stereotipe dan pilihan laki-laki yang bekerja …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · segenap...

46
STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA SEBAGAI KARYAWAN SALON KECANTIKAN DI KOTA SEMARANG SKRIPSI Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Oleh : Radite Nur Anisa NIM. 3401411080 JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI FAKULTAS ILMU SOSIAL UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016

Upload: doliem

Post on 15-Mar-2019

241 views

Category:

Documents


1 download

TRANSCRIPT

Page 1: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA

SEBAGAI KARYAWAN SALON KECANTIKAN DI KOTA

SEMARANG

SKRIPSI

Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh :

Radite Nur Anisa

NIM. 3401411080

JURUSAN SOSIOLOGI DAN ANTROPOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2016

Page 2: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

ii

Page 3: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

iii

Page 4: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

iv

Page 5: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

Bapak dan Ibu bisa menggantikan siapapun tapi tak bisa digantikan oleh

siapapun. (Anisa, Radite Nur)

Semua perempuan harus punya kecerdasan, karena dunia terlalu keras jika

hanya mengandalkan kecantikan. Dipuji karena cantik memang

menyenangkan, tetapi dikagumi karena prestasi jauh lebih membanggakan. (No

name)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari

betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah. (Thomas

Alva Edison)

PERSEMBAHAN:

Kedua orang tuaku Almarhum Bapak Aspuri dan Ibu Uripah

yang selalu memberikan do‟a, dukungan dan motivasi.

Teman-teman yang selalu memberikan motivasi Maya Chintia,

Maft, Achirina, Tursiyah, Pandu Kurniawan, Sonef dan yang

tidak bisa disebut satu persatu.

Teman-teman Kost Nindi yang selalu membantu dalam bentuk

apapun.

Bapak dan Ibu dosen Sosiologi dan Antropologi yang sudah

banyak memberi saya ilmu selama kuliah di UNNES.

Teman-teman Pendidikan Sosiologi dan Antropologi angkatan

2011 yang telah memberikan banyak masukan dan dukungan.

Page 6: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

vi

PRAKATA

Alhamdulillah wasyukurilah puji serta syukur atas segala nikmat yang Allah

SWT limpahkan kepada penulis sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “Stereotipe dan Pilihan Laki-laki yang Bekerja Sebagai Karyawan

Salon Kecantikan di Kota Semarang” dengan lancar. Penulis menyadari bahwa

skripsi ini tidak akan terselesaikan tanpa motivasi dan bantuan dari berbagai pihak. oleh

klanceritu pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum, Rektor Universitas Negeri Semarang, yang telah

memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh studi di Universitas Negeri

Semarang.

2. Drs. Moh. Solehatul Mustofa M. A., Dekan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri

Semarang, yang telah memberikan fasilitas dan pengesahan terhadap skripsi penulis.

3. Kuncoro Bayu Prasetyo S. Ant., M. A. Ketua Jurusan Sosiologi dan Antropologi

Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan motivasi

dan berbagai pengarahan.

4. Kuncoro Bayu Prasetyo S. Ant., M. A. Sebagai penguji skripsi yang telah memberikan

kritik dan saran.

5. Dr. Thriwaty Arsal, M. Si. Dosen Pembimbing I yang telah memberikan bimbingan,

arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

6. Antari Ayuning Arsi S. Sos., M. Si. Dosen pembimbing 2 yang telah memberikan

bimbingan, arahan, dan saran kepada penulis selama penyusunan skripsi.

7. UPT Perpustakaan Universitas Negeri Semarang dan perpustakaan Jurusan Sosiologi

dan Antropologi yang telah menyediakan buku-buku untuk menyusun skripsi ini.

8. Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan

memberikan masukan kepada penulis.

Page 7: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

vii

9. Teman-teman yang memberikan semangat terimakasih untuk motivasi dan nasihatnya.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis disebutkan satu persatu, yang telah membantu

penulis baik material maupun spiritual.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh

karena itu penulis mengharapkan masukan, kritik, dan saran dari pembaca guna

perbaikan penulisan pada masa yang akan datang. Penulis berharap semoga

skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca dan perkembangan pendidikan di

Indonesia.

Semarang, April 2016

Penulis

Page 8: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

viii

SARI

Anisa, Radite Nur. 2016. “Stereotipe dan Pilihan Laki-Laki yang Bekerja

Sebagai Karyawan Salon Kecantikan di Kota Semarang”. Skripsi. Jurusan

Sosiologi dan Antropologi. Fakultas Ilmu Sosial. Universitas Negeri Semarang.

Pembimbing I Dr. Thriwaty Arsal, M.Si, pembimbing II Antari Ayuning Arsi, S.

Sos., M.Si

Kata kunci : Laki-laki, Salon, Stereotipe Gender

Laki-laki yang bekerja sebagai karyawan di salon terkadang mendapatkan

pertentangan dalam keluarga, masyarakat maupun dirinya sendiri, karena bekerja

di salon yang seyogyanya merupakan pekerjaan yang dilakukan perempuan dan

masih menjadi hal yang “tabu” untuk sebagian masyarakat apabila ada laki-laki

yang bekerja di salon. Tujuan penelitian ini adalah; (1) Mengetahui faktor-faktor

yang melatarbelakangi laki-laki bekerja di salon kecantikan di Kota Semarang, (2)

Mengetahui bagaimana pandangan masyarakat terhadap laki-laki yang bekerja

sebagai karyawan salon kecantikan di kota Semarang, (3) Mengetahui bagaimana

laki-laki yang bekerja pada salon di Kota Semarang menanggapi stereotyping

yang berkembang di masyarakat terhadap profesi sebagai karyawan salon

kecantikan.

Pendekatan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Lokasi

penelitian dilaksanakan di Salon Kecantikan yang ada di Semarang. Fokus

Penelitian ini pada faktor-faktor yang melatarbelakangi laki-laki bekerja di salon

kecantikan di Kota Semarang, dan bagaimana laki-laki yang bekerja pada salon di

Kota Semarang menanggapi pandangan masyarakat terhadap profesinya sebagai

pekerja salon. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,

wawancara, dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan adalah

deskriptif kualitatif. Teori yang digunakan adalah teori pilihan rasional Coleman

dan konsep stereotipe gender.

Laki-laki yang bekerja di salon dilatarbelakangi karena beberapa faktor

yaitu faktor bakat yang dimiliki dan ketertariknnya terhadap dunia tata rambut.

Faktor yang kedua adalah faktor ekonomi keluarga dimana membuka usaha salon

dan bekerja di salon penghasilannya menjanjikan. Faktor yang ketiga adalah

faktor pendidikan dan rendahnya ketrampilan yang dimiliki, sehingga

menyebabkan laki-laki merasa tidak mampu untuk bersaing di dunia kerja yang

dibutuhkan di masyarakat. Faktor yang terakhir adalah pekerjaan di salon

dianggap ringan. Stereotipee atau pelabelan yang diberikan oleh masyarakat

kepada laki-laki yang bekerja di salon ada yang bersifat negatif dan juga ada yang

positif. Bentuk pelabelan negatif yang diberikan, yaitu laki-laki dianggap banci

dan dianggap mempunyai orientasi seksual yang menyimpang atau homosexsual.

Bentuk pandangan positif yang diberikan yaitu laki-laki ternyata juga tidak kalah

terampil dengan perempuan ketika bekerja di salon kecantikan dan ternyata tidak

semua laki-laki yang bekerja di salon kecantikan berperilaku seperti banci atau

homosexsual tetapi laki-laki yang bekerja di salon kecantikan tetap

mempertahankan sisi maskulinitasnya dilihat dari kenampakan fisik. Laki-laki

Page 9: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

ix

yang bekerja di salon dalam menanggapi pandangan negatif dari masyarakat

bersikap cuek dan biasa saja. Laki-laki yang bekerja di salon kecantikan juga tetap

menunjukkan sisi maskulinitasnya ketika bekerja dan ketika berada di tengah-

tengah masyarakat.

Saran : (1) Bagi pemilik salon dan masyarakat tidak membeda-bedakan

pekerjaan berdasarkan jenis kelamin, melainkan bisa memandang suatu pekerjaan

berdasarkan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki. (2) Bagi pemerintah

diharapkan untuk memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait pemahan

tentang gender terutama dalam hal pekerjaan agar dapat mengurangi stereotipe

yang bersifat negatif masyarakat terhadap laki-laki yang bekerja di salon.

Page 10: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL…………………………………………………………...

PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………………………...

PENGESAHAN KELULUSAN……………………………………………….

PERNYATAAN………………………………………………………………..

MOTTO DAN PERSEMBAHAN…………………………………………...

PRAKATA……………………………………………………………………..

SARI …………………………………………………………………………...

DAFTAR ISI…………………………………………………………………...

DAFTAR TABEL……………………………………………………………...

DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………..

DAFTAR GAMBAR…………………………….…………………………….

BAB I PENDHULUAN

1.1 Latar Belakang……………………………………………………….

1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………....

1.3 Tujuan ………………………………………………………………..

1.4 Manfaat……………………………………………………………….

1.5 Penegasan Istilah……………………………………………………..

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka……………………………………………………….

2.2 Landasan Konseptual ……………………………………………......

2.2.1 Gender Stereotipe ……………………………………………….....

2.2.2 Teori Pilihan Rasional……………………………………………...

2.3 Kerangka Berpikir……………………………………………………

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Dasar Penelitian ......………………………………………………....

3.2 Lokasi Penelitian ………………………………………....................

3.3 Fokus Penelitian.....……………………………………………….....

3.4 Sumber Data Penelitian …………………………………………......

3.5 Teknik Pengumpulan Data…………………………………………..

3.6 Keabsahan Data ..................................................................................

3.7 Teknik Analisis Data…………………………………………………

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ………………………………………..

4.1.1 Salon Sinta ……………………………………………………….

4.1.2 Salon Lelly……………………………………………………….

4.1.3 Salon Adyan ……………………………………………………..

4.1.4 Profil Karyawan Salon......................................................................

i

ii

iii

iv

v

vi

vii

ix

xi

xii

xiii

1

6

7

7

9

11

19

19

22

24

28

28

29

29

33

41

43

47

48

51

53

54

Page 11: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

xi

4.2 Faktor-Faktor yang Melatarbelakangi Laki-laki Bekerja di Salon

Kecantikan...........................................................................................

4.2.1 Bakat atau Keahlian ……………………………………………....

4.2.2 Faktor Ekonomi …………………………………………………...

4.2.3 Faktor Persyaratan yang Mudah......................................................

4.2.4 Faktor Lingkungan ………………………………………………..

4.2.5 Pekerjaan di Salon Dianggap Ringan ……………………………..

4.3 Pandangan Masyarakat Terhadap Laki-Laki yang Bekerja di Salon

Kecantikan........................................................................................

4.4 Pandangan Laki-laki yang Bekerja sebagai Karyawan Salon

Kecantikan terhadap Stereotyping yang Berkembang di

Masyarakat………………................................................................

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan……………………………………………………………

5.2 Saran ……………………………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………….

57

57

60

63

65

68

71

79

87

88

89

Page 12: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Daftar Informan Utama ........................................................................... 31

Tabel 2. Daftar Informan Pendukung.................................................................... 32

Tabel 3. Daftar Kegiatan Observasi ...................................................................... 35

Page 13: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Pedoman Wawancara ...................................................................... 95

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ........................................................................100

Page 14: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ........................................................................ …. .... 25

Gambar 3.1 Komponen-komponen analisis data ............................................. .. ....... 45

Gambar 4.1 Salon Sinta.................................................................................... ......... 49

Gambar 4.2 Sertifikat Salon Sinta .................................................................... ......... 51

Gambar 4.3 Salon Lelly ................................................................................... .. ....... 52

Gambar 4.4 Aktivitas karyawan salon dan pemilik salon yang sedang melakukan

pelayanan blow dan catok kepada

pelanggan............................................................................................. 53

Gambar 4.5 Wawancara dengan Mas Hamid............................................................ 66

Gambar 4.6 Wawancara dengan Mas Toipin ........................................................... 85

Page 15: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tuhan menciptakan manusia menjadi dua jenis kelamin (sex) yaitu laki-

laki dan perempuan. Pembagian jenis kelamin tersebut ditentukan secara

biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu. Misalnya, laki-laki memiliki

jakun, penis, serta dapat memproduksi sperma. Sedangkan perempuan memiliki

payudara, rahim, dan memproduksi sel telur. Perbedaan tersebut adalah sebuah

ketentuan biologis yang tidak dapat dipertukarkan atau sering disebut sebagai

kodrat (Fakih, 2012:8).

Istilah sex memiliki perbedaan arti dengan istilah gender, gender adalah

suatu konsep kultural yang berupaya membuat pembedaan (distinction) dalam

hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan

perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Secara umum istilah gender

digunakan untuk mengidentifikasikan perbedaan laki-laki dan perempuan dari

segi sosial budaya, sedangkan istilah sex digunakan untuk mengidentifikasi

perbedaan laki-laki dan perempuan dari segi anatomi biologi. Pengertian gender

lebih menekankan pada aspek maskulinitas (masculinity) atau feminitas

(femininity) seseorang (Mubarak, 2009:253).

Gender memiliki perbedaan-perbedaan bentuk antara satu masyarakat

dengan masyarakat lain, karena norma-norma, adat istiadat, kepercayaan, dan

kebiasaan masyarakat yang berbeda. Gender berubah dari waktu ke waktu

Page 16: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

2

karena adanya perkembangan yang mempengaruhi nilai dan norma, sehingga

munculah istilah stereotipe gender. Secara umum stereotipe adalah pelabelan

atau penandaan terhadap suatu kelompok tertentu (Fakih, 2012:16). Stereotipe

gender menimbulkan adanya anggapan tentang bagaimana memperlakukan

jenis kelamin tertentu, namun belum tentu sesuai dengan yang sesungguhnya.

Misalnya, perempuan lemah sedangkan laki-laki kuat tetapi pada kenyataannya

tidak semua perempuan lemah, dan tidak semuanya laki-laki kuat. Secara

sosial, gender menimbulkan adanya perbedaan dalam segala segi kehidupan,

baik itu dalam bidang pergaulan, mata pencaharian, politik, dan lain

sebagainya.

Susunan tubuh perempuan (kodrat) menyebabkan perempuan memiliki

tugas tertentu, begitu juga laki-laki. Kenyataannya, perbedaan secara fisik

antara laki-laki dan perempuan bersifat relatif atau tidak pasti bahwa

perempuan tidak mampu melakukan pekerjaan berat, laki-laki juga banyak

yang menyukai pekerjaan yang halus atau lembut (Mubarak, 2009:272).

Menurut Budiman (1985:1), pembagian kerja secara seksual seperti itu

sebenarnya telah berlangsung sejak ribuan tahun lalu. Sejak jaman dahulu laki-

laki memunyai tugas untuk mencari makan untuk keluarganya, seperti berburu

binatang sedangkan pada masa sekarang laki-laki bekerja untuk kebutuhan

keluarganya.Inilah pembagian kerja yang diatur oleh alam untuk menciptakan

kehidupan manusia yang beradab. Namun pada era globalisasi seperti sekarang

ini, telah banyak perempuan yang melakukan pekerjaan laki-laki sebagai

pencari nafkah, sebaliknya laki-laki juga telah banyak yang mengerjakan

Page 17: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

3

aktivitas perempuan dalam rumah tangga. Oleh karena jenis pekerjaan itu bisa

dipertukarkan dan tidak bersifat universal, maka seharusnya tidak jadi masalah

ketika memilih suatu jenis pekerjaan tertentu selama pekerjaan tersebut dirasa

mampu dikerjaan baik oleh perempuan maupun laki-laki, karena segala hal

yang dapat dipertukarkan termasuk pekerjaan bukanlah kodrat melainkan

gender.

Seiring dengan perkembangan zaman saat ini realitasnya mulai berubah,

banyak dijumpai perempuan yang melakukan pekerjaan yang dulunya hanya

dilakukan oleh laki-laki, contohnya ada perempuan yang menjadi tukang ojek,

juru parkir, bahkan supir angkot yang tentunya membutuhkan kekuatan fisik.

Di sebuah berita online pernah dimuat “Fenomena Tukang Ojek Wanita di

Rekrutmen Go-Jek”. Berita ini berisi tentang fenomena yang terlihat dalam

rekrutmen besar-besaran yang diadakan Go-Jek. Meski tetap didominasi kaum

pria, tak sedikit di antara para pelamar driver Go-Jek terlihat wanita, beberapa

di antaranya banyak juga yang masih muda belia (detik.com, 2015). Adapula

berita lain “Gadis 19 Tahun Lahirkan Ojek Syar‟i khusus untuk perempuan” di

mana Evi Adriani sang penggagas ide ojek syar‟i menyebutkan selama ini jasa

ojek dijalankan oleh laki-laki dan tidak bisa dimanfaatkan perempuan yang

tidak mau naik motor selain dengan muhrimnya. Selain itu, banyak perempuan

yang tidak bisa naik motor (kompas.com, 2015). Hal ini menunjukan bahwa

media juga masih menganggap pekerjaan sebagai tukang ojek dianggap kurang

cocok dilakukan oleh kaum perempuan, sehingga menarik perhatian publik

sampai-sampai dimuat dalam berita.

Page 18: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

4

Bagaimana dengan kaum laki-laki, sebaliknya banyak pekerjaan

perempuan yang juga dilakukan oleh laki-laki misalnya, di rumah sakit

terdapat perawat laki-laki, selain itu ada desainer laki-laki, dan juga koki laki-

laki. Pekerjaan lain yang menurut masyarakat lebih cocok dilakukan oleh

perempun tetapi kenyataannya juga dilakukan laki-laki adalah sebagai

karyawan salon. Salon itu sendiri merupakan bentuk usaha yang berhubungan

dengan perawatan kosmetika seperti make-up, wajah, dan perawatan yang

berhubungan dengan penataan rambut yang mencakup; pemotongan rambut,

pewarnaan rambut, pencucian rambut yang dilanjutkan dengan hair styling

seperti blow dry dan catok, pelurusan atau pengeritingan rambut permanen

(rebonding, smoothing dan perming), hair extenstion, penataan rambut seperti

sanggul variasi, di mana masyarakat mengatakan bahwa pekerjaan-pekerjaan

yang ada di salon lebih cocok jika dilakukan oleh perempuan, tetapi tidak

untuk saat ini di mana sering dijumpai adanya laki-laki yang mulai menggeluti

bidang pekerjaan sebagai karyawan salon.

Terjunnya laki-laki bekerja sebagai karyawan salon tidak selalu mendapat

pandangan yang positif dari lingkungan dan masyarakat. Asumsi bahwa bekerja

di salon lebih cocok dilakukan oleh perempuan pada hakikatnya merupakan

stereotip yang ada dalam masyarakat yang mengatakan bahwa laki-laki itu

adalah makhluk yang kuat, sedangkan pekerjaan sebagai karyawan salon

membutuhkan keuletan, kesabaran, dan ketelatenan dan berhubungan dengan

kecantikan di mana hal-hal tersebut menurut masyarakat diidentikkan dengan

kaum perempuan. Stereotip yang ada di dalam masyarakat mengatakan bahwa

Page 19: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

5

laki-laki itu kuat dan perempuan itu lemah lembut, masyarakat akhirnya

membeda-bedakan pekerjaan mana yang cocok dilakukan oleh laki-laki dan

mana yang cocok dilakukan oleh perempuan.

Keadaan di mana laki-laki bekerja sebagai karyawan salon mendapat

banyak pertentangan dan problem yang berasal dari dalam keluarga maupun

masyarakat. Stereotip yang berkembang dalam masyarakat masih menganggap

bahwa laki-laki pada hakikatnya harus memilih pekerjaan yang bersifat

maskulin, sedangkan laki-laki yang bekerja sebagai karyawan salon yang

seyogyanya merupakan pekerjaan untuk perempuan masih menjadi hal yang

“tabu” untuk sebagian masyarakat. Kenyataannya saat ini banyak salon yang

mempekerjakan laki-laki sebagai karyawannya.

Fenomena laki-laki yang bekerja sebagai karyawan salon tentunya

memunculkan pertanyaan dalam masyarakat tentang, bagaimana bisa seorang

laki-laki yang dianggap mempunyai watak keras mengerjakan sebuah pekerjaan

perempuan. Fenomena tersebut menjadi wajar ketika melihat adanya

perkembangan zaman dan semakin meningkatnya kebutuhan ekonomi yang

akhirnya menuntut seseorang untuk bisa melakukan pekerjaan apapun. Setiap

masyarakat memiliki pandangan yang berbeda-beda mengenai fenomena

tersebut baik pandangan negatif maupun positif.

Bentuk pandangan negatif yang dilontarkan oleh masyarakat terhadap

laki-laki yang bekerja sebagai karyawan salon antara lain ada yang masih

beranggapan bahwa laki-laki yang bekerja di salon memiliki sifat seperti

perempuan atau disebut banci ada juga yang mengatakan ngondek, dan

Page 20: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

6

memunyai orientasi seksual yang menyimpang, tetapi ternyata hal tersebut

tidak selamanya benar, berdasarkan penelitian awal yang dilakukan penulis,

ternyata banyak laki-laki yang bekerja di salon tetap mempertahankan sifat

laki-lakinya dan bahkan ada yang sudah berkeluarga dan mempunyai anak.

Laki-laki memilih bekerja sebagai karyawan salon tentunya dengan berbagai

alasan yang menyebabkan mereka akhirnya memilih pekerjaan tersebut menjadi

pekerjaan utama mereka. Meskipun pada akhirnya akan menimbulkan persepsi

atau pandangan, baik positif maupun negatif di masyarakat, maupun keluarga,

di mana hal tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi laki-laki dalam

menjalankan profesi sebagai karyawan salon.

Berdasarkan latar belakang tersebut, maka penulis tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-

LAKI YANG BEKERJA SEBAGAI KARYAWAN SALON KECANTIKAN

DI KOTA SEMARANG”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan oleh penulis, masalah

dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

1.2.1 Faktor apa yang melatarbelakangi laki-laki yang ada di Kota Semarang

bekerja di salon kecantikan?

1.2.2 Bagaimana pandangan masyarakat terhadap laki-laki yang bekerja

sebagai karyawan salon kecantikan di Kota Semarang?

Page 21: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

7

1.2.3 Bagaimana laki-laki yang bekerja di salon menanggapi stereotyping

yang berkembang di masyarakat terhadap profesinya sebagai karyawan

salon kecantikan?

1.3 Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, maka

penelitian ini bertujuan:

1.3.1 Mengetahui faktor-faktor yang melatarbelakangi laki-laki bekerja di

salon kecantikan di Kota Semarang.

1.3.2 Mengetahi bagaimana pandangan masyarakat terhadap laki-laki yang

bekerja sebagai karyawan salon kecantikan di Kota Semarang.

1.3.3 Mengetahui bagaimana laki-laki yang bekerja di salon menanggapi

stereotyping yang berkembang di masyarakat terhadap profesinya

sebagai karyawan salon kecantikan.

1.4 Manfaat Penelitian

Selain memunyai tujuan penelitian ini diharapkan dapat memunyai

manfaat. Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah dapat berupa

manfaat secara teoritis dan secara praktis. Berikut ini uraian mengenai manfaat

penelitian ini:

Page 22: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

8

1.4.1 Secara teoretis

Secara teoretis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1.4.1.1 Hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan bagi pembaca dan

memberi konstribusi empirik terhadap Studi Sosiologi Gender

mengenai faktor-faktor yang melatarbelakangi laki-laki bekerja

sebagai karyawan salon kecantikan.

1.4.1.2 Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bacaan bagi yang akan

melakukan penelitian sejenis.

1.4.1 Secara praktis

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut :

1.4.2.1 Bagi masyarakat umum, hasil penelitian ini diharapkan dapat

memberikan informasi tentang faktor-faktor yang melatarbelakangi

laki-laki bekerja sebagai karyawan salon kecantikan.

1.4.2.2 Dapat dijadikan acuan awal bagi mahasiswa untuk melakukan

penelitian lanjutan dan menganalisis mengenai problematika yang

dihadapi pekerja salon laki-laki akibat stereotipe yang berkembang di

masyarakat.

1.4.2.3 Dapat dijadikan acuan awal bagi pemerintah untuk memberikan

sosialisasi kepada masyarakat terkait pemahaman tentang gender

terutama dalam hal pekerjaan.

Page 23: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

9

1.5 Penegasan Istilah

Penegasan istilah bertujuan agar tidak terjadi kesalahan dalam memahami

istilah dalam judul penelitian ini serta untuk memberikan ruang lingkup objek

penelitian agar tidak terlalu luas. Untuk itu peneliti menjelaskan beberapa

istilah yang dimaksud dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

1.5.1 Stereotipe

Stereotipe adalah pelabelan atau penandaan yang diberikan kepada laki-

laki dan perempuan. (Fakih, 2012:16). Misalnya, bahwa perempuan itu dikenal

lemah lembut, cantik, emosional, keibuan, nrimo, manut, tidak neka-neka

sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa.

Stereotipe yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pelabelan yang

diberikan masyarakat kepada laki-laki yang bekerja di salon kecantikan.

1.5.2 Karyawan

Karyawan adalah setiap orang yang bekerja dengan menjual tenaganya

(fisik dan pikiran) kepada suatu perusahaan dan memperoleh balas jasa yang

sesuai dengan perjanjian (Hasibuan, 2007:117).

Karyawan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah orang yang berjenis

kelamin laki-laki, di mana mereka bekerja di salon kecantikan, menjadi hair

stylist dan juga memberikan pelayanan perawatan rambut dan wajah untuk para

pelanggannya.

1.5.3 Bekerja

Menurut Brown (dalam Anoraga, 2009:1), bekerja adalah penggunaan

proses mental dan fisik dalam mencapai beberapa tujuan yang produktif. Istilah

Page 24: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

10

bekerja umumnya digunakan untuk suatu tugas atau kerja yang menghasilkan

sebuah karya bernilai imbalan dalam bentuk uang bagi seseorang. Pekerjaan

yang dijalani seseorang dalam kurun waktu yang lama disebut sebagai karir.

Seorang karyawan dapat dinyatakan sebagai seseorang yang sedang bekerja,

karena melakukan sebuah pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan.

Dalam penelitian ini, yang dimaksud bekerja adalah pekerjaan yang

dilakukan oleh karyawan salon laki-laki, yang memberikan jasa terhadap

pelanggannya dibagian kecantikan maupun perawatan rambut.

1.5.4 Salon Kecantikan

Salon kecantikan adalah sarana pelayanan umum untuk kesehatan rambut,

kulit, dan tubuh dengan perawatan secara manual, preparatif, aparatif, dan

dekoratif baik modern maupun tradisional tanpa tindakan operasi (Hakim,

2001:169).

Salon yang dimaksud dalam penelitian ini adalah salon yang

mempekerjakan laki-laki sebagai karyawannya dan memberikan jasa terapi dan

perawatan rambut terhadap pelanggan baik itu perempuan maupun laki-laki.

Akan tetapi, dalam penelitian ini salon yang dimaksud adalah salon yang

memiliki jumlah pelanggan yang didominasi oleh kaum perempuan.

Page 25: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA BERPIKIR

2.1 Kajian Pustaka

Penelitian mengenai gender bukanlah kali pertama dilakukan, beberapa

penelitian telah dilakukan tetapi dengan subjek kajian, teori atau konsep dan

metode yang berbeda. Penelitian dilakukan dengan fokus dan fenomena yang

berbeda sehingga memperoleh hasil yang berbeda. Berbagai penelitian yang

sudah dilakukan dapat digunakan untuk membandingakan dengan penelitian

yang penulis lakukan. Penelitian yang relevan dan menjadi kajian pustaka

dalam penelitian ini, diantaranya:

Penelitan pertama, dilakukan oleh Anumaka (2013) dalam jurnal tentang

Gender And Work-Productivity of Academic Staff In Selected Private

Universities In Kampala City, Uganda. Subjek penelitian pada penelitian ini

adalah staf akademik baik laki-laki maupun wanita di Universitas Kota

Kampala di Uganda. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kuantitatf. Penelitian ini mencoba menjelaskan tingkat produktivitas

kerja antara staf akademik laki-laki dan wanita dan menyelidiki pengaruh

gender pada staf atau produktivitas karyawan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa produktivitas kerja tidak secara signifikan berbeda antara karyawan laki-

laki maupun perempuan dilihat dari ketepatan waktu sebagai ukuran

produktivitas kerja. Ada sedikit perbedaan dalam produktivitas suatu pekerjaan

antara laki-laki dan wanita. Penelitian ini menunjukan bahwa laki-laki lebih

Page 26: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

12

tepat waktu dari perempuan. Pengusaha harus mempertimbangkan kemampuan

karyawan untuk bekerja agar sesuai dengan apa diharapkan oleh perusahaan.

Penelitian ini menunjukkan bahwa tidak ada hubungannya antara jenis kelamin

dengan produktivitas kerja.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis

terletak pada tema pembahasan yang sama-sama membahas tentang gender

yang dikaitkan dengan pekerjaan, sedangkan perbedaan penelitian yang

dilakukan terletak pada metode dan fokus penelitian. Fokus penelitian yang

dilakukan dalam jurnal ini menjelaskan bahwa penelitian ini ingin

menunjukkan bahwa jenis kelamin tidak berpengaruh terhadap produktifitas

kerja. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh penulis lebih memfokuskan

pada kemampuan seorang laki-laki yang memilih bekerja sebagai karyawan

salon, dimana salon itu sendiri identik dengan pekerjaan perempuan.

Penelitian kedua, dilakukan oleh Myres (2010) dalam jurnal tentang An

Exploration of Gender-Related Tensions for Male Social Workers in the Irish

Context. Subjek penelitian dalam penelitian ini adalah pekerja sosial laki-laki

yang berada di Irlandia. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah

pendekatan kualitatif. Penelitian ini melihat apakah laki-laki membedakan

kualitas feminin yang ada dipekerjaan sosial, serta mengeksplorasi persepsi

mereka tentang kualitas apa yang mereka bawa kepekerjaan sosial. Penelitian

ini melihat bagaimana laki-laki menghadapi dirinya sebagai seorang yang

maskulin, feminin, aspek pekerjaan sosial dan jenis kelamin mereka, serta

bagaimana mereka bisa menghadapi suatu pekerjaan. Penelitian ini juga

Page 27: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

13

melihat bagaimana gagasan pekerjaan sosial yang terdiri dari spesifik kualitas

feminin. Penelitian ini menggeser wacana yang berlaku mengenai kualitas laki-

laki yang jauh dari stereotip tradisional sehingga laki-laki bisa lebih dihargai

dan dapat menunjukan kualitas mereka ketika bekerja agar terlihat baik.

Penelitian ini menggambarkan bahwa pekerja sosial laki-laki cukup nyaman

dalam prakteknya mereka menemukan diri mereka sendiri, sehingga mereka

dapat menghargai pekerjaanya secara langsung dan menyesuaikan diri dengan

pekerjannya sesuai dengan apa yang diinginkan oleh klien. Penelitian ini juga

mengidentifikasi bahwa beberapa pekerja sosial laki-laki memposisikan diri

sebagai 'berbeda' dengan laki-laki 'khas' sesuai dengan yang di stereotipkan

oleh masyarakat, dan yang tampaknya penting adalah untuk mendukung

kemampuan mereka agar dapat melakukan pekerjannya dengan nyaman dan

aman.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan oleh penulis

terletak pada tema pembahasan yang sama-sama membahas tentang gender

yang dikaitkan dengan pekerjaan, sedangkan perbedaan penelitian yang

dilakukan terletak pada hasil penelitian. Hasil penelitian dalam jurnal

menunjukkan bahwa laki-laki yang bekerja dipekerjaan sosial memposisikan

dirinya sesuai apa yang diinginkan oleh klien, dimana pekerjaan sosial

menuntut seorang laki-laki untuk memiliki sifat-sifat „berbeda‟ dengan laki-laki

„khas‟ sesuai apa yang dikonstruksikan oleh masyarakat. Sedangkan hasil

penelitian yang penulis lakukan menunjukkan bahwa laki-laki yang bekerja di

Page 28: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

14

salon tidak harus mengalami perubahan sifat maupun fisik, tetapi tetap

mempertahankan sisi maskulinitasnya ketika bekerja.

Penelitian ketiga, dilakukan oleh Khalet (2014), dalam jurnal membahas

tentang kesetaraan gender satpam perempuan dalam menjaga keamanan (studi

kasus di Universitas Gadjah Mada). Penelitian ini menggunakan metode

deskriptif kualitatif, dengan subjek penelitiannya yaitu satpam perempuan,

satpam laki-laki, dan pengambil kebijakan mengenai satpam di Universitas

Gadjah Mada. Teori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu konsep gender

dan teori pilihan rasional. Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan

pembagian kerja antara satpam laki-laki dan perempuan dalam hal kerja dan

penempatan lokasi pembagian kerja, ini disebabkan karena adanya stereotipe

bahwa pekerjaan satpam itu adalah pekerjaan laki-laki yang memerlukan tenaga

kuat, sedangkan perempuan ditempatkan pada bagian yang dianggap

memerlukan kelembutan dan ketelatenan. Hasil penelitian juga menunjukkan

bahwa satpam perempuan masih mengalami tindakan yang sewenang-wenang

yang menyebabkan terjadinya pelecehan di tempat kerja. Pelecehan tidak

dilakukan oleh rekan kerja tetapi oleh mahasiswa.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis

terletak pada metode, yang sama-sama menggunakan metode kualitatif. Selain

itu, penulis juga akan menggunakan konsep gender dalam pisau analisis.

Sedangkan, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis terletak pada fokus kajiannya, dimana penulis lebih menekankan pada

Page 29: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

15

pandangan karyawan salon laki-laki dalam memaknai pandangan masyarakat

terkait profesinya sebagai karyawan salon.

Penelitian keempat, dilakukan oleh Anastasia (2012) dalam skripsi

tentang pandangan laki-laki terhadap perempuan yang bekerja di SPBU BBM,

studi kasus di SPBU di kota Makassar. Metode penelitian yang digunakan

dalam penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan subjek penelitiannya

yaitu orang-orang yang bekerja dan berada di lingkungan SPBU BBM.

Penelitian ini dianalisis menggunakan konsep gender. Hasil penelitian yang

dilakukan oleh Anastasia yaitu terdapat perbedaan pandangan laki-laki tentang

perempuan yang bekerja di SPBU, ada yang setuju dan ada yang tidak setuju.

Laki-laki yang setuju jika ada perempuan yang bekerja sebagai operator SPBU

dengan alasan karena menurut pandangan laki-laki, saat ini perempuan sudah

setara dengan laki-laki dalam hal pekerjaan, selain itu perempuan lebih bagus

dalam hal pelayanan serta sulitnya mencari pekerjaan yang layak dengan upah

yang pantas. Sedangkan laki-laki yang tidak setuju memberikan argumen

bahwa perempuan hanya dijadikan bahan komiditi komersil. Pekerjaan sebagai

operator SPBU termasuk pekerjaan kasar dan berat, sehingga tidak cocok untuk

perempuan. Pegawai SPBU perempuan juga ternyata mengalami masalah

dalam pekerjaanya, masalah-masalah yang sering dialami oleh pegawai SPBU

perempuan adalah Perkataan kasar dari pengunjung. Pemberian beban kerja

yang terkadang terasa berat, adanya cibiran dari lingkungan sekitar tentang

pekerjaan yang mereka geluti serta perlakuan yang terkadang kurang baik dari

pengunjung laki-laki.

Page 30: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

16

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis

terletak pada metode yang digunakan, yakni sama-sama menggunakan metode

kualitatif. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan

penulis terletak pada fokus kajiannya, penulis lebih menfokuskan pada hal-hal

yang melatarbelakangi keputusan laki-laki bekerja di salon.

Penelitian kelima, ini dilakukan oleh Pamungkas (2013) dalam skripsi

tentang sisi maskulinitas ditinjau dari penampilan fisik serta fashion boyband

Super Junior, Big Bang, dan 2PM dalam video musik mereka selaku objek

penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

analisis isi kuantitatif. Penelitian ini menggunakan konsep gender yang lebih

mengarah pada konsep tentang maskulinitas. Berdasarkan penelitian dan

analisis isi yang telah dilakukan terhadap video musik pada video musik Super

Junior, Big Bang, dan 2PM, peneliti mencapai beberapa kesimpulan bahwa: (1)

Ketiga boyband merepresentasikan diri mereka lebih mengarah kepada sosok

laki-laki baru, yaitu metrosexual. Kendati demikian, mereka tidak secara

langsung meninggalkan seluruh sisi maskulinitas tradisional mereka, seperti

masih seringnya mereka mengenakan pakaian yang simpel, berwarna gelap,

dan memiliki tubuh yang atletis. (2) Body image pada boyband dianggap masih

menjadi bagian yang dianggap penting, mengingat ketiga boyband memiliki

anggota-anggota yang bertubuh atletis, dan menampilkannya dalam video

musik mereka. (3) Kontradiksi antara wajah yang mulus terawat dan cenderung

memperlihatkan sisi feminim mereka dengan bentuk tubuh atletis yang

dianggap sebagai simbol kekuatan masih sering dijumpai pada video musik

Page 31: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

17

yang mereka miliki. (4) Konstruksi maskulinitas sudah bergeser menuju ke arah

yang lebih mendekati arah feminitas.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis

terletak pada kajian, yang sama-sama fokus membahas tentang sisi maskulinitas

yang masih dipertahankan oleh karyawan salon laki-laki. Perbedaan penelitian

ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis terletak pada fokus, dimana

penelitian sebelumnya melihat maskulinitas pada diri laki-laki yang berprofesi

sebagai entertainer, sedangkan penulis lebih menfokuskan pada sisi

maskulinitas karyawan laki-laki yang bekerja di salon.

Penelitian yang keenam dilakukan oleh Shintya (2009), dalam jurnal

membahas tentang penelitian semiotik terhadap iklan baliho di kota Semarang.

Penelitian Shintya menggunakan enam buah iklan di mana pada iklan tersebut

terlihat laki-laki melakukan pekerjaan yang diidentikan dengan kaum

perempuan. Fokus penelitian Shintya terhadap iklan baliho untuk mendapatkan

deskripsi iklan yang mendetail berupa elemen visual apa saja yang ada dalam

iklan tersebut yang mempresentasikan ideologi gender. Dari sekian banyak

iklan yang beredar di masyarakat, mulai muncul iklan-iklan yang mengangkat

kesetaraan gender, walaupun jumlahnya belum begitu banyak. Iklan-iklan ini

menggambarkan adegan-adegan yang “tidak biasa” dan tidak umum terjadi

dalam masyarakat. Iklan-iklan ini menampilkan sosok laki-laki yang

mengerjakan pekerjaan domestik atau pekerjaan yang biasa dilakukan dalam

masyarakat yang masih berpegang pada tradisi patriarki. Tokoh laki-laki dalam

iklan ini digambarkan sedang mengurus anak, mengantarkan anak ke sekolah,

Page 32: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

18

memasak di dapur, dan menghidangkan masakan untuk anak-anak mereka.

Iklan-iklan tersebut mengajarkan konsep baru, yaitu peran laki-laki dan

perempuan sebenarnya bisa dipertukarkan dan berubah dari waktu ke waktu

sesuai kebutuhan, misalnya perempuan tampak tegas dan rasional, sebaliknya

laki-laki bisa emosional, ramah, dan lemah lembut. Perempuan bisa menjadi

bos dikantor, laki-laki pun tidak masalah bila harus mengasuh bayi,

memandikan, mengganti popok, memasak, mengepel lantai, dan aktivitas

domestik lainnya.

Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang dilakukan penulis

terletak pada kajian, yang sama-samamembahas tentang kesetaraan gender.

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan penulis terletak

pada metode, dimana penelitian sebelumnya menggunakan analisis semiotika,

sedangkan penulis menggunakan metode kualitatif untuk mendapatkan data

yang lebih mendalam.

Berdasarkan dari penelitian sebelumnya, penulis menemukan persamaan

dari penelitaan tersebut yaitu, metode yang digunakan adalah metode kualitatif

dengan pembahasan tentang gender. Sedangkan perbedaan dari penelitian yang

akan dilakukan adalah penulis ingin lebih mengetahui tentang stereotipe gender

yang di alami oleh jenis kelamin laki-laki. Penulis ingin mengungkap bahwa

pekerjaan yang umunya biasa dilakukan oleh perempuan juga bisa dilakukan

oleh laki-laki.

Penelitian kali ini bertujuan untuk menghasilkan pengetahuan tentang

faktor-faktor yang melatarbelakangi laki-laki bekerja sebagai karyawan salon.

Page 33: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

19

Oleh karena itu, penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya dan

menjadi penelitian awal yang mengungkap tentang bentuk ketidakadilan yang

dirasakan oleh kaum laki-laki yang berkerja di salon akibat stereotipe yang

berkembang di masyarakat. Namun, penelitian tetap bermaksud untuk

menambah dan mendukung perkembangan ilmu pengetahuan khususnya terkait

dengan kajian gender.

2.2 Landasan Konseptual dan Landasan Teoritik

2.2.1 Gender Stereotip

Gender adalah suatu konsep yang selalu berusaha membicarakan

masalah-masalah sosial laki-laki dan perempuan secara imbang (Astuti,

2011:1). Gender adalah suatu sifat yang melekat pada laki-laki dan perempuan

karena dikonstruksikan secara sosial dan kultural. Karena konstruksi tersebut

berlangsung secara terus-menerus dan di langgengkan dalam berbagai pranata

sosial, maka seolah-olah sifat yang melekat pada kaum laki-laki dan perempuan

tersebut “merupakan sesuatu yang dimiliki oleh keduanya”. Misalnya, bahwa

perempuan itu dikenal lemah lembut, cantik, emosional, keibuan, nrimo, manut,

tidak neka-neka sementara laki-laki dianggap kuat, rasional, jantan, perkasa.

Hal semacam ini menyebabkan pembentukan stereotip atau pelabelan atas

jenis kelamin laki dan perempuan. Secara umum stereotipe adalah pelabelan

atau penandaan yang diberikan kepada laki-laki dan perempuan (Fakih,

2012:16). Stereotipe gender menimbulkan adanya anggapan tentang bagaimana

memperlakukan jenis kelamin tertentu, namun belum tentu sesuai dengan yang

Page 34: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

20

sesungguhnya. Misalnya saja pernyataan bahwa laki-laki itu kuat, kasar, dan

rasional sedangkan perempuan lemah, lembut dan emosional, itu sama sekali

bukan ketentuan yang berasal dari (kodrat) Tuhan, melainkan suatu pembedaan

yang disosialisasikan melalui sejarah yang panjang (Fakih, 1996:158). Karena

dalam kenyataannya ada perempuan yang kasar dan kuat dan rasional,

sementara tidak sedikit laki-laki yang lembut, lemah dan emosional. Pembagian

yang telah ditentukan oleh Tuhan dan tidak bisa ditukarkan antara laki-laki dan

perempuan itu disebut pembagian seksual, sedangkan setiap pembagian peran,

sifat maupun watak perempuan dan laki-laki yang bisa dipertukarkan adalah

pembagian yang dimaksud dengan gender tersebut. Sebenarnya ciri atau sifat

itu sendiri merupakan sifat yang dapat dipertukarkan. Artinya, ada laki-laki

yang emosional, lemah lembut, keibuan, sementara ada perempuan yang kuat,

rasional, perkasa, tanpa harus saling bertukar jenis kelamin. Perubahan sifat-

sifat yang dikonstruksikan pada laki-laki dan perempuan tersebut dapat berubah

dari tempat ke tempat lain, dari waktu ke waktu, dan dari masyarakat yang

berbeda. Jadi, semua hal yang dapat dipertukarkan antara sifat laki-laki dan

perempuan, yang bisa berubah dari waktu ke waktu, dari tempat ke tempat

lainnya, itulah yang dikenal dengan konsep gender.

Gender sesungguhnya berkaitan erat dengan proses keyakinan bagaimana

seharusnya laki-laki dan perempuan diharapkan untuk berpikir dan bertindak

sesuai dengan ketentuan sosial dan budaya dimana mereka berada. Peran yang

menentukan terjadinya pembedaan tersebut adalah terdapat pada aturan

masyarakat itu sendiri bukan karena perbedaan biologi. Masyarakat sebagai

Page 35: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

21

suatu kelompok yang menciptakan perilaku pembagian gender tersebut mampu

menentukan karena berdasarkan apa yang mereka anggap sebagai keharusan

untuk membedakan antara laki-laki dan perempuan, dan pada akhirnya

keyakinan tersebut diwariskan dari generasi ke generasi berikutnya, melalui

proses dengan penuh negosiasi, resistensi maupun dominasi. Lama-lam warisan

tentang pembagian gender itu dianggap sebagai alamiah, normal, kodrat Tuhan,

sehingga bagi yang akan memulai melanggar keyakinan itu justru dianggap

tidak normal dan melanggar kodrat dan sebagainya. Namun sesungguhnya

perbedaan perilaku dan sifat antara perempuan dan laki-laki bukanlah karena

ketentuan Tuhan atau biologis seperti itu, namun lebih disebabkan adanya

proses budaya dan sosial yang panjang. Oleh karenanya, selama hal itu bisa

dipertukarkan, bisa dilakukan baik oleh laki-laki maupun perempuan namanya

bukan kodrat, tetapi konstruksi gender.

Perbedaan gender dan pembagian gender juga melahirkan pelabelan atau

(cap) atau strereotyping terhadap kaum perempuan maupun laki-laki dan

menimbulkan adanya perbedaan dalam segala segi kehidupan, salah satunya

adalah dalam hal pekerjaan. Salah satu bentuk pekerjaan laki-laki yang menurut

masyarakat sebagai pekerjaan yang lebih cocok dilakukan oleh perempuan

adalah bekerja di dunia salon. Anggapan terjadi karena adanya sebagian besar

masyarakat beranggapan bahwa laki-laki itu di kodratkan sebagai makhluk

yang kuat sehingga sudah seharusnya laki-laki ketika memilih pekerjaan

disesuaikan dengan sifat maskulinnya.

Page 36: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

22

Masyarakat beranggapan bahwa ketika ada laki-laki yang bekerja di salon

akan di cap sebagai banci dan mempunyai orientasi seksual yang menyimpang,

namun sebenarnya tidak semua laki-laki yang bekerja di salon itu banci dan

mempunyai orientasi seksual seperti apa yang dilabelkan oleh masyarakat.

Banyak laki-laki yang bekerja sebagai karyawan salon tetap mempertahankan

sifat maskulinnya, dan bahkan ada yang sudah menikah dan mempunyai anak,

hal tersebut menunjukkan bahwa sebenarnya bekerja di salon itu bisa dilakukan

oleh siapa saja termasuk laki-laki selama laki-laki tersebut mau dan bisa

melakukan pekerjaan sebagai karyawan salon.

2.2.2 Teori Pilihan Rasional

Fokus di dalam teori pilihan rasional adalah para aktor yang mempunyai

tujuan atau mempunyai intensionalitas. Para aktor mempunyai tujuan-tujuan

yang dituju pada tindakan-tindakan. Aktor juga dilihat mempunyai pilihan-

pilihan yang penting adalah fakta bahwa tindakan dilakukan untuk mencapai

tujuan-tujuan yang konsisten yang hierarki pilihan seorang aktor. Teori pilihan

rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang

terpenting adalah kenyataan bahwa tindakan-tindakan dilakukan untuk mencaai

tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor (Coleman dalam Ritzer,

2012:758). Pilihan itu harus memperhitungkan setidaknya dua pembatas utama

pada tindakan itu. Dalam teori pilihan rasional dijelaskan bahwa teori rasional

berpusat pada aktor, aktor yang dimaksud dalam penelitian ini adalah laki-laki

yang memilih bekerja sebagai karyawan salon. aktor dipandang sebagai

manusia yang mempunyai tujuan atau mempunyai maksud. Artinya aktor

Page 37: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

23

mempunyai tujuan dan tujuannya tertuju pada upaya untuk mencapai tujuan

itu. Aktor dipandang mempunyai (pilihan atau nilai, keperluan). Teori pilihan

rasional tidak menghiraukan apa yang menjadi sumber pilihan aktor, yang

terpenting adalah kenyataan bahwa tindakan-tindakan dilakukan untuk

mencapai tujuan yang sesuai dengan tingkatan pilihan aktor. Orientasi pilihan

rasional jelas di dalam ide dsarnya bahwa “orang-orang bertindak secara

sengaja ke arah suatu tujuan, dengan tujuan itu (dan dengan tindakan-tindakan

itu) dibentuk oleh nilai-nilai atau pilihan-pilihan. (Coleman dalam Ritzer,

2012:759).

Teori pilihan rasional memperhatikan sekurang-kurangnya dua pemaksa

utama tindakan. Pertama aktor itu sendiri dan yang kedua adalah kelangkaan

sumber daya atau keterbatasan sumber daya yang berbeda terhadap sumber

lain. (Coleman dalam Ritzer, 2012:760) Bagi aktor yang mempunyai sumber

daya yang besar pencapaian tujuan mungkin relatif mudah. Tetapi, bagi aktor

yang mempunyai sumber daya sedikit, pencapaian tujuan semakin sedikit dan

sukar atau mustahil sama sekali. Pilihan rasional merupakan pilihan internal

individu dalam mencapai tujuan tersebut. Sebagai contoh dalam penelitian

pengambilan keputusan untuk bekerja sebagai karyawan salon. Salon yang

identik dengan wanita, maka masyarakat sudah memiliki cara pandang bahwa

pastinya karyawan yang bekerja di salon adalah wanita namun, tapi dengan

keadaan sosial ekonomi keluarga yang kurang, maka akan menjadikan

seseorang untuk bekerja sedapatnya yang penting memiliki penghasilan untuk

mencukupi kebutuhan keluarga.

Page 38: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

24

Seorang aktor mungkin memilih untuk tidak mengejar tujuan yang

bernilai paling tinggi jika dalam usaha mencapai tujuan itu dia membahayakan

kesempatan untuk mencapai tujuan selanjutnya yang paling bernilai.

Memaksimalkan hubungan diantara peluang untuk mencapai suatu tujuan

utama untuk mencapai tujuan kedua yang paling bernilai. Pembatas-pembatas

kelembagaan itu memberikan sanksi baik positif maupun negatif yang

membantu mendorong tindakan-tindakan tertentu dan menciutkan semangat

untuk melakukan tindakan-tindakan lain. Pengumpulan atau menggabungkan

tindakan-tindakan individual yang terpisah untuk memberikan hasil sosial.

Pentingnya informasi dalam membuat pilihan-pilihan rasional. Pilihan-pilihan

bertujuan diantara rangkaian-rangkaian alternatif yang terbuka bagi mereka.

Kuantitas atau kualitas dari informasi yang tersedia sangat berubah-ubah dan

bahwa keragaman mempunyai efek yang mendalam kepada pilihan-pilihan

aktor.

2.3 Kerangka Berfikir

Kerangka berfikir merupakan sesuatu yang berfungsi untuk memahami

alur pemikiran secara mudah dan jelas. Kerangka dalam penelitian ini

memaparkan dimensi-dimensi kajian utama dalam penelitian, faktor-faktor

kunci dan hubungan-hubungan antar dimensi dalam persepsi masyarakat

terhadap karyawan laki-laki yang bekerja pada salon perempuan. Berdasarkan

latar belakang permasalahan di atas maka dapat disusun kerangka berfikir

sebagai berikut:

Page 39: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

25

Bagan 1 Kerangka Berpikir

Teori Pilihan Rasional

Coleman

Gender Stereotipe

Perbedaan jenis kelamin

Perbedaan Gender

Gender Stereotipe

Pekerjaan Perempuan

(feminim)

Pekerjaan Laki-laki

(maskulin)

Laki-laki sebagai Karyawan Salon

Faktor-faktor yang

Melatarbelakangi Laki-

laki memilih Bekerja

Sebagai Kariawan Salon

Tanggapan Karyawan

salon Laki-laki dalam

Menanggapi

Pandangan Masyarakat

Tentang Profesinya

Pandangan

Masyarakat

Page 40: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

26

Perbedaan jenis kelamin serta konsep gender yang ada di masyarakat

menimbulkan adanya stereotipe atau pelabelan terhadap jenis kelamin, dimana

jenis kelamin dikontruksikan sesuai dengan pandangan masyarakat yang

berlangsung secara terus menerus. Pelabelan semacam ini menimbulkan

adanya anggapan tentang bagaimana memperlakukan jenis kelamin tertentu,

namun belum tentu sesuai dengan yang sesungguhnya misalnya, perempuan

lemah sedangkan laki-laki kuat tetapi pada kenyataannya tidak semua

perempuan lemah, dan tidak semuanya laki-laki kuat.

Pelabelan yang selama ini dilakukan oleh masyarakat seringkali berakibat

terbatasnya ruang gerak bagi jenis kelamin tertentu, salah satunya dalam hal

memilih pekerjaan. Salah satu pekerjaan yang dilakukan oleh seorang laki-laki

adalah sebagai karyawan salon. Salon itu sendiri merupakan bentuk usaha yang

berhubungan dengan perawatan kosmetika, wajah, dan rambut baik untuk pria

maupun wanita, yang lebih identik dengan kaum perempuan namun pada

zaman sekarang kita sering melihat ada juga laki-laki yang bekerja sebagai

karyawan salon.

Adanya laki-laki yang memilih untuk bekerja di salon tentunya

menimbulkan banyak pandangan di masyarakat baik itu positif maupun negatif,

sedangkan di masyarakat sudah terkontruksi bahwa seorang laki-laki memiliki

sisi rasional dan mempunyai kemapuan fisik yang lebih kuat dibandingkan

dengan perempuan, sehingga masyarakat memandang bahwa sudah sewajarnya

jika seseorang laki-laki memilih pekerjaan yang lebih berat dibandingkan

perempuan. Sebagian besar masyarakat masih ada yang beranggapan bahwa

Page 41: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

27

bekerja di salon lebih pantas dilakukan oleh perempuan, sehingga seorang laki-

laki harus siap menghadapi anggapan-anggapan negatif dari masyarakat.

Page 42: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

87

87

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian di atas maka simpulan dalam penelitian ini

dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Laki-laki yang bekerja di salon kecantikan di latar belakangi karena

beberapa faktor yaitu faktor bakat yang dimiliki dan ketertariknnya

terhadap dunia tata rambut. Faktor yang kedua adalah faktor ekonomi

keluarga dimana membuka usaha salon dan bekerja di salon

penghasilannya menjanjikan. Faktor yang ketiga adalah faktor

pendidikan dan rendahnya keterampilan yang dimiliki sehingga

menyebabkan laki-laki merasa tidak mampu untuk bersaing di dunia

kerja yang dibutuhkan di masyarakat. Faktor yang terakhir adalah

mudahnya pekerjaan di salon.

2. Bentuk pandangan negatif yang diberikan oleh masyarakat yaitu laki-

laki dianggap banci dan dianggap mempunyai orientasi seksual yang

menyimpang atau homosexsual. Bentuk pandangan positif yang

diberikan yaitu laki-laki ternyata tidak kalah terampil dengan

perempuan ketika bekerja di salon dan ternyata tidak semua laki-laki

yang bekerja di salon berperilaku seperti banci atau homosexsual tetapi

laki-laki yang bekerja di salon kecantikan tetap mempertahankan sisi

maskulinitasnya dilihat dari kenampakan fisik.

Page 43: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

88

3. Laki-laki yang bekerja di salon kecantikan dalam menanggapi

pandangan negatif dari masyarakat bersikap cuek dan biasa saja tetapi

laki-laki yang bekerja di salon kecantikan juga tetap menunjukkan sisi

maskulinitasnya ketika bekerja dan ketika berada di tengah-tengah

masyarakat.

5.2 Saran

1. Pemilik salon dan masyarakat tidak membeda-bedakan pekerjaan

berdasarkan jenis kelamin, melainkan bisa memandang suatu pekerjaan

berdasarkan keterampilan atau kemampuan yang dimiliki.

2. Bagi pemerintah diharapkan untuk memberikan sosialisasi kepada

masyarakat terkait pemahan tentang gender terutama dalam hal

pekerjaan agar dapat mengurangi stereotip yang bersifat negatif

masyarakat terhadap laki-laki yang bekerja di salon kecantikan.

Page 44: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

89

DAFTAR PUSTAKA

Anastasia, Agnes. 2012. Pandangan Laki-laki Terhadap Perempuan yang

Bekerja di SPBBU BBM (Studi Kasus SPBU di Kota Makassar). Skripsi.

Makassar: Universitas Hasanudin.

Anoraga, Panji. 2009. Psikologi Kerja. Jakarta: Rineka Cipta.

Astuti, Tri Marhaeni P. 2011. Konstruksi Gender dalam Realitas sosial.

Semarang: Unnes Press.

Anumaka. 2013. Gender And Work-Productivity of Academic Staff In Selected

Private Universities In Kampala City, Uganda. IMPACT:

International Journal of Rersearch in Business Management. Vol. 1,

Issue 3, 29-36.

Budiman, Arief. 1985. Pembagian Kerja Secara Seksual:Sebuah Pembahasan

Sosiologis Tentang Peran Wanita di dalam Masyarakat. Jakarta:

Gramedia.

Bungin, Burhan. 2008. Metode Penelitian Kualitatif. Jakarta: PT. Raja

Grafindo Persada.

Dewi, Arida Angsoka. 2014. Pusat Kecantikan dan Kebugaran di Semarang

dengan Konsep Penekanan Neo-Vernacular. Skripsi. Semarang:

Universitas Diponegoro.

Detik. 2015. Fenomena Tukang Ojek Wanita di Rekrutmen Go-Jek.

http://m.detik.com/inet/read/2015/08/14/175744/2992499/398/fenomena-

tukang-ojek-wanita-di-rekrutmen-go-jek. (5 Des. 2015)

Fakih, Mansour. 1996. Menggeser Konsepsi Gender dan Transformasi Sosial.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Fakih, Mansour. 2012. Analisis Gender & Transformasi Sosial. Yogyakarta:

Pustaka Pelajar.

Hakim, Neli. 2001. Kosmetologi Tata Kecantikan Kulit. Jakarta: Meutia Cipta

Sarana Bersama

Hasibuan, Malayu S.P. 2007. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta:

Bumi Aksara.

Page 45: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

90

Khalet. 2014. Kesetaraan Gender Satpam Perempuan dalam Menjaga

Keamanan (studi kasus di Universitas Gadjah Mada). Jurnal E-Societas.

Vol. 4, No. 2: 26-37.

Kompas. 2015. Gadis 19 Tahun Lahirkan Ojek Syar’i Khusus Untuk

Perempuan.http://regional.kompas.com/read/2015/08/07/13294851/Gadi

s.19.tahun.lahirkan.Ojek.Syar.i.Khusus.untuk.Perempuan. (5 Des. 2015)

Miles, Matthew dan Huberman, A. Michael. 2009. Analisis Data Kualitatif:

Buku Sumber tentang Metode-Metode Baru. Penerjemah Tjejep Rohendi

Rohidi. Jakarta: UI Press.

Moleong, Lexy J. 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Mubarak, Wahit Iqbal. 2009. Sosiologi untuk Keperawatan: Pengantar dan

Teori. Jakarta: Salemba Medika.

Myres, Niall. 2010. An Exploration of Gender-Related Tensions for Male

Social Workers in the Irish Context. Journal Critical Social Thinking:

Policy and Practice, Vol. 2.

Pamungkas, Wiriawan Adhie. Reperesentasi Maskulinitas pada Boyband Korea

(Analisis Isi Kuantitatif pada Video Musik Super Junior, Big Bang dan

2PM. Skiripsi. Malang: Universitas Brawijaya.

Ritzer, George. 2012. Teori Sosiologi Edisi ke Delapan. Yogjakarta: Pustaka

Pelajar.

Shintya. 2009. “Laki-laki Pun Bisa”: Kesetaraan Gender dalam Iklan. Jurnal

Alayasastra. Vol. 5, No. 1: 13-24.

Page 46: STEREOTIPE DAN PILIHAN LAKI-LAKI YANG BEKERJA …lib.unnes.ac.id/27652/1/3401411080.pdf · Segenap keluarga besar Sosiologi dan Antropologi 2011 yang telah membantu dan memberikan

100