stkip pgri sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. teknisi ruang baca...

65

Upload: others

Post on 26-Oct-2020

11 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

1

Page 2: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

2

Page 3: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

3

Page 4: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

4

ABSTRAK

Randi Fadli (NIM : 11010092), Komposisi Zooplankton pada Kolong

Pertambangan Emas di Kampung Loden Kenagarian Koto Baru Kecamatan

IV Nagari Kabupaten Sijunjung, Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi

STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang, 2016.

Zooplankton merupakan komponen penting dalam ekosistem perairan.

Zooplankton ini hidup mengapung atau melayang di dalam air yang bersifat

heterotrof sehingga kelangsungan hidupnya tergantung dari bahan organik dari

fitoplankton yang menjadi makanannya. Keberadaan zooplankton sangat

dipengaruhi oleh keadaan lingkungan seperti suhu air, pH air, keadaan fisika-

kimia air dan biologi suatu perairan sangat menentukan jenis dan kepadatan

populasi zooplankton disuatu perairan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

komposisi zoopalankton dibekas kolong pertambangan emas di kampung Loden

Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016 di

kolong pertambangan emas di kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV

Nagari Kabupaten Sijunjung. Jenis penelitian survey deskriptif yaitu pengambilan

sampel dilakukan secara langsung di lokasi penelitian dengan menetapkan 3

stasiun penelitian. Stasiun I kolong yang berusia ± 8 bulan, stasiun II kolong

berusia ± 12 bulan dan stasiun III kolong yang berusia ± 24 bulan.

Hasil penelitian menunjukan komposisi zooplankton terdiri dari 5 Class, 6

ordo, 6 famili dan 14 genus. Kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu

genus Peridinium sebanyak 40,92ind/L, sedangkan kepadatan terendah terdapat

pada stasiun III yaitu genus Ceriodaphnia sebanyak 0,08ind/L. Frekuensi tertinggi

terdapat pada genus Filina yaitu 1,00 sedangkan frekuensi terendah terdapat pada

genus Trichocerca yaitu 0,33. Kelimpahan zooplankton berkisar antara 1,3980 -

1,6370ind/L, indeks similaritas zooplankton berkisar antara 70% - 80%, kondisi

fisika kimia perairan dalam kisaran normal yaitu suhu 30 – 31oC, pH 6 – 7,

Oksigen Terlarut (DO) 6,62 – 7,73mg/L.

iii

Page 5: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

5

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

penulisan skripsi ini dengan judul “Komposisi Zooplankton pada Kolong

Pertambangan Emas di Kampung Loden Kenagarian Koto Baru Kecamatan IV

Nagari Kabupaten Sijunjung” .

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bantuan,

bimbingan dan dorongan dari berbagai pihak, baik secara langsung maupun secara

tidak langsung. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih

kepada.

1. Bapak Abizar, M.Si sebagai pembimbing I dan Ibu Novi, M.Si sebagai

pembimbing II yang telah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan kesabaran

untuk membimbing penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

2. Tim Dosen penguji Ibu Rina Widiana, M.Si, Ibu Dra. Nursyahra, M.Si dan

Ibu Annika Maizeli, M.Pd yang telah memberikan kritikan dan saran untuk

penyempurnaan penulisan skripsi ini.

3. Ibu Siska Nerita, S.Pd., M.Pd sebagai Penasehat Akademik.

4. Ibu Ketua STKIP PGRI Sumatera Barat

5. Ibu Ketua dan Sekretaris Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI

Sumatera Barat.

6. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI

Sumatera Barat.

iv

Page 6: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

6

7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI

Sumatera Barat.

8. Bapak dan Ibu teknisi laboratorium Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat.

9. Ayah dan ibu tercinta yang selalu mendoakan dan mencurahkan kasih

sayangnya, dan memberikan dukungan semangat baik moril maupun materil,

serta kakak dan adikku yang selalu memberikan semangat kepada penulis.

10. Rekan-rekan seperjuangan dan seluruh pihak yang ikut membantu dalam

penelitian dan penulisan skripsi ini.

Semoga bimbingan, bantuan, dukungan serta saran Bapak, Ibu, dan rekan-

rekan berikan menjadi amal ibadah dan mendapatkan balasan yang berlipat ganda

dari Allah SWT, Amin.

Penulis berharap semoga hasil penelitian ini dapat berguna bagi penulis

khususnya dan menjadi sumber yang bermanfaat dalam bidang Ekologi Hewan.

Padang, Februari 2016

Penulis

v

Page 7: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

7

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI ........................................ i

HALAMAN PENGESAHAN LULUS UJIAN SKRIPSI ........................... ii

ABSTRAK ...................................................................................................... iii

KATA PENGANTAR .................................................................................... iv

DAFTAR ISI ................................................................................................... vi

DAFTAR TABEL .......................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Batasan Masalah.................................................................................. 4

C. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

D. Tujuan Penelitian ................................................................................. 5

E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Kolong ................................................................................................. 7

B. Plankton ............................................................................................... 8

C. Klasifikasi Zooplankton ..................................................................... 10

D. Plankton Sebagai Bioindikator ............................................................. 15

E. Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kehidupan Zooplankton............ 16

F. Contoh Pengambilan dan Pengawetan Plankton .................................. 17

vi

Page 8: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

8

BAB III METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 18

B. Alat dan Bahan ..................................................................................... 18

C. Deskripsi Daerah Penelitian ................................................................. 18

D. Metode Penelitian................................................................................. 19

E. Cara Kerja ............................................................................................ 20

F. Parameter.............................................................................................. 22

G. Analisis Data ........................................................................................ 23

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian .................................................................................... 25

B. Pembahasan .......................................................................................... 29

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan .......................................................................................... 34

B. Saran ..................................................................................................... 35

DAFTAR PUSTAKA 36

LAMPIRAN 38

vii

Page 9: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

9

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Klasifikasi zooplankton yang ditemukan pada lokasi penelitian ............. 25

2. Jumlah rata-rata individu zooplankton yang ditemukan di kolong

pertambangan emas di kampung Loden Kabupaten Sijunjung ................ 26

3. Komposisi zooplankton yang ditemukan pada lokasi penelitian ............. 27

4. Faktor fisika-kimia air di kolong pertambangan emas di kampung

Loden Kabupaten Sijunjung ................................................................... 28

5. Indeks Similaritas komposisi zooplankton yang ditemukan

di lokasi penelitian ................................................................................... 28

viii

Page 10: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

10

DAFTAR LAMPIRAN

1. Peta lokasi penelitian ............................................................................... 38

2. Layout pengambilan sampel .................................................................... 39

3. Foto lokasi penelitian ............................................................................... 40

4. Dokumentasi penelitian ........................................................................... 41

5. Genus zooplankton yang ditemukan ........................................................ 45

6. Jumlah zooplankton pertitik pengamatan pada lokasi penelitian ........... 48

7. Jumlah rata-rata zooplankton yang ditemukan di lokasi penelitian ......... 49

8. Analisis data K, KR, F, FR, IS dan Indeks Diversitas ............................. 50

9. Analisis Indeks Similiritas ...................................................................... 51

ix

Page 11: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Perairan tergenang (lentik) merupakan suatu bentuk ekosistem perairan

yang di dalamnnya aliran atau arus air tidak memegang peranan penting. Hal ini

karena aliran air tidak begitu besar atau tidak mempengaruhi organisme yang

hidup didalamnya. Perairan tergenang meliputi danau, kolam, waduk (reservoir),

rawa (wetland) dan perairan mengenang lainnya. Kelompok organisme yang ada

di perairan tergenang, berdasarkan cara hidupnya dibagi atas lima kelompok

yaitu bentos, perifiton, plankton, nekton dan neuston. Salah satu kelompok ini

yang memegang peranan penting dalam ekosistem perairan adalah hewan

plankton (Effendi, 2008).

Plankton adalah organisme yang hidup melayang atau mengambang di

air yang pergerakannya relatif pasif.Plankton secara umumdibagi menjadi dua

golongan utama yaitu fitoplankton dan zooplankton. Fitoplankton merupakan

tumbuhan renik sedangkan zooplankton terdiri dari hewan renik. Zooplankton

tidak mencakup hewan renik saja. Larva jenis insekta, udang, siput, dan ikan

yang tertangkap oleh jala plankton juga digolongkan kedalam jenis zooplankton

(Djuhanda, 1980).

Zooplankton merupakan komponen penting dalam ekosistem perairan.

Zooplankton ini hidup mengapung atau melayang didalam air yang bersifat

heterotrof sehingga kelangsungan hidupnya tergantung dari bahan organik dari

fitoplankton yang menjadi makanannya. Zooplankton juga merupakan

konsumen pertama yang memanfaatkan produksi primer yang dihasilkan

1

Page 12: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

2

fitoplankton.Selain itu, zooplankton juga memegang peranan penting dalam

kelangsungan kehidupan organisme yang menempati badan air tersebut.

Zooplankton berperan dalam proses pendaur ulang material organik, serta dapat

digunakan sebagai indikator perubahan stabilitas ekosistem perairan (Odum,

1998).

Keberadaan zooplankton sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan

sepertisuhu air, pH air, kecerahan air, keadaan fisika-kimia air dan biologi suatu

perairan sangat menentukan jenis dan kepadatan populasi zooplankton disuatu

perairan. Perairan yang kaya akan berbagai jenis zooplankton dengan jumlah

ind yang banyak merupakan perairan yang subur untuk perikanan (Djuhanda,

1980).

Perubahan lingkungan yang terjadi pada suatu perairan akan

mempengaruhi keberadaan zooplankton baik langsung maupun tidak langsung.

Struktur komunitas zooplankton disuatu perairan ditentukan oleh kondisi

lingkungan dan ketersediaan makanan dalam hal ini fitoplankton. Apabila

kondisi lingkungan dan ketersediaan fitoplankton tidak sesuai dengan kebutuhan

zooplankton maka zooplankton akan mencari kondisi lingkungan dan makanan

yang lebih sesuai dengan cara berimigrasi ke tempat lain (Handayani dan Patria,

2005).

Komposisi dan kelimpahan zooplankton menandakan kesuburan dan

kestabilan di suatu perairan. Apabila terjadi perubahan kondisi lingkungan pada

suatu perairan, akan mempengaruhi jumlah dan jenis zooplankton. Perubahan

kondisi suatu lingkungan dapat terjadi secara alami maupun disebabkan oleh

Page 13: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

3

kegiatan manusia. Perubahan kondisi lingkungan secara alami misalnya bencana

alam contohnya gempa bumi, letusan gunung berapi, banjir, tanah longsor,

kebakaran hutan, badai, bahkan tsunami. Perubahan kondisi lingkungan yang

disebabkan oleh kegiatan manusia seperti penebangan dan pembakaran hutan

secara liar, eksploitasi sumber daya laut, pertambangan dan penggunaan bahan-

bahan kimia dan pestisida secara berlebihan. Kegiatan manusia yang dapat

mempengaruhi keberadaan populasi zooplankton salah satunya adalah

pertambangan (Anata, Lasina dan Erawaty, 2013)

Kabupaten Sijunjung merupakan salah satu tempat pertambangan emas

di Sumatera Barat. Kegiatan pertambangan emas ini dilakukan di kampung

Loden Kenagarian Koto Baru Kecamatan IV Nagari. Berdasarkan hasil survei

penelitidi lapangan pada tanggal 28 Februari 2015, bahwa di Kenagarian Koto

Baru ini terdapat kegiatan pertambangan emas yang lokasinya dekat dari

pemukiman penduduk kira – kira ± 1 hektar lahan yang digunakan untuk proses

pertambangan emas. Proses pertambangan ini dilakukan dengan cara menggali

pasir dengan menggunakan alat berat kemudian melakukan proses pendulangan

secara mekanis dengan menggunakan mesin pompa ataupun mesin sedot. Pada

lokasi pertambangan emas ini terdapat genangan-genangan bekas galian

pertambangan sehingga pada lokasi ini menjadi tempat hidup organisme

perairan yang salah satunya komunitas plankton.Plankton secara umum dibagi

menjadi dua golongan utama yaitu fitoplankton dan zooplankton.

Penelitian tentang zooplankton yang telah dilakukan oleh Winda (2014)

yaitu tentang komposisi zooplankton di bekas tambang batu bara di Danau

Page 14: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

4

Tandikek Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto. Hasil penelitian ditemukan 12

genus yang termasuk kedalam 6 Class yaitu Class Flagellata 2 genus, Class

Phytomastigophorea 1 genus, Class Sarcodina 1 genus, Class Digonanta 1genus,

Class Monogonanta 4 genus, dan Class Crustacea 3 genus.Penelitian Isna (2008)

tentang komposis zooplankton di perairan Batang Kandih Kecamatan Koto

Tangah Kota Padang, ditemukan 4 kelas, 5 ordo, 9 famili, dan 12 genus.

Berdasarkan latar belakang di atas, telah dilakukan penelitian tentang

Komposisi Zooplankton Pada Kolong Pertambangan Emas di Kampung Loden

Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.

B. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis membatasi masalah

sebagai berikut ini.

1. Identifikasi zooplankton sampai tingkat genus.

2. Komposisi zooplankton yang meliputi kepadatan, kepadatan relatif,

frekuensi dan frekuensi relatif, indeks similiritasdan indeks diversitas.

3. Faktor fisika-kimia air genangan yang diukur adalah suhu, pH, oksigen

terlarut (DO).

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan batasan masalah diatas, maka penulis merumuskan batasan

masalah sebagai berikut ini.

Page 15: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

5

1. Apa saja genus zooplankton yang ditemukan pada kolong pertambangan

emas di Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari

Kabupaten Sijunjung?

2. Apa sajakomposisi zooplankton yang terdapat pada kolong pertambangan

emas di Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari

Kabupaten Sijunjung?

3. Apa saja pengaruh faktor fisika-kimia air (suhu air, pH air, oksigen

terlarut (DO)). terhadap komposisi zooplankton yang hidup padakolong

pertambangan emasdi Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV

Nagari Kabupaten Sijunjung?

D. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Mengatahui genus zooplankton pada kolong pertambangan emas

diKampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten

Sijunjung.

2. Mengetahui komposisi zooplankton pada kolong pertambangan emas di

Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten

Sijunjung.

3. Mengetahui pengaruh faktor fisika-kimiaair terhadap komposisi

zooplankton yang hidup padakolong pertambangan emas di Kampung

Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.

Page 16: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

6

E. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah sebagai berikut ini.

1. Bagi penulis, menambah pengetahuan dalam bidang Planktonologi.

2. Bagi mahasiswa, sebagai informasi dalam kajian mata kuliah Ekologi

Hewan, Zoologi Invertebrata dan Limnologi.

3. Bagi penelitian, sebagai bahan acuan penelitian selanjutnya.

Page 17: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kolong

Kolam atau danau bekas pertambangan dikenal dengan sebutan Kolong

yaitu perairan atau badan air yang terbentuk dari lahan bekas penambangan

bahan galian. Lahan bekas penambangan di daratan berbentuk lubang cekungan-

cekungan di permukaan tanah yang kemudian diisi limpasan air permukaan (air

hujan, sungai, laut) sehingga menyerupai kolam atau danau besar. Sedangkan

lahan bekas penambangan di dasar laut akan meninggalkan lubang berupa

palung yang dalam di dalam dasar laut (Wardoyo dan Ismail, dalam Puspita,

2005)

Air di dalam kolong pada awalnya belum dapat digunakan karena masih

mengandung bahan pencemar yang tinggi. Seiring usia kolong yang semakin

tua, kondisi biolimnologisnya semakin menyerupai habitat alami seperti danau

sehingga airnya dapat digunakan, baik oleh masyarakat untuk kehidupan sehari-

hari maupun sebagai media hidup organisme akuatik.

Keanekaragaman hayati kolong sangat tergantung pada umur kolong dan

ekosistem sekitar yang berhubungan dengannya. Kolong berusia tua memiliki

keanekaragam hayati yang lebih tinggi dibandingkan kolong berusia muda.

Jenis organisme yang ditemukan di kolong juga sangat dipengaruhi oleh

ekosistem sekitarnya, kolong yang terletak di pantai akan dihuni oleh jenis-jenis

flora dan fauna payau sedangkan kolong yang terletak lebih ke darat (berair

tawar) akan dihuni jenis-jenis flora dan fauna perairan tawar (Puspita, L., E.

Ratnawati, I. N., N Suryadiputra, A., A. Meutia, 2005).

7

Page 18: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

8

B. Plankton

Istilah plankton pertama kali ditemukan oleh Hansen tahun 1987 yaitu

suatu kelompok yang terdiri dari tumbuhan-tumbuhan dan hewan kecil yang

berada di permukaan melayang dan berenang lemah di perairan (Saclan, 1974).

Menurut Effendi (2008) plankton terbagi menjadi dua golongan yaitu:

1. Fitoplankton adalah tumbuhan air yang bebas melayang dan hanyut dalam air

serta mampu berfotosintesis.

2. Zooplankton adalah hewan-hewan perairan yang planktonik.

Karena organisme planktonik biasanya ditangkap dengan menggunakan

jaring-jaring yang mempunyai ukuran mata jaring yang berbeda, maka

penggolongan plankton dapat pula dibedakan berdasarkan ukuran plankton yaitu:

1. Megaplankton adalah organisme planktonik yang besarnya lebih dai 2,0 mm.

2. Makroplankton adalah organisme planktonik yang berukuran 0,2-2,0 mm.

3. Mikroplankton adalah organisme planktonik yang berukuran 20-0,2 mm.

4. Nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat kecil berukuran

dengan 20 mm.

5. Ultraplankton adalah organisme planktonik yang berukuran kurang dari

2 mm.

Kecepatan arus air dari suatu badan air ikut menentukan penyebaran

organisme yang hidup di badan air tersebut. Penyebaran plankton, baik

fitoplankton maupun zooplankton paling di tentukan oleh aliran air. selain itu,

aliran air ikut berpengaruh terhadap kelarutan udara dan garam dalam air sehingga

Page 19: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

9

secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap kehidupan organisme air (Suin,

2002).

Zooplankton ditemukan pada semua keadaan air, karena mereka memiliki

kekuatan untuk bergerak, yang mungkin lemah tapi bisa membantu untuk naik

keatas dan kedalam air. Zooplankton akan naik kepermukaan menjelang malam

hari, serta tenggelam kedalam normal pada pagi hari (Michael, 1994). Kemudian

(Nontji, 1993) mengatakan zooplankton menghindari sinar surya yang terlampau

kuat di permukaan pada siang hari oleh sebab itu mereka menyusup kelapisan

yang lebih dalam.

Zooplankton merupakan mikroorganisme air yang memegang peranan

penting dalam perairan yaitu sebagai konsumen primer dan perantara dalam aliran

materi dan energi di perairan. Selain itu zooplankton memegang peranan penting

dalam kelangsungan kehidupan organisme yang menepati badan air tersebut.

Zooplankton berperan dalam proses pendaur ulang material organik, serta dapat

digunakan sebagai indikator perubahan stabilitas ekosistem perairan (Odum,

1998).

Organisme plankton sangat berbeda dalam ukuran, umumnya plankton

hewan (zooplankton) lebih besar sedangkan plankton tumbuhan (fitoplankton)

lebih kecil (Michael, 1994). Zooplankton dapat dibedakan menjadi dua macam

berdasarkan sifat hidupnya yaitu holoplankton dan mereplankton. Holoplankton

merupakan hewan renik yang selama hidupnya bertindak sebagai plankton atau

plankton sejati, sedangkan meroplankton terdiri dari telur, larva dari segala

Page 20: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

10

macam invertebrata. Jika sudah besar tidak lagi hidup sebagai plankton contohnya

udang. (Sachlan, 1974)

C. Klasifikasi Zooplankton

Menurut Djuhanda (1980) bahwa jenis zooplankton yang terdapat dalam

suatu perairan dapat diklasifikasi menurut class dan ordonya. Klasifikasi

zooplankton tersebut adalah:

1. Class Sarcodina

Sarcodina adalah salah satu class Protozoa yang tubuhnya berubah-rubah.

Berapa spesies ada yang mempunyai rangka sederhana yang memberikan

bentuk yang tetap pada tubuh hewan tersebut. Gerakan hewan ini dilakukan

dengan kaki palsu yang merupakan penonjolan protoplasma. Class Sarcodina

terdiri atas dua ordo yaitu:

a. Ordo Rhizopoda

Tubuhnya kadang-kadang mempunyai cangkang atau bungkus dengan

butir pasir yang halus sekali. Kaki palsunya berubah-rubah contohnya:

Amoeba proteus.

b. Ordo Heliozoa

Tubuh bentuknya tetap, mempunyai rangka dari bahan silica. Kaki

palsunya panjangnya halus, terpencar dari tubuhnya seperti sinar cahaya

yang memancar dari bola matahari contohnya: Acanthocystis turfacea.

2. Class Ciliata

Hewan anggota class ini mempunyai ciliata (rambut getar) untuk

bergerak atau mencari makanan hidupnya mandiri atau komensal dalam

Page 21: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

11

saluran pencernaan manusia dan sebagainya. Ciliata dalam kolam alam,

contohnya hewan class ini antara lain: Paramecium sp., Didinium sp.,

Vorticella sp.

3. Class Flagellata

Protozoa yang tergolong class Flagellata mempunyai alat gerak satu atau

lebih tonjolan protoplasma yang panjang seperti cambuk yang dinamakan

flagellum. Bentuk tubuhnya tetap karena terbungkus dengan selaput sel yang

kuat. Flagellum selalu bergetar dan mengarahkan hewan itu kedalam air.

sebagaian besar spesiesnya mempunyai butir hijau daun didalam

protoplasmanya. Dengan demikian hewan tersebut dapat mengadakan

fotosintesis seperti tumbuh-tumbuhan. class flagellata dikelompokkan kedalam

sepuluh ordo yaitu:

a. Ordo Phytoflagellata

Mempunyai butir hijau daun dalam protoplasmanya. Ada yang

mempunyai 1 flagellum tetapi ada juga mempunyai 2 atau 4 falgellum.

Ada jenis yang hidup bebas sendirian seperti banyak juga yang hidup

berkoloni contohnya: Cryptomonas sp.

b. Ordo Euglenida

Bertubuh lebih besar dari ordo lainnya, mempunyai dua flagellum

didalam protoplasmanya terdapat butir zat warna (kromatofor)

contohnya: Eutreptia viridis.

Page 22: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

12

c. Ordo Monadida

Mempunyai 1 atau 2 flagellum kadang-kadang dapat membuat kaki

palsu seperti pada amoeba contohnya: Cercobodo longcauda.

d. Ordo Choanoflagellata

Mempunyai kerah disekeliling pangkal flagellumnya yang tunggal.

Hidupnya ada yang bebas sendirian, ada juga yang berkelompok. Ada

yang hidup melekat dengan satu tangkai pada benda lain tetapi ada juga

yang hidup bebas berenang di dalam air contohnya: Diplosiga sp.

e. Ordo Heteromastigida

Mempunyai 1 atau 2 flagellum, hidupnya sendirian didalam air yang

mempunyai dua flagel, pada waktu bergerak flagel yang satu mengarah

kedepan dan flagel yang lain mengarah kebelakanng contohnya:

Tetramitus pyriformis.

f. Ordo Polymastigida

Mempunyai 3 flagel atau lebih dan selalu mempunyai banyak mulut

sel contohnya Hexamitus inlatus.

g. Ordo Diniferida

Mempunyai 1 flagellum saja, pada tubuhnya terdapat dua lekukan

yang satu melintang dan yang lain memanjang contohnya: Amphidinium

lacustre.

4. Class Rotifera

Hewan renik yang tergolong kedalam rotifera hanya dapat dilihat jelas

dengan pertolongan mikroskop saja. Tubuhnya terbungkus dengan cangkang

Page 23: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

13

kuat yang disebut lorika. Nama rotifera diberikan karena hewan ini semacam

roda yang selalu berputar, tepat rangkainya rambut getar melekat. Oleh putaran

roda dan gerakan rambut getarnya herwan tersebut dapat bergerak laju didalam

air dan gerakannya yang akan menyebabkan terjadinya aliran arus yang

membawa bahan makanan dan oksigen dalam mulutnya.

Class Rotifera terbagi atas tiga macam ordo yaitu :

a. Ordo Ploima

Bergerak secara berenang atau berjalan dengan kakinya didasar

kolam. Ada jenis yang tidak mempunyai lorika, tubuhnya terbungkus

oleh kutikula yang kenyal. Ada juga yang mempunyai lorika contohnya:

Lecaneluna.

b. Ordo Rhizota

Hidup melekat pada benda yang ditemui, dengan melindungi diri yang

dibuat seperti lubang. Sebagaian besar spesiesnya membentuk koloni.

Hanya sedikit yang hidup berenang bebas sendirian ( soliter) contohnya:

Colurella bicuspidate.

c. Ordo Bdelloida

Bentuk tubuhnya bulat panjang, kakinya mempunyai 3 jari. Tidak

yang hidup didalam tabung, dapat bergerak sepertin lintah contohnya:

Rotaria citrine.

5. Class Crustacea

Pada umumnya hidup didalam air dan bernafas dengan ingsang. Tubuh

dapat dibagi menjadi 3 bagian yaitu : kepala, dada dan perut. Tubuh beruas-

Page 24: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

14

ruas dan tiap ruas mempunyai sepasang kaki yang bercabang 2. Ruas dada

umumnya bersatu dengan kepala merupakan satu kesatuan yang dinamakan

kepala-dada. Bagian kepala-dada ini ditutup oleh suatu perisai yang

dinamakan kerapaks. Bagian tubuh lainnya juga tertutup oleh kulit yang keras

dan hanya pada bagian sambungan ruas anggota tubuh saja terdapat kulit yang

lunak. Class Crustacea terdiri dari 6 ordo yaitu:

a. Ordo Phyllopoda

Tubuhnya ada yang panjang seperti cacing, dibangun oleh banyak ruas

ada juga tubuhnya yang pendek tidak beruas. Sebagian besar spesiesnya

mempunyai karapaks, tetapi ada juga tidak contohnya: Leptodora

kimilrii.

b. Ordo Ostracoda

Tubuhnya tidak beruas, bentuknya pipih dan seluruh tubuhnya

tertutup dengan karapaks, baik sebelah atas maupun sebelah bawah tubuh

contohnya: Notodromas sp.

c. Ordo Copepoda

Tubuhnya memanjang, dada dan perutnya beruas. Seluruh tubuhnya

terdiri dari 15 ruas yang didepan bersatu membentuk kepala, 5 ruas yang

ditengah membentuk bagian perut. Kepala dan dada beberapa jenis

Copepoda bersatu membentuk satu kesatuan yang disebut kepala-dada.

Jenis Copepoda banyak yang hidup sebagai parasit, menempel pada

permukaan tubuh atau ingsang ikan contohnya: Diaptomus sp.

Page 25: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

15

d. Ordo Decapoda

Karapaknya menutupi seluruh bagian dadanya seperti udang dan

katam. Lembaran ingsangnya melekat pada pangkal ruas kaki dibagian

dada, terletak dirongga ingsang kiri – kanan pinggiran dada contohnya:

Astacus fluviatilis

e. Ordo Isopoda

Bentuk tubuh pipih dan ingsang terdapat pasangan kaki perut. Bentuk

kakinya berupa dan digunakan untuk bergerak contohnya: Assellus

aquaticus.

f. Ordo Ampiphoda

Bentuk tubuh pipih panjang, rahangnya kuat digunakan untuk

memenggam makanan. Tiga pasang kaki yang ada dibelakang tubuhnya

digunakan untuk meloncat contohnya: Gammarus pulex.

D. Plankton Sebagai Bioindikator

Plankton dapat dijadikan sebagai biologis pencemaran air. hal ini dapat

diamati dari keanekaragaman jenis atau diversitas dan laju pertumbuhan struktur.

Jika keanekaragaman plankton di ekosistem tinggi menandakan kualitas air

tersebut baik, tetapi sebaliknya jika keanekaragamannya rendah menandakan

airnya tercemar (Fachrul, 2007).

Menurut Soeparno dalam Satrawijaya (1991) bahwa dampak pencemaran

dapat mempengaruhi perubahan struktur dan fungsi ekosistem sungai baik hewan

maupun tumbuhan. Banyaknya bahan pencemaran dalam perairan akan

mengurangi spesies yang ada apada umumnya akan meningkat populasi jenis

Page 26: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

16

yang tahan terhadap kondisi peraiaran tersebut. Indikator biologis digunakan

untuk menilai secara makro perubahan keseimbangan khusus ekologi ekosistem

akibat pengaruh limbah (Hawkesdalam Sastrawijaya, 1991).

Keadaan plankton sangat dipengaruih oleh keadaan lingkungan, kecerahan

air, keadaan sifat fisika-kimia biologis suatu perairan dapat dilihat dari jenis dan

populasi plankton yang ada di perairan.

E. Faktor Fisika-Kimia yang Mempengaruhi Keberadaan Zooplankton

Keadaan zooplankton sangat dipengaruhi oleh keadaan lingkungan, suhu

air, keadaan pH, kecapatan arus, kecerahan air, dan biologis suatu perairan sangat

menetukan jenis dan kepadatan populasi zooplankton di suatu perairan.

1. Suhu

Suhu merupakan faktor yang sangat penting dalam lingkungan air. suhu

berpengaruh terhadap pertumbuhan dan distribusi organisme akuatik seperti

yang dikemukakan (Michale,1994), bahwa suhu merupakan faktor pembatas

terhadap pertumbuhan dan penyebaran organisme. Menurut Mathew dalam

Ramadhani (2006) menyatakan bahwa rentangan suhu untuk pertumbuhan

zooplankton yaitu 26-27 ºC.

2. Derajat Keasaman (pH)

Pedoman derajat keasaman ditentukan oleh kosentrasi ion-ion H⁺ yang

digambarkan dengan angka 1-14, angka kurang dari 7 menunjukan air

bersuasana asam, sedangkan lebih dari tujuh menunjukan suasana basa. Angka

pH yang ideal berkisar 4-9 (Kordi, 1996). Rentangan pH untuk kehidupan

zooplankton antara 5,5-8,5 (Wele dalam Ramdhani (2006)).

Page 27: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

17

3. Disolved Oksigen (DO)

Oksigen terlarut merupakan faktor yang paling penting bagi mahkluk

hidup air. Tumbuhan dan hewan yang hidup dalam air membutuhkan oksigen

terlarut untuk bernafas. Oksigen yang terlarut dalam air berasal dari udara dan

hasil fotosintesis tumbuhan air. Oksigen berasal dari fotosintesis tergantung

pada kerapatan tumbuh-tumbuhan air serta intensitas cahaya yang sampai

kebadan air tersebut (Suin dan Syafinah, 2006).

Goldman dan Horne (1983) menyatakan bahwa kandungan oksigen

terlarut zooplankton di perairan tidak boleh kurang dari 2 mg/l karena dapat

menyebabkan kematian.

F. Pengambilan Contoh Plankton dan Pengawetan

Menurut Suin (2002) pengambilan contoh plankton dapat dibagi atas dua

kategori yaitu:

1. Pengambilan contoh air yang diikuti dengan mengentalkan kepekatan

plankton yang ada di dalamnya dengan cara ditimba.

2. Pengambilan dengan alat yang diseret yang dilengkapi dengan jala sebagai

penyaring plankton yang terdapat di badan air.

Untuk mengetahui kepadatan populasi plankton dikolam dan disungai

biasanya contoh plankton sering diambil dengan jaring plankton. Ukuran

mata jaring bervariasi, pengambilan contoh plankton di kolam dan di sungai

yang dangkal biasanya tidak digunakan jaring plankton. Tetapi dengan

menyaring contoh air yang diambil yang disaringnya dengan jaring plankton

(Suin, 2002).

Page 28: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

18

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Desember 2015 – Januari 2016

pada kolong pertambangan emas di Kampung Loden Nagari Koto Baru

Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung. Identifikasi zooplankton dilakukan

di Laboratorium Botani Program Studi Pendidikan Biologi Sekolah Tinggi

Keguruan dan Ilmu Pendidikan (STKIP) PGRI Sumatera Barat Padang.

B. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan yaitu jaring plankton atau plankton-net No 25, botol

sampel, termometer alkohol, pH meter, mikroskop listrik Binokuler, ember plastik

(10 L), talia rapia, kaca objek, kaca penutup, pipet tetes, kertas label, stopwatch,

selotip, kertas saring, kamera digital dan alat-alat tulis.

Bahan yang digunakan formalin 40 %, MnSO4, KOH-KI, H2SO4 Pekat,

Amillum 1% dan Na2S2O3.

C. Deskripsi Daerah Penelitian

Kabupaten Sijunjung adalah salah satu kabupaten di sebelah Timur

Provinsi Sumatera Barat. Kabupaten Sijunjung memiliki luas wilayah 3.130,80

km2 atau sekitar 313.080 hektar meliputi 8 kecamatan, 61 nagari dan 1 desa

dengan 263 jorong. Kabupaten sijunjung terbentang pada posisi geografis

0018’43’’LS - 1

041’46’’ LS &101

030’ 52’’ BT - 100

0 37’ 40’’ BT. Di sebelah

utara Kabupaten Sijunjung berbatasan dengan Kabupaten Tanah Datar dan Kota

Sawahlunto, di sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Dharmasraya, di

18

Page 29: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

19

sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Kuantan Singingi Propinsi Riau dan

di sebalah barat berbatasan dengan Kabupaten Solok. Kabupaten Sijunjung

berada pada ketinggian sekitar 118 meter sampai 1.335 meter dari permukaan laut.

Kondisi dan topografi Kabupaten Sijunjung bervariasi antara bukit, bergelombang

dan daratan. Kabupaten Sijunjung memiliki sekitar 8 sungai besar dan kecil.

Kabupaten Sijunjung memiliki berbagai potensi pertambangan. Potensi

pertambangan terbagi atas bahan tambang golongan A yaitu Batubara yang

tersebar di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan Tanjung Gadang. Bahan

tambang golongan B yaitu emas tersebar di seluruh kecamatan kecuali Kecamatan

Tanjung Gadang, Lubuk Tarok dan Sumpur Kudus dan bahan tambang golongan

C seperti marmer, dolomite, oker, granit, andesit, kaolin dan sirtukil tersebar di

seluruh kecamatan.

D. Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan metode survey deskriptif. Pengambilan

sampel dilakukan secara langsung pada genangan bekas pertambangan emas di

Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung.

Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive random sampling

dengan menetapkan tiga stasiun penelitian, stasiun I pada genangan yang di

tinggal ± 8 bulan, stasiun II pada genangan yang di tinggal ± 12 bulan, dan

stasiun III pada genangan yang di tinggal ± 24 bulan. Pada masing-masing stasiun

diambil tiga titik pengambilan sampel sebagai ulangan.

Page 30: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

20

E. Cara Kerja

1. Di lapangan

a. Pengambilan Sampel Zooplankton

Pengambilan sampel dilakukan pada sore hari pukul 18.00 – selesai .

Kemudian sampel diambil sebanyak 100 L pada masing-masing stasiun yang

telah ditetapkan dengan cara menimba air dengan menggunakan ember

bervolume 10 liter sebanyak 10 kali, kemudian disaring dengan net-plankton.

Selanjutnya sampel air yang tersaring tadi dimasukan kedalam botol sampel

ukuran 25 ml dan tambahkan formalin 40 % sebanyak 4-5 tetes, kemudian tutup

dengan isolasi dan diberi label. Pengukuran suhu air, pH air, disolved oksigen

(DO) dilakukan sebelum pengambilan sampel zooplankton. Kemudian sampel

dibawa ke Laboratorium Botani pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera

Barat Padang untuk diidentifikasi.

b. Pengambilan sampel air untuk pengukuran oksigen telarut (DO)

Sampel air diambil dari titik tempat pengkoleksian sampel dengan

menggunakan botol sampel ukuran 150 ml, dimana pada waktu pengisian

searah dengan arus air dan jangan sampai terbentuk gelembung udara dalam

botol, setelah botol berisi penuh dengan air, tutup botol secepatnya lalu angkat

kepermukaan. Selanjutnya ditambahkan 1 ml larutan MnSO4 dan 1 ml larutan

KOH/KI, lalu kocok sampai homogen dan tampak lapisan atasnya bening,

setelah itu botol sampeldimasukan kedalam termos es dan dibawa ke UPTD

Laboratorium Balai Kesehatan Gunung Pangilun Padang Sumatera Barat.

Page 31: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

21

c. Pengukuran Suhu

a. Suhu diukur dengan termometer alkohol

b. Kemudian termometer dicelupkan ke dalam air pada masing-masing titik

pengambilan sampel dan dibiarkan selama 5 menit.

c. Setelah 5 menit catat angka yang ditunjukan pada termometer alkohol

sebagai suhu air.

d. Pengukuran pH

a. Derajat keasaman diukur dengan menggunakan pH meter

b. pH meter dicelupkan ke dalam air sampai angkanya konstan.

2. Di Laboratorium

a. Identifikasi sampel

Untuk mengidentifkasi zooplankton ini dilakukan di laboratorium Botani

pendidikan biologi STKIP PGRI Sumatera Barat Padang. Metode yang

digunakan adalah direct count atau menghitung langsung jumlah indvidu dari

masing-masing stasiun. Identifikasi dilakukan sampai tingkat genus dengan

menggunakan buku acuan yaitu Hutabarat, S (1986), Djuhanda, T (1980),

Sachlan (1974).

Adapun langkah-langkah identifikasi (Suin, 2002) yaitu:

1. Sampel air dikocok hingga homogen dan di ambil sebanyak 1 tetes

kemudian diteteskan pada kaca objek lalu ditutup dengan kaca penutup.

2. Kemudian amati dibawah mikroskop dengan pembesaran 10×10 sampai

10×40.

Page 32: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

22

3. Pengamatan dilakukan dengan cara zigzag semua sampel yang diamati.

4. Untuk tetesan ke-2 sampai ke-10 dilakukan dengan cara yang sama

seperti tetes pertama.

5. Zooplankton yang ditemukan dikelompokkan sampai tingkat genus

dengan membandingkan deskripsi atau ciri-ciri sampel dengan gambar

yang ada dalam buku acuan kemudian hitung zooplankton tersebut.

b. Pengukuran Oksigen Terlarut (DO)

Sampel air yang sudah diambil dilapangan selanjutnya dibawa ke

laboratorium UPTD Balai Kesehatan Gunung Pangilun Padang Sumatera Barat

untuk dihitung kadar oksigen terlarutnya. Pengukuran oksigen terlarut dilakukan

dengan metode Rideal Sterwart.

1. Tambahkan 1 ml H2SO4 pekat dan endapan yang terbentuk sebelumnya

akan hilang, warna larutan menjadi kecoklatan.

2. Lalu masukan kedalam labu erlenmeyer 250 ml sebanyak 100 ml.

3. Tambahkan 2-3 tetes amilum 1 % dan warna menjadi biru.

4. Titrasi dengan Na2S2O3 sampai warna biru hilang.

5. Kadar oksigen terlarut dapat dihitung dengan rumus:

(Suin, 2002)

F. Parameter

Parameter yang diukur penelitian ini adalah:

1. Pengukuran suhu, pH air, Dissolved Oxygen (DO).

Page 33: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

23

2. Menghitung kepadatan, kepatan relatif, frekuensi, dan frekuensi

relatif, indeks similiritas, indeks diversitas.

G. Analisi Data

Untuk menganalisis jumlah ind digunakan rumus:

1. Kepadatan

( )

Keterangan:

n= jumlah ind suatu genus per liter air

a= jumlah rata-rata plankton dalam 1 ml sub sampel

c= jumlah sub sampel yang diambil (liter)

I= volume sampel air (liter).

(Michael, 1994)

2. Kepadatan Relatif (KR)

(Suin, 2002)

3. Frekuensi

(Suin, 2002)

4. Frekuensi Relatif (FR)

(Suin, 2002)

Page 34: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

24

5. Indeks Kesamaan (Similiritas)

( )

(Suin, 2001)

Keterangan:

I = Jumlah Similiritas

j = jumlah genus yang sama pada dua lokasi

a = jumlah genus pada lokasi a

b = jumlah genus pada lokasi b

6. Indeks Diversitas Shannon – Wiener

Keterangan :

H’ = Indeks diversitas Shannon – Wiener

Pi = ni/N

ni = jumlah ind setiap genus

N = jumlah ind seluruh genus

(Suin, 2002)

Tabel. Nilai indeks keanekaragaman Shannon-Wiener mempunyai kriteria

sebagai berikut :

Indeks Keanekaragaman Jenis (H’) Kriteria

H1< 1,0 Keanekaragaman rendah

1,0 < H1< 3,322 Keanekaragaman sedang

H1> 3,322 Keanekaragaman tinggi

(Fitriana dalam Mardiyanti, 2006)

Page 35: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

25

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

Dari penelitian yang telah dilakukan tentang komposisi zooplankton pada

kolong pertambangan emas di Kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV

Nagari Kabupaten Sijunjung didapat hasil sebagai berikut:

Tabel 1 . Klasifikasi zooplankton yang ditemukan pada lokasi penelitian

Class Ordo Familia Genus

Sarcodina Amoeba 1. Thecamobha 1. Astramoeba

2. Arcella

Phytomastigophorae Dinoflagellida 2. Peridinidae 3. Peridinium

4. Ceratium

Monogonanta Ploima 3. Branchionidae 5. Branchionus

6. Keratella

7. Lycane

8. Euchlanis

9. Trichocerca

10. Filina

Crustaceae Eucopepoda

4. Cyclopidae

11. Cyclops

12. Nauplius

Copepoda 5. Daphanidae 13. Ceriodaphnia

Insecta Diptera 6. Culicidae 14. Culex

Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat dari ketiga stasiun ditemukan 5 Class

zooplankton yang terbagi dalam 6 Ordo, 6 Familia dan 14 Genus. Dari tabel juga

dapat dilihat bahwa genus zooplankton yang banyak ditemukan pada penelitian ini

adalah dari familia Brancionidaea Class dari Monogonanta yaitu sebanyak 6

genus (Branchionus, Keratella, Lycane, Euchlanis, Trichocerca, Filina),

sedangkan yang paling sedikit ditemukan pada Class Insecta yangditemukan 1

genus yaitu Culex.

Tabel 2. Jumlah rata-rata ind zooplankton yang ditemukan pada lokasi penelitian

25

Page 36: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

26

No Class dan Genus Stasiun

I II III

Sarcodina

1. Astramoeba 0,00 0,67 1,00

2. Arcella 0,67 0,67 0,00

Phytomastigophora

3. Peridinium 163,67 2,00 8,67

4. Ceratium 0,00 0,33 0,00

Monogonanta

5. Branchionus 7,00 0,00 1,33

6. Keratella 7,33 0,00 54,67

7 Lycane 2,33 0,00 0,00

8. Euchlanis 15,00 0,33 7,67

9. Trichocerca 0,33 0,00 0,00

10. Filina 9,67 3,00 43,00

Crustacea

11. Nauplius 25,00 17,00 30,33

12. Cyclops 53,00 4,33 12,33

13. Ceriodaphnia 2,33 1,67 0,33

Insecta

14. Culex 0,00 0,67 0,00

Jumlah Total Ind 286,33 30,67 159,33

Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa dari ketiga stasiun penelitian didapat

jumlah total ind zooplankton yang beragam. Dari ketiga stasiun tersebut jumlah

total ind tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 286,33ind/liter, sedangkan jumlah

total ind terendah terdapat pada stasiun II ditemukan 30,67ind/liter. Pada stasiun I

jumlah ind tertinggi terdapat pada genus Peridinium yaitu 163,67ind/L, sedangkan

jumlah ind terendahnya terdapat pada genus Trichocerca sebanyak 0,33ind/L.

Kemudian pada stasiun II jumlah ind tertinggi terdapat pada genus Nauplius yaitu

17,00ind/L, sedangkan jumlah ind terendah terdapat pada genus Ceratium dan

Euchlanis yaitu 0,33ind/L. Selanjutnya pada stasiun III jumlah ind tertinggi

terdapat pada genus Keratella sebanyak 54,67ind/L, sedangkan jumlah ind

terendahnya terdapat pada genus Ceriodaphnia yaitu 0,33 ind/L.

Page 37: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

27

Tabel 3. Komposisi zooplankton yang ditemukan di lokasi penelitian

No

Classis dan Genus

STASIUN I

STASIUN II

STASIUN III

K KR F FR Pi lnPi K KR F FR Pi lnPi

K KR F

FR Pi lnPi

Sarcodina

1. Astramoeba 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,17 2,22 0,67 10,04 -0,0845 0,42 1,05 0,67 8,74 -0,0478

2. Arcella 0,17 0,24 0,67 7,17 -0,0145 0,17 2,22 0,67 10,04 -0,0845 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000

Phytomastigophora

3. Peridnium 40,92 57,17 1,00 10,71 -0,3196 0,50 6,52 0,33 4,95 -0,1780 2,17 5,45 1,00 13,04 -0,1586

4. Ceratium 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,08 1,04 0,33 4,95 -0,0475 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000

Monogonanta

5. Branchionus 1,75 2,44 1,00 10,71 -0,0906 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,33 0,35 0,67 8,74 -0,0398

6. Keratella 1,83 2,56 1,00 10,71 -0,0938 0,00 0,00 0,00 0,00 -0.0000 13,67 34,18 1,00 13,04 -0,3669

7. Lycane 0,58 0,81 0,67 7,17 -0,0390 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000

8. Euchlanis 3,75 5,24 1,00 10,71 -0,1545 0,08 1,04 0,33 4,95 -0,0475 1,92 4,80 1,00 13,04 -0,1458

9. Trichocerca 0,08 0,11 0,33 3,53 -0,0074 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000

10. Filina 2,42 3,38 1,00 10,71 -0,1145 0,75 9,78 1,00 14,99 -0,2274 10,75 26,88 1,00 13,04 -0,3531

Crustacea

11. Nauplius 6,25 8,73 1,00 10,71 -0,2129 4,24 55,41 1,00 14,99 -0,3271 7,58 18,95 1,00 13,04 -0,3152

12. Cyclops 13,25 18,51 1,00 10,71 -0,3122 1,08 14,08 1,00 14,99 -0,2760 3,08 7,71 1,00 13,04 -0,1974

13. Ceriodaphnia 0,58 0,81 0,67 7,17 -0,0390 0,42 5,48 0,67 10,04 -0,1591 0,08 0,20 0,33 4,30 -0,0124

Insecta

14. Culex 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000 0,17 2,22 0,67 10,04 -0,0845 0,00 0,00 0,00 0,00 -0,0000

Jumlah 71,58 100 9,34 100,01 -1,3980 7,67 100,01 6,67 99,98 -1,5161 40 100,05 7,67 100,02 -1,6370

Indeks Diversitas (H’) 1,3980 1,5161 1,6370

Keterangan: K = Kepadatan (Individu/liter) KR = Kepadatan relatif (%) F = Frekuensi FR = Frekuensi relatif (%) Pi LnPi = Indeks Diversitas

Page 38: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

38

Dari Tabel 3.dapat dilihat hasil yang diperoleh yaitu jumlah kepadatan

ind yang paling banyak ditemukan diantara ketiga stasiun tersebut adalah

kepadatanPeridinium yang terdapat pada stasiun I yaitu 40,92ind/liter.

Tabel 4. Faktor fisika - kimia air dilokasi penelitian

No Parameter Stasiun I Stasiun II Stasiun III

1. Suhu (oC) 30 31 30

2. pH (mg/L) 6 6,6 7

3. DO (mg/L) 6,62 6,99 7,73

Pada Tabel 4. dapat dilihat bahwa hasil pengukuran faktor fisika kimia

lingkungan pada lokasi penelitian masih dalam toleransi dan mendukung

kehidupan suatu organisme yang ada didalamnya seperti Zooplankton. Hasil

pengukuran faktor fisika-kimia air di lokasi penelitian pada stasiun I diperoleh

suhu 300C, pH 6 dan oksigen terlarut 6,62mg/L. Pada stasiun II diperoleh suhu 31

0C, pH 6,6 dan oksigen terlarut 6,99mg/L. Kemudian pada stasiun III diperoleh

suhu 300C, pH 7 dan oksigen terlarut 7,73mg/L.

Tabel 5. Indeks Similaritas komposisi zooplankton yang ditemukan di lokasi

penelitian

Indeks similaritas Stasiun I Stasiun II Stasiun III

Stasiun I - - -

Stasiun II 66,67 % - -

Stasiun III 80 % 73,68% -

Pada Tabel 5.dapat dilihat bahwa hasil dari indeks similaritas yang didapat

pada lokasi penelitian adalah antara stasiun I – II yaitu 66,67%, antara stasiun I –

III yaitu 80% dan antara stasiun II – III yaitu 73,68%.

Page 39: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

39

B. Pembahasan

Dari Tabel 1.dapat dilihat bahwa jumlah genus yang ditemukanpada

penelitian ini beragam. Genus yang paling banyak ditemukan terdapat pada Class

Monogonanta yaitu 6 genus. Pennak, (1978) menyatakan bahwa salah satu jenis

zooplankton yang umum ditemukan di perairan adalah Class Monogonanta, karna

Class Monogonanta ini merupakan kelompok zooplankton yang mampu bertahan

hidup dalam kisaran suhu yang luas disuatu perairan. Suhu optimum untuk

kehidupan pertumbuhan dan perkembangan zooplankton berkisar antara 26-270C

(Mathew dalam Ramadhani, 2006). Sedangkan hasil di lapangan

terhadappengukuran suhu diperoleh berkisar antara 30-310C yang tergolong pada

kisaran suhu yang cukup tinggi untuk kehidupan zooplankton. Sedangkan genus

yang sedikit ditemukan adalah Class Insecta hanya 1 genus saja. Sedikitnya genus

yang ditemukan pada Class ini, karena Class ini hanya bersifat insedental atau

sementara pada fase larva yang merupakan siklus hidup dari serangga dan

tergolong paling kecil dari plankton.

Pada Tabel 2. jumlah kepadatan rata-rata dari ketiga stasiun yang paling

tertinggi ditemukan adalah stasiun I yaitu 286,33ind/liter. Stasiun I ini merupakan

kolong yang ditinggal ± 8 bulan, banyaknya jumlah rata-rata kepadatan pada

stasiun ini disebabkan oleh faktor lingkungan yang mempengaruhi pertumbuhan

dan perkembangan zooplankton pada stasiun ini lebih baik dan berada pada

kisaran yang layak. Faktor yang sangat mempengaruhi keberadaan zooplankton di

perairan seperti ketersedian makanan, lingkungan hidup yang mendukung.

Makanan utama bagi zooplankton adalah fitoplankton. Berdasarkan hasil

Page 40: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

40

penelitian yang telah dilakukan oleh Fani (2016) tentang komposisi fitoplankton

pada lokasi yang sama diperoleh 206,00 ind/liter fitoplankton,tingginya jumlah

rata-rata ind fitoplankton yang ditemukan sehingga menjadi faktor pendukung

banyaknya ind zooplankton yang ditemukan pada lokasi ini. Selain itu, parameter

fisika – kimia perairan seperti suhu, pH, dan oksigen terlarut juga sangat

mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan zooplankton. Berdasarkan

pengukuran faktor fisika-kimia, salah satunya oksigen terlarut diperoleh 6,62-

7,73mg/L yang masih dalam toleransi dan mendukung untuk kehidupan

zooplankton. Menurut Goldman dan Horne, (1983) bahwa kandungan oksigen

terlarut zooplankton di perairan tidak boleh kurang dari 2mg/L karena dapat

menyebabkan kematian. Kemudian ada beberapa genus pada stasiun I yang tidak

ditemukan pada stasiun II dan III seperti genus Lycane dan Trichocerca. Hal ini

diduga bahwa dari kedua genus tersebut tidak mampu untuk bertahan hidup dan

lemahnya dalam hal persaingan antara spesies untuk memperoleh makanan dalam

mempertahankan kelangsungan hidupnya. Menurut Odum, (1998) bahwa

kompetisi atau persaingan umunya terjadi antara makhluk hidup atau biota yang

berada dalam sistem interaksi, bagi organisme yang lemah akan punah dan

sebaliknya yang menang akan berkembang dan mampu untuk bertahan hidup

lebih lama.

Pada Tabel 3. dapat dilihat jumlah kepadatan antara setiap stasiun

mempunyai nilai yang bervariasi dengan kisaran antara 7,67-71,58ind/liter.

Jumlah kepadatan ind tertinggi terdapat pada stasiun I sebanyak 40,92ind/liter

yaitu pada genus Peridinium. Djuhanda (1980) mengatakan bahwa Peridinium

Page 41: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

41

merupakan organisme peralihan yang artinya genus ini juga tergolong ke dalam

kelompok tumbuhan yang memiliki alat gerak yang dinamakan flagellum

sehingga mampu untuk bergerak menuju sumber cahaya dan mempunyai butir

hijau daun di dalam protoplasmanya sehingga hewan tersebut dapat mengadakan

fotosintesis seperti tumbuh-tumbuhan.Sedangkan kepadatan terendah terdapat

pada genus Ceriodaphnia sebanyak 0,08ind/liter. Kepadatan relatif yang paling

banyak ditemukan adalah pada stasiun I yang terdapat pada genus Peridinium

yaitu 57,17%. Sedangkan kepadatan relatif terendah terdapat pada genus

Trichocerca sebanyak 0,11%. Tingginya dominasi ind Peridinium pada stasiun ini

disebabkan oleh faktor lingkunganyang mendukung untuk kehidupannya,hal ini

diperkuat oleh hasil pengukuran faktor lingkungan yang memiliki kisaran yang

sesuai untuk kehidupan zooplankton, sehingga memungkinkan banyaknya genus

yang ditemukan.

Frekuensi yang tertinggi terdapat pada genus Filina, Nauplius, Keratella,

Cyclops, Euchlanis, dan Peridiniumsebanyak 1,00. Artinya genus tersebut tersebar

merata disetiap stasiun pengamatan dan memiliki penyebaran yang luas..

Tingginya jumlah frekuensi pada genus ini disebabkan oleh adanya kemampuan

adaptasi pada perairan yang ditempatinya. Menurut Pennak (1978), organisme

yang mempunyai kemapuan adaptasi yang tinggi akan teresebar luas dan merata

pada kondisi lingkungan yang ekstrim sedangkan organisme yang mempunyai

adaptasi yang rendah hanya dijumpai pada lokasi lingkungan tertentu yang sesuai

dengan dengan faktor pembatas ekologi kehidupannya. Sedangkan jumlah

frekuensi terendah terdapat pada genus Trichocerca dan Ceriodaphnia.

Page 42: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

42

Frekuensi relatif yang tertinggi ditemukan pada genus Filina, Nauplius dan

Cyclops yaitu terdapat pada stasiun II sebanyak 14,99%. Tingginya frekuensi

relatif pada genus tersebut, dapat dilihat dari keberadannya yang menepati setiap

stasiun pengamatan dan juga didukung dari hasil pengukuran faktor fisika-kimia

yang memiliki kisaran yang sesuai untuk pertumbuhan zooplankton.Sedangkan

frekuensi relatif terendah ditemukan pada pada genus Euchlanis, Peridinium dan

Ceratium sebanyak 4, 95%.

Dari komposisi zooplankton dapat dilihat bahwa indeks diversitas (H’)

yang didapat dari ketiga stasiun berbeda jumlahnya dengan kisaran 1,3980-

1,6370. Indeks diversitas tertinggi terdapat pada stasiun III yaitu 1,6370 yang

berusia ± 24 bulan, sedangkan jumlah indeks diversitas terendah terdapat pada

stasiun I yaitu 1,3980 yang berusia ± 8 bulan. Hal ini sesuai yang

dikatakanPuspita, dkk (2005) mengatakan bahwa keanakaragaman fauna di

kolong yang berusia tua lebih tinggi dibandingkan kolong usia muda,disebabkan

kehidupan biologis di kolong tua lebih stabil dibandingkan kolong usia

muda.Menurut Fitriana, dalam Mardiyanti (2013) bahwa kategori indeks

diversitas jika H’ <1,0 menandakan keanekaragaman rendah, 1,0< H1< 3,322

menandakan keanekaragaman sedang dan H1> 3,322 menandakan keanekaragam

tinggi. Dari hasil indeks diversitas yang didapat pada kolong pertambangan emas

di kampung Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung

tergolong kedalam keanekaragam sedang karena H1< 3,322.

Pada Tabel 5. dapat dilihat hasil Indeks Similaritas zooplankton yang

ditemukan pada kolong pertambangan emas di kampung Loden Nagari Koto Baru

Page 43: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

43

Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung, berkisar antara 60% – 80%. Indek

Similaritas tertinggi terdapat antara stasiun I dengan III yaitu 80%, dengan

rentangan usia kolong 16 bulan artinya antara kedua stasiun ini memiliki tingkat

kesamaan spesies yang sama, sedangkan indeks similaritas terendah terdapat

antara stasiun I dengan II sebanyak 66,67%, dengan rentangan usia kolong 4

bulan yang berarti tingkat kesamaan spesiesnya lebih rendah dibanding stasiun I

dengan III. Tetapi hasil dari penelitian berbeda, seharusnya indeks similaritas

tertinggi terdapat antara stasiun I dengan II atau stasiun II dengan III karna

dilihatdari jarak usia kolong yang dekat dan struktur kondisi biologisnya yang

tidak jauh berbeda sehingga memiliki tingkat kesamaan spesies yang sama atau

mirip. Hal ini juga didukung dari hasil pengukuran faktor lingkungannya yang

memiliki rentangan yang cukup dekat antara stasiun I dan II atau stasiun II dan

III.

Page 44: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

44

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang Komposisi

Zooplankton pada Kolong Pertambangan Emas di Kampung Loden Kenagarian

Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut :

1. Ditemukan 14 genus zooplankton yang terdapat di kolong pertambangan

emas di kampung loden adalah Peridinium, Ceratium, Astramoeba, Arcella,

Branchionus, Keratella, Euchlanis, Trichocerca, Filina,Lycane, Cyclops,

Nauplius, Ceriodaphnia, Culex.

2. Komposisi zooplankton yang ditemukan terdiri dari 5 Class, 6 ordo, 6

familia, dan 14 genus. Kepadatan tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu

286,33ind/liter, sedangkan kepadatan terendah terdapat pada stasiun II yaitu

30,67ind/liter. Jumlah frekuensi tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu 9,34

ind/liter, sedangkan jumlah frekunsi terendah terdapat pada stasiun II yaitu

6,67ind/liter.Jumlah Indeks diversitas tertinggi terdapat pada stasiun II dan

III. Stasiun II yaitu 1,5161 dan stasiun III yaitu 1,6370. Indeks diversitas

terendah terdapat pada stasiun I yaitu 1,3980.

3. Kualitas fisika-kimia air di kolong pertambangan emas di kampung Loden

Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung yaitu suhu

berkisar 30-31ºC, pH 6-7, disolved oxygen (DO) 6,62-7,73mg/L.

34

Page 45: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

45

B. Saran

Setelah melakukan penelitian di kolong pertambangan emas di Kampung

Loden Nagari Koto Baru Kecamatan IV Nagari Kabupaten Sijunjung, peneliti

menyarankan penelitian lanjut pada kolong pertambangan emas sampai suksesi

atau ekosistem klimaks sehingga kolong tersebut dapat digunakan untuk

budidaya perikanan.

Page 46: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

46

DAFTAR PUSTAKA

Anwar, J. 1984. Ekologi Ekosistem Sumatera. Bandung : Gajah Mada University

Press.

Anata, Y., C. Lasina dan Erawaty R. 2013. Dampak Kerusakan Lingkungan

Akibat Aktifitas Pembangunan Perumahan. Jurnal Beraja Niti. Vol 2, No

11, hlm : 6.

Djuhanda, T. 1980. Kehidupan Dalam Setetes Air dan Beberapa Parasit pada

Manusia. ITB : Bandung.

Efendi, Y. 2008. Biologi Laut. Bung Hatta University Press : Padang.

Fachrul, M., F. 2007. Metode Sampling Biologi. Bumi Aksara : Jakarta.

Goldman, C., R. dan A.J., Horne. 1983.Limnology International Student Edition.

McGraw-Hill Book Company : Auckland.

Handayani, S.& Mufti, P. 2005. Komunitas Zooplankton di Perairan Waduk

Krenceng Cilegon Banten. Makara Sain. Vol 9. No 2. November 2005.

hlm: 75.

Hutabarat, S. & Stewart, M., E. 1986. Kunci Identifikasi Zooplankton. Universitas

Indonesia : Jakarta.

Isna, Y., N. 2008. Komposisi Zooplankton yang Terdapat di Perairan Batang

Kandih Kecamatan Koto Tangah Kota Padang. Skripsi. PMIPA STKIP

PGRI Padang : Padang (Tidak Dipublikasikan)

Iswandi, U. 2012. Ekologi dan Ilmu Lingkungan. UNP Press.

Kordi, M., G., H. 1996. Parameter Kualitas Air. Karya Anda : Surabaya.

Mardiyanti, D., E, Karuniawan, P., W & Medha, B. 2013. Dinamika

Keanekaragam Spesies Tumbuhan Pasca Pertanaman Padi.Jurnal Produksi

Tanaman. Vol 1. No 1. Maret 2013. Hlm : 26

Michael, P. 1994. Metode Ekologi Untuk Penyelidikan Lapangan Dan

Laboratorium (Diterjemahkan Oleh Koestor, Y.R). UI Press : Jakarta.

Nofrita, E., K. 2015. Komposisi Fitoplankton di Muara Kambang Pasar Baru

Lakitan Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan. Skripsi. PMIPA

STKIP PGRI Padang : Padang (Tidak Dipublikasikan).

Page 47: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

47

Odum, E., P. 1998. Dasar-Dasar Ekologi. Terjemahan Oleh Samingan, Tjahjono.

Gadjah Mada Universitas Press : Yogyakarta.

Puspita, L., E. Ratnawati, I N. N Suryadiputra, A., A. Meutia. 2005. Lahan Basah

Buatan di Indonesia. Wetlands Internasional – Indonesia Programme :

Bogor.

Pennak, R., W. 1978. Fresh-Water Invertebrates of The United States. John Wiley

And Sons, Inc New York.

Ramadhani, S. 2006. Komposisi Zooplankton di Batang Agam Kota Payakumbuh.

Skripsi.PMIPA STKIP PGRI Padang : Padang. (Tidak Dipublikasikan).

Sachlan, M. 1974. Planktonologi. Corespondensi Cours Center : Jakarta.

Sastrawijaya, T. 1991. Pencemaran Lingkungan. Rineka Cipta : Jakarta.

Syoffiarni, W. 2014. Komposisi Zooplankton di Danau Tandikek Taman Satwa

Kandi Kota Sawahlunto. Skripsi. PMIPA STKIP PGRI Padang : Padang.

(Tidak Dipublikasikan).

Suin, N., M. 2002. Metoda Ekologi. Universitas Andalas Padang : Padang.

Tulastuti, D. 2007. Komposisi Zooplankton di Sungai Batang Hari Desa Sungai

Panuah Kecamatan Sangir Batang Hari Kabupaten Solok Selatan. Skripsi.

PMIPA STKIP PGRI Padang : Padang. (Tidak Dipublikasikan).

Yuliana. 2014. Keterkaitan Antara Kelimpahan Zooplankton dengan Fitoplankton

dan Parameter Fisika-Kimia di Perairan Jailolo, Halmahera Barat. Maspari

Journal. Vol 6. No 1. Januari 2014. hlm : 25-31.

Page 48: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

38

Page 49: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

39

Lampiran 2 : Layout Lokasi Penelitian

Rumah Penduduk

JALAN RAYA KAMPUNG LODEN

Yang di tinggal ± 8 bulan

Yang di tinggal ± 24 bulan

Yang di tinggal ± 12 bulan

STASIUN

STASIUN III

STASIUN II

ALIRAN SUNGAI

Kandang ternak

Page 50: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

40

Lampiran 3. Foto Lokasi Penelitian

Stasiun I : Kolong yang Ditinggal ± 8 Bulan

Stasiun II : Kolong yang Ditinggal ± 12 Bulan

Stasiun III : Kolong yang Ditinggal ± 24 Bulan

Page 51: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

41

Lampiran 4 : Dokumentasi Penelitian

Pengukuran pH Air Kolong

Pengukuran Suhu Air Kolong

Page 52: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

42

Pengambilan Sampel Air Kolong untuk Menghitung Oksigen Terlarut (DO)

Pengambilan Sampel Zooplankton

Page 53: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

43

Pemberian Formalin 40% pada Sampel Zooplankton

Pemberian Larutan MnSO4 dan KOH-KI untuk Pengikat Oksigen Terlarut

(DO)

Page 54: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

44

Identifikasi sampel di Laboratorium Botani STKIP PGRI Sumatera Barat

Page 55: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

45

Lampiran 5 : Genus zooplankton yang ditemukan di lokasi penelitian

Classsis Sarcodina :

Astramoeba (10 x 40) Arcella (10 x 40)

Class Phytomastigophora :

Peridinium (10 x 40) Ceratium (10 x 40)

Class Monogonanta :

Branchionus(10 x 40) Keratella (10 x 40)

Page 56: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

46

Lycane (10 x 40) Euchlanis (10 x 40)

Trichocerca (10 x 40) Filina (10 x 40)

Class Crustacea :

Nauplius (10 x 40) Cyclops (10 x 40)

Page 57: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

47

Ceriodaphnia (10 x 40)

Class Insecta :

Culex (10 x 40)

Page 58: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

48

Lampiran 6. Jumlah Zooplankton Pertitik Pengamatan pada Lokasi

Penelitian.

Class dan Genus

STASIUN

I II III

U1 U2 U3 U1 U2 U3 U1 U2 U3

Sarcodina

Astramoeba 2 1 0 1 1 0 0 0 0

Arcella 0 0 0 1 0 1 0 1 1

Phytomastigophora

Peridinium 6 6 14 0 6 0 211 104 176

Ceratium 0 0 0 0 0 1 0 0 0

Monogonanta

Branchionus 2 0 2 0 0 0 8 6 7

Keratella 101 34 29 0 0 0 3 15 4

Lycane 0 0 0 0 0 0 0 5 2

Euchlanis 10 8 5 1 0 0 11 27 7

Trichocerca 0 0 0 0 0 0 0 0 1

Filina 66 36 27 6 1 2 9 19 1

Crustacea

Nauplius 38 9 44 23 22 6 20 15 40

Cyclops 10 15 12 6 4 3 37 54 68

Ceriodaphnia 1 0 0 2 0 3 0 5 2

Insecta

Culex 0 0 0 1 0 1 0 0 0

JUMLAH 236 109 133 41 34 17 299 251 309

Page 59: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

49

Lampiran 7. Jumlah Rata-rata Individu Zooplankton yang Ditemukan pada

Lokasi Penelitian.

Class dan Genus STASIUN

I II III

Sarcodina

Astramoeba 0,00 0,67 1,00

Arcella 0,67 0,67 0,00

Phytomastigophora

Peridinium 163,67 2,00 8,67

Ceratium 0,00 0,33 0,00

Monogonanta

Branchionus 7,00 0,00 1,33

Keratella 7,33 0,00 54,67

Lycane 2,33 0,00 0,00

Euchlanis 15,00 0,33 7,67

Trichocerca 0,33 0,00 0,00

Filina 9,67 3,00 43,00

Crustacea

Nauplius 25,00 17,00 30,33

Cyclops 53,00 4,33 12,33

Ceriodaphnia 2,33 1,67 0,33

Insecta

Culex 0,00 0,67 0,00

JUMLAH 286,33 30,67 159,33

Page 60: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

50

Lampiran 8: Analisis Data K, KR, F, FR dan Indeks Diversitas (H’)

1. Kepadatan Ind (K)

N ( )

Kepadatan Filina ( )

= 10,75

2. Kepadatan Relatif (KR)

KR Filina

KR Filina

%

3. Frekuensi (F)

F Filina

= 1

4. Frekuensi Relatif (FR)

FR Filina

%

= 13,04 %

5. Indeks Diversitas (H’)

Pi

lnPi =

Pi lnPi = 0,2688 x (-1,3138)

=

Page 61: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

51

Lampiran 9 : Analisis Indeks Similiritas (Kesamaan) Komposisi

Zooplankton

1. Antara Stasiun I dan II

J = 7

a = 11

b =10

I

= 66,67 %

2. Antara Stasiun I dan III

J = 8

a = 11

b = 9

I

= 80 %

3. Antara Stasiun II dan III

J = 7

a = 10

b = 9

I

= 73,68 %

Page 62: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

52

Page 63: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

53

Page 64: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

54

Page 65: STKIP PGRI Sumbarrepo.stkip-pgri-sumbar.ac.id/id/eprint/5333/3/11010092...6 7. Teknisi Ruang Baca Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat. 8. Bapak dan Ibu teknisi

55