strategi pengembangan peternakan ayam ras pedaging dengan ... · analisis data secara kualitatif...
TRANSCRIPT
3~~)f Z/2rfbb STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN
AYAM RAS PEOAGING OENGAN MENINGKATKAN
PENOAPATAN PETERNAK MELALUI KEMITRAAN
01 KOTA PEKANBARU
OLEH:
NOVIAN
SEKOLAH PASCASARJANA !NSTITUT PERTANIAN BOGaR
BOG OR 2006
PERNYAT AAN MENGENAI TUGAS AKHIR DAN SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tugas akhir Strategi Pengembangan Peternakan Ayam Ras Pedaging dengan Meningkatkan Pendapatan Peternak melalui Kemitraan di Kota Pekanbaru adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tugas akhir ini.
Bogor, Januari 2006
Novian NIM A. 153024565
ABSTRAK
NOVIAN. Strategi Pengembangan Peternakan Ayam Ras Pedaging Oengan Meningkatkan Pendapatan Peternak Melalui Kemitraan Oi Kota Pekanbaru. Oibimbing oleh YUSMAN SYAUKAT sebagai ketua dan HARIANTO sebagai anggota komisi.
Peternakan ayam ras pedaging di Kota Pekanbaru merupakan salah satu usaha sektor pertanian sub sektor petemakan yang berkembang dengan baik. Model Kemitraan merupakan pili han peternakan dalam mengembangkan usahanya. Penelitian ini mencoba memberikan alternatif pilihan model kemitraan dan kriterianya yang menguntungkan bagi peternak dengan skala usaha yang berbeda.
Penelitian ini menggunakan metode sensus pad a plasma dan simple random sampling pada mitra, dengan mengelompokan peternak berdasarkan skala usaha yang ada. Analisis data secara kualitatif dan kuantitatif dengan menggunakan komputer software excel. Perancangan program menggunakan metode Logical Framework Approach ..
Berbagai faktor yang menyebabkan peternak dan pengusaha terikat dalam model kemitraan, peternak mitra didorong oleh: 1) Pinjaman modal usaha, 2) Bimbingan usaha, 3) Jaminan pemasaran, 4) Sistem manajemen, dan 5) Sistem pembagian hasil. Sedangkan bagi perusahaan yang menyebabkan terikat dengan model kemitraan ini antara lain: 1) Pendapatan perusahaan, 2) Kelancaran usaha, 3) Menjaga nama perusahaan, dan 4) Mendukung peraturan pemerintah.
Secara keseluruhan terhadap model-model yang ada dilihat dari implementasi dan pendapatan peternak, itidak layak dilaksanakan karena berpotensi merugikan peternak. Model yang tepat dilaksanakan adalah ModeJ Kemitraan Subkontrak dalam organisasi "Gabungan Petemak Ayam Ras Pedaging". Oiperlukan intervensi kebijakan pemerintah agar dapat menjembatani agar model terbaik dapat diperoleh sehingga peternak dan perusahaan mitra akan saling menguntungkan, dan perkembangan usaha peternakan ayam ras pedaging di Kota Pekanbaru dapat ditingkatkan.
© Hak Cipta milik Novian, Tahun 2006 Hak Cipta dilindungi
Dilarang mengutip dan memperbanyak sebagian atau se/uruhnya da/am bentuk apapun, baik cetak, mikrofi/m, dan sebagainya tanpa izin tertu/is dari /nstitut Pertanian Bogar.
STRATEGI PENGEMBANGAN PETERNAKAN
AYAM RAS PEOAGING OENGAN MENINGKATKAN
PENOAPATAN PETERNAK MELAlUI KEMITRAAN
01 KOTA PEKANBARU
NOVIAN
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Profesional pada Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
SEKOLAHPASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGaR
2006
Judul Tugas Akhir Strategi Pengembangan P.eternakan Ayam Ras Pedaging Dengan Meningkatkan Perldapatan Peternak Mejalui Kemitraan Di Kota Pekanbaru
Nama
NiM
NOVIAN
: A.153024565
Menyetujui,
1. Komisi Pembimbing
Dr.lr. Yusman Syaukat, M.Ec. Ketua
Mengetahui,
2. Ketua Program Studi Manajemen Pembangunan Daerah
Dr.lr. Yusman Syaukat. M.Ec.
Tanggal Ujian : 24 Januari 2006 Tanggal Lulus: _O_7_F_E_B_20_06_
RIWAYAT HIDUP
Novian, dilahirkan di Kota Bukittinggi Provinsi Sumatera Barat pada tanggal
7 Nopember 1971, sebagai anak kedua dari lima bersaudara. Ayah bernama
Prof.lr.H.Fachruddin Usman dan ibu bernama Hj.Afsah.
Penulis memulai pendidikan dari kelas dua Sekolah Dasar pada tahun 1979.
Pada tahun 1984 penulis memasuki pendidikan SL TP dan pada tahun 1987
memasuki pendidikan SL T A.
Pendidikan Tinggi dimulai pad a tahun 1990 dan menamatkannya pad a tahun
1997 -eli Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Riau Pekanbaru.
Memperoleh Ijazah Persamaan Akuntan Negara pada tahun 1998 dengan Register
Akuntan Negara Nomor D-19.964. Pad a tahun 2003/2004 berkesempatan mengikuti
pendidikan Magister di Institut Pertanian Bogor pada Program Studi Manajemen
Pembangunan Daerah (MPD) dengan beasiswa dari Program Studi MPD Institut
Pertanian Bogor.
Penulis beke~a pada bidang pendidikan sebagai Dosen Luar biasa di
Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Riau Pekanbaru sejak tahun
ajaran 2001/2002. Selain itu juga mengajar pada beberapa Perguruan Tinggi
Swasta di Kota Pekanbaru. Pada April 2005 dipercaya sebagai Direktur Administrasi
dan Keuangan pada PT Rumbai Jaya dan pada Desember 2005, bersama Dosen
Dosen di Fakultas Pertanian Universitas Riau, mendirikan usaha konsultan
pertanian (saat ini masih dalam pengurusan izin) dan dipercaya sebagai Direktur
Utama.
PRAKATA
Pertama-tama Puji dan Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,
karena atas kehendak dan izin-Nya jualah penulis dapat menyelesaikan Kajian
Pembangunan Daerah ini dengan judul "Strategi Pengembangan Petemakan
Ayam Ras Pedaging Oengan Meningkatkan Pendapatan Petemak Melalui
Kemitraan Oi Kota Pekanbaru".
Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr.lr.Yusman Syaukat, M.Ec.
selaku Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr.lr.Harianto, MS selaku Anggota
Komisi Pembimbing, dalam penyelesaian Kajian Pembangunan Daerah ini, yang
telah banyak memberikan konsep dan masukan. Ucapan terimakasih juga
penulis sampaikan kepada Ketua Program Studi, Dosen-Dosen, dan teman
ternan di Program Magister Manajemen Pembangunan Daerah Institut Pertanian
Bogor Kelas Pekanbaru Angkatan II, serta semua pihak yang telah membantu
penyelesaian Kajian Pembangunan daerah ini.
Ucapan serupa juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta
terutama Ayahanda Prof.lr.H.Fachruddin Usman, Ibunda Hj. Afsah (Aim),
Kakanda Gusnita, S.Si.,Apt dan keluarga, Adinda Sri Yoseva, SP,MP dan
keluarga, Muharnes; SH., dan Jonny Fachruddin, SE yang telah banyak i
memberikan dorongan dalam penyelesaian studi ini.
Semoga tulisan kecil ini dapat memberikan manfaat untuk kita semua.
Bogor, Januari 2006
Hormat Penulis,
DAFTAR lSI
Halaman
PRAKATA ...................................................................................................... . DAFTAR lSI .................................................................................................... ii DAFTAR TABEL .......................................................................... ,. ..... ............ iv DAFTAR GAM BAR ........... ........ ................. ...... ................. ....... ....... ....... ........ vi DAFTAR LAMPIRAN ......... ................................ ........ ......... ........... ..... ............ vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang ........................................................................... 1
1.2. Perumusan Masalah ..................................... '" ..... ................. .... 7
1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian ......... ..................... ........ .... ..... ...... .... 10 1.3.1. Tujuan Kajian .................................................................. 10 1.3.2. Manfaat Kajian ............... ....... ...... ....... ......... ............. ....... 10
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Peternakan ....................... , ............. , ........ ...... .... 12
2.2. Kemitraan Peternakan Ayam Ras pedaging ........ ... ....... .... ....... 15
2.3. Keuntungan Peternak dalam Kemitraan .... ........... ........ ... .......... 25
III. METODOLOGI KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran ............................................. i............. ...... ...... 30
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian ............................................................... 34
3.3. Metode Penelitian .......................................................................... 34 3.3.1. Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling ......................... 34 3.3.2. Metode Pengumpulan Data ............... ... ..... ................. ...... 35 3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data ............................. 36
3.4. Metode Perancangan Program ....... ....... ....... ......... ........... ...... ... ... 41
IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian ...... .... ....... ... ............ ......... ..... 43 4.1.1. Keadaan Penduduk ........................................................... 44 4.1.2. Prasarana dan Sarana ................................................ ,. .... 46
4.2. Populasi dan Perkembangan Ternak di Kota Pekanbaru . ..... ...... 49
4.3. Karakteristik Responden .................................... ........................... 51 4.3.1. Umur.. ..... ............... ........... ...................... ..... .......... .... ... ..... 52 4.3.2. Tingkat Pendidikan Responden .......... ........................ ..... 53 4.3.3. Pengalaman Beternak dan Bermitra ................................. 54 4.3.4. Jenis Pekerjaan Pada Usaha Peternakan Ayam Ras
Pedaging ........................................................................... 56
ii
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Identifikasi dan Evaluasi Model-Model Kemitraan di Kota Pekanbaru ..................................................................................... 58 5.1.1. Implementasi Pola PT Charoen Phokpand . .......... ........ ... 58 5.1.2. Implementasi Pol a PT Confeed ........................................ 60 5.1.3. Implementasi Pola Ramah Tamah Indah ......................... 62 5.1.4. Implementasi Pola Makmur Jaya PS ........... ... .................. 64 5.1.5. Sentuk dan lsi Surat Perjanjian ......................... ......... ....... 66 5.1.6. Evaluasi Terhadap lsi Surat Perjanjian ......... , ...... , ............ 70
5.2. Analisis Tingkat Keberhasilan Usaha dan Pendapatan ........... .... 76 5.2.1. Analisis Siaya Per Satuan Hasil ........................ ....... ......... 77 5.2.2. Analisis Pendapatan .... ......................................... ............. 80 5.2.3. Analisis Efisiensi Penerimaan, Pendapatan dan
Siaya .................................................................................. 83
VI RANCAGAN PROGRAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING 01 KOTA PEKANBARU
6.1. Visi dan Misi Kota Pekanbaru ......... ...................... ..... ...... ............. 87 E?1.1. Visi Kota Pekanbaru . ..... .... ................ .......... ...... ............... 87 6.1.2. Misi Kota Pekanbaru ......................................................... 87
6.2. Identifikasi Masalah ......... ,. .......... .................................................. 88 6.2.1. Modal Usaha ............. ..... ..... ............... ............ .... ............... 88 6.2.2. Pascapanen. ..... .... .......... .............................. ...... ..... .......... 89 6.2.3. Harga Sapronak dan Hasil Produksi ................................. 90
6.3. Strategi Pengembangan Peternakan Ayam Ras Pedaging Melalui Kemitraan .... ,............... ........... .... ........ ... ............................ 90 6.3.1. Faktor Pendotong Kemitraan Ayam Ras Pedaging ......... 90 6.3.2. Kemitraan Sebagai Alternatif Pemberdayaan
Ekonomi Kerakyatan ............... .......................................... 97
6.4. Perancangan Program Pengembangan Petemakan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru ........ ......................................... 100
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan .................................................. ............................... 107
7.2. Saran-saran ................................................................................ 108
DAFTAR PUSTAKA ........................................................... ............................ 111
LAMPIRAN
iii
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Populasi Dari Sam pel Penelitian............................................................. 35
2. Matrik SWOT Strategi Penerapan Model Kemitraan Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru . ... ................. ......... .............. ... 41
3. Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Dirinci Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2003 . .... ..... ............ ... ... ..... .............. .... 44
4. Jumlah Penduduk Produktif Kota Pekanbaru Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2003 .............................................. 45
5. Perbandingan Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kota Pekanbaru Tahun 2003 .......................................................................... 45
6. Sarana Pendidikan di Daerah Penelitian Tahun 2003 .......................... 48
7. Fasilitas Sarana Kesehatan di Kota Pekanbaru tahun 2003................. 49
8. Jumlah Produksi, Potensi dan Pemanfaatan Daging Dari Berbagai Jenis Ternak di Kota Pekanbaru Tahun 2003 ....................................... 50
9. Potensi Luas Lahan dan Peluang Peternakan di Kota Pekanbaru Tahun 2003 ............................................................................................ 51
10. Distribusi Umur Responden .................................................................. .
11. Tingkat dan Lamanya Pendidikan Responden ..................................... .
12. Pengalaman Responden Dalam Beternak dan Bermitra ..................... .
13. Distribusi Peternak Plasma Menurut Status Usaha Ternak Unggas
14. Deskripsi Implementasi Perjanjian Model Kemitraan Charoen Pokphand .............................................................................................. .
15. Deskripsi Implementasi Perjanjian Model Kemitraan Confeed ............ .
16. Deskripsi Implementasi Persyaratan Model Kemitraan RTI ................. .
17. Deskripsi Implementasi Persyaratan Model Kemitraan Makmur Jaya ....................................................................................................... .
18. Perbedaan Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti dan Peternak Mitra Pad a 4 Model Kemitraan di Kota Pekanbaru .............................. .
19. Matrik Perbandingan Implementasi ke-4 Model Kemitraan Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru ........................... .
20. Komposisi Rata-Rata Biaya Peternak Dalam Satu Periode Pacta Pola Kemitraan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru Tahun 2005 .................................................................................................. .
iv
52
53
55
56
60
62
63
66
69
71
77
21. Rataan Biaya Peternak Per Satuan Hasil Budidaya Ternak Ayam Ras Pedaging Dalam Satu Periode Pada Model Kemitraan di Pekanbaru Tahun 2005 ................................ ........................ .................. 78
22. Rataan Penerimaan Pemeliharaan, Penerimaan Kotoran dan Penerimaan Insentif Serta Total Penerimaan Dalam Satu Periode Produksi Tahun 2005 ............................................................................. 81
23. Perhitungan Rataan Efisiensi Penerimaan, Pendapatan dan Biaya Dalam Satu Periode Produksi Tahun 2005 .. .................... .......... ........... 84
24. Faktor-Faktor Pendorong Perusahaan Inti Membuat Model Kemitraan di Kota Pekanbaru ........ .............. .......................... ................ 91
25. Faktor Pendorong Peternak Ikut Dalam Model Kemitraan di Kota Pekanbaru .............................................................................................. 94
26. Alasan Peternak Ikut Kemitraan ............................................................ 98
27. Matriks Perencanaan Proyek Pembentukan Asosiasi Peternakan Unggas di kota Pekanbaru ..................................................................... 102
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar
Halaman
1. Konsep Pengembangan Pola Inti Rakyat ....... ..... ..... ...... ............ ............. 23
2. Bagan Alir Kerangka Pikir Strategi Pengembangan Peternakan Ayam Ras Pedaging Melalui Model Kemitraan di Kota Pekanbaru .. ...... 33
3. Diagram Bagan Alir Masalah, Strategi dan Kegiatan Meningkatkan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging, dalam Pembentukan Gabungan Peternak Unggas dengan Model Kemitraan Subkontrak ... ... 99
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Daftar Kuisioner ........................................................................................ 113
2. Identitas Peternak Sampel Pada ke-4 Model Kemitraan ......................... 120
3. Biaya Produksi Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Model Kemitraan RTI .. .... ............. .... ................ ............................... ..................... 121
4. Biaya Produksi Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Model Kemitraan Makmur Jaya ........................................................................... 122
5. Biaya Produksi Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Model Kemitraan PT Confeed ............................................................................. 123
6. Biaya Produksi Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Model Kemitraan Charoen Pokphand ...... ........................................................... 124
7. Rataan Biaya Produksi ............................................................................. 125
8. Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Model Kemitraan RTI ......... 126
9. Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Model Kemitraan Makmur Jaya ............................................................................................ 127
10. Pendapatan Peternak Ayaril Ras Pedaging Model Kemitraan PT Confeed ..................................................................................................... 128
11. Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Model Kett1itraan PT Charoen Pokphand ................................................................................... 129
12. Rataan Peternak Ayam Ras Pedaging Model Kemitraan ............... ......... 130
13. Rataan Pemeliharaan Berat Hidup per Ekor, Jumlah Produksi dan Rataan IP per Skala Produksi .................................................................. 131
14. Komponen Rataan Biaya Produksi Pada Saat Pemeliharaan ................. 132
15. Rataan Pendapatan Total per Satuan Hasil Pada Model Kemitraan ...... 133
16. Penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan Serta RIC Rasio ................ 134
vii
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pembangunan pada dasamya merupakan kebutuhan bagi setiap
masyarakat, bangsa dan negara, karena pembangunan tersebut mengandung
makna sebagai suatu perubahan keadaan menjadi yang lebih baik dari
sebelumnya. Perubahan-perubahan dimaksud, meliputi perubahan ekonomi,
politik, sosial, budaya dan perubahan-perubahan bidang kehidupan masyarakat
lainnya. Siagian (1989) mengemukakan bahwa pembangunan adalah suatu
usaha atau rangkaian usaha pertumbuhan dan perubahan berencana yang
dilakukan secara sadar oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah, menuju
modemitas dalam rangka pembinaan bangsa.
Provinsi Riau berdasarkan pada Visi Pembangunan Provinsi,
berkeinginan untuk terwujudnya Provinsi Riau sebagai pusat perekonomian dan
kebudayaan melayu dalam lingkungan masyarakat yang agamis, sejahtera lahir
dan bathin, di Asia Tenggara tahun 2020. Hal ini mengingat dukungan sumber
daya alam dan letak geografisnya yang sangat strategis. Untuk mengantisipasi
berbagai kendala yang dihadapi, pemerintah Provinsi Riau menetapkan "Lima
Pilar Pembangunan" yang diharapkan mampu menjadi pemicu berkembangnya
Provinsi Riau menjadi tujuan investasi, diantaranya membangkitkan ekonomi
yang berbasis kerakyatan dan ditujukan bagi usaha kecil dan menengah (UKM),
Peternakan merupakan subsektor pertanian yang pengembangannya
mendapat perhatian khusus dari pemerintah. Perkembangan tersebut diperlukan
mengingat ternak dianggap sebagsi salah satu sarana untuk meningkatkan
pendapatan peternak kecil dan meningkatkan atau membuka lapangan kerja.
1
2
Menurut Saragih (2001), masalah mencukupi kebutuhan protein hewani
dalam menu makanan rakyat masih perlu mendapatkan perhatian yang serius,
karena sebagian besar masyarakat, terutama penduduk pedesaan masih
menderita kekurangan gizi. Untuk itu perlu langkah-Iangkah dari pemerintah,
yaitu untuk mengembangkan peternakan khususnya unggas, pad a tingkat
masyarakat.
Berdasarkan data Dinas Peternakan tahun 2003, dapat diketahui bahwa
35% dari total hasil daging yang diproduksi oleh Provinsi Riau pad a tahun 1998
berasal dari ayam ras pedaging dan menunjukkan peningkatan pada tahun-tahun
berikutnya. Pada tahun 1999 dan 2000 hasil daging dari ayam ras pedaging
selalu menempati proporsi terbesar dari produksi daging Provinsi Riau secara
keseluruhan (46% dan 38%). Dengan demikian ternak ayam ras pedaging
merupakan sumber yang paling besar memberikan kontribusi terhadap
penyediaan daging di Provinsi Riau dan dapat diartikan pula bahwa temak ayam
ras pedaging mempunyai kedudukan sangat pentin'g dalam pengembangan
peternakan di Provinsi Riau. Untuk Kota Pekanbaru, menurut data Dinas
Peternakan Kota Pekanbaru, pad a tahun 2003 produksi ayam ras pedaging
mencapai 70,84% sedangkan produksi sapi potong hanya 11,76% dari total
produksi daging berbagai hewan ternak. Sebagai gambaran pada tahun 2001
jumlah produksi daging di Kota Pekanbaru be~umlah 9.662.246 kg, pada tahun
2002 berjumlah 9.927.468 kg dan tahun 2003 berjumlah 10.379.900 Kg. Dari
data ini menunjukan bahwa produksi daging mengalami peningkatan sebesar
2,74% dari tahun 2001 ke tahun 2002 dan sebesar 4,56% dari tahun 2002 ke
tahun 2003. Jumlah produksi daging tersebut terdiri dari: sapi potong 1.235.112
kg, keibau 394.685 kg, kambing 63.467 kg, babi 172.245 kg, ayam ras petelur
151.000 kg, ayam ras pedaging 7.288.141 kg, ayam buras 765.250 kg, itik
3
310.000 kg. Sedangkan populasi temak di Kota Pekanbaru tahun 2002 adalah
9.677.955 ekor, yang terdiri dari sapi 2.349 ekor, kambing 3.132 ekor, kerbau
1.614 ekor, babi 8.121 ekor, ayam ras petelur 129.000 ekor, ayam ras pedaging
9.000.800 ekor, ayam buras 497.675 ekor dan itik 35.264 ekor (Dinas
Petemakan Kota Pekanbaru, 2003).
Berdasarkan data tersebut, maka Provinsi Riau pada umumnya dan Kota
Pekanbaru pada khususnya, sangat berpeluang untuk mengembangkan
komoditas petemakan, terutama sapi potong dan ayam ras pedaging. Apabila
melihat kontribusi terhadap penyediaan daging, maka sudah selayaknya
komoditas temak unggas menjadi komoditas andalan dalam pengembangan
usaha petemakan di masa mendatang.
Budidaya ayam ras pedaging merupakan salah satu upaya yang dapat
dilakukan oleh pemerintah untuk mendorong pertumbuhan ekonomi rakyat, baik
sebagai petemak maupun pedagang yang merupakan salah satu bagian dari
sektor pertanian. Hal ini karena budidaya ayam ras pedaging dimaksudkan
untuk memenuhi kebutuhan daging dalam negeri yang cendrung mengalami
peningkatan dari tahun ketahun.
Data Dinas Petemakan Provinsi Riau Tahun 200d menyatakan Provinsi
Riau memllUtuhkan daging untuk protein hewani sebanyak 42.634 ton per tahun
dengan asumsi tingkat kebutuhan daging sebesar 1 b, 1 kg/kapita/th. Hal ini
didasarkan pada jumlah penduduk Provinsi Riau pad a tahun 1999 sebanyak
4.221.078 jiwa, rata-rata kepadatan penduduk 49,29 jiwa setiap km2 dan laju
pertumbuhan 1,77% per tahun. Dari total kebutuhan tersebut produksi Provinsi
Riau baru mampu mencukupi sekitar 30%, sedangkan sisanya 70% didatangkan
dari luar Provinsi Riau (Mulva, 2001).
4
Perkembangan jumlah produksi daging ayam ras pedaging di Kota
Pekanbaru dari tahun ke tahun mengalami peningkatan selama kurun waktu
1998-2003. Menurut data Dinas Peterna!<an Provinsi Riau (2004), pada tahun
1998 produksi daging ayam ras pedaging di Kota Pekanbaru sebesar 4.878.347
ekor dan meningkat menjadi 7.439.141 ekor pada tahun 2004 atau mengalami
peningkatan sebesar 52,49%. Kenaikan produksi tersebut menunjukkan
tingginya permintaan konsumen akan ayam ras pedaging di Kota Pekanbaru.
Dengan meningkatnya permintaan konsumen akan ayam ras pedaging
berarti masih terbuka kesempatan bagi peternak untuk berusaha kembali di
bidang peternakan ayam ras pedaging yang sempat lesu mengingat sejak
pertengahan tahun 1997 Indonesia mengalami krisis moneter, yang
mengakibatkan banyak peternak gulung tikar. Untuk mengatasi masalah ini,
beberapa peternak mencoba membuat pakan sendiri dari bahan-bahan yang
dapat ditemui secara lokal, namun hal ini tidak banyak membantu.
Rakorbang Provinsi Riau Bidang Peternakan pad a tahun 2000
menyimpulkan bahwa kecilnya produksi hasil peternakan ini disebabkan oleh
beberapa hal. Untuk mengatasi masalah tersebut maka rakorbang memutuskan
beberapa strategi pemecahan masalah dalam "6 Pilihan Strategi Pembangunan
Petemakan Provinsi Riau". Dari 6 pilihan strategi pembangunan petemakan
Provinsi Riau yang ditawarkan terse but, salah satunya yang telah dilaksanakan
adalah pengembangan kemitraan yang luas dan saling menguntungkan.
Model kemitraan ditetapkan sebagai kebijakan pemerintah untuk
pel1gembangan semua subsektor pertanian. Secara umum ada tiga hal penting
yang terkandung dalam konsep model kemitraan, yaitu; (i) prinsip bahwa yang
kuat (perusahaan inti) membantu pihak yang !enlah (petani plasma) dalam
5
meningkatkan efisiensi dan efektivitas sumberdaya, modal dan tenagalkeahlian
dalam menerapkan teknologi budidaya dan manajemen secara optimal;
(ii) merupakan unit ekonomi yang utuh dan berkesinambungan, baik inti maupun
plasma harus merupakan satu kesatuan usaha yang tidak dapat dipisahkan; dan
(iii) inti dan plasma saling membutuhkan dan menguntungkan (Manu rung dan
Dja'far, 1988).
Pada awalnya industri budidaya ayam ras pedaging tumbuh dalam bentuk
peternakan dengan skala usaha yang relatif kecil yang dimulai pada dekade
60-an, sedangkan perhatian pemerintah untuk mengembangkannya baru dimulai
pada tahun 1971 dengan dicanangkannya pilot proyek bimas rakyat. Pemerintah
pada saat itu memberikan kemudahan untuk mengimpor sarana produksi
peternakan, obat-obatan, investasi untuk membangun perusahaan pabrik pakan
dan farmasi. Menurut Rasyaf (1995), justru kemudahan yang diberikan oleh
pemerintah tersebut be raki bat pad a menjamurnya para peternak marginal
(berskala kecil). Peternak mandiri berskala kecil memiliki keterbatasan dalam hal
pemasaran, tidak memiliki keterampilan, serta permodalan yang terbatas,
sehingga peternak tidak memiliki kemampuan bertahan bila terjadi perubahan
pasar yang tidak menguntungkan seperti; penurunan harga produksi, kenaikan
harga pak~n dan dominasi dari peternak besar. Hal ini juga karena telah
dikuasainya usaha peternakan tersebut dari hulu hingga hilir termasuk on farm
oleh satu badan usaha yang sama.
Setiap tahun harga pakan ayam ras pedaging mengalami kenaikan rata
rata Rp50 !kg. Meningkatr.ya harga pakan teisebut terutama disebabkan oleh:
1. Bahan baku yang sebagian besar masih impor, karena bahan baku pakan
ternak domestik yang terdirj dari jagung, bungkil kedele, tepung ikan tidak
6
mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan industri pakan ternak yang
tumbuh sebesar 10% - 15% setiap tahunnya.
2. Adanya indikasi bahwa industri pakan ternak oleh industriawan mengarah
pada struktur industri dan sistem ekonomi yang oligopolistik.
Para peternak berskala kecil tidak mempunyai kemampuan bersaing dan
sangat lemah bila berhadapan dengan para peternak besar yang umumnya
mempunyai jaringan kuat, permodalan memadai serta didukung kemampuan
teknis dan manajemen yang lebih baik. Dengan demikian banyak peternak
berskala kecil ini secara otomatis berusaha meningkatkan produksinya sehingga
akan terjadi persaingan harga, akibatnya harga ayam ras pedaging akan
mengalami penurunan dan peternak mengalami kerugian.
Untuk memulai suatu usaha peternakan tidak semudah yang
dibayangkan. 8anyak aspek yang harus dipertimbangkan yang salah satunya
adalah aspek teknis yakni aktivitas yang. mengarahkan agar ayam tetap hidup
dan mampu mengeluarkan kemampuan genetisnya. Selain itu aspek modal dan
pengadaan sapronak (sarana produksi ternak) juga menjadi kendala bagi
peternak kecil (Rasyaf, 1995). Guna mendorong pengembangan usaha
peternakan khususnya ayam ras pedaging, pemerintah telah menciptakan
beberapa kemudahan melalui pemanfaatan modal/skim kredit yang diantaranya
adalah model kemitraan.
Melihat dari hal tersebut, timbul pertanyaan pokok dalam kajian ini, yaitu
"Bagaimana strategi pengembangan peternakan ayam ras pedaging
sehingga dapat meningkatkan pendapatan peternak melalui model
kemitraan di Kota Pekanbaru?:'
7
1.2. Perumusan Masalah
Konsep kemitraan yang umum dikenal adalah pengejawantahan peranan
perusahaan peternakan atau pertanian besar sebagai agent of development. Ini
berarti perusahaan pertanian atau peternakan besar (negara atau swasta)
memiliki kewajiban untuk membangun dan membina petani atau peternak
subsistem. Dengan model seperti ini diharapkan akan berlangsung proses
pengalihan teknologi, manajemen, modal, pasar dan informasi yang pad a
gilirannya usaha yang dimiliki petani peserta kemitraan akan dapat tumbuh
menjadi suatu usaha yang tangguh.
Dari observasi awal yang penulis lakukan, ada empat model kemitraan
peternakan ayam . ras pedaging di Kota Pekanbaru yaitu model kemitraan
Pokphand, model kemitraan Ramah Tamah Indah (RTI), model kemitraan
Confeed dan model kemitraan Makmur Jaya. Keempat model kemitraan ini
masing-masingnya mempunyai dasar usaha yang berbeda-beda namun sejalan
dengan usaha peternakan ayam ras pedaging.
Dari keempat model kemitraan yang ada di Pekanbaru, ada dua
perusahaan besar yaitu Charoen Pokphand dan Confeed yang telah memiliki
produksi anak ayam atau Day Old Chiken (DOC) sendiri di Provinsi Riau. Selain
itu, perusahaan ini juga memproduksi pakan sendiri. Dengan adanya model
kemitraan pad a kedua perusahaan ini pemasaran anak ayam dan pakan akan
lebih mudah karena dipakai untuk petemak plasma dalam kemitraan, sisanya
dijual ke Poultry Shop. Model yang dikembangkan oleh Makmur Jaya dan RTI
berbeda dengan pola sebelumnya. Makmur Jaya merupakan perusahflCJn yang , i
bergerq~ Hibidang Poultry Shop yang memasarkan anak ayam, pakan serta
perlengkapa,l peternakan lainnya. Sementara perusahaan RTI garis usahanya
8
adalah sebagai pemasaran ayam, berupa pedagang pengecer dipasar dan juga
sebagai pemasok ayam hidup pada beberapa pedagang di beberapa pasar yang
ada di dalam Kota Pekanbaru maupun antar Provinsi. Oleh sebab itu muncul
suatu pertanyaan, bagaimana implementasi dari masing-masing model kemitraan
yang telah ada di Kota Pekanbaru?
Untuk mengembangkan usaha petemakan, tingkat penghasilan petemak
ikut menentukan. Berdasarkan hasil penef.itian Mulva (2001), pada perusahaan
kemitraan, pendapatan bersih petemak bisa mencapai sebesar Rp403
lekorlsiklus. Pad a model kemitraan RTI di Pekanbaru, petemak memperoleh
pendapatan bersih sebesar Rp500/kg/siklus produksi ayam ras pedaging
ditambah insentif yang jumlahnya bisa mencapai hingga Rp288/ekorlsiklus.
Berdasarkan kondisi ini pertanyaan yang timbul dalam kajian ini, adalah:
bagaimana perbedaan pendapatan petani petemak dari berbagai model
kemitraan dengan skala usaha yang berbeda?
Dari keempat model kemitraan yang ada di Kota Pekanbaru, masing
masing badan usaha (inti) berkeinginan dapat merekrut peternak (plasma)
sebanyak-banyaknya dengan memberikan insentif pendapatan yang tinggi
ditambah variasi bonus pemeliharaan dan manajemen. Hal ini bagi petemak
akan menjadi pertimbangan tersendiri dalam menentukan pilihan inti. Muncul
pertanyaan tentang faktor-faktor apa yang mendorong peternak dan perusahaan
untuk bergabung melaksanakan model kemitraan pada petemakan ayam ras
pedaging dan apakah usaha kemitraan ayam r~s pedaging merupakan pilihan
yang tepat o!eh peternak?
8antacut dkk (2001) menyatakan bahwa kemitraan dapat dini!ai strategis
untuk mengidentifikasi persoalan yang terjadi dar. menyusun suatu bentuk
9
kerjasama yang harmonis dan sinergik diantara pelaku pembangunan nasional.
Dalam konteks bisnis, pola kemitraan diperlukan untuk meningkatkan efisiensi,
efektivitas dan produktivitas hubungan bisnis yang didukung oleh akses terhadap
pasar, modal dan teknologi, serta peningkatan kemampuan organisasi dan
manajemen.
Sutrisno dkk (2001) menyatakan, mengingat model kelembagaan sangat
beraneka ragam baik tingkat lokal maupun tingkat nasional, bersifat sosial
maupun ekonomi, maka perlu adanya pembatasan-pembatasan. Sehubungan
dengan pentingnya pengembangan kelembagaan, sebagian besar investasi yang
dilakukan lembaga donor internasional terfokus pada pengembangan
kelembagaan tingkat nasional dan sangat sedikit sekali yang memberikan
perhatian pada pengembangan kelembagaan lokal, padahal kelembagaan lokal
paling dekat dengan masyarakat yang menjadi sasaran pengembangan
kelembagaan itu sendiri. Oleh karenanya, pengembangan kelembagaan lokal
(local institutional development) menjadi sangat relevan dalam upaya
pengembangan ekonomi lokal. Bedasar pada pemyataan-pernyataan tersebut,
timbul pertanyaan lain sebagai pertanyaan pokok dalam kajian ini, yaitu:
bagaimanakah model kelembagaan kemitraan untuk pengembangan ekonomi
lokal, khususnya peternakan ayam ras pedaging di Kota Pekanbaru?
Sen1ua permasalahan tersebut terarah pada kriteria model kemitraan
yang bagaimanakah yang sebenarnya dianggap baik oleh peternak untuk
meningkatkan kesejahteraannya. Model yang dianggap lebih baik oleh peternak
tentulah akar. menjadi pilihan peternak dalam berusaha dan memperluas usaha.
Kemampuan untlJK menclJkupi kebutuhan akan. daging di Kota Pekanbarl! yang
baru terpenuhi 30% adalah pricritas dari pemerintah dalam pembangunan.
1.3. Tujuan dan Manfaat Kajian
1.3.1. Tujuan Kajian
10
Secara umum tujuan dari kajian ini adalah merumuskan kriteria model
kemitraan yang tepat dalam strategi pengembangan peternakan dengan melihat
tingkat pendapatan peternak dalam model kemitraan peternakan ayam ras
pedaging di Kota Pekanbaru. Diharapkan dengan strategi yang baik akan dapat
meningkatkan jumlah peternakan ayam ras pedaging dalam usaha pemerintah
mencukupi kekurangan akan protein hewani di Kota Pekanbaru.
Tujuan spesifik kajian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengidentifikasi dan mengevaluasi pola-pola kemitraan peternakan ayam ras
pedaging yang ada di Kota Pekanbaru dan faktor-faktor apa saja yang
mendorong peternak dan perusahaan melaksanakan model kemitraan
tersebut.
2. Mengetahui perbandingan tingkat pendapatCln petani peternak pada masing
masing model kemitraan dengan skala usaha yang berbeda.
3. Memformulasikan model kemitraan pengembangan peternakan ayam ras
pedaging dalam konteks pembangunan ekonomi lokal berbasis peternakan di
Kota Pekanbaru.
1.3.2. Manfaat Kajian
Berdasarkan tujuan tersebut diharapkan hasil penelitian ini akan
memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan informasi kepada pemerintah sebagai pembuat keputusan dan
pSi 19ambil kebijaksanaan guna kelanjutan dan pengembangan usaha
11
peternakan ayam ras pedaging melalui model kemitraan di masa yang akan
datang.
2. Memberikan informasi bagi peserta atau bukan peserta kemitraan tentang
pelaksanaan kemitraan peternakan ayam ras pedaging dalam hubungannya
dengan pendapatan keluarga.
3. Memberikan informasi kepada para pemilik program kemitraan (swasta
sebagai inti) guna memperbaiki kinerjanya dalam meningkatkan kemampuan
pengembangan peternakan ayam ras pedaging sebagai usahanya dan
pemberdayaan ekonomi kerakyatan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pembangunan Peternakan
Saragih (2001) menyatakan, pengertian pertanian dalam arti luas adalah
seluruh mata rantai proses pemanenan energi surya secara langsung dan tidak
langsung melalui proses fotosintesa dan proses pendukung lainnya untuk
kehidupan manusia yang mencakup aspek ilmu pengetahuan, teknologi dan
kemasyarakatan dan mencakup bidang tanaman pangan, holtikultura,
peternakan, perikanan, perkebunan dan kehutanan.
Pada GBHN 1999-2004 yang ditetapkan oleh MPR dalam Tap. MPR No.
IVlMPRl1999 dijelaskan bahwa pembangunan lebih difokuskan pada agribisnis
rakyat yang dapat menimbulkan inisiatif dunia usaha untuk membangun
agribisnis dan membangun infrastruktur agribisnis nasional. Selain itu, salah satu
misi pembangunanpertanian menuju terwujudnya pertanian yang modern, i
tangguh, dan efisien menuju masyarakat Indonesia yang sejahtera adalah
memberdayakan masyarakat pertanian menuju wiraswasta agribisnis yang
mandiri, maju dan sejahtera sesuai dengan kebijaksanaan operasional yang
telah dirumuskan yakni pembangunan agribisnis dengan membangun
keunggulan komparatif sesuai dengan kompetisi dan produk unggulan setiap
daerah.
Menurut Mubyarto (1982), pembangunan pertanian merupakan suatu
proses perubahan fisik, ekonomi, sosial dan budaya yang dilakukan oleh
manusia secara berkesinambungan untuk mendapatkan hasil dari usaha
pertanian tanaman pangan, perkebunan besar, perkebunan ra kyat , kehutanan,
perikanan, dan peternakan.
12
13
Menurut Saragih (2001), bahwa membangun pertanian saja hanya
menempatkan perekonomian Indonesia terlena menikmati keunggulan
komparatif seperti selama 30 tahun terakhir. Sedangkan membangun agribisnis
adalah membangun keunggulan bersaing diatas keunggulan komparatif yakni
melalui transformasi pembangunan kepada pembangunan yang digerakan olah
modal dan selanjutnya digerakan oleh inovasi.
Dalam kegiatan berproduksi dibidang pertanian, sering kali kita
mendengar adanya kesenjangan antara produktifitas yang seharusnya bisa
dilakukan dengan produktifitas yang dilakukan oleh petani. Dalam mempelajari
aspek tersebut secara mikro, Soekartawi (2002) menyatakan peranan hubungan
input (faktor produksi atau korbanan produksi) dan output (hasil atau produksi)
mendapat perhatian utama. Peranan input bukan saja dilihat dari segi macamnya
atau tersedianya dalam waktu yang tepat; tetapi dapat juga ditinjau dari segi
efisiensi penggunaan faktor produksi tersebut.
Efisiensi ekonomi dalam berproduksi dapat dicapai melalui kemitraan
karena masing-masing pihak yang bermitra menawarkan sisi keunggulan
masing-masil'lg. Lebih jauh Sumardjo dkk (2004) menyatakan:
Kemitraan bisnis memang bermanfaat dalam meningkatkan akses usaha
kecil ke pasar, modal dan teknologi serta mencegah terjadinya diseconomies of
scale sehingga mutu juga menjadi terjaga. Hal seperti ini dapat terjadi karena
adanya komitmen kedua belah pihak untuk bermitra. Pengusaha menengah
sampai dengan skala besar memiliki komitmen atau tanggung jawab moral dalam
membimbing dan mengembangkan pengusaha kecil supaya dapat
mengembangkan usahanya sehingga mampu menjadi mitra yang handa! untuk
meraih keuntungan bersama. Mereka yang bermitra perJu menyadari kekuatan
14
dan kelemahan masing-masing untuk saling mengisi, saling melengkapi, saling
memperkuat, serta tidak saling mengekploitasi. Dalam kondisi ini akan tercipta
rasa saling percaya antar kedua belah pihak sehingga usahanya akan semakin
berkembang.
Efisiesi ekonomi dapat dicapai melalui kemitraan karena masing-masing
pihak yang bermitra menawarkan sisi keunggulan masing-masing. Melalui
kemitraan dapat dihindari kecendrungan monopoli. Monopoli menyebabkan
distorsi dalam pasar, sedangkan kemitraan memperkuat mekanisme pasar,
sekaligus menghilangkan persaingan yang tidak sehat dan saling mematikan.
Hakekat kemitraan dengan demikian tidak sarna bahkan berlawanan dengan sifat
kartel atau kerjasama lain untuk menguasai pasar yang menjurus kearah
monopoli dan oligopoli atau manopsoni dan oligopsoni (Kartasasmita, 1995).
Krisis ekonomi yang te~adi dalam beberapa tahun belakangan
menyebabkan turunnya nilai rupiah, sehingga mengakibatkan harga sarana
produksi naik terutama pakan dan obat-obatan, kareria sebagian besar bahan
dasar pakan dan obat-obatan tersebut masih diimpor dari luar negeri. Dengan
tingginya harga input banyak petani peternak yang gulung tikar karena tidak
mampu merrlbiayai proses produksi.
Pembangunan ekonomi lokal adalah suatu upaya untuk menciptakan
suasana berkembangnya potensi masyarakat, peningkatan akses masyarakat
terhadap sumberdaya ekonomi, mencegah te~adinya persaingan yang tidak
berimbang serta menciptakan kebersamaan dan kemitraan. Oleh karena itu,
pengembangan kemitraan antara usaha besar dan UKM dalam konteks
pengambangan ekof!omi lokal diharapkan dapat /11Anciptakan perekonomian
yang kuat karena berbasis sumberdaya lokal, perekonomian yang harmonis
15
karena usaha besar dan UKM tumbuh bersama-sama serta memihak pada
masyarakat karena potensi masyarakat (pedesaan) menjadi sumberdaya
perekonomian nasional (Haeruman, 2001).
Sesuai dengan pengertian dari pernyataan-pernyataan tersebut diatas,
maka pembangunan kemitraan juga harus meliputi pembangunan kepada semua
subsektor perekonomian dan mata usaha/bisnis yang ada. Pembangunan
dimaksud menekankan pada pentingnya kemitraan dalam tataran alih teknologi,
manajemen, pemasaran dan pengembangan sumberdaya manusia. Dalam
pembangunan dimaksud, subsektor peternakan di Provinsi Riau merupakan
salah satu subsektor yang harus mendapat perhatian serius dari pemerintah
dalam usaha pencapaian pemenuhan akan kebutuhan protein hewani.
2.2. Kemitraan Peternakan Ayam Broiler
Pads dasarnya pembangunan peternakan dengan model kemitraan ini
memiliki tujuan yang diantaranya adalah penihgkatan pendapatan dan
kesejahteraan petani, meningkatkan prod u ksi dan ekspor komoditi non migas,
serta mempercepat alih teknologi budidaya manajemen peternakan dari inti ke
plasma.
Menurut Sa'id (2001), ada beberapa sisi positif yang dapat diperoleh dari
kemitraan, yaitu:
1. Kemitraan dibentuk atas dasar saling membutuhkan. Industri membutuhkan
pasokan bahan baku yang berkesinambungan dari petani. Dilain pihak,
petani membutuhkan jaminan pemasaran hasil produksinya. Dengan
demikian, kedua belah pihak memiliki ikatan yang juat atas saling
memputuhkan.
16
2. Kemitraan yang terbentuk didasarkan pada prinsip saling menguntungkan,
yakni perusahaan memiliki komitmen untuk membeli hasil produksi petani
sesuai dengan harga pasar dan dibayar dengan tunai. Dilain pihak, para
petani memiliki komitmen utnuk bersedia memasok hasil dan mengatur siklus
produksinya, sehingga pasokan ke perusahaan dapat berkesinambungan.
3. Kemitraan yang dibentuk didasarkan pada prinsip tumbuh dan berkembang
bersama, sehingga industri menyediakan kredit kepada petani tanpa bunga
dan tanpa agunan dengan masa tenggang selama satu tahun, dan
4. Kemitraan yang terbentuk didasarkan pada prinsip saling percaya, yakni
ketika petani memasok produksinya, langsung dibayar tunai oleh perusahaan
tanpa memotong sisa hutangnya. Dilain pihak, para petani membayar
hutangnya pada saat jatuh tempo dan dapat meminjam kembali.
Dasar pemikiran Kemitraan adalah setiap pelaku usaha mempunyai
potensi, kemampuan dan keistimewaan masing-masing dengan perbedaan
ukuran, jenis, sifat dan tempat usahanya. Dari pelaku usaha yang mempunyai
kelebihan dan kekurangan diharapkan dapat saling menutupi kekurangan
masing-masing dengan kondisi yang demikian akan timbul suatu kebutuhan
untuk bekerjasama dan menjalin hubungan ke~asama model kemitraan .
Berdasarkan arahan Departemen Pertanian (1985), maka Model Inti
Rakyat dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Tujuan pembangunan dengan model inti rakyat yaitu membangun
masyarakat tani yang berwiraswasta, sejahtera dan selaras dengan
lingkungan yang dilaksanakan di suatu wilayah.
2. Model inti rakyat dilaksanakan dalam rangka membangun dan membina
usaha pertanian rakyat dengan teknologi baru agar mampu memperoleh
17
pendapatan yang layak, dan keluar dan kemiskinan terkait dengan tujuan
untuk mampu berfungsi sebagai pusat pengembangan ekonomi yang
selanjutnya akan berperan sebagai penunjang dan pendorong
pengembangan wilayah.
3. Atas dasar disain tata ruang yang dihasilkan oleh studi kelayakan dibangun
juga tempat pemukiman dengan pengaturan terciptanya lingkungan
kehidupan yang serasi.
Dalam pelaksanaan kemitraan Wie (1992) mengungkapkan adanya
empat model hubungan kemitraan yang terjadi. Pertama, model dagang yaitu
suatu model hubungan kemitraan yang hanya terbatas pada hubungan dagang
antara penjual dan pembeli saja. Kedua, model vendor yaitu suatu hubungan
kemitraan yang mengharuskan pihak-pihak yang bermitra untuk memenuhi
kebutuhan bahan baku operasional perusahaan inti. Ketiga, model subkontrak,
terjadi apabila produk-produk yang dihasilkan oleh pihak yang bermitra masih
merupakan sistim produksi perusahaan inti sehingga untuk model kemitraan ini
anggota kemitraan harus dapat memenuhi persyaratan inti dalam melaksanakan
proses produksinya terutama mengenai skala produksi dan penggunaan
teknologi. Keempat, model pembinaan yang diarahkan untuk mendorong pihak
pihak yang memiliki potensi untuk berproduksi. Pada umumnya produk yang
dihasilkan merupakan komoditi untuk ekspor.
Menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian Repu'blik Indonesia
No.472/KpsITN.330/6/1996. Model umum kemitraan antara pengusaha dengan
psternak peserta kemitraan dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu;
a) Pola Inti Rakyat: yaitu perusahaan yang meiakukan fungsi perencanaan,
bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolahan hasil dan
18
pemasaran hasil bagi usahatani yang dibimbingnya (plasma), sambil
mengusahakan usahatani yang dimilikinya dan dikelolanya sendiri (inti).
b) Perusahaan pengelola: yaitu perusahaan yang melakukan fungsi
perencanaan, bimbingan dan pelayanan sarana produksi, kredit, pengolahan
dan pemasaran hasil bagi usahatani yang dibimbingnya, tetapi tidak
menyelenggarakan usahatani sendiri.
c) Perusahaan penghela: yaitu perusahaan yang melakukan fungsi
perencanaan, bimbingan dan menampung hasil tanpa melayani kredit sarana
produksi dan juga tidak mengusahakan usahataninya sendiri.
Dari tiga bentuk hubungan kemitraan antara inti dan plasma, satu
diantaranya yang telah banyak dikembangkan di Indonesia adalah kemitraan
dengan Pol a Inti Rakyat (PIR). PIR di Indonesia sebelumnya banyak
dikembangkan pada sektor perkebunan, dan komoditi yang menjadi primadona
untuk dikembangkan dengan Pola Inti Rakyat ini adalah karet dankelapa sawit.
Bila dilihat dari segi pelaku model kemitraan maka jenis kemitraan dapat
dibedakan menjadi dua tipe yaitu kemitraan vertikal dan kemitraan horizontal
Suharno (1999). Kemitraan vertikal terjadi apabila para peserta kemitraan
merupakan integrasi dari hulu hingga hilir, sedangkan kemitraan horizontal terjadi
apabila pelakunya melakukan usaha sejenis. Sumardjo (2001) juga menyatakan
bahwa kemitraan dapat bersifat horizontal atau vertikal berdasarkan posisi dalam
struktur produksi. Kemitraan horizontal adalah kerjasama antara peternak besar
dengan peternak kecil dalam rangka meningkatkan produksi untuk memenuhi
pasar, atau kerjasama antara peternak kecil yang membentuk koperasi dengan
tujuan mempero!eh bahsn baku lebih murah, sehingga level kelJntungan
peternak meningkat. Kemitraan vertikal meliputi beberapa lembaga yang
19
berhubungan secara vertikal dan memberikan sumbangan dalam proses
produksi.
Inti selain membangun usahanya juga memberikan sumbangsih agar
usaha plasma juga dapat berjalan dengan baik untuk mencapai tujuan. Model
PIR pad a ayam ras secara resmi dimulai sejak terbitnya SK Menteri Pertanian
No. 406/KPTS/5/1984. Konsep PIR diilhami dengan adanya model kemitraan
Miranti-Mirama yang diperkenalkan pertama oleh Gabungan Perusahaan
Perunggasan IndonesialGAPPI (Suharno, 1999).
Hafsah (2001) menyatakan, kemitraan adalah jalinan ke~asama dari dua
atau lebih pelaku usaha yang saling menguntungkan. Kemitraan seperti yang
tercantum dalam Undang-Undang No.9 Tahun 1995 adalah ke~asama antara
usaha kecil dengan usaha menengah atau dengan usaha besar disertai
pembinaan dan pengembangan yang berkelanjutan oleh usaha menengah atau
usaha besar. Kemitraan didasarkan atss prinsip saling memperkuat. Beberapa
aspek kerjasama adalah permodalan, manajemen, teknologi dan pemasaran.
Dari beberapa pengertian yang ada tersebut, pengusaha besar
mempunyai tanggung jawab moral untuk membimbing dan membina pengusaha
kecil mitranya agar mampu menjadi mitra yang handal untuk meraih keuntungan
dan kesejahteraan bersama. Mereka harus menyadari kekurangan masing
masing dan mampu saling mengisi serta melengkapi kekurangan tersebut.
Sumardjo (2001) menyatakan, dalam sistem agribisnis terdapat lima
bentuk kemitraan antara petani dengan pengusaha besar. Kelima jenis kemitraan
tersebut adalah:
20
1. Pola inti plasma.
Pola ini merupakan pola hubungan kemitraan antara petani/kelompok tani
atau kelompok mitra sebagai plasma dengan perusahaan inti yang bermitra
usaha. Perusahaan inti menyediakan lahan, sarana produksi, bimbingan
teknis dan manajemen serta menampung, mengolah dan memasarkan hasil
produksi. Perusahaan inti tetap memproduksi kebutuhan perusahaannya,
sedangkan kelompok mitra usaha memenuhi kebutuhan perusahaan sesuai
dengan persyaratan yang telah disepakati.
2. Pola subkontrak.
Pol a ini merupakan pola kemitraan antara perusahaan mitra usaha dengan
kelompok mitra usaha yang memproduksi komponen yang diperlukan
perusahaan mitra sebagai bagian dari produksinya. Sentuk kemitraan
semacam ini biasanya ditandai dengan adanya kesepakatan tentang kontrak
bersama yang diantaranya mencakup volume, harga, mutu dan waktu. Pola
kemitraan ini dalam banyak kasus ditemukan sangat bermanfaat dan kondusif
bagi terciptanya alih teknologi, modal keterampilan dan produktifitas, serta
terjaminya pemasaran produk pada kelompok mitra.
3. Pola dagang umum.
Pola kemitraan dagang umum merupakan pola hubungan usaha dalam
pemasaran hasil antara pihak perusahaan pemasar dengan pihak kelompok
pemasok kebutuhan yang diperlukan oleh perusahaan pemasar. Pada
dasarnya pola kemitraan ini adalah hubungan jual-beli sehingga memerlukan
struktur pendanaan yang kuat dari pihak yang bermitra. baik perusahaan
besar maupun usaha kedl.
21
4. Pola keagenan.
Merupakan bentuk kemitraan dengan peran pihak perusahaan atau besar
mitra memberi hak khusus untuk memasarkan barang atau jasa usaha
perusahaan atau usaha kecil mitra usaha. Perusahaan besar/menengah
bertanggung jawab atas mutu dan volume prod uk, sedangkan usaha kecil
mitranya berkewajiban memasarkan produk atau jasa tersebut. Diantara
pihak-pihak yang bermitra terdapat kesepakatan tentang target-target yang
harus dicapai dan besarnya fee atau komisi.
5. Kerjasama operasional agribisnis.
Pola kemitraan kerjasama operasional agribisnis merupakan pol a hubungan
bisnis, dimana kelompok mitra menyediakan Ishan, sar-ana dan tenaga.
Sedangkan pihak perusahaan mitra menyediakan biaya, modal, manajemen
dan pengadaan sarana produksi untuk mengusahakan atau membudidayakan
suatu komoditi pertanian. Disamping itu, perusahaari mitra juga sering
berperan sebagai penjamin pasar prod uk, diantaranya juga mengolah produk
tersebut dan dikemas lebih lanjut untuk dipasarkan.
Model inti rakyat merupakan suatu bentuk kerja sama yang saling
menguntungkan antara perusahaan besar dengan usaha ternak kecil
disekitarnya. PIR dilaksanakan dengan azas bahwa golon9an yang kuat wajib
membantu golongan lemah didalam usahanya untuk mencapai tujuan masing
masing. Menurut Saragih (2001), untuk meningkatkan dayasaing produk
perunggasan nasional perlu dikembangkan kemitraan melalui integritas vertikal.
Melihat kondisi struktur peternakan nasional masih didominasi oleh peternakan
rakyat berskala kec:!.
22
Pemerintah sangat memperhatikan dan mendorong perkembangan
industri budidaya ayam ras pedaging. Menurut Rahardi (2003), kebijakan
pemerintah dalam subsektor peternakan juga turut menentukan suksesnya
kegiatan peternakan. Pemberian fasilitas kredit dan izin usaha, misalnya,
merupakan salah satu bentuk dukungan pemerintah untuk pengembangan
peternakan.
Pad a tahun 1981 pemerintah mengeluarkan Keppres No.50/1981 yang
mengatur skala produksi untuk memacu pertumbuhan produksi ayam ras
pedaging dan memperluas peluang berusaha bagi peternak-peternak skala
keluarga, yakni maksimum 5.000 ekor untuk ayam petelur dan 750 ekor per
minggu untuk ayam ras pedaging. Kebijaksanaan ini diperkuat dengan
diperkenalkan model Pola Inti Rakyat (PIR) Unggas melalui SK Mentan
No.TN.330/Kpts/5/1984.
Pada tahun 1990 pemerintah mengeluarkan Keppres No.22/1990 sebagc:ii
pengganti Keppres No.50/1981. Dalam kebijaksanaan baru diatas, peternakan
skala kecil dikembangkan untuk melakukan kerjasama sistem kemitraan dengan
perusahaan besar (Deptan, 1996). Dengan adanya Keppres No.22/1990
tersebut diharapkan pertumbuhan produksi ayam ras pedaging dapat lebih
dipercepat tanpa mengabaikan proses pemerataan kesempatan berusaha bagi
peternak besar maupun peternak skala keeil. lsi Keppres No.22/1990 tersebut
diantaranya adalah membagi peternakan ayam ras menjadi dua kategori, yakni
peternakan rakyat dan perusahaan petemakan. Peternakan rakyat adalah usaha
peternakan yang menguasai maksimum 10.000 ekcr untuk s,am petelur dan
15.000 L!!1tl!k ayam ras pedag!ng, sedcmgkan perusanaan petemakan skala
usahanya berada diatas angka tersebut.
23
Lahimya Kepres No.22190 membangkitkan kegairahan usaha peternakan
ayam ras. Perkembangan usaha ayam ras tampak sangat pesat. Pada sektor
budidaya terjadi pergeseran struktur usaha ayam ras. Kalau semula usaha ayam
ras hanya dikelola oleh para petemak, maka setelah Keppres tersebut
memunculkan perusahaan peternakan dalam hal kemitraan usaha. Suhamo
(1996) mengatakan, Gabungan Perusahaan Perunggasan Indonesia/GAPPI
pad a tahun 1994 menyusun konsep ke~asama kemitraan antara pengusaha
yang bertindak sebagai inti dengan petemak sebagai plasma. Bentuk kemitraan
inidisebut Miranti-Mirama (mitra usaha inti - mitra usaha plasma).
Munculnya model kemitraan PIR Perunggasan di Kota Pekanbaru,
menurut Dinas Petemakan Tingkat I dimulai pada awal April 1998. Bertindak
sebagai pihak inti adalah PT Charoen Pokphand. Setelah itu baru menyusul
kemitraan yang dikembangkan oleh PT Indojaya Agrinusa atau lebih dikenal
dengan nama Confeed, Makmur Jaya dan RTI.
INTI
Memiliki - Modal - Teknologi - Manajemen - Pasar - Informasi
1----+/:: KERJASAMA I/<e-"----I
SASARAN
PLASMA
Memiliki - Lahan - Tenaga Kerja - Kandang - Peralatan
- Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan peternak - Pemerataan pendapatan - Peningkatan produksi dan komoditi non migas - Mempercepat teknolcgi budidaya dan manajemen
petemakan dari inti ke plasma - Menciptakan kemampuan petemak plasma untuk mandiri I
Gambar 1. Konsep Pengembangan Model Inti Rakyat
24
Dinas Peternakan Provinsi Riau (1999) menerangkan bahwa model
kemitraan PIR merupakan anjuran pemerintah lewat Direktorat Jendral
Peternakan. Model PIR bersifat kerjasama yang saling menguntungkan antara
inti (perusahaan) dengan plasma (peternak) dimana perusahaan selaku inti
memberikan bantuan kepada peternak (kredit jangka pendek) berupa DOC,
pakan, obat-obatan (variabel cost), bimbingan teknis serta adanya jaminan
pemasaran dan harga jual. Sedangkan peternak menyediakan kandang dan
keperluan lain berupa sarana dan prasarana yang diperlukan dan pengelolaan
usahaltenaga kerja.
Hal ini didasarkan atas keputusan Menteri Pertanian No : 472/KPTSfTN
330/6/96 pasal 8; perusahaan peternakan dan perusahaan dibidang peternakan
yang melakukan kemitraan dengan petemakan ayam ras menjamin mutu ayam
pedaging dan telur, harga dan pemasarannya sedemikian rupa sehingga
peternakan rakyat memperoleh pendapatan yang wajar.
Hal yang sarna disampaikan oleh Muchtar (1996) pada penelitian yang
dilakukan pada PIR Ophir di Pasaman pada tahun 1987. Dari penelitian ini
diketahui pendapatan petani model PIR naik sebesar 443% bila dibandingkan
dengan pendapatan petani non PIR.
Menurut Mulva (2002), dalam penelitiannya dibidang model PIR yang ada
di Riau membuktikan bahwa pendapatan petemak ayam broiler model PIR
dengan skala usaha 5.000 ekor per periode pemeliharaan mendapatkan
pendapatan bersih Rp2.017.048. Dengan melihat pendapatan per ekor dalam
peme!iharaan se!ama satu periode pemeliharaan peternak mendapatkan upah
Rp403 lekor Iperiode Sehingga dapat dikatakan bahwa PIR merupakan model
untuk mewujudkan perpaduan usaha dengan sasaran perbaikan keadaan sosial
25
ekonomi peserta dan didukung oleh suatu sistim pengelolaan usaha dengan
memadukan berbagai kegiatan produksi, pengelolaan dan pemasaran dengan
menggunakan perusahaan besar sebagai inti dalam suatu sistim kerja sama
yang saling menguntungkan.
2.3. Keuntungan Peternak dalam Kemitraan
Salah satu perusahaan peternakan yang bergerak dalam model
kemitraan melalui PIR adalah perusahaan PT Charoen Pokphand yang
beroperasi di Pekanbaru sejak bulan April tahun 1998. Kemitraan dengan PIR
tersebut bersifat kerjasama yang saling menguntungkan antara inti (perusahaan )
dengan plasma (peternak). Pihak perusahaan selaku inti memberikan bantuan
berupa kredit jangka pendek yaitu anak ayam umur sehari (DOC), pakan dan
obat-obatan. Selain itu juga memberikan kredit jangka panjang berupa tempat
makanan, tempat minuman dan pemanas gas. Selain itu perusahan ini juga i
menjamin pemasaran hasil produksi dengan harga garansi dan bimbingan teknis
secara kontinyu serta pelatihan bagi peternak (Dinas Peternakan,1999).
Munculnya sejumlah peternakan komersil yang menjalin hubungan kerjasama
dengan peternak dalam status hubungan inti-plasma, cukup menimbulkan
harapan, sebgai titik awal yang baik dari pelaksanaan konsep pengembangan
industri peternakan rakyat.
Pemerintah sangat memperhatikan dan mendorong perkembangan
industri budidaya ayam ras pedaging. Menurut Taryoto (1993) perhatian tersebut
dilakukan oleh pemerintah karena teknologi, sifat dan manfaat daging ayam yang
sangat besar antara lain:
26
1. Daging ayam ras mudah diterima dan dikonsumsi oleh seluruh lapisan
masyarakat.
2. Daging ayam ras mempunyai protein yang relatif lebih murah jika
dibandingkan dengan daging lainnya.
3. Budidaya ayam ras tidak memerlukan lahan yang luas.
4. Teknologi ayam ras mudah dikuasai.
5. Waktu produksi ayam ras relatif pendek (hanya 5-8 minggu).
Menurut Saragih (2001), agribisnis ayam ras pedaging menghadapi
prospek yang cerah dimasa yang akan datang, hal ini di dorong oleh faktor
jumlah penduduk yang besar, konsumsi daging broiler yang masih rendah, dan
kemungkinan pertumbuhan ekonomi nasional yang positif.
Menurut PT Charoen Pokphand (1999) tujuan pelaksanaan kemitraan
yaitu: 1) membantu menciptakan keadilan dan pemerataan pendapatan bagi
peternak (plasma), 2) menciptakan lapangan pekerjaan, 3) menciptakan harga
jual ayam yang ideal untuk memenuhi kebutuhan masyarakat akan protein
hewani, dan 4) alih teknologi dibidang peternakan bagi para peternak (plasma).
Disamping sapronak dibutuhkan faktor produksi lain yang mendukung
usaha peternakan. Menurut Soekartawi (2002), faktor produksi adalah semua
korbanan yang diberikan pada usahatani ag~r mampu menghasilkan dengan
b;aik. F;aktor produksi ini sangat mempengaruhibesar kecilnya hasil yang akan
diperoleh. Faktor produksi lahan, modal, tenaga kerja dan aspek manajemen
merupakan faktor yang penting dalam usaha peternakan.
Salah satu usaha meningkatkan pendapatan petani adalah dengan
penerapan teknologi. Penerapan teknologi yang berubah dan beikembang
merupakan syarat pokok dalam pembangunan pertanian (Mosher, 1983).
27
Mubyarto (1982), pada umumnya petani mengadakan perhitungan
perhitungan ekonomi dalam keuangan menyangkut input (biaya) yang
dibutuhkan dan output (penerimaan) yang akan diperoleh nantinya, namun
perhitungan-perhitungan yang dilakukan hanyalah perhitungan yang sederhana.
Pendapatan kotor usahatani adalah nilai produk total usahatani dalam
jangka waktu tertentu, baik yang dijual maupun yang tidak dijual, antara lain
meliputi: (1) yang dijual, (2) yang dikomsumsi dirumah tangga petani, (3) yang
digunakan dalam usahatani seperti bibit dan sebagainya, (4) yang digunakan
untuk pembayaran, dan (5) yang akan disimpan atau digudangkan sampai akhir
tahun. Sedangkan pendapatan bersih usahatani adalah selisih antara
pendapatan kotor usahatani dengan pengeluaran total usahatani. Pengeluaran
total usahatani itu sendiri (Total Farm Expense) adalah nilai semua masukan
yang habis terpakai atau dikeluarkan dalam produksi, tetapi tidak termasuk
tenaga ke~a keluarga petani (Hernanto, 1979).
Besarnya penerimaan dari proses produksi dapat ditentukan dengan
mengalikan produk yang dihasilkan dengan harga produk tersebut. Secara umum
semakin besar produksi yang dihasilkan, akan menyebabkan semakin besar pula
penerimaan atau sebaliknya (Bishop dan Toussaint, 1979).
Menurut Suharjo dan Patong (1979), dalam usaha peternakan faktor yang
mempengaruhi pendapatan peternak ialah :
- Tingkat produksi yang dapat diukur dengan produktivitas skala usaha,
- Tingkat kombinasi cabang usahatani,
- Mutu hasil dan harga,
- Efisiensi tenaga ksrja c<Jn kemampuan pstar.i aalam mengelola panerimaan
maupun pengeluaran usahataninya.
28
Pengelolaan usaha peternakan atau manajemen adalah pengorganisa
sian/pengkoordiniran faktor produksi yang dikuasai sebaik-baiknya dan mampu
memberikan produksi peternakan sebagaimana yang diharapkan. Mosher (1983)
juga menjelaskan tujuan pengelolaan usaha adalah mencapai selisih palifl~ tinq9j
antara nilai hasil dan biaya usahatani secara keseluruhan.
Menurut Soekartawi (2002), pendapatan bersih usaha adalah selisih
antara penerimaan dan pengeluaran total. Penerimaan suatu usaha adalah
sebagai produk total suatu usaha dalam produk tertentu baik yang dijual maupun
yang tidak dijual. Penerimaan dihitung dengan mengalikan produk total dengan
harga yang berlaku. Sedangkan pengeluaran total suatu usaha adalah nilai
semua masukan yang habis dipakai atau dikeluarkan dalam proses produksi.
Pendapatan bersih dari suatu usaha mengukur imbalan yang diperoleh dari
penggunaan faktor produksi seperti tanah, tenaga kerja, modal, dan pengelolaan.
Untuk mendapatkan keuntungan dari usaha ternak ayam ras pedaging
yang penting adalah kecepatan pertumbuhan, dan efisiensi penggunaan ransum
yang tinggi. Jadi jelaslah bahwa pertumbuhan pada ayam ras pedaging
merupakan salah satu faktor yang perlu mendapat perhatian dari peternak,
karena pemeliharaan pada saat pertumbuhan akan dapat menentukan hasil
produksinya kelak (Heuser, 1955).
Winter dan Funk (1962), menyatakan bahwa beberapa faktor yang
mempengaruhi keuntungan dalam petemakan ayam diantaranya adalah biaya
dan pengelolaan ransum, efisiensi tenaga ke~a, biaya pemasaran, harga DOC,
tingkat kematian dan besarnya skala usaha.
Hasii penelitian yang dilaporkan oleh Isbandi (1988), menunjukan bahwa
usaha ayam ras pedaging menguntungkan pad a skala lebih dari 750 ekor per
29
periode. Faktor sosial tidak berpengaruh pad a tingkat pendapatan peternak,
sedangkan faktor ekonomi yang berpengaruh pada tingkat pendapatan peternak
adalah berat ayam, harga jual, jumlah ayam te~ual dan biaya pengeluaran ayam
ras pedaging.
Sigit (1990), mengatakan bahwa analisa "Break Even" adalah suatu cara
atau teknik untuk mengetahui kaitan antara volume produksi, volume penjualan,
harga jual, biaya produksi, biaya lainnya yang variabel atau yang tetap serta laba
rugi. Kegunaan-kegunaannya antara lain adalah :
1. Sebagai dasar untuk merencanakan kegiatan operasional dalam usaha
mencapai laba tertentu.
2. Sebagai dasar untuk mengendalikan kegiatan operasi yang sedang be~alan,
yaitu untuk pencocokan antara realisasi dengan angka-angka dalam
perhitungan BE atau dalam gambar (Chart) BE.
3. Sebagai bah an pertimbangan dalam harga jual setelah diketahui hasil
perhitungan menurut analisa BE dan laba yang ditargetkan.
4. Sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
III. METODOLOGI KAJIAN
3.1. Kerangka Pemikiran
Pemikiran strategi pengembangan petemakan melalui model kemitraan,
diawali dengan GBHN 1999-2004 yang ditetapkan oleh MPR dalam Tap. MPR
No.IV/MPRl1999, dimana dalam GBHN tersebut dijelaskan bahwa pembangunan
lebih difokuskan pada agribisnis rakyat yang dapat menimbulkan inisiatif dunia
usaha untuk membangun agribisnis dan membangun infrastruktur agribisnis
nasional. Selain itu berdasarkan pada Visi dan Misi Provinsi Riau, yang
berkeinginan untuk menjadi provinsi paling maju di Indonesia, sekaligus menjadi
pusat perekonomian dan pusat budaya melayu di Asia Tenggara pada tahun
2020, dengan "Lima Pilar Pembangunan". Untuk mewujudkan hal tersebut salah
satunya dengan membangkitkan ekonomi berbasis ekonomi kerakyatan yang
ditujukan bagi usaha kecil dan menengah (UKM).
Rakorbang Provinsi Riau bidang petemakan, tahun 2000 menyimpulkan
bahwa kecilnya produksi hasil petemakan disebabkan oleh beberapa hal, yaitu:
1) masih lemahnya sumberdaya manusia pengelola petemakan, 2) pemanfaatan
sumberdaya alam yang masih belum optimal, 3) skala usaha yang relatif masih
kecil, 4) penyediaan dan mutu bibit yang terbatas, 5) penerapan teknologi yang
rendah, 6) keterbatasan modal, dan 7) lemahnya sistem pemasaran. Untuk
mengatasi masalah tersebut, rakorbang juga memutuskan beberapa strategi
pemecahan masalah yang dituangkan dalam "6 Pilihan Strategi Pembangunan
,oetemakan Daerah Riau". Strategi tersebut adalah; 1) Pengembangan wilayah
berdasarkan komoditas temak unggulan, 2) Pengembangan kelembagaan petani
petemak, 3) Peningkatan usaha dan industri petemakan, 4) Optimalisasi
30
31
pemanfaatan dan pengamanan serta perlindungan terhadap sumberdaya alam
lokal, 5) Pengembangan kemitraan yang luas dan saling menguntungkan, dan
6) Mengembangkan teknologi tepat guna yang ramah lingkungan.
Sebagai kebijakan pemerintah untuk pengembangan semua sub sektor
pertanian ditetapkanlah model kemitraan. Pada dasamya diantara tujuan
pembangunan petemakan dengan model kemitraan ini adalah peningkatan
pendapatan dan kesejahteraan petani, meningkatkan produksi dan ekspor
komoditi non migas, serta mempercepat alih teknologi budidaya manajemen'
peternakan dari inti ke plasma. Hal tersebut tidak terlepas dari adanya tiga hal
penting yang terkandung dalam konsep model kemitraan, yaitu (i) prinsip bahwa
yar1g kuat (perusahaan inti) membantu pihak yang lemah (peternak plasma)
dalam meningkatkan efisiensi dan efektifitas sumberdaya, modal dan
tensgalkeahlian dalam menerapkan teknologi budidaya dan manajemen secara
optimal; (ii) merupakan unit ekonomi yang utuh dan berkesinambungan, baik inti
maupun plasma harus merupakan satu kesatuan usaha yang tidak dapat
dipisahkan; dan (iii) inti dan plasma saling membutuhkan dan menguntungkan.
Keppres Nomor 50/1981 yang dikeluarkan pemerintah pada tahun 1981,
mengatur skala produksi untuk memacu pertumbuhan produksi ayam ras
pedaging dan membuka kesempatan untuk memperluas peluang berusaha bagi
peternak-petemak skala keluarga. Kebijakan ini diperkuat dengan dikenalkannya
model PIR unggas melalui SK Menteri Pertanian Nomor TN.330/KPTS/5/1984.
Pada tahun 1990 pemerintah mengeluarkan Keppres Nomor 22/1990, sebagai
pengganti Keppres No. 50/1981. Dalam kebijaksanaan baru, peternakan skala
kecil dikembangkan untuk meiakukan ke~asama sistem kemitraan dengan
perusahaan besar (Deptan 1996). lsi Keppres tersebut diantaranya adalah
32
membagi petemakan ayam ras menjadi dua kategori, yakni petemakan rakyat
dan perusahaan petemakan. Lahimya Kepres Nomor 22/90 membangkitkan
kegairahan usaha petemakan ayam ras. Kalau semula usaha ayam ras hanya
dikelola oleh para petemak, maka setelah Keppres tersebut bermunculan
perusahaan petemakan dalam kegiatan kemitraan usaha.
Di Kota Pekanbaru terdapat empat model model kemitraan petemakan
ayam ras pedaging yaitu model kemitraan Pokphand, model kemitraan RTI,
model kemitraan Confeed dan model kemitraan Makmur Jaya. Keempat model
ini masing-masingnya mempunyai dasar usaha yang berbeda-beda namun
masih sejalan dengan usaha petemakan ayam ras pedaging. Setiap model
kemitraan yang ada di Pekanbaru, berkeinginan untuk mendapatkan petemak
plasma sebanyak-banyaknya dengan memberikan berbagai insentif sehingga
pendapatan menjadi tinggi ditambah variasi bonus pemeliharaan dan manajemen
sehinggga bagi petemak akan menjadi pertimbangan tersendiri dalam
menentukan pemilihan perusahaan inti. Semua permasalahan terse but terarah
pad a bagaimanakah model kemitraan yang sebenamya dianggap terbaik oleh
petemak untuk meningkatkan kesejahteraannya.
33
Peraturan Pemerintah di Bidang Peternakan Visi dan Misi Riau 2020 1. Kepres No.50/1981 2. SK.Mentan
No. TN330/KPTS/5/1984 3. Kepres No.22/1990 Rakorbang Provinsi Riau 4. Tap.MPR Tahun 2000 Bidang
No.IV/MPRl1999 Peternakan
6 Pili han Strategi Pembangunan ~ Peternakan Daerah Riau
Pengembangan Kemitraan Yang Luas dan Saling Menguntungkan
~ 4 Model Kemitraan a. Charoen Pokphand b. Confeed c. RTI d. Makmur Jaya
~ ~ ~ Sistem Pengadaan I Sistem Pemasaran I Pendapatan Peternak
Sapronak dan Perusahaan
I
Logical Framework Approach J
~
Perumusan Strategi Pengembangan Peternakan Ayam Ras pedaging melalui Kemitraan di Kota Pekanbaru
~ ~ Pemenuhan Kebutuhan Daging Kesejahteraan Peternak
Ayam di Kota Pekanbaru Ayam Ras Pedaging
~ Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan r---J Gambar 2. Bagan Alir Kerangka Pikir Strategi Pengembangan Petemakan
Ayam Ras Pedaging Melalui Model Kemitraar. di Kota Pekanbaru
34
3.2. Lokasi dan Waktu Kajian
Penelitian ini dilaksanakan di kota Pekanbaru. Lokasi ini dipilih dengan
alasan pada daerah inilah sentra produksi temak ayam ras pedaging. Pada
penelitian ini yang menjadi objek kajian adalah usaha petemakan ayam ras
pedaging yang mengimplementasikan model kemitraan. Ada 4 model kemitraan
yang diteliti, yaitu:
1. Model kemitraan Charoen Pokphand
2. Model kemitraan RTI
3. Model kemitraan Confeed
4. Model kemitraan Makmur Jaya
Penelitian ini berlangsung selama lima bulan, terhitung mulai bulan
Januari 2005 sampai dengan Mei 2005 dengan rangkaian kegiatan: turun
kelapangan, analisis data dan penulisan.
3.3. Metode PeneliHan
3.3.1. Sasaran Penelitian dan teknik Sampling
Sasaran dari kajian ini adalah usaha petemakan ayam ras pedaging yang
terlibat sebagai inti dan plasma dari model kemitraan petemak ras pedaging di
kota Pekanbaru. Munurut hasil observasi pendahuluan diketahui 4 perusahaan
inti dengan 86 plasma peternak ras pedaging.
Untuk perusahaan inti diambil seluruhnya menjadi objek penelitian.
Sedangkan untuk petemak plasma diambil sampel dengan prosedur sebagai
berikut.
35
I. Setiap plasma pad a masing-masing inti (model) dikelompokkan berdasarkan
jumlah pemeliharaan ayam perperiode menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Populasi ternak < 5.000 ekor Iperiode
b. Populasi ternak 5.000 - 10.000 ekor Iperiode
c. Populasi ternak > 10.000 ekor Iperiode
II. Pada masing-masing model ditiap kelompok diambil sampel metoda simple
random sampling.
III. Jumlah sampel peternak untuk masing-masing inti (Model) ditetapkan
sebanyak 9 peternak. dimana setiap kelompok masing-masing 3 peternak.
Dengan demikian populasi dari sam pel penelitian adalSh seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Populasi Dari Sampel Penelitian
No Inti Plasma
Kelompok Ternak Sampel
(orang) Plasma (orang)
1 Pokphand 16 < 5.000 ekor 3 5.000-10.000 ekor 3
> 10.000 ekor 3 2 Confeed 34 < 5.000 ekor 3
5.000-10.000 ekor 3 >10.000 ekor 3
3 RTI 25 < 5.000 ekor 3 5.000-10.000 ekor 3
>10.000 ekor 3 4 Makmur Jaya 11 < 5.000 ekor 3
5.000-10.000 ekor 3 >10.000 ekor 3
Total 4 86 3 kelompok 36
3.3.2. Metode Pengumpulan Data
Sementara data yang diambil. jenisnya primer dan sekunder. Data primer
diperoleh melalui observasi dan wawancara langsung dengan menggunakan
36
daftar pertanyaan (kuesioner), data primer yang diambil mengenai karakteristik
responden (umur, tingkat pendidikan formal, pengalaman betemak ayam)
penggunaan sarana produksi, biaya, pendapatan dan masalah dalam usaha
temak ayam ras pedaging baik dengan model kemitraan Pokphand, RTI,
Confeed atau Makmur Jaya. Data sekunder diperoleh dari instansi dan dinas
terkait serta perusahaan inti. Data sekunder ini seperti sistem dan mekanisme
model kemitraan serta populasi petemak pad a masing-masing inti.
3.3.3. Metode Pengolahan dan Analisis Data.
3.3.3.1. Mengidentifikasi dan M~ngevaluasi Pola-Pola Kemitraan
Data yang terkumpul dalam penelitian ini dianalisis sesuai dengan
pertanyaan yang ingin di jawab serta untuk mencapai tLJjuan penelitian. Untuk itu
semua data baik data sekunder maupun data primer yang diperoleh dari
wawancara dan kuesioner, diorganisir dan disusun. Setelah tersusun kemudian
dilakukan penafsiran dan pembahasan terhadap data yang ditemukan tersebut.
Untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi model-model kemitraan yang
ada dilakukan dengan pendekatan deskriktif kualitatif. Data diperoleh dari
perusahaan pelaksana model kemitraan dan melihat pelaksanaannya
dilapangan. Dengan mendeskripsikan pelaksanaan kemitraan peternakan ayam
ras pedaging akan diketahui mengenai bagaimanakah identifikasi dan evaluasi
dari pola-pola kemitraan yang ada di Kota Pekanbaru.
3.3.3.2. Perbandingan Tingkat Pendapatan Peternak
Dalam menganalisis data untuk mengetahui tingkat pendapatan petemak
pada masing-masing model kemitraan yang ada pada berbagai skala usaha yang
berbeda, dipakai model analisis untuk mengetahui perbedaan pendapatan bersih
37
antara peternak model kemitraan Pokphand, RTI, Confeed dan Makmur Jaya
pad a usaha ternak ayam ras pedaging. Pengolahan data menggunakan
komputer dengan software microsoft excel.
Perbandingan antar suatu strata dalam model yang sarna dan antar
model dalam strata yang sarna maupun antar keseluruhan dilihat dari indikator:
1. Pendapatan
2. RIC Ratio dan B/C Ratio
Untuk menghitung pendapatan bersih peternak responden, digunakan
rumus yang dikemukakan oleh Soekartawi (2002):
Pd =TR -TC
Pd = Yi.Pyi- IXi.Pxi
Dimana:
Pd = Pendapatan bersih (Rupiahl Kgl proses produksi).
TR = Total Penerimaan (Rupiah I Kg I proses produksi).
TC = Total Biaya (Rupiahl Kgl proses produksi).
Yi = Jumlah Produksi Daging, Insentife dan Kotoran Ayam (Kg,
Rupiah, karungl proses produksi)
Pyi = Harga Produksi Daging, Insentife dan Kotoran Ayam (Rpl Kg,
Rupaihl ayam panen Rpl karungl proses produksi).
Pxi = Harga Faktor Produksi (ekor, Kg, Mg, HOK, karung, tabung, Kwh,
Rp/ proses produksi).
Xi = Jumlah Input (bibit, pakan, obat-obatan, tenaga kerja, serbuk
gergaji, gas, listrik, sewa tanah, sewa gudang, bunga modal dan
penyusutan alat dalam satuan unit! proses produksi).
Selain rumus diatas, Soekartawi (2002) juga mengemukakan rumus lain
dalam menghitung pendapatarr
n
Kt = P.y - I wX - D
dimana:
i=!
Kt = Keuntungan (Rupiah)
P = Harga Produk (RP/kg)
y = Jumlah Produksi (Kg)
Wi = Harga Faktor Produksi ke i
X = Jumlah Faktor Produksi ke i
o = Biaya penyusutan alat (Rupiah)
= 1,2,3, ... ,n
38
Untuk mengetahui efisiensi dari usaha peternakan yang dilakukan oleh
peternak Pokphand, RTI, Confeed maupun Makmur Jaya dapat dilihat den~an
nilai RCR (Return Cost Ratib) dari masing-masing usaha yang diformulasikan
dengan (Soekartawi, 2002):
RCR= TR TC
RCR= Y.Py FC+VC
RCR = _____ y_.P-=-y ___ _ Xl.Pxl + X2.Px2 + Xn.Pxn + D
dimana:
RCR = Return Cost Ratio
TR = Total Penerimaan (Rupiah)
TC = Total Biaya (Rupiah)
y = Jumlah Produksi (Kg)
Py = Harga Produksi (Rp/kg)
PX1 ::: Harga Faktor Produksi (Rp/kg, ekor, dan lain-lain)
X1 = Jumlah input (faktor produksi) X1• X2 ,X3, •.•.•• Xn 0 = Biaya penyusutan alat (Rupiah)
39
Untuk menguji berapa besar tingkat keuntungan (profitability test) yang
disumbangkan oleh peternak terhadap kegiatan usaha ternaknya yang dilakukan
oleh peternak sampel, digunakan uji Benefit Cost Ratio (BCR). Menurut Pearse
(1981), BCR digunakan untuk menghitung berapa besar nilai tambahan hasil
untuk tiap rupiah modal yang diinvestasikan, dengan rumus:
BCR= TR-TC TC
dimana:
BCR =
TR
TC
= =
Benefit Cost Ratio
Total Revenue
Total Cost
Untuk menghitung biaya penyusutan alat-alat yang dipakai peternak
digunakan metode penyusutan garis lurus (Staight Line Methode) yang
dikemukakan Niswonger (1997) yaitu:
D=_C_-_S_V UL
dimana:
o = Nilai penyusutan alat (RplTahun)
C = Harga perolehan (Rp/unit)
SV = Estimasi nilai residu (Rp/unit)
UL = Estimasi umur (tahun)
Menghitung besarnya insentif yang diterima peternak berdasarkan Indeks
Produksi (IP) yang ditetapkan oleh pihak inti dengan menggunakan rumus :
IP = % Avam hidupX Rata-rata berat badan (kg) X 100 % Rata-iata umur panen X FeR
Dimana:
IP
% Ayam hidup
Rata-rata berat badan
= Indeks Produksi
= Ayam keluar/ayam masuk
= Serat daging/jumlah ayam panen
(Kg/proses Produksi)
40
FCR ( Feed Convertion Ratio) = Jumlah pakan yang dikonsumsi/berat
daging
Menghitung insentif peternak, digunakan rumus yang juga telah
diberikan oleh pihak inti yaitu:
Insentif = Jumlah ayam keluar X Bonus berdasar IP
3.3.3.3. Formulasi Model Keh1itraan
Untuk menformulasikan model kemitraan yang bisa mengembangkan
peternakan ayam ras pedaging dalam konteks pengembangan ekonomi lokal
yang berbasis peternakan di Kota Pekanbaru, pada kajian ini dilakukan dengan
pendekatan deskritif kualitatif, dimana dari data diperoleh di lapangan akan
dikumpulkan faktor-faktor apa saja yang mer1dorong pengusaha untuk
melakukan kemitraan dengan peternak perunggasan terutama ayamras
pedaging di Provinsi Riau, sedangkan aspek peternak melihat juga faktor-faktor
apa yang mendorong untuk bermitra dengan masing-masing model kemitraan
yang dilaksanakan. Selanjutnya data-data tersebut dianalisis dengan Logical
Framework Approach (LFA) untuk dapat menentukan, model kemitraan yang
bagaimanakah yang sebenarnya diinginkan oleh petani dan dapat membantu
meningkatkan pendapatan mereka.
Metode pengolahan dan analisis data pada penelitian ini dapat dirangkum
seperti pad a Tabel 2.
Tabel 2. Metode Pengolahan dan Analisis Data Pada Penelitian Strategi Pengembangan Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru
41
Tujuan Data Yang Sumber Data Metode Analisis Dibutuhkan Data
Mengidentifikasi - Macam-macam - Perusahaan - Deskriptif dan Mengevaluasi model kemitraan pelaksana Pola-Pola' dan pesertanya. program Kemitraan - Implementasi kemitraan.
pelaksanaan - Peserta Program. kemitraan.
Perbandingan - Jumlah pendapatan - Peserta - BIC Ratio tingkat peserta kemitraan program - RIC Ratio pendapatan dalam satu periode kemitraan. peternak pada masing-
masing model kemitraan.
- Jumlah biaya yang dikeluarkan peserta kemitraan dalam satu periode pada masing-masing model kemitraan.
Formulasi model - Model kemitraan - Peserta - LFA kemitraan yang diinginkan program
oleh peternak. kemitraar. dan stakeholders.
3.4. Metode Perancangan Program
Setelah ditetapkan strategi pengembangan petemakan ayam ras
pedaging dalam model kemitraan di Kota Pekanbaru, selanjutnya disusun
rancangan program untuk direkomendasikan kepada pihak terkait. Perancangan
program dimaksud dilakukan dengan metoda Logical Framework Approach (LFA)
dan melibatkan stakeholders terkait.
Pemiiihal'1 metoda ini didasarkan pad a pemikiran bahwa mptoda in; bisa
digunakan untuk menganalisis masalah dimulai dari menentukan masalah OOK-ok
42
dan menentukan masalah prioritas. Oalam hal ini metoda LFA lebih apJikatif
untuk dilaksanakan dalam upaya pengembangan peternakan ayam ras pedaging
di Kota Pekanbaru. Prosedur yang dilakukan dalam metoda ini :
1. Melakukan identifikasi komponen kemitraan peternakan ayam ras pedaging
yang memiliki peranan penting dalam pengembangan sub sektor peternakan.
2. Menghitung kontribusi pendapatan yang bisa diterima peternak jika
tergabung dalam suatu kemitraan.
3. Menghitung efisiensi usaha ternak bagi peternak yang tergabung dalam
kemitraan.
4. Mengukur implementasi pelaksanaan berbagai model kemitraan yang telah
ada agar bisa diambil suatu bentuk model kemitraan yang bisa diterima oleh
peternak dan perusahaan.
5. Mengadakan pendekatan dan komunikasi dengan stakeholders terkait
tentang hasil kajian.
6. Menganalisis informasi yang didapat dari stakeholders tersebut, kemudian
disusun suatu draft model kemitraan yang bisa didukung oleh pemerintah.
7. Melakukan sosialisasi terutama kepada kelompok sasaran, sehingga model
kemitraan dimaksud dapat dilaksanakan.
IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Keadaan Umum Daerah Penelitian
Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1987, daerah Kota
Pekanbaru diperluas dari 446.50 km2 menjadi 632,26 km2 yang berarti luasnya
bertambah sekitar 185,76 km2. Untuk lebih menciptakan tertib pemerintahan dan
pembinaan, Kota Pekanbaru yang semula terdiri dari 8 kecamatan dan 45
kelurahan/desa, dengan keputusan Gubernur KDH Tingkat I Nomor 55 Tahun
1999 tanggal21 Oktober 1999 dibentuklah kelurahan baru menjadi 50 kelurahan.
Kota Pekanbaru keadaannya relatif datar dengan struktur tanah pada umumnya
terdiri dari jenis Alivial dan pasir, sedangkan daerah pinggiran kota terdiri dari
jenis tanah organorsol dan humus yang merupakan rawa-rawa dan memiliki sifat
asam.
Kota Pekanbaru beriklim tropis den§an suhu udara maksimum berkisar
antara 32,6 DC - 36,5 DC dan suhu minimum berkisar antara 19,2 DC - 22,0 DC.
Curah hujan 62,8 - 407,8 mm per tahun dengan keadaan musim berkisar; musim
hujan jatuh pada bulan September sampai Februari dan musim kemarau jatuh
pad a bulan Maret sampai dengan Agustus. Kelembaban maksimum antara 90% -
100% dan kelembaban minimum berkisar antara 41 % - 59% (Pekanbaru Dalam
Angka,2004).
Kota Pekanbaru berbatasan sebelah Utara dan Timur dengan Kabupaten
Siak, Selatan dan Barat dengan Kabupaten Kampar. Mengenai jarak kota
Pekanbaru dsngan kabupaten dan kota lainnya adalah 50 km ke Bangkinang.
131 km ke Bengkalis, 156 km ke Rengat, 186 km ke Dumai, 213 km ke
Tembilahan dan 287 km ke Batam (Pekanbaru Dalam Angka, 2004).
43
44
4.1.1. Keadaan Penduduk
Dari pengolahan data Registrasi Penduduk tahun 2004 di peroleh angka
jumlah penduduk tahun 2003. Penduduk Kota Pekanbaru berjumlah 653.435
jiwa, dengan rincian penduduk laki-Iaki sebesar 328.626 jiwa dan penduduk
perempuan sebesar 324.809 jiwa yang mendiami wilayah 723,21 km2• Untuk
lebih jelasnya dapat di lihat pada Tabel3.
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru Dirinci Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2003
Kelompok Umur Laki-Iaki Perempuan Jumlah Persentase (Tahun) (orang) (orang) (orang) (%)
0-14 103.866 106.797 210.663 32,24
15-55 208.141 201.805 409.946 62,73
di atas 55 16.618 16.208 32.826 5,03
Jumlah 328.626 324.809 653.435 100,00 Sumber: Pekanbaru Dalam Angka, 2004
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah p~nduduk Kota Pekanbaru yang
berada pad a usia produktif lebih tinggi, yaitu 409.946 jiwa (62,73%) dan 243.489
jiwa (32,24%) penduduk tergolong usia tidak produktif (penduduk yang belum
produktif dan penduduk yang tidak produktif). Persentase jumlah penduduk
tersebut menggambarkan bahwa Kota Pekanbaru telah memiliki potensi sumber
daya manusia kerja terutama tenaga kerja produktif yang diharapkan mampu
mengelola potensi sumber daya alam yang tersedia.
Dari Tabel 4 diketahui bahwa ketersediaan lapangan pekerjaan penduduk
kota Pekanbaru bervariasi dan yang paling besar adalah pada bidang
perdagangan yang berjumlah 164.212 jiwa (25,74%), sedangkan yang terkeciI
adalah pada bidang pertambangan dan penggalian yaitu 11.795 jiwa atau 1,65%.
45
Tabel4. Jumlah Penduduk Produktif Kota Pekanbaru Berdasarkan Lapangan Pekerjaan Utama Tahun 2003
No. Lapangan Pekerjaan Utama Jumlah Persentase
Penduduk (orang) (%)
1 Pertanian 16.348 2,11
2 Pertambangan dan Penggalian 11.795 1,65
3 Industri Pengolahan 40.981 5,30
4 Konstruksi 42.917 6,63
5 Perdagangan 164.212 25,74
6 Komunikasi dan Angkutan 29.695 4,43
7 Keuangan 14.656 2,83
8 Listrik, Gas dan Air 89.342 14,04
Jumlah 409.946 62,73
Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2004
Kota Pekanbaru terdiri dari 8 kecamatan, dimana penyebaran penduduk
masing-masing kecamatan tersebut berbeda-beda. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Perbandingan Luas Wilayah dan Jumlah Penduduk di Kota Pekanbaru Tahun 2003
Luas Penduduk No Kecamatan km2 % Jumlah %
1 Tampan 199,79 27,63 155.543 24,18
2 Bukit Raya 299,08 41,35 194.125 29,56
3 Lima Puluh 4,04 0,56 46.774 7,12
4 Sail 3,26 0,45 24.333 3,71
5 Pekanbaru Kota 2,26 0,31 33.174 5,05
6 Sukajadi 5,10 0,71 69.217 10,54
7 Senapelan 6,65 0,92 39.339 5,99
8 Rumbai 203,03 28,07 90.931 13,85
Jumlah i
723,21 100,00 653.435 100,00 Sumber : Pekanbaru Dalam Angka, 2004
Penyebaran penduduk berdasarkan kecamaian yang ada di kota
Pekanbaru tidak sama. Hal ini dapat dilihat pad a jumlah penduduk setiap
46
kecamatan. Kecamatan Bukit Raya memiliki wilayah terluas yaitu 299,08 km2
atau 41,35% dari luas kota Pekanbaru. Sedangkan kecamatan Pekanbaru Kota
memiliki wilayah yang terkeciI yaitu 2,26 km2 (0,31%). Jumlah penduduk yang
terbesar terdapat di kecamatan Bukit Raya yaitu 194.125 jiwa, sedangkan
kecamatan Sail memiliki penduduk yang terkecil yaitu sebanyak 24.333 jiwa.
4.1.2. Prasarana dan Sarana
Dalam rangka menunjang pemanfaatan dan penggunaan potensi
sumberdaya pembangunan yang terdapat disuatu daerah secara optimal tidak
akan terlepas dari masalah ketersediaan sarana dan prasarana pendukung
sebagai berikut :
4.1.2.1. Transportasi dan Komunikasi
Trasportasi dan komunikasi merupakan faktor yang sangat penting dalam
menunjang proses pembangunan ekonomi suatu wilayah. Penggerakan
pembangunan dan pemberdayaan ekonomi rakyat terutama yang berada pada
wilayah pinggiran kota, dengan adanya sarana transportasi dan komunikasi
memegang peranan yang sangat penting dan merupakan salah satu urat nadi
pembangunan. Sehingga perkembangan peternakan sangat membutuhkan
kelancaran dalam berkomunikasi dan kelancaran tranportasi.
Usaha peternakan kita ketahui banyak dilakukan jauh dari daerah
pinggiran kota. Pad a lokasi penelitian masih terlihat sarana transportasi belum
memadai, dimana kondisi jalan-jalan masih berada dalam kondisi belum diaspal,
ber!obang~!obang, campuran tanah dan pasir, sehingga apabila terjadi hujan
ja1an akan menjadi lie!n dan kendaran pemasok makamm dan pemasaran ayam
susah mencapai lokasi peternak.
47
Dalam mengembangkan ekonomi kerakyatan dalam usaha peternakan
ayam ras pedaging maka hal ini menjadi penghambat, karena ayam ras
pedaging mempunyai perhatian yang khusus baik dari segi makanan maupun
segi pengobatan dan pemasaran. Keterlambatan pasokan makanan dan obat
obatan akan menjadi permasalahan terhadap kesehatan ayam sedangkan
keterlambatan pemasaran akan menambah biaya produksi.
Berkaitan dengan komunikasi didaerah penelitian, terlihat bahwa peternak
sudah dapat melakukan komunikasi dengan lancar baik komunikasi dengan
pihak perusahaan maupun dengan konsumen pemasaran dengan menggunakan
sarana handphone. Komunikasi lain yang didapat oleh masyarakat didaerah
penelitian berupa media masa yang umunya berasal dari riau sendiri dan juga
media nasional melalui radio dan televisi.
4.1.2.2. Kelistrikan dan Air Bersih
Didalam melakukan usaha peternakan ayam ras pedaging fasilitas listrik i
dan air bersih sangat dibutuhkan sekali. Dari: pengamatan dilapangan diketahui
bahwa peternak di Kota Pekanbaru telah memanfaatkan sarana penerangan
listrik. Dari responden diketahui bahwa ketersediaan sarana listrik sangat
membantu usaha peternakannya, terutama dalam aspek pemeliharaan maupun
dari segi keamanan. Dari segi biaya, peternak sangat terbantu apabila
dibandingkan dengan menggunakan lampu lain.
Untuk air bersih, ini berhubungan langsung dengan budidaya peternakan
ayam. Penggunaan air yang selalu dilakukan untuk minum, cuci peralatan
kandang dan pembersihan kandang setiap panen selesai. Dari pengamatan
dilapangan ketersediaan air bersih petemak didapat dari sumur pompa sendiri,
hal ini disebabkan air dari PDAM belum sampai kelokasi peternak.
48
4.1.2.3. Lembaga Keuangan
Majunya dunia usaha berkaitan erat hubungannya dengan keberadaan
lembaga keuangan dilokasi tersebut. Pad a saat sekarang kondisi masyarakat
usaha kecil mengharapkan sekali bantuan permodalan, hal ini dikarenakan
usaha kecil masih dihadapi oleh kendala kekurangan modal usaha.
Lebaga keuangan yang ada di Kota Pekanbaru didominasi oleh Bank-
Bank, baik dari swasta maupun dari pemerintah. Dari pengamatan dilapangan
peternak sudah terikat dengan Bank yang sarna dengan perusahaan inti. Hal ini
sangat membantu peternak dan perusahaan berhubungan keuangan dengan
menggunakan jasa Bank yang sarna untuk mentransfer dana dari inti ke peternak
atau sebaliknya dari peternak ke inti.
4.1.2.4. Pendidikan
Pendidikan merupakan salah satu faktor sarana yang dibutuhkan dalam
upaya menggerakkan ekonomi kerakyatan. di Kota Pekanbaru sarana pendidikan i
ini sudah cukup memadai yang dlkelola oleh pihak swasta dan pemerintah mulai
dari TK sampai Perguruan Tinggi. Seperti terlihat dalam Tabel 6.
Tabel6. Sarana Pendidikan di Daerah Penelitian Tahun 2003
No. Jenis Sekolah Jumlah (unit)
1. Taman Kanak-Kanak/Play Group 114 2. Sekolah Dasar 233 3. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama 625 4. Sekolah Menengah Atas 32 5. Sekolah Menengah Kejuruan 22 6. Perguruan Tinggi 21
Total 1.047 , Sumber . PeKanbaru Dalam Angka, 2004
49
4.1.2.5. Kesehatan.
Di daerah penelitian fasilitas kesehatan sudah cukup memadai, seperti
terdapat rumah sakit swasta dan pemerintah serta balai-balai pengobatan yang
tersebar merata di daearah penelitian. Dari fasilitas yang tersedia menunjukkan
tingkat kesehatan masyarakat cukup diperhatikan, seperti terlihat pad a Tabel7.
Tabel7. Fasilitas Sarana Kesehatan di Kota Pekanbaru Tahun 2003
No. Sarana Kesehatan Jumlah (unit)
1. Rumah sakit umum 11
2. Rumah Sakit Bersalin 41
3. Balai Pengobatan 51
4. Puskesmas 14
5. Puskesmas Pembantu 30
6. Rumah bersalin 17 Total 164
Sumber: Pekanbaru Dalam Angka, 2004
4.1.2.6. sarana Lain i
Prasarana lain yang penting bagi peternak yaitu pasar. Pasar merupakan
salah satu sarana yang harus ada jika roda ekonomi kerakyatan akan digerakkan
sebab pasar merupakan tempat dimana para produsen seperti peternak
memperoleh uang dari hasii produksi peternakannya. Pasar di Kota Pekanbaru
cukup mendukung untuk pemasaran produk ayam ras pedaging, terbukti dengan
terdapat pasar tradisional ditiap kecamatan dan tersebarnya pusat perbelanjaan.
4.2. Populasi dan Perkembangan Ternak di Kota Pekanbaru
SumbSi daya alam cukup mendukung dalam pengembangan peternakan
terutama di Kota Pekanbaru. Sebagai gambaran pad a tahun 2001 jumlah
50
produksi daging di Kota Pekanbaru berjumlah 9.662.246 kg, pada tahun 2002
berjumlah 9.927.468 kg dan tahun 2003 berjumlah 10.500.900 Kg. Data ini
menunjukan bahwa produksi daging mengalami peningkatan sebesar 2,74% dari
tahun 2001 ke tahun 2002 dan sebesar 5,46% dari tahun 2002 ke tahun 2003.
Berdasarkan kesesuaian/kecocokan kondisi agroklimat dan agroekosistim
terlihat adanya dukungan prospek serta potensi peternakan yang dapat
dikembangkan pada lahan kosong. Dari data tersebut terlihat bahwa komoditas
yang terbesar untuk dikembangkan adalah ternak ayam ras pedaging yaitu
sebesar 11.094.768 ekor dan baru dimanfaatkan sebanyak 9.360.823 ekor
sehingga potensi tersedia sebesar 1.733.945 ekor. Jumlah populasi ternak,
potensi dan pemanfaatan daging berbagai jenis ternak di Kota pekanbaru pada
tahun 2003 dapat dilihat pada Tabel 8.
Tabel 8. Jumlah Produksi, Potensi dan Pemanfaatan Daging Dari Berbagai Jenis Ternak di Kota Pekanbaru Tahun 2003
No. Komoditi i Produksi Potensi Pemanfaatan (kg) (ekor) (ekor)
1. Sapi Potong 1.235.112 26.326 24.422 2. Kerbau 394.685 1.792 1.678 3. Kambing 63.467 66.296 3.257 4. Babi 172.245 54.786 8.445 5. Ayam Ras Petelur 151.000 892.634 141.410 6. Ayam Ras Pedaging 7.439.141 11.094.768 9.360.823 7. Ayam Buras 910.000 780.110 517.582 8. Itik 135.250 115.764 36.674
Jumlah 10.500.900 13.032.476 10.094.291
Sumber: Dlnas Peternakan Kota Pekanbaru, 2004
Potensi inilah yang mejadi sasaran kemitraan yang ada ditambah dengan
peternak musiman/peternak mandiri untuk dapat memenuhi peiuang yang ada.
Peluang peternakan di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel9.
51
Tabel9. Potensi Luas Lahan dan Peluang Peternakan di Kota Pekanbaru Tahun 2003
Potensi Potensi
Pemanfa-Peluang
No Komoditi Luas Lahan atan
(Ha) (ekor)
(ekor) (ekor)
1. Sapi Potong 206,70 6.326 4.422 1.904
2. Sa pi Perah - - - -3. Kerbau 112,24 1.792 1.678 114
4. Kambing 165,74 66.296 3.257 63.039
5. Babi 146,96 54.786 8.445 46.341
6. Ayam Ras Petelur 337,40 892.634 141.410 751.224
7. Ayam Ras Pedaging 551,10 11.094.768 9.360.823 1.733.945
8. Ayam Buras 338,70 780.110 517.582 262.528
9. Itik 118,30 115.764 36.674 79.090
Jumlah 1.977,14 13.012.476 10.074.291 2.938.185
Sumber : Dlnas Peternakan Kota Pekanbaru, 2005
4.3. Karakteristik Responden
Responden yang dijadikan sam pel dalam penelitian ini terdiri dari
peternak ayam ras pedaging yang melakukan hubungan kemitraan dengan
perusahaan/inti yang berbeda dengan model yang berbeda pula, yaitu Model PIR
Charoen Pokphand, Model PIR Confeed, Model PIR Ramah Tamah Indah dan
Model PIR Makmur Jaya. Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini
sebanyak 36 responden petemak, dimana masing-masing perusahaan inti
diwakili oleh 9 responden yeng terbagi kepada 3 strata. Karakteristik responden
yang diamati adalah umur, tingkat pendidikan, jenis peke~aan utama, dan
pengalaman beternak.
52
4.3.1. Umur
Umur dapat menggambarkan tingkat kematangan setiap individu peternak
dalam mengambil tindakan maupun resiko yang akan diperolehnya dikemudian
hari. Disamping itu, umur peternak juga dapat dijadikan sebagai patokan utama
dalam melakukan usaha budidaya temak ayam ras pedaging yang dapat
mempengaruhi tingkat keseriusan usaha yang digelutinya. Pada umumnya
indikator umur sering dikaitkan dengan angkatan ke~a, baik produktif maupun
yang non produktif.
Kisaran umur responden yang diteliti berkisar antara 20 tahun sampai
dengan 50 tahun. Hal tersebut menunjukkan bahwa sebagian besar peternak
ayam ras pedaging merupakan angkatan kerja yang digolongkan produktif. Untuk
lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel1 o.
Tabel10. Distribusi Umur Responden
No Umur Peternak (Tahun) Jumlah (orang) Persentase (%) I
1. 20-29 6 16,67 2. 30-39 18 50,00 3. 40-49 10 27,78 4. ;::: 50 2 5,55
Jumlah 36 100,00
Dari Tabel 10 terlihat bahwa distribusi umur responden yang terbesar
berada pada kelompok umur 30-39 tahun yaitu sebanyak 18 orang atau 50%.
Dilain pihak kelompok umur antara 40 sampai dengan 49 berjumlah 10 orang
atau 27,78% yang menduduki urutan ke dua dan kelompok umur antara 20
sampai dengan 29 sebanyClk 6 orang atau 16,67% yang mendl!c!uki !.Jrl!tan ke
tiga dan kelompok umur di atas 50 tahun sebar.yak 2 orang atau 5,55%.
53
Dari sebaran kelompok tersebut menunjukkan bahwa dalam melakukan
usaha budidaya ternak ayam ras pedaging lebih banyak dilakukan oleh peternak
yang memiliki umur yang berkisar antara 30 sampai dengan 39 tahun atau
dengan kata lain bahwa pad a kelompok tersebut merupakan kelompok umur
produktif yang paling dominan dari responden.
4.3.2. Tingkat Pendidikan Responden
Dari hasil pengumpulan data dilapangan, para peternak ayam ras
pedaging memiliki tingkat pendidikan yang relatif bervariasi yaitu dari tingkat
Sekolah Dasar sampai dengan Perguruan Tinggi. Dari kondisi tersebut diperoleh
gambaran bahwa seluruh peternak ayam ras pedaging yang diambil sebagai
responden dapat menyelesaikan pendidikan formalnya sesuai dengan tingkatan
masing-masing. Pada Tabel 11 disajikan data tentang tingkat pendidikan serta
lamanya pendidikan yang pernah ditempuh oleh responden.
Tabel 11. Tingkat dan Lamanya Pendidikan Responden
No Til1~kat Lama Pendidikan Jumlah Persentase PendiCtikan (Tahun) (orang) (%)
1. SO 6 8 22.22 2. SLTP 9 6 16.67 3. SLTA 12 12 33.33 4. PT ~ 13 10 27.78
Jumlah 36 100,00
Tabel 11 menunjukkan bahwa tingkat pendidikan formal yang dimiliki oleh
peternak responden di lokasi penelitian umumnya didominasi oleh pendidikan
tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas dan Pendidikan Tinggi yaitu masing-
masing be~umlah 12 orang atau 33.33% dari jumlah responden. Sedangkan
peternak yang memiliki tingkat pendidikan Perguruan Tinggi berada pada jumlah
54
kedua yaitu berjumlah 10 orang atau 27.78%. Adapun perternak yang memiliki
pendidikan tingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama berada pada urutan ke
tiga yaitu sebanyak 6 orang atau 16.67% dari jumlah responden. Sedangkan
tingkat pendidikan yang terendah yaitu Sekolah Dasar berada pada urutan
empat sebanyak 8 orang atau 22.22%.
4.3.3 Pengalaman 8eternak dan 8ermitra.
Dalam melakukan aktivitasnya usaha budidaya ternak ayam ras pedaging
pengalaman berusaha yang dimiliki para peternak relatif bervariasi yaitu berkisar
satu hingga sepuluh tahun. Sedangkan pengalaman bermitra peternak juga
bervariasi dari satu tahun hingga lima tahun. Hal ini menampakan bahwa
peternak sudah melakukan usaha ternaknya sebelum melakukan kerjasama
bermitra. Pengalaman usaha ini erat kaitannya dengan tingkat keterampHan dan
kemampuan setiap individu dalam beternak. Semakin lama pengalaman
melakukan usaha budidaya ternak ayam ras pedaging maka akan semakin baik
pula hasil yang bakal diperoleh dan begitu juga sebaliknya, semakin sedikit
pengalaman usahanya, maka semakin rendah hasH yang diperoleh oleh peternak
yang bersangkutan.
Dari gambaran umum pengalaman usaha ternak ayam ras pedaging
masing-masing model (Tabel 12), menggambarkan bahwa peternak sudah
mempunyai pen gala man yang cukup dalam bermitra. Hal ini dapat dilihat dari
pengalaman bermitra yang sedah mencapai rata-rata tiga tahun. Selain itu
peternak juga sudah mendapatkan pengalaman bermitra dengan perusahaan
kemitraan lain. Dari data tersebut menunjukkan adanya terjadi perpindahan
peternak dari model yang satu kemodel yang lain.
55
Tabel12. Pengalaman Responden Dalam Beternak dan Bermitra
No Inti/Prsh
1. RTI
2. Makmur
3. Confeed
i
4. Pokphand
Keterangan : * -***-
Strata Beternak (thn) RTI
1 4,0 1,0*** 2,0 1,0** 3,0 1,5**
2 4,0 1,5** 5,0 1,0*** 3,0 1 5**
3 8,0 2,5*** 9,0 1,0*** 5,0 1,5***
1 5,0 . -1,0 -2,0 -
2 5,0 -3,0 -3,0 -
3 6,0 -8,0 -4,0 -
1 3,0 -1,0 -4,0 -
2 5,0 -2,0 -5,0 -
3 10,0 -8,0 -5,0 -
1 4,0 -4,5 -6,0 -
2 3,0 -6,0 -5,0 -
3 7,0 -5,0 -6,0 -
kemitraan pertama diikuti kemitraan ketiga dilKuti
Lama Dalam Kemitraan (thn) MJ Confeed Pokphand Total - 1,5** 0,5* 3,0 - - 0,5* 1,5 - - 1,5* 2,0 - 0,5* - 2,0 - 2,5** 1,5* 5,0 - - 1,0* 2,5 - 2,0** 2,0* 6,5 - 3,5** 2,5* 7,0 - 2,5** 1,0* 5,0
1,5*** 2,0* 0,5** 4,0 0,5** 0,5* - 1,0 0,5** 1,5* - 2,0 3,0** - 1,0* 4,0 1,0*** 1,5* 0,5** 3,0 1,0*** 1,0** 1,0* 3,0 1,0** 3,0* - 4,0 1,5*** 1,5** 1,0* 4,0 3,0* - - 3,0
- 2,0** 1,0* -- 1,0* - 1,0 - 1,0** 2,0* 3,0 - 2,0** 3,0* 5,0 - 1,0** 1,0* 2,0 - 2,0** 2,0* 4,0 - 2,0** 3,0* 5,0 - 2,0** 2,0* 4,0 - 2,0** 2,0* 4,0 - - 2,0* 2,0 - 1,5* 2,5** 4,0 - - 5,0* 5,0 - - 2,5* 2,5 - 2,0* 3,0** 5,0 - 1,0* 3,0** 4,0 - 1,0* 3,0** 4,0 - - 4,0* 4,0 - 1,0* 3,0** 4,0
** = kemitraan kedua diikuti
Dengan adanya pengalaman bermitra dengan yang lain berarti peternak
sudah mendapatkan cara beternak dan dapat membandingka~ manajemen
56
beternak dari model yang pernah diikutkannya. Dari data juga dapat dilihat
bahwa peternak yang bermitra dengan model kemitraan RTI dan Makmur Jaya
merupakan peternak yang sudah bermitra sebelumnya dengan perusahaan
besar kemitraan yaitu model Charoen Pokphand atau model Confeed.
4.3.4 Jenis Pekerjaan Pada Usaha Peternakan Ayam Ras Pedaging
Jenis peke~aan utama yang dimiliki peternak akan mempengaruhi tingkat
keseriusan peternak dalam menjalankan usahanya. Untuk dapat melihat jenis
pekerjaan peternak pada usaha peternakan ayam ras pedaging pada Tabel 13.
Tabel13. Distribusi Peternak Plasma Menurut Status Usaha Ternak Unggas.
Status usaha ternak ayam Jumlah (orang) Persentase (%) I Utama 24 67
Sampingan 12 33
Total 36 100
bari Tabel 13 tergambar bahwa sebagian besar peternak, yakni 67%
menjadikan usaha peternakan ayam ini sebagai usaha utama dan 33% lagi
menjadikan usaha peternakan pekerjaan sampingan. Bagi peternak yang
menjadikan usaha peternakan ayam sebagai usaha jenis mata pencarian utama,
mereka lebih serius dalam melakukakan usaha dan mengelola peternakannya,
apalagi bagi peternak yang tak mempunyai pekerjaan sampingan. Keseriusan ini
juga berkaitan dengan investasi yang cukup besar pad a usaha peternakan ayam
ras pedaging ini.
Bagi peternak yang menjadikan usaha ini sebagai usaha sampingan,
terbagi atas beberapa kelompok pula, Pertama peternak yang memiliki kandang
disekitar rumah peternak, maka peternak ikut beke~a dalam peternakannya
57
walaupun pekerjaan tersebut sekedar membantu dalam fungsi kontrol saja,
sedangkan pekerjaan utama dilakukan oleh tenaga kerja luar keluarga atau yang
disebut juga dengan istilah anak kandang. Kedua peternak yang hanya memiliki
usaha peternakan namun sedikitpun tidak ikut dalam kegiatan pekerjaan
produksi. Pekerjaan sepenuhnya diserahkan kepada tenaga ke~a luar keluarga
yang dianggap telah bisa mengelola usaha peternakan dan merupakan orang
yang betul-betul bisa dipercaya oleh si pemilik.
v. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Indetifikasi dan Evaluasi Model-Model Kemitraan di Kota Pekanbaru
5.1.1. Implementasi model PT Charoen Pokphand
Perusahaan ini merupakan perusahaan besar yang berpusat di Thailand.
di Indonesia perusahaan ini berpusat di Jakarta, sedangkan untuk wilayah
Sumatera dibagi atas dua, yaitu berpusat di Palembang untuk daerah Jambi,
Bengkulu dan Lampung. Daerah Sumatera lainnya seperti Sumatera Sarat,
Sumatera Utara, Aceh dan Riau berpusat di Medan.
Perusahaan ini bergerak dibidang agribisnis peternakan yang mengelola
banyak lini produk peternakan mulai dari produk hulu sampai produk hilir
peternakan. Produk yang dihasilkan terdiri dari (1) Pembuatan pakan ternak
(2) Peternakan ayam petelur, (3) Pembibitan DOC petelur dan pedaging,
(4) Breeding Farm atau penetasan telur, (5) Peternakan ayam ras pedaging,
(6) Kemitraan model PIR, dan (7) Pengolahan hasil peternakan.
Pad a usaha kemitraan di Pekanbaru perusahaan ini membuat anak
perusahaan dengan nama PT Nusantara Unggas Jaya. Perusahaan ini berdiri
pada tahun 1998 sesuai dengan Akta Notaris Nomor 3 Tanggal 2 Juni Tahun
1998. Dalam mengelola kemitraan pad a awalnya perusahaan menjalin hubungan
dengan peternak-peternak yang mengalami masalah akibat resesi ekonomi,
banyak peternak yang gulung tikar saat itu. Resesi yang dirasakan sekali adalah
banyaknya peternak yang tidak sanggup lagi menyediakan modal untuk beternak
karena mahalnya harga pakan dan bibit serta keterbatasan modal dimiliki.
Dengan adanya perusahaan in! peternak dapat lagi berusaha dengan
bekerjasama yang sifatnya saling menguntungkan melalui model PIR ayam ras
58
59
pedaging. Sekarang, kemitraan ini sudah semakin berkembang dengan
melebarkan sayapnya dengan membuka lokasi-Iokasi baru diluar Kota
Pekanbaru. Selain itu manajemen kemitraan juga sudah melakukan penyaringan
dan seleksi bagi peternak yang akan ikut bermitra dengan memberikan
persyaratan-persyaratan yang menjamin kelangsungan keamanan perusahaan.
Persyaratan ini berupa surat berharga yang mempunyai nilai apabila terjadi
kerugian pad a peternak plasma.
Dilihat dari aktivitasnya selama 5 (lima) tahun, model kemitraan Charoen
Pokphand sudah memiliki sebanyak 16 peternak plasma untuk Kota Pekanbaru.
Hal tersebut sangat erat kaitannya dengan upaya pemerintah untuk membantu
mengurangi kemiskinan dengan menciptakan lapangan pekerjaan bagi
masyarakat setempat khususnya peternak.
Deskripsi perjanjian dan persyaratan pada model kemitraan Charoen
Pokphand (Tabel 14), terlihat bahwa umumnya peternak dapat menerima isi
surat perjanjian model kemitraan Charoen Pokphand. Dari hasil penelitian
terhadap penentuan harga jual hasil produksi, harga sapronak dan jaminan tidak
disetujui oleh peternak, karena penentuan harga-harga seharusnya ditentukan
secara bersama namun pelaksanaanya hanya oleh perusahaan inti saja, akan
tetapi peternak tetap mau bekerjasama dengan pihak inti.
60
Tabel14. Deskripsi Implementasi Perjanjian Model Kemitraan Charoen Pokphand
Implementasi Inti Peternak
Kewajiban - Menyediakan sapronak - Menyediakan kandang. secara kredit. - Menyediakan
- Menyediakan peralatan perlengkapan kandang. secara kredit. - Menyediakan tenaga
- Memasarkan hasil produksi. kerja. - Memberikan bimbingan teknis - Mengikuti petunjuk
kepada peternak. bimbingan teknis. - Menghentikan perjanjian - Mengembalikan kredit
kerjasama secara sepihak jika sapronak. petemak melakukan - Hanya memakai sapronak penyimpangan. dari inti.
- Menjual hasil panen hanya kepada inti.
Hak - Menentukan harga sapronak. - Memperoleh kredit - Menentukan harga jual hasil sapronak.
panen. - Memperoleh bimbingan - Menentukan jadwal teknis.
pengiriman sapronak. - Menerima sisa hasil - Menentukan jumlah kredit produksi.
sapronak. - Menentukan harga-harga - Memperoleh hasil panen. secara bersama - Melakukan pemotongan hasil
panen untuk pembayaran kredit sapronak.
Ketentuan - Menerima jaminan berupa - Menyediakan jaminan Lain uang tunai atau surat tanah kredit sapronak.
(tidak tertulis).
5.1.2. Implementasi model PT Confeed
Perusahaan ini juga merupakan perusaaan besar di bidang peternakan.
Perusahaan ini adalah perusahaan multinasional yang menyebar di tanah air. di
Sumatera, perusahaan berpusat di Medan untuk wilayah kerja Provinsi Aceh,
Sumatera Utara, Sumatera Barat dan Riau sedangkan pusat Lampung untuk
wilayah Lampung. Bp.nglculu, Palembang dan .. Iambi.
61
Pada awalnya perusahaan ini di Riau melakukan usaha pembibitan ayam
ras pedaging, yang mesuplai kebutuhan Poultry Shop baik DOC maupun pakan
ayam. Pada tahun 1999 perusahaan ini melakukan usaha kemitraan dengan
peternak plasma yang adadi Pekanbaru. Pad a awal kemitraan peternak plasma
perusahaan ini berasal dari plasma perusahaan lain yang pindah karena adanya
ketidaksesuaian dan juga berasal dari peternak mandiri. Sejak akhir tahun 2004
perusahaan banyak menerima peternak plasma yang belum mempunyai
pengalaman beternak atau peternak baru yang termotifasi setelah melihat
manfaat yang diterima oleh peternak lain yang telah bergabung dalam kemitraan.
Dengan banyaknya peternak yang berminat untuk bergabung, pihak manajemen
membuat persyaratan atau seleksi yang lebih ketat terhadap peternak plasma.
Salah satu jaminan yang harus diberikan peternak kepada perusahaan adalah
uang tunai sebesar Rp2.000 lekor ayam masuk. Hal ini bertujuan untuk menjaga
kerugian perusahaan, apabila dalam proses pemeliharaan terjadi kerugian.
Deskripsi mengenai perjanjian dan persyaratan pada model kemitraan
Confeed (Tabel 15), terlihat bahwa umumnya peternak dapat ~enerima isi surat
perjanjian model kemitraan Confeed. Namun terhadap penentuan harga jual hasil
produksi, harga sapronak dan jaminan tidak disetujui oleh peternak. Selain itu
terhadap masa pembayaran sisa hasil produksi yang seharusnya dilakukan oleh
perusahaan paling lama 14 hari setelah masa pan en selesai, perusahaan
terkadang tidak dapat memenuhinya, karena pembayaran sering dilakukan
melewati masa tersebut bahkan bisa mencapai 30 hari.
62
Tabel 15. Deskripsi Implementasi Perjanjian Model Kemitraan Confeed
Implementasi Inti Peternak
Kewajiban - Menyediakan sapronak - Menyediakan kandang secara kredit. berbentuk panggung
- Menyediakan peralatan dengan perlengkapannya secara kredit. - Menyediakan tenaga kerja.
- Memasarkan hasil produksi. - Mengikuti petunjuk - Memberikan bimbingan bimbingan teknis.
teknis kepada peternak. - Mengembalikan kredit - Menghentikan perjanjian sapronak.
kerjasama secara sepihak - Hanya memakai sapronak jika peternak melakukan dari inti. penyimpangan. - Menjual hasil panen hanya
- Membayarkan sisa hasil kepada inti. produksi paling lambat 14 - Menjamin keamanan dan hari setelah selesai panen. masalah-masalah sosial.
- KaQasitas 5.000 ekor. Hak - Menentukan harga sapronak. - Memperoleh kredit
- Menentukan -harga jual hasil sapronak. panen. - Memperoleh bimbingan
- Menentukan jadwal teknis. pengiriman sapronak. - Menerima sisa hasil
- Menentukan jumlah kredit produksi sapronak. - Secara bersama
- Memperoleh hasil panen. menentukan harga-harga - Melakukan pemotongan hasil
panen untuk pembayaran kredit sapronak.
Ketentuan - Menerima jaminan berupa - Menyediakan jaminan Lain uang tunai sebesar Rp2.000 kredit sapronak.
per ekor. - Menyediakan prasarana jalan.
5.1.3. Implementasi model Ramah Tamah Indah (RTI)
Ramah Tamah Indah berdiri sejak tahun 1983 di kota Pekanbaru. Sejak
berdirinya RTI mempunyai dasar usaha sebagai pedagang ayam di Pasar Sail
kota Pekanbaru. Karena kondisi pemasaran yang mendukung, perusahaan ini
menambah popu!asi ayamnya dengan rnembuat guda!1g dan me!!jlJa! ayamnya
kepada pedagang, baik langsung diantar kepasar maupun pedagang yang
63
datang menjemput kegudangnya. Selain itu perusahaan ini juga sebagai
pedagang besar yang menyuplai kebutuhan ayam di kabupaten-kabupaten yang
ada di Riau maupun Provinsi tetangga Riau. Dengan pasar yang luas dan
kebutuhan yang cukup banyak maka pihak manajemen mengambil langkah
untuk merangkul peternak-peternak untuk diajak beke~asama dengan konsep
saling menguntungkan dari kedua belah pihak.
Tabel 16. Deskripsi Implementasi Persyaratan Model Kemitraan RTI
Implementasi Inti Peternak
Kewajiban - Menyediakan sapronak - Menyediakan kandang. secara kredit. - Menyediakan
- Menyediakan peralatan perlengkapan kandang. secara kredit. - Menyediakan tenaga
- Memasarkan hasil produksi. kerja. - Memberikan bimbingan teknis - Mengikuti petunjuk
kepada peternak. bimbingan teknis. - Menghentikan pe~anjian - Mengembalikan kredit
kerjasama secara sepihak jika sapronak. peternak melakukan - Hanya memakai sapronak penyimpangan. dari inti.
- Menjual hasil panen hanya kepada inti.
Hak - Menentukan harga sapronak. - Memperoleh kredit - Menentukan harga jual hasil sapronak.
panen. - Memperoleh bimbingan - Menentukan jadwal teknis.
pengiriman sapronak. - Menerima sisa hasil - Menentukan jumlah kredit produksi
sapronak. - Memperoleh hasil panen. - Melakukan pemotongan hasil
panen untuk pembayaran kredit sapronak.
Ketentuan 1- Peternak diizinkan melakukan - Tidak ada I
Lain I
peminjaman dalam bentuk I uang tunai
64
Dari hasil pengamatan dilapangan terlihat bahwa peternak dalam
kemitraan RTI ini adalah peternak plasma yang telah keluar dari kemitraan
Pokphand dan Confeed ditambah dengan peternak mandiri. Sehingga dilihat dari
pengalaman beternak dan be rmitra, sudah mempunyai pengalaman yang cukup
lama. Hal ini sangat mendukung manajemen perusahaan dari peternak yang
mempunyai disiplin kerja untuk dapat menghasilkan produktivitas yang baik.
Deskripsi mengenai perjanjian dan persyaratan pada model kemitraan
RTI (Tabel 16), memperlihatkan bahwa umumnya peternak dapat menerima
perjanjian model kemitraan RTI yang dilakukan secara lisan (tidak tertulis)
walaupun sebenarnya peternak menginginkan pe~anjian tersebut dalam bentuk
tertulis. Namun terhadap kontinuitas pengiriman sapronak, peternak sering
mengeluhkan akan hal ini. Penyebabnya karena perusahaan memang
tergantung dengan pabrik yang merupakan pemasok sapronak bagi perusahaan,
demikian juga halnya dengan bantuan perusahaan dalam bimbingan teknis.
Sedangkan penentuan harga jual hasil produksi dan harga sapronak tidak
disetujui oleh peternak.
5.1.4. Implementasi model Makmur Jaya PS
Perusahaan Makmur Jaya PS berdiri pad a tahun 1982. Pada awal
berdirinya perusahaan Makmur Jaya ini merupakan pedagang sarana kebutuhan
ternak atau Poultry Shop. Perusahaan ini merupakan pedagang besar yang
pemasarannya mencakup daerah Riau daratan dan Riau Kepulauan. Pada tahun
2002 pemasaran DOC, pakan dan obat-obatan mengalami kemacetan, hal ini
disebabkan banyaknya peternak binaannya yang tak sanggup lagi beternak
akibat kondisi ekonomi dan sebagian lagi telah pindah pada model-modei
kemitraan lain yang telah ada. Selain itu sebagai pedagang besar sarana
65
ternak, perusahaan ini juga dituntut oleh sistem sebagai distributor tetap yang
harus mendistribusikan DOC, pakan dan obat-obatan dalam target tertentu.
Dengan permasalahan itu pihak manajemen perusahaan berusaha memenuhi
target dengan merangkul peternak sebanyak-banyaknya untuk dapat beke~a
sarna yang saling menguntungkan kedua belah pihak dengan sistem kemitraan
model PIR.
Model PIR Makmur Jaya adalah model PIR yang terakhir berdiri di
Pekanbaru. Petemak plasmanya merupakan peternak lama yang juga
pelanggannya pada masa lalu. Selain itu peternak plasma yang bergabung juga
berasal dari perpindahan model PIR lain yang sudah ada sebelumnya, terutama
dari perusahaan besar seperti Charoen Pokphand dan Confeed. Hal ini
disebabkan pihak manajemen model PIR Makmur Jaya tidak terlalu kaku, selain
itu juga tidak menuntut adanya jaminan berupa dana tunai atau surat berharga
lainnya. Untuk lebih lanjut mengenai pe~anjian dan persyaratan pad a model
kemitraan Makmur Jaya, seperti dideskripsikan pad a Tabel17.
Pada Tabel 17, terlihat bahwa umumnya peternak dapat menerima isi
perjanjian model kemitraan Makmur Jaya. Pada model kemitraan Makmur Jaya
ini, pe~anjian antara peternak dan perusahaan juga tidak dibuat secara tertulis.
Pada kemitraan Makmur Jaya, kontinuitas pengiriman sapronak, sering
dikeluhkan peternak, hal ini karena perusahaan sangat tergantung dengan pabrik
yang merupakan pemasok sapronak bagi perusahaan. Selain hal tersebut,
bantuan perusahaan dalam bimbingan teknis yang dirasakan peternak sangat
kurang, sedangkan penentuan harga jual hasil produksi dan harga sapronak
tidak disetujni oleh peternak.
66
Tabel17. Deskripsi Implementasi Persyaratan Model Kemitraan Makmur Jaya
Implementasi Inti Peternak
Kewajiban - Menyediakan sapronak - Menyediakan kandang. secara kredit. - Menyediakan
- Menyediakan peralatan perlengkapan kandang. kandang secara kredit. - Menyediakan tenaga
- Memasarkan hasil produksi. kerja. - Memberikan bimbingan teknis - Mengikuti petunjuk
kepada peternak. bimbingan teknis. - Menghentikan perjanjian - Mengembalikan kredit
kerjasama secara sepihak jika sapronak. peternak melakukan - Hanya memakai sapronak penyimpangan. dari inti.
- Menjual hasil panen hanya kepada inti.
Hak - Menentukan harga sapronak. - Memperoleh kredit - Menentukan harga jual hasil sapronak.
panen. - Memperoleh bimbingan - Menentukan jadwal teknis.
pengiriman sapronak. - Menerima sisa hasil - Menentukan jumlah kredit produksi
sapronak. - Memperoleh hasil panen. - Melakukan pemotongan hasil
panen untuk pembayaran kredit sapronak.
Ketentuan - Peternak diizinkan melakukan - Tidak ada Lain peminjaman uang tunai.
5.1.5. 8entuk dan lsi Surat Perjanjian
Dalam mengawali pelaksanaan ke~asama antara peternak ayam ras
pedaging sebagai plasma dengan perusahaan sebagai inti, implementasi
awalnya adalah dengan menyusun anal isis kebutuhan serta perencanaan
kesepakatan pe~anjian ke~asama. Proses penyusunan pe~anjian kerjasama
67
dimulai dengan membicarakan pertimbangan-pertimbangan kebutuhan yang
diperlukan oleh petemak, disesuaikan dengan kemungkinan dan harapan yang
akan diperoleh petemak dari perusahaan.
lsi dari pe~anjian tertulis kerjasama tersebut terdiri dari sebelas pasal
yang menetapkan bahwa kedua belah pihak telah sepakat untuk melakukan
ikatan yang diatur dalam pasal-pasal pe~anjian terse but. Dalam perjanjian
tersebut dapat diketahui hak dan kewajiban dari masing-masing pihak
(perusahaan sebagai inti dan petemak sebagai plasma/calon mitra).
Secara umum hak dan kewajiban dari masing-masing pihak tersebut
adalah sebagai berikut :
Hak Peternak sebagai Mitra
1. Memperoleh kredit modal ke~a dalam bentuk bibit ayam (DOC), pakan, obat
obatan dan vaksin serta peralatan kandang.
2. Mendapatkan petunjuk dan bimbingan teknis serta pengawasan dari dokter
hewan perusahaan secara berkala.
3. Menerima pembayaran hasil produksi/panen secara tunai setelah hasil panen
diterima oleh perusahaan.
Kewajiban Peternak Mitra.
1. Menyediakan kandang-kandang ayam disertai dengan perlengkapan serta
tenaga ke~a yang diperlukan dalam pemeliharaan ayam.
2. Selama pe~anjian terse but berlangsung, petemak mitra tidak diperkenankan
untuk memelihara ayam atau memakai sapronak dari pihak lain.
3. Menyerahkan jaminan kredit modal kerja berupa surat tanah dan sejumlah
dana kepada pihak perusahaan.
68
4. Mengikuti seluruh petunjuk dan bimbingan teknis yang diberikan oleh pihak
perusahaan.
5. Menjual hasil panen kepada pihak perusahaan.
6. Mengembalikan pinjaman kredit sapronak kepada perusahaan setelah
panen.
Hak Perusahaan
1.· Menentukan penggunaan kredit sapronak yang disalurkan kepada peternak
mitra.
2. Menerima jaminan kredit modal ke~a berupa surat tanah dan sejumlah dana
dari peternak mitra.
3. Memperoleh pasokan panenan ayam ras pedaging dari seluruh peternak
mitra.
4. Melakukan pemotongan pembayaran hasil panen peternak mitra untuk
melunasi kredit sapronak.
Kewajiban Perusahaan
1. Menyediakan sarana produksi berupa bibit ayam (DOC), pakan, obat-obatan
dan peralatan kelokasi peternak mitra.
2. Memberikan petunjuk dan bimbingan teknis secara berkala kepada peternak
mitra.
3. Menerima dan menjamin pemasaran hasil panen peternak mitra.
4. Membayar secara tunai hasil penjualan produksi peternak mitra setelah hasil
pa!1enan tersebut c!iterima pihak perusahaan.
69
Selain hak dan kewajiban dari masing-masing pihak tersebut, secara
khusus ada beberapa perbedaan dari kewajiban dan hak masing-masing pihak
yang bermitra, seperti terlihat pada Tabel18.
Tabel 18. Perbedaan Hak dan Kewajiban Perusahaan Inti dan Peternak Mitra Pada 4 Model Kemitraan di Kota Pekanbaru
Model Hak Kewajiban Hak Peternak Kewajiban
Perusahaan Perusahaan Pete rn ak
Pokphand - Menerima - Memberikan - Menerima - Memberikan jaminan dari jaminan jaminan jaminan pada peternak tersediannya ketersediaan perusahaan berupa surat sarana sarana berupa surat tanah/uang. produksi produksi tanah/uang.
Confeed - Menerima - Memberikan - Jaminan - Memberikan jaminan jaminan ketersediaan jaminan pada berupa uang tersedianya sarana perusahaan tunai sapronak produksi berupa uang Rp2.000/ekor ayam masuk
RTI - Hanya - Memberikan - Tidak - Mengenal memilih jaminan memberikan perusahaan peternak ketersediaan Jaminan yang sapronak dikenalnya secara baik
Makmur - Hanya - Memberikan - Tidak - Mengenal Jaya memilih jaminan memberikan perusahaan
peternak yang ketersediaan jaminan dikenalnya sapronak secara baik
Dari ketentuan-ketentuan yang terdapat pad a isi surat perjanjian tersebut
mengatur mekanisme kerjasama yang harus dipatuhi bersama oleh kedua belah
pihak yang bermitra dan mengandung konsekwensi-konsekwensi dalam
pe!aksanafln perjanjian tersebut. Apabila da/am pelaksanaan kerjasama teisebut
dapat berlangsung dengan baik maka kedua belah pihak dapat melanjutkan
70
perjanjian tersebut secara otomatis selama 7 (tujuh) periode pemeliharaan.
Sebaliknya apabila terjadi perselisihan antara kedua belah pihak akan ditempuh
cara musyawarah. Namun jika salah satu pihak tidak dapat menerima
kesepakatan hasil musyawarah tersebut, maka dapat ditempuh jalan hukum
hingga ke pengadilan.
Dalam penetapan pe~anjian ke~asama seperti dalam isi surat perjanjian,
maka pihak ketiga selaku pembina (fasilitator) sudah terlibat sejak awal terutama
Dinas Peternakan setempat, namun dalam pelaksanaan di lapangan,
peranannya belum dirasa memuaskan bagi peternak mitra. Disamping pihak
pemerintah yang terlibat, dalam penandatanganan pe~anjian tersebut juga
melibatkan pihak Notaris, sebagai pihak yang menguatkan isi perjanjian agar
dapat lebih dipertanggung jawabkan ke absahannya.
5.1.6. Evaluasi Terhadap lsi Surat Perjanjian
Evaluasi terhadap isi surat perjanjian kerjasama, bertujuan un~uk
mengetahui sampai sejauh mana isi surat pe~anjian tersebut dapat dijalankan
oleh kedua belah pihak yang melakukan hubungan kerjasama kemitraan. Surat
perjanjian yang sekaligus dapat dijadikan surat keterangan kontrak tersebut
mengatur tatacara yang harus dipenuhi oleh pihak-pihak yang bermitra. Ada hak
yang harus diterima oleh perusahaan sebagai inti disamping kewajiban yang
harus dijalankannya. Demikian pula terhadap peternak, ada hak yang akan
diterimanya dan ada kewajiban yang harus dijalankannya sebagai plasma. Lebih
lanjut tentang evaluasi kesepakatan kemitraan sebagai tabel perbandingan dari
implementasi beberapa model kemitraan ini dapat dilihat pad a Tabel 19.
Tabel20. Matrik Perbandingan Implementasi ke-4 Model Kemitraan Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru
Charoen Pokphand Keterangan f--- Ketentuan Realisasi
~-----~.-Surat I KesHpakatan pe- Ada Perjanjian rusanaan dengan
peternak. (T)
Jenis kandang Jumlah produksi minimal Jaminan peternak Jadwal pengiriman sapronak Sapronak
Harga sapronak
-Bantuan teknis
Panggung (L) 5.1)00 ekor (L)
Surat tanah (L)
Kontinuitas sesuai program (L)
Harus dari perusaan (Tl Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (T)
Rutin dilakukan _: .--.---.--___ t-r:,:p~erusahaan (T) Jadwal panen Kesepakatan
Hargajual
Penghitungan bagi hasil Pengambilan Hasil Produksi T = Tertuhs
porusahaan dengan peternak (L)
Kesepakatan 1= erusahaan dengan peternak. (T)
fKg + insentiv
Setelah panen (T)
L = Lisan
Tercapai Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tercapai
Confeed Ketentuan
Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (Tl Panggung (T) 5.000 ekor (T)
Rp.2.000 fekor (T) Kontinuitas sesuai program (L) Harus dari Rerusaan (T) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (T) Rutin dilakukan perusahaan (T) Kesepakatan perusahaan dengan peternak (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (T) IKg + insentiv
14 hari setelah panen (T)
Realisasi Ada
Tercapai Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tidak tercapai
Ketentuan Kesepakatan perusahaan dengan peternak·1L) Panggung (L) 3.000 ekor (L)
Tidak ada
RTI
Kontinuitas sesuai program (L)
Harus dari perusaan(L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) Rutin dilakukan perusahaan (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) fekor + insentiv
Setelah panen (L)
Realisasi Tidak ada
Tercapai Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tercapai
Tidak tercapai Tidak tercapai
Tercapai
Tercapai
Tercapai
MakmurJaya Ketentuan Realisasi
Kesepakatan Tidak ada perusahaan dengan peternak. (L) Panggung (L) 3.000 ekor (L)
Tidakada
Kontinuitas sesuai program (L)
Harus dari perusaan (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) Rutin dilakukan perusahaan (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak (L) Kesepakatan perusahaan dengan peternak. (L) fekor + insentiv
Setelah panen (L)
Tercapai Tercapai
Tidak tercapai
Tercapai
Tercapai
Tidak tercapai Tidak tercapai
Tercapai
Tercapai
Tercapai
72
Pad a Tabel 19, terlihat bahwa sebenarnya banyak dari ketentuan
ketentuan pe~anjian antara perusahaan dengan peternak yang tidak dapat
direalisasikan, walaupun sebagian besar yang merupakan keharusan peternak
telah direalisasikan oleh peternak. Hal ini dapat diterangkan sebagai berikut :
1. Surat pe~anjian yang merupakan suatu keharusan dalam bekerjasama
antara perusahaan sebagai pihak pertama dan peternak sebagai pihak
kedua, pada model kemitraan Pokphand dan Confeed telah ada, namun
pad a model kemitraan RTI dan Makmur Jaya hal ini tidak ditemukan.
Perjanjian antara kedua pihak hanya diikat oleh suatu bentuk kepercayaan
pad a pe~anjian lisan.
2. Terhadap jenis kandang, semua peternak telah memenuhinya, hal ini sesuai
dengan hasil penelitian, dimana kandang yang dimiliki oleh peternak adalah
kandang berbentuk panggung.
3. Jumlah produksi minimal yang diminta oleh perusahaan, masih banyak yang
tidak dapat dipenuhi oleh peternak. Produksi minimal untuk kemitraan
Pokphand dan Confeed adalah 5.000 ekor, namun dari hasil penelitian,
masih adanya petemak yang memiliki ka~asitas produksi kurang dclri pad a
itu. Hal ini disebabkan oleh kebijaksanaah perusahaan yang menyesuaikan
dengan kondisi pasar dan keinginan peternak dalam menjaga kesehatan
ayam ras pedaging peternakannya. Sedangkan untuk model kemitraan RTI
dan Makmur Jaya, kapasitas produksi minimal yang diminta perusahaan
adalah 3.000 ekor, dan telah dapat dipenuhi oleh peternak mitranya.
4. Secara tidak tertulis, Pokphand meminta peternak mitra untuk membsiikan
su~tu surat tanah yang akan dijadikan perusahaan sebagai jaminan, jika
peternak mengalami kerugian diluar yang mungkin timbul dalam keadaan
73
memaksa (seperti bencana alam), jika sipeternak tidak mampu untuk
memberikan uang tunai sebagai jaminan. Hal yang sarna juga dilakukan oleh
Confeed, namun perusahaan hanya meminta uang tunai sebagai jaminan.
Sesuai dengan hasil penelitian, jumlah yang diminta oleh perusahaan
(Confeed) adalah Rp2.000 per ekor DOC yang ditargetkan. Jaminan yang
diwajibkan oleh kedua perusahaan dirasa oleh peternak plasma sangat
memberatkan. Pada model kemitraan RTI dan Makmur Jaya hal ini tidak
ditemui, bahkan perusahaan cenderung untuk memberikan pinjaman uang
kepada peternak yang sangat memerlukan, dan nantinya harus dibayar
dengan cara memotong hasil panen. Hal ini juga merupakan salah satu faktor
penyebab mulai banyaknya peternak yang beralih ke kemitraan RTI dan
Makmur Jaya.
5. Dalam hal jadwal pengiriman sapronak, perusahaan tidak mampu untuk
memenuhi janjinya, yang paling sering ditemui oleh peternak adalah
keterlambatan yang dilakukan oleh perusahaan. Sesuai dengan isi surat
perjanjian, seharusnya perusahaan mengirimkan sapronak DOC pada 14 hari
setelah satu periode produksi (panen selesai). Berdasarkan hasil penelitian,
perusahaan sering melakukan pengiriman sapronak mencapai 20 hari
bahkan bisa mencapai 60 hari. Hal ini membuat peternak plasma merasa
dirugikan. Kerugian terutama dirasakan pad a saat kandang peternak kosong
untuk waktu yang lama, seluruh biaya yang dikeluarkan untuk penyusutan
kandang dan biaya tenaga kerja tetap harus dikeluarkan oleh peternak.
6. Keharusan membeli sapronak dari perusahaaii inti dalam satu masa
perjanjian (sekitar 7 ka!i periode produksi) c!eh peternak tidak merasa perl ...
dipermasalahkan.
74
7. Harga sapronak yang ditentukan secara sepihak oleh perusahaan terasa
memberatkan dalam kesepakatan yang seharusnya dibuat secara bersama
sarna. Menurut hasil penelitian, peternak selalu melakukan perbandingan
kondisi ini dengan kondisi harga pasaran sapronak diluar kemitraan. Harga
sapronak akan sangat berpengaruh secara lang sung terhadap pendapatan
peternak plasma khusunya peternak pada model kemitraan Pokphand dan
Confeed. Pad a model kemitraan RTI dan Makmur jaya hal ini kurang
dirasakan pengaruhnya oleh peternak, karena pendapatan peternak dari awal
sudah diukur dengan jumlah produksi ayam per ekor yang keluar dalam satu
periode.
8. Bantuan teknis perusahaan yang seharusnya dilakukan secara rutin di
lapangan, oleh kemitraan Pokphand dan Confeed telah dapat dipenuhi, hal
ini karena perusahaan memang memiliki dokter dan tenaga ahli yang terlibat
langsung sebagai karyawan pada masing-masing pola tersebut. Pad a model
kemitraan RTI dan Makmur Jaya, bantuan teknis pada peternak sangat
dirasakan sangat kurang, bahkan cenderung tidak berpengaruh, sebab
kebanyakan jika peternak menemui hal-hal yang tidak diketahui maka
peternaklah yang datang menemui pihak perusahaan untuk bertanya.
9. Penentuan jadwal panen yang terkadang berada diluar kesepakatan sering
membingungkan peternak, apalagi bagi mereka yang berpendidikan rendah
dan kurang pengalaman. Pada dasarnya, perusahaan menjanjikan akan
mengurangi jumlah ternak pada saat kandang dirasakan mulai sempit,
terutama pada model kemitraan Pokphand dan Confeed. Ideal pengukuran
meraka adaiah pada saat ternak memiliki rata-rata berat 1,3 Kg sehar:.Jsnya
telah mulai dipaner. sebahagian untuk mengurangi kepadatan kandang,
75
perusahaan tidak melakukan hal ini padahal kepadatan kandang yang tidak
terkendali akan mengganggu kesehatan ayam. Oleh peternak seringnya
kondisi ini terjadi membuat mereka berfikir untuk tidak mau menerima jumlah
bibit ayam yang masuk sesuai dengan kesepakatan.
10. Tidak tecapainya realisasi harga jual yang dirasakan peternak, disebabkan
harga jual yang berlaku dipasaran cenderung lebih tinggi dari harga dasar
yang ditetapkan perusahaan. Dari penelitian yang dilakukan, hal ini terjadi
pada model kemitraan Pokphand dan Confeed saja. Petemak merasakan
bahwa perusahaan selalu memberikan penghitungan harga terendah dipasar,
sehingga pendapatan peternak menjadi rendah. Diperlukan suatu bentuk lain
sistem penghitungan pembagian hasil. Pada model kemitraan RTI dan
Makmur Jaya tidak ada masalah, sebab perusahaan telah menetapkan suatu
harga yang berpedoman pada jumlah ayam yang dipanen pada suatu
kandang dalam satu periode produksi.
11. Penerapan sistem penghitungan bagi hasil yang dilakukan oleh perusahaan
tidak dirasakan memberatkan oleh petemak, walaupun sebenarnya peternak
masih mendapatkan sisa hasil produksi yang masih dibawah harga pasar.
Selain itu berdasarkan hasil penelitian didapat bahwa peternak belum tahu
persis tentang sistem pembagian keuntungan yang dilakukan oleh inti model
kemitraan lain yang menggunakan sistem per ekor ayam keluar (model
kemitraan RTI dan Makmur jaya).
12. Pada model kemitraan Confeed, pengambilan sisa hasil panen dilakukan 14
hari setelah semU3 ternak produksi da!am satu periode selesai dipanen.
Namun yang dirasakan petemak pembayara!"! yang di!akukan o!eh
perusahaan cenderung tidak tercapai, bahkan yang sering dijumpai lebih dari
76
15 hari setelah panen selesai. Sedangkan peternak untuk model kemitraan
RTI dan Makmur Jaya, sistem pemberian upah Rp500 per ekor dirasakan
sangat membantu.
Dari Tabel 19, dapat juga diketahui secara keseluruhan dari implementasi
pelaksanaan kesepakatan perjanjian kemitraan, belum sepenuhnya dapat
dilakukan sesuai dengan isi kesepakatan bersama.
Jika dilihat dari bentuk dan isi surat perjanjian kerjasama kemitraan serta
aplikasinya dilapangan, ternyata kegiatan kemitraan yang ada belum
sepenuhnya melibatkan pihak ketiga selaku fasilitator atau konsultan yang netral.
Pihak pemerintah dalam hal ini hanya sebatas mengetahui isi perjanjian tanpa
ikut bersama menyusun dan menjembatani antara pihak-pihak yang bermitra.
Pemerintah atau pihak lembaga swadaya masyarakat diharapkan berperan aktif
sebagai pembina dan pengontrol dalam kegiatan kemitraan. Disamping itu
dengan adanya pihak ketiga diharapkan dapat mengeliminer kemungkinan
terjadinya eksploitasi salah satu pihak terhadap pihak lainnya.
5.2. Analisis Tingkat Keberhasilan Usaha dan Pendapatan.
Analisis yang digunakan untuk melakukan pengukuran terhadap tingkat
keberhasilan usaha ternak ayam ras pedaging adalah dengan melakukan
perhitungan analisis biaya per satuan hasil dan perhitungan analisis efisiensi
usaha dengan biaya yang dikeluarkan terhadap usaha tersebut, sedangkan
untuk menganalisis tingkat pendapatan di!akukan dengan menghitung total
penerimaan dikurangi dengan total pengeluaran. Perhitungan lebih lanjut
diuraikan pada bagian berikut.
77
5.2.1. Analisis Biaya Per Satuan Hasil
Dalam melakukan analisis biaya persatuan hasil, dilakukan perhitungan
terhadap total pengeluaran yang dikeluarkan peternak plasma dikalikan dengan
harga masing-masing input, kemudian dibagi dengan total produksi (kg). Input
biaya-biaya produksi yang diperhitungkan meliputi biaya untuk penerangan, gas
atau minyak tanah, solar, oli, formalin, serbuk, transport dan tenaga kerja.
Hasil perhitungan analisis biaya pada usaha budidaya ternak ayam ras
pedaging masing-masing model kemitraan dapat dilihat pada Lampiran 2 sfd 6.
Untuk komposisi biaya-biaya yang dikeluarkan peternak plasma dalam model
kemitraan ayam ras pedaging ini terlihat pada Tabel20.
Tabel20. Komposisi Rata-Rata Biaya Peternak Dalam Satu Periode Pada Model Kemitraan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru Tahun 2005
Biaya Produksi Petemak (%) Inti Pene Gas/m For- ser- Trans Peny Solar Oli TK Total rang tnh malin buk port alat
RTI 1,89 9,66 3,59 2,99 2,64 4,37 0,62 48,04 26,19 100
MJ 0,00 18,75 6,21 1,02 0,50 2,18 0,77 55,11 15,46 100
Confeed 3,88 15,02 9,16 0,44 3,29 3,90 0,68 39,89 23,73 100
Pokphand 2,89 15,66 5,77 1,16 3,17 4,14 0,66 44,81 21,74 100
Dari Tabel 20, terlihat bahwa biaya tenaga kerja pad a Model Kemitraan
Makmur Jaya merupakan persentase yang terbesar, yaitu sebesar 55,11 %.
Biaya tenaga kerja ini menjadi besar karena biaya ini menuntut jumlah tenaga
yang besar sesuai dengan jumlah populasi ternak. Selain itu tingginya biaya
tenaga kerja ini karena pekerjaannya menuntut ketelitian dan kedisiplinan dari
pekerja, sehingga tingkat upah pekerja menjadi tinggi. Pada model kemitraan
Makmur Jays didapat rata-rata upah tenaga ke~a sebesar Rp2S0,581 fekor
DOC.
78
Persentase terendah dari komponen-komponen biaya, terdapat pada
model kemitraan Makmur Jaya pada komponen penerangan, yaitu sebesar
0,00%. Hal ini karena pada Model Kemitraan Makmur Jaya tidak ada peternak
yang menggunakan sarana penerangan listrik PLN. Untuk kebutuhan
penerangan, para peternak pada model kemitraan ini mempergunakan mesin
penerangan sendiri.
Rataan perhitungan analisis biaya persatuan hasil terhadap masing-
masing model kemitraan dapat dilihat pad a Tabel 21.
Tabel 21. Rataan Biaya Peternak Per Satuan Hasil Budidaya Ternak Ayam Ras Pedaging Dalam Satu Periode Pad a Model Kemitraan di Pekanbaru Tahun 2005
Stra Total Total Produksi Rata-rata Biaya (Rp) No Inti/Prsh Pengeluaran ta
(Rp) Kg Ekor Kg Ekor 1. RTI 1 1.555.021 4.734,6 3.893 328,4 399,4
2 3.259.669 9.984,0 8.542 326,5 381,6 3 6.658.782 25.417,0 20.157 262,0 330,3
2. Makmur 1 1.733.913 3.893,5 3.267 445,3 530,7 2 4.106.752 9.518,7 7.059 431,4 581,8 3 5.874.864 15.974,3 10.942 367,8 536,9
3. Confeed 1 2.101.293 6.385,6 3.235 329,1 649,6 2 4.168.967 11.353,0 6.010 367,2 693,7 3 5.313.649 19.741,6 10.444 269,2 508,8
4. Pokphand 1 1.393.307 6.389,3 3.816 218,1 365,2 2 2.114.132 10.145,9 6.112 208,4 345,9 3 7.442.567 28.751,2 16.244 274,3 485,6
Dari hasil perhitungan pada Tabel 21, diperoleh rataan biaya per satuan
hasil masing-masing model kemitraan yaitu untuk Strata 1 biaya terendah
didapat pada model kemitraan Pokphand sebesar Rp218,1 fkg atau Rp365,2
fekor sedangkan biaya tertinggi didapat pada modei iviakmur Jaya sebesai
Rp445,3 Ikg atau Rp530,7 fekoi. Untuk Stara 2 biaya terendah didapat pada
model Pokphand sebesar Rp367,2 fkg atau Rp345,9 fekor sedangkan tertinggi
79
didapat pada model Makmur Jaya sebesar Rp431,4 Ikg atau Rp581,8 lekor.
Strata 3 biaya terendah didapat pada model kemitraan Confeed sebesar Rp262,0
Ikg atau Rp330,3 lekor sedangkan tertinggi didapat pad a model makmur Jaya
sebesar Rp367,8/kg atau Rp536,9/ekor. Keadaan tersebut manunjukkan bahwa
biaya rataan terbesar terdapat pad a Stara 1 dan biaya rataan terendah terdapat
pad a stara 3, berarti pad a populasi yang besar biaya lebih efisien. Hal ini sesuai
dengan hasil penelitian dari Adnani (1993), bahwa biaya produksi per Kg bobot
hidup berdasarkan skala pemeliharaan didapat biaya untuk skala III (diatas 6.000
ekor pemeliharaan) lebih kecil jika dibandingkan dengan skala II (3.000 - 6.000
ekor pemeliharaan) dan skala I (dibawah 3.000 ekor pemeliharaan).
Terlihat bahwa berdasarkan skala pemeliharaan, ternyata bertambah
besarnya jumlah pemeliharaan, maka biaya produksi semakin keci!. Hal ini
sesuai dengan pendapat Clayton (1967), semakin besar skala usaha semakin
kecil biaya yang diperlukan untuk menghasilkan out-put.
Pada Tabel 21 tersebut, juga terlihat bahwa biaya terendah per Kg
terdapat pada model Pokphand Strata 2, yaitu sebesar Rp208,4. Hal ini
disebabkan karena perusahaan ini berorientasi pad a produksi ayam besar
dengan rata-rata be rat 1,7 Kg/ekor selain itu tenaga kerja yang dipakai
sipeternak dalam pengelolaan usaha peternakan ini yang banyak adalah tenaga
kerja yang berasal dari si pemilik usaha atau tenaga kerja dalam keluarga
(Lampiran 5). Sedangkan untuk biaya terbesar per Kg adalah Makmur Jaya
Strata 1. Hal ini disebabkan karena total produksi rata-rata per ekor ayam adalah
1,33 Kg dengan populasi pemeliharaan iata-iata 3.367 ekor ayam.
Pada Tabei 21, juga terlihat !.mtuk penge!!.Jaran der.g::m perhit:.mgar.
perekor, yang terendah adalah model kemitraan RTI strata 3, yaitu sebesar
80
Rp330,3 lekor. Hal ini disebabkan karena model kemitraan RTI berorientasi pada
produksi ayam kecil, sehingga waktu pemeliharaan menjadi lebih sing kat dan
populasi pad a strata 3 RTI ini rata-rata 20.867 ekor, sehingga biaya variabel
yang dikeluarkan menjadi semakin kecil. Adapun untuk biaya terbesar terdapat
pada model Confeed pada strata 2, yaitu sebesar Rp693,7/ekor dengan populasi
rata-rata 6.200 ekor. Hal ini juga dikarenakan pada model kemitraan Confeed
strata 2, dari sam pel yang diambil, biaya untuk tenaga ke~a khususnya tenaga
kerja dalam keluarga cukup tinggi (lampiran 4).
5.2.2. Analisis Pendapatan
Pendapatan yang diterima oleh masing-masing peternak model kemitraan
merupakan imbalan jasa dari keseluruhan aktivitas dalam proses budidaya
ternak ayam ras pedaging. Keuntungan yang diperoleh merupakan selisish
antara total nilai produksi yang merupakan hasil perkalian produksi ayam ras
pedaging dengan harga jual terhadap biaya-biaya yang dikeluarkan selama
proses produksi. Sernakin besar nilai produksi dihasilkan dan serna kin sedikit
total nilai biaya yang dikeluarkan, maka akan menghasilkan jumlah keuntungan
yang besar. Demikian sebaliknya, semakin sedikit jumlah nilai produksi yang
diterima dan semakin besar total input yang digunakan, maka akan
menghasilkan keuntungan yang keci!.
Produksi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sejurnlah hasil panen
ayam ras pedaging yang dapat diukur dengan kilogram dan jumlah ekor panen,
sedangkan harga adalah nilai rupiah dari setiap kilogram dan ekor ayam
panenan. Sedangkan biaya-biaya yang dikeluarkan selama piOses produksi
adalah seluruh biaya pembelian sarana produksi yang meliputi; serbuk, obat
furnugasi, pemanas, penerangan dan tenaga ke~a. Hasil perhitungan untuk
81
masing-masing model kemitraan selama satu periode produksi dalam skala yang
berbeda dapat dilihat pada Lampiran 7 sId 11, Sedangkan rataan keuntungan
yang diterima oleh peternak masing-masing model kemitraan dengan skala yang
berbeda dapat dilihat pada Tabel 22.
No
1.
2.
3.
4.
Tabel22. Rataan Penerimaan Pemeliharaan, Penerimaan Kotoran dan Penerimaan Insentif Serta Total Penerimaan Dalam Satu Periode Produksi
Tahun 2005.
Rataan Penerimaan (Rp) Total Inti/Prsh Strata Penerimaan
Pemeliharaan Kotoran Insentif (Rp)
RTI 1 1.946.667 410.000 1.270.760 3.627.427
2 4.271.000 1.015.500 1.948.893 7.235.393
3 10.078.500 2.351.667 6.152.917 18.583.083
Makmur 1 1.633.667 270.000 2.613.867 4.517.533
2 3.526.333 728.000 2.794.873 7.049.207
3 5.471.000 1.199.833 4.379.080 11.049.913
Confeed 1 1.746.425 307.000 1.406.800 3.460.225
2 2.434.083 743.333 2.692.783 5.870.200
3 5.377.221 1.340.000 4.700.267 11.417.488
Pokphand 1 1.555.560 288.333 513.583 2.357.476
2 3.005.343 625.000 790.920 4.421.263
3 7.287.465 1.016.667 2.193.667 10.497.798
Dari hasil perhitungan pada Tabel 22, terlihat bahwa rataan pendapatan
yang diperoleh peternak berbeda dari masing-masing model kemitraan dan
strata yang berbeda pula. Secara keseluruhan terlihat bahwa Strata 3
menghasilkan pendapatan yang terbesar dibandingkan dengan strata 1, hal ini
disebabkan oleh perbedaan populasi pemeliharaan masing-masing peternak
modAl k,:omitraan Konrfic::i terc::,:obllt m,..nunilikk~!1 .... ~h\A/~ nonl,I<:oC'; ,",""",,",""Iih"'raan .0. - .. _... .,.. ..-...... ._- - .......... J-'" "-' __ 1'._- t"" ,...--""''''''. t'vlll"'.IIIU ,
sangat berpengaruh terhadap pendapatan yang diperoleh, semakin besar
82
populasi pemeliharaan akan mendapatkan pendapatan yang besar dan populasi
pemeliharaan yang kecil akan menghasilkan pendapatan yang keci!'
Pada tingkatan masing-mastng strata secara keseluruhan dapat juga
dilihat bahwa strata 1, model kemitraan Makmur Jaya lebih besar pendapatanya
dibandingkan dengan model kemitraan lain dengan strata yang sarna yaitu
sebesar Rp2.783.621. Pada strata 2 model kemitraan RTI menghasilkan
pendapatan terbesar dibandingkan dengan strata yang sarna model kemitraan
lain, yaitu sebesar Rp4.182.393. Sedangkan untuk strata 3, pendapatan terbesar
didapat oleh model RTI dibandingkan dengan model yang lain dengan strata
yang sarna yaitu sebesar Rp11.924.305.
Dari hasil pendapatan yang diperoleh pad a strata 1, model kemitraan
Makmur Jaya memberikan pendapatan terbesar yang didapat dari hasil
pemeliharaan dengan sistem pendapatan pemeliharaan dalam bentuk per ekor
yaitu sebesar 500 fekor ditambah dengan insentif, dengan menilai dari tingkatan
index prestasi pemeliharaa~ peternak, mencapai nilai rataan sebesar 274
dengan bonus Rp800 fekor panen dan juga tambahan dari kotoran ayamfperiode
panen. Sedangkan pada model kemitraan RTI untuk strata 2 dan strata 3
merupakan model kemitraan yang memperoleh pendapatan peternak yang
terbesar. Pada model kemitraan RTI ini juga menggunakan sistem perolehan
pendapatan dari jumlah ayam masuk sebesar 500fekor ditambah dengan sistem
insentif dari Indeks Prestasi pemeliharaan peternak mencapai nilai rataan
sebesar 225 dengan bonus Rp220 fekorfpanen untuk strata 2, pada strata 3
Indeks Prestasi sebesar 250 dengan bonus Rp288 fekor panen ditambah dengan
kotoran ayamfperiode panen. Jadi dapat di katakan model kemitraan Makmur
Jaya memberikan pendapatan terbesar bagi petemak pada strata 1 dibandingkan
83
dengan model lain. Sedangkan model kemitraan RTI untuk strata 2 dan strata 3
merupakan model kemitraan yang dapat memberikan pendapatan terbesar
dibandingkan dengan model kemitraan lain. Selain itu model kemitraan Makmur
Jaya dan RTI dapat memberikan pendapatan terbesar kepada peternal< dengan
menggunakan sistem pemeliharan dalam hitungan ekor pendapatan ayam
masuk sebesar Rp500 fekor dan Bonus IP fekor ayam keluar.
5.2.3. Analisis Efisiensi Penerimaan, Pendapatan dan Biaya
Untuk menganalisis efisiensi pendapatan dan biaya sering disebut pula
dengan konsep produktivitas total. Alat yang digunakan untuk mengukur efisiensi
pendapatan dan biaya adalah melalui nilai total penerimaan kemudian dibagi
dengan total pengeluaran. Produktivitas sangat dipengaruhi oleh penggunaan
input, dimana kondisi tersebut dapat berakibat pada tiga hal yaitu, terjadi
peningkatan, tetap atau malah terjadi penurunan produktivitas. Namun demikian
dalam efisiensi usaha tidak hanya dipengaruhi oleh tingkat produktivitas yang i
tinggi saja, tetapi juga dipengaruhi puia penerimaan total peternak kemitraan.
Hasil perhitungan analisis efisiensi usaha dan biaya pad a usaha budidaya
ternak ayam ras pedaging dari masing-masing model kemitraan, dapat dilihat
pad a lampiran 13 sfd 15. Perhitungan rataan efisiensi usaha dan biaya dapat
dilihat pada Tabel23.
Dari hasil perhitungan pad a Tabel 23, rataan efisiensi usaha dan biaya
usaha budidaya ternak ayam ras pedaging model kemitraan pada strata 1 yang
terbesar pada model Makmur Jaya sebesar 2,61, starta 2 terbesar pad a model
kemitraan RTl sebesar 2,22, sedangkan efisiensi usaha terbesar pada stiata 3
didapat pad a model kemitraan RTlsebesar 2,79. Kondisi ini memberikan indikasi
bahwa tingkat produktivitas pada strata 1 didapat dari model kemitraan Makmur
84
Jaya, untuk model kemitraan strata 2 didapat pada model kemitraan RTI,
sedangkan model kemitraan strata 3 juga didapat dari model kemitraan RTI.
Tabel23. Perhitungan Rataan Efisiensi Penerimaan, Pendapatan dan Biaya Dalam Satu Periode Produksi Tahun 2005.
Penerimaan Pengeluaran Pendapatan RIC SIC No Inti/Prsh Strata (Rp) (Rp) (Rp) Ratio Ratio
1. RTI 1 3.627.427 1.555.021 2.072.406 2,33 1,33
2 7.235.393 3.259.669 3.975.725 2,22 1,22
3 18.583.083 6.658.782 11.924.302 2,79 1,79
2. Makmur 1 4.517.533 1.733.913 2.783.621 2,61 1,61
2 7.049.207 4.106.752 2.942.454 1,72 0,72
3 11.049.913 5.874.864 5.175.049 1,88 0,88
3. Confeed 1 3.460.225 2.101.293 1.358.932 1,65 0,65
2 5.870.200 4.168.967 1.701.232 1,41 0,41
3 11.417.488 5.313.649 6.103.838 2,15 1,15
4. Pokphand 1 2.357.476 1.393.307 964.170 1,69 0,69
2 4.421.263 2.114.132 2.307.132 2,09 1,09
3 10.497.798 7.442.567 3.055.231 1,41 0,41
Pada strata 1, dilihat dari indikator RCR, terlihat bahwa Makmur Jaya
memiliki Rasio yang lebih besar dibandingkan yang lain, yaitu 2,61. Sedangkan
untuk strata 1 ini, BCR terbesar juga diperoleh pada model kemitraan Makmur
Jaya yaitu 1,61. Hal ini berarti model kemitraan Makmur Jaya pada strata 1 lebih
layak dilaksanakan. Sesuai dengan hasil penelitian, hal ini disebabkan oleh
insentif yang diberikan perusahaan pada model kemitraan Makmur Jaya strata 1
jauh lebih besar jika dibandingkan dengan model kemitraan lainnya walaupun
jumlah produksi pad a model kemitraan ini merupakan jumlah yang terkecil
dibandingkan dengan model kemitraan lainnya yaitu rata-rata 3.367 ekor ayam.
Besarnya perhitungan insentif ini didukung oleh penerapan sistem penghitungan
85
insentif yang diberlakukan perusahaan dari faktor bonus. Dibandingkan dengan
dua perusahaan inti yang lain (RTI dan Confeed) yang juga menerapkan
perhitungan bonus, terlihat bahwa pada strata 1 modet kemitraan Makmur Jaya
peternak plasma bisa mendapatkan perhitungan terbesar yaitu sebesar Rp800
lekor panen. Jika dilihat dari rataan biaya IKg yang dikekJarkan, walaupun pada
model kemitraan Makmur Jaya ini memiliki angka yang terbesar, namun hal ini
tidak dirasakan memberatkan oleh peternak plasma, sebab pendapatan peternak
telah diukur dengan satuan rupiah terhadap jumlah ayam yang dipanen yaitu
Rp500 per ekor ayam masuk ditambah bonus iP pada saat panen, sedangkan
waktu pemeliharaan relatif sing kat karena pada model kemitraan ini berorientasi
kepada ayam kecil.
Pada strata 2, dilihat dari indikator RCR terlihat model kemitraan RTI
memiliki angka terbesar yaitu 2,22 untuk RCR. Sedangkan untuk nilai BCR pada
strata 2 terbesar berada pada model kemitraan RTI, yaitu 1,22. Hal ini
menunjukan bahwa model kemitraan RTI untuk str~ta 2 lebih layak dilaksanakan.
Sesuai dengan hasil penelitian, rata-rata produksi terbesar untuk strata 2 adalah
model kemitraan RTI, yaitu 8.667 ekor. Dengan jumlah produksi yang besar dan
waktu pemeliharaan yang lebih singkat, karena perusahaan berorientasi pada
ayam kecil, serta didukung oleh sistem pembayaran Rp500 per ekor ayam
panen, maka untuk strata 2 angka pendapatan terbesar berada pada model
kemitraan RTI.
Untuk strata 3, dari indikator RCR juga terlihat bahwa RTI memang
berada pada rasio terbesar dimana RCR-nya adalah 2,79. Perhitungan nilai BCR
pada strata 3, RT! msmiliki nilai yang tertinggi yaitu 1,79. Nil~; 8CR ini
menunjukkan bahwa model kemitraan RTI untuk strata 3 lebih layak
86
dilaksanakan dibandingkan dengan model lainnya. Sesuai dengan hasil
penelitian, pada model kemitraan RTI strata 3 memiliki rata-rata produksi
terbesar yaitu 20.867 ekor. Dengan jumlah produksi sebesar itu dan perusahaan
berorientasi pada ayam kecil maka waktu pemeliharaan menjadi lebih singkat
serta didukung oleh sistem pembayaran RpSOO per ekor ayam panen, maka
untuk strata 3 pendapatan terbesar berada pad a model kemitraan RTI.
Besamya jumlah produksi juga memberikan keuntungan tersendiri bagi
peternak dalam hal penghitungan insentif, sebab semakin besar jumlah produksi
(ekor) maka akan semakin besar pula insentif bonus terhadap IP yang diberikan
perusahaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bishop dan Toussaint (1979),
mengatakan secara umum semakin besar produksi yang dihasilkan akan
menyebabkan semakin besar pula penerimaan atau sebaliknya.
Selain itu sesuai dengan Tabel 23, nilai BCR pada model kemitraan RTI
secara keseluruhan mempunyai nilai diatas 1,00. Ini menunjukan bahwa model
kemitraan RTf secara keseluruhan strata dapat dilaksanakan. Sedangkan Model
Model kemitraan lainnya, terhadap nilai BCR masih didapat nilai dibawah 1,00.
Hal ini menunjukan bahwa tidak semua strata layak untuk dilaksanakan.
VI. RANCANGAN PROGRAM PENGEMBANGAN PETERNAKAN AYAM RAS PEOAGING 01 KOTA PEKANBARU
6.1. Visi dan Misi Kota Pekanbaru
6.1.1. Visi Kota Pekanbaru
Terwujudnya Kota Pekanbaru sebagai pusat perdagangan dan jasa,
pendidikan serta pusat kebudayaan melayu, menuju masyarakat sejahtera
yang berlandaskan Iman dan Taqwa tahun 2021.
6.1.2. Misi Kota Pekanbaru
1. Menciptakan dan menumbuhkembangkan iklim usaha yang kondusif berbasis
ekonomi kerakyatan
2. Menyediakan sekolah dan lembaga pendidikan yang unggul didukung tenaga
profesional, sehingga dapat menghasilkan sumberdaya ya'1g berkualitas, I
mandiri, kreatif dan inovatif
3. Terpenuhinya kebutuhan hidup dan kehidupan masyarakat
4. Melestarikan, membina dan mengembangkan kebudayaan melayu yang
mampu mengikuti perkembangan jaman dengan tetap mempertahankan
jatidiri sehingga tercipta masyarakat maju, mandiri dan mampu bersaing
5. Menciptakan masyarakat yang beriman dan bertakwa melalui pendidikan
agama dan rnemfungsikan lembaga-Iembaga keagamaan sebagai wadah
pernbinaan urnat
87
88
6.2. Identifikasi masalah
Dari beberapa hal yang ditemui dilapangan, dapat disusun strategi
program untuk pengembangan petemakan ayam ras pedaging di Kota
Pekanbaru. Penyusunan program ini menggunakan metode Logjcal Framework
Approach (LFA). Langkah pertama yang dilakukan adalah me~akukan identifikasi
masalah. Permasalahan mendasar yang dijumpai adalah a) modal usaha, b)
pascapanen, dan c) harga sapronak dan hasil produksi.
6.2.1. Modal Usaha
Usaha peternakan ayam ras pedaging membutuhkan modal yang besar.
8esarnya kebutuhan tergantung pada besarnya skala usaha yang dibuat. Dalam
hal modal usaha, beberapa masalah yang dijumpai petemak menyangkut pad a
harga sapronak yang cenderung meningkat. Peningkatan harga sapronak
umumnya terjadi karena meningkatnya biaya yang harus dikeluarkan produsen.
Peningkatan jumlah biaya ini juga disebabkan masih banyaknya komponen impor i
dalam bahan yang diproses. Selain itu saluran distribusi juga mempengaruhi
harga jual dari sarana produksi ternak.
Ketersediaan modal akan membuat kemudahan akses terhadap faktor
produksi dan menuntut penguasaan teknologi yang lebih baik lagi terutama
dalam hal pemeliharaan. Teknologi yang tepat dan up to date akan memberikan
hasil yang maksimal, sehingga usaha yang dilakukan dapat lebih efektif. Selain
itu persaingan dari banyaknya jumlah peternak juga mempengaruhi modal yang
akan dikeluarkan terutama terhadap kualitas sumberdaya manusia pengusaha
petemakan.
Terhadap proses produksi, semakin besar modal yang dimiliki maka
semakin baik jalannya usaha yang dilakukan. Proses produksi tidak akan
89
terganggu jika suatu usaha peternakan memiliki modal yang kuat. Ketersediaan
modal akan membuat usaha peternakan dapat memenuhi segala kebutuhan
dalam waktu cepat. Proses produksi yang efektif dan efisien akan membuat
pasar dapat menerima hasil produksi dengan mudah.
6.2.2. Pascapanen
Kondisi pascapanen merupakan masalah tersendiri bagi peternak.
Banyaknya pasar lokal dan pedagang pengumpul serta menjamurnya peternak
mandiri berskala kecil yang mencoba usaha peternakan ini, akan menimbulkan
persaingan. Pengaruh utama akibat persaingan ini pad a harga hasil produksi.
Penyakit yang diderita oleh ternak juga mempengaruhi kondisi
pascapanen. Jika peternak mandiri berskala kecil melihat ternaknya menderita
suatu penyakit, maka tanpa ragu mereka akan segera menjua! ayamnya dengan
harapan tidak merugi. Selain itu berkembangnya informasi ditengah masyarakat
mengenai penyakit unggas juga berdampak negatif terhadap harga ayam ras
pedaging di pasar. Rendahnya harga di pasar
Kondisi pasca panen menjadi lebih parah lagi dengan kemudahan akses
dari daerah sekitar/daerah tetangga. Masuknya ternak dari luar daerah,
mengindikasikan bahwa harga hasil produksi di daerah lain lebih rendah, ini
merupakan persaingan dalam dunia peternakan. Keadaan ini membuat peternak
mandiri segera melakukan penjualan ayam mereka, dengan resiko persaingan
harga jual dan kecilnya keuntungan. Persaingan juga berasal dari komoditas
hewan lain yang terdapat didaerah. Turunnya harga jual ternak lain akan
mengakibatkan harga jual ternak ayam ras pedaging juga menurun, dan
berpengaruh terhadap turunnya jumlah pendapatan peternak.
90
6.2.3. Harga Sapronak dan Hasil Produksi
Faldor harga juga merupakan masalah utama dalam usaha peternakan
ayam ras pedaging. Harga sapronak secara khusus akan mempengaruhi
besarnya biaya yang harus dikeluarkan, sedangkan harga hasil produksi akan
mempengaruhi jumlah pendapatan yang bisa diterima. Harga sapronak yang
tinggi jika tidak didukung oleh harga hasil produksi tinggi akan mengakibatkan
peternak menerima pendapatan dalam jumlah yang rendah dari hasil usaha
bahkan bisa mendatangkan kerugian. Harga hasil produksi dipengaruhi oleh
penyakit yang diderita ternak, persaingan dari komoditas daging lain dan hasil
produksi daerah lain serta penyakit yang diderita ternak.
6.3. Strategi Pengembangan Petemakan Ayam Ras Pedaging Melalui Kemitraan
6.3.1. Faktor Pendorong Kemitraan Ayam Ras Pedaging
Kota Pekanbaru merupakan tempat tumbuh dan berkembangnya bisnis
peternakan dibawah naungan perusahaan-perusahaan besar peternakan. Hal ini
terlihat dari banyaknya berdiri Breading Farm dan pabrik penetasan DOC oleh
perusahaan besar di Pekanbaru. Dengan berdirinya perusahaan-perusahaan
pendukung dalam usaha peternakan hal ini dapat mendorong kelancaran usaha
petrnakan tersebut. Selain faldor-faktor pendukung lainnya yang paling utama
adalah faktor bagaimana usaha peternakan ini dapat meningkatkan pendapatan
petemak itu sandiri. Dengan adanya model kemitraan yang dipelopori oleh
perusahaan besar dengan tingkat efisiensi tinggi yang di dukung oleh pabrik-
...... hn·k da'" "''''n' ,,,,i~,,,,, lainn\l"" ""!,""'" "''''pl:rl m""mhoriir!!:lln niiai m""nr"aat ya"'" lobl·h tJ Q .., I II ,..,'" ....... JU.I~ ...... 1""" -'''_11 _;;I _ ••• - I. __ ii.,_. 10.. ..... ii~ ...... I
91
bagi kedua belah pihak baik pihak perusahaan peternakan sebagai inti maupun
peternak rakyat sebagai plasma.
Di tinjau dari segi manfaat bagi perusahaan besar sebagai inti model
kemitraan yang kemudian dijadikan sebagai faktor pendorong perusahaan untuk
dapat melaksanakan model kemitraan di Kota Pekanbaru. Berdasarkan
pertanyaaan yang diajukan kepada pihak perusahaan inti, maka diperoleh
jawaban faktor-faktor perusahaan yang mendorong untuk melaksanakan model
kemitraan, seperti terlihat pad a Tabel24.
Tabel24. Faktor-Faktor Pendorong Perusahaan Inti Membuat Model Kemitraan di Kota Pekanbaru.
No Faktor Pendorong Pokphand Confeed Makmur RTI Jay_a
1 Meningkatkan pendapatan V V V V perusahaan
2 Menjaga kelancaran usaha V V V V perusahaan
3 Menjaga nama perusahaan V V V V 4 Mendukung peraturan V V X X
pemerintah i
V= ada x = tldak ada
Dari Tabel 24, dapat diketahui ada em pat faktor yang mendorong
perusahaan peternakan dalam melakukan usaha kemitraan;
Pertama, keinginan perusahaan untuk meningkatkan pendapatan perusahaan.
Dalam pelaksanaannya perusahaan besar dapat melakukan efisiensi usaha,
dimana perusahaan inti seperti Charoen Pokphand dan Confeed merupakan
perusahaan peternakan yang mengusahakan lebih dari satu produk peternakan.
Perusahaan ini mengelola usahanya dan hulu sampai ke hilir. Pengelolaan yang
dilakukan perusahaan ini adalah: 1) Pembuatan pakan ternak, 2) Peternakan
ayam petelur (Breeding Farm), 3) Pabrik penetasan DOC yang berfungsi sebagai
92
penghasil bibit ayam, 4) Kandang sendiri yang berkapasitas cukup besar, 5)
Membuat produk olahan yang berbahan dasar ayam sehingga menghasilkan
produk-produk agribisnis dengan berbagai macam variasi. Sedangkan
perusahaan kemitraan Makmur Jaya dan RTI mempunyai dasar usaha
perdagangan (Poultry Shop) dan pemasaran ayam. Dengan demikian
perusahaan-perusahaan kemitraan ini akan mendapatkan keuntungan tambahan
disamping keuntungan utama perusahaan.
Pendapatan perusahaan-perusahaan kemitraan akan meningkat apabila
sarana produksi dalam model kemitraan sepenuhnya menggunakan produk dari
perusahaan utamanya. Melalui model kemitraan hal ini dapat diwujudkan dimana
dalam pelaksanaannya perusahaan inti selalu memakai peralatan dan sarana
produksi yang berasal dari perusahaan itu sendiri. Misalnya pakan, bibit, obat
obatan dan peralatan lainnya.
Dengan menggunakan produk sendiri, maka perusahaan dapat menekan
biaya produksi. Ini akan lebih menguntungkan dibandingkan jika menggunakan
sarana produksi dari perusahaan lain. Dengan adanya efisiensi biaya, maka
perusahaan dapat lebih kompetitif dalam memasarkan hasil produksinya,
sehingga perusahaan akan mempunyai kekuatan dalam persaingan di pasaran.
Seperti yang terlihat sekarang ini, perusahaan-perusahaan model kemitraan
yang mampu berproduksi dengan biaya rendah dan hasil produksi yang
berkesinambungan akan dapat menentukan harga pasar (market leader).
Kedua, Sustainability atau keberlanjutan jalannya perusahaan. Selain
mendapat keringanan dalam hal biaya produksi, perusahaan secara keseluruhan
Juga akan lebih terjamin keberlanjutannya karena perusahaan kem!traan sebagai
93
anak perusahaan secara langsung akan mendukung perusahaan utamanya,
seperti penggunaan sarana produksi berupa DOC dan pakan ternak.
Ketiga, adanya rasa tanggung jawab perusahaan inti yang pada
gilirannya akan berusaha memberikan citra positif bagi perusahaan baik itu dari
masyarakat ataupun dari pemerintah. Disamping mencari keuntungan,
perusahaan peternakan besar yang berperan sebagai inti juga memiliki tujuan
lain dalam pelaksanaan kemitraan perunggasan di Kota Pekanbaru yaitu
meningkatkan ekonomi kerakyatan melalui usaha peternakan ayam ras
pedaging. Ini akan menumbuhkan kepercayaan konsumen terhadap semua
produk perusahaan tersebut sehingga menjadi sarana promosi yang tepat bagi
perusahaan.
Keempat, adanya Peraturan Pemerintah yang mewajibkan kepada
perusahaan-perusahaan besar yang bergerak dibidang petemakan agar dapat
menjalin kerjasama dengan peternakan rakyat dengan menggunakan konsep
saling menguntungkan. Model kemitraan Pokphand dan Confeed, dalam hal
kerjasama, mewajibkan kepada peternak mitra untuk menyerahkan anggunan
kepada perusahaan berupa surat tanah atau uang tunaL
Peternakan ayam ras pedaging di Kota Pekanbaru sekarang ini
didominasi oleh peternakan model kemitraan yang dikuasai oleh perusahaan
perusahaan besar. Namun demikian pertumbuhan peternak plasma juga
semakin meningkat. Ini dikarenakan petemak merasa memperoleh manfaat yang
besar beke~a sarna dengan perusahaan-perusahaan besar tersebut. Adapun
faktor-faktor yang mendorong petemak bergabung dengan model kemitraan
petemE!!<a!1 ayam ras pedag!!"!9 dapat d!!!hat pada Tabel25.
Tabel25. Faktor Pendorong Peternak Ikut Dalam Model Kemitraan di Kota Pekanbaru.
Faktor Pendorong Pokphand Confeed Makmur RTI
Jaya
Pinjaman modal usaha V V V V
Pembinaan usaha V V V V
Jaminan pemasaran V V V V
Sistem manajemen V V X X
Sistem pembagian hasil V V V V V= ada x = tidak ada
94
Pada Tabel25 tersebut, terlihat bahwa pinjaman modal usaha telah dapat
dipenuhi oleh semua perusahaan. Sesuai dengan hasil penelitian, pinjaman
modal usaha menurut peternak adalah faktor pendorong yang utama untuk
bermitra. Hal ini didukung oleh kondisi peternak yang rata-rata hanya bisa
menyediakan sarana prod u ksi sedangkan modal usaha untuk sapronak tidak
mampu. Pinjaman modal usaha, baik pinjaman jangka pendek maupun pinjaman
.jangka panjang. Pinjaman jangka pendek didapat dari pinjaman berupa DOC,
pakan dan obat-obatan sedangkan pinjaman jangka panjang didapat dari
pinjaman peralatan sarana penunjang budidaya ternak ayam. Dalam pinjaman
berupa kredit jangka pendek, petemak plasma harus dapat melunasi
pinjamannya setelah penjualan hasil produksinya. Sedangkan pinjaman jangka
panjang, pengembaliannya dapat diansur setiap kali panen. Permasalahan
permodalan sangat menentukan petemak plasma untuk ikut dalam model
kemitraan. Hal ini disebabkan oleh peternak sampel yang telah merasakan
kondisi krisis yang megakibatkan peternak tidak sanggup lagi beternak secara
mandiri. Munculnya model kemitraan di kota Pekanbaru, membuat peternak
merasa terbantu dalam mengelola peternakannya sehingga dapat
95
mengembangkan usaha petemakannya untuk mencapai pendapatan yang lebih
optimal.
Pad a pembinaan usaha, petemak terdorong ikut model kemitraan kerena
adanya pembinaan dalam mengelola usaha petemakan ayam. Pembinaan ini
akan lebih dibutuhkan lagi bagi petemak yang baru mengikuti model kemitraan,
karena petemak yang baru umunya belum mengetahui cara betemak yang baik
dan belum dapat menggunakan teknologi petemakan moderen. Kesemuanya ini
sangat berkaitan erat dengan tingkat kesehatan ayam yang rawan akan penyakit
dan pencapaian tingkat produktivitas yang optimal. Sedangkan petemak yang
sudah lama ikut model kemitraan sudah mendapatkan binaan dan pelatihan dari
perusahaan agar memperoleh hasil produksi yang bermutu tinggi sehingga pad a
saat dipasarkan dapat diterima oleh konsumen mana saja.
Terhadap jaminan pemasaran, dari hasil penelitian ditemui bahwa
keinginan petemak ikut dalam program kemitraan adalah untuk lebih
berkonsentrasi pada pembudidayaa~ ayam ras pedaging saja, tanpa perlu
memikirkan pascapanen. Pemasaran produksi sudah menjadi permasalahan
yang berkepanjangan bagi petemak yang sudah mengalami sebagai petemak
mandiri. Oengan adanya jaminan pemasaran dan harga digaransi sangat
membantu menghilangkan permasalahan selama menjadi petemak mandiri.
Selain itu didalam model kemitraan ini pihak perusahaan inti menentukan waktu
kapan produksi ayam akan dipanen, sehingga petemak dapat mengefisienkan
anggaran biaya pemeliharaan.
Oalam hal sistem manajemen, dari hasil penelitian terdapat perbedaan
antars Pokphand dan Confeed dengan Makmur Jaya d~n RT!. Pada mode!
kemitraan Pokphand dan Confeed, perusahaan menerapkan sistem manajemen
96
yang formal. Dimana semua urusan yang menyangkut pelaksanaan kegiatan
kemitraan diatur dengan ketentuan-ketentuan tertulis yang benar-benar harus
dipenuhi sehingga petemak merasa memiliki pegangan yang kuat secara hukum.
Sedangkan pada model kemitraan Makmur Jaya dan RTI, segala bentuk
peraturan tidak tertulis. Menurut petemak hal ini sangat menguntungkan, karena
kondisi lokasi petemak yang jauh dari perusahaan sehingga petemak tidak harus
datang ke kantor perusahaan jika ada keluhan komunikasi antara petemak
dengan perusahan bisa dilakukan secara lisan melalui media komunikasi yang
ada.
Terhadap sistem pembagian hasil, dari hasil penelitian didapat bahwa
petemak ikut program kemitraan karena merasa diuntungkan. Keuntungan ini
memang berbeda antara masing-masing model kemitraan, dimana model
Pokphand menetapkan harga pasar sebagai dasar penghitungan harga jual
produksi yang kemudian baru dikurangi dengan jumlah pinjaman modal
sapronak. Me~urut petemak, hal ini memberikan pelajaran terhadap cara
berusaha temak mandiri. Pada model kemitraan Confeed menetapkan harga
produksi panenan berdasarkan sistem harga garansi yang merupakan harga
pasti perusahaan kepada petemak. Selain itu pad a model kemitraan Pokphand
dan Confeed ini, juga memberikan insentif pemeliharaan berdasarkan bonus
terhadap IP. Sedangkan pada model kemitraan Makmur Jaya dan RTI, petemak
merasa diuntungkan dengan sistem pembagian hasil berdasarkan tingkat upah
per ekor produksi ayam. Pada model kemitraan Makmur Jaya dan RTI ini,
perusahaan juga memberikan insentif kepada petemak berupa bonus terhadap
IP
97
6.3.2. Kemitraan Sebagai Alternatif Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan
Banyak kebijakan pemerintah yang mendorong terciptanya ekonomi
kerakyatan dengan menggalakkan usaha kecil dan menengah (UKM) di berbagai
bidang dan sektor kehidupan masyarakat. Kondisi tersebut harus dapat
dimanfaatkan oleh pelaku ekonomi terutama usaha kecil dan menengah untuk
mengambil peluang yang disediakan oleh pemerintah dengan memberikan
kemudahan, kebebasan dan fasilitas terutama kemudahan dalam mendapatkan
kredit lunak, kemudahan memperoleh izin usaha dan fasilitas sarana pendukung
lainnya.
Diantara kebijakan pemerintah yang menggalakkan usaha kemitraan
adalah Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 44 Tahun 1997 Tentang Kemitraan
dengan tujuan terwujudnya kemitraan usaha yang kokoh, terutama antara usaha
besar dan usaha menengah dengan usaha kecil, dan lebih memberdayakan
usaha kecil agar dapat tumbuh dan berkembang semakin kuat dan
memantapkan struktur perekonomian nasional yang semakin seimbang serta
meningkatkan kemandirian dan daya saing perekonomian nasional.
Menurut Firdausy (1997), langkah-Iangkah konkrit strategi pemberdayaan
ekonomi kerakyatan meliputi:
-1. Memotivasi masyarakat untuk menciptakan kegiatan ekonomi rumah tangga
dengan maksud untuk konsumsi dan peningkatan pendapatan,
2. Akses masyarakat terhadap pasar dan fasilitas pemasaran,
3. Akses terhadap fasilitas pembiayaan usaha,
4. Membentuk ke~asama ekonomi da!am bentuk kcperasi dan kemitraan,
5. Akses terhadap fasilitas non ekonomi,
6. Pembinaan manajerial dan latihan kewirausahaan,
98
7. Adanya keterkaitan investasi pada kegiatan ekonomi masyarakat desa
dengan lapangan ke~a.
Berdasarkan langkah-Iangkah kongkrit dalam strategi pemberdayaan
ekonomi kerakyatan terutama terhadap pengembangan peternakan ayam ras
pedaging, maka dari pengamatan dilapangan dapat dinyatakan bahwa: Satu,
umumnya peternak bergabung dengan kemitraan termotivasi untuk menciptakan
kegiatan peningkatan ekonomi rumah tangga. Alasan yang menyebabkan
peternak plasma termotivasi untuk ikut kemitraan dapat dilihat pada Tabel26 ..
Tabel26. Alasan Peternak Ikut Kemitraan
Alasan Peternak Jumlah
Orang %
Adanya tambahan pendapatan 22 61,11 Fasilitas pembiayaan 6 16,67 Jaminan pemasaran 2 5,55 Bimbingan manajemen usaha 6 16,67
i Jumlah 36 100,00
Dari Tabel 26 dapat diketahui bahwa umumnya peternak plasma
termotivasi untuk bergabung karena alasan adanya tambahan pendapatan yaitu
sebanyak 22 orang atau 61,11%, termotivasi karena adanya fasilitas pembiayaan
sebanyak 6 orang atau 16,67%, termotivasi karena adanya jaminan pemasaran
sebanyak 2 orang atau 5,55% dan termotivasi karena adanya bimbingan
manajemen usaha sebanyak 6 orang atau 16,67% peternak.
Rumusan masalah, strategi, dan kegiatan yang harus dilakukan terhadap
pengembangan peterm:jl(an ayam ras ped~ging me!all!i kemitraar. di Kota
Pekanbaru dapat dilihat pada bagan alir Gambar 3.
MASALAH
r--------------------- Harga Hasil
Produksi -----..
STRATEGI KEGIATAN
• Meningkatkan Jumlah Produksi Peternak Marginal
-.,.. • Pengawasan Pasar Produksi ,----------------------~
Pemasaran Hasil Produksi
• Efisiensi dan l----" '-'Efektifitas Produksi
• Pasar Hasil Produksi • Pelatihan Stakeholders Terkait
+---1 Proses -P,'oduksi I
Produksi Daerah Tetangga
/
Tentang Pembinaan Peternak dan
r-
__________ ~VL..----p-e-n-g-a-d-O-p-s-ia-n----~~r--p-e-n-g-a-w-a-sa_n __ p_a_sa_r_H __ as_i_IP_r_o_d_u_kS_i __ ~ Teknologi Peternakan • Pembinaan Peternak
Teknologi Pemeliharaan /~ • Pelatihan Peternakan dan
Penggunaan Faktor Stakeholders Terkait
~ ________ ~I ~L-__ p_r_od_u_k_S_iy_a_n_g_L_a_b_ih __ ~~r----------------------------~ Harga ~ . Efisien • Penyediaan Modal Ker]' a
Ketersediaan +- Modal ~ Sapronak / • Pengawasan Pasar Sapronak
'---____ -y--____ ----' • Menyediakan '----.. ______________________ -,
J Sumberdaya Manusia .. r------....... --.- Jumlah -----+ Peternakan Berkualitas Membuka Peluang-peluang Usaha di
Sumberdaya ~L--__ p_e_te_r_n_ak __ ----, • Membuka Kesempatan Bidang Peternakan Ayam Ras Manusia Kerja Pedaging
L--__________ _
Harga Komoditas Daging Lain
'-----------_.-
I
Penyakit Unggas
Pesaing I
Pemberantasan Penyakit T ernak
Mengatur Pasar Konsumen
• Pengawasan dan Pemberantasan ~ Penyakit Ternak \ l. Pengobatan Ternak Secara Masal
~ Menjaga Akses Pasar dan Daerah L-______________ -F---~r ~---------------------~
Gambar 3. Diagram Bagan Alir Masalah, Strategi dan Kegiatan Meningkatkan Produksi Daging Ayam Ras Pedaging, dalam Pembentukan Gabungan Peternak Unggas dengan Model Kemitraan Subkontrak.
co co
100
6.4. Perancangan Program Pengembangan Peternakan Ayam Ras Pedaging di Kota Pekanbaru
Untuk mendukung Visi dan Misi Kota Pekanbaru, maka dari uraian di atas
dapat disimpulkan bahwa motivasi peternak plasma ikut bermitra timbul
diakibatkan oleh beberapa manfaat yang dapat dirasakan oleh petemak plasma.
Berdasarkan hasil metode Logical Framework Approach dapat diambil langkah-
langkah pengembangan petemakan ayam ras pedaging.
Dari Gambar 4, dapat dubuat suatu strategi untuk pengembangan
peternakan ayam ras pedaging di Kota Pekanbaru. Strategi tersebut adalah
membentuk satu organisasi Gabungan Petemak Unggas dengan po/a
kemitraan subkontrak. Strategi ini dipilih karena melihat rumusan penyelesaian
masalah yang ada pada saat ini. Organisasi tersebut harus dapat menaungi
semua kegiatan peternakan ayam ras pedaging, baik peternak mandiri ataupun
yang telah tergabung dalam kemitraan.
Gabungan Peternak yang dibentuk beranggotakan peternak bukan
anggota kemitraan lain yang mau bergabung. Pengurus Gabungan Peternak
adalah orang-orang yang dipilih dari wakil setiap anggota dan bertanggung jawab
terhadap operasional organisasi. Gabungan Peternak ini harus dapat menjadi
jembatan antara peternak anggota Gabungan Peternak dengan perusahaan
peternakan besar sebagai penyedia sapronak dan pasar sebagai penampung
hasil produksi juga dengan insansi-instansi terkait.
Pembentukan organisasi Gabungan Peternak dimaksud dapat dilakukan
melalui lanjutan metode pendekatan secara visualisasi (Logical Framework
Approach). Dalam kegiatan ini dibentuk suatu forum yang menghadirkan para
peternak dan stakeholders yang terkait. Forum ini memulai pembuatan strategi
dari pengumpulan berbagai masalah yang dihadapi, baik oleh peternak ataupun
101
oleh stakeholders. Masalah-masalah tersebut kemudian harus dirumuskan
menjadi suatu masalah inti dan merupakan prioritas, terutama terhadap
pengembangan petemakan dan peningkatan pendapatan peternak. Dalam hal ini
masalah inti yang muncul adalah tidak adanya jaminan terhadap jumlah
pendapatan peternak, sehingga peternak takut untuk melakukan usaha
peternakan secara mandiri.
Setelah analisis masalah selesai, lakukan pembentukan tujuan yang
sekaligus merupakan suatu gagasan, dimana pad a gagasan tersebut tercermin
suatu tindakan yang cukup operasional. Analsisis tujuan ini akan memberikan
suatu rumusan operasinal dari berbagai alternatif pad a lembaga-Iembaga terkait
dan fungsi internalnya. Analisis dari berbagai lembaga terkait dengan alternatif
kegiatan termasuk internalnya akan memberikan gambaran kekuatan dan
keterbatasan lembaga tersebut, sehingga akan bisa dirumuskan berbagai upaya
untuk peningkatan peranan lembaga dimaksud.
Tahapan selanjutnya adalah membuat perencanaan operasional
organisasi Gabungan Peternak sebagai suatu proyek dalam sebuah matrik. Pada
matrik tersebut tercantum strategi proyek, indikator, sumber pembuktian dan
asumsi-asumsi penting. Selanjutnya dapat disusun anggaran dasar dan
anggaran rumah tangga Gabungan Peternak, dan hak serta kewajiban masing
masing pihak. Pada kegiatan pembentukan Gabungan Peternak ini dapat dilihat
matrik perencanaan pada Tabel27.
102
Tabe127. Matrik Strategi Pengembangan Peternakan Ayam Ras Pedaging Melalui Pembentukan Gabungan Petemak Unggas di Kota Pekanbaru
Strategi Proyek Indikator Sumber Asumsi Penting
Pembuktian Sasaran Proyek - Pemenuhan - Terpenuhinya - Ketersediaan - Kebutuhan akan
kebutuhan permintaan akan daging ayam di daging akan daging ayam di konsumsi daging pasar (data dinas memenuhi Kota Pekanbaru ayam petemakan) kebutuhan asupan
- Peningkatan - T ercukupinya - Tidak didapati lagi gizi terutama protein kesejahteraan kebutuhan hidup petemak ayam hewani petemak petemak ayam yang berada - Kesejahteraan
- Pemberdayaan - Dapat menekan dalam kelompok petemak merupakan ekonomi angka tingkat masysrakat faktor kunci usaha kerakyatan kemiskinan dan miskin (data petemakan
pengangguran kependudukan) - Ekonomi kerakyatan - Data BPS merupakan salah
satu sasaran pembanaunan
Maksud Proyek - Pengembangan - Meningkatnya - Data Dinas - Petemakan ayam ras
petemakan populasi temak Petemakan pedaging memiliki ayam ras ayam ras peluang yang cukup pedaging di Kota pedaging besar dalam Pekanbaru pembangunan
petemakan di Kota Pekanbaru
Hasil Kerja Proyek - Terbentuknya - Terbentuknya - Data Dinas - Gabungan Petemak
Gabungan Gabungan Petemakan petemak ayam ras Petemak Ayam Petemak Ayam pedaging diharapkan Ras Pedaging di Ras Pedaging di dapat membantu Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru petemak
Kegiatan Proyek - Menaungi - Terpenuhinya - Data Dinas - Sistem pengadaan
petemak ayam sapronak yang Petemakan dan sapronak, sistem ras pedaging dibutuhkan para administrasi pemasaran dan dalam petemak organisasi pendapatan petemak memenuhi - Lancarnya Gabungan serta Gabungan pengadaan pemasaran hasil Petemak Petemak merupakan sapronak, produksi faktor pendorong pengawasan - Meningkatnya kegiatan beternak sistem pendapatan dan bermitra pemasaran dan peternak bahkan memberikan skala usaha pendapatan petemakan yang optimal - Adanya bagi petemak keuntungan yang khususnya dan
I didapat oieh
I org3nisasi organi!;asi Gabungan Gabungan Petemak pada Peternak umumnya
r
I
103
Dalam pembentukan organisasi Gabungan Petemak dengan pola
kemitraan subkontrak ini harus memiliki delapan kriteria sebagai berikut:
Periama, Adanya manfaat dari; 1) Fasilitas pembiayaan usaha bagi peternak
yang bergabung dalam kemitraan dapat meningkatkan pertumbuhan dan skala
usaha peternakan, 2) Bimbingan manajemen usaha yang diberikan oleh pihak
inti kepada peternak plasma secara kontinyu akan meningkatkan pengetahuan
beternak sehingga menimbulkan rasa percaya diri dalam berproduksi sehingga
akan mengurangi tingkat resiko beternak, 3) Jaminan pemasaran terhadap
produksi sehingga peternak merasa lebih am an akan pemasaran produksinya.
Dari ketiga manfaat di atas, kesemuanya harus bermuara kepada peningkatan
pendapatan peternak yang mempunyai tingkat motivasi beternak tertinggi.
Dua, Jaminan terhadap harga, baik faktor input seperti sapronak atau
faktor output seperti harga jual hasil produksi. Harga merupakan faktor penting
dalam suatu usaha karena memberikan pengaruh yang besar terhadap jumlah
pendapatan yang bisa didapat. Harga faktor input akan mempengaruhi biaya
yang dipakai dalam usaha yang dilakukan sedangkan harga faktor output akan
mempengaruhi besarnya penerimaan. Semakin tinggi harga faktor input akan
membuat biaya produksi semakin tinggi. Rendahnya harga faktor output akan
membuat total penerimaan menjadi ked!.
Tiga, Akses terhadap pasar dan fasilitas pemasaran. Pada umumnya
peternak rakyat kurang mertliliki informasi terhadap pasar karena peternak lebih
berkonsentrasi terhadap budidaya ternaknya saja di kandang. Kondisi ini akan
membuat peternak rakyat berada pada posisi penawaran yang !emah. Dengan
adanya model kemitraan ini peternak plasma tidak lagi memikirkar. pemRsaran
104
ternaknya karena adanya jaminan pemasaran dari perusahaan inti. Hal ini
merupakan salah satu daya tarik peternak untuk ikut model kemitraan.
Empat, Akses terhadap fasilitas pembiayaan. Dalam melakukan aktivitas
peternakan, peternak rakyat sering mendapatkan masalah dan hambatan yang
serius berupa kekurangan modal bagi kalangan peternak kecil yang jumlahnya
cukup banyak. Modal memegang peranan penting dalam melakukan setiap
aktivitas di bidang usaha budidaya ternak ayam ras pedaging. Tanpa modal,
peternak rakyat sulit untuk dapat memulai usahanya. Dalam melakukan
kerjasama kemitraan dengan perusahaan inti, peternak mitra diwajibkan
menyediakan kandang dan peralatan-peralatan penunjang lainnya dalam
beternak di samping juga uang jaminan. Sedangkan pembiayaan terbesar dari
peternak kemitraan dalam budidaya ternak sepenuhnya ditanggung oleh
perusahaan inti.
Lima, Kerjasama dalam bentuk kemitraan yang sebenarnya. Sejak
dikeluarkannya kebijaksanaan pemerintah tentang kemitraan melalui PP Nomor
44/1997 yang bertujuan untuk mewujudkan usaha kemitraan yang kokoh,
terutama antara usaha besar dan usaha menengah dengan usaha kecil yang
akan lebih memberdayakan usaha kecil sehingga dapat tumbuh dan berkembang
menjadi semakin kuat dan memantapkan struktur perekonomian nasional yang
semakin seimbang serta meningkatkan kemandirian dan daya saing
perekonomian nasiona!.
Pad a organisasi peternakan dengan model kemitraan ini dikenal peternak
sebagai plasma dan perusahaan sebagai inti dimana pert!sahaan berfungsi
melakukan pembinaan, penyediaan sarana produksi, bimbingan teknis dan
pemasaran. Sedangkan peternak plasma melakukan fungsi produksi.
105
Enam, Akses terhadap fasilitas non ekonomi. Pada prinsipnya peternak
plasma telah mendapatkan pendidikan, kesehatan dan legalitas usaha yang
dinilai telah berjalan jauh sebelum petemak bergabung dengan perusahaan inti.
Hal ini dapat diketahui dari tingkat pendidikan, pengalaman dan ekonomi
peternak yang umumnya berada pada tingkat menengah. Tingkat ekonomi
peternak yang dinilai mapan ini dapat diketahui dari modal awal peternak untuk
membangun usaha peternakan ayam yang relatif besar. Sedangkan tingkat
pendidikan rata-rata peternak telah mendapat pendidikan minimal tingkat sekolah
dasardan banyak yang telah mendapatkan pendidikan di perguruan tinggi. di
tingkat pengalaman beternak, peternak sebelum bermitra sebagiannya telah
mempunyai pengalaman melakukan usaha ternak ayam ras pedaging (peternak
rakyat).
Tujuh, Akses terhadap pembinaan manajerial dan kewirausahaan.
Prawirokusumo (2001), menyatakan memasyarakatkan kewirausahaan adalah
suatu upaya yang konsepsional, sistematis, masal dan berkesinambungan
kepada atau oleh masyarakat melalui proses pengenalan, peningkatan
pemahaman, penghayatan dan pengamalan nilai-nilai kewirausahaan di dalam
masyarakat. Sedangkan membudayakan kewirausahaan adalah upaya
konsepsional, sistematis dan berkesinambungan melalui proses pemeliharaan,
peningkatan, pengembangan kewirausahaan.
Melalui kemitraan bukan saja keterkaitan usaha yang akan di bangun,
melainkan dibarengi pula dengan pembinaan yang kontiniu kepada peternak
plasma sehingga peternak akan mendapatkan pend!dikan, penga!aman dan
pematangan jiwa kewirausahaar.. Kemitraan pada hakikatnya harus dipahami
bukanlah sebagai belas kasihan, melainkan sebagai ajang untuk belajar dan
106
mengembangkan diri serta menimba kelebihan-kelebihan pengalaman dan
pengetahuan yang dimiliki mitra usaha yang besar dan kuat.
Delapan, Adanya keterkaitan investasi pada kegiatan ekonomi
masyarakat dengan penciptaan lapangan kerja. Dengan adanya investasi yang
ditanamkan, kegiatan ekonomi dapat dijalankan sehingga dapat menciptakan
lapangan ke~a. Adanya peningkatan investasi pada model kemitraan ini, dapat
meningkatkan skala usaha pad a model kemitraan sehingga akan memperluas
lapangan kerja untuk peternakan.
VII. KESIMPULAN DAN SARAN
7.1. Kesimpulan
Dari penelitian yang penulis laksanakan untuk menganalisa secara
komparatif beberapa model kemitraan yang ada di Kota Pekanbaru, maka dapat
diambil beberapa kesimpulan :
1. Konsep kemitraan pada usaha pemeliharaan ayam broiler di Kota Pekanbaru
yang dilakukan oleh perusahaan inti kepada peternak plasma mempunyai
konsep yang sama. Namun dalam implementasinya dilapangan ternyata
kegiatan kemitraan tersebut belum sepenuhnya dilaksanakan, sehingga
peternak plasma banyak dirugikan terutama dalam penentuan harga-harga
sapronak dan produksi.
2. Model kerr.itraan dan skala usaha memberikan perbedaan pendapatan dalam i
pemeliharaan ayam broiler. Pendapatan tertinggi didapatkan pada model
kemitraan yang dilakukan oleh kemitraan RTI, untuk skala usaha > 10.000
ekor per siklus pemeliharaan. Sedangkan bila dibandingkan untuk skala yang
sama maka skala < 5.000 ekor pendapatan bersih per periode peternak
terbesar didapat pada model kemitraan Makmur Jaya dibandingkan dengan
model kemitraan lain. Pada populasi skala 5.000 sampai 10.000 ekor,
pendapatan bersih peternak plasma terbesar didapat pada model kemitraan
RTI dibandingkan dengan skala yang sama model kerniiraan lain. Sedangkan
untuk populasi skala> 10.000 ekor, pendapatan teibesar didapat oleh model
RTI dibandingkan dengan model kemitraan yang lain dengan skala yang
sama.
107
108
3. Berbagai faktor yang menyebabkan petemak dan pengusaha terikat dalam
model kemitraan untuk usaha pemeliharaan broiler di Kota Pekanbaru bagi
peternak plasma bermitra didorong oleh, antara lain: 1) Pinjaman modal
usaha, 2) Bimbingan usaha 3) Jaminan pemasaran 4) Sistim Manajemen
5) Sistim pembagian hasil. Sedangkan bagi perusahaan yang menyebabkan
terikat dengan model kemitraan antara lain: 1) Pendapatan perusahaan
2) Kelancaran usaha 3) Menjaga nama perusahaan 4) Mendukung peraturan
pemerintah.
7.2. Saran-Saran
Selain beberapa kesimpulan, penulis juga memberikan beberapa saran
dari hal-hal yang ditunjukan dalam penelitian ini :
1. Keharusan semua pihak yang terikat dalam hubungan kemitraan (ke~asama)
mematuhi ketentuan-ketentuan yang tertuang dalam perjanjian/kontrak
kerjasama, untuk itu pe~anjian/kontrak ke~asama harus dirumuskan secara
jelas/transparan sehingga tidak menimbulkan tafsir ganda, terutama dalam
menentukan harga-harga. Sedangkan dalam implementasinya kedua belah
pihak harus dapat menerapkan sesuai dengan konsep.
2. Untuk dapat meningkatkan pendapatan peternak, sebaiknya model-model
kemitraan yang ada ataupun yang akan dibentuk merujuk model RTI dalam
pembagian keuntungan, sehingga pendapatan peternak dapat ditingkatkan.
Dengan meningkatnya pendapatan peternak yang tergabung dalam
kemitraan diharapkan mendorong petemak untuk bergabung dalam model
kemitraan dimaksud.
109
3. Agar dapat meningkatkan ekonomi rakyat, khususnya peternakan rakyat kecil
disarankan pada perusahaan inti model kemitraan agar tidak membebani
calon peternak plasma dengan menetapkan jaminan baik berupa surat
berharga maupun uang tunai. Hal ini merupakan beban tambahan bagi
peternak setelah mereka menginvestasikan dana untuk pembuatan kandang
dan peralatannya.
4. Untuk memperkokoh posisi peternakan rakyat dan mendorong ditaatinya
prinsip kemitraan usaha, maka a). kinerja petemakan kecil harus ditingkatkan
melalui kegiatan secara kelompok, disertai dengan upaya meningkatkan daya
nalar dan keterampilan peternak, b). adanya pengawasan dari instansi
pembina dan dukungan organisasi petemak, c). adanya mekanisme sanksi
yang dikaitkan dengan perizinan usaha, d). bersatunya peternak unggas
dalam satu kesatuan sistim perunggasan nasional melalui suatu organisasi
yang terkoordinir.
Berdasarkan model kemitraan yang sudah ada di Kota Pekanbaru,
masing-masing model kemitraan mempunyai kelemahan dan kelebihannya.
Namun secara keseluruhan terhadap model-model yang ada dilihat dari
implementasi dan pendapatan peternak, maka model-model kemitraan yang ada
di Kota Pekanbaru tidak layak dilaksanakan karena berpotensi merugikan
peternak.
Model yang tepat dilaksanakan adalah Model Kemitraan Subkontrak
dalam organisasi "Gabungan Peternak Ayam Ras Pedagfng" , sehingga petemak
sebagai anggota kemitraan mempunyai hak untuk mendapatkan pinjaman baik
skala kecil maupun skala besar. Sedangkan secara bersama-sama dapat
110
menentukan harga pasar serta juga dapat memproduksi sapronak terutama
pakan, bibit dan obat-obatan sehingga akan membuat kekuatan dan
mendapatkan biaya produksi yang efisien, disamping itu petemak sebagai
anggota organisasi dapat betemak secara mandiri. Selain itu organisasi ini
diharapkan mampu mengatur sistem pemasaran sehingga dapat mengangkat
tingkat pendapatan dan skala usaha petemak, juga mamberikan pendapatan
bagi organisasi.
DAFTAR KEPUSTAKAAN
Ahyari, A. 2002. Manajemen Produksi, Perencanaan Sistem Produksi. Edisi 4. Buku 1. Yogyakarta: BPFE-UGM.
Bishop, C.E. dan W.o. Toussaint. 1979. Pengantar Analisis Ekonomi Pertanian. Jakarta: Mutiara.
Charoen Pokphand Indonesia, PT. 1999. Laporan Tahunan. Pekanbaru: Charoen Pokphand Indonesia.
Clayton, E.S. 1967. The Economics of The Poultry Industry. Longmans, Green and Sons, Inc. New York. London. Sydney. Toronto.
Dajan, A. 1983. Pengantar Metoda Statistik. Jakarta: LP3ES.
Data Base Peternakan Provinsi Riau. 2004. Proyek Pengembangan Produksi Sarana dan Prasarana Petemakan Riau Tahun Anggaran 2004. Pekanbaru: Dinas Perternakan Provinsi Riau.
Dinas Pertanian Sub Sektor Petemakan Provinsi Riau. 1985. Laporan Evaluasi Temak ayam Tahun 1983/1984. Pekanbaru: Dinas Petrenakan Provinsi Riau.
Dinas Peternakan Provinsi Riau. 2000. Kemitraan Ayam Ras Pedaging Daerah Riau Tahun 2000. Pekanbaru: Dinas Petrenakan Provinsi Riau.
i Haeruman, H. dan Eriyatno. 2001. Kemitraan Dalam Pengembangan Ekonomi
Lokal. Jakarta: Yayasan Mitra Pembangunan Desa-Kota dan Business Innovation Center of Indonesia.
Hernanto,F. 1979. IImu Usahatani. Departemen IImu Sosial Ekonomi Pertanian Bogor: IPB ..
Isbandi. 1988. Beberapa faktor Sosial Ekonomi Yang Mempengaruhi Tingkat Pendapatan Petemak Ayam Broiler di Kotamadya Semarang dan Ayam Petelur di Kabupaten Boyolali. Proceding. Seminar Nasional Peternakan dan Forum Peternakan "Unggas dan Aneka Ternak" II. Bogor: Balai Penelitian Ternak.
Kartasasmita, G. 1995. Peran Birokrasi Dalam Pengembangan Kemitraan Usaha. Jakarta: Harian Bisnis Indonesia.
Keputusan Mentri Partanian Nomor : 472 I KPTS !TN 330 I 6 I 96. Petunjuk Pelaksaan Pembinaan Usaha Petemakan Ayam Ras. Jakarta: Departemen Pertanian.
Machmur, M. 1995. Pengembangan Kemitraan Usaha Agribisnis. Departemen Pertanian Agribisnis. Jakarta: Badan Agribisnis.
111
112
Manurung, A. dan Djafar. 1988. Analisa Usaha Tani dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pendapatan Petani. Medan: Pusat Kegiatan Perkebunan.
Mubyarto. 1982. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.
Mulva T. D, 2001. Pelaksanaan Po/a Inti Rakyat sebagai Strategi Pembangunan Pertanian da/am Upaya Pemberdayaan Ekonomi Kerakyatan, Tesis Pasca Sarjana. Padang: UNAND.
Niswonger, Rollin C. Fess Philip E. dan Warren Carl S. Suryadi Saat (editor). 1997. Prinsip-Prinsip Akuntansi. Edisi keenambelas. Jilid 1. Alih Bahasa Hyginus Ruswinarto dan Herman Wibowo. Jakarta: Erlangga.
Rahardi, F. dan Hartono R. 2003. Agribisnis Petemakan. Edisi Revisi. Jakarta, Penebar Swadaya.
Rasyaf, M. 1992. Pengelo/aan Petemakan Unggas Pedaging. Jakarta: Kanisius.
Rasyaf, M. 1995. Manajemen Petemakan Ayam Broiler. Jakarta: Penebar Swadaya.
Saragih, B. 2001. Suara Dari Bogor: Membangun Sistim Agribisnis. Edisi Milenium. Bogor: Sucofindo.
Soeharjo, A dan D. Patong. 1973. Sendi-sendi Pokok IImu Usaha Tani. Bogor: IPB.
Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian: Teori dan Aplikasinya. Edisi : Revisi. Jakarta, Raja Grafindo Persada. I
Soekartawi. 2002. Analisis Usaha Tani. Jakarta, UIPress.
Soekartawi. 1991. Prinsip dasar Ekonomi Pertanian. Jakarta: Universitas Indonesia.
Suharno. B. 1999. Kiat Sukses Berbisnis Ayam. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sumardjo, Jaka S. Wahyu, AD. 2004. Teori dan Praktik Kemitraan Agribisnis. Jakarta: Penebar Swadaya.
Taryoto. 1999. Trubus edisi juli 1999 Tahun XXX. Jakarta
Wie. T.K. 1992. Dialog Kemitraan dan Keterkaitan antara Usaha Besar dan Kecil dalam Sektor Industri Pengolahan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Winter, A.R. and E.M. Funk. 1962. Poultry Science and Practice. 5th Ed. Chicago. Philadelpia. New York. J.B. Lippincott Co.
LAMPIRAN
113 1
I 'Lampiran 1. Kuesioner
j Kuesioner Petemak
PENGEMBANGAN PETERNAKAN AYAM RAS PEDAGING DENGAN MENINGKATKAN PENDAPATAN PETERNAK
MELALUI KEMITRAAN DI KOTA PEKANBARU
Untuk Melengkapi Kebutuhan Data dalam Penyusunan Kajian Pembangunan Daerah
Sampel No.: __ _
Nama
Alamat
Inti
Hari/Tanggal Wawancara
Pe)Vawancara
Pemeriksa
e· -.-. ~, ,~ . .
SEKOLAH PASCA SARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2005
NOVIAN (A.153024565) INSTITUT PERTANIAN BOGOR
JI. Kamper, Kampus IPB Darmaga, Bogor 16680 Phone. (0251) 627-793 Fax.(0251) 629-344 Email: [email protected]
114
Identitas Peternak
O. Nama
Alamat
_____________________________ (UP)
Umur
Pendidikan
____ tahun
______ (I-__ tahun)
Peke~aanpokok: ________________________________ _
O. Jumlah anggota keluarga :
Nama Status Umur Pendidikan Pekerjaan Ket
O. Kapan usaha ini pertama didirikan? Tgl ___ , Bin _____ , Thn ___ _
O. Kapan mulai bermitra? Charoen Pokphand Confeed . Ramah Tamah Indah MakmurJaya
TglIBlnlThn TglIBlnlThn TglIBlnlThn TglIBlnlThn
O. Skala usaha ekor Kecil « 5.000 ekor) Menengah (5.000 sId 10.000 ekor) Sesar (> 10.000 ekor)
O. Modal investasi (diluar tanah) < Rp.20 juta Rp.20 juta sId Rp.30.000 > Rp.30 juta (sebutkan Rp. _____________ )
O. Ukuran kandang : Kandang I ____ m X ____ m Kandang !l ___ m X m Kandang !V ____ m X ____ m Kandang V ____ m X ___ m Kandang VI ____ m X ___ m
8. Jumlah tenaga kerja g. Dalam keluarga h. Luar keluarga
___ orang ___ orang
II. Biaya Produksi da/am satu periode
9. Suplai perusahaan (inti)
No. Nama bahan Kuantitas
1 DOC masuk
2 Pakan
3 Obat-obatan
4
10. Biaya operasional peternak (plasma)
a. Tunai
No Nama bahan Unit
1 Penerangan/Listrik
2 Pemanasan (Gas/M.Tanah)
3 Solar
4 Oli
5 Formalin
6 Serbuk
7 Transportasi
8 TK. Luar Keluarga
a. DOC Masuk
b. Pakan
9
I
115
Harga I Total Sumber
unit (produsen)
Harga lunit Total Sumber (produsen)
t
116
b. Tidak Tunai
No. Namabahan Unit Harga Total Sumber lunit (produsen)
1 TK. Dalam Keluarga
a. Pemeliharaan
b.Panen
2 Penyusutan
3
4
Penyusutan
Jenis Unit
@Harga Jumlah UE Penyusutan Penyusutan Peralatan (Rp) (Rp) (Tahun) (Rp/tahun) (Rp/periode)
Kandang T.makan T. minum Piringan Lampu Kompor Terpal Sapu lidi Cangkul Sekop Tali (gulung) Gerobak Pipa (btng) Tank air Ember Baskom Senter Selang (mtr) Bros tangkai Gembok Sanyo Solo Timbangan Kabel (gulung)
Tota! ~ I I r--- ~-I-----r I D_"'_~
117
Pendapatan da/am satu periode
o. Pendapatan dari produksi
No. Item Keterangan
1 Jumlah ayam besar (ekor)
2 Ayam keluar (ekor)
3 Total berat (Kg)
4 Rata-rata berat (Kg)
5 Umur (hari)
6 Harga garansi Rp.
7 Harga pasar Rp.
8 Selisih harga Rp.
Jumlah Rp.
O. Pendapatan Lainnya
No. Item Keterangan
1 Kotoran
a. Jumlah (karung)
b. Harga / karung Rp.
Jumlah Rp.
2 Insentive
a. Bonus I Aktual
b. IP I Standar
Jumlah Rp.
I To~1 Rp. I
118
Alasan ikut kemitraan
No Alasan Manfaat diperoleh
Keterangan 8aik Cukup Kurang
1 2 3 4 5 6
1 Produksi
2 Pemasaran
3 Perawatan
4
5
Keluhan dalam bermitra
1 lsi perjanjian
2 Pelaksanaan
lsi perjanjian
3 Pembayaran
4
5 I I I
119
Saran terhadap bentuk kemitraan yang diharapkan
No. Bidang Saran
1.
-
2 I
3
4
5
Lampiran 2. ldentitas Peternak Sampel Pada Ke-4 Model Kemitraan.
E[nti/Perusahaan Umur ._ .. Pendidil<an Pekerjaan
Strata Sampel1 Sampel2 Sampel3 SO SMP SMU PT Pokok Sampingan
1. RTI 1 28 32 40 0 1 2 0 2 1 2 29 22 38 0 0 1 2 2 1 3 48 40 33 0 1 0 2 3 0
2. Makmur Jaya 1 38 28 25 1 0 2 0 3 0 2 44 42 30 2 1 0 0 3 0 -3 43 49 40 2 0 1 0 2 1
3. Confeed 1 35 32 27 1 0 0 2 1 2 2 30 40 42 1 1 0 1 2 1 3 38 39 38 0 0 1 2 2 1
4. Charoen Pokphand 1 31 42 30 0 1 1 1 2 1 2 34 41 50 0 0 2 1 1 2 3 43 42 56 0 1 0 2 1 2
Lampiran 3. Biaya Operasional Usaha Ternak Ayam Ras Pedagihg Model Kemitraan RTI
Strata 1 « 5.000)
No. Biaya Operasional Peternak
Total Biaya Penerang Gas/M. Tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Peny. Alat
1 - 144,000 80,000 60,000 30,000 50,000 20,000 857,840 265,480 1,507,320 2 - 170,000 100,000 90,000 40,000 70,000 15,000 687,760 209,792 1,382,552 3 - 250,000 90,000 90,000 40,000 70,000 19,000 819,600 396,590 1,775,190 ~ - 564,000 270,000 240,000 110,000 190,000 54,000 2,365,200 871,862 4,665,062
- 188,000 90,000 80,000 36,667 63,333 18,000 788,400 290,621 1,555,021 % 0.00 12.09 5.79 5.14 2.36 4.07 1.16 50.70 18.69 100.00
Strata 2 (5.000 sid 10.000))
No. Biaya Operasional peternak
Total Biaya Penerang Gas/M. Tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Peny. Alat
1 - 300,000 180,000 170,000 60,000 115,000 15,000 1,204,020 761,844 2,805,864 2 - 400,000 250,000 220,000 80,000 180,000 30,000 1,688,300 971,119 3,819,419 3 350,000 210,000 - - 100,000 100,000 25,000 1,518,400 850,323 3,153,723 ~ 350,000 910,000 430,000 390,000 240,000 395,000 70,000 4,410,720 2,583,286 9,779,006
116,667 303,333 143,333 130,000 80,000 131,667 23,333 1,470,240 861,095 3,259,669 p.!o 3.58 9.31 4.40 3.99 2.45 4.04 0.72 45.10 26.42 100.00
Strata 3 (> 10.000)
No. -- Biaya Operasional Peternak Total Biaya
Penerang Gas/M. Tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Peny. Alat 1 - 600,000 260,000 200,000 180,000 320,000 30,000 2,887,720 2,058,339 6,536,059 2 300,000 600,000 - - 180,000 300,000 30,000 3,605,640 1,720,603 6,736,243 3 - 650,000 275,000 200,000 200,000 300,000 30,000 3,266,866 1,782,177 6,704,043 ~ :300,000 1,850,000 535,000 400,000 560,000 920,000 90,000 9,760,226 5,561,119 19,976,345
100,000 616,667 178,333 133,333 186,667 306,667 30,000 3,253,409 1,853,706 6,658,782 % 1.50 9.26 2.68 2.00 2.80 4.61 0.45 48.86 27.84 100.00
Lampiran 4. Biaya Operasional Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Model Kemitraan Makmur Jaya
. Strata 1 « 5.000)
-No.
Biaya Operasional Peternak Total Biaya
Penerang Gas/M. Tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Peny. Alat 1 375,000 202,500 40,000 10,000 85,000 20,000 472,500 340,500 1,545,500 2 525,000 195,000 40,000 10,000 85,000 20,000 594,625 299,466 1,769,091 3 525,000 210,000 40,000 10,000 85,000 20,000 609,125 388,022 1,887,147
L - 1,425,000 607,500 120,000 30,000 255,000 60,000 1,676,250 1,027,988 5,201,738 - 475,000 202,500 40,000 10,000 85,000 20,000 558,750 342,663 1,733,913
% 0.00 27.39 11.68 2.31 0.58 4.90 1.15 32.22 19.76 100.00
Strata 2 (5.001 sId 10.000)
No. Biaya Operasional Peternak
Total Biaya Pener~ Gas/M. Tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Peny. Alat
1 900,000 217,500 40,000 20,000 85,000 35,000 1,993,750 663,905 3,955,155 2 900,000 202,500 40,000 15,000 85,000 35,000 1,691,500 619,822 3,588,822 3 740,000 367,000 40,000 30,000 85,000 35,000 2,679,500 799,780 4,776,280 L .. 2,540,000 787,000 120,000 65,000 255,000 105,000 6,364,750 2,083,507 12,320,257
- 846,667 262,333 40,000 21,667 85,000 35,000 2,121,583 694,502 4,106,752 % 0.00 20.62 6.39 0.97 0.53 2.07 0.85 51.66 16.91 100.00
I Strata 3 (> 10.000)
No. Biaya Operasional Peternak
Total Biaya Penerang Gas/M. Tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Peny. Alat
1 900,000 262,500 40,000 20,000 85,000 35,000 3,672,000 545,578 5,560,078 2 825,000 284,100 40,000 30,000 85,000 35,000 3,633,000 994,522 5,926,622 3 900,000 240,100 40,000 30,000 85,000 35,000 4,025,025 782,767 6,137,892
L - 2,625,000 786,700 120,000 80,000 255,000 105,000 11,330,025 2,322,867 17,624,592 - 875,000 262,233 40,000 26,667 85,000 35,000 3,776,675 774,289 5,874,864
% 0.00 14.89 4.46 0.68 0.45 1.45 0.60 64.29 13.18 100.00
Lampiran 5. Biaya Operasional Usaha Ternak Ayam Ras Pedaging Model Kemitraan Confeed
Strata 1 « 5.000)
No Biaya Operasional Peternak
Total Biaya Penera.ng Gas/M. Tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Peny. Alat
1 250,000 250,000 - - 50,000 90,000 20,000 700,000 413,356 1,773,356 2 - 300,000 460,000 38,000 45,000 80,000 15,000 726,000 494,478 2,158,478 3 250,000 400,000 - - 80,000 150,000 20,000 878,000 594,044 2,372,044 ~ 500,000 950,000 460,000 38,000 175,000 320,000 55,000 2,304,000 1,501,878 6,303,878
166,667 316,667 153,333 12,667 58,333 106,667 18,333 768,000 500,626 2,101,293 % 7.9'3 15.07 7.30 0.60 2.78 5.08 0.87 36.55 23.82 100.00
Strata 2 (5.000 sid 10.000)
No Biaya Operasional Peternak
Total Biaya Peneran!J Gas/M. Tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Peny. Alat
1 400,000 630,000 - - 120,000 150,000 35,000 1,469,000 810,340 3,614,340 2 - 600,000 680,000 40,000 150,000 150,000 35,000 1,731,000 883,629 4,269,629 3 - 588,000 693,000 20,000 170,000 126,000 25,000 1,995,400 1,005,533 4,622,933 ~ 400,000 1,818,000 1,373,000 60,000 440,000 426,000 95,000 5,195,400 2,699,502 12,506,902
133,333 606,000 457,667 20,000 146,667 142,000 31,667 1,731,800 899,834 4,168,967 % 3.20 14.54 10.98 0.48 3.52 3.41 0.76 41.54 21.58 100.00
rtrata 3 (> 10.000)
No Biaya Operasional Peternak
Total Biaya Peneran!J Gas/M. Tnh Solar Oli Formalin Serb uk Transport TK Peny. Alat
1 - 840,000 720,000 25,000 160,000 200,000 25,000 2,290,000 1,335,911 5,595,911 2 450-"000 770,000 - - 170,000 210,000 30,000 1,776,600 1,330,615 4,737,215 3 - 840,000 630,000 30,000 200,000 200,000 30,000 2,298,000 1,379,822 5,607,822
~ 450.000 2,450,000 1,350,000 55,000 530,000 610,000 85,000 6,364,600 4,046,348 15,940,948 150,000 816,667 450,000 18,333 176,667 203,333 28,333 2,121,533 1,348,783 5,313,649
% 2.82 15.37 8.47 0.35 3.32 3.83 0.53 39.93 25.38 100.00
Lampiran 6. Biaya OperClsional Pad a Peternakan Ayam Ras Pedaging Model Kemitraan Charoen Pokphand
Strata 1 « 5.000)
No. Biaya Poduksi Perusahaan (Pembudidayaan) Biaya Poduksi Peternak
Total Biaya DOC in Sibit Pakan Obat Penerang Gas/M.Tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Peny. Alat
1 4,000 8,200,000 21,546,000 81,500 - 170,000 100,000 90,000 40,000 75,000 15,000 687,760 209,792 1,387,552 2 4,000 6,000,000 17,115,000 65,000 - 180,000 70,000 65,000 30,000 45,000 25,000 656,000 393,627 1,464,627 3 4,000 6,000,000 17,409,600 59,800 - 180,000 65,000 60,000 30,000 40,000 17,000 647,140 288,601 1,327,741 I: 12,000 20,200,000 56,070,600 206,300 - 530,000 235,000 215,000 100,000 160,000 57,000 1,990,900 892,020 4,179,920
4,000 6,7;33,333 18,690,200 68,767 - 176,667 78,333 71,667 33,333 53,333 19,000 663,633 297,340 1,393,307 % 0.00 12.68 5.62 5.14 2.39 3.83 1.36 47.63 21.34 100.00
1,683 Strata 2 (5.001 sid 10.000)
No. Biaya Poduksi Perusahaan (Pembudidayaan) Biaya Poduksi Peternak
Total Biaya DOC in Bibit Pakan Obal Penerang Gas/M.Tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Peny. Alat
1 6,000 10,250,000 19,321,143 1,080,600 250,000 225,000 - - 60000 80,000 30,000 828,920 381,184 1,855,104 2 5,025 10,250,000 26,700,533 910,400 - 380,000 150,000 120,000 50,000 90,000 35,000 855,520 519,890 2,200,410 3 I 8,000 12,9:30,000 30,692,169 800,400 200,000 190,000 - - 70,000 120,000 20,000 1,110,900 575,981 2,286,881 ry- 19,025 ~~3,450,000 76,713,845 2,791,400 450,000 795,000 150,000 120,000 180,000 290,000 85,000 2,795,340 1,477,055 6,342,395
6,342 11,150,000 25,571,282 930,467 150,000 265,000 50,000 40,000 60,000 96,667 28,333 931,780 492,352 2,114,132 % 7.10 12.53 2.37 1.89 2.84 4.57 1.34 44.07 23.29 100.00
Strata 3 (> 10.000)
No. Biaya PodlJksi Perusahaan (Pembudidayaan) Biaya Poduksi Peternak
Tolal Biaya DOC in Bibil Pakan Obat Penerang Gas/M.Tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Peny. Alat
1 10,050 25,500,000 79,202,000 2,322,837 - 840,000 720,000 25,000 160,000 200,000 25,000 2,290,000 1,335,911 5,595,911 2 15,000 37,500,000 114,780,000 2,000,592 - 980,000 792,000 20,000 200,000 300,000 35,000 2,558,000 1,863,511 6,748,511 3 25,000 62,500,000 161,918,000 3,141,270 500,000 2,000,000 - - 400,000 410,000 15,000 5,084,800 2,909,391 11,319,191 L 50,050 125,500,000 355,900,000 7,464,699 500,000 3,820,000 1,512,000 45,000 760,000 910,000 75,000 9,932,800 6,108,814 23,663,614
16,683 41,833,333 118,633,333 2,488,233 166,667 1,273,333 504,000 15,000 253,333 303,333 25,000 3,310,933 2,036,271 7,887,871 % 2.11 16.14 6.39 0.19 3.21 3.85 0.32 41.97 25.82 100.00
Lampiran 7. Rataan Biaya Produksi
I Inti I Strata Biaya Operasional Peternak Ttl Biaya
PeneranQ Gas/m tnh Solar Oli Formalin Serbuk Transport TK Penvalat
RTI 1 - 188,000 90,000 80,000 36,667 63,333 18,000 788,400 290,621 2,343,421 2 116,667 303,333 143,333 130,000 80,000 131,667 23,333 1,470,240 861,095 4,729,909 3 100,000 616,667 178,333 133,333 186,667 306,667 30,000 3,253,409 1,853,706 9,912,190 ~ 216,667 1,108,000 411,667 343,333 303,333 501,667 71,333 5,512,049 3,005,422 16,985,520
-I 72,222 369,333 137,222 114,444 101,111 167,222 23,778 1,837,350 1,001,807 5,661,840
MJ 1 - 475,000 202,500 40,000 10,000 85,000 20,000 558,750 342,663 2,292,663 :2 - 846,667 262,333 40,000 21,667 85,000 35,000 2,121,583 694,502 6,228,336 3 -' 875,000 262,233 40,000 26,667 85,000 35,000 3,776,675 774,289 9,651,539 I: - 2,196,667 727,067 120,000 58,333 255,000 90,000 6,457,008 1,811,454 18,172,537
- 732,222 242,356 40,000 19,444 85,000 30,000 2,152,336 603,818 6,057,512
Confeed 1 166,667 316,667 153,333 12,667 58,333 106,667 18,333 768,000 500,626 2,869,293 2 133,333 606,000 457,667 20,000 146,667 142,000 31,667 1,731,800 899,834 5,900,767 3 150,000 816,667 450,000 18,333 176,667 203,333 28,333 2,121,533 1,348,783 7,435,183 I: 450,000 1,739,333 1,061,000 51,000 381,667 452,000 78,333 4,621,333 2,749,243 16,205,243
150,000 579,778 353,667 17,000 127,222 150,667 26,111 1,540,444 916,414 5,401,748
Pokphand 1 - 176,667 78,333 71,667 33,333 53,333 19,000 663,633 297,340 2,056,940 2 150,000 265,000 50,000 40,000 60,000 96,667 28,333 931,780 492,352 3,045,912 3 166,667 1,273,333 504,000 15,000 253,333 303,333 25,000 3,310,933 1,590,967 7,442,567 I: 316,667 1,715,000 632,333 126,667 346,667 453,333 72,333 4,906,347 2,380,659 12,545,419
105,556 571,667 210,778 42,222 115,556 151,111 24,111 1,635,449 793,553 4,181,806
Lampiran 8: Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan RTI
Strata 1 « 5.000)
Jumlah Ayam Total
Rata Umur Penjualan Pembelian
Pendapatan Total No Ayam Keluar Berat Pemeliha- Kotoran Insentive Pendapatan
(ekor) (,ekor) Berat (Kg)
(KQ) (hari) Rp/ekor (Rp)
raan Jlh (krQ) HarQa Jumlah Bonus IP Jumlah (Rp)
1 3,100 2,E'52 3,610.2 1.3 29 500 21,390,000 1,426,000 53 5,000 265,000 470 250 1,340,440 3,031,440 2 4,100 4,038 4,845.6 1.2 27 500 26,247,000 2,019,000 70 4,500 315,000 280 235 1,130,640 3,464,640
~oo 4nm 5748.0 1.2 33 500 28740000 2395000 130 5000 650000 280 235 1 341 200
4~ 00 11,680 14,203.8 3.7 89 1,500 76,377,000 5,840,000 253 14,500 1,230,000 1,030 720 3,812,280 10, 7 3893 4734.6 1.2 30 500 25459000 1946667 84 4833 410000 343 240 1270760 36274
Strata 2 (5.000 std 10.000)
Jumlah Aynm Total
Rata Umur Penjualan Pembelian
PendaRatan , Total
No Ayam Keluar
Berat (Kg) Berat
(hari) Rp/ekor (Rp) Pemeliha- Kotoran Insentive Pendapatan
(ekor) (ekcm (Kg) raan Jlh (krg) Harga Jumlah Bonus IP Jumlah (Rp)
1 7,000 6,EoOO 7,005.0 1.0 30 500 45,672,600 3,400,500 165 4,500 742,500 180 221 1,224,180 5,367,180 2 10,000 9,800 12,915.0 1.3 32 500 80,718,750 4,967,500 243 5,000 1,215,000 340 236 3,377,900 9,560,400 3 9,000 8,B90 10,032.0 1.1 31 500 70,567,400 4,445,000 242 4,500 1089000 140 218 1,244,600 6778600
0 25590 29,952.0 3.5 93 1,500 196,958,750 12,813,000 650 14,000 3,046,500 660 675 5,846,680 21,706,180 ,667 8,£,30 9,984.0 1.2 31 500 65,652,917 4,271,000 217 4,667 1,015,500 220 225 1,948,893 7,235,393
Strata 3 (> 10.000)
-Jumlah Aynm
Total Rata
Umur Penjualan Pembelian Pendapatan Total
No Ayam Keluar
Berat (Kg) Berat
(hari) Rp/ekor (Rp) Pemeliha- Kotoran InsEmtive Pendapatan
(ekor) (ek()r) (Kg) raan Jlh (krQ) HarQa Jumlah Bonus IP Jumlah (Rp)
1 21,300 20,696 26,103.0 1.3 32 500 144,547,100 10,348,000 490 4,500 2,205,000 400 243 8,278,400 20,831,400 2 21,100 20,642 25,864.0 1.4 33 500 171,958,500 10,321,000 486 5,000 2,430,000 233 280 5,779,760 18,530,760 3 20,200 19,153 24,384.0 1.3 37 500 159,567,640 9,566,500 484 5,000 2420000 230 226 4,400,590 16387090 1: 62,600 60,~·91 76,351.0 3.9 102 1,500 476,073,240 30,235,500 1,460 14,500 7,055,000 863 749 18,458,750 55,749,250
20,867 20,164 25,450.3 1.3 34 500 158,691,080 10,078,500 487 4,833 2,351,667 288 250 6,152,917 18,583,083
Lampiran 9: Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Makmur Jaya
Strata 1 « 5.000)
Jumlah AI;am Total
Rata Umur Penjualan Pembelian
Pendapatan Total No Ayam Keluar Serat Pemeliha- Kotoran Insentive Pendapatan
(ekor) (ei<o~) Serat (Kg)
(Kg) (hari) Rp/ekor (Rp)
raan Jlh (kro' Haroa Jumlah Bonus IP Jumlah (Rp)
1 3,030 2.924 3,513.0 1.2 27 500 21,175,390 1,462,000 52 6,500 338,000 800 271 2,339,200 4,139,200 2 3,535 3,465 3,711.8 1.1 26 500 22,790,959 1,732,500 60 4,000 240,000 800 268 2,772,000 4,744,500 3 3,535 3413 4,455.8 1.3 28 500 26,293,037 1,706,500 58 4,000 232,000 800 283 2,730,400 4,668,900
L 10,100 9.802 11,680.6 3.6 81 1,500 70,259,386 4,901,000 170 14,500 810,000 2,400 822 7,841,600 13,552,600 3,367 3.267 3,893.5 1.2 27 500 23,419,795 1,633,667 57 4,833 270,000 800 274 2,613,867 4,517,533
Strata 2 (5.000 sId 10.000)
Jumlah !>,yam Total
Rata Umur Penjualan Pembelian
Pendapatan Total No Ayam Keluar Berat Pemeliha- Kotoran Insentive Pendapatan
(ekor) (e~or) Serat (Kg)
(Kg) (hari) Rp/ekor (Rp)
raan Jlh (kro) Haroa Jumlah Sonus IP Jumlah (Rp)
1 7,070 6,584 9,955.2 1.5 29 500 59,215,929 3,292,000 163 4,000 652,000 800 280 5,267,200 9,211,200 2 6,060 5.773 6,701.7 1.2 27 500 41,252,720 2,886,500 144 4,000 576,000 540 254 3,117,420 6,579,920 3 9,090 8,819 11,899.2 1.4 35 500 78,439,423 4,400,500 239 4,000 956,000 - 196 - 5,356,500
L I 22,220 21,176 28,556.1 4.0 91 1,500 178,908,072 10,579,000 546 12,000 2,184,000 1,340 730 8,384,620 21,147,620 7,407 7059 9,518.7 1.3 30 500 59,636,024 3,526,333 182 4,000 728,000 447 243 2,794,873 7,049,207
Strata 3 (> 10.000)
Jumlah A:lam Total
Rata Umur Penjualari Pembelian
Pendapatan Total No Ayam Keluar Berat Pemeliha- Kotoran Insentive Pendapatan
(ekori J.e'sQ!1 Serat (Kg)
(Kg) (hari) Rp/ekor (Rp)
raan Jlh (krg) Harga Jumlah Bonus IP Jumlah (Rp)
1 12,120 11.424 18,017.4 1.6 34 500 112,441,480 5,712,000 254 4,000 1,016,000 400 244 4,569,600 11,297,600 2 12,120 11607 16,393.8 1.4 32 500 96,292,760 5,803,500 251 4,000 1,004,000 620 259 7,196,340 14,003,840 3 10,100 979E 13,511.8 1.4 32 500 87,662,486 4,897,500 243 6,500 1,579,500 140 218 1,371,300 7,848,300
L 34,340 32,826 47,923.0 4.4 98 1,500 296,396,726 16,413,000 748 14,500 3,599,500 1,160 721 13,137,240 33,149,740 11,447 10942 15,974.3 1.5 33 500 98,798,909 5,471,000 249 4,833 1,199,833 387 240 4,379,080 11,049,913
Lampiran 10 : Pendapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Confeed
Strata 1 « 5.000)
Jumlah AY::.G Total
Rata Umur
Harga Harga Selisih Pendapatan Total No Ayam ~:~~~r Berat (Kg)
Berat (hari)
Garansi Pasar Harga Pemeliha- Kotoran Insentive Pendapatan (ekor) (Kg) (Rp.lKg) (Rp.lKg) (Rp) raan Jlh (krg' Harga Jumlah Bonus IP Jumlah (Rp)
1 3,000 2,880 5,857.2 1.9 37 6,500 6,610 110 1,244,292 60 5,000 300,000 500 287 1,440,000 2,984,292 2 3,000 2,904 5,734.8 1.8 37 6,534 6,600 66 978,497 58 4,500 261,000 350 258 1,016,400 2,255,897 3 4,000 3,920 7,564.8 1.7 36 6,507 6,800 293 3,016,486 80 4,500 360,000 450 272 1,764,000 5,140,486
~ 10,000 9,704 19,'156.8 5.4 110 19,541 20,010 469 5,239,275 198 14,000 921,000 1,300 817 4,220,400 10,380,675 3,333 3,:235 6,385.6 1.8 37 6,514 6,670 156 1,746,425 66 4,667 307,000 433 272 1,406,800 3,460,225 -
Strata 2 (5.000 sId '10.000)
....
Jumlah Ayam Total
Rata Umur
Harga Harga Selisih Pendapatan Total No Ayam Keluar
Berat (Kg) Berat
(hari) Garansi Pasar Harga Pemeliha- Kotoran Insentive Pendapatan
(ekori l~or) (Ka) ~~p.lKg). (~p.lKg) (Rp) raan Jlh (krg] Harga Jumlah Bonus IP Jumlah (RpL 1 6,000 5,384 10,319.0 1.7 39 6,545 6,700 155 2,799,445 140 4,500 630,000 500 300 2,992,000 6,421,445 2 6,000 5,804 11,904.8 2.1 38 6,509 6,600 91 2,283,337 150 5,000 750,000 500 306 2,902,000 5,935,337 3 6,600 6,241 11,835.1 1.9 40 6,504 6,580 76 2,219,468 170 5,000 850,000 350 260 2,184,350 5,253,818
I~ 18,600 18,029 34,058.9 5.7 117 19,558 19,880 322 7,302,249 460 14,500 2,230,000 1,350 866 8,078,350 17,610 6,200 6,:>10 11,353.0 1.9 39 6,519 6,627 107 2,434,083 153 4,833 743,333 450 289 2,692,783 5,870,
Strata 3 (> 10.000)
Jumlah Ayarn Total
Rata Umur
Harga Harga Selisih Pendapatan Total No Ayam Keluar Berat Garansi Pasar Harga Pemeliha- Kotoran Insentive Pendapatan
(ekor) (ekor) Berat (Kg)
(Ka) (hari)
~RJ>JKg) _(Rp.lKg) lRp) raan Jlh (kra) Haraa Jumlah Bonus IP Jumlah (RpL 1 10,200 9,854 19,830.8 1.9 38 6,508 6,600 92 3,864,434 270 4,500 1,215,000 450 298 4,434,300 9,513,734 2 11,000 10,753 19,758.1 1.8 37 6,534 6,800 266 7,455,655 300 5,000 1,500,000 500 287 5,376,500 14,332,155 3 11,000 10,725 19,635.9 1.8 38 6,537 6,670 133 4,811,575 290 4,500 1,305,000 400 271 4,290,000 10,406,575
~ 32,200 31,332 59,224.8 5.6 113 19,579 20,070 491 16,131,663 860 14,000 4,020,000 1,350 856 14,100,800 34,252,463 10,733 10,444 19,741.6 1.9 38 6,526 6,690 164 5,377,221 287 4,667 1,340,000 450 285 4,700,267 11,417,488
Lampiran 11 : Pend.apatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pola Kemitraan Charoen Pokphand
Strata 1 « 5.000)
Jumlah Ayarn Total Rata Umur Penjualan Pembelian
Pendapatan Total No Ayam Keluar Serat Serat Penjualan (Rp.) Pemeliha- Kotoran Insentive Pendapatan
(ekor) (ekorl (Kgl .(Kg) (hari) Rp/Kg (Rp)
raan Jlh (krg) Harga Jumlah Act. Stdr Oif (Rp) ..
1 4,000 3,~31 5,991 1.5 35 5,720 33,373,583 34,267,376 892,629 60 5,000 300,000 2 2 589,650 1,782,279 2 4,000 31990 6678 1.7 37 5,950 37,864567 39732910 1869784 50 5,000 250,000 2 2 598,500 2718,284 3 4000 l..526 6499 1.8 41 6325 39202027 41 107440 1904266 70 4500 315000 2 2 352600 2571866 L 12,000 11,447 19,168 5.0 113 17,995 110,440,177 115,107,726 4,666,679 180 14,500 865,000 5 6 1,540,750 7,072,429
4000 3816 6389 1.7 38 5998 36813392 38369242 1555560 60 4833 288333 2 2 513583 2357476
Strata 2 (5.000 s/o 10.000)
Jumlah Ayam Total Rata Umur Penjualan Pembelian
Pendapatan Total No Ayam Keluar Serat Berat Penjualan (Rp.) Pemeliha- Kotoran Insentive Pendapatan
(ekor) (ekor) (Kg) (Kg) (hari) Rp/Kg (Rp)
raan Jlh (krQ\ HarQa Jumlah Act. Stdr Oi' (Rp) 1 6,000 5,870 8,335 1.4 35 5,540 43,865,295 46,160,465 2,295,170 139 4,500 625,000 2 2 730,800 3,650,970 2 5,025 4868 9,866 2.0 42 5810 53155941 57,322,622 4163536 100 5000 500,000 2 2 730,200 5393736 3 8000 2.598 12236 1.6 36 6050 71464911 74027800 2557324 150 5000 750000 2 2 911760 4219084 L 19,025 18,336 30,438 5.1 113 17,400 168,486,147 177,510,887 9,016,030 389 14,500 1,875,000 5 6 2,372,760 13,263,790
6342 6112 10146 1.7 38 5800 56162049 59170296 3005343 130 4833 625000 2 2 790920 4421263
Strata 3 (> 10.000)
Jumlah Ayam Total Rata Umur Penjualan Pembelian
Pendapatan Total No Ayam Keluar Serat Serat Penjualan (Rp.) Pemeliha- Kotoran Insentive Pendapatan
(ekor) (eke&. _(K9L (Kg) (hari) Rp/Kg (Rp)
raan Jlh (krg) Harga Jumlah Act. Stdr. Oif (Rp) 1 10,050 9,862 18,539 1.9 39 5,825 103,080,690 107.990.257.5 4,912,862 200 5,000 1,000,000 2 2 1,479,300 7,392,162
~ ~5 000 14,576 24,114 1.7 38 6,257 143054,668 150881298 7837,050 256 4500 1 150000 2 2 1,457600 10444,650 3 -:25000 24 ;~94 43600 1.8 38 5810 244184955 253318324 9112484 200 4500 900000 2 2 3644100 13656584
~ 50,050 48,732 86,254 5.3 115 17,892 490,320,313 404,199,622 21,862,395 656 14,000 3,050,000 5 6 6,581,000 31,493,395 I 16683 16244 28751 1.8 38 5964 163440104 134733207 7287465 219 4667 1016667 2 2 2193667 10497798
Lampiran 12, Rataan PencJapatan Peternak Ayam Ras Pedaging Pada Ke-4 Pola Kemitraan
= Pendapatan
Jumlah AY;3m Total Rata Umur Penjualan Pembelian Selisih
Kotoran Insentive Total Total Inti Strata Ayam Keluar Berat Berat
(hari) Rp/ekor IHarga Pasar Hargal Pemeliha-
Pendapatan Penerimaan (ekor) (ekor) (Kg) (Kg) (Garansi) (Rp.lKg) Penjualan raan Jlh
Harga Jumlah Bonus IP Jumlah (Rp) (krg)
RTI 1 4,067 3,393 4,735 1 30 500 25,459,000 0 1,946,667 84 4,833 410,000 343 240 1,270,760 3,627,427 29,086,427 2 8,667 B/;30 9,984 1 31 500 65,652,917 0 4,271,000 217 4,667 1,015,500 220 225 1,948,893 7,235,393 72,888,310 3 20,867 20,'164 25,450 1 34 500 158,691,080 0 10,078,500 487 4,833 2,351,667 288 250 6,152,917 18,583,083 177,274,163 1: 33,600 32,:387 40,169 4 94 1,500 249,802,997 0 16,296,167 788 14,333 3,777,167 851 715 9,372,570 29,445,903 279,248,900
11,200 10,862 13,390 1 31 500 83,267,666 0 5,432,056 263 4,778 1,259,056 284 238 3,124,190 9,815,301 93,082,967
Makmur 1 3,367 :3,267 3,894 1 27 500 23,419,795 0 1,633,667 57 4,833 270,000 800 274 2,613,867 4,517,533 27,937,329 Jaya 2 7,407 7,059 9,519 1 30 500 59,636,024 0 3,526,333 182 4,000 728,000 447 243 2,794,873 7,049,207 66,685,231
3 11,447 10,94.2 15,974 1 33 500 98,798,909 0 5,471,000 249 4,833 1,199,833 387 240 4,379,080 11,049,913 109,848,822 1: 22,220 21,268 29,387 4 90 1,500 181,854,728 0 10,631,000 488 13,667 2,197,833 1,633 758 9,787,820 22,616,653 204,471,381
7,407 1,089 9,796 1 30 500 60,618,243 0 3,543667 163 4,556 732,611 544 253 3,262,607 7,538,884 68,157,127
Confeed 1 3,333 3,235 6,386 2 37 6,514 6,670 156 1,746,425 66 4,667 307,000 433 272 1,406,800 3,460,225 3,466,895 2 6,200 (3,010 11,353 2 39 6,519 6,627 107 2,434,083 153 4,833 743,333 450 289 2,692,783 5,870,200 5,876,826 3 10,733 10,444 19,742 2 38 6,526 6,690 164 5,377,221 287 4,667 1,340,000 450 285 4,700,267 11,417,488 11,424,178 1: 20,267 1~8 37,480 6 113 19,559 19,987 427 9,557,729 506 14,167 2,390,333 1,333 846 8,799,850 20,747,913 20,767,899
6,756 6,563 12,493 2 38 6,520 6,662 142 3,185,910 169 4,722 796,778 444 282 2,933,283 6,915,971 6,922,633
Pokphand 1 1 4,000 3,816 6,389 2 38 5,998 36,813,392 38,369,242 1,555,560 60 4,833 288,333 2 2 513,583 2,357,476 39,170,869 ~I 6,342 6,112 10,146 2 38 5,800 56,162,049 59,170,296 3,005,343 130 4,833 625,000 2 2 .790,920 4,421,263 60,583,312
3 16,683 16,244 28,751 2 38 5,964 163,440,104 134,733,207 7,287,465 219 4,667 1,016,667 2 2 2,193,667 10,497,798 173,937,903 1: 27,025 26,172 45,286 5 114 17,762 256,415,546 232,272,745 11,848,368 408 14,333 1,930,000 5 6 3,498,170 17,276,538 273,692,084
9,008 3,724 15,095 2 38 5,921 85,471,849 77,424,248 3,949,456 136 4,778 643,333 2 2 1,166,057 5,758,846 91,230,695
131
Lampiran 13. Rataan Pemeliharaan Berat Hidup per Ekor, Jumlah Produksi
dan Rataan IP per Skala Produksi
Rataan No. Inti/Prsh Strata Serat Jumlah Produksi IP
Hidup (Kg) Kq Ekor
1 RTI 1 1.2 4,734.6 3,893 240 2 1.2 9,984.0 8,542 225 3 1.3 25,417.0 20,157 250
2 Makmur 1 1.2 3,893.5 3,267 274 Jaya 2 1.3 9,518.7 7,059 243
3 1.5 15,974.3 10,942 240
3. Confeed 1 1.8 6,385.6 3,235 272 2 1.9 11,353.0 6,010 289 3 1.9 19,741.6 10,444 275
4. Charoen 1 1.7 6,389.3 3,816 > standar Pokphand 2 1.7 10,145.9 6,112 > standar
3 1.8 28,751.2 16,244 > standar
132
Lampiran 14. Komponen Rataan Biaya Produksi Pad a Saat Penelitian.
No. Inti/Prsh Strata Biaya Tetap (Rp) Biaya Variabel
Total Biaya (Rp) (Rp)
1. RTI 1 290,621 1,264,401 1,555,022 2 861,095 2,398,575 3,259,671 3 1,853,706 4,805,078 6,658,785
2. Makmur 1 342,663 1,391,251 1,733,914 Jaya 2 694,502 3,412,252 4,106,754
3 774,289 5,100,578 5,874,867
3. Confeed 1 500,626 1,600,668 2,101,294 2 899,834 3,269,135 4,168,969 3 1,348,783 3,964,870 5,313,652
4. Charoen 1 297,340 1,095,968 1,393,308 Pokphand 2 492,352 1,621,782 2,114,134
3 1,590,967 5,851,603 7,442,570
133
Lampiran 15. Rataan Pendapatan Total per Satuan Hasil Pada Model Kemitraan
Total Total Produksi Pendapatan No. Inti/Prsh Strata Pendapatan
(Rp.) Berat (Kg) Ekor Rp/Kg Rp/Ekor
1. RTI 1 5,308,187 4,734.6 3,893 1,121.1 1,363.4 2 10,199,787 9,984.0 8,542 1,021.6 1,194.1 3 27,087,667 25,417.0 20,157 1,065.7 1,343.8
2. Makmur 1 4,517,532 3,893.5 3,267 1,160.3 1,382.6 Jaya 2 7,049,206 9,518.7 7,059 740.6 998.7
3 11,049,913 15,974.3 10,942 691.7 1,009.9
3. Confeed 1 3,460,225 6,385.6 3,235 541.9 1,069.7 2 5,870,200 11,353.0 6,010 517.1 976.8 3 11,417,487 19.741.6 10,444 578.3 1,093.2
4. Charoen 1 2,357,766 6,389.3 3,816 369.0 617.9 Pokphan< 2 4,424,167 10,145.9 6,112 436.1 723.8
3 10,500,189 28,751.2 16,244 365.2 646.4
134
Lampiran 16 : Penerimaan, Pengeluaran dan Pendapatan Serta RIC Rasio.
No Perusaha
Strata Penerimaan Pengeluaran Pendapatan
RIC Ratio an (Inti) (Rp) (Rp) (Rp)
1. RTI 1 3,627,427 1,555,021 2,072,406 2.33 2 7,235,393 3,259,669 3,975,725 2.22 3 18,583,083 6,658,782 11,924,302 2.79
2. Makmur 1 4,517,533 1,733,913 2,783,621 2.61 2 7,049,207 4,106,752 2,942,454 1.72 3 11,049,913 5,874,864 5,175,049 1.88
3. Confeed 1 3,460,225 2,101,293 1,358,932 1.65 2 5,870,200 4,168967 1,701,232 1.41 3 11,417,488 5,313,649 6,103,838 2.15
4. Pokphan 1 2,357,476 1,393,307 964,170 1.69 2 4,421,263 2,114,132 2,307,132 2.09 3 10497798 7442567 3055231 1.41