strategi pembangunan desa terpadu suatu pilihan paradigma people centered development

5
A. Pendahuluan Asumsi orang selama ini tentang pembangunan selalu tentang pembangunan gedung-gedung pencakar langit, menara tinggi yang menunjuk langit, jembatan layang yang bertingkat-tingkat, hingga pembangunan di kota-kota besar, dan lain sebagainya. Disamping pembangunan sebagaimana tersebut, ternyata pembangunan dihadapkan pada permasalahan- permasalahan meningkatnya kesenjangan antara Jawa dan Luar Jawa, antara Kawasan Barat dan Kawasan Timur Indonesia, serta antara Kota dan Desa. Pertumbuhan pembangunan yang tidak seimbang antara Kota Besar/Metropolitan dengan Kota Menengah dan Kota Kecil dengan pemusatan ekonomi di Pulau Jawa-Bali serta pertumbuhan kota-kota menengah dan kecil serta kawasan pedesaan yang berjalan lambat mengakibatkan berbagai kesenjangan tersebut. Di samping itu, kemampuan masing-masing daerah tidak merata dalam kapasitas kelembagaan, sumber daya aparatur, pengelolaan keuangan, dan kapasitas anggota legislatif. Untuk Indonesia, sebagaimana yang diharapkan oleh para founding father adalah pembangunan masyarakat yang adil dan makmur. Yang utama adalah pembangunan masyarakat (manusia), sedangkan pembangunan fisik hanyalah pertanda bahwa sebagian manusianya makmur. Satu hal yang harus menjadi pemikiran bersama, adilkah jika terdapat gedung- gedung pencakar langit, menara tinggi yang menunjuk langit, jembatan layang yang bertingkat-tingkat, hingga STRATEGI PEMBANGUNAN DESA TERPADU : SUATU PILIHAN PARADIGMA PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT pembangunan di kota-kota besar, namun sebagian masyarakatnya masih menderita? Hal ini jangan sampai menjadi pembenaran terhadap apa yang disampaikan oleh Selo Sumarjan (dalam Ngusmanto, 2005:13), bahwa pembangunan menurut orang kecil/miskin adalah sebuah malapetaka dan mendamparkan hidup orang kecil. Jelaslah bahwa kasih sayang, kesejahteraan, kebahagiaan dan cinta tidak bisa dibeli, sebagaimana lagu The Beatles : “Money can’t buy me love”. Secara sederhana, Pembangunan, menurut literatur- literatur ekonomi pembangunan, sering didefinisikan sebagai suatu proses yang berkesinambungan dari peningkatan pendapatan riil per kapita melalui peningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya. (Afiffuddin, 2010:67). Apakah definisi seperti ini sudah cukup, karena bagaimanapun juga belum memenuhi keinginan sebagaimana penjelasan sebelumnya. Oleh karena itu penulis kutipkan pendapat lain mengenai pembangunan. Pembangunan Menurut Siagian (1995:2-3 & 2005:4), “rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan dan perubahan secara terencana & dilakukan secara sadar yang ditempuh oleh suatu negara, bangsa & pemerintah, menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa (nation building)”. Dari pendapat tersebut jelas bahwa pembangunan haruslah dilakukan secara terencana dan mencakup segala segi kehidupan dan penghidupan bangsa dan negara dengan membuat program-program yang sesuai dengan keinginan masyarakat disesuaikan dengan skala prioritas. Oleh : Agus Hendrayady Dosen Ilmu Administrasi Negara dan Pembantu Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Maritim Raja Ali Haji Abstract Development in Indonesia has long begun, since the Soekarno-Hatta proclaimed the repub- lic until the present time which we are familiar with the reform area. But to keep in mind that the development which has been implemented by the government, perceived by the public not to touch or no taxable wearing or in accordance with what is actually desired by the community. Keywords : Development, community, people centered development paradigm.

Upload: firsta-rekayasa-hernovianti

Post on 07-Dec-2015

1 views

Category:

Documents


0 download

DESCRIPTION

description of village planning

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Pembangunan Desa Terpadu Suatu Pilihan Paradigma People Centered Development

A. PendahuluanAsumsi orang selama ini tentang pembangunan

selalu tentang pembangunan gedung-gedung pencakarlangit, menara tinggi yang menunjuk langit, jembatanlayang yang bertingkat-tingkat, hingga pembangunandi kota-kota besar, dan lain sebagainya. Disampingpembangunan sebagaimana tersebut, ternyatapembangunan dihadapkan pada permasalahan-permasalahan meningkatnya kesenjangan antara Jawadan Luar Jawa, antara Kawasan Barat dan KawasanTimur Indonesia, serta antara Kota dan Desa.Pertumbuhan pembangunan yang tidak seimbangantara Kota Besar/Metropolitan dengan Kota Menengahdan Kota Kecil dengan pemusatan ekonomi di PulauJawa-Bali serta pertumbuhan kota-kota menengah dankecil serta kawasan pedesaan yang berjalan lambatmengakibatkan berbagai kesenjangan tersebut. Disamping itu, kemampuan masing-masing daerah tidakmerata dalam kapasitas kelembagaan, sumber dayaaparatur, pengelolaan keuangan, dan kapasitas anggotalegislatif.

Untuk Indonesia, sebagaimana yang diharapkanoleh para founding father adalah pembangunanmasyarakat yang adil dan makmur. Yang utama adalahpembangunan masyarakat (manusia), sedangkanpembangunan fisik hanyalah pertanda bahwa sebagianmanusianya makmur. Satu hal yang harus menjadipemikiran bersama, adilkah jika terdapat gedung-gedung pencakar langit, menara tinggi yang menunjuklangit, jembatan layang yang bertingkat-tingkat, hingga

STRATEGI PEMBANGUNAN DESA TERPADU :SUATU PILIHAN PARADIGMA PEOPLE CENTERED DEVELOPMENT

pembangunan di kota-kota besar, namun sebagianmasyarakatnya masih menderita? Hal ini jangan sampaimenjadi pembenaran terhadap apa yang disampaikanoleh Selo Sumarjan (dalam Ngusmanto, 2005:13),bahwa pembangunan menurut orang kecil/miskin adalahsebuah malapetaka dan mendamparkan hidup orangkecil. Jelaslah bahwa kasih sayang, kesejahteraan,kebahagiaan dan cinta tidak bisa dibeli, sebagaimanalagu The Beatles : “Money can’t buy me love”.

Secara sederhana, Pembangunan, menurut literatur-literatur ekonomi pembangunan, sering didefinisikansebagai suatu proses yang berkesinambungan daripeningkatan pendapatan riil per kapita melaluipeningkatan jumlah dan produktivitas sumber daya.(Afiffuddin, 2010:67). Apakah definisi seperti ini sudahcukup, karena bagaimanapun juga belum memenuhikeinginan sebagaimana penjelasan sebelumnya. Olehkarena itu penulis kutipkan pendapat lain mengenaipembangunan.

Pembangunan Menurut Siagian (1995:2-3 & 2005:4),“rangkaian usaha mewujudkan pertumbuhan danperubahan secara terencana & dilakukan secara sadaryang ditempuh oleh suatu negara, bangsa & pemerintah,menuju modernitas dalam rangka pembinaan bangsa(nation building)”. Dari pendapat tersebut jelas bahwapembangunan haruslah dilakukan secara terencana danmencakup segala segi kehidupan dan penghidupanbangsa dan negara dengan membuat program-programyang sesuai dengan keinginan masyarakat disesuaikandengan skala prioritas.

Oleh :

Agus HendrayadyDosen Ilmu Administrasi Negara dan Pembantu Dekan I

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu PolitikUniversitas Maritim Raja Ali Haji

Abstract

Development in Indonesia has long begun, since the Soekarno-Hatta proclaimed the repub-lic until the present time which we are familiar with the reform area. But to keep in mind thatthe development which has been implemented by the government, perceived by the publicnot to touch or no taxable wearing or in accordance with what is actually desired by thecommunity.

Keywords : Development, community, people centered development paradigm.

Page 2: Strategi Pembangunan Desa Terpadu Suatu Pilihan Paradigma People Centered Development

Namun yang terjadi justru sebaliknya masyarakathanya menerima apapun program-program pem-bangunan yang dibuat oleh pemerintah. Untuk bisamembangun lebih baik, masyarakat harus berpendidikandan bermoral lebih baik.

Seperti pada zaman orde baru yang kita kenaldengan Pelita (Pembangunan Lima Tahun) dari yang I(Pertama) hingga terakhir berhenti di angka VII (Tujuh)dimana masih diingat pada saat itu pemerintahmencanangkan akan tinggal landas, namun yang terjadijustru Indonesia tinggal di landasan alias nyungsep tidakbisa terbang. Cita-cita untuk tinggal landas terus hanyatinggal cita-cita dan cerita. Mengapa hal seperti ini bisaterjadi ?

B. Kegagalan Paradigma Pertumbuhan danKesejahteraanParadigma diartikan secara sederhana sebagai

suatu pandangan yang mendasar dari ilmuwan tentangapa yang menjadi pokok persoalan yang semestinyadipelajari oleh suatu cabang ilmu pengetahuan. Denganmenggunakan paradigma maka kita akan terbantukandalam hal merumuskan tentang apa yang harusdipelajari, persoalan-persoalan apa yang mesti dijawab,bagaimana seharusnya untuk menjawab, serta aturan-aturan apa yang harus diikuti dalam menginterpretasikaninformasi yang harus dikumpulkan dalam rangkamenjawab persoalan-persoalan tersebut. Bagaimanaparadigma dalam pembangunan ?

Paradigma-paradigma pembangunan yang disusunoleh para teoritisi dan perencana pembangunan tidakbisa dipungkiri lebih berputar kepada pendekatan teoritisdan keilmuan daripada sebuah kajian konseptual yanglebih mengacu kepada praktek. Pendekatan pem-bangunan mulai yang diwarnai oleh pendekatanekonomi sejak dedengkot pemikir klasik seperti AdamSmith yang mengajarkan tentang pasar dengan invis-ible hand nya, David Ricardo dengan perdaganganbebas antar negara dengan keunggulan komparatif,disusul Karl Marx dengan ekonomi terpimpin nya, hinggaJohn Maynard Keyness yang mengusulkan perpaduanantara kebebasan dan pengaturan oleh pemerintah, atauyang lebih kontemporer seperti teori Dorongan Besar(Big Push) hingga Pertumbuhan Seimbang (BalancedGrowth) maupun Pendekatan Politik Kulturalis, yakniyang percaya bahwa kemajuan bisa diperoleh denganinjeksi nilai-nilai maju (biasanya mengacu kepada nilaidi negara maju sendiri) ataupun Strukturalis yang bisamembuat negara berkembang menjadi maju karenayang terjadi adalah struktur yang tidak benar bukan nilaiyang tidak benar.

Diakui bahwa pembangunan yang dilaksanakan di

Indonesia selama ini lebih berorientasi pada paradigmapertumbuhan, dengan karakteristik berupa memperluaspengembangan teknologi dan pembangunan infrastruktural dalam meningkatkan produksi (prinsipproduktivitas), dimana didalam realitanya telah gagalmewujudkan trickle down effect development, justrusebaliknya menimbulkan kesenjangan antara yang kayadan miskin, ketidakadilan dalam penguasaan dan aksesdalam bidang ekonomi atau monopoli dan oligopoliekonomi serta pemerataan hasil pembangunan ataudengan kata lain timbulnya ketimpangan ekonomi dankesenjangan sosial yang akhirnya mengarah kepadapermasalahan politik. Di samping itu kemajuanpertumbuhan ekonomi, belum mampu mencerminkankeadaan sesungguhnya yang terjadi mengenaipemerataan pendapatan, ketimpangan, dan pengang-guran. Ketidakmampuan ini jelas tidak sesuai dengankredo dunia hari ini, yaitu the only sign of life is growth,and the only sign of growth is speed. (Kalau Anda tidakmau hidup ya jangan tumbuh, dan kalau mau tumbuhharus cepat), semenjak globalisasi mendesakkan faktabahwa there is only two thing left in the world : the quickand the dead. (Jika ingin hidup kita harus serba cepat).

Kegagalan tersebut mengilhami timbulnya para-digma kesejahteraan, yang menjanjikan kesejahteraanrakyat dan keadilan, serta cenderung memandangrakyat sebagai objek alamiah melalui charity strategy,pendekatan patronnizing, asuk dan proteksi. (Tjokro-winoto, 1999 : 217). Kemudian Korten dan Alfonso(dalam Tjokrowinoto, 1999 : 217) mengemukakanbahwa paradigma tersebut justru meningkatkandependensi masyarakat terhadap birokrasi dan menjadikendala pada pembangunan yang berkelanjutan (sus-tained development), dan partisipasi yang tumbuhmenyertai gaya pembangunan seperti ini, lebihmerupakan mobilisasi partisipasi dalam implementasi,bukan partisipasi dalam pengambilan keputusan.Padahal kita ketahui bahwa partisipasi adalah sebuahharga yang sulit untuk ditawar.

Dalam kenyataan pelaksanaan pembangunan yangberorientasi pada kesejahteraan tersebut, masihmelekat bahwa rakyat dipandang sebagai obyekpembangunan bukan sebagai subyek pembangunan.Keadaan ini menyebabkan masyarakat amat tergantungkepada pemerintah didalam melindungi, menyelamatkandan mensejahterakan kehidupan mereka. Hal initentunya amat memprihatinkan karena akan mem-perlemah daya juang rakyat di dalam memecahkanpermasalahannya, maupun menumbuhkan partisipasidalam pembangunan yang berkelanjutan itu sendiri.

Berdasarkan pengalaman bangsa Indonesia dalammelaksanakan pembangunan sampai akhir pem-

Strategi Pembangunan Desa Terpadu :Suatu Pilihan Paradigma People Centered Development

358

Page 3: Strategi Pembangunan Desa Terpadu Suatu Pilihan Paradigma People Centered Development

bangunan jangka panjang (PJP) I, cenderung bersifatnormatif dan seragam serta kurang mengungkapkanvariasi lokal yang memanifestasikan orisinalitas dankepentingan atau kehidupan penduduk setempat.Kecenderungan ini akan mengalihkan perhatian darimasalah-masalah riil masyarakat, seperti kemiskinan,ketimpangan, produktivitas yang rendah, terbatasnyakesempatan kerja dan sebagainya.

Selain hal tersebut dikemukakan oleh David C.Korten (dalam Kumorotomo, 1992), bahwa programpembangunan komunitas pada skala luas yangdilaksanakan pada negara berkembang tidak lebih dariseperangkat program dan target baru yang dirumuskandari pusat dengan pelaksana struktur-strukutr birokrasiyang konvensional, akan tidak tanggap terhadappreferensi atau kebutuhan-kebutuhan rakyat setempat.

Dampak dari pandangan tersebut pada akhirpembangunan jangka panjang (PJP) I terlihat bahwasetelah selama 25 tahun pemerintah melaksanakanpembangunan desa, ternyata masih terdapat 20.633desa (31,5%) tergolong tertinggal di seluruh Indonesia.Desa tertinggal yang berada di perkotaan sebanyak1.008 desa (14,7%) dan didaerah pedesaan sebanyak19.625 desa (33,4%) (Sumodiningrat, 1998 : 31).

Semakin meningkatkan kemiskinan di daerahpedesaan tersebut tentunya perlu dicari jalan keluarnyabagaimana mengurangi kemiskinan di daerah pedesaan.Salah satu strategi yang digunakan adalah pem-bangunan desa terpadu (integrated rural development),yang memberi tekanan pada aktivitas multi sektoral,perencanaan dari bawah (bottom up planning),partisipasi lokal dan mobilisasi. Hal ini sejalan denganpermasalahan pembangunan desa yang bersifat multidimensi atau sangat kompleks, yang mencakup budaya,politik, sosial, teknikal, dan dimensi lainnya.

Dikatakan oleh Ruttan (dalam Compos, tanpa tahun: 15) bahwa pembangunan desa melibatkan adanyainteraksi dalam sejumlah besar antar hubungan aktivitasyang diwujudkan kedalam implementasi program yangterpadu, di dalam mencapai tujuan peningkatankesejahteraan di daerah pedesaan secara cepat.

Dengan kata lain pembangunan desa terpaduberupaya memadukan berbagai sektor pembangunanyang perlu dikembangkan, dengan melihat berbagaidimensi baik kekuatan maupun kelemahannya, sepertibudaya, sosial, politik, kelembagaan, potensi, kemam-puan, dan lainnya, dengan menumbuhkan kekuatanrakyat melalui partisipasi lokal di dalam membicarakan,merumuskan dan merencanakan yang bersumber daribawah, atau dengan kata lain rakyat menentukan apayang diinginkan atau dibutuhkan sesuai dengan potensiyang dimiliki oleh lokal.

C. Paradigma People Centered Development DalamPembangunan DesaPenggunaan paradigma pertumbuhan dan kesejah-

teraan telah menimbulkan dampak yang cukupmemprihatinkan, dimana telah menghasilkan adanyadistorsi atau krisis lingkungan dengan menipisnya dayadukung alami, meningkatnya ketergantungan rakyatyang luar biasa dengan proyek pembangunan ataukepada birokrasi dan menjadi kendala pada pem-bangunan berkelanjutan (sustained development), disamping partisipasi yang tumbuh lebih merupakanmobilisasi partisipasi dalam implementasi, bukanpartisipasi dalam pengambilan keputusan.

Kelemahan-kelemahan dari paradigma tersebutselanjutnya memunculkan paradigma people centereddevelopment. Adapun logika yang mendominasiparadigma ini adalah keseimbangan ekologi manusia,dengan didukung sumber pembangunan utamanyaadalah informasi dan prakarsa yang kreatif yang takakan pernah habis, dengan tujuan utamanya adalahperkembangan manusia dengan aktualisasi yang opti-mal dari potensi manusia.

Paradigma ini memberi tempat yang penting bagiprakarsa dan keanekaragaman lokal, dan menekankanpentingnya masyarakat lokal yang mandiri. (Kortendalam Tjokrowinoto, 1999:217). Kemudian manajemenpembangunannya mengubah peranan birokrasipemerintah dari merencanakan dan melaksanakanpembangunan untuk rakyat, berubah menjadi aktordalam menciptakan kondisi yang menimbulkankemandirian rakyat atau dengan kata lain, sebagaikatalis dalam mempercepat proses pembangunan yangberpusat kepada kemandirian lokal. (Korten dalamTjokrowinoto, 1999:214).

Pembangunan yang berorientasi dengan menem-patkan rakyat sebagai aktor utama, yang memilikikekuatan di dalam merencanakan, merumuskan danmelaksanakan pembangunan sesuai dengan kemam-puan dan potensi yang dimilikinya, dalam mewujudkanketerkaitan (interlinkages) yang tepat antara alam, aspeksosio-ekonomis dan kultur dengan melihat saat ini dandi masa datang, tentunya dengan pendekatan pem-bangunan desa terpadu (integrated rural development)yang menekankan multi sektoral, dengan mengede-pankan partisipasi lokal dan perencanaan dari bawah.Hal ini merupakan model pembangunan yang tepatuntuk dilaksanakan seiring dengan semakin kuatnyatuntutan daerah akan otonomi yang luas.

Mengedepankan peningkatan partisipasi masyarakatdalam pengambilan keputusan merupakan reaksi,dimana selama ini partisipasi rakyat hanya sekedarmobilisasi partisipasi dalam implementasi saja, selaras

Strategi Pembangunan Desa Terpadu :Suatu Pilihan Paradigma People Centered Development

359

Page 4: Strategi Pembangunan Desa Terpadu Suatu Pilihan Paradigma People Centered Development

dengan model pembangunan top down yang dikem-bangkan selama ini. Pembangunan desa terpadu yangdiarahkan untuk melibatkan secara maksimal rakyat,dalam program pembangunan memerlukan bimbinganmelalui kerjasama dengan organisasi lokal, membuatrencana bantuan teknisi lokal, latihan, bantuankeuangan, peraturan dan perwakilan (birokrasi lokal)dengan mengedepankan naluri dalam membimbingmereka.

Sejalan dengan konsep pembangunan yangberpusat pada rakyat, menurut pemikiran Kortenmenekankan perkawinan antara delivered developmentatau top-down strategy dengan participatory develop-ment. Dengan demikian dalam proses pelaksanaanpembangunan desa tidak hanya melibatkan mobilisasisosial, tetapi juga pelimpahan wewenang (devolutionof power). Kemudian yang menjadi pertanyaan adalahbagaimana menciptakan suatu institusi dan polakebijaksanaan yang memungkinkan masyarakatmengerjakan dan mengendalikan inisiatif sendiri.

Pemecahannya adalah sebagaimana yang disaran-kan oleh Korten, yaitu :1. Perlunya intervensi yang harus terus menerus

dilakukan untuk mengembangkan kemampuanmasyarakat di dalam pengelolaan sumber daya yangtersedia secara mandiri.

2. Perlunya pengembangan struktur-struktur danproses organisasional yang berfungsi menurutprinsip-prinsip self organizing system.

3. Pengembangan sistem-sistem produksi dankonsumsi yang terorganisir secara teritorialberdasarkan pemilikan dan penguasaan lokal.(Korten dan Rud Klaus, 1984).

Bertolak dari pemikiran tentang peningkatan kualitasmanusia dengan menggunakan istilah paradigmanyaKorten, dan mencoba mengadaptasikannya terhadapmasalah menumbuhkan kemandirian masyarakat dalampembangunan desa, melalui serangkaian program yangdisebut perencanaan pembangunan sosial (social de-velopment planning) yang terpadu didaerah pedesaan.Program ini mencakup serangkaian kegiatan untukmembangkitkan munculnya usaha-usaha bersamamasyarakat, dan menemukan alternatif terbaik bagipeningkatan taraf hidup masyarakat desa setempat.

Konsep tersebut muncul dari pemikiran bahwaketerlibatan masyarakat desa dalam gerakan pem-bangunan desa, belum mendapat peranan yangseimbang dengan potensi dan kemampuan yang dimiliki.Dengan demikian adanya upaya penumbuhan keman-dirian (self-reliance) dapat diartikan, sebagai upayameningkatkan kemampuan rakyat, dengan meman-

faatkan sumber daya manusia dan sumber daya alami,untuk mencapai kehidupan yang lebih baik secaramandiri. Dukungan bantuan teknis dari luar harus diberinilai sebagai stimulans yang bersifat sementara, danberada dalam jangkauan masyarakat untuk mengenalidan mendapatkannya.

Oleh karena itu program pembangunan desamerupakan strategi yang berorientasi pada dua halpokok :1. Bahwa pembangunan desa perlu didukung oleh

pengenalan teknologi mulai dari yang sederhanasampai yang lebih canggih.

2. Pembangunan desa agar berorientasi kepadakepentingan masyarakat dengan bertumpu padapotensi setempat.

Kemudian dalam penerapannya mencakup unsur-unsur pokok sebagai satu kesatuan muatan yaitu :1. Menempatkan individu atau kelompok masyarakat

sebagai subjek dan objek.2. Memberikan bimbingan dan penyuluhan.3. Menyediakan stimulan yang bersifat teknis dankebendaan.4. Meningkatkan ketrampilan dan produktivitas.

Kesuksesan pembangunan desa dalam menum-buhkan kemandirian rakyat atau lokal, kiranya perludiambil langkah-langkah, pertama masyarakat desa itusendiri perlu melakukan inventarisasi dan identifikasiserta menganalisa melalui pendekatan sosial budaya,ekonomi dan teknologi. Keseluruhan faktor yangberpengaruh tersebut dianalisis dengan menggunakanSWOT (strength, Weakness, Oportunity, and Threat),atau analisa kekuatan, kelemahan, kesempatan danancaman.

Pendekatan analisis keadaan masyarakat seperti inidiperlukan, agar dapat diketahui terlebih dahulu kondisi-kondisi dan gejala-gejala sosial ekonomi yang perludiperhitungkan, yang dapat berpengaruh kepadakehidupan masyarakat. Dengan demikian masyarakatdapat merumuskan secara obyektif permasalahannyadan dapat secara tepat menentukan prasyarat yangdiperlukan, disamping lebih mudah mengamati faktorpenghambat dan pendukung terjadinya perubahan-perubahan sosial (social change).

Banyak model pendekatan dan strategi serta konseptentang program pembangunan, yang ditujukan untukmengatasi kesenjangan di daerah pedesaan, salah satudiantaranya pendekatan people-oriented development,yang mencoba menempatkan manusia, sebagaimakhluk yang memiliki kreativitas (values creating) yangmerencanakan, menentukan dan mengerjakan sesuaidengan keinginan, kebutuhan, dan kemampuan

Strategi Pembangunan Desa Terpadu :Suatu Pilihan Paradigma People Centered Development

360

Page 5: Strategi Pembangunan Desa Terpadu Suatu Pilihan Paradigma People Centered Development

(potensi) yang mereka miliki, serta mereka pulalah yangmemanfaatkan dan menilai keberhasilan pembangunandesa yang dilaksanakan. Hal ini tentunya akanmemberikan kontribusi kekuatan bagi pembangunanyang berkelanjutan (sustanaible development).

D. PenutupPembangunan desa terpadu untuk pada masa-masa

seperti sekarang ini sesungguhnya dengan konsep yangpaling ideal bagi pemerintah baik pusat maupun daerahdengan menggunakan paradigma people-centered de-

velopment. Hal ini lebih dikarenakan bahwa masyarakatsekarang ini bukanlah seperti zaman dahulu yang hanyanrimo atau manut.

Masyarakat sekarang adalah masyarakat yangselalu ingin berpartisipasi dalam pembangunan apalagidengan slogan dari, oleh dan untuk masyarakat,sehingga pola yang paling tepat adalah apa yangdiinginkan oleh masyarakat, yang diusulkan olehmasyarakat sehingga mereka tidak hanya sekedarmenunggu saja apa yang ingin dan akan dibuat olehpemerintah.

Strategi Pembangunan Desa Terpadu :Suatu Pilihan Paradigma People Centered Development

361

DAFTAR PUSTAKA

Afiffuddin, 2010, Pengantar Administrasi Pembangunan: Konsep, Teori dan Implikasinya di EraReformasi, Alfabeta, Bandung.

Korten, David C., & Rudi Klaus, 1984, People CenteredDevelopment, Kunarian Press, West Hatford.

Kumorotomo, Wahyudi, 1992, Profil Desa Tertinggal,Bapenas, Jakarta.

Ngusmanto, 2005, Bahan Ajar AdministrasiPembangunan Pedesaan Terpadu, ProgramMagister Ilmu Sosial Untan, Pontianak.

Siagian, Sondang P., 1995, Administrasi Pembangunan,PT. Toko Gunung Agung, Jakarta.

——————, 2005, Administrasi Pembangunan :Konsep, Dimensi & Strateginya. PT. Bumi Aksara,

Jakarta.Sumodiningrat, Gunawan, 1998, Membangun Pereko-

nomian Rakyat, Pustaka Pelajar dan IDEA,Yogyakarta.

Tjokrowinoto Moeljarto, 1999, Pembangunan, Dilemadan Tantangan, Pustaka Pelajar, Yogyakarta.