stimulasi kemampuan bahasa anak tunagrahita di...
TRANSCRIPT
i
i
STIMULASI KEMAMPUAN BAHASA ANAK TUNAGRAHITA
RINGANMELALUI PENDEKATAN ADAPTIF, VISUAL, DAN
INTERAKTIF(AVI)
DI TAMAN KANAK-KANAK (TK)
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN BALAI PENGEMBANGAN PENDIDIKAN ANAK USIA DINI DAN PENDIDIKAN
MASYARAKAT NUSA TENGGARA BARAT
TAHUN 2017
ii
STIMULASI KEMAMPUAN BAHASA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN MELALUI PENDEKATAN ADAPTIF, VISUAL, DAN
INTERAKTIF (AVI) DI TAMAN KANAK-KANAK (TK)
PENGARAH Drs. H. Eko Sumardi, M.Pd
Kepala BPPAUD Dan DIKMAS NTB
PENANGGUNGJAWAB Haryanto, M.Pd.
Kepala Seksi Pengembangan Program
TIM PENGEMBANGAN Lalu Mustawil Suprawangi, S.Pd.
Noviani Tri Purna Hanggastuti, S.Pd.
NARASUMBER I Nyoman Suarta, M.Si.
Winarna, M.Pd. Sri Wahyuni, S.Pd.
iii
KATA SAMBUTAN KEPALA BPPAUD DAN DIKMAS NTB
Pengembangan model/program bagi perkembangan layanan
pendidikan berperan penting dalam pengembangan dan peningkatan mutu
layanan Pendidikan Anak Usia Dini dan Pendidikan Masyarakat. BP PAUD dan
Dikmas Provinsi NTB Tahun 2017 telah dapat menyeelesaikan tugas pokok dan
fungsi tahunannya sebagai institusi pengembangan program dan mutu.
Tahapan-tahapan telah dilakukan mulai studi pendahuluan, penyusunan draf,
Focused Group Discussion (diskusi terpumpun), Ujicoba konseptual dan
operasional, seminar serta validasi dari Direktorat terkait dilingkungan Ditjen
PAUD Dan Dikmas juga sudah dilakukan. Tanggapan positif dari Direktorat
Teknis menambah keyakinan bagi kami bahwa model yang dikembangkan BP
PAUD dan Dikmas Provinsi Nusa Tenggara Barat dapat diterima dan dapat
dimanfaatkan oleh masyarakat. Dengan demikian Tahun 2017 ini BP PAUD dan
Dikmas Nusa Tenggara barat telah mengembangkan 8 jenis model/program,
antara lain:
1. Stimulasi Kemampuan Bahasa Anak Tuna Grahita Ringan Melalui
Pendekatan Adaptive, Visual dan Interaktif di Taman Kanak-
kanak.
2. ModelPengembangan Kemampuan Keaksaraan Awal Pada Anak
Usia 5-6 Tahun Melalui Buku Cerita Budaya Lokal.
3. Model Pembimbingan akreditasi PKBM melalui aplikasi SADAR
(SISTEM APLIKASI DALAM JARIANGAN)
4. Model Pendidikan Multi Keaksaraan dengan Telepon Genggam.
5. Pelatihan pertanian organik sayuran dengan pendekatan
experiential.
6. Model pendidikan kecakapan kerja 3 in 1 personality bidang
perhotelan.
7. Model Pendidikan Keluarga Pelibatan orang tua melalui budaya
sesenggak di satuan pendidikan Sekolah Dasar Islam NW
Kotaraja Lombok Timur.
8. Pelibatan Orang Tua/Keluarga Pada Satuan Pendidikan Smp Dengan
PrinsipBegibung Di Kabupaten Lombok Tengah.
iv
Pengembangan model tahun 2017 ini semoga dapat memenuhi kebutuhkan
penongkatan kualitas layanan satuan-satuan pendidikan anak usia dini dan
pendidikan masyarakat di Nusa Tenggara Barat untuk mencapai standar mutu
pendidikan Nasional. Dengan semangat kami terus meningkatkan kualitas
pelaksanaan pengembangan mutu program baik prosedur dan sumber daya
manusia yang ada diharapkan dapat meningkatkan layanan pendidikan anak
usia dini dan pendidikan masyarakat di NTB.
Kekurangan dalam penyusunan model/program ini tentu masih ada, kami
mohon kesediaan dan kepedulian semua pihak dalam memberikan saran dan
kritik untuk kesempurnaan pengembanga program dan mutu tahun ini kami
menghaturkan terima kasih.
Mataram, Desember 2017
Kepala,
Drs.H. Eko Sumardi, M.Pd.
NIP. 196703091993031001
v
KATA PENGANTAR
Pengembangan PAUD “Stimulasi Kemampuan Bahasa Anak
Tunagrahita ringan dengan pendekatan Adaptif, Visual, dan Adaptif (AVI) di
Taman Kanak-kanak (TK)” merupakan salah satu teknik yang diharapkan dapat
menjadi solusi masalah pada layanan anak usia dini yang banyak ditemukan di
masyarakat khususnya di wilayah NTB. Dimana fakta yang ditemukan
menunjukkan bahwa masih ada beberapa satuan PAUD yang melayani anak
berkebutuhan khusus (ABK) namun belum memiliki pendidik yang mampu
memberikan stimulasi perkembangan yang tepat.Sehingga ABK tersebut
belum dapat mencapai tingkat perkembangannya yang sesuai.
Hal ini diperkuat dengan data dari bidang Pendidikan Khusus dan
Layanan Khusus (PKLK) Dinas Pendidikan Provinsi NTB Tahun 2016—2017
bahwa jumlah ABK dari 11 ketunaan mencapai 2728 anak, dimana penyandang
tunagrahita adalah yang terbanyak yakni 1.273 anak atau sekitar 47%. Melihat
data ini, maka salah satu pengembangan model PAUD Tahun 2017 diarahkan
pada stimulus perkembangan anak tunagrahita di satuan PAUD.
Naskah model ini memuat latar belakang, landasan, tujuan, konsep,
penyelenggaraan dan penjaminan mutu dari model yang akan dikembangkan
dalam memberikan stimulasi kepada anak Tunagrahita untuk meningkatkan
kemampuan bahasa mereka
Akhirnya, kepada semua pihak yang telah membantu dalam
penyusunan naskah model ini disampaikan terima kasih yang tak terhingga,
semoga model ini memberikan manfaat bagi pembaca.
Mataram, Desember 2017
Lalu Mustawil Suprawangi, S.Pd. Tim Pengembang Pokja PAUD
vi
DAFTAR ISI
Kata Pengantar Kepala Balai ...................................................................... iii Kata Pengantar Tim Pengembang ............................................................. v Daftar Isi .................................................................................................... vi Daftar Tabel .............................................................................................. vii Daftar Gambar ........................................................................................... viii Bab I. Pendahuluan ................................................................................ 1
A. Latar Belakang ........................................................................ 1 B. Dasar Hukum ......................................................................... 4 C. Tujuan .................................................................................... 5
Bab II. Model AVI untuk Menstimulasi Kemampuan Bahasa Anak
tunagrahita ringan ....................................................................... 6 A. Pengertian Model ................................................................. 6 B. Komponen Model .................................................................. 8 C. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan “AVI” .................... 11 D. Karakteristik Program ........................................................... 12
Bab III. Standar Penerapan Model ........................................................... 14
A. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak ............... 14 B. Standar Isi .............................................................................. 15 C. Standar Proses ...................................................................... 15 D. Standar Penilaian................................................................... 17 E. Standar Pendidik .................................................................. 17 F. Standar Sarana dan Prasarana .............................................. 17 G. Standar Pengelolaan.............................................................. 18 H. Standar Pembiayaan ............................................................. 18
Bab IV. Penjaminan Mutu ........................................................................ 19
A. Monitoring ............................................................................ 19 B. Evaluasi ................................................................................. 19 C. Tindak Lanjut ........................................................................ 20
Bab V. Penutup ........................................................................................ 21
Daftar Pustaka .......................................................................................... 22 Lampiran 1. Instrumen Capaian Perkembangan Anak ............................... 23
vii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Data Jumlah ABK Propinsi NTB .................................................... 2
Tabel 2. Capaian Kemampuan Bahasa anak Tunagrahita ringan usia 4-6
tahun ............................................................................................ 8
Tabel 3. Klasifikasi Tunagrahita ................................................................. 10
Tabel 4.Tingkat Pencapaian perkembangan anak tunagrahita ringan usia
4-6 Tahun ...................................................................................... 14
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Alur Pelaksanaan Program ...................................................... 11
Gambar 2. Ilustrasi Pendidik ..................................................................... 17
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan kebutuhan dasar setiap manusia untuk
menjamin keberlangsungan hidupnya agar lebih bermartabat. Karena itu
negara memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan pendidikan yang
bermutu kepada setiap warganya tanpa terkecuali termasuk mereka yang
memiliki kekhususan pada hambatan kemampuan fisik maupun psikis atau
dikenal dengan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) seperti yang tertuang pada
Permendiknas RI no. 70 tahun 2009;
Pasal 2 Ayat (1): “memberikan kesempatan yang seluas-luasnya
kepada semua peserta didik yang memiliki kelainan fisik, emosional,
mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
istimewa untuk memperoleh pendidikan yang bermutu sesuai dengan
kebutuhan dan kemampuannya;
Pasal 3 Ayat (1): “setiap peserta didik yang memiliki kelainan fisik,
emosional, mental, dan sosial atau memiliki potensi kecerdasan
dan/atau bakat istimewa berhak mengikuti pendidikan secara inklusif
pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuannya.
Tunagrahita merupakan salah satu dari sebelas jenis ketunaan
sebagaimana disebutkan dalam Permendiknas RI no. 70 tahun 2009,
tunagrahita yakni suatu kondisi keterbelakangan mental yang menyebabkan
terganggunya aspek perkembangan lainnya. Jumlah penderita tunagrahita
adalah yang terbanyak dan kecenderungannya semakin meningkat dari tahun
ke tahun yang disebabkan oleh beberapa faktor diantaranyagangguan
genetika, ganguan saat kehamilan, gangguan saat proses kelahiran dan
gangguan setelah kelahiran. Data dari Bidang Pendidikan Khusus Layanan
Khusus (PKLK) yang dihimpun dari 38 Lembaga SLB di 10 Kabupaten/Kota
propinsi NTB menunjukkan bahwa:
2
Tabel 1. Data Jumlah ABK Provinsi NTB
No Jenis ABK Tingkat
Jumlah Percentase SDLB SMP LB SMA LB
1 Tuna Netra 70 29 21 120 4%
2 Tuna Rungu 396 157 99 652 24%
3 Tunagrahita 877 287 109 1273 47%
4 Tuna Daksa 163 51 28 242 9%
5 Tuna Laras 208 81 62 351 13%
6 Autis 57 5 4 66 2%
7 Tuna Ganda 8 0 0 8 0,3%
8 Lamban Belajar 5 6 5 16 0,3%
9 Kesulitan Belajar 0 0 0 0 0
10 ADHD 0 0 0 0 0
11 Indigo 0 0 0 0 0
1784 616 328 2728 (PKLK Provinsi NTB, Tahun 2016/2017)
Berdasarkan data di atas jumlah anak penyandang tunagrahita adalah
sebanyak 1.273 atau sekitar 47%, hal ini menunjukkan bahwa tunagrahita
merupakan jenis kelainan yang paling banyak terjadi di masyarakatdan perlu
mendapatkan perhatian layanan pendidikan yang layak.
Penyebaran anak tunagrahita hampir merata bahwa di dalam
kelompok ABK umumnya terdapat anak tunagrahita,hal ini juga dikuatkan oleh
hasil studi pendahuluanyang dilakukan tim pengembang di dua satuan PAUD
Kabupaten Lombok Barat yakni3 dari 5 anak ABK menyandang Tunagrahita,
baik murni ataupun ganda. Permasalahan yang ditemukan berkaitan dengan
pemberian layanan pendidikan bagi anak tunagrahita di satuan PAUD adalah:
1) Pendidik belum mampu melakukan identifikasi penyimpangan
perkembangan anak.
2) Pendidik belum mampu melakukan assesmen tingkat ketunaan anak.
3) Pendidikbelum mampu membuat perencanaan pembelajaran pada kelas
inklusi, RPPH masih dirancang secara umum.
4) Capaian perkembangan tunagrahita masih disamakan dengan anak
normal.
3
5) Pendidik belum mampu melaksanakan pembelajaran dalam kelas inklusi,
perlakuan kepada tunagrahita masih disamakan dengan anak normal.
6) Belum tersedia pendidik pendamping khusus yang membantu proses
belajar tunagrahita.
7) Media belajar konkrit yang sesuai dengan kebutuhan anak tunagrahita
masih jarang digunakan.
8) Pendidik belum mampu melakukan penilaian capaian perkembangan
tunagrahita.
9) Interaksi yang terjadi antara Pendidik dan tunagrahita belum maksimal,
dominan verbal belum melibatkan gerak, mimik, sentuhan, kontak mata,
cinta dan kasih, pendidik belum dapat memberikan stimulasi khusus dalam
mengembangkan kemampuan anak tunagrahita.
10) Kemampuan bahasa dan aspek perkembangan lainnya pada anak
tunagrahita masih rendahmereka lebih suka menggunakan gestur/gerak
tubuh seperti menunjuk, menarik jika menginginkan sesuatu daripada
meminta dengan ucapan;anak belum mampu melakukan percakapan dua
arah, belum dapat berbicara dan mengartikan bahasa lawan bicaranya.
11) Anak mengalami hambatan perilaku dan adaptasi, ia cenderung diam,
bengong, atau bersikap semaunya.
12) Koordinasi motorik anak belum seimbang, hambatan sensori, koordinasi
motorik terhambat.
13) Kemandirian anak belum berkembang, masih mengandalkan bantuan
orang tua dan pendidiknya dalam melakukan berbagai kegiatan.
Berdasarkan hasil temuan tersebut di atas, ada tiga permasalahan
dalam pelayanan anak tunagrahita yaitu: 1) masalah berkait dengan peserta
didik, 2) masalah pada pendidik, dan 3) masalah pembelajaran. Pada
pengembangan model ini fokus masalah yang akan dibahas dan dikembangkan
adalah permasalahan terkait dengan peserta didik dan pembelajaran. Masalah
yang umumnya dihadapi anak tunagrahita yang perlu mendapat perhatian dan
dikembangkan model intervensinya adalah : 1) Hambatan intelektual; anak
tunagrahita rata-rata memiliki kemampuan intelektual 1/3 dari anak normal,
2) memiliki hambatan dalam beradaptasi, 3) hambatan kemampuan
komunikasi/bahasa, 4) hambatan koordinasi sensori motorik; fungsi
koordinasi panca inderanya sering kurang tepat sehingga anak kurang mampu
mengenali bahaya di lingkungan sekitarnya, serta kontrol gerak tubuh kurang
4
seimbang, 5) hambatan interaksi sosial; kemampuan komunikasi kurang
mempengaruhi interaksi sosial anak dengan orang lain disekitarnya, 6)
hambatan kemandirian; anak belum mampu mengurus dirinya sendiri dan
cenderung memerlukan bantuan orang lain. Sedangkan untuk
pembelajarannya dikembangkan model pembelajaran untuk meningkatkan
kemampuan bahasa anak tunagrahita ringan.
Masalah-masalah yang dihadapi anak tunagrahita seperti disebutkan
diatas akan menjadi fokus pengembangan model ini. Masalah yang paling
mendasar dalam proses stimulasi tumbuh kembang anak tunagrahita adalah
pengembangan bahasa. Sebab kemampuan bahasa akan menopang
perkembangan aspek yang lainnya. Perkembangan kemampuan bahasa
menjadi dasar untuk mengikuti pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi.Jika
kemampuan bahasa anak tunagrahitadapat distimulasi dan berkembang
dengan baik maka bukan tidak mungkin aspek perkembangan yang lain juga
turut meningkat.Dengan kemampuan bahasa yang baikanak dapat
menyampaikan pendapat, keinginan, dan perasaannya sehingga ia dapat
berinteraksi dengan pendidik, teman, dan lingkungan sekitarnya.
Kemampuan bahasa anak Tunagrahitaperlu distimulasi melalui teknik
yang tepat mengingat bahwa anak tunagrahita memiliki karakteristik yang unik
dalam belajar. Sehingga dirumuskanlah model pendekatan yakni Adaptif,
Visual, dan Interaktif yang disingkat menjadi “AVI”. Juduldari pengembangan
model ini adalah “Stimulasi Kemampuan Bahasa Anak TunagrahitaRingan
melalui Pendekatan Adaptif, Visual Dan Interaktif (AVI) di TK (Taman Kanak-
kanak)”.
Pengembangan model ini juga selaras dengan kebutuhan daerah dan
pusat, bahwa pemerintah NTB sedang mengembangkan program “Generasi
Emas NTB (GEN)” yang salah satu programnya adalah mendorong dibentuknya
sekolah-sekolah inklusi di NTB.Sehingga pengembangan kearah pemenuhan
layanan pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus sangat di perlukan.
B. Dasar Hukum
1. Undang-undang Nomor 4 tahun 1997 tentang penyandang cacat
2. Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan;
3. Permendikbud RI No. 137 Tahun 2014 tentang Kurikulum 2013
Pendidikan Anak Usia Dini
5
4. Permendiknas RI No. 70 tahun 2009 tentang pendidikan inklusif bagi
peserta didik yang memiliki kelainan dan potensi kecerdasan dan atau
bakat istimewa
5. Deklarasi Bandung: “Indonesia menuju pendidikan inklusif” tanggal 8-14
agustus 2004
C. Tujuan Penyelenggaraan Program
Model ini mengembangkan stimulasi kemampuan bahasa anak
tunagrahitadengan pendekatan AVI di TK untuk:
1. Meningkatkan kemampuan pendidik dalam menstimulasi kemampuan
bahasaanak tunagrahita dengan pendekatan AVI, dan
2. Meningkatkan kemampuan bahasa anak tunagrahita ringan.
6
BAB II PENDEKATAN ADAPTIF, VISUAL, INTERAKTIF (AVI) UNTUK STIMULASI KEMAMPUAN BAHASA ANAK TUNAGRAHITA
RINGAN
A. Pengertian Model
Pendekatan Adaptif,Visual, dan Interaktif (AVI) merupakan
pendekatan untuk menarik perhatian anak tunagrahita selama proses
stimulasi dilakukan, melalui interaksi yang optimal melibatkan indra
pengelihatan, perasa dan peraba mereka, interaksi dilakukan dengan cinta
kasih diwujudkan dalam bentuk sentuhan/pelukan yang membangkitkan
emosi anak.Keunggulan dari pendekatan “AVI” adalah:
1. Pendekatan “AVI” menekankan pada interaksi yang intensif dengan
total ekpresi, intonasi, mimik wajah, kontak mata, sentuhan,
sehingga dapat menjaga fokus anak pada stimulus yang diberikan
2. Pendekatan “AVI” dapat mengakomodir keragaman intelegensi anak
karena stimulus yang diberikan selalu adaptif. Bobot Stimulus yang
diberikan berbeda untuk setiap kasus, disesuaikan dengan
kemampuan kognitif anak, dimulai dari stimulus yang sederhana
hingga yang lebih kompleks
3. Apapun bentuk stimulus yang diberikan dengan Pendekatan “AVI” ini
akan selalu divisualisasikan, baik dengan gerak tubuh, gambar
ataupun dengan benda aslinya sehingga anak dapat melihat secara
konkrit, penyajian menjadi lebih menarik dan lebih mudah di pahami.
Langkah awal yang dilakukan oleh pendidik adalah proses adaptif.
Adaptif memiliki makna mudah menyesuaikan (diri) dengan keadaan (dalam
KBBI Online). Dalam hal ini maksudnya adalah stimulus yang diberikan oleh
pendidik disesuaikan berdasarkan kondisi dan kebutuhan anak yakni
kemampuan intelektual anak (mental age).Dimulai dari stimulus yang
sederhana selanjutnya yang lebih kompleks. Jadi penting bagi pendidik atau
yang akan melakukan stimulasi bagi anak untuk mengetahui sejauh mana
kompetensi dasar anak agar kegiatan stimulasi yang dirancang sesuai dengan
kemampuan anak tersebut.
Langkah selanjutnya adalah mempersiapkan sarana belajar yang
bersifat visual/konkret. Visual memiliki arti dapat dilihat dengan indra
penglihatan/mata (dalam KBBI Online). Dalam hal ini pesan yang diberikan
7
pendidik sedapat mungkin diwujudkan menggunakan berbagai media ataupun
alat permainan yang bersifat visual/konkret (bentuk, warna, dan ukuran)
untuk mendukung penyampaian informasi yang diberikan pendidik kepada
anak tunagrahita.
Kemudian, penyampaian stimulus dilakukan secara interaktif yakni
kegiatan yang dilakukan menunjukan saling melakukan aksi (dalam KBBI
Online). Maksudnya adalah kegiatan melakukan komunikasi dua arah antara
pendidik dan anak dengan total ekspresif tidak hanya sekedar ekspresi wajah
tetapi juga diikuti gerak tubuh dan dengan pelafalan kata yang jelas,
sederhana yang mudah dimengerti anak, diikuti dengan sentuhan agar anak
tetap fokus pada objek.
Stimulasi dengan pendekatan AVI adalah kegiatan merangsang
kemampuan dasar anak tunagrahita agar tumbuh dan berkembang optimal
sesuai potensi yang dimilikinya.Berdasarkan pengertian tersebut dapat dilihat
bahwa pendekatan AVI memiliki ciri sebagai berikut:
1. Terjadi interaksi yang intensif antar kedua belah pihak, tidak sekedar
komunikasi verbal dua arah namun diikuti dengan kontak mata,
mimik wajah, intonasi, sentuhan untuk menjaga fokus dan
memotivasi anak.
2. Interaksi dilandaskan dengan ketulusan dan kasih sayang untuk
membangkitkan energi positif anak
3. Kata maupun kalimat verbal yang digunakan dibuat sesederhana
mungkin dengan pelafalan yang jelas serta dengan pengulangan agar
anak dapat memahami
4. Bahasa verbal sebisa mungkin di gambarkan secara konkrit baik
dengan gerak tubuh, gambar, maupun dengan benda aslinya.
5. Jumlah kata atau kalimat yang digunakan disesuaikan dengan
kemampuan nalar anak, antara dua hingga tiga kata.
Sehingga pemberian stimulasi kemampuan bahasa anak tunagrahita
dengan pendekatan “AVI” dapat diuraikan pada tabel berikut:
8
Tabel 2. Capaian kemampuan bahasa anak tunagrahita ringan usia 4-6 tahun dengan pendekatan “AVI”
Pendekatan Kemamp Bahasa
Interaktif Adaptif Visual
Memahami Bahasa/ Reseptif
1. Memainkan kata/suara yang didengar dan diucapkan berulang-ulang
2. Memahami cerita/dongeng sederhana
3. Memahami perintah sederhana seperti letakkan mainan di atas meja, ambil mainan dari dalam kotak
1. Jumlah Pengulangan kata disesuaikan dengan kemampuan anak
2. Dongeng/ cerita yang dibacakan adalah cerita pendek dengan alur yang sederhana
3. Perintah dibuat sederhana dengan kalimat singkat dan jelas
1. Pendidik memvisualkan kata yang diucapkan dengan gambar
2. Dongeng/cerita yang dibacakan divisualkan dengan bantuan gambar
3. Perintah divisualkan dengan benda aslinya
Mengekspresikan Bahasa
1. Menggunakan kata tanya dengan tepat (apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana).
2. Menggunakan 2 atau 3 kata untuk memenuhi kebutuhannya (misal, mau minum)
1. Menggunakan kalimat Tanya yang sederhana minimal dengan dua kata.
2. Kemampuan mengungkapkan disesuaikan dengan kemampuan anak
1. Pendidik memvisualkan pertanyaan dengan menunjuk benda asli atau gambar
2. Memvisualkan keinginan dengan menunjuk benda atau gambar
B. Komponen Model
1. Stimulasi Kemampuan Bahasa
Stimulasi adalah perangsangan yang datangnya dari lingkungan di
luar individu anak (Soetjiningsih, 1995).Anak yang lebih banyak
mendapatkan stimulasi cenderung lebih cepat berkembang.Stimulasi ini
juga berfungsi sebagai penguat.Memberikan stimulasi yang berulang dan
9
terus-menerus setiap aspek perkembangan anak berarti anak telah
memberikankesempatan untuk tumbuh dan berkembang secara
optimal.Begitu juga halnya dengan kemampuan bahasa anak tunagrahita
ringan, stimulasi yang dilakukan secara berulang dan terus menerus dapat
mengoptimalkan kemampuan tersebut sehingga anak mampu
berkomunikasi lebih baik dengan lingkungannya.
Kemampuan bahasa merupakan kemampuan menerima dan
menyampaikan pesan. Kemampuan bahasa anak tunagrahita ringan usia
4-6 Tahun memiliki standar kompetensi yang sama dengan anak normal
usia sekitar 2-3 Tahun. Sehingga, kemampuan bahasa sebagaimana
dijelaskan dalam Permendikbud nomor 137 tahun 2014, terdiri atas:
a.Memahami bahasa reseptif, mencakup kemampuan memahami cerita,
perintah, aturan, menyenangi dan menghargai bacaan; anak
tunagrahita ringan mampu memahami cerita yang riil yang sering
dialami anak, menggunakan struktur bahasa sederhana dan
menggunakan bantuan sarana belajar visual. Perintah dan aturan yang
dapat dipahami menggunakan 1 kalimat sederhana yang jelas.
b.Mengekspresikan bahasa, kemampuan bertanya, menjawab pertanyaan,
berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali yang diketahui,
belajar bahasa pragmatig, mengekspresikan perasaan; anak
tunagrahita ringan mampu mengekspresikan bahasa dengan bantuan
gambar atau benda
Dua kompetensi di atas yang akan menjadi fokus stimulasi oleh
pendidik/pendidik yang harus dilakukan secara terus-menerus dan
berulang demi tercapainya tujuan peningkatan kemampuan anak
tunagrahita ringan dalam berkomunikasi di lingkungannya.
2. Tunagrahita Ringan
Tunagrahita adalah keadaan keterbelakangan mental, keadaan ini
dikenal juga dengan retardasi mental (mental retardation). Anak
tunagrahita memiliki IQ di bawah rata-rata dengan ekuvalensi 1/3 IQ anak
normal kondisi ini menyebabkan fungsi kecerdasan dan intelektual
mereka terganggu yang menyebabkan permasalahan-permasalahan lain
yang muncul pada masa perkembangan anak. Hal tersebut sejalan dengan
pendapat Amin (1995:15) bahwa anak tunagrahita adalah“anak yang
10
memiliki kecerdasan di bawah rata-rata, mengalami hambatan tingkah
laku, penyesuaian, dan terjadi pada masa perkembangannya.”
Klasifikasi tunagrahita menurut AAMD (American Assosiation on
Mental Deficiency) dan Peraturan pemerintah nomor 72 tahun 1991,
klasifikasi tunagrahita terbagi menjadi tiga kelompok sebagai berikut:
Tabel 3. Klasifikasi tunagrahita
Tunagrahita Ringan Tunagrahita Sedang Tunagrahita Berat
1) Kategori Mampu didik
2) IQ antara 50 - 70 3) Mampu diajarkan
membaca, menulis, dan berhitung sederhana dengan bimbingan intensif
4) Mampu berinteraksi sosial yang sederhana
5) Kemampuan sensori motorik pada umumnya tidak banyak mengalami hambatan
6) Mampu menpendidiks diri dengan contoh dan bimbingan
7) Mampu merawat diri dengan contoh dan bimbingan
8) Mampu menolong diri dengan contoh dan bimbingan
1) Kategori Mampu latih 2) IQ antara 25 – 50 3) Kemampuan
komunikasi/bahasa terbatas, tidak mampu berbicara secara terstruktur, pelafalan kata tidak jelas
4) Interaksi sosial terbatas
5) Kemampuan sensori motorik pada umumnya banyak mengalami hambatan
6) Mampu menpendidiks diri dengan bimbingan secara berkelanjutan
7) Mampu merawat diri dengan bimbingan secara berkelanjutan
8) Mampu menolong diri dengan bimbingan secara berkelanjutan
1) Kategori Mampu rawat
2) IQ di bawah 25 3) Tidak mampu
menpendidiks diri (dilayani)
4) Selalu memerlukan perawatan
5) Tidak mampu menolong diri (dilayani)
Sasaran yang distimulasi dengan pendekatan AVI adalah anak
tunagrahita ringan usia 4—6 Tahun. Anak tunagrahita ringan masuk
kategori mampu didik artinya mereka masih dapat dibelajarkan, masih
dapat menerima stimulusperkembangan, dan kemampuan dasar mereka
dapat berkembang jika berada pada lingkungan pendidikan sekolah yang
11
baik. Selain itu mengingat kompetensi tenaga pendidik TK yang ada baru
mampu melayani kasus tunagrahita ringan sedangkananak tunagrahita
sedang dan berat membutuhkan pendidikan khusus yakni di SLBdengan
penekanan pada pendidikan kemampuan bina diri.
C. Langkah-langkah Penerapan Pendekatan AVI
Stimulasi kemampuan bahasa anak tunagrahita ringan melalui
pendekatan AVI di Taman Kanak-kanak seyogyanya dilakukan setiap saat
kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Agar program dapat dilaksanakan
terarah dan lebih aplikatif maka alurnya digambarkan sebagai berikut:
Gambar 1.Alur Pelaksanaan Program Stimulasi Kemampuan Bahasa Anak
Tunagrahita Ringan melalui Pendekatan AVI
1.Persiapan Perlakuan yang sesuai
Deteksi Dini
Assessment Personal Care Skill
(PCS)
Tidak
YAAaa
Penyusunan Perangkat Pembelajaran
Pelaksanaan Pembelajaran
Penilaian Capaian Perkembangan
2.Pelaksanaan
3.Penilaian
12
Pelaksanaan program stimulasi kemampuan bahasa anak tunagrahita
ringan dengan pendekatan AVI ini melalui 3 tahapan yaitu tahap persiapan,
pelaksanaan, dan penilaian. Pada tahap persiapan yang dilakukan adalah
membangun kesiapan PTK yang akan melaksanakan program melalui kegiatan
orientasi, kemudian melakukan deteksi dini pada peserta didik, Assessment
Personal Care Skill (PCS), kemudian penyusunan perangkat pembelajaran.
Setelah tahap persiapan, dilakukan tahap pelaksanaan yaitu kegiatan
pembelajaran yang memuat stimulasi kemampuan bahasa anak tunagrahita
melalui pendekatan AVI. Tahap akhir adalah penilaian, tahap ini dilakukan
untuk melihat sejauh mana capaian perkembangan hasil stimulasi yang telah
dilakukan .
D. Karakteristik Program
Penyelenggaraan program model stimulasi kemampuan bahasaanak
tunagrahita dengan pendekatan AVI memiliki beberapa karakteristik yang
menjadi ciri-ciri program, diantaranya adalah :
1. Pelaksana stimulasi di lembaga TK adalah pendidik yang telah memahami
acuan dan standar operasional prosedur pelaksanaan pembelajaran
dengan pendekatan “AVI”.
2. Sasaran program ditujukan kepada anak yang mengalami tunagrahita
ringan usia 4—6 Tahun di TK.
3. Pokok stimulasi kemampuan yang akan dikembangkan berfokus pada
kemampuan bahasa anak tunagrahita ringan usia 4-6 tahun yang
disetarakan dengan kemampuan bahasa anak normal usia 2-3 tahun.
4. Pendidik harus mampu berkomunikasi dengan total ekpresif
menggunakan mimik, intonasi, kontak mata, sentuhan yang
membangkitan motivasi belajar anak sesuai dengan acuan pelaksanaan
pendekatan AVI.
5. Adaptif yang dilakukan yakni menyesuaikan (mengadaptasi) stimulus
yangakan diberikan oleh pendidik disesuaikan berdasarkan kondisi dan
kebutuhan anak yakni kemampuan intelektual anak (mental age).
6. Penggunaan sarana/media pembelajaran harus berupa benda ataupun
gambar asli untuk memperkuat visualisasi pesan yang disampaikan.
13
7. Interaksi dua arah antara pendidik dan anak harus dengan total ekspresif
tidak hanya sekedar ekspresi wajah tetapi juga diikuti gerak tubuh dan
dengan pelafalan kata yang jelas, sederhana yang mudah dimengerti
anak, diikuti dengan sentuhan agar anak tetap fokus pada objek.
8. Program akan lebih optimal jika rasio pendidik dan anak (keseluruhan
anak dalam ruangan) paling tidak 1:15
14
BAB III
STANDAR PENERAPAN MODEL
Model ini dapat diterapkan pada satuan yang menyelenggarakan kelas
inklusi. Kelas inklusi tersebut tentunya perlu mempersiapkan beberapa
komponen/standar pendukung agar program dapat terlaksana dengan baik
dan target yang diharapkan dapat tercapai,adapun standar yang harus ada
yaitu:
A. Standar Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Kemampuan anak tunagrahita ringan usia 4-6 Tahun memiliki standar
kompetensi yang sama dengan anak normal usia sekitar 2-3 Tahun,
sehingga pada program ini standar kompetensi lulusan beracuan pada
TPPA (Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak) Peraturan Menteri
Pendidikan dan KebudayaanRepublik IndonesiaNomor 137 Tahun
2014Tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini pada aspek
kemampuan bahasa anak usia 2-3 tahun yang diimplementasaikan dan
disesuaikan dengan pendekatan AVI.
Tabel 4. Tingkat Pencapaian Perkembanagn Anak Tunagrahita Ringan Usia 4—6 Tahun
Lingkup Perkembangan
Tingkat Pencapaian Perkembangan Anak
Bahasa I. Memahami
Bahasa
- Memainkan kata/suara sederhana yang didengar dan
diucapkan berulang-ulang - Memahami cerita/dongeng bergambar dengan
kalimat sederhana dan mudah dipahami anak - Memahami perintah sederhana seperti; letakkan
mainan di atas meja, ambil mainan dari dalam kotak bila perlu dengan bantuan gambar
II. Mengungkapkan Bahasa.
- Menggunakan kata tanya dengan tepat (apa, siapa, bagaimana, mengapa, dimana) menggunakan gambar atau benda
- Menggunakan 2 atau 3 kata untuk memenuhi kebutuhannya (misal, mau minum)
15
B. Standar Isi
Program pembelajaran yang disajikan berbentuk tema dan sub
tema. Tema dan sub tema tersebut disusun sesuai dengan karakteristik
(fisik dan psikis), kebutuhan, dan kemampuan anak. Pelaksanaan program
pembelajaran dilakukan dalam kegiatan bermain dan pembiasaan.
Kurikulum dikembangkan menjadi kurikulum inklusi dimana
perangkat rencana dan/atau pengaturan pelaksanaan pendidikan yang disesuaikan
dengan kelas tipe heterogen (anak dengan karakteristik ABK bersama
dengan anak regular). Kurikulum inklusi yang dimaksud difokuskan untuk
menstimulasi kemampuan bahasa yang mengacu pada TPPA aspek
kemampuan bahasa anak tunagrahita ringan usia 4—6 Tahun yang
diimplementasikan menggunakan pendekatan “AVI”, sedangkan
kemampuan lainnya diharapkan mampu terstimulasi seiring dengan
meningkatnya kemampuan berbahasa anak secara sederhana di
lingkungannya.
Beban belajar/alokasi waktu belajar per minggu bagi anak
tunagrahita ringan usia 4—6 tahun selama ≥360 menit atau paling tidak 2
jam per hari (5 hari efektif).
C. Standar Proses
Standar proses meliputi:
1. Perencanaan pembelajaran
Perencanaan pembelajaran disusun oleh pendidikinti atau
pendidikpendampingberupa RPPH. RPPH dirancang secara adaptif
artinya kegiatan disesuaikan dengan memerhatikan karakteristik (fisik
dan psikis), kebutuhan, dan kemampuan individual anak tunagrahita.
Kegiatan pada RPPH untuk anak tunagrahita disatukan dengan
perencanaan pembelajaran bagi kelompok anak umum, hanya perlu
diberikan catatan/penanda pada kegiatan yang dirancang khusus bagi
anak tunagrahita.
2. Pelaksanaan pembelajaran
Pembelajaran dilaksanakan menggunakan pendekatan AVI sesuai
rencana pembelajaran yang telah disusun yang didalamnya memuat:
a. Kegiatan Pembukaan
16
Pada kegiatan pembukaan aktifitas belajar dapat berupa kegiatan
motorik kasar (gerak lagu, melompat, berayun, memperagakan
gerakan sesuatu, dll) dengan bantuan pendidik.
b. Kegiatan Awal
Pendidik memulai dengan mengucap salam, menyapa peserta
didik, mengajukan pertanyaan, bercakap-cakap, menunjukkan
buku cerita, menunjukkan APE, kemudian bercerita singkat, dan
memberikan kesempatan pada anak untuk bercerita mengenai
pengalamannya agar anak fokus dengan kegiatan yang akan
dilakukan.
c. Kegiatan Inti
Pada kegiatan inti selalu menggunakan APE atau media belajar
visual atau benda konkret yang diadaptasikan (disesuaikan
dengan kebutuhan anak) dengan maksud menstimulasi
kemampuan bahasa anak. Anak diarahkan untuk melakukan
kegiatannya bersama pendidik pendamping khusus agar stimulasi
dapat dilakukan secara mendalam yakni dengan interaktif, total
ekspresi dibarengi dengan gerak tubuh, sentuhan kasih sayang,
dan menyebut nama anak untuk menjaga fokusnya.
d. Kegiatan Akhir
Pendidik mengajak anak membereskan alat main yang telah
digunakan, kemudian menceritakan kembali tentang pengalaman
belajar yang telah dilakukan pada kegiatan inti.
e. Kegiatan Penutup
Kegiatan penutup diisi dengan kegiatan yang fungsinya
menenangkan anak setelah beraktifitas seharian, merefresh
kegiatan yang telah dilakukan selama sehari. Pada kegiatan
tersebut, pendidik masih harus tetap mendampingi anak
tunagrahita agar ia tetap terlibat dan terstimulasi dengan baik.
3. Penilaian Capaian Perkembangan
Penilaian perkembangan anak dilakukan selama dan sesudah
kegiatan belajar.
Prinsip Pendekatan AVI yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan
pembelajaran adalah:
17
a. Adaptasi dalam metode pembelajaran, media pembelajaran,
pengelolaan kelas.
b. Menggunakan benda konkrit untuk membantu visualisasi anak
c. Pengulangan minimal tiga kali, menggunakan bahasa sederhana,
dan total ekspresi.
D. Standar Penilaian
Penilaian adalah proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk
menentukan tingkat pencapaian perkembangan anak yang mencakup:
1. Teknik Penilaian
Teknik penilaian di PAUD menggunakan observasi (pengamatan). Yakni
pendidik yang bertugas menstimulasi anak tunagrahita melakukan
pengamatan dengan berbekal pada instrument perkembangan anak.
2. Alat Penilaian
Alat penilaian (instrument) yang digunakan dalam menilai yaitu
pedoman observasi yang mengacu pada TPPA kemampuan bahasa
anak tunagrahita usia 4—6 Tahun melalui pendekatan AVI di TK.
E. Standar Pendidik
Pendidik yang dapat melaksanakan program ini adalah pendidik kelas atau
pendidik pendamping yang memiliki:
1. kualifikasi pendidikan; minimal SMA
2. kompetensi; memiliki
kemampuan
mengembangkan dan
melaksanakan
pembelajaran anak usia
dini.
F. Standar Sarana dan Prasarana
Sarana yang dibutuhkan diantaranya:
1. instrumen deteksi dini anak,
2. instrumen assessment,
3. perangkat kurikulum yang memuat TPPA anak tunagrahita,
4. buku cerita,
Gambar 2. Ilustrasi pendidik
18
5. kartu bergambar (atau APE lainnya yang mampu mendukung
stimulasi),
6. Prasarana disesuaikan dengan keadaan satuan lembaga PAUD.
G. Standar Pengelolaan
Standar pengelolaan merupakan pelaksanaan yang mengacu pada
standar isi, proses, pendidik dan tenaga kependidikan, sarana dan
prasarana, serta pembiayaan.Pelaksanaan model dengan pendekatan AVI
disesuaikan dengan acuan pelaksanaan model.
H. Standar Pembiayaan
Biayayang diperlukan dalam penyelenggaraan model AVI ini antara lain
untuk: Alat Permainan Edukatif (APE), buku cerita,alat deteksi awal anak,
assessment, dan instrumen penilaian lainnya.
19
BAB IV
PENJAMINAN MUTU
Dalam rangka mengontrol dan menjamin kualitas penerapan model
AVI maka diperlukan pengendalian program melalui kegiatan monitoring dan
evaluasi.
A. Monitoring
Monitoring merupakan kegiatan pemantauan penerapan model AVI
agar model terlaksana sesuai dengan panduan penyelenggraan model.
Untuk melaksanakan monitoring, hal-hal yang harus dipenuhi:
1. Pelaksana Monitoring: dapat dilakukan oleh kepala TK, atau
pengawas TK kabupaten/kota, Pamong Belajar BPPAUD dan Dikmas,
Pamong Belajar SKB Kab./Kota.
2. Aspek yang dimonitoring antara lain:
a. Menejemen Pembelajaran AVI
b. Sarana pembelajaran pendukung penerapan AVI.
3. Alat yang digunakan yakni Instrumen monitoring.
4. Pelaksanaan monitoring dapat dilakukan minimal 3 bulan sekali.
B. Evaluasi
Evaluasimerupakan kegiatan mengukur dan menilai keberhasilan
pelaksanaan program dan pelaksanaan pembelajaran. Untuk
melaksanakan evaluasi, hal-hal yang harus dipenuhi:
1. Pelaksana evaluasi: kepala TK,pengawas TK kabupaten/kota, bidang
PAUD PNF Kabupaten, Pamong Belajar BPPAUD dan Dikmas, Pamong
Belajar SKB Kab./Kota,
2. Aspek yang dievaluasi antara lain:
a. Proses pembelajaran AVI
b. Capaian perkembangan anak
c. Sarana pembelajaran pendukung penerapan AVI.
3. Alat yang digunakan angket dan pedoman observasi.
4. Metode menggunakan angket dan observasi.
5. Pelaksanaan monitoring dapat dilakukan minimal6 bulan sekali.
20
C. Tindak lanjut
Tindak lanjut yang diharapkan setelah penerapan model AVI ini
adalah:
1. Jika dalam pelaksanaan ditemui kesulitan, dapat berkonsultasi dan
bekerjasama dengan pihak SLB sebagai pusat sumber.
2. Sebagai bahan masukan bagi dinas pendidikan Kab./kota dalam
penyelenggaraan program Pendidikan Inklusi di TK.
3. Diharapkan model dapat disebarkan untuk digunakan pada lembaga
TK lainnya sebagai bahan rujukan melaksanakan layanan Inklusi.
4. BPPAUD DIKMAS sebagai rujukan dalam pelaksanaan program
maupun untuk pengembangan Program selanjutnya.
21
BAB V
PENUTUP
Model stimulasi kemampuan bahasa anak tunagrahita ringan dengan
pendekatan AVI di TK inidiharapkan dapat menjadi acuan bagi lembaga TK
ataupun pihak penyelenggara PAUD/TK yang melayani anak tunagrahita
ringan, serta pendidik pada khususnya dalam mengimplementasikan stimulasi
kemampuan bahasa anak tunagrahita ringan dengan pendekatan AVI di TK
dalam proses pembelajaran sehari-hari.
Program ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam
mengembangkan kemampuan anak tunagrahita khususnya dalam
berkomunikasi. Sehingga diharapkan dapat meningkatkan kesiapan anak
tunagrahita untuk menenerima stimulasi berikutnya. Dengan program ini juga
diharapkan dapat menjadi referensi ataupun contoh dalam mengembangkan
stimulasi kemampuan anak tunagrahita di TK dengan pendekatan AVI.
Dalam rangka pengembangan dan penyempurnaan program ini,
sangat diharapkan adanya usul saran dari semua pihak, khususnya dari para
pemangku kepentingan (stakeholder) agar model yang dikembangkan dapat
diterapkan dengan baik sesuai dengan tujuan pengembangan dan mencapai
hasil yang diharapkan.
22
DAFTAR PUSTAKA Undang-Undang Sisdiknas No. 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan
Nasional, pasal 32 ayat 1
Permendikbud Nomor 137 tahun 2014, tentang Standar Nasional Anak Usia
Dini
Bahan dan Media Pembelajaran kelompok bermain, Anak Berkebutuhan
Khusus, Kemendikbud Dirjen PNFI Direktorat PAUD Tahun 2010.
Pedoman Umum Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif, Direktorat Pembinaan
PKLK Pendidikan Dasar, Tahun 2013
https://id.mwikipedia.org, pengertian tunagrahita
https://www.scribd.com/doc/39039206/Stimulasi-Tumbuh-Kembang-Anak.
Pengertian stimulasi
www.sekolah123.com, cara efektif menstimulasi anak
Karimaberkarya.wordpress.com, Stimulasi intervensi anak berkebutuhan
khusus
http://kbbi.web.id/adaptif, pengertian Adaptif
http://kbbi.web.id/Interaktiv, pengertian Interaktiv
http://kbbi.web.id/visual, pengertian Visual
23
INSTRUMEN CAPAIAN PERKEMBANGAN ANAK
Petunjuk : 1. Instrumen ini merupakan alat untuk mengukur tingkat ketercapaian
perkembangan anak 2. Penilaian dilakukan dengan menggunakan skala (rentang skor 1—4),
dengan memberi tanda silang (√) pada kolom yang tersedia, yang dijelaskan sebagai berikut : 4 = Berkembang Sangat Baik (BSB) 3 = Berkembang Sesuai Harapan (BSH) 2 = Mulai Berkembang (MB) 1 = Belum Berkembang (BB)
3. Penilai/pengisi instrumen ini adalah pendidik TK yang menstimulasi dan mengamati kemampuan bahasa anak tunagrahita I. Identitas Pengisi Instrumen
Nama : ............................................................................. Jabatan : ............................................................................. Alamat Instansi : .............................................................................. Nama anak yang diamati : ..............................................................................
II. Instrumen Keefektifan Model
No
Indikator
Penilaian
Sebelum Sesudah
1 2 3 4 1 2 3 4
A. Kemampuan Anak Memahami Bahasa
1 Meniru suara yang didengar saat dibacakan cerita
2 Menirukan kata-kata yang didengar saat bercerita atau bercakap-cakap
Lampiran 1
24
No
Indikator
Penilaian
Sebelum Sesudah
1 2 3 4 1 2 3 4
3 Fokus memperhatikan pencerita mendongeng/bercerita
4 Menyahut satu atau dua kata sesuai dengan cerita yang didengar
5 Tertawa pada saat mendengarkan cerita yang menarik baginya
6 Bertepuk tangan pada saat pencerita/pedongeng mengakhiri dongeng/ ceritanya
7 Mengungkapkan bagian cerita atau dongeng yang telah didengarnya
8 Menyebut tokoh cerita yang sedang atau telah diceritakan oleh pendongeng/pencerita
9 Melaksanakan perintah sederhana yang diberikan
10 Menyebut atau mengungkap kembali perintah yang diberikan
Jumlah
B. Kemampuan Anak Mengungkapkan Bahasa/Komunikasi
11 Bertanya dengan menggunakan kata “apa” dengan tepat pada saat bercakap-cakap
12 Bertanya dengan menggunakan kata “siapa” dengan tepat pada saat bercakap-cakap
13 Bertanya dengan menggunakan kata “bagaimana” dengan tepat
25
No
Indikator
Penilaian
Sebelum Sesudah
1 2 3 4 1 2 3 4
pada saat bercakap-cakap
14 Bertanya dengan menggunakan kata “kenapa” dengan tepat pada saat bercakap-cakap
15 Bertanya dengan menggunakan kata “dimana” dengan tepat pada saat bercakap-cakap
16 Menggunakan 2 kata untuk menyampaikan sesuatu
17 Menggunakan 3 kata untuk menyampaikan keinginanannya
Jumlah
Jumlah keseluruhan
................., ................2017 Pendidik TK (...........................................) NIP.
26