sterilisasi tuba puerperium
TRANSCRIPT
Pembimbing I
dr. Daniel. H. Usmany, Sp.OG
Pembimbing II
dr. Andri Welly
Disusun oleh :
Brilliantine Ch Liborang, S.Ked
KEPANITRAAN KLINIK BAGIAN
ILMU OBSTETRI DAN GINEKOLOGI
RSUD DOK 2 JAYAPURA
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS CENDERAWASIH
JAYAPURA
2015
LAPORAN KASUS
Sterilisasi Tuba Puerperium pada P4A0 post
partum spontan nifas hari ke 1, PEB
Pendahuluan
- Sterilisasi tuba pertama kali oleh Samuel Smith
Lungren, 1880
- Tahun 1970-80an angka sterilisasi meningkat di
seluruh dunia
- Di USA, meningkat 4 kali lipat karena
minilaparotomi & laparoskopi
- Uchida (1961) -> interval minilaparotomi
- Anderson (1937) -> laparoskopi sterilisasi
- Berdasarkan waktu : Puerpural sterilisasi dan
non-puerpural (interval) sterilisasi
- Di USA, setengah diantaranya pada masa
interval
Sterilisasi Wanita
- Dengan oklusi atau divisi tuba falopi
- ACOG (2013): Wanita yang menginginkan
sterilisasi harus mendapatkan konseling
mengenai kontrasepsi alternatif
- Indikasi :
a. Perencanaan keluarga
b. Sosio-ekonomi
c. Medikosurgikal (terapi)
Sterilisasi Wanita
A. Sterilisasi Tuba Puerperium
- Beberapa saat setelah persalinan/ 12-24 jam
- Epidural kateter/ anestesi spinal
- Insisi supraumbilikal
- Identifikasi tuba, penjepitan bagian tengah
dengan klem Babcock, identifikasi fimbrae
- Komplikasi : Ileus (jarang) dan perdarahan
B. Sterilisasi Tuba Non-puerperium
(Interval)
Beberapa teknik & modifikasi yaitu:
1. Ligasi dan reseksi per laparotomi
2. Aplikasi ring, klip per laparoskopi &
histeroskopi
3. Elektrokoagulasi segmen tuba per
laparoskopi
- Pendekatan laparoskopi paling sering
untuk metode interval sterilisasi
Sterilisasi Wanita
Keuntungan
Sterilisasi Wanita
1. Sangat efektif
2. Tidak mempengaruhi proses menyusui
3. Tidak bergantung pada faktor senggama
4. Pembedahan sederhana, dapat dilakukan
dengan anestesi lokal
5. Tidak ada efek samping dalam jangka panjang
6. Tidak ada perubahan dalam fungsi seksual
Kerugian
Sterilisasi Wanita
1. Pertimbangan sifat permanen
2. Klien dapat menyesal dikemudian hari
3. Rasa sakit/ketidaknyamanan dalam jangka
pendek setelah tindakan
4. Dilakukan oleh dokter terlatih
Metode/ Teknik
1. Metode Parkland
a. Daerah avaskular
mesosalphing ditembus
hemostat
b. Proksimal & distal dari tuba
dibebaskan dengan jahitan
Chromic-0.
Jarak antara batas sayatan 2
cm.
Dirancang utk mencegah
bertemunya kembali dari ujung
tuba yang dipotong.
Metode/ Teknik
2. Metode Pomeroy
Ligasi midsegmen dari
lengkungan tuba,
menggunakan plain-catgut,
untuk mencegah terjadinya
absorpsi dan memastikan
terpisahnya kedua ujung tuba.
Sekitar 1-1.5cm dari segmen
loop distal dipotong
Keuntungan : Mudah, aman, efektif
Tingkat kegagalan 0.1-0.5%
\ Metode/ Teknik
3. Metode Irving
A. Fenestrasi antara
tuba sekitar 4 cm
B. Tuba diligasi dan
dipotong diantaranya
C. Ujung tuba yang mendekati uterus dijahit ke miometrium
D. Ikatan diamankan menjauhi sisi potongan tuba lainnya.
Metode/ Teknik 4. Metode Uchida
A. Injeksi larutan
vasokontriksi di serosa
sekitar 6 cm dari
uterotubal junction.
Insisi lap.serosa
B. Tepi
antimesenterium dari
mesosalphinx ditarik
mendekati uterus
C. Tuba dipotong di proksimal dan diligasi
D. Mesosalphing ditutup
Metode/ Teknik
5. Metode Kroener 1. Ujung ampula
dari tuba dijepit o/ sebuah klem 2. bag. Tuba
proksimal dari jepitan diikat dgn sehelai benang 3. bag. Tuba distal
dari jepitan dipotong. (fimbriektomi)
Metode/ Teknik
6. Metode Medlener
Lengkungan tuba
dirusak dengan
forseps arteri,
kemudian area
tersebut diikat dengan
benang. Lengkungan
tuba tidak dipotong
LAPORAN KASUS Nama : YM
Umur : 35 Tahun, Waris 11 November 1979
Alamat : Aryoko
Agama : Kristen Katolik
Suku/Bangsa : Keerom
Pendidikan : Sekolah Menengah Pertama (SMP)
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga (IRT)
Tanggal MRS : 11 Oktober 2015
ANAMNESIS
Keluhana Utama : ingin tutup kandungan Riwayat Penyakit Sekarang : Pasien P4A0 datang dengan rencana mengganti alat kontrasepsi. HPHT 18/11/2014. Pasien mengeluh bila memakai pil KB atau suntik KB merasa mual, sakit kepala, dan haid menjadi tidak teratur terkadang tiap 2-3 bulan. Pasien juga mengeluh saat memakai suntik KB sering kali lupa kembali untuk control suntik berikutnya. Pasien mengaku pernah mendengar mengenai implant dan spiral tetapi mengaku kurang menyukai metode tersebut. Pasien mengaku pernah mendengar mengenai tutup kandungan atau steril dan merasa lebih mantap dengan steril karena pasien merasa sudah cukup dengan 4 orang anak dan tidak ingin menambah anak lagi, selain karena alasan usia dan penyakit penyerta saat hamil anak ke 4.
Riwayat Obstetri
No Jenis
Persalinan Penolong BB
Jenis
Kelamin
Umur
Sekarang Hidup/Mati
1. Spontan Bidan 2900 gr ♂ 14 thn Hidup
2. Spontan Bidan 2700 gr ♀ 13 thn Hidup
3. Spontan Bidan 2700 gr ♂ 9 thn Hidup
4. Spontan Dokter 3450 gr ♀ 1 hari Hidup
Riwayat Penggunaan Kontrasepsi sebelum hamil
Jenis kontrasepsi : Suntik dan Pil
Berapa lama : 3 tahun
Sebab berhenti : menstruasi tidak lancar
Rencana KB setelah melahirkan : rencana sterilisasi
STATUS GENERALIS Keadaan Umum : Baik Kesadaran : Compos Mentis
Tinggi Badan : 157 cm Berat Badan : 67 Kg
Tanda-tanda vital : TD 130/90, N: 88 kali/menit, RR: 22 kali/menit, SB: 37,6 oC
Kepala : Mata : Konjungtiva : tidak anemis
Sklera : tidak ikterik
Pupil : bulat, isokhor
Hidung : Dalam batas normal
Mulut : Dalam batas normal
Telinga : Dalam batas normal
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks : Jantung : Bunyi Jantung I-II regular
Paru : Rhonki (-), Wheezing (-)
Abdomen : Hati : tak teraba
Limpa : tak teraba
Ekstremitas : Udem tungkai (-)
Refleks : Patella (+)
STATUS OBSTETRI
Pemeriksaan Luar
TFU : 2 jari di atas sympisis pubis
Kontraksi : Baik
Pemeriksaan Dalam
v/v : tenang
VT : Kasa (-), Perdarahan aktif (-)
DIAGNOSIS SEMENTARA : post partum spontan pada P4A0,
Nifas hari ke 1
PEM. PENUNJANG
Parameter Result Units Reference Range
WBC
RBC
HGB
HCT
MCV
MCH
MCHC
PLT
Proteinuria
10.6
5.01
10.3
21.0
56.6
19.1
33.8
201
++
10^3/uL
10^6/uL
g/dL
%
fL
pg
g/dL
10^3/uL
5 – 10
M=4.50-5.50, F=4.0-5.0
M=14.0-17.4, F=12.0-16.0
M=42-52, F=36-48
84.0-96.0
28.0-34.0
32.0-26.0
150-400
RESUME
Ny. YM, umur 35 tahun datang dengan keluhan ingin tutup kandungan. HPHT
18/11/2014. Pasien P4A0 datang dengan rencana mengganti alat kontrasepsi.
Pasien mengeluh bila memakai pil KB atau suntik KB merasa mual, sakit
kepala, dan haid menjadi tidak teratur terkadang tiap 2-3 bulan. Pasien juga
mengeluh saat memakai suntik KB sering kali lupa kembali untuk control suntik
berikutnya. Pasien mengaku pernah mendengar mengenai implant dan spiral
tetapi mengaku kurang menyukai metode tersebut. Pasien mengaku pernah
mendengar mengenai tutup kandungan atau steril dan merasa lebih mantap
dengan steril karena pasien merasa sudah cukup dengan 4 orang anak dan
tidak ingin menambah anak lagi, selain karena alasan usia dan penyakit
penyerta saat hamil anak ke 4. Status generalis : TD: 130/90mmHg, status
obstetric : Tinggi fundus uteri 2 jari dibawah umbilicus, kontraksi baik.
Pemeriksaan penunjang: Hb: 10.3 g/dl, proteinuria (++).
DIAGNOSA KERJA: post partum spontan pada P4A0, Nifas hari ke 1 +
PEB
RENCANA TERAPI
• IVFD RL 500 cc (20 tpm)
• Ceftriaxone 2 gr/ 24 jam (i.v)
• Metronidazole 3 x 500 mg (i.v)
• Paracetamol 500 mg (bila perlu)
• Metildopa 3 x 250 g
• Mobilisasi dini
• Hygiene vulva
• Edukasi ASI
• Rencana MOW
LAPORAN OPERASI
Laporan operasi Tubektomi tanggal 13 Agustus 2015 (dokter ahli
dr.DHU,Sp.OG, Jam 1120 – 1150 WIT)
• Pasien terlentang di meja operasi dalam spinal anastesi
• Dilakukan asepsis dan antisepsis daerah operasi dan sekitarnya
• Insisi subumbilikus ± 3 cm
• Identifikasi tuba → dilakukan tubektomi pomeroy pada tuba kanan dan kiri
• Perdarahan minimal
• Dinding abdomen di jahit lapis demi lapis
• Operasi selesai
Diagnosa Akhir : sterilisasi tuba puerperium pada P4 post partum
spontan, nifas hari ke 1 + PEB
MASALAH & PEMBAHASAN
Sudah tepatkah metode kontrasepsi pada pasien ini?
Metode kontrasepsi yang ditawarkan pada pasien ini adalah metode kontrasepsi
jangka panjang. Berdasarkan jenis metode kontrasepsi jangka panjang yang ada,
yaitu tubektomi (MOW), pemasangan IUD dan implant, metode tubektomi (MOW)
merupakan metode kontrasepsi jangka panjang yang paling cocok pada psien ini
dikarenakan pasien memiliki jumlah anak yang sudah cukup. Indikasi lainnya yang
menjadi pertimbangan adalah usia dari pasien sendiri, 35 tahun, dimana untuk
kehamilan berikutnya dengan usia ibu lebih dari 35 tahun, maka resiko untuk
terjadinya komplikasi/ penyulit pada proses kehamilan dan persalinan baik bagi ibu
dan janin akan lebih besar. Terlebih ibu dengan riwayat preeclampsia berat pada
kehamilan ini. Resiko untuk terjadinya preeclampsia berulang pada kehamilan
berikutnya akan lebih besar. Angka kegagalan tubektomi (MOW) lebih rendah bila
dibandingkan dengan metode kontrasepsi jangka panjang lainnya (implant dan IUD).
Sudah tepatkah indikasi sterilisasi pada pasien ini?
Indikasi sterilisasi pada pasien ini adalah untuk perencanaan keluarga, dimana jumlah
anak yang dimiliki sudah cukup. Indikasi lainnya yaitu indikasi medikosurgikal yaitu
yang menjadi pertimbangan adalah usia dari pasien sendiri, 35 tahun, dimana untuk
kehamilan berikutnya dengan usia ibu lebih dari 35 tahun, maka resiko untuk
terjadinya komplikasi/ penyulit pada proses kehamilan dan persalinan baik bagi ibu
dan janin akan lebih besar. Terlebih ibu dengan riwayat preeclampsia berat pada
kehamilan ini. Resiko untuk terjadinya preeclampsia berulang pada kehamilan
berikutnya akan lebih besar.
Sudah tepatkah metode sterilisasi yang dipilih pada pasien ini?
Metode yang dipilih adalah metode sterilisasi Pomeroy. Metode sterilisasi Pomeroy
memang metode sterilisasi yang paling mudah dan aman dikerjakan, dengan tingkat
kegagalan 0.1-0.5%. Bila dibandingkan dengan metode sterilisasi lainnya, yang
memiliki tingkat kegagalan paling kecil adalah metode Kroener. Dari daftar pustaka
didapatkan, angka kegagalan tubektomi metode Kroener/ fimbrektomi berkisar 0.1-
.0.19%. Jadi sebaiknya metode sterilisasi yang dipilih adalah metode dengan tingkat
kegagalan yang paling rendah dikarenakan pasien sudah tidak menginginkan
kehamilan lagi.
Sudah tepatkah waktu sterilisasi pada pasien ini?
Pemilihan waktu sterilisasi pada pasien ini adalah dalam masa puerpurium/ masa
nifas. Pada masa nifas, telah diketahui, kita dapat mencapai dan mengidentifikasi
uterus dan tuba lebih mudah bila dibandingkan dengan sterilisasi interval. Terkait
dengan tingkat kepatuhan pasien, pada pasien ini, dirasakan tingkat kepatuhan untuk
kembali lagi ke RS untuk dilakukan sterilisasi interval sangat rendah. Jadi disarankan
untuk dilakukan sterilisasi puerpurium.
DAFTAR PUSTAKA
1. Dutta, DC : Normal Labor;Textbook of Obstetrics;5th ed. New Central
Book Agency, Calcutta, 2013
2. Cunningham, Leveno, Bloom, Spong, Dashe, Hoffman, et all.
Puerperium. Williams Obstetrics. 24thedition. New York: McGraw Hill
Publishing; 2014
3. Beshay, VE & Carr, BR 2012, ‘Sterilisation’, Williams Gynecology, 2nd
edn, McGraw Hill Professional, United States.
4. Evidence-based Clinical Guidline Number 4, Male and Female
Sterilisation, RCOG, London; 2004