petani ditengah tambang: studi fenomenologi tentang efek

76
i PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek Implementasi Kebijakan Pertambangan Terhadap Kehidupan Petani di Kabupaten Morowali (Studi Kasus Pada Kawasan Lingkar Tambang Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah) Oleh : ABDURRAHMAN KARIM G 211 12 275 PROGRAM STUDI AGRIBISNIS DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017

Upload: others

Post on 19-Oct-2021

9 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

i

PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang

Efek Implementasi Kebijakan Pertambangan Terhadap

Kehidupan Petani di Kabupaten Morowali

(Studi Kasus Pada Kawasan Lingkar Tambang Kecamatan

Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah)

Oleh :

ABDURRAHMAN KARIM

G 211 12 275

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

MAKASSAR

2017

Page 2: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

ii

PETANI DI TENGAH TAMBANG

”STUDI FENOMENOLOGI TENTANG EFEK IMPLEMENTASI KEBIJAKAN

PERTAMBANGAN TERHADAP KEHIDUPAN PETANI DI KABUPATEN

MOROWALI”

(Studi Kasus Pada Kawasan Lingkar Tambang Kecamatan Bahodopi,

Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah)

OLEH :

ABDURRAHMAN KARIM

G 211 12 275

Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh

Gelar Sarjana Pertanian

Pada

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian

Universitas Hasanuddin

Makassar

2017

Disetujui oleh,

Dr. Ir. Eymal B. Demmallino, M.Si Ir. Tamzil Ibrahim, M.Si

Dosen Pembimbing Dosen Pembimbing

Mengetahui :

Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian

Fakultas Pertanian

Universitas Hasanuddin

Makassar

2017

Dr. Muh. Hatta Jamil, S.P., M.Si

NIP: 19671223 199512 1 001

Page 3: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

iii

PANITIA UJIAN SARJANA

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS HASANUDDIN

Judul : PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi

Tentang Efek Implementasi Kebijakan

Pertambangan Terhadap Kehidupan Petani di

Kabupaten Morowali. (Studi Kasus Pada Kawasan

Lingkar Tambang Kecamatan Bahodopi, Kabupaten

Morowali, Provinsi Sulawei Tengah)

Nama : ABDURRAHMAN KARIM

NIM : G 211 12 275

TIM PENGUJI

Dr. Ir. Eymal B. Demmallino, M.Si

Ketua Sidang

Ir. Tamzil Ibrahim, M.S.

Anggota

Prof. Dr. Ir. Saleh Ali, M.Sc.

Anggota

Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, M.S.

Anggota

Ir. Amrulah M, M.Si.

Anggota

Dr. Rahmadnih, SP. M.Si.

Anggota

Tanggal Ujian : Agustus 2017

Page 4: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

iv

PETANI DI TENGAH TAMBANG : Studi Fenomenologi Tentang Efek Implementasi Kebijakan Pertambangan Terhadap Kehidupan Petani di

Kabupaten Morowali (Studi Kasus Pada Kawasan Lingkar Tambang Kecamatan Bahodopi,

Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah).

FARMERS in the MIDDLE of the MINE: A study about the effect of Policy implementation of the Phenomenology of mining on the lives

of Farmers in the Regency of Morowali (Case Study On The Area Of The Mine's Boundaries The Sub-district Of Bahodopi, The Regency Of Morowali, Central Sulawesi Province).

1Eymal B Demmallino, 1Tamzil Ibrahim, 2Abdurrahman Karim

ABSTRAK

Kehidupan petani sangat berbeda akibat dari implementasi kebijakan pertambangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi aktual kehidupan masyarakat tani di kawasan lingkar tambang Kecamtan Bahodopi serta untuk menganalisis dampak kebijakan penambangan nikel dan merekomendasikan sistem pengelolaan sumber daya alam yang menguntungkan masyarakat tani. Pendekatan ini menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif dengan menggunakan metode pengambilan data yakni observasi partisipasi, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Untuk tahapan analisis data penelitian ini yakni pengumpulan data dengan menentukan informan melalui purposive sampling lalu dilanjutkan dengan reduksi data dengan metode snowball, lalu penyajian data dan penarikan kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan penambangan nikel memiliki dampak negatif dan positif seperti memberikan kesempatan kerja dan peluang bisnis ; warung makan, toko persediaan dan bisnis perumahan, konflik antara petani dan perusahaan yang dipicu oleh semburan lumpur yang mengalir ke lahan pertanian warga sehingga mengakibatkan hasil pertanian menyusut, sebagian besar lahan pertanian diubah menjadi daerah pertambangan sehingga mengakibatkan hilangnya tanah sebagai sumber kehidupan antar generasi, pertambangan tidak menjamin kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat tani. Bagi petani kehadiran pertambangan dapat dipastikan akan memberi dampak bencana jangka panjang. Pemerintah harus mengevaluasi atau mengkaji kembali kebijakan yang telah diterapkan serta efek pengelolaan pertambangan saat ini, terutama dalam hal yang berkaitan dengan pertanian ataupun kehidupan petani. Kata Kunci: Kebijakan; Implementasi; Dampak; Respon; Makna.

Page 5: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

v

FARMERS in the MIDDLE of the MINE: A study about the effect of Policy implementation of the Phenomenology of mining on the lives

of Farmers in the Regency of Morowali (Case Study On The Area Of The Mine's Boundaries The Sub-district Of Bahodopi, The Regency Of Morowali, Central Sulawesi Province).

PETANI DI TENGAH TAMBANG : Studi Fenomenologi Tentang Efek Implementasi Kebijakan Pertambangan Terhadap Kehidupan Petani di

Kabupaten Morowali (Studi Kasus Pada Kawasan Lingkar Tambang Kecamatan Bahodopi,

Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah).

1Eymal B Demmallino, 1Tamzil Ibrahim, 2Abdurrahman Karim

ABSTRACT

The life of a farmer is very different due to the implementation of the mining policy. The purpose of this research is to know the actual condition of the public life of farmers in the area of the mine's boundaries the Sub-District of Bahodopi and to analyze the impact of nickel mining and recommending policy management systems of natural resources that benefit the community of farmers. This approach uses a descriptive qualitative approach using observation methods of data capture i.e. participation, in-depth interviews, and documentation. For the data analysis stage of this research, namely data collection by specifying the informant through purposive sampling and continued with the reduction of the data by the method of presentation of data, and then snowball and the withdrawal of the conclusion. The results showed nickel mining has positive and negative impacts such as providing employment opportunities and business opportunities; food stalls, souvenir supplies business and housing, the conflict between farmers and companies that are triggered by a mudflow that cascaded into the farmland residents resulting in agricultural output shrank, the majority of agricultural land is converted into mining areas so that the resulting loss of land as a source of intergenerational life, mining does not guarantee social welfare economic community of farmers. For farmers the presence of mines is certain will make an impact long term disaster. The Government should evaluate or review the return policy that has been applied as well as the effects of the current mining management, especially in matters related to agriculture or farmer's life.

Keywords: Policy; Implementation; The impact; The response; Meaning.

Page 6: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

vi

RIWAYAT HIDUP PENULIS

Abdurrahman Karim, lahir di Morowali tepatnya di

Desa Tofuti, pada tanggal 13 Oktober 1993, merupakan anak

sulung dari tiga bersaudara dari pasangan Bapak Moh Najib

Karim.,S.Sos dan Ibu Fauziah.

Pendidikan formal yang dilalui penulis adalah SD 3 Bungku Tengah pada

tahun 2000-2006. SMPN 1 Bungku Tengah pada tahun 2006-2009. Sekolah

Menengah Atas Negeri (SMAN) 1 Bungku Tengah pada tahun 2009-2012.

Pada tahun 2012, melalui jalur SNMPTN Tertulis penulis berhasil diterima

sebagai Mahasiswa Jurusan (sekarang menjadi Departemen) Sosial Ekonomi

Pertanian Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas

Hasanuddin. Selama menempuh pendidikan di Universitas Hasanuddin,

penulis aktif dalam kegiatan organisasi, yaitu sebagai Ketua Bidang SDM di

Himpunan MISEKTA periode 2014/2015, Menteri Dalam Negeri (MENDAGRI)

pada BEM-FAPERTA-UH serta menjadi Anggota Bidang Pengembangan

Orgaisasi Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Komisariat Pertanian Unhas

Cabang MAKTIM. Koordinator LITBANG MISEKTA UNHAS tahun 2016/2017.

Penulis juga aktif dalam berbagai kegiatan kepanitiaan di kampus serta

kegiatan-kegiatan lainnya seperti seminar-seminar baik tingkat fakultas, lokal,

regional, nasional.

Page 7: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

vii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT, karena limpahan rahmat, inayah dan Taufik-Nyalah, sehingga skripsi

yang berjudul “PETANI DI TENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi

Tentang Efek Implementasi Kebijakan Pertambangan Terhadap

Kehidupan Petani Di Kabupaten Morowali (Studi Kasus Pada Kawasan

Lingkar Tambang Kecamatan Bahodopi, Kabupaten Morowali) dapat

terselesaikan. Objek studi ini adalah efek dari implementasi kebijakan

pertambangan terhadap kehidupan masyarakat tani didalam kegiatan

pengelolan tambang di Kecamatan Bahodopi. Untuk melihat potret kehidupan

tersebut maka digambarkan dalam tiga bagian utama, yaitu Dampak yang

diperoleh petani, Respon petani terhadap kebijakan tambang di Kabupaten

Morowali, Makna bagi petani terhadap implementasi kebijakan tersebut.

Kesatuan dari tiga bagian ini nantinya diharapkan dapat menjawab potret

kehidupan petani ditengah kegiatan penngelolaan tambang dikabupaten

Morowali.

Menyadari keterbatasan dan kemampuan yang penulis miliki, maka

tentu saja skripsi ini masih banyak memiliki kekurangan, sehingga masih

jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kritik dan saran tetap penulis

Page 8: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

viii

harapkan. Akhirnya penulis berharap apa yang penulis sajikan dan tulis ini

akan memberikan manfaat yang sebesar-besarnya kepada pihak yang

membacanya, terutama bagi penulis sendiri. Disamping itu, kiranya skripsi ini

tidak hanya menjadi pajangan dan tontonan yang tak tersentuh, tapi dapat

berguna bagi kita semua, semoga apa yang tersaji dalam tulisan ini dapat

kita petik manfaatnya dan Allah SWT senantiasa memberikan petunjuk

kepada kita semua. Amin .

Akhir kata penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada seluruh

stakeholder yang telah terlibat dalam penyusunan skripsi ini, kepada keluarga

besar HAMSY GROUP, teman-teman alumni SMANSA BUNGKU TENGAH

ANGKATAN 2012, saudara seperjuangan saya selama menmpuh pendidikan

tinggi ”SPEKTA-12”.....serta ”Adik dan kakak saya” di keluarga besar

MISEKTA, BEM KEMA-FAPERTA UH, HMI, dan IPPMIM....... semoga apa

yang kita lakukan selama ini di ridhoi oleh Allah SWT dan dapat

mendatangkan berkah bagi kita semua,,,,amien

Wassallamualaikum Wr, Wb.....................

Makassar, Agustus 2017

Penulis

Page 9: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

ix

UCAPAN TERIMA KASIH

Alhamdulillahi rabbil ‘alamin, merupakan kata terindah yag senantiasa

memberikan kesejukan pada jiwa manusia. Satu dari berbagai nikmat yang selalu

diberikan Allah SWT kepada setiap hamba-Nya, yakni terselesaikannya tugas akhir

penulis dalam meraih gelar Sarjana Pertanian di Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian,

Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar. Salam serta shalawat selalu

terharukan pada junjungan dan teladan umat manusia, Baginda Rasulullah SAW,

yang tiada akan terlupakan sebagai tanda kemurnian cinta kepada beliau kekasih

Allah SWT.

Izinkan penulis untuk menghaturkan rasa hormat dan terima kasih dari lubuk

hati yang paling dalam atas segala doa dan dukungan, kepada:

1. Kedua orang tua tercinta, Ayahanda Moh Najib Karim., S.Sos dan Ibunda

Fauziah yang telah membesarkan penulis dengan kasih sayang yang tak

terhingga dan doa yang terus terpanjatkan untuk keberhasilan penulis dalam

meraih cita-cita. Adik terkasih Syahrul Karim dan Mutiara Karim untuk

masa kecil yang bahagia dan perhatian yang saling kita bagi.

2. Dr. Ir. Eymal B. Demmallino, M.Si. dan Ir. Tamzil Ibrahim, M. Si., selaku

dosen pembimbing penulis yang dalam kesibukannya senantiasa

meluangkan waktu dan perhatian untuk memberikan bimbingan, nasehat dan

saran yang berharga sejak awal pembuatan proposal, penelitian hingga akhir

penulisan skripsi ini.

Page 10: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

x

3. Prof. Dr. Ir. Saleh Ali, M.Si, Prof. Dr. Ir. Didi Rukmana, M.S dan Ir. A.

Amrullah, M.Si selaku dosen penguji penulis yang telah memberikan banyak

saran dan kritikan demi penyempurnaan skripsi ini.

4. Panitia ujian sarjana, Dr. Ir. Rahmadanih, M. Si., panitia seminar proposal

dan hasil Ibu Ni Made Viantika, S.P., M.Agr yang telah menyempatkan

waktu memberikan kritik dan saran serta memberikan petunjuk dalam setiap

pelaksanaan seminar demi terselesaikannya tugas akhir ini.

5. Dr. Moh Hatta Jamil, S.P., M.S selaku ketua Departemen Sosial Ekonomi

Pertanian Universitas Hasanuddin yang telah banyak memberikan

pengetahuan, mengayomi dan memberikan teladan selama penulis

menempuh pendidikan.

6. Prof. Dr. Ir. Sumbangan Baja M.Phil selaku Dekan Fakultas Pertanian

Universitas Hasanuddin,

7. Seluruh Dosen Fakultas Pertanian terkhusus bagi seluruh dosen pada

Departemen Sosial Ekonomi Pertanian Universitas Hasanuddin, atas

segala ilmu yang telah diberikan selama penulis menempuh kegiatan

perkuliahan.

8. Seluruh Staf Tata Usaha Pak Ahmad, Pak Bahar, Kak Hera dan Kak Ima

yang bekerja di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian prodi Agribisnis atas

segala bantuan administrasi dan doanya, serta kepada bagian akademik,

bagian kemahasiswaan, dan bagian perlengkapan Fakultas Pertanian atas

segala bantuan kegiatan administrasi dan perkuliahan.

Page 11: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

xi

9. Teman seperjuangan penyelesaian rangkaian tugas akhir ini, mengurus

berkas-berkas skripsi dan banyak memberi bantuan dan dukungan mulai dari

seminar proposal hingga ujian akhir September Ceria, Sriyadi Nur, Muh.

Nasrul, Yusak Tellu Lembang, Rifaldo Gisna Bayu, Ricky Wijaya, A.

Muh. Yusuf B. dan Muh. Maulana Amir Serta Teman-teman Desember

Berkah Yang Merah Gelar sarjananya pada penghujung Tahun 2017 ini

Semoga ini Menjadi Akhir sekaligus Awal bagi kita untuk menggapai harapan

dan cita-cita kita, Amien.

10. Sahabat SPEKTA12, teman-teman seperjuangan di SOSEK Pertanian

Angkatan 2012 sejak maba hingga meraih gelar Sarjana Pertanian satu

persatu. Terima kasih telah berbagi canda, tawa, tangisan dan celaan yang

telah menyatukan kita, terima kasih telah menemani selama 5 tahun lebih

dalam menjalani kegiatan perkuliahan dan organisasi.

11. Teman-teman posko KKN UNHAS Gelombang 90, Desa Kanrung,

Kecamatan Sinjai Tengah, Kabupaten Sinjai, Reza, Hasna, Nova, Kenangan

bersama kalian selama kurang lebih 30 hari lamanya dalam satu atap tidak

akan pernah penulis lupakan.

12. Keluarga besar Mahasiswa Peminat Sosial Ekonomi Pertanian

(MISEKTA) Angkatan, terima kasih atas semua pengalaman dan

kebersamaan yang telah ditempuh bersama.

13. Kepada ibu Sekretaris yang telah mendampingi Penulis selama kurang lebih

lima tahun Nurul Fatimah Rusman, S.P. (Noe’Cu) dan Sekum andalan’cu

Page 12: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

xii

Nur Fahyra, S.P. Serta Ketua Himpunanku Abang Rendy Reinhard A, S.P.

terimakasih atas segala saran dan doanya selama ini.

14. Keluarga besar Hamzy Group Kanda Moh Yasir Karim, S.Kel. Rahmawati

S.Kom, Moh Syawal, S.T., Dahniar Arsyad,S.S. Atika, S.Pd. terimaksih

atas semua kebersamaan, doa dan dukunganya selama ini.

15. Semua pihak yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam penyusunan skripsi ini. Semoga Allah SWT membalas

kebaikan kalian.

16. Seluruh keluarga besarku yang namanya tak bisa kusebut satu persatu,

atas segala doa, dukungan dan bantuannya yang tiada henti demi

terselesainya penyusunan skripsi ini.

Akhirnya dengan penuh rasa haru dan hormat, sebagai ungkapan terima

kasih yang tak terhingga, skripsi ini penulis persembahkan kepada yang tercinta

ibunda Fauzih dan ayahanda Moh Najib Karim, S.Sos, serta kepada Adik terkasih

Syahrul Karim dan Mutiara Karim. Betapa hebatnya hidup penulis memililki

orangtua yang dengan kesabaran dan segala cinta kasih yang tulus mendidik dan

mendoakan penulis.

Terima kasih, Cinta dan hormatku seutuhnya untuk kalian.

Makassar, Oktober 2017

Abdurrahman Karim

Page 13: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ......................................................................... i

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................... ii

SUSUNAN TIM PENGUJI .............................................................. iii

RINGKASAN .................................................................................. iv

ABSTRACT .................................................................................... v

RIWAYAT HIDUP PENULIS .......................................................... vi

KATA PENGANTAR ...................................................................... vii

UCAPAN TERIMA KASIH .............................................................. ix

DAFTAR ISI ................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL ............................................................................ xvi

DAFTAR GAMBAR ........................................................................ xvii

I. PENDAHULUAN ...................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ................................................................... 1

1.2 Fokus Penelitian................................................................. 8

1.3 Perumusan Masalah .......................................................... 8

1.4 Tujuan Penelitian .............................................................. 9

1.5 Kegunaan........................................................................... 9

II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................. 15

2.1 KEBIJAKAN (Pertambangan, Pertanian, Lingkungan ........ 15

2.2 Lingkungan Petani ............................................................. 34

2.3 Pendekatan Fenomenologi ................................................ 45

2.3.1 Pengertian Fenomenologi ........................................... 45

2.3.2 Tokoh-Tokoh Fenomenologi ....................................... 47

2.3.3 Fenomenologi Sebagai Metode Ilmu ........................... 47

III. METODE PENELITIAN ........................................................ 59

3.1 Tempat dan Waktu ............................................................ 59

Page 14: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

xiv

3.2 Metode Penelitian .............................................................. 59

3.3 Jenis dan Sumber Data ..................................................... 61

3.4 Metode Pengumpulan Data ............................................... 61

3.5 Teknik Analisis Data .......................................................... 64

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN ................................. 66

4.1. Gambaran Umum Kondisi Daerah Kabupaten Morowali ..... 66

4.1.1. Letak Astronomi dan Geografis ................................. 66

4.1.2. Luas Wilayah ............................................................. 67

4.1.3. Pemerintahan ............................................................ 68

4.1.4. Kondisi Umum Pertanian Dan Pertambangan Kab.

Morowali .................................................................... 71

4.1.5. Kondisi Umum Pertanian Dan Pertambangan

Kabupaten Morowali

4.1.5.1. Struktur Ekonomi .......................................... 72

4.1.5.2. Pertumbuhan Ekonomi ................................. 74

4.1.5.3.Perkembangan PDRB Menurut Lapangan

Usaha (PERTANIAN, PERTAMBANGAN

dan INDUSTRI) ............................................. 76

1. Pertanian, Kehutanan dan Perikanan ............... 76

2. Pertambangan dan Penggalian ........................ 77

3. Industri Pengolahan ......................................... 78

4.1.6. KONDISI UMUM KECAMATAN BAHODOPI ............... 79

V. ANALISIS DAN DAMPAK KEBIJAKAN PERTAMBANGAN .... 90

5.1. Analisis Kebijakan Terkait Pertambangan .......................... 90

5.2. Analisis Dampak Implementasi Kebijakan Pertambangan ... 100

5.3.Dampak Pertambangan Terhadap Lingkungan Pertanian ... 115

Page 15: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

xv

VI.RESPON DAN MAKNA BAGI PETANI TERHADAP

PERTAMBANGAN ..................................................................... 145

6.1. PERSEPSI DAN SIKAP PETANI ........................................ 147

6.1.1. Persepsi Terhadap Kondisi Lingkungan Hidup,

Sosial, dan Budaya dalam Tambang Nikel di

Bahodopi ................................................................... 147

6.1.1. Sikap Petani terhadap Kondisi Lingkungan Hidup,

Sosial, dan Budaya terkait Tambang Nikel di

Kecamatan Bahodopi ................................................ 156

6.2 Makna Implementasi Kebijakan Pertambangan Terhadap

Pertanian Bagi Petani......................................................... 173

6.3 Makna Dampak Pertambangan Terhadap Kehidupan

Petani ................................................................................ 188

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 197

7.1. Kesimpulan ......................................................................... 197

7.2. Saran .................................................................................. 200

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................... 200

LAMPIRAN

Page 16: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

xvi

D AF T AR T AB E L

No Teks Halaman

1. Luas Wilayah Menurut Kecamatan Bahodopi, Kabupaten

Morowali, 2016 ......................................................................... 68

2. Wilayah administrative Kabupaten Morowali berdasarkan Desa

Dan Kelurahan, 2016 ................................................................ 69

3. Jumlah anggota Dewan Berdasarkan Jenis Kelamin Kabupaten

Morowali, 2016 ......................................................................... 70

4. Jumlah Pegawai Negeri Menurut Dinas Kabupaten Morowali, 2016 71

5. Peranan PDRB Menurut Lapangan Usaha (Persen) 2011 - 2016 72

6. Laju pertumbuhan Riil Produk Domestik Regional Bruto,

Kabupaten Morowali, 2016 ......................................................... 76

7. Peranan Lapangan Usaha Terhadap PDRB Ketegori

Pertambangan Dan Penggalian (Persen), 2011 – 2015 .............. 77

8. Peranan Lapangan Usaha Terhadap PDRB Ketegori Industri

Pengolhan (Persen), 2011 – 2015 .............................................. 79

9. Statistik Topografi Dan Iklim Bahodopi ....................................... 80

10. Statistik Penduduk ...................................................................... 82

11. Statistik Pendidikan Bahodopi .................................................... 83

12. Statistik Kesehatan Bahodopi ..................................................... 84

13. Statistik Potensi Pertanian Bahodopi .......................................... 86

14. Statistik Potensi Perdagangan Dan Jasa Bahodopi .................... 87

Page 17: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

xvii

D AF T AR G AM B AR

No Gambar Halaman

1. Skema Kerangka Pemikiran PETANI DI TENGAH TAMBANG

…………………………………… 58

2. Peta Kabupaten Morowali………………………………… 67

Page 18: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek
Page 19: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 1

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sektor pertanian masih memegang peranan penting bagi

perekonomian nasional. Hal tersebut dikarenakan beberapa alasan, pertama,

sektor pertanian merupakan sektor yang mendasari kehidupan setiap

masyarakat di Indonesia. Potensi dari sektor pertanian di Indonesia didukung

oleh ketersediaan sumber daya alam, serta kondisi iklim yang sangat baik

untuk bertani. Sehingga, sektor pertanian layak untuk dikembangkan secara

berkelanjutan demi kelangsungan hidup suatu bangsa. Permasalahan dalam

sektor pertanian yang dihadapi Indonesia saat ini begitu kompleks mulai dari

kebijakan, organisasi tani yang tidak berfungsi, modal, kepemilikan lahan,

teknologi dan informasi, serta tata niaga.

Permasalahan dalam pertanian saat ini begitu kompleks sehingga

perlu perhatian lebih dari pemerintah khususnya pemerintah daerah, namun

realitas dilapangan kita melihat bahwa banyak daerah atau wilayah yang

masyarakatnya mengalami masalah sosial tidak mendapat perhatian khusus

dari pemerintah.

Di Kecamatann Bahodopi, Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi

Tengah, memiliki potensi yang besar apabila dikembangkan. saat ini sedang

terjadi kegiatan pengelolaan penambangan secara besar-besaran, disana

Page 20: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 2

banyak perusahaan besar yang berdatangan untuk mengali kekayaan bumi

diwilayah yang kaya akan nikel ini. Kedatangan para pemburu hasil bumi

diwilayah yang kaya akan hasil pertanian dan hasil buminya ini (Nikel),

mendapatkan respon dari masyarakat khususnya petani, ada yang pro

terhadap kegiatan penambangan ini namun ada pula yang kontra terhadap

hal itu, mereka beranggapan bahwa kehadiran tambang di Daerah Morowali

akan berdampak positive bagi pertanian dan lingkungan disekitarnya.

Namun ada pula yang beranggapan bahwa kegiatan pertambangan akan

berdampak negative nantinya.

Dinamika yang terjadi ditengah masyarakat khususnya petani

terhadap pertambangan di Morowali akhirnya memaksa Kepala Daerah

sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin

pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah

otonom1, mengeluarkan peraturan daerah tentang rencana tata ruang

Kabupaten Morowali2 serta hal ini juga didukung dengan peraturan

pemerintah tentang pertambangan menegaskan bahwa penggunaan

kawasan hutan untuk kepentingan pertambangan dilakukan melalui

pemberian izin pinjam pakai oleh menteri dengan mempertimbangkan batas

luas wilayah dan jangka waktu tertentu serta kelestarian lingkungan. Kecuali,

1 Undang-undang No 23 Tahun 2014 tentang wewenang kepala daerah

2 Peraturan daerah Kabupaten Morowali Nomor 10 tahun 2012 Tentang Rencana tata ruang wilayah

Kabupaten Morowali Tahun 2012 – 2032

Page 21: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 3

kawasan hutan lindung yang jelas-jelas dilarang untuk segala aktifitas

pertambangan3.

Kegitan pertambangan di Kabupaten Morowali tidak terlepas dari

peranan pemerintah daerah Morowali terutama dalam hal kebijakan atau

regulasi yang berlaku sehingga apabila merujuk paradigma kegiatan industri

pertambangan yang mengacu pada konsep pertambangan yang berwawasan

lingkungan dan berkelanjutan serta penerapan kawasan pertambangan yang

dapat memberikan manfaat yang diantaranya adalah meningkatkan

kesejahteraan masyarakat, melaksanakan program pemberdayaan

masyarakat atau dikenal dengan Corporate Social Responsibility (CSR4),

studi kelayakan teknik, ekonomi, lingkungan (studi AMDAL), reklamasi dan

pengelolaan lingkungan, menciptakan kesempatam kerja, dan meningkatkan

pendapatan daerah.

Setelah UU No. 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan

Batubara terbit maka Izin Usaha Pertambangan (IUP)5 meledak di Indonesia.

Di Morowali, proses perizinan melalui kewenangan bupati terus berlanjut.

3 Baca Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2010

4 Tanggung jawab Sosial Perusahaan atau Corporate Social Responsibility (CSR) adalah suatu konsep

bahwa organisasi, khususnya (namun bukan hanya) perusahaan memiliki berbagai bentuk tanggung jawab terhadap seluruh pemangku kepentingannya, yang di antaranya adalah konsumen, karyawan, pemegang saham, komunitas dan lingkungan dalam segala aspek operasional perusahaan yang mencakup aspek ekonomi, sosial, dan lingkungan (KBBI). 5 Izin Usaha Pertambangan (IUP) adalah legalitas pengelolaan dan pengusahaan bahan galian yang

diperuntukkan bagi; badan usaha baik swasta nasional, maupun badan usaha asing, koperasi, dan perseorangan (UU No 4 tahun 2009).

Page 22: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 4

Hadirnya perusahaan tambang ini kemudian sering menjadi topik

perbincangan semua pihak. Misalnya, 1) petani yang kini beralih profesi

sebagai pekerja (buruh) tambang, hal ini terjadi karena problem kesuburan

tanah yang berdampak pada kurangnya hasil pertanian. Begitu pula, terdapat

persoalan minimnya perhatian pemerintah dalam hal peningkatan mutu

pertanian seperti dengan pembuatan akses jalan tani, irigasi penunjang

persawahan serta introduksi6 teknologi pertanian. Harga pasca panen juga

menjadi bagian problem mendasar. Setelah musim panen tiba, harga turun,

namun ketika musim tanam, penawaran harga naik. Sehingga dengan hasil

panen rendah dan harga hasil panen murah, petani terus mengalami

kekurangan.

Topik lain yang menjadi perbincangan adalah 2) petani yang tidak

mendapatkan kesempatan untuk menjadi pekerja di perusahaan tambang; 3)

upah yang tidak layak bagi para pekerja; 4) perekrutan Tenaga Kerja Asing

dan Tenaga Kerja Indonesia (lokal), dll. Selain apa yang telah disebutkan di

atas, ada topik reklamasi pasca tambang yang tidak dilakukan oleh

perusahaan. Reklamasi pasca tambang pada dasarnya adalah usaha untuk

memperbaiki kondisi tanah setelah aktivitas pertambangan selesai.

Reklamasi pasca tambang penting menjadi perhatian khusus dari

berbagai pihak. Selain hal ini sudah pasti merusak lingkungan, ada hal-hal

6 Introduksi merupakan perbuatan memperkenalkan atau melancar-kan untuk pertama kali (KBBI)

Page 23: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 5

penting lainnya yang perlu dilihat lebih dalam. Misalnya, areal-areal bekas

eksploitasi ketika kandungan mineralnya telah habis dikeruk, harus segera

dilakukan kegiatan reklamasi untuk menghindari kemungkinan-kemungkinan

yang berdampak pada bencana lingkungan, banjir dan longsor yang

membahayakan kehidupan masyarakat di lingkar tambang. Hadirnya

perusahaan tambang di Kabupaten Morowali mungkin di satu sisi berdampak

pada meningkatnya PAD (Pendapatan Asli Daerah) dari sektor sumber daya

alam mineral. Namun, di sisi lain juga perlu dilihat apakah kehadiran industri

ekstraktif berbasis tambang ini dapat meningkatkan kesejahteraan petani,

buruh dan masyarakat yang tinggal di sekitar tambang atau justru merugikan

mereka.

Sebelumnya, petani secara umum mengusahakan pertanian padi

sawah basah, perkebunan merica dan pala. Hal ini terjadi, misalnya, di Desa

Transmigrasi One Pute Jaya, Kec. Bahodopi. Setelah hadir dan

beroperasinya perusahaan-perusahaan tambang, sebagian lahan yang

tadinya merupakan sumber ekonomi petani kini telah menjadi areal

eksploitasi perusahaan tambang. Hal ini terjadi karena sebelumya petani

(pemilik tanah) telah melakukan proses jual beli tanah dengan perusahaan

tambang, yang dikenal dengan istilah “ganti rugi lahan.”7

7 Baca “Booming Nikel, MP3EI, dan Pembentukan Kelas Pekerja, Studi Perubahan Tata Guna Lahan

dan Pembentukan Kelas di Kabupaten Morowali” Oleh Sajogyo Institute

Page 24: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 6

Setelah petani kehilangan tanah dan mendapatkan harga ganti rugi

lahan, hasilnya pun digunakan untuk membuat usaha-usaha kecil, misalnya

pembangunan rumah kos-kosan, yang pada saat itu memang memenuhi

kebutuhan tempat tinggal banyak para pekerja (buruh) tambang yang datang

dari daerah lain. Selain itu, ada juga sebagian petani yang menggunakan

hasil ganti rugi lahannya sebagai “uang muka” pembelian kendaraan berupa

mobil serta kendaraan roda dua (sepeda motor), bahkan ada yang sampai

memiliki dua kendaraan mobil dengan status angsuran setiap bulan berjalan.

Pasca kehilangan tanah dan tidak lagi mengusahakan pertanian, banyak

petani yang kemudian terintegrasi sebagai pekerja (buruh) tambang.

Singkatnya, kehidupan mereka menjadi bergantung pada perusahaan

tambang.8

Regulasi pemerintah tentang pertambangan juga ikut menambah

masalah yang ada. Di Kabupaten Morowali, terdapat 57 IUP (izin Usaha

Pertambangan) dengan 21 IUP berada dalam tahapan kegiatan Eksplorasi

dan 36 IUP pada tahapan Operasi Produksi yang tersebar di beberapa

Kecamatann, seperti; 1) Kec. Bahodopi, 2) Kec. Witaponda, 3) Bungku

Page 25: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 7

Selatan, 4) Bungku Barat, 5) Bungku Tengah, 6) Menui Kepulauan, dan 7)

Bumi Raya. Total luas keseluruhan wilayahnya adalah 155.627 Ha.8

Namun, setelah keluarnya PP-RI (Peraturan Pemerintah Republik

Indonsesia) No. 1 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha

Pertambangan Mineral dan Batubara yang intinya adalah larangan bagi

perusahaan untuk melakukan ekspor bahan baku dalam bentuk mineral

mentah ke luar Indonesia, melainkan diharapkan untuk membangun

pabrik smelter (pengolahan dan pemurnian mineral), banyak perusahaan-

perusahaan tambang kecil yang memiliki IUP berhenti beroperasi. Karena

tidak mampu memenuhi memenuhi amanat regulasi tersebut9.

Perusahaan-perusahaan ini meninggalkan tumpukan ore yang telah

dikeruk, namun belum sempat diangkut. Selain itu, bekas-bekas areal

eksploitasi yang seharusnya diperbaiki (reklamasi pasca tambang)

ditinggalkan “menganga” begitu saja tanpa mengikuti aturan main yang telah

disediakan oleh Negara. Hal ini beri mplikasi pada kerusakan lingkungan.8

Selain itu, PP-RI ini juga secara tidak langsung mematikan usaha kecil

penduduk setempat. Pasalnya, bukan hanya perusahaan saja yang angkat

8 Lihat http://www.antarasulsel.com/berita/23921/pertambangan-nikel-sumbang-pad-morowali-rp5-

miliar.

9 Lihat Peraturan Mentri ESDM Repoblik Indonesia No. 07 Tahun 2014

Page 26: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 8

kaki, tetapi juga para pekerja yang datang ikut meninggalkan kos-kosan yang

ditempati. Kendaraan-kendaraan yang sempat dimiliki pun ikut pergi, karena

banyak yang menunggak cicilan/angsuran bulanan. Fenomena

pertambangan yang terjadi di Kabupaten Morowali memberikan efek yang

cukup signifikan terhadap pertanian dan petani hal hingga akhirnya fenomena

ini memaksa terjadinya perubahan kebijakan pemeritah daerah terhadap

pertambangan dan pertanian.8

. Hal diatas bukan saja terjadi diwilayah Morowali, seperti penelitian

yang telah dilakukan oleh ; Bridget Bwalya Umar dengan judul Seasonal

challenges and opportunities for smallholder farmers in a mining

district of Zambia. Hasil dari penelitian ini yaitu ;“The study concludes that

consideration of locally important factors and the myriad ways in which they

interact to mediate farmers‟ decisions is an important consideration in any

development intervention aimed at addressing smallholder farmers‟

productivity challenges. The findings also point to the need to consider the

entire farming cycle when planning interventions, as bottlenecks at all major

phases of the farming cycle influence the decisions that are made at any one

point. In addition to this, wider policies and institutions also affect farming

households decisions and their choices about agricultural productivity

enhancing technologies. Yudhanto dengan judul “Strategi Perlawanan

Petani Tambang Tradisional Dalam Menjaga Kelangsungan Hidup Di

Page 27: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 9

Tengah Rendahnya Imbal Jasa”, hasil dari penelitian ini yaitu strategi yang

diterapkan oleh petani tambang, untuk mecukupi kebutuhan produksi dan

rumah tangga petani, petani menempuh jalan penyesuaian-penyesuaian,

yang diwujudkan petani tambang melalui : Penjualan tanpa melalui KUD

Bogo Sasono, Penyulingan secara mandiri dan Pengurangan supply

tambang ke Pertamina. M. Hidayanto, Yossita F. dan M. Chary Septyadi

dengan Studi Optimalisasi Lahan Bekas Penambangan Batubara Untuk

Pengembangan Padi Di Kalimantan Timur hasil dari penelitian ini yaitu (1)

produktivitas hasil padi towuti yaitu sekitar 6 ton/ha, (2) hasil panen padi

towuti dari kawasan bekas penambangan batubara ini dapat diadobsi oleh

masyarakat sekitar, (3) model pengelolaan lahan dan tanaman terpadu lahan

bekas penambangan batubara potensial untuk pengembangan padi,

khususnya mendukung swasembada beras di Kalimantan Timur. Okripin

Depis “Perubahan Keluarga Petani Perempuan Sejak Suami Bekerja Di

Pertambangan Emas (Studi Di Nagari Padang Limau Sundai Kec. Sangir

Jujuan, Kab. Solok Selatan) Hasil penelitian ini yaitu terjadi berbagai

perubahan di dalam keluarga petani perempuan. Perubahan yang terjadi

seperti peningkatan pendapatan, bertambahnya peralatan rumah tangga,

serta gaya hidup yang berubah, dan budaya gotong royong yang mulai

memudar. Hal ini terjadi karena berubahnya pola mata pencaharian dari

pertanian ke pertambangan emas, dengan pengahasilan yang besar dari

Page 28: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 10

sektor pertambangan dan ditunjang dengan pendapatan yang dihasilkan istri

(petani perempuan). Agus Sulaksono “Pengaruh Investasi dan Tenaga

Kerja Terhadap PDB Sektor Pertambangan Di Indonesia” hasil penelitian

ini yaitu investasi sektor pertambangan berpengaruh positif terhadap Produk

Domestik Regional Bruto Sektor Pertambangan Tanpa Migas. Tenaga kerja

sektor pertambangan berpengaruh positif terhadap Produk Domestik

Regional Bruto Sektor Pertambangan Tanpa Migas. Investasi dan tenaga

kerja sektor pertambangan bersama-sama berpengaruh positif terhadap

Produk Domestik Regional Bruto Sektor Pertambangan Tanpa Migas di

Indonesia. Linda Purba Ningrum dan Ardy Maulidy Navastara

“Pemanfaatan Lahan pada Lokasi Bekas Tambang Tanah Urug di

Kecamatan Ngoro, Mojokerto” Hasil penelitian ini yaitu kelas kemampuan

lahan pada lokasi bekas tambang tanah urug yang teridentifikasi memiliki

nilai kemampuan lahan yang cukup mampu untuk dimanfaatkan kembali.

Kemudian dari hasil pemilihan jenis pemanfaatan lahan, berdasarkan pilihan

stakeholder dan perbandingan dengan standar. Alternatif pemanfaatan lahan

pada lokasi bekas tambang tanah urug di Kecamatan Ngoro Mojokerto

adalah sebagai lokasi Wisata Outdoor. Ardiansyah dengan studi ; Mobilitas

Sosial Petani Karet Ke Pertambangan Emas Tanpa Izin Di Desa Koto

Tuo Kecamatan Batang Peranap Kabupaten Indragiri Hulu hasil

penelitian ini yaitu (1) mobilitas yang terjadi yaitu mobilitas sosial vertikal

Page 29: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 11

(social climbing) yaitu dari petani karet ke pertambangan emas (2) faktor

utama yang mendorong mobilitas responden adalah kondisi sosial ekonomi

(3) Perpindahan pekerjaan mata pencaharian dari petani karet ke

pertambangan emas membawa peubahan terhadap ekonomi masyarakat

Dhita Ayudia Wulandari dengn judul Analisis Faktor Fundamental

Terhadap Harga Saham Industri Pertambangan Dan Pertanian Di BEI

hasil penelitian ini menunjukkan seluruh variabel independent berpengaruh

signifikan terhadap harga saham baik secara parsial maupun simultan.

Sedangkan pada industri pertanian hanya variabel EPS, PER, BVS, ROI,

PBV, DER, serta Beta yang berpengaruh signifikan terhadap harga saham

baik secara simultan maupun parsial. Penelitian oleh Semuel Risal, DB.

Paranoan, dan Suarta Djaja dengan judul Analisis Dampak Kebijakan

Pertambangan Terhadap Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat Di

Kelurahan Makroman. Pertambangan batubara berdampak positif terhadap

perekonomian sebagaian kecil masyarakat di sekitar perusahaan yaitu

memberikan peluang kerja dan peluang usaha seperti warung makan,

warung sembako dan usaha kontarakan rumah. Tetapi di sisi lain,

pertambangan batubara membawa dampak negatif yang besar. Sebagian

besar lahan pertanian dialihfungsikan sebagai areal pertambangan

mengakibatkan sebagaian masyarakat kehilangan lahan sebagai sumber

kehidupan mereka antar generasi. Pertambangan tidak menjamin

Page 30: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 12

kesejahteraan sosial ekonomi masyarakat sebagaimana yang terjadi

Makroman. Bustami “Prioritas Aktivitas Pertanian, Industri dan

Pertambangan di Kabupaten Kulon Progo”, hasil penelitian menunjukkan

bahwa prioritas kriteria pengembangan dan prioritas alternatif pengembangan

aktivitas ekonomi. Kriteria pengembangan aktivitas ekonomi yaitu

infrastruktur pendukung, penyediaan lapangan kerja, kebijakan pemerintah,

peningkatan pajak, keterkaitan aktivitas dan nilai produk, dan yang pada

tahap selanjutnya dapat dijadikan sebagai dasar dalam menentukan prioritas

alternative pengembangan aktivitas ekonomi. Kesemua analisis-analisis

tersebut ditunjang pula oleh informasi yang diperoleh dari hasil kuesioner

aparat pemerintah yang akhir dari studi ini menghasilkan alternatif

pengembangan pertanian, kesimpulan dan rekomendasi bagi pemerintah

daerah Kabupaten Kulon Progo. Berdasarkan masalah diatas serta penelitian

yang telah dilakukan sebelumnya maka penulis mengambil judul “PETANI DI

TENGAH TAMBANG ; Studi Fenomenologi Tentang Efek Implementasi

Kebijakan Pertambangan Terhadap kehidupan Petani di Kabupaten

Morowali” (Studi Kasus Pada Kawasan Lingkar Tambang Kecamatan

Bahodopi Kabupaten Morowali).

1.2 Fokus Penelitian

Fokus penelitian yang diambil dengan mengkaji efek kebijakan

pertambangan sebagai suatu perubahan yang memiliki dampak terhadap

Page 31: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 13

pertanian di Kecamatann Bahodopi, Kabupaten Morowali dalam konteks

sosial yaitu efek kebijakan pertambangan terhadap kehidupan petani.

Dengan demikian penelitian ini difokuskan pada apa yang menjadi

dampak/efek perubahan kebijakan pertambangan terhadap pertanian

khususnya lingkungan petani sendiri sehingga menimbulkan persepsi dan

perubahan prilaku dari petani.

1.3 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang, maka dapat dirumuskan

permasalahan sebagai berikut:

1. Jelaskan bagaimana implementasi kebijakan pertambangan pada

kawasan lingkar tambang Kecamatan Bahodopi?

2. Apakah kegiatan pertambangan berdampak bagi kehidupan petani di

Kawasan Lingkar Tambang Kecamatan Bahodopi?

3. Bagaimana respon petani di Kawasan Lingkar Tambang Kecamatann

Bahodopi terhadap kegiatan pertambangan?

4. Apa makna bagi petani di kawasan Lingkar Tambang terhadap

kegiatan pengelolaan pertambangan?

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mendeskripsikan implementasi kebijakan pertambangan pada

kawasan lingkar tambang Kecamatan Bahodopi.

Page 32: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 14

2. Mendeskripsikan kegiatan pertambangan berdampak bagi kehidupan

petani di Kawasan Lingkar Tambang Kecamatan Bahodopi.

3. Mendeskripsikan respon petani di Kawasan Lingkar Tambang

Kecamatann Bahodopi terhadap kegiatan pertambangan.

4. Mendeskripsikan makna bagi petani di kawasan Lingkar Tambang

terhadap kegiatan pengelolaan pertambangan.

1.5 Kegunaan

Adapun kegunaan yang diharapkan dalam penelitian ini adalah ;

1. Sebagai bahan pertimbangan dan bahan informasi bagi pemerintah

daerah Kabupaten Morowali, Provinsi Sulawesi Tengah dalam

menentukan arah Kebijakanya,

2. Sebagai bahan pertimbangan bagi masyarakat Morowali Khususnya

Petani di kawasan lingkar tambang petani dalam menanggapi setiap

masalah ataupun fenomena yang terjadi disekitarnya serta,

3. Sebagai bahan masukan bagi penelitian selanjutnya.

Page 33: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 15

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 KEBIJAKAN (Pertambangan, Pertanian, Lingkungan Hidup, Tata

Ruang/Ruang Terbuka Hijau)

Islami (2009) dalam Suandi (2010), mengatakan bahwa kebijakan

harus dibedakan dengan kebijaksanaan. “Policy” diterjemahkan dengan

kebijakan yang berbeda artinya dengan “wisdom” yang artinya

kebijaksanaan. Pengertian kebijaksanaan memerlukan pertimbangan-

pertimbangan lebih jauh lagi, sedangkan kebijakan mencakup aturan-aturan

yang ada didalamnya. Masih banyak kesalahan pemahaman maupun

kesalahan konsepsi tentang kebijakan. Beberapa orang menyebut policy

dalam sebutan ”kebijaksanaan”, yang maknanya sangat berbeda dengan

kebijakan. Istilah kebijaksanaan adalah kearifan yang dimiliki oleh seseorang,

sedangkan kebijakan adalah aturan tertulis hasil keputusan formal organisasi.

Contoh kebijakan adalah: (1) Undang-Undang, (2) Peraturan Pemerintah, (3)

Keppres, (4) Kepmen, (5) Perda, (6) Keputusan Bupati, dan (7) Keputusan

Direktur. Setiap kebijakan yang dicontohkan di sini adalah bersifat mengikat

dan wajib dilaksanakan oleh obyek kebijakan. Dalam hal ini ruang lingkup

kebijakan dapat bersifat makro, meso, dan mikro.

Page 34: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 16

Kebijakan dilihat dari segi istilahnya menunjukkan pengertian yang

sifatnya tetap, serta melekat pada seseorang, yang tidak berubah kecuali

karena adanya sebab untuk perkembangan. Oleh karena itu kebijakan

merupakan pengertian yang statis (static concept) (Soenarko, 2000).

Agustino (2008) mendefinisikan kebijakan sebagai serangkaian

tindakan/kegiatan yang diusulkan seseorang, kelompok atau pemerintah

dalam suatu lingkungan tertentu dimana terdapat hambatan-hambatan

(kesulitan-kesulitan) dan kesempatan-kesempatan terhadap pelaksanaan

usulan kebijaksanaan tersebut dalam rangka mencapai tujuan tertentu.

Pendapat ini juga menunjukan bahwa ide kebijakan melibatkan perilaku yang

memiliki maksud dan tujuan merupakan bagian yang penting dari definisi

kebijakan, karena bagaimanapun kebijakan harus menunjukan apa yang

sesungguhnya dikerjakan daripada apa yang diusulkan dalam beberapa

kegiatan pada suatu masalah.

Anderson (2006) dalam Islamy (2009) mengungkapkan bahwa

kebijakan adalah serangkaian tindakan yang mempunyai tujuan tertentu yang

diikuti dan dilaksanakan oleh seorang pelaku atau sekelompok pelaku guna

memecahkan suatu masalah tertentu.

Istilah kebijakan atau sebagian orang mengistilahkan kebijaksanaan

seringkali disamakan pengertiannya dengan policy. Hal tersebut barangkali

dikarenakan sampai saat ini belum diketahui terjemahan yang tepat istilah

Page 35: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 17

policy ke dalam Bahasa Indonesia. Menurut Hoogerwerf dalam Sjahrir pada

hakekatnya pengertian kebijakan adalah semacam jawaban terhadap suatu

masalah, upaya untuk memecahkan, mengurangi, mencegah suatu masalah

dengan cara tertentu, yaitu dengan tindakan yang terarah Hoogerwerf

dalam Sjahrir 1988: 66.

Berdasarkan beberapa pengertian tentang kebijakan yang telah

dikemukakan oleh para ilmuwan tersebut, kiranya dapatlah ditarik kesimpulan

bahwa pada hakekatnya studi tentang policy (kebijakan) mencakup

pertanyaan : what, why, who, where, dan how. Semua pertanyaan itu

menyangkut tentang masalah yang dihadapi lembaga lembaga yang

mengambil keputusan yang menyangkut; isi, cara atau prosedur yang

ditentukan, strategi, waktu keputusan itu diambil dan dilaksanakan.

Menurut UU Minerba No.4 Tahun 2009, pertambangan adalah

sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian,

pengelolaan dan pengusahaan mineral atau nikel yang meliputi penyelidikan

umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan

dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pasca-tambang.

Dalam Undang-Undang Minerba pasal 1 No 4 tahun 2009 dijelaskan

yang dimaksud dengan:

1. Pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam

rangka penelitian, pengelolaan dan pengusahaan mineral atau

Page 36: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 18

batubara yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi

kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian,

pengangkutan dan penjualan, serta kegiatan pascatambang.

2. Mineral adalah senyawa anorganik yang terbentuk di alam, yang

memiliki sifat fisik dan kimia tertentu serta susunan kristal teratur atau

gabungannya yang membentuk batuan, baik dalam bentuk lepas atau

padu.

3. Batubara adalah endapan senyawa organik karbonan yang terbentuk

secara alamiah dari sisa tumbuh-tumbuhan.

4. Pertambangan Mineral adalah pertambangan kumpulan mineral yang

berupa bijih atau batuan, di luar panas bumi, minyak dan gas bumi,

serta air tanah.

5. Pertambangan Batubara adalah pertambangan endapan karbon

yang terdapat di dalam bumi, termasuk bitumen padat, gambut, dan

batuan aspal.

6. Usaha Pertambangan adalah kegiatan dalam rangka pengusahaan

mineral atau batubara yang meliputi tahapan kegiatan penyelidikan

umum, eksplorasi, studi kelayakan, konstruksi, penambangan,

pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan, serta

pascatambang.

Page 37: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 19

7. Izin Usaha Pertambangan, yang selanjutnya disebut IUP, adalah izin

untuk melaksanakan usaha pertambangan.

8. IUP Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan

tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan.

9. IUP Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah

selesai pelaksanaan IUP Eksplorasi untuk melakukan tahapan

kegiatan operasi produksi.

10. Izin Pertambangan Rakyat, yang selanjutnya disebut IPR, adalah izin

untuk melaksanakan usaha pertambangan dalam wilayah

pertambangan rakyat dengan luas wilayah dan investasi terbatas.

11. Izin Usaha Pertambangan Khusus, yang selanjutnya disebut dengan

IUPK, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan di

wilayah izin usaha pertambangan khusus.

12. IUPK Eksplorasi adalah izin usaha yang diberikan untuk melakukan

tahapan kegiatan penyelidikan umum, eksplorasi, dan studi kelayakan

di wilayah izin usaha pertambangan khusus.

13. IUPK Operasi Produksi adalah izin usaha yang diberikan setelah

selesai pelaksanaan IUPK Eksplorasi untuk melakukan tahapan

kegiatan operasi produksi di wilayah izin usaha pertambangan khusus.

14. Penyelidikan Umum adalah tahapan kegiatan pertambangan untuk

mengetahui kondisi geologi regional dan indikasi adanya mineralisasi.

Page 38: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 20

15. Eksplorasi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk

memperoleh informasi secara terperinci dan teliti tentang lokasi,

bentuk, dimensi, sebaran, kualitas dan sumber daya terukur dari

bahan galian, serta informasi mengenai lingkungan sosial dan

lingkungan hidup.

16. Studi Kelayakan adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan untuk

memperoleh informasi secara rinci seluruh aspek yang berkaitan untuk

menentukan kelayakan ekonomis dan teknis usaha pertambangan,

termasuk analisis mengenai dampak lingkungan serta perencanaan

pasca tambang.

17. Operasi Produksi adalah tahapan kegiatan usaha pertambangan

yang meliputi konstruksi, penambangan, pengolahan, pemurnian,

termasuk pengangkutan dan penjualan, serta sarana pengendalian

dampak lingkungan sesuai dengan hasil studi kelayakan.

18. Konstruksi adalah kegiatan usaha pertambangan untuk melakukan

pembangunan seluruh fasilitas operasi produksi, termasuk

pengendalian dampak lingkungan.

19. Penambangan adalah bagian kegiatan usaha pertambangan untuk

memproduksi mineral dan/atau batubara dan mineral ikutannya.

Page 39: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 21

20. Pengolahan dan Pemurnian adalah kegiatan usaha pertambangan

untuk meningkatkan mutu mineral dan/atau batubara serta untuk

memanfaatkan dan memperoleh mineral ikutan.

21. Pengangkutan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk

memindahkan mineral dan/atau batubara dari daerah tambang dan

atau tempat pengolahan dan pemurnian sampai tempat penyerahan.

22. Penjualan adalah kegiatan usaha pertambangan untuk menjual hasil

pertambangan mineral atau batubara.

23. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan, yang selanjutnya disebut

amdal, adalah kajian mengenai dampak besar dan penting suatu

usaha dan/atau kegiatan yang direncanakan pada lingkungan hidup

yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan tentang

penyelenggaraan usaha dan/atau kegiatan.

24. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan sepanjang tahapan usaha

pertambangan untuk menata, memulihkan, dan memperbaiki kualitas

lingkungan dan ekosistem agar dapat berfungsi kembali sesuai

peruntukannya.

25. Kegiatan pascatambang, yang selanjutnya disebut pasca tambang,

adalah kegiatan terencana, sistematis, dan berlanjut setelah akhir

sebagian atau seluruh kegiatan usaha pertambangan untuk

Page 40: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 22

memulihkan fungsi lingkungan alam dan fungsi sosial menurut kondisi

lokal di seluruh wilayah penambangan.

26. Pemberdayaan Masyarakat adalah usaha untuk meningkatkan

kemampuan masyarakat, baik secara individual maupun kolektif, agar

menjadi lebih baik tingkat kehidupannya.

27. Wilayah Pertambangan, yang selanjutnya disebut WP, adalah

wilayah yang memiliki potensi mineral dan/atau batubara dan tidak

terikat dengan batasan administrasi pemerintahan yang merupakan

bagian dari tata ruang nasional

Dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945

mengamanatkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di

dalamnya dikuasai oleh negara dan dipergunakan sebesar-besar untuk

kemakmuran rakyat. Amanat UUD 1945 ini merupakan landasan

pembangunan pertambangan dan energi untuk memanfaatkan potensi

kekayaan sumberdaya alam mineral dan energi yang dimiliki secara optimal

dalam mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan

Terbitnya Peraturan Pemerintah (PP) No. 1 Tahun 2014 tentang

Perubahan Kedua PP No. 23 Tahun 2010 tentang Kegiatan Usaha

Pertambangan Mineral dan Batubara atau biasa yang dikenal dengan

Larangan Ekspor Mineral Mentah memiliki persoalan tersendiri bagi

perekonomian daerah. Pada Peraturan Pemerintah Republik Indonesia

Page 41: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 23

Nomor 23 Tahun 2010 Tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan

Mineral Dan Batubara dijelaskan bahwa Sebelum dilakukan pelelangan

WIUP mineral logam atau batubara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8

ayat (3), Menteri, gubernur, atau bupati/walikota sesuai dengan

kewenangannya mengumumkan secara terbuka WIUP yang akan dilelang

kepada badan usaha, koperasi, atau perseorangan dalam jangka waktu

paling lambat 3 (tiga) bulan sebelum pelaksanaan lelang.

Jika kita mundur kebelakang kegitan pengelolaan tambang diindonesia

sebenarnya sudah lama dilakukan. Pada tahun 1852 Pemerintah Hindia

Belanda mendirikan jawatan pertambangan atau “Dienst van het Mijnwezen”.

Tugas jawatan ini adalah melakukan eksplorasi geologi pertambangan

dibeberapa daerah untuk kepentingan pemerintah Hindia Belanda. Hasil

penemuannya antara lain endapan batubaral Ombilin Sumatera Barat (1866),

namun baru berhasil ditambang oleh Pemerintah Hindia Belanda pada tahun

1891 (Sigit, 1996).

Pada tahun 1899, Pemerintah Hindia Belanda mengundangkan

Pertambangan Hindia Belanda yang dikenal dengan Indische Mijnwet

(Staatblad / buku undang-undang 1899 - 214). Indische Mijnwet hanya

mengatur mengenai penggolongan bahan galian dan pengusahaan

pertambangan (Sigit, 1996).

Page 42: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 24

Pada masa ini yang boleh memperoleh konsensi (hak pertambangan)

dan lisensi (izin pertambangan) hanyalah mereka yang tunduk kepada

Hukum Barat dan perusahaan-perusahaan yang telah didaftar di negeri

Belanda dan Hindia Belada. Dengan demikian sejak semula hanyalah orang-

orang asing (bukan pribumi) yang berkecimpung dalam usaha pertambangan

baik usaha perminyakan maupun pertambangan umum (Saleng, 2007).

Kekuasaan Pemerintah Hindia Belanda atas Indonesia berakhir pada

tanggal 8 Maret 1942 dimana Pemerintah Hindia Belanda menyerah kepada

Jepang. Selama masa pendudukan Jepang, Indische Mijnwet 1899 praktis

tidak jalan, sebab semua kebijakan mengenai pertambangan berada

ditangan Komando Militer Jepang yang disesuaikan dengan situasi perang.

Meskipun Jepang hanya menjajah Indonesia dalam waktu 3 (tiga) tahun,

Jepang telah berhasil mengembangkan potensi pertambangan Indonesia.

Pada tahun 1960 Pemerintah menerbitkan suatu peraturan mengenai

pertambangan yang diundangkan sebagai Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang yang kemudian menjadi Undang-Undang No. 37 Prp.

Tahun 1960 tentang Pertambangan yang lebih dikenal dengan Undang-

Undang Pertambangan 1960. Undang-Undang ini mengakhiri berlakunya

Indische Mijnwet 1899 yang tidak selaras dengan cita-cita kepentingan

nasional dan merupakan Undang-Undang Pertambangan nasional yang

pertama. Dan pada tahun 1967 lahir Undang-Undang Nomor 11 Tahun

Page 43: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 25

1967 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertambangan sebagai

undang-undang pertambangan baru. Salah satu prinsip pokoknya adalah

penguasaan sumber daya alam oleh Negara sesuai dengan Pasal 33 UUD

1945, dimana negara menguasai semua sumber daya alam sepenuh-

penuhnya untuk kepentingan Negara dan kemakmuran rakyat. Setelah

hampir selama lebih kurang empat dasawarsa sejak diberlakukannya

Undang-Undang nomor 11 Tahun 1967 tentang Ketentuan-Ketentuan

Pokok pertambangan, maka lahirlah undang-undang yang mengatur lebih

spesifik tentang pertambangan mineral dan nikel, yaitu Undang-Undang

Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Nikel. Lahirnya

Undang-Undang ini disebabkan Undang-Undang yang berlaku sebelumnya,

materi muatannya bersifat sentralistik dan sudah tidak sesuai dengan

perkembangan situasi sekarang dan tantangan dimasa depan. Menurut

Penjelasan Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, UU tersebut

mengandung pokok-pokok pikiran sebagai berikut: 1) mineral dan nikel

sebagai sumber daya yang tak terbarukan dikuasai oleh Negara dan

pengembangan serta pendayagunaannya dilaksanakan oleh Pemerintah dan

Pemerintah Daerah bersama dengan pelaku usaha; 2) pemerintah

selanjutnya memberikan kesempatan kepada badan usaha yang berbadan

hukum Indonesia, koperasi, perseorangan, maupun masyarakat setempat

untuk melakukan pengusahaan mineral dan nikel berdasarkan izin, yang

Page 44: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 26

sejalan dengan otonomi daerah, diberikan oleh Pemerintah dan/atau

Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya masing-masing: 3)

dalam rangka penyelenggaraan desentralisasi dan otonomi daerah,

pengelolaan pertambangan mineral dan nikel dilaksanakan berdasarkan

prinsip eksternalitas, akuntabilitas, dan efisiensi yang melibatkan Pemerintah

dan Pemerintah Daerah; 4) usaha pertambangan harus memberi manfaat

ekonomi dan sosial bagi kesejahteraan rakyat Indonesia; 5) usaha

pertambangan harus dapat mempercepat pengembangan wilayah dan

mendorong kegiatan ekonomi masyarakat/pengusaha kecil dan menengah

serta mendorong tumbuhnya industri penunjang pertambangan; 6) dalam

rangka terciptanya pembangunan berkelanjutan, kegiatan usaha

pertambangan harus dilaksanakan dengan memperhatikan prinsip

lingkungan hidup, transparansi dan partisipasi masyarakat. Sejarah

pengaturan pertambangan sejak masa penjajahan Belanda hingga terbitnya

Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009, tidak memberikan dampak

kesejahteraan terhadap kehidupan sosial ekonomi masyarakat. Pada zaman

penjajahan Belanda, semua hasil kekayaan alam Indonesia yang dikelolah

dan dikuasai oleh penjajah, di bawa ke negara Belanda untuk membangun

negaranya sendiri. Hal serupa terjadi sampai saat ini, bahwa kekayaan alam

yang telah dikuasai negara sejak masa kemerdekaan Indonesai telah dikeruk

habis-habisan yang lebih menguntungkan pemilik modal swasta dan asing

Page 45: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 27

dan mengabaikan kehidupan sosial ekonomi masyarakat yang ada diatas

areal pertambangan yang diekploitasi setelah memperoleh izin dari

pemerintah.

Kebijakan pertanian ada segala bentuk aturan yang dikeluarkan demi

kalangsungan dan kelancaran kegitan pengelolaan pertanian yang

berdasarkan aturan yang ada serta tidak bertentangan dengan aturan lainya.

Dalam mengkaji kebijakan pertanian ada beberapa aspek yang perlu

diperhatikan yaitu Faktor produksi, petani, lingkungan hidup (Agro-

ekosistem), Pertanian adalah kegiatan mengelola sumber daya alam hayati

dengan bantuan teknologi, modal, tenaga kerja, dan manajemen untuk

menghasilkan Komoditas Pertanian yang mencakup tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan dalam suatu agroekosistem.

Petani adalah warga negara Indonesia perseorangan dan/atau beserta

keluarganya yang melakukan Usaha Tani di bidang tanaman pangan,

hortikultura, perkebunan, dan/atau peternakan10

Pada PP-RI nomor 6 tahun 1995 tentang perlindungan tanaman

bab 1, pasal 4 menjelaskan bahwa Perlindungan tanaman dilaksanakan

dengan menggunakan sarana dan cara yang tidak mengganggu kesehatan

10

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2013 Tentang Perlindungan Dan Pemberdayaan Petani Bab 1, Pasal 1.

Page 46: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 28

dan atau mengancam keselamatan manusia, menimbulkan gangguan dan

kerusakan sumberdaya alam dan atau lingkungan hidup.

Dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi

Sumber Daya Alam Hayati Dan Ekosistemnya dalam Pasal 2 Pasal 3

Pasal 4 dan Pasal 7 menerangkan bahwa Konservasi sumber daya alam

hayati dan ekosistemnya berasaskan pelestarian kemampuan dan

pemanfaatan sumber daya alam hayati dan ekosistemnya secara serasi dan

seimbang. Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya bertujuan

mengusahakan terwujudnya kelestarian sumber daya alam hayati serta

keseimbangan ekosistemnya sehingga dapat lebih mendukung upaya

peningkatan kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya merupakan

tanggung jawab dan kewajiban Pemerintah serta masyarakat. Perlindungan

sistem penyangga kehidupan ditujukan bagi terpeliharanya proses ekologis

yang menunjang kelangsungan kehidupan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan mutu kehidupan manusia.

Menurut Emil Salim, lingkungan hidup diartikan sebagai benda,

kondisi, keadaan dan pengaruh yang terdapat dalam ruang yang kita tempati

dan mempengaruhi hal yang hidup termasuk kehidupan manusia. Definisi

lingkungan hidup menurut Emil Salim dapat dikatakan cukup luas. Apabila

batasan tersebut disederhanakan, ruang lingkungan hidup dibatasi oleh

Page 47: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 29

faktor-faktor yang dapat dijangkau manusia, misalnya faktor alam, politik,

ekonomi dan sosial emil (Salim, 1990).

bahwa lingkungan hidup yang baik dan sehat merupakan hak asasi

setiap warga negara Indonesia sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 28H

Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, bahwa

pembangunan ekonomi nasional sebagaimana diamanatkan oleh Undang-

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 diselenggarakan

prinsip pembangunan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. Perubahan

paradigma pembangunan di Indonesia diawali dengan berlakunya Undang-

undang Nomor 4 Tahun 1882 tentang Pokok-pokok Lingkungan Hidup, yang

memberikan pedoman sehingga muncul pemahaman yang jelas dan

seragam antar para pemangku kepentingan mengenai lingkungan hidup.

Undang-undang ini kemudian berkembang menjadi Undang- Undang

Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang

memberikan arahan untuk kegiatan pengelolaan lingkungan hidup di

Indonesia. Kemudian kebijakan tentang pengelolaan lingkungan hidup di

Indonesia mengalami perubahan dengan dikeluarkannya Undang-undang

Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan

Hidup. Keluarnya Undang-undang ini adalah karena dirasakan kerusakan

lingkungan makin menjadi, sehingga perlu dikeluarkan sebuah kebijakan

Page 48: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 30

yang tidak hanya mengharuskan pengelolaan lingkungan akan tetapi juga

perlindungan terhadap lingkungan. Inti dikeluarkannya

Kegiatan penambangan mengakibatkan munculnya banyak

permasalahan lingkungan. Salah satu masalah yang timbul akibat kegiatan

penambangan adalah dilakukannya penambangan kapur di kawasan karst,

sebagaimana dilaporkan dalam hasil penelitian Suhartadi (2009) dan

Wuspada (2012). Suhartadi menulis tentang “Evaluasi Pengelolaan

Lingkungan Kegiatan Penambangan Batu Kapur PT. Sinar Alfa Fortuna

(NAF) di Rembang”, sementara Wuspada menulis “Implementasi Kebijakan

Pelarangan Penambangan di Kawasan Karst Kabupaten Gunung Kidul”.

Untuk mengarahkan pembangunan di Kabupaten Morowali, dengan

memanfaatkan ruang wilayah secara berdaya guna, berhasil guna, serasi,

selaras, seimbang, dan berkelanjutan dalam rangka meningkatkan

kesejahteraan masyarakat dan pertahanan keamanan, berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 perlu disusun rencana tata ruang wilayah. Dalam rangka mewujudkan

keterpaduan pembangunan antar sektor, daerah, dan masyarakat maka

rencana tata ruang wilayah merupakan arahan lokasi investasi pembangunan

yang dilaksanakan pemerintah, masyarakat, dan/atau dunia usaha. Dengan

ditetapkannya Undang-Undang No. 26 tahun 2007 tentang Penataan Ruang

dan Peraturan Pemerintah No.26 tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Page 49: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 31

Wilayah Nasional, maka perlu penjabaran ke dalam Rencana Tata Ruang

Wilayah Kabupaten. Berdasarkan pertimbangan sebagaimana diatas maka

perlu menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Morowali

dengan Peraturan Daerah. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 perubahan kedua; Undang-undang Nomor

51 tahun 1999 tentang pembentukkan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali,

dan Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara Republik Indonesia

Tahun 1999 Nomor 179, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia

Nomor 3900) sebagaimana telah diubah dan disempurnakan dengan

Undang-undang Nomor 11 Tahun 2000 (Lembaran Negara Republik

Indonesia Tahun 2000 Nomor 223; Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 3966); Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004

Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)

sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang

Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang

Nomor 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara

Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara

Republik Indonesia Nomor 4844); Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007

tentang Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007

Nomor 68, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4725);

Page 50: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 32

Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang

Wilayah Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008 Nomor

48, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4833);

Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan

Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2010 Nomor

21, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5103);

Peraturan Pemerintah Nomor 68 tahun 2010 tentang Bentuk dan Tata Cara

Peran Masyarakat dalam Penataan Ruang (Lembaran Negara Republik

Indonesia tahun 2010 Nomor 118, Tambahan Lembaran Negara Republik

Indonesia Nomor 5160).

Menurut Dye (1981) dan Anderson (1984), semua bentuk manfaat

dan biaya kebijakan, baik yang langsung maupun yang akan datang, harus

diukur dalam bentuk efek simbolis atau efek nyata yang ditimbulkan.

Berdasarkan berbagai definisi para ahli, dapat disimpulkan bahwa dampak

kebijakan pertambangan adalah suatu perubahan yang terjadi sebagai akibat

dari ketetapan pemerintah yang dilakukan secara sadar dan terencana, untuk

mengelolah mineral nikel dan hasil bumi lainnya yang ada diperut bumi.

Hadirnya perusahaan pertambangan menjadi magnet bagi arus masuknya

migrasi baru ke suatu daerah.

Asumsi ekonomi bahwa tumbuh suburnya investasi pertambangan di

Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah, secara otomatis akan meningkatkan

Page 51: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 33

nilai tukar masyarakat, ternyata tidak demikian. Hal ini diungkapkan oleh

Andika, peneliti muda asal Sulawesi Tengah, dalam sebuah laporan berjudul

Booming Nikel, MP3EI, dan Pembentukan Kelas Pekerja, Studi

Perubahan Tata Guna Lahan dan Pembentukan Kelas di Kabupaten

Morowali. Laporan ini dituliskan dalam kertas kerja yang diterbitkan oleh

Sajogyo Institute11. Dalam penelitiannya itu Andika menyebutkan bahwa

Anwar Hafid sebagai bupati periode 2008-2012, lalu kini terpilih lagi untuk

periode 2013-2017, menggalakkan kampanye program politiknya. Visi itu

adalah “Morowali Kabupaten Agrobisnis (Si‟E12) Tahun 2012.” Pengertian

Si‟E diambil dari kata bahasa daerah dua etnis terbesar di Kabupaten

Morowali yaitu etnis To Bungku dan To Mori13, yang keduanya memberikan

arti dan makna kata Si‟E adalah “lumbung pangan/beras atau bangunan

tempat penyimpanan beras”. Dengan demikian Si‟E juga dimaknai sebagai

simbol kemakmuran bagi suatu daerah oleh orang-orang Morowali pada

umumnya. “Tetapi faktanya, janji perbaikan kondisi pertanian dan perikanan

dalam program Si‟E, tak pernah terealisasi. Namun yang terjadi justru lahan-

lahan pertanian semakin masif dialih fungsi menjadi blok-blok produksi

11

Sajogyo Institute adalah Pusat Studi dan Dokumentasi Agraria Indonesia. Lembaga yang didirikan pada tanggal 10 Maret 2005 ini bergerak dalam produksi dan layanan pengetahuan untuk kemajuan gerakan sosial dan perbaikan kebijakan agraria, dan pembangunan pedesaan di Indonesia. 12

Si’E dalam bahasa bungku yaitu “Salufuno ina’ao Engkeno” yang berarti semuanya tersimpan didalam dirinya (Yasir) 13

Suku terbesar di Kabupaten Morowali yang menduduki dan tersebar di sebahagian besar wilayah kabupaten morowali (ibid).

Page 52: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 34

komoditi nikel”. Hingga akhirnya saat ini para pemburu nikel datang untuk

melancarkan usaha pertambanganya ditanah yang katanya akan dijadikan

sebagai lumbung pangan ini.14

2.2 Lingkungan Petani

Petani adalah seseorang yang bergerak di bidang bisnis pertanian

utamanya dengan cara melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk

menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain

lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk

digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain (Wikipedia. 2016.

Petani. Diakses dari http://id.wikipedia.org).

Pengertian petani dapat di definisikan sebagai pekerjan pemanfaatan

sumber daya hayati yang dilakukan manusia untuk menghasilkan bahan

pangan, bahan baku industri, atau sumber energi, serta untuk mengelola

lingkungan hidupnya guna memenuhi kebutuhan hidup dengan mengunakan

peralatan yang bersifat tradisional dan modern. Secara umum pengertian dari

pertanian adalah suatu kegiatan manusia yang termasuk di dalamnya yaitu

bercocok tanam, peternakan, perikanan dan juga kehutanan. Petani dalam

pengertian yang luas mencakup semua usaha kegiatan yang melibatkan

pemanfaatan makhluk hidup (termasuk tanaman, hewan, dan mikroba) untuk

14

Baca “Booming Nikel, MP3EI, dan Pembentukan Kelas Pekerja, Studi Perubahan Tata Guna Lahan dan Pembentukan Kelas di Kabupaten Morowali” Oleh Sajogyo Institute.

Page 53: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 35

kepentingan manusia. Dalam arti sempit, petani juga diartikan sebagai

kegiatan pemanfaatan sebidang lahan untuk membudidayakan jenis tanaman

tertentu, terutama yang bersifat semusim

Dari rumusan pengertian petani yang dikemukakan di atas maka dapat

diartikan bahwa petani adalah orang yang mata pencahariannya bercocok

tanam dengan melakukan pengelolaan tanah dengan tujuan untuk

menumbuhkan dan memelihara tanaman (seperti padi, bunga, buah dan lain

lain), dengan harapan untuk memperoleh hasil dari tanaman tersebut untuk

digunakan sendiri ataupun menjualnya kepada orang lain.

Terdapat tiga golongan petani yaitu petani berlahan sempit yaitu

golongan pemilik-penyewa penggarap, pemilik penggarap dan penyewa

penggarap serta dua golongan petani berlahan luas yaitu golongan pemilik-

penyewa penggarap dan pemilik penggarap. Kendala utama bagi usaha tani

lahan luas golongan pemilik-penyewa adalah modal sedangkan untuk

golongan pemilik penggarap adalah biaya pupuk kandang. Harga bayangan

dari setiap kendala atau sumberdaya langka tersebut menunjukkan bila

menambah ketersediaan sumberdaya tersebut satu rupiah akan

mendatangkan pendapatan sebesar harga bayangannya (shadow price).

Analisis sensitivitas menunjukkan batasan perubahan dari harga dan biaya

agar tidak merubah keadaan optimal Yuningsih. 1999. Analisis Optimalisasi

Page 54: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 36

Pendapatan Usaha Tani Pada Keragaman Jenis Usaha Petani. Diakses dari

http://repository.ipb.ac.id

Pertanyaan kita sekarang, bagaimanakah wujud dari “orang-orang

yang dikategorikan bekerja di sektor pertanian” tersebut di atas, apakah

mereka itu petani?. Bagaimanakah konsep kita tentang petani itu sendiri?.

Kalaupun mereka dikategorikan sebagai petani, apakah mereka sepenuhnya

mencurahkan waktunya hanya untuk kegiatan pertanian dan penghasilannya

hanya berasal dari pertanian?. Konsep ini perlu kita kritisi, karena menurut

penulis salah satu hal yang menghambat pengembangan kegiatan pertanian

selama ini adalah karena kurang jelasnya batasan kita tentang petani itu

sendiri, sebagai kelompok sasaran dari kegiatan Departemen Pertanian.

Selain itu, kejelasan tentang batasan petani dan kelompok mata pencaharian

lainnya ini menjadi penting, karena selama ini telah terjadi kerancuan dalam

melihat persoalan masyarakat pedesaan dan pertanian pada umumnya. Bila

orang berbicara tentang pedesaan banyak di ataranya langsung

mengasosiasikannya dengan petani. Seakan-akan seluruh masyarakat desa

adalah petani dan persoalan mereka melulu hanya masalah pertanian. Hal ini

juga tercermin dari sikap para pengambil kebijakan di negeri ini, ketika

berbicara tentang revitalisasi pedesan dan pertanian yang tampil hanya

mereka dari departemen teknis yang terkait dengan petani seperti pertanian,

kelautan dan kehutanan. Akibat dari cara pandang di atas, upaya

Page 55: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 37

pengembangan masyarakat desa selama ini seakan hanya menjadi tanggung

jawab departemen teknis yang terkait dengan persoalan pertanian dalam arti

luas. Celakanya lagi, program yang diluncurkan oleh berbagai departemen

tersebut lebih banyak bersifatteknis dan parsial. Semua cenderung berkerja

sendiri-sendiri dan masih dominan pada upaya peningkatan produksi melalui

berbagai rekayasa teknologi dan kelembagaan. Padahal banyak persoalan

yang dihadapi masyarakat desa justru berada di luar kegiatan teknis produksi

pertanian. Seperti yang dihadapi masyarakat tani (petani) di Kabupaten

Morowali, khususnya di Kecamatann Bahodopi, Kecamatan Bahodopi.

Perubahan yang terjadi dlam kehidupan masyarakat tani sebelum dan

setelah masuknya tambang di Morowali tidak begitu signifikan terlihat, baik

dari aspek sosial budaya maupun aspek ekonomi, hal tersebut bisa terlihat

dari pola kehidupan masyarakat tani yang semakin mengikuti arus zaman.

Menurut Soekanto (2009:50) perubahan-perubahan yang terjadi dalam pola

kehidupan masyarakat akibat pertumbuhan industri mencakup hampir semua

lapangan kehidupan. Walaupun dalam hal ini, ada perbedaan kadar

perubahan antara satu lapangan dengan lapangan lainnya. Perbedaan ini

banyak dipengaruhi oleh aktivitas industri itu sendiri serta intensitas interaksi

antara perangkat industri dan masyarakat setempat. Dalam masyarakat

Kecamatan Bahodopi, perubahan yang terjadi secara berlahan-lahan tidak

berubah secara signifikan. Perubahan yang terjadi secara berlahan-lahan

Page 56: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 38

dikarenakan masih adanya kebudayaan dalam masyarakat yang mengikat

dan dilaksanakan oleh masyarakat Kecamatan Bahodopi

Sebelum masuknya industri pertambangan Nikel di Kecamatan

Bahodopi, masyarakat Kecamatan Bahodopi dalam kehidupan sehari-hari

menggunakan bahasa Bungku. Penggunaan bahasa ini dilakukan

berdasarkan jarak umur yakni tua muda, maupun status sosial masyarakat.

Rumah yang dihuni oleh sebagian besar masyarakat Kecamatan Bahodopi

terbuat setengah permanen, bahkan masih banyak yang terbuat

dari gedek (bambu). Kondisi penerangan masyarakat Kecamatan Bahodopi

menggunakan penerangan listrik dari PLN dan pengairan untuk sawah

mengandalkan diesel dari sungai maupun tadah hujan sedangkan

pemenuhan air untuk kebutuhan rumah tangga menggunakan sanyo atau

sumur.

Sebelum masuknya industri pertambangan Nikel di Kecamatan

Bahodopi, urutan startifikasi sosial dalam masyarakat adalah tuan tanah,

perangkat desa, pemuka agama, juragan, petani dan magersari. Tanah

dalam hal ini masih digunakan sebagai simbol kekayaan dalam masyarakat

Kecamatan Bahodopi. Tuan tanah menduduki stratifikasi sosial tertinggi

karena dia merupakan pemilik tanah terbanyak di Kecamatan Bahodopi,

perangkat desa dengan upahnya melalui hasil tanah menjadikan masyarakat

masih menghormati perangkat desa, pemuka agama dianggap salah satuu

Page 57: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 39

yang dihormati masyarakat dikarenakan status sosialnya sebagai Haji

maupun kyai, juragan disini juga mempunyai tanah yang banyak, tetapi lebih

sedikit dari tuan tanah, petani merupakan masyarakat yang mempunyai lahan

sedikit dan masih mempunyai tempat tinggal sendiri, magersari merupakan

masyarakat yang tidak mempunyai tanah maupun rumah, biasanya mereka

tinggal bersama juragan, kyai, perangkat maupun tuan tanah.

Gaya hidup masyarakat Kecamatan Bahodopi sederhana, bersahaja,

ramah dan suka bergotong royong, selain itu masyarakat lebih banyak

mementingkan kebutuhan pokok daripada pemenuhan kebutuhan konsumtif.

Hal ini dikarenakan hasil dari perekonomian masyarakat yang hanya cukup

untuk memenuhi kebutuhan pokok. Kebutuhan pangan masyarakat biasanya

mengandalkan tumbuhan yang ada di sekitar rumah mereka, sehingga

masyarakat jarang sekali membeli makanan di warung, toko maupun tempat

makan yang lain.

Bidang ekonomi, masyarakat Kecamatan Bahodopi bergantung

dengan pertanian dan beternak. Untuk menjual hasil pertanian mereka

mengandalkan pasar, toko dan warung terdekat. Pada masa tertentu mereka

biasanya menghutang kepada juragan maupun tengkulak. Sehingga hasil

pertanian kadang tidak mencukupi untuk kebutuhan sehari-hari masyarakat.

Pendidikan yang ditempuh oleh masyarakat Kecamatan Bahodopi

khususnya masyarakat petani biasanya banyak yang putus sekolah, mereka

Page 58: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 40

biasanya disuruh menikah atau bekerja. Fasilitas pendidikan yang dimiliki

oleh masyarakat Kecamatan Bahodopi sebelum masuknya industri

pertambangan Nikel memang sudah bagus, tapi masih kurang memadai,

misalnya untuk kebutuhan buku, bangku dan gedung.

Adat istiadat yang dilakukan oleh masyarakat Kecamatan Bahodopi

sebelum masuknya industri pertambangan Nikel masih sama dengan adat

istiadat yang dilakukan oleh leluhur mereka, yakni melaksanakan acara

kematian, acara kelahiran, acara hajatan, dan acara panen.

Pola pikir masyarakat Kecamatan Bahodopi juga masih sangat

sederhana, masyarakat lebih memikirkan untuk memenuhi kebutuhan pokok,

pemikiran tentang pendidikan tinggi biasanya hanya dilakukan oleh golongan

menengah keatas, sedangkan golongan menengah ke bawah cenderung

menikahkan anak-anaknya ketika umurnya sudah mencukupi untuk wanita

dan untuk laki-laki disuruh bekerja.

Masuknya industri pertambangan nikel di Kecamatan

Bahodopi Berubahnya infrastruktur dan sarana prasarana dalam

masyarakat Kecamatan Bahodopi Terjualnya lahan pertanian sebagian

masyarakat petani. Berubahnya startifikasi masyrakat, semakin ada jarak

masyarakat antar kelas sosial gaya hidup mulai terkontiminasi perkotaan,

mulai mengenal merk barang tertentu ekonomi masyarakat banyak yang

berpindah ke bidang jasa pendidikan masyarakat khususnya petani sudah

Page 59: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 41

mulai sampai ke tahap menengah atas masih memegang adat istiadat yang

berlangsung secara turun temurun walaupun ada perubahan dalam

pelaksanaan. Pola fikir masyarakat sudah mulai berubah, banyak memikirkan

pemenuhan gaya hidup dan status sosial. Mulai terjadi konflik baik antara

keluarga, masyarakat, LSM dan industri pertambangan Nikel.

Setelah masuknya industri pertambangan Nikel di Kecamatan

Bahodopi, ada banyak perubahan yang terjadi dalam masyarakat, khususnya

dalam infrastuktur. Jalan-jalan penghubung antar desa sudah beraspal dan

paving, sudah ada puskesmas maupun polindes, polsek dan koramil pun

didirikan untuk menjaga keamanan warga Kecamatan Bahodopi.

Stratifikasi sosial masyarakat Kecamatan Bahodopi setelah masuknya

industri pertambangan Nikel mempunyai urutan yang berbeda dengan

sebelum masuknya industri pertambangan Nikel. Setelah masuknya industri

pertambangan Nikel, urutan stratifikasi sosial masyarakat Kecamatan

Bahodopi dimulai dari Pegawai (Pegawai Negeri, Pegawai Pertambangan,

maupun Pegawai di Kantor lain, biasanya ditambah masyarakat yang

mempunyai pendidikan tinggi), Perangkat Pemerintahan, Pemuka Agama,

Masyarakat yang mempunyai lahan luas (Juragan), Petani dan Buruh Tani.

Perubahan penilaian masyarakat terhadap startifikasi sosial masyarakat ini

berdasarkan pola pikir masyarakat yang berubah, kebutuhan pekerjaan

Page 60: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 42

dalam masyarakat yang berubah dan masuknya pendatang maupun industri

pertambangan Nikel di Kecamatan Bahodopi.

Gaya hidup masyarakat Kecamatan Bahodopi setelah masuknya

industri pertambangan Nikel semakin berubah menjadi lebih modern. Hal ini

didukung dengan terjualnya sebagian besar lahan masyarakat baik melalui

pihak pertambangan maupun calo. Masyarakat mulai membeli simbol-simbol

untuk memenuhi gaya hidup mereka dan bisa meningkatkan status sosial

dalam masyarakat, simbol-simbol ini lebih cenderung kearah konsumtif,

misalnya sepeda motor dengan merk X, mobil dengan merk X, belanja di

barang Y dan lain-lain. Pemenuhan gaya hidup inilah yang membuat

masyarakat Kecamatan Bahodopi pada akhirnya nanti kehilangan pekerjaan

mereka sebagai petani, hal ini dikarenakan masyarakat menggunakan uang

hasil pembebasan lahan untuk pemenuhan gaya hidup bukan untuk

pemenuhan kebutuhan pokok.

Keadaan ekonomi masyarakat Kecamatan Bahodopi banyak yang

berubah haluan, apalagi setelah banyaknya lahan pertanian yang terjual

kepada pihak industri pertambangan nikel maupun kepada pihak lain yang

berada di luar Kecamatan Bahodopi. Masyarakat Kecamatan Bahodopi mulai

mencari alternatif pemenuhan kebutuhan selain bergantung dengan

pertanian, walaupun tidak dipungkiri masih banyak masyarakat yang tidak

bisa terlepas dari pertanian. Masyarakat juga mendapatkan dukungan dari

Page 61: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 43

pihak perusahaan dalam bentuk pelatihan dan bantuan biaya untuk usaha

industri rumah maupun pelatihan keahlian untuk laki-laki, sehingga

masyarakat mulai berkembang, baik untuk usaha sendiri maupun bergabung

dengan industri pertambangan Nikel.

Pendidikan masyarakat di Kecamatan Bahodopi juga mengalami

kemajuan yang cukup pesat, baik atas dukungan dari pemerintah daerah

Morowali maupun dari pihak industri pertambangan Nikel. Berbagai

dukungan tersebut akhirnya membuat kemajuan bagi pendidikan di

masyarakat Kecamatan Bahodopi, baik dalam hal infrastruktur sekolah,

guru, outputmaupun input siswa. Kemajuan ini tentunya juga tak lepas dari

kebutuhan akan pendidikan tinggi dalam pekerjaan yang ada di sekitar

Kecamatan Bahodopi.

Adat istiadat dalam masyarakat Kecamatan Bahodopi tidak begitu

banyak mengalami perubahan, masyarakat masih memegang teguh adat

istiadat yang berlaku secara turun temurun. Namun, dengan banyaknya

lahan pertanian masyarakat Kecamatan Bahodopi yang hilang, ada kalanya

adat istiadat yang berlaku juga menghilang karena masyarakat mulai banyak

yang tidak mengerjakan lahannya sendiri. Tapi, disisi lain, masyarakat

Kecamatan Bahodopi percaya kalau seandainya mereka tidak menjalankan

adat istiadat yang seharusnya berlangsung akan terjadi hal buruk di

Page 62: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 44

Kecamatan Bahodopi. Kepercayaan inilah yang membuat adat istiadat

masyarakat masih bertahan sampai sekarang.

Pola pikir masyarakat Kecamatan Bahodopi juga banyak mengalami

perubahan, termasuk dalam perubahan pola pikir dalam bidang pendidikan,

pekerjaan, ekonomi bahkan dalam hal gaya hidup masyarakat. Pola pikir

masyarakat kebanyakan kearah modern, dengan mengandalkan perubahan

ekonomi yang dimilikinya. Konflik juga terjadi dalam masyarakat setelah

masuknya industri pertambangan Nikel di Kecamatan Bahodopi, yakni konflik

antara masyarakat dengan masyarakat, masyarakat dengan pihak industri

pertambangan Nikel, masupun LSM dengan industri pertambangan Nikel.

Konflik tersebut dapat diselesaikan dengan kesepakatan-kesepakatan yang

terjadi antara kedua belah pihak.

Masuknya industri pertambangan Nikel di Kecamatan

Bahodopi Program CSR industri pertambangan Nikel salah satunya adalah

dalam bidang pendidikan Implikasi industri pertambangan Nikel dalam

pendidikan formal Implikasi industri pertambangan Nikel dalam pendidikan

informal Implikasi industri pertambangan Nikel dalam pendidikan

informal Implikasi industri pertambangan Nikel dalam pendidikan non

formal Relevansi perubahan sosial masyarakat petani setelah masuknya

industri pertambangan Nikel terhadap pendidikan dari jenjang SD sampai

Universitas.

Page 63: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 45

Implikasi industri pertambangan Nikel terhadap pendidikan masyarakat

Kecamatan Bahodopi juga banyak ditemui, khususnya dalam pendidikan

formal. Dalam bidang infrastruktur mulai dilakukan pembangunan-

pembangunan sekolah di wilayah Kecamatann Bahodopi dan dalam bidang

peningkatan mutu dan profesionalitas guru dan siswa dilakukan lomba-lomba

maupun penyuluhan. Selain itu untuk menunjang segala usaha tersebut

diberikan fasilitas-fasilitas, misalnya adanya perpustakaan keliling, pemberian

buku gratis maupun kedatangan pihak pertambangan Nikel ke sekolah-

sekolah tersebut. Untuk pendidikan nonformal, pihak industri pertambangan

Nikel melakukan penyuluhan maupun pelatihan untuk menunjang dan

menambah pengetahuan masyarakat. Pelatihan ini dapat berupa pelatihan

bersertifikat maupun pelatihan yang tidak bersertifikat, misalnya saja

pelatihan bahasa inggris, komputer, pengelasan maupun pelatihan

pembuatan emping menyok. Namun, program CSR dari pihak industri

pertambangan Nikel mengenai pendidikan dan sebagainya cenderung baik di

awal dan sekarang sudah tidak terurus lagi.

2.3 Pendekatan Fenomenologi

2.3.1 Pengertian Fenomenologi

Sobur (2013: 14-15) secara etimologis, fenomenologi adalah terusan

dari fenomenon dan logos. Kata logos lazimnya menunjuk ada pengertian

uraian, percakapan, atau ilmu, seperti yang melekat pada disiplin psikologi,

Page 64: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 46

sosiologi, antropologi, atau etnologi. Selanjutnya akar kata yang termuat

dalam istilah fenomenon ada dasarnya sama dengan akar kata fantasi,

fantom, fosfor, dan foto, yang berarti sinar atau cahaya. Dari akar kata

tersebut dibentuk kata kerja yang antara lain, berarti tamak, terlihat karena

bercahaya atau bersinar. Jadi, fenomenologi bisa kita artikan sebagai uraian,

percakapan, atau ilmu tentang fenomenon atau suatu yang sedang

menampakkan diri. Dalam bahasa filsafat, dapat juga dikatakan bahwa

fenomenologi ialah percakapan dengan fenomenon, atau sesuatu yang

sedang menggejala.

Dalam arti yang lebih luas, kata “fenomenologi” mencakup aneka

macam cara ouler untuk membicarakan fenomena-fenomena atau hal-hal

yang tampak. Dengan demikian, istilah ini tidak lagi dipatoki secara jelas dan

kritis. Kini, seperti dikatakan Wahana (2004:31), fenomenologi merupakan

istilah yang digunakan secara luas dalam berbagai pengertian dalam filsafat

modern, yang memiliki pokok persoalan “fenomena”. Pada pengertian yang

paling inti, istilah fenomenologi menunjukan pada suatu teori spekulatif

tentang penampilan pengalaman dan dalam penggunaan awal, pengertian

fenomenologi dikaitkan dengan dikotomi “henomenon-noumenon,” suatu

perbedaan antara yang tampak (phenomenon) dan yang tidak tampak

(noumenon). Fenomenologi Husserl merupakan usaha spekulatif untuk

Page 65: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 47

menentukan hakikat yang seluruhnya didasarkan atas pengujian dan

penganalisisan terhadap yang tampak.

Dari beberapa pengertian d i atas, maka dapat difahami bahwa

fenomenologi berarti ilmu tentang fenomenon-fenomenon apa saja yang

nampak. Sebuah pendekatan filsafat yang berpusat pada analisi terhadap

gejala yang menampakkan diri pada kesadaran kita.

2.3.2 Tokoh-Tokoh Fenomenologi

Syamsul (1996) dalam bukunya fenomenologi agama menjelaskan

bahwa kajian fenomenologi jika dilihat dari masa ke masa mengalami

perkembangan namun perkembangan tersebut tidak lepas dari pemikiran

para tokoh filsafat khususnya yang mengkaji fenomenologi itu sendiri seperti;

1. Edmund Husserl (1859-1938)

Menurut Husserl, memahami fenomenologi sebagai suatu metode dan

ajaran filsafat. Sebagai metode, Husserl membentangkan langkah-langkah

yang harus diambil agar sampai pada fenomeno yang murni. Untuk

melakukan itu, harus dimulai dengan subjek (manusia) serta kesadarannya

dan berusaha untuk kembali pada kesadaran murni. Sedangkan sebagai

filsafat, fenomenologi memberikan pengetahuan yang perlu dan essensial

tentang apa yang ada. Dengan kata lain, fenomenologi harus dikembalikan

kembali objek tersebut.

Page 66: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 48

Metode fenomenologi menurut Husserl, menekankan satu hal penting

yaitu, penundaan keputusan. Penundaan keputusan harus ditunda (epoche)

atau dikurung (bracketing) untuk memahami fenomena. Pengetahuan yang

kita miliki tentang fenomena itu harus kita tinggalkan atau lepaskan dulu, agar

fenomena itu dapat menampakkan dirinya sendiri.

Untuk memahami filsafat Husserl ada beberapa kata kunci yang perlu

diketahui. Diantaranya:

1. Fenomena adalah realitas esensi atau dalam fenomena terkandung

pula nomena(sesuatu yang berada di balik fenomena)

2. Pengamatan adalah aktivitas spiritual atau rohani.

3. Kesadaran adalah sesuatu yang intensional (terbuka da terarah pada

subjek

4. Substansi adalah kongkret yang menggambarkan isi dan stuktur

kenyataan dan sekaligus bisa terjangkau.

Usaha untuk mencapai segala sesuatu itu harus melalui reduksi atau

penyaringan yang terdiri dari :

1. Reduksi fenomenologi, yaitu harus menyaring pengalaman-

pengalaman dengan maksud mendapat fenomena dalam wujud

semurni-murninya. Dalam artian bahwa, kita harus melepaskan benda-

benda itu dari pandangan agama, adat istiadat, ilmu pengetahuan dan

ideologi.

Page 67: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 49

2. Reduksi eidetis, yaitu dengan menyaring atau penempatan dalam

tanda kurung sebagai hal yang bukan eidos atau intisari atau hakikat

gejala atau fenomena.

3. Reduksi transcendental, yaitu dalam penerapannya berdasarkan

subjeknya sendiri perbuatannya dan kesadaran yang murni.

Namun, menurut para pengikut fenomenologi suatu fenomena tidak

selalu harus dapat diamati dengan indera. Sebab, fenomena dapat juga

dilihat atau ditilik secara ruhani tanpa melewati indera, fenomena tidak perlu

suatu peristiwa.

2. Max Scheller (1874-1928)

Scheller berpendapat bahwa metode fenomenologi sama dengan cara

tertentu untuk memandang realitas. Dalam hubungan ini kita mengadakan

hubungan langsung dengan realitas berdasarkan intuisi (pengalaman

fenomenologi). Menurutnya ada 3 fakta yang memegang peranan penting

dalam pengalaman filsafat. Diantaranya:

1. Fakta natural, yaitu berdasarkan pengalaman inderawi yang

menyangkut benda-benda yang nampak dalam pengalaman biasa.

2. Fakta ilmiah, yaitu yang mulai melepas diri dari penerapan inderawi

yang langsung dan semakin abstrak.

3. Fakta fenomenologis, merupakan isi intuitif yang merupakan hakikat

dari pengalaman langsung.

Page 68: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 50

3. Martin Heidegger (1889-1976)

Menurut Heidegger, manusia itu terbuka bagi dunianya dan

sesamanya. Kemampuan seseorang untuk bereksistensi dengan hal-hal

yang ada di luar dirinya karena memiliki kemampuan seperti kepekaan,

pengertian, pemahaman, perkataan atau pembicaraan. Bagi heidegger untuk

mencapai manusia utuh maka manusia harus merealisasikan segala

potensinya meski dalam kenyataannya seseorang itu tidak mampu

merealisasikannya. Ia tetap sekuat tenaga tidak pantang menyerah dan

selalu bertanggungjawab atas potensi yang belum teraktualisasikan.

Dalam persfektif yang lain mengenai sesosok Heidegger menjadi salah

satu filsafat yang fenomenal yaitu bahwa ia mengemukakan tentang konsep

suasana hati (mood). Seperti yang kita ketahui bahwa dengan suasana

hatilah kita diatur oleh dunia kita, bukan dalam pendirian pengetahuan

observasional yang berjarak. Biasanya, dengan posisi kita yang sedang

bersahabat dengan suasana hati, maka kita akan bisa mengenali diri kita

yang sesungguhnya. Karena suasana hati bisa menjadi tolak ukur untuk

mengetahui hakikat diri dengan banyaknya pertanyaan yang muncul seperti

pencarian jati diri siapa kita sesungguhnya, apa kemampuan kita, dan apa

kekurangan atau kelebihan yang kita miliki, bagaimanakah kehidupan kita

yang selanjutnya dan pertanyaan-pertanyaan lainnya.

Page 69: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 51

Konsep inilah yang menguatkan pendapat banyak orang mengenai

sesosok orang yang mampu melihat noumena dan phenoumena secara

mendalam dan menyeluruh.

1. Maurice Merlean-ponty (1908-1961)

Sebagaimana halnya Husserl, ia yakin seorang filosof benar-benar

harus memulai kegiatannya dengan meneliti pengalaman. Pengalamannya

sendiri tentang realitas, dengan begitu ia menjauhkan diri dari dua ekstrim

yaitu :

Pertama hanya meneliti atau mengulangi penelitian tentang apa yang

telah dikatakan orang tentang realita, dan Kedua hanya memperhatikan segi-

segi luar dari pengalaman tanpa menyebut-nyebut realitas sama sekali.

Walaupun Marlean-Ponty setuju dengan Husserl bahwa kitalah yang dapat

mengetahui dengan sesuatu dan kita hanya dapat mengetahui benda-benda

yang dapat dicapai oleh kesadaran manusia, namun ia mengatakan lebih

jauh lagi, yakni bahwa semua pengalaman perseptual membawa syarat yang

essensial tentang sesuatu alam di atas kesadaran. Oleh karena itu deskripsi

fenomenologi yang dilakukan Marlean-Ponty tidak hanya berurusan dengan

data rasa atau essensi saja, akan tetapi menurutnya, kita melakukan

perjumpaan perseptual dengan alam. Marlean-Porty menegaskan sangat

perlunya persepsi untuk mencapai yang real

Page 70: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 52

2.3.3 Fenomenologi Sebagai Metode Ilmu

Fenomenologi berkembang sebagai metode untuk mendekati

fenomena-fenomena dalam kemurniannya. Fenomena di sini dipahami

sebagai segala sesuatu yang dengan suatu cara tertentu tampil dalam

kesadaran kita. Baik berupa sesuatu sebagai hasil rekaan maupun berupa

sesuatu yang nyata, yang berupa gagasan maupun kenyataan. Yang penting

ialah pengembangan suatu metode yang tidak memalsukan fenomena,

melainkan dapat mendeskripsikannya seperti penampilannya tanpa

prasangka sama sekali. Seorang fenomenolog hendak menanggalkan

segenap teori, praanggapan serta prasangka, agar dapat memahami

fenomena sebagaimana adanya: “Zu den Sachen Selbst” (kembali kepada

bendanya sendiri). Tugas utama fenomenologi menurut Husserl adalah

menjalin keterkaitan manusia dengan realitas. Bagi Husserl, realitas bukan

suatu yang berbeda pada dirinya lepas dari manusia yang mengamati.

Realitas itu mewujudkan diri, atau menurut ungkapan Martin Heideger, yang

juga seorang fenomenolog: “Sifat realitas itu membutuhkan keberadaan

manusia”.

Filsafat fenomenologi berusaha untuk mencapai pengertian yang

sebenarnya dengan cara menerobos semua fenomena yang menampakkan

diri menuju kepada bendanya yang sebenarnya. Usaha inilah yang

dinamakan untuk mencapai “Hakikat segala sesuatu”. Untuk itu, Husserl

Page 71: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 53

mengajukan dua langkah yang harus ditempuh untuk mencapai esensi

fenomena, yaitu metode epoche dan eidetich vision.

Kata epoche berasal dari bahasa Yunani, yang berarti: “menunda

keputusan” atau “mengosongkan diri dari keyakinan tertentu”. Epoche bisa

juga berarti tanda kurung (bracketing) terhadap setiap keterangan yang

diperoleh dari suatu fenomena yang nampak, tanpa memberikan putusan

benar salahnya terlebih dahulu. Fenomena yang tampil dalam kesadaran

adalah benar-benar natural tanpa dicampuri oleh presuposisi pengamat.

Persoalan pokok yang hendak diterangkan oleh teori ini justru menyangkut

persoalan pokok ilmu sosial sendiri, yakni bagaimana kehidupan bermasyarakat itu

dapat terbentuk.

Ritzer menggambarkan secara detail tentang hal tersebut dalam

karyanya Sosiologi Ilmu Pengetahuan Berparadigma Ganda (2007)

menuliskan bahwa Alfred Scuhtz sebagai salah satu seorang tokoh ini

bertolak dari pandangan Weber pula, dimana yang terakhir ini berpendirian

bahwa tindakan manusia menjadi suatu hubungan sosial bila manusia

memberikan arti atau makna tertentu terhadap tindakannya itu, dan manusia

lain memahami pula tindakannya itu sebagai sesuatu yang penuh arti.

Pemahaman secara subjektif terhadap sesuatu tindakan sangat

menentukkan terhadap kelangsungan proses interaksi sosial. Baik bagi aktor

yang memberikan arti terhadap tindakannya sendiri maupun bagi pihak lain

Page 72: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 54

yang akan menerjemahkan dan memahaminya serta yang akan bereaksi

atau bertindak sesuai dengan yang dimaksudkan oleh aktor.

Schutz (1990) mengkhususkan perhatiannya kepada satu bentuk dari

subyektivitas yang disebutnya: antar subyektivitas. Konsep ini menunjuk

kepada pemisahan keadaan subyektif atau secara sederhana menunjuk

kepada dimensi dari kesadaran umum ke kesadaran khusus kelompok sosial

yang sedang saling berintegrasi. Intersusubyektivitas yang memungkinkan

pergaulan sosial itu terjadi, tergantung kepada pengetahuan tentang peranan

masing-masing yang diperoleh melalui pengalaman yang bersifat pribadi.

Konsep intersubyektivitas ini mengacu kepada suatu kenyataan bahwa

kelompok-kelompok sosial saling menginterprestasikan tindakannya masing-

masing dan pengalaman mereka juga diperoleh melalui cara yang sama

seperti yang dialami dalam interaksi secara individual. Faktor saling

memahami satu sama lain baik antar individu maupun antar kelompok ini

diperlukan untuk terciptannya kerja sama dihampir semua organisasi sosial.

Schutz memusatkan perhatiannya kepada struktur kesadaran yang

diperlukan untuk terjadinya saling bertindak atau interaksi dan saling

memahami antar sesama manusia. Secara singkat dapat dikatakan bahwa

interaksi sosial terjadi dan berlangsung melalui penafsiran dan pemahaman

tindakan masing-masing baik antar individu maupun antar kelompok. Ada

4(empat) unsur pokok dalam teori ini yaitu;

Page 73: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 55

1) Perhatian Terhadap Aktor.

Persoalan dasarnya di sini menyangkut persoalan metodologi.

Bagaimana caranya untuk mendapatkan data tentang tindakan sosial

itu subyektif mungkin. Dalam penyelidikan ilmu alam, realitas beserta

hukum-hukum yang menguasainya didekat melalui metode ilmiah yang

meliputi pengamatan sistematis yang dikendalikan oleh aturan yang

ketat baik prosedur maupun tekniknya untuk menjamin keabsahan

data yang diperoleh. Penggunaan metode ini dimaksudkan pula untuk

mengurangi pengaruh subyektivitas yang menjadi sumber

penyimpangan, bias dan ketidaktepatan informasi. Menurut

pandangan ahli ilmu alam hal seperti itu tidak muungkin dilakukan

terhadap obyek studi sosiologi. Tetapi pendekatan obyektif demikian

dalam sosiologi sebenarnya sudah mulai oleh Durkheim, dengan

menyatakan fakta sosial sebgai barang sesuatu yang nyata. Secara

ekstrim pendekatan ini mendesak kepada para sosiolog untuk

mengumpulan data secara obyektif tenatang fakta sosial dengan

mengurangi peranan kesan-kesan dan ide si peneliti sendiri tentang

kenyataan sosial. Namun pendekatan obyektif seperti yang diterapkan

dalam ilmu alam itu justru tidak akan mampu mengungkapan

kenyataan sosial secara sasaran penyelidikan sosiologi itu bukan

hanya sekedar obyek dalam dunia nyata yang diamati. Tetapi manusia

Page 74: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 56

itu sekaligus merupakan pencipta dari dunianya sendiri. Lebih dari itu,

tingkahlakunya yang tampak secara obyektif dalam artian yang nyata

itu sebenarnya merupakan sebagian saja dari keseluruhan

tingkatlakunya. Ia menginterprestasikan tingkah lakunya sendiri.

Karena itu adalah suatu pendirian yang naif kalau ada orang yang

beranggapan bahwa seseorang akan dapat memahami kesluruhan

tingkah laku manusia, hanya dengan mengarahkan perhatian kepada

tingkah laku yang nampak atau yang muncul secara konkrit saja.

Tantangan bagi ilmuwan sosial adalah untuk memahami makna

tindakan aktor yang ditujukannya juga kepada dirinya. Bila pengamat

menerapkan ukuran-ukurannya sendiri atau teori-teori tentang makna

tindakan, dia tidak akan pernah menemukan bagaimana realita sosial

itu diciptakan dan bagaimana tindakan berikutnya akan dilakukan

dalam kontek pengertian mereka.

2) Memusatkan Perhatian Kepada Kenyataan Yang Penting Atau Yang

Pokok Dan Kepada Sikap Yang Wajar Atau Alamiah (Natural Attitude).

Alasannya adalah bahwa tidak keseluruhan gejala kehidupan sosial

mampu diamati. Karena itu perhatian harus dipusatkan kepada gejala

yang penting dari tindakan manusia sehari-hari dan terhadap sikap-

sikap yang wajar. Teori ini jelas bukan bermaksud mempelajari fakta

sosial secara langsung. Tetapi proses terbentuk fakta sosial itulah

Page 75: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 57

yang menjadi pusat perhatiannya. Bedanya dengan paradigma fakta

sosial adalah bahwa / sementara paradigma fakta sosial mempelajari

fakta sosial sebagai pemaksa terhadap tindakan individu, maka

fenomenologi mempelajari bagaimana individu ikut serat dalam proses

pembentukan dan pemeliharaan fakta sosial yang memaksa mereka

itu.

3) Memusatkan Perhatian Kepada Masalah Mikro.

Maksudnya mempelajari proses pembentukan dan pemeliharaan

hubungan sosial pada tingkat interaksi tatap muka untuk

memahaminya dalam hubungannya dengan situasi tertentu.

4) Memperhatikan Pertumbuhan, Perubahan dan Proses Tindakan.

Berusaha memahami bagaimana keteraturan dalam masyarakat

diciptakan dan dipelihara dalam pergaulan sehari-hari. Norma-norma

dan aturan-aturan yang mengendalikan tindakan manusia dan yang

memantapkan struktur sosial dinilian sebagai hasil interprestasi si

aktor terhadap kejadian-kejadian yang dialaminya. Manusia bukanlah

wadah yang pasif sebagai tempat menyimpan dan mengawetkan

norma-norma.

Menurut Husserl (Maksum, 2011: 191), fenomenologi merupakan

metode dan filsafat. Sebagai metode, fenomenologi membentangkan

langkah. Langkah yang harus diambil sehingga sampai pada fenomeno yang

Page 76: PETANI DITENGAH TAMBANG: Studi Fenomenologi Tentang Efek

H 58

murni. Fenomenologi mempelajari dan melukiskan ciri-ciri instiksik fenomena

sebagaimana fenomena itu sendiri menampakan diri kepada kesadaran. Kita

harus berangkat dari subjek manusia serta kesadarannya dan berupaya

untuk kembali kepada “kesadaran murni”. Untuk mencapai kesadaran murni,

kita harus membebaskan diri dari pengalaman serta gambaran kehidupan

sehari-hari. Kalau ini dapat dilakukan maka akan tersisa gambaran-gambaran

yang hakiki dan intuisi esensi. Untuk memahami filsafat Husserl, ada

beberapa kata kunci yang perlu diketahui:

1. Fenomena adalah realitas esensi atau dalam fenomena terkandung pula

nomena (sesuatu yang berada di balik fenomena)

2. Pengamatan adalah aktivitas spiritual atau rohani

3. Kesadaran adalah sesuatu yang interaksional (terbuka dan terarah pada

subjek)

4. Substansi adalah konkret yang menggambarkan isi dan struktur kenyataan

sekaligus bisa terjangkau.