakukan Bale Lombo dirasa kurang sehingga kurang

dikenal brand Bale Lombo, kesulitan dalam memperoleh produk dirasakan

konsumen. Oleh karena itu pengembangan mitra dan kerjasama bundling

paket wisata serta dukungan intansi dapat membantu pengembangan channel

brand distro Bale Lombo.

53

SIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Komponen (blok) dalam BMG terkait usaha DBL terfokus kepada konsumen,

seperti: key activity, value proposition, customer relationship dan channel.

Permasalahan yang dihadapi Bale Lombo adalah, kurangnya masyarakat yang

mengetahui brand Bale Lombo sebagai merchandise khas NTB, selain itu

pemasaran yang belum menyeluruh diseluruh NTB.

2. Penilaian konsumen sebagian besar menyatakan setuju terhadap elemen BMG

customer focus dan dengan nilai persepsi tertinggi berada pada elemen

customer relationship dan terendah pada channel. Hasil tabulasi silang

selanjutnya menyimpulkan profil dengan subtansi dan subtansi dengan

subtansi tidak seluruhnya memiliki hubungan.

3. Elemen penyusunan hirarki utama strategi pengembangan usaha distro yang

efektif terdiri dari kriteria dan alternatif. Alternatif merupakan empat elemen

customer focus BMG, alternatif prioritas dapat dijadikan implementasi strategi

hierarki kedua untuk memperoleh strategi pengembangan yang lebih spesifik.

Hasil penilaian dengan menggunakan metode AHP bahwa rekomendasi untuk

pengembangan usaha Bale Lombo adalah terfokus kepada elemen key activity.

Saran

1. Meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap brand Bale Lombo dan

penilaian persepsi konsumen dapat dijadikan masukan.

2. Mengajak kembali seluruh tim untuk berdiskusi mengenai strategi efektif

untuk pengembangan kedepan, hasil penelitian dapat menjadi masukan. 3. Penelitian selanjutnya dapat menggabungkan dari seluruh elemen BMG,

selain itu dapat menentukan prioritas utama dari hierarki kedua implementasi

strategi BMG customer focus yang telah dibuat.

54

DAFTAR PUSTAKA

Adorno. 1950. The authoritarian personality. New York (NY): Harper & Brothers

Anugerah. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Kecil Kue Kering Jalili Snack

Kecamatan Bogor Timur. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Cooper R dan Pamela S S. 2006. Metode Riset Bisnis Volume ke-2. Jakarta (ID):

PT Media Global Edukasi.

David F. 2009. Manajemen Strategis Konsep. Jakarta (ID): Salemba Empat.

Fewidarto PD. 1996. Analitik Hierarki Proses. Paper Jurusan Teknologi

Pertanian. Bogor (ID): Fakultas Teknologi Pertanian.

Habib R. 2008. Strategi Pengembangan Usaha Minuman Instan Jahe pada CV.

Hanabio, Bogor. [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Kotler. 2009. Edisi 13. Manajemen Pemasaran Jilid 1 Edisi 13. Jakarta (ID):

Erlangga.

Magfiroh N, Marimin. 2010. Aplikasi Teknik Pengambilan Keputusan dalam

Manajemen Rantai Pasok. Bogor (ID): IPB Press.

Ningtias Y. 2009. Strategi Pengembangan Usaha Kecil pada Waroeng Coklat.

[thesis]. Jakarta (ID): Bina Nusantara.

[PPUKM BI]. 2008. Pola Pembiayaan Usaha Kecil Menengah Bank Indonesia

(ID).

Tim PPM Manajemen. 2012. Business Model Canvas. Jakarta (ID): PPM

Osterwalder A. 2012 Business Model Generation. Jakarta (ID): Elex Media

Komputindo.

Saaty TL. 1991. Pengambilan Keputusan Bagi Para Pemimpin (Terjemahan).

Jakarta (ID): PT. Pustaka Binaman Pressindo

Sugianto M. 2010. Mudah Belajar Statistik dengan SPSS 18. Semarang (ID):

Wahana Komputer.

Suwinto. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis.Yogyakarta (ID): Graha

Ilmu.

Umar H. 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama

Undang Undang Republik Indonesia No: 10. 2009. Tentang Kepariwisataan.

Yuldinawati L. 2013. Strategi Pengembangan Inovasi Produk Technopreneurship

melalui BMG pada Batik Geek. [thesis]. Bandung (ID): Universitas

Telkom Bandung.

www.kompas.com. 2013. [diakses 05 April 2013]. Tersedia pada

http://berita.indah.web.id/kompas_bisniskeuangan.

www.lombokkita.com. 2013. [diakses 05 April 2013]. Tersedia pada

http://www.lombokita.com/peristiwa/nasional/indonesia-bisa-jadi-pusat-

fashion-dunia-2025#.UY_P98Upfw8.

55

Lampiran 1 Hasil uji validitas

Key Activity r hitung Keterangan

KA1

KA2

KA3

KA4

KA5

KA6

KA7

KA8

KA9

KA10

0.728

0.810

0.814

0.714

0.783

0.809

0.849

0.751

0.794

0.665

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Value Proposition

VP1

VP2

VP3

VP4

VP5

VP6

VP7

VP8

0.641

0.804

0.751

0.679

0.748

0.793

0.768

0.707

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Customer Relationship

CR1

CR2

CR3

CR4

CR5

CR6

CR7

CR8

CR9

0.541

0.596

0.593

0.594

0.557

0.597

0.891

0.899

0.900

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Channel

CH1

CH2

CH3

CH4

CH5

CH6

CH7

0.591

0.615

0.629

0.700

0.427

0.840

0.636

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

Valid

56

Lampiran 2 Uji reabilitas

Reliability Statistics

Cronbach's Alpha N of Items

0.935 34

Indikator Scale Mean if

Item Deleted

Scale Variance

if Item Deleted

Corrected

Item-Total

Correlation

Cronbach's Alpha

if Item Deleted

KA1 120.960 262.665 0.631 0.933

KA2 121.000 261.583 0.672 0.933

KA3 121.060 260.392 0.733 0.932

KA4 121.160 262.556 0.767 0.932

KA5 121.020 262.104 0.694 0.933

KA6 121.000 261.917 0.729 0.932

KA7 121.200 260.416 0.789 0.932

KA8 121.200 261.957 0.674 0.933

KA9 121.350 261.148 0.693 0.932

KA10 121.290 263.333 0.481 0.934

VP1 120.960 267.040 0.449 0.934

VP2 120.980 262.020 0.710 0.932

VP3 121.270 264.532 0.649 0.933

VP4 121.180 266.278 0.579 0.934

VP5 121.040 260.707 0.781 0.932

VP6 121.240 261.647 0.833 0.932

VP7 121.200 262.791 0.553 0.933

VP8 121.470 263.754 0.535 0.934

CR1 121.160 264.931 0.558 0.934

CR2 121.140 260.292 0.770 0.932

CR3 121.080 262.410 0.652 0.933

CR4 121.060 259.309 0.718 0.932

CR5 121.120 261.901 0.673 0.933

CR6 120.880 261.485 0.720 0.932

CR7 124.140 242.875 0.563 0.936

CR8 124.020 241.187 0.541 0.938

CR9 124.040 241.790 0.540 0.938

CH1 121.140 255.792 0.639 0.932

CH2 121.470 269.546 0.250 0.936

CH3 121.570 269.042 0.216 0.937

CH4 122.270 269.741 0.250 0.936

CH5 121.370 272.112 0.135 0.938

CH6 121.390 259.242 0.675 0.932

CH7 121.270 262.991 0.519 0.934

57

Lampiran 3 Indikator penilaian konsumen

Indikator RR (1) S (2) SS (3) total Modus Skor

Penilaian Kriteria

KA1 7 28 16 51 2 2.1765 Setuju

KA2 6 31 14 51 2 2.1569 Setuju

KA3 7 32 12 51 2 2.0980 Setuju

KA4 8 36 7 51 2 1.9804 Setuju

KA5 7 31 13 51 2 2.1176 Setuju

KA6 4 34 13 51 2 2.1765 Setuju

KA7 9 34 8 51 2 1.9804 Setuju

KA8 13 28 10 51 2 1.9412 Setuju

KA9 18 25 8 51 2 1.8039 Setuju

KA10 19 19 13 51 2 1.8824 Setuju Key Activity 2.0314 setuju(

VP1 4 32 15 51 2 2.2157 Setuju

VP2 6 31 14 51 2 2.1569 Setuju

VP3 9 38 4 51 2 1.9020 Setuju

VP4 6 40 5 51 2 1.9804 Setuju

VP5 8 30 13 51 2 2.0980 Setuju

VP6 11 35 5 51 2 1.8824 Setuju

VP7 14 26 11 51 2 1.9412 Setuju

VP8 18 29 4 51 2 1.7255 Setuju Value

Propositions 1.9877 Setuju

CR1 8 34 9 51 2 2.0196 Setuju

CR2 11 30 10 51 2 1.9804 Setuju

CR3 8 32 11 51 2 2.0588 Setuju

CR4 6 33 12 51 2 2.1176 Setuju

CR5 9 32 10 51 2 2.0196 Setuju

CR6 5 28 18 51 2 2.2549 Setuju

CR7 4 6 3 13 2 1.9231 Setuju

CR8 0 10 3 13 2 2.2308 Setuju

CR9 1 9 3 13 2 2.1538 Setuju

Customer Relationship

2.0843

Setuju

CH1 9 26 16 51 2 2.1373 Setuju

CH2 14 33 4 51 2 1.8039 Setuju

CH3 20 23 8 51 2 1.7647 Setuju

CH4 40 10 1 51 1 1.2353 Ragu – ragu

CH5 11 33 7 51 2 1.9216 Setuju

CH6 19 24 8 51 2 1.7843 Setuju

CH7 12 30 9 51 2 1.9412 Setuju

Channel 1.7983 Setuju

58

Lampiran 4 Rekapitulasi hasil tabulasi silang

NNo

Profile

SubstansiCustomer Focus

Key Activity Value Proposition Customer Relationship Channel

Produk Pelayanan Harga Desain NilaiTambah Diskon/Bonus Kepuasan Pelanggan

Lokasi Media Promosi

1 JenisKelamin TS ** - TS ** * TS * TS

2 Penduduk NTB dan Non NTB ** * TS TS TS TS TS * TS

3 Lama Tinggal di NTB ** TS TS ** - TS TS TS -

4 Usia TS TS TS TS TS TS TS - TS

5 Pengeluaran TS TS TS TS - TS TS TS -

6 Tujuan ke NTB TS TS - - TS TS TS TS TS

7 Rencana di NTB ** TS TS TS ** TS TS * -

8 Frekuensi kunjungan TS TS TS TS TS TS TS TS -

No

Substansi

SubstansiCustomer Focus

Key Activity Value Proposition Customer Relationship Channel

Produk Pelayanan Harga Desain NilaiTambah Diskon/Bonus KepuasanPelanggan Lokasi Media

Promosi

1 Key Activity

Produk * * * * * * *

Pelayanan * - * - * - -

2.

Value Proposition

Harga TS TS - * ** TS

Desain - TS - * ** TS

NilaiTambah * * - TS

3 Customer Relathionship

Diskon/Bonus TS * TS

KepuasanPelanggan * *

4 Channel Lokasi

Media Promosi

Keterangan * Siginifikan pada taraf 5% TS Tidak signifikan *

* Signifikan pada taraf 10% - Tidak di uji

59

Lampiran 5 Hirarki utama strategi pengembangan usaha DBL

Keterangan :

KA : Key Activities

VP : Value Propositions

CR : Customer Relationship

Ch : Channel

KA (0.293)

VP (0.245)

CR (0.180) Ch (0.282)

Strategi Pengembangan Distro Bale Lombo yang

Efektif “Menumbuhkan Brand Awarness Bale Lombo

Sebagai Merchandise khas NTB”

Ketersediaan

SDM

(0.238)

Ketersediaan Sumber

Daya Keuangan

(0.253)

Dukungan Intansi

(0.072)

Network dan

Pemasaran

(0.235)

Ketersediaan Sumber

Daya Produksi

(0.202)

Kriteria

a

Alternatif

60

Lampiran 6 Hirarki kedua strategi pengembangan usaha DBL

Implementasi Strategi Key Activity

Kompetensi SDM Inovasi Produk Jangkauan Pasar Penetapan Harga Aktivitas usaha

Pengembangan Kreatifitas

dan Meningkatkan

Kualitas Layanan

Perluasan Mitra dan

Jaringan Meningkatkan Kualitas Produk

dan Kuantitas Produksi

Kriteria

Alternatif

Kriteria

Alternatif

Implementasi Strategi Value Propositions

Kualitas dan

Kenyaman Produk

Social

Entrepreneur Bonus

Merchandise

Layanan Purna

Jual Made by Order

Pengembangan Potensi

Lokal

Penggabungan Kedua

Pengembangan

Pengembangan Desain dan Model

61

Lanjutan Hierarki kedua strategi pengembangan usaha DBL

Keberlanjutan Hubungan Kerjasama

Implementasi Strategi Channel

Jangkauan Produk Kemudahan Akses

Pengembangan Mitra

(Reseller, Distributor)

Optimalisasi Media

Promosi

Bundling Paket Wisata &

Bekerjasama dengan

Intansi Pemerintah NTB

Kriteria

Alternatif

Kriteria

Alternatif

Implementasi Strategi Customer Relationship

Komunikatif dan

Memuaskan

Informasi produk

ter update

Diskon dan Paketan

Harga

Consumer Priority

Menerapkan Komunikasi

Pemasaran

62

62

Lampiran 7 Hasil pengolahan AHP

Rekapitulasi Hasil Perhitungan Rasio Konsistensi

Pakar Rasio Konsistensi Hirarki Utama

KS KSDK KSDP NP DI Goal

1 0.08 0.07 0.02 0.06 0.00 0.04

2 0.02 0.01 0.03 0.09 0.05 0.03

3 0.03 0.06 0.04 0.04 0.05 0.04

4 0.04 0.01 0.07 0.06 0.01 0.05

5 0.05 0.03 0.04 0.00 0.03 0.06

6 0.01 0.07 0.04 0.01 0.06 0.05

KS KSDK KSDP NP DI Goal

Gabungan 0.01 0.00 0.01 0.00 0.01 0.01

Bobot Kriteria Terhadap Goal

Bobot Alternatif

63

Penjualan produk Bale Lombo di tempat wisata dan Bandara

Internasional Lombo

Mitra Bale Lombo, Pengrajin kain tenun dan anyaman

Salah satu media promosi Bale Lombo

Display produk Bale Lombo

Lampiran 8 Produk Bale Lombo

64

Lampiran 9 Rencana pengumpulan data terkait dengan tujuan penelitian

N

No Tujuan Data yang Dibutuhkan

Metode

Pengumpulan Data

Metode

Analisi Data

1

1

.

Mengidentifikasi

unsur komponen

(blok) dalam

Business Model

Generation (BMG)

terkait usaha distro

Bale Lombo

Gambaran usaha DBL

Data penjualan DBL

Data konsumen DBL

Media promosi DBL

Data industry kreatif

NTB

Wawancara, studi

literatur dan

dokumentasi

BMG

2

2

3

3

3.

Menetapkan

komponen utama

BMG customer

focus yang perlu

mendapatkan

perhatian untuk

peningkatan usaha

Merekomendasi

strategi pengembangan

komponen utama

BMG customer

focus

Profil konsumen DBL

Penilaian konsumen

terkait BMG

Pendapat Ahli, yaitu :

pemilik usaha, Dinas Perindustrian NTB dan

mitra DBL

Hasil penilaian

struktur dari pakar

Kuesioner dan

Wawancara

Kaji literature dan

pendapat pakar

Cross tab

dengan

menggunakan

chi-square

AHP

3

65

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Wahyuni Fitri Herawati, lahir di Rumah Sakit PMI

Bogor, pada tanggal 06 Mei 1989. Anak pertama dari pasangan Wahyudi dan Siti

Masitoh. Memiliki seorang adik perempuan bernama Wahyuni Dwi Wijayanti

yang sedang menjalankan studi di Universitas Padjajaran Bandung, jurusan ilmu

perikanan.

Pada tahun 2007 penulis lulus dari SMA Negri 1 Cibadak-Sukabumi dan

pada tahun yang sama penulis lulus dari seleksi masuk melalui jalur PPKA di

Akademi Pimpinan Perusahaan, Kementerian Perindustrian RI. Lulus diploma

penulis sempat bekerja dan pada tahun 2011 penulis melanjutkan S1 Program

Sarjana Alih Jenis Manajemen, Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan

Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Selama mengikuti perkuliahan, penulis juga aktif mengikuti organisasi

kemahasiswaan di kampus sebagai kepala departemen KOMINFO Executive of

Management tahun 2012-2013. Bulan Maret-Juni 2013 penulis melaksanakan

penelitian di distro Bale Lombo dengan judul Strategi Pengembangan Usaha

Distro Bercorak Etnik NTB Melalui Penerapan Business Model Generation.