strategi indonesia dalam menghadapi klaim nine...
TRANSCRIPT
STRATEGI INDONESIA DALAM MENGHADAPI
KLAIM “NINE-DASH LINE” TIONGKOK
DI WILAYAH PERAIRAN KEPULAUAN NATUNA
PADA TAHUN 2014-2017
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S.Sos)
Oleh:
ZAHRA SHALIMAH
NIM. 1111113000079
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
2018
i
PERNYATAAN BEBAS PLAGIARISME
Dengan ini saya menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:
STRATEGI INDONESIA DALAM
KLAIM “NINE-DASH LINE” TIONGKOK
DI WILAYAH PERAIRAN KEPULAUAN NATUNA
PADA TAHUN 2014-2017
1. Merupakan karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu
persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penelitian ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN)
Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. Jika di kemudian hari terbukri bahwa karya saya ini bukan hasil karya asli
saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia
menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta.
Jakarta, 9 Juli 2018
Zahra Shalimah
ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI
Dengan ini, Pembimbing Skripsi menyatakan bahwa mahasiswa:
Nama : Zahra Shalimah
NIM : 1111113000079
Program Studi : Ilmu Hubungan Internasional
Telah menyelesaikan penelitian skripsi dengan judul:
“STRATEGI INDONESIA DALAM MENGHADAPI
KLAIM “NINE-DASH LINE” TIONGKOK
DI WILAYAH PERAIRAN KEPULAUAN NATUNA
PADA TAHUN 2014-2017”
Dan telah memenuhi persyaratan untuk diuji.
Jakarta, 9 Juli 2018
Mengetahui, Menyetujui,
Ketua Program Studi Dosen Pembimbing,
Ahmad Alfajri, MA Ahmad Alfajri, MA
iii
PENGESAHAN PANITIA UJIAN SKRIPSI
SKRIPSI
STRATEGI INDONESIA DALAM MENGHADAPI
KLAIM “NINE DASH LINE” TIONGKOK DI WILAYAH
PERAIRAN KEPULAUAN NATUNA PADA TAHUN 2014-2017
Oleh:
ZAHRA SHALIMAH
NIM. 1111113000079
Telah dipertahankan dalam sidang ujian skripsi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu
Politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 9 Juli 2018.
Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial
(S.Sos) pada Program Studi Hubungan Internasional.
Ketua sidang, Sekretaris sidang,
Ahmad Alfajri, MA Eva Mushoffa, M.HSPs.
NIP. NIP.
Penguji I, Penguji II,
Robi Sugara, M.Sc Febri Dirgantara Hasibuan, MM
NIP. NIP.
Diterima dan dinyatakan memenuhi syarat kelulusan pada tanggal 9 Juli 2018.
Ketua Program Studi,
Ahmad Alfajri, MA
NIP.
iv
ABSTRAK
Skripsi ini menganalisa tentang strategi Indonesia dalam menghadapi klaim
“Nine-dash line” Tiongkok di wilayah perairan Kepulauan Natuna. Tujuan penelitian
ini adalah untuk menganalisis kepentingan nasional Indonesia terhadap wilayah
perairan Kepulauan Natuna serta menganalisis kebijakan luar negeri Indonesia yang
bertujuan untuk mempertahankan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia
(NKRI) atas perairan Kepulauan Natuna. Dalam penelitiannya, skripsi ini
menggunakan metode kualitatif dengan mengambil berbagai sumber dan data yang
akan diverifikasi.
Skripsi ini berisi tentang profil Kepulauan Natuna serta klaim Tiongkok
tentang “nine-dash line” yang tak kunjung selesai. Peneliti mengungkapkan bahwa
klaim “nine-dash line” Tiongkok di wilayah perairan Kepulauan Natuna tumpang
tindih dengan wilayah Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia. Dan klaim “nine-
dash line” Tiongkok tersebut sudah berlarut-larut selama beberapa tahun menjadi
masalah serius di kawasan Laut Tiongkok Selatan. Dalam konflik tersebut peneliti
mengungkapkan bahwa Indonesia memiliki berbagai rencana, upaya dan sikap agar
wilayah kedaulatan Republik Indonesia tetap terjaga.
Kerangka konseptual yang digunakan dalam skripsi ini ialah framework
Daniel S. Papp mengenai kepentingan nasional (national interest) dan framework
James N. Rosenau mengenai kebijakan luar negeri (foreign policy). Dari hasil analisa
penulis menggunakan kedua kerangka konseptual tersebut dapat disimpulkan bahwa
strategi Indonesia dalam menghadapi klaim “Nine-dash line” Tiongkok di wilayah
perairan Kepulauan Natuna ialah dengan dilatarbelakangi oleh kepentingan nasional
Indonesia yang dapat bersifat objektif maupun subjektif karena tidak hanya bersifat
materi, namun juga non materi dengan dua aspek kepentingan nasional berupa
kriteria ekonomi dan penambahan power di wilayah perairan Natuna tersebut.
Dengan kepentingan nasional tersebut, Indonesia menetapkan strateginya dalam
kasus ini berupa kebijakan luar negeri di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo
berupa komitmen hingga beberapa plans for action dalam berbagai bidang demi
mempertahankan wilayah perairan milik Indonesia yang telah diakui sebelumnya di
mata dunia internasional berdasarkan UNCLOS 1982.
Kata kunci: Indonesia-Tiongkok, Nine-dash Line, Konsep Kepentingan Nasional,
Kebijakan Luar Negeri.
v
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim, segala Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT,
dengan segala rahmat, nikmat dan petunjuknya, penulis dapat menyelesaikan skripsi
ini sebagai tugas akademis di Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta
untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar sarjana pada program studi
Hubungan Internasional. Penulis sangat bersyukur selama proses penulisan skripsi ini
mendapat banyak dukungan, saran, semangat dan bantuan dari berbagai pihak yang
telah mendukung proses penyelesaian skripsi ini ditengah kesibukan penulis kuliah
sambil bekerja sebagai penyiar hingga akhirnya skripsi ini dapat selesai pada
waktunya. Alhamdulillahirabbil’alamin.
Skripsi ini penulis persembahkan untuk kedua orang tua tercinta yaitu Abbi
dan Ummi. Terima kasih atas seluruh kasih sayang, kebaikan, dukungan yang begitu
besar serta do’a yang tidak pernah putus dihaturkan untuk penulis selama ini. Terima
kasih pula untuk adikku tersayang Humairah Nazifah yang selalu mendukung dan
membantu penulis dengan tulus dan totalitas selama ini tak pernah tergantikan.
Terselesaikannya skripsi ini, tentunya tak lepas dari bimbingan, dukungan dan
bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, tak salah kiranya bila penulis
mengungkapkan rasa terima kasih dan penghargaan kepada:
1. Bapak Ahmad Alfajri, MA, Kepala Program Studi Hubungan Internasional
sekaligus Pembimbing Skripsi yang sangat baik dengan begitu banyak
bantuan, dorongan, saran, motivasi yang sangat membangun semangat penulis
dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih telah meluangkan waktu dan
juga banyak berkontribusi dalam mengarahkan penulis untuk menyelesaikan
skripsi ini di waktu yang tepat.
2. Bapak Robi Sugara, M.Sc dan Bapak Febri Dirgantara Hasibuan, MM selaku
penguji. Terimakasih banyak pak atas informasi dan bimbingan tambahan saat
sidang skripsi berlangsung. Terima kasih banyak atas kebaikannya.
3. Bapak Agus Nilmada Azmi, M.Si., selaku dosen seminar proposal skripsi
yang senantiasa memberikan bimbingannya kepada penulis.
4. Seluruh dosen-dosen program studi Hubungan Internasional UIN Jakarta yang
telah turut serta memberikan sumbangsih ilmunya kepada penulis selama
menjadi mahasiswi di FISIP UIN Jakarta. Semoga ilmu yang penulis terima
dapat bermanfaat di kehidupan selanjutnya.
vi
5. Seluruh teman-teman penulis di HI kelas B 2011, tak lupa juga rekan di HI
kelas A, kelas C dan kelas internasional yang tidak mungkin penulis sebutkan
satu persatu.
6. Sahabat terbaik penulis Reta, Helthon, Ahel dan Shofi, yang telah membantu,
mendukung dan mengingatkan penulis selalu untuk menyelesaikan skripsi ini.
7. Seluruh rekan seperjuangan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini Tito,
Rifqi, Andika, Rizkiana, Selvi, Niken, Nadia, Mona, dan semua syang telah
bersama-sama berjuang, saling mengingatkan dan saling mendukung satu
sama lain dalam suka maupun duka.
8. Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, yang telah
mendukung, menjadi pendengar yang baik serta mendoakan dengan tulus.
Terimakasih yang tak terhingga untuk seluruh pihak atas dukungan support dan
do’anya selama ini. Penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan
dari kalian. Sehingga fase ini bisa dilalui penulis dengan kemudahan keindahan dan
keberkahan. Semoga semua kebaikan tercatat dan bisa menjadi amal ibadah sampai
akhir hayat. Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih terdapat
kekurangan. Semoga skripsi ini dapat memberikan kontribusi pengetahuan dan
manfaat bagi seluruh pembaca.
Jakarta, 9 Juli 2018
Penulis,
Zahra Shalimah
vii
DAFTAR ISI
ABSTRAKSI ......................................................................................................................
KATA PENGANTAR ........................................................................................................
DAFTAR ISI .......................................................................................................................
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................
DAFTAR SINGKATAN ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN ...................................................................................................
A. Penyataan Masalah ..................................................................................................... 1
B. Pertanyaan Penelitian .................................................................................................. 13
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ................................................................................... 14
D. Tinjauan Pustaka ......................................................................................................... 14
E. Kerangka Teoritis ....................................................................................................... 17
1. Kepentingan Nasional (National Interest) ............................................................ 17
2. Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy) .............................................................. 20
F. Metode Penelitian ....................................................................................................... 23
G. Sistematika Penilaian .................................................................................................. 25
BAB II KEPULAUAN NATUNA......................................................................................
A. Profil Kepulauan Natuna ............................................................................................ 27
B. Potensi Kepulauan Natuna di Indonesia ..................................................................... 31
C. Kepulauan Natuna sebagai Wilayah yang Strategis di Laut Tiongkok Selatan ......... 35
BAB III KLAIM TIONGKOK ATAS WILAYAH PERAIRAN KEPULAUAN
NATUNA ...................................................................................................................
A. Klaim Tiongkok terhadap Perairan Kepulauan Natuna .............................................. 40
B. Indonesia-Tiongkok di Wilayah Perairan Kepulauan Natuna .................................... 43
C. Kepentingan Nasional Indonesia ................................................................................ 57
BAB IV STRATEGI INDONESIA DALAM MENGHADAPI KLAIM NINE DASH
LINE TIONGKOK DI WILAYAH PERAIRAN KEPULAUAN NATUNA ........ 60
A. Latihan Militer dan Pangkalan Militer di Wilayah Kepulauan Natuna ...................... 65
B. Pemberdayaan Wilayah Kepulauan dan Perairan Natuna .......................................... 70
C. Pengubahan Nama Perairan Menjadi Laut Natuna Utara ........................................... 74
BAB V PENUTUP ..............................................................................................................
Kesimpulan ................................................................................................................ 77
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................... 88
Lampiran-lampiran
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar I.1 Peta Nine-dash line
Gambar II.2 Kepulauan Natuna
Gambar II.3 Peta Migas di Kepulauan Natuna
Gambar 11.4 Peta ZEE Indonesia – UNCLOS 1982
Gambar II. 5 Pembagian Zona Maritim Menurut UNCLOS
Gambar III. 6 Peta Wilayah Kepulauan Natuna dan ZEE Indonesia
ix
DAFTAR SINGKATAN
ALKI Alur Laut Kepulauan Indonesia
ASEAN Association of Southeast Asian Nations
BOP Balance of Power
IHO International Hydrographic Organization
IUU Illegal, Unreported and Unregulated
KP Kapal Patroli
MENLU Menteri Luar Negeri
NKRI Negara Kesatuan Republik Indonesia
PBB Perserikatan Bangsa-Bangsa
PKA Pertemuan Kelompok Ahli
RI Republik Indonesia
RRT Republik Rakyat Tiongkok
TCT Trillion Cubic Feet
TNI Tentara Nasional Indonesia
UNCLOS United Nations Convention on the Law of the Sea
UU Undang-Undang
ZEE Zona Ekonomi Eksklusif
LNG Liquefied Natural Gas
CCP Chinese Communist Party
x
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Peta “Nine Dash Line” Versi Tiongkok.
Lampiran 2. Pasport Warga Negara Tiongkok.
Lampiran 3. Peta Laut Tiongkok Selatan Versi Tiongkok.
Lampiran 4. Overlay Nine-dash Line Tiongkok dengan ZEE dan Landas
Kontinen Indonesia.
Lampiran 5. Kapal Tiongkok di Tangkap Indonesia (2016).
Lampiran 6. Lokasi Tertangkapnya Kapal Nelayan oleh Indonesia Versi
Tiongkok (2016).
Lampiran 7. Pelanggaran Wilayah oleh Kapal Tiongkok.
Lampiran 8. East-West Shipping Route (Perairan Kepulauan Natuna)
Lampiran 9. Pasal 55 UNCLOS 1982
Lampiran 10. Pasal 57 UNCLOS 1982
Lampiran 11. Undang-Undang Republik Indonesia No.5 Tahun 1983 Tentang
Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pernyataan Masalah
Skripsi ini akan membahas mengenai strategi yang dilakukan oleh
pemerintah Indonesia pada tahun 2014-2017 untuk menghadapi klaim
Tiongkok atas perairan Kepulauan Natuna melalui skema sembilan garis
putus-putus atau yang dikenal dengan nine-dash line.1
Gambar I.1 Peta Nine-dash line
Sumber: http://www.inndocropcircles.com
1 Tom Mouat, Rex Brynan, Devin Ellis and Joe Saur, ―The Nine-Dash Line‖ terdapat di
http://www.mapsymbs.com/SouthChinaSeaMatrixGame.pdf diakses pada 5 juni 2016.
2
Sembilan garis putus-putus (nine-dash line) adalah garis penentu
batas wilayah yang diklaim oleh Tiongkok di kawasan Laut Tiongkok
Selatan. Kawasan tersebut mencakup sekitar 90% 3,5 juta km² perairan
Laut Tiongkok Selatan.2
Letak Indonesia secara geografis ialah di antara dua benua, benua
Australia dan benua Asia, serta di antara dua samudera diantaranya
Samudera Pasifik dan Samudera Hindia yang menjadikan Indonesia
sebagai negara yang berada di jalur perlintasan internasional3 yang sangat
ramai dilalui oleh aktor antar negara.
Dari sabang hingga Merauke kurang lebih 17.500 pulau4 yang
dimiliki Indonesia tersebar di bentang alam luas wilayah daratan
±2.0.12.402 km² dan luas perairan ±5.877.879 km² semakin memperkuat
identitas negara Indonesia sebagai negara kepulauan.5 Indonesia disebut
sebagai Negara Maritim dikarenakan luas perairannya dua kali lipat dari
luas daratannya.
Posisi strategis Indonesia semakin kuat ditinjau dari aspek ekonomi
yang diperkirakan ribuan kapal berlalu melintasi perairan Indonesia tanpa
singgah yang memiliki volume perdagangan dengan presentase mencapai
2 Willy F.sumakul, FKPM, ―Strategi Maritim China di Laut China Selatan: Suatu Dilema‖, 2013,
terdapat di http://www.fkpmaritim.org/strategi-maritim-china-di-laut-china-selatan-suatudilema/
diakses pada 5 mei 2015. 3 IPS Geografi Kelas VII, ―Letak Geografis Indonesia‖, terdapat di
http://www.erlangga.co.id/materi-belajar/smp/8896-letak-geografis-indonesia.pdf, 23 september
2016, diakses pada 29 september 2016. 4 Eko Prasetya, : Dari 17.504 Pulau di Indonesia, 16.056 telah diverifikasi PBB‖ terdapat di
https://www.merdeka.com/peristiwa/dari-17504- pulau-di-indonesia-16056-telah-diverifikasi-
pbb.html, 19 Agustus 2017, diakses pada 28 agustus 2017.
5 Rumampuk, R., ―Hak atas Pengelolaan Kawasan Pesisir di Provinsi Sulawesi Utara.‖ Lex et
Societatis I (5), 2013, halaman 54-63
3
hingga 45% dari total nilai perdagangan seluruh dunia yang terjadi di
jalur Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI). Jalur ini merupakan
perdagangan strategis yang dilalui oleh kapal dagang internasional.6
Posisi strategis Indonesia ini setiap harinya memicu berbagai
ancaman-ancaman dan kasus-kasus kriminal di laut ditinjau dari aspek
keamanan seperti perdagangan manusia, pembajakan di laut,
penangkapan ikan illegal, hingga konflik serta klaim wilayah.
Skripsi ini berfokus kepada klaim Tiongkok atas perairan
Kepulauan Natuna. Natuna terletak di bagian paling utara dari Provinsi
Kepulauan Riau yang menjadikan Kepulauan Natuna berbatasan langsung
dengan Singapura, Malaysia, dan Vietnam.7
Dengan luas wilayah
141.901 km² Natuna memiliki luas perairan (lautan) yang lebih dominan
yaitu sebesar 138.666,0 km² dan 3.235,20 km² daratan atau sebesar 2,4%
berupa 271 pulau besar dan kecil.8
Letak astronomi kabupaten Natuna berada di 1016‘-7019‘ Lintang
Utara dan 105000‘- 110000‘ Bujur Timur.9 Berdasarkan data tersebut
semakin jelas bahwa wilayah Natuna sebagian besar adalah perairan atau
lautan. Daratan di kabupaten Natuna pun bukan merupakan satu pulau
besar, melainkan terdapat 27 pulau yang terdiri dari gunung berbatu dan
6 Adityo Nugroho, Indonesia Poros Maritim Dunia Menuju Ekonomi Berbasis Kelautan (2014),
terdapat di http://jurnalmaritim.com/201408/indonesia-poros-maritim-dunia-menuju-ekonomi-
berbasis-kelautan/, diakses pada tanggal 11 agustus 2016 7 Suhartati M. Natsir, M. Subkhan, Rubiman, dan Singgih P.A. Wibowo,
―KomunitasForameniferaBentuk diI Peraian Kepulauan Natuna‖, dalam Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal. 21-31, Juni 2016. 8 Ibid
9 ―Kondisi Geografis Kabupaten Natuna‖ https://natunakab.go.id/kondisi-geografis-kabupaten-
natuna/ 2018, diakses pada 27 juni 2018.
4
tanah berbukit, sedangkan dipinggir pantai banyak ditemukan dataran
yang rendah dan landai.10
Seperti yang dipaparkan di atas, Natuna adalah kabupaten
sekaligus salah satu kepulauan terluar di barat laut Indonesia. Selain
memiliki sumber daya alam yang melimpah, wilayah natuna juga
berperan penting dalam menentukan batas-batas laut wilayah maupun
Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Indonesia. Zona Ekonomi Eksklusif
adalah salah satu zona maritim selain laut wilayah, zona tambahan,
landasan kontinen, dan laut lepas. Di Indonesia terdapat UU yang
mengatur tentang ZEE atau Zona Ekonomi Eksklusif yaitu UU No.5
tahun 1983. Undang-undang ini berisi tentang perbatasan perairan
Indonesia yang terdiri dari dasar laut, tanah di dalam lautan dan dengan
batas terluar sebesar 200 mil dari garis pangkal laut wilayah kedaulatan
Indonesia.11
Potensi Natuna yang terletak di perbatasan banyak negara
membuat Indonesia terus berupaya untuk memenuhi pasokan energi.
Tidak hanya itu saja, Indonesia juga melakukan eksploitasi sumber-
sumber daya yang ada. Terdapat gas alam dan minyak bumi yang
berlimpah dan menjadi salah satu yang terbesar di Indonesia. Letaknya
10
Renata Agung Yoga Prasetya. Inilah Potensi Tersembunyi di Balik Wilayah Laut Natuna (2016)
terdapat di http://www.goodnewsfromindonesia.org/2016/06/24/inilah-potensi-tersembunyi-di-
balik-wilayah-laut-natuna diakses pada tanggal 24 juni 2016 11
Suhartati M. Natsir, M. Subkhan, Rubiman, dan Singgih P.A. Wibowo,
―KomunitasForameniferaBentuk diI Peraian Kepulauan Natuna‖, dalam Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal. 21-31, Juni 2016.
5
yang berada paling luar membuat Natuna menyimpan kekayaan sumber
daya alam yang nantinya akan menyumbang kas negara.
Pemerintah Indonesia menghitung 222 Trillion Cubic Feet (TCF)
dan gas hidrokarbon yang bisa didapat sebesar 46 TCF. Hal ini didapat
dari ladang gas D-Alpha atau dikenal dengan Blok East Natuna yang
terletak di 225 km² utara dari Kepulauan Natuna. Dari jumlah tersebut
Indonesia berhasil mendapatkan gas dan minyak alam terbesar dari gas
Arun di Nanggroe Aceh Darussalam.12
Blok Natuna Sea A saat ini memproduksi sekitar 145 MMscf dari
lapangan Anoa, dan 75 MMscfd dari Gajah Baru, sedangkan 2.350 barel
minyak per hari.13
Angka ini bukan angka kecil untuk pasokan gas alam
dan minyak di Indonesia, maka Indonesia terus membangun infrastruktur
demi menunjang hasil- hasil produksi sumber daya alam tersebut.
Seperti yang dipaparkan di atas, Kepulauan Natuna memiliki
kekayaan alam yang sangat beragam, mulai dari sumber daya perikanan
hingga sumber daya gas alam.14
Di bagian utara dan selatan epulauan
Natuna terdapat ladang gas yang menyimpan cadangan mencapai 222
triliun kubik gas dan merupakan salah satu cadangan gas terbesar di
12
Kusairi & Budi R. Minula "berebut ladang Migas kelas dunia di Natuna di unduh dari
http://www.theglobal-review.com/content_detail.php?lang=id&id=117&type=7#.VRjAz_yUd0s
diakses pada tanggal 13 Agustus 2016 13
Pertamina dan PTTEP Akuisisi Anak Usaha HESS di Indonesia. 2013, di unduh dari
http://www.pertamina.com/news-room/siaran-pers/pertamina-dan-pttep-akuisisi-anak-usaha-hess-
di-indonesia/ di akses pada tanggal 13 Agustus 2016 14
Warta Kepri, Empat Kekayaan di Natuna yang Penting Bagi Indonesia (2016) terdapat di
http://wartakepri.co.id/2016/07/08empat-kekayaan-di-natuna-yang-penting-bagi-indonesia/
diakses pada tanggal 8 juli 2016
6
dunia.15
Selain itu terkandung juga gas hidrokarbon sebesar 46 triliun
kubik.16
Tidak hanya itu, dalam bidang industri gas dan minyak Indonesia
memiliki 16 blok migas di Natuna. Dari 16 blok tersebut, hanya 5 blok
yang aktif produksi, 7 blok sedang dalam eksplorasi dan 4 blok sedang
dalam tahap penghentian.17
Di sisi lain, produksi perikanan berjumlah 8,9 % dari potensi
sumber daya alam di Natuna.18
Di bawah pemerintahan Presiden Joko
Widodo saat ini Indonesia memang sangat tegas dalam penegakan hukum
dalam perang terhadap praktik pencurian ikan. Hal tersebut disampaikan
oleh ketua delegasi RI, Dr. Achmad Poernomo, dalam Joint ASEAN-
SEAFDEC Declaration on Combating IUU Fishing and Enchancing Fish
and Fisheries Product Competitiveness in Southeast Asia Pada 4 Agustus
2016 di Bangkok, Thailand.19
Beliau mempertegas tidak ada kompromi
dalam memerangi praktik pencurian ikan di perairan Indonesia.20
15
Panji Laksmana, Bentang Laut Anambas dan Natuna (2016) terdapat di
http://www.conversation.org/global/indonesia/tentang/bentang_laut/anabas-
natuna/Pages/bentang_laut_anabas_natuna.aspx diakses pada tanggal 16 agustus 2016 16
Website resmi pemerintah kabupaten Natuna. Tersedia di http://www.natunakab.go.id/sekilas-
natuna.html diakses pada tanggal 20 agustus 2016 17
Sekretariat Kabinet RI, Natuna Infrastructure Development Must Be Started Immediately, the
President Says terdapat di http://setkab.go.id/en/natun-infrastructure-development-must-be-
started-immediately-the-president-says/ diakses pada tanggal 18 agustus 2016 18
Kompas Nasional, Jokowi: Produksi Perikanan di Natuna Hanya 8,9 Persen dari Potensi yang
Ada (2016) terdapat di
http://nasional.kompas.com/read/2016/06/29/13571141/jokowi.produksi.perikanan.di.natuna.hany
a.8,9.persen.dari.potensi.yang.ada diakses pada tanggal 29 juni 2016 19
Website Resmi South-East Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC), Thailand Hosts
ASEAN-SEAFDEC Cooperative Forum and Joins Hands with Other Countries in Developing Joint
Declaration to Combat IUU Fishing and Enhance Sustainable Fisheries Development in the
Region (2016) terdapat di http://www.seafdec.org/thailand-hosts-asean-seafdec-cooperative-
forum-joins-hands-countries-developing-joint-declaration-combat-iuu-fishing-enhance-
sustainable-fisheries-development-region/ diakses pada tanggal 25 agustus 2016 20
KBRI Bangkok Kementerian Luar Negeri, Indonesia Tegaskan Tidak Ada Kompromi Hadapi
IUU Fishing (2016), terdapat di http://www.kemlu.go.id/id/berita/berita-
7
Pernyataan tersebut juga didukung oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan Republik Indonesia yang dipimpin oleh menteri Susi
Pudjiastuti dengan aksi pembakaran kapal asing yang telah terbukti
melakukan tindakan IUU Fishing.21
Tindakan tersebut mendapat
dukungan dari Presiden Jokowi walaupun aksi tersebut dinilai berbagai
pihak kontroversial karena berpotensi dapat mengganggu hubungan
bilateral negara.22
Tidak hanya itu, sejak awal 2016 di kawasan Natuna, polisi air
kepolisian Kepulauan Riau telah beroperasi menangkap nelayan illegal di
perairan Lingga, Bintan, dan Natuna. Kapal patroli markas besar
kepolisian RI KP Baladewa 8002 telah memperbantukan untuk polisi
daerah Riau. Polisi tersebut menahan 4 kapal asal negara Vietnam atas
dugaan praktik pencurian ikan di perairan Natuna oleh keempat kapal
yang dinahkodai oleh warga negara Vietnam pada 17 Maret 2016.23
Beberapa kali didapati kapal-kapal asing yang didapati melakukan
perwakilan/Pages/Indonesia%20Tidak%Ada%20Kompromi%20Hadapi%20IUU%20Fishing.aspx,
diakses tanggal 25 agustus 2016 21
Website Resmi Kementerian Kelautan dan Perikanan RI, Hari Kemerdekaan, Pemerintah
Tenggelamkan 60 Kapal Illegal Fishing (2016) terdapat http://kkp.go.id/2016/08/17/hari-
kemerdekaan-pemerntah-tenggelamkan-60-kapal-illegal-fishing/ diakses pada tanggal 17 agustus
2016 22
Carl Thayer, Indonesia: Playing With Fire in the South China Sea (2014) terdapat di
http://thediplomat.com/2014/12/indonesia-playing-with-fire-in-the-south-china-sea/ diakses pada
tanggal 18 agustus 2016 23
Liputan 6, Dalam 10 jam, 4 Kapal Vietnam Tertangkap Curi Ikan di Natuna terdapat di
http://regional.liputan6.com/read/2535795/dalam-10-jam-4-kapal-vietnam-tertangkap-curi-ikan-di-
natuna- diakses tanggal 18 agustus 2016
8
tindakan IUU Fishing di wilayah perairan Kepulauan Natuna, tidak hanya
Vietnam juga ditemukan kapal dari Thailand24
dan Tiongkok. 25
Sejak Februari 1948 secara diam diam wilayah perairan laut
Tiongkok Selatan sudah di klaim oleh Tiongkok, terdapat di Nine Doted
Line atau Nine-dash line yang berbentuk ―U ―di wilayah Natuna,
termasuk Pulau Paracel dan Kepulauan Spratly. Pada 7 Mei 2009, secara
resmi klaim tersebut didaftarkan Tiongkok kepada PBB.26
Bukan hanya
Tiongkok, Vietnam, Malaysia, Filipina juga klaim wilayah Kepulauan
Spratly dan Paracel. Atas klaim yang diajukan beberapa negara tersebut
Kementerian Luar Negeri Indonesia merespon dengan mengadakan
Pertemuan Kelompok Ahli (PKA) yang bertemakan ―Perkembangan di
Laut Tiongkok Selatan dan Dampaknya Bagi Stabilitas Politik dan
keamanan di Kawasan Asia Pasifik‖, Bandung, 30 November 2010.27
24
Website Resmi Direktorat Jenderal PSDKP KKP RI, KKP Tenggelamkan Kapal Thailand
Pelaku Illegal Fishing di Perairan Batam (2015) terdapat di
http://djpsdkp.kkp.go.id/ppsdk/arsip/c/174/KKP-TENGGELAMKAN-KAPAL-THAILAND-
PELAKU-ILLEGAL-FISHING-DI-PERAIRAN-BATAM/?category_id=2 diakses pada tanggal
25 agustus 2016 25
Leo Suryadinata, Did the Natuna Incident Shake Indonesia-China Relations? (2016) terdapat di
http://www.iseas.edu.sg/images/pdf/ISEAS_Perspective_2016_19.pdf diakses tanggal 25 agustus
2016 26
Hannah Beech, ―Just Where Exactly Did China Get the South China Sea Nine-Dash Line
From?, Time, http://time.com/4412191/nine-dash-line-9-south-china-sea/ diakses pada 20
desember 2016. 27
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, Pertemuan Kelompok AM (PKA),
"Perkembangan di Laut China Selatan dan Dampaknya bagi Stabilitas Politik dan Keamanan di
Kawasan Asia Pasifik: Penguatan Posisi dan Strategi RI", No.210/PR/XI/2010/53,29 November
2010, terdapat di https://www.kemlu.go.id/id/berita/siaran-pers/pages/pertemuan-kelompok-AM-
PKA-Perkembangan-di-Laut-Vhina-Selatan-dan-Dampaknya-bagi-Stabilitas-Politik-d.aspx
diakses pada 21 januari 2015.
9
Nine-dash line disepakati para ahli merupakan sesuatu yang
bertentangan dengan hukum Internasional dalam UNCLOS 1982.28
Walaupun Indonesia tidak melakukan klaim terhadap dua wilayah
Kepulauan Spratly dan Paracel, namun tetap Indonesia memprotes garis
wilayah ZEE yang terletak di garis Kontinen Republik Indonesia di
wilayah perairan Kepulauan Natuna.29
Wilayah Kepulauan Natuna berada di sekitar zona konflik yang
kerap menimbulkan perhatian dari dunia internasional. Terdapat pulau
pulau kecil sebanyak 200 pulau kecil dalam kawasan laut Tiongkok
Selatan.30
Laut Tiongkok Selatan sendiri terletak di Samudera Pasifik
hingga selat malaka dan Singapura.
Pada dasarnya laut Tiongkok Selatan bukan merupakan
kepemilikan Tiongkok atau negara apapun, dapat disebut dengan no
man’s island, namun laut ini memang biasa digunakan untuk jalur
perdagangan antar negara.31
Kawasan Laut Tiongkok Selatan berada di
sekitar negara yang memiliki pantai yaitu Indonesia, Malaysia, Singapura,
Vietnam, Kamboja, Brunei Darussalam, RRT dan Thailand. Potensi letak
yang seperti inilah menjadikan Laut Tiongkok Selatan sebagai jalur
terbaik untuk perdagangan antar negara kawasan.
28
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2010, Pertemuan Kelompok Ahli (PKA),
―Perkembangan di Laut Cina Selatan dan Dampaknya bagi Stabilitas Politik dan Keamanan di
Kawasan Asia Pasifik: Penguatan Posisi dan Strategi RI, dalam http://www.kemlu.go.id, diunduh
pada tanggal 3 Agustus 2016. 29
Dr. Syaiful Anwar, Mayor Jenderal TNI (Marinir) ―Posisi Keamanan Maritim dalam Kerangka
sistem Pertahanan Negara‖, Jurnal Pertahanan, Agustus 2013, Vol. 3, No. 2. 30
Akmal, ―Strategi Indonesia Menjaga Keamanan Wilayah Perbatasan Terkait Konflik Laut Cina
Selatan Pada Tahun 2009‖, Fisip Universitas Riau,2015, Hal. 2. 31
http://www.jpf.or.id/id/jepang-indonesia-dan-konflik-laut-cina-selatan diakses pada tanggal 19
juni 2016
10
Pada 24 Juli 2014 di Jakarta diadakan konferensi pers yang
dilakukan pada penerimaan kunjungan Jenderal Tiongkok Fan
Changlong, konferensi ini terkait dengan konflik Laut Tiongkok Selatan.
Saat itu melalui Menteri Pertahanan RI, Purnomo Yusgiantoro, Indonesia
menetapkan diri sebagai negara netral "Indonesia tidak terlibat dalam
sengketa Laut Tiongkok Selatan atau Laut Tiongkok Timur," Indonesia
hanya mengungkapkan bahwa terciptanya zona damai antar kawasan dan
stabilitas keamanan yang bebas di lewati.32
Kenyataan yang didapat Tiongkok telah mengklaim lewat media
serta surat langsung kepada PBB tentang zona wilayah kelautannya yang
menyebabkan kawasan ini menjadi bermasalah. Klaim ini juga memiliki
peta garis putus-putus yang jelas-jelas sudah sangat direncanakan oleh
Tiongkok.33
Pengakuan klaim ini diperjelas oleh Asisten Deputi I pada
Kementerian Koordinator Politik Hukum dan Keamanan bidang Strategi
Pertahanan Masekal, TNI Fahru Zaini yang menyatakan bahwa Natuna
telah dimasuki oleh Tiongkok.34
Gambaran Tiongkok atas garis putus-putusnya juga terdapat dalam
paspor terbaru milik semua warga Tiongkok.35
Garis putus-putus ini
merupakan imajinasi Tiongkok yang semata-mata dianggap sebagai
32
http://news.detik.com/read/2014/07/24/132233/2647025/10/menhan-tegaskan-posisi-ri-netral-
soal-sengketa-laut-china-selatan?nd772204btr diakses pada tanggal 10 Juni 2016 33
http://www.jpnn.com/read/2014/06/29/243071/Peta-Baru-Tiongkok-Bikin-TNI-Waspada
diakses pada tanggal 5 Juni 2016 34
Evy R.Syamsir, China klaim wilayah Natuna, terdapat di
http://www.antaranews.com/berita/423685/china-klaim-wilayah-natuna, 12 Maret 2014 diakses
pada tanggal 10 juni 2016. 35
http://www.aktual.co/hukum/233137kemenkopolhukam-rrc-klaim-wilayah-Natuna diakses pada
19 juni 2016
11
wilayah milik Tiongkok. Hal ini mengacu pada sejarah klaim Tiongkok
pertama kali oleh Pemerintah Nasionalis Republik Tiongkok pada tahun
1947 di masa kekuasaan Partai Kuomintang pimpinan Chiang Kai Sek
yang telah menetapkan klaim teritorialnya di Laut Tiongkok Selatan.36
Walaupun secara resmi Tiongkok tidak pernah mengungkapkan
garis nine-dash line, Tiongkok tetap menggunakannya sebagai garis
perbatasan darat dan laut negara mereka.37
Nine-dash line menunjukan
bahwa sebagian perairan Kepulauan Natuna adalah milik Tiongkok. Hal
ini juga diperjelas oleh beberapa pernyataan guru besar Malaysia yang
mencurigai Tiongkok memiliki ambisi yang begitu besar untuk
menyertakan seluruh Laut Tiongkok Selatan kedalam wilayahnya
walaupun beberapa pulau tidak masuk ke wilayahnya.38
Tiongkok sendiri
belum berkomentar atau lebih tepatnya memilih tidak berkomentar sama
sekali terhadap hal tersebut karena hal ini membuat posisi Tiongkok tidak
aman dalam kawasannya atau dalam kawasan internasional.
Ambisi Tiongkok yang besar atas wilayah laut Tiongkok Selatan
ini membuat kawasan kepulauan kecil terancam, kepulauan tersebut
adalah Spratly, Paracel, dan Natuna. Di sekitar wilayah tersebut terdapat
ekspansi-ekspansi mengelilingi pulau Spartly yang sudah dilakukan dari
36
Center for Strategic and International Studies, ―11-Dash Line Map‖, Document Loud, diakses
dari https://www.documentcloud.org/documents/1347513-prc-img-eleven-dotted-
line1947.html#annotation/a185712 diakses pada 10 april 2016. 37
Sato, koichi, ―China‘s Territorial Claims at Sea: The East China and South China Sea‖, 2011
dikutip dari Hainansheng Ditu [Map of Hainan Province], Zhongguo Ditu Chubanshe,
Xinhuashudian, Beijing, April 1988, B. A. Hamzah, ―China‘s Strategy,‖ Far Eastern Economic
Review, 13 August 1992, p.22 38
Ibid
12
tahun 1988. Undang-Undang penerbitan tentang laut wilayah territorial
dan Contiguous Zone merupakan langkah de jure Tiongkok memasukan
kepulauan Spratly sebagai wilayah teritorialnya.39
Hal serupa juga ditakutkan Indonesia dapat terjadi sewaktu-waktu
yang kemungkinan nantinya akan menganggu stabilitas keamanan
wilayah kedaulatan Indonesia. Tindakan sepihak Tiongkok tersebut
sangat amat merugikan Indonesia, kedaulatan terancam dan stabilitas
ekonomi ikut terancam.
Indonesia merasa tidak nyaman dengan klaim garis putus-putus
Tiongkok yang di keluarkan sejak tahun 1993,40
di sisi lain Indonesia
memilih tidak terlibat dalam kasus Spratly dan Paracel maupun kasus
Laut Tiongkok Selatan lainnya yang tidak menyinggung wilayah
Indonesia. Sedangkan pada tahun 2009 Tiongkok kembali membuat peta
tentang klaim garis terbaru atas laut Tiongkok Selatan yang memasukan
Natuna kedalam peta tersebut. Permasalahan ini tentu saja nantinya akan
berimbas pada ZEE atau Zona Ekonomi Eksklusif wilayah perairan
Indonesia.
Imbas zona tersebut juga menjadi acuan Indonesia untuk menjaga
kedaulatan NKRI. Dalam tahun 2014-2017 yang merupakan era Preisden
Jokowi dimana pada era tersebut Indonesia terus mengedepankan slogan
39
http://luar-negeri.kompasiana.com/2011/06/21/kepulauan-spratly-asean-vs-china/ diakses pada
19 juni 2016 40
Erwin Kurnia N.M. ―Pengaruh Konfik Laut Cina Selatan Terhadap Sistem Pertahanan Negara
Indonesia. Universitas Pertahanan Indonesia, Jakarta 2014, hal. 8 di unduh dari
https://www.academia.edu/7289711/Pengaruh_Konflik_Laut_China_Selatan_Terhadap_Sistem_P
ertahanan_Negara diakses pada tanggal 3 Agustus 2016
13
sebagai negara maritim di dunia. Hal ini menuntut Indonesia untuk lebih
menjaga kedaulatannya dan berbagai wilayah perbatasan dengan negara
lain baik berupa daratan maupun perairan.
Secara garis besar ZEE yang menyangkut zona ekonomi sudah
pasti membuat Indonesia terganggu tidak hanya pada stabilitas Ekonomi
namun juga kedaulatan suatu negara, jika Indonesia menyerah begitu saja
dengan tidak memperjuangkan Natuna maka bukan hanya kehilangan
Kepulauan Natuna namun akan kehilangan area produksi minyak, gas
alam, perikanan, pariwisata. Laut ini juga merupakan kawasan dengan
Geopolitik yang sangat intens terhadap negara negara sekitar wilayahnya.
Berdasarkan Latar Belakang Masalah yang dijelaskan, penulis
menjadi tertarik untuk meneliti ― Strategi Indonesia Dalam Menghadapi
Klaim Nine-dash line Tiongkok di Wilayah Perairan Kepulauan Natuna
Periode Tahun 2014-2017”. Adapun rumusan masalah, tujuan, dan
metode penelitian yang digunakanakan dipaparkan dalam bagian berikut
ini.
B. Pertanyaan Penelitian
Berdasarkan pernyataan di atas, penulis mengangkat rumusan
masalah Bagaimana Strategi Pemerintah Indonesia dalam Menghadapi
Klaim “Nine-dash line” Tiongkok di Wilayah Perairan Kepulauan Natuna
pada Tahun 2014-2017?
14
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
Skripsi ini bertujuan untuk mengetahui apa saja yang menjadi
Strategi Indonesia menghadapi klaim Tiongkok atas wilayah perairan
Kepulauan Natuna Indonesia demi mempertahankan wilayah perairan
milik Indonesia. Penelitian ini akan menggunakan kerangka konseptual
kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri.
Penulis berharap penelitian ini dijadikan sebagai salah satu sumber
referensi bagi penelitian selanjutnya yang terkait dengan isu klaim
Tiongkok terhadap wilayah perairan Kepulauan Natuna Indonesia. Adapun
manfaat penulisan skripsi ini adalah untuk menambah literature mengenai
perencanaan maupun pelaksanaan strategi dan kebijakan Indonesia dalam
mempertahankan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
D. Tinjauan Pustaka
Penelitian tentang klaim Tiongkok terhadap Kepulauan Natuna
Indonesia telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu. Rizki Roza,
Poltak Partogi Nainggolan serta Simela Victor Muhammad menulis buku
yang berjudul ―Konflik Laut China Selatan dan Implikasinya terhadap
Kawasan” tahun 2013.41
Mereka menuliskan klaim atas Tiongkok tentang
wilayah perairan Laut Tiongkok Selatan, meliputi kepulauan dan pulau
besar di dalamnya. Mereka memfokuskan Tahun 2012 adanya ancaman
tentang kedaulatan dan kepentingan Indonesia pada wilayah perairan
41
Rizki Roza, Poltak Partogi dan Simela Victor, ―Konflik Laut China Selatan dan Implikasinya
Terhadap Kawasan‖, 2013, P3DI Setjen DPR RI.
15
Natuna. Perbedaan pada penelitian ini ialah terdapat pada pemilihan tahun
yang difokuskan pada tahun 2014-2017. Bukan hanya itu, mereka lebih
memfokuskan pada pentingannya United Nations Convention on the Law
of the Sea (UNCLOS) yang mengkhususkan hak pengolahan wilayah ZEE.
Menurut mereka UNCLOS atau hukum laut yang harus dipatuhi, karena
Indonesia memiliki banyak kepulauan sehingga pulau-pulau dekat
perbatasan dari jangkauan pusat.
Dadang Sobar Wirasuta pada tahun 2015 menulis artikel di Jurnal
Pertahanan, yang berjudul ―South Cina Sea Maritime Security: Challenges
and Oppurtunities”.42
Dadang menjelaskan bahwa segi hukum
internasional, seperti peta yang dibuat oleh Tiongkok dikenal sebagai
“Nine-dash line”. Dadang juga menjelaskan bahwa sengketa wilayah
tidak hanya fokus kepada Tiongkok saja namun banyak wilayah dan
negara bersengketa atas kepemilikan 200 mil laut penuh dekat dengan
negaranya seperti Malaysia, Filipina, dan Vietnam. Tentu saja hal ini
bertentangan dengan ketentuan UNCLOS 1982. Perbedaan penelitian ini
dengan penelitian Dadang adalah fokus penelitian yang bersengketa pada
beberapa negara terdekat terutama negara Asia Tenggara, sedangkan fokus
penelitian ini adalah Klaim atas Tiongkok terhadap Perairan Kepulauan
Natuna.
42
Dadang Sobar Wirasuta, Jurnal Pertahanan, ” South Cina Sea Maritime Security: Challenges
And Oppurtunities” Jurnal Intelijen Indonesia, 2015.
16
Airlangga Wisnu menulis tesis yang berjudul “Analisis Mengenai Klaim
Republik Rakyat Cina atas Perairan Kabupaten Natuna” pada tahun 2016.43
Airlangga menuliskan Natuna adalah kabupaten sekaligus salah satu
kepulauan terluar di barat laut Indonesia. Tindakan sepihak dari
Pemerintah Tiongkok merilis peta yang didalamnya terdapat “Nine-dash
line” di sekitar Laut Tiongkok Selatan. sangat merugikan Pemerintah
Indonesia tidak hanya dalam persoalan ekonomi, tetapi hal ini juga
menyangkut kedaulatan Negara. Sembilan garis putus tadi menunjukkan
bahwa yang berada didalamnya merupakan wilayah perairan milik
Tiongkok. Yang menjadi masalah adalah nine-dash line tadi jika
disambung akan memotong ZEE dari Indonesia, tepatnya di perairan
natuna. Airlangga tidak menggunakan teori atau kerangka konseptual
untuk menganalisa permasalahan ini, sedangkan pada penelitian ini
menggunakan kerangka konseptual yang dilihat dari potensi pelanggaran
Tiongkok dan ancaman keamanan laut Natuna.
Mohammad Amir Aliakbar di tahun 2017 menulis tesis yang
berjudul “Gauging the potential for armed conflict between China and
Indonesia in the South China Sea”.44
Tesis ini berisi tentang kurangnya
kejelasan tentang koordinat Line Nine-Dash yang berpotensi
mempengaruhi klaim Indonesia atas kedaulatan Perairan Pulau Natuna dan
atas zona ekonomi eksklusif di sekitar Pulau Natuna. Tiongkok telah
mempertahankan sikapnya bahwa nelayan Tiongkok harus diperbolehkan
43
Airlangga Wisnu, ―Analisis Mengenai Klaim Republik Rakyat Cina atas Perairan Kabupaten Natuna‖, 2016. 44
Amir Aliakbar, ―Gauging the potential for armed conflict between China and Indonesia in the
South China Sea”, 2017.
17
untuk menggunakan daerah nelayan tradisional di dekat Pulau Natuna
sementara Indonesia mempertahankan hak atas sumber daya alam dalam
zona ekonomi eksklusif.
Perbedaan penelitian-penelitan sebelumnya dengan penelitian kali
ini adalah terletak pada objek penelitian dan konsep yang digunakan.
Penelitian ini akan mencari apa saja dan bagaimana strategi Indonesia
dalam menghadapi klaim Tiongkok terhadap wilayah perairan Kepulauan
Natuna ini akan dianalisa dengan konsep kepentingan nasional dan
kebijakan luar negeri.
E. Kerangka Teoritis
Dalam skripsi ini, peneliti akan menggunakan kerangka konseptual
kepentingan nasional dan kebijakan luar negeri.
1. KEPENTINGAN NASIONAL (National Interest)
Untuk menganalisis kepentingan nasional Indonesia atas
perairan Natuna dibutuhkan kerangka konsep kepentingan nasional.
Tujuan utama dari kebijakan luar negeri Indonesia ialah
mempertahankan wilayah perairan Kepulauan Natuna untuk mencapai
kepentingan nasional Indonesia. Daniel S. Papp menyatakan bahwa
kepentingan nasional bisa bersifat objektif dan subjektif karena
18
kepentingan nasional, hal tersebut tidak hanya bersifat materi namun
juga bersifat non materi 45
seperti value.
Selain itu Daniel S. Papp juga menjelaskan tentang produk dari
kepentingan nasional yaitu Power. Power atau kekuatan disini
menerangkan tentang metode dan aksi yang menggunakan percobaan
untuk mencapai kepentingan nasional suatu negara.46
Daniel juga
menjelaskan bahwa Power merupakan produk dari beberapa
pemasukan potensi kekuatan dari beberapa aktor negara atau bahkan
negaranya sendiri. Potensi tersebut merupakan populasi negara; segi
geografis; sumber daya alam, kapabilitas industri; dan kapabilitas
militer.47
Tersedia lima kriteria Power menurut Daniel yaitu: kriteria
ekonomi; kriteria ideologi; keamanan militer; moralitas dan legalitas.
Potensi kekuatan dari kriteria ekonomi bisa dilihat pada suatu negara
dengan posisi ekonomi suatu negaranya tersebut. 48
Kriteria ekonomi
yang dimiliki oleh Perairan Kepulauan Natuna dari sumber daya alam,
energi, pariwisata, dan potensi perikanan yang besar membuat peneliti
memilih kerangka konseptual dari Daniel S. Papp yaitu kepentingan
nasional dengan poin-poin dari Power.49
45
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations; framework for understanding 5th editions,
(London: Macmilan Publishing Company, 1988), 44. 46
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations, 366. 47
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations, 360. 48
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations, 45. 49
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations, 355.
19
Dalam kepentingan nasional yang dikemukakan oleh Morton
A. Kaplan menjelaskan bahwa kepentingan nasional merupakan sistem
untuk mendapatkan sesuatu yang berharga.50
Adanya perilaku suatu
negara untuk melakukan perimbangan kekuatan dalam hubungan
internasional. Kekuatan ini disebut dengan Balance of Power atau
BOP. BOP merupakan penyusunan hubungan internasional yang
bertujuan untuk membuat tidak ada negara yang kedudukannya berada
di posisi lebih kuat dibanding dengan negara lain dan melakukan
intervensi.51
Dalam hubungan internasional, perimbangan kekuatan
juga harus dilakukan oleh suatu negara. Kekuatan yang dimaksud ialah
Balance of Power (BoP).52
Untuk menganalisa strategi Indonesia dalam menghadapi klaim
nine-dash line Tiongkok di wilayah perairan Kepulauan Natuna
dibutuhkan kepentingan nasional. Pengakuan klaim yang di daftarkan
oleh Tiongkok kepada PBB di Tahun 2009 membuat kedaulatan
Indonesia terganggu. Hal ini menjadi tujuan utama dari Indonesia
mencapai kepentingan nasionalnya.
Selain itu, setiap negara yang melakukan atau mengambil
langkah maupun menetapkan keputusan dalam hubungan internasional
berupa strategi, kebijakan luar negeri, diplomasi maupun langkah aksi
militer semua itu awalnya akan dilatarbelakangi oleh kepentingan
nasional suatu negara.
50
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations, 42. 51
Kenneth Waltz, Theory of International Politics, (New York: ColombiaUniversity, 1979), 88. 52
Kenneth Waltz, Theory of International Politics, (New York: Colombia University,1979), 88.
20
2. Kebijakan Luar Negeri (Foreign Policy)
Studi Hubungan Internasional sangat erat kaitannya dengan
studi mengenai kebijakan luar negeri yang memusatkan perhatian
kepada kepentingan nasional, unsur kekuatan negara, dan tindakan dari
negara tersebut. Untuk mencapai kepentingan nasional suatu negara
dapat menggunakan salah satu tindakan berupa kebijakan (politik) luar
negeri. Tujuan kebijakan luar negeri merupakan rancangan yang
dipilih dan di tetapkan oleh pembuat keputusan yang nantinya akan
mengubah kebijakan suatu negara untuk mempertahankan tujuan dari
negara tersebut di lingkungan Internasional.53
Strategi atau rencana tindakan oleh suatu negara dalam
menghadapi negara lain atau unit politik internasional lainnya
merupakan kebijakan luar negeri. Semua itu di kendalikan agar dapat
mencapai tujuan nasional yang spesifik dalam terminology national
interest54
Penjelasan tentang kebijakan luar negeri menurut KJ. Holsti
bahwa kebijakan luar negeri memiliki faktor internal serta eksternal
yang nantinya akan mempengaruhi kebijakan itu sendiri. Pertama,
pada faktor internal cakupan kebutuhan keamanan dan kondisi sosial
ekonomi negaranya, sistem ekonomi, tingkat pertumbuhan,
53
Perwita, A.A Banyu dan Yani, Yamyan Muhammad, ―Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional‖,Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, hal.49-51 54
Perwita, A.A Banyu dan Yani, Yamyan Muhammad, ―Pengantar Ilmu Hubungan
Internasional‖,Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006, hal.49-51
21
karakteristik geografis dan topografis wilayah, dan isu yang
berkembang di dalam negara, birokrasi dan pertimbangan etik.55
Berbeda dengan Holsti, George Modelski mengkonsentrasikan
sumber daya ideologi yang berefek kepada kepentingan nasional suatu
negaranya, Modelski juga menjelaskan bahwa budaya dapat
mempengaruhi kebijakan luar negerinya.56
Rosenau berpendapat tentang kapabilitas analisis dalam
menjalankan kebijakan luar negeri, kapabilitas tersebut adalah tentang
sosial, ekonomi, budaya, dan proses psikologi dimana ini merupakan
limit tertinggi yang berefek dari tingkah laku eksternal.57
Rosenau
mendefinisikan kebijakan luar negeri sebagai upaya negara melalui
keseluruhan sikap dan aktivitasnya untuk mengatasi dan memperoleh
keuntungan dari lingkungan internal dan eksternal suatu negaranya.58
Bagi Rosenau, kebijakan luar negeri dibutuhkan oleh pembuat
kebijakan yang mengupayakan rencana suatu negara sebagai bentuk
perilaku.59
Pembuat kebijakan mengacu pada sikap, persepsi, dan nilai
nilai fundamental yang berasal dari sistem negara. Pengalaman sejarah
dan letak geografis dapat mempengaruhi geopolitik kawasan. Bentuk
implementasi dari politik luar negeri yaitu kebijakan luar negeri yang
55
KJ. Holsti, International Politics : A framework for Analysis, (New Jersey: Prentice Hall, 1992),
269. 56
George Modelski, A theory of Foreign Policy (New York: Fredrick A. Praeger, 1962), 152. 57
James N. Rosenau, The Study of Foreign Policy, World Politics: An Introduction, (New York:
Free Press, 1976), 95. 58
Simon Dalby, ― Calling 911: Geopolitics, security and America‘s New War.‖ A frank Cass
Journal (2003), 102-103. 59
James N. Rosenau, The Study of Foreign Policy, World Politics: An Introduction, 98.
22
menunjukkan dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi
terhadap lingkungan internasional. Panduan bagi pembuat kebijakan
juga dapat di lihat dari kondisi eksternal suatu wilayah yang
membutuhkan strategi, rencana, dan kebijakan yang dapat di observasi.
Rosenau juga berpendapat bahwa kebijakan luar negeri muncul
sebagai perilaku eksternal.60
Rosenau berpendapat tentang kapabilitas analisis dalam
menjalankan kebijakan luar negeri, kapabilitas tersebut adalah tentang
sosial, ekonomi, budaya, dan proses psikologi dimana ini merupakan
limit tertinggi yang berefek dari tingkah laku eksternal.61
Tingkah laku
eksternal berasal dari aksi dan reaksi dari negara lain atau pembuat
kebijakannya dan tindakan masyarakat internasional. Kebijakan
internasional merupakan aksi otoritas yang diambil dari pemerintahan
dimana berkomitmen untuk mengubah, membuat bahkan
mempengaruhi masyarakat internasional dalam periode tertentu.
“…Rosenau distinguishes three integral parts of foreign policy
known as three concepts of foreign policy. These are foreign policy as
a cluster of orientations, foreign policy as a set of commitments and
plans for action, and foreign policy as a form of behaviour.” 62
(…Rosenau membedakan kebijakan luar negeri menjadi tiga bagian
integral yang dikenal sebagai tiga konsep kebijakan luar negeri.
Diantaranya kebijakan luar negeri sebagai sekumpulan orientasi,
kebijakan luar negeri sebagai seperangkat komitmen dan rencana-
rencana untuk bertindak, kebijakan luar negeri bagian dari tingkah
laku. Terjemahan Penulis.)
60
James N. Rosenau, The Study of Foreign Policy, World Politics: An Introduction, 102. 61
James N. Rosenau, The Study of Foreign Policy, World Politics: An Introduction, 104. 62
James N. Rosenau, The Study of Foreign Policy, World Politics: An Introduction, 230.
23
Berdasarkan pendapat Rosenau diatas, kebijakan luar negeri
sebagai seperangkat komitmen dan rencana-rencana untuk melakukan
sebuah tindakan sangat tepat dengan langkah Indonesia dalam
penelitian ini. Kebijakan luar negeri mengacu pada sikap, perspepsi
dan nilai nilai yang semua berasal dari pengalaman sejarah dan letak
geografis. Ketiga konsep diatas merupakan orientasi yang berfungsi
sebagai bimbingan bagi negaranya. Semua itu akan dilakukan oleh
pembuat kebijakan untuk membuat keputusan saat dihadapkan pada
kondisi eksternal. Dengan kata lain, hal ini merupakan kecenderungan
dan prinsip yang mendasari perilaku dalam arena politik internasional
sebagai komitmen dan rencana untuk tindakan selanjutnya.
Dalam mengambil kebijakan yang terlihat ialah
mengungkapkan strategi, keputusan nyata, dan kebijakan yang nyata
pula demi mencapai tujuan tertentu. Rosenau melihat dalam arti lain
kebijakan luar negeri terlihat dari kebiasaan eksternal suatu negara.
F. Metode Penelitian
1. Tipe Penelitian
Peneliti menggunakan metode kualitatif atau dikenal sebagai
penelitian dengan cara menganalisis secara deskriptif.63
Tujuan ini
membawa pandangan sistematis, factual dan berdasarkan fakta dari
63
Sanapiah Faisal, format-format penelitian sosial, (Jakarta: Rajawali Pers, 2010), 20.
24
variabel.64
Metode kualitatif sangat relevan untuk masalah sosial yang
menjelaskan lebih dalam dan menemukan hipotesis serta teori.65
Selain untuk mengetahui apa yang terjadi, penelitian ini juga
menggungkap proses bagaimana itu terjadi. Penelitian ini juga bisa
digunakan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan dan menguji
hipotesis.
2. Jenis dan Sumber Data
Dalam penelitian ini jenis data yang penulis gunakan ialah
jenis data sekunder. Penulis menggunakan teknik studi literature untuk
mengumpulkan informasi-informasi yang relevan berupa data
sekunder. Jenis data sekunder ialah jenis data yang dikumpulkan dari
beberapa sumber tidak langsung yang diambil dari data dokumen,
paper, jurnal, buku, artikel, studi pustaka serta surat kabar maupun
majalah. Peneliti juga mengakses situs internet dengan kata kunci yang
terkait dengan tema penelitian, diantaranya adalah seperti strategi,
Pemerintah Indonesia, Natuna, Kebijakan Indonesia, Kepentingan
Nasional, Perairan Natuna, Kepulauan Natuna, nine-dash line. Selain
itu, peneliti juga melakukan kunjungan ke perpustakaan wilayah dan
perpustakaan universitas. Adapun perpustakaan yang dikunjungi oleh
peneliti adalah sebagai berikut:
64
Sanapiah Faisal, Format-Format Penelitian Sosial, (Jakarta: Rajawali Pers,2010), 20. 65
Lexy J. Moleong, Metodelogi penelitian kualitatif. (Bandung: PT Remaja Rosda Karya, 1999),
112-114.
25
1. Perpustakaan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta yang beralamat di Jalan Kertamukti
No.5, Pisangan, Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan.
2. Perpustakaan Universitas Indonesia (UI) yang beralamat di Jalan
Lingkar Kampus, Kelurahan Pondok Cina, Kecamatan Beji,
Depok.
3. Perpustakaan Pusat Universitas Islam Negari (UIN) Syarif
Hidayatullah Jakarta yang beralamat di jalan Ir. H. Juanda No.95,
Cempaka Putih, Ciputat, Kota Tangerang Selatan.
4. Perpustakaan Umum Daerah (Perpumda) Provinsi Jakarta Selatan
yang beralamat di Jalan HR. Rasuna Said Kav. 22C, Kuningan
Timur, Setiabudi, Jakarta Selatan.
5. Perpustakaan Umum Daerah Provinsi DKI Jakarta yang berada di
Taman Ismail Marzuki No.73 beralamat di Jalan Cikini Raya,
Menteng, Jakarta Pusat.
6. Perpustakaan Nasional RI yang beralamat di Jalan Medan Merdeka
Selatan No, 11. Senen, Gambir, Jakarta Pusat.
G. Sistematika Penelitian
Penelitian dalam skripsi ini dibagai menjadi lima bab dan pada
beberapa bab mempunyai sub-bab tertentu untuk memperjelas bab
sebelumnya.
26
BAB I Pendahuluan. Bab ini berisikan pernyataan masalah tentang
topik yang dibahas dalam skripsi ini. Kemudian dilanjutkan dengan
pertanyaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian dan
sistematika penelitian.
BAB II Kepulauan Natuna. Pada bab ini membahas tentang profil
Kepulauan Natuna dan Potensi Kepulauan Natuna. Lalu dilanjutkan
dengan letak wilayah yang strategis di Laut Tiongkok Selatan.
BAB III Klaim Tiongkok atas Wilayah Perairan Kepulauan
Natuna. Bab ini berisikan penjelasan mengenai Klaim Tiongkok terhadap
Perairan Kepulauan Natuna, serta dinamika Indonesia-Tiongkok di
wilayah perairan Kepulauan Natuna. Pada bab ini juga terdapat analisa yang
menggunakan konsep-konsep Hubungan Internasional yang relavan yaitu
kepentingan nasional Indonesia.
BAB IV Strategi Indonesia dalam Menghadapi Klaim Nine-dash
line Tiongkok di Wilayah Perairan Kepulauan Natuna. Kebijakan luar
negeri tersedia pada bab ini, kebijakan luar negeri berupa latihan militer,
pangkalan militer di Natuna, pemberdayaan wilayah Natuna dan
pengubahan nama perairan Natuna. Bab ini juga berisi tentang sumber
daya alam, potensi pariwisata dan infrastruktur.
BAB V Kesimpulan. Pada bab ini tersedia kesimpulan dari seluruh
pembahasan yang telah dijelaskan di bab-bab sebelumnya.
27
BAB II
KEPULAUAN NATUNA
Campur tangan pemerintah Indonesia di Kepulauan Natuna berawal dari
adanya upaya pemerintah untuk menjaga kedaulatan Indonesia karena adanya
Klaim Tiongkok yang memasuki Zona Ekonomi Ekslusif (ZEE) Indonesia di
perairan Natuna. Pada bab ini akan dijelaskan lebih detail mengenai Kepulauan
Natuna dan Kepentingan Indonesia untuk menjaga Kepulauan tersebut. Sub-bab
yang pertama akan menjelaskan tentang profil Kepulauan Natuna dan wilayah
perairannya, sub-bab selanjutnya akan menjelaskan potensi Kepulauan Natuna di
Indonesia. Sub-bab yang terakhir akan menjelaskan hubungan wilayah Kepulauan
Natuna dengan Laut Tiongkok Selatan.
A. Profil Kepulauan Natuna
Jika dibedah lebih jauh, Kepulauan Natuna di masa lampau adalah
wilayah dan Kerajaan Johor pada tahun 1597.66
Kemudian Kesultanan
Riau mengambil alih Kepulauan Natuna pada abad ke-19 dengan langkah
perang dan politik di zamannya. Sejak 18 Mei 1956 hingga saat ini
gugusan Kepulauan Natuna terdaftar sebagai bagian dari yuridis negara
Indonesia di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).67
66
Ardyan Mohamad, " Ini alasan China rebutan Natuna dengan Indonesia―, 25 Maret 2015,
https://www.merdeka.com/dunia/ini-alasan-china-rebutan-natuna-dengan-indonesia.html diakses
pada 29 april 2016
67 Butje Tampi, ‖Konflik Kepulauan Natuna Antara Indonesia Dengan China (Suatu Kajian
Yuridis)‖, Jurnal Hukum Unsrat Vol. 23/No. 10/Juli-Desember/2017 halaman 4.
28
Malaysia sempat klaim Kepulauan Natuna setelah melakukan
kajian ilmiah, namun setelah konfrontasi dengan Indonesia pada tahun
1962-1966, Malaysia tidak lagi menggugat masalah ini, agar konflik tidak
berkepanjangan.68
Indonesia mulai membangun berbagai infrastruktur di
kawasan Kepulauan Natuna setelah terlepas dari pengklaiman Negeri
Jiran.69
. Jumlah populasi di Kabupaten Natuna mencapai 100.001 jiwa
dalam kepadatan 39,77 jiwa/km²,70
dengan berbagai etnis di dalamnya, di
dominasi oleh etnis Melayu yang mencapai 85,27%, etnis Jawa 6,34%,
dan disusul oleh etnis Tiongkok dengan presentase 2,52%, dan sisanya
ialah etnis Minangkabau, Batak, Bugis, Banjar dan lainnya yang
presentase jumlahnya masing-masing kurang dari 1%.71
Berdasarkan sejarah, dahulu Natuna merupakan bagian dari
wilayah Kepulauan Riau. Pada awalnya Natuna dikenal sebagai wilayah
dengan 7 Pulau yang merupakan pulau gabungan dari 7 kepulauan
tersebar di wilayah perairan Laut Tiongkok Selatan diantaranya Jemaja,
68
Tan, G. S. H, ―Indonesian confrontation and Sarawak communist insurgency, 1962–1966:
Experiences of a local reporter. (Kuching, Malaysia: Penerbitan Sehati,2008),131
http://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_1072_2010-03-25.html diakses pada 8
September 2016. 69
Ristian Atriandi Supriyanto, Indonesia’s Natuna Islands:Next Flashpoint in the South China
Sea? https://www.rsis.edu.sg/wp-content/uploads/2015/02/CO15033.pdf [Jurnal on-line] no.033 -
16 february 2015 diakses pada 27 juni 2018. 70
Situs Resmi Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna, Kabupaten Natuna Dalam Angka 2016,
terdapat di https://natunakab.bps.go.id/ diakses pada 13 agustus 2017. 71
Leo Suryadinata, Evi Nurvidya Arifin, Aris Anan; Indonesia's population: ethnicity and religion
in a changing political landscape, 2003, p.146
29
Siantan, Midai, Bunguran Barat, Bunguran Timur, Serasan, dan
Tambelan.72
Sesuai dengan dasar hukum UU No. 53 Tahun 1999 mengenai
pemekaran Kabupaten Riau, Kabupaten Natuna terbentuk menjadi 6
kecamatan diantaranya, kecamatan Bunguran Timur, Barat, Jemaja,
Siantan, Midai dan Serasan, serta satu Kecamatan Pembantu yang
bernama Tebang Ldan. Pada tahun 2004, terbentuknya Kecamatan Pulau
Laut, Palmatak, Bunguran Utara, dan Subi. Sehingga jumlah kecamatan
Kabupaten Natuna menjadi 10 Kecamatan. Kemudian dimekarkan lagi
menjadi 16 Kecamatan pada tahun 2007. Tepatnya pada 21 Juli 2018, UU
No. 33 Tahun 2008 menetapkan penambahan kecamatan Serasan Timur,
Bunguran Timur Laut, dan Bunguran Selatan, sehingga wilayah
Kabupaten Natuna terdiri dari 12 kecamatan.73
Disamping itu untuk berkunjung antar kota hanya dapat dengan
melalui jalur laut dan udara saja. Natuna juga merupakan nama dari
sebuah pulau. Pulau yang ada di gugusan pulau tujuh merupakan pulau
yang strategis, karena berada di lintasan jalur pelayaran Internasional.
72
Website Resmi Kabupaten Natuna, ―Lintasan Sejarah Kabupaten Natuna― terdapat di
http://natunakab.go.id/lintasan-sejarah-kabupaten-natuna/ diakses pada 10 Juni 2018. 73
Website Resmi Pemerintah Kabupaten Natuna, ―Lintasan Sejarah Kabupaten Natuna― terdapat
di http://natunakab.go.id/lintasan-sejarah-kabupaten-natuna/ diakses pada 10 Juni 2018.
30
Gambar II.2 Kepulauan Natuna
Letak geografis Natuna sebagai kepulauan yang letaknya paling
utara di Selat Karimata berbatasan di sebelah Timur dengan Kalimantan
Barat dan Malaysia Timur. Sedangkan di bagian barat berbatasan dengan
Riau, Singapura dan Malaysia, dan bagian selatan merupakan Provinsi
Jambi dan Sumatera Selatan.74
Secara astronomis, Natuna berada pada posisi 1016‘- 7019‘
Lintang Utara dan 105000‘–110000‘ Bujur Timur, Luasnya mencapai
141.901,20 Km² dengan rincian 138.666,0 Km² perairan (lautan) dan
3.235,20 Km² daratan.75
Sebagian besar wilayah Kabupaten Natuna
berupa lautan, daratannya terdiri dari berpulau-pulau bukan hanya satu
pulau saja. Topografi Kabupaten Natuna berdasarkan kondisi fisiknya
berupa tanah berbukit dan bergunung batu. Di pinggir pantai banyak
ditemukan dataran yang rendah dan landai. Antara kecamatan satu 74
Website Resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Natuna, ―Wonderful Natuna”,
terdapat di http://disparbud.natunakab.go.id/profil-kabupaten-natuna/ 2018. 75
Renata Agung Yoga Prasetya. Inilah Potensi Tersembunyi di Balik Wilayah Laut Natuna (2016)
terdapat di http://www.goodnewsfromindonesia.org/2016/06/24/inilah-potensi-tersembunyi-di-
balik-wilayah-laut-natuna diakses pada tanggal 24 juni 2016
31
dengan yang lain memiliki ketinggian wilayah yang cukup beragam, yaitu
berkisar antara 3m sampai 5m yang memiliki struktur tanah podsonik
merah kuning dari bebatauan yang tanahnya berbahan dasar granit,
alluvial, tanah organosol dan gley humus.76
B. Potensi Kepulauan Natuna di Indonesia
Seperti paparan sebelumnya bahwa wilayah kabupaten Natuna
memiliki wilayah lautan yang jauh lebih luas dibanding daratannya yang
terdiri atas dataran rendah dan perbukitan bahkan pegunungannya
ditumbuhi oleh berbagai tanaman seperti, lada, kopi, cengkih, kelapa dan
cengkih hasilnya di ekspor ke luar negeri seperti Malaysia dan
Singapura.77
Tidak hanya cukup subur, tanah Natuna mengandung
berbagai mineral. Di lepas pantai saja kandungan minyak dan gas alam
mencapai jumlah fantastis 222 Trillion Cubic Feet (TCT) yang
diperkirakan 37,5 juta ton per tahunnya. Serta Cadangan minyak buminya
diperkirakan mencapai 1.400.386.470 barel.78
Wilayah Kepulauan Natuna yang strategis kaya akan beragam
sumber daya alam baik yang sudah di kelola maupun baru akan dikelola,
diantaranya ialah sumber daya perikanan laut yang mencapai 1 juta ton
per tahun, dalam bidang pertanian dan perkebunan; cengkeh, karet, ubi-
76
Pemerintah Daerah Kabupaten Natuna Provinsi Kepulauan Riau, ―Rancangan Akhir Rencana
Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Natuna Tahun 2005-2025‖, terdapat di
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/143785-[_Konten_]-
Konten%20D142.pdf di akses pada 8 juni 2018. 77
Ibrahim, Abdul Kadir, Merentang Jejak Natuna, Harian Riau Pos, Pekanbaru, 23-28 Juni 1995. 78
Salam, Alfitra. Sentralisasi dan Otonomi Pembangunan Daerah: Pengalaman Propinsi Riau,
makalah Seminar Natuna, Universitas Riau, Pekanbaru, 12-13 Juni 1995.
32
ubian, sawit dan karet. Objek wisata; bahari seperti pantai,pulau selam, air
terjun, gunung, goa serta budi daya, hewan khas Natuna adalah kekah di
antara hewan-hewan lain yang banyak di temukan di Natuna; babi, ular,
kera, kancil, musang, tenggiling, tenggalung, bubut, kura-kura, labi-labi,
penyu, pelaus, biawak, bengkarung, kerbau, sapi, kambing, itik, ayam,
anjing, dan berbagai jenis burung seperti: bayan, tiung, pergam, punai,
bangau, elang, enggang, sawik, walet, kuncit, dan rawa. Selain itu,
alamnya juga menyediakan batu granit, kapur, dan pasir kwarsa.79
Tidak hanya itu, tersedia Ladang gas D-Alpha yang terletak 225
km di sebelah utara Pulau Natuna di wilayah ZEE Indonesia dengan total
cadangan 222 Trillion Cubic Feet (TCT) dan gas hidrokarbon yang bisa
didapat sebesar 46 TCT merupakan salah satu sumber yang terbesar di
Asia.80
Gambar II. 3 Peta Migas di Kepulauan Natuna
79
Syamsuddin, BM. Alam Lingkungan Bunguran dan pelukan Pulau Tujuh, Naskah, 1989. 80
Syamsuddin, BM. Alam Lingkungan Bunguran dan pelukan Pulau Tujuh, Naskah, 1989.
33
Sumber: https://medium.com/@rakhatomo/natuna-harta-karun-yang-terpendam-
d5b1ea97e2a1
Oleh sebab itu tidak berlebihan rasanya jika wilayah Kepulauan
Natuna di juluki ―Mutiara di Ujung Utara‖ setelah dilihat dari beberapa
sudut pandang dan faktor-faktor pendukungnya ialah (1) sebagai garda
pertahanan NKRI; wilayah perbatasan yang cukup unik dengan wilayah
lautan yang jauh lebih luas dari daratannya dengan kondisi geografis
seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya menjadikan kekuatan dan
peluang besar terhadap pengembangan berbagai sektor seperti
pengembangan industri perikanan, kelautan, transit, dan berbagai macam
investasi usaha dan jasa lainnya yang sangat potensial, (2) sebagai mutiara
energi; Kepulauan Natuna memiliki sumber energi dan cadangan Liquefied
Natural Gas (LNG) terbesar di dunia membuat wilayah ini sudah sejak
34
lama dikenal di duni industri minyak. Pengembangan dan eksplorasinya
sangat memberikan kontribusi kepada pertumbuhan ekonomi masyarakat
Natuna apabila pembangunan kilang-kilang di tempatkan di pulau Natuna,
(3) sebagai mutiara pariwisata; potensi ini terlihat dari struktur wilayah
Kepulauan Natuna 97% lautan dan hanya 3% daratan dan berada di Laut
Tiongkok Selatan telah membentuk Natuna menjadi daerah yang terdiri
dari pulau-pulau kecil yang dihiasi dengan pantai-pantai yang putih dan
batu-batuan granit raksasa dipantai dan daratannya.
Potensi wisata bahari yang cukup menarik dengan keindahan alam
bawah laut, terumbu karang dan berbagai jenis ikan, hingga saat ini
Natuna sering pula dikunjungi oleh penggemar wisata pancing yang
sengaja datang untuk memancing di perairan Natuna. (4) sebagai mutiara
budaya; keragaman budaya, kesenian, sejarah dan cagar budaya yang
beragam sejak abad ke-17.
Kabupaten Kepulauan Natuna memegang peranan penting bagi
Indonesia sebagai beranda terdepan NKRI. Sumber daya alam yang
melimpah baik sumber daya hayati maupun gas alam membuat negara lain
ingin mengunjungi Natuna dan memilikinya memang sangat
membanggakan, namun sangat disayangkan dari aspek ekonomi dan
politik masyarakat asli Natuna terpinggirkan sudah sejak lama. Dapat
dikatakan bahwa pemerintah pusat masih kurang memberi perhatian yang
35
semestinya kepada wilayah Kepulauan Natuna yang sebagai pintu gerbang
dan berhadapan langsung dengan beberapa negara tetangga.81
C. Kepulauan Natuna Sebagai Wilayah Yang Strategis di Laut Tiongkok
Selatan
Berbicara mengenai Laut Tiongkok Selatan, Pada dasarnya laut
Tiongkok Selatan bukan merupakan kepemilikan Tiongkok atau negara
apapun atau bisa disebut dengan no man’s island, namun laut ini memang
biasa digunakan untuk jalur perdagangan antar negara.82
Dan wilayah
perairan Kepulauan Natuna pun memegang perannya di kawasan Laut
Tiongkok Selatan.
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa Natuna
merupakan kepulauan paling utara di selat Karimata. Oleh karenanya
berbatasan dengan negara tetangga yang berada di sekitar, di sebelah utara;
Kamboja dan Vietnam,di sebelah barat; Malaysia dan Singapura, di bagian
timur; Malaysia Timur. Wilayah Kepulauan Natuna merupakan jalur
strategis internasional karena berada di lintasan jalur pelayaran
Internasional dari atau ke Jepang, Taiwan dan Hongkong serta dapat
sebagai pintu gerbang baru bagi Malaysia, Vietnam, Thailand dan
Kamboja.83
81
Endang Susilowati, ―Penanaman Nilai-Nilai Nasionalisme pada Generasi Muda‖, HUMANIKA
Vol. 19 No. 1 (2014) ISSN 1412-9418 82
http://www.jpf.or.id/id/jepang-indonesia-dan-konflik-laut-cina-selatan diakses pada tanggal 19
juni 2016 83
Sindu Galba dan Abdul Kadir Ibrahim, Menjual Natuna, Yayasan Sagang, Pekanbaru, 2000.
36
Ditinjau menurut sejarah, sejak abad ke-17 wilayah Natuna
terkenal se-nusantara hingga negara-negara asing termasuk Tiongkok
sebagai tempat berteduh dari amukan badai yang sangat ganas di Laut
Tiongkok Selatan sekaligus dijadikan tempat untuk mengisi air bersih dan
perbekalan lainnya demi meneruskan pelayaran aktivitas perdagangan
dengan Tiongkok, Siam dan Campa pada masa Kerajaan Sriwijaya. Oleh
sebab itu di daratan maupun di bawah laut Natuna kaya akan peninggalan
nilai-nilai sejarah, barang-barang kuno dan antik. Tidak hanya itu, sebagai
wilayah transit sejak zaman dahulu hingga kini pola dan kebudayaan di
Natuna beragam seperti percampuran dari kebudayaan Melayu dan
Tiongkok juga Arab/Timur Tengah.84
Di sisi lain wilayah Kabupaten Natuna sudah tekenal sebagai
penghasil minyak dan gas di mata negara asing. Hal ini tentu menjadi daya
tarik yang kuat di kawasan Laut Tiongkok Selatan. Sejalan dengan hal ini
wilayah potensial perairan Natuna berada di ZEE yang berjarak 200 mil
dari pulau terluar, sesuai Pasal 57 UNCLOS 1982. ZEE dan landasan
kontinen merupakan hak berdaulat Indonesia atas wewenang untuk
memanfaatkan segala bentuk potensi sumber daya alam yang ada,
termasuk perikanan dan seisi lautnya.
84
Agus Supangat, Sejarah Maritim Indonesia: Menelusuri Jiwa Bahari Bangsa Indonesia dalam
Proses Integrasi Bangsa (Sejak Jaman Prasejarah hingga Abad XVII), Departemen Kelautan dan
Perikanan, 2003.
37
Gambar 11. 4 Peta ZEE Indonesia – UNCLOS 1982
Sumber: http://madeandi.staff.ugm.ac.id
Gambar II. 5 Pembagian Zona Maritim Menurut UNCLOS
Sumber: http://obaradai.com/index.php/2015/12/05/melihat-zona-ekonomi-eksklusif-zee-
indonesia-dari-kacamata-pertahanan/
38
Tidak hanya itu, wilayah dasar laut dan juga tanah di bawahnya
yang bersambung dengan pantai di luar sepanjang kedalaman air laut di
atasnya selama masih dapat di eksplorasi dan di eksploitasi merupakan
cakupan landasan kontinen Indonesia. Walaupun dalam hal ini Laut
Tiongkok Sekatan pada dasarnya merupakan lautan lepas tidak dimiliki
negara, tapi selama berada di dalam Zona Ekonomi Ekslusif Indonesia
maka seluruh sumber daya alam dan seisinya jatuh kepada Indonesia. Di
tambah lagi dengan peninjauan landasan kontinen jatuh kepada negara
pantai. Itu artinya apabila tersedia kapal asing dari negara lain yang ingin
singgah atau mengambil ikan maupun sumber daya lainnya tentu
diharuskan melalui perizinan dan persetujuan terlebih dahulu sebelumnya.
Hal tersebut disampaikan oleh guru besar Hukum Internasional
Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana.85
Di dalam pasal 55 United Nations Convention on the Law of the
Sea (UNCLOS) III tahun 1982 telah ditentukan dan dimuat ketentuan-
ketentuan mengenai Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Berdasarkan
UNCLOS 1982 yang ditandatangani oleh ratusan negara dan disepakati
bersama tentu wilayah perairan Natuna sudah seharusnya berada di posisi
aman menurut ZEE dan landasan kontinen. Walaupun konflik Laut
Tiongkok Selatan bergejolak, sebenarnya tidak berpengaruh kepada
wilayah kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dan sikap
pemerintahan Indonesia di masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang
85
Hak berdaulat Indonesia di Zona Ekonomi Eksklusif, terdapat pada
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/06/160621_indonesia_natuna_cina_indonesi
a diakses pada 15 Mei 2018
39
Yudhoyono maupun saat ini di pemerintahan Presiden Joko Widodo tetap
mengambil sikap untuk tidak ikut campur dalam eskalasi kasus Laut
Tiongkok Selatan yang melibatkan Tiongkok dengan negara-negara
lainnya di sekitar kawasan tersebut. Indonesia lebih memilih posisi aman
sebagai negara yang cinta damai sebagai penengah di kawasan ini, terlebih
wilayah Indonesia tidak terganggu.
Namun sangat disayangkan sikap Tiongkok yang berambisi besar
untuk menguasai wilayah Laut Tiongkok Selatan membuat Indonesia
merasa terganggu dengan klaim sepihak Tiongkok yang dapat dikatakan
―egois” melalui Nine-dash line versi Tiongkok yang di dalamnya
merupakan 9 garis putus-putus ber bentuk ―U‖ memotong garis ZEE
Indonesia di wilayah Kepulauan Natuna. Tidak hanya itu, bebererapa
insiden kapal di wilayah perairan Natuna juga memicu eskalasi pergesekan
antara Indonesia dengan Tiongkok yang pada awalnya sudah sama-sama
menandatangani UNCLOS 1982. Hal ini lah yang membangkitkan action
Indonesia untuk mengerahkan Kebijakan Luar Negerinya demi
mempertahankan kepentingan nasional Indonesia di wilayah perairan
Kepulauan Natuna serta mempertahankan poros maritim Indonesia seperti
komitmen Presiden Joko Widodo beserta jajaran pemerintahannya.
Penulis akan menjabarkan lebih lengkap mengenai klaim Nine-
dash line Tiongkok dan insiden nya di wilayah perairan natuna pada bab
berikutnya.
40
BAB III
KLAIM TIONGKOK
Pada bab ini penulis akan menjelaskan wilayah kedaulatan Tiongkok dan
apa yang melatarbelakangi Tiongkok untuk menklaim bahwa wilayah perairan
Kepulauan Natuna dalam adalah milik Tiongkok. Pembahasan yang pertama akan
menjelaskan tentang wilayah kedaulatan Tiongkok. Lalu pada sub-bab selanjutnya
akan di ikuti bagaimana asal muasal Tiongkok melakukan klaim terhadap wilayah
perairan Kepulauan Natuna. Pada bab ini juga akan dijelaskan mengenai sikap
Indonesia.
A. Klaim Tiongkok Terhadap Wilayah Perairan Kepulauan Natuna
Semakin berkembang luasnya konflik Laut Tiongkok Selatan
berkaitan dengan permasalahan yang sangat krusial yaitu menyangkut
kedaulatan territorial Indonesia yang di wilayah perairan Kepulauan
Natuna yang seolah terancam. Konflik di wilayah perariran ini tercuat
karena klaim Tiongkok atas wilayah perairan Kepulauan Natuna yang
dimasukkan ke dalam rincian peta kedaulatan territorial terbaru versi
Tiongkok. Padahal status wilayah perairan Kepulauan Natuna sudah
sangat jelas bahwa ini adalah bagian Integral dari NKRI yang berada
di dalam 12 mil laut territorial Indonesia yang diperkuat dengan
Konvensi Hukum Laut Internasional 1982 dan sudah sejak lama diakui
41
oleh PBB. Namun peta yang dikeluarkan oleh Tiongkok justru
menyatakan hal yang sebaliknya.86
Peta territorial Nine-dash line versi Tiongkok merupakan
sembilan garis putus-putus yang dijadikan penanda batas pemisah
wilayah klaim Tiongkok yang hampir menguasai 90% dari wilayah
Laut Selatan. Untuk pertama kalinya pada tahun 1993 dalam sebuah
lokakarya manajemen konflik di kawasan Laut Tiongkok Selatan,
Tiongkok telah menerbitkan sebuah peta Nine-dash line yang
berbentuk huruf ―U‖ yang dijadikan sebagai klaim historis Tiongkok
di kawasan Laut Tiongkok Selatan.87
Padahal klaim Tiongkok di wilayah perairan Kepulauan Natuna
memasuki Zona Ekslusif Ekonomi Indonesia yang mengelilingi garis
pantai Indonesia sejauh 200 mil, namun Tiongkok justru hanya
berlandaskan klaim historis di peta tersebut memasukkan sebagian
wilayah perairan di Kepulauan Natuna utara sebagai bagian dari
perairan Tiongkok dan membebaskan warga negaranya untuk berlayar
di atas perairan itu karena adanya sejarah panjang leluhur pelaut
Tiongkok konon di lokasi tersebut yang disebut Tiongkok sebagai
bagian dari perairan tradisional Tiongkok.
86
https://www.selasar.com/jurnal/36740/Sejarah-Natuna-Salah-Satu-Pesona-Keindahan-Pulau-
Terluar-Indonesia
87 Donald E. Weatherbee, Re-Assessing Indonesia’s Role in the South China Sea (2016) terdapat di
http://www.iscas.edu.sg/images/pdf/ISEAS_Perspective_2016_18.pdf diakses pada 15 september
2017.
42
Gambar III. 6 Peta Wilayah Kepulauan Natuna dan ZEE Indonesia
Sumber: http://riaugreen.com/view/Nasional/28556/Wah--Cina-Minta-
Indonesia-Batalkan-Ubah-Nama-Perairan-Natuna.html#.WzUce9IzbIU
Dua tahun kemudian, tepatnya pada April 1995, Indonesia
melayangkan nota diplomatik mengenai permintaan klarifikasi atas
basis legal klaim Tiongkok tersebut, namun Tiongkok tidak mengirim
balasan nota tersebut. Dua bulan berikutnya Tiongkok memberikan
konfirmasi bahwa Tiongkok tidak memiliki permasalahan maupun
sengketa perbatasan dengan Indonesia terkait dengan kepemilikan
wilayah Kepulauan Natuna. Hal tersebut disampaikan oleh Chen Jian
selaku juru bicara Tiongkok, yang juga menyampaikan bahwa
Tiongkok memiliki keinginan untuk membuka perbincangan
membahas batas-batas laut kedua negara dengan Indonesia.88
Menurut Peter J.Brown dalam tulisannya “Calculated
Ambiguity in the South China Sea’’ Nine-dash line pada awalnya
bernama Eleven-Dash Line, karena 11 garis tersebut awalnya
88
Douglan Johnson, Drawn into the Fray: Indonesia’s Natuna Islands Meet China’s Long Gaze
South (1997) terdapat di http://www.jstor.org/stable/30172716, diakses pada 8 November 2017.
43
berdasarkan peta Tiongkok kuno. Dua garis yang masuk kedalam peta
Eleven-Dashed Line ini terletak di teluk Tonkin, tetapi kemudian 2
garis tersebut dihapus karena wilayah teluk Tonkin sudah sepenuhnya
berada di genggaman Tiongkok.89
Menurut Marsekal Muda TNI Fahru Zaini Isnanto, selaku
Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional I, Pemerintah
Republik Rakyat Tiongkok telah mengklaim wilayah perairan Natuna
sebagai wilayah laut milik mereka. Klaim sepihak ini terkait dengan
sengketa Kepulauan Spratly dan Paracel antara negara Tiongkok dan
Filipina. Sengketa ini, akan berdampak besar terhadap keamanan laut
Natuna.90
B. Indonesia-Tiongkok di Wilayah Perairan Kepulauan Natuna
Sikap Indonesia pada tahun 1993 diawal munculnya pertama
kali Klaim Tiongkok atas wilayah perairan di Kepulauan Natuna ialah
lebih kepada quite diplomacy, yaitu menghindari adanya ketegangan
yang meningkat di kawasan Laut Tiongkok Selatan dengan tidak
membuat persoalan batas wilayah Indonesia dengan Tiongkok ini
menjadi sebuah sengketa. Dalam merespon tindakan Tiongkok
pemerintah Indonesia merasa tidak perlu menggunakan hard power,
89
Wei Pu. 2015 ‗‘How The Eleven-Dash Line Became a Nine-Dash Line, And Other Stories‘‘.
Diakses dari : http://www.rfa.org/english/commentaries/line-07162015121333.html. diakses pada :
17 Januari 2018 90
Evy R.Syamsir, China klaim wilayah Natuna, terdapat di
http://www.antaranews.com/berita/423685/china-klaim-wilayah-natuna, 12 Maret 2014 diakses
pada tanggal 10 juni 2016.
44
bahkan Menteri Luar Negeri pada masa itu, Menlu Ali Alatas tidak
mempublikasikan nota diplomatik Indonesia dengan Tiongkok dengan
tujuan tidak membuat isu perbatasan di wilayah Natuna menjadi
konsumsi publik.91
Sebagai negara yang tidak memiliki kepentingan
klaim wilayah maupun pulau-pulau di kawasan Laut Tiongkok
Selatan, pemerintah Indonesia di masa itu sangat mempertimbangkan
posisi strategis Indonesia yang berkeinginan menjadi honest broker
dan arbitrator guna mengambil peran di dalam penyelesaian sengketa-
sengketa perbatasan di kawasan Laut Tiongkok Selatan.92
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui pernyataan
resmi kepada bidang pembatasan landas kontinental komisi PBB di
tahun 2009 menyatakan bahwa Indonesia tidak mengakui Sembilan
garis putus-putus yang dikeluarkan Tiongkok karena tidak ada dasar
hukum terkait batasan tersebut. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono
melakukan hal yang tidak ofensif dan agresif dalam merespon klaim
yang muncul kembali di masa pemerintahannya.
Pada 12 Maret 2014, Marsekal Muda TNI Fahru Zaini Isnanto,
selaku Panglima Komando Sektor Pertahanan Udara Nasional I
mengatakan, Tiongkok telah mengklaim perairan Natuna sebagai
perairan teritorial mereka dengan sewenang-wenang. Selain itu, klaim
terkait dengan sengketa atas Spratly dan Paracel Islands antara
91
Douglan Johnson, Drawn into the Fray: Indonesia’s Natuna Islands Meet China’s Long Gaze
South (1997) terdapat di http://www.jstor.org/stable/30172716, diakses pada 8 November 2017. 92
Douglan Johnson, Drawn into the Fray: Indonesia’s Natuna Islands Meet China’s Long Gaze
South (1997) terdapat di http://www.jstor.org/stable/30172716, diakses pada 8 November 2017.
45
Tiongkok dan Filipina pun dianggap sebagai perselisihan yang akan
berdampak besar pada keamanan perairan Natuna.93
Namun pada 18
Maret 2014 pernyataan tersebut diingkari oleh Marty Natalegawa
selaku Menteri Luar Negeri Indonesia pada saat itu, mengatakan
bahwa tidak ada perselisihan teritorial antara Indonesia-Tiongkok.
Justru sedang ada kerjasama maritim yang sedang berlangsung antara
Tiongkok dan Indonesia di tingkat Wakil Menteri Luar Negeri. Salah
satu proyek yang sedang dibahas adalah investasi asing langsung di
pulau Natuna untuk pengolahan dan pengalengan ikan. Namun
demikian, Natalegawa juga mencatat bahwa Indonesia menolak Nine-
dash line di Laut Tiongkok Selatan dan telah meminta Tiongkok
untuk menunjukkan dasar hukumnya tetapi sangat disayangkan
Indonesia tidak menerima balasan.94
Indonesia terkesan lebih agresif dimasa pemerintahan Presiden
Joko Widodo yang terlihat berbeda dibandingkan dengan Indonesia di
bawah pemerintahan Presiden-Presiden sebelumnya. Hal tersebut
berdasarkan pada beberapa upaya Presiden Jokowi dalam menjaga
perairan Indonesia dengan cara-cara assertive yang dibuktikan dengan
beberapa program-program pengembangan daerah yang akan di garap
oleh unit Institusi, salah satunya oleh Kementerian Kelautan dan
Perikanan serta Kementerian Pertahanan. Tidak hanya itu, peningkatan
93
China includes part of Natuna waters in its map—Antara…www.antaranews.com/…; Zachary
Keck, ―China‘s Newest Maritime Dispute‖, The Diplomat, 20 March 2014, diakses pada 11
januari 2015. 94
―Indonesia pernah sampaikan keberatan atas peta Natuna‖, Antara News, 19 March 2014,
diakses pada 11 januari 2015.
46
kekuatan militer di Natuna juga dijalankan. Berikut ini penulis akan
menjabarkan labih detail terkait upaya Indonesia dalam menjaga
wilayah NKRI di masa pemerintahan Presiden Jokowi.
Di masa pemerintahan Presiden Jokowi dan menteri-menteri
menilai bahwa wilayah Kepulauan Natuna yang terletak di ujung
selatan Laut Tiongkok Selatan saat ini tengah terancam oleh Tiongkok
yang terus menerus mengupayakan hak-hak untuk mengelola kekayaan
laut di sekitar kepulauan tersebut. Hal ini semakin terlihat sejak
insiden yang terjadi di wilayah perairan Natuna pada tanggal 19 Maret
2016. Insiden Natuna tersebut menjadi isu yang hangat
diperbincangkan karena dapat dikatakan seperti ―pertikaian‖ terbuka
yang tidak biasa, di dalam insiden tersebut kapal pengawas perairan
Indonesia dari Kementerian Kelautan dan Perikanan, yang bernama
Hiu Macan Tutul 002, telah menemukan satu buah kapal milik
Tiongkok yang bernama Kway Fey 10078 berkapasitas 200 GT berada
di perairan ZEE Indonesia pada pukul 14:00 WIB. Tidak lama setelah
itu, hanya dalam kurun waktu satu jam berikutnya, kapal pengawas
Indonesia telah menahan delapan anak buah di kapal tersebut dan
bertujuan menggiring kapal Kway Fey ke pelabuhan yang terdekat.95
Selang 12 jam kemudian tepatnya pada pukul 02:00 WIB tiba-tiba
kapal penjaga pantai Tiongkok menabrakkan diri ke kapal yang di
duga melakukan pencurian ikan tersebut, dilansir hal tersebut bertujuan
95
―RI Confronts China on Fishing‖, Jakarta Post, 21 March 2016
47
untuk merusak mesin kapal. Selanjutnya, kapal tersebut ditarik oleh
kapal penjaga pantai Tiongkok ke luar batas ZEE Indonesia. Melihat
hal tersebut Menteri Kelautan dan Perikanan RI, Susi Pudjiastuti
langsung memanggil duta besar Tiongkok di Jakarta, namun
disayangkan Duta Besar Tiongkok sedang tidak berada di tempat
karena sedang berada di Beijing saat itu.
Kementerian Kelautan dan Perikanan RI tidak tinggal diam,
dengan sigap mengirimkan protes keras ke Tiongkok atas kapal
penjaga pantai Tiongkok yang telah memasuki wilayah perairan
Indonesia dan melakukan intervensi dalam penangkapan kapal nelayan
Tiongkok, Indonesia juga meminta Tiongkok agar dapat segera
mengembalikan kapal tersebut ke pemerintah Indonesia untuk
menjalani proses hukum di Indonesia. Hua Chunying, selaku Juru
Bicara dari Kementerian Luar Negeri Tiongkok, menyangkalnya
dengan mengatakan ketika insiden tersebut terjadi, perahu nelayan
Tiongkok tidak bersalah karena berada di “Chinese Traditional
Fishing Grounds” yang merupakan daerah penangkapan ikan
tradisional Tiongkok, para nelayan tersebut melakukan kegiatan
produktif normal. Tiongkok justru beranggapan pada 19 Maret kapal
itu diserang dan dilecehkan oleh kapal bersenjata Indonesia, dan
melihat hal itu penjaga pantai Tiongkok datang untuk menyelamatkan
kapal nelayan Tiongkok. Tiongkok menekankan bahwa wilayah
perairan itu tidak masuk ke perairan milik Indonesia. Tiongkok justru
48
menuntut pihak berwenang Indonesia segera melepaskan awak kapal
nelayan yang di tangkap.96
Mengenai perselisihan di laut, kedua pihak
harus menyelesaikannya melalui negosiasi.97
Partai Komunis Tiongkok, menerbitkan sebuah artikel opini
yang ditulis oleh Ding Gang, seorang editor senior Global Times, surat
kabar berbahasa Inggris yang terkait dengan People's Daily,
menyampaikan alasan bahwa tidak ada perselisihan teritorial antara
Tiongkok dan Indonesia di Laut Tiongkok Selatan. Indonesia
mengklaim wilayah tertangkapnya kapal nelayan Tiongkok berada di
wilayah ZEE Indonesia tepatnya di perairan Kepulauan Natuna, tetapi
wilayah itu justru juga tumpang tindih dengan bagian wilayah Nine-
dash line milik Tiongkok.98
Mendengar sangkalan dari Tiongkok tentu saja pemerintah
Indonesia tidak dapat menerima karena hal tersebut tidak sesuai
dengan ketentuan hukum laut yang berlaku.99
Kapal Kway Fey
sesungguhnya saat ditemukan sedang berlayar di lokasi yang telah
memasuki wilayah ZEE Indonesia, hal tersebut dilihat berdasarkan
kacamata hukum laut Internasional.100
Oleh sebab itu aparat keamanan
Indonesia berhak untuk melakukan tindakan pengamanan dan
96
https://www.iseas.edu.sg/images/pdf/ISEAS_Perspective_2016_19.pdf diakses pada 25 juni
2018 97
http://news.sina.com , 21 Maret 2016 98
Ding Gang, ―Fishing clash offers chance to move forward‖, Global Times, 23 March 2016 99
Haeril Halim, Anggi M. Lubis, dan Stefani Ribka, RI Confronts China on Fishing (2016),
terdapat di http://www.thejakartapost.com/news/2016/03/21/ri-confronts-china-fishing.html,
diakses pada 15 juni 2018. 100
Suryo Hadiwijoyo,Perbatasan Negara (Graha Ilmu,2016)
49
penangkapan kapal sesuai dengan ketentuan yang telah diatur pada
Pasal 73 UNCLOS.101
Selain itu Menteri Luar Negeri RI, Retno LP Marsudi, telah
memanggil kuasa usaha sementara Kedutaan Besar Tiongkok yang ada
di Indonesia dan menyampaikan nota protes sesuai fakta dan hukum
internasional yang berlaku atas insiden tersebut. Tidak hanya Menteri
Retno, Bahkan Menteri Pertahanan, Ryamizard Ryacudu, seorang
pensiunan jenderal juga menyatakan keinginannya untuk memanggil
duta besar Tiongkok terkait insiden tersebut.102
Namun hingga saat ini
nota protes tersebut dikabarkan belum mendapatkan jawaban, hanya
tersedia bantahan dari pihak Tiongkok yang disampaikan dua hari
setelah insiden oleh Hua Chunying selaku juru bicara kementerian luar
negeri Tiongkok yang menyatakan bahwa kapal Tiongkok telah
diserang dan dilecehkan oleh kapal bersenjata Indonesia.
Tanggapan Beijing membuat marah banyak kalangan elit
Indonesia. Selain itu Para Media besar yang menerbitkan editorial dan
laporan dengan sangat kritis terhadap Beijing, mayoritas mengutuk
kapal penjaga pantai Tiongkok untuk masuk ke perairan Indonesia dan
mendesak Pemerintah Indonesia harus teguh dalam melindungi
integritas wilayah Indonesia. Hikmahento Juwana, seorang profesor
Hukum Internasional di Universitas Indonesia, menerbitkan sebuah
101
Kompas Internasional,China Langgar Hukum Laut di Natuna, Protes Keras Indonesia
dibenarkan (2016) terdapat di
http://internasional.kompas.com/read/2016/03/24/20114501/.China.Langgar.Hukum.Laut.di.Natun
a.Protes.Keras.Indonesia.Dibenarkan diakses pada 5 Juni 2017. 102
―Ikan laut dicuri, menteri Ryamizard panggil dubes Cina,‖, Tempo.Co, 21 March 2016.
50
artikel di Kompas menyatakan bahwa dalam UNCLOS 1982 tidak ada
konsep “Traditional Fishing Grounds”, melainkan yang ada hanyalah
“Traditional Fishing Rights”. Ini pun seharusnya didasarkan pada
perjanjian bilateral. Namun, tidak ada kesepakatan seperti itu antara
Jakarta dan Beijing. Profesor Juwana bahkan menyarankan pemerintah
Jokowi untuk meninjau proyek Tiongkok-Indonesia yang sudah ada
dan mengakhiri kolaborasi ekonomi dengan Tiongkok, jika ini tidak
menjadi bagian kepentingan nasional Indonesia.103
Menurut Susi Pudjiastuti, Menteri Kelautan dan Perikanan,
insiden ini bukan untuk yang pertama kalinya terjadi, pernah sebuah
kapal nelayan Tiongkok telah memasuki wilayah perairan Natuna.
Bahkan pada tanggal 26 Maret 2013 tepatnya pada masa pemerintahan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, Indonesia juga pernah
menghentikan kapal nelayan Tiongkok yang memancing di Perairan
Indonesia.104
Namun sangat disayangkan dimasa kepemimpinan
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam insiden tersebut, perahu
nelayan Tiongkok berhasil lolos berkat intervensi dari Penjaga pantai
Tiongkok. Namun, baik Jakarta maupun Beijing menangani masalah
dengan tenang. Berbeda dengan kali ini di masa pemerintahan Presiden
Jokowi, Menteri Susi secara berani terang-terangan menangkap kapal
nelayan Tiongkok yang mencuri ikan di wilayah Indonesia dan saat
penjaga pantai Tiongkok datang mengintervensi di perairan Indonesia,
103
Kompas, 30 March 2016 104
―Coastguard Cina lindungi pencuri ikan, Susi protes keras‖, Tempo.Co, 21 March 2016.
51
Susi langsung dengan tegas mengancam akan membawa kasus ini ke
Tribun Internasional, dan tidak segan memanggil Duta Besar Tiongkok
di Jakarta.105
Insiden antara Indonesia dengan Tiongkok tidak hanya berhenti
sampai disitu. Pada tahun 2016 saja, ada tiga insiden antara Indonesia
dan Tiongkok. Insiden pertama terjadi pada 19 Maret 2016, ketika
pemerintah Indonesia menghentikan sebuah kapal nelayan Tiongkok
dan menangkap awaknya yang sudah penulis jelaskan diatas.106
Insiden kedua terjadi pada 27 Mei 2016, ketika sebuah kapal Angkatan
Laut Indonesia menembaki sebuah kapal nelayan Tiongkok
memaksanya untuk berhenti dan kemudian ditangkap.107
Insiden ketiga
terjadi pada 17 Juni 2016, ketika Angkatan Laut Indonesia menembaki
kapal nelayan Tiongkok yang lain.108
Pada 17 Juni 2016 beberapa kapal nelayan Tiongkok kembali
terlihat memasuki wilayah ZEE Indonesia di perairan Natuna.
Angkatan laut Indonesia tidak tinggal diam, melainkan dengan sigap
melepaskan beberapa tembakan ke kapal nelayan milik Tiongkok
tersebut. Tindakan berani dari Indonesia tersebut menimbulkan protes
105
―Menteri Susi akan laporkan Cina ke Pengadilan Internasional‖, Tempo.Co, 21 March 2016.
Also Tama Salim, ―RI-China Sea Spat Continues‖, Jakarta Post, 22 March 2016. 106
Onat Kibroglu, ―Indonesia‘s Territorial Dispute in the South China Sea,‖ RICHTOPIA, 22
Oktober 2016, terdapat di https://richtopia.com/global-economics/indonesia-territorialdispute-
south-china-sea. Diakses pada 11 agustus 2017 107
Onat Kibroglu, ―Indonesia‘s Territorial Dispute in the South China Sea,‖ RICHTOPIA, 22
Oktober 2016, terdapat di https://richtopia.com/global-economics/indonesia-territorialdispute-
south-china-sea. Diakses pada 11 agustus 2017 108
Onat Kibroglu, ―Indonesia‘s Territorial Dispute in the South China Sea,‖ RICHTOPIA, 22
Oktober 2016, terdapat di https://richtopia.com/global-economics/indonesia-territorialdispute-
south-china-sea. Diakses pada 11 agustus 2017
52
keras dari pemerintah Tiongkok dua hari setelah kejadian. Tiongkok
meminta agar Indonesia menghentikan tindakan-tindakan yang dapat
meningkatkan ketegangan dan memperumit isu. Tiongkok juga
menganggap hal tersebut akan mempengaruhi keadaan damai dan
stabilitas di kawasan tersebut. Semua itu disampaikan langsung di
Beijing oleh Hua Chunying selaku juru bicara kementerian luar negeri
Tiongkok.109
Perilaku Tiongkok yang "arogan" menjadi ujian untuk
Hubungan Indonesia-Tiongkok. Koalisi Rakyat untuk Keadilan
Perikaan menyatakan bahwa setelah insiden ini, Tiongkok telah
menjadi ―common enemy of ASEAN”.110
Para anggota Parlemen
bersikap kritis terhadap Tiongkok. Komisi 1 bidang pertahanan dan
hubungan luar negeri DPR RI juga mendesak Presiden Jokowi untuk
memberikan konsen lebih terhadap pengelolaan masalah di wilayah
perairan Natuna, dengan alasan indikasi Beijing yang sudah terlihat
mulai melancarkan klaim atas wilayah Natuna dengan berbagai insiden
kapal-kapal Tiongkok yang telah melanggar di wilayah perairan
Natuna beberapa kali tersebut. Parlemen Indonesia juga menyetujui
anggaran untuk mengembangkan fasilitas militer di Kepulauan Natuna.
Angkatan laut juga telah memperkuat kehadirannya di sana. Telah
tercatat bahwa pihak berwenang berniat untuk mengubah Natuna
109
Steve Mollman, Indonesia Confirms It Shot At “Criminal” Chinese Fishing Boats Near Its
Natuna Islands (2016), terdapat di http://qz.com/711175/indonesia-confirms-it-shot-at-criminal-
chinese-fishing-boats-near-its-natuna-islands/, diakses pada 25 juni 2017. 110
https://www.iseas.edu.sg/images/pdf/ISEAS_Perspective_2016_19.pdf
53
menjadi "Pearl Harbor".111
Indonesia menolak untuk melepaskan
anggota awak kapal nelayan yang ditahan kecuali masalah itu
diselesaikan.112
Di tahun 2017, Indonesia semakin melihat Tiongkok sebagai
ancaman bagi Natuna. Puncaknya adalah ketika angkatan laut
Indonesia menangkap beberapa kapal penangkapan ikan berbendera
Tiongkok di kawasan perairan Kepulauan Natuna. Dan Angkatan Laut
Tiongkok sempat berada di wilayah perairan tersebut. Hal ini dinilai
oleh Indonesia sebagai ancaman bagi keamanan nasional. Pemerintah
Indonesia bersikeras menolak klaim Tiongkok terhadap wilayah
perairan ini.
Salah satu peneliti bernama Patrik Meyer, yang merupakan
profesor tamu di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta mengatakan
dalam kurun waktu sekitar tahun 2014-2017 kebijakan yang digunakan
Indonesia terkait Kepulauan Natuna berkembang dari sekedar isu
kebudayaan hingga menjadi isu keamanan nasional. Indonesia pun
merasa terpojokkan dengan berbagai kegiatan-kegiatan Tiongkok yang
bersikap provokatif di kawasan perairan Kepulauan Natuna. Hal
tersebut disampaikannya dalam sebuah seminar di Washington, yang
bertajuk "Konflik Laut Cina Selatan: Indonesia Siap Melawan?" yang
digelar oleh New America, sebuah organisasi Amerika yang berfokus
menganalisis kebijakan-kebijakan publik. Tidak lama setelah itu,
111
https://www.iseas.edu.sg/images/pdf/ISEAS_Perspective_2016_19.pdf 112
Francis Chan, ―Indonesia to charge Chinese fishing crew with poaching‖, Straits Times, 23
March 2016.
54
dalam laporan lain yang berjudul "Pengamanan Kepulauan Natuna
Dalam Mengantisipasi Klaim Cina‖ Patrik Meyer mengatakan bahwa
sikap Beijing telah mengusik konflik lama tentang terkaitnya
kedaulatan perairan teritorial Kepulauan Natuna, yang dikhawatirkan
dapat menimbulkan konfrontasi militer. Upaya-upaya provokasi
dilakukan Tiongkok baik secara verbal maupun fisik yang semakin
intensif telah memaksa pemerintah Indonesia bertindak dan bergabung
dengan negara-negara lain dalam menentang ekspansi Tiongkok di
Laut Tiongkok Selatan.113
Pada tahun 2017, Indonesia terus meningkatkan keamanan di
wilayah tersebut. Menteri Koordinator Bidang Maritim, Luhut Binsar
Pandjaitan menyampaikan bahwa pengamanan wilayah pulau-pulau
terluar adalah prioritas, termasuk wilayah perairan Kepulauan Natuna.
Karena menjaga stabilitas keamanan Indonesia sangat penting,
Indonesia sedang memperbanyak citra satelit dan memperkuat unit
reaksi cepat di wilayah tersebut. Indonesia tetap menjaga hubungan
baik dengan Tiongkok tapi tetap bersikeras mempertahankan
Kedaulatan bangsa Indonesia dengan mengupayakan upaya diplomatik
dengan Tiongkok salah satunya.
Sejauh ini di bawah pemerintahan Presiden Jokowi, Indonesia
telah mengambil langkah-langkah positif terkait peningkatan
113
Pakar: Indonesia Melihat Cina Ancaman bagi Natuna (2017) terdapat di
https://www.benarnews.org/indonesian/berita/cina-natuna-04182017180157.html diakses pada 15
Mei 2018.
55
pembangunan militer serta perekonomian di kawasan Kepulauan
Natuna. Pemerintah Indonesia terkesan lebih bersifat koersif dalam
menyikapi insiden Natuna, diantaranya dengan cara mengerahkan
aparat keamanan laut untuk terus meningkatkan kewaspadaan dan
patrol di perairan Natuna. Selain itu, kehadiran Presiden Jokowi di
perairan Natuna pasca insiden terjadi salah satunya ialah bertujuan
untuk menimbulkan efek pencegahan meningkatnya intensitas kapal
asing, dalam hal ini kapal Tiongkok, untuk mempersoalkan kembali
klaim tersebut. Pemerintah Indonesia meng-counter tindakan
Tiongkok dalam hal klaim wilayah dengan menggunakan isu
penangkapan ikan illegal yang telah jelas berlandaskan hukum yang
kredibel.
Berdasarkan beragam langkah yang diambil pemerintah dalam
menangani isu klaim ini, menggambarkan sikap pemerintah Indonesia
yang secara tidak langsung terlihat bermain aman demi menjaga dan
mempertahankan posisi Indonesia sebagai negara netral dengan tidak
menjadi salah satu negara klaim dalam sengketa Laut Tiongkok
Selatan. Selain itu Indonesia sangat mempertimbangkan hubungan
bilateral antarnegara, terutama hubungan ekonomi melalui investasi
dari Tiongkok yang sangat diperlukan Indonesia dalam merealisasikan
pembangunan demi mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim
dunia.
56
Pemerintah Indonesia dalam hal Kementerian Pertahanan
mengeluarkan sebuah kebijakan yaitu kebijakan penguatan natuna,
diantaranya adalah defence diplomacy, pembangunan postur
pertahanan, dan pembangunan karakter bangsa untuk masyarakat
sekitar Natuna.
Pemerintah Indonesia dalam perkembangannya sangat gencar
membangun kerjasama internasional baik secara bilateral maupun
multilateral di dalam bidang maritim. Di dalam 2 tahun pertama masa
kepemimpinannya Presiden Jokowi telah menandatangani 11
perjanjian internasional yang mengandung unsur maritim.114
Hal
tersebut dipantau mengalami kemajuan yang cukup signifikan jika
dibandingkan dengan masa kepemimpinan terdahulu yaitu Presiden
Susilo Bambang Yudhoyono yang hanya dapat meraih 9 perjanjian
internasional di dalam kurun waktu 5 tahun masa jabatannya. Di
pemerintahan saat ini Presiden Jokowi juga sangat gencar mengundang
para investor untuk dapat menanamkan modal di bidang pembangunan
infrastuktur maritim.115
Saat ini di era kepemimpinan Presiden Jokowi, Indonesia
dihadapkan dengan tantangan dari berbagai aspek, terutama ialah
aspek keamanan dan aspek ekonomi. Hal tersebut terlihat sejak awal
awal 2014 insiden Natuna kembali menjadi sorotan publik yang
114
Basis Data Perjanjian Internasional Kemlu RI terdapat di
http://treaty.kemlu.go.id/index.php/treaty/index diakses pada 15 Juni 2018. 115
Website Resmi Badan Koordinasi Penanaman Modal RI, terdapat di
http://www.bkpm.go.id/publication/detail/china-to-become-largest-investor-in-indonesia diakses
pada 15 juni 2018.
57
dimana Jokowi secara resmi belum lama menjabat sebagai Presiden
Republik Indonesia. Padahal visi Indonesia saat itu adalah hendak
membangun negara maritim, namun dihadapkan dengan percaturan
politik yang amat tegang dalam konteks Laut Tiongkok Selatan
tersebut yang menghadirkan tantangan nyata bagi Indonesia, terutama
ialah tantangan dalam membangun hubungan diplomatik antar
pemerintah Indonesia dengan pemerintah Tiongkok.
Insiden-insiden yang terjadi selama ini antara Indonesia-
Tiongkok dimungkinkan akan dapat mengganggu hubungan bilateral
kedua negara.116
Namun insiden tersebut juga dapat menjadi dorongan
bagi kedua negara untuk bernegoisasi kembali akan kerjasama di
bidang perikanan, jika kedua negara lebih melihat jauh kedepan akan
potensi kerjasama bilateral yang dapat terjalin nantinya.117
C. Kepentingan Nasional Indonesia
Sebelum menganalisa kepentingan nasional Indonesia,
dibutuhkan pengertian dari kepentingan nasional itu sendiri. Menurut
Daniel S. Papp, kepentingan nasional memiliki beberapa aspek yaitu
ekonomi, kekuatan dan keamanan militer, moralitas serta legalitas.118
Kepentingan nasional memiliki beberapa aspek yaitu ekonomi,
116
Ding Gang, Fishing Clash Offers Chance to Move Forward (2016) terdapat di
htttp://www.globaltimes.cn/content/975619.shtml diakses pada 30 Desember 2017 117
Ding Gang, Fishing Clash Offers Chance to Move Forward (2016) terdapat di
htttp://www.globaltimes.cn/content/975619.shtml diakses pada 30 Desember 2017 118
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations, 204.
58
kekuatan dan keamanan militer, moralitas serta legalitas.119
Tiongkok
mempertahankan sikapnya bahwa nelayan Tiongkok harus tetap
diperbolehkan untuk menggunakan daerah nelayan tradisional di
perairan sekitar Kepulauan Natuna, sementara Indonesia juga sangat
berusaha mempertahankan hak atas sumber daya alam yang berada di
dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Ambiguitas ini telah
menyebabkan beberapa insiden dalam area ini, yang terbaru ialah yang
melibatkan Coast Guard Tiongkok yang mencegah sebuah kapal
Angkatan Laut Indonesia yang menangkap awak kapal nelayan
Tiongkok di wilayah perairan Kepulauan Natuna seperti yang sudah
dijelaskan pada sub bab sebelumnya.
Dalam aspek ekonomi, Kepulauan Natuna menghitung tersedia
222 Trillion Cubic Feet (TCF) dan gas hidrokarbon yang bisa
didapat sebesar 46 TCF. Hal ini didapat dari ladang gas D-Alpha atau
dikenal dengan Blok East Natuna yang terletak di 225 km² utara dari
Kepulauan Natuna. Dari jumlah tersebut Indonesia berhasil
mendapatkan gas dan minyak alam terbesar. Bukan hanya itu saja,
tersedia sumber perikanannya yang berlimpah, Indonesia melihat
bahwa adanya potensi untuk meningkatkan standar hidup nelayan.
Jalur perdagangan antar negara juga termasuk aspek dari kepentingan
nasional Indonesia yang ingin mempertahankan kepualauan natuna.
119
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations, 208.
59
Pengakuan klaim yang didaftarkan Tiongkok kepada PBB di
Tahun 2009, membuat kedaulatan Indonesia terancam. Terancamnya
suatu negara dapat mempengaruhi kepentingan nasional hal ini di
jelaskan oleh Morgenthau yang dikutip dari Rosenau bahwa negara
harus mampu melindungi dan mempertahankan indentitas fisik,
politik, dan budaya dari gangguan negara lain.120
Hal ini membuat
Indonesia mengadakan pertemuan yang bertemakan ―Perkembangan di
Laut Tiongkok Selatan dan Dampaknya Bagi Stabilitas Politik dan
Keamanan di Kawasan Asia Pasifik‖, pada 30 November 2010.
Di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo, Indonesia
bersikap tegas dalam penegakan hukum terutama perang terhadap
praktik pencurian ikan. Hal tersebut disampaikan oleh ketua delegasi
RI, Dr. Achmad Poernomo, dalam Joint ASEAN-SEAFDEC
Declaration on Combating IUU Fishing and Enchancing Fish and
Fisheries Product Competitiveness in Southeast Asia Pada 4 Agustus
2016 di Bangkok, Thailand.121
Para ahli juga sepakat tentang Nine-
dash line yang bertentangan dengan hukum Internasional dalam
UNCLOS 1982.122
120
James N. Rosenau, The Study of Foreign Policy, World Politics: An Introduction, 97. 121
Website Resmi South-East Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC), Thailand Hosts
ASEAN-SEAFDEC Cooperative Forum and Joins Hands with Other Countries in Developing Joint
Declaration to Combat IUU Fishing and Enhance Sustainable Fisheries Development in the
Region (2016) terdapat di http://www.seafdec.org/thailand-hosts-asean-seafdec-cooperative-
forum-joins-hands-countries-developing-joint-declaration-combat-iuu-fishing-enhance-
sustainable-fisheries-development-region/ diakses pada tanggal 25 agustus 2016 122
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2010, Pertemuan Kelompok Ahli (PKA),
―Perkembangan di Laut Cina Selatan dan Dampaknya bagi Stabilitas Politik dan Keamanan di
Kawasan Asia Pasifik: Penguatan Posisi dan Strategi RI, dalam http://www.kemlu.go.id, diunduh
pada tanggal 3 Agustus 2016.
60
BAB IV
STRATEGI INDONESIA DALAM MENGHADAPI
KLAIM NINE-DASH LINE TIONGKOK
DI WILAYAH PERAIRAN KEPULAUAN NATUNA
Potensi Kepulauan Natuna memiliki kekayaan alam yang sangat beragam,
mulai dari sumber daya perikanan hingga sumber daya gas alam membuat
Indonesia terus berupaya untuk mempertahankan keberadaan kepulauan terluar
Indonesia ini. Sejak adanya Klaim Tiongkok tentang nine-dash line yang
bertentangan dengan hukum Internasional, permasalahan antara Indonesia –
Tiongkok mulai terjadi. Dalam permasalahan konflik klaim Tiongkok atas
Kepulauan Natuna membuat peneliti fokus pada penyelesaian masalah oleh
Indonesia.
Untuk membantu menganalisa penelitian ini, dibutuhkan penjelasan dari
konsep kebijakan luar negeri. Menurut george modelski, kebijakan luar negeri
merupakan sumber daya berupa ideologi yang berefek pada kepentingan negara
lain, dalam pengertian ini, budaya suatu bangsa terlahir berkat adanya campuran
budaya lain.123
Namun pengertian dari modelski dirasa kurang tepat jika dikaitkan
ke dalam strategi Indonesia dalam mengangani nine-dash line Tiongkok, maka
peneliti memilih untuk menganalisa kebijakan luar negeri dari Rosenau yaitu
tentang tiga komponen kebijakan luar negeri. Pertama, kebijakan luar negeri
sebagai sekelompok orientasi; kedua, kebijakan luar negeri yang menjadikan
123
George Modelski, A theory of Foreign Policy (New York: Fredrick A. Praeger, 1962), 152.
61
komitmen untuk bertindak; ketiga, ialah kebijakan luar negeri sebagai perilaku
atau aksi.124
Pada ketiga komponen tersebut peneliti menjabarkan analisa Strategi
Indonesia Dalam Menghadapi Klaim Nine-dash line Tiongkok di Kepulauan
Natuna.
Kebijakan yang dilakukan sebagai sekelompok orientasi merupakan
pedoman untuk menghadapi kondisi eksternal yang dilakukan Tiongkok oleh
Perairan Kepulauan Natuna. Tiongkok sendiri telah melakukan Klaim dari tahun
2009 atas perairan Kepulauan Natuna. Pada dasarnya laut Tiongkok Selatan bukan
merupakan kepemilikan Tiongkok atau negara apapun atau bisa disebut dengan no
man’s island, namun laut ini memang biasa digunakan untuk jalur perdagangan
antar negara.125
Sedangkan Laut Tiongkok Selatan berperan penting dalam
menentukan batas-batas laut wilayah maupun Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)
Indonesia. Dari kondisi Eksternal tersebut, tersedia Penjagaan yang ketat oleh
Indonesia dilakukan untuk mempertahankan wilayah NKRI. Indonesia melakukan
pertahanan dengan cara membangun tiga pertahanan yaitu darat, udara dan laut.
Rosenau berpendapat tentang kapabilitas analisis dalam menjalankan
kebijakan luar negeri, kapabilitas tersebut adalah tentang sosial, ekonomi, budaya,
dan proses psikologi dimana ini merupakan limit tertinggi yang berefek dari
tingkah laku eksternal. Tingkah laku eksternal berasal dari aksi dan reaksi dari
negara lain atau pembuat kebijakannya dan tindakan masyarakat internasional.
Kebijakan internasional merupakan aksi otoritas yang diambil dari pemerintahan
124
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations, 402. 125
http://www.jpf.or.id/id/jepang-indonesia-dan-konflik-laut-cina-selatan diakses pada tanggal 19
juni 2016
62
dimana berkomitmen untuk mengubah, membuat bahkan mempengaruhi
masyarakat internasional dalam periode tertentu.126
Pemerintah Indonesia juga melakukan upaya deterrence atau menangkal
dengan mengancam Tiongkok dengan tidak akan segan-segan untuk melakukan
penangkapan terhadap kapal asing yang masuk secara illegal ke perairan Natuna.
Sikap yang dilakukan Indonesia merupakan sikap kebijakan luar negeri sebagai
perilaku atau aksi untuk mempertahankan wilayah NKRI. Indonesia telah
melakukan berbagai upaya untuk menjaga keamanan laut Kepulauan Natuna.
Peningkatkan keamanan wilayah perairan Natuna dengan menambahkan sejumlah
pasukan TNI untuk berpatroli di sekitaran wilayah perbatasan.
Pada pengertian kedua bahwa kebijakan luar negeri sebagai komitmen dan
rencana bisa dilihat pada sikap Indonesia melalui penetapan pangkalan militernya
yang di bangun di beberapa Pulau Natuna besar dan kecil. Bukan hanya itu,
adanya tuntutan hukum tentang Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) yaitu UU No.5
tahun 1983. Undang-undang ini berisi tentang perbatasan perairan Indonesia yang
terdiri dari dasar laut, tanah di dalam lautan dan dengan batasan terluar sebesar
200 mil dari garis pangkal laut wilayah kedaulatan Indonesia.127
Tuntutan hukum
ini merupakan komitmen Indonesia untuk benar-benar mempertahankan Indonesia
dari Nine-dash line klaim Tiongkok. Nine-dash line sendiri bertentangan dengan
Hukum Internasional yaitu UNCLOS 1982.128
126
James N. Rosenau, The Study of Foreign Policy, World Politics: An Introduction, 131. 127
Suhartati M. Natsir, M. Subkhan, Rubiman, dan Singgih P.A. Wibowo,
―KomunitasForameniferaBentuk diI Peraian Kepulauan Natuna‖, dalam Jurnal Ilmu dan
Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Hal. 21-31, Juni 2016. 128
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2010, Pertemuan Kelompok Ahli (PKA),
―Perkembangan di Laut Cina Selatan dan Dampaknya bagi Stabilitas Politik dan Keamanan di
63
Kebijakan luar negeri sebagai rencana untuk bertindak juga dilakukan oleh
Indonesia. Seperti yang dilakukan oleh ketua Komisi I DPR, Mahfudz Siddiq
yang menyatakan bahwa adanya pembangunan pangkalan militer di sekitar
Kepulauan Natuna yang sudah dilakukan sejak tahun 2015 hingga 2017. Upaya
yang dilakukan Presiden Joko Widodo lewat menteri-menterinya merupakan
komitmen tinggi pemerintah terhadap kasus ini.
Ketiga, analisa kebijakan luar negeri sebagai perilaku atau aksi dalam
strategi Indonesia dalam menghadapi klaim Nine-dash line Tiongkok di Perairan
Kepulauan Natuna. Dari analisa pertama dan kedua tentang penetapan pangkalan
militer Indonesia yang terletak di beberapa Kepulauan Natuna, tegasnya
pemerintah Joko Widodo dalam penegakan hukum nelayan illegal, beberapa
latihan militer di Pulau Besar dan Kecil Natuna dan ketetapan lainnya yang dibuat
Indonesia juga merupakan perilaku dan aksi konkrit dalam menghadapi Tiongkok.
Rosenau menjelaskan kebijakan internasional merupakan aksi otoritas yang
diambil dari pemerintahan dimana berkomitmen untuk mengubah, membuat
bahkan mempengaruhi masyarakat internasional dalam periode tertentu.
Dilihat dalam pandangan Rosenau disini, Indonesia pada masa
pemerintahan Joko Widodo, kebijakan luar negerinya adalah untuk mempengaruhi
masyarakat internasional. Jokowi bahkan memfokuskan pengubahan nama
Perairan Natuna untuk menjauhkan nelayan ilegal dan penjaga laut dari Tiongkok.
Hal ini juga bisa dikaitkan pada analisa adanya aksi dan reaksi dari Rosenau. Aksi
Jokowi didasari pada pemetaan Tiongkok tentang Nine dashed line dan
Kawasan Asia Pasifik: Penguatan Posisi dan Strategi RI, dalam http://www.kemlu.go.id, diunduh
pada tanggal 3 Agustus 2016.
64
banyaknya nelayan ilegal yang masuk tanpa ijin. Berbeda dengan periode
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono, penggunaan politik luar negeri yang
diterapkan ialah zero enemy, thousand friends dimana SBY lebih menggunakan
kebijakan yang soft yang mengutamakan berdamai dengan negara manapun dalam
insiden apapun. Seperti yang terkait dari pernyataan Rosenau tentang kebijakan
luar negeri yang dapat berubah pada periode tertentu, peneliti menganalisa tentang
pengubahan kebijakan luar negeri dari periode kepemimpinan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono ke Joko Widodo.
Pihak Tiongkok sekiranya harus lebih memahami kekhawatiran yang
timbul dari pihak Indonesia tersebut dengan beberapa cara, salah satunya ialah
dengan melakukan pengelolaan yang baik dan terstruktur atas berbagai aktivitas-
aktivitas kapal nelayan Tiongkok di wilayah tersebut yang dapat dijalani sebagai
salah satu kunci untuk melanjutkan kembali negoisasi antara Indonesia-Tiongkok.
Tiongkok juga dapat mengatur perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk
melancarkan penawaran-penawaran dukungan tekhnologi dan modal ke
Indonesia.129
Seperti yang sudah dijelaskan di atas bahwa penulis memilih untuk
menganalisa kebijakan luar negeri dari Rosenau yaitu tentang 3 komponen
kebijakan luar negeri.130
Pertama, kebijakan luar negeri sebagai sekelompok
orientasi; kedua, kebijakan luar negeri sebagai komitmen dan rencana untuk
129
Ding Gang, Fishing Clash Offers Chance to Move Forward (2016) terdapat di
htttp://www.globaltimes.cn/content/975619.shtml diakses pada 30 Desember 2017 130
James N. Rosenau, The Study of Foreign Policy, World Politics: An Introduction, 230.
65
bertindak; ketiga, ialah kebijakan luar negeri sebagai perilaku atau aksi. Ketiga
komponen tersebut sangat berkaitan dengan 3 strategi Indonesia berikut ini:
A. Latihan Militer dan Pangkalan Militer di Wilayah Kepulauan Natuna
Pada kebijakan luar negeri tentang komitmen dan rencana dari cara
bertindak Indonesia pada segi keamanan yang harus dibangun di
perbatasan terluar Perairan Kepulauan Natuna. Cara ini juga menunjukan
pada tujuan kepentingan nasional yang dijelaskan oleh Daniel S. Papp.
Tersedia pembahasan tentang militer dan military parameters dimana
kekuatan militer merupakan bentuk secara nyata untuk mencapai
kepentingan nasional.131
Keamanan militer serta military parameters juga
terkait pada kebijakan luar negeri yang dijelaskan oleh Rosenau.
Untuk mencapai kepentingan nasional dibutuhkan faktor faktor
pendukung. Salah satu faktor pendukungnya adalah dengan menjalankan
latihan dan pangkalan militer TNI telah membangun benteng pertahanan
terpadu tiga matra antara darat, udara dan laut. Saat ini, pembangunan
telah berlangsung 10% yang sisanya akan rampung usai anggaran
pembangunan pada tahun 2018. Panglima TNI Jendral TNI Gatot
Nurmantyo memastikan TNI siap menghadapi berbagai kemungkinan
yang terjadi terkait Laut Tiongkok Selatan. Perairan Natuna sedang
terancam oleh klaim Tiongkok. Peta nine-dash line yang mengklaim
Natuna sebagai salah satu wilayah perairannya membuat Tiongkok juga
menyatakan bahwa perairan Natuna tersebut adalah wilayah pemancingan
131
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations, 399.
66
tradisionalnya. Indonesia tentu menentang keras pernyataan Tiongkok
tersebut karena tidak sesuai dengan Hukum Internasional manapun.
Pemerintah Indonesia melakukan upaya-upaya untuk menjaga keamanan
wilayah perairan Natuna.
Pemerintah Indonesia melakukan upaya deterrence atau menangkal
dengan mengancam Tiongkok bahwa Indonesia tidak akan segan-segan
untuk melakukan penangkapan terhadap kapal asing yang masuk secara
ilegal ke perairan Natuna. Sekelompok orientasi yang berpedoman pada
eksternal suatu wilayah dapat dilihat dari peninjauan Nine-dash line yang
bertentangan dengan hukum Internasional dalam UNCLOS 1982.132
Indonesia juga memprotes Tiongkok atas garis wilayah ZEE yang terletak
di garis Kontinen Republik Indonesia di wilayah Kepulauan Natuna.133
TNI Angkatan Laut berencana untuk membangun pangkalan
militer di wilayah Kabupaten Natuna yang nantinya akan dijadikan sebagai
perluasan kekuatan militer antara pangkalan utama angkatan laut
Pontianak dan Tanjung Pinang. Hal tersebut disampaikan oleh Laksamana
Ade Supandi, sekalu Kepala Staf TNI AL pada bulan April 2016. Rencana
pembangunan yang telah masuk dalam Rencana Strategis (Renstra) ke II
2015-2019 ini merupakan hasil pertimbangan yang bertujuan agar
distribusi kebutuhan barang dan kebutuhan logistik prajurit yang bersiaga
132
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2010, Pertemuan Kelompok Ahli (PKA),
―Perkembangan di Laut Cina Selatan dan Dampaknya bagi Stabilitas Politik dan Keamanan di
Kawasan Asia Pasifik: Penguatan Posisi dan Strategi RI, dalam http://www.kemlu.go.id, diunduh
pada tanggal 3 Agustus 2016. 133
Dr. Syaiful Anwar, Mayor Jenderal TNI (Marinir) ―Posisi Keamanan Maritim dalam Kerangka
sistem Pertahanan Negara‖, Jurnal Pertahanan, Agustus 2013, Vol. 3, No. 2.
67
di laut Natuna menjadi lebih efektif dan efisien.134
Pembangunan militer
serta latihan militer di Natuna penting bagi pertahanan tengah dan utara
Indonesia.
Pada kekuatan dan keamanan militer yang dibangun oleh Indonesia
di kawasan Kepulauan Natuna. Menteri Pertahanan Ryamizard Ryacudu
didampingi Irjen Kemhan Marsdya TNI Ismono Wijayanto dan pejabat
Menteri Pertahanan TNI langsung melakukan peninjauan ke beberapa
sarana dan prasana pertahanan antara lain fasilitas Pangkalan Udara TNI
AU Ranai, Pangkalan TNI AL Ranai, Komando Distrik Militer (Kodim)
0318/Natuna dan Batalyon Infanteri 134/TS. Sementara itu, Menhan
berencana akan memperkuat sarana dan prasarana pertahanan negara di
wilayah Natuna, Provinsi Kepulauan Riau. Kemhan akan melengkapi
Kepulauan Natuna dengan membangun pelabuhan untuk Pangkalan TNI
AL dan memperlebar landasan pacu Pangkalan TNI AU.
Dalam praktek latihan yang menurut pengamat militer sebagai
pesan simbolis bahwa Indonesia serius terhadap masalah batas wilayah di
Natuna, semua unsur kesatuan TNI AU akan menunjukkan kemampuan
baik operasional maupun taktikal. Kegiatan ini melalui tahapan latihan
yang dilaksanakan oleh perorangan, dilanjutkan latihan satuan dan antar-
satuan, untuk melihat profesionalisme dan kesiapan operasi hasil dari
latihan TNI AU. Lebih dari 2.000 personil TNI AU dan 73 pesawat
berbagai macam tipe dan jenis unjuk kekuatan dalam latihan yang
134
Website Resmi DPR RI, Indonesia Akan Bangun Pangkalan Militer di Pulau Terdepan (2016)
terdapat di http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/12772 diakses pada 21 Mei 2018.
68
berlokasi dekat Laut Tiongkok Selatan. Unit pesawat tempur itu berasal
dari tujuh skuadron udara TNI AU. Latihan perang Angkasa Yudha TNI
AU di Air Weapon Range Buding, Belitung Timur, Provinsi Kepulauan
Bangka Belitung dibatalkan dan dipindahan ke Natuna, yang merupakan
kepulauan terluar Indonesia dan sering dikaitkan dalam konflik Laut
Tiongkok Selatan.135
Kementerian Pertahanan mengungkapkan bahwa TNI melakukan
peninjauan dan membangun sarana fasilitas keamanan ke beberapa titik di
pulau Natuna besar dan kecil. Tersedia pangkalan udara TNI AU dan AL
Ranai, serta Kodim di Natuna.136
Indonesia juga membuat operasi
pelatihan pasukan pemukul reaksi cepat (PPRC) TNI 2017 yang dihadiri
oleh 23 Gubernur.
Di sisi lain pemerintah Indonesia berencana memperluas landasan
pesawat terbang di pangkalan udara Ranai dan menjadikan Kepulauan
Natuna sebagai pangkalan induk (home base) pertahanan negara di ujung
terluar yang akan dilengkapi fasilitas kapal perang, pesawat tempur dan
diisi oleh sejumlah pasukan elite dari TNI Angkatan Laut dan TNI
Angkatan Udara.137
135
TNI AU Latihan Perang Besar-Besaran di Natuna
https://www.benarnews.org/indonesian/berita/tni-au-natuna-10052016165926.html Diakses pada 5
Juni 2018. 136
Tim Redaksi WIRA, ―KUNJUNGAN MENTERI PERTAHANAN KE NATUNA UNTUK
MEMPERKUAT PERTAHANAN NEGARA DI WILAYAH TERDEPAN‖ WIRA Vol. 57 No.
41 Hal.37 137
Fachri Fachrudin, 2016, Pembangunan Pangkalan Militer di Natuna Dimulai Tahun Depan
terdapat di
http://nasional.kompas.com/read/2016/06/29/18465011/pembangunan.pangkalan.militer.di.natuna.
dimulai.tahun.depan diakses pada 5 juni 2018.
69
Pangkalan militer dan latihan militer merupakan kriteria Power
dari keamanan militer yang diterangkan oleh Daniel S. Papp. Sebelumnya
Daniel menerangkan bahwa Tersedia lima kriteria power menurut Daniel
yaitu: kriteria ekonomi; kriteria ideologi; keamanan militer; moralitas dan
legalitas.138
Potensi kekuatan dari kriteria ekonomi bisa dilihat pada suatu
negara dengan posisi ekonomi suatu negaranya tersebut. Kriteria ekonomi
yang dimiliki oleh perairan Kepulauan Natuna dari sumber daya alam,
energi, pariwisata, dan potensi perikanan yang besar membuat peneliti
memilih kerangka konseptual dari Daniel S. Papp yaitu kepentingan
nasional dengan poin-poin dari power.
Penjelasan Daniel pada pembahasan tentang militer juga tersedia
pada military parameters dimana kekuatan militer merupakan bentuk
secara nyata untuk mencapai kepentingan nasional.139
Keamanan militer
serta military parameters juga terkait pada kebijakan luar negeri yang
dijelaskan oleh Rosenau. Hal ini dilihat pada komitmen dan rencana dari
cara bertindak Indonesia pada segi keamanan yang harus dibangun di
perbatasan terluar Perairan Kepulauan Natuna.
Rosenau berpendapat tentang Kebijakan internasional yang
merupakan aksi otoritas dari pemerintahan dimana komitmen untuk
mengubah, membuat bahkan mempengaruhi masyarakat internasional
dalam periode tertentu. Kekuatan militer yang akan dibangun dan sedang
dibangun oleh Indonesia baru dilakukan pada masa periode Joko Widodo,
138
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations; framework for understanding 5th
editions, (London: Macmilan Publishing Company, 1988), 360. 139
Daniel S. Papp, Cotemporary International Relations, 399.
70
kebijakan luar negerinya adalah untuk mempengaruhi masyarakat
internasional dalam segi keamanan wilayah perairan terutama maritim.
B. Pemberdayaan Wilayah Kepulauan dan Perairan Natuna
Pada tanggal 23 Juni 2016 Presiden Joko Widodo dalam kunjungan
ke Kepulauan Natuna, didampingi oleh Menko Polhukam Luhut Binsar
Pandjaitan, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi, Menteri ESDM Sudirman
Said, Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Menteri
Perencanaan Pembangunan Nasional Sofyan Djalil, Sekretaris Kabinet
Pramono Anung dan Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo.140
Dari Jakarta menuju Ranai, Natuna untuk melaksanakan kunjungan kerja
pertama kalinya ke Kabupaten Natuna. Dalam kunjungan kerja ini,
Presiden Joko Widodo memimpin rapat terbatas tentang pengembangan
potensi ekonomi Kepulauan Natuna sebagai salah satu beranda terdepan
Indonesia dan kawasan strategis Nasional.141
Rapat tersebut dilakukan di
kapal perang KRI Imam Bonjol yang berlayar di perairan Natuna. Kapal
perang Indonesia ini lah yang telah berhasil melakukan penahanan atas
kapal-kapal ikan asing yang melakukan aksi pencurian di wilayah perairan
Natuna sebelumnya.
140
BBC Indonesia, Tiba di Natuna Jokowi Gelar Rapat di KRI Yang Tembak Kapal Cina (2016)
terdapat di
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/06/160623_indonesia_jokowi_natuna
diakses pada 5 juni 2017. 141
Siaran Pers Presiden Joko Widodo ―Kunjungan Ke Natuna : Menggali Potensi Ekonomi
Wilayah Perb atasan‖ http://presidenri.go.id/berita-aktual/kunjungan-ke-natuna-menggali-potensi-
ekonomi-wilayah-perbatasan.html diakses pada 5 Juni 2017 pukul 22:31
71
Pengembangan Natuna menjadi sebuah keharusan dan juga
prioritas utama bagi pemerintah Indonesia, bukan saja karena Indonesia
ingin perbatasan sebagai beranda terdepan Indonesia, tetapi juga Jokowi
ingin mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim dunia. Sebagai daerah
kepulauan, pembangunan di sektor kelauatan, perikanan dan pariwisata
bahari di kabupaten Natuna diharapkan mampu memberikan manfaat
nyata bagi kesejahteraan bagi rakyat Indonesia, khususnya di Kabupaten
Natuna Provinsi Kepulauan Riau.
Tercatat telah beberapa kali Presiden mengadakan rapat terbatas
langsung di lapangan, di antaranya ketika memimpin rapat terbatas tentang
pengelolaan kawasan Candi Borobudur di Kompleks Candi Borobudur,
Kabupaten Magelang, Provinsi Jawa Tengah, Jumat 29 Januari 2016 dan
rapat terbatas tentang pengembangan destinasi wisata Danau Toba, di
Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, Selasa 1 Maret 2016.
Sebagai salah satu wilayah perbatasan, Presiden dalam beberapa
kali kesempatan mengatakan bahwa setiap daerah perbatasan harus
menjadi beranda terdepan Indonesia sehingga gedung pos perbatasan harus
dibangun yang besar dan bagus, serta adanya sebuah pasar yang besar dan
bagus pula. Presiden juga menginginkan adanya infrastruktur jalan yang
lebar. Presiden Joko Widodo ingin menunjukan bahwa Indonesia ini
adalah negara besar, bangsa besar dengan menunjukkan fisik wilayah dan
seisinya yang besar dan beragam, hal ini merupakan kebanggaan
nasionalisme Indonesia. Presiden Jokowi berpendapat bahwa Indonesia
72
harus dengan tegas menunjukkan jendela Indonesia, halaman muka
Indonesia kepada negara lain. Sehingga negara asing akan mengakui
bahwa Indonesia merupakan negara yang besar dengan bangsa yang besar
pula.142
Pasca insiden Natuna, tersedia tiga fokus bidang pemberdayaan
aset maritim yang merupakan upaya pengembangan Kepulauan Natuna
yang harus segera direalisasikan pemerintah, diantaranya adalah
pengembangan industri perikanan, pengembangan industri minyak bumi
dan gas alam serta peningkatan kapasitas militer di daerah tersebut.143
Natuna akan dijadikan kota perikanan meniru konsep Tsukiji Fish Market
yang berada di Tokyo-Jepang, jika sudah terealisasi akan menjadikan
Natuna sebagai tempat pelelangan ikan kelas dunia.144
Pada Agustus 2016
di beberapa titik potensial telah terbangun fasilitas peti pendingin
penyimpanan ikan dalam jumlah proposional (cold storage).145
Selain itu
Indonesia juga akan mengoptimalkan pemberdayaan sumur-sumur di
142
Liza Yosephine, 2016, Jokowi TO Focus on Fisheries, Energy Development in Natuna terdapat
di http://www.thejakartapost.com/news/2016/06/24/jokowi-focus-on-fisheries-energy-
development-in-natuna.html diakses pada 15 November 2017. 143
Liza Yosephine, 2016, Jokowi TO Focus on Fisheries, Energy Development in Natuna terdapat
di http://www.thejakartapost.com/news/2016/06/24/jokowi-focus-on-fisheries-energy-
development-in-natuna.html diakses pada 15 November 2017. 144
Silvanus Alvin,2016, Rizal Ramli Ingin Bangun Pelelangan Ikan Kelas Dunia di Natuna
terdapat di http://bisnis.liputan6.com/read/2542950/rizal-ramli-ingin-bangun-pelelangan-ikan-
kelas-dunia-di-natuna diakses pada 5 juni 2018. 145
Haluan Kepri, 2016, Natuna Jadi Sentra Pelelangan Ikan Terbesar terdapat di
http://www.haluankepri.com/natuna/92753-natuna-jadi-sentra-pelelangan-ikan-terbesar-.html
diakses pada 5 Juni 2018.
73
wilayah Natuna Timur agar dapat memproduksi minyak bumi dan gas
alam bekerja sama dengan perusahan-perusahaan besar terkait.146
Di sisi lain pemerintah Indonesia berencana memperluas landasan
pesawat terbang di pangkalan udara Ranai dan menjadikan Kepulauan
Natuna sebagai pangkalan induk (home base) pertahanan negara di ujung
terluar yang akan dilengkapi fasilitas kapal perang, pesawat tempur dan
diisi oleh sejumlah pasukan elite dari TNI Angkatan Laut dan TNI
Angkatan Udara.147
Dengan beragam pembangunan tersebut Indonesia
berharap agar dapat memastikan kedaulatan negara dalam memanfaatkan
sumber daya alam di wilayah tersebut dan dapat mendorong aktivitas
ekonomi di ZEE Indonesia.
Rosenau berpendapat tentang kapabilitas analisis dalam
menjalankan kebijakan luar negeri, kapabilitas tersebut adalah tentang
sosial, ekonomi, budaya, dan proses psikologi dimana ini merupakan limit
tertinggi yang berefek dari tingkah laku eksternal. Pemberdayaan
Kepulauan dan Perairan Natuna termasuk dalam penjelasan Daniel S. Papp
tentang power, dimana adanya economics parameters yang dimiliki oleh
potensi-potensi Natuna. Pengembangan Natuna menjadi sebuah keharusan
dan juga sebagai prioritas utama bagi pemerintah Indonesia, bukan saja
karena Indonesia ingin perbatasan sebagai beranda terdepan Indonesia,
146
Fedina S. Sundaryani, 2016, Government Hopes to Expedite East Natuna Oil Block
Development terdapat di http://www.thejakartapost.com/news/2016/07/19/government-hopes-
expedite-east-natuna-oil-block-development.html diakses pada 5 juni 2018. 147
Fachri Fachrudin, 2016, Pembangunan Pangkalan Militer di Natuna Dimulai Tahun Depan
terdapat di
http://nasional.kompas.com/read/2016/06/29/18465011/pembangunan.pangkalan.militer.di.natuna.
dimulai.tahun.depan diakses pada 5 juni 2018.
74
tetapi juga Jokowi ingin mewujudkan Indonesia sebagai poros maritim
dunia. Natuna diharapkan mampu memberikan manfaat nyata bagi
kesejahteraan bagi rakyat Indonesia. Sumber daya perikanan hingga
sumber daya gas alam, industri gas dan minyak Indonesia memiliki 16
blok migas di Natuna. Dan di sisi lain, produksi perikanan berjumlah 8,9
% menjadi potensi besar sumber daya alam di Natuna. Kekayaan alam
yang dimiliki oleh Kepulauan Natuna.
C. Pengubahan Nama Perairan Menjadi Laut Natuna Utara
Indonesia memiliki kedaulatan yang tidak terbantahkan atas
Kepulauan Natuna di bagian selatan kawasan Laut Tiongkok Selatan.
Berhadapan dengan situasi sengketa nine-dash line, Indonesia memiliki
rencana untuk pengubahan nama menjadi Laut Natuna Utara. Dari
pengubahan nama ini, Indonesia lewat Presiden Jokowi mempertahankan
hak atas sumber daya dalam Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE). Rencana
yang diusulkan Jokowi kepada International Hydrographic Organization
(IHO),148
ini memberikan peluang besar kepada Indonesia untuk
menunjukan kepada negara sekitar dan Tiongkok atas wilayah
kedaulatannya.149
Bagi Rosenau, kebijakan luar negeri dibutuhkan oleh pembuat
kebijakan yang mengupayakan rencana suatu negara sebagai bentuk
148
Yubing SHI, ― Indonesia‘s Renaming of Part of SCS as ―North Natuna Sea‖ Groundless‖.
SOUTH CHINA SEA BULLETIN Vol. 5, NO. 9, September, 2017 149
Yugolastarob komeini, Nurmasari Situmeang, Fadra, ―The North Sea Renamed as Geopolitics
of Indonesia in Natuna. Scientific Research Journal (SCIRJ), Volume VI, Issue I, January 2018.
75
perilaku.150
Rencana yang sudah dikemukakan oleh Rosenau menjadi
acuan peneliti dalam menganalisa kebijakan luar negeri Indonesia.
Pengubahan nama yang diajukan oleh Presiden Jokowi dapat
mempengaruhi geopolitik kawasan dimana nama Laut Natuna Utara
menunjukan hak maritim Indonesia atas wilayah Perairan Natuna.151
Rencana ini sudah disiapkan dan ditandatangani oleh 21 menteri Indonesia
dan lembaga negara.152
Tujuan Indonesia dalam pengubahan nama ini
bukan untuk meningkatkan konflik dengan Tiongkok, namun justru untuk
mempertahankan wilayah Perairan Kepulauan Natuna yang merupakan
milik Indonesia.
Rosenau menjelaskan kebijakan internasional merupakan aksi
otoritas yang diambil dari pemerintahan dimana berkomitmen untuk
mengubah, membuat bahkan mempengaruhi masyarakat internasional
dalam periode tertentu. Dilihat dalam pandangan rosenau disini, Indonesia
pada masa pemerintahan Joko Widodo, kebijakan luar negerinya adalah
untuk mempengaruhi masyarakat internasional. Jokowi bahkan
memfokuskan pengubahan nama Perairan Natuna untuk menjauhkan
nelayan ilegal dan penjaga laut dari Tiongkok maupun dari negara asing
lainnya. Hal ini juga bisa dikaitkan pada analisa adanya aksi dan reaksi
dari Rosenau.
150
KJ. Holsti, International Politics : A framework for Analysis, (New Jersey: Prentice Hall,
1992), 269. 151
Ristian Atriandi Supriyanto, ―Indonesia‘s Natuna Islands: Next Flashpoint in the South China
Sea?‖. RSIS S. Rajaratnam School of International Studies, NTU. 16 Februari 152
Yubing SHI, ― Indonesia‘s Renaming of Part of SCS as ―North Natuna Sea‖ Groundless‖.
SOUTH CHINA SEA BULLETIN Vol. 5, NO. 9, September, 2017
76
Aksi Presiden Jokowi didasari pada pemetaan Tiongkok tentang
Nine dash line dan banyaknya nelayan ilegal yang masuk tanpa ijin.
Berbeda dengan periode Presiden Susilo Bambang Yudhoyono,
penggunaan politik luar negeri zero enemy, thousand friends dimana SBY
dapat di katakan menggunakan kebijakan yang lebih soft dibandingkan
dengan era Presiden Jokowi saat ini, namun sikap Indonesia di era tersebut
justru terkesan seperti kurang ditakuti oleh negara-negara asing yang
melakukan tindakan illegal. Seperti yang terjadi pada tanggal 26 Maret
2013 tepatnya pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono, sebelumnya Indonesia juga pernah menghentikan kapal
nelayan Tiongkok yang memancing di Perairan Indonesia. Namun sangat
disayangkan dimasa kepemimpimpinan SBY dalam insiden tersebut,
perahu nelayan Tiongkok justru berhasil lolos karena adanya intervensi
dari penjaga laut Tiongkok. Terlihat perbedaan sikap Indonesia yang lebih
tegas di era Presiden Jokowi saat ini yang telah banyak menenggelamkan
kapal asing yang melakukan tindakan IUU Fishing di wilayah perairan
Indonesia.153
Berdasarkan kasus diatas, peneliti mengaitkan dengan
pernyataan Rosenau tentang kebijakan luar negeri yang dapat berubah
pada periode tertentu, sesuai dengan analisa peneliti mengenai perubahan
kebijakan luar negeri dari periode Presiden SBY ke Presiden Jokowi.
153
―Coastguard Cina lindungi pencuri ikan, Susi protes keras‖, Tempo.Co, 21 March 2016.
77
BAB V
KESIMPULAN
Potensi Natuna yang terletak di perbatasan banyak negara membuat
Indonesia terus berupaya untuk mempertahankan wilayah kedaulatan NKRI.
Kepulauan Natuna memiliki kekayaan alam yang sangat beragam, mulai dari
sumber daya perikanan hingga sumber daya gas alam. Tidak hanya itu, dalam
bidang industri gas dan minyak Indonesia memiliki 16 blok migas di Natuna. Dan
di sisi lain, produksi perikanan berjumlah 8,9 % menjadi potensi besar sumber
daya alam di Natuna. Kekayaan alam yang dimiliki oleh Kepulauan Natuna dalam
segi perairan, jalur perdagangan, letak kawasan yang berbatasan langsung dengan
beberapa negara, dan sumber daya minyak gas alam sangat dijaga oleh Indonesia.
Ancaman Tiongkok telah melakukan Klaim dari tahun 2009 atas perairan
Kepulauan Natuna. Sedangkan Laut Tiongkok Selatan sendiri sangat berperan
penting dalam menentukan batas-batas laut wilayah maupun Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) Indonesia. Jalur perdagangan antar negara juga termasuk aspek
dari kepentingan nasional Indonesia yang ingin mempertahankan kepualauan
natuna. Terancamnya suatu negara dapat mempengaruhi kepentingan nasional dari
negaranya. Ancaman tersebut membuat Indonesia secara tegas melakukan
tindakan tindakan. Tindakan Indonesia berupa peningkatan pangkalan militer dan
latihan militer merupakan hal yang tegas terutama pada masa pemerintahan Joko
78
Widodo. Hal ini dilakukan semata-mata untuk mencapai tujuan yaitu kepentingan
Nasional Indonesia.
Pada bab sebelumnya, peneliti mengungkapkan bahwa aspek ekonomi,
dan kedaulatan suatu bangsa merupakan harga mati NKRI. Maka kepentingan
nasional utama oleh Indonesia adalah untuk mempertahankan Kepulauan Natuna.
Saat ini tindakan tegas dari pemerintah Indonesia telah terealisasikan dengan
tujuan mengurangi dan menghilangkan berbagai kegiatan yang melanggar aturan
hukum di wilayah perbatasan. Berbagai rencana pengembangan dan pembangunan
dalam aspek industri, infrastruktur, serta militer disusun pemerintah saat ini yang
telah menjadi fokus pemerintah dalam menjaga kedaulatan NKRI di wilayah
perairan tersebut serta mengelola sumber daya kelautan yang tersimpan di
bawahnya dengan baik.
Pada tanggal 13 April 2016, Song Tao, head of the international
department of the Chinese Communist Party (CCP) mengunjungi Presiden RI
Joko Widodo di tengah ketegangan Natuna. Setelah pertemuan tersebut selesai,
Pramono Anung, selaku sekretaris kabinet, menyatakan kepada pers bahwa
kedepannya Tiongkok dan Indonesia sepakat untuk saling menghormati wilayah
territorial perairan masing-masing.154
Tidak ada penjelasan detail mengenai proses penyelesaian tersebut.
Pernyataan tersebut terkesan ambigu karena dibuat tidak melalui Kementerian
Luar Negeri secara resmi melainkan penyampaian dari sekretaris kabinet istana,
Pramono mengatakan bahwa insiden tersebut dianggap telah diselesaikan setelah
154
―Indonesia-China sepakat insiden di Natuna dianggap Selesai‖, Kompas.com, 13 April 2016
79
Beijing mengakui kedaulatan penuh Indonesia di atas perairan Natuna.155
Selain
itu, Jakarta dan Beijing menyatakan bahwa kedua pihak memiliki keinginan yang
kuat untuk saling memperbaiki hubungan satu sama lain dalam semua level.
Yang menjadi tantangan bagi Indonesia dan Tiongkok adalah untuk
sama-sama saling menghilangkan kekhawatiran. Terkhusus Indonesia agar dapat
menghilangkan kekhawatiran-kekhawatiran akan tindakan-tindakan pencurian
ikan yang di lakukan oleh pihak Tiongkok. Dan begitupula sebaliknya, pihak
Tiongkok sekiranya harus lebih memahami kekhawatiran yang timbul dari pihak
Indonesia tersebut dengan beberapa cara, salah satunya ialah dengan melakukan
pengelolaan yang baik dan terstruktur atas berbagai aktivitas-aktivitas kapal
nelayan Tiongkok di wilayah tersebut yang dapat dijalani sebagai salah satu kunci
untuk melanjutkan kembali negoisasi antara Indonesia-Tiongkok. Tiongkok juga
dapat mengatur perusahaan-perusahaan Tiongkok untuk melancarkan penawaran-
penawaran dukungan tekhnologi dan modal ke Indonesia.
155
Ina Parina, ―RI, China Strengthen economic, political relations‖, Jakarta Post, 14 April 2016.
80
DAFTAR PUSTAKA
Buku, Jurnal, Publikasi
Akmal, Muhammad. Strategi Indonesia Menjaga Keamanan Wilayah Perbatasan
Terkait Konflik Laut Cina Selatan Pada Tahun 2009. Riau: Fakultas Ilmu
Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau, 2015.
Aliakbar, Amir. ―Gauging the potential for armed conflict between China and
Indonesia in the South China Sea‖, Chicago: Chicago University, 2017.
Anwar, Dr. Syaiful Mayor Jenderal TNI Marinir. ―Posisi Keamanan Maritim
dalam Kerangka sistem Pertahanan Negara‖. Jurnal Pertahanan, Agustus
2013, Vol.3, No.2.
Baharuddin, A. Hamzah. China’s Strategy, Chicago: Chicago University Far
Eastern Economic Review, vol. A 13 August 1992.
Burchill, Scott. The National Interest in International Relations Theory. New
York: Palgrave Macmillan, 2005.
Buzan, Barry. ―New Patterns of Global Security in the Twenty-First Century.‖
Royal Institute of International Affairs Vol. 67, No. 3, 1994.
Buzan, Barry. People, States and Fear: an Agenda for International Security
Studies in the Post Cold War Era. Brighton: ECPR Press, 2008.
Faisal, Sanapiah. format-format penelitian Sosial. Jakarta: Rajawali Pers, 2010.
Galba, Sindu dan Abdul Kadir Ibrahim, Menjual Natuna. Pekanbaru :Yayasan
Sagang, 2000.
Hakim , Fatur,―Indonesia-China sepakat insiden di Natuna dianggap Selesai‖,
Koran Kompas, 13 April 2016, bag. 1. A, h.6.
Halberg, Ananta. Liquefied Natural Gas.New York: Department of Energy United
States of America, 2013.
Holsti, Kalevi .J, International Politics: A Framework for Analysis. New Jersey:
Prentice Hall, 1992.
81
Ibrahim, Abdul Kadir. Merentang Jejak Natuna. Pekanbaru: Harian Riau Pos, 23-
28 Juni 1995.
Modelski , George A Theory of Foreign Policy. New York: Frederick A. Praeger,
1962.
Moleong, Lexy J. Moleong, Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT
Remaja Rosda Karya, 1999.
Natsir , Suhartati M. Natsir, M. Subkhan, Rubiman, dan Singgih P.A. Wibowo,
―Komunitas For a menifera Bentuk di I Peraian Kepulauan Natuna‖,
dalam Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Juni
2016.
Natsir, Suhartati M. Natsir, M. Subkhan, Rubiman, dan Singgih P.A. Wibowo,
―KomunitasForameniferaBentuk diI Peraian Kepulauan Natuna‖, dalam
Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 3, No. 2, Juni 2016.
Papp , Daniel S. Cotemporary International Relations; Framework for
understanding 5th
Editions. London: Macmillan Publishing Company,
1988.
Parina, Ina, ―RI, China Strengthen economic, political relations‖, Jakarta Post, 14
April 2016.
Perwita , Anak Agung Banyu Perwita dan Yantan Mochamad Yani, Pengantar
Ilmu Hubungan Internasional. Jakarta: PT Remaja Rosda Karya, 2006 .
Pigawati, Bitta, ―Identifikasi Potensi dan Pemetaan Sumber daya Pesisir Pulau-
Pulau Kecil dan Laut Kabupaten Natuna-Provinsi Kepulauan Riau‖,
Semarang: Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik
Universitas Diponegoro,2011.
Rizki Roza, Poltak Partogi dan Simela Victor, ―Konflik Laut China Selatan dan
Implikasinya Terhadap Kawasan‖, 2013, P3DI Setjen DPR RI.
Rosenau , James N. International Politis and foreign policy. New York: The Free
Press of Glencoe, 1961.
Rumampuk, R., ―Hak atas Pengelolaan Kawasan Pesisir di Provinsi Sulawesi
Utara.‖ Lex et Societatis I (5), 2013.
82
Salam, Alfitra. Sentralisasi dan Otonomi Pembangunan Daerah: Pengalaman
Propinsi Riau. Pekanbaru : Makalah Seminar Natuna, Universitas Riau,
1995.
Sato, koichi. China’s Territorial Claims at Sea: The East China and South China
Sea. Beijing: Hainansheng Ditu [Map of Hainan Province], 1988.
Supriyanto, Ristian Atriandi Supriyanto, Indonesia’s Natuna Islands: Next
Flashpoint in the South China Sea?. Thailand: RSIS S. Rajaratnam School
of International Studies, NTU. 16 Februari
Suryadinata , Leo Suryadinata; Evi NurvidyaArifin dan Aris Anan. ―Indonesia's
population: ethnicity and religion in a changing political landscape‖,
Journal Centre for Eastern Studies no 108, 2003
Tampi, Butje. ―Konflik Kepulauan Natuna Antara Indonesia Dengan China Suatu
kajian Yuridis”. Jurnal Hukum Unsrat Vol. 23/No. 10/Juli-Desember,
2017.
Tim Redaksi WIRA, ―Kunjungan menteri pertahanan ke Natuna untuk
memperkuat Pertahanan negara di wilayah Terdepan‖, WIRA Vol. 57 No.
41.
Walter, Christian, Antje von Ungern-Sternberg, dan Kavus Abushov, Self-
Determination and Secession in International Law. Oxford University
Press, 2014.
Waltz, Kenneth. Theory of International Politics. New York: Colombia
University, 1979.
Wirasuta, Dadang Sobar. ―South Cina Sea Maritime Security: Challenges And
Oppurtunities‖, Bogor: Universitas Pertahanan, Jurnal Intelijen Indonesia,
2015.
Wisnu, Airlangga. ―Analisis Mengenai Klaim Republik Rakyat Cina atas Perairan
Kabupaten Natuna‖, Jakarta: Universitas Indonesia,2016.
83
Artikel Online dan Portal Berita Online
Aktual.co, ―Kemenkopolhukam RRC klaim wilayah Natuna‖, tersedia di
http://www.aktual.co/hukum/233137kemenkopolhukam-rrc-klaim-
wilayah-Natuna; Internet; diakses pada 19 juni 2016.
Alvin, Silvanus. ― Rizal Ramli Ingin Bangun Pelelangan Ikan Kelas Dunia di
Natuna‖ tersedia di http://bisnis.liputan6.com/read/2542950/rizal-ramli-
ingin-bangun-pelelangan-ikan-kelas-dunia-di-natuna; Internet; diakses
pada 5 juni 2018.
Bappenas.go ―Rancangan Akhir Rencana Jangka Panjang Daerah (RPJPD)
Kabupaten Natuna Tahun 2005-2025‖, tersedia di
http://perpustakaan.bappenas.go.id/lontar/file?file=digital/143785-
[_Konten_]-Konten%20D142.pdf; diakses pada 8 juni 2018.
BBC Indonesia, ―Tiba di Natuna Jokowi Gelar Rapat di KRI Yang Tembak Kapal
Cina (2016)‖, tersedia di
http://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/06/160623_indonesi
a_jokowi_natuna; Internet; diakses pada 5 juni 2017.
BBC.com, ―Hak berdaulat Indonesia di Zona Ekonomi Eksklusif‖, tersedia di
padahttp://www.bbc.com/indonesia/berita_indonesia/2016/06/160621_ind
onesia_natuna_cina_indonesia; Internet; diakses pada 15 Mei 2018.
Center for Strategic and International Studies, ―11-Dash Line Map‖, Document
Loud, tersedia di https://www.documentcloud.org/documents/1347513-
prc-img-eleven-dotted-line1947.html#annotation/a185712; Internet;
diakses pada 10 april 2016.
Detik.com, ―Menhan Tegaskan Posisi RI netral soal Sengketa Laut China
Selatan‖, tersedia di
http://news.detik.com/read/2014/07/24/132233/2647025/10/menhan-
tegaskan-posisi-ri-netral-soal-sengketa-laut-china-selatan?nd772204btr;
Internet; diakses pada tanggal 10 Juni 2016.
Disparbud.natunakab.go. Website Resmi Dinas Pariwisata dan Kebudayaan
Kabupaten Natuna, ―Wonderful Natuna‖,tersedia di
84
http://disparbud.natunakab.go.id/profil-kabupaten-natuna/ 2018; Internet;
diakses pada 7 Juli 2017.
Erwin, Kurnia N.M.―Pengaruh Konfik Laut Cina Selatan Terhadap Sistem
Pertahanan Negara Indonesia‖. Universitas Pertahanan Indonesia, Jakarta
2014, tersedia di
https://www.academia.edu/7289711/Pengaruh_Konflik_Laut_China_Selat
an_Terhadap_Sistem_Pertahanan_Negara; Internet; diakses pada tanggal 3
Agustus 2016.
Evy R.Syamsir, ―China klaim wilayah Natuna‖, tersedia di
http://www.antaranews.com/berita/423685/china-klaim-wilayah-natuna,
12 Maret 2014; Internet; diakses pada tanggal 10 juni 2016.
Fachrudin , Fachri. ―Pembangunan Pangkalan Militer di Natuna Dimulai Tahun
Depan‖. tersedia di
http://nasional.kompas.com/read/2016/06/29/18465011/pembangunan.pan
gkalan.militer.di.natuna.dimulai.tahun.depan; Internet; diakses pada 5 juni
2018.
Fedina S. Sundaryani, 2016, Government Hopes to Expedite East Natuna Oil
Block Development tersedia di
http://www.thejakartapost.com/news/2016/07/19/government-hopes-
expedite-east-natuna-oil-block-development.html diakses pada 5 juni
2018.
Gang, Ding. ―Fishing Clash Offers Chance to Move Forward (2016)‖ tersedia di
htttp://www.globaltimes.cn/content/975619.shtml; Internet; diakses pada
30 Desember 2017.
Hannah Beech, ―Just Where Exactly Did China Get the South China Sea Nine-
Dash Line From?, Time,tersedia di http://time.com/4412191/nine-dash-
line-9-south-china-sea/; diakses pada 20 desember 2016.
IPS Geografi Kelas VII, ―Letak Geografis Indonesia‖, tersedia di
http://www.erlangga.co.id/materi-belajar/smp/8896-letak-geografis-
indonesia.pdf, 23 september 2016, diakses pada 29 september 2016.
85
Kementerian Luar Negeri Republik Indonesia, 2010, Pertemuan Kelompok Ahli
(PKA), ―Perkembangan di Laut Cina Selatan dan Dampaknya bagi
Stabilitas Politik dan Keamanan di Kawasan Asia Pasifik: Penguatan
Posisi dan Strategi RI, dalam http://www.kemlu.go.id, diunduh pada
tanggal 3 Agustus 2016.
Kemlu.go, ―KBRI Bangkok Kementerian Luar Negeri, Indonesia Tegaskan Tidak
Ada Kompromi Hadapi IUU Fishing (2016)‖, tersedia di
http://www.kemlu.go.id/id/berita/berita-
perwakilan/Pages/Indonesia%20Tidak%Ada%20Kompromi%20Hadapi%
20IUU%20Fishing.aspx, diakses tanggal 25 agustus 2016
Kepri, Haluan, 2016, Natuna Jadi Sentra Pelelangan Ikan Terbesar tersedia di
http://www.haluankepri.com/natuna/92753-natuna-jadi-sentra-pelelangan-
ikan-terbesar-.html diakses pada 5 Juni 2018.
Kepri, Warta. ― Empat Kekayaan di Natuna yang Penting Bagi Indonesia (2016)‖
tersedia di http://wartakepri.co.id/2016/07/08empat-kekayaan-di-natuna-
yang-penting-bagi-indonesia/ diakses pada tanggal 8 juli 2016.
Kkp.go, ―Hari Kemerdekaan, Pemerintah Tenggelamkan 60 Kapal Illegal Fishing
(2016)‖ tersedia http://kkp.go.id/2016/08/17/hari-kemerdekaan-
pemerintah-tenggelamkan-60-kapal-illegal-fishing/ diakses pada tanggal
17 agustus 2016
Kompas Nasional, ―Jokowi: Produksi Perikanan di Natuna Hanya 8,9 Persen dari
Potensi yang Ada (2016)‖ tersedia di
http://nasional.kompas.com/read/2016/06/29/13571141/jokowi.produksi.p
erikanan.di.natuna.hanya.8,9.persen.dari.potensi.yang.ada; diakses pada
tanggal 29 juni 2016.
Laksmana , Panji. ― Bentang Laut Anambas dan Natuna (2016)‖ tersedia di
http://www.conversation.org/global/indonesia/tentang/bentang_laut/anabas
natuna/Pages/bentang_laut_anabas_natuna.aspx diakses pada tanggal 16
agustus 2016
Leo, Suryadinata, ―Did the Natuna Incident Shake Indonesia-China Relations?‖
(2016) tersedia di
86
http://www.iseas.edu.sg/images/pdf/ISEAS_Perspective_2016_19.pdf
diakses tanggal 25 agustus 2016.
Liputan6.com, ―Dalam 10 jam, 4 Kapal Vietnam Tertangkap Curi Ikan di
Natuna‖, tersedia di http://regional.liputan6.com/read/2535795/dalam-10-
jam-4- kapal-vietnam-tertangkap-curi-ikan-di-natuna- diakses tanggal 18
agustus 2016.
Marina, ― Jepang Indonesia dan Konflik Laut Cina Selatan‖, tersedia di
http://www.jpf.or.id/id/jepang-indonesia-dan-konflik-laut-cina-selatan
diakses pada tanggal 19 juni 2016
Minula, Budi R dan Kusairi. "berebut ladang Migas kelas dunia di Natuna‖
tersedia di http://www.theglobal-
review.com/content_detail.php?lang=id&id=117&type=7#.VRjAz_yUd0s;
diakses pada tanggal 13 Agustus 2016.
Mohamad, Ardyan , ―Ini alasan China rebutan Natuna dengan Indonesia‖,
Tersedia di https://www.merdeka.com/dunia/ini-alasan-china-rebutan-
natuna-dengan-indonesia.html; diakses 29 april 2016.
Mouat, Tom, Rex Brynan, Devin Ellis and Joe Saur, ―The Nine-Dash Line‖
tersedia di http://www.mapsymbs.com/SouthChinaSeaMatrixGame.pdf
diakses pada 5 juni 2016.
Natunakab.bps. Badan Pusat Statistik Kabupaten Natuna, "Kabupaten Natuna
Dalam Angka 2016",tersedia dihttps://natunakab.bps.go.id/; diakses
pada13 Agustus 2017.
Natunakab.go. Website Resmi Kabupaten Natuna,
―LintasanSejarahKabupatenNatuna‖, tersedia di
http://natunakab.go.id/lintasan-sejarah-kabupaten-natuna/; diakses pada
10 Juni 2018.
Pertamina.com, ―Pertamina dan PTTEP Akuisisi Anak Usaha HESS di
Indonesia‖. 2013, tersedia di http://www.pertamina.com/news-
87
room/siaran-pers/pertamina-dan-pttep-akuisisi-anak-usaha-hess-di-
indonesia/; diakses pada tanggal 13 Agustus 2016.
Prasetya, Eko, “Dari 17.504 Pulau di Indonesia, 16.056 telah diverifikasi PBB‖
tersedia di https://www.merdeka.com/peristiwa/dari-17504- pulau-di-
indonesia-16056-telah-diverifikasi-pbb.html, 19 Agustus 2017, diakses
pada 28 agustus 2017.
Renata Agung Yoga Prasetya. ―Inilah Potensi Tersembunyi di Balik Wilayah Laut
Natuna‖ (2016) tersedia di
http://www.goodnewsfromindonesia.org/2016/06/24/inilah-potensi-
tersembunyi-di-balik-wilayah-laut-natuna diakses pada tanggal 24 juni
2016
Setkab.go, ―Sekretariat Kabinet RI, Natuna Infrastructure Development Must Be
Started Immediately, the Presiden Says‖ tersedia di
http://setkab.go.id/en/natun-infrastructure-development-must-be-started-
immediately-the-president-says/ diakses pada tanggal 18 agustus 2016
Siaran Pers Presiden Joko Widodo ―Kunjungan Ke Natuna : Menggali Potensi
Ekonomi Wilayah Perb atasan‖ http://presidenri.go.id/berita-
aktual/kunjungan-ke-natuna-menggali-potensi-ekonomi-wilayah-
perbatasan.html diakses pada 5 Juni 2017 pukul 22:31
sumakul , Willy F.sumakul, ―Strategi Maritim China di Laut China Selatan: Suatu
Dilema‖, 2013, tersedia di http://www.fkpmaritim.org/strategi-maritim-
china-di-laut-china-selatan-suatudilema/ diakses pada 5 mei 2015.
Supriyanto, Ristian Atriandi Supriyanto. ―Indonesia‘s Natuna Islands:Next
Flashpoint in the South China Sea‖, 16 february 2015 [jurnal on-line];
tersedia di https://www.rsis.edu.sg/wp-
content/uploads/2015/02/CO15033.pdf; internet; diunduh pada 27 juni
2018.
Supriyanto, Ristian Atriandi Supriyanto. ―Indonesia‘s Natuna Islands:Next
Flashpoint in the South China Sea‖, 16 february 2015 [jurnal on-line];
tersedia di https://www.rsis.edu.sg/wp-
88
content/uploads/2015/02/CO15033.pdf; internet; diunduh pada 27 juni
2018.
Tan, G. S. H. ―Indonesian confrontation and Sarawak communist insurgency‖,
1962–1966: Experiences of a local reporter. (Kuching, Malaysia:
Penerbitan Sehati, 2008); tersedia di
http://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_1072_2010-03-25.html;
diakses pada 8 September 2016.
Tan, G. S. H. ―Indonesian confrontation and Sarawak communist insurgency‖,
1962–1966: Experiences of a local reporter. (Kuching, Malaysia:
Penerbitan Sehati, 2008); tersedia di
http://eresources.nlb.gov.sg/infopedia/articles/SIP_1072_2010-03-25.html;
diakses pada 8 September 2016.
Thayer , Carl. ―Indonesia: Playing With Fire in the South China Sea (2014)‖
tersedia di http://thediplomat.com/2014/12/indonesia-playing-with-fire-in-
the-south-china-sea/; diakses pada tanggal 18 agustus 2016.
Tiwi, ―Kepulauan Spratly ASEAN vs China‖, tersedia di http://luar-
negeri.kompasiana.com/2011/06/21/kepulauan-spratly-asean-vs-china/;
diakses pada 19 juni 2016.
Website Resmi Direktorat Jenderal PSDKP KKP RI. ―KKP Tenggelamkan Kapal
Thailand Pelaku Illegal Fishing di Perairan Batam (2015)‖ tersedia di
http://djpsdkp.kkp.go.id/ppsdk/arsip/c/174/kkp-tenggelamkan-kapal-
thailand-pelaku-illegal-fishing-di-perairan-batam/?category_id=2 diakses
pada tanggal 25 agustus 2016.
Website Resmi DPR RI, ―Indonesia Akan Bangun Pangkalan Militer di Pulau
Terdepan (2016)‖ tersedia di http://www.dpr.go.id/berita/detail/id/12772
diakses pada 21 Mei 2018.
Website resmi pemerintah kabupaten Natuna. tersedia di
http://www.natunakab.go.id/sekilas-natuna.html; diakses pada tanggal 20
agustus 2016.
89
Website Resmi South-East Asian Fisheries Development Center (SEAFDEC),
Thailand Hosts ASEAN-SEAFDEC Cooperative Forum and Joins Hands
with Other Countries in Developing Joint Declaration to Combat IUU
Fishing and Enhance Sustainable Fisheries Development in the Region
(2016) tersedia di http://www.seafdec.org/thailand-hosts-asean-seafdec-
cooperative-forum-joins-hands-countries-developing-joint-declaration-
combat-iuu-fishing-enhance-sustainable-fisheries-development-region/;
diakses pada tanggal 25 agustus 2016.
Yohannes, Fauzi. ―Peta Baru Tiongkok Bikin Tni Waspada‖, tersedia di
http://www.jpnn.com/read/2014/06/29/243071/Peta-Baru-Tiongkok-Bikin-
TNI-Waspada; Internet; diakses pada tanggal 5 Juni 2016 .
Yosephine, Liza, 2016, ―Jokowi TO Focus on Fisheries, Energy Development in
Natuna‖ tersedia di
http://www.thejakartapost.com/news/2016/06/24/jokowi-focus-on-
fisheries-energy-development-in-natuna.html; diakses pada 15 November
2017.
xi
Lampiran 1
Peta “Nine Dash Line” Versi Tiongkok
Sumber: http://www.Academia.edu/9441347/Analisis_mengenai_Perairan_Natuna
Lampiran 2
Pasport Warga Negara Tiongkok
Sumber: https://indocropcircles.wordpress.com/2016/06/21/cina-akui-natuna-milik-
indonesia-tapi-inilah-masalahnya/
xii
Lampiran 3
Peta Laut Tiongkok Selatan Versi Tiongkok
Sumber: https://medium.com/@ivanatman/beijings-next-target-in-the-south-china-
sea-indonesia-6d0e93f99632
Lampiran 4
Overlay Nine-dash Line Tiongkok dengan ZEE dan Landas Kontinen Indonesia
Sumber: http://maritimnews.com/wp-content/uploads/2016/12/IMG-20161215-WA0002.jpg
xiii
Lampiran 5
Lokasi Kapal Tiongkok di Tangkap Indonesia (2016)
Sumber: https://www.merdeka.com/dunia/ini-peta-lokasi-bentrok-tni-al-al-china-di-
laut-natuna.html
Lampiran 6
Lokasi Tertangkapnya Kapal Nelayan oleh Indonesia Versi Tiongkok 2016
Sumber: https://www.merdeka.com/dunia/ini-peta-lokasi-bentrok-tni-al-al-china-di-
laut-natuna.html
xiv
Lampiran 7
Pelanggaran Wilayah oleh Kapal Tiongkok
Sumber: Presentasi Resmi Panglima TNI Gatot Nurmantyo
Lampiran 8
East-West Shipping Route (Perairan Kepulauan Natuna)
Sumber: http://www.netralnews.com/news/nasional/read/87812/pemerintah-ubah-
nama-laut-china-selatan-menjadi-laut-natuna-utara
xv
Lampiran 9
Pasal 55 UNCLOS 1982:
“The exclusive economic zone is an area beyond and adjacent to the territorial sea,
subject to the specific legal regime established in this Part, under which the rights and
jurisdiction of the coastal State and the rights and freedoms of other States are
governed by the relevant provisions of this Convention.”
Lampiran 10
Pasal 57 UNCLOS 1982:
“The exclusive economic zone shall not extend beyond 200 nautical miles from the
baselines from which the breadth of the territorial sea is measured”