strategi implementasi 4g/lte pada jaringan operator ... · kepada jaringan yang berada di luar...

15
1 Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator Selular PT. Telkomsel Indonesia Edwinanto Teknik Elektro, STT Nusa Putra, Sukabumi Email: [email protected] Abstrak Indonesia saat ini telah mengimplementasikan berbagai macam teknologi telekomunikasi, untuk memenuhi peningkatan pelanggan dan kualitas perlu dilakukan pembenahan di semua sector. Salah satunya adalah infrastruktur telekomunikasi. Teknologi LTE atau Long Term Evolution merupakan salah satu teknologi berbasis 4Gsebagai lanjutan dari evolusi teknologi 3G yg telah diimplementasikan di Indonesia sejak satu dasawarsa yg lalu. LTE menawarkan kecepatan akses data mencapai 100Mbps atau sekitar 4x lipat kecepatan teknologi 3G dengan HSDPA+. Operator Telkomsel merupakan salah satu operator yg telah memulai melakukan implementasi teknologi LTE. Namun seperti saat implementasi #G setelah 2G, selain membutuhkan investasi yg cukup mahal masih banyak hal yg perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan implementasi LTE. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian dan penelitian untuk untuk mendapatkan suatu rumusan strategi yg cocok untuk melakukan implementasi LTE pada jaringan Telkomsel di Indonesia. Penelitian dalam tesis ini dilakukan dengan melakukan perumusan strategi Telkomsel dalam rangka melakukan implementasi jaringan LTE. Perumusan strategi didasari oleh konsep ilmu management strategis dengan mempergunakan metode perumusan strategi yg terdiri dari Matriks Evaluasi Internal, Matriks Evaluasi External, SWOT, Matriks Internal External, dan Matrik Grand Strategi, . Setelah dilakukan perumusan dihapkan akan diperoleh strategi yg terbaik yg bisa diimplementasikan di jaringan Telkomsel. Kata Kunci : Telkomsel, LTE, SWOT, Matriks Internal External, Matriks Grand Strategi 1. PENDAHULUAN Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi cellular di dunia yg telah mencapai tahapan generasi ke 4, atau yg umum disebut sebagai LTE, maka duna telekomunikasi di Indonesia diharapkan juga bisa mengimplementasikan teknologi tersebut sehingga bisa dinikmasi oleh masyarakat dan tidak tertinggal oleh negara2 lain. Untuk itu diperlukan strategi teknis maupun non teknis dalam pelaksanaan pengimplentasian teknology 4G ini, dikarenakan sampai saat ini 70% pengguna Handset atau HandPhone (data : PT. Telkomsel) masih mempergunakan teknologi yg lama yaitu 2G. Dan seperti halnya implementasi 3G setelah era 2G, dibutuhkan investasi yg cukup mahal sehingga banyak yg perlu dipertimbangkan untuk implementasi LTE/4G untuk itu diperlukan strategi yg tepat dalam implementasinya. Hal ini diperlukan agar operator sebagai pihak penyenggara dan masyarakat sebagai pihak yang mempergunakan teknologi tersebut bisa memperoleh hasil yg masimal bagi kedua belah pihak Sistem 4G menyediakan solusi IP yang komprehensif dimana suara, data, dan arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan saja dan dimana saja, pada rata-rata data lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Bagaimanapun, terdapat beberapa pendapat yang ditujukan untuk 4G, yakni: 4G akan merupakan sistem berbasis IP terintegrasi penuh. Ini akan dicapai setelah teknologi kabel dan nirkabel dapat dikonversikan dan mampu menghasilkan kecepatan 100Mb/detik dan 1Gb/detik baik dalam maupun luar ruang dengan kualitas premium dan keamanan tinggi. 4G akan menawarkan segala jenis layanan dengan harga yang terjangkau. Setiap handset 4G akan langsung mempunyai nomor IP v6 dilengkapi dengan kemampuan untuk berinteraksi internet telephony yang berbasis Session Initiation Protocol (SIP). Semua jenis radio transmisi seperti GSM, TDMA, EDGE, CDMA 2G, 2.5G akan dapat digunakan, dan dapat berintegrasi dengan mudah dengan radio yang di operasikan tanpa lisensi seperti IEEE 802.11 di frekuensi 2.4 GHz & 5-5.8Ghz, bluetooth dan selular. Integrasi voice dan data dalam channel yang sama. Integrasi voice dan data aplikasi SIP-enabled. Besarnya pasar dan begitu potensialnya pelanggan di Indonesia, tentunya juga harus diikuti dengan peningkatan layanan dan kualitas yang harus diberikan oleh para operator. Selain menetapkan tarif yang bersaing, peningkatan teknologi juga harus terus dikembangkan dengan perluasan jaringan dan penggunaan teknologi- teknologi baru. Teknologi tertinggi saat ini yang sudah diterapkan adalah 3G dengan HSDPA+ oleh Indosat dan Telkomsel. HSDPA+ diklaim dapat mencapai downlink sebesar 21 Mbps, yang tentunya akan semakin memanjakan pengguna mobile broadband di Indonesia. Sementara untuk XL, Three, dan Axis masih berada di level HSDPA dengan downlink sebesar 7 Mbps. Secara teori, tentunya pelanggan akan lebih memilih operator dengan kecepatan downlink yang tinggi, namun hal itu bukan berarti jaminan, melihat kepadatan pengguna, dan luasnya infrastruktur jaringan yang dimiliki oleh operator data

Upload: others

Post on 04-Jan-2020

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

1

Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator Selular PT. Telkomsel Indonesia

Edwinanto

Teknik Elektro, STT Nusa Putra, Sukabumi Email: [email protected]

Abstrak

Indonesia saat ini telah mengimplementasikan berbagai macam teknologi telekomunikasi, untuk memenuhi peningkatan pelanggan dan kualitas perlu dilakukan pembenahan di semua sector. Salah satunya adalah infrastruktur telekomunikasi. Teknologi LTE atau Long Term Evolution merupakan salah satu teknologi berbasis 4Gsebagai lanjutan dari evolusi teknologi 3G yg telah diimplementasikan di Indonesia sejak satu dasawarsa yg lalu. LTE menawarkan kecepatan akses data mencapai 100Mbps atau sekitar 4x lipat kecepatan teknologi 3G dengan HSDPA+. Operator Telkomsel merupakan salah satu operator yg telah memulai melakukan implementasi teknologi LTE. Namun seperti saat implementasi #G setelah 2G, selain membutuhkan investasi yg cukup mahal masih banyak hal yg perlu dipertimbangkan dalam melaksanakan implementasi LTE. Oleh karena itu perlu dilakukan kajian dan penelitian untuk untuk mendapatkan suatu rumusan strategi yg cocok untuk melakukan implementasi LTE pada jaringan Telkomsel di Indonesia.

Penelitian dalam tesis ini dilakukan dengan melakukan perumusan strategi Telkomsel dalam rangka melakukan implementasi jaringan LTE. Perumusan strategi didasari oleh konsep ilmu management strategis dengan mempergunakan metode perumusan strategi yg terdiri dari Matriks Evaluasi Internal, Matriks Evaluasi External, SWOT, Matriks Internal External, dan Matrik Grand Strategi, . Setelah dilakukan perumusan dihapkan akan diperoleh strategi yg terbaik yg bisa diimplementasikan di jaringan Telkomsel.

Kata Kunci : Telkomsel, LTE, SWOT, Matriks Internal External, Matriks Grand Strategi

1. PENDAHULUAN

Seiring dengan perkembangan teknologi telekomunikasi cellular di dunia yg telah mencapai tahapan generasi ke 4, atau yg umum disebut sebagai LTE, maka duna telekomunikasi di Indonesia diharapkan juga bisa mengimplementasikan teknologi tersebut sehingga bisa dinikmasi oleh masyarakat dan tidak tertinggal oleh negara2 lain. Untuk itu diperlukan strategi teknis maupun non teknis dalam pelaksanaan pengimplentasian teknology 4G ini, dikarenakan sampai saat ini 70% pengguna Handset atau HandPhone (data : PT. Telkomsel) masih mempergunakan teknologi yg lama yaitu 2G. Dan seperti halnya implementasi 3G setelah era 2G, dibutuhkan investasi yg cukup mahal sehingga banyak yg perlu dipertimbangkan untuk implementasi LTE/4G untuk itu diperlukan strategi yg tepat dalam implementasinya. Hal ini diperlukan agar operator sebagai pihak penyenggara dan masyarakat sebagai pihak yang mempergunakan teknologi tersebut bisa memperoleh hasil yg masimal bagi kedua belah pihak

Sistem 4G menyediakan solusi IP yang komprehensif dimana suara, data, dan arus multimedia dapat sampai kepada pengguna kapan saja dan dimana saja, pada rata-rata data lebih tinggi dari generasi sebelumnya. Bagaimanapun, terdapat beberapa pendapat yang ditujukan untuk 4G, yakni: 4G akan merupakan sistem berbasis IP terintegrasi penuh. Ini akan dicapai setelah teknologi kabel dan nirkabel dapat dikonversikan dan mampu menghasilkan kecepatan 100Mb/detik dan 1Gb/detik baik dalam maupun luar ruang dengan kualitas premium dan keamanan tinggi. 4G akan menawarkan segala jenis layanan dengan harga yang terjangkau. Setiap handset 4G akan langsung mempunyai nomor IP v6 dilengkapi dengan kemampuan untuk berinteraksi internet telephony yang berbasis Session

Initiation Protocol (SIP). Semua jenis radio transmisi seperti GSM, TDMA, EDGE, CDMA 2G, 2.5G akan dapat digunakan, dan dapat berintegrasi dengan mudah dengan radio yang di operasikan tanpa lisensi seperti IEEE 802.11 di frekuensi 2.4 GHz & 5-5.8Ghz, bluetooth dan selular. Integrasi voice dan data dalam channel yang sama. Integrasi voice dan data aplikasi SIP-enabled.

Besarnya pasar dan begitu potensialnya pelanggan di Indonesia, tentunya juga harus diikuti dengan peningkatan layanan dan kualitas yang harus diberikan oleh para operator. Selain menetapkan tarif yang bersaing, peningkatan teknologi juga harus terus dikembangkan dengan perluasan jaringan dan penggunaan teknologi-teknologi baru. Teknologi tertinggi saat ini yang sudah diterapkan adalah 3G dengan HSDPA+ oleh Indosat dan Telkomsel. HSDPA+ diklaim dapat mencapai downlink sebesar 21 Mbps, yang tentunya akan semakin memanjakan pengguna mobile broadband di Indonesia.

Sementara untuk XL, Three, dan Axis masih berada di level HSDPA dengan downlink sebesar 7 Mbps. Secara teori, tentunya pelanggan akan lebih memilih operator dengan kecepatan downlink yang tinggi, namun hal itu bukan berarti jaminan, melihat kepadatan pengguna, dan luasnya infrastruktur jaringan yang dimiliki oleh operator data

Page 2: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

2

Gambar 1. 1 Indonesia Cellular Market

Gambar 1. 2 Pangsa Pasar Operator Cellular

Untuk memenuhi peningkatan jumlah pelanggan tersebut, tentu perlu dilakukan pembenahan di semua sektor. Salah satunya infrastruktur telekomunikasi. Sebelumnya, pemerintah telah menyediakan alokasi frekuensi 3G di spektrum 2.1 GHz. Dari total 60 Mhz yang tersedia, Telkomsel, XL, dan Indosat masing-masing memiliki 5 MHz, sementara Axis dan Three masing-masing sudah memiliki 10MHz. Jumlah pelanggan mobile broadband saat ini di Indonesia diperkirakan sudah mencapai 110 juta pelanggan, dilihat dari hasil penjualan smartphone di Indonesia, sedangkan jumlah pelanggan fixed wireline broadband termasuk serat optik FTTH tidak lebih dari 10%-nya (gambar 1.3). Meningkatnya pengguna mobile broadband di Indonesia, menyebabkan Telkomsel, Indosat, XL telah melakukan penambahan bandwidth 3G menjadi 2x10MHz untuk di masing-masing rentang frekuensi. Sehingga frekuensi 3G untuk ketiga operator seluler terbesar di Indonesia tersebut akan menjadi yang paling lebar. Peningkatan bandwidth merupakan salah satu jalan untuk meningkatkan kulitas layanan, penggunaan internet seperti browsing, email, dan chatting akan lebih cepat dan lancar.

Selain itu penambahan frekuensi juga merupakan ajang persiapan para operator menuju implementasi teknologi 4G.

Teknologi LTE yang sudah dibicarakan sejak beberapa

tahun lalu, kini telah mulai diimplementasikan sebagai solusi infrastruktur dan layanan yang akan diimplementasikan. LTE atau Long Term Evolution merupakan salah satu teknologi berbasis 4G sebagai lanjutan evolusi 3G yang telah diimplementasikan di Indonesia evolusi teknologi GSM menuju LTE dapat dilihat seperti pada Gambar 1.1. LTE merupakan standarisasi 3GPP (Third Generation Partnership Project) sebagai metode akses untuk high-speed baru untuk kelanjutan perkembangan telekomunikasi nirkabel bergerak.

Gambar 1.3 Pertumbuhan pengguna Broadband di Indonesia

Secara teori, LTE lebih mudah diimplementasikan

dengan legacy network 3G dan teknologi non-3GPP. LTE menawarkan kecepatan akses data mencapai 100 Mbps, atau sekitar 4 kali lipat HSDPA+, dan kemudahan dalam implementasi jaringan. Namun seperti saat implementasi 3G setelah 2G, selain investasi yang cukup mahal, banyak hal yang perlu dipertimbangkan untuk melakukan implementasi LTE. Oleh karena itu, perlu dirumuskan suatu strategi yang cocok dalam melakukan implementasi jaringan LTE di Indonesia, agar LTE dapat diimplementasikan secara baik dan sesuai dengan kebutuhan pelanggan dan pasar pengguna telekomunikasi mobile.

2. TEKNOLOGI LTE

Layanan mobile broadband terus berkembang seiring dengan meningkatnya mobilitas masyarakat dalam beraktivitas serta kebutuhan layanan internet. Berbagai teknologi seluler terus dikembangkan mulai dari GSM/GPRS/EDGE (2G), UMTS/HSPA (3G), dan teknologi LTE. LTE adalah standar terbaru dalam teknologi jaringan seluler dibandingkan GSM/EDGE and UMTS/HSPA. LTE adalah sebuah nama baru dari layanan yang mempunyai

Page 3: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

3

kemampuan tinggi dalam sistem komunikasi bergerak yang merupakan langkah menuju generasi ke-4 (4G) dari teknologi radio yang dirancang untuk meningkatkan kapasitas dan kecepatan jaringan telepon mobile. LTE adalah suatu proyek dalam Third Generation Partnership

Project (3GPP) (Wardhana, 2014) Evolusi jaringan seluler sampai ke teknologi LTE ditunjukkan pada gambar berikut :

Gambar 2,1. Evolusi jaringan LTE

Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa LTE merupakan evolusi dari jaringan seluler yang dipersiapkan untuk teknologi 4G. Keuntungan utama dengan LTE adalah throughput yang tinggi, latency yang rendah, FDD dan TDD pada platform yang sama, peningkatan pengalaman pelanggan dan arsitektur sederhana yang mengakibatkan biaya operasional yang rendah. LTE juga akan mendukung sel dengan teknologi jaringan yang lebih lama seperti GSM, CDMAOne, WCDMA (UMTS), dan CDMA 2000. Banyak fasilitas yang didapat sehingga perlu untuk upgrade 3G UMTS ke teknologi komunikasi mobile 4G, yang pada dasarnya adalah sebuah sistem mobile broadband dengan peningkatan layanan multimedia (Wardhana, 2014).

2.1. Arsitektur LTE

Arsitektur jaringan LTE dirancang untuk tujuan mendukung trafik packet switching dengan mobilitas tinggi, quality of service (QOS), dan latency yang kecil. Pendekatan packet switching ini memperbolehkan semua layanan termasuk layanan voice menggunakan koneksi paket. Oleh karena itu pada arsitektur jaringan LTE dirancang sesederhana mungkin, yaitu hanya terdiri dari dua node yaitu eNodeB dan Mobility Management Entity/Gateway (MME/GW). Semua interface jaringan pada LTE adalah berbasis internet protocol (IP). eNodeB saling terkoneksi dengan interface X2 dan terhubung dengan MME/SGW melalui interface S1 seperti yang ditunjukkan oleh Gambar 5. Pada LTE terdapat 2 logical gateway, yaitu Serving

Gateway (S-GW) dan Packet Data Network Gateway (P-GW). S-GW bertugas untuk melanjutkan dan menerima paket ke dan dari eNodeB yang melayani User Equipment (UE). P-GW menyediakan interface dengan jaringan Packet

Data Network (PDN), seperti internet dan IMS. Selain itu P-GW juga melakukan beberapa fungsi lainnya, seperti alokasi alamat, packet filtering, dan routing. Jaringan LTE yang disebut sebagai SAE (System Architecture Evolution) hanya terdiri atas dua bagian, yaitu EPC (Evolved Packet Core) & E-UTRAN (Evolved UMTS Terrestrial Radio Access

Network).

Gambar 2.2. Network Element sederhana pada LTE

Gambar 4 merupakan gambar arsitektur Network element jaringan LTE secara sederhana. EPC terdiri dari 3 komponen seperti Serving Gateway (S-GW), Packet Data Network

Gateway (P-GW) dan Mobility Management Entity (MME). Bagian E-UTRAN hanya terdiri dari komponen Evolved

Node B (eNB). User Equipment (UE) merupakan perangkat yang digunakan user untuk berkomunikasi dengan jaringan LTE melalui komponen eNB. UE dapat berupa handphone / smartphone, tablet, laptop, atau perangkat lain yang dilengkapi dengan network adapter LTE. Alur kerja hubungan downlink LTE dimulai dari P-GW hingga ke UE. Pada tahap awal, paket data yang berasal dari jaringan di luar jaringan LTE masuk ke jaringan LTE melalui P-GW. P-GW berfungsi menangani paket-paket data, menetapkan peraturan/izin paket data, penyaringan paket data, pemotongan aliran paket data, dan menghubungkan UE kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa jaringan operator seluler ataupun jaringan internet. P-GW juga merupakan pintu masuk dan pintu keluar bagi setiap paket data yang akan dikirimkan dari UE, ataupun paket data yang akan diterima UE.

Tabel. 2.1 Fungsi-fungsi Network Element pada LTE

Komponen Keterangan

UE

Berfungsi sebagai end device yang digunakan user untuk mengirim dan menerima data, dapat berupa handphone/smartphone, tablet, laptop, dsb.

eNB

Berfungsi menangani transmisi data dari dan kepada UE. eNB juga berfungsi mengelola radio resource atau bandwidth yang digunakan dalam proses transmisi data ke UE

MME

Berfungsi mengatur pensinyalan radio, ketika UE berpindah posisi atau melakukan perpindahan eNB, mengidentifikasi status aktivitas UE, melacak keberadaan UE, melakukan proses pendaftaran UE, dlsb.

HSS

Berfungsi menyimpan informasi yang berkaitan dengan UE sebagai pelanggan operator seluler, seperti nomor pelanggan dan langganan data, melakukan otorisasi dan autentikasi terhadap UE yang akan mengakses jaringan LTE, dlsb.

S-GW Berfungsi sebagai router yang meneruskan paket data ke UE, sebagai jembatan antara eNB & P-GW.

Page 4: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

4

P-GW

Berfungsi mengatur keluar masuknya paket data dari dan ke jaringan yang berada di luar LTE (IMS), menetapkan peraturan/izin paket data, melakukan penyaringan paket data, pemotongan aliran paket data, dlsb.

3. NETWORK PT. TELKOMsel

3.1. Latar Belakang Perusahaan

Telkomsel pada mulanya adalah nama pelayanan dari jasa STBS (Sistem Telekomunikasi Bergerak Selular) yang dikelola oleh PT. Telkom. Dengan nama inilah dimulai proyek percontohan STBS pada awal bulan November 1993 di Pulau Batam dan Pulau Bintan, dengan menggunakan teknologi GSM (Global System For Mobile) yang telah dikenal luas didunia internasional.

Proyek yang pertama kali menggunakan teknologi GSM

di Indonesia ini, berhasil membangun jaringan komunikasi

selular dari awal sampai dapat melakukan pembicaraan pada

sistem telekomunikasi bergerak hanya dalam tempo dua

bulan, lebih tepatnya sampai tanggal 31 Desember 1993

sejak dimulainya proyek ini.

Keberhasilan ini tidak hanya berhenti di Pulau Batam dan

Bintan saja, dan terus dikembangkan ke daerah lain, seperti

Medan dan Pekanbaru. Nama Telkomsel pun kemudian

didaftarkan ke GSM MoU yang merupakan organisasi

perkumpulan operator GSM yang berkedudukan di Dublin,

yang mempunyai aturan standar teknis dan non teknis untuk

seluruh operator GSM di dunia.

Dalam perjalanannya, atas permintaan pemerintah maka

pada bulan November 1994, Telkomsel dijadikan

perusahaan patungan antara PT.Telkom dan PT.Indosat,

dengan pembagian kepemilikan saham masing-masing 51%

dan 49%. Perpaduan kedua perusahaan tersebut

dimaksudkan agar Telkomsel dapat dikelola secara lebih

profesional, baik dalam hal teknis dan pelayanan, maupun

dalam hal pemasaran dan usaha di dalam dan luar negeri

sehingga Telkomsel bisa menjadi aset yang sangat berharga

bagi negara.

Pada tanggal 26 Mei 1995 dengan berdasarkan pada

keputusan Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi serta

Menteri Keuangan R.I. maka secara resmi berdirilah

PT.Telkomsel sebagai salah satu operator GSM di

Indonesia, dengan karyawannya yang berasal dari

PT.Telkom dan PT.Indosat serta ditambah tenaga-tenaga

baru yang berpengalaman.

Dengan semakin berkembangnya bisnis telekomunikasi

maka semakin besar pula tuntutan bagi PT.Telkomsel untuk

mengadakan pengembangan perusahaan dengan melakukan

kerjasama baik dengan perusahaan asing maupun lokal.

Karena saat itu PT.Telkom dan PT.Indosat telah tercatat

pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek New York, maka

dilakukanlah tender secara terbuka dan transparan selama

kurun waktu satu tahun pada kedua lokasi tersebut.

Melalui proses tender yang ketat didapatlah rekanan baru

yaitu PTT Telecom Netherlands, anak perusahaan raksasa

telekomunikasi Belanda KPN dan Setdco Megacell Asia,

perusahaan lokal yang dimotori pengusaha terkemuka

Indonesia, Setiawan Djody. Sehingga mulai Bulan Maret

1996 berubahlah status PT. Telkomsel dari PMDN menjadi

PMA dengan pembagian kepemilikan saham, PT.Telkom

42.72%, PT.Indosat 35%, PTT Telecom Netherlands

17.28%, dan Setdco Megacell Asia 5%.

Strategi pengembangan jaringan yang diterapkan

PT.Telkomsel adalah dengan membangun infrastruktur di

luar Jakarta terlebih dahulu untuk kemudian baru masuk ke

Jakarta. Pengembangan ini berjalan amat pesat karena

didukung sistem yang tepat, terbukti hanya dalam tempo

sekitar satu tahun, sampai Desember 1996. Jaringan yang

dimiliki sudah sangat luas dengan mencakup 27 propinsi dan

285 kota DATI II di seluruh Indonesia.

Dalam perkembangan selanjutnya, untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat luas. PT.Telkomsel membuat suatu kebijakan sistem jemput bola dengan membuat kantor-kantor cabang pelayanan yang disebut Grapari (Graha Pari Sraya) atau rumah tempat para pengabdi, guna lebih mendekatkan keberadaannya dengan masyarakat luas tersebut.

3.2. Visi, Misi dan Kinerja Perusahaan

Visi yang dimiliki oleh Telkomsel ialah buat

pengembangan perusahaan ke depannya, yaitu Telkomsel

penyedia solusi nirkabel terkemuka di Indonesia. Telkomsel

selalu berusaha menyediakan layanan selular seluas-luasnya

berstandar layanan kelas global dan mengacu pada kepuasan

pelanggan.

Sementara itu, misi yang dimiliki oleh Telkomsel ialah

menjadi pilihan primer sebagai penyedia solusi

telekomunikasi nirkabel di Indonesia buat menghasilkan

nilai tambah bagi investor (penanam modal), karyawan, dan

Negara.

Kinerja Perusahaan dapat dijelaskan melalui lampiran

pada gambar2 berikut ini:

Growth Revenue dan EBITDA meningkat double digit sebesar 10 % (tahun 2102 s/d 2014) , seperti tampak pada gambar 3.1

Gambar 3.1 Growth & EBITDA

Page 5: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

5

Operator Telkomsel dapat dikatakan memiliki jangkauan jaringan terbesar di Indonesia, di mana menyediakan jangkauan jaringan yang mencapai lebih dari 95% dari jumlah penduduk Indonesia dan di klaim bahwa Telkomsel merupakan satu-satunya operator di Indonesia yang mencakup seluruh negara, provinsi dan kabupaten, baik kecamatan yang ada di Sumatra, Jawa maupun Bali. Perusahaan Telkomsel ini menawarkan GSM dual band (900 & 1800), GPRS, WiFi, EDGE dan teknologi 3GTotal Pelanggan yg mempergunakan jaringan TELKOMSEL juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Pada pariode tahun 2012 sd 2014 mengalami peningkatan sebesar 5%-7%, seperti pada gambar2 berikut.

Gambar 3.2 Grafik Pertumbuhan Jumlah Pelanggan PT TELKOMSEL

Gambar 3.3 Tabel Jumlah pelanggan PT TELKOMSEL

3.3. Laporan Keuangan Perusahaan

Berdasarkan laporan tahunan 2014. selama tahun 2014 tercatat PT TELKOMSEL menghasilkan pendapatan bersih sebesar 19.403 milliar rupiah. Pendapatan ini meningkat sebanyak 30 % dari pendapatan bersih tahun sebelumnya. Selengkapnya dapat dilihat pada gambar 3.4 di bawah ini.

Gambar 3.4 Kinerja Keuangan TELKOMSEL

Pendapatan tersebut juga berbanding lurus dengan laba yang didapatkan PT TELKOMSEL. Namun seiring bertambahnya elemen jaringan dan membesarnya biaya operation and maintenance, biaya pengelolaan jaringan juga meningkat. Seperti terlihat pada gambar 3.5 dan 3.6. berikut ini:

Gambar 3.5 Laporan Keuangan Pengeluaran PT TELKOMSEL 2014

Page 6: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

6

Gambar 3.6 Laporan Biaya Operasional PT

TELKOMSEL 2014

Peningkatan biaya operation and maintenance yang cukup tinggi, masih sebanding dengan pendapatan kotor. Sehinggan laba TELKOMSEL masih mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Selain peningkatan pada operation and maintenance, TELKOMSEL juga mengalami peningkatan labor cost sebesar 12%, terkait jumlah karyawan yang juga meningkat selama tahun 2014. Peningkatan lain terdiri dari peningkatan biaya sewa interkoneksi, dan peningkatan penyusutan aset karena network modernization. Penyusutan & Amortisasi biaya meningkat 13,1% sebesar Rp 11,7 triliun, sejalan dengan Perusahaan yang secara agresif melakukan perluasan jaringan dan juga karena peningkatan biaya sewa menara yg

dipergunakan untuk perluasan jaringan tsb.

Pendapatan TELKOMSEL merupakan komposisi dari SMS, voice, layanan data dan VAS. Jumlah terbanyak saat ini berasal dari pelanggang prepaid sebanyak 137 juta pelanggan (97%) dan postpaid sebanyak 3juta pelanggan (3%), dari seluruh total pelanggan telkomsel sebesar 140juta pelanggan. Namun pada tahun 2014 dari seluruh layanan yang dihadirkan oleh TELKOMSEL, mengalami penurunan pada ARPU sebanyak 6,5 % pada pelanggan post-paid , revenue layanan data mengalami peningkatan cukup signifikan yakni sebanyak 10 % dari sebelumnya, dan mengalami peningkatan ARPU sebesar 2.85% yg dihasilkan dari para pelanggan kartu pre-paid (atau pra bayar). Total revenue yg dihasilkan pada tahun 2014 sebesar 66 trilyun rupiah melebihi revenue yg dihasilkan pada tahun sebelumnya, 2013, yg sebesar 60 trilyun rupiah. EBITDA (Earn Before Tax Interest Depreciation Amortization) juga meningkat, menjadi 37 trilyun rupiah, dari sebesar 33 trilyun

rupiah pada periode tahun sebelumnya.

3.4. Struktur Organisasi Perusahaan

Pada tanggal 19 Desember 2014, PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (Telkom) dan Singapore Telecommunications Ltd. (SingTel) selaku pemegang saham PT Telekomunikasi Selular (Telkomsel) telah menetapkan Direksi dan Dewan Komisaris Telkomsel yang baru. Sebagai Direktur Utama ditetapkan Ririek Adriansyah menggantikan Alex J. Sinaga, yang telah ditetapkan sebagai

Direktur Utama Telkom. Selain Ririek, pemegang saham juga menetapkan Sukardi Silalahi sebagai Direktur Network dan Priyantono Rudito sebagai Direktur Human Capital Management menggantikan Abdus Somad Arief dan Herdy Rosadi Harman yang juga ditetàpkan dalam RUPSLB untuk mengisi posisi Direktur di Telkom. Penunjukkan Ririek Adriansyah serta penetapan direksi Telkomsel yang baru, sejalan dengan strategi perusahaan dalam memperkuat bisnis, organisasi dan sumber daya manusia secara berkelanjutan yang dibutuhkan untuk menjadikan Telkomsel tetap bertumbuh dan tetap menjadi yang terdepan (continue to win).

Gambar 3.7 Struktur Organisasi PT Telkomsel

3.5. Pengembangan Jaringan LTE

LTE merupakan standarisasi 3GPP (Third Generation Partnership Project) sebagai metode akses untuk high-speed baru untuk kelanjutan perkembangan telekomunikasi nirkabel bergerak menuju FMC atau fixed-mobile convergence. LTE yang berada pada standar IEEE 802.20, adalah langkah selanjutnya dalam roadmap 4G yang berawal dari teknologi 2G dan 3G yang ada pada saat ini. Dibangun oleh keluarga 3GPP yang sebelumnya telah berhasil membangun teknologi GSM, GPRS, EDGE, dan WCDMA lalu sekarang HSDPA dan kemudian HSPA+, LTE menawarkan evolusi yang smooth menuju kecepatan yang lebih tinggi dengan latency yang rendah. Dengan menggunakan spektrum frekuensi yang baik, LTE dapat berkembang menjadi lebih kaya akan fitur dan aplikasi seperti pada tabel berikut ini:

Page 7: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

7

Jenis

Layanan Pada 2G/3G Pada LTE

1 Layan

an

Telepon

Real-Time

menggunakan

jaringan telepon

fixed dan

wireless, Video

call berkualitas

rendah

Menggunakan

VoIP (Voice over

IP), Video

conference

kualitas tinggi

2 Layan

an

Messagin

g

SMS, MMS,

dan

e-mail best-

effort

Photo Message,

IM, Mobile email,

Video

Message

3 Brows

ing

Akses

menggunakan

WAP, 2G

GPRS/EDGE,

atau 3G/HSDPA

Akses internet

bekecepatan

tinggi mencapai

100 Mbps

4 Perso

nalisasi

RBT Realtones,

Personalisasi

mobile web-site

5 Game

s/Permai

nan

permainan

yang

dapat

di-download,

dan online

gaming

Online gaming

yang terhubung

ke jaringan lain,

termasuk

jaringan fixed

(LAN)

6 TV/Vi

deo on

Demand

Youtube,

media

video streaming

kualitas

rendah/medium

Layanan televisi

dapat diakses

secara mobile,

video streaming

dengan kualitas

tinggi

7 Music Download

lagu,

mendengarkan

radio analag

Donwload lagu

secara cepat

8 Kontens Download

Wallpaper,

Ringtone, dan

konten lainnya

Donwload

berbagai konten

dengan cepat,

sampai video,

layanan karaoke,dll

9 Social

Networki

ng

Akses

Facebook,

Twitter,

Foursquare, dll

dengan

kecepatan

rendah

Akses Facebook,

Twitter,

Foursquare, dll

dengan

kecepatan tinggi

1

0

M-

Commer

ce

Transaksi

online,

M-Banking

Layanan transaksi

online

berbagai aplikasi

dengan

kecepatan dan

keamanan yang

tinggi

1

1

Mobile

Data

Networki

ng

Akses ke

intranet

kantor dan dan

database

menggunakan

VPN yang

lambat

Akses ke intranet

kantor secara

mobile dan

berkecepatan

tinggi

Tabel 3.1 Perbandingan service 2G/3G dengan LTE/4G

Melalui penerapan Smart dan Adaptive Perencanaan jaringan dan Program Deployment, Telkomsel mengejar percepatan pembangunan infrastruktur sehingga dapat menanggapi tren permintaan pelanggan dan persaingan pasar, serta roadmap untuk pengembangan teknologi. Untuk terus mengamankan keunggulan dalam market teknologi seluler, Telkomsel ada tahap awal telah memulai secara komersial pelaksanaan 4G (LTE) layanan. Didukung oleh 186 LTE BTS (e-NodeB), Telkomsel meluncurkan pertama 4G layanan secara komersial di Indonesia pada tanggal 8 Desember 2014 secara terbatas di area Jakarta dan Bali. Dengan program Smart Deployment, direncanankan sekitar 15.500 BTS pada tahun 2014-2015, dimana sekitar 76% adalah 3G BTS selaras dengan pertumbuhan traffic pada 142,9%. Dengan jumlah yang sama dari capex, Telkomsel diharapkan akan banyak lagi membagun jaringan 4G BTS, terutama setelah penataan frekuensi selesai dilaksakan pada akhir tahun 2015

Untuk LTE phase-1 dibangun di 7 kota broadband: Medan, Jakarta, Bandung, Jogyakarta, Surabaya, Bali, Makasar, Pada phase-1 ini adalah dengan LTE di band 900. Saat ini sedang dilakukan Re-arrangement (GFR) dengan seluruh operator dan sudah menyelesaikan 23 cluster dari 42 cluster yg ada. Cluster yg sdh selesai dilaksanakan GFR tersebut adalah di area Papua, Makasar, Kalimanatan & sebagian Sumatra. GFR dilakukan pada jaringan BTS 2G dengan frekuensi 1800, dan apabila setelah selesai re-arrangement baru dilakukan assessment untuk implementasi LTE 1800, sehingga LTE band 900 yg saat ini sedang dipergunakan nanti akan mempergunakan frekuensi 1800, dan blok frekuensi 900 akan dikembalikan lagi untuk alokasi BTS 2G.

4. PENELITIAN

4.1 Metode Penelitian

Dalam melakukan perumusan strategi ada beberapa

metode yang dapat dilakukan. Penulis menggunakan metode

yang dikembangkan melalui konsep manajemen strategis.

Perumusan strategi merupakan bagian pertama dari proses

manajemen strategis dalam suatu instansi atau perusahaan.

Bagian selanjutnya adalah implementasi strategi, dan analisa

strategi. Perumusan strategi atau dikenal juga dengan

perencanaan strategis populer pada awal 1950-an dan

menjadi sangat populer antara petengahan 1960-an dan

pertengahan 1970-an. Perumusan strategi diperlukan apabila

Page 8: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

8

suatu pasar yang terus berkembang sudah mulai tidak sesuai

dengan tujuan jangka panjang perusahaan. Pasar berubah

karena adanya perubahan kebutuhan pembeli, teknologi

baru, kekuatan sosial ekonomi, dan kegiatan persaingan.

Perubahan-perubahan ini menciptakan peluang dan ancaman

baru bagi perusahaan untuk melayani pasar. Metode

penelitan berdasarkan teori analisa situasi pasar. Menurut

Cravens (2000), Analisa situasi pasar persaingan adalah

langkah pertama dalam merancang strategi baru atau

mengkaji strategi yang sudah ada. Analisa situasi ini

dilakukan setelah strategi diimplikasikan untuk menentukan

perubahan strategi yang diperlukan. Penilaian situasi

biasanya pendefinisian dan penganalisaan pasar, dan analisa

pesaing

Pada intinya perumusan strategis adalah perumusan

taktik agar suatu perusahaan dapat menghasilkan

keuntungan yang lebih besar dan dapat bersaing dengan

sukses. Sebagai perusahaan yang sedang berkembang dan

mengalami persaingan yang ketat di dunia telekomunikasi,

melakukan perumusan strategi untuk PT. TELKOMSEL

cocok jika dilakukan dengan konsep manajemen strategis.

Perumusan strategi mencakup beberapa tahap yakni pengembangan visi dan misi, identifikasi peluang dan ancaman eksternal suatu organisasi. Kesadaran akan kekuatan dan kelemahan internal, penetapan tujuan jangka panjang, pencarian strategi alternatif, dan pemilihan strategi tertentu untuk mencapai tujuan.

Berdasarkan data dan kebutuhan, seluruh teknik tersebut tidak digunakan semuanya. Penelitian dapat dilakukan hanya dengan teknik yang dianggap butuh dan diperlukan. Pada tahap pertama, sesuai dengan batasan masalah, CPM atau (Competitive Profile Matrix) tidak digunakan. Hal ini disebabkan penelitian tidak melihat dari sisi kompetisi PT. TELKOMSEL dengan operator lain. Sehingga masukan dari CPM diabaikan. Pada tahap kedua, berdasarkan data yang diperoleh dan dijustifikasikan pada tahap pertama, penelitian ini hanya menggunakan teknik SWOT, Matriks Internal Eksternal, dan Matriks Grand Strategy. Untuk tahap terakhir digunakan MAtraiks Grand Strategi sebagai landasan objektif bagi pemilihan strategi alternatif. Selengkapnya kerangka analitis yang digunakan dalam penelitian ini adalah seperti pada gambar flowchart dibawah ini:

Gambar 4.1 Kerangka Penelitian

4.2 Metode Analisa dan Pengumpulan Data

Berikut ini adalah teknik analisis data yang dilakukan dalam penelitian antara lain adalah:

• Mengumpulkan data dan informasi yang diperoleh melalui studi literature, wawancara dan penyebaran kuesioner

• Hasil pengamatan dan studi literatur kemudian dihubungkan dengan pokok masalah penelitan, juga faktor-faktor pendukung atau penghambat yang memberikan pengaruh pada hasil penelitian

• Selanjutnya dilakukan analisa masalah dengan menggunakan metode-metode analisa sepertiyang telah dikemukakan pada bahasan sebelumnya yaitu Analisa SWOT dan Matriks Gran Strategi, dalam hal ini melakukan analisa kondisi perusahan dalam rangka penentuan strategi bisnis yang tepat sesuai dengan kebutuhan.

• Hasil dari pemodelan dan analisa akan merupakan kesimpulan dari penelitan ini, dan berdasarkan itu juga akan diberikan rekomendasi-rekomendasi strategis bagi PT. TELKOMSEL

Page 9: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

9

Pengumpulan Data Tahap pengumpulan data merupakan tahap pertama dalam melakukan perumusan atau perencanaan strategis. Tahap pengumpulan data merupakan tahap dimana informasi dikumpulkan dan dicari sebanyak-banyaknya untuk membantu melakukan tahap selanjutnya. Pada tahap ini ada dua matriks yang dikembangkan penulis yakni matriks evaluasi eksternal, dan matriks evaluasi internal.

4.3. Matriks Evaluasi Internal

Matriks evaluasi internal atau dikenal dengan nama Internal Factor Evaluation (IFE) merupakan alat yang digunakan untuk meringkas dan mengevaluasi audit internal dalam suatu manajemen (David, Fred R. 2009. Manajemen Strategis Konsep, edisi 12. Terjemahan oleh Dono Sunardi, 2009. Jakarta : Penerbit Salemba Empat) Pada matriks evaluasi internal, kekuatan dan kelemahan utama dalam area-area fungsional bisnis dievaluasi juga hubungan antara area fungsional bisnis tersebut. Area bisnis atau disebut juga kekuatan internal utama (internal forces) mencakup divisi-divisi dalam perusahaan seperti divisi pemasaran, keuangan, akuntansi, produksi/operasi, dan lain sebagainya. Tergantung perusahaan yang dilakukan proses audit. Penilaian intuitif digunakan dalam pengembangan matriks evaluasi faktor internal, sehinggan tampilannya tidak boleh ditafsirkan sebagai bukti bahwa teknik ini merupakan gambaran dari kondisi sebenarnya. Pemahaman yang menyeluruh menngenai faktor-faktor yang tercakup di dalamnya lebih penting daripada angka-angka yang ada. Faktor internal terbagi dua yakni faktor kekuatan dan kelemahan internal, berdasarkan pengumpulan data yang diperoleh, faktor-faktornya adalah :

4.3.1. Faktor Kekuatan Internal (Strength)

Melalui hasil studi literature dan melalui wawancara langsung dengan pihak yg berkompeten pada PT TELKOMSE, maka oleh penulis menyiimpulkan terdapat 5 buah kekuatan (Strenght), yaitu:

1. Peningkatan jumlah pelanggan keseluruhan, peningkatan double digit EBITDA dan Revenue. Menempatkan Telkomsel sebagai operator selular terbesar di Indonesia dengan jumlah pelanggan terbanyak. (code: S1)

2. Operator telekomunikasi Telkomsel menerima penghargaan di acara Frost & Sullivan Asia Pasifik ICT Awards 2015 sebagai Asia Pasific Mobile Service Provider of the Year. Dengan perhargaan ini Telkomsel sudah dapat disejajarkan dengan operator tingkat dunia, dan memperoleh brand image yg lebih baik dimata para pelanggannya. (code: S2)

3. Trasformasi Budaya Perusahaan Telkomsel, yang dikenal sebagai "Telkomsel Way", berfungsi sebagai pedoman untuk nilai-nilai Telkomsel dan standar etika. Budaya Perusahaan yang diimplementasikan oleh seluruh karyawan saat berinteraksi di tempat kerja dengan para pemangku kepentingan. Yaitu yg terdiri atas Integrity - Respect- Antusiasme - Loyalitas – Totalitas , ke 5 hal tersebut berfungsi sebagai dasar untuk 3S working Spirit (Solid - Speed - Smart). Pelaksanaan The Way Telkomsel telah menjadi agenda prioritas Top Manajemen memiliki tujuan untuk memenuhi peningkatan indeks tingkat Kepuasan Karyawan. (code: S3)

4. Inovasi yang cepat dan beragam dalam layanan data dan VAS sehingga memberikan banyak pilihan kepada pelanggan sesuai dengan kebutuhan, bahkan memperoleh penghargaan pada tahun 2014, Telkomsel telah diakui sebagai yang tertinggi kedua menempatkan perusahaan dari Top 5 perusahaan untuk Bekerja di Asia di Asia Corporate Excellence & Sustainability (ACES) Award. (code: S4)

5. Program CRM (Customer Relation Management), adalah proses bisnis yang inovatif terpadu dan untuk meningkatkan kualitas layanan kepada pelanggan. CRM juga menyediakan sebuah sistem informasi terpadu yang dapat dimanfaatkan untuk perencanaan dukungan sampai ke kontrol pre-sales dan kegiatan pasca-penjualan. CRM mempercepat waktu respon dan meningkatkan proses dalam menangani pelanggan. Di Juli 2014 Telkomsel menyelesaikan tahap pertama dari CRM, yang meliputi pelanggan pascabayar dan beberapa layanan untuk interaksi prabayar dan penanganan pelanggan. Pada 2014, Layanan pelanggan Telkomsel menerima beberapa penghargaan di 2014 “Best Call Center and Customer Service Email Centers” dari CCSEA (Contact Center Service Excellence Award). (code: S5)

4.3.2 Faktor Kelemahan Internal (Weakness)

Melaui hasil studi literature dan melaui wawancara langsung dengan pihak yg berkompeten pada PT TELKOMSEL, maka penulis menyimpulkan faktor faktor yg menjadi kelemahan Internal oleh penulis disimpulkan menjadi 5 buah faktor, yaitu:

1. Bertambahnya jumlah karyawan serta dilakukannya Tansformasi Organisasi Perusahaan, membuat peningkatan labor cost sebesar 12,4%. Telkomsel banyak melakukan relokasi karyawan dari kantor pusat ke daerah luar, sehingga persentase berubah dari kantor pusat ke daerah dari 65%: 35% menjadi 38%: 62%. Proses ini tentu akan memerlukan biaya untuk akomodasi dan cost operational penempatan karyawan. (code: W1)

2. Penurunan nilai mata uang Rupiah tehadap US Dollar yg berpotensi mempengaruhi keuangan PT Telkomsel. Pada akhir Desember 2014, Telkomsel memiliki jumlah hutang/pinjaman sebesar Rp2,3 triliun, dimana sekitar Rp1,9 triliun adalah pinjaman jangka pendek dan bagian lagi pinjaman jangka menengah & jangka panjang, dan Rp0.4 tersisa triliun pinjaman jangka panjang. Sekitar 75% dari total pinjaman, atau US $ 138.400.000, yang dalam bentuk mata uang asing. (code: W2)

3. Penurunan jumlah ARPU (Average Revenue Per User), pada pelanggan Post-Paid dari Rp.184rb menjadi Rp.172rb sehingga berpotensi menurunkan pendapatan perusahaan. (code: W3)

4.Pengembangan jaringan dengan menambah jumlah BTS dan modernisasi BTS yang juga berarti menambah biaya untuk operasi dan pemeliharaan mengakibatkan meningkatkan pengeluaran perusahaan sebesar 10% (data tahun 2014). (code: W4)

5.Kenaikan biaya penyewaan frekuensi , BHP atau biaya hak penggunaan, yg harus dibayarkan ke pemerintah,

Page 10: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

10

berpotensi untuk mengurangi pendapatan perusahaan. (code: W5)

4.4. Matriks Evaluasi Eksternal

Matriks evaluasi eksternal atau External Factor Evaluation Matrix (EFE) merupakan ringkasan dari audit eksternal yang bertujuan untuk mengembangkan sebuah daftar terbatas dari peluang yang dapat menguntungkan sebuah perusahaan dan ancaman yang harus dihindarinya. Matriks evaluasi eksternal digunakan para penyusun strategi untuk meringkas dan melakukan evaluasi informasi tersebut. Dalam mengembangkan matriks evaluasi eksternal diperlukan segala sumber informasi yang memungkinkan untuk digunakan. Informasi ini mencakup kekuatan-kekuatan eksternal (external forces) seperti kekuatan ekonomi, kekuatan sosial, budaya, demografis dan lingkungan, kekuatan politik, pemerintahan, dan hukum, serta kekuatan teknologi dan kompetitif. Setelah dilakukan pengumpulan informasi dan data, ditemukan faktor-faktor yang paling berpengaruh adalah sebagai berikut :

4.4.1. Faktor Peluang Eksternal (Opportunity)

Melalui hasil studi literature dan melalui wawancara langsung dengan pihak yg terlibat pada dunia Telekomunikasi, maka penulis menyimpulkan faktor faktor yg menjadi Peluang Eksternal oleh penulis disimpulkan menjadi 5 buah faktor, yaitu

1. LTE sebagai jaringan yang paling cocok melanjutkan evolusi GSM, 3G, dan HSDPA, bernaung dalam standarisasi yang sama, yakni standarisasi 3GPP. (O1)

2. Layanan data, VAS, aplikasi2 video, streaming, on line business akan semakin pesat berkembang dikarenakan ada nya dukungan kecepatan data yg tinggi oleh jaringan LTE (code: O2)

3. Peningkatan jumlah pelanggan data yang signifikan sebesar 11% . Pada tahun 2013 berjumlah 60jt juta pelanggan menjadi 67juta pelanggan pada 2014 (code: O3)

4. Untuk memenuhi kebutuhan kecepatan akses, LTE memiliki kecepatan akses jauh lebih tinggi dari GPRS dan HSDPA, yakni sebesar 300 Mbps.(code: O4)

5. Diprediksikan pengguna jaringan LTE di dunia akan mencapai jumlah 2 milyar pengguna pada tahun 2018, dan Indonesia merupakan pangsa pasar LTE yg sangat potensial, dengan jumlah penduduk terbesar nomer 5 di dunia.. (code: O5)

4.4.2. Faktor Ancaman Eksternal (Threat)

Melaui hasil studi literature dan melalui wawancara langsung dengan pihak yg terlibat langsung pada perkembangan dunia Telekomunikasi, maka penulis menyimpulkan faktor faktor yg menjadi Ancaman Eksternal oleh penulis disimpulkan menjadi 5 buah faktor, yaitu:

1. Semakin banyaknya operator di Indonesia yang juga fokus ke layanan data dan VAS. Seperti Indosat, XL, Smartfren, dan bahkan operator baru seperti BOLT (code : T1)

2. Perang Tarif yang lebih murah yang ditawarkan operator2 lain dengan system bundling. (code : T2)

3. Penataan frekuensi yg dilakukan oleh pemerintah berpotensi memperlambat mengimplementasian LTE, yg diperkirakan baru akan selesai pada akhir tahun 2015 Sementara para pesaing dari operator lain seperti operator SMARTFREN sudah lebih dulu secara masal melakukan implementasi Jaringan LTE nya. (code: T3)

4. Makin banyaknya jaringan nirkabel, wifi hotspot yg disediakan secara gratis oleh beberapa pihak (restoran, perkantoran, dll) dengan kecepatan data yg cukup tinggi sehingga mengancam peluang pemakaian akses data ke jaringan Cellular. Para pemilik handphone lebih menyukai akses gratis yg disediakan oleh jaringan hotspot Wifi. (code: T4)

5. Sampai saat ini belum tersedia banyak pilihan untuk handphone yg mempunyai kemampuan untuk jaringan LTE, sehingga masyarakat belum mempunya banyak pilihan untuk memiliki handphone LTE dengan harga yg murah seperti hal nya pada handphone 2G atau 3G. (code: T5)

4.5. Perhitungan Bobot dan Rating

Seperti pada matriks evaluasi internal, juga telah dilakukan survey kepada 30 responden karyawan PT TELKOMSEL untuk mengetahui bobot dan rating dari faktor–faktor yang dianggap penting. Contoh survey dapat dilihat pada lampiran bab 4.

Sesuai dengan metoda penelitian yg mempergunakan Skala Likert yang terdapat pada buku “Metoda Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R &D” (Sugiono, Alberta Bandung, 2012) dan sesuai dengan langkah pertama, responden memberikan tingkat kepentingan pada setiap faktor tersebut. Peringkat tersebut untuk mengindikasikan faktor tersebut : 1. Sangat Tidak Penting (peringkat = 1), 2. Tidak Penting (peringkat = 2), 3. Penting (peringkat = 3), dan 4. Sangat Penting (peringkat = 4). Jumlah total bobot dalam matriks evaluasi internal harus bernilai 1. Selanjutnya dilakukan perhitungan tingkat pengaruh dari setiap faktor yang diujikan. Jika responden merasa sangat tidak setuju, responden memberikan nilai 0, jika tidak setuju memberikan nilai 1, jika ragu-ragu memberikan nilai 2, jika setuju memberikan nilai 3, dan jika sangat setuju memberikan nilai 4. Dari penilaian responden tersebut dilakukan perhitungan nilai rating untuk setiap faktor. Perhitungan dilakukan dengan membagi nilai totalrating suatu faktor dengan jumlah responden.

4.6 Questioner

Untuk mendapatkan hasil data Matiks analisis SWOT dan Matrik Analisis External External maka penulis melakukan questioner pada 30 orang responden yg merupakan karyawan PT Telkomsel dan Karyawan pada vendor yg bekerja pada project Telkomsel, hasil questioner tersebut terlihat pada lampiran berikut ini:

Questioner Faktor Internal:

Page 11: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

11

Questioner Faktor External:

4.6.1 Hasil Questioner Faktor Internal

Dari hasil questioner factor Internal, dari 30 respondent tampak bahwa mayoritas responden memilih faktor2 kekuatan Internal masih lebih dominan daripada faktor2 kelemahan Internal. Hasil ini sekaligus

Sangat

Tidak

Penting

Tidak

PentingPenting

Penting

Sekali

Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Ragu-

RaguSetuju

Sangat

Setuju

S1

Peningkatan jumlah pelanggan keseluruhan, peningkatan

double digit EBITDA dan Revenue. Menempatkan Telkomsel

sebagai operator selular terbesar di Indonesia dengan jumlah

pelanggan terbanyak

S2

Operator telekomunikasi Telkomsel menerima penghargaan di

acara Frost & Sullivan Asia Pasifik ICT Awards 2015 sebagai Asia

Pasific Mobile Service Provider of the Year. Dengan perhargaan

ini Telkomsel sudah dapat disejajarkan dengan operator tingkat

dunia, dan memperoleh brand image yg lebih baik dimata para

pelanggannya

S3

Budaya Perusahaan yang diimplementasikan oleh seluruh

karyawan saat berinteraksi di tempat kerja dengan para

pemangku kepentingan. Yaitu yg terdiri atas Integrity - Respect-

Antusiasme - Loyalitas – Totalitas , telah menjadi agenda

prioritas Top Manajemen memiliki tujuan untuk memenuhi

peningkatan indeks tingkat Kepuasan Karyawan.

S4

Inovasi yang cepat dan beragam dalam layanan data dan VAS

sehingga memberikan banyak pilihan kepada pelanggan sesuai

dengan kebutuhan, bahkan memperoleh penghargaan pada

tahun 2014, Telkomsel telah diakui sebagai yang tertinggi kedua

menempatkan perusahaan dari Top 5 perusahaan untuk Bekerja

di Asia di Asia Corporate Excellence & Sustainability (ACES)

Award

S5

Program CRM (Customer Relation Management), adalah proses

bisnis yang inovatif terpadu dan untuk meningkatkan kualitas

layanan kepada pelanggan. Dengan program ini Pada 2014,

Layanan pelanggan Telkomsel menerima beberapa penghargaan

di 2014 “Best Call Center and Customer Service Email Centers”

dari CCSEA (Contact Center Service Excellence Award).

Tingkat Kepentingan (Bobot)

Faktor-Faktor (Questioner)Kode

Tingkat Keyakinan (Rating)

W1

Bertambahnya jumlah karyawan serta dilakukannya Tansformasi

Organisasi Perusahaan, membuat peningkatan labor cost

sebesar 12,4%, dan banyak melakukan relokasi karyawan dari

kantor pusat ke daerah luar. Proses ini tentu akan memerlukan

biaya untuk akomodasi dan cost operational penempatan

karyawan.

W2Penurunan nilai mata uang Rupiah tehadap US Dollar yg

berpotensi mempengaruhi keuangan PT Telkomsel.

W3

Penurunan jumlah ARPU (Average Revenue Per User), pada

pelanggan Post-Paid dari Rp.184rb menjadi Rp.172rb sehingga

berpotensi menurunkan pendapatan perusahaan

W4

Pengembangan jaringan dengan menambah jumlah BTS dan

modernisasi BTS yang juga berarti menambah biaya untuk

operasi dan pemeliharaan mengakibatkan meningkatkan

pengeluaran perusahaan sebesar 10% (data tahun 2014)

W5

Kenaikan biaya penyewaan frekuensi , BHP atau biaya hak

penggunaan, yg harus dibayarkan ke pemerintah, berpotensi

untuk mengurangi pendapatan perusahaan

Sangat

Tidak

Penting

Tidak

PentingPenting

Penting

Sekali

Sangat

Tidak

Setuju

Tidak

Setuju

Ragu-

RaguSetuju

Sangat

Setuju

O1

LTE sebagai jaringan yang paling cocok melanjutkan evolusi

GSM, 3G, dan HSDPA, bernaung dalam standarisasi yang sama,

yakni standarisasi 3GPP

O2

Layanan data, VAS, aplikasi2 video, streaming, on line business

akan semakin pesat berkembang dikarenakan ada nya dukungan

kecepatan data yg tinggi oleh jaringan LTE

O3

Peningkatan jumlah pelanggan data yang signifikan sebesar 11%

. Pada tahun 2013 berjumlah 60jt juta pelanggan menjadi 67juta

pelanggan pada 2014, merupakan prospek peningkatan

pendapatan Telkomsel

O4

Untuk memenuhi kebutuhan kecepatan akses, LTE merupakan

pilihan ideal, karena memiliki kecepatan akses jauh lebih tinggi

dari GPRS dan HSDPA, yakni sebesar 300 Mbps.

O5

Diprediksikan pengguna jaringan LTE di dunia akan mencapai

jumlah 2 milyar pengguna pada tahun 2018, dan Indonesia

merupakan pangsa pasar LTE yg sangat potensial, dengan

jumlah penduduk terbesar nomer 5 di dunia

Kode Faktor-Faktor (Questioner)

Tingkat Kepentingan (Bobot) Tingkat Keyakinan (Rating)

T1

Semakin banyaknya operator di Indonesia yang juga fokus ke

layanan data dan VAS. Seperti Indosat, XL, Smartfren, dan

bahkan operator baru seperti BOLT, menjadi kompetitor serius

bagi TELKOMSEL

T2

Perang Tarif yang lebih murah yang ditawarkan operator2 lain

dengan system bundling, merupakan ancaman persaingan bagi

Telkomsel

T3

Penataan frekuensi yg dilakukan oleh pemerintah berpotensi

memperlambat mengimplementasian LTE, yg diperkirakan baru

akan selesai pada akhir tahun 2015 Sementara para pesaing dari

operator lain seperti operator SMARTFREN sudah lebih dulu

secara masal melakukan implementasi Jaringan LTE nya

T4

Makin banyaknya jaringan nirkabel, wifi hotspot yg disediakan

secara gratis oleh beberapa pihak (restoran, perkantoran, dll)

dengan kecepatan data yg cukup tinggi sehingga mengancam

peluang pemakaian akses data ke jaringan Cellular. Para pemilik

handphone lebih menyukai akses gratis yg disediakan oleh

jaringan hotspot Wifi

T5

Sampai saat ini belum tersedia banyak pilihan untuk handphone

yg mempunyai kemampuan untuk jaringan LTE, sehingga

masyarakat belum mempunya banyak pilihan untuk memiliki

handphone LTE dengan harga yg murah seperti hal nya pada

handphone 2G atau 3G

Page 12: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

12

mengindikasikan bahwa Kekuatan Internal yang dimiliki oleh PT Telkomsel diyakini masih dapat mengatasi semua faktor2 kelemahan yg mungkin bisa menghambat implementasi 4G pada masa mendatang.. Hasil Questioner Terlampir pada lampiran tabel berikut:

Tabel 4.1 Hasil Questioner Faktor Internal

(Total Bobot)

Tabel 4.2 Hasil Questioner Faktor Internal

(Total Rating)

4.6.1 Hasil Questioner Faktor External

Dari hasil questioner factor External, dari 30 respondent tampak bahwa mayoritas responden memilih faktor2 peluang pada market implementasi 4G masih lebih dominan daripada faktor2 ancaman yg dihadapi pada implemtasi 4G dimasa mendatang. Hasil ini sekaligus mengindikasikan bahwa segala peluang2 yang ada pada implementasi 4G dimasa mendatang bisa dimanfaatkan oleh PT Telkomsel untuk dapat mengatasi semua faktor2 ancaman yg mungkin bisa menghambat implementasi 4G pada masa mendatang.

Hasil Questioner terlampir pada tabel berikut:

Tabel 4.3 Hasil Questioner Faktor Eksternal (Total bobot)

Tabel 4.4 Hasil Questioner Faktor

External (Total Rating)

4.7. Matriks Analisa SWOT

Untuk menentukan posisi kuadran pada matrik SWOT dipergunakan rumus2 sebagai berikut

Sumbu X: Hasil Matriks Eveluasi Internal = Sumbu Y: Hasil Matriks Evaluasi Eksternal = Sehingga untuk sumbu X, dari hasil perhitungan

Questioner pada table 4.1 di atas, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

=

Score Strenght – Score Weakness = 1.93 – 0.81 = 1.12

Sumbu X berada pada nilai = 1.12

Untuk sumbu Y, sesuai dari hasil perhitungan questioner pada table 4.3 di atas maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Score Oportunity – Score threat = 1.93 – 0.78 = 1.15

Sumbu Y berada pada nilai = 1.15

Kode R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 Total Bobot

S1 3 3 4 3 3 4 3 3 3 4 2 3 4 4 3 4 3 2 4 3 3 4 3 4 2 3 4 4 3 3 98 0.12

S2 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 4 104 0.12

S3 3 4 3 3 3 2 3 4 3 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 4 4 3 4 3 2 4 3 4 3 4 96 0.11

S4 4 3 3 3 3 4 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 4 2 3 4 3 3 2 4 4 3 3 4 3 3 97 0.12

S5 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 101 0.12

W1 1 2 2 2 1 2 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 52 0.06

w2 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 70 0.08

W3 1 1 2 2 3 2 2 3 3 2 2 3 2 3 2 2 3 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 3 2 2 68 0.08

W4 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 73 0.09

W5 2 2 2 1 2 2 2 1 1 1 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 1 2 2 2 1 2 50 0.06

Total 26 25 26 26 28 28 25 28 27 27 25 29 29 28 26 28 28 23 30 27 27 27 26 29 26 26 26 30 25 28 809 0.968

Kode R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 Total Rating

S1 4 3 4 3 3 4 3 3 3 4 2 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 4 3 3 2 3 4 4 3 3 96 3.20

S2 4 3 4 3 4 3 4 3 3 3 3 4 3 4 3 3 3 4 3 3 4 3 4 3 3 3 3 3 3 3 99 3.30

S3 3 4 3 4 3 2 3 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 2 3 3 3 3 4 3 2 4 3 3 3 4 95 3.17

S4 4 4 3 3 4 3 3 3 3 4 3 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 2 4 4 3 3 4 3 3 98 3.27

S5 4 3 3 3 4 4 3 3 4 3 4 3 4 3 4 4 4 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 99 3.30

W1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 57 1.90

w2 2 1 2 3 2 2 2 3 2 3 2 3 3 2 2 3 2 2 3 3 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 69 2.30

W3 1 2 2 2 3 1 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 3 2 2 64 2.13

W4 2 2 2 3 3 3 2 2 3 2 2 3 3 3 3 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 3 73 2.43

W5 2 2 3 1 2 2 2 1 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 58 1.93

Total 28 26 28 27 30 26 26 27 28 26 24 30 30 28 27 28 27 24 28 26 26 26 27 27 25 26 26 28 26 27 808

Kode R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 Total Bobot

O1 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 107 0.13

O2 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 106 0.13

O3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 2 4 3 3 3 2 97 0.12

O4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 4 2 3 2 3 4 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 3 88 0.11

O5 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 89 0.11

T1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 71 0.09

T2 2 3 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 3 3 3 3 72 0.09

T3 2 2 2 2 1 2 2 2 1 1 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 3 2 2 59 0.07

T4 1 1 2 2 1 2 2 2 2 1 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 47 0.06

T5 2 3 1 2 2 2 3 1 2 1 3 3 2 2 3 1 2 3 1 1 2 2 2 2 3 1 3 1 2 3 61 0.07

Total 27 30 26 25 25 27 28 25 27 26 27 29 28 29 27 25 27 28 25 26 26 26 24 25 25 27 26 27 27 27 797 1

Kode R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 R15 R16 R17 R18 R19 R20 R21 R22 R23 R24 R25 R26 R27 R28 R29 R30 Total Rating

O1 4 4 4 3 3 4 4 3 3 3 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 4 4 3 3 4 4 4 4 3 4 107 3.57

O2 4 4 4 3 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 3 4 3 4 4 4 4 3 3 3 4 3 3 3 3 106 3.53

O3 3 4 4 3 3 3 3 3 4 4 4 3 4 3 4 4 3 3 3 3 4 3 2 3 2 4 3 3 3 2 97 3.23

O4 3 3 3 3 4 3 3 2 3 2 3 3 4 2 3 2 3 4 2 3 2 3 3 4 3 3 2 3 4 3 88 2.93

O5 4 3 2 3 3 4 3 4 3 4 3 3 4 3 3 2 3 3 3 2 3 2 3 3 3 2 2 3 3 3 89 2.97

T1 2 3 2 2 2 2 2 2 3 3 2 3 2 3 2 3 3 3 2 2 2 3 2 2 2 3 2 3 2 2 71 2.37

T2 2 3 2 2 2 2 2 2 2 3 2 3 2 3 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 2 2 3 2 3 68 2.27

T3 2 2 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 3 2 2 2 2 3 3 2 2 2 1 1 2 2 2 2 2 60 2.00

T4 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 2 1 1 2 2 1 1 2 1 2 2 50 1.67

T5 2 3 1 2 2 2 3 1 2 1 2 2 2 2 2 1 2 3 1 1 2 2 2 2 3 1 3 1 2 3 58 1.93

Total 28 31 26 25 26 27 27 24 28 28 26 28 28 29 26 25 27 28 25 26 26 26 24 25 25 26 25 26 26 27 794

Page 13: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

13

Dari hasil Sumbu X dan Y yg telah dihasilkan perhitungan di atas,maka dihasilkan kuadaran SWOT sebagai berikut:

Gambar 4.2 Kuadran SWOT PT.Telkomsel

Dari hasil perhitungan sumbu X,Y diatas dapat dikatakan perusahaan PT Telkomsel berada pada kuadran 1 sesuai dengan Gambar 4.1. Strategi yang dikembangkan harus bersifat dan mendukung Strategi Implementasi pertumbuhan perusahaan yang agresif dalam melanjutkan layanan saat ini dan menuju implementasi jaringan LTE. Jika demikian maka strategi yang dikembangkan adalah strategi SO (strength-oportunity) sesuai dengan hasil pemetaan pada kuadran. Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, SO strategy dikembangkan dengan memadukan faktor kekuatan pada matriks evaluasi internal, dan faktor peluang pada matriks evaluasi eksternal. Dari faktor-faktor tersebut akan dihasilkan pilihan strategi yang dapat menjadi strategi yang dapat memberikan hasil terbaik bagi perusahaan.

Dengan melakukan SWOT, PT Telkomsel berada dalam kuadran 1, yakni berada pada posisi suatu perusahaan memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang mendukung adalah Growth Oriented Strategy. Analisa ini sesuai dengan strategy yang telah diterapkan Telkomsel selama ini yaitu Double Digit Growth Revenue dan Double Digir Growth EBITDA , yaitu terus meningkatkan pendapatan dan keuntungan perusahaan.

Dengan menggunakan SWOT juga tercipta strategi utama yang mencerminkan kondisi PT Telkomsel berdasarkan faktor-faktor pada matriks evaluasi internal dan eksternal. Strategi yang diciptakan meliputi keterkaitan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap strategi Telkomsel dalam melakukan implementasi jaringan LTE.

4.8. Matriks Eveluasi Internal External

Untuk menentukan posisi kuadran pada matriks Evaluasi Internal External dipergunakan rumus2 sebagai berikut:

Sumbu X: Hasil Score Matriks Eveluasi Internal =

Sumbu Y: Hasil Score Matriks Eveluasi Eksternal =

Sehingga untuk sumbu X, dari hasil perhitungan Questioner pada table 4.1 di atas, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Score Strenght + Score Weakness = 1.93 + 0.81 = 2.74

Sumbu X berada pada nilai = 2.74

Sedangkan untuk sumbu Y, dari hasil perhitungan Questioner pada table 4.1 di atas, maka didapatkan hasil sebagai berikut:

Score Opportunity + Score Threat = 1.93 + 0.78 = 2.71

Sumbu Y berada pada nilai = 2.71

Gambar 4.3 Kuadran Matriks Evaluasi Internal Eksternal PT Telkomsel

Menurut hasil pemetaan pada Matriks Internal Eksternal PT. Telkomsel saat ini berada pada posisi hold and maintain, atau berada pada kuadran lima. Setelah menengok ke belakang dan melihat saat ini, memang pencapaian demi pencapaian PT Telkomsel cukup luar-biasa. Dipicu dengan penambahan jumlah pelanggan keseluruhan, lalu menyebabkan peningkatan diberbagai hal, khususnya

(1.12 :1.15)

1

Weakness Strenght

1

Theat

Opportunity

Page 14: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

14

revenue dan pelanggan DATA dan VAS, dan berbagai peluang yang telah disebutkan pada matriks evaluasi eksternal dan kekuatan pada matriks evaluasi internal. Pada strategi hold and maintain, melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk adalah hal yang paling banyak dilakukan. Strategi ini akan sejalan dengan strategi yang telah diciptakan pada metode SWOT analisis. Dapat dikatakan hasil bahwa PT. Telkomsel perlu untuk terus agresif dan berkembang juga didapatkan setelah melakukan uji menggunakan Matriks Internal Eksternal. Selanjutnya untuk lebih memperkuat tahap berikutnya, yakni pemilihan dan analisa, dilakukan perumusan strategi dengan metoda Matriks Grand Strategy.

Namun jika suatu perusahaan berada pada posisi hold and maintain, bukan berarti perusahaan akan selamanya nyaman. Strategi yang sering dilakukan adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Selama bertahun-tahun Telkomsel tidak pernah berhenti untuk berkembang dan berkembang. Beberapa hal yang dilakukan adalah mengembangkan jaringan BTS sampai ke tingkat kecamatan di seluruh Indonesia, mengembangkan layanan, dan variasi dari produk.

4.9. Analisa Grand Strategy

Posisi PT Telkomsel pada kuadran 1, seperti terlampir pada gambar dibawah ini,

Analisa yang dilakukan pada matriks strategi besar tidak terlalu berbeda dengan analisa yang dihasilkan dengan menggunakan SWOT. Pada matriks strategi besar PT.Telkomsel menempatkan posisi pada kuadran 1, jika dilihat dari faktor faktor kekuatan yang telah dicapai. Adapun kuadran 1 adalah kondisi saat perusahaan melakukan pengembangan produk, penetrasi pasar, integrasi ke depan, dan lain sebagainya. Kondisi keuangan PT. Telkomsel yang positif, dan bertambah terus membuat PT. Telkomsel berada di kondisi yang baik dan layak ditempatkan pada kuadran 1. Artinya hal ini sejalan dengan analisa yang dilakukan dengan metode sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa setelah analisa matriks strategi besar, hasil analisa semakin memperuat strategi PT Telkomsel untuk memajukan perusahaan dengan penetrasi pasar, dan

pengembangan produk termasuk dalam melakukan implementasi LTE.

Hasil ini juga sesuai dengan hasil analisa pada matriks evaluasi Internal External, yaitu perusahaan berada pada posisi Hold and Maintain, dimana pada posisi ini perusahaan terus melakukan upaya2 panetrasi pasar dan terus menciptakan pengembangan2 produk yg sesuai dengan kebutuhan pasar, dalam hal ini kebutuhan akan akses kecepatan data yg bisa dipenuhi oleh teknologi 4G atau LTE.

5. kesimpulan & Saran

Proses penciptaan strategi implementasi jaringan LTE pada PT. TELKOMSEL dengan mengunakan Matriks Evaluasi Internal, Matriks Evaluasi Eksternal, SWOT, Matriks Internal Eksternal dan Matriks Strategi besar, mendapatkan hasil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan metode SWOT disimpulkan bahwa PT. TELKOMSEL saat ini berada pada kondisi Growth Oriented Strategy dimana strategi terbaik adalah melakukan strategi agresif dan terus melakukan penetrasi pasar serta terus melakukan inovasi2 market pada produk2 yg dijual ke masyarakat. Semakin banyak pilihan maka konsumen akan semakin tertarik dan menjadi loyal.

2. Kondisi perusahaan PT. TELKOMSEL saat ini berada pada kuadran 5 pada Matriks Internal Eksternal, yakni pada posisi hold and maintain dengan strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk mendukung strategi agresif dalam melakukan implementasi jaringan LTE sebagai bentuk pengembangan produk dan penetrasi pasar.

3. Posisi PT. TELKOMSEL pada Matriks Strategi Besar adalah pada kuadran 1, yakni melakukan penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dengan implementasi LTE diharapkan semakin banyak produk aplikasi yg memerlukan akses data tinggi yg semakin bisa dijual ke konsumen.

Setelah menganalisa hasil2 qustioner, literature dan

wawancara langsung dari nara sumber maka penulis juga menyimpulan beberapa saran, yaitu:

1. Dalam pengembangan dan pengimplentasian LTE

diharapkan TELKOMSEL menerapkan strategi Same Price, yaitu konsumen atau pelanggan tetap mendapatkan harga yg sama apabila berada pada jaringan LTE. Dengan mendapatkan akses data kecepatan tinggi maka konsumen akan semakin sering melakukan akses data, sehingga pendapatan TELKOMSEL akan semakin meningkat. Hal ini penting dilakukan agar tidak mengulang kegagalan pada beberapa operator di negara lain (contoh Philipina), dimana melakukan perbedaan harga bagi konsumen yg melakukan akses ke jaringan LTE, sehingga konsumen enggan untuk melakukan akses ke jaringan LTE, dikarenakan harga yg lebih mahal. Akibatnya Implementasi jaringan LTE tidak dimanfaatkan maksimal oleh pelanggan.

2. Data (tabel 5.1 dibawah) menunjukan bahwa banyak pelanggan Telkomsel masih memepergunakan handphone dengan kemampuan 2G bahkan tanpa koneksi data. Untuk itu TELKOMSEL bekerja sama dengan produsen handphone perlu melakukan strategi bunding Handphone dengan kemampuan 2G,3G dan LTE. Dimana

Page 15: Strategi Implementasi 4G/LTE Pada Jaringan Operator ... · kepada jaringan yang berada di luar jaringan LTE yang biasa disebut sebagai IMS (IP Multimedia Subsystem), IMS dapat berupa

15

handphone yg dijual ke masyarakat bisa lebih murah dan masyarakat yg masih memiliki HP 2G tertarik untuk melakukan pergantian dan dapat merasakan akses data kecepatan tinggi, yg pada akhirnya akan terus melakukan

Tabel 5.1 Data Handphone pelanggan

TELKOMSEL

References

[1] Annual Report PT Telkomsel 2014,

http://www.telkomsel.com/media/upload/

annualreport/AR_TSEL2014

[2] David, Fred R. 2009. Manajemen Strategis Konsep,

edisi 12. Terjemahan oleh Dono Sunardi, 2009. Jakarta :

Penerbit Salemba Empat

[3] Suryana. (2010). Metodologi Penelitian: Model

Praktis Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Universitas

Pendidikan Indonesia: Buku Ajar Perkuliahan

[4] Cravens, W.David, 2000. Pemasaran Strategis.

Jakarta : Erlangga

[5] Rangkuti, Freddy. 2009. Analisis SWOT : Teknik

Membedah Kasus Bisnis. Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama

[6] Sugiono, 2012, METODE PENELITIAN

KUANTITATIF, KUALITATIF DAN R & D, penerbit

ALFABETA di Bandung

[7] Nazir M, Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, 2005

[8] Sevilla, Consuelo G. et. al (2007). Research Methods.

Rex Printing Company. Quezon City

[9] Marcel van Assen & Gerben van Den Berg, Key

Management Models, 2nd Edition 2009, Prentice-Hall

[10] Claudio Frascoli, LTE Operator Business Strategis,

NOKIA Documentation, Dec-2014

[11] Nils Kleemann, Head MBB Solution, LTE for

Indonesia Strategic Approach, Nokia Documentation

Dec-2014

[12] Muhammad Suryanegara1, Kumiko Miyazaki,

TOWARDS 4G MOBILE TECHNOLOGY:

IDENTIFYING WINDOWS OF OPPORTUNITY FOR

A DEVELOPING COUNTRY

http://www.ijtech.eng.ui.ac.id/index.php/journal/article/v

iew/76

[13] Muhammad Suryanegara, In_searching for 4G

mobile service applications The case_of the Indonesian

market In searching for 4G mobile service applications

The case of the Indonesian market ,

www.academia.edu/12642294/

[14] Sri Ariyanti, Puslitbang Sumber Daya dan

Perangkat Pos dan Informatika, Kominfo.

- Kementrian Kominfo, “Study of Long Term Evolution

Network Planning in Jabodetabek, Case Study of PT.

Telkomsel”

[15] Beming, Per. Frid, Lars. Hall, Goran. Malm, Peter.

Noren, Thomas. Olsson,

Magnuss. Rune, Goran”, 2007. LTE-SAE architecture

and performance.

Ericsson Review

[16] Final Report for UMTS : Global Mobile Broadband:

Market potential for 3G LTE (Long Term Evolution),

2008. Analysys Research Limited.

[17] Hamzah Hilal. (2011). Metodologi Penelitian

Telekomunikasi. Presented at Program Pasca Sarjana,

University of Mercu Buana. Jakarta

[18] PT Telkomsel Internal Data: Telkomsel Handset User data base number,