strategi implementasi sistem e-learning untuk peningkatan...

12
Page 1 of 12 Strategi Implementasi Sistem E-learning untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Indonesia 1 Oleh Heru Suhartanto Guru Besar Tetap – Fakultas Ilmu Komputer – Universitas Indonesia e-mail: [email protected] , website : http://staff.ui.ac.id/heru a. Latar belakang Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2003, tingkat rata-rata partisipasi masuk ke perguruan tinggi (PT) di Indonesia masih rendah (sekitar 12,8%). Lalu data ujian masuk ke perguruan tinggi negeri menunjukkan bahwa kualitas lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA) di Indonesia tidak merata, nilai tinggi ditunjukkan pada mereka yang berasal dari daerah daerah perkotaan seperti Jawa, Sumatra, dan Bali. Daerah nonperkotaan dan propinsi lain mempunyai nilai yang lebih rendah. Mayoritas yang masuk PTN adalah mereka yang berasal dari kota kota besar [Tb0607]. Sementara itu, data berbicara bahwa Indonesia saat ini memiliki kurang lebih 180,000 Sekolah Dasar, 30,000 Sekolah Menengah Pertama, 20,000 Sekolah Menengah Atas, namun kebanyakan lokasinya sulit dijangkau [Fasd09] . Namun fasilitas kebanyakan sekolah tersebut masih minim dan kualitas SDM-nya pun bervariasi. Dari data tersebut terlihat bahwa fasilitas pembelajaran yang bermutu yakni SDM dan sumber materi pembelajaran berpengaruh pada kualitas siswa.. Maka tantangan yang dihadapi adalah bagaimana fasilitas dan SDM yang bermutu dapat dimanfaatkan oleh seluruh sekolah dan seluruh siswa tanpa harus terkendala oleh tempat dan waktu. Dengan keadaan seperti ini maka diperlukan suatu mekanisme untuk memperbesar kapasitas akses melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi 1 Akan muncul dalam buku Universitas Indonesia untuk Bangsa

Upload: buibao

Post on 11-Feb-2018

216 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1 of 12

Strategi Implementasi Sistem E-learning

untuk Peningkatan Mutu Pendidikan Sekolah Indonesia1

Oleh Heru Suhartanto

Guru Besar Tetap – Fakultas Ilmu Komputer – Universitas Indonesia

e-mail: [email protected], website : http://staff.ui.ac.id/heru

a. Latar belakang

Berdasarkan data statistik Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi tahun 2003,

tingkat rata-rata partisipasi masuk ke perguruan tinggi (PT) di Indonesia

masih rendah (sekitar 12,8%). Lalu data ujian masuk ke perguruan tinggi

negeri menunjukkan bahwa kualitas lulusan Sekolah Menengah Atas (SMA)

di Indonesia tidak merata, nilai tinggi ditunjukkan pada mereka yang berasal

dari daerah daerah perkotaan seperti Jawa, Sumatra, dan Bali. Daerah

nonperkotaan dan propinsi lain mempunyai nilai yang lebih rendah.

Mayoritas yang masuk PTN adalah mereka yang berasal dari kota kota besar

[Tb0607]. Sementara itu, data berbicara bahwa Indonesia saat ini memiliki

kurang lebih 180,000 Sekolah Dasar, 30,000 Sekolah Menengah Pertama,

20,000 Sekolah Menengah Atas, namun kebanyakan lokasinya sulit

dijangkau [Fasd09] . Namun fasilitas kebanyakan sekolah tersebut masih

minim dan kualitas SDM-nya pun bervariasi. Dari data tersebut terlihat

bahwa fasilitas pembelajaran yang bermutu yakni SDM dan sumber materi

pembelajaran berpengaruh pada kualitas siswa.. Maka tantangan yang

dihadapi adalah bagaimana fasilitas dan SDM yang bermutu dapat

dimanfaatkan oleh seluruh sekolah dan seluruh siswa tanpa harus terkendala

oleh tempat dan waktu.

Dengan keadaan seperti ini maka diperlukan suatu mekanisme untuk

memperbesar kapasitas akses melalui Teknologi Informasi dan Komunikasi

1 Akan muncul dalam buku Universitas Indonesia untuk Bangsa

Page 2 of 12

(TIK) terhadap pendidikan yang berkualitas di segala lini, baik pendidikan

dasar, menengah, maupun tinggi. Fasilitas sumber daya pembelajaran dapat

disediakan dalam suatu sistem di internet yang dapat diakses tanpa

terkendala waktu dan tempat. Walaupun kajian Asosiasi Penyedia Jasa

Internet Indonesia (APJII) menunjukkan bahwa pengguna internet di

Indonesia baru mencapai 20 juta orang dengan tingkat penetrasi computer

pribadi sebanyak 6,5 juta komputer (Bisnis Indonesia 29/11/06), namun

penyebaran infrastruktur TIK tersebut masih belum merata dan

terkonsentrasi di pulau Jawa dan beberapa kota besar di luar Jawa. Hal ini

mengakibatkan kemampuan untuk mengakses informasi yang berkualitas

menjadi terbatas. Sementara saat ini informasi sudah merupakan salah satu

faktor produksi yang dapat memicu percepatan peningkatan kualitas SDM

Indonesia. Untuk mengejar berbagai ketertinggalan tersebut, perlu segera

mengoptimalkan pemanfaatan TIK, khususnya pemanfaatan TIK dalam

dunia pendidikan Indonesia baik di tingkat sekolah maupun perguruan

tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa pada saat ini ada

tiga hal yang menjadi permasalahan bangsa, yaitu: 1) penyebaran SDM

yang berkualitas yang belum merata, 2) tingkat partisipasi masuk perguruan

tinggi yang masih rendah, 3) pembangunan infrastruktur TIK yang timpang

sehingga akses ke informasi menjadi terbatas. Untuk mengatasi berbagai

permasalahan tersebut, maka diperlukan terobosan dalam melaksanakan

proses belajar-mengajar dalam dunia pendidikan, yaitu menggunakan sistem

e-Learning yang diharapkan dapat mendukung pengelolaan proses belajar-

mengajar yang berkualitas. Hal ini juga sesuai dengan salah satu flagship

Dewan Teknologi Informasi dan Komunikasi Nasional (Detiknas), yaitu

bagaimana memanfaatkan TIK untuk meningkatkan kualitas pendidikan.

[ESFINDO-prop09]. Makalah ini akan menguraikan bahwa beberapa

keadaan yang telah memungkinkannya implementasi sistem e-learning di

sekolah sekolah, serta membahas bagaimana penerapan itu dapat dilakukan.

Page 3 of 12

b. Optimalisasi Infrastruktur TIK untuk Pendidikan

Dalam riset awal penulis [hs08] ditemukan bahwa perbedaan latar

belakangan ekonomi siswa tidak terlalu terlihat jika fasilitas yang sama

diberikan ke semua siswa. Riset itu mengundang para siswa dari kalangan

tidak mampu yang bersekolah di sekolah terminal Depok – Jawa Barat.

Para siswa dari sekolah yang sangat mapanpun diundang untuk partisipasi.

Dalam kegiatan ini mereka diminta menggunakan portal e-learning yang

dikembangkan tim Fasilkom, yaitu E-School for Indonesia (ESFINDO).

Pada sistem ini, seluruh siswa diberikan tes pendahuluan (pretest),

kemudian diberikan pelatihan bagaimana mengikuti suatu pembelajaran

suatu modul matematika dasar melalui sistem e-learning. Kemudian para

siswa diberikan tes akhir (posttest). Dari proses pelatihan dan pembelajaran,

siswa dari golongan tak mampu pada awalnya canggung berinteraksi dengan

komputer yang mengakses sistem e-learning, namun dalam waktu singkat

mereka mempunyai kecekatan yang sama dengan siswa dari sekolah yang

mapan.

Gambar: Screenshot Portal Gratis E-learning ESFINDO

Page 4 of 12

Perbandingan hasil pretest dan posttest menunjukkan memang secara umum

siswa dari sekolah tak mampu mempunyai nilai yang lebih rendah

dibanding dengan siswa dari sekolah mampu. Namun hasil menarik

ditunjukkan pada peningkatan nilai seluruh siswa dan peningkatan

kecepatan mereka memecahkan persoalan. Berdasarkan ini, maka riset

tersebut menyimpulkan suatu hipotesis bahwa setiap manusia mempunyai

kemampuan pembelajaran yang sama, faktor fasilitas dan pendukung dapat

mempengaruhi kemampuan siswa. Pertanyaan berikutnya adalah bagaimana

tindak lanjut yang akan dilakukan untuk merespon fenomena ini. Salah satu

pendekatan yang mungkin adalah mengajak semua pihak terkait untuk

mendukung penerapan sistem e-learning sebagai pendukung mutu

pendidikan di sekolah. Pertanyaan berikutnya adalah langkah langkah apa

saja yang perlu dilakukan. Hal inilah yang akan disampaikan oleh penulis

sebagai bentuk kontribusi terhadap bangsa Indonesia.

Penggunaan teknologi internet untuk mendukung kegiatan pembelajaran

merupakan hal yang cukup layak untuk dilakukan. Harga koneksi internet

saat ini semakin murah. Ini ditandai dengan jumlah pemakai internet untuk

di Indonesia terus meningkat. Menurut data dari APJII, pada tahun 2007

pemakai internet di Indonesia mencapai 25 juta orang, meningkat 25%

dibanding tahun sebelumnya. Jumlah warnet juga semakin banyak.

Menurut AWARI, pada awal tahun 2008 jumlah warnet di seluruh Indonesia

sekitar 10.000, dan diperkirakan mencapai 12.000 di akhir tahun. Biaya

warnet juga terus turun dari tahun ke tahun, misalnya kini sekitar 4.000

rupiah per jam untuk kota Depok. Hal ini semakin memperluas peluang

masyarakat untuk menggunakan internet [esfindo-prop09]. Sementara di

berbagai belahan dunia, pemanfaatan sistem e-learning bukanlah suatu

barang baru namun sudah lama dan meluas. Bahkan suatu riset di US

menyatakan bahwa proses pembelajaran online mempunyai dampak yang

lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran tradisional [lohr09]. Riset ini

mengamati proses pembelajaran online dan tradisional di berbagai tingkat,

mulai dari pendidikan dasar, menengah dan tinggi.

Page 5 of 12

Memperhatikan beberapa hasil riset dan implementasi di berbagai institusi

pendidikan di Indonesia maka sistem e-learning sudah cukup layak untuk

dipakai sebagai pendukung pembelajaran di sekolah sekolah Indonesia.

Faktor faktor yang mendukung hipotesis ini antara lain adalah

• Pada tingkat SMP dan SMA, TIK merupakan salah satu mata pelajaran

yang wajib diadakan oleh sekolah tingkat SMP dan SMA [Peraturan

Menteri Pendidikan Nasional No 22, 23, 24 Tahun 2006]. Para siswa

tingkat SMA dan SMP sudah sangat pandai dalam memanfaatkan TIK

dalam aktifitas sehari hari. Blog serta aplikasi social networking seperti

Friendster dan Facebook merupakan beberapa media mereka untuk

saling berkomunikasi sesama kawannya [hs08]

• Banyak sekolah sekolah di Indonesia sudah dilengkapi dengan komputer

namun kebanyakan hanya terbatas untuk pendukung administrasi

sekolah dan administrasi belajar mengajar yang terbatas pada pembuatan

modul/materi statis. Dengan arahan yang lebih optimum maka

penerapan sistem e-learning dapat dimulai. [hs08]

• Survei Januari 2009 ke SMAN Purworejo menunjukkan telah adanya

minat dan infrastruktur yang cukup mendukung untuk pemanfaat TIK

secara lebih optimum mendukung suksesnya kegiatan pembelajaran.

Bahkan beberapa guru dan siswa di daerah telah mempunyai komputer,

dan ada juga yang telah berlangganan internet. [hs08]

• Telah adanya upaya dalam penyediaan SMP terbuka dengan TIK [sp09].

Dengan demikian bagi mereka yang belum sempat mengenyam

pendidikan formal dapat melakukan pendidikan informal yang tak

mutunya dengan bantuan TIK.

• Rencana Pemerintah yang akan melengkapi daerah pedesaan di

Indonesia dengan sambungan internet pada akhir tahun 2010

[dtkcom09]. Jika rencana ini terealisasi, maka bukan hanya para siswa

namun masyarakat lainnya dapat memanfaatkan jaringan dan akses ke

sistem pembelajaran melalui WARNET atau Perpustakaan umum yang

Page 6 of 12

dapat dibangun oleh pemerintah daerah yang dilengkapi dengan akses

internet. Ide SMP terbuka seperti diuraikan di [sp09] dan segera

terwujud, bahkan bisa berkembang untuk penyediaan layanan SMA

terbuka dan pendidikan nonformal lainnya.

• Telah tersedianya sistem pendukung e-learning, bahkan sudah banyak

yang tersedia dalam bentuk open source atau juga yang gratis seperti

Moodle. Juga telah tersedianya ESFINDO: portal gratis sistem e-

learning untuk sekolah Indonesia sejak 19 April 2009 yang telah

dikembangkan sebagai hasil dari riset awal [hs08, esfindo]

• Hasil ujicoba pendahuluan menunjukkan bahwa situs ESFINDO dapat

diakses dari daerah Tasikmalaya – mulai dari daerah perkotaan hingga

pedesaan [hs08]. Dengan demikian ujicoba dan penerapan dapat juga

dilakukan di daerah pedesaan lainnya di Indonesia.

• Hasil ujicoba pendahuluan menunjukkan bahwa situs e-learning

ESFINDO sudah dapat diakses dari Telepon Genggam [hs08]. Dengan

perkembangan mobil computing yang makin canggih maka isi dari

ESFINDO atau portal sejenis dapat disesuaikan sehingga lebih

memperluas variasi akses dari berbagai peralatan. Pengembangan di

masa mendatang dapat memperluas akses sumber pembelajaran dari

berbagai alat komunikasi.

• Hasil pengamatan penulis menunjukkan bahwa kemampuan sekolah

untuk mengelola sistem e-learning sangat bervariasi di Indonesia. Untuk

pemerataan kemampuan pengelolaan tersebut dibutuhkan faktor

eksternal, yaitu pengampu dari luar sekolah. Hal ini akan mudah

diwujudkan jika seluruh pihak terkait berkontribusi seperti diuraikan

dalam bagian c. Strategi makalah ini.

Dengan memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas, maka penerapan

sistem e-learning dapat dilakukan di berbagai sekolah. Strategi yang penulis

usulkan akan melibatkan berbagai faktor mulai dari unsur sekolah, institusi

pendidikan TIK yang telah mapan, masyarakat relawan, penyedia jasa

internet, dan unsur pemerintah.

Page 7 of 12

c. Strategi

c.1 Pemenuhan kebutuhan standar minimum

Standard minimum yang harus dipenuhi oleh suatu sekolah adalah adanya

fasilitas komputer dan sambungan internet yang dapat dimanfaatkan oleh

guru, karyawan, dan siswa. Saat ini banyak pilihan Internet Service

Provider (Penyedia Jasa layanan Internet) (ISP) yang menyediakan layanan

koneksi internet yang cukup menarik dan murah. Khusus guru guru yang

akan memakai sistem harus sudah mempunyai kemampuan mengoperasikan

TIK untuk pembuatan materi pelajaran, dan berkomunikasi dengan internet.

Kemampuan pengelolaan sistem e-learning dapat diperoleh secara belajar

mandiri atau melalui pelatihan.

c.2 Pemenuhan server dan SDM TIK di Sekolah

Server sistem e-learning dan SDM TIK merupakan inti dari penerapan

sistem e-learning. Ini dapat diatasi dengan berbagai strategi, tergantung pada

kemampuan sekolah masing masing.

• Sekolah menyediakan SDM yang memadai dalam pengelolaan server

dan sistem informasi terkait. Sekolah juga menyediakan server sendiri di

sekolah yang terhubung dengan internet 24 jam. Keuntungan yang

diperoleh dengan pendekatan ini adalah kapasitas tak terbatas dan

sistem dapat diatur sesuai kebutuhan. Namun kerugian yang didapat

adalah diperlukannya anggaran yang sangat besar untuk SDM dan

infrastruktur tersebut.

• Sekolah mempunyai SDM yang memadai dalam pengelolaan server dan

sistem informasi terkait, namun server ditempatkan di luar sekolah

tersambung ke internet 24 jam. Keuntungan pendekatan ini dbandingkan

yang pertama adalah sekolah tak perlu memikirkan infrastruktur jaringan

Page 8 of 12

internet ke server sehingga beban anggaran lebih ringan. Sementara itu

pengelolaan server dapat dilakukan oleh SDM secara remote.

• Sekolah tak perlu mempunyai SDM yang diperlukan untuk mengelola

server dan sistem informasi, tapi memakai server dan sistem informasi

berlangganan. Di sini masih diperlukan SDM yang mampu mengelola

server dan sistem informasi secara remote. Keuntungan strategi ini

adalah lebih murah dari yang di atas namun terbatas dari segi kapasitas.

• Sekolah tak perlu mempunyai SDM yang diperlukan dalam mengelola

sistem dan server dengan cara sekolah dapat memakai portal sistem e-

learning yang gratis. Namun di sini masih diperlukan beberapa SDM

sebagai koordinator untuk berkolaborasi dengan administrator situs

gratis. Salah satu kerugiannya adalah terbatasnya kapasistas server yang

dipakai karena ia tergantung pada pemakai lainnya. Namun jika

dipertimbangkan faktor kesiapan, strategi inilah yang paling cepat dan

efisien.

c.3 Implementasi di tingkat Guru

Setiap guru perlu mempelajari bagaimana sistem e-learning dapat membantu

pengelolaan mata pelajaran yang diampunya. Apakah guru harus membuat

seluruh materi pelajarannya dalam bentuk yang on-line. Hasil pengalaman

kebanyakan dosen yang telah memanfaatkan sistem e-learning, tidak seluruh

bagian perkuliahan perlu di lakukan secara on-line, namun beberapa modul

suatu pembelajaran didukung oleh implementasi e-learning. Salah satu

teknik yang dapat dicoba oleh seorang guru misalnya adalah dengan

memulai dengan satu modul lengkap dalam satu semester, dilanjutkan

berkembang menjadi dua modul di semester berikutnya, sampai seluruh

modul on-line dapat diterapkan.

Berdasarkan pengalaman pengajar bermodul on-line, maka terdapat

beberapa tantangan, yang paling menonjol adalah perlunya waktu lebih

untuk menyiapkan materi dan mengelola pembelajaran. Penyiapan materi

Page 9 of 12

hanya akan menyita waktu pada tahap awal pembuatan, namun begitu

modul tersebut tersedia, hanya dibutuhkan waktu yang tak terlalu lama

dalam merevisi. Aktifitas yang juga tidak kalah memerlukan keseriusan

adalah dalam merespon aktifitas siswa. Seorang pengajar perlu merespon

aktifitas seorang siswa. Jika tidak dilakukan, maka komunikasi dua arah

antara pengajar dan siswa tak akan terjadi. Hal ini merupakan

kontraproduktif dalam proses pembelajaran.

c.4 Partisipasi institusi pendidikan TIK dalam P2M

Suatu institusi pendidikan TIK yang telah berpengalaman membangun dan

menerapkan sistem e-learning di tempatnya sangat diharapkan membagi

kelebihannya terhadap masyarakat sekitar seperti sekolah sebagai suatu

bentuk Pengabdian Pada Masyarakat (P2M) atau sering disebut sebagai

Corporate Social Responsibility. Fasilkom UI merupakan salah satu

institusi pendidikan yang melakukan riset dan pengembangan TIK untuk

dapat membantu pemecahan persoalan bangsa, termasuk antara lain

pendidikan. Jadi sudah sewajarnya, sebagian pengalaman dan keahliannya

dapat dibagi kepada institusi sejenis seperti sekolah sekolah yang SDM TIK

dan pengalaman pengelolaan TIK masih dalam tahap awal. Apa yang

dilakukan Fasilkom UI dengan Portal ESFINDO merupakan suatu langkah

pioneer – percontohan yang dapat dilakukan oleh institusi sejenis di

Indonesia. Seandainya di setiap propinsi terhadap minimum satu institusi

TIK yang melakukan yang sama, maka sekolah sekolah di sekitarnya akan

turut terbantu untuk berkembang dalam penerapan e-learning.

Sementara itu para dosen atau peneliti pada suatu program studi di

perguruan tinggi dapat berperan sebagai nara sumber pengembangan materi.

Kerjasama dengan dosen dan mahasiswa TIK dapat mewujudkan

ketersediaan materi pembelajaran on-line yang berkualitas. Kontribusi pun

dapat dilakukan oleh para relawan yang mempunyai keahlian dalam suatu

mata pelajaran dan kemampuan TIK yang memadai.

Page 10 of 12

c.5 Pelatihan berkala

Kerjasama dengan institusi pendidikan TIK dan kependidikan berbasis TIK

dapat dijadikan salah satu program P2M perguruan tinggi. Waktu liburan

antar semester merupakan saat yang tepat untuk menjadwalkan pelatihan

bagi guru dan siswa. Sementara program program magang bagi guru sebagai

pelatih juga dapat diadakan di waktu waktu yang lain.

c.6 Perluasan server.

Kerjasama dari berbagai kalangan dengan bentuk bentuk tertentu seperti

memperkuat keberadaan sistem e-learning gratis dapat mudah dilakukan.

Harga server yang makin murah bukanlah beban berat bagi perusahaan atau

calon donatur untuk berpartisipasi. Perluasan server diperlukan untuk

mengantisipasi meningkatnya jumlah pemakai server.

c.7 Peran pemerintah

Pemerintah dapat menjadi faktor pendukung dari segi kebijaksanaan yang

antara lain mendorong sekolah sekolah untuk menerapkan dari mulai tingkat

uji coba hingga tingkat pemakaian secara penuh. Program program

kompetitif yang melibatkan para ahli dapat direncanakan guna memperkaya

materi materi online yang berkwalitas untuk mengisi porta portal sistem e-

learning.

d. Kesimpulan

Dengan menggunakan sistem e-Learning, SDM yang terkonsentrasi di

beberapa institusi terkenal, bisa dimanfaatkan secara bersama (resource

sharing) lebih luas lagi. Pada saat yang bersamaan, akses untuk

mendapatkan kesempatan belajar akan semakin besar, sehingga tingkat

Page 11 of 12

partisipasi untuk bisa belajar, akan semakin tinggi. Hal ini akan merangsang

permintaan penyebaran infrastruktur TIK ke berbagai daerah lainnya, yang

pada akhirnya akan menghidupkan roda ekonomi daerah karena informasi

semakin mudah diakses. Hal ini sejalan dengan tujuan JARDIKNAS

(Jaringan Pendidikan Nasional) Depdikas untuk meningkatkan mutu

pendidikan tinggi di Indonesia melalui: (1) pemanfaatan TIK untuk

menunjang kegiatan akademik dan pengelolaan PT, (2) pemanfaatan sumber

daya secara bersama antarsekolah, dan (3) pengembangan inovasi di sekolah

atau institusi pendidikan yang terkait dengan TIK. Keberadaan fasilitas

JARDIKNAS sangat membantu dalam memfasilitasi peningkatan akses

pendidikan yang berkualitas di Indonesia.

f. Ucapan terima kasih.

Penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada panitia Universitas

Indonesia untuk Bangsa yang telah memberikan kepercayaan kepada penulis

untuk menuangkan ide kontribusi untuk Indonesia. Harry Budi Santoso

yang telah memberikan saran perbaikan bahan ini. Saran dari para

pembaca lainnya tentunya akan memperbaiki ide ini sehingga lebih

bermanfaat.

g. Daftar Referensi

• [dtkcom09] Detik.com, SBY janjikan internet masuk desa tahun 2010,

http://www.detikinet.com/read/2009/08/19/122240/1185561/398/sby-

janjikan-internet-masuk-desa-2010

• [esfindo] Esfindo: Portal gratis sistem e-learning untuk sekolah

Indonesia, http://esfindo.cs.ui.ac.id

• [fasd09] Fasli Djalal, sebagai keynote speaker, Compfest: Computer

Festival, 2009, Feb 09, UI Depok

Page 12 of 12

• [esfindo-prop] Heru Suhartanto et.al., Pengembangan Sistem E-learning

untuk peningkatan kualitas proses pembelajaran di sekolah menengah,

Proposal RU-UI, 2009.

• [hs08] H. Suhartanto et al, Laporan akhir Riset PHKI UI,

“Pemberdayaan Portal E-Learning untuk Meningkatkan Kemampuan

Masyarakat Miskin”, 2008.

• http://telaga.cs.ui.ac.id/~heru/esfindo/reports/LaporanPHKI-C1-UI08-

Final17March.pdf

• [lohr09] Lohr, Steve, Study Finds that Online Education Beats the

Classroom New York Times (08/19/09) ,

http://bits.blogs.nytimes.com/2009/08/19/study-finds-that-online-

education-beats-the-classroom/

• [sp09] Suara Pembaruan, SMP Terbuka terapkan TIK,

http://www.suarapembaruan.com/News/2009/08/22/index.html

• [tb0607] T. Basaruddin, Buku Statistik SPMB, 2006, 2007, Fasilkom UI