strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

25
0

Upload: kiki-sukriyah

Post on 24-Jul-2016

225 views

Category:

Documents


1 download

DESCRIPTION

Penelitian menyentuh masyarakat marjinal

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

0

Page 2: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

1

Page 3: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

2

Page 4: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

3

STRATEGI MANAJEMEN DITENGAH KESEDERHANAAN DAN

KETERBATASAN MELALUI PENERAPAN MANAJEMEN MUTU SEBAGAI

UPAYA DALAM PENINGKATAN KUALITAS PENDIDIKAN

(STUDI KASUS PADA YAYASAN FAIDA CENDIKIA PERDANA)

Sukriyah, SE., MSi.

ABSTRAK Menghadapi berbagai tantangan eksternal dan internal, Lembaga Pendidikan Luar Sekolah Yayasan Faida

Cendikia Perdana ditengah berbagai keterbatasan dengan itikad baik dan keikhlasan dari seluruh timnya berusaha menemukan strategi yang paling tepat untuk dapat mengembangkan organisasi dan meningkatkan kualitas siswa.

Dalam strateginya lembaga kursus Faida Cendikia Perdana mencoba menerapkan dua strategi, yaitu manajemen mutu terpadu (TQM) untuk pendidikan dan metode edutainment sebagai pola pengajaran yang baru dan menyenangkan. Total Quality Management merupakan sebuah pilosofi manajemen yang berorientasi pada kualitas. Namun, saat ini TQM bukan hanya menjadi sebuah teknik pengembangan organisasi tapi juga dapat diterapkan dalam manajemen pendidikan yang menedepankan kepuasan pelanggan.

Edutainment adalah akronim dari "education plus entertainment". Dapat diartikan sebagai program pendidikan atau pelatihan yang dikemas dalam konsep hiburan sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap peserta hampir tidak menyadari bahwa mereka sebenarnya sedang diajak untuk belajar atau untuk memahami nilai-nilai (value) setiap individu.

TQM dan metode edutainment sebagai strategi diandalkan lembaga ini diharapkan dapat membantu lembaga dalam menggambarkan peran ,tujuan dan tanggung jawab lembaga, meningkatkan mutu lembaga, perencanaan pelatihan secara menyeluruh, menciptakan pengembangan staf, penggunaan penelitian dan informasi praktis, dan mendesain secara menyeluruh pengembangan anak.

Kata Kunci : Manajemen Mutu untuk Pendidikan, Metode Edutainment.

PENDAHULUAN

Perkembangan masyarakat yang

semakin kompetitif menuntut setiap orang

untuk berkompetisi secara sehat. Demikian

halnya dengan sebuah lembaga, termasuk

lembaga pendidikan, kompetisi untuk

merebut pasar menuntut setiap lembaga

untuk mengedepankan kualitas dalam

proses manajerialnya dan pembelajarannya.

Kualitas produk sangat penting

dalam dunia usaha, demikian juga dengan

kualitas dari output yang dihasilkan oleh

suatu usaha di bidang jasa dalam hal ini

adalah lembaga kursus agar dapat tetap

eksis dengan memiliki manajemen yang

cakap dan bermutu sehingga dapat

mendorong dan berdampak pada

meningkatnya mutu produk atau kualitas

siswa didik sebagai bagian dalam upaya

turut mencerdaskan bangsa.

Lembaga pendidikan sebagai

organisasi merupakan salah satu sistem juga

tidak dapat terhindar dampak dari kemajuan

tersebut, dengan demikian maka disetiap

lembaga pendidikan dituntut untuk dapat

mengantisipasi berbagai perubahan-

perubahan tersebut, dengan strategi yang

tepat dan sesuai dengan lembaga kursus itu

sendiri.

Lembaga kursus Faida Cendikia

Perdana merancang strategi manajemen

dalam dua pendekatan. Pertama, dengan

konsep Manajemen Mutu Terpadu untuk

Pendidikan (TQM), dan kedua, dengan

Page 5: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

1

menerapkan konsep metode edutainment,

yang menjadi salah satu pola pengajaran

yang sangat menarik dan sudah sejak awal

diterapkan di lembaga kursus ini, walaupun

sebelumnya konsep ini belum di sadari

merupakan salah satu konsep atau metode

edutainment.

Dalam Manajemen Mutu Terpadu

untuk pendidikan juga dikenal konsep

PDCA (Plan : Rencanakan, DO (Teach) :

Lakukan (yaitu mengajar), Check :

Memeriksa, Act (Revised Teaching) :

Tindakan (Pengajarang di tinjau kembali)

dan Test : Uji). Glasser (1993) menyatakan

bahwa ”TQM merupakan prinsip terbaik

dalam suatu lingkungan belajar yang

sangat produktif”.

Berada dalam kesederhanaan

Lembaga Kursus Faida Cendikia Perdana

berusaha tetap mampu memberikan

manfaat bagi masyarakat sekitar dalam

upaya turut mencerdaskan anak bangsa

dengan menerapkan konsep manajemen

yang baik.

1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka

yang menjadi pokok permasalahan dalam

penulisan ini adalah :

a. Bagaimana penerapan manajemen

mutu yang tepat di Yayasan Faida

Cendikia Perdana agar ditemukan suatu

sistem yang cakap dan benar-benar

efektif dan sesuai dengan lembaga

pendidikan nirlaba ini ?

b. Kenapa TQM sangat penting bagi

kelangsungan hidup lembaga dan

bagaimanakah pengaruhnya dengan

kepuasan pelanggan serta kendala

apakah yang dihadapi dalam

menerapkan konsep manajemen mutu

ini ?

c. Apa saja strategi manajemen yang dapat

berpengaruh terhadap upaya

peningkatan kualitas siswa yang belajar

di Yayasan Faida Cendikia Perdana ?

2. Maksud Dan Tujuan Penulisan

Tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana

penerapan Manajemen Mutu yang

paling efektif, tepat dan sesuai

dengan lembaga kursus di Yayasan

Faida Cendikia Perdana.

2. Untuk mengetahui penyebab

terjadinya masalah atau kendala

yang dihadapi manajemen dalam

mengupayakan sistem manajemen

yang baik dan cakap untuk

mendukung dan berpengaruh pada

upaya peningkatan kualitas

pendidikan yang baik di

Yayasan Faida Cendikia

Perdana.

3. Untuk mengetahui adanya

hubungan atau pengaruh antara

penerapan manajemen mutu dengan

upaya peningkatan kualitas

pendidikan siswa sebagai bagian

dari kebijakan dan strategi

Page 6: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

2

manajemen Yayasan Faida

Cendikia Perdana .

3. Landasan Teori

3.1. Manajemen Kinerja dan

Manajemen Mutu Terpadu

Manajemen mutu suatu

lembaga tidak terlepas dari kinerja

organisasi yang dikelola oleh

manajemen itu sendiri. Kinerja dan nilai

pentingnya telah merasuk ke dalam

semua aspek kehidupan modern. Cara

pandang kita terhadap manusia,

termasuk cara kita berperilaku,

dipengaruhi oleh kinerja. Konsep

kinerja telah menjadi inti persepsi kita

mengenai berbagai aktivitas kita,

persepsi diri, nilai diri, dan pemahaman

kita tentang dunia.

Corvellec (1997, 2001 : 74)

berpendapat :

Di dalam kehidupan perusahaan, kinerja menyentuh setiap aspek administrasi bisnis. Literatur manajemen manapun akan menguatkan hal ini. Kinerja kian dihubungkan dengan ; ”bertindak benar dengan latar perusahaan”, di dalamnya ikut tercakup penyelarasan aturan sosial tentang cara berbusana dan berbahasa, persyaratan sebagai warga perusahaan yang andal, atau penerimaan realitas perusahaan resmi satu-satunya sebagai realitas.

Jadi, kinerja adalah tentang

mencapai sasaran-sasaran yang sulit,

sekaligus cara melahirkan kinerja yang

terukur.

Manajemen kinerja menurut

Weiss dan Hurtle (1997 : 77) adalah :

Sebuah proses untuk membangun pemahaman yang sama mengenai apa yang harus dicapai, dan bagaimana itu di capai, sebuah pendekatan pengelolaan manusia yang meningkatkan kemungkinan untuk mencapai kesuksesan terkait pekerjaan.

Menurut Wibowo (2007),

manajemen kinerja dapat bersifat umum

dan bisa diterapkan dalam manajemen

perusahaan mikro dan manajemen

apapun, termasuk pendidikan. Kinerja

adalah merupakan implementasi dari

rencana yang telah disusun tersebut.

Kinerja berasal dari kata performance,

yang berarti hasil kerja atau prestasi

kerja.

Menurut Armstrong dan Baron

(1998:15) kinerja merupakan hasil

pekerjaan yang mempunyai hubungan

kuat dengan tujuan strategis organisasi,

kepuasan konsumen, dan memberikan

kontribusi kepada ekonomi.

Standar kinerja menurut

Kirkpatrick (2006:37) adalah kondisi

yang akan terjadi ketika segmen

Page 7: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

3

pekerjaan dikerjakan dengan baik atau

dengan cara yang dapat diterima.

Menurut Kirkpatrick

(2006:39), terdapat delapan

karakteristik yang membuat suatu

standar kinerja efektif, yaitu :

1. Standar didasarkan pada pekerjaan

Standar harus dibuat untuk

pekerjaan itu sendiri tanpa

memandang siapa yang menduduki

pekerjaan.

2. Standar dapat dicapai

Secara praktis semua pekerja dalam

pekerjaan harus dapat mencapai

standar yang ditentukan.

3. Standar dapat dipahami

Standar harus jelas baik bagi

manajer maupun pekerja. Perbedaan

interpretasi dapat menimbulkan

penilaian yang dirasa kurang adil.

4. Standar disepakati

Standar yang menjadi kesepakatan

dituangkan sebagai personal

contract sebagai dasar untuk

penilaian dan evaluasi. Standar

tinggi yang ditetapkan manajer,

namun tidak disepakati pekerja akan

menyebabkan pekerja tidak turut

bertanggung jawab atas tidak

tercapainya standar tersebut.

5. Standar itu spesifik dan sedapat

mungkin terukur

Standar harus dinyatakan dalam

angka, persentase, satuan uang atau

bentuk lain yang dapat diukur secara

kuantitatif. Standar juga harus

dinyatakan sespesifik mungkin

bahkan apabila pertimbangan

subjektif harus dipergunakan untuk

mengevaluasi kinerja terhadapnya.

6. Standar berorentasi pada waktu

Standar kinerja menunjukkan berapa

lama suatu pekerjaan harus dapat

diselesaikan atau kapan suatu

pekerjaan harus diselesaikan dengan

menunjukkan tanggal yang pasti.

Standar waktu dapat ditentukan

untuk pencapaian tujuan akhir

maupun progres setiap tahapan

pekerjaan. Monitoring atas jadwal

waktu menurut tahapan diperlukan

untuk mengetahui lebih dini apabila

terdapat penurunan atau perbedaan

antara standar dan realitas.

7. Standar harus tertulis

Standar harus dituangkan sebagai

dokumen tertulis karena akan

dipergunakan sebagai ukuran dalam

menilai kinerja orang, tim atau

organisasi.

8. Standar dapat berubah

Karena standar harus dapat dicapai

dan disepakati, secara periodik

harus dapat dievaluasi dan diubah

bila perlu. Standar harus ditetapkan

Page 8: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

4

cukup menantang, namun masih

dalam batas kemungkinan

terjangkau.

Pengukuran produktivitas

mewujudkan sejumlah fungsi penguatan

yang sangat berharga yaitu sebagai

berikut :

a. Membangun kepedulian

b. Mengukur masalah dan peluang

c. Mengusahakan mekanisme umpan

balik

d. Memfasilitasi integrasi

3.2. Manajemen Strategis dalam

Pendidikan

Pentingnya manajemen yang efektif

dalam organisasi pendidikan semakin

banyak mendapatkan pengakuan dari

berbagai pihak. Penelitian tentang

efektivitas dan perbaikan lembaga

pendidikan di beberapa negara

menunjukkan bahwa mutu kepemimpinan

manajemen merupakan salah satu variabel

terpenting untuk membedakan antara

sekolah atau lembaga pendidikan yang

berhasil dan yang tidak (Sammon et.al.,

1994).

3.4. Tujuan Manajemen Pendidikan

Orientasi cita-cita yang jelas

merupakan pusat bagi pendekatan-

pendekatan teoritis dalam manajemen

pendidikan.

Caldwell dan Spink (1992)

mengungkapkan bahwa manajemen

merupakan fenomena internasional;

megatrend. Ini dipertegas dengan beberapa

asumsi berikut ini :

1. Manajer akan lebih responsif terhadap

klien dan komunitasnya jika ia mampu

menentukan dan menghasilkan mutu

pendidikan yang lebih baik daripada

sebelumnya.

2. Manajer akan mampu menentukan

bahan yang tepat untuk sumber-sumber

daya yang ada (guru, staf, material,

peralatan) untuk mencapai tujuan dan

sasaran spesifik sekolah.

3. Staf memperoleh insentif yang cukup

dalam memaksimalkan efisiensi dalam

penggunaan sumber-sumber daya yang

ada, karena penghematan tersebut akan

bermanfaat bagi peningkatan mutu

pendidikan selanjutnya.

4. Standar mutu ada pada klien, dan orang

tua sebagai wali klien, sementara

lembaga pendidikan merespon

kebutuhan-kebutuhan mereka dan

mengambil resiko terhadap semua

kegagalan yang dialami siswa.

3.5. Strategi dengan Konsep Metode

Edutainment

Edutainment adalah akronim dari

"education plus entertainment". Dapat

diartikan sebagai program pendidikan atau

pelatihan yang dikemas dalam konsep

hiburan sedemikian rupa, sehingga tiap-tiap

peserta hampir tidak menyadari bahwa

Page 9: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

5

mereka sebenarnya sedang diajak untuk

belajar atau untuk memahami nilai-nilai

(value) setiap individu.

Puncak dari kemampuan berfikir

adalah kreativitas. Dalam hirarkhi berfikir

creative thingking juga diletakkan pada

puncak tangga paling atas. Kreativitaslah

yang membuat manusia menjadi survive

(mampu bertahan hidup). Segala bentuk

kebudayaan tidak lain adalah buah dari

kreativitas.

Pakar bisnis Brian Clegg & Paul

Brich (996) menyatakan bahwa bpola

kehidupan modern lebih mirip naik roller

coaster, jet kereta luncur yang kehilangan

rel penuntunnya. Ia bergerak berkelok,

meliuk mendadak tanpa terduga. Hanya ada

satu cara agar dapat bertahan dalam

kehidupan seperti itu : kreativitas.

Saat ini, belajar dan bekerja

dengan keras tidaklah memadai lagi. Kita

juga harus belajar dan bekerja dengan

cerdas. Bahkan lebih jauh kita harus

senantiasa mengembangkan cara belajar

dan bekerja yang kreatif. Berfikir kreatif

berarti bernalar dengan mengembangkan

daya cipta, mengurai ide-ide, serta

memecahkan masalah (problem solving).

4. Metodologi Penelitian

Peneliatan ini diawali dengan

membuat desain penelitian, menentukan

variabel penelitian dan definisi operasional

variable, pemilihan populasi dan sampel,

metode pengumpulan data melalui review

dokumen observasi langsung dan

wawancara. Metode analisa yang digunakan

menggunakan teknik uji validitas,

reliabilitas, uji asumsi klasik (uji

normalitas, uji heterokedastisitas, uji

multikolinearitas), uji korelasi dan koefisien

determinan, uji hipotesis, regresi sederhana

maupun regresi berganda secara manual.

Jenis data penelitian kualitatif dan

kuantitatif.

5. Pembahasan

5.1. Penetapan Pedoman Kebijakan

dan Tanggung Jawab Sosial

Tanggung jawab sosial diberikan

tidak hanya sebagai strategi dan tujuan

tetapi juga sebagai bagian dalam

kebijakan sebagai upaya memenuhi

kewajiban moral dan ibadah sehingga

hidup yang hanya sekali dapat berarti dan

membawa manfaat serta pahala.

5.2. Tinjauan Analisis SWOT dan

SOAR

Penulis mencoba membuat suatu

pola/rangka dalam merumuskan strategi

Lembaga kursus / Yayasan Faida Cendikia

Perdana melalui analisa SWOT, yaitu :

1. Strengths (Kekuatan)

a. Teknologi Informasi

b. Metode Edutainment

c. Program Beasiswa 10 Besar

d. Program-program kompetisi

berhadiah Free Lab.

Page 10: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

6

e. Outbond dan reuni alumnni setiap

tahun

f. Usia pengabdian yang cukup

untuk dapat mengenali

kebutuhan pasar

2. Weaknesses (Kelemahan)

a. Infrastruktur (Gedung) yang

masih sangat sederhana, gedung

yang dipergunakan adalah

kontrakan rumah yang sedikit

renovasi dan modifikasi.

b. Saluran distribusi & informasi,

dimana petugas FO belum dapat

memberikan penjelasan dengan

baik sebagai dampak turn over

posisi tersebut.

c. Inkonsistensi dan indisipliner

pengajar, ada tenaga pengajar

yang tidak konsisten dan tidak

disiplin, membuat keputusan

teknis pengajaran tanpa

konfirmasi dengan manajemen,

sehingga sangat mempengaruhi

citra Lembaga.

3. Opportunities (Kesempatan/Peluang)

a. Lokasi disekitar sekolah & relatif

aman

b. Pertumbuhan Internet

c. Daya tarik IT

d. Hubungan baik dengan

masyarakat sekitar

e. Siswa yang besar merupakan

daya tarik tersendiri

4. Threats (Ancaman)

a. Tidak ada perhatian dari

pemerintah desa

b. Kesadaran & tanggung jawab

orang tua rendah, beberapa orang

tua yang berasal dari keluarga

yang cukup mapan mempunyai

tunggakan hingga 5 (lima)

bulan.

c. Lingkungan sosial yang

konsumtif.

d. Pesaing yang lebih menonjolkan

tempat yang eksklusif dengan

lokasi di jalan yang strategis.

Menurut sebagian ahli berpendapat

bahwa analisa SWOT kurang tepat jika

diterapkan pada perusahaan jasa. Setelah

penulis mencoba mencari informasi

tambahan, ternyata menurut ahli

manajemen strategik A.B. Susanto,

Managing Partner The Jakarta Consulting

Group (2005:1) : “analisis SWOT ini

memiliki kekurangan. Dalam proses

perencanaan dengan analisis SWOT,

perusahaan harus menghabiskan waktunya

guna memikirkan hal-hal positif (strengts

dan opportunities), dan sebagian lagi untuk

mengurusi hal-hal negatif (weaknesses dan

Threats).

Pada kenyataannya, manusia

cenderung lebih suka menonjolkan hal-hal

negatif (weaknesses dan Threats), padahal

kita cenderung melupakan pengalaman

buruk dimasa lalu. Kita akan lebih

termotivasi manakala menyadari bahwa

Page 11: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

7

kelebihan atau kekuatan yang kita miliki

dapat memberikan kontribusi bagi

kemajuan perusahaan.

Untuk itulah Stavros, Cooperrider,

dan Kelly (2005:1) menawarkan konsep

SOAR (strengths, opportunities,

aspirations, results, sebagai alternatif

terhadap analisis SWOT, yang berasal dari

appreciative inquiry (AI). Pendekatan AI

lebih menitik berarkan pada

pengidentifikasian dan pembangunan

kekuatan dan peluang ketimbang pada

masalah, kelemahan, dan ancaman.

Pendekatan SOAR terhadap

fenomena strategis memiliki beberapa

keuntungan dibandingkan dengan modal

tradisional. Analisis SOAR memungkinkan

anggota organisasi memungkinkan

menciptakan masa depan yang mereka

inginkan sendiri dalam keseluruhan proses

dengan cara melakukan penyelidikan,

imajinasi, inovasi dan inspirasi.

Fokus internal SOAR adalah

kekuatan organisasi. SOAR juga digunakan

untuk analisis eksternal, misalnya analisis

mengenai pemasok dan pelanggan.

Keuntungan lainnya berkaitan dengan

partisipasi. Pada banyak organisasi,

perencanaan strategis hanya melibatkan

orang-orang pada tingkatan tertinggi serta

kelompok stakeholder.

Dari paparan diatas, penulis

mencoba membuat tambahan analisa

SOAR, yaitu :

1. Strengths (Kekuatan)

2. Opportunities (Kesempatan/Peluang)

3. Aspirations (Aspirasi)

4. Results (Hasil)

Pendidikan yang berorientasi pada

kecakapan hidup(Life Skills) tidak

mengubah sistem pendidikan yang ada dan

juga tidak untuk mereduksi pendidikan

hanya sebagai latihan kerja. Pendidikan

yang berorientasi pada kecakapan untuk

hidup justru memberikan kesempatan

kepada setiap siswa untuk memperoleh

bekal keterampilan atau keahlian yang

dapat dijadikan sebagai sumber

penghidupannya.

Secara teknis filosofis orientasi

pendidikan yang berbasis masyarakat luas

adalah kecakapan untuk hidup (Life Skills)

atau untuk bekerja, bukan semata-mata

berorientasi kepada jalur akademik. Untuk

itu sekolah dituntut agar mampu

mewujudkan pertautan yang jelas dengan

dunia kerja. Paradigma bersekolah untuk

bekerja (school to work) harus mendasari

semua kegiatan pendidikan. Dengan titik

berat pendidikan pada kecakapan untuk

hidup (Life Skills) diharapkan pendidikan

benar-benar dapat meningkatkan taraf

hidup dan martabat masyarakat.

5.3. Faktor-faktor Peningkatan

Efektifitas

Beberapa literatur penelitian

mengemukakan bahwa dalam

mengimplementasikan strategi manajemen

melalui upaya peningkatan mutu, maka

Page 12: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

8

terdapat faktor-faktor yang mengarahkan

pada peningkatan efektifitas. Tidak ada

karakteristik sekolah efektif yang memiliki

ciri yang jelas sama, namun sekurang-

kurangnya terdapat satu ciri yang

merefleksikan penelitian internasional yang

sudah terbukti, yaitu :

Tabel 5.1. Implementasi Karakteristik Lembaga Efektif (Sumber : data diolah Juli 2008)

5.4. Indikator Keberhasilan Pencapaian

Target

Berdasarkan data hasil evaluasi dan

monitoring pada pencapaian prestasi siswa

di sekolah, dapat dilihat kemajuan atau

keberhasilan yang signifikan dari data yang

masih sangat baru dan segar, dimana data

dikumpulkan melalui hasil rapor yang

No. Karakteristik Implementasi %

1 Kepemimpinan profesional Tegas dan memiliki tujuan tertentu

Pendekatan partisipatif

85

90

2 Visi dan tujuan Kesatuan tujuan

Konsistensi praktek

Kebersamaan yang akrab dan kolaborasi

90

80

95

3 Lingkungan belajar Atmosfir yang tertib dan rapi

Lingkungan kerja yang atraktif

90

90

4 Konsentrasi terhadap

pengajaran dan pembelajaran

Maksimalisasi waktu belajar

Penekanan akademik

Fokus terhadap prestasi

85

85

80

5 Harapan yang tinggi Harapan yang tinggi dan menyeluruh

Mengkomunikasikan harapan

Memberikan tantangan intelektual

90

80

75

6 Penguatan yang positif Disiplin yang adil dan jelas

Feed back

85

75

7 Memonitor kemajuan Memonitor performa anak

Mengevaluasi performa sekolah

70

60

8 Hak & tanggung- jawab

anak

Self – esteem (penghargaan diri) anak yang tinggi

Posisi tanggungjawab kontrol kerja

90

75

9 Pengajaran yang memiliki

tujuan

Organisasi yang efisien

Kejelasan tujuan

Pelajaran yang terstruktur

Praktek yang adaptif

80

90

85

85

10 Organisasi belajar Pengembangan shcool based-staff 60

11 Kerjasama sekolah- rumah Keterlibatan orang tua 75

Page 13: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

1

dikolektif untuk setiap semester sebagai

persyaratan memperoleh kesempatan

“Beasiswa Prestasi 10 Besar”.

Data yang diambil dari data rapor

terdapat peningkatan prestasi yang cukup

menggembirakan dari volume siswa yang

berprestasi dengan standar pencapaian

terdapat peningkatan mulai dari 60%, 80%

sampai 140%. Indikator keberhasilan

pencapaian target dapat dilihat dalam

Grafik 5.1. terlampir.

5.5. Hasil Uji Instrumen Penelitian

5.5.1. Uji Validitas dan Reliabilitas.

Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat keandalan atau kesahihan suatu alat ukur. Untuk menguji validtas alat ukur terlebih dahulu dicari harga korelasi antar bagian-bagian dari alat ukur/ item pertanyaan angket secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap butir pertanyaan dengan skor total yang merupakan jumlah tiap butir, dengan menggunakan rumus Pearson Product Moment adalah :

r hitung = `

Dimana : r hitung : koefisien

korelasi ΣX : jumlah skor

item ΣY : jumlah skor

seluruh item (total) N : jumlah

responden Nilai koefisien korelasi r berkisar

antara -1 sampai + 1, yang kriteria

pemanfaatannya dijelaskan sebagai berikut

:

a. Jika, nilai r > 0, artinya telah

terjadi hubungan yang linier

positif, yaitu makin besar variable

(independent), makin besar pula

nilai variable y (dependent), atau

sebaliknya.

b. Jika, nilai r < 0, artinya telah

terjadi hubungan yang linier

negative, yaitu makin kecil nilai

variable x (independent), maka

makin besar niali variable Y

(dependent), atau sebaliknya

c. Jika, nilai r = 0 , artinya tidak ada

hubungan sama sekali antara

variable x (independent) dengan

variabel Y (dependent).

d. Jika, r = 1 atau r= -1, artinya telah

terjadi hubungan linier sempurna,

berupa garis lurus, sedangkan

untuk nilai r yang makin mengarah

ke angka 0 maka garis makin tidak

lurus.

Selanjutnya dihitung dengan Uji-t

dengan rumus :

.t hitung =

Dimana: t : Nilai t hitung

r : koefisien

korelasi hasil r hitung

n : jumlah

koresponden

Distribusi (T Table) untuk α =

0,05 dan derajat kebebasan (df = n -

Σvar.bebas – 1)

n-2

1 – r 2

n.(Σ XY) – (ΣX) (ΣY)

{ n.ΣX2 – (ΣX)2}. {n. ΣY2 – (ΣY)2} r

Page 14: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

2

Kaidah keputusan : Jika t hitung > t table

berarti valid, sebaliknya

Jika t hitung < t table

berarti tidak valid

Uji reliabilitas dilakukan untuk

mengetahui apakah alat pengumpulan

data pada dasarnya menunjukan

tingkat ketepatan, keakuratan,

kestabilan atau konsistensi alat

tersebut dalam mengungkapkan gejala

tertentu dari sekelompok individu dan

hasil pengukuran tetap konsisten bila

dilakukan pengukuran kembali

terhadap gejala yang sama.

Pengujian keterandalan

(reliability) dalam penelitian ini

dilakukan dengan menggunakan

rumus Cronbach’s Alpha, sebagai

bahan perbandingan untuk melihat

reliabilitas item digunakan nilai

koefisien reliabilitas, seperti

dikemukakan oleh Kaplan et.al

(1993:126) adalah minimal 0,70

atau antara ( 0,70 – 0,80 ).

Rumus Varians yang digunakan :

(((( �X²)))) � X ² - n σ ²¡ = n

Dimana : σ²¡ = Varians n = Jumlah Sampel X = Nilai Skor yang

dipilih

K � σ ² b

r 11 = 1 - k – 1 σ ² t r 11 = Reabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan

σ ² b = Jumlah varians butir

σ ² t = Varians total

No. Item

Nama Variabel Pertanyaan Koefisien

Korelasi

Harga t

hitung Harga t tabel

Keputusan

1 Kualitas Pendidikan 0,396 2,6584 1,734 Valid

2 Kualitas Pendidikan 0,581 4,4004 1,734 Valid 3 Kualitas Pendidikan 0,646 5,2168 1,734 Valid

Tabel 5.2. Rekapitulasi Validitas Instrumen Variabel Kualitas Pendidikan

No. Item

Nama Variabel Pertanyaan Koefisien

Korelasi

Harga t

hitung Harga t

tabel Keputusan

4 Komunikasi 0,486 3,428 1,734 Valid

5 Komunikasi 0,525 3,8025 1,734 Valid

6 Komunikasi 0,72 6,3956 1,734 Valid

7 Kredibilitas 0,737 6,7217 1,734 Valid

8 Kredibilitas 0,721 6,4141 1,734 Valid

9 Kredibilitas 0,71 6,2152 1,734 Valid

Page 15: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

1

10 Keamanan 0,451 3,1149 1,734 Valid

11 Keamanan 0,559 4,1559 1,734 Valid

12 Keamanan 0,626 4,9485 1,734 Valid

13 Pengetahuan Pelanggan 0,581 4,4004 1,734 Valid

14 Pengetahuan Pelanggan 0,559 4,1559 1,734 Valid

15 Pengetahuan Pelanggan 0,559 4,1559 1,734 Valid

16 Standard Kebijakan 0,579 4,3776 1,734 Valid

17 Standard Kebijakan 0,482 3,3912 1,734 Valid

18 Standard Kebijakan 0,55 4,0596 1,734 Valid

19 Reliabilitas 0,542 3,9757 1,734 Valid

20 Reliabilitas 0,536 3,9138 1,734 Valid

21 Reliabilitas 0,67 5,5635 1,734 Valid

22 Tanggapan 0,546 4,0175 1,734 Valid

23 Tanggapan 0,588 4,4812 1,734 Valid

24 Tanggapan 0,6 4,6233 1,734 Valid

25 Kompetensi 0,798 8,1625 1,734 Valid

26 Kompetensi 0,758 7,1638 1,734 Valid

27 Kompetensi 0,574 4,3211 1,734 Valid

28 Akses 0,559 4,1559 1,734 Valid

29 Akses 0,611 4,7578 1,734 Valid

30 Akses 0,721 6,4141 1,734 Valid

31 Tatakrama 0,739 6,7619 1,734 Valid

32 Tatakrama 0,849 9,9047 1,734 Valid

33 Tatakrama 0,82 8,8315 1,734 Valid Tabel 5.3. Rekapitulasi Validitas Instrumen Variabel Kualitas Pendidikan

Berikut ini adalah hasil uji

validitas dan reliabilitas per

variabel :

a. Uji Validitas dan reliabilitas

Variabel Komunikasi

Dengan menggunakan tingkat

signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan

didapat hasil sebagai berikut :

Pertanyaan Corrected Item-

Total Correlation

Keterangan Cronbach’s

Alpha

1 ,486 Valid

,743 2 ,525 Valid

3 ,720 Valid

Tabel 5.4. Uji Validitas Variabel Komunikasi (X1) (Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)

Page 16: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

0

Pada tabel hasil uji validitas untuk

variabel komunikasi, terlihat bahwa semua

nilai item correlation-nya diatas 0,3 maka

kumpulan variabel tersebut dapat diproses

lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat

dilihat dari angka signifikansi, dimana

angka tersebut diatas 0,3.

Sehingga bisa dikatakan semua

pertanyaan tersebut valid. Karena semua

butir sudah valid, maka dilanjutkan dengan

uji reliabilitas.

1. r hasil = cronbach’s alpha diakhir

output dengan nilai 0,743.

2. Dasar pengambilan keputusan :

Jika r Alpha positif dan r Alpha >= 0,7,

maka butir atau variabel tersebut

reliabel

Jika r Alpha positif dan r Alpha < 0,7,

maka butir atau variabel tersebut tidak

reliabel

3. Keputusan

Terlihat r alpha adalah positif dan lebih

besar dari 0,7 atau (0, 743 >= 0,7) ,

maka butir-butir diatas adalah reliabel.

Jadi variabel komunikasi adalah valid

dan reliabel.

b. Uji Validitas dan reliabilitas

Variabel Kredibilitas

Dengan menggunakan tingkat

signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan

didapat hasil sebagai berikut :

Pertanyaan Corrected Item-Total

Correlation

Keterangan Cronbach’s

Alpha

1 ,737 Valid

,846 2 ,721 Valid

3 ,710 Valid

Tabel 5.5. Uji Validitas Variabel Kredibilitas (X2)

(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)

Pada tabel hasil uji validitas untuk

variabel kredibilitas, terlihat bahwa semua

nilai item correlation-nya diatas 0,3 maka

kumpulan variabel tersebut dapat diproses

lebih lanjut. Kesimpulan yang sama dapat

dilihat dari angka signifikansi, dimana

angka tersebut diatas 0,3.

Sehingga bisa dikatakan semua

pertanyaan tersebut valid. Karena semua

butir sudah valid, maka dilanjutkan dengan

uji reliabilitas. Keputusan; terlihat r alpha

adalah positif dan lebih besar atau sama

dengan 0,7 atau (0, 846 > 0,7) , maka

butir-butir diatas adalah reliabel. Jadi

variabel kredibilitas adalah valid dan

reliabel.

c. Uji Validitas dan reliabilitas

Variabel Keamanan

Dengan menggunakan tingkat

signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan

didapat hasil sebagai berikut :

Page 17: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

0

Pertanyaan Corrected Item-Total

Correlation

Keterangan Cronbach’s

Alpha

1 ,451 Valid

,719 2 ,559 Valid

3 ,626 Valid

Tabel 5.6. Uji Validitas Variabel Keamanan (X3)

(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)

Keputusan; terlihat r alpha adalah

positif dan lebih besar dari 0,7 atau (0, 719

>= 0,7) , maka butir-butir diatas adalah

reliabel. Jadi variabel keamanan adalah

valid dan reliabel.

d. Uji Validitas dan reliabilitas

Variabel Pengetahuan Pelanggan

Dengan menggunakan tingkat

signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan

didapat hasil sebagai berikut :

Pertanyaan Corrected Item-Total

Correlation

Keterangan Cronbach’s

Alpha

1 ,581 Valid

0,741 2 ,559 Valid

3 ,559 Valid

Tabel 5.7. Uji Validitas Variabel Pengetahuan Pelanggan (X4)

(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)

Keputusan; terlihat r alpha adalah

positif dan lebih besar dari 0,7 atau (0, 741

> 0,7) , maka butir-butir diatas adalah

reliabel. Jadi variabel pengetahuan

pelanggan adalah valid dan reliabel.

e. Uji Validitas dan reliabilitas

Variabel Standar Kebijakan

Dengan menggunakan tingkat

signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan

didapat hasil sebagai berikut :

Pertanyaan Corrected Item-Total

Correlation

Keterangan Cronbach’s

Alpha

1 ,579 Valid

,717 2 ,482 Valid

3 ,550 Valid

Tabel 5.8. Uji Validitas Variabel Standar Kebijakan (X5)

(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)

Keputusan; terlihat r alpha adalah

positif dan lebih besar dari 0,7 atau (0, 717

>= 0,7) , maka butir-butir diatas adalah

reliabel. Jadi variabel standar kebijakan

adalah valid dan reliabel.

Page 18: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

1

f. Uji Validitas dan reliabilitas Variabel

Y – Kualitas Pendidikan

Dengan menggunakan tingkat

signifikansi (α= 5%), uji variabel pelayanan

didapat hasil sebagai berikut :

Pertanyaan Corrected Item-Total

Correlation

Keterangan Cronbach’s

Alpha

1 ,396 Valid

,716 2 ,581 Valid

3 ,646 Valid

Tabel 5.9. Uji Validitas Variabel Kualitas Pendidikan (Y)

(Sumber : Hasil Pengolahan Data, 2008)

Keputusan; terlihat r alpha adalah

positif dan lebih besar atau sama dengan

0,7 atau (0, 716 >= 0,7) , maka butir-butir

diatas adalah reliabel. Jadi variabel kualitas

pendidikan adalah valid dan reliabel.

5.5.2. Hasil Analisis Uji Deskriptif

Analisis statistik deskriptif dalam

penelitian adalah proses transformasi data

penelitian dalam bentuk tabulasi sehingga

mudah dipahami dan diinterpretasikan

(Sugiarto, 2000). Dalam tabulasi tersebut

data disajikan secara ringkas, tersusun dan

teratur dalam bentuk tabel numerik.

Ukuran yang biasanya digunakan

dalam analisis ini adalah banyaknya data

(N), Mean (nilai rata-rata) dan Standar

Deviasi (simpangan baku). Adapun variabel

yang diolah dalam penelitian ini adalah

variabel Manajemen Mutu (TQM) untuk

Pendidikan (X) dan variabel Kualitas

Pendidikan (Y).

Variabel N (Data) Minimum Maximum Mean Std. Deviasi

Y (Kualitas Pendidikan) 40 9 15 12,60 1,482

X (TQM untuk Pendidikan) 40 86 150 125,08 14,334

Tabel 5.10. Hasil Uji Deskriptif

(Sumber : Hasil Uji SPSS Juli, 2008)

Pada tabel diatas diuraikan

mengenai banyaknya data (N), yaitu

banyaknya masing-masing variabel yang

dianalisis sebanyak 40 dari jumlah

responden yang dikumpulkan. Mean adalah

nilai rata-rata dari suatu variabel, dimana

nilai variabel Y adalah 12,60 dan variabel

X adalah 125,08. Sedangkan Standar

Deviasi adalah simpangan baku atau

Page 19: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

1

standar kesalahan variabel Y sebesar 1,482

dan variabel X sebesar 14,334.

5.5.3. Analisis Uji Korelasi

Sebelum digunakan sebagai dasar

kesimpulan, penting untuk diketahui nilai

korelasinya. Nilai korelasi adalah nilai

rentang hubungan antara satu variabel

dengan variabel lain dengan nilai antara 0

(tidak ada korelasi, lemah sekali) sampai 1

(korelasi sempurna), nilai korelasi ini

penting untuk melihat apakah nilai yang

diperoleh dapat dikatakan bermakna secara

statistik agar dapat diambil kesimpulan

secara umum untuk populasi penelitian.

Koefisien korelasi (r) menunjukan

hubungan keeratan antara variabel

independen dengan variabel dependen,

semakin besar nilai koefisien semakin erat

hubungan variabel independen dengan

variabel dependen.

Pada hasil perhitungan dapat

ditunjukan bahwa besarnya nilai koefisien

korelasi adalah sebesar 0.903, ini berarti

adanya hubungan yang erat antara variabel

independen dengan variabel dependen

karena mendekati satu.

Variabel Y (Kualitas Pendidikan)

X (TQM untuk Pendidikan)

Pearson Correlation Y (Kualitas Pendidikan)

1,000 0,903

X (TQM untuk Pendidikan)

0,903 1,000

Signifikansi Y (Kualitas Pendidikan)

. 0,000

X (TQM untuk Pendidikan)

0,000 .

N Y (Kualitas Pendidikan)

40 40

X (TQM untuk Pendidikan)

40 40

Tabel 5.10. Hasil Uji Korelasi antar variabel dependent dan independent

(Sumber : Hasil Uji SPSS Juli, 2008)

Hasil analisis menunjukkan

bahwa nilai korelasi antara variabel

Kualitas Pendidikan dan

Manajemen Mutu (TQM) untuk

Pendidikan adalah 0,903 yang

berarti sangat kuat, dimana >0,75 –

1 berarti sangat kuat. Uji

hipotesisnya adalah sebagai berikut

:

Ho Tidak terdapat

pengaruh yang

signifikan antara

Manajemen Mutu

(TQM) untuk

Pendidikan terhadap

Kualitas Pendidikan.

H1 Terdapat pengaruh

yang signifikan antara

Manajemen Mutu

Page 20: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

1

(TQM) untuk

Pendidikan terhadap

Kualitas Pendidikan.

Rentang tingkat kepercayaan

adalah 0.95, dimana berarti nilai α

adalah 0.05 dengan asumsi : “Tolak

H0 bila hasil signifikansi = α <

0.05.

Berdasarkan tabel diatas

dapat diketahui bahwa semua α

bernilai 0.000 yang berarti < 0.05,

maka berarti tolak H0 atau terima

H1. Dapat pula dikatakan bahwa

variabel Manajemen Mutu (TQM)

untuk Pendidikan mempunyai

pengaruh yang sangat kuat terhadap

Kualitas Pendidikan di Yayasan

Faida Cendikia Perdana, dengan

nilai korelasi sebesar 0.903.

Menentukan besarnya

pangaruh masing-masing variabel

independen (X), terhadap variabel

dependen (Y), dengan asumsi tidak

terdapat perubahan pada variabel

independen lainnya digunakan

koefisien korelasi parsial dari

masing-masing variabel. Data ini

menjelaskan variabel yang paling

tepat dan sesuai diterapkan di

Yayasan Faida Cendikia Perdana.

Koefisien korelasi parsial (r) untuk

masing-masing variabel independen

dapat dilihat pada tabel berikut :

Variabel Bebas Koefisien Korelasi

Parsial

Pengaruh Parsial

Komunikasi (X1) 0,498 7,36%

Kredibilitas (X2) 0,341 5,04%

Keamanan (X3) 0,642 9,48%

Pengetahuan Pelanggan (X4) 0,652 9,63%

Standar Kebijakan (X5) 0,638 9,42%

Reliabilitas (X6) 0,731 10,80%

Tanggapan (X7) 0,789 11,65%

Kompetensi (X8) 0,829 12,25%

Akses (X9) 0,854 12,61%

Tatakrama (X10) 0,796 11,76%

Tabel : 5.11. Koefisien Korelasi Parsial

(Sumber : Data diolah Juli, 2008)

Gambar 5.1. Grafik pengaruh variabel X secara parsial dan Simultan terhadap variabel Y

Page 21: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

0

Dari hasil tabel diatas

menunjukan bahwa variabel-

variabel diatas secara keseluruhan

memiliki hubungan yang searah dan

positif. Dari data diatas dapat

disimpulkan bahwa terdapat

beberapa variabel yang paling tepat

dan sesuai untuk diterapkan di

Yayasan Faida Cendikia Perdana,

yaitu : variabel Keamanan (X3)

sebesar 0.642, variabel Pengetahuan

Pelanggan (X4) sebesar 0.652, variabel

Standar Kebijakan (X5) sebesar 0.638

dan variabel Reliabilitas (X6) sebesar

0.731 yang memiliki korelasi kuat

(>0.5-0.75), variabel tanggapan (X7)

sebesar 0.789, variabel kompetensi

(X8) sebesar 0,829, variabel akses

(X9) sebesar 0.854 dan variabel

tatakrama (X10) sebesar 0,796 yang

memiliki korelasi sangat kuat

(>0.75-1).

5.5.4. Pengujian secara Simultan

( Uji F ) atau Uji Determinasi.

Pengujian Hipotesis

Koefisien Determinasi (R2 atau R-

Square)/ simultan untuk fungsi

Kualitas Pendidikan adalah 0,886.

yang berarti bahwa besarnya

pengaruh Manajemen Mutu untuk

Pendidikan terhadap Kualitas

Pendidikan adalah sebesar 88,6%.

Adapun sisanya, yaitu 10,4%

diterangkan oleh variabel-variabel

lain, misalnya luasnya wilayah,

jarak lokasi dan keterbatasan

infrastruktur (bangunan).

Kd = r ² x 100 %

Kd = 0,886 X 100 %

Kd = 88,6 %

Model R R Square Adjust R

Square

Std. Error of the

Estimate

1 0,941a 0,886 0,847 0,580

Tabel 5.12. Pengujian Determinasi

Uji Determinasi

digunakan untuk menunjukkan

adanya keberartian hubungan

dimana tujuan pengujian ini

digunakan untuk melihat apakah

variabel – variabel bebas secara

bersama-sama mampu

mempengaruhi variabel terikat. ,

Adapun hipotesis yang akan

diuji adalah :

Ho : Tidak terdapat

pengaruh yang

D i a g r a m P e n g a r u h P a r s ia l

0

2

4

6

8

1 0

1 2

1 4

K o m u n ik a s i( X 1 )

P e n g e ta h u a nP e la n g g a n

( X 4 )

T a n g g a p a n( X 7 )

V a r ia b e l T Q M u n t u k P e n d id ik a n

% P

enga

ruh

7 ,3 6

5 ,0 4

9 ,4 8 9 ,6 3 9 ,4 21 0 ,8

1 1 ,6 5

Page 22: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

1

signifikan antara

Manajemen Mutu

(TQM) untuk

Pendidikan terhadap

Kualitas Pendidikan.

H1 : Terdapat pengaruh

yang signifikan antara

Manajemen Mutu

(TQM) untuk

Pendidikan terhadap

Kualitas Pendidikan.

Kriteria Uji :

Tolak Ho, Jika F-hitung

> F-tabel

Terima H1, Jika F–hitung

< F-tabel

Pada tingkat kepercayaan 95

persen dan uji dua arah dengan

derajat kebebasan df = 40-10-1

= 29, maka F-tabel adalah :

F(0.05, 10, 29) = 2.18

Untuk menguji hipotesis statistik

diatas digunakan statistik uji –F

yang diperoleh melalui tabel

Analisis Varians (Anova) seperti

yang terlihat pada tabel dibawah

ini :

Model Sum of

squares

df Mean Square F Sig.

Regressi 75,831 10 7,583 22,510 0,000(a)

Residual 9,769 29 0,337

Total 85,600 39

Tabel 5.13. Pengujian Koefisien Regresi secara keseluruhan/ simultan.

Dari tabel. diatas dapat

dilihat bahwa nilai F-hitung

adalah 22,510 dan diperoleh

nilai F dari tabel untuk � = 0,05

dengan derajat bebas (10 : 29)

sebesar 2.18, karena F-hitung

lebih besar dari F tabel (F hitung

= 22,510 > F0.05; (10;29) = 2,18),

maka Ho ditolak, artinya dengan

tingkat kepercayaan 95 % dapat

disimpulkan bahwa terdapat

pengaruh yang signifikan antara

Manajemen Mutu (TQM) untuk

Pendidikan (X) terhadap

Kualitas Pendidikan (Y).

Daerah Penerimaan H1 Daerah Penerimaan H0

F 0,05(10:29) = 2,18 F-hitung = 22,510

Page 23: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

1

Gambar 5.2. Diagram daerah penerimaan dan Penolakan Ho

Pada Pengujian Simultan (Uji F).

Dari uraian diatas dapat

disimpulkan bahwa korelasi antara

variabel X dan Y sangat kuat karena

mendekati 1 dengan nilai 0,903.

Besarnya keberartian hubungan dari

hasil koefisien determinasi sebesar

0,886 atau 88,6%, dari pengujian

statistik diatas dapat disimpulkan

antara Manajemen Mutu Terpadu

(TQM) untuk Pendidikan

berpengaruh signifikan terhadap

Kualitas Pendidikan yang ada di

Yayasan Faida Cendikia Perdana.

6. Kesimpulan dan Saran

6.1. Kesimpulan

Manajemen Kualitas Terpadu

(TQM) bukanlah sesuatu yang bisa

diperkenalkan satu hari. TQM bukan

sesuatu yang akan memberikan kesuksesan

secara instan, dan bukan penyelesaian

semua problem. Penerapan TQM harus

melalui kesulitas-kesulitan dan tantangan-

tantangan baru. TQM adalah proses yang

pelan-pelan dengan manfaat jangka

panjang. Dengan pendekatan TQM, iklim

organisasi memang tidak akan terbentuk

secara langsung, tetapi akan terbentuk

dalam proses waktu yang lama, ia akan

memiliki kekuatan otomatis untuk

bertahan.

Dari pembahasan diatas, dapat

ditarik kesimpulan :

1. Hasil penelitian menunjukkan nilai

korelasi sebesar 0,903. Ini berarti

adanya hubungan yang sangat kuat,

dimana r > 0,75- 1, korelasi sangat kuat

(menurut Jonathan Sarwono (2006:87));

antara variabel X (TQM untuk

Pendidikan) terhadap variabel Y

(Kualitas Pendidikan) dengan nilai

mendekati satu dengan α bernilai 0.000

yang berarti < 0.05, artinya signifikan,

maka berarti tolak H0 atau terima H1.

Dapat pula dikatakan bahwa variabel

Manajemen Mutu (TQM) untuk

Pendidikan mempunyai pengaruh yang

sangat kuat terhadap Kualitas

Pendidikan di Yayasan Faida Cendikia

Perdana. Penelitian menunjukkan

terdapat beberapa variabel yang paling

tepat dan sesuai untuk diterapkan di

Yayasan Faida Cendikia Perdana, yaitu

: variabel Keamanan (X3) sebesar 0.642,

variabel Pengetahuan Pelanggan (X4)

sebesar 0.652, variabel Standar Kebijakan

(X5) sebesar 0.638 dan variabel

Reliabilitas (X6) sebesar 0.731 yang

memiliki korelasi kuat (>0.5-0.75),

variabel tanggapan (X7) sebesar 0.789,

variabel kompetensi (X8) sebesar 0,829,

variabel akses (X9) sebesar 0.854 dan

variabel tatakrama (X10) sebesar 0,796

Page 24: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

1

yang memiliki korelasi sangat kuat

(>0.75-1).

2. Semakin cerdasnya para konsumen

dalam menilai mutu (quality) sebuah

produk otomatis menuntut para pelaku

bisnis dan usaha apapun untuk semakin

meningkatkan mutu produk dan

sekaligus servisnya. Karenanya,

kalangan profesional menyadari benar

pentingnya manajemen mutu yang

sudah teruji dan terbukti untuk bisa

terus eksis dan maju ditengah ketatnya

persaingan, tidak terkecuali produk

dunia pendidikan. Kualitas mutu dan

jasa yang disajikan oleh dunia

pendidikan akan sangat menentukan

kemampuan survivalnya. Contoh dari

dunia usaha adalah perusahaan Astra

Toyota dan contoh dari dunia

pendidikan adalah SMPI Insan

Cendekia, Serpong. Dari nilai

determinasi dapat diasumsikan bahwa

strategi dan kebijakan manajemen

lembaga sudah dapat memenuhi

kepuasan dan harapan pelanggan

sebesar 88,6%. Adapun kendala yang

dihadapi manajemen lembaga dalam

menerapkan konsep manajemen mutu

ini adalah komunikasi dan kredibilitas,

terdapat perbedaan cara

menginterpretasikan informasi antara

lembaga dan pelanggan yang pada

umumnya berada dibawah garis

marjinal, sehingga kredibilitas lembaga

yang telah berhasil mencapai prestasi

eksternal informasinya tidak dapat

disampaikan dengan memuaskan, hal

ini sesuai dengan hasil penelitian

dengan nilai korelasi parsial >0,25-0,5

yang berarti cukup, dimana kedua

variabel ini memiliki korelasi terendah

dari variabel lainnya yaitu komunikasi

sebesar 0.498 dan kredibilitas sebesar

0.341, jadi hasil penelitian ini memang

sesuai dengan kenyataan yang terjadi.

3. Strategi yang paling sesuai untuk

lembaga kursus Faida Cendikia Perdana

adalah dengan terus mengembangkan

pola pengajaran kreatif melalui metode

edutainmet dan monitoring yang jelas

serta perbaikan terus menerus atas

penerapan TQM untuk pendidikan,

menciptakan even-even lomba kreasi

dan kreativitas yang sudah menjadi

agenda tetap, dan even kebersamaan

melalui outbound dan pementasan

kreasi dimasyarakat secara langsung,

sehingga dapat menciptakan hubungan

emosional yang positif, dimana terbukti

setiap siswa dapat berpartisipasi aktif

dengan cara belajar yang

menyenangkan, dengan tidak

melupakan strategi manajemen kualitas.

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: Strategi manajemen lembaga kursus ditengah kesederhanaan dan keterbatasan

2

Anthony, Robert N. dan Vijay Govindarajan, Management Control System-Sistem Pengendalian Manajemen, Buku 1, Salemba Empat, Jakarta: 2005.

Birch, Paul dan Brian Clegg, Berpikir Kreatif Dalam Bisnis, PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta: 1996.

Bush, Tony dan Marianne Coleman, Manajemen Strategis- Kepemimpinan Pendidikan (Seri Manajemen Mutu Pendidikan), Cet. Ke-2, IRCiSoD, Yogyakarta: 2008.

Ginting, Pasti Ay, World Class Quality Management – Clean Business Towards; Bisnis yang Bersih Menuju Manajemen Kualitas Dunia, Cet. Ke-1, Kesaint Blanc, Bekas: 2008.

Glasser, William., The Quality School Teacher, Harper-Collins Publishers, Inc., New York: 1993.

Hunger, J. David dan Thomas L. Wheelen, Manajemen Strategis, Edisi 5, Andi, Yogyakarta: 2003.

Kaplan, Robbert. M., dan Sacuzzo, Dennis. P., Metode penelitian Kuantitatif, Kencana Prenada Media Group , Jakarta: 1993.

Mulyadi, UGM, Sistem Perencanaan dan Pengendalian Manajemen – Sistem Pelipatganda Kinerja Perusahaan, Edisi 3, Salemba Empat, Jakarta: 2007.

Rees, David dan Richard McBain, People Management – Teori dan Strategi, Cet. Ke-1, Kencana Prenada Media Group, Jakarta: 2007.

Sugiarto dan Kusmayadi, Metodologi Penelitian dalam Bidang Kepariwisataan, Gramedia Pusataka Utama, Jakarta: 2000.

Wibisowo, Prof., Dr., SE., M. Phil, Manajemen Kinerja, Edisi 1, PT. Rajagrafindo Persada, Jakarta: 2007.