abstrak - stkip pgri sumbar

71
i ABSTRAK Aprilia Yuni Fitri Astuti. (NPM: 15080170), Pengaruh Penggunaan TTW terhadap Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Siswa Kelas VII SMPN 1 Ukui Kabupaten Pelalawan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang 2020. Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan sebagai berikut. Pertama, masih banyak siswa yang kurang memahami dalam mengembangkan puisi rakyat. Kedua, siswa mengalami kesulitan saat membuat tahap-tahapan dalam menulis puisi rakyat dengan menulis dapat membantu melatih siswa dalam menulis cepat. Ketiga, siswa kurang memahami kebahasaan yang ada pada puisi rakyat. Keempat, siswa masih banyak yang tidak berani tampil ke depan kelas untuk menyampaikan pendapatnya. Kelima, dalam membaca siswa kurang mengerti tentang intonasi, volume, dan penjedahan karena pada saat membaca siswa terlalu cepat sehingga tidak terdengar apa yang diucapkan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode eksperimen. Desain penelitian ini adalah one group pretest-posttest. Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Ukui Kabupaten Pelalawan. Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.2 yang berjumlah 65 orang. Data dalam penelitian ini adalah skor kemampuan menulis puisi rakyat sebelum menggunakan TTW) dan skor kemampuan menulis puisi rakyat dengan menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut ini. Pertama, kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan sebelum menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) memperoleh nilai rata-rata 58,87, berada pada tentangan 56-65% dengan kualifikasi cukup. Kedua, kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dengan menggunakan model pembelajaran TTWmemperoleh nilai rata-rata 71,28 berada pada rentangan 66- 75% dengan kualifikasi lebih dari cukup. Ketiga, berdasarkan uji-t didapat hasil t hitung (5,76) > t tabel (1,66) kriteria pengujian t diterima jika t hitung > t tabel dengan kata lain H 1 diterima dan H o ditolak. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) terdapat pengaruh terhadap kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan.

Upload: others

Post on 22-Oct-2021

14 views

Category:

Documents


0 download

TRANSCRIPT

Page 1: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

i

ABSTRAK

Aprilia Yuni Fitri Astuti. (NPM: 15080170), Pengaruh Penggunaan TTW

terhadap Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Siswa Kelas VII SMPN 1 Ukui

Kabupaten Pelalawan. Skripsi. Program Studi Pendidikan Bahasa dan

Sastra Indonesia STKIP PGRI Sumatera Barat, Padang 2020.

Penelitian ini dilatar belakangi oleh permasalahan sebagai berikut.

Pertama, masih banyak siswa yang kurang memahami dalam mengembangkan

puisi rakyat. Kedua, siswa mengalami kesulitan saat membuat tahap-tahapan

dalam menulis puisi rakyat dengan menulis dapat membantu melatih siswa dalam

menulis cepat. Ketiga, siswa kurang memahami kebahasaan yang ada pada puisi

rakyat. Keempat, siswa masih banyak yang tidak berani tampil ke depan kelas

untuk menyampaikan pendapatnya. Kelima, dalam membaca siswa kurang

mengerti tentang intonasi, volume, dan penjedahan karena pada saat membaca

siswa terlalu cepat sehingga tidak terdengar apa yang diucapkan.

Jenis penelitian ini adalah kuantitatif dengan menggunakan metode

eksperimen. Desain penelitian ini adalah one group pretest-posttest. Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN 1 Ukui Kabupaten Pelalawan.

Sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII.2 yang berjumlah 65 orang.

Data dalam penelitian ini adalah skor kemampuan menulis puisi rakyat sebelum

menggunakan TTW) dan skor kemampuan menulis puisi rakyat dengan

menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten

Pelalawan.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut ini.

Pertama, kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan sebelum menggunakan model pembelajaran Think Talk

Write (TTW) memperoleh nilai rata-rata 58,87, berada pada tentangan 56-65%

dengan kualifikasi cukup. Kedua, kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas

VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dengan menggunakan model

pembelajaran TTWmemperoleh nilai rata-rata 71,28 berada pada rentangan 66-

75% dengan kualifikasi lebih dari cukup. Ketiga, berdasarkan uji-t didapat hasil

thitung (5,76) > ttabel (1,66) kriteria pengujian t diterima jika thitung > ttabel dengan kata

lain H1 diterima dan Ho ditolak. Dengan demikian penggunaan model

pembelajaran Think Talk Write (TTW) terdapat pengaruh terhadap kemampuan

menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan.

Page 2: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

ii

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kurikulum 2013 merupakan pedoman belajar. Berisikan materi ajar dalam

kementrian pendidikan sebagai penanggung jawab dan melakukan perubahan dan

memiliki empat aspek penilaian yaitu pengetahuan, keterampilan, sosial, dan

spiritual. Salah satu yang dipelajari adalah puisi rakyat. puisi rakyat ialah

kesusasteraan rakyat yang sudah lama dan tertentu bentuknya. umumnya puisi

rakyat terdiri dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang

berdasarkan panjang pendek suku kata, rima kebahasaan, lemah tekanan suara,

atau hanya berdasarkan irama. Kurikulum 2013 adalah kurikulum yang

menekankan pada kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Kurikulum

ini juga menuntut siswa on dalam belajar terutama Bahasa Indonesia.

Menulis adalah salah satu proses kreatif berbahasa yang dibtuhkan untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran. Menulis bisa untuk merangkai huruf jadi

kalimat juga sampai pada orang. Melalui penguasaan menulis, siswa diharapkan

dapat menggungkapkan ide, gagasan dan informasi dalam bentuk tulisan. tulisan

yang dihasilkan siswa harus didasari dengan pengetahuan kebahasaan, seperti tata

bahasa, kosa kata, dan ejaan yang benar.

Pada pembelajaran bahasa Indonesia siswa kelas VII semester dua terdapat

berbagai macam materi pembelajaran seperti, buku fiksi dan Nonfiksi, surat

pribadi dan surat dinas, puisi rakyat dan fabel. Puisi rakyat adalah (puisi lama)

terbagi atas pantun, syair, gurindam, talibun, seloka, mantra, dan karmina.

Page 3: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

iii

Penelitian ini hanya dibatasi puisi rakyat (puisi lama) bagian pantun karena masih

banyak siswa yang kurang mengerti dengan pantun.

Berdasarkan hasil wawancara dengan salah seorang guru maple B.I kelas

VII Semester dua SMPN 1 Ukui dengan Refliana, S.Pd. pada tanggal 18 februari

2019, diperoleh informasi bahwa kemampuan menulis puisi rakyat siswa masih

tergolong rendah. Permasalahan yang dialami siswa pada umumnya adalah

sebagai berikut. Pertama, masih banyak siswa yang kurang memahami dalam

mengembangkan puisi rakyat karena merupakan pembelajaran yang baru pada

kurikulum 2013. Kedua, siswa mengalami kesulitan saat membuat tahap-tahapan

dalam menulis puisi rakyat dengan menulis dapat membantu melatih siswa dalam

menulis cepat. Ketiga, siswa kurang memahami kebahasaan yang ada pada puisi

rakyat. Keempat, siswa masih banyak yang tidak ada mental untuk ke depan kelas

untuk menyampaikan pendapatnya. Kelima, dalam membaca siswa kurang

mengerti tentang intonasi, volume, dan penjedahan karena pada saat membaca

siswa terlalu cepat sehingga tidak terdengar apa yang diucapkan. Keenam, siswa

dalam menulis kurang mengerti dengan tanda baca.

Pada penelitian ini dilakukan juga wawancara dengan delapan orang siswa

kelas VII SMPN 1Ukui bisa diringkas. satu, siswa masih banyak yang belum

mengerti dengan huruf kapital karena siswa masih butuh bimbingan guru dalam

menulis. Kedua, siswa masih banyak yang belum mengerti tentang struktur pantun

karena siswa belum mengerti tentang sampiran dan isi. Ketiga, siswa lebih banyak

menyukai menulis dari pada membaca karena dalam menulis menambah ilmu

pengetahuan sedangkan membaca cepat bosan. Keempat, siswa mudah bosan pada

Page 4: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

iv

saat pembelajaran menulis pantun siswa tidak mengerti dengan sampiran dan isi.

Kelima, siswa masih banyak yang tidak berani mengeluarkan idenya dan malas

berpikir kreatif karena siswa lebih cendrung dalam menulis dan merasakan bosan

dalam pembelajaran pantun dan banyak yang tidur dan ribut pada saat guru

menjelaskan.

Berdasarkan wawancara di atas, maka guru bahasa Indonesia harus

mampu memberikan solusi menyudahi masalah. Dapat dikerjakan yaitu

menerapkan berbagai teknik, metode dan model yang sesuai dengan materi ajar.

yaitu penerapan mode belajar bisa digunakan meningkatkan kemampuan tulis

puisi rakyat adalah model TTW tersebut menarik untuk diterapkan pada

pembelajaran menulis puisi rakyat. Sebab itu, peneliti membahas sebab

“Pengaruh Penggunaan Model TTW terhadap Kemampuan Menulis Puisi Rakyat

murid Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan”

Berdasarkan kurikulum 2013 tingkat SMP untuk mapel bahasa Indonesia

siswa kelas VII bahwa kepiawaian berbahasa dituntut adalah terampil tulis puisi

rakyat. Karena terdapat pada kompetisi Inti (KI) 4. Coba, olah, saji secara seluruh

(guna, urai, rangkai, modif, dan buat) dan lokasi abstrak (tulis, baca, gambar, dan

karang) tepat dengan belajar sekolah dengan sumber lain yang sama bentuk

pandang. Kompetensi Dasar (KD) 4.14. ungkap gagas, rasa, pesan seperti puisi

rakyat secara lisan dan tulis cara perhatikan struktur, rima, dan gunaan bahasa.

Kelancaran dan keberhasilan proses pembelajaran kemampuan menulis

puisi rakyat di sekolah sangat mempengaruhi oleh kreatifitas masing-masing guru.

Dalam pembelajaran keterampilan puisi rakyat. Keempat keterampilan berbahasa

Page 5: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

v

lainnya yakni menyimak, mendengar, dan membaca juga mendukung tercapainya

kompetisi yang diharapkan dalam menulis puisi rakyat disekolah pembelajaran

kemampuan menulis puisi rakyat sering terkendala oleh berbagai permasalahan

seperti mampu guru ajar, mampu siswa pahami pembelajaran sudah diajarkan

tersebut. Komponen yang pengaruh proses belajar mengajar yaitu guru, murid,

tujuan belajaran kurang tercapai jadi kreatifitas seorang guru dalam

menyampaikan pembelajaran berpengaruh terhadap keterkaitan minat belajar

siswa. Puisi rakyat yaitu kesusasteraan rakyat selesai tentu romannya. Biasa puisi

rakyat terdiri dari sederet kalimat. Dasar rima, ada dasarkan panjang pendek suku

kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama. Puisi rakyat adalah

ekspresi dari pengalaman imajinasi diungkapkan dengan bahasa digunakan setiap

planning bagus serta ada manfaat dan puisi rakyat kesusteraan masyarakat lama

atau setempat yang mana puisi rakyat ini sudah lama tidak berkembang sehingga

sudah punah.

B. Identifikasi Masalah

Didasarkan masalah, bisa didentifikasikan masalah dalam belajar tulis.

Pertama, ada ramai murid minus memahami mengembangkan puisi rakyat karena

merupakan pembelajaran yang baru pada kurikulum 2013. Kedua, siswa

mengalami kesulitan saat membuat tahap-tahapan dalam menulis puisi rakyat

dengan menulis dapat membantu melatih siswa dalam menulis cepat. Ketiga,

siswa kurang memahami kebahasaan yang ada pada puisi rakyat. Keempat, siswa

masih ramai tidak ada mental di dimuka kelas untuk menyampaikan pendapatnya.

Kelima, dalam membaca siswa kurang mengerti tentang intonasi, volume, dan

Page 6: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

vi

penjedahan karena pada saat membaca siswa terlalu cepat sehingga tidak

terdengar apa yang diucapkan. Keenam, siswa dalam menulis kurang mengerti

dengan tanda baca.

Pada penelitian ini dilakukan juga wawancara dengan delapan orang murid

tingkat VII SMPN 1Ukui Kab.Pelalawan bisa simpul seperti, Pertama, siswa

masih banyak yang belum mengerti dengan huruf kapital karena siswa masih

butuh bimbingan guru dalam menulis. Kedua, siswa masih banyak yang belum

mengerti tentang struktur pantun karena siswa belum mengerti tentang sampiran

dan isi. Ketiga, siswa lebih banyak menyukai menulis dari pada membaca karena

dalam menulis menambah ilmu pengetahuan sedangkan membaca cepat bosan.

Keempat, siswa mudah bosan pada saat pembelajaran menulis pantun siswa tidak

mengerti dengan sampiran dan isi. Kelima, siswa masih banyak yang tidak berani

mengeluarkan idenya dan malas berpikir kreatif karena siswa lebih cendrung

dalam menulis dan merasakan bosan dalam pembelajaran pantun dan banyak yang

tidur dan ribut pada saat guru menjelaskan.

C. Batas Masalah

Didasarkan permasalahan tersebut, jadi masalah diteliti pada “Pengaruh

Penggunaan seperti belajar TTW dasar mampu Menulis Puisi Rakyat Murid

Tingkat VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan”.

D. Rumusan Masalah

Didasarkan batasan masalah, rumus permasalahan dalam diteliti ini adalah

seperti pada. Pertama, bagaimanakah mampu tulis puisi rakyat murid tingkat VII

Page 7: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

vii

SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan sebelum menggunakan mode TTW?, Kedua,

bagaimanakah mampu tulis puisi rakyat murid tingkat VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan setelah menggunakan model TTW?Ketiga, bagaimanakah

pengaruh penggunaan model TTW terhadap kemampuan menulis puisi rakyat

murid tingkat VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan?

E. Visi Penelitian

didasarkan rumusan masalah, maka dalam yang diteliti yaitu. Pertama,

Untuk deskripsikan mampu menulis puisi rakyat sebelum gunakan model TTW

terhadap kemampuan menulis puisi rakyat murid tingkat VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan. Kedua, Untuk mendeskripsikan kemampuan menulis puisi

rakyat dengan menggunakan model TTW terhadap kemampuan menulis puisi

rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Ketiga,

mendeskripsikan pengaruh penggunaan model TTW terhadap mampu tulis puisi

rakyat murid tingkat VII SMP Negeri 1 Ukui Kabupaten Pelalawan.

F. Manfaat Penelitian

permasalahan diharapkan bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak,

diantaranya sebagai berikut. Pertama, bagi guru bahasa Indonesia SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan sebagai masukan dalam upaya meningkatkan kemampuan

menulis puisi rakyat pada siswa tentukan teknik kreatif agar tunjangan berhasil

belajar. Kedua, siswa di SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dapat meningkatkan

kreatifitas dan pedoman menulis puisi rakyat dengan terampil dan menggunakan

model TTW dasar mampu tulis puisi rakyat murid tingkat VII SMPN 1Ukui

Page 8: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

viii

Kabupaten Pelalawan. Ketiga, bagi peneliti sendiri sebagai bahan dalam proses

untuk mengembangkan ilmu pengetahuan. Keempat, untuk penelitian berikutnya

bisa informasi, pembanding untuk diteliti yang berhubungan dengan masalah ini.

Kelima, untuk menambah pengetahuan dan pemahaman tentang kegiatan

pembelajaran menulis puisi rakyat.

G. Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahan penafsiran terhadap judul penelitian, penulis

menggunakan penafsiran yang istilah-istilah yang digunakan sebagai berikut.

Pertama, pengaruh adalah efek atau akibat yang ditimbulkan oleh suatu teknik

atau perlakuan, dimana suatu keadaan yang menyebabkan hubungan yang saling

berhubungan untuk dipengaruhi. dengan TTW) dasar mampu tulis puisi rakyat

murid tingkat VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan . Kedua, TTW) merupakan

mode belajar latihan kemampuan murid untuk tulis. TTW tekankan perlu murid

komunikasi dasar pikirnya. Think artinya berpikir. Ketiga, kemampuan dalam

menulis dasar gunakan TTW ini dapat melatih dari pikir, bicara, dan nulis. puisi

rakyat adalah kesusasteraan rakyat sudah tentu bentuk, biasa berderet kalimat,

dasarkan jimat, dasarkan panjang singkat suku kata, lemah tekanan suara, atau

berdasrkanirama. keempat, puisi rakyat adalah kesusteraan rakyat yang sudah

lama dan merupakan tradisional melayu yang sediakan..

Page 9: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

9

BAB II

JABARAN PUSTAKA

A. Landas Teori

Pada bagian ini teori digunakan dalam telitian “ Pengaruh Penggunan

Model TTW dasar mampu tulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan” yaitu pada berikut: (satu) Hakikat Menulis, (dua) Hakikat

Pantun (tiga) Hakikat Mode Think Talk Write (TTW).

1. Hakikat Menulis

Teori yang terdapat di dalam hakikat menulis adalah (a) arti tulis, (b) visi

tulis, (c) guna tulis dan (d) step-step menulis.

a. Pengertian Menulis

Dasar Tarigan (2008:3), tulis adalah terampil bahasa guna komunikasi

tidak tatap muka. Tulis ialah kerja produktif dan ekspresif. Dalam kerja tulis, tulis

harus ada manfaat grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata. Terampil tulis tidak

sampai dengan otomatiz tapi latih praktik banyak rutin

Dalman (2015:3), mengatakan tulis ialah kerja komunikasi yaitu sampai

pesan dengan tulis pada lain yaitu cara tulis pakai alat. Tulis ialah laju kreatif

tuang gagas seperti bahasa tulis tujuan seperti beritahu, yakinkan, hibur.

Dasarkan ahli, bisa disimpul yaitu tulis yaitu sampaikan pikir, gagas, rasa

dan dasar hubungan tidak tatap wajah.

b. Tujuan Menulis

Menurut Tarigan (2008:9), mengemukakan tujuan tulis yaitu sebagai

berikut. Pertama, membantu siswa dalam tulisan dibuat untuk dibaca. Kedua,

dalam menulis dapat tulisan didasarkan pada pengalaman. Ketiga, dalam proses

Page 10: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

10

pembelajaran tulisan ditingkatkan melalui latihan terpimpin. Keempat, dalam

tulisan, makna menggantikan bentuk. Kelima, kegiatan-kegiatan bahasa lisan

hendaklah mendahului kegiatan menulis.

Dalman (2015:13-14), defenisi bahwa visi tulis adalah seperti lanjut.

Pertama, visi tugas adalah tujuan untuk memenuhi tugas yang diberikan oleh guru

atau sebuah lembaga. Kedua, tujuan estetis adalah tujuan untuk menciptakan

sebuah keindahan (estetis) dalam sebuah puisi, cerpen, maupun novel. Ketiga,

tujuan penerangan adalah tujuan penulis memberikan informasi kepada pembaca.

Keempat, tujuan pernyataan diri adalah tujuan untuk untuk menegaskan tentang

apa yang telah diperbuat misalnya perjanjian maupun surat pernyataan. Kelima,

tujuan kreatif adalah tujuan yang berhubungan dengan proses kreatif terutama

dalam menulis karya sastra dengan menggunakan imajinasi secara maksimal

ketika mengembangkan tulisan, mulai dalam mengembangkan penokohan,

melukiskan setting, maupun yang lain. Keenam, tujuan konsumtif adalah tujuan

sebuah tulisan diselesaikan untuk dijual dan dikonsumsi oleh para pembaca.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas , dapat disimpulkan bahwa tujuan

menulis adalah untuk memberikan arahan dalam menulis dan menjelaskan sesuatu

menceritakan suatu kejadian, meyakinkan orang lain agar percaya dengan tulisan

yang telah dibuat dan membuat tulisan kreatif dan rapi.

c. Manfaat Menulis

Menurut Tarigan (2008:22-23), manfaat menulis sebagai berikut. Pertama,

untuk hubungan hinder tatap wajah. Kedua, tolong kkita berfikir dg kritis. Ketiga,

mudah dirasa, nikmati hubungan, perdalam tanggapan atau pendapat, pecahkan

Page 11: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

11

masalah, susun urut pengalaman. Keempat, bantu jelaskan pikiran. Dalman

(2015:6), manfaat menulis sebagai berikut. Pertama, tingkat cerdas. Kedua,

kembangan daya ide dan kreativ. Ketiga, tumbuh berani dan. Kempat,

pendoromgan kemauan dan mampu kumpul info.

Menurut Suparno dan Yunus (dalam Sumerti, 2014:14), kemanfaatan itu

di antaranya dalam hal: Pertama, peningkatan kecerdasan, kedua, pengembangan

daya inisiatif dan kreativitas, ketiga, penumbuhan keberanian, dan keempat,

pendorong kemauan dan kemampuan mengumpulkan informasi.

Berdasarkan ahli, bisa disimpul guna tulis yaitu untuk komunikasi tidak

tatap wajah dan tingkat cerdas kembangkan ide kreativit dalam mengumpulkan

informasi.

d. Langkah-langkah Menulis

Menurut Dalman (2015:15-20), langkah-langkah menulis yaitu. Satu,

penulisan tahap siapan waktu pembelajaran menyiapkan dirii, kumpulkan info,

rumuskan masalah, tentukan fokus, olah infoi, tarik tafsir dan inferensi dasar

realitah hadapi, diskusi, baca, amati diperkaya masuk kognitif yang akn diproses

selanjut. pada tahap ini terdiri dari beberapa tahapan yaitu sebagai berikut.(a)

tetukan topik, (b) tentukan maksud tuju penulis, (c) perhatikan sasar karang

(pembaca), (d) kumpulkan info dukungan, (e) menginformasikan idea dan info.

Kedua, tahap penulisan pada tahap ini mengembangkan butir demi butir ide.

Semi (2009:10-11), kemukakan step-step dalam menulis sebagai berikut.

Pertama, tahap prapenulis. Penulis menafsirkan apa yang ingin ia katakan. Kedua,

tahap penulisan.

Page 12: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

12

Tarigan (2008:10), menyatakan langkah-langkah dalam menulis sebagai

berikut. Pertama, mengumpulkan pokok-pokok pembicaraan. Kedua, menyusun

pokok persoalan. Ketiga membuat bagan (outline) dan menuliskan kalimat judul

(topic sentence). Keempat, tulis paragraf sesuai dengan bagan.kelima, tutup dan

akhiri paragraf dengan satu judul yang menarik.

Berdasarkan pendapat para ahli diatas, maka dapat disimpulkan bahwa

langkah-langkah dalam menulis dari menemtukan topik (pokok pembicara),

menentukan tujuan dalam menulis, menyusun pokok permasalahan,

mengumpulkan referensi (informasi pendukung), menulis dan tahap terakhir

penyuntingan dan perbaikan (editing).

2. Hakikat Pantun

Pada bagian ini akan dibahas beberapa teori yang berkaitan dengan hakikat

pantun yaitu (a) Pengertian Puisi Rakyat. (b) Syair. (c) Gurindam.

a. Pengertian Puisi Rakyat

Puisi rakyat adalah kesusteraan rakyat tentu bentuk biasanya berderet

kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada yang berdasarkan panjang pendek suku

kata, lemah tekanan suara, atau hanya berdasarkan irama. puisi terbagi menjadi

dua puisi lama dan puisi baru yang pertama, puisi lama yaitu puisi yang terikat

oleh syarat-syarat tertentu yang tradisional, puisi lama lebih mementingkan

bentuk dari pada isi.

jenis-jenis puisi lama : Pertama, bidal. Kedua, pantun. Ketiga, karmina.

Keempat, talibun. Kelima, syair (dari arab). Keenam, gurindam (dari arab).

Ketujuh, seloka (dari arab).Kedua, puisi lama berbeda dengan puisi baru. puisi

Page 13: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

13

lama sangat terikat oleh bentuk dan harus sesuai dengan pola yang sudah umum.

keadaan ini menyebabkan perkembangannya sangat lambat. puisi baru sudah

mulai meninggalkan cara-cara itu. pengarang puisi baru berusaha mencari warna

baru baik dari segi isi, bentuk, rima, maupun iramanya.jenis-jenis puisi baru :

Pertama, ode. Kedua, hymne. Ketiga, elegy. Keempat, epigram. Kelima, satire.

Keenam, romance. Ketujuh, ballad.

b. Syair

Syair adalah bentuk puisi lama terdiri atas empat baris dalam setiap bait,

semuanya berupa isi berumus a-a-a-a.

Ciri bentuk syair :Pertama, tiap-tiap bait terjadi 4 baris. Kedua, tiap baris

terjadi 8-12 suku kata. Ketiga, sususnan vertikal sajak akhir yaitu sajak sama,

rumusnya a-a-a-a. Keempat, barisnya berupa isi. isi syair berupa nasehat, cerita

dongeng, lukisan, peristiwa, mistik dan lain-lain. syair berasal dari arab

perbandingan antara syair dengan pantun.

Persamaanya Pertama, tiap bait terdiri atas empat baris. Kedua, tiap s

masing-masing terjadi 8-12 suku kata. Perbedaan Pertama, sebait pantun terdiri

dari sampiran dan isi sebait syair merupakan isi seluruhnya. Kedua, rumus sajak

pantun ab-ab rumus sajak akhir syair aaaa. Ketiga, isi pantun berupa lirik isi syair

berupa epik. Keempat, satu bait pantun sudah merupakan kesatuan yang selesai

atau suatu keutuhan

Page 14: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

14

c. Gurindam

Gurindamm ialah puisi lama terdiri atas dua baris dalam setiap bait, semua

bentuk isi yang bentuk nasihat atau siindiran. pengarang gurindam yang terkenal

adalah raja ahli haji, karanganya gurindam dua belas.

a. Pengertian Pantun

Pada bagian ini akan dibahas beberapa teori yang berkaitan dengan hakikat

pantun yaitu (a) Pengertian Pantun (b) Struktur Pantun (c) Ciri-ciri Pantun (d)

Penggunaan Bahasa Pantun. (e) Sajak. (f) Indikator Penilaian Menulis Pantun.

Menurut Gani (2010:93) pantun adalah sastra lisan dalam bentuk puisi

rakyat yang paling tua, paling umum, dan paling penting bagi masyarakat

Minangkabau. pantun mempunyai bait yang terdiri dari empat baris atau lebih

(sampai dua belas baris) dengan delapan sampai dua belas suku kata pada tiap-tiap

barisnya.

Menurut Waluyo (2003:49) pantun (yang berarti dengan padi) adalah jenis

puisi lama yang terdiri dari empat baris, memiliki rima (persamaan bunyi) a/b/a/b

dengan baris pertama dan kedua merupakan sampiran (semacam teka-teki ) dan

baris ketiga dan keempat merupakan isi.

b. Struktur Pantun

Menurut Indriawan (2015:87), struktur tiap pantun dapat dibagi menjadi

dua bagian sebagai berikut (1) sampiran dan (2) isi. Sampiran merupakan

pengantar (larik pertama dan kedua) agar pembaca mau membaca larik ketiga dan

keempat pantun. Sedangkan Isi adalah maksud atau tujuan pantun. isi pantun

biasanya berupa pikiran, perasaan, nasihat, kebenaran, pertanyaan, atau teka-teki

Page 15: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

15

yang terdapat pada larik ketiga dan keempat. isi pantun juga mengandung pesan

yang disampaikan pemantun kepada orang lain.

Menurut Sugiarto (2015:5), struktur pantun terbagi atas dua bagian, yaitu

bagian sampiran dan isi. sampiran (dua larik pertama) merupakan pengantar

menuju isi pantun, yaitu pada kedua larik berikutnya. umumnya larik-larik dalam

dua larik pertama (sampiran) hanya memiliki hubungan persamaan bunyi dengan

larik ketiga dan keempat dan tidak memiliki hubungan makna.

Diagram. 1. Struktur Pantun.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa struktur

pantun terdiri dari empat baris. baris pertama dan kedua disebut sampiran,

sedangkan baris ketiga dan keempat disebut isi. baris ketiga dan keempat disebut

isi karena mengandung makna dari sampiran.

c. Ciri-ciri Pantun

bbbnmmnb STRUKTUR PANTUN

Sampiran

Isi

Baris 1 /a/

baris 1 / g Baris 2 /b/

Baris 2 /-b/

Baris 1/-a/

Page 16: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

16

Menurut Sugiarto (2015:5) mengatakan ciri-ciri pantun dapat dibagi

menjadi (1) setiap (bait) terdiri atas empat larik (baris), (2) banyaknya suku kata

tiap larik sama atau hampir sama (biasanya terdiri atas 8-12 suku kata), (3) pola

sajak akhirnya adalah ab-ab, (4) larik pertama dan kedua disebut sampiran,

sedangkan larik ketiga dan keempat disebut isi pantun (makna, tujuan, dan tema

pantun). larik sampiran ini mengandung tenaga pengimbau bagi pendengar atau

pembaca untuk segera mendengar atau membaca larik ketiga dan keempat.

Menurut Aprilia (2017:31) mengatakan ciri-ciri pantun (1) tiap-tiap bait

terdiri dari 4 (empat) baris, (2) bersajak ab-ab, (3) dua baris pertama awal berupa

sampiran, (4) dua baris terakhir berupa isi, (5) tiap baris, biasanya terdiri dari 4

hingga 6 kata atau 8 sampai 12 suku kata.

d. Penggunaan Bahasa Pantun

Menurut Sugiarto (2015:5), perbedaan pendapat para ahli tentang yang

membedakan bantuk karyaa sastra lisan dan merupakan ciri khas yang mudah

dikenal antara lain (1) setiap bait terdiri dari empat larik (2) banyaknya suku kata

tiap larik sama atau hampir sama (biasa terdiri atas 8-12 suku kata).

Menurut Waluyo (1987:8), struktur temantik atau struktur makna

dikemukakan menurut aturan jenis pantun atau jenis syair ikatan yang

memberikan nilai keindahan dalam struktur kebahasaan itu, berupakan (1) jumlah

suku kata . kata setiap baris (2) jumlah baris setiap bait (3) jumlah bait setiap

puisi.

Menurut Mihardja (2009:11), dalam bahasa jawa, misalnya dikenal sebgai

periksa dan dalam bahasa sunda dikenal sebagai paparikan, lazimnya pantun

Page 17: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

17

terdiri atas empat larik pantun pada mulanya merupakan sastra lisan namun

sekarang dijumpai juga pantun yang tertulis.

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, maka penulis menyimpulkan

bahwa bahasa dalam pantun merupakan bait, larik, dan suku kata, karena pantun

terdiri dari empat larik dan kaata pantun berdiri dari 8 - 12 kato.

e. Sajak

Menurut Ratih (2012:25) mengatakan sajak ialah persamaan bunyi..

persamaan itu ada yang tepat benar-benar dan ada pula yang kurang sempurna.

walaupun sajak bukan menjadi syarat khusus bagi sesuatu puisi lama, tetapi

pengaruhnya sangat mengikat kepada bentuk dan pilihan kata dalam puisi itu.

Menurut Aprilia (2017:27) mengatakan sajak ialah persamaan bunyi.

persamaan yang terdapat pada kalimat atau perkataan, di awal, di tengah, di akhir

perkataan. persamaan itu ada yang terdapat benar-benar dan ada pula yang kurang.

f. Indikator penilaian Menulis Pantun

Berdasarkan teori menulis pantun diatas, maka indikator penilaian yang

digunakan dalam penelitian ini menurut Sugiarto (2015:5) . Ciri-ciri pantun

Pertama, setiap untai (bait) terdiri atas empat larik (baris). Kedua, banyaknya

suku kata tiap larik sama atau hampir sama (biasanya terdiri atas 8-12 suku kata).

Ketiga, pola sajak akhirnya adalah ab-ab. Keempat, larik pertama dan kedua

disebut sampiran, sedangkan larik ketiga dan keempat disebut isi pantun (makna,

tujuan, dan tema pantun). larik sampiran ini mengandung tenaga pengimbau bagi

pendengar atau pembaca untuk segera mendengar atau membaca larik ketiga dan

keempat.

Page 18: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

18

3. Hakikat TTW)

Hakikat model pembelajaran sebagai berikut. a) pengertian model (TTW),

b) langkah-langkah model TT),c) kelebihan model (TTW), d) kekurangan model

(TTW).

a. Pengertian TTW

Pembelajaran ini dimulai dengan berpikir melalui bahan bacaan

(menyimak, mengkritis, dan alternative solusi) hasil bacaannya dikomunikasikan

dengan presentasi, diskusi, dan kemudian buat laporan hasil presentasi. sintaknya

adalah : informasi, kelompok, (membaca- mencatat – menandai), presentasi,

diskusi, melaporkan.

Menurut Suyatno (2009: 51), Model ThinkTalk Write (TTW) merupakan

salah satu model pembelajaran kooperatif dimana kooperatif ini kegiatan

pembelajarannya dengan cara berkelompok untuk bekerja sama 8 saling

membantu mengkontruksi konsep, menyelesaikan persoalan dengan menyatukan

pendapat untuk memperoleh keberhasilan yang optimal, dengan pembelajaran ini

siswa dilatih dan dibiasakan untuk salingberbagi (sharing) pengetahuan dan

pemikirannya serta menumbuhkan rasa tanggung jawab. Berdasarkan penjelasan

di atas maka dengan menggunakan model pembelajaran ThinkTalk Write (TTW)

semua siswa dalam kelompok dapat menyatukan ide atau pendapat mereka untuk

memecahkan suatu permasalahan yang diberikan dari guru serta saling membantu

dan berlatih berintraksi dan komunikasi dalam kelompoksehingga memberikan

pengetahuan awal kepada anggota kelompok Salah satu model pembelajaran yang

mengedepankan ketiga aspek tersebut yaitu ThinkTalk Write (TTW).

Page 19: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

19

Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa

penggunaan model pembelajaran think talk write ini diharapkan dapat dijadikan

salah satu alternatif untuk memberikan rangsangan keatifan siswa, mengatasi

kesulitan siswa dalam memahami materi, menjadikan suasana yang ada di dalam

kelas akan lebih menyenangkan dan menarik serta pembelajaran menjadi

bervariasi sehingga meningkatkan hasil belajar.

b. Langkah TTW

Menurut Shoimin (2016:214), Pertama, guru bagikan LKS muat soal

mutlak kerjakan oleh murid dan petuunjuk pelaksanaanya. Kedua, peserta didik

baca masalah ada di LKS dan buat catat kecil secara sendirii tentang apa yang ia

ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Ketika peserta didik buat catat

kecil inilah akan terjadi proses pikir (Think) pada peserta didik. Setelah itu,

peserta didik berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut secara individu.

Kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau menyatukan

ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan ke dalam

bahasa sendiri. Ketiga, guru membagi siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa).

Keempat, siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu group untuk

membahas isi catatan dari hasil catatan (Think). Dalam kegiatan ini mereka

menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide

dalam diskusi. pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. diskusi

diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. Kelima, dari hasil

diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban

atas soal (berisi landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam

Page 20: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

20

bentuk tulisan (Write) dengan bahasanya sendiri. pada tulisan itu peserta didik

menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi. Keenam, perwakilan

kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta

memberikan tanggapan. Ketujuh, kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat

refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. sebelum itu pilih beberapa

atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan

jawabanya, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.

Menurut Antasari (dalam Obsa, 2017:96), sebagai berikut: Pertama, guru

membagi teks bacaan berupa lembar aktiivitas siswa yang memuat siituasi

masalah yang bersifat open- ended serta memberikan petunjuk dan prosedur

pelaksanaanya. Kedua, siswa membaca teks dan membuat catatan hasil bacaan

serta individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think). ketiga, siswa berinteraksi

dan berkelaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). guru berperan

sebagaimediator dalam lingkungan belajar. keempat, siswa mengkontrusikan

sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write). kelima, guru memantau dan

mengevaluasi tingkat pemahaman siswa.

Menurut Huda (2014:218) langkah pembelajaran dengan model think talk

write. pertama, siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara

individu (think), untuk di bawa ke forum diskusi. kedua, siswa berinteraksi dan

berkolaborasi dengan teman satu group untuk membahas isi catatan (talk). Dalam

kegiatan ini mereka menggunakan bahasa dan kata-kata mereka sendiri untuk

menyampaikan id-ide dalam diskusi.pemahaman di bangun melalui interaksi

dalam hal diskusi, karena diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal

Page 21: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

21

yang diberikan. ketiga, siswa mengkonstruksikan sendiri pngetahuan yang

membuat pemahaman dan komunikasi dalam bentuk tulisan. keempat, kegiatan

akhir pembelajaran ini adalah membuat refleksi dan ksimpulan atas materi yang

dipelajari. sebelum itu, dipilih satu atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan

kelompok untuk menyajikan jawaban, sdangkan kelompok lain diminta

memberikan tanggapan.

c. Kelebihan TTW)

Menurut Suyatno (2009:67) menjelaskan kelebihan model Think Talk

Write (TTW) adalah: Pertama, mengembangkan pemecahan yang bermakna

dalam rangka memahami materi ajar. Kedua, dengan memberikan soal open

ended dapat mengembangkan keterampilan berpikir ktritis dan kreatif siswa.

Ketiga, dengan berinteraksi dan berdiskusi dengan kelompok akan melibatkan

siswa secara aktif dalam belajar.

d. Kekurangan TTW)

Menurut Shoimin (2016:215), mengatakan kekurangan TTW) sebagai

berikut. Pertama, kecuali kalau soal open ended tersebut dapat memotivasi, siswa

dimungkinkan sibuk. Kedua, ketika siswa bekerja daam kelompok itu mudah

kehilangan kemampuan dan kepercayaan karena didominasi oleh siswa yang

mampu. Ketiga, guru harus benar-benar menyiapkan semua media dengan matang

agar dalam menerapkan strategi think talk write tidak mengalami kesulitan.

Menurut Suyatno (2009:67) menyatakan kekurangan model Think Talk

Write (TTW) sebagai berikut: Pertama, kecuali kalau soal open ended tersebut

dapat memotivasi, siswa di mungkinkan bekerja sibuk. Kedua, ketika siswa

Page 22: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

22

bekerja dalam kelompok itu mudah kehilangan kemampuan dan kepercayaan,

karena di dominasi oleh siswa yang mampu. Ketiga, guru harus benar-benar

menyiapkan semua media dengan matang agar dalam menerapkan strategi Think

Talk Write(TTW) tidak mengalami kesulitan.

e. Penerapan TTW)

Berdasarkan langkah-langkah TTW) menurut Shoimin akan

mempermudahkan siswa dalam belajar. siswa akan dibagi menjadi beberapa

kelompok dalam mengerjakan tugas yang diberikan. penerapan TTW) menurut

Shoimin (2016:214) dapat dilihat berdasarkan dibawah ini.

Tabel 1. Langkah-langkah Penerapan Model Pembelajaran Think Talk

Write(TTW) terhadap Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Siswa

Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan.

Langkah-langkah

Model Pembelajaran Think Talk Write

Menurut Shoimin (2016: 214)

Penerapan TTW) terhadap

Kemampuan Menulis Pantun

1. Guru membagikan LKS yang memuat

soal yang harus dikerjakan oleh siswa

serta petunjuk pelaksanaanya

Guru membagikan LKS yang

berisi soal serta petunjuk

pelaksanaan tugas kepada peserta

didik untuk mengerjakan soal

tersebut.

2. Peserta didik membaca masalah yang

ada dalam LKS dan membuat catatan

kecil secara individu tentang apa yang

ia ketahui dan tidak ketahui dalam

masalah tersebut. Ketika peserta

membuat catatan kecil inilah akan

terjadi proses berpikir (Think) pada

peserta didik. Setelah itu, peserta didik

berusaha untuk menyelesaikan

masalah tersebut secara inividu.

Guru meminta peserta didik untuk

membaca masalah yang ada dalam

LKS dan peserta didik di minta

untuk membuat catatan kecil secara

individu tentang apa yang ia ketahui

dan tidak ia ketahui dalam masalah

tersebut dari pantun yang diketahui.

setelah peserta didik membuat catan

kecil, peserta didik diminta untuk

berusaha menyelesaikan masalah

Page 23: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

23

Kegiatan ini bertujuan agar peserta

didik dapat membedakan atau

menyatukan ide-ide yang terdapat

pada bacaan untuk kemudian

diterjemahkan ke dalam bahasa

sendiri.

tersebut secara individu. dengan

cara menganalisis struktur pantun

dan jenis.

3. Guru membagi siswa dalam kelompok

kecil 3-5 siswa

Guru membagi siswa dalam

kelompok kecil yang beranggota

3- 5 peserta didik.

4. Siswa berinteraksi dan berkolaborasi

dengan teman satu group untuk

membahas isi catatan dari hasil catatan

(talk). Dalam kegiatan ini mereka

menggunakan bahasa dan kata-kata

mereka sendiri untuk menyampaikan

ide-ide dalam diskusi. pemahaman

dibangun melalui interaksinya dalam

diskusi. diskusi diharapkan dapat

menghasilkan solusi atas soal yang

diberikan.

Peserta didik dengan teman

sekelompoknya untuk membahas

isi catatan dari hasil catatan kecil.

yang berkaitan dengan analisis

pantun tersebut berdasarkan

struktur dan jenis peserta didik

menyatukan bahasa dan kata-kata

mereka untuk menyampaikan ide-

ide dalam diskusi kelompok.

peserta didik berdiskusi untuk

mendapatkan solusi atas soal yang

diberikan.

5. Dari hasil diskusi, peserta didik secara

individu merumuskan pengetahuan

berupa jawaban soal (berisi landasan

dan keterkaitan konsep, metode, dan

solusi) dalam bentuk tulisan dengan

bahasa sendiri. pada tulisan itu peserta

didik menghubungkan ide-ide yang

diperolehnya melalui diskusi.

Setelah hasil Dari diskusi

kelompok peserta didik

merumuskan pengetahuan secara

individu mengenai jawaban soal

dalam bentuk tulisan dengan

menggunakan bahasa sendiri.

dengan tema “pantun nasehat dan

pantun agama tulisan yang dibuat

peserta didik berasal dari

gabungan ide-ide yang diperoleh

melalui diskusi kelompok dengan

pantun yang dibuat.

6. Perwakilan kelompok menyajikan

hasil diskusi kelompok, sedangkan

kelompok lain diminta memberikan

tanggapan

Guru meminta perwakilan setiap

kelompok untuk menyajikan hasil

diskusi kelompok dan kelompok

lain diminta untuk memberikan

tanggapan atas hasil diskusi

penyaji yang berdasarkan tema

dalam pantun tersebut seperti “

nasihat tentang kerja keras kelak

Page 24: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

24

hidupnya menjadi sukses.

7. Kegiatan akhir pembelajaran adalah

membuat refleksi dan kesimpulan atas

materi yang dipelajari.Sebelum itu

dipilih beberapa atau satu orang

peserta didik sebagai perwakilan

kelompok untuk menyajikan

jawabannya, sedangkan kelompok lain

minta memberikan tanggapan.

Setelah kelompok lain

memberikan tanggapan. peserta

didik diminta untuk menyajikan

jawaban mengenai tanggapan dari

kelompok lain. sedangkan

kelompok lain diminta untuk

memberikan tanggapan atas

jawaban tersebut. guru dan peserta

didik menyimpulkan materi

pembelajaran secara bersama.

B. Penelitian yang Relevan

Berdsarkan studi kepustakaan yang dilakukan maka diperoleh penelitian

yang relevan dengan penelitian ini sebagai berikut. Pertama, Hasmiati (2012)

mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat dengan judul “pengaruh penggunaan

teknik permainan kata terhadap keterampilan menulis pantun siswa kelas VII

SMP Negeri 24 Sijunjung Kabupaten Sijunjung. penelitian ini bertujuan untuk

mendeskripsikan kemampuan siswa kelas VII SMP Negeri 24 sijunjung dalam

menulis pantun. Berdasarkan hasil analisis data terdapat keterampilan menulis

pantun tanpa dan dengan menggunakan teknik permainan kata dapat disimpulkan

sebagai berikut. 1) tingkat keterampilan menulis pantun siswa kelas VII SMP

Negeri 24 sijunjung tanpa menggunakan teknik permainan kata memperoleh nilai

rata-rata 70,23 dengan klsifikasi 66-75% dengan kualifikasi lebih dari cukup

(LDC). 2) tingkat keterampilan menulis pantun dengan menggunakan teknik

permainan kata siswa kelas VII SMP Negeri 24 sijunjung memperoleh nilai rata-

rata 78,33 dengan klasifikasi 76-85% dengan kualifikasi baik. 3) berdsarkan hasil

uji “t” disimpulkan bahwa terdapat pengaruh terhadap penggunaan teknik

Page 25: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

25

permainan kata siswa kelas VII SMP Negeri 24 sijunjung karena t hitung > t tabel

(2,26 > 1,67).

Adapun perbedaan yang terdapat pada penelitian yang telah dilakukan oleh

Hasmiati dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu terletak pada model

pembelajarannya. Hasmiati menggunakan teknik permainan kata sedangakn

penulis menggunakan model Think Talk Write (TTW). Persamaan penelitian

Hasmiati dengan penelitian yang akan dilakukan penulis sama-sama

menggunakan menulis pantun.

Kedua, Desrimaliza (2014) Mahasiswa UNP dengan judul penelitian

“pengaruh model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match terhadap

keterampilan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 30 padang. penggunaan

model pembelajaran Kooperatif Tipe Make a Match berpengaruh secara signifikan

terhadap keterampilan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 30 padang.

Hal ini juga terlihat dari nilai rata-rata postest (79,68) keterampilan menulis

pantun lebih tinggi dibandingkan dengan nilai rata-rata protest (58,72).

Persamaanya menggunakan model yang sama sedangkan membedakannya postest

nilai yang lebih tinggi dibandingkan dengan postest nilai yang lebih rendah.

Adapun perbedaan yang terdapat pada penelitian yang telah dilakukan oleh

Desmaliza dengan penelitian yang akan dilakukan terletak pada model

pembelajarannya. Desmariza menggunakan model pembelajaran kooperatif Tipe

Make a Match sedangakn penulis menggunakan model Think Talk Write (TTW).

Persamaanya penelitian Desmaliza dengan penelitian yang akan dilakukan penulis

sama-sama menggunakan menulis pantun.

Page 26: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

26

Ketiga, Titin Siska (2014) mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat dengan

judul penelitian “ Pengaruh Penggunaan Model Think Pair Share terhadap

Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII MTSN 4 Mukomuko”. dengan

hasil penelitian tingkat kemampuan menulis pantun tergolong baik sekali dengan

rata-rata hitung (M) nilai sebesar 88 yang berada pada rentang tingkat penguasaan

86%-95%. Persamaanya menggunakan model Think Pair Share yang

membedakannya nilai sebesar 88 sedangkan pada tingkat penguasaan di perlukan

nilai yang tinggi dari 86%-95%.

Adapun perbedaan yang terdapat pada penelitian yang telah dilakukan oleh

Titin Siska dengan penelitian yang akan penulis lakukan yaitu terletak pada model

pembelajarannya. Titin Siska menggunakan model Think Pair Share,, sedangkan

penulis menggunakan model Think Talk Write (TTW). persamaanya penelitian

Titin Siska dengan penelitian yang akan dilakukan penulis yaitu sama-sama

menggunakan menulis pantun.

C. Kerangka Konseptual

Kemampuan Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang

dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka

dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif. dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah dapat memanfaatkan

grafologi, struktur bahasa, dan kosa kata.keterampilan menulis ini tidak akan

datang secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan

teratur.

Page 27: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

27

Ciri-ciri Pantun

1. Bait 3. Suku kata

2. Sajak

suku kata

1.

1.

sukukata 2 1 1. 11.

nnnkkasssaa Struktur Pantun

1. Sampiran

2. Isi

Model Think Talk Write (TTW)

dkeketfffd Kemampuan menulis pantun

setelah menggunakan model

Think Talk Write (TTW)

ddfghjktu Kemampuan menulis pantun

sebelum menggunakan model

Think Talk Write (TTW)

Pantun

Puisi Rakyat

Page 28: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

28

Diagram2. Kerangka Konseptual

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teori dan kerangka konseptual yang telah dikemukakan

tersebut, maka dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut.

H0 = tidak terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model

pembelajaran TTWterhadap kemampuan menulis puisi rakyat siswa

kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. H0 diterima jika t hitung ≤ t

tabel dengan derajat kebebasan (dk) = n-1dan taraf signifikan 95%.

H1 = terdapat pengaruh yang signifikan dalam penggunaan model pembelajaran

TTWterhadap kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN

1Ukui Kabupaten Pelalawan. Hı diterima jika t hitung> t tabel dengan derajat

kebebasan (dk) = n-1 dan taraf signifikan 95%.

Pengaruh Penggunaan Model Think Talk Write (TTW)

terhadap Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Siswa

Kelas VII SMP Negeri 1 Ukui Kabupaten Pelalawan

Page 29: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

29

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif. Menurut Sugiyono (2014:7),

penelitian kuantitatif adalah penelitian yang ilmiah karena telah memenuhi

kaidah-kaidah ilmiah yaitu konkrit/empiris, obyektif, terukur, rasional, dan

sistematis. Data penelitian berupa angka-angka dan analisis menggunakan

statistik. Data dalam penelitian ini adalah skor dan nilai hasil dari TTWterhadap

keterampilan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten

Pelalawan.

B. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen.dilakukan untuk mengetahui hubungan sebab akibat antar variable.

Tergolong metode eksperimen karena penelitian ini bertujuan untuk mengontrol

atau mengendalikan setiap gejala yang terjadi. Arikunto (2010:9), menjelaskan

bahwa penelitian ini sengaja membangkitkan timbulnya sesuatu kejadian atau

keadaan, kemudian diteliti bagaimana akibatnya. Dengan kata lain, eksperimen

adalah suatu cara untuk mencari hubungan sebab akibat (hubungan kausal) antara

dua faktor yang sengaja ditimbulkan oleh peneliti dengan mengeliminisasi atau

mengurangi atau menyisihkan faktor-faktor lain yang mengganggu. Eksperimen

selalu dilakukan dengan maksud untuk melihat akibat suatu perlakuan.

Page 30: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

30

C. Rancangan Penelitian

Teliti guna alat eksprimen yang pree-exsperimental design dengan

rancangan one Group Pretes- Postest Design. Sugiyono (2014:74), dikatakan pre-

exsprimental design ini belum merupakan eksprimen sungguh-sungguh, dalam

rancangan bentuk eksprimen ini one Group Pretes-Posstet Design pertama

dilakukan pretest sebelum diberikan perlakuan, kemudian diberi perlakuan

dengan baik dan dengan menggunakan model Think Talk Write (TTW) setelah itu

dilakukan postest, digambarkan pada tabel sebagai beriku.

Tabel 2. Rancangan Penelitian

Pretest

(tes awal)

Treatment

(perlakuan)

Protest

(tes akhir)

O1 X O2

(Sugiyono, 2014:75)

Keterangan:

O1: Nilai pretes (tes awal) untuk mengukur mampu tulis puisi rakyat sebelum

guna model TTW

X: Perlakuan yang diberikan terhadap subjek dengan menggunakan model

Think Talk Write (TTW)

O2: Postest (tes akhir) untuk mengukur mampu tuliss puisi rakyat setelah

menggunaan model TTW)

D. Populasi dan Sampel

Menurut Arikunto (2010:173-174), mengatakan bahwa populasi adalah

keseluruhan subjek penelitian, sedangkan sampel adalah sebagian populasi yang

akan diteliti. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII SMPN

1Ukui tahun ajaran 2018/019. Jumlah siswa kelas VII yang terdaftar pada tahun

ajaran 2018/2019 adalah 65 orang yang terdiri dari tiga kelas.

Page 31: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

31

Cara pengambilan sampel ini yaitu dengan menggunakan teknik purposive

sampling jenuhatau sampel diambil berdasarkan pertimbangan tertentu. Arikunto

(2010:183), teknik purposive sampling adalah cara pengambilan sampel bukan

didasarkan atas strata, random, atau daerah, tetapi didasarkan atas adanya tujuan

tertentu serta memenuhi syarat, yaitu didasarkan atas ciri-ciri pokok populasi,

subjek yang diambil paling banyak mengandung ciri-ciri populasi. Populasi ini

tergambar dalam tabel berikut.

Tabel 3. Populasi dan Sampel Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten

Pelalawan

No Kelas Jumlah siswa

1 VII. 1 22 orang

2 VII. 2 21 orang

3 VII. 3 22 orang

Jumlah 65 orang

Berdasarkan jumlah dari tiga kelas, dipilih satu kelas yang akan menjadi

sampel dalam penelitian ini yaitu kelas VII.2 Adapun alasan memilih kelas VII.2

untuk dijadikan sampel penelitian karena memiliki standar deviasi kerkecil

dibandingkan dengan kelas lain.

E. Variabel dan Data

Menurut Arikunto (2014:161), variabel adalah objek penelitian atau apa

yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Dalam penelitian ini memiliki dua

variabel. Pertama, variabel bebas adalah variabel yang diduga sebagai sebab

munculnya variabel yang lain. Pada penelitian ini yang menjadi variabel bebas

adalah model Think Talk Write (X). Kedua, variabel terikat adalah kondisi yang

Page 32: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

32

diharapkan berubah setelah diberi perlakuan. Variabel terikat pada penelitian ini

adalah kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan (Y).

Menurut Arikunto (2010:161), mengemukakan bahwa data adalah hasil

pencatatan penelitian, baik yang berupa fakta ataupun angka. Data dalam

penelitian adalah skor menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan sebelum menggunakan model Think Talk Write (TTW)dan

setelah guna mode TTW.

F. Instrumen Penelitian

Instrumen ialah guna kumpulkan data teliti. Menurut Arikunto (2010:203),

yatakan bahwa instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti

dalam mengumpulkan ata agar pekerjaanya lebih mudah dan hasilnya baik dalam

arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah. Sugiyono

(2014:102), instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk

mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati.

Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah tes unjuk kerja, yaitu

menulis pantun. Arikunto (2014:193), tes unjuk kerja adalah serentetan

pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur

keterampilan, pengetahuan intelegensi, dan kemampuan atau bakat yang dimiliki

oleh individual atau kelompok. Melalui tes unjuk kerja tersebut, siswa diberikan

tugas menulis teks pantun berdasarkan topik yang telah ditentukan yaitu sebelum

menggunakan TTW)dan sesudah menggunakan menggunakan TTW) Sedangkan

Page 33: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

33

aspek yang akan dinilai dalam menulis pantun dalam tes unjuk kerja yang

dilakukan siswa ini adalah struktur pantun, rima, penggunaan bahasa pantun.

G. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah sebagai

berikut. Pertemuan pertama dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Pertama,

guru menjelaskan materi pantun , pengertian pantun , struktur pantun, sajak,

penggunaan bahasa pantun. Kedua, guru menugaskan siswa menulis pantun

dengan topik “pantun nasehat ”. Ketiga, setelah selesai, lembaran siswa

dikumpulkan dan diperiksa sesuai dengan indikator.

Pada pertemuan kedua, guru melaksanakan pembelajaran pantun dengan

menerapkan model Think Talk Write (TTW) Model tersebut dilakukan dengan

langkah-langkah berikut ini. Pertama, guru membagikan LKS yang memuat soal

yang harus dikerjakan oleh siswa serta prtunjuk pelaksanaanya guru membagikan

LKS yang berisi soal serta petunjuk pelaksanaan tugas kepada peserta didik untuk

mengerjakan soal tersebut. Kedua, peserta didik membaca masalah yang ada

dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui

dan tidak ketahui dalam sebuah masalah tersebut. ketika peserta didik membuat

catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (Think) pada peserta didik.

Setelah itu, peserta didik berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut

secara individu. kegiatan ini bertujuan agar peserta didik dapat membedakan atau

menyatuhkan ide-ide yang terdapat pada bacaan untuk kemudian diterjemahkan

ke dalam bahasa sendiri guru meminta peserta didik untuk membaca masalah

yang ada dalam LKS dan peserta didik di minta untuk membuat catatan kecil

Page 34: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

34

secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ia ketahui dalam masalah

tersebut. setelah peserta didik membuat catatan kecil, peserta didik diminta untuk

berusaha menyelesaikan masalah tersebut secara individu. Ketiga, guru membagi

siswa dalam kelompok kecil 3-5 siswa guru membagi siswa menjadi beberapa

kelompok yaitu masing-masing kelompok berjumlah 3 orang. Keempat, siswa

berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu group untuk membahas isi

catatan dari hasil catatan (Talk) dalam kegiatan ini mereka menggunakan bahasa

dan kata-kata mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi.

pemahaman dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. diskusi diharapkan

dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan peserta didik dengan teman

sekelompoknya untuk membahas isi catatan dari hasil catatan kecil.

Peserta didik menyatukan bahasa dan kata-kata mereka untuk

menyampaikan ide-ide dalam diskusi kelompok. peserta didik berdiskusi untuk

mendapatkan solusi atas soal yang diberikan. Kelima, dari hasil diskusi, peserta

didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban soal (berisi

landasan dan keterkaitan konsep, metode, dan solusi) dalam bentuk tulisan dengan

bahasa sendiri. pada tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang

diperolehnya melalui diskusi dari hasil diskusi kelompok peserta didik

merumuskan pengetahuan secara individu mengenai jawaban atas soal dalam

bentuk tulisan dengan menggunakan bahasa sendiri. tulisan yang dibuat peserta

didik berasal dari gabungan ide-ide yang diperoleh melalui diskusi kelompok.

Keenam, perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan

kelompok lain diminta memberikan tanggapan guru meminta perwakilan setiap

Page 35: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

35

kelompok untuk menyajikan hasil diskusi kelompok dan kelompok lain diminta

untuk memberikan tanggapan atas hasil diskusi penyaji. Ketujuh, kegiatan akhir

pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari

sebelum itu dipilih beberapa atau satu orang peserta didik sebagai perwakilan

kelompok untuk menyajikan jawabannya, sedangkan kelompok lain minta

memberikan tanggapan setelah kelompok lain memberikan tanggapan peserta

didik diminta untuk menyajikan jawaban mengenai tanggapan dari kelompok lain

sedangkan kelompok lain diminta untuk memberikan tanggapan dan jawaban

tersebut guru dan peserta didik menyimpulkan materi pembelajaran secara

bersama.

Pertemuan ketiga, guru memberikan test akhir (post-test) dengan langkah-

langkah sebagai berikut. Pertama, guru menugaskan siswa menulis pantun dengan

tema “pantun Agama ”. Kedua, setelah selesai mengerjakan tes lembaran hasil

kerja siswa dikumpulkan dan diperiksa oleh guru sesuai dengan indikator yang

diteliti.

H. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut. Setelah data

terkumpul, maka dilakukan langkah-langkah untuk analisis data selanjutnya.

Pertama, membaca atau memeriksa pantun yang telah ditulis peserta didik

sebelum dan sesudah menggunakan model Think Talk Write (TTW). Kedua,

memberi skor terhadap pantun siswa berdasarkan data indikator yang telah

ditentukan. Pemberian skor tersebut dilakukan dengan format sebagai berikut.

Page 36: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

36

Format Penilai Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Siswa Kelas VII SMPN

1Ukui Kabupaten Pelalawan

No Kode

Sampel

Aspek yang Dinilai Skor Nilai

Struktur Pantun Penggunan Bahasa Pantun

Sampiran Isi Bait Suku

Kata

Sajak

1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3 1 2 3

Keterangan:

Deskriptor Penilaian

a. Deskriptor Penilaian Sampiran

Skor 1 : Diberikan jika larik 1 dan larik 2 sampiran.

Skor 2 : Diberikan jika larik 1 dan larik 2 tidak saling berhubungan.

Skor 3 : Diberikan jika larik 1 dan larik 2 saling berhubungan.

b. Deskriptor Penilaian Isi

Skor 1 : Diberikan jika isi pantun hanya terdapat pada larik 3.

Skor 2 : Diberikan jika isi pantun hanya terdapat pada larik 4.

Skor 3 : Diberikan jika larik 3 dan larik 4 memiliki hubungan yang sama agar

bisa dibaca oleh pembaca.

c. Deskriptor Penilaian Bait

Skor 1 : Diberikan apabila bait terdiri atas dua larik.

Skor 2 : Diberikan apabila bait terdiri atas tiga larik.

Skor 3 : Diberikan apabila bait terdiri atas empat larik.

d. Deskriptor Penilaian Jumlah Suku kata

Skor 1 : Diberikan apabila jumlah suku kata dalam larik antara 1-3 suku kata.

Skor 2 : Diberikan apabila jumlah suku kata dalam larik antara 4-7 suku kata.

Skor 3 : Diberikan apabila jumlah suku kata dalam larik antara 8-12 suku kata.

e. Deskriptor Penilaian Sajak

Skor 1 : Diberikan apabila tidak ditemukan persajakan akhir.

Skor 2 : Diberikan apabila ada persajakan pantun tetapi tidak bersajak a-b-a-b.

Skor 3 : Diberikan apabila persajakan pantun bersajak a-b-a-b.

Ketiga, mengubah skor menjadi nilai. yang diperoleh oleh siswa masing-

masing tes diolah menjadi nilai dengan menggunakan rumus presintase untuk

menghitung nilai yang diperoleh siswa dapat digunakan rumus sebagai berikut.

Page 37: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

37

N = Smax

Keterangan :

N = tingkat Penguasaan

SM = skor yang diperbolehkan siswa

SI = skor yang harus dicapai dalam suatu tes

Smax = skala yang digunakan (100%)

Keempat, menyajikan nilai yang diperoleh kedalam tabel distribusi

frekuensi. Kelima, menentukan rata-rata hitungan kemampuan menulis puisi

rakyat sebelum dan setelah menggunakan model TTW. Menurut Abdurrahman dan

Ratna (2003:270) rumus yang digunakan dalam memasukkan nilai rata-rata hitung

adalah sebagai berikut.

Tabel 4 . Tabel Distribusi Frekuensi Menulis Puisi rakyat Siswa Kelas VII

SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

No F X F (X)

Keterangan

F : banyak siswa

X : nilai tengah

F(X) : jumlah nilai

Kelima, menentukan rata-rata hitungan kemampuan menulis puisi rakyat

sebelum dan sesudah menggunakan model Think Talk Write (TTW). Menurut

Abdurrahman dan Ratna (2003: 270) rumus yang digunakan dalam memasukakan

nilai rata-rata hitung adalah sebagai berikut.

M =

Keterangan :

M = Mean (rata-rata)

Page 38: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

38

F = Frekuensi

X = Skor

N = Jumlah Siswa.

Keenam, mengklasifiksikan kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas

VII SMPN 1Ukui menulis puisi rakyat sebelum dan setelah mengguanakan

model TTWPembelajaran dengan menggunakan skala 10 berikut ini

Tabel 5 . Penentuan Pedoman Konvensi Skala 10

No Tingkat

Penguasaan

Nilai ubah skala

10

Keterangan

1 96%-100% 10 Sempurna (S)

2 86%-95% 9 Baik Sekali (BS)

3 76%-85% 8 Baik (B)

4 66%-75% 7 Lebihdari Cukup (LdC)

5 56%-65% 6 Cukup (C)

6 46%-55% 5 Hampir cukup (HC)

7 36%-45% 4 Kurang (K)

8 26%-35% 3 Kurang sekali (KS)

9 16%-25% 2 Buruk (B)

10 0%-15% 1 Buruk sekali (BS)

Sumber (Nurgiantoro, (2001:400)

Ketujuh, membuat histogram (diagram batang) kemampuan menulis puisi

rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan sebelum dan setelah

mengunakan model Think Talk Write (TTW).Kedelapan, melakukan uji normalitas

dan uji homogenitas dengan kriteria berikut:

I. Uji Persyratan Analisis

Uji persyaratan analisi yang dilakukan dengan penelitian ini adalah uji

normalitas dan uji homogenitas dan uji normalitas data dilakukan untuk

mengetahui apakah kelompok data berdistribusi normal atau tidak. uji

Page 39: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

39

homogenitas data dilakukan untuk mengetahui apakah data memiliki homogenitas

atau tidak.

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan masing-masing kelompok data menggunakan uji

Lileofors. Untuk pengujian hipotesis ini Sudjana (2005:466) menggunakan

langkah-langkah sebagai berikut . Pertama, data X1, X2, X3,........., Xn diperoleh dan

disusun dari data yang terkecil sampai terbesar.Kedua, X1, X2, X3,........., Xn dijadikan

bilangan baku Z1, Z2, Z3,........., Zn dengan menggunakan rumus sebagai berikut .

Keterangan:

Zi = skor bilangan baku siswa ke-1

X1 = skor yang diperoleh siswa ke-1

= skor rata-rata

S = simpangan baku sampel

Kedelapan, dengan mengguanakan daftar distribusi baku, kemudian dihitung

peluang

F(Zi) = P (Z < Zi). Keempat, dengan mengguanakan porposi Z1, Z2, Z3,........., Znyang

lebih kecil atau sama dengan Z1, jika porposi ini dinyatakan S (Zi) maka:

Keterangan:

Page 40: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

40

F(Zi) = peluang nilai baku

S (Zi)=proporsi nilai baku

N=banyaknya siswa

Menghitung selisih FZi-SZi, yang kemudian menentukan harga mutlaknya

F diambil dengan harga paling besar diantara harga mutlak selisih, diberi syambol

Lo. Lo = maka Fzi- S Zi. Membandingkan nilai Lo dengan nilai kritis untuk uji

liliefors pada tarf a= 0,05. Kriterianya adalah Ho baha data hasil belajar

berdistribusi normal jika Lo< Ltabel (Sudjana,2005:466).

Bedasarkan hasil analisis data, disimpulkan bahwa data kelompok sebelum

dan sesudah menggunakan model pembelajaran TTWberdistribusi normal karena

L0 lebih kecil dari Lt (0,099<0,109) dan data kelompok setelah menggunakan

model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

berdistribusi normal karena L0 kecil dariLt. (0,082<0,109).

2. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk melihat apakah kedua sampel

mempunyai varians yang homogen atau tidak ( Sudjana, 2005: 249-251) . Uji

homogenitas dilakukan dengan uji F. Langkah-langkah uji F adalah sebagai

berikut. Mencari varians masing-masing data kemudian dihitung dengan F dengan

rumus sebagai berikut.

F= S1

S2

Keterangan:

Page 41: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

41

F = perbandingan antara varians terbesar dengan varians terkecil

S1 = varians kemampuan siswa terbesar

S2= varians kemampuan siswa terkecil

Membandingkan harga F hitung dengan Ftabel yang terdapat pada daftar

distribusi F dengan taraf signifikan 0,05 dan dk= n-1. Jika Fhitung kecil dari

Ftabel dapat disimpulkan bahwa data memiliki varians homogeny. Berdasarkan

hasil analisis data yang telah dilakukan diperoleh Fhitung< Ftabel.(1,13< 1,53)

berarti data hasil belajar siswa homogen.

Kesembilan, melakukan pengujian hipotesis dilakukan dengan rumus uji-t

desain penelitian yaitu One Group Pretest-Postest Design. Dengan menggunakan

uji-t ini dapat diketahui apakah hasil belajar dengan menggunakan model Think

Talk Write (TTW). Untuk menguji hipotesis, dapat dilakukan dengan rumus yang

dikemukakan oleh Nurgiyantoro yaitu sebagai berikut.

Menurut Nurgiyantoro (2001:111) jika subjek sama misalnya untuk

menguji perbedaan nilai rata-rata antara skor yang diperoleh melalui Pretest

dengan skor posttest, rumus yang dipergunakan tidak sama. Rumus yang

digunakan adalah sebagai berikut.

n-1

Keterangan:

D : perbedaan skor kedua tes (X1-X2)

∑D : jumlah perbedaan skor kedua tes

n : jumlah Subyek

Page 42: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

42

Kesepuluh, membahas hasil analisis data dan membuat kesimpulan.

Kesebelas, menyimpulkan hasil analisis data. dari hasiol analisis data diperoleh

Nilai t hitung 5,76. Jika ditinjau dari ttabel pada taraf signifikan 95% (0,05), berarti

nilai dan hitung lebih besar dari ttabel(5,76 > 1,66). Maka dapat disimpulkan bahwa

penggunaan model pembelajaran TTWterdapat penggaruh terhadap kemampuan

menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Dengan

demikkian, H0 ditolak dan H1 diterima.

Page 43: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN

Dalam bab ini, akan dibahas hasil penelitian tentang kemampuan menulis puisi

rakyat menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan. Hasil penelitian ini akan diuraikan tiga hal yang

berhubungan dengan hasil penelitian, yaitu (1) deskripsi data, (2) analisis data dan

(3) pembahasan analisis data.

A. Deskripsi Data

Data yang akan dideskripsikan bagian ini yaitu skor hasil tes kemampuan

menulis puisi rakyat sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran

Think Talk Write (TTW)siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Tes

ini dilakukan tiga kali pertemuan pada kelas yang sama. Pertemuan pertama untuk

tes awal (pretest) dilakukan pada tanggal 14 Oktober 2019, pertemuan kedua

untuk perlakuan dilakukan pada tanggal 15 Oktober 2019, dan pertemuan ketiga

untuk tes akhir (posttes) dilakukan pada tanggal 18 Oktober 2019.

1. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan Model

Pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

Data melalui tes unjuk kerja. Pada tes tersebut siswa diminta untuk

menulis puisi rakyat dengan tema “pantun nasehat”.

Tabel 6. Skor Mentah Per Indikator Kemampuan Menulis Puisi Rakyat

Sebelum Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write

(TTW)

No Kode Sampel Indikator Penulisan Puisi Rakyat Total

Sampiran Isi Bait Suku kata Sajak

1 01 3 3 2 3 2 13

2 02 3 3 3 1 2 12

Page 44: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

44

3 03 2 3 3 3 1 12

4 04 1 1 1 1 1 5

5 05 2 1 3 1 1 8

6 06 3 1 1 2 1 8

7 07 1 1 1 1 1 5

8 08 1 1 1 1 1 5

9 09 2 3 3 3 3 14

10 10 1 3 3 3 1 11

11 11 3 1 3 1 3 11

12 12 2 2 1 1 1 7

13 13 2 1 2 2 2 9

14 14 2 2 1 2 2 9

15 15 1 1 2 1 2 7

16 16 1 1 1 1 1 5

17 17 1 1 1 1 1 5

18 18 1 1 1 1 1 5

19 19 1 3 2 3 3 12

Tabel Lanjutan

20. 20 1 2 2 2 2 9

21 21 2 3 1 2 1 9

22 22 1 2 2 1 1 9

23 23 2 2 2 1 2 9

24 24 3 3 1 1 1 9

25 25 1 1 1 3 3 9

26 26 3 3 3 1 1 11

27 27 1 2 3 3 2 11

28 28 1 2 1 1 1 8

29 29 1 2 3 3 2 11

Page 45: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

45

30 30 1 1 1 1 1 5

31 31 1 1 2 1 2 7

32 32 1 2 1 1 1 6

33 33 1 1 1 2 1 6

34 34 1 1 2 1 2 7

35 35 2 2 3 2 2 11

36 36 2 3 3 3 1 12

37 37 1 1 1 1 1 5

38 38 2 3 1 2 2 10

39 39 1 1 3 1 1 7

40 40 3 2 3 2 2 12

41 41 1 1 1 1 2 6

42 42 3 3 3 3 2 14

43 43 1 1 2 2 2 8

44 44 1 1 2 1 1 6

45 45 1 1 3 1 1 7

46 46 2 3 2 2 1 10

Tabel lanjutan

47 47 1 2 3 2 2 10

48 48 2 2 3 2 1 10

49 49 1 1 1 3 2 8

50 50 2 1 1 1 1 6

51 51 2 1 3 2 2 10

52 52 2 2 2 1 1 8

53 53 2 1 1 2 2 8

54 54 2 3 1 2 2 10

55 55 2 1 3 2 2 10

56 56 1 1 1 1 1 5

Page 46: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

46

57 57 1 1 1 1 2 6

58 58 1 1 1 1 1 5

59 59 1 1 3 3 3 11

60 60 3 3 3 2 2 13

61 61 1 2 1 2 2 8

62 62 2 3 3 1 1 10

63 63 2 2 2 3 3 12

64 64 2 3 2 3 3 13

65 65 3 2 3 3 3 14

Page 47: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

47

Dari tabel di atas, Kesepuluh, skor 5 diperoleh oleh 10 orang siswa.Untuk

perolehan nilai skor kemampuan menulis puisi rakyat sebelum menggunakan

TTW) dapat dijabarkan berikut ini:

a. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan TTW) Siswa

Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator I

(sampiran)

Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, skor pada indikator satu yang

diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 33

orang dengan perolehan persentase 50,77%. Siswa yang memperoleh skor 2

sebanyak 22 orang dengan perolehan persentase 32,31%. Siswa yang memperoleh

skor 3 sebanyak 10 orang dengan perolehan persentase 16,92%.

b. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan TTW) Siswa

Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator II (Isi)

Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, skor pada indikator dua yang

diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 30

orang dengan persentase 46,15%. Siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak 17

orang dengan perolehan persentase 26,15%.

c. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan TTW) Siswa

Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator III (Bait)

Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, skor pada indikator tiga yang

diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 28

orang dengan perolehan persentase 41,54%. Siswa yang memperoleh skor 2

sebanyak 14 orang dengan perolehan persentase 21,54%. Siswa yang memperoleh

skor 3 sebanyak 23 orang dengan perolehan persentase 36,92%.

Page 48: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

48

d. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan TTW) Siswa

Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator IV (Suku

kata)

Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, skor pada indikator empat yang

diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 31

orang dengan perolehan persentase 47,69%. Siswa yang memperoleh skor 2

sebanyak 18 orang dengan perolehan persentase 27,69%. Siswa yang memperoleh

skor 3 sebanyak 16 orang dengan perolehan persentase 24,62%.

e. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan TTW) Siswa

Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator V (Sajak)

Berdasarkan data pada tabel 5 di atas, skor pada indikator lima yang

diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 32

orang dengan perolehan persentase 49,23%. Siswa yang memperoleh skor 2

sebanyak 25 orang dengan perolehan persentase 38,46%. Siswa yang memperoleh

skor 3 sebanyak 8 orang dengan perolehan persentase 12,30%.

2. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model

Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan

Data kemampuan menulis puisi rakyat setelah menggunakan model

pembelajaran TTWdiperoleh melalui tes unjuk kerja. Pada tes tersebut siswa

diminta untuk menulis puisi rakyat dengan tema “Pantun Agama”. Setelah data

terkumpul data tersebut dinilai berdasarkan indikator tersebut adalah: (1)

Sampiran, (2) Isi, (3) Bait, (4) Suku Kata, (5) Sajak Data hasil skor menulis puisi

rakyat dengan menggunakan model pembelajaran TTWdapat dijabarkan sebagai

berikut.

Page 49: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

49

Tabel 7. Skor Mentah Per Indikator Kemampuan Menulis Puisi Rakyat

Setelah Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write

(TTW)

No Kode

Sampel

Indikator Penulisan Puisi Rakyat Total

Sampiran Isi Bait Suku kata Sajak

1 01 3 3 3 3 3 15

2 02 3 3 3 3 3 15

3 03 3 3 3 3 3 15

4 04 1 1 2 1 1 6

5 05 1 1 2 1 1 6

Tabel Lanjutan

6 06 2 1 2 3 3 11

7 07 1 1 2 1 1 6

8 08 1 1 2 1 1 6

9 09 3 3 3 3 2 14

10 10 3 3 3 3 2 14

11 11 3 3 3 3 2 14

12 12 1 2 2 1 1 7

13 13 1 2 2 1 1 7

14 14 1 2 2 1 1 7

15 15 1 2 2 1 1 7

16 16 1 2 2 1 1 7

17 17 1 2 2 2 3 10

18 18 3 3 3 3 1 13

19 19 3 3 3 3 1 13

20 20 2 1 2 3 3 11

21 21 3 3 2 3 3 14

22 22 3 3 2 3 3 14

23 23 2 1 2 3 3 11

Page 50: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

50

24 24 2 2 2 3 3 12

25 25 3 3 3 3 1 13

26 26 3 3 3 3 1 13

27 27 3 3 3 3 1 13

28 28 3 3 3 3 1 13

29 29 1 2 3 1 1 8

30 30 1 2 3 1 1 8

31 31 1 2 3 1 1 8

32 32 1 2 3 1 1 8

Tabel Lanjutan

33 33 1 2 3 1 1 8

34 34 1 2 3 2 2 10

35 35 1 2 3 2 3 11

36 36 2 3 3 1 1 10

37 37 2 3 3 1 1 10

38 38 2 3 3 1 1 10

39 39 2 3 3 1 1 10

40 40 2 3 3 1 1 10

41 41 2 3 3 1 1 10

42 42 2 3 3 1 1 10

43 43 3 3 3 3 3 15

44 44 3 1 3 1 1 9

45 45 3 1 3 1 1 9

46 46 3 1 3 1 1 9

47 47 3 1 3 1 1 9

48 48 3 1 3 1 1 9

49 49 3 3 3 3 3 15

50 50 2 3 3 1 1 10

Page 51: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

51

51 51 2 3 3 1 2 11

52 52 2 3 3 1 2 11

53 53 2 3 3 1 2 11

54 54 2 3 3 1 2 11

55 55 2 3 3 1 2 11

56 56 2 3 3 1 2 11

57 57 2 3 3 1 2 11

58 58 2 3 3 1 2 11

59 59 3 3 3 1 2 12

Tabel lanjutan

60 60 3 3 3 1 2 12

61 61 3 3 3 1 2 12

62 62 3 3 3 1 2 12

63 63 3 3 3 1 2 12

64 64 3 3 3 1 2 12

65 65 3 3 3 1 2 12

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kemampuan menulis puisi rakyat

siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan berkisaran antara skor 1

sampai skor 3. Setelah data dianalisis diperoleh skor tertinggi 6 dan skor terendah

15. Skor yang diperoleh siswa secara lengkap adalah sebagai berikut.

a. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model

Pembelajaran TTWSiswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

Untuk Indikator I (Sampiran)

Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, skor pada indikator satu yang

diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak

17orang dengan perolehan persentase 26,15%. Siswa yang memperoleh skor 2

Page 52: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

52

sebanyak 20 orang dengan perolehan persentase 30,77%. Siswa yang memperoleh

skor 3 sebanyak 28 orang dengan perolehan persentase 43,08%.

b. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model

Pembelajaran TTWSiswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

Untuk Indikator II (Isi)

Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, skor pada indikator dua yang

diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 12

orang dengan persentase 18,46%. Siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak 14

orang dengan perolehan persentase 21,54%. Siswa yang memperoleh skor 3

sebanyak 39 orang dengan perolehan persentase 60%.

c. Kemampuan MenulisPuisi Rakyat Setelah Menggunakan Model

Pembelajaran TTWSiswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

Untuk Indikator III (Bait)

Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, skor pada indikator tiga yang

diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 10

orang dengan perolehan persentase 15,38%. Siswa yang memperoleh skor 2

sebanyak 16 orang dengan perolehan persentase 24,62%. Siswa yang memperoleh

skor 3 sebanyak 39 orang dengan perolehan persentase 60%.

d. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model

Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator IV (Suku kata)

Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, skor pada indikator empat yang

diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 42

orang dengan persentase 64,62%. Siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak

3orang dengan perolehan persentase 4,62%.Siswa yang memperoleh skor 3

sebanyak 20 orang dengan perolehan persentase 30,76%.

Page 53: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

53

e. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model

Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator V (Sajak)

Berdasarkan data pada tabel 3 di atas, skor pada indikator lima yang

diperoleh siswa berkisar antara 1-3. Siswa yang memperoleh skor 1 sebanyak 33

orang dengan persentase 50,77%. Siswa yang memperoleh skor 2 sebanyak 19

orang dengan perolehan persentase 29,23%. Siswa yang memperoleh skor 3

sebanyak 13 orang dengan perolehan persentase 20%.

B. Analisis Data

Pada bagian analisis data akan diuraikan tentang kemampuan menulis

puisi rakyat sebelum dan setelah menggunakan model pembelajaran TTWsiswa

kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan, serta pengaruh penggunaan model

pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan.

1. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan Model

Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan

Pada bagian sub bab ini akan dianalisis data kemampuan menulis puisi

rakyat sebelum menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN

1Ukui Kabupaten Pelalawan dilihat dari sampiran, isi, bait, suku kata dan sajak,

serta kemampuan menulis puisi rakyat siswa dengan menggunakan model

pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan.

Kemampuan menulis puisi rakyat sebelum menggunakan model

pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan,

diketahui setelah skor diolah menjadi nilai dengan rumus presentase.

N = Smax

Page 54: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

54

Keterangan :

N = tingkat Penguasaan

SM` = skor yang diperbolehkan siswa

SI = skor yang harus dicapai dalam suatu tes

Smax = skala yang digunakan (100%)

Nilai tertinggi yang diperoleh siswa untuk kemampuan menulis puisi

rakyat dengan menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN

1Ukui Kabupaten Pelalawan adalah 33,33-93,33.

Tabel 8. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum

Menggunakan Model Pembelajaran TTWSiswa Kelas VII SMPN

1Ukui Kabupaten Pelalawan

No X F FX

1 33,33 10 333,3

2 40 6 240

3 46,67 6 280,02

4 53,33 8 426,64

5 60 8 480

6 66,67 8 533,36

7 73,33 7 513,31

8 80 6 480

9 86,67 3 260,01

10 93,33 3 279,99

65 3826,63

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai kemampuan menulis puisi rakyat

dengan menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan yaitu 3826,63.

Tabel 9. Pengelompokkan Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum

Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa kualifikasi kemampuan menulis

puisi rakyat siswa yaitu baik sekali sebanyak 6 orang dengan perolehan

persentase (9,23%).

Page 55: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

55

Diagram 3. Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

Tabel 10.Distribusi Frekuensi

No X F FX

1 33,33 33 1099,89

2 66,67 22 1466,74

3 100 10 1000

Jumlah 65 3566,63

05

101520253035404550556065

Fre

ku

ensi

Kualifikasi

Page 56: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

56

Diagram 4. Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

Diagram 5. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan

ModelPembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII

SMP Negeri1 Ukui Kabupaten Pelalawan

a. Ukui Kabupaten Pelalawan Untuk Aspek (Bait)

05

101520253035404550556065

Fre

ku

ensi

Kualifikasi

05

101520253035404550556065

Fre

ku

ensi

Kualifikasi

Page 57: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

57

Think Talk Write (TTW) siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten

Pelalawan dilihat dari aspek penegasan ulang sebagai berikut ini.

Diagram 6. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Sebelum Menggunakan

ModelPembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII

SMP Negeri1 Ukui Kabupaten Pelalawan

05

101520253035404550556065

Fre

ku

ensi

Kualifikasi

Page 58: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

58

.

Diagram 9. Mampu Tulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan

ModelPembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII

SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dilihat dari aspek

langkah-langkah sebagai berikut ini

05

101520253035404550556065

Fre

ku

ensi

Kualifikasi

Page 59: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

59

Diagram 10. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan

ModelPembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII

SMPNegeri 1 Ukui Kabupaten Pelalawan

Langkah selanjutnya membuat diagram kemampuan menulis puisi rakyat

setelah menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan dilihat dari aspek bait sebagai berikut ini.

05

101520253035404550556065

Fre

ku

ensi

Kualifikasi

05

101520253035404550556065

Fre

ku

ensi

Kualifikasi

Page 60: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

60

Diagram 11. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan

ModelPembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas

VII SMPNegeri 1 Ukui Kabupaten Pelalawan

a. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model

Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan Untuk Aspek (Bait)

Kemampuan menulis puisi rakyat setelah menggunakan model

pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dilihat

dari aspek suku kata bagian bahwa kemampuan menulis puisi rakyat diketahui

setelah skor diolah menjadi nilai sesudah rumus persentase.

N = Smax

Keterangan :

N = tingkat Penguasaan

SM` = skor yang diperbolehkan siswa

SI = skor yang harus dicapai dalam suatu tes

Smax = skala yang digunakan (100%)

Nilai yang diperoleh kemampuan menulis puisi rakyat pada aspek bait

bagian berkisar 33,33-100. Siswa yang memperoleh nilai 33,33 sebanyak 10

orang, Siswa yang memperoleh nilai 66,67 sebanyak 16 orang,siswa yang

memperoleh nilai 100 sebanyak 39 orang. Sesuai dengan teknik analisis data,

langkah berikutnya adalah menentukan rata-rata hitung kemampuan menulis puisi

rakyat setelah menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) siswa

kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dapat dilihat dari aspek suku kata.

Penentuan rata-rata hitung tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 26. Distribusi Frekuensi Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah

Menggunakan Model Pembelajaran Think Talk Write (TTW)

Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

No X F FX

1 33,33 10 333,3

Page 61: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

61

2 66,67 16 1066,72

3 100 39 3900

Jumlah N= 65 ∑fx=5300,02

Berdasarkan tabel di atas, diperoleh nilai kemampuan menulis puisi rakyat

setelah menggunakan model pembelajaran TTWsiswa kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan yaitu5300,02. Setelah itu dihitung nilai rata-rata siswa

dengan menggunakan rumus berikut ini.

M =

Dari data di atas, diperoleh rata-rata hitung pada aspek bait adalah 81,53.

Maka disimpulkan bahwa tingkat penguasaan kemampuan menulis menulis puisi

rakyat setelah menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) siswa

kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan berada pada rentangan 76-85%

Kualifikasi baik.

Tahapan berikutnya adalah pengklasifikasian kemampuan menulis puisi

rakyat setelah menggunakan model pembelajaran Think Talk Write (TTW) siswa

kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan berdasarkan skala 10 dilihat pada

tabel berikut ini.

a. Uji Normalitas Data

tabel berikut ini :

Page 62: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

62

Tabel 33. Uji Normalitas Data

No Kelompok Jumlah

(N)

Taraf

Nyata

Lo Lt Keterangan

1 Pretest 65 0,05 0,099 0,109 Berdistribusi

Normal

2 Postest 65 0,05 0,082 0,109 Berdistribusi

Normal

Berdasarkan tabel di atas, disimpulkan bahwa data kelompok sebelum

dan setelah menggunakan model pembelajaran TTWberdistribusi normal karena

L0 lebih kecil dari Lt (0,099<0,109) dan data kelompok setelah karena L0 kecil

dariLt. (0,082<0,109). Perbandingan antara L0 kecil dari L0 kecil dariLt,berarti data

hasil belajar siswa berdistribusi normal.

b. Uji Homogenitas Data

Uji homogenitas data untuk mengetahui apakah kedua kelompok sampel

memiliki homogenitas atau tidak. Berdasarkan uji homogenitas data yang

dilakukan, diperoleh Fhitung dan Ftabel pada taraf signifikan 0,05 dengan n= 65,

dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 34. Uji Homogenitas Data

No Kelompok Jumlah

(N)

Taraf

Nyata Fhitung Ftabel Keterangan

1 Pretest 65 0,05 1,13 1,53 Homogen

2 Postest 65 0,05

Berdasarkan uji homogenitas data yang dilakukan, Fhitung diperoleh 1,13 dan

Ftabel 1,53 pada taraf dignifikan 0,05 dengan n=( n1-1) diperoleh angka (1,53).

Maka mempunyai variansi yang homogen karena Fhitung< Ftabel.(1,13< 1,53) berarti

data hasil belajar siswa homogeny.

c. Uji Hipotesis

Page 63: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

63

Setelah diketahui bahwa kelompok data berdistribusi normal dan memiliki

homogenitas, dapat dilakukan uji-t untuk mengetahui perbandingan kelompok

kelas pretest dan kelas posttest dalam menulis puisi rakyat siswa VII SMPN

1Ukui Kabupaten Pelalawan.

t = ∑

√ ∑ ∑

t =

t =

t =

t =

t = 806,7

139,92

t = 5,76

Nilai t hitung yang diperoleh 5,76berarti terdapat pengaruh penggunaan

model pembelajaran TTWterhadap kemampuan menulis puisi rakyat . Jika

ditinjau dari ttabel pada taraf signifikan 95% (0,05), berarti nilai dan hitung lebih

besar dari ttabel(5,76 > 1,66). Maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model

pembelajaran TTWterdapat penggaruh terhadap kemampuan menulis puisi rakyat

siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Dengan demikkian, H0

ditolak dan H1 diterima.\

Page 64: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

64

C.Pembahasan

a. Kemampuan Menulis Puisi Rakyat Setelah Menggunakan Model

Pembelajaran Think Talk Write (TTW) Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan Untuk Indikator 5 (Sajak)

Sajak ialah yang memiliki bunyi akhir dalam sebuah pantun terdapat iiii,

uuuu,eeee,aaaa. Pertama, padaindikator5(Sajak),untuk skor 3 diberikan apabila

terdapat persajakan pantun bersajak a-b-a-b. Hal ini terdapat pada tulisan siswa

kode (60) yang berisi tentang “Jalan-jalan ke kota medan, jangan lupa membeli

tomat, taatlah rukun iman, agar selamat dunia akhirat”.MenurutEko Sugiarto

(2015:5) menyatakan bahwa ciri-ciri pantun terbagi menjadi sampiran, isi, bait,

suku kata, dan sajak. Oleh karena itu siswa dengan kode (60) mendapatkan skor 3.

Kedua, pada indikator 5 (Sajak),untuk skor 2 diberikan apabila terdapat

ada persajakan pantun tetapi tidak bersajak a-b-a-b. Hal ini terdapat pada tulisan

siswa kode 62 yang berisi tentang “Kemumu di dalam semak, jatuh melayang

seleranya, meski ilmu setinggi tegak, tidak ibadah apa gunanya”. Menurut Eko

Sugiarto (2015:5) menyatakan bahwa ciri-ciri pantun terbagi menjadi sampiran,

isi, bait, suku kata, dan sajak. Oleh karena itu siswa dengan kode 62mendapatkan

skor 2.

Ketiga, padaindikator 5 (Sajak),untuk skor 01 diberikan apabila terdapat

tidak ditemukan persajakan akhir.Hal ini terdapat pada tulisan siswa kode 65.

Berisi tentang “Kemumu di dalam semak, jatuh melayang seleranya, meski harta

setinggi tegak, tidak ibadah apa gunanya”. Menurut Eko Sugiarto (2015:5)

Page 65: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

65

menyatakan bahwa ciri-ciri pantun terbagi menjadi sampiran, isi, bait, suku kata,

dan sajak. Oleh karena itu siswa dengan kode 65mendapatkan skor 1.

2. Pengaruh Penggunaan TTW) terhadap Kemampuan Menulis Puisi Rakyat

Siswa Kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

Berdasarkan hasil analisis data penelitian yang dilakukan diketahui bahwa

terdapat pengaruh yang signifikan penggunaan TTW) terhadap kemampuan

menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Hal itu

dibuktikan dengan hasil penelitian yang menunjukkan bahwa nilai thitung (5,76) >

ttabel (1,66), sehingga hipotesis nol ditolak dan hipotesis alternatif diterima.

Dalam kegiatan menulis ini, penulis haruslah dapat memanfaatkan

grafologi, struktur bahasa, dan kosakata. Keterampilan menulis ini tidak akan

dating secara otomatis, tetapi harus melalui latihan dan praktik yang banyak dan

teratur. Menurut Tarigan (2008:3) menulis merupakan keterampilan berbahasa

yang di pergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap

muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan

ekspresif. Salah satu ketarmpilan menulis yang diajarkan di kelas VII adalah

keterampilan menulis puisi rakyat.

Puisi rakyat adalah kesusteraan rakyat yang sudah tertentu bentuknya,

biasanya terjadi dari beberapa deret kalimat, ada yang berdasarkan mantra, ada

yang berdasarkan panjang pendek suku kata, lemah tekanan suara, atau hanya

berdasarkan irama. puisi terbagi menjadi dua puisi lama dan puisi baru yang

pertama, puisi lama yaitu puisi yang terikat oleh syarat-syarat tertentu yang

tradisional, puisi lama lebih mementingkan bentuk dari pada isi. Jenis puisi rakyat

yang dilakukan pada penelitian ini yaitu puisi rakyat berjenis pantun. Menurut

Page 66: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

66

Alisjahbana, (1948:8) mengatakan kata pantun terdiri dari empat baris yang

bersajak bersilih dua: a-b-a-b. Kadang-kadang ada juga ikatan pantun yang terjadi

dari enam atau delapan baris, maka sajaknya a-b-c-a –b-c dan a-b-c-a-b-c-d. Tiap-

tiap baris biasanya empat perkataan.

Berdasarkan nilai kemampuan menulis puisi rakyat dengan menggunakan

TTW) dalam pembelajaran lebih baik dibandingkan dengan sebelum

menggunakan TTW). Hal ini terbukti dari rata-rata hitung kemampuan menulis

puisi rakyat sebelum menggunakan TTW). dikualifikasikan cukup dengan rata-

rata 58,87. Dapat disimpulkan bahwa tingkat kemampuan menulis puisi rakyat

siswa kelas VII SMP Negeri 1 Ukui Kabupaten

Pelalawan tanpa diajar dengan menggunakan TTW). sudah cukup mampu menulis

puisi rakyat.

Sedangkan nilai rata-rata hitung kemampuan menulis puisi rakyat dengan

menggunakan TTW) dikualifikasikan cukup dengan rata-rata 71,28. Dapat

disimpulkan baha tingkat kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMP

Negeri 1 Ukui Kabupaten Pelalawan dengan menggunakan TTW) sudah mampu

dalam menulis puisi rakyat.

Nilai kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui

Kabupaten Pelalawan setelah menggunakan TTW) mengalami kenaikan nilai 49

orang dengan persentase 75,38% mengalami penurunan nilai 10 orang dengan

persentase 15,38% dan mengalami ketetapan nilai 6 orang dengan persentase

9,23%.

Page 67: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

67

Penerapan indikator sebelum menggunakan TTW) terhadap kemampuan

menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan

mendapat skor indicator tertinggi 14 dan yang terendah mendapatkan skor 5.

Penerapan indikator setelah menggunakan TTW) terhadap kemampuan menulis

puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1ukui kabupaten pelalawan mendapatkan skor

tertinggi 15 dan yag mendapatkan skor terendah 6.

Page 68: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

68

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data dan pembahasan pada Bab IV dapat disi

disimpulkan tiga hal sebagai berikut ini. Pertama, kemampuan menulis puisi

rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan sebelum menggunakan

model pembelajaran Think Talk Write (TTW) memperoleh nilai rata-rata 58,87,

berada pada tentangan 56-65% dengan kualifikasi cukup. Kedua, kemampuan

menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan dengan

menggunakan model pembelajaran TTWmemperoleh nilai rata-rata 71,28 berada

pada rentangan 66-75% dengan kualifikasi lebih dari cukup. Ketiga, berdasarkan

uji-t terdapat pengaruh metode terhadap kemampuan menulis puisi rakyat siswa

kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan karena thitung (5,76) > ttabel (1,66)

kriteria pengujian t diterima jika thitung > ttabel dengan kata lain H1 diterima dan Ho

ditolak. Dengan demikian penggunaan model pembelajaran Think Talk Write

(TTW) terdapat pengaruh terhadap kemampuan menulis puisi rakyat siswa kelas

VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan yang diperoleh dari hasil penelitian maka

dikemukakan sara-saran sebagai berikut. Pertama, disarankan pada siswa kelas

VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan untuk lebih banyak berlatih dan

memperhatikan langkah-langkah menulis puisi rakyat baik di sekolah maupun di

luar sekolah. Kedua, guru mata pelajaran bahasa indonesia dalam proses

pembelajaran dapat menggunakan model pembelajaran TTWuntuk kemampuan 121

Page 69: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

69

menulis puisi rakyat siswa kelas VII SMPN 1Ukui Kabupaten Pelalawan. Hal ini

disebabkan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran TTWdalam

pembelajaran dapat mengarahkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan dan

kreativitas dalam pencarian solusi penyelesaian masalah. Ketiga, peneliti lain

sebagai masukan dan bahan perbandingan daam melakukan penelitian yang

berkaitan dengan kemampuan menulis puisi rakyat.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman. 2003. Evaluasi Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.

Padang: Universitas Negeri Padang.

Page 70: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

70

Atmazaki.2008. Analisis Sajak Teori, Metodologi dan Aplikasi. Padang:UNP

Press.

Alisjahbana Sultan Takdir. 1948. Puisi Lama. Jakarta: Dian Rakyat.

Aprilia. 2017. Kumpulan Pantun dan Puisi karya Anak Negeri. Surabaya: Cahaya

Agency.

Arikunto. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka

Cipta.

Dalman. 2015. Keterampilan Menulis. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Danandjaja. 1991. Folklor Indonesia. Jakarta: PT. Temprint.

Dibia, Ketut.2018. Apresiasi Bahasa dan Sastra Indonesia. Depok: Rajawali Pers.

Desrimaliza. 2014. Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Make a

Match terhadap keterampilan menulis pantun siswa kelas VII SMP

Negeri 30 padang.

Fifin .2015. Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII SMP Negeri 52

Konawe Selatan. Jurnal Humanika No. 15, Vol. 3, Desember 2015 /

ISSN 1979-8296

Gani, Erizal. 2010. Pantun Minangkabau dalam Perspektif Budaya dan

Pendidikan. Padang: UNP Press.

Hasmiati. 2012. Pengaruh Penggunaan teknik permainan kata terhadap

keterampilan menulis pantun siswa kelas VII SMP Negeri 24

Sijunjung kabupaten sijunjung.

Indriawan, Teguh. 2015. Peibahasa, Puisi, Pantun, Sajak. Jakarta: Rineka Cipta.

Mihardja, Ratih. 2009. Buku Pintar Sastra Indonesia. Jakarta: Laskar Aksara.

Nurgiyantoro Burhan.2001. Penilaian dalam Pengajaran Bahasa dan Sastra.

BPFE: Yogyakarta.

Obsa, R. M. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Think Talk Write terhadap

Hasil Belajar Biologi Siswa Kelas XI SMA Negeri 8 Lubuklinggau. Ilmiah.

Rohman, Salfur. 2016. Teori dan Pengajaran Sastra. Jakarta: Rajawali Pres.

Rosidi. 2009. Menulis. Yogyakarta : Kanisius.

Sudjana. 2005. Metode Statistik. Bandung: Tarsito Bandung.

Sugiyono.2014. Metode Penelitian Kuantitatif , Kualitatif dan R&D.Bandung:

Alfabet.

Sugiarto, Eko.2015. Mengenal Sastra lama Jenis, Definisi, Ciri, Sejarah, dan

Contoh. Yogyakarta: ANDI.

Sumerti, N. L. (2014). Pengaruh Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Concept

Page 71: ABSTRAK - STKIP PGRI Sumbar

71

Sentence Berbantuan Gambar Berseri terhadap Keterampilan Menulis Siswa

Kelas V SD 22 Dauh Puri. Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha,

2(1).

Semi, M.A.2009.Menulis Efektif. Padang: UNP Press.

Shoimin, Aris.2016. Model Pembelajaran. Yogyakarta: AR-RUZZ MEDIA.

Tarigan. Hery Guntur . 2008. Menulis. Bandung: Angkasa.

Titin. 2014. Pengaruh Penggunaan Model Think Pair Share terhadap

Kemampuan Menulis Pantun Siswa Kelas VII MTSN 4 muko-muko.

Waluyo, Herman J.2003. Apresiasi Puisi Panduan Untuk Pelajaran dan

Mahasiswa. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.