strategi pengembangan agribisnis kopi
TRANSCRIPT
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
1/93
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI
DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
TIUR MARIANI SIHALOHO
H34076150
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
2/93
RINGKASAN
TIUR MARIANI SIHALOHO. H34076150. 2009. Strategi Pengembangan
Agribisnis Kopi Di Kabupaten Humbang Hasundutan, Sumatera Utara.Skripsi. Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut
Pertanian Bogor (Di bawah bimbingan TINTIN SARIANTI).
Sektor pertanian masih tetap berperan besar dalam pembangunan ekonomi
Indonesia, sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam menyusun strategi
pembangunan nasional. Subsektor perkebunan merupakan bagian dari sektor
pertanian, subsektor ini mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau
dari areal maupun produksi. Salah satu komoditi unggulan perkebunan Indonesia
adalah kopi. Indonesia merupakan negara kedua eksportir kopi dunia, tetapi pada
tahun 2007, menurut Direktorat Jenderal Perkebunan, Indonesia juga mengimporkopi dalam jumlah besar. Oleh karena itu strategi pengembangan agribisnis kopi
perlu ditingkatkan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri dan luar negeri.
Salah satunya dengan mengembangkan kopi dari daerah-daerah Indonesia.
Tujuan penelitian ini adalah : (1) Mengidentifikasi dan menganalisis
faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang menentukan pengembangan
kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan, (2) Merumuskan alternatif strategi
pemerintah daerah dan memilih prioritas strategi yang tepat dalam pengembangan
agribisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Humbang Hasundutan yang
merupakan salah satu Kabupaten sentra kopi di Sumatera Utara. Waktu
pengumpulan data dilakukan selama bulan Juni-Juli 2009.
Data yang digunakan terdiri dari data primer dan sekunder. Jumlah
responden dalam penelitian sebanyak delapan orang. Pengambilan responden
usahatani dilakukan dengan sengaja (purposive). Pengolahan dan analisis data
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Analisis dalam penelitian meliputi
analisis internal dan eksternal, dilanjutkan dengan analisis Internal-Eksternal,
analisis Strengths,Weaknesess, Opportunities, Threats (SWOT) dan Quantiative
Strategy Planning Matrix(QSPM), untuk merumuskan dan menetapkan prioritas
strategi bagi pengembangan kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Analisis terhadap faktor internal dalam Pengembangan Agribisnis Kopi di
Humbang Hasundutan, menunjukkan faktor kekuatan mampu mengatasi faktorkelemahan yang dimiliki kawasan tersebut. Secara umum menunjukkan bahwa
Pengembangan Agribisnis Kopi dibawah rata-rata dalam kekuatan internalnya
secara keseluruhan, hal ini ditunjukkan dengan total nilai bobot skor 2,483. Ini
berarti berarti Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian Subdinas Perkebunan dan
masyarakat/petani secara internal (kekuatan dan kelemahan) belum baik (kuat),
dalam upaya pengembangan kopi di Humbang Hasundutan.Hasil analisis eksternal menunjukkan Pemerintah Daerah/Dinas Pertanian
Subdinas Perkebunan dan masyarakat/petani telah merespon dengan baik terhadap
peluang dan ancaman yang dimiliki, yang berarti bahwa faktor peluang eksternal
dalam upaya Pengembangan Agribisnis Kopi di Humbang Hasundutan dapat
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
3/93
mengatasi ancaman yang dihadapinya dan dapat mengambil peluang sebaik
mungkin
Hasil pencocokan IE menjelaskan bahwa strategi pengembangan agribisnis
kopi Kabupaten Humbang Hasundutan adalah pertahanan dan pemeliharaan, yaitu
terdiri dari strategi penetrasi pasar dan pengembangan produkPenggabungan faktor internal dan eksternal dan analisis Internal-
Ekasternal dalam matriks Strengths,Weaknesess, Opportunities, Threats(SWOT)
dalam Pengembangan Agribisnis Kopi Humbang Husundutan, menghasilkan
beberapa alternatif strategi yaitu sebagai berikut :1) Meningkatkan kualitas
Sumberdaya manusia melalui pelatihan dan memperluas usahatani kopi yang
berkualitas dan jaringan pemasaran, 2) Membentuk dan membina lembaga
penelitian untuk Research & Developmentserta mendukung asosiasi kopi dalam
pengembangan kopi organik, 3) Menguatkan modal untuk usaha agribisnis dan
memperluas jaringan pemasaran, 4) Melakukan pembinaan, pengembangan
pemberdayaan kelembagaaan dan manajemen usahatani, 5) Memperbaiki rantai
pemasaran kopi melalui lembaga yang terkait, khususnya dalam penetapan hargadasar kopi, 6) Menciptakan kerjasama yang baik dengan pihak investor.
Hasil Quantiative Strategy Planning Matrix(QSPM), menunjukkan bahwa
strategi yang menjadi prioritas utama dengan nilai Total Attractiveness Score
(TAS) sebesar 6,145 adalah strategi Meningkatkan kualitas Sumberdaya
manusia melalui pelatihan dan memperluas usahatani kopi yang berkualitas dan
jaringan pemasaran. Kemudian strategi yang memiliki nilai Total Attractiveness
Score(TAS) terkecil adalah strategi Menciptakan kerjasama yang baik dengan
pihak investor dengan nilai sebesar 5,311.
Saran yang diberikan dari hasil penelitian adalah Pemerintah daerah
melalui institusi terkait, hendaknya meningkatkan kualitas sumberdaya manusiamelalui kelembagaan, membentuk balai penelitian untuk Research &
Development, khususnya bibit kopi unggul, sehingga petani mudah memperoleh
bibit. Pemerintah juga hendaknya mendukung dan menjadi fasilitator bagi
pengembangan asosiasi kopi yang telah ada, karena hal itu dapat meningkatkan
kesejahteraan petani. Disamping itu pemerintah juga hendaknya membuat
regulator dalam pemasaran kopi khususnya penetapan harga dasar kopi agar
pedagang pengumpul dapat terkontrol dalam menetapkan harga kopi.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
4/93
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI
DI KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
SUMATERA UTARA
SKRIPSI
TIUR MARIANI SIHALOHO
H34076150
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2009
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
5/93
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI DI
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN
SUMATERA UTARA
TIUR MARIANI SIHALOHO
H34076150
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
Memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada
Departemen Agribisnis
DEPARTEMEN AGRIBISNIS
FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR2009
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
6/93
Judul Skripsi : Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara
Nama : Tiur Mariani Sihaloho
NRP : H 34076150
Disetujui,
Dosen Pembimbing
Tintin Sarianti, SP, MM
NIP. 19750316 200501 2 001
Diketahui
Ketua Departemen Agribisnis
Fakultas Ekonomi dan Manajemen
Institut Pertanian Bogor
Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS
NIP 19580908 198403 1 002
Tanggal Lulus :
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
7/93
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi saya yang berjudul Strategi
Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera
Utara adalah karya sendiri dan belum pernah diajukan dalam bentuk apapun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam bentuk daftar pustaka di bagian
akhir skripsi ini.
Bogor, September 2009
Tiur Mariani Sihaloho
H34076150
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
8/93
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tarutung pada tanggal 15 September 1984. Penulis
merupakan anak ke-enam dari tujuh bersaudara kandung dari pasangan Osner
Sihaloho dan Magdalena Simarmata.
Penulis berkesempatan untuk menempuh pendidikan formal di SD Negeri
4 Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara (1991-1997), Sekolah
Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP) Santa Maria Tarutung, Kabupaten Tapanuli
Utara, Sumatera Utara, (1997-2000) dan Sekolah Menengah Umum (SMU) Santa
Maria Tarutung, Kabupaten Tapanuli Utara, Sumatera Utara (2000-2003).
Pada tahun 2003 penulis diterima di Institut Pertanian Bogor melalui Ujian
Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI) pada Program Studi Diploma III
Manajemen Bisnis Perikanan (MBP), Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan dan
lulus pada tahun 2006. Penulis melanjutkan studi di Program Sarjana Agribisnis,
Departemen Agribisnis, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian
Bogor sejak tahun 2007 hingga tahun 2009.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
9/93
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus, karena
atas berkat dan kasih karunia-Nya begitu besar dan luar biasa, sehingga penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini. Skripsi yang disusun oleh penulis berjudul
Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi Di Kabupaten Humbang Hasundutan,
Sumatera Utara dengan menggunakan alat analisis SWOT dan QSPM.. Penelitian
ini bertujuan menganalisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi strategi pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Humbang
Hasundutan.
Skripsi ini masih harus terus diperbaharui dan disempurnakan. Oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk
perbaikan selanjutnya, sehingga penelitian ini dapat berguna buat bangsa dan
negara, pihak terkait, dan menjadi sebuah kebanggaan bagi Institusi, juga secara
khusus bagi penulis.
Bogor, September 2009
Tiur Mariani Sihaloho
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
10/93
UCAPAN TERIMA KASIH
Proses penyusunan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada :
1. Tintin Sarianti, SP, MM sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar
memberikan bimbingan, dorongan, saran dan perhatiannya yang sangat berarti
bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini selesai.
2. M. Firdaus, Phd atas kesediaannya menjadi dosen evaluator dalam kolokium
proposal penelitian.
3. Dr. Ir. Nunung Kusnadi, MS selaku dosen penguji utama pada ujian sidang penulis
yang telah meluangkan waktunya serta memberi kritik dan saran demi perbaikan
skripsi ini
4. Dra. Yusalina, MSi atas kesediaannya menjadi dosen penguji departemen pada
ujian sidang penulis yang telah memberi kritik dan saran demi perbaikan skripsi ini.
5. Bapak Libanon Manullang dari Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Humbang Hasundutan yang telah memberikan saran dan masukan terhadap
penelitian ini.
6. Bapak Kaminton Hutasoit dari Dinas Pertanian Humbang Hasundutan dan
keluarga yang telah banyak membantu dalam pengumpulan data responden.
7. Bang Gani, dan seluruh responden yang telah banyak membantu penulis
selama pengumpulan data dan memberikan informasi yang sangat berguna
dalam penelitian ini.
8. Orang tuaku tercinta yang selalu mendoakan, memberi semangat, dan
mendukung penulis dengan penuh kasih sayang. Semoga ini bisa menjadi
persembahan yang terbaik.
9. Saudara-saudaraku terkasih keluarga Kak Nora Sihaloho, Kak Nitrin
Sihaloho, AMd, Abang Martua Sihaloho, SP. MSi, Kak Masna Sihaloho,
AMd dan Adikku Paska Sihaloho, AMd serta keluarga besar Sihaloho dan
Simarmata yang selalu mendoakan, memberi semangat dan nasihat sehingga
penulis semangat menyelesaikan kuliah dan skripsi ini. God Bless for Us.
10.Maruli Nainggolan, SS yang telah memberi saran, kasih sayang dan bantuan
yang tulus serta dukungan yang sangat berarti selama menyelesaikan skripsi
ini. God Bless U.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
11/93
11.Diantama Ginting atas kesediaan sebagai pembahas dalam seminar hasil
penelitian, sebagai teman berbagi suka dan duka selama kuliah serta pinjaman
laptopnya untuk penyelesain skripsi ini.
12.
Seluruh staf sekretariat Ekstensi AGB yang telah membantu penulis.
13.Teman-teman Kos Belitung 21, (Opung, Kak Joice Silaen, Hotna Silalahi,
Juniasti Zalukhu, Rida Murni Purba, Liani Sipayung, Elly Sinambela, Septi,
Monalisa Sinambela, Bu Juju, Nina), Eska Mentari Pasaribu, Mark Majus
Rajagukguk, Osin Joden Br. Karo, Nurlela Nababan, KMKE dan rekan-rekan
AGB yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas bantuannya.
Bogor, September 2009
Tiur Mariani Sihaloho
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
12/93
DAFTAR ISI
Halaman
DAFTAR TABEL ..................................................................................... xiv
DAFTAR GAMBAR ................................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................. xvi
I. PENDAHULUAN ............................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah ........................................................................ 6
1.3 Tujuan ............................................................................................ 7
1.4 Manfaat .......................................................................................... 8
1.5 Ruang Lingkup................................................................................ 8
II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................... 9
2.1 Karakteristik Kopi.......................................................................... 10
2.2 Budidaya Kopi ............................................................................. 11
2.3 Aspek Agribisnis .......................................................................... 13
2.4 Pendukung Bisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan ..... 14
2.5 Konsep Manajemen Strategi ........................................................ 15
2.6 Penelitian Terdahulu ..................................................................... 17
2.6.1 Penelitian Tentang Kopi....................................................... 17
2.6.2 Penelitian Tentang Strategi................................................... 18
III. KERANGKA PEMIKIRAN............................................................ 203.1 Kerangka Pemikiran Teoritis ......................................................... 20
3.1.1. Konsep Agribisnis............................................................... 20
3.1.2. Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal....................... 21
3.1.3. Konsep Perumusan Strategi ................................................ 22
3.1.3.1 Tahap Input ............................................................. 22
3.1.3.2 Tahap Pencocokan .................................................. 23
3.1.3.3 Tahap Keputusan .................................................... 25
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional ................................................. 26
IV. METODE PENELITIAN................................................................. 29
4.1 Lokasi dan Waktu .......................................................................... 294.2 Metode Pengambiln Sampel .......................................................... 29
4.3 Metode Pengumpulan Data............................................................ 30
4.4 Metode Pengolahan Data ............................................................... 30
4.5 Tahap Perumusan Strategi ............................................................. 31
4.6 Defenisi Operasional...................................................................... 38
V. GAMBARAN UMUM........................................................................ 40
5.1 Situasi Wilayah ............................................................................... 40
5.1.1 Letak Geografis dan Topologi .................................... 40
5.1.2 Penduduk ..................................................................... 41
5.2 Prasarana dan Sarana ............................................................. 41
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
13/93
5.2.1 Jalan dan Transportasi ................................................ 41
5.2.2 Pasar............................................................................. 41
5.3 Pertanian.......................................................................................... 42
5.3.1 Kegiatan Pertanian ...................................................... 42
5.3.2 Kegiatan Pengusahaan Kopi ........................................ 435.3.3 Pemasaran Kopi ........................................................... 44
5.4 Asosiasi Kopi .................................................................................. 45
VI. ANALISIS FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL
STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS KOPI
KABUPATEN HUMBANG HASUNDUTAN .................................. 48
6.1 Faktor Internal................................................................................. 48
6.1.1 Kekuatan ................................................................................ 48
6.1.2 Kelemahan.............................................................................. 50
6.2 Faktor Eksternal .............................................................................. 55
6.2.1 Peluang ................................................................................. 556.2.2 Ancaman................................................................................ 58
VII. FORMULASI STRATEGI PENGEMBANGAN AGRIBISNIS
KOPI HUMBANGN HASUNDUTAN ........................................... 61
7.1 Analisis Metode IFE dan EFE...................................................... 61
7.1.1 Analisis Matriks IFE .......................................................... 61
7.1.2 Analisis Matriks EFE.......................................................... 63
7.2 Analisis Matriks IE dan Analisis SWOT ..................................... 65
7.2.1 Analisis Matriks IE ............................................................ 65
7.2.2 Analisis Matriks SWOT...................................................... 667.3 Analisis Matriks QSP................................................................... 71
7.3.1 Strategi Komprehensif ....................................................... 73
VIII. KESIMPULAN DAN SARAN....................................................... 75
8.1 Kesimpulan .................................................................................. 75
8.2 Saran............................................................................................. 75
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 77
LAMPIRAN............................................................................................... 79
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
14/93
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1. Volume Eksportir Kopi Negara Terbesar Dunia
pada April 2007 - Maret 2008......................................................... 3
2. Volume Ekspor dan Impor Kopi Indonesia
pada Tahun 2003-2007.................................................................... 3
3. Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2004 2008 ...... 4
4. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas
Komoditi Kopi Arabika Sumatera Utara Tahun 2007 .................... 6
5. Metode dan Hasil dari Penelitian Terdahulu................................... 19
6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah......................... 32
7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah...................... 32
8. Matriks Internal Faktor Evaluation ................................................. 34
9. Matriks Eksternal Faktor Evaluation .............................................. 34
10.Matriks SWOT..... .......................................................................... 36
11.
Matriks QSP (Quantitative Strategy Planning) .............................. 3812.Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Tanaman
Perkebunan di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2008 ...... 42
13.Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kopi Menurut Kecamatan
di Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2008 .......................... 43
14.PDRBdan Laju Pertumbuhan PDRB
Kabupaten Humbang Hasundutan Tahun 2006-2007..................... 59
15.Matriks IFE Pengembangan Agribisnis Kopi
Kabupaten Humbang Hasundutan .................................................. 62
16.Matriks EFE Pengembangan Agribisnis Kopi
di Kabupaten Humbang Hasundutan .............................................. 64
17.Matriks SWOT Pengembangan Agribisnis Kopi
di Kabupaten Humbang Hasundutan .............................................. 67
18.Alternatif dan Prioritas Strategi Pengembangan Agribisnis
di Kabupaten Humbang Hasundutan .............................................. 72
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
15/93
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. Model Proses Manajemen Strategis yang Komprehensif ............... 17
2. Lingkup Pembangunan Sistem Agribisnis...................................... 21
3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian .................................. 28
4. Matriks IE (Internal-Eksternal)....................................................... 35
5. Saluran Pemasaran Kopi Humbang Hasundutan Tahun 2009 ........ 45
6. Petani APKLO sedang panen kopi Ateng
di Kecamatan Lintong Nihuta Tahun 2009..................................... 46
7. Saluran Pemasaran Kopi APKLO
di Kecamatan Lintong Nihuta Tahun 2009..................................... 47
8. Perkebunan Kopi Rakyat di Kecamatan
Lintong Nihuta Tahun 2009............................................................ 49
9. Petani menggunakan mesin Pulping Manual
di Kecamatan Lintong Nihuta Tahun 2009..................................... 5110.Petani menggunakan Pulping Penggerak........................................ 51
11.Bibit Kopi yang dihasilkan di Kecamatan Lintong
Nihuta Tahun 2009.......................................................................... 54
12.Matriks IE Kabupaten Humbang Hasundutan ................................ 66
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
16/93
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Halaman
1. Kuisioner Analisis Lingkungan Internal dan Eksternal .................. 79
2. Kuisioner Penilaian Daya Tarik Strategi Matriks QSP................... 89
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
17/93
1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Indonesia terkenal dengan sebutan Negara Agraris, hal ini dapat
ditunjukkan dengan besarnya luas lahan yang digunakan untuk pertanian. Dari
seluruh luas lahan yang ada di Indonesia 74,68 persen digunakan untuk pertanian.1
Produk Domestik Bruto (PDB) sektor pertanian tahun 2007 sampai dengan 2008
mengalami pertumbuhan sekitar 4,41 persen. Selain itu berdasarkan data
kemiskinan tahun 2005-2008, kesejahteraan penduduk perdesaan dan perkotaan
membaik secara berkelanjutan. Berbagai hasil penelitian, menyimpulkan bahwa
yang paling besar kontribusinya dalam penurunan jumlah penduduk miskin adalah
pertumbuhan sektor pertanian. Kontribusi sektor pertanian dalam menurunkan
jumlah penduduk miskin mencapai 66 persen, dengan rincian 74 persen di
perdesaan dan 55 persen di perkotaan.2
Sektor pertanian masih tetap akan berperan besar dalam pembangunan
ekonomi Indonesia, sektor pertanian menjadi sektor unggulan dalam menyusun
strategi pembangunan nasional. Sektor pertanian diposisikan sebagai sektor
andalan perekonomian nasional. Hal ini sejalan dengan prioritas pembangunan
ekonomi Kabinet Indonesia Bersatu, dimana salah satunya adalah Revitalisasi
Pertanian dan Perdesaan.3
Salah satu sub sektor yang memiliki basis sumberdaya alam adalah
subsektor perkebunan. Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor
yang mengalami pertumbuhan paling konsisten, baik ditinjau dari areal maupun
produksi. Sebagai salah satu subsektor penting dalam sektor pertanian, subsektor
perkebunan secara tradisional mempunyai kontribusi yang signifikan terhadapperekonomian Indonesia. Sebagai negara berkembang dimana penyediaan
lapangan kerja merupakan masalah yang mendesak, subsektor perkebunan
mempunyai kontribusi yang cukup signifikan. Sampai dengan tahun 2003, jumlah
tenaga kerja yang terserap oleh subsektor perkebunan diperkirakan mencapai
1Pertanian Humbang Hasundutan dalam hhtp://sumut.bps.go.id/humbang/index2.publikasi.
Diakses pada 21 April 2009.2Strategi dan Pencapaian Swasembada Pangan di Indonesia dalam
www.deptan.go.id/wap/index.php.Diakses pada 24 April 20093Loc.cit
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
18/93
2
sekitar 17 juta jiwa. Jumlah lapangan kerja tersebut belum termasuk yang bekerja
pada industri hilir perkebunan. Kontribusi dalam penyediaan lapangan kerja
menjadi nilai tambah sendiri, karena subsektor perkebunan menyediakan lapangan
kerja di pedesaan dan daerah terpencil. Peran ini bermakna strategis karena
penyediaan lapangan kerja oleh subsektor berlokasi di pedesaan sehingga mampu
mengurangi arus urbanisasi.
Subsektor perkebunan merupakan salah satu subsektor yang mempunyai
kontribusi penting dalam hal penciptaan nilai tambah yang tercermin dari
kontribusinya terhadap Produk Domestik Bruto. Dari segi nilai absolut
berdasarkan harga yang berlaku, PDB perkebunan terus meningkat dari sekitar Rp
33,7 triliun pada tahun 2000 menjadi sekitar Rp 47,0 triliun pada tahun 2003, atau
meningkat dengan laju sekitar 11,7 persen per tahun.
Sejalan dengan pertumbuhan PDB, subsektor perkebunan mempunyai
peran strategis terhadap pertumbuhan ekonomi. Ketika Indonesia mengalami
krisis ekonomi yang dimulai tahun 1997, subsektor perkebunan kembali
menunjukkan peran strategisnya. Pada saat itu, kebanyakan sektor ekonomi
mengalami kemunduran bahkan kelumpuhan dimana ekonomi Indonesia
mengalami krisis dengan laju pertumbuhan 13 persen pada tahun 1998. Dalam
situasi tersebut, subsektor perkebunan kembali menunjukkan kontribusinya
dengan laju pertumbuhan antara 4-6 persen per tahun.4
Salah satu komoditas unggulan dalam subsektor perkebunan adalah kopi.
Kopi merupakan produk yang mempunyai peluang pasar yang baik di dalam
negeri maupun luar negeri. Sebagian besar produksi kopi di Indonesia merupakan
komoditas perkebunan yang diekspor ke pasar dunia. Menurut data statistik
International Coffee Organization(ICO), Indonesia merupakan Negara eksportirke-dua, setelah Brazil (Tabel 1).
4
Peran Subsektor Perkebunan Dalam Perekonomian Indonesia dalamhttp://www.kompas.co.id/index.php/Bisnis/news.Diakses pada 29 Mei 2009.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
19/93
3
Tabel 1. Volume Eksportir Kopi Negara Terbesar Dunia pada April 2007-Maret
2008
Negara Eksportir Volume Ekspor (Kg)
Brazil 1.464.625.200Indonesia 255.885.840
Uganda 170.861.940
India 150.500.040
Papua New 58.124.580
Sumber : Ditjenbun, 2008 (diolah)5
Sebagai Negara eksportir kopi ke dua, perkebunan kopi Indonesia dapat
meningkatkan devisa ekonomi. Dari segi sosial, perkebunan kopi juga
menyediakan lapangan kerja cukup besar, karena pengusahaanya banyakdilakukan oleh rakyat. Indonesia sebagai eksportir kedua, namun Indonesia juga
mengimpor kopi (Tabel 2).
Tabel 2. Volume Ekspor dan Impor Kopi Indonesia pada Tahun 2003-2007
Tahun Ekspor (ton) Impor (ton)
2003 323.520 4.396
2004 344.077 5.690
2005 445.829 3.195
2006 413.500 6.404
2007 321.404 49.994
Sumber : Ditjenbun, 2008 (diolah)6
Berdasarkan Tabel di atas, terlihat bahwa jumlah ekspor kopi Indonesia
berfluktuatif, dari tahun 2003 sampai tahun 2006, jumlah ekspor kopi semakin
meningkat, tetapi pada tahun 2007 jumlah ekspor menurun. Sedangkan jumlah
impor meningkat drastis pada tahun 2007. Hal ini berarti bahwa produksi kopi
dalam negeri tidak dapat memenuhi kebutuhan dalam negeri, sehingga harus
mengimpor kopi. Produksi kopi Indonesia dapat dilihat pada Tabel 3.
5http://ditjenbun.deptan.go.id/cigraph/index.php/viewstat/internasional. Diakses pada 11 Agustus
20096Ibid
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
20/93
4
Tabel 3. Luas Areal dan Produksi Kopi Indonesia Tahun 2004-2008
Tahun Luas Areal (Ha) Total Produksi (ton)
2004 1.303.943 647.386
2005 1.255.272 640.3652006 1.308.731 682.158
2007 1.295.911 676.476
2008 1.302.892 682.938
Sumber : Ditjenbun, 2008 (diolah)7
Berdasarkan Tabel 3, perkembangan produksi kopi Indonesia berfluktuatif
dari tahun 2004 sampai tahun 2005, produksi kopi menurun, namun pada tahun
2006 produksi kopi meningkat drastis. Pada tahun 2007 produksi kopi kembali
turun karena rendahnya harga kopi. Harga kopi kembali meningkat pada tahun
2008 sehingga mendorong petani untuk memperluas lahan pertanian. Sebagian
besar hal ini disebabkan bahwa teknik budidaya kopi masih tradisional dan
berkerakyatan, harga yang berfluktuatif serta biaya produksi yang tinggi.
Menurut Departemen Pertanian Direktorat Jenderal Perkebunan,
Sumatera merupakan penyumbang terbesar produksi kopi nasional. Propinsi
terbesar dicapai oleh Sumatera Selatan, Lampung, Sumatera Utara dan Nangro
Aceh Darussalam. Dilihat dari sumberdaya alam dan tenaga kerja, Sumatera
Utara sangat dipertimbangkan dapat memberikan sumbangan terhadap kopi
nasional.
Menurut data AEKI (Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia), kopi di Sumatera
Utara terbukti menjadi salah satu penyumbang devisa. Ekspor kopi Sumatera
Utara hingga April 2008 telah mencapai 71,68 juta dolar AS dari volume ekspor
biji dan bubuk kopi sebanyak 21.969 ton. Dari jumlah ini kopi jenis Arabika
menjadi penyumbang terbesar yakni 65,07 juta dolar AS dari volume eksporsebanyak 19.137 ton.
8
Salah satu kopi yang diusahakan petani adalah kopi jenis Arabika. Kopi
jenis Arabika hanya ditanam sebagian kecil petani, sehingga harga kopi di pasar
dunia masih tetap tinggi. Kopi Arabika di Indonesia umumnya ditanam petani di
7Ibid
8Internasional doyan kopi arabika Sumut dalam http://kompas.co.id/xml/2008/06/08/20021021/
.Diakses pada 29 Mei 2009
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
21/93
5
Toraja Sulawesi Selatan, Bali, Jawa, Sumatera Utara Utara dan Aceh. Petani
penanam kopi Arabika mendapat penghasilan lebih baik karena produksi dunia
tidak melimpah seperti kopi Robusta.
Kabupaten Humbang Hasundutan (Humbahas) merupakan salah satu
kabupaten yang berada di Provinsi Sumatera Utara. Kabupaten ini dimekarkan
melalui Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2003. Kabupaten Humbang Hasundutan
mendapat daerah yang kaya potensi hasil warisan kabupaten induk. Komoditas
pertanian terbesar kabupaten ini adalah kopi yang merupakan subsektor
perkebunan. Kopi tersebut merupakan komoditi unggulan Kabupaten Humbang
Hasundutan yang sangat potensial untuk dikembangkan. Pada tahun 2007,
Kabupaten Humbang Hasundutan memberi kontribusi sebesar 4.896,01 ton
dengan produktivitas 0,88 ton per tahun terhadap kopi Sumatera Utara.
Menurut Ketua APKLO (Asosiasi Petani Kopi Lintong Organik), kopi
Humbang Hasundutan sudah menembus pasaran dunia sejak tahun 2003.
Diantaranya ke Tullys Coffe, Wataru dan Junicof di Jepang, Twin UK di Inggris
dan Greencofee di Belanda. Sesuai data, terakhir kalinya ekspor dilakukan tahun
2008 lalu dengan jumlah 200 ton. Pada Tahun 2008, luas perkebunan kopi di
Humbang Hasundutan sebanyak 11.375 Ha, dengan hasil produksi 7.824 ton per
tahunnya dan lahan kopi organik seluas 350 ha. Perkebunan kopi di Kabupaten
Humbang Hasundutan terdiri dari 48,45 persen luas lahan pertanian dan
perkebunan.9
Oleh karena itu untuk meningkatkan produksi kopi Indonesia perlu
dilakukan berbagai upaya mengatasi permasalahan yang ada, khususnya di
Kabupaten Humbang Hasundutan. Permasalahan yang harus diatasi mulai dari
tahap produksi hingga pemasaran. Pada akhirnya pengembangan kopi diKabupaten Humbang Hasundutan mampu meningkatkan pendapatan petani serta
membantu program pemerintah dalam usaha meningkatkan pendapatan daerah
dan Nasional.
9Pengusaha Kopi Jepang Kunjungi Lintong Ni Huta Humbahas Produksi Kopi 7800 ton/tahun
dalam http://www.humbanghasundutankab.go.id. Diakses pada 29 Mei 2009.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
22/93
6
1.2 Perumusan Masalah
Sektor pertanian merupakan potensi utama yang dimiliki oleh Kabupaten
Humbang Hasundutan. Sektor ini merupakan sektor yang mendominasi
perekonomian dengan kontribusi sebesar 60,53 persen Tahun 2007 Atas Dasar
Harga Berlaku PDRB sebesar Rp 1.711.728,32 Juta dan PDRB Atas Dasar Harga
Konstan 2000 sebesar Rp 854.594,27 Juta.10
Sumberdaya alam, agroklimat dan
keadaan alam yang cocok untuk pertanian menjadi pertimbangan dalam
pengembangan sektor pertanian, khususnya komoditi unggulan daerah.
Menurut Ketua Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia (AEKI) Sumatera Utara
Di Vietnam, petani kopi bisa menghasilkan 1,5 ton perhektar, sementara di
Sumatera Utara untuk bisa satu ton per hektar pun masih sulit.11 Hal ini dapat
ditunjukkan pada Tabel 4.
Tabel 4. Data Produksi, Luas Lahan dan Produktivitas Komoditi Kopi Arabika
Sumatera Utara Tahun 2007
No Nama DaerahProduksi
(ton)
Luas Lahan
menghasilkan ( ha)
Produktivitas
per ton/ha
1 Kabupaten Asahan - -
2 Kabupaten Dairi 9.437,80 6.904,00 1,363 Kabupaten Deliserdang 653,51 653,20 1,00
4 Kabupaten Humbang Hasundutan 4.896,01 5.542,00 0,88
5 Kabupaten Karo 7.207,35 4.771,00 1,51
6 Kabupaten Labuhanbatu - - -
7 Kabupaten Langkat - - -
8 Kabupaten Mandailingnatal 324,55 460,47 0,70
9 Kabupaten Nias - - -
10 Kabupaten Nias Selatan - - -
11 Kabupaten Pakpakbharat 672,80 578,00 1,16
12 Kabupaten Serdang Bedagai - - -
13 Kabupaten Simalungun 5.817,82 3.889,07 1,4914 Kabupaten Tapanuli Selatan - - -
15 Kabupaten Tapanuli Tengah - - -
16 Kabupaten Tapanuli Utara 9.057,07 8.554,25 1,05
17 Kabupaten Tobasamosir 1.928,36 1.607,26 1,19
18 Kabupaten Samosir 2.227,30 2.058,32 0.37
Total 42.222,57 35.017,57 1,20
Sumber : Data Statistik Perkebunan Sumatera Utara, 2009 (diolah).
10
Op.cit11Op.cit
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
23/93
7
Pada tahun 2007, produktivitas Kabupaten Humbang Hasundutan hanya
mampu memproduksi 0,88 ton per hektar. Demikian juga pada tahun 2006,
produksi hanya 6.226,38 ton dengan luas panen 7.547,50 Ha. Dari tahun 2006
sampai tahun 2007, produktivitasnya hanya meningkat dari 0,82 per hektar
menjadi 0,88 per hektar. Produktivitas kopi Humbang Hasundutan belum
mencapai 1 ton per hektar.(Tabel 4)
Ditinjau dari sumberdaya alam, agroklimat dan keadaan alam yang cocok
untuk pertanian kopi serta peluang kopi di pasar lokal maupun internasional,
Kabupaten Humbang Hasundutan sudah semestinya mampu meningkatkan
produktivitasnya. Untuk pengembangannya perlu diketahui persoalan apa yang
sedang dihadapi serta upaya apa yang akan dilakukan dalam menghadapi
persoalan tersebut.
Penyebab rendahnya produktivitas petani kopi Arabika di Humbang
Hasundutan antara lain karena keterbatasa modal. Petani kopi belum terlalu
menjaga kualitas tanamannya. Jika harga turun, petani tidak peduli dengan
kualitas dan hasil panenannya, sementara harga naik, produksinya justru turun.
Kegiatan pertanian kopi di Kabupaten ini masih terbatas dengan pengetahuan dan
pengalaman sendiri oleh petani. Petani kurang berorientasi pada pasca panen dan
pengolahan, sehingga tidak mampu memberi nilai tambah pertanian, tidak
memperhatikan pasar. Adapun bentuk pengolahan hasil pertanian yang telah
dilaksanakan oleh sebagian masyarakat adalah industri kopi dan dilakukan dalam
skala usaha kecil. Persoalan lainnya adalah harga kopi yang murah dan biaya
produksi yang tinggi juga merupakan permasalahan utama yang dihadapi para
petani, sehingga sulit bagi petani untuk mengembangkan kegiatan usahataninya.
Disamping itu masih rendahnya investasi terhadap pengembangan kopi.Dari segi sarana dan prasarana kendala yang dihadapi oleh pemerintah dan
masyarakat adalah tidak ada balai penelitian untuk komoditi kopi. Sumberdaya
manusia yang masih minim dan rendah dalam bidang pemasaran dan pengolahan
hasil pertanian juga menjadi kendala yang dapat menghambat pengembangan
produksi kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
24/93
8
Permasalahan tersebut akan menghambat pengembangan kopi di
Kabupaten Humbang Hasundutan. Untuk itu diperlukan strategi untuk
pengembangan kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.
Adapun masalah yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor-faktor
eksternal (peluang dan ancaman) agribisnis kopi di Kabupaten Humbang
Hasundutan?
2. Bagaimana formulasi dan prioritas strategi pemerintah daerah dalam
pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk :
1. Menganalisis faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal yang
mempengaruhi strategi pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Humbang
Hasundutan.
2. Merumuskan alternatif strategi pemerintah daerah dan memilih prioritas
strategi dalam pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Humbang
Hasundutan.
1.4 Manfaat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bahan
pertimbangan bagi berbagai pihak yang berkepentingan, antara lain :
1. Bahan pertimbangan Pemerintah Daerah Kabupaten Humbang Hasundutan
dalam mengambil kebijakan strategis yang berkaitan dengan perencanaan
pengembangan agribisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.2. Melatih kemampuan penulis untuk menganalisis permasalahan pengembangan
agribisnis kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan.
3. Sebagai bahan informasi dan buat rujukan untuk penelitian selanjutnya serta
pihak lainnya seperti investor.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
25/93
9
1.5 Ruang Lingkup
Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan di Sumatera
Utara. Penelitian ini difokuskan pada analisis agribisnis kopi pada tiga kecamatan
yang terpilih, seperti yang akan dijelaskan pada metode penelitian selanjutnya,
serta bagaimana alternatif strategi dalam Pengembangan Agribisnis Kopi di
Kabupaten Humbang Hasundutan.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
26/93
10
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Karakteristik Kopi
Kopi (Coffea spp), adalah spesies tanaman berbentuk pohon yang
termasuk dalam famili Rubiaceae dan genus Coffea. Tanaman ini tumbuhnya
tegak, bercabang dan bila dibiarkan tumbuh dapat mencapai 12 m. Daunnya bulat
telur dengan ujung agak meruncing, daun tumbuh berhadapan pada batang,
cabang dan ranting-rantingnya. Kopi mempunyai sistem percabangan yang agak
berbeda dengan tanaman lain.
Kopi dapat tumbuh dalam berbagai kondisi lingkungan, tetapi untuk
mencapai hasil yang optimal memerlukan persyaratan tertentu. Zona terbaik
pertumbuhan kopi adalah antara 200LU dan 20
0LS. Indonesia yang terletak pada
zona 50 LU dan 10
0 LS secara potensial merupakan daerah kopi yang baik.
Sebagian besar daerah kopi di Indonesia terletak antara 0-100LS yaitu Sumatera
Selatan, Lampung, Bali, Sulawesi Selatan dan sebagian kecil antara 0-50LU yaitu
Aceh dan Sumatera Utara. Unsur iklim yang banyak berpengaruh terhadap
budidaya kopi adalah elavasi (tinggi tempat), temperature dan tipe curah hujan.
Tanaman kopi menuntut persyaratan tanah yang berpori, sehingga
memungkinkan air mengalir ke dalam tanah secara bebas. Tanaman kopi tidak
cocok untuk ditanam ditanah liat yang terlalu lekat karena menahan terlalu banyak
air, sebaliknya tidak pula cocok untuk ditanam di daerah yang berpasir karena
terlalu berpori (porous). Penanaman kopi dilakukan pada tanah dengan kedalaman
1,8m karena pohon kopi mempunyai kemampuan untuk menyesuaikan dan
memperluas sistem perakaran. Tanah yang dalam akan memberi bahan-bahan
makanan (nutrient yang diperlukan dengan cukup). Tanaman kopi akan tumbuhdengan baik pada tanah yang agak asam dengan derajat keasaman pH 6. Jenis
tanahnya bervariasi, mulai dari tanah basalt, granite atau crystalline. Derajat
kemiringan lereng yang cocok antara 25-300.
Tanaman kopi merupakan tanaman tahunan yang mempunyai perakaran
yang dangkal, secara alami tanaman kopi memiliki akar tunggang sehingga tidak
mudah rebah. Bibit tanaman kopi berasal dari bibit stek, cangkokan, bibit okulasi.
Tanaman kopi umumnya mulai berbunga setelah berumur kurang lebih dua tahun.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
27/93
11
Bunga keluar dari ketiak daun yang terletak pada batang utama dan cabang
reproduksi tetapi bunga yang keluar dari kedua tempat tersebut biasanya tidak
berkembang menjadi buah, jumlahnya terbatas dan hanya dihasilkan oleh
tanaman-tanaman yang masih sangat muda. Bunga yang jumlahnya banyak akan
keluar dari ketiak daun yang terletak pada cabang primer. Bunga ini berasal dari
kuncup-kuncup sekunder reproduktif yang berubah fungsinya menjadi kuncup
bunga. Kuncup bunga kemudian berkembang menjadi bunga secara serempak
dan bergerombol.
2.2 Budidaya Kopi
Untuk mendapatkan hasil kopi yang optimal dalam pembudidayaan kopi
diperlukan persyaratan dan teknik-teknik tertentu. Dalam hal ini ada dua jenis
budidaya kopi yang akan dibahas yaitu budidaya kopi Arabika dan kopi Robusta
yaitu sebagai berikut :
1. Kopi Arabika
Penanaman kopi Arabika memiliki syarat tumbuh ketinggian 700-2000m
dpl, dengan garis lintang 20o
LS sampai 20o LU. Untuk curah hujan 1.500 s/d
2.500 mm/thn, kedalaman tanah efektif lebih dari 100 cm, kemiringan tanah
kurang dari 45 % dan pH 5,5-6,5.
Iklim sangat berpengaruh terhadap produktivitas tanaman kopi. Pengaruh
iklim mulai nampak sejak cabang-cabang primer menjelang berbunga. Pada saat
bunga membuka sampai dengan berlangsung penyerbukan pertumbuhan buah
muda sampai tua dan masak menjelang kemarau pada umumnya cuaca mulai
terang, udara tidak berawan, berarti penyinaran matahari akan lebih banyak maka
suhu akan meningkat. Banyak atau lamanya penyinaran merupakan stimulan bagibesar kecilnya persiapan pembungaan. Semakin banyaknya penyinaran maka
persiapan pembentukan bunga akan semakin cepat.
Untuk penanaman kopi diperlukan beberapa persiapan diantaranya bahan
tanaman dan persipan areal. Persiapan bahan tanam meliputi penyediaan benih,
penyemaian benih dan persemaian lapangan.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
28/93
12
a. Persemaian
Untuk mendapatkan bahan tanaman diperlukan benih dan entres untuk
sambungan dan stek. Benih yang akan digunakan untuk batang bawah harus
dipilih dari buah kopi yang baik dan masak dari bahan yang dikehendaki untuk
mendapatkan biji untuk benih kulit dan daging buah dipisahkan dan lendir
dibersihkan dengan abu. Setelah itu benih diangin-anginkan selama kurang lebih
dua sampai tiga hari. Benih yang tersedia kemudian disemaikan pada media yang
telah disiapkan.
Tanah persemaian harus dipacul kira-kira 30 cm dan bersih dari sisa-sisa
akar dan batu-batu lain. Pada bagian atas bedengan diberi lapisan apsir tebal kira-
kira 5 cm. Bedengan harus diberi naungan dan setiap hari harus disiram dengan
air yang cukup tetapi tidak tergenang. Setelah benih berusia tiga bulan harus
dipindahkan kepersemaian lapangan.
b. Penanaman
Persiapan lahan dilakukan pembersihan dari semak, membongkar tunggul
atau akar pohon yang ada. Kumpulkan seluruh bagian semak yang ada, kemudian
diberakan dan dilakukan pengajiran. Jarak tanam berbentuk segi emapt 2,5 x 2,5
m, pagar 1,5 x 2,5 m, untuk tumpangsari 2 x 4 m. Untuk lubang tanamnya dibuat
tiga bulan sebelum tanam dengan ukuran 50 x 50 x 50 cm dantanah galian
dicampur dengan pupuk kandang ke dalam lubang setelah 2-4 minggu. Bibit kopi
harus berumur 4-5 bulan, tinggi minimal 20 cm, jumlah minimal tiga pasang.
Selain itu juga perlu ditanam pohon pelindung yang hendaknya sudah
ditanam 1-2 tahun. Biasanya jenis pohonnya seperti lamtoro, dadap dan sengon.
Pohon pelindung selain untuk melindungi tanaman kopi itu berguna sebagai
memperpanjang umur produksi, menghindari penyakit, mengurangi biayapenyiangan, dapat menurunkan suhu air dan tanah pada musim panas. Penanaman
kopi Arabika dapat dilakukan pada awal musim penghujan diharapkan agar tidak
banyak tanah yang terlepas dari akar dan leher akar bibit ditanam rata dengan
permukaan tanah.
c. Pemeliharaan
Penyulaman dilakukan pada bibit yang sudah mati untuk menjamin jumlah
tegakan tanaman. Penyiangan dilakukan empat kali sebulan pada tanaman muda
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
29/93
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
30/93
14
air yang cukup tetapi tidak tergenang. Setelah benih berusia tiga bulan harus
dipindahkan kepersemaian lapangan.
b. Penanaman
Penanaman dilakukan pada musim hujan. Untuk itu tiga sampai enam
bulan sebelumnya harus dibuat dengan ukuran 0,4 x 0,4 x 0,4 m. Pembuatan
lubang dan luasnya tergantung pada struktur tanah. Makin berat struktur tanah
makin lama lubang harus dibuat, makin besar dan luas. Setelah itu baru dilakukan
penanaman serta diberi serasah.
Untuk memperoleh produksi yang optimal jarak kopi perlu diperhatikan.
Jarak tanam harus dipilih sesuai dengan jenis kopi, kesuburan tanah dan tipe
iklim. Untuk tanah lebih subur atau yang mempunyai iklim lebih basah
diperlukan jarak tanam lebih lebar dari pada tanah yang kurang subur atau
mempunyai iklim kering.
c. Pemeliharaan Tanaman
Pemeliharaan tanaman merupakan kegiatan yang terus menerus dilakukan
agar diperoleh hasil yang optimal. Kegiatan pemeliharaan meliputi :
1. Pemeliharaan Tanah atau Lahan
Pemeliharaan tanah dimaksudkan untuk menjaga agar media tanam kopi
tetap dalam kondisi baik. Disini yang perlu diperhatikan adalah pertumbuhan
gulma yang dapat menyaingi pengambilan makanan. Untuk itu pemberian serasah
perlu dilakukan untuk mencegah pertumbuhan gulma. Serasah dapat diperoleh
baik dari rembesan pohon pelindung atau dari hasil siangan.
2. Pemeliharan Tanaman Pokok
Pemeliharaan dapat berupa pemangkasan dan penyulaman. Tujuan
pemangkasan adalah untuk mengatur pertumbuhan vegetatif ke arah pertumbuhangeneratif yang lebih produktif. Terdapat tiga macam pemangkasan yaitu
pemangkasan bentuk, pemangkasan produksi serta pemangkasan rejuvinasi.
Pemangkasan bentuk bertujuan untuk membentuk kerangka tanaman yang kuat
dan seimbang. Sedangkan pemangkasan produksi bertujuan mempertahankan
keseimbangan kerangka tanaman yang telah diperoleh melalui pemangkasan
bentuk. Sementara itu, pemangkasan rejuvinasi bertujuan untuk peremajaan
batang. Dilihat dari jumlah batang terdapat dua sistem dalam pemangkasan yaitu
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
31/93
15
pemangkasan berbatang ganda dan pemangkasan berbatang tunggal.
Pemangkasan berbatang ganda dilakukan biasanya diperkebunan rakyat
sedangkan pemangkasan berbatang tunggal dilakukan di perkebunan besar.
Sistem pemangkasan batang dipengaruhi oleh kondisi ekologis dan jenis kopi
yang ditanam. Sistem berbatang tunggal lebih sesuai untuk jenis kopi yang banyak
membentuk cabang-cabang sekunder. Oleh karena itu bila peremajaan batang
kurang diperhatikan produksi cepat menurun karena pohon menjadi berbentuk
payung.
Sistem berbatang ganda lebih diarahkan pada peremajaan batang. Oleh
karena itu lebih sesuai bagi daerah yang basah dan letaknya rendah dimana
pertumbuhan batang baru berjalan lebih cepat. Peremajaan tidak hanya mengganti
tanaman yang rusak atau tua dengan tanaman yang baru, tetapi juga perlu
pergantian varietas atau klon yang unggul serta perbaikan kultur teknis.
Rejuvinasi sebaiknya dilakukan pada akhir suatu panen besar, pada waktu akhir
musim kemarau. Rejuvinasi dilakukan secara :
a. Total, yaitu mengganti seluruh pohon kopi dari suatu area
b. Selektif, yaitu rejuvinasi selektif yang dipilih pada pohon-pohon yang jelas
sudah tua atau rusak dan produksinya rendah
c. Sistematis, yaitu peremajaan bertahap untuk diremajakan seluruhnya
3. Pemupukan
Pupuk diperlukan karena adanya pengambilan hara oleh tanaman dan
persediaan dalam tanah. Kopi mengambil hara dalam tanah untuk pertumbuhan
vegetatif serta untuk pertumbuhan buah. Tujuan pemupukan adalah :
a. Memperbaiki kondisi tanaman, tanaman yang dipupuk secara optimal dan
teratur akan memiliki daya tahan lebih besar, sehingga tidak mudahdipengaruhi oleh keadaan yang ekstrim.
b. Peningkatan produksi dan mutu, walaupun pada tahun pertama
pemupukan lebih banyak berpengaruh terhadap pertumbuhan vegetatif,
tetapi pemupukan ini juga meningkatkan mutu yaitu besarya biji kopi dan
rendemen lebih tinggi
c. Stabilisasi produksi, tanaman kopi bersifat biannual bearing(panen raya
setiap empat tahun sekali). Oleh karena itu untuk menjaga agar produksi
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
32/93
16
tidak turun terlalu banyak maka perlu pemupukan yang teratur dosis dan
jenis pupuk harus disesuaikan sebab pemberian pupuk yang salah tidak
hanya tidak efektif tetapi juga menurunkan produksi.
d. Demikian pula dengan waktu pemupukan yang harus sesuai dengan
kebutuhan tanaman dan iklim. Dosis dan waktu pemupukan baiknya
dilakukan pada awal musim dan akhir musim hujan
4. Hama dan Penyakit
Terdapat banyak sekali hama dan penyakit yang dapat menyerang kopi
diantaranya :
1. Serangan bubuk buah akan mengakibatkan gugurnya buah muda,
menurunkan mutu akibat biji berlubang dan penyusustan berat.
Pemberantasan terhadap hama ini dilakukan dengan pemusnahan sumber
infeksi (petik bubuk, lelesan) dan pemutusan siklus hidup.
2. Bubuk cabang, yang menyerang cabang dan wiwilan yang masih muda
dan mengakibatkan cabang kering atau patah. Untuk mengatasi serangan
hama bubuk cabang, maka yang harus dilakukan adalah memperbaiki
kondisi tanaman kopi, menghambat pertumbuhan cendawan,
memusnahkan cabang-cabang yang terserang.
3. Kulit putih, akibat dari serangan ini mengakibatkan tanaman kopi menjadi
kerdil dan buah mudah gugur. Untuk mengatasinya maka dilakukan
pemberantasan semut, membabat tanaman yang disenangi kutu,
memusnahkan tanaman pelindung yang terserang dan menyemprot obat-
obatan.
4. Cendawan akar coklat dan akar hitam, tanaman yang terserang daunnya
akan layu kuning dan kering. Untuk menghindari serangan lebih luas makatanaman yang terserang didongkel dan dimusnahkan, kemudian diisolasi
dengan pembuatan parit.
d. Panen dan Pasca Panen
Kopi berbuah tidak serentak maka panennya juga tidak dapat dilakukan
sekali saja. Untuk itu pemetikan haruslah dipilih yang lazim disebut petik merah,
yaitu pemetikan buah yang masak berwarna merah dipetik satu demi satu dari tiap
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
33/93
17
dongkolan. Ada tiga tahap pemetikan kopi untuk menhasilkan mutu yang tinggi
yaitu :
1. Petik pendahuluan, yaitu pemetikan pada buah-buah yang terserang bubuk
buah, biasanya dilakukan pada buah kopi yang berwarna kuning sebelum usia
delapan bulan.
2. Panen raya yakni pemetikan buah yang sebenarnya, pemetikan sistem petik
merah dapat berjalan antara empat sampai lima bulan dengan giliran sepuluh
sampai 14 hari.
3. Rajutan, yaitu pemetikan terakhir tanpa dipili, petik ini dilakukan bila sisa
kopi dipohon masih berkisar 10 persen.
Setelah kopi dipetik perlu dilakukan penggilingan dua tahap kemudian
penjemuran kira-kira 36 jam (Tjokrowinoto, 2002).
2.3 Penelitian Terdahulu
2.3.1 Penelitian tentang Kopi
Hasil penelitian yang dilakukan Sartika (2007) mengenai analisis
pendapatan usahatani dan pemasaran kopi arabika dan robusta adalah penerimaan
rata-rata usahatani kopi Arabika adalah Rp 18.477.000 per tahun dengan R/C
Rasio 1,94, sedangkan penerimaan kopi Robusta Rp 5.228.500 per tahun dengan
R/C Rasio 1,22. Besar margin pemasaran pada kedua saluran pemasaran produk
adalah sama.
Penelitian yang dilakukan oleh Purwoko (2006) mengenai nilai tambah
dan strategi pemasaran kopi bubuk arabika kelompok tani. Strategi yang dapat
ditetapkan adalah membuka peluang investasi kepada pihak lain, memperluas
jaringan pasar, memperbaiki mutu dan tampilan produk olahan kopi,mengikutsertakan anggota kelompok tani dalam program pemerintah
pengembangan usaha dan pelatihan.
2.3.2 Penelitian tentang Strategi
Penelitian yang dilakukan Syahrudin (2008) mengenai strategi
pengembangan agroindustri minuman jeruk nipis peras di Kabupaten Kuningan,
Jawa Barat. Strategi yang dapat ditetapkan adalah : (1) meningkatkan
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
34/93
18
kualitas dan kontiniutas bahan baku, (2) meningkatkan pangsa pasar melalui
promosi, (3) meningkatkan kerjasama dengan berbagai pihak yang terkait, (4)
mengembangkan teknologi tepat guna, (5) meningkatkan kualitas sumberdaya
manusia.
Penelitian yang dilakukan Parluhutan (2006) di Kebun Raya Bogor,
mengenai strategi formulasi strategi pengembangan usaha. Strategi yang dapat
diperoleh dalam penelitian tersebut adalah mengoptimalkan dan meningkatkan
pemeliharaan peralatan yang ada, melakukan R&D dan standarisasi produk,
mempertahankan dan meningkatkan mutu produk dengan cara pengawasan.
Penelitian yang dilakukan oleh Karo-Karo (2006) di Kabupaten Karo,
mengenai strategi pengembangan kawasan agropolitan. Menetapkan beberapa
strategi yang dapat diperoleh dalam penelitian tersebut. Strategi tersebut adalah
pengembangan kawasan agropolitan disesuaikan dengan kondisi karakteristik dan
peluang yang dimiliki oleh kawasan, pengembangan dan pemberdayaan
kelembagaan agribisnis, meningkatkan peran serta masyarakat, khususnya pelaku
agribisnis dalam menunjang kegiatan kawasan agropolitan, pengembangan sarana
dan prasarana sosial ekonomi guna menunjang kegiatan pertanian.
Penelitian yang dilakukan oleh Tambunan (2005) di PT Bina Usaha Flora
Cipanas, Cianjur mengenai strategi pengembangan usaha tanaman hias
menetapkan beberapa prioritas strategi yaitu menjalin kerjasama dengan
pelanggan tetap potensial, floris, dinas taman kota, pengelola lapangan golf,
developer real estateuntuk meraih wilayah Cipanas-Cianjur, mengoptimalkan dan
mengaktifkan kegiatan personal selling, memberikan potongan harga,
menigkatkan pelayanan dan melakukan open house.
Penelitian yang dilakukan oleh Wijaya (2004) mengenai strategi bersaingminuman sari buah sirsak. Berdasarkan analisis dengan menggunakan analisis
deskriptif, matriks IFE, EFE, IE, SWOT, dan QSPM maka strategi bersaing
adalah memanfaatkan kemajuan teknologi pengemasan, memperluas jaringan
distribusi, menjaga dan meningkatkan kualitas produksi, meningkatkan modal
kerja dalam membiayai promosi, memaksimalkan kapasitas produksi dan
meningkatkan diferensiasi produk.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
35/93
19
Dari penelitian yang dilakukan oleh beberapa penelitian tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa penelitian yang akan dilakukan mengenai Strategi
Pengembangan Agribisnis Kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan memiliki
persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Pada umumnya alat analis
penelitian sama namun komoditi serta lokasi berbeda, demikian juga alat analis
berbeda namun komoditi sama (Tabel 5)
Tabel 5. Metode dan Hasil dari Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
dan Tahun Peneliti
Judul Alat
Analisis
1 Rizal Syahrudin (2008) Analis strategi pengembanganagroindustri minuman jeruk
nipis peras di Kabupaten
Kuningan Jawa Barat
AHP
2 Ika Sartika Saragih
(2007)
Analisis pendapatan usahatani
dan pemasaran kopi arabika dan
kopi robusta (Studi kasus di
Desa Tambun Raya Kabupaten
Simalungun Sumatera Utara)
Analisis
Pendapatan,R/C
rasio, Efisiensi
Margin Pemasaran,
farmers share
3 Yodhy Purwoko Jati
(2006)
Analis nilai tambah dan strategi
pemasaran kopi bubuk arabika
kelompok tani Manunggal IV
Kecamatan Jambu Semarang
Matriks IFE, EFE,
IE, SWOT, dan
QSPM
4 Eli Parluhutan (2006) Formulasi Strategi
pengembangan usaha anggrek
spesies di unit Koleksi Anggrek
Kebun Raya Bogor
Matriks IFE, EFE,
IE, SWOT, dan
QSPM
5 Feryanto W Karo-Karo Strategi Pengembangan
Kabupaten Karo sebagai
Kawasan Agropolitan
LQ, SWOT dan
QSPM
6 Asril Tambunan (2005) Strategi pengembangan usaha
tanaman hias pada PT Bina
Usaha Flora (BUF) di Cipanas-
Cianjur
Matriks IFE, EFE,
IE, SWOT, dan
QSPM
7 Dedi Wijaya Okta
(2004)
Analisis Formulasi strategi
bersaing minuman sari buah
sirsak pada PT Minuman SAP
dalam menghadapi persaingan
industri minuman ringan
Analisis Deskriptif,
Matriks IFE, EFE,
IE, SWOT, dan
QSPM
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
36/93
20
III KERANGKA PEMIKIRAN
3.1 Kerangka Pemikiran Teoritis
3.1.1 Konsep Agribisnis
Secara harfiah agribisnis adalah kegiatan bertani yang sudah dipandang
sebagai kegiatan bisnis, tidak lagi hanya sekedar untuk memenuhi kebutuhan
hidup sendiri. Menurut Davis dan Goldberg dalam Syahyuti (2006), agribisnis
adalah rangkaian semua kegiatan mulai dari pabrik dan distribusi alat-alat maupun
bahan untuk pertanian, kegiatan produksi pertanian, pengolahan, penyimpanan,
serta distribusi komoditas pertanian dan barang-barang yang dihasilkannya.
Sistem agribisnis terdiri dari lima subsistem, yaitu: (1) agribisnis hulu (up-stream
agribusiness) berupa ragam kegiatan industri dan perdagangan sarana produksi
pertanian, (2) pertanian primer atau disebut subsistem budidaya (on-farm
agribusiness), (3) agribisnis hilir (down-stream agribusiness) atau subsistem
pengolahan, ada kalanya disebut dengan agroindustri, (4) subsistem
perdagangan atau tata niaga hasil, dan (5) subsistem jasa pendukung berupa
kegiatan penelitian, penyediaan kredit, sistem transportasi, pendidikan dan
penyuluhan, serta kebijakan makro.
Paradigma agribisnis berdiri di atas lima premis dasar, yaitu bahwa usaha
pertanian haruslahprofit oriented; pertanian hanyalah satu komponen rantai dalam
sistem komoditi sehingga kinerjanya ditentukan oleh kinerja sistem komoditi
secara keseluruhan; pendekatan sistem agribisnis adalah formulasi kebijakan
sektor pertanian yang logis, dan harus dianggap sebagai sistem ilmiah yang
positif, bukan ideologis dan normatif; sistem agribisnis secara intrinsik netral
terhadap semua skala usaha dan pendekatan sistem agribisnis khususnya ditujukanuntuk negara sedang berkembang.
Strategi pembangunan pertanian dengan menerapkan konsep agribisnis,
sesungguhnya terdiri dari 3 tahap perkembangan yang semestinya terjadi secara
berurutan yaitu :
1. Agribisnis berbasis sumberdaya yang digerakkan oleh kelimpahan sumber
daya sebagai faktor produksi (faktor-driven), dan berbentuk ekstensifikasi
agribisnis dengan dominasi komoditas primer.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
37/93
21
2. Agribisnis berbasis investasi (investment-driven) melalui percepatan industri
pengolahan dan industri hulu serta peningkatan sumberdaya manusia.
3. Agribisnis berbasis inovasi (inovation-driven), dengan kemajuan teknologi.
Pada tahap ini, komoditas yang diproduksi adalah hasil dari penerapan ilmu
pengetahuan yang tinggi dan tenaga kerja terdidik, memiliki nilai tambah yang
besar, dan tujuan pasar yang luas.
Secara singkat lingkup model pembangunan atau paradigma agribisnis
dapat digambarkan sebagai berikut :
Gambar 1. Lingkup Pembangunan Sistem AgribisnisSumber: Pembangunan Sistem dan Usaha Agribisnis
(60 Tahun Bungaran Saragih, 2005)
3.1.2 Konsep Perumusan Strategi
Strategi berasal dari bahasa Yunani yaitu strategos dan strategus yang
berarti seni perang. Suatu strategi mempunyai dasar-dasar atau skema untuk
mencapai sasaran yang dituju. Menurut Hamel dan Prahalad (1995): Strategi
merupakan tindakan yang bersifat incremental (senantiasa meningkatkan) dan
terus menerus dan dilakukan berdasarkan sudut pandang tentang apa yang
Subsistem
Agribisnis
Hulu Industri
perbenihan/
Pembibitan
tananaman
Industri
agrokimia
Industri
agro
otomotif
Subsistem
Pemasaran
Distribusi Promosi
Informasi
pasar
Kebijakan
perdagangan
Struktur pasar
Subsistem
Pengolahan
Industrimakanan
Industri
minuman
Industri rokok
Industri barang
serat alam
Industri
biofarma
Industri
agrowisata dan
estetika
Subsistem
Usahatani
Usahatanaman
pangan dan
hortikultura
Usaha
perkebunan
Usaha
peternakan
Subsistem Jasa dan Penunjang Perkreditan dan asuransi
Penelitian dan pengembangan
Pendidikan dan penyuluhan
Transportasi dan pergudangan
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
38/93
22
diharapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian perencanaan
strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi, bukan dimulai dari
apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar baru dan perubahan pola
konsumen memerlukan kompetensi inti (core competencies). Perusahaan perlu
mencari kompetensi inti di dalam bisnis yang dilakukan.
Defenisi strategi yang dikemukakan oleh Chandrel (1962:13)
menyebutkan bahwa Strategi adalah tujuan jangka panjang dari suatu
perusahaan, serta pendayagunaan dan alokasi semua sumber daya yang penting
untuk mencapai tujuan tersebut. Menurut Umar (2008), strategi merupakan
tindakan yang bersifat (incremental) senantiasa meningkat dan terus menerus,
serta dilakukan berdasarkan sudut pandangan tentang apa yang diharapkan oleh
para pelanggan di masa yang akan datang.
Menurut David (2006) strategi adalah alat untuk mencapai tujuan jangka
panjang. Manajemen strategis didefenisikan sebagai seni dan pengetahuan untuk
merumuskan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi keputusan lintas
fungsional yang membuat organisasi mampu mencapai obyektivitasnya.
Sedangkan proses manajemen strategi adalah suatu pendekatan secara obyektif,
logis, dan sistematis dalam penetapan keputusan utama dalam suatu organisasi.
Proses manajemen strategis terdiri dari tiga tahap berturut-turut, perumusan
strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi.
Perencanaan strategi adalah: (a) mengukur dan memanfaatkan kesempatan
(peluang) sehingga mampu mencapai keberhasilan, (b) membantu meringankan
beban pengambil keputusan dalam tugasnya menyusun dan mengimplementasikan
manajemen strategi, (c) agar lebih terkordinasi aktivitas-aktivitas yang dilakukan
(d) sebagai landasan untuk memonitor perubahan yang terjadi, sehingga dapatsegera dilakukan penyesuaian, dan (e) sebagai cermin atau bahan evaluasi,
sehingga bisa menjadi penyempurnaan perencanaan strategis yang akan datang.
Jadi manajemen strategi penting untuk memperoleh keunggulan bersaing dan
memiliki produk yang sesuai dengan keinginan konsumen dengan dukungan yang
optimal dari sumberdaya yang ada. Konsep proses manajemen dapat dilihat pada
Gambar 2.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
39/93
23
Gambar 2. Model Proses Manajemen Strategis yang KomprehensifSumber : David (2006)
Proses manajemen strategi terdiri dari tiga tahap, yaitu perumusan
(formulasi) strategi, implementasi strategi dan evaluasi strategi. Tahap perumusan
strategi meliputi pengembangan pernyataan misi, penetapan tujuan jangka
panjang, dan pengembangan evaluasi serta seleksi atau pemilihan strategi. Tahap
pelaksanaan strategi meliputi penetapan kebijakan dan tujuan tahunan serta
alokasi sumberdaya. Pada tahap evaluasi strategi dilakukan pengukuran dan
evaluasi kinerja pelaksanaan strategi.
3.1.3 Analisis Lingkungan Eksternal dan Internal
Analisis lingkungan internal adalah lebih pada analisis internal perusahaan
dalam rangka menilai atau mengindentifikasi kekuatan dan kelemahan dari tiap-
tiap divisi (Rangkuti, 2000). Analisa lingkungan internal perusahaan merupakan
proses untuk menentukan dimana perusahaan atau pemerintah daerah mempunyai
kemampuan yang efektif sehingga perusahaan dapat memanfaatkan peluang
secara efektif dan dapat menangani ancaman di dalam lingkungan.
Melakukan
audit
internal
Melaksanakan
strategi
Menciptakan
tujuan jangka
panjang
Membuat,
Mengevalusi,
dan memilih
strategi
Mengukur
dan
mengevaluasi
kinerja
Membuat
pernyataan
visi dan
misi
Melakukan
auditeksternal
Perumusan Pelaksanaan Evaluasi
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
40/93
24
David (2006), menyebutkan sosial-faktor lingkungan yang akan dianalisa
berhubungan dengan kegiatan fungsional perusahaan diantaranya adalah bidang
manajemen, sumberdaya manusia, keuangan, produksi, pemasaran, dan
oragnisasi. Analisis lingkungan internal ini pada akhirnya akan mengidentifikasi
kelemahan dan kekuatan yang dimiliki perusahaan.
Sedangkan sosial lingkungan eksternal yang dianalisa adalah terdiri dari
lingkungan makro dan mikro. Lingkungan makro adalah lingkungan yang secara
tidak langsung mempengaruhi keputusan dalam jangka panjang. Lingkungan ini
terdiri dari sosial ekonomi, sosial budaya, dan teknologi. Sedangkan lingkungan
mikro adalah kegiatan perusahaan yang secara langsung mempengaruhi kegiatan
perusahaan itu sendiri. Lingkungan mikro terdiri dari pesaing, kreditur, pemasok,
dan pelanggan.
Analisa lingkungan eksternal untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman
yang sedang dihadapi perusahaan. Peluang merupakan kondisi yang
menguntungkan bagi perusahaan, sedangkan ancaman adalah keadaan yang tidak
menguntungkan bagi perusahaan.
3.1.4 Analisis SWOT (Strengths,Weaknesess, Opportunities, Threats)
Analisis SWOT adalah perangkat umum yang didesain dan digunakan
sebagi langkah awal dalam proses pembuatan keputusan dan sebagai perencanaan
strategis. Menurut Rangkuti (2000), analisis SWOT adalah indentifikasi berbagai
faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (Strengths) dan
peluang (Oppurtunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan
kelemahan, (Weaknesess)dan ancaman (Threats). Proses pengambilan keputusan
strategis selalu berkaitan dengan pengembangan misi, tujuan, strategi, dan
kebijakan perusahaan. Dengan demikian perencanaan strategis (strategic planner)
harus menganalisis faktor-faktor strategis perusahaan (kekuatan, kelemahan,
peluang dan ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini.
Menurut David (2006) faktor-faktor kunci eksternal dan internal
merupakan pembentuk matriks SWOT yang menghasilkan empat tipe strategi,
yaitu a) Strategi SO yakni strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
41/93
25
memanfaatkan peluang eksternal, b) strategi WO yakni mengatasi kelemahan
internal dengan memanfaatkan keunggulan peluang eksternal, c) strategi ST yaitu
strategi yang menggunakan kekuatan internal untuk menghindari pengaruh dari
ancaman eksternal, serta d) strategi WT adalah strategi bertahan dengan
meminimalkan kelemahan dan mengantisipasi ancaman lingkungan.
Data dan informasi internal perusahaan dapat digali dari fungsional
perusahaan, misalnya dari aspek manajemen, keuangan, SDM, pemasaran, sistem
informasi dan produksi. Data eksternal dikumpulkan untuk menganalisis hal-hal
yang menyangkut persoalan ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan
politik, pemerintahan, hukum, teknologi, persaingan di pasar industri di mana
perusahaan berada.
3.1.5 Analisis QSPM (Quantiative Strategy Planning Matrix)
QSPM (Quantiative Strategy Planning Matrix) adalah alat yang
direkomendasikan bagi para ahli strategi untuk melakukan evaluasi pilihan
strategi alternatif secara objektif, berdasarkan key success factors internal-
eksternal yang telah diidentifikasikan sebelumnya. Tujuan QSPM adalah untuk
menetapkan kemenarikan relatif (relative attractiveness) dari strategi-strategi
yang bervariasi yang telah dipilih, untuk menentukan strategi mana yang dianggap
paling baik untuk diimplementasikan.
David (2006), menyebutkan bahwa dalam merancang dan memperoleh
daftar prioritas strategi, hanya ada satu teknik analisis yan dirancang untuk
menetapkan daya tarik relatif dari tindakan alternatif yang dijalankan. Teknik
tersebut adalah Matriks QSP yang merupakan tahap ketiga dalam kerangka
analisis perumusan strategi. Teknik tersebut secara objektif menunjukkan strategialternatif yang paling baik. QSPM menggunakan masukan dari analisis tahap
pertama dan hasil-hasil pencocokan dari analisis tahap kedua (matriks SWOT).
QSPM menentukan daya tarik relatif dari berbagai strategi yang
didasarkan sampai seberapa jauh faktor-faktor keberhasilan kritis eksternal dan
internal kunci dimanfaatkan atau ditingkatkan. Daya tarik relatif dari masing-
masing strategi dihitung dengan menentukan dampak kumulatif dari masing-
masing strategi faktor keberhasilan kritis eksternal dan internal. Setiap jumlah
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
42/93
26
rangkaian strategi alternatif dapat diikutkan dalam QSPM, dan setiap jumlah
strategi dapat menyusun suatu rangkaian strategi tertentu. Tetapi hanya strategi-
strategi dari satu rangkaian tertentu yang dinilai relatif terhadap satu sama lain.
Menurut David (2006), QSPM memiliki sifat positif yang dapat
ditonjolkan dalam menyusun sebuah prioritas strategi, yakni rangkaian strategi ini
dapat diperiksa secara berurutan atau bersama. Tidak ada batasan untuk jumlah
strategi yang dapat dievaluasi jumlah rangkaian strategi yang dapat diperiksa
dengan menggunakan QSPM. Selain memiliki kelebihan, QSPM juga memiliki
kelemahan dalam pelaksanaanya. Kelemahan dari QSPM, yakni proses ini selalu
memerlukan penilaian intuitif dan asumsi yang diperhitungkan. Namun demikian,
dalam memberi peringkat dan nilai daya tarik mengharuskan keputusan subjektif,
tetapi prosesnya harus menggunakan informasi objektif.
3.2 Kerangka Pemikiran Operasional
Pemerintah Provinsi Sumatera Utara tahun ini berencana memperluas areal
perkebunannya hingga 146 ribu hektar lagi dari luas yang sudah ada dewasa ini
sekitar 1,8 juta hektar dengan 23 komoditi. Perluasan 146 ribu hektar itu
diprogramkan untuk tanaman unggulan Sumatera Utara yakni kopi, kakao, karet
dan kelapa. Direncanakan, perluasan itu dilakukan di 21 kabupaten dari 32
kota/kabupaten yang ada di Sumatera Utara dewasa ini. Kebijakan itu dilakukan
berkaitan dengan program Gubernur Sumatera Utara yang antara lain
menginginkan rakyat tidak lapar dan punya masa depan. Dinas Perkebunan tahun
ini menyediakan 700 ribu bibit untuk empat komoditi itu dimana bibit tersebut
bisa untuk kebutuhan di lahan seluas 1.400 hektar. Bantuan benih sebanyak 700
ribu untuk kakao, karet, kopi dan kelapa pada tahun ini naik cukup besardibandingkan alokasi tahun lalu yang masih hanya 400 ribu benih. Adapun
pembagian benih itu disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing daerah.1
Kopi merupakan salah satu komoditas yang sangat potensial di Kabupaten
Humbang Hasundutan. Namun produktivitas kopi di Humbang Hasundutan belum
optimal, hal ini terlihat bahwa produktivitas kopi Humbang Hasundutan hanya
0,88 ton per hektar pada tahun 2007. Dalam pengembangan kopi di Humbang
1
Areal Perkebunan Sumut Diperluas 146 Ribu Hektare dalam http://hariansib.com/2009/02/.Diakses 29 Mei 2009
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
43/93
27
Hasundutan, petani kesulitan dalam memperoleh benih unggul dan memasarkan
produknya, sehingga petani tidak memperhatikan kualitas produk. Apabila harga
kopi turun, petani tidak peduli dengan kualitas dan hasil panenannya, ketika harga
naik, produksinya malah turun. Disamping itu biaya produksi yang cenderung
makin mahal menjadi faktor penghambat pengembangan kopi di Humbang
Hasundutan, khususnya dalam memberantas hama penyakit.
Sementara menurut data AEKI Sumatera Utara April 2008 Kopi di
Sumatera Utara terbukti menjadi salah satu penyumbang devisa. Ekspor kopi
Sumatera Utara hingga April 2008 telah mencapai 71,68 juta dolar AS dari
volume ekspor biji dan bubuk kopi sebanyak 21.969 ton. Dari jumlah ini kopi
jenis arabika menjadi penyumbang terbesar yakni 65,07 juta dolar AS dari volume
ekspor sebanyak 19.137 ton. Ini menunjukkan bahwa kopi Humbang Hasundutan
hanya mampu menyumbang 0,88 ton per hektar terhadap total ekspor kopi
Sumatera Utara yang mencapai hingga 71,68 juta dollar AS.
Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian yang berkaitan dengan strategi
pengembangan kopi di Kabupaten Humbang Hasundutan. Hal ini dilakukan untuk
mengetahui apakah faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kopi di
Kabupaten Humbang Hasundutan dan strategi utama apa yang dapat
mengembangkan produktivitas kopi Kabupaten Humbang Hasundutan. Di lain
pihak dengan adanya dukungan pemerintah untuk memperluas areal perkebunan
dan bantuan benih, maka penelitian strategi pengembangan kopi ini perlu
dilakukan.
Penelitian mengenai strategi pengembangan kopi dilakukan dengan
mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang berkaitan dengan kopi
Kabupaten Humbang Hasundutan. Untuk mengetahui alternatif strategipengembangan kopi, maka identifikasi faktor internal dan eksternal dianalisis
dengan analisis SWOT.
Dari alternatif yang sudah didapat, selanjutnya dilakukan analisis dan
evaluasi strategi sebelum tahap penetapan rencana strategi, setelah evaluasi
dilakukan maka dilanjutkan dengan tahap terakhir menetapkan rencana strategis
pengembangan kopi Kabupaten Humbang Hasundutan, penetapan prioritas
strategi ini menggunakan analisis QSPM untuk menentukan prioritas strategi yang
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
44/93
28
akan dijalankan berdasarkan potensi sumberdaya wilayah yang didukung oleh
hasil analisis lingkungan internal dan eksternal serta mengusulkan strategi
komprehensif sehingga yang diusulkan akan sesuai dengan kondisi Kabupaten
Humbang Hasundutan, untuk lebih ringkasnya gambaran mengenai penelitian
dapat dilihat pada Gambar 3.
Gambar 3. Kerangka Pemikiran Operasional Penelitian
Permasalahan Agribisnis Kopi
Kabupaten Humbang Hasundutan
Faktor-Faktor Keragaan Sumberdaya :
Sumberdaya alam dan lingkungan Sumberdaya manusia
Sumberdaya sosial dan kelembagaan
Sumberdaya buatan
Analisis Faktor faktor
Internal dan Eksternal
Analisis SWOT
Strategi Pengembangan
Agribisnis Kopi
Humbang Hasundutan
Matriks QSP :
Tahap Penetapan Prioritas Strategi
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
45/93
29
IV METODE PENELITIAN
4.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di Kabupaten Humbang Hasundutan Sumatera Utara.
Pemilihan daerah penelitian ini dilakukan dengan sengaja (purposive) dengan
beberapa pertimbangan. Pertimbangan pertama, Kabupaten Humbang Hasundutan
adalah salah satu kabupaten penghasil kopi di Sumatera Utara.
Pertimbangan kedua, Kabupaten Humbang Hasundutan mempunyai
potensi sumberdaya alam khususnya lahan pertanian yang subur, sumberdaya
manusia yang memiliki semangat, kerja keras dan budaya bertani yang turun-
temurun. Proses pengambilan data dalam penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-
Juli 2009.
4.2 Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan secara sengaja (purposive)
yang terdiri dari :
1. Kepala Bidang Perkebunan Dinas Pertanian Kabupaten Humbang
Hasundutan, dengan pertimbangan lebih mengetahui dalam perkembangan
kopi dan sebagai penyusun dan menetapkan kebijakan yang berkaitan dengan
pengembangan kopi,
2. Kepala Bappeda (Badan Perencanaan Pembangunan Daerah) Kabupaten
Humbang Hasundutan, karena secara umum mempunyai hak dalam menyusun
dan merencanakan pembangunan Kabupaten Humbang Hasundutan, dan
khususnya arahan kebijakan yang berkaitan dengan pengembangan kopi,
3. Ketua Asosiasi Petani Kopi Lintong Organik, dengan alasan sebagai satu-satunya Asosiasi pengembangan kopi Humbang Hasundutan,
4. Ketua Kelompok Tani Kopi di tiap kecamatan yang terpilih, dengan alasan
Ketua lebih mengetahui permasalahan dalam pengembangan kopi Humbang
Hasundutan dan lebih dekat dengan petani kopi.
5. Pedagang pengumpul dan Pengusaha industri kopi yang ada di Kabupaten
Humbang Hasundutan, dengan alasan sebagai subsistem hilir agribisnis kopi.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
46/93
30
4.3 Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh melalui wawancara dan pengisian kuisioner oleh
responden, serta pengamatan langsung.
Data sekunder yang dikumpulkan yaitu data sumberdaya fisik lahan, data
produktivitas sumberdaya alam, data sumberdaya buatan, data sumberdaya
manusia dan data PDRB sektor pertanian yang terkait dengan penelitian. Data
tersebut diperoleh dari instansi seperti Dinas Pertanian Humbang Hasundutan,
Kantor Bappeda Humbang Hasundutan, Dinas Perkebunan Sumatera Utara, BPS
Humbang Hasundutan dan dinas-dinas terkait dalam pengembangan kopi di
Humbang Hasundutan.
4.4 Metode Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan selama dan setelah pengumpulan data dilapang
(data primer). Data yang diolah berasal dari data primer dan sekunder, pengolahan
data dilakukan dengan bantuan programMicrosoft Exceldan kalkulator.
Penelitian ini dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis data
yang dilakukan meliputi tahap pemasukan data, transfer data, editing data,
pengolahan data dan interpretasi data. Analisis dalam penelitian meliputi analisis
internal dan eksternal, dilanjutkan dengan analisis SWOT dan QSPM, untuk
merumuskan dan menetapkan prioritas strategi bagi pengembangan kopi di
Kabupaten Humbang Hasundutan.
4.5 Tahap Perumusan Strategi
Perumusan strategi pengembangan kopi Kabupaten Humbang Hasundutandilakukan melalui tiga tahap, yaitu tahap masukan (input stage), tahap
pencocokan (matching stage) dan tahap pengambilan keputusan (decision stage).
Tahap masukan adalah menyimpulkan informasi dasar yang diperlukan untuk
merumuskan strategi dengan menggunakan matriks IFE (Internal Faktor
Evaluation) dan EFE (External Faktor Evaluation). Informasi dasar ini diperoleh
dari data primer dan data sekunder. Tahap pencocokan merupakan tahapan yang
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
47/93
31
merumuskan strategi, tahap kedua ini menggunakan matriks SWOT. Dilanjutkan
tahap ketiga yaitu tahap pengambilan keputusan yang menggunakan matriks QSP.
4.5.1 Analisis Matriks IFE (Internal Faktor Evaluation) dan EFE (External
Faktor Evaluation)
Matriks IFE ditujukan mengidentifikasi faktor lingkungan internal dan
mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemahan yang dimiliki daerah, sedangkan
matriks EFE ditujukan untuk mengidentifikasi faktor lingkungan eksternal dan
mengukur sejauh mana peluang dan ancaman yang dihadapi daerah.
Tahap-tahap yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor kunci
dalam matriks IFE dan EFE adalah sebagai berikut :
a. Identifikasi Faktor-Faktor Internal dan Eksternal Wilayah
Langkah awal yang dilakukan adalah mengidentifikasi faktor internal,
yaitu mendaftar semua kekuatan dan kelemahan yang dimiliki daerah. Daftarkan
kekuatan terlebih dahulu, baru kemudian kelemahan wilayah. Identifikasikan
faktor eksternal wilayah dengan melakukan pendaftaran semua peluang dan
ancaman wilayah. Daftarkan peluang terlebih dahulu, baru kemudian ancaman
wilayah. Daftar harus spesifik dengan menggunakan presentase, rasio atau angka
perbandingan. Hasil kedua identifikasi faktor-faktor di atas menjadi faktor
penentu eksternal dan internal yang selanjutnya akan diberi bobot.
b. Penentuan Bobot Variabel
Pemberian bobot setiap faktor dengan skala mulai dai 0,0 (tidak penting)
sampai 1,0 (paling penting). Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-
faktor tersebut terhadap posisi strategis wilayah dalam suatu daerah tertentu.
Jumlah bobot yang diberikan harus sama dengan satu.Penentuan bobot akan dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi
faktor strategis internal dan eksternal tersebut kepada responden dengan
menggunakan metode paired comparison. Metode ini digunakan untuk
memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal. Setiap
variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan bobot.
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
48/93
32
Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah :
1 = Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal
2 = Jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal
3 = Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Bentuk penilaian pembobotan dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7. Cara
membaca perbandingan dimulai dari variabel baris (indikator vertikal)
dibandingkan dengan variabel kolom (indikator horizontal) dan harus konsisten.
Tabel 6. Penilaian Bobot Faktor Strategis Internal Wilayah
Faktor Strategis Internal A B C D .. Total
A XiB
C
D
Total =
n
i
Xi1
Tabel 7. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal Wilayah
Faktor Strategis Eksternal A B C D .. Total
A Xi
B
C
D
Total =
n
i
Xi1
Menurut Kinnear dalam Karo-Karo (2006), bobot setiap variabel diperoleh
dengan menentukan nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan
variabel dengan menggunakan rumus :
=
=n
i
Xi
Xii
1
Dimana,
i = Bobot variable ke-i n = jumlah data
Xi= Nilai variabel x ke-i i = 1, 2, 3,...., n
-
7/24/2019 Strategi Pengembangan Agribisnis Kopi
49/93
33
c. Penentuan Rating
Penentuan rating oleh stakeholdersdilakukan terhadap variabel-variabel.
Dalam mengukur masing-masing variabel terhadap kondisi wilayah digunakan
skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis. Matriks IFE dan
EFE dapat dilihat pada Tabel 8 dan 9.
Menurut David (2006) skala nilai rating untuk matriks IFE (kekuatan dan
kelemahan) adalah :
1 = Kelemahan utama/mayor 3 = Kekuatan kecil/minor
2 = Kelemahan kecil/minor 4 = Kekuatan besar/mayor
Sedangkan untuk matriks EFE (peluang dan ancaman), skala nilai rating yang
digunakan adalah :
1 = Tidak berpengaruh 3 = Kuat pengaruhnya
2 = Kurang kuat pengaruhnya 4 = Sangat kuat pengaruhnya
Penentuan rating yang dilakukan oleh masing-masing responden,
selanjutnya akan disatukan dalam matriks gabungan IFE dan EFE. Untuk
perolehan nilai rating pada matriks gabungan dilakukan dengan menggunakan
metode rata-rata dan setiap hasil yang memiliki nilai desimal akan dibulatkan.
Adapun ketentuan pembulatan dalam matriks gabungan ini adalah, jika pecahan
desimal berada pada kisaran dibawah 0,5 (0,5) dibulatkan
keatas. Pembulatan ini tentunya tidak akan mempengaruhi hasil perhitungan
secara signifikan (David, 2006).
Selanjutnya dilakukan penjumlahan dari pembobotan yang dikalikan
dengan rating pada tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan. Jumlah skor
pembobotan berkisar ant